ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (SETELAH UNDANG-UNDANG PERBANKAN SYARIAH NO.10 TAHUN 1998)
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh: FIRDAUS ROSYIDI F. 0104061
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING 1
2
Skripsi dengan judul : ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (SETELAH UNDANG-UNDANG PERBANKAN SYARIAH NO.10 TAHUN 1998)
Surakarta, 22 Desember 2009 Disetujui dan diterima oleh: Pembimbing,
(Drs. Akhmad Daerobi. Msi) NIP. 19570804 19861 1 001
HALAMAN PENGESAHAN
3
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Surakarta,
Desember 2009
Tim Penguji Skripsi
1. Izza Mafruhah, SE, Msi NIP. 197203232 00212 2 001
Ketua
(
)
2. Drs, Akhmad Daerobi, Msi NIP. 19570804 19861 1 001
Pembimbing (
)
3. Dra.Nunung SM NIP. 195808051 98601 2 001
Anggota
)
MOTTO
(
4
Hai
Orang-orang
yang
beriman
jadikanlah
sabar
dan
sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah :153)
Dia berikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang di kehendaki-Nya. Barang siapa mendapatkan hikmah itu,
sesungguhnya
banyak;
dan
dia
tidaklah
mendapatkan
menerima
kebajikan
peringatan,
yang
melainkan
orang-orang yang berakal (QS. Al-Baqarah:169)
PERSEMBAHAN
5
Karya ini penulis persembahkan untuk :
Allah SWT atas limpahan rahmat & karunia-Nya.
dan dihadiahkan kepada : Ayah dan Bunda tercinta yang telah dengan sabar memberikan limpahan kasih sayang dan dorongan, bimbingan serta do’a restunya, baik moril maupun materiil selama peneliti menuntut ilmu Kakak, yang sangat peneliti sayangi
dan
senantiasa
memberikan semangat kepada peneliti.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
6
skripsi ini dengan judul “Analisis Struktur Pasar dan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia (Setelah Undang-undang Perbankan Syariah No.10 Ttahun 1998) Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persiapan,
perencanaan,
dan pelaksanaan hingga terselesaikannya
penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Drs. Akhmad Daerobi, Msi selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNS. 3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan. 4. Dra. Izza Mafruhah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. 5. Tim penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.
7
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis. 7. Bank Indonesia cabang Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi. 8. Keluarga yang senantiasa mendukung, memberi dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, bantuan moril dan materiil, juga lantunan do’a yang tiada henti-hentinya. 9. Keluarga dan saudara-saudara di Solo yang juga telah memberikan dorongan, do”a dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.
Ibarat pribahasa tiada gading yang tak retak, begitu pula skripsi ini masih memerlukan tanggapan, saran, kritik dan perbaikan. Semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Saran serta kritik akan penulis terima, sebagai bahan evaluasi bagi penulis.
8
Surakarta, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
v
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vi
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
9
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiii
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Perumusan Masalah ........................................................................
6
....................................................................................................... C. Tujuan Penelitian............................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
8
II. TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Pasar dan Industri..........................................................
9
B. Teori Organisasi Industri ................................................................
10
1. Ruang Lingkup Organisasi Industri ............................................
10
2. Struktur Pasar.............................................................................
11
3. Konsentrasi Industri ...................................................................
17
4. Kinerja Industri ..........................................................................
23
5. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri............................
24
C. Lembaga Keuangan Bank ...............................................................
25
1. Pengertian Bank dan Lembaga Keuangan...................................
26
2. Fungsi Bank ...............................................................................
26
3. Jenis dan Kegiatan Bank ............................................................
28
4. Penilaian Kesehatan Bank ..........................................................
31
5. Penggabungan Usaha Bank .......................................................
34
D. PenelitianTerdahulu........................................................................
36
E.
Kerangka Teoritis ...........................................................................
38
F.
Hipotesis ........................................................................................
40
III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
41
B. Jenis dan Sumber Data ...................................................................
42
C. Definisi Operasional Variabel.........................................................
43
10
D. Metode Analisis Data .....................................................................
45
1. Struktur Pasar Industri Perbankan Syariah .................................
45
2. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri............................
47
3. Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah..............
52
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perkembangan Industri Perbankan Syariah di Indonesia ........................................................................................
60
1. Tujuan Pengembangan Perbankan Syariah ................................
64
2. Hukum Perbankan dalam Islam ..................................................
65
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data ..................................................
76
1. Analisis Konsentrasi dan Struktur Pasar Kelompok Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2004 - 2007 ...................
74
.................................................................................................. a. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun 2004 .
75
b. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun 2005 ..
77
c. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun 2006 ..
79
d. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun 2007 ..
81
2. Analisis Korelasi Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2001 - 2002....................................
90
a. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Terbesar (CR3) dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................
90
b. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Terbesar (CR3) dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)............................
93
c. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Terbesar (CR3) dengan Return on Assets (ROA) ...........................................
96
3. Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah dari tahun 2001 - 2007 ................................................................................ 100 a. Paired Sample t Test.............................................................
101
b. Wilcoxon Signed Rank Test................................................... 109
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... 119
11
B. Saran ..............................................................................................
121
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman TABEL 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah .......................................................
5
4.1 Fatwa mengenai produk – roduk perbankan Syariah ..............................
72
4.2 Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2004 Ditinjau dari 3 Variabel
77
4.3 Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2005 Ditinjau dari 3 Variabel
79
4.4 Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2006 Ditinjau dari 3 Variabel 4.6 Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2007 Ditinjau dari 3 Variabel 4.11 Rata-rata Rasio Konsentrasi Tiga BUSND Terbesar .............................
102
4.12 Rata-rata Rasio Konsentrasi Delapan BUSND Terbesar ....................... 103 4.14 Rata-rata Indeks Herfindahl BUSND .................................................... 104
12
4.16 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset dengan CAR................................................................................. 106 4.17 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan CAR...........................................................
107
4.18 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Pembiayaan Yang Diberikan dengan CAR ........................................... 108 4.19 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset dengan FDR ................................................................................. 109 4.20 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan FDR ...........................................................
110
4.21 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Kredit yang Diberikan dengan FDR ..................................................... 111 4.22 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset dengan ROA ................................................................................ 111 4.23 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan ROA ..........................................................
113
4.24 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Kredit yang Diberikan dengan ROA ..................................................... 114 4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan FDR tahun 2001 – 2002... 101 4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun 2002 – 2003 .. 102 4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun 2003 – 2004 .. 104 4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun 2004 – 2005 .. 105 4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun 2005 – 2006 .. 107 4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun 2006 – 2007 .. 108 4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2001 - 2002 .............................
110
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 111 4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2002 - 2003 .............................
112
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 113 4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2003 - 2004 .............................
114
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 115 4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2004 - 2005 .............................
115
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 116 4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2005 - 2006 .............................
116
13
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 118 4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2006 - 2007 .............................
119
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 120
DAFTAR GAMBAR
Halaman GAMBAR 2.1
Kurve
Permintaan
yang
dihadapi
Produsen
di
Pasar
Sempurna..................................................................................
Persaingan 12
2.2
Hubungan Struktur, Perilaku, dan Kinerja ............................................
25
2.3
Skema Kerangka Pemikiran Analisis Struktur dan Kinerja ...................
39
4.2
Konsentrasi Industri Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan Aset .......
98
4.3
Konsentrasi Industri Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan Dana Pihak Ketiga ..................................................................................................
4.4
99
Konsentrasi Industri Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan Kredit yang Diberikan .............................................................................................
100
4.5
Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2001 - 2002…… 102
4.5
Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2002 - 2003……... 103
14
4.5
Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2003 - 2004 ... 105
4.5
Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2004 - 2005 ………
106 4.5
Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2005 – 2006……...
107 4.5
Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2006 - 2007 ........... 109
4.6
Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2001 - 2002 ......................... 110
4.6
Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2002 - 2003 ......................... 112
4.6
Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2003 - 2004 ......................... 114
4.6
Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2004 - 2005 ......................... 116
4.6
Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2005 - 2006 ......................... 118
4.6
Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2006 - 2007 ......................... 120
ABSTRAK ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (SETELAH UNDANG-UDANG PERBANKAN SYARIAH NO.10 TAHUN 1998) Firdaus Rosyidi NIM. F0104061 Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kondisi struktur pasar industri perbankan syariah di Indonesia tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 berdasarkan konsentrasi pangsa pasar bank atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan, (2) mengetahui hubungan antara struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar bank atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan dengan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia yang diwakili oleh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) selama kurun waktu penelitian, dan (3) mengetahui perbedaan ada tidaknya perbedaan kinerja bank syariah di Indonesia dilihat dari CAR, ROA, dan FDR dalam kurun waktu 2001 sampai dengan 2007. Sehubungan dengan tujuan tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut : (1) Industri perbankan syariah di Indonesia merupakan industri yang terkonsentrasi sehingga struktur pasarnya mengarah pada bentuk oligopoli (2) Diduga struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar bank atas aset, dana pihak ketiga, serta
15
pembiayaan yang diberikan memiliki hubungan yang cukup erat dengan kinerja Industri perbankan syariah di Indonesia yang diwakili oleh variabel CAR, ROA, dan FDR sesudah ada undang-undang perbankan syariah No. 10 tahun 1998. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dengan populasi seluruh bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia untuk beroperasi di Indonesia sejak tahun 2001 hingga akhir penelitian yakni tahun 2007. Alat analisis yang digunakan adalah rasio konsentrasi (konsentrasion ratio) dan Indeks Herfindhal yang selanjutnya akan dikaitkan dengan criteria J.S Bain untuk menentukan struktur pasar Bank Syariah di Indonesia; serta paired sampel t test dan wilcoxon signed rank untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2007. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pasar industri perbankan syariah berdasarkan pangsa pasar atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan cenderung mengarah pada tipe oligopoli murni dari tahun 2001 hingga tahun 2007 yang ditunjukan oleh nilai konsentrasi ratio (CR3 dan CR8) yang meningkat. Dan berdasarkan nilai Indeks herfindhal (IH) diketahui sejumlah 2 buah bank syariah yang menguasai pangsa pasar secara rata – rata dalam kurun waktu selama tuju tahun setelah di keluarkannya undang – undang perbankan syariah No. 10 tahun 1998. Selanjutnya dengan menggunakan uji korelasi dengan menggunakan α = 0,05 (two tailed) ditunjukkan bahwa tidak ada hubungan secara nyata antara variabel struktur pasar baik itu berdasarkan aset, dana pihak ketiga, maupun pembiayaan yang diberikan dengan variabel kinerja CAR. Artinya, berapapun nilai konsentrasi ratio atas ketiaga variabel tersebut masing masing tidak akan menaikkan kinerja CAR. selanjutnya uji korelasi yang dilakukan antara struktur pasar dengan kinerja FDR menunjukkan bahwa ada korelasi negative yang cukup kuat antara struktur pasar berdasarkan atas aset dan pembiayaan dengan kinerja FDR dan tidak ada korelasi antara struktur pasar berdasarkan atas aset dan dana pihak ketiga meningkat akan dimungkinkan menurunkan kinerja FDR, dan sebaliknya. Serta untuk uji korelasi antara struktur pasar dengan kinerja ROA dan tidak ada korelasi antara struktur pasar berdasarkan atas pembiayaan yang diberikan. Dari hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran antara: (1) setelah mengetahui bahwa konsentrasi pasar (khususnya berdasarkan aset dan dana pihak ketiga) mempunyai hubungan yang cukup erat dengan kinerja perbankan (khususnya FDR dan ROA) maka tidak ada jalan lain bagi perbankan untuk meningkatkan aset dan dana pihak ketiga pada bank mereka masing – masing tanpa mengabaikan peningkatan penyaluran kreditnya dalam ratio yang proporsional; (2) Pembentukan bank jangkar (anchor bank), yaitu bank yang benar – benar dikelola secara sehat dan professional sesuai konsep Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Bank jangkar tersebut selanjutnya diharapkan sebagai mitra Bank Indonesia (BI) dalam rangka mengembangkan perbankan Syariah Indonesia. Bank jangkar merupakan bank yang kuat dalam permodalan dan posisinya memerger dan mengakuisisi bank lain. Upaya penggabungan bank (merger) ditujukan agar bank semakin kuat dan siap dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat baik di dalam negeri maupun dalam menghadapi pasar bebas, di mana pesaing kita kali ini adalah bank-bank konvensional yang turut meramaikan pasar sehingga manjadi sangat kompetitif. Penggabungan ini terutama sekali dapat dilakukan oleh bank-bank yang memiliki pangsa pasar yang amat kecil baik dari variabel aset, dana pihak ketiga maupun variabel kredit yang disalurkan, agar
16
nantinya mampu bersaing dengan bank-bank lain yang mempunyai pangsa pasar yang jauh lebih besar. kata kunci : kinerja industri, industri perbankan syariah, aset, dana pihak ketiga, pembiayaan, FDR, CAR, ROA, pangsa pasar, correlation ratio, indeks herfindhal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mengatur perekonomiannya sebuah negara membutuhkan lembaga keuangan yang baik. Posisi lembaga keuangan sangatlah penting dalam mengatur alur pembayaran dan keuangan sebuah negara. Bank sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan mengemban tugas tersebut. Sehingga kedudukannyapun sangatlah penting dalam perekonomian. Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran system pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara
17
keseluruhan sebagai suatu sistem merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat (Suseno dan Piter Abdullah 2004). Hal ini juga menunjukkan bahwa Industri perbankan sangatlah memegang peranan penting dalam
suatu
perekonomian. Di berbagai sektor perekonomian baik makro maupun mikro keberadaan Industri perbankan sangat diperlukan. Kondisi ini terlihat bahwa bank tidak hanya sebagai tempat menyimpan uang tetapi juga berfungsi untuk memberikan kredit atau pinjaman bagi para nasabahnya. Kebutuhan masyarakat terhadap lembaga keuangan semakin meningkat, sehingga perlu didukung dengan kinerja perbankan yang cukup baik. Pada perkembangannya, sektor perbankan semakin memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Terlebih lagi pada saat kejayaan dari sektor minyak bumi mulai menurun, sehingga penerimaan dari sektor migas tidak lagi dapat diandalkan karena harga minyak terus merosot. Merosotnya harga minyak menyebapkan pemerintah mengalami kesulitan dalam membiayai pembangunan. Kesulitan anggaran ditandai dengan defisit anggaran negara yang semakin besar yang menuntut pengurangan kegiatan negara serta peningkatan efisiensi dan produktifitasnya. Maka untuk mengatasi kesulitan tersebut, pemerintah melakukan mobilisasi dana masyarakat melalui keuangan yang ada. (Cahayatiningsih, 2005) Industri perbankan sangatlah memegang peranan yang penting di tengah pasang surutnya perekonomian negara di Indonesia. Di tengah terpuruknya perekonomian Indonesia pada tahun 1998 kondisi perbankan juga ikut mengalami keterpurukan yang cukup besar. Beberapa bank konvensional terpaksa harus terkena likuidasi akibat dari dampak krisis ekonomi tersebut. Dan hanya beberapa
18
dari bank Umum Konvensional yang masih bertahan pada waktu itu dengan kinerjanya yang cukup baik. Industri perbankan selama sepuluh tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan cukup pesat. Fenomena baru dalam dunia perbankan telah memberikan kontribusi cukup bagus dalam perekonomian, yaitu ditandai dengan berdirinya Lembaga Keuangan Syariah. Bank Syariah merupakan fenomena baru dalam dunia perbankan di Indonesia kedudukannya teruji ketika terjadi krisis moneter di tahun 1998. Pada waktu itu perbankan syariah tidak terkena pengaruh dari krisis moneter pada saat itu. Hal ini terjadi dikarenakan prisnsip pembiayaan yang digunakan dalam perbankan syariah bukanlah dengan sitem bunga namun dengan menerapkan sistem bagi hasil. Bank Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang berdiri di Indonesia yang menerapkan prinsip Syariah. Perbedaan mencolok dari bank Syariah dengan bank-bank Konvensional lain adalah adanya sistem bagi hasil yang diterapkan kepada para nasabah yang akan melakukan peminjaman dana. Bank syariah atau biasa disebut Islamic Bank pertama kali muncul pada tahun 1963 di kota kecil Mit Gharm, Mesir. Lembaga keuangan Syariah atau biasa disebut dengan Bank Syariah ini berdiri sejak tahun 1992 dan ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. Bank Syariah sering dipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bunga
19
merupakan konsep yang lebih sempit dari bank Syariah, ketika sejumlah instrumen atau operasinya bebas dari bunga. Bank syariah, selain menghindari bunga, juga secara aktif berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial. (Ascarya & Diana Yumanita, Bank Syariah: Gambaran Umum. 2005). Jumlah Industri perbankan syariah di Indonesia memang belum begitu besar dibandingkan dengan Industri perbankan konvensional yang lain. Pada tahun 2004, baru terdapat 10 cabang bank umum syariah yang terdiri dari bank Muamalat dan bank syariah. Di butuhkan usaha yang cukup berat untuk memperluas perkembangan bank syariah. Namun dewasa ini perkembangan bank syariah mulai menunjukkan kenaikan yang cukup baik. Munculnya para nasabah baru yang mulai meminati perbankankan syariah akan menciptakan pangsa pasar baru bagi bank umum konvensional untuk membuka unit-unit syariah. Hal ini mulai dilihat dengan tumbuhnya badan-badan usaha syariah, seperti asuransi, reksadana, pegadaian, dan lembaga-lembaga keuangan lain dengan berbasiskan prinsip syariah. Seperti yang ditulis dalam buletin Ekonomi, Sharia Bussines Modal edisi 41 2004 bahwa saat ini perbankan syariah di Indonesia mengelola dana sekitar 2,5 miliar dolar AS. Hingga akhir tahun ini diperkirakan pertumbuhan perbankan syariah mencapai 36,4 persen. Hal ini telah menunjukkan bahwa semenjak tahun 1992 perkembangan lembaga keuangan di sektor syariah tengah mengalami peningkatan yang cukup mengembirakan. Selain itu juga perkembangan perbankan syariah juga didukung oleh pemerintah baik dari sisi kebijakan oleh BI dan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI
20
bahwa bunga bank adalah haram. Respon pemerintah ini mulai terlihat ketika dikeluarkannya Undang-undang perbankan No.10 tahun 1998. Di tengah perkembangan lembaga keuangan syariah beberapa respon masyarakat terhadap kinerja perbankan syariahpun mulai bermunculan. Beberapa kritikan tentang kinerja perbankan syariah muncul karena beberapa nasabah masih meragukan prisnsip syariah. Dalam prakteknya para nasabah menilai antara lembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan konvensional belum ada perbedaan yang mencolok. Sehingga dalam kinerjanya Industri perbankan syariah masih banyak mendapatkan kritikan.
Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Tahun Bank Umum Unit Usaha Syariah Syariah (BUS) (UUS) Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Kantor Bank Kantor Bank 2000 55 2 7 3 2001 84 2 12 3 2002 113 2 25 6 2003 189 2 45 8 Jun-04 223 2 56 10 Jul-04 228 3 56 10 Ags-04 233 3 60 11 Sep-04 235 3 66 12 Okt-04 240 3 69 14 Nov-04 245 3 70 15 Des-04 263 3 74 15 Jan-05 265 3 75 15 Feb-05 271 3 78 16 Mar-05 273 3 84 16 Apr-05 281 3 90 17 Mei-05 283 3 90 17 Jun-05 288 3 94 17 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia – Juni 2005
Dalam perkembangannya Bank Syariah telah mengalami banyak persaingan dengan Bank Konvensional. Namun sampai sekarang perkembangan
21
Bank Syariah sendiri masih belum dapat bersaing dengan kinerja bank Konvensional. Pengamat ekonomi UI Faisal Basri dalam seminarnya di Jakarta tanggal 25 November yang berjudul “kebijakan dan Peluang Investasi Berbasis Syariah di Indonesia” mengatakan bahwa pertumbuhan Bank Syariah hingga saat ini belum mampu menyamai perbankan konvensional. Setelah lebih dari 10 tahun beroperasi, asetnya masih di bawah 2 persen dari total aset perbankan nasional. Perkembangan Bank Syariah tidak akan mengalami kemajuan pesat apabila hanya menjadi follower dari bank konvensional.
Dengan umur yang tergolong masih muda diantara bank-bank umum dan swasta lainnya pada dasarnya Bank Syariah memilki tugas yang cukup berat dalam mengembangkan kinerja mereka sehingga dapat bersaing dengan Bank Kovensional yang lain. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian terhadap Struktur Pasar dan Kinerja Perbankan Syariah setelah adanya UU No.10/1998.
Dual banking system telah banyak diterapkan oleh beberapa bank Swasta di Indonesia namun persaingan dengan lembaga keuangan konvensionalpun masih harus dihadapi. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi terhadap kinerja Perbankan Syariah di Indonesia. Selain itu pula untuk mengetahui struktur pasar perbankan Syariah di Indonesia. Sehingga dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap kinerja Industri Perbankan Syariah agar menjadi lebih baik. Dengan begitu lembaga keuangan Syariah mampu bersaing dengan lembaga keuangan Konvensional dan berkembang menjadi lebih baik.
22
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi struktur pasar Bank Syariah di Indonesia setelah adanya krisis moneter di Indonesia, berdasarkan pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa pasar atas kredit yang diberikan ? 2. Apakah terdapat hubungan antara struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa pasar atas kredit yang diberikan dengan kinerja industri Perbankan syariah ? 3. Apakah Industri perbankan syariah di Indonesia merupakan Industri yang terkonsentrasi sehingga struktur pasarnya mengarah pada bentuk oligopoli ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai industri perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi struktur pasar Bank Syariah di Indonesia setelah adanya Undang-undang Perbankan No 10/ 1998 di Indonesia, berdasarkan pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa pasar atas kredit yang diberikan.
23
2. Untuk mengetahui hubungan antara struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa pasar atas kredit yang diberikan dengan kinerja industri Perbankan syariah. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja diantara Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap Kinerja Dan Struktur Pasar Perbankan Syariah ditengah pesatnya perkembangan Industri Perbankan Syariah dewasa ini, sehingga dapat memberikan maanfaat : 1. Bagi industri perbankan nasional, pada khususnya Bank Syariah, yaitu sebagai evaluasi dari kinerja industri perbankan sehingga dapat dijadikan masukan dalam menerapkan strategi yang yang lebih baik dalam kegiatan operasionalnya. 2. Bagi pembuat kebijakan, yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam menentukan arah kebijakan sektor perbankan yang lebih kondusif sehingga akan meningkatkan kontribusi perbankan Indonesia terhadap pembangunan ekonomi. 3. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan penulis dan berguna sebagai perbandingan untuk penelitian serupa.
24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pasar dan Industri Pasar dapat dikategorikan menjadi dua dimensi yaitu berdasarkan daerah geografis dan jenis atau spesifikasi produk. Untuk menentukan struktur pasar suatu industri, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan pasar. (Sepherd, 1997: 10, 61). Pasar berdasarkan daerah geografis pada umumnya diartikan sebagai suatu tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan aktivitas jual-beli barang dan jasa. Secara spesifik pasar dibedakan menurut jenis atau spesifikasi produknya.
