PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI SEKOLAH GRATIS TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS PLUS AL-MADINAH, CABEAN, SALATIGA 2010 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun oleh ; IMRONAH 111 06 132
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
i
DEKLARASI Bimillahirroahmanirrohim Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran orang lain dalam
referensi
yang
peneliti
cantumkan,
maka
peneliti
sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi. Salatiga, 10 Agustus 2010 Peneliti
Imronah 111 06 132
ii
MOTTO POLA PIKIR LOGIS DAN REALISTIS KUNCI DARI KEBERHASILAN “Lebih baik dari kepela semut daripada menjadi ekor kuda”
خير الناس ينفعه لناس Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain Persembahan Teruntuk Bapak dan Ibu tercinta (Muhyidin dan Siti fatimah) atas perjuangannya dengan cucuran keeringat, banting tulang, kalimah do’a dan kasih sayangnya. Kakak dan adikku tersayang ( Istiqomah dan Istianah) yang telah meberikan motivasi kepada penulis dalam menimba ilmu selama dalam perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini. Untuk yang terkasi dan selalu setia dalam pemberi motivasi dan do’a kepada penulis dalam skripsi ini kakanda Ichwan. Semua keluarga penulis kakek, nenek, bulek, peklek, budhe, pakde. Civitas akademik STAIN Salatiga MTs Plus Al Madinah Cabean Salatiga Teman-teman senasib seperjuangan terlebih untuk sahabatku Mifa, Kukuh, Siti, Atik, Siba, Nazil, Rita, Ulfa, Resti. Sahabat-sahabat PAI angkatan 2006 kelas D, sebagai teman berdialektika diperkuliahan dan teman canda tawa. Buat mas Arif yang selalu membantu saya diwaktu saya butuh solusi.
iii
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Bismillahirrohmanirrohim Dengan menyebut nama Allah dzat yang menguasai seluruh alam,puji dan syukur slalu atasnya,yang slalu memberikan rakmat dan hidayahnya kepada seluruh alam. Sholawat dan salam tercurah pada rosul pilihan dan seorang reformis dunia,Nabi Muhammad Saw.para keluarga,sahabat,serta para umat yang slalu berada dalam tuntunannya,dan slalu mengikuti beliau. Skripsi
yang
berjudul
“PERSEPSI
SISWA
TENTANG
IMPLEMENTASI
SEKOLAH GRATIS TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA STUDI DI MTS PLUS AL MADINAH CABEAN SALATIGA, TAHUN PELAJARAN 2009/2010, ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan material maupun imaterial. Oleh karenanya pada : 1. Yang terhormat Ketua STAIN Salatiga Bpk. DR.Imam Sutomo, M.Ag 2. Yang terhormat Bpk. Drs. Djoko Sutopo, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Ketua jurusan tarbiyah 4. Yang terhormat Ibu Siti Asdikoh M.Si, yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak serta Ibu Dosen semuanya yang telah membimbing dari semester satu dengan selesai masa studi. 6. Bapak Ibu serta kakak dan adik tersayang yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis dalam penyususnan skripsi penulis dan keluarga besar penulis.
iv
7. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang tidak mungkin penulis sebut secara keseluruhan.
Kepada mereka semua penyusun skripsi tidak dapat meberikan balasan apa-apa, kecuali untaian kata terima kasih yang tiada terkira yang diiring do’a dan semoga Semoga amal dan niat baik di terima Allah SWT dan menjadi amal untuk bekal kelak di akhirat.Amin.Harapan penulis semoga skripsi ini menjadi bermanfaat dan berguna bagi kemajuan pendidikan kita.
Salatiga, 10 Agustus 2010 Penulis Imronah NIM 11106132
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..ii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………….iii KATA PENGANTAR…………………………………………………………….iv DAFTAR ISI………………………………………………………………………v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Hipotesis Penelitian E. Kegunaan Penelitian F. Definisi Operasional G. Metode Penelitian 1. Metode Penentuan Objek 2. Metode Pengumpulan Data 3. Metode Analisis data H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. teori Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran 2. Perencnaan Pembelajaran 3. Berbagai pandangan tentang Teori Pebelajaran 4. prinsip-prisip Pembelajaran
vi
5. Prosedur Pembelajaran 6. Metode 7. teknik B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar 2. faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar 3. Fungsi Prestasi Belajar C. Motivasi 1. Pengertian Motivasi 2. Sifat Motivasi D. Persepsi 1. Pengertian Persepsi E. Pengaruh Antara Persepsi Siswa Tentang Sekolah Gratis dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Pada Siswa BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Visi, misi dan tujuan Madrasah 1. Visi Madrasah 2. Misi Madrasah 3. tujuan Madrasah B. Data Sekolah C. Struktur Organisasi Sekoalah D. Daftar guru dan Karyawan E. Rekapitulasi Tugas Guru MTs Plus Al Madinah F. Sarana Prasarana G. Data responden BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama B. Analisis Kedua
vii
C. Analisis Ketiga D. Analisis Keempat
BABA V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Kata Penutup Daftar riwayat hidup
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
; Imronah
Tempat Tanggal Lahir
; Semarang, 3 februari 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Riwayat Pendidikan
: TK
ix
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini di mana perkembangan zaman yang semakin maju menuntut kita untuk tetap eksis di dalamnya. Terutama dalam bidang pendidikan, karena pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dalam kehidupan. Oleh karena itu tanpa adanya pendidikan maka tidak akan ada, proses dan hasil. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan secara umum dan luas yaitu sebagai usaha dasar yang diajukan oleh pendidik melalui bimbingan pengajaran dan latihan untuk tercapainya pribadi yang dewasa dan susila. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Selama ini peraturan tentang wajib belajar sembilan tahun, menegaskan bahwa semua anak usia sekolah dasar (SD sampai SMP) benar-benar bisa memperoleh kesempatan yang sama, baik anak-anak dari golongan kaya maupun rakyat jelata. Akan tetapi salah satu alasan rendahnya partisipasi pendidikan, khususnya pada kelompok miskin, adalah tingginya biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung meliputi antara lain: iuran sekolah, buku, seragam dan alat tulis. Sementara biaya tidak langsung meliputi antara lain: biaya transportasi, kursus, uang saku, dan biaya lain. Amanat Undang-Undang Dasar 1945 bahwasanya anggaran untuk pendidikan adalah 20% dari APBN
2
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Cita-cita dan amanat undangundang tersebut ternyata belum bisa direalisasikan oleh pemerintah, walaupun sudah berganti presiden beberapa kali. Untuk itu, keputusan pemerintah memberikan biaya untuk sekolah gratis membuat semua elemen pendidikan merasa terbantu dalam pembiayaan sekolah gratis. Sekolah gratis membebaskan siswa dari pembayaran SPP dan memperoleh pinjaman buku pelajaran dari perpustakaan sekolah. Pemerintah membayarkan SPP pada sekolah negeri dan swasta, dan menyediakan buku di perpustakaan (Dananjaya, 2005:3). Jadi yang dimaksud sekolah gratis adalah siswa bisa sekolah tanpa kewajiban orang tua membayar apapun (dulu namanya uang sekolah) dan siswa mendapat pinjaman buku dari perpustakaan sekolah. Langkah pemerintah memberikan sekolah gratis sebagai salah satu indikasi keinginan dalam mencerdaskan bangsa dari kemiskinan intelektual, jalan yang ditempuh untuk dijadikan terapi sementara atas tuntutan masyarakat yang berupa perbaikan dalam dunia pendidikan. Langkah tersebut tidak akan sukses tanpa ada partisipasi dari semua elemen pendidikan. Dalam hal lain, salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan adalah motivasi belajar atau semangat belajar siswa. Motivasi siswa ini akan tumbuh dengan beberapa faktor yaitu di antaranya adalah tidak terbebaninya siswa mengenai biaya sekolah. Tidak sedikit anak yang seharusnya hanya mempunyai tugas dan kewajiban sekolah memikirkan biaya sekolah. Banyak juga siswa yang putus sekolah karena biaya sekolah. Dan dengan adanya
3
motivasi belajar siswa yang kuat maka diharapkan prestasi belajar pun akan tercapai. Prestasi belajar adalah hasil dari aktivitas belajar atau hasil dari usaha, latihan dan pengalaman. Prestasi itu dapat tercapai dengan didorongnya beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) yang meliputi faktor jasmaniah, faktor kejiwaan dan faktor kematangan fisik dan psikis. Sedangkan faktor yang selanjutnya yaitu faktor yang berasal dari luar dirinya (eksternal) meliputi faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Permasalahan yang muncul kemudian atas adanya sekolah gratis adalah apakah siswa menjadi termotivasi lebih bersemangat untuk belajar dan prestasi belajarnya meningkat dan apakah siswa paham mengenai sekolah gratis.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis di MTs Plus Al-Madinah, Cabean, Salatiga? 2. Bagaimana motivasi dan prestasi belajar siswa di MTs Plus Al-Madinah, Cabean, Salatiga? 3. Adakah pengaruh persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa di MTs Plus Al-Madinah, Cabean, Salatiga?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis di
4
MTs Plus Al-Madinah, Cabean, Salatiga. 2. Untuk mengetahui motivasi dan prestasi belajar siswa di MTs Plus AlMadinah, Cabean, Salatiga. 3. Untuk mengetahui adanya pengaruh persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa di MTs Plus Al-Madinah, Cabean, Salatiga.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1991: 62). Hipotesis adalah dugaan/ jawaban sementara terhadap ada tidaknya hubungan/ pengaruh antara variabel satu dengan variabel lainnya. Jadi menurut penulis, hipotesis adalah dugaan sementara terhadap ada tidaknya pengaruh variabel satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada sekolah MTs Plus Al-Madinah, Cabean, Salatiga tahun 2009/ 2010”.
E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya pengaruh persepsi siswa tentang implementasi sekolah
5
gratis terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik. 1. Secara Praktis a. Apabila ternyata ada hubungan hal ini akan berarti bagi guru yaitu menambah
wawasan
dan
pengetahuan
dan
dapat
dijadikan
pertimbangan dalam meningkatkan kompetensi atau kemajuan siswa di sekolah. b. Hal ini akan berarti bagi penulis karena dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman. c. Bagi sekolah dapat menjadi wacana untuk mengembangkan kualitas sekolah tersebut. 2. Secara Teoritik Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan pengetahuan dan teori kegunaan.
