Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
HUBUNGAN LAMA PAPARAN GETARAN DENGAN KEJADIAN CTS PADA PEKERJA BAGIAN PENJAHITAN TIKAR MENDONG KELURAHAN PURBARATU KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA Oleh : Wawan Wahyudi1, Sri Maywati2 1. Alumnus FKM UNSIL Tasikmalaya, lulus tahun 2007 2. Staff Pengajar FKM UNSIL Tasikmalaya, Alumnus FKM Universitas Diponegoro Semarang, lulus tahun 2000
ABSTRAK Efek getaran terhadap sistem tulang, sendi dan otot berupa osteoarticular (gangguan pada sendi tangan) terhadap sistem saraf berupa parestesi, menurunnya sensitivitas, gangguan kemampuan membedakan selanjutnya atropi. Aktivitas yang dilakukan tenaga kerja tikar mendong dibagian penjahitan berpotensi terhadap kemungkinan mengalami gejala CTS, dengan adanya getaran dari media kerja, dengan disertai adanya penekanan oleh tangan pada waktu kerja. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan (NIOSH, 1997) bilamana ditemukannya tenaga kerja dengan memiliki riwayat pekerjaan tersebut dan adanya keluhan subjektif serta secara objektif dijumpai hasil pemeriksaan fisik, tes tinnel positif atau tes phalen positif adalah suatu indikasi menderita CTS. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan lama paparan getaran dengan kejadian CTS pada pekerja tikar mendong dibagian penjahitan Kelurahan Purbaratu. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diteliti sebanyak 31 orang dari populasi 45 orang dengan lama paparan < 4 tahun sebanyak 12 orang dan lama paparan > 4 tahun sebanyak 19 orang, uji yang digunakan yaitu uji chi square dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil pemeriksaan fisik dengan menggunakan tes tinnel dan tes phalen didapatkan 10 orang dengan tes tinnel yaitu 6 orang (19%), tes phalen 2 orang (6,5%) serta tes tinnel dan phalen sebanyak 2 orang. Responden positif CTS. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan ada hubungan antara lama paparan getaran dengan kejadian CTS ( = 0,046). Disarankan pada pekerja untuk melakukan peregangan (streching) sebelum melakukan pekerjaan selama 5 menit dan senantiasa merawat mesin jahit untuk mengurangi intensitas getaran dengan cara pemberian pelumas. Kata kunci : Lama Paparan Getaran, Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Kepustakaan : 27 (1988 - 2007)
ABSRACT Effect of vibration on the bones, joints and muscles osteoarticular form (disruption to the joint hands) on the nervous system in the form of paresthesias, decreased sensitivity, impaired ability to differentiate further atrophy. Activities undertaken labor mendong of tailoring section potentially to experiencing CTS symptoms, with the vibration of the working media, along with the emphasis by the hand at work. Based on established criteria (NIOSH, 1997) when finding workers with a history of the work and the subjective complaints and objectively found the results of physical examination, positive of tinnel-test, or positive of phalen-test is an indication of suffering from CTS. The research aims to find a long relationship with the incidence of CTS vibration exposure in workers mendong mat sewing section Purbaratu Village. This study used a survey method with cross sectional approach. The samples 31 1 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
peoples are choisen from the population of 45 individuals with long exposure <4 years old as many as 12 people and exposure > 4 years as many as 19 people, the test used is chi square test with significance level of 95%. Results of physical examination using both of tinnel and phalen test found 10 people are suspected to suffering CTS, with details tinnel test are 6 people (19%), phalen test are 2 people (6.5%), and both of phalen and tinnel test are 2 people. Based on the results of chi square test found there is significantly correlation between long of exposure of vibration with CTS (p=0.046). Advised the worker to stretch (streching) before doing the job for 5 minutes and always take care of sewing machines to reduce the intensity of vibration by means of a lubricant.