25
Dalam ilmu ekonomi, pasar diartikan secara lebih luas. Pasar meliputi ”pertemuan” antara pembeli dan penjual dimana antara keduanya tidak saling melihat satu sama lain (Ari Sudarman, 1992: 8). Pasar tidaklah harus sebuah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, namun bisa juga diartikan sebagai lembaga atau perusahaan yang menjalankan aktivitas jual-beli. Menurut Nurimansjah Hasibuhan (1993: 12) secara sederhana pengertian pasar adalah pertemuan antara penjual dan pembeli. Dalam pengertian penjual telah termasuk setiap individu perusahaan dalam industri, sedangkan kedalam pengertian pembeli telah tergabung sejumlah pembeli. Pengertian pasar dapat dipandang secara nyata dan dapat secara abstrak. Secara abstrak, pasar dalam pengertian kita adalah ratusan atau ribuan perusahaan dalam suatu industri yang melakukan dalam suatu waktu.
Selanjutnya pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro dan mikro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan yang menghasilkan
barang-barang
yang
homogen,
atau
barang-barang
yang
mempunyai sifat pengganti yang sangat erat. Sedangkan dalam lingkup makro (dari segi pembentukan pendapatan), industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah (Nurimansjah Hasibuan, 1993: 12).
B. Teori Organisasi Industri 1.
Ruang Lingkup Organisasi Industri Ada beberapa alasan mengapa Ekonomi Industri umumnya, dan Organisi
Industri khususnya menjadi semakin penting untuk dipelajari, baik di negaranegara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Pertama, praktek-
26
praktek struktur pasar yang semakin terkonsentrasi dalam kegiatan bisnis telah dikenal sejak lama. Praktek-praktek perilakunya mempunyai daftar kerugian bagi masyarakat konsumen. Kedua, semakin tinggi konsentrasi industri cenderung mengurangi persaingan antar perusahaan yang kemudian membawa perilaku yang kurang efisien. Dalam kenyataannya, sering terjadi bahwa perusahaan-perusahaan besar menggunakan rintangan-rintangan masuk, sehingga persaingan menjadi tidak wajar. Ketiga, konsentrasi industri yang tinggi membawa konsentrasi kekayaan yang melemahkan usaha-usaha pemerataan, baik dilihat dari pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, maupun kesempatan berusaha. Keempat, kaitan struktur industri dengan penyelesaian masalah-masalah ekonomi membawa lebih jauh intervensi pemerintah. Kelima, kajian-kajian dari masalah-masalah apa yang
diproduksi, bagaimana, dan untuk siapa suatu barang dan jasa diproduksi (Nurimansjah Hasibuhan 1993, 3). 2.
Struktur Pasar Struktur pasar menunujukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat
proses persaingan. Unsur-unsur struktur pasar meliputi: konsentrasi, diferensiasi produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya, dan tingkat pengaturan pemerintah. Para pakar ekonomi mengklasifikasi pasar dengan memperhatikan seberapa banyak jumlah perusahaan yang ada dalam industri. Struktur pasar penting, karena struktur pasar menentukan perilaku perusahaan yang kemudian menentukan kinerja industri (Wihana Kirana Jaya 2001, 4). a. Pasar Persaingan Sempurna Yang dimaksud pasar persaingan sempurna di dalam teori ekonomi mikro pada umumnya adalah suatu pasar yang ditandai oleh tidak adanya sama sekali
27
persaingan yang bersifat pribadi (rivaly) di antara perusahaan-perusahaan individu yang ada didalamnya. Jadi, dengan demikian pengertian pasar persaingan sempurna di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian persaingan di dalam bahasa sehari-hari.Menurut pengertian teori ekonomi, yang dimaksud dengan pasar persaingan sempurna adalah pasar yang memiliki 5 macam ciri-ciri yaitu (Ari Sudarman 1992, 3-4): a. Terdiri dari banyak penjual dan banyak pembeli. Dengan adanya banyak penjual dan pembeli di pasar, hal itu berakibat bahwa masing-masing penjual hanya menawarkan barang yang relatif sedikit dibandingkan dengan seluruh barang yang ada di pasar. Dalam suasana pasar yang seperti ini, maka baik penjual maupun pembeli secara individual tidak dapat memnbgaruhi harga yang berlaku. b. Barang yang dijualbelikan bersifat homogin Barang yang bersifat homogin dalam hal ini adalah barang yang persis sama antara yang satu dengan yang lain.
Gambar 2.1 Kurve Permintaan yang dihadapi Produsen di Pasar Persaingan Sempurna. Berdasarkan ciri-ciri yang dijelaskan pada point a dan b diatas mengandung makna bahwa masing-masing produsen di pasar persaingan sempurna adalah berstatus ”pengambil harga” (price taker). Kurve permintaan
28
yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan adalah berbentuk horisontal sejajar dengan sumbu output. Hal itu berarti bahwa produsen menghadapi kurve permintaan yang elastis sempurna, di mana ia dapat menjual output berapapun pada tingkat harga yang berlaku di pasar. c. Masing-masing produsen bebas untuk keluar dari/masuk ke pasar. Dalam pasar persaingan sempurna dinggap tidak ada hambatan bagi produsen untuk keluar dari atau masuk ke pasar. Masing-masing produsen dianggap mempunyai kebebasan untuk menentukan putusan perhitungan ekonominya. Salah satu bentuk hambatan yang dapat menghalangi produsen keluar masuk pasar adalah aturan yang dibuat oleh pemerintah, misalnya tarif, subsidi, hak paten dan lain-lain.
d. Adanya mobilitas faktor produksi secara sempurna Dalam pasar persaingan sempurna faktor produksi dianggap bebas untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain. Jadi, dalam bentuk pasar ini, tenaga kerja dianggap dapat berpindah-pindah pekerjaan sesuai dengan keputusan ekonominya. Dengan kata lain, dalam bentuk pasar persaingan sempurna pasar tenaga kerja dianggap berstruktur pasar persaingan sempurna pasar tenaga kerja dinggap berstruktur pasar persaingan sempurna. e. Pembeli dan penjual mempunyai informasi yang lengkap tentang pasar. Dalam pasar persaingan sempurna dianggap bahwa masing-masing produsen dan konsumen mengetahui pengetahuan yang lengkap tentang kondisi pasar. Pengetahuan ini meliputi harga, jumlah barang, kualitas barang dan lainlain baik yang berlaku saat ini maupun saat yang akan datang. Dengan demikian
29
dalam suasana yang seperti ini berarti ketidakpastian tentang suasana pasar untuk masa-masa yang akan datang tidak ada. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasar persaingan sempurna adalah suatu model pasar di mana terdiri dari banyak produsen dan konsumen, produk yang dijualbelikan bersifat homogin, masingmasing produsen bebas keluar dari atau masuk ke pasar, faktor produksi dapat bergerak secara bebas dan masing-masing produsen serta konsumen mempunyai informasi yang lengkap tentang kondisi pasar (Ari Sudarman 2003, 5).
b. Pasar Monopoli Pasar monopoli adalah suatu model pasar di mana dalam pasar itu hanya ada satu penjual, output yang dihasilkan produsen bersifat lain dari pada yang lain (unique product) dan di pasar ada rintangan bagi produsen lain untuk memasukinya (Ari Sudarman 1993, 56). Seperti halnya pasar persaingan sempurna dalam kenyataannya fenomena pasar persaingan monopoli jarang ditemui. Dalam suatu pasar hanya diperlukan satu produk barang dan tidak dapat digantikan oleh produk lain. Tidak adanya saingan mengakibatkan tidak diperlukannya usaha mempromosikan penjualan secara iklan. Yang dimaksud pasar monopoli adalah suatu pasar yang mempunyai ciri-ciri : 1. Hanya ada satu penjual.
30
2. Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat mengganti secara baik (close subtitute) output yag dijual monopolist. 3. Ada halangann (baik alami maupun buatan) bagi perusahaan lain untuk memesuki pasar. c. Pasar Persaingan Monopolistis Persaingan Monopolistik merupakan suatu struktur pasar yang ditandai dengan perusahaan berjumlah besar menjual produk bersubtitusi tetapi cukup berbeda sehingga kurva permintaan masing-masing perusahaan mempunyai kemiringan negatif (William A. Ceachern 2001,158). Di dalam pasar persaingan monopolistik mengandung unsur-unsur yang dimiliki oleh pasar persaingan sempurna dan monopoli. Chamberlin menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan pasar dengan banyak produsen menawarkan produk yang bersubtitusi dekat tetapi tidak dianggap identik oleh konsumen. Model pasar persaingan monopolistis dibandingkan dengan model pasar persaingan sempurna atau monopoli relatif masih baru. Menurut Chamberlin model persaingan monopolistis didasari atas bebrapa buah anggapan dasar yaitu : 1. Di pasar banyak terdapat penjual dan juga pembeli 2. Produk yang dihasilkan produsen dibedakan (Diusahakan mempunyai ciri yang berbeda-beda antara produk yang satu dengan produk yang lain), tetapi diantara mereka terdapat kemampuan untuk saling mengganti secara cukup besar. 3. Di pasar ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk ke/keluar dari pasar. 4. Produsen selalu berusaha untuk memaksimir keuntungan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Harga-harga faktor produksi dan tingkat teknologi tertentu.
31
6. Perilaku produsen dianggap tertentu setelah ia mengetahui bentuk permintaan dan ongkos produksi dari usahanya. 7. Jangka panjang dianggap terdiri dari beberapa periode jangka pendek yang identik, yang masing-masing bebas (independent) antara yang satu dengan yang lain dalam arti bukan keputusan yang diambil produsen dalam 1 periode jangka pendek tertentu tidak mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya. 8. Kurve permintaan dan juga kurve ongkos produksi dianggap sama untuk semua produsen yang ada di kelompok itu.
d. Pasar Oligopoli Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari beberapa produsen yang menghasilkan barang dari seluruh
atau sebagian dari total pdroduk yang
dihasilkan oleh suatu pasar. Ciri khas dari pasar oligopoli tidak berbeda jauh dengan pasar monopoli murni dimana terdapat sejumlah kecil perusahaanperusahaaan besar yang menghasilkan komoditas homogen seperti baja atau komoditas yang berbeda corak seperti mobil. Dalam hal ini banyaknya pesaing dari suatu perusahaan merupakan karakteristik yang membedakan pasar ini berbagai jenis pasar yang lain. Ada kalanya pasar oligopoli terdiri dari dua produsen saja yang dikenal dengan pasar duopoli. Pasar oligopoli hanya terdiri dari sekelompok kecil perusahaan. Pada umumnya dalam pasar oligopoli terdapat beberapa perusahaan raksasa yang
32
memiliki pangsa pasar (market share) 70 sampai 80 persen dan disamping itu terdapat pula beberapa perusahaan dengan pangsa pasar yang kecil. Yang kecil. Beberapa perusahaan yang termasuk golongan pertama (yang menguasai pasar) sangat saling mempengaruhi satu sama lain. Di samping itu, keputusan dan tindakan dari salah satu perusahaan besar sangat mempengaruhi kebijakan perusahaan-perusahaan lainnya. Sifat ini menyebapkan setiap perusahaan harus mengambil keputusan secara berhati-hati dalam merubah harga, membuat desain, merubah teknik produksi, dan sebagainya. Pada perekonomian yang sudah maju, pasar yang bersifat oligipolistik banyak dijumpai karena teknologi sudah sangat modern. Teknologi modern pada umumnya akan mencapai efisiensi optimum hanya jika jumlah produksi yang dihasilkan besar sekali. Keadaan ini menimbulkan kecenderungan Selain sifat-sifat penting yang telah dijelaskan di atas, pasar oligopoli mempunyai beberapa ciri khas sebagai berikut: (1) menghasilkan komoditas standart atau komoditas berbeda corak; (2) kekuasaan menentukan harga ada kalanya sangat tangguh; dan (3) pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi iklan yang sensitif terutama bila perusahaan oligopoli tersebut menghasilkan komoditas yang berbeda karakteristik. (Sadono Sukirno, 1996: 32).
3.
Konsentrasi Industri Konsentrasi dapat diartikan sebagai prosentase pangsa pasar yang dikuasai
oleh perusahaan relatif terhadap pasar total. Pada prinsipnya, konsentrasi tidak disebabkan oleh faktor kebetulan, tetapi karena adanya kekuatan yang permanen yang terletak dibelakang konsentrasi yang biasanya tidak berubah dari waktu ke waktu. Konsentrasi juga menunjukkan tingkat produksi pasar dari industri yang
33
hanya fokus pada satu atau beberapa perusahaan terbesar (Nurimansjah Hasibuhan, 1993: 106). Dalam konsentrasi Industri terdapat beberapa cara pengukuran yang digunakan untuk mengetahui jenis konsentrasi Industri. Ada bermacam-macam ukuran tentang konsentrasi Indutri seperti andil beberapa perusahaan terbesar, kurva lorenz, Angka Gini, dan berbagai Indeks lainnya. Pengukuran dengan menghitung indeks konsentrasi antara lain adalah Indeks Lerner, Indeks Bain, dan Indeks Herfindhal. Bahkan seperti telah ditemukan dalam teori Ekonomi Mikro, angka elastisitaspun dapat digunakan sebagai pengukur (Nurimanjsah Hasibuhan, 1993: 106-107).
1. Andil Perusahaan Carl Keysan dan Donal F. Turner pada tahun 1959 membuat batasan jumlah perusahaan yang menguasai sebagian atau seluruh penjualan disuatu pasar. Dia menyusun dua kelompok oligopoli. Pertama, kelompok oligopoli, di mana delapan perusahaan terbesar setidak-tidaknya mengusasai pasar satu jenis industri. Akan tetapi, bisa juga digunakan ukuran alternatif, yakni 20 perusahaan menguasai pasar sekitar 75%. Kelompok kedua, adalah oligopoli, dimana delapan perusahaan tersebut dapat menguasai sekurang-kurangnya 33% suatu pasar industri, atau sejumlah perusahaan terbesar memegang andil setidak-tidaknya 75% dari pasaran suatu industri tertentu. Selanjutnya, untuk delapan terbesar yang mengusai pasar kurang dari 33% disebut industri tidak terkonsentrasi (Nurimansjah Hasibuhan, 1993 : 107-108).
34
Dalam mengetahui jenis oligopoli Joe S. Bain memiliki ukuran yang lebih Flexibel. Hal ini tergantung pada tingkat konsentrasi industri. Ada beberapa jenis oligopoli yang dibagi dalam beberapa tipe. Tipe-tipe tersebut antara lain adalah : a. Tipe I Tipe I ini disebut tipe pasar oligopoli penuh yang dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, tipe Ia, di mana 3 perusahaan terbesar menguasai sekitar 87% dari total penawaran produk dalam suatu pasar (atau total output). Variasi dari tipe ini adalah 8 perusahaan terbesar menguasai sekitar 99% dari total output. Dan kedua, tipe Ib, di mana 4 perusahaan terbesar menguasai sekitar 99% dari total output dan 8 perusahaan terbesar menguasai sekitar 78% dari total output dan 8 perusahaan terbesar menguasai sekitar 98% dari total output. b. Tipe II Pada tipe ini jumlah perusahaan yang ada dalam industri lebih banyak dan bersama mengontrol pasar. Empat perusahaan terbesar menguasai 65% 75% dari total output, sedangkan 8 perusahaan terbesar menguasai 85% 90% dari total output. Proporsi dari pasar yang dikontrol oleh beberapa perusahaan besar lebih kecil dengan tipe I. c. Tipe III Tipe III ini disebut high moderate concentration. Ciri dari tipe ini adalah 4 perusahaan terbesar menguasai 50% - 65% dari total output. Variasinya adalah 8 perusahaan terbesar kurang lebih menguasai 70% - 85% dari total output dan 20 perusahaan terbesar kurang lebih 70% dari total outputnya. d. Tipe IV
35
Dalam tipe ini disebut low moderate concentration, di mana 4 perusahaan terbesar menguasai 35% - 50% dari total outputnya, 8 perusahaan terbesar menguasai 45% - 70% dari total outputnya dan 20 perusahaan terbesar kurang lebih70% dari total outputnya. e. Tipe V Tipe V ini disebut Low grade oligopoly. Industri yang termasuk dalam kategori ini biasanya mempunyai sejumlah besar penjualan skala kecil, ditandai dengan dikuasainya pangsa pasar kurang dari 45% oleh 8 perusahaan terbesar menguasai kurang lebih 35% dari total outputnya. Tingkat
konsentrasi suatu
industri menggambarkan pula
tingkat
kesenjangan dalam suatu industri apakah kesenjangan dalam menciptakan nilai tambah, atau volume barang yang dipasok ke pasar, ataupun tingkat kesenjangan dalam akumulasi modal. Karena itu, tingkat konsentrasi ini dapat pula digambarkan dengan menggunakan Kurva Lorenz (Nurimanjsah Hasibuhan, 1993: 110). Rasio konsentrasi yaitu ukuran dari tingkat konsentrasi industri yang didapat dengan jalan menjumlahkan pangsa pasar beberapa perusahaan terbesar. Konsentrasi merupakan suatu indeks yang dapat mengukur kekuatan pasar dari sisi produsen. Caranya dengan memilih ukuran dari n
perusahaan relatif
terbesar terhadap total pasar. Ukuran dapat diambil dari masuknya (kapital atau tenaga kerja) atau keluarannya (penjualannya). Ukuran yang sering digunakan adalah prosentase total penjualan atau tenaga kerja dari 4 atau 8 perusahaan perusahaan terbesar dalam industri (Nurimansjah Hasibuhan, 1993: 109). Rasio konsentrasi dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut:
36
m
CRm =
MSi i 1
MSi
NVi NVt
Dengan penjelasan : CRm
: besarnya tingkat konsentrasi m bank terbesar
Msi
: pangsa pasar bank ke-i
m
: jumlah bank terbesar yang sedang diamati
n
: jumlah seluruh bank yang diamati
Nvi
: nilai variabel bank ke-i, yaitu total aset, besarnya dana pihak
ketiga, dan besarnya kredit yang disalurkan; dan NVt merupakan nilai total variabel dari bank yang dimati.
2. Kurva Lorenz Tingkat konsentrasi industri dapat juga diukur dengan angka Gini, karena dari kurva Lorenz dapat diturunkan angka Gini. Angka ini dapat pula digunakan sebagai pengukur tingkat kesenjangan struktur pasar industri. Dalam kurva Lorenz, sumbu vertikal (y) adalah jumlah kumulatif andil (proporsi) perusahaan di pasar dari yang terkecil hingga yang terbesar. Dalam kenyataannya kurva Lorenz untuk beberapa industri memang mengindikasikan adanya kesenjangan antara ukuran-ukuran perusahaan. Ukuran ringkas dari kesenjangan yang diindikasikan oleh kurva Lorenz dapat dihitung dengan menggunakan koefisien Gini. Angka Gini dapat dirumuskan dengan (Nurimansjah Hasibuan, 1993: 111) :
37
G=
X Y
1 i 1
X i 1Yi
Semakin tinggi tingkat kesenjangan maka angka Gini mendekati satu. Angka Gini yang tinggi dapat menunjukkan bahwa struktur pasar tidaklah kompetitif. Kelemahan dari angka Gini adalah tidak terlalu umum, tidak memperhitungkan jumlah perusahaan dalam Industri.
3. Indeks Lerner Indeks Lerner mengukur kekuatan monopoli. Pengertian monopoli dalam hal ini bersifat relatif. Tidak mengukur secara langsung tingkat konsentrasi Industri, tetapi menyusun sebuah formula yang mengacu pada tingkat laba, yaitu perbandingan antara perbedaan harga yang berlaku dengan ongkos marginal terhadap harga jadi, dalam suatu industri. Bentuk formula dari Lerner:
H OM (IL) H
di mana IL menunjukkan Indeks Lerner, H adalah tingkat harga produk yang dihasilkan, dan OM adalah ongkos marginal dalam mempoduksi barang tersebut. Karena tingkat harga ditetapkan berdasarkan suatu perilaku dan struktur pasar. Namun dapat saja terjadi bahwa dengan skala perusahaan yang berbeda ILnya sama, padahal masing-masing perusahaan adalah monopoli. Dalam contoh ini dianggap bahwa masing-masing perusahaan mempunyai pasar masing-masing. Jadi, dalam menggunakan formula ini telah ada anggapan bahwa semakin tinggi konsentrasi (derajat monopoli) semakin tinggi nilai Indeks Lerner. 4. Indeks Bain (IB)
38
Dalam bukunya pada tahun 1985, Joe S. Bain menulis tentang Barrier to New Competition yang memuat formula penghitungan laba. Bila dibandingkan konsep laba dengan penghitungan laba dalam akuntansi, tidak sama. Berdasarkan batasan toeritik, laba adalah kelebihan penghasilan dari ongkos total, yang merupakan bagian dari pendapatan perusahaan. Batasan laba secara ekonomis menurut Bain adalah (R – C – D – iV). R adalah revenue; C sama dengan ongkos pada tahun berjalan dalam dalam memproduksi; i, adalah tingkat bunga yang berlaku, yang merupakan resiko dalam nilai investasi (V). Bain mengukur tingkat keuntungan suatu industri dengan rumusan yang dapat di bandingkan antar industri. IB
R C D W R
Dengan demikian, tingkat laba tidak hanya untuk satu perusahaan, tetapi bersifat agregatif dalam suatu industri yang diamati. Formulanya tidak hanya sekedar mengukur kekuatan monopoli. Apabila tingkat laba itu relatif tinggi, maka strukturnya diperkirakan adalah monopoli.
5. Indeks Herfindahl Dalam disertasinya, Orris C. Herfindahl mengukur konsentrasi industri dengan formula sebagai berikut : n ( NVi ) IH i 1 NVt
2
Nilai IH akan berbeda dalam interval 0 0 IH 1. Dengan penjelasan notasi; IH adalah Indeks Herfindahl; NVi adalah besaran absolut dari variabel yang diamati pada perusahaan ke-i; NVt adalah Jumlah keseluruhan dari nilai
39
variabel yang diukur; n adalah jumlah perusahaan yang terdapat dalam suatu industri. Nilai IH dinyatkan dalam prosentase, maka nilai ini adalah andil perusahaan pertama sampai ke-i yang tersebar dalam suatu industri. Ukuran ini juga mengkombinasikan tentang pangsa pasar dari semua perusahaan di pasar. Apabila suatu industri di-supply oleh perusahaan monopolis maka pangsa pasar perusahaan monopolis tersebut sama dengan satu. Bila ada perusahaan dan masing-masing menguasai setengah pangsa pasar yang ada maka nilai IH sama dengan setengah. Jadi jika ada n perusahaan yang ukurannya sama, maka IH sama dengan 1/n. Indeks herfindhal ini sangat sensitif terhadap andil perusahaan yang terbesar, karena semakin kecil andil yang diberikan oleh suatu perusahaan, berarti dalam indeks ini. Jadi indeks ini melengkapi kekurangan dari rasio konsentrasi yang hanya memberikan informasi tentang pangsa pasar sedikit perusahaanperusahaan terbesar dalam industri. 4. Kinerja Industri Pengertian dari kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri, pemerataan pendapatan, dan kemajuan teknologi (Nurimansjah Hasibuhan, 1993: 17). Beberapa aspek dari kinerja menurut Joe S. Bain, yaitu : a) efisiensi produksi b) efisiensi distribusi, di mana kemampuan industri menghasilkan produk-produknya dengan biaya rendah c) efisiensi alokasi, di mana harga pasar yang di bebankan para pembeli konsisiten dengan biaya penawaran termasuk pengembalian suatu laba normal d) kemajuan teknologi, kemampuan para pemasok untuk selalu memperkenalkan teknik-teknik
40
distribusi dan produk baru dengan hemat biaya dan memperkenalkan produk superior e) karakter produk yang beragam dan berkualitas. 5. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri Mengenai paradigma tentang hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja mula-mula dikemukakan oleh Joe S. Bain. Bain mengemukakan bahwa antar struktur dengan kinerja dihubungkan oleh perilakunya. Struktur pasar menjadi dasar dari perilaku perusahaan. Selanjutnya perilaku akan mempengaruhi penerimaan dan biaya yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kinerjanya. Bain menyimpulkan tingginya konsentrasi dapat mengarah pada pengurangan tingkat harga kompetisi dan terhadap keuntungan monopoli. Menurut Nurimansjah Hasibuhan (1993: 11), dalam melakukan analisis ekonomi industri (khususnya organisasi industri) ada cara mengamati kaitan antara struktur, perilaku, dan kinerja. Pertama, hanya memperhatikan mendalam dua aspek, yakni kaitan struktur dan kinerja industri, sedangkan aspek perilaku kurang ditekankan. Kedua, pengmatan kinerja dan perilaku, dan kemudian dikaitkan lagi dengan struktur. Ketiga, menelaah kaitan struktur terhadap perilaku dan kemudian dapat diamati kinerjanya. Keempat, kinerja tidak perlu diamati lagi, oleh karena telah dapat dijawab dari hubungan struktur dan perilakunya. Hubungan antara struktur pasar, perilaku, dan kinerjanya dapat dilihat dalam gambar.