F. Definisi Operasional Dalam setiap uraian dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, maka penulis menjelaskan beberapa definisi atau istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam penafsiran terhadap definisi atau istilah-istilah yang digunakan. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Persepsi Siswa tentang implementasi Sekolah Gratis Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan
6
(Poerwadarminta, 2006:880). Dalam hal ini adalah bagaimana persepsi atau tanggapan siswa mengenai implementasi sekolah gratis. Indikatornya yaitu: a. Mengetahui atau memahami kegunaan implementasi sekolah gratis. 1) Merasa terbantu dalam biaya ulangan/tes. 2) Merasa terbantu dalam biaya kegiatan ekstrakurikuler. 3) Merasa terbantu dalam biaya kegiatan kerohanian siswa. 4) Merasa terbantu dalam beban biaya kelengkapan LKS. b. Memahami alokasi peruntukan dana implementasi sekolah gratis 1) Merasa terbantu dalam biaya pengembangan potensi siswa 2) Merasa terbantu dalam sekolah biaya bulanan 3) Merasa terbantu dalam beban biaya pembayaran LKS 4) Merasa terbantu dalam beban biaya pembelian buku pelajaran. 2. Motivasi Belajar pada Siswa Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 1991:24). Sedangkan belajar mengandung arti berusaha (berlatih
dan
sebagainya)
supaya
mendapat
suatu
kepandaian
(Poerwadarminta, 2006:121). Motivasi belajar yang dimaksud di sini adalah suatu perbuatan atau tingkah laku diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
7
Adapun indikator-indikator motivasi belajar pada siswa adalah : a. Adanya kemauan belajar sendiri tanpa adanya perintah/paksaan dari orang lain.
b. Adanya kemauan mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh atau serius. c. Adanya kemauan menjalankan tugas yang diberikan. d. Mengerjakan pekerjaan rumah. e. Meminjam buku. f. Membaca buku. g. Membuat rangkuman. h. Membaca rangkuman berulang-ulang. i. Adanya usaha menanyakan sesuatu hal, bila ada kesulitan dalam belajar atau mencari nara sumber. j. Belajar kelompok. k. Menggunakan waktu luang untuk belajar. 3. Prestasi Belajar pada Siswa Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dsb). (Poerwadarminta, 2006:910). Belajar mengandung arti berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat suatu mendapat suatu kepandaian (Poerwadarminta, 2006:121). Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah hasil yang dicapai setelah berusaha.
8
Adapun indikator prestasi belajar adalah nilai rata-rata semester genap.
G. Metode Penelitian 1. Metode Penentuan Objek a. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Efendi, 1995: 152). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MTs Plus Al-Madinah, Cabean, Salatiga. b. Sampel Sampel adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Surakhmad, 1989:93). Suharsimi Arikunto memberikan patokan jika populasinya kurang dari 100 penelitiannya dijadikan penelitian populasi, tetapi jika lebih dari 100 maka diambil sampelnya 10-15% atau sesuai kemampuan (Arikunto: 107). Penulis mengambil sampel sebanyak 50% dari total populasi. c. Teknik Sampling Teori sampling mempunyai dua tugas penting : 1) Mengadakan estimilasi (menaksir) keadaan parametal dari statistik seperti yang baru di bicarakan. 2) Mengadakan penyelidikan apakah perbedaan-perbedaan yang di
9
observasi antara dua sampel (atau lebih) merupakan perbedaan yang meyakinkan ataukah hanya karena faktor kebetulan. Misalnya saja, apakah suatu obat lebih baik dari obat lainnya memerlukan pengetesan apakah perbedaan daya penyembuhan dari dua obat itu ada atau tidak. Sekiranya ada, apakah perbedaan itu cukup meyakinkan atau tidak jika dikenakan pada penduduk yang sangat besar. Proses pengetesan ini di sebut pengetesan sigknifikansi dan hipotesa, hal-hal mana menjadi dasar penting dari pada teori mengambil keputusan (Hadi, 1981: 303). 2. Metode Pengumpulan Data a. Metode Angket Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa. b. Metode Dokumentasi Yaitu cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip, buku, teori, dalil atau hukum yang berhubungan dengan masalah penelitian (Nawawi, 1990:95). Metode ini digunakan untuk mengambil data tentang motivasi dan prestasi belajar siswa. Dengan melihat raport siswa dan gambaran umum mengenai keadaan guru, siswa, dan sarana pembelajaran.
10
3. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis data deskriptif, yaitu data yang ada disusun, dijelaskan dan dianalisis. Dalam hal ini penulis menggunakan metode statistik, yaitu teknik matematik dalam mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisis dalam bentuk angka. Berdasarkan data yang terkumpul, disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisa dengan cara statistik, dengan rumus Chi square sebagai berikut : x = 2
∑
( fo − fh ) 2 fh
x2
: harga chi kuadrat yang dicari
fo
: frekuensi yang ada (frekuensi observasi/ frekuensi sesuai dengan keadaan)
fh
: frekuensi yang diharapkan, sesuai dengan teori (Arikunto, 1990 : 407).
H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan pemahaman dalam penulisan skripsi, maka penulis membuat susunan yang sederhana yakni terdiri dari beberapa bab dan tiap-tiap bab dibagi atas sub bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi
11
operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Landasan Teori, meliputi: 1. Pengertian pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi dan persepsi siswa terhadap sekolah gratis. 2. Motivasi belajar meliputi pengertian motivasi, sifat motivasi, pengertian belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. 3. Prestasi belajar meliputi pengertian prestasi belajar, faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar, fungsi prestasi belajar. 4. Pengaruh persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa. Bab III : Laporan Hasil Penelitian 1. Keadaan umum daerah penelitian, meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis, keadaan sarana dan prasarana, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa serta penyajian data sample siswa MTs Plus Al-Madinah, Cabean, Salatiga. 2. Keadaan khusus meliputi: a. Data responden b. Jawaban angket persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis c. Jawaban angket motivasi belajar Bab IV : Analisis Data, meliputi:
12
1. Analisis pendahuluan 2. Analisis hipotesis Bab V : Penutup 1. Kesimpulan 2. Saran-saran 3. Data penutup Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Daftar Riwayat Hidup
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Pembelajaran 1.Pengertian pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengakapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik:1994:19). Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. Misalnya, tenaga laboratorium, material meliputi bukubuku, papan tulis, dan kapur, fotografis, slide dan film, audio dan video tep. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. 2. Perencanaan Pembelajaran a. Pengertian dan unsur-unsur perencanaan pembelajaran Perencanaan
pembelajaran
merupakan
catatan-catatan
hasil
pemikiran awal seorang guru sebelum mengelola proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi halhal yang perlu harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang antara lain meliputi pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi. Unsur-unsur tersebut tentunya harus mengacu pada silabus yang ada.
13
14
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana pembelajaran yang ada adalah: 1) Berdasarkan kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan sub materi pebelajaran, pengalaman belajar, yang telah dikembangkan didalam silabus. 2) Digunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup (Life Skills) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari ( pendekatan kontekstual). 3) Digunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung. 4) Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan dan dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus. b. Peranan perancanaan Pembelajaran. Keberhasilan
dari
suatu
kegiatan
sangat
ditentukan
oleh
perencanaannya. Apabila perencanaan suatu kegiatan dirancang dengan baik, maka kegiatan akan lebih mudah dilaksanakan, terarah serta terkendali. Demikian pula halnya dalam proses belajar mengajar, agar bisa terlaksan dengan baik, maka diperlukan perencanaan pembelajaran dengan baik pula. Perencanaan pembelajaran berperan sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan dengan efisien dan efektif. Dengan perkataan lain perencanaan pembelajaran berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena
15
itu perencanaan pembelajaran hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan memberi kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikannya dengan respon siswa dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya. c. Prosedur pengembangan perencanaan pembelajaran Dasar utama untuk mengembangkan perencanaan pembelajaran adalah dua dokumen yang dikembangkan dari kurikulum berbasis kompetensi
yaitu
sialabus
dan
sistem
pengujian
hasil kegiatan
pembelajaran berbasis kemampuan dasar. Dengan berbasis dua dokumen tersebut, guru kemudian menentukan strategi pembelajaran yang meliputi 2 pemilihan pendekatan dan pendekatan pembelajaran serta menentukan media yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Untuk keperluan pelaksanan pembelajaran dikelas perlu disusun perencanaan pembelajaran dalam bentuk satuan pembelajaran yang merupakan realisasi pengalaman belajar siswa yang telah ditentukan pada silabus. Komponen satuan pembelajaran meliputi: 1) Identitas mata pelajaran 2) Standar kompetensi dan kemampuan dasar 3) Materi pembelajaran 4) Strategi belajar mengajar (SBM) 5) Media pembelajaran 6) Penilaian dan tindak lanjut 7) Sumber bacaan ( Winarno:2003:4-7).
16
3. Berbagai Pandangan tentang Teori Pembelajaran a. Teori Deskriptif Bruner (dalam Degeng, 1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah deskriptif. Perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Teori pembelajaran menaruh perhatiannya pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar (Budningsih, 2005 : 11). Dengan kata lain, teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses-proses psikologis dalam diri si belajar. (Budningsih, 2005 : 16). b. Teori Behavioristik Aplikasi
teori
behavioristik
dalam
kegiatan
pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti : tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “nimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
17
c. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya Slameto (UKSW) Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teksatau buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks atau buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetya (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran, langkah-langkah tersebut antara lain : 1. Menentukan tujuan pembelajaran 2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini, termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal siswa 3. Menentukan materi pembelajaran 4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan sebagainya. 5. Menyajikan materi pelajaran. 6. Memberikan stimulus, dapat berupa; pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes, kuis, latihan, atau tugas-tugas. 7. Mengamati dan mengaji respons yang diberikan siswa 8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif) ataupun hukuman. 9. Memberikan stimulus baru.
18
10. Mengamati dan mengkaji respons yang diberika siswa. 11. Memberikan penguatan lanjutanatau hukuman. (Budiningsih, 2005: 27-30). d. Teori Kognitif Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berkpikirnya, mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu. 2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit. 3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. 4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
19
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajarn disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. 6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedag dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa. 7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampkuan berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.
Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget adalah : 1. Menentukan tujuan pembelajaran 2. Memilih materi pelajaran 3. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif 4. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya. 5. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir siswa. 6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
20
Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner adalah : 1. Menentukan tujuan pembelajaran. 2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). 3. Memilih materi pelajaran. 4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi). 5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya. 6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang kongkret ke yang abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. 7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel adalah : 1. Menentukan tujuan pembelajaran. 2. Melakukan
identifikasi
karakteristik
siswa (kemampuan
awal,
motivasi, gaya belajar, dan sebagainya). 3. Memilih materi pelajarn sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti. 4. Menentukan topik san menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa. 5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyataatau kongkrit.