Key words : Long of exposure, vibration, carpal tunnel syndrome (CTS) ___________________________________________________________________ A. LATAR BELAKANG Proses industrialisasi dan modernisasi teknologi selalu disertai mesin-mesin atau alat mekanis lainnya yang dijalankan dengan suatu motor. Sebagian dari kekuatan mekanis ini disalurkan kepada tubuh pekerja atau lainnya dalam bentuk getaran mekanis. Umumnya getaran mekanis seperti ini tidak dikehendaki (Suma’mur, 1996: 75). Efek mekanis ini menyebabkan sel-sel jaringan dapat rusak atau metabolismenya terganggu. Dalam hal ini efek mekanis dapat terjadi pada jaringan, serta rangsangan reseptor saraf di dalam jaringan (Anies, 2005: 96). Suma’mur dalam Tarwaka menyebutkan bahwa getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Tarwaka, 2004: 119). Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon yang biasa disebut musculoskeletal disorders (MSD’s) (Tarwaka, dkk., 2004: 117). Efek getaran terhadap sistem tulang, sendi dan otot berupa osteoarticular (gangguan pada sendi tangan) terhadap sistem saraf berupa parestesi, menurunnya sensitivitas, gangguan kemampuan membedakan selanjutnya atropi (Pusat Kesehatan Kerja, 2005). Nyeri pada pergelangan tangan, rasa lemah, kesemutan, panas pada jarijari tangan merupakan gejala yang cukup sering dikeluhkan oleh mereka yang pekerjaannya berhubungan dengan penggunaan tangan dalam waktu yang lama,
2 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
kemungkinan terjadi sindroma terowongan karpal atau Carpal tunnel syndrome (Pakasi, 2005). Gejala-gejala yang klasik antara lain rasa lemah, agak kaku atau janggal pada tangan dan pergelangan tangan kesemutan atau kebas pada pergelangan tangan pada jari-jari tangan, terutama ibu jari, telunjuk, jari tengah dan sebagian jari manis, gejala lainnya seperti panas atau nyeri, terutama pada malam hari juga sering disertai rasa kesemutan (nacturnal paresthesia). Keluhan-keluhan ini kadang-kadang dapat dirasakan pada seluruh bagian-bagian tangan. Keluhan lain yang dapat terjadi antara lain nyeri pada lengan bawah dan siku, serta kadang-kadang bahu yang dipicu dan diperberat dengan aktivitas (Pakasi, 2004). Hasil penelitian terhadap kelainan saraf medianus yang diakibatkan dari pekerjaan salah satunya yaitu adanya penekanan pada pergelangan tangan dan penggunaan perkakas yang bergetar (NIOSH, 1997). Kerajinan mendong salah satu industri rumahan yang bergerak di dalam pembuatan tikar yang mengolah bahan baku mendong menjadi bahan yang siap anyam. Salah satu bagian yang berada di kerajinan mendong yaitu bagian penjahitan. Faktor pekerjaan yang salah satu penyebab CTS yaitu pola kerja yang mengharuskan posisi tangan dan lengan melakukan penekanan pada bidang kerja yang di sertai dengan adanya getaran yang dihasilkan dari mesin. Pola kerja tersebut dilakukan oleh semua pekerja di bagian penjahitan. Berdasarkan hasil survei awal pada sebagian pekerja tikar mendong di bagian penjahitan di Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya, dari 20 orang pekerja ditemukan keluhan subjektif berupa kesemutan 75% (15 orang), nyeri pada pergelangan tangan 30% (6 orang), mati rasa pada tangan75% (15 orang), kaku/pegal di jari tangan 75% (15 orang), pegal-pegal pada tangan 60% (12 Orang) dan ngilu di tangan 30% (6 orang) yang merupakan gejala dari Carpal Tunnel Syndrom. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan Lama Paparan Getaran dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrom pada Pekerja Tikar Mendong di Bagian Penjahitan Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya.” B. Rumusan Masalah Carpal Tunnel Syndrom merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang terjadi karena dampak yang ditemukan sehubungan pekerjaan dengan getaran mekanis pada
3 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
