FKM UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4
HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR PEKERJAAN DENGAN KADAR MERKURI (HG) DALAM DARAH PEKERJA PENAMBANG EMAS DI DUSUN KARANGPANINGAL DESA KARANGLAYUNG KECAMATAN KARANGJAYA KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh : Sri Maywati1 1. Staff pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi ABSTRAK Proses penambangan emas di Dusun Karangpaningal Desa Karanglayung Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya dilakukan secara sederhana dengan metode amalgamasi yaitu mencampur sejumlah merkuri pada pasir yang mengandung emas akan membentuk amalgam. Selanjutnya amalgam akan diolah dengan pembakaran sehingga menghasilkan emas. Pekerja terpapar merkuri dari uap maupun kontak kulit saat bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor pekerjaan yang berhubungan dengan kadar merkuri dalam darah pada pekerja. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini yaitu total populasi penambang berjumlah 42 orang. Rata-rata merkuri yang digunakan oleh para penambang adalah 4,05 gram/hari, rata-rata masa kerja penambang adalah 233 bulan, , rata-rata waktu kontak dalam sehari adalah 7,04 jam. Kadar Hg darah rata-rata sebesar 19,52 μg/l. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara jumlah penggunaan merkuri perhari dengan kadar merkuri dalam darah (p=0,087). Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kadar merkuri dalam darah (p=0,109).Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kadar merkuri dalam darah pada pekerja penambang (p=0,844). Ada hubungan jenis pekerjaan dengan kada merkuri dalam darah (p=0,001). Saran yang diajukan agar pekerja meningkatkan kesadaran penggunaan alat pelindung diri berupa sarung tangan karet, sepatu boot, masker, baju lengan panjang agar terhindar paparan merkuri melalui pernafasan maupun kulit. Kata kunci : kadar merkuri darah, jenis pekerjaan masa kerja, lama kerja, jumlah penggunaan merkuri perhari. ABSTRACT Processing at mining gold at Dusun Karangpaningal, village Karanglayung, sub district Karangjaya, Tasikmalaya regency done simply by the method of mixing a number of mercury amalgamation in gold-containing sand. Furthermore, amalgam will be processed by combustion to produce gold. Workers exposed to mercury from vapor or skin contact when working. The purpose of this research is to find out some job factors associated with levels of mercury in the blood of workers. The study uses cross sectional approach. The sample in this study is the total population of miners numbered 42 people. The average mercury used by miners is 4.05 grams/day, average working lives of miners was 233 months, average daily contact time is 7.04 hours. Blood levels of mercury by an average of 19.52 g /l. The results showed no relationship between the amount of mercury per day with mercury levels in blood (p = 0.087). There was no relationship between length of work with mercury levels in blood (p = 0.109). There is no relationship between length of working time with mercury in the blood of miners (p = 0.844). There is a relationship kind of work with levels of mercury in blood (p = 0.001). Suggestions for workers to increase awareness of the use of personal protective equipment such as rubber gloves, boots, mask to avoid exposure to mercury through breathing or skin. Key words: blood mercury levels, type of job tenure, length of work, the amount of use of mercury per day.