41
Struktur Pasar o Pangsa pasar o Konsentrasi o Hambatan masuk
Perilaku o Kolusi dengan pesaing o Strategi melawan pesaing o Kegiatan periklanan
Struktur Pasar o Harga dan keuntungan o Efisien o Inovasi Sumber : Shaerpherd (1997: 5) Gambar 2.1 Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja Hipotesis aliran utama (1890-1970) mengasumsikan bahwa setiap struktur pasar cenderung mempengaruhi perilaku perusahaan dan kinerjanya. Aliran pengaruh digambarkan oleh garis lurus panah yang menuju ke bawah. Satu perusahaan dominan dapat dapat menguasai pasar. Jika modelnya adalah oligipoli tingkat tinggi dengan beberapa perusahaan yang menguasai pasar, mereka dapat bersaing kuat atau berkolusi dengan satu atau beberapa perusahaan pada suatu waktu. Semakin terkonsentrasinya suatu struktur pasar dan efeknya. (Sherpherd, 1997: 5). C. Lembaga Keuangan Bank Definisi secara umum yang dimaksud dengan lembaga keuangan adalah ”setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana,
42
menyalurkan dana atau kedua-duanya yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya”. Artinya, kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan, apakah kegiatannya hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. (Kasmir: 2000) 1.
Peran dan Fungsi Bank Pada awal perkembangan, bank memiliki tiga fungsi, yaitu menerima
simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberi jasa pengiriman. Sedangkan menurut undang-undang perbankan yang berlaku di Indonesia, yaitu UU No. 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan “bank” adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kemasyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak”. Dengan demikian kegiatan bank dapat diidentifikasi menjadi : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan 2. Menyalurkan dana ke masyarakat; dan 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya Dalam definisi ini dapat dibaca bahwa peran bank dititik beratkan kepada alokasi sumber daya, khususnnya alokasi modal. Seperti yang diungkapkan oleh Merton (1976), bahwa sistem keuangan yang fungsinya sudah lebih maju akan menciptakan alokasi sumber daya modal yang lebih efisien dan secara produktif akan digunakan pada sektor riil. 2.
Definisi, Peran, dan Fungsi Bank Dalam Islam Dari sudut pandang Islam, bank didefinisikan sebagai suatu lembaga
intermediasi yang mengalirkan Investasi publik secara optimal (dengan kewajiban zakat dan pelarangan riba) yang bersifat produktif (dengan adanya pelarangan
43
judi, yang disertai dengan etika dan sintem nilai Islam (Himawan, 2004). Oleh karena itu, bank dalam pengertian Islam yang lebih sempit adalah bank yang bebas dari bunga (interest free banking). Arti sempit ini memberikan arah kepada perbankan syariah dalam operasionalisasi serta pemilihan Instrumen perbankan yang harus menghindari bunga. Dalam konteks yang lebih luas, perbankan Islam tidak hanya dimaksudkan untuk menghindari transaksi yang berbasiskan bunga, tetapi juga diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif untuk mencapai tujuan ekonomi Islam secara keseluruhan. Menurut Fahim Khan (1996), secara umum perbankan syariah memiliki tujuan untuk mempromosikan, mendorong, dan membangun aplikasi prinsipprinsip Islam, hukum Islam, dan tradisi Islam dalam transaksi keuangan, perbankan, dan bisnis atau usaha, dan mempromosikan perusahaan perusahaan investasi dan perusahaan-perusahaan lainnya yang peduli pada prinsip-prinsip Islam dalam seluruh kegiatan usaha mereka. Prinsip-prinsip utama perbankan syariah ini adalah : 1. Melarang riba dalam bentuk transaksi apapun 2. Melakukan kegiatan bisnis atau usaha yang berlandaskan pada prinsip keadilan dan keuntungan yang halah. 3. Menyalurkan Zakat 4. Melarang Monopoli 5. Melakukan kerjasama untuk mencapai manfaat bagi masyarakat dan mengembangkan seluruh aspek kehalalan di dalam bisnis perdagangan dan investasi yang tidak dilarang oleh Islam. Dengan landasan operasional yang tidak berbasiskan bunga ini dan sebagai suatu lembaga bisnis, bank Islam pun beroperasi untuk mendapatkan keuntungan.
44
Terdapat tiga bidang operasionalisasi perbankan syariah, yaitu perdangan, leasing, dan pembiayaan langsung. Di samping itu, bank syariah memiliki kebebasan dalam merancang instrumen atau produk dalam rangka pencapaian profitnya, sepanjang intrumen atau produk yang diciptakan tersebut sesuai dengan prinsipprinsip Syariah (Al-Omar dan Abdel-haq, 1996) 3.
Pengertian Bank Syariah Pertama-tama perlu dipahami betul bahwa bank berdasarkan prinsip bagi
hasil atau bank syariah ini bukanlah sistem perbankan Arab sebagaimana mestinya dipresentasikan banyak pihak. Bank Syariah merupakan suatu bentuk perbankan yang mengikuti kententuan-ketentuan syariah Islam. Oleh karena itu praktek bank syariah ini bersifat universal artinya negara dapat melakukan dan memiliki bank dengan prinsip bagi hasil. Menurut peraturan, bank berdasarkan prinsip bagi hasil adalah bank umum atau BPR yang melakukan kegiatan usaha semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Oleh karena itu bank umum atau BPR yang memperoleh ijin sebagai bank konvensional tidak diperkenankan melakukan kegiatan perbankan bagi hasil. Prinsip bagi hasil tersebut adalah prinsip yang berdasarkan syariah yang digunakan oleh bank berdasarkan prinsip bagi hasil dalam (Dahlan Siamat, 1999: 125) : a. Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan dengan penggunaan dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya. b. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi maupun modal. c. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya yang lazim dilakukan oleh Bank dengan prinsip bagi hasil.
45
Bank Syariah atau bank yag beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia. Bank Syariah sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1992, yaitu dengan beroperasinya Bank Muamalat Indonesia. Namun, bank Syariah di atur secara formal sejak diamandemennya UU No.7 Tahun 1992 dengan UU No.10 tahun 1998 dan UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sejak saat tersebut mulai berkembnglah bank dengan prinsip bagi hasil di Indonesia. Jumlah Bank Syariah telah berkembang dengan pesat sejak tahun 1998 dengan pertumbuhan 54% per tahun. Pada saat ini telah beroperasi dua bank umum syariah (BUS), yaitu Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri, delapan bank Syariah yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS), yaitu bank IFI, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Jabar, Bank Rakyat Indonesia, Bank Danamon, Bank Bukopin, Bank Internasional Indonesia, dan The Hongkong and Sanghai Banking Corporation (HSBC), yang merupakan UUS bank asing, serta 84 BPR Syariah. Meskipun jumlahnya telah cukup banyak namun apabila dilihat dari volume usaha (total asset) masih kecil, yaitu sebesar 0,15% dari volume usaha bank yang beroperasi secara konvensional pada akhir agustur 2003. Berbeda dengan bank yang beroperasi secara konvensional (bank umum atau BPR biasa) yang mempergunakan suku bunga, bank syariah beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Seorang penabung di bank syariah tidak menerima pendapatan bunga dari uang yang ditabung, tetapi menerima pendapatan bagi hasil dari dana yang ditanamkan di bank. Demikian juga dengan pembiayaan berdasarkan bagi hasil (kalau bank umum di sebut sebagai kredit), bank tidak mendapatkan bunga kredit tetapi memperoleh pendapatan bagi hasil.
46
Karena terdapat perbedaan dalam cara operasinya, maka pengaturan dan pengawasan terhadap bank syariah juga berbeda. Hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi Bank Indonesia. Misalnya, apakah perlu bank syariah diatur dalam undang-undang tersendiri, dan sebagainya. Peranan Utama Bank Indonesia dalam pengembangan bank Syariah adalah dalam mewujudkan iklim yang kondusif bagi pengembangan bank syariah yang sehat dan konsisten (istiqomah) terhadap prinsip-prinsip syariah. Atau lebih konkritnya dalam mewujudkan perbankan syariah yang mampu menggerakkan sektor riil melalui kegiatan pembaiayaan berbasis ekuitas dalam kerangka tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan umat. 4.
Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia Perbankan Syariah memiliki kelembagaan yang agak berbeda dengan
perbankan konvensional. Dalam perbankan Syariah, bank terbagi menjadi bank umum syariah, unit usaha syariah, dan BPR syariah. Di luar bank terdapat Dewan Syariah Nasional, Dewan Pengawas Syariah, Badan Abritase Syariah Nasional, dan Bank Indonesia.(Bank Syariah : Gambaran Umum Ascarya & Diana Yumanita 2005)
a. Bank Syariah Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. BUS memiliki bentuk kelembagaan seperti Bank Umum Konvensional, sedangkan BPRS
memiliki bentuk kelembagaan
seperti bank konvensional. Badan hukum BUS dan BPRS dapat berbentuk Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Sementara itu, UUS bukan
47
merupakan badan hokum tersendiri, tetapi merupakan unit atau bagian dari suatu bank umum konvensional. b. Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara dengan bank konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Seperti halnya bank umum konvensional, BUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank nondevisa. c. Unit Usaha Syariah Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah. Dalam struktur organisasi, UUS berada satu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional yang bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank nondevisa. Sebagai suatu unit kerja khusus, UUS mempunyai tugas untuk 1) mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah 2) melaksanakan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dari kantor cabang syariah, 3) menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang syariah, dan 4) melakukan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor cabang syariah. d. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan merupakan
48
badan usaha yang setara dengan bank perkreditan rakyat konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi. e. Dewan Syariah Nasional Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas dan memiliki kewenangan untuk memastikan kesesuaian antara produk, jasa, dan kegiatan usaha lembaga keuangan syariah (bank, asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya) dengan prinsip syariah. Ada tiga hal yang melatarbelakangi pembentukan DSN, yaitu: 1) Mewujudkan aspirasi umat islam mengenai masalah perekonomian dan mendorong penerapan ajaran islam dalam bidang perekonomian/keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat islam 2) Efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan 3) Mendorong penerapan agama islam dalam kehidupan ekonomi dan keuangan Fungsi utama DSN adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Untuk itu, DSN membuat guidelines produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. f. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan setingkat dewan komisaris yang bersifat independent, yang dibentuk oleh Dewan Syariah Nasional dan ditempatkan pada lembaga keuangan syariah yang melakukan kegiatan usaha berdasar prinsip syariah, dengan tugas yang diatur oleh Dewan Syariah Nasional. Tugas Utama DPS bank syariah adalah mengawasi kegiatan bank sehari-hari agar
49
selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah, tentunya yang tertuang dalam guiedelines dan fatwa-fatwa DSN. Dari hasil pengawasan tersebut DPS akan membuat pernyataan secara berkala tentang kesesuaian operasi bank dengan prinsip syariah, yang biasanya dimuat dalam laporan tahunan bank yang bersangkutan. Selain itu, DPS juga meneliti dan merekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya dari segi kesesuaian dengan prinsip syariah, terutama dengan guiedelines dan fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN. Secara ringkas, fungsi DPS ada empat, yaitu: 1. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, UUS, dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan syariah. 2. Sebagai pengawas aktif dan pasif dari pelaksanaan fatwa-fatwa DSN serta memberi pengarahan/pengawasan atas produk/jasa dan kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip syariah 3. Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan bank syariah yang diawasinya ke DSN sekurangkurangnya setahun sekali. g. Badan Abritase Syariah Nasional Badan Abritase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah lembaga yang menangani perselisihan antara bank dan nasabahnya sesuai dengan tata cara hukum syariah. Lembaga ini pertama kali didirikan bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia dengan nama Badan Abritase Muamalah Indonesia, yang kemudian diubah menjadi Badan Abritase Syariah Nasional. Apabila terjadi perselisihan antara bank dan nasabahnya, mereka pertama kali biasanya memilih datang ke pengadilan negeri karena cara ini lebih efisien dalam hal biaya dan waktu.
50
5.
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia a. Perkembangan sebelum UU No. 10 Tahun 1998 Dalam bukunya, Ascarya dan Diana Yumanita menuliskan bahwa
Perbankan Syariah mulai berdiri di Indonesia semenjak tahun 1992. Sebelumnya pemerintah belum memiliki komitmen untuk mengembangkan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Perkembangan ini ditandai dengan di buatnya UU No 7 tahun 1992 tentang lembaga keuangan berdasarkan prisip bagi hasil. Dan di tulis lebih rinci lagi pada undang-undang No. 72 tahun 1992. Dalam undangundang tersebut tidak begitu banyak memuat tentang prinsip bagi hasil. Karena dalam bank syariah sendiri prinsip bagi hasil memiliki cakupan yang lebih luas. Oleh karena itu, UU No. 7 Tahun 1992 dan PP No. 72 Tahun 1992 belum memberikan landasan hukum yang cukup kuat untuk pengembangan bank syariah di Indonesia karena bank syariah hanya dipahami sebagai bank bagi hasil yang selanjutnya harus tunduk pada peraturan perbankan umum konvensional. Selain itu, juga belum ada ketentuan-ketentuan operasional yang mengatur berbagai hal yang berhubungan dengan bank syariah. Bank syariah yang ada pada saat itu tentu saja mengalami banyak kesulitan dalam mengembangkan kegiatan operasional. Institusi-institusi pendukung juga belum ada karena pemerintah belum sungguhsungguh memberikan dukungan untuk perkembangan bank syariah. Dengan UU No. 7 Tahun 1992 dan PP No. 72 Tahun 1992, Pemerintah sebenarnya sudah mulai memperkenalkan sistem perbankan ganda atau dual banking system pada sistem perbankan walaupun belum menerapkannya. Sedangkan dalam perkembangan usahanya sebelum UU No. 10 tahun 1998, jumlah bank syariah di Indonesia baru sebuah, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Pada saat itu posisi pemerintah sendiri belum membuka sepenuhnya
51
terhadap peluang pendirian perbankan syariah. Hal ini tampak pada landasan hukum bank syariah yang tertuang di dalam UU No. 7 tahun 1992 (Ascarya dan Diana Yumanita. 2005, 05). Berdasarkan suatu penelitian oleh Merza Gamal pada semester akhir tahun 2005 terhadap sekitar 3.200 nasabah bank syariah di seluruh Indonesia, diketahui bahwa lebih 70% nasabah memilih bank syariah dalam melakukan transaksi perbankan dengan alasan utama sesuai keyakinan agama. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang menginginkan dalam melakukan transaksi keuangan tidak bertentangan dengan keyakinan agama. Alasan utama lainya yang menyebabkan nasabah memilih bak syariah adalah karena pelayanan bank syariah yang cepat dan memuaskan sebesar 38% serta karena lokasi kantor bank yang strategis sebesar 30%, di samping alasan-alasan rasional lainnya. Dapat pula diketahui, bahwa pada saat ini, berdasarkan penelitian tersebut, nasabah bank syariah tersebut sebanyak hampir 66% masih menggunakan bank konvensional di samping bertransaksi dengan bank syariah. Alasan utama yang menyebabkan nasabah bank syariah masih menjadi nasabah bank konvensional adalah karena alasan-alasan rasional dalam kemudahan transaksi keuangan. Mereka sangat mengharapkan jaringan bank syariah dapat diperluas serta bank syariah dapat meningkatkan pelayanan dan produk yang dapat mengakomodasikan kebutuhan mereka dalam transaksi keuangan. Dari sisi pendidikan, lebih dari dua pertiga nasabah bank syariah merupakan lulusan perguruan tinggi. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang menjadi nasabah bank syariah bukan hanya karena faktor emosional belaka, melainkan juga karena rasionalitas dalam kebutuhan perbankan dan ekonomi lainnya tanpa meninggalkan keyakinan agama.
52
b. Perkembangan sesudah UU No.10 Tahun 1998 Tahun 1998 merupakan tonggak bersejarah bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia ketika Pemerintah memberikan komitmennya secara penuh. Pada tahun itu, UU No. 14 Tahun 1976 tentang pokok-pokok perbankan diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang memberikan landasan dan operasional untuk perkembangan perbankan syariah secara komprehensif. Oleh karena itu, landasan hukum perbankan syariah menjadi lebih kuat dan jelas. Dengan undang-undang ini, sisttem perbankan ganda diterapkan karena bank konvensional dan bank syariah diakui keberadaannya dan kedua-duanya sama-sama diatur dan diawasi oleh Bank Indonesia. Dengan undang-undang ini, bank umum maupun BPR dapat beroperasi berdasarkan prinsip syariah dan bank umum konvensional, melalui suatu mekanisme tertentu dari Bank Indonesia, dapat melakukan kegiatan usaha perbankan syariah dengan membuka Unit Usaha Syariah (UUS). Amanah untuk mengembangkan perbankan syariah ini ditindaklanjuti oleh Bank Indonesia dengan mengeluarkan ketentuan mengenai kelambagaan dan jaringan kantor bagi bank umum syariah (BUS), bank umum konvensional (BUK) yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS) dan Kantor Cabang Syariah (KCS), serta ketentuan mengenai BPR Syariah (BPRS) (Ascarya dan Diana Yumanita. 2005). Setelah diakomodasinya Bank Syariah pada Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, maka dari tahun 2000 hingga tahun 2004, dapat dirasakan pertumbuhan Bank Syariah cukup tinggi, rata-rata lebih dari 50% setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2003 dan 2004, pertumbuhan Bank Syariah melebihi 90% dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, pada tahun 2005 dan 2006, dirasakan ada perlambatan, meskipun tetap tumbuh sebesar 37% dan 28%. Akan tetapi, walaupun dirasakan pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia melambat,
53
sebenarnya pertumbuhan sebesar itu merupakan prestasi yang cukup baik. Perlu disadari, bahwa di tengah tekanan yang cukup berat terhadap stabilitas makroekonomi secara umum dan perbankan secara khusus, kondisi industri perbankan syariah tetap memperlihatkan peningkatan kinerja yang relatif baik. Di samping itu, dapat pula dipahami, bahwa meskipun share bank syariah pada saat ini (per November 2007) baru 1,756%, namun hal tersebut telah menunjukkan peningkatan yang luar biasa dibandingkan share pada tahun 1999 yang hanya 0,11% (Merza Gamal, 2008).
Tabel 2.1 Kontribusi Terhadap Aset Perbankan Nasional Jumlah Aset (Miliar Rp)
Aset Nasional (miliar Rp)
Dec-00
1,790
984,500
Kontribusi Terhadap Aset Nasional 0,18%
Jun-01
2,269
1,057,992
0,21%
Dec-01
2,719
1,039,925
0,26%
Jun-02
3,312
999,987
0,33%
54
Dec-02
4,045
1,059,816
0,38%
Jun-03
5,302
1,058,146
0,50%
Dec-03
7,856
1,026,016
0,74%
Jun-04
11,023
1,124,828
0,98%
Nop-04
14,190
1,204,160
1,11%
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia, diolah Penilaian Kesehatan Bank Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun untuk dilihat apakah ada peningkatan atau penurunan dalam kinerjanya. Dalam penilaian kesehatan bank BI memiliki aspek penilaian sebagai berikut : a. Aspek permodalan (Solvabilitas) Penilaian
pada
aspek
permodalan
didasarkan
kepada
kewajiban
penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
CAR =
ModalBank X 100% AktivaTertimbangMenurut Re siko
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Sesuai dengan ketentuan pemerintah tahun 1999, bahwa nilai CAR minimal harus 8%. b. Aspek kualitas aset
55
Aspek ini digunakan untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan. c. Aspek kualitas manajemen Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas. Penilaian didasarkan kepada jawaban dari 250 pertanyaan yang diajukan mengenai manajemen bank yang bersangkutan.
d. Aspek likuiditas Suatu bank dapat dikatan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat membayar semua hutang-hutangnya, terutama simpanan tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Adapun cara perhitungan likuiditas suatu bank ada bermacam macam. Diantaranya adalah sebagai berikut : Current Ratio (CR) =
FDR =
AktivaLancar X 100% Hu tan gLancar
JumlahKreditYangDiberikan X 100% TotalDPK KLBI Modal int i
Current Ratio (CR) menunjukkan sejauh mana bank mampu untuk melakukan kewajiban lancarnya yang dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar. Sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kemampuan suatu bank untuk membayar kembali kewajibannya kepada para deposan dengan menarik kembali kredit-kreditnya yang telah diberikan kepada para debiturnya. FDR yang terlalu rendah berarti banyak dana yang tidak dioptimalkan pemanfaatanya dalam bentuk penyaluran kredit. Sebaliknya, FDR yang terlalu
56
besar menunjukkan bahwa bank tersebut terlalu ekspansif dalam penyaluran kredit, di mana dana yang digunakan termasuk beresiko tinggi (fluktuasi tingkat bunga kredit pinjaman). Untuk menciptakan kondisi perbankan yang sehat, maka Bank Indonesia menetapkan batas minimal FDR yang harus dipenuhi suatu bank sebesar 85%-110%. e. Aspek rentabilitas Aspek ini merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya dalam setiap periode atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Pengukuran rentabilitas untuk mengetahui kinerja suatu bank yang lazim digunakan adalah :
Return on Asset (ROA) =
Return on Equity (ROE) =
BOPO =
LabaBersih X 100% Rata rataAsetTotal LabaBersih X 100% RatarataModalSendiri
BiayaOperasional X 100% Pendapa tan Operasional
Semua aspek penilaian di atas dikenal dengan penilaian analisis CAMEL (Capital, Management, Earning, dan Liquidity). D. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya oleh Maysun tentang Analisis Kinerja Bank Umum Syariah dan Konvensional di Indonesia
(Study Kasus pada 14 Bank Umum
Dengan Kinerja Keuangan Sangat Bagus Pada Aset 1-10 Triliun Tahun 2003). Penelitian ini dibuat dengan tujuan pertama adalah untuk mengetahui bagaimana
57
kinerja yang ditunjukkan dengan efisiensi pada masing-masing bank yang memiliki kinerja keuangan sangat bagus pada aset 1-10 Ttriliun tahun 2003 baik oleh Bank Umum Syariah dengan prinsip Syariah dan Bank Umum Konvensional dengan prinsip bunga. Kedua, penelitian ini digunakan untuk mengetahui apa yang menjadi sumber-sumber inefisiensi pada masing-masing bank dan bagaimana cara mengatasinya. Ketiga, untuk mengetahui bagaimana kinerja yang ditunjukkan dengan efisiensi bank-bank umum konvensional dengan prinsip bunga. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder yang berupa data pada tahun 2003 Metode yang digunakan untuk meneliti kinerja 14 Bank Umum dengan kinerja keuangan sangat bagus pada aset 1-10 tahun 2003 adalah Data Employment Analysis (DEA). DEA menggunakan multi input dan multi output untuk menjelasakan kinerja bank secara riil sehingga dapat dilakukan kebijakan koreksi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas kinerja bank. Cahyatiningnih (2005) dalam penelitiannya menganalisis tentang struktur pasar dan kinerja industri Bank Umum Swasta Nasional Devisa Di Indonesia sebelum dan sesudah krisis moneter. Dalam penelitian ini menggukan studi kasus tahun 1992-2001. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dengan popuplasi seluruh BUSND di Indonesia. Alat analisis yang digunakandalam mengetahui adalah rasio konsentrasi (consentration ratio) dan indeks Herfindhal. Sedangkan pengukuran kinerja perbankan digunakan variabel CAR, ROA dan FDR. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pasar Industri BUSND di Indonesia berdasarkan pangsa pasar pasar atas aset, dana pihak ketiga, dan kredit yang diberikan cenderung mengalami kenaikan tipe oligopoli dari periode
58
sebelum krisis moneter yakni oligopoli tipe IV (Low Moderate Oligopoly) menjadi oligopoli tipe III (high moderate oligopoly) untuk periode setelah krisis moneter yang ditunjukkan oleh nilai konsentrasi rasio (CR4/8/20) yang meningkat.
