PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN PROFESIONAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: JORDAN MATONDANG NIM: 203082001901
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
i
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN PROFESIONAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
Skrispi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
JORDAN MATONDANG NIM: 203082001901 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja,MM NIP. 194906021978031001
Rahmawati, SE.,MM NIP. 197708142006042003
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ii
Hari ini, Kamis Tanggal Empat Februari Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Uji Komprehensif atas nama Jordan Matondang, NIM: 203082001901, dengan judul skripsi “PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN PROFESIONAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 04 Februari 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Fitri Damayanti, SE., M.Si Sekretaris
Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM Ketua
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
iii
Hari ini, Jum’at Tanggal Tujuh Belas September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Uji Skripsi atas nama Jordan Matondang, NIM: 203082001901, dengan judul skripsi “PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN PROFESIONAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 September 2010 Tim Penguji Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM Penguji I
Rahmawati, SE., MM Penguji II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli I
Yusro R, SE., M.Si Penguji Ahli II
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi 1. Nama
: Jordan Matondang
2. Tempat Tanggal Lahir
: Medan, 02 Februari 1985
3. Alamat
: Jl. Delima Jaya I No. 4 RT. 001 RW. 02 Rempoa - Ciputat
4. Nomor Telepon
: 021-92832839
5. Status
: Belum menikah
6. Agama
: Kristen
7. Kewarganegaraan
: Indonesia
8. Alamat Email
:
[email protected]
B. Data Pendidikan Formal 1. 1991 - 1996
: SD METHODIST 03 Medan.
2. 1996 - 1997
: SDN 08 Pagi Bintaro.
3. 1997 - 2000
: SLTP Seruni DONBOSCO Jakarta Selatan.
4. 2001 - 2003
: SMUN 86 Jakarta Selatan.
5. 2003 - 2010
: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. Data Pengalaman Kerja 1. 2010
: PT. HERBALIFE (Staff).
v
ABSTRACT
This study is aimed to analyze the influence of audit experience, independence and professional expertise to the prevention and detection of fraudulent financial statement presentation. Data of this study is primary data collected from the accounting firm (KAP) in Jakarta . The statistical method used is multiple linear regression. Sampling method used was convenience sampling. The quality test of data used in this study are test of validity and reliability test. Meanwhile, in testing the hypothesis of this research uses the coefficient of determination test, F test and t test Multiple linear regression test results can be concluded that there is significant influence of audit experience, independence and professional expertise to the prevention and detection of fraudulent financial statement presentation.
Keywords: Prevention and detection of fraudulent financial statements, audit experience, independence, and professional expertise.
vi
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap Pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Data yang diperoleh berupa data primer dari KAP di DKI Jakarta. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Uji kualitas data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Sedangkan untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini mengunakan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t. Hasil uji regresi linear berganda dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap Pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.
Kata Kunci: Pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan, pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Audit, Independensi dan Keahlian Profesional Terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan“ dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada : 1. Orang tua saya Bapak (Alm) Mangatas Matondang dan Mama Elysabeth Tampubolon yang telah membesarkan saya dan mendoakan serta memberikan dukungan yang sangat besar terhadap saya, sehingga tersusunnya skripsi yang menjadi persyaratan mencapai suatu kelulusan. 2. Adik-adik saya (Leontyne dan Yohana) yang sudah membantu saya dalam proses tersusunnya skripsi ini. 3. Opung saya (nenek) yang telah membantu dalam doa serta memberi semangat dan doa yang amat berarti buat saya.
viii
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis 5. Bapak Dr. Yahya Hamja,MM, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan, semangat, dan bimbingan dengan kesabarannya. 6. Ibu Rahmawati, SE.,MM, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan skripsi saya dengan sabar dan penuh keiklhasan. 7. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya jurusan akuntansi yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam memberikan ilmu,budi pekerti serta dorongan moral selama proses perkuliahan. 8. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang telah bekerja dengan baik dan sabar melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. 9. Kawan-kawanku di Akuntansi A dan Akuntansi B yang telah membantu saya, dan memberikan semangat sehingga tersusunnya skripsi. 10. Sahabat-sahabat di Universitas, Furkon, Alki, Dewi, Firman, Hamdi, Ayu, Qomaria yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penyusunan skripsi. Terus berjuang Sahabat-sahabat, gapai mimpi dan cita-cita Kita mengharumkan UIN Syarif Hidayatullah. 11. Sahabat-sahabat terbaikku dari SMU, Nadia, Aldi, Angga, dan Adnan yang telah banyak membantu, selalu memberikan dukungan dan sudah
ix
menjadi pendorong/motivasi semangat saya dalam penyelesaian skripsi. Terus semangat buat Kita membahagiakan orang tua Kita. 12. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu. Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf dan berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berharap skripsi yang saya susun ini menjadi suatu karya yang baik serta menjadi suatu persembahan terbaik bagi para dosen-dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Demikianlah kata pengantar dari saya dan sebagai suatu introspeksi diri, saya mohon maaf atas kekurangan dan kesalahannya.
Jakarta, 19 September 2010
(Jordan Matondang)
x
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………..
i
ABSTRACK ......................................................................................
ii
ABSTRAK .........................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .......................................................................
iv
DAFTAR ISI .....................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .............................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
xii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...............................................
1
B. Perumusan Masalah ........................................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................
9
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Atas Audit ...........................................
12
1. Pengertian Auditing ............................................
12
2. Standar Auditing .................................................
13
3. Prosedur Audit ....................................................
15
xi
B. Pengalaman Audit ……………………………………..
21
C. Independensi …………………………………….........
23
D. Keahlian Profesional …………………………………..
26
E. Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan ……………
28
F. Penelitian Terdahulu ……………………………………
47
G. Keterkaitan Antar Variabel ………………………….....
50
H. Kerangka Pemikiran …………………………………....
54
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………..
56
B. Metode Penentuan Sampel …………………………….
56
C. Metode Pengumpulan Data ............................................
57
D. Metode Analisis Data ....................................................
57
E. Operasionalisasi Variabel ................................................
63
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………...
70
1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................
70
2. Karakteristik Profil Responden ...........................
72
B. Hasil dan Pembahasan ...................................................
74
1. Uji Validitas .......................................................
74
2. Uji Reliabilitas ...................................................
76
3. Uji Asumsi Klasik ...............................................
78
a. Uji Multikolinearitas ...............................
78
b. Uji Heteroskedastisitas ...........................
79
xii
c. Uji Normalitas .........................................
80
d. Analisis Regresi Linear Berganda ...........
82
A. Kesimpulan ....................................................................
93
B. Implikasi ........................................................................
94
C. Saran .............................................................................
95
V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
4.1
Penelitian terdahulu
49
4.2
Operasionalisasi Variabel
65
4.3
Data Distribusi Sampel Penelitian
70
4.4
Data Sampel Penelitian
72
4.5
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
72
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
73
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
73
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
74
4.9
Hasil Uji Validitas
75
4.10
Hasil Uji Reliabilitas Pengalaman Audit (X1)
77
4.11
Hasil Uji Reliabilitas Independensi (X2)
77
4.12
Hasil Uji Reliabilitas Keahlian Profesional (X3)
78
4.13
Hasil Uji Reliabilitas Pencegahan dan Pendeteksian (Y)
78
4.14
Uji Multikolinearitas
79
4.15
Koefisien Regresi Linear Berganda
82
4.6 4.7 4.8
xiv
4.16
Hasil Uji Koefisien Determinasi
83
4.17
Hasil Uji t
84
4.18
Hasil Uji F
89 DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
55
2.2
Uji Heteroskedastisitas
80
2.3
Uji Normalitas
81
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Surat Ketersediaan Responden
96
2
Indentitas Responden
97
3
Pernyataan Pengalaman Audit (X1)
98
4
Pernyataan Independensi (X2)
99
5
Pernyataan Keahlian Profesional (X3)
100
6
Pernyataan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan (Y)
101
7
Jawaban Pernyataan Pengalaman Audit (X1)
102
8
Jawaban Pernyataan Independensi (X2)
105
9
Jawaban Pernyataan Keahlian Profesional (X3)
108
10
Jawaban Pernyataan Kepuasan Kerja Auditor (Y)
111
11
Distribusi Frekuensi Pernyataan Jenis Kelamin
114
12
Distribusi Frekuensi Pernyataan Pendidikan Terakhir
115
13
Distribusi Frekuensi Pernyataan Posisi Terakhir
116
14
Distribusi Frekuensi Pernyataan Pengalaman Kerja
117
15
Distribusi Frekuensi Pengalaman Audit (X1)
118
16
Validitas dan Reliabilitas Pengalaman Audit (X1)
119
17
Distribusi Frekuensi Pernyataan Independensi (X2)
120
xvi
18
Validitas dan Reliabilitas Independensi (X2)
124
19
Distribusi Frekuensi Pernyataan Keahilian Profesional (X3)
125
20
Validitas dan Reliabilitas Keahlian Profesional (X3)
128
21
Distribusi Frekuensi Pernyataan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Pelaporan Keuangan (Y)
129
Validitas dan Reliabilitas Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Pelaporan Keuangan (Y)
131
Regresi Linear Berganda
132
22 23
xvii
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. Di samping itu dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya. Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri (Wibowo, 2009: 19).
1
Profesi sebagai akuntan publik memainkan peranan sosial yang sangat penting berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh auditor. Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas seorang akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan IAI. Hal ini menunjukkan bahwa auditor bertanggung jawab atas opini yang diberikan terhadap laporan keuangan yang diterbitkan (Wibowo, 2009: 19). Dalam melaksanakan audit, profesi akuntan publik memperoleh kepercayaan dari pihak klien dan pihak ketiga untuk membuktikan laporan keuangan yang disajikan oleh pihak klien. Pihak ketiga tersebut diantaranya manajemen, pemegang saham, kreditor, pemerintah dan masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit. Sehubungan dengan kepercayaan yang telah diberikan kepada akuntan publik, maka auditor dituntut untuk dapat memberikan kepercayaan tersebut. Kepercayaan ini harus senantiasa ditingkatkan dengan menunjukkan suatu kinerja yang profesional. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh IAI (Wibowo, 2009: 20). Salah satu faktor penyebab krisis yang melanda Indonesia saat ini adalah pengelolaan perusahaan yang tidak baik. Pengelolaan perusahaan yang tidak baik akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri dan pada
2
akhirnya juga akan merugikan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan, seperti pemegang saham, pemerintah serta pihak perbankan sebagai kreditur. Fraud (kecurangan), ketidakberesan, korupsi serta berbagai tindak penyelewengan lain yang merugikan perusahaan, negara maupun masyarakat luas terjadi pada berbagai sektor swasta maupun sektor publik. Profesi auditor diakui sebagai suatu keahlian bagi perusahaan. Seorang auditor dalam melaksanakan audit bukan semata hanya untuk kepentingan klien melainkan juga untuk pihak yang lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan dan seorang auditor independen sebagai pihak yang memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan yang akhir-akhir ini menghadapi tuntutan pertanggungjawaban yang lebih besar atas berbagai praktek yang terjadi dalam perusahaan yang diauditnya (Rosandi, 2009: 1) Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (mistatement) yang material dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan. Salah saji itu terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Fraud diterjemahkan dengan kecurangan sesuai Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 70, demikian pula error dan irregularities masing-masing diterjemahkan sebagai kekeliruan dan ketidakberesan sesuai PSA sebelumnya yaitu PSA No. 32 (Koroy, 2008: 22). Sesuai dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, Seksi 316.02, 2001) eksternal auditor mempunyai tanggung jawab dalam merencanakan dan
3
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan, hal ini terdapat pada standar auditing pekerjaan laporan pada standar auditing No.6, yaitu bahwa bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit (Rosandi, 2009: 1-2). Terjadinya kecurangan suatu tindakan disengaja yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa banyak kerugian. Meski belum ada informasi spesifik di Indonesia, namun berdasarkan laporan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), pada tahun 2002 kerugian yang diakibatkan oleh kecurangan di Amerika Serikat adalah sekitar 6% dari pendapatan atau $ 600 milyar dan secara persentase tingkat kerugian ini tidak banyak berubah dari tahun 1996. Dari kasus-kasus kecurangan tersebut, jenis kecurangan yang paling banyak terjadi adalah asset misappropriations (85%), kemudian disusul dengan korupsi (13%) dan jumlah paling sedikit (5%) adalah kecurangan laporan keuangan (fraudulent statements). Walaupun demikian kecurangan laporan keuangan membawa kerugian paling besar yaitu median kerugian sekitar $ 4,25 juta (ACFE 2002) (Koroy, 2008: 22-23). Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun-tahun belakangan ini memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit yang membawa akibat
4
serius bagi masyarakat bisnis. Kasus seperti itu terjadi pada Enron, Global Crossing, Worldcom di Amerika Serikat yang mengakibatkan kegemparan besar dalam pasar modal. Kasus serupa terjadi di Indonesia seperti PT Telkom dan PT Kimia Farma. Meski beberapa salah saji yang terjadi belum tentu terkait dengan kecurangan, tetapi faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan kecurangan oleh manajemen terbukti ada pada kasus-kasus ini. Sebagai contoh di Indonesia dapat dikemukakan kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk (PT KF). PT KF adalah badan usaha milik negara yang sahamnya telah diperdagangkan di bursa. Berdasarkan indikasi oleh Kementerian BUMN dan pemeriksaan Bapepam (Bapepam, 2002) ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara melebihsajikan penjualan dan persediaan pada 3 unit usaha, dan dilakukan dengan menggelembungkan harga persediaan yang telah diotorisasi oleh Direktur Produksi untuk menentukan nilai persediaan pada unit distribusi PT KF per 31 Desember 2001. Selain itu manajemen PT KF melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada 2 unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit unit yang tidak disampling oleh auditor eksternal (Koroy, 2008: 23). Terhadap auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan PT KF per 31 Desember 2001, Bapepam menyimpulkan auditor eksternal telah melakukan prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar
5
Profesional Akuntan Publik, dan tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan membantu manajemen PT KF menggelembungkan keuntungan. Bapepam mengemukakan proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan PT KF. Atas temuan ini, kepada PT KF Bapepam memberikan sanksi administratif sebesar Rp 500 juta, Rp 1 milyar terhadap direksi lama PT KF dan Rp 100 juta kepada auditor eksternal (Bapepam 2002) (Koroy, 2008: 23). Terungkapnya skandal-skandal sejenis ini menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat khususnya masyarakat keuangan, yang salah satunya ditandai dengan turunnya harga saham secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus. Timbulnya kasus-kasus serupa menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan yang terdistribusi luas atau yang lebih dikenal dengan corporate governance yang sekali lagi mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme good corporate governance yang baik belum diterapkan. Hal ini dapat menjadi pemicu perusahaan atau pihak manajemen untuk mengeluarkan informasiinformasi yang memberi dampak positif terhadap harga saham dan dapat mendorong perusahaan untuk cenderung melakukan manipulasi akuntansi dengan menyajikan informasi tertentu guna menghindari terpuruknya harga saham. Selain dari pihak perusahaan, eksternal auditor juga harus turut bertanggung jawab terhadap merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi
6
seperti ini. Posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat juga mulai banyak dipertanyakan apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditur, pemegang saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (Koroy, 2008: 25). Pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani, memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwaperistiwa, penerapan dan pengembangan penelitian masalah pengalaman ini dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang serupa (Suraida, 2005:4). Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Selain itu juga untuk mengetahui seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008). Perbedaan penelitian ini dengan
7
penelitian sebelumnya yaitu, Ada penambahan dua variabel independen yaitu pengalaman audit dan independensi yang diperoleh dari penelitian Suraida (2005) serta Desyanti dan Ratnadi (2006). Penambahan variabel pengalaman audit dan independensi selain disarankan oleh penelitian terdahulu, variabel tersebut juga merupakan bagian dari penentu yang sangat penting bagi keefektifan dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Keberhasilan dan kinerja seseorang auditor dalam suatu pekerjaannya agar dapat mencegah dan mendeteksi kecurangan penyajian laporan
keuangan.
