International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 49-58
E-ISSN: 2477-1929 http://ijleg.ub.ac.id
PENGARUH REFORMASI PERPAJAKAN DAN AUDIT PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA PERPAJAKAN (Studi Pada Kanwil Ditjen Pajak Jawa Timur III Malang) Kariyoto Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Asia Malang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh reformasi perpajakan dan audit perpajakan terhadap kinerja perpajakan. Penelitian ini diharapkan memperkaya dan melengkapi khasanah ilmu pengetahuan di bidang akuntansi sektor publik terutama pengembangan reformasi perpajakan, audit perpajakan, dan peningkatan kinerja perpajakan. Populasi penelitian ini adalah account representative yang tersebar di seluruh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur III sebanyak 234 account representative. Sampel yang diambil sebanyak 124. Responden yang berpartisipasi sebanyak 124 account representative. Pengambilan sampel dengan metode stratified random sampling proportional 50% dan analisis data menggunakan SEM (Structural Equation Modelling). Temuan utama penelitian ini memberikan informasi peran reformasi perpajakan dan audit perpajakan dalam meningkatkan kinerja perpajakan terbukti efektif. Kata Kunci: reformasi, audit, dan kinerja perpajakan
THE EFFECT OF TAX REFORM AND TAX AUDITING ON ITS PERFORMANCE (Studies in East Java Regional Office of the Directorate General of Taxes III Malang) Abstract This study aims to prove empirically the effect of tax reform and tax audit on the performance of taxation. This study is expected to enrich and to complement the repertoire science in the field of public sector accounting especially on the development tax reform, tax audits, and empowerment of performances. This research population is account representatives spread across the Regional Office of Directorate General of Taxation III of East Java as much as 234 account representatives. Samples were taken as many as 124. Respondents who participated were 124 account representatives. The sampling method used was a proportional stratified random sampling of 50% and data analysis using SEM (Structural Equation Modelling). The main discovery of this study provides information that the role of tax reform and tax audit in improving the performance of tax is proved to be effective. Keywords: reform, audit, and performance of taxation
direformasi dengan alasan utama. Pertama, ketika hukum dan kebijakan pajak menciptakan potensi peningkatan penerimaan pajak, jumlah aktual pajak yang mengalir ke kas negara tergantung pada efisiensi dan efektivitas administrasi penerimaan negara. Kedua, kualitas administrasi penerimaan pajak mempengaruhi iklim investasi dan pengembangan sektor swasta. Ketiga, administrasi perpajakan secara rutin kerap muncul dalam daftar teratas organisasi dengan kasus korupsi tertinggi. Keempat, reformasi perpajakan diperlukan untuk memungkinkan sistem perpajakan mengikuti perkembangan
1. PENDAHULUAN Reformasi perpajakan tidak hanya pada tarif pajak, tetapi reformasi itu harus menyentuh segala aspek perpajakan yang meliputi perilaku sumber daya manusia, landasan hukum yang konsisten, organisasi modern yang menjamin efisiensi, dan efektivitas sistem perpajakan yang ideal (Setiaji dan Amir, 2006). Reformasi perpajakan sebagai salah satu variabel yang menentukan kinerja perpajakan selama ini telah mencapai hasil yang baik. Namun, masih ada kekurangan yang harus segera diperbaiki. Menurut Abimanyu (2004) sistem penerimaan negara yang mengurusi masalah pajak perlu 49
50 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 49-58
terbaru dalam aktivitas bisnis dan pola penghindaran pajak yang semakin canggih. Kinerja perpajakan membutuhkan reformasi sistem perpajakan. Hal itu setidaknya dapat dilihat dari potensi dan penerimaan pajak. Dilihat dari sudut potensi dan penerimaan pajak, penerimaan pajak Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang ada di Indonesia mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004, Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur III hanya menerima 67,98 persen, tahun 2005 penerimaan pajak 81,8 persen, tahun 2006 sebesar 92,36 persen, tahun 2007 dan 2008 melebihi target masing-masing 101,49 persen dan 100,92 persen dari potensi yang ada. Tax coverage ratio, juga digunakan sebagai indikator potensi penerimaan pajak selain tax gap ratio sebagai ukuran kinerja penerimaan pajak. Dari sudut pandang tax coverage ratio, kinerja penerimaan pajak Kanwil DJP Jawa Timur III juga belum bagus walaupun mengalami peningkatan. Hal itu ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Tax Coverage Ratio Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Penerimaan
Potensi
Coverage Ratio
4.325.205.000,- 4. 360.288.000,99,20 4.708.019.000,- 5. 471.026.000,86.05 2.459.219.000,- 3. 617.516.000,67,98 2.600.813.000,- 3. 176.380.000,81,88 3.275.829.000,- 3. 546.787.000,92,36 4.494.815.000,- 4.428.753.000,- 1 101,49 5.486.830.000,- 5. 436.868.000,- 1 100,92 5.728.000.000,- 5. 679.000.000,- 1 108,86 6.500.000.000,-6. 900.000.000 94,00