E. Kerangka Teoritis Berdasarkan kerangka pemikiran berikut dapat dijelaskan bahwa dalam menentukan struktur pasar industri Perbankan Syariah di Indonesia, terlebih dahulu kita mengukur konsentrasi dari produk yang di hasilkan meliputi : aset yang dimiliki, kredit yang diberikan, serta dana pihak ketiga yang dapat dikumpulkan. Setelah konsentrasi ditentukan maka struktur pasar industri perbankan Syariah di Indonesia dapat diketahui pada skema kerangka pemikiran berikut.
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Struktur Pasar dan Kinerja Sesudah UU Perbankan Syariah No. 10 Th 1998
Aset
Pembiaya an yang diberikan
Dana Pihak Ketiga
Struktur Pasar
Financing to
Kinerja Industri
Return on
Capital
59
Dalam melakukan analisis terhadap Kinerja dan Struktur Pasar Perbankan Syariah di perlukan sebuah kerangka pemikiran seperti diatas. Kerangka pemikiran ini digunakan dengan tujuan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Dalam menganalisa Struktur Pasar digunakan variabel Aset, Kredit yang diberikan dan Dana Pihak Ketiga. Sedangkan penilaian kinerja digunakan Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Variabel-variabel tersebut menunjukkan kinerja perusahaan secara umum dilihat dari tingkat solvabilitas, rentabilitas, dan rentabilitas. Variabel CAR dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya dalam bank konvensional biasa disebut dengan kredit yang diberikan. Variabel ROA dapat dijadikan ukuran dalam mengetahui kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan nilai total asetnya. Variabel FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali
penarikan
dana
yang
dilakukan
deposan
dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai suber likuiditasnya. Ketiga variabel kinerja tersebut dapat menunjukkan dalam pengukuran tingkat kesehatan dilihat dari aspek solvabilitas, rentabilitas, serta likuiditas suatu bank dalam periode waktu tertentu sehingga dapat dibandingkan antara bank yang satu dengan bank yang lainnya, atau dengan sistem perbankan pada umumnya.
60
Analisis selanjutnya akan diteliti mengenai seberapa kuat hubungan antara struktur pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga dan pangsa pasar atas pembiayaan yang di berikan oleh Industri Perbankan Syariah yang diwakili oleh variabel CAR, ROA, dan FDR.
F. Hipotesis Merupakan dugaan sementara tentang hasil penelitian yang akan dibuktikan kebenarannya melalui pengujian alat analisis. Berdasarkan study literatur mengenai teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya, dan untuk mencapai tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Diduga struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar atas aset, panga pasar atas dana pihak ketiga, serta pangsa pasar atas kredit yang diberikan memiliki hubungan dengan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia yang diwakili oleh variabel CAR, ROA, dan FDR. 2. Diduga terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah di Indonesia dilihat dari variabel CAR, ROA, dan FDR sesudah dikeluarkannya U No: 10/1998. 3. Industri perbankan syariah di Indonesia merupakan Industri yang terkonsentrasi sehingga struktur pasarnya mengarah pada bentuk oligopoli.
61
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini di buat sebagai studi mengenai organisasi industri yang
mencakup kajian tentang struktur pasar dan kinerja industri perbankan di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada kajian pustaka terhadap berbagai literatur yang berhubungan dengan objek penelitian. Masalah industri
62
perbankan yang dipilih lebih dikususkan pada studi kasus Perbankan Syariah di Indonesia dengan pertimbangan bahwa : 1. Pemerintah telah memberikan komitmennya dengan dikeluarkannnya Undang-Undang yang mengatur tentang Perbankan Syariah. Kebijakan ini merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok perbankan yang diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 yang memberikan landasan kelembagaan dan operasional untuk perkembangan perbankan Syariah secara komphrehensif. 2. Fenomena yang terjadi ketika krisis moneter tahun 1997 telah memperburuk kondisi perbankan di Indonesia. Hal ini sangat terlihat pada beberapa Bank Swasta yang terkena likuidasi. Namun kondisi ini tidak memberikan dampak yang serupa terhadap perbankan Syariah ketika itu. Semenjak krisis moneter ini perbankan Syariah mulai mendapat banyak perhatian dari beberapa pengamat Ekonomi. Beberapa pengamat mulai mengadakan penelitian terhadap perbankan Syariah. 3. Perkembangan Globalisasi kegiatan ekonomi telah membawa dampak positif terhadap kondisi perbankan Syariah (Islamic Bank). Hal ini dapat dilihat dengan mulai bermunculannya lembaga-lembaga keuangan berbasiskan Syariah. Lembaga Keuangan Syariah ini dapat berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan BPR Syariah. B.
Populasi Data Populasi dari penelitian ini adalah Industri Perbankan Syariah. Elemen dari populasi penelitian ini adalah seluruh bank Syariah yang terdapat Indonesia dari tahun 2000 sampai 2007. Jumlah populasi yang di gunakan
63
dalam menghitung nilai pangsa pasar bank syariah adalah sejumlah 24 bank syariah. C.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif berupa laporan keuangan sepuluh tahun berturut-turut. Data bersumber dari berbagai terbitan antara lain : 1.
Direktori Perbankan Indonesia dari berbagai edisi yang diterbitkan bank indonesia beserta situs resminya (www.bi.go.id).
2.
Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
3.
Pencatatan dari literatur dan sumber-sumber yang dianggap perlu.
4.
Peta dan Idikator Keuangan Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh Ekofin Konsulindo (konsultan perbankan dan keuangan).
5.
Biro riset majalah Infobank dari berbagai edisi beserta situs resminya (www.infobank.co.id).
D.
Definisi Operasional Variabel
Batasan pengertian dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Struktur Pasar Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan. Struktur pasar merupakan karakteristik dari organisasi perusahaan yang dapat
64
mempengaruhi sifat kompetisi dan harga. Variabel struktur pasar yang digunakan meliputi : a. Variabel Aset/aktiva. Variabel ini merupakan pangsa pasar jumlah aset tersedia dari semua bank. Yang dimaksud dengan aset ialah keseluruhan aktiva dalam rupiah dan valas yang dimilliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Termasuk kedalam pos aktiva ialah kas, giro, di Bank Indonesia, tagihan pada bank lain, Surat berharga dan tagihan lainnya, kredit yang diberikan, penyertaan, cadangan aktiva yang diklasifikasikan, aktiva tetap dan inventaris, dan rupa-rupa aktiva. b. Variabel Kredit yang diberikan. Variabel ini merupakan pangsa pasar kredit yang diberikan dari suatu bank terhadap total jumlah kredit yang disalurkan yang tersedia dari semua bank. Yang masuk dalam kredit yang diperlukan adalah semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing yang diberikan oleh bank, termasuk kantornya di luar negeri, kepada pihak ketiga bukan bank, baik di dalam negri maupun diluar negeri.
c. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK). Variabel ini merupakan pangsa pasar dana pihak ketiga yang tersedia dari suatu bank terhadap total dana pihak ketiga tersedia dari semua bank. Dana pihak ketiga ini meliputi : giro, tabungan, deposito berjangka maupun sertifikat deposito baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing. 2. Rasio Konsentrasi
65
Rasio konsentrasi adalah suatu indeks yang mengukur kekuatan pasar berdasarkan perusahaan-perusahaan terbesar. Nilai dari rasio konsentrasi suatu industri merupakan dasar untuk menentukan struktur pasar suatu industri. Rasio konsentrasi berdasarkan dana pihak ketiga, serta rasio konsentrasi berdasarkan kredit yang diberikan. 3. Indeks Herfindal Indeks Herfindal (IH) dihitung dengan menggunakan informasi tentang kontribusi (share) yang ada dalam suatu industri. Nilai Indeks Herfindal dinyatakan dalam prosentase di mana andil dari perusahaan pertama sampai ke-i yang terbesar dari suatu industri. 4. Variabel kinerja yang digunakan a. Variabel Capital Adequacy to Ratio (CAR). Variabel CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. CAR =
ModalBank X 100% AktivaTertimbangMenurut Re siko
b. Variabel Return on Asset (ROA). Variabel ROA merupakan salah satu indikator profabilitas yang membandingkan antara laba bersih terhadap rata-rata total aset. ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki.
66
Return on Asset (ROA) =
LabaBersih X 100% Rata rataAsettotal
c. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR). Variabel LDR merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diberikan oleh bank. Dengan kata lain, FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. FDR =
E.
JumlahKredityangDiberikan X 100% TotalDPK KLBI ModalInti
Metode Analisis Data
1. Struktur Pasar Industri Perbankan Syariah Untuk menghitung pangsa pasar industri perbankan digunakan alat analisis Corelation Ratio (CR) dan Herfindal Indeks (IH). Rasio konsentrasi yang digunakan adalah pangsa pasar oleh 3 perusahaan terbesar dan 8 perusahaan terbesar dalam sebuah Industri. Perhitungan rasio konsentrasi di gambarkan dalam rumus berikut: (Jaya dan Negoro: 1997).
Crm
m
MS
n
MS
Dimana Msi =
NVi n NV
Keterangan : Crm
= besarnya tingkat konsentrasi m bank syariah terbesar
67
MS
= pangsa pasar
m
= jumlah bank terbesar yang diamati
n
= jumlah seluruh bank yang diamati
Msi
= pangsa pasar bank ke-I
NV
= nilai variabel
NVi
= nilai variabel bank ke-i, yaitu total aset, besarnya dana pihak
ketiga, dan besarnya kredit yang diberikan. Pangsa pasar yang akan dianalisa meliputi aset, dana pihak ketiga, dan kredit yang diberikan. Angka konsentrasi ini dinyatakan dalam prosentase. Secara sistematis nilainya berada dalam interval 0 CR 1. Apabila angka CR cukup besar (mendekati 100%) maka struktur pasarnya adalah cenderung monopoli. Nilai CR akan semakin menurun jika persaingan antar perusahaan semakin ketat dengan bertambahnya jumlah perusahaan dalam industri, bahkan akan cenderung ke dalam bentuk pasar persaingan sempurna bila angkanya mendekati 0%. Perhitungan CR ini menitik beratkan pada pangsa pasar dari sejumlah perusahaan terbesar dalam industri. Indeks Herfindahl dihitung dengan menggunakan informasi tentang kontribusi (share) perusahaan yang ada dalam suatu industri. Perhitungan Indeks Herfindahl menggunakan rumus sebagai berikut : n
IH =
( NNi ) i 1 NV
2
Keterangan : IH
= Indeks Herfindal (nilai konsentrasi dari andil perusahaan terbesar dalam suatu industri)
68
Nvi
= besaran absolut dari variabel yang diamati pada perusahaan ke-i, yaitu
nilai aset, jumlah kredit yang diberikan, dan modal sendiri.
NV
= jumlah keseluruhan dari nilai variabel yang diukur
n
= jumlah perusahaan yang terdapat dalam suatu industri Nilai Indeks Herfindhal dinyatakan dalam presentase dan akan berada
dalam interval 0 IH 1 . Nilai ini menyatakan andil besar perusahaan pertama sampai dengan ke-i yang terbesar dalam industri tersebut. Untuk mengetahui ada beberapa perusahaan yang dominan menguasai pangsa pasar maka dapat diketahui dengan mencari nilai IH tersebut. Apabila dalam Industri ada satu perusahaan yang menguasai pasar maka nilai IH= 1. semakin bertambah jumlah perusahaan dalam industri akan menurunkan angka indeks, dengan asumsi pangsa pasar masing-masing perusahaan relatif sama. Pengukuran lain dari sebuah konsentrasi Industri adalah dengan menggunakan Herfindhal-Hirscham Index (HHI). Herfindhal-Hirscham Index (HHI) adalah penjumlahan dari sejumlah kontribusi pasar pada suatu perusahaan yang diberikan oleh suatu Industri, dari hasil tersebut dikalikan dengan 10,000 untuk mengurangi nilai desimal. Dengan mengkuadratkan nilai kontribusi pasar sebelum menjumlahkannya, Index ukuran perusahaan dengan kontribusi pasar yang tinggi akan terlihat lebih besar.
HHI = 10,000
2 i
w
Keterangan : HHI
: Herfindhal-Hirscham Index
w
: Total Output dari kontribusi pasar ( S i / S T )
Si
: Total Penjualan Perusahaan
69
ST
: Total Penjualan dari sebuah Industri
Nilai dari Herfindhal-Hirscham Index terletak diantara 0 sampai 10,000. Nilai 10,000 muncul ketika sebuah perusahaan (dengan kontribusi pasar wi = 1) berada dalam sebuah Industri. Hasil dengan nilai 0 (enol) ketika terdapat banyak perusahaan kecil. Pengukuran ini digunakan untuk mengetahui perbandingan kontribusi pasar yang diberikan diantara Lembaga Keuangan Syariah. 2. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri Melalui analisis pangsa pasar pada sejumlah variabel, yaitu jumlah aset yang dimiliki, jumlah dana pihak ketiga yang harus dikumpulkan, dan jumlah kredit yang tersalurkan, maka dapat diketahui seberapa besar pangsa pasar yang dikuasai oleh suatu bank. Dengan demikian kita dapat mengetahui struktur pasarnya. Selanjutnya gambaran tentang struktur pasar dikaitkan dengan gambaran kinerja Perbankan Syariah secara individual. Analisis ini diharapkan dapat mengemukakan kaitan antara Struktur Pasar dan kinerja Perbankan Syariah. Dalam menganalisis hubungan antara struktur pasar dan kinerja Perbankan Syariah, sebelumnya dilakukan uji normalitas pada tiap-tiap variabel yang akan diteliti. Dengan uji normalitas akan diketahui apakah data yang diteliti terdistribusi normal (asimetris) atau tidak normal (simetris) sehingga dapat ditentukan metode statistik apa yang selanjutnya akan dipergunakan dalam menganalisis hubungan antara struktur pasar dan kinerja perbankan Syariah, apakah metode parametrik atau non-parametrik. Uji normalitas yang akan dipergunakan adalah uji Lilliefors (Komologrov-Smirnov) dan uji Shapiro-Wilk. Hubungan antara struktur pasar dan kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia akan diuji dengan analisis korelasi. Analisis ini bertujuan untuk mengukur kuat atau derajat hubungan linier antara dua variabel, sangat erat
70
berhubungan tetapi sangat berbeda dalam konsep dari analisis regresi. Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Beberapa sifat koefisien korelasi (r) dapat dijelaskan sebagai berikut (Gujarati, 1995: 46-47) : 1. r dapat positif atau negatif, tandanya tergantung pada tanda faktor pembilang, yang mengukur kovariasi sampel kedua variabel. 2. Terletak antara batas -1 dan +1, yaitu 1 r 1 . 3. Sifat dasarnya simetris, yaitu koefisien korelasi antara X dan Y (rxy) sama dengan keifisien korelasi antara Y dan X (ryx). 4. Tidak tergantung pada titik asal (origin) dan skala, yaitu kalau didefinisikan Xi* = aXi + c dan Yi* = bYi + d, di mana a>0, b>0, dan c dan d konstan, maka r antara X* dan Y* adalah sama dengan r antara variabel asli X dan Y. 5. Kalau X dan Y bebas secara statistik, koefisien korelasi antara keduanya adalah 0 (nol); tetapi kalau r = 0, ini tidak berarti bahwa kedua variabel adalah bebas. Dengan perkataan lain korelasi nol tidak perlu berarti kebebasan. 6. r hanyalah suatu ukuran hubungan linier atau ketergantungan linier saja; r tidak mempeunyai arti untuk menggambarkan hubungan non linier. 7. Meskipun r adalah ukuran hubungan linier anatara dua variabel, tetapi tidak perlu berarti adanya hubungan sebab akibat. r = r2
71
=
=
x y x y i
i
2 i
2 i
N xi y i xi y i
N x
2 i
xi N y i2 2
y 2 i
Keterangan : r
= koefisien korelasi sampel
x
= variabel struktur pasar Perbankan Syariah di Indonesia
y
= variabel kinerja Perbankan Syariah di Indonesia
N
= jumlah kasus penelitian
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : 1.
Formulasikan H0 dan H1 H0 = tidak ada hubungan (korelasi) antara dua variabel atau angka korelasi 0. H1 = ada hubungan (korelasi) antara dua variabel atau angka korelasi tidak 0.
2.
Menentukan level of Significance, 5%
3.
Pengambilan keputusan berdasarkan pada probabilitas : Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, berarti tidak ada
hubungan/korelasi antara 2 variabel yang diamati.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menafsirkan angka korelasi, yaitu: Jika dalam hasil analisis menunjukkan angka korelasi Di atas 0,5
: menunjukkan korelasi yang cukup kuat
Di bawah 0,5 : menunjukkan korelasi yang lemah
72
Selain besar korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh terhadap penafsiran hasil. Tanda – (negatif) pada output menunjukkan arah yang berlawanan sedangkan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama. Signifikansi hasil korelasi adalah bertujuan untuk mengetahui angka korelasi tersebut benar-benar significance sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel. Uji korelasi Pearson Product Moment digunakan jika data terdistribusi secara normal maka akan digunakan metode non parametrik dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s rho dan kendhall’s tau (Djarwanto, 1996: 329-330). Adapun uji korelasi Spearman’s rho di rumuskan sebagai berikut: rs = 1-
6 di 2 n(n 2 1)
di mana n adalah banyaknya pasangan data, dan di adalah selisih dari setiap pasangan rank. Sedangkan uji korelasi Kendall’s tau dapat dirumuskan sebagai berikut:
SkorYangSebenarnya S 1 SkorMaksimumYangMungkin N ( N 1) 2
Di mana s adalah nilai skor yang sebenarnya, dan N adalah banyaknya objek atau satuan yang diurutkan pada X dan Y. 3. Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia per tahun dari tahun 2000 sampai 2007. Untuk mengetahui perbedaan kinerja industri perbankan Syariah di Indonesia sebelum dan selama Undang-undang perbankan syariah No. 10 tahun 1998 terlebih dahulu dilakukan dengan menggunakan uji normalitas terlebih dahulu. Apabila hasil uji normalitas data diperoleh hasil distribusi normal maka
73
uji parametrik t-test dilakukan, yakni menggunakan Paired Sample t Test. Namun, apabila distribusi data tidak normal digunakan uji non-parametrik, yaitu dengan Wicolxon’s Signed Rank. Pada penelitian ini variabel kinerja yang akan dilihat adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) setelah dikeluarkankannya Undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 Rumus uji t untuk dua sampel yang berpasangan adalah: (Santoso, 2002: 104). t
( X1 X 2 ) 0 Sd / n
X1
( X1 X 2 ) 0 1 /(n 1) total (d d ) / n
di mana:
X 2 = rata-rata kinerja industri perbankan Syariah sebelum Undang-undang X 1 = rata-rata kinerja industri perbankan Syariah Selama Undang-undang Sd = Standar deviasi d
= selisih nilai kinerja industri perbankan Syariah sebelum dan selama Undang- undang
n = jumlah data
Adapun langkah pengujiannya sebagai berikut : 1. Formulasikan H0 dan H1 H0 = Kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata kinerja industri Perbankan Syariah di Indonesia Setelah UndangUndang perbankan No. 10 tahun 1998 per tahun adalah sama/tidak berbeda secara nyata)
74
H1 = Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik (rata-rata kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia setelah UndangUndang perbankan Syariah No. 10 tahun 1998 adalah berbeda secara nyata) 2. Menentukan level of significance, = 5%
Ho ditolak
Ho di terima
-t /2
Ho di tolak +t /2
3. Kriteria pengambilan keputusan : a. Dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel H0 diterima apabila –t tabel < t hitung < t tabel H0 ditolak apabila t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel b. Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima. Jika probabilitas < 0,05, maka H0 di tolak.
Sedangkan uji yang akan dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja Return on Asset (ROA) setelah undang-undang perbankan Syariah No. 10 tahun 1998 adalah dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test, yang dirumuskan sebagai berikut: (Santoso, 2001: 148) z=
T 1 / 4 N N 1 1 / 24 N N 12 N 1
75
di mana T adalah selisih rata-rata terkecil, dan N adalah jumlah sampel. Adapun langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesis H0 = Kedua rata-rata populasi adalah sama atau lebih besar dari nol (rata-rata kinerja industri perbankan syariah di Indonesia setelah undang-undang perbankan syariah No. 10 tahun 1998 per tahun adalah sama/tidak berbeda secara nyata) H1 = Kedua rata-rata populasi adalah lebih kecil dari nol (rata-rata kinerja industri perbankan syariah di Indonesia setelah undangundang perbankan syariah No. 10 tahun 1998 per tahun adalah berbeda secara nyata). 2. Menentukan level of significance 3. Kriteria pengambilan keputusan. 1) Dengan membandingkan angka z hitung dengan z tabel: Jika z hitung < z tabel maka H0 diterima Jika z hitung > z tabel maka H0 ditolak
2) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan : Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima Probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
76
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perkembangan Industri Perbankan Syariah di Indonesia Industri Perbankan sempat mengalami guncangan besar pada tahun 1998. Krisis moneter telah mengakibatkan beberapa bank terkena likuidasi. Sebagian besar masyarakat telah menarik tabungan mereka terhadap beberapa
77
bank yang terkena likuidasi. Kondisi ini tidak berdampak terhadap kinerja Bank Syariah pada waktu itu. Bank Syariah tetap menjalankan operasionalnya tanpa terkena dampak krisis ekonomi. Bank Syariah pada waktu itu mampu bertahan dikarenakan sintem yang mereka jalankan adalah sistem bagi hasil. Sedangkan Bank Konvensional yang menerapkan sistem bunga sangat terkena dampak krisis ekonomi. Krisis ekonomi telah mengakibatkan bunga bank melambung tinggi sehingga beberapa bank konvensionalpun terancam tutup.
