PENGARUH INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS DAN PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Afif Bustami NIM: 107082001362
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
i
PENGARUH INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS DAN PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Afif Bustami NIM: 107082001362
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 195706171985031002
Wilda Farah, M.Si NIP. 198303262009122005
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Afif Bustami
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 11 Februari 1989
3. Alamat
: Puri Teluk Jambe Blok C11 No. 15 RT 011/04 Kel. Sirnabaya Kec. Teluk Jambe Timur Karawang 41361
II.
III.
4. Telepon
: 085717548411
5. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1. SDN Joglo 10 Pagi
Tahun 1995-1997
2. SDN Sirnabaya 3
Tahun 1997-2001
3. SMP Negeri 1 Karawang
Tahun 2001-2004
4. SMA Negeri 3 Karawang
Tahun 2004-2007
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2007-2013
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Sanudin
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 15 April 1959
3.Pendidikan Terakhir
: SLTA
4. Ibu
: Ita Fatahillah
vi
5. Tempat,Tanggal Lahir
: Jakarta, 6 Juni 1963
6. Pendidikan Terakhir
: SLTA
7. Alamat
: SDA
vii
INFLUENCE OF AUDITOR’S INDEPENDENCE, ACCOUNTABILITY, AND PROFESIONALISM TO AUDIT QUALITY ABSTRACT This study examines influence of independence, accountability, and profesionalism to audit quality. Respondents in this study are auditors who worked for Public Accounting Firm in Jakarta. The number of auditor that were visited in this study were 80 auditors from 30 Public Accounting Firms. The method of determining the sample is using purposive sampling method, auditors who have been experienced in auditing more than 1 year while the data processing method used in this research were four methods, method of analysis used in hypothesis testing is multiple regression which will declare link between independent variable to dependent variable. The result shows independence, accountability, and profesionalism simultanously and significantly influence to audit quality. This significant link is positive that means if the independent variable increased then same goes to the dependent variable and in reverse. Keyword : independence, accountability, professionalism, audit quality
viii
PENGARUH INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, DAN PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme terhadap kuallitas audit. Responden dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Jumlah auditor yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 80 auditor dari 30 Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Jakarta. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu auditor yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 1 tahun sedangkan metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini ada empat metode, metode analisis yang digunakan dalam uji hipotesis adalah regresi berganda yang menyatakan hubungan diantara variabel independen terhadap dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, akuntabilitas dan profesionalisme secara simultan dan signifikan berpengaruh terhadap kualitas audit. Hubungan signifikan ini bernilai positif yang berarti jika variabel independen meningkat maka variabel dependen juga meningkat begitu pula sebaliknya. Kata kunci: independensi, akuntabilitas, profesionalisme, kualitas audit
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Independensi, Akuntabilitas, Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1.
Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.
2.
Kedua orang tua yang telah memberikan kebutuhan jasmani dan rohani kepada penulis.
3.
Rahmawati, SE, MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.
6.
Wilda Farah, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7.
Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
8.
Teguh Dermawan yang membantu menyebarkan kuesioner.
9.
Teman-teman semua yang telah memberikan saran dan menceritakan pengalamannya untuk membuat skripsi ini.
x
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Februari 2013
(Afif Bustami)
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................. ii Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ........................................................... iii Lembar Pengesahan Uji Skripsi ....................................................................... iv Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................... v Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................... vi Abstract .............................................................................................................. viii Abstrak ................................................................................................................ ix Kata Pengantar .................................................................................................. x Daftar Isi ........................................................................................................... xii Daftar Tabel ...................................................................................................... xv Daftar Gambar ................................................................................................. xvii Daftar Lampiran ........................................................................................... xviii BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................... 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 10
BAB II
1.
Tujuan Penelitian ............................................................ 10
2.
Manfaat Penelitian .......................................................... 10
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 12 A. Tinjauan Literatur ................................................................... 12 1.
Auditing .......................................................................... 12
xii
2.
Kualitas Audit ................................................................ 14
3.
Independensi ................................................................. 19
4.
Akuntabilitas .................................................................. 26
5.
Profesionalisme .............................................................. 29
B. Keterkaitan antara Variabel dan Perumusan Hipotesis .......... 41 1.
Independensi dengan Kualitas Audit .............................. 41
2.
Akuntabilitas dengan Kualitas Audit .............................. 44
3.
Profesionalisme dengan Kualitas Audit ......................... 46
4.
Independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme terhadap Kualitas Audit ................................................................... 47
C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................ 49 D. Kerangka Pemikiran ................................................................ 53 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 55 A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 55 B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 55 C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 56 D. Metode Analisis Data ............................................................. 57 1.
Statistik Deskriptif .......................................................... 57
2.
Uji Kualitas Data ............................................................ 57
3.
Uji Asumsi Klasik .......................................................... 59
4.
Uji Hipotesis ................................................................... 61
E. Operasionalisasi Variabel ....................................................... 63 1.
Independensi ................................................................... 63
xiii
BAB IV
2.
Akuntabilitas .................................................................. 64
3.
Profesionalisme .............................................................. 64
4.
Kualitas Audit ................................................................ 65
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 67 Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ................................... 67 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 67 Karakteristik Profil Responden ..................................................... 69 Hasil Uji Instrumen penelitian ...................................................... 73 Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 73 Hasil Uji Kualitas Data ................................................................. 74 Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................... 78 Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 81
BAB V
PENUTUP ................................................................................... 89 Kesimpulan .................................................................................... 89 Implikasi ......................................................................................... 90 Saran ............................................................................................... 92
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………94 Lampiran-lampiran ………………………………………………………......…..99
xiv
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................49
3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian .............................................66
4.1
Data Sampel Penelitian ...............................................................…68
4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian ………………………………...68
4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............................................................................…70
4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ............................................................................…71
4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ......................................................................71
4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ...............................................................................................72
4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja .......................................................................…73
4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................…74
4.9
Hasil Uji Validitas Independensi ................................................…75
4.10
Hasil Uji Validitas Akuntabilitas ................................................…75
4.11
Hasil Uji Validitas Profesionalisme ...........................................…76
4.12
Hasil Uji Validitas Kualitas audit ...............................................…76
4.13
Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................…77
xv
No.
Keterangan
Halaman
4.14
Hasil Uji Multikolonieritas .........................................................…78
4.15
Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square ......................................…82
4.16
Hasil Uji Statistik t ....................................................................…83
4.17
Hasil Uji Statistik F ....................................................................…87
xvi
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Skema Kerangka Pemikiran......................................................53
4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ……………....79
4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram …………..80
4.3
Grafik Scatterplot ...................................................................81
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1
Surat Penelitian Skripsi …………………………………………100
2
Surat Penelitian ………………………………………………….102
3
Surat Keterangan dari KAP ……………………………………..105
4
Kuesioner Penelitian …………………………………………….110
5
Daftar Jawaban Responden ……………………………………..117
6
Output Hasil Pengujian Data ……………………………………128
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar auditing yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode berikutnya (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011:110.1). Laporan keuangan yang telah diaudit dapat digunakan oleh para pengambil keputusan dengan keyakinan bahwa informasi yang terkandung di dalamnya relevance dan reliable, lebih lanjut Boynton (2006:20-21) menekankan kebutuhan
1
atas pentingnya profesi auditor dalam melaksanakan jasa audit karena hal-hal sebagai berikut: a. Conflict of interest, karena terdapat perbedaan kepentingan antara pengelola dan pemilik perusahaan, b. Consequence, publikasi laporan keuangan merupakan informasi yang dapat diandalkan bagi para pengguna laporan keuangan seperti investor dan kreditor untuk melakukan pengambilan keputusan investasi modal, c. Complexity, proses akuntansi (accounting process) dan standar pelaporan akuntansi sangat kompleks, sehingga diperlukan fungsi audit untuk melakukan evaluasi, d. Remoteness, jarak dan waktu (distance and time): dengan berlalunya waktu dari jarak terjadinya transaksi sampai dengan tanggal pelaporan maka diperlukan audit atas laporan keuangan. Kepercayaan yang besar dari masyarakat khususnya pihak-pihak pemakai laporan keuangan yang telah diaudit terhadap jasa yang diberikan akuntan publik mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas hasil kerja yang dilakukannya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang merupakan standar sekaligus menjadi pedoman dan aturan yang wajib ditaati oleh para auditor dalam standar umum pada butir 1, 2 dan 3 yang berbunyi: “(1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, (2) dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor, (3) dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
2
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.” (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011:210.1). Di samping itu, Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) telah memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultasi salah satunya adalah independensi yang berarti meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus mempertahankan independensi. Standar profesi dan standar pengendalian mutu tersebut harus diterapkan oleh akuntan publik dan KAP demi menjaga kualitas dari pekerjaan yang dilakukannya. Mengingat betapa pentingnya menjaga kualitas audit agar terciptanya kepercayaan publik terhadap keakuratan dan validitas laporan keuangan auditan yang diterbitkan oleh auditor, tentu sudah menjadi kewajiban bagi para akuntan publik menjaga dan meningkatkan kualitas auditnya. Namun, profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari kasus Enron di Amerika serikat, hingga kasus-kasus kecurangan pelaporan keuangan yang terjadi di dalam negeri, seperti kasus laporan keuangan ganda Bank Lippo, dan kasus mark-up laporan keuangan oleh manajemen PT. Kimia Farma Tbk yang membuat kredibilitas dan kualitas auditor semakin dipertanyakan, serta kasuskasus lainnya. Kasus-kasus skandal akuntansi keuangan tersebut telah
3
memberikan bukti bahwa pengabaian kualitas hasil kerja audit membawa akibat serius bagi masyarakat bisnis (David Parsaoran’s blog, 2012). Selain fenomena-fenomena skandal akuntansi keuangan tersebut, kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik juga tengah menjadi sorotan dari masyarakat umum, seperti kasus yang menimpa Akuntan Publik (AP) Justinus Aditya Sidharta pada tahun 2006 yang diindikasikan melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River International, Tbk. Pada kasus tersebut AP Justinus Aditya Sidharta melakukan konspirasi dengan kliennya untuk menggelembungkan account penjualan, piutang, dan asset lainnya hingga ratusan milyar rupiah. Oleh karenanya Menteri Keuangan Republik Indonesia terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah membekukan izin praktik bagi Akuntan Publik Justinus Aditya Sidaharta selama dua tahun karena telah melanggar Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Fenomena ini hanya satu dari beberapa Akuntan Publik yang terbukti telah melanggar SPAP, masih banyak lagi kasus pelanggaran pada akhir-akhir ini yang dilakukan oleh akuntan publik. Maka dari itu kualitas audit sangat penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu adanya kekhawatiran akan merebaknya skandal keuangan dapat mengikis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan publik (Hukum Online, 2007). Kualitas audit ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah profesionalisme yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas audit (Baotham, 2007:1). Selain itu kualitas dari pekerjaan
4
auditor dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit (Mardisar et al., 2007:2). De Angelo (1981) telah mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Deis dan Groux (1992) dalam Alim et al. (2007:2) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Studi yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu menjelaskan bahwa betapa pentingnya bagi auditor untuk senantiasa memelihara dan meningkatkan kualitas pekerjaannya. Hogan (1997) menjelaskan bahwa kantor auditor besar dapat memberikan kualitas audit yang baik dimana dapat mengurangi terjadinya underpricing pada saat perusahaan melakukan Initial public offering (IPO). Penelitian Teoh dan Wong (1993) juga memberikan bukti bahwa ERC (Earning Response Coefficient) perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit besar, secara statistik signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit kecil. Kantor auditor yang besar menunjukan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit semakin baik pula. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Wibowo et al. (2009:11) yang meneliti tentang faktor-faktor penentu kualitas audit juga menyatakan KAP yang besar akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi jika dibandingkan dengan KAP yang kecil. Hal ini berdasarkan argumen bahwa KAP yang besar memiliki kelebihan dalam empat hal, yaitu: (1) besarnya jumlah dan ragam klien yang
5
ditangani, (2) banyaknya ragam dan jasa yang ditawarkan, (3) luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi internasional, dan (4) banyaknya jumlah staf audit dalam KAP. Demi mewujudkan kualitas audit yang baik tentunya seorang auditor harus memperhatikan beberapa aspek penting untuk menunjang kualitas hasil kerjanya, seperti independensi, rasa tanggung jawab dan profesionalisme. Penelitian mengenai independensi telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Abu Bakar et al. (2005:14) yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor penentu independensi auditor. Yaitu: (1) ukuran KAP, (2) tingkat persaingan dalam pasar jasa audit, (3) lama waktu audit yang diberikan KAP kepada kliennya, (4) besarnya audit fee yang diterima oleh KAP, (5) adanya jasa non audit yang diberikan oleh KAP kepada kliennya, dan (6) keberadaan komite audit. Kemudian Lavin (1976) dalam Alim et al. (2007:3) pada penelitiannya menjelaskan lebih mendalam konsep independensi dalam hal hubungan antara klien dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga. Banyaknya penelitian mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya. Tanpa memperhatikan aspek independensi bagi auditor, maka kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik akan menghilang. Beberapa penelitian psikologi sosial yang membuktikan adanya hubungan dan pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas pekerjaan. Seseorang yang sadar dan memahami keadaan disekitarnya dalam menghadapi suatu masalah, maka permasalahan tersebut akan diolah melalui empat tahap, yaitu : (1)
6
mengidentifikasi informasi yang masuk, (2) membandingkan informasi yang masuk tersebut dengan kompetensi, pengalaman dan referensi yang dimiliki, (3) menganalisis informasi yang masuk untuk menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan, (4) membuat keputusan atau tindakan dari hasil analisis tersebut dengan memperhatikan berbagai akibat dan risiko yang mungkin akan terjadi dari pengambilan keputusan tersebut (Gunawan, (2012:36-37). Dalam Mardisar et al. (2007:3) melakukan penelitian tentang akuntabilitas seseorang yang dikaitkan dengan sesuatu yang mereka senangi dan tidak disenangi. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa untuk subjek yang memiliki akuntabilitas tinggi, setiap mengambil tindakan lebih berdasarkan alasan-alasan yang rasional tidak hanya semata-mata berdasarkan sesuatu itu mereka senangi atau tidak. Profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor eksternal. Sebab dengan profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin (Herawaty et al., 2008:2). Kemudian menurut Wahyudi (2006:2), untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin luas, auditor eksternal harus memiliki wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern. Hal tersebut dikarenakan semakin berkembangnya jaringan dunia usaha pada saat ini menyebabkan alur mobilisasi perekonomian semakin meningkat dan kompleks, untuk itu diperlukan wawasan yang luas dalam menghadapi perkembangan pengetahuan tersebut. Penelitian mengenai kualitas audit penting bagi KAP dan auditor agar mereka dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas audit dan selanjutnya dapat meningkatkan kualitas audit yang
7
dihasilkannya. Bagi pemakai jasa audit, penelitian ini penting untuk menilai sejauh mana akuntan publik dapat konsisten dalam menjaga kualitas jasa audit yang diberikannya. Berdasarkan penjelasan berbagai variabel dari hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa kemungkinan kasus-kasus kecurangan pelaporan keuangan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan bisnis yang menyeret nama baik dan kualitas auditor disebabkan oleh faktor independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme. Peneliti menduga bahwa skandal keuangan perusahaan tersebut disebabkan oleh kurangnya sikap profesionalisme serta rasa bebas dari pengaruh luar yang dimiliki auditor dalam melaksanakan pekerjaanya, sehingga mengakibatkan telah hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah terhadap mandat yang dibebankan kepada akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan secara obyektif dan dapat menyatakan opininya secara leluasa tanpa adanya kepentingan dari pihak tertentu. Dari uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan pengujian empiris dengan alasan: pertama, dalam menjalankan tugasnya akuntan publik rentan menghadapi berbagai tekanan kepentingan dan ekonomi yang dapat berakibat menurunnya sikap independensi yang dimilikinya. Kedua, berbagai penelitian sebelumnya mengenai independensi dan akuntabilitas maupun profesionalisme masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini mengangkat judul “Pengaruh Independensi,
Akuntabilitas, dan
Profesionalisme Auditor Terhadap
Kualitas Audit”.
