PENGARUH PROFESIONALISME APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH (APIP) TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA INSPEKTORAT KOTA GORONTALO
Syahriani Zakaria, Imran R. Hambali, Sahmin Noholo Jurusan Akuntansi, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profesionalisme Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kota Gorontalo. Penelitian ini merupakan Penelitian deskriptif dalam hal ini peneliti memperoleh data dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Teknik analisis data regresi linear sederhana karena dalam penelitian ini hanya digunakan satu variabel terikat (Kualitas audit) dan satu variabel independen (Profesionalisme Aparat Pengawas Intern Pemerintah). Hasil penelitian membuktikan bahwa profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit Pada Inspektorat Kota Gorontalo. Kata Kunci: Profesionalisme dan Kualitas Audit PENDAHULUAN Perubahan ekonomi dan politik yang terjadi akhir-akhir ini, telah membawa kearah perubahan ekonomi dan politik dari era sentralisasi yang tertutup dan birokratis, menuju era desentralisasi yang melokal dan mengglobal, partisipatif, dan terbuka. Perubahan tersebut juga dialami bangsa Indonesia dalam era reformasi ini menuntut adanya transparansi kebijakan dan pelaporan, otonomi dan desentralisasi serta partisipasi masyarakat, (Mardiasmo, 2004: 233). Pemberian otonomi dan desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah Kabupaten/Kota membawa konsekuensi perubahan pola dan sistem pengawasan. Perubahan pola pengawasan yang mendasar adalah dengan diberinya keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, maka diperlukan peningkatan peran DPRD dalam pengawasan penyelenggaraan pemerintah, karena nantinya Kepala Daerah bertanggungjawab kepada DPRD. Dalam hal ini DPRD dapat menunjukan auditor independen untuk mengaudit keuangan pemerintah daerah, (Mardiasmo, 2004: 223). Efendy (2010) dalam penelitiannya mengatakan salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah inspektorat daerah. Menurut Falah (2005) dalam Efendy (2010), inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2004). Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan. Namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang diharapkan good government. Mardiasmo (2004)
menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia, di antaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Dengan kata lain, ukuran kualitas audit/hasil pemeriksaan masih menjadi perdebatan. Kualitas audit adalah proses pemeriksaan sistematis sistem mutu dilakukan oleh auditor mutu internal atau eksternal atau tim audit. Ini adalah bagian penting dari sistem manajemen mutu organisasi dan merupakan elemen kunci dalam sistem standar mutu. Kualitas audit biasanya dilakukan pada interval waktu yang telah ditentukan dan memastikan bahwa lembaga tersebut telah jelas-pasti prosedur sistem monitoring internal yang berkaitan dengan tindakan yang efektif. Hal ini dapat membantu menentukan apakah organisasi sesuai dengan proses sistem mutu didefinisikan dan dapat melibatkan kriteria penilaian prosedural atau berbasis hasil, (Dhika, 2011). Audit merupakan alat manajemen penting yang akan digunakan untuk memverifikasi bukti obyektif proses, untuk menilai seberapa berhasil proses telah dilaksanakan, untuk menilai efektivitas setiap mencapai tingkat target yang ditetapkan, untuk memberikan bukti mengenai pengurangan dan penghapusan area masalah. Untuk kepentingan organisasi, kualitas audit seharusnya tidak hanya melaporkan ketidaksesuaian dan tindakan korektif, tetapi juga menyoroti area praktek yang baik. Dengan cara ini departemen lain dapat berbagi informasi dan mengubah praktik mereka bekerja sebagai hasilnya, juga berkontribusi untuk peningkatan berkelanjutan. Laporan hasil pemeriksaan mempunyai peran yang penting dalam suatu proses pemeriksaan (audit), karena laporan hasil audit merupakan produk akhir dari suatu proses pemeriksaan. Laporan hasil pemerksaan adalah dokumen kepada pihak-pihak yang berkepentingan di organisasi auditan yang memuat hasil pemeriksaan dan rekomendasi dari pemeriksa (Tambunan, 2010: 19). Hasil pemeriksaan atau hasil pemeriksaan berupa hasil penilaian pemeriksa terhadap kesesuaian antara kondisi yang ada pada auditan dibandingkan dengan kriterianya dan hasil analisis pemeriksa bila terdapat perbedaan antara kondisi dengan kriterianya. Ariani (2009) yang dikutip dari pernyataan Oerip dan Uetomo, menagatakan profesional artinya ahli dalam bidangnya. Jika seorang manajer mengaku sebagai seorang yang profesional maka ia harus mampu menunjukan bahwa dia ahli dalam bidangnya. Harus mampu menunjukan kualitas yang tinggi dalam pekerjannya. Berbicara mengenai profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap profesinya. Secara sederhana, profesionalisme yang diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang dikatakan professional apabila pekerjannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu profesi. Sedangkan menurut situs ms.wikepedia.com profesionalisme ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesional dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
