Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0199 pp. 118- 127
10 Pages
ANALISIS KINERJA APARAT PENGAWAS INTEREN PEMERINTAH (APIP) DENGAN MENGGUNAKAN BSC PADA INSPEKTORAT ACEH Salman1, Nasir Azis2, Mukhlis Yunus2 1)
Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 2) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Aparat Pengawas Interen Pemerintah (APIP) di Inspektorat Aceh berdasarkan perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Lokasi penelitian ini dilakukan pada Inspektorat Aceh dan yang menjadi objek penelitian ini adalah analisis kinerja Aparat Pengawas Interen Pemerintah (APIP) Dengan Menggunakan BSC Pada Inspektorat Aceh, dengan jumlah responden sebanyak 102 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan bahwa menunjukkan bahwa perspektif finansial (X1), perspektif pelanggan (X2), perspektif proses bisnis internal (X3), dan Pertumbuhan dan Pembelajaran (X4) berpengaruh secara simultan terhadap peningkatan kinerja Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada Inspektorat Aceh, sedangkan secara parsial juga menunjukkan bahwa perspektif finansial (X1), perspektif pelanggan (X2), perspektif proses bisnis internal (X3), dan perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran (X4) berpengaruh secara parsial terhadap peningkatan kinerja Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada Inspektorat Aceh. Pihak Inspektorat Aceh sebaiknya menggunakan konsep Balanced Scorecard untuk mengimplementasikan dan mengintegrasikan perencanaan strategis organisasi dalam melakukan tugas dan fungsinya sehingga akan dicapai kinerja aparatur yang lebih baik lagi. Kata Kunci: Perspektif finansial, Pelanggan, Proses Bisnis Internal, Pertumbuhan dan Pembelajaran dan Kinerja
Penerapan Paradigma Kepemerintahan yang
PENDAHULUAN Dewasa ini kinerja Pemerintah Daerah
baik atau yang lebih dikenal dengan Good
semakin mendapat sorotan masyarakat, sejalah
Governance yang memberikan nuansa peran
dengan hal tersebut Pemerintah dituntut mampu
dan fungsi yang seimbang antara pemerintah,
untuk menunjukkan akuntabilitas kinerjanya
swasta dan masyarakat, dengan prinsip-prinsip
kepada masyarakat sebagai stake holders.
yang mendasarinya antara lain : Transparansi,
Dalam
pelaksanaan
Sistem
Akuntabilitas
Partisipasi,
Kinerja
Pemerintah
Daerah,
Perencanaan
keseimbangan peran dari ketiga pilar tersebut
Strategis
merupakan
langkah
awal
untuk
dapat diterapkan, maka prinsip dasar dari Good
Instansi
Pemerintah
Governance dapat dirasakan oleh pihak-pihak
Strategis
merupakan
yang terkait, hal ini juga memudahkan Institusi
pengukuran Daerah.
Kinerja
Perencanaan
dan
Pemerintah
manusia dan sumber daya lainnya dalam
pemerintahan dan mempertanggungjawabkan
menjawab
kinerjanya kepada masyarakat.
dan
perubahan
lingkungan strategis. Salah satu perubahan lingkungan
strategis
dimaksud
adalah
dalam
Apabila
Integrasi secara holistik antara sumber daya
perkembangan
Daerah
Akuntabilitas.
melaksanakan
Terselenggaranya pemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan prasyarat Volume 2, No. 1, November 2013
- 118
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan
mengenai penerapan Balanced Scorecard pada
kesejahteraan masyarakat yang merupakan
organisasi nirlaba atau pemerintahan (not-for-
tujuan serta cita-cita bangsa. Dalam rangka itu
profit organizations), namun dewasa ini telah
diperlukan
penerapan
ada beberapa peneliti yang mengkaji pada
sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas,
instansi pemerintah atau organisasi publik
terukur
sehingga
termasuk instansi yang mengawasi kinerja
dapat
instansi lain (inspektorat) walaupun sedikit
berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna,
berbeda karena harus menyesuaikan beberapa
bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari
karakteristik khusus. Pada organisasi semacam
korupsi, kolusi dan nepotisme.
ini, keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada
pengembangan
dan
legitimate
penyelenggaraan
Metode banyak
dan
pemerintahan
Balanced
diketahui
dari
Scorecard tulisan
telah
para
ahli
kesuksesan pencapaian misi secara luas dari pada
sekedar
perolehan
keuntungan.
manajemen tentang pentingnya dan manfaat
Pengukuran kinerja instansi pemerintah yang
dari pengukuran kinerja baik untuk individu
juga termasuk Inspektorat didalamnya hanya
maupun untuk organisasi. Ukuran kinerja
melihat pada indikator kinerja yaitu ukuran
digunakan untuk menelusuri dan mengevaluasi
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan
kemajuan kita pada setiap objek yang muncul,
tingkat pencapaian yang akan ditetapkan,
mengarahkan
tindakan
yang
diinginkan,
dikategorikan ke dalam kelompok masukan
memberikan
kontribusi
pada
kesuksesan
(input), keluaran (output), hasil (outcome),
organisasi dan memberikan suatu alat bagi
manfaat (benefit), dan dampak (impacts).
manajemen untuk menentukan kemajuan secara
Ukuran kinerja instansi pemerintah biasanya
menyeluruh pada agenda meraka.
juga dilihat dari kemampuan untuk menyerap
Pengukuran kinerja merupakan alat
anggaran
yang
tersedia
dan
realisasi
yang bermanfaat dalam upaya mencapai tujuan,
keuangannya tanpa memperhatikan aspek yang
melalui pengukuran kinerja dapat dilakukan
lain
proses penilaian terhadap pencapaian tujuan
penting dalam penilaian kinerja seperti aspek
yang telah ditetapkan dan pengukuran kinerja
pelanggan,
dapat memberikan penilaian yang objektif
pertumbuhan
dalam pengambilan keputusan manajemen.
pengukuran kinerja instansi pemerintah yang
Pembahasan mengenai pengukuran kinerja
ada selama ini bisa dikatakan kurang lengkap
dengan menggunakan Balanced Score card
sehingga diperlukan alat analisa lain yang
lebih
kontek
dikenal dengan Balance Scorecard (BSC),
penerapannya pada perusahaan atau organisasi
untuk memperoleh hasil penilaian yang akurat
yang bertujuan mencari laba (profit-seeking
dan bisa menjadi acuan untuk evaluasi atas
organizations), jarang sekali ada pembahasan
kekurangan atau kelemahan selama ini.
119 -
sering
dilakukan
dalam
Volume 2, No. 1, November 2013
yang
sesungguhnya
proses dan
bisnis
sangat
berperan
internal
pembelajaran.
serta Hasil
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Balance Scorecard dan evolusi perkembangan
Rumusan Masalah 1. Bagaimana
kinerja
Aparat
Pengawas
nya sebagai berikut bahwa Balance scorecard
Interen Pemerintah (APIP) di Inspektorat
terdiri
Aceh berdasarkan perspektif keuangan?
(scorecard) dan berimbang (balanced). Pada
2. Bagaimana
kata
yaitu:
kata
skor
tahap eksperimen awal, Balance Scorecard
Interen Pemerintah (APIP) di Inspektorat
merupakan kartu skor yang dimanfaatkan untuk
Aceh berdasarkan perspektif konsumen?
mencatat skor hasil kinerja eksekutif. Melalui
kinerja
Aparat
dua
Pengawas
3. Bagaimana
kinerja
dari
Aparat
Pengawas
kartu skor, skor yang hendak diwujudkan
Interen Pemerintah (APIP) di Inspektorat
eksekutif dimasa depan dibandingkan dengan
Aceh
hasil
berdasarkan
perspektif
bisnis
internal? 4. Bagaimana
kinerja
perbandingan kinerja
Aparat
Pengawas
sesungguhnya. ini
Hasil
dimanfaatkan
untuk
melakukan evaluasi atas kinerja eksekutif.
Interen Pemerintah (APIP) di Inspektorat
Kata
berimbang
Aceh berdasarkan perspektif pembelajaran
menunjukkan bahwa kinerja eksekutif diukur
dan pertumbuhan?
secara
berimbang
dimaksudkan
dari
dua
untuk
perspektif:
keuangan dan non keuangan, jangka pendek Tujuan Penelitian
dan jangka panjang, intern dan ekstem. Oleh
1. Untuk mengetahui kinerja Aparat Pengawas
karena eksekutif akan dinilai kinerja mereka
Interen Pemerintah (APIP) di Inspektorat
berdasarkan kartu skor yang dirumuskan
Aceh berdasarkan perspektif keuangan.
secara berimbang, eksekutif diharapkan akan
2. Untuk mengetahui kinerja Aparat Pengawas
memusatkan perhatian dan usaha mereka pada
Interen Pemerintah (APIP) di Inspektorat
ukuran kinerja non keuangan dan ukuran jangka
Aceh berdasarkan perspektif konsumen.
panjang.
3. Untuk mengetahui kinerja Aparat Pengawas
Konsep balance scorecard berkembang sejalan
Interen Pemerintah (APIP) di Inspektorat
dengan
perkembangan
Aceh berdasarkan perspektif proses bisnis
konsep
tersebut.
internal.
mengalami evolusi pengembangan: 1). Balance
4. Untuk mengetahui kinerja Aparat Pengawas
scorecard
sebagai
pengimplementasian
Balance
scorecard
perbaikan
atas
telah
sistem
Interen Pemerintah (APIP) di Inspektorat
pengukuran kinerja eksekutif, 2). Balance
Aceh berdasarkan perspektif pembelajaran
Scorecard
dan pertumbuhan.
strategik, dan 3). Balance Scorecard sebagai basis
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai
sistem
rerangka
terpadu
perencanaan
pengelolaan
kinerja
personel.
Konsep Balance Scorecard Mulyadi (2007) menguraikan konsep
Pengenalan
Konsep
Personal
Volume 2, No. 1, November 2013
Balance - 120
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala jawab masing-masing orang. Sudah menjadi
Scorecard
suatu
Rampersad (2006) memperkenalkan
tanggung jawab dan kewajiban etis stiap
konsep
terciptanya
orang untuk menjadi diri sendiri dan lebih
perusahaan
proaktif untuk kebaikannya sendiri, orang
kebahagiaan
baru
tentang
karyawan
pada
besar yang selalu tampil unggul, yaitu
yang
konsep hidup yang seimbang didua dunia
tempat dia tinggal. Bagi orang yang bersedia
dimana bahagia dikantor dan dirumah yang
menerimanya,
dijelaskan melalui konsep Personal Balance
(coaching) pribadi yang sejalan dengan
Scorecard (PBS).
metode PBSC adalah proses pembelajaran
Konsep penggabungan
PBS dan
merupakan
penyempurnaan
dari
dicintainya,
negaranya
perbaikan
dan
dan
dunia
pembinaan
batin, dan etika. Perbaikan pribadi dalam metode PBSC adalah proses IQ, kecerdasan
konsep Balance Scorecard yang dicetuskan
emosional
Kaplan & Norton dan 7 Habits of Highly
Memperbaiki kinerja organisasi memerlukan
Effective People yang dipopulerkan oleh
tenaga
Stephen Covey. PBSC merupakan alat yang
bahagia. Konsep PBSC memperkenalkan
efektif bagi manajer untuk membina (coach)
metode untuk menyelaraskan antara ambisi
karyawan agar mencapai integritas serta
pribadi
keselarasan antara kehidupan kerja dengan
merupakan prasyarat agar karyawan dan bekerja
kehidupan diluar kerja. Manfaat dari penempan
dan sungguh-sungguh dan bahagia.
PBSC adalah terjadinya perubahan perilaku
dan
kerja
kecerdasan
yang
dengan
terlibat
ambisi
spiritual.
penuh
bersama
dan
yang
Mengingat begitu krusialnya peran
individu yang membawa efektifitas organisasi,
seorang
peningkatan kinerja dan peningkatan kesadaran
diperlukan adanya suatu metode untuk menilai
diri (self awareness), tanggung jawab pribadi
kinerja mereka secara periodik. Hasil penilaian
dan motivasi.
kinerja ini bisa dijadikan dasar bagi pemilik
Titik berat konsep baru ini adalah
manager
perusahaan
dalam
bagi
perusahan
menentukkan
maka
kebijakan
wawasan mengenai diri sendiri. Wawasan
menyangkut posisi para manajernya juga
mengenai diri sendiri memungkinkan seseorang
kelanjutan usahanya. Penilaian yang biasanya
untuk mengelola kecerdasan emosional dan
digunakan
spiritual,
cakrawala
perspektif keuangan. Baik buruknya kinerja
pengetahuannya. Pengetahuan diri membantu
seorang manajer dilihat dari seberapa besar
seseorang memahami dan menguasai dirinya
keuntungan
sehingga dapat membangun komitmen yang
perusahaan. Jika tingkat labanya tinggi maka
lebih mendalam terhadap tanggung jawab
manajer kinerjanya dianggap baik. Tetapi jika
dirinya (self responsibility). Bagaimanapun
profitabilitasnya rendah maka seorang manajer
juga pengembangan pribadi adalah tanggung
dianggap buruk kinerjanya.
121 -
serta
memperluas
Volume 2, No. 1, November 2013
adalah
yang
penilaian
menggunakan
dihasilkannya
untuk
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Menurut Soni et al, (2002) prinsip ini Konsep
Pengukuran
dalam
Balanced
sangat penting bagi Balanced Scorecard karena prinsip ini membedakan Balanced Scorecard
Scorecard Konsep pengukuran dalam Balanced
dengan konsep-konsep yang lain. Dengan
Scorecard sesuai dengan istilahnya adalah
prinsip
merupakan gabungan antara pencatatan dalam
menjabarkan tujuan dengan baik dalam satu
kartu skor (Scorecard) dan keseimbangan
kesatuan yang terpadu.
(Ballanced) antara dimensi/perspektif usaha
ini
Balanced
Balanced
Scorecard
Scorecard
mampu
merupakan
yang diukur.
ukuran-ukuran yang dipilih secara selectif
Mendefenisikan pengukuran :
sebagai penjabaran dari strategi organisasi.
1). Menentukkan pengukuran individual yang
Dalam arti yang lebih bebas, Scorecard berarti
mendukung strategi perusahaan.
suatu kesadaran (bersama) dimana segala
2). Mengintegrasikan pengukuran dalam sistem
sesuatu perlu diukur. Pengukuran menjadi suatu
manajemen; mengintegrasikan Balanced
hal yang vital sebelum kita melakukan evaluasi
Scorecard dengan struktur formal dan
atau pengendalian atas suatu objek. Objek disini
nonformal,
bisa berarti suatu entitas bisnis, organisasi,
3). Budaya kerja, praktik yang ada dan sumber daya manusia.
korporat, divisi, unit, tim, atau bahkan individu. Sesuatu yang ingin kita kendalikan atau
Meninjau ukuran yang telah ditetapkan dan
evaluasi perlu diukur. Jika suatu entitas bisnis
hasilnya secara terus menerus secara konsiten
perlu dikendalikan, diperlukan tolak ukurnya,
oleh manajer : ketika Balanced Scorecard
maka yang dimaksud sistem pengendalian
sedang berjalan, dan mengevaluasinya dengan
meliputi pengendalian segi entitas bisnis dari
cara melalui pertanyaan antara lain sebagai
level tertinggi hingga level terendah, individu
berikut :
dalam organisasi. Dengan demikian, ketika kita
1) Hubungan yang kurang baik antara hasil
berbicara tentang Balanced Scorecard, dimana
yang
terjadi
dengan
pengukuran
non
finansial yang telah ditetapkan. 2) Laporan yang tidak fleksibel atas hasil finansial 3) Tidak adanya mekanisme untuk usaha kemajuan / peningkatan
terdapat tambahan kata “Balanced” di depan kata “Score”, maksudnya adalah bahwa angka (Grade)
atau
“Score”
tersebut
harus
mencerminkan keseimbangan antara sekian banyak elemen penting dalam kinerja (Olve et al. 1999).
4) Pengukuran yang tidak diperbaharui 5) Beban pengukuran yang berlebihan
Hipotesis
6) Kesulitan dalam menentukan pertukaran
Ha1 :
pekerjaan (trade-off)
Perspektif terhadap
keuangan kinerja
Aparat
berpengaruh Pengawas
Volume 2, No. 1, November 2013
- 122
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Interen
Pemerintah
(APIP)
pada
Inspektorat Aceh. Ha2 :
Perspektif terhadap
dari korelasi ekonomi yang terjadi yang
pelanggan kinerja
Interen
berpengaruh
Aparat
Pemerintah
Pengawas
(APIP)
pada
Inspektorat Aceh. Ha3 :
Ha4 :
Perspektif
Perspektif Finansial (x1), Merupakan ikhtisar
disebabkan oleh pengambilan keputusan Perspektif Pelanggan (x2), Bentuk dari kualitas pelayanan yang diberikan oleh Inspektorat Aceh
proses
bisnis
internal
baik
kepuasan
ketika
melayani
pemeriksaan maupun kepuasan dari mendapat
berpengaruh terhadap kinerja Aparat
reward dari pihak yang diperiksa
Pengawas Interen Pemerintah (APIP)
Proses Bisnis Internal (x3), Proses-proses yang
pada Inspektorat Aceh.
dianggap
Perspektif
pembelajaran
pertumbuhan
berpengaruh
kinerja
Aparat
Pengawas
dan terhadap
paling penting untuk
mencapai
sasaran pelanggan dan pemegang saham. Pembelajaran
dan
Pertumbuhan
(x4),
Interen
Pengukuran perspektif ini memiliki tujuan
Pemerintah (APIP) pada Inspektorat
untuk mendorong organisasi agar dapat menjadi
Aceh.
organisasi
belajar
(learning
organization)
sekaligus untuk mendorong pertumbuhannya. METODE PENELITIAN
Kinerja Aparat (Y), Kinerja pegawai meru-
A. Lokasi dan Objek Penelitian
pakan prestasi kerja yakni perbandingan antara
Lokasi penelitian ini dilakukan pada Inspektorat
hasil kerja yang secara nyata dengan standart
Aceh dan yang menjadi objek penelitian ini
kerja yang ditetapkan dalam melaksanakan
adalah penerapan Balanced ScoreCard sebagai
tugasnya sebagai pegawai.
sistem pengukuran kinerja aparat pengawas intern pemerintah (APIP) pada Inspektorat
VII. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Aceh.
Pengaruh Perspektif Finansial, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal dan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Terhadap Kinerja Aparatur APIP Pada B. Operasional Variabel Inspektorat Provinsi Aceh Pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Nama Variabel Konstanta Perspektif finansial Perspektif pelanggan Perspektif proses bisnis internal Pertumbuhan dan Pembelajaran 123 -
Volume 2, No. 1, November 2013
ß 2,314 0,149 0,117 0,063 0,096
Standar Error 0,092 0,025 0,030 0,021 0,019
thitung
ttabel
Sig.
25,192 5,872 3,904 2,977 5,033
1,973 1,973 1,973 1,973 1,973
0,000 0,000 0,000 0,003 0,000
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Koefisien Korelasi ( R) = 0,810a Koefisien Determinasi (R²) = 0,656 Adjusted (R²) = 0,648 Fhitung = 83,258 Ftabel = 2,423 Sig. F = 0,000 Sumber: Data Primer, 2013 (diolah) Y = 2,314 + 0,149x1 + 0,117x2 + 0,063x3 +
perspektif finansial (X1), perspektif proses
0,096x4
bisnis
Koefisien Regresi () :
pertumbuhan
dianggap konstan.
Dalam penelitian diperoleh nilai konstanta sebesar 2,314. Artinya bilamana faktor perspektif
finansial
dan
(X3),
perspektif
pembelajaran
(X4)
Koefisien regresi perspektif proses bisnis internal (X3) sebesar 0,063. Artinya setiap
perspektif
pelanggan (X2), perspektif proses bisnis
100%
internal
dan
variabel perspektif proses bisnis internal
Pembelajaran (X4), dianggap konstan,
secara relatif akan meningkatkan kinerja
maka kinerja Aparat Pengawas Intern
Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada
Pemerintah pada Inspektorat Aceh, adalah
Inspektorat Aceh sebesar 6,3% dengan
sebesar 2,314 pada satuan skala likert atau
asumsi perspektif finansial (X1), perspektif
kinerja dasar pegawai masih rendah.
pelanggan
Koefisien regresi perspektif finansial (x1)
Pembelajaran (X4) dianggap konstan.
sebesar
(X3),
dan
0,149.
perubahan
Pertumbuhan
Artinya
dalam
setiap
variabel
100%
perspektif
perubahan
Koefisien
(X2),
(perbaikan)
dalam
Pertumbuhan
regresi
Pertumbuhan
dan
dan
Pembelajaran (X4) sebesar 0,096. Artinya
kinerja
setiap 100% perubahan (perbaikan) dalam
Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada
variabel pertumbuhan dan pembelajaran
Inspektorat Aceh sebesar 14,9% dengan
secara relatif akan meningkatkan kinerja
asumsi variabel, perspektif pelanggan (X2),
Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada
perspektif proses bisnis internal (X3),
Inspektorat Aceh sebesar 9,6%, dengan
Pertumbuhan
asumsi variabel perspektif finansial (X1),
finansial
(X1),
internal
akan
meningkatkan
dan
Pembelajaran
(X4)
dianggap konstan.
perspektif
Koefisien regresi perspektif pelanggan
proses
(X2) sebesar 0,117. Artinya setiap 100%
konstan.
pelanggan
bisnis
internal
(X2),
perspektif
(X3)
dianggap
perubahan (perbaikan) dalam variabel perspektif pelanggan secara relatif akan
Koefisien Korelasi dan Determinasi
meningkatkan kinerja Aparat Pengawas
1) Koefisien korelasi (R)
Intern Pemerintah pada Inspektorat Aceh
Berdasarkan dari output komputer di atas
sebesar 11,7% dengan asumsi variabel
maka diperoleh koefisien korelasi dalam Volume 2, No. 1, November 2013
- 124
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala penelitian diperoleh nilai sebesar 0,810
bahwa
dimana dengan nilai tersebut terdapat
menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel
hubungan antara variabel bebas dengan
perspektif finansial (X1), perspektif pelanggan
variabel terikat adalah sebesar 81,0%.
(X2), perspektif proses bisnis internal (X3),
Artinya kinerja Aparat Pengawas Intern
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (X4)
Pemerintah pada Inspektorat Aceh kuat
secara
hubungannya
faktor-faktor
signifikan terhadap peningkatan kinerja Aparat
perspektif
Pengawas Intern Pemerintah pada Inspektorat
perspektif
dengan finansial
(X1),
pelanggan (X2), perspektif proses bisnis
menerima
hipotesis
bersama-sama
alternatif
berpengaruh
dan
secara
Aceh.
internal (X3), dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (X4).
b. Hasil Uji-t
2) Koefisien Determinasi (R²)
1. Perspektif Finansial (X1)
Sementara itu koefisien determinasi yang
Hasil penelitian terhadap variabel perspektif
diperoleh
0,656
finansial (X1) diperoleh nilai thitung sebesar 5,872
Artinya bahwa sebesar 65,6% perubahan-
sedangkan nilai ttabel sebesar 1,973, hasil
perubahan dalam variabel terikat (kinerja
perhitungan ini menunjukkan bahwa thitung >
Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada
ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Inspektorat Aceh) dapat dijelaskan oleh
2. Perspektif Pelanggan (X2)
perubahan-perubahan dalam faktor-faktor
Temuan hasil penelitian terhadap variabel
perspektif
perspektif
perspektif pelanggan diperoleh nilai thitung
pelanggan (X2), perspektif proses bisnis
sebesar 3,904, sedangkan nilai ttabel sebesar
internal (X3), dan perspektif pertumbuhan
1,973, hasil perhitungan ini menunjukkan
dan
bahwa thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi
dengan
nilai
finansial
pembelajaran
sebesar
(X1),
(X4).
Sedangkan
selebihnya sebesar 34,4% dijelaskan oleh
sebesar 0,000.
faktor-faktor lain diluar penelitian ini.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal (X3) Hasil penelitian terhadap variabel perspektif
4.7. Pengujian Hipotesis
proses bisnis internal diperoleh nilai thitung
a. Hasil Uji F (Secara Simultan)
sebesar 2,977, sedangkan nilai ttabel sebesar
Berdasarkan hasil pengujian dari uji
1,973, hasil perhitungan ini menunjukkan
ANOVA atau uji-F (secara simultan) diperoleh
bahwa thitung > ttabel, dengan tingkat signifikansi
Fhitung sebesar 83,258, sedangkan Ftabel pada
sebesar 0,003 atau probabilitas lebih kecil dari
tingkat signifikansi = 5% adalah sebesar
= 5%.
2,423. Hal ini memperlihatkan bahwa Fhitung > Ftabel, dengan tingkat signifikansi 0,000. Hasil perhitungan ini dapat diambil suatu kesimpulan 125 -
Volume 2, No. 1, November 2013
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 4. Perspektif Pertumbuhan dan
proses
Pembelajaran (X4)
Pertumbuhan
dan
Berdasarkan temuan hasil penelitian terhadap
berpengaruh
secara
simultan
terhadap
variabel
peningkatan
kinerja
Aparat
Pengawas
perspektif
pertumbuhan
dan
pembelajaran diperoleh nilai thitung sebesar 5,033
bisnis
internal
(X3),
dan
Pembelajaran
(X4)
Intern Pemerintah pada Inspektorat Aceh.
sedangkan nilai ttabel sebesar 1,973, hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel,
B. Saran – Saran
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
1. Pihak
Inspektorat
Aceh
sebaiknya
menggunakan konsep Balanced Scorecard Kesimpulan dan Saran
untuk
A. Kesimpulan
mengintegrasikan
a. Hasil
penelitian
menunjukkan
mengimplementasikan perencanaan
dan strategis
bahwa
organisasi dalam melakukan tugas dan
perspektif finansial berpengaruh signifikan
fungsinya sehingga akan dicapai kinerja
terhadap
apratur yang lebih baik lagi.
peningkatan
Pengawas
Intern
kinerja
Aparat
Pemerintah
pada
Inspektorat Aceh.
Aceh
meningkatkan
b. Perspektif pelanggan merupakan variabel yang
2. Inspektorat
mempunyai
pengaruh
secara
sebaiknya perspektif
proses
pertumbuhan dan pembelajaran terutama untuk meningkatkan kapabilitas dengan
signifikan terhadap peningkatan kinerja
memberikan
Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada
aparatur secara merata.
Inspektorat Aceh.
lebih
pelatihan
kepada
seluruh
3. Inspektorat Aceh sebaiknya menambah
c. Sedangkan variabel perspektif proses bisnis
serta memperbaharui sistem informasinya
internal juga merupakan variabel yang
agar dapat meningkatkan pengawasan dan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pelayanan administrasi untuk kelancaran
peningkatan
pelaksanaan pengawasan.
kinerja
Aparat
Pengawas
Intern Pemerintah pada Inspektorat Aceh. d. Sementara variabel perspektif pertumbuhan dan pembelajaran juga merupakan variabel yang
mempunyai
terhadap Pengawas
pengaruh
peningkatan Intern
signifikan
kinerja Pemerintah
Aparat pada
Inspektorat Aceh. e. Hasil
penelitian
secara
simultan
menunjukkan bahwa perspektif finansial
DAFTAR PUSTAKA Anwar Prabu Mangkunegara, (2006), Evaluasi Kinerja, Bandung : PT. Rafika Aditama. J. Supranto, (1997), Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, Jakarta: Rineka Cipta. Kaplan, S.R. Norton PD. (2000), Menerapkan strategi Menjadi Aksi Balanced Scorecard, Alih bahasa, Peter R, dkk, Jakarta: Erlangga. Mulyadi, (1999), Strategic Planing Dengan Rerangka Balanced Scorcard, Makaiah Pelatihan Rencana Strategik Rumah Sakit, Jakarta.
(X1), perspektif pelanggan (X2), perspektif Volume 2, No. 1, November 2013
- 126
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Olve, Rohm, dan Howard. (1999), Balanced Scorecard Diagnostik Mempertahankan Kinerja Maksimal, Jakarta : Gramedia. Riduwan, (2004), Metode dan Teknik Penyusunan Tesis, Bandung : Alfabeta. Luis. S, (2007), Step by Step in Cascading Balanced Scorecard to Fungsional Scorecard, Terjemahan Prima A. Biromo, Jakarta : Gramedia. Tjiptono F, (2004), Manajemen Jasa, Yogyakarta : ANDI Tunggal A,W, (2003), Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard, Jakarta : Harvindo. Sembel (2006), Building a Government Balanced &anL’ Phase 2- Implementation and Automation”, http:\\www.balanced scorecard org. Hansen, Don R and Mowen, Maryanne M (2003), Management Accounting, sixth edition, SouthWestern, America. Kaplan, Robert S and Norton, David P (1996), Balanced Scorecard, Jakarta, Erlaga. Rampersad (2006), Commwicating and CcmtroUing Sfrategy.- an Emperiusl Study of the Eflbetiveness of the Balanced Scorecard”, http:\\www.ssrn.cein. Soni et al, (2002), “Performance Measurement Myths in Public Sector”,http:\\www.ssm.com. Robin, Howard (25 Agustus 2004), “A Piilandng Act: Developing and Using Balanced Srecard” htp:\\www.performance-measurementnet Rohm, Howard (25 Agustus 2004), “Impmve Public Sector results iiith A Balanced Scorecarth Nine Steps Th Succcess’ http:\\www.balancedscorecard.org.
127 -
Volume 2, No. 1, November 2013