PENGARUH RISIKO AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DKI Jakarta) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
YOGY ARIFIYANTO NIM: 104082002673 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr. Yahya Hamja, MM Ak. M.Si NIP. 130 676 334 440
Pembimbing II
Yessi Fitri, SE. NIP. 150 377
1
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1430 H / 2009 M Hari ini Kamis 26 November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Yogy Arifiyanto NIM: 104082002673 dengan judul Skripsi “PENGARUH RISIKO AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT” (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DKI Jakarta). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Ketua
....................................... ............................................. NIP. ................... ...................
Sekretaris
NIP.
Penguji Ahli ................................................................ NIP. ...................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan di Indonesia akan mengalami tantangan yang semakin berat pada masa yang akan datang, dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang terus mengalami regenerasi untuk lebih memudahkan dalam menjalani kehidupan ini. Kebutuhan informasi keuangan yang benar dan tepat bagi para pengguna laporan keuangan akan menentukan seberapa besar penggunaan atau penilaian informasi atas laporan keuangan. Tingkat kapabilitas seorang auditor menentukan suatu informasi keuangan yang akurat tepat dan tidak menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan, serta auditor dapat menunjukkan aturan etika-etika profesional dan diimplementasikan pada saat pembentukan laporan atau informasi mengenai keuangan sebuah organisasi atau perusahaan baik yang telah go public ataupun masih dalam proses perkembangan usaha. Peranan auditor dituntut tanggung jawab yang semakin luas, serta auditor harus memiliki wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern. Munculnya berbagai kasus korupsi yang melanda Indonesia belakangan ini merupakan sebagian tantangan baru bagi sebagian besar pelaku profesi akuntan publik (auditor), terutama yang berkaitan dengan peran auditor dalam pembentukan sebuah opini auditor, dimana dalam penelitian ini akan 3
mengkhususkan pada pengaruh risiko audit dan independensi auditor. Pengaruh akan risiko yang akan diambil bukan hanya sekedar ilustrasi atau imajinasi (rekayasa), akan tetapi harus dikelola sedemikian rupa menjadi sebuah penanganan yang mutakhir dan dapat dipercaya oleh pengguna laporan keuangan. Risiko yang dikelola harus senantiasa bercermin kepada kode etik yang dimiliki oleh profesi akuntan publik. Risiko audit menurut Konrath (2002) dalam Wondabio (2006) adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material, serta berdasarkan penelitian tersebut menyimpulkan bahwa manajemen dalam bidang risiko Kantor Akuntan Publik merupakan satu hal penting bagi profesi Akuntan Publik serta mempunyai dampak terhadap proses penerimaan klien. Sikap independen pada auditor juga memiliki peran dalam pengelolaan sebuah risiko yang pada akhirnya akan membentuk sebuah laporan audit dan tentunya berlandaskan pada kode etik profesi. Independensi audit dalam PSA No.04 (SA Seksi 220) menyatakan bahwa auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum. Penelitian Alim, Hapsari, dan Purnawati (2007) menyimpulkan bahwa terdapat adanya interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, termasuk didalamnya opini audit.
4
Seorang akuntan publik dalam pemecahan suatu kasus laporan keuangan perusahaan memiliki peran dalam hal menentukan opini audit yang menyatakan bahwa perusahaan layak atau tidak dalam kinerja yang telah dihasilkannya. Berbagai macam bentuk opini audit yang ada dapat mencerminkan pada kode etik yang seharusnya dijalani oleh akuntan publik. Pembentukan sebuah opini audit yang berlandaskan pada pokok permasalahan pengelolaan risiko dan independensi audit dalam membentuk suatu kawasan yang terdifinisi dari adanya tingkat salah saji yang minimal pada sekian banyak data yang diperolehnya, serta kemampuan dalam pengelolaan risiko dan tuntutan peran dalam bersikap independen agar tidak mempengaruhi laporan opini audit sebagaimana mestinya. Penilaian dari risiko dan independensi auditor menggambarkan tentang seberapa besar pencegahan tindak kriminalitas penyalahgunaan dana perusahaan atau organisasi terhadap suatu entitas audit dapat diminimalisasi, sehingga faktor-faktor kemungkinan terjadinya penyalahgunaan
atau
penyesatan laporan keuangan tidak akan terjadi. Banyaknya faktor yang dapat menimbulkan risiko audit dan independensi auditor dapat diartikan bahwa untuk kemungkinan terjadinya suatu permasalahan dibutuhkan adanya faktor tujuan untuk memunculkan sebuah masalah terjadi, misalnya faktor pencapaian tingkat laba perusahaan atau organisasi, pertahanan reputasi bisnis, dan lain-lain. Pembentukan sebuah opini audit memiliki keterkaitan dalam pengambilan keputusan pada saat menentukan tingkat risiko dan ketentuan 5
bersikap independen sehingga membentuk suatu laporan opini audit yang relevan, handal, cukup dan materialistis. Namun seberapa besar pengaruh penentuan risiko audit dan independesi auditor terhadap opini audit masih belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu penulis menelitinya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Risiko Audit dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”. Dalam hal ini risiko audit dan independensi auditor berperan sebagai variabel independen, sedangkan opini audit berperan sebagai variabel dependen.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada faktor permasalahan di atas, sebagai perkembangan pada pokok permasalahan maka penulis akan meneliti sebagai berikut: 1. Apakah risiko audit dapat mempengaruhi opini audit ? 2. Apakah independensi auditor dapat mempengaruhi opini audit ? 3. Apakah risiko audit dan independensi auditor dapat secara bersamaan mempengaruhi opini audit ?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: a. Pengaruh risiko audit terhadap opini audit. b. Pengaruh independensi auditor terhadap opini audit. c. Pengaruh risiko audit dan independensi auditor secara bersamaan terhadap opini audit. 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari adanya penelitian ini bagi penulis maupun para pengguna hasil penelitian ini adalah: a. Bagi auditor Agar auditor mengetahui seberapa besar pengaruh risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit yang dihadapi dalam menjalankan profesinya b. Bagi para pengguna Agar para pengguna mendapatkan pengertian dan pemahaman tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh penentuan risiko audit dan independensi
auditor
terhadap
opini
audit,
sehingga
dapat
menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam menilai suatu laporan auditor.
7
c. Bagi peneliti berikutnya Agar pada penelitian berikutnya dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan pemahaman atau pengetahuan terbaru dari penelitian terdahulu, sehingga penelitian ini semakin berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Risiko Audit Risiko audit menurut Guy et.al. (2001) dalam Nurna, Nasir dan Daljono (2006) merupakan risiko kesalahan auditor dalam memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material sedangkan menurut Konrath, (2002) dalam Ludovicus
(2006) merupakan risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit menurut O’Regan (2003) menyatakan bahwa a concept used to express uncertainty about events and or their out comes that could have amaterial effect on the goals and effectiveness of an organization. Sebagian orang menganggapnya sama, sebagian lagi menganggapnya berbeda. Pembedaan kedua istilah tersebut karena pengelolaannya berbeda. Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk), sedangkan istilah risiko itu sendiri mengacu kepada risiko yang diperkirakan (expected risk).