8
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007) dan Ussahawanitchakit (2008). Adapun perbedaan-perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007) adalah kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi, kemudian untuk Ussahawanitchakit (2008) hanyalah meneliti hubungan antara profesionalisme dan kualitas audit. Sedangkan dalam penelitian ini, menambahkan satu variabel independen yaitu akuntabilitas sebagaimana telah disarankan dalam penelitian terdahulu untuk menambahkan variabel tertentu yang dapat menjadi aspek lain yang perlu untuk diteliti yang dapat mempengaruhi kualitas audit. 2. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik yang ada di wilayah DKI Jakarta sesuai dengan data Directory Kantor Akuntan Publik 2011 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Sedangkan, populasi penelitian sebelumnya adalah seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik yang ada di wilayah Jawa Timur khususnya Surabaya dan Malang sesuai dengan data Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh IAPI pada tahun 2006.
B. Perumusan Masalah Sebagai seorang auditor, dalam pekerjaannya melakukan pemeriksaan keuangan pada sebuah perusahaan harus taat pada standar profesional akuntan
9
publik (SPAP), maka dalam hal ini auditor juga harus memenuhi profesionalisme, independensi, dan akuntabilitas agar dapat memberikan kepuasan informasi kinerja perusahaan kepada pemilik entitas atau share holder. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 2. Apakah faktor akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 3. Apakah faktor profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 4. Apakah independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: a. Menentukan pengaruh independensi terhadap kualitas audit. b. Menentukan pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit. c. Menentukan pengaruh profesionalisme terhadap kualitas audit. d. Menentukan pengaruh independensi, akuntabilitas dan profesionalisme terhadap kualitas audit.
10
2. Manfaat penelitian a. Kontribusi Teoritis 1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dan sebagai literatur penambah ilmu pengetahuan. 2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang kinerja auditor serta dapat menambah
pengetahuan
memberikan
bukti
akuntansi
empiris
khusunya
tentang
auditing
pengaruh
dengan
profesionalisme,
independensi, dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas auditnya. 3) Penelitian berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian tentang topik kualitas audit. b. Kontribusi Praktis 1) Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan literatur yang diharapkan dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan kinerja para auditornya. 2) Perusahaan atau user dari jasa KAP, diharapkan dapat bermanfaat dalam menilai kualitas pekerjaan audit yang dihasilkan oleh auditor eksternal. 3) Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan dalam menilai dan mengevaluasi eksternal,
serta
usaha-usaha
yang
dilakukan
kinerja auditor untuk
terus
mengembangkan profesi akuntan publik.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur 1. Auditing Kata audit berasal dari bahasa latin Audire yang dalam Bahasa Inggris berarti to hear. Maksudnya adalah “hearing about the account’s balances” yaitu mendengarkan
kesesuaian akun. Menurut sejarahnya, pada zaman
dahulu apabila seorang pemilik organisasi usaha merasa ada suatu kesalahan/penyalahgunaan, maka ia mendengarkan kesaksian orang tertentu. Kemudian apabila pemilik organisasi usaha mencurigai adanya kecurangan, maka ia akan menunjuk orang tertentu untuk memeriksa rekening/akun perusahaan. Auditor
yang ditunjuk
tersebut
“mendengar” kemudian
“didengar” pernyataan pendapatnya (opininya) mengenai kebenaran catatan akun perusahaan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (Gondodiyoto, 2007:28). Auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan klien. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan atau menemukan
kecurangan,
walaupun
dalam
pelaksanaannya
sangat
memungkinkan ditemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan, berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku sacara umum di Indonesia (Agoes, 2007:1-3).
12
Sementara itu Arens, Elder, Beasley dan Jusuf (2010:4) mendefinisikan auditing sebagai berikut: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Artinya auditing adalah pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai berbagai kejadian ekonomi (informasi) guna menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi (informasi) dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan independen. Sedangkan definisi auditing menurut Boynton dan Johnson (2006:6) yang berasal dari The report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association (Accounting Review, Vol 47) adalah sebagai berikut: “A Systematic process of objectively obtaining and evaluating regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users”. Artinya Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh ahlinya dalam bidang auditing, maka pengertian auditing adalah suatu proses sistematis dan
13
kritis yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai kejadian ekonomi (informasi) dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada para pemakai laporan keuangan auditan yang berkepentingan. 2. Kualitas Audit Ada empat kelompok definisi kualitas audit yang diidentifikasi oleh Watkins et al. (2004) dalam Erna Widiastuti dan Rahmat Febrianto (2010:4) antara lain: a) De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Temuan pelanggaran mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki auditor tersebut. b) Lee, Liu, dan Wang (1999) mendefinisikan kualitas audit menurut mereka adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material.
14
c) Titman dan Trueman (1986), Beaty (1986), Krinsky dan Rotenberg (1989), dan Davidson dan Neu (1993). Menurut mereka, kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor. d) Wallace
(1980)
mendefinisikan
kualitas
audit
ditentukan
dari
kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi. Dalam literatur lain dijelaskan juga bahwa kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Pengertian kinerja auditor menurut Mulyadi (1998) dalam Sri Trisnaningsih (2007:8-9) adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha perusahaan. Kinerja merupakan suatu bentuk kesuksesan seseorang untuk mencapai peran atau target tertentu yang berasal dari perbutannya sendiri. Kinerja seseorang dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut dapat melampaui peran atau target yang ditentukan sebelumnya (Reza Surya, 2004:35). American Accounting Association (AAA) menyatakan bahwa: “Good quality audits require both competence (expertise) and independence. These qualities have direct effects on actual audit quality, as well as potential interactive effects. In addition, financial statement users’ perception of audit
15
quality are a function of their perceptions of both auditor independence and expertise (AAA Financial Accounting Standard Committee, 2000) Inti dari pernyataan tersebut adalah kualitas audit yang baik ditentukan oleh
dua
hal,
yaitu
kompetensi
dan
independensi.
Menurut
Ussahawanitchakit (2008:1) kualitas audit merupakan nilai yang signifikan bagi para investor di pasar modal karena investor sering menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor sebagai dasar untuk membuat keputusan investasi. Ada banyak penelitian yang membahas tentang kualitas audit, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Wibowo et al. (2009:18) yang meneliti tentang faktor-faktor yang menentukan kualitas audit, hasil penelitiannya menunjukkan sebagai berikut: a. Lamanya masa penugasan audit Dengan semakin panjangnya jangka waktu dan kesinambungan penugasan audit, konsumen jasa audit (seperti pemegang saham, pemegang obligasi, manajer, karyawan, agen-agen pemerintah, bank dan pengguna
lainnya)
mendapatkan
manfaat
karena
mereka
dapat
menghemat biaya yang berkaitan dengan evaluasi kualitas audit, berbagai manfaat yang diterima pengguna jasa audit akan hilang jika masa penugasan auditor dalam waktu yang relatif singkat (De Angelo, 1981). Berbeda dengan pendapat peneliti lainnya yang menyatakan bahwa adanya hubungan negatif antara lamanya masa penugasan audit dengan kualitas audit dengan alasan:
16
1)
Erosi independensi Hal ini mungkin muncul akibat tumbuhnya hubungan pribadi antara auditor dengan kliennya. Auditor harus menyadari berbagai tekanan yang bermaksud mempengaruhi perilakunya dan sedikit demi sedikit akan mengurangi independensinya (Mautz dan sharaf, 1993)
2)
Berkurangnya sikap kritis Dengan semakin lamanya masa penugasan audit, kapabilitas auditor untuk bersikap kritis akan berkurang karena auditor sudah terlalu familiar. Hal ini dapat menyebabkan semakin terbatasnya pendekatan pengujian audit kreatif seperti yang sering terjadi pada saat awal perikatan audit.
Perbedaan argumen tersebut telah dijawab dalam penelitian Wibowo et al. (2009) dengan hasil masa penugasan audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. b. Ukuran KAP Kualitas audit seringkali diukur dari ukuran besar atau kecilnya KAP. De Angelo (1981) dan juga Watts dan Zimmerman (1986) berpendapat bahwa ukuran KAP akan berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan dengan KAP kecil, KAP besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dengan argumen sebagai berikut: 1) Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP.
17
2) Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan. 3) Luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi internasional. 4) Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP. Berdasarkan hasil penelitian Wibowo et al. (2009), terdapat bukti empiris bahwa ukuran KAP mempunyai hubungan positif terhadap kualitas audit, hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya De Angelo (1981). c. Regulasi audit Di
Indonesia,
melalui
PPAJP-Kementrian
Keuangan,
pemerintah
melaksanakan regulasi yang bertujuan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap akuntan publik. Hal ini dilakukan sejalan dengan regulasi yang dilakukan oleh asosiasi profesi Akuntan Publik (IAPI) terhadap anggotanya. Dalam regulasi tersebut diatur mengenai rotasi audit, pembinaan dan pengawasan, serta sanksi disiplin berat dan denda administratif bagi akuntan publik yang melanggar Standar Profesional Akuntan Publik, selain itu ditambahkan pula sanksi pidana bagi akuntan publik palsu (atau orang yang mengaku sebagai akuntan publik palsu). Hasil penelitian Arie dan Hilda (2009:19) membuktikan bahwa regulasi audit secara efektif dapat meningkatkan kualitas audit. Berdasarkan pernyataan-pernyataan dan hasil penelitian yang ada, dapat disimpulkan kualitas audit adalah kemungkinan seorang auditor dapat melihat kesalahan dan kecurangan yang terjadi dalam sistem akuntansi kliennya dan kualitas audit bisa diukur dengan tingkat kepatuhan auditor terhadap standar atau kriteria yang berlaku. Berbagai hal yang dapat
18
menunjang kualitas audit adalah profesionalisme, independensi, adanya regulasi, ukuran KAP, serta faktor psikologis lainnya yang dapat memotivasi auditor untuk melakukan pekerjaannya dengan baik seperti akuntabilitas. 3. Independensi Beberapa definisi tentang independensi telah banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya oleh Arens et al. (1999) dalam Abu Bakar et al. (2005:2) yang mendefinisikan independensi dalam auditing sebagai berikut: “Independence in auditing is taking an unbiased viewpoint in the performance of audit test, the evaluation of the results and issuance of the audit reports”. Artinya “Independensi dalam auditing adalah penggunaan sudut pandang tanpa bias dalam mengerjakan pengujian audit, evaluasi terhadap hasil dan dalam penerbitan laporan audit. Pengertian bias disini adalah melakukan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kondisi dari obyek yang sesungguhnya tanpa merasa adanya tekanan atau kepentingan tertentu, atau dengan kata lain bersifat obyektif. Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Dalam buku Standar Profesi Akuntan Publik 2011 seksi 220 PSA No. 04 Alinea 2, dijelaskan bahwa: “Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa 19
pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun, independensi dalam hal ini tidak berarti seperti sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun dalam hal ini disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang hakim. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur. Independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.” Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Terdapat dua aspek independensi yang dimiliki auditor, yaitu independensi dalam sikap mental (independence in mind) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance) (Trisnaningsih, 2006:6), masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut: a. Independensi dalam sikap mental (independence in mind) Independensi dalam sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan untuk mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan 20
yang obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya. b. Independensi dalam penampilan (independence in appearance) Independensi dalam penampilan berarti adanya kesan dari masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen, sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi dalam penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik, untuk memperjelas pengertian ini akan diberikan contoh seperti seorang akuntan yang kompeten dan independen akan melakukan audit pada sebuah perusahaan yang dewan direksi dan para manajernya adalah saudara atau kerabat dekatnya. Walaupun auditor tersebut benar-benar bersikap independen dalam sikap mentalnya. Namun, menurut persepsi masyarakat auditor tersebut tidak akan bersikap independen dikarenakan adanya hubungan darah atau kekerabatan yang dapat mengakibatkan rusaknya independensi. Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan. Mautz (1961) dalam Trisnaningsih (2006:7) mengungkapkan ada dua aspek independensi lainnya, yaitu independensi praktisi (practitioner independence) dan independensi profesi (profession independence). Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Independensi praktisi (practitioner independence)
21
Independensi praktisi berarti independensi yang berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam merencanakan program, pelaksanaan pekerjaan, verifikasi, dan penyusunan hasil pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi penyusunan program, independensi investigatif, dan independensi pelaporan. b. Independensi profesi (profession independence) Independensi profesi berarti kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik. Berbeda sedikit dengan independensi dalam penampilan, independensi profesi lebih bersifat menyeluruh terhadap profesi akuntan publik. Jika profesi akuntan publik sedang buruk di mata masyarakat seperti adanya kasus enron, maka nama baik seluruh akuntan publik akan ikut tercemar. Sebagian besar literatur yang membahas tentang independensi auditor menegaskan bahwa kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi para pengguna laporan keuangan tentang independensi auditor eksternal. Jika auditor tidak terlihat independen oleh para pengguna laporan keuangan, maka para pengguna tidak akan mempunyai kepercayaan terhadap laporan keuangan dan opini auditor pada suatu laporan keuangan perusahaan tidak akan bernilai. Dengan demikian, kredibilitas auditor tidak hanya tergantung dari sikap independensi yang dimilikinya, tetapi juga tergantung pada persepsi independensi dari para pengguna laporan keuangan. Bagaimanapun juga, independensi dalam sikap mental maupun independensi dalam
22
penampilan merupakan dua hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik (Abu Bakar et al., 2005:3) Shockley (1981) dalam Carey dan Simnett, R. (2006:5) melakukan penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh terhadap independensi akuntan publik dimana responden penelitiannya adalah kantor akuntan publik, bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan lama hubungan audit dengan klien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP yang memberikan jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan antar KAP juga dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan KAP yang lebih besar. Sedangkan faktor lama ikatan hubungan dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap independensi akuntan publik. Abu Bakar et al. (2005) telah melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi independensi auditor, dalam penelitiannya terdapat enam hal yang dapat mempengaruhi independensi auditor, yaitu ukuran KAP, tingkat persaingan antar KAP, lamanya waktu audit, besarnya audit fee yang diterima KAP, pemberian jasa konsultasi manajemen oleh
23
KAP, dan keberadaan komite audit. Keenam hasil penelitian tersebut akan dijelaskan di bawah ini: a. Ukuran KAP Dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan positif antara ukuran KAP dengan independensi auditor. Hubungan yang positif berarti ukuran KAP yang lebih besar membuat independensi auditor yang lebih besar, hal ini berdasarkan alasan bahwa ukuran KAP yang lebih besar dapat menolak berbagai tekanan dari kliennya, dengan demikian KAP yang lebih besar dapat memelihara independensi auditornya. Selain itu, KAP yang lebih besar lebih mampu dan memotivasi untuk memberikan jasa audit yang lebih baik. b. Tingkat persaingan antar KAP Beberapa studi empiris terdahulu telah membuktikan bahwa tingkat persaingan yang tinggi antar KAP dapat menghasilkan independensi auditor yang rendah. c. Lama waktu audit Hasil penelitian membuktikan bahwa semakin lama auditor mengaudit suatu perusahaan, maka auditor tersebut dapat mengalami penurunan independensi karena mulai timbul rasa loyalitas terhadap kliennya. d. Besarnya audit fee yang diterima KAP Semakin besar audit fee yang diterima, maka dapat meningkatkan risiko yang besar kehilangan independensi auditor. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pany dan Reckers (1980).
