EKUITAS Akreditasi No.55a/DIKTI/Kep/2006
ISSN 1411-0393
PENGARUH KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEMAMPUAN USAHA SERTA KINERJA USAHA RUMAH MAKAN PADANG DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Henny Welsa
[email protected] Universitas Taman Siswa Yogyakarta
ABSTRACT Current number of entrepreneurs in Indonesia is only 0, 18% or about 400.000 people. The number of entrepreneur in USA was 11, 5 % last year and the number of entrepreneur Singapore that had 4,24 million of population in 2005 was 7,2 %. The objectives of this research are to examine the effects entrepreneurship on business competence and performance of Padang Restaurants in special province of Yogyakarta. This study is expected to increase the number of entrepreneurship and is the solution of the unemployment problem in Indonesia is specially in Yogyakarta. 61 respondents from 72 Padang Restaurants. The data were collected using questionnaires and analyzed using Partial Least Square (PLS) analysis. Result of this study proved Ranidar finding (2004) which mentioned that the existence of Padang Restaurants is supported by the power of the norms which is from social and culture of Minang based on Islamic teaching (custom is based on Islam, Islam is based on Holy Quran). This finding also supports the theory of Minang culture. This theory is the concept of life which was prepared Minang’s anchestor for their generation who has purpose to reach a happy and prosperous life in this world and here after. (Idrus, 1998). The business competence has a big role in creating the business perfomance. (Hill and Jones, 1998, Muljadi, 1999). (Kotler 1997). Enterpreneurship depends on the ability of individual to run the business. Meredith et. al., (2000) stated that a person is called enterpreneur if he has an ability to see and find the opportunity and he believes in his own ability to plan, take a risk, inovate, and do some actions to get the goal. The finding of this study is important empirical evidence on the development of the theory and the practice of the enterpreneurship in Indonesia Keywords: Entrepreneurship, business competence, and business performance.
PENDAHULUAN Menurut Ciputra dalam Jawa post untuk menjadi negara makmur, cukup 2% dari total penduduk berwirausaha. Di Indonesia, jumlah yang berwirausaha saat ini 0,18% atau Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Kinerja Usaha (Henny Welsa)
371
sekitar 400 ribu orang, sangat jauh jika dibandingkan negara lain. AS misalnya tahun lalu 11,5% berwirausaha, Singapura pada tahun 2005 berwirausaha 7,2%. Landasan hukum kewirausahaan di Indonesia antara lain tertuang dalam INPRES No 4 tahun 1995. INPRES ini dibuat sebagai payung besar dari Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan kewirausahaan (GNMMK). Gerakan ini sendiri bertujuan cukup mulia yaitu menumbuhkembangkan budaya kreatif, inovatif, di mayarakat baik kalangan usaha, pendidikan maupun aparatur pemerintah. Walaupun demikian kenyataan di lapangan menunjukan bahwa INPRES ini seolah-olah hanya menjadi keputusan politis pemerintah. Keberhasilan dari pembangunan kewirausahaan ternyata tidak lepas dari peran swadaya masyarakat. Peran serta masyarakat menjadi kunci penting dalam membangun kewirusahaan di Indonesia. Banyak hal yang perlu dibenahi dalam menciptakan swadaya pembangunan kewirausahaan di dalam masyarakat. Pembangunan nilai-nilai budaya dan perbaikan pendidikan kewirausahaan merupakan kunci pembangunan kewirausahaan (Lim,1996). Masyarakat Indonesia cenderung hidup dalam budaya bekerja yang cenderung mencari aman atau menghendaki adanya social harmony, hal ini bertentangan dengan budaya kewirausahaan yang mengandung nilai-nilai seperti pantang menyerah, berani mengambil resiko, kreatif dan inovatif. Kedudukan perekonomian amatlah penting menurut budaya Minangkabau, seperti yang difatwakan dalam pepatah: "Hilang bangso dek indak baameh", (Hilang bangsa karena tidak mempunyai emas). Maksud pepatah tersebut bahwa suatu bangsa dapat jaya karena mempunyai kekayaan dan kemuliaan, yang dimaksud kekayaan dan kemuliaan adalah suatu bangsa dapat dikatakan jaya apabila rakyatnya makmur dan sejahtera. Budaya Minangkabau juga menfatwakan bahwa orang itu harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan lingkungan di mana ia berada, budaya Minangkabau juga memfatwakan agar orang hidup itu harus bisa berhemat dan tidak boros, harus bisa menabung untuk bekal kapan diperlukan. Seperti terlihat dalam pepatah: Bahimek sabalun habih, sadio payuang sabalun hujan. Salagi ado disimpan, lagi tido dimakan. (Berhemat sebelum habis, sedia payung sebelum hujan. Selagi punya menyimpan, ketika tidak punya baru dimakan), (Nasroen, 1971:185). Beberapa penelitian yang ada tentang budaya Minangkabau cenderung terfokus pada satu elemen tunggal budaya seperti budaya merantau (Naim, 1979), dan Tradisi kekeluargaan (Ranidar, 2004). Variabel budaya Minangkabau yang menarik dikaji adalah variabel Agama karena budaya Minangkabau amat berkaitan erat dengan Agama sesuai dengan landasan budaya Minangkabau yaitu “Adat bersandikan syarak, syarak bersandikan kitabullah”
372
Ekuitas Vol. 13 No. 3 September 2009: 371 – 387
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menganalisis: (1). Pengaruh kewirausahaan terhadap kemampuan usaha Rumah Makan Padang di Daerah Istimewa Yogyakarta. (2). Pengaruh kewirausahaan terhadap kinerja usaha Rumah Makan Padang di Daerah Istimewa Yogyakarta. (3). Pengaruh kemampuan usaha terhadap kinerja usaha Rumah Makan Padang di Daerah Istimewa Yogyakarta.