Kelahiran Bank Islam di Indonesia relatif terlambat dibandingkan dengan negara-negara lain sesama anggota OKI. Hal tersebut merupakan ironi, mengingat pemerintah RI yang diwakili Menteri Keuangan Ali Wardana, dalam beberapa kali sidang OKI cukup aktif memperjuangkan realisasi konsep bank Islam, namun tidak diimplementasikan di dalam negeri. KH Hasan Basri, yang pada waktu itu sebagai Ketua MUI memberikan jawaban bahwa kondisi keterlambatan pendirian Bank Islam di Indonesia karena political-will belum mendukung.
Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia berawal dari ide dan gagasan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, agar memiliki sebuah alternatif sistem keuangan perbankan yang bersifat Islami. Di sisi lain masyarakat Indonesia masih meyakini bahwa sistem perbankan syariah yang menerapkan bagi hasil memberikan keuntungan, baik untuk nasabah dan bank.
78
Pada awal tahun 1980 gagasan pendirian perbankan syariah mulai dilakukan. Maraknya seminar tentang pentingnya bank syariah yang dilakukan masyarakat dan akademisi semakin memantapkan langkah tersebut. Sebagai langkah uji coba, mereka kemudian mempraktekkan gagasan tentang bank syariah dalam sklala kecil. Sejak itu berdirilah Bait Al-Tamwil Salman di Institut Teknologi Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Keberadaan badan usaha pembiayaan non-bank yang mencoba menerapkan konsep bagi hasil ini semakin menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan keberadaan alternatif lembaga keuangan syariah untuk melengkapi pelayanan lembaga keuangan konvensional yang sudah ada.
Melihat aspirasi masyarakat untuk memiliki lembaga keuangan syariah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) selanjutnya menindak lanjuti aspirasi tersebut dengan melakukan pendalaman konsep-konsep keuangan syariah, termasuk system perbankan syariah.
Pada tanggal 18 sampai 20 Agustus tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelanggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional Keempat MUI di Jakarta pada tanggal 22 sampai 25 Agustus 1990. Hasilnya, lahirnya amanat untuk pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam pertama di Indonesia. Kelompok kerja ini disebut Tim Perbankan MUI yang bertugas untuk menindaklanjuti aspirasi dan keinginan masyarakat tersebut serta melakukan berbagai persiapan dan konsultasi dengan semua pihak terkait.
79
Bank Syariah sendiri mulai berdiri di Indonesia yaitu sejak tahun 1992 ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat merupakan satu – satunya bank Syariah yang berdiri pada tahun 1992. Keberadaan Bank Syariah sendiri di Indonesia mulai diakui semenjak diberlakukannya Undang – undang perbankan Syariah No. 7 tahun 1992. Undang – undang ini merupakan titik awal perkembangan Industri perbankan Syariah di Indonesia. Dengan berlakunya perundang-undangan tersebut telah menandai berlakunya system perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia.
Melalui
perundang-undangan
yang
dikeluarkan
pemerintah,
pertumbuhan perbankan syariah nasional mengalami pertumbuhan yang relatif cepat, terutama setelah dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Perkembangan periode tahun 1992 sampai dengan 1998, terdapat hanya satu bank umum syariah dan 78 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang telah beroperasi. Pada tahun 1998, dengan dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang yang dianggap telah memberikan landasan hukum yang lebih kuat dan kesempatan yang lebih luas untuk jaringan pengembangan perbankan syariah di Indonesia. Antara lain melalui izin pembukaan kantor cabang syariah (KCS) oleh bank umum konvensional. Selain itu UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang isinya tentang pemberian wewenang kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah dan mempersiapkan perangkat peraturan serta berbagai fasilitas penunjang dalam mendukung operasional bank syariah.
80
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 1992-1998 hanya ada satu bank syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia. Namun kondisi ini mulai berubah pada permulaan Maret tahun 2007. Jumlah Bank Syariah telah mencapai 24 unit yang terdiri atas 3 Bank Umum Syariah dan 21 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 105 unit pada periode yang sama. Dalam
konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksitransaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang (Sekilas tentang Perbankan Syariah di Indonesia, www.bi.go.id). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Perbankan Syariah baik dari sisi keuangan dan produk-produknya sangat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. 1. TUJUAN PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH Langkah yang diambil pemerintah untuk membangun kembali system perbankan yang sehat dalam rangka mendukung progam pemulihan dan pemberdayaan ekonomi nasional, selain restrukturisasi perbankan, adalah
81
dengan pengembangan system perbankan syariah. Tujuan pengembangan perbankan syariah adalah untuk memenuhi hal-hal berikut (Muhamad Syafi”i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik) : a. Kebutuhan Jasa Perbankan bagi Masyarakat yang Tidak Dapat Menerima Konsep Bunga. Dengan diterapkannya system perbankan syariah yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional, mobilisasi dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas, terutama dari segmen masyarakat yang selama ini belum dapat tersentuh oleh system perbankan konvensional. b. Peluang Pembiayaan bagi Pengembangan Usaha berdasarkan Prinsip Kemitraan. Dalam prinsip ini, konsep yang diterapkan adalah hubungan antar investor yang harmonis (mutual investor relationship). Adapun dalam sistem konvensional, konsep yang diterapkan adalah hubungan debitur dan kreditur yang antagonis (debtor to creditor relationship). c. Kebutuhan akan Produk dan Jasa Perbankan Unggulan. Sistem perbankan syariah memiliki berbagai keunggulan komparatif berupa penghapusan pembebanan bunga yang berkesinambungan (perpectual interest effect), membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif, dan pembiayaan yang ditujukan pada usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral (halal).
2. Hukum Perbankan dalam Islam
Sebagaimana telah dikemukakan, secara teoritis Bank Islam baru dirintis sejak tahun 1940-an dan secara kelembagaan baru dapat dibentuk pada tahun 1960-an. Di Indonesia kenyataannya baik secara teoritis maupun
82
kelembagaan, perkembangan Bank Islam bahkan lebih kemudian. Eksistensi Bank Islam secara hukum positif dimungkinkan pertama kali melalui Pasal 6 huruf m Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 6 huruf m beserta penjelasannya tidak mempergunakan sama sekali istilah Bank Islam atau Bank Syariah sebagaimana dipergunakan kemudian sebagai istilah resmi dalam UUPI, namun hanya menyebutkan, “menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah."
Di dalam Pasal 5 ayat (3) PP No. 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum pun hanya disebutkan frasa “Bank Umum yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil” dan di penjelasannya disebut “Bank berdasarkan prinsip bagi hasil”. Begitu pula dalam Pasal 6 ayat (2) PP No. 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat hanya menyebutkan frasa “Bank Perkreditan Rakyat yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil” yang dalam penjelasannya disebut “Bank Perkreditan Rakyat yang berdasarkan bagi hasil”.
Kesimpulan bahwa “bank berdasarkan prinsip bagi hasil” merupakan istilah bagi Bank Islam atau Bank Syariah baru dapat ditarik dari Penjelasan Pasal 1 ayat (1) PP No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Dalam penjelasan ayat tersebut ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip bagi hasil adalah prinsip muamalat berdasarkan Syari’at dalam melakukan kegiatan usaha bank.
Melihat ketentuan-ketentuan yang ada dalam PP No. 72 Tahun 1992, keleluasaan untuk mempraktekkan gagasan perbankan berdasarkan syariat
83
Islam terbuka seluas-luasnya, terutama berkenaan dengan jenis transaksi yang dapat dilakukan. Pembatasan hanya diberikan dalam hal :
1. Larangan melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil (maksudnya kegiatan usaha berdasarkan perhitungan bunga) bagi Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang kegiatan usahanya semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Begitu pula Bank Umum atau BPR yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil dilarang melakukan kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip bagi hasil. 2. Kewajiban memiliki Dewan Pengawas Syariah yang bertugas melakukan pengawasan atas produk perbankan baik dana maupun pembiayaan agar berjalan sesuai dengan prinsip Syari’at, dimana pembentukannya dilakukan oleh bank berdasarkan hasil konsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Pada saat berlakunya UU No. 7 Tahun 1992, selain ketiga PP tersebut di atas tidak ada lagi peraturan perundangan yang berkenaan dengan Bank Islam. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa eksistensi Bank Islam yang telah diakui secara hukum positif di Indonesia, belum mendapatkan dukungan secara wajar berkenaan dengan praktek traksaksionalnya. Hal ini dapat dilihat misalnya dari tidak seimbangnya jumlah dana yang mampu dikumpulkan dibandingkan dengan penyalurannya di masyarakat. Bagi BMI tidak ada kesulitan untuk mengumpulkan dana berupa tabungan dan investasi dari masyarakat, namun untuk penyalurannya masih sangat terbatas, mengingat
84
belum adanya instrumen investasi yang berdasarkan prinsip syariah yang diatur secara pasti, baik instrumen investasi di Bank Indonesia, Pemerintah, atau antar-bank. Tidak mengherankan bilamana dalam Laporan Keuangan BMI pada masa tersebut dapat ditemukan satu pos anggaran atau account yang diberi istilah sebagai “Pendapatan Non Halal”, yakni pendapatan yang didapat dari transaksi yang bersifat perbankan konvensional.
Perkembangan lain yang patut dicatat berkaitan dengan perbankan syariah pada saat berlakunya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah berdirinya Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI). BAMUI berdiri secara resmi tanggal 21 Oktober 1993 dengan pemrakarsa MUI dengan tujuan menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa muamalat dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan, jasa dan lainlain di kalangan umat Islam di Indonesia. Dengan demikian dalam transaksitransaksi atau perjanjian-perjanjian bidang perbankan syariah lembaga BAMUI dapat menjadi salah satu choice of forum bagi para pihak untuk menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan transaksi atau perjanjian tersebut. Perkembangan kemudian berkenaan dengan BAMUI, melalui Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia No. Kep-09/MUI/XII/2003 tanggal 24 Desember 2003 menetapkan di antaranya perubahan nama BAMUI menjadi Badan Arbitrase Syari’ah Nasional (BASYARNAS) dan mengubah bentuk badan hukumnya yang semula merupakan Yayasan menjadi ‘badan’ yang berada di bawah MUI dan merupakan perangkat organisasi MUI.
85
Meskipun pada saat berlakunya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 perkembangan perbankan syariah masih sangat terbatas, namun sebagaimana disebutkan oleh Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, SH merupakan salah satu tonggak sejarah yang sangat penting khususnya di dalam kehidupan umat Islam dan pada umumnya bagi perkembangan Hukum Nasional. Dalam makalahnya yang berjudul “Peranan BAMUI Dalam Pembangunan Hukum Nasional” beliau mengatakan sebagai berikut :
Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 membawa era baru dalam sejarah perkembangan hukum ekonomi di Indonesia. Undang-undang tersebut memperkenalkan system bagi hasil yang tidak dikenal dalam Undang-undang tentang Pokok Perbankan No.14 Tahun 1967. Dengan adanya system bagi hasil itu maka Perbankan dapat melepaskan diri dari usaha-usaha yang mempergunakan system bunga. Jika sekarang ini peranan hokum Islam terbatas pada peranan hokum keluarga, tetapi sejak tahun 1992, peranan Hukum Islam telah memasuki dunia hukum ekonomi (bisnis).
Pada tahun 1998 eksistensi Bank Islam lebih dikukuhkan dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam Undangundang tersebut, sebagaimana ditetapkan dalam angka 3 jo. angka 13 Pasal 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, penyebutan terhadap entitas perbankan Islam secara tegas diberikan dengan istilah Bank Syari’ah atau Bank Berdasarkan Prinsip Syari’ah. Pada tanggal 12 Mei 1999, Direksi Bank Indonesia mengeluarkan tiga buah Surat Keputusan sebagai pengaturan lebih
86
lanjut Bank Syariah sebagaimana telah dikukuhkan melalui Undang-undang No. 10 Tahun 1998, yakni :
1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/33/KEP/DIR tentang Bank Umum, khususnya Bab XI mengenai Perubahan Kegiatan Usaha dan Pembukaan Kantor Cabang Syariah; 2. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah ; dan 3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.
Selanjutnya berkenaan dengan operasional dan instrumen yang dapat dipergunakan Bank Syariah, pada tanggal 23 Februari 2000 Bank Indonesia secara sekaligus mengeluarkan tiga Peraturan Bank Indonesia, yakni :
1. Peraturan Bank Indonesia No. 2/7/PBI/2000 tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Yang Melakukan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah , yang mengatur mengenai kewajiban pemeliharaan giro wajib minimum
bank
umum
yang
melakukan
kegiatan
usaha
berdasarkan prinsip syariah; 2. Peraturan Bank Indonesia No. 2/8/PBI/2000 tentang Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, yang dikeluarkan dalam rangka menyediakan sarana penanaman dana atau pengelolaan dana antarbank berdasarkan prinsip syariah; dan 3. Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) , yakni sertifikat yang diterbitkan
87
Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan
prinsip
Wadiah
yang
merupakan
piranti
dalam
pelaksanaan pengendalian moneter semacam Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam praktek perbankan konvensional.
Berkenaan dengan peraturan-peraturan Bank Indonesia di atas, relevan dikemukakan dalam hal ini mengenai tugas Bank Indonesia dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter berdasarkan prinsip syariah, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (UUBI). Pasal 10 ayat (2) UUBI memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk menggunakan cara-cara berdasarkan prinsip syariah dalam melakukan pengendalian moneter. Kemudian Pasal 11 ayat (1) UUBI juga memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek suatu Bank dengan memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari. Dipandang dari sudut lain, dengan demikian UUBI sebagai undang-undang bank sentral yang baru secara hukum positif telah mengakui dan memberikan tempat bagi penerapan prinsip-prinsip syariah bagi Bank Indonesia dalam melakukan tugas dan kewenangannya.
Disamping peraturan-peraturan tersebut di atas, terhadap jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah, Bank Syariah juga wajib mengikuti semua fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), yakni satu-satunya dewan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah, serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia. Sampai saat
88
ini DSN telah memfatwakan sebanyak 43 fatwa, melingkupi fatwa mengenai produk perbankan syariah, lembaga keuangan non-bank seperti asuransi, pasar modal, gadai serta berbagai fatwa penunjang transaksi dan akad lembaga keuangan syariah, yakni sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Fatwa Mengenai Produk – Produk Perbankan Syariah
No. NOMOR FATWA
TENTANG
1
01/DSN-MUI/IV/2000
Giro
2
02/DSN-MUI/IV/2000
Tabungan
3
03/DSN-MUI/IV/2000
Deposito
4
04/DSN-MUI/IV/2000
Murabahah
89
5
05/DSN-MUI/IV/2000
Jual Beli Salam
6
06/DSN-MUI/IV/2000
Jual Beli Istishna
7
07/DSN-MUI/IV/2000
Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)
8
08/DSN-MUI/IV/2000
Pembiayaan Musyarakah
9
09/DSN-MUI/IV/2000
Pembiayaan Ijarah
10 10/DSN-MUI/IV/2000
Wakalah
11 11/DSN-MUI/IV/2000
Kafalah
12 12/DSN-MUI/IV/2000
Hawalah
13 13/DSN-MUI/IX/2000
Uang Muka dalam Murabahah
14 14/DSN-MUI/IX/2000
Sistem Distribusi Hasil Usaha dalam LKS
15 15/DSN-MUI/IX/2000
Prinsip Distribusi Hasil Usaha dalam LKS
16 16/DSN-MUI/IX/2000
Diskon dalam Murabahah Sanksi atas Nasabah Mampu yang
17 17/DSN-MUI/IX/2000 Menunda-nunda Pembayaran Pencadangan Penghapusan Aktiva Produktif 18 18/DSN-MUI/IX/2000 dalam LKS 19 19/DSN-MUI/IX/2000
Al-Qardh
90
Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa 20 20/DSN-MUI/IX/2000 Dana Syariah
21 21/DSN-MUI/X/2001
Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
22 22/DSN-MUI/III/2002
Jual Beli Istishna Paralel
23 23/DSN-MUI/III/2002
Potongan Pelunasan Dalam Murabahah
24 24/DSN-MUI/III/2002
Safe Deposit Box
25 25/DSN-MUI/III/2002
Rahn
26 26/DSN-MUI/III/2002
Rahn Emas
27 27/DSN-MUI/III/2002
Al-Ijarah al-Muntahiya bi al-Tamlik
28 28/DSN-MUI/III/2002
Jual Beli Mata Uang (al-Sharf)
29 29/DSN-MUI/VI/2002
Pembiayaan Pengurusan Haji LKS
30 30/DSN-MUI/VI/2002
Pembiayaan Rekening Koran Syari’ah
31 31/DSN-MUI/VI/2002
Pengalihan Utang
32 32/DSN-MUI/IX/2002
Obligasi Syari’ah
33 33/DSN-MUI/IX/2002
Obligasi Syari’ah Mudharabah
91
34 34/DSN-MUI/IX/2002
L/C Impor Syari’ah
35 35/DSN-MUI/IX/2002
L/C Ekspor Syari’ah
36 36/DSN-MUI/X/2002
Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia Pasar Bank Antarbank Berdasarkan Prinsip
37 37/DSN-MUI/X/2002 Syariah Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank 38 38/DSN-MUI/X/2002 (Sertifikat IMA)
39 39/DSN-MUI/X/2002
Asuransi Haji
Pasar Modal dan Pedoman Umum 40 40/DSN-MUI/X/2003
Penerapan Prinsip Syariah di bidang Pasar Modal
41 41/DSN-MUI/III/2004
Obligasi Syariah Ijarah
42 42/DSN-MUI/V/2004
Syariah Charge Card
43 43/DSN-MUI/VIII/2004
Ganti Rugi (Ta’widh)
Keberadaan perbankan Islam atau yang pada perkembangan mutakhir disebut sebagai Bank Syariah di Indonesia telah diakui sejak diberlakukannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan lebih dikukuhkan dengan diundangkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 beserta beberapa Surat Keputusan Direksi
92
Bank Indonesia (PBI) sebagaimana telah dibahas di muka. Berkenaan dengan transaksi dan instrumen keuangan Bank Syariah juga telah dikeluarkan beberapa Peraturan Bank Indonesia dan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data 1.
Analisis Konsentrasi dan Struktur Pasar Kelompok Industri Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2004 - 2007 Konsentrasi dalam konteks industri diartikan ukuran distribusi penjual dan pembeli dalam suatu industri yang didapatkan dengan cara menjumlahkan pangsa pasar beberapa perusahaan terbesar. Nilai dari tingkat konsentrasi industri menjadi suatu dasar untuk menentukan struktur pasar suatu industri (Wihana Kirana Jaya, 2001:48). Untuk mengukur
93
konsentrasi pasar Industri Perbankan Syariah digunakan tiga variabel yaitu asset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan. Dalam analisis ini alat pengukuran yang akan digunakan dalam menentukan struktur pasar perbankan syariah di Indonesia adalah rasio konsentrasi (Concentrasion Ratio) dan Indeks Herfindhal (IH). Rasio konsentrasi dihitung berdasarkan prosentase dari empat perusahaan terbesar (CR4) yang menguasai pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga dan pangsa pasar atas pembiayaan yang diberikan oleh Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Nilai konsentrasi dihitung dengan membagi nilai perusahaan yang kemudian dijumlahkan berdasarkan prosentase market sharenya. Sedangkan Indeks Haefindhal (IH) dihitung berdasarkan kontribusi pangsa pasar dari semua yang ada dalam Industri, di mana dalam penelitian ini adalah seluh bank Syariah di Indonesia yang beroperasi selama kurun waktu 2004 - 2007.
a. Konsentrasi dan Struktur Pasar Perbankan Syariah Tahun 2004 Tabel 4.2 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah Tahun 2004 Ditinjau dari 3 Variabel Variabel ASET CR3 0,872148396 CR8 0,998606942 IH 0,54910344 1/IH 1,821150493 Sumber : Hasil pengolahan data
DANA 0,939266925 0,998606942 0,525073022 1,821150493
PEMBIAYAAN 0,940682411 0,999958453 0,494460832 2,022404881
94
Pada tabel 4.2 Terlihat bahwa pada tahun 2004, konsentrasi variabel pembiayaan industri Perbankan Syariah yang diukur dengan Indeks Herfindhal adalah sebesar 0,4944. Indeks ini menunjukkan bahwa konsentrasi Industri Perbankan Syariah sebanding dengan 2 Bank Syariah terbesar yang masing-masing menguasai aset dengan proporsi yang sama. Sedangkan nilai IH yang hampir sama sebesar 0,525 pada variabel dana dan 0,5491 pada variabel pembiayaan menunjukkan bahwa konsentrasi industri Perbankan Syariah sebanding dengan 1 Bank Syariah yang masing-masing menguasai dana masyarakat dan pembiayaan dengan proporsi yang sama. Pada tabel 4.2 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari tiga Bank Syariah terbesar yang ditinjau dari variabel Aset adalah sebesar 0,8721. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2004 aset Bank Syariah 87,21% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 12,79% sisanya di bagi pada 9 Bank Syariah lainnya.. Dan berdasarkan CR8, 99,86% aset dikuasai oleh delapan Bank Syariah terbesar. Sedangkan
sisanya sebesar 14% dibagikan kepada 4 Bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2004 cenderung berbentuk oligopoly murni tipe 1a. Pada tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa rasio konsentrasi dari tiga Bank Syariah terbesar ditinjau dari variabel dana adalah sebesar 0,9392. Rasio ini juga menunjukkan bahwa pada tahun 2004 pengumpulan dana masyarakat oleh bank Syariah sebesar 93,92% dikuasai oleh tiga
95
bank Syariah terbesar, sedangkan sejumlah 6,08% sisanya dibagi oleh 9 bank Syariah yang lain. Untuk delapan bank Syariah terbesar berdasarkan CR8 menguasai 99,86% atas dana pihak ketiga sedangkan sisanya sebesar 14% dibagikan kepada 4 bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria oligopoly J.S Bain, nilai CR3 dan CR8 struktur pasar bank Syariah atas aset tahun 2004 cenderung berbentuk oligopoly penuh tipe 1a. Pada tabel yang sama juga dapat dilihat bahwa rasio konsentrasi dari tiga Bank Syariah terbesar ditinjau dari variabel pembiayaan adalah sebesar 0,9406. Rasio ini juga menunjukkan bahwa pada tahun 2004 pengumpulan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank Syariah sebesar 94,06% dikuasai oleh tiga bank Syariah terbesar, sedangkan sejumlah 5,94% sisanya dibagi oleh 9 bank Syariah yang lain. Untuk delapan bank Syariah terbesar berdasarkan CR8 menguasai 99,99% atas pembiayaan yang diberikan sisanya sebesar 1% dibagikan kepada 4 bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria oligopoly J.S Bain,
nilai CR3 dan CR8 struktur pasar bank Syariah atas variabel Pembiayaan tahun 2004 cenderung berbentuk oligopoly penuh tipe 1a. b. Konsentrasi dan Struktur Pasar Perbankan Syariah Tahun 2005 Tabel 4.3 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah Tahun 2005 Ditinjau dari 3 Variabel Variabel ASET Cr3 0,809437319 Cr8 0,958127298 IH 0,245655578 1/IH 4,070740043 Sumber : Hasil pengolahan data
DANA 0,918661881 0,993303748 0,525073022 1,904497007
PEMBIAYAAN 0,940682411 0,999958453 0,427214651 2,340743691
96
Pada tabel 4.3 Terlihat bahwa pada tahun 2005, konsentrasi variabel Aset industri Perbankan Syariah yang diukur dengan Indeks Herfindhal adalah sebesar 0,2456. Indeks ini menunjukkan bahwa konsentrasi Industri Perbankan Syariah sebanding dengan 4 Bank Syariah yang masing-masing menguasai aset dengan proporsi yang sama. Sedangkan nilai Ideks Herfindhal pada variabel dana menunjukkan angka sebasar 0,525. Indeks ini menunjukkan bahwa konsentrasi Industri perbankan Syariah sebanding dengan 1 Bank Syariah yang menguasai aset dengan proporsi yang sama. Sedangkan nilai Indeks Herfindhal pada variabel pembiayaan menunjukkan angka sebesar 0,4272. Indeks ini menunjukkan bahwa konsentrasi Industri perbankan Syariah sebanding dengan 2 bank Syariah yang menguasai aset dengan proporsi yang sama. Pada tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel Aset adalah sebesar 0,8094. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 aset Bank
Syariah 80,94% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 12,79% sisanya di bagi pada 14 Bank Syariah lainnya dan berdasarkan CR8, 95,81% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan sisanya sebesar 4,19% dibagikan kepada 11 Bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2005 cenderung berbentuk oligopoly murni tipe 1a. Pada tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel Dana adalah sebesar 0,9186.