24
e. Pemberian jasa konsultasi manajemen sekaligus kepada klien Pemberian jasa selain jasa audit mempunyai hubungan negatif terhadap independensi auditor. Jika jasa non audit diberikan sekaligus kepada kliennya, maka dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan diri bagi auditor. selain itu, dengan adanya jasa non audit sekaligus dapat menciptakan hubungan kerjasama antar auditor dan kliennya, tentunya hal ini dapat menggangu independensi auditor. f. Keberadaan komite audit Keberadaan komite audit dapat meningkatkan independensi auditor. hal ini karena dengan adanya komite audit auditor dapat megalami peningkatan kepercayaan dirinya (Knap, 1985) dalam Abu Bakar et al. (2005: 6). Penelitian Pany dan Reckers (1980) menunjukkan bahwa hadiah meskipun jumlahnya sedikit berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor, sedangkan ukuran klien tidak berpengaruh secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Knapp (1985) menunjukkan bahwa subyektivitas terbesar dalam teknik standar mengurangi kemampuan auditor untuk bertahan dalam tekanan klien dan posisi keuangan yang sehat mempunyai kemampuan untuk menghasilkan konflik audit. Mayangsari (2003) menemukan bahwa hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan alat analisis ANNOVA diperoleh hasil bahwa auditor yang memiliki keahlian dan independensi memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki
25
keduanya. Hasil pengujian hipotesis yang kedua dengan menggunakan uji Simple Factorial Analysis of Variance diperoleh hasil bahwa auditor yang ahli lebih banyak mengingat informasi yang atypical sedangkan auditor yang tidak ahli lebih banyak mengingat informasi yang typical. Berdasarkan definisi di atas, dapat disinpulkan bahwa independensi adalah sikap yang terdapat pada diri seseorang untuk mengambil keputusan yang tanpa bias dan obyektif serta kebebasan dari berbagai pengaruh dan tekanan dari dalam maupun dari luar diri. Independensi terbagi menjadi dua hal yaitu independensi dalam sikap mental dan independensi dalam penampilan. Sedangkan ada pula peneliti lain yang menjelaskan tentang aspek independensi lainnya, yaitu independensi praktisi dan independensi profesi. 4. Akuntabilitas Tetclock (1984) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Lingkungan disini maksudnya adalah lingkungan atau tempat dimana seseorang melakukan aktivitas atau pekerjaannya yang dapat mempengaruhi keadaan di sekitarnya. Libby dan Luft (1993), Cloyd (1997) dan Tan dan Alison (1999) melihat ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk meyelesaikan pekerjaan tesebut. Kedua, seberapa besar usaha atau daya pikir
26
yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Ketiga, seberapa besar keyakinan mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan. Dibawah ini akan dijelaskan masing-masing ketiga hal tersebut a. Seberapa besar motivasi untuk menyelesaikan pekerjaan Motivasi secara umum adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas seseorang, orang dengan akuntabilitas tinggi juga memiliki motivasi tinggi dalam mengerjakan sesuatu. b. Seberapa besar usaha atau daya pikir untuk menyelesaikan pekerjaan Orang dengan akuntabilitas tinggi mencurahkan usaha (daya pikir) yang lebih besar dibanding orang dengan akuntabilitas rendah ketika menyelesaikan pekerjaan. Dengan rasa akuntabilitasnya yang tinggi itu, seseorang akan menggunakan kemampuannya secara maksimal agar dapat memperoleh hasil yang baik pula dari pekerjaanya tersebut. Jika dikaitkan dengan kualitas audit, auditor yang memiliki akuntabilitas tinggi dapat menyelesaikan pekerjaanya dengan baik, dan dapat menyelesaikannya secara tepat waktu. c. Seberapa yakin pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan Keyakinan bahwa sebuah pekerjaan akan diperiksa atau dinilai orang lain dapat meningkatkan keinginan dan usaha seseorang untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas. Seseorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa pekerjaan mereka akan
27
diperiksa
oleh
supervisor/manajer/pimpinan
dibandingkan
dengan
seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah. Teclock dan Kim (1987) meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap proses kognitif seseorang. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa subjek yang diberikan instruksi diawal (post exposure accountability) bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, melakukan proses kognitif yang lebih lengkap, memberikan respon yang lebih tepat dan melaporkan keputusan yang lebih realistis. Cloyd (1997) dalam Mardisar et al. (2007:4) meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil penelitian Cloyd (1997) membuktikan akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuan audit yang dimiliki tinggi. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa kompleksitas pekerjaan yang dihadapi tinggi. Penelitian Cloyd (1997) ini dikembangkan oleh Tan dan Alison (1999) dengan menilai kualitas hasil kerja berdasarkan kompleksitas kerja yang dihadapi. Hasil penelitian Tan dan Alison (1999) ini tidak konsisten dengan Cloyd (1997). Tan dan Alison (1999) membuktikan bahwa akuntabilitas (secara langsung) tidak mempengaruhi kualitas hasil kerja baik untuk pekerjaan dengan kompleksitas kerja rendah, menengah ataupun tinggi. Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas adalah dorongan kejiwaan atau psikologi yang bisa mempengaruhi seseorang untuk
mempetanggungjawabkan
tindakannya
dan
akibat
yang
ditimbulkannya kepada lingkungan dimana tempat seseorang tersebut
28
melakukan aktivitasnya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas seseorang adalah motivasi seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan, seberapa besar usaha dan daya pikir yang dicurahkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan terakhir keyakinan bahwa pekerjaannya akan diperiksa oleh atasannya. 5. Profesionalisme Menurut Yendrawati (2008:76) profesionalisme adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Untuk mengukur tingkat profesionalisme bukan hanya dibutuhkan suatu indikator yang menyebutkan bahwa seorang dikatakan profesional. Tetapi juga dibutuhkan faktor-faktor eksternal seperti bagaimana seseorang berperilaku dalam menjalankan tugasnya. Sehingga ada sebuah gambaran yang menyebutkan bahwa perilaku profesional adalah cerminan sikap profesionalisme. Dalam kaitannya dengan proses pelaksanaan tugas audit, setiap auditor dibekali dengan aturan-aturan serta kode etik yang mengikat. Untuk itu, dibutuhkan namanya sikap auditor yang dapat dijadikan pedoman bagi auditor junior lainnya. Karena sebagai seseorang yang memiliki pekerjaan berat yang bertanggung jawab penuh terhadap hasil opininya. Auditor dituntut untuk bersikap profesional. Maka dari itu, segala bentuk tekanan dan intervensi dari klien hendaknya dijadikan sebagai sebuah tantangan dalam kaitannya dengan pekerjaan sebagai akuntan publik. Dalam pengertian umum, seseorang dapat dikatakan profesional jika memenuhi tiga
29
kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Herawaty et al., 2008:3). Menurut Wahyudi (2006:5), seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh IAPI, antara lain: a). prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAPI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAPI seperti dalam terminologi filosofi, b). peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan, c). interpretasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya, dan d). ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya. Jadi ada semacam pedoman yang digambarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) bagi seorang auditor untuk dikatakan bahwa auditor tersebut profesional. empat poin di atas menjadi acuan untuk meningkatkan kinerja para auditor sehingga tingkat profesionalisme auditor tersebut tidak perlu diragukan lagi. Untuk itu, pemahaman yang tinggi dan tingkat kedisiplinan atas peraturan yang ditetapkan harus betul-betul diperhatikan agar penghargaan publik yang diberikan bukan hanya sekedar pujian
30
ataupun lencana penghargaan, tetapi juga penghormatan dan pengakuan profesi yang tentunya sangat berguna bagi auditor itu sendiri. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai akuntan publik. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme yaitu pertama, pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Kedua, kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya karena adanya pekerjaan tersebut. Ketiga, kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien dan mereka yang bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Keempat, keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan profesional atau tidak adalah rekan sesama profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut. Kelima, hubungan dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega
31
informal sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan (Herawaty et al, 2008:4). Hall R (1968) dalam Yendrawati (2008:2) mengembangkan konsep profesionalisme dari level individual yang digunakan untuk profesionalisme eksternal auditor meliputi lima dimensi yaitu pengabdian pada profesi (dedication), kewajiban sosial (social obligation), kemandirian (autonomy demands), keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), dan hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi professional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisiskan sebagai tujuan hidup dan bukan sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan.penyerahan diri secara total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi utama yang diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian kepuasan material. b. Kewajiban sosial (social obligation) yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut. c. Kemandirian (autonomy demands) yaitu suatu pandangan bahwa seorang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak lain.
32
d. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation) yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam ilmu dan pekerjaan mereka. e.
Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation) yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber utama pekerjaan.melalui ikatan profesi ini, para professional membangun kesadaran profesinya. Kelima dimensi diatas tentunya menjadi sebuah tolok ukur yang dapat
digunakan oleh auditor untuk menguji apakah selama ini dirinya telah bersikap profesional. Selain itu juga menjadi sebuah acuan baru dalam bersikap selain dari aturan yang diberikan oleh IAPI. Karena pengabdian, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi merupakan hal-hal yang harus menjadi perhatian auditor. Contohnya bagaimana bentuk pengabdian seorang auditor dilihat, misalnya dengan totalitas kerja yang dilakukan dan ia merasa puas dengan kinerjanya. Kemudian bagaimana auditor juga merasa bahwa dirinya juga merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, misalnya dengan pekerjaannya auditor yakin bahwa ada perasaan saling membutuhkan antara auditor dan klien. Selanjutnya kemandirian yang pastinya harus dimiliki oleh seorang auditor sebagai pembuat keputusan mengenai opini audit, dan memiliki keyakinan bahwa yang berhak menilai
33
kinerjanya adalah rekan seprofesi serta adanya kerjasama dengan rekanrekan seprofesi. Untuk itu, keterkaitan antara kelima dimensi tersebut harus menjadi bahan pemikiran bagi para auditor sebagai pihak yang terlibat langsung dalam dunia profesional. Menurut Code of Ethics for Professional Accountants (2005:14): ”The principle of professional behavior imposes an obligation on professional accountants to comply with relevant laws and regulations and avoid any action that may bring discredit to the profession. This includes actions which a reasonable and informed third party, having knowledge of all relevant information, would conclude negatively affects the good reputation of the profession”. Menurut penjelasan di atas, seorang auditor yang profesional harus mematuhi peraturan hukum yang berlaku. Hal tersebut kembali kepada etika profesi yang menyebutkan perlu adanya sikap kehati-hatian dalam pelaksanaan tugas, jangan sampai ada kelalaian yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran terhadap hukum, yang dalam hal ini mungkin
peraturan yang telah ditetapkan. Kemudian diharapkan auditor tidak melakukan kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesinya. Karena pada saat ini banyak ditemukan kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh auditor, misalnya dengan menerima suap, dan kecurangan lainnya. Tentunya hal tersebut membuat profesi auditor dipertanyakan, termasuk semua kegiatan yang dapat menimbulkann kesan negatif. Jadi intinya, seorang auditor yang memiliki jiwa profesionalisme pasti memiliki sikap kehatihatian, cermat, serta teliti dalam melaksanakan tugasnya, dan selalu menjaga nama baik profesinya.
34
Menurut Ikhsan (2007:204), seorang yang profesional di dalam melakukan suatu profesi biasanya akan memiliki motivasi yang tinggi. Hal tersebut berkaitan dengan semangat seorang profesional, dimana setiap pekerjaan yang dilakukan didasarkan atas rasa ikhlas atau tanpa paksaan. Mereka merasa dengan sikap positif yang diberikan akan mendapatkan hasil yang baik. Sehingga akan mendapatkan keuntungan psikologis berupa kepuasan akan pekerjaan yang dilakukan. Profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk profesi akuntan karena dapat menggambarkan kinerja akuntan (Herawaty et al., 2008:2). Sejalan dengan hal tersebut, isu yang muncul adalah kinerja akuntan sering dikaitkan dengan tindak kecurangan yang terjadi pada beberapa perusahaan. Bagi seorang auditor yang profesional tentunya hal tersebut menjadi sebuah tantangan dalam menjalankan tugasnya, sehingga pandangan miring tentang kinerja auditor tidak ada lagi. Intinya selama kinerja yang dihasilkan auditor memenuhi standar kode etik yang ditetapkan, maka tidak akan ada keraguan dalam laporan yang dibuat. IAPI sebagai organisasi yang berwenang menetapkan standar (yang merupakan pedoman) dan aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota termasuk setiap kantor akuntan publik lain yang beroperasi sebagai auditor independen. Persyaratan-persyaratan ini dirumuskan oleh komite-komite yang dibentuk oleh IAPI. Ada tiga bidang utama dimana IAPI berwenang menetapkan standar dan memuat aturan yang bisa meningkatkan perilaku profesional seorang auditor.
35
a.
Standar Auditing. Komite Standar Profesional Akuntan Publik (Komite SPAP) IAPI bertanggung jawab untuk menerbitkan standar auditing. Standar ini disebut sebagai Pernyataan Standar Auditing atau PSA (sebelumnya disebut sebagai NPA dan PNPA). Di Amerika Serikat pernyataan ini disebut sebagai SAS (Statement on Auditing Standard) yang dikeluarkan oleh ASB (Auditing Standard Boards). Pada tanggal 10 November 1993 dan 1 Agustus 1994 pengurus pusat IAPI telah mensahkan sejumlah pernyataan standar auditing. Penyempurnaan ini terutama sekali bersumber pada SAS dengan penyesuaian terhadap kondisi Indonesia dan standar auditing internasional.
b.
Standar kompilasi dan penelaahan laporan keuangan. Komite SPAP IAPI dan Compilation and Review Standards Committee bertanggung jawab untuk mengeluarkan pernyataan mengenai pertanggungjawaban akuntan publik sehubungan dengan laporan keuangan suatu perusahaan yang tidak diaudit. Pernyataan ini di Amerika Serikat disebut Statements on Standards for Accounting and Review Services (SSARS) dan di Indonesia disebut Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). PSAR 1 disahkan pada 1 Agustus 1994 menggantikan pernyataan NPA sebelumnya mengenai hal yang sama. Bidang ini mencakup dua jenis jasa, pertama, untuk situasi dimana akuntan membantu kliennya menyusun laporan keuangan tanpa memberikan jaminan mengenai isinya (jasa kompilasi). Kedua, untuk situasi dimana akuntan melakukan prosedur-prosedur pengajuan pernyataan dan
36
analitis tertentu, sehingga dapat memberikan suatu keyakinan terbatas bahwa tidak diperlukan perubahan apapun terhadap laporan keuangan bersangkutan (jasa review). c.
Standar atestasi lainnya. Tahun 1986, AICPA menerbitkan Statement on Standards for Atestation Engagements. IAPI sendiri mengeluarkan beberapa pernyataan standar atestasi pada 1 Agustus 1994. Pernyataan ini mempunyai fungsi ganda, pertama sebagai kerangka yang harus diikuti oleh badan penetapan standar yang ada dalam IAPI untuk mengembangkan standar yang terinci mengenai jenis jasa atestasi yang spesifik. Kedua, sebagai kerangka pedoman bagi para praktisi bila tidak terdapat atau belum ada standar spesifik seperti itu. Komite Kode Etik IAPI di Indonesia dan Committee on Professional Ethics di Amerika Serikat menetapkan ketentuan perilaku yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan publik yang meliputi standar teknis. Standar auditing, standar atestasi, serta standar jasa akuntansi dan review dijadikan satu menjadi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Pernyataan
tersebut
tentunya
mendeskripsikan
bahwa
sikap
profesionalisme yang ditunjukkan seorang auditor tentunya memiliki suatu acuan atau dasar yang patut dipahami oleh auditor. IAPI sebagai lembaga tertinggi profesi akuntan di Indonesia harus menaungi dan mengawasi kinerja akuntan-akuntan yang ada, khususnya auditor. Salah satu bentuk apresiasi yang ditunjukkan oleh IAPI antara lain melalui 3 (tiga) poin
37
standar di atas yang harus ditaati oleh auditor, serta menjadi standar yang berlaku saat ini dan berharap dapat meningkatkan profesionalisme auditor. Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (2011:001.2) disebutkan bahwa ada enam tipe standar profesional yang dikodifikasi, yaitu standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi dan review, standar jasa konsultasi, standar pengendalian mutu, dan kode etik profesi akuntan publik. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a.
Standar Audit Merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar Auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang dikeluarkan oleh DSP IAPI bersifat wajib bagi praktisi. Termasuk didalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (“IPSA”), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh DSP IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh DSP IAPI dalam IPSA. Dengan demikian IPSA memberikan jawaban atas pertanyaan atas keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA, sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi praktisi, sehingga pelaksaannya bersifat wajib.
38
b.
Standar Atestasi Standar atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan prosedur yang disepakati). Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk PSAT. PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang terdapat dalam standar atestasi. Termasuk di dalam PSAT adalah Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (“IPSAT”), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh DSP IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh DSP IAPI dalam PSAT. Dengan demikian IPSAT memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAT sehingga merupakan perluasan lebih lanjut dalam PSAT. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi praktisi, sehingga pelaksaannya bersifat wajib
c.
