SKRIPSI PENGARUH TINDAKAN PENCEGAHAN, PENDETEKSIAN DAN AUDIT INVESTIGATIF TERHADAP UPAYA MEMINIMALISASI KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN
Di Susun Oleh MUHAMMAD IQBAL 2060 8200 3999
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Muhammad Iqbal
Tempat / Tanggal Lahir
: Jakarta / 21 Juni 1988
Alamat
: Jln. Penggilingan Raya Gg. Merpati Rt 004 / 04 No.31 Kec.Cakung Kel PuloGebang Penggilingan – Jakarta Timur
No. Tlp / Hp
: 021 4806076 / 085768091118
Email
:
[email protected]
Pendidikan Formal : 1. Taman Kanak-Kanak Al Amin Jakarta
1993 - 1994
2. Sekolah Dasar Negeri Pulo Gebang 011 Pagi Jakarta
1994 - 2000
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Pesantren Modern Terpadu Prof. Dr. Hamka Padang- Sumatra Barat
2000 - 2003
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bukittinggi - Sumatra Barat 2003 - 2006 5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2006 - 2010
Pendidikan Informal 1. Pendidikan Bahasa Inggris (Basic – Intermediate) di LBI LIA di Bukittinggi - Sumatra Barat 2003 - 2006 2. Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer di SMAN 2 Bukittinggi 2003 – 2006
iv
3. Pelatihan Audit Investigatif Kerja Sama UIN Jakarta - KPK 2008 4. Pelatihan ISO 9001 : 2000 2009 5. Pendidikan Bahasa Inggris LPIA Buaran- Jakarta (Conversation I) 2010 Pengalaman Organisasi 1. Anggota Praja Muda Karana (PRAMUKA) SLTP PMT Prof. Dr. Hamka periode 2000 - 2003 di Padang – Sumatra Barat 2. Divisi Keagamaan OSIS SMAN 2 Bukittinggi periode 2003-2004 3. Wakil Ketua Sanggar Konsultasi Remaja (SKR) SMAN 2 Bukittinggi periode 2004 – 2005 4. Ketua OSIS SMAN 2 Bukittinggi periode 2005-2006 5. Divisi Kesenian dan Olahraga (KESORGA) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta periode 2006-2007 6. Wakil Ketua Pelaksana FEIS Anniversary ke – 7 periode 2007-2008 7. Latihan Dasar Kepemimpinan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat Periode 2006 – 2010 8. Pengurus Komisariat Fakultas HMI Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Jakarta periode 2007-2008 9. Kader Partai Reformasi Mahasiswa (PARMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2006–2010 10. Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2009–2010 11. Pengurus Pemuda Remaja Masjid (PRISMA) Raya Al Azhar Pulo Gebang Jakarta Timur periode 2009-2010
v
ABSTRACT
This research aims to analylize the preventive act, detection and investigation audit for fraud minimum. This research uses primary data in distributing questionnaires, which conducted in Jakarta with auditor respondents who worked in the Office of Public Accountant, Anti Corruption Committee, Public Service Agencies Islamic University of Nation Syarif Hidayatullah Jakarta. Determination of sample is done using convenience sampling. Thera are sixty five questionnaires distributed, but only fifty questionnaires return. Analyzing the data for hypothesis testing is done by multiple regressions tests. The result of this research show two variable are detection and investigation audit resulit the positive significant and one variable is prevention act the result negative significant.
Keywords: Preventive act, Detection, Investigation Audit and Fraud Minimun Fraud
v
ABSTRAK
Penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit investigatif terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan. Pada penelitian ini digunakan data primer yang penyebaran kuesionernya dilakukan di Jakarta dengan responden dari auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan Layana Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan convenience sampling. Kuesioner ynag disebarkan berjumlah enam puluh lima akan tetapi hanya lima puluh yang kembali. Penganalisaan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bahwa tindakan pendeteksian dan audit investigatif berpengaruh signifikan positif sedangankan tindakan pencegahan berpengaruh signifikan negatif.
Kata kunci: Tindakan Pencegahan, Pendeteksian, Audit Investigatif dan Meminimalisasi Kecurangan
vi
KATA PENGANTAR Assalamu`alaikum Wr. Wb. Tiada pantas kata yang terucap dari mulut manis ini kecuali kalimat syukur Alhamdulillah. Nikmat yang telah diberikan kepada saya, sehingga pada saat sekarang ini banyak diberi kesempatan, seperti memandang indahnya langit, kemudian mendapatkan pendidikan dengan layak hingga mendapatkan tenaga pengajar yang berkompetensi di bidangnya masing-masing dan pada akhirnya saya akan berusaha untuk menyelesaikan proposal ini untuk mengajukan judul skiripsi yang akan diajukan sebagai syarat disetujuinya saya dalam melakukan penelitian dan menyelesaikan tulisan skripsi ini. Penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan proses penulisan skripsi ini sehingga peneliti
dapat
Pencegahan
menyelesaikan Pendeteksian
skripsi dan
yang
Audit
berjudul Investigatif
Pengaruh
Tindakan
terhadap
Upaya
Meminimalisasi Kecurangan dalam Laporan Keuangan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya dengan balasan yang lebih mulia, yaitu: 1. Untuk Mamaku tersayang, kakakku tercinta Uni Zil, Da Dedi dan Uni Za yang telah memberi dukungan moral, materil dan doa. 2. Persembahan special Untuk almarhum papaku tersayang Nasri. SH.
vii
3. Keluarga Besar Umi Sa`adah Sidik yang selalu mengingatkan dan memotivasi Mak Dang, Mak Tuo, Ibu Affif, Angah, Mak Laut, Mak Puk, Om Dodi, Om Am, dan Tante Reno serta semua kakak sepupuku Da Raf, Da Wis, Da Andi, Mas Kusno, Uni Riri, Uni Rini, Kak Taufiqi dan semuanya yang sudah memberikan waktunya untuk bertukar pikiran. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengajarkan mata kuliah Metodologi Penelitian. 5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pudek I Akademik dan dosen Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menulis Skripsi ini. 6. Ibu Rini, SE, Ak. Msi selaku dosen Pembimbing II Skripis yang telah banyak membantu peneliti dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab yang tinggi memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan Skripsi ini. 7. Seluruh staff pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada khususnya yaitu pak alfreed dan mas aziz yang sering direpotkan peneliti. 8. Teman-teman seperjuangan yang telah meluangkan waktunya untuk bertukar pikiran Edi, Sri, Anggi, Berly, Dwino, Ika, Indah, Sari, Hamid, Abe, Wildan, Wahyu, Ibin, Sugeng, Danang, Batak, Kiong, Ipay, Icam, Gesang, Arya dan semuanya teman-teman yang tidak bisa disebutkan semuanya.
viii
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, tetapi besar harapan peneliti Skripsi ini dapat memberi manfaat kepada seluruh mahasiswa Akuntansi seIndonesia pada umumnya dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada khususnya. Dan akhir kata, saya ucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung saya baik moral dan materil. Terlebih lagi kepada Bapak / Ibu pembimbing, Dosen pengajar mata-mata kuliah yang telah memberikan kami ilmu dan modal untuk meraih masa depan, keluarga beserta teman-teman yang sudah memberikan saya motivasi, kritik, saran dan masukan kepada
saya untuk
menyelesaikan proposal ini. Semoga Skripsi ini dapat memberi manfaat kepada seluruh mahasiswa Akuntansi se-Indonesia pada umumnya dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada khususnya.
Jakarta, 10 Maret 2010 Penulis Muhammad Iqbal
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .........................................
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................
iv
ABSTRACT .............................................................................................
v
ABSTRAK................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR..................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiii
DARTAR GAMBAR ...............................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ......................................................
1
B. Perumusan Masalah ...............................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................
6
1. Tujuan Penelitian .............................................................
6
2. Manfaat Penelitian ........................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ......................................................................
8
1. Pengertian Kecurangan (Fraud) .......................................
8
2. Pohon Kecurangan (Fraud Tree) ......................................
9
3. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangel) .............................
14
4. Faktor-Faktor Pendorong terjadinya Kecurangan .............
17
5. Faktor Pemicu Kecurangan ..............................................
20
6. Gejala Adanya Kecurangan ..............................................
22
7. Pelaku Kecurangan ..........................................................
24
8. Tipe Korban Kecurangan (victims) ...................................
25
B. Tindakan Pencegahan dalam Meminimalisasi Kecurangan.....
26
1.
Pengertian Tindakan Pencegahan ....................................
27
2
Tindakan Pencegahan .....................................................
28
a. Membangun Struktur Pengendalian Intern yang Baik .....
28
b. Mengefektifkan Aktivitas Pengendalian .....................
31
xi
c. Meningkatkan Kultur Organisasi .....................................
32
d. Mengefektifkan Fungsi Internal Audit .............................
34
C. Pendeteksian Kecurangan ......................................................
37
1.
Pengertian Pendeteksian .................................................
37
2.
Objek Pendeteksian ........................................................
38
D. Audit Investigatif ..................................................................
44
1.
Pengertian Audit Investigatif ..........................................
44
2.
Tujuan Adanya Audit Investigatif ...................................
45
3.
Investigatif dengan Teknik Audit ....................................
47
4.
Prinsip-Prinsip Investigatif .............................................
52
5.
Tahap-Tahap Audit Investigatif ......................................
53
6.
Laporan Audit Investigatif ..............................................
56
7.
Menjelaskan Audit Investigasi Kedalam Bahasa Hukum
56
E. Kerangka Pemikiran ..............................................................
57
F. Pengembangan Hipotesis .......................................................
59
G. Tinjauan Penelitian Sebelumnya ............................................
60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................
61
B. Metode Penentuan Sampel .....................................................
61
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................
61
D. Metode Analisis .....................................................................
62
E. Uji Instrumen Penelitian.........................................................
63
1.
Uji Validitas ...................................................................
63
2.
Uji Reliabilitas ...............................................................
63
F. Uji Hipotesis ..........................................................................
64
1.
2.
Uji Asumsi Klasik ..........................................................
64
a. Uji Multikolonieritas ..................................................
65
b. Uji Heterokedastisitas ................................................
65
c. Uji Normalitas ...........................................................
66
Pengujian Hipotesis ........................................................
66
a. Uji Koefisien Determinasi ..........................................
67
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t).
67
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ..................
68
xii
G. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuranya ..................
68
1.
Tindakan Pencegahan .....................................................
68
2.
Pendeteksian Kecurangan ...............................................
69
3.
Audit Investigatif ............................................................
69
4.
Dalam Meminimalisasikan Kecurangan Terhadap Penya-
5.
Laporan Keuangan .........................................................
70
Operasional Variabel Penelitian .......................................
71
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................
73
B. Penemuan dan Pembahasan ..................................................
75
1. Deskriptif Demografi Responden....................................
75
2. Uji Kualitas Data ............................................................
78
a. Uji Validitas ...............................................................
78
b. Uji Reliabilitas ............................................................
82
3. Uji Asumsi Klasik ..........................................................
84
a. Uji Multikolinearitas ..................................................
84
b. Uji Heteroskedastisitas ...............................................
85
c. Uji Normalitas ...........................................................
87
4. Uji Hipotesis ..................................................................
89
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................
89
b. Hasil Uji t ..................................................................
90
c. Hasil Uji F .................................................................
93
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ..........................................................................
