PENGELUARAN PANGAN KELUARGA MISKIN YANG MENGALAMI FOOD INSECURITY DI WILAYAH PERKOTAAN 1,2
Lilik Hidayanti1 , Sri Maywati2 Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi
ABTRAK Keluarga miskin di perkotaan seringkali mengantungkan pemenuhan pangan dengan membeli, sehingga ketahanan pangannya sangat tergantung pada pendapatan keluarga. Kondisi ini yang tentunya dapat berdampak terhadap ketahanan pangan dan asupan makan balita keluarga miskin di perkotaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran prosentase pengeluaran pangan keluarga dan asupan makan balita gizi kurang di perkotaan. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya dengan sampel sebanyak 45 anak. Rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional dengan pengumpulan seluruh variabel penelitian dilakukan pada waktu yang bersamaan. Analisis statistik yang digunakan adalah uji pearson product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata prosentase pengeluaran pangan keluarga sebesar Rp 113 % dengan rata-rata TKE sebesar 58,7 % dan TKP sebesar 76,6 %. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga (pValue 0,001; r -0,751), TKE (pValue 0,028; r -0,328) dan TKP (pValue 0,003; r -0,438) dengan prosentase pengeluaran pangan keluarga. Penelitian ini merekomendasikan untuk mengali berbagai potensi yang dimiliki keluarga sehingga dapat meningkatkan asupan makan balita seperti misalnya berusaha mengenal lebih baik bahan pangan subtitusi yang relative tidak mahal namun memliki nilai gizi yang tinggi. Kata kunci : Pengeluaran pangan, Keluarga, Miskin ABSTRACT Poor family in urban area often hang the fulfillment of food through buying, so the poor urban’s household food security more defend of their family income. This condition of course will given impact to household food security and food consumption of under five from poor family in urban area. The aim of this research is knowing description of the percentage of household food expenditure and food consumption of under five children malnutrion in urban area. This research will done in Cihideung district Tasikmalaya with 45 sample. Cross sectional study is used in this research so all the research variable collected in the same time. Statistic analisys that is used in this research is pearson product moment. The result of this research shown mean of the percentage of household expenditure is 113 %, the level of energy sufficiency is 58,7 % and the level of energy sufficiency is 76,6 %. Statistically analysis shown there are correlation between family income (pValue 0,001; r -0,751), the level of energy sufficiency (pValue 0,028; r -0,328), and the level of protein sufficiency (pValue 0,003; r -0,438) with the percentage of household expenditure. Recommendation of this research is to exploring potential of the family so its can be to increase children food consumption like more better understanding about food subtitution that cheaper but having much nutrition Keywords: Food expenditure, family, poor
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 2 September 2015
PENDAHULUAN Ketidaktahanan pangan (food insecurity) merupakan suatu kondisi karena keluarga mengalami keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah yang cukup dan aman (Jyoti, et al, 2005), sehingga menyebabkan adanya keterbatasan dalam asupan makan (Saha, et al, 2008). Keadaan ini banyak dialami oleh keluarga miskin (Matheson, et al, 2002). Pada tahun 2004 diduga ada sekitar 800 juta orang mengalami ketidaktahanan pangan, dan sebagian besar tinggal di negara berkembang (Melgar-Quinonez, et al, 2006). Data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 menunjukkan situasi yang sangat memprihatinkan bahwa jumlah penduduk sangat rawan pangan di Indonesia mencapai 14,47 persen, meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 yaitu 11,07 persen. Keluarga miskin di wilayah perkotaan dianggap lebih terdampak mengalami ketidaktahanan pangan dibandingkan dengan wilayah pedesaan (Ruel MT, et al, 2010). Padahal selama ini ketidaktahanan pangan selalu dianggap sebagai masalah pada keluarga di wilayah pedesaan. Dugaan dan kekhawatiran ini tentu sangat wajar karena penduduk perkotaan di Indonesia meningkat pesat jumlahnya sedangkan kontrol tentang adanya ketidaktahanan pangan dan juga sistem peringatan dini kerawanan pangan di wilayah perkotaan hampir tidak ada (UNFPA,2011). Tukino, 2011 menyatakan bahwa sebagian besar keluarga miskin di perkotaaan seperti Cimahi bekerja sebagai buruh harian lepas dengan pendapatan harian yang tidak menentu. Di lain sisi karena adanya keterbatasan lahan menyebabkan keluarga miskin di perkotaan memiliki ketidakmampuan dalam memproduksi pangan secara mandiri dan hanya mengandalkan pendapatan seharihari yang diperoleh dari hasil pekerjaannya untuk membeli pangan yang diinginkan (Ruel MT, et al, 2010). Karakteristik keluarga miskin di perkotaan adalah mengantungkan pemenuhan pangan dengan membeli, sehingga ketahanan pangan sangat tergantung pada pendapatan
keluarga.