tangan yang mengakibatkan kelainan pada peredaran darah dan persyarafan juga kerusakan pada persendian dan tulang. Aktivitas pekerjaan di bagian penjahitan adalah penekanan tangan pada tempat kerja yang di sertai dengan adanya getaran pada bidang kerja terhadap tangan. Hal tersebut merupakan risiko atau berpotensi untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrom. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan “Apakah ada hubungan lama paparan getaran dengan kejadian CTS pada pekerja tikar mendong di bagian penjahitan Kelurahan Purbaratu Kecamatan CibeureumKota Tasikmalaya.” C. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan aktivitas pekerjaan bagian penjahitan 2. Mengidentifikasi lama paparan getaran pada para pekerja tikar mendong di bagian penjahitan. 3. Mengidentifikasi keluhan subyektif CTS pada pekerja tikar mendong di bagian penjahitan. 4. Mengidentifikasi kejadian CTS pada para pekerja tikar mendong di bagian penjahitan. 5. Menganalisis hubungan lama paparan getaran dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrom (CTS) pada para pekerja tikar mendong di bagian penjahitan Kelurahan Kecamatan Cibeureum Purbaratu Kota Tasikmalaya. D. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2007 pada pekerja tikar mendong di bagian penjahitan Kelurahan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode survei melalui pendekatan cross sectional yang dititikberatkan pada pengkajian status individual dengan mengamati ada tidaknya pajanan dan timbul tidaknya gejala pada saat bersamaan. Variabel bebas dalam penelitian ini
lama Lama Paparan Getaran yaitu lamanya
pekerja terpapar oleh getaran sejak awal kerja hingga saat penelitian. Variabel terikat yaitu Kejadian CTS Adalah proses peradangan pada jaringan-jaringan di sekitar saraf medianus (tendon dan tenosyvium) dalam terowongan karpal yang mengakibatkan jaringan di sekitar saraf menjadi bengkak, sendi menjadi tebal, dan akhirnya menekan saraf medianus dan menyebabkan kecepatan hantar (konduksi) dalam serabut saraf terhambat, (Pakasi, 2005). Pemeriksaan gejala melalui kuesioner dan pemeriksaan fisik melalui tes tinnel
yaitu
4 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
hiperfleksi pergelangan tangan selama satu menit yang dilakukan pada para pekerja. Tes phalen dengan cara hiperekstensi pergelangan tangan dan perkusi ringan di atas nerves medianus yang dilakukan sebagai indikasi terhadap kejadian CTS menerangkan bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakan diagnosa CTS. Variabel lain yang juga diukur adalah Frekuensi Getaran yaitu kecepatan gerakan yang di ukur dalam putaran per detik atau herts. Sampel sebanyak 31 orang diambil dari populasi 45 orang, secara purposive sampling
dengan
tujuan
untuk
menjaring
sampel
yang
memenuhi
kriteria
(Notoatmodjo,2005:88). Adapun kriteria sebagai berikut: Jenis kelamin laki-laki, Umur 25-60 tahun, lama kerja 8 jam/hari dan tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus, osteoartritis, artritis rematoid, keseleo pergelangan tangan dan patah tulang. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan Analisis secara bivariat untuk mencari hubungan korelasi antara dua variabel yaitu variabel bebas (lama paparan) dengan variabel terikat (kejadian CTS) dengan menggunakan uji chi square. E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Kegiatan Pekerjaan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu termasuk ke dalam wilayah Kota Tasikmalaya, dengan mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah pengrajin tikar mendong sebagai pekerjaan pokok untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang kedudukannya menyebar di setiap kampung. Dalam proses pekerjaannya masih tergolong sederhana karena dilakukan oleh tenaga kerja manusia dengan peralatan yang tradisional dan pola kegiatan, khususnya pengaturan waktu kerja masih belum teratur. Untuk yang bekerja dibagian penenunan tidak terikat oleh waktu tergantung pekerja dan untuk dibagian pengguntingan lama kerjanya dalam satu hari tergantung pada banyaknya tikar mendong setengah jadi yang akan dirapihkan. Minimal lama kerja keduanya lima jam per hari, sedangkan lamanya kerja perhari di bagian penjahitan yaitu delapan jam. Rata-rata pekerja memulai pekerjaannya mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Dengan rentang waktu istirahat selama 1 jam mulai pukul 12.00-13.00 WIB yang digunakan pekerja untuk sholat, makan dan keperluan lainnya. Pekerja melakukan pekerjaannya duduk di kursi yang terbuat dari kayu disertai dengan bantalan diatasnya dengan tinggi berukuran + 47-49 cm dengan posisi tubuh sedikit tifosa pada bagian bahu. Tangan dan lengan bagian bawah berada pada media kerja, jari-jari tangan mengatur tikar yang sedang dijahit dengan memakai renda dengan
5 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
posisi tangan agak melebar ke samping dan gerak tangan sesuai dengan gerak alami tangan dan salah satu kaki menginjak tarikan mesin dengan bantuan tenaga listrik yang mengakibatkan getaran pada media kerja yang selalu menyertai dalam setiap pekerjaan ini.
3. Karakteristik Responden 1. Umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Responden Pekerja Tikar Mendong di Bagian Penjahitan Kelurahan Purabaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya 2007 No Umur Frekuensi Persentase (%) 1 25-34 24 77.4 2 35-43 5 16.1 3 44-52 1 3.2 4 53-60 1 3.2 Jumlah 31 100.0 Tabel di atas menunjukan bahwa pekerja banyak berumur pada kisaran 25-34 tahun 24 orang (77,4%) dan paling sedikit sebanyak 1 orang (3.2%) berumur lebih dari 53 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, umur pekerja berkisar antara 25- 34 tahun (77,4%) dan ditemukan kasus CTS sebanyak 32, 25%. Sebagaimana dikemukakan oleh Darwono (2001) dalam artikelnya mengemukakan salah satu penelitian di Amerika Serikat menyebutkan saat ini CTS mengincar penderita usia 25-34 tahun dan biasanya terjadi pada usia 30- 60 tahun (Darwono, 2001). Pakasi (2005) menyebutkan bahwa pertambahan usia dapat memperbesar risiko terjadinya sindroma terowongan karpal (Pakasi,2005).
2. Lama paparan Tabel 2. Distribusi Frekuensi lama Paparan Pekerja Tikar Mendong di Bagian Penjahitan Kelurahan Purabaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya 2007 No Masa Kerja Frekuensi Persentase (%) 1 < 4 tahun 12 38.7 2 > 4 tahun 19 61.3 Jumlah 31 100.0 Lama paparan atau disebut juga Masa kerja minimal 0,16 tahun dan maksimal masa kerja responden yaitu 15 tahun. Efek getaran sangat tergantung
6 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
pada durasinya (Grandjean, 1998 : 297). Begitu pula pada pekerja tikar mendong dibagian penjahitan mengalami adanya paparan dari media kerja. Lama paparan getaran bagi tenaga kerja ditentukan oleh masa kerja dari pekerja itu sendiri. Karena dengan masa kerja maka selama itu pula pekerja terpapar oleh getaran dari tempat kerja. Hasil penelitian terhadap responden pada lama paparan getaran didapatkan 61,3%nya lebih dari empat tahun dan kurang dari sama dengan empat tahun yaitu 38,7%. Lusianawati, dkk. mengemukakan bahwa masa kerja minimal sebelum terjadinya CTS berkisar antara 1-4 tahun dengan rata-rata 2 tahun. Harsono juga melaporkan terjadinya peningkatan masa kerja dengan peningkatan terjadinya CTS (Lusianawati, dkk., 2004 : 78). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2005) pada pekerja bagian sortir dan hitung di unit finishing 3-4 PT. Pindo Deli Pulp And Paper Mills Karawang dengan jumlah sampel 38 orang menyatakan bahwa masa kerja berhubungan dengan kejadian CTS dengan p value 0,002.
4. Intensitas Getaran Mesin Jahit Berdasarkan hasil penelitian intensitas getaran yang dihasilkan dari mesin jahit pada semua responden sebanyak 31 orang (100%) berada di atas NAB yang telah ditetapkan yaitu 4m/s2. Hasil pengukuran didapatkan intensitas getaran pada mesin jahit minimal 6,1 m/s2 dan maksimal 93,5 m/s2. Kejadian CTS sangat berkaitan dengan riwayat pekerjaan. Salah satu yang diakibatkan oleh adanya getaran dari tempat kerja diantaranya yaitu para pekerja tikar mendong di bagian penjahitan yang menggunakan bantuan mesin untuk melakukan pekerjaannya menimbulkan adanya sebuah getaran pada media kerja yang dapat dipaparkan melalui anggota tubuh yaitu tangan. Efek getaran sangat tergantung pada durasinya. Perkakas dengan suatu getaran dapat menyebabkan gejala penurunan kekuatan di dalam tulang sambungan dan urat daging tangan dan lengan yang mengarah pada radang sendi di dalam pergelangan tangan, siku dan adakalanya sampai bahu (Grandjean, 1998 : 297-301). Seperti halnya pada bagian penjahitan pola pengerjaannya, tangan selalu ada di media kerja guna mengatur tikar mendong yang akan dijahit dengan renda dengan mengharuskan tangan melakukan penekanan pada bidang kerja. Getarannya dapat dirasakan mulai dari tangan itu sendiri, pergelangan tangan, lengan dan adakalanya getaran tersebut dirasakan sampai dengan bahu dan dada.
