PENGARUH SEKTOR PERBANKAN SYARIAH DAN PASAR MODAL SYARIAH TERHADAP FINANCIAL DEEPENING DI INDONESIA Ami Latifah Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Arief Fitrijanto Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRACT: This study aimed to analyze the factors that affect financial deepening in Indonesia. The variables used in this study is a Third Party Fund (DPK), Islamic Financing, Corporate Bonds, Sukuk to Financial Deepening in Indonesia. Analyses were performed using monthly time series data published by Bank Indonesia in the study period from January 2011 to December 2015. The analytical method used in this research is Ordinary Least Square (OLS). The resulting regression model showed that the variables Third Party Fund (DPK), Islamic Financing, Sukuk, Sukuk Corporation together have an influence on Financial Deepening in Indonesia. Partial, this research supports the Third Party Funds (TPF) positive and significant impact on the Financial Deepening, whereas in Islamic Financing does not affect the Financial Deepening. In addition the results of this study showed Corporate Sukuk and significant negative effect on the Financial Deepening, and for Sukuk which means partially positive and significant impact on the Financial Deepening in Indonesia. Keyword: Financial Deepening, DPK, Islamic Financing, Corporate Bonds, Sukuk. ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi financial deepening di Indonesia. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan Syariah, Sukuk Korporasi, Sukuk Negara terhadap Financial Deepening di Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan data runtun waktu bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam penelitian periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2015. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS). Model regresi yang dihasilkan menunjukan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
107
Syariah, Sukuk Negara, Sukuk Korporasi secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap Financial Deepening di Indonesia. Secara partial, penelitian ini menunjukan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Deepening, sedangkan pada Pembiayaan Syariah tidak berpengaruh terhadap Financial Deepening. Selain itu hasil penelitian ini menunjukan Sukuk Korporasi berpengaruh negative dan signifikan terhadap Financial Deepening, dan untuk Sukuk Negara yang berarti secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Deepening di Indonesia. Kata Kunci : Financial Deepening, DPK, Pembiayaan Syariah, Sukuk Korporasi, Sukuk Negara. I.
PENDAHULUAN
intermediasi.
1.
Latar Belakang
intermediasi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara
menumbuhkan berbagai kegiatan ekonomi
akan sangat ditentukan oleh perkembangan
yang menciptakan lapangan kerja, nilai
dalam sektor keuangannya. Hal ini karena
tambah
pembangunan
pendapatan
dalam
sektor
keuangan
Keseluruhan dan
kegiatan
investasi
ekonomi,
serta
masyarakat
tersebut
meningkatkan
dan
nilai
aset
melibatkan rencana dan implementasi dari
lembaga-lembaga
keuangan
kebijakan untuk mengintensifkan tingkat
berpartisipasi
industri
moneterisasi
melalui
Peranan dan kegiatan dari jasa-jasa keuangan
institusi
terhadap ekonomi sering disebut sebagai
peningkatan
perekonomian akses
terhadap
dalam
keuangan.
keuangan, transparansi, dan efesiensi, serta
Financial
mendorong rate of return
keuangan suatu negara). Financial Deepening
yang rasional
Deepening
yang
(kedalaman
(Pradeep Agrawal, 2001:83).
merupakan
Sektor jasa keuangan memainkan peranan
digunakan
yang signifikan dalam menggerakan roda
kenaikan peranan dan kegiatan dari jasa-jasa
perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat
keuangan
ditinjau
Akbarwati:2011).
dari
perannya
sebagai
sumber
sebuah untuk
terminologi
sector
menunjukan
terhadap
yang
terjadinya
ekonomi
Indikator
(Ika financial
pembiayaan, sarana bagi masyarakat dalam
deepening yaitu rasio Jumlah uang beredar
melakukan investasi pada berbagai instrument
(M2)
keuangan, dan penyelenggara industri jasa
perkembangan
keuangan yang menyelenggarakan fungsi
keuangan suatu negara.
108
terhadap
PDB, atau
sebagai
proksi
kedalaman
sektor
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
Indonesia
sebagai
negara
berkembang
baik tetap dibutuhkan untuk mendorong
memiliki karakter yang tidak berbeda jauh
inovasi dalam bidang keuangan.
dengan negara berkembang lainnya. Tujuan
Gregorio
utama dari pembangunan ekonominya adalah
mengemukakan bahwa financial deepening
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
suatu
tinggi. financial deepening secara tidak
pertumbuhan
langsung akan meningkatkan akses individu
mengalokasikan dana secara efektif ke sektor-
dan rumah tangga terhadap kebutuhan utama
sektor yang potensial, meminimalkan resiko
seperti kebutuhan primer, kesehatan, dan
dengan
financial
pendidikan.
deepening
akan
(1999) negara
dan
Alejandro
akan ekonomi
diversifikasi
(1985)
meningkatkan karena
produk
dapat
keuangan,
meningkatkan jumlah faktor produksi atau
berlanjut kepada turunnya angka kemiskinan.
meningkatkan
Terlebih lagi lembaga-lembaga keuangan
faktor produksi tersebut, dan meningkatkan
yang lebih kuat dan resiko yang semakin
tingkat investasi atau marginal produktifitas
terdiversifikasi
akumulasi modal dengan penggunaan yang
akan
dapat
memperkuat
efesiensi
semakin
gejolak
demikian,
memiliki dana lebih ke masyarakat yang
fleksibilitas, fungsi pengaturan yang lebih
memiliki peluang-peluang investasi produktif
kuat dan tata kelola perusahaan yang lebih
(Mishkin,
Namun
dari
penggunaan
ketahanan ekonomi sautu negara terhadap ekonomi.
efisien
dari
masyarakat
yang
2008).