RERANGKA TEORETIS Pengelolaan Rumah Makan Padang Pada penelitian Ranidar (2004) menemukan bahwa keberadaan Rumah Makan Padang didukung oleh nilai-nilai sosial budaya Minangkabau dan agama. Budaya Minangkabau yang bersendikan syara' dan syara' bersendikan Kitabullah, merupakan acuan dalam pengelolaan Rumah Makan Padang. Demikian pula, agama dijadikan landasan kehidupan sosial, pribadi, dan berusaha, dalam mengimbangi kehidupan dunia dan akhirat. Pengelolaan Rumah Makan Padang dan pengembangan sumber daya manusianya, terlihat mengaktualisasikan nilai tradisi kekeluargaan yang berpedoman kepada adat dan agama. Seperti pepatah mengatakan "adat bersendikan syara’ syara' bersendikan Kitabullah". Mengenai dasar-dasar agama dalam keberadaan Rumah Makan Padang, terlihat dari peraturan dan pembinaan agama Islam. Peraturan mengenai karyawan, pada prinsipnya hal-hal yang dilarang agama tidak boleh dilaksanakan. Terbukti jika karyawan melakukan kesalahan dalam pekerjaan hanya dinasehati dan ditegur. Akan tetapi jika melanggar ajaran agama, akan diberi sanksi berat yakni dikeluarkan. Pentingnya ajaran Islam adalah untuk membentuk pribadi yang jujur, bertanggung jawab, dan berbuat positif, sehingga pengawasan di Rumah Makan Padang tak perlu dilakukan dengan ketat, karena masingmasing karyawan telah menjaga dirinya sendiri. Pengawasan melekat ditingkatkan menjadi pengawasan malaikat. Pengawasan melekat ini tampak kaitannya dengan faktor nilai budaya. Nilai budaya yang kuat adalah yang bersumber dari keagamaan, sehingga dapat memperkuat waskat (pengawasan melekat) internal, yang tumbuh atas kesadaran bahwa dalam dirinya selalu ada yang mengawasi dalam menjalankan pekerjannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan seperti ini dalam suasana pembinaan sumber daya manusia pada Rumah Makan Padang mendapat pembinaan. Dampaknya dapat membentuk lingkungan dan suasana kerja sebagai kekuatan eksternal dalam pengawasan melekat (waskat) dan kekuatan nilai keagamaan yang membentuk kekuatan internal, sehingga pengawasan tersebut fungsional, lebih dari itu bertujuan untuk kepentingan bersama. Dasar-dasar nilai budaya Minang dalam keberadaan Rumah Makan Padang terlihat pula pada rekrutmen karyawan (anak semang) lebih ditekankan pada tradisi kekeluargaan masyarakat Minang. Namun telah terjadi perubahan nilai di mana pengertian keluarga menjadi meluas pada
Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Kinerja Usaha (Henny Welsa)
373
tingkat nasional, sehingga rekrutmen karyawan memberikan kesempatan kepada orangorang yang berada di sekitar Rumah Makan Padang. Kewirausahaan Seorang pengusaha dalam melaksanakan kegiatannya haruslah memiliki semangat kewirausahaan yang berkaitan dengan mental manusia yaitu optimis, percaya diri, determinan dan fleksibel. Ada beberapa pengertian semangat kewirausahaan menurut pakar yang merupakan sifat atau ciri seorang wirausaha. Idrus (1991) mengatakan ada 6 ciri-ciri seorang wirausaha (enterpreneur) yaitu (1). percaya diri, (2). berorientasi pada tugas, (3) berani mengambil resiko (uang, waktu, kesehatan jiwa), (4). mempunyai sikap kepemimpinan (leadership), (5). mempunyai keaslian, (6). berorientasi ke depan. Meredith et al., (1989) menyatakan wirausaha adalah individu yang mampu melihat dan menemukan peluang dan percaya atas kemampuannya untuk merencanakan, mengambil resiko, inovasi serta melakukan tindakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan Kao (2001) menyatakan individu yang dapat mengkombinasikan resiko, inovasi, keahlian dan seni sehingga menciptakan bentuk organisasi baru, sebagai team dalam menciptakan produk dan jasa baru, metode produksi baru, pasar-pasar baru, bahan baku baru ataupun bisnis baru sehingga ia merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap perubahan dan inovasi bagi perusahaannya. Ada delapan indikator yang harus dimiliki seorang enterpreneur yaitu (1). visi, (2). perencanaan, (3). motivasi, (4). Inovasi, (5). peluang, (6). percaya diri, (7). resiko, (8). adaptasi. Kemampuan Usaha Kemampuan usaha adalah kemampuan yang dimiliki suatu perusahaan merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan produktivitas, dalam artian sejauh mana suatu perusahaan dapat mencapai hasil maksimal tergantung pada kemampuan yang dimiliki. Cleveland (1989) dalam Dalimunthe (2002) melihat dimensi kinerja dari kemampuan (competence) suatu perusahaan terdapat pada sembilan elernen kunci strategik sebagai kekuatan dan kelemahan bagi suatu perusahaan yang antara lain; (1). adaptive manufacturing, (2). cost-effectiveness of labor, (3). delivery performance, (4). logistics (5) production economic of scale, (6) process technology, (7). quality performance, (8). trougfhput and lead time, dan (9). vertical integration. Kesembilan elemen kunci strategik ini disebut juga sebagai manufacturing competitive priorities. Kemampuan (capabilities) mengacu pada keterampilan (skill) perusahaan dalam mengkoordinasikan sumber daya dan menempatkannya untuk penggunaan secara produktif. Kemampuan usaha mempunyai peranan yang besar dalam menciptakan kinerja perusahaan. (Hill dan Jones, 1998, Moeljadi, 1999). Suatu perusahaan walaupun mempunyai sumber daya yang bernilai dan unik akan tetapi bila tidak berkemampuan dalam menggunakan sumber daya tersebut secara efektif, maka perusahaan tidak dapat mempertahankan kemampuan secara jangka panjang. Oleh karena itu kemampuan
374
Ekuitas Vol. 13 No. 3 September 2009: 371 – 387
(capabilities) merupakan strategi penting terhadap kontribusi terhadap kelanjutan keunggulan kompetitif (Day, 1994). Kemampuan usaha menurut peneliti yang harus dimiliki Rumah Makan Padang ada 9 variabel yaitu: (1). Bahan baku, (2). Tenaga kerja, (3). Teknologi, (4). Kualitas produk, (5). Harga, (6). Variasi produk, (7). Jangkauan pasar, (8). Kemudahan membeli, (9). Ketersediaan modal. Pengertian Kinerja Usaha Menganalisis keberhasilan usaha adalah dengan mengetahui kinerja suatu usaha yang dapat dirumuskan melalui suatu perbandingan nilai yang dihasilkan dari suatu usaha dan nilai yang diharapkan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Menurut Kaplan dan Norton (1996), pengukuran kinerja dapat dilihat dari (a). pertumbuhan, (b). pengukuran akuntansi, (c). pendekatan stake holder, (d). pendekatan present value, (e) .pelanggan, (f). proses bisnis secara internal, dan (g). pembelajaran. Kinerja usaha adalah output dari berbagai faktor di atas yang oleh karenanya ukuran ini menjadi sangat penting untuk mengetahui tingkat adaptabilitas bisnis dengan lingkungannya (Kaplan dan Norton, 1996). Kotler (1997) berpendapat bahwa kinerja usaha bukan saja ditentukan oleh strategi tetapi juga menyangkut struktur organisasi, sistem manajemen, alat-alat analisis keuangan, kepemimpinan serta budaya perusahaan, sehingga perusahaan merupakan input dari berbagai kegiatan pemanfaatan sumberdaya perusahaan. Kinerja organisasi juga dipengaruhi oleh kinerja individu yakni berkaitan dengan karakteristik individu (Gibson, 1992). 1. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Masuknya industrialisasi di Indonesia diharapkan memberikan keuntungan, terutama dari segi angkatan kerja, selain juga menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Di sisi lain, permintaan terhadap pekerja akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pasar kerja karena pertambahan jumlah dan komposisi penduduk, menyebabkan terjadi perubahan masyarakat dan faktor penting pada penentuan permintaan terhadap barang dan jasa dalam perekonomian yang selanjutnya menentukan permintaan terhadap pekerja. Selain itu, jumlah komposisi tenaga kerja juga mempengaruhi penawaran pekerja pada akhirnya menentukan pula pasar kerja. 2. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas merupakan ukuran sejauh mana sumberdaya dipergunakan dan diwujudkan sesuai dengan basil yang diinginkan. Produktivitas merupakan suatu ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan. Hasil yang dicapai Produktivitas = —————————————— Sumberdaya yang dipergunakan Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Kinerja Usaha (Henny Welsa)
375