21
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa e. Teori Konstruktivistik Pandangan kontruktuvistik mengemukakan bahwa realitas ada pada
pikiran
seseorang
manusia
mengkonstruksi
dan
menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya. Konstruktivitistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan objek dan peristiwa-peristiwa. Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran adalah instrumen penting dalam menginterpretasikan kejadian, objek, dan pandangan terhadap dunia nyata, dimana interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara individual. Pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi dan mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi dengan menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya akan membentuk struktur kognitif baru. Pendekatan konstruktivistik lebih luas dan sukar untuk dipahami. Pandangan ini tidak terlihatpada apa yang dapat diungkapkan kembali untuk apa yang dapat diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan cara menjawab soal-soal tes (sebagai perilaku imitasi) melainkan pada apa yang dapat dihasilkan siswa, mentransformasikan dan ditunjukkannya. Karakteristik pembelajaran konstruktivistik adalah sebagai berikut :
22
1. Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagiankebagian, dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas. 2. Pembelajaran lebih menghargai pada permulaan pertanyaan dan ideide siswa. 3. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer manipulasi bahan. 4. Siswa dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya. 5. Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran. Dengan cara guru menamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui tugas-tugas pekerjaan. 6. Siswa-siswa banyak belajar dan bekerja di dalam group process. (Budningsih, 2005 : 62-64). f. Teori Humanistik Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih dekat denganbidang filasafat, teori kepribadian dan psikoterapi
dari
pada
bidang
pendidikan,
sehingga
sukar
menterjemahkanya ke dalam langkah-langkah yang lebih kongkret dan praktis. Namun sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanistic mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Pemahaman terhadap dirinya serta realisasi diri, pengalaman emosional dan karakteristik khusus dalam merencanakan pembelajaran.
23
Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal tersebut dapat dicapai. Semua komponen pendidikan termasuk bertujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicitacitakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri, untuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya. Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu dirahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistic ini masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakikat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponenkomponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.
24
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa
untuk
berpikir
induktif,
mementingkan
pengalaman,
serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-lagkah pembelajaran dengan pendekatan hunamistik, namun palling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkahlangkah yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Menentukan materi pelajaran 2. Mengidentifikasikan kemampuan awal siswa 3. Mengidentifikasikan topik pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diriataumengalami dalam belajar. 4. Merancang I fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembalajaran. 5. Membimbing siswa secara aktif. 6. Membimbing siswa belajar untuk memahami hakikah makna dari pengalaman belajar. 7. Membimbing siswa membuat konsepyualisasi konsep-konsep baru kesituasi nyata. 8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar (Budianingsih:2005:76-78). g. Teori Sibernetik Teori sibernetik sebagai teori belajar seringkali dikritik karena menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sementara itu
25
bagaimana proses belajar mengajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan pengalaman tersebut maka diasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu mengolah, menyimpan dan mengorganisasikan informasi (Budianingsih, 2005 : 88). Adapun sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah : 1. Menarik perhartian 2. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa 3. Merangsang ingatan pada prasyarat belajar 4. Menyajikan bahan perangsang 5. Memberikan bimbingan belajar 6. Mendorong untuk kerja 7. Memberikan balikan informative 8. Menilai untuk kerja 9. Meningkatkan retensi dan alih belajar (Budianingsih, 2005 : 90).
4. Prinsip-prinsip pembelajaran Terdapat beberapa prinsi yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita. Dalam rasa menanamkan rasa keimanan dan akhlaq terhadap anak, yaitu:
26
a. Motivasi, segala ucapan mempunyai kekuatan yang dapat menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan. Kebutuhan akan pengakuan sosial mendorong seseorang untuk melakukan berbagai upaya kegiatan sosial. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar individu. b. Fokus: upayanya ringkas, langsung pada inti pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapanya, sehingga mudah dipahami. c. Pembicaraanya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya. d. Repetisi: senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimatkalimatnya supaya dapat diingatataudihafal. e. Enalogi langsung: seperti pada contoh perumpamaan orang beriman dengan pohon kurma, sehingga dapat memberikan motivasi,hasrat ingin tahu, memuji atau mencela dan mengasah otak untuk menggerakan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung dan tafakur. f. Memperhatikan
keragaman
anak,
sehingga
dapat
melahirkan
pemahaman yang berbeda dan tidak terbatas satu pemahamam saja dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar tanpa dihinggapi perasaan jenuh. g. Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu: kognitif, emosional, dan kinetik.
27
h. Meperhatikan
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak
(aspek
psikologiatauilmu jiwa). i. Menumbuhkan kreativitas anak dengan mengajukan pertanyaan kemudian mendapat jawaban dari anak yang diajak bicara. j. Berbaur dengan anak-anak, masyarakat dan sebagainya. Tidak eklusif atau terpisah seperti makan bersama mereka. k. Aplikasi lansung memberikan pekerjaan kepada anak yang berbakat. l. Do’a, setiap perbuatan diawali dan diakhiri dengan menyebut nama Allah. m. Teladan, satu kata antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah.
5. Prosedur pembelajaran Perekayasaan proses pembelajaran dapat di desain oleh gur sedemikian rupa. Idielnya kegiatan untuk siswa pandai harus berbeda dengan kegiatan untuk siswa sedang atau kurang walaupun untuk memahami satu jenis konsep yang sama karena stiap siswa mempunyai keunikan masing-masing. Hali ini menunjukkan bahwa pemahaman pada pendekatan, metode, dan tekhnik pembelajaran tidak bisa diabaikan. Istilah pendekatan, metode, dan tekhnik bukanlah hal yang asing dalam agama Islam. Pendangan untuk kata pendekatan adalah “madkhal” metode ada;ah thariqoh dan teknik adalah uslu:b(s:asa:li:b). Pendekatan dapat diartikan sebagai perangkat asumsi berkenaan dengan hakikat dan
28
belajar mengajar agama Islam. Metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajara secara sistematis dan berdasarkan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang dipilih. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan bersifat aksiomatis, metode bersifat prosedural, teknik bersifat operasional. Pengembangan kegiatan belajar mengajar PAI harus diorientasikan pada fitrah manusia yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad, akal dan ruh. Ketiga dimensi dalam diri manusia tersebut haruslah dipelihara agar terwujud keseimbangan(tawazun). Untuk mewujudkan keseimbangan tersebut diperlukan kecepatan dalam menentukan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan. Pada PAI, pemiihan ketiga hal tersebut diorientasikan pada pembiasaan, pelatihan, dan perenungan yang dibantu oleh seorang guru atau pembimbing. Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa dala pendidikan Islam kurang menentukan untuk bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang mampu melekat pada pribadi-pribadi yang kokoh. Titik pendekatan yang selama ini berkmbang adalah lebih pada naturalistik posivistik yang mengacu pada koherensi kognitif daripada bagaimana”perasaan beragama” menyentuh wilayah moral-praksis. Padahal sejauh tidak”menggeser” prinsip-prinsip dan nilainilai keagamaan yang ada dari kebenaran Tuhan, maka perubahan paradigmatis-metodologis dapat dibenarkan sesuai dengan situasi dan kondisi sosial kemasyarakatan, perkembangan ekonomi, fluktuasi politik
29
dan
perkembangan
IPTEK
yang
tidak
mengenal
titik
henti
(Tolkhah:2004:208). Dalam pembelajaran agama Islam kedua pendekatan doktrin religiius dan saintivik empiris harus dijalankan bersamaan dan pendidikan agama yang hanya menekankan pada pendekatan doktrin akan cepat membosankan dan arti fisal. Sedangkan pendekatan saintifik (natural saince maupun behhavioral science) yang tidak diberi muatandoktrin, akan menyebabkan anak didik lupa akan sikap dan pandangan hidup yang sebenarnya. Menurut Tolkhah (2004) ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat kajian lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran agama Islam diantaranya: Pertama, pendekatan psikologis, pendekatan ini perlu dipertimbangkan mengingat aspek psikologis manusia yang meliputi aspek rasional atau intelektual, aspek emosional dan aspek ingatan. Kedua: Pendekatan sosio kultural(social cultural approach). Suatu pendekatan yang melihat dimensi manusia tidak saja sebagai individu melainkan juga sebagai mahluk sosial, budaya yang memiliki potensi yang signifikan bagi pengembangan masyarakat, dan juga mampu mengembangkan sistem budaya dan kebudayaan yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya. Sedangkan menurut Depag (2004) menyajikan konsep pendekatan terpadu dalam pembelajaran agama Islam meliputi:
30
1. Keimanan,
memberikan
peluang
kepada
peserta
didik
untuk
mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sehingga sumber mahluk sejagat ini. 2. Pengamalan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah-masalah dalam kehidupan. 3. Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kegidupan. 4. Rasional, Usaha memberikan peranan pada rasioatauakal peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan sehari-hari. 5. Emosional,
Upaya
mengugah
perasaan
peserta
didik
dalam
mengahayati perilaku yang sesuia dengan ajaran agama dan budaya bangsa. 6. Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (Al Qur’an, keimanan , akhlak, fiqihatauibadah, dan tarikh), dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas sesuai dengan tingkat perkembangannya..
31
7. Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan non agama serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua peserta didik, sebagai cermin manusia berkepribadian agama.
6. Metode Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pelajaran untuk mewujudkan tujuan yang
diterapkan
pembelajaran
berbagai
agama
Islam
pendekatan harus
yang
dipergunakan
dijabarkan
kedalam
dalam metode
pembelajaran PAI yang bersifat prosedural. Bagi segala sesuatu ada metodenya, dan metode masuk surga adalah ilmu. (Majid: 2005: 129-135). Metode apapun yang digunakan oleh pendidik atau guru dalam proses pembelajaran,
yang
perlu diperhatikan
adalah
akomodasi
menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM. Pertama: berpusat kepada anak didik (student oriented) guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada orang anak didik yang sama. Sekalipun mereka kembar. Satu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama, gaya belajar anak didik harus diperhatikan. Kedua: belajar dengan melakukan (learning by doing). Supaya proses belajar itu menyenagkan, guru harus menediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang diajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata. Ketiga: mengembangkan kemampuan sosial, proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai
32
sarana untuk beriteraksi social (learning to live toigether). Keempat: mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin yahu anak didik untuk berfikir
kritis
dan
kreatif.