Penelitian
sebelumnya
hanya
menguji
pengaruh
independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. Sedangkan penelitian ini menguji pengaruh pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka skripsi ini diberi judul “Pengaruh Pengalaman Audit, Independensi, dan Keahlian Profesional Terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”.
8
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah pengalaman audit berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian penyajian laporan keuangan? 2. Apakah independensi berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian penyajian laporan keuangan? 3. Apakah keahlian profesional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan? 4. Apakah pengalaman audit, independensi, dan keahlian professional berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: a. Pengaruh pengalaman audit terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. b. Pengaruh
independensi
terhadap
pencegahan
dan
pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan. c. Pengaruh keahlian profesional terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.
9
d. Pengaruh pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut: a. Bagi Kantor Akuntan Publik 1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai pentingnya pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. 2. Sebagai masukan untuk perusahaan dalam hal pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan, agar memperhatikan aspek-aspek apa saja yang menjadi motivasi seorang auditor dalam menghasilkan kinerja yang optimal. b. Bagi kepentingan akademik Diharapkan menjadi bahan bacaan yang memberikan gambaran tentang pengalaman audit, independensi, dan keahlian professional terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.
10
c. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menerapkan pengalaman dan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah ke dalam praktek, khususnya yang ada hubungannya dengan masalah penelitian tersebut.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Atas Audit 1. Pengertian Auditing Auditing menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009: 4) adalah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Menurut Halim (2008: 1), definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Accounting Concepts) adalah sebagai berikut: “Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”. Menurut Agoes (2004: 3) mendefinisikan auditing sebagai berikut: “Pemeriksaan (Auditing) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
12
Berdasarkan definisi di atas, pengertian auditing adalah suatu proses sistematis dan kritis yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai informasi dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. 2. Standar Auditing Standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar ini meliputi pertimbangan kualitas
profesional
auditor,
seperti
persyaratan pelaporan, dan bahan bukti.
keahlian
dan
independensi,
Standar auditing terdiri dari
sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (IAI, 2001: 150.1). a. Standar Umum 1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2) Dalam
semua
hal
yang
berhubungan
dengan
perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
13
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. c. Standar Pelaporan 1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan
prinsip
akuntansi
dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip tersebut dalam periode sebelumnya.
14
3) Pengungkapan
informatif
dalam
laporan
keuangan
harus
dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dan secara spesifik standar auditing dikelompokkan menjadi 3, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. 3. Prosedur Audit Menurut Arens, et al. (2009: 172) prosedur audit (audit procedure) adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit. Sedangkan Agoes (2004: 125) mendefinisikan prosedur audit sebagai langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan
15
pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Auditor dalam melaksanakan tugasnya harus mendapatkan bukti audit kompeten yang cukup melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan (IAI, 2001: 150.1). Dalam usaha memperoleh bukti audit kompeten yang cukup, maka auditor sebelum melaksanakan penugasan audit harus menyusun program audit yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan dan dibuat secara tertulis. Kualitas kerja auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor melaksanakan prosedur-prosedur audit yang tercantum dalam program audit (Malone dan Roberts, 1996 dalam Ulum, 2005). Prosedur audit yang digunakan dalam penelitian ini ialah prosedur audit yang dilaksanakan pada tahap perencanaan audit dan tahap pekerjaan lapangan yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Menurut Herningsih (2002: 113) prosedur audit yang dilaksanakan pada tahap perencanaan audit dan tahap pekerjaan lapangan tersebut mudah untuk dilakukan praktik penghentian prematur, antara lain: a. Membangun pemahaman bisnis industri klien Auditor harus membangun pemahaman dengan klien tentang jasa yang akan dilaksanakan untuk setiap perikatan. Pemahaman tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya salah interpretasi
16
kebutuhan atau harapan pihak lain, baik di pihak auditor maupun klien. Pemahaman tersebut harus mencakup tujuan perikatan, tanggung jawab manajemen, tanggung jawab auditor, dan batasan perikatan. Auditor harus mendokumentasikan pemahaman tersebut dalam kertas kerjanya atau lebih baik dalam bentuk komunikasi tertulis dengan klien (PSA No.05 SA Seksi 310, 2001). b. Pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit laporan keuangan Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai atas keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan yang berlaku. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh auditor untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan (PSA No.69 SA Seksi 319, 2001). c. Pertimbangan auditor atas fungsi auditor intern klien Auditor intern bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain kepada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya dengan tetap mempertahankan objektivitasnya berkaitan dengan aktivitas yang diaudit. Tanggung jawab penting fungsi audit intern adalah memantau
17
kinerja pengendalian entitas. Pada saat auditor berusaha memahami pengendalian intern, auditor harus berusaha memahami fungsi audit intern yang cukup untuk mengidentifikasi aktivitas audit intern yang relevan dengan perencanan audit (PSA No.33 SA Seksi 322, 2001). d. Informasi asersi manajemen Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Asersi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence), kelengkapan (completeness), hak dan kewajiban (right and obligation), penilaian (valuation) atau alokasi, serta penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). Informasi asersi manajemen digunakan oleh auditor untuk memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan (PSA No.7 SA Seksi 326, 2001). e. Prosedur analitik Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan yang lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan. Tujuan dari dilakukannya prosedur analitik adalah membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur
audit
lainnya,
sebagai
pengujian
substantif
untuk
memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan
18
saldo akun atau jenis transaksi, serta sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit (PSA No.22 SA Seksi 329, 2001). f. Konfirmasi Konfirmasi
adalah
proses
pemerolehan
dan
penilaian
suatu
komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mngenai asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Proses konfirmasi mencakup pemilihan unsur yang dimintakan
konfirmasi,
pendesainan
permintaan
konfirmasi,
pengkomunikasian informasi kepada pihak ketiga yang bersangkutan, memperoleh jawaban dari pihak ketiga, serta penilaian terhadap informasi atau tidak adanya inforamsi yang disediakan oleh pihak ketiga mengenai tujuan audit termasuk keandalan informasi tersebut (PSA No.7 SA Seksi 330, 2001). g. Representasi manajemen Representasi manajemen (lisan maupun tertulis) merupakan bagian dari bukti audit yang diperoleh auditor tetapi tidak merupakan pengganti bagi penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh dasar memadai bagi pendapat auditor atas laporan keuangan. Representasi tertulis bagi manajemen biasanya menegaskan representasi lisan yang disampaikan oleh manajemen kepada auditor,
19
dan menunjukkan serta mendokumentasikan lebih lanjut ketepatan representasi tersebut, dan mengurangi kemungkinan salah paham mengenai yang direpresentasikan (PSA No.17 SA Seksi 333, 2001). h. Pengujian pengendalian Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Penggunaan
TABK
harus
dikendalikan
oleh
auditor
untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan audit dan spesifikasi rinci TABK telah terpenuhi, dan bahwa TABK tidak dimanipulasi semestinya oleh staf entitas (PSA No.59 SA Seksi 327, 2001). i.
Sampling audit Sampling audit adalah penerapan terhadap prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok
transaksi
dengan
tujuan
untuk
menilai
beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok tersebut. Sampling audit diperlukan oleh auditor untuk mengetahui saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor harus menggunakan
pertimbangan
profesionalnya
dalam
perncanaan,
pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan (PSA No.26 SA Seksi 350, 2001). j.
Perhitungan fisik Perhitungan fisik berkaitan dengan pemeriksaan auditor melalui pengamatan, pengujian, dan permintaan keterangan memadai atas
20
efektifitas metode perhitungan fisik persediaan atau kas dan mengukur keandalan atas kuantitas dan kondisi fisik persediaan atau kas klien (PSA No.7 SA Seksi 331, 2001). Dari uraian di atas diketahui bahwa prosedur audit merupakan kumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaan secara efisien dan efektif. Bukti audit tersebut meliputi inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
B. Pengalaman Audit Menurut Suraida (2005: 4) pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Dalam hal pengalaman, penelitian-penelitian dibidang psikologi yang telah dikutip oleh Jeffrey (1996) memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa, penerapan dan pengembangan penelitian masalah pengalaman ini dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang serupa. Suraida (2005: 6) mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif
21
lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman, Marchant G.A. (1989) menemukan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman mampu mengidentifikasi secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik. Akuntan pemeriksa yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan (Davis, 1996). Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal: (1) Mendeteksi kesalahan, (2) Memahami kesalahan secara akurat, (3) Mencari penyebab kesalahan. Menurut
Gibbins
(1984),
pengalaman
menciptakan
struktur
pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistemtis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu. Singkat kata, teori ini menjelaskan bahwa melalui pengalaman auditor dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman. Walaupun demikian pengaruh pengalaman yang banyak dalam bidang audit dapat dikacaukan oleh rendahnya kesadaran etis para auditor yang memegang posisi yang tinggi dalam organisasi KAP (Suraida, 2005: 8).
22
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengalaman audit merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan serta mencari penyebab munculnya
kesalahan
yang
berkenaan
dengan
kekeliruan,
sehingga
pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman auditor.
C. Independensi Menurut Arens (2009: 186) independensi adalah cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Unsur-unsur mengenai independensi akuntan publik, yaitu sebagai berikut: 1. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, obyektivitas dan kebebasan akuntan publik dari pengaruh pihak lain. 2. Kepercayaan akuntan publik terhadap diri sendiri yang merupakan integritas profesionalnya. 3. Kemampuan akuntan publik meningkatkan kredibilitas pernyataannya terhadap laporan keuangan yang diperiksa. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi independensi akuntan publik adalah sikap pikiran dan sikap mental akuntan publik yang jujur dan ahli, serta bebas dari bujukan, pengaruh, dan
23
pengendalian pihak lain dalam melaksanakan perencanaan, pemerikasaan, penelitian, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2003: 86). Dalam kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi akuntan publik, yaitu: (1) Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien, (2) mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri, (3) berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan (4) bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya (Elfarini: 2007: 34). Menurut Supriyono (1988) meneliti 6 faktor yang mempengaruhi independensi, yaitu: (1) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (2) jasa-jasa lainnya selain jasa audit, (3) lamanya hubungan audit antara akuntan publik dengan klien, (4) persaingan antar KAP, (5) ukuran KAP, dan (6) audit fee. Menurut Elfarini (2007: 35) adapun
24
independensi auditor diukur melalui: lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan pemberian jasa non audit. Menurut Aturan Etika Kompartemen Akuntansi Publik Peraturan 101 dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan IAI. Sikap mental independensi tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in apearance). Oleh karena itu, ia tidak dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap independensi (tidak memihak) yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Mayangsari (2003: 18) disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada. Menurut Halim (2001: 9) ada tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut. (1) Independence in fact (independensi senyatanya)
25
yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. (2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. (3) Independence in competence (independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya. Berdasarkann uraian di atas diketahui bahwa independensi merupakan sikap pikiran dan sikap mental akuntan publik yang jujur dan ahli, serta bebas dari bujukan, pengaruh, dan pengendalian pihak lain dalam melaksanakan perencanaan, pemeriksaan, penelitian, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Adapun independensi auditor diukur melalui: lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan pemberian jasa non audit.
D. Keahlian Profesional Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003). Profesi merupakan jenis
26
pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi (Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto, 2008). Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003) berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Hastuti, T.D., S.L. Indriarto dan C. Susilawati (2003) menyatakan bahwa profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai akuntan publik. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu pertama, pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Kedua, kewajiban sosial adalah
27
suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya karena adanya pekerjaan tersebut. Ketiga, kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien dan mereka yang bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Keempat, keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan profesional atau tidak adalah rekan sesama profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut. Kelima, hubungan dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa keahlian profesional merupakan keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menerapkan standar baku di bidang profesi yang bersangutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan.
E. Pencegah dan Pendeteksi Kecurangan Menurut Amrizal (2004: 4) Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencagahan kecurangan adalah berupaya untuk
28
menghilangkan atau mengeleminir sebab-sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan terjadinya suatu perbuatan curang akan lebih mudah daripada mengatasi bila telah terjadi kecurangan tersebut. Menurut Amrizal (2004: 4) kecurangan sering terjadi pada suatu entitas apabila: a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak efektif. b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka. c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan kecurangan. d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efisien dan atau tidak efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan, biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan. f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi kecurangan. Pencegahan
kecurangan
pada
umumnya
adalah
aktivitas
yang
dilaksanakan yang dilaksanakan manajemen dalam hal penerapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu menyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3
29
(tiga) tujuan pokok yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Amrizal, 2004: 5). Untuk hal tersebut, kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah antara lain dengan cara-cara berikut: 1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka tugas manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan menjadi semakin berat. Agar tujuan yang telah ditetapkan top manajemen dapat dicapai, keamanan harta perusahaan terjamin dan kegiatan operasi bisa dijalankan secara efektif dan efisien, manajemen perlu mengadakan struktur pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah kecurangan. Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada bulan September 1992 dalam Amrizal (2004: 5) memperkenalkan suatu kerangka pengendalian yang lebih luas daripada model pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup manajemen risiko, yaitu pengendalian intern terdiri atas 5 komponen yang paling terkait yaitu: 1) Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
30
Lingkungan pengendalian mencakup: a. Integritas dan nilai etika. b. Komitmen terhadap kompetensi. c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit. d. Filosofi dan gaya operasi manajemen. e. Struktur organisasi. f. Pemberian wewenang dan tanggungjawab. g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. 2) Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut: a. Perubahan dalam lingkungan operasi. b. Personel baru. c. Sistem informasi yang baru atau diperbaiki. d. Teknologi baru. e. Lini produk, produk atau aktivitas baru. f. Operasi luar negeri. g. Standar akuntansi baru. 3) Standar pengendalian adalah kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan dengan: a. Penelaahan terhadap kinerja.
31
b. Pengolahan informasi. c. Pengendalian fisik. d. Pemisahan tugas. 4) Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan
orang
melaksanakan
tanggung
jawab.
Sistem
informasi mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang dan ekuitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan. 5) Pemantauan (monitoring) adalah proses menentukan mutu kinerja pengendalian
intern
sepanjang
waktu.
Pemantauan
mencakup
penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Dari kesimpulan di atas diketahui bahwa untuk membangun struktur pengendalian intern yang baik pengendalian intern dibagi atas 5 komponen, yaitu: pertama, lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Kedua, penaksiran resiko atas identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Ketiga, standar
32
pengendalian. Keempat, informasi dan komunikasi. Dan kelima, melakukan pemantauan (monitoring) dalam proses menentukan mutu kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. 2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian 1) Review Kinerja Aktivitas
pengendalian
ini
mencakup
review
atas
kinerja
sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja periode sebelumnya. Menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda operasi atau keuangan satu sama lain. Bersama dengan analisis atas hubungan dan tindakan penyelidikan dan perbaikan, dan review atas kinerja fungsional atau aktivitas seseorang manajer kredit atas laporan cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan pinjaman. 2) Pengolahan informasi Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem informasi adalah pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum biasanya mencakup pengendalian atas operasi pusat data, pemerosesan dan pemeliharaan perangkat lunak sistem, keamanan akses, pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi. Pengendalian ini berlaku untuk mainframe,
minicomputer
33
dan
lingkungan
pemakai
akhir.
Pengendalian ini membantu menerapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan akurat. 3) Pengendalian fisik Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva, penjagaan yang memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses terhadap aktiva dan catatan, otorisasi untuk akses ke program komputer dan data files, dan perhitungan secara periodik dan pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam catatan pengendali. 4) Pemisahan tugas Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk memberikan
otorisasi,
pencatatan
transaksi,
menyelenggarakan
penyimpanan aktiva ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan dan sekaligus menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan tugasnya dalam keadaan normal. Dari uraian di atas untuk mengefektifkan aktivitas pengendalian terdiri dari review kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, dan pemisahan tugas. 3. Meningkatkan kultur organisasi Meningkatkan
kultur
organisasi
dapat
dilakukan
dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja sumber-sumber
34
perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah (Amrizal, 2004: 8): 1) Keadilan (Fairness) Melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dan steakholders lainnya dari rekayasa transaksi yang bertentangan dengan peraturanperaturan yang berlaku. 2) Transparansi Keterbukaan bagi steakholders yang terkait untuk melihat dan memahami proses suatu pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu perusahaan. Dalam hal ini terkait pula kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan informasi material kepada pemegang saham atau publik dan pemerintah secara benar, akurat, teratur dan tepat waktu. 3) Akuntabilitas (Accountability) Menciptakan sistem pengawasan yang efektif didasarkan atas distribusi dan keseimbangan kekuasaan antar anggota direksi, komisaris, pemegang saham dan pengawas. Di sini menyangkut pula proses pertanggungjawaban para pengurus perusahaan atas keputusankeputusan yang dibuat dan kinerja yang dicapai.
35
4) Tanggung jawab (Responsibility) Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum dan ketentuan atau peraturan yang berlaku termasuk tanggap terhadap lingkungan di mana perusahaan berada. 5) Moralitas Manajemen dan seluruh individu dalam perusahaan wajib menjunjung tinggi moralitas, di dalam prinsip ini terkandung unsur-unsur kejujuran, kepekaan sosial dan tanggung jawab individu. 6) Kehandalan (Reliability) Pihak manajemen atau pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki kompetensi dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan. 7) Komitmen Pihak manajemen atau pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki komitmen penuh untuk selalu meningkatkan nilai perusahaan, dan bekerja untuk mengoptimalkan nilai pemegang sahamnya serta menurunkan risiko perusahaan. Dalam pedoman GCG yang disusun oleh The Nasional Committee on Corporate Governance (Maret 2000) dalam Amrizal (2004: 9) telah disarankan dengan jelas bagi perusahaan untuk memenuhi 13 aspek penting yang harus diperhatikan manajemen perusahaan yaitu: Pemegang saham, dewan komisaris, direksi, sistem audit, sekretaris perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan (steakholders), keterbukaan,
36
kerahasiaan, informasi orang dalam, etika berusaha dan anti korupsi, donasi,
kepatuhan
pada
peraturan
perundang-undangan
(proteksi
kesehatan, keselamatan kerja, pelestarian lingkungan serta kesempatan kerja yang sama). 4. Mengefektifkan fungsi internal audit Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak akan terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan seksama sehingga diharapkan mampu medeteksi terjadinya kecurangan dan dapat memberikan saran-saran yang bermanfaat kepada manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh manajemen agar fungsi internal audit bisa efektif membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya adalah: 1) Internal audit depertemen harus mempunyai kedudukan yang independen dalam organisasi perusahaan dalam arti kata tidak boleh terlibat kegiatan operasional perusahaan dan bertanggungjawab kepada atau melaporkan kegiatannya kepada top manajemen. 2) Internal adit departemen harus mempunyai uraian tugas secara tertulis, sehingga setiap auditor mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas, wewenang dan tanggungjawabnya. 3) Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang berguna untuk:
37
a. Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas. b. Menentukan
standar
yang
berguna
untuk
mengukur
dan
meningkatkan percormance. c. Memberi keyakinan bahwa hasil akhir internal audit departemen sesuai dengan requitment dari internal audit director. 4) Harus ada dukungan yang kuat dari top manajemen kepada internal audit departemen. Dukungan tersebut dapat berupa: a. Penempatan internal audit departemen dalam posisi yang independen. b. Penempatan audit staf dengan gaji yang cukup menarik. c. Penyediaan waktu yang cukup dari top manajemen untuk membaca, mendengarkan dan mempelajari laporan-laporan internal audit departemen dan respon yang cepat dan tegas terhadap saransaran perbaikan yang diajukan oleh internal auditor. 5) Internal audit departemen harus memiliki sumber daya yang profesional, capable, bisa bersikap objective dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi. 6) Internal auditor harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik jika internal auditor sudah bisa bekerja secara efisien dan efektif dan bisa bekerjasama dengan akuntan publik, maka audit fee yang harus dibayar kepada KAP bisa ditekan menjadi lebih rendah karena hasil kerja internal bisa mempercapat dan mempermudah penyelesaian pekerjaan KAP.
38
7) Menciptakan struktur pengajian yang wajar dan pantas. 8) Mengadakan rotasi dan kewajiban bagi pegawai untuk mengambil hak cuti. 9) Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan dan memberikan penghargaan kepada yang berprestasi. 10) Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan baik dalam hal keuangan maupun non keuangan. 11) Menetapkan kebijakan perusahaan terhadap pemberian-pemberian dari luar harus diinformasikan dan dijelaskan pada orang-orang yang dianggap perlu agar jelas mana yang hadiah dan mana yang berupa sogokan dan mana yang resmi. 12) Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi kecurangan karena kecurangan sulit ditemukan dalam pemeriksaan yang biasa-biasa saja. 13) Menyediakan saluran-saluran untuk melaporkan telah terjadinya kecurangan hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses pada jalur yang benar. Sementara irregularities atau kecurangan adalah salah saji atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja (Ferdian dan Na’im, 2006: 6). Kecurangan dibagi dua yaitu: salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva. Penelitian ini
39
difokuskan pada kecurangan tipe pertama yang menurut SA Seksi 316.2 (PSA No.70) paragraf 04 berarti, “salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan”. Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini: 1. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan. 2. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan. 3. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. Menurut
Koroy
(2008: 25-26)
Pendeteksian
kecurangan
bukan
merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor eksternal (selanjutnya disebut auditor). Atas literatur yang tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang terdentifikasi yang menjadikan pendeteksian kecurangan menjadi sulit menjadikan pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga auditor gagal dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor tersebut yaitu: 1. Karakteristik terjadinya kecurangan Terjadinya kecurangan sebenarnya berbeda dengan kekeliruan. Menurut Koroy (2008: 26) kecurangan lebih sulit untuk dideteksi karena biasanya melibatkan penyembunyian. Penyembunyian itu terkait dengan catatan akuntansi dan dokumen yang berhubungan, dan hal ini juga
40
berhubungan dengan tanggapan pelaku kecurangan atas permintaan auditor dalam melaksanakan audit. Jika auditor meminta bukti transaksi yang mengandung kecurangan, dia akan menipu dengan memberi informasi palsu atau tidak lengkap. Koroy (2008: 26) menyebutkan ada tiga taknik yang digunakan manajer untuk mengelabui auditor. Taktik pertama adalah membuat deskripsi yang menyesatkan (seperti mengatakan perusahaan yang bertumbuh) agar menyebabkan auditor menghasilkan ekspektasi yang tidak benar sehingga gagal mengenali ketidakkonsistenan. Taktik kedua adalah menciptakan bingkai sehingga menimbulkan hipotesis tidak adanya ketidakberesan untuk evaluasi ketidakkonsisten yang terdeteksi. Taktik ketiga yaitu menghindari untuk memperlihatkan ketidakpantasan dengan membuat serentetan manipulasi kecil (secara individual tidak material) atas akun-akun tertentu dalam laporan keuangan sehingga membentuk rasionalisasi atas jumlah saldo yang dihasilkan. Dengan ketiga taktik ini, manajemen klien akan berhasil bila auditor menggunakan cara sederhana melalui
representasi
tunggal
dalam
menginterprestasikan
ketidakkonsistenan yang terdeteksi. Hasil penelitian Koroy (2008) menunjukkan bahwa sebagian besar auditor (penelitian ini menggunakan partner) tidak mampu mendeteksi kecurangan dengan baik. Walaupun motivasi, pelatihan dan pengalamannya memadai, para partner yang diuji dapat dikelabui oleh bingkai dari manajemen klien.
41
Ketidakmampuan auditor dalam pendeteksian kecurangan ini ada hubungan dengan keahliannya dibentuk oleh pengalaman yang relevan dengan kecurangan. Kecurangan itu sendiri frekuensi terjadinya jarang dan tidak semua auditor pernah mengalami kasus terjadinya kecurangan, sehingga pengalaman auditor berkaitan dengan kecurangan tidak banyak. Koroy (2008: 26) yang melakukan survei atas 1.050 partner audit KPMG peat arwick menemukan adanya 77 kasus kecurangan yang pernah mereka alami. Jika dihitung dari jumlah audit sepanjang karir mereka maka insiden ditemukannya kecurangan menjadi sangat kecil (sekitar 0,32 persen). Dengan jarangnya mereka menghadapi management fraud sehingga jarang pula yang mempunyai latar belakang yang pantas yang mengarah pada kemampuan mendeteksi kecurangan. Dari hasil studi tampak bahwa pengalaman saja tidaklah cukup dalam mendeteksi kecurangan kecuali jika pengalaman itu diperoleh dari industri yang sama atau melalui penugasan yang melibatkan kekeliruan atau kecurangan yang material. 2. Standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan Dalam pendeteksian kecurangan yang menjadi masalah bukanlah ketiadaan standar pengauditan yang memberikan pedoman bagi upaya pendeteksian kecurangan, tetapi kurang memadainya standar tersebut memberikan arah yang tepat. Hal ini terlihat dari uraian perkembangan standar pengauditan di depan yang menunjukkan usaha untuk terusmenerus memperbaiki standar yang mengatur pendeteksian kecurangan
42
pada tanggung jawab pendeteksian kecurangan pada praktek belum cukup efektif dilaksanakan (Koroy, 2008: 26). Keluarnya SAS No.53 menjawab tantangan kesenjangan harapan dengan secara signifikan meningkatkan tanggung jawab auditor berkaitan dengan kecurangan. Dalam standar ini ditegaskan auditor harus menilai risiko bahwa kekeliruan dan ketidakberesan kemungkinan menyebabkan laporan keuangan berisi salah saji material. Berdasarkan penilaian ini, auditor harus merancang auditnya untuk memberikan keyakinan yang memadai yang material atas laporan keuangan. SAS No.53 memandang persyaratan terhadap kekeliruan sama dengan kecurangan. Namun menurut Koroy (2008: 27) setahun setelah standar ini terbit, kedua jenis salah saji ini sama sekali berbeda. Demikian pula persyaratan atas dua jenis ketidakberesan yaitu defalcation dan management fraud juga berbeda bahwa mendeteksi kekeliruan yang mudah dilakukan. Sebabnya adalah pertama, kekeliruan terjadi tanpa adanya penyembunyian sehingga dapat terungkap begitu bukti-bukti diuji. Kedua, bila kekeliruan dalam jumlah kecil-kecil dijumlahkan menjadi jumlah yang material, sangat mungkin satu atau lebih bagian bukti yang mengandung kekeliruan akan diuji oleh auditor. Ketiga yaitu jika satu atau lebih kekeliruan itu secara sendirisendiri jumlahnya besar maka mungkin saja detil transaksi atau akun yang berhubungan akan dipilih untuk diuji auditor. Perubahan SAS No.53 menjadi SAS No.82 berusaha mengatasi kelemahan di atas. SAS No.82 meminta penilaian risiko kecurangan
43
dilakukan secara eksplisit dan terpisah. Auditor juga diminta untuk mendokumentasikan penilaian risiko kecurangan secara terpisah. Koroy (2008: 27) dalam penelitiannya mengatakan standar ini harusnya dapat mengarahkan audit untuk memberi banyak waktu membaca isyarat kecurangan dan merancang rencana audit yang lebih sensitif terhadap risiko kecurangan. SAS No.82 memang cukup berhasil mengarahkan auditor untuk memperhatikan kecurangan. Namun SAS No.82 ini, seperti didapat dari penelitian Zimbelman (1997) dan kemudian Glover et al. (2003), tidak cukup untuk mendorong auditor untuk mengubah risiko kecurangan yang dipersepsikan, sehingga mereka tidak memilih prosedur audit yang berbeda. Hasil ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas SAS No.82 dalam membantu meningkatkan pendeteksian kecurangan. Dengan kata lain, dengan standar ini auditor memang melakukan upaya lebih, tetapi mereka tetap mempertahankan strategi audit yang konstan yang kemungkinan tidak efektif untuk mendeteksi kecurangan. Perubahan SAS No.82 menjadi SAS No.99 banyak menyerap rekomendasi yang diberikan PAE, sehingga merupakan upaya perbaikan yang signifikan dalam standar pengauditan. SAS No.99 ini dirancang untuk memperluas prosedur audit yang berkenaan dengan kecurangan material pada laporan keuangan. Standar baru ini mempertimbangkan kecurangan secara menyatu dalam proses audit dan secara terus-menerus dimutakhirkan sampai selesainya audit. Dalam standar ini diuraikan proses
44
dimana auditor (1) menyajikan informasi risiko salah saji material yang identifikasi risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan, (2) menilai risiko-risiko tersebut setelah mengevaluasi program dan pengendalian oleh entitas dan (3) menanggapi hasil dari penilaian tersebut. Auditor menyajikan dan mempertimbangkan lebih banyak informasi dalam menilai risiko kecurangan daripada yang pernah dialami di masamasa sebelumnya. Selain itu juga auditor diminta mendokumentasikan penilaian mereka secara eksplisit dalam kertas kerja (Koroy, 2008: 28). Berikut adalah gambaran secara garis besar pendeteksian kecurangan berdasar penggolongan kecurangan oleh ACFE dalam Koroy (2008: 29) yaitu: 1. Kecurangan Laporan Keuangan Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut: a. Analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase. b. Analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentasepersentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan. c. Analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilainilai item dalam laporan keuangan.
45
2. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan Aset) Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat banyak variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian intern yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, terdapat banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi setiap kasus penyalahgunaan asset. Masing-masing jenis kecurangan dapat dieteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. Dalam banyak kasus kecurangan, khususnya kasus pencarian dan penggelapan aset, biasanya terdapat tiga faktor, yaitu: a. Ada satu tekanan pada seseorang, seperti kebutuhan keuangan. b. Adanya
kesempatan
untuk
melakukan
kecurangan
dan
menyembunyikan kecurangan yang dilakukan. c. Adanya cara pembenaran perilaku tersebut yang sesuai dengan tingkatan integritas pelakunya. 3. Corruption (korupsi) Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan complain ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari karakteristik si penerima maupun si pemberi.
46
Orang-orang yang menerima dana korupsi ataupun penggelapan dana pada umumnya mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. The big spender b. The gift taker c. The odd couple d. The rule breaker e. The complainer f. The genuine need Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk mendeteksi kecurangan dalam melaporkan keuangan suatu organisasi atau perusahaan dapat dilakukan melalui penganalisaan hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau laporan arus kas. Mencegah penyalahgunaan aset, dan dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan complain ke perusahaan.
F. Penelitian Terdahulu Penelitian
mengenai
pengalaman
audit,
independensi,
keahlian
profesional, dan pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan telah banyak
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi auditor untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan penyajian laporan keuangan. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil-hasil penelitian
47
terdahulu mengenai pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.
No 1.
2.
3.
Tabel 4.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel yang Metodologi (tahun) Penelitian diteliti Penelitian Sampel: Arleen Profesionalisme, 1.Profesionalisme Herawaty Pengetahuan Kantor (X1) akuntan Dan Akuntan Publik 2.Pengetahuan Yulius Dalam Akuntan Publik publik. Dalam Mendeteksi Metode Kurnia Mendeteksi Susanto Kekeliruan, Kekeliruan (X2) analisis data 3.Etika Profesi (X3) menggunakan (2008) Etika Profesi 4.Pertimbangan regresi linier dan Tingkat berganda. Pertimbangan Materialitas (Y) Tingkat Materialitas Ida pengaruh etika, 1.Etika (X1) Sampel: Suraida kompetensi, 2.Kompetensi (X2) Akuntan (2005) pengalaman 3.Pengalaman Audit publik di audit dan risiko (X3) Indonesia 4.Risiko Audit (X4) audit terhadap Metode skeptisisme 5.Skeptisisme analisis data profesional Profesional Auditor menggunakan auditor dan (Y1) model ketepatan 6. Ketepatan persamaan pemberian opini Pemberian Opini struktural Akuntan Publik akuntan publik (Struktural (Y2) Equation Modeling) Riki Pengaruh 1.Metode PBL (X) Sampel: Ferdian Problem-Based 2.Jenis Kekeliruan Mahasiswa di dan Ainun Learning (PBL) dan kecurangan Fakultas Na’im Pada (X1) (2006) Pengetahuan 3.Ketelitian terhadap Ekonomi UGM Tentang kekeliruan dan Kekeliruan dan kecurangan (X2) Metode Kecurangan analisis data (Errors And menggunakan Irregularities) kolmogarovSmimov TwoSample Test Bersambung pada halaman selanjutnya
48
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat meterialitas dalam proses audit laporan keuangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional auditor secara parsial maupuun simultan berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan.
tidak terdapat perbedaan antara experimental group dan control group mengenai jenis kekeliruan dan kecurangan yang dimiliki. Hal ini dilaur ekspektasi yang menyatakan sebaliknya. Hasil tersebut juga tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya tentang metode PBL. Penelitian menduga hal ini dikarenakan tidak spesifiknya metode PBL digunakan untuk mengevaluasi jenis kekeliruan dan kecurangan yang bisa terjadi.
Tabel 4.1 Penelitian Terdahulu No 4.
5.
Peneliti (tahun) Tri Ramaraya Koroy (2008)
Eunike Christina Elfarini (2007)
Judul Penelitian
Variabel yang diteliti
Pendeteksi Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal
1. Kecurangan 2. Pendeteksian kecurangan laporan keuangan
Pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit
1. Komppetensi (X1) 2. Independensi (X2) 3. Kualitas audit (Y)
Metodologi Penelitian Sampel: auditor eksternal
Sampel: Auditor yang bekerja pada KAP di Jawa Tengah Metode analisis data menggunakan analisis regresi linaer berganda
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
49
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, karakteristik terjadinya kecurangan sehingga menyulitkan proses pendeteksian. Kedua, standar pengauditan belum cukup memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya. Ketiga, lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit dan keempat metode dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian kecurangan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kompetensi dan independensi auditor secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap kualitas audit.
G. Keterkaitan Antar Variabel 1. Pengalaman Audit dengan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005) dalam penelitiannya mengenai pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit terhadap skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan publik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional auditor secara parsial maupun simultan berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan. Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel pengalaman audit berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha1 : Pengalaman
audit
berpengaruh
terhadap
pencegahan
dan
pendeteksian kecurangan laporan keuangan. 2. Independensi dengan pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan Penelitian yang dilakukan oleh Elfarini (2007) dalam penelitiannya mengenai pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
50
kompetensi dan independensi auditor secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Oleh karena itu baik auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) diharapkan dapat meningkatkan kualitas auditnya. Adapun untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihanpelatihan serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi. Sedangkan untuk meningkatkan independensi, auditor yang mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Adanya perhatian terhadap kualitas audit dari auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan
keputusan
yang
berguna
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel independensi berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha2 : Independensi berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan.
51
3. Keahlian
profesional
dengan
pencegahan
dan
pendeteksian
kecurangan laporan keuangan Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008) dalam penelitiannya mengenai profesionalisme, pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan, etika profesi dan pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Semakin tinggi tingkat profesionalisme akuntan publik, pengetahuannya dalam mendeteksi kekeliruan dan ketaatannya akan kode etik semakin baik pula tertimbangan tingkat materialitasnya dalam melaksanakan audit laporan keuangan. Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi Kantor Akuntan Publik dalam meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan dengan meningkatkan profesionalisme akutan publik, memberikan pengetahuan yang memadai bagi akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan dan meningkatkan rasa kepatuhan terhadap etika profesi dalam setiap pelaksanaan proses audit atas laporan keuangan sehingga dapat dihasilkan laporan keuangan auditan yang berkualitas. Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel keahlian profesional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan
52
keuangan. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha3 : Keahlian
profesional
berpengaruh
terhadap
pencegahan
dan
pendeteksian kecurangan laporan keuangan. 4. Pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional dengan pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005) dalam penelitiannya mengenai pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit terhadap skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan publik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional auditor secara parsial maupun simultan berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan. Penelitian yang dilakukan oleh Elfarini (2007) dalam penelitiannya mengenai pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kompetensi dan independensi auditor secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Oleh karena itu baik auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) diharapkan dapat meningkatkan kualitas auditnya. Adapun untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihanpelatihan serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi. Sedangkan untuk
53
meningkatkan independensi, auditor yang mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Adanya perhatian terhadap kualitas audit dari auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan
keputusan
yang
berguna
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Berdasarkan
dari
penelitian-penelitian
sebelumnya
mendorong
peneliti untuk menguji kembali apakah variabel pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha4 : Pengalaman
audit,
independensi,
dan
keahlian
profesional
berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan.
H. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tujuan penelitian di atas mengenai pengaruh pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:
54
55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap variabel dependen, yaitu pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Populasi dari penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampling yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007: 30). Metode convenience sampling digunakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah partner, manajer, auditor senior, supervisor dan auditor junior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta.
56
C. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. 1. Penelitian Pustaka (Library Research) Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002: 150). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor yang masih aktif bekerja di Kantor Akuntan Publik. Pengumpulan data kuisioner dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu kuisioner
disampaikan
dan
dikumpulkan
langsung
oleh
peneliti
(Indriantoro dan Supomo, 2002: 154).
D. Metode Analisis Data 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2005: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau
57
tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesisi H0: skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan rhitung (tabel corrected item-total correlation) dengan rtabel (tabel Product Moment dengan signifikan 0.05) untuk degree of freedom (df) = n-k. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila rhitung > rtabel (Ghozali, 2005: 45). 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: 1) Repeated Measure atau pengukuran ulang. 2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan
58
nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Nunnaly, 1967 dalam Ghozali, 2005: 4142). 3. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas. a. Uji Multikolonieritas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya
korelasi
antar
variabel
independen.
Uji
multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) (Ghozali, 2005: 91). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005: 91). Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0.05). Jika korelasinya kuat, maka terjadi problem multiko (Santoso, 2004: 203-206). b. Uji Heteroskedastisitas
59
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005: 105). c. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability Plot (P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Santoso, 2004: 212). 4.
Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi
60
besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004: 163). Variabel independen terdiri dari pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional. Sedangkan variabel dependennya adalah pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut.
Y = a + b₁X₁+ b₂X₂+ b₃X₃ + e Keterangan: Y a b1-3
: Pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan : Konstanta : Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel independen)
X₁
: pengalaman audit
X₂
: Independensi
X₃ e
: Keahlian Profesional : Error
Pengujian hipotesis dilakukan melalui: a. Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
61
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005: 83). b. Uji t Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05 (Ghozali, 2005: 84). Menurut Santoso (2004: 168) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat. c. Uji F Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan
62
dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0.05 (Ghozali, 2005: 84). Menurut Santoso (2004: 120) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan
berikut
dengan
definisi
operasionalisasi
dan
cara
pengukurannya. 1. Variabel Independen a. Pengalaman Audit (X1) Menurut Ida Suraida (2005: 4) pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat
63
menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. b. Independensi (X2) Menurut Eurike Christina Elfarini (2007: 34) independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi akuntan public, yaitu: (1) akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien, (2) mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri, (3) berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien, dan (4) bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien. c. Keahlian Profesional (X3) Menurut Lekatompessy (2003) keahlian professional berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. 2. Variabel Dependen - Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan (Y) Menurut Amrizal (2004: 4) peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan kecurangan adalah berupaya
64
untuk menghilangkan atau mengeleminir sebab-sebab timbulnya kecurangan tersebut. Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penerapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu menyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk data memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3 (tiga) tujuan pokok yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel
Sub Variabel
Indikator
1. Semakin banyak jumlah klien yang diaudit menjadikan auditor lakukan semakin lebih baik. 2. Saya telah memiliki banyak pengalaman dalam bidang audit dengan berbagai macam klien sehingga audit yang saya lakukan menjadi lebih baik. 1.Walaupun sekarang 2. Jumlah jumlah klien saya klien yang sudah banyak, audit yang saya diaudit lakukan belum tentu lebih baik dari sebelumnya. 1. Saya pernah mengaudit 3. Jenis perusahaan yang go Perusahaan publik, sehingga saya yang pernah dapat mengaudit diaudit perusahaan yang belum
Pengalaman 1. Lama audit (X1) melakukan (Sumber: Ida audit Suraida (2005))
65
Skala Pengukuran Skala Ordinal
No. Butir Pertanyaan 1
2
3
4
go publik lebih baik.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel
Sub Variabel
Indikator
Independensi 1. lama 1. Auditor sebaiknya (X2) hubungan memiliki hubungan (Sumber: dengan klien dengan klien yang sama Eurike paling lama 3 tahun. Christina 2. Saya berupaya tetap Elfarini bersifat independen (2007)) dalam melakukan audit walaupun telah lama menjalin hubungan dengan klien. 3. Tidak semua kesalahan klien yang saya temukan saya laporkan karena lamanya hubungan dengan klien tersebut. 2. Tekanan 1. Agar tidak kehilangan dari klien klien, kadang-kadang saya harus bertindak tidak jujur. 2. Jika audit yang saya lakukan buruk, maka saya dapat menerima sanksi dari klien. 3. Tidak semua kesalahan klien saya laporkan krn
66
Skala Pengukuran Skala Ordinal
No. Butir Pertanyaan 5
6
7
8
9
10
saya mendapat peringatan klien. 4. Saya tidak berani melaporkan kesalahan klien karena klien dapat mengganti posisi saya dengan auditor lain. 5. Jika audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan maka hal ini dapat merusak independensi akuntan publik. Bersambung pada halaman selanjutnya Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel
Sub Variabel
3. Telaah dari rekan auditor
4. Jasa non audit
Indikator 6. Fasilitas yang saya terima dari klien menjadikan saya sungkan terhadap klien sehingga kurang bebas dalam melakukan audit. 1. Saya tidak membutuhkan telaah dari rekan auditor untuk menilai prosedur audit saya karena kurang dirasa manfaatnya. 2. Saya bersikap jujur untuk menghindari penilaian kurang dari rekan seprofesi (sesama auditor) dalam tim. 1. Selain memberikan jasa audit, suatu kantor akuntan dapat pula memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama. 2. Jasa non audit yang diberikan pada klien
67
Skala Pengukuran Skala Ordinal
11
12
No. Butir Pertanyaan 13
14
15
16
17
dapat merusak independensi penampilan akuntan publik tersebut. 3. Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam laporan pemeriksaan akuntan publik. Keahlian 1. Aspek 1. Keahlian untuk Skala Profesional struktural melaksanakan tugas Ordinal (X3) (Sumber: sesuai dengan Lekatompessy bidangnya (2003)) Bersambung pada halaman selanjutnya Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian Skala Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran Skala 2. Profesi atau tugas dengan Ordinal menetapkan standar baku di bidang profesinya. 3. Mematuhi etika yang telah ditetapkan. 4. Pembentukan tempat pelatihan. 5. Pembentukan asosiasi profesional. 6. Pembentukan kode etik. 1. Profesi dicerminkan dari 2. Aspek sikap dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan. 2. Mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban sosial. 3. Profesional mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. 4. Seorang profesional harus yakin terhadap profesi yang dijalankan.
68
18
19
No. Butir Pertanyaan 20
21 22 23 24 25
26 27
28
Pencegahan 1. Membangun dan struktur pendeteksian pengendalian kecurangan intern yang (Y) baik (Sumber: Amrizal (2004))
5. Miliki hubungan sesama profesi dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan. 1. Lingkungan pengendalian menerapkan corak suatu organisasi. 2. Identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan. 3. Kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa manajemen dilaksanakan.
29 Skala Ordinal
30
31 32
Bersambung pada halaman selanjutnya Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel
Sub Variabel
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian
Indikator 4. Pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab. 5. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. 1. review atas kinerja atas aktivitas anggaran, prakiraan, dan kinerja periode sebelumnya. 2. pengendalian membantu menerapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan
69
Skala Pengukuran Skala Ordinal
No. Butir Pertanyaan 33
34
35
36
akurat. Sumber: Diolah dari berbagai referensi
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di DKI Jakarta. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi manajer, supervisor, auditor senior, dan auditor junior. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada responden yang bekerja pada KAP di DKI Jakarta dan terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2009 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 19 Juli 2010 hingga 23 Agustus 2010. Peneliti mengambil sampel sebanyak
70
15 KAP dari keseluruhan KAP yang berada di DKI Jakarta, dengan peta distribusi yang terlihat dalam tabel 4.3. Tabel 4.3 Data Distribusi Sampel Penelitian No. Nama Kantor Akuntan Publik 1. 2.
Alamat
Thomas, Lesmana, Henky dan Rekan
Jl. Sisingamangaraja No. 65 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan 12120 Drs. Soegeng, Junaedi, Chaerul Jl. Raya Kebayoran Lama No. & Rekan 194, Blok B3 Jakarta 10220 Bersambung pada halaman selanjutnya
Kuesioner dikirim 8
Kuesioner dikembalikan 6
9
7
Kuesioner dikirim 10
Kuesioner dikembalikan 8
7
7
6
6
9
7
9
8
7
5
7
6
8
5
9
8
Tabel 4.3 (Lanjutan) No. Nama Kantor Akuntan Publik 3.
Nugroho & Rekan
4.
Usman & Rekan
5.
Gatot Permadi Joewono
6.
Drs. Chaeroni & Indra
7.
Herliantono & Rekan
8.
Syarief Basir & Rekan
9.
Drs. Mucharam & Amron
10.
Noor Salim, Nursehan, Sinarahardja
11.
Abdi Ichjar, BAP & Rekan
Alamat Jl. Fatmawati Raya No.43 B, Cilandak Barat-Jakarta 12430 Jl. Cipulir V No. 5, Kebayoran Lama-Jakarta Selatan 12230 Kebayoran Lama Plaza Blok B-2 Jl. Raya Kebayoran Lama No. 194 A Jakarta 12220 Jl. Anggrek Nelimurni II/C-5, Slipi-Jakarta Barat 11480 Aminta Plaza 7th floor suite 704 Jl. TB. Simatupang Kav. 10 Jakarta 12310 PP Plaza 3rd floor Jl. TB. Simaputang No.57, Pasar Rebo Jakarta 13760 Cilandak Sport Centre & Apartment, Lt. Dasar Jl. Letjen TB. Simatupang, Cilandak Barat-Jakarta 12430 Jl. Anggrek III No. 28 RT 003/05 Komplek Larangan Indah-Ciledug, Kebayoran Baru-Jakarta Selatan Graha Buana Blok b4 Jl. Dr. Saharjo No. 210 A Jakarta
71
12.
Jimmy Budhi & Rekan
13.
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja
14.
Sasongko, Sidharta
15.
Dr. H. Mohammad Zain & Rekan
Selatan 12860 Jl. Sisingamangaraja No. 26, Lt.2 Jakarta Selatan 12120 Gd. Bursa Efek Indonesia Tower 2 Lt. 7 Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 Jl. Raya Kebayoran Baru No. 85 Jakarta 12240 Jl. Caringin Selatan 40, Terogong, Cilandak-Jakarta Selatan 12430
Total Sumber: Data Primer diolah 2010
9
8
9
8
8
6
5
5
120
100
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 120 kuesioner dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 100 kuesioner atau 83.33%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 20 kuesioner atau 16.67 %. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 100 kuesioner atau 83.33 %. Gambaran mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Data Sampel Penelitian No. Keterangan 1. Jumlah kuesioner yang disebar 2. Jumlah kuesioner yang kembali 3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah Sumber: Data primer yang diolah 2010
Auditor 120 100 20 100
Persentase 100% 83.33% 16.67% 83.33%
2. Karakteristik Profil Responden Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP di DKI Jakarta. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, posisi terakhir, dan pengalaman kerja responden.
72
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Valid Pria
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
62
62.0
62.0
62.0
38
38.0
38.0
100.0
Total 100 100.0 Sumber: Data primer yang diolah 2010
100.0
Wanita
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa sekitar 62 orang atau 62.0% responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya sebesar 38 orang atau 38.0% responden berjenis kelamin wanita. b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid D3
15
15.0
14.1
14.1
S1
78
78.0
78.0
93.0
S2
7
7.0
7.0
100.0
Total 100 100.0 Sumber: Data primer yang diolah 2010
100.0
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 78 responden atau 78.0%. Sisanya sebesar 15.0% atau sebanyak 15 orang berpendidikan terakhir Diploma III (D3) dan sebesar 7.0% atau sebanyak 7 orang berpendidikan terakhir Strata Dua (S2). c.
Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir
73
Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid Auditor Junior
45
45.0
45.0
45.0
Auditor Senior
45
45.0
45.0
90.0
Supervisor
6
6.0
6.0
96.0
Manajer
4
4.0
4.0
100.00
Total 100 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah 2010 Berdasarkan tabel 4.7 diatas diperoleh informasi bahwa mayoritas responden sebanyak 45 orang atau sebesar 45.0% menduduki posisi sebagai auditor junior dan auditor senior. Responden yang menduduki jabatan sebagai supervisor sebanyak 6 orang atau 6.0% dan sisanya adalah manajer sebanyak 4 orang atau sekitar 4.0%. d.
Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja Tabel 4.8 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < 1 Tahun
31
31.0
31.0
31.0
1-3 Tahun
52
52.0
52.0
83.0
> 3 Tahun
17
17.0
17.0
100.0
Total 100 100.0 Sumber: Data primer yang diolah 2010
100.0
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden atau sebanyak 52.0% atau sekitar 52 auditor memiliki pengalaman bekerja 1-3 tahun, 31.0% atau sekitar 31 auditor memiliki
74
pengalaman kerja kurang dari 1 tahun dan sisaya 17.0% atau sekitar 17 auditor memiliki pengalaman di atas 3 tahun. B. Hasil dan Pembahasan 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah sampel. Pada penelitian ini jumlah sampel (n) = 100 dan besarnya df dapat dihitung 100-2 dengan df = 98 dan alpha = 0.05 didapat rtabel = 0.165. suatu kuesioner dinyatakan valid apabila rhitung > rtabel, uji validitas dari lima variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu komitmen organisasi (X1), budaya organisasi (X2), gaya kepemimpinan (X3), motivasi (Y), dan kinerja auditor (Z). Hal ini dapat dilihat pada (Ghozali, 2005: 45). Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Pernyataan
rhitung
rtabel
Keterangan Valid
PA1 PA2 PA3 PA4 I1 I2 I3 I4 I5
0.209 0.262 0.485 0.400 0.166 0.236 0.485 0.545 0.169
0.165 0.165 0.165 0.165 0.165 0.165 0.165 0.165 0.165
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
75
I6 0.283 0.165 I7 0.225 0.165 I8 0.236 0.165 I9 0.485 0.165 I10 0.341 0.165 I11 0.247 0.165 I12 0.256 0.165 I13 0.183 0.165 I14 0.241 0.165 KP1 0.183 0.165 KP2 0.212 0.165 Bersambung pada halaman selanjutnya
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 4.9 (Lanjutan) Pernyataan
rhitung
rtabel
KP3 0.517 0.165 KP4 0.565 0.165 KP5 0.263 0.165 KP6 0.400 0.165 KP7 0.388 0.165 KP8 0.219 0.165 KP9 0.401 0.165 KP10 0.491 0.165 KP11 0.203 0.165 PPK1 0.246 0.165 PPK2 0.265 0.165 PPK3 0.265 0.165 PPK4 0.400 0.165 PPK5 0.389 0.165 PPK6 0.428 0.165 PPK7 0.285 0.165 Sumber: Data primer yang diolah 2010
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai
76
Cronbach Alpha berada diatas 0.60 (Ghozali, 2005: 41-42). Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengalaman Audit (X1) Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
Cronbach's Alpha
.715 .718 Sumber: Data primer yang diolah 2010
4
Tabel 4.10 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel pengalaman audit sebesar 0.715, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0.60. Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Independensi (X2) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
.625 .626 14 Sumber: Data primer yang diolah 2010
77
Tabel 4.11 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel independensi
sebesar
0.625,
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0.60.
Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Keahlian Profesional (X3) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.679 .678 11 Sumber: Data primer yang diolah 2010 Tabel 4.12 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel keahlian profesional sebesar 0.679, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0.60. Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan (Y) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.676 .668 7 Sumber: Data primer yang diolah 2010
78
Tabel 4.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel pencegahan dan pendeteksi kecurangan sebesar 0.676, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0.60 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi yang bebas multikolinearitas nilai VIF berkisar pada angka 1 hingga 10 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 (Ghozali, 2005: 91-92). Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Standardiz ed Unstandardized Coefficient s Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
Beta
95% Confidence Interval for B t
Correlations
Collinearity Statistics
Lower Upper ZeroSig. Bound Bound order Partial Part Tolerance
VIF
15.657
2.641
5.927 .000 10.413 20.900
pengalaman audit
.314
.153
.204 2.052 .043
.010
.618
.272
.205 .173
.714 1.401
independensi
.441
.077
.698 5.749 .000
.289
.594
.412
.506 .484
.481 2.078
keahlian profesional .370 .082 a. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
.549 4.495 .000
.533
.206
.043
.417 .378
.475 2.103
Sumber: Data primer yang diolah 2010
79
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa setiap variabel memiliki nilai Tolerance tidak kurang dari 0.10 dan nilai Variance Inflation Faktor (VIF) tidak lebih dari 10. Analisis ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas terhadap variabel penelitian.
Sehingga
layak
untuk
digunakan
dalam
pengujian
selanjutnya. b. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Gambar 2.2 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data primer yang diolah 2010 Berdasarkan gambar 2.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan
80
tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi pencegahan dan pendeteksian kecurangan berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu pengalaman audit, independensi, serta keahlian profesional. c. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005: 110-112). 1. Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. 2. Analisis Statistik
81
Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hatihati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Gambar 2.3 Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah 2010 Gambar 2.3 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan
bahwa
model
regresi
telah
memenuhi
asumsi
normalitas. d. Analisis Regresi Linear Berganda Untuk mengetahui hubungan dua atau lebih independen variabel dengan satu dependen variabel, misalnya dalam penelitian ini penulis menggunakan pengalaman audit, independensi, keahlian profesional, pencegahan
dan
pendeteksian
82
kecurangan.
Berdasarkan
pada
pengolahan data, menggunakan Software SPSS 16.0 maka didapatkan suatu model regresi linear berganda dalam tabel 4.15 sebagai berikut: Tabel 4.15 Koefisien Regresi Linear Berganda Coefficientsa Standardiz ed Unstandardized Coefficient s Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
Beta
95% Confidence Interval for B t
Correlations
Collinearity Statistics
Lower Upper ZeroSig. Bound Bound order Partial Part Tolerance
VIF
15.657
2.641
5.927 .000 10.413 20.900
pengalaman audit
.314
.153
.204 2.052 .043
.010
.618
.272
.205 .173
.714 1.401
independensi
.441
.077
.698 5.749 .000
.289
.594
.412
.506 .484
.481 2.078
keahlian profesional .370 .082 a. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
.549 4.495 .000
.533
.206
.043
.417 .378
.475 2.103
Sumber: Data primer yang diolah 2010 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai koefisien dari persamaan regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi berganda yang digunakan adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε Keterangan: a = konstanta b = koefisien regresi Y = pencegahan dan pendeteksian kecurangan X1 = pengalaman audit X2 = independensi X3 = keahlian profesional ε = standar error Dari output didapatkan model persamaan regresi: Persamaan model Y = 15.657 + 0.314X1 + 0.441X2 + 0.370X3 1. Uji Koefisien Determinasi
83
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabelvariabel independen, yaitu pengalaman audit, independensi, keahlian profesional dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu pencegahan dan pendeteksian. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Change Statistics Model 1
R Square
R .565
a
.320
Adjusted R Square .298
Std. Error of the Estimate 2.457
R Square Change .320
F Change 15.036
df1
Sig. F Change
df2 3
96
.000
a. Predictors: (Constant), keahlian profesional, pengalaman audit, independensi b. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
Sumber: Data primer yang diolah 2010 Tabel 4.16 menunjukkan nilai R sebesar 0.565 atau 56.5%. Hal ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional adalah sedang karena berada dikisaran 0.40-0.599 (Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2007: 62). Nilai Adjusted R Square sebesar 0.298 atau 29.8%, ini menunjukkan bahwa variabel pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan yang dapat dijelaskan oleh variabel pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional adalah sebesar 29.8%, sedangkan sisanya sebesar 0.702 atau 70.2% (1-0.298) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini, yaitu
84
DurbinWatson 1.464
pengetahuan akuntan publik, kompetensi, komitmen organisasi, dan lain-lain. 2. Hasil Uji t Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.17, jika nilai probability t lebih kecil dari 0.05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Tabel 4.17 Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
t
Sig.
15.657
2.641
5.927 .000
pengalaman audit
.314
.153
.204 2.052 .043
independensi
.441
.077
.698 5.749 .000
keahlian profesional .370 .082 a. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
.549 4.495 .000
Sumber: Data primer yang diolah 2010 Hipotesis 1: Pengaruh pengalaman audit terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel pengalaman audit mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.043. Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman
audit
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pengalaman audit lebih kecil dari 0.05.
85
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja sebagai auditor dengan banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan mempunyai pengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing. Pengalaman audit dan pertimbangan etis mempengaruhi perilaku auditor dalam pencegahan dan pendeteksian penyajian laporan keuangan. Karena pada level pertimbangan etis yang lebih rendah, terdapat kecenderungan auditor untuk menerima permintaan klien dalam situasi konflik audit. Sebaliknya, pada level pertimbangan etis yang tinggi ada kecenderungan auditor untuk menolak tekanan manajemen klien. Dengan kata lain, individu dengan pengalaman audit yang sama (sama-sama berpengalaman atau sama-sama kurang berpengalaman) bisa memiliki pertimbangan etis yang berbeda sehingga akan berperilaku berbeda pula. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005). Hipotesis 2: Pengaruh independensi terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel independensi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal ini berarti menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa
86
independensi berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel independensi lebih kecil dari 0.05. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Untuk meningkatkan independensi, auditor yang mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Adanya perhatian terhadap kualitas audit dari auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Elfarini (2007). Hipotesis 3: Pengaruh
keahlian
profesional
terhadap
pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel independensi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal ini berarti menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa keahlian
87
profesional berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel keahlian profesional lebih kecil dari 0.05. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa keahlian profesional berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003). Profesi merupakan jenis pekerjaan
yang
memenuhi
beberapa
kriteria,
sedangkan
profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang
88
efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi (Herawaty
dan
Yulius
Kurnia
Susanto, 2008).
Konsep
profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003) berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan tempat
pelatihan,
pembentukan
asosiasi
profesional
dan
pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003), Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008).
3. Hasil Uji F Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Tabel 4.18 Hasil Uji F ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
272.289
3
Residual
579.501
96
Total
851.790
99
89
F
90.763 15.036 6.036
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), keahlian profesional, pengalaman audit, independensi b. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
Sumber: Data primer yang diolah 2010 Hipotesis 4: Pengaruh pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.18 nilai F diperoleh sebesar 15.036 dengan tingkat signifikansi 0.000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka Ha4 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja sebagai auditor dengan banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan mempunyai pengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing. Pengalaman audit dan pertimbangan
etis
mempengaruhi
perilaku
auditor
dalam
pencegahan dan pendeteksian penyajian laporan keuangan. Karena pada level pertimbangan etis yang lebih rendah, terdapat kecenderungan auditor untuk menerima permintaan klien dalam
90
situasi konflik audit. Sebaliknya, pada level pertimbangan etis yang tinggi ada kecenderungan auditor untuk menolak tekanan manajemen klien. Dengan kata lain, individu dengan pengalaman audit yang sama (sama-sama berpengalaman atau sama-sama kurang berpengalaman) bisa memiliki pertimbangan etis yang berbeda
sehingga
akan
berperilaku
berbeda
pula.
Untuk
meningkatkan independensi, auditor yang mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Adanya perhatian terhadap kualitas audit dari auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003). Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa
91
kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang profesional
harus
memenuhi
tanggung
jawabnya
terhadap
masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi (Herawaty
dan
Yulius
Kurnia
Susanto, 2008).
Konsep
profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003) berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan tempat
pelatihan,
pembentukan
asosiasi
profesional
dan
pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003), Suraida (2005), Elfarini (2007), Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008).
92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi linear berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel pengalaman audit memiliki pengaruh yang signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005). 2. Variabel independensi memiliki pengaruh yang signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Elfarini (2007). 3. Variabel keahlian profesional memiliki pengaruh yang signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003), Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008). 4. Variabel pengalaman audit, independensi, dan keahlian professional memiliki pengaruh yang signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
93
keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003), Suraida (2005), Elfarini (2007), Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008).
B. Implikasi Berdasarkan
kesimpulan
di
atas
menunjukkan
bahwa
variabel
pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Dalam menjalankan penugasan audit, seorang dituntut untuk selalu mematuhi aturan serta standar profesionalnya agar dapat berperilaku dengan baik dan etis. Perilaku auditor dalam situasi konflik dapat mencerminkan kinerja seorang auditor, jika perilaku auditor tidak etis maka kinerjanya akan buruk sehingga tingkat kepercayaan masyarakat akan profesi auditor akan turun. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus maka profesi seorang auditor sudah tidak dapat bertindak sebagai penengah antara pihak internal (manajemen) dan eksternal (investor dan masyarakat) yang memiliki kepentingan atas laporan keuangan. Oleh karena itu, seorang auditor ketika melakukan penugasan audit hendaknya dapat menjaga perilakunya dalam menghadapi berbagai situasi yang terjadi, sehingga kepercayaan masyarakat yang sempat hilang beberapa tahun lalu akibat perilaku auditor yang tidak etis atau negatif dapat meningkat kembali.
94
C. Saran Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya: 1. Untuk penelitian mendatang, dapat memperluas wilayah sampel penelitian dengan memasukan beberapa sampling area disekitar wilayah DKI Jakarta dan luar kota. 2. Untuk
penelitian
mendatang,
diharapkan
menyebarkan
dan
mengumpulkan kuesioner pada waktu yang tepat, sehingga jumlah responden dapat lebih banyak dan hasilnya dapat lebih akurat. 3. Untuk penelitian mendatang, sebaiknya menambah variabel independen, variabel moderating atau variabel intervening guna mengetahui variabelvariabel
lain
yang
dapat
mempengaruhi
dan
memperkuat
atau
memperlemah variabel dependen. 4. Untuk penelitian mendatang, disarankan survei dengan metode lain, misalnya wawancara secara langsung agar dapat dilakukan pengawasan atas jawaban responden dalam menjawab pertanyaaan.
95
Lampiran 1: Surat Kesediaan Responden Hal
: Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i Auditor Independen Di Kantor Akuntan Publik Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Nama
: Jordan Matondang
NIM
: 203082001901
Jurusan
: Akuntansi/Audit
Mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kuesioner ini akan dijadikan data dalam penelitian saya. Oleh karena itu, Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk membaca dengan teliti dan menjawabnya dengan lengkap. Tidak ada jawaban benar atau salah, yang terpenting adalah memilih jawaban sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i. Segala informasi yang diterima dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaanya dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan akademis. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdra/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan terima kasih. Dosen Pembimbing I
Peneliti
Dr. Yahya Hamja, MM
Jordan Matondang
96
Lampiran 2: Identitas Responden A. Identitas Responden Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya mengharapkan kepada bapak/Ibu/Sdra/Sdri untuk mengisi data-data berikut ini: Nama KAP
: ................................................
Umur Responden
: ................................................ (boleh tidak diisi)
Jenis kelamin
: ( ) Pria
Pendidikan Terakhir
: ( ) D3
Posisi Terakhir
: ( ) Auditor Yunior ( ) Supervisor
( )Wanita ( ) S1
( ) S2
( ) S3
( ) Auditor Senior ( ) Manager
( ) Partner Pengalaman Kerja
: ( ) < 1 tahun ( ) 1-3 tahun
( ) > 3 tahun
B. Cara Pengisian kuesioner Pernyataan-pernyataan di bawah ini bertujuan untuk mengetahui pendapat anda tentang faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik. Pada setiap pertanyaan telah disediakan bagian lima poin skala di sampingnya dengan keterangan sebagai berikut: 1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Tidak Setuju
(TS)
3. Netral
(N)
4. Setuju
(S)
5. Sangat setuju
(SS)
Anda diminta untuk memberikan jawaban yang tersedia di samping pertanyaan sesuai dengan jawaban atau keadaan Anda dengan cara memberi tanda silang (X).
97
Lampiran 3: Pernyataan Pengalaman Auidt (X1)
No. Pernyataan 1. Semakin banyak jumlah klien yang diaudit menjadikan auditor lakukan semakin lebih baik. 2.
3. 4.
Saya telah memiliki banyak pengalaman dalam bidang audit dengan berbagai macam klien sehingga audit yang saya lakukan menjadi lebih baik. Walaupun sekarang jumlah klien saya banyak, audit yang saya lakukan belum tentu lebih baik dari sebelumnya. Saya pernah mengaudit perusahaan yang go publik, sehingga saya dapat mengaudit perusahaan yang belum go publik lebih baik.
98
STS
TS
N
S
SS
Lampiran 4: Pernyataan Independensi (X2)
No Pernyataan 1. Auditor sebaiknya memiliki hubungan dengan klien yang sama paling lama 3 tahun. 2. Saya berupaya tetap bersifat independen dalam melakukan audit walaupun telah lama menjalin hubungan dengan klien. 3. Tidak semua kesalahan klien yang saya temukan saya laporkan karena lamanya hubungan dengan klien tersebut. 4. Agar tidak kehilangan klien, kadang-kadang saya harus bertindak tidak jujur. 5. Jika audit yang saya lakukan buruk, maka saya dapat menerima sanksi dari klien. 6. Tidak semua kesalahan klien saya laporkan krn saya mendapat peringatan klien. 7. Saya tidak berani melaporkan kesalahan klien karena klien dapat mengganti posisi saya dengan auditor lain. 8. Jika audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan maka hal ini dapat merusak independensi akuntan publik. 9. Fasilitas yang saya terima dari klien menjadikan saya sungkan terhadap klien sehingga kurang bebas dalam melakukan audit. 10. Saya tidak membutuhkan telaah dari rekan auditor untuk menilai prosedur audit saya karena kurang dirasa manfaatnya. 11. Saya bersikap jujur untuk menghindari penilaian kurang dari rekan seprofesi (sesama auditor) dalam tim. 12. Selain memberikan jasa audit, suatu kantor akuntan dapat pula memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama. 13. Jasa non audit yang diberikan pada klien dapat merusak independensi penampilan akuntan publik tersebut. 14. Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam
99
STS
TS
N
S
SS
laporan pemeriksaan akuntan publik. Lampiran 5: Pernyataan Keahlian Profesional (X3) No. Pernyataan 1. Keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya 2. Profesi atau tugas dengan menetapkan standar baku di bidang profesinya. 3. Saya mematuhi etika yang telah ditetapkan. 4. Akuntan publik membentukan tempat pelatihan. 5. Setiap akuntan publik membentukan asosiasi profesional. 6. Akuntan publik membentukan kode etik. 7. Profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan. 8. Mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban sosial. 9. Profesional mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. 10. Seorang profesional harus yakin terhadap profesi yang dijalankan. 11. Miliki hubungan sesama profesi dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan.
100
STS
TS
N
S
SS
Lampiran 6: Pernyataan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan (Y) No. Pernyataan 1. Lingkungan pengendalian menerapkan corak suatu organisasi. 2. Identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan. 3. Kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa manajemen dilaksanakan. 4. Pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab. 5. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. 6. review atas kinerja atas aktivitas anggaran, prakiraan, dan kinerja periode sebelumnya. 7. pengendalian membantu menerapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan akurat.
