Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R PENGARUH PENGGANTIAN RUMPUT LAPANG OLEH LIMBAH PENYULINGAN DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) PADA RANSUM SAPI POTONG TERHADAP JUMLAH BAKTERI DAN PROTOZOA CAIRAN RUMEN (IN VITRO) THE EFFECT OF REPLACEMENT NATIVE GRASS BY DISTILLING WASTE CAJUPUTI LEAVES (Melaleuca cajuputi Powell) IN CATTLE RATION ON TOTAL BACTERIA AND PROTOZOA RUMEN FLUID (IN VITRO) Dian Rifa’i*, Ujang Hidayat Tanuwiria** dan Iman Hernaman** *Alumni Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Staff Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran * Email :
[email protected]
**
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian rumput lapang oleh limbah penyulingan daun kayu putih (Melaleuca cajuputi Powell) pada ransum sapi potong terhadap jumlah bakteri dan protozoa cairan rumen (in vitro). Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian dilakukan dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu R0 (ransum tidak ditambahkan limbah penyulingan daun kayu putih), R1 (20% limbah penyulingan daun kayu putih pada ransum), R2 (30% limbah penyulingan daun kayu putih pada ransum), R3 (40% limbah penyulingan daun kayu putih pada ransum) dan R4 (60% limbah penyulingan daun kayu putih pada ransum). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bakteri dan protozoa cairan rumen sapi potong yang diberikan limbah penyulingan daun kayu putih tidak menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05). Penggantian rumput lapang oleh limbah penyulingan daun kayu putih pada ransum sampai 100% tidak menurunkan populasi bakteri tetapi menurunkan populasi protozoa cairan rumen. Kata kunci: Kayu Putih, Pencernaan Ruminansia, Mikroba Rumen, In Vitro
1
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R ABSTRACT The aim of this study was to know the effect of subtitution native grass by distilling waste cajuputi leaves (Melaleuca cajuputi Powell) in cattle rations on the number of bacteria and protozoa rumen fluid. Research used experimental methods with completely randomized design (CRD). The study was conducted with 5 treatments and 4 times replication, the treatment consisted of R0 (ration not added distillation waste cajuputi leaves), R1 (20% of waste distillation cajuputi leaves on rations), R 2 (30% of waste distillation cajuputi leaves on rations), R3 (40% distillation waste cajuputi leaves on ration) and R4 (60% of waste distillation cajuputi leaves on the ration). The results showed that the number of bacteria and protozoa beef cattle rumen fluid given distillery waste cajuputi leaves is not significant (P>0,05). Replacement native grass by distilling waste cajuputi leaves on rations to 100% does not decrease the number of bacteria but decrease protozoa population of rumen fluid. Keywords: Cajuputi, Ruminant Digestion, Rumen microbes, In Vitro
PENDAHULUAN Kinerja sapi sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas pakan yang diberikan. Pada peternakan rakyat, pakan yang diberikan pada sapi tidak menentu bergantung pada fluktuasi ketersediaan pakan akibat musim. Pada umumnya pakan sapi peternakan rakyat hanya rumput lapangan (Imran dkk., 2012).
Pada musim kemarau selalu
kekurangan hijauan pakan sebagai sumber serat. Kekurangan pakan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah perkebunan diantaranya LPDKP. Tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi) di Indonesia tersebar secara alami, terutama di Pulau Jawa dan Maluku dengan memanfaatkan daunnya untuk disuling (Silvana, 2010).
Hasil pengolahan daun kayu putih menghasilkan limbah sebesar
41.555 ton (Perum Perhutani, 2013), dari jumlah tersebut hanya 50% nya saja yang dimanfaatkan oleh perusahaan dalam penyulingan minyak kayu putih.
Sisanya
dibiarkan terakumulasi dilahan sekitar pabrik sehingga membutuhkan lahan lebih dan belum termanfaatkan (Bastiyah dkk., 2004). 2
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R Hasil analisis laboratorium menunjukkan LPDKP mengandung SK 21,59% dan PK 12,86%. Melihat kandungan nutriennya yang cukup tinggi, LPDKP berpotensi untuk dijadikan pakan alternatif pengganti hijauan pakan, mengingat pada musim kemarau produksi hijauan sangat rendah dan ternak kekurangan pakan (Muchji, 2003). Dibandingkan dengan rumput lapang yang mengandung SK 23,14% dan PK 10,7% (Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNPAD, 2014), LPDKP memiliki kandungan protein kasar yang lebih tinggi dan serat kasar yang lebih rendah. Pada minyak kayu putih terdapat kandungan 1,8 sineol (30-60%) yang merupakan senyawa antimikroba (Noor dan Anto, 2014), diduga senyawa tersebut masih terdapat pada LPDKP, sehingga dapat mengganggu proses fermentasi oleh mikroba rumen. Penggunaan minyak atsiri pada jahe minimal 10% dapat menghambat aktivitas bakteri M. gallisepticum (Min, dkk., 2010) dan jamur C. albicans (Widji dkk., 2005). Pada minyak atsiri lengkuas terdapat aktivitas penghambatan bakteri S.aureus, B.cereus, danE.coli, namun dipengaruhi pH yaitu pH 4-5, jika pH semakin tinggi aktivitas antibakteri berkurang (Adolf dkk., 2006). Pada LPDKP kandungan lemak kasar (LK) sebesar 3,3% lebih rendah dibandingkan LK daun kayu putih segar sebesar 19,21%, ini menandakan kandungan minyaknya sudah berkurang yang akan diikuti oleh kandungan sineolnya.
Hal ini
tercermin dari hasil penelitian dalam penggunaan daun kayu putih segar pada tingkat 100% sebagai pengganti rumput lapang tidak mempengaruhi aktivitas bakteri rumen, konsentrasi NH3 dan VFA (Ana, dkk., 2014). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diduga penggunaan LPDKP tidak akan berpengaruh terhadap jumlah mikroba dalam rumen.
3
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R MATERI DAN METODE PENELITIAN Materi Penelitian Bahan penelitian terdiri atas bahan penyusun ransum yaitu Limbah Penyulingan Daun Kayu Putih yang diperoleh dari Desa Jati Munggul, Kecamatan Terisi, Indramayu, rumput lapang yang diperoleh dari lingkungan Universitas Padjadjaran Kecamatan Jatinangor, Sumedang, dedak halus, onggok, pollard, bungkil kelapa, molases, gaplek, dan CaCO3 yang diperoleh dari KSU Tandangsari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Cairan rumen yang digunakan yaitu cairan rumen sapi potong yang diambil dari rumah pemotongan hewan Ciroyom, Bandung. Metode Penelitian 1. Pembuatan Ransum Percobaan Bahan pakan yang digunakan untuk membuat ransum percobaan digiling terlebih dahulu dan kemudian disaring dengan alat sieve ukuran partikel 20 mesh sampai lolos. Kandungan bahan pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
4
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R Tabel 1. Kandungan Zat Makanan dari Bahan Penyusun Ransum Berdasarkan Bahan Kering No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Zat Makanan Bahan Kering Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar BETN TDN Kalsium*** Phospor***
1
2
3
Bahan Pakan 4 5 6****
7
8
9
-------------------------------------------%-----------------------------------------81,19 94,20 91,84 87,45 31,69 87,75 91,95 93,34 99,00 9,48 6,47 20,45 4,92 3,89 20,93 3,84 5,33 0,00 11,26 12,90 13,07 5,31 2,44 3,53 17,51 21,11 0,00 1,19 3,30 8,39 1,06 0,37 1,01 4,47 10,40 0,00 21,87 21,59 16,55 4,91 0,00 16,76 10,03 18,23 0,00 44,48 50,00 41,50 83,80 93,30 57,77 64,15 44,96 0,00 64,20 65,80 61,45 87,21 81,86 60,70 83,30 79,28 0,00 0,23* 0,43** 0,04 0,17 0,84 0,29 0,09 0,18 39,00 0,17* 0,11** 1,27 0,05 0,09 0,38 0,78 0,56 0,04
Keterangan : 1. R. Lapang, 2. LPDKP, 3. Dedak, 4. Gaplek, 5. Molases, 6. Onggok, 7. Pollard, 8. Bungkil Kelapa, 9. CaCO3 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNPAD (2012) * Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNPAD (2015) ** Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNPAD (2014) *** Hari Hartadi, dkk. (2005) ****Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNPAD (2011)
Ransum disusun berdasarkan tabel kebutuhan sapi potong dengan BB 300 kg dengan PBB 1,1 kg/hari (Kearl, 1982) : BK 7,6 kg, PK 847 g, TDN 5,3 kg, Ca 30 g, P 22 g, atau dalam persen adalah PK 11,14%, TDN 69,74%, Ca 0,39%, dan P 0,29%. Komposisi bahan pakan dan kandungan ransum dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
5
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan dalam Ransum No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pakan Rumput Lapang LPDKP Dedak Halus Pollard Molases Gaplek Onggok Bungkil Kelapa CaCO3 Total
Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 -------------------------%----------------------
60,00 0,00 3,00 11,67 4,00 7,95 6,37 6,59 0,42 100,00
40,00 20,00 6,47 3,00 5,00 8,04 5,82 11,38 0,29 100,00
30,00 30,00 3,68 12,86 5,00 6,12 9,10 3,00 0,24 100,00
20,00 40,00 4,95 11,41 5,00 6,03 9,42 3,00 0,19 100,00
0,00 60,00 8,12 10,00 7,00 4,02 8,76 2,01 0,09 100,00
Perlakuan R2
R3
R4
Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Setiap Perlakuan No. 1 2 3 4 5 6 7
Zat Makanan
R0
R1
-------------------------%---------------------82,62 84,75 85,84 87,15 88,68 Bahan Kering 11,14 11,14 11,14 11,14 Protein Kasar 11,14 16,88 16,74 16,63 16,08 Serat Kasar 16,98 2,15 2,75 2,48 2,66 2,96 Lemak Kasar 69,74 69,74 69,74 69,74 69,74 TDN 0,39 0,39 0,39 0,39 0,40 Kalsium (Ca) 0,30 0,29 0,29 0,29 0,30 Fosfor (P) Keterangan : Hasil perhitungan Tabel 1 dan 2.
2. Perhitungan Bakteri dan Protozoa Jumlah bakteri dan protozoa dihitung menggunakan metode Breed yang sudah dimodifikasi. Sampel diambil sebanyak 0,02 mL dan diletakkan di atas cover glass dengan luas 18 mm x 18 mm. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop epiflourens yang tersambung ke perangkat komputer, dimana mikroskop dapat melakukan pewarnaan secara otomatis serta dapat menghitung luas daerah yang ditandai 6
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R dengan pelingkaran secara otomatis menggunakan Softwear Axio Vision. Data yang didapat berupa jumlah bakteri dan protozoa dalam suatu luasan daerah lingkaran. Setelah itu, dilakukan perhitungan menggunakan rumus total bakteri/mL = luas cover glass/luas daerah lingkaran x jumlah bakteri x 1/volume sampel yang diambil. Total protozoa/mL = luas cover glass/luas daerah lingkaran x jumlah protozoa x 1/volume sampel yang diambil. 3. Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan pada penelitian ini sebagai berikut. R0 = 60% Rumput Lapang + 0% LPDKP+ 40% Konsentrat R1 = 40% Rumput Lapang + 20% LPDKP+ 40% Konsentrat R2 = 30% Rumput Lapang + 30% LPDKP+ 40% Konsentrat R3 = 20% Rumput Lapang + 40% LPDKP+ 40% Konsentrat R4 = 0% Rumput Lapang + 60% LPDKP+ 40% Konsentrat Setiap perlakuan akan diulang sebanyak empat kali, sehingga didapat dua puluh unit percobaan dan untuk peletakan setiap perlakuan dilakukan pengacakan. Data yang diperoleh ditransformasi logaritma terlebih dahulu agar data menyebar normal, kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam dan diuji lanjut dengan uji Jarak Berganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Bakteri Cairan Rumen Bakteri berperan penting dalam pencernaan sapi potong dalam mencerna nutrien pakan yang akan dimanfaatkan oleh bakteri itu sendiri dan induk semangnya. Oleh karena itu dibutuhkan jumlah populasi bakteri rumen yang optimum agar pencernaan 7
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R dapat berjalan dengan baik. Hasil penelitian penggantian rumput lapang oleh LPDKP terhadap jumlah bakteri rumen dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Bakteri Rumen pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3 R4 9 -----------------------...X 10 Sel/mL--------------------1 0,93 1,40 0,64 1,25 1,47 2 0,31 0,42 1,10 0,86 0,60 3 0,87 0,93 1,36 0,76 0,92 4 0,97 1,03 1,35 0,89 0,97 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan R2 didapat rataan jumlah bakteri tertinggi yaitu sebanyak 1,11 x 109 Sel/mL. menggunakan LPDKP menunjukkan jumlah