9
Berdasarkan pendapat para pakar akuntansi, maka dapat disimpulkan bahwa risiko audit merupakan tingkat auditor dalam menerima suatu unsur ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit yang akan dilakukannya. Risiko audit memiliki berbagai macam jenis dan bentuknya, yaitu: a. Risiko inhern (inherent risk) adalah risiko yang berasal dari adanya kemungkinan kesalahan material yang dikandung oleh laporan keuangan yang di audit. Faktor utama yang harus ditelaah dalam menetapkan risiko inhern atau inherent risk: 1) Sifat bidang usaha klien 2) Integritas manajemen 3) Motivasi klien 4) Hasil audit sebelumnya 5) Penugasan pertama atau penugasan ulang 6) Hubungan istimewa 7) Transaksi non rutin 8) Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo perkiraan dan transaksi secara benar 9) Kerentanan terhadap fraud 10) Unsur-unsur populasi Risiko inhern atau inherent risk terjadi karena dipengaruhi oleh saldo akun, golongan dan kompleksitas transaksi, serta faktor lain yang 10
dapat mempengaruhinya. Risiko ini dapat timbul dari adanya karakteristik dan lingkungan usaha perusahaan. Di antara faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya risiko inheren ini ada dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal dibagi menjadi dua bagian yaitu kondisi makro ekonomi dan kondisi sektor/industri, dimana pada kondisi makro ekonomi terdapat beberapa faktor, yaitu resesi, krisis moneter, politik, keamanan, tingkat suku bunga, kebijakan uang ketat, dan fluktuasi kurs mata uang asing yang material. Pada kondisi sektor/industri juga terdapat beberapa faktor, yaitu perubahan teknologi, selera masyarakat, produk substitusi, penurunan harga jual, deregulasi industri, struktur persaingan yang mematikan, trend industri, dan jasa-jasa keuangan. Faktor internal dipengaruhi oleh kondisi perusahaan, yang tertera oleh beberapa faktor, yaitu kualitas dan reputasi manajemen, kecenderungan terjadinya kecurangan atau pencurian, overleverage idle capacity yang material, gagal membayar bunga atau hutang, kerusakan fisik persediaan yang material, kekurangan arus kas bersih, operasional kerugian yang akut, besarnya ukuran klien, audit tahun pertama atau terdahulu, transaksi hubungan istimewa yang material, dan transaksi non-rutin. b. Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko yang berasal dari adanya kemungkinan kesalahan yang berasal dari ketidakmampuan 11
sistem pengawasan intern untuk menemukan, menghindari kesalahan secara dini. Risiko pengendalian mengandung unsur: 1) Penetapan apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan 2) Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut di bawah nilai maksimum dalam rencana audit. Seperti risiko inhern, risiko pengendalian dengan risiko penemuan adalah berbanding terbalik, sementara dengan bahan bukti berbanding lurus. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dari penyebab terjadinya risiko pengendalian yaitu terdapat adanya pengabaian teknik dalam sistem pengendalian, kolusi/kecurangan salah saji material yang dilakukan oleh pihak manajemen. c. Risiko deteksi (detection risk) adalah risiko yang berasal dari adanya kemungkinan akuntan tidak menemukan kesalahan atau salah saji material sewaktu melakukan audit. Risiko deteksi dapat terjadi karena seorang auditor memutuskan tidak memeriksa seratus persen saldo atau transaksi atau karena ketidakpastian lainnya. Selain jenis risiko audit tersebut terdapat dua elemen yang mendasari adanya risiko audit, yaitu: a. Consequence atau dampak apabila risiko benar-benar terjadi. b. Likelihood atau kemungkinan terjadinya risiko. 12
Penyajian tingkat salah saji yang material dapat terjadi akibat adanya faktor kesalahan (eror) atau kecurangan (fraud). Untuk membedakannya substansi tentang kesalahan adalah mengenai faktor penyebab timbulnya masalah yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan merupakan faktor penyebab timbulnya masalah yang disengaja dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kemampuan auditor dalam mengendalikan tingkat risiko deteksi tergantung pada efektivitas prosedur audit dan tingkat pengujiannya. Risiko deteksi atau detection risk dapat diantisipasi dengan melakukan prosedur analitis dan pengujian rinci saldo akun/siklus transaksi. Penggambaran model risiko audit, adalah sebagai berikut: AR = IR CR DR AR adalah Audit Risk
CR adalah Control Risk
IR adalah Inheren Risk
DR adalah Detection Risk
Adapun DR merupakan: DR = AP TD Dimana, AP adalah Analitical Prosedure Risk TD adalah Test of Detail Risk Jadi dapat digabungkan model-model tersebut menjadi: AR = IR CR DR AP TD
13
Untuk meminimalisasi adanya kesalahan ataupun kecurangan diperlukan suatu pengelolaan risiko yang terpadu dan terdifinisi dengan baik dan benar. Adapun pengelolaan risiko merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi, mengakses, mengelola dan mengendalikan peristiwa atau situasi yang dapat menjadi risiko, untuk menambah kepastian tercapainya tujuan organisasi. Untuk merealisasikannya diperlukan alternatif tindakan yang dapat diambil oleh manajemen, yaitu sebagai berikut: a. Menghindari Risiko (Avoid Risk), yaitu melakukan pengkajian ulang suatu proses untuk menghindari risiko tertentu (specifics risk) dengan cara membuat perencanaan untuk mengurangi keseluruhan risiko. b. Meragamkan Risiko (Diversity Risk), yaitu menyebarkan risiko ke beberapa asset atau proses untuk mengurangi keseluruhan risiko kerugian atau kerusakan. c. Pengendalian Risiko (Control Risk), yaitu menyusun suatu kegiatan untuk mencegah, mendeteksi atau menciptakan keadaan sebaliknya sehingga dapat memberikan outcomes positif. d. Membagi Risiko (Share Risk), yaitu mengalokasikan risiko melalui kontrak dengan pihak lain seperti entitas asuransi. e. Mentransfer Risiko (Transfer Risk), yaitu mengalokasikan seluruh risiko melalui kontrak dengan pihak lain seperti outsourcing. 14
f. Menerima Risiko (Accept Risk), yaitu membiarkan terjadinya risiko karena tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan. Dalam penilaian suatu risiko terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan, tahap-tahap tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.1:
Gambar. 2.1 Penilaian Risiko Penilaian Risiko
Identifikasi Risiko
Pengukuran Risiko
Melibatkan
Melibatkan
• Hazard • Identifikasi kegagalan • Mengenali dampak yang merugikan
• Mengestimasi peluang risiko • Mendiskripsikan risiko • Mengkuantifikasi risiko
Prioritas Risiko Melibatkan
• Mengestimasi risiko yang signifkan • Menilai/menetapkan penerimaan risiko • Membandingkan risiko dengan manfaat
2. Independensi Auditor Standar profesional akuntan publik dan kode etik akuntan Indonesia, terdapat pernyataan yang diungkapkan pada bagian standar umum kedua, yaitu dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor, serta dimuat dalam PSA No.04 (SA Seksi 220) bagian pertama yang menyatakan bahwa auditor bersikap independen, artinya tidak 15
mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern) dan dilanjutkan pada bagian kedua yang menyatakan bahwa kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik, serta dilanjutkan pada bagian ketiga yang menyatakan bahwa profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik akuntan publik, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi di masyarakat. Berbagai macam pernyataan yang ada pada standar profesional akuntan publik dan kode etik akuntan publik dapat diartikan bahwa profesi akuntan publik selayaknya tetap dan harus menjaga sikap independen dalam menjalankan pekerjaannya sebagai auditor bagi setiap pengguna jasa atau kliennya, sehingga dapat selalu menjaga nama baik auditor dalam persepsi masyarakat luas. Arens, Elder dan Beasley (2001) mendefinisikan independensi dalam pengauditan sebagai penggunaan cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian, dan pelaporan hasil temuan audit. Arens mengkategorikan independensi ke dalam dua aspek, yaitu independensi dalam fakta (independence infact) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance). Independensi
dalam
fakta
ada
apabila
auditor
benar-benar
mempertahankan prilaku yang tidak bias di sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan adalah hasil persepsi masyarakat 16
terhadap independensi akuntan publik. Menurut hasil penelitian Manggala dan Hutapea (2007) independensi yang terbagi menjadi dua aspek, yaitu indepedensi sikap mental (independence in infact) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance). Indepedensi sikap mental (independence in infact) merupakan independensi yang ditentukan oleh kejujuran pikiran dan kemampuan akuntan publik mempertahankan sikap bebas dan tidak memihak selama pelaksanaan pemeriksaannya, sedangkan independensi dalam penampilan (independence in appearance) merupakan independensi yang ditentukan oleh kesan, penafsiran, pendapat masyarakat terhadap independensi akuntan publik secara individual maupun secara keseluruhan. Mautz dan Sharaf (1985:205) dalam Siti (2007) menyatakan bahwa konsep independensi terkait erat dengan independensi auditor secara individual (practitioner-independence), dan independensi pada seluruh auditor
secara
bersama-sama
dalam
profesi
(professioner-
independence). Practitioner-Independence merupakan pikiran, sikap tidak memihak, dan percaya diri yang mempengaruhi pendekatan auditor dalam pemeriksaan. Untuk itu auditor harus independen dalam menggunakan teknik dan prosedur audit (programming independence), harus independen dalam memilih aktivitas, berhubungan secara personal, dan kebijakan manajemen dalam mengemukakan fakta hasil pemeriksaannya yang tercermin dalam pemberian pendapat dan rekomendasi yang diberikannya (reporting independence). Mautz dan 17
Sharaf hendak mengatakan independensi dalam kenyataan dengan istilah yang menurut mereka paling menggambarkan keadaan sebenarnya yaitu independensi praktisi. Profession-Independence merupakan
persepsi
yang
timbul
oleh
anggota
masyarakat
keuangan/bisnis dan masyarakat umum tentang profesi akuntan sebagai kelompok. Independensi profesi merujuk kepada pengertian tentang citra akuntan publik keseluruhan atau berkelompok di mata masyarakat. Bagaimana masyarakat memandang akuntan publik, sebagai pribadi yang independen atau sebagai pribadi yang selalu menuruti kehendak kliennya, akan membentuk suatu gambaran independensi profesi. Atau dengan kata lain Mautz dan Sharaf (1985:205) ingin membahas pengertian
yang
terkandung
dalam
kata
independensi
dalam
penampilan dengan istilah independensi profesi. Menurut Supriyono (1988:34) dalam Rexana (2005), ada enam faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, salah satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Sering kali manajemen klien meminta kantor akuntan publik untuk memberikan jasa lain selain jasa audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit menimbulkan pertanyaan yang mendasar apakah akuntan publik dapat mempertahankan independensinya. Penjelasan mengenai pengertian akan independensi audit dapat disimpulkan bahwa independensi audit merupakan sikap seorang auditor yang tidak terpengaruh oleh faktor eksternal maupun faktor internal dalam menentukan segala macam kebijakan pada saat 18
mengerjakan laporan audit hingga hasilnya dapat dipergunakan oleh pengguna laporan audit. Independensi audit dibagi menjadi dua macam, yaitu independensi dalam kenyataan atau independence infact dan independensi dalam penampilan independence in appearance, dimana keduanya mencerminkan tindakan yang semestinya diwaspadai dari setiap langkah kerja auditor independen. Hasil penelitian Mayangsari (2003) menemukan bahwa hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan alat analisis ANOVA diperoleh hasil bahwa auditor yang memiliki keahlian dan independen memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya. Independensi audit sering kali auditor diganggu dengan faktorfaktor penghambat, yaitu akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interst dengan klien, mengaudit pekerjaan akuntan publik sendiri, berfungsi sebagai menajemen atau karyawan dari klien, dan bertindak sebagai penasihat dari klien. Hal ini juga tercermin pada SEC (Security Exchange Committe). Menurut Scott et al. (2000) auditor independen seharusnya dapat menjadi pelindung terhadap praktekpraktek akuntansi yang memperdayakan, karena auditor tidak hanya dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam di bidang akuntansi tetapi juga dapat berhubungan dengan komite audit dan dewan direksi yang bertanggung jawab untuk memeriksa dengan teliti para pembuat 19
keputusan dari perusahaan. Faktor lain yang dianggap mempengaruhi independensi auditor, yaitu bayaran audit (audit fee), adanya non-audit service, ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik), dan lama jabatan sebagai auditor. 3. Opini Auditor Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Mengacu kepada Statement On Auditing Standard No. 59 (AICPA, 1998). Auditor harus memutuskan apakah mereka yakin bahwa perusahaan klien akan bisa bertahan di masa yang akan datang. Auditor sebagai lembaga pengevaluasi atas kinerja perusahaan yang tergambar pada hasil laporan keuangan, mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas keberlangsungan sebuah entitas usaha. Auditor berperan sebagai pelaku penetralisir dari adanya faktor-faktor yang menyesatkan dalam pembuatan laporan keuangan, bertindak untuk dapat berperan aktif dalam mengupayakan untuk menghapus atau meminimalisir terjadinya permasalahan dari faktor tersebut, yaitu dengan menerbitkan sebuah laporan audit bagi pengguna laporan keuangan suatu instansi usaha. Anderson dan Wolfe (2002) dalam Petronela
(2004)
menyatakan
bahwa
accounting
malpractice
kemungkinan besar terjadi karena kesengajaan dari akuntan publik dalam pelaksanaan tugasnya dan adanya persaingan yang tinggi antar KAP untuk mendapatkan klien. Kondisi ini memungkinkan KAP untuk
20
tidak memperhatikan going concern perusahaan ketika auditor menetapkan opini audit. Pada bagian laporan audit terdapat sebuah opini audit atau pendapat auditor, merupakan laporan yang diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberi kesimpulan atas opini yang harus diberikan pada laporan keuangan yang diauditnya. Dengan demikian, auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Opini audit menurut kamus standar akuntansi Ardiyos (2007) mengatakan bahwa laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Opini audit menurut kamus istilah akuntansi Tobink dan Talankky (2004) merupakan suatu laporan yang diberikan oleh auditor terdaftar yang menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan norma atau aturan pemeriksanaan akuntan, disertai dengan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diperiksa. Opini yang diberikan atas asersi manajemen dari klien atau instansi perusahaan
yang di audit dikelompokkan menjadi wajar tanpa
pengecualian, wajar dengan pengecualian, tidak memberikan pendapat, dan tidak wajar. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29), opini audit terdiri dari lima jenis yaitu:
21
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing (SPAP), auditor tidak menemukan kesalahan material secara keseluruhan laporan keuangan atau tidak terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk laporan ini digunakan apabila terdapat keadaan berikut: 1) Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga
ia
dapat
memastikan
bahwa
ketiga
standar
pelaksanaan kerja lapangan telah ditaati. 2) Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja. 3) Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang diterapkan pula secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya. Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan. 4) Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainties) mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan.
