Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Husni El Hilali Abstraksi Pengelolaan kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran yang merupakan kegiatan inti pendidikan di kelas perlu dilaksanakan secara kondusif untuk mengembangkan tingkah laku siswa, hubungan interpersonal, dan kepercayaan diri siswa. Pelaksanaan pengembangan tersebut bisa dilakukan secara preventif maupun kuratif. Pengembanganpengembangan tersebut sejak dari awal sudah tergambar dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran. Kata Kunci : Pengelolaan Kelas, Pelaksanaan Pembelajaran A.
Pendahuluan Usaha pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional telah diwujudkan melalui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi Pendidikan nasional (Permen Diknas Nomor 41 tahun 2007) adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Standar proses yang dilaksanakan meliputi: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran, pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Interaksi pembelajaran dan pengelolaan kelas yang merupakan salah satu implementasi dari pelaksanaan proses pembelajaran bagi siswa secara klasikal, sangat penting untuk mendapat perhatian dan arahan yang benar. Hal ini sangat dimungkinkan ketidakberhasilan peserta didik akan dapat terjadi bila seorang guru yang tampil di depan kelas tidak mampu berinteraksi dan/atau menguasai kelas, artinya guru tampil di kelas melaksanakan pembelajaran tanpa memperdulikan keadaan kelas baik dari intern siswa maupun ekstern lingkungan kelas itu sendiri, sehingga terjadi kevakuman dalam tahapan proses pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui dan mampu menguasai kelas dengan mengelola kelas secara tepat. Hal ini dapat 53
Husni El Hilali, Pengelolaan …
dilakukan dengan melalui beberapa pendekatan dalam pengelolaan kelas beserta interaksi dalam proses pembelajaran. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah pendekatan pengubahan tingkat laku, pendekatan iklim sosial emosional dan pendekatan proses kelompok. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan pemahaman, pengetahuan, sikap, keterampilan, kebiasaan, dan apresiasi. Sedangkan yang dimaksud pengalaman dalam proses belajar adalah terjadinya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Pembelajaran tidaklah sama maknanya dengan mengajar. Sesuai dengan paradigma baru menerapkan bahwa sistem mahasiswa bukan sebagai objek, tetapi siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Konsep matematika tidak dipandang sebagai barang jadi yang hanya menjadi bahan informasi untuk siswa. Namun guru diharapkan merancang pembelajaran, sehingga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dalam membangun konsep secara mandiri atau bersama-sama. Pembelajaran demikian, akan dapat menimbulkan rasa bangga pada diri siswa, menumbuhkan minat, rasa percaya diri, memupuk dan mengembangkan imajinasi dan daya cipta siswa. Manakala terjadi hubungan timbal balik (hubungan bolak balik) antara guru dengan siswa atau sebaliknya demikian juga hubungan timbal balik antar siswa, maka terjadilah apa yang disebut interaksi pembelajaran Berbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli pendidikan, diantaranya bahwa pengelolaan kelas didefinisikan sebagai: 1. Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangkan tingkah laku yang tidak diinginkan. 2. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif. 3. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Dari ketiga definisi di atas, masing-masing mempunyai asumsi yang berbeda-beda. Para ahli menggabungkan ketiga dimensi itu menjadi definisi yang bersifat pluralistik, yaitu bahwa pengelolaan kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, menghubungkan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. 54
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
B.