LATAR BELAKANG Penggunaan merkuri dalam aktifitas pertambangan emas telah banyak dilakukan. Penggunaan dan pengelolaan yang tidak tepat akan memberikan dampak yang merugikan Prosiding Seminar Nasional “ Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia” 12 April 2011
48
FKM UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4
baik pada pekerja, lingkungan maupun masyarakat disekitarnya. Dampak merugikan dari merkuri mulai menjadi topik utama dunia sejak munculnya kasus minamata di Jepang. Tepatnya ketika ditemukan suatu penyakit mental dan kelainan pada syaraf (penyakit Minamata) yang diderita oleh penduduk yang hidup di sekitar Teluk Minamata di Jepang. Kenyataan inilah yang kemudian menjadi pemicu dari masalah-masalah pencemaran lingkungan ke permukaan dunia internasional. (Palar, 2004 : 9). Beberapa daerah di Jawa Barat ditemukan mempunyai prospek pertambangan emas, maka semakin meningkat pula penambangan emas baik oleh perusahaan, koperasi maupun oleh pertambangan tanpa izin. Kegiatan penambangan terutama yang dilakukan oleh koperasi maupun pertambangan tanpa izin pada umumnya menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup berarti. Dampak penting yang terjadi berupa kerusakan hutan, tanah, penurunan kualitas air, penurunan kesehatan penduduk, punahnya biota air dan lain-lain. (Widhiyatna: 20/05/2010, 8:47) Penambangan emas oleh rakyat umumnya menimbulkan masalah pencemaran merkuri hasil proses pengolahan emas secara amalgamasi yang dilakukan secara tradisional. Merkuri dapat terlepas ke lingkungan pada tahap pencucian dan penggarangan. Proses pencucian, limbah yang umumnya masih mengandung merkuri dibuang langsung ke badan air. Hal ini disebabkan merkuri tersebut tercampur/terpecah menjadi butiran-butiran halus yang sifatnya sukar dipisahkan pada proses penggilingan yang dilakukan bersamaan dengan proses amalgamasi, sehingga merkuri dalam ampas terbawa masuk ke sungai. Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) terdapat di Dusun Karang Paningal Desa Karanglayung Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya, merupakan penambangan rakyat yang sudah berlangsung sejak tahun 1969. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa pengolahan emas masih sederhana dengan menggunakan merkuri (Hg), dimana bijih diolah dengan cara amalgamasi. Pekerja yang biasa menggunakan merkuri berisiko tinggi menghirup uap merkuri lewat hidungnya. Uap yang terhirup ini dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan dan paru dan sistem syaraf. Dampak masuknya merkuri ke dalam tubuh biasanya muncul dalam waktu lama. Bisa bulanan atau tahunan, tergantung kadar merkuri yang masuk. Merkuri akan menumpuk dan selanjutnya mengganggu fungsi ginjal atau sering disebut nefrotoksik (Palopo, 2008). Beberapa hal bisa menjadi faktor resiko terhadap kadar merkuri dalam darah antara lain banyaknya Hg yang digunakan, lama kontak dengan merkuri, masa kerja, serta jenis pekerjaan pekerja penambang. Biomarker pajanan merkuri yang umum digunakan adalah kadar Hg dalam darah, urine, rambut dan air susu ibu (Mahaffey R. Kathryn, 2005; Grajean Phillippe, 2005; Tsuji S. Joyce, 2005; Clarkson W. Thomas, 2002 dalam Sintawati, 2008). Tes ini untuk menghitung/memperkirakan dampak negatif kesehatan yang akan muncul oleh pajanan merkuri dalam bentuk senyawa Hg yang berbeda-beda. Darah dan urine digunakan sebagai
Prosiding Seminar Nasional “ Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia” 12 April 2011
49
FKM UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4
marker, apakah seseorang terpajan oleh Hg metal atau Hg-anorganik. Untuk pajanan MeHg darah diambil beberapa hari setelah pajanan, karena sebagian besar bentuk Hg dalam darah akan turun 1/2 setiap 3 hari jika pajanan dihentikan (ATSDR, 1999; Grajean Phillippe, 2005 dalam Sintawati,2008) Beberapa hal bisa menjadi faktor resiko terhadap kadar merkuri dalam darah antara lain banyaknya Hg yang digunakan, lama kontak dengan merkuri, masa kerja, serta jenis pekerjaan pekerja penambang. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Beberapa Faktor Pekerjaan Dengan Kadar Hg Dalam Darah Pekerja Penambang Emas Di Dusun Karang Paningal Desa Karanglayung Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya”. TUJUAN PENELITIAN 1.
Mengidentifikasi jumlah penggunaan merkuri per hari, lama kerja sehari, masa kerja penambang, jenis pekerjaan.
2.
Mengukur kadar merkuri (Hg) dalam darah penambang emas.
3.
