PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP OPERASI PENJUALAN PERUSAHAAN (Suatu Studi Pada PT INTI Bandung)
SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh DIARY DEMARIO SILITONGA NRP : 104020384
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2013
PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP OPERASI PENJUALAN PERUSAHAAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung, 16 Januari 2013 Mengetahui, Pembimbing,
Prof. Dr. H. Tb.Hasanuddin, MSc., CPA
Dekan,
Dr. H. R Abdul Maqin,SE., MP
Ketua Program Studi Akuntansi
Dr.H. Sasa S. Suratman, SE.,MSc.,
ABSTRAK Operasi penjualan merupakan unsur yang memegang peranan penting bagi perusahaan, karena dari aktivitas inilah perusahaan memperoleh pendapatan yang akan digunakan sebagai sumber biaya bagi kelangsungan hidup perusahaan. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, tentu saja aktivitas operasi penjualan pun akan semakin memegang peranan penting. Oleh karena itu, manajemen perlu pengendalian internal yang baik terhadap aktivitas penjualan dan agar pelaksanaan tersebut dilakukan secara efektif dan efisien serta tercapainya tujuan perusahaan. Agar pengendalian internal tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan manajemen maka pengendalian internal yang dilaksanakan perlu diawasi, dinilai dan dievaluasi oleh suatu bagian yang independent dari kegiatan operasional perusahaan, Bagian independent yang dimaksud adalah bagian audit internal, yang bertugas membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif. Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui sejauh man “pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan perusahaan”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari seberapa besar pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan pada PT.INTI Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan ssurvey. Penelitian ini terdiri dari dua variable, dimana variable independent (audit internal) dan variable dependent (operasi penjualan). Dari pengujian statistic, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata audit internal 62 terletak diantara 52-63 yang dirancang untuk kriteria baik dan pada operasi penjualan sebesar 81 terletak diantara nilai 78-100 yang dirancang untuk kriteria sangat baik. Dalam pengujian hipotesis penulis menggunakan rank spearman dimana hasil rs adalah 0,439 dan untuk menghitung hipotesis digunakan distribusi t hitung dimana tingkat signifikan hitung sebesar 1,693 sedangkan tingkat signifikan sebesar 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil perhitungan koefisiensi sebesar 19,3% yang berarti bahwa pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan yaitu sebesar 19,3%. Sebaliknya dipengaruhi oleh factor lain sebesar 80,7% di luar variable yang diteliti seperti SPI, baliho, dan lain-lain.
Kata Kunci : Audit Internal, Operasi Penjualan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan
rahmat-Nya
kepada
penulis,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagaiman yang diharapkan. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan sidang pada program studi Akuntansi Universitas Pasundan yang berjudul “Pengaruh Audit Internal Terhadap Operasi Penjualan Perusahaan” Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak sekali kekurangannya, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemapuan yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya masukanmasukan guna menambah pengetahuan penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Prof. Dr. H. Tb. Hasanuddin, MSc., CPA, yang telah banyak membantu penulis dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi. Dalam penulisan skripsi ini banyak sekali hambatan yang penulis dapati, tetapi dengan kesungguhan hati, bimbingan, serta dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. H. Edi Jusuf,Sp.,Msi,M.Kom Rektor Universitas Pasundan
2. Dr. R. H Abdul Maqin.,SE.Mp dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. 3. Dr. H. Sasa S. Suratman, SE.,MSc , Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan 4. Dr. H. Jaja Suteja SE., MSi, pembantu dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan 5. Dr. Atang Hermawan SE., MSi, Ak, selaku pembantu dekan II Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan 6. Bapak Sadikun Citra Rukmana SE.,MM pembantu dekan III Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. 7. Bapak Dadan Soekardan SE.,Msi, Sekretaris Program Studi Akuntansi dan Staf Pengajar Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan 8. Dr. Atang Hermawan SE., Msi, Ak Dosen Wali selama penulis kuliah di Unpas 9. Seluruh Staf Pengajar dan Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada pratikan selama megikuti perkuliahan 10. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan 11. Bapak Kosim teria kasih banyak atas segala bantuan dan nasehatnya 12. Bapak Yulizar pimpinan SPI dan Bapak Kasnanta Suwita sebagai Kepala urusan diklat di PT.INTI Bandung
13. Seluruh keluarga besarku,Kakak-kakak dan Abang-abangku, Olin, Udho, Uli, K.Oti, Bang Ucok, Ka.eni, Lae Joshua, Lae Timoti, dan Bang Joni terima kasih atas dukungan dan doanya, 14. Buat
saudara-saudaraku,
Nangboru,
Mangboru
gang
lika,Tulang-
Nangtulang priska,Tulang-Nangtulan vanessa, Amang Tua-Inang tua Ambon dan Serbelawan, Terima Kasih dukungan dan doanya 15. Buat saudaraku, Kiki, Bang Sintong, Kak Nely yang mau merid 16. Buat teman-teman mainkuku Kardo,Nesken,Irwan, Michael 17. Buat temen-temen dan atasanku kantorku yang dulu dan yang sekarang, Bu Valy, Mira, Irfala, Nurika,Bu Rose, Pa Robi, Didin, Pa deddy, Pa Irwan, Pa Amin, Pa Budi atasan ku sekarang terima kasih pa suport dan waktunya yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini 18. Teman-teman gereja dan gembala sidangku di GKPB Subang dan GBI Glow Bandung; Om Anis , Bu Rin2, Yudhi, Astrid, Memen, Xtin, hendra, rahman, K.Yance, Pa Herlan, Bu Uci, Pa Sim, K.Darius,Ko Oscar, Yohana, Inggrid, Yere, Arein, Deby, Ko David, Ci Fenty, Ci Mimi, Bung, Gusti,dll . Terima kasih atas semua dukungan dan kebersamaanya 19. Temen-temen seperjuangan kuliah saya, Khaled, Jon, Yopy, Kusno, Andri, Baban, Eggy Munajad, dll 20. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung. Semoga Tuhan melimpahkan berkat dan balasan yang berlipat ganda.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semmua pihak dan semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat-Nya ke pada kita semua.
Bandung, 15 Januari 2013 Penulis,
Diary Demario
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ………………………………………………………………………
I
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………………….. ii LEMBAR PERNYATAAN …………………….………………………………………
iii
ABSTRAK .......................................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….……. v DAFTAR ISI .…………………………………………………...…………………… ix DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRA……..…………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ……………………………………… .............. 1 1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………………… ........... 5 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………..……………….. 5 1.4 Kegunaan Penelitian …………………………………………… ............... 6
BAB II
1.4.1
Kegunaan Praktisi ………………………………………………. 6
1.4.2
Kegunaan Teoritis ……………………………………................. 8
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka …………………………………………........................... 9 2.1.1 Akuntansi ………………………………………………………… 9 2.2.2 Proses Akuntansi ………………………………………................. 10 2.2 Audit Internal …………………………………………………… .............. 10 2.2.1 Pengertian Audit Internal .... …………………………………........... 10 2.2.2 Tujuan Audit Internal ………………………………… ..................... 12 2.2.3 Ruang lingkup Audit Intrnal ……………………………................... 13 2.2.4 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal ............................... 14
2.2.5 Kualifikasi Auditor Internal ............................................................. 15 2.2.5.1 Independensi
15
2.2.5.2 Kompetensi ......................................................................... 17 2.2.6 Program Audit Internal ..................................................................... 18 2.2.7 Laporan Hasil Audit Internal ……………………………………… 19 2.28 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Audit Internal ……………… ........ 22 2.3 Operasi Penjualan ……………………………………………… ............... 23 2.3.1 Pengertian Operasi Penjualan ……………………………… .......... 23 2.3.2 Konsep Penjualan ……………………………………… ................ 26 2.3.3 Ruang Lingkup Operasi Penjualan ……………………………… 28 2.3.4 Organisasi Kegiatan Penjualan ………………………………….. 29 2.3.5 Kebijakan dan Prosedur Operasi Penjualan ………………………. 30 2.4 Audit Internal Operasi Penjualan ……………………………………….. 31 2.5 Hubungan Audit Internal Terhadap Operasi Penjualan Perusahaan………32 2.6 Peneliti Dahulu yang Relevan …………………………………………
33
2.7 Kerangka Pemikiran ……………………………………………………… 34 2.8 Paradigma Penelitian …………………………………………………… 38 2.9 Hipotesis ………………………………………………………………….. 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ………………………… ..................... 40 3.1.1 Unit Penelitian ………………………………………… .................... 40 3.1.2 Metode Penelitian ………………………………………… ............... 40 3.1.3 Model Penelitian …………………………………………................. 41
3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel ……………….. ............... 42 3.2.1 Definisi Variabel Penelitian …………………………… ................... 42 3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................ 43 3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 46 3.3.1 Populasi ........................................................................................... 46 3.3.2 Sampel ............................................................................................ 46 3.3.3 Teknik Sampling .............................................................................. 47 3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 47 3.5 Metode Analisis Yang Digunakan ............................................................ 48 3.5.1 Analisis Data ................................................................................... 48 3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................. 49 3.6.1 Pengujian Validasi dan Reabilitas Instrumen ..................................... 54 3.6.2 Analisis Data ................................................................................... 56 3.7 Rencana Uji Hipotesis ............................................................................. 57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 63 4.1.1 Gambaran Umum PT.INTI ............................................................ 63 4.1.1.1 Sejarah Singkat PT.INTI .................................................. 63 4.1.1.2 Visi Misi dan Tujuan Perusahaan ...................................... 64 4.1.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ............................... 69 4.1.2 Audit Internal Pada PT.INTI ......................................................... 73 4.1.3 Operasi Penjualan pada PT.INTI .................................................. 76
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 80 4.2.1 Analisis Fungsi Audit Internal pada PT.INTI ............................... 80 4.2.2 Analisis Operasi Penjualan Pada PT.INTI ..................................... 81 4.2.3 Uji Validitas ................................................................................ 83 4.2.4 Uji Reliabilitas ............................................................................. 84 4.3 Analisis Audit Internal Terhadap Operasi Penjualan ................................ 85 4.4 Pengujian Hipotesis ................................................................................ 87
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan .................................................................................................. 89 5.2 Saran ......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................93 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Peneliti Terdahulu ………………………………………………..
32
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel X (Variabel Independen …………………….
42
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Y ( Variabel Dependen) …………….…...
44
Tabel 3.3 Skor Penilaian Kuesioner …………………………………………….
50
Tabel 3.4 Pedoman Untuk Menentukan Interpretasi Koefisien Korelasi…………
58
Tabel 4.1 Hasil Persentase Pernyataan Ruang Lingkup, Kualifikasi dan Program Audit Internal.. 72 Tabel 4.2 Hasil Persentase Pernyataan Konsep Penjualan ………………………...
74
Tabel 4.3 Hasil Persentase Pernyataan Ruang Lingkup Operasi Penjualan ……. ..
75
Tabel 4.4 Hasil Persentase Pernyataan Kebijakan dan Prosedur Operasi Penjualan … 77 Tabel 4.5 Skor Audit Internal …………………………………………………….
79
Tabel 4.6 Total Skor Operasi Penjualan …………………………………………
80
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Audit Internal dan Operasi Penjualan ……
81
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas dan Operasi Penjualan…………………….…..
82
Tabel 4.9 Analisis Korelasi Rank Spearman …………………………………..
83
Tabel 4.10 Pengujian Hipotesis …………………………………………
85
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian …………………………………………………… 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kartu Perkembangan Bimbingan Skripsi Lampiran 2 Surat Permohonan Survey dari Universitas Pasundan Lampiran 3 Nota Permohonan Survey Lampiran 4 Surat Tugas Bimbingan Skripsi Lampiran 5 Hasil Persentase Pernyataan Kuesioner (X) Lampiran 6 Hasil Persentase Pernyataan Kuesioner (Y) Lampiran 7 Analisis Korelasi Rank Spearman dan Pengujian Hipotesis Lampiran 8 Uji Validitas/Reliabilitas Audit Internal dan Operasi Penjualan Lampiran 9 Lampiran Output SPSS Lampiran 10 Reliability Statistics Lampiran 11 Tabel Perhitungan Kuesioner Lampiran 12 Kuesioner Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Tujuan didirikannya Badan Umum Milik Negara (BUMN) adalah untuk
menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat atau berbagai sumber daya alam seperti air, listrik, gas, minyak, dan tambang. Seiring perkembangan jaman, selain memberikan pelayanan kepada masyarakat, BUMN juga dijadikan alat untuk memperoleh keuntungan. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan
Mentri
Negara
BUMN
Republik
Indonesia
masa
jabatan
2009-
2014,Dr.Ir.Mustofa Abubakar, ketika ditanya apa yang dilakukan beliau dalam lima tahun kedepan. Beliau menjawab, “ Saya ingin meningkatkan laba BUMN” ( Majalah Investor, November 2009:34). Namun sayangnya banyak BUMN yang mengalami kerugian yang disebabkan oleh berbagai alasan, salah satunya adalah kurang profesionalnya manajemen BUMN. Hal ini mendorong terjadinya privatisasi pada BUMN, Privatisasi bertujuan meningkatkan produktivitas, profitabilitas, efisiensi, dan menekan beban BUMN.Privalisasi, yang didukung terbitnya undang-undang BUMN, diharapkan mampu merubah performa BUMN menjadi lebih profesional dengan mengedepankan keuntungan ekonomi. Meningkatkan laba tentu saja tidak semudah membalikan telapak tangan. Diperlukan proses yang panjang untuk memperoleh laba yang maksimal ditengah-tengah persaingan yang seakin ketat. Selain persaingan yang ketat, faktor lain yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan adalah ketidakpastian kondisi perekonomian Indonesia saat
ini, yang dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian global yang dimulai dari krisis keuangan Amerika Serikat pada tahun 2008. Krisis global yang terjadi di Amerika Serikat mengakibatkan bangkrutnya Lehman Brother dan Meryll Lynch. Setelah perekonomian dunia berangsur membaik, tiba-tiba dunia dikejutkan dengan lagi kasus gagal bayar obligasi Dubai World yang menjadi indikasi krisis global jilid dua. Hal ini membuktikan adanya ketidakpastian dunia bisnis yang seharusnya menjadi early warning bagi BUMN untuk berhati-hati dalam menjalankan aktivitas bisnis. Setiap perusahaan yang bersifat profit oriented bertujuan untuk memperoleh laba yang maksimal dalam menjalankan usahanya, sedangkan perusahaan menghadapi berbagai kendala seperti kelangkaan output berupa produk, daya, sarana dan prasarana sehingga tidak pernah ada alasan apapun yang membenarkan adanya inefisiensi dalam pengelolaan output tersebut. Dalam kenyataannya, seringkali tujuan perusahaan untuk mencapai penjualan maksimal tersebut terhambat oleh praktik-praktik kecurangan (fraud) yang terjadi didalam perusahaan. Dari sudut pandang akuntansi dan audit, kecurangan adalah penggambaran yang salah dari fakta material dalam buku besar atau laporan keuangan. Pernyataan yang salah dapat ditujukan pada organisasi itu sendiri dengan cara menutupi atau menyamarkan penggelapan uang, ketidakcakapan, penerapan dana yang salah atau pencurian atau penggunaan aktiva organisasi yang tidak tepat oleh petugas, pegawai dan
agen. The
Institute of Internal Auditor di Amerika mendefinisikan kecurangan mencakup suatu ketidakberesan dan tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Ia dapat dilakukan untuk manfaat dan atau kerugian organisasi oleh orang diluar atau dalam organisasi.
