PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN FRAUD (KECURANGAN AKUNTANSI) (SUATU STUDI PADA PT. KTM) AIRIN NISA ALDIANI, ARMANTO WITJAKSONO Binus University, Jln. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11530, +6287781153315,
[email protected] ABSTRACT The author conducted research purpose such to find out the Internal Audit at PT. KTM, to know the prevention of fraud in PT. KTM, to determine the detection of fraud in PT. KTM and Internal Audit to determine the effect on detection and prevention of fraud in PT KTM. This is a qualitative study using case study (object), which is asystematic waytolook atan event, collecting data, analyzinginformation, andreporting the results. Using data collection techniques such direct interviews on the portion relating to the object of research, using the questionnaire enclosed.The achievable result such action for increasing ratio scale of fraud (0 – 5) to be better. In order to maximize the Company's value-added business for interested parties (stakeholders), PT. KTM implementing Internal Audit such to maximize the functioning regulatory functions to supervise the implementation and management of business conducted by the Company's management. Key Words: Internal Audit, Fraud Detection, Fraud Prevention, Fraud, Ratio Scale of Fraud. ABSTRAK Tujuan Penulis melakukan penelitian ini antaralain, untuk mengetahui Audit Internal di PT. KTM, untuk mengetahui pencegahan fraud di PT. KTM, untuk mengetahui pendeteksian fraud di PT. KTM dan Untuk mengetahui pengaruh Audit Internal terhadap pendeteksian dan pencegahan fraud di PT KTM. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus (objek), yaitu suatu cara yang sistematis dalam melihat suatu kejadian, mengumpulkan data, menganalisa informasi, dan melaporkan hasilnya. Menggunakan teknik pengumpulan data yaitu melakukan wawancara langsung pengumpulan data menggunakan kuesioner terhadap bagian yang berhubungan dengan objek penelitian, menggunakan kuesioner tertutup (pertanyaan terstruktur). Hasil yang dicapai berupa upaya peningkatan skala rasio fraud (0 – 5) menjadi lebih baik. Dalam rangka memaksimalkan nilai tambah bisnis Perusahaan bagi pihak yang berkepentingan (stakeholders), maka PT. KTM mengimplementasikan Audit Internal yaitu dengan memaksimalkan fungsi pengawas yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan bisnis yang dilakukan oleh pengurus Perusahaan. Kata Kunci: Audit Internal, Pendeteksian Fraud, Pencegahan Fraud, Fraud, Skala Rasio Fraud.
PENDAHULUAN Fraud (kecurangan akuntansi) hingga saat ini menjadi suatu hal yang fenomenal baik di negara berkembang maupun di negara maju. Fraud ini terjadi hampir di seluruh sektor pemerintahan dan sektor swasta. Di USA fraud telah berkembang secara luas dan menimbulkan kerugian yang sangat besar hampir di seluruh industri. Sebagai contoh, pada tahun 2001 terjadi kasus Enron yang diperkirakan menimbulkan kerugian bagi Enron sebesar US$ 32 milyar dan ribuan pegawai Enron harus kehilangan dana pensiun mereka sekitar US$ 1 milyar. Kerugian tersebut hanya merupakan salah satu contoh kasus kecurangan terbesar yang terjadi di dunia dan skandal ini merupakan contoh tragis bagaimana fraud berdampak sangat buruk terhadap pasar, stakeholders, dan para pegawai. Tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di USA, fraud di Indonesia berkembang dengan sangat cepat dan meluas serta seperti telah membudaya. Istilah fraud dalam lingkungan bisnis memiliki arti yang lebih khusus, yaitu kebohongan yang disengaja, ketidakbenaran dalam melaporkan aktiva Perusahaan, atau memanipulasi data keuangan bagi keuntungan pihak yang melakukan manipulasi tersebut. Dalam literatur akuntansi, fraud juga biasa