Kelima:
mengembangkan
kreativitas
keterampilan memecahkan masalah. Proses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan daya imajinasi anak untuk menemukan jawaban terhadap setiap masalah yang dihadapi anak didik. Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran: a. Metode ceramah Metode ceramah merupakan cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama dan kepada anak didik dilakukan secara lisan yang perlu diperhatikan, hendaknya ceramah mudah diterima, isinya mudah dipahami serta mampu menstimulasi pendengar (anak didik) untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar dari isi ceramah yang disampaikan. Dalam proses pembelajaran disekolah, tujuan pembelajaran dengan ceramah adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep, pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak serta luas. Secara spesifik metode ceramah mempunyai tujuan untuk:
33
1. Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah. 2. Menyajikan garis-garis besar isi kandungan pelajaran dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran. 3. Merangsang
peserta
didik
untuk
belajar
mandiri
dan
menumnbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar. 4. Memperkenalkan hal-hal baru yang memberikan penjelasan secara gamblang. 5. Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur yang harus ditempuh peserta didik. Alasan guru menggunakan metode ceramah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan adalah: 1. Anak benar-benar memerlukan penjelasan, misalnya karena bahan baruatau guna menghindari kesalahpahaman. 2. Benar-benar tidak ada sumber bahan pelajaran bagi peserta didik. 3. Menghadapi peserta didik yang banyak jumlahnya dan bila menggunakan metode lain sukar diterapkan. 4. Menghemat biaya, waktu, dan peralatan. b. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang berfikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran. Proses tanya jawab
34
terjadi apabila ada ketidaktahuan akan sesuatu peristiwa dalam proses belajar mengajar. Tanya jawab dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara guru bertanya kepada peserta didikataupeserta didik bertanya kepada guru. Adapun tujuan metode tanya jawab adalah: 1. Mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana kemampuan anak didik terhadap pelajaran yang dikuasainya. 2. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang sesuatu masalah yang belum dicapainya. 3. Memotivasi dan menimbulkan kompetensi belajar 4. Melatih anak untuk berfikir dan berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran yang orisinil. c. Metode Tulisan Metode tulisan adalah metode mendidik anak dengan huruf atau simbol apapun, ini merupakan suatu hal yang sangat penting dan merupakan jembatan untuk mengetahui segala sesuatu yang belum kita ketahui. d. Metode Diskusi Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih, yang masing-masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati,
35
tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjetivitas dan emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang semestinya. Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu (Nana Sujana, 2002). Metode diskusi bertujuan untuk; 1. melatih
peserta
didik
mengembangkan
keterampilan
bertanya,berkomunitasi melatih dan menyimpulkan bahasan. 2. melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional. 3. mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif. 4. mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat. 5.
mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.
6. melatih peserta didik untuk berani berpendapat tentang sesuatu masalah. (Mulyani: 1999:145). e. Metode pemecahan masalah Metode pemecahan masalah ( problem solving) meruakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatkan, menelaah dan berpikir tentang sesuatu masalah untuk selanjutnya untuk menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah.
36
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam problem solving adalah sebagai berikut: 1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. 2. Mencari
dataatauketerangan
yang
dapat
digunakan
untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain. 3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tersebut tentu saja didasarka kepada data yang telah diperoleh. 4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. 5. Menarik kesimpulan, arnya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
f. Metode Kisah Pendidikan dengan metode ini dapat membuka kesan mendalam pada jiwa seseorang (anak didik), sehingga dapat mengubah hati nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan diri dari perbuatan yang buruk sehingga kisahkisah tersebut dilakukan dengan cara yang menyentuh hati dan perasaan. g. Metode perumpamaan
37
Metode perumpamaan (al-amtsal) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat dilakukan dengan mentashbihkan sesuatu (menggambarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang serupa), seperti mengumpamakan sesuatu yang rasional abstrak dengan sesuatu yang di lihat. Dalam membuat perumpamaan disyaratkan ucapan-ucapan itu sebagai penjelas atau tidak semata-mata ucapan yang tidaka ada manfaatnya. Menurut Najib(2002:125) dalam Al Qur’an ditemukan tujuan perumpamaan yang dapat diringkas menjadi enam tujuan, yaitu: Pertama
:Perumpamaan
dapat
mendekatkan
gambaran
yng
diumpamakan dalam pikiran pendengar. Kedua
:Merasa puas dengan satu gagasan tertentu, sehingga kepuasan itu menjadi satu argumen yang kokoh lewat gambaran yang mirip.
Ketiga
:Memberikan motif dengan cara memperindah atau menekut-nakuti.
Keempat
:Memiliki hasrat atau keinginan sehingga setelah hasrat atau keinginan lahir, maka orang akan memeiliki ketetapan hati untuk menerima apa yang disarankan.
Kelima
:Untuk memuji atau mencela juga untuk mengagungkan atau menghinakan.
38
Keenam
:Mengasah
otak
dan
menggerakkan
potensi
pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung dan tafakur. h. Metode pemahaman dan penalaran (Al Ma’rifah wa Al Nazariyah) Metode
ini
dilakukan
dengan
membangkitkan
akal
dam
kemampuan berpikir anak didik secara logis. Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat memahami masalah yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan pikirannya dalam mendata dan menginventarisasi masalah, dengan cara memilih-milih, membuang mana yang salah, meluruskan yang bengkok dan mengambil yang benar. i. Metode perintah berbuat baik dan saling menasehati `Dengan metode ini anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan saling menasehati agar berperilaku benar dan memakan makanan yang halal, dan diperintahkan juga untuk saling menasehati untuk meninggalkan yang salah, yang buruk, dan segala perbuatan yang haram dan semisalnya. Pemberian nasehat atau penyuluhan kepada anak adalah sesuatu yang niscaya untuk memberikan kesadaran dan menggugah perasanan serta kemauan untuk mengamalkan apa yang diajarkan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses bimbingan kepada anak didik sebagai subyek individual
dan
sosial
yang
kompetensinya secara maksimal.
perlu
diaktualisasikan
potensi
dan
39
Metode ini dimaksudkan untuk memotivasi anak didik untuk melakukan yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar. Tentunya dalam memberikan bimbingan ini pendidik harus memperhatikan; karakteristik anak didik ( kompetensi, poteni, bakat, minat, kecerdasan dan sikapnya) dan kondisi lingkungan anak didik (lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat); kemungkinan kemampuan dan keempatan yang dimiliki untuk pembinaan perkembangan anak didik selanjutnya; dan kondisi fisik dan psikis anak didik termasuk yang berkaitan dengan kesulitan-kesulitan emosional
yang
bisa
menghambat
perkembangan
anak
didik
(Tolkhah:2004:214). Wujud dari proses pemberian nasehat kepada anak didik disekolah bisa bersifat: 1. Memelihara (preservative), yakni membantu memelihara dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga anak didik dapat tumbuh berkembang secara optimal. 2. Mencegah (proventif), yakni membantu mencegah terjadinya tindakan anak didik yang kurang efektif dan efisien. 3. Menyembuhkan
(aurative),
yakni
membantu
memperbaiki
kekeliruan yang terjadi. 4. Merehabilitasi (Rehabilitation) yankni, menindak lanjuti sesudah anak didik memperoleh bantuan dan bimbingan untuk diusung ke arah yang baik. (Majid:2005:136-147).
40
j. Metode suri tauladan Uswatun Khasanah, yaitu metode yang dapat diartikan sebagai “keteladanan yang baik”. Dengan adanya keteladananjuga membeikan pendidikan yang tepat. Seorang anak harus memiliki motivasi yang kuat dalam pendidikan (menuntut ilmu), sehingga pendidikan menajadi efektif. Memotivasi anak adalah suatu kegiatan memberi dorongan agar anak bersedia dan mandiri mengerjakan kegiatanatauperilaku yang diharapkan orang tuaatauguru. Anak yang memiliki motivasi akan memungkinkan ia untuk mengembangkan dirinya sendiri. k. Metode Praktek Metode
praktek
dimaksudkan
supaya
mendidik
dengan
memberikan pendidikan yang baik menggunakan alatataubenda, seraya diperagakan dengan harapan anak didik menjadi jelas dan gamblang sekaligus
dapat
mempraktekkan
materi
yang
dimaksud
(Majid:2005:148-153). l.
Metode karya wisata Sejak lama kita telah mengetahui bahwa taman rekreasi dan tamasya mempunyai pengaruh besar dalam mengingatkan fisik dan jiwa. Oleh karena itu orang tuaatauguru berkewajiban mengkhususkan waktunya untuk pergi ketaman rekreasi bersama anaka didiknya. Sangat bermanfaat apabila dalam rekreasi itu ditambahkan hal-hal positif lainnya seperti meberikan penjelasan sejarah, geografi, pembangunan dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi anak-anak pasti dapat merekam dan
41
menyimpulkan dalam ingata mereka semua kenangan indah yang peroleh dari rekreasi yang dinikmatinya sewaktu mereka kecil. Beagam manfaat yang dapat dipetik dari keadaan rekreasi atau karya wiasata, diantaranya: 1. Menyegarkan tubuh, menambah kesehatan dan melakukan terapi penyembuhan atas beberapa penyakit. 2. Melatih anak-anak agar kuat, tahan banting, dan mampu menahan lapar dan dahaga. 3. Para
pembimbing
atau
pendidik
menganjurkan
agar
memperhatikan tingkah laku anak-anak dan sikap mereka dalam menghadapi berbagai hal beragam dan berbeda. m. Pemberian ampunan dan bimbingan Metode ini dilakukan dalam rangka memberi kesempatan kepada anak didik untuk memperbaiki tingkah lakunya dan mengembangkan dirinya. Bimbingan lebih merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam memahami diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaikan diri dengan lingkungannya.(muhamad Sueya:1995:22). Bimbingan dan latihan dilakukan secara bertahap dengan melihat kemapuan yang dimiliki anak-anak kemudian ditngkatkan perlahan-lahan dapat berupa lisan, latihan dan keterampilan. Bimbingan akan tepat apabila disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhann dan minat. Menurut Iwan Prayitno,(2003:420) bimbingan
42
dengan memberikan nasehat perlu memperhatikan cara-cara sebagai berikut: 1. cara memberikan nasehat lebih penting dibandingkan isi atau pesan nasehat yang akan disampaikan. 2. Memelihara hubungan baik antara orang tua dengan anak, guru dengan murid, karena nasehat akan mudah iterima dengan baik. 3. Memberikan nasehat seperlunya dan jangan berlebihan. Nasehat sebaiknya tidak lagsung, akan tetapi juga tidak bertele-tele sehingga anak tidak bosan. 4. Berikan dorongan agar anak bertanggung jawab dan menjalankan isi dari nasehat. n. Metode kerjasama Yang dimaksudkan dengan metode kerjasama ialah upaya saling membantu antara dua orang atau lebih, antara individu dengan individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau menyelesaikan problema yang dihadapi dan atau menggarap berbagai program yang bersifat prospektif guna mewujudkan kemaslakhatan dan kesejahteraan bersama. o. Metode tadris (pentahapan) Metode ini adalah penyampaian secara bertahap sesuai dengan proses perkembangan anak didik. Artinya dilaksanakan dengan cara pemberian materi pendidikan dengan bertahap, sedikit demi sedikit, dan berangsur-angsur.