Menganalisis jumlah penggunaan merkuri (Hg), lama kerja, masa kerja dan jenis pekerjaan penambang terhadap kadar Hg dalam darah.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
yaitu variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel yang termasuk efek
diobservasi pada saat yang sama. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai November 2010 pada 42 pekerja penambang dengan usia dewasa pada bagian penggali, penggarang, dan penggelundung yang berada di sekitar penambangan emas tanpa ijin, di Dusun
Karang
Paningal
Desa
Karanglayung
Kecamatan
Karangjaya
Kabupaten
Tasikmalaya. Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain lama pemajanan yang merupakan lama jam kontak dalam sehari, masa kerja yang merupakan total waktu menjadi penambang emas dalam satuan bulan, jumlah pemakaian Hg yaitu rata-rata pemakaian Hg perhari dalam kegiatan penambangan, serta jenis
pekerjaan dalam penambangan yang
dikategorikan menurut tingkat pemajanannya terhadap Hg yaitu pekerja penggali, penggelundung dan penggarang. Variabel terikat adalah jumlah Hg yang terukur dalam darah dengan satuan µg/l. Sampel darah diambil sebanyak 10 cc darah vena dan disimpan dalam tabung untuk analisa kadar Hg di Laboratorium Hiperkes dan K3, Bandung. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dengan tabulasi frekuensi. Analisa bivariat untuk menguji hubungan antara variabel bebas dan terikat dilakukan dengan uji
Prosiding Seminar Nasional “ Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia” 12 April 2011
50
FKM UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4
product moment (bila distribusi normal) dan uji rank spearman (bila distribusi data tidak normal) pada taraf signifikansi α 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Umum Kegiatan PenambanganEmas Dusun Karangpaningal merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Karanglayung
Kecamatan
Karangjaya
Kabupaten
Tasikmalaya,
di
Dusun
Karangpaningal terdapat penambangan emas yang masih aktif sebanyak
empat
lubang penggalian dengan jumlah penambang sekitar 42 orang. Proses penambangan dilakukan secara tradisional dengan cara masuk ke dalam lubang tambang dan menggali batuan yang diperkirakan mengandung emas dengan menggunakan cangkul atau linggis. Batuan yang terkumpul dibawa ke area pengolahan emas untuk dihaluskan dengan cara ditumbuk untuk selanjutnya dicampurkan dengan cairan merkuri di dalam alat penggelundung yang disebut tromel. Setelah batuan tercampur dengan merkuri dan terbentuk amalgam dari emas dan merkuri maka proses selanjutnya adalah pencucian. Setelah dicuci maka amalgam akan terpisah dari pasir/batuan halus dan proses dilanjutkan dengan penggarangan. Penggarangan ditujukan untuk menguapkan merkuri sehingga yang tertinggal adalah logam emas. Hasil observasi menunjukkan selama proses kerja tidak ada pekerja yang menggunakan alat pelindung diri (APD) sepert sarung tangan maupun masker. B.
Deskripsi Variabel Penelitian 1. Lama Pemajanan per hari Waktu yang digunakan oleh penambang untuk melakukan penambangan sehari rata-rata adalah 7,04 jam. Lama kerja terendah 4 jam per/hari, dan lama kerja terlama yaitu 10 jam/hari. Lama jam kerja berkaitan dengan lamanya pekerja kontak dengan merkuri dalam sehari. Semakin panjang lama kontak maka akan semakin panjang juga jumlah waktu pajanannya. Akumulasi merkuri (Hg) dalam jaringan tubuh manusia akan sesuai dengan tingkat pemaparan seiring dengan bertambahnya umur seseorang dan waktu pemaparan. Gejala klinis keracunan (Me-Hg) sangat tergantung dari dosis dan lama pemajanan, sampai timbulnya gejala keracunan (dose-effect relationship) (Tugaswati, 1997) 2. Masa Kerja Lamanya penambang bekerja, sejak mulai menambang sampai saat sekarang dalam satuan bulan. Rata-rata masa kerja penambang di Karangpaningal
Prosiding Seminar Nasional “ Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia” 12 April 2011
51
FKM UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4
adalah 233 bulan dengan kisaran masa kerja terendah 24 bulan dan masa kerja tertinggi 458 bulan. Masa kerja berkaitan dengan akumulasi bahan kimia di dalam tubuh. Semakin lama orang bekerja, semakin sering pula orang tersebut terpapar dan kontak secara langsung dengan merkuri. Para penambang pada umumnya tercemar merkuri melalui kontak dengan kulit dan menghirup uap merkuri pada saat peroses pengolahan bahan tambang untuk mendapatkan logam emas. Saluran pernapasan merupakan
jalan
utama
penyerapan
raksa
dalam
bentuk
unsur.