Tabel 1 Perkembangan DPK, Pembiayaan, Sukuk Korporasi, Sukuk Negara, Financial Deepening Periode 2011-2015 Financial
Sukuk
Sukuk
Periode
Deepening
DPK
Pembiayaan
Korporasi
Negara
2011
1362281375
115415
102655
7915
62771
2012
1475788647
147512
147505
9790
98818
2013
170367094
183534
184122
11994
118707
2014
2181068453
217858
199330
12956
143901
2015
1616095002
215339
203895
14483
195501
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
109
Pada tabel 1. menggambarkan peningkatan
kebutuhanlainnya. (2) Dapat juga dengan
financial deepening dari tahun ke tahun.
meningkatkan akses masyarakat terhadap
Kondisi
sekor perbankan itu sendiri, yakni dengan
tersebut
diharapkan
akan
memberikan potensi pertumbuhan ekonomi di
melakukan
Indonesia dengan kondisi sistem keuangan
masyarakat luas seperti penambahan unit
yang ada, khususnya disektor perbankan dan
bank sehingga fungsi dari sektor perbankan
sektor keuangan non bank (pasar modal) yang
itu sendiri dapat dirasakan oleh seluruh
dapat
masyarakat.
menjalankan
fungsinya
seoptimal
ekspansi
Sedangkan
Pada sisi lain, perkembangan sektor keuangan
fungsinya sebagai financial intermediaries
syariah di Indonesia juga menunjukkan
ketika
perkembangan
mempertemukan
menggembirakan.
pasar
modal
kepada
mungkin.
yang
pasar
layanan
modal
menjalankan
tersebut
pihak-pihak
dapat yang
Kondisi ini dapat dilihat pada pertumbuhan
membutuhkan dana dengan pihak-pihak yang
nilai rata-rata jumlah dana pihak ketiga dan
ingin mengoptimalkan dananya. Misalnya
pembiayaan pada sector keuangan syariah
perusahaan yang ingin melakukan ekspansi
dari tahun ke tahun. Pada periode bulan
bisnis atau pemerintah butuh dana untuk
Januari 2011 sampai dengan bulan Desember
proyek pembangunan, dimana kedua pelaku
2015 menunjukkan tren perkembangan yang
tersebut dapat mengatasinya salah satunya
menaik (tabel 1), dengan nilai rata rata
dengan cara menerbitkan sukuk. Dan ketika
sebesar 115.415 (milyar Rupiah) untuk DPK
pasar
dan 102.655 (milyar Rupiah) untuk rata-rata
mempertemukan
nilai pembiayaan.
mengoptimalkan excess fund dengan pihak-
Data di atas paling tidak menjadi indicator
pihak yang membutuhkan dana maka fungsi
dengan adanya reformasi sektor keuangan
pasar modal sebagai financial intermediaries
terjadi peningkatan kinerja di sektor keuangan
terbentuk.
sehingga menyebabkan financial deepening.
Dari uraian diatas maka yang paling penting
Perbankan menjalankan fungsinya sebagai
adalah bagaimana kedua sektor keuangan
financial intermediaries dapat dengan: (1)
tersebut dapat menjalankan fungsinya secara
Lebih fokus untuk mengalokasikan dana yang
optimal sehingga akan terus menciptakan
telah dihimpun (DPK) dengan memberikan
sisten keuangan yang semakin dalam dari
pembiayaan
waktu ke waktu. Financial deepening baik
110
baik
untuk
investasi
atau
modal
dapat pihak
secara yang
efektif ingin
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
pada sektor perbankan dan pasar modal dapat
semakin kecil rasio antar jumlah uang beredar
dimanfaatkan untuk pertumbuhan sektor rill
dengan PDB menunjukan semakin dangkal
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
sektor
pertumbuhan ekonomi.
1996:3). Nasution (1990) dalam kaitannya
Paper ini akan membahas beberapa masalah
dengan pendalaman keuangan mengatakan
yang berkaitan dengan bagaimana DPK,
bahwa ukuran pendalaman keuangan suatu
pertumbuhan pembiayaan syariah, sukuk
negara ditunjukan oleh rasio antara jumlah
korporasi serta sukuk negara mempengaruhi
kekayaan yang dinyatakan dengan uang
financial deepening di Indonesia.
(financial asset) dengan pendapatan nasional.
keuangan
suatu
negara
(Lynch,
Keberadaan sektor keuangan dapat dilihat dari 2.
berbagai indikator dalam perkembangannya.
Tinjauan Literatur
Pendalaman
sektor
keuangan
(financial
Dalam hal ini terdapat beberapa pandangan
deepening) merupakan sebuah terminologi
mengenai
yang digunakan untuk menunjukan terjadinya
perkembangan sektor keuangan di suatu
peningkatan peranan dan kegiatan dari jasa-
negara.
jasa keuangan terhadap ekonomi. Maksud dari
dikemukakan oleh Lynch (1996:3-33) yang
terminologi ini juga mengarah kepada makin
menyatakan terdapat lima indikator untuk
beragamnya pilihan-pilihan jasa keuangan
mengetahui perkembangan sektor keuangan
yang dapat diakses oleh masyarakat dengan
suatu negara, yakni :
cakupan
a. Ukuran kuantitatif (Quantity Measures)
yang
semakin
luas.
Dengan
indikator Diantaranya
untuk
mengetahui
pendapat
yang
diharapkan
Indikator kuantitatif bersifat moneter dan
dapat berfungsi untuk menurunkan resiko dan
kredit, seperti rasio uang dalam arti
kerentanan
sempit terhadap PDB, rasio uang dala arti
pendalaman
sektor dari
keuangan
salah
satu
sub
sektor
keuangan.
luas terhadap PDB dan rasio kredit sektor
Financial Deepening menurut Shaw (1973)
swasta
merupakan
kuantitatif
keuangan
akumulasi yang
lebih
dari cepat
aktiva-aktiva dari
pada
akumulasi kekayaan yang bukan keuangan (Kitchen, 1988:14). Pendalaman keuangan
terhadap
pembangunan
ini dan
PDB. untuk
Indikator mengukur
kedalaman
sektor
keuangan. b. Ukuran struktural (Structural Measures)
ditunjukan oleh semakin besarnya rasio antara
Indikator stuktural menganalisa struktur
jumlah beredar dengan PDB. Sebaliknya
sistem
keuangan
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
dan
menentukan
111
pentingnya elemen-elemen yang berbeda-
mengambang fluktuasi nilai tukar mata
beda pada sistem keuangan.
uang
c. Harga
Sektor
Keuangan
(Financial
dapat
berdampak
pada
perekonomian. Suatu apresiasi mata uang
Price)
domestik terhadap mata uang asing dapat
Indikator ini dilihat dari tingkat bungaan
menyebabkan
kredit dan pinjaman sektor riil.
permintaan masyarakat akan barang dan
d. Skala Produk (Product Range)
jasa. Bila terjadi over demand, maka hal
meningkankan
Indikator ini dilihat dari berbagai jenis-
tersebut dapat mengakibatkan inflasi
jenis instrument keuangan yang terdapat
yang tinggi. Sedangkan apabila mata
dipasar keuangan.