43
Noeng Muhajir dan Muhaimin (2004) mengelompokkan metode pembelajaran PAI menjadi empat kelompok yaitu; 1) Metode dogmatif 2) metode deduktif 3) metode induktif 4) metode reflektif. Pertama: Metode dogmatis adalah metode untuk mengajarkan nilainilai kepada peserta didik dengan jalan menjalankan menyajikan nilainilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri. Kedua: Metode deduktif adalah cara meyajikan nilai-nilai kebenaran (kebutuhan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik. Ketiga: Metode induktif kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai dimulai dengan mengenakan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut. Keempat: Metode reflektif
adalah merupakan
gabungan dari
penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus-kasus kehidupan sehari-hari, atau dari melihat kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoritiknya yang umum. 6. Teknik Teknik pembelajaran yang berorientasi pada nilai (afektif) ada bermacam-macam diantaranya adalah: Teknik indoktrinasi, teknik moral
44
rea soning, teknik meramalkan konsekuensi, teknik internalisasi.(Noeng Muhajir:1988). Berikut
ini
dijabarkan
prosedur
penggunaan
teknik-teknik
pembelajaran yang berorientasi pada nilai sebagaimana diuraikan Muhaimin (2004:176-179) sebagai berikut: a. Teknik Indoktrinasi Prosedur teknik ini dilakukan melelui beberapa tahap yaitu; 1. Tahap brain wasing, yakni pendidik memulai pendidikan nilai dengan jalan merusak tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi siswa-siswa untuk dikacaukan, sehingga mereka menjadi tidak mempunyai pendirian lagi. 2. Tahap menanamkan fanatisme, yakni pendidik berkewajiban menanamkan ide-ide yang ditanamkannya masuk kepada anak tanpa melalui pertimbangan rasional yang mapan. yang dianggap benar sebagai nilai-nilai yang mapan. Dalam menanamkan fanatisme ini lebih banyak digunakan pendekatan emosional daripada pendekatan rasional. Apabila siswa telah mau menerima nilai-nilai itu secara emosional, barulah ditanamkan doktrin yang sesungguhnya. 3. Tahap peneneman doktrin, pada tahap ini pendidik dapat menggunakan pendekatan emosional, keteladanan pada saat penanaman doktrin ini hanya dikenal adanya satu nilai
45
kebenaran itu tanpa harus mempertanyakan hakikat kebenaran itu. b. Teknik Moral Reasoning Langkah-langkah teknik ini dilakukan dengan jalan: 1. Penyajian dilema moral, paradiktif, dari
tahap ini siswa
dihadapkan dengan masalah nilai yang bersifat kontradiktif, dari yang bersifat sederhana sapai kepada yang komplek. Cara penyajiannya dapat melalui observasi, membaca koran dan sebagainya, mendengarkan sandiwara, melihat film dan lain sebagainya. 2. Pembagian kelompok diskusi setelah disajikan problematika dilema tersebut, kemudian siswa dibagi kedalam beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan hasil pengamatan terhadap dilema moral tersebut. 3. Hasil diskusi kelompok selanjutnya dibawa dalam diskusi kelas dengan tujuan untuk mengadakan klarifikasi nilai, membuat alternatif dan konsekuensinya. 4. Setelah siswa mendiskusikannya secara intensif dan melakukan seleksi nilai yang terpilih sesuai dengan alternatif yang diajukan, selanjutnya siswa mengorganisasikan nilai-nilai terpilih tesebut dalam dirinya, hal ini bisa diketahui melalui pendapat siswa, misalnya melalui karangan-karangannya yang
46
disusun setelah diskusi atau tindakan-tindakan follow up di kegiatan diskusi itu. c. Teknik meramalkan konsekuensi Teknik ini sebenarnya merupakan penerapan dari pendekatan rasional dalam mengajarkan nilai. Dalam arti mepikir kedepan bagi siswa untuk mengandalkan kemampuan berpikir kedepan bagi siswa untuk membuat proyeksi tentang hal-hal yang akan nterjadi dari penerapan suatu nilai tertentu. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Tahap pertama, siswa diberikan suatu kasus melalui cerita, membaca majalah, melihat film atau melihat kejadian-kejadia konkrit dilapangan. 2. Tahap kedua, siswa diberi beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan nilai-nilai yang di lihat, ketahui dan rasakan. 3. Tahap ketiga, Upaya membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam kasus itu dengan nilai yang lain yang bersikap kontradiktif 4. Tahap keempat, adalah kemampuan meramalkan konsekuensinya yang akan terjadi dari pemilihan dan penerapan suatu tata nilai tertentu. d. Teknik Klarifikasi Teknik ini merupakan salah satu cara untuk membantu anak dalam menentukan nilai-nilai yang akan dipilihnya. Dalam teknik ini dapat ditempuh lewat tiga tahap, yaitu:
47
1. Tahap pemberian contoh 2. Tahap mengenal kelebihan dan kekurangan nilai yang telah diketahui oleh siswa lewat contoh-contoh tersebut diatas. 3. Tahap ketiga, mengorganisasikan tata nilai pada diri siswa. e. Teknik internalisasi Kalau teknik teknik ini diatas hanya terbatatas pada pemilihan nilai dengan disertai wawasan yang cukup luas dan mendalam maka dalam teknik internalisasi isi sasarannya sampai kepada tahap pemilikan nilai yang menyatu dalam kepribadian siswa, sampai pada taraf karakterisasi atau mewatak. Tahap-tahap dari teknik internalisasi ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap transformasi nilai 2. Tahap transaksi nilai 3. Tahap transinternalisasi Proses dari transinternalisasi itu dimulai dari yang sederhana sampai yang kompleks, yaitu mulai dari menyimak, menanggapi, memberi nilai, mengorganisasi dan karakterisasi nilai. (Majid2005:155-164).
B. Prestasi belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah suatu pengertian yang terdiri dari rangkaian dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai
48
(dilakukan, dikerjakan, dsb). (Poerwadarminto, 1982 : 108). Sedang belajar adalah “berusaha, (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat suatu kepandaian” (Poerwadarminto, 1982 : 108). Untuk mengetahui pengertian prestasi belajar secara terperinci penulis akan menjelaskan definisi tentang belajar terlebih dahulu. Banyak para ahli memberikan definisi tentang belajar, diantaranya adalah : a. Menurut Elizabeth B. Hurlock “Learning is development that comes from exercise and effort” (Hurlock : 28) Belajar adalah suatu perkembangan sebagai hasil daripada latihan dan usaha. b. Menurut Whiterington Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian (Poerwadarminto, 1988 : 85). c. Menurut Mergan Beliau memberikan definisi belajar adalah : “Setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. (Poerwadarminto, 1988 : 85). Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan dengan melalui
49
usaha dan latihan serta pengalaman secara sadar dan sengaja yang menimbulkan perubahan baru. Dari pengertian tersebut di atas diambil kesimpulan bahwa : prestasi belajar adalah merupakan hasil dari usaha, latihan dan pengalaman serta dipengaruhi oleh faktor eksternal (dari luar diri siswa) dan faktor internal. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu pengenalan baru terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali, artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Adapun faktor-faktor yang dimaksudkan meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) 1) Faktor jasmaniyah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh seperti panca indera yang tidak berfungsi sebagai mana
mestinya.
Seperti
mengalami
sakit,
cacat
tubuh
perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
50
2) Faktor kejiwaan (psikologis) baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh, yang terdiri atas: a. Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, itu kecerdasan, bakat serta faktor kecakapan
nyata, yaitu prestasi yang
dimiliki. (Usman, 1993: 10) b. Faktor non intelektual, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu, seperti sikap kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi , emosi, dan penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik dan psikis Fisik yang matang dan sehat serta dewasa sangat menunjang dalam mencapai prestasi yang diinginkan. b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) 1) Faktor sosial, seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok. 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar. 4) Faktor lingkungan spiritual keagamaan (usman, 1993) lingkungan keagamaan yang religius memberikan kedamaian bagi siswa, sehingga hal itu mendukung siswa dalam mencapai prestasi yang diinginkan.
3. Fungsi prestasi belajar
51
Prestasi belajar terasa penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah diketahui anak didik. b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (equriority) dan merupakan kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, asumsinya adalah bahwa prestasi dapat dijadikan pendorong dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan, indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa. e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan siswa) dalam proses belajar mengajar karena siswa merupakan masalah utama dan pertama. Karena siswalah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum (Arifin, 1990 : 3). Dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas maka betapa pentingnya untuk mengetahui prestasi belajar siswa baik secara
52
perseorangan secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tersebut, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan tertentu. Selain itu juga berfungsi sebagai umpan balik dalam proses belajar mengajar.
C . Motivasi 1. Pengertian Motivasi Secara etimologi, motivasi berasal dari kata motivation yaitu kata benda yang berarti (peng) alasan, daya batin, dorongan, motivasi. (Echolse Sadili, 1976 : 386). Motivasi sering diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi juga diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1997). Menurut Mc. Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang di tandai dengan munculnya “feweling” didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. (Hamalik:1995 : 106). Motivasi
juga
dapat
dikatakan
serangkaian
usaha
untuk
menyediakan kondisi dan tuntutan, sehingga seseorang itu mau dan rajin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka berusaha. Meniadakan atau melakukan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar tetapi motivasi adalah tumbuh dalam diri seseorang. (Sardiman: 1998:102).
53
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah penggerak pada diri seseorang, dimana akan menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirahasiakan atau mendesak. 2. Sifat Motivasi Motivasi dapat dibagi menjadi 2 sifat yaitu: a. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsi, tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1980: 88-89). Motivasi intrinsik ini dikarenakan orang tersebut senang melakukannya, sebagai contoh seorang mahasiswa yang membaca sebuah buku karena ingin mengetahui kisah seorang tokoh dan itu bukan tugas kuliah. Motivasi memang mendorong terus dan memberi
pada
tingkah
laku
setelah
mahasiswa
tersebut
manamatkan sebuah buku, maka ia mencari buku yang lain untuk memahami tokoh yang lain sehingga menimbulkan keinginan yang baru untuk membaca buku yang lain dan mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi. Dengan demikian mahasiswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memilih tujuan menjadi orang yang terdidik dan tujuan itu akan tertuju dengan belajar, karena tanpa belajar tidak
54
mungkin mendapat pengetahuan dan tidak mungkin menjadi seorang yang ahli. b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukan (Sardiman, 1988: 91). Dalam hal ini seseorang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Sebagai contoh siswa yang baru kelas 1 SMP dan belum mengerti manfaat belajar di SMP dan dengan dorongan atau penjelasan dari guru dan wali kelasnya. Maka siswa tersebut belajar giat dan bersemangat sampai lulus SMP dan ingin melanjutkan ke SMA, dan di SMA siswa tersebut belajar dengan rajin dan giat karena ingin melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Dalam contoh di atas, motivasi ekstrinsik membuat mahasiswa yang belajar ikut-ikutan menjadi belajar penuh semangat, belajar dengan hanya berkat informasi dari dosen. Dengan demikian motivasi ekstrinsik bukan berarti tidak baik dan tidak penting dalam kegiatan belajar mengajar, meskipun motivasi tersebut ada karena adanya hadiah dan menghindari hukuman. Karena mungkin dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi mahasiswa dan keadaan mahasiswa berubah-ubah sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
55
Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat mendorong mahasiswa dalam proses belajar mengajar dan itu akan terjadi ada suatu interaksi antara pendidikan dan terdidik, karena dengan adanya dorongan dari pendidikan maka akan dapat memberikan motivasi dan motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik karena mahasiswa tersebut sudah mengetahui betapa pentingnya belajar.