Sumber: Kanwil DJP Jawa Timur III Malang Setiyaji dan Amir (2006) mengungkapkan bahwa tax coverage ratio yang belum optimal menimbulkan banyak tafsiran. Sebagian besar pengamat mengindikasikan bahwa sistem perpajakan Indonesia belum mampu menjangkau objek pajak dan subjek pajak secara optimal. Di sisi lain, kinerja aparat perpajakan juga belum optimal. Praktik-praktik penyimpangan wewenang diduga menjadi penyebab utama masih rendahnya kinerja pajak. a. Reformasi Perpajakan Konsep reformasi birokrasi yang diadaptasi Abimanyu (2004) dalam bidang perpajakan menegaskan reformasi perpajakan (tax reform) sebagai perubahan mendasar di segala aspek perpajakan, yang minimal meliputi 4 aspek: kualitas SDM, ketentuan perpajakan, sistem informasi perpajakan dan pelayanan,
tujuan utama meningkatkan kepatuhan sukarela, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan, dan produktifitas aparat perpajakan yang tinggi. Abimanyu (2004) mengungkapkan reformasi perpajakan memiliki tujuan utama menegakkan kemandirian ekonomi untuk membiayai pembangunan nasional dengan jalan meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak. Pajak secara bertahap diharapkan bisa mengurangi ketergantungan Indonesia pada utang luar negeri. Kemandirian ekonomi tersebut dapat diwujudkan melalui reformasi perpajakan dengan perubahan mendasar sistem perpajakan yang berlaku menjadi lebih sederhana meliputi: jenis pajak, tarif pajak, pembayaran pajak, pembenahan aparatur perpajakan, prosedur tata kerja, disiplin dan mental. Struktur organisasi Ditjen Pajak dan perilaku pengelola pajak perusahaan yang terus direformasi, memberi gambaran semakin banyak kepentingan saling kontradiksi dan melebihi kapasistas yang wajar. Hal demikian mendorong wajib pajak berperilaku tidak patuh membayar pajak dan cenderung melakukan penghindaran pajak. Kondisi ini memicu munculnya audit perpajakan, baik yang disebabkan oleh adverse selection atau moral hazard (Boylan, 2010). Adverse selection berkaitan dengan masalah penyajian sistem informasi perpajakan. Moral hazard bekaitan dengan usaha atau perilaku wajib pajak yang menyimpang. Keduanya menimbulkan masalah, karena ada kemungkinan wajib pajak menyajikan informasi yang berbeda dengan informasi yang dimiliki. Supaya masalah yang berkembang dapat dikurangi kedua pihak (fiskus dan wajib pajak) bisa mengatur kembali hubungan yang disepakati agar wajib pajak mengikuti prosedur kerja dan aturan akuntansi perpajakan yang berlaku. Abimanyu (2004) dari sisi reformasi hukum dan kompensasi memberikan sumbangan pikiran sebuah kerangka umum timbulnya wajib pajak berperilaku tidak patuh. Karena tidak adanya reformasi penegakan hukum yang jelas, dan kompensasi pajak yang tidak memadahi. Pendapat ini tidak berbeda dengan kajian yang ada dalam teori perilaku. Reformasi perpajakan dilakukan untuk mengurangi praktik KKN di area perpajakan, mewujudkan citra pajak yang baik, penerimaan pajak naik dan optimal. Direktorat Jenderal
Kariyoto, , The Effect of Tax Reform …
Pajak membuat blue print dan road map, yang salah satu langkahnya reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan ini meliputi kualitas SDM, ketentuan umum perpajakan, sistem informasi perpajakan (SIP), dan pelayanan perpajakan (Abimanyu, 2004). b. Audit Perpajakan Masyarakat Indonesia masih jauh dari tertib administrasi, membayar pajak dan kesadaran membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu fungsi-fungsi pengumpulan data, ekstensifikasi, pelayanan dan penagihan, audit perpajakan sangat penting saat ini. Audit perpajakan berperan menaikkan 3,36 triliun penerimaan pajak negara tahun 2009. Masalahnya tingkat kepatuhan dan kesadaran wajib pajak masih perlu peningkatan (Ditjen Pajak, 2009). Pasal 29 ayat (1) UU no 16 tahun 2000 KUP telah mengisyaratkan bahwa DJP berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan, penegakan hukum, audit perpajakan bertujuan untuk men-capai fully voluntary compliance yaitu kepatuhan yang tulus ikhlas/sukarela wajib pajak. Kasus Enron memberikan penjelasan bahwa audit memainkan peran penting berkaitan dengan permasalahan Enron, untuk monitoring implementasi pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan accounting choice. Zeune (1994:150) dalam United Development Program menyatakan bahwa salah satu peran penting akuntansi adalah sebagai upaya preventif terhadap korupsi melalui kredibilitas pengungkapan informasi akuntansi. Akuntansi mengurangi dan mencegah berlangsungnya praktik korupsi. Hal ini sesuai dengan pengungkapan global corruption report 2001 yang menyatakan bahwa organisasi yang korup akan berupaya tidak transparan kepada publik. Komponen strategi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan adalah kegiatan audit. Karanta et al. (2000) meneliti mengenai audit perpajakan dan menyimpulkan bahwa audit perpajakan dapat mendeteksi upaya wajib pajak menghindari membayar pajak, sehingga dapat meningkatkan kinerja perpajakan yang berupa peningkatkan pendapatan negara sektor pajak. Audit perpajakan juga dapat mengoreksi kesalahan pelaporan wajib pajak. Audit perpajakan sesuai dengan benchmark pada