Professional berarti tanggung jawab untuk berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar memenuhi Undang-Undang dan peraturan masyarakat. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin luas, auditor eksternal harus memiliki wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern. Gambaran tentang profesionalisme seorang auditor tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi, (Kirana, 2010). Martiani (2010) mengungkapkan bahwa profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai auditor dan pemeriksa. Auditor dan pemeriksa yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Para pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang
besar terhadap hasil
pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar inilah yang akhirnya mengharuskan auditor dan pemeriksa memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Jika melihat penelitian dan teori yang telah dijelaskan tersebut, bahwa salah satu yang mempengaruhi kualitas audit adalah profesionalisme. Oleh karena itu sikap dari seorang yang profesionalisme sangat berpengaruh terhadap kemapuan diri seorang auditor dan pemeriksa, seorang pemeriksa yang profesional harus mempunyai wawasan yang luas dan mendalam atas segala kegiatan yang diperiksa. Dalam pemerintahan atau sektor publik yang berfungsi sebagai auditor intemal disebut Inspektorat. Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 dijelaskan fungsi Inspektorat Provinsi Kabupaten/kota sebagai berikut: perencanaan program pengawasan, perumusan kebijakan dan fasilitas penugasan dan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Namun Demikian, pelaksanaan tugas, fungsi, dan peran Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) dan Departemen Dalam Negeri pada tahun 2003 seperti yang dikutip oleh Falah (2007) dalam Huntoyungo (2009), dimana hasil temuannya adalah bahwa secara organisatoris, Inspektorat kurang memiliki kemandirian untuk menyampaikan laporan secara wajar dan obyektif. Lebih lanjut dijelaskan bahwa hal ini karena pemerintah daerah belum menetapkan Peraturan Daerah yang secara jelas menetapkan mandat, tujuan, tugas-tugas dan tanggung jawab audit Inspektorat. Hal tersebut yang menyebabkan kualitas audit yang dilakukan oleh aparat Inspektorat masih menjadi perhatian masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Huntoyungo (2009) kualitas audit yang dilaksanakan oleh auditor inspektorat saat ini masih menjadi sorotan banyak pihak, antara lain oleh masyarakat dan auditee sebagai obyek pemeriksaan. Hal ini terkait dengan masih banyaknya temuan audit yang tidak terdeteksi oleh auditor inspektorat sebagai auditor internal akan tetapi ditemukan oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Berdasarkan Siaran Pers Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Gorontalo Tahun
Anggaran 2009 masih ada temuan yang dapat terdeteksi oleh BPK, adapun temuan-temuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Sebagaimana dijelaskan dalam Temuan Pemeriksaan nomor tiga pada Laporan Hasil Pemeriksaanatas Sistem Pengendalian Intern, penyajian investasi non permanen dana bergulir sebesar Rp 1.788.384.902,00 pada neraca tidak disajikan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikandan berpotensi tidak tertagih; 2. Sebagaimana dijelaskan dalam Temuan Pemeriksaan nomor enam pada Laporan Hasil Pemeriksaanatas Sistem Pengendalian Intern, penatausahaan barang milik daerah di SKPD dan Bagian Ase DPPKAD tidak tertib sebesar Rp580.581.466.375,20 sehingga penyajian aset tetap pada Neraca per 3. Desember 2009 tidak dapat diyakini kewajarannya;Sebagaimana dijelaskan dalam Temuan Pemeriksaan nomor delapan pada Laporan HasilPemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern, realisasi Belanja Bantuan Sosial dan Hibahdigunakan tidak sesuai ketentuan sehingga pada Laporan Realisasi Anggaran TA 2009 disajikanlebih sebesar Rp1.786.525.000,00; 4. Sebagaimana
dijelaskan
dalam
Temuan
Pemeriksaan
nomor
sebelas
pada
Laporan
HasilPemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern, penyajian perbedaan saldo akhir SILPA TA 2007 dansaldo awal SILPA TA 2008 sebesar Rp2.806.293.816,52 belum sepenuhnya ditindaklanjuti sehinggaterdapat potensi adanya ketidakabsahan belanja Tahun 2007 yang dapat mempengaruhi kewajaranpenyajian Kas, Utang PFK dan Ekuitas Dana Lancar SILPA per 31 Desember 2009. Berbagai temuan tersebut menunjukan lemahnya kualitas audit yang dilaksanakan oleh inspektorat, akibatnya banyak temuan yang tidak ditermuakan oleh inspektorat tetapi di temukan oleh BPK, salah satu faktor yang menyebabkan kualitas audit inspektorat ini lemah dikarenakan profesionalisme aparat pengawas itu sendiri, hal ini terlihat dari kurangnya auditor yang ada pada Inspektorat Kota Gorontalo, dari 18 orang Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang terdiri dari 13 orang Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan 5 orang auditor yang JFA. Berdasarkan latar belakang dan berbagai penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk menguji dan mengkaji sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Profesionalisme Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Terhadap Kualitas Audit Pada Inspektorat Kota Gorontalo”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh profesionalisme Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kota Gorontalo. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Data Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menguji adanya pengaruh antara variabel X dengan variabel Y, dalam penelitian ini yaitu variabel X (profesionalisme)