Persen
pengendapan dan akumulasinya adalah tinggi, lebih kurang 80% karena sifatnya yang larut di dalam lipida (Berlin 1979 dalam Alfian,2006) . Semua senyawa Hg bersifat toksik untuk makhluk hidup bila memajan manusia dalam jumlah yang cukup dan dalam waktu yang lama. Senyawa Hg akan tersimpan secara permanen di dalam tubuh, yaitu terjadi inhibisi enzym dan kerusakan sel sehingga kerusakan tubuh dapat terjadi secara permanen (WHO, 1976).
3. Jumlah Pemakaian Hg Merkuri (Hg) yang digunakan oleh penambang dalam satu hari untuk melakukan kegiatan penambangan emas rata-rata adalah 3,71 gram/liter dalam sehari, standar deviasi 1,235, dengan jumlah penggunaan maksimal 6 gram/liter dalam sehari dan penggunaan minimal 2 gram/liter dalam sehari. Proses pengolahan emas dilakukan secara tradisional yaitu dengan proses amalgamasi. Amalgamasi merupakan proses pencampuran batuan yang dianggap mengandung emas dengan merkuri. Merkuri ini digunakan oleh penambang dalam pengolahan emas, yaitu pada kegiatan penggelundungan dan penggarangan. Merkuri tersebut berbentuk cair, kemudian dimasukkan kedalam wadah sebanyak 2 gram/liter
kemudian
dimasukkan
ke
dalam
tromel.
Merkuri
tersebut
ada
kemungkinan mengenai tangan, dan masuk kedalam tubuh apabila tidak menggunakan tangan. Selain itu merkuri tersebut menguap dan terhirup oleh saluran pernafasan sehingga masuk ke dalam tubuh. Batuan yang mengandung emas ditumbuk sehingga berukuran kecil sebelum dimasukkan ke dalam gelundung (trommel). Kemudian di olah dengan teknik amalgamasi, yaitu mencampur bijih emas dengan merkuri sehingga membentuk amalgam. Amalgam tersebut dipisahkan melalui proses penggarangan sampai didapat logam paduan emas dan perak. Semua proses diatas, yaitu pencampuran dengan menggunakan merkuri, dilakukan oleh pekerja penambang tanpa memperhatikan bahaya dari merkuri.
Prosiding Seminar Nasional “ Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia” 12 April 2011
52
FKM UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4
Pekerja penambang tidak menyadari bahwa merkuri bisa masuk ke dalam tubuhnya selama proses kerja berlangsung baik melalui kulit maupun pernapasan. 4. Jenis Pekerjaan Penambang Jenis pekerjaan dalam penambangan dapat dibagi menurut kegiatannya antara lain penggali yang bertugas menggali dan mengambil batuan, penggelundung bertugas menghancurkan batuan dan mencampurkannya dengan cairan merkuri di dalam tromel dan pencucian, dan bagian penggarang bertugas menguapkan merkuri dari campuran amalgam. Tabel
1.
