Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF SEBAGAI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN MENATA PRODUK SUB KOMPETENSI DASAR PERALATAN DAN PERLENGKAPAN DISPLAY PRODUK KONSUMTIF DI KELAS XI PM SMKN MOJOAGUNG Illiyina Dhiah Program Studi Pendidikan Tata Niaga, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, e-mail:
[email protected]
Setiyo Budiadi Program Studi Pendidikan Tata Niaga, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya Abstrak Menata Produk merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa SMK Pemasaran. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru pengajar menata produk adalah media power point, sehingga perlu dikembangkan dengan media pembelajaran multimedia interaktif sesuai dengan perkembangan teknologi. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan produk berupa media pembelajaran multimedia interaktif pada sub kompetensi dasar peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif, serta mengetahui kelayakannya dan respon siswa terhadap media yang dikembangkan. Model yang digunakan adalah Four-D Thiagarajan. Pengembangan ini hanya sampai tahap pengembangan, tahap ke empat atau tahap penyebaran tidak dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan skor persentase 93,75 % dari validasi ahli media, 91,1 % dari validasi ahli materi, 97,5 % dari hasil uji coba terbatas. Rata-rata dari persentase keseluruhan adalah 94,1 %, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa media pembelajaran multimedia interaktif sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran menata produk sub kompetensi dasar peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif di kelas XI Pemasaran. Kata kunci: media pembelajaran, multimedia interaktif, scientific approach, menata produk.
Abstract Arrange Products is one of the course that are difficult to understand by vocational students marketing. Learning media used by teachers Arrange Products is a power point media, so it needs to be developed with learning media interactive multimedia in accordance with technological developments. The development goal is to produce a product of learning media interactive multimedia on the basic competence sub display equipments and supplies consumptive products, as well as to know the advisability and the students' response toward the media developed. Development model used is Four-D models Thiagarajan. This development only up to the stage of development, the fourth stage of disseminate is not performed. The results show percentage 93,75% from the validation of media expert, 91,1% from the validation of matter expert, and 97,5% from the test results of students response. The average percentage value of the overall is 94,1% and it can be concluded that the learning media interactive multimedia very suitable to implementation scientific approach learning on Arrange Products course basic competence sub display equipments and supplies consumptive products in class XI
marketing. Key words: learning media, interactive multimedia, scientific approach, arrange products.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya dengan mengembangkan kurikulum yang berlaku. Pada awal tahun ajaran baru 2013/2014, kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2013 dengan Scientific Approach. sebagaimana pendekatan yang di maksut meliputi mengamati, menanya, menalar,
PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi majunya suatu bangsa, oleh karenanya pendidikan hendaknya dipandang sebagai kebutuhan yang vital sama halnya dengan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah.
1
Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif
mencoba, dan mengkomunikasikan. Adanya Scientific Approach tentu tidak lepas dari pentingnya media pembelajaran. Dalam konteks belajar dan pembelajaran, media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau materi ajar dari guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan dan sebaliknya. (Abdorrakhman, 2010:140). Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi, salah satunya adalah multimedia interaktif. Multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, dan lain-lain yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi), digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik. Sedangkan interaktif merupakan hubungan antara manusia (sebagai user/pengguna produk) dan komputer. (Munir, 2013:110). Dengan adanya interaktivitas, pengguna dapat terlibat langsung dalam mengontrol dan Menjalankan aliran informasi dalam media. (Vaughan dalam Munir, 2013:112). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMKN Mojoagung mendapatkan hasil, yaitu : (1) nilai sebagian besar peserta didik kelas XI Pemasaran pada mata pelajaran Menata Produk masih di bawah 80 (KKM),; (2) guru masih menerapkan metode konvensional yaitu ceramah dan pemberian soal evaluasi, padahal kelas XI telah menggunakan kurikulum 2013 dengan Scientific Approach yang menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran; (3) pembelajaran lebih berpusat pada guru (teacher centered); (4) kurang berkembangnya media sebagai sumber belajar peserta didik, padahal peserta didik di SMKN Mojoagung sangat tertarik dengan teknologi yang berkembang; (5) media yang digunakan saat ini yaitu power point, papan tulis, modul, dan LKS; (6) peserta didik memiliki fasilitas yang cukup baik, di mana dalam setiap kelas telah dilengkapi dengan LCD serta adanya laboratorium yang dilengkapi dengan komputer dan LCD, tetapi fasilitas ini belum termanfaatkan dengan baik dalam proses pembelajaran. Menurut wawancara dengan guru pengajar mata pelajaran Menata Produk di kelas XI, menyatakan bahwa kesulitan siswa untuk memahami materi dikarenakan terbatasnya media yang digunakan, guru biasanya menggunakan media power point untuk menjelaskan, siswa membayangkan sendiri contoh-contoh yang berkaitan dengan materi, seperti contoh peralatan maupun perlengkapan display yang digunakan dalam penataan produk agar sesuai dengan standar perusahaan. Karena hal tersebut siswa kurang memahami materi yang diajarkan guru. Media power point yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran berisi kalimat-kalimat yang panjang tanpa dilengkapi dengan gambar, sehingga
ketika guru menjelaskan siswa cenderung membaca apa yang ditampilkan di power point dan tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh guru. Berdasarkan angket observasi awal yang diisi oleh 80 siswa dari total 148 siswa mendapatkan hasil: (1) sebesar 72,5 % siswa menyatakan tampilan media power point yang digunakan pada materi peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif kurang menarik, sehingga membuat mereka kurang termotivasi untuk belajar; (2) sebesar 100 % siswa setuju jika pembelajaran pada materi peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif. Dengan adanya pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif diharapkan siswa tidak bosan dan termotivasi untuk belajar, sehingga lebih mudah untuk memahami materi. Pengembangan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif, sebelumnya pernah di teliti oleh Gusti, dkk (2013) dan Rahmah (2014) dengan kesimpulan media pembelajaran yang di kembangkan layak digunakan. Berdasarkan berbagai hal tersebut, akan dilakukan penelitian pengembangan media pembelajaran dengan judul βPengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif sebagai Implementasi Pembelajaran Scientific Approach pada Mata Pelajaran Menata Produk Sub Kompetensi Dasar Peralatan dan Perlengkapan Display Produk Konsumtif Di Kelas XI PM SMKN Mojoagungβ. Rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana mengembangkan media pembelajaran multimedia interaktif sebagai implementasi pembelajaran Scientific Approach pada mata pelajaran Menata Produk sub kompetensi dasar peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif di kelas XI PM SMKN Mojoagung?; (2) bagaimana kelayakan media pembelajaran multimedia interaktif sebagai implementasi pembelajaran Scientific Approach pada mata pelajaran Menata Produk sub kompetensi dasar peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif di kelas XI PM SMKN Mojoagung?; (3) bagaimana respon siswa terhadap media pembelajaran multimedia interaktif sebagai implementasi pembelajaran Scientific Approach pada mata pelajaran Menata Produk sub kompetensi dasar peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif di kelas XI PM SMKN Mojoagung?. Adapun tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah: (1) menghasilkan produk berupa media pembelajaran multimedia interaktif sebagai implementasi pembelajaran Scientific Approach pada mata pelajaran Menata Produk sub kompetensi dasar peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif di kelas XI PM SMKN Mojoagung; (2) mengetahui kelayakan pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif
2
Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif
sebagai implementasi pembelajaran Scientific Approach pada mata pelajaran Menata Produk sub kompetensi dasar peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif di kelas XI PM SMKN Mojoagung; (3)mengetahui respon siswa terhadap media pembelajaran multimedia interaktif sebagai implementasi pembelajaran Scientific Approach pada mata pelajaran Menata Produk sub kompetensi dasar peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif di kelas XI PM SMKN Mojoagung.