22
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified Oponion) Pendapat yang diberikan ketika suatu keadaan tertentu yang tidak berpengaruh langsung terhadap pendapat wajar. Keadaan tersebut dapat terjadi apabila: 1) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas pendapat auditor independen lain. 2) Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat menyimpang dari SAK. 3) Laporan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang yang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit. 4) Terdapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. 5) Di antara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material dalam penerapan prinsip akuntansi. 6) Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tidak disajikan. c. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat yang diberikan ketika laporan dapat dikatakan wajar dalam
hal
yang
material,
tetapi
terdapat
sesuatu
penyimpangan/kurang lengkap pada pos tertentu, sehingga harus dikecualikan.
23
Dari pengecualian tersebut yang dapat mungkin terjadi, apabila: 1) Bukti kurang cukup. 2) Adanya pembatasan ruang lingkup. 3) Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK). Menurut SA 508 paragraf 20 (IAI, 2002: 508.11), jenis pendapat ini diberikan apabila: 1) Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. 2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
Penyimpangan
tersebut
dapat
berupa
pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat yang diberikan ketika laporan secara keseluruhan menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK). Hal ini dapat terjadi apabila auditor harus memberi tambahan paragraf untuk menjelaskan ketidakwajaran atas laporan keuangan, disertai dengan dampak dari akibat ketidakwajaran tersebut, pada laporan auditnya.
24
e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion) Pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang dibatasi, sehingga auditor tidak dapat melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan IAI. Pembuatan laporannya auditor harus memberi penjelasan tentang pembatasan ruang lingkup oleh klien yang mengakibatkan auditor tidak memberikan pendapat. PSA No. 30 dalam Petronela (2004) memberikan pedoman kepada auditor
tentang
dampak
kemampuan
satuan
usaha
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini sebagai berikut: a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, ia harus 1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. 2) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan
hidupnya,
auditor
mempertimbangkan untuk memberikan pertanyaan tidak memberikan pendapat.
25
c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) efektivitas rencana tersebut. d. Jika auditor berkesimpulan rencana tidak efektif, auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer). e. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut di dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). f. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan keadaan tersebut di dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion) Selain itu, sebelum auditor memberikan pendapat (opininya), seorang auditor harus melaksanakan tahap-tahap audit. Adapun tahap-tahapnya menurut Arens et.al (2008:132) yaitu sebagai berikut: a. Perencanaan dan pencanangan pendekatan audit b. Pengujian pengendalian dan transaksi c. Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo d. Penyelesaian dan penerbitan laporan audit 4. Penelitian Sebelumnya a. Risiko Audit Hasil penelitian oleh
Wondabio (2006) tentang evaluasi
manajemen risiko kantor akuntan publik dalam keputusan 26
penerimaan klien berdasarkan pertimbangan risiko klien, risiko audit, dan risiko bisnis KAP menyatakan bahwa manajemen dalam bidang risiko Kantor Akuntan Publik merupakan satu hal yang sangat penting bagi profesi akuntan publik serta mempunyai dampak terhadap proses penerimaan klien, kekurangan dari penelitian ini terdapat pada pengujian empiris yaitu tidak terdapat cukup bukti tentang variabel audit fee recovery mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan klien oleh Kantor Akuntan Publik. b. Independensi Audit Penelitian Alim, Hapsari, dan Purnawati (2007) tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi menyatakan bahwa terdapat adanya interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, kekurangan pada hasil penelitian ini adalah tidak adanya pembedaan pada auditor sebagai responden yang ditentukan berdasarkan posisi mereka di KAP (yunior, senior dan supervisor). Supriyono (1988) dalam Wati dan Subroto (2003) telah melakukan penelitian mengenai independensi auditor di Indonesia.
Penelitian
ini
mempelajari
faktor-faktor
yang
mempengaruhi independensi auditor yaitu (1) ikatan keputusan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (2) persaingan antar KAP, (3) pemberian jasa lain selain jasa audit, (4) lama penugasan audit, (5) besar kantor akuntan, dan (6) besarnya audit fee.
27
c. Opini Audit Penelitian
Christiawan
dan
Sawarjuwono
(2000)
tentang
konsistensi penyajian laporan keuangan perusahaan publik analisis kritis atas opini auditor dan laporan auditan tahun 2000 menyatakan bahwa laporan keuangan yang tidak disajikan secara konsisten akan memberikan dampak pada laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan
dan menyesatkan pemakai
laporan.
Kekurangan pada penelitian ini adalah belum dilakukannya penelitian secara konfirmasi langsung dengan perusahaan atau akuntan publik perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut peneliti ingin memperbaharui hasil penelitian di atas dengan menggabungkan variabel-varaibel yang ada menjadi satu tujuan peneliti yaitu tentang pengaruh risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit yang peneliti tujukan khusus daerah DKI Jakarta. Pengembangan dari pokok pikiran yang bertujuan pada pencapaian hasil opini audit yang maksimal dengan mencari hubungannya dengan risiko audit dan independensi audit, sehingga opini audit yang akan dibuat oleh auditor bebas
dari
kesalahsajian
yang
material
ataupun
mengurangi
kesalahpahaman pengguna laporan audit untuk menganalisis laporan keuangan.
28
B.
Kerangka Pemikiran Risiko audit merupakan suatu hal yang mesti diperhitungkan oleh auditor dalam pembentukan sebuah pendapat atau opini audit, hal ini tercermin pada berbagai macam pendapat para pakar ilmu auditing bahwa risiko audit yang timbul dikarenakan auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Tingkat salah saji tersebut merupakan
kurangnya
kecermatan
auditor
dalam
menilai
atau
menentukan tingkat risiko audit pada pokok permasalahan yang sedang dikajinya. Independensi merupakan suatu istilah yang sering digunakan oleh profesi auditor. Independensi sebagai suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan aturan atau prinsip-prinsip profesionalnya. Berkaitan pengaruhnya dengan pembentukan sebuah opini audit, independensi audit memegang peranan dalam kemampuan untuk bertindak berdasarkan integritas dan objektifitas, sehingga hasil auditnya tidak bertentangan dengan kode etik maupun standar yang berlaku bagi keprofesionalismeannya. Opini audit merupakan hasil akhir yang akan diperoleh setelah auditor melaksanakan tugas auditnya berdasarkan fakta dan realitasnya di lapangan. Opini audit menurut kamus standar akuntansi merupakan laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil 29
penilaiannya
atas
kewajaran
laporan
keuangan
yang
disajikan
perusahaan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka pada penelitian ini akan mengetahui dan menganalisis tentang pengaruh risiko audit dan independensi auditor independen
terhadap opini audit, baik antara variabel
dengan variabel dependen pada pokok permasalahan
tersebut. Penelitian ini unsur variabel independen dimasukkan pada risiko audit dan independensi auditor dan unsur variabel dependen dimasukan pada bagian opini audit. Untuk menyelaraskan antara konsep dan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, berikut gambar 2.2 merupakan pemikiran pada pokok permasalahan yang akan ditindaklanjuti: Gambar. 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian Risiko Audit (Audit Risk) Opini Audit (Audit Opinion) IndependensiAuditor (Auditor Independence) Variabel Independen C.
Variabel Dependen
Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh Risiko Audit terhadap Opini Audit Faktor pencegah kegagalan dalam pengaruh sebuah opini audit adalah dengan menelaah secara lebih terfokus pada pembuatan opini audit dari mulai perencanaan hingga terbentuknya sebuah opini audit 30
yang sesuai dengan kode etik dan standar pembuatan laporan audit. Berbagai macam bentuk risiko audit menjadikan alat perhitungan dalam menentukan faktor kegagalan pada saat pengambilan keputusan, serta cara yang lebih tepat untuk pembentukan opini audit tersebut. Apabila tingkat risiko audit lebih kecil maka tingkat salah saji pada opini audit akan lebih terkontrol secara maksimal. Berdasarkan penjelasan pada paragraf tersebut di atas, maka dapat dikembangkan hipotesa empiris sebagai berikut: H1: Risiko audit berpengaruh terhadap opini audit. 2. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Opini Audit Dalam Kode Etik Akuntan tahun 1994 disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik
untuk
tidak
mempunyai
kepentingan
pribadi
dalam
pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Pengkategorian independensi audit menjadi dua aspek yaitu independensi kenyataan dan independensi penampilan menjadikan aspek yang mendistribusikan dalam terbentuknya opini audit yang sesuai dengan standar dan kode etik akuntan publik. Kualitas dan kuantitas isi dari opini audit ditentukan dari sikap auditor tersebut dalam menyikapi terbentuknya opini audit yang berwawasan
pada
independen
profesional.
Apabila
tingkat
independensi auditor lebih besar maka tingkat salah saji pada opini audit
akan
lebih
terkontrol
secara
maksimal.
Berdasarkan
31
pertimbangan tersebut maka dapat dikembangkan hipotesa empiris sebagai berikut: H2: Independensi auditor merupakan faktor yang berpengaruh terhadap opini audit. 3. Pengaruh Risiko Audit dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit Pengaruh faktor risiko audit dan independensi auditor yang akan dipergunakan dalam menentukan opini audit, dimana dalam meminimalisir terjadinya faktor kegagalan audit (audit failure) diperlukan adanya tingkat independensi dalam pembuatan sebuah opini audit tersebut, sehingga pernyataan auditor pada opini audit tersebut bukan termasuk dalam rekayasa atau hal lainnya yang dapat merusak citra profesi akuntan publik atau auditor. Dari bermacam-macam bentuk risiko audit dapat diambil keterangan yang lebih tepat untuk memecahkan permasalahan dalam pembentukan opini audit,
yaitu dengan menggunakan sikap
independensi audit yang diperlukan dari berbagai aspek kategori risiko audit. Berdasarkan keterangan yang tertera pada paragraf di atas, maka dapat dikembangkan hipotesa empiris sebagai berikut: H3: Risiko audit dan independensi auditor secara bersamaan mempunyai pengaruh terhadap opini audit.
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini mengetahui dan menganalisis risiko audit dan independensi auditor khususnya dalam hal dimana penelitian ini risiko audit dan independensi auditor sebagai variabel independen apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sebuah opini audit sebagai variabel dependen serta penulis juga ingin mengetahui hal-hal apa saja yang berperan dalam menilai risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit.
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik yang berlokasi di daerah Jakarta. Obyek penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah para auditor eksternal yang bekerja di Kantor Akuntan Publik minimal bekerja selama satu tahun tugas atau pernah melaksanakan audit, berlatar belakang pendidikan minimal D3 akuntansi dan berusia minimal 20 tahun, sedangkan Kantor Akuntan Publik dipilih hanya yang terdaftar pada Direktori Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Jakarta.
B. Metode Penetuan Sampel Skripsi ini disusun dengan melakukan pemilihan sampel menggunakan metode convenience sampling (pemilihan sampel yang mudah), yaitu
33
pemilihan sampel dimana anggota populasi dengan senang hati memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan metode survai lapangan, dengan mendatangi langsung responden yaitu auditor di KAP yang akan mengisi kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada responden ada yang bersifat tertutup, yaitu data berupa pertanyaan mengenai pengaruh penetepan risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit di Jakarta dengan menggunakan skala ordinal. Untuk jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Sekaran (2006) data primer ialah data yang diperoleh dari tangan pertama untuk analisis berikutnya guna menemukan solusi atau masalah yang diteliti. Data tambahan yang digunakan berasal dari literatur kepustakaan yang digunakan untuk menunjukkan landasan teori dalam penelitian ini.
D. Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan penelitian
dalam
mengukur
suatu
variabel.
Spesifikasi
tersebut
menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu. 1. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah: 34
a. Risiko Audit Risiko audit merupakan tingkat auditor dalam menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit yang akan dilakukannya, dalam hal ini unsur variabel indikatornya, yaitu sebagai berikut: 1) Risiko Inhern Risiko inheren merupakan risiko yang berasal dari adanya kemungkinan kesalahan material yang dikandung oleh laporan keuangan yang di audit. 2) Risiko Pengendalian Risiko Pengendalian merupakan risiko yang berasal dari adanya kemungkinan kesalahan yang berasal dari ketidakmampuan sistem pengawasan intern untuk menemukan, menghindari kesalahan secara dini. 3) Risiko Deteksi Risiko deteksi merupakan risiko yang berasal dari adanya kemungkinan akuntan tidak menemukan kesalahan atau salah saji yang material sewaktu melakukan audit Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen skala interval dengan 5 (lima) poin. Skala interval merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Dengan skala ini, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut digunakan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item 35
instrumen yang berupa pertanyaan atau pertanyaan dimana setiap jawabannya memiliki gradasi dari sangat setuju (skor 5), setuju (skor 4), netral (skor 3), tidak setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor 1) (Sugiono, 2004). b. Independensi Auditor Independensi audit merupakan penggunaan cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian tersebut dan pelaporan hasil temuan audit (Arens et.al 2008:132), dalam hal ini unsur variabel indikatornya, yaitu sebagai berikut: 1) Independensi Dalam Fakta Independensi dalam fakta merupakan sikap kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan objektif, tidak memihak di dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. 2) Independensi Dalam Penampilan Independensi dalam penampilan merupakan ketaatan akuntan publik kepada sejumlah aturan yang ditetapkan oleh organisasi profesi guna menampilkan citra independensi akuntan publik di mata masayarakat, dirumuskan dengan pendekatan “sejumlah batasan” (Roger W. Bartlett 1991:11). Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen skala interval dengan 5 (lima) poin. Skala interval merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang 36
tentang fenomena sosial. Dengan skala ini, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut digunakan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan atau pertanyaan dimana setiap jawabannya memiliki gradasi dari sangat setuju (skor 5), setuju (skor 4), netral (skor 3), tidak setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor 1) (Sugiono, 2004). 2. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit. Opini audit menurut kamus standar akuntansi Ardiyos (2007) mengatakan bahwa laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Jenis opini audit yang akan dibahas dalam penelitian ini menyangkut tentang kelima unsur opini audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29), yaitu pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan (modified unqualified oponion), pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion), dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
37
Tabel. 3.1 Operasional Variabel Variabel
Risiko Audit (X1)
Sub Variabel
Risiko Inhern
Risiko Pengendalian
Risiko Deteksi
Indikator • Bentuk dan jenis usaha • Budaya kerja usaha • Pengukuran tingkat kompleksitas transaksi • Penilaian motivasi usaha • Pengamatan laporan audit terdahulu • Penerimaan klien • Pemeriksaan laporan transaksi tidak rutin • Pencatatan saldo perkiraan dan transaksi • Penggolongan tingkat penyalahgunaan transaksi • Struktur organisasi klien • Pembagian tugas kerja • Uji kelayakan usaha • Keberadaan dan kelengkapan asersi pengendalian • Kerjasama jaringan usaha • Pengamatan aliran kinerja pelaporan usaha • Teknik dalam sistem pengendalian • Penetapan prosedur audit • Sistem perencanaan dan supervisi • Perencanaan menerima tingkat resiko • Sistem pengawasan audit • Penginterprestasian hasil prosedur audit • Pengujian subtantif terhadap saldo akun • Hubungan penetapan dengan risiko inhern dan pengendalian
Skala
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Table ini bersambung ke halaman berikutnya.
38
Sambungan Table. 3.1
• Jujur dalam kata dan perbuatan • Pendapat berdasarkan hasil audit • Bertanggung jawab atas semua kinerja audit • Kebebasan dalam berpikir dan berpendapat Independensi Independensi • Bersifat netral Auditor (X2) Dalam Fakta • Rekomendasi sesuai kondisi dan fakta • Penyalahgunaan kata-kata laporan audit • Penilaian dan saran terhadap fakta dan dampak • Menjaga nama baik profesi • Memasyarakat dan mensosialisasikan profesi • Penghitungan besaran komisi hasil audit Independensi • Kepentingan pribadi dan usaha Dalam klien Penampilan • Pertimbangan hubungan • Penggunanan advertensi untuk memperoleh klien • Penetapan pendapat atas laporan audit • Perencanaan dan pencanangan pendekatan audit • Menguji pengendalian usaha • Pelaksanaan prosedur analitis Opini Audit Pernyataan • Pelaksanaan pengujian terinci (Y) Pendapat terhadap saldo • Perhatian tahap penyelesaian • Perhatian tahap penerbitan • Pertimbangan keefektivan dalam penentuan faktor risiko Sumber: Data Primer
Ordinal
Ordinal
Ordinal
39
E. Metode Analisis Data Data yang terkumpul selanjutnya diuji dan dianalisis dengan Statistical Package for The Social Sciences (SPSS) versi 16.0. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Uji Kualitas Data Dilakukan pengujian kualitas data yang terkumpul dengan menggunakan pengujian sebagai berikut: a. Uji Validitas Data Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Indriantoro dan Supomo, 2002). Untuk melakukan uji validitas instrumen penelitian digunakan teknik Pearson Correlation yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor totalnya. Jika
korelasi antara skor masing-masing butir
pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0.05, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya (Ghozali, 2005:45). b. Uji Reliabilitas Data Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) konsep reliabilitas dapat dipahami melalui ide dasar konsep tersebut yaitu konsistensi. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,
40
kestabilan,
atau
konsistensi
instrumen
tersebut
dalam
mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu. Untuk menguji tingkat reliabilitas konstruk dalam penelitian ini digunakan teknik uji Cronbach
Alpha. Suatu konstruk
dikatakan realiabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2001). 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
multikolinieritas
(multikol)
atau
variabel
tidak
ortogonal. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Santoso, 2002). Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan nilai VIF dan tolerance. Dimana jika nilai VIF terletak disekitar 1
dan
tolerance
mendekati
angka
1
maka
terjadi
multikolinieritias. Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF dan tolerance lemah, yakni dibawah angka 0,5. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya Multikoloneritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis matrik kolerasi variabel bebas. Jika antara variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 90%), maka hal ini indikasi adanya multikolinieritas. 41
2) Multikolinieritas yang dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai angka tolarance mendekati 1. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/ tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF di atas 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat dia tolerir. Sebagai misal nilai tolerance 0,10 sama dengan tingkat multikolonieritas
0,95.
Walaupun
multikolonieritas
dapat
dideteksi dengan nilai tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel bebas mana sajakah yang saling berkorelasi (Santoso, 2002). b. Uji Heteroskedastisitas Penggunaan uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan melihat grafik Normal P-P Plot dan titik-titik 42
menyebar mengelilingi garis diagonal, maka pengujian ini bebas dari heteroskedastisitas dan sebaliknya jika titik-titik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh dari garisgaris diagonal maka diindikasikan adanya heteroskedastisitas. Sedangkan pada scater plot, jika pada grafik tersebut ada pola tertentu
seperti titik-titik yang membentuk pola teratur
(bergelombang, melebar, dan menyempit) maka diindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2002). c. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi, variabel
independen
dan
variabel
dependen
keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengujinya dapat dilakukan analisis grafik atau dengan melihat normal probability plot
yang
membandingkan
distribusi
komulatif dari data sesungguhnya dengan ditribusi komulatif dari distribusi normal. Jika distribusi adalah nominal maka garis yang mengambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2001).
43
3. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan dengan menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Metode ini digunakan untuk menguji kuat tidaknya pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan nilai signifikannya sebesar 0.05 (Ghozali, 2001). a. Uji Koefesien Determinasi (Adjusted R-Square) Uji koefesien determinasi ditunjukkan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang dilihat melalui adjusted R Square karena variabel independennya lebih dari satu. Jika nilai Adjusted R-Square adalah 1 berarti kuatnya kemampuan fluktusasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel indpenden dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen, sebaliknya jika nilainya mendekati angka 0, maka semakin rendah kemampuan fluktuasi variabel dependen (Santoso, 2002). b. Uji t (Pengujian secara parsial) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan tingkat signifikansi 5% atau (α) = 0.05. Jika probability t lebih besar 62
dari 0.05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0.05 maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien signifikan) (Ghozali, 2005:85). c. Uji F (Pengujian secara simultan) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama terhadap variabel dependen atau terikat. Probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka hasilnya signifikan berarti terdapat pengaruh dari variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84).
63
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sembilan belas Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di wilayah Jakarta. Penelitian ini menganalisis tetang pengaruh risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit yang berada pada KAP di Jakarta. Adapun sembilan belas Kantor Akuntan Publik tersebut tidak termasuk dalam the big four, yang masih tergolong KAP menengah ke bawah dan beberapa ada yang berafiliasi dengan KAP asing dengan jumlah auditor masing-masing KAP berkisar antara 30 sampai dengan 70 orang auditor. Tabel. 4.1 Nama-nama Kantor Publik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Kantor Akuntan Publik Chairani dan Rekan Hasnil, M. Yasin dan Rekan Mulyamin, Sensi, Suryanto Hadori, Sugiarto, Adi dan Rekan Noor Salim dan Sinaraharja Yanuar, Drs Joachim Sulistyo Armen Budiman dan Rekan Tasnim Ali Wijanarko dan Rekan Usman dan Rekan Soejatna, Mulyana dan Rekan S. Manan, Sofwan, Adnan dan Rekan Krisnawan dan Rekan 64
Table ini bersambung ke halaman berikutnya.
65
Sambungan Tabel. 4.1
14. Toni H. Ratim 15. Sahat dan Rekan 16. Handoyo Suparman 17. Syarif Basyir dan Rekan 18. Doli, Bambang dan Sudarmaji 19. Anwar Sumber: Data Primer
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara langsung
kepada
responden.
Penyebaran
kuesioner
dimulai dari
pertengahan Agustus hingga akhir Oktober 2009. Kuesioner diberikan dan diterima kembali oleh peneliti dengan waktu yang sudah ditentukan serta menyesuaikan dengan jadwal kerja KAP yang dituju. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini, kuesioner yang dibagikan berjumlah 125 eksemplar berdasarkan jumlah auditor dari sejumlah KAP di Jakarta, akan tetapi hanya 80 auditor yang bersedia menjawab atau mengisi kuesioner yang diberikan. Adapun gambaran karakteristik data kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel. 4.2 Karakteristik Data Kuesioner Identifikas Sample Total kuesioner yang disebar Total kuesioner yang tidak direspon Total kuesioner yang direspon Total kuesioner yang tidak diisi lengkap Total kuesioner yang dapat digunakan Sumber: Data diolah 66
Jumlah 125 45 80 80
Persentase 100 % 36 % 64 % 64%
Total kuesioner yang direspon dan dapat digunakan untuk mengolah data sebanyak 80 kuesioner yaitu 64 % dari total kuesioner yang di sebar. Sedangkan deskriptif responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3, berikut ini:
Tabel. 4.3 Deskriptif Responden Deskriptif Jumlah Sample Jenis Kelamin Umur Responden
Lama Bekerja
Jenjang Pendidikan
Posisi di KAP
Keterangan Pria Wanita 20-25 25-30 >30 1-3 Tahun 4-5 Tahun > 5 Tahun D3 S1 S2 S3 Yunior Senior Supervisor
Frekuensi 80 50 30 48 23 9 53 17 10 3 72 5 50 25 5
Persentase 100 % 62,5 % 37,5 % 60 % 28,75 % 11,25 % 66,25 % 21,25 % 12,5 % 3,75 % 90 % 6,25 % 62,5 % 31,25 % 6,25 %
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui responden yang terjaring dalam sampel penelitian ini adalah responden yang berjenis kelamin lakilaki berjumlah 50 orang (62,5 %) dan wanita 30 orang (37,5 %). Untuk responden yang berdasarkan umur didapatkan bahwa responden yang berumur 20-25 tahun berjumlah 48 orang (60 %), untuk responden yang berumur 25-30 tahun berjumlah 23 orang (28,75 %), dan untuk responden 67
yang berumur > 30 tahun berjumlah 9 orang (11,25 %). Untuk responden yang berdasarkan lama bekerja didapatkan bahwa responden yang lama bekerja 1-3 tahun berjumlah 53 orang (66,25 %), untuk rensponden yang lama bekerja 4-5 tahun berjumlah 17 orang (21,25 %), dan untuk responden yang lama bekerja > 5 tahun berjumlah 10 orang (12,5 %). Untuk responden berdasarkan jenjang pendidikan didapatkan bahwa responden yang berada pada jenjang pendiikan D3 berjumlah 3 orang (3,75 %), untuk responden yang berada pada jenjang pendidikan S1 berjumlah 72 orang (90 %), dan untuk responden yang berada pada jenjang pendidikan S2 berjumlah 5 orang (6,25 %). Untuk responden berdasarkan posisi di KAP mendapatkan hasil bahwa untuk responden yang berada pada posisi yunior berjumlah 50 orang
(62,5 %), untuk
responden yang berada pada posisi senior berjumlah 25 orang (31,25 %), dan untuk responden yang berada pada posisi supervisor berjumlah 5 orang (6,25 %).
B. Metode Analisis Data 1. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam
68
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut. Pengujian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
Pearson
Correlation. Pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0.05, maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
Tabel. 4.4 Uji Validitas Variabel Risiko Audit Butir Pearson Pertanyaan Correlation Pertanyaan 1 0,539 Pertanyaan 2 0,663 Pertanyaan 3 0,765 Pertanyaan 4 0,634 Pertanyaan 5 0,613 Pertanyaan 6 0,657 Pertanyaan 7 0,562 Pertanyaan 8 0,365 Pertanyaan 9 0,449 Pertanyaan 10 0,634 Pertanyaan 11 0,659 Pertanyaan 12 0,593 Pertanyaan 13 0,587 Pertanyaan 14 0,522 Pertanyaan 15 0,476 Pertanyaan 16 0,552 Pertanyaan 17 0,486 Pertanyaan 18 0,364 Pertanyaan 19 0,579 Pertanyaan 20 0,499 Pertanyaan 21 0,622 Pertanyaan 22 0,473 Pertanyaan 23 0,526 Sumber: Data diolah
Sig (2-tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
69
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel. 4.5 Uji Validitas Variabel Independensi Auditor Butir Pearson Pertanyaan Correlation Pertanyaan 1 0,494 Pertanyaan 2 0,349 Pertanyaan 3 0,526 Pertanyaan 4 0,712 Pertanyaan 5 0,458 Pertanyaan 6 0,670 Pertanyaan 7 0,577 Pertanyaan 8 0,604 Pertanyaan 9 0,423 Pertanyaan 10 0,544 Pertanyaan 11 0,548 Pertanyaan 12 0,303 Pertanyaan 13 0,513 Pertanyaan 14 0,446 Pertanyaan 15 0,443 Sumber: Data diolah
Sig (2-tailed) 0,000 0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,006 0,000 0,000 0,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel. 4.6 Uji Validitas Variabel Opini Audit Butir Pertanyaan Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7
Pearson Correlation 0,701 0,729 0,662 0,762 0,722 0,757 0,724
Sig (2-tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 70
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data diolah Pengujian validitas dari dua variabel independen dan satu variabel dependen dengan jumlah responden 80 orang menghasilkan output SPSS yang terlihat pada tabel 4.4, 4.5, dan 4.6 bahwa korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan nilai yang signifikan dengan koefesien Pearson Correlation < 0.05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian, instrumen dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha di atas 0,6 Tabel. 4.7 Analisis Reliabilitas Variabel Risiko Audit (X1) Independensi Auditor (X2) Opini Audit (Y)
Cronbach's Alpha 0.897 0.759 0.837
Status Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber: Data Primer Tabel 4.7 memperlihatkan nilai cronbach’s alpha seluruh item pertanyaan adalah lebih dari 0,6 yang berarti semua pertanyaan yang berhubungan dengan risiko audit, independensi auditor, dan opini audit dinyatakan konsisten atau reliabel. 2. Uji Asumsi Klasik 71
a. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji normal probability plot yang dapat dilihat pada penyebaran data berupa titik-titik pada sumbu diagonal dari grafik, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya, jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka garis regresi tersebut tidak terdistribusi secara normal.
Gambar. 4.1 P-Plot Uji Normalitas Data
Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara 72
normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi risiko audit dan independensi auditor dalam mendeteksi opini audit. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, model penelitian yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Tabel. 4.8 Hasil Uji Multikolineritas
1
Coefficientsa Collinearity Statistics Model Tolerance VIF Risiko Audit .856 1.169 Independensi Auditor .856 1.169
a. Dependent Variable: Opini Audit
Tabel di atas menunjukkan hasil multikolieneritas tampak bahwa untuk keseluruhan sampel tidak terjadi korelasi antar varibel independen karena nilai Variance Inflation Factor (VIF) di bawah angka 10 atau nilai tolerance lebih besar dari 0,10. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi heteroskedastisitas dari suatu residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar. 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas 73
Dalam gambar scatterplot tersebut, menunjukkan tidak adanya heteroskedastisitas karena titik-titik menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y sehingga tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian model regresi layak digunakan sebagai penelitian. 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang menyatakan bahwa diperkirakan risiko audit dan independensi auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini audit. a. Uji Koefesien Determinasi (Adjusted R Square) Uji adjusted R square ini digunakan untuk melihat persentase variasi variabel independen terhadap variabel dependen serta melihat seberapa pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Tabel. 4.9 Uji Koefesien Determinasi 74
Model
R
1
.602 a
Model Summary Adjusted Std. Error of R Square R Square the Estimate .363 .346 2.561
a. Predictors: (Constant), Independensi Auditor, Risiko Audit
Berdasarkan tabel di atas diperoleh adjusted R square sebesar 34.6 %, hal ini berarti bahwa variabel opini audit dapat dijelaskan oleh variabel risiko audit dan independensi auditor sebesar 34.6 % sedangkan sisanya sebesar (100 % - 34.6 %) =
63.4 % dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini. Menurut Suraida (2005) bahwa pengaruh risiko audit dan skeptisisme profesional auditor memiliki pengaruh terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik. Menurut Sari Lubis (2004) independensi akuntan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap opini audit. Berdasarkan sumber-sumber di atas disimpulkan bahwa faktorfaktor yang dimiliki oleh seorang auditor baik risiko audit maupun independensi auditor secara keseluruhan memiliki suatu tujuan dan pengaruh yang signifikan yakni kemampuannya dalam mempengaruhi terbentuknya suatu opini audit, akan tetapi dalam penelitian ini faktorfaktor yang tercantum di atas bukanlah satu-satunya faktor. Faktor lain yang berpengaruh dan tidak dimasukkan dalam penelitan ini diperkirakan faktor lamanya auditor bekerja. b. Uji F-Statistik 75
Pengunaan uji F pada penelitian ini ditujukan untuk menguji secara simultan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel. 4.10 Uji F Statistik atau Anova
Model 1
Regression Residual Total
ANOVAb Sum of df Squares 287.808 2 505.079 77 792.887 79
Mean Square 143.904 6.559
F
Sig.
21.938
.000 a
a. Predictors: (Constant), Independensi Auditor, Risiko Audit b. Dependent Variable: Opini Audit
Dalam tabel Anova di atas diperoleh hasil nilai F hitung sebesar 21.938 dengan tingkat signifikan 0.000, karena nilai probabilitas (0.000) jauh lebih kecil dari 0.05 maka model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi risiko audit dan independensi auditor secara bersama-sama berpengaruh terhadap opini audit, dengan demikian Ha3 diterima. c. Uji t-Statistik Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk menguji secara individual pengaruh variabel independen terhadap dependen. Tabel. 4.11 Uji t-Statistik
Model 1 (Constant)
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.730 3.863 76
t
Sig.
.965
.337
Risiko Audit Independensi Auditor
.116
.038
.299
3.044 .003
.231
.054
.421
4.285 .000
a.Dependent Variable: Opini Audit
Berdasarkan
dari tabel coefficient di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1) Hipotesis1 (Pengaruh risiko audit terhadap opini audit) Risiko audit berpengaruh terhadap opini audit karena signifikansinya 0.003 < 0.05. Hasil ini konsisten dengan penelitian Suraida (2005) dimana risiko audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik. Risiko audit merupakan tingkat auditor dalam menerima suatu unsur ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit yang akan dilakukannya, sehingga hal ini memiliki tingkat pengaruh secara langsung terhadap pemberian opini audit yang akan dipublikasikan. 2) Hipotesis 2 (Pengaruh independensi auditor terhadap opini audit) Independensi auditor berpengaruh terhadap opini audit karena signifikansinya 0.000 < 0.05. Hasil ini konsisten dengan penelitian Mayangsari (2003), Sari Lubis (2004), dan Rianovita (2005) independensi akuntan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap opini audit. Independensi audit merupakan sikap seorang auditor yang tidak terpengaruh oleh faktor eksternal maupun faktor internal dalam menentukan segala macam kebijakan pada saat 77
mengerjakan laporan audit hingga hasilnya dapat dipergunakan oleh pengguna laporan audit.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa: 1. Risiko audit berpengaruh secara langsung terhadap opini audit dengan menunjukkan angka 0.003 yang berarti berpengaruh secara signifikan, karena < 0.05. 2. Independensi auditor berpengaruh secara langsung terhadap opini audit dengan menunjukkan angka 0.000 yang berarti berpengaruh secara signifikan, karena < 0.05. 3. Risiko audit dan independensi auditor secara bersamaan berpengaruh terhadap opini audit dengan menunjukkan signifikansi sebesar 0.000. 78
Dari beberapa jurnal dan makalah yang berkaitan dengan penelitian variabel-variabel di atas, peneliti telah menemukan secara konsisten hubungan dengan penelitian sebelumnya, walaupun berbeda variabel yang digunakan oleh peneliti sebelumnya.
B. Implikasi 1. Hasil pengujian pertama menyatakan bahwa ada pengaruh langsung antara risiko audit terhadap opini audit. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan khususnya pada risiko pengauditan auditor harus mewaspadai faktor ini lebih utama, karena akan mempengaruhi hasil dalam penetapan opini audit yang akan digunakan terhadap laporan usaha klien. 2. Hasil pengujian kedua menyatakan bahwa ada pengaruh langsung antara independensi auditor terhadap opini audit. Hal ini menunjukkan bahwa penentuan sikap seorang auditor harus independen
baik dalam fakta
maupun penampilan karena akan mempengaruhi hasil dalam penetapan opini audit yang akan digunakan terhadap hasil laporan usaha klien. 3. Hasil pengujian ketiga menyatakan bahwa ada pengaruh langsung antara risiko audit dan independensi auditor secara bersamaan terhadap opini audit. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap pengambilan keputusan risiko pengauditan auditor harus memiliki sikap independen baik dalam fakta maupun penampilan karena akan mempengaruhi hasil dalam 79
penetapan opini audit yang akan digunakan terhadap hasil laporan usaha klien.
80
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno.“Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”, Jilid I, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004. Alim, M. N, Hapsari, T, dan Purnawati, L.“Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi”, Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanudin.Makasar 26-28 Juli 2007. Arens, Alvin A., Elder, Randal J., Beasley, Mark S. “Auditing dan Pelayanan Verifikasi : Pendekatan Terpadu (Judul Asli; Auditing Anssurance ServiceIntegrested Approach 10th Edition)”, Edisi Revisi, Jilid 1, Penerjamah Tim Dejacarta Jakarta: Indeks, 2008. Ardiyos.“Kamus Standar Akuntansi”, Cipta Harta Prima, Jakarta, Desember 2007. Arikunto, Suharsimi.“Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, Rineka Cipta, Jakarta, 2006. Aziza, Nurna. Nasir, Mohammad, dan Daljono.”Hubungan Antara Risiko Manipulasi Earnings dan Risiko Corporate Governance dengan Perencanaan Audit (Studi Empiris pada Auditor Se-Jawa)”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 23-26 Agustus 2006. Budileksmana, Antariksa.“Opini Auditor”, Pertemuan ke-5, artikel diakses tanggal 16 Juni 2008, dari http:/www.antariksa.info Christiawan, Yulius J dan Sawarjuwono, Tjiptohadi.“Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan Publik Analisis Kritis atas Opini Auditor dan Laporan Keuangan Auditan Tahun 2000, artikel diakses tanggal 23 Juni 2008, dari http:/www.petra.ac.id Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit-Undip, Semarang, 2001. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, 2005. 81
Ikatan Akuntan Indonesia.“Standar Profesional Akuntan Publik”, Salemba Empat, Jakarta, 2001. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian: Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002. Jusuf, Amir A.“Auditing Arens dan Loebbeche Pendekatan Terpadu”, Selemba Empat, Jakarta, 2003. Lastanti, Rexana Sri. “Tinjauan Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi atas Skandal Keuangan”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, April, 2005. Lubis, Tapi Anda Sari. “Persepsi Auditor dan User Tentang Independensi Akuntan Sebagai Perilau Profesional dan Pengaruhnya Terhadap Opini Audit”, e-USU Repository, Universitas Sumatera Utara, 2004. Mangala, Sulaiman S dan Hutapea, Jenny V.“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor Dalam Pelaksanaan Audit oleh Kantor Akuntan Publik di Palembang”, Akuntabilitas Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, Palembang, Juli 2007. Mardalis.“Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal”, Bumi Aksara, Jakarta, 2008. Mayangsari, Sekar.“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit Sebuah Kuasieksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 6 No 1, Jakarta, Januari 2003. Murtini, Sri.“Persepsi Auditor Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor”, Jurnal Akuntansi, Bisnis, dan Perbankan Vol 9, Semarang, April 2003. Novianty, Retty dan Kusuma, Indra W.“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik”, Jurnal Akuntansi Auditing Vol 3 No 1, Universitas Islam Indonesia,Yogyakarta, 1999. Nursyofah, Siti. “Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007 O’Regan, David.“International Auditing PracticalResource Guide”, John Wiley & Sons, Canada, 2003 82
Petronela, Thio A.“Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit”, Balance 1 Vol 1 No 1, FE Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Maret 2004. Petronela, Thio A.“Auditing dan Keuangan.Balance.Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian Opini Audit”, Jurnal Auditing Vol. 1 No.1, Universitas Atmajaya, 2004.
Sawyer, Lawrence B, et.all.“Sawyer’s Internal Auditing”, Buku 1 Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta, 2003. Sekaran ,Uma “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Buku Dua”, Salemba Empat, Jakarta, 2006 Singgih, Santoso.“Latihan SPSS: Statistik Parametrik”, Alex Media Komputindo, Jakarta, 2002. Singgih, Santoso.“Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 14”, Alex Media Komputindo, Jakarta, 2006. Sugiono.“Metodologi Penelitian Bisnis”, CV AFABETA, Bandung, 2004. Sujianto, Agus Eko.“Aplikasi Statistik dengan SPSS 16”, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2009. Suraida, Ida.“Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit, dan Resiko Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”, Sosiohumaniora Vol. 7 No. 3, FE Universitas Padjajaran, Bandung, November 2005 Tobink, Riduan dan Talankky, Nirwana.“Kamus Istilah Akuntansi”, Atalya Rileni Sudeco, Jakarta 2004. Tunggal, Amin W.“Risk-Based Auditing Konsep dan Kasus”, Harvarindo, Jakarta 2007. Umar, Husain.“Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2007. Wondabio, Ludovicus S.“Evaluasi Manajemen Risiko Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam Keputusan Penerimaan Klien (Client Acceptance Decisions) Berdasarkan Pertimbangan Dari Risiko Klien (Client Risk), Risiko Audit 83
(Audit Risk), dan Risiko Bisnis KAP (Auditor’s Business Risk)”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, Padang 23-26 Agustus 2006. Yulianto, Agus dan Supono.“Audit Berpeduli Resiko”, artikel diakses tanggal 01 Januari 2009, dari http:/pusdiklatwas.bpkp.go.id
84
Lampiran 1:
KUESIONER
Responden Yth. Penulis adalah mahasiswa Program Strata 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi. Nama NIM
: Yogy Arifiyanto : 104 08200 2673
Untuk penyusunan skripsi ini besar harapan penulis kepada Bapak/Ibu/Saudara bersedia mengisi kuesioner yang dilampirkan bersama surat ini. Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktu bekerjanya. Kuesioner ini akan penulis pergunakan untuk memperoleh data dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Penentuan Risiko Audit dan Independensi Auditor Terhadap Opini Audit. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Penulis menjamin sepenuhnya kerahasiaan identitas seluruh jawaban Bapak/Ibu/Saudara sesuai dengan etika penelitian. • Mohon mengisi dengan lengkap dan sebenar-benarnya. Apabila salah satu nomor yang tidak di isi maka kuesioner dianggap tidak berlaku dan tidak dapat digunakan. • Adapun jawaban Bapak/Ibu/Saudara tidak ada yang salah atau benar dan tidak akan berpengaruh terhadap penilaian kerja Bapak/Ibu/Saudara bekerja. Demikian permohonan penulis, mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan atas hadirnya kuesioner ini, serta perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara penulis ucapkan terima kasih. Hormat saya, Penulis Yogy Arifiyanto (104 08200 2673) 85
IDENTITAS RESPONDEN. Berikan tanda () pada identitas pengenal Anda, dan isi sesuai dengan karakteristik Anda. Nama KAP : Jenis Kelamin : ( )Pria ( ) Wanita Umur Responden : ( ) 20-25 ( )25-30 ( )>30 Lama Bekerja : ( ) 1-3 ( )4-5 ( ) >5 Tahun Jenjang Pendidikan : ( ) D3 ( )S1 ( )S2 ( )S3 Posisi Anda di KAP : ( ) Yunior ( ) Senior ( ) Supervisor Tanggal Pengisian : Tandatangan :
CARA PENGISIAN KUESIONER Bapak/Ibu/Saudara responden cukup memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia (rentang angka dari 1 sampai dengan 5) sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu. Setiap pertanyaan penulis harapkan hanya satu jawaban dan bila memilih jawaban lain-lain maka diharapkan untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Setiap angka akan mewakili tingkat kesesuaian dengan pendapat Bapak/Ibu. Keterangan (SS) Sangat Setuju (S) Setuju (TP) Tidak Pasti (TS) Tidak Setuju (STS) Sangat Tidak Setuju
86
Nilai 5 4 3 2 1
DAFTAR PERTANYAAN
No. Pertanyaan I.Risiko Inheren Auditor mempertimbangkan bentuk atau jenis 1. usaha klien Auditor memperhatikan budaya kerja usaha 2. klien Auditor mengukur seberapa besar tingkat 3. kompleksitas transaksi usaha klien Auditor menilai terlebih dahulu motivasi 4. pekerjaan dari setiap usaha klien Auditor mempelajari laporan audit terdahulu 5. sebelum melakukan pengauditan Auditor menerima klien tidak mendasarkan 6. pada unsur pertemanan atau persaudaraan Auditor memeriksa transaksi laporan klien 7. yang tidak rutin dilakukan dalam usaha klien Auditor menimbang untuk mencatat saldo 8. perkiraan dan transaksi usaha klien Auditor menggolongkan transaksi yang rentan 9. terhadap penyalahgunaan oleh klien II.Risiko Pengendalian Auditor mempelajari terlebih dahulu struktur 10. organisasi klien Auditor mencari tahu tentang pembagian 11. tugas-tugas lain yang dimiliki klien Auditor melakukan uji kelayakan usaha klien 12. dengan perbandingan efektivitas kinerja usaha klien Auditor mengamati keberadaan dan 13. kelengkapan asersi pengendalian yang dimiliki oleh klien Auditor mencari tahu tentang kerjasama 14. jaringan penghubung usaha klien dengan mitra usaha klien Auditor mengamati aliran kinerja pelaporan 15. pada setiap bidang usaha klien 87
Resiko Audit SS S TP TS
STS
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Auditor mengamati teknik dalam sistem pengendalian usaha klien III.Risiko Deteksi Auditor menetapkan prosedur audit pada 17. laporan audit usaha klien Auditor membuat perencanaan dan melakukan 18. supervisi pada saat pelaksanaan audit lapangan Auditor membuat perencanaan untuk 19. menerima tingkat risiko yang akan terjadi Auditor membuat sistem pengawasan audit 20. yang sesuai dengan standar audit Auditor menginterprestasikan hasil-hasil dari 21. prosedur audit di lapangan Auditor melakukan pengujian subtantif 22. terhadap saldo akun usaha klien Auditor mengamati terjadinya risiko 23. berlandaskan pada penetapan risiko inhern dan risiko pengendalian. 16.
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Independensi Audit SS S TP TS STS
No. Pertanyaan I. Independensi Dalam Fakta Auditor senantiasa selalu jujur dalam kata dan 1. perbuatan berdasarkan kode etik akuntan publik Auditor menyatakan pendapat berdasarkan 2. hasil audit bukan rekayasa Auditor bertanggung jawab atas semua kinerja 3. yang telah terlaksana Auditor menyatakan kebebasan dalam berfikir 4. dan berpendapat untuk membuat laporan audit 5. Auditor selalu bersifat netral terhadap klien. 88
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Auditor membuat rekomendasi harus sesuai 6. dengan kondisi dan fakta yang harus diperbaiki Auditor menggunakan kata-kata yang bisa 7. dipahami oleh klien Auditor memberikan penilaian dan saran tanpa 8. ada rasa wajib memodifikasi fakta dan dampak II. Independensi Penampilan 9. Auditor harus menjaga nama baik profesi Auditor berhubungan langsung dengan 10. masyarakat sekitar dan mensosialisasikan tentang profesinya Auditor tidak memperhitungkan besaran 11. komisi hasil audit, dengan kinerja proses audit Auditor menimbang untuk menyatukan 12. kepentingan pribadi dengan kepentingan usaha klien Audit dilakukan terhadap klien yang tidak 13. mempunyai hubungan kepentingan dengan auditor. Auditor menggunakan advertensi atau bentuk 14. solitasi lainnya untuk mendapatkan klien Auditor menetapkan pendapat atas laporan 15. audit berdasarkan hasil auditnya.
89
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
No. Pertanyaan Pernyataan Pendapat (Opini Audit) Auditor merencanakan dan mencanangkan 1. untuk pendekatan audit laporan usaha klien Auditor menguji pengendalian internal usaha 2. klien Auditor melaksanakan prosedur analitis 3. terhadap laporan usaha klien Auditor melaksanakan pengujian terinci 4. terhadap saldo usaha klien Auditor memperhatikan tahap penyelesaian 5. laporan usaha klien Auditor memperhatikan tahap penerbitan 6. laporan usaha klien Auditor mempertimbangkan akan keefektivan 7. dalam penentuan faktor risiko yang timbul pada laporan usaha klien
Opini Audit SS S TP
TS
STS
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
...“TERIMA KASIH”...