Distribusi Frekuensi jenis Pekerjaan Penambang di Dusun Karangpaningal Desa Karanglayung Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010 Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase Penggali 20 47,6 Penggelundung 13 21,4 Penggarang 9 31,0 Total 42 100
Jenis pekerjaan dalam kegiatan penambangan emas berkaitan dengan kontak pekerja terhadap merkuri. Kegiatan penggalian batuan emas mempunyai resiko pajanan merkuri yang lebih kecil daripada kegiatan penggelundung. Karena pada proses ini pekerja tidak mengalami kontak langsung dengan merkuri walaupun diperkirakan terdapat pula merkuri di alam (pada lapisan tanah tertentu). Pekerja bagian penggelundung mengalami pemajanan merkuri pada proses pencampuran bahan tambang (batuan yang diperkirakan mengandung emas) dengan merkuri untuk di masukkan ke dalam tromel (alat pencampur). Pajanan bisa terjadi melalui kontak dengan kulit karena sifat dari merkuri dapat larut dalam lemak sehingga bisa menembus lapisan lemak kulit terutama jenis senyawa merkuri organik dianggap lebih berbahaya dan ia dapat larut dalam lapisan lemak pada kulit yang menyelimuti korda saraf (Volkovic, 1977 dalam Alfian,2006). Paparan lain pada pekerja adalah pada bagian penggarangan yang berpotensi mengalami paparan melalui saluran pernapasan. Proses penggarangan bertujuan untuk menguapkan merkuri dari paduan emas dan amalgam. Setelah proses penggarangan maka yang tertinggal adalah logam emas dan perak saja.
7.
Kadar Hg dalam darah Kandungan kadar Hg dalam darah pada sampel didasarkan pada pengukuran uji laboratorium. Menurut WHO, ambang batas normal adalah antara 5µg/l-10µg/l berarti tidak terpapar merkuri (Hg). Rata-rata kadar merkuri (Hg) dalam darah
Prosiding Seminar Nasional “ Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia” 12 April 2011
53
FKM UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4
sampel yaitu pekerja penambang yang berada di Dusun Karangpaningal Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya adalah 19,52 µg/l dengan kadar merkuri (Hg) maksimal 40,91 µg/l dan kadar minimum adalah 2,27 µg/l. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kadar Hg Dalam Darah Penambang di Dusun Karangpaningal Desa Karanglayung Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010 Kadar Hg dalam Darah ≤ 10 11 – 20 21 – 30 31 – 41 Total Pengukuran sampel
Frekuensi 8 12
Persentase 19,1 28,6
18 42,8 4 9,5 42 100 dalam darah merupakan pilihan utama pada
pemaparan merkuri anorganik jangka pendek dengan konsentrasi tinggi karena merkuri dalam darah meningkat sangat cepat. Waktu paruh merkuri dalam darah ± 2 hari, dengan demikian evaluasi terhadap merkuri dalam darah dilakukan terbatas jika waktu sesudah pemaparan sangat penting. Sedangkan untuk pemaparan merkuri organik pengukuran dilakukan dengan pengambilan sampel darah dan rambut.
Pengukuran
merkuri
dalam
darah
biasanya
digunakan
untuk
mengidentifikasi pemaparan MeHg (Inwiasri, 2008). C.
Analisis Hubungan Beberapa Faktor Pekerjaan Dengan Kadar Merkuri (Hg) Dalam Darah. 1. Hubungan jumlah penggunaan merkuri dengan kadar merkuri dalam darah Hasil uji statistik rank spearman diperoleh nilai p value = 0,087 (> 0,05) artinya tidak ada hubungan antara jumlah penggunaan merkuri (Hg) perhari terhadap kadar Hg dalam darah. Hal ini bisa terjadi karena terkait dengan cara merkuri memapar seseorang. Para pekerja pernah terpapar merkuri (Hg) meskipun pada bagian penggali yang identik dengan penggalian bijih emas. Sehingga ada kemungkinan pada penggali terdapat kadar merkuri dalam darah meskipun berada dalam keadaan aman.
