PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA PEREMPUAN WIRAUSAHA UMKM AGROINDUSTRI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA PADANG
SITI HERDIANTI ELZA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perempuan Wirausaha UMKM Agroindustri Perikanan Tangkap di Kota Padang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2016 Siti Herdianti Elza NIM H351140291
RINGKASAN SITI HERDIANTI ELZA. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perempuan Wirausaha UMKM Agroindustri Perikanan Tangkap di Kota Padang. Dibimbing oleh RACHMAD PAMBUDY dan BURHANUDDIN. Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu sentra perikanan di pesisir barat pantai Sumatera yang terdiri dari beberapa wilayah. Salah satu wilayah pengembangan perikanan di Provinsi Sumatera Barat adalah Kota Padang. Keberadaan ikan laut hasil tangkapan para nelayan telah memberi peluang adanya usaha pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir hingga wilayah lain yang jauh dari daerah pesisir. Dalam rangka mencapai keberhasilan usaha salah satunya adalah dengan memperhatikan faktor sumber daya manusia yang terkait dengan kewirausahaan. Sebagian besar keberhasilan usaha, khususnya usaha kecil, sangat ditentukan oleh pelaku usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dengan jumlah responden 168 perempuan wirausaha. Analisis yang digunakan yaitu analisis kuantitatif menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Pengolahan data kuantitatif menggunakan Lisrel 8.30. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap antara lain (1) perempuan wirausaha responden pada umumnya berada pada umur produktif yaitu berkisar antara 40-55 tahun, (2) tingkat pendidikan sebagian besar adalah lulusan SMA, (3) pendapatan yang diperoleh sebagian besar + Rp 5 juta per bulan, (4) perempuan wirausaha respoden pada umumnya telah menikah dan memiliki anak, (5) perempuan irausaha memiliki pengalaman yang lama dalam menjalankan usaha rata-rata 1120 tahun, (6) seluruhnya memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pelaku usaha agroindustri perikanan, (7) kegiatan pengolahan sebagian besar bersifat tradisional didominasi oleh kegiatan pengeringan atau penggaraman sebanyak 57 persen responden. Pada penelitian ini menggunakan model pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usaha. Terdapat empat variabel laten yaitu faktor individu, faktor lingkungan, perilaku kewirausahaan dan kinerja usaha. Hasil penelitian menunjukkan faktor individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan dengan koefisien pengaruh (𝛽=0.21). Faktor individu yang paling dominan mempengaruhi faktor perilaku kewirausahaan adalah pengalaman dengan muatan faktor ( 𝜆 ) sebesar 1.00. Hal ini menunjukkan faktor individu berperan penting terhadap peningkatan perilaku kewirausahaan. Dukungan tersebut berupa pendidikan, motivasi berprestasi, modal, serta persepsi terhadap usaha. Faktor lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan dengan koefisien pengaruh ( 𝛾 =0.38). Faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhi perilaku kewirausahaan adalah ketersediaan bahan input dengan muatan faktor (𝜆) sebesar 0.64. Hal tersebut menunjukkan faktor lingkungan berperan penting dalam membentuk faktor individu, perilaku kewirausahaan, dan mempengaruhi kinerja usaha. Dukungan tersebut berupa dukungan penyuluhan dan pelatihan, bantuan modal, serta kekompakkan antar perempuan wirausaha. Faktor perilaku kewirausahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja usaha dengan koefisien pengaruh perilaku kewirausahaan (𝛽 =0.49). Faktor perilaku kewirausahaan yang paling dominan mempengaruhi faktor kinerja usaha adalah ketanggapan terhadap peluang dengan muatan faktor (𝜆) sebesar 0.93. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kewirausahaan berperan penting dalam peningkatan kinerja usaha, sehingga dengan ketekunan, inovatif, keberanian mengambil risiko dan kemandirian dapat meningkatkan kinerja usaha perempuan wirausaha agroindustri perikanan. Kata kunci: kewirausahaan, perempuan wirausaha, Structural Equation Modelling (SEM)
SUMMARY SITI HERDIANTI ELZA. Entrepreneurial Behavior Influence on Performance of Women Entrepreneurial SME Agroindustry Fisheries in Padang City. Supervised by RACHMAD PAMBUDY and BURHANUDDIN. West Sumatra province is a center of fishing on the west coast of Sumatra coast which consists of several areas. One of the areas of fisheries development in West Sumatra province is Padang. The existence of marine fish catch of the fishermen have given their chances of fishery product processing enterprises in coastal areas to other areas away from coastal areas. In order to achieve the business success of one of them is to consider the human factor associated with entrepreneurship. Most of the success of the business, particularly small business, is determined by business actors. This study aimed to analyze the effect of entrepreneurial behavior on the performance of women entrepreneurs’ agroindustrial MSMEs of fisheries in Padang. This study was conducted in March-May 2016, with the number of respondents 168 women entrepreneurs. The analysis used is quantitative analysis using Structural Equation Modelling (SEM). Quantitative data processing using lisrel 8.30. The results of this study indicate the characteristics of women entrepreneurs of MSMEs agroindustrial capture fisheries, among others, (1) female entrepreneurs respondents in general are in the productive age ranged between 40-55 years, (2) the level of education most are high school graduates, (3) the revenue earned most of + Rp 5 million per month, (4) female entrepreneurs in general respondents are married and have children, (5) irausaha women have long experience in running a business an average of 11-20 years, (6) all have a dual role as housewives and agro-industry fishery businesses, (7) the processing activities are largely dominated by the traditional drying or salting activities as much as 57 percent of respondents. In this study, using a model of entrepreneurial behavior influence on the performance of the business. There are four latent variables namely individual factors, environmental factors, entrepreneurial behavior and business performance. The results showed a positive effect of individual factors and significant entrepreneurial behavior with the influence coefficient (β = 0.21). Individual factors most dominant factor influencing entrepreneurial behavior is the experience with the load factor (λ) 1.00. It shows the important role of individual factors to the increase entrepreneurial behavior. Support in the form of education, achievement motivation, the capital, and perceptions of the business. Environmental factors and significant positive effect on entrepreneurial behavior with the influence coefficient (γ = 0.38). The most dominant environmental factors that influence entrepreneurial behavior is the availability of inputs with load factor (λ) 0.64. It shows environmental factors play an important role in shaping the individual factors, entrepreneurial behavior, and affect business performance. Support in the form of extension support and training, the capital, as well as the compactness among women entrepreneurs. Factors entrepreneurial behavior positive and significant effect on the performance of the business with entrepreneurial behavior influence coefficient (β = 0.49). Factors entrepreneurial behavior most dominant factor influencing business performance is the
responsiveness to opportunities with a load factor (λ) 0.93. This shows that entrepreneurial behavior plays an important role in improving business performance, so with perseverance, innovative, risk taking and self reliance can improve business performance of women entrepreneur’s agroindustrial fisheries. Keywords: entrepreneurship, entrepreneurial women, Structural Equation Modelling (SEM)
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA PEREMPUAN WIRAUSAHA UMKM AGROINDUSTRI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA PADANG
SITI HERDIANTI ELZA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Mei 2016 ini ialah kewirausahaan, dengan judul Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perempuan Wirausaha UMKM Agroindustri Perikanan Tangkap di Kota Padang. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Master pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada: 1. Dr Ir Rachmad Pambudy, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Ir Burhanuddin, MM, selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 2. Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MS, selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan kolokium proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik. 3. Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku dosen penguji luar komisi dan Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji perwakilan program studi pada ujian tesis. 4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS, selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Dr Ir Suharno, MADev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, serta seluruh staf Program Studi Agribisnis atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan pada Program Studi Agribisnis. 5. Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang selaku instansi yang memberikan data penunjang pada penelitian, serta perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap selaku responden pada penelitian 6. Penghormatan yang tinggi dan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Papa tercinta Zabendri, SH, Mama tercinta Elfa Zulmaini, SE MPd, Kakak Suci Putri Elza, ST MT, Kakak Mega Mutia Elza, SH MKn, dan Abang Jeply Murdiaman Gucci, ST MT. 7. Sahabat-sahabat S1 tercinta Dinda, SP, Ditya, SP, Eci, SP, Sahabat-sahabat S2 tercinta Fadhlan, MSi, Lola, MSi, Tri, MSi, Emmia, MSi, Achmad, MSi, Firman, cMSi, Sartika cMSi dan teman-teman seperjuangan Magister Sains Agribisnis angkatan 5 atas kerjasama, masukan, bantuan, ilmu, semangat dan kebersamaan yang indah selama mengikuti pendidikan. 8. Serta keluarga besar yang telah memberikan semangat dan do’a. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2016 Siti Herdianti Elza
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 5 7 8 8
2 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Perempuan Wirausaha Perilaku Kewirausahaan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha
9 9 11 14
3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional
16 16 22
4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis Data Variabel dan Pengukuran Analisis Data
24 24 24 25 27
5 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kondisi Kependudukan di Wilayah Pesisir Pengembangan Agroindustri Perikanan
32 32 32 33
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Perempuan Wirausaha |Faktor Individu Faktor Lingkungan Perilaku Kewirausahaan Kinerja Usaha Analisis Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Perempuan Wirausaha terhadap Kinerja Usaha dengan Pendekatan Structural Equation Modelling (SEM) Kecocokan Model Struktural Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Kewirausahaan Perempuan Wirausaha dan Kinerja Usaha
34 34 40 44 48 51
53 57 59
7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
63 63 64
DAFTAR PUSTAKA
64
LAMPIRAN
71
RIWAYAT HIDUP
85
DAFTAR TABEL 1 Distribusi persentase PDRB Kota Padang ADHB menurut lapangan usaha Tahun 2013 2 Produksi perikanan tangkap Kota Padang Tahun 2010 – 2014 3 Volume produk olahan hasil perikanan menurut jenis kegiatan pengolahan Tahun 2014 4 Jumlah perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap berdasarkan jenis kegiatan pengolahan di Kota Padang Tahun 2014 5 Variabel indikator faktor individu (Y1) 6 Variabel indikator faktor lingkungan (X1) 7 Variabel indikator perilaku kewirausahaan (Y2) 8 Variabel indikator kinerja usaha (Y3) 9 Persentase penilaian perempuan wirausaha terhadap faktor individu 10 Persentase penilaian perempuan wirausaha terhadap faktor lingkungan 11 Persentase penilaian perempuan wirausaha terhadap perilaku kewirausahaan 12 Persentase penilaian perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha 13 Hasil uji kecocokkan model (Goodness of Fit) 14 Muatan faktor dan t-hitung variabel manifest 15 Pengujian reliabilitas model pengukuran 16 Evaluasi terhadap koefisien model struktural dan kaitannya dengan hipotesis penelitian 17 Komposisi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha dan kinerja usaha
2 2 3
4 25 26 26 27 41 44 48 51 53 56 60 60 62
DAFTAR GAMBAR 1 Model umum dari perilaku kewirausahaan dan kinerja bisnis 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap
22
23
3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Structural Equation Model (SEM) pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang Sebaran responden menurut umur Sebaran tingkat pendidikan formal respondan Sebaran pendapatan responden Status pernikahan responden Sebaran responden menurut lama pengalaman usaha Peran perempuan wirausaha Jenis kegiatan pengolahan Standarlized loading factor model struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha Nilai t-hitung struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha Standardized loading factor model struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha Nilai t-hitung struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha
31 35 37 37 38 38 40 40 58 59 83 83
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Peta Kota Padang Rumus untuk menghitung construct reliability dan variance extracted Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.30 Standardized loading factor model struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha sebelum di respesifikasi
71 72 73
84
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia memiliki sumberdaya alam hayati yang kaya dan beragam terdiri atas 17 502 buah pulau, dan garis pantai sepanjang 81 000 km dengan luas wilayah perikanan di laut sekitar 5.8 juta Km2. Fakta tersebut menunjukan bahwa prospek pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia dinilai sangat cerah dan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang strategis. Sub sektor perikanan berada di urutan kedua dalam kontribusi PDB Indonesia dalam lingkup sektor pertanian. Sumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan Indonesia dinilai memiliki tingkat keragaman hayati (bio-diversity) paling tinggi. Sumberdaya tersebut paling tidak mencakup 37% dari spesies ikan di dunia (Kementrian Lingkungan Hidup 2015). Di wilayah perairan Indonesia terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi antara lain: tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi, ikan-ikan karang (kerapu, baronang, udang barong/lobster), ikan hias dan kekerangan termasuk rumput laut (Barani 2004).1 Pemanfaatan sumberdaya optimal merupakan sumber dana yang dapat meningkatkan dan menunjang pembangunan negara Indonesia. Salah satu wilayah pengembangan perikanan di Indonesia bagian barat berada di Provinsi Sumatera Barat, tepatnya Kota Padang sebagai sentral perikanan di wilayah tersebut. Hal ini didukung oleh sarana dan prasarana perikanan yang tersedia yakni 2 (dua) pelabuhan perikanan yaitu pelabuhan perikanan samudera (PPS) dan pangkalan pendaratan ikan (PPI). PPS Bungus merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbesar yang berada di wilayah sumatera bagian barat dengan pelayanan terhadap kapal-kapal 30 GT keatas. Sektor perikanan adalah salah satu bagian dari potensi agribisnis yang turut mengembangkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Padang. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang (2015), sumber daya perikanan darat dan laut merupakan modal dasar pembangunan kelautan dan perikanan di Kota Padang. Perikanan laut di Kota Padang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dengan potensi sumberdaya ikan laut sebesar 20 000 ton/tahun (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang 2015). Sektor kelautan dan perikanan sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan, termasuk pengolah hasil ikan dan keluarganya. Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Padang, sumber pendapatan berasal dari 9 lapangan usaha, dimana sektor pertanian menyumbang sebesar 5.7 persen, dengan lapangan usaha perikanan memberikan kontribusi paling tinggi sebesar 60 persen dibandingkan lapangan usaha di bidang pertanian lainnya (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Padang untuk lapangan usaha pertanian didominasi oleh lapangan
1
Barani, Husni Mangga. 2004. Pemikiran Percepatan Pembangunan Perikanan Tangkap Melalui Gerakan Nasional. [Internet]. [diakses pada 18 Januari 2016]. http://tumoutou.net/702_07134/husni_mb.pdf
2 usaha perikanan disebabkan letak Kota Padang yang strategis berada di pesisir pantai barat Sumatera. Tabel 1 Distribusi persentase PDRB Kota Padang ADHB menurut lapangan usaha Tahun 2013 Sektor 1. Pertanian a. Tanaman Pangan b. Perkebunan c. Peternakan dan hasil-hasil d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Jumlah
Presentase 5.70 1.40 0.05 0.81 0.02 3.42 1.66 13.81 1.80 5.25 21.60 24.83 8.47 16.88 100
Sumber: Badan Pusat Stastistik Kota Padang (2014)
Luas wilayah laut Kota Padang adalah 905.04 km2 dengan panjang pantai 64 km (diluar pulau-pulau kecil) dan 99.63 km (termasuk pulau-pulau kecil), dengan jumlah 19 pulau. Dengan potensi tersebut sangat dimungkinkan untuk mengembangkan usaha penangkapan dan budidaya perikanan laut maupun produk turunannya yang memiliki nilai tambah dan merupakan diversifikasi dari hasil perikanan, melalui usaha pengolahan hasil perikanan. Adapun jumlah produksi perikanan tangkap dilihat dari data 5 tahun terakhir menunjukkan terdapat peningkatan pertumbuhan jumlah produksi hasil perikanan, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Produksi perikanan tangkap Kota Padang Tahun 2010 – 2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Produksi Ikan Kota Padang (ton) 18 098.1 18 647.5 18 585.6 20 068.1 20 772.8
Pertumbuhan (%) 2.95 -0.33 7.39 3.39
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang (2014)
Keberadaan ikan laut hasil tangkapan para nelayan telah memberi peluang adanya usaha pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir hingga wilayah lain yang jauh dari daerah pesisir. Usaha pengolahan hasil perikanan saat ini telah dilakukan oleh sebagian masyarakat atau rumah tangga perikanan di Kota Padang, dalam bentuk penggaraman atau pengeringan, penanganan segar dan lainnya (Tabel 3). Pengolahan ikan sangat penting dilakukan karena ikan merupakan
3 komoditas yang tidak tahan lama atau mudah mengalami pembusukan. Untuk itu keberadaan industri perikanan yang dapat mengolah ikan menjadi suatu produk setengah jadi atau produk jadi yang siap dikonsumi oleh konsumen menjadi kian penting. Industrialisasi perikanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sektor Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan penelitian Kurniawan (2013) hasil tangkapan ikan digunakan sekitar 70% sebagai bahan baku ikan olahan, kemudian sisanya yang 30% sebagai produksi ikan basah atau segar yang dijual dalam bentuk segar. Kemudian dari hasil pengolahan, produksi yang dihasilkan hanya sekitar 50% dari bahan baku (rendemen 50%). Tabel 3 Volume produk olahan hasil perikanan menurut jenis kegiatan pengolahan Tahun 2014 No 1 2 3 4
Jenis Kegiatan Pengolahan Penggaraman/pengeringan Pengasapan/pemanggangan Penganganan segar Lainnya Total
Volume (kg) 968 850 24 950 10 000 17 470 1 021 270
Persentase (%) 94.87 2.44 0.98 1.71 100
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang (2014)
Usaha pengolahan ikan di Kota Padang umumnya masih berada dalam skala usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Namun UMKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pada umumnya, usaha mikro dan kecil di Indonesia memiliki keterbatasan sumber daya manusia termasuk aspek kewirausahaan (Bappenas 2004). Oleh sebab itu, untuk mencapai keberhasilan salah satunya adalah dengan memperhatikan faktor sumber daya manusia yang terkait dengan kewirausahaan. Sebagian besar keberhasilan usaha, khususnya usaha mikro kecil menengah, sangat ditentukan oleh wirausahanya. Usaha pengolahan ikan merupakan salah satu usaha yang berkembang dalam skala UMKM. Usaha pengolahan ikan telah menjadi mata pencaharian bagi sebagian masyarakat pesisir Kota Padang terutama kaum perempuan (ibu rumah tangga). Hasil olahan produk perikananpun telah diditribusikan untuk memenuhi kebutuhan baik di Kota Padang maupun di luar Kota Padang seperti yang terjadi pada Kelompok Pengolah Hasil dan Pemasaran Disentral Pasia Nan Tigo. Pendistribusian produk ini menunjukkan adanya kebutuhan pasar yang mampu direspon oleh pelaku usaha pengolah hasil perikanan. Melihat pentingnya peranan industri pengolahan ikan maka diperlukan pelaku usaha yang memiliki perilaku kewirausahaan untuk meningkatkan kinerja usaha industri yang diharapakan dapat membantu pengembangan keberhasilan usaha. Pada usaha mikro, kecil dan menengah agorindustri perikanan tangkap terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh para pelaku usaha seperti permintaan ikan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu dimana pelaku usaha belum bisa memenuhi semua permintaan yang ada. Berdasarkan hasil survei awal di lapangan, masalah yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah agroindustri perikanan tangkap yakni harga bahan baku ikan yang tidak stabil disebabkan kondisi nelayan yang tidak setiap saat menangkap ikan di laut,
4 kelemahan persyaratan untuk mengakses permodalan seperti pinjaman ke bank, penggunaan teknologi pengolahan produk perikanan yang masih sederhana, serta masih lemahnya pendidikan dan kurangnya pelatihan yang diterima oleh para pelaku usaha. Meskipun dalam menjalankan usaha ditemukan beberapa kendala tetapi para pelaku usaha tetap bertahan dan menjalankan usahanya hingga bertahun-tahun. Tabel 4 Jumlah perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap berdasarkan jenis kegiatan pengolahan di Kota Padang tahun 2014 No. Jenis Kegiatan Pengolahan 1 Penggaraman atau pengeringan 2 Pengolahan lainnya Jumlah
Jumlah Perempuan Wirausaha 95 73 168
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang Tahun 2014
Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang (2014) terdapat 168 perempuan wirausaha pada usaha mikro, kecil dan menengah agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang (Tabel 4). Berdasarkan survei awal penelitian masih terdapat beberapa usaha yang berada di Kecamatan Koto Tangah tidak menjalankan kegiatan usahanya disebabkan oleh ketersedian bahan baku dan modal. Padahal peluang bisnis usaha pengolahan ikan begitu besar. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya perbedaan perilaku dalam menjalankan usaha, sehingga menyebabkan tidak berproduksi. Perlu ditelaah faktor yang mendorong dan menghambat pelaku usaha dalam menjalankan usahanya baik faktor yang berasal dari individu perempuan wirausaha ataupun lingkungan yang akan mempengaruhi perilakunya dalam menghasilkan kinerja usaha, sehingga tetap bisa bertahan dalam persaingan usaha ini agar tetap mengembangkan usahanya. Pengembangan usaha hasil produk pengolahan perikanan ke depan, ditentukan oleh faktor sumberdaya manusia (SDM) unggul atau berdaya saing. Sebagaimana disampaikan Pambudy dan Dabukke (2010) bahwa dalam era persaingan sekarang ini, yang bersaing sebenarnya bukan komoditas pertaniannya, tetapi adalah orang-orang yang berada dibalik produk itu. Selanjutnya sumberdaya manusia atau kelompok orang yang paling penting dalam kancah persaingan perdagangan produk pertanian adalah petaninya, pedagangnya, serta pengusahanya. Perilaku kewirausahaan dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam mengamati individu wirausahawan yang memiliki perilaku kewirausahaan yang kuat ataupun lemah. Perilaku kewirausahaan adalah tindakan yang terdiri dari kegiatan mengumpulkan informasi, mengolahnya, identifikasi peluang, pengambilan resiko, mengelola perusahaan baru dan masuk pasar, mencari dukungan finansial, keahlian teknologi dan input lainnya (Fogel et al. 2005). Krisnamurthi (2001) berpendapat bahwa pengembangan perilaku kewirausahaan akan menumbuhkan sikap positif dalam berwirausaha dalam bentuk kemampuan sikap untuk mengendalikan keadaan dan memfokuskan perhatian pada kegiatankegiatan atau hasil yang ingin dicapai. Hal ini disebabkan pelaku usaha yang berperilaku kewirausahaan akan lebih aktif dalam memanfaatkan peluang, inovatif, dan berani mengambil risiko. Berdasarkan pemaparan di atas maka perlu
5 dilakukan penelitian secara lebih mendalam untuk mengetahui perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut serta pengaruh perilaku terhadap kinerja usaha, yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap pengembangan kinerja usaha pengolahan agroindustri perikanan tangkap.
Rumusan Masalah Kota Padang merupakan salah satu daerah sentra hasil perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Barat. Beberapa kaum perempuan yang tinggal di pesisir pantai memilih untuk melakukan kegiatan produktif untuk dapat membantu ekonomi keluarga. Upaya yang dilakukan dengan memberikan nilai tambah terhadap hasil tangkapan ikan dari nelayan. Hal yang melatarbelakangi yakni tuntutan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan permasalahan masih rendahnya lapangan pekerjaan. Dengan menciptakan peluang tersebut para kaum perempuan yang tinggal di pesisir mencoba untuk membantu ekonomi keluarga dengan melakukan kegiatan pengolahan hasil perikanan tangkap. Dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut perempuan wirausaha dihadapkan pada berbagai tantangan, disamping kelemahan-kelemahan yang menghambat peran serta dan partisipasinya dalam membangun ekonomi keluarga. Permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang berdasarkan hasil survei awal di lapangan antara lain ketersediaan bahan baku bersifat musiman, nelayan setempat mengenal 3 musim yakni musim puncak, musim sedang, dan musim penceklik, yang menyebabkan harga bahan baku berfluktuatif, pada saat musim pengangkapan penceklik menyebabkan harga naik dan sebaliknya pada saat musim penangkapan puncak harga rendah, kondisi fluktuasi harga terparah terjadi antara musim penangkapan puncak dan musim penangkapan penceklik, pengunaan teknologi yang sebahagian besar masih sederhana, dan sulitnya perempuan wirausaha untuk mengakses pinjaman modal ke bank disebabkan syarat agunan. Kondisi alam berupa musim tidak menentu mengakibatkan nelayan tidak setiap hari menangkap ikan ke laut sehingga ketersediaan bahan baku tidak terjamin selalu ada, hal tersebut mengakibatkan harga produk perikanan tangkap baik mentah ataupun olahan berfluktuasi. Dalam membeli bahan baku ikan para perempuan wirausaha membutuhkan dana, sedangkan sumber modal yang dimiliki pelaku usaha perikanan tangkap diperoleh dari perputaran hasil usaha sebelumnya, apabila usaha sebelumnya diperoleh keuntungan, modal yang dimiliki tersebut cukup untuk membeli bahan baku, tetapi ketika usaha sebelumnya rugi maka daya beli terhadap bahan baku juga kecil, hal ini mengakibatkan pengolahan atau produksi menjadi terganggu atau bahkan sampai terhenti. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di salah satu usaha pengolahan ikan yang ada di sentral Pasia Nan Tigo, pada pengolahan ikan kering atau penggaraman tidak semua hasil olahan tersebut dapat dinikmati hasilnya, karena dalam proses pengolahan ikan terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh perempuan wirausaha, diantaranya kendala yang dihadapi pada saat proses
6 penjemuran ikan, kondisi cuaca sangat menentukan hasil produksi. Ketika cuaca cerah proses pengeringan ikan dibantu oleh cahaya matahari yang baik menyebabkan ikan kering dengan sempurna, namun ketika cuaca mendung atau turun hujan, proses pengeringan ikan menjadi tidak sempurna yang mengakibatkan ikan berubah warna menjadi kemerahan sehingga harga turun hingga setengah harga normal, bahkan kondisi terburuk jika hujan terus berlanjut ikan menjadi busuk dan harus dibuang lalu dikubur. Dalam sehari perempuan wirausaha yang mengolah ikan untuk dikeringkan dapat mengerjakan 5 keranjang ikan, 1 keranjang beratnya 10 kg. Harga bahan baku 1 keranjang ikan teri seharga Rp 15 0000. Hasil dari pengeringan ikan tersebut diperoleh keuntungan bagi perempuan wirausaha sekitar Rp 200 000. Jika hasil pengeringan ikan tidak baik, maka harga ikan turun hingga Rp 70 000 per kg. Pada Unit Pengolahan Ikan Pasia Nan Tigo, perempuan wirausaha membentuk koperasi yang telah dijalankan selama 7 bulan, dengan iuran sebesar Rp 20 000 per bulan, namun dalam pelaksanaannya koperasi tidak berjalan efektif disebabkan tidak semua anggota membayar iuran koperasi. Permasalahan ini dialami oleh semua perempuan wirausaha yang melakukan usaha pengolahan ikan kering atau penggaraman diakibatkan masih kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perempuan wirausaha perikanan tangkap antara lain belum adanya cold storage ikan. Masalah-masalah yang terjadi pada usaha mikro, kecil dan menengah agroindustri perikanan tangkap adalah tugas pemilik usaha untuk mengatasinya. Dimana pemilik usaha merupakan pelaku utama dalam pengusahaan dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah agroindustri perikanan tangkap. Penyediaan sumber daya manusia yang kompeten penting di dalam usaha pengolahan usaha mikro, kecil dan menengah agroindustri perikanan. Kebanyakan pelaku usaha belum mengusahakan pengolahan ikan secara modern karena sebagian belum mempertimbangkan pasar, modal dan teknologi. Umumnya pelaku usaha belum memiliki kemampuan pengelolaan usaha yang memadai. Sementara usaha kecil sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan kepribadian pemilik usaha agar tercapai tujuan usaha secara efektif. Oleh karena itu prestasi total ditentukan oleh sikap dan tindakan seorang wirausaha (Meredith 1996). Kinerja usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang ada yang mengalami kemajuan dan ada pula yang berjalan di tempat. Usaha yang berjalan di tempat ini disebabkan oleh beberapa faktor baik dari faktor individu pelaku usaha ataupun faktor lingkungan yang mempengaruhi usaha. Oleh sebab itu, perlu diketahui faktor apa yang dapat meningkatkan atau menurunkan kinerja usaha yang dijalankan oleh perempuan wirausaha. Salah satu faktor mengapa kinerja usaha perempuan wirausaha dapat berbeda-beda disebabkan oleh beberapa faktor perilaku kewirausahaan seperti motivasi dan kemampuan mengambil risiko. Walaupun perempuan wirausaha memiliki beragam motivasi dalam menggeluti usahanya, kenyataanya di lapangan menunjukkan mayoritas ternyata ada usaha yang dikelola dengan kurang baik oleh perempuan wirausaha. Hal ini mengandung arti bahwa motivasi dalam berwirausaha belum tentu menjadikan kinerja usaha perempuan wirausaha menjadi baik ataupun sebaliknya. Faktor lain yang menyebabkan suatu usaha kurang berkembang adalah para pengusaha kurang mau mengambil risiko, baik dalam membuat produk baru ataupun memperluas pasar. Perempuan wirausaha lebih senang usahanya berjalan biasa-
7 biasa saja dan kurang melakukan inovasi untuk membuat produk baru dan memperluas pasar karena takut rugi. Pada kondisi lain, bukan hanya faktor kepemilikan perilaku kewirausahaan saja yang menjadi penentu kinerja usaha perempuan wirausaha berjalan dengan baik atau tidak. Karakteristik yang melekat di individu masing-masing wirausaha juga memegang peranan penting terhadap kemajuan usaha yang dijalankan perempuan wirausaha. Salah satu karakteristik personal yang melekat di individu masing-masing wirausaha adalah umur, peran perempuan dalam keluarga, status pernikahan, latar belakang keluarga, dan lain sebagainya. Perilaku kewirausahaan harus dikembangkan sebagai modal dasar agar pelaku usaha mampu berdiri dan berhasil dalam usahanya. Usaha mikro, kecil dan menengah agroindustri perikanan juga memiliki risiko baik dari sisi produksi, harga, biaya, dan pendapatan. Pengembangan sumberdaya menjadi salah satu kunci dalam menjawab permasalahan ini karena pada era global saat ini dibutuhkan pelaku usaha yang kreatif dan inovatif agar mampu bertahan dan bersaing. Faktor kewirausahaan menentukan berhasil tidaknya pelaku usaha dalam menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis. Wirausaha mempertimbangkan aspek pasar, mampu melihat dan mengelola peluang, serta memiliki kemampuan manajemen. Wirausaha berfikir dan bertindak untuk terus mengembangkan hal-hal baik dari yang diusahakan saat ini sehingga diperoleh hasil yang lebih menguntungkan. Selain itu pentingnya sumberdaya manusia dalam pencapaian keunggulan kompetitif juga diungkapkan oleh Krisnamurthi (2001), yaitu faktor manusia menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian keunggulan kompetitif, karena pada manusia akan diperoleh kreatifitas dan inovasi, pada manusia juga melekat kemampuan dan keberanian serta sikap memanfaatkan peluang dan mengatasi kesulitan. Penguasaan dan pemanfaatan teknologi juga akan terletak pada manusia, disamping kemampuan untuk mendapatkan modal, informasi dan jaringan usaha. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa masih rendahnya kinerja UMKM agroindustri perikanan dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia ditinjau dari perilaku kewirausahaanya, maka masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana karakteristik perempuan wirausaha pada UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang? 2. Bagaimana pengaruh faktor individu dan faktor lingkungan terhadap perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha pada UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang? 3. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan dapat mempengaruhi kinerja perempuan wirausaha pada UMKM agroindutri perikanan tangkap di Kota Padang?
