PENGARUH PENGALAMAN, RISIKO AUDIT, DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (FRAUD) OLEH AUDITOR (SURVEY PADA KAP DI BANDUNG)
Elly Suryani 1), Vanya Ayu Helvinda 2) 1)
Jurusan Akuntansi, Universitas Jenderal Achmad Yani Jalan Terusan Jenderal Sudirman Po. Box. 148 Cimahi email:
[email protected] 2) Jurusan Akuntansi, Universitas Jenderal Achmad Yani Jalan Terusan Jenderal Sudirman Po. Box. 148 Cimahi email:
[email protected]
Abstrak - Banyaknya kasus kecurangan yang terjadi membuat tantangan baru bagi auditor eksternal dalam melakukan pendeteksian atas kecurangan tersebut. Akan diterapkannya Asean Economic Community pada tahun 2015 menyebabkan persaingan global bagi para auditor untuk lebih meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengalaman, risiko audit dan keahlian audit terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda yang dilakukan uji t dan uji F dengan tingkat signifikansi 5%. Uji kualitas data dilakukan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari penyebaran kuisioner pada KAP yang berada di wilayah Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman, risiko audit dan keahlian audit secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. Secara parsial, masing-masing variabel independen memberikan kesimpulan yang berbeda. Secara parsial pengalaman audit dan keahlian audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor, sedangkan risiko audit secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. Kata Kunci : Pengalaman Audit, Risiko Audit, Keahlian Audit, Pendeteksian Kecurangan. hukum yang termasuk kategori fraud, seperti I. PENDAHULUAN undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, undang-undang tentang pencucian Kasus kecurangan khususnya akuntansi uang, undang-undang perlindungan konsumen, dan keuangan banyak terjadi di belahan dunia. Skandal lain-lain. akuntansi keuangan perusahaan di Amerika Di samping meningkatnya kejadian mengenai (misalnya Enron, WorldCom, Global Crossing, tindakan kecurangan dan berlakunya undangTyco, dll) telah meningkatkan perhatian tentang undang baru anti-tindakan kecurangan, namun tindakan kecurangan, skandal akuntansi keuangan usaha yang dilakukan oleh organisasi untuk ini merugikan miliaran dolar nilai pemegang saham memerangi tindakan kecurangan tidak berjalan dan menimbulkan hilangnya kepercayaan investor dengan lancar dan hanya bersifat formalitas di pasar keuangan (Peterson dan Buckhoff, 2004; (Andersen, 2004). Oleh karena itu, banyak Rezaee et al., 2004). Tidak hanya di Amerika, perusahaan mencoba cara baru dan berbeda untuk kasus kecurangan juga banyak terjadi di Indonesia. memerangi tindakan kecurangan (KPMG Forensik, Sebagai contoh, yaitu adanya kasus kecurangan 2003; PriceWaterhouseCoopers, 2003). yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma dan PT. Atas kondisi tersebut, maka peranan Auditor Bank Lippo (tahun 2002) serta juga kasus Eksternal (Kantor Akuntan Publik) menjadi sangat kecurangan yang dilakukan oleh individu penting dalam pendeteksian kecurangan. Agar (employee fraud), yaitu kasus Citibank yang tujuan pendeteksian fraud oleh auditor eksternal dilakukan oleh Malinda Dee yang bernilai Rp. 44 dapat tercapai secara efektif, auditor mempunyai miliar (tahun 2012). beberapa tanggung jawab umum yang harus Di Indonesia upaya untuk menindaklanjuti dipenuhi, diantaranya audit dilaksanakan oleh para tindakan-tindakan kecurangan telah diatur dalam petugas yang secara bersama-sama mempunyai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). keahlian yang diperlukan. Kemampuan yang harus Selain KUHP juga ada ketentuan perundangdimiliki oleh auditor dalam mengungkap undangan lain yang mengatur perbuatan melanggar
kecurangan khususnya tidak bisa dipelajari melainkan dilatih berdasarkan pengalaman. Pengalaman audit yang dimiliki auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil. Di pihak lain, pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Dalam konteks auditing, hal ini berarti auditor yang kurang familiar atau kurang berpengalaman terhadap suatu tugas pertimbangan akan lebih berhati-hati (berorientasi negatif) daripada auditor yang mempunyai pengalaman lebih banyak. Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Salah saji material bisa terjadi karena adanya kesalahan (error) atau kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak disengaja (unintentional mistakes), sedangkan fraud merupakan kecurangan yang disengaja, bisa dilakukan oleh pegawai perusahaan (misalnya penyalahgunaan harta perusahaan untuk kepentingan pribadi) atau oleh manajemen dalam bentuk rekayasa laporan keuangan. Jika persepsi auditor eksternal tidak mempercayai mekanisme corporate governance klien untuk mengendalikan kualitas pelaporan keuangan, maka auditor tersebut akan meningkatkan upaya audit. Dengan akan diterapkannya Asean Economic Community pada tahun 2015, maka akan semakin besar persaingan global terhadap profesi Akuntan Publik atau Auditor Eksternal yang akan mengancam para akuntan di Indonesia jika tidak meningkatkan profesionalisme, kompetensi dan pengalamannya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) bersama dengan pemerintah secara bertahap mulai melakukan penguatan regulasi profesi akuntan khususnya Akuntan Publik, seperti munculnya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik yang kemudian diikuti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dan asosiasi profesi akuntan di Indonesia untuk lebih mewaspadai persaingan global yang akan muncul diantara negara-negara ASEAN pada tahun 2015 nanti. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalahnya adalah: 1. Apakah secara parsial pengalaman, risiko audit dan keahlian audit berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor? 2. Apakah secara simultan pengalaman, risiko audit dan keahlian audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor? II. LANDASAN TEORI
Definisi auditing dapat dikemukakan sebagai berikut, “Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditatapkan.Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.” (Arens, et al 2012 : 4). Sedangkan jenis audit masih menurut Arens, et al yaitu: 1. Audit operasional Audit operasional (operational audit) mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. 2. Audit ketaatan Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. 3. Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).” (Arens, et al 2012 : 16) Adapun Standar Auditing berdasarkan SPAP adalah: “Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis, standar auditing mencakup mutu professional (professional qualities), auditor independen, dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.” (2011:150) Pengertian Pengalaman Audit Pengalaman audit adalah kemampuan yang dimiliki auditor atau akuntan pemeriksa untuk belajar dari kejadian-kejadian masa lalu yang berkaitan dengan seluk beluk audit atau pemeriksaan (Ashton, 1991). Definisi Risiko Audit Menurut SA Seksi 312, definisi risiko audit adalah sebagai berikut : “Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material.” (SPAP : 2011) Jenis Risiko Audit Menurut Arens, et al : “Risiko audit dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis : 1. Risiko Audit yang Direncanakan (Planned Detection Risk) Merupakan risiko di mana bukti audit untuk suatu bagian tidak mampu mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat diterima. 2. Risiko Bawaan (Inherent Risk) Mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji material (baik kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal klien. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan salah saji tinggi, tanpa mempertimbangkan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko bawaannya adalah tinggi. 3. Risiko Pengendalian (Control Risk) Mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji melebihi jumlah yang dapat diterima di suatu bagian pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi tepat waktu oleh pengendalian internal klien. 4. Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk) Mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan.” (2012:270) Definisi Keahlian Audit menurut Jaafar dan Sumiyati : “Pengertian keahlian audit meliputi keahlian mengenai pemeriksaan maupun penguasaan masalah yang diperiksanya ataupun pengetahuan yang dapat menunjang tugas pemeriksaan. Keahlian tersebut mencakup: merencanakan pemeriksaan, menyusun Program Kerja Pemeriksaan (PKP), melaksanakan Program Kerja Pemeriksaan, menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), mendistribusikan Laporan Hasil Pemeriksaan, memonitor Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP).” (2005) Audit Kecurangan Association of Certified Fraud Examiner mendefinisikan fraud auditing sebagaimana yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal, yaitu :
“An initial approach (proactive) to detecting financial fraud, using accounting records and information, analytical relationship, and an awareness of fraud perpretation and concealment efforts.” (2001 : 36) Arens menjelaskan tentang fraud auditing, antara lain menyebutkan: “Fraudulent financial reporting is an intentional misstatement oromission of amounts or disclosure with the intent to deceive users. Most cases of fraudulent financial reporting involve the intentional misstatement of amounts not disclosures. For example, worldcomis reported to have capitalized as fixed asset, billions dollars that should have been expensed. Omission of amounts are less common,but a company can overstate income by omitting account payableand other liabilities” (2012:356) Pendeteksian Kecurangan SAS No. 99 tahun 2002 mengenai: consideration of fraud in a financial statement menggariskan empat prosedur pokok dalam pendeteksian fraud: “1. Increasing Profesional Skepticism: SAS No. 99 mengharuskan para auditor untuk mengedepankan skeptisme profesional dan tidak begitu saja mengasumsikan kejujuran manajemen klien. Sebelum kesimpulan mengenai integritas manajemen dirumuskan, anggota tim audit bertukarpikiran dan mendiskusikan celah-celah dalam laporan keuangan yangmemungkinkan terjadinya fraud. 2. Discussing fraud risks with management and other in an organization: diskusi dilakukan dengan manajemen serta pihak didalam maupun diluar perusahaan klien untuk mengidentifikasi risiko-risiko fraud dan apakah mereka mengetahui keberadaan fraud dalam organisasi. 3. Performing unpredictable audit test: mengharuskan tim audit untuk merancang pengujian terhadap area, lokasi, dan perkiraan-perkiraan maupun pencatatan akuntansi yang biasanya tidak diperiksa dengan desain tes audit yang tidak dapat diduga atau diprediksi klien. 4. Responding to management override of controls: karena fraud terhadap laporan keuangan biasanya dilakukan pihak manajemen dengan mengesampingkan internal control perusahaan, maka dalam SAS No. 99 terdapat prosedur untuk menguji keberadaan management override of control dalam setiap audit.” (SAS No. 99 : 2002)
III. PEMBAHASAN
3.1 Objek dan Metode Penelitian Objek penelitian ini adalah pengaruh pengalaman audit, risiko audit, dan keahlian audit terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. Sedangkan subjek penelitian ini adalah para auditor pada Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Bandung. Sedangkan metode penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Definisi operasional variabel sebagai berikut: 1. Sebagai variabel independen (X) adalah pengalaman (X1), risiko audit (X2), dan keahlian audit (X3). 2. Sebagai variabel dependen (Y) adalah pendeteksian kecurangan. Penetapan Hipotesis 1. Secara parsial Ho : ρ ≤ 0 tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan pengalaman, risiko audit, dan keahlian audit terhadap pendeteksian kecurangan oleh auditor. Ha : ρ > 0 terdapat pengaruh positif yang signifikan pengalaman, risiko audit, dan keahlian audit terhadap pendeteksian kecurangan oleh auditor, 2. Secara simultan Ho : ρ ≤ 0 tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan pengalaman, risiko audit, dan keahlian audit terhadap pendeteksian kecurangan oleh auditor. Ha : ρ > 0 terdapat pengaruh positif yang signifikan pengalaman, risiko audit, dan keahlian audit terhadap pendeteksian kecurangan oleh auditor.
variabel dependen dalam suatu persamaan regresi dengan kata lain semakin besar nilai koefisien determinasi semakin baik kemampuan variabel X menerangkan atau menjelaskan variabel Y. Dalam penelitian ini pengujian data akan dilakukan menggunakan software SPSS versi 16.0. Teknik Pengujian Alat Ukur Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Menurut Sugiama (2008), ada empat langkah uji validitas dan alat reliabilitas ukur, yakni : 1. Mengujicobakan skala pengukuran pada sejumlah responden. 2. Menyiapkan tabel tabulasi data. 3. Menghitung korelasi antar skor masing-masing dengan skor total variabel untuk uji validitas dan menginterpretasikan hasilnya. 4. Menghitung nilai alpha untuk uji reliabilitas dan menginterpretasikan hasilnya. Penarikan Kesimpulan Statistik Di dalam rangka mengetahui tingkat signifikansi pengaruh pengalaman, risiko audit, dan keahlian audit secara parsial terhadap pendeteksian kecurangan oleh auditor dan menarik kesimpulan diterima atau ditolaknya hipotesis, menurut Sugiyono (2007: 190) dapat diuji dengan menggunakan rumus : 𝑡=
rp n − 2 1 − r2p
Pemilihan Tes Statistik dan Perhitungannya
Dimana : rp = korelasi parsial yang ditemukan n = jumlah sampel t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikn dengan t tabel
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi berganda yaitu untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat dan mencari seberapa kuat hubungan tersebut. Pada penelitian ini terdapat model persamaan regresi menurut Ronald E Walpole (1995:363), yakni sebagai berikut :
Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh pengalaman, risiko audit, dan keahlian audit secara simultan terhadap pendeteksian kecurangan oleh auditor melalui pengujian signifikansi terhadap korelasi ganda, menurut Sugiyono dapat diuji dengan menggunakan rumus : R2 /k 𝐹ℎ = 1−𝑅 𝑛−𝑘−1
Y = α + β1X1 + β2X2 +β3X3 +βnXn + ε Dimana : Y = variabel terikat α = konstanta β1, β2, β3= koefisien regresi X1, X2,X3 = variabel bebas
Dimana : R = koefisien korelasi ganda k = jumlah variabel independen n = banyaknya sampel F = F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel
Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan hubungan antara variabel independen dengan
Penetapan Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh auditor dengan berbagai jenis jabatan mulai dari Partner sampai dengan Junior Auditor pada 26 Kantor
Akuntan Publik di Bandung yaitu sebanyak 267 orang. Jenis sampling yang digunakan adalah metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling.
Persepsi Auditor tentang Keahlian Audit
3.2 Hasil Penelitian Persepsi Auditor tentang Pengalaman Audit No. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Keseluruhan Indikator Variabel X1 (Pengalaman Audit) Persentase No. Indikator Keterangan (%) Lamanya Bekerja di 1 Kantor Akuntan 71,75% Cukup Baik Publik Sering Tidaknya 2 Melakukan Tugas 82,75% Baik Audit Jenis Pelaksanaan Tugas Audit yang 3 75,25% Cukup Baik Biasa Dihadapi Auditor Tingkat Familiarity 4 71,50% Cukup Baik Auditor Pendidikan formal 5 77,00% Baik dan berkelanjutan Cukup Rata-rata 75,65% Baik Sumber : Data Primer yang Diolah, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan keseluruhan variabel X1 (Pengalaman) pada Tabel 1 di atas, diperoleh hasil rata-rata seluruh indikator variabel X1 sebesar 75,65%. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto bahwa kriteria penilaian yang baik adalah jika memiliki kesesuaian antara 76% 100%, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut cukup baik dalam menilai tingkat pengalaman auditor.
1
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Keseluruhan Indikator Variabel X 2 (Risiko Audit) Persentase Indikator Keterangan (%) Inherent Risk 82,38% Baik
2
Control Risk
82,00%
Baik
3
Detection Risk
83,00%
Baik
Rata-rata 82,46% Sumber : Data Primer yang Diolah, 2012
2 3
86,00%
Baik
87,25%
Baik
85,75%
Baik
86,73% Rata-rata Sumber : Data Primer yang Diolah, 2012
Baik
4 5
Baik
Berdasarkan hasil perhitungan keseluruhan variabel X2 (Risiko Audit) pada Tabel 2 di atas, diperoleh hasil rata-rata seluruh indikator variabel X2 sebesar 82,46%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut baik dalam menilai penetapan risiko audit oleh auditor.
Analisis Tugas Kemampuan Berpikir Strategi Penentuan Keputusan
Berdasarkan hasil perhitungan keseluruhan variabel X3 (Risiko Audit) pada Tabel 3 di atas, diperoleh hasil rata-rata seluruh indikator variabel X3 sebesar 86,73%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut baik dalam menilai tingkat keahlian yang dimiliki oleh auditor. Persepsi Auditor Kecurangan
tentang
Pendeteksian
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Keseluruhan Indikator Variabel Y (Pendeteksian Kecurangan) No . 1 2
Persepsi Auditor tentang Risiko Audit
No.
1
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Keseluruhan Indikator Variabel X 3 (Keahlian Audit) Persentase Indikator Keterangan (%) Ciri-ciri Psikologi 89,17% Baik Komponen 85,50% Baik Pengetahuan
3 4
Indikator Karakteristik Terjadinya Kecurangan Standar Pengauditan Lingkungan Kerja Audit Metode dan Prosedur Audit yang Digunakan Rata-rata
Persentas e (%)
Keteranga n
73,75%
Cukup Baik
71,00%
Cukup Baik
79,00%
Baik
71,25%
Cukup Baik
73,75%
Cukup Baik
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2012 Berdasarkan hasil perhitungan keseluruhan variabel Y (Pendeteksian Kecurangan) pada Tabel 4 di atas, diperoleh hasil rata-rata seluruh indikator variabel Y sebesar 73,75%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut cukup baik dalam menilai upaya pendeteksian kecurangan oleh auditor. Analisis Regresi Dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil koefisien regresi sebagai berikut:
= (0,841)2 X 100% = 70,6%
Tabel 5 Hasil Koefisien Regresi Coefficientsa
Model 1 (Constant) x1 x2 x3
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -9.104 4.851 .477 .095 .512 .256 .133 .240 .293 .124 .284
t -1.877 5.033 1.918 2.365
Correlations Sig. Zero-order Partial Part .069 .000 .723 .643 .455 .063 .657 .305 .173 .024 .628 .367 .214
a. Dependent Variable: y
Sumber : Data primer yang diolah, 2012 Dari output di atas diketahui nilai kontstanta dan koefisien regresi sehingga dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Dengan demikian, maka diperoleh nilai KD sebesar 70,6% yang menunjukkan arti bahwa Pengalaman (X1), Risiko Audit (X2), dan Keahlian Audit (X3), memberikan pengaruh simultan (bersama-sama) sebesar 70,6% terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud) oleh Auditor (Y). Sedangkan sisanya sebesar 29,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang diabaikan penulis. Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis Parsial (Uji - t) Dengan menggunakan program SPSS diperoleh output sebagai berikut: Tabel 7. Hasil Uji – t
Y = -9,104+ 0,477 X1 + 0,256X2 + 0,293 X3 Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut: α = -9,104 artinya jika variabel X1, X2, dan X3, bernilai nol (0), maka variabel Y akan bernilai -9,104 satuan. β1 = 0,477 artinya jika Pengalaman (X1) meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel Y akan meningkat sebesar 0,477 satuan. β2= 0,256 artinya jika Risiko Audit (X2) meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel Y akan meningkat sebesar 0,256 satuan. β3= 0,293 artinya jika Keahlian Audit (X3) meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel Y akan meningkat sebesar 0,293 satuan. Analisis Koefisien Determinasi Nilai R diperoleh dengan perhitungan menggunakan SPSS versi 16.0 seperti hasilnya pada tabel di bawah ini : Tabel 6. Tabel Korelasi Model Summary Model 1
R R Square .841a .706
Adjusted Std. Error of R Square the Estimate .682 2.45299
a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2
Sumber : Data primer yang diolah, 2012 Setelah diketahui nilai R sebesar 0,841 maka koefisien determinasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: KD = R2 X 100%
Coefficientsa
Model 1 (Constant) x1 x2 x3
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -9.104 4.851 .477 .095 .512 .256 .133 .240 .293 .124 .284
t -1.877 5.033 1.918 2.365
Correlations Sig. Zero-order Partial .069 .000 .723 .643 .063 .657 .305 .024 .628 .367
a. Dependent Variable: y
Sumber : Data primer yang diolah, 2012 1. Pengujian hipotesis variabel X1 (Pengalaman) Dari output SPSS di atas diperoleh nilai thitung untuk X1 sebesar 5,033 dan ttabel 2,024. Dikarenakan nilai thitung > ttabel dan tingkat signifikansi kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya Pengalaman berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. 2. Pengujian hipotesis variabel X2 (Risiko Audit) Dari output SPSS diatas diperoleh nilai thitung untuk X2 sebesar 1,918 dan ttabel 2,024. Dikarenakan nilai thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya Risiko Audit tidak berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. 3. Pengujian hipotesis variabel X3 (Keahlian Audit) Dari output SPSS diatas diperoleh nilai thitung untuk X3 sebesar 2,365 dan ttabel 2,024. Dikarenakan nilai thitung > ttabel dan tingkat signifikansi kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya Keahlian Audit berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. Pengujian Hipotesis Simultan (Uji-F) Dengan menggunakan program SPSS diperoleh output sebagai berikut: Tabel 8.
Part .455 .173 .214
Hasil Uji F ANOVAb Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 521.283 216.617 737.900
df 3 36 39
Mean Square 173.761 6.017
F 28.878
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2 b. Dependent Variable: y
Sumber : Data primer yang diolah, 2012 Berdasarkan output di atas diketahui nilai Fhitung sebesar 28,878 dengan p-value (sig) 0,000. Dengan α = 0,05 serta derajat kebebasan v1 = 36 (n-(k+1)) dan v2 = 3, maka di dapat Ftabel 2,866. Dikarenakan nilai Fhitung > Ftabel (28,878 > 2,866) maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya variabel bebas (X1, X2, dan X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor (Y). Dapat dilihat bahwa setelah dilakukan uji secara parsial bahwa hanya variabel pengalaman dan keahlian audit yang telah teruji secara statistik memiliki pengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor, sedangkan variabel risiko audit secara statistik tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. Namun, ketika pengujian dilakukan secara bersama-sama terhadap ketiga variabel didapatkan hasil bahwa ketiga variabel tersebut telah teruji secara statistik terbukti memiliki pengaruh terhadap pendeteksian kecurangan oleh auditor. Pengalaman dan keahlian audit (secara parsial) yang secara statistik teruji memiliki pengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor kemungkinan dikarenakan suatu tugas audit memang harus dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki pengalaman dan keahlian audit. Hal ini sejalan dengan berbagai teori yang menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, akuntan wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (SPAP, PSA No. 04, 2011). Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa auditor harus menggunakan kemahiran profesionalnya, diantaranya adalah pengalaman dan keahlian audit yang dimiliki oleh auditor. Sedangkan untuk risiko audit (secara parsial) yang secara statistik tidak memiliki pengaruh atas pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor, hal itu mungkin dikarenakan tugas pendeteksian kecurangan memerlukan pertimbangan yang melibatkan banyak isyarat (multi-cues judgement) yang secara inheren sulit untuk dilakukan tanpa didukung oleh alat bantu (decision aids), bahkan oleh orang yang pakar sekalipun (Eining et al. 1997). Akar dari masalah ini adalah keterbatasan
kemampuan kognitif manusia dalam memproses informasi. Hackenbrack (1992) menunjukkan adanya efek dilusi dalam pertimbangan auditor. Adanya informasi yang tidak relevan (disebut juga bukti non diagnostik) yang bercampur dengan informasi relevan (bukti diagnostik atau red flag dalam pendeteksian kecurangan) akan mengakibatkan penilaian risiko kecurangan oleh auditor menjadi kurang ekstrim. Penilaian risiko yang tidak sensitif ini akan berakibat serius bagi tugas pendeteksian kecurangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, kemungkinan risiko audit secara parsial menjadi tidak berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan. Pengujian secara simultan terlihat bahwa pengalaman, risiko audit, dan keahlian audit berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang telah diuraikan dalam teori-teori sebelumnya.