2. Hubungan Lama kerja perhari dengan kadar merkuri dalam darah Hasil uji statistik rank spearman diperoleh p value = 0,109 (> 0,05) artinya tidak ada hubungan antara lama kerja terhadap kadar Hg dalam darah. Hal ini karena responden yang menjadi sampel tidak semua terlibat dalam penggunaan merkuri. Meskipun jam kerja jumlahnya banyak tapi tidak kontak langsung dengan merkuri sangat kecil kemungkinannya terpapar oleh merkuri (Hg). Jalur paparan merkuri bermacam-macam, bisa melalui oral, dermal, maupun inhalasi. Contoh Prosiding Seminar Nasional “ Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia” 12 April 2011
54
FKM UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4
paparan merkuri lewat oral yaitu dengan konsumsi ikan sehingga akan terpapar oleh metilmerkuri. Sebagian senyawa Hg yang dilepas ke lingkungan akan mengalami proses metilasi dan menjadi metil merkuri (CH3Hg) oleh mikroorganisme dalam air dan tanah. Metil-Hg memiliki kelarutan tinggi dalam tubuh hewan air sehingga Hg terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan air. Akumulasi Hg dalam tubuh hewan air disebabkan oleh pengambilan Hg oleh organisme air yang lebih cepat dibandingkan proses ekresi (Widowati : 2008 : 130).
3. Hubungan Masa kerja dengan kadar merkuri dalam darah Hubungan masa kerja terhadap kadar Hg dalam darah pada pekerja penambang berdasarkan hasil uji statistik pearson diperoleh nilai p value = 0,844 (> 0,05) artinya tidak ada hubungan antara masa kerja terhadap kadar Hg dalam darah. Hal ini karena responden yang menjadi sampel terdiri dari beberapa bagian dalam pekerjaannya, yaitu penggali, penggelundung dan penggarang. Pekerja penggali tidak kontak secara langsung dengan merkuri namun tetap terdapat merkuri dalam darahnya, sehingga diperkirakan sumber paparan merkuri bukan hanya dari kontak langsung selama proses bekerja. Paparan merkuri bisa melalui jalur lain seperti lewat minuman atau makanan yang terpapar merkuri melalui proses akumulasi dan biomagnifikasi. Hal ini bisa terjadi pada pekerja penambang di Dusun Karangpaningal
Desa
Karanglayung
Kecamatan
Karangjaya
Kabupaten
Tasikmalaya karena konsumsi hasil pertanian daerah setempat yang diperkirakan mengandung merkuri dari pencemaran pada badan air. Proses pencucian merkuri, ampas terbawa masuk ke sungai dan air sungai tersebut digunakan oleh warga sekitar untuk berbagai keperluan seperti pengairan sawah, pengairan kolam, dan sebagainya. Secara biologis merkuri dapat berakumulasi pada rantai makanan (food chain), dan pada akhirnya akan kesehatan manusia. Masuknya merkuri ke dalam tubuh selain melalui udara, juga dari makanan dan air. Pajanan dalam waktu lama akan mengakibatkan adanya penumpukan merkuri di dalam jaringan tubuh yang mengakibatkan keracunan sistem syaraf (Sumakmur, 1994) 4. Hubungan jenis pekerjaan dengan kadar merkuri dalam darah Berdasarkan uji statistik rank spearman didapatkan nilai p value sebesar 0,001 (ρ = 0,491), artinya terdapat hubungan signifikan antara jenis pekerjaan dengan kadar Hg dalam darah penambang. Jenis pekerjaan berkaitan dengan proses pemaparan yang dialami oleh penambang. Penggali mempunyai resiko yang kecil untuk mengalami pemaparan dari proses kerjanya, penggelundung mengalami
Prosiding Seminar Nasional “ Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia” 12 April 2011
55
FKM UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4
pemaparan melalui jalur dermal, sedangkan penggarang mengalami pemaparan melalui jalur inhalasi. Ketika menghirup uap Hg, 80 % Hg masuk ke dalam aliran darah secara langsung melalui paru-paru, kemudian dengan cepat akan menyebar ke bagianbagian lain termasuk ke otak dan ginjal. Uap Hg yang masuk melalui pernafasan 0
80% akan ditahan dan masuk kedalam alveoli. Melalui darah uap Hg (Hg ) dengan 2+