Hasil yang dicapai bisa dihubungkan dengan banyak sumber daya yang berlainan dalam bentuk berbagai perbandingan produktivitas Setiap perbandingan secara terpisah dipengaruhi oleh gabungan dari banyak faktor (Atmosoeprapto 2001; dalam Dalimunthe, 2002 ). 3. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Pertumbuhan Penjualan Perusahaan dapat tumbuh dalam waktu yang cukup panjang untuk menghasilkan keuntungan normal secara ekonomis. Barney (1997) dalam Dalimunthe (2002) menyatakan bahwa perusahaan seharusnya memiliki keuntungan normal pada masa jangka panjang. Menurut Freeman, Carrol dan Hannan (dalam Sirat 2002) menyatakan dengan melihat pertumbuhan saja maka akan menghilangkan tujuan lain dan tidak memberi arah jangka pendek. Ku1
Ku.2 Ku 3
Ku 4 Ku 5
Ku
Ku 6 Ku 7
Kw Ku 8 Ku 9
KIU
Kw1
Kw 2
Kw 3
Kw 4
Kw 5
Kw 6
Kw 7
Kw 8
KIU1
KIU 2
KIU 3
KIU 4
Gambar 1 Kerangka Konseptual 376
Ekuitas Vol. 13 No. 3 September 2009: 371 – 387
Keterangan : :
Variabel terukur / Indikator
:
Variabel laten / variabel bentukan
:
Hubungan Langsung
:
Hubungan Dimensional
Kw
:
Kewirausahaan
Ku
:
Kemampuan Usaha
KIU
:
Kinerja Usaha
Hipotesis Hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kemampuan usaha Rumah Makan Padang. 2. Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha Rumah Makan Padang. 3. Kemampuan usaha berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha Rumah Makan Padang.
METODOLOGI PENELITIAN Pemilihan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Rumah Makan Padang dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Pemilik rumah makan Padang adalah berasal dari suku Minangkabau. 2. Telah memiliki izin usaha Rumah Makan. 3. Jumlah tenaga kerja yang melakukan kegiatan produksi sebanyak 5 dan paling banyak 10 orang termasuk pemilik rumah makan. Pemilik merupakan pengusaha yang bertindak sebagai manajer (Soeryadjaya dalam Moeljadi 1999). 4. Rumah Makan Padang telah beroperasi lebih dari tiga tahun dan masih beroperasi sampai dengan penelitian ini berlangsung. Seperti yang dikatakan oleh Kao (2001) suatu usaha dapat dianalisis setelah berumur paling sedikit tiga tahun karena waktu ini dianggap sudah dapat hidup karena telah dapat mengatasi berbagai macam kendala dalam berusaha. Jumlah populasi penelitian adalah 72 Rumah Makan Padang yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Kinerja Usaha (Henny Welsa)
377
Untuk menentukan besarnya sampel dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: N n = ____________ 1 + (N.e 2 ) =
72 __________ 1.18 = 61 Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini stratified random sampling. Cara ini digunakan apabila populasinya heterogen. Jumlah unit dalam tiap strata atau lapisan tidak sama maka digunakan proportional stratified random sampling, cara ini dilakukan untuk meningkatkan derajat keterwakilan sampel yang akan diambil terhadap populasinya (Zainudin,1995) Tabel 1 Jumlah Distribusi Sampel masing-masing Kabupaten dan Kota di DIY Kabupaten dan kota
Jumlah Rumah Makan Padang 28 21 11 7 5 72
Kota Yogyakarta Kab Sleman Kab Bantul Kab Kulonprogo Kab Gunungkidul Jumlah
Besarnya Sampel 24 17 9 6 5 61
Sumber : Perkumpulan Arisan RMP Yogyakarta, diolah (2008)
Menurut Zainuddin (1995) Jumlah distribusi sampel pada masing-masing Kabupaten dan Kota di DIY sebagaimana termuat pada Tabel 1. dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: n Besar sampel =
X Jumlah Sampel N
Keterangan n = Jumlah responden disetiap kabupaten/kota N = Jumlah Populasi
378
Ekuitas Vol. 13 No. 3 September 2009: 371 – 387
Definisi Operasional Variabel Penjelasan definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan adalah sebagai berikut Kewirausahaan Kewirausahaan yakni pengelompokan dari Variabel-variabel yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki individu yang tercermin dalam pengelolaan dan pengembangan perusahaannya sendiri sekaligus menciptakan pekerjaan bagi orang lain. Kao (2001) menyebutnya spirit of entrepreneur. Penelitian ini mengacu pada Kao (2001), Meredith (1989), Moeljadi (1999 Kemampuan Usaha Kemampuan dalam menentukan kebijakan produksi, pemasaran dan keuangan mulai dari sebelum terjadi proses produksi hingga sesudah barang dimanfaatkan atau dipergunakan oleh konsumen atau pemakai. Kinerja usaha Kinerja Usaha yang merupakan identifikasi