Keluarga
seringkali
menghabiskan
sebagian
besar
pendapatannya untuk pangan (Braun, et al, 2008). Kondisi ini yang tentunya dapat berdampak terhadap ketahanan pangan keluarga miskin di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengeluaran pangan keluarga miskin yang memiliki balita gizi kurang dan mengalami ketidaktahanan pangan (food insecurity) di wilayah perkotaan.
1197
Pengeluaran Pangan Keluarga Miskin Yang Mengalami Food Insecurity Di Wilayah Perkotaan Lilik Hidayanti , Sri Maywati
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan Cross sectional. Pada penelitian ini semua variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat diteliti pada saat yang bersamaan. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah status pekerjaan, pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga untuk pangan, dan asupan makan balita Populasi adalah keluarga miskin yang mengalami memiliki balita gizi kurang dan mengalami ketidaktahanan pangan (food insecurity) di wilayah perkotaan. Dalam penelitian ini wilayah perkotaan dipilih Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Hasil pengukuran ketahanan pangan keluarga dengan U.S household food security survey module 2012 yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia diperoleh sebanyak
45
keluarga
miskin
dengan
balita
gizi
kurang
yang
mengalami
ketidaktahanan pangan dan semuanya dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pengumpulan data status pekerjaan, pendapatan keluarga, serta pengeluaran keluarga untuk pangan menggunakan teknik wawancara langsung face to face kepada responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data asupan makan diperoleh dengan recall 3 x 24 jam secara tidak berurutan. Analisis data menggunakan uji chi square dengan interpretasi hasil analisis data pada nilai p < 0,05 atau dengan derajat kepercayaan 95 % (alpha 5 %). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Pada penelitian ini responden adalah ibu yang berasal dari keluarga miskin, memiliki balita gizi kurang dan mengalami ketidaktahanan pangan di wilayah perkotaan. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 30,42 tahun. Umur 30 tahun masih masuk dalam kategori umur muda. Sedangkan rentang umur responden antara 20 sampai dengan 43 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden masih berada antara kelompok umur muda dan umur paruh baya (Gustia, 2010). Tabel 1 juga menunjukkan bahwa hampir setengah responden (44,4%) berpendidikan SD, dan hanya 8 responden yang berpendidikan SMA (17,8%). Sedangkan sisanya berpendidikan SMP sebanyak 35,6 % dan tidak sekolah sebanyak 2,2 %.