Gambar di atas menjelaskan tahap yang akan dilakukan, dimulai dari tahap pendefinisian. Tahap pendefinisian dilakukan untuk menciptakan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran yang dibutuhkan sebagai acuan pembuatan media. Tahap ini dilakukan dengan melakukan analisis tujuan dalam batasan materi pelajaran yang akan dikembangkan. Ada lima langkah yang harus dilakukan dalam tahap ini, yaituanalisis ujung depan, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, dan, perumusan tujuan pembelajaran Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Pada tahap ini untuk merancang media pembelajaran yang dikembangkan, yaitu multimedia interaktif. Terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu penyusunan materi dan soal, pemilihan media, pemilihan format, dan jadilah desain awal multimedia interaktif yang disebut dengan draff I. Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk pengembangan dari media pembelajaran. Pada tahap ini terdiri dari telaah media pembelajaran multimedia interaktif oleh ahli media dan ahli materi terhadap draff I, kemudian draff I tersebut disempurnakan berdasarkan masukan yang diperoleh sehingga menjadi draff II, draff II ini di validasi media oleh ahli media dan ahli materi (dosen dan guru Menata Produk), setelah itu di uji cobakan pada 20 siswa. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket yang terdiri dari angket terbuka yang diisi oleh ahli media dan ahli materi untuk memperoleh pendapat dan masukan tentang draff I, dan angket tertutup yang diisi oleh ahli media dan ahli materi yang bertujuan untuk memperoleh validasi media dan diisi oleh siswa untuk mengetahui respon siswa. Angket telaah ahli media dan ahli materi dianalisis secara kualitatif. Angket validasi oleh ahli media dan ahli materi dianalisis secara kuantitatif dengan perhitungan skor menurut Skala Likert pada tabel 1. berikut.
METODE PENELITIAN Model pengembangan yang digunakan yaitu menurut Thiagarajan, dkk dalam Trianto, (2013:189). Model ini terdiri dari empat tahap pengembangan yaitu Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), dan Disseminate (Penyebaran). Penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan. Prosedur penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar 1. di bawah.
Tabel 1. Kriteria Skala Likert Kriteria Nilai/Skor Sangat baik 5 Baik 4 Sedang 3 Buruk 2 Buruk sekali 1 Sumber: Riduwan, 2013:13 Sumber: Trianto (2013:189)
Angket pendapat siswa dianalisis secara kuantitatif. dengan perhitungan Skala Guttman pada tabel 2. berikut.
Gambar 1. Skema Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif dengan Modifikasi Four-D Thiagarajan
3
Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif
Kedua, menurut wawancara dengan salah satu guru Pemasaran yang berstatus sebagai guru pengajar mata pelajaran Menata Produk di kelas XI PM yaitu Ibu Khoirun Nikmah S.Pd, menyatakan bahwa kesulitan siswa untuk memahami materi dikarenakan terbatasnya media yang digunakan, guru biasanya menggunakan media power point untuk menjelaskan, siswa membayangkan sendiri contoh-contoh yang berkaitan dengan materi. Ketiga, media power point yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran pada materi peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif berisi kalimat-kalimat yang panjang tanpa dilengkapi dengan gambar, sehingga ketika guru menjelaskan siswa cenderung membaca apa yang ditampilkan di power point dan tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh guru. Keempat, dari hasil angket observasi awal yang diisi oleh siswa kelas XI PM diperoleh hasil: (1) sebesar 72,5 % siswa menyatakan tampilan media power point yang digunakan pada materi peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif kurang menarik, sehingga membuat mereka kurang termotivasi untuk belajar; (2) sebesar 100 % siswa setuju jika pembelajaran pada materi peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif karena siswa kelas XI PM SMKN Mojoagung tertarik dengan media pembelajaran yang melibatkan teknologi