keberhasilan usaha dari Rumah makan Padang di DIY. Variabel ini merupakan variabel/konstruk laten yang diukur dengan tiga variabel yang terobservasi (observed variable), yaitu: (a). Jumlah tenaga kerja Relatif; (b). Produktivitas Tenaga Kerja; (c). Pertumbuhan penjualan. Gambaran Umum PLS Solimun (2006) menyatakan, PLS (Partial Least Square) pertama kali dikembangkan oleh Herman Wold yang merupakan guru dari Karl Joreskog (penemu dan pengembang SEM). Model PLS ini dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana teorinya lemah dan indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. Herman Wold menyebut PLS sebagai “soft modeling”. PLS merupakan metode yang powerful karena dapat diterapkan pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel tidak harus besar. PLS dapat digunakan sebagai konfirmasi teori (eksplanatori), dan dapat digunakan untuk merekomendasikan hubungan yang belum ada (eksploratori). PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, terutama pada kondisi indikator bersifat formatif. Bila variabel laten berupa kombinasi linear indikatornya, maka prediksi nilai variabel laten dapat dengan mudah diperoleh dan prediksi terhadap variabel laten yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah dilakukan. Pendugaan parameter yang diperoleh melalui PLS meliputi 3 kategori, yaitu: a. Weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten b. Mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan blok indikatornya (loading) c. Berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten.
Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Kinerja Usaha (Henny Welsa)
379
Tehnik Pengolahan Data Tahapan Iterasi dalam PLS a. Tahap pertama menghasilkan penduga bobot (weight estimate) Tahap pertama merupakan inti dari algoritma PLS yang berisi prosedur iterasi yang selalu akan menghasilkan penduga bobot yang stabil. Penduga skor komponen untuk setiap variabel laten diperoleh melalui dua cara. Melalui aproksimasi outside yang menggambarkan penjumlahan bobot dari konstruk indikator dan melalui aproksimasi inside yang merupakan penjumlahan bobot dan skor komponen lainnya yang berhubungan dengan konstruk dalam model teoritis. b. Tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model c. Tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan konstanta. Spesifikasi model dan analisis jalur hubungan - Outer model a. Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model, mendefinisikan karakteristik konstruk dengan variabel manifesnya. Blok dengan indikator refleksifdapat ditulis persamaannya sebagai berikut: x = Ax ξ + έ x y = Ayή+ έ y b. x dan y adalah indikator atau variabel manifes untuk variabel laten eksogen dan endogen ξ dan ή. Sedangkan Ax dan Ay merupakan matriks loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan ex dan ey dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise. c. Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut; ξ =Π ξ x+бx ή = Π ή y + бy d. ξ,, ή, x, dan y sama dengan persamaan sebelumnya. Π x dan Π ly adalah koefisen regresi berganda dari variabel laten dan blok indikator sedangkan бx dan бy adalah residual dari regresi. e. Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori substansif Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini: ή =β0+ ή β + ξ r+ ζ f. ή menggambarkan vektor endogen (dependen) variabel laten, ξ, adalah vektor variabe! laten eksogen dan ζ adalah vektor variabel residua l (unexplained variance). Oleh karena PLS didesain untuk model rekrusif maka hubungan antar variabel laten, setiap vanabel laten dependen ή, atau sering disebut causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut: ή j =Σi βji ήi + Σүjbξb + ζ j
380
Ekuitas Vol. 13 No. 3 September 2009: 371 – 387