97
Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 aset Bank Syariah 91,86% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 8,14% sisanya di bagi pada 11 Bank Syariah lainnya dan berdasarkan CR8 sebesar 99,33% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan sisanya sebesar 0,67% dibagikan kepada 6 Bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2004 cenderung berbentuk oligopoly murni tipe 1a. Pada tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel pembiayaan adalah sebesar 0,9406. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 aset Bank Syariah 94,06% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 5,94% sisanya di bagi pada 9 Bank Syariah lainnya dan berdasarkan CR8 sebesar 99,33% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan sisanya sebesar 4,19% dibagikan kepada 4 Bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2005 cenderung berbentuk oligopoly murni tipe 1a. c. Konsentrasi dan Struktur Pasar Perbankan Syariah Tahun 2006 Tabel 4.4 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah Tahun 2006 Ditinjau dari 2 Variabel Variabel ASET Cr3 0,84926761 Cr8 0,97397884 IH 0,314182767 1/IH 3,182860763 Sumber : Hasil pengolahan data
DANA 0,936293503 0,988006271 0,405749046 2,464577574
PEMBIAYAAN 0,799869208 0,98478974 0,350544845 2,852702058
98
Pada tabel 4.4 Terlihat bahwa pada tahun 2006, konsentrasi variabel dana Industri Perbankan Syariah yang diukur dengan Indeks Herfindhal adalah sebesar 0,4057. Indeks ini menunjukkan bahwa konsentrasi Industri Perbankan Syariah sebanding dengan 2 Bank Syariah yang masing-masing menguasai aset dengan proporsi yang sama. Sedangkan nilai IH yang hampir sama sebesar 0,3141 pada variabel aset dan 0,341 pada variabel pembiayaan sebanding dengan 3 Bank Syariah yang masing-masing menguasai dana masyarakat dan pembiayaan dengan proporsi yang sama. Pada tabel 4.4 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel Aset adalah sebesar 0,8492. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 aset Bank Syariah 84,92% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 15,08% sisanya di bagi pada 14 Bank Syariah lainnya.. dan berdasarkan CR8, 97,39% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan sisanya sebesar 2.61% dibagikan kepada 10 Bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2006 cenderung berbentuk oligopoly murni tipe 1a. Pada tabel 4.4 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel pembiyaan adalah sebesar 0,7998. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 aset Bank Syariah 79,98% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 6.38% sisanya di bagi pada 9 Bank Syariah lainnya dan berdasarkan CR8 sebesar 98,80% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan
99
sisanya sebesar 1,2% dibagikan kepada 4 Bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2006 cenderung berbentuk oligopoly murni tipe 1a. Pada tabel 4.4 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel pembiayaan adalah sebesar 0,9406. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 aset Bank Syariah 94,06% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 5,94% sisanya di bagi pada 9 Bank Syariah lainnya.. dan berdasarkan CR8 sebesar 98,47% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan sisanya sebesar 1,53% dibagikan kepada 4 Bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2006 cenderung berbentuk oligopoly murni tipe 1a.
d. Konsentrasi dan Struktur Pasar Perbankan Syariah Tahun 2007 Tabel 4.5 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah Tahun 2007 Ditinjau dari 2 Variabel Variabel ASET DANA PEMBIAYAAN Cr3 0,887188981 0,951879508 0,852470615 Cr8 0,97397884 0,994016608 0,999975689 IH 0,314182767 0,399921614 0,494340421 1/IH 3,182860763 2,500490008 2,022897497 Sumber : Hasil pengolahan data Pada tabel 4.5 Terlihat bahwa pada tahun 2007, konsentrasi variabel pembiayaan Industri Perbankan Syariah yang diukur dengan
100
Indeks Herfindhal adalah sebesar 0,4943. Indeks ini menunjukkan bahwa konsentrasi Industri Perbankan Syariah sebanding dengan 2 Bank Syariah yang masing-masing menguasai aset dengan proporsi yang sama. Sedangkan nilai IH yang hampir sama sebesar 0,3141 pada variabel aset dan 0,3999 pada variabel dana sebanding dengan 3 Bank Syariah yang masing-masing menguasai dana masyarakat dan pembiayaan dengan proporsi yang sama. Pada tabel 4.5 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel Aset adalah sebesar 0,8871. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 aset Bank Syariah 88,71% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 11,29% sisanya di bagi pada 9 Bank Syariah lainnya.. dan berdasarkan CR8, 97,39% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan sisanya sebesar 2.61% dibagikan kepada 3 Bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2006 cenderung berbentuk oligopoly murni tipe 1a. Pada tabel 4.5 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel pembiyaan adalah sebesar 0,8524. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 aset Bank Syariah 85,24% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 14,76% sisanya di bagi pada 6 Bank Syariah lainnya.. dan berdasarkan CR8 sebesar 99,99% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan sisanya sebesar 0,01% dibagikan kepada 1
Bank Syariah
lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank
101
Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2007 cenderung berbentuk oligopoly murni tipe 1a. Pada tabel 4.5 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel dana adalah sebesar 0,9518. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 aset Bank Syariah 95,18% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 4,82% sisanya di bagi pada 12 Bank Syariah lainnya.. dan berdasarkan CR8 sebesar 99,40% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan sisanya sebesar 0,6% dibagikan kepada 7 Bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2007 cenderung berbentuk oligopoly murni tipe 1a.
Gambar 4.1 Konsentrasi Induatri Perbankan Syariah di Indonesia Berdasarkan Aset Dalam gambar 4.1 dapat dilihat bahwa konsentrasi Industri Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan atas aset cenderung mengalami penurunan pada tahun 2005. Penurunan rasio konsentrasi
102
tersebut disebapkan karena semakin banyaknya jumlah perusahaan perbankan yang masuk dalam industri Perbankan Syariah. Selama kurun waktu 2004 sampai 2007 penguasaan pangsa pasar atas aset dikuasai oleh tiga bank terbesar. Pada tahun 2004, penguasaan pangsa pasar atas aset di dominasi oleh tiga Bank Syariah terbesar yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan BNI Syariah. Sedangkan pada tahun 2005, penguasaan pangsa pasar atas aset
di
dominasi oleh tiga Bank Syariah terbesar yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan BPD Riau. Pada tahun 2006 penguasaan pangsa pasar atas aset didominasi oleh tiga Bank Syariah terbesar yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan BNI Syariah. Sedangkan pada tahun 2007 penguasaan pangsa pasar atas aset di dominasi oleh tiga Bank Syariah terbesar yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Bukopin.
Gambar 4.2 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah di Idonesia Berdasarkan Dana Pihak Ketiga Dalam gambar 4.2 dapat dilihat bahwa konsentrasi Industri Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan atas aset cenderung
103
mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2006. Penurunan rasio konsentrasi tersebut disebapkan karena semakin banyaknya jumlah perusahaan perbankan yang masuk dalam industri Perbankan Syariah. Selama kurun waktu 2004 sampai 2007 penguasaan pangsa pasar atas aset dikuasai oleh tiga bank terbesar. Penguasaan pangsa pasar atas dana pihak ketiga oleh tiga Bank Syariah terbesar diperebutkan oleh Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan BNI Syariah.
Gambar 4.3 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah di Indonesia Berdasarkan Pembiayaan yang diberikan. Dalam gambar 4.3 di atas tampak tidak adanya ketidakstabilan dalam penguasaan pangsa pasar atas pembiayaan yang diberikan. Penurunan konsentrasi yang drastis tampak pada tahun 2006. Hal ini berarti
penyaluran
pembiayaan
oleh
Bank
Syariah
mengalami
pertumbuhan negatif. Berbeda dengan penguasaan pangsa pasar atas aset dan dana yang diberikan, pangsa pasar atas pembiayaan oleh tiga bank terbesar dalam industri Perbankan Syariah di Indonesia dikuasai oleh tiga bank terbesar
104
dikuasai oleh bank-bank yang bervariasi. Selama tahun 2004 sampai tahun 2007, pangsa pasar atas pembiayaan yang diberikan diperebutkan oleh Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah, Bukopin, Permata dan Niaga. Pada tahun 2004 pangsa pasar atas pembiayaan dikuasai oleh Bank Muamalat Indonesia, dan Bukopin. Sedangkan pada tahun 2005 dikuasai
oleh Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah, dan Bukopin. Sedangkan pada tahun 2006 dikuasai oleh Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah dan Niaga. Dan pada tahun 2007 pangsa pasar atas aset dikuasai oleh Bank Muamalat Indonesia, Bank Tabungan Negara dan Permata. Tabel 4.6 Rata-rata Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar CR3 2004 2005 2006 0,87214839 0,80943731 Aset 6 9 0,84926761 0,93926692 0,91866188 0,93629350 DPK 5 1 3 0,94068241 0,84663075 0,79986920 PBY 1 6 8 Rata0,91736591 0,85824331 0,86181010 rata 1 9 7 Sumber: Hasil Pengolahan data Variabel
2007 0,88718898 1 0,95187950 8 0,85247061 5 0,89717970 2
Rata-rata 0,854510 5 0,936525 4 0,859913 2 0,883649
Berdasarkan pembagian dari JS. Bain, industri Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan atas aset dari tahun 2004 sampai 2007 berbentuk oligopoli murni tipe 1b. Begitu pula untuk variabel dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan oleh Industri Perbankan Syariah di Indonesia berbentuk oligopoly murni tipe 1b. Dengan rata-rata nilai aset sebesar 85,45%, sedang dana pihak ketiga menunjukan nilai rata-rata sebesar 93,65%, dan nilai pembiayaan yang diberikan sebesar 85,99%. Tabel 4.6 Rata-rata Rasio Konsentrasi Delapan Bank Syariah Terbesar
105
CR8 2004 2005 2006 0,99684688 0,95812729 Aset 6 8 0,97397884 0,99860694 0,99330374 0,98800627 DPK 2 8 1 0,99995845 0,98615877 PBY 3 3 0,98478974 Rata0,97919660 0,98225828 rata 0,99847076 6 4 Sumber: Hasil Pengolahan data Variabel
2007 0,99246631 2 0,99401660 8 0,99997568 9 0,99548620 3
Rata-rata 0,980354 8 0,993483 3 0,992720 6 0,988852 9
Menurut pembagian dari JS. Bain, industri Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan atas aset dari tahun 2004 sampai 2007 berbentuk oligopoli murni tipe 1b. Begitu pula untuk variabel dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan oleh Industri Perbankan Syariah di Indonesia berbentuk oligopoly murni tipe 1b. Dengan rata-rata nilai aset dari 8 bank terbesar sebesar 98,03%, sedang dana pihak ketiga menunjukan nilai ratarata sebesar 99,34%, dan nilai pembiayaan yang diberikan sebesar 99,27%. Tabel 4.7 Rata-rata Rasio Konsentrasi Indeks Herfindal Bank Syariah Variabel
IH 2004 0,33312604 7
2005 0,24565557 Aset 8 0,52507302 DPK 0,54910344 2 0,49446083 0,42721465 PBY 2 1 Rata0,45889677 0,39931441 rata 3 7 1/IH 2 2 Sumber: Hasil pengolahan data
2006 0,31418276 7 0,40574904 6 0,35054484 5 0,35682555 2 3
2007 0,28405413 3 0,39992161 4 0,49434042 1 0,39277205 6 2
Rata-rata 0,294254 6 0,469961 7 0,441640 1 0,40195 2
106
Dengan mengkonversikan ukuran yang dikemukakan oleh J.S. Bain dengan nilai rata-rata atas tiga variabel untuk periode 2004 sampai 2007 menunjukkan tipe pasar yang mengarah pada tipe oligopoly murni tipe 1b. Sedangkan nilai rata-rata tiga variabel tersebut yakni CR3 sebesar 88,36%, CR8 sebesar 98,88% serta nilai IH sebesar 0,4019522.
2.
Analisis Korelasi Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Perbankan Syariah a. Analisis Korelasi rasio konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar dengan CAR(Capital Adequacy Ratio) i.
Analisis Korelasi rasio konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar dengan CAR(Capital Adequacy Ratio) Berdasarkan hasil print out data pada tabel 4.8 ditunjukkan bahwa korelasi CR3 atas Aset dengan CAR menghasilkan nilai r sebesar 0,381 angka korelasi ini memperlihatkan kemungkinan adanya hubungan yang lemah (r<0,5) antara ratio konsentrasi 3 bank Syariah terbesar berdasarkan Aset dengan kinerja CAR. Naiknya CR3 tas aset tidak lantas menurunkan nilai CAR.
107
Tabel 4.8 Hasil korelasi Rasio konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset dengan CAR Correlations
CR3ASET
CAR
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
CR3ASET 1 , 4 ,381 ,619 4
CAR ,381 ,619 4 1 , 4
Namun uji dua sisi yang dilakukan dengan α = 0,05 sebesar 0,619 ternyata tidak memperlihatkan adanya signifikansi hubungan antara kedua variabel tersebut. Artinya hubungan keduanya tidak berbeda, dengan kata lain berapapun ratio konsentrasi dari tiga Bank Syariah berdasarka aset tidak mempengaruhi besar kecilnya nilai CAR, begitu pula sebaliknya. Kemampuan atas penguasaan pangsa pasar Bank Syariah atas total aset ternyata tidak serta merta meningkatkanefisiensi yang diproksikan oleh nilai CAR. ii.
Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga (CR3-DPK) dengan CAR Tabel 4.9 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan CAR Correlations CAR CAR
CR3DPK
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 4 ,168 ,832 4
CR3DPK ,168 ,832 4 1 , 4
108
Begitupun halnya dengan korelasi antara CR3 atas dana pihak ketiga dengan variabel kinerja yang sama (tabel 4.9) ternyata juga tidak memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Angka korelasi yang didapat sebesar 0,168 tidak bisa digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variebel struktur pasar (CR3-DPK) dengan kinerja Bank Syariah (Variabel CAR) karena uji dua sisi dengan α = 0,05 menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,832. Jadi seperti halnya variabel CR3 atas aset, variabel CR3 atas Dana Pihak Ketiga pun tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya kinerja CAR, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat dartikan bahwa tingkat solvabilitas Bank Syariah tidak dipengaruhi besar kecilnya penguasaan atas pangsa pasar dana pihak ketiga.
iii.
Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga (CR3-Pembiayaan) dengan CAR. Tabel 4.10 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Pembiayaan Yang Diberikan dengan CAR
Correlations CAR CAR
CR3PBY
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 4 ,549 ,451 4
CR3PBY ,549 ,451 4 1 , 4
109
Berdasarkan
tabel
4.10
nilai
r
sebesar
0,549
memperlihatkan kemungkinan adanya korelasi yang cukup kuat antara CR3 atas pembiayaan yang diberikan dengan kinerja CAR Bank Syariah. Uji dua sisi dengan nilai α = 0,05 sebesar 0,451 ternyata tidak memperlihatkan adanya signifikansi hubungan antara kedua variabel tersebut. Artinya hubungan keduanya tidak berbeda, dengan kata lain bahwa berapapun rasio konsentrasi dari tiga Bank Syariah terbesar berdasarkan pembiayaan yang diberikan tidak mempengaruhi besar kecilnya nilai CAR, begitu pula sebaliknya.
b. Analisisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar (CR3) dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) i.
Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syriah Terbesar Berdasarkan Aset (CR3-ASET) dengan FDR. Berdasarkan tabel 4.11 diketahui korelasi CR3-ASET dengan FDR menghasilkan nilai r sebesar -0,451 yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95% (two tailed) dengan nilai probabilitas sebesar 0,549. Tabel 4.11 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset dengan FDR
Correlations FDR FDR
CR3ASET
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 4 -,451 ,549 4
CR3ASET -,451 ,549 4 1 , 4
110
Sumber : Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0 Nilai korelasi ini memperlihatkan bahwa antara CR3 berdasarkan aset dengan FDR memiliki hubungan yang negative yang cukup erat, yaitu apabila rasio konsentrasi tiga Bank Syariah terbesar
atas
aset
mengalami
peningkatan
atau
semakin
terkonsentrasi maka akan justru menurunkan FDR Perbankan Syariah. Begitu pula sebaliknya, ketika FDR Perbankan Syariah meningkat maka pangsa pasar tiga Bank Syariah terbesar atas aset akan menurun atau tidak lagi terkonsentrasi pada tiga Bank Syariah terbesar. Namun berdasarkan uji dua sisi dengan nilai α=0,05 sedang nilai r sebesar 0,549 tidak menunjukkan adanya signifikansi hubungan, artinya hubungan keduanya tidak berbeda atau tidak saling mempengaruhi. Berapapun besarnya rasio konsentrasi dari tiga bank Syariah terbesar berdasarkan Aset tidak mempengaruhi besar kecilnya nilai CAR,begitu pula sebaliknya. ii.
Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga (CR3-DPK) dengan FDR. Pada tabel 4.12 berdasarkan Pearson Product Moment Test diperoleh nilai r sebesar 0,336 yang signifikan pada α = 0,05 dengan nilai probabilitas sebesar 0,664. Nilai korelasi ini menunjukkan hubungan negatif yang cukup erat antara CR3 berdasarkan dana pihak ketiga dengan kinerja LDR Bank Syariah. Begitu pula sebaliknya , ketika FDR Bank Syariah meningkat maka pangsa pasar tiga Bank Syariah terbesar atas Dana Pihak Ketiga
111
akan menurun atau tidak lagi terkonsentrasi pada tiga Bank Syariah.
Tabel 4.12 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan FDR
Correlations FDR FDR
CR3DPK
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 4 -,336 ,664 4
CR3DPK -,336 ,664 4 1 , 4
Sumber: Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0
iii.
Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Pembiayaan yang diberikan (CR3-PBY) dengan FDR. Pada tabel 4.13 di diperoleh nilai r sebesar 0,659. Uji dua sisi yang dilakukan dengan α = 0,05 ternyata tidak memperlihatkan adanya signifikansi hubungan antara kedua variabel tersebut. Artinya, hubungan keduanya tidak berdeda, dengan kata lain bahwa berapapun rasio konsentrasi dari tiga Bank Syariah berdasarkan pembiayaan yang diberikan tidak mempengaruhi besar kecilnya FDR Bank Syariah.
112
Tabel 4.13 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar berdasarkan Pembiayaan yang diberikan dengan FDR.
Correlations FDR FDR
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
CR3PBY
1 , 4 -,659 ,341 4
CR3PBY -,659 ,341 4 1 , 4
c. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset (CR3-Aset) dengan ROA. i.
Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset (CR3-ASET) dengan ROA Tabel 4.14
Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset dengan ROA.
Correlations
Kendall's tau_b
ROA
CR3ASET
Spearman's rho
ROA
CR3ASET
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
ROA 1,000 , 4 ,333 ,497 4 1,000 , 4 ,400 ,600 4
CR3ASET ,333 ,497 4 1,000 , 4 ,400 ,600 4 1,000 , 4
113
Pada
tabel
4.14
dengan
menggunakan
uji
korelasi
Sphearman”rho dan uji Kendall”s tau berturut-turut diperoleh nilai korelasi sebesar 0,400 dan 0,333 yang masing-masing signifikan pada tingkat kepercayaan 95% (two tailed). Data tersebut menunjukkan adanya tingkat korelasi yang cukup kuat antara CR3-Aset dengan ROA. Tanda positif pada r menjelaskan bahwa hubungan antara keduanya adalah saling berkaitan, yakni apabila pangsa pasar atas aset tiga Bank Syariah terbesar menurun maka juga kan menurunkan tingkat rentabilitas yang diproksikan oleh variabel ROA. Tingginya konsentrasi Industri, yakni pada beberapa bank saja dalam kelompok industri Perbankan Syariah dapat menyebapkan terjadinya pengurangan tingkat keuntungan (profabilitas) industri secara agregat. Dan sebaliknya, semakin tinggi kinerja ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai sehingga dapat meningkatkan aset yang dimiliki dalam usaha perbankan yang menyebapkan turunnya tingkat konsentrasi dalam industri Perbankan Syariah.
ii. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga (CR4-DPK) dengan ROA Hasil print out yang ditunjukkan pada tabel 4. Menunjukkan nilai konsentrasi (r) berdasarkan uji Spearman sebesar 0,400 dan nilai r berdasarkan uji Kendall sebesar 0,333 yang keduanya signifikan pada tingkat kepercayaan 95% (two tailed). Angka probabilitas yang
114
didapat masing-masing sebesar 0,600 dan 0,497 yang lebih besar dari level of significance. Tabel 4.15 Hasil korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan ROA.
Correlations
Kendall's tau_b
ROA
CR3DPK
Spearman's rho
ROA
CR3DPK
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
ROA 1,000 , 4 ,333 ,497 4 1,000 , 4 ,400 ,600 4
CR3DPK ,333 ,497 4 1,000 , 4 ,400 ,600 4 1,000 , 4
Sumber: Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0 Nilai konsentrasi ini menunjukkan adanya hubungan yang sama antara pangsa pasar atas dana pihak ketiga pada tiga Bank Syariah terbesar dengan kinerja ROA. Ini dapat diartikan bahwa apabila pangsa pasar tiga Bank Syariah terbesar berdasarkan dana pihak ketiga menngalami peningkatan atau semakin terkonsentrasi maka akan menaikkan kinerja ROA, dan sebaliknya apabila pangsa pasar atas dana pihak ketiga semakin tidak terkonsentrasi pada tiga Bank Syariah terbesar dalam industri maka kinerja ROA akan mengalami penurunan.
115
iii. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Berdasarkan Pembiayaan yang diberikan (CR3-PBY) dengan ROA. Berdasarkan hasil print out yang ditunjukkan pada tabel 4. Menunjukkan nilai konsentrasi (r) berdasrkan uji sprearman sebesar 0,738 dan berdasarkan uji Kendall sebesar -0,548. Tabel 4.16 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Pembiayaan yang Diberikan dengan ROA.