uang domestik mengalami depresiasi
e. Biaya Transaksi (Transaction Cost)
Dan
semakin
terhadap mata uang asing, maka hal
Indikator ini dilihat dari spread suku
tersebut mengakibatkan masyarakat akan
bunga.
terus memburu mata uang asing. Kondisi
adapun
faktor-faktor
yang
ini
dikarenakan
masyarakat
akan
mempengaruhi financial deepening adalah
menyimpan sebagian kekayaan dalam
sebagai berikut :
bentuk mata uang asing. Sehingga secara
a. Nilai Tukar Mata Uang
umum depresiasi nilai tukar mata uang
Naik turunnya nilai tukar mata uang pada
akan
dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor
financial deepening.
sesuai dengan sistem yang dianutnya.
negatif
terhadap
b. Pendapatan Nasional
Dalam sistem nilai tukar tetap, maka nilai
Dalam
kurs mata uang domestik terhadap mata
pendapatan merupakan intensif yang
uang asing besar kecilnya ditentukan oleh
diperoleh
kebijakan pemerintah. Sedangkan dalam
usahanya. Semakin tinggi pendapatan
sistem nilai tukar mengambang, maka
menunjukan semakin besarnya insentif
nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh
yang diterima masyarakat dalam kegiatan
faktor-faktor seperti jumlah uang beredar,
ekonomi.
inflasi, tingkat bunga dan pendapatan
tersebut pada akhirnya berdampak pada
(Kuncoro, 1996:157)
semakin tinggi pula permintaan terhadap
Baik dalam sistem nilai tukar tetap
barang dan jasa dalam perekonomian.
maupun
112
berdampak
dalam
sistem
nilai
pengertian
ekonomi
masyarakat
Pendapatan
dari
yang
mikro kegiatan
tinggi
tukar
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
Dalam
kontek
makro
ekonomi
pendapatan diartikan sebagai keseluruhan
dananya di bank dan pada akhirnya suply dana investasi akan berkurang.
barang dan jasa (output) yang dihasilkan
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah
oleh perekonomian suatu negara pada
adalah
suatu periode waktu tertentu. Pendapatan
masyarakat
yang tinggi menandakan bahwa output
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk
yang
giro, tabungan, simpanan berjangka dan
dihasilkan
oleh
perekonomian
dana
yang kepada
dipercayakan bank
oleh
berdasarkan
umum
sertifikat deposito dan atau bentuk lain yang
semakin tinggi pendapatan masyarakat,
dipersamakan dengan itu dengan prinsip
maka
syariah. (Arifin,
menjadi
meningkat. akan
Secara
semakin
meningkatkan
2006:98).
Modal
yang
financial deepening.
dimiliki bank sebagian besar berasal dari dana
c. Tingkat Suku Bunga
pihak ketiga (DPK) sesuai dengan salah satu
Berkaitan dengan peranan tingkat bunga
fungsi bank yaitu menghimpun dana dan
terhadap pendalaman keuangan (financial
menyalurkan kepada masyarakat. (Siamat,
deepening), maka Mc Kinnon dan Shaw
2004). Dana pihak ketiga adalah dana yang
pada tahun 1973 menguraikan suatu teori
diperoleh
yang dijadikan dasar bagi pengambilan
masyarakat individu, perusahaan, pemerintah,
kebijakan di sektor keuangan di negara
rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain
sedang berkembang pada tahun 1980-an.
baik dalam mata uang rupiah maupum dalam
Pandangan
Shaw
mata uang asing. Pada sebagian besar atau
mengenai peranan suku bunga sangat
setiap bank, dana masyarakat ini umumnya
terkait dengan adanya kebijakan represi
merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal
keuangan (financial repression) yang
ini sesuai dengan fungsi bank sebagai
terjadi dalam perekonomian suatu negara.
penghimpun dana dari masyarakat. (Rivai,
Menurutnya represi keuangan yang salah
dkk, 2007)
satunya adalah ditandai oleh adanya
Pemberian kredit pada bank konvensional
pembatasan dalam tingkat bunga (suku
dalam
bunga riil rendah) dalam perekonomian,
membutuhkan
justru dapat menyebabkan rendahnya
keuntungan berupa bunga dan proporsi
minat masyarakat untuk menyimpan
dengan
Mc
Kinonn
dan
dari
masyarakat,
menjalankan
dipinjam
cara
dan
uang
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
kepada
mengambil
membungakan
tersebut.
dalam
uang
Prinsip
arti
yang bagian yang syariah
113
menandakan transaksi semacam ini dan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain
mengubahnya menjadi pembiayaan. Bank
itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah
tidak meminjamkan sejumlah uang kepada
agar instrument keuangan ini aman dan
nasabah, tetapi membiayai proyek keperluan
terbebas dari riba, gharar dan maysir.
nasabah. Dalam hal ini bank berfungsi
Definisi sukuk atau sertifikat ialah sertifikat
sebagai
tanpa
bernilai sama dengan bagian atau seluruhnya
meminjamkan uang dan membungakan uang
dari kepemilikan harta berwujud untuk
tersebut sebagai gantinya, pembiayaan uang
mendapatkan
nasabah tersebut dapat dilakukan dengan cara
kepemilikan aset dan proyek tertentu atau
membelikan
aktivitas
intermediasi
barang
uang
yang
dibutuhkan
hasil
investasi
dan khusus,
jasa
didalam
sertifikat
ini
nasabah. Lalu bank menjual kembali kepada
berlaku setelah menerima nilai sukuk, saat
nasabah atau dapat pula dengan cara bank
jatuh tempo menerima dana sepenuhnya
mengikutsertakan
sesuai dengan tujuan sukuk tertentu.
modal
dalam
usaha
nasabah. (Rivai, 2007:470)
Sementara itu menerut fatwa Majelis Ulama
Menurut Nafik (2009:246) kata sukuk berasal
Indonesia No 32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk
dari bahasa Arab shukuk, bentuk jamak dari
adalah suatu surat berharga jangka panjang
shakk, yang dalam istilah ekonomi berarti
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
legal instrument, deed, atau check. Secara
emiten kepada pemegang obligasi syariah.