51
penelitian ini merujuk pada pendapat Setiawan (2006: 6-7) yang menyatakan bahwa ada enam indikator yang dijadikan alat audit perpajakan untuk menguji kepatuhan materiil wajib pajak dan meningkatkan kinerja perpajakan. Indikator ini peneliti anggap relevan dengan tujuan penelitian berikut: (a) pemeriksaan pembukuan wajib pajak; (b). pemeriksaan catatan dan dokumen terkait; (c) melakukan wawancara dan pengujian fisik; (d) melakukan uji silang dengan pihak ketiga; (e) melakukan rekonsiliasi bukti transaksi; (f) memeriksa objek PPh pemotongan pemungutan dengan laporan R/L wajib pajak. c. Kinerja Perpajakan Menurut Setiaji dan Amir (2006) pendekatan untuk menilai kinerja perpajakan meliputi: (a) tax collecton of cost, yakni perbadingan biaya pengumpulan pajak dengan penerimaan; (b) tax coverage ratio, yakni perbadingan potensi dengan penerimaan pajak; (c) tax gap ratio, yakni perbandingan antara realisasi dengan perencanaan penerimaan pajak; (d) kepatuhan penyampaian SPT; dan (e) tunggakan wajib pajak. Ada beberapa tolok ukur untuk menilai kinerja organisasi, tetapi pada dasarnya digolongkan menjadi dua jenis, yaitu subjektif dan objektif. Ukuran objektif berkaitan dengan profitabilitas hasil penjualan produknya. Indikator subjektif profitabilitas ditentukan oleh persepsi/tanggapan manajer terhadap profitabilitas kegiatan perusahannya (Harel dan Tzafrir, 1999). Berdasarkan beberapa konsep di atas dapat diketahui bahwa indikator pengukuran kinerja suatu organisasi dapat diukur secara objektif yaitu pengukuran secara langsung terhadap kemampuan kinerja organisasi dan pengukurannya berdasarkan persepsi manajer atau pemilik perusahaan terhadap indikator-indikator yang telah ditentukan. Dari perpektif tersebut kinerja perpajakan pada penelitian ini diukur dengan meminta tanggapan atau persepsi account representative (AR) tentang kemampuan organisasi KPP dalam mengumpulkan pajak, melihat potensi pajak, mengumpulkan SPT tahunan dan tunggakan pajak. Kinerja pajak diukur dari: efisiensi pengumpulan pajak, tingkat persentase penerimaan terhadap potensi pajak, tingkat pemenuhan pajak terhadap realisasi, tingkat pengembalian SPT dan besarnya tunggakan wajib pajak. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang diajukan dalam
52 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 49-58
penelitian ini dirumuskan sebagai bertikut: (1) Reformasi perpajakan berpengaruh terhadap kinerja perpajakan; (2) Audit perpajakan berpengaruh terhadap kinerja perpajakan. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini disebut penelitian survei tipe confirmatory research yang didasarkan pada pengambilan data melalui kuesioner (Solimun, 2006: 26). Tujuannya menguji kembali model yang ada dengan fakta empiris hubungan beberapa variabel. Fokus penelitian ini adalah menganalisis pengaruh reformasi perpajakan, audit perpajakan, kesadaran dan kepatuhan terhadap kinerja perpajakan. Penelitian ini menggunakan metode survei dan merupakan bentuk desain penelitian paling yang sesuai untuk mengumpulkan informasi dari jumlah populasi yang cukup banyak. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur III yang berada di bawah naungan Departemen Keuangan. Objek penelitiannya adalah kantor pelayanan pajak (KPP), sedangkan responden penelitian ini adalah account representative pada Kantor Pelayanan Pajak. Pemilihan lokasi ini diharapkan dapat menggambarkan persoalan penelitian yang telah dirumuskan pada model kerangka teoritis. Responden Account Representative dipilih dengan alasan sebagai berikut: (1) melaksanakan pengawasan formal kepatuhan dan kesadaran wajib pajak; (2) melaksanakan penyuluhan, bimbingan, himbauan mentaati ketentuan perpajakan; (3) menyusun nota perhitungan pajak untuk penerbitan surat tagihan pajak (STP) atas surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) yang tidak atau belum dibayar setelah tanggal jatuh tempo; (4) melaksanakan penyusunan profil wajib pajak; (5) melakukan analisis kinerja perpajakan; (6) melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi pajak; (7) melakukan evaluasi hasil banding wajib pajak berdasarkan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku; dan (8) memberikan informasi perpajakan. Penentuan jumlah sampel dilakukan melalui pertimbangan analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang membutuhkan sampel sebanyak 100-200 responden (Solimun, 2002:83). Peneliti menghindari kuesioner tidak
kembali dan tidak syah dan menggunakan daftar kelompok sampel terpilih dengan teknik stratified random sampling proportional 50% untuk populasi dengan N 234, sehingga jumlah sampel sebanyak 117 responden telah memenuhi syarat analisis SEM. Populasi data ganjil dibulatkan ke atas sehingga sampelnya tidak 117 namun 124. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kuesioner tidak kembali, atau kembali namun tidak memenuhi syarat diolah. Oleh karena itu ada sebanyak 124 kuesioner yang disebarkan kepada responden pada penelitian ini. Ada tiga syarat atau kriteria yang harus dipenuhi bila menggunakan metode stratified random sampling (Ari-kunto, 2000: 126). Pertama, harus ada kriteria yang jelas sebagai dasar menstratifikasi populasi. Stratifikasi dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Kantor Wilayah DJP III Malang. Kedua, harus ada data pendahuluan dari populasi. Data pendahuluan populasi account representative masing-masing KPP sebagai dasar stratifikasi tertera pada tabel 2. Ketiga, harus diketahui dengan tepat jumlah satuan pupulasi. Jumlah account representative yang diteliti pada masing-masing KPP kelompok sampel terpilih teknik stratified random sampling proportional 50 % dengan analisis statistis deskriptif dan inferensial. a. Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini dimaksudkan mendeskripsikan atau menggambarkan karakteristik responden, menyusun distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden. Hasil kuesioner atau angket menunjukkan frekuensi, persentase dan ratarata skor jawaban responden untuk masingmasing item variabel. Skor variabel menggambarkan respon atau tanggapan responden setiap indikator dan item pernyataan yang diberikan pada setiap indikator variabel. b. Analisis Statistik Inferensial Analisis memfokuskan kajiannya pada analisis dan interpretasi data untuk menarik simpulan. Analisis ini juga digunakan untuk menguji dan menjawab hipotesis penelitian yang telah ditetapkan dengan menggunakan data sampel yang telah diperoleh. Analisis menggunakan model persamaan struktur (Structural Equation Modeling atau SEM) dari paket program Amos 7.0 dan SPSS Versi 17.
Kariyoto, , The Effect of Tax Reform …
c. Tahap Pengujian Kesesuaian Model Tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit. Berikut ini beberapa indeks kesesuaian dan cut-off value untuk menguji apakah model dapat diterima atau ditolak. Indeks-indeks yang digunakan untuk menguji overall model adalah seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Goodness of Fit Index Goodness of Fit Cut-of Index Value X2 Chis-square Diharapkan Kecil Significaned ≥ 0,05 Probability RMSEA ≥0,08 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90 CMIN/DF ≤ 2,00 TLI ≥ 0,95 CFI ≥ 0,94 d. Interpretasi dan Modifikasi Model Modifikasi model dilakukan jika modelmodel tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Hal ini memberikan pedoman untuk mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi model dengan melihat nilai ekstrim tinggi modification indixes (MI) yang dihasilkan model (Ghozali, 2005:70). Jika hasil analisis menunjukkan tidak perlu dilakukan modifikasi, model sudah bisa diinterpretasi. e. Pengujian Hipotesis Pengujian H1 dan H2 dilakukan berdasar nilai probabilitas dengan tingkat signifikansi 5% terhadap standardized regression weight (γ atau β). Ketentuan Uji regression weight dalam SEM, untuk menerima/menolak H0 didasarkan pada nilai probabilitas atau p dengan ketentuan: Jika p< 0,05 berarti H0 ditolak; jika p> 0,05 berarti H0 diterima. Analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis pada penelitian ini menggunakan persamaan struktur: Structural Equation Modelling atau SEM dengan menggunakan paket program Amos 7.0. f. Uji Normalitas Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan criteria crictical ratio skewness value sebesar ± 2.58. Data dapat disimpulkan
53
mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value di bawah harga mutlak 2.58. Penelitian ini seluruh proses perhitungan terhadap pengujian distribusi normal secara multivariate dilakukan dengan menggunakan Amos 7.00. Diperoleh nilai koefisien critical ratio multivariate dibawah ≤ 2,58 sehingga asumsi data berdistribusi normal terpenuhi dan dapat dilanjutkan uji berikutnya. g. Uji Outliers Outlier adalah kondisi observasi dari suatu data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasiobservasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal ataupun variabel-variabel kombinasi. Deteksi terhadap multivariate outliers dilakukan dengan memperhatikan nilai mahalanobis distance (Ghozali, 2005:129). Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai Chisquares pada derajat kebebasan (degree of freedom) 15 yaitu jumlah variabel indikator pada tingkat signifikansi p< 0.001. Mendeteksi outlier secara multivariate digunakan jarak Mahalanobis (Mahalanobis Distance yang dapat dijumpai pada output hasil analisis dengan menggunakan AMOS 7.0. Hasil analisis outlier multivariate tidak terjadi nilai mahalonobis distance lebih kecil dari 46.35 sehingga data penelitian ini bebas dari outliers. h. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas dapat dilihat melalui determinan matrik kovarian. Nilai determinan matrik yang sangat kecil menujukkan indikasi terdapatnya masalah multikolinieritas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian (Ghozali, 2005:131). Hasil output Amos 7.0 nilai determinan matriks 1,280. Nilai ini jauh dari angka nol sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas dan singularitas pada data yang dianalisis. i.
Confirmatory Factor Analysis (CFA) Pengujian terhadap CFA berdasar teori dan konsep yang sudah ada terhadap keakuratan reliabilitas dan validitas instrument yang kita buat (Solimun, 2006: 26). Confirmatory Factor Analysis (CFA) dapat digunakan untuk memeriksa unidimensionalitas dari sebuah konstruk. Model yang ada pada confirmatory factor analysis akan terbukti memiliki matriks kovarian hasil estimasi yang tidak berbeda
54 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 49-58
dengan matriks kovarian asal pada tingkat signifikansi α = 0,05 jika nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Kriteria lain yang digunakan untuk mengukur kelayakan model atau validitas adalah nilai goodness of fit index (GFI). Nilai minimal yang diharapkan untuk GFI adalah 0,90 (Solimun, 2006:10). Beberapa kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kehandalan sebuah konstruk antara lain adalah koefisien reliabilitas Alpha Cronbach, koefisien reliabilitas composite dan pro-porsi extracted variance. Malhotra (1992) yang dikutip Solimun (2006:10) menyarankan bahwa sebuah konstruk akan dianggap handal jika memiliki nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach α > 0,6. Pemeriksaan validitas akan didasarkan pada besarnya nilai bobot (loading) faktor yang diperoleh. Sharma (1996) sebagaimana dikutib Boge (2009: 104-105) merekomendasikan bahwa bobot faktor di atas 0,4 telah menunjukkan adanya validasi yang cukup kuat dari sebuah indikator untuk mengukur suatu konstruk. j. CFA Variabel Reformasi Perpajakan Kemampuan seluruh indikator reformasi perpajakan meliputi kualitas sumber daya manusia (X1.1), ketentuan perpajakan X1.2, sistem informasi perpajakan (X1.3), pelayanan perpajakan (X1.4) dalam mengukur variabel reformasi perpajakan (X1) dilakukan dengan menggunakan uji CFA yang dijelaskan pada Gambar 1. Hasil uji terhadap statistik C.R pada setiap indikator pada variabel reformasi perpajakan telah menunjukan hasil yang signifikan. Hasil ini dibuktikan dengan nilai C.R lebih dari 2 atau p-value < 0,05. Berdasarkan nilai loading factor (standar regression weight) yang seluruhnya bernilai di atas 0,40, juga memberikan bukti bahwa setiap indikator memiliki tingkat validitas terhadap konstruk yang tinggi dapat mengukur reformasi perpajakan dan diikutkan dalam pengujian berikutnya. Hasil uji unidimensionalitas secara substansial, menunjukkan bahwa ke-empat indikator dapat mengkonstruk reformasi perpajakan. Nilai loading paling tinggi terdapat pada indikator pelayanan perpajakan (X1.4) dengan nilai 0,677 merupakan indikator terkuat dalam membentuk reformasi perpajakan. Urutan berikutnya sistem informasi perpajakan (X1.3), kualitas sumber daya manusia (X1.1) dan ketentuan perpajakan (X1.3) masing-
masing dengan loading faktor 0,593, 0,522 dan 0,454.
