Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu dan Implikasinya Muslikh FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jln.Letjend.S.Humardani No.1 Kampus Jombor Sukoharjo 57521 Telp.+62-271-593156, Fax +62=0271-591065 Abstrak Perencanaan pembelajaran IPS terpadu meliputi : (1) Pemetaan kompetensi dasar , (2) Menjabarkan Kompetensi dasar kedalam indicator pencapaian hasil belajar, (3) Menyusun silabus, (4) menyusun desain/rencana pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berfokus pada siswa (Student-Centered Learning). Sebagai pusat belajar, siswa harus lebih aktif membangun suatu pemahaman, ketrampilan dan sikap erilaku tertentu (Active Learning). Aktivitas siswa menjadi lebih penting dan bermakna jika disertai dengan pengalaman belajar yang tepat. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas adalah penilaian autentik atau cara pengumpulan informasi yang digunakan untuk mengukur sejauh mana pembelajaran telah berlangsung dan terintegrasi dengan pembelajar. Untuk melaksanakan pembelajaran IPS terpadu diperlukan pengajar yang bersinergi baik penjampaian oleh satu guru maupun beberapa guru (team teaching). Pembelajaran IPS terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik siswa. Menuntun kemampuan belajar siswa lebih baik, aspek intelegensi maupun kreativitas. Bahan ajar dari berbagai sumber dan dibutuhkannya sarana dan rasarana yang memadai. Kata-kata kunci : Perencanaan pembelajaran, Pemetaan kompetensi dasar
Pendahuluan Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Interaksi peserta didik dengan lingkungan belajar dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran berupa sejumlah kemampuan bermakna dalam aspek pengetahuan (kognisi), sikap (afeksi), dan keterampilan (psikomotor) yang dimiliki peserta didik sebagai hasil belajar, atau setelah mereka menyelesaikan pengalaman belajarnya. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada jenjang pendidikan SMP. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsepserta prinsip holistic dan otentik (Depdikbud, 1996:3) Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan- kesan tentang hal- hal yang dipelajarinya. Dengan demikian siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistic, bermakna, otentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para siswa. Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsure- unsure konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengertahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengerahuan, serta kebulatan
152
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (Williams, 1976:116) Namun demikian pelaksanaan pelbelajaran IPS masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS masih dilakaukan sesuai dengan bidang kajian masing- masing (Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi) tanpa ada keterpaduan di dalamnya. Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan indisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu sosilal. Hal ini disebabkan antara lain : (1) Kurikulum IPS itu sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masig dipisah- pisah antarbidang ilmu sosial ; (2) latar belakang guru yang mengajar merupakn guru disiplin ilmu yang terpisah, sehingga sangat sulit untuk melakukan pembelajaran yang terpadu; serta (3) Terdapat kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu bagi guru untuk melakukan pembelajaran IPS secara terpadu. (4) meskipun pembelajaran terpadu bukan merupakan hal yang baru namun para guru tidak terbiasa melaksanakannya sehingga dianggap hal yang baru. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu-Ilmu Sosial di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian mata pembelajaran Sosiologi, Sejarah, Ekonomi. Maka tujuan pembelajaran IPS adalah agar setiap peserta didik nantinya menjadi warga Negara yang baik, melatih peserta didik berkemampuan berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya (Diknas,2004:16) Dalam implementasinya , perlu dilakukan peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan inovasi pendidikan. Salah satunya adalah implementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran. Atas dasar pemikiran di atas, maka dalam rangka implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta memenuhi ketercapaian pembelajaran, maka diperlukan pedoman pelaksanaan model pembelajaran IPS Terpadu pada tingkat sekolah menengah pertama. Hal ini penting, untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran terpadu. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmuilmu sosial seperti: Sosiologi, sejarah,geografi, ekonomi, politik,hokum dan budaya (Diknas,2004:3). Ilmu pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan indisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah,geografi,ekonomi, politik,hokum,dan budaya) Pembelajaran Geografi memberiakn kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah- wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan yang berkenaan dengan peristiwa- peristiwa berbagai periode. Antropologi meliputi studi- studi komparatif yang berkenaan dengan nilai- nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas- aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi- ekspresi dan spiritual, teknologi dan benda- benda buaya dari budaya- budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu- ilmu tentang kebijakan pada aktivitas- aktivitasnya yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu- ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan control sosial.