Penelitian ini menitikberatkan pada kecurangan yang dilakukan oleh pihak didalam perusahaan, baik itu karyawan maupun manajemen. Perusahaan kecil maupun perusahaan besar, milik negara atau daerah maupun swasta tidak kebal terhadap pencurian dan kecurangan. Akan tetapi, seringkali pemilik perusahaan-perusahaan yang tidak begitu besar tidak percaya bahwa hal itu bisa terjadi kepada mereka, padahal perusahaan tersebut juga rentan terhadap adanya praktik pencurian dan kecurangan. Perusahaan-perusahaan dengan skala yang tidak begitu besar biasanya mempunyai karyawan yang tidak terlalu banyak, sehingga masih kurang dalam hal pemisahan tugas, pengendalian akuntansi juga masih lemah dan biasanya ada kepercayaan yang besar dari pemilik kepada karyawannya. Orangorang yang melakukan kecurangan dalam perusahaan biasanya tidak tampak seperti seorang pencuri. Mereka biasanya adalah karyawan-karyawan lama yang telah memperoleh posisi dan kepercayaan. Bahkan, pada perusahaan dengan sistem dan prosedur yang baik sekalipun, praktik kecurangan ini bisa terjadi karena faktor-faktor manusiawi dimana setiap manusia pada kondisi tertentu berpotensi untuk berbuat menyimpang, disamping karena faktor-faktor yang berasal dari perusahaan itu sendiri. Aktivitas semua fungsi di perusahaan berpengaruh besar terhadap keberhasilan perusahaan dan salah satunya adalah fungsi penjualan. Fungsi penjualan merupakan fungsi yang dianggap sangat penting karena mempengaruhi berbagai jenis pelaksanaan pada bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. Siagian (2001:209) mengatakan bahwa jika diterima pendapat bahwa fungsi penjualan merupakan salah satu fungsi terpenting dalam kehidupan suatu perusahaan dan bahwa seluruh aspek kegiatan penjualan harus terselenggara dengan tingkat yang setinggi mungkin, berarti harus pula diterima pandangan bahwa audit fungsi penjualan wajar dan tepat dijadikan salah satu sasaran audit. Pada intinya dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan proses audit dengan menjadikan fungsi penjualan sebagai sasarannya
berorientasi pada pencarian dan penemuan fakta dan informasi tentang seluruh kegiatan penjualan. Informasi yang terungkap akan digunakan oleh manajemen puncak sebagai masukan untuk pengambilan keputusan, bukan hanya tentang penyelenggaraan fungsi penjualan di masa yang akan datang melainkan juga pada berbagai kegiatan lain yang terjadi karena dilakukannya pembelian tertentu. Kecurangan yang terjadi pada fungsi penjualan akan mengakibatkan perusahaan tidak bisa mencapai tujuan perusahaan dengan efektif dan efisien sehingga bisa merugikan perusahaan dalam jumlah besar. Contoh-contoh kecurangan yang mungkin dilakukan oleh bagian penjualan adalah tidak sesuainya uang kas, cek, giro yang diterima dan disetor dari pelanggan, terdapat penyimpangan
price list, dan discount yang diberikan kepada
pelanggan, adanya penyatuan tugas antara penjualan, pengiriman barang dan bagian penagihan . Kasus-kasus yang terungkap beberapa waktu ini, memperlihatkan bahwa sebagian besar kecurangan terjadi pada bagian penjualan dan penagiahan piutang Kasuskasus yang terungkap tersebut sebagian besar berasal dari proyek-proyek pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dimana terjadi over-invoice/over-price untuk manipulasi harga yang dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan pribadi bagi pihakpihak pelaksana transaksi. Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian serupa pernah dilakukan oleh Unggul Trudeau yang berjudul “Pengaruh Audit Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal Penjualan”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan asosiatif kausalitas dengan pendekatan survey. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode statistik simple regression.
Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH
AUDIT
INTERNAL
TERHADAP
OPERASI
PENJUALAN
PERUSAHAAN” (Studi kasus pada PT. INTI)
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimana pelaksanaan audit internal perusahaan. 2) Bagaimana pelaksanaan operasi penjualan perusahaan. 3) Seberapa besar pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan perusahaan.
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana pelaksanaan audit internal perusahaan. 2) Untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana pelaksanaan operasi penjualan perusahaan. 3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan perusahaan.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat,yaitu kegunaan praktis dan kegunaan teoritis
yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1.4.1
Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis, perusahaan,
maupun bagi pembaca pada umumnya. Adapun manfaat-manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1) Bagi penulis a. Merupakan sarana untuk menambah wawasan dan pengalaman mengenai praktik sehari-hari perusahaan, terutama dalam menilai keberadaan pengendalian internal perusahaan dan peran audit internal. b. Sebagai suatu sarana untuk menambah khasanah keilmuan,khususnya dalam menambah wawasan untuk menyikapi isu-isu terkini dalam pengembangan akuntansi itu sendiri. c. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan.
2) Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan saran yang membangun mengenai pentingnya keberadaan audit internal daam perusahaan sebagai penunjang terciptanya keefektifan operasi penjualan yang dilaksanakan perusahaan, serta membantu perusahaan dalam mengevaluasi kelebihan dan kekurangan
pengendalian internal penjualan, sehingga dapat sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan-kelemahan yang ada.
3) Bagi Pembaca Terutama mahasiswa diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang berharga mengenai audit intenal khususnya mengenai penjualan serta dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dijadikan sebagai titik tolak untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2
Kegunaan Teoritis Kegunaan secara teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
atau sumbangan terhadap ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu ekonomi khususnya akuntansi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Akuntansi Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya diterjemahkan ke dalam
bahasa indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut bahasa bisnis
2.1.2
Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi menurut menurut Mulyadi (2006; 1) adalah sebagai berikut: “Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya.”
Pernyataan diatas mengemukakan bahwa akuntansi sebagai informasi keuangan suatu organisasi, dimana dari laporan akuntansi tersebut bisa melihat posisi keuangan suatu organisasi beserta perubahan yang terjadi didalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan ukuran uang. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak manajer/ manajemen untuk membantu membuat keputusan suatu organisasi.
2.1.3
Proses Akuntansi Pada dasarnya proses akuntansi akan membuat output laporan rugi laba, laporan
perubahan modal, dan laporan neraca pada suatu perusahaan atau organisasi lainnya.Pada suatu laporan akuntansi harus mencantumkan nama perusahaan, nama laporan, dan tanggal penyusunan atau jangka waktu laporan tersebut untuk memudahkan orang lain memahaminya, Laporan dapat bersifat periodik dan ada juga yang bersifat suatu waktu tertentu.
2.2
Audit Internal Audit internal terdapat pada perusahaan relatif besar, dimana pimpinan perusahaan
membentuk banyak departemen, bagian, seksi atau satuan organisasi dalam menjalankan aktivitasnya. Bila perusahaan tediri beberapa departemen, maka pimpinan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada kepala unit-unit operasi tertentu.
2.2.1
Pengertian Audit Internal
Dengan adanya perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, audit internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep audit internal adalah karena bertambah luasnya ruang lingkup perusahaan. Semakin besar suatu organisasi, maka semakin luas pula rentang pengendalian yang dipikul pimpinan, sehingga manajemen harus menciptakan suatu pengendalian intern yang efektif untuk mencapai suatu pengelolaan yang optimal dengan mempertimbangkan manfaat dan biayanya. Karena keterbatasan manajemen dalam mengendalikan aktivitasnya itu, perusahaan memerlukan suatu alat pengendalian yang bersifat obyektif dan tidak memihak seperti audit internal yang akan membantu manajemen dalam menentukan apakah rencana rencana operasi, keuangan, kebijakan dan rencana organisasi tersebut. Pengertian audit internal menurut
Hiro Tugiman (2004;12-13) adalah sebagai
berikut: “Teori-teori dasar dan konsep-konsep audit telah menjawab bahwa keberdaan atau alasan diadakan suatu audit dalam organisasi adalah bahwa audit ditunjukan untuk memperbaiki kinerja. Suatu fungsi dapat berbentuk sebuah perusahaan divisi, departemen, seksi, unit bisnis, fungsi bisnis, proses bisnis, layanan informasi, sistem atau proyek. Jika tindakan audit berhasil dalam meningkatkan kinerja organisasi maka berarti menunjang kearah perbaikan kinerja secara keseluruhan”.
Sementara itu redevinisi internal auditing yang telah ditetapkan oleh IIA’s Board of Directors pada bulan juni 2004 adalah:
”Internal auditing is an independent objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organizations accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance process.”
Pengertian di atas mengemukakan bahwa audit internal adalah kegiatan memberi keyakinan dan konsultasi yang independen dan obyektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasional organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan peruses tata kelola perusahaan.
2.2.2 Tujuan Audit Internal Tujuan audit internal yang dikemukakan oleh The Institute of Internal Auditors dan dikutip oleh Boynton et al (2005;980) adalah sebagai berikut : “The objective of internal audit to provide guidance and related matters to the organization so as to assistance management in the dischange of its responsibilities for instaling and maintaining controls that to ensure organizational objective are achieved to this eng it furnishes them with analysis, appraisals, recommendation, consultation, and information concerning the activities reviewed”.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa audit internal membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan yang disiplin dan sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian, dan pengaturan proses serta pengelolaan organisasi. Pada dasarnya tujuan audit internal adalah membantu anggota organisasi lainnya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab secara efektif melalui analisis, penilaian, rekomendasi, konsultasi, dan peninjauan ulang atas informasi-informasi yang saling
berhubungan. Oleh karena itu, auditor internal harus memperhatikan semua tahapan dari setiap kegiatan operasi perusahaan dan catatan akuntansi atas kecurangan serta hal lainnya.
2.2.3
Ruang Lingkup Audit Internal Ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi ketepatan dan
efektivitas struktur pengendalian internal organisasi dan kualitas atau mutu pelaksanaan kerja dalam memikul tanggung jawab yang dibebankan Berikut ini ruang lingkup pekerjaan audit internal menurut Amin (2004:iii) “ 1. Meneliti dan menilai baik tidaknya penerapan pengendalian akuntansi, keuangan, dan cara-cara pengendalian lainnya, serta meningkatkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar. 2. Meyakinkan sejauh mana kebijakan, rencana-rencana, prosedur-prosedur yang telah ditetapkan untuk ditaati. 3. Memeriksa sejauh mana kekayaan perusahaan dapat dipertanggungjawabkan dan diamankan terhadap segala macam kerugian atau kehilangan. 4. Memeriksa sejauh mana management data yang telah dikembangkan di dalam perusahaan dapat diandalkan. 5. Menilai mutu hasil pekerjaan dalam melaksanakan tanggung jawab atau kewajiban yang diserahkan. 6. Mengajukan rekomendasi atau saran untuk meningkatkan efisiensi operasi”.
Ruang lingkup audit internal untuk menilai keefektifan system pengendalian intern, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab diberikan.”
Dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas audit internal tersebut dapat dikatakan bahwa audit internal mempunyai ruang lingkup pekerjaan yang berhubungan dengan aktivitas kepatuhan, pengujian, dan penilaian.
Menurut Hiro Tugiman (2004:44) aktivitas –aktivitas dalam ruang lingkup audit internal terdiri dari : “1. Aktivitas kepatuhan (compliance) dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan terhadap prosedur, rencana, kebijakan, dan prinsip akuntansi yang telah diterapkan oleh manajemen dan terhadap peraturan-peraturan pemerintah. 2. Aktivitas pengujian (verification) dilakukan untuk menguji keandalan data-data yang disajikan atau dihasilkan oleh tiap-tiap bagian perusahaan yang meliputi pengujian terhadap pengamanan harta perusahaan dari kemungkinan kerugian. 3. Aktivitas penilaian (evaluating) sangat erat kaitannya dengan kelayakan dan aktivitas pengendalian intern perusahaan seperti penilaian terhadap efisiensi operasi dan prosedur pencatatan serta penilaian terhadap pelaksanaan otorisasi dan tingkat kualifikasi hasil penugasan yang berkaitan satu sama lain.”
2.2.4
Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal Mengenai wewenang dan tanggung jawab audit internal, Konsersium Organisasi
Profesi Audit Internal (2004;81) menyebutkan bahwa Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam charter audit internal dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan Dewan Pengawas Organisai. Jadi dimaksudkan agar tujuan, kewenangan,dan tanggung jawab audit internal harus dinyatakan dalam dokumen tertulis secara formal.
Tanggung jawab auditor internal menurut Komite SPAP Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001;322) adalah sebagai berikut : “Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan data analisis dan evaluasi, memberi keyakinan dan rekomendasi, dan menginformasikan kepada manajemen satuan usaha dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara dengan wewenang dan tanggung jawab tersebut. audit internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya”
2.2.5
Kualifikasi Auditor Internal Kualifikasi audit menurut Suraida (2005:190) adalah : “Keahlian professional yang dimiliki oleh auditor adalah independensi dan kompetensi, hal mana sangat diperlukan dan penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya”
Kompetensi auditor juga tidak didapat begitu saja tapi melalui beberapa proses dimulai dimulai dari pendidikan di perguruan tinggi sampai pada pendidikan professional.