Gambar 1. Uji CFA Variabel Reformasi Perpajakan Tabel 3. Hasil Confirmatory Factor Analysis Variabel Reformasi Perpajakan Standar Indikat C P Regression or .R . weight/Loading Factor Kualita 0 s Sumber 3 ,002 0,522 Daya ,163 Manusia Ketent 0 4 uan ,003 0,454 ,151 Perpajakan Sistem 0 3 Informasi ,000 0,593 ,353 Perpajakan Pelaya F nan ix 0,677 Perpajakan k. CFA Variabel Audit Perpajakan Uji hipotesis CFA yang membentuk variabel audit perpajakan terhadap model secara keseluruhan (overall) yang terdiri atas pemeriksaan pembukuan (X2.1), pemeriksaan catatan dan dokumen (X2.2), wawancara dan pengujian Fisk (X2.3), melakukan uji silang dengan pihak 3 (X2.4), melakukan rekonsiliasi perpajakan (X2.5), memeriksa objek PPh dengan R/L (X2.6) dalam mengukur variabel audit perpajakan (X2) dilakukan dengan
Kariyoto, , The Effect of Tax Reform …
menggunakan uji CFA yang dijelaskan pada Gambar 2.
55
memiliki tingkat validitas terhadap konstruk yang tinggi. Secara substansial hasil uji dimensionalitas menunjukkan bahwa keenam indikator dapat mengkonstruk audit perpajakan. Nilai loading paling tinggi indikator pemeriksaan objek pajak penghasilan dengan R/L (X2.6) merupakan indikator terkuat dalam membentuk audit perpajakan dengan loading factor 0,585. Indikator melakukan uji silang dengan pihak ketiga (X2.5) merupakan indikator terlemah dalam membentuk variabel audit perpajakan dengan loading factor 0,410. l.
Gambar 2. Uji CFA Variabel Audit Perpajakan Tabel 4. Hasil Confirmatory Factor Analysis Variabel Audit Perpajakan
Indikator Pemeriksaan Pembukuan Pemeriksaan Catatan dan Dokumen Wawancara dan Pengujian Fisk Melakukan Uji Silang dengan Pihak 3 Melakukan Rekonsiliasi Perpajakan Memeriksa Objek Pajak PPh dengan R/L
C.R
2,767
P.
0,004
CFA Variabel Kinerja Perpajakan Uji hipotesis CFA yang membentuk variabel kinerja perpajakan terhadap model secara keseluruhan (overall) meliputi cost of collection tax (Y1.1), tax coverage ratio (Y1.2), tax gap ratio (Y1.3), tingkat pengembalian SPT (Y1.4), dan tunggakan wajib pajak (Y1.5) dalam mengukur variabel kinerja perpajakan (Y1) dilakukan dengan menggunakan uji CFA yang dijelaskan pada Gambar 3.
Standar Regression Weight/Loadin g Factor
e19 e20
0,419 ,19
3,191
0,001
e21
0,567 ,14
2,379
0,003
0,441
e22
e23
,53 ,24 ,00 ,29 ,48
Y1.1
1,24
,07
Y1. 2 1,70 2,36
Y1.3 1,31
Y1.4
Kinerja Perpajakan
1,00
Y1.5
Hasil Uji Kelayakan Model Chi - Squares=3,503
2,523
0,002
0,410
Probabilitas=,320 CMIN/DF= 1,168
3,565
0.000
0,529
GFI=,988 AGFI=,938 CFI=,997
-
Fix
0,585
Hasil uji terhadap statistik C.R pada setiap indikator pada variabel audit perpajakan telah menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil ini dibuktikan dengan nilai C.R lebih dari 2 atau pvalue < 0,05. Berdasarkan nilai loading factor (lambda), seluruhnya bernilai di atas 0,40 juga memberikan bukti bahwa setiap indikator
TLI=,990 RMSEA=,039
Gambar 3. Uji CFA Variabel Kinerja Perpajakan
Y1)
56 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 49-58
Tabel 5. Hasil Confirmatory Factor Analysis Variabel Kinerja Perpajakan Indikator
Cost of Collection Tax Tax Coverage Ratio Tax Gap Ratio Tingkat Pengembalian SPT Tunggakan Wajib Pajak
C.R
P.
Standar Regression Weight/ Loading Factor
3,750
0,000
0,408
3,611
0,000
0,673
,24
,28
e1
X1.1
,32
,22
e2
e3
e4
X1.2
X1.3
X1.4
1,00 ,38
1,53
4,084
0,000
Reformasi Perpajakan (X1)
H1
0,000
,32
-
Fix
0,452
Hasil uji terhadap statistik C.R pada setiap indikator pada variabel kinerja perpajakan telah menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil ini dibuktikan dengan nilai C.R lebih dari 2 atau pvalue <0,05. Berdasarkan nilai loading factor (lambda), seluruhnya bernilai di atas 0,40 sehingga juga memberikan bukti bahwa setiap indikator memiliki tingkat validitas terhadap konstruk yang tinggi. Secara substansial hasil loading factor menunjukkan lima indikator dapat mengkonstruk kinerja perpajakan. Nilai loading factor paling tinggi indikator tax gap ratio merupakan indikator terkuat dalam membentuk kinerja perpajakan dengan loading factor 1,003. Indikator cost of collection tax merupakan indikator terlemah dalam membentuk variabel kinerja perpajakan dengan loading factor 0,408. m. Estimasi Full Model Berdasarkan cara penentuan nilai dalam model, variabel pengujian model pada tahap ini dikelompokkan menjadi variabel eksogen (exogenous variable) dan variabel endogen (endogenous variable). Variabel eksogen adalah variabel yang nilainya ditentukan di luar model. Variabel endogen adalah variabel yang nilainya ditentukan melalui persamaan atau dari model hubungan yang dibentuk. Termasuk dalam kelompok variabel eksogen adalah reformasi perpajakan (X1), audit perpajakan (X2), dan kinerja perpajakan (Y1). Model dikatakan baik apabila pengembangan model hipotetik secara teoritis didukung oleh data empirik. Hasil analisis SEM secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.