dan variabel Y (kualitas audit). Penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari suatu variabel, dalam hal ini variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.
Penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel
dependen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh professionalime sebagai variabel independen terhadap kualitas audit pada Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) di Inspektorat Kota Gorontalo sebagai variabel dependen. Setelah data penelitian dinaikkan skala ukurannya menjadi skala interval/ratio, maka tahap selanjutnya adalah diolah dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji regresi dan uji korelasi linear sederhana. Sistematika dari pengolahan ini, maka langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan uji normalitas data untuk kedua variabel untuk mengetahui tes yang instrumen yang digunakan apakah berdistribusi normal atau tidak. Kemudian dalam uji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan rumus regresi dan korelasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi linear sederhana. Penggunanaan teknik ini karena dalam penelitian ini hanya digunakan satu variabel terikat (Kualitas audit) dan satu variabel independen (profesionalisme Aparat Pengawas Intern Pemerintah) HASIL PENELITIAN Menganalisis Pengaruh Profesionalisme Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Terhadap Kualitas Audit dengan menggunakan metode analisis data regresi linear sederhana. Uji Kualitas Instrumen Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen dalam penelitian ini dapat dianalisis dengan pengujian validitas dan reliabilitas, untuk melihat apakah data yang digunakan dalam penelitian ini valid dan reliabel dapat dilihat pada sub bagian berikut ini: Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan atau mengukur sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam penelitian ini untuk mengukur validitas digunakan coefisien correlation pearson product moment (sugiono, 2009) yaitu dengan menghitung korelasi antara score masing-masing butir pertanyaan dengan totol score. Adapun kriteri pengujian validitas adalah dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel.
Jika,
rhitung > rtabel berarti Valid, sebaliknya rhiutng < rtabel berarti tidak Valid
Responden dalam penelitian ini berjulah 18 orang, berdasarkan responden tersebut, maka nilai r
tabel
adalah 0,468. Berdasarkan hasl uji validitas dapat diketahui, bahwa pada variabel kualitas audit semua item yang digunakan valid, hal ini sebagaimana terlihat dari nilai rhitung dari semua item pertanyaan lebih besar dari nilai rtabel yang telah ditentukan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh item pertanyaan yang digunakan tersebut telah menunjukkan tingkat ketepatan yang cukup baik dan dapat digunakan untuk mengukur variabel kualitas audit. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya relatif sama maka alat ukur tersebut reliabel. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai alpha Cronbach jika nilai Alpha melebihi atau sama dengan 0,6 maka pertanyaan variabel tersebut reliabel dan sebaliknya (Ghozali, 2005). Berdasarkan data hasil olahan, diketahui bahwa variabel profesionalime dan kualitas hasi pemeriksaan memiliki status reliabel. Hal ini dikarenakan nilai Alpha Cronbach variabel tersebut lebih besar dari 0,6. Yang artinya instrumen yang digunakan tersebut telah menunjukkan kekonsistenan pengukuran pada semua respondennya. Kondisi
ini juga memberikan arti bahwa
seluruh variabel tersebut dapat digunakan pada analisis selanjutnya. Transformasi Data Data mengenai variabel-variabel penelitian melalui kuisioner adalah data ordinal, sedangkan syarat untuk dapat digunakannya statistik sebagai alat analisis utama dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sekurang-kurangnya data yang berskala interval. Sebelum dianalisis lebih lanjut, data ordinal yang dikumpulkan melalui instrument kuisioner selanjutnya dijadikan data interval melalui method successive interval (MSI). Hasil MSI untuk setiap item pertanyaan dalam setiap variabel dapat dilihat dalam lampiran. Hasil Uji Asumsi Klasik Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi linear sederhana. Adapun sebelum melakukan uji regresi liner sederhana maka data yang digunakan dalam penelitian tersebut harus memenuhi syarat-syarat pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas data dan uji heteroskedastisitas. Untuk hasil pengujian normalitas dan heterokedastisitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Ada dua cara yang dapat digunakan agar dapat mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Pada penelitian ini akan digunakan kedua cara tersebut. Dalam analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Sedangkan dalam analisis statistik dilakukan dengan alat uji kolmogrov smirnov.