103
B. Implikasi ..............................................................................
104
C. Saran ....................................................................................
104
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
105
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
2.3
Fraud Examination
49
3.1
Operasional Variabel Penelitian
77
4.1
Nama Instansi dan Wilayah
80
4.2
Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
82
4.3
Jabatan Responden
83
4.4
Jenis Kelamin Responden
83
4.5
Pendidikan Responden
84
4.6
Lama Berprofesi sebagai Auditor
85
4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Tindakan Pencegahan
86
4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian
87
4.10
Hasil Uji ValiditasVariabel Audit Investigatif
88
4.11
Hasil Uji Validitas Variabel Meminimalisasi Kecurangan
89
4.12
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Gabungan
90
4.13
Hasil Uji Multikolinearitas
92
4.16
Hasil Uji Koefisien Determinasi
97
4.17
Hasil Uji t
98
4.18
Hasil Uji F
100
xiii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Pohon Kecurangan
13
2.2
Segitiga Kecurangan
17
2.4
Kerangka Pemikiran
65
4.14
Hasil Uji Heteroskedastisitas
93
4.15
Hasil Uji Normalitas
95
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah salah media informasi yang sangat penting untuk mengetahui kenerja suatu perusahaan. Karena laporan keuangan yang wajar adalah laporan keuangan yang mememenuhi Standar Akuntansi Keuangan. Yaitu laporan keuangan yang penyajian laporan keuangan yang disajikan secara wajar, relevan dan transparan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Pihak manajemen sebagai pengendali struktur control sangat bertanggung jawab atas kegiatan transaksi apapun yang berlangsung di sebuah perusahaan yang dipimpinya dalam satu periode. Tanggung jawab pihak manajemen terhadap pihak pemegang saham (owner) agar bagaimana laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dapat disajikan secara wajar. Akan tetapi masih banyak pada saat sekarang ini perusahaan-perusahaan di Indonesia ataupun di luar negeri yang belum menyajikan laporan keuangan secara wajar. Seperti contoh beberapa kasus di Indonesia pada saat sekarang yang sedang hangat dibahas oleh beberapa pakar ekonom di Indonesia seperti Prof.Dr.Rizal Ramli, Pande Radja Silalahi dan pada saat ini beberapa anggota Pansus seperti Akbar Faisal (anggota Pansus dari F-Hanura), Hendrawan Suprayitko (anggota Pansus dari F-PDI Perjuangan), Agus Hermanto (anggota Pansus dari F-Demokrat) tentang Skandal Bank Century. Pada saat sekarang ini mereka sedang membicarakan masalah Skandal Bank Century dan data-
1
data yang sedang dikumpulkan berkaitan dengan Bill Out kucuran dana 6.7 Trilliun lewat Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) yang dikucurkan dana Penyertaan Modal Sementara (PMS) oleh BI melalui LPS kepada Bank Century. Bank Indonesia sebagai Bank Central yang mengawasi serta memberikan kebijaksanaan atas pantas tidak pantasnya suatu bank yang diberikan bantuan (Haryono Umar, 2009). Sedangkan beberapa contoh kasus diluar negeri seperti di Perusahaan di Amerika adalah kasus Enron yang menyebabkan kebangkrutan berjumlah 70 milliar hilang dalam kapitalisasi pasar yang sangat besar bagi signifikan jumlah investor, karyawan dan pensiunan. Kasus lainnya adalah Worldcom, Global Crossing, Lucent, Xerox, Cendant, Adelphia, dan Tyco. Beberapa kasus inilah yang memaksa auditor internal dan eksternal untuk mengembangkan teknik pemeriksaan terhadap kecurangan. Salah satu gagasan yang dilemparkan oleh Panel on Audit Effectiveness dari AICPA yaitu auditor hendaknya melaksanakan sejenis tindakan preventif, audit investigatif, pemeriksaan forensik dalam setiap auditnya untuk meningkatkan prospek dalam mendeteksi kecurangan. Oleh karena itu, profesi akuntan telah memulai perubahan dari pengujian ”hal yang tidak biasa (irregulariries)” menjadi pengujian terhadap kecurangan (fraud). Perubahan ini tentu saja telah mengakibatkan perubahan prosedur audit seperti bagaimana mengembangkan teknik-teknik untuk menemukan pola kecurangan yang sangat potensial melalui pengembangan profil seseorang yang diduga sebagai pelaku serta melakukan tes detail atau prosedur substantif secara akurat, dengan tidak
2
hanya menyandarkan diri terhadap tes pengendalian saja. Dalam mengungkap tindak kejahatan ekonomi termasuk didalamnya tindak pidana korupsi, kerja sama antara akuntan dengan penegak hukum saat ini bukan hanya penting tetapi telah menjadi keharusan. Para penyidik tindak pidana korupsi harus mempelajari bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk memperkuat kasus yang disidik, di sisi pihak akuntan harus mengerti dan memahami datadata keuangan apa saja yang dapat diterima menurut hukum. Mulai dari hal inilah penulis mempunyai gagasan, sebenarnya apa yang terjadi dengan hukum di negara ini. Apa yang membuat para pelaku kecurangan melakukan tindakan kecurangan. Standar Akuntansi seperti apa yang harus dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia agar tindakan kecurangan bisa ditekan. Tindakan pencegahan seperti apa yang harus dilakukan untuk mengurangi kerugian-kerugian suatu perusahaan. Kalau memang kecurangan (fraud) itu telah terjadi, pendeteksian dan investigasi seperti apa yang harus dilakukan oleh auditor internal atau eksternal untuk mengetahui dimanakah letak kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut. Karena menurut Association of Certified Fraud Examinations (ACFE), salah satu asosiasi di USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan penanggulangan kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam 3 (tiga) kelompok sebagai berikut:
3
1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud). Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial. 2. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation). Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam “Kecurangan Kas” dan “Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya”, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement). 3. Korupsi (Corruption). Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion). Oleh karena seorang auditor harus memahami bagaimana standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya. Permasalahan yang selanjutnya adalah hukuman (punishment) seperti apa yang harus diberikan kepada pelaku kecurangan agar mereka jera. Karena berbicara tentang kecurangan dan hukum kedua aspek ini saling mendukung. Apabila hukum
4
suatu negara belum begitu kuat, maka para koruptor pun tidak akan jera. UndangUndang No.31 tahun 2009, Undang-Undang 20/2001 tentang tindak pidana korupsi dan Undang-Undang No.30/2002 tentang Komisi Penberantasan Korupsi. Pada dasarnya permasalahan seperti apa yang sangat mendasar, sehingga kecurangankecurangan di Indonesia sulit sekali untuk dibasmi. Apakah perkembangan Korupsi di Indonesia dapat dihentikan atau akan terus berkembang. Oleh karena itulah disini penulis akan membahas tentang tindakan pencegahan seperti apa yang harus dilakukan untuk meminimalisasi kecurangan. Selanjutnya tindakan seperti apa yang harus dilakukan seandainya ditemukannya kecurangan dan pada akhirnya sanksi seperti apa yang harus diberlakukan kepada para pelaku kecurangan tersebut. Atas dasar latar belakang diatas, maka skripsi ini peneliti
memberi judul
Pengaruh Tindakan Pencegahan, Pendeteksian dan Audit Investigatif Terhadap Upaya Meminimalisasi Kecurangan dalam Laporan Keuangan. B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah tindakan pencegahan berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan. 2. Apakah
tindakan
pendeteksian
berpengaruh
terhadap
upaya
meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan. 3. Apakah audit investigatif berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan.
5
4. Apakah tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit investigatif berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan penelitian yang diteliti maka tujuan dan manfaat yang dicapai oleh peneliti adalah: 1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisa pengaruh tindakan pencegahan terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan. b. Untuk menganalisa pengaruh tindakan pendeteksian terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan c. Untuk menganalisa pengaruh audit investigatif terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan. d. Untuk
menganalisa pengaruh variabel independen (tindakan
pecegahan, pendeteksian, dan audit investigatif) terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan (variabel dependen). 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut: a. Bagi Akademisi Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit investigasi terhadap
6
upaya meminimalisasi kecurangan. Selain itu penelitian ini dapat memperkaya bahan kajian atau referensi untuk penilitian dimasa yang akan datang. b. Bagi Perkembangan Literatur Akuntansi Penelitian ini memberikan masukan mengenai faktor-faktor apa yang menyebabkan
terjadinya
kecurangan
dalam
penyajian
laporan
keuangan serta apa saja yang harus dilakukan apabila kecurangan terbukti. c. Bagi Kantor Akuntan Publik Dengan memahami faktor-faktor apa saja untuk mencegah timbulnya kecurangan dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila telah ditemukan adanya bukti-bukti audit yang negatif. d. Bagi Mahasiswa Akuntansi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa khususnya jurusan akuntansi untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya. e. Bagi Pustaka Akuntansi Selain bermanfaat bagi berbagai pihak, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah jumlah koleksi perpustakaan akuntansi yang ada.
7
BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengertian Kecurangan (Fraud) Menurut beberapa sumber mendefinisikan istilah kecurangan (fraud) sebagai berikut :
Blask`s Law Dictionary, mendefinisikan A misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another person to act. Terjemah : Penyajian
yang salah/keliru
(salah pernyataan)
yang secara
ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat mempengaruhi orang lain atau menyebabkan orang lain bertindak dan berbuat. (G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells, 1993:3) mendifinisikan kecurangan “Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver“ kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kecurangan (fraud) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. 8
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), menyebutkan beberapa pasal yang mencakup pengertian fraudsebagai berikut: a. Pasal 372: Penggelapan (definisi KUHP): Dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang suatu yang seluruhnya atau sebahagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan. b. Pasal 378: Perbuatan Curang (definisi KUHP): Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan
tipu
muslihat,
menggerakan orang lain
untuk
ataupun
rangkain
menyerahkan
kebohongan,
barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang. 2. Pohon Kecurangan (Fraud Tree) Secara skematis, Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja, beserta ranting anaknya.
9
Sumber: Theodorus M, 2007: 98
Gambar 2.1. Pohon Kecurangan
Dalam Pohon kecurangan ini memiliki 3 cabang utama, yaitu: Corruption, Asset Missaproprition, dan Fraudelent. Namun untuk lebih jelasnya saya
10
akan menjelaskan masing-masing cabang berserta rantingnya secara umum. A. Corruption Korupsi dalam pengertian ini terdiri dari atas konsep benturan kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), pemberian hadiah yang melawan hukum (illegal graduaties), dan pemerasan (economic extortion) 1. Benturan Kepentingan (Conflict Of Interess) Ciri-ciri indikasinya adalah: a. Selama bertahun-tahun. Bukan saja selama pejabat tersebut berkuasa. Melalui kontrak jangka panjang, bisnis berjalan terus meskipun pejabat tersebut sudah lengser. b. Nilai kontraknya relatif mahal ketimbang kontrak yang dibuat at arm`s length. Dalam bahasa sehari-hari praktek ini dikenal sebagai mark up atau pengelembungan. c. Hubungan antara penjual dan pembeli lebih dari hubungan bisnis. Pejabat atau pengguasa bisa menggunakan sanak saudaranya (nepotisme) sebagai “orang depan” atau ada persengkokolan (kolusi) yang melibatkan penyuapan (bribery) 2. Penyuapan (Bribery) Meliputi sumbangan, pemberian, penerimaan, dan persembahan sesuatu yang bernilai dengan maksud untuk mempengaruhi suatu tindakan/official act. Istilah official act mencakup penyuapan yang
11
dilakukan dengan maksud mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pegawai atau instansi pemerintah. Pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. B. Pengambilan Aset (Asset Misappropriation) Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam “Kecurangan Kas” dan “Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya”, serta pengeluaran-pengeluaran
biaya
secara
curang
(fraudulent
disbursement). Secara ilegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun, dalam istilah hukum “mengambil“ asset
secara illegal (tidak sah) atau
(melawan hukum) yang dilakukan oleh seorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi asset, disebut menggelapkan. 1. Skimming Uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke dalam perusahaan. 2. Larceny Penjarahan yang dilakukan uang sudah masuk ke kas perusahaan dan baru dijarah. 3. Billing Schemes Skema permainan (schemes) dengan menggunakan proses billing atau pembebenan penagihan sebagai sarananya.
12
4. Payroll Schemes Skema permainan melalui pembayaran gaji dengan adanya pembayaran pegawai secara fiktif (ghost employee) atau pemalsuan gaji karyawan. 5. Expense Reimbursement Schemes Skema permainan pembayaran kembali biaya-biaya, misalnya biaya perjalanan. 6. Check Tampering Skema permainan melalui pemalsuan cek. Cek ditanda tangani oleh orang yang berkuasa terhadap cek tersebut. C. Fraudulent Statements Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial. 1. Salah Saji Material (misstatements baik overstatements atau understatements) a. Menyajikan asset atau pendapatan lebih tinggi dari sebenarnya (Asset/Revenue Overstatemants) b. Menyajikan asset atau pendapatan rendah dari yang sebenarnya (Asset/Revenue Understatemants)
13
3. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangel) Segitiga Fraud ini adalah gagasan dari seorang mahasiswa yang bernama (Donald R.Cressy) yang pada waktu itu dia melakukan penelitian disertasi doktornya di bidang sosiologi tentang Kriminalitas di Masyarakat. Perceived Opportunity
Fraud Triangle Pressure
Rationalization
Sumber: Theodorus M, 2007:106
Gambar 2.2. Segitiga Kecurangan
Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan (pressure) yang menghimpitnya. Orang ini mempunyai kebutuhan yang mendesak, yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain. Konsep yang penting disinilah adalah tekanan yang menghimpit hidupnya (berupa kebutuhan akan uang), padahal ia tidak bisa berbagi (sharing) dengan orang lain. Setidak-tidaknya, itulah yang dirasakannya. Konsep ini dalam bahasa inggris disebut perceived non shareable financial need (Theodorus M, 2007:107). Cressy menjelaskan ”ketika para pelanggar kepercayaan ini ditanya: mengapa di waktu yang lalu anda tidak akan melanggar kepercayaan yang diberikan yang terkait dengan kedudukan-kedudukan terdahulu, atau mengapa anda tidak melangar kepercayaan (trust) lainnya yang terkait
14
dengan kedudukan anda sekarang? umumnya jawaban mereka adalah salah satu di antara: (a) ketika itu belum ada kebutuhan (yang mendesak) seperti sekarang, atau (b) belum pernah terpikir untuk melalakukan hal sebelum itu, atau (c) di waktu itu saya menganggap perbuatan itu tidak jujur, tapi kali ini, tidak demikian halnya. Bagi pelaku (embezzler), ia tidak bisa berbagi masalah (keuangan) dengan orang lain, padahal sebenarnya “berbagi masalah dengan orang lain” dapat membantu mencari pemecahannya. Apa yang bisa diceritakan kepada orang lain tentu tergantung pada orang tersebut. Namun Cressy mencatat bahwa ada masalah non keuangan tertentu yang dapat diselesaikan dengan mencuri uang atau asset lainnya, jadi dengan melanggar kepercayaan yang terkait dengan kedudukan. Dari penelitiannya, Cressey juga menemukan bahwa non-shareable problems yang dihadapi orang-orang yang diwawancarainya timbul dari situasi yang dapat dibagi dalam enam kelompok: a. Violation of Ascribed Obligation Kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab keuangan dan jujurserta mematuhi pedoman profesi prilaku yang ada di perusahan atau organisasi tempat kita bekerja. b. Problems Resulting from Personal Failure Kegagalan pribadi juga merupakan situasi yang dipersepsikan oleh orang yang mempunyai kedudukan yang dipercaya dalam bidang
15
keuangan, sebagai kesalahan menggunakan akal sehatnya, dan karena itu menjadi tanggung jawab pribadinya c. Physical Isolation Secara bebas, situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan dalam kesendirian yang disebabkan banyaknya tekanan masalah dan tidak mau menceritakan kepada orang lain. d. Status Gaining Status ini berbicara tentang kebiasaan buruk yang tidak mau kalah dari para tetangga (pesaing). Pelaku berusaha mempertahankan status dan meningkatakan statusnya. e. Employer-employee Relations Situasi keenam ini mencerminkan kesalahan (atau kebencian) seorang pegawai yang menduduki jabatan yang sedang dipegangnya sekarang. Tetapi pada saat yang sama ia merasa tidak ada pilihan kecuali ia harus tetap bekerja (Theodorus M, 2007:110). Cressy berpendapat, ada dua komponen dari persepsi tentang peluang ini. Pertama, general information yang merupakan pengetahuan tentang bahwa kedudukan yang mengandung trust atau kepercayaan, dapat dilanggar tanpa konsekuensi. Pengetahuan dapat diperoleh dari apa yang ia dengar dan apa yang ia lihat, misalnya dari pengalaman orang lain yang melakukan fraud dan tidak ketahuan atau tidak dihukum atau terkena sanksi atau terkena hukum. Kedua, technical skill atau keahlian ketrampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan tersebut.