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik perempuan wirausaha pada UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang
8 2. Menganalisis faktor individu dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha pada UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang 3. Menganalisis pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja perempuan wirausaha pada UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang
Manfaat Penelitian Hasil analisis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti: 1. Bagi pembuat kebijakan, terutama Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pembinaan dan pengembangan UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang yang berdaya saing khususnya di Sumatera Barat. Diharapkan dari penelitian ini dapat diketahui apakah dengan menganalisa perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha pada UMKM agroindustri perikanan tangkap dapat dijadikan alternatif pendekatan lain dalam peningkatan kinerja UMKM agroindutri perikanan tangkap. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pembuat kebijakan dalam meningkatkan kinerja usaha dan mengembangkan kewirausahaan UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang. 2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan materi-materi serta mengembangkan ilmu yang telah didapat selama di bangku perkuliahan, terutama dalam menambah wawasan baru mengenai kewirausahaan. 3. Bagi pembaca, untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca, serta sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian-penelitian kewirausahaan selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada karakteristik perempuan wirausaha, faktor individu dan faktor lingkungan, perilaku kewirausahan dan kinerja usaha pada UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang, serta pengaruh antara faktor individu dan lingkungan terhadap perilaku kewirausahaan, dan pengaruh perilaku kewirausahaan dengan kinerja usaha pada UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang. Penelitian ini dilakukan pada UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat sehingga hasil penelitian ini tidak dapat menyimpulkan kondisi di wilayah lain. Selain itu, agroindustri perikanan yang dikaji adalah berbagai jenis produk perikanan tangkap konsumsi olahan dikarenakan berbagai keterbatasan informasi jika hanya memilih salah satu jenis olahan ikan.
9
2 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Perempuan Wirausaha Aktivitas perempuan wirausaha muncul dari sektor yang sering diabaikan, walaupun mereka berupa individu atau kelompok kecil tetapi mereka berani memulainya dengan mengambil risiko dibidang itu. Perempuan memiliki kebiasaan sosial, ide dan jiwa kepemimpinan, seperti di Amerika Serikat dalam penelitian Baker et al. (1997). Baker mengungkapkan kewirausahaan yang dulu tidak tampak dari bisnis yang dijalankan perempuan, saat ini menjadi perhatian dan mereka mengembangkan dan memimpin bisnis secara natural. Kemajuan teknologi juga mempermudah perempuan dalam masuk ke dunia usaha. Kemunculan ide yang tersembunyi dan motivasi perempuan dalam menemukan suatu inovasi dan memulai sebuah usaha juga telah diteliti oleh Dahalana et al. (2013). Dahalana menyimpulkan bahwa perempuan wirausaha mempunyai ide bisnis yang berbeda dari pria. Ide ini mereka tuangkan dalam aktivitas bisnis yang mempunyai sifat lebih fleksibel dari segi waktu, realistik, kreatif dan inovatif. Hal ini menunjukkan meskipun perempuan wirausaha itu bergerak dalam skala kecil namun ada motivasi khusus yang melandasi aktivitas usaha mereka. Perempuan berwirausaha tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial tetapi termotivasi untuk prestise dan keinginan untuk menambah pendapatan keluarga. Beberapa penelitian, forum sosial dan akademik juga menyebutkan ada perbedaan karakteristik perempuan wirausaha dengan laki-laki wirausaha dalam menjalankan usaha. Perbedaan gender, status dan tekanan sosial ini berpengaruh besar pada ide bisnis yang terbentuk dan pada aktivitas mereka dalam menjalankan usahanya. Kesimpulan dari beberapa penelitian, forum sosial dan akademik menyebutkan enam hal yang spesial dari karakteristik perempuan wirausaha yaitu: fitur personal dan motivasi, gaya kepemimpinan, pilihan strategis bisnis, hambatan pembiayaan, pencapaian tujuan serta kinerja hasil yang ingin dicapai (Kevane 2001; OECD 2004; Watson dan Newby 2007; Dahalana et al. 2013; Verni 2013). Watson dan Newby (2007) juga melihat hubungan antara perbedaan gender dalam pencapaian tujuan usaha kecil dan mikro dengan menggunakan panel data. Mereka menemukan perempuan wirausaha tidak bertujuan semata-mata untuk mendapatkan uang dan mencapai kekuasaan tetapi adanya motivasi kebutuhan untuk berprestasi dan preferensi untuk inovasi. Holquist dan Sundin (1990) dan Rachmaniaa et al. (2012) menambahkan faktor pendidikan dan keluarga juga sangat mempengaruhi seorang perempuan untuk terlibat dalam sebuah usaha. Banyak wirausaha sukses berasal dari latar belakang bisnis keluarga. Kedua hasil penelitian ini juga menyimpulkan perempuan yang telah menikah tidak hanya berorietasi pada karir tetapi mereka menjalankan sebuah keluarga dan sebuah perusahaan pada saat yang bersamaan. Mereka masuk ke bisnis dengan perasaan yang kuat baik dari push dan pull keluarga. Mereka sangat profesional dalam menjalankan perusahaan dari ilmu dan pengalaman yang mereka punya. Suandi dan Sativa (2001) melakukan penelitian tentang kedudukan dan peran perempuan di Kabupaten Kerinci pada sub sektor agroindustri, untuk
10 melihat kontribusi pendapatan, alokasi waktu perempuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pekerja perempuan yang bekerja pada subsektor agroindustri pedesaan. Hasil penelitiannya menunjukkan peran perempuan cukup berarti 44 persen pekerja adalah perempuan, sumbangan pendapatan perempuan 38.75 persen dari pendapatan rumah tangga, alokasi waktu kerja rata-rata mencapai 25.58 jam per minggu dan faktor yang mempengaruhi perempuan untuk bekerja adalah penghasilan rumah tangga, usia perempuan, umur anak terakhir, faktor manajemen usaha dan modal. Keterkaitan umur dengan keberhasilan usaha juga di lihat oleh Riyanti (2003), usia terkait dengan keinginan menjadi wirausaha dan pengalaman berwirausaha. Berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perempuan dalam pengambilan keputusan untuk berwirausaha, penelitan yang dilakukan oleh Pristiana et al. (2009) menemukan sejumlah situasi yang berhubungan dengan keputusan perempuan untuk berwirausaha. Hal yang menyebabkan perempuan memutuskan untuk berwirausaha antara lain karena faktor internal (minat, pemberdayaan diri, motivasi) dan faktor eksternal (peran suami dan sumber modal). Pengambilan keputusan perempuan untuk berwirausaha semata-mata hanya didasarkan pada minat dan motivasi saja, hal tersebut belum menunjukkan esensi yang sebenarnya bahwa mereka memang mau dan mampu untuk memberdayakan diri dengan berwirausaha Selain itu, modal untuk berwirausaha tidak begitu dipermasalahkan oleh perempuan, namun peran suami tetap dipertimbangkan saat perempuan (istri) akan memutuskan untuk berwirausaha. Dalam penelitian Orhan dan Scott (2011) betujuan untuk mengembangkan model yang berkaitan dengan faktor yang memotivasi perempuan untuk memulai bisnis. Ada sejumlah situasi yang berhubungan dengan keputusan perempuan untuk berwirausaha, hal yang menyebabkan perempuan memutuskan untuk berwirausaha antara lain karena keturunan, tidak ada pilihan lain, kebetulan, bakat, terpaksa, sengaja dibentuk, dan wirausaha murni. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar perempuan berwirausaha karena alasan kebutuhan dan karena halhal yang secara umum disebut faktor push, pull dan faktor lingkungan. Kesimpulan yang diperoleh bahwa secara khusus penelitian ini menunjukkan interaksi antara dominasi pria dan faktor yang mendorong perempuan berwirausaha karena beberapa keadaan. Keberadaan wirausahawan perempuan dalam usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah realitas kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia. Penelitian Nurhayati (2011) hasil penelitian pada perempuan wirausaha pada UKM agroindustri perikanan di Kabupaten Sukabumi, menunjukkan bahwa faktor pendorong kegiatan usaha dikategorikan sebagai motivasi berwirausaha dikelompokkan menjadi empat, yaitu meringankan beban keluarga, menciptakan lapangan kerja dan merubah nasib serta ingin mandiri. Faktor pendorong lain yaitu keinginan untuk merubah nasib, keinginan untuk menciptakan lapangan kerja juga menjadi motivasi/faktor pendorong dalam berwirausaha. Keterlibatan perempuan dalam pembangunan dapat dilihat dengan semakin banyaknya yang bekerja di beberapa sektor. Penelitian mengenai keterlibatan perempuan dalam usaha ternak ayam buras, menunjukkan bahwa karakteristik peternak berhubungan signifikan dengan keterlibatannya dalam usaha ternak ayam buras Yuliani (2002). Motivasi perempuan dideskripsikan menjadi dua indikator diantaranya motivasi intrinsik
11 dan motivasi ekstrinsik. Dimana motivasi intrinsik meliputi kebutuhan akan prestasi dan kebutuhan akan kekuasaan, sedangkan motivasi ekstrinsik meliputi sistem kekerabatan, pengambilan keputusan, stabilitas harga, dukungan keluarga dan pergeseran norma. Hasil yang diperoleh bahwa semua variabel yang di uji berhubungan positif dengan motivasi yang dimiliki oleh perempuan peternak untuk mampu mendorong dan terlibat secara aktif dalam kegiatan berusaha ternak (Nursulasiah 2004). Selain itu, penelitian mengenai pengaruh motivasi dan kompetisi terhadap kesuksesan pengusaha perempuan, menunjukkan bahwa motivasi dan kompetensi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kesuksesan pengusaha perempuan dan motivasi memiliki pengaruh dominan terhadap kesuksesan pengusaha perempuan (Prabandari et al. 2013). Hambatan lainnya dalam berwirausaha yang dihadapi oleh para perempuan, khususnya oleh para perempuan di Indonesia menurut Ardhanari dalam Jati (2009), yaitu kepemilikan karakteristik personal yang diakibatkan oleh beban kerja akibat peran ganda seorang perempuan, serta adanya karakteristik struktural berupa hambatan terhadap akses permodalan dan rendahnya akses perempuan terhadap informasi pemasaran. Hambatan perkembangan perempuan wirausaha tersebut merupakan akibat adanya stereotip gender antara perempuan dan pria dalam lingkungan patriarkhi, yakni lingkungan yang mengusung budaya dimana pria memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada perempuan. Tambunan (2009) menyebutkan salah satu kendala yang dihadapi oleh seorang perempuan dalam berwirausaha adalah dalam hal mengakses kredit formal. Perempuan memiliki peluang yang lebih sedikit dibandingkan pria untuk mendapatkan akses kredit formal. Adanya berbagai alasan seperti kurangnya jaminan, dan persepsi negatif dari pihak penjamin resmi. Perempuan yang kurang dalam hal pendidikan akan cenderung lebih sulit dalam mendapatkan pembiayaan dari pihak bank. Hal tersebut disebabkan karena kurang informasi dalam hal tata cara peminjaman. Kendala yang dihadapi perempuan wirausaha dalam aktivitas dunia usaha saat ini adalah kesulitan dalam mengakses modal dari perbankan. Hal ini menjadi penghambat pada perempuan yang ingin menjadi wirausaha atau untuk memperluas bisnisnya. Selain itu hasil penelitian Amine dan Staub (2009) membahas tentang legitimasi sosial perempuan sebagai wirausaha di Afrika juga menemukan perempuan wirausaha mengalami kondisi yang tidak menguntungkan dalam sistem peraturan perbankan dan normatif. Hal yang serupa juga ditemukan di Kanada, penelitian Carrington (2006) menunjukkan bahwa perempuan kurang berpengalaman dalam networking dan jaringan usaha mereka tidak seluas pria. Penelitian ini juga menemukan perempuan memiliki peringkat kredit yang buruk, bahkan bias gender ini melekat pada kebijakan perbankan dan lembaga keuangan. Negara Kanada sendiri memiliki kebijakan pinjaman kaku pada perempuan wirausaha. Kesulitan dalam memperluas jaringan dan kesulitan dalam mendapatkan pinjaman dana ini yang mengindikasikan perempuan sulit mengembangkan usahanya.
Perilaku Kewirausahaan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Delmar (1995) mendifinisikan perilaku kewirausahaan sebagai tindakan yang dilakukan wirausaha dalam mewujudkan tujuan usahanya. Tindakan tersebut
12 mengarah pada konsep-konsep kewirausahaan yaitu tindakan yang menunjukkan kreativitas, inovasi dan berani berisiko. Sependapat dengan hal tersebut, menurut Dirlanudin (2010), perilaku wirausaha dalam konteks pengembangan usaha kecil adalah perilaku yang dimiliki pengusaha kecil dalam menjalankan aktivitas usahanya yang terdiri dari kecermatan terhadap peluang usaha, keberanian dalam mengambil risiko, inovatif dalam menghasilkan produk dan daya saing usahanya. Ditambahkan pula bahwa, pengusaha yang memiliki pola perilaku wirausaha adalah mereka yang secara gigih berupaya melakukan kombinasi dari sumberdaya ekonomi yang tersedia, mereka mampu menciptakan produk dan teknik usaha baru (inovatif), mampu mencari peluang baru, bekerja dengan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, cepat mengambil keputusan dan berani mengambil risiko. Dalam penelitiannya Dirlanudin mengukur perilaku wirausaha dari tiga aspek yaitu: (1) kognitif, terkait dengan kemampuan manajerial dan pemasaran; (2) afektif, terkait dengan komitmen, disiplin, kejujuran, semangat dan kesadaran mengutamakan kualitas; dan (3) motorik, terkait dengan kemampuan teknis, kreatif, inovatif, efisien dan keberanian mengambil risiko. Menurut pendapat Zimmerer dan Scarborough (2008) kewirausahaan adalah hasil dari suatu proses sistematis, yang menerapkan kreativitas dan inovasi untuk memenuhi kebutuhan dan peluang pasar, dengan menggunakan strategi serta fokus terhadap ide-ide baru dan wawasan baru untuk menciptakan produk atau layanan yang memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Senada dengan hal tersebut Kasmir (2006) menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha yang merupakan hasil dari adanya kreativitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku kreatif dan inovatif merupakan karakteristik utama dari perilaku kewirausahaan. Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara baru dalam menghadapi masalah dan peluang, sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berbeda, atau menerapkan solusi kreatif dalam menghadapi permasalahan dan peluang untuk tujuan menciptakan kekayaan bagi individu dan nilai tambah bagi masyarakat (Kao et al. 2001). Kreativitas dan inovasi merupakan hal yang penting dalam mencapai kesuksesan suatu usaha, karena dengan kreativitas dan inovasi suatu usaha dapat mencapai keunggulan kompetitif. Selain itu, inovasi merupakan unsur yang penting untuk meningkatkan kemampuan bertahan, menghadapi persaingan bisnis dan pertumbuhan perusahaan. Penelitian Pambudy (1999), menggunakan parameter dari perilaku wirausaha terdiri dari tiga aspek, yaitu pengetahuan, sikap mental dan keterampilan. Parameter tersebut digunakan pula dalam penelitian Sapar (2006), yang menggunakan parameter peubah perilaku kewirausahaan meliputi; (1) pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang bahan baku, strategi berdagang, konsumen, dan manajemen keuangan, (2) sikap, yaitu sikap dalam berusaha, pandangan dalam menjalankan usaha, dan semangat berusaha, serta (3) keterampilan, yaitu keterampilan dalam memilih bahan baku, perencanaan usaha dan penggunaan modal. Dirlanudin (2010) dan Sapar (2006) membagi faktorfaktor yang dapat mempengaruhi perilaku kewirausahaan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian Sapar (2006) disebutkan bahwa faktor internal adalah ciri-ciri pribadi, status sosial dan ekonomi seseorang. Faktor
13 internal yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan adalah umur, pendidikan, pengalaman berusaha, motivasi, persepsi terhadap usaha dan besar usaha. Sedangkan faktor eksternal, diantaranya adalah modal, keluarga, lingkungan tempat bekerja, peluang pembinaan usaha dan ketersediaan bahan. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa faktor internal dan ekternal secara nyata mempengaruhi perilaku wirausaha pedagang kaki lima di Kabupaten Bogor. Berbeda dengan penelitian Dirlanudin (2010), yang menggunakan indikator tingkat ketekunan, kepemilikan sumber usaha, kekosmopolitan, penggunaan modal usaha dan kontribusi bagi keluarga ke dalam faktor internal, sedangkan indikator faktor eksternal diantaranya adalah pandangan masyarakat tentang wirausaha, kekompakan antar pengusaha kecil, berfungsinya forum usaha kecil dan nilai kebiasaan masyarakat. Dari hasil penelitiannya terhadap perilaku wirausaha pengusaha kecil industri agro menunjukan bahwa faktor internal masih kurang memadai terhadap perkembangan perilaku wirausaha, sedangkan faktor eksternal relatif kondusif terhadap perkembangan perilaku wirausaha. Senada dengan penelitian Harijati (2007) mengenai pengaruh faktor individu dan faktor lingkungan terhadap kompetensi agribisnis petani sayuran lahan sempit, faktor individu diukur berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pengalaman, kebutuhan, motivasi dan sifat kewirausahaan. Sedangkan faktor lingkungan diukur dari pembelajaran agribisnis, akses sarana agribisnis, akses sumber modal, akses sumber informasi dan akses kelompok tani. Hasil analisis jalur Path pada penelitian Pambudy (1999), menunjukan bahwa umur dan penghasilan mempunyai hubungan struktural positif dengan perilaku wirausaha peternak ayam buras skala kecil, sedangkan lamanya beternak mempunyai hubungan struktural yang negatif. Selain itu, variabel pengetahuan, sikap mental dan keterampilan beternak peternak ayam buras skala kecil, menengah dan besar mempunyai hubungan struktural positif terhadap perilaku wirausaha peternak. Perilaku berwirausaha peternak ayam buras dan broiler dipengaruhi oleh faktor informasi usaha dan kelembagaan. Disamping itu hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa, meskipun secara langsung tidak ada kaitan antara pendidikan dan semangat wirausaha, tetapi dalam menjalankan usahanya, wirausaha perlu memiliki beberapa pengetahuan dasar yang memadai agar usahanya berhasil, karena manajemen yang buruk, kurangnya pengalaman dan pengawasan keuangan yang buruk merupakan hal-hal yang menjadi kegagalan wirausaha dalam mencapai keberhasilan usaha. Penelitian yang dilakukan Kellermanns et al. (2008) pada perusahaan keluarga (Family Business) menunjukan bahwa, perilaku kewirausahaan dari sebuah perusahaan keluarga dipengaruhi oleh karakteristik dari pemimpin perusahaannya, yaitu usia dan lamanya masa kepemilikan, serta faktor banyaknya jumlah generasi keluarga yang terlibat dalam perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa faktor usia tidak mempunyai hubungan yang siginifikan terhadap perilaku kewirausahaan, sedangkan lamanya kepemilikan perusahaan dan banyaknya generasi yang terlibat menunjukkan prediktor penting dari pertumbuhan lapangan kerja. Penelitian mengenai pengaruh faktor kelembagaan terhadap perilaku kewirausahaan yang dilakukan oleh Welter dan Smallbone (2011), menunjukan bahwa faktor kelembagaan yang terdiri dari kondisi ekonomi, politik dan hukum serta sosial budaya dimana pengusaha tersebut menjalankan usahanya, dapat menjadi pendukung ataupun sebagai pembatas dalam
14 menjalankan usaha. Kelembagaan formal yang umum terdapat di setiap negara diantaranya adalah aturan yang mengatur masuk dan keluar industri, hak kepemilikan atau hak cipta, serta pengembangan usaha melalui undang-undang kontrak dan hukum kepailitan. Kelembagaan yang merupakan peraturan yang berlaku di masyarakat, yang jika berjalan dengan stabil dan efisien dapat memfasilitasi pengembangan kewirausahaan menjadi lebih produktif karena dapat mengurangi ketidakpastian dan risiko usaha, dapat mengurangi biaya transaksi dan memungkinkan hubungan transaksi ekonomi berlandaskan kontrak hukum. Penelitian Riyanti (2003), membuktikan bahwa perilaku inovatif yang merupakan bagian dari perilaku wirausaha, merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan usaha. Dalam penelitiannya didapatkan bahwa faktor demografi yang berpengaruh terhadap perilaku inovatif diantaranya adalah; (1) Usia, usia berkaitan dengan keberhasilan dan prestasi kerja seseorang bila dihubungkan dengan lamanya seseorang menjadi wirausaha, dengan bertambahnya usia seorang wirausaha maka akan semakin banyak pengalaman di bidang usahanya. Perbedaan usia menyiratkan perbedaan kemantapan karir; (2) Pengalaman atau keterlibatan dalam pengelolaan usaha sejenis. Wirausaha yang berpengalaman mengelola usaha sebelumnya, mampu melihat lebih banyak jalan untuk membuka bisnis baru dibanding dengan orang dengan jalur karir yang berbeda. Pengalaman dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan usaha; (3) Pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usaha. Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati (2011) dengan judul Karakteristik dan Kinerja Wirausaha Perempuan pada UKM Agroindustri perikanan di Kabupaten Sukabumi didapat kesimpulan bahwa faktor pendorong kegiatan usaha yaitu adanya keinginan untuk meringankan beban keluarga, menciptakan lapangan pekerjaan dan merubah nasib, ingin mandiri. Sedangkan faktor penghambat kegiatan usaha meliputi permodalan, teknologi produksi, ketersediaan bahan baku, kesulitan memperluas pemasaran dan cuaca (musim).
Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Kewirausahaan memiliki peranan yang penting dalam perekonomian, termasuk pembangunan pertanian di dalamnya. Kewirausahaan dibidang pertanian sangat berdampak pada kinerja petani dalam menjalankan usahanya. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Sadjudi (2009); Sumantri (2013); Ariesa (2013); dan Puspitasari (2013) menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan pada petani mempunyai pengaruh terhadap kinerja usaha secara signifikan. Faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan antara lain sifat individu, lingkungan ekonomi, dan lingkungan fisik, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usahatani, antara lain kepribadian individu, lingkungan ekonomi, lingkungan politik, lingkungan fisik, dan perilaku kewirausahaan. Pada penelitian Ariesa (2013) mengenai pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usahatani tembakau Virginia di Jawa Timur yang dianalisis melalui regresi linear berganda, menunjukkan hasil bahwa sifat individu dan faktor lingkungan mempengaruhi perilaku kewirausahaan dengan pengaruh terbesar berasal dari sifat individu. Perilaku kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha, namun bukan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kinerja
15 pertanian. Lingkungan ekonomi menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja pertanian karena umumnya petani tembakau sangat responsive terhadap perubaan harga. Perilaku kewirausahaan saja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karena komoditas tembakau menghadapi industri rokok dengan struktur pasar oligopsoni yang membuat petani tidak memiliki posisi tawar sehingga membutuhkan lingkungan yang mendukung dalam mengusahakan tembakau. Penelitian Verhees et al. (2008) menguji secara empiris apakah entrepreneurial proclivity (EP) memberikan kontribusi terhadap kinerja peternakan. Peneliti membuat hipotesis mengenai hubungan EP dengan kinerja dengan unit analisis petani Belanda dan Slovenia, dimana hasilnya menunjukkan bahwa EP berpengaruh positif pada kinerja dan kinerja diharapkan petani Belanda dan Slovenia dan pengaruh yang mendasari dimensi EP terdiri dari inovasi, proaktif serta pengambilan risiko. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan yang mampu mendorong seseorang menjadi wirausaha yang sukses. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi faktor individu dan lingkungan. Faktor individu menurut Sapar (2006) dapat berupa usia, pendidikan, pengalaman, serta motivasi. Sementara faktor lingkungan berupa kepemilikan modal, keluarga, serta lingkungan. Sementara menurut Inggrawati (2010) faktor individual juga dapat mempengaruhi intensi untuk mengembangkan usaha, dalam konteks usaha mikro, karakteristik psikologis yang cenderung mendominasi seseorang untuk berperilaku entrepreneurial (mengembangkan usaha) adalah motivasi awal mendirikan usaha dan self-efficacy. Bila usaha didirikan karena dorongan dari dalam diri si pengusaha maka terdapat keinginan yang relatif lebih tinggi untuk mengembangkan usaha. Demikian pula, semakin tinggi derajat self-efficacy si pengusaha, semakin tinggi pula intensi untuk mengembangkan usaha menjadi tidak relevan tanpa adanya dorongan motivasi awal yang kuat terkait dengan tindakan mendirikan usaha. Berbeda dengan pendapat Puspitasari (2013) yang mengkaji mengenai faktor individu dan eksternal yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan pada usaha anggrek menggunakan Structural Equation Modelling (SEM), menyatakan bahwa faktor individu yang signifikan mempengaruhi perilaku kewirausahaan adalah keinginan berwirausaha, motif berprestasi, serta persentase terhadap usaha. Sementara faktor eksternalnya adalah dukungan pemerintah berupa penyuluhan dan pelatihan, regulasi usaha, serta ketersediaan informasi pasar ternyata berpengaruh negatif terhadap perilaku kewirausahaan. Variable laten perilaku kewirausahaan berpengaruh positif dan langsung secara signifikan terhadap kinerja usaha. Dengan demikian perilaku kewirausahaan berperan penting dalam peningkatan kinerja usaha, sehingga dengan ketekunan, ketanggapan terhadap peluang, inovatif, keberanian mengambil risiko dan kemandirian pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja usaha. Dengan menggunakan alat analisis yang sama yaitu SEM, Burhanuddin (2014) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi aktivitas kewirausahaan peternak yaitu intensitas inovasi peternak, intensitas penelitian peternak, keberanian mengambil risiko dalam berinvestasi, efisiensi produksi peternakan, pengendalian biaya-biaya peternakan, pengetahuan produksi tenaga kerja dan sikap tenaga kerja. Sedangkan faktor-faktor lingkungannya dalah kebijakan pemerintah dalam penciptaan lapangan pekerjaaan dan bantuan teknis peternakan.
