PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ……….. .……………………………………......................….…(Ariadharma)
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENJUALAN: STUDI KASUS PT. INTI (PERSERO) BANDUNG Andhika Ariadharma Alumni Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Jl. Surya Sumantri Bandung Email:
[email protected]
ABSTRACT Sales is a major activity in companies that need to be taken seriously, because with the sale of the company to earn a profit for the company's survival. Given the importance of sales activity within the company, it is necessary to control the sale as well. Sales activity should be planned and carried out effectively and efficiently as possible in order to profit the company can achieve the optimum point, and the company can also handle and control the sales activity well in line with the growing company and competition in the business world. In this study, the researchers conducted a case study using descriptive analysis research methodology of data collection is done by questionnaires, interviews, observation, and research literature. The method used to test the hypothesis is a statistical method of Spearman Rank correlation. Based on the results of questionnaires and hypothesis testing is done, the results obtained by calculating the percentage of 69.22% so it can be concluded that the Internal Control System Sales is designed PT INTI (Persero) is very influence on sales effectivitness. Keywords: Internal Control System Sales, Sales Effectivitness.
ABSTRAK Penjualan merupakan suatu aktivitas utama dalam perusahaan yang perlu diperhatikan secara serius, karena dengan adanya penjualan ini perusahaan akan memperoleh laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Mengingat pentingnya aktivitas penjualan dalam perusahaan, maka diperlukan pengendalian atas penjualan dengan baik. Aktivitas penjualan harus dapat direncanakan dan dilaksanakan secara efektif dan seefisien mungkin agar laba perusahaan dapat mencapai titik optimal serta perusahaan juga dapat menangani dan mengendalikan aktivitas penjualan dengan baik sejalan dengan semakin berkembangnya perusahaan dan persaingan dalam dunia bisnis. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian studi kasus dengan menggunakan metodologi penelitian analisis deskriptif yaitu pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, observasi, serta penelitian kepustakaan dan metode yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah metode statistik korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan pengujian hipotesis yang dilakukan, didapatkan hasil perhitungan persentase sebesar 69,22% sehingga dapat disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Intern Penjualan yang dirancang PT INTI (Persero) sangat berpengaruh terhadap efektivitas penjualan. Kata Kunci: Sistem Pengendalian Intern Penjualan, Efektivitas Penjualan
PENDAHULUAN Dunia usaha saat ini berkembang sangat pesat baik sektor industri, perdaga-
ngan, maupun jasa. Perusahaan-perusahaan kecil akan tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan besar dengan aktivitas dan permasalahan yang semakin kompleks. Pada 63
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
perusahaan kecil pemilik atau pemimpin perusahaan dapat mengawasi secara langsung kegiatan perusahaan dengan dibantu beberapa orang saja, sedangkan perusahaan yang telah berkembang besar maka pemimpin perusahaan harus dapat menyesuaikan keadaan tersebut, karena dalam keadaan demikian seorang pemimpin tidak akan lagi mampu mengawasi semua kegiatan perusahaan yang dipimpinnya secara langsung. Hal tersebut disebabkan semakin luasnya lingkup pengawasan yang harus dilaksanakannya dan juga karena adanya keterbatasan kemampuan seorang pemimpin perusahaan. Hal ini yang mengharuskan seorang pemimpin perusahaan memilik sistem dan prosedur kegiatan operasi yang tertata dan terencana secara baik untuk mendelegasikan sebagian wewenang pada bawahannya disertai batasbatas wewenang dan kewajiban yang ditanggungkan kepada bawahannya. Struktur organsasi perusahaan merupakan fondasi utama bagi perusahaan merupakan fungsi bagianbagian yang tersusun dalam suatu hubungan yang menunjukkan tingkatan fungsi, tugas, wewenang dan tanggungjawab dalam manajemen perusahaan. Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisai menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktifitas dan fungsi dibatasi. Salah satu aktivitas usaha perusahaan adalah penjualan, yang merupakan bagian terpenting bagi setiap kegiatan usaha. Penjualan dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan karena dari penjualan ini perusahaan akan mendapatkan laba yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan, selain itu penjualan yang maksimal dapat menjadi ukuran keberhasilan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Setiap perushaan tentu memiliki target penjualan, ini sebagai motivasi perusahaan khususnya bagianpenjualan untuk terus meningkatkan hasil penjualan sehingga target penjulan dapat tercapai. Ada kalanya dalam menjalankan kegiatan penjualan target penjualan yang telah direncanakan oleh mana64
jemen tidak dapat tercapai sepenuhnya atau tidak terrealisasikan dengan maksimal. Sehingga dapat dikatakan penjualan perusahaan belum efektif. Sebaliknya jika target penjualan dapat direalisasikan dengan optimal maka penjualan perusahaan dapat dikatakan efektif. Efektivitas dapat diukur dengan membandingkan target penjualan dengan realisasi penjualan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mencoba membahas dan menganalisa apakah pengendalian intern penjualan yang dilakukan oleh PT. INTI telah memadai, bagaimana keadaan efektivitas penjualan pada PT. INTI, bagaimana pengaruh sistem pengendalian intern penjualan pada PT. INTI terhadap efektivitas penjualan. Penelitian ini memilki beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui seberapa memadai sistem pengendalian intern penjualan yang dilakukan perusahaan, keadaan efektivitas penjualan perusahaan, seberapa besar pengaruh sistem pengendalian intern penjualan pada PT. INTI terhadap efektivitas penjualan yang dihasilkan.