16
Posisi mereka yang mendapat kepercayaan (trust), khususnya dibidang keuangan, memungkinkan mereka memanfaatkan general information dan technical skills yang mereka miliki. Sisi ketiga dari Fraud Triangle adalah Rationalization atau mencari pembenaran sebelum melakukan kejahatan, bukan sesudahnya. Mencari pembenaran sebenarnya merupakan bagian dari kejahatan itu sendiri, bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan. Rationalization diperlukan agar si pelaku dapat mencerna perilakunya yang illegal untuk tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya. 4. Faktor-Faktor Pendorong terjadinya Fraud Menurut pakar Donald R Cressey, ada faktor-faktor pendorong terjadinya fraud, yaitu:
a. Niat (Intent) Merupakan karakteristik yang membedakan kecurangan dengan kesalahan atau kekeliruan. Pelaku kecurangan berniat melakukan kecurangan untuk keuntungan dirinya dengan merugikan pihak lainnya. b. Pendorong/tekanan (Incentive/Pressure) Manajemen atau karyawan mungkin memiliki dorongan atau tekanan yang menjadi alasan melakukan kecurangan. Untuk melakukan kecurangan lebih banyak tergantung pada kondisi individu, seperti sedang menghadapi masalah keuangan, kebiasaan buruk seseorang
17
seperti berjudi dan peminum atau mempunyai harapan/tujuan yang tidak realistis. c. Kesempatan (Opportunity) Keadaan lingkungan yang ada di tempat kerja memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan yang disebabkan sistem pengawasan yang lemah. d. Rasionalisasi/sikap (Rationalization/Attitude) Beberapa individu memiliki sikap, karakter, atau nilai etika yang mengikutinya untuk pembenaran melakukan tindakan tak jujur. Namun Fraud bisa dilihat dari beberapa sisi, yaitu: a. Berdasarkan Pencatatan Kecurangan berupa pencurian aset dapat dikelompokan kedalam tiga kategori: 1) Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku, seperti duplikasi pembayaran yang terancantum pada catatan akuntansi (fraud open on the books, lebih mudah untuk di temukan): 2) Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara catatan akuntansi yang valid, seperti: kickback (fraud hidden n the books) 3) Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan“, seperti: pencurian uang pembayaran piutang
18
dagang yang telah dihapus bukukan/di write of (fraud of the books, paling sulit untuk ditemukan). b. Berdasarkan Frekuensi Pengklasifikasikan kecurangan dapat dilakukan berdasarkan frekuensi terjadinya: 1) Tidak berulang (non repeating fraud). Dalam kecurangan yang tidak berulang, tindakan kecurangan walaupun terjadi beberapa kali pada dasarnya bersifat tunggal. Pelaku dapat setiap saat melakukan kecurangan. 2) Berulang (repeating fraud). Dalam kecurangan berulang, tindakan yang menyimpang terjadi beberapa kali dan hanya diawali sekali saja. Selanjutnya kecurangan terjadi terusmenerus sampai dihentikan. c. Berdasarkan Konspirasi Kecurangan dapat dklasifikasikan sebagai:terjadi konspirasi atau kolusi, tidak terdapat konspirasi,dan terdapat konspirasi parsial. Pada umumnya kecurangan terjadi karena adanya konspirasi, baik bona fide maupun psedudo. Dalam Bona Fide Conspiracy, semua pihak sadar akan adanya kecurangan: sedangkan dalam Pseudo Conspiracy, ada pihak-pihak yang tidak mengetahui terjadinya kecurangan.
19
d. Berdasarkan Keunikan Kecurangan berdasarkan keunikannya dapat dikelompokan sebagai berikut: 1) Kecurangan Khusus (specialized fraud), yang terjadi secara unik pada orang-orang yang bekerja pada operasi bisnis tertentu. Seperti contoh : a) Pengambilan aset yang disimpan deposan pada lembagalembaga keuangan, seperti: bank, dana pensiunan, reksa dana (disebut juga custodial fraud) b) Klaim asuransi yang tidak benar. 2) Kecurangan Umum (garden varieties of fraud), yang semua orang mungkin hadapi dalam operasi bisnis secara umum. Misalnya: a) Kickback, penetapan harga yang tidak benar, pesanan pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari kebutuhan yang sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang telah selesai, pembayaran ganda, dan pengiriman barang yang tidak benar. 5. Faktor Pemicu Kecurangan (Fraud) Terdapat empat faktor pendorong seorang untuk melakukan kecurangan, yang disebut juga dengan GONE Theory: a. Keserakahan (Greed) b. Kesempatan (Opportunity) c. Kebutuhan (Need)
20
d. Pengungkapan (Exposure) Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut faktor generik/ umum).
1) Faktor Generik a) Kesempatan
(Opportunity)
untuk
melakukan
kecurangan
tergantung pada kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk melakukan kecurangan pasti akan selalu ada setiap kesempatan. Namun secara umum, manajemen suatu organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan kecurangan pada karyawan. b) Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun dengan pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan daripada karyawan. 2) Faktor Individu Faktor ini melekat pada diri seorang moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed) Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko ini adalah: a) Misi/tujuan organisasi/perusahaan, ditetapkan dan dicapai dengan melibatkan seluruh pihak (Manajemen dan Karyawan) 21
b) Aturan prilaku pegawai, dikaitkan dengan lingkungan dan budaya organisasi/perusahaan. c) Gaya manjemen, memberikan contoh bekerja sesuai dengan misi dan
aturan
prilaku
dan
perilaku
yang
ditetapkan
organisasi/perusahaan. d) Praktek penerimaan pegawai, dicegah diterimanya karyawan yang bermoral tidak baik Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need), yang lebih cendrung berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan pegawai/pejabat yang terkait dengan aset yang dimiliki perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja. Selain itu tekanan (pressure) yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang yang jujur mempunyai motif untuk melakukan kecurangan. Beberapa kemungkinan keterlibatan dalam kecurangan: a) Lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan. b) Sistem pengukuran kinerja dan penghargaan. c) Tidak adanya bantuan konsultasi pegawai. d) Proses penerimaan karyawan yang tidak fair. e) Kecorobahan atau tidak hati-hati. 6. Gejala Adanya Fraud Fraud yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu perlu
22
diketahu gejala-gejala yang menunjukan adanya kecurangan tersebut, adapun gejala tersebut adalah: a. Gejala Kecurangan pada Manajemen 1) Ketidakcocokan diantara manajemen puncak 2) Moral dan motivasi karyawan rendah 3) Departemen akuntansi kekurangan staf 4) Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen, pemasok atau badan otoritas. 5) Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi. 6) Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat. 7) Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama. 8) Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan. 9) Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuian pada akhir tahun buku. b. Gejala Kecurangan pada Karyawan/Pegawai 1) Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otoritas manajemen dan tanpa perincian/penjelasan pendukung. 2) Pengeluaran tanpa dokumen pendukung. 3) Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar. 4) Penghancur, penghilangan, pengerusakan dokumen pendukung pembayaran.
23
5) Kekurangan barang yang diterima. 6) Kemahalan harga barang yang dibeli. 7) Faktur ganda 8) Pergantian mutu barang. 7. Pelaku Kecurangan Pelaku kecurangan di atas dapat diklsifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu: manejemen dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial reporting). Sedangkan karyawan melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu, misalnya salah saji yang berupa
penyalahgunaan
aktiva
(misstatements
arising
from
misappropriation of asset). Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspetasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap pelaporan laporan keuangan lebuh dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa: manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan. Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian atau informasi penting dari laporan keuangan.
24
Kecurangan
penyalahgunaan
aktiva
biasanya
disebut
kecurangan
karyawan (employee fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh salah saji sejenis ini adalah: a. Penggelapan terhadap penerimaan kas b. Pencurian aktiva perusahaan a. Mark Up harga b. Transaksi tidak resmi 8. Tipe Korban (Victims) Terdapat empat kategori utama korban kecurangan, yaitu: a. Pemegang Saham (Owner) Pemegang saham sering menjadi korban kecurangan manajemen (manajemen
fraud),
yaitu
mananjer
berusaha
secara
palsu
meningkatkan laba atau aktiva. b. Investor Misalnya investor mengalami kerugian di pasar modal karena tindak pidana yang dilakukan emiten (insider traiding dan lain-lain).
25
c. Perusahaan (Enterprise) Bait organisasi komesial maupun pemerintahan dapat menjadi korban baik kecurangan internal maupun eksternal. d. Pelanggan Organisasi usaha
sering mengorbankan pelanggannya
melalui
advertensi yang menyesatkan, substitusi produk dan pola yang sejenis. B. Tindakan Pencegahan Dalam Meminimalisasi Kecurangan Ibaratkan menangani penyakit, lebih baik mencegah dari pada mengobati, karena tindakan pencegahan penggunaan dananya tidak begitu besar dibanding ketika penyakit itu itu sudah datang. Dan seperti itu lah terhadap kecurangan (fraud) ini. Ada ungkapan yang secara mudah ingin menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud. (Menurut Donald R.Cressey) ungkapan itu adalah: fraud by need, by greed, and by opportunity. Namun, jika kita ingin mencegah fraud, hilangkanlah atau tekan sedapat mungkin penyebabnya (berdasarkan cost benefit analysis atau Pareto Optimum). Menghilangkan atau menekan need dan greed yang mengawali terjadinya fraud dilakukan sejak menerima seorang (recruitment process), meskipun kita tahu bahwa proses itu bukan jaminan penuh. Ini ditanamkan melalui fraud awareness dan contoh-contoh yang diberikan pimpinan perusahaan atau lembaga. Contoh yang diberikan atasan telah terbukti merupakan unsur pencegahan yang penting. Karena itu upaya pencegahan fraud dapat dimulai dari pengendalian intern. Pengendalian intern atau internal control mengalami perkembangan dalam pemikiran dan
26
prakteknya. Karena salah satu tujuan adanya pengendalian intern adalah salah satunya untuk mengawasi kinerja manajemen beserta karyawan agar tingkat kecurangan bisa ditekan (menurut Metteo Wahyana, 2008:14)
1. Pengertian Tindakan Pencegahan A system of “special purpose” processes and procedures designed and practiced for the primary if not sole purpose of preventing or deterring fraud (menurut Theodorus M, 2007:168).
Terjemahan Suatu sistem dengan proses dan prosedur yang bertujuan khusus dirancang dan dilaksanakan untuk tujuan utama, kalau bukan satu-satunya tujuan, untuk mencegah dan menghalangi (dengan membuat jera) terjadinya fraud. Kemudian konsep yang lainnya dalam upaya pencegahan yakni adalah menanamkan kesadaran tentang adanya fraud (fraud awareness) dan upaya menilai resiko terjadinya fraud (fraud risk asement). Pencegahan Kecurangan Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan kecuarangan adalah berupaya untuk menghilangkan sebab-sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan sebelum terjadinya kecurangan akan lebih mudah daripada mengatasi setelah kecurangan terjadi. Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apabila: a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak efektif. 27
b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka. c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan kecurangan. d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan, biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan. f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi kecurangan 2. Tindakan Pencegahan Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3 (tiga) tujuan pokok yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. (COSO.1992) untuk hal tersebut, kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah antara lain dengan cara–cara berikut: a. Membangun Struktur Pengendalian Intern yang Baik Dengan semakin berkembangnya perusahaan,maka tugas manajemen untuk mengawasi dan mengendalikan jalannya perusahaan menjadi semakin sulit. Untuk itu agar tujuan yang telah ditetapkan Top Manajemen dapat dicapai,
28
keamanan asset perusahaan terjamin dan kegiatan operasi dapat dijalankan secara efektif dan efisien, maka pihak Manajemen perlu menciptakan suatu struktur pengendalian intern yang baik dan efektif untuk mencegah kecurangan. Dalam memperkuat struktur pengendalian intern di perusahaan, COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada bulan September 1992 memperkenalkan suatu kerangka pengendalian yang lebih luas daripada model pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup aspek manajemen resiko, yaitu pengendalian intern yang terdiri atas 5 komponen yang saling terkait yaitu: 1) Lingkungan pengendalian (control environment) menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup: a) Integritas dan nilai etika b) Komitmen terhadap kompetensi c) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d) Filosofi dan gaya operasi manajemen e) Struktur organisasi f) Pemberian wewenang dan tanggungjawab g) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia 2) Penaksiran risiko (risk assessment) adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu
29
dasar untuk menenetukan bagaimana risiko harus dikelola. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut: a) Perubahan dalam lingkungan operasi b) Personel baru c) Sistem informasi yang baru atau diperbaiki d) Teknologi baru e) Lini produk, produk atau aktivitas baru f) Operasi luar negeri g) Standar akuntansi baru 3) Standar Pengedalian (control activities) adalah kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan dengan: a) Penelaahan terhadap kinerja b) Pengolahan informasi c) Pengendalian fisik d) Pemisahan tugas 4) Informasi dan komunikasi (information and communication) adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk
dari
waktu
yang
memungkinkan
orang
melaksanakan
tanggungjawab mereka. Sistem informasi mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabiltas bagi aktiva, utang dan ekuitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung
30
jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan. 5) Pemantauan (monitoring) adalah proses menentukan mutu kinerja pengendalian internsepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. b.
Mengefektifkan Aktivitas Pengendalian 1) Review Kinerja Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya dibandingkan
dengan
anggaran,
prakiraan,
atau
kinerja
priode
sebelumnya, menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda operasi atau keuangan satu sama lain, bersama dengan analisis atas hubungan dan tindakan penyelidikan dan perbaikan; dan review atas kinerja fungsional atau aktivitas seseorang manajer kredit atas laporan cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan pinjaman. 2) Pengolahan informasi Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem informasi adalah pengendalian umum (general control) dan pengendalian aplikasi (application control). Pengendalian umum biasanya mencakup pengendalian atas operasi pusat data, pemerosesan dan pemeliharaan perangkat lunak sistem, keamanan akses, pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi. Pengendalian ini berlaku untuk maiframe, minicomputer dan lingkungan pemakai akhir
31
(end user). Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan akurat. a) Pengengendalian fisik Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva, penjagaan yang memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses terhadap aktiva dan catatan; otorisasi untuk akses ke program komputer dan data files; dan perhitungan secara periodik dan pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam catatan pengendalian. b) Pemisahan tugas Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk memberikan otorisasi, pencatatan transaksi,
menyelenggarakan
penyimpanan aktiva ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan dan sekaligus menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan tugasnya dalam keadaan normal c. Meningkatkan Kultur Organisasi Meningkatkan
kultur
organisasi
mengimplementasikan prinsip-prinsip
dapat
dilakukan
dengan
Good Corporate Governance
(GCG) yang saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasikan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah (menurut Saifuddien Hasan, 2000):
32
1) Keadilan (Fairness) Melidungi kepentingan pemegang saham minoritas dan steakholders lainnnya dari rekayasa transaksi yang bertentangan dengan peraturan peraturan yang berlaku. 2) Transparansi (disclosure) Keterbukaan bagi steakholder yang terkait untuk melihat dan memahami proses suatu pengambilan keputusan pengelolaan suatu perusahaan. Dalam hal ini terkait dengan kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan informasi material kepada pemegang saham/publik dan pemerintah secara benar, akurat, teratur dan tepat waktu. 3) Akuntabilitas (Accountability) Menciptakan sistem pengawasan yang efektif didasarkan atas distribusi dan keseimbangan kekuasaan antar anggota direksi, komisaris, pemegang saham dan pengawas. Disini menyangkut pula proses
pertanggung jawaban para pengurus
perusahaan
atas
keputusan-keputusan yang dibuat dan kinerja yang dicapai. 4) Tanggung Jawab (Responsibility) Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum dan ketentuan/peraturan
yang
berlaku
termasuk
tanggap
terhadap
lingkungan di mana perusahaan berada. 5) Moralitas (Morality) Manajemen dan seluruh individu dalam perusahaan wajib menjunjung tinggi moralitas, didalam prinsip ini terkandung unsur-unsur kejujuran, kepekaan sosial dan tanggug jawab individu.