e5
X2.2
e6
Y1.3
e12
Y1.4
e13
Y1.5
e14
1,23
,18 ,24
,25
X2.3
,25
,43
1,14 1,00
,61
1,04
,69
e11
,61
Audit Perpajakan (X2)
X2.1
1,26 Y1.2 1,14
Perpajakan)
H2
,11
0,537
e10
,27
Y1 (Kinerja
1,003
Y1.1
1,00
,96
3,310
,51
,07
1,64
X2.4
,40
,96
e7
e8
X2.5
,31 e9
Chi-squares=216,150 df=76 Prob=,125 GFI=,950 AGFI=,900 TLI= 950 RMSEA=,007
Gambar 4. Hasil Analisis Structural Equation Modelling (SEM) Tabel 6. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Index Full Model Evaluasi Model
Kriteria
Hasil
Nilai Kritis
Chi-square (x²) Probabilitas CMIN/DF GFI AGFI TLI RMSEA
216,15 0
Diharapkan kecil
Baik
0,125
≥ 0,05
Baik
3,749 0,950 0,950 0,960 0, 007
≤ 5,00 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,95 ≤ 0,08
Baik Baik Baik Baik Baik
Selanjutnya evaluasi hasil kriteria goodness of fit index full model nilai-nilai indeks ini akan dibandingkan dengan nilai kritis (cut off value) dari masing-masing indeks. Sebuah model yang baik diharapkan akan mempunyai indeks-indeks goodness of fit yang lebih besar atau sama dengan nilai kritis. Gambar 4 adalah hasil model struktural yang diteliti. Hasil uji konstruk terhadap model
Kariyoto, , The Effect of Tax Reform …
dihasilkan indeks-indeks kesesuaian model (goodness of fit) yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis Full Model Struktural Hipotesis
H1
H2
Arah Jalur
Reformasi Perpajakan (X1)Kinerja Perpajakan (Y1) Audit Perpajakan (X2) Kinerja Perpajakan (Y1)
Critica l Ratio
PVal ue
Standar Regressio n Weigh t
Te mua n Pen eliti an
0,203
3,586
0,0 00
0,709
Dite ri ma
2,213
2,661
0,0 47
0,342
Dite ri ma
Koefisien Regresi
Standar Error
0,727
0,353
Hasil analisis tersebut berstatus baik karena memiliki hasil perhitungan di atas dari nilai rekomendasi. Hasil uji model dengan chi-square menghasilkan nilai 216,150 dengan probabilitas 0,125. Hasil ini menjelaskan bahwa data empiris tidak berbeda dengan model yang diajukan (prob, >0,05). Nilai RMSEA merupakan indikator model yang mengukur penyimpangan nilai parameter suatu model dengan matriks kovarian populasinya. Nilai RMSEA sebesar 0,007 sudah memenuhi kriteria rekomendasi yang disarankan yaitu dibawah 0,08 sehingga kelayakan model berdasarkan RMSEA adalah baik. Nilai AGFI memiliki arti yang sama dengan GFI akan tetapi nilai yang ada telah menyesuaikan dengan pengaruh derajat bebas (degree of freedom) pada suatu model. Nilai AGFI yang direkomendasikan adalah 0,90 dan dalam analisis ini dihasilkan AGFI sebesar 0,950. Nilai AGFI berstatus baik karena nilai lebih dari yang direkomendasikan. Indeks kelayakan model dengan Tucker Lewis Index (TLI) merekomendasikan nilai lebih dari 0,95, baik hasil dari perhitungan model baru mencapai 0,960. Demikian pula dengan indeks kelayakan dengan comparafive fit index (CFI) merekomendasikan nilai lebih dari 0,95 dan hasil perhitungan mencapai 0,007 baik. 3. PENGUJIAN HIPOTESIS Pengujian hipotesis pada model struktural berhubungan dengan hasil uji koefisien regresi pada setiap jalur yang dihasilkan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara melihat nilai signifikansi atau angka probabilitasnya. Jika angka probabilitas lebih kecil atau sama dengan
57
0,05, dan critical ratio lebih dari 2 (Boge, 2009), hubungan antar variabel yang dimaksud dinyatakan siginifikan dan dapat dianalisis lebih lanjut. Koefisien regresi pada setiap jalur yang dihasilkan dijelaskan pada Tabel 7. 4. KESIMPULAN Kesimpulan utama penelitian ini memberikan informasi bahwa peran reformasi perpajakan, audit perpajakan, dalam meningkatkan kinerja perpajakan terbukti efektif. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, dan hasil penelitian serta pembahasan yang telah diuraikan di muka, secara umum dapat disampaikan simpulan hasil penelitian sebagai berikut. Reformasi perpajakan berpengaruh terhadap kinerja perpajakan. Kondisi ini memberikan motivasi bahwa kualitas petugas perpajakan, ketentuan pajak yang sederhana, sistem informasi perpajakan yang mudah dan pelayanan yang diberikan Ditjen Pajak kepada wajib pajak secara rasional dapat mengubah perilaku wajib pajak untuk secara sukarela memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak Negara. Audit perpajakan berpengaruh terhadap kinerja perpajakan. Artinya pemeriksaan pajak membantu menyelamatkan uang negara dan Direktorat Jenderal Pajak untuk pengamanan pencapaian target kinerja perpajakan. Audit perpajakan dapat mendeteksi upaya wajib pajak, menghindar membayar pajak, sehingga meningkatkan kinerja perpajakan berupa peningkatkan penda-patan negara sektor pajak. 5. SARAN Metode utama untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Variabel yang diukur dalam penelitian ini hal-hal sensitif pada umumnya sulit diungkap secara utuh melalui pertanyaan-pertanyaan. Keterbatasan metode pengumpulan data yang digunakan diakui berdampak pada keterbatasan data dan makna terhadap data yang terkumpul. Karena temuan penelitian yang diperoleh diharapkan bermanfaat bagi usaha peningkatan kinerja perpajakan, reformasi perpajakan, dan audit perpajakan. Ketiga varibel tersebut disarankan untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan yang lebih mendalam misalnya dengan studi kritis. Studi kritis diharapkan dapat diperoleh informasi yang lebih akurat bagi usaha
58 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 49-58
merumuskan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat. 6. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih secara khusus peneliti sampaikan kepada Direktur DitLitabmas Ditjen Dikti melalui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah memberikan dana untuk penelitian ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Gugus Irianto, SE,Ak,M.SA., Ph.D Dekan Fakultas Ekonomi, Prof. Dr. Bambang Subroto, SE, MM, Ak selaku promotor, Prof. Iwan Triyuwono, SE.,M.Ec.,Ak.,Ph.D. selaku Ketua Program Studi S-3 Sains Akuntansi PPS Unibraw yang memberikan motivasi luar biasa sehingga dapat terselesaikannya penelitian Disertasi Program Doktor Sains Akuntansi. 7. DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, A. 2004. Reformasi Perpajakan dan Wajib Pajak (Belum) Patuh www.fiskal. depkeu.go.id/ referensi/Reformasi Perpajak-an.doc. diakses 27 Februari 2008 Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta Boge, T. 2009. Peran Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dalam Peningkatkan Kinerja Organi-sasi melalui Organisational Change dan Organosational resilience. Sinopsis Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang. Boylan, S.J. 2010. Audits and Taxpayer Compliance: Experience on the Effect of Earned Versus Endowed Income. Abstracts Journal of American Taxation, Forthcoming. Available at SSRN: http:/ssrn. com/abstract =1628148.
Ghozali, I. 2005. Model Persaman Struktural. Penerbit UNDIP. Yog-yakarta. Harel, Gedaliahu H. and Shay S. Tzafrir. 1999. The Effect of Human Resource Management Practices on The Perceptions of Organizational and Market Performance of The Firm. Journal of Human Resource Management, Vol. 38 No.3 p.185-200 Karanta, Maria, Hakkan Malmer, Ingrid Munck, Gunnar Olsson. 2000. A Citizen's Perspective on Public Sector Performance and Service Delivery. Progress in Measure-ment and Modelling of Data from Swedish Taxpayer Survey. Dipresentasikan di European Evaluation Society EES Conference, October 12, Loussanne. Shanti. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Analisis Keuangan Internasional. Jurnal Modul Vol. 20 (2) 153. Setiawan, A. 2006. Teknik Audit dan Pelaksanaan Pemeriksaaan Pajak. Lingkaran, Jakarta. Setiyaji, G. dan Amir H. 2005. Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan Indonesia. http://www.go. ri.id /diak-ses Juni 2009 Solimun. 2006. Structural Equation Modelling (SEM). Fakultas FMIPA dan Program Pascasarjana Universitas Brawijaya. Malang. _______. 2009. Siaran Pers Direktorat Jenderal Pajak. http://www.go.ri.id./ siaran pers, diakses 10 Juli 2009 _______. UNDP. Peran Auditor dalam Perwujudan Good Governance. Publikasi/PDF/ppan/12.pdf diakses Januari 2011.