7 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
5. Mengidentifikasi Keluhan Subjektif CTS Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis Keluhan Gejala Subjektif CTS Pekerjaan Tikar Mendong di Bagian Penjahitan Kelurahan Purabaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya 2007 Keluhan yang dialami Jumlah KadangTotal No Jenis Keluhan Sering Tidak kadang n % n % n % n % 1 Rasa geli atau 7 22,6 17 54,8 7 22,6 31 100.0 kesemutan 2 Rasa nyeri atau ngilu 4 12,9 27 87,1 31 100.0 3 Baal atau mati rasa 4 12,9 15 48,4 12 38,7 31 100.0 4 Rasa terbakar atau 4 12,9 11 35,5 16 51,6 31 100.0 panas 5 Jari tangan kaku 5 16,1 23 74,2 3 9,7 31 100.0 6 Kesulitan mengepalkan tangan 1 3,2 30 96,8 31 100.0 atau menggenggam benda kecil Keluhan subjek terhadap CTS dirasakan oleh semua pekerja. Dari keenam gejala yang dikeluhkan, keluhan lebih banyak dirasakan responden kadang-kadang dengan jari tangan kaku frekuensinya paling banyak dengan jumlah 23 responden (74,2%), kemudian disusul rasa geli atau kesemutan sebanyak 17 responden (54,8%), baal atau mati rasa 15 responden (48,4%), rasa terbakar atau panas (35,5%) sebanyak 11 responden, rasa nyeri atau ngilu sebanyak 4 responden (12,9%) dan kesulitan mengepalkan tangan atau menggenggam benda-benda kecil sebanyak 1 responden (3,2%). Keluhan tersebut terjadi pada saat istirahat siang maupun malam hari disebabkan pada waktu istirahat, kesibukan kerja berkurang dan seolah tidak ada pekerjaan sehingga rasa sakit pada saat istirahat lebih terasa dibanding saat kerja. Sedang waktu kerja keluhan nyeri dapat berkurang atau menjadi lebih baik karena dengan adanya gerakan-gerakan pada saat kerja sangat membantu dalam mengurangi tekanan baik yang disebabkan oleh penebalan sarung atau pelindung urat daging (tenosynovitis) karena kerja yang terus menerus dalam waktu yang lama maupun dari adanya pengaruh hormonal yang dapat menyebabkan penyempitan ukuran terowongan yang menyebabkan oedema pada saluran karpal. Dengan
8 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
adanya gerakan-gerakan pada tangan tersebut vena menjadi lebih baik dan dapat mengurangi rasa sakit pada tangan. Adapun lokasi keluhan gejala sindrom terowongan karpal dibagian penjahitan, paling banyak dirasakan oleh responden pada jari tangan, telapak tangan, dan pergelangan tangan sebanyak 13 responden (41,9%) sedangkan yang lainnya yaitu pada jari dan telapak tangan 10 responden (32,3%) dan pada jari tangan sebanyak 5 responden (16,1%) serta pada jari, telapak, pergelangan tangan, bahu dada dan leher sebanyak 3 orang (9,7%). Waktu keluhan muncul pada responden meliputi siang hari dan malam hari yang masing-masing dirasakan responden sebanyak 17 responden (54,8%) dan sisanya sebanyak 12 responden (38,7%) dirasakan pada saat kerja.Upaya pengurangan gejala sindrom saluran karpal dari semua keluhan di atas oleh responden dilakukan hanya cukup mengibaskan pergelangan tangan 20 responden (64,5%)dan ke tukang urut 9 responden (29,0%). Menggoyang dan mengurut tangan yang sakit sering mengurangi rasa tidak enak (Maria, 1994 : 61). Di duga ekinesia saat tidur menyebabkan statis vena pada ekstremitas, yang mengakserbasi konfersi saraf media di dalam terowongan yang sudah sempit. Dengan menggoyangkan dan menggerakan tangan kembalilah vena membaik, jadi mengurangi parestesia yang tidak enak (Rambe, 2004). 