KAJIAN LITERATUR Efektivitas Penjualan Efektivitas adalah hubungan dalam pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna), merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektiv apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (Mardiasmo, 2005) . Penjualan menurut (Kotler, 2000) adalah suatu aktivitas bisnis yang menyebabkan terjadinya pemindahan hak dan kepentingan atas suatu barang atau jasa dari pihak penjual ke pihak pembeli yang disertai dengan imbalan seperti contohnya uang dari pihak pembeli ke pihak penjaual. Tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah tercapainya efektivitas penjualan yang dapat dilihat dari tercapainya volume penjualan tertentu, tercapainya laba maksimal, dan mempertahankan atau bahkan meningkatkan volume penjualan dengan strategi perencanaan awal yang telah di pantau secara terus menerus.
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ……….. .……………………………………......................….…(Ariadharma)
Sistem Pengendalian Intern Pengendalian intern (Boynton ,2003) adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi. Pengertian Pengendalian Intern menurut (Arens dan Loebbecke, 2008) adalah sistem pengendalian intern yang terdiri dari beberapa kebijaksanaan dan prosedur spesifikasi yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang wajar bahwa sasaran dan tujuan penting bagi perusahaan untuk dipenuhi. Kebijaksanaan dan prosedur ini sering kali disebut pengendalian dan secara kolektif disebut pengendalian internal perusahaan.
bangun sistem informasi yang efektif dan tepat waktu. Hal tersebut antara lain menyangkut sistem akuntansi yang terdiri dari cara-cara dan perekaman (records) guna mengidentifikasi, menggabungkan, menganalisa, mengelompokkan, mencatat dan melaporkan transaksi yang timbul serta dalam rangka membuat pertanggung jawaban (akuntabilitas) asset dan utang-utang perusahaan. 5) Pemantauan (monitoring), suatu proses penilaian sepanjang waktu atas kualitas pelaksanaan pengendalian internal dan dilakukan perbaikan jika dianggap perlu. Pengendalian intern yang diciptakan dalam suatu perusahaan harus mempunyai beberapa tujuan. Tujuan dari pengendalian intern yaitu: 1) Menjaga keamanan harta milik perusahaan. 2) Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi. 3) Memajukan efisiensi operasi perusahaan. 4) Membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu untuk dipatuhi.
Unsur Sistem Pengendalian Intern Sistem Pengendalian Intern Penjualan Pengendalian internal terdiri atas beberapa unsur-unsur, namun hendaknya tetap diingat bahwa unsur-unsur tersebut saling berhubungan dalam suatu sistem. Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway atau COSO (Baidaie, 2005) yang meliputi unsur-unsur pokok pengendalian intern adalah: 1) Lingkungan pengendalian (control environment), suasana organisasi yang mempengaruhi kesadaran penguasaan (control consciousness) dari seluruh pegawainya. Lingkungan pengendalian ini merupakan dasar dari komponen lain karena menyangkut kedisiplinan dan struktur. 2) Penaksiran resiko (risk assestment), adalah proses mengidentifi-kasi dan menilai resikoresiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan. Setelah teridentifikasi, manajemen harus menentukan bagaimana mengelola/ mengendalikannya. 3) Aktivitas pengendalian (control activities), adalah kebijakan dan prosedur yang harus ditetapkan untuk meyakinkan manajemen bahwa semua arahan telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian ini diterapkan pada semua tingkat organisasi dan pengolahan data. 4) Informasi dan komunikasi (information and communication), dua elemen yang dapat membantu manajemen melaksanakan tanggung-jawabnya. Manajemen harus mem-
Pengertian dari pengendalian intern penjualan menurut Wilson dan Campbell yang dialihbahasakan oleh (Tjendera 1996), menggunakan pengertian sistem pengendalian intern sebagai berikut: pengendalian intern penjualan adalah kegiatan yang meliputi analisis, penelaahan, dan penelitian yang dilakukan terhadap kebijaksanaan, prosedur, metode, dan pelaksanaan kegiatan penjualan yang sesungguhnya untuk mencapai volume penjualan yang dikehendaki, dengan biaya yang wajar dan dapat menghasilkan laba kotor yang diperlukan untuk mencapai hasil pengembalian yang diharapkan atas investasi (return of investmen). Dapat disimpulakan bahwa pengendalian intern penjualan meliputi rencana organisasi serta metode dan langkahlangkah yang terkordinasi yang digunakan dalam suatu perusahaan. Dengan demikian, apabila metode dan tindakan yang digunakan dapat diorganisir dengan baik, maka akan menghasilkan tujuan dari sistem pengendalian intern penjualan yang baik yaitu tujuan dari perusahaan untuk memperoleh laba akan tercapai. Tujuan dari penerapan pengendalian intern penjualan menurut Arens dan Loebecke yang diterjemah oleh (Yusuf, 2008) adalah 65
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
sebagai berikut: 1) Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman aktual kepada pelanggan nok fiktif (keabsahan). 2) Transaksi penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan). 3) Penjaualan yang dicatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim dan ditagih serta dicatat dengan benar (penilaian). 4) Transaksi penjualan yang diklasifikasikan dengan pantas (klasifikasi). 5) Penjualan dicatat dalam waktu yang sesuai (ketepatan). 6) Transaksi penjualan yang dimasukan dengan pantas dalam berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran). Jelas bahwa aktivitas penjualan perlu dilindungi dari kemungkinan terjadinya penggelapan, pencurian, ataupun kesalah pencatatan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Kriteria Sitem Penjualan
Pengendalian
Intern
Sementara itu, menurut Mulyadi, (1992) dalam bukunya “Pemeriksaan Akuntan” menyebutkan kriteria-kriteria dari sistem pengendalian intern penjualan yang memadai antara lain: Struktur Organisasi, Sistem Organisasi dan Prosedur Pencatatan, Praktek yang sehat, dan Karyawan yang cakap. Pertama, Struktur Organisasi. Dalam merancang struktur organisasi yang berkaitan dengan kegiatan penjualan, elemen pokok sitem pengendalian intern dijabarkan sebagai berikut: 1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi pemberi otoritas kredit. 2) Fungsi pencatatan piutang harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi pemberian otoritas kredit. 3) Fungsi pencatatan piutang harus terpisah dari fungsi penerimaan kas. 4) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi penerimaan kas. 5) Transaksi harus dilaksanakan oleh lebih dari satu orang atau lebih dari satu unit organisasi. Kedua. Sistem Organisasi dan Prosedur Pencatatan. Dalam sistem pengendalian intern penjualan, sistem wewenang dan prosedur pencatatan diperlukan untuk mengendalikan jalannya kegiatan penjualan. Agar kegiatan penjualan berjalan dengan baik, maka diperlukan suatu sistem wewenang atas sah tidak nya suatu transaksi penjualan. Oleh karena itu kegiatan penjualan harus dilaksanakan melalui sistem dan prosedur yang telah 66