33
6) Kehandalan (Reliability) Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki kompetensi dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan. 7) Komitmen Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki komitmen penuh untuk selalu meningkatkan nilai perusahaan, dan bekerja untuk mengoptimalkan nilai pemegang sahamnnya (duty of loyalty) serta menurunkan risiko perusahaan Dalam pedoman GCG yang disusun oleh The National Committee on Coprporate Governance (Maret 2000) telah disarankan dengan jelas perusahaan untuk memenuhi 13 (tiga belas) aspek penting yang harus diperhatikan manajemen perusahaan yaitu: pemegang saham, dewan komisaris, direksi, sistem audit, sekretaris perusahaan,
pihak-pihak
yang
berkepentingan
(steakholders),
keterbukaan, kerahasiaan, informasi orang dalam, etika berusaha dan anti korupsi, donasi, kepatuhan pada Peraturan Perundang Undangan (Proteksi Kesehatan, keselamatan kerja, pelestarian lingkungan serta kesempatan kerja yang sama) d. Mengefektifkan Fungsi Internal Audit Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak akan terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan saksama sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan dan dapat memberikan saran-saran yang bermafaat kepada manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
34
manajemen agar fungsi internal audit bisa efektif membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya adalah: 1) Internal audit departemen harus mempunyai kedudukan yang independen dalam organisasi perusahaan dalam arti kata ia tidak boleh terlibat kegiatan operasional perusahaan dan bertanggungjawab kepada atau melaporkan kegiatannya kepada top manajemen 2) Internal audit departemen harus mempunyai uraian tugas secara tertulis, sehingga setiap auditor mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas, wewenang dan tanggungjawabnya. 3) Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang berguna untuk: a) mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas. b) menentukan standar yang berguna untuk mengukur dan meningkatkan performance. c) memberi keyakinan bahwa hasil akhir internal audit departemen sesuai dengan requirement dari internal audit director. 4) Harus ada dukungan yang kuat dari top manajemen kepada internal audit departemen. Dukungan tersebut dapat berupa: a) penempatan internal audit departemen dalam posisi yang independen. b) penempatan audit staf dengan gaji yang cukup menarik. c) penyediaan waktu yang cukup dari top manajemen untuk membaca, mendengarkan dan mempelajari laporan-laporan internal audit departemen dan respon yang cepat dan tegas terhadap saran-saran perbaikan yang diajukan oleh internal auditor.
35
5) Internal audit departemen harus memiliki sumber daya yang profesional, capable, bisa bersikap objective dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi. 6)
Internal auditor harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik. Jika internal auditor sudah bisa bekerja secara efisien dan efektif dan bisa bekerjasama dengan akuntan publik, maka audit fee yang harus dibayar kepada KAP bisa ditekan menjadi lebih rendah karena hasil kerja internal auditor bisa mempercepat dan mempermudah penyelesaian pekerjaan KAP.
7)
Menciptakan struktur pengajian yang wajar dan pantas.
8)
Mengadakan Rotasi dan kewajiban bagi pegawai untuk mengambil hak cuti.
9)
Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan dan berikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.
10) Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan baik dalam hal keuangan maupun non keuangan. 11) Menetapkan kebijakan perusahaan terhadap pemberian-pemberian dari luar
harus
diinformasikan dan dijelaskan pada orang-orang yang
dianggap perlu agar jelas mana yang hadiah dan mana yang berupa sogokan dan mana yang resmi. 12) Menyediakan
sumber-sumber
tertentu
dalam rangka
mendeteksi
kecurangan karena kecurangan sulit ditemukan dalam pemeriksaan yang biasa-biasa saja.
36
13) Menyediakan saluran saluran untuk melaporkan telah terjadinya kecurangan hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses padajalur yang benar. C. Pendektesian Kecurangan
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang seperti apa pendeteksian itu, maka peneliti akan membahas tentang pengertian pendeteksian kecurangan itu. 1. Pengertian Pendeteksian Tindakan lanjutan yang dilakukan oleh investigator apabila dicurigai atau ditemukan adanya indikasi kecurangan.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, resiko yang dihadapi perusahaan diantaranya adalah Integrity risk, yaitu resiko adanya kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan illegal, atau tindak penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik/reputasi perusahaan di dunia usaha, atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya resiko tersebut mengharuskan
internal
pencegahan/prevention
auditor untuk
untuk
menangkal
menyusun terjadinya
tindakan kecurangan
sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya. Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, internal auditor harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya kecurangan-kecurangan yang timbul. Tindakan pendeteksian tersebut tidak dapat di generalisir terhadap semua kecurangan. Masing-masing jenis
37
kecurangan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenisjenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan. Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti tidak sifatnya langsung. Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya gejalagejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan sekerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi/ keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi/situasi tertentu, perilaku/kondisi seseorang personal tersebut dinamakan Redflag (Fraud indicators). Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu muncul disetiap kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman dan analisis lebih lanjut terhadap Red flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan. Berikut adalah gambaran
secara
garis
besar
pendeteksian
kecurangan
berdasar
penggolongan kecurangan oleh ACFE tersebut di atas. 2. Objek Pendeteksian Melihat beberapa sumber dan refrensi yang dibaca, maka peneliti melihat objek-objek yang diteliti untuk meminimalisasi kecurangan adalah sebagai berikut:
38
a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud). Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut: 1) Analisis Vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase. Sebagai contoh, adanya kenaikan persentase hutang niaga dengan total hutang dari rata-rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan persentase biaya penjualan dengan total penjualan dari 20% menjadi 17% mungkin dapat menjadi satu dasar adanya pemeriksaan kecurangan. 2) Analisis Horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan. Sebagai contoh adanya kenaikan penjualan sebesar 80% sedangkan harga pokok mengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi tidak ada perubahan lainnya dalam unsur-unsur penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat menimbulkan sangkaan adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau transaksi illegal lainnya. 3) Analisis Rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilainilai item dalam laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio tersebut.
39
b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation). Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat banyak variasinya. Namun, pemahaman yang tepat ataspengendalian intern yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, terdapat banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi setiap kasus penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan dapat dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. Misalnya,untuk mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode deteksi yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila digunakan secara kombinasi gabungan, setiap metode deteksi akan menunjukkan anomalies/gejala penyimpangan yang dapat diinvestigasi lebih lanjut untuk menenemukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-metode tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian intern dan mengingatkan/memberi peringatan pada auditor akan adanya potensi terjadinya kecurangan di masa mendatang. 1) Analytical Review Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidak biasaan atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Sebagai contoh adalah perbandingan antara pembelian barang persediaan dengan penjualan bersihnya yang dapat mengindikasikan adanya pembelian yang terlalu tinggi atau terlalu rendah biala dibandingkan dengan tingkat penjualannya. Metode analitis lainnya
40
adalah perbandingan pembelian persediaan bahan baku dengan tahun sekarang yang mungkin mengindikasikan adanya kecurangan overbilling scheme atas kecurangan pembelian ganda. 2) Statistical Sampling Sebagaimana persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji secara sampling untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode deteksi ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu attributnya, misalnya pemasok fiktif. Suatu daftar alamat PO BOX akan mengungkapkan adanya pemasok fiktif. 3) Vendor or Outsider Complaints Komplain/keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. 4) Site Visi-Observation Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut. Observasi terhadap bagaimana transaksi akuntansi dilaksanakan kadangkala akan memberi peringatan pada CFE akan adanya daerah-daerah yang mempunyai potensi bermasalah. Dalam banyak kasus kecurangan, khususnya kasus pencurian dan penggelapan aset, biasanya terdapat tiga faktor, yaitu: a) ada satu tekanan pada seseorang, seperti kebutuhan keuangan. b) adanya
kesempatan
untuk
melakukan
kecurangan
dan
menyembunyikan kecurangan yang dilakukan.
41
c) adanya cara pembenaran perilaku tersebut yang sesuai dengan tingkatan integritas pelakunya. Ada tiga elemen dalam struktur pengendalian intern yang perlu diperhatikan dengan baik. (Menurut Albrecht. W. Steve dalam Amrizal, 2008:2) Tabel 2.3. Fraud Examination Control Environment
Accounting System
1. Management Philosophy
Control Procedures
1. Valiadity
1. Separation of
and style
Duties
2. Organization Structure
2.
Authorizontal
2. Proper Procedures for Authorizontal
3. Audit Committee
3. Valuation
3. Adequate Documents and Recods
4. Communication Methods
4. Valuation
4. Physical Control Over Assets and Record
5. Internal Audit Function
5. Classification
5. Independent Checks on Performance
6. Personnel Policies and
6. Timing
Procedures (Sumber: Fraud Examination: page 8)
c. Korupsi (Corruption) Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan
komplain
ke
perusahaan.
Atas
sangkaan
terjadinya 42
kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari karakteristik (Red flag) si penerima maupun si pemberi
Kecurangan dalam buku besar dan laporan keuangan dapat dideteksi melalui teknik audit. Kecurangan seperti ini dapat berbentuk: 1) Ayat jurnal penyesuian yang kurang otorisasi dan rincian yang mendukung. 2) Pengeluaran yang kurang dokumen pendukung. 3) Pemasukan yang salah dan tidak tepat dalam buku besar. 4) Pembayaran yang tidak diotorisasi dan tidak sah. 5) Pengunaan dan konversi aktiva korporat yang tidak diotorisasi. 6) Penerapan dana korporat yang salah. 7) Pernyataan yang salah dan palsu dalam laporan keuangan dari segi keuntungan dan nilai aktiva. 8) Pencurian aktiva korporat oleh pegawai,agen dan petugas. 9) Pemusnahan, peniruan dan pemalsuan dokumen untuk mendukung pembayaran. 10) Kolom jumlah yang tidak benar jumlahnya. Jadi seorang auditor kita harus mempelajari orang-orang dalam lingkungan auditor sebanyak anda mempelajari pengendalian intern, jurnal penyesuaian, catatan, dokumen, dan rasio. Lalu ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai pekerjaan mereka, bagaimana mereka melakukannya dan bagaimana rasa mereka mengenai pekerjaan. Penipu
43
suka berbicara. Pencuri dan penggelap uang lebih berhati-hati. Mereka lebih takut untuk diketahui. Penipu berpikir mereka dapat berbicara diluar kecurangan mereka. Penipu lebih ramah dan bersosialisasi. Penggelap uang dan pencuri lebih menjauh. Sembunyi membuat penggelap uang dan pencuri berhasil dengan kejahatan mereka. Keberanian yang membuat penipu berhasil dengan kejahatan mereka. Penipu hanya rakus. Pencuri dan pengelapan uang menderita karena kebutuhan (nyata dan dibayangkan). Penipu meninggalkan lebih banyak bekas tapi membalas atau melawan lebih keras bila tertangkap. Pencuri dan penggelap uang tidak mau maju kedepan. Mereka sering mengakui. Penipu tidak jarang mengakui. Mereka perlu maju kedepan untuk bersembunyi ketika tertangkap. C. Audit Investigatif Sebelum kita membahaslebih lanjut tentang audit investigatif, maka peneliti akan membahas tentang apakah Audit Investigatif itu. 1. Pengertian Audit Investigatif a. Audit investigatif adalah salah
satu
aktivitas dalam
rangka
implementasi upaya strategi memerangi korupsi dengan pendekatan investigatif (Haryono Umar, 2009) b. Investigative Auditing involves reviewing financial documentation for a specific purpose, which could relate to litigation support and insurance claims, as well as criminal matter” (Jack Bologna dan Robert J. Lindquist)
berbunyi audit investigasi mencakup review
44
dokumentasi keuangan untuk tujuan tertentu yang mungkin saja berhubungan dengan masalah ligitasi dan pidana.
c. Audit investigatif ibarat memancing ikan, pemancing profesional akan memulai dengan pertanyaan: “Ikan apa yang akan dipancing” (Howard R. Davia- Fraud:101) d. Audit investigastif secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses penyelidikan yang berlandaskan pada hukum dan rasa keadilan untuk mencari kebenaran dengan tingkat kebenaran yang tinggi (high level of assurance) mengenai suatu permasalahan yang ditemukan. 2. Tujuan Adanya Audit Investigatif Menurut (K.H.Spencer Picket dan Picket, 2002) dalam Financial Crime Investigation and Control a. Memberhentikan manajemen. Tujuanya utamannya adalah sebagai teguran
keras
bahwa
manajemen
tidak
mampu
mempertanggungjawabkan kewajiban fidusiernya. Kewajiban fidusier ini termasuk mengawasi dan mencegah terjadinya kecurangan oleh karyawannya. b. Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukupnya relevannya bukti. Tujuan ini akan menekankan bisa diterimanya bukti-bukti sebagai alat bukti untuk meyakinkan hakim dipengadilan. c. Melindungi reputasi karyawan yang tidak bermasalah.
45
d. Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi. Banyaknya bukti dalam keuangan berupa dokumen yang disusun untuk membuat kebohongan. e. Menemukan aset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian yang terjadi. Hal ini meliputi penelusuran rekening bank, pembekuan rekening, izin-izin untuk proses penyitaan dan atau penjualan aset. f. Memastikan
bahwa
pelaku
kejahatan
tidak
bisa
lolos
dari
perbuatannya. g. Menyapu bersih semua karyawan yang melakukan kejahatan. h. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi korban penjarahan. Kecurangan yang menggrogoti sumber daya perusahaan. i. Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan. j. Melaksanakan investigasi secara standar, sesuai dengan peraturan perusahaan, sesuai dengan buku pedoman. k. Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima oleh pengadilan, dengan sumber daya dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal mungkin. l. Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi dan membuat keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus diambil.