Standar Jasa Akuntansi dan Review Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). Termasuk dalam PSAR adalah Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan
39
Review (IPSAR), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh dewan dalam PSAR. IPSAR memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAR sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSAR. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi praktisi, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib. d.
Standar Jasa Konsultasi Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa konsultasi konsultasi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asserter). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sikap dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
e.
Standar Pengendalian Mutu Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar profesi
40
yang ditetapkan oleh DSP IAPI (termasuk Kode Etik Profesi Akuntan Publik). Dalam perikatan jasa profesional, kantor akuntan publik bertanggung jawab untuk mematuhi berbagai standar profesi yang relevan. Dalam pemenuhan tanggung jawab, kantor akuntan publik wajib
mempertimbangkan
integritas
stafnya
dalam
menetukan
hubungan profesionalnya, bahwa kantor akuntan publik dan para stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik dan bahwa staf kantor akuntan publik kompeten, profesional dan objektif serta akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (due profesional care). Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus memiliki sistem pengendalian mutu memberikan keyakinan memadai keserasian perikatan profesional dengan berbagai standar profesi yang berlaku. Ada satu standar yang tidak dijabarkan yaitu mengenai Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Hal tersebut dikarenakan berada langsung di bawah Standar Pengendalian Mutu. Kemudian kelima standar tersebut merupakan standar-standar professional yang dikerjakan oleh akuntan publik, dalam hal ini auditor eksternal. Standar tersebut sudah seharusnya ditaati oleh auditor dalam setiap penugasan auditnya, agar tidak melenceng dari batas-batas yang berlaku, sehingga tindak kecurangan dapat dihindari. Disini tuntutan auditor untuk bersikap profesional benar-benar dipacu sebagai pembuktian bahwa kredibilitas auditor tidak perlu diragukan lagi.
41
B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. Independensi dengan Kualitas Audit Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran pada diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif, tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa independensi seorang auditor sangat penting dalam menyatakan opini dan kualitas atas hasil audit laporan keuangan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007), yang menyimpulkan bahwa independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2005) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mendukung kualitas audit adalah adanya independensi dalam diri auditor, dalam penelitiannya yang berjudul aktivitas pengendalian mutu jasa audit disimpulkan bahwa jika auditor tidak independen maka tidak ada perbedaan antara laporan keuangan auditan dengan laporan keuangan yang belum diaudit. Maka dari itu, demi menjaga kualitas auditnya auditor harus menghindari berbagai hal-hal yang dapat mendiskreditkan profesinya. Dalam menentukan kualitas audit, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Wibowo et al. (2009) yang menguji tentang faktor-faktor
42
penentu kualitas audit mengajukan hipotesis tentang faktor-faktor yang dapat menentukan kualitas audit, yaitu: masa penugasan audit, ukuran KAP, regulasi audit. Dalam hasil penelitiannya, disimpulkan bahwa ukuran KAP dan regulasi audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Namun, belum ditemukan adanya bukti empiris bahwa masa penugasan audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. De Angelo (1981) melakukan penelitian terkait dengan kualitas audit berdasarkan teori permintaan dan penawaran kualitas jasa audit. Argumen utamanya adalah permintaan dan penawaran kualitas jasa audit dapat terpenuhi dengan semakin panjangnya masa penugasan audit, karena auditor dapat terus menggunakan tekhnologi dan pengetahuan audit yang telah diperoleh selama menjalankan audit pada periode sebelumnya dan memberikan jasa secara konsisten. Menurut ia, dengan semakin lamanya masa penugasan auditor, maka para pengguna jasa auditor (seperti: pemegang saham, kreditur, manajer, karyawan, agenagen pemerintah dan sebagainya) akan mendapat manfaat karena dapat menghemat biaya yang berkaitan dengan evaluasi kualitas audit. Maka dari itu ia menyimpulkan semakin lamanya masa penugasan auditor maka kualitas audit semakin baik. Berlawanan dengan pendapat Mautz dan Sharaf (1961) yang menyatakan semakin lama masa penugasan auditor maka dapat mengikis sifat independensinya, jika auditor tidak independen maka laporan auditan yang dihasilkan tidak akan bernilai.
43
Berdasarkan hasil penelitian oleh Christiawan (2005), Wibowo et al. (2009), DeAngelo (1981), dan Alim et al. (2007), dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1: Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2. Akuntabilitas dengan Kualitas Audit Akuntabilitas adalah rasa kebertanggungjawaban
yang dimiliki
oleh auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya. Penelitian psikologi sosial yang membuktikan adanya hubungan dan pengaruh akuntabilitas seseorang terhadap kualitas pekerjaan adalah Tetlock dan Kim (1987) yang mengkaji tentang permasalahan akuntabilitas auditor dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Penelitian ini dilakukan dengan membagi subjek penelitian menjadi tiga kelompok: pertama, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka tidak akan diperiksa oleh atasan (no accountability); kedua, kelompok yang diberikan instruksi awal (sebelum melaksanakan pekerjaan) bahwa pekerjaan
mereka
akan
diperiksa
oleh
atasan
(preexposure
accountability); ketiga, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, tetapi instruksi ini baru disampaikan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan (postexposure accountability). Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa subyek penelitian
44
dalam kelompok preexposure accountability menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kelompok ini melakukan proses kognitif yang lebih lengkap, respon yang lebih cepat dan tepat serta melaporkan keputusan yang lebih dapat dipercaya dan realistis. Penelitian yang dilakukan oleh Mardisar et al. (2007) yang melakukan penelitian tentang pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor menyimpulkan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan tinggi interaksi antara akuntabilitas dengan pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor jika didukung dengan pengetahuan audit yang tinggi. Cloyd (1997) meneliti interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan untuk menentukan kualitas hasil kerja pada auditor yang menangani masalah perpajakan. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa akuntabilitas dapat meningkatkan hasil kerja untuk subyek yang memiliki pengetahuan perpajakan yang tinggi. Penelitian Cloyd (1997) ini dikembangkan oleh Tan dan Alison (1999), yang membagi kualitas hasil pekerjaan berdasarkan tingkat kompleksitasnya, yaitu kualitas hasil pekerjaan dengan kompleksitas rendah, sedang dan tinggi serta manambahkan variabel kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu variabel yang juga mempengaruhi interaksi akuntabilitas individu dengan kualitas hasil pekerjaannya. Subyek penelitian tersebut aalah akuntan publik. Dari penelitian tersebut
45
diperoleh hasil bahwa untuk kompleksitas pekerjaan rendah, akuntabilitas tidak mempengaruhi kualitas pekerjaannya, untuk tingkat kompleksitas menengah, akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil pekerjaan jika didukung dengan pengetahuan yang tinggi. Sedangkan kompleksitas pekerjaan yang tinggi, akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil pekerjaan
jika
didukung
dengan
pengetahuan
dan
kemampuan
memecahkan masalah yang tinggi. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tetlock dan Kim (1987), Cloyd (1997), Tan dan Alison (1999), Mardisar et al. (2007), dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha2: akuntabilitas auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 3. Profesionalisme dengan Kualitas Audit Penelitian yang dilakukan oleh Lavin (1976) dalam Alim et al. (2007:2) menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara profesionalisme, dalam hal ini independensi auditor dan kualitas audit. Ini menjadi sangat penting bagi seorang auditor mengingat bahwa tingkat profesionalisme auditor sangat dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan. Untuk itu diperlukan sikap dan prinsip yang kuat untuk mempertahankan sikap profesional tersebut. Karena bagaimana pun sikap profesional dapat menjadi sesuatu yang sangat berharga. Pandangan publik terhadap kinerja auditor pada saat ini sudah menjadi sesuatu yang ditunggu, dan diharapkan menjadi acuan dalam melakukan suatu kegiatan bisnis, seperti investasi, dan yang hanya sekedar ingin
46
mengetahui kinerja suatu perusahaan. Menurut Ussahawanitchakit (2008) perilaku profesional berhubungan positif mempengaruhi kualitas audit. Selain itu, dalam penelitian yang lain yang dilakukan olehnya, profesionalisme juga memiliki hubungan positif terhadap kualitas audit. Selanjutnya
menurut
Baotham
(2007)
menunjukkan
bahwa
profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Kemudian Deis dan Groux (1992) mengatakan bahwa klien dapat menekan auditor untuk melawan standar profesional dan dalam ukuran yang besar, kondisi keuangan klien yang sehat dapat digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara melakukan pergantian auditor. Hal ini dapat membuat auditor tidak akan dapat bertahan dengan tekanan klien tersebut sehingga menyebabkan independensi mereka melemah. Pada kondisi saat ini, maka profesionalisme yang diproksikan oleh independensi auditor berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Berdasarkan bukti-bukti empiris dan kajian teoritis yang dilakukan oleh Ussahawanitchakit (2008), Baotham (2007) dan Deis dan Groux (1992) dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ha3: Profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 4. Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Hasil penelitian Ussahawanitchakit (2008) menunjukkan perilaku profesional berhubungan positif mempengaruhi kualitas audit. Hasil
47
penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007) menyatakan bahwa independensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardisar et al. (2007) menyatakan bahwa akuntabilitas akan mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan auditor. Dalam penelitiannya akuntabilitas dibagi menjadi menjadi dua bagian yaitu
akuntabilitas
dengan
kompleksitas
pekerjaan
rendah
dan
akuntabilitas dengan kompleksitas pekerjaan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007), Ussahawanitchakit (2008) dan Mardisar et al. (2007). Dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha4:
independensi,
akuntabilitas,
dan
profesionalisme
auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
5.
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kualitas audit. Penelitian terdahulu ini menjadi penguat atau sebagai referensi pada penelitian ini, diantaranya adalah:
48
Tabel 2.1 Hasil-Hasil penelitian terdahulu No 1
Peneliti (Tahun) Abu Bakar et al. (2005)
2
Alim et al. (2007)
3
Knechel et al. (2007)
Judul Penelitian Factors Influencing Auditor Independence: Malaysian Loan Officers’ Perceptions Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi
The Relationship Between Auditor Tenure and Audit Quality Implied by Going Concern Opinion
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Variabel Independensi, Tidak ada variabel data diperoleh secara profesionalisme dan langsung dengan akuntabilitas, obyek mengirimkan kuesioner penelitian. kepada responden. Variabel kompetensi dan independensi, serta kualitas audit, pengukuran variabel dengan menggunakan skala likert
Variabel kualitas audit dan audit tenure sebagai bagian komponen independensi.
Hasil Penelitian
6 faktor independensi: size KAP, audit tenure, persaingan KAP, komite audit, jasa nonaudit, dan besarnya fee audit obyek penelitian adalah Terdapat pengaruh auditor di wilayah Jawa yang signifikan antara timur, tidak kompetensi dan menambahkan variabel independensi terhadap akuntabilitas, tetapi kualitas audit. menggunakan variabel Kompetensi disini moderasi etika auditor. dibagi menjadi menjadi dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Obyek penelitiannya Jangka waktu auditor seluruh perusahaan atau lama mengaudit privat di Belgia, kliennya tidak menggunakan alat mempunyai pengaruh analisis regresi logistik negative terhadap kualitas audit
49
Tabel 2.1 (Lanjutan) No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
4
Mardisar et al. (2007)
Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor
5
Phapruke Relationship quality, Ussahawannitchakit. profesionalism, audit (2008) quality : an empirical study of auditors on thailand
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Variabel akuntabilitas Tidak ada variabel dan kualitas hasil profesionalisme kerja auditor, dan independensi, menggunakan metode obyek penelitian purposive sampling, auditor yang berada di Pekanbaru dan Padang, menggunakan variabel moderasi pengetahuan auditor.
Variabel profesionalisme dan kualitas audit
tidak terdapat variabel akuntabilitas dan independensi objek penelitian pada auditor Thailand
Hasil Penelitian Akuntabilitas memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas hasil kerja auditor dengan kompleksitas pekerjaan rendah, begitu pula dengan komlpleksitas pekerjaan tinggi jika didukung oleh pengetahuan audit yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
50
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 6
7
Peneliti (Tahun)
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Setyarno Profesionalisme,Pengetahuan Variabel Tidak ada variabel Herawati dan Yulius Akuntan Publik dalam profesionalisme, dan independensi, Kurnia Susanto Mendeteksi Kekeliruan, dan kualitas audit. akuntabilitas dan (2008) Pertimbangan Tingkat Pemilihan sampel kualitas audit. Materialitas. berdasarkan metode purposive sampling
Sumintorn Baotham (2007)
Judul Penelitian
Effect of profesionalism on audit quality and self image of CPA’s in thailand
Variabel profesionalism dan kualitas audit
Obyek penelitian auditor di Thailand, tidak ada variabel independensi dan akuntabilitas
Hasil Penelitian Penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan akuntan publik berpengaruh signifikan dalam mendeteksi kekeliruan, dan pertimbangan tingkat materialitas. profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
51
Tabel 2.1 (Lanjutan) No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 8 Wibowo et al. Faktor-faktor determinasi Variabel kualitas Tidak ada variabel (2009) Kualitas Audit-Suatu studi audit, di dalam profesionalisme dengan pendekatan penelitian ini terdapat dan akuntabilitas, Earnings Surprise sub variabel menggunakan data Benchmark independensi auditor. sekunder yang diambil dari database OSIRIS, Indonesian Capital Market Directory (ICMD) TAHUN 2000-2007. Dan laporan keuangan tahunan perusahaan pada pusat riset pasar modal. Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Hasil Penelitian Terdapat dua faktor yang mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit, yaitu ukuran KAP, dan Regulasi audit
52
6.
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1: Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Judul Pengaruh Independensi, Akuntabilitas, dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit
Basis Teori: Teori Independensi, Teori Akuntabilitas, Teori Profesionalisme, dan Teori-teori Auditing.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Independensi (X1) Kualitas Audit Akuntabilitas (X2)
(Y)
Profesionalisme (X3)
53
Gambar 2.1 (lanjutan)
Metode Analisa Data
Uji Statistik Deskriptif
Uji Kualitas Data
Uji Hipotesis
Uji Asumsi Klasik
Metode Analisis: Regresi Linier Berganda
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Statistik t
Uji Statistik F
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan sebab akibat yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme terhadap variabel dependen, yaitu kualitas audit. Populasi penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Indriantoro dan Supomo, 2002:131) dengan kriteria sebagai berikut: 1.
Sampel merupakan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang ada di wilayah Jakarta sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2011 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
55
2.
Auditor yang bekerja di KAP dan pernah melaksanakan pekerjaan di bidang auditing.
3.
Auditor yang memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun, hal ini dilakukan karena auditor tersebut telah mampu mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data-data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Lapangan (Field Research). Data utama dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data secara langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor eksternal yang bekerja pada KAP. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner kepada kantor akuntan publik secara langsung ataupun melalui perantara. Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor yang bekerja pada KAP sebagai responden dalam penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada auditor yang bekerja di KAP sebagai responden.
56
D. Metode Analisa Data Metode analisis data menggunakan uji statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. 1. Uji Statistik Deskriptif Uji statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata- rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, dan minimum (Ghozali, 2009:19). Gambaran umum mengenai karakteristik responden dijelaskan dengan tabel statistik deskriptif responden yang diukur dengan skala ukur interval yang menjelaskan besarnya frekuensi absolute dan persentase jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, lama bekerja dan posisi terakhir, sedangkan untuk memberikan deskriptif mengenai variabel independen penelitian yaitu profesionalisme, independensi dan akuntabilitas auditor. Dan variabel dependen penelitian yaitu kualitas audit, dijelaskan dengan tabel statistik deskriptif variabel yang menunjukkan kisaran teoritis, kisaran aktual, ratarata (mean) dan standar deviasi. 2. Uji Kualitas Data a. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas menunjukkan konsistensi dari data yang dikumpulkan, suatu kuesioner dikatakan reliable (handal) jika jawaban pertanyaan seseorang adalah konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2009:19), uji reliabilitas
57
hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan One Shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnaly, 1960 dalam Ghozali, 2009:46). b. Uji Validitas Uji validitas yaitu untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaannya pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2009: 49) Dalam penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan Pearson correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antar nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan, apabila Sig.(2-tailed) yang didapat memiliki nilai dibawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2009:49).
