PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA, SIKAP GURU MATEMATIKA KEPADA SISWA DAN MOTIVASI MELANJUTKAN STUDI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Studi Pada Siswa Kelas II SMPN 2 Sine, Ngawi Tahun Ajaran 2011/2012)
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S – 1
Program Studi Pendidikan Matematika
MUSLIM PRAYOGO HADI A 410 070 005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
1
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA, SIKAP GURU MATEMATIKA KEPADA SISWA DAN MOTIVASI MELANJUTKAN STUDI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Studi Pada Siswa Kelas II SMPN 2 Sine, Ngawi Tahun Ajaran 2011/2012) MUSLIM PRAYOGO HADI A 410 070 005 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji: (1) pengaruh perhatian orang tua, sikap guru matematika kepada siswa dan motivasi melanjutkan studi terhadap prestasi belajar matematika, (2) pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar matematika, (3) pengaruh sikap guru matematika kepada siswa terhadap prestasi belajar matematika, dan (4) pengaruh motivasi melanjutkan studi terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas II SMPN 2 Sine sebanyak 126 siswa yang tersebar di empat kelas. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik simple random sampling, yaitu memilih secara acak tiga dari empat kelas dan diperoleh sampel dari kelas B, C, dan D sebanyak 94 siswa. Metode pengumpulan datanya dengan angket dan dokumentasi. Data yang diperoleh di analisis menggunakan analisis regresi, dengan terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi: (1) uji normalitas, (2) uji independensi dan (3) uji linearitas serta keberartian regresi. Hasil penelitian ini yaitu: (1) terdapat pengaruh perhatian orang tua, sikap guru matematika kepada siswa dan motivasi melanjutkan studi terhadap prestasi belajar matematika dengan P sebesar 0.000 0.05, (2) terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar matematika dengan P sebesar 0.000 0.05, (3) terdapat pengaruh sikap guru matematika kepada siswa terhadap prestasi belajar matematika dengan P sebesar 0.003 0.05 dan (4) terdapat pengaruh motivasi melanjutkan studi terhadap prestasi belajar matematika dengan P sebesar 0.004 0.05. Kata kunci: motivasi, perhatian orang tua, sikap guru matematika, prestasi matematika.
A. Pendahuluan Begitu banyak sendi kehidupan manusia ditopang oleh matematika. Sebagian besar bahkan tidak bisa berjalan tanpa peranan matematika. Sebagai contoh, dalam hal ekonomi banyak digunakan rumus matematika yaitu aritmatika sosial, prosentase (pecahan) dan perbandingan. Pembangunan gedung, jembatan, jalan layang, memerlukan prinsip-prinsip trigonometri. Menghitung jarak suatu tempat
2
serta hubungannya dengan kecepatan sebuah kendaraan, menghitung luas suatu pekarangan, menimbang berat satu karung beras atau volume satu galon air, menentukan arah suatu tempat (dengan ilmu ukur segitiga bola) dan kegiatan manusia lainnya yang tidak bisa terlepas dari pemakaian rumus matematika. Gambaran tersebut menjadi alasan mengapa matematika harus dipelajari. Akan tetapi dalam realitanya matematika belum menjadi kebutuhan siswa. Matematika dipelajari walaupun tidak dibutuhkan. Sebagian siswa “lebih baik belajar yang lainnya saja” ketika mendengar matematika. Ia lebih identik sebagai pelajaran yang ditakuti siswa daripada sebagai pelajaran yang digemari. Di sekolah pada umumnya, porsi jam matematika diberikan lebih banyak daripada pelajaran lain. Jika matematika enam jam dalam seminggu, maka pelajaran lain hanya dua sampai empat jam dalam seminggu. Bahkan di banyak sekolah masih ada les tambahan matematika. Sungguhpun demikian, banyak siswa masih mengalami kesulitan belajar matematika. Peneliti memiliki adik sepupu di bangku kelas 6 sekolah dasar, yang pada suatu hari mendapat nilai matematika rendah dan orang tuanya langsung merespon hal itu dengan banyak menasehati belajar, menemani belajar bahkan mendatangkan guru privat. Di tambah lagi bahwa matematika adalah pelajaran yang akan di-UNASkan, tentu akan lebih diperhatikan orang tuanya. Kenyataannya tak sedikit orang tua kurang memberi perhatian pada belajar anak. Orang tua jarang menanyakan proses belajar matematika anak di sekolah, walaupun sebatas ada tidaknya tugas matematika. Si anak bisa saja bingung ketika ada kendala belajar matematika, tak tahu mau berbuat apa, kurang motivasi dan