terbaru. Sehingga disusunlah sebuah solusi pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif yang menarik dan mempermudah siswa dalam memahami materi peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif. Media pembelajaran Multimedia interaktif dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses belajar. (Munir, 2013:115). Tahap pendefinisian dilanjutkan dengan langkah kedua yaitu melakukan analisis siswa dan memperoleh hasil yang pertama yakni, usia siswa kelas XI PM ratarata 16 tahun. Kedua, Siswa kelas XI PM telah memenuhi persyaratan untuk penelitian karena berdasarkan Kurikulum 2013 siswa kelas XI PM telah memperoleh materi peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif. Ketiga, Siswa kelas XI PM memiliki kemampuan yang berbeda satu sama lain. Tahap pendefinisian dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu melakukan analisis konsep dan memperoleh hasil yang pertama yakni, Materi-materi yang akan diajarkan bersumber pada Modul Menata Produk dan Internet. Materi tersebut adalah peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif yag terdiri dari peralatan display yang meliputi Single Hook, Etalase,
Tabel 2. Kriteria Skala Guttman Jawaban Nilai/Skor Ya (Y) 1 Tidak (T) 0 Sumber: Riduwan, 2013:17 Dari hasil angket dianalisis dengan cara: ππππ πππ‘ππ π(100%) =
ππ’πππβπ ππππ‘ππ‘ππ (π) Γ 100 π ππππππ₯πππ’π (ππ)
Dari hasil analisis di atas akan diperoleh kesimpulan tentang kelayakan media menggunakan Skala Likert dengan kriteria yang dapat dilihat pada tabel 3. berikut. Tabel 3. Kriteria Interpretasi Kelayakan Media Persentase Kriteria 0% - 20% Sangat tidak layak/sangat tidak baik 21% - 40% Tidak layak/tidak baik 41% - 60% Cukup layak/cukup baik 61% - 80% Layak/baik 81% - 100% Sangat layak/sangat baik Sumber: Riduwan, 2013:15 Media pembelajaran multimedia interaktif yang dihasilkan dapat dikatakan layak apabila rata-rata dari semua aspek dalam angket mendapat persentase sebesar β₯ 61% dengan kriteria layak/baik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Proses pengembangan media pembelajaran diawali dengan tahap pendefinisian. Tahap pendefinisian dimulai dengan melakukan analisis ujung depan dan memperoleh hasil yang pertama, yakni: (1) nilai sebagian peserta didik kelas XI Pemasaran pada mata pelajaran Menata Produk masih di bawah 80 (KKM); (2) guru masih menerapkan metode konvensional yaitu ceramah dan pemberian soal evaluasi; (3) pembelajaran lebih berpusat pada guru; (4) kurang berkembangnya media sebagai sumber belajar peserta didik, padahal peserta didik di SMKN Mojoagung sangat tertarik dengan teknologi yang berkembang; (5) media yang digunakan saat ini yaitu power point, papan tulis, modul, dan LKS; (6) peserta didik memiliki fasilitas yang cukup baik, di mana dalam setiap kelas telah dilengkapi dengan LCD serta adanya laboratorium yang dilengkapi dengan komputer dan LCD, tetapi fasilitas ini belum termanfaatkan dengan baik dalam proses pembelajaran.
4
Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif
Arcylle, COC (Check Out Counter), Gondola, End Gondola, Wagon, Rak Gantung, Rak Keranjang, danHambalan. Sedangkan perlengkapan display meliputi SKU Harga, SKU Barang, SKU Event, POP Tengah, POP Hanger, POP ClipStrip, dan POP Gantung. Kedua, Program yang digunakan untuk membuat media pembelajaran berbasis multimedia interaktif yaitu program Adobe Flash CS 6. Ketiga, Media yang akan digunakan untuk mengoperasikan media pembelajaran multimedia interaktif adalah komputer. Tahap pendefinisian dilanjutkan dengan langkah keempat yaitu analisis tugas untuk mengidentifikasi kegiatan apa saja yang perlu dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan tersebut yakni menyiapkan media pembelajaran multimedia interaktif dengan menggunakan program Adobe Flash Player, membuka materi pembelajaran yang terdapat di dalam media, mempelajari materi yang disediakan di dalam media, dan menjawab soal-soal yang terdapat di dalam media. Tahap pendefinisian yang terakhir yaitu perumusan tujuan pembelajaran yakni, ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari aspek kognitif meliputi: (1) β Siswa mampu menyebutkan macammacam peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif β; (2) β Siswa mampu menjelaskan pengertian dan fungsi berbagai macam peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif β. Dari aspek afektif yakni β Siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri berbagai macam peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif dengan jujur, cermat, teliti dan bertanggung jawab β. Serta dari aspek psikomotorik yakni β Setelah mempelajari materi mengenai peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif, siswa mampu menentukan peralatan dan perlengkapan untuk mendisplay suatu produkβ. Tahap perancangan dilakukan dengan merancang media pembelajaran multimedia interaktif yang dikembangkan. Tahap perancangan ini terdiri dari empat tahap, yakni penyusunan materi dan soal, pemilihan media, pemilihan format, dan pembuatan media pembelajaran multimedia interaktif (Draff I). Pada tahap penyusunan materi dan soal disusunlah materi dari peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif beserta evaluasi soal yang terdiri dari soal objektif dan subjektif yang nantinya akan di input ke dalam media pembelajaran multimedia interaktif. Dilanjutkan dengan tahap yang kedua yakni pemilihan media, media yang dipilih adalah multimedia interaktif, di mana media yang dibuat terdiri dari kumpulan berbagai media seperti teks, animasi, gambar, dan suara serta didesain agar pengguna dapat mengoperasikan media secara mandiri. Dilanjutkan dengan tahap yang
ketiga yakni pemilihan format, karena media pembelajaran yang dikembangkan dibuat dengan program AdobeFlashCS 6 maka format yang digunakan yaitu .EXE. Setelah melewati tiga tahapan di atas, dilanjutkan dengan membuat desain awal media pembelajaran multimedia interaktif dengan langkah pertama merumuskan konsep materi dan soal yang akan disajikan dalam media pembelajaran multimedia interaktif. Kedua, menyusun rancangan naskah media pembelajaran berupa skrip program. Ketiga, membuat sebuah media pembelajaran berbasis multimedia interaktif dengan program Adobe Flash CS 6 dan disimpan dengan format .EXE. Kemudian dikemas dalam bentuk CompackDisc (CD). Tahap pengembangan dilakukan dengan telaah oleh ahli media yaitu bapak Andi Kristanto, S.Pd, M.Pd dan ahli materi yaitu Bapak Drs. Muhammad Edwar, M.Si dan Ibu Khoirun Nikmah, S.Pd. Telaah media dilakukan oleh para ahli untuk memberikan komentar dan sarannya mengenai draff I yang telah dibuat. Kemudian draff I direvisi sesuai dengan masukan dari para ahli untuk menghasilkan draff II. Kelayakan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Kelayakan media pembelajaran diperoleh dari hasil divalidasi oleh para ahli. Hasil validasi ahli media terlihat pada gambar 4. berikut. Tabel 4. Hasil Validasi Media oleh Ahli Media Kriteria Media Persentase Keterangan Pembelajaran 92,2 % Sangat Layak Kualitas Isi dan Tujuan 93,3 % Sangat Layak Kualitas Teknis Rata-rata Persentase 93,75 % Sangat Layak Keseluruhan Sumber: Data diolah (2015) Sedangkan hasil validasi ahli materi terlihat pada gambar 5. berikut. Tabel 5. Hasil Validasi Media oleh Ahli Materi Kriteria Media Persentase Keterangan Pembelajaran 90,8 % Sangat Layak Kualitas Isi dan Tujuan 90 % Sangat Layak Kualitas Instruksional 92,5 % Sangat Layak Kualitas Teknis Rata-rata Persentase 91,1 % Sangat Layak Keseluruhan Sumber: Data diolah (2015)
5
Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif
ini mengacu pada model pengembangan menurut Thiagarajan yang telah dimodifikasi, sehingga model tersebut terdiri dari tiga tahap yakni tahap Pendefinisian (Define), tahap Perancangan (Design), tahap Pengembangan (Develop); (2) berdasarkan data hasil validasi ahli media dan ahli materi, maka media pembelajaran multimedia interaktif yang telah dibuat sangat layak digunakan; (3) berdasarkan data hasil respon siswa, maka media pembelajaran multimedia interaktif yang telah dibuat sangat baik digunakan.