58
3. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan dependen keduannya memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah keduanya berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot (P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Normal tidaknya suatu data dapat dideteksi juga lewat grafik histogram, suatu data dikatakan normal jika kemencengan grafiknya membentuk pola seperti lonceng. Hanya gambar grafik kadang-kadang dapat menyesatkan karena kelihatan distribusinya normal tetapi secara statistik sebenarnya tidak normal (Ghozali, 2005:110112). b. Uji Multikolonieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen. Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Model regresi yang baik
59
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2009:95). Deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi bebas dari multikolonieritas jika besar nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 (Ghozali, 2009:96). c.
Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas (Ghozali, 2009:125). Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125126).
60
4. Uji Hipotesis Pada penelitian ini digunakan tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi berganda (multiple regression), yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Regresi berganda digunakan untuk menguji H1, H2, H3 dengan pendekatan interaksi yang bertujuan untuk memenuhi ekspektasi peneliti mengenai pengaruh independensi akuntabilitas dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Dimana :
Y
: Kualitas audit
a
: Konstanta
β1 ,β2, dan β3
: Koefisien regresi
X1
: Independensi
X2
: Akuntabilitas
X3
: Profesionalisme
e
: Error
61
a. Koefisien Determinasi ( R2 ) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilai R2 yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel independen (Ghozali, 2005:83). b. Uji Statistik F (Simultan) Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2005:84). c. Uji Statistik t (Parsial) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat digunakan tingkat signifikan 0,05 jika nilai t terhitung lebih kecil dari nilai t tabel pada taraf signifikan 0,05 maka Ha ditolak, sedangkan jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka Ha diterima (Ghozali, 2005:85).
62
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya. 1. Independensi (X1) Independensi dalam auditing adalah penggunaan sudut pandang yang tanpa bias dalam mengerjakan pengujian audit, evaluasi terhadap hasil dan dalam penerbitan laporan audit. Pengertian bias disini adalah melakukan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kondisi dari obyek yang sesungguhnya tanpa merasa adanya tekanan atau kepentingan tertentu, atau dengan kata lain bersifat obyektif. Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas (Abu Bakar et al., 2005:2). Variabel ini juga diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan oleh Alim et al. (2007). Semua item pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Interval (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju. Untuk pertanyaan yang negatif, maka skor dibalik menjadi: (5) sangat tidak setuju, (4) tidak setuju, (3) netral, (2) setuju, (1) sangat setuju.
63
2. Akuntabilitas (X2) Akuntabilitas adalah dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Pengertian lingkungan disini adalah tempat dimana ia melakukan aktivitas atau pekerjaannya (Tetlock, 1984) dalam Mardisar et al. (2007:6). ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk meyelesaikan pekerjaan tesebut. Kedua, seberapa besar usaha atau daya pikir yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Ketiga, seberapa besar keyakinan mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan. Dalam penelitian ini akuntabilitas diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mardisar et al. (2007). Semua item pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Interval (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju. 3. Profesionalisme (X3) Profesionalisme adalah suatu atribut individual yang melakukan kegiatankegiatan kerja tertentu dalam masyarakat berbekal keahlian tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan dengan semangat pengabdian untuk menjalankan tugasnya. Variabel ini menggunakan 10 instrumen pertanyaan yang diadopsi dari Ussahawanitchakit (2008) Respon dari responden
64
direkam dengan skala interval (likert) 5 poin dari mulai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, sampai dengan (5) sangat setuju. 4. Kualitas audit (Y) Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan
tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi kliennya (Alim et al., 2007:4). Variabel kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Alim et al. (2007). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval (likert) 5 poin, dari (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, hingga (5) sangat setuju.
65
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Independensi (X1) (Abu Bakar et al., 2005)
Akuntabilitas (X2) (Libby dan Luft, 1993), (Cloyd, 1997), dan (Tan dan Alison, 1999) Profesionalisme (X3) (Wahyudi, 2006) dan (Hall R, 1968)
Kualitas Audit (Y) (Alim et al., 2007)
Indikator 1. 2. 3. 4.
Pengungkapan kecurangan klien Besarnya fee audit pemberian fasilitas dari klien penggantian (rotasi) auditor
5. penggunaan jasa non audit 1. Besarnya motivasi menyelesaikan pekerjaan 2. Keyakinan bahwa pekerjaan akan diperiksa oleh atasan 3. Usaha atau daya pikir untuk menyelesaikan pekerjaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1.
Menggunakan pengetahuan Teguh pada profesi Penarikan diri dari penugasan Profesi yang penting Pendapat atas laporan keuangan Ketepatan tingkat materialitas Audit oleh eksternal auditor Menilai auditor eksternal Tukar pendapat Mendukung organisasi Deteksi salah saji
2. Kesesuaian dengan SPAP 3. Kepatuhan terhadap SOP 4. Risiko audit 5. Prinsip kehati-hatian 6. Pengendalian oleh supervisor 7. Perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner Sumber: Diolah dari berbagai referensi
No. Butir Skala Pertanyaan Pengukuran 1,2 Interval 3,4 5,6,7 8,9 10 11,12,13
Interval
14,15,16 17,18,19,20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31,32
Interval
Interval
33,34 35,36 37 38 39 40
66
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik (auditor) yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta baik KAP kelas kecil maupun menengah. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi supervisor, auditor senior dan auditor junior yang melaksanakan pekerjaan di bidang auditing. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung seperti dengan cara mendatangi responden dan secara tidak langsung melalui perantara kepada responden yang bekerja pada KAP di wilayah DKI Jakarta dan terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2011 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Penyebaran dan pengambilan kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 10 Oktober 2011 hingga 23 November 2011. Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 KAP dari keseluruhan KAP yang berada di wilayah DKI Jakarta. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 120 buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 93 kuesioner atau 77,5%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 27 buah atau 22,5% dan yang tidak berlaku atau tidak dapat diolah 13 buah atau 10,83%, hal ini mungkin disebabkan waktu penyebaran kuesioner yang
67
kurang tepat karena para auditor sedang sibuk mendatangi kliennya, dan ada juga auditor yang mengisi kuesioner yang tidak sesuai kriteria dalam penelitian ini. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 80 buah atau 66,67%. Gambaran mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian No. 1. 2. 3.
Keterangan Jumlah kuesioner yang disebar Jumlah kuesioner yang tidak kembali Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 4. Jumlah kuesioner dapat diolah Sumber: Data primer yang diolah
Jumlah 120 27 13
Persentase 100% 22,5% 10,83%
80
66,67%
Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Kantor Akuntan Publik Drs. Irwanto Abdul Aziz Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry (Cabang) Agus Ubaidillah Arman Dhani & Rekan Armen, Budiman &Rekan Bambang, Sutjipto Ngumar & Rekan (Pusat) Basyiruddin & Wildan (Pusat) Benny,Tony,Frans & Daniel (Cab) Chatim, Atjeng, Jusuf & Rekan (Pusat) DRS. Danny Sughanda
Kuesioner Dikirim
Kuesioner dikembali kan
4 4
0 4
5
5
2 4 1 4
2 0 1 4
5 3 5
5 3 5
4
4
68
Tabel 4.2 (Lanjutan) No.
Nama Kantor Akuntan Publik
Kuesioner Dikirim
Kuesioner dikembalikan
12
Darmawan, Hendang & Yogi (Pusat)
5
5
13
Dedy Zeinirwan Santosa
3
3
2
2
5 5 5 5
5 5 0 5
3 4 4 5 3 5
3 0 0 5 0 5
4
4
3
3
3 5 5
0 5 5
120
93
Dolly Bambang Sudarmadji & Rekan (Cabang) 16 Eddy Siddharta & Rekan 17 Euneke Winarjo 18 Hadori Sugiarto Adi & Rekan (Pusat) 19 Herman, Dody, Tanumihardja & Rekan (Cab) 20 Hertanto, Sidik & Rekan (Pusat) 21 DRS. Heryanto Subrata Gani 22 Ghazali, Sahat dan Rekan 23 Jack & Young 24 Jimmy Budhi & Rekan 25 Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto & Rekan (Cab) 26 Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan (Cab) 27 Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 28 Pieter, Uuways & Rekan 29 Salaki & Salaki 30 Drs. Tasnim Ali Widjanarko & Rekan (Pusat) Total Sumber: Data Primer 15
2. Karakteristik Profil Responden Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP di Jakarta sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2011 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), responden yang menjadi objek penelitian ini adalah auditor yang menduduki posisi sebagai auditor junior, auditor senior, maupun supervisor, serta pernah melaksanakan pekerjaan di bidang auditing atau pernah melakukan
69
praktek langsung mengaudit laporan keuangan kliennya dan telah memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun. Responden penelitian ini berasal dari beberapa kotamadya yang tersebar di wilayah DKI Jakarta, meliputi Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan Jakarta Barat. Hanya saja dalam penelitian ini tidak terdapat responden dari wilayah Jakarta Utara dikarenakan tidak ada kuesioner yang kembali dari wilayah tersebut. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, posisi terakhir, pendidikan terakhir, usia, dan pengalaman kerja responden. a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Laki-laki 45 Perempuan 35 Total 80 Sumber: Data primer yang diolah
Persentase 56,25% 43,75% 100%
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 45 orang atau 56,25% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 35 orang atau 43,75% responden berjenis kelamin perempuan. b. Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir Hasil uji deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir disajikan pada tabel berkut ini:
70
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir Jabatan Terakhir Frekuensi Partner 0 Manajer 0 Supervisor 2 Auditor Senior 22 Auditor Junior 56 Total 80 Sumber: Data primer yang diolah
Persentase 0% 0% 2,5% 27,5% 70% 100%
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diperoleh informasi bahwa mayoritas responden sebanyak 56 orang atau sebesar 70% menduduki posisi sebagai auditor junior. Responden yang menduduki jabatan sebagai auditor senior sebanyak 22 orang atau 27,5%, sedangkan supervisor sebanyak 2 orang atau 2,5%. Responden yang menduduki jabatan sebagai partner dan manajer tidak ikut serta dalam mengisi kuesioner ini. c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 4.5 menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir. Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Frekuensi Persentase D3 11 13,75% S1 67 83,75% S2 2 2,5% Total 80 100% Sumber: Data primer yang diolah
71
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 67 responden atau 83,75%. Sisanya sebesar 2,5% atau sebanyak 2 orang berpendidikan terakhir Strata Dua (S2) dan sebesar 13,75% atau sebanyak 11 orang berpendidikan terakhir Diploma III (D3). d. Deskripsi responden berdasarkan usia Tabel 4.6 berikut ini disajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan usia. Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi 21-30 72 31-40 5 41-50 3 Total 80 Sumber: Data primer yang diolah
Persentase 90% 6,25% 3,75% 100%
Tabel 4.6 menunjukkan responden yang bekerja pada kantor akuntan publik auditor yang berusia 41-50 tahun sebanyak 3,75%, responden yang berusia 31-40 tahun sebanyak 6,25%, yang berusia 21-30 tahun sebanyak 90%. e.
Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja Berikut ini adalah hasil uji responden berdasarkan pengalaman kerja
72
Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Pengalaman Kerja <1 tahun 1-3 tahun >3 tahun Total
Frekuensi 27 51 2 80
Persentase 33,75% 63,75% 2,5% 100%
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden (sebanyak 63,75%) atau sekitar 51 auditor memiliki pengalaman bekerja 1-3 tahun, dan 33,75% atau sebanyak 27 auditor memiliki pengalaman bekerja >1 tahun, sebesar 2,5% atau sebanyak 2 auditor memiliki pengalaman bekerja >3 tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi independensi, akuntabilitas, profesionalisme dan kualitas audit akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.8
73
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Mean Statistic
Std. Deviation Std. Error
Statistic
TI
80
32
48
39.78
.419
3.748
TA
80
31
50
40.55
.444
3.968
TP
80
28
50
38.20
.494
4.416
TKA
80
35
49
41.01
.317
2.835
Valid N (listwise)
80
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel independensi jawaban minimum responden sebesar 32 dan maksimum sebesar 48, dengan ratarata total jawaban 39,78 dan standar deviasi sebesar 3,748. Variabel akuntabilitas jawaban minimum responden sebesar 31 dan maksimum sebesar 50, dengan rata-rata total jawaban 40,55 dan standar deviasi sebesar 3,968. Pada profesionalisme minimum jawaban responden sebesar 28 dan maksimum sebesar 50, dengan rata-rata total jawaban 38,20 dan standar deviasi sebesar 4,416. Sedangkan, pada variabel kualitas audit jawaban minimum responden sebesar 35 dan maksimum sebesar 49, dengan rata-rata total jawaban 41,01 dan standar deviasi sebesar 2,835. 2. Hasil Uji Kualitas Data a. Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
74
Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari empat variabel
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
independensi (I), akuntabilitas (A), profesionalisme (P), dan kualitas audit (KA), dengan 80 sampel responden. Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Independensi Nomor Pearson Butir Pertanyaan Correlation 1 (I1) 0,457** 2 (I2) 0,500** 3 (I3) 0,624** 4 (I4) 0,549** 5 (I5) 0,482** 6 (I6) 0,716** 7 (I7) 0,707** 8 (I8) 0,542** 9 (I9) 0,487** 10 (I10) 0,526** Sumber: Data primer yang diolah
Sig (2-Tailed) 0,004 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 4.9 menunjukkan variabel independensi mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Akuntabilitas Nomor Butir Pertanyaan 11 (A1) 12 (A2) 13 (A3) 14 (A4) 15 (A5)
Pearson Corelation 0,419** 0,452** 0,737** 0,761** 0,808**
Sig (2-Tailed) 0,004 0,000 0,000 0,000 0,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
75
Tabel 4.10 (Lanjutan) Nomor Butir Pertanyaan 16 (A6) 17 (A7) 18 (A8) 19 (A9) 20 (A10)
Pearson Corelation 0,680** 0,731** 0,620** 0,420** 0,450**
Sig (2-Tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.10 menunjukkan variabel akuntabilitas mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Profesionalisme Nomor Pearson Butir Pertanyaan Corelation 21 (P1) 0,578** 22 (P2) 0,652** 23 (P3) 0,647** 24 (P4) 0,675** 25 (P5) 0,612** 26 (P6) 0,550** 27 (P7) 0,545** 28 (P8) 0,378** 29 (P9) 0,423** 30 (P10) 0,467** Sumber: Data primer yang diolah
Sig (2-Tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 4.11 menunjukkan variabel profesionalisme mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
76
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Kualitas Audit Nomor Butir Pertanyaan 31 (KA1) 32 (KA2) 33 (KA3) 34 (KA4) 35 (KA5) 36 (KA6) 37 (KA7) 38 (KA8) 39 (KA9) 40 (KA10)
Pearson Corelation 0,570** 0,464** 0,644** 0,677** 0,585** 0,644** 0,495** 0,448** 0,343** 0,343**
Sig (2-Tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002 0,002
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.12 menunjukkan variabel kualitas audit mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. b. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Independensi Akuntabilitas Profesionalisme Kualitas Audit
Cronbach’s Alpha 0,759 0,814 0,761 0,712
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
77
Tabel 4.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel Independensi
sebesar
0,759,
akuntabilitas
sebesar
0,814,
profesionalisme sebesar 0,761, dan kualitas audit sebesar 0,712. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya. 3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Multikolonieritas Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
16.176
2.493
TI
.252
.084
TA
.180
TP
.196
Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
6.490
.000
.333
2.996
.004
.458
2.183
.083
.253
2.173
.033
.419
2.387
.058
.306
3.400
.001
.699
1.432
a. Dependent Variable: TKA
Sumber: Data primer yang diolah
78
Berdasarkan tabel 4.14 diatas terlihat bahwa nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1 untuk setiap variabel, nilai tolerance dan VIF untuk independensi sebesar 0,458 dan 2,183, lalu nilai tolerance dan VIF untuk akuntabilitas sebesar 0,419 dan 1,168, nilai tolerance dan VIF untuk profesionalisme sebesar 0,699 dan 1,432. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam penelitian ini. b. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
79
Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan pada gambar berikut ini. Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer yang diolah Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan
bahwa
model
regresi
telah
memenuhi
asumsi
normalitas. c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.