g. βji dan үjb adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediktor endogen dan variabel laten eksogen ξ dan ή sepanjang range indeks i dan b, dan ζj adalah variabel inner residual. h. Pada model PLS di atas diperoleh inner model adalah sebagai berikut: ήI = yIξ I +Y2ξ2+ ζ l ή2 = βl ή l+Y3 ξ 1+Y4 ξ 2+ ζ 2 Spesifikasi Model dan Analisis Jalur Hubungan - Weight Relation a. Weight relation, estimasi nilai kasus variabel latent b. Inner dan outer model memberikan Spesifikasi yang diikuti dalam estimasi algoritma PLS. Setelah itu kita memerlukan definisi weight relation. Nilai kasus untuk setiap variabel laten diestimasi dalam PLS sebagai berikut ξ b = Σkbwkbxkb ήI = Σki wki xki c. Wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk estimasi variabel laten ξ b dan ήI. d. Estimasi variabel laten adalah linier agregat dari indikator yang nilai weight-nya. didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikasi oleh inner dan outer model dimana ή adalah vektor variabel laten endogen (dependen) dan ξ, adalah vektor variabel laten eksogen (independent) ζ, merupakan vektor residual dan β serta I adalah matriks koefisien jalur (path coefficient). e. Evaluasi Mo PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter sehingga teknik parametrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan. f. Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity dari indikatornya dan composite realibility untuk blok indikator. g. Sedangkan outer model dengan indikator formatif dievaluasi berdasarkan pada substantive content-nya. yaitu dengan membandingkan besamya relative weight dan melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut. h. Model struktural atau inner model dievaluasi dengan melihat persentase varian yang dijelaskan yaitu dengan melihat R2 untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q Square test dan juga melihat besamya koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji tstatistik yang didapat lewat prosedur bootstrapping. Evaluasi model - Outer model a. Convergent validity Korelasi antara skor indikator refleksif dengan skor variabel latennya. Besarnya loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup. karena merupakan tahap awal pengembangan skala pengukuran dan jumlah indikator per konstruk tidak besar, berkisar antara 3 sampai 7 indikator. Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Kinerja Usaha (Henny Welsa)
381
b. Discriminant validity Pengukuran indikator refleksif berdasarkan cross loading dengan variabel latennya. Metode lain dengan membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk, dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model. Jika nilai pengukuran awal kedua metode tersebut lebih baik dibandingkan dengan nilai konstruk lainnya dalam model, maka dapat disimpulkan konstruk tersebut memiliki nilai discriminant validity yang baik, dan sebaliknya. Direkomendasikan nilai pengukuran harus lebih besar dari 0.50. c. Composite reliability Indikator blok yang mengukur konsistensi internal dari indikator pembentuk konstruk, menunjukkan derajat yang mengindikasikan common latent (unobserved). Nilai batas yang diterima untuk tingkat reliabilitas komposit adalah 0.7, walaupun bukan merupakan standar absolut. d. Interaction variable Pengukuran untuk variabel moderator, dengan teknik : menstandarkan skor variabel laten yang dimoderasi dan memoderasi, kemudian membuat konstruk interaksi dengan cara mengalikan nilai standar indikator laten dengan variabel moderator, baru dilakukan iterasi ulang. Diukur menggunakan R-square variabel laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan regresi; Q-Square predictive relevance untuk model konstruk, megukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parametemya. Nilai Q-square > 0 menunjukkan model memiliki predictive relevance; sebaliknya jika nilai Q-Square menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance e. Perhitungan Q-Square dilakukan dengan rumus: Q2 == 1 - (1 -R12) ( 1 -R22 )... ( l-Rp2 ) R12 , R22 ... Rp2 adalah R-square variabel eksogen dalam model persamaan.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Hasil Pengujian hipotesis di atas maka dapat dilihat pada Tabel 2 ini: Tabel 2 Result for inner Loadings variabel laten Arah Konstruk Kewirausahaan Kemampuan Usaha Kewirausahaan Kinerja Usaha Kemampuan Usaha Kinerja Usaha 382
Weight
t Hitung
t Tabel
Keterangan
0.478
4.998
1.6602
Signifikan
0.253
1.697
1.6602
Signifikan
0.737
9.799
1.6602
Signifikan
Ekuitas Vol. 13 No. 3 September 2009: 371 – 387