101
STS
TS
N
S
SS
Lampiran 7: Jawaban Pernyataan Pengalaman Audit (X1) Responden PA1 PA2 PA3 PA4 TOTAL PA 11 1 3 3 3 2 15 2 4 3 4 4 10 3 2 2 3 3 15 4 4 2 4 5 14 5 4 2 4 4 14 6 4 3 3 4 15 7 4 3 4 4 14 8 4 4 3 3 13 9 3 3 3 4 15 10 4 4 4 3 18 11 3 5 5 5 17 12 4 4 4 5 16 13 3 3 5 5 15 14 4 4 4 3 11 15 3 4 2 2 18 16 4 4 5 5 13 17 3 3 4 3 17 18 4 4 5 4 11 19 3 3 2 3 16 20 4 4 4 4 13 21 3 3 3 4 16 22 4 4 4 4 15 23 4 4 3 4 16 24 4 4 4 4 14 25 4 4 2 4 14 26 3 2 4 5 16 27 4 4 4 4 16 28 4 4 4 4 10 29 3 3 2 2 15 30 5 3 3 4 14 31 4 4 3 3 11 32 4 2 2 3 13 33 4 3 3 3 17 34 4 4 4 5 16 35 4 4 5 3
102
Responden PA1 PA2 PA3 PA4 TOTAL PA 36 4 2 4 4 14 37 2 4 4 4 14 38 4 4 4 3 15 39 3 4 3 4 14 40 3 3 3 5 14 41 3 4 3 3 13 42 3 3 3 2 11 43 3 3 2 2 10 44 4 3 3 3 13 45 4 3 4 4 15 46 2 3 3 3 11 47 2 4 3 3 12 48 2 4 4 4 14 49 4 5 4 3 16 50 4 4 4 4 16 51 4 4 3 3 14 52 4 3 3 3 13 53 4 4 4 4 16 54 3 3 4 5 15 55 4 4 3 3 14 56 3 3 3 2 11 57 3 2 4 3 12 58 4 3 3 3 13 59 4 4 4 3 15 60 4 3 3 3 13 61 3 3 3 3 12 62 5 3 4 4 16 63 4 3 3 3 13 64 4 4 3 4 15 65 4 3 3 3 13 66 4 3 3 3 13 67 4 5 4 3 16 68 4 3 3 3 13 69 4 4 4 4 16 70 5 4 2 4 15
103
Responden PA1 PA2 PA3 PA4 TOTAL PA 71 3 3 4 4 14 72 2 3 3 3 11 73 3 4 3 3 13 74 2 4 4 4 14 75 2 5 4 3 14 76 4 4 4 4 16 77 2 4 3 3 12 78 3 3 3 3 12 79 3 4 4 4 15 80 3 3 4 5 15 81 2 4 3 3 12 82 3 3 3 2 11 83 3 2 4 3 12 84 2 3 3 3 11 85 3 4 4 3 14 86 2 3 3 3 11 87 3 3 3 3 12 88 4 3 4 4 15 89 3 3 3 3 12 90 3 4 3 4 14 91 2 3 3 3 11 92 3 3 3 3 12 93 3 5 4 3 15 94 3 3 3 3 12 95 3 4 4 4 15 96 2 4 2 4 12 97 2 3 3 3 11 98 3 3 3 3 12 99 3 5 4 3 15 100 3 3 3 3 12
104
Lampiran 8: Jawaban Pernyataan Independensi (X2) Responden I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 I13 I14 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 5 2 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 5 4 4 3 4 4 2 4 5 4 4 4 2 4 5 3 4 3 4 5 4 2 4 4 4 3 5 2 4 4 4 3 3 5 6 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 7 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 2 8 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 2 2 9 3 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 3 3 3 10 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 11 3 5 5 5 2 3 2 5 5 5 4 3 3 3 12 4 4 4 5 3 4 3 4 4 5 4 4 3 3 13 3 3 5 5 5 3 3 3 5 5 5 4 4 4 14 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 5 4 3 15 3 4 2 2 2 3 3 4 2 2 3 4 4 4 16 4 4 5 5 2 2 3 4 5 5 4 4 3 3 17 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 18 4 4 5 4 2 2 2 4 5 4 5 2 3 3 19 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 5 4 3 4 20 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 2 3 21 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 4 22 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 2 4 23 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 4 4 3 3 24 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 25 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 26 3 2 4 5 4 4 5 2 4 5 4 5 3 3 27 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 28 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 2 5 5 29 3 3 2 2 4 3 3 3 2 2 4 3 4 4 30 5 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 5 31 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3 4 3 4 4 32 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 2 33 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 5 34 4 4 4 5 1 1 1 4 4 5 5 3 3 4
105
TotalI 42 55 40 52 51 49 48 44 49 51 53 54 57 51 42 53 42 49 41 48 48 52 48 51 51 53 58 53 42 49 45 40 48 48
35
4
4
5
3
2
2
2
4
5
3
4
4
4
3
Responden I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 I13 I14 36 4 2 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 37 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 5 3 5 5 39 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 40 3 3 3 5 3 1 1 3 3 5 3 3 3 5 41 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 5 4 4 4 42 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 3 3 4 2 43 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 4 4 5 44 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 45 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 5 46 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 47 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 48 2 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 49 4 5 4 3 2 2 2 5 4 3 5 4 4 4 50 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 51 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3 5 4 4 4 52 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 2 53 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 2 4 54 3 3 4 5 2 3 3 3 4 5 4 3 4 4 55 4 4 3 3 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 56 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 57 3 2 4 3 3 3 3 2 4 3 5 2 2 4 58 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 59 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 60 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 1 1 4 61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 4 62 5 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 3 2 63 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 64 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 65 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 66 4 3 3 3 5 3 3 3 3 3 4 1 1 3 67 4 5 4 3 2 3 3 5 4 3 4 2 3 4 68 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 69 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 70 5 4 2 4 2 2 2 4 2 4 4 3 3 3
106
49
TotalI 47 54 52 54 44 48 37 41 45 53 38 47 47 51 51 47 43 50 50 44 41 43 40 48 40 42 49 47 47 45 42 49 40 48 44
Responden I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 I13 I14 71 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 72 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 2 3 73 2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 4 3 3 4 74 4 2 4 5 4 4 4 2 4 2 2 3 3 3 75 4 2 4 4 4 3 5 2 4 3 3 4 3 3 76 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 77 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 2 5 4 3 78 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 79 3 3 3 4 4 4 5 3 3 4 2 4 3 3 80 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 81 3 5 5 5 2 3 2 5 5 4 3 4 4 4 82 4 4 4 5 3 4 3 4 4 3 3 3 4 5 83 3 3 5 5 5 3 3 3 5 3 2 4 3 3 84 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 85 3 4 2 2 2 3 3 4 2 5 3 2 4 3 86 4 4 5 5 2 2 3 4 5 4 2 3 3 3 87 3 3 4 3 2 2 3 3 4 5 3 4 4 3 88 4 4 5 4 2 2 2 4 5 4 2 3 3 3 89 3 3 2 3 2 2 2 3 2 4 3 3 3 3 90 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 91 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 92 4 4 4 4 3 3 3 4 4 5 3 4 3 4 93 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 2 3 3 3 94 4 4 4 4 3 3 3 4 4 5 3 3 3 3 95 4 4 2 4 4 4 4 4 2 3 3 5 4 3 96 3 2 4 5 4 4 5 2 4 4 3 3 3 3 97 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 98 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 2 4 2 4 99 3 3 2 2 4 3 3 3 2 4 2 3 3 4 100 5 3 3 4 3 3 3 3 3 5 4 3 4 3
107
TotalI 41 47 39 46 48 50 49 50 48 48 54 53 50 47 42 49 46 47 38 52 47 52 45 50 50 49 56 49 41 49
Lampiran 9: Jawaban Pernyataan Keahlian Profesional (X3) Responden KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 4 4 2 4 5 4 4 4 2 4 5 4 5 4 2 4 4 4 3 5 2 4 4 5 6 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 7 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 8 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 4 9 3 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 10 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 11 3 5 5 5 2 3 2 5 5 5 4 12 4 4 4 5 3 4 3 4 4 5 4 13 3 3 5 5 5 3 3 3 5 5 5 14 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 5 15 3 4 2 2 2 3 3 4 2 2 5 16 4 4 5 5 2 2 3 4 5 5 3 17 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 4 18 4 4 5 4 2 2 2 4 5 4 3 19 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 4 20 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 21 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 22 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 23 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 4 24 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 25 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 5 26 3 2 4 5 4 4 5 2 4 5 4 27 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 29 3 3 2 2 4 3 3 3 2 2 3 30 5 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 31 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3 3 32 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 5 33 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 34 4 4 4 5 1 1 1 4 4 5 5 35 4 4 5 3 2 2 2 4 5 3 3
108
TOTAL KP 30 41 27 42 41 40 40 37 40 38 44 44 45 40 32 42 34 39 29 40 38 42 38 42 41 42 45 41 30 37 33 32 35 38 37
Responden KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 36 4 2 4 4 4 3 3 2 4 4 5 37 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 39 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 40 3 3 3 5 3 1 1 3 3 5 4 41 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 42 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 3 43 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 5 44 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 45 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 46 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 47 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 48 2 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 49 4 5 4 3 2 2 2 5 4 3 4 50 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 51 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3 3 52 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 53 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 54 3 3 4 5 2 3 3 3 4 5 5 55 4 4 3 3 3 2 2 4 3 3 4 56 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 57 3 2 4 3 3 3 3 2 4 3 4 58 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 59 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 60 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 62 5 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 63 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 64 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 5 65 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 66 4 3 3 3 5 3 3 3 3 3 5 67 4 5 4 3 2 3 3 5 4 3 5 68 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 69 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 70 5 4 2 4 2 2 2 4 2 4 4
109
TOTAL KP 39 42 38 40 34 35 28 30 35 39 30 35 38 38 40 33 33 41 40 35 31 34 31 39 34 35 41 36 40 32 38 41 36 42 35
Responden KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 71 4 4 4 3 3 3 3 2 4 3 4 72 4 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 73 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 74 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 75 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 5 76 5 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 77 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 5 78 5 4 3 4 3 3 3 4 3 4 5 79 4 5 3 3 3 2 2 3 3 3 3 80 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 5 81 5 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 82 4 4 4 4 2 4 5 4 4 5 2 83 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 84 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 85 5 4 3 4 3 2 2 4 3 3 3 86 4 4 4 5 3 3 4 3 3 3 3 87 4 5 3 4 4 3 3 2 2 2 4 88 4 4 5 3 2 2 3 3 3 3 2 89 4 3 5 5 3 3 3 4 3 3 3 90 5 4 4 4 4 4 5 1 1 1 4 91 4 4 5 5 4 5 3 2 2 2 4 92 4 4 4 5 2 4 4 4 3 3 2 93 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 94 4 5 4 4 4 4 3 3 2 3 4 95 3 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 96 3 5 4 4 4 5 3 4 4 3 3 97 4 4 5 5 4 4 5 3 2 2 3 98 4 4 4 4 4 3 5 5 3 3 3 99 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 100 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 3
110
TOTAL KP 37 32 39 35 35 42 37 41 34 39 44 42 47 40 36 39 36 34 39 37 40 39 45 40 43 42 41 42 45 47
Lampiran 10: Jawaban Pernyataan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan (Y) Responden PPK1 PPK2 PPK3 PPK4 PPK5 PPK6 PPK7 TOTAL PPK 1 4 4 5 4 3 3 3 26 2 4 4 5 4 4 3 3 27 3 4 4 5 4 4 4 3 28 4 4 4 3 3 4 5 4 27 5 4 2 4 5 5 3 5 28 6 3 3 3 4 4 4 4 25 7 4 4 4 5 5 4 4 30 8 5 4 4 4 3 3 4 27 9 4 3 4 4 3 4 4 26 10 4 4 4 4 5 3 2 26 11 5 4 4 5 4 4 4 30 12 4 4 4 4 5 5 4 30 13 4 5 5 4 3 5 5 31 14 3 4 4 4 5 5 5 30 15 3 4 3 3 3 4 5 25 16 4 4 4 5 5 4 3 29 17 4 3 3 4 4 4 4 26 18 4 4 5 3 4 3 3 26 19 4 3 5 5 5 4 4 30 20 3 4 4 4 4 4 3 26 21 3 4 3 5 5 5 3 28 22 4 4 4 5 4 5 5 31 23 5 4 4 4 4 4 4 29 24 4 2 4 4 5 5 5 29 25 3 3 4 4 3 5 5 27 26 3 5 4 4 4 5 4 29 27 4 4 5 5 5 5 4 32 28 4 4 4 4 4 4 4 28 29 4 4 4 3 4 5 3 27 30 3 4 4 4 4 5 3 27 31 4 3 4 4 4 4 3 26 32 4 4 4 4 4 5 5 30 33 4 4 4 5 3 4 3 27 34 4 4 5 4 3 4 5 29
111
35
4
4
4
4
4
4
3
27
Responden PPK1 PPK2 PPK3 PPK4 PPK5 PPK6 PPK7 TOTAL PPK 36 4 4 4 4 3 5 5 29 37 5 4 4 4 4 4 4 29 38 5 4 5 4 5 4 4 31 39 4 4 5 5 5 5 3 31 40 5 4 3 3 3 4 4 26 41 4 5 5 4 4 3 4 29 42 5 4 3 3 3 4 3 25 43 3 4 3 4 4 4 5 27 44 5 3 4 4 5 4 4 29 45 5 4 4 5 5 3 3 29 46 4 4 4 4 3 4 4 27 47 4 4 4 4 5 4 4 29 48 4 5 4 5 5 3 4 30 49 4 2 5 5 4 3 4 27 50 4 4 4 5 5 5 4 31 51 4 4 5 5 4 4 3 29 52 4 4 3 5 3 4 3 26 53 4 4 4 5 4 3 4 28 54 5 4 4 4 3 5 5 30 55 4 4 4 4 4 4 4 28 56 4 4 4 3 5 3 3 26 57 4 4 5 4 5 3 4 29 58 4 4 4 4 3 4 3 26 59 4 4 4 4 4 4 4 28 60 5 4 4 3 3 4 4 27 61 4 4 4 5 3 4 5 29 62 5 5 4 5 3 3 4 29 63 4 3 4 5 4 3 5 28 64 4 3 3 5 5 4 5 29 65 4 4 4 4 4 3 3 26 66 4 3 4 4 5 5 5 30 67 3 4 4 5 4 5 5 30 68 4 3 2 4 5 4 5 27 69 4 2 2 5 3 5 5 26 70 5 4 4 3 5 4 4 29
112
Responden PPK1 PPK2 PPK3 PPK4 PPK5 PPK6 PPK7 TOTAL PPK 71 3 3 3 2 3 3 2 19 72 4 3 4 4 4 4 4 27 73 2 2 3 3 2 2 2 16 74 4 2 4 5 4 4 4 27 75 4 2 4 4 4 3 5 26 76 4 3 3 4 4 4 4 26 77 4 3 4 4 4 3 3 25 78 4 4 3 3 3 2 4 23 79 3 3 3 4 4 4 5 26 80 4 4 4 3 3 3 4 25 81 3 5 5 5 2 3 2 25 82 4 4 4 5 3 4 3 27 83 3 3 5 5 5 3 3 27 84 4 4 4 3 3 3 3 24 85 3 4 2 2 2 3 3 19 86 4 4 5 5 2 2 3 25 87 3 3 4 3 2 2 3 20 88 4 4 5 4 2 2 2 23 89 3 3 2 3 2 2 2 17 90 4 4 4 4 3 3 3 25 91 3 3 3 4 4 4 4 25 92 4 4 4 4 3 3 3 25 93 4 4 3 4 2 2 4 23 94 4 4 4 4 3 3 3 25 95 4 4 2 4 4 4 4 26 96 3 2 4 5 4 4 5 27 97 4 4 4 4 5 4 4 29 98 4 4 4 4 2 3 4 25 99 3 3 2 2 4 3 3 20 100 5 3 3 4 3 3 3 24
113
Lampiran 11: Distribusi Frekuensi Pernyataan Jenis Kelamin JenisKelamin
Frequency Valid Pria Wanita Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
62
62.0
62.0
62.0
38
38.0
38.0
100.0
100
100.0
100.0
114
Lampiran 12: Distribusi Frekuensi Pernyataan Pendidikan Terakhir PendidikanTerakhir
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid D3
15
15.0
14.1
14.1
S1
78
78.0
78.0
93.0
S2
7
7.0
7.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
115
Lampiran 13: Distribusi Frekuensi Pernyataan Posisi Terakhir Posisi Terakhir
Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid Auditor Junior
45
45.0
45.0
45.0
Auditor Senior
45
45.0
45.0
90.0
Supervisor
6
6.0
6.0
96.0
Manajer
4
4.0
4.0
100.00
100
100.0
100.0
Total
116
Lampiran 14: Distribusi Frekuensi Pernyataan Pengalaman Kerja PengalamanKerja
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < 1 Tahun
31
31.0
31.0
31.0
1-3 Tahun
52
52.0
52.0
83.0
> 3 Tahun
17
17.0
17.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
117
Lampiran 15: Distribusi Frekuensi Pernyataan Pengalaman Audit (X1) PA1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju
15
15.0
15.0
15.0
Netral
37
37.0
37.0
52.0
Setuju
45
45.0
45.0
97.0
3
3.0
3.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
PA2 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
8.0
8.0
8.0
Netral
45
45.0
45.0
53.0
Setuju
41
41.0
41.0
94.0
6
6.0
6.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
PA3 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
8.0
8.0
8.0
Netral
46
46.0
46.0
54.0
Setuju
41
41.0
41.0
95.0
5
5.0
5.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
PA4 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
7.0
7.0
7.0
Netral
49
49.0
49.0
56.0
Setuju
34
34.0
34.0
90.0
sangat setuju
10
10.0
10.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
118
Lampiran 16: Validitas dan Reliabilitas Pengalaman Audit (X1) Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted PA1 PA2 PA3 PA4
10.35 10.26 10.28 10.24
Corrected ItemTotal Correlation
2.533 2.720 2.123 2.144
.209 .262 .485 .400
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items Cronbach's Alpha .715
.718
N of Items 4
119
Squared Multiple Cronbach's Alpha Correlation if Item Deleted .055 .065 .307 .281
.630 .661 .682 .653
120
Lampiran 17: Distribusi Frekuensi Pernyataan Independensi (X2) I1 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
6
6.0
6.0
6.0
Netral
29
29.0
29.0
35.0
Setuju
61
61.0
61.0
96.0
4
4.0
4.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
I2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju
11
11.0
11.0
11.0
Netral
40
40.0
40.0
51.0
Setuju
45
45.0
45.0
96.0
4
4.0
4.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
I3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju
11
11.0
11.0
11.0
Netral
37
37.0
37.0
48.0
Setuju
43
43.0
43.0
91.0
9
9.0
9.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
I4 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
9
9.0
9.0
9.0
Netral
35
35.0
35.0
44.0
Setuju
41
41.0
41.0
85.0
sangat setuju
15
15.0
15.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
121
I5 Frequency Valid
sangat tidak setuju
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
1
1.0
1.0
1.0
tidak setuju
32
32.0
32.0
33.0
Netral
37
37.0
37.0
70.0
Setuju
25
25.0
25.0
95.0
5
5.0
5.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
I6 Frequency Valid
sangat tidak setuju
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
3
3.0
3.0
3.0
tidak setuju
26
26.0
26.0
29.0
Netral
50
50.0
50.0
79.0
Setuju
21
21.0
21.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
I7 Frequency Valid
sangat tidak setuju
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
2
2.0
2.0
2.0
tidak setuju
21
21.0
21.0
23.0
Netral
47
47.0
47.0
70.0
Setuju
24
24.0
24.0
94.0
6
6.0
6.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
I8 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju
11
11.0
11.0
11.0
Netral
40
40.0
40.0
51.0
Setuju
45
45.0
45.0
96.0
4
4.0
4.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
122
I9 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
Netral
11
11.0
11.0
11.0
Netral
37
37.0
37.0
48.0
Setuju
43
43.0
43.0
91.0
9
9.0
9.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
I10 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
7
7.0
7.0
7.0
Netral
36
36.0
36.0
43.0
Setuju
43
43.0
43.0
86.0
sangat setuju
14
14.0
14.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
I11 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
tidak setuju
12
12.0
12.0
12.0
Netral
26
26.0
26.0
38.0
Setuju
48
48.0
48.0
86.0
sangat setuju
14
14.0
14.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
I12 Frequency Valid
sangat tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
3.0
3.0
3.0
tidak setuju
10
10.0
10.0
13.0
Netral
46
46.0
46.0
59.0
Setuju
36
36.0
36.0
95.0
5
5.0
5.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
123
I13 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
sangat tidak setuju
2
2.0
2.0
2.0
tidak setuju
9
9.0
9.0
11.0
Netral
48
48.0
48.0
59.0
Setuju
39
39.0
39.0
98.0
2
2.0
2.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
I14 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
9
9.0
9.0
9.0
Netral
43
43.0
43.0
52.0
Setuju
39
39.0
39.0
91.0
9
9.0
9.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
124
Lampiran 18: Validitas dan Reliabilitas Independensi (X2) Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 I13 I14
43.83 44.04 43.96 43.84 44.45 44.57 44.35 44.04 43.96 43.82 43.82 44.16 44.16 43.98
Corrected ItemTotal Correlation
20.082 19.413 17.554 16.964 19.341 19.035 19.018 19.413 17.554 18.472 21.119 18.944 20.257 19.899
.166 .236 .485 .545 .169 .283 .225 .236 .485 .341 .247 .256 .183 .241
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items Cronbach's Alpha .625
.626
N of Items 14
125
Squared Multiple Cronbach's Alpha Correlation if Item Deleted . . . . . . . . . . . . . .
.620 .610 .667 .653 .624 .603 .613 .610 .667 .693 .659 .607 .631 .626
Lampiran 19: Distribusi Frekuensi Pernyataan Keahlian Profesional (X3) KP1 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
5
5.0
5.0
5.0
Netral
22
22.0
22.0
27.0
Setuju
63
63.0
63.0
90.0
sangat setuju
10
10.0
10.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
KP2 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
8.0
8.0
8.0
Netral
30
30.0
30.0
38.0
Setuju
53
53.0
53.0
91.0
9
9.0
9.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
KP3 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
7.0
7.0
7.0
Netral
38
38.0
38.0
45.0
Setuju
45
45.0
45.0
90.0
sangat setuju
10
10.0
10.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
KP4 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
6
6.0
6.0
6.0
Netral
39
39.0
39.0
45.0
Setuju
40
40.0
40.0
85.0
sangat setuju
15
15.0
15.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
126
KP5 Frequency Valid
sangat tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1.0
1.0
1.0
tidak setuju
28
28.0
28.0
29.0
Netral
38
38.0
38.0
67.0
Setuju
28
28.0
28.0
95.0
5
5.0
5.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
KP6 Frequency Valid
sangat tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
3.0
3.0
3.0
tidak setuju
24
24.0
24.0
27.0
Netral
48
48.0
48.0
75.0
Setuju
23
23.0
23.0
98.0
2
2.0
2.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
KP7 Frequency Valid
sangat tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
2.0
2.0
2.0
tidak setuju
20
20.0
20.0
22.0
Netral
47
47.0
47.0
69.0
Setuju
23
23.0
23.0
92.0
8
8.0
8.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
KP8 Frequency Valid
sangat tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1.0
1.0
1.0
tidak setuju
11
11.0
11.0
12.0
Netral
40
40.0
40.0
52.0
Setuju
42
42.0
42.0
94.0
6
6.0
6.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
127
KP9 Frequency Valid
sangat tidak setuju
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
1
1.0
1.0
1.0
tidak setuju
11
11.0
11.0
12.0
Netral
43
43.0
43.0
55.0
Setuju
40
40.0
40.0
95.0
5
5.0
5.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
KP10 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
sangat tidak setuju
1
1.0
1.0
1.0
tidak setuju
9
9.0
9.0
10.0
Netral
45
45.0
45.0
55.0
Setuju
34
34.0
34.0
89.0
sangat setuju
11
11.0
11.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
KP11 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
4.0
4.0
4.0
Netral
29
29.0
29.0
33.0
Setuju
43
43.0
43.0
76.0
sangat setuju
24
24.0
24.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
128
Lampiran 20: Validitas dan Reliabilitas Keahlian Profesional (X3)
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11
34.15 34.30 34.35 34.29 34.85 34.96 34.78 34.52 34.56 34.48 34.06
Corrected ItemTotal Correlation
17.442 17.061 15.280 14.794 16.270 15.695 15.406 16.878 15.845 15.040 18.320
.183 .212 .517 .565 .263 .400 .388 .219 .401 .491 .203
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items Cronbach's Alpha .679
.678
N of Items 11
129
Squared Multiple Cronbach's Alpha Correlation if Item Deleted .099 .542 .811 .785 .379 .528 .474 .579 .839 .820 .120
.679 .676 .626 .615 .670 .645 .647 .676 .646 .628 .712
Lampiran 21:
Distribusi Frekuensi Pernyataan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Pelaporan Keuangan (Y) PPK1 Frequency
Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1.0
1.0
1.0
Netral
20
20.0
20.0
21.0
Setuju
65
65.0
65.0
86.0
sangat setuju
14
14.0
14.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
PPK2 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
8.0
8.0
8.0
Netral
22
22.0
22.0
30.0
Setuju
64
64.0
64.0
94.0
6
6.0
6.0
100.0
100
100.0
100.0
sangat setuju Total
PPK3 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
6
6.0
6.0
6.0
Netral
18
18.0
18.0
24.0
Setuju
58
58.0
58.0
82.0
sangat setuju
18
18.0
18.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
PPK4 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
3.0
3.0
3.0
Netral
15
15.0
15.0
18.0
Setuju
53
53.0
53.0
71.0
sangat setuju
29
29.0
29.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
130
PPK5 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
9
9.0
9.0
9.0
Netral
28
28.0
28.0
37.0
Setuju
38
38.0
38.0
75.0
sangat setuju
25
25.0
25.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
PPK6 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
7.0
7.0
7.0
Netral
30
30.0
30.0
37.0
Setuju
43
43.0
43.0
80.0
sangat setuju
20
20.0
20.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
PPK7 Frequency Valid
tidak setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
6
6.0
6.0
6.0
Netral
32
32.0
32.0
38.0
Setuju
40
40.0
40.0
78.0
sangat setuju
22
22.0
22.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
131
Lampiran
22: Validitas dan Reliabilitas Pencegahan Kecurangan Pelaporan Keuangan (Y)
dan
Pendeteksian
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted PPK1 PPK2 PPK3 PPK4 PPK5 PPK6 PPK7
22.97 23.21 23.01 22.81 23.10 23.13 23.11
Corrected ItemTotal Correlation
7.403 7.844 6.939 6.519 5.990 6.074 6.604
.246 .265 .265 .400 .389 .428 .285
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha Items .676
.668
N of Items 7
132
Squared Multiple Cronbach's Alpha Correlation if Item Deleted .117 .203 .261 .243 .264 .379 .322
.655 .611 .649 .602 .699 .684 .643
133
Lampiran 23: Regresi Linear Berganda Variables Entered/Removedb Model
Variables Entered
1
keahlian profesional, pengalaman audit, independensia
Variables Removed
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian Model Summaryb Model
R
R Square
.565a
1
Adjusted R Square
.320
Change Statistics
Std. Error of the Estimate
.298
R Square Change
2.457
F Change
.320
df1
15.036
df2 3
Durbin-Watson
Sig. F Change
96
.000
1.464
a. Predictors: (Constant), keahlian profesional, pengalaman audit, independensi b. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
272.289
3
90.763
Residual
579.501
96
6.036
Total
851.790
99
F
Sig.
15.036
.000a
a. Predictors: (Constant), keahlian profesional, pengalaman audit, independensi b. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error
15.657
2.641
pengalaman audit
.314
.153
independensi
.441
keahlian profesional
.370
Standardized Coefficients
95% Confidence Interval for B t
Beta
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Collinearity Statistics
Correlations Zeroorder
Partial
Part
Tolerance
VIF
5.927
.000
10.413
20.900
.204
2.052
.043
.010
.618
.272
.205
.173
.714
1.401
.077
.698
5.749
.000
.289
.594
.412
.506
.484
.481
2.078
.082
.549
4.495
.000
.533
.206
.043
.417
.378
.475
2.103
a. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
134
135
136