Hasil
pengujian normalitas data ditunjukkan dalam histogram dan grafik berikut:
Grafik Histogram Uji Normalitas
Grafik normal probability plot Melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot maka dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memiliki pola distribusi yang tidak melenceng ke-kiri maupun ke-kanan menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Pada grafik normal plot terlihat titik menyebar disetiap garis dan penyebarannya tidak jauh dari garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan, model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Pengujian normalitas data hanya
melihat grafik. Grafik akan menyesatkan apabila tidak melihatnya secara teliti. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan uji normalitas data dengan mengunakan statistik agar data lebih meyakinkan. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji kolmogorov smirnov (Uji K – S). Jika tingkat signifikan lebih besar dari 0,05 maka data itu terdistribusi normal. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka nilai itu berdistribusi tidak normal. Hasil Uji Kolmogorov smirnov pada penelitian ini menunjukkan nilai signifikan = 0,490 untuk variabel profesionalisme dan 0.577 untuk kualitas audit. Dengan demikian, data pada penelitian ini berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk olah data selanjutnya karena nilia sig yang diperoleh lebih besar dari 0.05. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas adalah dengan metode chart (diagram scatterplot), dengan dasar pemikiran bahwa: a.
Jika ada pola tertentu yang beraturan pada titik-titik yang menyebar (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka terjadi heterokedastisitas.
b.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-tttik menyebar ke atas dan di bawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 5: Hasil Pengujian Heterokedastisitas Berdasarkan gambar 5 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak terbentuk satu pola tertentu baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Dengan demikian model regresi tidak menunjukkan adanya gejala heteroskedatisitas. Hal ini berarti model regresi layak digunakan untuk implementasi prediksi kualitas audit. Pengujian Hipotesis Setelah syarat-syarat dalam uji asumsi klasik terpenuhi tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan interpretasi model regresi. Model regresi dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel (X) profesionalisme Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), terhadap variabel dependen kualitas audit (Y). Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16. Secara statistik Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H0
:
Profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit Pada Inspektorat Kota Gorontalo
H1
:
Profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit Pada Inspektorat Kota Gorontalo
1. Persamaan Regresi (Model Regresi) Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 8, maka diperoleh persamaan regresi untuk pmenguji pengaruh profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kota Gorontalo adalah sebagai berikut: Y = 3.890 + 0.570X
Interpretasi dari model analisis regresi di atas adalah sebagai berikut: a. Nilai konstanta sebesar 3.890 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel profesionaliseme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP), maka kualitas audit Inspektorat Kota Gorontalo akan sebesar 3.890. b. Koefisien variabel X sebesar 0.550, menunjukan bahwa profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) berpengaruh positif terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kota Gorontalo. Hal ini berarti jika profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) ditingkatkan, maka akan meningkatkan kualitas audit pada Inspektorat Kota Gorontalo. Peningkatan 1 satuan profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) akan meningkatkan kualitas audit pada Inspektorat Kota Gorontalo sebesar 0.579. 2. Uji Signifikan (Uji-t) Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kota
Gorontalo. Setelah pengujian model dilakukan selanjutnya akan dilaksanakan pengujian signfikansi pengaruh dari variabel X profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) terhadap kualitas audit. uji statistik yang digunakan adalah uji t. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel. Untuk menentukan nilai ttabel ditentukan dengan tingkat signifikan 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel. Kriteria pengambilan keputusan dalam melakukan penerimaan dan penolakan setiap hipotesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel untuk masing-masing koefisien regresi. Jika thitung> ttabel (n-k-1) maka H0 ditolak, artinya H1 diteriam Jika thitung< ttabel (n-k-1) maka H0 diterima, Artinya H1 ditolak 2) Selain kriteria perbandingan thitung dengan ttabel, cara yang kedua yaitu dengan menggunakan kriteria nilai p value (kekuatan koefisien regresi dalam menolak H0). Jika p value< 0,05 maka Ho ditolak dan apabila p value> 0,05 maka H0 diterima. Untuk mendapatkan kesimpulan apakah menerima atau menolak Ho, terlebih dahulu harus ditentukan nilai t-tabel yang akan digunakan. Nilai t-tabel ini bergantung pada besarnya df (degree of freedom) serta tingkat signifikansi yang digunakan. Dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% dan nilai df sebesar n-k-1 = 18-2-1 = 15 diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,75. Hasil analisis pada tabel 8, diperoleh nilai t-hitung untuk variabel profesionalisme adalah sebesar 4,288. Jika dibandingkan dengan nilai ttabel yang hanya sebesar 1,75 maka t-hitung yang diperoleh jauh lebih besar dari nilai t-tebel sehingga Ho ditolak dengan signifikan kurang dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel profesionalisme Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit pada Inspektoat Kota Gorontalo. Interpretasi Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel, dalam hal ini Koefisien digunakan untuk mengetahui seberapa jrauh kemampuan profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) variabel (X) dalam mempengaruhi kualitas audit pada Inspektorat Kota Gorontalo variabel (Y). Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kota Gorontalo tersebut, maka digunakan analisis koeifsien determinasi. Nilai koefisien determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas dalam menjalankan perubahan pada variabel tidak bebas secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai R2 berkisar antara 0< R2 <1. Jika nilai R2 semaikn mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan di atas diperoleh nilai koefisien determinasi R Square (R2) sebesar 0.535. Nilai ini berarti bahwa sebesar 53.5% perubahan kualtias hasil pemeriksaan pada Inspektorat Kota Gorontalo dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme dari Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), sedangkan sisanya sebesar 46.5% dipengaruhi oleh variabel lain. Pembahasan Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik uji t dan Koefisien Determinan R2(R square) setelah sebelumnya dilakukan uji kualitas data, transformasi data dan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas data dan uji heteroskedatisitas. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, penelitian ini mampu membuktikan bahwa profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit Pada Inspektorat Kota Gorontalo. Angka R2 atau Koefisien determinan
dari hasil penelitian ini adalah sebesar 0.535 hal ini berarti 53.5%
kualitas audit dapat dijelaskan oleh profesionalisme APIP, sedangkan 46,5% dijelaskan oleh variabel lain seperti variabel kompetensi, indepensi, motivasi, pengalaman pendidikan dsb. Secara teori, kaulitas audit sangat ditentukan oleh profesionalisme dari aparat pengawas itu sendiri. Berkualitas atau tidaknya hasil pekerjaan seorang Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) akan mempengaruhi kesimpulan akhir dair hasil kinerjanya dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh Inspektorat Kota Gorontalo. Sehingga itu seorang Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dituntut harus
memiliki sikap profesional, agar dapat mengurangi pelanggaran atau penyimpangan yang dapat terjadi pada proses pemeriksan, sehingga profesionalisme merupakan elemen penting yang harus dimiliki oleh seorang Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Soetjipto (2011), berdasakan standar audit profesi audit internal menjelaskan pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Pernyataan standari ni mewajibkan pemeriksa untuk menggunakan kemahirannya secara profesional, cermat dan seksama, memperhatikan integritas, obyektivitas, dan independensi dalam menerapkan kemahiran profesional terhadap setiap aspek pemeriksaannya. Pernyataan standar ini juga mengharuskan tanggungjawab bagi setiap pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan untuk mematuhi Standar Pemeriksaan. Sebagai seorang pemeriksa, memiliki sikap profesional sangatlah penting dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Pentingnya profesionalisme juga tertuang dalam salah satu tujuan strategis BPK RI “Mewujudkan BPK Sebagai Lembaga Pemeriksa Keuangan Negara Yang Independen Dan Professional”. Sikap profesional yang tinggi, yang didukung dengan sikap moral dan etika yang baik akan membantu menciptakan sebuah pencitraan yang baik di masyarakat yang akan menumbuhkan rasa percaya masyarakat terhadap kinerja BPK sebagai lembaga independen, (Jayanti, 2011). Hasil Penelitian ini membuktikan bahwa profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai auditor. Auditor yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Para pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar inilah yang akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini diantarannya Setiawan (2012) melakukan studi empiris pada kantor akuntan publik di Malang dan Surabaya) membuktikan bahwa independensi dan profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit.