istilah didefinisikan sebagai surat berharga
Sukuk mewajibkan emiten untuk membayar
yang berisi kontrak (akad) pembiayaan yang
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berdasarkan prinsip syariah. Sukuk secara
berupa bagi hasili margin/fee, serta membayar
umum dapat dipahami sebagai obligasi yang
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
sesuai dengan syariah. Sukuk pada prinsipnya
Menurut Rodoni (2009:109) obligasi syariah
mirip dengan obligasi konvensional, dengan
pada prinsipnya adalah pendanaan jangka
perbedaan
panjang yang berarti modal dari sukuk itu
pokok
antara
lain
berupa
penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil
harus
sebagai
disamping
pengganti
bunga,
adanya suatu
kembali
kepada
tambahan
para
investor,
keuntungan
yang
transaksi pendukung (underlying transaction)
diharapkan. Praktek sukuk harus dilaksanakan
berupa sejumlah aset tertentu yang menjadi
secara hati-hati karena berkaitan dengan
dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau
kinerja unsur-unsur dari semua pihak yang
perjanjian antara para pihak yang disusun
terlibat. Pada prinsipnya terdapat tiga pelaku
114
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
pokok dalam sistem sukuk, yaitu perusahaan
penerbitan
yang
vehicle-SPV).
memerlukan
kelebihan
dana
produktif
dan
dana,
investor
menginginkan pihak
yang
yang
dananya mengatur
SBSN
ini
(special
purpose
SBSN atau sukuk negara ini merupakan suatu instrumen
utang
piautang
tanpa
riba
pelaksanaan sistem sukuk ini, yaitu mediator
sebagaimana dalam obligasi, dimana sukuk
(Special Purpose Vehicle/SPV) dan Lembaga
ini diterbitkan berdasarkan suatu aset acuan
Pasar Modal Syariah.
yang sesuai dengan prinsip syariah.Dalam
Menurut
Huda
dan
Mustafa
Edwin
aplikasinya SBSN ini merupakan alternatif
(2008:136) kata sukuk, sakk, dan sakaik
pembiayaan APBN melalui penerbitan SBN.
berasal dari bahasa Arab yang jika ditelusuri
Sukuk Ritel Negara merupakan sukuk yang
dalam literature Islam sering digunakan untuk
dikeluarkan oleh pemerintah dan ditunjukan
perdagangan Internasional di wilayah muslim
bagi individu warga negara Indonesia. Meski
pada
kata
sukuk memiliki pengertian yang sama dengan
(menggambarkan transfer atau
obligasi konvensional, tetapi sukuk memiliki
abad
hawalah
pertengahan,
bersama
pengiriman uang) dan mudharabah (kegiatan
perbedaan
bisnis persekutuan). Akan tetapi sejumlah
konvensional tidak mengharuskan adanya aset
penulis barat mengenai perdagangan Islam
yang menjamin (underlying asset), sukuk
abad pertengahan memberikan kesimpulan
harus memiliki underlying asset yang jelas
bahwa kata sakk merupakan kata dari suara
sebagai penjamin.
latin cheque atau check yang biasanya
Beberapa
digunakan pada perbankan konteporer.
deepening secara umum memberikan hasil
Sukuk yang akan dikeluarkan pemerintah
bahwa menguatnya sector keuangan akan
disebut dengan Surat
memperkuat financial deepening. Azhari
Berharga Syariah
mendasar.
penelitian
Jika
mengenai
obligasi
financial
Negara (SBSN) atau dapat juga disebut Sukuk
Nourman, (2010)
Negara dan pertama kali diterbitkan pada
dependen Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,
tahun 2008. Sukuk ini merupakan surat
sedangkan variabel independen yaitu Dana
berharga yang diterbitkan oleh pemerintah
Pihak
Republik
Pemerintah,
Indonesia
berdasarkan
prinsip
Ketiga
dengan menggunakan
(DPK),
Obligasi
Kredit,
Obligasi
Korporasi,
dengan
syariah. Perusahaan yang akan menerbitkan
menggunakan teknik analisis yang metode
SBSN ini adalah merupakan perusahaan yang
Ordinary Least Square (OLS), menyimpulkan
secara khusus dibentuk guna kepentingan
bahwa pertumbuhan outstanding obligasi
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
115
yang
financial deepening terhadap pertumbuhan
disalurkan perbankan dan pertumbuhan dana
ekonomi di Negeria dengan menggunakan
pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan
metode Multiple Regression Model (MRM).
berkolerasi positif dan berpengaruh signifikan
Hasilnya menunjukan bahwa jumlah uang
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
beredar (M2/GDP) dan likuiditas pasar
Dede Ruslan, (2011) menggunakan variabel
berhubungan positif (nilai total saham/GDP)
dependen Financial Deepening dan variabel
dengan pertumbuhan ekonomi di Nigeria,
independen yaitu Tingkat Bunga, Pendapatan
sementara untuk persediaan uang (DD/M1),
Nasional,
votalitas ekonomi (kredit swasta/GDP) dan
perusahaan,
pertumbuhan
dan
Nilai
kredit
Tukar,
dengan
menggunakan metode analisis regresi linear
kapitalis
berganda
bahwa
berhubungan negatf dengan pertumbuhan
variabel independen yang digunakan dalam
ekonomi. Kebijakan pemerintah karenanya
model mempunyai pengaruh yang signifikan
harus diarahkan untuk meningkatkan strategis
terhadap
(OLS),
financial
menyimpulkan
deepening.
Samuel
pasar
uang beredar
(nilai
saham/GDP)
dan mempromosikan pasar
Mbadike Nzotta dan Emake .J. Okereke
modal yang efisien yang akan meningkatkan
(2009), menyimpulkan bahwa tingkat suku
efesiensi ekonomi secara keseluruhan.
bunga kredit, rasio tabungan keuangan, GDP,
Pradham,
deposito bank memiliki hubungan yang
penelitiannya
signifikan
deepening.
Deepening, Foreign Direct Investment and
Eduardo Court, Emre Ozsoz, dan Erick W.
Economic Growth: Are The Cointegrated”.
Rengifo (2010), dengan judul penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
“Deposit Dollarization and Its Impact on
India, penelitian yang dilakukan yaitu melihat
Financial Deepening in the Developing
keseimbangan
World”, menyimpulkan bahwa dolarisasi
deepening
memiliki dampak negative pada financial
pertumbuhan ekonomi di India selama 1970-
deepening kecuali pada keadaan ekonomi
2007. Hasil penelitian menunjukan bahwa
dengan inflasi yang tinggi.
kedalaman
Onwumera et al (2012) dalam penelitiannya
deepening), investasi asing dan pertumbuhan
yang berjudul “The Impact of Financial
ekonomi keseimbangan berkelanjutan jangka
Deepening on Economic Growth : Evidence
panjang. Error Correction Modl (ECM) lebih
from Nigeria” bertujuan menganalisis dampak
lanjut menegaskan adanya kausalitas dua arah
116
terhadap
financial
Prakash
Rudra
yang
berjudul
jangka
atara
sektor
(2010)
panjang
investasi
“Financial
financial
langsug
keuangan
dalam
dan
(financial
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
antara
investasi
langsung
asing
dan
pertumbuhan ekonomi dan kausalitas searah 3.
dari financial deepening untuk investasi asing langsung.