Correlations
Kendall's tau_b
ROA
CR3PBY
Spearman's rho
ROA
CR3PBY
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
ROA 1,000 , 4 -,548 ,279 4 1,000 , 4 -,738 ,262 4
CR3PBY -,548 ,279 4 1,000 , 4 -,738 ,262 4 1,000 , 4
Sumber: Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0 Namun berdasarkan angka probabilitas yang diperoleh, yaitu masing-masing sebesar 0,279 dan 0,262 (lebih tinggi dari level of significance α = 0,05), maka angka korelasi yang diperoleh tidak bisa digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel strukur pasar berdasarkan pembiayaan yang diberikan oleh tiga Bank Syariah terbesar dengan kinerja ROA. Artinya, hubungan keduanya tidak berbeda, dengan kata lain bahwa berapapun rasio konsentrasi dari tiga Bank Syariah terbesar berdasarkan pembiayaan yang diberikan tidak
116
mempengaruhi besar kecilnya ROA Bank Syariah, karena Return on Asset adalah tingkat laba (keuntungan) yang diperoleh akibat dimilikinya sejumlah aset tertentu. 3.
Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah dari tahun 2001 – 2007 Untuk menguji apakah terdapat perbedaan kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia, dimana pada penelitian ini variable kinerja yang akan dilihat adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR), pada tahun 2001 sampai tahun 2007. Berdasarkan uji normalitas data, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan uji t untuk dua sampel berpasangan (paired sample t test) bagi fariabel CAR dan FDR. Sedangkan bagi ROA akan digunakan Wilcoxon Signed Rank Test.
a. Paired Sample t Test i.
Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah tahun 2001 dan 2002 Tabel 4.17 Paired Sample t Test Variabel CAR dan FDR tahun 2001 2002
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Std. Deviation Mean Lower Upper Pair 1 FDR2001 - FDR2002 9.8664 9.80962 2.95771 3.2762 16.4566 Pair 2 CAR2001 - CAR2002 -8.2173 12.83102 3.86870 -16.8373 .4027
t 3.336 -2.124
df 10 10
Sig. (2-tailed) .008 .060
117
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel diatas diperoleh nilai t sebesar 3,336 untuk variable FDR dan nilai t sebesar 2,124 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi diperoleh nilai t tabel adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,008 untuk variable FDR dan 0,060 untuk variable CAR. Karena t hitung terletak di daerah Ho ditolak dan nilai probabilitas FDR lebih kecil dari 0,05 berarti kinerja FDR Industri Perbankan Syariah pada tahun 2001 dan 2002 tidak berbeda secara nyata. Sedangkan t hitung CAR terletak didaerah Ho ditolak dengan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 berarti kinerja Industri Perbankan Syariah pada waktu itu berbeda secara nyata.
Ho diterima
Ho ditolak
Ho ditolak
dditolak -t tabel
t tabel
Analisis ekonomi atas penelitian pada data perbankan Syariah di Indonesia pada tahun 2001 dan 2002 mengungkapkan bahwa rasio kinerja yang diwakili oleh Variabel CAR menunjukkan perbedaan yang berarti sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh variable FDR menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja FDR selama kurun waktu tersebut menunjukkan perbedaan kinerja yang lebih baik.
118
ii.
Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah tahun 2002 dan 2003 Tabel 4.18 Paired Sampel t Test variabel CAR dan FDR tahun 2002 2003
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2
FDR2002 - FDR2003 CAR2002 - CAR2003
Mean 3.5573 40.9527
Std. Deviation 11.57954 6.31089
Std. Error Mean 3.49136 1.90280
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -4.2220 11.3365 36.7130 45.1924
t 1.019 21.522
df 10 10
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel diatas diperoleh nilai t sebesar 1.019 untuk variable FDR dan nilai t sebesar 21,522 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi diperoleh nilai t tabel adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,332 untuk variable FDR dan 0,000 untuk variable CAR. Karena t hitung terletak di daerah Ho ditolak dan nilai probabilitas FDR lebih besar dari 0,05 berarti kinerja FDR Industri Perbankan Syariah pada tahun 2001 dan 2002 berbeda secara nyata. Sedangkan t hitung CAR terletak didaerah Ho ditolak dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 berarti kinerja CAR Industri Perbankan Syariah pada waktu itu tidak berbeda secara nyata.
Ho diterima Ho ditolak
Ho ditolak
dditolak -t tabel -1,81 (0,025;10)
t tabel 1,81 (0,025;10)
Sig. (2-tailed) .332 .000
119
Analisis ekonomi pada penelitian pada data perbankan Syariah di Indonesia pada tahun 2002 dan 2003 mengungkapkan bahwa rasio kinerja yang dimiliki oleh variable CAR tidak menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh variable CAR tidak menunjukkan perbedaan yang cukup berarti sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh Variabel FDR menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. iii.
Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah tahun 2003 dan 2004 Tabel 4.19 Paired Sampel t Test variabel CAR dan FDR tahun 2003 2004
Paired Samples Test Paired Differences
Std. Error Mean Std. Deviation Mean Pair 1 FDR2003 - FDR2004 -2.9409 12.16920 3.66915 Pair 2 CAR2003 - CAR2004-43.0145 68.84094 20.75633
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -11.1163 5.2345 -89.2625 3.2334
t -.802 -2.072
df 10 10
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel diatas di peroleh nilai t sebesar -0,082 untuk nariabel FDR dan nilai t sebesar -2,072 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi diperoleh nilai t tabel adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,441 untuk variabel FDR dan 0,065 untuk variabel CAR. Karena t hitung terletak didaerah Ho diterima dan nilai probabilitas variabel FDR lebih besar dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri perbankan syariah pada tahun 2003 dan 2004 tidak menunjukkan perbadaan secara nyata. Sedangkan t hitung CAR terletak di daerah Ho di
Sig. (2-tailed) .441 .065
120
tolak dengan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 berarti kinerja perbankan syariah pada tahun 2003 dan 2004 dari sisi modal menunjukkan perbedaan secara nyata.
Ho ditolak
Ho diterima
Ho diterima -t tabel
t tabel -1,81 (0,025;10)
1,81 (0,025;10)
Analisis ekonomi atas penelitian pada data perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2003 dan 2004 mengungkapkan bahwa rasio kinerja yang diwakili oleh variabel CAR menunjukkan perbedaan yang cukup berarti sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh variabel FDR tidak menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja CAR dari tahun 2003 sampai 2004 menunjukkan kinerja yang lebih baik. iv.
Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah tahun 2004 dan 2005 Tabel 4.20 Paired Sample t Test variabel CAR dan ROA tahun 2004 2005
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Std. Deviation Mean Lower Upper Pair 1 FDR2004 - FDR2005 -11.8282 3.29717 .99414 -14.0433 -9.6131 Pair 2 CAR2004 - CAR2005 -65.5412 103.43984 36.57151-152.0191 20.9366
t -11.898 -1.792
df 10 7
Sig. (2-tailed) .000 .116
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel diatas di peroleh nilai t sebesar -11,898 untuk nariabel FDR dan nilai t sebesar 1,792 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua
121
sisi diperoleh nilai t tabel adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,000 untuk variabel FDR dan 0,116 untuk variabel CAR. Karena t hitung terletak didaerah Ho diterima dan nilai probabilitas variabel FDR lebih besar dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri perbankan syariah pada tahun 2004 dan 2005 tidak menunjukkan perbadaan secara nyata. Sedangkan t hitung CAR terletak di daerah Ho di tolak dengan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 berarti kinerja perbankan syariah pada tahun 2004 dan 2005 dari sisi modal menunjukkan perbedaan secara nyata.
Ho diterima
Ho ditolak
Ho ditolak
t tabel
-t tabel
1,81 (0,025;10)
-1,81 (0,025;10)
Dalam analisis ekonomi pada penelitian diatas terhadap data perbankan
Syariah
di
Indonesia
pada
tahun
2004
dan
2005
mengungkapkan bahwa rasio kinerja yang diwakili oleh variable CAR menunjukan perbadaan yang cukup berarti. Sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh Variabel FDR menunjukkan perbedaan yang cukup berarti.
122
v.
Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah tahun 2005 dan 2006 Tabel 4.21 Paired Sample t Test variabel CAR dan ROA tahun 2005 2006
Paired Samples Test Paired Differences
Std. Error Mean Std. Deviation Mean Pair 1 FDR2005 - FDR2006 -.7209 3.29136 .99238 Pair 2 CAR2005 - CAR2006 137.5282 45.97544 13.86212
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -2.9321 1.4903 106.6415 168.4149
t
df
-.726 9.921
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada table diatas diperoleh nilai t sebesar -0,726 untuk variable FDR dan nilai t sebesar 9,921 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi diperlukan nilai t table adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh adalah 0,484 untuk variabel FDR dan 0,000 untuk variabel CAR karena t hitung terletak pada Ho diterima dan nilai probabilitas FDR lebih kecil dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri perbankan Syariah pada tahun 2003 dan 2004 tidak menunjukkan perbedaan secara nyata. Sedangkan t hitung CAR terletak pada Ho diterima dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri perbankan Syariah pada tahun 2005 dan 2006 tidak menunjukkan perbedaan secara nyata.
Ho ditolak Ho diterima
Ho diterima -t tabel -1,81 (0,025;10)
t tabel 1,81 (0,025;10)
10 10
Sig. (2-tailed) .484 .000
123
Analisis ekonomi atas penelitian pada data perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2005 dan 2006 mengungkapkan bahwa rasio kinerja yang diwakili oleh variabel CAR menunjukkan perbedaan yang cukup berarti sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh variabel FDR tidak menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah tahun 2006-2007 Tabel 4.22 Paired Sample t Test Variabel CAR dan FDR tahun 2006 2007 Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2
Mean FDR2006 - FDR2007 10,958500 CAR2006 - CAR2007 -8,684000
Std. Deviation 4,7418481 8,4437117
Std. Error Mean 1,3688536 2,4374896
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 7,945673 13,971327 -14,0489 -3,319122
t 8,006 -3,563
df 11 11
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada table diatas diperoleh nilai t sebesar 8,006 untuk variable FDR dan nilai t sebesar 3,563 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi diperlukan nilai t table adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh adalah 0,000 untuk variabel FDR dan 0,004 untuk variabel CAR karena t hitung terletak pada Ho diterima dan nilai probabilitas FDR lebih kecil dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri perbankan Syariah pada tahun 2006 dan 2007 tidak menunjukkan perbedaan secara nyata. Sedangkan t hitung CAR terletak pada Ho diterima dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri perbankan Syariah pada tahun 2006 dan 2007 tidak menunjukkan perbedaan secara nyata.
Sig. (2-tailed) ,000 ,004
124
Ho ditolak Ho diterima
Ho diterima -t tabel -1,81 (0,025;10)
t tabel 1,81 (0,025;10)
Analisis ekonomi atas penelitian pada data perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2006 dan 2007 mengungkapkan bahwa rasio kinerja yang diwakili oleh variabel CAR menunjukkan perbedaan yang cukup berarti sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh variabel FDR juga menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja yang ditunjukkan variabel CAR dan FDR dari tahun 2006 dan 2007 menunjukkan adanya perubahan. Kondisi ini disebabkan karena kinerja CAR dan FDR menunjukkan adanya peningkatan. b. Wilcoqxon Signed Rank Test
i.
Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah atas variabel ROA tahun 2001-2002 Uji yang akan dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan Return On Asset (ROA) sesudah Undang – undang perbankan syariah No. 10 adalah Wilcoqxon Signed Rank Test. Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Diperoleh nilai z sebesar -0,235. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z tabel adalah ± 1,96.
125
Tabel 4.22 uji wilcoxon variabel roa tahun 2001 -2002 Test Statistics
b
ROA2002 ROA2001 -,235a ,814
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on positive ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,814 dan tidak signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho diterima, dan nilai probabilitas lebih besar dari dari 0,05 berarti kinerja industri (ROA) pada tahun 2001 dan 2002 adalah tidak berbeda secara nyata.
Ho diterima
Ho ditolak
-1,96
-0,235
Ho ditolak
+1,96
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA) kelompok bank syariah tahun 2001 lebih baik daripada tahun 2002. Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2002 terjadi karena lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
126
Ranks N ROA2002 - ROA2001 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
6a 6b 0c 12
Mean Rank 7,00 6,00
Sum of Ranks 42,00 36,00
a. ROA2002 < ROA2001 b. ROA2002 > ROA2001 c. ROA2001 = ROA2002
Sumber : Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0 Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk pembiayaan. ii.
Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah atas variabel ROA tahun 2002-2003 Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Dengan menggunakan uji Wilcoqxon Signed Rank Test diperoleh nilai z sebesar 2,981. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z tabel adalah ± 1,96.
127
Tabel 4.22 uji wilcoxon variabel ROA tahun 2003 – 2004 Test Statistics
b
ROA2003 ROA2002 -2,981a ,003
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on positive ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,003 dan signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho diterima, dan nilai probabilitas lebih besar dari dari 0,05 berarti kinerja induatri (ROA) pada tahun 2002 dan 2003 adalah berbeda secara nyata.
Ho diterima Ho ditolak
-2,981
-1,96
Ho ditolak
+1,96
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA) kelompok bank syariah tahun 2002 lebih baik daripada tahun 2003. Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2003 terjadi karena lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
128
Ranks N ROA2003 - ROA2002 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
11a 1b 0c 12
Mean Rank 7,00 1,00
Sum of Ranks 77,00 1,00
a. ROA2003 < ROA2002 b. ROA2003 > ROA2002 c. ROA2002 = ROA2003
Sumber : Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0 Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk pembiayaan. iii.
Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah atas variabel ROA tahun 2003-2004. Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Dengan menggunakan uji Wilcoqxon Signed Rank Test diperoleh nilai z sebesar 3,059. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z tabel adalah ± 1,96.
129
Tabel 4.23 Uji wilcoxon atas variabel ROA tahun 2003 - 2004 Test Statistics
b
ROA2004 ROA2003 -3,059a ,002
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on negative ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,02 dan signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho ditolak, dan nilai probabilitas lebih kecil dari dari 0,05 berarti kinerja induatri (ROA) pada tahun 2003 dan 2004 adalah berbeda secara nyata.
Ho diterima
Ho ditolak
-3,059
-1,96
Ho ditolak
+1,96
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA) kelompok bank syariah tahun 2002 lebih baik daripada tahun 2003. Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2003 terjadi karena lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
130
Ranks N ROA2004 - ROA2003 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0a 12b 0c 12
Mean Rank ,00 6,50
Sum of Ranks ,00 78,00
a. ROA2004 < ROA2003 b. ROA2004 > ROA2003 c. ROA2003 = ROA2004
Sumber : Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0 Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk pembiayaan.
iv.
Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah atas variabel ROA tahun 2004-2005 Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Dengan menggunakan uji Wilcoqxon Signed Rank Test diperoleh nilai z sebesar 2,040. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z tabel adalah ± 1,96.
131
Tabel 4.24 Uji wilcoxon atasvariabel ROA tahun 2004 - 2005 Test Statistics
b
ROA2005 ROA2004 -2,040a ,041
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on negative ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,041 dan signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho ditolak, dan nilai probabilitas lebih kecil dari dari 0,05 berarti kinerja induatri (ROA) pada tahun 2003 dan 2004 adalah berbeda secara nyata.
Ho diterima
Ho ditolak
-2,040
-1,96
Ho ditolak
+1,96
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA) kelompok bank syariah tahun 2006 lebih baik daripada tahun 2005. Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2005 terjadi karena lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
132
Ranks N ROA2006 - ROA2005 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
5a 7b 0c 12
Mean Rank 5,10 7,50
Sum of Ranks 25,50 52,50
a. ROA2006 < ROA2005 b. ROA2006 > ROA2005 c. ROA2005 = ROA2006
Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk pembiayaan. v.
Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah atas variabel ROA tahun 2005-2006 Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Dengan menggunakan uji Wilcoqxon Signed Rank Test diperoleh nilai z sebesar 1,059. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z tabel adalah ± 1,96.
133
Tabel 4.25 Uji wilcoxon atas variabel ROA tahun 2005 - 2006 Test Statistics
b
ROA2006 ROA2005 -1,059a ,289
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on negative ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,289 dan tidak signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho diterima, dan nilai probabilitas lebih besar dari dari 0,05 berarti kinerja induatri (ROA) pada tahun 2004 dan 2005 adalah berbeda secara nyata.
Ho diterima
Ho ditolak
-1,96
-1,059
Ho ditolak
+1,96
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA) kelompok bank syariah tahun 2005 lebih baik daripada tahun 2004. Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2005 terjadi karena lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
134
Sumber : Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0
Ranks N ROA2005 - ROA2004 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
2a 10b 0c 12
Mean Rank 6,50 6,50
Sum of Ranks 13,00 65,00
a. ROA2005 < ROA2004 b. ROA2005 > ROA2004 c. ROA2004 = ROA2005
Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk pembiayaan.
vi.
Analisis Perbedaan kinerja perbankan syariah atas variabel ROA tahun 2006-2007 Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Dengan menggunakan uji Wilcoqxon Signed Rank Test diperoleh nilai z sebesar 3,063. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z tabel adalah ± 1,96.
135
Tabel 4. 26 uji wilcoxon atas variabel ROA tahun 2006 - 2007 Test Statistics
b
ROA2007 ROA2006 -3,063a ,002
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on negative ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,002 dan signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho ditolak, dan nilai probabilitas lebih besar dari dari 0,05 berarti kinerja induatri (ROA) pada tahun 2006 dan 2007 adalah berbeda secara nyata.
Ho diterima
Ho ditolak
-3,063
-1,96
Ho ditolak
+1,96
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA) kelompok bank syariah tahun 2007 lebih baik daripada tahun 2006. Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2006 terjadi karena lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
136
Ranks N ROA2007 - ROA2006 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0a 12b 0c 12
Mean Rank ,00 6,50
Sum of Ranks ,00 78,00
a. ROA2007 < ROA2006 b. ROA2007 > ROA2006 c. ROA2006 = ROA2007
Sumber : Hasil pengolahan data Progam SPSS Versi 11.0
Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk pembiayaan.
137
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil analisis dapat disimpulkan beberapa hal tentang kondisi industri perbankan syariah di Indonesia: 1. Menurut klasifikasi Bain (1956), industri perbankan syariah di Indonesia berdasarkan berdasarkan pangsa pasar atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan cenderung berbentuk tipe oligopoly murni tipe 1a selama kurun waktu 2004-2005. Dan berdasarkan nilai Indeks Herfindhal (IH) diketahui sejumlah 2 buah bank Syariah terbesar menguasai pangsa pasar secara rata-rata dalam kurun waktu 2004 sampai 2007, artinya keberadaan undang-undang perbankan syariah yang baru mempengaruhi penguasaan pangsa pasar atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah di Indonesia. 2. Dengan menggunakan uji korelasi dengan tingkat signifikansi α=0,05 (two tailed) dapat dilihat hubungan antara struktur pasar Perbankan Syariah di Indonesia yang diproksikan oleh variabel pangsa pasar tiga Bank Syariah terbesar berdasarkan atas Aset (CR3-ASET), dana pihak ketiga (CR3DPK), dan pembiayaan yang diberikan (CR3-PBY); dengan kinerja industri Bank Syariah yang diproksikan oleh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan secara nyata antara variabel struktur pasar baik itu berdasarkan aset, dana pihak
138
3. ketiga maupun pembiayaan yang diberikan dengan variabel CAR. Artinya, berapapun nilai konsentrasi rasio atas ketiga variabel tersebut masingmasing tidak akan menaikkan atau menurunkan kinerja CAR. 4. Selanjutnya, uji korelasi yang dilakukan antara struktur pasar dengan kinerja FDR menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang cukup kuat antara antara struktur pasar berdasarkan atas aset, FDR dan pembiayaan yang diberikan dan juga tidak ada korelasi yang kuat antara struktur pasar berdasarkan atas aset, pembiayaan yang diberikan dan dana pihak ketiga dengan FDR. Artinya, apabila kenaikan dan penurunan pangsa pasar atas aset, pembiayaan dan dana pihak ketiga tidak akan mempengaruhi kinerja FDR. Serta untuk uji korelasi antara struktur pasar dengan kinerja ROA menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif cukup kuat antara struktur pasar berdasarkan atas aset dan dana pihak ketiga dengan kinerja ROA begitu pula dengan korelasi antara struktur pasar berdasarkan atas pembiayaan dengan kinerja ROA. Hal ini dapat diartikan bahwa jika pangsa pasar atas aset dan dana pihak ketiga meningkat maka dimungkinkan akan menaikkan kinerja ROA. 5. Dengan menggunakan analisis paired sampel t test pada tingkat kepercayaan
95% dihasilkan
kesimpulan
bahwa
secara
rata-rata
menunjuksn perbedaan yang signifikan pada kinerja CAR dan FDR pada bank syariah dengan perbandingan kinerja pertahunnya dari tahun 2001 – 2007. Sedangkan pada uji wilcoqxon signed rank test pada tingkat kepercayaan 95% dihasilkan kesimpulan bahwa rata – rata ROA bank
139
syariah pertahunnya dari tahun 2001 – 2007 menunjukan perbedaan secara nyata. B. Saran Setelah melakukan analisis pada penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan perbankan nasional, khususnya bank syariah, sebagai referensi dalam kegiatan masing – masing demi mencapai kinerjakinerja yang lebih baik lagi. 1. Setelah mengetahui bahwa konsentrasi pasar (khususnya berdasarkan aset dan dana pihak ketiga) mempunyai hubungan yang cukup erat dengan kinerja perbankan (khususunya FDR dan ROA) maka tidak ada jalan lain bagi perbankan (khususnya bank dengan pangsa pasar yang amat kecil) untuk meningkatkan aset dan dana pihak ketigapada bank mereka masingmasing tanpa mengabaikan peningkatan penyaluran pembiayaannya dalam rasio yang proporsional. 2. Pembentukan bank jangkar (anchor bank), yaitu bank yang benar – benar dikelola secara sehat dan professional sesuai konsep Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Bank jangkar merupakan bank yang kuat dalam permodalan dan posisinya memerger dan mengakuisisi bank lain. Upaya pengggabungan bank (merger) ditunnjukkan agar bank semakin kuat dan siap dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat baik dalam negeri maupun dalam menghadai pasar bebas, di mana pesaing kita kali ini adalah bank-bank yang turut meramaikan pasar sehingga menjadi sangat kompetitif. Penggabungan ini terutama sekali dapat dilakukan oleh bankbank yang memiliki pangsa pasar yang amat kecil baik dari variabel aset,
140
dana pihak ketiga maupun pembiayaan yang diberikan. Dalam penelitian ini bank dengan pangsa pasar kecil adalah seperti HSBC, Lippo, BPD Kalimantan Barat, BPD Sumatera Barat, BPD Aceh dan beberapa bank lain.