3
orientasi belajar matematika, tidak fokus dan terarah dalam agenda belajarnya. Akhirnya berakibat tidak optimalnya prestasi belajar matematika anak. Lain halnya dengan guru. Umumnya, guru diartikan sebagai orang yang tugasnya menyampaikan materi kepada siswanya, transfer of knowledge dan transfer of value. Maka guru tidak boleh melupakan aspek-aspek manusiawi dalam mengajar, misalnya sikap mengajar, kedekatan emosional dengan siswa, komunikasi face to face untuk memahami kesulitan belajar siswa, memberi selingan humor atau menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan untuk belajar. Penelitian yang dilakukan Glen I. Earthman dan Linda K. Lemasters (2008) berkesimpulan bahwa “Clearly, the teachers in buildings rated satisfactory view their classrooms more positively than do teachers in unsatisfactory buildings”. Setiap siswa memiliki harapan dan cita-cita dalam hidupnya. Melalui proses belajarlah ia mencari tahu akan menjadi apa dan melakukan apa suatu hari nanti. Siswa berpikir untuk masa depannya, rencana hidupnya, dimulai dari belajar di sekolah. Siswa yang telah memiliki kesadaran akan pentingnya matematika, akan bersungguh-sungguh belajar matematika. Jika siswa mempunyai cita-cita yang erat kaitanyya dengan matematika, maka ia akan termotivasi belajar matematika dan berprestasi. Lebih-lebih jika siswa ingin melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi dan hal itu harus ditempuh dengan mempelajari matematika, tentu motivasi untuk berprestasi matematika lebih kuat lagi. Sebagaimana diungkap Zeinab Mihandoost dalam jurnalnya,“Motivation is the force that energizes and directs one’s drive to accomplish goals. Students need a strong desire to learn in school.” Berkenaan dengan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji:
4
1. Pengaruh perhatian orang tua, sikap guru kepada siswa dan
motivasi
melanjutkan studi terhadap prestasi belajar matematika. 2. Pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar matematika. 3. Pengaruh sikap guru kepada siswa terhadap prestasi belajar matematika. 4. Pengaruh motivasi melanjutkan studi terhadap prestasi belajar matematika. B. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar Matematika Muhibbin (2008: 141) menyebut prestasi dengan istilah kinerja akademik. Definisi menurut Muhibbin (2008: 92), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman yang melibatkan proses kognitif. Definisi matematika menurut Johnson dan Myklebust (dalam Abdurrahman, 2003: 252), “Bahasa simbol yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuatitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.” Indikator prestasi belajar (dalam Muhibbin 2008: 151), meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Karena prestasi belajar matematika tergolong ranah kognitif, indikatornya dilihat dengan alat evaluasi berupa tes tertulis. 2.
Perhatian Orang Tua Ahmadi dan Uhbiyati (2001: 176) mendefinisikan orang tua sebagai orang yang memikul tugas sebagai pemelihara, mengasuh, pembimbing, pembina maupun sebagai guru dan pemimpin anak-anaknya. Indikatornya yaitu: a.
Intensitas mengingatkan belajar. Surya (2004: 4) mengatakan, “Semakin tinggi intensitas perhatian seseorang pada suatu kegiatan, akan semakin sukses kegiatan yang dilakukan tersebut.”
5
b.
Sikap. “Parents should be very much involved in the lives of their early adolescent children, assisting them and preparing them for the modern life (Simmons-Morton & Crump dalam Al Abdallah, 2009).”
c.
Ungkapan yang dipakai dalam mengingatkan belajar.
d.
Antusiasme mendampingi belajar. Djamarah (2002: 208) menuliskan: “Perhatian orang tua yang tidak memadai. Anak merasa kecewa dan mungkin frustasi melihat orang tua yang tidak pernah memperhatikannya. Anak merasa seolah-olah tidak memiliki orang tua sebagai tempat menggantungkan harapan, sebagai tempat bertanya bila ada pelajaran yang tidak dimengerti.”
e.
Memberi pertanyaan/ saran/ masukan saat belajar.
f.
Membantu mengerjakan PR, seperti dikutip dari Van Voorhis (dalam Anbarah, 2009) “Another study found a strong positive effect on student achievement when parent work with students on homework.”
g.
Memenuhi kebutuhan belajar. Seperti diungkapkan oleh Surya (2004: 91) bahwa jika ingin mendapatkan hasil belajar yang baik, maka harus dipersiapkan sumber belajar dan perlengkapan belajar yang memadai.
h.
Menyediakan ruang belajar yang kondusif. Surya (2004) menyatakan, “Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Harus diupayakan tempat dan ruangan yang apik, teratur dan bersih. Suasana pun harus nyaman untuk belajar.”
3.
Sikap Guru Matematika Kepada Siswa Guru menurut Suparlan (2005: 12),” Orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan
emosional,
intelektual,
fisikal
maupun
aspek
lainnya.”
Menurut
6
Poerwadarminta (dalam Suparlan, 2005:13), “Guru adalah orang yang kerjanya mengajar.” Indikator sikap guru matematika kepada siswa adalah: a) Perlakuan terhadap seluruh siswa. Disampaikan Danim dan Khairil (2010: 252), “Guru berdiri secara adil di mata siswa, serta tidak memuji satu pihak dan mengejek pihak lain.” b) Komunikasi dengan siswa, Danim dan Khairil (2010: 221) mengungkapkan, “Siswa didorong terampil berbicara namun komunikasi guru dan siswa cenderung satu arah dan siswa dituntut menjadi pendengar yang baik.” c) Respon terhadap kebutuhan kelas, diungkapkan Danim dan Khairil (2010: 159), “Memberikan respon terhadap keluhan siswa secara cepat dan akurat.“ d) Metode pengajaran,“Guru efektif adalah guru yang mampu untuk mengubah strategi, metode dan teknik dalam mengajar.”(Suparlan, 2005: 117). e) Memotivasi siswa dalam belajar. f)
Membicarakan pelajaran di luar sesi kelas. “Guru efektif harus memiliki standar-standar dan harapan yang tinggi kepada siswa, caranya dengan memberikan dorongan, dukungan, bantuan, ajakan dan keluwesan untuk mengusahakan yang terbaik bagi siswa. Guru mengajak siswa untuk memecahkan permasalahan dan membangun semangat untuk memiliki keingintahuan (curiosity) yang tinggi.” Suparlan (2005: 116-117)
4.
Motivasi Melanjutkan Studi Menurut Noehi Nasution (dalam Djamarah, 2002:166), “Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Waege (2009) dalam jurnalnya menyebutkan, “Motivation is a potential to direct behaviour.” Indikator motivasi melanjutkan studi menurut Djamarah (2002: 121) dilihat dari dua aspek, yaitu berasal internal dan eksternal siswa.
7
a.
Internal, indikatornya adalah cita-cita siswa serta pandangannya terhadap jenjang sekolah selanjutnya. Djamarah (2002) berpendapat, “Jika anak didik tahu dan menerima tujuan ia belajar, maka itu menjadi alat motivasi yang penting.” Serta oleh Surya (2004: 7) bahwa adanya cita-cita yang dimiliki, seseorang akan memusatkan perhatian pada pelajaran yang dihadapi.
b.
Eksternal, indikatornya adalah motivasi dari guru/ teman dan harapan orang tua. Surya (2004: 7) berpendapat jika orang tua menjanjikan hadiah kepada siswa dalam belajar, akan memotivasi siswa agar meningkatkan prestasinya.
C. Metode penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, di mana teknik pengambilan datanya dengan menyebarkan angket penelitian, data dianalisis secara statistik. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMPN 2 Sine tahun ajaran 2010/2011, sejumlah 126 siswa yang tersebar di 4 (empat) kelas yaitu kelas A, B, C dan D. Sampel penelitian ini adalah siswa dari tiga kelas yang berjumlah 94 siswa. Langkah pengambilan sampelnya: a.
Peneliti menyiapkan kertas undian dengan nomor undian 1 sampai dengan 4.
b.
Peneliti mengumpulkan masing-masing ketua kelas, lalu meminta mereka untuk mengambil kertas undian yang telah disiapkan.
c.
Ketua yang mendapat nomor 1, 2 dan 3, kelasnya akan menjadi kelas untuk sampel. Sementara ketua yang mendapat nomor 4, kelasnya akan digunakan untuk kelas uji instrumen. Hasilnya adalah kelas A sebagai kelas uji instrumen sedangkan kelas B, C dan D sebagai kelas sampel. Peneliti menyusun butir-butir instrumen penelitian untuk menjaring data
variabel bebas yaitu persepsi siswa tentang: perhatian orang tua, sikap guru
8
matematika kepada siswa dan motivasi melanjutkan studi. Butir-butir angket tersebut diujicobakan dahulu kepada 32 siswa kelas A yang bukan sampel penelitian untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Validitas instrumen diuji dengan rumus korelasi product moment, sedangkan reliabilitas instrument diuji menggunakan rumus alpha. Hasilnya ditunjukkan tabel berikut: Perhatian Orang
Sikap Guru Matematika
Motivasi Melanjutkan
Tua (X1)
Kepada Siswa (X2)
Studi (X3)
1,3,5,6,7,8,9,11,
1,2,3,5,6,7,8,9,10,
1,2,4,5,7,8,9,11,
12,13,14,15 dan 17
11,12,13,16 dan 17
13,14,15,17 dan 18
2,10,16 dan 18
4,14,15 dan 18
3,6,10,12 dan 16
Variabel
Item Valid Item Tidak Valid
Item-item instrumen yang teruji valid dan reliabel akan digunakan untuk penelitian, sedangkan item instrumen yang tidak valid akan dibuang. Peneliti selanjutnya mengadakan penelitian terhadap sampel dengan menyebar instrumen yang telah melalui uji coba tersebut. Data yang diperoleh berupa skor jawaban setiap butir soal instrumen, diukur dengan skala Likert, lalu ditabulasi. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, sehingga analisis datanya menggunakan uji regresi. Namun sebelum uji regresi dilaksanakan, data harus melalui uji prasyarat analisis. Uji prasyarat itu meliputi: uji normalitas, uji independensi serta uji linearitas dan keberartian regresi. D. Hasil penelitian 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji normalitas 1) Variabel X1 berdistribusi normal dengan nilai Lhitung 0.07913 2) Variabel X2 berdistribusi normal dengan nilai Lhitung 0.07150
9
3) Variabel X3 berdistribusi normal dengan nilai Lhitung 0.08456 4) Variabel Y berdistribusi normal dengan nilai Lhitung 0.08878 b.
Uji independensi, hasilnya adalah sebagai berikut: Variabel
X1 – X2
X1 – X3
X2 – X3
0.174006767
0.182673657
0.157333721
X1 – X2 saling
X1 – X3 saling
X2 – X3 saling
independen
independen
independen
Kesimpulan
c. Uji inearitas dan keberartian regresi, hasilnya adalah sebagai berikut:
8.968
6.900
6.719
Regresi linear
Regresi linear
Regresi linear
36.669
14.374
13.987
Regresi berarti
Regresi berarti
Regresi berarti
variabel F hitung uji linearitas kesimpulan F hitung uji keberartian kesimpulan
2. Hasil uji Hipotesis 1) Menentukan persamaan regresi gandanya. Hasil perhitungan persamaan regresi ganda adalah:
0.027 ! 0.664 ! 0.409 ! 0.409.
Dapat dilihat bahwa persamaan regresi berbetuk linear
(koefisien
berderajat satu untuk semua variabel X), dengan konstanta positif. Keberartian koefisien regresi ditunjukkan oleh berartinya koefisien setiap variabel X itu sendiri (yaitu b1, b2 dan b3). 2) Hasil Uji signifikansi koefisien korelasi Ganda
10
Pengujian dengan uji F statistik ini digunakan untuk menguji korelasi ganda antara variabel bebas terhadap variabel terikat. "# berbunyi: koefisien korelasi ganda tidak berarti. Nilai F uji dari perhitungan adalah 21.724. Pada $% &' ( #,#*; ;,#- "# ditolak, sehingga kesimpulan peneliti adalah terdapat korelasi ganda antara X1, X2, dan X3 terhadap Y. 3) Hasil Uji signifikansi koefisien korelasi parsial Uji signifikansi koefisien korelasi parsial dengan menggunakan uji t statistik ini bertujuan menguji signifikansi koefisien korelasi antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Hasilnya sebagai berikut: Variabel
Uji signifikansi koef.
Kesimpulan
Korelasi parsial
X1 –Y
./0.1 5.390
koefisien korelasi antara X1 dan Y berarti
X2 – Y
./2.1 3.059
koefisien korelasi antara X2 dan Y berarti
X3 – Y
./3.1 2.940
koefisien korelasi antara X3 dan Y berarti
Mengamati data dalam tabel di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X1, X2 dan X3 secara parsial terhadap variabel Y. 3.
Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif Prediktor Sumbangan efektif adalah sumbangan masing-masing prediktor/ variabel bebas terhadap variabel terikat Y. Total dari sumbangan efektif adalah senilai dengan koefisien determinasi (4 5. Sumbangan relatif menunjukkan prosentase sumbangan dari setiap prediktor terhadap sumbangan totalnya (100%). a. Sumbangan relatif tiap variabel/ prediktor Sumbangan relatif variabel perhatian orang tua (SR% ) sebesar 56.700%. SR variabel sikap guru matematika kepada siswa 9SR% 5
11
sebesar 22.089%. SR variabel motivasi melanjutkan studi 9SR% 5 sebesar 20.975%. Jumlah sumbangan relatif ini senilai 100% atau 1. b. Sumbangan efektif tiap variabel/ prediktor Sumbangan efektif variabel perhatian orang tua (SE % 5 adalah sebesar 23.814%. SE variabel sikap guru matematika kepada siswa 9SE % 5 sebesar 9.277%, sedangkan SE variabel motivasi melanjutkan studi 9SE % 5 sebesar 8.810%. Jika dijumlahkan maka total sumbangan efektif ini sama dengan 41,901% atau sekitar 42%. Variabel (perhatian orang tua) memberikan kontribusi yang paling besar kepada prestasi belajar matematika siswa, jika dibandingkan dengan variabel bebas yang lain yaitu sebesar 23.814%. E. Simpulan dan saran 1.
Simpulan a.
Terdapat pengaruh perhatian orang tua, sikap guru matematika kepada siswa dan
motivasi melanjutkan studi terhadap prestasi belajar
matematika, dengan P sebesar 0.000 0.05. b.
Terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar matematika, dengan P sebesar 0.000 0.05.
c.
Terdapat pengaruh sikap guru matematika kepada siswa terhadap prestasi belajar matematika, dengan P sebesar 0.003 0.05.
d.
Terdapat pengaruh motivasi melanjutkan studi terhadap prestasi belajar matematika, dengan P sebesar 0.004 0.05.
2.
Saran
12
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Bagi Orang Tua Orang tua hendaknya memberikan perhatian yang memadai dalam proses belajar anaknya. Pendampingan atau sikap yang antusias dari orang tua membuat anak bersemangat belajar. Penuhilah kebutuhan belajar anak baik yang bersifat psikologis maupun yang bersifat materi.
2.
Bagi guru Sebagai personal yang dekat dengan siswa ketika di sekolah, guru hendaknya mampu menjadi pengayom dan teman belajar yang baik bagi siswa. Baik-buruknya sikap yang ditunjukkan guru kepada siswa, khususnya saat kegiatan belajar mengajar, akan berdampak terhadap prestasi belajar siswa. Sikap bersahabat, terbuka, tidak pilih kasih tentunya dirasakan oleh siswa sebagai dorongan dan motivasi untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya. Baik orang tua maupun guru perlu kiranya untuk selalu memotivasi dan mengarahkan siswa dalam belajar dan meraih cita-cita sehingga siswa akan jelas orientasi belajarnya.
3. Bagi siswa Hendaknya seorang siswa menyadari bahwa kegiatan belajarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik buruknya hasil proses belajar juga tergantung oleh dukungan faktor-faktor tadi. Maka sangatlah penting bagi siswa untuk senatiasa menghadirkan situasi yang menunjang proses belajarnya. Salah satunya dengan selalu memotivasi diri sendiri akan pentingnya belajar, memperjelas orientasi studi dan cita-cita dan lain-lain.
13
Daftar pustaka Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Al Abdallah, Anbarah and Mafaz Al Noori. 2009. Parental Involvement In Students' Mathematics Achievement. www.education.gov.qa/research Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rhineka Cipta Astuti, Puji. 2006. Pengaruh Minat Belajar dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS Budiyono, 2000. Statistika Dasar untuk Penelitian. Surakarta: FKIP UNS Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta Damin, Sudarwan dan Khairil. 2010. Psikologi pendidikan (Dalam Perspektif Baru). Bandung: Alfabeta Earthman, I.Glen and Lemaster,K. Linda. 2008. Teacher attitude about classroom conditional. www.Emeralding sight. Com / 0957. 8234. Mihandoost, Zeinab., Elias ,Habibah., Nor, Sharifah., & Mahmud, Rosnaini. 2011. The Effectiveness of the Intervention Program on Reading Fluency and Reading Motivation of Students with Dyslexia. Asian Social Science Vol. 7, No. 3; March 2011 www.ccsenet.org/ass. Sembadaningtyas, Muchlis. 2006. Hubungan Motivasi Belajar dan Persepsi Siswa Kepada Guru Matematika dengan Prestasi Belajar Matematika. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Jogjakarta: Hikayat Publishing Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Surya, Hendra. 2004. Kiat Menghadapi Kesulitan Belajar. Jakarta: Elex Media Komputindo Tella, Adedeji. 2007. The Impact of Motivation on Student’s Academic Achievement and Learning Outcomes in Mathematics among Secondary School Students in Nigeria. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2007, 3(2), 149-156 Yunus, Aida Suraya Md. and Wan Zah Wan Ali. 2009. Motivation in the Learning of Mathematics. European Journal of Social Sciences – Volume 7, Number 4 (2009). Waege, Kjersti. 2009. Motivation For Learning Mathematics In Terms Of Needs And Goals. Proceedings of CERME 6, January 28th-February 1st 2009, Lyon France © INRP 2010 www.inrp.fr/editions/cerme6. Waningsih, Sri. 2006. Pengaruh Monitoring Orang Tua dan Iklim Kelas Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Matematika. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi Wulansari, Indah. 2009. Dukungan Fasilitas Belajar, Iklim Keluarga dan Sikap Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS