PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP KEAHLIAN AUDITOR DALAM MENGAUDIT PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Oleh Rizal Novarianto NIM : 205082000276
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi 1) Nama
: Rizal Novarianto
2) Tempat, Tgl lahir
: Jakarta, 19 November 1986
3) Jenis Kelamin
: Laki-laki
4) Kewarganegaraan
: Indonesia
5) Agama
: Islam
6) Alamat
: Pondok Kacang Prima Blok J.3/No.5 Rt.05/Rw.08, Pondok Aren Tangerang 15225
7) Telephone
: 021-30224497
2. Pendidikan 1) Lulusan SD Al-Mubarak, Tangerang, Tahun 1999 2) Lulusan MTS Al-Hamidiyah, depok, Tahun 2002 3) Lulusan SMA Kartika X-1, Jakarta, Tahun 2005
3. Latar Belakang Keluarga 1) Ayah
: Khaeroni
2) Ibu
: Rosiani
3) Alamat
: Pondok Kacang Prima Blok J.3/No.5 Rt.05/Rw.08, Pondok Aren Tangerang 15225
4) Telephone
: 021-7313018
5) Anak Ke dari
: 1/3
iv
Influence Of Auditor Experience Towards Auditor Expertise In The Audit Firms ABSTRACT By: Rizal Novarianto The objective of this research is to test the influence of auditor experience towards auditor expertise in the audit firms. This research was conducted by filling out the questionnaire by the external auditors who worked on KAP in Jakarta. Independent variables used are auditor experience of working length and the number of inspection tasks are performed. The method used in this research is a multiple linear regression, coefficient of determination test, F test and t tes. The results were obtained that the auditor experience of working length and the number of inspection tasks are performed, has a positive and significant influence of increased auditor expertise in the audit firms by 85%, while the rest 15% influenced by other variables not examined in this research. Keyword:
auditor experience, working length, number of inspection tasks are performed, auditor expertise.
v
Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Keahlian Auditor Dalam Mengaudit Perusahaan ABSTRAK Oleh: Rizal Novarianto Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengalaman auditor terhadap keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. Penelitian ini dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh auditor eksternal yang bekerja di KAP di daerah Jakarta. Variabel independen yang digunakan adalah pengalaman auditor dari lamanya bekerja dan dari banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda, uji koefisien determinasi, uji F dan uji t. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa pengalaman auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan, mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan sebesar 85%, sedangkan sisanya 15% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kata kunci:
pengalaman auditor, lamanya bekerja, banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan, keahlian auditor.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.wr.wb
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Hanya berkat curahaan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Keahlian Auditor Dalam Mengaudit Perusahaan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Keterbatasan penulis kerap kali menjadi kendala yang menghambat penyusunan skripsi ini. Namun, curahan kasih sayang keluarga, do’a kedua orang tua dan arahan serta motivasi dari dosen pembimbing serta bantuan dari para sahabat, akhirnya keterbatasan itu dapat diatasi dan disempurnakan sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Atas kesadaran dan kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan ”bingkisan kado” terimaksih yang tak terhingga kepada: 1. Kedua Orang Tua tercinta, yaitu Ayahanda Khaeroni dan Ibunda Rosiani yang tak kenal lelah mendidik dan membesarkan dengan penuh rasa tulus dan sabar, yang selalu menyisipkan untaian do’a dalam setiap dzikir dan sujudnya, yang tak pernah bosan menengadahkan kedua tangannya kelangit dalam memohon dan meminta setiap kebaikan untuk anaknya. Tetesan keringat dan cucuran air mata adalah saksi betapa tulus dan ikhlasnya mereka dalam menjalankan amanah-Mu di dunia ini. Semoga apa yang telah mereka goreskan menjadi penyebab turunnya rahmad-Mu, menjadi sebab gugurnya dosa-dosa mereka dihadapan-Mu dan menjadi sebab lindungan-Mu dalam menjalankan amanah di jalan-Mu.
vii
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing satu sekaligus pembantu dekan bidang akademik Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial atas segala arahan dan bimbingannya. 3. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku dosen pembimbing dua yang dengan sabar
dan
meluangkan
waktunya
untuk
membimbing
penulis
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. 4. Bapak Dr. Yahya Hamja dan ibu Rahmawati,SE, MM, selaku dosen penguji ahli, terima kasih atas segala arahan dan bimbingannya. 5. Seluruh Staf Pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial khususnya jurusan Akuntansi, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menuntut ilmu dibangku kuliah dan lainnya yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu. 6. Terima kasih kepada keluarga besarku, adik-adikku yang telah banyak memberikan perhatian dan kasih sayang serta senyuman selama penulisan skripsi ini. 7. Teman-teman seperjuangan Akuntansi B Non Reguler 2005 terima kasih karena sudah mewarnai hidup penulis dan banyak memberikan pengalaman. Akhir kata, semoga penelitian ini berguna bagi semuanya, dan juga bagi teman-teman yang ingin melakukan penelitian berikutnya khususnya untuk Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakrta.
Wassalam,wr.wb
Jakarta, 12 Maret 2010 Penulis
Rizal Novarianto
viii
DAFTAR ISI Pengesahan Bimbingan Skripsi...................................................................
i
Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................................
ii
Pengesahan Ujian Sidang Skripsi ...............................................................
iii
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................
iv
Abstract .......................................................................................................
v
Abstrak ........................................................................................................
vi
Kata Pengantar ............................................................................................
vii
Daftar Isi .....................................................................................................
ix
Daftar Tabel ................................................................................................
xii
Daftar Gambar.............................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian....................................................
1
B. Perumusan Masalah ............................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman .........................................................................
8
B. Efek Pengalaman.................................................................
11
C. Auditing ..............................................................................
13
D. Tipe-Tipe Auditor ...............................................................
16
E. Keahlian Auditor.................................................................
18
F. Standar Auditing Tentang Keahlian Auditor ......................
19
G. Pengalaman dan Keahlian Auditor......................................
21
H. Telaah Penelitian Terdahulu ...............................................
23
I. Kerangka Pemikiran............................................................
28
J. Hipotesis..............................................................................
30
ix
BAB III
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian...................................................
31
B. Metode Penentuan Sampel..................................................
31
C. Metode Pengumpulan Data .................................................
31
D. Metode Analisis ..................................................................
32
1. Uji Kualitas Data...........................................................
32
a. Uji Validitas ............................................................
33
b. Uji Reliabilitas ........................................................
34
2. Uji Asumsi Klasik .........................................................
34
a. Uji Multikolonieritas...............................................
34
b. Uji Heteroskedastisitas............................................
35
c. Uji Normalitas.........................................................
37
3. Uji Hipotesis .................................................................
37
a. Uji R (Koefisien Korelasi) ......................................
39
b. Uji R2 (Koefisien Determinasi)...............................
40
c. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) .......................
41
d. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) ............................
41
E. Operasional Variabel Penelitian..........................................
42
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................
45
B. Deskriptif Data ....................................................................
48
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis kelamin.........
49
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur .....................
50
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan.............
51
C. Hasil dan Pembahasan ........................................................
52
x
BAB V
1. Uji Kualitas Data...........................................................
52
a. Uji Validitas ............................................................
52
b. Uji Reliabilitas ........................................................
53
2. Uji Asumsi Klasik .........................................................
54
a. Uji Multikolonieritas...............................................
54
b. Uji Heteroskedastisitas............................................
55
c. Uji Normalitas.........................................................
56
3. Uji Hipotesis .................................................................
58
a. Uji R (Koefisien Korelasi) ......................................
58
b. Uji R2 (Koefisien Determinasi)...............................
58
c. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) .......................
59
d. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) ............................
60
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan .........................................................................
64
B. Implikasi..............................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
66
Lampiran ...................................................................................................
68
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1. Tabel. 2.1:
Kajian Penelitian Terdahulu............................
24
2. Tabel. 3.1:
Interval Koefisien Korelasi.............................
40
3. Tabel. 3.2:
Operasional Variabel.......................................
43
4. Tabel. 4.1:
Disrtibusi Kuesioner........................................
49
5. Tabel. 4.2:
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin....................................................
6. Tabel. 4.3:
Deskripsi Responden Berdasarkan Umur.................................................................
7. Tabel. 4.4:
49
50
Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan........................................................
51
8. Tabel. 4.5:
Hasil Uji Validitas...........................................
52
9. Tabel. 4.6:
Uji Reliabilitas Pengalaman............................
53
10. Tabel. 4.7:
Uji Reliabilitas Keahlian..................................
54
11. Tabel. 4.8:
Uji Multikolonieritas.........................................
55
12. Tabel. 4.9:
Koefisien Korelasi............................................
58
13. Tabel. 4.10:
Koefisien Determinasi......................................
58
14. Tabel. 4.11:
Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)................
59
15. Tabel. 4.12:
Uji Regresi Secara Parsial (Uji t).....................
61
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
1. Gambar. 2.1: Kerangka Pemikiran....................................................29 2. Gambar. 4.1: Hasil Uji Heteroskedastisitas.......................................56 3. Gambar. 4.2: Hasil Uji Normalitas .................................................. 57
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat
keandalan
laporan
keuangan
perusahaan,
sehingga
masyarakat
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola perusahaan. Salah satu kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu akuntan publik. Laporan keuangan yang biasanya digunakan untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangan perusahaan, juga dapat digunakan sebagai salah satu alat pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan kepada pemilik.
1
Dalam perkembangannya pihak-pihak luar perusahaan juga memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penanaman modal (investasi) atau yang berhubungan dengan perusahaan. Dengan demikian ada dua kepentingan yang berbeda, disatu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar dan dari pihak luar perusahaan, ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan (Ananing, 2006:1). Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga dalam memeriksa laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak luar dan dapat neningkatkan kredibilitas perusahaan yang dikelola, sehingga perusahaan mempunyai rasa kepercayaan yang tinggi untuk tetap bekerja sama serta untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pihak eksternal juga tentunya tidak ingin kesempatan atau modal yang ditanamkan ke perusahaan akan jadi sia-sia tanpa memperoleh keuntungan yang diharapkan. Pihak-pihak eksternal yang dimaksud adalah pemilik perusahaan, karyawan, kreditur, investor, badan pemerintah, organisasi nirlaba dan masyarakat. Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari kliennya dan dari para pemakai laporan keuangan auditan lainnya. 2
Kepercayaan ini senantiasa harus selalu ditingkatkan dengan didukung oleh suatu keahlian audit. Amanat yang diemban sebagai auditor harus dapat dilaksanakan dengan sikap profesionalisme serta menjunjung tinggi kode etik profesi yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan setiap tugasnya. Mengingat peran dari auditor yang sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia usaha, peningkatan profesional auditor sangat penting untuk terus dilakukan dan auditor harus terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya dengan mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Standar auditing Profesional akuntan Publik (SPAP), akuntan dituntut untuk dapat menjalankan setiap standar yang ditetapkan oleh SPAP tersebut. Standar-standar tersebut meliputi standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, dan standar pengendalian mutu. Dalam salah satu SPAP diatas terdapat standar umum yang mengatur tentang keahlian auditor yang independen. Dalam standar umum SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian Auditor Independen yang terdiri atas paragraph 03-05, menyebutkan secara jelas tentang keahlian auditor disebutkan dalam paragraf pertama sebagai berikut “Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan yang cukup sebagai auditor”. Standar Umum pertama tersebut menegaskan bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
3
akuntan untuk melaksanakan audit adalah harus memiliki pendidikan serta pengalaman yang memadai dalam bidang auditing. Pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor. Sebagaimana yang telah diatur dalam SPAP 2001 paragraf ketiga SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian independen disebutkan: Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyatan pendapatan, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki oleh seorang auditor,
dengan
keahlian
yang
dimilikinya
memungkinkan
tugas-tugas
pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian yang dimiliki auditor yang diperoleh dari pendidikan formal dan non formal harus terus-menerus ditingkatkan. Salah satu sumber peningkatan keahlian auditor dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang audit dan akuntansi. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti: pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan, pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor. Selain faktor pengalaman yang mempunyai peran penting bagi peningkatan keahlian auditor, pengalaman juga mempunyai arti penting dalam upaya perkembangan tingkah laku dan sikap seorang auditor, sebagaimana 4
dikemukakan oleh ahli psikologis, bahwa perkembangan adalah bertambahnya potensi untuk bertingkah laku dan mereka juga mengemukakan, bahwa suatu perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Knoers dan Haditono (1999) dalam Ananing (2006:4) mengemukakan dalam hal ini pengembangan pengalaman yang diperoleh auditor berdasarkan teori tersebut menunjukkan dampak yang positif bagi penambahan tingkah laku yang dapat diwujudkan melalui keahlian yang dimiliki untuk lebih mempunyai kecakapan yang matang, dan pengalaman-pengalaman yang didapat auditor memungkinkan berkembangnya potensi yang dimiliki oleh auditor melalui proses yang dapat dipelajari. Terkait dengan topik penelitian ini, beberapa penelitian mengenai pengalaman auditor telah banyak dilakukan peneliti sebelumnya. Penelitian Ashton (1992) dalam Ananing (2006:4) tentang hubungan pengalaman
dan
tingkat
pengetahuan
menyimpulkan
bahwa
perbedaan
pengalaman auditor tidak bisa menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki auditor. Auditor dengan tingkat pengalaman yang sama dapat saja menunjukkan perbedaan yang besar dalam pengetahuan yang dimiliki. Hasil penelitian Tubbs (1992) dalam Ananing (2006:4) juga memberikan kesimpulan bahwa pertambahan pengalaman akan meningkatkan perhatian auditor dalam melakukan pelanggaran-pelanggaran untuk tujuan pengendalian.
5
Penelitian sebelumnya Ananing (2006), memberikan kesimpulan bahwa pengalaman akan berpengaruh positif terhadap peningkatan keahlian dan pengetahuan auditor tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya. Dengan demikian, pengalaman merupakan unsur professional yang penting untuk membangun pengetahuan dan peningkatan keahlian auditor, maka penulis tertarik untuk menentukan topik penelitian yang berkaitan dengan pengalaman yang dihubungkan dengan keahlian yang dimiliki auditor. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mencoba mengadakan riset kembali pada tempat, waktu, metode analisis dan variabel yang jelas berbeda dalam bentuk skripsi dengan memilih judul: “Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Keahlian Auditor Dalam Mengaudit Perusahaan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh secara bersamasama dan parsial pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. 2. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya: a) Bagi penulis, sebagai sarana penyelesaian tugas akhir dalam rangka memperoleh gelar sarjana ekonomi dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris apakah pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan dari banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. b) Bagi auditor, diharapkan dapat menambah wawasan dan kajian dibidang pengauditan. c) Bagi pembaca, khususnya mahasiswa diharapkan dapat menambah pengetahuan terutama penerapan teori yang diperoleh selama studi pemeriksaan akuntansi dan dapat dijadikan pendahuluan bagi peneliti lain.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut Purnamasari (2005) dalam Ananing (2006:12) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat dan mencari penyebab kesalahan. Penelitian yang dilakukan oleh Tubbs (1992) sebagaimana dikutip oleh Pramono (2009:8) menunjukan bahwa ketika akuntan pemeriksa menjadi lebih berpengalaman maka auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan yang terjadi, dan memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan yang terjadi. Selain itu auditor menjadi lebih sadar mengenai kesalahan yang tidak lazim dan menjadi lebih menonjol dalam menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan penyebab kekeliruan. Monroe (2000) dalam Pramono (2009:9) meneliti tentang pengaruh pengalaman dan tingkat kesulitan tugas pada ketepatan dan keyakinan diri penilaian auditor yang hasilnya menunjukan bahwa pengalaman audit berkolerasi negatif signifikan dengan tingkat kesulitan yang dirasakan dan berkolerasi positif
8
signifikan dengan tingkat keyakinan, akan tetapi pengalaman audit tidak berkolerasi signifikan dengan ketepatan penilaian. Auditor yang berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman. Libby (1995) dalam Koroy (2005:2) mengatakan bahwa seorang auditor menjadi ahli terutama diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman. Seorang auditor yang lebih berpengalaman akan memiliki skema yang lebih baik dalam mendefinisikan kekeliruan-kekeliruan daripada auditor yang kurang berpengalaman. Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Libby and Frederick (1990) dalam Suraida (2005:5) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit dan auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahankesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari. Knoers dan Haditono (1999) dalam Ananing (2006:12) Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan 9
yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Ananing, 2006:13). Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja. Seperti dikatakan Boner dan Walker (1994) dalam Ananing (2006:13) peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan disini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperi seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor pemula (yunior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena kegiatan ini dapat 10
meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman auditor.
B. Efek Pengalaman Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Marinus, Wray (1997) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006:4) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner (1983) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006:4) dalam risetnya
menunjukkan
bagaimana
pengalaman
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Namun dilain pihak beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan tersebut (seperti Ashton, 1991 dan Blocher et al. 1993), hal ini karena menurut Ashton sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu untuk dapat belajar.
11
Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan profesionalitas sebagai hal yang sangat penting didalam menjalankan profesi akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengkaitkan professional dan pengalaman dalam kinerja auditor : “The professional qualifications required of the independend auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not include those of person trained for qualified to engage in another profession or accupation”. Menurut The Institute of Chartered Account in Australia (1997:28): Membership of profession means commitment to asset of value that serve to define that professional as specific “moral community”. Tobe a good accountant one not only needs to have insight into one’s profession, but to have accepted and internalized those values. Professional value clarification is an activity both of individual accountants, in identifying and gaining critical insight into the meaning and application of those values, and activity of professional it self. Selain itu untuk menjadi professional menurut The Institute of Chartered Accounts in Australia (1997:30) adalah : “Extensive training must be undertaken tobe able to practice in the profession. A significant amount of the training consists of intellectual component. The profession provides a valueable service to the community”. Menurut Jeffrey dalam Herliansyah dan Ilyas (2006:5) memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Menurut Butts, mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat pendapat lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa 12
yang belum berpengalaman. Hal ini dipertegas oleh Haynes et al (1998) yang menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.
C. Auditing Definisi auditing menurut A. Arens (2003) dalam Suraida (2005:4) adalah sebagai berikut : ”Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and estabilished criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Untuk melaksanakan audit diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam mengevaluasi informasi tersebut. Informasi memiliki berbagai bentuk antara lain misalnya laporan keuangan perusahaan, jumlah waktu yang dibutuhkan oleh seorang karyawan untuk menyelesaikan tugas, jumlah biaya kontrak pembuatan gedung, surat pemberitahuan pajak penghasilan perseorangan dan lain-lain. Laporan keuangan sendiri tidak lain adalah merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan 13
keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Tujuan
laporan
keuangan
adalah
menyediakan
informasi
yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sementara tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat (opini) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan SAK. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan, ini berarti bahwa audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen, dalam hal ini yaitu oleh Akuntan Publik, sehingga dengan demikian profesi Akuntan Publik adalah profesi kepercayaan masyarakat, untuk itu Akuntan Publik dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Definisi auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement basic of auditing concepts) dalam karangan Abdul Halim, (2001:1) yang mendefinisikan auditing sebagai :
14
“Suatu proses sitematika untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukit audit secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan criteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan” Selain definisi diatas, American Accounting Association Commite on basic Auditing Concept dalam Ananing (2006:9), mengemukakan definisi auditing sebagai berikut : “Auditing adalah suatu proses yang tersistematika untuk mendapatkan dan menilai bukti-bukti secara obyektif yang berkaitan dengan pernyataanpernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk memperoleh tingkat kesesuaian antara pernyatan-pernyatan tersebut dengan kriteria yang telah dietapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan” Sedangkan menurut Miller dan Bailey, (2001:3) sebagai berikut : “An audit metdhodical review and objective examination of an item, including the verification of specific information as determined by the auditor or as established by general practice. Generally, the purpose of an audit is to express an opinion on or reach a conclusion about what was audited”. Menurut Arens dan James dalam Abdul Halim (2001:1) adalah sebagai berikut: “Auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dalam suatu entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan” Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada empat elemen fundamental dalam auditing : 1. Dilakukan oleh seseorang yang independent 2. Bukti
yang
cukup
kompeten
yang
diperoleh
melalui
inspeksi,
pengamatan,pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi secara obyektif selama 15
menjalankan tugasnya sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit 3. Kriteria yang dijadikan pedoman sebagai dasar untuk menyatakan pendapat audit berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif, anggaran yang ditetapkan oleh manajemen, dan PABU (Prinsip akuntansi berterima umum) 4. Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam mengkomunikasikan hasil pekerjaannya terhadap laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
D. Tipe-tipe Auditor Tipe-tipe auditor yang umumnya diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1) Auditor intern Auditor intern merupakan auditor yang bekerja di dalam perusahaan (perusahaan negara atau perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah: a) Menentukan auditor kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan telah dipatuhi atau tidak b) Baik tidaknya dalam penjagaan asset perusahaan c) Menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan perusahaan d) Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh bagian perusahaan. 16
2) Auditor pemerintah Auditor pemerintahan merupakan auditor professional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan untuk pemerintah. 3) Auditor independen Auditor independen adalah auditor professional yang menyediakan jasanya kepadanya masyarakat umum untuk memenuhi kebutuhan para pemakaian informasi keuangan, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
Auditor independen dalam prakteknya harus memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja tertentu. Auditor independen harus lulus dari sarjana akuntansi falkultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktek dari Mentri Keuangan. Auditor
independen
mempunyai
tanggungjawab
utama
untuk
melaksanakan fungsi pengauditan terhadap laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan tanpa memihak kepada kliennya. Auditor independen bekerja dan memperoleh honorium dari kliennya yang dapat berupa fee perjam kerja.
17
E. Keahlian Auditor Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Menurut Webster’s ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Ananing (2006:14) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah ketrampilan dari seorang yang ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pengalaman atau pelatihan. Trotter (1986) dalam Ananing (2006:14) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Menurut Hayes-Roth, dkk mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut Tan dan Libby (1997) dalam Ananing (2006:14), keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu: keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktorfaktor personal dan pengalaman. Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: 18
merencanakan
program
kerja
pemeriksaan,
menyusun
program
kerja
pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan. Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang professional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing.
F. Standar Auditing Tentang Keahlian Auditor Kompetensi mengenai keahlian auditor, telah diatur dalam Standar Umum yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu Standar Umum Seksi 210 yang mengatur tentang Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen. Seksi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1. Standar Umum Pertama , paragraph 01-02 2. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen, paragraph 03-05 3. Tanggal Berlaku Efektif, paragraph 06
19
Secara lengkap isi standar auditing dalam Seksi 210 ini, sebagai berikut: (SPAP, per 1 Januari 2002)
STANDAR UMUM PERTAMA 01 Standar umum pertama berbunyi: “Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor” 02 Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
PELATIHAN DAN KEAHLIAN AUDITOR INDEPENDEN 03 Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang professional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara memadai mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten junior, yang baru masuk ke dalam karier auditing harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Sifat dan luas supervisi dan review terhadap hasil pekerjaan tersebut harus meliputi keanekaragaman praktek yang luas. Auditor independen yang memikul tanggungjawab akhir atas suatu perikatan, harus mengunakan pertimbangan matang dalam setiap tahap pelaksanaan supervisi dan dalam review terhadap hasil pekerjaan dan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat asistennya. Pada gilirannya, para asisten tersebut harus juga memenuhi tanggungjawabnya menurut tingkat dan fungsi pekerjaan mereka masing-masing. 04 Pendidikan formal auditor independen dan pengalaman professionalnya saling melengkapi satu sama lain. Setiap auditor independen yang menjadi penanggung jawab suatu perikatan harus menilai dengan baik kedua 20
persyaratan professional ini dalam menentukan luasnya supervisi dan review terhadap hasil kerja para asistennya. Perlu disadari bahwa yang dimaksud dengan pelatihan seorang professional mencakup pula kesadarannya untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Ia harus mempelajari, mamahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. 05 Dalam menjalankan prakteknya sehari-hari, auditor independen menghadapi berbagai pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang sangat bervariasi, dari yang benar-benar objektif sampai kadang-kadang secara ekstrim berupa pertimbangan yang disengaja menyesatkan. Ia diminta untuk melakukan audit dan memberikan pendapat atas laporan keuangan suatu perusahaan karena, melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalamannya, ia menjadi orang yang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing, serta memiliki kemampuan untuk menilai secara obyektif dan menggunakan pertimbangan tidak memihak terhadap informasi yang dicatat dalam pembukuan perusahaan atau imformasi lain yang berhasil diungkapkan melalui auditnya.
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF 06 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001, dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1Januari 2001 setelah tanggal 31 Desember, hanya ketentuan dalam Seksi ini saja yang berlaku.
G. Pengalaman dan Keahlian Auditor Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor. Pengalaman semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja, pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan dan penggunaan standar auditing. Pengalaman mempunyai hubungan yang erat dengan keahlian auditor, pencapaian keahlian seorang auditor selain berasal dari 21
pendidikan formalnya juga diperluas lagi dengan pengalaman-pengalaman dalam praktik audit. Buku-buku psikologi tentang keahlian menarik dua kesimpulan umum, Asthon (1991) dalam Ananing (2006:17) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pemilikan pengetahuan khusus adalah penentu keahlian dan pengetahuan seseorang ahli diperoleh melalui pengalaman kerja selama bertahun-tahun. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang audit, pengetahuan ini biasa didapat dari pendidikan formalnya yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan auditor dan pengalaman pengalaman dalam praktek audit. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup dalam mejalankan tugasnya. Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat masa kerja berarti semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan kerja yang cukup namun sebaliknya, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Hadiwiryo (2002) dalam Ananing (2006:18) kebiasaan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja. Lebih lanjut pula dapat dikatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian, seorang auditor 22
harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan dan pengalaman-pengalaman dalam praktek audit. Pengalaman merupakan atribut yang penting yang dimiliki auditor, terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat auditor, auditor yang sudah berpengalaman biasanya lebih dapat mengingat kesalahan atau kekeliruan yang tidak lazim/wajar dan lebih selektif terhadap informasi-informasi yang relevan dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman (Ananing, 2006:18). Sebagaimana yang disebutkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) bahwa persyaratan yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai yang biasanya diperoleh dari praktik-praktik dalam bidang auditing sebagai auditor independen.
H. Telaah Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang terkait dengan pengalaman pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, peneliti akan menyebutkan beberapa penelitian sebagai acuan untuk mendukung hipotesis. Penelitian terdahulu diuraikan dalam bentuk tabel dibawah ini.
23
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu No 1
2
Nama Peneliti Tri Ramaraya Koroy (Tahun 2005)
Suryani Noviari, Tri Eka Merdekawati, Dharma T.E. Sudarsono (Tahun 2005)
Judul Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman Audit terhadap Pertimbangan Auditor
Hubungan Etika, Pengalaman, Ketaatan pada Standar Profesi dan Akuntabilitas Profesional (Survei pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
Variabel yang diteliti Variabel independen pertama adalah Posisi klien. Variabel independen selanjutnya adalah Pengalaman audit. Terdapat tiga variabel dependen yang merupakan pertimbangan auditor yang diteliti, yaitu: ¾ kecenderungan mengusulkan penyesuaian penghapusan persediaan, ¾ penilaian risiko keusangan persediaan oleh auditor dan ¾ penilaian tentang pentingnya masalah keusangan persediaan terhadap negosiasi transaksi akuisisi yang berjalan.
¾ ¾ ¾ ¾
Etika Profesi (X1) Pengalaman Auditor (X2) Ketaatan Pada Standar Profesi/SPAP (Y) Akuntabilitas Profesional (Z)
Pembahasan dan Kesimpulan Auditor yang mempunyai klien yang berposisi sebagai penjual, tidak mesti mengikuti saja keinginan yang dipreferensikan klien. Pada kasus audit ini, keinginan klien agar tidak dilakukan penyesuaian audit atas persediaan divisi target tidak dituruti oleh auditor secara ratarata, terbukti dari mean keseluruhan kecenderungan mengusulkan penyesuaian adalah cukup tinggi (M = 59,9; Dev. Std. = 21,6). Sebaliknya pada kondisi klien sebagai pembeli, auditor sejalan dengan kepentingan klien agar dilakukan penyesuaian (M = 58,0; Dev. Std. = 28,6). Hasil ini bukan berarti auditor melayani kepentingan klien. Hal ini terutama diakibatkan tendensi yang melekat pada auditor untuk bersikap konservatif dalam menilai Dalam penelitian ini ditemukan bahwa antara etika profesi yang dipahami, pengalaman, ketaatan pada standar profesi dan akuntabilitas profesional akuntan publik memiliki korelasi positif dan kuat. Keterbatasan dari penelitian, diantaranya peneliti tidak melakukan wawancara secara terbuka dan mendalam serta tidak terlibat langsung dalam aktivitas di KAP. Demikian pula ada kemungkinan terjadi mispersepsi tentang angket kuesioner yang dikirimkan sehingga tingkat tanggapan dari para responden relatif tidak tinggi.
24
(lanjutan) ¾ ¾
3
Ida Suraida (Tahun 2005)
Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik
Variabel Etika (ξ1) Variabel Kompetensi (ξ2) ¾ Variabel Pengalaman Audit (ξ3) ¾ Variabel Tingkat Risiko Audit yang direncanakan (ξ4) ¾ Variabel Skeptisisme Profesional Auditor (η1) ¾ Variabel Ketepatan pemberian opini akuntan publik(η2)
1. Etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor baik secara parsial maupun secara simultan. Secara parsial pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko auditterhadap skeptisisme profesional auditor kecil, namun secara simultan pengaruhnya cukup besar. yaitu sebesar 61%. Hal ini mengandung arti bahwa jika akuntan publik menegakan etika, memiliki kompetensi dan pengalaman audit serta merencanakan risiko audit dengan baik, maka tingkat skeptisisme profesional auditor akan semakin tinggi. 2. Etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun secara simultan.
4
Dwi Ananing Tyas Asih (2006)
Pengaruh Pengalaman terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing
¾
Dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji regresi berganda dapat disimpulkan bahwa Pengujian hipotesis 1, 2, 3, dan 4 dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja sebagai auditor, Pengalaman yang diperoleh dari banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan, dan pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit mempunyai pengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing.
¾ ¾ ¾
Pengalaman dari lamanya bekerja (X1) Pengalaman dari banyaknya tugas (X2) Pengalaman dari banyaknya jenis perusahaan (X3) Variabel dependen adalah Keahlian (Y)
25
(lanjutan) 5
Yudhi Herliansyah, Meifida Ilyas (Tahun 2006)
Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan dalam Auditor Judment
1) Variabel independen adalah : Tipe bukti dan Tingkat Pengalaman Auditor 2) Variabel Dependen adalah penilaian subjek mengenai going concern perusahaan (kasus) pada satu tahun yang akan datang.
Riset ini menemukan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Auditor berpengalaman (partner dan Manajer) tidak terpengaruh oleh adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment. Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain: Pertama, metode eksperimen ini mempunyai keterbatasan dalam validitas eksternal. Kedua, penelitian ini hanya terbatas pada going concern judgment saja sehingga perluasan riset ini seperti dalam review kertas kerja dapat dilakukan. Ketiga, Metode eksperimen ini tidak sepenuhnya mampu mengontrol banyak hal seperti tempat, suasana auditor dll.
6
Ristyo Pramono (Tahun 2009)
Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Pengabdian pada profesi, Kewajiban Sosial, Kebutuhan untuk Mandiri, Hubungan dengan Sesama Profesi, Keyakinan terhadap Peraturan Profesi, sedangkan Variabel Dependennya adalah Pertimbangan Tingkat Materialitas auditor.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kebutuhan untuk mandiri, hubungan dengan sesama profesi dan keyakinan terhadap peraturan profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas pada kantor akuntan publik di kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kebutuhan untuk mandiri, hubungan dengan sesama profesi dan keyakinan terhadap peraturan profesi secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor.
26
Berdasarkan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan, yaitu: 1. Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja. Penelitian sebelumnya Ananing (2006) yang menyatakan bahwa pengalaman auditor dari lamanya bekerja akan meningkatkan keahlian auditor dalam bidang auditing. Demikian juga dengan penelitian Suryani, Tri dan Sudarsono (2005) yang menyatakan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor
maka
semakin
patuh
pada
standar
profesi
serta
semakin
bertanggungjawab dalam melaksanakan profesionalismenya. Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat masa kerja seseorang biasanya semakin sedikit pula pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan dalam kerja sedangkan, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengalaman dari lamanya bekerja dalam melakukan audit mempunyai dampak yang signifikan terhadap keahlian audit. 2. Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan. Penelitian sebelumnya Ananing (2006) yang menyatakan bahwa pengalaman auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan akan meningkatkan keahlian auditor dalam bidang auditing. Demikian juga penelitian Suraida 27
(2005) yang menyatakan bahwa semakin banyak pengalaman auditor baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani, semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Seseorang yang memiliki pengalaman tentang kompleksitas tugas akan lebih ahli dalam melaksanakan tugas-tugas pemeriksaan, sehingga memperkecil tingkat kesalahan, kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran dalam melaksanakan tugas. Seorang auditor memberikan pendapatnya berdasarkan pemeriksan yang dilakukan dan dalam memberikan opininya tersebut, auditor tidak terhindarkan untuk membuat keputusan yang subjektif. Agar pendapat auditor tersebut benar, maka proses pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur dan input (berupa data dan pengetahuan) juga harus memadai.
I. Kerangka Pemikiran Abdul Hamid (2007:26) kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting. Semakin bertambahnya pengalaman auditor bekerja akan memberikan keahlian dan ketrampilan kerja yang cukup namun sebaliknya, keterbatasan 28
pengalaman kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Pengalaman didalam beberapa literatur auditing sering digunakan sebagai surrogate dari keahlian, sebab pengalaman akan memberikan hasil didalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan sehingga akan meningkatkan keahlian. Berdasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, maka masalah yang ingin diteliti adalah pengaruh pengalaman auditor, yaitu pengalaman yang diperoleh dari lamanya bekerja dan dari banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap keahlian auditor, khususnya dalam mengaudit perusahaan. Jika diuraikan dalam bentuk bagan:
Lamanya Bekerja (X1) Keahlian Auditor (Y)
Banyaknya Tugas Pemeriksaan (X2)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
29
J. Hipotesis Dari penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran diatas maka disusun hipotesis sebagai berikut: H1 :
Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
H2 :
Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
H3
:
Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di lingkungan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di daerah Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di daerah Jakarta sebanyak delapan Kantor Akuntan Publik.
B. Metode Penentuan Sampel Metode Penentuan Sampel dilakukan secara acak dengan metode probability sampling atau sering disebut juga dengan random sampling, yaitu pengambilan sampel penelitian dimana setiap elemen penelitian mempunyai probabilitas (kemungkinan) yang sama untuk dipilih.
C. Metode Pengumpulan Data Abdul Hamid (2007:33) dalam bukunya Pedoman Penulisan Skripsi, jika dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun metode yang digunakan penulis dalam proses pengumpulan data berupa:
31
1) Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data. Kuesioner disebarkan secara langsung ke Kantor akuntan Publik (KAP) di Jakarta tempat para auditor bekerja. 2) Data Sekunder Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari bahan-bahan atau sumber-sumber bacaan atau kepustakaan. Pengumpulan data sekunder ini dimaksudkan untuk melengkapi data dari berbagai sumber antara lain : Bukubuku, literatur, Internet, bahan kuliah dan literatur lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis 1. Uji Kualitas Data Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrument dalam kuesioner harus diuji kualitas datanya atau syarat yang penting yang berlaku dalam kuesioner seperti keharusan suatu kuesioner untuk valid dan reliabel. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut valid atau reliable untuk variabel yang akan diukur, sehingga penelitian ini bisa mendukung hipotesis. Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur kualitas kuesioner yang digunakan sebagai instrument penelitian, sehingga dapat dikatakan bahwa instrument tersebut valid. 32
Instrumen dikatakan valid, jika instrument tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Sedangkan uji reliabilitas adalah suatu pengujian untuk mengukur sejauhmana hasil suatu pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran lebih dari satu terhadap gejala yang diukur dengan alat ukur yang sama. a) Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005:45). Validitas berarti dapat diterima dan tidak diragukan (sah). Istilah ini mengandung pengertian bahwa yang dinyatakan valid berarti telah sesuai dengan kebenaran yang diharapkan, sehingga dapat diterima dalam kinerja tertentu. Analisa pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan dengan mempersiapkan tabulasi jawabanjawaban responden yang berasal dari kuesioner. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap item-item pertanyaan dengan total nilai setiap variabel. Korelasi setiap item pertanyaan dengan nilai total setiap variabel dilakukan dengan teknik korelasi untuk mengetahui apakah variabel yang diuji valid atau tidak, hasil korelasi dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi untuk degree of freedom (df) = n– 2, dan taraf signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan diambil, jika nilai hasil uji 33
validitas lebih besar dari angka kritis tabel korelasi, maka item pertanyaan tersebut dikatakan valid. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2001:45). Untuk menentukan tingkat validitas, peneliti menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solutions (SPPS) Versi 16.0. b) Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2005:41). Suatu kuesioner dikatakan reliabel (andal) jika, jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode one shot atau diukur sekali saja. Pengukuran yang dimaksud adalah pengukuran yang hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain. Untuk pengukuran reliabilitas, SPPS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2005:91). Multikolonieritas
menyatakan
hubungan
antar
sesama
variabel 34
independen. Dalam penelitian ini uji multikolonieritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan diantara variabel pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pedoman suatu model regresi yang ideal adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen atau nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance disekitar angka 1 serta koefisien korelasi antar variabel independen haruslah dibawah 0,5. Jika variabel independen
saling
berkorelasi,
maka
variabel-variabel
ini
tidak
orthogonal, yakni variabel orthogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005: 91). b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2005: 105).
35
Jika varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varian berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar scatterplot. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan tidak terdapat heterkesdastisitas apabila: 1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0 pada sumbu Y. 2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah aja. 3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit)
maka
mengindikasikan
telah
terjadi
heteroskedastisitas. Jika plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titiktitik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan telah terjadi homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah plot yang mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:107).
36
c. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005:110). Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:112).
3. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode regresi linier berganda, dengan alasan penggunaan variabel yang lebih dari
37
satu dalam penelitian ini. Analisis regresi berganda ini diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi Versi 16.0. Analisis regresi linier berganda yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan dengan memasukkan dua buah variabel independen yang terdiri atas pengalaman yang diperoleh dari lamanya bekerja dan pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan serta satu variabel dependen yaitu keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. Secara umum formulasi dari regresi dapat ditulis sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ei Keterangan: Y
= Keahlian
a
= Konstanta
b1 b2
= Koefisien
X1
= Pengalaman auditor dari lamanya bekerja
X2
= Pengalaman auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan
ei
= Error
Hipotesis: H1 :
Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
38
H2 :
Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
H3
:
Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
Dalam pengujian hipotesis analisis dilakukan melalui: a) Uji R (Koefisien Korelasi) Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui apakah diantara variabel dependen dengan variabel independen terdapat hubungan, jika terdapat hubungan maka bagaimana arah hubungan tersebut. Dari hasil perhitungan tersebut berlaku ketentuan: Positif (+) : Menunjukkan hubungan yang searah antara kedua variabel. Negatif (-) : Menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antar kedua variabel.
39
Tabel 3.1 Interval Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199
Sangat lemah
0.20 – 0.399
Lemah
0.40 – 0.599
Sedang
0.60 – 0.799
Kuat
0.80 – 1.000
Sangat kuat
Sumber : Imam Ghozali (2001:45) b) Uji R2 (Koefisien Determinasi) Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis Adjusted R Square. Nilai R2 sebesar 1, berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghozali, 2001:45).
40
c) Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA. Untuk mengetahui variabel-variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05. jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka H1 ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005:53). d) Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Coefficientsa. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing variabel independen dengan tingkat signifikansi yang digunakan 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka H1 ditolak dan Ho diterima (Singgih Santoso, 2001:89).
41
E. Operasional Variabel Penelitian Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang dikembangkan dari penelitian Ananing (2006:26). Perbedaan variabel penelitian ini dengan penelitian terdahulu bahwa dalam penelitian terdahulu mengikutsertakan variabel pengalaman dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit sebagai variabel independen, sedangkan dalam penelitian ini penulis mencoba tanpa memasukkan variabel tersebut. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Variabel independen meliputi: a. Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja yang diukur dalam satuan bulan (X1), b. Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan yang diukur dengan jumlah tugas pemeriksaan yang dilakukan responden (X2). 2. Variabel dependen adalah keahlian auditor independen dalam mengaudit perusahaan (Y). Pengukuran keahlian auditor independen dalam mengaudit perusahaan menggunakan instrumen yang dikembangkan dari pusdiklat BPKP (Dwi Ananing, 2006:27). Instrumen ini terdiri dari lima item yang melihat keahlian yang diperlukan auditor dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup: a. Merencanakan program pemeriksaan, b. Menyusun program kerja pemeriksaan, 42
c. Melaksanakan program kerja pemeriksaan, d. Menyusun kertas kerja pemeriksaan dan e. Menyusun laporan hasil pemeriksaan. Kemudian untuk mengukur keahliannya menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai dengan 5 atau dari tingkat rendah sampai dengan tingkat tertinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 3.2. Tabel 3.2 Operasional Variabel NO
VARIABEL
INDIKATOR
SKALA PENGUKURAN
1
Pengalaman yang
Jangka waktu dari
diperoleh auditor dari
seorang auditor bekerja
Ordinal
lamanya bekerja (X1) 2
Pengalaman yang
Jumlah tugas
diperoleh auditor dari
pemeriksaan yang telah
banyaknya tugas
dilakukan auditor
Ordinal
pemeriksaan yang dilakukan (X2) 3
keahlian auditor
¾ Merencanakan
independen dalam
program
mengaudit perusahaan (Y)
pemeriksaan,
Ordinal
¾ Menyusun program kerja pemeriksaan, ¾ Melaksanakan program kerja pemeriksaan, 43
¾ Menyusun kertas kerja pemeriksaan dan ¾ Menyusun laporan hasil pemeriksaan
44
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu suatu badan usaha yang telah mendapatkan ijin dari menteri keuangan atau pejabat lain yang berwenang sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya. Sedangkan akuntan publik atau auditor independen adalah akuntan yang telah memperoleh ijin dari menteri keuangan atau pejabat yang berwenang untuk memberikan jasanya. Kantor Akuntan Publik dalam pekerjaannya memberikan beberapa jasa yang disebut dengan jasa audit. Penjelasan dari jasa-jasa tersebut yaitu : 1. Jasa Audit Laporan Keuangan Dalam kapasitasnya sebagai auditor independen, kantor akuntan publik melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. 2. Jasa Audit Khusus Audit khusus dapat merupakan audit atas akun atau pos laporan tertentu yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disepakati bersama, audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis yang komprehensif dan audit atas informasi keuangan untuk tujuan tertentu. 45
3. Jasa Atestasi Jasa yang berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu kesimpulan tentang keadaan asersi (pernyataan) tertulis menjadi tanggung jawab pihak lain, dilaksanakan mulai pemeriksaan, review dan prosedur yang disepakati bersama. 4. Jasa Review Laporan Keuangan Jasa yang memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis akuntansi komprehensif lainnya. 5. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan Jasa untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan catatan data keuangan serta inforamsi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas tertentu. 6. Jasa Konsultasi Jasa ini meliputi berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan kompetensi akuntan publik. Misalnya jasa konsultasi umum kepada pihak manajemen, perencanaan sistem dan implementasi sistem akuntansi, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan seleksi dan rekruitmen pegawai sampai memberikan jasa konsultasi lainnya.
46
7. Jasa Perpajakan Jasa yang diberikan meliputi jasa konsultasi umum perpajakan, perencanaan pajak, review jenis pajak, pengisian SPT dan penyelesaian masalah perpajakan. Kantor Akuntan Publik dapat berbentuk perseroan terbatas (PT) dan persekutan dimana beberapa akuntan publik bergabung untuk menjalankan usahanya bersama-sama sebagai sekutu atau rekan (partner). Selain itu kantor akuntan publik dapat juga berbentuk koperasi jasa audit (KJA) yang hanya memberikan jasanya pada koperasi saja. Struktur keorganisasian dalam KAP sebagai berikut: 1. Rekan atau partner, yaitu rekan pimpinan dan rekan yang menduduki jabatan tertinggi dalam KAP. Tugasnya bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap pekerjaan yang ditangani oleh KAP. 2. Manajer, yaitu pengawas pemeriksa, koordinator dari akuntan senior. Tugasnya mereview program audit, mereview kertas kerja, laporan audit dan manajemen letter. 3. Akuntan senior atau koodinator akuntan yunior, yaitu akuntan perencana dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemeriksaan. Tugasnya mengarahkan dan mereview pekerjaan akuntan yunior. 4. Akuntan junior atau asisten akuntan, yaitu pelaksana prosedur pemeriksaan secara rinci sesuai dengan pengarahan dari akuntan senior. Tugasnya adalah membuat kertas kerja. 47
Untuk menaikan level dari akuntan junior ke akuntan senior berbeda-beda di setiap KAP, begitu juga dari akuntan senior ke manajer. Ada syarat yang mengharuskan pengalaman lebih dari setahun, dua tahun dan tiga tahun. Selain pengalaman audit di butuhkan juga keahlian audit yang lebih untuk memudahkan kenaikan level dari akuntan junior ke akuntan senior.
B. Deskriptif Data Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk memberikan penjelasan yang memudahkan dalam menginterprestasikan hasil analisis lebih lanjut. Salah satu caranya dengan mengelompokan data yang diperoleh dan menyajikannya dalam bentuk tabel. Hal ini dimaksudkan untuk mengambarkan responden agar dapat diketahui secara keseluruhan berdasarkan karakteristiknya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disebarkan pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta dengan objek penelitian adalah auditor eksternal. Penyebaran dan pengembalian kuesioner memakan waktu sebulan, yaitu dari tanggal 28 Januari 2010 hingga 26 Februari 2010. Dari 80 buah kuesioner yang di kirimkan pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta, ada 38 kuesioner yang layak untuk dijadikan sumber data penelitian.
48
Tabel 4.1 Disrtibusi Kuesioner Kuesioner
Jumlah
Persentase
Total kuesioner yang dibagikan
80
100%
Total kuesioner yang dikembalikan
49
61%
Total kuesioner yang tidak dikembalikan
31
39%
Total kuesioner yang tidak dapat digunakan
11
13%
Total kuesioner yang dapat digunakan
38
48%
Sumber: Hasil pengolahan data Dalam penelitian ini ada 38 eksemplar kuesioner yang layak untuk dijadikan sumber data penelitian dari 80 eksemplar kuesioner yang dikirimkan kepada Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan dan mengelompokannya sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah klasifikasi responden berdasarkan beberapa karakteristik yang mencakup: 1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis kelamin Tabel 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Pria
29
76%
Wanita
9
24%
Total
38
100%
49
Sumber: Hasil pengolahan data Tabel diatas menunjukkan bahwa sebesar 76% responden didominasi oleh jenis kelamin pria dan sisanya berjenis kelamin wanita yang berjumlah 24%. Hal ini dapat terlihat bahwa auditor eksternal lebih banyak pria dibandingkan wanita. Ini dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di Kantor Akuntan Publik lebih banyak oleh golongan pria dibandingkan dengan wanita. 2. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.3 dibawah ini menjelaskan data responden berdasarkan umur. Tabel 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Umur Umur
Jumlah
Persentase
23
1
2.6%
24
5
13.2%
25
5
13.2%
26
2
5.3%
27
3
7.9%
28
1
2.6%
29
5
13.2%
30
4
10.5%
31
2
5.3%
34
1
2.6%
35
2
5.3%
36
1
2.6%
37
1
2.6% 50
38
1
2.6%
40
2
5.3%
44
1
2.6%
45
1
2.6%
Total
38
100%
Sumber: Hasil pengolahan data Data diatas menjelaskan bahwa umur responden yang bekerja di Kantor Akuntan Publik rata-rata sekitar umur 24 tahun sampai dengan 30 tahun. Ada satu orang auditor yang belum berpengalaman yang mengisi kuesioner, dapat dilihat pada tabel diatas yang berumur 23 tahun atau baru lulus kuliah. 3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.4 dibawah ini menjelaskan data responden berdasarkan pendidikan yang didapat dari hasil kuesioner. Tabel 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan
Jumlah
Persentase
S1
32
84.2%
S2
6
15.8%
Total
38
100%
Sumber: Hasil pengolahan data Data diatas menjelaskan bahwa responden yang bekerja di Kantor Akuntan Publik lebih banyak berpendidikan terakhir S1, ini ditunjukkan dengan angka 84.2%, sedangkan untuk pendidikan S2 sebanyak 15.8%.
51
C. Hasil dan Pembahasan 1. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan teknik Person Correlation dengan menghitung angka pada kolom Corrected Item-Total Correlation atau r hitung dari nilai jawaban responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan angka pada tabel r Product Moment atau r tabel. Setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel. Dalam hal ini jumlah sampel (N) adalah 38 responden maka didapat r 0,2709 (0,271) didapat dari (jumlah responden–2) atau 38–2=36, dengan tarif signifikan (α) 5%, didapat r tabel 0,271. jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid. Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Pertanyaan
r hitung
r tabel
Keterangan
X1
0,571
0,271
Valid
X2
0, 571
0,271
Valid
52
Z1
0,452
0,271
Valid
Z2
0,537
0,271
Valid
Z3
0,465
0,271
Valid
Z4
0,586
0,271
Valid
Z5
0,329
0,271
Valid
Sumber: Hasil pengolahan data Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan dalam kuesioner ini dinyatakan valid. Definisi valid tersebut karena keseluruhan butir pertanyaan menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel. b. Uji Reliabilitas Setelah instrumen dipastikan akurasinya, kemudian dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha>0,60. Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Pengalaman Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .643
N of Items .727
2
Sumber: Hasil pengolahan data
53
Tabel 4.7 Uji Reliabilitas Keahlian Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .712
N of Items .716
5
Sumber: Hasil pengolahan data Dari hasil analisis variabel pengalaman dan keahlian auditor menunjukkan Cronbach Alpha mempunyai nilai diatas 0,60 maka semua butir pertanyaan diatas sudah reliabel.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk menguji adanya korelasi antara variabel bebas digunakan metode Tolarance dan Variance Inflation factor (VIF) (Ghozali, 2005:91).
54
Tabel 4.8 Uji Multikolonieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Lamanya Auditor bekerja
.674
1.484
Banyaknya tugas pemeriksaan
.674
1.484
a. Dependent Variable: Keahlian
Sumber: Hasil pengolahan data Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen (lamanya auditor bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan) yang memiliki nilai Tolarance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada kolerasi antara variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoloniearitas antara variabel independen dalam model regresi ini. b. Uji Heteroskedastisitas Grafik
Scatterplot
dibawah
ini
merupakan
hasil
uji
heteroskedastisitas untuk variabel independen yaitu lamanya auditor bekerja, banyaknya tugas pemeriksaan dan variabel dependen yaitu keahlian.
55
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan uji tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. c. Uji Normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen yaitu lamanya auditor bekerja, banyaknya tugas pemeriksaan dan variabel
56
dependen yaitu keahlian, dalam sebuah model regresi berdistribusi normal atau tidak.
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Gambar 4.2 memperlihatkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Normality Probability Plot yang menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi dengan normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas.
57
3. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode regresi linier berganda, dengan alasan penggunaan variabel yang lebih dari satu dalam penelitian ini. a) Uji R (Koefisien Korelasi) Tabel 4.9 Koefisien Korelasi Model
R
R Square .927a
1
.859
Sumber: Hasil pengolahan data Pada tabel di atas, diperoleh nilai R sebesar 0,927 yang menunjukkan adanya korelasi atau hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen sangat kuat. Ini didasarkan pada nilai hubungan yang mendekati 1,00 dan nilai R-Square yang diperoleh sebesar 0,859. b) Uji R2 (Koefisien Determinasi) Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model 1
R .927a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.859
.850
.898
Durbin-Watson 1.869
a. Predictors: (Constant), Banyaknya tugas pemeriksaan, Lamanya Auditor bekerja b. Dependent Variable: Keahlian
Sumber: Hasil pengolahan data
58
Berdasarkan tabel Koefisien Determinasi (R²) diatas diperoleh hasil bahwa Adjusted R Square sebesar 0,850 yang berarti variabel dependen (keahlian) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen (lamanya auditor bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan) sebesar 85%. Sedangkan sisanya sebesar 15% (100%-85%) dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak termasuk dalam model regresi ini. c) Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) Uji secara simultan (bersama-sama) ditunjukkan pada tabel ANOVAb, dengan hipotesis: H1
:
Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. Tabel 4.11 Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) ANOVAb
Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
171.341
2
85.670
28.238
35
.807
199.579
37
F 106.185
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Banyaknya tugas pemeriksaan, Lamanya Auditor bekerja b. Dependent Variable: Keahlian
Sumber: Hasil pengolahan data
59
Berdasarkan hasil analisis pada tabel ANOVAb diatas diperoleh F sebesar 106.185 dengan nilai probabilitas (sig) 0,000 ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,000 < 0,05). Maka pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan, secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Ananing (2006) yang menyatakan bahwa pengalaman auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan akan meningkatkan keahlian auditor dalam bidang auditing. Demikian juga hasil ini konsisten dengan penelitian Suraida (2005) yang menyatakan bahwa semakin banyak pengalaman auditor baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani, semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. d) Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) Uji secara parsial (individual) ditunjukkan pada tabel Coefficientsª, hipotesis yang akan diuji adalah variabel pengalaman auditor dari lamanya bekerja (X1) dan pengalaman auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan (X2) dirumuskan sebagai berikut:
60
H2
:
Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan.
H3
:
Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan Tabel 4.12 Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
18.888
.253
Lamanya Auditor bekerja
.039
.004
Banyaknya tugas pemeriksaan
.004
.002
t
Beta
Sig.
74.722
.000
.827
10.677
.000
.158
2.046
.048
a. Dependent Variable: Keahlian
Sumber: Hasil pengolahan data Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas dapat di ketahui bahwa: 1)
Pengalaman auditor dari lamanya bekerja memiliki nilai koefisien sebesar 0,039 dengan tanda positif dan probabilitas 0,000 ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,000 < 0,05). Maka pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
61
peningkatan
keahlian
auditor
dalam
mengaudit
perusahaan.
Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat masa kerja seseorang biasanya semakin sedikit pula pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dalam kerja sedangkan, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat keahlian yang dimiliki semakin rendah. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Ananing (2006) yang menyatakan bahwa pengalaman auditor dari lamanya bekerja akan meningkatkan keahlian auditor dalam bidang auditing. Demikian juga hasil ini konsisten dengan penelitian Suryani, Tri dan Sudarsono yang menyatakan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin patuh pada standar profesi serta semakin bertanggungjawab dalam melaksanakan profesionalismenya. 2)
Pengalaman auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan memiliki nilai koefisien sebesar 0,004 dengan tanda positif dan probabilitas 0,048 ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,048 < 0,05). Maka pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. Seseorang yang 62
memiliki pengalaman tentang kompleksitas tugas akan lebih ahli dalam
melaksanakan
tugas-tugas
pemeriksaan,
sehingga
memperkecil tingkat kesalahan, kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran dalam melaksanakan tugas. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Ananing (2006) yang menyatakan bahwa pengalaman auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan akan meningkatkan keahlian auditor dalam bidang auditing. Demikian juga hasil ini konsisten dengan penelitian Suraida (2005) yang menyatakan bahwa semakin banyak pengalaman auditor baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani, semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
63
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji regresi berganda dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil uji simultan (bersama-sama) menunjukkan pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Ananing (2006). 2. Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Ananing (2006). 3. Pengalaman yang diperoleh auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Ananing (2006).
64
B. Implikasi Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan sebesar 85%, sedangkan sisanya 15% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan bertambahnya pengalaman yang dimiliki seorang auditor dari lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan maka akan meningkatkan keahlian auditor tersebut, khususnya dalam mengaudit perusahaan. Keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan juga bisa ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan berkelanjutan yang dilakukan auditor sehingga perlu mengikuti pelatihan tersebut.
65
DAFTAR PUSTAKA Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley. “Auditing dan Pelayanan Verifikasi: Pendekatan Terpadu”, alih bahasa oleh Tim Dejakarta, edisi kesembilan, Jakarta, 2003. Ananing Tyas Asih, Dwi. ”Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang Auditing” Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006. BPKP. ”Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan”, BPKP www.bpkp.go.id, 2009.
ONLINE,
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan program SPSS”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan program SPSS”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2001. Hadiwryo, Siswanto. “Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional”, Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2002. Halim, Abdul. “Auditing”, Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, edisi kedua, Yogyakarta, 2001. Halim, Abdul. “Auditing : Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”, Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, Edisi Ketiga, Yogyakarta, 2003. Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Herliansyah, Yudhi dan Ilyas, Meifida. “Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan dalam Auditor Judment”, Univervitas Mercu Buana, Jakarta, 2006. IAI. ”Standar Profesional Akuntan Publik”, Penerbit Salemba Empat, Cetakan Kedua, Jakarta, 2001. IAI. ”Aturan Etika Kompartemen”, IAI ONLINE, www.iaiglobal.or.id, 2009.
66
Koroy, Ramaraya, Tri. ”Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman Audit terhadap Pertimbangan Auditor”, Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Kalimantan, 2005. Payama j. Simanjutak, Dr.Prof, ”Manajemen & Evaluasi Kinerja”, Penerbit FE UII, Yogyakarta, 2005. Pramono, Ristyo. ”Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan”, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2009. Rai Agung, I Gusti, ”Audit Kinerja Pada Sektor publik : Konsep Praktik Studi Kasus”, Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta, 2008. Rodoni Ahmad, Atiqah. “Modul Statistik Manajemen”, FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Santoso, Singgih. “SPSS Mengolah data Statistik secara Profesional”, PT Elek Media Komputindo, Jakarta, 2001. Sarwono, Jonathan. “Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS”, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta, 2006. Sawyer Lawrence B, Dittenhofer Mortimer A, Scheiner James H. ”Sawyer's Internal Auditing”, Edisi Kelima : Bahasa Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2004. Suharyadi, dan S.K Purwanto. “Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern” Salemba Empat, Jakarta, 2003. Suraida, Ida. ”Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”, Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung, 2005. Suryani Noviari, Tri Eka Merdekawati, Dharma T.E. Sudarsono. ”Hubungan Etika, Pengalaman, Ketaatan pada Standar Profesi dan Akuntabilitas Profesional (Survei pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2005. Umar, Husein. “metode riset Akuntansi Terapan”, Penerbit Ghalia, Indonesia, Bogor, 2003.