90
Lampiran 1: Kuesioner
Responden Yth. Penulis adalah mahasiswa Program Strata 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi. Nama NIM
: Yogy Arifiyanto : 104 08200 2673
Untuk penyusunan skripsi ini besar harapan penulis kepada Bapak/Ibu/Saudara bersedia mengisi kuesioner yang dilampirkan bersama surat ini. Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktu bekerjanya. Kuesioner ini akan penulis pergunakan untuk memperoleh data dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Penentuan Risiko Audit dan Independensi Auditor Terhadap Opini Audit. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Penulis menjamin sepenuhnya kerahasiaan identitas seluruh jawaban Bapak/Ibu/Saudara sesuai dengan etika penelitian. • Mohon mengisi dengan lengkap dan sebenar-benarnya. Apabila salah satu nomor yang tidak di isi maka kuesioner dianggap tidak berlaku dan tidak dapat digunakan. • Adapun jawaban Bapak/Ibu/Saudara tidak ada yang salah atau benar dan tidak akan berpengaruh terhadap penilaian kerja Bapak/Ibu/Saudara bekerja. Demikian permohonan penulis, mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan atas hadirnya kuesioner ini, serta perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara penulis ucapkan terima kasih. Hormat saya, Penulis
Yogy Arifiyanto (104 08200 2673) 91
IDENTITAS RESPONDEN. Berikan tanda () pada identitas pengenal Anda, dan isi sesuai dengan karakteristik Anda. Nama KAP : Jenis Kelamin : ( )Pria ( ) Wanita Umur Responden : ( ) 20-25 ( )25-30 ( )>30 Lama Bekerja : ( ) 1-3 ( )4-5 ( ) >5 Tahun Jenjang Pendidikan : ( ) D3 ( )S1 ( )S2 ( )S3 Posisi Anda di KAP : ( ) Yunior ( ) Senior ( ) Supervisor Tanggal Pengisian : Tandatangan : CARA PENGISIAN KUESIONER Bapak/Ibu/Saudara responden cukup memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia (rentang angka dari 1 sampai dengan 5) sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu. Setiap pertanyaan penulis harapkan hanya satu jawaban dan bila memilih jawaban lain-lain maka diharapkan untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Setiap angka akan mewakili tingkat kesesuaian dengan pendapat Bapak/Ibu. Keterangan (SS) Sangat Setuju (S) Setuju (TP) Tidak Pasti (TS) Tidak Setuju (STS) Sangat Tidak Setuju
92
Nilai 5 4 3 2 1
DAFTAR PERTANYAAN
No. Pertanyaan IV.Risiko Inheren Auditor mempertimbangkan bentuk atau jenis 24. usaha klien Auditor memperhatikan budaya kerja usaha 25. klien Auditor mengukur seberapa besar tingkat 26. kompleksitas transaksi usaha klien Auditor menilai terlebih dahulu motivasi 27. pekerjaan dari setiap usaha klien Auditor mempelajari laporan audit terdahulu 28. sebelum melakukan pengauditan Auditor menerima klien tidak mendasarkan 29. pada unsur pertemanan atau persaudaraan Auditor memeriksa transaksi laporan klien 30. yang tidak rutin dilakukan dalam usaha klien Auditor menimbang untuk mencatat saldo 31. perkiraan dan transaksi usaha klien Auditor menggolongkan transaksi yang rentan 32. terhadap penyalahgunaan oleh klien V.Risiko Pengendalian Auditor mempelajari terlebih dahulu struktur 33. organisasi klien Auditor mencari tahu tentang pembagian 34. tugas-tugas lain yang dimiliki klien Auditor melakukan uji kelayakan usaha klien 35. dengan perbandingan efektivitas kinerja usaha klien Auditor mengamati keberadaan dan 36. kelengkapan asersi pengendalian yang dimiliki oleh klien Auditor mencari tahu tentang kerjasama 37. jaringan penghubung usaha klien dengan mitra usaha klien Auditor mengamati aliran kinerja pelaporan 38. pada setiap bidang usaha klien Auditor mengamati teknik dalam sistem 39. pengendalian usaha klien 93
Resiko Audit SS S TP TS
STS
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
VI.Risiko Deteksi Auditor menetapkan prosedur audit pada 40. laporan audit usaha klien Auditor membuat perencanaan dan melakukan 41. supervisi pada saat pelaksanaan audit lapangan Auditor membuat perencanaan untuk 42. menerima tingkat risiko yang akan terjadi Auditor membuat sistem pengawasan audit 43. yang sesuai dengan standar audit Auditor menginterprestasikan hasil-hasil dari 44. prosedur audit di lapangan Auditor melakukan pengujian subtantif 45. terhadap saldo akun usaha klien Auditor mengamati terjadinya risiko 46. berlandaskan pada penetapan risiko inhern dan risiko pengendalian.
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Independensi Audit SS S TP TS STS
No. Pertanyaan III. Independensi Dalam Fakta Auditor senantiasa selalu jujur dalam kata dan 1. perbuatan berdasarkan kode etik akuntan publik Auditor menyatakan pendapat berdasarkan 2. hasil audit bukan rekayasa Auditor bertanggung jawab atas semua kinerja 3. yang telah terlaksana Auditor menyatakan kebebasan dalam berfikir 4. dan berpendapat untuk membuat laporan audit 5. Auditor selalu bersifat netral terhadap klien. Auditor membuat rekomendasi harus sesuai 6. dengan kondisi dan fakta yang harus diperbaiki Auditor menggunakan kata-kata yang bisa 7. dipahami oleh klien Auditor memberikan penilaian dan saran tanpa 8. ada rasa wajib memodifikasi fakta dan dampak IV. II. Independensi Penampilan 9. Auditor harus menjaga nama baik profesi
94
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
10. 11. 12.
13. 14. 15.
Auditor berhubungan langsung dengan masyarakat sekitar dan mensosialisasikan tentang profesinya Auditor tidak memperhitungkan besaran komisi hasil audit, dengan kinerja proses audit Auditor menimbang untuk menyatukan kepentingan pribadi dengan kepentingan usaha klien Audit dilakukan terhadap klien yang tidak mempunyai hubungan kepentingan dengan auditor. Auditor menggunakan advertensi atau bentuk solitasi lainnya untuk mendapatkan klien Auditor menetapkan pendapat atas laporan audit berdasarkan hasil auditnya.
No. Pertanyaan Pernyataan Pendapat (Opini Audit) Auditor merencanakan dan mencanangkan 1. untuk pendekatan audit laporan usaha klien Auditor menguji pengendalian internal usaha 2. klien Auditor melaksanakan prosedur analitis 3. terhadap laporan usaha klien Auditor melaksanakan pengujian terinci 4. terhadap saldo usaha klien Auditor memperhatikan tahap penyelesaian 5. laporan usaha klien Auditor memperhatikan tahap penerbitan 6. laporan usaha klien Auditor mempertimbangkan akan keefektivan dalam penentuan faktor risiko yang timbul 7. pada laporan usaha klien
95
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Opini Audit SS S TP
TS
STS
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Lampiran 2: Data Try Out dan Validitas -Risiko Audit
Pertanyaan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Q24 Q25 Total
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 5 4 4 3 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 3 5 5 4 4 2 4 5 4 4 3 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 3 3 5 3 3 3 4 5 4 4 3 5 4 5 4 4 5 4 4 5 2 5 2 1 4 3 4 2 2 2 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 5 4 3 4 116 99 103 83 109 96 101 107 101 102 84 98
Keterangan:
*
=
Pearson Correlation
Lampiran 3: Data Try Out Reabilitas-Risiko Audit
96
13 14 15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 1 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 102 92 95
PC*
Valid
0.831 0.321 0.771 0.664 0.399 0.751 0.697 0.728 0.295 0.767 0.638 0.781 0.569 0.781 0.753 0.006 0.698 0.150 0.697 0.385 0.742 0.736 0.761 0.602 0.540
Valid No Valid Valid No Valid Valid Valid No Valid Valid Valid Valid Valid Valid No Valid No Valid No Valid Valid Valid Valid Valid
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .906
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
.929
25
97
Lampiran 4: Data Try Out dan Validitas-Independensi Auditor
Pertanyaan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Total
Keterangan:
1 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 37
*
2 2 4 4 3 3 4 5 4 4 4 2 4 4 2 4 3 29
3 2 4 3 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 5 3 5 28
=
4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 29
5 3 5 5 3 2 4 5 4 5 5 2 5 5 2 5 4 31
6 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 1 4 4 32
Responden 7 8 9 4 5 4 3 5 4 2 5 5 4 5 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 2 3 3 4 5 4 4 5 4 3 1 2 3 5 5 4 4 4 29 38 31
10 5 4 4 3 4 5 4 5 4 5 3 5 5 2 4 4 34
11 4 4 5 4 3 4 5 4 5 4 4 5 4 3 5 5 33
Pearson Correlation
Lampiran 5: Data Try Out Reabilitas- Independensi Auditor
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .779
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
.815
16
98
12 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 34
13 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 1 5 5 34
14 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 2 5 5 1 4 4 33
15 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 1 4 27
PC*
Valid
0.729 0.602 0.667 0.598 0.289 0.708 -0.036 0.743 0.364 0.695 0.294 0.708 0.659 -0.156 0.688 0.092
Valid Valid Valid Valid No Valid No Valid No Valid No Valid Valid No Valid No
Lampiran 6: Data Try Out dan Validitas-Opini Audit Responden 7 8 9
10 11 12 13 14 15
PC*
Valid
Q1 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 5 2 Q2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Q3 3 4 5 4 3 5 1 1 4 4 5 4 4 4 1 Q4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 Q5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 2 Q6 3 4 5 4 3 4 4 3 4 4 5 4 4 4 2 Q7 4 4 2 2 4 3 4 4 2 4 4 4 5 4 1 Total 27 28 27 25 26 28 25 24 24 28 32 28 29 30 14
0.833 0.045 0.695 0.722 0.913 0.749 0.689
Valid No Valid Valid Valid Valid Valid
2
4
3
5
6
Pertanyaan
1
Keterangan:
*
Pearson Correlation
=
Lampiran 7: Data Try Out Reabilitas- Opini Audit Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
.792
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .809
N of Items
7
99
Lampiran 14: Hasil Uji Asumsi Klasik Regression Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Removed
Variables Entered Independensi Auditor, Risiko Audita
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Opini Audit Lampiran 14.a.: Hasil Uji Normalitas
Lampiran 14.b.: Hasil Uji Multikolineritas
Model 1
Risiko Audit Independensi Auditor
Coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance VIF .856 1.169 .856 1.169
a. Dependent Variable: Opini Audit
100
Lampiran 14.c.: Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 15: Hasil Uji Hipotesis Regression Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Independensi Auditor, Risiko Audita
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Opini Audit Lampiran 15.a.: Hasil Uji Koefesien Determinasi
Model
R
1
.602a
Model Summary Adjusted Std. Error of R Square R Square the Estimate .363 .346 2.561
a. Predictors: (Constant), Independensi Auditor, Risiko Audit
101
Lampiran 15.b.: Hasil Uji F Statistik atau Anova
Model 1
Regression Residual Total
ANOVAb Sum of df Squares 287.808 2 505.079 77 792.887 79
Mean Square 143.904 6.559
F
Sig.
21.938
.000a
c. Predictors: (Constant), Independensi Auditor, Risiko Audit d. Dependent Variable: Opini Audit
Lampiran 15.c.: Hasil Uji t-Statistik
Model 1 (Constant) Risiko Audit Independensi Auditor
Coefficientsa Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.730 3.863 .965 .337 .116 .038 .299 3.044 .003 .231
.054
a.Dependent Variable: Opini Audit
102
.421
4.285 .000