Setiawan (2012) mengatakan bahwa
Profesionalisme yang berpengaruh terhadap kualitas audit menunjukkan suatu fenomena bahwa suatu sikap auditor yang profesional dalam melaksanakan tugasnya akan mampu memberikan nilai tambah untuk dapat meningkatkan kualitas audit. Satria (2011) yang melakukan penelitian pada aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah Se-Provinsi Riau. Hasil penelitian secara simultan membuktikan bahwa variabel profesionalisme, independensi, motivasi dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kualitas audi sedangkan secara parsial hanya varabel Kompleksitas Tugas yang tidak berpengaruh terhadap Kualitas Auditor. Hasil yang sama juga dibuktikan oleh Munajah (2010) yang melakukan survei penelitian pada geologi bandung. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan penulis, Pusat Survei Geologi
Bandung telah melaksanakan
profesionalisme audit internal dan kualitas laporan audit internal
dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa profesionalisme audit internal berpengaruh terhadap kualitas laporan audit internal karena seorang audit internal yang profesional akan menghasilkan laporan audit internal yang berkualitas. Jika profesionalisme seorang audit internal semakin baik maka akan menghasilkan laporan audit initernal yang baik pula, demikian juga sebaliknya. Dari hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa profesionalisme dapat mempengaruhi kualitas audit, hal ini dapat kita simpulkan bahwa profesionalisme seorang auditor ataupun aparat pengawan intern pemerintah sangat menentukan kualitas audit yang dilakukan. Jika seorang auditor dapat menjunjung tinggi profesionalismenya, maka kualitas audit yang dihasilkan semakin baik. Artinya auditor dalam menjalankan tugasnya harus memiliki sifat tanggung jawab terhadap pekerjaanya dan berperilaku profesional serta indenpenden tanpa memihak kapada kepentingan siapapun. Apabila seorang auditor melakukan tindakan yang tidak etis, yang tidak dilandasi kejujuran, tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaannya serta tidak profesional dan independen dalam bersikap, maka dikhawatirkan perilaku tersebut akan merusak nama baik profesi, serta kualitas dari hasil kinerjanya dan tentunya akan mengurangi kepercayaan masyarakat. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada Inspektorat Kota Gorontalo, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Kualitas audit sangat ditentukan oleh profesionalisme dari aparat pengawas itu sendiri. Berkualitas atau tidaknya hasil pekerjaan seorang Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) akan mempengaruhi kesimpulan akhir dair hasil kinerjanya dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh Inspektorat Kota Gorontalo. Sehingga itu seorang Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dituntut harus memiliki sikap profesional, agar dapat mengurangi pelanggaran atau penyimpangan yang dapat terjadi pada proses pemeriksan, sehingga profesionalisme merupakan elemen penting yang harus dimiliki oleh seorang Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
2.
Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai auditor. Auditor yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Para pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar inilah yang akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Jika seorang auditor dapat menjunjung tinggi profesionalismenya, maka kualitas audit yang dihasilkan semakin baik, auditor dalam menjalankan tugasnya harus memiliki sifat tanggung jawab terhadap pekerjaanya dan berperilaku profesional serta indenpenden tanpa memihak kapada kepentingan siapapun. Apabila seorang auditor melakukan tindakan yang tidak
etis, yang tidak dilandasi kejujuran, tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaannya serta tidak profesional dan independen dalam bersikap, maka dikhawatirkan perilaku tersebut akan merusak nama baik profesi, serta kualitas dari hasil kinerjanya dan tentunya akan mengurangi kepercayaan masyarakat. Saran Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian menunjukan bahwa profesionalime dapat mempengaruhi kualitas audit pada Inspektorat Kota Gorontalo. Sehingga itu disarankan kepada Inspektorat Kota Gorontalo agar : 1.