16 Dari hasil penelitian Dirlanudin (2010) menujukan bahwa perilaku wirausaha berpengaruh langsung dan bernilai positif terhadap keberhasilan usaha kecil industri agro. Indikator keberhasilan pengusaha kecil yang digunakan adalah peningkatan jumlah pelanggan, kecenderungan loyalitas pelanggan, perluasan pangsa pasar, kemampuan bersaing, dan peningkatan pendapatan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga pengusaha kecil industri agro. Demikian juga hasil penelitian Kellermanns et al. (2008) menyebutkan bahwa perilaku kewirausahaan dipandang sebagai elemen penting dalam kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan keluarga karena membantu menciptakan lapangan kerja dan kekayaan bagi anggota keluarga. Tanpa perilaku kewirausahaan, perusahaan keluarga kemungkinan akan menjadi stagnan. Sehingga membatasi potensi untuk mencapai kesuksesan perusahaan dan pertumbuhan di masa depan. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa perilaku kewirausahaan dari seorang pemimpin perusahaan merupakan faktor kunci dalam pertumbuhan lapangan kerja di perusahaan keluarga. Runyan et al. (2008), melakukan penelitian tentang pengaruh entrepreneurial orientation (EO) dan small business orientation (SBO) terhadap usaha kecil. Fokus tujuan SBO berbeda dari EO, yaitu pengusaha yang berorientasi kewirausahaan akan cenderung melakukan inovasi, yaitu dengan memperkenalkan barang baru dan metode baru yang lebih efektif dan efisien, membuka pasar baru dan mencari peluang sumber pasokan baru, bersikap proaktif, serta berani mengambil risiko. Sedangkan pengusaha yang berorientasi pada usaha kecil (SBO), memiliki preferensi yang kurang untuk melakukan inovasi, tidak aktif dalam pemasaran dan hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari. Kinerja yang dihasilkan perusahaan dengan EO tentunya akan lebih baik dalam meningkatkan pendapatan perusahaan. Pada penelitian Riyanti (2003), perilaku inovatif pada pengusaha berpengaruh positif dan siginifikan terhadap keberhasilan usaha. Dan indikator keberhasilan usaha kecil dapat dilihat dari peningkatan dalam akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perluasan usaha dan perbaikan sarana fisik. Sedangkan hasil penelitian Asmarani (2006) menunjukan bahwa adanya motivasi dan kemandirian yang merupakan bagian dari tipe kepribadian wirausaha personal achiever, memegang peranan penting dalam menciptakan kinerja usaha yang baik, yang pada akhirnya dapat menciptakan hasil dengan keunggulan bersaing.
3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kewirausahaan Secara terminology, kata kewirausahaan (entrepreneurship) berasal dari bahasa Perancis, entreprendre dan dalam bahasa Jerman adalah unternehmen yang artinya dalam bahasa Inggris adalah sama yaitu to undertake yang memiliki makna positif yang luas yakni memulai sesuatu dengan tanggung jawab sendiri untuk menyelesaikannya yang merupakan kebalikan dari kata to give up
17 (menyerah) (Drucker 1996). Kasmir (2006), Zimmerer dan Scarborough (2002) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah orang yang menciptakan usaha baru di tengah resiko dan ketidakpastian untuk mendapatkan keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan mengelola sumber daya yang ada. Kewirausahaan secara umum dapat diartikan sebagai sebuah proses penciptaan sesuatu yang baru bernilai ekonomis dengan menggunakan kreativitas dan inovasi, dan menemukan peluang untuk mengembangkan usaha. Individu yang mampu menciptakan suatu produk yang bernilai disebut wirausaha. Di dalam kamus bahasa Inggris, the Oxford Dictionary, kata entrepreneur (wirausahawan) didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan, mengelola dan memprediksi dan mau menerima risiko dari kegiatan bisnis yang dijalani. Wirausaha tidak hanya menghasilkan barang yang baru tetapi juga dapat berupa sistem, metode, strategi, dan aspek-aspek lain dalam usaha sehingga dapat mewujudkan efisiensi dan efektivitas kerja. Berani mengambil risiko berarti memiliki mental mandiri dan berani memulai usaha tanpa takut walaupun dalam kondisi tidak pasti. Wirausaha selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang yang dapat memberikan keuntungan. Wirausaha tidak takut pada risiko dan bahkan semakin besar risiko kerugian yang akan dihadapi maka semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih. Tidak ada istilah rugi selama wirausahawan tersebut melakukan usaha dengan penuh perhitungan dan keberanian (Widodo 2005). Oleh karena itu, wirausahawan adalah orang yang memahami peluang bisnis yang ditindaklanjuti dengan pembentukan organisasi bisnis untuk mewujudkan peluang tersebut menjadi kenyataan. Entrepreneur dapat berasal dari berbagai macam latar belakang pendidikan, kondisi keluarga, dan pengalaman kerja. Wirausaha potensial dapat berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Walaupun sudah banyak aspek dari latar belakang pengusaha yang telah di eksplorasi, hanya sedikit yang membedakan pengusaha dari masyarakat umum atau manajer. Latar belakang wirausahawan yang diekplorasi meliputi lingkungan keluarga masa anak-anak, pendidikan, nilai pribadi, dan pengalaman kerja. Wirausahawan dapat ditemukan pada semua jenis pekerjaan antara lain pendidikan, kesehatan, penelitian, hukum, arsitektur, keteknikan, pekerja sosial, dan distribusi (Hisrich dan Peters 2008). Kewirausahaan dari beberapa pendapat dapat disimpulkan sebagai suatu perilaku yang meliputi pengambilan keputusan, pengaturan dan pengorganisasian mekanisme sosial ekonomi dalam merubah sumber daya atau situasi menjadi suatu hal yang berguna dan berani mengambil risiko. Hal tersebut merupakan sesuatu yang baru atau unik ataupun yang sudah ada namun ada nilai yang dimasukkan oleh wirausahawan dengan cara menerima dan mengalokasikan kemampuan dan sumberdaya yang diperlukan. Beberapa definisi kewirausahaan memiliki sedikit perbedaan tetapi mengandung gagasan yang sama, yaitu kebaruan, pengorganisasian, penciptaan, pendapatan dan pengambilan risiko. Pada prakteknya, wirausahawan dapat digolongkan menjadi entrepreneur (wirausahawan sebagai pemilik bisnis), intrapreneur (wirausaha di dalam perusahaan), ecopreneur, ultrapreneur, collective entrepreneur, academic entrepreneur, dan beberapa jenis wirausahawan yang lain (Hubeis 2009). Wirausahawan berperan dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Peran mereka dalam perekonomian lebih dari peningkatan output per kapita dan pendapatan, mereka memulai perubahan dalam stuktur bisnis dan masyarakat.
18 Perubahan ini diikuti oleh pertumbuhan dan peningkatan output yang memungkinkan dimiliki oleh banyak orang. Salah satu teori pertumbuhan ekonomi menggambarkan inovasi sebagai kunci, tidak hanya dalam mengembangkan produk baru atau jasa untuk pasar tetapi juga merangsang minat investasi di usaha baru. Investasi baru ini bekerja pada kedua sisi permintaan dan pasokan dari persamaan pertumbuhan. Pada sisi penawaran modal baru dibuat untuk memperluas kapasitas pertumbuhan dan di sisi permintaan pengeluaran menghasilkan kapasitas dan output baru (Hisrich dan Peters 2008). Perkembangan kewirausahaan akan mengoptimalkan pengagguran sumberdaya yang belum dieksploitasi, menghasilkan wirausaha, dan ekonomi mandiri. Wirausaha dapat melihat peluang dan merubahnya menjadi suatu yang bernilai baik berupa produk baru, proses produksi yang baru, pasar baru, sumber daya yang baru atau sistem manajemen yang baru. Perilaku Kewirausahaan Perilaku kewirausahaan merupakan perilaku manusia dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang melalui pembentukan dan pengembangan usaha (Bird dan Schjoedt 2009), maupun mengekplorasi dan menciptakan peluang di dalam kegiatan usaha yang sedang dijalankan (Gartner, Carter dan Reynold 2010) melalui tindakan yang mengarah pada konsep-konsep kewirausahaan. Sifat (personality trait) seseorang dapat menentukan dan menjadi prediktor bagi perilaku kewirausahaan (Rauch dan Freese 2007). Seseorang yang mempunyai perilaku kewirausahaan memiliki peluang untuk mengembangkan dan menambah pemahaman, pengetahuan serta kemampuan untuk meningkatkan potensi sumberdaya manusia terutama dalam mencapai kapasitas sebagai seorang wirausaha (Ucbasaran et al. 2005). Selain itu, perilaku kewiraushaan juga dapat mendukung perubahan sosial dan memfasilitasi inovasi dalam organisasi usaha (Kuratko 2009). Pendekatan perilaku memandang penciptaan suatu usaha sebagai hasil dari berbagai pengaruh. Gartner (1988) mengemukakan bahwa fokus pada apa yang dilakukan oleh wirausahawan lebih penting daripada siapa wirausahawan. Pada pendekatan perilaku, wirausaha dilihat sebagai satu set aktivitas dalam menciptakan organisasi usaha sedangkan pendekatan sifat melihat wirausaha sebagai satu set sifat dan karakter. Proses kewirausahaan melibatkan banyak fungsi, aktivitas, tindakan yang berhubungan dengan mengamati peluang dan menciptakan usaha untuk mewujudkan tujuan. Sifat yang dapat memprediksi perilaku kewirausahaan adalah sifat yang sesuai dengan karakteristik pekerjaan. Winardi (2008) menyatakan bahwa karakteristik wirausaha yang berhasil dapat tercermin dari perilakunya dalam berusaha. Perilaku tersebut diantaranya bekerja keras, berorientasi kedepan, kompeten secara teknikal, kesedian untuk mendelegasi, dan orang yang dapat menggerakkan diri. Melalui keterlibatan perilaku kewirausahaan dapat menyebabkan berkembangnya motivasi dan caracara berfikir yang diinginkan dalam menjalankan usaha. Gartner (1988) memandang bahwa apa yang dilakukan oleh wirausahawan tersebut lebih penting dibandingkan dengan sifat apa yang mereka miliki. Kegiatan wirausaha berkontribusi dalam mendorong perekonomian karena tindakan yang dilakukan oleh wirausaha, bukan karena sifatnya. Beberapa literatur kewirausahaan mendefinisikan parameter mendasar pada perilaku kewirausahaan yaitu wirausaha harus dapat mendeteksi dan mengekploitasi peluang, dapat
19 membuat keputusan cepat dibawah ketidakpastian dan kendala sumber daya, dapat bekerja lebih keras dibandingkan pegawai, serta harus memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan termasuk kepemimpinan, manajemen, pemasaran, dan inovasi (Rauch dan Frese 2007). Kecenderungan sifat yang berbeda dapat menghambat atau memfasilitasi tindakan dan perilaku pemilik usaha. Aspek individu merupakan faktor penting dalam membentuk perilaku kewirausahaan (Bird 1988; Gartner 1985; Greenberger dan Sexton 1988, diacu dalam Mazzarol et al. 1999). Sifat yang dapat menjadi prediktor bagi perilaku kewirausahaan, antara lain need for achievement, inovatif, proaktif, self efficacy, stress tolerance, need for autonomy, individu locus of control, dan kecenderungan mengambil risiko (Rauch dan Frese 2007). Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa faktor-faktor demografis seperti gender, umur, pendidikan, jenis kelamin, pengalaman bekerja dan latar belakang orang tua akan mempengaruhi keinginan seseorang untuk menjadi wirausaha (Mazzarol et al. 1999; Shane et al. 2003; dan Ucbasaran et al. 2005). Bird (1996) menyebutkan ada empat elemen yang membentuk perilaku wirausaha yaitu: (1) faktor individu meliputi kondisi orang-orang yang ada dalam organisasi; (2) faktor organisasi menyangkut kondisi individu, keberadaan serta daya tahan lembaga tersebut; (3) faktor lingkungan meliputi faktor yang berada diluar organisasi dan dapat mempengaruhi keberadaan organisasi; dan (4) faktor proses, sebagai aktivitas kerja yang terjadi dalam organisasi termasuk terjadinya interaksi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Bird (1996) merinci faktor individu tersebut ke dalam tiga komponen, yaitu (1) karakteristik biologis (umur, jenis kelamin, pendidikan); (2) latar belakang wirausaha (pengalaman usaha, alasan berusaha, pekerjaan keluarga); dan (3) motivasi, ketekunan, kegigihan, dan kemauan keras untuk berhasil. Alma (2010) juga menyebutkan lima unsur karakteristik individu yang melatarbelakangi perilaku seseorang menjadi wirausaha, yaitu: (1) lingkungan keluarga (silsilah dalam keluarga dan riwayat pekerjaan); (2) pendidikan; (3) nilai-nilai personal; (4) usia; (5) individu (faktor demografi) wirausaha terkait dengan keberhasilan usaha skala kecil, yaitu (1) usia; (2) keterlibatan dalam pengelolaan usaha sejenis (pengalaman usaha); (3) pendidikan; dan (4) perilaku inovatif. Selain faktor individu, perilaku kewirausahaan juga dipengaruhi oleh lingkungan. Kewirausahaan terjadi karena proses interaktif antara individu dengan lingkungannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusannya dalam melakukan usaha. Perilaku merupakan fungsi dari individu dan situasinya, dan sifat hanya dapat mempengaruhi perilaku jika situasi memungkinkan mereka mengekspresikan tindakannya (Lewin 1951; Mischel 1968; diacu dalam Rauch dan Frese 2007). Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan terdiri dari lingkungan fisik (Priyanto 2009), lingkungan ekonomi, lingkungan sosial dan lingkungan politik (Mazzarol et al. 1999; Kumar et al, 2003). Beberapa faktor lingkungan yang memepengaruhi kewirausahaan berdasarkan (Mazzarol 1999; Kumar 2003; Fereidouni et al. 2010), antara lain: (1) lingkungan ekonomi, berpengaruh secara langsung dan tidak langsung pada kewirausahaan dan pertumbuhan usaha. Beberapa variabel ekonomi yang berpengaruh pada kewirausahaan antara lain harga input output, akses modal, dan struktur pasar; (2) lingkungan sosial, merupakan salah satu faktor yang mendorong kewirausahaan. Lingkungan sosial terdiri dari latar belakang keluarga, pendidikan, sikap
20 masyarakat dan nilai budaya; (3) lingkungan politik. Pengusaha sukses berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Kebijakan yang berkaitan dengan berbagai aspek ekonomi seperti harga, ketersediaan dari pendapatan modal, tenaga kerja dan input lainnya, struktur permintaan, perpajakan, dan distribusi mempengaruhi pertumbuhan kewiraushaaan; (4) lingkungan fisik dapat berupa ketersediaan sumber daya yang akan mendorong tumbuhnya kewirausahaan. Kinerja Usaha Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan baik secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan selama periode tertentu dalam melaksanakan pekerjaan dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti standar hasil kerja, target atau kriteria yang telah ditentukan (Rivai dan Basri 2005); Dessler 2000; Mangkunagara 2002). Menurut pendekatan perilaku dan manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans 2005). Sedangkan Mathis dan Jackson (2006) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Kinerja usaha juga dapat diukur dengan menelaah produktivitasnya yang terlihat via jumlah produk yang dihasilkan, dan agar dapat mencapai keunggulan bersaing, produk yang dihasilkan haruslah diupayakan secara efisien dan efektif dengan standarisasi mutu yang memadai, kualitas menjadi sangat penting bagi pelanggan, selain harga. Tujuan mengukur kinerja perusahaan adalah untuk mengetahui apa yang sudah berhasil dicapai perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, pengukuran kinerja perusahaan tidak hanya untuk mengetahui pencapaian dalam bidang keuangan saja, tetapi juga mengenai bagaimana perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggannya, produktivitas perusahaan dan untuk mengetahui posisi daya saing yang dimilikinya, serta efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumberdaya yang dimilikinya. Kinerja perusahaan menurut Ferdinand (2000) merupakan konstruk yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari strategi perusahaan. Masalah pengukuran kinerja menjadi permasalahan dan perdebatan klasik. Hal ini bisa dipahami karena sebagai sebuah konstruk, kinerja bersifat multidimensi dimana di dalamnya termuat beragam tujuan dan tipe organisasi (Bhargava, Dubelaar & Ramaswami 1994). Ferdinand (2000) menyatakan bahwa kinerja usaha yang baik dinyatakan dalam tiga besaran utama nilai: penjualan, pertumbuhan penjualan dan porsi pasar yang pada akhirnya bermuara pada keuntungan usaha. Nilai penjualan menunjukkan berapa rupiah/berapa unit produk yang terjual, sedangkan pertumbuhan penjualan menunjukkan berapa besar kenaikan penjualan produk yang sama dibandingkan satuan waktu tertentu. Porsi pasar menunjukkan seberapa besar kontribusi produk yang ditangani menguasai pasar produk sejenis dibanding para pesaingnya. Kinerja adalah hasil kerja individu maupun perusahaan dalam rangka mencapai tujuan, yaitu dalam bentuk profitabilitas/ kemampulabaan dan kesejahteraan, sebagaimana menurut Baye (2008), performance refers to theprofits and social welfare that result in a given industry. Demikian pula menurut KPPU (2009) kinerja suatu usaha atau industri dapat berupa pertumbuhan industri, efisiensi, inovasi, profitabilitas, tingkat kepuasan konsumen
21 dan sebagainya yang merupakan bagian dari kesejahteraan masyarakat. Paradigma struktur-perilaku-kinerja (structure conduct performance paradigm), memperlihatkan bagaimana ketiga aspek dari industri tersebut saling terkait. Struktur pasar akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap baik buruknya kinerja (Baye, 2008). Perusahaan yang berada di pasar yang tingkat persaingannya tinggi tentunya mempunyai perilaku yang relatif berbeda dengan perusahaan dengan kondisi persaingan pasar yang rendah. Perilaku tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kinerja usaha dapat diukur berdasarkan beberapa indikator, yaitu profit (current profitability and profitability over the longer term), dan pangsa pasar (market share or growth market share). Kinerja suatu usaha tergantung pada kompetensi dari manajernya, yaitu keterampilan, pengalaman, motivasi, serta adanya dedikasi dan sensitifitas dalam mengelola usaha (Sloman dan Sutcliffe 2004). Menurut Praag (2005) keberhasilan kinerja usaha dapat dilihat dari adanya keberlangsungan dan pertumbuhan usaha, penambahan tenaga kerja, peningkatan keuntungan dan pendapatan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Indikator kinerja sebagai tujuan utama dari sebuah organisasi bisnis. Diantaranya adalah keuntungan (profit), Return of investment (ROI) atau pengembalian investasi, tercapainya efisiensi dan penggunaan sumber daya keuangan untuk mendukung pengembangan usaha dan mengelola usaha dengan efektif dan efisien dilihat dari sisi keuangan. Menurut Day (Dirlanudin 2010) performance outcomes atau kinerja usaha meliputi (1) satisfaction (kepuasan) terkait dengan semakin banyak pihak merasa terpuaskan oleh keberadaan perusahaan, (2) loyality (loyalitas) menyangkut kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, (3) market share (pangsa pasar) kemampuan memperluas pangsa pasar, dan (4) profitability (peningkatan pendapatan), ditandai dengan adanya peningkatan profit yang signifikan. Berdasarkan konsep tersebut di atas, maka pada penelitian ini indikator kinerja yang akan diukur adalah; (1) peningkatan pendapatan, dan (2) perluasan wilayah pemasaran. Perilaku kewirausahaan berpengaruh positif pada kinerja, hipotesis ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kuratko (1999) bahwa kewirausahaan berimplikasi positif pada pertumbuhan usaha dan kinerja. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan yang diminta (Rivai dan Basri 2005). Oleh karena itu, kinerja dilihat dari produktivitas, kualitas, dan keuntungan. Riyanti (2003) menyatakan bahwa kinerja usaha atau keberhasilan usaha juga sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kepribadian yang dimiliki. Faktor kepribadian ini mempengaruhi hingga 49 persen yaitu seperti sifat keinginan melakukan pekerjaan dengan baik, motivasi diri yang kuat, percaya diri, berfikir positif, memiliki komitmen dan sabar. Bentuk lain yang juga dapat meningkatkan kinerja kewirausaahan adalah faktor internal yang ada pada diri wirausaha itu sendiri berupa tingkat pendidikan, usia dan pegalaman (Ucbasaran et al. 2005). Dengan pendidikan wirausaha dapat memberikan outlet yang sangat produktif bagi ketermapilan dan kinerja mereka. Faktor usia menggambarkan kestabilan wirausaha dalam menghadapi goncangan karena mereka cenderung lebih banyak mendapatkan pelatihan serta pengalaman membawa mereka langsung berhadapan dengan masalah dalam usaha yang sedang mereka jalani.
22 Sanchez dan Marin (2005) mengukur kinerja usaha dengan melihat dari aspek profitabilitas, produktivitas, dan pasar. Lee dan Tsang (2001) mengukur kinerja usaha dari tiga indikator yaitu pertumbuhan penjualan (sales growth), pertumbuhan profit (profit growth), dan pertumbuhan modal (capital growth). Keberhasilan usaha dapat dilihat dari peningkatan atau perkembangan kinerja usaha setiap periode waktu tertentu. Suatu usaha dapat dinyatakan berhasil jika mengalami sedikitnya 6-10 persen pertumbuhan per tahun (Ghost et al. dalam Meng dan Liang 1996). Menurut Jauch dan Glueck (1998), kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian modal, dan pangsa pasar yang diraihnya. Sementara itu, menurut Praag (2005) keberhasilan kinerja usaha dapat dilihat dari adanya keberlangsungan dan pertumbuhan usaha, penambahan tenaga kerja, dan peningkatan keuntungan dan pendapatan. Keberhasilan usaha (performance outcomes) menurut Day (1990) meliputi: (1) satisfaction (kepuasan) terkait dengan semakin banyak pihak merasa terpuasakan oleh keberadaan perusahaan, (2) loyality (loyalitas) menyangkut kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, (3) market share (pangsa pasar) berhubungan dengan kemampuan memperluas pangsa pasar, dan (4) profitability (pendapatan), ditandai dengan adanya peningkatan profit yang signifikan. Individual
Perilaku Kewirausahaan
Kinerja Bisnis
Lingkungan
Gambar 1 Model umum dari perilaku kewirausahaan dan kinerja bisnis Sumber: Delmar (1996)
Delmar (1996) mengambarkan model umum perilaku kewirausahaan dan kinerja usaha yang dapat dilihat pada Gambar 1. Model ini terdiri dari empat komponen utama, yaitu individu, lingkungan, perilaku kewirausahaan dan kinerja bisnis. Kewirausahaan dibentuk oleh individu dan lingkungan. Individu mencakup kemampuan dan motivasi, sedangkan komponen lingkungan meliputi lingukungan dan lingkungan individu dan lingkungan eksternal. Individu juga dipengaruhi oleh lingkungan dan lingkungan juga memiliki pengaruh langsung pada kinerja. Kinerja perusahaan bergantung pada lingkungan karena bisnis akan berjalan, jika terdapat permintaan akan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan. Berdasarkan model pada Gambar 1. Kinerja terbentuk dari kewirausahaan dan lingkungan usaha, yaitu berupa tindakan-tindakan yang dilakukan wirausaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kerangka Pemikiran Operasional Perkembangan lingkungan bisnis telah menuntut perempuan wirausaha memiliki karakteristik kewirausahaan sehingga diperoleh nilai tambah yang lebih
23 besar dari produk ikan mentah yang dihasilkan. Seorang perempuan wirausaha menggerakkan dan menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai jual. Untuk menjadi perempuan wirausaha, pengembangan sumberdaya manusia menjadi salah satu kunci dalam menjawab permasalahan ini karena menempati pasar yang bersaing dibutuhkan wirausaha yang kreatif dan inovatif agara mampu bertahan dan menghasilkan produk sesuai standar yang diinginkan konsumen. Kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Variabelvariabel tersebut diidentifikasi berdasarkan hasil kaijian literatur dan penelitian terdahulu kemudian dikembangkan menjadi suatu daftar pertanyaan terstruktur pada kuisioner yang akan dinilai oleh responden yang telah ditentukan. UMKM Agroindustri Perikanan Tangkap di Kota Padang
Faktor individu: 1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Motivasi berprestasi 4. Modal 5. Kepemilikan sarana dan prasarana 6. Persepsi terhadap usaha Faktor lingkungan: 1. Ketersediaan bahan input 2. Dukungan penyuluhan dan pelatihan 3. Bantuan modal 4. Dukungan promosi dan pemasaran 5. Dukungan pemerintah 6. Kekompakan antar perempuan wirausaha
Perilaku kewirausahaan perempuan UMKM agroindustri perikanan tangkap: 1. Tekun berusaha 2. Tanggap terhadap peluang 3. Inovatif 4. Berani mengambil risiko 5. Bersikap mandiri
Kinerja usaha perempuan: 1. Tingkat pendapatan 2. Perluasan wilayah pemasaran 3. Keunggulan bersaing 4. Volume penjualan 5. Keuntungan
Aplikasi Model ssss Saran untuk pengembangan UMKM agroindustri perikanan tangkap = Analisis SEM (Structural Equation Model) Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap
24
4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Padang pada bulan Maret sampai Mei 2016. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Kota Padang merupakan salah satu sentra kegiatan usaha perikanan laut di Sumatera Barat, yang sebagian masyarakatnya di pesisir pantai termasuk kaum perempuan, melakukan usaha pengolahan hasil perikanan laut sebagai mata pencaharian utama. Di Kota Padang terdapat 2 (dua) pelabuhan perikanan yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). PPS Bungus Kota Padang merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbesar yang berada di wilayah sumatera bagian barat sedangkan pengkalan pendaratan ikan (PPI) lokal tersebar di sentra-sentra pemukiman nelayan sepanjang pantai Padang (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang 2015). Hal ini menciptakan peluang usaha UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang yang dikelola oleh perempuan wirausaha yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Selatan, dan Kecamatan Padang Barat.
Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi data primer (primary data source) dan data sekunder (secondary data sources). Jenis data primer mencakup seluruh metode pengumpulan data dari sumber asal (original source) dan dikumpulkan secara khusus untuk tujuan penelitian yang dilakukan. Jenis data sekunder adalah data yang sudah dipublikasikan dan dikumpulkan untuk tujuan yang lain daripada tujuan yang sedang dilakukan. Sumber data sekunder dapat dibedakan dalam dua kelompok. Data sekunder dari sumber internal adalah data yang dikumpulan dari instansi atau organisasi yang melakukan penelitian. Sebaliknya data sekunder dari sumber eksternal adalah data yang dikumpulkan berasal dari luar instansi atau organisasi yang melakukan penelitian.
Metode dan Alat Pengumpulan Data Metode (teknik) pengumpulan data erat kaitannya dengan metode penelitian yang digunakan. Metode dalam penelitian ini adalah metode sensus yaitu pengumpulan data dilakukan terhadap seluruh elemen populasi (pencacahan lengkap) yang cirinya hendak diketahui. Sehingga data yang diperoleh dapat menunjukkan ciri keseluruhan populasi yang sebenarnya. Penelitian ini ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Menurut Arikunto (1998), sensus dilakukan jika penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari suatu populasi. Sampel pada penelitian ini adalah perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap. Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini sebanyak 168 perempuan wirausaha. Ukuran
25 dalam jumlah yang besar dilakukan agar hasil analisis yang diperoleh dapat mendekati dan menggambarkan pengaruh perilaku kewirausahaan pada UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang. Data primer diperoleh dengan melakukan penyebaran kuisioner dengan wawancara langsung terhadap responden target di lokasi penelitian. Responden target adalah perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap yang ada di Kota Padang. Data primer terdiri dari gambaran umum daerah penelitian, biodata responden, faktor individu responden, faktor lingkungan responden, perilaku kewirausahaan responden, dan kinerja usaha responden. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya dari buku-buku literatur, jurnal, disertasi, tesis, internet, data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang, data Badan Pusat Statistik Kota Padang dan literatur lainnya yang dapat dijadikan bahan rujukan yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan ini. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terbagi menjadi empat variabel laten, meliputi satu variabel laten eksogen dan tiga variabel endogen. Variabel laten eksogen yaitu faktor lingkungan. Sedangkan variabel laten endogen yaitu faktor individu, perilaku kewirausahaan dan kinerja usaha UMKM agorindustri perikanan tangkap di Kota Padang.