46
m. Mendalami tuduhan (baik oleh dalam atau luar perusahaan, baik lisan maupun tertulis, baik dengan nama terang atau dalam bentuk surat kaleng) untuk menanggapi secara tepat. n. Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik. o. Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga. p. Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik. q. Menentukan siapa saja pelaku dan mengumpulkan bukti mengenai niatnya. r. Menindaklanjuti para pelaku kecurangan yang telah terbukti. s. Mengidentifikasi praktek manajemen yang tidak dapat dipertanggung jawabkan atau prilaku yang melalaikan tanggung jawab. t. Mempertahankan kerahasian dan memastikan bahwa perusahaan atau lembaga ini tidak terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran nama baik. u. Mengidentifikasikan saksi yang melihat atau terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung tuduhan atau dakwaaan terhadap si pelaku. v. Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola resiko terjadinya kecurangan ini dengan tepat. 3. Investigatif dengan Teknik Audit Banyak auditor yang sudah berpengalaman pun, merasa ragu untuk terjun dalam bidang investigatif. Padahal teknik-teknik audit yang mereka kuasai, memadai untuk dipergunakan dalam audit investigatif. Teknik
47
Audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. Jadi teknik audit yang akan dilakukan ada tujuh, yaitu: a. Memeriksa Fisik dan Mengamati Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai perhitungan uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing), kertas berharga, persedian barang, aktiva tetap dan barang berwujud (tangible asset) lainnya. Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk mengetahui sesuatu. Maka peneliti tidak membedakan pemeriksaan fisik dan pengamatan. Dalam kedua ini teknik ini investigator menggunakan inderanya, untuk mengetahui atau memahami sesuatu. b. Meminta Informasi dan Konfirmasi Meminta informasi baik lisan ataupun tulisan kepada auditan, merupakan prosedur biasa dilakukan auditor. Pertanyaannya, apakah dalam investigatif hal itu perlu dilakukan apakah sebagainya kita tidak meminta informasi, supaya yang diperiksa tidak mengetahui apa yang kita cari? Yang bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong. Seperti dalam audit, juga dalam investigatif, permintaaan informasi harus dibarengi, diperkuat, atau dikaloborasi dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat (substantiated) dengan cara lain.
48
Permintaan informasi sangat penting, dan juga memerlukan prosedur yang normal dalam suatu investigasi. Meminta
konfirmasi adalah meminta pihak lain
(dari yang
diinvestigasikan) untuk menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Dalam audit, teknik ini umumnya diterapkan untuk mendapatkan
kepastian
mengenai
saldo
utang
piutang.
Tapi
sebenarnya ia dapat diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan maupun non keuangan. Dalam investigatif ini harus memperhatikan apakah pihak ketiga mempunyai kepentingan dalam investigatif. c. Memeriksa Dokumen Tak ada investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi dokumen menjadi lebih luas, termasuk informasi
yang
diolah,
disimpan
dan
dipindahkan
secara
elektronis/digital. d. Riview Analitikal Dellote Haskins dan Sells (disingkat DHS, cikal bakal dari Deloitte Touche Tohmatsu) mencatat penggunaan teknik ini dalam audit manual mereka di tahun 1930-an. Diakhir 1960-an dan awal 1970-an DHS mengembangkan berbagai perangkat lunak review analikal, diantaranya Statical Techniques for Analytical Review (STAR) in auditing. Dalam riview analitikal yang penting bukannya perangkat lunaknya, tetapi semangatnya, seperti dikatakan Houck di atas “think analytical first“ Ini ciri auditor (dan investigator) yang tangguh.
49
Kuasai gambaran besarnya lebih dahulu. (menurut Stringer dan Stewart) dalam: Analytical review is a form of deductive reasoning in which the property of the individual details is inferred from evidence of the reasonableness of the aggregate results. Perhatikan mereka mendefinisikan riviu analitikal sebagai a form of deductive reasoning, sebagai suatu bentuk penalaran deduktif. Tekanannya adalah pada penalaran, proses berfikrnya. Penalaran yang membawa seorang auditor atau investigator pada gambaran mengenai wajar, layak, atau pantasnya suatu data individual disimpulkan dari gambaran yang diperoleh secara global, menyeluruh atau agregat. 1) Membandingkan Anggaran Dengan Realisasi Membandingkan anggaran dengan realisasi dapat mengindikasikan adanya fraud. Yang harus benar-benar diketahui adalah seluruh mekanisme pelaksanaan anggaran, evaluasi atas pelaksanaan anggaran, dan intensif (keuangan maupun non keuangan) yang terkandung didalamnya sistem anggaran. Dalam entitas yang merupakan profit center atau revenue center, pejabat tertentu menerima intensif (bonus) sesuai dengan keberhasilan
yang
diukur
dengan
Investigator
perlu
mengantisipasi
pelampauan kecendrungan
anggaran. realisasi
penjualannya dibuat tinggi (overstated).
50
2) Hubungan antara Satu Data dengan Data Keuangan Lainnya. Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan keuangan, bisa mempunyai keterkaitan yang dapat dimanfaatkan untuk review awal. 3) Menggunakan Data Non Keuangan. Inti dari Riviu analitikal ini adalah
mengenal pola hubungan
(relationship pattern). Pola hubungan ini tidak mesti hanya antara satu data keuangan dengan data keuangan lainnya. Pola hubungan non keuangan pun bisa bermacam-macam bentuknya. 4) Regresi atau Analis Trend Dengan data historical yang memadai (makin banyak makin baik, carteris pribus) review analitikal dapat mengungkapkan trend. Berbagai perangkat lunak mempermudah hitungan dan grafiknya. Misalnya STAR, perangkat lunak Delloite. 5) Menggunakan Indikator Ekonomi Makro Ada hubungan antara besarnya pajak penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun dengan indikator-indikator ekonom seperti inflasi, tingkat pengangguran, cadangan devisa, indikator ekonomi negara-negara yang menjadi patner perdagangan Indonesia,harga minyak mentah dan komoditi lain-lain. Kehadalan perumusan ekonometri akan membantu auditor atau investigator melalui data agregat, tanpa harus memasuki pemeriksaan SPT sebagai langkah pertama.
51
e. Menghitung Kembali Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mencek kebenaran perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor; seorang auditor junior di kantor akuntan. Dalam investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau disupervisi oleh investigator yang berpengalaman. 4. Prinsip-Prinsip Investigatif a. Investigatif merupakan metode/tehnik yang dapat digunakan dalam audit investigatif. b. Investigatif memerlukan penerapan kecerdasan, pertimbangan yang sehat dan pengalaman, selain itu memerlukan pemahaman terhadap ketentuan perundang-undangan dan prisip-prinsip investigatif guna pemecahan permasalahan yang dihadapi.
Prinsip-prinsip berikut ini berdasarkan pengalaman dan praktek dapat dijadikan pedoman bagi investigator dalam setiap situasi sebagai berikut:
52
Investigatif adalah tindakan mencari kebenaran dengan memperhatikan keadilan dan berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
1) Kegiatan investigatif mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan. 2) Investigator mengumpulkan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga bukti-bukti yang diperolehnya dapat memberikan kesimpulan sendiri (bahwa telah terjadi tindak kejahatan dan pelakunya teridentifikasi). 3) Informasi merupakan napas dan darahnya investigasi sehingga investigator harus mempertimbangkan segala kemungkinan untuk dapat memperoleh informasi. 4) Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian yang penting dalam investigatif 5) Pelaku kejahatan adalah manusia, oleh karena itu jika ia diperlakukan sebagaimana layaknya manusia maka mereka juga akan merespon sebagaimana manusia.
5. Tahap-Tahap Audit Investigatif Dalam melakukan audit investigatif ada tahapan yang harus dilakukan yaitu: a. Persiapan dan Perencanaan. Setiap kegiatan audit harus diawali dengan persiapan dan perencanaan. Audit investigatif lebih ditekankan pada sikap kehati-hatian dan independen serta arif karena sering terjadi konflik kepentingan antara auditor dan auditan. Dalam menunjuk
53
petugas investigatif harus dipertimbangkan auditor yang mempunyai pengalaman, integritas yang tinggi, kemauan, keuletan, keberanian, independen dan tidak ada hubungan istimewa antara auditor dan auditan. 1) Membuat PKA. Dalam menyusun PKA audit investigatif auditor harus memahami betul permasalahan yang akan diaudit. Oleh karena itu perlu ditetapkan sasaran, ruang lingkup, waktu audit, menyusun strategi dan langkah audit. 2) Pelaksanaan
audit
terlebih
dahulu
diadakan
pembicaraan
pendahuluan dengan auditan untuk menjelaskan tujuan audit dan mendapatkan informasi tambahan serta menciptakan suasana yang dapat menunjang kelancaran tugas. Untuk mengungkapkan suatu peristiwa atau kejadian maka auditor harus mendapatkan minimal 7 jawaban dari pertanyaan
a) Apa yang telah terjadi. b) Siapa yang melakukan. c) Dimana perbuatan itu dilakukan. d) Kapan dilakukan. e) Dengan apa perbuatan itu dilakukan. f) Bagaimana dilakukan/modus operandi. g) Mengapa perbuatan itu terjadi.
54
Investigatif adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bukti dengan menggunakan prosedur dan tekhnik audit. Untuk dapat melakukan investigasi dengan baik maka diperlukan:
1) Pengetahuan yang baik tentang permasalahan yang akan diaudit. 2) Siapa orang-orang yang akan diaudit dan siapa yang diperiksa terlebih dahulu. 3) Menyusun
pertanyaan
yang
dapat
mengungkap
kejadian
sebenarnya. 4) Menyiapkan bahan-bahan untuk konfrontasi. 5) Pengetahuan tentang orang-orang/pribadi yang akan diaudit. 6) Tempat dan waktu.
Dalam melaksanakan investigatif perlu diperhatikan agar pelaku mudah diarahkan untuk mengakui perbuatannya maka diperlukan mengumpulkan bahan dan bukti yang berkaitan dengan kasus yang diaudit dan dapat dijadikan sebagai alat bukti. Alat bukti menurut KUHP Pasal 184:
1) Keterangan saksi 2) Keterangan saksi ahli 3) Bukti petunjuk 4) Keterangan/pengakuan terdakwa.
55
Keterangan/pengakuan terdakwa saja tidak cukup untuk pembuktian melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lainnya. Bukti dalam audit adalah (1) klarifikasi (2) hasil pengujian fisik (3) dokumentasi (4) observasi (5) tanya jawab/hasil wawancara (6) prosedur analisa.
6. Laporan Audit Investigatif Laporan audit merupakan alat formal auditor untuk mengkomunikasikan kesimpulan yang diperoleh tentang hasil auditnya kepada pihak yang berkepentingan. Sampai saat ini belum ada standar yang khusus untuk laporan audit investigatif atau audit khusus. Standar umum bahwa laporan harus dibuat secara tertulis segera setelah berakhirnya pelaksanaan audit dan laporan disampaikan kepada pihak yang berwewenang dan laporan bersifat
rahasia.
Dalam
pelaksanaannya,laporan
audit
investigatif
diberikan kepada pihak yang memberi instruksi (kepolisian, jaksa, pengadilan).
7. Menjelaskan
Audit
Investigatif
Kedalam
Bahasa
Hukum
Upaya pemberantasan korupsi di mana pun tidak semata-mata melibatkan aparat penegak hukum terkait seperti polisi, jaksa, dan hakim. Pemberantasan korupsi di suatu perusahaan swasta atau pemerintahan wajib melibatkan akuntan yang akan melakukan audit investigatif. Auditor investigatif dituntut bukan hanya melakukan investigasi semata, tetapi juga harus dapat menjelaskan hasilnya ke dalam bahasa hukum. Dengan demikian, seorang akuntan sebelum melaksanakan aktivitasnya wajib
56
melakukan penelusuran berbagai peraturan perundang-undangan, termasuk memegang teguh sikap independensinya untuk tidak mau menerima upeti.
D. Kerangka Pemikiran Gambar dibawah ini menujukan kerangka pemikiran yang dibuat dalam model penelitian mengenai pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit investigatif terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan.
57
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
Variabel Dependen
X1 (Amin Widjaja, 2009)
Y
X2 (Amrizal, 2004)
(Taufik, 2008; Ramaraya, 2008; Ferdian, 2006)
X3 (Theodorus M, 2007) Sumber: Diolah dari berbagai
sumber
Model Pengaruh Tindakan Pencegahan, Pendeteksian, dan Audit Investigatif Terhadap Upaya Meminimalisasi Kecurangan Dalam Laporan Keuangan Gambar 2.4.Kerangka Pemikiran Keterangan : Y : Pengaruhnya dalam meminimalisasikan kecurangan terhadap menyajian laporan keuangan X1: Tindakan Pencegahan X2: Pendeteksian X3: Audit Investigatif
58
E. Pengembangan Hipotesis Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pengaruh tindakan pencegahan, pendetaksian, dan audit investigatif terhadap upaya meminimalisasikan kecurangan dalam laporan keuangan. Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha1 : Tindakan pencegahan berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan Ha2 : Pendeteksian berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan Ha3 :
Audit investigatif berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan terhadap penyajian laporan keuangan
Ha4 :
Tindakan pencegahan, pendeteksian, audit investigatif berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan.