153
WIDYATAMA
Muslikh. Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu dan Implikasinya
SEJARAH GEOGRAFI SOSIOLOGI
ILMU POLITIK ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
EKONOMI PSIKOLOGI SOSIAL
ANTROPOLOGI
FILSAFAT
Gambar 1. Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Karakteristik mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial SMP bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsure- unsure geografi, sejarah, ekonomi, hokum dan politik, kewarganegaraan,sosiologi. Kompetensi ddasar IPS berasal adri struktur keilmuan yang dikemas menjadi pokok bahasan atau topic (tema) tertentu. Kompetensi dasar IPS menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan indisipliner dan multidipliner. Standar Kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya- upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan,dan jaminan keamanan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi terserbut adalah dimensi ruang, waktu nilai/ norma. Struktur ilmu pengertahuan sosial terdiri dari pengetahuan fakta, konsep, dan generalisasi (Diknas,2004:11) Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Tujuan pembelajaran IPS adalah agar setiap peserta didik nantinya menjadi warga Negara yang baik, melatih peserta didik berkemampuan berfikir matang untuk menghadapi dan memecahkan masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya (Diknas,2004:16). Maka pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial harus mampu mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari- hari. Baik yang menimpa diri sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Pembelajaran pengetahuan sosial memperkaya dan pengembangan kehidupan peserta didik dengan mengembangkan kemampuan (abilities dan power) dalam lingkungannya dan melatih mereka untuk menempatkannya dalam masyarakat demokratis, dimana mereka menjadikan negaranya tempat hidup yang lebih baik.. tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program IPS di sekolah tempat peserta didik dibina dan ditempa diorganisasikan secara baik dan benar.
WIDYATAMA
154
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
Konsep Pembelajaran terpadu dalam Ilmu Pengeratahuan Sosial. Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan indisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistic dan otentik (DEPDIKBUD,1996:3). Salah satu diantaranya adalah memadukan kompetensi dasar melalui pembelajaran terpadu siswa data memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan- kesan tentang hal- hal yang dielajarinya. Pada pendekatan pembelajaran yang terpadu, rogram pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topic dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas,diperluas,dan diperdalam dengan cabang- cabang ilmu yang lain. Topic/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalan yang berkembang. Model integrasi Berdasarkan topic Dalam pembelajaran IPS krterpaduan dapat dilakukan berdasarkan topic yang terkait misalnya “pariwisata”. Pariwisata dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu pengetahuan sosial.pengembangan pariwisata dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisik geografis yang tercakup dalam disiplin Geografi. Secara sosiologis, pariwisata itu juga dapat ditinjau dari partisipasi masyarakat, pengaruhnya terhadap kondisi sosila budaya setempat, dan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat local. Secara historis dapat dikembangkan melalui sejarah daerah wisata tersebut. Keadaan politik juga dapat dikaji pula pada topic pengembanangan pariwisata berkaitan dengan pengaruhnya terhadap perkembangan pariwiata. Selanjutnya dampak pariwisata terhadap perkembangan ekonomi local maupun nasional dapat dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan denagn ekonomi. Model integrasi berdasarkan potensi utama Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topic yang didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat, sebagai contoh “Potensi Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata “ Dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam kebudayyan Bali dikaji dan ditinjau dari factor alam, sosial/antropologis,historis,kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama yang terdapat di daerahnya, maka siswa selain dapat memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam ilmu pengetahuan sosial. Model Integrasi berdasarkan permasalahan Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah “pemukiman kumuh”. Pada pembelajaran terpadu, pemukiman kumuh ditinjau dari beberapa factor sosial yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah factor ekonomi,sosial dan budaya juga dapat dari factor kronologis 155
WIDYATAMA
Muslikh. Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu dan Implikasinya
dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan/norma. Berikut gambar model integrasi IPS terhadap permasalahan Faktor Sosial dan Budaya
Faktor Ekonomi Pemukiman Kumuh
Perilaku terhadap aturan
Faktor Historis
Metode Berdasarkan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Dalam penelitian kulitatif secara umum strategi dasar atau bentuk rancangan studinya berupa studi kasus. Dalam penelitian kualitatif ini terdapat tiga tingkatan penelitian, meliputi : 1) Penelitian deskriptif, dalam penelitian deskriptif, studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan. 2) Penelitian eksploratif merupakan tingakat kedua yang merupakan pengembangan lanjut dari penelitian deskriptif. Dari hasil penelitian deskriptif, peneliti sudah mengetahui beragam variable yang terlibat dalam sasaran studinya. Sebagai kelanjutan eneliti mulai memprediksi variable- variable yang terlibat tersebut dalam kegiatan korelatif. 3) Penelitian eksplanatif, merupakan kajian lanjut dari penelitian eksploratif yang mengarah pada studi dengan analisis sebab akibat (hubungan klausal), sebagai prediksi lanjutan antara variable- variabel yang terlibat. Dalam penelitian ini studi kasusnya mengarah pada analisis hubungan sebab akibat. Pada tahap ini setelah data dari semua tempat diperoleh maka data- data tersebut diolah dan dihubungkan untuk kemudian ditulis menjadi sebuah penelitian (H.B Sutopo,2002:110-111) Perencanaan Pembelajaran Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Briggs (Abdul Majid, 2007:96) hendaknya mengandung tiga komponen yang disebut anchor point, yaitu 1) tujuan pengajaran; 2)materi pelajaran/ bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar dan; 3) evaluasi keberhasilan. Perencanaan pengajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswa. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Perencanaan pembelajaran terpadu melalui langkaj- langkah berikut ini : 1) Pemetaan kompetensi dasar, 2) Penentuan Topik/ Tema, 3) Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam Indikator, 4) Penyusunan Silabus, 5) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/ Skenario Pembelajaran. Langkah pertama dalam pengembanagn model pembelajaran terpadu adalah melakukan pemetaan pada semua standar Kompetensi Dasar mata pembelajaran IPS per kelas yang dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
WIDYATAMA
156
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
secara menyelurih dan utuh. Kegiatan yang dapat dilakuakn pada pemetaan ini antara lain dengan : Mengidentifikasi Standar Kompetensi dam Kompetensi Dasar pelajaran IPS yang dapat dipadukan dalam satu tingkat kelas yang sama; dan menentukan tema/topic pengikat antar- Standar Kompetensi Dasar. Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan model pembelajaran terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut : Mengidentifikasi beberapa Kompetensi dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan, beberapa kompetensi dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri, kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua standar Kompetensi yang ada pada mata pembelajaran IPS pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga kompetensi dasar saja, kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topic/tema masih bisa dipetakan dalam topic/ tema lainnya. Setelah pemetaan Kompetensi dasar selesai, langkah selanjutnya dilakuakn penentuan topic/tema. Topic/tema yang ditentukan harusbrelevan dengan kompetensi dasar yang telah dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topic yang akan dibahas. Beberaa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topic/tema pada pembelajaran IPS terpadu antara lain meliputi hal- hal berikut : Topik, dalam pembelajaran IPS Terpadu, merupakan perekat antar Kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu rumpun mata oelajaran IPS, topik yang ditentukan selain relevan dengan kompetensi- kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi siswa, dalam arti seseuai keadaan lingkungan setempat. Hal ini agar pembelajaran yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi siswa; contohnya untik kelas VII ada tiga (3) topic/tema yaitu: aktivitas ekonomi penduduk, kelangkaan sumber daya alam dan pemanfaatan peta. Dalam menentukan topic, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar Kompetensi Dasar pada satu rumpun yang telah dipetakan. Contohnya. Pemberlakuan Otonomi Daerah, pertumbuahn industry, pemilihan Kepala Daerah secara langsung, Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, Penyakit polio, Penyakit Busung Lapar. Kompetensi- kompetensi dasar yang telah dipetakan dijabarkan ke dalam indicator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus. Contoh : Kompetensi Dasar Ekonomi ; mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa, perumusan indikatornya, menguraikan kegiatan konsumsi barang dan jasa, menguraikan kegiatan produksi barang dan jasa, menguraikan kegiatan