Variabel dan Pengukuran Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel laten dan variabel manifest sebagai indikator dari variabel laten. Pengukuran atas variabel dilakukan berdasarkan teori yang telah terbukti secara empiris dan penelitian terdahulu, sehingga dapat diimplementasi di lapangan serta mampu diukur dengan baik. Faktor Individu Faktor individu adalah faktor penyebab perilaku yang berasal dari atribut yang melekat pada sifat dan kualitas pribadi dan personal. Indikator dari faktor individu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Variabel indikator faktor individu (Y1) Variabel Indiktor Pendidikan (Y1,1)
Pengalaman (Y1,2) Motivasi berprestasi (Y1,3) Modal (Y1,4) Kepemilikan sarana dan prasarana (Y1,5)
Keterangan Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal dan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal Lamanya menjalankan usaha Dorongan atau keinginan untuk mencapai kesuksesan dalam berusaha Tingkat kepemilikan modal yang dimiliki pelaku usaha untuk menjalankan usahanya Tingkat kepemilikan sarana dan prasarana yang dimiliki pelaku usaha untuk menjalankan usaha
26 Variabel Indiktor Persepsi terhadap usaha (Y1,6)
Keterangan Pandangan wirausaha terhadap agroindustri perikanan tangkap
usaha
Sumber: Riyanti (2003), Sapar (2006), Dirlanuddin (2010), Puspitasari (2013), Sumantri (2013), Rahmi (2015), Sari (2015), Wahyuningsih (2015)
Faktor Lingkungan Faktor lingkungan adalah faktor penyebab perilaku yang berasal dari lingkungan atau situasi. Indikator dari faktor lingkungan dapat dilihat pada Tabel 6. Pada faktor lingkungan, pengukuran variabel menggunakan skala likert, yang menghasilkan nilai skala ordinal. Tabel 6 Variabel indikator faktor lingkungan (X1) Variabel Indikator Ketersedian bahan input (X1,1)
Dukungan penyuluhan dan pelatihan (X1,2) Bantuan modal (X1,3) Dukungan promosi dan pemasaran (X1,4) Dukungan pemerintah (X1,5) Kekompakan antar perempuan wirausaha (X1,6)
Keterangan Tingkat kemudahan dalam mendapatkan bahan input yaitu bahan baku dan bahan penolong Penyuluhan dan pelatihan mengenai usaha pengolahan ikan yang sudah pernah diikuti selama menjalankan usaha Bantuan dari pemerintah dalam bentuk modal atau sarana produksi Dukungan pemerintah dalam kegiatan promosi dan pemasaran produk Kebijakan atau regulasi yang mendukung pengembangan usaha Sikap saling membantu diantara perempuan wirausaha
Sumber: Riyanti (2003), Sapar (2006), Dirlanuddin (2010), Puspitasari (2013), Sumantri (2013), Rahmi (2015), Sari (2015), Wahyuningsih (2015)
Perilaku Kewirausahaan Perilaku kewirausahaan (Y2) pada penelitian ini adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang wirausaha (perempuan wirausaha) dalam menjalanan usahanya, yang didasari pada karakteristik kewirausahaan. Pengukuran variabel perilaku kewirausahaan adalah dengan menggunakan skala likert yang menghasilkan nilai skala ordinal. Indikator perilaku kewirasuahaan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Variabel indikator perilaku kewirausahaan (Y2) Variabel Indikator Tekun berusaha (Y2,1)
Keterangan Tingkat kegigihan menekuni usaha, serta kesabaran menjalankan usaha dan menghadapi kesulitan dalam berusaha
27 Variabel Indikator Ketanggapan terhadap peluang (Y2,2) Inovatif (Y2,3)
Keterangan Kemampuan untuk mengenali peluang atau berorientasi pada peluang Kemampuan wirausaha untuk menciptakan gagasan, produk, atau proses yang baru Berani mengambil risiko (Y2,4) Keberanian menghadapi risiko dalam menjalankan usaha, dengan memperhitungkan secara cermat dan menyiapkan antisipasi penyelesaian Mandiri (Y2,5) Bekerja sendiri tidak tergantung pada orang lain atau pada instansi pemerintah dan dapat mengambil keputusan strategis dalam menjalankan usahanya Sumber: Riyanti (2003), Dirlanuddin (2010), Puspitasari (2013), Sumantri (2013), Rahmi (2015), Sari (2015), Wahyuningsih (2015)
Kinerja Usaha Kinerja usaha adalah hasil yang diperoleh dalam menjalankan suatu usaha untuk mencapai tujuan. Variabel-variabel indikator dari kinerja usaha dapat dilihat pada Tabel 8. Pada variabel kinerja usaha, pengukuran variabel dilakukan berdasarkan prsentase wirausaha dengan menggunakan skala likert, yang menghasilkan nilai skala ordinal. Tabel 8 Variabel indikator kinerja usaha (Y3) Variabel Indikator Perluasan pemasaran (Y3,1) Peningkatan pendapatan (Y3,2) Keunggulan bersaing (Y3,3)
Volume penjualan (Y3,4) Keuntungan (Y3,5)
Keterangan Mampu memperoleh pangsa pasar baru atau wilayah pemasaran semakin luas Pendapatan meningkat dari yang sebelumnya Produk yang dihasilkan memiliki kelebihan atau keunggulan dibandingkan produk wirausaha lain, tidak mudah ditiru, dan tidak mudah digantikan Jumlah produk yang terjual mengalami peningkatan Keuntungan meningkat dari yang sebelumnya
Sumber: Riyanti (2003), Sapar (2006), Dirlanuddin (2010), Puspitasari (2013), Sumantri (2013), Rahmi (2015), Sari (2015), Wahyuningsih (2015)
Analisis Data Data yang telah dikumpulkan diolah lebih lanjut untuk memperoleh hasil yang dijadikan jawaban dari permasalahan penelitian. Data diolah secara kualitatif maupun kuantitatif.
28 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif untuk menjelaskan gambaran umum kondisi UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang. Nazir (2011) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai berbagai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Cara pengumpulan data untuk analisis ini dilakukan melalui teknik wawancara dengan bantuan kuisioner. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) Analisis Structural Equation Modelling (SEM) bertujuan untuk menemukan hubungan-hubungan antar variabel-variabel penelitian. Alasan peneliti menggunakan SEM dalam menganalisis data yaitu dikarenakan SEM dapat menggambarkan semua hubungan diantara konstruk yang membangun model. Data yang diperoleh melalui penelitian terlebih dahulu melewati proses scoring dan codding (Wijanto 2008). Codding adalah proses pemberian kode atau simbol pada setiap kategori jawaban responden untuk menyederhanakan jawaban responden dalam bentuk simbol atau kode tertentu agar lebih mudah dalam menganalisisnya. Scorring meliputi proses penyederhanaan jawaban responden yang dibuat konsisten dalam bentuk ordinal pada masing-masing jawaban pertanyaan. Selanjutnya, untuk menjabarkan karakterisik personal kewirausahaan, faktor lingkungan individu, dan lingkungan usaha yang dimiliki pelaku UMKM agroindustri perikanan tangkap digunakan analisis deskriptif. Data yang dianalisis secara deskriptif disajikan dalam bentuk uraian secara naratif. Penelitian ini menggunakan analisis data menggunakan SEM (Structural Equation Model) dengan bantuan software Lisrel 8.30. Melalui SEM peneliti dapat menggambarkan semua hubungan di antara konstruk yang membangun model (variabel dependen dan independen) di dalam suatu analisis. SEM merupakan analisis yang mampu menjelaskan pengaruh langsung dan tidak langsung peubah-peubah laten, baik exogeneous maupun endogeneous. Peubah exogeneous adalah peubah yang variabilitasnya diasumsikan dipengaruhi oleh pengaruh di luar model kausal, sedangkan peubah endogeneous adalah peubah yang variabilitasnya diasumsikan dipengaruhi oleh peubah exogeneous dan peubah-peubah dalam sistem (Wijanto 2008). Penggunaan model SEM dapat memberikan informasi tentang hubungan kausal simultan antar variabel serta informasi mengenai muatan faktor dan kesalahan pengukuran. SEM juga mampu menunjukkan konsep-konsep yang tidak teramati (unobserved concepts) serta hubungan yang ada di dalamnya. Komponen dalam model SEM terdiri dari: 1. Dua jenis variabel yaitu varibel laten (latent atau unobserved variable) dan variabel teramati (observed atau measured atau manifest variable) 2. Dua jenis model yaitu model struktural (structural model) dan model pengukuran (measurement model) 3. Dua jenis kesalahan yaitu kesalahan struktural (structural error) dan kesalahan pengukuran (measurement error) Variabel laten (latent atau unobserved variable) adalah variabel yang tidak dapat langsung diamati, variabel ini dapat diamati dengan adanya bantuan variabel
29 indikator (manifest). Dalam SEM variabel laten dilambangkan dalam bentuk bulat atau elips ( ), sementara variabel teramati ((observed atau measured atau manifest variable) digambarkan dengan simbol kotak ( ). Bagian dari SEM terdiri analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis), analisis jalur (path analysis) dan regresi (regression). Analisis faktor konfirmatori (CFA) digunakan untuk mengidentifikasi konstruk atau ide dasar dari sejumlah variabel independen, kemudian dikombinasikan dengan analisis regresi yang akan mengungkap seberapa kuat konstruk tersebut mempengaruhi satu atau lebih variabel dependen. Struktur faktor ditentukan berdasarkan teori yang telah ada dan data empiris digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa struktur tersebut telah terbukti secara empiris. SEM memiliki tujuan atau mengkonfirmasi model yang telah ada, bukan untuk menghasilkan model. Beberapa tahapan dalam penggunaan SEM menurut Bollen dan Long 1993 (Wijanto 2008), yaitu: 1. Spesifikasi model (model specification) Tahap ini merupakan pembentukan model awal persamaan struktural sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini berdasarkan pada teori yang telah ada maupun berdasarkan dari penelitian sebelumnya. 2. Identifikasi model (model identifikcation) Tahap ini merupakan tahapan mengkaji adanya kemungkinan diperolehnya nilai yang unik pada setiap parameter dan kemungkinan persamaan simultan tidak ada solusinya dengan menggunakan teknik iteratif. Variabel dengan nilai t (t-value) kurang dari 1.96 dan error varian negatif serta loading kurang dari 0.50 dikeluarkan dari model. 3. Estimasi model (model estimation) Tahap ini merupakan tahapan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi. 4. Penilaian model atau uji kecocokkan model (model testing fit) Tahap ini merupakan tahapan pengujian kecocokan antara model dengan data, beberapa kriteria ukuran kecocokkan (goodness of fit) dapat dilaksanakan pada tahap ini. 5. Modifikasi model atau respesifikasi model (model respecification) Tahap ini berkaitan dengan represifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan pada tahap sebelumnya. 6. Interpretasi dan komunikasi Himpunan model tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga klaim tentang kontruksi dapat dibuat, didasarkan pada model terbaik. Model struktural menggambarkan hubungan-hubungan yang ada diantara variabel-variabel laten. Hubungan tersebut serupa dengan sebuah persamaan regresi linear diantara variabel-variabel laten tersebut. Beberapa persamaan regresi linear tersebut membentuk sebuah persamaan simultan variabel-variabel laten. Parameter yang menunjukkan regresi variabel laten endogen pada variabel laten eksogen diberi label 𝛾 (gamma). Sedangkan untuk regresi variabel laten endogen pada variabel endogen yang lain diberi label 𝛽 (beta). Dalam SEM variabel-variabel laten eksogen dapat ber-“covary” secara bebas dan matrik kofarian variabel ini diberi tanda 𝜑 (phi). Model pengukuran menghubungkan variabel laten dengan variabel-variabel teramati atau indikator yang berbentuk
30 analisis faktor. Muatan faktor atau “factor loading” yang menghubungkan variabel-variabel laten dengan variabel teramati diberi label 𝜆 (lambda). Untuk mengukur variabel teramati (manifest) pada kuisioner digunakan skala likert. Skala likert dikenal sebagai summated ratings method. Ciri khas dari skala likert adalah bahwa makin tinggi skor yang diperoleh, merupakan indikasi bahwa penilaian terhadap suatu objek semakin positif, demikian sebaliknya. Secara matematis, formulasi model persamaan struktural dirumuskan sebagai berikut: 1. Model persamaan struktural 𝜂1 = 𝛾1𝜉 1 + 𝜁 1 ........................................................................................ 𝜂2 = 𝛽 2 𝜂 1 + 𝛾2𝜉 1 + 𝜁 2 ........................................................................... 𝜂3 = 𝛽 3 𝜂2 + 𝛾3𝜉 1 + 𝜁 3 ........................................................................... 2. Model pengukuran variabel laten eksogen X1.1 = 𝜆𝑥1.1 + 𝛿 1.1 ................................................................................. X1.2 = 𝜆𝑥1.2 + 𝛿 1.2 ................................................................................. X1.3 = 𝜆𝑥1.3 + 𝛿 1.3 ................................................................................. X1.4 = 𝜆𝑥1.4 + 𝛿 1.4 ................................................................................. X1.5 = 𝜆𝑥1.5 + 𝛿 1.5.................................................................................. X1.6 = 𝜆𝑥1.6 + 𝛿 1.6.................................................................................. 3. Model pengukuran variabel laten endogen Y1.1 = 𝜆𝑥1.1 + 𝜀 1.1 .................................................................................. Y1.2 = 𝜆𝑥1.2 + 𝜀 1.2 .................................................................................. Y1.3 = 𝜆𝑥1.3 + 𝜀 1.3 .................................................................................. Y1.4 = 𝜆𝑥1.4 + 𝜀 1.4 .................................................................................. Y1.5 = 𝜆𝑥1.5 + 𝜀 1.5 .................................................................................. Y1.6 = 𝜆𝑥1.6 + 𝜀 1.6 .................................................................................. Y2.1 = 𝜆𝑥2.1 + 𝜀 2.1 .................................................................................. Y2.2 = 𝜆𝑥2.2 + 𝜀 2.2 .................................................................................. Y2.3 = 𝜆𝑥2.3 + 𝜀 2.3 .................................................................................. Y2.4 = 𝜆𝑥2.4 + 𝜀 2.4 .................................................................................. Y2.5 = 𝜆𝑥2.5 + 𝜀 2.5 .................................................................................. Y3.1 = 𝜆𝑥3.1 + 𝜀 3.1 .................................................................................. Y3.2 = 𝜆𝑥3.2 + 𝜀 3.2 .................................................................................. Y3.3 = 𝜆𝑥3.3 + 𝜀 3.3 .................................................................................. Y3.4 = 𝜆𝑥3.4 + 𝜀 3.4 .................................................................................. Y3.5 = 𝜆𝑥3.5 + 𝜀 3.5 .................................................................................. Dimana: 𝜂1 = variabel laten endogen faktor individu 𝜂2 = variabel laten endogen perilaku kewirausahaan 𝜂3 = variabel laten endogen kinerja usaha 𝜉 1 = variabel laten eksogen faktor lingkungan 𝛽 = koefisien hubungan laten endogen 𝛾 = koefisien hubungan laten eksogen 𝜁 = komponen eror X1,2..n = variabel indikator pada laten eksogen Y1,2..n = variabel indikator pada laten endogen 𝜆x1.1,2..n = muatan faktor variabel indikator pada laten eksogen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25)
31 𝜆y1.1,2..n = muatan faktor varaibel indikator pada laten endogen 𝛿, 𝜀 = error pada model hubungan variabel indikator Implementasi Model SEM Model SEM pada penelitian ini terdiri dari tiga variabel endogen yaitu faktor individu, perilaku kewirausahaan, dan kinerja usaha, serta satu variabel eksogen yaitu faktor lingkungan. Hipotesis yang dikembangkan berdasarkan model tersebut adalah: H1: Faktor lingkungan secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor individu H2: Faktor lingkungan secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan H3: Faktor individu secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan H4: Faktor perilaku kewirausahaan secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha H5: Faktor lingkungan secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha Model awal persamaan struktural yang menunjukkan pengaruh perilaku perempuan wirausaha dalam meningkatkan kinerja usaha dapat dilihat pada Gambar 3. Dimana F1 adalah faktor individu, FL adalah faktor lingkungan, PK adalah perilaku kewirausahaan dan KU adalah kinerja usaha.
Gambar 3 Structural Equation Model (SEM) pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang
32
5 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian UMKM agroindustri perikanan tangkap merupakan UMKM yang tersebar di Kota Padang. Kota Padang merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Barat, mempunyai luas wilayah administratif sekitar 1 414.96 km2 terletak dipesisir pantai Barat Pulau Sumatera pada posisi astronomis antara 00o05’05” BT – 100o34’09” BT dan 00o44’00” LS – 01o08’35” LS. Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 1980 dan Perda Nomor 10 Tahun 2005 wilayah adminitrasi Kota Padang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 104 Kelurahan. Luas wilayah terdiri dari 694.96 km2 daratan dan 720.00 km2 perairan/laut yang merupakan hasil perluasan Kota Padang Tahun 1980, yaitu penambahan luas wilayah dengan 3 kecamatan dan 15 kelurahan. Batas-batas wilayah Kota Padang adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Solok, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Sebagai ibukota Propinsi Sumatera Barat, Kota Padang merupakan bagian penting bagi perekonomian Sumatera Barat. Kota Padang dikategorikan sebagai Kota Pesisir yang terletak dipantai Barat pulau Sumatera yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Kota Padang mempunyai garis pantai sepanjang 84 Km, dengan 19 buah pulau-pulai kecil serta luas lautan yang menjadi kewenangannya adalah 613.2 Km2. Dari 11 (sebelah) kecamatan itu yang termasuk kepada kecamatan pesisir ada 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kecamatan Lubuk Begalung, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Koto Tangah. Dari keenam kecamatan tersebut yang termasuk wilayah pesisir terdiri dari 23 (dua puluh tiga) kelurahan. Di wilayah tersebut terdapat jumlah nelayan sekitar 6 355 orang. Pemanfaatan pesisir sebagai basis perikanan didominasi oleh kegiatan penangkapan ikan, perdagangan ikan, budidaya ikan serta kegiatan pengolahan ikan. Jenis ikan yang diolah berupa ikan teri, ikan tuna, ikan tongkol, peperek, udang, ikan tenggiri, dan kepiting. Adapun jenis ikan yang banyak diolah adalah ikan tongkol, teri, dan ikan tuna.
Kondisi Kependudukan di Wilayah Pesisir Pada tahun 2012 total penduduk wilayah pesisir/pantai Kota Padang adalah sebanyak 479 195 jiwa atau sekitar 55.62 % dari total jumlah penduduk Kota Padang. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Koto Tangah yang merupakan wilayah pesisir yaitu 174 567 jiwa dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung yaitu 23 858 jiwa. Pada tahun 2013 jumlah penduduk yang mendiami wilayah pesisir mencapai 486 254 jiwa yang tersebar di 6 (enam) kecamatan pesisir. Sedangkan jumlah nelayan yang tersebar pada kecamatan tersebut berjumlah 6 971 jiwa yaitu 1.43% dari total jumlah penduduk yang ada di wilayah pesisir.
33 Nelayan terdiri dari nelayan penuh yaitu nelayan yang memiliki pekerjaan totalnya sebagai nelayan sepanjang waktu dan nelayan sambilan yang hanya bekerja separuh waktu sebagai nelayan. Jumlah nelayan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Koto Tangah dengan jumlah 1 935 orang dan disusul oleh Kecamatan Bungus Teluk Kabung sebanyak 1 709 orang. Dari hasil survey ditemukan bahwa rata-rata pendidikan nelayan Kota Padang terbanyak adalah tamatan SD (49.05%), SLTP (28.86%, SLTA (20.82%) dan S1 (0.28%). Hal ini disebabkan karena pada usia sekolah tamat SD masyarakat pesisir telah membebankan atau mengajak anaknya untuk melaut sehingga pendidikan tidak terlalu dihiraukan. Dari segi umur rata-rata nelayan Kota Padang berada pada usia produktif 36-56 tahun (63.29%). Umumnya di wilayah pesisir, tingkat keterampilan dan kemampuan masyarakat dalam mengelola sumberdaya pesisir masih sangat rendah, namun di Kota Padang lebih maju dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Barat. Hal ini dapat dilihat dari cara masyarakat tersebut dalam penguasaan teknologi dan alat tangkap yang digunakan. Nelayan Kota Padang lebih banyak menggunakan jenis alat tangkap seperti tonda, payang, trammel net bagan dan berbagai jenis alat tangkap lainnya yang telah menggunakan mesin penggerak yang cukup besar sehingga daerah penangkapannya lebih jauh dari pantai.
Pengembangan Agroindustri Perikanan Kelautan dan perikanan memegang peranan sangat penting dalam peradaban manusia dari zaman prasejarah hingga zaman modern. Kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumberdaya yang dapat pulih dan sektor ekonomi produkstif yang dapat dijadikan basis untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sektor kelautan dan perikanan mencakup kegiatan penangkapan ikan, budidaya ikan dan biota lainnya, serta pengolahan hasil perikanan. Dalam upaya mempercepat laju pembangunan ekonomi suatu daerah maka perlu adanya sektor penggerak dalam suatu wilayah, yang mampu mendorong kegiatan-kegiatan sektor perekonomian lainnya. Salah satu sektor yang perlu dikembangkan adalah sektor ekonomi, khusunya pada komoditas kelautan dan perikanan yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif sesuai dengan potensi dan keunggulan suatu daerah. Kota Padang sejak tahun 2006 telah menetapkan sektor kelautan dan perikanan menjadi sektor andalan. Terutama pasca gempa bumi tahun 2009. Pemerintah Kota Padang menetapkan rencana transisi dan rehabilitasi termasuk sektor kelautan dan perikanan. Kegiatan pengamangan kelautan dan perikanan menjadi prioritas dan andalan Kota Padang dalam memperbaiki taraf hidup masyarakat terutama masyarakat pesisir, ini dapat disebabkan karena letak kota padang yang strategis, yaitu berbatasan langsung dengan laut (perairan laut barat sumatera) dan 10 buah pulau. Letak yang strategis ini memberikan sumbangan yang positif untuk mengembangkan kota berbasis kelautan dan perikanan. Untuk itu diperlukan berbagai terobosan dengan merevitalisasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Dengan demikian sumber-sumber pertumbuhan ekonomi sepatutnya dikembangkan adalah yang berbasis keunggulan komparatif dari sektor kelautan
34 dan perikanan. Apabila peluang dan prospek yang terbuka dapat dikembangkan sebaik-baiknya maka sektor kelautan dan perikanan dapat dijadikan andalan pertumbuhan ekonomi bagi Kota Padang pada masa yang akan datang. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan ditujukan untuk mewujudkan pembangunan industrialisasi sektor kelautan dan perikanan. Di Kota Padang industrialisasi perikanan berbasis oceanic berpusat di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, sedangkan untuk industrialisasi perikanan pelangis kecil dipusatkan di Sentra Pendaratan Ikan Pasia Nan Tigo Kota Padang. Untuk meningkatkan kinerja industrialisasi perikanan ini pada tahun 2013 Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang membentuk bidang khusus baru menangani kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Pembangunan Sentra Pengolahan Hasil Perikanan berlokasi di Pasia Nan Tigo dimulai sejak tahun 2012 pada lahan 1.66 Ha yang telah dibebaskan oleh pemerintah Kota Padang. Saat ini fasilitas yang telah dibangun adalah tempat pengolahan dan penjemuran ikan serta rumah kemas untuk packaging. Dalam operasionalnya pengolahan dilakukan oleh kelompok pengolah yang ada di kawasan sentra, dan saat ini telah ada 6 (enam) keompok yang melakukan pengolahan ikan di sentra. Untuk meningkatkan operasional sentra pengolahan ini maka status sentra dibina oleh UPT yang dibentuk pada awal tahun 2013. Agroindustri perikanan perikanan laut merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh Kota Padang khususnya di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan Kecamatan Koto Tangah. Agroindustri perikanan laut tersebut marak ditemui pada musim ikan dan mayoritas adalah agroindustri rumah tangga (home industry), yang sebagian besar menggunakan peralatan dengan teknologi sederhana. Keberadaan agroindustri tersebut masih terbatas dan peluang usaha tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Agroindustri rumah tangga (home industry), yang sebagian besar menggunakan peralatan dengan teknologi yang sederhana, skala kecil, dan bersifat musiman (waktu produksi tergantung musim dan cuaca).
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Perempuan Wirausaha Penelitian ini menggunakan responden perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang. Adapun perempuan wirausaha yang menjadi responden penelitian ini sebanyak 168 orang dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik umum perempuan wirausaha dapat menjadi suatu pengetahuan mengenai latar belakang sosial dan ekonomi dari setiap responden. Karakteristik perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang yang diperoleh dari pengumpulan data di lapangan terdiri dari umur, pendidikan formal, pendapatan, status pernikahan, lama menjalankan usaha, peran perempuan wirausaha, dan jenis kegiatan pengolahan.