59
Tabel 2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu No 1
2
3
4
Judul Penelitian Santi Pengaruh Yustini Peranan Komite Audit dan Audit Internal dalam Mendeteksi Kecurangan Ismayanti Pengaruh Keahlian dan Tanggung Jawab Auditor Internal Terhadap Mendeteksi Kecurangan serta Pencegahan Tindakan Kecurangan Rani Pengaruh Widiastuti Pengalaman, Kompetensi dan Integritas Auditor Eksternal Terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan Peneliti
Suzy Novianti
Skeptisme, Profesionalisme Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan
Tahun Variabel Penelitian 2009 Peranan Komite Audit (X1) Auditor Internal (X2) Mendeteksi Kecurangan (Y) 2009
2009
2007
Pengaruh Keahlian(X1) Tanggung Jawab Auditor Internal (X2) Mendeteksi Kecurangan (Y1) Pencegahan Tindak Kecurangan (Y2) Pengaruh Pengalaman (X1) Kompetensi (X2) Integritas Auditor Eksternal (X3) Kemampuan Auditor (Y) Mendeteksi Kecurangan (Z) Skeptisme (X1) Profesionalisme (X2) Mendeteksi Kecurangan (Y)
Metodologi Penelitian Regresi Berganda
Hasil Penelitian Komite audit dan auditor internal berpengaruh signifikan
Regresi Berganda
Keahlian auditor dan tanggung jawab auditor tidak berpengaruh signifikan
Regresi Berganda
Kompetensi auditor berpengaruh secara signifikan Pengalaman dan Integritas auditor tidak berpengarauh secara signifikan
ANOVA
Skeptisme dan Profesionalisme auditor berpengaruh secara signifikan
60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu fenomena yang terjadi dalam suatu populasi (Indriantoro dan Supomo, 2002:26) Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan kausal yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit investigatif terhadap variabel dependen yaitu pengaruhnya terhadap upaya meminimalisasikan kecurangan dalam laporan keuangan. B. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini mengambil objek auditor yang bertugas di Kantor Akuntan Publik, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan Layanan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode sampling yang digunakan adalah convience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, sehingga penulis mempunyai kebebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dala penelitian ini adalah data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui
61
media perantara) data primer dikumpulkan melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner (Indriantoro dan Supomo. 2002:26). Kuesioner dikirimkan secara langsung kepada responden. D. Metode Analisis Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya ialah menganalisis data berdasarkan metode penilian data berdasarkan metode penilaian yang sesuai untuk digunakan. Kegiatan analisi dan pengolahan data dengan melakukan tabulasi terhadapa kuesioner dengan memberikan dan menjumlahkan bobot jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masingmasing variabel. Analisis data-data tersebut menggunakan metode regresi berganda (multiple regression) yang dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen. Secara umum, analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan untuk mengetimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Hasil analisis regresi adalah berupa koefesien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan satu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan dua tujuan sekaligus, yaitu: meminimumkan penyimpangan antara nilai actual dan dan nilai estimasi variabel dependen yang ada. Dalam penelitian ini persamaan regresi yang digunakan adalah:
62
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Penjelasan model diatas adalah sebagai berikut: Y
:
Meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan
b1,,,b3 :
Koefisien regresi
X1
:
Tindakan pencegahan
X2
:
Pendeteksian
X3
:
Audit Investigatif
a
:
Konstan
e
:
Galat (error terms)
E. Uji Instrumen Penelitian Peneliti melakukan uji instrument penelitian dari data-data yang akan diolah sebagai berikut: 1. Uji Validitas Uji validalitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam penelitian ini uji validalitas diukur dengan melakukan korelasi antara skor butir pertanyaaan dengan total skor konstruk atau variabel 2. Uji Reabilitas Hasil dari uji reliabilias digunakan untuk mengetahui instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan teknik cronbach alpha.
63
Dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar ; (a) <0,6 tidak reliabel, (b) 0,6-0,7 acceptable, (c) 0,7-0,8 baik (d) >0,8 sangat tidak baik Metode analisis melalui statistik deskriptif mengenai karakteristik responden digunakan table frekuensi absolute yang menunjukan angka rata-rata, kisaran teoritis, kisaran sesungguhnya dan standar deviasi. F. Uji Hipotesis Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis). Pada dasarnya merupakan ekstensi dari modal regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua variable atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala interval atau rasio dalam suatu pengukuran linear. Riset dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media kuesioner. Kuesioner diberikan kepada responden dengan meminta izin dan membuat janji terlebih dahulu. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri dengan menandatangani kantor tempat penelitian dan bertemu langsung dengan objek penelitian dalam hal ini auditor eksternal yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang ada diwilayah DKI Jakarta, Komisi Pemberantasan Korupsi dan BLU UIN. 1. Uji Asumsi Klasik Dalam melakukan uji asumsi klasik ini, peneliti melakukan dua uji, yaitu sebagai berikut:
64
a. Uji Multikolonieritas Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen (Santoso, 2000:206) menyatakan bahwa deteksi adanya multikolinearitas dibagi menjadi 2 yaitu: (a) besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Pedoman suatu model regresi bebas multikolineritas adalah mempunyai nila VIP disekitar angka 1 dan mempunyai nilai tolerance mendekati 1, serta (b) besaran kolerasi antar variabel independen. Pedoman suatu model regresi bebas multikolineritas adalah koefisien korelasi antar variabel independen. b. Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas terjadi jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain yang terjadi ketidaksamaan. Model regresi yang baik adalah
tidak
terjadi
heterokedastisitas.
heteroskedastisitas dapat melihat grafik
Untuk
mendeteksi
scatterplot. Deteksinya
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu Y.(Santoso, 2000:210) Dasar pengembalian keputusan antara lain sebagai berikut: (a) jika ada pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar) maka telah terjadi heteroskedastisitas dan (b) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan dibawah
angka
0
pada
heteroskedastisitas.(Ghozali.
sumbu
Y,
2005:105)
maka
tidak
menyatakan:
terjadi “deteksi
heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejer. Uji Glejser
65
dilakukan dengan cara meregresikan variabel independen residual. Jika hasil uji Glejser signifikan, maka model regresi tersebut bebas heterokedastisitas. c. Uji Normalitas Menguji dalam sebuah model regresi berganda yaitu variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat melihat grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual, deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik (Santoso, 2000:214). Dasar pengambilan keputusan antara lain: (1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, serta (2) jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:110) 2. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit investigatif terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan melalui analisis regresi berganda, yaitu:
66
a. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen, yaitu: pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit investigatif dalam menjelaskan variasi variabel dependen
yaitu:
berpengaruh
terhadap
upaya
meminimalisasi
kecurangan dalam laporan keuangan. Nilai koefisien determinasi (R2) untuk menunjukan presentase tingkat kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan. Nilai R2 memiliki range antara 0 sampai 1, jika nilai R2 semakin mendekati 1 maka berarti semakin besar variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Hubungan antar variabel-variabel independen dengan variabel dependen, diukur dengan kolerasi (R), jika R diatas 0,5 maka korelasi atau hubungan antara variabel independen adalah kuat. Sebaliknya, jika angka R dibawah 0,5 maka korelasi atau hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah lemah (Santoso, 2002:167) b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji t diperlukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen terhadap variabel dependen. Apabila sig t lebih besar dari 0,05, maka Ha ditolak. Demikian pula sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, bila Ha
67
diterima ini berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:58). c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji keseluruhan variabel independen, yaitu: pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit investigasi yang mempengaruhi terhadap satu variabel dependen, yaitu: berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan. Secara bebas dengan signifikansi sebesar 0,05 dapat disimpulkan (Ghozali, 2005:45) 1) Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha diterima. 2) Jika nilai signifikan > 0,05, makan Ha ditolak. G. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuranya Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah berpengaruhnya terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan. Sedangkan variabelnya adalah pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit investigatif. Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Skala Likert umumnya menggunakan lima angka penelitian, yaitu: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak pasti atau netral, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju. Pengukuran dari masing-masing variabel dapat dikemukan sebagai berikut: 1. Tindakan Pencegahan Pencegahan
kecurangan
pada
umumnya
adalah
aktivitas
yang
dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan
68
prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3 (tiga) tujuan pokok yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Amin Widjaja, 2009:12). 2. Pendeteksian Kecurangan Kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang.
Karakterikstik
yang
bersifat
kondisi/situasi
tertentu,
perilaku/kondisi seseorang personal tersebut dinamakan Redflag (Fraud indicators). Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu muncul disetiap kasus kecurangan yang terjadi (Amrizal, 2004:11-16). 3. Audit Investigatif Salah satu aktivitas dalam rangka implementasi upaya strategi memerangi kecurangan dengan pendekatan investigatif. Audit investigatif secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses penyelidikan yang berlandaskan pada hukum dan rasa keadilan untuk mencari kebenaran dengan tingkat kebenaran yang tinggi (high level of assurance) mengenai suatu permasalahan yang ditemukan (Theodorus M, 2007:201).
69
4. Berpengaruh Terhadap Upaya Meminimalisasi Kecurangan Dalam Laporan Keuangan
Variabel
Sub Variabel
Indikator
S k a l a
70
Tindakan Pencegahan (X1)
1. Pengaruh Tindakan Pencegahan
(Amin Widjaya, 2009)
1. Kesadaran tentang adanya kecurangan Pemecatan dapat menimbulkan efek jera (deter).
I
2. Sanksi (punishment) dan penghargaan (reward) dapat mencegah kecurangan. 3. Sistem Pengendalian Internal. 2. Sistem Pengendalian Internal
4. Menjalankan Good Corporate Governance (GCG). 5. Pengendalian pengembangan sistem dan dokumen (systems development and documentation controls).
3. Evaluasi Kinerja Berkala
I
6. Inspeksi mendadak dan melaksanakan pertemuan antar Pengawas/Pemeriksa dengan karyawan. 7. Mengevaluasi, merancang, dan menerapkan kontrol yang proaktif. 8. Hati nurani seorang karyawan.
I
Tabel berlanjut ke halaman berik
I
71
I
I
Tabel 3.1. (Lanjutan) Tindakan Pendeteksian 1. Tindakan 1. Ayat jurnal penyesuaian yang kurang pendeteksian otorisasi dan rincian. (X2) untuk mengetahui 2. Sebuah pernyataan yang salah dan palsu. kecurangan (Amrizal, 2004) 3. Mempelajari orang-orang dilingkungan audit kita, seperti pengendalian intern, jurnal penyesuaian, catatan, hukuman dan rasio.
I
4. Membandingan laporan keuangan dalam beberapa periode. 2. Teknik-teknik Audit
5. Perubahan gaya hidup seorang karyawan yang tiba-tiba berubah.
72
I
6. Dengan memeriksa dokumen, telaah data ekstern, dan wawancara. 7. Review analitik yang dilakukan oleh auditor secara keseluruhan. 8. Mencocokan faktur pembelian perusahaan dengan faktur penjualan perusahaan penyuplai.
I
I
I
I
73
Tabel 2 (Lanjutan) Audit Investigatif (X3)
1. Pengaruh Audit Investigatif.
1. Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukupnya bukti yang relevan.
I
2. Membandingkan antara anggaran dengan realisasi.
(Theodorus T, 2007) 2. Memeriksa, mengumpulkan dan membandingkan antara anggara dengan realisasi.
3. Gambaran yang wajar, layak, dan pantasnya suatu data yang diperoleh secara global.
4. Data non keuangan, mengenal pola hubungan, relationship pattern tiap transaksi dapat dijadikan refrensi.
I
5. Kecerdasan, pertimbangan yang sehat dan Tabel 3.1. pengalaman. (Lanjutan) 3. Memerlukan pemahaman perundangundangan dan prinsip-prinsip investigasi.
6. Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi.
7. Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan alat terpenting. Tabel berlanjut ke halam 8. Tekanan negatif kepada investigator. I 9. Pengalaman dalam pengoperasian sistem informasi akuntansi.
I n 74
t e r v a l
I n t e r v a l
I n t e r v a l Apabila tingkat kecurangan dapat ditekan, otomatis biaya-biaya tak terduga yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak begitu banyak. Berbeda sekali ketika banyaknya indikasi-indikasi kecurangan terjadi pada sebuah perusahaan (Amrizal, 2004:4-16).
75
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
76
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berwilayah di Jakarta dan Komisi Pemberantasan Korupsi serta Badan Layanan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan kriteria yang mempunyai jabatan dari junior auditor sampai manajer. Pada dasarnya peneliti melakukan pemilihan beberapa Kantor Akuntan Publik dan Komisi Pemberantasan Korupsi serta Badan Layanan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menjadi sasaran penyebaran kuesioner. Dalam hal ini peneliti mendatangi langsung Kantor Akuntan Publik yang terdapat diwilayah Jakarta dan Komisi Pemberantasan Korupsi serta Badan Layanan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Daftar nama KAP dan wilayah penyebaran kuesioner dapat ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 4.1. Nama Instansi dan Wilayah No
Nama Kantor Akuntan Publik
Wilayah
1
Ishak Saleh Soewondo & Rekan
Jakarta Selatan
2
A.Krisnawan
Jakarta Selatan
3
Tasmin Ali Widjanarko & Rekan
Jakarta Selatan
4
Akhyadi Wadisono
Jakarta Pusat Tabel ini berlanjut ke halaman berikut 73
Tabel 4.1 ( Lanjutan) No
Nama Kantor Akuntan Publik
Wilayah
5
Bismar, Munthalib & Yunus
Jakarta Pusat
6
S.Mannan, Wahyudi & Rekan
Jakarta Selatan
7
Adi Jimmy Arthawan
Jakarta Selatan
8
Syarif Basir
Jakarta Timur
9
Toni H. Ratim
Jakarta Selatan
10
Riza, Wahyono & rekan
Jakarta Selatan
11
Abdul Hamid Cebba, Khairunnas
Tangerang Selatan
12
Teguh Heru Indrianto
Jakarta Selatan
13
Doli, Bambang, Sudarmadji & rekan
Jakarta Selatan
14
Muhammad Sofwan & rekan
Jakarta Selatan
15
Badan Layanan Umum UIN JKT
Tanggerang Selatan
16
Rishanwar
Jakarta Timur
17
Rosin, Ihwan & rekan
Jakarta
18
Komisi Pemberantasan Korupsi
DKI Jakarta
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
Penyebaran kuesioner dilakukan dari awal bulan Mei 2010, sedangkan proses pengembalian dan pengumpulan data dilakukan sampai akhir Mei 2010. Kuesioner yang disebar sebanyak 65 buah dan dari jumlah tersebut yang
74
kembali sebanyak 50 buah kuesioner dan dapat diolah seluruhnya. Hal ini dapat ditunjukan dalam table berikut: Tabel. 4.2. Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner Keterangan
Jumlah
Persentase
Penyebaran Kuesioner
65
100%
Kuesioner yang tidak kembali
15
23,08%
Kuesioner yang kembali
50
76,92%
Kuesioner yang bisa diolah
50
76,92%
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 65 kuesioner yang disebarkan yang dapat terkumpul sebanyak 50 buah kuesioner. Tingkat pengembalian yang diperoleh adalah sebesar 76,92% dari total kuesioner. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 15 kuesioner atau sebesar 23,08%. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian kuesioner yang cukup tinggi karena peneliti mendatangi langsung Kantor
Akuntan
Publik
dan Komisi
Pemberantasan Korupsi serta Badan Layanan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan penyebaran kuesioner. B. Penemuan dan Pembahasan 1. Deskriptif Demografi Responden Deskriptif demografi responden memberikan
gambaran mengenai
karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase (dengan 75
pembulatan tanpa koma) posisi, jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya bekerja pada instansi tempat anda bekerja Tabel 4.3. Jabatan Responden Jabatan
Jumlah
Persentase
Partner
3
6%
Supervisor
5
10%
Manager
3
6%
Senior Auditor
24
48 %
Junior Auditor
15
30 %
Jumlah
50
100 %
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa jabatan yang dimiliki oleh responden pada data yang telah diolah. Responden yang menjabat sebagai Patner sebanyak 3 orang atau sebesar 6% dari 50 responden. Sebanyak 5 orang jabatannya sebagai Supervisor dengan persentase 10%. Manajer sebanyak 3 orang dengan persentase 6%. Kemudian
Senior Auditor
dengan persentase 48% atau 24 orang ,dan Junior Auditor 15 orang dengan persentase 30%. Tabel 4.4. Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin
Absolut
Persentase
Laki-laki
31
62 %
Perempuan
19
38 %
Jumlah
50
100 %
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
76
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 31 atau sebesar 62%, sedangkan sisanya sebanyak 19 orang atau sebesar 38% dipenuhi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, sebagian besar responden yang mengisi kuisioner adalah laki-laki. Tabel 4.5. Pendidikan Responden Pendidikan
Absolut
Persentase
D3
7
14 %
S1
26
52 %
S2
17
34 %
S3
0
0%
Jumlah
50
100 %
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Pada tabel 4.5. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir tersebar pada responden yang berpendidikan terakhir dengan kategori Diploma tiga (D3) sebanyak 7 orang atau sebesar 14%. Selanjutnya Strata Satu (S1) sebanyak 26 orang atau sebesar 52% dan Strata dua (S2) 17 orang atau dengan persentase 34% serta tidak ada auditor yang pendidikan terakhirnya Strata tiga (S3) atau dengan persentase 0% .