141
LAMPIRAN
142
Lampiran 1 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2001 Observasi 2001 Januari 2002 Februari 2002 Maret 2002 Apr-02 Mei 2002 Juni 2002 Juli 2002 Agustus 2002 Sep-02 Oktober 2002 Nop-02 Desember 2002
Financing to Deposit Ratio ROA CAR 89,19 3,70% 59,5 88,54 0,20% 53,17 91,46 0,18% 52,1 91,83 0,17% 53,1 96,59 0,16% 50,54 97,74 0,14% 49,28 93,55 0,13% 64,17 96,16 0,11% 61,44 96,93 0,10% 61,76 102,11 0,08% 59,63 100,03 0,07% 58,91 97,73 -0,01% 59,1
Lampiran 2 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2002
Observasi 2000 Januari 2001 Februari 2001 Maret 2001 Apr-01 Mei 2001 Juni 2001 Juli 2001 Agustus 2001 Sep-01 Oktober 2001 Nop-01 Desember 2001
Financing to Deposit Ratio ROA CAR 128,54 71% 43,8 108,66 2% 67,46 107,92 2% 62,16 109,03 1% 36,98 102,46 1% 34,44 107,9 1% 33,59 109,28 0% 31,79 114,95 0% 53,73 108,7 -1% 50,95 110,01 -1% 51,95 91,13 -2% 54,2 91,16 -2% 55,56
143
Lampiran 3 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2003
Observasi 2002 Januari 2003 Februari 2003 Maret 2003 Apr-03 Mei 2003 Juni 2003 Juli 2003 Agustus 2003 Sep-03 Oktober 2003 Nop-03 Desember 2003
Financing to Deposit Ratio ROA CAR 95,69 60,84 0,09% 94,95 0,09% 16,76 96,14 16,48 0,08% 98,04 0,07% 17,07 98,25 17,86 0,07% 62,63 17,32 0,06% 87,33 0,06% 16,84 94,56 15,84 0,05% 96,46 0,04% 14,81 93,06 12,76 0,04% 95,84 0,03% 14,02 96,28 0,90% 12,96
Lampiran 4 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2004 Financing to Deposit Ratio ROA CAR 2003 92,71 0,70% 12,7 Januari 2004 84,78 11,38 0,70% Februari 2004 86,28 1,00% 11,85 Maret 2004 94,75 11,2 1,30% Apr-04 92,22 1,60% Mei 2004 95,95 1,60% Juni 2004 92,25 1,15% Juli 2004 96,66 0,70% 9,1 Agustus 2004 95 0,25% 125,34 triwulanan 3 2004 98 1,22% 123,54 Oktober 2004 106 1,24% 152,88 Nop-04 104 1,01% 167 Desember 2004 Observasi
144
Lampiran 5 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2005
Observasi 2004 Januari 2005 Februari 2005 Maret 2005 Apr-05 Mei 2005 Juni 2005 Juli 2005 Agustus 2005 Sep-05 Oktober 2005 Nop-05 Desember 2005
Financing to Deposit Ratio 97 98 103 106 105 109 107 108 108 110 111 111
ROA CAR 1,41% 192 1,45% 161,83 1,45% 166,1 1,50% 160,03 1,20% 125 1,29% 160,19 1,19% 176,45 1,35% 170,48 1,39% 153,99 1,40% 56,56 1,34% 63,63 1,30% 204
Lampiran 6 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2006
Observasi 2005 Januari 2006 Februari 2006 Maret 2006 Apr-06 Mei 2006 Juni 2006 Juli 2006 Agustus 2006 Sep-06 Oktober 2006 Nop-06 Desember 2006
Financing to Deposit Ratio ROA CAR 97,75 1,35% 9,32 99,39 8,06 1,30% 103,32 1,40% 8,1 106,96 7,9 1,32% 109,22 7,74 1,41% 109,68 1,43% 8,23 110,52 7,63 1,51% 112,23 1,47% 7,66 111,29 7,58 1,38% 109,39 7,53 1,41% 106,53 1,38% 7,47 105,4 7,55 1,44% 98,9 1,55% 7,7
145
Lampiran 7 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2007 Financing to Deposit Ratio ROA CAR 2006 98,9 Januari 2007 98,56 1,69% 6,32 Februari 2007 97,19 1,68% 6,44 Maret 2007 95,14 1,75% 6,55 Apr-07 97,03 1,75% 6,55 Mei 2007 97,12 1,76% 17,4 Juni 2007 96,096 1,79% 15,333 Juli 2007 95,792 1,81% 17,56 agustus 95,488 1,83% 19,787 september 95,184 1,85% 22,014 oktober 94,88 1,87% 24,241 november 94,576 1,89% 26,468 desember 94,272 1,92% 28,695 Observasi
146
Lampiran 8 : Data Pangsa Pasar Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2004 (dalam jutaan rupiah) ASET No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Bank Bank Syariah Mandiri Bank Muamalat Indonesia BNI Syariah Niaga Mega Syariah BPD Jawa Barat dan Banten BRI Syariah Bukopin Permata BPD Riau BPD Aceh HSBC TOTAL
Nama Bank Bank Mandiri Bank Muamalat Indonesia BNI Syariah Bank Syariah Mandiri Mega Syariah BRI Syariah Bukopin BPD Jawa Barat dan Banten Permata BPD Riau BPD Aceh HSBC Jumlah
Jumlah MS 6.869.949 0,453772343
CR
IH 1/IH 0,333126047 3,001867
5.209.804 1.124.258 532.124 400.871
0,344116814 0,127216708 0,074259239 0,872148 0,008800326 0,035147736 0,003285891 0,026478242 0,002050528
346.987 344.708 263.200 20.433 18.212 7.078 2.014 15.139.638
0,022919108 0,001349431 0,022768576 0,120568133 0,017384828 0,996847 0,216557808 0,001349636 0,239584893 0,001202935 0,242720226 0,000467514 0,244126216 0,000133028 0,244897190
Jumlah MS 15585302 0,714608535
CR
IH 1/IH 0,54910344 1,8211505
4145070 754632 636628 274833 160069 127925
0,190057427 0,03843808 0,034600964 0,93926693 0,00231626 0,02919031 0,00111903 0,012601489 0,00026696 0,007339394 0,00010816 0,005865545 5,4291E-05
94725 20480 7950 1925 27 21809566
0,004343278 0,99860694 1,9887E-05 0,000939037 0,48578582 0,000364519 0,52279907 0,000088264 0,52365676 0,000001238 0,52425561
147
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Bank Bank Muamalat Indonesia BNI Syariah Bukopin BPD Jawa Barat dan Banten BPD Riau BPD Aceh Permata Bank DKI BPD Riau Total
Jumlah
PBY MS
CR
IH
1/IH
2179587 0,665855574 0,49446083 2,022405 684667 0,209163176 0,05109719 214941 0,065663662 0,940682 0,00734795 179971 11838 1775 296 152 136 3273363
0,054980459 0,00303624 0,003616464 0,39268249 0,000542256 0,41865196 0,000090427 0,42210988 0,000046435 0,999958 0,42460977 0,000041547 0,42636696
Lampiran 9 : Data Pangsa Pasar Industri Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2005 (dalam jutaan rupiah) ASET Nama Bank Des-05 MS CR IH 1/IH Bank Syariah Mandiri 8.272.965 0,346040443 0,245655578 4,07074 Bank Muamalat Indonesia 7.427.047 0,310657501 0,125911590 BPD Riau 3.651.618 0,152739376 0,809437 0,029403508 BNI Syariah 1.339.067 0,056010310 0,006074191 Mega Syariah 896.910 0,037515828 0,002937036 BRI Syariah 663.920 0,027770354 0,001529598 BPD Jawa Barat dan Banten 327.555 0,013700926 0,173496600 Niaga 327.355 0,013692560 0,958127 0,305878089 Bukopin 366.470 0,015328657 0,310527697 Bank Tabungan Negara 191.477 0,008009074 0,312745686 Permata 165.741 0,006932592 0,313178815 Others 277384 0,011602380 1,570390409 Total 23.907.509
148
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bank Mandiri Bank Muamalat Indonesia BNI Syariah Mega Syariah Bank Syariah Mandiri Niaga BRI Syariah Bukopin BPD Aceh BPD Jawa Barat dan Banten Permata Others Total
DPK Des-05 MS 19.988.680 0,696982636 5.517.546 839.966 701.812 659.698 380.896 239.506 158.733 69.120
CR
IH 1/IH 0,52507302 1,904497
0,192390581 0,03928823 0,029288663 0,91866188 0,00227409 0,02447139 0,00141627 0,023002922 0,00081742 0,013281412 0,34385956 0,008351303 0,99330375 0,37482222 0,00553484 0,40491769 0,002410136 0,40553929
48.219 0,001681342 41.906 0,001461215 32796 0,001143559 28.678.878
0,40563574 0,40567908 1,21715858
PBY No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Bank Bank Muamalat Indonesia BNI Syariah Niaga Bukopin BPD Jawa Barat dan Banten Bank Tabungan Negara Permata Bank DKI BPD Aceh BPD Kalimantan Timur BPD Nusa Tenggara Barat BPD Riau Total
Jumlah
MS
3.385.602 1.079.555 427.319 362.305
0,306374316 0,35054484 2,852702 0,031150864 0,04417053 0,004880732 0,799869 0,01301967 0,003508562 0,00813893
264.833 256.894 164.066 82.986 51.435 17.450
CR
IH
0,00187467 0,001763959 0,000719478 0,000184073 0,000070713 0,000008139
0,00463037 0,0027557 0,00099174 0,98479 0,00027226 0,47272732 0,47999238
17.450 0,000008139 6.700 0,000001200 6.116.595
0,48627812 0,4914539
1/IH
149
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lampiran 10 : Data Pangsa Pasar Industri Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2006 (dalam jutaan rupiah) ASET Nama Bank Des-06 MS CR IH 1/IH Bank Syariah Mandiri 9.554.967 0,415617846 0,314182767 3,182861 Bank Muamalat Indonesia 8.370.595 0,364100542 0,141444573 BNI Syariah 1.598.922 0,069549222 0,849268 0,008875368 BRI Syariah 1.138.623 0,049527334 0,004038274 Bukopin 512.664 0,022299638 0,001585317 BPD Jawa Barat dan Banten 489.653 0,021298716 0,001088043 Bank Tabungan Negara 413.031 0,017965845 0,000634408 Permata 313.114 0,013619698 0,973979 0,146897939 BPD Aceh 192.007 0,008351838 0,245334137 Bank DKI 102.593 0,004462546 0,281471685 BPD Riau 88.730 0,003859539 0,282704854 Others 214891 0,009347236 1,702981956 Total 22.989.790
Bank Mandiri Bank Syariah Mandiri Bank Muamalat Indonesia BNI Syariah BRI Syariah Bukopin Permata Bank Tabungan Negara Niaga BPD Jawa Barat dan Banten BPD Aceh Others
DPK MS CR 21988680 0,343571277 6619779 0,031139061 6515442 958060 379360 254886 200467 147168 133375
IH 1/IH 0,40574905 2,4645776 0,06217777
0,030165206 0,9362935 0,03103871 0,000652235 0,0008735 0,000102264 0,32670945 0,000046165 0,36959466 0,000028556 0,39953075 0,000015390 0,98800627 0,39973634 0,000012641 0,39984336
106223 0,000008018 93856 0,000006260 116476 0,000001974
0,39987631 0,39990561 3,19935376
150
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Bank Bank Muamalat Indonesia BNI Syariah Niaga Bukopin BPD Jawa Barat dan Banten Bank Tabungan Negara Permata Bank DKI BPD Aceh BPD Kalimantan Timur BPD Nusa Tenggara Barat BPD Riau Total
Jumlah
PBY MS
3.385.602 1.079.555 427.319 362.305
0,306374316 0,35054484 2,852702 0,031150864 0,04417053 0,004880732 0,799869 0,01301967 0,003508562 0,00813893
264.833 256.894 164.066 82.986 51.435 17.450
CR
IH
0,00187467 0,001763959 0,000719478 0,000184073 0,000070713 0,000008139
0,00463037 0,0027557 0,00099174 0,98479 0,00027226 0,47272732 0,47999238
17.450 0,000008139 6.700 0,000001200 6.116.595
0,48627812 0,4914539
1/IH
Lampiran 11 : Data Pangsa Pasar Bank Syariah di Indonesia tahun 2007 (dalam jutaan rupiah) ASET No Nama Bank 1 Bank Syariah Mandiri Bank Muamalat 2 Indonesia 3 Bukopin 4 BRI Syariah 5 Bank Tabungan Negara 6 Permata BPD Jawa Barat dan 7 Banten 8 BPD Aceh 9 BPD Sumatera Utara 10 BPD Jawa Timur 11 Lippo 12 BPD Sumatra Barat Total
39.417 MS 12885390 0,382865907
CR
IH 1/IH 0,284054133 3,520456
10569078 6403965 1191354 789005 711843
0,314040912 0,137467831 0,190282162 0,887189 0,038846136 0,035398915 0,002638835 0,023443847 0,001385752 0,021151119 0,000836138
556589 294328 207710 21350 15753 8734 33655099
0,016538029 0,000388768 0,008745421 0,992466 0,000115261 0,006171725 0,000038779 0,000634376 0,000000689 0,000468072 0,000000286 0,000259515 0,000000067
151
No Nama Bank Syariah 1 Bank Mandiri 2 Bank Syariah Mandiri Bank Muamalat 3 Indonesia 4 BRI Syariah 5 Bank Tabungan Negara 6 Permata 7 Bukopin 8 BPD Sumatera Utara 9 BPD Aceh BPD Jawa Barat dan 10 Banten 11 BPD Kalimantan Barat 12 Others Total
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Bank Bank Muamalat Indonesia Bank Tabungan Negara Permata Bukopin BPD Jawa Barat dan Banten BPD Aceh BPD Nusa Tenggara Barat BPD Riau Bank DKI Total
DPK Jumlah MS CR 27.449.153 0,571391444 9.960.157 0,207334211 8.318.162 735.085 531.499 324.356 293.488 139.802 136.747
IH 1/IH 0,399921614 2,50049 0,073433432
0,173153853 0,95187951 0,030445957 0,015301794 0,000463700 0,011063874 0,000229555 0,006751911 0,000107146 0,006109352 0,000061557 0,002910169 0,99401661 0,000024233 0,002846575 0,000015764
132.643 0,002761144 6.645 0,000138325 11.402 0,000237348 48.039.139
Jumlah
PBY MS
CR
4383158 0,68748755 546066 0,085649109 505803 0,079333956 0,852471 459041 0,071999452 324964 0,050969804 88132 0,013823287
0,000007661 0,000000037 0,000000033
IH
1/IH
0,49434042 2,022897 0,02170129 0,01436552 0,00807164 0,00288772 0,0002898
63135 0,009902569 0,000098718 5164 0,000809961 0,999976 0,000000657 155 2,43114E-05 0,000000001 6375618
152
Lampiran 12 : Uji Hubungan Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2004 - 2007 Correlations
CR3ASET
CAR
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
CR3ASET 1 , 4 ,381 ,619 4
CAR ,381 ,619 4 1 , 4
Correlations CAR CAR
CR3DPK
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 4 ,168 ,832 4
CR3DPK ,168 ,832 4 1 , 4
Correlations CAR CAR
CR3PBY
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 4 ,549 ,451 4
CR3PBY ,549 ,451 4 1 , 4
153
Correlations FDR FDR
CR3DPK
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 4 -,336 ,664 4
CR3DPK -,336 ,664 4 1 , 4
Correlations FDR FDR
CR3PBY
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 4 -,659 ,341 4
CR3PBY -,659 ,341 4 1 , 4
Correlations FDR FDR
CR3ASET
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 , 4 -,451 ,549 4
CR3ASET -,451 ,549 4 1 , 4
154
Lampiran 13 : Uji Hubungan Struktur Pasar dengan Kinnerja Industri Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2004 – 2007 dengan Menggunakan Spearman”s rho dan Kendhal”s tau_b (untuk data tidak normal)
Correlations
Kendall's tau_b
ROA
CR3ASET
Spearman's rho
ROA
CR3ASET
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
ROA 1,000 , 4 ,333 ,497 4 1,000 , 4 ,400 ,600 4
CR3ASET ,333 ,497 4 1,000 , 4 ,400 ,600 4 1,000 , 4
ROA 1,000 , 4 ,333 ,497 4 1,000 , 4 ,400 ,600 4
CR3DPK ,333 ,497 4 1,000 , 4 ,400 ,600 4 1,000 , 4
Correlations
Kendall's tau_b
ROA
CR3DPK
Spearman's rho
ROA
CR3DPK
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
155
Correlations Kendall's tau_b
ROA
CR3PBY
Spearman's rho
ROA
CR3PBY
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
ROA 1,000 , 4 -,548 ,279 4 1,000 , 4 -,738 ,262 4
CR3PBY -,548 ,279 4 1,000 , 4 -,738 ,262 4 1,000 , 4
156
Lampiran 14 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2001 dan 2002 dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal) Ranks N ROA2002 - ROA2001 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
6a 6b 0c 12
Mean Rank 7,00 6,00
Sum of Ranks 42,00 36,00
a. ROA2002 < ROA2001 b. ROA2002 > ROA2001 c. ROA2001 = ROA2002
Test Statistics
b
ROA2002 ROA2001 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on positive ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
-,235a ,814
157
Lampiran 15 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2002 dan 2003 dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal) Ranks N 11a 1b 0c 12
ROA2003 - ROA2002 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
Mean Rank 7,00 1,00
a. ROA2003 < ROA2002 b. ROA2003 > ROA2002 c. ROA2002 = ROA2003 Test Statistics
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on positive ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
b
ROA2003 ROA2002 -2,981a ,003
Sum of Ranks 77,00 1,00
158
Lampiran 16 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2003 dan 2004 dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal)
Ranks N ROA2004 - ROA2003 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0a 12b 0c 12
Mean Rank ,00 6,50
Sum of Ranks ,00 78,00
a. ROA2004 < ROA2003 b. ROA2004 > ROA2003 c. ROA2003 = ROA2004
Test Statistics
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on negative ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
b
ROA2004 ROA2003 -3,059a ,002
159
Lampiran 17 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2004 dan 2005 dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal)
Ranks N ROA2005 - ROA2004 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
Mean Rank 6,50 6,50
2a 10b 0c 12
Sum of Ranks 13,00 65,00
a. ROA2005 < ROA2004 b. ROA2005 > ROA2004 c. ROA2004 = ROA2005 Test Statistics
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on negative ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
b
ROA2005 ROA2004 -2,040a ,041
160
Lampiran 18 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2005 dan 2006 dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal) Ranks N 5a 7b 0c 12
ROA2006 - ROA2005 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
Mean Rank 5,10 7,50
a. ROA2006 < ROA2005 b. ROA2006 > ROA2005 c. ROA2005 = ROA2006
Test Statistics
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on negative ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
b
ROA2006 ROA2005 -1,059a ,289
Sum of Ranks 25,50 52,50
161
Lampiran 19 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2006 dan 2007 dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal)
Ranks N 0a 12b 0c 12
ROA2007 - ROA2006 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
Mean Rank ,00 6,50
a. ROA2007 < ROA2006 b. ROA2007 > ROA2006 c. ROA2006 = ROA2007 Test Statistics
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Based on negative ranks.
b.
Wilcoxon Signed Ranks Test
b
ROA2007 ROA2006 -3,063a ,002
Sum of Ranks ,00 78,00
Lampiran 20 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2001 dan 2002 dengan menggunakan Paired Sample t Test
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2
FDR2001 FDR2002 CAR2001 CAR2002
Mean 105.5636 95.6973 48.4373 56.6545
N 11 11 11 11
Std. Deviation 7.67830 3.99348 12.27009 5.12505
Std. Error Mean 2.31510 1.20408 3.69957 1.54526
Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2
FDR2001 & FDR2002 CAR2001 & CAR2002
11 11
Correlation -.348 .097
Sig. .295 .777
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2
FDR2001 - FDR2002 CAR2001 - CAR2002
Mean 9.8664 -8.2173
Std. Deviation 9.80962 12.83102
Std. Error Mean 2.95771 3.86870
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 3.2762 16.4566 -16.8373 .4027
Lampiran 21 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2002 dan 2003 dengan menggunakan Paired Sample t Test
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2
FDR2002 FDR2003 CAR2002 CAR2003
Mean 95.6973 92.1400 56.6545 15.7018
N 11 11 11 11
Std. Deviation 3.99348 10.22844 5.12505 1.78840
Std. Error Mean 1.20408 3.08399 1.54526 .53922
Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2
FDR2002 & FDR2003 CAR2002 & CAR2003
11 11
Correlation -.165 -.565
Sig. .627 .070
t 3.336 -2.124
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2
FDR2002 - FDR2003 CAR2002 - CAR2003
Mean 3.5573 40.9527
Std. Deviation 11.57954 6.31089
Std. Error Mean 3.49136 1.90280
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -4.2220 11.3365 36.7130 45.1924
t 1.019 21.522
Lampiran 22 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2003 dan 2004 dengan menggunakan Paired Sample t Test
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2
FDR2003 FDR2004 CAR2003 CAR2004
Mean 92.1400 95.0809 15.7018 58.7164
N 11 11 11 11
Std. Deviation 10.22844 6.40645 1.78840 67.20423
Std. Error Mean 3.08399 1.93162 .53922 20.26284
Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2
FDR2003 & FDR2004 CAR2003 & CAR2004
11 11
Correlation -.019 -.913
Sig. .957 .000
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2
FDR2003 - FDR2004 CAR2003 - CAR2004
Mean -2.9409 -43.0145
Std. Deviation 12.16920 68.84094
Std. Error Mean 3.66915 20.75633
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -11.1163 5.2345 -89.2625 3.2334
Lampiran 23 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2004 dan 2005 dengan menggunakan Paired Sample t Test
T-Test
t -.802 -2.072
Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2
FDR2004 FDR2005 CAR2004 CAR2005
Mean 95.0809 106.9091 76.5363 142.0775
N 11 11 8 8
Std. Deviation 6.40645 3.85887 71.56350 52.83369
Std. Error Mean 1.93162 1.16349 25.30152 18.67953
Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2
FDR2004 & FDR2005 CAR2004 & CAR2005
11 8
Correlation .911 -.369
Sig. .000 .369
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2
FDR2004 - FDR2005 CAR2004 - CAR2005
Mean -11.8282 -65.5412
Std. Deviation 3.29717 103.43984
Std. Error Mean .99414 36.57151
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -14.0433 -9.6131 -152.0191 20.9366
Lampiran 24 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2005 dan 2006 dengan menggunakan Paired Sample t Test
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2
FDR2005 FDR2006 CAR2005 CAR2006
Mean 106.9091 107.6300 145.2964 7.7682
N 11 11 11 11
Std. Deviation 3.85887 3.81892 46.07276 .26195
Std. Error Mean 1.16349 1.15145 13.89146 .07898
Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2
FDR2005 & FDR2006 CAR2005 & CAR2006
11 11
Correlation .633 .374
Sig. .037 .257
t -11.898 -1.792
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2
FDR2005 - FDR2006 CAR2005 - CAR2006
Mean -.7209 137.5282
Std. Deviation 3.29136 45.97544
Std. Error Mean .99238 13.86212
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -2.9321 1.4903 106.6415 168.4149
t -.726 9.921
Lampiran 25 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2006 dan 2007 dengan menggunakan Paired Sample t Test
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2
FDR2006 FDR2007 CAR2006 CAR2007
Mean 106,9025 95,944000 7,762500 16,446500
N 12 12 12 12
Std. Error Std. Deviation Mean 4,4282484 1,2783252 1,2875490 ,3716834 ,2505313 ,0723221 8,2864228 2,3920842
Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2
FDR2006 & FDR2007 CAR2006 & CAR2007
12 12
Correlation -,107 -,619
Sig. ,741 ,032
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2
Mean FDR2006 - FDR2007 10,958500 CAR2006 - CAR2007 -8,684000
Std. Error Std. Deviation Mean 4,7418481 1,3688536 8,4437117 2,4374896
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 7,945673 13,971327 -14,0489 -3,319122
t 8,006 -3,563