35 Umur Menurut Hurlock (Riyanti 2003), perkembangan karir berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia, yang mengelompokkan perkembangan karir manusia menjadi tiga kelompok usia, yaitu (1) usia dewasa awal antara 18 sampai 40 tahun, ciri khasnya terkait dengan tugas pengembangan dalam membentuk keluarga dan pekerjaan, memiliki tugas pokok, memilih bidang pekerjaan yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis yang dimiliki sehingga kesehatan mental dan fisiknya tetap terjaga; (2) usia dewasa madya antara 40 sampai 60 tahun, ciri khasnya keberhasilan dalam pekerjaan. Keberhasilan itu biasanya dicapai pada usia 40 sampai 50 tahun, pada usaha ini kebanyakan mencapai prestasi puncak, memiliki pekerjaan yang lebih baik dibanding dengan pekerjaan yang dimiliki ketika masih muda; (3) usia dewasa akhir diatas 60 tahun, pada masa ini mulai mengurangi kegiatan kariernya, karena menurunnya kesehatan dan fisik, lebih banyak melakukan kegiatan sosial dan menikmati hasil jerih payah selama bekerja. Umur pelaku usaha UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang yang menjadi responden sebagian besar berada pada kisaran umur yang masih produktif yaitu berumur diatas 40 tahun sebanyak 68 persen (Gambar 4). Umur pada tingkatan tersebut adalah umur produktif dalam mencapai keberhasilan, sebagaimana yang dijelaskan oleh (Riyanti 2003), bahwa keberhasilan usaha dapat dicapai pada umur empat puluhan dan lima puluhan, dapat disimpulkan bahwa seharusnya responden sudah mencapai puncak prestasi dan kesuksesan dalam menjalankan UMKM agroindustri perikanan tangkap. Dengan demikian perempuan wirausaha dalam kategori umur produktif memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi. > 56 thn 3%
41 - 55 thn 68%
26 - 40 thn 29%
26 - 40 thn
41 - 55 thn
> 56 thn
Gambar 4 Sebaran responden menurut umur Responden pada kisaran umur 26 – 40 tahun sebanyak 29 persen (Gambar 4). Pada masa dewasa awal ini dapat dikatakan sebagian besar pelaku usaha sudah dapat memilih bidang ini sebagai pekerjaan yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologisnya. Jika dilihat berdasarkan banyaknya pelaku usaha yang menginjak usia dewasa madya (68 persen), maka seharusnya pelaku usaha tersebut sudah mencapai prestasi puncak, atau sudah mencapai keberhasilan dalam menjalankan usaha. Pelaku usia dalam kisaran usia produktif tersebut masih potensial untuk mengembangkan diri dan mengembangkan usahanya. Disamping itu komposisi umur pelaku usaha tersebut menunjukkan bahwa usaha
36 yang dijalankan sekarang ini merupakan sumber mata pencaharian utama yang menarik bagi tenaga kerja umur produktif. Umur juga akan mempengaruhi seseorang dalam merespon sesuatu yang baru dalam walaupun belum banyak mempunyai pengalaman. Pelaku usaha dengan umur produktif biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu berbagai hal yang belum diketahui dan cenderung tinggi adopsi inovasinya, karena kekuatan fisik dan kematangan psikologisnya saling mendukung. Selain itu, umur juga mempengaruhi kinerja responden dalam mengelola usahanya, terkait dengan adanya inovasi, seseorang pada umur non produktif akan cenderung sulit menerima inovasi, sebaliknya seseorang pada umur produktif akan lebih mudah dan cepat menerima inovasi. Umur perempuan wirausaha yang paling muda yaitu 26 tahun, hal ini memperlihatkan bahwa masih minimnya minat tenaga muda berumur dibawah 25 tahun yang bekerja di sektor agroindustri perikanan tangkap. Oleh karena itu diperlukan pembinaan yang dapat meningkatkan motivasi agar perempuan wirausaha muda tertarik berkecimpung di sektor pertanian, terutama pada usaha pengolahan hasil perikanan tangkap. Dari tingkatan umur responden yang menjalankan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap, maka dapat disimpulakan bahwa semakin bertambahnya umur perempuan wirausaha, maka makin banyak pula yang menjadi perempuan wirausaha pengolah hasil perikanan tangkap. Secara umum, umur memegang peranan penting dalam perilaku kewirausahaan dalam meningkatkan kinerja usaha (Setyorini 2008) dan berkaitan dengan prestasi kerja seseorang. Selain itu, menurut Riyanti (2003) bukan hanya umur kronologis saja yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha tetapi juga terkait dengan umur mengelola usaha dan bertambahnya pengetahuan, sehingga dengan bertambahnya umur seseorang wirausaha maka keberhasilan mengelola usaha juga sangat besar. Pendidikan Formal Tingkat pendidikan formal responden sebagian besar adalah lulus SMA yaitu sebesar 73.81 persen. Secara berturut-turut tingkat pendidikan perempuan wirausaha lainnya adalah lulus SD (5.36%), lulus SMP (12.50%), lulus D1 (2.38%), dan lulus sarjana (5.95%) (Gambar 5). Tingkat pendidikan diharapkan dapat berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi, yang dapat memperbaiki pengelolaan usaha agroindustri perikanan tangkap baik dari proses produksi hingga pengemasan dan teknik pemasaran. Pendidikan formal yang lebih tinggi akan sangat berperan dalam kemampuan menganalisis berbagai situasi, wawasam berpikir dan pemanfaatan teknologi terkini. Namun pada kenyataannya seseorang yang berpendidikan yang lebih rendah dengan pengalaman yang lebih banyak juga mampu mencapai kesuksesan dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih tinggi, sebagaimana menurut Priatna (2011) wirausaha dengan pendidikan lebih rendah dengan berbekal pengalamannya mungkin sekali memiliki kemampuan yang dicapai oleh wirausaha kecil dengan pendidikan lebih tinggi, tetapi waktu yang dibutuhkan biasanya cenderung lebih lama. Menurut Welter dan Smallbone (2011), seorang wirausaha dengan modal pendidikan dan pengetahuan yang memadai dapat membantu untuk lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan pendidikan, wirausaha dapat mengeksploitasi peluang, juga mungkin akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan struktur kelembagaan yang berubahubah, mereka dapat lebih mudah melakukan kontak bisnis dan membangun
37 jaringan sosial untuk mengatasi hambatan dalam kelembagaan. Demikian juga dengan pendapat Hadiati (2007), pendidikan dapat lebih memperluas interaksi. Keberadaan pelaku usaha dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan mampu menjadi pembimbing bagi pelaku usaha lain yang tingkat pendidikan dan pengetahuannya lebih rendah. Tingakt pendidikan dapat menentukan kualitas kinerja seseorang, khususnya dalam mencerna informasi. Rendahnya tingkat pendidikan pelaku usaha dikhawatirkan akan makin menurunkan kualitas di sektor agribisnis, karena kurang mampu merespon tuntutan kebutuhan pasar. lulus S1 59.50%
lulus SD 53.60%
lulus D1 2.38% lulus SMP 12.50%
lulus SMA 73.81% lulus SD
lulus SMP
lulus SMA
lulus D1
lulus S1
Gambar 5 Sebaran tingkat pendidikan formal respondan Pendapatan Usaha agroindustri perikanan tangkap oleh perempuan wirausaha pada umumnya adalah sebagai pekerjaan utama. Pendapatan yang diperoleh perempuan wirausaha dari usaha ini paling banyak 5 juta per bulan yang mencapai 75 persen, diikuti dengan perempuan wirausaha yang berpendapatan Rp 3 juta – Rp 4 juta per bulan yang mencapai 25 persen (Gambar 6). Besarnya pendapatan yang diterima oleh perempuan wirausaha tergantung jumlah ikan yang diolah, semakin banyak jumlah ikan yang diolah maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh oleh perempuan wirausaha. Sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan perempuan wirausaha masih menyisihkan pendapatannya untuk dijadikan modal pada usaha berikutnya. Perbedaan pendapatan dari hasil produksi ini selain karena faktor besarnya skala usaha, namun juga karena perbedaan kemampuan sumber daya perempuan wirausaha masing-masing dalam melakukan kegiatan usaha agroindustri perikanan tangkap. 3000000 - 4000000 25%
5000000 75%
Gambar 6 Sebaran pendapatan responden
38 Status Pernikahan Status pernikahan secara langsung juga mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam melakukan usaha untuk menambah pendapatan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan status pernikahan, bahwa sebanyak 100 persen responden sudah menikah (Gambar 7). Ketika sudah menikah maka seseorang harus menanggung kebutuhan anggota keluarganya. Hal ini berbeda dengan kelompok yang belum menikah, seseorang yang belum menikah memiliki kebutuhan yang berbeda dengan seseorang yang sudah menikah. Sehingga perubahan situasi tersebut mengakibatkan perubahan kebutuhan-kebutuhan yang sebelumnya belum pernah terpikirkan oleh seseorang yang belum menikah.
Menikah 100%
Gambar 7 Status pernikahan responden Lama Menjalankan Usaha Pelaku usaha agroindustri perikanan tangkap rata-rata terbanyak berpengalaman 11-20 tahun sebesar 56.55 persen. Disusul oleh perempuan wirausaha yang memiliki pengalaman dibawah 5 tahun sebesar 30.95 persen, perempuan wirausaha yang memiliki pengalaman 6-10 tahun sebesar 2.38 persen, perempuan wirausaha yang memiliki pengalaman 21-30 tahun sebesar 7.14 persen dan yang paling lama berpengalaman dalam menjalankan usaha pengolahan ikan lebih dari 30 tahun sebanyak 2.98% (Gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa perempuan wirausaha sudah cukup berpengalaman dalam menjalankan usaha, baik dari segi produksi hingga pemasaran. Berdasarkan pengalaman tersebut hal yang melatarbelakangi perempuan wirausaha untuk terjun dalam usaha agroindustri perikanan tangkap sebagian besar adalah meneruskan usaha keluarga, karena sebagain besar perempuan wirausaha tinggal di pesisir pantai. 6-10 tahun 2%
21-30 tahun 7% > 30 tahun 3%
< 30 tahun 31%
11-20 tahun 57%
11 - 20 tahun
> 5 tahun
6-11 tahun
21-30 tahun
>30 tahun
Gambar 8 Sebaran responden menurut lama pengalaman usaha Berdasarkan analisis deskriptif di atas dan keadaan lapang, dapat disimpulkan bahwa secara umum perempuan wirausaha dalam menjalankan usahanya masih
39 bersifat subsitem, atau berorientasi untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Jika dilihat dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, maka usaha agroindustri perikanan tangkap di wilayah penelitian secara umum dapat dikelompokkan menjadi usaha mikro, yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa usaha agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang tergolong Small Scale Traditional Family Enterprise (SSTFE) atau disebut UMKM traditional, yang berorintasi untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dan tidak ada pemisahan keuangan / kekayaan antara perusahaan dan keluarga. Sebagaimana menurut Wirasasmita (2011) Small Scale Traditional Family Enterprise (SSTFE) tidak memiliki orientasi pertumbuhan dan keinovativan. Struktur organisasi UMKM traditional adalah “Owner Manager” untuk selama-lamanya dan tidak ada pemisahan keuangan/kekayaan antara perusahaan dan keluarga, sehingga sering juga disebut perusahaan kecil trasional keluarga, yang berorientasi pemenuhan kebutuhan kelaurga yang langsung dipenuhi dari perusahaan tersebut. Hasil pengamatan di wilayah penelitian menunjukkan bahwa, meskipun dengan berbagai keterbatasan, tantangan dan kesulitan yang dihadapi, pelaku-pelaku usaha tersebut tetap berusaha menekuni usaha agroindustri perikanan tangkap, dengan demikian dibutuhkan perhatian pemerintah dalam pengembangan usahanya. Pengembangan usaha agroindustri perikanan tangkap dapat dilakukan melalui pendekatan agribisnis. Agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem integrative yang terdiri dari beberapa subsistem yaitu; (1) subsitem pengadaan sarana produksi pertanian; (2) subsistem produksi /usahatani; (3) subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian, (4) subsistem pemasaran hasil; (5) subsistem kelembagaan dan penunjang kegiatan pertanian (Krisnamurthi 2001). Dengan demikian dalam pengambangan usaha agroindustri perikanan tangkap tidak hanya dilakukan terhadap aspek-aspek yang berada dalam subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian, akan tetapi sangat ditentukan oleh keterkaitannya dengan subsistem lain. Keterkaitan tersebut mulai dari pengadaan sarana produksi (off farm) atau subsistem hulu, kegiatan usaha tani (on farm), hingga kegiatan industri, distribusi dan pemasaran atau subsistem hilir, didukung oleh subsistem kelembagaan sebagai penunjangnya. Peran Perempuan Wirausaha Agroindustri perikanan tangkap sebagian besar dikelola oleh perempuan. Hal ini karena usaha yang dijalankan merupakan hampir keseluruhan pekerjaan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga. Perempuan berperan aktif dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, serta menghasilkan pendapatan dari penjualan ikan hasil tangkapan suami sebagai tambahan pendapatan. Perempuan wirausaha menjadikan usaha ini sebagai tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dibalik pekerjaan utamanya adalah sebagai seorang ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak-anak.
40
100% memiliki peran ganda Ibu rumah tangga dan wirausaha
Gambar 9 Peran perempuan wirausaha Sehingga perempuan wirausaha seluruhnya memiliki peran ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pelaku usaha agroindustri perikanan. Dari seluruh responden, semuanya telah menikah dan memiliki anak, 100 persen responden memiliki peran ganda. Faktor pendorong perempuan wirausaha menjalankan usaha ini antara lain untuk meringankan beban keluarga, menciptakan lapangan pekerjaan, merubah nasib, dan mandiri. Jenis Kegiatan Pengolahan Jenis ikan yang digunakan sebagian besar tuna, cakalang, bada teri dan sala. Sumber bahan baku utama diperoleh dari tempat pelelngan ikan (TPI) terdekat dari lokasi tempat usaha, sedangkan bahan tambahan dibeli di pasar atau warung. Sebagian bentuk usaha yang dijalankan perempuan wirausaha perorangan. Penentuan harga produk di pasar disesuaikan dengan kondisi cuaca / musim, ketika musim hujan harga bahan baku naik, sehingga harga produk olahan ikut naik, namun ketika cuaca baik harga bahan baku ataupun produk olahan stabil sesuai dengan harga pasar. Sistem penjualan produk untuk produk olahan ikan kering, pembeli langsung datang ke lokasi usaha untuk membeli ikan kering, pembeli bisa berasal dari daerah luar Kota Padang. Untuk usaha pengolahan lainnya, penjualan dilakukan di tempat usaha, diletak di warung atau pasar. Untuk kegiatan usaha pengeringan ikan, sebagian besar belum memiliki merek produk, sedangkan usaha pengolahan lainnya telah memiliki merek dan kemasan khusus untuk produk mereka. 43.46% Pengolahan lainnya 56.54% Pengaraman / pengeringan pengeringan
pengolahan lainnya
Gambar 10 Jenis kegiatan pengolahan |Faktor Individu Faktor Individu perempuan wirausaha yang mengusahakan pengolahan hasil perikanan tangkap (individu causality) merupakan atribut yang melekat pada
41 sifat dan kualitas pribadi atau personal yang diperlihatkan dalam menjalankan usahanya. Indikator faktor individu atau variabel manifest pada penelitian ini diukur dari pendidikan, pengalaman, motivasi berprestasi, modal, kepemilikan sarana dan prasarana, persepsi terhadap usaha. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9, dapat dinyatakan bahwa pada umumnya persentase perempuan wirausaha terhadap indikator faktor individu menunjukkan kecenderungan yang cukup tinggi dan telah memadai bagi pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap. Tabel 9 Persentase penilaian perempuan wirausaha terhadap faktor individu
Faktor Individu Pendidikan Pengalaman Motivasi berprestasi Modal Kepemilikan sarana dan prasarana Persepsi terhadap usaha
Persentase Perempuan Wirausaha (%) Sangat Tidak Sangat Tidak Netral Setuju Setuju Setuju Setuju 0 0.50 24.90 56.85 17.76 0 1.19 24.17 52.26 22.38 0 1.19 25.82 58.56 14.43 0 0 16.07 51.49 32.44 2.98 4.17 23.81 53.27 15.77 0 2.98 21.13 52.68 23.21
Pendidikan Berdasarkan banyaknya responden yang memilih jawaban setuju 56.85 persen dan netral 24.90 persen, dapat dikatakan bahwa perempuan wirausaha memiliki tingkat pendidikan formal yang sedang. Pendidikan perempuan wirausaha pengolah hasil perikanan tangkap banyak terdapat di tingkat SMA yaitu sebesar 73.81 persen. Secara berturut-turut tingkat pendidikan perempuan wirausaha lainnya adalah lulus SD (5.36%), lulus SMP (12.50%), lulus D1 (2.38%), dan lulus sarjana (5.95%). Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang melatarbelakangi perempuan wirausaha di Kota Padang sangat beragam, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini menunjukkan pengelolaan usaha pengolahan ikan relatif lebih mudah serta memberikan prospek yang baik bagi perempuan wirausaha yang terlihat dari sebagian perempuan wirausaha yaitu sebanyak 58.93 persen aktif mencari informasi dan mengikuti pelatihan pengolahan ikan, 52.98 persen membaca buku usaha sukses, 42.26 persen sudah mampu mencari solusi untuk masalah yang dihadapi, 70.83 persen perempuan wirausaha sudah mampu membaca dan menulis, dan 69.05 persen perempuan wirausaha sudah melakukan pencatatan keuangan untuk usaha yang dijalankan. Pendidikan yang dimiliki perempuan wirausaha mempengaruhi kemampuannya dalam mengimplementasikan ide-ide baru dalam usahanya. Pernyataan tersebut senada dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa pendidikan sangatlah penting dalam keberhasilan suatu usaha. Faktor pendidikan mempuyai peranan penting dalam berwirausaha karena sikap dan keterampilan yang lebih tinggi umumnya dimiliki oleh orang yang berpendidikan tinggi (Pambudy 2010). Pendapat yang berbeda dinyatakan oleh Riyanti (2013), yang menyatakan bahwa pendidikan tidak menentukan dalam keberhasilan suatu usaha karena tidak adanya keterkaitan ilmu pada pendidikan formal dengan ilmu yang diperlukan dalam mengelola usaha. Namun demikian
42 tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh perempuan wirausaha menjadi peluang dalam aktivitas pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap. Pengalaman Keputusan seseorang untuk menjalani profesi sebagai wirausaha dipengaruhi oleh pengalaman yang dimilikinya. Berdasarkan jawaban responden yang memilih setuju 52.26 persen dan sangat setuju 22.38 persen. Hal ini menggambarkan bahwa dalam menjalankan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap, perempuan wirausaha sudah memiliki cukup pengalaman sehingga peluang perempuan wirausaha untuk berhasil dalam mengembangkan usahanya cukup besar. Lamanya usaha yang dijalankan perempuan wirausaha masuk dalam kategori yang tinggi atau lama sehingga proses pengendalian atas aktivitas produksi dapat dilakukan oleh perempuan wirausaha itu sendiri. Rata-rata pengalaman terbanyak yang dimiliki oleh perempuan wirausaha adalah 11-20 tahun yaitu sebesar 56.55 persen. Disusul oleh perempuan wirausaha yang memiliki pengalaman dibawah 5 tahun sebesar 30.95 persen, perempuan wirausaha yang memiliki pengalaman 6-10 tahun sebesar 2.38 persen, perempuan wirauasha yang memiliki pengalaman 21-30 tahun sebesar 7.14 persen dan yang paling lama berpengalaman dalam menjalankan usaha pengolahan ikan lebih dari 30 tahun sebanyak 2.98%. Pemahaman perempuan wirausaha mengenai manajemen dalam pelaksanaan usaha pengolahan ikan didapatkan dari pengalaman bekerja di lingkungan nelayan yang sebagian besar masyarakat pesisir, dimana usaha ini dikelola oleh perempuan wirausaha itu sendiri dibantu oleh anggota keluarganya. Sebagian besar perempuan wirausaha yaitu sebanyak 68.45% menganggap bahwa pengalaman usaha sangat penting dan mempengaruhi kemajuan usaha. Melalui pengalaman perempuan wirausaha memiliki peluang dalam pengembangan usahanya. Karena dianggap telah memiliki pengalaman dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan. Jika dihubungkan dengan tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka tidak mengurangi minat responden untuk mengusahakan usaha pengoalahan hasil perikanan tangkap. Hal ini sangat menarik sekali karena tingkat pendidikan tidak mempengaruhi responden dalam memilih pekerjaan. Motivasi Berprestasi Berdasarkan banyaknya responden yang memilih jawaban setuju sebanyak 58.56 persen dan 25.82 persen netral, dapat dikatakan bahwa perempuan wirausaha memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi perempuan wirausaha yan sukses. Adanya motivasi dapat mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu. Menurut Suryana dan Kartib (2011), motivasi merupakan proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang yang menjadi penentu dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, wirausaha harus memiliki karakter yang pekerja keras, tidak pantang menyerah, memiliki semangat dan memiliki komitmen yang tinggi. Keadaan dilapangan menunjukkan bahwa orientasi sebagian besar wirausaha dalam menjalankan usahanya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, wirausaha harus mempunyai motivasi untuk mencapai suatu target dalam berusaha agar menjadi wirausaha yang sukses. Sebagian besar responden yaitu 58.93 persen selalu menggali berbagai informasi mengenai usaha pengolahan ikan
43 melalui sesama perempuan wirausaha dan penyuluh karena 52.98 persen dari perempuan wirausaha ingin menjadi perempuan wirausaha yang sukses dengan alasan memiliki waktu yang lebih fleksibel dan bebas dalam menjalankan usaha. Hal ini merupakan salah satu upaya perempuan wirausaha untuk mencapai kesuksesan dalam berusaha dengan didukung oleh keberaniannya dalam menghadapi risiko dan belajar dari pengalaman sebelumnya untuk meningkatkan kreativitas perempuan wirausaha. Sebagian besar perempuan wirausaha bekerja sebagai wirausaha karena ingin bekerja untuk diri sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak manapun dan waktu dalam bekerja lebih leluasa. Motivasi yang tinggi dari perempuan wirausaha disebabkan karena tekanan ekonomi yang cukup berat yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya mengharapkan pendapatan suami dari menangkap ikan dilaut. Modal Modal merupakan modal perempuan wirausaha untuk menjalankan usaha pengolahan ikan. Modal awal berasal dari tabungan pribadi. Berdasarkan banyaknya responden yang memilih jawaban setuju 51.49 persen dan sangat setuju 32.44 persen dapat dikatakan bahwa modal sangat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha. Modal sangat menunjang usaha yang dijalankan dan responden mengangap bahwa kepemilikan modal sangat berhubungan dengan sikap mandiri dalam menjalankan usaha. Keuntungan yang diperoleh dari usaha akan dijadikan modal untuk usaha selanjutnya. Namun, disisi lain perempuan wirausaha masih kesulitan untuk mengakses kredit untuk mengembangkan usahanya. Perempuan wirausaha mengalami banyak kendala dalam memperoleh kredit, sehingga hal tersebut yang menyebabkan perempuan wirausaha malas untuk melakukan pinjaman. Padahal dengan modal yang diberikan, perempuan wirausaha dapat meningkatkan skala usahanya. Kepemilikan Sarana dan Prasarana Kepemilikan sarana dan prasarana merupakan kelengkapan alat yang digunakan perempuan wirausaha untuk dapat menjalankan usahanya. Berdasarkan banyaknya responden yang memilih jawaban setuju sebanyak 53.27 persen dan sangat setuju 15.77 dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana sudah memadai. Kepemilikan sarana dan prasarana sangat menunjang usaha yang dijalankan dan responden menganggap bahwa kepemilikan sarana dan prasarana sangat menunjang dalam keberhasilan usaha. Semakin lengkap sarana dan prasarana yang dimiliki dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mempermudah perempuan wirausaha dalam proses operasional usaha. Pemerintah juga telah memberikan perhatian bagi pelaku ushaa dalam hal pengadaan sarana dan prasarana pengolahan hasil perikanan agar pengolah hasil perikanan mempunyai alat-alat yang dibutuhkan dalam aktifitasnya mengolah hasil perikanan. Melalui pengadaan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi dan pelaku usaha dapat memproduksi secara kontinyu yang akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup pengolah hasil perikanan. Persepsi Terhadap Usaha Persepsi perempuan wirausaha terhadap keberhasilan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap menunjukkan keyakinan yang tinggi, hal ini ditunjukkan
44 dari banyaknya responden yang memilih jawaban setuju 52.68 persen. Berdasarkan data di lapangan, 53.57 persen perempuan wirausaha setuju dan mengangap usaha ini menguntungkan dan memiliki prospek yang cerah kerena sebagian besar dari perempuan wirausaha selalu menyisihkan sebagian dari hasil usahanya untuk tambahan modal pada usaha berikutnya. Adanya persepsi tersebut mampu meningkatkan kepercayaan diri perempuan wirausaha untuk terus menekuni usaha pengolahan hasil perikanan tangkap. Menurut Inggarwati dan Kaudin (2013), bila usaha didirikan karena dorongan dari dalam diri si pengusaha maka terdapat keinginan yang relatif lebih tinggi untuk mengembangkan usaha. Demikian pula, semakin tinggi derajat self-efficacy si pengusaha, semakin tinggi pula intensi untuk mengembangkan usaha. Pertumbuhan usaha pengolahan hasil perikanan menunjukkan pertumbuhan yang baik, karena sebesar 53.57 persen perempuan wirausaha mempunyai keyakinan yang baik terhadap usaha ini dibuktikan dengan adanya keinginan untuk menghasilkan olahan produk perikanan tangkap secara bertahap. Dukungan pemerintah sangat dibutuhkan bagi perempuan wirausaha dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi keberlangsungan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap seperti penyediaan sarana dan prasarana serta informasi bagi perkembangan usahanya.