2.2.5.1 Independensi Independensi dalam pemeriksaan diartikan dengan memberikan pendapat yang tidak memihak dalam melaksanakan pemeriksaan, dan tidak memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang diperiksanya. Hal ini dikemukakan oleh Hiro Tugiman (2004, 20) sebagai berikut: “Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana sangat diperlukan atau diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif para auditor internal”.
Menurut Kell (2001, 984-985) sebagai berikut: “Internal auditors should be independent of the activities they audit. Independence is achieved through organizational status and objectivity. Objectivity requires internal auditor to have an independent mental attitude in performing their auditors. Objectivity is impaired when the internal auditor assumes operating responsibility or makes management decisions”.
Berdasarkan uraian diatas bahwa independensi memungkinkan auditor internal untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Juga memungkinkan auditor internal tersebut membuat pertimbangan penting secara netral dan tidak menyimpang. Independensi dapat diperoleh melalui: 1. Status Organisasi Status organisasi bagian audit internal haruslah memadai serta memberikan keleluasaan untuk memenuhi tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan. Pimpinan audit internal harus bertanggung jawab kepada pimpinan di dalam organisasi yang memiliki kewenangan cukup untuk meningkatkan independensi dan untuk memastikan luas pemeriksaan yang dicakup, pertimbangan yang cukup terhadap laporan pemeriksaan dan tindakan yang sesuai berdasarkan rekomendasi pemeriksaan.
2. Objektivitas Objektivitas adalah sikap mental yang mandiri atau independen yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh auditor internal dalam melaksanakan pemeriksaannya. Audit internal tidak boleh menempatkan penilaiannya dengan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain atau menilai sesuatu yang berhubungan dengan pemeriksaan berdasarkan
penilaian orang lain. Mendesain, memasang, dan mengoperasikan sistem bukanlah fungsi pemeriksaan. Selain itu, perancangan dan pembuatan prosedur bagi berbagai sistem bukanlah fungsi pemeriksaan. Pelaksanaan kegiatan tersebut dianggap akan mempengaruhi sikap objektivitas para auditor. Dan agar dapat mempertahankan sikap tersebut hendaknya auditor internal dibebaskan dari tanggung jawab operasionalnya.
2.2.5.2 Kompetensi Dengan audit internal memiliki kompetensi yang baik, maka tujuan perusahaan dapat tercapai seperti yang telah direncanakan. Konsorsium Organisasi Propesi Audit Internal ( SPA, 2004 : 9 ) menyatakan bahwa penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan professional.
Keahlian dan kecermatan professional dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Keahlian Audit internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus meniliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. 2. Kecermatan Profesional Audit internal menerapkan kecermatan dan keterampilan yang layak dilakukan oleh seorang audit internal yang independent dan kompeten, dengan mempertimbankan
ruang lingkup penugasan, kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan, kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses governance, biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan, penggunaan teknik-teknik dengan bantuan komputer dan teknik-teknik analisisnya.
2.2.6
Program Audit Internal Pengertian program audt menurut Hiro Tugiman (2004:30) adalah “Program audit adalah langkah-langkah yang disusun secara rinci yang kemudian dilaksanakan dalam melakukan suatu pekerjaan. Supaya pelaksanaan audit internal dapat berjalan dengan baik dan lancar, penyusunan program audit harus direncanakan dengan baik. Program audit ini akan berhubungan dengan setiap subjek yang diperiksa dan dapat dipergunakan sebagai alat perencanaan dan pengawasan yang efektif atas kegiatan audit.” Program audit merupakan perencanaan prosedur dan teknik pemeriksaan secara
efisien dan efektif. Oleh karena itu, program audit merupakan petunjuk bagi auditor internal dalam melaksanakan audit sehingga auditor internal dapat mengarahkan pekerjaannya kepada tujuan yang telah ditetapkan. Program audit menurut Standar for Profesional Practice Internal Auditing tahun 2000 yang dikutip oleh Boynton et al (2001;983) adalah sebagai berikut : “1. Planning the audit, auditor internal harus merencanakan setiap pelaksanaan audit. 2. Examining and evaluating information, auditor internal harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan, dan mendokumentasikan informasi untuk mendukung hasil audit. 3. Communicating result, auditor internal harus melaporkan hasil pekerjaan audit mereka. 4. Following up, auditor internal harus melakukan tindak lanjut untuk meyakinkan bahwa tindakan tepat telah diambil dalam melaporkan temuan audit”.
2.2.7 Laporan Hasil Audit Internal Laporan audit internal merupakan laporan tertulis yang berisikan hasil temuan setelah melakukan pengujian dan penilaian terhadap informasi yang telah diperoleh. Laporan ini sangatlah penting artinya bagi manajemen karena dalam laporan ini dihasilkan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk mengevaluasi efektivitas kegiatan operasi perusahaan. Menurut Hiro Tugiman (1999, 70) kriteria laporan audit internal haruslah objektif, jelas, konstruktif dan tepat waktu. Dari pengertian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Objektif Laporan yang objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak dan terbebas dari distorsi. Setiap penyataan, angka dan referensi harus didasarkan atas bukti-bukti yang kuat. Auditor harus berusaha dengan segala upaya, agar laporannya dapat dipercaya atau diandalakan. Keandalan haruslah menjadi ciri dari laporan audit internal.
Jelas Tujuan laporan pemeriksaan adalah agar diambil tindakan yang perlu. Oleh karena itu laporan harus efektif. Dan agar efektif, laporan harus jelas. Laporan yang jelas mudah dimengerti dan logis. Laporan tersebut harus
menggunakan kata-kata secara efektif yang mampu memberikan berbagai informasi yang cukup mendukung.
Konstruktif Laporan konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan membantu pihak yang akan diperiksa serta menghasilkan berbagai perbaikan yang dibutuhkan.
Tepat waktu Laporan tepat waktu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi yang mutakhir yang tidak memerlukan penundaan dan mempercepat kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan efektif.
Suatu laporan audit internal menurut Moeller dan Witt (1999, 15-2) harus memiliki empat hal dasar sebagai berikut : “ 1. Disclosure of Findings 2. Description of Findings 3. Suggestion for Corrections 4. Documentation of Plans and Clarification of Views of Auditee”.
Empat hal dasar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengungkapkan temuan-temuan (disclosure of findings) Laporan audit itu harus ringkas dan menggambarkan secara garis besar mengenai keadaan yang diamati atau ditemukan serta diungkapkan, baik itu bagus atau tidak yang dapat dijadikan sebagai alat informasi bagi manajemen mengenai operasi perusahaan. 2. Menggambarkan temuan-temuan (description of findings) Laporan harus menggambarkan penyimpangan-penyimpangan yang diatas temuantemuan audit dan mampu menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi. 3. Memberikan perbaikan-perbaikan (suggestion for corrections) Rekomendasi-rekomendasi pemeriksaan dijadikan sebagai kerangka kerja untuk melakukan tindakan perbaikan keadaan dan penyebabnya. 4. Membuat dokumentasi dan meminta klarifikasi dari pihak yang diaudit (documentation of plans and clarification of views of auditee) Pihak yang diaudit dapat memberikan pandangannya atau tanggapan terhadap temuantemuan audit dan rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan oleh auditor internal. Auditor harus berusaha mendapatkan persetujuan tentang hasil pemeriksaannya dan rencana tindakan.
Dari uraian tersebut maka suatu laporan yang baik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Laporan tertulis yang ditandatangani haruslah setelah pengujian-pengujian terhadap pemeriksaan selesai dilakukan.
b. Audit internal harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan laporan akhir. c. Suatu laporan harus objektif, jelas, konstruktif, dan tepat waktu. d. Laporan harus mengemukakan tentang maksud, lingkup, dan hasil pelaksanaan audit, dan bila dipandang perlu, laporan harus pula berisikan pernyataan tentang pendapat auditor. e. Laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi bagi berbagai perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap kegiatan yang dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif. Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai simpulan atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan audit
2.2.9
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Audit Internal
Apabila sudah dikeluarkan suatu laporan hasil audit internal, bukan berarti semua tugas audit internal telah selesai karena masih perlu diadakan suatu tindak lanjut dengan maksud apabila dari hasil audit internal yang telah dilaksanakan menunjukkan adanya halhal yang perlu diperbaiki, maka tindak lanjut yang dapat diambil sehubungan dengan hal tersebut adalah melaporkan temuan-temuan tersebut kepada pimpinan perusahaan untuk kemudian dilakukan perbaikan atau penyelesaian masalah dan bagaimana pelaksanaan rekomendasi yang diberikan terhadap penyimpangan yang terjadi.Hal ini dikemukakan oleh Moeller dan Witt (1999, 5-46) Internal audit should determine that corrective action was
taken and is achieving the desired results, or that management of the board has assumed the risk of not taking corrective action on reported findings”. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa tindak lanjut hasil pemeriksaan perlu dilakukan karena segala usaha yang dilaksanakan dalam rangka pemeriksaan tidak akan mempunyai arti jika tidak disertai denagn tindak lanjut atas saran, usulan dan rekomendasi yang diberikan dan untuk mempermudah dalam melakukan tindak lanjut oleh manajemen, audit internal harus merancang laporannya.
2.3
Operasi Penjualan
2.3.1 Pengertian Operasi Penjualan Operasi penjualan adalah tindak lanjut dari pemasaran dan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Melalui aktivitas penjualan ini perusahaan berhubungan dengan pihak lain, dimana terjadi transaksi penyerahan barang perolehan kas yang senilai dengan barang tersebut. Menurut Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management (1984;448), definisi penjualan adalah sebagai berikut : “A business transaction involving the delivery (i.e the giving) of a commodity, and item of merchandise, or property, a right, or a service, in exchange for the receipt of cash, a promise to pay, or money equivalent, or for any combination of this item of the amount af such cash, promise to pay, or money equivalent.”
Dari definisi diatas dapat diartikan sebagai suatu transaksi bisnis yang meliputi pengantaran (contohnya ialah penyerahan pemberian)dari komoditi, dan bagian dari barang dagangan, atau hak milik, suatu hak, atau suatu pelayanan, dalam pertukaran
untuk penerimaan uang tunai, suatu perjanjian untuk membayar, atau sama dengan uang, atau untuk berbagai kombinasi dari bagian tersebut seperti sejumlah uang tunai, perjanjian untuk membayar, atau sama dengan uang. Sedangkan menurut Basu Swastha (1993;8) juga mengatakan bahwa penjualan adalah sebagai berikut : “Menjual adalah ilmu dan seni mengetahui pribadi yang dilakukan oleh penjual utama mengajak orang lain agar bersedia membeli barang, atau jasa yang ditawarkannya.”
Dari definisi tersebut diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa penjualan adalah suatu pengalihan atau pemindahan hak pemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual kepada pihak pembeli yang disertai dengan penyerahan imbalan dari pihak penerima barang atau jasa sebagai timbal balik atas operasi penjualan tersebut. Untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam upaya pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan, operasi penjualan perlu direncanakan dengan baik terlebih dahulu. Dalam perencanaan operasi penjualan harus diperhatikan kondisi perusahaan (kemampuan untuk memproduksi atau memasarkan), artinya untuk dapat mencapai hasil penjualan yang optimal maka volume penjualan haruslah selalu memperhatikan keadaan perekonomian di masa yang akan datang, dalam hal ini bagian penjualan harus selalu diikutsertakan dalam penentuannya.
Pendapatan perusahaan diperoleh dari aktivitas penjualan digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Apabila aktivitas penjualan tidak dikelola dengan baik, maka sasaran penjualan tidak akan dapat tercapai dan akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan perusahaan. Adapun yang perlu diperhatikan dalam aktivitas penjualan ini adalah :
Produk
Penetapan Harga
Distribusi
Metode Penjualan
Organisasi
Perencanaan dan Pengendalian Pemeriksaan dan pengendalian terhadap kegiatan penjualan harus dilakukan karena hasil yang diperoleh dalam kegiatan penjualan mempengaruhi signifikan terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Volume penjualan yang tepat, meningkatkan kepuasan penjualan melalui pelayanan yang baik dan optimalkan keuntungan. Tujuan umum yang umumnya dimiliki oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Mencapai volume penjualan tertentu 2. Mendapatkan laba yang optimal dengan modal sekecil-kecilnya 3. Mempertahankan kelangsungan hidupnya terus-menerus (going concern) 4. Menunjang pertumbuhan perusahaan Tetapi dalam upaya mencapai tujuan tersebut sebelumnya harus mempunyai sasaran dan misi tertentu, dengan sasaran dan misi inilah tujuan dapat tercapai. Sasaran-sasaran itu menurut Winardi (1990;154), adalah : 1. Sasaran memenuhi tujuan berikut dalam sebuah organisasi
2. Sasaran memenuhi gambaran kepada orang lain dalam sebuah organisasi 3. Sasaran menimbulkan konsistensi dalam hal pengambilan keputusan antara sejumlah besar manajer yang berbeda 4. Sasaran memberikan dana untuk menyusun perencanaan spesifik 5. Sasaran merangsang pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan 6. Sasaran memberikan landasan untuk tindakan korektif dan pengawasan
2.3.2
Konsep Penjualan
Konsep penjualan menurut Basu Swastha (1993;13) didefinisikan sebagai berikut :
“Konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan, konsep pemasaran tersebut terdiri dari orientasi konsumen, volume penjualan, dan koordinasi/integrasi.”
Tiga elemen pokok konsep pemasaran yaitu: 1. Orientasi konsumen
Pada dasarnya perusahaan yang memperhatikan konsumen harus :
a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi
b. Memilih kelompok pembeli yang menjadi sasaran penjualan
c. Menentukan produk dan program pemasarannya
d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka
2. Volume penjualan yang menguntungkan
Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memberikan kepuasan tersebut perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang dan jasa yang paling baik dengan harga yang layak
3. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan
Artinya setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang dikoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan perusahaan maka ketiga elemen tersebut harus dilaksanakan secara efektif dan efisien.
2.3.3
Ruang Lingkup Operasi Penjualan Ruang lingkup kegiatan penjualan menurut Payne (2000:27 ) adalah : “Suatu proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumbersumber sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang berhubungan perencanaan operasi penjualan, pelaksanaan operasi penjualan dan evaluasi kegiatan penjualan”
Ruang lingkup operasi penjualan secara rinci mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Perencanaan Operasi Penjualan Atas dasar produk barang dan jasa yang terjadi, kegiatan ini dimulai dengan target operasi operasi penjualan, yang menentukan volume penjualan produk yang akan dijual, menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan sasaran calon pembeli yang potensial.
2. Pelaksanaan Operasi Penjualan, terdiri dari : a) Penerimaan order penjualan, terdiri dari penerimaan order dari pembeli, mengevaluasi order dari pembeli, mengirim surat penawaran harga, serta membuat surat order pengiriman. b) Pengiriman barang atau kegiatan ini berfungsi menyerahkan barang sesuai dengan surat order pengiriman yang diterima dengan bagian order penjualan kepada pembeli dan bertanggung jawab untuk menjamin bahwa tidak ada b) barang yang keluar dari perusahaan tanpa melalui otoritas dari pihak yang berwenang. 3. Evaluasi Kegiatan Penjualan Secara rutin harus melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan penjualan, apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan yang telah direncanakan, untuk kemudian dijadikan sebagai patokan dan pengendalian bagi kemajuan-kemajuan yang akan dicapai di masa yang akan datang.
2.3.4 Organisasi Kegiatan Penjualan Tahap pertama dalam melaksanakan kegiatan adalah membentuk suatu organisasi sedemikian rupa sehingga melaksanakan kegiatan dengan sewajarnya. Organisasi merupakan sekumpulan tugas yang diberikan kepada orang-orang yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Basu Swastha (1993;12), pada umumnya struktur organisasi penjualan bermula dari manajer pemasaran kepada manajer penjualan sampai dengan pelaksanaan penjualan. Tujuan dari struktur organisasi tersebut adalah untuk memberikan deskripsi jabatan yang membatasi wewenang untuk masing-masing jabatan. Tingkatan yang berbeda dalam organisasi kegiatan penjualan dengan mendelegasikan pekerjaan dan mempromosikan spesialisasi tenaga kerja.
2.3.5 Kebijakan dan Prosedur Operasi Penjualan Kebijakan dan prosedur menurut Basu Swastha Manajemen Pemasaran Modern (2000:58) “Kebijakan dan merupakan peraturan yang dibuat oleh manajemen untukmelaksanakan kegiatan. Kebijakan ini merupakan peraturan untuk bertindak dengan cara dan keadaan tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai suatu pedoman, keharusan, atau pembatasan tindakan.Sedangkan prosedur adalah metode atau caracara yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan selaras dengan kebijakan yang telah ditentukan. Kebijakan dan prosedur tersebut meliputi persiapan sebelum menjual, penerbitan lokasi operasi penjualan, dan pendekatan pendahuluan.”
Kebijakan dan prosedur tersebut sebagai berikut : 1. Persiapan sebelum menjual
Pada tahap ini, penjualan mengadakan persiapan-persiapan sebelum melaksanakan operasi penjualan. Kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjual dengan memberikan pemahaman tentang produk atau jasa yang akan dijual, pasar yang dapat menjadi sasaran dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan. 2. Penentuan lokasi operasi penjualan Dengan menggunakan data pembeli, penjual dapat menentukan karakteristik pembeli yang potensial. Penentuan calon pembeli beserta karakteristiknya dapat dilakukan dengan menentukan lokasi dan segmen pasar yang menjadi sasarannya. Dari lokasi ini dibuat daftar organisasi-organisasi atau perusahaan yang kira-kira dapat dikategorikan sebagai pembeli potensial dari produk dan jasa yang ditawarkan. 3. Pendekatan Pendahuluan Sebelum melaksanakan operasi penjualan, penjual harus mempelajari masalah tentang organisasi-organisasi atau perusahaan yang diharapkan menjadi pembeli. Perlu juga untuk mengetahui produk apa saja yang dibutuhkan oleh mereka. Untuk mendukung penawaran produk kepada pembeli diperlukan banyak informasi, misalnya produk apa yang biasa dibeli oleh calon pembeli.
4. Pelaksanaan Operasi Penjualan Sesuai dengan ruang lingkup kegiatan penjualan yang dibahas sebelumnya, penulis hanya membatasi penelitian pada pelaksanaan kegiatan penjualan dan pengendalian (tidak termasuk perencanaan). Prosedur pelaksanaan kegiatan penjualan bisa bervariasi tergantung pada jumlah sistem penjualan yang digunakan oleh perusahaan.
2.4
Audit Internal Operasi Penjualan Audit internal yang memadai atas penjualan dapat menghindarkan perusahaan dari
kerugian karena kesalahan atau penyelewengan yang mungkin terjadi. Adapun audit internal atas operasi penjualan bertujuan untuk: 1. Menentukan seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak dipatuhi sehubungan dengan transaksi operasi penjualan. 2. Untuk menjamin transaksi operasi penjualan. 3. Menilai ketaatan terhadap hukum. 4. Memeriksa catatan-catatan dan membuat rekomendasi penyimpangan untuk perbaikan operasi perusahaan.
2.5
Hubungan Audit Internal Terhadap Operasi Penjualan Perusahaan Definisi audit internal menurut Pusat Pengembangan Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (1991;1) sebagai berikut : “Audit Internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan audit internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) inforasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (2) resiko yang dihadapi oleh perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif”
Adapun definisi operasi penjualan menurut Eric L. Kohler (1984;448) sebagai berikut : “Suatu transaksi bisnis yang meliputi pengantaran (contohnya ialah penyerahan pemberian)dari komoditi, dan bagian dari barang dagangan, atau hak milik, suatu hak, atau suatu pelayanan, dalam pertukaran untuk penerimaan uang tunai, suatu perjanjian untuk membayar, atau sama dengan uang, atau untuk berbagai kombinasi dari bagian tersebut seperti sejumlah uang tunai, perjanjian untuk membayar, atau sama dengan uang.”
Dari kedua definisi diatas dapat diuraikan pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan perusahaan, bahwa audit internal dipandang positif mempunyai pengaruh yang kuat dalam melaksanakan operasi penjualan.
2.6
Peneliti Terdahulu yang Relevan Tabel 2.1 Daftar Peneliti Terdahulu
NO
JUDUL
TAHUN
NAMA
METODE
HASIL
PENELITI 1
Manfaat Audit Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal
2008
Unggul Trudeau
Deskriptif&
Adanya manfaat
Penjualan
2
3
Peranan Audit Internal Efektivitas Penagihan Piutang
Peranan Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Terhadap Pen
Survey
2007
Yubertih Leonard
Deskriptif& Survey
2006
Anastasia
Deskriptif&
Masayu
Survey
jualan
4
5
2.7
Pengaruh Audit Internal Terhadap Enterprise Risk Management
2011
Pengaruh Audit Internal Terhadap Penagihan Piutang dan Penjualan
2011
EkaPutri Hariandini
Susianti R
Deskriptif& Asosiatif
Adanya peranan yang signifikan
Memiliki peranan yang penting
Memiliki pengaruh yang signifikan
Memiliki Deskriptif & pengaruh yang Asosiatif signifikan
Kerangka Pemikiran Perkembangan
dunia
dewasa
ini
semakin
ketat
persaingannya
dalam
mengembangkan suatu usaha. Keadaan ini merupakan tantangan bagi setiap pihak yang
terlibat untuk selalu dinamis agar tidak tertinggal. Hal ini terjadi pula pada profesi audit internal yang selama ini dijalankan. Peran profesi yang selama ini dijalankannya tidak terlepas dari tataran konseptual yang tertuang dalam definisi audit yang terdapat pada Instute of Internal Auditor yang dikutip oleh Walter G.Kell dalam bukunya Modern Auditing (2001:51), menyatakan: “The objective of internal audit is to assist members of organizations in effective bussines transaction of their responsibilities to this end, internal audit furnishes them with analys, appraisal, recommendation, consul, and information concerning the activities reviewed. The audit objective includes promoting effective control at reasonable cost”.
Dari kutipan di atas, maka profesi peran audit internal adalah pemeriksaan sementara di dalam suatu fungsi mandiri yang dibentuk di dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi sebagai jasa kepada organisasi itu. Sasaran pengawasan intern adalah untuk membantu anggota organisasi yang efektif dari tanggungjawab mereka, pengawasan intern melengkapi dengan menganalisa, penilaian, rekomendasi, informasi dan konsul mengenai pemeriksaan aktivitas. Sasaran audit untuk mengendalikan promosi yang efektif dengan biaya yang murah. Definisi di atas mencarminkan peran profesi auditor internal sebagai fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk mengevaluasi dan meningkatkan kegiatan organisasi. Peran merupakan bagian yang seseorang mainkan pada saat berinteraksi dengan orang lain. Peran auditor internal tidak terlepas dari norma profesi yang tertuang dalam kode etik dan standar profesi audit internal sebagai komponen dan identitas yang melekat pada profesi auditor internal.
Menurut Board of Director of Internal Auditor yang dikutip oleh Amin Wijaya Tunggal dalam bukunya Internal Auditing Suatu Pengantar (2005:3) mendefinisikan internal auditing sebagai berikut: “Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve and organizations operations. It help an organizations accomplish its objective by bringing of systematic, diciplined approach to evaluate an improve the effectivenes of risk management, control and governance process”.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, maka pengertian audit internal adalan penilaian yang bebas dan objektif yang akan meningkatkan operasi organisasi dan membantu dalam mencapai sasaran atau tujuan organisasi yang telah ditetapkan berdasarkan suatu pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi dan mengelola resiko serta meningkatkan proses pengelolaan yang efektif. Penjualan adalah tindak lanjut dari pemasaran dan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Melalui aktivitas penjualan ini perusahaan berhubungan dengan pihak lain, dimana terjadi transaksi penyerahan barang perolehan kas yang senilai dengan barang tersebut. Menurut Eric L. Kohler (1984;448), definisi operasi penjualan adalah sebagai berikut : “A business transaction involving the delivery (i.e the giving) of a commodity, and item of merchandise, or property, a right, or a service, in exchange for the receipt of cash, a promise to pay, or money equivalent, or for any combination of this item of the amount such cash, promise to pay, or money equivalent.”
Dari definisi diatas bahwa Operasi Penjualan adalah suatu transaksi bisnis yang meliputi pengantaran (contohnya ialah penyerahan pemberian)dari komoditi, dan bagian dari barang dagangan, atau hak milik, suatu hak, atau suatu pelayanan, dalam pertukaran untuk penerimaan uang tunai, suatu perjanjian untuk membayar, atau sama dengan uang, atau untuk berbagai kombinasi dari bagian tersebut seperti sejumlah uang tunai, perjanjian untuk membayar, atau sama dengan uang. Untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam upaya pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan, aktivitas penjualan perlu direncanakan dengan baik terlebih dahulu. Dalam perencanaan penjualan harus diperhatikan kondisi perusahaan (kemampuan untuk memproduksi atau memasarkan), artinya untuk dapat mencapai hasil penjualan yang optimal maka volume penjualan haruslah selalu memperhatikan keadaan perekonomian di masa yang akan datang, dalam hal ini bagian penjualan harus selalu diikutsertakan dalam penentuannya. Aktivitas penilaian secara bebas dan tidak memihak dalam suatu organisasi perusahaan untuk mereview akuntansi keuangan dan kegiatan operasional lainnya sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi konstruktif kepada pimpinan perusahaan dalam melakukan pengendalian operasi usahanya. Meskipun bagian audit ini bekerja secara independen, namun ia tetap merupakan bagian dari staff manajemen secara keseluruhan. Auditor harus mempertahankan sikap objektif, dimana ia harus dipisahkan dari semua fungsi operasioanal, meliputi penyusunan dan penerapan prosedur, membuat catatan., penugasan kegiatan lain yang menjadi sasaran audit. Adanya suatu audit internal yang berjalan baik dapat memberikan alternatif tindakan yang terbaik bagi manajemen untuk memperbaiki dan menunjang pengendalian internal perusahaan yang bersangkutan. Audit internal harus dilaksanakan secara independen, audit internal yang independen dan kontinyu bersifat preventif yang
memungkinkan mengurangi dan mencegah kejadian yang merugikan, sehingga manajemen dapat dengan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mempertahankan serta menjaga pengendalian internal operasi penjualan yang memadai.
2.8 Paradigma Penelitian Bila dijabarkan secara matematis hubungan antara variabel tersebut adalah sebagai berikut : William W.Boyton & ill Audit Internal (X)
Walter G.Kel Modern Auditing (2001:51)
Hiro Tugiman (2004;12-13) (2001 Ruanglingkup,Kualifikasi Internal, Program Audit
Audit
Operasi Penjualan (Y) Modern Auditing Eric L. Kohler (1984;448) Konsep penjualan, ruang lingkup operasi penjualan, ke
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Y=f(X)
X = Audit Internal Y = Operasi Penjualan F = Fungsi
Dari pernyataan sistematis tersebut diatas,maka dapat diartikan bahwa Operasi Penjualan Perusahaan dipengaruhi oleh Audit Internal.
2.9
Hipotesis Berdasarkan hal tersebut peneliti merumuskan hipotesis yang akan dibuktikan
melalui penelitian ini, sebagai berikut : “Terdapat Pengaruh Signifikan Audit Internal Terhadap Operasi Penjualan Perusahan”
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian yang digunakan
3.1.1
Unit Penelitian Sesuai dengan topik penelitian yaitu pengaruh audit internal terhadap operasi
penjualan perusahaan, maka penulisan skripsi ini berfokus pada pelaksanaan audit internal dan operasi penjualan perusahaan pada PT.INTI yang bergerak dalam bidang produk dan jasa.
3.1.2
Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan asosiatif dengan
pendekatan survey. Menurut Moh.Nazir (1996:63) pengertian deskriptif adalah sebagai berikut: “Pengertian Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi,gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.”
Metode penelitian asosiatif menurut Sugiyono (2009:55), tentang definisi metode asosiatif adalah :
“Suatu pernyataan penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih”.
Kemudian metode survey menurut Moh.Nasir (2005:54) tentang definisi metode survey adalah : “Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan memcari keterangan-keterangan secara faktual,baik tentang institusi sosial,ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun daerah.Metode
survei
membedah
serta
mengenal
masalah-masalah
serta
mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.”
3.1.3
Model Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode
deskriptif dan metode asosiatif dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, fuktual, dan akurat mengenai fakta-fakta populasi atau daerah tertentu. Model penelitian yang digunakan adalah pendekatan studi kasus. Studi kasus atau penelitian kasus (case study) adalah penelitian tentang status subjek penelitian dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat.
3.2
Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel
3.2.1
Definisi Variabel Penelitian Definisi variabel penelitian menurut Sugiyono (2011 : 2), adalah sebagai berikut : “Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudiian ditarik kesimpulannya.”
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady,1981). Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu dalam Sugiyono (2011 : 3) Sesuai dengan judul skripsi, pengaruh Audit Internal terhadap Operasi Penjualan Perusahaan. Maka penulis mengelompokan variabel-variabel dalam judul tersebut menjadi dua variabel, yaitu: a. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang keberadaanya tidak dipengaruhi oleh variabelvariabel lain Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Audit Internal. b. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Operasi Penjualan.
3.2.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator dari
variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Selain itu, operasionalisasi variabel dimaksudkan untuk menentukan skala pengukuran dari masing-masing variabel, sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu statistik dapat dilakukan dengan benar. Operasionalisasi variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini akan disajikan dalam tabel 3.1 dan tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Independen (X)
No Variabel dan
Dimensi
Indikator
Ukuran
Skala Item
Konsep
Audit
Ruang Lingkup
Internal (X) Audit Internal
Prosedur,rencana, Aktivitas Kepatuhan
kebijakan, dan pri Ordinal nsip akuntansi
(compliance) Teori-teori dasar dan konsep audit
Hiro Tugiman
Aktivitas
telah menjawab
(2006:44)
Pengujian
Keandalan data
(Verification)
bahwa keberadaan Alasan diadakan Suatu audit dalam
Aktivitas
organisasi adalah
Penilaian
bahwa audit ditun
(evaluiating)
jukan untuk mem perbaiki kinerja. Suatu fungsi dapat
Kualifikasi Audit Internal
\Indepedensi
Efisiensi operasi, Prosedur pencatatan, Pelaksanaanotorisasi
Status organisasi, Objektivitas
Suraida Auditing
berbentuk sebuah (2005:190)
Kompetensi
Keahlian , kecermatan profesional
perusahaan divisi ,departemen,seksi, Pelaksanaan audit
unit bisnis,fungsi Program bisnis,proses bisns
Planning the audit
Audit ,layanan informasi ,sistem/proyek.Jika tindakan audit berhasil
Boynton et al (2001;983)
Examining and evaluating information
mendokumentasi
kinerja organisasi
kearah perbaikan
menganalisa, menafsirkan,
dalam meningkatkan
berarti menunjang
Mengumpulkan, mengumpulkan,
Communicating result
Hasil pekerjaan audit
kinerja secara keseluruhan Following Up
Tindak lanjut
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Dependen (Y) Dimensi
Induikator
Ukuran
Skala
Konsep
Operasi Penjualan
Item
Konsep Penjualan
Orientasi Konsumen
Kebutuhan pokok, kelompok pembeli
Volume Penjualan
Kualitas produk, harga terjangkau
Perusahaan (Y)
A bussines transaction invol ving the delivery (i.e the giving) of a commodity, and item of merchandise,of property, a right, or a service, in exchange for the receipt of cash, a promise to pay, or money aquivalent, or for any combination of this item of the amount of such cash, promise to pay, or money equivalent.
No
Basu Swastha (1993;8)
Koordinasi & Integrasi
Kepuasan konsumen
1. Perencanaan
Ruang
operasi penjualan
Lingkup
perusahaan
Operasi Penjualan
2. Pelaksanaan operasi penjualan
Payne (2007)
3. Evaluasi kegiatan penjualan
Rekruitman/pelatihan Norma standar penjualan,bonus
Investasi,Volume penjualan,biaya operasi, laba kotor
Volume penjualan produk,jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,sasaran calon pembeli
Ordinal
Kebijakan dan Prosedur Operasi Penjualan
Persiapan sebelum menjual
Tenaga penjual,pemahaman produk,pasar,teknik penjualan
Pembeli potensial, lokasi dan segmen pasar
Basu Swastha Penentuan lokasi (2005:58) operasi penjualan
Pendekatan Pendahuluan
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi
Masalah pembeli, produk yang di butuhkan
Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Bisnis (2008:115), menyebutkan bahwa : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi sasaran yaitu populasi yang digunakan untuk menjadi sasaran penelitian. Sesuai dengan penelitian yang akan diteliti yaitu pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan perusahaan, maka menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah auditor yang ditetapkan pada bagian departemen audit internal.
Populasi penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah bagian yang terikat dengan pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan perusahaan, yaitu auditor yang ditempatkan pada bagian departemen audit internal yaitu sebanyak 14 orang.
3.3.2
Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2011 : 81) yang dimaksud dengan sampel adalah sebagai
berikut: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”
3.3.3
Teknik Sampling Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Non Probability Sampling. Pengertian Non Probability Sampling menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Bisnis (2008:120) adalah sebagai berikut : “Non Probabiliy Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Bisnis (2008:122), menyatakan bahwa: “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.
3.4
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini meliputi : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti, untuk memperoleh data primer. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Observasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung pada permasalahan yang sedang diteliti dalam perusahaan.
b. Wawancara Yaitu suatu usaha untuk memperoleh data dengan cara langsung berhadapan, yaitu dengan mengadakan dialog, mengajukan pertanyaan kepada karyawan dan pihak-pihak yang mempunyai wewenang untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. c. Angket Yaitu merupakan alat bantu untuk pengumpulan data dengan mengajukan daftar pernyataan tertutup, yaitu bentuk pertanyaan yang dilengkapi atau disertai dengan sejumlah alternatif atau kategori jawaban sehingga responden tinggal memilih salah satu alternatif atau kategori tersebut sesuai dengan pilihannya.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang terdapat dalam literatur-literatur dan sumber-sumber lainnya yang relevan dengan masalah.
3.5
Metode Analisis yang Digunakan
3.5.1
Analisis Data Analisis data adalah penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
diinterprestasikan. Data yang dihimpun dari hasil penelitian akan penulis bandingkan antara data yang dilapangan dengan data kepustakaan, kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1. Penulis melakukan pengumpulan dengan cara sampling dimana yang diselidiki adalah sampel yang merupakan sebuah sub
himpunan dari pengukuran-
pengukuran yang dipilih dari populasi yang menjadi perhatian dalam penelitian. 2. Sebuah metode pengumpulan data ditentukan kemudian ditentukan alat untuk memperoleh data dari elemen-elemen yang akan diteliti, alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan atau kuisioner. 3. Apabila data terkumpul kemudian dilakukan pengelolaan data, disajikan dan dianalisis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji statistik. Analisis data digunakan untu mengetahui koreksi kedua variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah koreksi antara audit internal terhadap operasi penjualan perusahaan.
3.6
Instrumen Penelitian Instrumen untuk mengukur pengaruh audit internal yaitu dengan menggunakan
kuesioner dengan menggunakan pernyataan tertutup, dimana kemungkinan jawaban sudah
ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberikan alternatif jawaban lain. Instrumen
untuk mengukur operasi penjualan perusahaan yaitu dengan
menggunakan metode yang sama. Dalam hal ini instrumen yang diperlukan yaitu : 1. Instrumen untuk mengukur audit internal dengan observasi atau menggunakan kuesioner dengan metode penyertaan umum secara tertutup, dimana kemungkinan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. 2. Instrumen untuk mengukur operasi penjualan yaitu menggunakan kuesioner dengan metode yang sama seperti angka 1 diatas. Berdasarkan setiap item dari masing-masing indikator akan dijabarkan dalam sebuah daftar pernyataan (kuesioner) yang kemudian kuesioner ini dibagikan kepada bagian yang bersangkutan, dimana masing-masing indikator akan memiliki lima jawaban dengan masing-masing pilihan jawaban tersebut berdasarkan skala likert. Tiap-tiap jawaban akan diberikan skor, dimana hasil skor akan menghasilkan skala pengukuran ordinal Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.Menurut Sugiyono (2007:86) menyatakan bahwa: “Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat kata-kata dengan diberi skor, misalnya : Sangat setuju/selalu/sangat positif diberi skor
5
Setuju/sering/positif diberi skor
4
Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor
3
Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberikan skor
2
Sangat tidak setuju/tidak pernah/sangat positif diberikan skor
1
Adapun skala bagi penilaian kuesioner tersebut dihitung dengan kriteria sebagai berikut
Tabel 3.3 Skor Penilaian Kuesioner Kriteria
Skor
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Ragu-ragu
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
Untuk menilai variabel X dan variabel Y, maka analisis yang digunakan berdasarkan rata-rata dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata di dapat dengan menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian dibagi dengan jumlah responden, dan selanjutnya untuk menentukan rata-rata tersebut digunakan rumus ratarata yang terdapat dalam buku statistik untuk penelitian kerangka Sugiyono (2007:43), sebagai berikut:
Untuk Variabel X Me = ∑ i n
Untuk Variabel Y Me = ∑Yi n Dimana:
X
= Rata-rata nilai Y
Y
= Rata-rata nilai X
Me
= Rata-rata mean
∑
= Sigma (Jumlah)
Xi
= Nilai X ke-i sampai ke-n
N
= Jumlah responden Setelah didapat rata-rata (mean) dari masing-masing variabel kemudian
dibandingkan dengan kriteria yang penulis tentukan berdasarkan nilai berdasarkan nilai terendah dan tertinggi dari hasil kuisioner. Nilai variabel X terdapat 15 pernyataan, nilai tertinggi variabel X adalah 5 sehingga (5x15)=75 sedangkan nilai terendah adalah 1,maka (1X15)=15. Untuk
variabel Y terdapat 20 pernyataan, nilai tertinggi variabel Y adalah 5, maka (5X20)=100, sedangkan nilai terendah untuk variabel Y adalah 1, maka (1X20)=20 atas dasar nilai tertinggi dan terendah tersebut, maka dapat ditentukan tentang interval yaitu tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kriteria. Dengan demikian dapat ditentukan panjang interval kelas masing-masing variabel adalah sebagai berikut : Kriteria
untuk
menilai
Audit
Internal
(Variabel
X)
pada
suatu
perusahaan,rentang (75 - 15 = 60) jadi 60:5 = 12, maka penulis tentukan sebagai berikut: a. Nilai 15-27 dirancang untuk kriteria “tidak baik” b. Nilai 28-39 dirancang untuk kriteria “kurang baik” c. Nilai 40-51 dirancang untuk kriteria “cukup baik” d. Nilai 52-63 dirancang untuk kriteria “baik” e. Nilai 64-75 dirancang untuk kriteria “sangat baik” Selanjutnya untuk menilai Operasi Penjualan Perusahaan, tentang (10020=80) jadi 80:5=28, maka penulis tentukan sebagai berikut : a. Nilai 20-48 dirancang untuk kriteria “tidak baik” b. Nilai 49-77 dirancang untuk kriteria “baik” c. Nilai 78-100 dirancang untuk kriteria “sangat baik”
3.6.1 Pengujian Validasi dan Reabilitas Instrumen
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Pengujian ini dilakukan agar pada saat penyebaran kuesioner, instrumen-instrumen penelitian tersebut valid dan reliabel, yang artinya alat tukar untuk mendapatkan data sudah dapat digunakan 1. Pengujian Validasi Instrumen Menurut Sugiyono (2006:109) menjelaskan bahwa instrumen penelitian dikatakan valid apabila alat tukar untuk yang digunakan untuk mendapatkan data valid. Dalam pengujian validitas (content validity) dengan analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antar skor butir instrumen dengan skor total. Masrun (2000;89) menyatakan “item yang mempunyai korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut memiliki validitas yang tinggi pula, biasanya minimal untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r=0,3”. Maka jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3, maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Rumus yang digunakan dengan koefisien korelasi Rank Sperman karena datanya berskala ordinal.
( Jika data yang diperoleh hasilnya kembar)
Dimana :
Keterangan : Koefiensi Korelasi Rank Spearman Selisih rangking variabel pertama dan kedua n = Jumlah sampel ( Siegel, 1997:253)
2.
Pengujian Reliabilitas Instrumen Instrumen dikatakan reliabel bila digunakan untuk mengukur berulang kali
menghasilkan data yang sama pula ( konsisten). Untuk menguji reliabel dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode internal consistency dengan teknik belah dari spearman brown (split half ) dengan rumus sebagai berikut :
2.r p ri
=
1+r Sumber : Sugiyono (2006:122)
Keterangan : r i : Reliabilitas internal seluruh instrumen r p : Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua 3.6.2
Analisis Data Analisis data adalah penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
diinterprestasikan. Data yang dihimpun dari hasil penelitian akan penulis bandingkan antara data yang dilapangan dengan data kepustakaan, kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1. Penulis mengumpulkan dengan cara sampling dimana yang diselidiki adalah sampel yang merupakan sebuah sub himpunan dari pengukuran-pengukuran yang dipilih dari populasi yang menjadi perhatian dalam penelitian. 2. Sebuah metode pengumpulan data ditentukan kemudian ditentukan alat untuk memperoleh data dari elemen-elemen yang akan diteliti, alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan atau kuisioner. 3. Apabila data terkumpul kemudian dilakukan pengelolaan data, disajikan dan dianalisis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji statistik Analisis data dihunakan untuk mengetahui korelasi kedua variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah koreksi antara pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan perusahaan dengan menggunakan perhitungan statistik.
3.7 Rencana Uji Hipotesis Setelah adanya analisis data lapangan dan data kepustakaan, kemudian diadakan perhitungan dari hasil angket agar analisis dapat teruji dan diandalkan. Langkahlangkah dalam pengujian hipotesis ini dimulai dengan menetapkan Hipotesis (Ho) dan penetapan Hipotesis alternatif (Ha), pemilihan tes statistik dan perhitungan nilai statistik, penetapan nilai signifikan serta penetapan kriteria pengujian. Adapun uraian langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) digunakan dengan tujuan mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan perusahaan. Hipotesis penelitian yang diajukan adalah hipotesis alternatif (Ha), sedangkan untuk keperluan analisis statistik hipotesis nol (Ho). Perumusan Hipotesis Nol ( Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) adalah sebagai berikut:
Ho = 0 Tidak terdapat pengaruh antara Audit Internal terhadap Operasi Penjualan Perusahaan
Ha ≠ 0 Terdapat pengaruh antara Audit Internal Terhadap Operasi Penjualan Perusahaan
2.
Pemilihan Tes Statistik dan Perhitungan Nilai Statistik Data yang digunakan dalam pengujian hipotesis ini berasal dari variabel X dan variabel
Y, yang pengukurannya menggunakan skala ordinal yaitu tingkat yang paling terendah sampai tingkat yang paling tinggi. Berdasarkan ukuran variabel yang dirangking, hipotesis akan diuji dengan menggunakan rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut :
6. ∑di2 r i = 1n3 - n
Dengan koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel3.4 Pedoman untuk menentukan interpretasi koefisien korelasi
Interval Koefisien
0,00 – 0,199
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Harga rs bergerak diantara -1 sampai + 1. Jika rs = +1 berarti terdapat korelasi sempurna antara variabel X dan variabel Y. Jika rs = -1 berarti terdapat penilaian yang bertentangan antara variabel X dan variabel Y.
Dari penelitian perhitungan diatas apabila diperoleh rs hitung > rs tabel pada signifikan α = 0,05 maka audit internal mempunyai pengaruh terhadap operasi penjualan perusahaan dan Ha diterima dan sebaliknya. Jika rs hitung < rs tabel, maka audit internal mempunyai pengaruh terhadap operasi penjualan perusahaan dan Ha ditolak.
Apabila penelitian tersebut terdapat rangking yang berangka sama, maka dalam perhitungan rs digunakan faktor korelasi sebagai berikut : Sumber Sudjana (1997 : 256 )
t2 T= 12
Keterangan : T
= faktor korelasi nilai yang sama
t
= jumlah rangking yang sama
berikut : ∑x2 ∑y2 - ∑d i2 Sumber Sudjana (1997 : 257)
rxy = 2
√∑x2∑y2
Diminta:
n 3- n ∑X2 =
N 3- n ∑Tx
12
dan
∑Y2 =
∑Ty 12
Keterangan : ∑T x = jumlah rangking kembar dalam variabel x ∑T y = jumlah rangking kembar dalam variabel y
3. Penetapan Tingkat Signifikan Sebelum pengujian dilakukan, maka terlebih dahulu harus ditentukan taraf signifikan atau taraf nyata, yang dilakukan untuk membuat suatu rencana pengujian supaya diketahui batas-batas untuk menentukan pilihan antara Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha). Penilaian tingkat signifikan α = 0,05 artinya kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%. Dalam ilmu sosial tingkat signifikan α = 0,05 lazim digunakan, karena dinilai cukup ketat untuk mewakili perbedaan antara variabel-variabel yang diuji. 4. Kriteria pengujian ditetapkan dengan membandingkan nilai rs hitung dan tabel pada taraf signifikan α = 0,05 Untuk lebih meyakinkan bahwa kedua variabel tersebut berkorelasi atau tidak, maka penguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dapat dipergunakan rumus sebagai berikut : Sumber Sudjana (12997 : 259)
√ n-2 t = 1-r2
Keterangan: rs = koefisien korelasi rank sperman n = banyaknya responden yang diteliti Jika t hitung > t tabel, naka Ho ditolak Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Untuk meligat seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka digunakan koefisien determinasi dengan rumus :
Kd = rs 2 x 100^%
Keterangan : Kd = koefisien determinasi rs = koefisien rank sperman
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Gambaran Umum PT.INTI
4.1.1.1 Sejarah Singkat PT.INTI PT. Telekomunikasi Indonesia (persero) atau PT.INTI adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara yang berada dibawah Badan pengelola Industri Strategis yang bergerak dalam bidang peralatan telekomunikasi. Sejak didirikan pada tahun 1926 sampai sekarang kantor pusat PT.INTI berkedudukan di kompleks Labolatorium pos, Telepon, Telegraf di daerah Tegallega (sekarang Moh Toha no. 77 Bandung). Pada awal tahun penderian tersebut, PT.INTI merupakan Labolatorium POS, Telepon, Telegraf dan Labolatorium Radio dan Pusat Perlengkapan Radio yang bernaung di bawah jawatan Pos, Telepon, dan Telegraf. Berdasarkan PP No. 240 tahun 1961 jawatan Pos dan Telekomunikasi. Dari perusahaan Pos danTelekomunikasi ini, dengan PP No. 300 tahun 1965 didirikan perusahaan Pos dan Telekomunikasi.Bagian penelitian dan bagian perlengkapan yang semula
terdapat
pada
perusahaan Pos
dan
Telekomunikasi, dihubungkan dan bergantinama menjadi Lembaga Administrasi Bagian Penelitian, dan Bagian Industri. Sejalan dengan perkembangan perusahaan terutama dalam bidangpenelitian dan bidang industri, pada tahun 1971 dilakukan pemisahan tugas pokoksebagai berikut: 1. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pos dan Telekomunikasi mempunyai
tugas pokok dalam bidang pengujian penelitian dan pengembangan sarana pos dan telekomunikasi baik dari segi teknoiogi maupun segi operasional. 2. Lembaga industri, sebagai badan hukum yang berdiri sendiri dengan tugas pokok memproduksi sarana-sarana dan alat-alat telekomunikasi.
Berdasarkan PP No. 34 tahun 1974 dan keputusan menteri RI No Kep 1771/MK/TV/12/1974 tertanggal 28 desember 1974, akta notaris Abdul Latief, Jakarta No. 332 PT. INTI (persero) resmi didirikan mulai tanggal 30 desember 1974 dengan modal Rp 3.200.000.000. pada tanggal 19 oktober 1989 PT. INTI yang sebelumnya berada di bawah departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi diserahterimakan kepada Badan pengelola Industri Strategis.
4.1.1.2 Visi Misi dan Tujuan Perusahaan Sebagai perusahaan yang besar PT.INTI berkomitmen untuk menjalankan visi perusahaan menjadi pilihan pertama bagi para pelanggan untuk mentransformasikan ”MIMPI” menjadi "KENYATAAN". Untuk dapat mencapai visi tersebut, maka perusahaan menetapkan misi sebagai berikut :
Fokus
PT.
INTI
akan
tertuju
sepenuhnya
pada
peningkatan jasa
engineering yang sesuai dengan spesiflkasi dan permintaan konsumen.
Memaksimal
value
(nilai)
perusahaan
serta
mengupayakan
growth
(pertumbuhan) yang berkesinambungan.
Berperan sebagai prime mover (penggerak utama) bangkitnya industridalam negeri.
Dalam menunjang kinerja
perusahaan untuk melakukan pengembangan-
pengembangan supaya dapat berjalan dengan baik dan agar dapat mencapai visi perusahaan tersebut maka diperlukan upaya-upaya untuk mewujudkannya, antara lain: 1) Fokus
utama
meningkatkan merupakan
perusahaan penjualan
pendapatan
dilakukan
pada
bidang
adalah
pada utama I.T
mengintensifkan
bidang
untuk
yang
masih
percepatan
akan
telekomunikasi,
perusahaan.usaha
(Information
usaha
Technology)
yang
diharapkan
dapat menjadi andalan dimasa yang akan datang. 2) Pada bidang bisnis yang megalami tekanan persaingan global yang keras, PT. INTI akan memposisikan sebagai bagian dari value chain perusahaan multi national company (MNC). PT. INTI akan membangun kemitraan dengan para MNC berdasarkan pada kekuatan jasa engeneering yang dimiliki. Sedangkan pada bisnis yang tekanan persaingan globalnya tidak keras, PT.
INTI tetap bertahan, baik sebagai total solution provider
maupun sebagai pemasok produk dan jasa engineering yang sesuai dengan kebutuhan spsesifik dari masing-masing pengguna. 3) Pada tahun 2008, PT. INTI akan melaksanakan perubahan mendasar pada orientasi bisnisnya dengan program kerja strategis yang disebut dengan catur program 2008. Selain upaya-upaya di atas diperlukan juga berbagai program streategis yang juga bertujuan untuk tercapainya misi dari perusahaan tersebut, yaitu antara lain: 1) Menjaga
kelangsungan
kompetensi
dibidang
lainnya
melalui
kerjasama
denga pihak ketiga yaitu; PT. PINDAD (persero) dengan mendirikan anak
perusahaan PT. IPMS. 2) Transformasi SDM menjadi knowledge workers; hal ini dilakukan melalui reposisi
SDM berdasarkan hasil
assesment yang dilanjutkan dengan
pelatihan baik teknikal maupun manajerial. 3) Peningkatan kemampuan dan dukungan kesisteman; hal ini dilakukan melalui implementasi Good Coorperate Govermance, manajemen resiko, manajemen kualitas dari International Organization for Standard, balance scorecard. 4) Optimalisasi
sumber daya;
dalam bentuk pendayagunaan SDM, komersialisasi
properti, pelepasan aset nonproduktif dan optimalisasi.
Keberhsilan perusahaan tergantung pada pemahaman dan pemuasan kebutuhan dan harapan
dari
pelanggan
atau
calon
pelanggan,
serta
pemahaman
dan pertimbangan terhadap pihak yang berkepentingan lainnya. PT. INTI menangani penjualan produk dan jasa untuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang dikelompokkan kedalam 4 bidang usaha infokom, yaitu: a) Jaringan Telekomunikasi Seluler (JTS); b) Jaringan Telekomunikasi Tetap (JTT); c) Jasa Integrasi Teknologi (JIT); d) Jaringan Telekomunikasi Privat (JTP). Adapun jenis-jenis produk dan jasa yang dihasilkan antara lain meliputi: 1.produk terminal, terdiri dari: a) desktop electronic telephone (pesawat telepon elektronik); b) multi coin public pay /?/zo«e(pesawat telepon multi coin);
c) public pay phone for international and long distance dialing (pesawat telepon umum swalayan); d) Private automatic branch exchange (pesawat telepon pribadi). 2.produk switching, terdiri dari: a) mobile radio telephone (SKTB, yaitu sambungan telepon kendaraan bermotor); b) compact earth station-3 channel (stasion bumi kecil-3); c) remote telephone system-TDMA (sambungan langsung jarak jauh). 3.produk transmisi, terdiri dari: a) multiplax equipment; b) pulse code modulation (PCM); c) our station STKB; d) SBK-100; e) RITE (radio telephone terminal equipment).
4. instalasi, terdiri dari: a) STDI phase III; b) STDI phase IV; c) PCM phase III.
Target pemasaran yang dilakukan pada saat ini adalah: a) Operator telekomunikasi tetap.
b) Operator telekomunikasi seluler. c) Operator telekomunikasi, korperasi dan publik. d) Non operator telekomunikasi tetap dan non operator telekomunikasi selular.
Strategi pemasaran Perusahaan berusaha memberikan kesan atau image yang baik kepada pelanggan dengan membuat komitmen sebagai berikut: a) Kualitas produk yang dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan pelanggan. b) Kualitas pelayanan dengan mengutamakan kepuasaan dari pelanggan atas produk yang dihasilkan. Strategi Harga Walaupun PT. INTI merupakan satu-satu perusahaan yang memproduksi jaringan telefon namun perusahaan tetap berusaha menciptakan harga yang baik hal ini dilihat adanya bagian perencanaan sales engineering (SE) dalam mengkalkulasi harga penawaran barang yang akan dijual kepada konsumen. Dan didukung dengen menciptakan kualitas produk yang baik dan terus-menerus melakukan analisa Komitmen Perusahaan berusaha untuk melaksanakan komitmen yang telah dibuatnya melalui perjanjian dengan pelanggan baik melalui kwalitas dari produk yang dibeli, pelayanan yang diberikan maupun kesesuaian produk yang dibeli konsumen dengan yang diharapkannya, dimana semuanya ini dilakukan oleh perusahaan agar kepuasaan konsumen dapat ditingkatkan.
4.1.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi yang baik adalah kerangka bagi pelaksanaan manajemen setiap perusahaan, yang menggambarkan garis tugas dan tanggung jawab dan aliraninformasi dalam perusahaan. Adapun struktur organisasi tersebut dapat dilihat di halaman lampiran, sedangkan uraian tugas (job descrption) yang berhasil diperoleh adalah sebagai berikut: Kekuasaan tertinggi dalam perusahaan ini adalah terletak pada rapat umum pemegang saham dan karena saham-sahamnya dimiliki oleh negara berarti kekuasaan tertinggi ada pada pemerintah sebagai pengawas dan sebuah penasehat ditunjuk sebuah dewan komisaris.Sedangkan sebagai pimpinan tertinggi dipegang oleh beberapa direktur utama dan para direktur lainnya pada akhirnya disebut direksi. Berdasarkan surat keputusan direksi perusahaan No. 001/97 PT. INTI struktur organisasinya terdiri dari: A) Direksi; B) Satuan pengawas intern; C) Divisi; D) Strategic business unit (SBU).
DIREKSI
Tugas pokoknya adalah memimpin seluruh koorperasi dalam menjalankan misi perusahaan untuk mencapai kinerja usaha yang menguntungkan, kepuasaan pelanggan yang maksimal, serta tingkat pencapaian kinerja usaha setiap tahap pengembangan. Direksi terdiri dari: a) Direktur Tugas
Utama
sebagai
pokok
direktur
pimpinan utama
puncak
adalah
(chief
memimpin
exsecutive
officer)
seluruh
kegiatan
pengelolahan perusahaan sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar dan
keputusan
rapat
mempertanggungjawabkan
umum
penggunaan atau
pemegang pengelolaan
saham,
serta
kekayaan
negara
yang ditanamkan dalam perusahaan.
b) Direktur Pemasaan Tugas
pokok
dari
direktur
pemasaran
adalah
memimpin
Direktorat
pemasaran dalam perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, pengendalian. pemasaran produk telekomunikasi dan produk atau jasa atau diversifikasi usaha untuk meningkatkan kinerja usaha perusahaan. Bagian Pemasaran ini membawahi Bagian Sales Promotion yang tugas dan wewenangnya adalah: a) Meningkatkan penjualan produk-produk PT. INTI; b) Mengadakan koordinasi dengan bagian lain untuk meningkatkan citra perusahaan; c) Mengadakan pameran yang berthubungan dengan produk perusahaan. c) Direktur Produksi
Tugas pokok direktur produksi adalah memimpin direktorat produksi dalam pengoperasian fasilitas produksi agar kebutuhan produk yang diterapkan pelanggan melalui permintaan direktorat pemasaran dapat tercapai, serta operasi pembuatan produk berjalan secara efisien. d) Direktur Teknologi Tugas pokok direktur teknologi adalah memimpin direktorat teknologi dalam berbagai kegiatan tekno struktur yaitu menyusun perencanaan teknologi yang dibutuhkan perusahaan dimasa yang akan datang, memanfaatkan kemampuan teknologi yang sudah dikuasai maupun teknologi baru dari sumber lain dalam rangka memberikan solusi kepada pelanggan, mengembangkan produk-produk yang ada serta menciptakan produk-produk baru, dan memberikan jasa teknik kepada pelanggan serta pada tingkat mutu yang memenuhi persyaratan tuntutan pelanggan. e) Direktur Administrasi dan Keuangan Tugas direktur administrasi dan keuangan adalah memimpin direktorat administrasi keuangan untuk mengelola keuangan dan kekayaan perusahaan, penyusunan dan pengelolaan sistim akuntansi, pengembangan sumber daya manusia dan organisasi serta megembangkan sumber daya manusia dan organisasi serta meyelenggarakan rumah tangga perusahaan secara tertib, aman dan lancar.
SATUAN PENGAMANAN INTERN (SPI)
Tugas Satuan Pengamanan Intern adalah: a) Membantu
direktur
utama
dalam
menilai
sistim
pengendalian
manajemen (operasional dan keuangan); b) Melaksanakan
kegiatan-kegiatan
pengawasan
pemeriksaan
dalam
pemeriksaan
kepada
bidang produksi, keuangan serta operasional; c) Memberikan
laporan
hasil
pengawasan
dan
direktur utama.
DIREKSI Pembentukan divisi dilakukan untuk mendukung kelancaran kegiatan Strategic Business Unit (SBU) dengan menyusun kebijakan-kebijakan strategis sesuai dengan fungsinya yang menjadi acuan pelaksanaan kegiatan operasional pada unit kerja lain.
Divisi terdiri dari: a. Divisi sekretariat perusahaan; b. Divisi keuangan; c. Divisi penelitian dan pengembangan; d. Divisi sumber daya manusia dan umum; e. 4.1.2
Divisi quality assurance.
Audit Internal Pada PT.INTI
Untuk mengetahui Audit Internal pada PT.INTI, peneliti mengedarkan kuesioner sesuai dengan indikator dari audit internal yang terdiri dari 2 dimensi yaitu : 1.
Ruang Lingkup Audit Internal
2.
Kualifikasi Audit Internal
3.
Program audit
Adapun hasil jawaban responden tentang Audit Internal (Variabel X), adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Persentase Pernyataan Ruang Lingkup, Kualifikasi Dan Program Audit Internal Frekuensi Jawaban Pernyataan
Berdasarkan Peringkat
Persentase Jawaban (%)
Jawaban 5
4
3
2
1
5
4
3
1. Aktivitas Kepatuhan
3
7
4
0
2. Aktivitas Pengujian
5
5
4
3. Aktivitas Penilaian
6
7
4. Tanggung jawab pada pimpinan
0
5. Bekerja secara objektif
8
2
1
0
0,21
0,51
0,28
-
-
0
0
0,36
0,36
0,28
-
-
1
0
0
0,42
0,51
0,07
-
-
8
6
0
0
-
0,57
0,43
-
-
4
2
0
0
0,57
0,29
0,14
-
-
6. Memiliki pengetahuan tanggung jawab perorangan
3
4
7
0
0
0,21
0,28
0,51
-
-
7. Memiliki kecermatan profesional
6
8
0
0
0
0,42
0,58
-
-
-
8. Perencanaan audit
7
5
2
0
0
0,50
0,36
0,14
-
-
9. Membuat program audit
2
4
8
0
0
0,14
0,28
0,58
-
-
10. Melakukan tindak lanjut
6
7
1
0
0
0,42
0,51
0,07
11. Kerjasama tim
6
8
0
0
0
0,42
0,58
-
-
-
12. Tanggung jawab pada pimpinan
5
7
2
0
0
0,36
0,50
0,14
-
-
13. Melaporkan hasil audit
1
6
7
0
0
0,07
0,42
0,51
-
-
14. Memonitor tujuan perusahan
5
6
3
0
0
0,36
0,43
0,21
-
-
15 Independen
5
9
0
0
0
0,36
0,64
-
-
-
0,32
0,45
0,23
-
-
Rata-Rata
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai ruang lingkup, kualifikasi, dan program audit internal pada PT.INTI sebagian besar menjawab “Setuju” dengan persentase 45%, sedangkan yang menjawab “Sangat Setuju” sebesar 32% dan sebanyak 23% menjawab “ragu-ragu”. Pada pernyataan “aktivitas kepatuhan” terdapat 4 responden yang menjawab raguragu hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan auditor internal tentang prosedur, rencana, kebijakan dan prinsip akuntansi, pada pernyataan “aktivitas pengujian” terdapat 4 reponden yang menjawab ragu-ragu hal ini dikarenakan auditor internal kurang efektif dalam hal menguji keandalan data-data yang disajikan oleh tiap-tiap departemen dalam perusahaan, pada pernyataan “tanggung jawab pada pimpinan” terdapat 6 responden yang menyatakan
ragu-ragu ini dikarenakan kurangnya tanggung jawab auditor internal dari masing-masing individu terhadap suatu kewenangan , pada pernyataan “tanggung jawab perorangan” terdapat 7 responden yang menjawab ragu-ragu, ini dikarenakan kurangnya pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan auditor internal dalam melaksanakan tanggung jawab perorangan, sedangkan pada pernyataan “membuat program audit” terdapat 8 responden yang menjawab ragu-ragu, hal dikarenakann pembuata program audit yang tidak tepat akan membuat prosedur menjadi rumit, pada penyataan “Melaporkan hasil audit” terdapat 7 responden yang menjawab ragu-ragu, hal ini dirasakan responden karena auditor internal memutuskan laporan audit yang tidak tepat untuk diterbitkan pada serangkain kondisi tertentu
4.1.3
Operasi Penjualan Perusahaan Pada PT.INTI Untuk mengetahui seberapa besar pelaksanaan audit internal pada PT.INTI, peneliti
mengedarkan kuesioner sesuai dengan indikator dari Operasi Penjualan yang terdiri dari 4 dimensi yaitu : 1. Konsep Penjualan 2. Ruang Lingkup Operasi Penjualan 3. Kebijakan dan Operasi Penjualan 4. Kebijakan Penetapan Harga Adapun hasil jawaban responden tentang operasi penjualan (Variabel Y), adalah sebagai berikut: 1. Konsep Penjualan
Tabel 4.2 Hasil Persentase Pernyataan Konsep Penjualan
Frekuensi Jawaban Pernyataan
Berdasarkan Peringkat
Persentase Jawaban (%)
Jawaban 5
4
3
1. Kelompok Pembeli
7
5
3
0
2. Penyediaan barang/jasa
6
6
3
3. Kepuasan Konsumen
8
4
3
Rata-rata
2
1
5
4
3
2
1
0
0,47
0,33
0,20
-
-
0
0
0,40
0,40
0,20
-
-
0
0
0,53
0,27
0,20
-
-
0,47
0,33
0,20
-
-
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai Konsep Penjualan pada PT.INTI. Sebagian menjawab “Sangat Setuju” dengan persentase 47%, sedangkan yang menjawab “Setuju” sebesar 33% dan sebanyak 20% menjawab “Raguragu”. Hal ini menunjukan bahwa manajemen pada PT.INTI dengan baik telah menetapkan orientasi konsumen, penetapan volume penjualan, koordinasi,dan integrasi Pada pernyataan “kelompok pembeli” terdapat 3 responden yang menjawab raguragu hal ini dikarenakan pelaku penjual tidak memilih kelompok pembeli yang menjadi sasaran pembelian. Pada pernyataan “penyediaan barang dan jasa” terdapat 3 responden
yang menjawab ragu-ragu hal ini dikarenakan pelaku penjualan tidak menyediakan barang/jasa yang baik dengan harga yang layak.Sedangkan pada pernyataan “kepuasan konsunen” terdapat 3 responden yang menjawab ragu-ragu hal ini disebabkan tidak semua pelaku penjualan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang dikordinir untuk memberikan kepuasan pada konsumen.
2. Ruang Lingkup Operasi Penjualan Tabel 4.3 Hasil Persentase Pernyataan Ruang Lingkup Operasi Penjualan
4. Surat order pengiriman
5
6
2
0
0
0,33
0,40
0,27
-
-
5. Volume penjualan
9
4
2
0
0
0,60
0,27
0,13
-
-
6. Perencanaan Tenaga Kerja
8
6
1
0
0
0,53
0,40
0,07
-
-
7. Mengevaluasi Order
4
5
6
0
0
0,27
0,33
0,40
-
-
8. Penawaran harga
6
5
4
0
0
0,40
0,33
0,27
-
-
9. Perencanaan penjualan
3
4
8
0
0
0,20
0,27
0,53
-
-
10.Barang Sesuai Order
10
5
0
0
0
0,67
0,33
-
-
-
11. Tanggung Jawab Adanya Barang
7
7
1
0
0
0,47
0,47
0,06
-
-
12.Otorisasi Barang Keluar
8
5
2
0
0
0,53
0,33
0,14
-
-
13. Evaluasi Kegiatan Penjualan
1
7
7
0
0
0,06
0,47
0,47
-
-
0,40
0,36
0,23
-
-
Rata-rata
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai Ruang lingkup operasi penjualan pada PT.INTI. Sebagian menjawab “Sangat Setuju” dengan persentase 40%, sedangkan yang menjawab “Setuju” sebesar 36% dan sebanyak 23% menjawab Ragu-ragu”. Hal ini menunjukan bahwa manajemen pada PT.INTI dengan baik telah menetapkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan operasi penjualan dalam upaya mencapai tujuan. Pada pernyataan “mengevaluasi order” terdapat 6 responden yang menjawab raguragu, hal ini dikarenakan pelaku penjual terkadang tidak memperhatikan hal-hal seperti rencana pembayaran pelanggan tunai atau kredit, pada pernyataan “penawaran harga” terdapat 4 responden yang menjawab ragu-ragu, ini disebabkan tidak semua pelaku penjualan melakukan penerimaan order seperti mengirim surat penawaran harga. Pada pernyataan “Perencanaan Penjualan” terdapat 8 responden yang menjawab ragu-ragu hal ini dikarenakan pelaku penjualan tidak membuat perencanaan-perencanaan penjualan secara tepat yang memperhatikan factor ekstern dan intern perusahaan, sedangkan pernyataan “evaluasi kegiatan penjualan” terdapat 7 responden yang menjawab ragu-ragu hal ini dikarenakan pelaku penjual tidak bertindak sesuai rencana seperti, penentuan standar, perbandingan hasil dengan standard dan tidak melakukan kegiatan mengkoreksi standard.
3. Kebijakan dan Prosedur Operasi Penjualan Tabel 4.4 Hasil Persentase Pernyataan Kebijakan dan Prosedur Operasi Penjualan
14. Pemahaman Produk
8
1
6
0
0
0,53
0,06
0,41
-
-
15 Data Pembeli
7
5
3
0
0
0,47
0,33
0,20
-
-
16. Mempelajari Masalah
2
4
9
0
0
0,13
0,27
0,60
-
-
17. Menentukan Kebutuhan
7
8
0
0
0
0,47
0,53
-
-
-
18. Resiko Produk Baru
2
3
10
0
0
0,13
0,20
0,67
-
-
19. Penelitian Pasar
10
4
1
0
0
0,67
0,27
0,06
-
-
20. Kinerja Penjualan
8
6
1
0
0
0,53
0,41
0,06
-
-
0,42
0,30
0,28
-
-
Rata-rata
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai Kebijakan dan Prosedur Operasi Penjualan pada PT.INTI. Sebagian besar menjawab “Sangat Setuju” dengan persentase 42%, sedangkan yang menjawab “Setuju” sebesar 30% dan sebanyak 28% menjawab “Ragu-ragu”. Hal ini menunjukan bahwa manajemen pada PT.INTI dengan baik dapat bertindak dengan cara dan keadaan tertentu dan dimanfaatkan
sebagai suatu pedoman, keharusan, atau pembatasan tindakan serta cara-cara yang digunakan selaras dengan kebijakan yang telah ditentukan. Terdapat 6 responden yang menjawab ragu-ragu pada pernyataan “pemahaman produk” , hal ini dikarenakan pelaku penjualan kurang melakukan persiapan-persiapan sebelum melaksanakan penjualan seperti memberikan pemahaman produk/jasa yang akan dijual kepada konsumen, pada pernyataan “data pembeli” terdapat 3 reponden yang menjawab ragu-ragu, ini dikarenakan pelaku penjualan tidak memiliki data dalam menentukan karakteristik pembeli yang potensial. Terdapat 9 responden yang menjawab ragu-ragu pada pernyataan ‘mempelajari masalah”, kendala ini dikarenakan pelaku penjualan sedikit mempelajari masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasiorganisasi / perusahaan yang menjadi pembeli.