Kerangka Berfikir Dana Pihak Ketiga Sektor Keuangan Bank (Perbankan Syariah)
Pembiayaan Financial Deepening Sukuk Korporasi
Sektor Keuangan Non Bank (Pasar Modal Syariah)
Sukuk Negara
Sektor perbankan syariah dan pasar modal
Pemilihan variabel sebagai proksi financial
syariah merupakan dua sektor yang dianggap
deepening pada sektor perbankan didasarkan
memiliki
terhadap
pada aktivitas atau kegiatan utama perbankan
pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari
yaitu menghimpun dana dari masyarakat
kedalaman nilai financial deepening. Di
dalam bentuk dana pihak ketiga yang
Indonesia sektor pasar modal memang bukan
dihimpun perbankan kemudian menyalurkan
merupakan
bagian
keuangan.
Sektor
kontribusi
besar
dari
sektor
dana tersebut sebagai pembiayaan. Sedangkan
perbankanlah
yang
instrument sukuk pada sektor pasar modal
merupakan bagian dominan dalam sektor
syariah merupakan alternative pembiayaan
keuangan Indonesia. Namun baik pasar modal
jangka panjang yang dapat digunakan tidak
maupun perbankan keduanya mengalami
hanya oleh perusahaan, tetapi juga oleh
pertumbuhan yang berjalan beriringan.
pemerintah.
terbesar
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
117
Semakin perbankan
meningkatnya dan
pasar
peranan
sektor
modal
melalui
Januari 2011 sampai dengan Desember 2015 dengan urutan waktu bulanan.
peningkatan kontribusi, dana pihak ketiga
Data yang diambil meliputi data Financial
(DPK), pembiayaan, sukuk korporasi, dan
Deepening,
sukuk negara sehingga dapat mempengaruhi
perbankan syariah, Pembiayaan Perbankan
nilai financial deepening suatu negara.
syariah, Sukuk Korporasi, dan Sukuk Negara. Metode
4.
Dana
analisis
Pihak
pada
Ketiga
(DPK)
penelitian
ini
menggunakan model Regresi linier berganda
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
dengan metode Ordinary Last Square (OLS)
adalah sebagai berikut:
sebagai motode estimasi parameter modelnya.
1. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh
terhadap
secara
signifikan terhadap Financial Deeping. 2. Variabel
Pembiayaan
berpengaruh
Sebagai kelengkapan metode OLS, juga dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu Uji Normalitas,
Uji
Multikolinieritas,
Uji
Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi.
secara signifikan terhadap financial III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deepening. 3. Variabel berpengaruh
Sukuk secara
Korporasi
1.
signifikan
Pengujian
terhadap Financial Deeepening. 4. Variabel Sukuk Negara berpengaruh
Analisis Model Regresi normalitas
dilakukan
untuk
menguji apakah model regresi yang dibuat nilai residualnya mengikuti distribusi normal.
secara signifikan terhadap Financial
Asumsi
Deepening
syarat
kenormalan pengujian
dibutuhkan
signifikansi
sebagai parameter
modelnya. II.
METODOLOGI PENELITIAN
Dengan menggunakan metode Jarque-Bera
Data dan metode analisis
dengan menggunakan taraf nyata (α) 5%
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini
didapatkan hasil bahwa nilai probability
adalah data sekunder yang bersumber dari
sebesar 0.381700 yang lebih besar dari
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
tingkat signifikansi sebesar 0.05 yang berarti
(OJK). Data diambil pada periode data bulan
bahwa residual berdistribusi normal.
118
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
Tabel 2. Uji Normalitas Residual Jarque-Bera
Probability
1.926239
0.381700
Sumber : hasil olah data untuk
terkena multikolinieritas atau tidak, yaitu
mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi)
dengan menguji koefisien korelasi antar
yang signifikan di antara dua atau lebih
variabel independen, jika terjadi korelasi,
variabel independen dalam model regresi.
maka
Deteksi adanya multikolinieritas dilakukan
model regresi yang baik adalah tidak terjadi
dengan menggunakan uji korelasi parsial
multikolinieritas antar variabel independen
antar variabel independen. Dengan melihat
dengan variabel dependen. Hasil pengujian
nilai koefisien korelasi (r) antar variabel
multikolinieritas menggunakan uji korelasi (r)
independen, dapat diputuskan apakah data
dapat
Uji
multikolinieritas
dilakukan
terdapat
dilihat
multikolinieritas,
pada
table
3
dimana
berikut
:
Tabel 3 . Hasil Uji Correlation Matrix DPK
Pembiayaa
Sukuk
Sukuk
n
NEG
Korp
LDPK
1.000000
0.992319
0.964340
0.959064
Pembiayaa
0.992319
1.000000
0.957801
0.954056
0.964340
0.957801
1.000000
0.957213
0.959064
0.954056
0.957213
1.000000
n Sukuk NEG Sukuk Korp Sumber : hasil olah data Nilai pada Correlation Matrix menunjukkan
multikolinieritas
bahwa korelasi terjadi multikolinieritas antara
disebabkan oleh tren yang sama pada variabel
variabel variabel independen yang dipakai.
variabel tersebut pada perkembangan tahun
Namun demikian analisis terhadap model
ke tahunnya untuk periode penelitian yang
tetap dilanjutkan dengan pertimbangan bahwa
diambil. Disamping itu secara structural,
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
terjadi
kemungkinan
119
model yang dibangun juga didukung secara
Jika variance dari residual satu pengamatan
teoritis.
ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Uji
heteroskedastisitas
bertujuan
untuk
Homoskedastisitas. Dengan menggunakan uji
menguji apakah dalam model regresi terjadi
white
ketidaksamaan variance dari residual dari
heterokedastisitas didapatkan hasil sebagai
satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
berikut :
untuk
mendeteksi
adanya
Tabel 4. White Heterokedasticity Test Obs*R-squared
Prob
12.88493
0.0119
Sumber : hasil olah data Dari tabel 4 di atas diketahui bahwa nilai
tingkat kesalahan tahun sebelumnya. Uji
probabilitas sebesar 0.0119 yang lebih kecil
autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam
dari nilai α sebesar 0.05. Karena
model regresi ada korelasi antara kesalahan
nilai
probabilitas lebih kecil dari α = 5% maka
pada
disimpulkan bahwa dalam model terdapat
mendeteksi masalah autokorelasi digunakan
masalah heteroskedastisitas.
uji Breuesch Godfrey atau lebih dikenal
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadi korelasi antara residual tahun ini dengan
periode
waktu
yang lain.
Untuk
dengan uji Langrange Multiplier (LM-Test) (Pengganda Langrange).
Tabel 5. Langrange Multiple Test (LM-Test) Obs*R-squared
Prob
46.51541
0.0000
Sumber : hasil olah data Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai
Beberapa asumsi terhadap model yang tidak
probabilitas 0.0000 yang lebih kecil dari nilai
dipenuhi pada pengujian di atas (Autokorelasi
α sebesar 0.05 , sehingga dapat disimpulkan
dan heteroskedastisitas) tidak menghalangi
bahwa di dalam model terdapat masalah
model untuk tetap digunakan sebagai analisis,
autokorelasi.
dikarenakan estimasi yang dihasilkan tetap
120
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
unbiased walaupun hasil estimasinya tidak
2.
effisien (gujarati, 2006).
Model regresi yang dibagun adalah sebagai
Pengujian Hipotesis Model
berikut : Financial Deepening (FD) = C + 1 DPK + 2 Pembiayaan (Pb) + 3 Sukuk Negara (SN) + 4 Sukuk Korporasi (SK) Hasil pengujian terhadap ketepatan model yang dibuat (Uji-F) didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 6 Uji F F-statistic
93.15079
Prob. F(2,54)
0.0000
Sumber : hasil olah data Berdasarkan
tabel
6,
diperoleh
R2 , didapatkan nilai sebesar 0.490911,
nilai
probabilitas sebesar 0,0000, sehingga dapat
menunjukkan
disimpulkan bahwa model signifikan dalam
terdapat pada variabel Financial Deepening
menjelaskan pengaruh DPK, Pembiayaan
dapat dijelaskan oleh variabel independen
Syariah, Sukuk Negara, Sukuk Korporasi
yang ada (DPK, Pembiayaan, Sukuk Negara,
terhadap Financial Deepening.
Sukuk Korporasi) sebesar 49,09%, sedangkan
bahwa
variasi
nilai
yang
sisanya 50,91 % dijelaskan oleh faktor atau
Koefisien determinasi menggunakan adjusted
variabel lain diluar variabel yang diteliti.
Tabel 7 Uji Partial Model (Uji t) Variabel
Koefisien
DPK Pembiayaan Sukuk Negara Sukuk Korporat
Prob
1,552
0,0239
-1,095
0,0698
0,698
0,0006
-1,295
0,0002
Sumber : hasil olah data
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
121
Pengujian untuk mengetahui pengaruh secara
nilai
parsial
sehingga dengan taraf nyata 5% dapat
(individu)
independen
(DPK,
variabel-variabel Pembiayaan,
probability
sebesar
0,0698
Sukuk
disimpulkan
Pembiayaan
Korporasi, dan Sukuk Negara) terhadap
berpengaruh
signifikan
variabel dependen yaitu Financial Deepening
financial deepening di Indonesia.
menggunakan uji-t.
3.
Untuk
variabel
tidak terhadap
Sukuk
Negara
Dari tabel 7, didapatkan hasil pengujian
didapatkan nilai probability sebesar
hipotesis terhadap variabel variabel yang
0,0006 sehingga dengan taraf nyata 5%
diduga mempengaruhi financial deepening,
dapat
sebagai berikut :
berpengaruh
1.
financial deepening di Indonesia.
Untuk variabel DPK didapatkan nilai probability sebesar 0,0239 sehingga dengan
taraf
disimpulkan
2.
nyata DPK
5%
4.
disimpulkan
Untuk
Sukuk
signifikan
variabel
Sukuk
Negara terhadap Korporasi
dapat
didapatkan nilai probability sebesar
berpengaruh
0,0002 sehingga dengan taraf nyata 5%
signifikan terhadap financial deepening
dapat
disimpulkan
di Indonesia.
berpengaruh
Untuk variabel pembiayaan didapatkan
financial
sukuk
signifikan
deepening
di
korporasi terhadap Indonesia.
Hasil akhir model yang diperoleh adalah sebagai berikut : Financial Deepening (FD) = 1,552 DPK – 1,095 Pembiayaan (Pb) + 0,698 Sukuk Negara (SN) – 1,295 Sukuk Korporasi (SK) 3.
Pengaruh
Dana
Pihak
Ketiga
terhadap Financial Deepening
2006:98). Hasil regresi Dana Pihak Ketiga (DPK)
terhadap
menghasilkan
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
1,552772. Hal ini berarti Dana Pihak Ketiga
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana
(DPK) memiliki pengaruh yang positif dan
dalam
signifikan terhadap Financial Deepening.
giro,
tabungan,
simpanan
koefisien
Deepening
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang
bentuk
nilai
Financial
sebesar
berjangka, dan sertifikat deposito dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
dengan menggunakan prinsip syariah. (Arifin,
sebelumnya yang dilakukan oleh Azhari
122
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
Norman (2010) yang menyatakan bahwa dana
yang sifatnya
pihak
mendorong
ketiga
berpengaruh
signifikan
terhadap
financial
Indonesia.
Semakin
banyak
dihimpun
dari
positif
dan
deepening
produktif,
sehingga
meningkatnya
akan
pertumbuhan
ekonomi.
dana
yang
maka
akan
Secara umum, pada periode penelitian terjadi
semakin banyak pula dana yang akan
tren kenaikan yang cukup signifikan pada
dialokasikan sebagai dana pinjaman yang
DPK. Berikut ini adalah gambar grafik
dapat digunakan untuk investasi atau kredit
perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
masyarakat
Gambar 2. Perkembangan DPK
Dana Pihak Ketiga 250000 200000 150000 Dana Pihak Ketiga
100000 50000 0 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Bank Indonesia Dapat diketahui bahwa nilai dana pihak ketiga
nilai dari tahun ke tahun menunjukan adanya
dari tahun ketahun mengalami peningkatan.
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
Jumlah nilai tertinggi peningkatan dana pihak
untuk menyimpan dananya di bank.
ketiga terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah
Dana
dana senilai Rp 36.022 miliyar. Sedangkan di
berpengaruh dalam penentuan pembiayaan
tahun
sesudahnya
yang akan disalurkan perbankan tersebut,
mengalami peningkatan tetapi tidak sebanyak
karena pembiayaan perbankan sampai saat ini
jumlah pada tahun 2013. Adanya peningkatan
masih didominasi dari dana pihak ketiga yang
sebelum
2013
dan
pihak
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
ketiga
relative
sangat
123
dihimpun perbankan. Semakin banyak dana
jumlah komposisi pada tahun 2014 di
yang dihimpun dari masyarakat maka akan
sebabkan karena adanya perubahan komposisi
semakin banyak pula dana yang akan
akad yaitu akad qard yang mengalami
dialokasikan sebagai dana pinjaman yang
penurunan dikarenakan menurunnya aktifitas
dapat
gadai emas di bank syariah. Dan pada sampai
digunakan
untuk
investasi
atau
pembiayaan lainnya yang bersifat produktif,
2015
sehingga akan mendorong meningkatnya
murabahah masih mendominasi bank syariah.
pertumbuhan ekonomi.
5.
4.
Pengaruh
Pembiayaan
Terhadap
pembiayaan
menggunakan
akad
Pengaruh Sukuk Negara terhadap Financial Deepening
Hasil regresi sukuk negara terhadap financial
Financial Deepening Hasil regresi Pembiayaan terhadap Financial
deepening
Deepening
koefisien
sebesar 0,698. Hal ini berarti sukuk negara
sebesar -1,095. Hal ini berarti pembiayaan
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap financial deepening. Hasil tersebut
terhadap Financial Deepening.
hampir sama dengan yang didapat oleh
tidak
menghasilkan
signifikan
nilai
tersebut
Hasil yang kemungkinan
peneliti
menghasilkan
lainnya
dimana
nilai
koefisien
sukuk
negara
dikarenakan industri keuangan syariah pada
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pembiayaan masih relative kecil dan masih
financial deepening. Dengan memperhatikan
terbatasnya akad yang dikeluarkan perbankan
fakta-fakta bahwa penerbitan sukuk negara
sehingga porsi pembiayaan pada perbankan
mengambil peranan penting dalam keuangan
syariah
negara terutama pembiayaan APBN, maka
masih
sedikit
dan
tidak
mempengaruhi sektor keuangan secara umum
pemerintah
di Indonesia.
menerbitkan sukuk negara sesuai dengan
Bila dilihat pertumbuhan pembiayaan dari
target APBN secara efisien.
tahun 2011 hingga 2015 memang mengalami
Sukuk Negara adalah Surat Berharga Syariah
peningkatan
Meski
Negara (SBSN) yang diterbitkan berdasarkan
mengalami peningkatan dari segi jumlah
prinsip syariah sebagai bukti atas bagian
pembiayaan, semula Rp 184 miliar pada
penyertaan
Desember 2013 menjadi Rp 199 miliar pada
(Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008
Desember 2014, namun dari sisi komposisi
Tentang
akadnya mengalami penurunan. Penurunan
Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara
124
dari
sisi
jumlah.
selalu
berupaya
terhadap
SBSN).
aset
Peran
agar
sukuk Surat
dapat
negara Berharga
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
sebagai salah satu instrument pembiayaa
pemerintah menerapkan kebijakan anggaran
APBN semakin meningkat dari waktu ke
ekspensif untuk mendorong pertumbuhan
waktu. Sesuai dengan Undang-Undang No 19
ekonomi.
Tahun 2008 tentang SBSN, tujuan penerbitan
meningkatkan belanja tersebut, tentu bukan
SBSN yang utama adalah untuk membiayai
hanya didukung oleh penerimaan pajak dan
defisit APBN termasuk didalamnya untuk
non pajak, tetapi juga harus didukung oleh
pembiayaan proyek-proyek pemerintah. Peran
instrument
SBSN sebagaimana tersebut dalam Undang-
negara di dalamnya.
Kebijakan
pemerintah
pembiayaan,
termasuk
untuk
sukuk
Undang SBSN semakin dirasakan ketika Gambar : 3. Perkembangan Sukuk Negara
Sukuk Negara 250000 200000 150000 Sukuk Negara
100000 50000 0 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Perkembangan sukuk negara selama 5 tahun
negara dalam pembiayaan APBN diantaranya
terakhir terus mengalami peningkatan. Pada
dapat dilihat dari meningkatnya jumlah
tahun 2011 jumlah sukuk negara sebesar Rp
penerbitan sukuk negara dari tahun ke tahun.
62.771 Miliyar dan pada tahun 2015 jumlah
Berdasarkan data dari Direktorat Jendral
sukuk negara sebesar Rp 201.017 Milyar.
Pengelolaan
Meningkatnya nilai sukuk dari tahun ke tahun
(DJPPR).
terdapat indikasi menguatnya peran sukuk
Sesuai strategi pembiayaan yang ditetapkan
Pembiayaan
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
dan
Resiko
125
oleh pemerintah, penerbitan sukuk negara saat
menerbitkan sukuk negara sesuai dengan
ini
target APBN secara efisien.
lebih
banyak
pembiayaan
dipergunakan
proyek
untuk
infrastruktur
6.
Pengaruh Sukuk Korporasi Terhadap Financial Deepening
dibandingkan dengan pembiayaan defisit APBN secara umum. Adanya sukuk negara
Hasil regresi sukuk negara terhadap financial
sebagai instrument pembiayaan diharapkan
deepening
dapat menambah kapasitas pemerintah dalam
sebesar 0,698. Hal ini berarti sukuk negara
pembangunan infrastruktur.