dikenal dengan kejahatan berkerah putih (white collar crime), penggelapan uang, dan bertentangan dengan peraturan. Di Indonesia istilah fraud atau kecurangan akuntansi lebih dikenal dengan sebutan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang sering dilakukan diantaranya adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan Perusahaan. Tindakan ini merupakan bentuk kecurangan akuntansi. Dalam menghadapi korupsi yang semakin meluas, diperlukan adanya upaya pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Hal ini merupakan salah satu tugas dari fungsi akuntansi. Kecurangan adalah sesuatu yang harus dijaga oleh internal auditor agar tidak terjadi, yaitu dengan pemeriksaan yang dilakukan secara periodik. Internal auditor memainkan peranan penting dalam mengevaluasi aktivitas sistem pengendalian, dan memberi masukan untuk peningkatannya. Terlebih lagi, karena posisi organisasi dan otoritas dalam entitas yang dimilikinya, fungsi internal audit seringkali memiliki peranan signifikan dalam mengawasi kegiatan operasi Perusahaan. Pada umumnya auditor hanya dapat memeriksa apakah laporan keuangan perusahaan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dimana laporan keuangan tersebut merupakan hasil dari kegiatan operasional tersebut. Internal Auditing bertujuan untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diaudit serta menemukan penyimpangan, baik akibat dari misstatement yang disengaja maupun yang tidak. Menurut laporan “2002 Report to Nation on Occupational Fraud and Abuses” menyatakan bahwa aktivitas internal auditor dapat menekan 35% terjadinya fraud. Disinilah pentingnya peran seorang internal auditor, dengan tugas dan wewenang yang dimiliki internal auditor dapat berperan dalam pendeteksian dan pencegahan kecurangan pada lembaga dimana ia bekerja. Fraud memiliki sikap yang sama terhadap Badan Usaha apapun. Oleh karenanya Perusahaan membutuhkan peran audit internal terhadap pendeteksian dan pencegahan fraud yang mungkin dapat dilakukan oleh pegawai maupun manajemen.
Mengingat kasus fraud adalah kejadian yang luar biasa, penanganan tindak kecurangan merupakan pengalaman yang langka, dan hanya dimiliki oleh segelintir auditor. Auditor yang dipilih pun biasanya adalah mereka yang sedikit “bernyali” (berani dan tegas), disamping tergolong cerdas dan berpengalaman. Tindak kecurangan bukanlah kasus sembarangan dan bukan pula kejadian yang kebetulan. Hanya audit internal yang dijalankan dengan penuh kewaspadaan yang mampu menangkal kejadian tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul: “Pengaruh Audit Internal terhadap Pedeteksian dan Pencegahan Fraud (Kecurangan Akuntansi) (Suatu Studi pada PT. KTM)”. Audit Alvin A. Arens (2008: p.3) mendefinisikan pengertian audit sebagai berikut: “Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.” Audit Internal Menurut The IIAdalam InternationalJournalfromGriffith University and Deakin University (2008: p.5) definisi audit internal yaitu: “Internal auditing is an independent, objective assurance, and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.” Dari definisi di atas dijelaskan bahwa “auditinternal merupakan jaminan, independen, obyektif, dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan proses governance.” Fraud Adapun pengertian fraud menurut Pusdiklatwas BPKP (2008: p.11) adalah sebagai berikut: “Dalam istilah sehari-hari, fraud dimaknai sebagai ketidakjujuran. Dalam terminologi awam fraud lebih ditekankan pada aktivitas penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan konsekuensi hukum, seperti penggelapan, pencurian dengan tipu muslihat, fraud pelaporan keuangan, korupsi, kolusi, nepotisme, penyuapan, penyalahgunaan wewenang, dan lain-lain.”