77
Tabel 4.6. Lama Berprofesi Sebagai Auditor Lama Bekerja
Jumlah
Persentase
< 3 tahun
3
6%
3 - 10 tahun
10
20%
10 – 20 tahun
22
44 %
> 20 tahun
15
30 %
Jumlah
50
100 %
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Pada tabel 4.6. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan lama berprofesi sebagai auditor adalah kurang dari 3 tahun yaitu sebanyak 3 orang atau sebesar 6%, sedangkan yang sudah bekerja 3 sampai 10 tahun sebanyak 10 orang atau dengan persentase 20%. Pengalaman 10 sampai 20 tahun sebanyak 22 orang atau dengan persentase 44%, sedangkan sisanya yang sudah berpengalaman sebagai auditor lebih dari 20 tahun adalah 15 orang dengan persentase sebesar 30%. 2. Uji Kualitas Data Pada metodologi penelitian yang diteliti oleh peneliti mengunakan uji kualitas data sebagai berikut: a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2001:45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam
78
kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesis H0 : skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung (tabel corrected item-total correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment dengan signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2, dimana “n” adalah jumlah sampel penelitian sebanyak 50 responden sehingga diperoleh nilai (df) = 50-2 atau nilai df dari 48 adalah 0,235. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2001:45). Hasil pengujian validitas ditunjukkan dalam table berikut:
Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Variabel Tindakan Pencegahan Pertanyaan
Variabel
r hitung
r tabel
Keterangan
Butir 1
Tindakan Pencegahan
0,395
0,235
Valid
Butir 2
Tindakan Pencegahan
0,767
0,235
Valid
Butir 3
Tindakan Pencegahan
0,774
0,235
Valid
Butir 4
Tindakan Pencegahan
0,799
0,235
Valid
Butir 5
Tindakan Pencegahan
0,705
0,235
Valid
Butir 6
Tindakan Pencegahan
0,866
0,235
Valid
Berlanjut ke halaman berikutnya 79
Tabel 4.7. ( Lanjutan) Butir 7
Tindakan Pencegahan
0,810
0,235
Valid
Butir 8
Tindakan Pencegahan
0,398
0,235
Valid
Butir 9
Tindakan Pencegahan
0,707
0,235
Valid
Butir 10
Tindakan Pencegahan
0,767
0,235
Valid
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.7. menunjukan Variabel Tindakan pencegahan dari 10 butir pertanyaan mempunyai kriteria valid karena nilai r hiutng lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,235. Kesimpulan dari perhitungan validitas di atas
menunjukan
bahwa
tindakan
pencegahan
valid
terhadap
meminimalisasi kecurangan.
Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian Pertanyaan
Variabel
r hitung
r tabel
Keterangan
Butir 1
Pendeteksian
0,478
0,235
Valid
Butir 2
Pendeteksian
0,284
0,235
Valid
Butir 3
Pendeteksian
0,417
0,235
Valid
Butir 4
Pendeteksian
0,380
0,235
Valid
Butir 5
Pendeteksian
0,240
0,235
Valid
Butir 6
Pendeteksian
0,335
0,235
Valid
Butir 7
Pendeteksian
0,399
0,235
Valid
Butir 8
Pendeteksian
0,241
0,235
Valid
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
80
Tabel 4.8. menunjukan variabel pendeteksian dari masing-masing 8 butir pertanyaan mempunyai kriteria valid karena semua nilai r semua butir pertanyaan lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,235. Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Variabel Audit Investigatif Pertanyaan
Variabel
r hitung
r table
Keterangan
Butir 1
Audit Investigatif
0,546
0,235
Valid
Butir 2
Audit Investigatif
0,597
0,235
Valid
Butir 3
Audit Investigatif
0,444
0,235
Valid
Butir 4
Audit Investigatif
0,490
0,235
Valid
Butir 5
Audit Investigatif
0,468
0,235
Valid
Butir 6
Audit Investigatif
0,666
0,235
Valid
Butir 7
Audit Investigatif
0,759
0,235
Valid
Butir 8
Audit Investigatif
0,538
0,235
Valid
Butir 9
Audit Investigatif
0,344
0,235
Valid
Butir 10
Audit Investigatif
0,534
0,235
Valid
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.9. menunjukan variabel audit investigatif dari masing-masing 10 butir pertanyaan mempunyai kriteria valid karena semua nilai r semua butir pertanyaan lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,235.
81
Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas Variabel Meminimalisasi Kecurangan Pertanyaan
Variabel
r hitung
r tabel
Keterangan
Butir 1
Meminimalisasi Kecurangan
0,416
0,235
Valid
Butir 2
Meminimalisasi Kecurangan
0,648
0,235
Valid
Butir 3
Meminimalisasi Kecurangan
0,676
0,235
Valid
Butir 4
Meminimalisasi Kecurangan
0,602
0,235
Valid
Butir 5
Meminimalisasi Kecurangan
0,336
0,235
Valid
Butir 6
Meminimalisasi Kecurangan
0,628
0,235
Valid
Butir 7
Meminimalisasi Kecurangan
0,569
0,235
Valid
Butir 8
Meminimalisasi Kecurangan
0,757
0,235
Valid
Butir 9
Meminimalisasi Kecurangan
0,709
0,235
Valid
Butir 10
Meminimalisasi Kecurangan
0,703
0,235
Valid
Butir 11
Meminimalisasi Kecurangan
0,645
0,235
Valid
Butir 12
Meminimalisasi Kecurangan
0,674
0,235
Valid
Butir 13
Meminimalisasi Kecurangan
0,396
0,235
Valid
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.10. menunjukan variabel pendeteksian dari masing-masing 13 butir pertanyaan mempunyai kriteria valid karena semua nilai r semua butir pertanyaan lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,235. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden melalui pertanyaan yang diberikan. Hasil dari pengujian
82
reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,6 dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih kecil dari 0,6 maka butir pertanyaan tersebut tidak realibel. (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2001:42). Tabel 4.11. Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Jumlah butir pertanyaan
Cronbach alpha
Keterangan
Tindakan Pencegahan
10 butir
0,913
Reliabel
Pendeteksian
8 butir
0,615
Reliabel
Auditor Investigatif
10 butir
0,840
Reliabel
Meminimalisasi Kecurangan
13 butir
0,892
Reliabel
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
83
Berdasarkan tabel 4.11. menunjukkan bahwa instrumen untuk setiap variabel penelitian adalah reliabel, karena α hitung > 0,6. pada variabel Tindakan Pencegahan memiliki α 0,913 > 0,6. Variabel Tindakan Pendeteksian Auditor memiliki α hitung 0,630 > 0,6. Variabel Audit Investigatif memiliki α 0,840. Dan variabel dependen Meminimalisasi Kecurangan memiliki α hitung 0,892 > 0,6. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam penelitian ini uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi
atau
hubungan
diantara
variabel
tindakan
pencegahan,
pendeteksian dan audit investigatif. Pedoman suatu model regresi yang ideal adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (nilai VIF dan tolerance disekitar angka 1 serta koefisien korelasi antar variabel independen haruslah dibawah 0,5) atau tidak terjadi multikolinearitas. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal yakni variabel orthogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2001: 91).
84
Tabel 4.12. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a)
Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.575
1,738
.967
1,034
.563 a Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan
1,777
1
(Constant) Tindakan Pencegahan Pendeteksian Audit Investigatif
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Pada tabel 4.12. terlihat nilai tolerance untuk tiap variabel, variabel tindakan pencegahan sebesar 0,575 dengan nilai VIF 1,738. Variabel pendeteksian nilai tolerance sebesar 0,967 dengan nilai VIF 1,038 dan variabel audit investigatif dengan tolerance sebesar 0,563 dengan nilai VIF 1,777. Berdasarkan pedoman terhadap uji multikolinieritas nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka terlihat bahwa tidak terjadi korelasi diantara variabel tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit investigatif atau tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi ini. b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
85
Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan telah terjadi homokedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
plot
yang
mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2001:105) Gambar 4.13. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Pada gambar 4.13. menunjukkan tidak terjadi pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar, dll. Sesuai dengan pedoman uji heteroskedastisitas,
maka
dalam
penelitian
ini
tidak
terjadi
86
heteroskedastisitas atau disebut homokedastisitas. Hal ini dibuktikan dengan grafik plot diatas yang tidak membentuk pola tertentu yang teratur sehingga penelitian ini layak dilakukan pengujian lebih lanjut. c. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali, 2001:110). Pada gambar 4.13. menunjukkan adanya persebaran data (titik) pada sumbu diagonal yang mendekati garis diagonal. Berdasarkan pedoman uji
87
normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titk) mengikuti atau mendekati garis normal maka suatu penelitian dapat dikatakan normal. Pada gambar histogram juga menunjukkan adanya normalitas dalam penelitian ini. Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan penelitian ini memenuhi uji normalitas. Gambar 4.14. Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
88
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
4.
Uji Hipotesis a. Hasil Uji Koefisien Determinasi Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel independen, yaitu tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit investigatif dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu meminimalisasi kecurangan. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel berikut :
89
Tabel 4.15. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary(b)
Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.846(a) .716 .697 2.968 a Predictors: (Constant), Tindakan Pencegahan, Pendeteksian dan Audit Investigatif b Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien Adjusted R Square yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen sebesar 0,697 yang artinya adalah
69,7%
variabel dependen
meminimalisasi kecurangan dijelaskan oleh variabel independen tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit investigatif. Dan sisanya sebesar 30,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen yang digunakan. Misalkan variabel pendidikan profesional auditor (Taufik, 2008) dan lingkungan kerja audit (Ramaraya, 2008). Angka koefisien kolerasi (R) pada tabel 4.15. sebesar 0,846 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah kuat karena memiliki nilai koefisien kolerasi diatas 0,5. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 2,968. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. b. Hasil Uji t Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial
90
terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari masing-masing variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05. jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel-variabel independen secara
parsial mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji regresi secara parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.16. Hasil Uji t Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error (Constant) 7.583 6.812 Tindakan Pencegahan .205 .116 Pendeteksian .350 .142 Audit Investigatif 1.001 .144 a Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan
Standardized Coefficients
t
Sig.
1.113 1.768 2.471 6.942
.271 .084 .017 .000
Beta
1
.183 .198 .727
Sumber : Hasil Penelitian yang diolah, 2010
1)
Uji Hipotesis 1 (Tindakan Pencegahan (X1)). Hasil pengujian untuk tindakan pencegahan ini mempunyai angka signifikansi 0,084 sehingga nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian menolak Ha1. Hal ini berarti bahwa tindakan pencegahan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap meminimalisasi kecurangan. Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Santi Susanti (2009) dan Ismayanti (2009) berpengaruh signifikan
91
terhadap kecurangan, sedangkan peneliti menyimpulkan tidak siginifikan atau berbanding terbalik. 2)
Uji Hipotesis 2 (Pendeteksian (X2)). Hasil pengujian untuk pendeteksian ini mempunyai angka signifikansi 0,017 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian menerima Ha2. Hal ini berarti bahwa pendeteksian berpengaruh positif dan signifikan terhadap meminimalisasi kecurangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu Susy Novianti (2007) dan Richard J. Bolton (2002) dan David J. Hand (2002)
3) Uji Hipotesis 3 (Audit Investigatif (X3)). Hasil pengujian untuk audit investigatif ini mempunyai angka signifikansi 0,00 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian menerima Ha3. Hal ini berarti bahwa Audit Investigatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap meminimalisasi kecurangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Theodorus M (2007) Dari hasil uji regresi yang dilakukan, juga ditemukan bahwa variabel pendeteksian dan audit investigatif mendukung penelitian sebelumnya dalam meminimalisasi kecurangan. c.
Hasil Uji F 1) Pengujian signifikansi simultan (uji F) dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model
92
regresi mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.17. Hasil Uji F ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Df
1020.129 405.091
3 46
1425.220
49
Mean Square
F
340.043 8.806
38.613
Sig. .000(a)
a Predictors: (Constant), Tindakan Pencegahan, Pendeteksian dan Audit Investigatif b Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.17. menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (pvalue) 0,05 (0,000 < 0,5). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pendeteksian (Ha2) dan audit investigatif (Ha3 ) secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap meminimalisasi kecurangan (Ha4) diterima. Keberhasilan meminimalisasi kecurangan merupakan sebuah prestasi bagi seorang auditor. Banyaknya pendeteksian dan audit investigatif dalam meminimalisasi
kecurangan. Peneliti
berpendapat bahwa tindakan pencegahan yang diberlakukan disebuah instansi pemerintah atau swasta tidak bisa di jadikan sebuah metode meminimalisasi kecurangan, karena banyak faktor-faktor yang lain, seperti penerapan Good Corporate Governance (CGC), pengendalian deteksi, audit investigatif dan lain-lain. Sehingga perlu dibuat satu sistem yang menggabungkan Sistem Informasi Akuntansi dan Teknik Informatika.