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
Seiring berkembanganya keuangan syariah di
terhadap financial deepening. Hasil yang
Indonesia,
sebagai
sama juga didapat oleh peneliti lain dimana
pendorong pertumbuhan keuangan syariah
sukuk korporasi memiliki pengaruh yang
juga semakin penting. Saat ini sukuk negara
signifikan terhadap financial deepening. Hasil
bukan hanya bermanfaat sebagai acuan bagi
penelitian juga menunjukkan bahwa sukuk
sektor swasta untuk menerbitkan sukuk dan
korporasi
instrument investasi bagi lembaga keuangan
perkembangan institusi perusahaan itu sendiri
yang memiliki ekstra likuiditas, tetapi juga
sehingga dapat menambah instrument syariah
dipergunakan oleh Bank Indonesia sebagai
yang
instrument operasi pasar terbuka. Dengan
pembiayaan dan investasi dalam pasar yang
demikian fungsi sukuk negara saat ini bukan
pada
hanya pada sektor fiskal sebagai instrument
perkembangan
pembiayaan APBN, tetapi juga berperan pada
perekonomian Indonesia.
sektor moneter sebagai pengendali jumlah
Perkembangan jumlah sukuk korporasi dari
uang beredar. Dengan memperhatikan fakta-
tahun
fakta
negara
perkembangan yang baik. Hal ini dapat dilihat
mengambil peranan penting dalam keuangan
dari tren kenaikan yang selalu positif,
negara terutama pembiayaan APBN, maka
sebagaimana dapat dilihat pada gambar 4
pemerintah
berikut.
126
peran
bahwa
sukuk
penerbitan
selalu
negara
sukuk
berupaya
agar
dapat
bisa
menghasilkan
dapat
ke
bermanfaat
digunakan
gilirannya
nilai
sebagai
mampu
juga
bagi
alternatif
menompang
pendalaman
tahun
koefisien
pada
menunjukkan
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
Gambar : 4 Perkembangan Sukuk Korporasi
Sumber : Otoritas Jasa Keungan (OJK) Pertumbuhan sukuk pada level tertinggi pada
sukuk negara. Bapepam (2012) menjelaskan
tahun 2015 sedangkan terendah pada tahun
tentang beberapa faktor penyebab rendahnya
2011. Namun jika di analisis pada tingkat
penerbitan sukuk tersebut diantaranya kondisi
kenaikan pada pertumbuhan sukuk korporasi
ekonomi
dari tahun 2011 hingga tahun 2015 memiliki
manajemen terhadap sukuk, proses penerbitan
pertumbuhan yang naik turun. Pertumbuhan
sukuk,
sukuk korporasi pada level tertinggi adalah
penerbitan sukuk. Selain itu, terdapat faktor
pada tahun 2013 dengan kenaikan jumlah
yang secara tidak langsung terkait dengan
emisi 13 sukuk dari tahun 2012 ke tahun 2013
likuiditas
dengan nilai sebesar Rp 2204 milyar. Dan
pertama; masih terbatasnya penerbitan sukuk
kenaikan jumlah emisi sukuk korporasi
korporasi di Indonesia baik dari aspek jumlah,
terendah adalah pada tahun 2011 yaitu
variasi tenor maupun jenis akad. Kedua;
sejumlah 1 emisi sebesar Rp 100 milyar dari
masih
tahun 2010 ke tahun 2011.
terhadap perdagangan sukuk korporasi di
Walaupun sukuk koroporasi muncul lebih
pasar sekunder. Ketiga; penerbitan sukuk
awal
tetapi
korporasi masih ditawarkan tidak secara retail
pertumbuhannya cukup lambat dibandingkan
kepada masyarakat luas namun terbatas
dari
pada
sukuk
negara
secara dan
umum,
aspek
pasar
kurangnya
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
pehamanan
perpajakan
sekunder
dalam
sukuk,
pemahaman
yaitu
investor
127
kepada investor institusi atau individu dengan
negatif dan signifikan terhadap Financial
nilai nominal yang relatif besar, walaupun
Deepening di Indonesia.
beberapa regulasi yang telah ada cukup memfasilitasi
untuk
dijadikan
sebagai
landasan dalam penerbitan sukuk korporasi ritel. Keempat; mayoritas karakter investor sukuk korporasi merupakan investor institusi lokal seperti
perusahaan asuransi,
dana
pensiun dan reksadana terstruktur yang memiliki
kecenderungan
membeli
untuk
disimpan hingga jatuh tempo. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data analisis
yang
telah
dilakukan,
dan dapat
disimpulkan bahwa : 1. Variabel Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan Syariah, Sukuk Korporasi, dan Sukuk Negara
bersama–sama
berpengaruh
signifikan terhadap variabel Financial Deepening di Indonesia. 2. Variabel Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Deepening di Indonesia. 3. Variabel Pembiayaan
Syariah tidak
berpengaruh terhadap variabel Financial Deepening di Indonesia. 4. Variabel
Sukuk
Negara
memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Deepening di Indonesia. 5. Variabel Sukuk Korporasi berpengaruh 128
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
DAFTAR PUSTAKA Ajija, Shochrul Rohmatul. “Cara Cerdas Menguasi Eviews”, Salemba Empat, Jakarta, 2011 Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dan Teori ke Praktek”, Gema Insani, Jakarta, 2001. Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2006. Gujarati, Damadar. “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta, 2006. Hasan, Zubairi. “Undang-Undang Perbankan Syariah”, PT RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2009. Karim, Adiwarman. “ Ekonomi Islam Edisi Kedua”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008. Kasmir, “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo, Jakarta, 2002. Kuncoro, Mudrajad. “Manajemen Keuangan Internasional Edisi Pertama”, BPEE, Yogyakarta, 1996. Mankiw, Gregory, N. “Makroekonomi Edisi Lima Harvard University”, Erlangga, Jakarta, 2003. Mckinnon, Ronald and Edward Shaw. “Money and Capital in Economic Development”, Brooking Institution, Wahington DC, 1973. Muhammad. “Manajemen Bank Syariah”, AMP YKPN, Yogyakarta, 2002. Nafik, Muhammad. “Bursa Efek dan Investasi Syariah”, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2009. Pradhan, Prakash Rudra. “Financial Deepening, Foreign Direct Investment and Economic Growth: Are They Cointegrated”, Internasional Journal of Financial Research Vol. 1, No. 1; Desember 2010 Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Ciputat, 2009. Ruslan, Dede. “Analisis Financial Deepening di Indonesia”, Journalof Indonesian Applied Economics, Universitas Negeri Medan, Medan, 2011 Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Ketiga”, FEUI, Jakarta, 2001. Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Ekonomi Makro”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004. Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews Edisi Kedua”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009. Widarjono, Agus. “ Ekonomi:Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”, Ekonisia, Yogyakarta, 2005. Nachrowi, Hadius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktisi Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Jakarta, 2006.
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016
129
Norman, Azhari. “Analisis Pengaruh Financial Deepening Pada Sektor Perbankan dan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2010. www.bi.go.id www.ojk.go.id
130
JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016