6. Mengidentifikasi Kejadian CTS dengan Pemeriksaan Fisik Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian CTS Pekerja Tikar Mendong di Bagian Penjahitan Kelurahan Purabaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya 2007 Positif Negatif Total No Kejadian CTS n % n % n % 1. Tes Tinnel 6 19 25 81 31 100 2. Tes Phalen 2 6,5 29 93,5 31 100 3. Tes Tinnel dan Tes Phalen 2 6,5 29 93,5 31 100 Pemeriksaan fisik dilakukan melalui tes tinnel dengan cara hiperekstensi pergelangan tangan dan perkusi ringan diatas nervus medianus di pergelangan tangan yang dilakukan pada para pekerja. Bila timbul nyeri yang menjalar ke arah ujung jari, maka dinyatakan positif sedang tes phalen dilakukan dengan cara hiperfleksi pergelangan tangan selama 1 menit yang dilakukan kepada para pekerja. Dinyatakan positif bila timbul rasa tebal atau paresthesia didaerah persyarafan saraf
9 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
medianus. Hasil pemeriksaan fisik masing-masing tes tinel dan tes phalen positif CTS jika hasil pemeriksaan dari salah satu tes positif atau pemeriksaan kedua tes (tinnel dan phalen) positif. Menurut Budiono dalam Rosdiana mengemukakan sensitivitas masingmasing tes tinnel dan phalen dari berbagai ahli sebagai berikut tes tinnel berkisar 44%-63%, sedang tes phalen memiliki sensitivitas 25%-75% (Rosdiana,2006). Hasil pemeriksaan fisik melalui tes tinnel dan tes phalen pada semua responden yang berjumlah 31 orang, sebanyak 10 orang (32,25%) diantaranya positif CTS dengan kesensitifan saraf yakni pada tes tinnel yaitu 6 orang (19,45%) tes phalen 2 orang (6,45%) dan berdasarkan tes phalen dan tes tinnel yaitu 2 orang (6,45%). Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Zetter Berg C dan Of VerholmT (1999) dalam Rosdiana (2006) pada 564 Car Assembly Workers dengan jumlah laki-laki sebanyak 440 orang dan wanita 124 orang, mengenai kesensitifan saraf yakni pada laki-laki tinnel 20 orang (4,5%) phalen 30 orang (6,8%) dan tinnel dan phalen 8 orang (1,8%). Sedang wanita, untuk tinnel 16 orang (13%), phalen 36 orang (29%) dan tinnel dan phalen 12 orang (10 %) (Rosdiana, 2006). 7. Analisis Hubungan Lama Paparan Getaran dengan Kejadian CTS Tabel 8. Hubungan Lama Paparan Getaran dengan Kejadian CTS Pekerjaan Tikar Mendong di Bagian Penjahitan Kelurahan Purabaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya 2007 CTS Total Lama Paparan Negatif Positif Getaran N % n % n % 1 < 4 th 11 35,5 1 3,2 12 38.7 2 > 4 th 10 32,3 9 29,0 19 61.3 Total 21 67,7% 10 32,3% 31 100.0 p value 0,046 Tabel di atas memperlihatkan dari pekerja yang mengalami CTS negatif yaitu kebanyakan yang mendapatkan lama paparan kurang dari sama dengan 4 tahun yaitu 11 responden (35.5%) sedang yang mendapatkan lama paparan getaran lebih dari 4 tahun hanya 10 responden (32.3%). Begitupun pada golongan pekerja yang mengalami CTS positif dengan mendapatkan lama paparan getaran kurang dari sama dengan 4 tahun sebanyak 1 orang (3.2%) sedangkan yang mendapat lama paparan getaran lebih dari 4 tahun sebanyak 9 orang (29%).
10 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
Hasil analisis hubungan antara lama paparan getaran dengan kejadian CTS dengan menggunakan uji chi-square, bila diperoleh p value di bawah atau sama dengan 0,05 maka Ha diterima dan bila di atas 0,05 Ho diterima. Nilai p value diatas adalah 0,046 lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan ada hubungan antara lama paparan getaran dengan kejadian CTS pada pekerja tikar mendong dibagian penjahitan Kelurahan Purabaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya. Getaran yang terjadi melalui rambatan tangan
atau lengan operator yang
mengoperasikan alat yang bergetar, selama bekerja dengan alat yang sifatnya tidak kontinu maka tidak mendatangkan bahaya. (Suma’mur, 1996 : 79). Efek getaran sangat tergantung pada durasinya. Efek sakitnya meningkat dengan sangat cepat seiring dengan berjalannya waktu (Grandjean, 1998 : 297-301). Efek getaran terhadap sistem tulang, sendi dan ototberupa gangguan Osteoarticular (gangguan pada sendi tangan) (Pusat Kesehatan Kerja, 2005).
F. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Pembuatan tikar mendong di bagian penjahitan di Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya dalam pola pekerjaannya terpapar oleh getaran dari media kerja yang dirasakan mulai dari tangan, pergelangan tangan, lengan dan adakalanya sampai dengan bahu dan dada. 2. Lama paparan getaran para pekerja < 4 tahun yaitu sebanyak 12 orang dan > 4 tahun sebanyak 19 orang. 3. Keluhan subjektif yang sering dirasakan oleh pekerja diantaranya rasa geli atau kesemutan 7 orang (22,6%), jari tangan kaku 5 orang (16,1%), baal atau mati rasa dan rasa terbakar atau panas masing-masing 4 orang (12,9%). 4. Kejadian CTS dari 31 responden yang mengalami positif ada 10 orang diantaranya 1 orang dengan lama paparan getaran < 4 tahun dan 9 orang dengan lama paparan > 4 tahun. 5. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama paparan getaran dengan kejadian CTS, dengan nilai probabilitas 0,046 pada taraf kemaknaan ( = 0,05).
11 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
Saran 1. Bagi Pekerja Disarankan kepada para pekerja yang menderita gejala CTS sebelum melakukan pekerjaannya dilakukan dulu peregangan (streching) terutama pada lengan dan tangan. 2. Bagi Pemilik Usaha Merawat mesin jahit secara rutin dengan cara mengontrol bagian-bagian dari mesin jahit (sekrup/baut) agar tidak goyang dan memberi pelumas guna mengurangi intensitas getaran yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA Anies, Seri Kesehatan Umum Penyakit Akibat Kerja Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan Upaya Penanggulangannya, PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta, 2005. Darwono, Carpal Tunnel Syndrome, 2001, http://www. Tabloid Nova-Carpal Tunnel Syndrome,com, down load tanggal 2 Juni 2007. Grandjean, Etienne. Fitting the Task to the Man : A Text book of OCcupational Ergonomics, Taylor & Prancis, New York, 1988. Maria, dkk, Belajar Merawat di Bangsal Ostopedi, Buku Kedokteran, EGC, 1994. NIOSH, Carpal Tunnel Syndrome, http://www.cdc.gov/nios/ctfs/html.1997, down load tanggal 5 Juni 2007. Notoatmodjo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2005. Pakasi, Ronald E., Nyeri dan Kebas Pergelangan Tangan Akibat Pekerjaan, 2005. http://www.medicastore.com/med/artikel.php. download tanggal 5 Juni 2007. Rambe, Aldy S., Sindrom Terowongan Carpal (CTS) Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H. Adam Malik, 2004 http://library.usu.ac.id/ download / pk/pen-sarafaldi2.pdf, down load tanggal 7 Juni 2007. Rosdiana, H.N., Hubungan Variasi Gerakan Berulang dengan Kejadian CTS Pada Pekerja Tikar Mendong Binaan CV. Citra Mandir, FKM UNSIL, 2006 Suma’mur, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Penerbit, PT. Toko Gunung Agung. 1996. Tarwaka, dkk., Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA Press, Surakarta, 2004.
12 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 7 No 1 Maret 2011
13 Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Cts Pada Pekerja Bagian Penjahitan Tikar Mendong Kelurahan Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya (Wawan Wahyudi, Sri Maywati)