Perlakuan R0 yang tidak
rataan bakteri terendah dibandingkan
dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 0,77 x 109 Sel/mL. Hasil penelitian ini secara umum mendekati kisaran normal bakteri. Menurut McDonald et al. (1988) kisaran normal jumlah bakteri dalam cairan rumen adalah 1-10 x 109 sel/mL. Berdasarkan hasil analisis statistik perlakuan penggantian rumput lapang oleh LPDKP pada ransum sapi potong tidak nyata (P>0,05) mempengaruhi jumlah bakteri rumen. Hal ini diduga antimikroba seperti sineol yang terkandung pada LPDKP masih dalam batas yang tidak mengganggu kehidupan bakteri. Penyulingan yang dilakukan pada daun kayu putih menghasilkan limbah daun kayu putih yang sedikit mengandung minyak atsiri. Sementara itu senyawa sineol banyak terlarut dalam minyak atsiri pada daun kayu putih. Disamping itu susunan ransum yang digunakan untuk masing-masing perlakuan memiliki nilai nutrien yang relatif sama, terutama protein dan serat kasarnya. Dengan kualitas ransum yang relatif sama akan memberi asupan nutrien yang sama pula
8
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R untuk difermentasi oleh bakteri rumen yang akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan bakteri dan induk semangnya. Faktor nutrien merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi populasi mikroba rumen. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia tidak hanya menjadi sumber nutrien bagi ternak tersebut, melainkan juga sebagai sumber energi bagi mikroba rumen. Amonia yang merupakan sumber energi utama bagi bakteri rumen diperoleh dari protein yang didegradasi yang terkandung dalam pakan (Sutardi, 1980). Imbangan nutrien dalam ransum percobaan nilai yang sama terutama protein, dimana nutrien ini akan dimanfaatkan untuk perkembangan bakteri rumen, hal ini juga mengakibatkan tidak adanya dampak terhadap populasi bakteri. Peran bakteri sangat penting dalam mencerna pakan di dalam rumen. Seluruh protein yang berasal dari pakan pertama kali dihidrolisis oleh mikroba rumen menjadi peptida dan asam-asam amino (Arora, 1989). Beberapa asam amino dapat langsung digunakan oleh bakteri untuk sintesis protein tubuhnya yang akan menjadi sumber protein mikrobial bagi ternak ruminansia (Ranjhan, 1981). Pencernaan serat bergantung pada bakteri selulolitik yang terdapat dalam rumen. Menurut Hobson dan Stewart (1997) sepanjang yang diketahui tidak ada satupun hewan yang mampu memproduksi enzim selulase sehingga pencernaan selulosa sangat tergantung pada bakteri yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan. Sehingga bila jumlah populasi bakteri terganggu akan mengakibatkan menurunnya pencernaan serat kasar dari pakan. 2. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Protozoa Cairan Rumen Protozoa merupakan salah satu mikroba yang hidup secara anaerob dalam rumen dan ikut mempengaruhi fermentasi rumen. Salah satu fungsi dari protozoa yaitu dalam mempertahankan pH rumen agar tetap normal (Czerkawski, 1986). Hasil perhitungan 9
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R jumlah protozoa cairan rumen (in vitro) yang telah diberi perlakuan penambahan LPDKP untuk menggantikan rumput lapang dalam ransum sapi potong disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Protozoa pada Berbagai Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 Rataan
Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 7 ------------------------... X 10 Sel/mL---------------------9,66 7,64 8,59 4,46 6,21 8,65 6,06 4,07 4,43 6,88 8,46 8,19 4,73 7,14 6,68 6,04 8,07 5,79 7,45 6,96 8,20 7,49 5,79 5,87 6,68
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan jumlah protozoa cairan rumen berkisar antara 5,77 x 107 – 8,20 x 107 sel/mL cairan rumen. Menurut McDonald et al. (1988) jumlah protozoa yaitu sekitar 106 sel/mL cairan rumen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah protozoa melebihi kisaran normal.
Hal ini diduga ransum yang digunakan mengandung konsentrat yang
mengandung BETN yang tinggi.
Menurut Anggorodi (1994) BETN merupakan
karbohidrat yang meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi. Pemberian pakan yang mengandung karbohidrat mudah dicerna dalam jumlah besar akan menyebabkan protozoa holotrica menjadi aktif dan berkembang dan jumlahnya akan meningkat (Preston dan Leng, 1987), hal ini dikarenakan protozoa jenis holotrica dapat memecah gula terlarut seperti glukosa, maltosa, sukrosa dan pati terlarut dan melepaskan asam asetat, asam butirat, asam laktat, CO2, H2 dan amilopektin, sehingga jumlah protozoa melebihi kisaran normal (Howard, 1959). 10
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan antar perlakuan (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan LPDKP pada berbagai level memberikan efek terhadap populasi protozoa cairan rumen. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Peubah yang Diamati R0 R1 R2 R3 R4 7 ----------x 10 sel/mililiter cairan rumen------Populasi Protozoa 8,20b 7,49ab 5,79a 5,87ab 6,68ab Keterangan : Superskrip yang berbeda dalam satu baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) Hasil analisis didapatkan nilai R0 memiliki rataan yang tertinggi dan cenderung menurun dengan semakin bertambahnya penggunaan LPDKP.
Pada perlakuan R4
terjadi penurunan protozoa dibandingkan dengan R0. Penurunan populasi protozoa pada perlakuan penggunaan LPDKP sebesar 60% pada ransum diduga terkait dengan adanya senyawa alkaloid berupa saponin yang memiliki efek defaunasi pada protozoa. Suhartati (2005) menyatakan bahwa saponin merupakan agen defaunasi yang dapat menyebabkan turunnya populasi protozoa. Pengaruh penurunan populasi protozoa ini disebabkan terjadinya mekanisme gangguan terhadap protozoa sebagai akibat terjadinya ikatan antara saponin dengan sterol yang terdapat pada permukaan protozoa (Francis et al., 2002). Protozoa mampu memproduksi asam propionat dan mampu menggunakan bahan makanan dan menyimpan polisakarida dalam bentuk amilopektin yang akan dipergunakan bila ketersediaan substrat terbatas (Church, 1979). dimanfaatkan untuk mempertahankan pH rumen.
Protozoa
Sebagian besar gula dan pati yang
berfungsi sebagai substrat diasimilasi dengan cepat dan disimpan dalam bentuk 11
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R polidekstran yang akan dimobilisasi untuk menghasilkan energi bagi keperluan hidup pokok serta pertumbuhan protozoa dan aktivitas tersebut merupakan buffer dalam rumen (Czerkawski, 1986). KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian rumput lapang oleh LPDKP pada ransum sapi potong tidak berpengaruh nyata terhadap populasi bakteri namun berpengaruh terhadap populasi protozoa cairan rumen in vitro. Penggantian rumput lapang oleh LPDKP sampai 100% pada ransum sapi potong tidak menurunkan populasi bakteri tetapi menurunkan populasi protozoa cairan rumen in vitro. SARAN Perlu dilakukannya penelitian penggunaan LPDKP sebagai pakan ternak in vivo, dan bagaimana cara pemberiannya serta pengolahannya. DAFTAR PUSTAKA Adolf, J. N. P., Styfani, G., dan P., Raffi. 2006. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz) Terhadap Bakteri Patogen Serta Stabilitasnya Pada Pemanasan dan pH. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan Vol.4, (1): 33-52. Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia, Jakarta. Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Diterjemahkan oleh: Retno Murwani. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Bastiyah, D. Z., Ari, S., dan Wiryanto. 2004. Seleksi dan Identifikasi Isolat Cendawan Selulolitik dan Lignoselulolitik dari Limbah Penyulingan Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendron L.) dari KPH Gundih, Kabupaten Grobogan. Biofarmasi 2 (1): 24-28, ISSN: 1693-2242. Church, D. C. 1979. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants. Volume 1. 2nd ed. Oxford Press, Portland.
12
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R Czerkawski, J. W. 1986. An Introduction to Rumen Studies. Pergamon Press. Oxford, New York, Tronto, Sydney, Frankfurt. Francis, G., Z. Kerem, H.P.S. Makkar and K. Becker. 2002. The Biological Action of Saponins in Animal Systems: A review. Bt. J. Nutr. 88: 587-605. Hobson, P. N. and C. S. Stewart. 1997. The Rumen Microbial Ecosystem. Blackie Academic and Proffesional. New York. Howard, B. H. 1959. The Biochemistry of Rumen Protozoa. I. Carbohydrate Fermentation by Dastyricha and Isotricha. Biochemical Journal 71, 67 1-674. Imran, S. P. S. Budhi, Nono Ngadiyono, dan Dahlanuddin. 2012. Pertumbuhan Pedet Sapi Bali Lepas Sapih yang Diberi Rumput Lapangan dan Disuplementasi Daun Turi (Sesbania grandiflora). Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman. Vol. 2. (39-80). Kearl, C., Leonard. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries. International Feedstuffs Institute Utah Agricultural Experiment Station Utah University, Logan Utah. McDonald, P., R. A. Edward and J. F. D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. 4th ed. John Wiley & Sons, New York. Min, R., Aulia, A. M. P., Siti, S., Andrianto, Soeripto, dan Unang, P. 2010. Bioprospeksi Ekstrak Jahe Gajah Sebagai Anti-CRD: Kajian Aktivitas Antibakteri terhadap Mycoplasma galliseptikum dan Escherichia coli In Vitro. Jurnal llmu Pertanian Indonesia Vol.15 (1): 7-12. Muchji, M. 2003. Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pengganti untuk Ternak Ruminansia Kecil. Wartazoa Vol. 13 (3): 119-127. Noor, K. K. dan Anto, R. 2014. Potensi Pengembangan Industri Minyak Kayu Putih. Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor. ISBN : 978-979-3819-41-9. Perum Perhutani. 2013. Penataan Bisnis dan Proses Inti (Business and Core Process Structuring). Laporan Tahunan (Annual Report). Hal 99-100. Preston, T.R. and R.A. Leng. 1987. Matching Ruminant Productions System With Availabel Resources in The Tropics and Subtropics. Penambul Books Armidale, Australia. 13
Pengaruh Penggantian Rumput Lapang..................................................................Dian. R Ranjhan, S. K. 1981. Animal Nutrition in Tropics. 2nd Revised Edition. Vikas Publishing House PVT LTD, New Delhi. Silvana, M. 2010. Struktur Pasar Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendron oil). Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 5, (1): 9-13. Suhartati, F.M. 2005. Proteksi Protein Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) Menggunakan Tannin, Saponin, Minyak dan Pengaruhnya Terhadap Ruminal Undegradable Dietary Protein (RUDP) dan Sintesis Protein Mikroba Rumen. Animal Production, 7 (1): 52 – 58. Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Widji, S., Riana, D.Y., Noor, I., dan Isnaeni. 2005. Aktivitas Antifungi Krim Minyak Atsiri Lengkuas [Alpinia galanga L.) Swartz] Terhadap Candida albicans. Majalah Farmasi Airlangga, Vol.5 (1): 11-15.
14