Kondisi Penyebab Fraud
Pressure
FRAUD TRIANG Opportunity
Rationalizatio n
Dari pernyataan di atas, jelas bahwa kondisi penyebab fraud diantaranya disebabkan oleh adanya tekanan, peluang, dan juga sikap rasionalisasi. Tekanan (pressure),yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan adalah menurunnya prospek keuangan Perusahaan. Peluang (opportunity), meskipun laporan keuangan semua Perusahaan mungkin saja menjadi sasaran manipulasi, risiko bagi Perusahaan yang berkecimpung dalam industry yang melibatkan pertimbangan dan estimasi yang signifikan jauh lebih besar. Rasionalisasi(rasionalization),sikap manajemen puncak terhadap pelaporan keuangan merupakan faktor risiko yang sangat penting dalam menilai kemungkinan laporan keuangan yang curang. Pencegahan Fraud Pencegahan fraud Pusdiklatwas BPKP (2008: p.37) merupakan upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (fraud triangle) yaitu: “ (1) Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat kecurangan. (2) Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu memenuhi kebutuhannya. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran atau rasionalisasi atas tindakan fraud yang dilakukan.” Pendeteksian Fraud Valery G. Kumaat (2011: p.156) menyatakan bahwa: “Mendeteksi fraud adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindak fraud, sekaligus mempersempit ruang gerak para pelaku fraud (yaitu ketika pelaku menyadari prakteknya telah diketahui, maka sudah terlambat untuk berkelit).” Peranan Audit Internal Terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Audit internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan Perusahaan yang telah ditentukan. Aktivitas audit internal dapat mencegah sekaligus mendeteksi fraud. Audit internal akan membantu mencegah fraud dengan memeriksa
dan mengevaluasi pengendalian internal yang mengurangi risiko fraud. Mereka akan membantu mendeteksi fraud dengan melaksanakan prosedur audit yang dapat mengungkapkan pelaporan keuangan yang curang serta penyalahgunaan aset. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam landasan teori, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. (Hamid, 2007: p.26). Secara skematis alur kerangka penelitian terdapat dalam Gmbar 2.2. Kerangka pemikiran tersebut adalah sebagai berikut:
Peranan Audit Internal (X) Hiro Tugiman (2009:73)
Pencegahan Fraud(Y1) Pusdiklatwas BPKP (2008:38) Pendeteksian Fraud(Y2) Valery G. Kumaat (2011:157)
METODE PENELITIAN Metodologi Kualitatif Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini termasuk dalam jenis data primer yaitu data kualitatif. Data kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh), sehingga kita tidak dapat mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, melainkan dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan. Purposive Sampling Sampel di dalam penelitian kualitatif disebut sampel teoritis. Karena pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi kasus, maka teknik sampling menggunakan non probability sampling dengan teknik pengambilan purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian, dimana pengambilan sampel dengan mengambil sampel orang-orang yang dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu. (Djarwantodan Pangestu Subagyo: 2006, p.23). Pengumpulan Data Menggunakan Kuesioner Melakukan tanya jawab dengan pihak terkait untuk mendapatkan informasi dan datadata yang dibutuhkan dengan metode Pengumpulan Data Menggunakan Kuesioner. Kuesioner bisa disebut sebagai metode riset ataupun metode pengumpulan data. Jadi kuesioner adalah metode pengumpulan data atau riset untuk memahami sikap dan
perilaku khalayak. Biasanya terdiri dari 5 s/d 10 orang yang secara bersamaan dikumpulkan, diwawancarai, dengan dipandu oleh moderator. (Kriyantono: 2006, p.116). Teknik Penilaian Level Tingkat Kecurangan Akuntansi Nilai absolut yang merupakan nilai model frauddapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.2: Nilai Absolut Model Fraud Nilai Rasio Keterangan 0
Not Existence
1
Initial
2
Repeatable
3
Defined
4
Measurable
5
Optimized
Sedangkan skala pembulatan indeks bagi pemetaan ke tingkat model fraudterdapat pada tabel berikut ini: Tabel 2.3: Skala Pembulatan Indeks Skala Rasio Pembulatan
Tingkat Model Maturity
4,51 – 5,00
5 - Optimized
3,51 – 4,50
4 – Measurable
2,51 – 3,50
3 – Defined
1,51 – 2,50
2 – Repeatable
0,51 – 1,50
1 – Initial
0,00 – 0,50
0 – Not Existence
Skala Rasio 0 – Not Existence Tidak terdeteksi adanya fraud karena Perusahaan telah mengotomatisasi semua proses bisnis secara valid, pengawasan internal yang significant dan telah mengikuti standard yang telah mencapai tingkat best practices (standar mutu terbaik) karena adanya peningkatan secara terus-menerus dan adanya perbandingan dengan perusahaan lainnya. Teknologi informasi digunakan dalam menjalankan workflow. Menyediakan tools pendukung efektivitas dan kualitas proses yang mendorong adaptasi perusahaan terhadap adanya gejala-gejala fraud.
Skala Rasio 1 - Initial Terdapat gejala fraud yang mulai terinisialisasi, tetapi masih dapat dimonitor dan diukur/dievaluasi dengan baik mengenai sejauh mana tingkat gejala fraud yang terdeteksi pada saat dilakukan audit internal, serta mampu mengambil tindakan yang diperlukan jika proses yang ada nampak tidak bekerja sebagaimana mestinya. Berbagai alat dan sistem yang terotomatisasi mulai digunakan walaupun masih terbatas.
Skala Rasio 2 - Repeatable GejalaFraud telah terinisalisasi secara berulang untuk selanjutnya. Kemudian proses pemeriksaan didokumentasikan dan dikomunikasikan, serta dilaksanakan berdasarkan metode pengembangan audit
internal yang baik, namun belum ada proses evaluasi terhadap system pemeriksaan tersebut, sehingga masih ada kemungkinan terjadinya penyimpangan.
Skala Rasio 3 - Defined Fraud telah terdeteksi tetapi pembuktian kecurangan masih dalam proses mengikuti pola yang teratur. Perusahaan telah menetapkan prosedur untuk dipatuhi oleh karyawan, namun belum dikomunikasikan dan belum adanya pemberian latihan formal kepada setiap karyawan mengenai prosedur, dan tanggung jawab diberikan sepenuhnya kepada individu sehingga pemberian kepercayaan sepenuhnya kemungkinan dapat terjadi penyalahgunaan.
Skala Rasio 4 –Measurable Fraud telah terjadi tetapi masih dapta terukur dan dicegah. Perusahaan tidak menyadari pentingnya membuat perencanaan strategis di bidang pengawasan internal, bahkan belum dapat menilai isu apa saja yang perlu dipertimbangkan. Dalam skala ini penting untuk dilakukan evaluasi pengendalian dan dijadikan sebagai temuan yang penting.
Skala Rasio 5 - Optimized Fraud sudah terjadi proses bersifat ad-hoc dan tidak terorganisir. Tidak ada proses yang baku (telah distandarkan); perencanaan, perancangan, dan manajemen masih belum terorganisir dengan baik, melainkan proses informal yang cenderung diterapkan secara individu dalam kasus per kasus secara umum (masih bersifat reaktif/sesuai dengan kebutuhan mendadak). Dalam skala ini sangat diperlukan tindakan audit investigasi dan optimasi tingkat pengawasan baik internal & eksternal.
HASIL DAN BAHASAN analisis data ini mencakup tentang pengukuran seberapa besar pengaruh Audit Internal terhadap kecurangan akuntansi (fraud)di PT. KTM. Data yang didapat merupakan hasil wawancara menggunakan kuesioner maupun dokumen-dokumen terkait. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan 63 Fraud Identification untuk pendeteksian dan pencegahan sebagai berikut : Tabel 4.8: Daftar Rincian Total Pertanyaan Riset Tentang Control Process Audit Internal DalamIdentifikasiFraud Kode Daftar Pertanyaan Jumlah Pertanyaan IA1 Kecurangan Karyawan 9 IA2 Kualitas Prosedur Pengendalian Internal 32 IA3 Lingkungan Etika Perusahaan 6 IA4 Persepsi Keadilan Organisasional 11 IA5 Pelatihan Manajemen Risiko 1 IA6 Internal Audit 1 IA7 Information Asset Security 3 Total Pertanyaan Riset 63
Dengan menggunakan skala rasio pembulatan indeks diperoleh level tingkat kecurangan akuntansidari setiap proses pengendalianyang ada di dalam audit internal terdapat pada tabel berikut ini : Tabel 4.9 : Indeks Nilai Rasio (Berdasarkan Pengumpulan Data Menggunakan Kuesioner) Proses Penilaian Audit Internal Level IA1 Kecurangan Karyawan 0,97 IA2 Kualitas Prosedur Pengendalian Internal 1,02 IA3 Lingkungan Etika Perusahaan 0,07 IA4 Persepsi Keadilan Organisasional 1,11 IA5 Pelatihan Manajemen Risiko 0,10 IA6 Internal Audit 0,05 IA7 Information Asset Security 0,25 Rata-rata 0,51 Pembulatan 1(Initial)
Gap Analysis Tingkat Kecurangan Akuntansi Dari hasil rata-rata masing-masing tingkat kecurangan akuntansi saat ini (as-is) perlu diturunkan ke level yang lebih baik yakni level 0 (not existence) sebagai level yang harus dicapai (to-be). Tingkat kecurangan akuntansi mengindikasikan secara rata-rata nampak pada tingkat gejala yang mulai terinisialisasi dengan level kecurangan1 (initial) yakni Terdapat gejala fraud yang mulai terinisialisasi, tetapi masih dapat dimonitor dan diukur/dievaluasi dengan baik mengenai sejauh mana tingkat gejala fraud yang terdeteksipada saat dilakukan audit internal, serta mampu mengambil tindakan yang diperlukan jika proses yang ada nampak tidak bekerja sebagaimana mestinya. Sehingga perlu penurunan ke level 0 (not existence) dimana tidak terdeteksi adanya fraud karena Perusahaan telah mengotomatisasi semua proses bisnis secara valid, pengawasan internal yang significant dan telah mengikuti standard yang telah mencapai tingkat best practices (standar mutu terbaik) karena adanya peningkatan secara terus-menerus dan adanya perbandingan dengan perusahaan lainnya. Tabel 4.10 menjelaskan mengenai perbandingan perolehan level kecurangan akuntansisaat ini dengan target yang ditetapkan oleh pihak manajemen serta menggambarkan posisi pengelolaan audit internal yang ada pada PT. KTM dalam nilai rasio. Gap = Tabel 4.10: Perbandingan Tingkat Kecurangan Akuntansipada Audit InternalAntara Kondisi Saat Ini (As Is) Dengan Target Yang Dicanangkan (To Be) Tingkat Kecurangan Akuntansi No. Audit Internal Gap Saat Ini Akan Datang (As Is) (To Be) IA1 Kecurangan Karyawan 0,97 0,50 0,47 IA2 Kualitas Prosedur Pengendalian Internal 1,02 0,50 0,52 IA3 Lingkungan Etika Perusahaan 0,07 0,00 0,07 IA4 Persepsi Keadilan Organisasional 1,11 0,50 0,61 IA5 Pelatihan Manajemen Risiko 0,10 0,00 0,10 IA6 Internal Audit 0,05 0,00 0,05 IA7 Information Asset Security 0,25 0,00 0,25 Rata-rata 0,51 0,21 0,30 Kemudian dari hasil perbandingan di atas, secara keseluruhan digambarkan pada jaring laba-laba gap tingkat fraud di bawah ini :
Penyusunan hasil audit internal dengan jaring laba-laba, berdasarkan hasil nilai rasio tingkat kecurangan akuntansi dan target penurunan fraud yang telah ditetapkan pada tujuan bisnis dan tujuan audit internal. Jaring Laba-laba yang menggambarkan nilai Fraud Level. Jaring Laba-laba (Diagram Radar) di atas menggambarkan seberapa besar tingkat fraud saat ini (as is) dibandingkan dengan dasar target yang dicanangkan dari Perusahaan dalam hal menurunnya tingkat fraud di masa yang akan datang (to be).Digambarkan dalam 3 titik pada warna yang berbeda agar mudah membedakan antara as is, tobe, dan gapdengan analisa sebagai berikut : • Titik biru menggambarkan tingkat fraud saat ini (as is).Komite Audit Internal Perusahaan telah melakukan penilaian dimana posisi tingkat fraud tersebut pada analisa saat ini. Dari diagram radar terlihat bahwa berdasarkan perhitungan pengumpulan data menggunakan kuesioner masing-masing control process yang dinilai sekarang memiliki posisi yang berbeda-beda. • Titik orange menggambarkan target tingkat fraud yang akan datang(to be).Karena merupakan target perusahaan dalam audit internal, melihat bahwa pada dasarnya saat ini Perusahaan telah mempunyai target yang dicanangkan terhadap kondisi tingkat kecurangan akuntansi. menggambarkan kesenjangan (gap). Jelas terlihat bahwa terdapat suatu • Titik abu-abu kesenjangan (gap)yang cukup besar antara kecilnya tingkat fraud yang diinginkan dengan keadaannya saat ini, sehingga manajemen PT. KTM harus menjalankan langkah-langkah tertentu agar misi pencapaian hilangnya fraud yang diinginkan dapat terpenuhi. Pada dasarnya langkah yang harus diambil adalah tergantung dari besarnya gap yang terjadi pada hasil yang telah digambarkan dalam jaring laba-laba tersebut. Terlihat bahwa diantara 7 controll process audit yang telah dinilai masingmasing mempunyai gap, dan tentunya besar kesenjangan tersebut berbeda-beda. PT. KTM harus melakukan langkah-langkah tertentu di dalam audit internal terutama pada bagian Persepsi Keadilan Organisasional (IA4) yang mempunyai gappaling besar yaitu 0,61. Kualitas Prosedur Pengendalian Internal (IA2) mempunyai gap cukup serius yaitu 0,52 dan Kecurangan Karyawan (IA1) mempunyai gap sebesar 0,47. Ini menjadi suatu evaluasi untuk Manajemen PT. KTM agar di masa yang akan datang, bahwa Persepsi Keadilan Organisasional bisa mencapai angka minimum dari tingkat fraud yang sudah ditargetkan yaitu 0,50 dalam rangka menuju tingkat fraud menurun bahkan hingga 0,00.
Gambar 4.2: Gap Analysis
Gap Analysis IA1 Kecurangan Karyawan Berdasarkan hasil perbandingan tingkat kecurangan akuntansipada Audit Internalantara kondisi saat ini (as is) 0,97 dengan target yang dicanangkan (to be) 0,50 terdapat kesenjangan (gap) sebesar 0,47 yang artinya perlu ditingkatkannya pengawasan terhadap kinerja karyawan dan lebih mengantisipasi karyawan yang ingin berbuat fraud.
Gap Analysis IA2 Kualitas Prosedur Pengendalian Internal
Berdasarkan hasil perbandingan tingkat kecurangan akuntansipada Audit Internalantara kondisi saat ini (as is) 1,02 dengan target yang dicanangkan (to be) 0,50terdapat kesenjangan (gap) sebesar 0,52 yang artinya perlu ditingkatkannyakualitas prosedur terhadap pengendalian internal guna mencapai target yang ditetapkan oleh pihak manajemen.
Gap Analysis IA3 Lingkungan Etika Perusahaan Berdasarkan hasil perbandingan tingkat kecurangan akuntansipada Audit Internalantara kondisi saat ini (as is) 0,07 dengan target yang dicanangkan (to be) 0,00 terdapat kesenjangan (gap) sebesar 0,07 yang artinya masih perlu dilakukan pengawasan yang lebih disiplin dan pengevaluasian terhadap lingkungan etika di perusahaan.
Gap Analysis IA4 Persepsi Keadilan Organisasional Berdasarkan hasil perbandingan tingkat kecurangan akuntansipada Audit Internalantara kondisi saat ini (as is) 1,11 dengan target yang dicanangkan (to be) 0,50 terdapat kesenjangan (gap) paling besar diantara control process audit lainnya yaitu sebesar 0,61 yang artinya sangat perlu dilakukan tinjauan dan pengendalian terhadap persepsi keadilan organisasional.
Gap Analysis IA5 Pelatihan Manajemen Risiko Berdasarkan hasil perbandingan tingkat kecurangan akuntansipada Audit Internalantara kondisi saat ini (as is) 0,10 dengan target yang dicanangkan (to be) 0,00 terdapat kesenjangan (gap) sebesar 0,10 yang artinya perlu sedikit lagi untuk mencapai target not existence dengan terus ditingkatkannya keluasan tentang pelatihan formal yang dilakukan pegawai pada prosedur manajemen risiko.
Gap Analysis IA6 Internal Audit Berdasarkan hasil perbandingan tingkat kecurangan akuntansipada Audit Internalantara kondisi saat ini (as is) 0,05 dengan target yang dicanangkan (to be) 0,00 terdapat kesenjangan (gap) sebesar 0,05 yang artinya perlu sedikit lagi untuk mencapai target not existence dengan terus ditingkatkannya keluasan pada organisasi perusahaan, pada tahun financial yang lalu dalam melakukan aktivitas internal audit.
Gap Analysis IA7 Information Asset Security Berdasarkan hasil perbandingan tingkat kecurangan akuntansipada Audit Internalantara kondisi saat ini (as is) 0,25 dengan target yang dicanangkan (to be)0,00 terdapat kesenjangan (gap) sebesar 0,25 yang artinya masih perlu dilakukan pengawasan, evaluasi, & pengendalian terhadap Information Asset Securityyang mendominasi terhadap penyalahgunaan informasi, aset, maupun penggunaan komputer dan teknologi informasi lainnya secara tidak tepat.
Perhitungan Control Process Audit Internal IA1 Kecurangan Karyawan Hasil Perhitungan (Metode Average) : IA1 Kecurangan Karyawan IA1 – Pertanyaan Riset 1 IA1 – Pertanyaan Riset 2 IA1 – Pertanyaan Riset 3 IA1 – Pertanyaan Riset 4 IA1 – Pertanyaan Riset 5 IA1 – Pertanyaan Riset 6 IA1 – Pertanyaan Riset 7 IA1 – Pertanyaan Riset 8 IA1 – Pertanyaan Riset 9 Total
Nilai Rasio Berdasarkan Kuesioner 0,15 1,50 0,45 0,30 2,25 0,50 0,50 0,75 2,35 8,75
Level Tingkat Fraud
= = =
0,97
SIMPULAN DAN SARAN Hasil dari penelitian ini adalah: a. Auditor Internal membantu manajemen dalam mendeteksi dan mencegah fraud di PT. KTM yakni dengan aktif dalam mengontrol dan mengawasi apa yang sedang berjalan di perusahaan. Salah satu yang paling riskan yang harus dikontrol adalah bagian keuangan dan bagian IT. Kemudian disesuaikan dengan rencana strategis target Perusahaan dalam mencegah fraud. b. Terdapat 63 Control Process Audit Internal yang terpetakan untuk studi kasus pengendalian fraud di PT. KTM. c. Analisis atas Pendeteksian dan pencegahan fraud dengan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner didapatkan 7 (tujuh) proses penilaian audit internal yang berada pada level tingkat fraud sebesar rata-rata 0,51 yaitu level initial yang terdiri dari 3 (tiga) proses yang masih berada pada level 1 - initial, dan 4 (empat) proses yang sudah berada pada level 0 - not existence. Level Initial mempunyai arti seperti yang sudah dijelaskan di BAB 2 bahwa level tersebut terdapat gejala fraud yang mulai terinisialisasi, tetapi masih dapat dimonitor dan diukur/dievaluasi dengan baik mengenai sejauh mana tingkat gejala fraud yang terdeteksi pada saat dilakukan audit internal, serta mampu mengambil tindakan yang diperlukan jika proses yang ada nampak tidak bekerja sebagaimana mestinya. Berbagai alat dan sistem yang terotomatisasi mulai digunakan walaupun masih terbatas. Kemudian level not exixtence berarti bahwa tidak terdeteksi adanya fraud karena Perusahaan telah mengotomatisasi semua proses bisnis secara valid, pengawasan internal yang significant dan telah mengikuti standard yang telah mencapai tingkat best practices (standar mutu terbaik) karena adanya peningkatan secara terus-menerus dan adanya perbandingan dengan perusahaan lainnya. Teknologi informasi digunakan dalam menjalankan workflow. Menyediakan tools pendukung efektivitas dan kualitas proses yang mendorong adaptasi perusahaan terhadap adanya gejala-gejala fraud. d. Audit internal berpengaruh terhadap pendeteksian dan pencegahan fraud sebagaimana ditunjukan Nilai rasio tingkat fraud pada as is sebesar 0,51 terhadap nilai rasio tingkat fraud pada to be berdasarkan target penurunan fraud yang dicanangkan PT. KTM sebesar 0,21. Hal ini diartikan bahwa masih terdapat gap analysis nilai rasio sebesar 0,31 yang harus diturunkan. e. Dari secara keseluruhan rata-rata nilai rasio atau level tingkat fraud yang dihasilkan menunjukkan bahwa kondisi tingkat fraud PT. KTM berada pada level 1 – initial. Saran dari penelitian ini : a. Dalam penerimaan pegawai seleksi pegawai secara ketat dengan cara menguji dari kemampuan, kejujuran, latar belakang, dan lain sebagainya. Lebih baik lagi bekerjasama dengan perguruan tinggi yang handal. b. Tingkatkan kompetensi (ilmu pengetahuan, skill dll) pegawai dalam melakukan pelatihan dan pendidikan. Hal ini akan membuat pencegahan dan pendeteksian fraud semakin efektif. c. Tingkatkan kesejahteraan agar para pegawai tidak merasa dimanfaatkan tenaga dan keterampilannya saja, hal ini bisa menghindari tindakan fraud yang mungkin dilakukan pegawai. d. Manfaatkan masjid atau tempat ibadah yang dimiliki dengan diadakannya pembinaan rohani agar lebih memperdalam pengetahuan agama para pegawai, sehinga menjauhkan mereka dari tindakan untuk melakukan fraud. e. Pelihara iklim transparansi atau keterbukaan dalam sistem keuangan dan akuntansi perusahaan. Hal ini akan menciptakan suasana kerja yang positif karena semua keluhan dan harapan dari para pegawai dapat dikelola dengan baik.
REFERENSI Arens, Alvin A. (2008). Auditing dan Jasa Assurance. Edisi Keduabelas. Jakarta: Erlangga.
Asiah, Nur. (2012). Pengaruh Penerapan Whistleblowing System terhadap Pencegahan Fraud. Tidak dipublikasikan. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. (2008). Fraud Auditing. Edisi Kelima. Bogor: Pusdiklatwas BPKP. Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif.Jakarta: Rineka Cipta. Bayangkara, IBK. (2011). Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi (Management Audit). Jakarta: Salemba Empat. Blay, Allen D. et All. (2007). The Effects of Fraud and Going-concern Risk on Auditor’s Assessments of The Risk of Material Misstatement and Resulting Audit Procedures. USA: International Journal of Auditing 11 (1090-6738): 1-15. Djarwanto dan Subagyo, Pangestu. (2006). Statistik Induktif. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Jaffar, Nahariah. (2009). Fraud Detection: The Moderating Role of Fraud Riskd Level. Multimedia: Journal of Business Public Affairs. 01 (1934-7219): 1-15. Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik PraktisRiset Komunikasi. Jakarta:PT Kencana Prenada Media Group. Kumaat, Valery G. (2011). Internal Audit. Jakarta: Erlangga. Mackevisius, Jonas dan Kazlauskiene, Laimute. (2009). The Fraud Tree and Its Investigation In Audit. Lithuania: Ekonomika. 85 (1392-1258): 1-12. Prasetyo, Andrian Budi. (2010). Kualitas Prosedur Pengendalian Internal: Antecedents dan Pengaruh Moderating Pada KeadilanOrganisational dan kecurangan Pegawai. Jurnal Penelitian Skripsi, diakses 10 April 2014 dari http://eprints.undip.ac.id/26648/1/Jurnal.pdf Sekaran, Uma. (2010). Research Method for Business. (4th ed.). John Wiley and Sons, Inc, USA. The Institute of Internal Auditors (IIA). (2009). Internal Auditing and Fraud. IPPF. Tugiman, Hiro. (2009). Standar Profesional Audit Internal. Jakarta: Kanisius Tunggal, Amin Widjaja. (2012). The fraud Audit Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan Akuntansi. Jakarta: Harvarindo. Witjaksono, Armanto. (2012). Faktor-faktor Terjadinya Fraud Dalam Bisnis. Bisnis dan Industri: Jurnal GICI. 2 (1): 1-15.
RIWAYAT PENULIS Airin Nisa Aldiani lahir di kota Jakarta pada 19 September 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2014.