distribusi barang dan jasa. Hasil seluruh proses yang telah dilakuakn pada langkah- langkah sebelumnya dijadikan sebagai dasar dalam pemyusunan silabus pembelajaran terpadu. Silabus adalh rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat mengajar (Masnur Mushlich,2007:105). Komonen penyusunan silabus terdiri dari standar Kompetensi IPS (Sosiologi,Sejarah,Geografi, dan Ekonomi), kompetensi dasar, indicator,pengalaman belajar, alokasi waktu, dan penilaian. Prinsip pengembangan silabus adalah ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai,actual ,kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh. Silabus disusun secara mandiri oleh guru yang dilaksanakan pada awal pembelajaran dengan rincian tugas: Guru mata 157
WIDYATAMA
Muslikh. Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu dan Implikasinya
elajaran IPS membuat silabus mata pelajaran IPS yang menjadi tanggung jawabnya. Langkah- langkah pengembangann silabus : mempetakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang syarat dengan IPS terpadu, menyusun indicator pencapaian, mengembangkan pengalaman pembelajaran, merumuskan alokasi waktu, penentuan jenis penilaian. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakn, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing- masing guru. Dalam rangka pemantapan lebih lanjut silabus harus fiakji dan dikembangkan secara berkelanjutan dan terus menerus dengan memeperhatikan masukan dari hasil evaluasi rencana pembelajaran. Oleh karena itu, tahapan pengembangan silabus diawali dengan [erencanaan, pelaksanaan, perbaikan, pemantapan sampai pada penilaina pelaksanaan. Contohnya Silabus IPS terpadu terlampir. Detelah teridentifikasi peta kompetensi dasar dan topic yang terpadu, penyusunan/ Pengembangan silabus terpadu, selanjutnya adalah menyusun desain/rencana pelaksanan pembelajaran terpadu. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas ( masnur Muslich,2007:45). Pada pebelajarn IPS terpadu, sesuai dengan syandar isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam standar isi. Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Kompetensi Dasar (terapadu) dan indicator pencapaian, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat dan media yang digunakan, penialaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan. Contoh format desain/rencan pembelajaran terpadu terlampir. Bersasarkan RPP seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terpogram. Oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (applicable) yang tinggi. Pada sisi lain melalui RPP pun dapat diketahu kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Mulyasa, 2003: 100). Dalam interaksi tersebut terdapat banyak factor yang mempengaruhinya baik internal maupun eksternal. Belajar sesuatu bidang pelajaran minimal meliputi tiga proses (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007:144), pertama, proses mendapatkan atau memperoleh informasi baru untuk melengkapi atau menggantikan informasi yang telah dimiliki atau menyempurnakan pengetahuan yang telah ada. Kedua, mentransformasi, yaitu memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas yang baru. Ketiga, proses evaluasi untuk mengecek apakah manipulasi sudah memadai untulk dapat menjalankan tugas mencapai sasaranj. Dalam KBK dan SISKO 2006, digunakan istilah kegiatan belajar dalam rangka menguasai suatu kompetensinya (Nasar,2006:31), penggunaan istilah kegiatan belajar,membuat kita sadar bahwa pusat utama proses embelajaran di dalam kelas adalah siswa (Student-Centered Learning). Sevagai pusat belajar, siswa harus lebih aktif berkegiatan untuk membangun suatu pemahaman, keterampilan dan sikap perilaku tertentu (Active Learning). Aktivitas siswa menjadi lebih penting ditekankan karena belajar itu pada hakikatnya adalah proses
WIDYATAMA
158
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
yang aktif dimana siswa menggunakan pikirannya untuk menggunakan pemahaman (Constructivism approach) Untuk itu, guru harus mampu memberikan pengalaman belajar kepada siswa dan juga mampu: (1) mengidentifikasi cirri- cirri pembelajaran yang aktif dan konstektual; (2) mencari sumber belajar dan pengalaman belajar mengajar (3) mengembangkan kegiatan/ pengalaman belajar untuk tiap indicator (4) nenyusun langkah kegiatan belajar dalam silabus; (5) menentukan pengorganisasian kelas, waktu dan kebutuhan. Cara yang paling mudah untuk menemukan pengalaman belajar ialah dengan bertanya,” untuk apa mencapaiindikator ini, pengalaman apa yang harus diperoleh siswa dengann menggunakan sumber belajar apa?” dalam merumuskan pengalaman belajar perlu diingat hal sebagai berikut : hendaknya selalu diusahakan untuk memulai rumusan pengalaman belajar dengan kata kerja yang sedapat mungkin productable dan observable, rumusan pengalaman belajar tidak perlu diawali dengan kata “siswa…” karena telah jelas sejak awal bahwa rumusan pengalaman belajar ditulis dengan sudut pandang siswa sebagai pusat kegiatan belajar, untuk satu indicator dapat memuat lebih adari satu pengalaman belajar. Misalnya menyusun laporan observasi keadaan pasar merupakan kegiatan bagi indicator IPS (Pelaku Kegiatan Ekonomi) dan indicator bahasa Indonesia (Menyusun laporan). Perumusan pengalaman belajar pada silabus sebagai gambaran umum pembelajaran, maka tidak terlalu diperlukan deskripsi kegiatan yang sangat rinci. Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu dirinci kembali menjadi langkah- langkah pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perincian ini berguna untuk menyusun estimasi alokasi waktu yang mendekati tepat, sekaligus mengidentifikasi kebutuhan- kebutuhan yang perlu disiapkan seperti media/sumber belajar, lembar kerja, buku sumber, dan peralatan khusus. Kegiatan pendahuluan (awal) : Kegiatan pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk mencptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran terpadu ini perlu diperhatiakan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relative singkat, berkisar antaran 5-10 menit. Dengan waktu yang rewlatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakn kondisi awal pembelajaran dengan baik, sehigga dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama. Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya untuk menciptakn kondisi- kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (Aperseption) dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar siswa, dan membangkitkan perhatian siswa. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara :mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban siswa, dilanjutkan dengan mengulas materi elajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan ada beberapa siswa yang dianggap mewakili seluruh siswa, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan apersepsi.
159
WIDYATAMA
Muslikh. Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu dan Implikasinya
Ukuran keberhasilan kegiatan pembuka ini adalah munculnya motivasi siswa ubtuk belajar, terbentuknya perhatian secara klasikal, pemahaman siswa akan kesinambungan materi pembelajaran yang lama dengan yang baru, kesiapan diswa mempelajari hal yang lebih sulit atau rumit. Kegiatan Inti Pembelajaran Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiency). Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk- bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa, sedangkan ppengalaman belajar non tatap muka diamksudkan sebagahai kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa. Kegiatan inti dalam embelajaran terpadu bersdifat situasional, sdalam arti perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat proses pembelajaran itu berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu. Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru adalah memberitahukan tujuan atau Kemampuan Dasar yang harus dicapai oleh siswa beserta gari- garis besar materi/ bahan pembelajaran yang akan dipelajari. Hal ini erlu dilakukan agar siswa mengetahui sejak awal kemampuan- kemampuan apa yanga akan diperolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang cukup praktis untuk mememberitahukan tujuan atau kompetensi tersebut terhadap siswa bisa dilakuakan dengan cara tertulis atau lisan, atau kedua- duanya. Guru menuliskan tujuan/ kompetensi tersebut di papan tulis dilanjutkan dengan penjelelasan secara lisan mengenai pentingnya tujuan/ kompetensi tersebut dikuasai siswa. Kegiatan lainnya di awal kegiatan inti pembelajaran terpadu yaitu menhelaskan alternative kegiatan belajar yang akan dialami siswa. Dalam tahapan ini guru perlu menyampaikan kepadda siswa tentang kegiatan- kegiatan belajar yang harus ditempuh siswa dalam memepelajari tema/topic, tau materi pembelajaran terpadu. Kegiatan belajar yang ditempuh siswa dalam pembelajaran terpadu lebih diutamakan ada terjadinya proses belajar yang berkadar aktivitas tinggi. Pemebelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, sedangkan giru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan- kemudahan kepada siswa untuk belajar. Siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang akan dipelajarinya, sehingga rinsio- prinsip belajar dalam teori konstruksovisme dapat dijalankan. Dalam membahas/menyajikan materi/bahan pembelajaran terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku siswa. Penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara terpadu melalaui penghubungan konsep dari mata pelajaran satu dengan konsep mata pelajaran lainnya. Dalan hal ini, guru harus berupaya menyajikan bahan pelajaran dengan strategi belajar yang bervariasi, yang mendorong siswa pada upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran terpadu bisa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran secara klasikal, kelompok, dan perorangan.
WIDYATAMA
160
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
Kegiatan akhir (penutup) dan tindak lanjut Kegiatan akhir dalam pembelajaran tidak langsung menutup kegiatan pembelajaran, tetapi diawali dengan review pokok- pokok yang telah dipelajari, pemberian rangkuman, kesimpulan dari proses pengolahan informasi display karya atau kinerja. Dapat juga dengan kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Disarankan dalam kategori ini ulangan harian yang menguji pencapaian kompetensi dilepas tersendiri dan tidak dimasukkan dalam kegiatan penutup. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan proses dan hasil belajar siswa. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini rtelatif singkat, oleh karena itu guru harus mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran diantaranya : Melaksanakan dan mengkaji penilaian akhir, melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, membaca materi pelajaran tertentu, dan memberikan motivasi atau bimbingtan belajar, dan mengemukakan materi/topic yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, baru yang paliang akhir menutup kegiatan pembelajaran. Penilaian Penialaian adalah kegiatan mengumpulkan atau menggunakan informasi tentang proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah diajarkan (Nasar, 2006:59). Penilaian yang dilakaukan adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas adalah penilaian autentik atau cara pengumpulan informasi yang digunakan untuk mengukur sejauh mana pembelajaran telah berlangsung dalam lingkungan kelas (Ella Yilaewati, 2004:96). Penialaina autentik terintegrasi dengan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian yang berkelanjutan/ terus menerus, penilaiana hasil, penilaian proses, penilaian produk, maupun penilaian proyek. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan criteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi- kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai- nilai yang diwujiudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penialain proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar. Penialaian dilakuakan dengan tujuan untuk menilai proses dan hasil belajar di sekolah, mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dan menentukan kenaiakn kelas. Fungsi penilaian adalah memberikan umpan balik proses belajar- mengajar, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan memberikan laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tua. 1. Tahapan penilaian Penilaian yang dikembangkan mencakup jenis,teknik dan bentuk instrument yang digunakan terdapat pada lampiran. a. Jenis tagihan
161
WIDYATAMA
Muslikh. Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu dan Implikasinya
Jenis tagihan dalam hal ini, dibedaakan atas tes (lisan, tertulis,praktik/unjuk kerja) dan nontes. Tes terdiri dari sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, sedangkan nontes terdiri dari sejumlah pertanyaan atau pertanyaan yang tidak memiliki jawabab benar- salah. b. Teknik penilaian Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian. Teknik penilaian meliputi tes dan non tes (Nasar, 2006:60). Tes meliputi tes lisan (obyektif, subyektif,kuis,pemahama) tertulis (PG, isian, menjodohkan, uraian terbuka/tertutup), dan perbuatan untuk menilai produk atau kinerja. Untuk jenis teknik nontes, teknik- teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah observasi, skala sikap, angket, wawancara, tugas, proyek, portofolio. Tes perbuatan menuntut siswa untuk menampilakan hasil belajarnya. Penilaian ini dapat menialai terhadap penampilan kinerja siswa (performance) misalnya mengukur, melakukan percobaan, melakukan penelitian dsb. Dean menilai terhadap produk yang dilakaukan siswa, misalnya kurva peta, permodelan, laporan dsb. Skala sikap sebagai alat pengukuran berupa sejumlah pernyataan sikap tentang suatu objek sikap yang jawabannya dinyatakan secara skala. Angket merupakan alat penilaian kelas yang berupa daftar pernyataan tertulis untuk menjaring informasi tertentu, misalnya kebiasaan di rumah dan di masyarakat. c. Bentuk instrument Bentuk instrument merupakan aalat yang digunakandan dalam melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi siswa. Bentuk- bentuk instrument yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah : Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja. Nontes: panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara dan rubik 1. Penentuan krtiteria ketuntasan belajar a. Aspek penilaian mata pelajaran Nilai hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang tercantum dalam rapor mencakup: (1) penguasaan konsep dan (2) penerapan. b. Perhitungan Nilai hasil belajar dan kompetensi dasar Penetapan criteria ketuntasan belajar pada setiap indicator dan KD ditentukan oleh masing- masing guru dan pertimbanagn: (1) input siswa (2) sarana dan prasarana yang mendukung, (3) manajemen sekolah dan (4) kebijakan kepada sekolah. antara sekolah satu dengan sekolah lainnya tentu saja penentuan ketuntasa belajarnya tidak perlu sama. Penentuan criteria ketuntasan belajar tidak statis melainkan dinamis menuju peningkatan sesuai sesuai dengan peningkatan keempat factor yang dijadikan bahan pertimbangan seperti yang tercantum di atas. Criteria ketuntasan belajar dilakuakan pada setiap indicator yang telah diterapkan denhan mengacu kepada kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Jadi, dalam pembelajaran terpadu, penilaian untuk ketuntasan belajar dikembalikan lagi pada indicator- indicator yang telah ditentukan. Criteria ketuntasan pada setiap kompetensi dasar dan indicator untuk nilaik kompetensi dasar merupakan rata- rata dari nilai standar rata- rata criteria ketuntasan
WIDYATAMA
162
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
setiap indicator. Jika hasil belajar siswa tidak dapat melampaui batas criteria ketuntasan (tidak tuntas) yang telah ditentukan pada suatu indicator. Maka pada siswa tersebut harus dilakukan remedial sampai ia dapat melampaui batas kriteria ketuntasan. Penentuan naik dan tinggal kelas : (1) Kenaikan kelas dilaksanakan pada akhir tahun; (2) Siswa yang naik kelas, apabila yang bersangkutan telah mencapai criteria ketentuan minimal pada semua indicator. Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi pada semua mata pelajaran; (3) Siswa dinyatakan harus mengulang di kelas yang sama, apabila belum mencapai criteria ketuntasan minimal pada indikator, Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi lebih dari emat sampai batas akhir tahun pelajaran; (4) Ketika mengulang di kelas yang sama,nilai siswa untuk semua indicator, Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi yang ketuntasan belajar minimumnya sudah dicari minimal sama dengan yang dicapai pada tahun sebelumnya. A. Implikasi pembelajaran IPS terpadu 1. Guru Pembelajaran IPS terpadu merupakan gabungan antara berbagai disiplin ilmuilmu sosial, yang biasanya terdiri atas beberapa mata pelajaran seperti Geografi, Sosiologi/Antropologi, Ekonomi dan Sejarah, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah- pisah melainkan satu kesatuan. Hal ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas. Seyogyanya guru dalam pembelajaran IPS dilakukan oleh seorang guru mata pelajaran, yakni guru mata Pelajaran IPS Guru dengan latar belakang disiplin Ilmu Pengetahuan sosial yang berbeda tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian pada disiplin ilmu yang lain secara kompleks. Karena keahlian pada satu bidang, maka kemampuan pada bidang lain belum tentu optimal. Untuk itu, dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan (a) team teaching dan (b) guru tunggal. a. Team Teaching Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team; satu topic pembelajaran dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru memiliki tugas masing- masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: (1) pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa ahli dalam ilmu-ilmu sosial, (2) pengalaman dan pemahaman siswa lebih kaya daripada dilakuakn oleh seorang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan beberapa konsep dan pengalaman dan (3) siswa akan lebih memahami karena diskusi akan berjalan dengan narasumber dari berbagai disiplin ilmu. Kelemahan dari system ini anatara lain adalah jika tidak ada koordinasi, maka setiap guru dalam tim akan saling mengandalkan guru lain sehingga pencapaian KD tidak akan terpenuhi. Jika kurang oersiapan, penampilan di kelas akan tersendat- sendat karena scenario tidak berjalan semestinya. b. Guru Tunggal Pembelajaran IPS dengan seorang guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) IPS merupakan satu mata pembelajaran, (2) guru dapat merancang scenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru lain dan (3) oleh karena tanggung jawab dipikul oleh seorang diri, maka potensi untuk saling mengandalkan tidak akan muncul. Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPS terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal yakni (1) mata pelajaran IPS terpadu, sedangkan guru163
WIDYATAMA
Muslikh. Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu dan Implikasinya
guru yang tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit melakukan penggabungan, (2) seorang guru bidang studi Geografi tidak menguasai secara mendalam tentang sejarah dan ekonomi sehigga dalam pembelajaran IPS terpadu akan didominasi oleh bidang geografi, serta (3) jika scenario pembelajaran tidak menggunakan metode inovatif maka pencapaian Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai lkarena akan menjasi sebuah narasi kering tanpa makna. 2.