IV. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari pengalaman, risiko audit, dan keahlian audit terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor, maka dapat ditarik kesimpulam sebagai berikut : 1. Hasil pengujian secara parsial yang dilakukan terhadap variabel pengalaman (X1) terdapat pengaruh dari pengalaman terhadap pendeteksian kecurangan oleh auditor. 2. Hasil pengujian secara parsial yang dilakukan terhadap variabel risiko audit (X2) tidak terdapat pengaruh antara risiko audit terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. 3. Hasil pengujian secara parsial yang dilakukan terhadap variabel keahlian audit (X3) terdapat pengaruh dari keahlian audit terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) oleh auditor. 4. Hasil pengujian secara simultan yang dilakukan terhadap ketiga variabel yaitu, pengalaman (X1), risiko audit (X2) dan keahlian audit (X3) terdapat pengaruh antara pengalaman, risiko audit, dan keahlian audit secara simultan. Saran Dengan hasil yang didapatkan berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Jumlah responden yang terkumpul hanya 50% dari jumlah sampel yang ditetapkan, hal ini dikarenakan penelitian dilakukan pada masa pelaporan audit dimana tidak semua auditor bersedia diminta untuk menjadi responden, dikarenakan hal tersebut maka diharapkan untuk penelitian selanjutnya jumlah responden bisa lebih banyak lagi dan tidak hanya meneliti
pada Kantor Akuntan Publik di satu kota/wilayah saja. 2. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi. Pada penelitian ini penulis hanya melihat pengaruh antara X1, X2, dan X3 terhadap Y saja, untuk penelitian selanjutnya mungkin bisa mengukur pengaruh antar variabel sejenis ( X terhadap X atau Y terhadap Y) dengan menggunakan model Path Analysis. DAFTAR PUSTAKA American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). The Commission on Auditors Responsibilities: Report, Conclusions, and Recommendations. New York: AICPA. 1978. ______. Statement on Auditing Standards (SAS) No. 53: The Auditors Responsibilities to Detect and Report Errors and Irregularities. New York: AICPA. 1988. ______. Statement on Auditing Standards (SAS) No. 82: Consideration of Fraud in Financial Statement Audit. New York: AICPA. 1997. ______. Statement on Auditing Standards (SAS) No. 99: Consideration of Fraud in Financial Statement Audit. New York: AICPA. 2002. Arens, Elder, Beasley. “Auditing & Assurance Services: An Integrated Approach” fourteenth editition. Pearson Education Limited : 2012. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). “Report to Nation”. http://marketplace.cfenet.com/Download.a sp. 2002. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal, 27 Desember. 2002. COSO. Fraudulent Financial Reporting: 1987 – 1997, An Analysis of U.S. Public Company : 1999 Eining, M.M., D.R. Jones dan J.K. Loebbecke. “Reliance on Decision Aids: An Examination of Auditors’ Assessment of Management Fraud”. Auditing : A Journal of Practice & Theory 16 (Fall): 1-19. 1997. Elder, Beasley, Arens, Amir Abadi Jusuf. “Jasa Audit dan Assurance : Pendekatan
Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta : Salemba Empat, 2011. Ikatan Akuntan Indonesia. ”Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Per 31 Maret 2011. Jakarta, Salemba Empat : 2011. Kaplan, Robert M & Dennis P. Saccuzzo. Psycological Testing Principles, Application, and Iissues, California: Brooks/Cole Publishing Company, Pasific Group. 1993. Karni, Soejono. Auditing : Audit Khusus & Audit Forensik Dalam Praktik. Lembaga Penerbit FE UI : 2000. Koroy, Tri Ramaraya. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal. STIE Nasional Banjarmasin : 2008 Sekaran, Uma. Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, 2006. Shelton, S.W. The Effect of Experience on the Use of Irrelevant Evidence in Auditor Judgement. The Accounting Review. Vol. 74 No. 2. April : 217-224. 1999. Suharismi, Arikunto. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Ketiga. Bina Aksara : 2004. Sugiama, Gima. Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Bandung : CV. Guardaya Intimarta : 2008. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D cetakan ke-13. Bandung, Alfabeta : 2011. Tuanakotta, Theodorus M. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Lembaga Penerbit FE UI : 2007. Tunggal, Amin Widjaja. Jakarta, Harvarindo : 2001.
Audit
Kecurangan.
Tunggal, Iman Sjahputra. Audit Kecurangan dan Akuntansi Forensik. Jakarta, Harvarindo : 2000.
Biodata Penulis Elly Suryani, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Akuntan (SE., Ak), Jurusan Akuntansi Universitas Padjadjaran Bandung, lulus tahun 1995. Memperoleh gelar Magister Science (MSi) Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Ekonomi
Universitas Padjadjaran Bandung, lulus tahun 2004. Saat ini menjadi Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.
Vanya Ayu Helvinda, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE), Jurusan Akuntansi Universitas Jenderal Achmad Yani, lulus tahun 2012.