4.2
Pembahasan
4.2.1
Analisis Fungsi Audit Internal Pada PT.INTI Untuk menganalisis sejauh mana audit internal pada PT.INTI, maka cara yang
dilakukan penulis adalah dengan menggunakan nilai rata-rata (Mean) dari skor perhitungan variabel X masing-masing responden yang kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah penulis tetapkan pada Bab III. Skor perhitungan masing-masing responden dari kuesioner mengenai fungsi audit internal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Total Skor Audit Internal
Responden
Skor Variabel
1
71
2
62
3
66
4
61
5
64
6
66
7
62
8
65
9
58
10
55
11
56
12
66
13
61
14
58
Jumlah
871
Dari hasil penilaian dan penghitungan kuesioner untuk variabel X tersebut, dipeoleh nilai rata-rata (mean) total skor responden dari tabel 4.3 adalah :
Me =
∑Xi
871 =
N
4.2.2
= 62
14
Analisis Operasi Penjualan Pada PT.INTI Untuk menganalisis sejauh mana operasi penjualan pada PT.INTI, maka cara yang
dilakukan penulis adalah dengan menggunakan nilai rata-rata (Mean) dari skor perhitungan variabel Y masing-masing responden yang kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah penulis tetapkan pada Bab III. Skor perhitungan masing-masing responden dari kuesioner mengenai operasi penjualan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Total Skor Operasi Penjualan
Responden
Skor Variabel
1
80
2
80
3
88
4
72
5
65
6
90
7
86
8
95
9
82
10
87
11
75
12
89
13
92
14
80
15
76
Jumlah
1219
Dari hasil penelitian dan penghitungan kuesioner pada variabel Y tersebut, diperoleh nilai rata-rata (mean) total skor responden dari tabel 4.4 adalah
Me
=
∑ Xi n
4.2.3
=
1219
=8
15
Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan
skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat,maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut menurut Sugiyono (2009:179) yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Jika r ≥ 0,30, maka item-item pernyataan dari kuesioner adalah valid b. Jika r ≤ 0,30, maka item-item pernyataan dari kuesioner adalah tidak valid
Nilai validitas untuk setiap item pernyataan adalah seperti di bawah ini :
Tabel 4.7 Uji Validitas Audit Internal dan Operasi Penjualan Variabel
Fungsi Audit Internal
No Item
Koefisien Validitas
Titik Kritis
Kesimpulan
1
0,371
0,300
Valid
2
0,400
0,300
Valid
3
0,536
0,300
Valid
4
0,380
0,300
Valid
5
0,771
0,300
Valid
6
0,763
0,300
Valid
7
0,567
0,300
Valid
8
0,618
0,300
Valid
9
0,545
0,300
Valid
10
0,505
0,300
Valid
11
0,534
0,300
Valid
12
0,569
0,300
Valid
13
0,713
0,300
Valid
14
0,527
0,300
Valid
15
0,679
0,300
Valid
Variabel
Operasi Penjualan
No Item
Koefisien Validitas
Titik Kritis
Kesimpulan
1
0,795
0,300
Valid
2
0,721
0,300
Valid
3
0,518
0,300
Valid
4
0,477
0,300
Valid
5
0,739
0,300
Valid
6
0,562
0,300
Valid
7
0,392
0,300
Valid
8
0,518
0,300
Valid
9
0,566
0,300
Valid
10
0,571
0,300
Valid
11
0,488
0,300
Valid
12
0,408
0,300
Valid
13
0,501
0,300
Valid
14
0,622
0,300
Valid
15
0,517
0,300
Valid
16
0,562
0,300
Valid
17
0,688
0,300
Valid
18
0,547
0,300
Valid
19
0,539
0,300
Valid
20
0,411
0,300
Valid
Berdasarkan hasil uji validitas yang disajikan pada tabel di atas, diketahui bahwa koefisien validitas yang dihasilkan untuk setiap pernyataan fungsi audit internal dan operasi
penjualan melebihi titik kritis 0,300 sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataanpernyataan yang mengukur fungsi audit internal dan operasi penjualan dinyatakan valid. 4.2.4
Uji Reliabilitas Tabel 4.8 Uji Reliabilitas Audit Internal dan Operasi Penjualan Variabel
Koefisien Reliabilitas
Titik Kritis
Kesimpulan
Fungsi Audit Internal
0,849
0,700
Reliabel
Operasi Penjualan
0,897
0,700
Reliabel
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang disajikan pada tabel di atas, koefisien reliabilitas yang diperoleh variabel fungsi audit internal dan operasi penjualanadalah sebesar 0,849 dan 0,897, dimana nilai ini melebihi 0,700 sehingga kuesioner yang mengukur variabel fungsi audit internal dan operasi penjualan dinyatakan reliabel. 4.3
Analisis Audit Internal Terhadap Operasi Penjualan Pada PT.INTI Tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh fungsi audit internal terhadap operasi penjualan PT. INTI Bandung dengan menggunakan analisi korelasi Rank Spearman, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis. a.
Analisis Korelasi Rank Spearman Analisis korelasi digunakan untuk melihat sejauhmana hubungan yang terjadi
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Berikut disajikan hasil perhitungan analisis korelasi rank spearman dengan menggunakan SPSS.
Tabel 4.9 Analisis Korelasi Rank Spearman
Berdasarkan tabel output di atas, diperoleh informasi bahwa nilai korelasi antara fungsi audit internal dengan operasi penjualan adalah sebesar 0,439 berada pada kategori sedang berada pada rentang interval 0,40 – 0,599. Nilai korelasi bertanda positif, yang menandakan bahwa hubungan yang terajdi antara keduanya adalah searah. Dimana semakin baik fungsi audit internal, maka akan diikuti pula oleh semakin tingginya operasi penjualan. b.
Analisis Koefisien Determinasi Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pengaruhyang diberikan oleh variabel
bebas terhadap variabel terikat.Analisis koefisien determinasi/ R-Square merupakan kuadrat dari nilai R atau korelasi. Sedangkan untuk rumus koefisien determinasi dapat dilihat sebagai berikut: Kd Dimana : Kd R2
= Koefisien Determinasi = Nilai Koefisien Korelasi
= r2 x 100%
Maka diperoleh hasil sebagai berikut: Kd
=0,4392 x 100% = 19,3%.
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh informasi bahwa nilai koefisien determinasi adalah sebesar 19,3%. Hal ini menunjukan bahwa fungsi audit internal dengan operasi penjualan sebesar 19,3% jika melihat pedoman menurut Ridwan (2007:89) nilai tersebut termasuk dalam kategori rendah sekali. Sedangkan sisanya 100%-19,3% =80,7% merupakan pengaruh variabel lain yang tidak diteliti seperti pengendalian intern (SPI), bagian pemasaran, baliho dan lain sebagainya.
4.4
Pengujian Hipotesis Untuk menguji apakah fungsi audit internal memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap operasi penjualan, maka dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: Ho := 0
Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara fungsi audit internal (variabel X) terhadap operasi penjualan (variabel Y).
Ha : ≠ 0
Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan antara fungsi audit internal (variabel X) terhadap operasi penjualan (variabel Y).
Taraf signifikansi (α) : 0,05 (5%) Kriteria uji : tolak H0 jika nilai t-hitung > t-tabel, terima H0 jika nilai t-hitung < t-tabel.
Tabel 4.10 Pengujian Hipotesis Variabel X-Y
Rs 0,439
5%
t_hitung
t_tabel
Keputusan
Keterangan
1,693
2,179
Ho diterima
Tidak signifikan
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t-hitung untuk variabel fungsi audit internal sebesar 1,693. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada distribusi t. Dengan α=0,05, df = n-k-1 = 14-1-1 =12, untuk pengujian dua sisi diperoleh nilai t tabel sebesar ± 2,179. Maka dapat dilihat bahwa t hitung untuk variabel fungsi audit internal sebesar 1,693< t tabel (2,179), maka Ho diterima artinya fungsi audit internal memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap operasi penjualan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Setelah penulis melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data dengan
tujuan mengetahui bagaimana pengaruh audit internal terhadap operasi penjualan perusahaan pada PT.INTI, penulis memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Audit Internal pada PT.INTI telah dilaksanakan dengan “Baik”. Berdasarkan hasil pembahasan diperoleh nilai rata-rata dari audit internal sebesar 62. Hal tersebut didukung oleh indikator audit internal diantaranya auditor internal menilai kelayakan dan aktivitas pengendalian internal perusahaan seperti penilaian terhadap efisiensi, operasi, dan pelaksanaan operasi. Selain itu auditor dapat bekerja secara objektif, memiliki kecermatan profesional, perencanaan audit, melakukan tindak lanjut untuk meyakinkan bahwa tindakan tepat, kerjasama tim, bertanggung jawab langsung pada pimpinan, memonitor guna pencapaian tujuan perusahaan, dan tidak memihak pada siapapun, akan tetapi audit internal memiliki beberapa kelemahan diantaranya aktivitas kepatuhan terhadap setiap kegiatan perusahaan, seharusnya audit internal menguji setiap pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui tingkat kepatuhan terhadap prosedur, rencana, kebijakan dan prinsip akuntansi, selain itu terdapat kelemahan pada aktivitas pengujian data-data yang disajikan, pada hal ini audit internal seharusnya melakukan pengujian analitik yaitu mempelajari perbandingan dan hubungan antara data satu dengan data yang lain, kelemahan lainnya terdapat
pada pelaporan hasil audit, sebaiknya auditor memutuskan jenis laporan audit yang tepat bagi kondisi tertentu, dan tingkat materialitas tiap-tiap kondisi, kelemahan lainya terdapat pada tanggung jawab pada pimpinan dan pengetahuan keterampilan tentang tanggung jawab perorangan. 2. Operasi penjualan pada PT.INTI telah terlaksana dengan cukup baik. Berdasarkan hasil pembahasan diperoleh nilai rata-rata dari operasi penjualan sebesar 81. Hal ini didukung oleh indikator penerimaan order, perencanaan volume penjualan, perencanaan tenaga kerja, menyerahkan barang sesuai dengan surat order pengiriman, menjamin adanya barang, adanya otoritas pihak berwenang terhadap barang yang keluar dari perusahaan, memiliki data pembeli, menentukan kebutuhan pokok, penelitian pasar atas produk baru, dan penelitian kinerja penjualan, akan tetapi operasi penjualan terdapat beberapa kelemahan yang terjadi pada operasi penjualan yakni mengevaluasi order , seharusnya pelaku penjualan melakukan evaluasi order secara berkala dan efektif, kelemahan lainnya terdapat pada perencanaan penjualan, dalam hal ini bagian penjualan seharusnya membuat perencanaan penjualan secara tepat yang memperhatikan faktor intern seperti seperti faktor pendukung / penghambat dan faktor eksternal seperti kondisi pasar, konsumen, dan pesaing, kelemahan lainnya terdapat pada evaluasi kegiatan penjualan, kepala penjualan harus melakukan evaluasi dan memeriksa operasi penjualan sesuai rencana, selain itu pelaku penjual harus mengadakan persiapan-persiapan untuk memberikan pemahaman produk terhadap produk yang akan dijual. 3. Pengaruh audit internal terhadap operasi perusahaan adalah sebesar 19,3% termasuk dalam kategori rendah sekali, sedangkan sisanya sebesar 100% -
19,3% = 80,7% merupakan pengaruh variabel lain yang tidak diteliti seperti pengendalian intern (SPI), bagian pemasaran, baliho dan lain sebagainya.
5.1
Saran Dengan maksud memberikan masukan yang positif penulis ingin menyampaikan
beberapa saran yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, antara lain adalah sebagai berikut: A.
Bagi Manajemen PT.INTI Bandung 1. Berdasarkan hasil pembahasan, penulis menemukan kelemahan utama fungsi audit internal terkait pernyataan “Membuat program audit”, sebagian besar responden 58% menjawab “Ragu-ragu”, artinya audit internal tidak membuat program audit yang tidak tepat, hal ini akan membuat prosedur menjadi rumit dan tidak penting, seharusnya audit internal memulai untuk membuat program audit yang tepat dan menyeluruh hingga pada pengembangan rencana audit, agar diperoleh ketepatan dalam penentuan prosedur-prosedur audit. 2. Penulis juga menemukan kelemahan utama yang menjadi kendala pada operasi penjualan terkait pernyataan “Resiko Terhadap Produk Baru” sebesar 67% responden menyatakan “Ragu-ragu”. Manajemen pada PT.INTI belum secara maksimal dalam melakukan penelitian pasar sebelum mengeluarkan produk baru. Diharapkan kedepan manajemen PT.INTI melakukan survei pasar terlebih dahulu dengan wawancara langsung atau melalui angket setelah itu amati perkembangan tren pasar yang sedang dicari konsumen. Hasil pengamatan ini bisa dijadikan bahan pertimbangan sebelum mengeluarkan sebuah produk
kepasaran,perhatikan tingkat persaingan pasar, apakah produk yang akan dipasarkan bisa bersaing dengan kompetitor, jika produk belum bisa bersaing dengan para kompetitor, maka salah satunya cara yang terbaik adalah mengembangkan budaya inovasi dalam produk. Mengingat pentingnya penelitian pasar sebuah produk, sebisa mungkin penelitian dilakukan agar bisnis yang dijalankan tidak salah langkah dan strategi pemasaran yang digunakan menjadi tepat sasaran dan memberikan hasil maksimal.
B. Bagi Peneliti Selanjutnya: 1.
Penelitian ini mengambil obyek yang terbatas yakni hanya pada satu perusahaan. Pada penelitian berikutnya perlu dilakukan pengamatan dengan obyek yang lebih luas, sehingga lebih dapat dijadikan acuan bagi kepentingan generalisasi permasalahan.
2.
Penelitian ini hanya menggunakan 1 variabel bebas, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah variabel bebas guna generalisasi hasil penelitian yang lebih baik lagi, seperti kinerja manajerial, teknologi informasi dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Wijaya Tunggal, (2009) Internal Auditing (Suatu Pengantar), Jakarta : Harvarindo Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, (2008), Auditing and Assurance Services an Integrated Approach, 9th Edition, Prentice Hall. Inc., New Jersey Boynton, William C., Johnson, Raymond N., and Kell, Walter G., (2008) Modern Auditing, 7th Edition, New York : John Willey and Sons Inc. Ikatan Akuntan Indonesia, (2008), Standar Profesi Akuntan Publik, Yogyakarta: Bagian penerbitan STIE YPKN. Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, (2005), Standar Profesi Audit Internal, Kotler, Philip, (2009), Marketing Management, The Millenium Edition, New Jersey : Prentice Hall, Inc. Mardiasmo, (2010), Akuntansi Sektor Publik, Edisi Ketiga, Yogyakarka : Penerbit Andi Yogyakarta Moeller, Robert and Herbert N .Witt (1999), Brink’s Modern Internal Auditing, 5th Edition, New York : Jhon Wiley & Sons, inc. Ratliff L. richard,et al (1996) Internal Auditing Principles and techniques, Florida The institute of internal auditor Payne, (2000), Marketing Manajemen , The Third Edition, Chicago: Prentice Hall, Inc Sunarto, (2005), Auditing, Cetakan Pertama, Yogyakarta : Penerbit Panduan Swastha, Basu, (2000), Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta Tugiman,
Hiro,
(2004),
Menuju
Audit
Internal
Organisasi
yang
Efektif,
Yogyakarta:kanisius (2008), Standar Profesional Audit Internal, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.