93
94
B A B
V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh maupun hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit invetigatif terhadap upaya merninimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan, yaitu: 1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tindakan pencegahan tidak
berpengaruh
secure
signifikan
terhadap
upaya
merninimalisasi
kecurangan dan tidak mendukung dengan penelitian Ismayanti (2009) dan Suzy Novianti (2007). 2. Ha sil p enelit ian i ni me nu nju kan b ah w a t ind a kan p end et eksian
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
upaya
merninimalisasi
kecurangan dan mendukung dengan penelitian Santi Yu stini (2009) dan Rani Widiastuti (2009). 3. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa audit investigatif berpennruh
secara signifikan terhadap upaya merninimalisasi kecurangan Berdasarkan hasil uji regresi diternukan bahwa variabel pendeteksian mendukung Richard J. Bolton (2002) dan David J. Hand (2002) dan audit investigatif berpengaruh secara signifikan baik secara partial maupun simultan
terhadap
upaya
merninimalisasi
kecurangan
mendukung penelitian sebelumnya yaitu Santi Susanti (2009).
dan
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi dari penelitian ini adalah Sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti
Menambah refrensi untuk peneliti selanjutnya Gan menambah variabel-variabel pendukung yang berhubungan dengan tindakan pencegahan,pendeteksian dan audit investigatif terhadap upaya merninimalisasi kecurangan. 2. Bagi Pernerintah
Menjadi acuan pernerintah dalam mengenakan pajak perusahaan dan dan menindak lanjuti apabila diternukannya kecurangan 3. Bagi Perusahaan.
Sebagai pengambil kebijakan dimasa yang akan datang dan tindak lanjut apabila diternukannya kecurangan. 4. Bagi Investor
Mengambil suatu keputusan sebelum menanamkan modalnya dan mengevaluasi pergerakan sahamnya tersebut. 5. Bagi Pernerintah
Sebagai badan pernantau independen yang mengontrol pelaku tindak kecurangan beserta hukumannya
DAFTAR PUSTAKA
Amrizal. ”Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Auditor Internal” Artikel. Jakarta: 2004. Dari http: // www.pdf.com (diakses pada 05-042010) Bolton, J Richard. Hand, J David. “Statiscal Fraud Detection : A Riview ”. Statiscal Science Journal. Vol.17, No 3, 2002, pp 235-255 dari http: // www.jstor.org (diakses pada 12-05-2010) Gemilang. “Cara Efektif Mendeteksi Kecurangan dalam Upaya Memberantas Korupsi di Dalam Negeri ini Dengan Audit Investigasi”. Makalah. November 2009. dari http: // wordpress.com (diakses pada 12-05-2010) Ghozali, Iman. “Aplikasi Analis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2005 Hamid, Abdul dkk. ”Pedoman Penulisan Skripsi“. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2007. Indriantoro, Nur dan Bambang Soepomo.”Metodologi Penelitian Bisnis”. Yogyakarta. 2002. Ismayanti. “Pengaruh Keahlian dan Tanggung Jawab Auditor Internal Terhadap Mendeteksi Kecurangan serta Pencegahan Tindakan Kecurangan”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009. Kurniawan, Albert. “Belajar Mudah SPSS untuk Pemula”. MediaKom. Yogyakarta. 2009 Morton, Sanford. “Strategic Auditing for Fraud”. The Accounting Riview Journal. Vol 68, No 4, pp 825-839 dari http: // www.jstor.org (diakses pada 2004-2010) Novianti, Suzy. “Skeptisme Profesionalisme Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan”. Accounting Conference. 2007. (diakses pada 10-04-2010) Ramarya, Tri. “Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan Auditor Internal”. Jurnal. Dari http: // pdf.com (diakses pada 20-04-2010) Rosandi, Raisya. “Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan”. Skripsi. 2009. Sahari, Haryanto. Dudi, Kurniawan. “Peran Akuntan Publik dalam Mendeteksi dan Mencegah Fraud”. Economics Business and Accounting Riview. Depok. 2007.
94
Sunarso, Siswanto. “Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Artikel. September 2007. dari http: // beritaindonesia.com. (diakses pada 20-04-2010) Theodorus M. Tuanakotta. ”Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007. Uyanto, Stanislaus “Pedoman Analisis Data dengan SPSS”. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009. Umar, Haryono. “Komisi Pemberantasan Korupsi”. Artikel Workshop. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009 Widjaja,
Amin Tunggal. “Forensik Audit Mencegah Kecurangan”, Harvarindo. Jakarta 2009.
dan
Mendeteksi
Wahyana, Mettoe. ”Kenapa Orang Melakukan Fraud“. Artikel. Oktober 2008. dari http : // www.oggix.com (diakses pada 05-04-2010) Widiastuti, Rani. SE. “Pengaruh Pengalaman, Kompetensi dan Integritas Auditor Eksternal Terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009. ”Jenis-Jenis Fraud“. Artikel. Oktober 2008. dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010) ”Apa Itu Audit Investigatif“. Oktober 2008. dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010) ”Peranan Forensic Accounting Dalam Audit Dalam Perspektif Tindak Pidana Korupsi“. Artikel. Oktober 2008. dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010) ”Peran dan Fungsi Internal Auditor “. Artikel. Oktober 2008. dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010). ”Peranan Supervisor dalam Fraud Audit“. Artikel. Oktober 2008. dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010). Susanti. “Pengaruh Profesionalisme Akuntan Publik Terhadap Peran Akuntan Publik Dalam Pengungkapan Kecurangan”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009. Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPPS: Statistik Parametik“. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 2007.
95
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Jawaban Responden (Tindakan Pendeteksian) TPn1 TPn2 TPn3 TPn4 TPn5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 3 5 4 4 3 4 5 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 5 3 3 3 3 4 3 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4
Total 20 18 18 18 18 20 21 18 18 19 20 13 14 17 17 18 19 21 21 17 21 19 22 22 20 20 22 18 18 23 22 18 20 18 18 18 18 18 18 19
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
5 5 4 4 5 3 4 5 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 5 5 5 3 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 3 4 4 4
4 4 5 5 4 4 4 5 4 4
24 21 22 22 22 18 19 22 20 20
Uji Validitas dan Reliabilitas Tindakan Pencegahan
Case Processing Summary N
% 50 100.0 Excluded(a) 0 .0 Total 50 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .920
Cronbach's Alpha .913
N of Items 10
Item Statistics
TPc1 TPc2 TPc3 TPc4 TPc5 TPc6 TPc7 TPc8 TPc9 TPc10
Mean 3.98 4.06 4.14 4.08 4.12
Std. Deviation .685 .740 .639 .778 .746
N
4.10 4.06
.544 .620
50 50
3.60 4.14 4.06
.833 .606 .740
50 50 50
50 50 50 50 50
Inter-Item Correlation Matrix
TPc1 TPc2 TPc3 TPc4 TPc5 TPc6
TPc1 1.000
TPc2 .204
TPc3 .146
TPc4 .424
TPc5 .364
TPc6 .444
TPc7 .532
TPc8 .272
TPc9 .253
TPc10 .204
.204 .146
1.000 .716
.716 1.000
.629 .674
.541 .606
.695 .722
.571 .648
.272 .376
.618 .685
1.000 .716
.424 .364
.629 .541
.674 .606
1.000 .686
.686 1.000
.800 .623
.709 .690
.271 .276
.668 .548
.629 .541
.444
.695
.722
.800
.623
1.000
.708
.450
.699
.695
TPc7 TPc8 TPc9
.532 .272
.571 .272
.648 .376
.709 .271
.690 .276
.708 .450
1.000 .482
.482 1.000
.575 .234
.571 .272
.253
.618
.685
.668
.548
.699
.575
.234
1.000
.618
TPc10
.204
1.000
.716
.629
.541
.695
.571
.272
.618
1.000
Item-Total Statistics
TPc1 TPc2 TPc3 TPc4 TPc5 TPc6 TPc7 TPc8 TPc9 TPc10
Scale Mean if Item Deleted 36.36
Scale Variance if Item Deleted 24.276
Corrected Item-Total Correlation .395
36.28 36.20 36.26 36.22 36.24 36.28 36.74 36.20 36.28
21.593 22.327 21.094 21.930 22.635 22.287 23.502 22.939 21.593
.767 .774 .799 .705 .866 .810 .398 .707 .767
Squared Multiple Correlation .
Cronbach's Alpha if Item Deleted .921
. . . . . . . . .
.899 .900 .897 .903 .897 .898 .925 .904 .899
Uji Validitas dan Reliabilitas Pendeteksian Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
50
% 100.0
0
.0
50
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .615
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .637
N of Items 8
Item Statistics
TPn1 TPn2 TPn3 TPn4 TPn5 TPn6 TPn7 TPn8
Mean 3.64
Std. Deviation .921
3.88 4.00 3.80 3.28 4.02 3.90 3.64
.521 .606 .571 .948 .685 .707 .776
N 50 50 50 50 50 50 50 50 Inter-Item Correlation Matrix
TPn1 TPn2 TPn3 TPn4 TPn5 TPn6 TPn7 TPn8
TPn1 1.000
TPn2 .206
TPn3 .219
TPn4 .171
TPn5 .352
TPn6 .206
TPn7 .194
TPn8 .300
.206 .219
1.000 .323
.323 1.000
.535 .236
-.055 .036
.350 .443
-.033 .238
-.059 .174
.171 .352
.535 -.055
.236 .036
1.000 .068
.068 1.000
.167 -.040
.505 -.110
-.074 .472
.206 .194 .300
.350 -.033 -.059
.443 .238 .174
.167 .505 -.074
-.040 -.110 .472
1.000 .341 -.025
.341 1.000 -.104
-.025 -.104 1.000
Item-Total Statistics
TPn1 TPn2 TPn3 TPn4 TPn5 TPn6 TPn7 TPn8
Scale Mean if Item Deleted 26.52
Scale Variance if Item Deleted 6.255
Corrected Item-Total Correlation .473
Squared Multiple Correlation .287
Cronbach's Alpha if Item Deleted .526
26.28 26.16
8.165 7.525
.284 .417
.625 .289
.593 .560
26.36
7.745
.380
.654
.571
26.88 26.14 26.26 26.52
7.210 7.551 7.870 7.642
.240 .335 .239 .241
.362 .404 .609 .297
.619 .577 .606 .605
Uji Validitas dan Reliabilitas Audit Investigatif Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
50
% 100.0
0
.0
50 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .842
Cronbach's Alpha .840
N of Items 10
Item Statistics
AI1 AI2 AI3 AI4 AI5 AI6 AI7 AI8 AI9 AI10
Mean 4.06
Std. Deviation .470
N
4.10 4.10 4.26
.544 .580 .664
50 50 50
4.12 4.08
.659 .665
50 50
4.00 4.02
.639 .654
50 50
4.16 4.24
.618 .591
50 50
50
Item Statistics Mean AI1 AI2 AI3 AI4 AI5 AI6 AI7 AI8 AI9 AI10
Std. Deviation
N
4.06 4.10
.470 .544
50 50
4.10 4.26
.580 .664
50 50
4.12
.659
50
4.08 4.00
.665 .639
50 50
4.02 4.16 4.24
.654 .618 .591
50 50 50
Item-Total Statistics
AI1 AI2 AI3 AI4 AI5 AI6 AI7 AI8 AI9 AI10
Scale Mean if Item Deleted 37.08
Scale Variance if Item Deleted 13.259
Corrected Item-Total Correlation .546
Squared Multiple Correlation .362
Cronbach's Alpha if Item Deleted .826
37.04 37.04
12.733 13.141
.597 .444
.458 .425
.821 .834
36.88 37.02
12.598 12.714
.490 .468
.371 .369
.830 .833
37.06 37.14 37.12
11.853 11.633 12.434
.666 .759 .538
.502 .651 .576
.812 .803 .825
36.98 36.90
13.408 12.745
.344 .534
.412 .494
.843 .826
Variables Entered/Removed(b) Variables Entered
Model 1
Variables Removed
X1, X2, X3(a)
Metho d
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: VAR00045 Model Summary(b) Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate .846(a) .716 .697 2.96755 a Predictors: (Constant), VAR00031, VAR00020, VAR00011 b Dependent Variable: VAR00045 Model 1
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
1020.129 405.091 1425.220
df
Mean Square 3 46 49
340.043 8.806
F
Sig.
38.613
.000(a)
a Predictors: (Constant), VAR00031, VAR00020, VAR00011 b Dependent Variable: VAR00045 Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
Standardized Coefficients
B -7.583
Std. Error 6.812
.205 .350
.116 .142
1.001 .144 a Dependent Variable: VAR00045
(Constant) VAR00011 VAR00020 VAR00031
Beta
t
Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance -1.113
VIF .271
B
Std. Error
.183 .198
1.768 2.471
.084 .017
.575 .967
1.738 1.034
.727
6.942
.000
.563
1.777
Coefficient Correlations(a) Model 1
Correlations
VAR00031 VAR00020 VAR00011
Covariances
VAR00031 1.000 .150
VAR00020 .150 1.000
VAR00011 -.647 -.018
-.647
-.018
1.000
.021 .003
.003 .020
-.011 .000
-.011
.000
.013
VAR00031 VAR00020 VAR00011
a Dependent Variable: VAR00045 Collinearity Diagnostics(a) Condition Index
Eigenvalue Model 1
Dimension 1 2 3
Variance Proportions
(Constant) VAR00011 VAR00020 VAR00031 (Constant) VAR00011 3.978 1.000 .00 .00 .00 .00 .015 16.020 .01 .16 .33 .04
4
.005 .002
29.650 40.235
.14 .86
.77 .08
.21 .46
.34 .61
a Dependent Variable: VAR00045 Residuals Statistics(a)
Predicted Value Std. Predicted Value
Minimum 39.4400
Maximum 61.4504
Mean 52.3400
Std. Deviation 4.56278
-2.827
1.997
.000
1.000
50
.448
1.455
.797
.267
50
39.3106 -6.85954
61.3848 4.76954
52.4079 .00000
4.51150 2.87527
50 50
-2.312
1.607
.000
.969
50
-2.404 -7.42084
1.658 5.07372
-.011 -.06785
1.018 3.18372
50 50
-2.543 .136
1.691 10.807
-.018 2.940
1.038 2.657
50 50
.000
.362
.028
.058
50
.003
.221
.060
.054
50
Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value a Dependent Variable: VAR00045
N 50