1198
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 2 September 2015
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden No. Karakteristik Responden Min 1. 2
Umur Responden Status Pendidikan Responden Tidak sekolah SD SMP SMA *n : 45 responden
Max 20
43
Ratarata 30,42
n 1 20 16 8
SD 6,61 %
2,2 44,4 35,6 17,8
B. Pengeluaran pangan keluarga miskin yang mengalami Food Insecurity di wilayah perkotaan 1. Status Pekerjaan Responden Tabel 2 Status Pekerjaan Responden dan Kepala Keluarga No. Status Pekerjaan Frekuensi A. Responden (ibu) 1. Tidak bekerja 43 2. Bekerja 2 B. Kepala Keluarga 1. Tidak Bekerja 3 2. Bekerja 42 * n = 45 responden
% 95,6 4,4 6,7 93,3
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja (95,6%). Sementara itu, sebagian besar kepala rumah tangga atau suami responden bekerja (93,3%). Dari 42 kepala keluarga yang bekerja lebih dari separuhnya (53,3%) bekerja sebagai buruh harian. Sistem pengupahan buruh harian didasarkan pada kehadiran tenaga kerja tersebut di tempat kerja. Apabila pekerja tidak hadir di tempat kerja dengan alasan apapun maka upah tidak akan dibayarkan.
Tabel 3 No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Pekerjaan Kepala keluarga Jenis pekerjaan bapak Buruh Karyawan swasta Wiraswasta , pedagang Sopir angkot Tidak menyebutkan pekerjaan Jumlah
n 24 2 9 2 5 42
% 53,3 4,4 20,0 4,4 11,1 100,0
1199
Pengeluaran Pangan Keluarga Miskin Yang Mengalami Food Insecurity Di Wilayah Perkotaan Lilik Hidayanti , Sri Maywati
2. Pendapatan Keluarga Tabel 4 Distribusi Pendapatan Keluarga Penghitungan Pendapatan Pengeluaran statistik (Rp/bulan) pangan (Rp/Bulan) Rata-rata 1,280.000,1,300,000,SD 587560,283,463,Minimum 450,000,780,000,Maksimal 3,000,000,2,040,000,-
Prosentase Pengeluaran pangan (%) 113,1 36,5 56,25 190
Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa rata-rata pendapatan keluarga sebesar
Rp
1.280.000,- per bulan dengan kisaran pendapatan dari Rp 450.000,- sampai dengan Rp 3.000.000,- per bulan. Sedangkan pengeluaran keluarga dalam satu bulan yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga berkisar antara Rp 780.000,- sampai dengan Rp 2.040.000,-. Hasil perhitungan prosentase pengeluaran keluarga untuk pangan terhadap pendapatan keluarga diperoleh hasil bahwa rata-rata prosentase pengeluaran keluarga untuk pangan sebesar 113 %, yang artinya pengeluaran keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam satu bulan lebih besar dibandingkan pendapatan keluarga itu sendiri. C. Asupan Makan Balita Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi balita responden adalah 707,00 Kal dengan rata-rata TKE sebesar 58,7 %. Sedangkan ratarata konsumsi protein balita responden adalah 21,4 gram dengan rata-rata tingkat kecukupan protein balita gizi kurang adalah 76,6 % . Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata TKE balita masuk dalam kategori defisit, sedangkan rata-rata TKP balita masuk dalam kategori kurang. Tabel 5 Penghitungan Nilai Statistik Asupan Makan Balita Variabel Min Max Mean Asupan Energi 353.3 1787.0 707,00 TKE 22,08 158,8 58,7 Asupan Protein 7.0 85.5 21.4 TKP 20 328,8 76,6
1200
SD 246.7 23,1 15.19 53,1
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 2 September 2015
D. Analisis bivariat
p Value 0,001; r -0,751 Grafik 1.
Hubungan antara pendapatan keluarga dengan prosentase pengeluaran keluarga untuk pangan
Grafik 1 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka prosentase pengeluaran pangan untuk keluarga akan semakin tinggi. Hasil analisis statistik hubungan antara pendapatan keluarga dengan prosentase pengeluaran keluarga untuk pangan dengan uji pearson product moment menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 (p 0,001; r-0,739) yang berarti ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan prosentase pengeluaran pangan untuk keluarga dengan arah hubungan negatif. Karakteristik umum dari keluarga miskin yang tinggal di wilayah perkotaan dalam hal pemenuhan pangan sebagian besar dengan cara membeli. Hal ini yang menyebabkan ketahanan pangan sangat tergantung pada pendapatan keluarga. Oleh karena itu, keluarga dengan pendapatan yang rendah akan menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk pangan (Braun, et al, 2008). Keluarga miskin di perkotaan merupakan kelompok yang rawan mengalami ketidakatahanan pangan. Hal ini disebabkan karena pada umumnya masyarakat miskin di perkotaan bekerja sebagai karyawan, buruh atau penjual jasa yang mendapatkan
penghasilan
harian
dan
mengalokasikan
sebagian
besar
penghasilannya untuk pembelian pangan dan kebutuhan keluarga yang lainnya(Ruel, MT, et al, 2010). Di samping itu, masyarakat perkotaan juga memiliki keterbatasan lahan pertanian sehingga FAO memperkirakan 97 % keluarga di perkotaan net food buyer. Net food buyer adalah keluarga yang memiliki kemampuan menyediakan pangan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pangan yang mereka konsumsi (FAO, 2008).
1201
Pengeluaran Pangan Keluarga Miskin Yang Mengalami Food Insecurity Di Wilayah Perkotaan Lilik Hidayanti , Sri Maywati
Meskipun masyakat pedesaan juga ada yang menjadi net food buyer namun jumlah pangan yang mereka beli masih lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat di perkotaan. Masyarakat perkotaan menghabiskan lebih dari setengahnya anggaran keluarganya untuk pangan (Ahmed, AU, et al, 2007).
pValue 0,028; r -0,328 Grafik 2 Hubungan antara TKE dengan Prosentase pengeluaran keluarga untuk pangan
pValue 0,003; r -0,438 Grafik 3 Hubungan antara TKP dengan Prosentase pengeluaran keluarga untuk pangan
Grafik 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi prosentase pengeluaran pangan keluarga maka Tingkat Kecukupan Energi Balita dalam keluarga tersebut semakin rendah. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi pearson product moment menunjukkan bahwa ada hubungan antara prosentase pengeluaran pangan keluarga dengan TKE balita. Hal yang sama juga terjadi pada saat prosentase pengeluaran pangan keluarga dikaitkan dengan tingkat kecukupan protein balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi prosentase pengeluaran pangan keluarga maka tingkat kecukupan protein (TKP) balita akan semakin rendah. Hasil uji statistik dengan korelasi product moment juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara prosentase pengeluaran pangan keluarga dengan tingkat kecukupan protein (p 0,0,03; r -0,438). Pada keluarga miskin sebagian besar pendapatan yang diperoleh akan dipergunakan untuk memenuhi asupan makan terutama karbohidrat yang merupakan sumber utama energi bagi tubuh. Sebagai sumber energi utama, karbohidrat mempunyai fungsi memberikan rasa kenyang, dan berharga murah sehingga masyarakat miskin mengalokasikan sebagaian besar dari pendapatannya untuk mendapatkan karbohidrat. Sumber makanan yang banyak mengandung karbohidrat adalah beras, jagung, singkong, ubi dan sukun. Pada masyarakat miskin di wilayah perkotaan ketergantungan mereka cukup tinggi terhadap beras. Keterbatasan lahan yang dimiliki oleh masyarakat perkotaan
1202
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 2 September 2015
menyebabkan mereka kesulitan untuk memperoleh alternative pangan sumber karbohidrat selain beras. Asupan karbohidrat keluarga miskin di daerah perkotaan berasal dari nasi (beras) dan mie instan. Masyarakat perkotaan menghabiskan lebih dari setengahnya anggaran keluarganya untuk pangan (Ahmed, AU, et al, 2007). SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa prosentase pengeluaran pangan keluarga berhubungan dengan asupan makan balita (TKE dan TKP). Semakin tinggi prosentase pengeluaran pangan keluarga maka asupan makan balita semakin rendah. Penelitian ini merekomendasikan untuk mengali berbagai potensi yang dimiliki keluarga untuk meningkatkan asupan makan balita seperti misalnya mengenal lebih baik bahan pangan subtitusi yang relative tidak mahal namun memliki nilai gizi yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Ahmed AU, Hill RV, Smith LC, Wiesmann DM, Frankenberger T, The World’s Most Deprived: Characteristics and causes of extreme poverty and Hunger, 2020 vision for food, agriculture, and the environment . Discussion paper no. 43 Washington DC: International Food Policy Reseach Institute. 2007 Baliwati, Khomsan A, Dwiriani. Pengantar Pangan dan Gizi, Penebar Swadaya, 2004 Bappenas. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, BAPPENAS 2011 Bappenas. 2012. Laporan Pencapaian Millenium Development goals Indonesia 2011. Jakarta : BAPENAS, 2012 Blumberg SJ, Bialostosky K,William L, Hamilton, Briefel R R. The effectiveness of short form of household food security scale. Am J Public Health. 1999;89:12311234 Broun J, Food and Financial Crises; Implications of Agriculture and the poor. Food Policy Report No 20. Washington, DC: International Food Policy Research Institute; 2008 Casey PH, Szeto K, Lensing S, Bogle M, Weber J. Children in foodinsufficient, lowincome families: prevalence, health, and nutrition status. Arch Pediatr Adolesc Med. 2001;155:508–14. Committee on National Statistics. Food insecurity and hunger in theUnited States: an assessment of the measure. Washington, DC: National Academy Press; 2006. Corbet Jane. Famine and Household Coping Strategies. World Development.1988 ;16(9):1099-1112 Creswell WJ. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed (terjemahan). Pustaka Pelajar, 2010 Dinkes Kota Tasikmalaya, 2013 FAO. The State of Food Insecurity in the World. Rome; FAO; 2008
1203
Pengeluaran Pangan Keluarga Miskin Yang Mengalami Food Insecurity Di Wilayah Perkotaan Lilik Hidayanti , Sri Maywati
Frongillo, Nusrat Chowdhury, Eva-Charlotte Ekstrom, Ruchira T.Naved. Understanding the Experience of Household Food Insecurity in Rural Bangladesh Leads to a Measure Different From That Used in Other Countries. J.Nutr. 2003;133:41584162 Ghattas H, et al, Household Food Security Is Associated With Agricultural Livelihoods and Diet Quality in a Marginalized Community of Rural Bedouins in Lebanon. J.Nutr.2013 Gibson R. Principles of Nutritional Assasment. Oxford University Press. 2005 Gonzales W, Alicia Jimenez, Graciela Madrigal, Leda M. Munos, Frongillo. Development and Validation of Measure of Household Food Insecurity in Urban Costa rica Confirm Proposed Generic Questionare. J.Nutr;2008;138:587-592 Gustia Irna, Kategori Usia Muda Berakhir di Umur 35 Tahun, detikHealth 2010 Habicht JP, Pelto G, Frongillo EA, Rose D. Conceptualization and instrumentation of food insecurity. Proceedings of the Workshop on the Measurement of Food Insecurity and Hunger; 2004 July 15; Washington, DC. Washington, DC: National Academy Press; 2004. p. 1–18. Isanaka,S., Plazaz, MM., Arana, SL., Baylin, A., Villamor, E. Food Insecurity Is Highly Prevalent and Predicts Underweight but not Overweight in Adults and School Children from Bogota, Columbia. J.Nutr. 2007;137:2747-55 Jyoti, D F., Frongillo,EA., Jones, SJ. Food Insecurity Affects School Children’s Academic Perfomance, Weight gain, and Social Skill. J. Nutr. 2005;135:2831-39 Kirkpatrick, SI, Tarasuk V. Food insecurity is associated with nutrient inadequacies among Canadian adults and adolescents. J Nutr. 2008; 138: 604-612 Laporan Puekesmas Sukarame Kabupaten Tasikmalaya, 2013 Loopstra, Tarasuk. Severity of Household Food Insecurity is Sensitive to Change in Household income and Employment Status Among Low-Income Families. J.Nutr. 2013 Martin-Prevel,et al. The 2008 Food Price Crisis Negatively Affected Household Food Security and Dietary Diversity in Urban Burkina Faso. J.Nutr.2012;142:17481755 Matheson. DM., Varaday,J., Varaday, A.,Killen.JD. Household Food Security and Nutritional Status of Hispanic Children in Fifth Grade. Am J Clin Nutr. 2002;76:210-7 Maxwell Dan, Ben Watkins, Robins Wheeler, Greg Collins. The Coping Strategies Index. WFP.2003 Maxwell Dan, et al. Alternative Food Security Indicator: Revisting the Frequency and severity of coping strategies. Food Policy. 1999 ;Vol 24(4):411-429 Melgar-Quinonez, et al. Houseld Food Insecurity and Food Expenditure in Bolivia, Burkina Faso, and The Philipines. J.Nutr.2006;136:1431s-1437s Nurul Hidayah, Kesiapan psikologis masyarakat pedesaandan perkotaan menghadapi diversifikasi pangan pokok. humanitas, vol. Viii no.1 januari 2011
1204
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 2 September 2015
Oberholser CA, Tuttle. Assesment of Household food security among food stamp resipient families in Maryland. Am J Public Health. 2004; 94:790-795 OhSY, Hong MJ. Food insecurity is associated with dietary intake and body size of Korean children from low-incomes families in urban areas. Eur J Clin Nutr. 2003;57: 1598-604. Qi Zhang, Sonya Jones, Christopher J.Ruhm, Margaret Andrews. Higher Food Prices May Threaten Food Security Status Among American Low –Income Household with Children. J. Nutr.2013 Quandt SA, Arcury TA, Early J, Tapia J, Davis JD. Household Food Security Among Migrant and Seasonal Latino Farmworker in North Carolina. Public Health Report, 2004 Ruel,MT, James L. Garret, Corrina Hawke, Marc J.Cohen. The food, fuel, and financial crises affect the urban and rural poor disproportionately: A Review of the Evidance. J.Nutr.2009;140:170s-176s Rukuni
Mandivamba. Africa: Addresing J.Nutr.2002;132:3443s-34448s
Growing
Threats to
Food
Security.
Saha Kuntal K, Frongillo, Dewan S Alam, Shama E. Arifeen, Lars Ake Persson, Katleen M. Rasmussen. Household Food Security Is Associated With Infant Feeding Practices in Rural Bangladesh. J.Nutr. 2008; 138;1383-1390 Scaglioni S, Arriza C, Vecchi F, Tedeshi S. Determinants of children’s eating behavior. Am J Clin Nutr. 2011;94(suppl):2006s-11s Supariasa, Bakri, Fajar, Penilaian Status Gizi. Penerbit buku kedokteran EGC. 2012 Swindale Anne, Bilinsky Paula. Development of a Universally Applicable Household Food Security Measurement tool : Proces, Current Status, and Outstanding Issues. J.Nutr.2006; 136:1449s-1452s Tukino, Kondisi Kehidupan Keluarga Miskin Di Kota Cimahi. Policy Brief disampaikan pada acara Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Kependudukan BKKBN di Hotel Horison Bekasi, 16-18 Desember 2011. United Nation Population Fund. The State of World Population 2011; people and possibilities in a world of 7 Billions. New York:UNFPA; 2011 US Household food security survey module:Three-stage design, with screeners. Economic research service, USDA. September 2012 Widome R, Neumark-Sztainer D, Hannan PJ, Haines J, Story M. Eating when there is not enough to eat : eating behaviors and perceptions of food among foodinsecure youths. Am J Public health. 2009;99:822-828 Wilde PE, Differential response pattern affect food security prevalence estimates for households with and without children. J Nutr. 2004;134:1910-5 Wolfe WS &Frongillo, Building . Household Food Security Measurement Tools From The Ground Up. Food Nutr. Bull. 2001; 22:5-12
1205