ditetapkan termasuk sistem prosedur pencatatan atas berbagai dokumen yang harus menggambarkan adanya tindakan persiapan, pemeriksaan, dan persetujuan oleh pejabat yang berwenang. Dokumen tersebut harus didistribusikan dan diproses masing-masing bagaian yang ada dalam kegiatan penjualan dan menghasilkan berbagai informasi yang dilaksanakan . Untuk lebih jelasnya sistem otorisasi dan prosedur pencatatan di rancang sebagai berikut: 1) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir surat order pengiriman. 2) Perse-tujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi pemberi otorisasi kredit dengan membubuhkan tanda tangan pada kredit copy. 3) Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman barang dengan cara menanda-tangani dan membubhakn cap “sudah dikirim” pada copy surat order pengiriman. 4) Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang, dan potongan penjualan berada ditangan direktur pemasaran dengan penerbitan surat keputusan mengenai hal tersebut. 5) Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan. 6) Penerimaan order dari pembeli dalam sistem penjualan tunai diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai. 7) Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi penerimaan kas dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut. 8) Penyerahan barang diotorisasi oleh direktur keuangan dengan dikeluarkannya surat keputusan direktur keuangan mengenai penghapusan piutang. 9) Retur penjualan di otorisasi oleh fungsi penjualan dengan membubuhkan tanda tangan otorisasi pada memo kredit. 10) Penghapusan piutang diotorisasi oleh direktur keungan dengan dikeluarkannya surat keputusan direktur keuangan mengenai penghapusan piutang. 11) Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas dokumen sumber yang dilampirkan dengan dokumen pendukung yang lengkap. 12) Pencatatan ke dalam catatancatatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk itu. Ketiga, Praktek yang sehat. Dalam sistem pengendalian intern penjualan, praktek
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ……….. .……………………………………......................….…(Ariadharma)
yang sehat dirancang sebagai berikut: 1) Penggunaan formulir berhuruf cetak. 2) Jumlas kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya segera ke bank. 3) Pehitungan saldo kas yang ada ditangan fungsi penerimaan kas dilakukan secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksaan intern. 4) Secara periodik fungsi perencanaan piutang mengirim pernyataan piutang kepada setiap debitur untuk menguji ketelitian catatan piutang yang diselenggarakan oleh bagian tersebut. 5) Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening control piutang dalam buku besar. Keempat, Karyawan yang cakap. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya yaitu karyawan yang cakap dan yang diharapkan oleh perusahaan. Karena unsur karyawan yang cakap itu merupakan unsur yang paling penting dalam sistem pengendalian intern, maka dari itu pihak karyawan hendaknya dapat merekrut karyawan dengan selektif melakuakan penerimaan karyawan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan dibutuhkan, dengan memperhatikan pengetahuan dan kecakapannya, bahwa karyawan yang ditempatkan dan yang melakukan kegiatan penjualan memahami sistem informasi akuntansi penjualan perusahaan. Untuk meningkatkan kemampuan karyawan perusahaan sebaiknya memberikan training (pelatihan) kepada setiap karyawan, dan untuk mengetahui hasil kerja setiap karyawan perlu dilakukan evaluasi dan diperlukan perputaran jabatan untuk menjaga kualitas karyawan bagian penjualan. Sitem Pengendalian Intern Penjualan Dalam Hubungan Dengan Efektivitas Penjualan Mengingat pentingnya aktivitas penjualan dalam perusahaan, maka diperlukan pengendalian atas penjualan. Aktivitas penjualan harus dapat direncanakan dan dilaksanakan secara efektif dan seefisien mungkin agar laba perusahaan dapat mencapai titik optimal serta perusahaan juga dapat menangani dan mengendalikan aktivitas penjualan sejalan dengan semakin berkembangnya perusahaan dan menjawab tuntutan persaingan dalam dunia bisnis. Pernyataan yang dikemukakan oleh (Susanto, 2008) :
“Suatu perusahaan beroperasi dengan tujuan untuk mendapatkan laba. Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian laba tersebut diantaranya efisiensi, evektivitas, pengendalian, an resiko.” Berdasarkan uraian dan pernyataanpernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara pengendalian intern dengan efektivitas penjualan. Efektivitas penjualan dapat tercapai jika pengendalian intern penjualan dilaksana-kan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh manajemen perusahaan, terutama yang berkaitan dengan organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan serta praktek yang sehat. Itu berarti pengendalian intern penjualan sangat berperan terhadap efektivitas penjualan. METODA PENELITIAN Objek penelitian yang dianalisis dalam skripsi ini adalah perlakuan pengendalian intern penjualan dan efektivitas penjualan di PT. INTI divisi Penjualan dan divisi Akuntansi (Industri Telekomunikasi Indonesia) Jl. Moch Toha No. 77 Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, dengan demikian deskriptif analisis bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki secara terperinci untuk menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan survey, data-data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh melalui survey dengan menggunakan kuesioner yang dikumpukan dari responden. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang menjadi variabel bebas (variabel yang mempengaruhi) adalah sistem pengendalian intern dan yang menjadi variabel terikat (variabel yang dipengaruhi) adalah efektivitas penjualan. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. INTI (Persero), teknik sampling yang digunakan adalah sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil sampel untuk variabel X sebanyak 12 responden yang terdiri 67
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
dari 6 karyawan bagian akuntansi dan 6 karyawan bagian penjualan, bagian-bagian tersebut dijadikan sampel dengan pertimbangan bahwa bagian tersebut berkaitan dengan karakteristik responden yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Sedangkan sampel untuk variabel Y peneliti mengambil data penjualan selama tahun 2005-2007 yang didapat dari perusahaan.
Definisi Operasional Variabel Definisi operasional masing-masing variabel dijelakan dalam tabel 1. Masing-masing item pernyataan diukur berdasarkan Skala Likert (5 = Selalu, 4 = Sering, 3 = Kadang-Kadang, 2= Jarang Sekali, 1 = Tidak Pernah)
Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Struktur Organisasi 1. Terdapat Pembagian tugas yang jelas dibagian penjualan 2. Uraian tugas di penjualan diuraikan secara tertulis, lengkap, dan terperinci 3. Terdapat fungsi pemisahan akuntansi penjualan dengan fungsi penyimpanan dan pencatatan 4. Tahapan-tahapan dalam penjualan tidak dilaksanakan oleh satu pihak Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan 5. Karyawan bagian penjualan mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing 6. Diperlukannya sistem otorisasi dalam transaksi keuangan 7. Terdapat pengaruh dari sistem wewenang terhadap pengambilan keputusan penjualan 8. Seluruh karyawan diberikan suatu tanggung jawab atas tugas yang telah dilaksanakan pada bagian penjualan 9. Diperlukan review dan revisi terhadap prosedur pencatatan bagian penjualan 10. Diperlukan suatu pedoman khusus yang memuat tentang prosedur pencatatan bagian penjualan Praktik yang Sehat 11. Ketaatan dalam melaksanakan prosedur perusahaan untuk mencapai sasaran 12. Penggunaan formulis berhuruf cetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan 13. Syarat penjualan, harga jual, syarat pengangkutan barang, dan potongan penjualan, ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang 14. Dilakukan pengecekan antara satu bagian dengan bagian yang lain 15. Dilakukan evaluasi jika terjadi kesalahan dalam transaksi penjualan Karyawan yang cakap 16. Perusahaan melakukan seleksi penerimaan karyawan dengan menetapkan kriteria tertentu 17. Penempatan karyawan bagian penjualan sesuai dengan pengetahuan dan kecakapannya 18. Karyawan bagian penjualan memahami sistem informasi akuntansi penjualan perusahaan 19. Adanya program training untuk peningkatan pengetahuan karyawan bagian penjualan 20. Adanya perputaran jabatan secara rutin untuk menjaga kualitas karyawan
68
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ……….. .……………………………………......................….…(Ariadharma)
Uji Validitas Uji Validitas yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah tes tersebut dapat menjelaskan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment. Intrumen dikatakan valid atau tidak,
maka ditentukan batas minimal korelasi yaitu 0,3. Jika hasil korelasi lebih besar atau sama dengan 0,3 maka item pertanyaan dikatakan valid dan jika nilai hasil korelasi kurang dari 0,3 maka dinyatakan tidak valid. Berikut ini adalah hasil uji validitas terhadap variabel X (Sistem Pengendalian Intern Penjualan).
Tabel 2 Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Pengendalian Intern Penjualan Item Pertanyaan
Hasil Korelasi
Batasan
Keterangan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20
0,797 0,678 0,271 0,114 0,240 0,000 0,932 -0,322 0,935 0,203 0,571 0,617 0,832 0,431 0,599 0,661 0,812 0,883 0,780 0,951
0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Data Olah Primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua item pertanyaan yang diajukan sebagai sumber data dalam kuesioner dinyatakan valid. untuk variabel Sistem Pengendalian Intern Penjualan, dari 20 pertanyaan yang dinyatakan valid terdapat 14 item, dan sisanya 6 item dinyatakan tidak valid Uji reliabilitas bertujuan untuk mengenal apakah alat pengumpul data tersebut menunjukan tingkat ketepatan, keakuratan,
yakni item pertanyaan no 3, 4, 5, 6, 8 dan 10. Untuk setiap item pertanyaan yang dinyatakan tidak valid, maka tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Uji Reliabilitas kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu 69
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
yang berbeda. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode teknik belah dua (Split Half) dengan rumus Spearman Brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir instrument dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrument ganjil dan kelompok genap. Selanjutnya skor data tiap kelompok itu disusun sendiri. Skor butir dari setiap kelompok dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total. Selanjutnya, skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya, setelah dapat korelasinya dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown.