67
68
DAFTAR KUESIONER
A. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut ini: 1) Umur…….tahun 2) Jenis kelamin
a. Pria
b. Wanita
3) Pendidikan terakhir
a. S3
b.S2
c. S1
4) Nama KAP…………..
B. Mohon Bapak/Ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan mengisi jawaban pada tempat yang telah tersedia. 1) Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi atau bekerja sebagai auditor? ..………….Tahun 2) Sampai saat ini berapa kali Bapak/Ibu melakukan tugas pemeriksaan? ……………Kali
C. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan berikut ini, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada kolom 1 sampai 5, pada satu jawaban yang tepat menurut Bapak/Ibu. Keahlian ini berdasarkan dari Pusdiklat BPKP. Ukurlah keahlian Bapak/Ibu dibandingkan dengan keahlian rata-rata rekan Bapak/Ibu dalam dimensi keahlian mengenai audit berikut ini. Keterangan: STA (Sangat tidak Ahli), TA (Tidak Ahli), N (Netral), A (Ahli), SA (Sangat Ahli).
No
Keahlian Audit
1
Merencanakana program kerja pemeriksaan: menghimpun pemahaman bisnis klien, melakukan prosedur analitis, penilaian awal terhadap materialitas, menilai resiko audit, mengembangkan strategi audit pendahuluan, pemahaman struktur pengendalian intern
2
Menyusun progran kerja pemeriksaan: meliputi sifat, luas dan jadwal/saat pekerjaan yang harus dilakukan
3
Melaksanakan program kertas kerja: melaksanakan program kerja yang telah disusun pengujian atau tes audit untuk menghimpun mengenai efektifitas struktur pengendalian intern dan sebagai dasar bagi pemberian pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan klien
4
Menyusun kertas kerja pemeriksaan: membuat catatan mengenai prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang telah dilakukan, informasi yang diperoleh dan kesimpulan yang dibuat berkenaan dengan pelaksanaan audit
5
Menyusun laporan hasil pemeriksaan: membuat laporan audit sebagai alat formal untuk mengkomunikasikan suatu kesimpulan yang diperoleh mengenai laporan keuangan auditan kepada pihak yang berkepentingan
STA
TA
N
A
SA
Data Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Ket:
X1 36 12 48 12 24 36 24 180 24 108 36 144 120 96 36 156 48 84 24 24 72 48 108 24 72 60 24 84 12 168 48 36 36 120 24 144 132 72
X2 50 23 200 18 55 38 25 100 30 420 35 230 100 33 90 100 28 250 40 28 200 130 200 14 50 60 9 50 13 300 90 70 15 100 15 118 80 67
Z1 3 4 4 3 4 4 4 5 3 5 4 5 4 5 5 5 3 4 5 4 5 4 5 4 5 4 3 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4
Z2 5 5 3 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 4 4 5 3 5 3 5 3 5 4 5 5 4
Z3 4 3 5 3 3 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4
X1 = Lamanya auditor bekerja X2 = Banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan Z1 = Keahlian audit 1 Z2 = Keahlian audit 2 Z3 = Keahlian audit 3 Z4 = Keahlian audit 4 Z5 = Keahlian audit 5
Z4 5 4 3 3 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5
Z5 4 5 5 5 4 5 4 5 3 5 4 5 5 5 3 5 5 5 3 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 3 3 4 5 4 5 5 5
Correlations Correlations X1 X1
Pearson Correlation
X2 .571**
.803**
.000
.000
38
38
38
**
1
.948**
1
Sig. (2-tailed) N X2
Pearson Correlation
.571
Sig. (2-tailed)
.000
N Pengalaman
Pengalaman
Pearson Correlation
.000
38
38
38
**
**
1
.803
Sig. (2-tailed) N
.948
.000
.000
38
38
38
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Z1 Z1
Z2
.128
.673**
.025
.003
.032
.444
.000
38
38
38
38
38
38
Pearson Correlation
.362*
1
.257
.495**
.371*
.734**
Sig. (2-tailed)
.025
.119
.002
.022
.000
1
38
38
38
38
38
38
.467**
.257
1
.451**
.157
.667**
.003
.119
.004
.345
.000
38
38
38
38
38
38
Pearson Correlation
.349*
.495**
.451**
1
.314
.754**
Sig. (2-tailed)
.032
.002
.004
.055
.000
38
38
38
38
38
38
Pearson Correlation
.128
.371*
.157
.314
1
.592**
Sig. (2-tailed)
.444
.022
.345
.055
38
38
38
38
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N Z5
Keahlian
.349*
N
Z4
Z5
.467**
N
Z3
Z4
.362*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Z2
Z3
N
.000 38
38
Keahlian
Pearson Correlation
.673**
.734**
.667**
.754**
.592**
.000
.000
.000
.000
.000
38
38
38
38
38
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .643
N of Items .727
2
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X1
67.26
48.927
38
X2
91.42
91.731
38
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
X1
91.42
8414.629
.571
.326
X2
67.26
2393.821
.571
.326
Scale Statistics Mean 158.68
Variance 1.593E4
Std. Deviation 126.228
N of Items 2
1
38
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .712
N of Items .716
5
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
Z1
4.29
.694
38
Z2
4.32
.702
38
Z3
4.39
.638
38
Z4
4.47
.647
38
Z5
4.42
.722
38
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
Z1
17.61
3.705
.452
.285
.672
Z2
17.58
3.494
.537
.338
.636
Z3
17.50
3.824
.465
.315
.667
Z4
17.42
3.548
.586
.374
.619
Z5
17.47
3.932
.329
.162
.723
Scale Statistics Mean 21.89
Variance 5.394
Std. Deviation 2.323
N of Items 5
Regression
Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
Method
Banyaknya tugas pemeriksaan,
. Enter
Lamanya Auditor bekerjaa a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Keahlian
Model Summaryb
Model
R .927a
1
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.859
.850
Durbin-Watson
.898
1.869
a. Predictors: (Constant), Banyaknya tugas pemeriksaan, Lamanya Auditor bekerja b. Dependent Variable: Keahlian
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
171.341
2
85.670
28.238
35
.807
199.579
37
F 106.185
a. Predictors: (Constant), Banyaknya tugas pemeriksaan, Lamanya Auditor bekerja b. Dependent Variable: Keahlian
Sig. .000a
Coefficientsa
Model 1
(Constant)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Collinearity Statistics t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
18.888
.253
74.722
.000
Lamanya Auditor bekerja
.039
.004
.827 10.677
.000
.674
1.484
Banyaknya tugas pemeriksaan
.004
.002
.158
.048
.674
1.484
a. Dependent Variable: Keahlian
2.046
Daftar KAP Jakarta
Nama KAP
Mazars Moores Rowland Indonesia (Tjiendradjaja & Handoko Tomo)
Alamat
Jl. Sisingamangaraja 26, Bundaran Senayan - 12120 Jakarta Selatan
Telephone
(021) 720 2605
Auditor
6 orang
Nama KAP
Anwar & Rekan
Alamat
Gedung Permata Kuningan Lt.5 Jl. Kuningan Mulia Kavling 9C Jakarta 12980
Telephone
(021) 83780750
Auditor
4 orang
Nama KAP
Osman Bing Satrio & Rekan
Alamat
Wisma Antara Lt. 12 Jl. Medan Merdeka Selatan No. 17 Jakarta 10110
Telephone
(021) 231 2955
Auditor
5 orang
Nama KAP
Johan, Malonda, Astika & Rekan
Alamat
Jl. Pluit Raya 200 Blok V No. 1-5 Jakarta 14450
Telephone
(021) 661 7155
Auditor
3 orang
Nama KAP
Haryanto Sahari & Rekan
Alamat
Jl. H.R. Rasuna Said X-7 No. 6 Jakarta 12940
Telephone
(021) 521 2901
Auditor
3 orang
Nama KAP
Hendrawinata, Gani & Hidayat
Alamat
Intiland Tower Lantai 18, Jl. Jend. Sudirman Kav. 32 Jakarta 10220
Telephone
(021) 570 7997
Auditor
5 orang
Nama KAP
Joachim Sulistyo & Rekan
Alamat
Graha Mandiri lt.24, Jl. Imam Bonjol No.61 Jakarta Pusat 10310
Telephone
(021) 723 5533
Auditor
7 orang
Nama KAP
Mulyamin, Sensi, Suryanto
Alamat
Intiland Tower Lantai 7, Jl. Jend. Sudirman Kav. 32, Jakarta 10220
Telephone
(021) 570 8111
Auditor
5 orang