Pengelolaan Kelas dan Proses Pembelajaran 1. Tuntutan adanya Interaksi dalam Proses Pembelajaran Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Apabila proses belajar mengajar dipandang sebagai proses, maka paling tidak ada empat asumsi yang dapat dikembangkan sebagai suatu pertanyaan, diantaranya: kemana proses tersebut akan dibawa?, apa yang menjadi isi proses belajar mengajar tersebut?, bagaimana cara melaksanakan proses tersebut?, dan sejauhmana proses itu telah berhasil. Pertanyaan pertama berkenaan dengan tujuan proses belajar mengajar (standar kompetensi) yang diharapkan. Pertanyaan kedua mengenai isi dan bahan ajar. Pertanyaan ketiga terkait dengan aspek metode dan alat bantu pembelajaran. Pertanyaan keempat berkenaan dengan penilaian dalam pembelajaran. Interaksi guru dan siswa dibangun atas dasar keempat unsur diatas. Dalam interaksi tersebut, siswa diarahkan oleh guru untuk mencapai standar kompetensi melalui bahan ajar yang harus dipelajari oleh siswa dengan menggunakan metode dan alat bantu untuk kemudian dinilai ada tidaknya perubahan tingkah laku pada diri siswa. 2.
Pengelolaan Kelas Pada dasarnya kegiatan guru dikelas mencakup dua aspek utama, yaitu masalah pembelajaran dan masalah pengelolaan kelas. Berdasarkan definisi didepan, maka seorang guru akan berhadapan masalah individu dan masalah kelompok. Untuk dapat menyelesaikan masalah pengelolaan kelas yang efektif, maka guru harus mampu: mengidentifikasikan masalah yang bersifat individu dan kelompok, memahami berbagai pendekatan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan memilih pendekatan yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. a. Masalah Individu Asumsi yang mendasari masalah individu adalah bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki atau merasa dirinya berguna dan dibutuhkan. Jika individu gagal dalam mendapatkannya, maka ia akan bertingkah laku secara berurutan dimulai dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat. 55
Husni El Hilali, Pengelolaan …
b.
3.
56
Masalah Kelompok Terdapat tujuh masalah kelompok yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, yaitu: (1) Hubungan tidak harmonis, (2) Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok, (3) Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok, (4) Penerimaan kelompok atas tingkah laku yang menyimpang, (5) Penyimpangan anggota kelompok dari ketentuan yang ditetapkan, (6) Tidak memiliki teman, tidak mau bekerja, atau bertingkah laku yang negatif, (7) Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
Pendekatan-pendekatan dalam Pengelolaan Kelas a. Pendekatan Pengubahan tingkah laku Pendekatan pegubahan tingkah laku ini didasarkan pada suatu teori yang mengatakan bahwa semua tingkah laku baik yang sesuai maupun tidak sesuai adalah hasil belajar. Pendekatan tingkah laku ini dibangun atas dasar keyakinan bahwa ada empat proses dalam belajar yang berlaku bagi semua orang pada semua tingkatan umur, yaitu: 1). Penguatan positif 2). Penghukuman 3). Penghilangan 4). Penguatan negatif b. Pendekatan Iklim Sosio Emosional Pendekatan ini didasarkan pada suatu keyakinan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, dengan guru sebagai penentu utama hubungan interpersonal dan iklim kelas. c. Pendekatan Proses Kelompok Pendekatan ini mendasarkan pada prinsip-prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok. Empat asumsi dasar yang diadopsi dari pendekatan proses kelompok, yaitu: (1) Kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, (2) Tugas pokok guru adalah mempertahankan dan mengembangkan suasana kelompok yang efektif dan produktif, (3) Kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dimiliki oleh sistem sosial masing-masing siswa, (4) Tugas pengelola kelas adalah mengembangkan dan mempertahankan kondisi yang dimaksud. Beberapa aspek yang menyangkut pengelolaan kelas, yaitu:
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
1) 2)
3) 4) 5) 6)
4.
C.
Ekspektasi, merupakan persepsi guru dan siswa berkenaan dengan hubungan mereka. Kepemimpinan, diartikan sebagai tingkah laku yang mendorong suatu kelompok bergerak kearah pencapaian tujuan yang dimaksud Kemenarikan, yaitu tingkat hubungan persahabatan diantara anggota kelompok kelas Norma, adalah pedoman tentang cara berpikir, merasa dan bertingkah laku yang diakui bersama anggota kelompok. Komunikasi, merupakan wahana yang memungkinkan terjadi interaksi yang bermakna pada anggota kelompok. Keeratan, berkaitan dengan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh kelompok kelas
Prosedur Pengelolaan Kelas Prosedur pengelolaan kelas dapat berupa: a. Tindakan Preventif Tindakan ini meliputi: (a) Peningkatan kesadaran diri, (b) Peningkatan kesadaran siswa, (c) Inisialisasi sikap tulus dari guru, (d) Mengenal dan menemukan suatu alternatif b. Tindakan Kuratif Tindakan ini meliputi: (a) Pengidentifikasian, (b) Membuat rencana, (c) Menetapkan waktu pertemuan, (d) Menjelaskan maksud pertemuan, (e) Menunjukkan bahwa guru pun bisa berbuat salah, (f) Guru berusaha membawa siswa pada masalahnya, dan (g) Bila pada pertemuan siswa tidak responsif, guru dapat mengajak siswa untuk berdiskusi.
Implikasi Pengelolaan Kelas dalam Pengembangan RPP Berdasarkan pembahasan pakar di atas, adapun implikasi pengelolaan kelas terhadap pengembangan rencana program pembelajaran tergantung pada beberapa aspek, yaitu: 1. Karakteristik Siswa Untuk dapat memperlancar proses belajar siswa, seorang guru perlu memperhatikan faktor yang terdapat pada diri siswa maupun faktor lingkungan yang perlu dimanipulasinya. Karakteristik siswa tersebut, meliputi: a. Kemampuan Awal Siswa Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelum ia mengikuti pelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan. Kemampuan 57
Husni El Hilali, Pengelolaan …
awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum memulai pembelajaran, karena dengan demikian dapat diketahui apakah siswa telah mempunyai pengetahuan awal yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran, sejauhmana siswa mengetahui materi apa yang akan disajikan. Kemampuan awal siswa dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaanpertanyaan secara acak dengan distribusi perwakilan siswa yang refresentatif. b.
58
Motivasi Motivasi dapat didefinisikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Apabila siswa mempunyai motivasi yang tinggi, maka ia akan : (1) memperlihatkan minat dan mempunyai perhatian, (2) bekerja keras dan memberikan waktu pada usaha tersebut, (3) terus bekerja sampai tugas dapat diselesaikan. Berdasarkan sumbernya motivasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri siswa, dan motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari luar diri siswa. Dibawah ini diberikan saran-saran bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi bagi siswa, yaitu: 1. Setiap materi perlu dibuat menarik 2. Setiap proses pembelajaran diusahakan untuk membuat siswa aktif 3. Menerapkan teknik-teknik modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa bekerja keras. 4. Memberikan petunjuk dan indikator pencapaian yang jelas. 5. Memperhitungkan perbedaan kemampuan individual antar siswa, latar belakang, dan sikap siswa terhadap sekolah atau mata pelajaran. 6. Mengusahakan untuk memenuhi kebutuhan defisiensi siswa, yaitu kebutuhan psikologis, rasa aman, diakui oleh kelompoknya, serta penghargaan dengan jalan: memperhatikan kondisi fisik siswa, memberi rasa aman, menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar sehingga setiap siswa pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan, mengarahkan pengalaman belajar ke keberhasilan dan membuat siswa tingkat aspirasi yang realistik, mempunyai orientasi pada prestasi, serta mempunyai konsep diri yang positif.
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
7. 8.
c.
d.
e.
Mengusahakan agar terbentuk kebutuhan untuk berprestasi, rasa percaya diri. Membuat siswa ingin menerapkan apa yang telah dipelajari dan ingin belajar lebih banyak lagi.
Perhatian Didalam proses belajar mengajar, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses pembelajaran bagi siswa. Dengan perhatian dapat memuat siswa: mengarahkan diri ke tugas yang akan diberikan, melihat masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan, dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan. Cara-cara yang dapat dipakai guru untuk dapat menarik perhatian bagi siswa antara lain: mengetahui minat siswa, memberikan pengarahan, menjelaskan tujuan-tujuan belajar, mengadakan tes awal atau kuis. Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperolehnya dari lingkungannya. Hal-hal yang umum yang perlu diketahui oleh seorang guru mengenai persepsi, antara lain: makin tepat persepsi siswa mengenai sesuatu semakin mudah siswa untuk mengingatnya, pelajaran perlu menghindari adanya persepsi yang salah karena akan memberikan persepsi yang salah pula pada siswa tentang apa yang dipelajari, bila ada strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan dengan menggunakan alat peraga maka perlu diusahakan agar pengganti benda tersebut mendekati aslinya. Retensi Retensi adalah kemampuan untuk mengingat materi yang telah dipelajari. Ada tiga faktor yang mempengaruhi retensi, yaitu: (1) yang dipelajari pada permulaan, (2) belajar melebihi penguasaan, dan (3) pengulangan dengan interval waktu. Strategi yang dapat diterapkan guru untuk meningkatkan retensi siswa dalam pembelajaran, yaitu : 1. Mengetahui bahwa kekompleksitas respon yang diinginkan masih berada dalam batas kemampuan siswa, dan masih berkisar pada apa yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memberikan latihan-latihan. 3. Membuat situasi belajar yang jelas dan spesifik. 4. Membuat situasi belajar yang relevan dan bermakna. 5. Memberikan penguatan terhadap respons siswa. 59
Husni El Hilali, Pengelolaan …
6. 7.
f.
g.
60
Memberikan latihan dan perulangan secara periodik. Memberikan situasi belajar tambahan dimana siswa tidak hanya mempelajari materi baru. 8. Mencari peluang-peluang yang terdapat didalam situasi belajar baru. 9. Mengusahakan agar materi ajar yang dipelajari siswa dapat bermakna dan disusun dengan baik. 10. Memberikan resitasi karena guru akan meningkatkan praktik bagi siswa. Transfer Transfer merupakan kemampuan untuk menggunakan apa yang dipelajari untuk menyelesaikan masalah-masalah baru, menjawab pertanyaan-pertanyaan baru, atau memfasilitasi pembelajaran materi pelajaran yang baru. Bentuk transfer dapat berupa: (1) transfer positif, yaitu pengalaman sebelumnya dapat membantu pembentukan penampilan siswa dalam tugas selanjutnya, (2) transfer negatif, artinya pengalaman sebelumnya justru menghambat penampilan didalam tugas baru, dan (3) transfer nol, terjadi bila pengalaman masa lalu tidak mempengarui penampilan selanjutnya. Beberapa upaya guru untuk meningkatkan transfer dalam pembelajaran, diantaranya: 1. Mengusahakan siswa benar-benar telah menguasai apa yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Mengusahakan agar siswa aktif terlibat dalam menemukan konsep. 3. Mengusahakan agar siswa dapat merencanakan sendiri kesempatan untuk melakukan tugasnya. 4. Memberikan tugas-tugas yang serupa agar siswa mendapat kesempatan untuk mengorganisasikan kembali pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan konsep atau teorema. 5. Mengusahakan agar pembelajaran yang diberikan merupakan sesuatu yang bermakna bagi siswa. 6. Memberikan sebanyak mungkin situasi baru, sehingga siswa akhirnya akan dapat mengadakan generalisasi tentang apa yang dipelajari. Sikap Sikap adalah keadaan internal seseorang yang dapat mempengaruhi tingkah laku terhadap suatu objek atau kejadian disekitarnya. Komponen sikap terdiri dari : (1) kognisi, pengetahuan, keyakinan, terhadap apa yang telah dipelajari, (2)
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
afeksi, perasaan senang atau tidak senang, (3) perilaku, seperti berpikir kritis, logis, cermat, dan lain-lain. 2.
Karakteristik Guru Kegiatan mengajar yang dilakukan guru berorientasi pada kemampuan kognitif, afektif, dan kemampuan psikomotor. Dalam kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan yang meliputi: a. Kompetensi Psikologis Faktor yang turut menentukan suatu keberhasilan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran merupakan tugas guru yaitu keterbukaan psikologis guru. Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai panutan bagi siswa. Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikasinya, keterbukaan psikologis merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalam hubungannya sebagai pengarah belajar. b. Kompetensi Kognitif Kompetensi kognitif merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki oleh setiap guru profesional. Terkait dengan tugas dan profesi sebagai guru, kompetensi kognitif merupakan pengetahuan, dalam hal ini mencakup: (1) kategori pengetahuan kependidikan dan keguruan, (2) kategori pengetahuan dalam bidang studi, meliputi: ilmu pendidikan, psikologi pendidikan, psikologi perkembangan anak, psikologi sosial, dan administrasi pendidikan. Sedangkan pengetahuan pendidikan meliputi: metode mengajar, kajian kurikulum, media pembelajaran, teknik evaluasi, dan keterampilan mengajar. Selain pengetahuan terhadap bidang studi, wawasan yang luas tentang pengetahuan umum lainnya oleh guru, akan sangat membantu guru dalam mengelola suatu pembelajaran. c. Kompetensi Afektif Kemampuan afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga sangat sukar untuk mengidentifikasi. Kompetensi afektif meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti halnya: cinta, benci, senang, sedih, serta sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain. Sebagai pemberi layanan pada siswa, guru seyogyanya memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, kompentensi ini akan cukup berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kualitas dan kuantitas layanan pada siswa. 61
Husni El Hilali, Pengelolaan …
d.
D.
Kompetensi Psikomotor Kompetensi psikomotor meliputi keterampilan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Keterampilan mengajar mencakup keterampilan ekspesi verbal dan non verbal tertentu yang direfleksikan guru ketika mengelola proses belajar mengajar. Dalam merefleksikan ekspresi verbal guru diharapkan terampil, fasih dan lancar berbicara baik ketika menyampaikan materi pelajaran maupun ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Keterampilan ekspresi nonverbal yang harus dikuasai guru antara lain: mendemonstrasikan materi pelajaran, memperagakan proses terjadinya sesuatu dengan alat peraga, mengoperasikan media pembelajaran, menulis dan memuat gambar di papan tulis.
Kesimpulan Interaksi pembelajaran dan pengelolaan kelas merupakan implementasi dari standar proses yang dituangkan dalam peraturan menteri nomor 41 tahun 2007 dari aspek pelaksanaan proses pembelajaran. Interaksi pembelajaran dan pengelolaan kelas harus dikuasai oleh seorang guru dalam rangka mengemban amanah sebagai guru yang profesional. Diharapkan dengan mengusai interaksi pembelajaran dan pengelolaan kelas, guru dapat mengatasi hambatanhambatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran melalui penulusuran/ identifikasi masalah-masalah karakteristik siswa yang selanjutnya dilakukan pendekatan-pendekatan baik secara intern siswa secara individu maupun memahami kondisi ekstern lingkungan kelasnya. Dengan demikian guru akan mudah melakukan inovasi dan pengembangan baik dari segi kompetensi siswa, bahan ajar, metode, maupun mengevaluasi terhadap hasil belajar siswa. Lebih jauh guru akan mudah membuat skenario pembelajaran yang berlangsung secara berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2007. Permen Nomor 41 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Ditjen PLP. 2004. Modul Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi E. Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung, Remaja Rosda Karya
62
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
Faturrahman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. PT Refika Aditama, Bandung. Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Sardiman. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suharsimi, Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa (Sebuah Pendekatan Evaluatif). Jakarta, Rajawali Sutikno, Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif, Mengupayakannya. NTP Press. Mataram.
Apa
dan
Bagaimana
63