Siswa Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran IPS terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik . hal ini disebabkan model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan elaborative. Pembelajaran IPS terpadu ni akan lebih dipahami siswa jika dalam penyajiannya lebih mengupas pada permasalahan sosial yang ada, terutama permasalahan sosial di lingkungan siswa itu sendiri. Model oembeajaran IPS terpadu dapat mempermudah dan memotivasi siswa akan mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan anta konsep, pengetahuan, nilai, atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indicator dan kompetensi dasar. Dengan menggunakan model pembelajaran IPS terpadu, secara psikologis, Siswa digiring untuk menangkap dan memahami hubungan- hubungan konsteptual yang disajikan Giri, selanjutnya, siswa akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistematik, analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini menuntun kemampuan belajar siswa lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. 3.
Bahan Ajar Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu- ilmu sosial, maka dalam pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif dibanfingkan dengan pembelajaran manolitik. Dalam satu topik pembelajaran, dalam hal ini, diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah standart kompetensi yang merupakan jumlah bidang studi yang tercakup di dalamnya. Jika pembelajaran dalam satu topik mencakup seluruh SK (4 standart kompetensi), maka ia akan memerlukan bahan ajar yang mencakup emapat bidang studi yakni Sosiologi/Antropologi, Geografi, Sejarah dan Ekonomi. Sumber belajar utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS terpadu dalam bentuk teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan iformasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar seperti : lingkungan alam, lingkungan sosial seharihari. Pencarian informasi sebenarnya dapat pula memanfaatkan perangkat teknologi mutakhir seperti multimedia dan internet. Bahan yang akan digunakan dapat pula berbentuk buku paket IPS maupun buku penunjang, bacaan penunjang majalah, Koran, brosur,dll. Sebagai bahaan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset atau CD yang berisi cerita atau tayangan yang berkaita dengan bahan yang akan dipadukan. Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan dan disusun ke dalam indikator dalam Kompetensi Dasar dan guru perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dfengan langkah kegiatan berikutnya.
WIDYATAMA
164
No.2 / Volume 20 / 2011
4.
WIDYATAMA
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang harus tersedia dalam pembelajaran IPS terpadu harus memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran IPS terpadu, guru harus memilih media yang memiliki kegunaan dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Misalnya, peta dapat digunakan untuk Standar Kompetensi yang berkaitan dengan geografi dan juga mencapai standart kompetensi sejarah. Namun demikian, dalam pembelajaran ini tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sarana relatif lebih banyak, disebabkan untuk memberikan pengalaman yang terpadu, siswa harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang komprehensif untuk satu topic tertentu. Penutup Perencanaan pembelajaran diawali dengan memetakan kompetensi dasar. Menjabarkan kompetensi dasar dalam indicator pencapaian hasil belajar. Langkah selanjutnya menyusun silabus. Selanjutnya adalah menyusun desain/rencana pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berfokus pada siswa (Student centered learning). Sebagai puasat belajar, siswa harus lebih aktif membangun suatu pemahaman, ketrampilan dan sikap perilaku tertentu (Active Learning). Aktivitas siswa menjadi lebih penting dan bermakan jika disertai dengan pemberian belajar yang tepat. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas adalah penilaian autentik atau cara pengumpulan informasi yang digunakan untuk mengukur sejauh mana pembelajaran telah berlangsung terintegrasi dengan pembelajaran. Untuk melaksanakan IPS terpadu diperlukan guru bersinergis baik penyampaian oleh satu guru (team learning). Pembelajaran IPS terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik siswa. Menuntut kemampuan mahasiswa lebih baik, aspek intelegensi maupun kreativitas. Bahan ajra dari berbagai sumber. Dan dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Daftar Rujukan Abdul majid.2007.Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standart Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mulyasa, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Muslilch, Mansyur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara Nasar.2006.Merancang Pembelajaran Aktif dan Konstektual Berdasarkan “SISCO”2006. Jakarta : PT Gramedia Widiaksara Sukmadinata, Nana Syaodih.2007.Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:PT Remaja Rosdakarya Yuaelawati,Ella.2004.Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung:Pakar Karya
165
WIDYATAMA