80
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi
kualitas
mempengaruhinya,
yaitu
audit
berdasarkan
independensi,
variabel akuntabilitas
yang dan
profesionalisme. 4. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:
81
a. Uji Koefisien Adjusted R Square Uji koefisien adjusted R Square dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square b
Model Summary
Model 1
R .755
R Square a
.570
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .553
1.896
a. Predictors: (Constant), TP, TI, TA b. Dependent Variable: TKA
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.15 menunjukkan nilai R sebesar 0,755 atau 75,5%. Hal ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah kuat karena > 0,50 Nilai Adjusted R Square sebesar 0,553 atau 55,3%, ini menunjukkan bahwa variabel kualitas audit yang dapat dijelaskan oleh variabel independensi, akuntabilitas dan profesionalisme adalah sebesar 55,3%, sedangkan sisanya sebesar 0,447 atau 44,7% (1-0,553) dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. Standar Error of Estimation (SEE) sebesar 1,896. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
82
b. Hasil Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.16, jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak.. Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik t Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
16.176
2.493
TI
.252
.084
TA
.180
TP
.196
Coefficients Beta
t
Sig.
6.490
.000
.333
2.996
.004
.083
.253
2.173
.033
.058
.306
3.400
.001
a. Dependent Variable: TKA
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel independensi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,004. Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel independensi lebih kecil dari 0,05. Hal ini telah sesuai dengan penelitian Deis dan Giroux (1992) yang menyatakan bahwa lama waktu auditor melakukan kerjasama dengan klien (tenure) berpengaruh negatif terhadap kualitas audit,
83
dimana tenure merupakan hal yang terkait dengan independensi. Pendapat De Angelo (1981) yang menyatakan bahwa independensi merupakan hal yang penting selain kemampuan teknik auditor juga sesuai dengan hasil penelitian ini. Auditor harus memiliki kemampuan dalam mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap independen merupakan hal yang melekat pada diri auditor, sehingga independen seperti telah menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki. Tidak mudah menjaga tingkat independensi agar sesuai dengan jalur yang seharusnya. Kerjasama dengan klien yang terlalu lama bisa menimbulkan kerawanan atas independensi yang dimiliki auditor. Belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan klien selama penugasan audit untuk auditor. Bukan tidak mungkin auditor menjadi “mudah dikendalikan” klien karena auditor berada dalam posisi yang dilematis. Shockley (1981) dalam Carey dan Simnett, R. (2006:5) melakukan penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh terhadap independensi akuntan publik dimana responden penelitiannya adalah kantor akuntan publik, bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan lama hubungan audit dengan klien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP yang memberikan jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko
84
rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan antar KAP juga dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan KAP yang lebih besar. Sedangkan faktor lama ikatan hubungan dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap independensi akuntan publik. Abu Bakar et al. (2005) telah melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor, dalam penelitiannya
terdapat
enam
hal
yang
dapat
mempengaruhi
independensi auditor, yaitu ukuran KAP, tingkat persaingan antar KAP, lamanya waktu audit, besarnya audit fee yang diterima KAP, pemberian jasa konsultasi manajemen oleh KAP, dan keberadaan komite audit. Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel akuntabilitas mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,033. menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel akuntabilitas lebih kecil dari 0,05. Jika auditor memiliki motivasi atau dorongan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan maka pekerjaan tersebut akan dikerjakan sungguh-sungguh, sehingga auditor akan mencurahkan seluruh usaha dan daya pikirnya, dengan begitu pekerjaan selesai tepat pada waktunya. Penelitian ini
85
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mardisar et al. (2007), Dan Cloyd (1997). Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel profesionalisme mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hal ini berarti menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel profesionalisme lebih kecil dari 0,05. Hubungan antara profesionalisme dan kualitas audit bersifat positif. Profesionalisme pada hakikatnya merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh seseorang yang melaksanakan pekerjaan sesuai dengan profesinya, sikap tersebut meliputi: kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan keahlian dan kompetensi yang dimiliki pada bidangnya,
kemampuan
menyelesaikan
pekerjaan
tepat
pada
waktunya, kemampuan dalam hal memecahkan masalah dan kemampuan meminimalisir kesalahan. Dalam hal ini seorang auditor yang bekerja memberikan jasa kepada klien harus betul-betul bersikap profesional agar pekerjaan yang dilaksanakan memberikan hasil yang maksimal. Tentunya dengan profesi tersebut, auditor menemukan banyak tantangan, seperti intimidasi dari klien ataupun dari sesama rekan seprofesi. Dalam hal ini tingkat profesionalisme auditor dapat terlihat, terlebih lagi ketika pekerjaan yang dilakukan menyangkut kualitas audit yang dihasilkan. Semakin profesional seorang auditor, maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. Jadi, ada semacam
86
sikap yang mendorong auditor untuk bekerja sesuai dengan keahliannya. Penelitian ini mendukung penelitian Lavin (1976) dalam alim (2007), Ussahawanichakit (2008) dan Baotham (2007) yang menyatakan bahwa profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. c. Hasil Uji Statistik F Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.17, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Tabel 4.17 Hasil Uji Statistik F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
361.885
3
120.628
Residual
273.103
76
3.593
Total
634.987
79
F 33.569
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), TP, TI, TA b. Dependent Variable: TKA
Sumber: Data primer yang diolah Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.17 nilai F diperoleh sebesar 33,569 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha4 diterima, sehingga 87
dapat
dikatakan
bahwa
independensi,
akuntabilitas
serta
profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Meningkatnya tekanan dari klien dan adanya konflik kepentingan membuat auditor dapat kehilangan
independensinya, sehingga
menyebabkan perilaku disfungsional auditor yang menjadi indikasi menurunnya kualitas audit. Adanya motivasi dalam diri akan membuat pekerjaan diselesaikan dengan baik dan tepat waktu yang tentunya dapat meningkatkan kinerja. Seorang auditor yang bekerja dengan sikap profesionalisme yang tinggi dan perilaku yang baik dalam melaksanakan audit akan menghasilkan suatu laporan audit yang berkualitas. Untuk itu diharapkan dalam penerapannya auditor harus melaksanakan seluruh prosedur audit yang telah dibuat dan mematuhi kode etik profesi akuntan publik sehingga laporan audit yang dibuat betul-betul menggambarkan kondisi perusahaan sebenarnya tanpa ada rekayasa dan segala bentuk kecurangan. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007),
Mardisar et al. (2007), Abu Bakar (2005), Ussahawanichakit (2008), dan Christiawan (2005).
88
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme terhadap kualitas audit. Responden penelitian ini berjumlah 80 auditor yang bekerja di 30 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Jakarta dan berdasarkan Directory KAP yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tahun 2011. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi variabel independensi sebesar 0,004 < 0,05. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007), Sukriah et al. (2009), dan Christiawan (2005) yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, dimana kompetensi tersebut terdiri menjadi dua dimensi, yaitu pengalaman dan pengetahuan. 2. Variabel akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi variabel akuntabilitas sebesar 0,033 < 0,05. Hasil penelitian ini telah berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mardisar et al. (2007), Cloyd (1997), serta Tetlock dan Kim (1987).
89
3. Profesionalisme memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini dapat dijelaskan dengan besarnya tingkat signifikansi variabel profesionalisme sebesar 0,001 < 0,05. Hasil penelitian ini telah berhasil
mendukung
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Phapruke
Ussahawannitchakit (2008) dan Sumintorn Baotham (2007). 4. Independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Sebagaimana yang dapat dilihat pada hasil uji statistik F pada tabel 4.17 yang menunjukkan bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007), Mardisar et al. (2007), Sukriah et al. (2009), Cloyd (1997), Christiawan (2005), Wibowo et al. (2009), Phapruke Ussahawannitchakit (2008) dan Sumintorn Baotham (2007).
B. Implikasi Berdasarkan independensi,
kesimpulan
akuntabilitas,
di dan
atas,
menunjukkan
profesionalisme
bahwa
berpengaruh
variabel secara
signifikan terhadap kualitas audit. Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor sangat ditekankan untuk memiliki berbagai pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan audit, dengan adanya suatu keharusan yang mutlak tersebut membuat para auditor agar senantiasa secara terus-menerus melakukan proses belajar dan mencari pengalaman yang sebanyakbanyaknya. Sebab tidak dapat diragukan lagi bahwa pengetahuan tidak hanya
90
diperoleh dari dunia akademik atau pendidikan formal, tetapi juga dapat terus ditingkatkan dan dikembangkan melalui pengalaman audit. Seorang auditor yang memiliki rasa tanggung jawab (akuntabilitas) akan mengalami suatu dorongan psikologis dalam dirinya sehingga dalam melakukan sesuatu penuh dengan sikap tanggung jawab, mencurahkan seluruh kemampuan dan daya pikir serta perhatian penuh. Jika seseorang memiliki rasa akuntabilitas, maka ia yakin bahwa pekerjaan tersebut akan dilihat dan dinilai oleh atasannya. Jika dikaitkan dengan berbagai kasus dan skandal akuntansi yang terjadi, maka diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi panduan bagi seluruh auditor didalam melaksanakan pekerjaannya agar menjadi berkualitas. Diharapkan dengan terus meningkatkan kompetensinya, menanamkan independensi dalam diri auditor serta melakukan pekerjaan secara profesional akan dapat mengendalikan kemungkinan terjadinya berbagai skandal akuntansi keuangan seperti yang pernah terjadi. Kekecewaan masyarakat yang pernah timbul akibat terjadinya berbagai skandal akuntansi disebabkan oleh kurangnya sikap independen para auditor yang menjadi tumpuan masyarakat dalam menjembatani perbedaan kepentingan antara manajemen dengan para pengguna laporan keuangan, diharapkan dengan memahami pentingnya auditor yang kompeten dan independen, maka masyarakat dapat lebih berwawasan dalam membuat keputusan atas laporan keuangan auditan. Sikap independensi dapat membuat auditor lebih leluasa dalam mengungkapkan apa yang seharusnya diungkapkan, dengan demikian Ia
91
dapat menilai suatu fakta secara objektif. Akuntabilitas akan dapat mendorong auditor untuk melaksanakan audit secara maksimal karena adanya supervisi dari atasan, profesionalisme yang melekat pada diri seorang auditor akan menimbulkan kewibawaan dan kecakapan dalam melakukan audit. Dari pemaparan diatas tentunya kualitas pekerjaan audit akan lebih baik dan meningkat. Mengingat betapa pentingnya unsur-unsur yang menunjang kualitas audit tersebut maka kualitas audit dapat terjaga jika unsur-unsur tersebut menjadi perhatian bagi para auditor.
C. Saran Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal, diantaranya: 1. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Dimana kualitas audit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal, misalnya: struktur audit, sistem pengendalian, dan perilaku setiap individu. Faktor eksternal misalnya tingginya tingkat persaingan. 2. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas daerah survei, sehingga hasil penelitian lebih mungkin untuk disimpulkan secara umum. 3. Peneliti lebih lanjut sebaiknya mendatangi responden secara langsung dalam menyebar kuesioner dibandingkan melalui pos, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah kuesioner yang tidak kembali.
92
4. Hendaknya penelitian selanjutnya mempersiapkan lebih banyak biaya dan waktu dalam melakukan penelitian empiris guna lebih meningkatkan perolehan data dari responden. 5. Peneliti
selanjutnya
disarankan
untuk
mendapatkan
data
berupa
wawancara dari beberapa auditor yang menjadi responden penelitian agar bisa mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaanpertanyaan kuesioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
93
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Nur Barizah. Abdul Rahman, Abdul Rahim. and Abdul Rashid, Hafiz Majdi.”Factors Influencing Auditor Independence: Malaysian Loan Officers’ Perceptions”, Managerial Auditing Journal, Department of Accounting Faculty of Economics and Management Sciences International Islamic University Malaysia, Kuala Lumpur, 2005. Agoes, Sukrisno. “Auditing Jilid I & II (Pemeriksaan Akuntansi) Oleh Kantor Akuntan Publik” Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2007. Alim, M. Nizarul et al., “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”, SNA X Makassar, Makassar, 2007. Anonim, “Tugas Etika Profesi Akuntansi”. http://wartawargagunadarma.ac.id/, Didownload pada 14 Juli 2012. Baotham, Sumintorn, “Effects of Professionalism on Audit Quality and Self-image of CPAs in Thailand”, International Journal of Bussiness Strategy, 2007. Boynton, William C. and Raymond N. Johnson. “Modern Auditing: Assurance Services and The Integrity of Financial Reporting”, 8th edition, John Wiley & Sons Inc., United States of America, 2006. Boynton, William C. and Raymond N. Johnson, Walter G. Kell. “Modern Auditing”, Edisi Ketujuh, John Willey & Sons Inc., New York, 2002. Christiawan, Yulius Jogi. “Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit Laporan Keuangan Historis”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 7 No.1, Universitas Kristen Petra, Jakarta, 2005. Cloyd. C. Bryan. “Performance in Research Task: The Join Effect of Knowledge and Accountability”, Journal of Accounting Review, 1997. De Angelo, L.E. “Auditor Independence, Low Balling, and Disclosure Regulation”. Journal of Accounting and Economics 3, 1981.
94
Deis, D.R. dan G.A. Groux. “Determinants of Audit Quality in The Public Sector”. The Accounting Review, 1992. Elder, Randal J., Mark S. Beasley and Alvin A. Arens. “Auditing and Assurance Services, An Integrated Approach”, Thirteenth Edition, Pearson Education Inc., New Jersey, 2010. Erna Widiastuti dan Rahmat Febrianto, “Pengukuran Kualitas Audit: Sebuah Esai” 2010. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009. Gunawan, Adi W., “Manage Your Mind For Success”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2012. Gondodiyoto, Sanyoto, “Audit Sistem Informasi + Pendekatan CobIT”, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta, 2007. Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Herawaty, Arleen Dkk., “Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas”. The 2nd National Conference UKWMS Surabaya, 2008 Hogan, C.E., “Cost and Benefits of Audit Quality in the IPO Market:A Self Selection Analysis”, The Accounting Review, 1997. Institut Akuntan Publik Indonesia, “Standar Profesional Akuntan Publik”, Salemba Empat, Jakarta 2011. Ikhsan, Arfan, “Profesionalisme Auditor Pada Kantor Akuntan Publik dilihat dari Perbedaan Gender, Kantor Akuntan Publik dan Hirarki Jabatannya”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 9 No. 3 Desember 2007, 199 - 222, Universitas Medan, 2007. Indriantoro, Nur. Supomo, Bambang, “Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi Dan Manajemen”, Edisi ke-1, BPFE,Yogyakarta, 2002.
95
Knapp, M. C., “Audit Conflict: An Empirical Study of the Perceived Ability of Auditor to Resist Management Pressure”, The Accounting Review Vol. LX No. 2, 1985. Knechel, W. Robert and Vanstraelen, Ann. “The Relationship Between Auditor Tenure and Audit Quality Implied by Going Concern Opinions”, A Journal of Practise & Theory Vol. 26, No. 21, 2007. Libby, R. dan Luft, J. “Determinants of Judgment Performance in Accounting Settings: Ability, Knowledge, Motivation and Environment”, Accounting Organization and Society, 1993. Mardisar, Diani. Sari, Ria Nelly. “Pengaruh Akuntabilitas Dan Pengetahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor”, Simposium Nasional Akuntansi Universitas Hasanuddin, Makassar, 2007. Mautz, R.K and Sharaf, Hussein A. ”The Philosophy of Auditing”, American Accounting Association, Sarasota, 1993. Mayangsari, S. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasi eksperiman”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6, No. 1, 2003. Pany, K dan Reckers, M.J. “The Effect of Gifts, Discount, and Client Size on Perceived Auditor Independence”, The Accounting Review, 1980. Parsaoran, David. “Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk”. http://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04, didownload pada 14 Juli 2012. Reza Surya. “Pengaruh Emotional quotient Auditor Terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik”, Perspektif: Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol 9 No.1 Juni Hal 33-40, 2004. Shockley, R.A. “Perception’s of Auditor independence: An Empirical Analysis”, The Accounting Review, 1981. Dalam Carey dan Simnett, R. “Audit Partner Tenure and Audit Quality”, The Accounting Review, 2006. Sri Trisnaningsih. “Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan, da Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor”, Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 2007.
96
Susiana dan Arleen Herawaty, “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”. SNA X Makassar, 2007 Tan, Tong Han dan Alison, Kao. “Accountability Effect on Auditor’s Performance: The Influence of Knowledge, Problem Solving Abiility and Task Complexity”, Journal of Accounting Research, 1999. Teoh, S.H., dan T.J.Wong. ”Perceived Audit Quality and The Earnings Response Coefficient”, The Accounting Review, 1993. Tetlock, P.E dan J.L Kim. “Accountability and Judgment Process in a Personality Prediction Task”, Journal of Personality and Social Psychology, 1987. Trisnaningsih, Sri. “Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Corporate Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor”, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Jawa Timur, 2006. Ussahawanitchakit, Phapruke, “Relationship Quality, Profesionalism, and Audit Quality: Empirical Study of Auditors in Thailand”. International Journal of Bussiness Strategy, Thailand, 2008. Wahyudi, Hendro dan Aida Ainul Mardiyah, “Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan”. SNA IX Padang, 2006. Watts, R. dan Zimmerman, J. “Positive Accounting Theory”, Prentice Hall, New York, 1986. Wibowo, Arie. Rossieta, Hilda. “Faktor-Faktor Determinasi Kualitas Audit: Suatu Studi Deskriptif”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan , Universitas Indonesia, Depok, 2009. Widagdo, R,S. Lesmana, dan Irwandi, S. A. “Analisis Pengaruh Atribut-atribut Kualitas Audit Terhadap Kepuasan Klien (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta), SNA 5, Semarang, 2002.
97
Yendrawati, Reni, “Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan”. Dalam Jurnal Fenomena : Vol. 6 No.1, 2008.
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
99
Lampiran 1 Surat Penelitian Skripsi
100
101
Lampiran 2 Surat Penelitian
102
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner
Jakarta, 19 November 2010
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i Responden Di Tempat
Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya: Nama
: Rahmawati
NIM
: 107082003473
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Ilmu Sosial/Akuntansi/VII bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Role Stress Terhadap Kinerja Auditor Dengan Emotional Quotient Sebagai Variabel Moderating”. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah menggangu waktu bekerja Bapak/Ibu/Sdr/i. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian. Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i merupakan faktor kunci untuk mengetahui pengaruh role stress terhadap kinerja auditor dengan emotional quotient sebagai pemoderasi. Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
103
104
Lampiran 3 Surat Keterangan Dari KAP
105
106
107
108
109
Lampiran 4 Kuesioner penelitian
110
111
112
113
114
115
116
Lampiran 5 Daftar Jawaban Responden
117
IDENTITAS RESPONDEN
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
JK
Usia 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1
PosTer 27 37 22 25 30 26 25 21 27 27 23 24 25 23 27 40 24 25 26 25 33 26 29 27 26 25 26 26 25 24 32 34 42 30 26 47 29 26 25 46 26 23 24 24 30
PendTer 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 3 5 5 5 3 5 5 5 5 5
PengKer 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 1 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 118
IDENTITAS RESPONDEN (Lanjutan)
NO. 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
JK
Usia 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1
PosTer 22 22 24 22 22 24 24 25 25 22 28 26 26 25 24 24 30 30 25 23 29 24 25 24 23 27 25 23 23 26 29 22 23 26 27
PendTer 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4
PengKer 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 2
2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
119
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL INDEPENDENSI
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
I1 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 2 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 5 4 4
I2 4 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4
I3 4 3 3 2 3 5 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 3
I4 5 3 4 4 4 4 4 5 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 5 3 4 4 3
I5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 5 4 4 5 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4
I6 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 3 5 4 4
I7 4 5 4 2 4 4 4 5 4 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 3
I8 4 5 3 4 3 5 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 5 3 4 4 4 3 3 4 4 4
I9 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 3 4 4 4 3 3 4 4 4
I10 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 1 3 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 3 3
TI 41 42 38 36 36 44 40 44 39 37 34 34 36 36 36 36 37 32 43 37 38 39 43 41 41 38 46 37 42 41 44 39 41 42 47 44 34 43 39 36 120
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL INDEPENDENSI (Lanjutan)
NO 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
I1 5 5 4 5 3 3 5 5 5 5 2 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4
I2 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 4
I3 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4
I4 4 4 4 5 4 3 5 5 4 5 2 4 5 4 3 2 4 4 4 1 4 4 4 2 4 4 4 5 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5 4 4
I5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 2 3 4
I6 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
I7 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 5 5 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4
I8 5 5 4 5 4 5 5 4 2 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 5 5 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4
I9 5 5 4 5 4 5 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4
I10 5 4 4 4 5 3 5 5 4 3 4 4 4 3 2 3 3 1 3 3 3 4 4 2 4 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5
TI 45 45 40 45 40 39 47 47 37 48 36 38 47 37 36 37 39 36 36 40 40 42 42 36 38 38 33 41 47 39 39 39 37 40 47 39 38 40 38 41 121
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL AKUNTABILITAS
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
A1 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4
A2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4
A3 3 4 4 2 3 5 4 5 3 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 3 5 4 3
A4 4 3 5 4 4 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 3 5 4 4
A5 4 3 5 2 3 5 4 5 4 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 2 4 4 3
A6 4 1 5 3 3 5 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 2 2 4 3 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4
A7 3 3 4 4 3 5 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 1 2 3 3 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 3
A8 4 3 4 3 3 5 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3
A9 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
A10 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
TA 38 33 44 34 35 47 39 41 39 36 34 34 40 40 40 40 31 33 37 35 39 41 47 40 40 39 47 40 43 43 44 43 43 41 46 44 37 42 40 36 122
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL AKUNTABILITAS (Lanjutan)
NO 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
A1 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4
A2 4 5 4 4 4 3 3 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
A3 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4
A4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 5 5 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4
A5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 3 4 5 4 4 4 4 4 3 5 5 5 4 4 3 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4
A6 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4
A7 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4
A8 4 5 4 4 3 3 4 5 4 5 3 3 5 3 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 5 4 4 4 3 3 5 3 3 2 4 4
A9 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 4 3 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 5
A10 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3 3 5
TA 41 44 40 42 39 40 43 47 40 50 36 39 48 37 40 40 40 42 42 46 43 45 43 44 36 40 36 43 48 40 40 41 35 42 49 39 40 39 38 42 123
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL PROFESIONALISME
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
P1 2 5 2 4 3 5 3 4 5 3 2 4 3 3 3 3 4 4 2 2 4 2 4 2 4 2 5 4 3 2 5 4 4 5 4 5 2 5 4 4
P2 2 1 2 4 3 2 4 5 3 3 2 2 4 4 4 3 2 2 3 2 4 4 5 2 4 4 5 4 2 4 5 5 4 5 5 4 2 4 4 4
P3 2 3 5 4 3 2 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 5 5 2 4 4 4 4 2 5 5 5 5 5 4 5 2 5 4 5
P4 3 3 5 4 4 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 5 2 5 4 4
P5 3 3 2 4 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 5 2 4 2 5 4 3 2 5 5 4 4 3 5 2 3 4 4
P6 2 2 2 2 2 3 2 2 5 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 2 2 2 3 4 2 4 2 4 4 4 3 4 3 2 3 2 4
P7 4 4 4 4 3 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
P8 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3
P9 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3
P10 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 5 4 3 5 4 3 5 4 5 4 4 4 4 3
TP 29 33 34 38 33 32 37 40 43 36 33 34 38 38 38 37 33 36 31 31 37 36 41 28 38 34 47 38 34 39 48 43 43 42 41 43 28 41 38 38 124
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL PROFESIONALISME (Lanjutan)
NO 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
P1 4 2 4 4 4 2 4 5 5 4 2 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 2 3 4 2 5 3 2 4 2 3 2 5 3 3 2 2 4
P2 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 1 4
P3 5 5 4 5 4 4 4 3 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4
P4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4
P5 4 2 4 5 3 4 5 5 5 5 4 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4 5 4 3 4 5 3 4 4 2 4 2 4 4 5 2 1 5 3 4
P6 4 4 5 2 4 2 5 5 5 5 3 4 4 2 2 3 2 4 3 5 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 5 3 3 3 4 4 3
P7 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 3 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 5 4 3 4 4 4 5 5 4 4 3 5 4 4 5 4 5 4
P8 4 5 5 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 2 5 4 3 5 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 3 5 3
P9 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
P10 5 5 5 3 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4 3 3 5 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
TP 42 41 45 40 39 36 45 44 50 44 35 39 42 37 36 29 40 38 36 43 39 42 39 37 36 42 36 42 39 39 40 34 36 41 43 36 38 40 37 38 125
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KUALITAS AUDIT
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 TKA 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38 4 5 4 3 3 4 4 4 4 4 39 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 38 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 42 2 4 4 4 4 4 4 5 4 5 40 2 5 5 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 49 3 4 4 3 4 4 4 4 5 5 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 3 3 4 4 4 3 4 5 4 4 38 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38 4 5 4 3 3 4 3 4 4 4 38 4 5 5 3 3 4 4 4 3 4 39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 4 4 4 5 5 4 3 4 4 38 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 38 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 43 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 42 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 46 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 40 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 43 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 43 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 42 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 42 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 42 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 42 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 46 3 5 3 3 3 4 4 3 4 3 35 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 38 126
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KUALITAS AUDIT (Lanjutan)
NO 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 TKA 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 44 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 42 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 40 3 3 5 5 4 4 4 5 4 4 41 3 3 5 5 4 4 4 5 4 5 42 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 40 1 5 5 5 5 3 5 4 4 4 41 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 40 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 46 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 41 2 4 5 4 4 4 4 4 5 4 40 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 37 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 45 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 47 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 42 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 47 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41 2 4 4 4 4 5 5 4 4 4 40 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 40 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 127
Lampiran 6 Output Hasil Pengujian Data
128
HASIL UJI VALIDITAS INDEPENDENSI
Correlations I1 I1
I2
.206
.232
.339
.920
.040
.067
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.108
1
Sig. (2-tailed)
.339
1
80
.340
**
.393
**
.245
*
.099
.156
.038
.025
.439
.382
.168
.000
80
80
80
80
80
80
*
.076
.081
.142
**
.259
.457
.500
**
**
.020
.504
.475
.209
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
.215
.186
.261
.056
.099
.019
.000
.000
.003
.004
.000
80
80
80
80
80
80
**
.045
-.038
.239
.002
80
80
80
80
80
.340
**
.215
1
.179
Pearson Correlation
.230
Sig. (2-tailed)
.040
.000
.056
80
80
80
Pearson Correlation
.206
.245
*
Sig. (2-tailed)
.067 80
.393
.333
*
**
.520
.325
**
.388
**
.325
**
.322
**
*
.624
.549
**
**
.112
.003
.003
.692
.739
.033
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
.186
.179
1
**
.128
.130
.049
.028
.099
.112
.000
.005
.259
.249
.665
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
.324
**
.261
*
.333
**
Pearson Correlation
.232
Sig. (2-tailed)
.038
.003
.019
.003
.000
80
80
80
80
80
N
.088
.251
.003
.920
*
TI
.028
Sig. (2-tailed)
N
I10
.000
.011
*
I9
*
.324
*
I8
.002
Pearson Correlation
N
I6
I7
*
N
I5
I6
.230
N
I4
I5
.011
N
I3
I4
.108
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
I2
I3
.440
.440
**
80
.311
.560
**
.395
**
.333
**
.260
*
.482
.716
**
**
.000
.000
.003
.020
.000
80
80
80
80
80
129
I7
I9
I10
.208
.279
.011
.064
.012
.000
80
80
80
80
80
*
1
**
.073
.000
.522
.000
80
80
80
80
**
1
.076
.005
.000
80
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.088
.076
**
.045
.128
Sig. (2-tailed)
.439
.504
.000
.692
.259
.000
.011
80
80
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.099
.081
**
-.038
.130
**
.208
Sig. (2-tailed)
.382
.475
.003
.739
.249
.003
.064
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.156
.142
*
.049
.260
*
Sig. (2-tailed)
.168
.209
.004
.033
.665
.020
80
80
80
80
80
80
N TI
*
.003
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.457
**
.500
**
.322
.624
**
**
.239
.549
**
.482
**
.560
**
.000
.325
.311
**
.020
.388
.325
**
.025
N
.520
**
Sig. (2-tailed)
N
.259
*
.251
N I8
*
Pearson Correlation
.395
.333
.716
**
*
**
1
.284
.284
.698
.698
*
.707
.542
.487
**
**
**
.502
.000
80
80
80
.073
.076
1
.012
.522
.502
80
80
80
.279
.707
**
.542
**
.487
**
.526
**
.000 80
80
**
1
.526
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
130
HASIL UJI VALIDITAS AKUNTABILITAS Correlations A1 A1
Pearson Correlation
A2
A2
A3
A5
.208
.014
.077
.242
.073
80
80
80
80
80
*
1
.209
.249
*
.219
.063
.026
.051
80
80
.014
A6
.275
80
80
80
Pearson Correlation
.199
.209
1
Sig. (2-tailed)
.077
.063
80
80
Pearson Correlation
.132
.249
Sig. (2-tailed)
.242
.026
.000
80
80
80
Pearson Correlation
.201
.219
Sig. (2-tailed)
.073
.051
.000
.000
80
80
80
80
N
.314
*
**
.680
**
.737
**
A8
A9
A10
TA
**
.102
.131
.166
.064
.000
.369
.248
.141
.000
80
80
80
80
80
80
*
.093
.101
.241
.005
.020
.411
.372
.031
.000
80
80
80
80
80
80
*
.195
.314
.354
**
**
.402
.260
.371
**
.429
**
.226
*
.419
.452
.737
**
**
**
.000
.000
.001
.001
.000
.044
.084
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
*
.158
.680
.737
.354
**
**
.651
**
.489
**
.521
**
.394
**
.239
.761
**
.000
.000
.000
.000
.033
.162
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
.651
.489
**
.517
**
.523
**
.396
**
.288
**
.234
*
.808
**
.000
.000
.000
.010
.037
.000
80
80
80
80
80
80
80
**
1
**
-.036
.053
.000
.002
.749
.638
.000
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.208
Sig. (2-tailed)
.064
.005
.001
.000
.000
80
80
80
80
80
N
A7
.201
Sig. (2-tailed)
N
A6
.132
.275
N A4
A5
.199
Pearson Correlation
N
A4
*
1
Sig. (2-tailed) N
A3
.517
80
.601
**
.345
.680
**
131
A7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.371
**
.521
**
.523
**
.601
**
**
.065
.138
.000
.567
.223
.000
80
80
80
80
80
**
1
.251
1
.405
.000
.000
.000
80
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.102
.093
Sig. (2-tailed)
.369
.411
.000
.000
.000
.002
.000
80
80
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.131
.101
.226
**
-.036
.065
.251
Sig. (2-tailed)
.248
.372
.044
.033
.010
.749
.567
.025
80
80
80
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.166
.241
*
.195
.158
.234
*
.053
.138
Sig. (2-tailed)
.141
.031
.084
.162
.037
.638
.223
.009
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
N TA
*
.001
N A10
.260
.020
N A9
**
.000
N A8
.402
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.419
**
.452
**
.429
.737
**
*
**
.394
**
.239
.761
*
**
.396
.288
.808
**
**
.345
.680
**
**
.405
.731
**
*
.291
**
.731
.620
**
**
.025
.009
.000
80
80
80
80
*
1
.291
.620
**
**
.659
**
.420
**
.000
.000
80
80
80
**
1
.659
.420
**
.450
**
.000 80
80
**
1
.450
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
132
HASIL UJI VALIDITAS PROFESIONALISME
Correlations P1 P1
Pearson Correlation
P2
P2
P3
.274
.022
.061
.014
80
80
80
80
*
1
.255
Sig. (2-tailed)
.022
P4
.008
.085
.193
.000
.032
.320
.943
.456
.086
.000
80
80
80
80
80
80
80
**
.175
.212
.108
-.032
.114
.386
.652
**
**
.313
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
**
.122
.203
.074
.017
.079
.000
.000
.279
.071
.515
.883
.486
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
*
.172
.129
.239
*
.103
.000
.014
.128
.256
.033
.365
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
.246
*
.017
-.032
-.031
.005
.028
.878
.776
.786
.968
.000
80
80
80
80
80
80
80
*
1
**
.031
.270
.002
.784
.015
.010
.000
80
80
80
80
80
.646
.408
**
.274
Sig. (2-tailed)
.014
.000
.000
80
80
80
.386
**
.586
.381
**
.586
.476
**
.000
.000
.000
.000
80
80
80
80 *
.381
.476
**
Pearson Correlation
.240
*
.175
.122
.275
Sig. (2-tailed)
.032
.120
.279
.014
.028
80
80
80
80
80
N
.578
.778
Pearson Correlation
N
.113
.240
.340
80
**
TP
.059
80
.451
**
P10
.120
.000
Pearson Correlation
.408
P9
.000
.061
Sig. (2-tailed)
P6
**
P8
*
.451
**
P7
.000
Sig. (2-tailed)
*
.646
*
P6
.000
.211
N P5
80
.255
Pearson Correlation
N
P5
.211
Pearson Correlation
N
P4
*
1
Sig. (2-tailed) N
P3
.246
.275
80
.340
*
.287
**
.647
.675
.612
.550
**
**
**
**
133
P7
P8
P9
.203
.172
.017
Sig. (2-tailed)
.320
.059
.071
.128
.878
.002
80
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.008
.108
.074
.129
-.032
.031
Sig. (2-tailed)
.943
.340
.515
.256
.776
.784
.000
80
80
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.085
-.032
.017
.239
*
-.031
.270
Sig. (2-tailed)
.456
.778
.883
.033
.786
.015
.000
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.193
.114
.079
.103
.005
Sig. (2-tailed)
.086
.313
.486
.365
.968
.010
.000
.000
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
N P10
N TP
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.578
**
.652
**
.647
**
.675
**
.612
**
.287
.550
*
**
**
.533
.511
**
.212
N
1
**
.113
N
.340
**
Pearson Correlation
.511
**
.545
**
.000
.000
.000
.000
80
80
80
80
80
**
1
.533
.511
.511
.545
**
**
**
.585
**
.403
**
.378
**
.000
.000
.001
80
80
80
80
**
1
.585
.403
.378
**
**
.471
**
.423
**
.000
.000
80
80
80
**
1
.471
.423
**
.467
**
.000 80
80
**
1
.467
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.001
.000
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
134
HASIL UJI VALIDITAS KUALITAS AUDIT
Correlations KA1 KA1
Pearson Correlation
KA2 1
Sig. (2-tailed) N KA2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KA3
KA4
.245
*
KA5
.268
*
.084
KA9
KA10
TKA
**
.034
.080
-.050
-.022
.570
**
.458
.002
.762
.480
.659
.845
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
**
.043
.126
**
.189
-.041
-.060
-.032
.009
.704
.264
.000
.094
.719
.600
.776
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
*
.017
.051
.297
.008 80 *
80
80
.291
.291
.578
**
.267
*
.278
.644
**
.012
.884
.651
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
*
.058
.026
Sig. (2-tailed)
.016
.704
.000
80
80
80
Pearson Correlation
.084
.126
Sig. (2-tailed)
.458
.264
.002
.000
80
80
80
80
**
**
.017
.043
.400
.337
**
.002
*
**
**
.464
.002
.268
.347
.344
.400
.000
Pearson Correlation
N
.347
KA8
.016
.009
Sig. (2-tailed)
KA7
.028
.028
Pearson Correlation
KA6
.008
Sig. (2-tailed)
N KA6
**
.245
N KA5
.297
Pearson Correlation
N KA4
KA3
.578
.344
.337
**
**
.655
**
.353
**
.317
**
.226
.667
**
.000
.001
.004
.044
.608
.820
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
**
1
**
.047
.180
.073
.000
.002
.678
.110
.520
.000
80
80
80
80
80
80
80
**
1
**
.099
.050
-.022
.001
.380
.662
.846
.000
80
80
80
80
80
.655
.353
**
.421
.002
.000
.002
.001
.000
80
80
80
80
80
.421
**
80
.335
.353
.585
.644
**
**
135
KA7
Sig. (2-tailed)
.762
.094
.017
.004
.002
.001
80
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.080
-.041
.278
*
.047
Sig. (2-tailed)
.480
.719
.012
.044
80
80
80
-.050
-.060
.659
N KA9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KA10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKA
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.201
.082
.349
.073
.472
.000
80
80
80
80
80
.099
.106
1
.678
.380
.349
80
80
80
80
.017
.058
.180
.050
.201
.600
.884
.608
.110
.662
.073
.009
80
80
80
80
80
80
80
80
-.022
-.032
.051
.026
.073
-.022
.082
.845
.776
.651
.820
.520
.846
.472
.000
.000
80
80
80
80
80
80
80
80
80
**
.464
**
.644
**
.667
**
.585
**
.644
**
1
.495
**
.291
**
.441
**
.495
**
.106
.570
.353
**
.267
.226
.335
**
.189
*
.317
**
.034
N KA8
*
Pearson Correlation
.448
**
.009
.000
.000
80
80
80
80
**
1
.291
.441
.448
**
**
.566
**
.343
**
.000
.002
80
80
80
**
1
.566
.343
**
.343
**
.002 80
80
**
1
.343
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.002
.002
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
136
HASIL UJI REALIBILITAS INDEPENDENSI
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 80
100.0
0
.0
80
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .740
N of Items .759
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
I1
3.71
.783
80
I2
4.20
.537
80
I3
4.06
.623
80
I4
3.93
.792
80
I5
4.11
.595
80
I6
4.14
.568
80
I7
4.05
.654
80
I8
3.99
.684
80
I9
3.94
.581
80
I10
3.65
.929
80
137
Inter-Item Correlation Matrix I1
I2
I3
I4
I5
I6
I7
I8
I9
I10
I1
1.000
.108
.011
.230
.206
.232
.251
.088
.099
.156
I2
.108
1.000
.340
.393
.245
.324
.259
.076
.081
.142
I3
.011
.340
1.000
.215
.186
.261
.520
.388
.325
.322
I4
.230
.393
.215
1.000
.179
.333
.325
.045
-.038
.239
I5
.206
.245
.186
.179
1.000
.440
.311
.128
.130
.049
I6
.232
.324
.261
.333
.440
1.000
.560
.395
.333
.260
I7
.251
.259
.520
.325
.311
.560
1.000
.284
.208
.279
I8
.088
.076
.388
.045
.128
.395
.284
1.000
.698
.073
I9
.099
.081
.325
-.038
.130
.333
.208
.698
1.000
.076
I10
.156
.142
.322
.239
.049
.260
.279
.073
.076
1.000
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
I1
36.06
11.983
.268
.148
.742
I2
35.57
12.323
.381
.274
.723
I3
35.71
11.524
.505
.474
.705
I4
35.85
11.420
.374
.274
.725
I5
35.66
12.252
.347
.237
.727
I6
35.64
11.323
.629
.527
.691
I7
35.73
11.012
.601
.499
.689
I8
35.79
11.739
.393
.553
.720
I9
35.84
12.264
.356
.511
.726
I10
36.13
11.250
.311
.191
.742
Scale Statistics Mean 39.78
Variance 14.050
Std. Deviation 3.748
N of Items 10
138
HASIL UJI REALIBILITAS AKUNTABILITAS
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 80
100.0
0
.0
80
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .823
N of Items .814
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
A1
4.25
.464
80
A2
4.14
.522
80
A3
4.10
.686
80
A4
4.15
.618
80
A5
4.03
.746
80
A6
4.04
.818
80
A7
4.00
.746
80
A8
3.68
.671
80
A9
4.08
.522
80
A10
4.10
.493
80
139
Inter-Item Correlation Matrix A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A1
1.000
.275
.199
.132
.201
.208
.402
.102
.131
.166
A2
.275
1.000
.209
.249
.219
.314
.260
.093
.101
.241
A3
.199
.209
1.000
.680
.737
.354
.371
.429
.226
.195
A4
.132
.249
.680
1.000
.651
.489
.521
.394
.239
.158
A5
.201
.219
.737
.651
1.000
.517
.523
.396
.288
.234
A6
.208
.314
.354
.489
.517
1.000
.601
.345
-.036
.053
A7
.402
.260
.371
.521
.523
.601
1.000
.405
.065
.138
A8
.102
.093
.429
.394
.396
.345
.405
1.000
.251
.291
A9
.131
.101
.226
.239
.288
-.036
.065
.251
1.000
.659
A10
.166
.241
.195
.158
.234
.053
.138
.291
.659
1.000
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
A1
36.30
14.415
.316
.248
.823
A2
36.41
14.144
.339
.206
.821
A3
36.45
12.200
.641
.658
.791
A4
36.40
12.395
.682
.601
.789
A5
36.53
11.518
.725
.669
.780
A6
36.51
12.000
.542
.492
.804
A7
36.55
11.972
.623
.555
.793
A8
36.88
12.896
.498
.326
.808
A9
36.48
14.278
.302
.510
.824
A10
36.45
14.225
.343
.489
.821
Scale Statistics Mean 40.55
Variance 15.744
Std. Deviation 3.968
N of Items 10
140
HASIL UJI REALIBILITAS PROFESIONALISME
Case Processing Summary N Cases
%
Valid
80
100.0
0
.0
80
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .746
N of Items .761
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1
3.38
1.036
80
P2
3.69
.976
80
P3
3.95
.899
80
P4
3.95
.692
80
P5
3.60
.976
80
P6
3.31
.949
80
P7
4.15
.597
80
P8
3.99
.562
80
P9
4.15
.506
80
P10
4.04
.561
80
141
Inter-Item Correlation Matrix P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P1
1.000
.255
.211
.274
.451
.240
.113
.008
.085
.193
P2
.255
1.000
.646
.408
.386
.175
.212
.108
-.032
.114
P3
.211
.646
1.000
.586
.381
.122
.203
.074
.017
.079
P4
.274
.408
.586
1.000
.476
.275
.172
.129
.239
.103
P5
.451
.386
.381
.476
1.000
.246
.017
-.032
-.031
.005
P6
.240
.175
.122
.275
.246
1.000
.340
.031
.270
.287
P7
.113
.212
.203
.172
.017
.340
1.000
.533
.511
.511
P8
.008
.108
.074
.129
-.032
.031
.533
1.000
.585
.403
P9
.085
-.032
.017
.239
-.031
.270
.511
.585
1.000
.471
P10
.193
.114
.079
.103
.005
.287
.511
.403
.471
1.000
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
P1
34.83
15.285
.388
.256
.732
P2
34.51
14.835
.495
.474
.711
P3
34.25
15.177
.503
.561
.710
P4
34.25
15.861
.574
.493
.704
P5
34.60
15.180
.444
.397
.721
P6
34.89
15.797
.372
.285
.733
P7
34.05
16.985
.439
.485
.724
P8
34.21
17.942
.261
.476
.743
P9
34.05
17.871
.322
.517
.738
P10
34.16
17.505
.359
.359
.733
Scale Statistics Mean 38.20
Variance 19.504
Std. Deviation 4.416
N of Items 10
142
HASIL UJI REALIBILITAS KUALITAS AUDIT
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 80
100.0
0
.0
80
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .684
N of Items .712
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
KA1
3.65
.943
80
KA2
4.11
.595
80
KA3
4.28
.477
80
KA4
4.10
.542
80
KA5
4.11
.503
80
KA6
4.23
.477
80
KA7
4.11
.450
80
KA8
4.11
.528
80
KA9
4.13
.402
80
KA10
4.19
.453
80
143
Inter-Item Correlation Matrix KA1
KA2
KA3
KA4
KA5
KA6
KA7
KA8
KA9
KA10
KA1
1.000
.297
.245
.268
.084
.347
.034
.080
-.050
-.022
KA2
.297
1.000
.291
.043
.126
.400
.189
-.041
-.060
-.032
KA3
.245
.291
1.000
.578
.344
.337
.267
.278
.017
.051
KA4
.268
.043
.578
1.000
.655
.353
.317
.226
.058
.026
KA5
.084
.126
.344
.655
1.000
.421
.335
.047
.180
.073
KA6
.347
.400
.337
.353
.421
1.000
.353
.099
.050
-.022
KA7
.034
.189
.267
.317
.335
.353
1.000
.106
.201
.082
KA8
.080
-.041
.278
.226
.047
.099
.106
1.000
.291
.441
KA9
-.050
-.060
.017
.058
.180
.050
.201
.291
1.000
.566
KA10
-.022
-.032
.051
.026
.073
-.022
.082
.441
.566
1.000
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
KA1
37.36
5.880
.278
.239
.704
KA2
36.90
6.825
.276
.296
.674
KA3
36.74
6.525
.528
.441
.631
KA4
36.91
6.283
.538
.637
.624
KA5
36.90
6.623
.449
.540
.643
KA6
36.79
6.524
.528
.392
.631
KA7
36.90
6.977
.361
.229
.659
KA8
36.90
6.977
.281
.308
.671
KA9
36.89
7.418
.210
.372
.681
KA10
36.83
7.361
.192
.415
.684
Scale Statistics Mean 41.01
Variance 8.038
Std. Deviation 2.835
N of Items 10
144
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 16.176
2.493
TI
.252
.084
TA
.180
TP
.196
Coefficients
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
6.490
.000
.333
2.996
.004
.458
2.183
.083
.253
2.173
.033
.419
2.387
.058
.306
3.400
.001
.699
1.432
a. Dependent Variable: TKA
Coefficient Correlations Model 1
TP Correlations
Covariances
a
TI
TA
TP
1.000
-.137
-.320
TI
-.137
1.000
-.641
TA
-.320
-.641
1.000
TP
.003
.000
-.002
TI
.000
.007
-.004
TA
-.002
-.004
.007
a. Dependent Variable: TKA
145
2. HASIL UJI NORMALITAS
146
3. HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Regression
Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
TP, TI, TA
a
Method . Enter
a. All requested variables entered.
147
b
Model Summary
Model
R
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.755
a
.570
.553
1.896
a. Predictors: (Constant), TP, TI, TA b. Dependent Variable: TKA
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
361.885
3
120.628
Residual
273.103
76
3.593
Total
634.987
79
F
Sig.
33.569
.000
a
a. Predictors: (Constant), TP, TI, TA b. Dependent Variable: TKA
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 16.176
2.493
TI
.252
.084
TA
.180
TP
.196
Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
6.490
.000
.333
2.996
.004
.458
2.183
.083
.253
2.173
.033
.419
2.387
.058
.306
3.400
.001
.699
1.432
a. Dependent Variable: TKA
148
Coefficient Correlations Model 1
a
TP Correlations
Covariances
TI
TA
TP
1.000
-.137
-.320
TI
-.137
1.000
-.641
TA
-.320
-.641
1.000
TP
.003
.000
-.002
TI
.000
.007
-.004
TA
-.002
-.004
.007
a. Dependent Variable: TKA
Collinearity Diagnostics
a
Variance Proportions
Dimensi Model
on
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
TI
TA
TP
1
1
3.985
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.007
23.897
.15
.05
.02
.95
3
.005
27.674
.83
.13
.17
.02
4
.002
40.835
.02
.82
.81
.02
a. Dependent Variable: TKA
149
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
36.91
45.93
41.01
2.140
80
-1.915
2.297
.000
1.000
80
.217
.785
.402
.137
80
37.11
46.51
41.01
2.153
80
Residual
-5.928
7.519
.000
1.859
80
Std. Residual
-3.127
3.967
.000
.981
80
Stud. Residual
-3.278
4.058
.001
1.010
80
Deleted Residual
-6.514
7.869
.002
1.974
80
Stud. Deleted Residual
-3.514
4.555
.004
1.050
80
Mahal. Distance
.046
12.556
2.962
2.771
80
Cook's Distance
.000
.266
.016
.040
80
Centered Leverage Value
.001
.159
.037
.035
80
Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value
a. Dependent Variable: TKA
150