Faktor Lingkungan Faktor lingkungan atau lingkungan (external causality) merupakan faktor penyebab perilaku yang terdapat dalam lingkungan atau situasi. Indikator faktor lingkungan diantaranya adalah ketersediaan bahan input, dukungan penyuluhan dan pelatihan, bantuan modal, dukungan promosi dan pemasaran, dukungan pemerintah, dan kokompakan antar perempuan wirausaha. Pada Tabel 10 dapat dilihat persentase perempuan wirausaha terhadap indikator-indikator faktor lingkungan perempuan wirausaha pengolahan hasil perikanan tangkap secara umum menunjukkan kecenderungan yang baik. Tabel 10 Persentase penilaian perempuan wirausaha terhadap faktor lingkungan
Faktor Lingkungan Ketersediaan bahan input Dukungan penyuluhan dan pelatihan Bantuan modal Dukungan promosi dan pemasaran Dukungan pemerintah Kekompakan antar perempuan wirausaha
Persentase Perempuan Wirausaha (%) Sangat Tidak Sangat Tidak Netral Setuju Setuju Setuju Setuju 0 1.79 35.00 53.57 9.64 0 5.51 39.58 40.18 14.73 0 0.99
5.06 4.17
28.27 33.93
48.21 50.20
18.45 10.71
0 0
3.87 0
43.45 34.82
43.45 49.11
9.23 16.07
45 Ketersediaan Bahan Input Ketersediaan bahan input seperti ikan mentah selama ini dianggap mudah didapatkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada Tabel 10, dimana sebagian besar responden memilih jawaban setuju 53.57 persen. Dalam usaha pengolahan ikan, perempuan wirausaha langsung membeli bahan baku ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terdekat dengan tempat usaha. Dalam usaha pengolahan ikan, jenis ikan yang digunakan responden untuk diolah kembali yaitu tuna, bada teri, dan sala. Bahan baku yang dibeli di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dibayar langsung di tempat. Kondisi bahan baku berfluktuasi ketika kondisi cuaca yang buruk, sehingga mengakibatkan stok bahan baku juga berkurang, karena hanya kapal berukuran sedang dan besar yang bisa pergi melaut. Hal ini mengakibatkan harga bahan baku menjadi naik, yang akhirnya berpengaruh kepada harga akhir produk hasil olahan ikan. Dukungan Penyuluhan dan Pelatihan Persentase perempuan wirausaha terhadap dukungan pemerintah dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan bagi perempuan wirausaha pengolah hasil perikanan tangkap dikatakan memadai. Data Tabel 10 menunjukkan 39.58 persen perempuan wirausaha menjawab netral, dan 40.18 persen menjawab setuju. Dukungan pemerintah berupa penyuluhan dan pelatihan sebagian besar sudah pernah dirasakan oleh seluruh perempuan wirausaha, yaitu berupa pelatihan pembuatan bakso ikan, pelatihan membuat aneka olahan ikan, penyuluhan mengenai mutu dan hiegenis produk. Pelatihan yang telah diberikan pemerintah Kota Padang untuk meningkatkan pengetahuan perempuan wirausaha adalah GEPEMP Angkatan I (23 Mei 2013) dan II (28 Nov 2013) (Gerakan Pensejahteraan Masyarakat Pesisir), dimana pemerintah memfasilitasi akses permodalan bagi pelaku usaha kelautan dan perikanan Kota Padang. Bentuk lain pelatihan yang pernah diberikan adalah demonstrasi masak aneka olahan ikan kepada kelompok pengolah ikan, pengenalan manfaat makan ikan dan teknologi beberapa olahan dari ikan diberikan kepada 90 orang dengan sistem ceramah/penyuluh. Diharapkan demonstrasi aneka olahan ikan ini dapat secara langsung di lihat cara pengolahan ikan sehingga keterampilan dan pendapatan dapat meningkat dan pengetahuan verifikasi olahan ikan bertambah. Bantuan Modal Persentase perempuan wirausaha terhadap keberadaan bantuan modal dari pemerintah menunjukkan hasil yang memadai. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya responden yang memilih jawaban setuju 48.21 persen. Selama ini perhatian pemerintah berupa bantuan modal sudah didapatkan oleh pelaku usaha pengolahan ikan. Modal diberikan melalui proses pengajuan melalui masingmasing kelompok. Kelompok yang memenuhi kriteria diberikan bantuan modal dalam bentuk barang yang diperlukan untuk pengembangan usaha. Namun disisi lain pelaku usaha masih kesulitan dalam mengakses kredit untuk mengembangkan usahanya, selama ini sebagian besar pelaku usaha bergantung pada pinjaman kepada kerabat terdekat. Pelaku usaha mengalami banyak kendala dalam memperoleh kredit diantaranya tidak mempunyai pengetahuan mengenai tatacara memperoleh kredit (pembayaran dan bunga). Pelaku usaha juga perlu memahami
46 perbedaan antara kredit untuk investasi jangka panjang seperti peralatan dan mesin dan untuk modal operasi input produksi serta biaya lainnya. Selain itu keahlian dalam negosisasi kontrak sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa kredit yang didapatkan memberikan keuntungan pada usaha. Pemerintah telah memberikan bantuan modal bagi para pelaku usaha pengolahan hasil perikanan tangkap berupa kegiatan BLM PUMP P2HP Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang, program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, untuk tahun 2013 Kota Padang mendapat 5 (lima) paket yang diberikan untuk POKLAHSAR, yang terdiri dari 3 (tiga) untuk pemasar, dan 2 (dua) untuk pengolah. Masing-masing paket diberikan untuk 1 (satu) POKLAHSAR senilai 50 juta rupiah. Tujuan dari BLM PUMP P2HP adalah untuk dapat meningkatkan kemampuan usaha dan mengembangkan wirausaha POKLAHSAR, dengan adanya bantuan diharapkan kesejahteraan dalam anggota poklahsar tersebut dapat tercapai. Peranan lembaga keuangan (misalnya bank) tidak membantu usaha perempuan wirausaha karena masih berlakunya agunan dan suku bunga pinjaman yang tinggi, kegiatan pemasaran yang terkendala modal, tidak menggunakan pinjaman kepada bank karena terkendala pada agunan dan suku bunga pinjaman yang tinggi, sehingga perempuan wirausaha cenderung hanya mengandalkan kemampuan pada dirinya sendiri. Dukungan Promosi dan Pemasaran Dukungan promosi dan pemasaran dirasakan telah memadai bagi sebagian perempuan wirausaha, hal ini ditunjukkan banyaknya responden yang memilih jawaban setuju 50.20 persen. Dukungan tersebut dirasa telah cukup memadai dengan adanya program promosi dan pemasaran yang dilakukan pemerintah, seperti mengikutsertakan pelaku usaha dalam bazar baik di dalam maupun di luar kota, seperti yang telah dilakukan pada pameran batam expo di kota batam, pameran apeksi di kota palngkaraya, pameran teknologi tempat guna di padang, Indonesia fisheries di kota Surabaya, hari pangan sedunia di padang, padang fair di padang, sumbar expo di Jakarta, yang diperuntukan untuk produk pengolahan hasil perikanan olahan yang berkemasan. Untuk hasil produk pengeringan atau penggaraman, perempuan wirausaha menjual langsung ke pedagang yang datang membeli ke lokasi usaha. Sehingga belum ada pengemasan yang lebih baik. Oleh karena itu perlu adanya dukungan pemerintah agar perempuan wirausaha lebih bersemangat meningkatkan mutu dan kualitas produknya. Kontribusi pemerintah sebagai fasilitator dalam memperluas jaringan usaha (networking) sangat diharapakan oleh perempuan wirausaha, seperti pengadaan pameran dan promosi produk yang dihasilkan perempuan wirausaha melalui kegiatan kedinasan maupun acara lainnya, memfasilitasi perempuan wirausaha untuk bisa bermitra serta menyediakan informasi pasar secara intensif. Selain bantuan dari pemerintah, sebagai perempuan wirausaha mereka juga dituntut untuk dapat mengakses informasi mengenai usahanya sendiri, karena untuk memajukan suatu usaha diperlukan berbagai informasi. Informasi itu bisa didapat perempuan wirausaha melalui radio, poster, pamflet, dan pembelajaran kelompok. Hal tersebut memberikan peluang kepada perempuan wirausaha, dimana sebagian perempuan wirausaha yaitu 59 persen menyatakan penyediaan informasi memberi peluang pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan
47 tangkap. Untuk daerah pemasaran produk, telah tersebar di Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau dan Provinsi Jambi. Dukungan pemerintah Dukungan pemerintah dirasakan sangat memadai bagi perempuan wirausaha pengolahan hasil perikanan tangkap, hal ini ditunjukkan dari banyaknya responden yang memilih jawaban setuju sebesar 43.45 persen dan netral sebesar 43.45 persen. Perlindungan pemerintah terhadap perempuan wirausaha yang menjalankan usaha agroindustri pengolahan hasil perikanan tangkap sudah optimal, seperti regulasi yang terkait dengan harga, pemasaran dan informasi pasar yang mudah didapatkan perempuan wirausaha, sehingga perempuan wirausaha dapat bersaing dengan perempuan wirausaha lainnya. Dalam peningkatkan mutu dan kualitas agroindustri perikanan tangkap pengetahuan perempuan wirausaha masih perlu ditingkatkan baik dalam segi pengolahan produk, peningkatan kualitas dan mutu produk, serta pengolahan peningkatan jenis hasil olahan yang beragam. Adapun bentuk program program pemerintah yang dilakukan antara lain (1) pembinaan dan pengawasan mutu ikan segar dan ikan olahan, dan (2) pengadaan tempat penyimpanan ikan bersuhu dingin (cold storage) untuk sentra pengolahan ikan. Oleh karena itu pemerintah diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga dapat menggerakkan perekonomian keluarga nelayan khususnya melalui perempuan wirausaha tersebut. Selain itu pemerintah juga telah memberikan bantuan dalam hal sarana dan prasarana bagi para pelaku usaha, antara lain Para-para (tempat penjemuran ikan), kompor minyak tanah, baskom plastik, timbangan gantung, keranjang rebus, terpal plastik, limeh, fish box, keranjang rotan, etalesa, freezer, ampia, dandang, kompor gas, oven, impulse sealer, pengiling daging, timbangan neraca, wajan. Bentuk lain dari dukungan pemerintah adalah fasilitas sarana aneka olahan ikan, fasilitas ini ditujukan terutama kepada perempuan nelayan dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga nelayan (off fishing). Dalam memfasilitasi sarana sudah dibekali dengan keterampilan untuk mengolah aneka masakan dari ikan. Selain itu dalam rangka meningkatkan keterampilan kaum ibu untuk mengolah aneka masakan ikan ini telah diperkenalkan pada jajaran PKK Kota Padang. Saat ini selain tingkat Kota Padang di tingkat kecamatan telah dibentuk Forum Gemar Makan Ikan (FORIKAN). Kekompakkan Antar Perempuan Wirausaha Kekompakan antara perempuan wirausaha menunjukkan hasil yang sangat baik, hal ini ditunjukkan dari banyaknya responden yang memilih jawaban setuju 49.11 persen. Sebagian perempuan wirausaha bekerjasama menghadapi permasalahan dan tantangan dalam berusaha untuk kemajuan usaha bersama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap perempuan wirausaha saling berbagi informasi mengenai teknologi pengolahan produk sampingan. Meskipun ada beberapa yang menunjukkan respon tidak baik, karena mereka lebih cenderung memiliki jiwa bersaing sehingga mengangap pelaku usaha lain adalah pesaingnya, terlebih mereka menjalankan usah dengan jenis yang sama sehingga mereka lebih mementingkan keberlangsungan usahanya masing-masing.
48 Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa persentase perempuan wirausaha terhadap perilaku kewirausahaan secara keseluruhan menunjukkan kecenderungan yang tinggi. Persentase perempuan wirausaha pada perilaku kewirausahaan indikatornya yaitu tekun berusaha, ketanggapan terhadap peluang, inovatif, berani mengambil risiko dan mandiri. Tabel 11 Persentase penilaian perempuan wirausaha terhadap perilaku kewirausahaan
Perilaku Kewirausahaan Tekun berusaha Ketanggapan terhadap peluang Inovatif Berani mengambil risiko Mandiri
Persentase Perempuan Wirausaha (%) Sangat Tidak Sangat Tidak Netral Setuju Setuju Setuju Setuju 0.60 3.66 15.48 53.06 27.21 0 1.79 25.40 48.81 24.01 0.30 3.97 34.13 48.41 13.19 1.79 7.74 29.07 45.34 16.07 0.36 3.33 29.29 56.31 10.71
Tekun Berusaha Kejujuran dan ketekunan merupakan kunci untuk menjadi seorang wirausaha. Secara umum usaha di bidang pertanian sangat membutuhkan ketekunan, begitu juga dalam menjalankan usaha pengolahan hasil perikanan. Ini merupakan usaha yang membutuhkan ketekunan dalam mengelola ikan hasil tangkapan dan produk sampingannya serta ketekunan dalam mencari ide-ide baru yang lebih kreatif dalam merintis usaha agar berkembang. Hasil penelitian menunjukkan persentase perempuan wirausaha terhadap perilaku tekun berusaha sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas perempuan wirausaha memilih jawaban setuju 53.06 persen dan sangat setuju 27.21 persen. Perilaku tekun ini ditunjukkan dengan kegigihan menekuni usaha pengolahan hasil perikanan, serta kesabaran dalam menjalankan dan menghadapi kesulitan dalam berusaha. Melalui ketekunan perempuan wirausaha juga dapat menciptakan sesuatu yang baru dalam usahanya, seperti memberikan inovasi pada packaging produk hasil olahan. Perempuan wirausaha menyadari bahwa jujur dan sabar merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan usaha ini. Jujur dalam mengelola aset, bertanggung jawab atas tugas yang diamanahkan, tekun dalam membuat produk karena perempuan wirausaha membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya. Seperti pengolahan ikan hasil penggaraman atau pengeringan membutuhkan waktu 3 hari sehingga bisa dijual, melalui proses yang lama mulai dari pencucian, perebusan, penjemuran yang membutuhkan cuaca yang baik, sehingga ikan kering dengan sempurna dan bisa dipasarkan. Ketanggapan Terhadap Peluang Presentase perempuan wirausaha terhadap perilaku tanggap terhadap peluang menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar perempuan wirauaha memilih jawaban setuju 54.76 persen yaitu
49 selalu mencari peluang untuk pengembangan usaha pengolahan perikanan tangkap, 33.33 persen setuju melakukan kegiatan promosi agar produk diketahui konsumen dan 58.33 persen setuju bahwa peningkatan daya beli masyarakat merupakan suatu peluang. Kenyataan di lapangan menunjukkan perempuan wirausaha cukup tanggap terhadap peluang, namun hanya sebagian kecil yang mampu memanfaatkan peluang tersebut untuk mengembangkan usaha. Dalam menjalankan usaha agroindustri hasil perikanan tangkap, perempuan wirausaha mempunyai banyak peluang, seperti besarnya potensi beraneka ragam jenis produk yang bisa diolah dari ikan. Saat ini pemerintah juga menyediakan bantuan modal kepada UMKM yang mampu memenuhi persyaratan yang ditentukkan. Perempuan wirausaha harus memanfaatkan peluang-peluang yang diberikan oleh pemerintah demi kemajuan usaha yang dijalankannya. Kemampuan untuk mengakses bantuan pemerintah dengan memanfaatkan bantuan permodalan untuk mengembangkan usaha merupakan salah satu perilaku kewirausahaan. Jika semua perempuan wirausaha tanggap terhadap peluang ini, maka akan memberikan kontribusi yang lebih terhadap pengembangan umkm agroindustri perikanan tangkap, hal ini juga harus ditindaklanjuti dengan tindakan kreatif dan inovatif, serta keberanian dalam mengambil risiko usaha. Inovatif Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan presentase perempuan wirausaha terhadap perilaku inovatif adalah tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar perempuan wirausaha memilih jawaban setuju 48.41 persen. Sebagian besar perempuan wirausaha telah berusaha menciptakan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan. Namun untuk kegiatan pengolahan ikan secara traditional masih dilakukan oleh perempuan wirausaha yang mengusahakan ikan hasil pengeringan atau penggaraman. Perempuan wirausaha merasa puas terhadap hasil kinerja selama ini sehingga cenderung tidak melakukan inovasi karena tidak mempunyai cukup keberanian mengambil risiko dalam menerapkan inovasi yang prospeknya belum tampak. Sebagian besar perempuan wirausaha sebesar 54 persen aktif mencari informasi perkembangan tegnologi pengolahan ikan. Bagi seorang wirausaha inovasi merupakan salah satu faktor penting dalam membuat rencana kedepan, menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan menangkap peluang serta kemauan dalam mengambil risiko untuk menghasilkan produk yang bersaing. Menurut Krisnamurti (2011), seorang wirausaha adalah orang yang mau belajar dan menerapkan inovasi secara sistematis agar dapat mengantisipasi segala risiko yang mungkin timbul jauh sebelum terjadi, sehingga risiko tersebut berada dalam pengendaliannya. Perilaku inovatif tidak harus selalu menghasilkan sesuatu yang baru untuk menciptakan nilai tambah, tetapi dengan menerapkan tegnologi sesuai dengan teknis usaha telah mencerminkan perilaku inovatif pada perempuan wirausaha. Dengan demikian untuk menerapkan inovasi dalam penggunaan teknologi tersebut, perempuan wirausaha harus diberdayakan melalui penyuluhan dan pendampingan yang intensif dari pemerintah atau dinas yang terkait.
50 Berani Mengambil Risiko Sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh manusia mengandung risiko dan ketidakpastian termasuk usaha dibidang pertanian. Risiko yang dihadapi perempuan wirausaha pengolah produk hasil perikanan sangat tinggi karena bahan baku ataupun proses pengolahan sangat tergantung pada keadaan alam, yaitu kondisi cuaca atau bencana alam yang tidak bisa diprediksi. Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perempuan wiruasaha memilih jawaban setuju sebesar 45.34 persen, hal ini mengindikasikan bahwa persentase perempuan wirausaha terhadap perilaku berani mengambil risiko menunjukkan hasil yang tinggi. Dalam menjalankan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap, perempuan wirausaha telah mampu memperhitungkan risiko yang mungkin timbul karena pengalaman usaha yang bertahun-tahun. Oleh karena itu, pengalaman yang dimiliki perempuan wirausaha dalam menjalankan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap dapat dijadikan pengetahuan dalam pengendalian risiko usaha tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar perempuan 45.51 persen wirausaha bersedia mengambil risiko tidak takut gagal dalam memproduksi produk. Hal ini dikarenakan perempuan wirausaha menganggap risiko yang dialami selama ini masih dianggap dalam batas kewajaran yang mampu diatasi, dimana permasalahan utamanya adalah faktor cuaca yang ekstrem, ikan busuk, kadarluarsa dengan frekuensi yang jarang terjadi. Mandiri Persentase perempuan wirausaha terhadap perilaku bersikap mandiri menunjukkan hasil yang tinggi. Hal tersebut berdasarkan data di lapangan bahwa sebagian besar perempuan wirausaha menjawab setuju 56.31 persen. Perilaku kemandirian ini terlihat dari keteguhan perempuan wirauasaha yang terus menjalankan usaha pengolahan ikan dalam keterbatasan modal dan sarana prasarana. Dengan keterbatasan tersebut perempuan wirausaha berusaha menjalankan usahanya secara kontiniyu. Perempuan wirausaha tidak serta merta mengharapkan mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk menjalankan usaha ini. Sikap untuk tidak menguntungkan keputusan apa yang harus dilakukan kepada orang lain dan mengerjakan sesuatu dengan kemampuan sendiri-sendiri sekaligus berani mengambil risiko dalam bisnis merupakan bentuk kemandirian dari seorang wirausahawan. Seorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya. Maka dapat disimpukan bahwa perempuan wirausaha telah menunjukkan perilaku kewirausahaan yang cukup tinggi, kemampuannya dalam berinovasi serta menangung risiko, dan telah sepenuhnya berorientasi bisnis. Agar menjadi wirausaha yang berhasil perempuan wirausaha harus mempunyai tekad yang kuat dan mampu membaca peluang. Melalui sikap mandiri, diharapkan perempuan wirausaha dapat menghasilkan ide-ide yang realistis, percaya pada diri sendiri, selalu percaya pada ide dan kemampuannya dan tidak bisa dipengaruhi oelh pendapat orang lain.
51 Kinerja Usaha Indikator-indikator kinerja usaha pengolahan ikan yaitu perluasan pemasaran, peningkatan pendapatan, keunggulan bersaing, peningkatan volume penjualan dan peningkatan keuntungan. Persentase perempuan wirausaha terhadap variabel-variabel indikator kinerja usaha menunjukkan kecenderungan yang netral atau mengalami peningkatan (Tabel 12). Tabel 12 Persentase penilaian perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha
Kinerja Usaha Perluasan pemasaran Peningkatan pendapatan Keunggulan bersaing Volume penjualan Keuntungan
Persentase Perempuan Wirausaha (%) Sangat Tidak Sangat Tidak Netral Setuju Setuju Setuju Setuju 3.77 9.72 40.67 40.48 5.36 0 5.65 43.60 41.07 9.67 0 10.27 38.69 41.37 9.67 2.58 13.29 38.69 31.94 13.49 0 7.74 51.98 31.75 8.53
Perluasan Pemasaran Berdasarkan data Tabel 12 mayoritas responden memilih jawaban netral 40.67 persen dan setuju 40.48 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa persentase perempuan wirausaha terhadap meningkatnya wilayah pemasaran menunjukkan kecenderungan yang baik. Hal tersebut terjadi karena perempuan wirausaha telah mampu memenuhi permintaan konsumen, ini disebabkan meningkatnya jumlah produksi, sehingga perluasan pemasaran produk cepat. Peningkatan permintaan dari luar daerah sangat tinggi bahkan jumlah produk tidak mencukupi dari permintaan yang ada. Untuk memenuhi permintaan tersebut, perempuan wirausaha bisa bekerjasama dengan wirausaha lainnya. Agar kinerja perempuan wirausaha meningkat, maka sangat dibutuhkan pedampingan dan penyuluhan dari pemerintah untuk memenuhi permintaan konsumen dengan membentuk kerjasama antar perempuan wirausaha lainnya dan menjalin kemitraan serta pelatihan mengenai penggunaan teknologi untuk menghasilkan produk yang bernilai tinggi. Peningkatan Pendapatan Persentase perempuan wirausaha terhadap peningkatan pendapatan dari usaha agroindustri perikanan tangkap menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini ditunjukkan dari mayoritas perempuan wirausaha memilih jawaban setuju 41.07 persen dan netral 43.60 persen. Peningkatan pendapatan dirasakan memuaskan karena permintaan yang tinggi sehingga harga dapat bersaing dan menutupi biaya produksi. Berdasarkan keterangan perempuan wirausaha responden, meskipun pendapatan mereka belum meningkat 100 persen, usaha ini tetap dijalankan karena perempuan wirausaha sudah mampu membiayai tambahan kebutuhan hidup sehari-hari, meskipun demikian perempuan wirausaha ada yang masih belum mampu mengurangi beban hutang yang dimilikinya sehingga perempuan wirausaha mengalami kesulitan dalam mengalokasikan keuntungan
52 untuk dijadikan modal usaha selanjutnya. Hal ini bisa disebabkan oleh gagal produksi akibat cuaca / musim yang buruk. Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing dapat diartikan sebagai kemampuan dalam menciptakan nilai unggul suatu produk guna menghadapi persaingan. Persentase perempuan wirausaha terhadap keunggulan produknya menunjukkan hasil yang baik artinya produk mereka mampu bersaing dengan produk sejenis lainnya. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pada Tabel 12 perempuan wirausaha responden memilih setuju sebesar 41.37 persen. Jika perempuan wirausaha mampu berinovasi dengan memberikan nilai tambah pada produk yang lebih berbeda dan memiliki keunggulan dibanding produk wirausaha lainnya, maka perempuan wirausaha mendapatkan daya tawar yang lebih tinggi. Saat ini, jika dilihat dari aspek permintaan pasar, ada kecenderungan konsumen lebih suka memilih produk-produk dengan pengolahan dan packaging yang baik karena pertimbangan kesehatan. Hal ini yang dirasa perlu dilakukan oleh perempuan wirausaha dalam memngolah produk hingga ketangan konsumen, penting untuk memperhatikan kebersihan dan hiegenis produk. Inovasi dan kreasi tetap harus dimiliki oleh seorang perempuan wirausaha dalam menciptakan keunggulan baik dalam bentuk produk, penyajian maupun pemasaran. Inovasi merupakan karakteristik utama dari kewirausahaan dan kunci dari keunggulan bersaing untuk meningkatkan pertumbuhan suatu usaha. Inovasi dapat timbul karena adanya persaingan dari luar dan persaingan dengan dirinya sendiri, yaitu keinginan untuk menghasilkan produk yang lebih baik dari produk-produk yang dihasilkan sebelumnya. Oleh karena itu agar dihasilkan produk yang memiliki keunggulan bersaing, diperlukan pembinaan dan pelatihan dari pemerintah yang mampu meningkatkan kreativitas dan inovasi perempuan wirausaha. Salah satu upaya yang dapat ditempuh melalui gerakan ayo gemar makan ikan, gerakan pemasyarakatan produk hasil pengolahan ikan dalam bentuk lomba, pameran dan promosi. Upaya tersebut diharapakan akan mampu lebih memperkenalkan keberadaan produk yang dihasilakan oleh perempuan wirausaha kepada masyarakat dengan segala keunggulan dan pemanfaatanya. Volume Penjualan Proporsi perempuan wirausaha UMKM yang menyatakan netral cukup besar yakni 38.69 persen, hal ini dikarenakan volume penjualan kadang meningkat kadang menurun. Peningkatan ini diindikasikan karena peningkatan volume jumlah produksi, dan penurunan disebabkan karna harga bahan baku produk yang tinggi atau sukar didapat, membuat perempuan wirausaha mengurangi produksi. Sehingga meningkatnya harga bahan baku membuat harga produk juga ditingkatkan oleh perempuan wirausaha. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, rata-rata untuk pengolahan ikan kering volume penjualan 60 kg per bulan dengan harga produk per kg 80 000 rupiah. Peningkatan Keuntungan Variabel peningkatan keuntungan diperoleh hasil yang netral dengan presentase 51.98 persen, hal ini dikarenakan keuntungan yang diperoleh tidak menentu kadang meningkat kadang menurun. Peningkatan keuntungan ini
53 diindikasikan tidak hanya dari meningkatnya jumlah produksi, serta keuntungan yang diperoleh tetapi juga dari tercukupinya kebutuhan hidup sehari hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, rata-rata keuntungan yang diperoleh perempuan wirausaha per produksi berkisar antara Rp 100 000 hingga Rp 500 000 lebih. Dengan meningkatnya harga input pelaku usaha terpaksa ikut meningkatkan harga jual produk. Sulitnya bahan baku saat musim hujan atau banjir membuat keuntungan yang diperoleh tidak stabil. Analisis Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Perempuan Wirausaha terhadap Kinerja Usaha dengan Pendekatan Structural Equation Modelling (SEM) Konsep-konsep teoritis yang tidak dapat diukur atau diamati secara langsung dalam teori dan model dalam ilmu sosial dan perilaku (social and behavioural sciences) dapat ditemukan indikator dan gejalanya melalui Structural Equation Modelling (Wijanto 2008). Adapun tujuan penyusunan model SEM lebih banyak bersifat teoritis sesuai dengan bidang terapan serta diarahkan nantinya untuk evaluasi kesesuaiannya dengan data yang diperoleh. Melalui analisis SEM, dapat menjelasakan keterkaitan variabel secara kompleks dan efek langsung maupun tidak langsung yang dapat didekati melalui variabel-variabel indikatornya. Analisis Kecocokan Keseluruhan Model Tahap pertama dari uji kecocokan ini ditujukan untuk mengevaluasi secara umum derajat kecocokan atau Goodness of Fit (GOF). Beberapa ukuran derajat kecocokan yang dapat digunakan secara saling mendukung untuk memperlihatkan bahwa model secara keseluruhan sudah baik, yaitu dengan mencocokkan kriteria ukuran kecocokan absolut (absolute measure), ukuran kecocokkan incremental (incremental fit measures), dan ukuran kecocokan parsimoni (parsimonious fit measures) yang sudah ditetapkan. Kebaikan model secara keseluruhan dievaluasi menggunakan beberapa ukuran, seperti: Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA), Goodness of Fit (GFI), Incremental Fit Index (IFI), Normed Fit Index (NFI), Comparative Fit Index (CFI), RMR, AGFI, NNFI (Non Normed Fit Index), NNFI (Non Normed Fit Index). Berdasarkan Tabel 13 hasil uji kecocokkan model atau Goodness of Fit (GOF), dapat dilihat sebagian besar indikator menunjukkan bahwa model SEM pada tahap pertama belum fit atau tidak baik dengan data sampel dan memiliki ketidakcocokkan dengan model penelitian. Maka untuk mendapatkan kecocokkan dengan model dilakukan respesifikasi model. Tabel 13 Hasil uji kecocokkan model (Goodness of Fit) sebelum respesifikasi Goodness of Fit RMR RMSEA AGFI NNFI (Non Normed Fit Index) RFI (Relative Fit Index)
Cutt off Value < 0.05 atau < 0.1 ≤ 0.08 > 0.90 > 0.90 > 0.90
Hasil 0.09 0.10 0.88 0.89 0.84
Keterangan goodness of fit poor fit poor fit poor fit poor fit
54 Goodness of Fit GFI (Goodness of Fit) IFI (Incremental Fit Index) NFI (Normed Fit Index) CFI (Comparative Fit Index)
Cutt off Value > 0.90 > 0.90 > 0.90 > 0.90
Hasil 0.94 0.94 0.91 0.94
Keterangan goodness of fit goodness of fit goodness of fit goodness of fit
Adapun hasil goodness of fit statistics hasil estimasi model setelah direspesifikasi seperti pada Tabel 14. Hasil tersebut menggambarkan bahwa hasilnya sudah fit atau baik dengan data sampel dan memiliki kecocokkan yang baik dengan model penelitian. Tabel 14 Hasil uji kecocokkan model (Goodness of Fit Test) setelah respesifikasi Goodness of Fit RMR RMSEA AGFI NNFI (Non Normed Fit Index) RFI (Relative Fit Index) GFI (Goodness of Fit) IFI (Incremental Fit Index) NFI (Normed Fit Index) CFI (Comparative Fit Index)
Cutt off Value < 0.05 atau < 0.1 ≤ 0.08 > 0.90 > 0.90 > 0.90 > 0.90 > 0.90 > 0.90 > 0.90
Hasil 0.06 0.05 0.94 0.97 0.92 0.98 0.99 0.97 0.99
Keterangan goodness of fit goodness of fit goodness of fit goodness of fit goodness of fit goodness of fit goodness of fit goodness of fit goodness of fit
Salah satu kelemahan dari model SEM adalah sensitif dengan jumlah sampel dimana jumlah sampel yang besar cenderung menghasilkan nilai chisquare yang tinggi yang mengakibatkan model tidak goodness of fit. Oleh karena itu SEM memberikan alternatif penggunaan indikator goodness of fit yang lain. Kriteria RMSEA menghasilkan nilai 0.06 ≤ 0.08 yang artinya model yang dihasilkan sudah goodness of fit. Penggunaan kriteria goodness of fit yang lain yaitu GFI, AGFI, NNFI, RFI, IFI, NFI dan CFI menghasilkan nilai > 0.90 yang artinya model yang dihasilkan sudah goodness of fit. Karena hasil kesimpulan beberapa indikator menghasilkan kesimpulan model goodness of fit maka pengujian hipotesis teori dapat dilakukan. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mendapatkan bukti bahwa variabel teramati memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebagai pengukuran. Melalui uji validitas dapat diketahui hubungan dan kemampuan indikator-indikator suatu konstruk (variabel laten) bisa menjadi indikator pengukuran secara akurat (Wijanto 2008). Indikator dengan loading factor yang tinggi memiliki kontribusi yang lebih tinggi untuk menjelaskan latennya. Sebaliknya pada indikator dengan loading factor rendah memiliki kontribusi yang lemah untuk menjelaskan konstruk latennya. Menurut Ringdon dan Ferguson suatu indokator dikatakan mempunyai validitas terhadap konstruk atau variabel latennya jika nilai t muatan faktornya (loading factors) lebih besar dari nilai kritis atau > 1.96 atau untuk praktisnya > untuk
55 praktisnya 2 dan muatan faktor standarnya (standardized loading factors) > 0.70 (Haryono dan Wardoyo 2012). Pada penelitian ini model mengalami respesifikasi, namun pada uji validitas setelah direspesifikasi tidak perlu dilakukan lagi karena telah mengalami penghilangan variabel indikator yang tidak valid pada saat pelaksanaan respesifikasi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semua variabel telah valid. Tabel 15 Muatan faktor dan t-hitung variabel manifest Variabel
Faktor individu (FI)
Notasi X11 X12 X13 X14 X15 Y11 Y12
Faktor lingkungan (FL)
Y13 Y14
Y21 Y22 Perilaku kewirausahaan (PK)
Y23 Y24 Y25 Y31 Y32
Kinerja usaha (KU)
Y33 Y34
Indikator Pendidikan Pengalaman Motivasi berprestasi Modal Persepsi terhadap usaha Ketersediaan bahan input Dukungan penyuluhan dan pelatihan Bantuan modal Kekompakkan antar perempuan wirausaha Tekun berusaha Ketanggapan terhadap peluang Inovatif Berani mengambil risiko Mandiri Perluasan pemasaran Peningkatan pendapatan Keunggulan bersaing Volume penjualan
Outer Loading 0.69 1.00 0.63
9.86* 8.23* 6.35*
Valid Valid Valid
0.66 0.84
6.33* 6.74*
Valid Valid
0.85
7.82*
Valid
0.68
8.61*
Valid
0.66 0.55
9.61* 9.07*
Valid Valid
0.84 0.93
10.14* 7.98*
Valid Valid
0.61 0.67
7.17* 7.70*
Valid Valid
0.66 0.91
6.25* 7.59*
Valid Valid
0.59
5.50*
Valid
0.82
7.84*
Valid
0.68
5.70*
Valid
T-Hitung
Ket
*signifikan pada taraf nyata 5%
Dari hasil pengujian (Tabel 15), variabel indikator pada faktor individu yang memiliki nilai kontribusi yang tinggi dengan nilai muatan faktor 1.00 adalah variabel pengalaman berusaha. Hasil yang tidak valid ditunjukkan oleh variabel kepemilikan sarana dan prasarana, sehingga variabel manifest tersebut tidak dapat
56 disertakan dalam pengujian selanjutnya karena tidak cukup merepresentasikan faktor individu. Kepemilikan sarana dan prasarana merupakan faktor yang menunjang dalam kegiatan usaha. Kepemilikan sarana dan prasarana yang memadai akan memudahkan perempuan wirausaha dalam kegiatan usahanya. Pada penelitian ini kepemilikan sarana dan prasarana yang menjalankan usaha pengolahan hasil perikanan belum mampu membawa perubahan yang berarti, karena masih terbatasnya pengetahuan perempuan wirausaha dan usaha yang dijalankan masih bersifat subsitem serta sebagian besar perempuan wirausaha masih mempertahankan cara pengolahan traditional dan belum memiliki kemampuan dalam memanfaatkan teknologi dalam menghasilkan produk. Pada model pengukuran variabel laten eksogen faktor lingkungan, variabel indikator yang memiliki nilai kontribusi yang tinggi dengan nilai muatan faktor 0.85 adalah ketersediaan bahan input. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan bahan input seperti bahan baku ikan sangat berpengaruh dalam kegiatan berusaha. Meskipun dalam menjalankan usaha, bahan baku bersifat musiman, namun hal tersebut tidak menyurutkan pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Keberanian para pelaku wirausaha untuk berani menjalankan risiko bahan baku yang bersifat musiman. Perlunya dukungan dari pemerintah untuk menyikapi permasalahan bahan baku yang bersifat musiman ini, karena ketika bahan baku tidak ada, pelaku usaha tidak bisa menjalankan usahanya. Hal yang dapat dilakukan pemerintah seperti penyediaan cold storage yang berguna untuk menyimpan ikan hasil tangkapan laut saat musim panen ikan laut melimpah. Sehingga ketersediaan bahan baku tersedia di semua kondisi. Karena selama ini pengolahan ikan dilakukan pada hari ikan dibeli, harus diolah langsung, kalau tidak ikan menjadi busuk. Pengukuran pada variabel perilaku kewirausahaan direpresentasikan oleh ketanggapan terhadap peluang dalam menjalankan usaha yang memiliki nilai kontribusi tertinggi dimana hasil muatan faktornya adalah 0.93. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan wirausaha selalu mencari peluang untuk mengembangkan usaha agroindustri perikanan, salah satunya dengan melakukan kegiatan promosi agar produk diketahui oleh konsumen. Kenyataan di lapangan menunjukkan perempuan wirausaha cukup tanggap terhadap peluang, saat ini pemerintah juga menyediakan bantuan modal bagi pelaku usaha agroindustri perikanan yang mempu menenuhi persyaratan yang ditentukan. Perempuan wirausaha harus memanfaatkan peluang-peluang yang diberikan oleh pemerintah untuk usaha yang dimilikinya. Kemampuan untuk mengakses bantuan pemerintah dengan memanfaatkan bantuan permodalan untuk mengembangkan usahanya merupakan salah satu perilaku kewirausahaan. Jika semua perempuan wirausaha tanggap terhadap peluang ini, maka akan memberikan kontribusi yang lebih terhadap pengembangan usaha agroindustri perikanan, hal ini juga harus ditindaklanjuti dengan tindakan kreatif dan inovatif, serta keberanian dalam mengambil risiko usaha. Sementara pada variabel kinerja usaha, tingkat keeratan hubungan atau kontribusi tertinggi ditunjukkan oleh variabel perluasan pemasaran, dengan nilai loading factor 0.91. Perluasan pemasaran dapat diartikan sebagai kinerja usaha yang paling mempengaruhi pelaku usaha dari akibat perilaku kewirausahaan yang dipengaruhi oleh faktor individu dan faktor lingkungan. Pelaku usaha menganggap bahwa perluasan pemasaran dapat memjadi faktor penentu dalam
57 suksesnya bisnis yang telah dijalankan. Hal tersebut terjadi karena para pelaku usaha telah mampu memenuhi permintaan pasar saat sekarang ini sehingga memerlukan perluasan pemasaran untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Untuk meningkatkan pemasaran, produksi harus dilakukan ditingkatkan lagi, untuk memenuhi permintaan tersebut para pelaku usaha perlu bekerjasama. Maka sangat dibuthkan dukungan dari pemerintah untuk membuat kemitraan yang membantu pelaku usaha bekerjasama dengan pihak lain terutama dalam hal peningkatan produksi ataupun penggunaan teknologi agar menghasilkan produk yang bernilai tinggi. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran (Haryono dan Wardoyo 2012) yang bertujuan untuk menguji konsistensi dari setiap pernyataan yang ada dalam kuisioner sebagai pengukuran suatu variabel laten (Wijanto 2008). Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali pada variabel yang sama. Pengujian reliabilitas dapat menggunakan composite realibility measure (ukuran reliabilitas komposit) dan variance extracted measure (ukuran ekstrak varian). Reliabilitas konstruk pembentuk model pengukuran dianalisis dengan menggunakan kriteria construct realibility (CR) > 0.70 dan variance extracted (VE) > 0.50. Cara perhitungannya construct reliability (CR) dan variance extracted (VE) dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 16 Pengujian reliabilitas model pengukuran Variabel laten Faktor individu Faktor lingkungan Perilaku kewirausahaan Kinerja usaha
CR 0.90 0.78 0.89 0.84
Reliabilitas Baik Baik Baik Baik
VE 0.57 0.48 0.60 0.58
Reliabilitas Baik Baik Baik Baik
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas yang sudah di respesifikasi pada Tabel 16, dapat dikatakan bahwa masing-masing variabel laten memiliki nilai CR dan VE yang mendukung reliabilitas adalah baik. Artinya indikator-indikator yang digunakan memiliki kekonsistenan tinggi, sehingga jika dilakukan penelitian ulang pada waktu yang berbeda, responden memberikan jawaban yang reliable atau konsisten.