D. Persepsi 1. Pengertian persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkut-paut dengan persepsi sangat penting, karena : a. Makin baik suatu obyek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik obyek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat di ingat. b. Dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat di lakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau tidak relevan.
56
c. Jika dalam mengerjakan sesuatu guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus di buat agar tidak terjadi persepsi yang keliru. Berikut ini beberapa prinsip dasar tentang persepsi dasar tentang persepsi yang perlu di ketahui oleh seorang guru agar ia dapat mengetahui siswa secara lebih baik dan dengan demikian menjadi communicator yang efektif. a. Persepsi itu relatif bukan bersifat absolut Manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Seseorang tidak dapat menyebutkan suatu persis berat suatu benda yang di lihatnya atau kecepatanya sebuah mobil yang sedang di lewat, tetapi ia dapat secara relatif menerka berat berbagai benda atau kecepatan mobilmobil. Dalam hal ini satu benda di pakai sebagai patokan dan bendabenda lain diterka sebagai kurang berat, sama berat atau lebih berat di bandingkan dengan benda yang di pakai sebagai patokan. Begitu juga dengan kecepatan mobil, sebuah mobil yang lewat diperkirakan lebih lambat, sama cepat atau lebih cepat dari mobil yang di pakai sebagai patokan. Dengan hubungannya dengan kerelatifan persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan di rasakan lebih besar dari
57
pada rangsangan yang datang kemudian. Seseorang akan menggigil kedinginan pertama kali ia terjun ke dalam kolam renang. Berdasar kenyataan bahwa persepsi itu relatif, seorang guru dapat meramalkan dengan baik persepsi dari siswanya untuk pelajaran berikutnya karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah di miliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya. b. Persepsi itu selektif Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang di terima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya
dan
ke
arah
mana
persepsi
itu
mempunyai
kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan. Berdasarkan prinsip ini, dalam memberikan pelajaran seorang guru harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu di beri tekanan agar mendapat perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapat menentukan bagian pelajaran yang tidak penting sehingga dapat dihilangkan agar perhatian siswa tidak terpikat pada bagian yang tidak penting ini. Seorang guru juga harus dapat menjaga keadaan lingkungan tempat ia mengajar agar pesan yang datang dari lingkungan tersebut, seperti suara lalu lintas di luar kelas atau suara
58
orang berbicara, tidak menyainggi pesan, yaitu pelajaran yang sedang ia sampaikan. Selanjutnya seorang guru juga harus menjaga agar dalam satu kali penyajian atau pelajaran, ia tidak terlalu banyak menyampaikan hal-hal baru sehingga melebihi batas kemampuan persepsi siswa. c. Persepsi itu mempunyai tatanan Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas. Bagi seorang guru, prinsip ini menunjukkan bahwa pelajaran yang di sampaikan harus tersusun dalam tatanan yang baik. Jika butir-butir pelajaran tidak tersusun baik, siswa akan menyusun sendiri butir-butir pelajaran tersebut dalam hubungan atau kelompok yang dapat di mengerti oleh siswa tersebut dan yang mungkin berbeda dengan yang dikehendaki oleh guru. Hasilnya adalah salah interpretasi atau salah pengertian. d. Persepsi di pengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan) Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan di pilih untuk di terima, selanjutnya bagaimana pesan yang di pilih itu akan di tata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan di interpretasi.
59
Dalam pelajaran ini, guru dapat menyiapkan siswanya untuk pelajaran-pelajaran selanjutnya dengan cara menunjukkan pada pelajaran pertama urutan-urutan kegiatan yang harus di lakukan dalam pelajaran tersebut. Jika pada hari pertama guru mengajak berdoa sebelum pelajaran di mulai , maka dapat di pastikan bahwa pada hari-hari berikutnya siswa akan menanti guru untuk memulai dengan doa sebelum pelajaran mulai. e. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi ini dapat di telusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Bagi seorang guru ini berarti bahwa agar dapat di peroleh persepsi yang kurang lebih sama dengan persepsi yang di miliki oleh kelas lain yang telah di berikan materi pelajaran serupa , guru harus mengunakan metode yang berbeda. Dengan lain perkataan dapat di katakan bahwa tidak ada satupun metode yang akan mampu memberikan hasil yang sama pada kelas atau bahkan orang yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Demikian prinsip-prinsip pokok yang berkaitan dengan persepsi. Prinsip-prinsip pokok ini dapat di jabarkan menjadi sub-sub prinsip yang lebih terinci, tetapi untuk kali ini. Pembicaraan akan di lanjutkan dengan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perhatian.
60
E. Hubungan antara persepsi siswa tentang sekolah gratis dengan motivasi & prestasi belajar pada siswa Sesuai dengan pengertian persepsi siswa tentang sekolah gratis dapat disimpulkan sementara bahwa keadaan ekonomi masyarakat Indonesia yang masih dilanda krisis secara global, termasuk di dalamnya adalah pendidikan. Hal ini menyebabkan pada rendahnya partisipasi masyarakat terhadap pendidikan, terutama dalam menyekolahkan anaknya. Biaya pendidikan yang akhir-akhir ini melambung tinggi menyebabkan anak usia sekolah dasar banyak yang tidak dapat merasakan pendidikan walaupun pada tingkat dasar sekalipun. Dengan adanya bantuan sekolah gratis tentunya merupakan kabar gembira bagi para orang tua yang dulunya merasa kesulitan untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang diinginkan. Begitu juga dengan adanya bantuan sekolah gratis ini bagi orang tua yang telah menyekolahkan anaknya juga meringankan beban orang tua, karena biaya pendidikan untuk anaknya dapat dibebaskan atau bagi sekolah yang elit agak diringankan bebannya. Dalam konteks MTs Sudirman Ngapin Ambarawa yang mayoritas siswanya adalah berasal dari keluarga perekonomiannya kelas bawah, bantuan sekolah gratis ini sangat berarti bagi siswa maupun orang tua siswa tersebut. Latar belakang siswa inilah yang merupakan salah satu daya tarik dalam penelitian ini.
61
Persepsi siswa tentang sekolah gratis akan sangat berpengaruh terhadap responsifitas siswa maupun orang tua dalam pendidikan pembelajaran di sekolah. Sebelum adanya bantuan sekolah gratis banyak ditemukan tentang kasus-kasus yang ironis dalam dunia pendidikan. Banyak anak atau peserta didik yang putus sekolah karena tidak dapat membayar biaya sekolah. Tidak jarang kita melihat anak-anak seusia sekolah dasar yang mengamen di bus, terminal, bahkan ke rumah-rumah atau menjajakan dagangan asongan hanya untuk dapat sekolah mempertahankan hidup. Sebelum adanya bantuan sekolah gratis banyak siswa-siswi yang menunggak bayaran bulanan sekolah yang sampai setengah semester, bahkan ada yang sampai mau lulus sekolah, karena alasan ekonomi orang tua. Sehingga seman gat untuk belajar oleh siswa sangat minim, karena harus memikirkan biaya sekolah yang belum lunas. Setelah ada bantuan sekolah gratis yang tentunya beban biaya untuk sekolah dapat membantu atau terbebaskan, seharusnya
beban
pikiran siswa pun juga bebas dari masalah-masalah biaya sekolah. Yang tadinya siswa tidak semangat untuk belajar karena harus memikirkan beban biaya sekolah, maka dengan adanya bantuan sekolah gratis seharusnya tidak ada lagi alasan untuk tidak bersemangat dan tidak ada lagi alasan untuk tidak menyekolahkan anaknya. Bantuan sekolah gratis seharusnya dapat dijadikan sebagai pencerah dalam dunia pendidikan yang selama ini diabaikan oleh
62
pemerintah. Diakui atau tidak, masalah dana adalah masalah yang sangat crucial dalam pendidikan. Kualitas mutu pendidikan tidak terlepas dari dana yang sangat besar. Secara psikologis tentunya siswa yang dulunya belajar dan harus memikirkan apapun dan ini mengganggu konsentrasi belajar siswa, maka ketika beban tersebut terkurangi seharusnya
juga siswa dapat
berkonsentrasi dalam belajarnya. Biaya sekolah yang sudah dibebaskan tentunya terdapat tuntutan-tuntutan lain dari masyarakat atau pemerintah, yaitu peningkatan mutu pendidikan. Kualitas pendidikan ini akan tercapai kalau guru dan siswa semangat serta berkonsentrasi dalam proses belajar-mengajar di sekolah maupun di rumah. Semangat dan konsentrasi belajar ini sakan muncul ketika sarana prasarana serta fasilitas pendidikan dapat terpenuhi. Bantuan sekolah gratis dalam pelaksanaannya memang sasarannya adalah fasilitas pendidikan, maka diharapkan anggaran yang telah dirancang dan ditetapkan dari pihak sekolah dapat terealisasi dengan baik. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi yang muncul dari diri siswa dengan tanpa paksaan dengan spontan akan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam belajarnya. Maka dalam penjelasan di atas sudah dijelaskan bahwa motivasi belajar siswa berasal dari beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari internal siswa maupun faktor yang berasal dari eksternal. Faktor yang dominan dapat mempengaruhi
63
motivasi belajar siswa adalah faktor eksternal, termasuk di dalamnya adalah masalah fasilitas belajar siswa. Maka oleh sebab motivasi belajar yang tinggi maka secara spontan akan menumbuhkan prestasi belajar siswa.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Visi, misi dan tujuan Madrasah 1. Visi Madrasah. Visi MA Plus Al Madinah adalah sebagai berikut: ’Membentuk generasi masa depan yang memiliki kualitas intelektual, emosional, dan spiritual yang seimbang dengan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan anak yang membebaskan dan life skill yang mumpuni’ 2. Misi Madrasah. Misi yang diharapkan dalam mewujudkan visi MA Plus Al
Madinah
Salatiga sebagai berikut : a. Menyelenggarakan pendidikan gratis yang berkualitas b. Terselenggara pendidikan yang berkualitas c. Terselenggaranya pendidikan yang berbasis tauhid dalam bentuk pesantren d. Memberikan ketrampilan dan life skill untuk para santri dan masyarakat sekitar e. Terbentuknya lulusan yang memiliki kualitas intelektual, emosional, dan spiritual secara proporsional f. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk kelancaran proses belajar mengajar serta kegiatan lainnya
64
65
3. Tujuan Madrasah. Berdasarkan pada visi dan misi Madrasah, maka tujuan yang hendak dicapai sampai tahun 2009 sebagai berikut : a. Rata-rata nilai Ujian Madrasah mencapai 6,5 b.
Dapat menghasilkan manusia yang berakhlak dan berperilaku baik lewat pemberdayaan siswa dapat dijadikan aset Madrasah.
c. Kedisiplinan siswa dapat dijadikan aset Madrasah. d. Menghindarkan
perilaku
yang
menyimpang
(narkoba,
miras,
pergaulan bebas, dan lain-lain). B. Data Sekolah
a. Nama Madrasah
:
b. No. Statistik Madrasah
:
c. Nomor Telepon
:
d. Alamat
MTs Plus Al Madinah
0298 323529 : Jl. KH. Abdul Wahid No. 6
e. Desa/ Kelurahan
:
Cabean / Mangunsari
f. Kecamatan
:
Sidomukti
g. Kabupaten/ Kota
:
Salatiga
h. Propinsi
:
Jawa Tengah
i. Kode Pos
:
50721
j. e-mail
:
[email protected]
k. Tahun Berdiri
:
2007
l. Status Madrasah
:
Swasta
66
m. No. SK Ijin Operasional
:
n. Akreditasi
:
-
o. Madrasah Induk
:
MTs Salatiga
p. Penyelenggara Madrasah
:
Yayasan
q. Organisasi Madrasah
:
r. Nama Pondok Pesantren
:
Yayasan Hidayatullah
Ponpes Almadinah
C. Struktur Organisasi Sekolah Susunan Organisasi MTs Plus Al Madinah Salatiga Tahun Pelajaran 2008/2009 Yayasan ========= Komite
KEPALA MADRASAH Subekti,ST KOORDINATOR TATA USAHA Ristani,A.Ma
Unit Perpustakaan
WAKASEK KURIKULUM Hery Setyawan,S.Kom
WAKASEK KESISWAAN Drs. Mukarom
WAKASEK SAPRAKEU Ristani,A.Ma
WAKASEK HUMAS Slamet Darmono,S.Pd. I
GURU-GURU
SISWA Keterangan :
67
Garis Komando Garis Konsultasi
D. Daftar Guru dan Karyawan 1. Keadaan guru TABEL I Keadaan Guru Mts Al Madinah
Status Kepegawaian
Ijazah Tertinggi No. 1. 2. 3. 4.
Guru Tetap
GTT/PTT
S3/S2 S1 Diploma/D3 D2/D1/SLTA
1 1
12 7
TOTAL
2
19
2. Keadaan Karyawan. Jumlah Karyawan terdiri dari : a. Tata usaha
= 1 orang
b. Pengelola perpustakaan
= 1 orang
c. Staf tata usaha d. Staf perpustakaan
= 1 orang = 1 orang
3. Keadaan Siswa TABEL II Data Siswa Tahun Pelajaran 2008/2009
68
Kls VII VIII IX
Rb Kls 1 1 1
L 5 11 10
P 8 12 9
Jml 13 23 19
E. Rekapitulasi Tugas Guru MTs Plus Al-Madinah TABEL III Rekap Pembagian Tugas Mengajar MTs Plus Al-Madinah Salatiga Semester Genap Tahun Ajaran 2008/2009
No 1 2 3
Nama Guru Subekti, ST Ristani, A.Ma Hery Setiawan,
4
S.Kom Fitri Kurniawati
5
Ningsih, S.Pd Drs. Mukarom
Pelajaran IPA (Kim,Fis ) Penjaskes TIK
MTs VIII 1 2
Jmh
Keterangan
VII 2 2
IX 3 2
6 6
Kep. Mad Kaur TU Kaur
2
2
2
6 Kurikulim
IPA (Kim,Fis) 1
2
3
2
2
1
5
2
6
Fiqih, SKI
Kaur
6
Slamet Darmono,
Bahasa Arab,
2
2
Bahasa jawa PKn
2
2
4
7
S.Pd.I Dzakiratun Ni’mah,
2
2
4
8
S.IP Gatot Supeno
Fiqih, Al’Quran
Erny Yatun, S.Pd
Hadist IPA Biologi
9
Kesiswaan Kaur Keuangan Wali Kelas VIII
6
4
4
10
2
2
2
6
Wali Kelas VII
10
Sri Handayani,
Bhs. Indonesia 4
S.Pd
4
8
69
11 12
Su’udi Sri Sugiarti, S.Pd
Bhs. Indonesia Matematika
4
4
5
14
5
5 4 4 6 3
Wali Kelas 4
5
IX 13 14 15 16 17
Sugiarni, S.Pd.I Alex Arida Solichin, S.Pd.I Rofiah Dian Fitri S, S.Pd
Bahasa Inggris Bahasa Inggris Bahasa Inggris Aqidah BK
18 19 20
Ramlan Siti Izariqoh, A.Md Titis Kiswandani,
Seni Budaya PKn , Bhs Jawa IPS IPS
21
S.Pd Muhamat Nursalin,
4 4 2 1
2 1
2 1
2
2
1 3
5 3 4
4
4
1
5
4
Elektro 2
2
S.Pd.T JUMLAH
122
F. Sarana Prasarana TABEL IV Keadaan Sarana Prasarana
Kondisi
Luas No.
Ruang/Alat
Jumlah 2
(M )
1. 2.
3. 4. 5
Teori/Kelas Laboratorium a. Fisika b. Biologi c. Kimia d. Komputer e. Bahasa Perpustakaan Olahraga Kantor Guru
4
Rusak
Rusak
Ringan
Berat
Baik
V
1
v
1
v
1
v
70
6. 7. 8.
Ruang TU Masjid OHP Komputer
1
dibangun
9. 10. 11. 12.
Guru/Kar Tape Recorder Sound System LCD System
13. 14. 15. 16.
v
KBK/Server Komputer Siswa VCD Organ/Kayboard
3
V
1 1 1
V V V
1
V
10 2
V V
v
G. Data responden
TABEL V Keadaan Data Responden MTs Al Madinah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Ayu Siswanti Adi saputra Amir Hidayat Beni Burnawan Devi Nuryani Dicky Milan Ibnu. F Imam Surono Istiqomah R Jefri Luqman Nur Muhamad Ridwan Nur Isnaini Rina Kismati Rizky Hidayatul Viktor Satria Rangga Soffi Maulani
Jenis Kelamin P L L L P L L L P L L L P P L L P
v
71
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Siti Solikhah Siti Amsuriyah Umar Muhammad Abdul Rozaq Ahmad Junaidi Ali Musthofa Amin Khorudin Azim Ahmad Bangun Sari Hasan Asy’ari Hartadi Khafidz K Kukky Jannata M. arif Maulana M. romdhoni Meiyana wijaya Milantri Mulyani Mira Mauna Jaya Muhlasin Nuryani Ria Wulandari Sawung Safitri Sumarnin Prlisyawati Rilis Setyaningrum Rita fatmawati Sofia N Siti barokah
P P L L L L L L L L L L L L L P P P L P P P L P P P P P
BAB IV ANALISIS DATA
Data yang terkumpul adalah masih berupa data mentah, untuk mengetahui secara lebih mendalam lagi, maka penulis perlu memerlukan analissi data tersebut yaitu: a. Analisis pertama, bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis. b. Analisis kedua, bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa MTs Plus Al- Madinah Cabean, Salatiga. c. Analisis ketiga, untuk membuktikan pengaruh positif persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap motivasi belajar siswa. d. Analisis keempat, bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa MTs Al-Madinah Cabean, Salatiga. e. Analisis kelima, bertujuan untuk membuktikan pengaruh positif persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap prestasi belajar siswa.
A. Analisis pertama Pada tabel berikut penulis sajikan data tentang persepsi siswa terhadap implementasi sekolah gratis. Untuk menentukan klasifikasi atau pengelompokan data tersebut, maka penulis pergunakan rumus sebagai berikut ;
74
75
I = (xi-xr)+1 3 I= (30-10)+1 3 I= 21 3 I= 7 Keterangan : I
= Interval
xi
= Nilai Tertinggi
xr
= Nilai Terendah
Maka kriteria persepsi siswa terhadap implementasi sekolah gratis dapat penulis berikan batasan sebagai berikut: TABEL VII Kriteria Nilai Persepsi Siswa No 1 2 3
Kriteria Sangat Terbantu Sedikit Terbantu Tidak Terbantu
Skor 24-30 17-23 10-16
Simbol A B C
Berdasarkan pada kriteria tersebut, maka secara keseluruhan persepsi siswa terhadap implementasi sekolah gratis dapat dilihat pada tebel berikut ini : Adapun variasi persepsi siswa terhadap implementasi sekolah gratis tersebut dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P= F N
x 100 %
76
Keterangan : P = Prosentase F = frekuensi jawaban responden N = jumlah res Adapun variasi persepsi siswa terhadap implementasi sekolah gratis adalah sebagai berikut : TABEL IX Nilai Prosentase Persepsi Siswa
No 1 2 3
Kriteria persepsi siswa Sangat terbantu Sedikit terbantu Tidak terbantu
F 27 9 9
P 60% 20% 20%
Berdasarakan tabel diatas, maka persepsi siswa terhadap implementasi sekolah gratis pada siswa MTs Al-Madinah Cabean Salatiga tersebut adalah mayoritas kategori sangat terbantu yaitu sebesar 60%, Kemudian dalam kategori sedikit terbantu sebesar 20% dan tidak terbantu sebesar 20%. Implementasinya yaitu mayoritas sangat terbantu. B. Analisis Kedua Pada tabel berikut penulis sajikan data tentang motivasi belajar siswa MTs Al- Madinah cabean, Salatiga tahun pelajaran 2009atau2010. Untuk menentukan tinggi rendahnya motivasi belajar siswa, maka dapat penulis menggunakan rumus sebagai berikut: I = (xi-xr)+1 3
77
I= (30-16)+1 3 I= 15 3 I= 5 Keterangan : I
= Interval
xi
= Nilai Tertinggi
xr
= Nilai Terendah
Maka kriteria tinggi terendah motivasi belajar siswa dapat penulis berikan batasan sebagai berikut:
TABEL XI Kriteria Nilai Motivasi Belajar
No 1 2 3
Kriteria Motivasi tinggi Motivasi sedang Motivasi Rendah
Skor 26-30 21-25 16-20
Simbol A B C
Berdasarkan pada kriteria tersebut, maka motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini : Adapun variasi motivasi belajar siswa tersebut adalah sebagai berikut: TABEL XIII Nilai Prosentase Motivasi Belajar No 1
Kriteria motivasi belajar siswa Tinggi
F 9
P 20%
78
2 3
Sedang Rendah
27 9
60% 20%
Berdasarkan tabel diatas, maka tingkat motivasi belajar siswa adalah bahwa sebagian siswa mwmiliki motivasi sedang sebesar 60%, dan motivasi rendah sebesar 20%.
C. Analisis Ketiga Adapun analisis yang penulis pergunakan berikutnya adalah untuk membuktkan pengaruh positif antara persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap motivasi belajar siswa. Adapun analisis dilakukan dengan teknik chi squere dengan rumus sebagai berikut: x = 2
∑
( fo − fh ) 2 fh
Keterangan : x2
= Lambang chi kuadrat
fo
= Frekuensi yang diperoleh
fh
= Frekuensi yang diharapkan Adapun langkah kerja dalam analisis data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan dan pengkategorian data. 2. Tabel Persiapan TABEL VX Nilai Prosentase Angket Tentang Persepsi Siswa
79
Persepi Siswa Sangat terbantu Sedikit terbantu Tidak terbantu Jumlah
Tinggi 2 2 5 9
Sedang 21 3 3 27
Rendah 4 4 1 9
Jumlah 27 9 9 45
3. Membuat Tabel Kerja Persepsi Siswa Sangat terbantu
Sedikit terbantu
Tidak terbantu
Motivasi belajar fo
(fo-fh)2
2
5,4
-3,4
11,56
Sedang
21
16,2
4,8
23,04
1,42
Rendah Tinggi
4 2
5,4 1,8
-1,4 0,2
1,96 0,04
0,36 0,02
Sedang
3
5,4
-3,4
05,76
1,07
Rendah Tinggi
4 5
1,8 1,8
2,2 3,2
4,84 10,24
2,69 5,69
Sedang
3
5,4
-2,4
5,76
1,07
Rendah
1 45
1,8
-0,8
0,64
0,36 X2= 14,82
( fo − fh ) 2 fh = 14,82
Keterangan : x2
(fo-fh)2
Tinggi
4. Menentukan nilai x2
∑
(fo-fh)
Fh 2,14
Jumlah
x2 =
Fh
= Lambang chi kuadrat
80
fo
= Frekuensi yang diperoleh
fh
= Frekuensi yang diharapkan
5. Uji Signifikasi Harga x2 = 14,82 dikonsultasikan hasil perhitungan ke tabel chi kuadrat pada taraf signifikan 1% U/ U = 45. Harga x2 tabel sebesar 13,3 sehingga nilai x2 hitung lebih besar dari x2 tabel maka Ho ditolak. Berdasarkan pada analisis di atas, maka hipotesis berbunyi : “Ada pengaruh positif persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap motivasi belajar siswa dapat diterima pada taraf signifikan 1%. 6. Interpretasi hasil analisa Dari hasil yang telah diuji, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan x2 tabel, dengan jumlah responden 45 siswa, dengan taraf kepercayaan 99%/ taraf signifikan 1%, diperoleh x2 tabel = 13,3 dan x2 hitung = 14,82 bila dibandingkan ternyata x2 hitung lebih besar dari x2 tabel (14,82 ≥ 13,3). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis dengan motivasi belajar siswa. Berdasarkan perhitungan sangat terbantu, sedikit terbantu, tidak terbantu dalam persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis dan tinggi, sedang, rendah, dalam motivasi belajar siswa pada kelas tinggi dan sedang. Untuk mencari nilai dari jawaban-jawaban angket yang telah diisi siswa dengan kategori siswa yang menjawab A mendapat nilai 3, yang menjawab B
81
mendapat nilai 2, dan yang menjawab C mendapat nilai 1. adapun jumlah siswa yang diambil populasi sebanyak 45 siswa. Berdasarkan hasil nilai angket tentang persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis dengan nilai yang tertinggi 30 & nilai terendah 10. sedangkan untuk mencari nilai tentang motivasi belajar siswa, jika siswa yang memilih jawaban A maka akan mendapat nilai 3, siswa yang menjawab B akan mendapat nilai 2 dan siswa yang menjawab C akan mendapat nilai 1. Berdasarkan nilai hasil angket motivasi belajar siswa diperoleh nilai tertinggi 30, dan nilai terendah 10. Dari hasil temuan, penelitian ini diketahui persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis dan motivasi belajar siswa adalah sangat terbantu akan tetapi motivasi sedang. Oleh sebab itu, maka dalam motivasi belajar perlu adanya dorongan/ daya penggerak yang aktif baik bersifat intrinsik & ekstrinsik. Intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu, sedangkan ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri individu. Untuk menentukan klssifikasi atau pengelompokan data tersebut, maka penulis pergunakan rumus sebagai berikut : I = (xi-xr)+1 3 I= (81-61)+1 3 I= 21
82
3 I= 7 Keterangan : I
= Interval
xi
= Nilai Tertinggi
xr
= Nilai Terendah
Maka kriteria tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat penulis berikan batasan sebagai berikut : TABEL XVII Kriteria Nilai Prestasi Belajar
No 1 2 3
Kriteria
Skor
Simbol
Tinggi Sedang Rendah
75-81 68-74 61-67
A B C
Berdasarkan pada batasan tersebut, maka prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini : Adapun variasi prestasi belajar siswa tersebut adalah sebagai berikut: TABEL XIX Nilai Prosentase Prestasi Belajar
No 1 2 3
Kriteria prestasi belajar siswa Tinggi Sedang Rendah
F 9 27 9
P 20% 60% 20%
83
Berdasarkan tabel diatas, maka tingkat prestasi belajar siswa adalah bahwa sebagian siswa memiliki prestasi tinggi sebesar 20% kemudian prestasi sedang 60% dan prestasi rendah sebesar 20%.
D. Analisis Keempat Adapun analisis yang penulis pergunakan berikutnya adalah untuk membuktikan pengaruh positif antara persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap prestasi belajar siswa. Adapun analisis tersebut dilakukan dengan teknik chi kuadrat (chi2) dengan rumus sebagai berikut: x = 2
( fo − fh ) 2 fh
∑
Keterangan : x2
= Lambang chi kuadrat
fo
= Frekuensi yang diperoleh
fh
= Frekuensi yang diharapkan
Adapun langkah kerja dalam analisis data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan dan pengkategorikan data. 2. Tabel persiapan Persepsi Implementasi Sekolah gratis Sangat terbantu Sedikit terbantu Tidak terbantu
Tinggi 2 2 5
Sedang 22 3 2
Rendah 3 4 2
Jumlah 27 9 9
84
Jumlah
9
27
9
45
3. Membuat tabel kerja
Persepsi Implementasi Sekolah Gratis Sangat terbantu
Sedikit Terbantu
Tidak Terbantu
Prsetasi Tinggi
Fo 2
fh 5,4
(fo-fh) -3,4
(fo-fh)2 11,56
(fo-fh)2/fh 2,14
Sedang
22
16,2
5,8
33,64
2,07
Rendah Tinggi
3 2
5,4 1,8
-2,4 0,2
5,76 0,04
1,07 0,02
Sedang
3
5,4
-2,4
5,76
1,07
Rendah Tinggi
4 5
1,8 1,8
2,2 3,2
4,84 10,24
2,69 5,69
Sedang
2
5,4
-3,4
11,56
2,14
Rendah
2 45
1,8
0,2
0,04
0,02 X = 16,91
4. Menentukan nilai x2 x2 =
∑
( fo − fh ) 2 fh = 16,91
Keterangan : x2
= Lambang chi kuadrat
fo
= Frekuensi yang diperoleh
fh
= Frekuensi yang diharapkan
5. Uji Signifikansi
2
85
Harga x2 =16,91 dikonsultasikan hasil perhitungan ke tabel chi kuadrat pada taraf signifikan 1,% untuk N = 45. Harga x2 tabel sebesar 13,3 sehingga nilai x2 hitung lebih besar dari x2 tabel. Berdasarkan pada analisis di atas, maka hipotesis berbunyi : “Ada pengaruh positif persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap prestasi belajar siswa dapat diterima pada taraf signifikan 1%. 6. Interpretasi hasil analisa Dari hasil yang telah diuji, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan x2 tabel, dengan jumlah responden 45 siswa, dengan taraf kepercayaan 99%/ taraf signifikan 1%, diperoleh x2 tabel = 13,3 dan x2 hitung = 16,91 bila dibandingkan ternyata x2 hitung lebih besar dari x2 tabel (16,91 ≥ 13,3). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis dengan prestasi belajar siswa. erdasarkan perhitungan sangat terbantu, sedikit terbantu, tidak terbantu dalam persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis dan tinggi, sedang, rendah, dalam prestasi belajar siswa pada kelas tinggi dan sedang. Untuk mencari nilai dari jawaban-jawaban angket yang telah diisi siswa dengan kategori siswa yang menjawab A mendapat nilai 3, yang menjawab B mendapat nilai 2, dan yang menjawab C mendapat nilai 1. adapun jumlah siswa yang diambil populasi sebanyak 45 siswa. Berdasarkan hasil nilai angket tentang persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis dengan nilai yang tertinggi 30 & nilai terendah
86
10 sedangkan untuk mencari nilai prestasi belajar siswa saya gunakan daftar nilai .Dengan nilai tertinggi 81,dan nilai terendah 61. Dari hasil temuan, penelitian ini diketahui persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis dan prestasi belajar siswa adalah sangat terbantu akan tetapi prestasi sedang. Oleh sebab itu, maka dalam prestasi belajar perlu adanya daya berusaha dan berlatih agar mendapat suatu kepandaian baik dalam factor diri sendiri maupun dari luar individu.
87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan
kesimpulan
hipotesis
dari
penelitian
ini
bahwan”ada pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis dengan motivasi dan prestasi belajar siswa di MTs Al-Madinah Cabean Salatiga”, maka dari hipotesis tersebut dibuktikan dengan penelitian ternyata dapat diperoleh kesimpulan bahwa “ Terdapat pengaruh positif antara persepsi siswa tentang implementasi sekolah gratis terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa di MTs Al-Madinah Cabean Salatiga tahun pelajaran 2009/2010 dapat diterima pada taraf signifikansi 1%. Signifikansi yang 1% ini dapat disimpulkan bahwa 1% pengaruh positif dari persepsi siswa terhadap motivasi dan prestasi berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa. Dengan hasil seperti maka sekolah harus dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan adanya bantuan sekolah gratis.
B. Saran-saran Berkaitan
dengan
penulisan
skripsi
ini,
maka
penulis
menyampaikan saran-saran kepada beberapa pihak: 1. MTs AL-Madinah Dana alokasi sekolah gratis supaya dapat direalisasikan sesuai dengan RAPBS yang telah direncanakan, karena dengan dana tersebut
88
88
sekolah juga harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa, baik kegiatan ekstra maupun kegiatan yang bersifat kompetensi. 2. Siswa MTs Al-Madinah Plus Cabean Salatiga. Dengan adanya bantuan sekolah grtais seharusnya siswa dapat berkonsentrasi dengan penuh untuk belajar karena tidak lagi dibebani biaya-biaya sekolah, sehingga kalau siswa belajar dengan giat prestasi siswapun meningkat dan kualitas pendidikanpun meningkat.
C. Kata penutup Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah dan petunjuk jalan kebenaran bagi penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat tersusun sebagaimana mestinya. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik bantuan secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada bapak kepala sekolah MTs Al-Madinah Cabean Salatiga. Serta staf beliau yang telah banyak membantu, terlebih bagi siswa-siswi MTs Plus Al-Madinah Cabean Salatiga atas partisipasinya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menganggap skripsi ini jauh dari sempurna, karena dalam skripsi ini masih banyak ditemui celah-celah kelemahan dan kekurangan. Akhirnya penulis mengharap saran, kritik untuk kesermpurnaan skripsi ini selanjutnya semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan dan bagi kita semua.Amin.