cepat dirubah menjadi Hg anorganik (Hg ) yang sebagian dibawa oleh darah merah dan sebagian masuk ke jaringan lainnya. Oksidasi ini dipengaruhi oleh enzim katalase (WHO, 2001). Bila masuk melalui pernapasan, uap Hg diserap secara sempurna oleh membran alveolar karena larut dalam lemak. Uap Hg mudah melalui blood brain barrier masuk ke dalam cerebral dan cerebellar cortex. Di sana di oksidasi dengan cepat menjadi Hg2+ bereaksi dengan gugus sulfidril pada berbagai protein molekul dan cenderung mengganggu perilaku syaraf. Beberapa senyawa air raksa (II) organik dan anorganik dapat di absorpsi melalui kulit karena sifatnya dapat larut dalam lipida. Uap Hg yang meresap melalui kulit hanya 1 % yang terserap oleh tubuh bila dibandingkan dengan yang melalui pernapasan (WHO,2001)
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Pengolahan emas di Dusun Karangpaningal Desa Karanglayung Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya menggunakan metode amalgamasi dengan rata-rata penggunaan merkuri adalah 4,05 gram/hari. 2. Rata-rata masa kerja penambang di Karangpaningal adalah 233 bulan. 3. Rata-rata waktu kerja sehari adalah 7,04 jam. 4. Kadar merkuri rata-rata adalah 19,52 µg/l, dengan nilai minimum 2,27 µg/l dan nilai maksimal 40,91 µg/l. 5. Tidak ada hubungan antara jumlah penggunaan merkuri perhari dengan kadar Hg darah pekerja penambang dengan nilai p-value = 0,087 (> 0,05) 6. Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kadar Hg dalam darah pada pekerja penambang dengan nilai p-value = 0,109 (> 0,05) 7. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kadar Hg dalam darah pada pekerja penambang dengan nilai p-value = 0,844 (> 0,05). 8. Terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan kadar Hg darah pekerja penambang dengan p-value = 0,001 (< 0,05)
Prosiding Seminar Nasional “ Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia” 12 April 2011
56
FKM UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4
B. Saran 1. Pekerja agar menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, sepatu boot, pakaian panjang dan masker agar terhindar dari bahaya merkuri (Hg). 2. Pemerintah
khususnya
petugas
kesehatan
hendaknya
mulai
memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang cara penggunaan merkuri yang aman dan bahayanya terhadap kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Alfian, Zul. 2006, Merkuri : antara manfaat dan efek penggunaannya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. [online] http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2006/ppgb_2006_zul_alfian.pdf 26 September 2010 Inwiasri, 2008, Paradigma Kejadian Penyakit Pajanan Merkuri (Hg), [online] tersedia : http:// www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol7/6.inwiasri.pdf [10 Juni 2010) Palar, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta, 1994 Palopo, 2008, Emas Palopo Mulai Ditambang secara Ilegal [online] tersedia : httpwww.palopopos.co.idvi=detail&nid=25495.html (2 Oktober 2010) Sintawati, F.X., Pajanan Merkuri Pada Tenaga Kesehatan Gigi, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 2, Agustus 2008 : 786 – 794 (on line) www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%207/7-Sinta.pdf Suma’mur P.K. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. 1994. Tritugaswati, 1997, Studi Pencemaran Merkuri dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Daerah Mundu Kab. Indramayu, [online] tersedia: http://www.digilib.litbang.dekes.go.id [ 16 juli 2010] Widhyatna, 2005, Pendataan Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas Di Daerah Tasikmalaya Jawa Barat, [online] tersedia : http://www.kolokiumhasillapangan.com [26 Juli, 2010] Widowati W, Sastiono A, R Jusuf Raymond. Efek toksik logam “Pencegahan dan penanggulangan pencemaran. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2008. World Health Organization (1976). Environmental Health Criteria No. 1: Mercury. WHOGeneva. World Health Organization (2001): Environmental Health Criteria 118; Inorganic Mercury, IPCS, Geneva, 2001.
Prosiding Seminar Nasional “ Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia” 12 April 2011
57