ri = Keputusan reliabilitas item dalam penelitian ini menggunakan criteria Kaplan yang menyatakan: “it has been suggested that reliability estimates in the range of 0,7 to 0,8 are good enough for more purposes in basic research”, (Kaplan and Saccuzzo, 1993:126). Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa alat ukur dikatakan reliabel jika koefisiensi reliabilitanya tidak kurang dari 0,7. Berikut hasil uji reliabilitas untuk variabel X (Sistem Pengendalian Intern Penjualan). Berdasarkan hasil analisis reliabilitas, diketahui nilai Guttman Split-Half Coefficient sebesar 0,849. Menurut Kaplan alat ukur dinyatakan valid jika koesifien reliabilitasnya tidak kurang dari 0,7. Sehingga berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas intrumen variabel X (Sistem Pengendalian Intern Penjualan) sudah reliabel karena nilai koefisien reliabilitasnya (0,849) sudah lebih dari 0,7. Rancangan hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dan besar tidaknya pengaruh sistem pengendalian intern terhadap efektivitas penjualan. Sehingga hipotesis ditetapkan berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan secara rinci di atas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut H1: “Sistem pengendalian intern penjualan berpengaruh terhadap efektivitas penjualan di PT. INTI (Persero)”. Dengan mengetahui pengaruh variabel X terhadap Y menggunakan korelasi Rank Spearman, penerimaan atau penolakan hipotesis melihat hasil correlation coefficient masing-masing variabel setelah melihat pada 70
tingkatan interval untuk mengetahui kuatlemahnya hubungan. Hipotesis tersebut perlu diuji, untuk mengujinya digunakan tes statistic non parametric karena teknik statistic ini sangat sesuai dengan data-data ilmu sosial dan dapat digunakan untuk skor yang bukan skor eksak dalam pengertian keangkaan, melainkan hanya merupakan tingkatan (rank), selain itu perhitungan yang sederhana. Hipotesis akan diuji dengan menggunakan korelasi Rank Spearman. Karena skor yang diperoleh dari variabel X (sistem pengendalin intern penjualan) mempunyai tingkat pengukuran ordinal, maka pengukuran variabel X perlu ditingkatkan menjadi interval melalui Methode of Succesive Interval (MSI) agar dapat dikorelasikan dengan perhitungan korelasi Rank Spearman.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian atas variabel sistem pengendalian intern penjualan diperoleh dari penilaian atas kuisioner penelitian yang disebarkan kepada 12 responden pada PT. INTI (Persero) Bandung. Kecenderungan jawaban responden terhadap item pernyataan yang sudah memenuhi syarat uji validitas pada variabel sistem pengendalian intern penjualan. Skor yang diperoleh dari variabel sistem pengendalian intern penjualan sebesar 712, sedangkan untuk skor kriteria (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) adalah 5 x 14 x 12 = 840. Skor tertinggi tiap butir = 5, jumlah butir pertanyaan = 14 dan jumlah responden = 12. Berdasarkan data tersebut, untuk mengetahui kualitas sistem pengendalian intern penjualan pada PT. INTI (PERSERO) Bandung adalah dengan cara membandingkan antar skor variabel yang diperoleh dengan skor maksimal. Berikut ini adalah cara perhitungannya: (712 : 840) X 100% = 84,76% Keterangan Kriteria Interpretasi Skor : Angka 0% - 20% = Sangat Lemah Angka 21% - 40% = Lemah Angka 41% - 60% = Cukup
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ……….. .……………………………………......................….…(Ariadharma)
Angka 61% - 80% = Kuat Angka 81% - 100% = Sangat Kuat
Mayoritas reponden menyatakan setuju terhadap praktik sehat yang menyatakan sebanyak 50%, yang berkaitan dengan ketaatan dalam melaksanakan prosedur perusahaan untuk mencapai sasaran, penggunaan formulis berhuruf cetak dan pemakaiannya dipertanggung-jawabkan oleh fungsi penjualan, syarat penjualan, harga jual, syarat pengangkutan barang, dan potongan penjualan, ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang, dilakukan pengecekan antara satu bagian dengan bagian yang lain dan dilakukan evaluasi jika terjadi kesalahan dalam transaksi penjualan.
Dari hasil tersebut diperoleh angka 84,76%. Sehingga jika dilihat angka tersebut berada pada interval 80% - 100%, dengan kriteria sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern penjualan pada PT. INTI (Persero) Bandung sudah dinilai tergolong sangat kuat. Hasil Penelitian Sistem Pengendalian Intern Perusahaan Struktur Organisasi Dari hasil tersebut dapat menggambarkan bahwa penerapan struktur organisasi pada PT. INTI (Persero) Bandung telah berhasil, karena responden menjawab selalu sebanyak 70,83%, yang berkaitan dengan pembagian tugas yang jelas dibagian penjualan dan uraian tugas di penjualan diuraikan secara tertulis, lengkap, dan terperinci.
Karyawan yang Cakap Hal ini dapat menggambarkan bahwa karyawan bagian penjualan pada PT. INTI (Persero) Bandung sudah sangat baik karena perusahaan telah melakukan seleksi penerimaan karyawan dengan menetapkan kriteria tertentu, penempatan karyawan bagian penjualan sesuai dengan pengetahuan dan kecakapannya, karyawan bagian penjualan memahami sistem informasi akuntansi penjualan perusahaan, adanya program training untuk peningkatan pengetahuan karyawan bagian penjualan dan adanya perputaran jabatan secara rutin untuk menjaga kualitas karyawan melihat 45% responden menjawab selalu pada butir pertanyaan karyawan yang cakap .
Sistem Operasi dan Prosedur Penca-tatan Dari hasil tersebut dapat diketrahui bahwa mayoritas responden menjawab kadang-kadang terhadap sistem operasi dan prosedur pencatatan pada PT. INTI (Persero) Bandung yang menyatakan sebanyak 45,83% terhadap pernyataan pengaruh dari sistem wewenang terhadap pengambilan keputusan penjualan dan diperlukan review dan revisi terhadap prosedur pencatatan bagian penjualan.
Efektivitas Penjualan Berikut disajikan gambaran mengenai efektivitas penjualan pada PT. INTI (Persero) Bandung periode 2005-2007.
Praktik yang Sehat
Tabel 3 Efektivitas Penjualan PT. INTI (PERSERO) Bandung Periode 2005-2007
Tahun
Hasil Penjualan
%
Kriteria
565,562,400
101,25
Sangat Efektif
590,359,700
629,547,700
106,64
Sangat Efektif
713,347,900
684,508,600
95,96
Efektif
RKAP
Realisasi
2005
558,558,600
2006 2007
Sumber: Laporan Keuangan PT INTI (Persero) 2005-2007
71
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
Berdasarkan tabel di atas, menggambarkan efektivitas penjualan di PT. INTI (PERSERO) Bandung, pada tahun 2005 sudah sangat efektif (101,25%) dan mengalami peningkatan pada tahun 2006 mencapai 106,64% (sangat efektif) dan pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi 95,96% (efektif).
Hasil Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap Y, digunakan korelasi Rank Spearman. Berikut ini adalah tabel pengujian hipotesis yang pengolahan datanya dibantu menggunakan Software PSS 17.00 adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Korelasi Rank Spearman Keterangan
Variabel X
Spearman’s rho Variabel X Correlation Coefficient
1.00
.832
Sig. (2-tailed)
.00
.001
N
12
12
.832
1.000
.001
.
12
12
Variabel Y Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa koefisien korelasi antara variabel X (sistem pengendalian intern penjualan) dengan Y (Efektivitas penjualan) adalah sebesar 0,832. Berdasarkan tabel interpretasi nilai koefisien korelasi pada tabel 3.3, nilai koefiein korelasi sebesar 0,832 berada pada interval 0,800-1,00 yang tergolong pada hubungan yang sangat kuat. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel sistem pengendalian intern penjualan dengan Efektivitas penjualan pada PT. INTI (Persero) Bandung. Kemudian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel sistem pengendalian intern penjualan terhadap efektivitas penjualan, menggunakan rumus koefisien determinasi, dengan rumus sebagai berikut: KD = ρ^2 x 100%; KD = 0,8322 x 100%; KD = 0,6922 x 100%; dan KD = 69,22% Berdasarkan hasil perhitungan di atas, menunjukan bahwa besarnya koefisien determinasi sebesar 69,22% yang berarti bahwa perubahan pada variabel efektivitas penjualan sebesar 69,22% dipengaruhi oleh sistem pengendalian intern penjualan. 72
Variabel Y
Sedangkan sisanya sebesar 30,78% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini telah teruji dan dapat diterima kebenarannya. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang sudah dibahas pada sub bab sebelumnya, diketahui bahwa sistem pengendalian intern penjulan memiliki hubungan yang kuat dengan efektivitas penjualan. Hasil yang didapat adalah 69,22% dan jika diinterpretasikan angka tersebut berada pada interval 0,600 sampai dengan 0,799. Dan karena nilai nilai koefisien korelasi yang didapat mendekati 1 maka hasilnya itu adalah positif, yang artinya sistem pengendalian intern penjualan berpengaruh terhadap efektivitas penjualan.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Sistem Pengendalian Intern Penjualan Penjualan merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam perusahaan, maka akan sanagat diperlukan adanya suatu pengendalian yang baik atas kegiatan penjualan. Dengan adanya pengendalian intern
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ……….. .……………………………………......................….…(Ariadharma)
penjualan diharapkan dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan atau kecurangan. Sistem pengendalian intern penjualan yang baik akan membantu perusahaan mencapai target penjualan yang telah direncanakan. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini, diketahui bahwa PT. INTI (Persero) telah melaksanakan sistem pengendalian intern penjualan dengan sangat baik. Hal ini terbukti dengan perhitungan yang telah didapat sebelumnya bahwa hasil yang didapat adalah sebesar 84,76%. Angka tersebut diperoleh dengan cara membandingkan antar skor variabel X yang didapat dengan skor variabel X mkasimal. Hal ini menunjukan bahwa hasil tersebut hampir mendekati sempurna dan menggambarkan bahwa sistem pengendalian intern penjualan pada PT. INTI (Persero) telah memenuhi unsure-unsur. Menurut Mulyadi dalam bukunya pemeriksaan Akuntansi ada 4 unsur dari sistem pengendalian intern penjualan, yaitu sturktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, praktek yang sehat, dan karyawan yang cakap. Berikut ini akan dipaparkan pelaksanaan sistem pengendalian intern penjualan berdasarkan tiap dimensinya: Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Stru-ktur Organisasi yang terdapat di PT. INTI (Persero) telah sesuai dengan aktivitas-aktivitas yang ada pada perusahaan. Struktur organisasi pada perusahaan ini telah disertai dengan uraian tugas dan tanggung jawab serta fungsi dari masing-masing bagian yang terlibat dalam aktivitas penjualan. Dengan adanya pembagian tugas tersebut, maka akan mempermudah perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Susanto (2009 : 98) yang menyatakan bahwa: “Bagi suatu organisasi yang memiliki struktur organisasi yang mencerminkan fungsi manajemen, wewenang, dan tanggung jawab dengan tepat akan mempermudah mencapai tujuan perusahaan”. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur dalam pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi dalam organisasi. Selain itu, formulir juga merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk pencatatan transaksi dalam catatan akuntansi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam dalam formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan realiability yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan dalam proses akuntansi. Pada PT. INTI (Persero), sistem otorisasi dan prosedur pencatatannya sudah cukup baik. Karena pada PT. INTI (Persero) sudah terdapat sistem otorisasi yang memiliki wewenang untuk menyetujui setiap transaksi. Selain itu, untuk setiap prosedur pada PT. INTI (Persero) selalu menggunakan dokumen-dokumen yang berfungsi sebagai bukti adanya transaksi. Dengan adanya sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang baik, maka aktivitas penjualan pun akan mudah dikendalikan sehingga dapat meminimalisir terjadinya penyelewengan atau kecurangan yang akan merugikan perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan penejelasan Mulyadi (2005) yang telah dibahas pada bab sebelumnya, yaitu: “Sistem otorisasi dan prosedur untuk mengendalikan jalannya kegiatan penjualan”. Praktek yang Sehat Praktek yang sehat diperlukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi pada setiap organisasi. Pembagian tanggung jawab fungsional, sistem otoisasi, dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktek yang sehat dalam pelaksanaannya. Pada PT. INTI (Persero) telah melakukan cara-cara untuk menciptakan praktek yang sehat, yaitu dengan dilaksanakannya prosedur-prosedur perusahaan, digunakannya formulir yang berhuruf cetak, selalu dilakukan pengecekan fisik kekayaan perusahaan dan dicocokan dengan catatan. 73
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
Karyawan yang Cakap Setiap kegiatan dalam perusahaan jika tidak didukung oleh kejujuran dan kecakapan karyawan sebagai pelaksana, maka kegitan yang dilakukan tidak akan berjalan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang dilkukan untuk menciptakan praktek yang sehat jika tidak didukung dengan tingkat kecakapan karyawan yang tinggi maka semuanya itu tidak akan berguna. Karyawan yang jujur dan ahli dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya akan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu PT. INTI (Persero) menempatkan karya-wan sesuai dengan keahliannya, yang berarti bahwa karyawan pada PT. INTI (Persero) memiliki pengetahuan dan kecakapan sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan diperkerjakannya karyawan yang cakap, maka karyawan tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien, sehingga kesalahan dan pelanggaran prosedur pun tidak akan sering terjadi. Dan apabila di dalam organisasi kompetensinya lemah atau karyawan yang bekerja tidak sesuai dengan keahliannya, maka kesalahan dan pelanggaran prosedur akan sering terjadi (Susanto : 65). Efektivitas Penjualan Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas penjualan pada PT. INTI (Persero) pada tahun 2005, 2006, dan 2007 hampir setiap tahunnya mencapai tingkat sangat efektif tetapi ditahun 2007 terjadi penurunan akibat peningkatan anggaran yang tinggi tanpa diserta peningkatan produktivitas perusahaannya. Tetapi dari laporan tahunan yang diuji coba hasil efektifitas penjualan di PT. INTI sudah sangat baik karena berada di tingkat 106,64% (sangat efektif - 95,96% (efektif). Hal tersebut dapat dicapai kerena PT. INTI (Persero) memiliki sistem pengendalian intern penjualan yang baik, maka kecurangankecurangan atau penyelewengan terhadap kekayaan perusahaan dapat diminimalisir sehingga kegiatan penjualan pun akan efektif. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari 74
pengendalian intern itu sendiri, yaitu dapat meningkatkan efisiensi operasi dan mengamankan aktiva perusahaan. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Penjualan Terahadap Efektivitas Penjualan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang sudah dibahas pada sub bab sebelumnya, diketahui bahwa sistem pengendalian intern penjulan memiliki hubungan yang kuat dengan efektivitas penjualan. Hasil yang didapat adalah 69,22% dan jika diinterpretasikan pada table interpretasi koefisien korelasi angka tersebut berada pada interval 0,600 sampai dengan 0,799. Dan karena nilai nilai koefisien korelasi yang didapat mendekati 1 maka hasilnya itu adalah positif, yang artinya sistem pengendalian intern penjualan berpengaruh terhadap efektivitas penjualan. Untuk mencapai efektivitas penjulan ada berapa factor yang harus diperhatikan. Menurut pendapat (Basu Swasta, 2009) ada 5 faktor yang mempengaruhi pen-jualan, antara lain: Kondisi dan kemampuan penjual, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi perusahaan, dan factor-faktor yang lain. Dari salah satu factor tersebut adalah kondisi organisasi perusa-haan yang dapat mempengaruhi penjualan. Kondisi organisasi penjulan merupakan pengendalian intern yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Dengan adanya pengendalian intern tersebut diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga banyak konsumen yang membeli produk perusahaan tersebut. Misalnya, pada PT. INTI (Persero) yang fungsinya adalah melakukan penjualan. Dengan adanya pengendalian tersebut maka produk yang dihasilkanpun akan berkualitas, sehingga banyak konsumen yang mencari produk tersebut karena merasa puas dengan produknya. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat penjualan yang terus meningkat. Selain itu keberhasilan dari sistem pengendalian intern penjualan yang dilaksanakan oleh PT. INTI (Persero) dapat dilihat dari dipenuhi unsur-unsur dari sistem pengendalian intern penjulan, yaitu struktur organisasi yang sudah sesuai, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang baik, praktek kerja yang sehat, dan karyawan yang bekerja sesuai dengan keahliannya. Dengan terpenuhi-