Lebih meningkatkan perhatiaannya kepada profesionaliseme Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Untuk meningkatkan profesionalisme perlu dilakukan langkah-langkah seperti pemberian pendidikan pelatihan dan pemahaman yang kuat terhadap kode etik dan standar audit.
2.
Pemberian kesempatan kepada para pemeriksa dan juga auditor untuk meningkatkan kualitasnya dengan melanjutkan studi formal yang tentunya akan mendorong terwujudnya tingkat kualitas personal pemeriksan yang memadai. Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan serupa, sebaiknya melakukan
penelitian dengan sampel wilayah yang lebih luas lagi, tidak hanya Inspektorat kota Gorontalo, tapi bisa meneliti di seluruh Inspektorat pemerintah daerah kota/kabupaten Provinsi Gorontalo. Selain itu diharapkan dapat menggali faktor-faktor lain yang terkait dengan profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dan kualitas auditor. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2006. Statistik Penelitian. PT Bumi Aksara. Jakarta Ariani Wahyuningsih, Anak Agung Ayu. 2009. Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman Kerja pada Kinerja Auditor. (Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana). Batubara, Rizal Iskandar. 2008. Analisis Pengaruh Latar
Belakang Pendidikan,Kecakapan
Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, Dan Independensi PemeriksaTerhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Bawasko Medan). (Tesis, Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU). Dhika.
On
Seven.
Teori
Kualitas
Audit.Artikel
Dalam
http://shinimonogurui.blogspot.com/2011/01/kualitas-audit.html Efendy. Mohamad Taufik. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah
Kota Gorontalo). Tesis Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Elfarini, Eunike Cristina, 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap
Kualitas
Audit(Studi Empiris Pada KAP dijawa Tengah). (Skripsi, S1. Akuntansi UNNES). Hidayat. M. Taufik. 2011. Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas Auditor Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang). (Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang). Hasan, Iqbal. 2004. Analsis Data Penelitian dengan Statistik. PT Bumi Aksara, Jakarta. Jayanti, A.A. Ayu Sinta. 2011Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pengalaman
Kerja Pada
Profesionalisme Auditor Bpk RI Perwakilan Provinsi Bali. (SkripsiUniversitas Udayana Denpasar). Jusup. Haryono. 2010. Auditing Cetakan Kedua. YKPN. Yogyakarta. Kiranan. Annisa Lucia. 2010. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Laporan Keuangan pada Kantor Akuntan Publik Komisariat Wilayah Bandung. (Skripsi Universitas Komputer Indonesia). http://alumni unikom.ac.id Lusiana. Selvi. 2010. Peranan Etika Profesi Dalam Meningkatkan Profesionalisme Akuntan Publik (Pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Bandung).(Skripsi Universitas Komputer Indonesia). http://alumni unikom.ac.id Mardiasmo. 2004. Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit: Andi Yogyakarta Munajah, Nurheni. 2010. Pengaruh Profesionalisme Audit Internal Terhadap Kualitas Laporan Audit Internal (Pada Pusat Survei Geologi Bandung). (Skripsi Universitas Komputer Indonesia). http://alumni unikom.ac.id Nasutian, Yan Shany Fauzi. 2011. Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal Terhadap Efektifitas Laporan Hasil Pemeriksaan (Studi Kasus Pada Pt Pindad (Persero). Jurnal. Institut Manajemen Telkom Setiawan,. Rendy Adi. 2012. Pengaruh Independensi Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Malang dan Surabaya). (Skripsi Universitas Komputer Indonesia). http://alumni unikom.ac.id Satria. Wira. 2011. Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Motivasi Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah Se-Provinsi Riau. (Jurnal Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universtas Riau)..
Soetjipto. R. Kery, Dan Prawoto Sudikdiono, 2011. Akuntansi Pemerintah RI Reformasi Keuangan Negara. Mitra wacana Media. Jakarta. Sugiono. 2009. Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung. … …….2011. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D, CV Alfabeta,Bandung. Tambunan, Toman Sony, 2010. Pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa Terhadap kualitas hasil pemeriksaan Di inspektorat kabupaten Tapanuli utara (tesis Paska sarjana USU). Widiyanto, Adi kurniawan dan Indrawati Yuhertiana, 2006. Pengaruh Pendidikan, Pengalaman Dan pelatihan Terhadap Profesionalisme Auditor pemerintah Yang Bekerja Pada Badan Pengawas kota Surabaya.Jurnal