Respon Siswa Terhadap Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Hasil pendapat siswa kelas XI PM di SMKN Mojoagung mengenai media pembelajaran multimedia interaktif dapat dilihat pada tabel 6. berikut. Tabel 6. Hasil Uji Coba Terbatas Kriteria Media Persentase Keterangan Pembelajaran 96 % Sangat Baik Kualitas Isi dan Tujuan 99 % Sangat Baik Kualitas Instruksional 97,5 % Sangat Baik Kualitas Teknis Rata-rata Persentase 97,5 % Sangat Baik Keseluruhan Sumber: Data diolah (2015)
Saran Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yakni: (1) pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif ini diharapkan dapat diteruskan sampai pada tahap penyebaran untuk kepentingan pembelajaran. Tahap penyebaran dapat dilakukan dengan mengadakan seminar sosialisasi kepada guru-guru pemasaran tentang media pembelajaran multimedia interaktif, sehingga dapat memperluas pengetahuan guru akan media pembelajaran yang lebih melibatkan teknologi terbaru; (2) disarankan kepada pengembang media pembelajaran yang akan datang dapat membuat media pembelajaran dengan materi pemasaran yang lain; (3) disarankan adanya penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif dengan menggunakan AdobeFlash; (4) media pembelajaran multimedia interaktif dengan menggunakan program AdobeFlash ini masih bersifat offline, sehingga perlu dikembangkan dengan media pembelajaran yang bersifat online.
Berikut ini merupakan hasil validasi dan uji coba terbatas yang telah di rekap menjadi data yang ringkas. Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Kelayakan Media Kelompok No Persentase Keterangan Ahli 1 Ahli Media 93,75% Sangat Layak 2 Ahli Materi 91,1 % Sangat Layak 3 Siswa 97,5 % Sangat Baik 282,35% Total keseluruhan Rata-rata Persentase Sangat 94,1% (%) Layak Sumber: Data diolah (2015) Berdasarkan tabel 7. di atas, diperoleh persentase sebesar 93,75% dari ahli media, dan diperoleh persentase sebesar 91,1% dari ahli materi, artinya media pembelajaran multimedia interaktif sangat layak digunakan dalam proses pembelajaran. Respon siswa terhadap media pembelajaran multimedia interaktif adalah sangat baik dengan perolehan persentase sebesar 97,5%. Rata-rata persentase keseluruhan hasil validasi dan uji coba terbatas sebesar 94,1%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran multimedia interaktif sangat layak digunakan sebagai media pendukung implementasi pembelajaran Scientific Approach pada mata pelajaran menata produk sub kompetensi dasar peralatan dan perlengkapan display produk konsumtif di kelas XI PM SMKN Mojoagung.
DAFTAR PUSTAKA Munir. 2013. Multimedia (Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan). Alfabeta: Bandung. Rahmah, Fia Jannatur. 2014. Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Sebagai Implementasi Pembelajaran Berbasis Scientific Approach pada Kompetensi Dasar Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang di Kelas X AK SMKN 2 Buduran. Skripsi tidak diterbitkan. PPs: Universitas Negeri Surabaya. Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variable-variabel Penelitian. Alfabeta: Bandung. Sasmita, I Gst. Ngr Agung Yudi, I Wayan Koyan, A. A Gede Agung. 2013. βPengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif mata Pelajaran TIK pada Siswa kelas IX Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013 di SMP Negeri 3 Sawanβ. Jurnal Edutech. Vol. 1(2).
PENUTUP Simpulan Berdasarkan seluruh proses pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif dapat disimpulkan: (1) pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif
6
Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2009. Media Pengajaran. Sinar Baru Algesindo: Bandung. Suherman. 2013. Scientific Approach (Pedekatan Ilmiah) dalam Pendidikan, (Online), (https://suherman maman.wordpress.com/2013/11/03/scientificapp roach-pedekatan-ilmiah-dalam-pendidikan/, diakses 15 Januari 2015). Sutrisno dan Ruswandi, Kusmawan. 2007. Menata Produk. Yudhistira: Bogor. Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif. Kencana: Jakarta. Yunita. 2014. Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di Indonesia, (Online), (http://edukasi.kompasiana .com/2014/08/25/penyebab-rendahnya-mutupen didikan-di-indonesia-682846.html, diakses 13 Januari 2015).
7