1. Pengujian Hipotesis 1: Kewirausahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan usaha Berdasarkan uji PLS juga dapat diketahui bahwa Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kemampuan usaha karena nilai thitung lebih besar dari ttabel sehingga H4 diterima. Budaya Minangkabau berpengaruh terhadap kinerja usaha dengan weight sebesar 0.478 dan bertanda positif. 2. Pengujian Hipotesis 2: Kewirausahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja Usaha Berdasarkan uji PLS juga dapat diketahui bahwa kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha karena nilai thitung lebih besar dari ttabel sehingga H5 diterima. Kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja usaha dengan weight sebesar 0.253 dan bertanda positif. 3. Pengujian Hipotesis 3: Kemampuan usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja Usaha Berdasarkan uji PLS juga dapat diketahui bahwa kemampuan usaha berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha karena nilai thitung lebih besar dari ttabel sehingga H6 diterima. Kemampuan usaha berpengaruh terhadap kinerja usaha dengan weight sebesar 0.737 dan bertanda positif. Hubungan masing-masing variabel dengan indikator Hubungan antara masing-masing variabel dengan semua indikatornya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. 1. Variabel Laten Kewirausahaan Tabel 3 Result for outer loadings Kewirausahaan Indikator Manifest Visi Perencanaan Motivasi Inovasi Peluang Percaya diri Pengambilan resiko
Original Estimate -0.501 0.631 0.851 0.885 0.832 -0.600 0.624
T Statistic 3.150 4.086 13.856 16.454 14.228 2.916 3.091
Keterangan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Berdasarkan Tabel 3 didapatkan nilai loading factor bernilai -0.501 untuk Visi, 0.631 untuk Perencanaan, 0.851 untuk Motivasi, 0.885 untuk Inovasi, 0.832 untuk Peluang, 0.600 untuk Percaya Diri dan 0.624 untuk Pengambilan Resiko yang berada diatas 0,5 Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Kinerja Usaha (Henny Welsa)
383
menunjukkan signifikan karena nilai t Visi = 3.150, t Perencanaan = 4.086, t Motivasi = 13.856, t Inovasi = 16.454, t Peluang = 14.228, t Percaya Diri = 2.916 dan t Pengambilan Resiko = 3.091 berada diatas t tabel = 1.6602. Nilai loading factor visi dan percaya diri adalah negatif menunjukan ada pengaruh negatif sehingga apabila responden terlalu memiliki visi yang muluk-muluk dan percaya diri yang berlebihan akan menurunkan spirit kewirausahaan karena usaha rumah makan adalah suatu usaha yang sederhana sehingga juga memerlukan visi yang sederhana dan percaya diri yang tidak berlebihan. Contohnya apabila responden akan mendirikan rumah makan apabila memiliki percaya diri yang berlebihan dengan mendirikan rumah makan yang mewah dengan harga yang cukup tinggi untuk DIY yang pangsa pasarnya adalah mahasiswa dan pelajar maka tidak akan berjalan dengan baik. 2. Variabel Laten Kemampuan Usaha Tabel 4 Result for outer loadings Kemampuan Usaha Indikator Manifest Bentuk Teknologi Produksi Yang Digunakan Harga Variasi Produk Jangkauan Pasar Kemudahan Membeli
Original Estimate 0.844 0.777 0.890 0.807 0.724
T Statistic
Keterangan
25.442
Signifikan
11.937 24.564 10.436 11.063
Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Berdasarkan Tabel 4 didapatkan nilai loading factor bernilai 0.844 untuk Bentuk Teknologi Produksi Yang Digunakan, 0.777 untuk Harga, 0.890 untuk Variasi Produk, 0.807 untuk Jangkauan Pasar, dan 0.724 untuk Kemudahan membeli, yang berada di atas 0,5 menunjukkan signifikan karena nilai t Bentuk Teknologi Produksi Yang Digunakan = 25.442, t Harga = 11.937, t Variasi Produk = 24.564, t Jangkauan Pasar = 10.436, dan t Kemudahan Membeli = 11.063 berada diatas t tabel = 1.6602. 3. Variabel Kinerja Usaha Tabel 5 dibawah ini didapatkan nilai loading factor bernilai 0.939 untuk Jumlah tenaga kerja, 0.970 untuk produktivitas tenaga Kerja, 0.977 untuk pertumbuhan penjualan yang berada diatas 0,5 menunjukkan signifikan karena nilai t Jumlah tenaga kerja = 19.273, t produktivitas tenaga Kerja = 11.937, t pertumbuhan penjualan = 24.564, berada di atas t tabel = 1.6602.
384
Ekuitas Vol. 13 No. 3 September 2009: 371 – 387
Tabel 5 Result for outer loadings Kinerja Usaha Indikator Manifest Jumlah Tenaga Kerja Produktivitas Tenaga Kerja Pertumbuhan Penjualan
Original Estimate
T Statistic
Keterangan
19.273 64.613 102.951
Signifikan Signifikan Signifikan
0.939 0.970 0.977
SIMPULAN Secara global dari hasil penelitian ini dapat ditarik simpulan kewirausahaan pemilik usaha mempengaruhi kemampuan usaha sehingga dapat pula meningkatkan kinerja usaha. Adapun pengaruh masing-masing variabel dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1). Pengaruh Kewirausahaan terhadap Kemampuan Usaha. Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kemampuan usaha yang berarti hipotesis keempat yang menyatakan Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kemampuan usaha diterima. Unsur budaya menunjang dalam meningkatkan produktivitas, dalam artian budaya dapat menunjang kemampuan yang dimiliki seseorang sebagai satu faktor penting dalam meningkatkan kinerja. Dengan memiliki Visi yang tajam, perencanaan yang matang, memiliki motivasi yang baik, memiliki ide-ide untuk menciptakan peluang dan dengan penuh percaya diri juga berani mengambil resiko akan meningkatkan kemampuan usaha. (2). Pengaruh Kewirausahan terhadap Kinerja Usaha. Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha yang berarti hipotesis kelima yang menyatakan Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha diterima. Hal ini menunjukan dengan spirit kewirausahaan yang terbentuk oleh pengaruh dari budaya Minangkabau dapat meningkatkan kinerja suatu usaha. (3). Pengaruh Kemampuan Usahan terhadap Kinerja Usaha. Kemampuan usaha berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha yang berarti hipotesis keenam yang menyatakan Kemampuan usaha berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha diterima. Hal ini menunjukan dengan kemampuan usaha yang dimiliki dapat meningkat kinerja usaha Rumah makan Padang. Penelitian ini menghasilkan temuan penting sebagai berikut: (1). Mendukung pendapat dari Kao (2001) yang meyatakan bahwa seorang pengusaha harus memiliki visi dan perencanaan dalam menjalankan usahanya. (2). Mendukung pendapat dari Meredith et al., (1989) Kewirausahan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja usaha yang mengemukakan seorang pimpinan usaha harus memiliki sifat kewirausahaan agar dapat meningkatkan kemampuan usaha sehingga dapat pula meningkatkan kinerja usaha. (3). Mendukung penelitian Dalimunthe (2002) bahwa kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kemmapuan usaha dan keberhasilan usaha Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Kinerja Usaha (Henny Welsa)
385
DAFTAR PUSTAKA Dalimunthe. Ritha F. 2002. Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha serta Keberhasilan Usaha Industri Kecil Tenun dan Bordir di Sumatra utara, Sumatera Barat dan Riau. Disertasi UNAIR Surabaya (tidak dipublikasikan) Day, S. George. 1994. The Capabilities of marketing Driver, Organizational Journal of marketing vol 58 . Debbie Lio and Phillip Sohmen 2001 “The Development of Modern Entrepreneurship in China “ Stanfort Journal of East Asia Affairs. Vol 1. Gibson, et al., 1992. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Binarupa Aksara. Jakarta. Hill, W.L. Charles and Jones R. Gareth, 1998. Stratergik Management an Integrated Approach, Fourth Edition, Houghton Miffin Company, Boston New York Idrus, M.S. and Stanton, JI. 1991 Small Enteprise Development Programmes in Indonesia. Asia Pacific International Management Forum, Vol 17, no 3. 1991,pp 29 – 40. MCB University Press. Kaplan,RS, and D.P. Norton 1996. The Balanced Scorecard, Translating Strategy into Action.. Boston : Harvard Business School. Kao, John, 2001. Entrepreneurship, Creativity & Organization, Harvard Business School. Kotler, Phillip, 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, PT Prenhallindo, Jakarta. Lim, David.1996: Explaining Econimic Growth: A New Analytical Framework:” Vermont: Edward Elgar Publish. Co. Meredith, G.G. et al., Penterjemah Andre Asparsayogi, 1989. Kewirausahaaan Teori dan Praktek: PT Pustaka Binaman Pressindo. Moelyadi, 1999. Pengaruh beberapa Faktor Internal Perusahaan dan Program Asistensi Pemerintah terhadap kinerja Industri Kecil, Disertasi (tidak dipublikasikan) Universitas Airlangga Surabaya. Naim Mochtar. 1979. Merantau,Pola Migrasi Suku Minangkabau. Gajah Mada University Press.Yogyakart 386
Ekuitas Vol. 13 No. 3 September 2009: 371 – 387
Nasroen, M. 1971. Dasar falsafah Adat Minangkabau. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang. Ranidar Darwis. 2004. Tranformasi Nilai-nilai Tradisi Kekeluargaan Masyarakat Minangkabau dalam Pendidikan Kewiraswastaan. Cetakan kedua Pustaka Aulia Press. Bandung. Sirat, Hadi, 2002. Pengaruh Kemampuan Produksi, Kemampuan Pemasaran, Karakteristik Bisnis Terhadap Produktivitas Model Kerja dan Kinerja Keuangan Pada Industri Kecil Manufaktur di Jawa Timur, Disertasi, Program Pascasarjana UNAIR, Surabaya (tidak dipublikasi). Solimun, 2006. Multivariate Structural Equation modelling (SEM) Lisrel dan Amos. Cetakan 1 Malang. Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya. Zainuddin, Muhamad, 1995. Metodologi Penelitian. Surabaya: Universitas Airlangga.
Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Kinerja Usaha (Henny Welsa)
387