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ……….. .……………………………………......................….…(Ariadharma)
nya unsur-unsur tersebut maka efektivitas penjualan akan tercapai. Penelitian ini sebelumnya pernah dilakukan oleh (Triandi dan Siregar, 2007) dan hasilnya pun sejalan dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan ini yaitu sistem pengendalian intern penjualan berpengaruh terhadap efektivitas penjualan. Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern penjualan berpengaruh terhdap efektivitas penjualan, yang artinya jika sistem pengendalian intern penjualan yang terdapat dalam suatu perusahaan itu baik maka penjualan pada perusahaan pun akan mencapai efektif. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan tentang pengaruh sistem pengendalian intern penjualan terhadap efektivitas penjualan pada PT. INTI (Persero) Bandung. Sistem pengendalian intern penjua-lan pada PT. INTI (Persero) Bandung sudah sangat memadai. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden terhadap kuesioner yang disebarkan oleh peneltiti. Dengan sistem pengendalian intern penjualan yang sudah tergolong sangat kuat. Penjualan di PT. INTI (Persero) Bandung pada tahun 2005 dan 2006 sudah sangat efektif, hanya pada tahun 2007 terjadi penurunan dibandingkan pada tahun sebelumnya tapi secara keseluruhan dirasa sudah sangat baik. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi, hasilnya menunjukan adanya pengaruh dari sistem pengendalian intern penjualan terhadap efektivitas penjualan pada PT. INTI (Persero), dengan pengaruh sebesar 69,22% sedangkan
DAFTAR REFERENSI Arens, A. A. and Loebbecke, J. disadur oleh Amir Abadi Yusuf. 2008. Auditing Pendekatan Terpadu. Edisi ke-6. Jilid Satu. Jakarta: Salemba Empat.
sisanya sebesar 30,78% merupakan pengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti. Saran Setelah melakukan penelitian di PT. INTI (Persero) Divisi Penjualan dan Divisi Akuntansi serta memperoleh hasilnya, maka pada bagian akhir ini peneliti mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat meningkatkan dilaksana-kannya sistem pengendalian intern penjulan dan meningkatnya efektivitas penjualan, antara lain: Sistem Pengendalian Intern Penjualan pada PT. INTI Divisi Penjualan dan Divisi Akuntansi sudah dilaksanakan sangat baik, namun walaupun demikian efektivitas penjualan yang berada ditingkat sangat efektif di tahun 2005 dan 2006 mengalami penurunan di tahun 2007, sehingga peneliti menyarankan kepada PT INTI (Persero) untuk terus meningkatkan sistem pengendalian intern penjualan khususnya pada kriteria yang ke dua yaitu sistem operasi dan prosedur pencatatan karena pada kriteria tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab kadang-kadang terhadap sistem operasi dan prosedur pencatatan apabila jika dibandingkan dengan kriteria yang lain. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyarankan kepada perusahaan untuk terus memperhatiakan batas wewenang dan tanggung jawab, review dan revisi terhadap prosedur pencatatan secara lebih terperinci dan jelas di tiap bagian, dan pemberian suatu pedoman khusus dengan aturan-aturan yang memuat tentang prosedur pencatatan ditiap bagian khususnya penjualan. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan yang sama dengan peneliti ini, sebaiknya melakukan penelitian terhadap subyek yang lain yang lebih luas atau pun hal lainnya yang mempunyai hubungan dengan efektivitas penjualan.
Baidaie, M. C. 2005. Corporate Governance dan Kebijakan Audit. Edisi Revisi. Yayasan Pendidikan Internal Audit, Institut Pendidikan dan Pelatihan Audit dan Manajemen, Jakarta.
75
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
Basu Swastha, 2009. Manajemen Penjualan. Yogyakarta: BPFE Boynton, W.C., Johnson, R. N., and Kell, W.G. 2001. Modern Auditing, Seventh Edition, John Wiley and Sons, Inc, 2001 Kaplan, R. M. and Saccuzzo, D. P. 1993. Psychological Testing: Principles, Applications, And Issue. Wadsworth Publishing. Kotler, P. 2000. Marketing Manajemen Analysis, Planning, Implementation, and Control, 8th edition, a Paramount Ommunication Company: Englewood Cliff, New Jersey. Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi Mulyadi. 1992. Pemeriksaan Akuntan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN. Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Edisi
Susanto, A. 2008. Sistem Informasi Akuntansi: Struktur Pengendalian Resiko Pengembangan. Bandung: Lingga Jaya. Susanto, A. dan La Midjan. 2001. Sistem Informasi Akuntansi Pendekatan Manual, Praktika Penyusunan Metode dan Prosedur. Edisi ke-8 Bandung: Lingga Jaya. Triandi, dan Siregar, J. D. 2008. “Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Penjualan Terhadap Peningkatan Efektivitas Penjualan”. Jurnal Ilmiah Ranggading. 7(2):130-137 Wilson, J. D, and Campbell, J. B. 1996. Controllership: The Work of The Managerial Accounting. Third Edition. Joho Willey and Sons, Inc. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan Tjintjin Fenix Tjendera. Erlangga.
76