Kecocokan Model Struktural Analisis Model Struktural Analisis terhadap model struktural pada SEM bertujuan untuk memeriksa signifikansi koefisien-koefisien yang diestimasi sehingga dapat menjelaskan kausal antara variabel laten eksogen dan variabel laten endogen. Dalam penelitian ini, model struktural yang diperoleh menjelaskan pengaruh faktor lingkungan (FL) terhadap faktor individu (FI), faktor lingkungan (FL) terhadap perilaku
58 kewirausahaan (PK), faktor individu (FI) terhadap perilaku kewirausahaan (PK), perilaku kewirausahaan (PK) terhadap kinerja usaha (KU), dan faktor lingkungan (FL) terhadap kinerja usaha (KU). Tabel 17 Evaluasi terhadap koefisien model struktural dan kaitannya dengan hipotesis penelitian Hipotesis H1 H2 H3 H4 H5
Variabel FL FI FL PK FI PK PK KU FL KU
Koefisien 0.39 0.38 0.21 0.49 0.36
|t-hit| > 1.96 11.32 5.52 3.07 4.36 5.01
Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Dari Tabel 17 dapat dilihat hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa semua hipotesis memiliki nilai t-hitung > 1.96 artinya kelima hipotesis menunjukkan tolak H0, maka dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi model struktural dari model penelitian yaitu: (1) hipotesis 1: Faktor Lingkungan (FL) mempunyai pengaruh positif terhadap Faktor Individu (FI); (2) hipotesis 2: Faktor Lingkungan (FL) mempunyai pengaruh positif terhadap Perilaku Kewirausahaan (PK); (3) hipotesis 3: Faktor Individu (FI) berpengaruh positif terhadap Perilaku Kewirausahaan (PK); (4) hipotesis 4: Perilaku Kewirausahaan (PK) berpengaruh positif terhadap Kinerja Usaha (KU); dan (5) hipotesis 5: Faktor Lingkungan (FL) berpengaruh positif terhadap Kinerja Usaha (KU). Model hubungan kausal antara faktor-faktor yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha dan kinerja usaha dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.
Gambar 11 Standarlized loading factor model struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha
59 Dari model tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh antara variabel laten yang satu terhadap variabel laten lainnya adalah positif dan nyata. Namun ada variabel laten yaitu kepemilikan sarana dan prasarana, dukungan promosi dan pemasaran, dukungan pemerintah, dan tingkat keuntungan yang mempunyai nilai standardized loading factor <0.5 yang berarti variabel tersebut tidak valid, maka dilakukan respesifikasi pada model. Sebagaimana yang dikatan Wijanto (2008) bahwa jika dilihat dari uji validitas, variabel-variabel teramati yang mempunyai nilai t-hitung dari standardized loading factor < 1.96 dan standardized loading factor < 0.50 atau 0.70 dikeluarkan dari model dengan cara merespesifikasi model. Respesifikasi model dapat dilakukan dengan cara menghilangkan variabel yang tidak signifikan atau yang mempunyai nilai goodness of fit yang tidak baik. Model yang belum mengalami respesifikasi dapat dilihat pada Lampiran 4. Penghilangan variabel indikator yang memiliki nilai muatan faktor terkecil akan membuat goodness of fit model menjadi semakin baik. Hasil analisis SEM setelah mengalami proses respesifikasi dalam hasil estimasi standardized loading factor dapat dilihat pada Gambar 11. Berdasarkan Gambar 11 diperoleh model struktural hasil respesifikasi yang menunjukkan bahwa kriteria uji kecocokkan model berkategori baik artinya model telah baik dalam menggambarkan data dan kondisi yang sebenarnya sehingga dapat disesuaikan dengan teori yang melandasinya. Validitas nilai thitung pada Gambar 12 juga menunjukkan bahwa variabel pada model mampu mengukur apa yang seharusnya diukur atau model mampu menjelaskan hubungan-hubugan antar variabel.
Gambar 12 Nilai t-hitung struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha dan kinerja usaha Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Kewirausahaan Perempuan Wirausaha dan Kinerja Usaha Analisis pengaruh antar peubah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Structural Equation Modelling (SEM) dengan program Lisrel 8.30.
60 Hasil pengolahan data menunjukkan komposisi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha dan kinerja usaha (Tabel 19). Tabel 18 Komposisi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha dan kinerja usaha
Perilaku Kewirausahaan (PK) Faktor Individu (FI) Faktor Lingkungan (FL) Kinerja Usaha (KU) Faktor Individu (FI) Faktor Lingkungan (FL) Perilaku Kewirausahaan (PK)
DE
IE
TE
0.21* 0.38*
0.08*
0.21* 0.46*
RSquare 0.25
0.53 0.36* 0.49*
0.10* 0.22* -
0.10* 0.58* 0.49*
Keterangan: TE (Total Effect); DE (Direct Effect); dan IE (Indirect Effect) *Pengaruh nyata pada ∝ 0.05
Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Kewirausahaan Perempuan Wirausaha Berdasarkan komposisi faktor-faktor yang berpengaruh (Tabel 18) dapat diketahui bahwa faktor individu bepengaruh langsung terhadap perilaku kewirausahaan. Faktor individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan, dengan koefisien pengaruh ( 𝛾 =0.21). Faktor individu diukur berdasarkan indikator pendidikan, pengalaman, motivasi berprestasi, modal, dan persepsi terhadap usaha. Hal ini menunjukkan peningkatan indikator faktor individu tersebut dapat meningkatkan perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha. Adapun variabel indikator yang paling dominan mengukur faktor individu perempuan wirausaha adalah pengalaman dengan muatan faktor ( ) sebesar 1.00. Hal ini menggambarkan bahwa dalam menjalankan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap, perempuan sudah memiliki cukup pengalaman sehingga peluang perempuan wirausaha untuk berhasil dalam mengembangkan usahanya cukup besar. Lamanya usaha yang dijalankan perempuan wirausaha masuk dalam kategori yang tinggi atau lama sehingga proses pengendalian atas aktivitas produksi dapat dilakukan oleh perempuan wirausaha itu sendiri. Berdasarkan komposisi faktor-faktor yang berpengaruh (Tabel 18) dapat diketahui bahwa faktor lingkungan berpengaruh langsung terhadap perilaku kewirausahaan. Faktor lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan, dengan koefisien pengaruh ( 𝛾 =0.38). Adapun faktor lingkungan berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan yang terwujud melalui faktor individu dalam menjalankan usaha. Faktor lingkungan yang memberikan kontribusi terbesar adalah ketersediaan bahan input. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan bahan input seperti bahan baku ikan sangat berpengaruh dalam kegiatan berusaha. Meskipun dalam menjalankan usaha, bahan baku bersifat musiman, namun hal tersebut tidak menyurutkan pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Keberanian para pelaku wirausaha untuk berani menjalankan risiko
61 bahan baku yang bersifat musiman. Perlunya dukungan dari pemerintah untuk menyikapi permasalahan bahan baku yang bersifat musiman ini, karena ketika bahan baku tidak ada, pelaku usaha tidak bisa menjalankan usahanya. Hal yang dapat dilakukan pemerintah seperti penyediaan cold storage yang berguna untuk menyimpan ikan hasil tangkapan laut saat musim panen ikan laut melimpah. Sehingga ketersediaan bahan baku tersedia di semua kondisi. Karena selama ini pengolahan ikan dilakukan pada hari ikan dibeli, harus diolah langsung, kalau tidak ikan menjadi busuk. Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Usaha Perempuan Wirausaha Berdasarkan Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap kinerja usaha adalah faktor lingkungan dan faktor perilaku kewirausahaan, sedangkan faktor individu berpengaruh tidak langsung. Variabel laten faktor lingkungan berpengaruh langsung sebesar 𝛽=0.36 sedangkan perilaku kewirausahaan berpengaruh langsung dan positif terhadap kinerja usaha dengan nilai hubungan yang lebih besar dibandingkan faktor lingkungan yaitu 𝛽=0.49. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan ketersediaan bahan input, dukungan penyuluhan dan pelatihan, bantuan modal, dukungan promosi dan pemasaran, dukungan pemerintah, dan kekompakan antar perempuan wirausaha pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan kinerja usaha perempuan wirausaha. Sebagaimana hasil penelitian Puspitasari (2013) menunjukkan bahwa perilaku wirausaha berpengaruh langsung dan bernilai positif terhadap kinerja usaha, yaitu perluasan pasar, keunggulan bersaing, dan peningkatan pendapatan. Kinerja usaha tergantung pada tindakan (perilaku) yang diambil pengusaha dan kondisi individu pribadi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bisnis. Perilaku tersebut adalah tindakan yang dilakukan perempuan wirausaha untuk meraih tujuan di dalam usaha yang meliputi mendeteksi dan mengeksploitasi peluang, membuat keputusan dibawah ketidakpastian, bekerja keras dan manajemen usaha (Ariesa 2013). Faktor individu berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja usaha. Dengan demikian faktor individu perempuan wirausaha berpengaruh terhadap kinerja usaha yang terwujud melalui perilaku kewirausahaan dalam menjalankan usaha. Kinerja usaha perempuan wirausaha pada usaha agroindustri perikanan tangkap dijelaskan oleh perluasan pemasaran, peningkatan pendapatan, keunggulan bersaing, volume penjualan dan keuntungan. Perluasan pemasaran menyumbangkan loading factor terbesar pada kinerja usaha, yaitu nilai muatan faktor () sebesar 0.91. Perluasan pemasaran dapat diartikan sebagai kinerja usaha yang paling mempengaruhi pelaku usaha dari akibat perilaku kewirausahaan yang dipengaruhi oleh faktor individu dan faktor lingkungan. Pelaku usaha menganggap bahwa perluasan pemasaran dapat menjadi faktor penentu dalam suksesnya bisnis yang telah dijalankan. Hal tersebut terjadi karena para pelaku usaha telah mampu memenuhi permintaan pasar saat sekarang ini sehingga memerlukan perluasan pemasaran untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Untuk meningkatkan pemasaran, produksi harus dilakukan ditingkatkan lagi, untuk memenuhi permintaan tersebut para pelaku usaha perlu bekerjasama. Maka sangat dibuthkan dukungan dari pemerintah untuk membuat kemitraan yang membantu pelaku usaha bekerjasama dengan pihak lain terutama dalam hal
62 peningkatan produksi ataupun penggunaan teknologi agar menghasilkan produk yang bernilai tinggi. Implikasi Kebijakan Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh perempuan wirausaha responden, yaitu berhubungan dengan sulitnya akses perempuan wirausaha terhadap permodalan, maka dibutuhkan kebijakan pemerintah dalam penguatan kelembagaan dan penguatan kemitraan dengan lembaga keuangan. Permasalahan kebutuhan bahan baku produksi olahan yang masih belum terpenuhi dan jumlah produksi olahan ikan yang belum mampu ditingkatkan, serta pengolahan ikan secara traditional yang menjadi pilihan yang tidak dapat dihindarkan dan kemudian produk olahan yang masih dikemas sederhana, hal ini membutuhkan perhatian dari pemerintah, namun kondisi ini dapat dijadikan sebagai peluang dikembangkannya pengolahan traditional, karena sumber daya ikan tersedia di pusat produksi, tinggi di pusat konsumsi, dan industri rumah tangga pengolah traditional yang banyak. Faktor individu perempuan wirausaha yang menyangkut (pendidikan, pengalaman berusaha, motivasi berprestasi, persepsi terhadap usaha, modal) dan faktor lingkungan yang menyangkut (ketersediaan bahan input, penyuluhan dan pelatihan, permodalan, dan kekompakan antar perempuan wirausaha) pada dasarnya sudah dapat dijadikan sebagai modal untuk pengembangan agroindustri perikanan tangkap. Sehingga perlu adanya dukungan dan perhatian pemerintah yang dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif, yang pada akhirnya mampu memotivasi perempuan wirausaha untuk terus berusaha dan meningkatkan kesejahteraannya, diantarannya dengan: 1. Memberikan penyuluhan dan pelatihan serta bantuan teknis dalam pengembangan usaha. 2. Memberikan dukungan lewat penyediaan akses modal serta memberikan bantuan sarana dan prasarana yang tepat guna 3. Memberikan bantuan dengan mengembangkan bentuk pemasaran yang melindungi atau berpihak kepada perempuan wirausaha dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan, sehingga dapat menjamin kemudahan dan kontinuitas ketersediaan bahan baku. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa perilaku kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha. Sebagai pelaku utama dalam usaha pengolahan ikan tangkap, maka perlu dilakukan pengembangan kemampuan, kreativitas, dan inovasi perempuan wirausaha. Pada kenyataanya keberhasilan perempuan wirausaha dalam mencapai kinerja tidak hanya ditentukan oleh kegiatan dalam pengoalahan ikan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan dan keterampilan perempuan wirausaha dalam menjalankan usahanya mulai dari sub sistem on farm sampai subsistem pemasaran dan penunjang. Dengan kata lain, perempuan wirausaha harus memiliki kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi nilai-nilai serta perilaku yang diperlukan untuk selalu berkomitmen terhadap pekerjaan yang dilaksanakan. Wirausaha yang sukses pada umumnya ialah yang memiliki kompetensi (ilmu pengetahuan dan keterampilan) dalam hal manjerial (managerial skill), melihat persoalan secara menyeluruh dan komprehensif dan menganalisisnya (conceptual skill), berkomunikasi, mengerti, mamahami dan menjalin relasi (human skill), keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan (decision marking
63 skill), keterampilan mengatur dan menggunakan waktu (time management skill) serta keterampilan teknis kekhususan. Faktor penting lainnya yang harus dimiliki perempuan wirausaha adalah kemampuan kreatif dan inovatif, hal tersebut yang akan dijadikan dasar bagi perempuan wirausaha untuk mencari peluang sukses. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kreativitas dapat diasah dengan mengikuti seminar-seminar kewirausahaan, berdiskusi dengan perempuan wirausaha yang lebih berpengalaman, dengan mengikuti ajang promosi dan pameran, dan lain sebagainya.
7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik perempuan wirausaha UMKM agroindutri perikanan tangkap di Kota Padang antara lain (1) perempuan wirausaha responden pada umumnya berada pada umur produktif yaitu berkisar antara 40-55 tahun, (2) tingkat pendidikan sebagian besar adalah lulusan SMA, (3) pendapatan yang diperoleh sebagian besar + Rp 5 juta per bulan, (4) perempuan wirausaha respoden pada umumnya telah menikah dan memiliki anak, (5) perempuan wirausaha memiliki pengalaman yang lama dalam menjalankan usaha rata-rata 11-20 tahun, (6) seluruhnya memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pelaku usaha agroindustri perikanan, (7) kegiatan pengolahan sebagian besar masih bersifat traditional didominasi oleh kegiatan pengeringan atau penggaraman, selebihnya telah melakukan pengolahan secara modern. Faktor lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor individu dan perilaku kewirausahaan, hal ini menunjukan bahwa adanya dukungan penyuluhan dan pelatihan, kemudahan dalam memperoleh bahan input produksi, dukungan promosi dan pemasaran, bantuan modal dari pemerintah, kekompakkan antar perempuan wirausaha, dan dukungan pemerintah dalam regulasi usaha, berperan penting terhadap faktor individu perempuan wirausaha demi peningkatan usahanya, karena pengaruh faktor lingkungan terhadap faktor individu cukup besar. Dukungan tersebut dapat berupa bantuan pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana, dukungan penyuluhan dan pelatihan untuk mempercepat penyerapan tegnologi dan inovasi untuk meningkatkan kreativitas perempuan wirausaha, perluasan promosi dan pemasaran, serta regulasi usaha. Faktor individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan, pengalaman, motivasi berprestasi, modal, kepemilikan sarana dan prasarana, berperan penting terhadap peningkatan perilaku kewirausahaan. Dukungan tersebut berupa pengalaman berusaha yang lama, tingkat pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan kemandirian perempuan wirausaha untuk tekun menjalankan usaha, dengan menciptakan inovasi dan tanggap terhadap peluang usaha yang dijalankan. Faktor lingkungan dan perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini menunjukkan
64 bahwa ketekunan, ketanggapan terhadap peluang, inovatif, keberanian mengambil risiko dan kemandirian serta adanya dukungan penyuluhan dan pelatihan, kemudahan dalam memperoleh bahan input produksi, dukungan promosi dan pemasaran, bantuan modal dari pemerintah, kekompakkan antar perempuan wirausaha, dan dukungan pemerintah dalam regulasi usaha, dapat meningkatkan kinerja usaha perempuan wirausaha agroindustri perikanan. Kinerja usaha agroindustri perikanan yang dikelola perempuan wirausaha menunjukkan kegiatan usaha pengolahan lainnya seperti pembuatan bakso ikan, abon ikan, nugget ikan, rendang tuna, merupakan jenis usaha yang memberikan keuntungan usaha yang besar dibandingkan dengan jenis usaha pengeringan/penggaraman.
Saran 1. Keberhasilan usaha agroindustri perikanan tangkap sangat diharapkan oleh semua pihak. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keberhasilan usaha agroindustri perikanan dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama pemerintah untuk menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif agar perempuan wirausaha semakin termotivasi untuk menjadi wirausaha yang sukses, melalui penyuluhan dan pelatihan, pembinaan teknis, keberanian mengambil risiko untuk peminjaman modal, keberanian dalam inovasi baik produk, teknologi, maupun pemasaran serta manajemen pengolahan usaha. Hal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi guna peningkatan kualitas produk yang diproduksi. 2. Perlu dukungan pemerintah dalam menjamin kontinuitas ketersediaan bahan baku bagi agroindustri perikanan serta penentuan harga bahan baku ikan mentah. Dengan adanya kestabilan harga dan bahan baku dapat memotivasi pelaku usaha untuk dapat bertahan dengan usahanya sehingga dapat juga meningkatkan produksi. 3. Pada penelitian ini peneliti belum melihat perbedaan perilaku perempuan wirausaha yang mengelola usaha secara berkelompok dan perempuan wirausaha yang mengelola usaha secara individu, untuk itu untuk penelitian selanjutnya untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan perilaku kewirausahaan dalam pengelolaan usaha secara berkelompok dan secara individu.
DAFTAR PUSTAKA Alma B. 2010. Kewirausahaan. Edisi Revisi. Bandung. Alfabeta. Ariesa FN. 2013. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usahatani Tembakau Virginia di Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
65 Asmarani DE. 2006. Analisis Pengaruh Perencanaan Strategi Terhadap Kinerja Perusahaan Dalam Upaya Menciptakan Keunggulan Bersaing. [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Semarang (ID). Universitas Diponegoro. Baker T, Aldrich H, Liou N. 1997. Invisible entrepreneur: the neglect of women business owners by media and scholarly journals in the USA. Routledge Taylor and Francis Group. 9(3):183–211. Bird MJ. 1996. Entrepreneurial Behaviour. McGraw-Hill Irwin. Singapore. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Padang. 2014. Kota Padang Dalam Angka. Kota Padang: Badan Pusat Statistik Kota Padang. Burhanuddin. 2014. Pengaruh Aktivitas Kewirausahaan Peternakan Ayam Broiler terhadap Pertumbuhan Ekonomi. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Casson M, Yeung B, Basu A, Wadeson N. 2006. The Oxford Handbook of Entrepreneurship. New York (US): Oxford University Press Inc. Carrington C. 2006. Special Issue: Sustaining the Mom Entum: Gender, Entrepreneurship and Public Policy. Routledge Taylor and Francis Group. 19 (2):111-154. Dahalana N, Jaafarb M, Asma S, Rosdi M. 2013. Local Community Readiness in Entrepreneurship: Do Gender Differ in Searching Business Opportunity. Procedia - Social and Behavioral Sciences. 9(91):403-410. Day GS. 1990. Market Driven Strategy: Processes for Creating Value. New York: The Free Press A. Division of Mc Millan Inc. Delmar F. 1996. Entrepreneurial Behavior and Business Performance: A Study of the Impact of Individual Differences and Environmental Characteristics on Business Growth and Efficiency. Entrepreneurial Behaviour and Business Performance. Ekonomika Forknings Institute. Stockholm. p.3-94 Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang. 2014. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang 2014. Kota Padang: Pemerintah Kota Padang Dinas Kelautan dan Perikanan. Dirlanudin. 2010. Perilaku Wirausaha dan Keberdayaan Pengusaha Kecil Industri Agro: Kasus di Kabupaten Serang Provinsi Banten. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Drucker, P.F. 1996. Inovasi dan Kewiraswastaan. Praktek dan Dasar-dasar. Alih Bahasa: Naib, R. Jakarta (ID): Erlangga. Fereidouni HG, Masron TA, Nikbin D, Amiri RE. 2010. Consequence of External Environment on Entrepreneurial Motivation in Iran. Asian Academy of Mangement Journal. 15(2): 175-196. Fogel, Kathy, Hawk A, Morck R, Young B. 2005. Institutional Obstacles to Entrepreneurship. Oxford Handbook of Entrepreneurship. Oxford University Press. Gartner WB. 1988. Who is an Entrepreneur? Is Wrong Question. American Journal of Small Business. 13(1): 11-32 Haryono S, Wardoyo P. 2012. Structural Equation Modelling. Bekasi. PT Intermendia Personalia Utama. Harijati S. 2007. Potensi dan Pengembangan Kompetensi Agribisnis Petani Berlahan Sempit: Kasus Petani Sayuran di Kota dan Pinggiran Jakarta dan Bandung. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
66 Hisrich, R.D.M.P. Peters, and D.A Sheperd. 2008. Kewirausahaan (Entrepreneurship). Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta. Holquist C, Sundin E. 1990. What is Special About Highly Educated Women Entrepreneurs. Taylor and Francis Group. 2(2): 181-194. Hubeis M. 2009. Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Inggrawati K, Arnold K. 2010. Peranan Faktor-faktor Individual dalam Mengembangkan Usaha: Studi Kuantitatif pada Wirausaha Kecil di Salatiga. Jurnal Manajemen Bisnis. 3(2):185-202. Jauch LR, Glueck WF. 1988. Business Policy and Strategic Management. McGraw Hill. New York. Jati W. 2009. Analisis Motivasi Wirausaha Perempuan (Wirausahawati) di Kota Malang. Jurnal Humanity, Vol 4, No 2. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang. Kao, Raymond, Kenneth R, Rowland R. 2002. Entrepreneurism. Imperial College Press. London. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta (ID). PT. Raja Grafindo Persada. Kementrian Lingkungan Hidup. 2015. Tingkat Keragaman Hayati Sumber Daya Laut Indonesia. http://www.menlh.go.id/ Kevane M. 2001. Microenterprise Lending To Female Entrepreneurs: Sacrificing Economis Growth for Poverty Alleviation. Elsevier. 29(7):1225-1236 Krisnamurthi B. 2001. Agribisnis. Bogor (ID). Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Kumar SA, SC Poornima and MK Abraham. 2003. Entrepreneurship Development. New Delhi (IN): New Age International. Kuratko D. 2009. Introduction to Entrepreneurship. Eight Edition. International Student Edition. Canada. Kurniawan Ardie, Budiawan, Darma Rahim. 2013. Arahan Pengembangan Sentra Pengolahan dan Pemasaran Ikan di Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan. Universitas Hasanuddin. [KPPU] Komisi Perlindungan Persaingan Usaha. 2009. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks. Buku Ajar. KPPU. Jakarta (ID). Lee DY dan Tsang EWK. 2001. The Effects of Entrepreneurial Personality, Background and Network Activities on Venture Growth. Journal of Menagement Studies. 38(4): 582-602. Li X. 2009. Entrepreneurial Competencies as an Entrepreneurial Distinctive: an Examination of the Competency Approach in Defining Entrepreneurs. [Thesis]. Singapore (SG): Singapore Management University. Lumkmana, A. 1994. Operasional Kultur Bisnis dan Struktur Usaha Agroindustri pada Pelita VI. Makalah pada Seminar Operasionalisasi Subsektor Agroindustri pada Pelita VI Mei 1994. Jakarta. Luthans F. 2005. Organizatioanl Behaviour. New York. McGraw Hill. Mangkunagara AP. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mathis RL. & J.H Jackson. 2006. Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
67 Mazzarol T, Volery T, Doss N, Thein V. 1999. Factors Influencing Small Business Stars-up. International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research. 5(2): 48-63. Meredith GG, Nelson RE, Neck PA. 1996. Seri Manajemen no.97: Kewirausahaan, Teori, dan Praktek. Jakarta (ID). PT Pustaka Binaman Pressindo. Nasution, M. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan Untuk Agroindustri. IPB Press, Bogor. Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Noersasongko E. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Batik Di Jawa Tengah. [Disertasi]. Malang (ID): Universitas Merdeka Malang. Nurhayati, P. 2011. Karakteristik dan Kinerja Wirausaha Wanita pada UKM Agroindustri Perikanan di Kabupaten Sukabumi. Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011. Institut Pertanian Bogor. Nursulasiah. 2004. Motivasi Perempuan Dalam Kegiatan Usaha Ternak Sapi Potong (Kasus Desa Mangaran Kecamatan Anjung Kabupaten Jember). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Orhan M, Scott D. 2011. Why Women Enter into Entrepreneurship a Explanatory Model. Woman and Management Review. 16(5): 232-243. [OECD] Organisation for Economic Cooperation and Development. 2004. Women’s Entrepreneurship: Issues and Policies. Istanbul, Turkey. Pambudy, R. 1999. Peranan Ilmu Penyuluhan dalam Pengembangan Agribisnis. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Sumberdaya Manusia. Institut Pertanian Bogor. Pambudy R, Dabukke FN. 2010. Tantangan dan Agenda Masa Depan Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis Indonesia. Dalam Releksi Agribisnis 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih. Bogor (ID). IPB Press. Praag CM. 2005. Succesessful Entrepreneurship. United Kingdom: Edward Elgar Publishing Limited. Prabandari SP, Rosita NH. 2013. Motivasi dan Kompetisi Pengaruhnya Terhadap Kesuksesan Pengusaha Perempuan. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Sancall Peran Perbankan Syariah Dalam Penguatan Kapasitas UMKM Menuju Kemandirian Ekonomi Nasional. ISBN: 978-979-636-147-2. Pristiana U, Kusumaningtyas A, Mujanah S. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Perempuan Berwirausaha Di Kota Surabaya. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis. 9(1): 52-65. Priyanto SH. 2009. Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat. Jurnal Pendidikan Non Formal dan Informal. 1(1): 57-82. Puspitasari. 2013. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Petani Anggrek terhadap Kinerja Usaha: Kasus di Kecamatan Gunung Sindur dan Parung, Kabupaten Bogor, dan Kecamatan Serpong, Kota Tanggerang Selatan. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rachmania I, Rakhmaniara M, Setyaningsih S. 2012. Influencing Factors of Entrepreneurial Development in Indonesia. Procedia Economics and Finance. 4(2012): 234–243.
68 Rahmi, K. 2015. Pengaruh Perilaku Kewirausahaaan Petani Terhadap Kinerja Usaha Pada Sistem Integrasi Tanaman dan Ternak. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rauch A, Frese M. 2007. Let’s Put The Person Back Into Entrepreneurship Research: A Meta-Analysis on the Relationship between Business Owner’s Personality Traits, Business Creation, and Success. European Journal of Work and Organizational Physcology. 16(4): 353-385. Rivai V, Basri AF. 2005. Performance Appraisal: Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Riyanti, BP. 2003. Kewirausahaan dan Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Grasindo. Sadjudi. 2009. Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usahatani Tembakau di Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten. Jurnal Aplikasi Manajemen. 7(2): 401-410. Sapar. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kaki Lima. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Peranian Bogor. Sari, S. 2015. Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha Terhadap Pertumbuhan Usaha Olahan Kentang Di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setyorini D. 2008. Perilaku Kewirausahaan Pedagang Usaha Kecil di Kotamadia Semarang (Studi Komparasi Multi Etnis). Psikomedimensia 7(1) Januari-Juni 2008, 1-11. Shane S, Edwin AL, Christoper JC. 2003. Entrepreneurial Motivation. Human Resource Management Review. 13. 257-279. Sloman J, Sutcliffe M. 2004. Economics for Business. Third Edition. Pearson Education. England. Suandi, Sativa F. 2001. Pekerja Perempuan Pada Agroindustri Pangan di Pedesaan Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian UNI. 7(2):7274 Sumantri B. 2013. Pengaruh Jiwa Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha Perempuan Wirausaha Pada Industri Pangan Perumahan Di Bogor. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sumantri B dan Anna F. 2011. Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong Pada Kondisi Risiko di Kelompok Tani Dewi Sri. Forum Agribisnis. 1(2) September 2011. Suryana Y, Kartib B. 2011. Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Suryana. 2003. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta (ID): Salemba Empat. Ucbasaran D, Paul W and Mike W. 2005. Habital Entrepreneurs. Oxford Handbook of Entrepreneurship. Oxford University Express. Verhees FJHM, Klopcic M, Kuipers A.2008. Entrepreneurial Proclivity and the Performance of Farms: The Cases of Dutch and Slovenian Farmers. Paper prepared for presentation at the 12th EAAE Congress, (Gent) Belgium, 26-19 August 2008.
69 Verni I. 2013. The Comparison of Entrepreneurial Competency in Woman Micro, Small, and Medium Scale Entrepreneurs. Procedia Social and Behavioral Sciences 2014(115):175 – 187. Wahyuningsih, D. C. 2015. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha Bawang Goreng Di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Watson J, Newby R. 2007. Gender Differences in the Goals of Owner-Operated SMEs. Taylor & Francis e-Library. Widodo. 2005. Jendela Cakrawala Kewirausahaan. Bogor (ID): IPB Press. Winardi. 2008. Entrepreneur and Entrepreneurship. Jakarta (ID): Kencana. Wijanto, SH. 2008. Structural Equation Modelling Menggunakan Lisrel 8.8. Penerbit Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Wirasasmita. 2011. Ekonomika Kewirausahaan. Buletin Manajemen Kewirausahaan. Edisi Maret 2011. Hal 3-5. Bandung (ID). Fakultas Ekonomi. Universitas Padjajaran. Zimmerer, T. and Norman M. Scarborough. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Salemba Empat. Jakarta.
70
LAMPIRAN
71 Lampiran 1 Peta Kota Padang
72 Lampiran 2 Rumus untuk menghitung construct reliability dan variance extracted Construct reliability (CR) =
(∑ 𝑆𝑡𝑑. 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔)2
(∑ 𝑆𝑡𝑑. 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔)2 + ∑ 𝑒j
Variance extracted (VE) =
(∑ 𝑆𝑡𝑑. 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔)2 (∑ 𝑆𝑡𝑑. 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔)2 + ∑ 𝑒j
73 Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data dengan Lisrel 8.30 DATE: 12/20/2016 TIME: 14:28 L I S R E L 8.30 BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Chicago, IL 60646-1704, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com The following lines were read from file D:\DIANSE~1\DATA.SPJ: Observed Variables PEND PENG MOTV MODL KSP PU KBI DPL BM DPP DP KAW TB KTP INOV BMR MNDR PPM PP KB VP K Correlation Matrix From File D:\DIANSE~1\DATA.COR Sample Size = 168 Latent Variables INDIVIDU LINGKUNG KEWIRAUSA KINERJA Relationships PEND PENG MOTV MODL PU = INDIVIDU KBI DPL BM KAW = LINGKUNG TB KTP INOV BMR MNDR = KEWIRAUSA PPM PP KB VP = KINERJA INDIVIDU = LINGKUNG KEWIRAUSA = INDIVIDU LINGKUNG KINERJA = KEWIRAUSA LINGKUNG Path Diagram Options EF ME=UL ADD=OFF IT=500 set error covariance between INOV and DPL to free set error covariance between BMR and BM to free set set set set set set set set set set set set set
error error error error error error error error error error error error error
covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance
between between between between between between between between between between between between between
MNDR and DPL to free MNDR and BM to free MNDR and TB to free MNDR and KTP to free MNDR and INOV to free PPM and MNDR to free PP and TB to free PP and KTP to free PP and BMR to free PP and PPM to free KB and TB to free KB and INOV to free VP and DPL to free
set set set set set set set set set
error error error error error error error error error
covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance
between between between between between between between between between
VP and BM to free VP and KTP to free VP and MNDR to free VP and PP to free PENG and PPM to free MODL and KBI to free MODL and PPM to free MODL and PP to free PU and PPM to free
set set set set set
error error error error error
covariance covariance covariance covariance covariance
between between between between between
INOV and BM to free PPM and TB to free PPM and KTP to free PPM and INOV to free VP and TB to free
74 set set set set set set set set set set set set set set set set set set
error error error error error error error error error error error error error error error error error error
covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance
between between between between between between between between between between between between between between between between between between
PP and DPL to free PP and BM to free KBI and BM to free INOV and MODL to free MNDR and MODL to free PP and PU to free KB and MODL to free VP and MODL to free VP and PU to free KBI and TB to free KBI and KTP to free KBI and BMR to free DPL and PU to free DPL and TB to free DPL and BMR to free DPL and KBI to free BM and MODL to free BM and TB to free
set set set set set set set set set
error error error error error error error error error
covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance covariance
between between between between between between between between between
INOV and PU to free BMR and MOTV to free MNDR and MOTV to free PPM and MOTV to free KB and BMR to free KB and MNDR to free DPL and MODL to free DPL and KB to free KB and PPM to free
set error variance of PENG equal to free set error covariance between PENG and PEND to free set error covariance between PPM and PEND to free set error covariance between PP and PEND to free set error covariance between KAW and PENG to free set error covariance between KAW and BMR to free set error covariance between KAW and PP to free set error covariance between KAW and KBI to free set error covariance between PPM and KBI to free End of Problem Sample Size =
168
Correlation Matrix to be Analyzed
PEND PENG MOTV MODL PU TB KTP INOV BMR MNDR PPM PP KB VP KBI DPL BM KAW
PEND -------1.00 0.64 0.41 0.49 0.60 0.38 0.38 0.13 0.13 0.18 -0.16 -0.16 0.03 0.05 0.13 0.18 0.12 0.05
PENG --------
MOTV --------
MODL --------
PU --------
TB --------
1.00 0.26 0.48 0.58 0.15 0.22 0.12 0.10 0.10 -0.18 0.03 0.05 0.06 0.20 0.22 0.17 0.35
1.00 0.47 0.51 0.25 0.21 0.15 0.08 0.31 0.10 0.13 0.26 0.14 0.32 0.28 0.22 0.18
1.00 0.50 0.20 0.27 -0.04 0.14 -0.09 -0.25 -0.14 0.02 -0.04 0.39 0.09 -0.06 0.02
1.00 0.24 0.26 0.06 0.15 0.34 -0.05 0.09 0.13 0.14 0.33 0.23 0.32 0.27
1.00 0.78 0.42 0.64 0.25 0.25 -0.15 0.60 0.14 0.37 0.47 0.35 0.07
Correlation Matrix to be Analyzed
75
KTP INOV BMR MNDR PPM PP KB VP KBI DPL BM KAW
KTP -------1.00 0.55 0.64 0.15 0.21 -0.05 0.47 0.07 0.53 0.26 0.33 0.09
INOV --------
BMR --------
MNDR --------
PPM --------
PP --------
1.00 0.45 0.24 0.43 0.34 0.64 0.29 0.30 0.27 0.43 0.17
1.00 0.34 0.41 0.02 0.58 0.31 0.45 0.50 0.44 -0.05
1.00 0.49 0.32 0.33 0.42 0.23 0.49 0.46 0.27
1.00 0.62 0.66 0.63 0.33 0.38 0.29 0.29
1.00 0.45 0.51 0.24 0.14 0.06 0.43
Correlation Matrix to be Analyzed
KB VP KBI DPL BM KAW
KB -------1.00 0.57 0.48 0.55 0.34 0.38
VP --------
KBI --------
DPL --------
BM --------
KAW --------
1.00 0.25 0.62 0.16 0.37
1.00 0.26 0.17 0.24
1.00 0.42 0.34
1.00 0.34
1.00
Number of Iterations = 18 LISREL Estimates (Unweighted Least Squares) PEND = 0.69*INDIVIDU, Errorvar.= 0.53 , R² = 0.47 (0.070) (0.13) 9.86 3.96 PENG = 0.74*INDIVIDU,, R² = 1.00 (0.090) 8.23 MOTV = 0.63*INDIVIDU, Errorvar.= 0.61 , R² = 0.39 (0.099) (0.12) 6.35 4.88 MODL = 0.66*INDIVIDU, Errorvar.= 0.57 , R² = 0.43 (0.10) (0.13) 6.33 4.48 PU = 0.84*INDIVIDU, Errorvar.= 0.30 , R² = 0.70 (0.12) (0.14) 6.74 2.10 TB = 0.84*KEWIRAUS, Errorvar.= 0.30 , R² = 0.70 (0.083) (0.15) 10.14 2.04 KTP = 0.93*KEWIRAUS, Errorvar.= 0.14 , R² = 0.86 (0.12) (0.15) 7.98 0.97 INOV = 0.61*KEWIRAUS, Errorvar.= 0.63 , R² = 0.37 (0.085) (0.13) 7.17 4.97 BMR = 0.67*KEWIRAUS, Errorvar.= 0.55 , R² = 0.45 (0.087) (0.13) 7.70 4.11 MNDR = 0.66*KEWIRAUS, Errorvar.= 0.57 , R² = 0.43 (0.11) (0.15) 6.25 3.89 PPM = 0.91*KINERJA, Errorvar.= 0.18 , R² = 0.82 (0.12) (0.20) 7.59 0.89
76 PP = 0.59*KINERJA, Errorvar.= 0.65 , R² = 0.35 (0.11) (0.13) 5.50 4.87 KB = 0.82*KINERJA, Errorvar.= 0.33 , R² = 0.67 (0.10) (0.16) 7.84 2.07 VP = 0.68*KINERJA, Errorvar.= 0.53 , R² = 0.47 (0.12) (0.14) 5.70 3.91 KBI = 0.85*LINGKUNG, Errorvar.= 0.27 , R² = 0.73 (0.11) (0.21) 7.82 1.33 DPL = 0.68*LINGKUNG, Errorvar.= 0.54 , R² = 0.46 (0.079) (0.16) 8.61 3.40 BM = 0.66*LINGKUNG, Errorvar.= 0.57 , R² = 0.43 (0.069) (0.14) 9.61 4.08 KAW = 0.54*LINGKUNG, Errorvar.= 0.70 , R² = 0.30 (0.060) (0.12) 9.07 5.70 Error Covariance for PENG and PEND = 0.13 (0.098) 1.30 Error Covariance for INOV and MODL = -0.18 (0.080) -2.29 Error Covariance for INOV and PU = -0.12 (0.081) -1.45 Error Covariance for BMR and MOTV = -0.06 (0.081) -0.79 Error Covariance for MNDR and MOTV = 0.17 (0.081) 2.06 Error Covariance for MNDR and MODL = -0.24 (0.081) -2.94 Error Covariance for MNDR and TB = -0.30 (0.11) -2.65 Error Covariance for MNDR and KTP = -0.46 (0.11) -4.09 Error Covariance for MNDR and INOV = -0.16 (0.096) -1.66 Error Covariance for PPM and PEND = -0.36 (0.082) -4.35 Error Covariance for PPM and PENG = -0.39 (0.082) -4.76 Error Covariance for PPM and MOTV = -0.08 (0.081) -0.94 Error Covariance for PPM and MODL = -0.43 (0.082) -5.31 Error Covariance for PPM and PU = -0.29 (0.083) -3.45 Error Covariance for PPM and TB = -0.25 (0.11)
77 -2.27 Error Covariance for PPM and KTP = -0.34 (0.11) -3.15 Error Covariance for PPM and INOV = 0.067 (0.095) 0.70 Error Covariance for PPM and MNDR = 0.10 (0.10) 1.01 Error Covariance for PP and PEND = -0.29 (0.081) -3.59 Error Covariance for PP and MODL = -0.26 (0.080) -3.22 Error Covariance for PP and PU = -0.06 (0.081) -0.75 Error Covariance for PP and TB = -0.47 (0.096) -4.93 Error Covariance for PP and KTP = -0.40 (0.093) -4.36 Error Covariance for PP and BMR = -0.23 (0.091) -2.58 Error Covariance for PP and PPM = 0.088 (0.11) 0.78 Error Covariance for KB and MODL = -0.15 (0.081) -1.84 Error Covariance for KB and TB = 0.15 (0.10) 1.52 Error Covariance for KB and INOV = 0.31 (0.091) 3.47 Error Covariance for KB and BMR = 0.22 (0.092) 2.39 Error Covariance for KB and MNDR = -0.02 (0.095) -0.17 Error Covariance for KB and PPM = -0.08 (0.14) -0.59 Error Covariance for VP and MODL = -0.18 (0.080) -2.22 Error Covariance for VP and PU = -0.04 (0.082) -0.50 Error Covariance for VP and TB = -0.23 (0.097) -2.39 Error Covariance for VP and KTP = -0.35 (0.093) -3.71 Error Covariance for VP and MNDR = 0.12 (0.090) 1.37 Error Covariance for VP and PP = 0.11 (0.100) 1.08 Error Covariance for KBI and MODL = 0.17 (0.083) 2.09 Error Covariance for KBI and TB = 0.040 (0.093) 0.43 Error Covariance for KBI and KTP = 0.16
78
Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for Error Covariance for
(0.091) 1.80 KBI and BMR = 0.18 (0.089) 2.07 KBI and PPM = -0.12 (0.098) -1.21 DPL and MODL = -0.09 (0.083) -1.05 DPL and PU = 0.0077 (0.085) 0.090 DPL and TB = 0.20 (0.091) 2.24 DPL and INOV = 0.083 (0.085) 0.97 DPL and BMR = 0.29 (0.088) 3.34 DPL and MNDR = 0.29 (0.086) 3.36 DPL and PP = -0.09 (0.089) -1.03 DPL and KB = 0.23 (0.095) 2.37 DPL and VP = 0.35 (0.093) 3.83 DPL and KBI = -0.32 (0.12) -2.62 BM and MODL = -0.23 (0.081) -2.80 BM and TB = 0.094 (0.089) 1.05 BM and INOV = 0.24 (0.084) 2.92 BM and BMR = 0.24 (0.086) 2.79 BM and MNDR = 0.26 (0.084) 3.10 BM and PP = -0.16 (0.086) -1.87 BM and VP = -0.11 (0.089) -1.19 BM and KBI = -0.39 (0.12) -3.20 KAW and PENG = 0.20 (0.080) 2.45 KAW and BMR = -0.22 (0.082) -2.62 KAW and PP = 0.24 (0.083) 2.93 KAW and KBI = -0.22 (0.11) -1.98
79 INDIVIDU = 0.39*LINGKUNG, Errorvar.= 0.85, R² = 0.15 (0.034) 11.32 KEWIRAUS = 0.21*INDIVIDU + 0.38*LINGKUNG, Errorvar.= 0.75, R² = 0.25 (0.067) (0.069) 3.07 5.52 KINERJA = 0.49*KEWIRAUS + 0.36*LINGKUNG, Errorvar.= 0.47, R² = 0.53 (0.11) (0.071) 4.36 5.01 Correlation Matrix of Independent Variables LINGKUNG -------1.00 Covariance Matrix of Latent Variables
INDIVIDU KEWIRAUS KINERJA LINGKUNG
INDIVIDU -------1.00 0.35 0.31 0.39
KEWIRAUS --------
KINERJA --------
LINGKUNG --------
1.00 0.65 0.46
1.00 0.58
1.00
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 67 Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 101.41 (P = 0.0042) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 34.41 90 Percent Confidence Interval for NCP = (11.21 ; 65.57) Minimum Fit Function Value = 0.61 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.21 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.067 ; 0.39) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.055 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.032 ; 0.077) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.32 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.85 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.71 ; 2.04) ECVI for Saturated Model = 2.05 ECVI for Independence Model = 17.59 Chi-Square for Independence Model with 153 Degrees of Freedom = 2901.12 Independence AIC = 2937.12 Model AIC = 309.41 Saturated AIC = 342.00 Independence CAIC = 3011.35 Model CAIC = 738.30 Saturated CAIC = 1047.20 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.064 Standardized RMR = 0.085 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.94 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.38 Normed Fit Index (NFI) = 0.97 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.97 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.42 Comparative Fit Index (CFI) = 0.99 Incremental Fit Index (IFI) = 0.99 Relative Fit Index (RFI) = 0.92 Critical N (CN) = 160.45 Total and Indirect Effects
80 Total Effects of KSI on ETA
INDIVIDU
LINGKUNG -------0.39 (0.03) 11.32
KEWIRAUS
0.46 (0.06) 7.93
KINERJA
0.58 (0.06) 9.65
Indirect Effects of KSI on ETA
INDIVIDU
LINGKUNG -------- -
KEWIRAUS
0.08 (0.02) 3.47
KINERJA
0.22 (0.05) 4.28
Total Effects of ETA on ETA INDIVIDU -------- -
KEWIRAUS -------- -
KINERJA -------- -
KEWIRAUS
0.21 (0.07) 3.07
- -
- -
KINERJA
0.10 (0.04) 2.44
0.49 (0.11) 4.36
- -
INDIVIDU
Largest Eigenvalue of B*B' (Stability Index) is Indirect Effects of ETA on ETA
INDIVIDU
INDIVIDU -------- -
KEWIRAUS -------- -
KINERJA -------- -
KEWIRAUS
- -
- -
- -
KINERJA
0.10 (0.04) 2.44
- -
- -
Total Effects of ETA on Y
PEND
PENG
INDIVIDU -------0.69 (0.07) 9.86
KEWIRAUS -------- -
KINERJA -------- -
0.74 (0.09) 8.23
- -
- -
0.239
81 MOTV
0.63 (0.10) 6.35
- -
- -
MODL
0.66 (0.10) 6.33
- -
- -
PU
0.84 (0.12) 6.74
- -
- -
TB
0.17 (0.06) 2.71
0.84 (0.08) 10.14
- -
KTP
0.19 (0.06) 2.97
0.93 (0.12) 7.98
- -
INOV
0.13 (0.04) 2.96
0.61 (0.08) 7.17
- -
BMR
0.14 (0.05) 3.06
0.67 (0.09) 7.70
- -
MNDR
0.14 (0.05) 2.80
0.66 (0.11) 6.25
- -
PPM
0.09 (0.04) 2.20
0.44 (0.13) 3.44
0.91 (0.12) 7.59
PP
0.06 (0.02) 2.51
0.29 (0.07) 4.33
0.59 (0.11) 5.50
KB
0.08 (0.03) 2.57
0.40 (0.08) 4.92
0.82 (0.10) 7.84
VP
0.07 (0.03) 2.60
0.33 (0.07) 4.94
0.68 (0.12) 5.70
Indirect Effects of ETA on Y
PEND
INDIVIDU -------- -
KEWIRAUS -------- -
KINERJA -------- -
PENG
- -
- -
- -
MOTV
- -
- -
- -
MODL
- -
- -
- -
PU
- -
- -
- -
TB
0.17 (0.06) 2.71
- -
- -
KTP
0.19 (0.06) 2.97
- -
- -
INOV
0.13 (0.04)
- -
- -
82 2.96 BMR
0.14 (0.05) 3.06
- -
- -
MNDR
0.14 (0.05) 2.80
- -
- -
PPM
0.09 (0.04) 2.20
0.44 (0.13) 3.44
- -
PP
0.06 (0.02) 2.51
0.29 (0.07) 4.33
- -
KB
0.08 (0.03) 2.57
0.40 (0.08) 4.92
- -
VP
0.07 (0.03) 2.60
0.33 (0.07) 4.94
- -
Total Effects of KSI on Y
PEND
LINGKUNG -------0.27 (0.04) 6.93
PENG
0.29 (0.03) 8.33
MOTV
0.24 (0.04) 6.61
MODL
0.25 (0.04) 6.48
PU
0.33 (0.05) 6.98
TB
0.38 (0.06) 6.01
KTP
0.43 (0.05) 8.50
INOV
0.28 (0.04) 6.74
BMR
0.31 (0.05) 6.69
MNDR
0.30 (0.05) 6.07
PPM
0.53 (0.10) 5.44
83 PP
0.34 (0.06) 5.88
KB
0.47 (0.05) 9.00
VP
0.40 (0.06) 6.71
The Problem used
129208 Bytes (= Time used:
0.2% of Available Workspace)
1.523 Seconds
84 Lampiran 4 Standardized loading factor model struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha sebelum di respesifikasi
Gambar 13 Standardized loading factor model struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha
Gambar 14 Nilai t-hitung struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha
85
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Padang pada tanggal 28 Desember 1992 sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak H. Zabendri SH dan Ibu Hj. Elfa Zulmaini SE M.Pd. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Don Bosco Padang. Pada bulan Agustus tahun 2010 penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Andalas melalui jalur SNMPTN. Penulis lulus dari Jurusan Agribisnis Universitas Andalas, sebagai Sarjana Pertanian pada bulan Mei tahun 2014. Selama kuliah di Universitas Andalas penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Analisis Kelayakan Proyek, mata kuliah Information Communication Technology and Multimedia Agribisnis, mata kuliah Sistem Informasi Manajemen, dan mata kuliah Kewirausahaan Sosial dan Teknologi. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan di organisasi kemahasiswaan antara lain pada Agricultural Information Technology Club (AgITC) Fakultas Pertanian Universitas Andalas dan menjabat sebagai sekretaris umum pada tahun 2012 dan koordinator Dewan Penasehat Pengurus pada tahun 2013, staf divisi infokom Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Univeristas Andalas, staf divisi humas dan staf divisi penalaran Himpunan Mahasiswa Agribisnis dan anggota Koperasi Mahasiswa Universitas Andalas. Penulis mendapatkan penghargaan sebagai aktivis kampus tingkat Fakultas Pertanian pada periode wisuda II Universitas Andalas bulan Mei tahun 2014. Pada bulan September tahun 2014 penulis melanjutkan studi di Sekolah Pasca Sarjana IPB. Selama kuliah di pascasarjana IPB penulis pernah mengikuti organisasi Forum Wacana sebagai anggota di bidang humas, dan Ikatan Mahasiswa Pascasarjana Minang (IMPACS). Karya ilmiah penulis yang berjudul Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Perempuan Wirausaha UMKM Agroindustri Perikanan Tangkap di Kota Padang diterbitkan pada International Journal of Science and Research (IJSR) Volume 5 Issue 10, October 2016. Karya ilmiah tersebut merupakan hasil karya penulis dalam tugas akhir di Magister Sains Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor.