PENGARUH RED FLAGS, WHISTLEBLOWING, DAN PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Mustika Dewi NIM: 1111082000128
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H / 2016M
i
PENGARUH RED FLAGS, WHISTLEBLOWING, DAN PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORANG KEUANGAN
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Mustika Dewi NIM : 1111082000128
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama
: Mustika Dewi
2. NIM
: 1111082000128
3. Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
4. Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjwabakan. 2. Tidak melakukan plagiat atas naskah orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS DIRI 1. Nama
:Mustika Dewi
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 30April 1993
3. Alamat
: Jl.Pondok Pinang III No.43 Rt.
003Rw.
02KelurahanPondok
KecamatanKebayoran
LamaJakarta
Pinang Selatan
12310 4. Telepon
: 089667439141
5. Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL 1. TK Islam Fitria
(1998 – 1999)
2. SD Negeri Pondok Pinang 03 Pagi
(1999 – 2005)
3. SMP Negeri 87 Jakarta
(2005 – 2008)
4. SMA Negeri29Jakarta
(2008 – 2011)
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(2011 – 2016)
– S1 Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Bendahara Grup Vokal dan Paduan Suara SMA Negeri 29 Jakarta (20092010)
IV. PENGALAMAN KERJA 1. PT. ORIX Indonesia Finance. Funding Department, Internship Officer (Maret 2016-Juni 2016). 2. PT. ORIX Indonesia Finance. Corporate Planning Department (Juni 2016Sekarang).
vi
V. SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Seminar “Potret Perpajakan Indonesia Menuju Sistem Perpajakan yang Transparan (2011) 2. Seminar dan Kunjungan Ilmiah “LiSEnsi goes to Bank Indonesia” (2011) 3. Seminar Seri IMI Goes to Campus, “Menggagas Maritime Policy di Negeri Bahari” (2012) 4. Seminar International Culture Festival of Foreign Language Association “Japan with Its Science and Technology to Build Up the Character of the Country” (2012) 5. Seminar Bersama Dr. Ir. Anton Apriyantono, M.M “Membangun Perekonomian Bangsa melalui Sektor Agribisnis” (2012)
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Kosasih
2. Ibu
: Suratmi
3. Anak ke ... dari
: 5 dari 6 bersaudara
vii
THE EFFECT OF RED FLAGS, WHISTLEBLOWING, AND INTERNAL AUDITOR’S PROFESSIONALISM TO DETECT FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING
ABSTRACT
This research aims to findempirical evidence about the impact of red flags, whistleblowing, and internal auditor’s professionalism to detect fraudulent financial reporting. This research used a sample of the internal auditors in the Internal Audit Foundation (YPIA). The number of internal auditor in this research were 56 auditors.This research is based on convenience sampling method. The hypothesis of this research were tested by multiple regression analysis The results of this research shows that internal auditor’s professionalism affect to detect fraudulent financial reporting. While red flags and whistleblowing do not affect to detect fraudulent financial reporting.This research also find evidence that interaction between red flags, whistleblowing and internal auditor’s professionalism have a simultant effectto detect fraudulent financial reporting. Keywords: Red Flags, Whistleblowing, Internal Auditor’s Professionalism, Fraud Detection
viii
PENGARUH RED FLAGS, WHISTLEBLOWING, DAN PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internalterhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan sampel auditor internal yang sedang melakukan pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA).Jumlah auditor internal yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 56 orang.Penelitian ini menggunakan metode convenience sampling.Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme auditor internal berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Sementara red flags dan whistleblowing tidak berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal berpengaruh secara simultan terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan.
Kata kunci: Red Flags, Whistleblowing, Profesionalisme Auditor Internal, Pendeteksian Kecurangan.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Tiada kata yang patut saya sampaikan kecuali rasa syukur yang sedalamdalamnyake hadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa, Yang Maha Agung, Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Red Flags, Whistleblowing, Dan Profesionalisme Auditor Internal Terhadap Pendeteksian Kecurangan Dalam Laporan Keuangan”.Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomidi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, rahmatan lil ‘alamiin yang telah mengubah kegelapan menjadi terang benderang bagi kehidupan ummat manusia di dunia maupun akhirat. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.Kesuksesan dan keberhasilan saya dalam menyusun skripsi ini tak luput dari bantuan berbagai pihak, baik dari dosen, keluarga maupun rekan-rekan seperjuangan. Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati yang paling dalam, saya menyampaikan untaian beribu ucapan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada : 1. Kedua orangtua, Bapak Kosasih dan Ibu Suratmi,terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan dan dukungannya baik moril maupun materil yang telah diberikan selama ini, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan khusus untuk Bapak dan Ibu. 2. Kakak-kakak tercinta, Ati Restuati, Tirta Widodo, Arkat Sujiwa, Sri Yunita, serta adik tercinta Fadel Fadillah, dan jugaseluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan saya. 3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKPselaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat,
x
semangat, motivasi dan bimbingan terbaiknya selama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan. 7. Ibu Firi Yani Jalil, SE., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi kritik dan saran, serta bimbingan terbaiknya selama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas saran, waktu dan perhatian yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 8. Dr. Yahya Hamja, terima kasih atas saran, waktu dan nasihat yang telah Bapak berikan selama proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah memberikan pahala yang berlimpah. 9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada saya selama menempuh masa studi. 10. Bapak Heru Karyadi selaku manager diklat Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian di lembaga tersebut. Terima kasih atas segala bantuannya hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 11. Airlangga Risnu, terima kasih untuk partisipasi, semangat,doa, perhatian, dan dukungan penuh yang selalu memotivasi penulis untuk dapat secepatnya meyelesaikan skripsi ini. 12. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2011. Terutama Rista Wahyuni, Ihdha Nurul Laila, Amna Suresti, Junita Muhayati, Selviani Fauzi, dan Tri Wahyuni. Terima kasih telah menjadi teman terbaik dalam menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sukses untuk kita semua. 13. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih telah banyak membantu, mendukung dan mendoakan saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki, saya benar-benar menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, September 2016
Mustika Dewi
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .....................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vi ABSTRACT ...........................................................................................................viii ABSTRAK .............................................................................................................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................................... x DAFTAR ISI ..........................................................................................................xii DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian .................................................................... 11 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 16 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 17 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 19 A. Teori yang Berkaitan ........................................................................... 19 1. Teori Segitiga Fraud ....................................................................... 19 2. Auditing ........................................................................................ 21
xii
3. Red Flags ...................................................................................... 27 4. Whistleblowing ............................................................................. 33 5. Profesionalisme Auditor Internal .................................................... 35 6. Pendeteksian Kecurangan .............................................................. 38 7. Laporan Keuangan ......................................................................... 43 B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ........................... 45 1. Pengaruh Red Flags terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan....................................................................................... 45 2. Pengaruh Whistleblowing terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan ......................................................................... 46 3. Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan ..................................................... 47 4. Pengaruh Red Flags, Whistleblowing, dan Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan....................................................................................... 48 C. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 49 D. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 53 BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 55 A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 55 B. Metode Penentuan Sampel................................................................... 55 C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 55 D. Metode Analisis Data........................................................................... 56 1. Statistik Deskriptif ......................................................................... 56 2. Uji Kualitas data ............................................................................ 56 3. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 57 4. Uji Hipotesis .................................................................................. 60 E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 71
xiii
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 71 B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................. 75 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .......................................................... 75 2. Hasil Uji Validitas .......................................................................... 76 3. Hasil Uji Reliabilitas ...................................................................... 78 4. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................. 79 5. Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 85 C. Pembahasan......................................................................................... 90 1. Pengaruh Red Flags terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan....................................................................................... 90 2. Pengaruh Whistleblowing terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan ......................................................................... 91 3. Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan ..................................................... 92 4. Pengaruh Red Flags, Whistleblowing, dan Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan....................................................................................... 93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 94 A. Kesimpulan ......................................................................................... 94 B. Saran ................................................................................................... 95 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 96 LAMPIRAN ......................................................................................................... 101
xiv
DAFTAR TABEL
No. Tabel 2.1
Keterangan Halaman Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................................. 49
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................ 69
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian ............................................................... 72
Tabel 4.2
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........................ 72
Tabel 4.3
Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............. 73
Tabel 4.4
Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ........................ 74
Tabel 4.5
Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................................... 75
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Red Flags ...................................................... 76
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Whistleblowing .............................................. 77
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Profesionalisme Auditor Internal .................... 77
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kecurangan .............................. 78
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas ................................................................... 78
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Nilai Kolmogorov-Smirnov .. 81
Tabel 4.12
Hasil Uji Multikolonieritas .......................................................... 82
Tabel 4.13
Hasil Uji Glejser ......................................................................... 84
Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .......................................... 85
Tabel 4.15
Hasil Uji Statistik t ...................................................................... 87
Tabel 4.15
Hasil Uji Statistik F ..................................................................... 89
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar 2.1
Keterangan Halaman Segitiga Kecurangan ................................................................... 19
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran ........................................................ 54
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ....................... 79
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ................ 80
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot........................................................................ 83
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran 1
Keterangan Halaman Surat Izin Permohonan Penyebaran Kuesioner .......................... 102
Lampiran 2
Surat Keterangan dari YPIA ..................................................... 103
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian ................................................................. 104
Lampiran 4
Daftar Jawaban Responden ........................................................111
Lampiran 5
Hasil Output SPSS 22 ............................................................... 118
xvii
1BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan era globalisasi dunia menyebabkan perkembangan perekonomian dunia juga ikut berkembang, termasuk juga perekonomian di Indonesia yang tentunya tak lepas dari peran pelaku ekonomi negara ini, yakni entitas perusahaan baik perusahaan milik negeri maupun swasta, juga individu-individu yang berperan di dalamnya yang kini tengah berlombalomba memperbesar sektor perekonomian perusahaan mereka masing-masing. Sebuah perusahaan atau entitas usaha dianggap memiliki kualitas yang baik apabila memiliki siklus keuangan perusahaan yang baik.Siklus keuangan sebuah perusahaan dapat tergambar dari laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan suatu media utama bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan yang dikelolanya kepada pihak-pihak diluar entitas perusahaan.Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, terutama para akuntan yang mengurus tentang bagaimana laporan keuangan atas kegiatan ekonomi tersebut harus disajikan.Setelah laporan keuangan tersaji, selanjutnya menjadi tugas seorang auditor untuk menilai mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut, apakah telah disajikan sesuai dengan standar yang berlaku umum dan
1
telah terbebas dari kesalahan ataupun kecurangan yang dapat timbul di dalamnya. Kegiatan audit menjadi salah satu cara untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang tersaji. Seperti dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Seksi
110
(IAI,
2011)
yang
menyatakan
bahwa,
tujuan
daripelaksanaan audit pada umumnya ialah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dan kematerialitasan atasposisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU) di Indonesia. Untuk memastikan bahwa setiap laporan keuangan yang tersaji telah terbebas dari kecurangan, auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperolehkeyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruanatau
kecurangan,
yang
tidak
material
terhadap
laporan
keuangan.Kecurangan memiliki berbagai macam bentuk, seperti tindak penggelapan,
pemalsuan,
pemerasan,
pencurian,
dan
lain
sebagainya.Kekeliruan dan kecurangan dalam penyajian laporan keuangan disebabkan dua faktor, yaitu kesalahan sajiberdasarkan tindakan yang disengaja atau tidak disengaja. Terdapat dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbanganauditor tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan, yaitu salah saji yang timbul sebagai akibat darikecurangan dalam pelaporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva(SPAP, 2011).
2
Tindak kecurangan yang terjadi di suatu entitas tentu harus dicegah agar tidak semakin merugikan perusahaan.The Institute of Auditor internal di Amerika mendefinisikan kecurangan mencakup suatu kesatuan ketidakberesan (irregularities) dan tindakan yang ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja, dapat dilakukan untuk manfaat dan/atau kerugian organisasi oleh orang di luar atau dalam organisasi (Widjaja, 1992). Terjadinya kecurangan itu sendiri dikarenakan suatu tindakan yang disengaja dan tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan yang dapat memberikan efek merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa banyak kerugian. Berdasarkan laporan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), pada tahun 2002 kerugian yang diakibatkan oleh kecurangan di Amerika Serikat adalah sekitar 6% dari pendapatan atau $600 milyar dan secara persentase tingkat kerugian ini tidak banyak berubah dari tahun 1996. Dari kasus-kasus kecurangan tersebut, jenis kecurangan yang paling banyak terjadi adalah asset misappropriations (85%), kemudian disusul dengan korupsi (13%) dan jumlah paling sedikit(5%) adalah kecurangan laporan keuangan (fraudulent statements). Walaupun demikian kecurangan laporan keuangan membawa kerugian paling besar yaitu kerugian sekitar $4,25juta (ACFE, 2002) dalam Koroy (2008). Karena seperti yang banyak diketahui, kini semakin marak terjadi kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh entitas-entitas ekonomi yang terlibat di dalam kegiatan tersebut. Yang masih sangat diingat ialah kasus kecurangan yang melibatkan salah satu perusahaan terbesar di
3
dunia yaitu kasus Enron dan World Com, dimana masing-masing perusahaan tersebut memanipulasi laporan keuangan miliknya yang seharusnya memiliki hutang yang besar namun disulap hingga memiliki laba usaha yang besar guna menarik investor untuk tetap berinvestasi pada perusahaan tersebut. Juga ada kasus yang terjadi pada Bank of Credit and Commerce International (BCCI) dimana bank ini melakukan tindak kecurangan lebih dari $20 milyar, dan lebih dari $13 milyar dana unaccounted serta tuduhan lainnya yaitu penyuapan, mendukung terorisme, money laundering, penyelundupan, penjualan teknologi nuklir, dan lain-lain. Kemudian pada tahun 2015, masyarakat dunia digemparkan dengan kasus yang melibatkan perusahaan dunia ternama yakni Toshiba. Bagaimana tidak, Toshiba yang merupakan perusahaan Jepang yang telah berdiri selama 140 tahun tersebut telah melakukan skandal akuntansi yang cukup “terampil” yang luput dari pengamatan luar. Toshiba tiba-tiba seperti kehabisan akal untuk
mempertahankan
kinerja
keuangannya
hingga
melakukan
penggelembungan laba perusahaan sebesar 151,8 miliar yen atau 1,22 miliar dollar. Hal ini menyebabkan jajaran direksi mengundurkan diri dari jabatan perusahaan. Pengunduran diri para direksi ini terjadi karena adanya laporan pihak ketiga yang mengatakan bahwa eksekutif puncak menetapkan target keuntungan realistis yang secara sistematis membuat akuntansi perusahaan menjadi cacat. Kasus ini diduga telah dilakukan cukup lama, dan menyebabkan perusahaan harus melakukan penyajian kembali laporan keuangan selama lebih dari enam tahun.(Financial Bisnis, 2015).
4
Kasus-kasus tersebut hanyalah sebagian contoh kecil dari kasus-kasus yang pernah terjadi terkait tindak kecurangan laporan keuangan di dunia.Namun, kasus-kasus yang menjadi isu hangat dalam masyarakat luas terkait tindak kecurangan laporan keuangan tak hanya terjadi di luar negeri saja, beberapa kasus dari dalam negeri pun juga terjadi beberapa tahun belakangan ini. Contoh-contoh kasus tersebut ialah: 1. Tahun 2001 pada PT. Kimia Farma Tbk. Yakni terjadi kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan yang tersaji. Adapun dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT Kimia Farma Tbk. Selain itu juga terdapat kesalahan lain yang terdapat dalam laporan keuangan milik perusahaan ini yaitu terdapat pada unit-unit seperti: Unit Industri Bahan Baku,yaitu kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp 2,7 miliar. Unit Logistik Sentral, yakni kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar. Serta pada Unit Pedagang Besar Farmasi (PBF) yaitu kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar
Rp 8,1 miliar dan
jugaoverstated pada penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Dari pemeriksaan yang dilakukan, tindak kecurangan ini dilakukan oleh direksi periode 1998-Juni 2002 dengan cara membuat dua daftar harga persedian (master prices) yang berbeda yang masing-masing diterbitkan pada tanggal 1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002, dimana keduanya merupakan master
5
prices yang telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur Produksi PT Kimia Farma Tbk. Master prices per 3 Februari 2002 merupakan
master
(penggelembungan)
prices
yang
telah
dan dijadikan dasar
disesuaikan
nilainya
sebagai penentuan nilai
persediaan pada unit distribusi PT Kimia Farma Tbk., per 31 Desember 2001. Atas tindakan tersebut, penyelesaian kasus yang melibatkan jajaran direksi PT Kimia Farma Tbk. ini ialah direksi lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 - Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke kas negara, karena melakukan kegiatan praktik penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001. (Bapepam, 2002) 2. Tahun 2002 pada Bank Lippo. Terjadi perbedaan laporan keuangan yang
dilaporkan dalam kurun waktu yang sama, yakni tahun 2002. Sebelumnya, Bank Lippo mempublikasikan dalam media cetak tanggal 28 November 2002 dengan menyebutkan bahwa perusahaan mengalami keuntungan bersih sebesar 98 milyar rupiah dan memiliki aktiva sebesar 24 triliun rupiah. Namun, selang satu bulan kemudian, dalam laporan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) tanggal 27 Desember 2002, Bank Lippo melaporkan mengalami kerugian mencapai 1,3 triliun rupiah dan memiliki total aktiva yang berkurang menjadi Rp 22,8 triliun. Manajemen Bank Lippo beralasan, perbedaan itu terutama pada kemerosotan nilai agunan yang diambil alih dari Rp 2,393 triliun pada laporan publikasi dan Rp 1,42 triliun pada laporan ke BEJ. Akibatnya keseluruhan neraca dan akun-akun
6
berbeda signifikan, termasuk penurunan rasio kecukupan modal (CAR) dari 24,77 persen menjadi 4,23 persen. Setelah dilakukan pemeriksaan, bahwa laporan keuangan PT Bank Lippo Tbk. per 30 September 2002 yang diiklankan pada tanggal 28 November 2002 adalah laporan keuangan yang tidak diaudit. Namun angka-angkanya sama seperti yang tercantum dalam
Laporan
Auditor
Independen.Pada
kasus
ini,
Bapepam
menyimpulkan bahwa kejadian Bank Lippo ini terjadi hanyalah karena ketidakhati-hatian direksi dalam hal mencantumkan kata “diaudit’ dalam laporan yang di publikasikan dalam media cetak. Terhadap Direksi PT Bank Lippo Tbk yang menjabat pada saat Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk per 30 September 2002 dipublikasikan, dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban menyetor uang ke kas negara sejumlah 2,5 milyar rupiah. (Bapepam, 2003). 3. Tahun 2006 pada PT. Kereta Api Indonesia (KAI). Komisaris PT.KAI
mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan BUMN tersebut di mana seharusnya perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh keuntungan. Karena ketidaksediaan sang komisaris menandatangani laporan tersebut, mengakibatkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. KAI menjadi tertunda. Komisaris PT. KAI tersebut meminta agar laporan itu dikoreksi terlebih dahulu, karena PT. KAI tidak mengalami untung tetapi rugi. (Antara news, 2006). 4. Tahun 2011, pada Bank Mandiri Tbk. Hilangnya dana deposito PT
Taspen sebesar Rp 110 miliar di PT Bank Mandiri Tbk. kasus ini sudah
7
berlangsung sejak tahun 2007 silam, Taspen belum menerima pengembalian dana dari Bank Mandiri. Padahal, kasus pidana pembobolan dana itu sudah berkekuatan hukum tetap sejak tahun 2009. Kasus ini bermula saat Taspen menyimpan dana di deposito Bank Mandiri Kantor Kas Balai Pustaka Rawamangun, Jakarta Timur pada April 2007 lalu. Ternyata, Agoes Rahardjo, yang saat itu menjabat kepala Kantor Kas Bank Mandiri menyalahgunakan dana tersebut. Pembobolan dana terungkap setelah Taspen menerima rekening koran giro dari Bank Mandiri Kantor Cabang Pembantu Jatinegara Barat, Jakarta Timur. Padahal, sebelumnya Taspen tidak memiliki rekening itu.Dalam persidangan, hakim memutuskan pidana penjara 10 tahun dan denda sebesar Rp 10 miliar kepada Agoes. Selain itu, Heru Maliksjah, mantan Direktur Keuangan PT Taspen yang juga terlibat kasus itu divonis penjara delapan tahun penjara, denda Rp 200 juta, dan wajib mengembalikan Rp 31 miliar atau diganti kurungan penjara tiga tahun. (Wikanto, 2011). 5. Tahun 2013, kecurangan terjadi pada Bank Panin. Pihak bank mengklaim
tuduhan terhadap adanya penyelewengan kredit senilai 30 miliar rupiah pada Kantor Cabang Umum (KCU) Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ketua tim audit melaporkan kepada direksi Bank Panin untuk diproses melalui jalur hukum. Ketua tim audit tersebut mengaku bahwa pihaknya diminta untuk mengubah laporanaudit bulan Juli 2010, namun tim menolak dan kemudian tim diberi pekerjaan yang kurang jelas hingga
8
berujung pada pemberhentian kerja. Desember 2010, Bank Indonesia (BI) melakukan investigasi dan terbukti terdapat kecurangan di Bank Panin. (Wibawa, 2013). 6. Pada Tahun 2013 di bulan April, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) Hadi Poernomo sempat mengeluarkan kritik terkait Bank Mutiara yang
melakukan
kecurangan
sebesar
6,7
tirilun
rupiah,
BPK
menyimpulkan bahwa proses penambahan Penyertaan Modal Sementara (PMS) oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) kepada PT. Bank Mutiara Tbk tanggal 23 Desember 2013 sebesar 1,2 triliun rupiah belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan perundangan yang ada. Hal tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan BPK tanggal 29 Januari 2014 hingga 15 April 2014. Ketua BPK mengatakan ada pengelolaan kredit oleh PT. Bank Mutiara yang diduga tidak sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 sebagaimana diubah terakhir dengan PBI No. 11/2/PBI/2009 jo. PBI No.14/15/PBI/2012 tentang penilaian kualitas asset bank umum (Wahono, 2014). 7. Tahun 2014, di bulan April pembobolan kredit Bank Danamon Cluster
Pasuruan senilai 12 milyar rupiah terbongkar. Sebanyak sepuluh pelaku dari kalangan bank dan lima dari kalangan pihak ketiga ditetapkan sebagai tersangka. Dari lima belas tersangka, dua diantaranya merupakan Kepala Cabang Bank Danamon Cluster Pasuruan dan pengusaha properti asal Bangil, Pasuruan. Sementara itu, tiga belas tersangka lainnya yaitu sembilan orang berstatus pegawai Bank danamon dan empat lainnya
9
merupakan anak buah pengusaha asal Bangil. Pelaku melakukan pembobolan dengan modus mengucurkan kredit yang menyalahi prosedur (Faizal, 2014). 8. Tahun 2015, di bulan Oktober PT. Timah (Persero) Tbk. diduga telah
menyajikan laporan keuangan fiktif di awal semester pada tahun 2015. Ketua Ikatan Karyawan Timah mengungkapkan hal ini diduga atas dasar penurunan kondisi keuangan PT. Timah yang menyebabkan perusahaan mengalami kerugian sebesar 59 miliar rupiah dan memiliki hutang yang sangat besar, namun yang tersaji pada laporan keuangan ialah PT. Timah telah berhasil melakukan efisiensi dan
strategi yang tepat sehingga
perusahaan memiliki laba yang besar dalam kurun waktu tersebut. Sebagai akibat dari tindak kecurangan ini, direksi perusahaan diminta oleh Ikatan Karyawan Timah untuk mengundurkan diri hingga menghentikan kegiatan operasi (Okezone, 2016). Berdasarkan dari contoh kasus-kasus tersebut, dapat dilihat bahwa kini kasus tindak kecurangan semakin marak terjadi di negara kita ini. Maka, dibutuhkan cara agar laporan keuangan terlindungi dari kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi di dalamnya. Selain peran auditor yang dibutuhkan untuk dapat mampu mendeteksi tindak kecurangan dalam laporan keuangan, juga ada cara lain untuk memeriksa kecurangan dalam laporan keuangan yakni deteksi laporan keuangan melalui red flags, kegiatan whistleblowing, serta adanya profesionalisme auditor internal yang tinggi di dalam sebuah perusahaan yang dapat ikut membantu meminimalisir
10
kemungkinan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan. Ketiga aspek ini penting dilakukan agar tindak kecurangan pada laporan keuangan dapat di minimalisir dan di deteksi. Red flags merupakan suatu kondisi yang janggal atau berbeda dari keadaan normal (Widiyastuti, 2009).Red flags menjadi sebuah petunjuk atau indikasi akan adanya sesuatu yang tidak biasa dan memerlukan penyidikan yang lebih lanjut oleh pihak yang berwenang dalam perusahaan. Meskipun timbulnya red flagstidak selalu mengidikasikan adanya tindak kecuangan yang terjadi dalam perusahaan, namun red flags biasanya selalu muncul pada tiap kasus kecurangan yang terjadi, sehingga dapat menjadi tanda peringatan bahwa kecurangan terjadi (Amrizal, 2004). Red flags ini dapat menjadi alat yang digunakan auditor internal sebelum memutuskan apakah pihak karyawan maupun perusahaan melakukan kecurangan penyajian atau tidak. Maka, red flags ini penting bagi auditor agar dapat membantu langkah selanjutnya bagi auditor untuk dapat memperoleh bukti guna mendeteksi kecurangan yang mungkin terjadi sehingga dapat meminimalisir dan mendeteksinya. Selain itu, untuk mampu mengurangi tindak kecurangan dalam laporan keuangan sebuah perusahaan, perlu juga ditumbuhkan kesediaan seseorang untuk mengungkap dan melaporkannya apabila telah mengetahui adanya tindakan kecurangan di dalam perusahaan tersebut.Tindakan pelaporan ini dikenal dengan istilah whistleblowing.Pendeteksian kecurangan juga dapat dilakukan melalui kegiatan ini yang dimaksudkan sebagai tindakan preventif.Whistleblowing itu sendiri ialah usaha yang dilakukan seorang
11
pekerja atau mantan pekerja suatu organisasi untuk mengungkap sesuatu yang dia yakini merupakan kesalahan yang terjadi dalam organisasinya (Jalil, 2013). Menurut pendapat Deputi Bidang Investigasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Eko Susamto Ciptadi pada surat kabar Kompas, 12 September 2009 dalam Mutmainah (2010) bahwa, ditemukannya tindak pidana korupsi karena adanya informasi yang berasal dari aduan atau laporan dari masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat (LSM), laporan pegawai/orang dalam, temuan audit atau hasil investigasi intel. Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) peran seorang pelapor (whistleblower) sangat membantu proses penyelidikan selanjutnya karena biasanya pelapor mempunyai informasi atau data yang dapat dijadikan bukti.Maka, whistleblowing ini, apabila dilakukan mampu membantu untuk mengungkap dan mendeteksi tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pegawai atau karyawan sebuah organisasi atau entitas perusahaan.Banyak kasus kecurangan yang terungkap dari tindakan whistleblowing seperti dalam kasus Enron dan Worldcom.Di Indonesia sendiri seperti pada kasus Hambalang yang sempat hangat dibicarakan pada tahun 2013. Nazaruddin, mantan bendahara umum Partai Demokrat selaku terpidana dan saksi dalam kasus Hambalang berlaku sebagai whistleblower yang menjelaskan secara rinci mengenai aliran dana fee
proyek Hambalang yang diterima oleh
sejumlah orang yang terlibat dalam proyek Hambalang tersebut. Dari laporan Nazaruddin, muncul beberapa nama yang diduga terlibat dalam kasus tersebut (Qodir, 2013). Maka dari itu, whistleblowing ini dapat diindikasikan mampu
12
mendeteksi dan mengungkap kecurangan yang terjadi dalam sebuah organisasi. Kecurangan dalam laporan keuangan memang memiliki banyak motif dan peluang untuk dilakukan oleh banyak pihak dalam perusahaan. Maka tugas auditor sangat dibutuhkan untuk mengendalikan angka kecurangan yang dapat terjadi, terutama auditor internal selaku pihak pengendali perusahaan yang terlibat langsung dalam perusahaan, harus melakukan banyak cara agar mampu mendeteksi kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi agar meminimalisir hal tersebut. Untuk mendukung kemampuan auditor internal dalam mendeteksi kecurangan yang dapat terjadi dalam auditnya, auditor perlu untuk mengerti dan memahami kecurangan, jenis dan karakteristiknya, serta cara mendeteksinya (Widiyastuti, 2009). Maka, dalam melaksanakan pemeriksaan pada laporan keuangan perusahaannya, auditor internal wajib menggunakan kemahiran profesionalismenya secara tepat dan seksama, yang diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan pada perusahaan tersebut. Jika seorang auditor internal tidak bersikap profesional terhadap profesinya sebagai seorang auditor internal, maka integritas pada laporan keuangan perusahaannya akan sulit dicapai. Sikap profesionalisme auditor internal ini juga berkaitan dengan etika profesi auditor internal, apakah auditor internal tersebut telah memegang teguh etika profesi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar peran auditor internal dalam perusahaan menjadi maksimal.
13
Maka dari itu, berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini, karena merujuk pada beberapa faktor yang mendorong untuk melakukan penelitian ini, yakni diantaranya ialah melihat dari peran dan tanggung jawab seorang auditor khususnya auditor internal yang umumnya terlibat langsung untuk menangani risiko audit pada pemeriksaan laporan keuangan yang dapat timbul kecurangan di dalamnya. Pada penelitian ini, peneliti memilih sampel penelitian yang relevan yakni auditor internal yang sedang melakukan pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit. Peneliti tertarik untuk memilih sampel penelitian tersebut karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pendeteksian kecurangan laporan keuangan pada perusahaan. Auditor yang sedang pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit memiliki latar belakang perusahaan yang berbedabeda sehingga dapat mencakup berbagai bidang perusahaan di Indonesia, sehingga dapat dilihat bagaimana pengaplikasian ketiga faktor yang akan diteliti oleh peneliti, yakni red flags, whistleblowing, profesionalisme auditor internal yang dapat mempengaruhi pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Red Flags, Whistleblowing, dan Profesionalisme Auditor internal Terhadap Pendeteksian Kecurangan dalam Laporan Keuangan”. Pengujian atas pengaruh red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan telah
14
diteliti sebelumnya. Namun, pada penelitian ini, peneliti menggabungkan dan mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Novian (2012), Ayu et.al (2015), dan Dimar (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah sebagai berikut: 1. Variabel yang digunakan oleh Novian (2012), red flags bagi auditor independen yang dapat mempengaruhi pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan. Penelitian oleh Ayu et.al (2015) dengan variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut ialah pengaruh profesionalisme dan independensi auditor internal terhadap pendeteksian fraud assets misappropriation. Dan penelitian selanjutnya oleh Dimar (2014) dengan variabel yang digunakan adalah fraud dan peran whistleblowing sebagai upaya pencegahan dan pendeteksian fraud. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang ini bersifat menggabungkan dan mengembangkan menjadi sebuah penelitian baru terhadap penelitianpenelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya tersebut. Dimana variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini ialah red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal, serta yang menjadi variabel dependen ialah pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Peneliti menghilangkan beberapa variabel yang digunakan oleh peneliti terdahulu agar penelitian ini menjadi sebuah penelitian yang baru dan bersifat relevan dengan topik yang akan diteliti. Sehingga peneliti hanya
15
menggunakan 3 variabel X yang digabungkan menjadi satu dalam penelitian ini seperti yang sudah disebutkan sebelumnya di atas. 2. Obyek dalam penelitian ini ialah auditor internal yang sedang pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit, sedangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novian (2012) ialah menggunakan obyek auditor independen. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ayu et.al (2015), obyek yang digunakan ialah auditor internal yang bekerja di beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kota Bandung. Dan obyek penelitian yang dilakukan oleh Dimar (2014) ialah aparatur pemerintahan dan anggota dewan perwakilan rakyat daerah kota Malang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah red flags berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan? 2. Apakah whistleblowing berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan? 3. Apakah
profesionalisme
auditor
internal
berpengaruh
terhadap
pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan? 4. Apakah red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan?
16
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. Pengaruh red flags terhadap pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan. 2. Pengaruh whistleblowing terhadap pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan. 3. Pengaruh
profesionalisme
auditor
internal
terhadap
pendeteksian
kecurangan dalam laporan keuangan. 4. Pengaruh red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal terhadap pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian ialah diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Pemerintah, yaitu untuk mengetahui informasi mengenai red flags, whistleblowing dan profesionalisme internal auditor dalam mendeteksi tindak kecurangan dalam laporan keuangan di lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah guna meminimalisir kecurangan yang mungkin dapat terjadi. 2. Auditor internal, yaitu untuk mengetahui informasi mengenai red flags, whistleblowing dan profesionalisme internal auditor dalam mendeteksi
17
tindak kecurangan dalam laporan keuangan di lingkungan tempatnya bekerja guna meminimalisir kecurangan yang mungkin dapat terjadi. 3. Pengguna jasa audit, yaitu agar dapat memahami mengenai informasi atas red flags, whistleblowing dan profesionalisme internal auditor dalam mendeteksi tindak kecurangan dalam laporan keuangan. 4. Whistleblower, yaitu agar dapat tetap melaporkan kebenaran karena tindakan whistleblowing merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dan meminimalisir tindak kecurangan dalam laporan keuangan. 5. Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat untuk bahan referensi serta pemahaman dan bahan pembanding mengenai red flags, whistleblowing dan profesionalisme internal auditor dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. 6. Masyarakat, yaitu sebagai sarana informasi mengenai tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi tindak kecurangan dalam laporan keuangan dan menambah informasi mengenai akuntansi. 7. Penulis, yaitu sebagai sarana untuk menambah pengetahuan mendalam mengenai auditing terutama tindakan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan sehingga di masa datang akan bermanfaat bagi penulis.
18
2BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkaitan 1. Teori Segitiga Fraud (Fraud Triangle Theory) Teori ini dicetuskan pertama kali oleh Dr. Donald Cressy dalam Karyono (2013:8), salah seorang pendiri ACFE yang dikutip oleh pengarang auditing antara lain Steve Alberecht dalam bukunya Fraud Examination dan Alvin A.Aremd CS dalam Auditing and Assurances Service. Pada teori segitiga kecurangan, perilaku fraud didukung oleh tiga unsur, yakni tekanan, kesempatan, dan pembenaran.Berikut disajikan gambar segitiga kecurangan. SEGITIGA KECURANGAN (THE FRAUD TRIANGLE) Tekanan/Pressure
Kesempatan/Opprotunity
Sikap/rasionalisasi
Gambar 2.1 Sumber: Karyono, 2013
a.
Tekanan (Pressure) Menurut Karyono (2013:9) dijelaskan bahwa dorongan untuk melakukan fraud terjadi pada karyawan (employee fraud) dan manajer (management fraud), dorongan itu bisa terjadi karena: 19
1) Tekanan keuangan: seperti banyak hutang, gaya hidup yang melebihi batas kemampuan, keserakahan, dan kebutuhan yang tidak terduga. 2) Kebiasaan buruk, seperti kecanduan narkoba atau kebiasaan mengkonsumsi alkohol. 3) Tekanan lingkungan kerja: seperti kurangnya dihargai atas prestasi kerja, gaji yang rendah atau tidak puas dengan pekerjaan. 4) Tekanan lain: seperti tekanan dari keluarga, istri/suami untuk memiliki barang-barang mewah. b.
Kesempatan (Opportunity) Karyono (2013:9) menjelaskan bahwa kesempatan muncul karena lemahnya pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.Kesempatan juga dapat terjadi karena lemahnya sanksi atau ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja. Disamping itu, tercipta beberapa kondisi lain yang kondusif untuk terjadinya tindak kriminal. Menurut Steve Alberecht dalam Karyono (2013:9) ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kesempatan untuk melakukan tindak kecurangan atau fraud, yaitu: 1) Kegagalan untuk menertibkan pelaku kecurangan 2) Terbatasnya akses terhadap informasi 3) Kurangnya jejak audit
20
c.
Pembenaran (Rationalization) Menurut Karyono (2013:10), pelaku kecurangan akan mencari pembenaran seperti: 1) Pelaku menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan hal yang biasa/wajar. 2) Pelaku merasa berjasa besar terhadap organisasi. 3) Pelaku menganggap tujuannya baik, yaitu mengatasi masalah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teori
segitiga fraud ini dapat digunakan sebagai dasar pencegah serta pendeteksian fraud. Hal ini dikarenakan segitiga fraud telah dinyatakan berpengaruh kuat terhadap tindakan kecurangan (fraud) dalam Karyono (2013), misalnya menentukan bagaimana cara mengetahui tanda-tanda kecurangan (red flags) melalui pengamatan sikap, tekanan dan pelaku kecurangan, tindakan whistleblowing sebagai langkah preventifserta profesionalisme
internal
auditor
guna
mendukung
pendeteksian
kecurangan dalam laporan keuangan, untuk mengurangi kesempatan hal tersebut dapat terjadi.
2. Auditing a.
Definisi Auditing Auditing menurut Arens dan Beasley (2010:4) ialah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
21
Artinya, auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian
antara
informasi
tersebut
dan
kriteria
yang
ditetapkan.Auditing harus dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. Menurut Agoes (2004:3), ia mendefinisikan auditing sebagai berikut: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa auditing adalah proses pemeriksaan atas laporan keuangan yang dilakukan secara kritis dan sistematis yang didasarkan atas bukti-bukti pendukung yang ada yang dilakukan oleh pihak yang independen dan kompeten yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dan kemudian dikomunikasikan kepada pihak-pihak pemakai laporan keuangan yang berkepentingan. Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2009), pada umumnya, terdapat tiga jenis tipe auditor, yaitu (1) auditor independen, (2) auditor internal, dan (3) auditor pemerintah. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
22
1) Auditor Independen Auditor
independen
biasanya
bertindak
sebagai
praktisi
perorangan ataupun anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. 2) Auditor Internal Auditor internal biasanya adalah pegawai dari organisasi yang di audit.Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang dinamakan audit internal dalam suatu organisasi atau perusahaan. 3) Auditor Pemerintah Auditor tipe ini bekerja di berbagai jenis kantor pemerintahan. Seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI dan Inspektorat Jenderal (Itjen) RI. b.
Tujuan Audit Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (IAI, 2001, SA Seksi 2001:110.1). Menurut Suharli (2008) audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit memberi banyak manfaat bagi dunia bisnis. Pelaksanaan audit memiliki tujuan yang berbeda, beberapa tujuan audit adalah:
23
1) Penilaian pengendalian (Appraisal of Control) Pemeriksaan operasional berhubungan dengan pengendaliann administratif pada seluruh tahap operasi perusahaan yang bertujuan untuk menentukan apakah pengendalian yang ada telah memadai dan terbukti efektif serta mencapai tujuan perusahaan. 2) Penilaian Kinerja (Appraisal of Performance) Penilaian diawali dengan mengumpulkan informasi-informasi kuantitatif kemudian melakukan penilaian efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi kinerja.Penilaian selanjutnya menjadi informasi bagi manajemen untuk meningkatkkan kinerja perusahaan. 3) Membantu Manajemen (Assistance to Management) Dalam pemeriksaan operasional dan ketaatan maka hasil audit lebih
diarahkan
bagi
kepentingan
manajemen
untuk
penampilannya. Dan hasil merupakan rekomendasi-rekomendasi atas perbaikan-perbaikan yang diperlukan pihak manajemen. c.
Standar Auditing Standar auditing ditetapkan dalam PSA No. 01 (SA Seksi 150) sebagai berikut: 1) Standar Umum a) Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar ini menegaskan bahwa betapa tingginya kemampuan seseorang dalam bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan
24
a) keuangan, auditor tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan, jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Standar
ini
mengharuskan
auditor
bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Standar ini menurut auditor untuk merencanakan dan
melaksanakan
kemahiran
pekerjaannya
profesionalnya
secara
dengan cermat
menggunakan dan
seksama.
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan keahlian profesional. 2) Standar Lapangan a) Pekerjaan
harus
direncanakan
sebaik-baiknya
dan
jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Standar ini berisi pedoman bagi auditor dalam membuat perencanaan dan melakukan supervisi. b) Pemahaman memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat saat lingkup
pengujian
yang
akan
dilakukan.
Standar
25
inimenjelaskan mengenai unsur-unsur pengendalian internal dan bagaimana cara auditor mempertimbangkan pengendalian internal seperti dalam merencanakan dan melaksakan suatu audit. c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3) Standar Pelaporan a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b) Laporan
auditor
harus
menunjukkan
jika
ada
ketidakkonsistenan penerapan-penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan
laporan
keuangan
periode
berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material.
26
d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
3. Red Flags Menurut Montgomery (2002) dalam Suartana (2009), ada fenomena segitiga kecurangan (fraud triangle). Tekanan yaitu intensif yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam hal keuangan, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja menurut Salman (2005) dalam Novian (2012). Red flags, sangat erat kaitannya dengan fenomena kecurangan. Terdapat beberapa kategori untuk mengidentifikasi Red Flags dalam mendeteksi kecurangan yang dirangkum menjadi lima kategori sebagai berikut: a.
Pemberitahuan atau peringatan
b.
Dokumen yang mencurigakan
c.
Informasi mengenai seseorang yang mencurigakan
d.
Kegiatan yang dilakukan oleh personal tetapi mencurigakan
e.
Informasi dari berbagai pihak Menurut Association of Certified Fraud Examiners dalam Karyono
(2013:100), terdapat beberapa macam karakteristik red flag, yaitu diantaranya:
27
a.
Red flags kecurangan yang dilakukan manajemen puncak: 1) Adanya keengganan untuk memberikan informasi kepada auditor 2) Terjadinya perselisihan dengan auditor 3) Terdapat
pengambilan
keputusan
yang
didominasi
oleh
sekelompok individu 4) Kurangnya tanggung jawab organisasi yang jelas 5) Adanya sistem pengendalian internal yang lemah 6) Staf akuntannya lemah dalam keahlian sebagai akuntan dan tidak berpengalaman 7) Jumlah rekening cek yang berlebihan 8) Adanya konflik kepentingan, nepotisme dan pelanggaran tugas 9) Kompensasi program yang tidak proporsional 10) Transaksi keuangan yang tidak masuk akal b.
Red flags kecurangan yang dilakukan oleh karyawan: 1) Adanya perubahan gaya hidup karyawan tersebut 2) Adanya masalah hutang 3) Kurangnya pemisahan tugas di area yang potensial 4) Adanya penolakan dalam mengambil cuti 5) Adanya perubahan tingkah laku 6) Tingginya tingkat penggantian pekerja terutama di bagian yang berpotensi timbul tindak kecurangan
28
c.
Red flags kecurangan untuk faktor yang mempengaruhi kurangnya lingkungan kerja yang positif dan dapat mendorong motif tindak kecurangan: 1) Persepsi ketidakadilan dalam organisasi 2) Loyalitas rendah terhadap organisasi 3) Bersifat manajemen otokratis daripaa manajemen partisipatif 4) Terdapat anggaran yang tidak masuk akal di dalam suatu manajemen 5) Takut menyampaikan berita buruk untuk manajemen maupun supervisor 6) Kurangnya tanggung jawab organisasi yang jelas
d.
Red flags kecurangan pada pendanaan atau pembiayaan 1) Perubahan yang signifikan pada operasi dan rasio
laba
sebelumnya guna memperoleh pendanaan atau pembiayaan 2) Mengadopsi suatu perubahan prinsip akuntansi dasar atau merevisi
estimasi
akuntansi
periode
sebelumnya
untuk
memperoleh pendanaan atau pembiayaan 3) Peningkatan kas dalam jangka pendek dan penurunan piutang pada saat penjualan sedang meningkat untuk mencari pendanaan atau pembiayaan yang baru 4) Penundaan pengeluaran bulanan, triwulan atau laporan keuangan tahunan periode sebelumnya untuk mencari pendanaan atau pembiayaan yang baru.
29
e.
Red flags kecurangan pada produksi 1) Produksi yang tinggi namun tidak sesuai dengan permintaan pasar dan adanya penundaan pesanan 2) Banyaknya produk sisa atau produk cacat atau banyak bahan baku yang hilang 3) Penempatan kembali fisik barang jadi di dalam area produksi di luar suatu periode waktu yang layak 4) Akses yang tidak terbatas pada dokumen pengirim dan ke gudang penyimpanan bagi personel yang tidak terkait produksi 5) Kelemahan dalam prosedur pisah batas (cut off) persediaan 6) Tingkat perputaran persediaan barang jadi yang tidak ada korelasinya dengan siklus operasional
f.
Red flags kecurangan pada pendapatan 1) Penurunan
tidak
normal
pada
penjualan,
padahal
biaya
pengiriman cukup tinggi, jam kerja yang tinggi atau industri yang sedang naik tajam 2) Perputaran piutang dagang yang rendah 3) Peningkatan yang signifikan dalam penyisihan piutang tak tertagih pada kondisi ekonomi yang positif g.
Red flags kecurangan pada pembelian 1) Perubahan signifikan dalam rata-rata permintaan pembelian di antara pembeli dalam kondisi normal
30
2) Tidak dihitung nomor pesanan atau hilangnya catatan pesanan pembelian 3) Terdapat pembelian yang tidak konsisten dengan kategori yang terindikasi pada periode sebelumnya atau oleh rencana operasi atau hilangnya pesanan pembelian h.
Red flags kecurangan pada hutang dagang 1) Terdapat banyak alamat penjual produk yang sama yang tidak sesuai dengan alamat yang telah disetujui 2) Pembayaran yang tidak biasa atau tingginya pembayaran rutin dalam kondisi rendahnya volume pembelian 3) Hilangnya cek atau akses yang tidak mudah blanko cek ke mesin penyiapan cek 4) Pembayaran tunai untuk kewajiban yang tidak dicatat dan biaya rutin ketika semua pembelanjaan yang direncanakan harus terlebih dahulu dibuat voucher pembayaran Red flags merupakan signal yang harus dideteksi oleh auditor dalam
mengaudit laporan keuangan (Novian, 2012). Dalam mendeteksi red flags ini auditor harus memiliki keahlian dalam mendeteksi dan menaksir risiko yang ada. Dikatakan Vicky, Hoffman, Morgan dan Patton (1996, dalam Hegazy 2010) bahwa penggunaan red flags pada pendeteksian kecurangan ketika sesuatu hal dicurigai dan ditetapkan sebagai salah satu tanda (red flags), maka tanda ini dapat membantu auditor untuk lebih memfokuskan kinerja mereka dalam melakukan penaksiran risiko kecurangan.
31
MenurutMoyes et al., (2006), disebutkan bahwa dalam laporan audit keuangan
menurut
SAS
No.99
mengharuskan
auditor
eksternal
mengunakan efektivitas red flags untuk mendeteksi adanya kecurangan yang merupakan temuan audit. Namun, timbulnya tanda-tanda kecurangan atau red flagsini, tidak selalu mengindikasikan adanya tindak kecuangan yang terjadi dalam perusahaan, tetapi red flags biasanya selalu muncul pada tiap kasus kecurangan yang terjadi, sehingga dapat menjadi tanda peringatan bahwa kecurangan terjadi (Amrizal, 2004). Menurut Amrizal (2004), red flags merupakan karakteristik personal pribadi yang tergantung dari suatu kondisi personal tersebut. Berdasarkan SAS No. 99, kemampuan untuk menyadari ataupun mengenali red flags adalah sebuah hal penting bukan hanya untuk akuntan publik tetapi untuk seluruh auditor eksternal maupun internal yang bekerja di semua sektor publik. Bila ada satu hal yang mengindiksikan red flags, seseorang harus mengambil tindakan untuk menginvestigasi kondisi tersebut
dan
memutuskan apakah terdeteksi temuan audit yang bersifat negatif atau tidak. Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa red flags ialah sebuah tanda atau kondisi yang janggal atau tidak biasa yang merupakan tanda-tanda terjadinya sebuah tindak kecurangan pada sebuah entitas perusahaan. Ketika ada tanda-tanda red flags ini, auditor diharapkan lebih memfokuskan pada tanda-tanda tersebut agar mampu mengungkap bukti pada tanda tersebut guna segera
32
mendeteksi tanda kecurangan
yang
mungkin terjadi agar
tidak
mengakibatkan dampak yang berkepanjangan bagi perusahaan. 4. Whistleblowing Menurut Near and Miceli (1985), whistleblowing diartikan sebagai berikut: “The disclosure by organization members (current or former) of illegal, immoral or illegitimate practice under the control of their employers, to persons or organizations that may be able to effect action” Artinya, whistleblowing ialah pengungkapan oleh anggota organisasi (mantan atau yang masih menjadi anggota) atas suatu praktik ilegal, tidak bermoral, atau tanpa legitimasi dibawah kendali pimpinan kepada individu atau organisasi yang dapat menimbulkan efek tindak perbaikan. Menurut Jalil (2013), whistleblowing merupakan usaha yang dilakukan seorang pekerja atau mantan pekerja suatu organisasi untuk mengungkap sesuatu yang dia yakini merupakan kesalahan yang terjadi dalam organisasinya. Sedangkan menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dalam Sagara (2013), whistleblowing ialah pengungkapan tindakan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi kepada pemimpin organisasi atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Whistleblowing merupakan suatu istilah yang muncul sejak adanya Sarbanes-Oxley
Act
yang
dapat
mendorong
para
pegawai dari
perusahaanuntuk melakukan pelaporan atas pelanggaran yang terjadi tanpa
33
ada rasa takut terhadap pihak yang dilaporkan (Dimar, 2014). Menurut Priantara (2013:209), berbagai survei menunjukkan pengaduan atau whistleblowing menjadi alat yang paling utama untuk mencegah dan mendeteksi fraud karena calon pelaku mestinya takut akan diadukan jika sistem ini efektif. Namun, tentunya dibutuhkan kesadaran khusus dari para pelapor atau whistleblower agar bersedia melaporkan suatu tindak kecurangan apabila mengetahui adanya kemungkinan kecurangan itu terjadi.Banyak hal yang dipertimbangkan oleh whistleblower sebelum bersedia melaporkan suatu tindak kecurangan, salah satunya ialah perlindungan hukum.Tentunya, whistleblower harus terlindung dari segala macam ancaman yang dapat terjadi apabila telah melaporkan suatu tindak kecurangan.Apabila telah terpenuhi perlindungan hukum yang memadai untuk whistleblower, maka deteksi dini atas sebuah kecurangan dapat lebih mudah untuk ditangani.Selain itu, whistleblower juga harus memiliki cukup bukti sebelum melaporkan suatu kejadian agar informasi yang disampaikan dapat meyakinkan banyak pihak.Whistleblowing dapat dikatakan sebagai salah satu cara yang cukup mudah untuk mendeteksi adanya fraud (Dimar, 2014). Dari
definisi-definisi
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
whistleblowing ialah upaya atau tindakan yang dilakukan oleh seorang indvidu
untuk
melaporkan sebuah tindakan
yang
janggal yang
mengindikasikan sebuah tindak kecurangan.
34
5. Profesionalisme Auditor Internal Dalam menjalankan setiap pekerjaannya, seseorang dituntut untuk bersikap profesional terhadap pekerjaannya, tak terkecuali para internal auditor.Sikap profesionalisme auditor terkait dengan kepatuhan terhadap etika profesi auditor yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).Hal ini menuntut auditor untuk memiliki keterampilan umum yang dimiliki auditor pada umumnya, yakni menggunakan sikap profesionalnya dengan cermat dan seksama.Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan (Widiyastuti, 2009). Seorang auditor profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien, termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku dengan semestinya. Menurut Jusuf (1997) dalam Widiyastuti (2009), kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional akan meningkat jika profesimenetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yangefektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi. Hall (1986) dalam Sumardi dan Hardiningsih (2002) mengemukakan lima konsep dari profesionalisme, yaitu:
35
a.
Hubungan dengan sesama profesi (community afiliation), yaitu menggunakan
ikatan
profesi
sebagai
acuan,
termasuk
di
dalamnyaorganisasi formal dan kelompok-kelompokkolega informal sebagai sumber ide utama dalam melaksanakan pekerjaan. b.
Kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
c.
Keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation), maksudnya bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak memiliki kemampuan dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
d.
Dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan sehingga kompensasi utarna yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani setelah itu baru materi.
e.
Kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu pandangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan pihak lain (pemerintah, klien dan mereka yang bukan anggota profesi). Setiap ada carnpur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
36
Sikap profesionalisme seorang auditor tentunya sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan auditor tersebut dalam melakukan pekerjaannya.Dengan
adanya
sikap
profesionalisme
diri
seseorang,tentunya dapat membuat mereka melakukan pekerjaan dengan lebih
maksimal.
Menurut
Arens
dan
Loebbecke
(2009),
untuk
meningkatkan profesionalisme, seorang akuntan harus memperlihatkan perilaku profesinya, di antaranya: a.
Tanggung Jawab Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, akuntan harus mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka.
b.
Kepentingan Masyarakat Akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat, dan menunjukkan komitmen pada profesionalisme.
c.
Integritas Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, akuntan harus melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan integritas tertinggi.
d.
Objektivitas dan Independensi Akuntan harus mempertahankan objektivitas dan bebas benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab profesional.
e.
Keseksamaan
37
Akuntan harus memenuhi standar teknis dan etika profesi, berusaha keras untuk meningkatkan kompetensi dan mutu jasa dan melakukan tanggung jawab profesional dengan kemampuan terbaik. f.
Lingkup dan Sifat Jasa Dalam menjalankan praktik sebagai akuntan publik, akuntan harus mematuhi prinsip-prinsip perilaku profesional dalam menentukan lingkup dan jasa audit yang akan diberikan. Sikap profesionalisme juga tentunya dibutuhkan oleh seorang auditor
internal. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi serta melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga (Sawyer, 2006:35) dalam Ayu et al., (2015). Untuk dapat menilai apakah sebuah laporan keuangan telah bebas dari salah saji atau kekeliruan maupun kecurangan, tentunya auditor internal harus menggunakan profesionalismenya sebagai auditor internal. Apabila tidak adanya perilaku profesional dalam diri auditor internal, maka tentunya akan menjadi sulit untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan.
6. Pendeteksian Kecurangan Tindak kecurangan yang kini kian marak terjadi di ranah ekonomi tentunya mengharuskan entitas untuk lebih cermat mengamati tiap tindakan yang dapat memungkinkan terjadinya kecurangan.Pencegahan
38
saja belum tentu cukup untuk mengatasi hal ini, perlu adanya tindakan preventif untuk melengkapi pencegahan kecurangan, yakni pendeteksian kecurangan
yang
lebih
dulu
dapat
dilakukan.
Deteksi
kecurangan(fraud)ialah suatu tindak mengetahui bahwa fraud terjadi, siapa pelaku, siapa korbannya, dan apa penyebabnya. Kunci pada pendeteksian fraud ialah dapat melihat adanya kesalahan dan ketidakberesan (Karyono, 2013:91). Menurut Koroy (2008:2), pendeteksian kecurangan bukan merupakan tugas yang mudah untuk dilakukan oleh auditor. Setidaknya ada empat faktor yang teridentifikasi penyebab sulitnya pendeteksian kecurangan, yakni seperti karakteristik terjadinya kecurangan, standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam penceteksian kecurangan. Menurut Mui (2010) dalam Nasution dan Fitriany (2012:7) menyatakan bahwa tugas pendeteksian kecurangan merupakan tugas yang tidak terstruktur yang menghendaki auditor untuk menghasilkan metodemetode alternatif dan mencari informasi-informasi tambahan dari berbagai sumber.Tindakan pendeteksian kecurangan tidak dapat di generalisir terhadap semua kecurangan.Masing-masing jenis kecurangan memiliki karakteristik sendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan yang mungkin
timbul dalam
perusahaan
(Amrizal,
2004).
Menurut
Examination Manual (2006) dalam Karyono (2013:17) dari Association of
39
Certified Fraud Examiner, kecurangan terdiri atas empat kelompok besar, yakni:
a.
Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Statement) Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement) dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan lebih baik dari sebenarnya (over statement) dan lebih buruk dari sebenarnya (under statement).
Laporan
keuangan
overstated
dilakukan
dengan
melaporkan asset dan pendapatan lebih besar dari yang sebenarnya. Sedangkan laporan keuangan yang dilakukan untuk menekan laba (revenue
understatement)
dalam
rangka
menghindari
atau
memperkecil pengenaan pajak penghasilan badan. b.
Kecurangan Penyalahgunaan Aset Kecurangan penyalahgunaan aset terdiri atas kecurangan kas dan penyalahgunaan penyediaan dan aset lainnya. 1) Kecurangan penerimaan kas Kecurangan penerimaan yang belum dicatat (skimming): a) Pendapatan negara tidak dilaporkan/dicatat (unrecorded) atau dilaporkan lebih kecil (understated). b) Piutang dihapus padahal piutang tersebut sebenarnya tidak dihapus dan kemudian ditagih kembali dan tidak dilaporkan (write off schemes).
40
c) Pengambilan uang hasil penagihan untuk sementara waktu dengan
menunda
pencatatan
penerimaannya
(lapping
schemes). d) Pengambilan penerimaan cek dari pelanggan. Pencurian yang sudah dicatat di pembukuan (cash larceny): a) Pencurian kas tunai b) Pencurian kas di bank c) Mencuri kas dengan sengaja membuat kesalahan perhitungan atau kesalahan pembukuan. 2) Kecurangan pengeluaran kas (fraudulent disbursement) a) Kecurangan penagihan (billing schemes) dengan memasukkan dokumen tagihan atau invoice pengadaan barang, sehingga tagihan lebih tinggi (mark up) b) Kecurangan schemes),
pergantian yaitu
biaya
kecurangan
(expence pengeluaran
reimbursement kas
dengan
memanipulasi penggantian biaya 3) Penyalahgunaan persediaan dan aset lain (inventory and other assets missapropriation) a) Penjualan fiktif b) Kecurangan penerimaan dan pembelian c) Kecurangan penerimaan barang d) Membuat jurnal palsu e) Menghapus persediaan
41
c. Korupsi Yaitu perbuatan yang merugikan kepentingan umum/publik atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau golongan kelompok tertentu. Bentuk-bentuk korupsi berupa: 1) Pertentangan kepentingan (conflict of interest) 2) Suap (bribery) 3) Pemberian tidak sah (illegal grativities) 4) Pemerasan ekonomi (economic ecortion) d. Kecurangan yang Berkaitan dengan Komputer 1) Perusakan computer 2) Pencurian informasi dan harta kekayaan 3) Kecurangan keuangan atau pencurian kas 4) Penggunaan atau penjualan jasa komputer secara tidak sah Dari uraian di atas, dapat dilihat begitu banyak jenis kecurangan yang dapat terjadi, sehingga auditor harus mampu mendeteksi hal tersebut serta dilakukan secara berkala agar mampu meminimalisir risiko yang mungkin terjadi.Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan terdapat
dalam
segitiga
kecurangan
(fraud
triangle).
Dimana
insentif/tekanan dapat terjadi pada manajemen perusahaan maupun pegawai, menyebabkan kesempatan untuk melakukan kecurangan menjadi sangat tinggi yang berakhir pada tindakan merasionalisasikan apa yang dilakukannya. Maka dari itu, pendeteksian kecurangan sangat penting untuk dilakukan secara berkala.
42
7. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu pertanggungjawaban dari manajemen dalam hal pengelolaan sumber daya dalam bentuk dana atau uang yang telah dipercayakan dari para pihak investor terhadap perusahaan tersebut. Dikatakan juga bahwa tujuan umum dari pelaporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang telah dipercayakan (PSAK, 2009 dalam Novian 2012). Menurut IAI dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (2009) menyatakan ada empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu: a.
Dapat dipahami.
b.
Relevan.
c.
Keandalan.
d.
Dapat diperbandingkan. Tujuan audit atas laporan keuangan pada umumnya ialah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran mengenai semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas yang telah
43
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia (SPAP Seksi 110, 2011 dalam Novian 2012). Menurut Widjaja (2013:36) ada faktorfaktor risiko kecurangan dalam laporan keuangan yang merupakan pertimbangan pentig bagi auditor dalam mengungkap kecurangan, yakni melalui: a.
Insentif atau tekanan Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangannya ialah penurunan dalam prospek keuangan perusahaan.
b.
Kesempatan Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi manipulasi, risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam industri yang melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan.
c.
Sikap atau rasionalisasi Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan faktor risiko penting daam menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan keuangan Berdasarkan definisi yang telah diungkapkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa laporan keuangan ialah sebuah informasi perusahaan yang menggambarkan keadaan keuangan perusahaan yang dapat dinilai tingkat kewajarannya, sehingga dapat dianalisis tiap risiko yang dapat terjadi.
44
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh Red Flags terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Menurut Moyes et al., (2006), disebutkan bahwa dalam laporan audit keuangan
menurut
SAS
No.99
mengharuskan
auditor
eksternal
mengunakan efektivitas red flags untuk mendeteksi adanya kecurangan yang merupakan temuan audit. Mereka menyatakan bahwa penggunaan red flags sangat efektif dalam mendeteksi kecurangan yang merupakan temuan audit sehingga disarankan audit internal perlu menggunakan red flags ketika mendeteksi adanya kecurangan.Disebutkan juga menurut Novian (2012), red flags pada kecurangan dapat membantu auditor untuk lebih memfokuskan kinerja mereka dalam melakukan penaksiran risiko kecurangan. Hal serupa juga disampaikan oleh Koornhof dan Plessis (2000) yang menyebutkan bahwa red flags dapat menjadi alat untuk pendeteksian
awal
tindak
kecurangan.Penelitian-penelitian
tersebut
menjadi acuan bagi penulis bahwa red flags berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H 1 :Red flags berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan.
45
2. Pengaruh Whistleblowing terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Definisi whistleblowing Governance
(KNKG)
whistleblowing
ialah
dalam
menurut Sagara
pengungkapan
Komite Nasional Kebijakan (2013), tindakan
disebutkan pelanggaran
bahwa atau
pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi kepada pemimpin organisasi atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Disebutkan oleh Dimar (2014),whistleblowing dapat dikatakan sebagai salah satu cara yang cukup mudah untuk mendeteksi adanya kecurangan atau fraud.Whistleblowing juga merupakan salah satu cara untuk melakukan tindakan pencegahan dan pendeteksian fraud pada sektor publik di Indonesia. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2014), dalam penelitiannya disebutkan bahwa responden dalam penelitiannya setuju bahwa whistleblowing system merupakan cara untuk melakukan tindak pencegahan dan pendeteksian fraud. Menurut Wibowo dan Winny (2009), mekanisme whistleblowing cukup dinilai efektif untuk deteksi awal fraud.Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H 2 :Whistleblowing berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan
46
3. Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Sikap profesionalisme auditor terkait dengan kepatuhan terhadap etika profesi auditor telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), tentunya peraturan ini harus diikuti oleh auditor, baik auditor eksternal maupun internal. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi serta melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga (Sawyer, 2009:35). Menurut Ayu et al., (2015:8) disebutkan bahwa profesionalisme auditor internal terbukti memberikan pengaruh terhadap pendeteksian fraud assets missapropriation. Semakin tinggi sikap profesionalisme seorang auditor internal dalam menjalankan tanggung jawabnya, maka akan meningkatkan pendeteksian fraud assets missapropriation.
Menurut
Widiyastuti
(2009),
profesionalisme
berpengaruh positif terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Dan menurut Natalia (2012), auditor internal yang profesional dapat mengungkap adanya indikasi temuan audit yang mungkin dapat merugikan perusahaan. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, penulis mengasumsikan bahwa profesionalisme auditor internal juga mampu meningkatkan pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
47
H 3 : Profesionalisme auditor internal berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan
4. Pengaruh Red Flags, Whistleblowing, dan Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Selain meneliti pengaruh antar variabel secara parsial, penelitian ini juga akan meneliti pengaruh antar variabel secara simultan atau secara bersamaan. Menurut penelitian tentang red flags yang dilakukan oleh Moyes (2006), penggunaan red flags sangat efektif dalam mendeteksi kecurangan yang merupakan temuan audit sehingga disarankan audit internal perlu menggunakan red flags ketika mendeteksi adanya kecurangan. Penelitian tentang whistleblowing yang dilakukan oleh Dimar (2014) menyebutkan bahwa whistleblowing merupakan salah satu cara untuk melakukan tindakan pencegahan dan pendeteksian fraud.Serta penelitian tentang profesionalisme auditor internal yang dilakukan oleh Ayu et al., (2014) disebutkan bahwa profesionalisme auditor internal terbukti memberikan pengaruh terhadap pendeteksian fraud.Maka, berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, penulis mengasumsikan bahwa red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal juga mampu meningkatkan pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan dengan hipotesis sebagai berikut: H 4 : Red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal berpengaruh
terhadap
pendeteksian
kecurangan
laporan
keuangan.
48
C. Penelitian Terdahulu Adapun hasil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai bahasan yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Variabel dan Metodologi Peneliti Penelitian Hasil Penelitian No. Terdahulu (Judul&Tahun) Persamaan Perbedaan Tidak terdapat Disebutkan dalam 1. C Koornhof dan Variabelred flags sebagai varibel penelitian ini bahwa D du Plessis whistleblowing, pemberi pinjaman Red Flaggging as indikator Indicator of pendeteksian dan dan investor di kecurangan profesionalisme Afrika Selatan Financial Statement Fraud: laporan auditor internal menyadari bahwa The Perspective of keuangan serta objek red flags dapat Investor and penelitian yang menjadi alat untuk Lenders (2000) berbeda pendeteksian awal tindak kecurangan. Variabel red Tidak terdapat Bahwa lebih dari 42 2. Glen D. Moyes, flags dalam variabel red flags, 15 di Ping Lin, pendeteksian whistleblowing antaranya lebih Raymond M. kecurangan dan efektif (6 dari Landry Jr, dan Handan Vicdan. pada laporan profesionalisme incentive or pressure Internal Auditor’s keuangan auditor internal red flags, dan 4 dari Perceptions of attitude or The Effectiveness rationalization red of Red Flags to flags), 14 di Detect Fraudulent antaranya efektif (5 Finnancial dari incentive or Reporting (2006) pressure red flags, dan 4 dari attitude or rationalization red flags), 13 lainnya tidak efektif (5 dari incentive or pressure red flags, 4 dari opportunity red flags, dan 4 dari attitude or rationalization red flags) Bersambung pada halaman berikutnya
49
Tabel 2.1 (Lanjutan) Variabel dan Metodologi Peneliti Penelitian Terdahulu No. (Judul&Tahun) Persamaan Perbedaan Terdapat variabel Tidak terdapat 3. Marcellina variabel red Widiyastuti dan profesionalisme yang berhubungan flags dan Sugeng dengan whistleblowing. Pamudji Pengaruh mendeteksi Serta objek Kompetensi, kecurangan yang digunakan Independensi, berbeda dan Profesionalisme terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan (Fraud) (2009) Variabel fraud Tidak terdapat 4. Wibowo dan early warning red flags dan Winny Wijaya Pengaruh system yang profesionalisme Penerapan dalam penelitian auditor internal. Fraud Early ini mengarah pada Serta objek Warning System whistleblowingdan penelitian yang Terhadap variabel berbeda Aktivitas Bisnis kecurangan Perusahaan (2009)
5.
Devina Natalia Peran Sikap Profesionalisme Auditor Internal dalam Mengungkap Temuan Audit (2012)
Variabel profesionalisme auditor internal
tidak terdapat variabel whistleblowing dan red flags
Hasil Penelitian Profesionalisme berpengaruh positif terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud)
fraud early warning system (FEWS) yang dalam penelitian ini mengarah pada whistleblowing, menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas bisnis yang mengarah terhadap tindakan fraud. Auditor internal yang profesional dapat mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas proses manajemen risiko, kontrol, tata kelola dalam perusahaan, serta mengungkap 50
No.
Peneliti Terdahulu (Judul&Tahun)
Variabel dan Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan
Hasil Penelitian adanya indikasi temuan audit yang dapat merugikan perusahaan.
Bersambung pada halaman selanjutnya Tabel 2.1 (Lanjutan) Variabel dan Metodologi Peneliti Penelitian No. Terdahulu (Judul&Tahun) Persamaan Perbedaan Terdapat Tidak terdapat 6. Fanny Novian variabel red variabel Tedjakusuma Pentingnya Red flagsyang whistleblowing Flags Bagi berhubungan dan Auditor dengan profesionalisme Independen untuk pendeteksian auditor internal. Mendeteksi kecurangan Serta objek Kecurangan penelitian yang dalam Laporan berbeda Keuangan(2012) Terdapat Tidak terdapat 7. Glen D. Moyes, variabel red variabel Randall Young, whistleblowing dan Hesri Faizal flags untuk mendeteksi dan Mohamed Din kecurangan profesionalisme Malaysian Internal and laporan auditor internal External Auditor keuangan Perception of The Effectiveness of Red Flags for Detecting Fraud (2013) Variabel Tidak terdapat 8. Yusar Sagara Profesionalisme whistleblowing variabel red Internal Auditor dan flags dan Intensi profesionalisme melakukan auditor internal whistleblowing (2013)
Hasil Penelitian Disebutkan dalam penelitian ini bahwa red flags dapat membantu auditor lebih memfokuskan kinerja dalam melakukan penaksiran risiko kecurangan Auditor Malaysia berpendapat bahwa red flags mampu meningkatkan efektivitas dalam pendeteksian kecurangan
Profesionalisme auditor internal dalam dimensi afiliasi komunitas, afiliasi kewajiban sosial, afiliasi dedikasi berpengaruh negatif terhadap intensi melakukan
51
No.
Peneliti Terdahulu (Judul&Tahun)
Variabel dan Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan
Hasil Penelitian whistleblowing serta dimensi afiliasi tuntutan untuk mandiri berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Bersambung pada halaman selanjutnya Tabel 2.1 (Lanjutan) Variabel dan Metodologi Peneliti Penelitian Terdahulu No. (Judul&Tahun) Persamaan Perbedaan Variabel Tidak terdapat 9. Muhammad whistleblowing variabel red Dimar Alam Persepsi Aparatur untuk flags dan Pemerintah dan pendeteksian profesionalism fraud e auditor Anggota Dewan Perwakilan internal serta Rakyat Daerah objek Kota Malang penelitian yang Terhadap Fraud digunakan berbeda dan Peran Whistleblowing sebagai Upaya Pencegahan dan Pendeteksian Fraud (2014) Variabel Variabel 10. Rizky Ayu Pratiwi, Pupung profesionalisme pendeteksian auditor internal fraud yang Purnamasari, berbeda, dan Hendra tidak terdapat Gunawan variabel red Pengaruh Profesionalisme flags dan dan Independensi whistleblowing Auditor Internal serta objek terhadap penelitian yang Pendeteksian berbeda. Fraud Assets Misappropriation. Studi Kasus: PT
Hasil Penelitian Para responden menganggap bahwa whistleblowing merupakan salah satu cara untuk melakukan tindakan pencegahan dan pendeteksian fraud pada sektor publik di Indonesia.
Secara parsial profesionalisme auditor internal dan independensi auditor internal berpengaruh positif terhadap pendeteksian asset missapropriation dan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap fraud asset
52
No.
Peneliti Terdahulu (Judul&Tahun) Inti, PT Telkom, dan Perum Pegadaian (2015)
Variabel dan Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan
Hasil Penelitian missapropriation.
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sebuah gambaran konsep teori yang dapat menunjukkan faktor-faktor yang merupakan solusi atau alternatif solusi atas sebuah masalah penting dalam penelitian. Masalah-masalah penting dalam penelitian ini ialah red flags, whistleblowing, profesionalisme internal auditor, kecurangan, dan laporan keuangan. Adapun variabel dependen pada penelitian ini ialah pendeteksian kecurangan laporan keuangan.Sedangkan untuk variabel independen menggunakan tiga variabel, yaitu red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal. Berikut disajikan gambar skema kerangka pemikiran dalam penelitian penelitian ini: Pengaruh Red Flags, Whistleblowing, dan Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan
Basis Teori: Teori Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)
53
VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN
Red Flags (X1)
H1
Whistleblowing (X2)
H2
Profesionalisme Auditor Internal (X3)
H3
Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan (Y)
H4
Bersambung pada halaman selanjutnya
Gambar 2.2 (Lanjutan) Metode Analisis: Analisis Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
54
55
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas antara variabel independen (X), yaitu red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal terhadap variabel dependen (Y), yaitu pendeteksian kecurangan pada laporan keuangan. Sampel penelitian ini adalah auditor internal yang sedang melakukan pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit.
B. Metode Penentuan Sampel Sampel pada penelitian ini ialah internal auditor yang sedang pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit..Sampel ini dipilih karena diharapkan mampu memberikan informasi yang relevan mengenai topik penelitian. Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel penelitian ialah convenience sampling, yaitu pengumpulan data atas dasar kemudahan, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Indriantoro, 2009:130)
C. Metode Pengumpulan Data Adapun jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yakni data yang diolah dari jawaban kuesioner yang disebarkan kepada para auditor internal yang sedang pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit
55
(YPIA).Sedangkan untuk jenis dari sumber data yang dikumpulkan, yakni melalui penelitian lapangan (Field Research), dimana data utama diperoleh melalui penelitian lapangan, dengan mendatangi langsung dari pihak pertama (data primer).Pada penelitian ini, subjek penelitian ialah auditor internal yang sedang sedang pelatihan di Yayasan Pelatihan Internal Audit (YPIA).
D. Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. 1. Statistik Deskriptif Yakni memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013:19) 2. Uji Kualitas Data a.
Uji Validitas Digunakan untuk
mengukur
sah atau
valid tidaknya suatu
kuesioner.Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila pearson correlation
56
yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh ialah data yang valid (Ghozali, 2013) b.
Uji Reliabilitas Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013:47). Pengukuran reabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Repeated Measure atau pengukuran ulang, disini seseorang akan diberikan pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, kemudian akan dilihat hasilnya apakah jawabannya tetap konsisten atau tidak. 2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach
Alpha
(α).Suatu
variabel
dikatakan
reliable
jika
memberikan nilai Cronbach Alpha> 0.70 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2013:48). 3. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji multikolineritas, dan uji heteroskedastisitas.
57
a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Analisis grafik dalam penelitian ini menggunakan Normal Probability Plot (P-P Plot). Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, yang apabila distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. (Ghozali, 2013:161). Selain menggunakan analisis grafik, penelitian ini juga menggunakan analisis
statistikKolmogrov-Smirnov (K-S). Uji statistik ini adalah
pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi normalitas melalui pengamatan residual. Pengujian in memiliki kelebihan, yaitu sederhana dan tidak menimbulkan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat lain yang seringkali terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik.
Konsep
kolmogorov-smirnov
ini dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan dalam bentuk Z-score dan diasumsikan normal. Uji kolmogorov-smirnov ini merupakan uji beda antara yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Jika signifikansi data dibawah 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi
58
perbedaan yang signifikan. Caranya, dengan menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu: H 0 : Data residual terdistribusi secara normal H a : Data residual tidak terdistribusi secara normal Penerapan uji kolmogorov-smirnov ialah jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, yang artinya bahwa data tersebut tidak normal dan H 0 ditolak. Sedangkan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang diuji normal karena tidak berbeda dengan normal baku dan H 0 diterima (Ghozali, 2011). b. Uji multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.Uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflantion
Factor
(VIF)
(Ghozali,
2013:105).
Uji
multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai Variance Inflantion factor (VIF) ≥ 0.10. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
59
homokedastisitas,
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.Uji
heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi
variabel
terikat
(ZPRED)
dengan
residual
(SPRESID).Jika menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.Tetapi jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139). Selain menggunakan analisis grafik, peneliti juga menggunakan analisis statistik yaitu dengan uji glejser.Uji ini mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen. Jika nilai probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05,
maka
model
regresi
tersebut
tidak
mengandung
heterokedastisitas (Ghozali, 2013). 4. Uji Hipotesis Uji hipotesis terbagi menjadi dua macam yaitu uji interaksi dan uji regresi linear berganda. Penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda, adapun penjelasannya sebagi berikut: a. Uji Regresi Linear Berganda Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda. Regresi berganda dapat didefinisikan sebgai pengaruh antara lebih variabel independen (bebas) dan satu variabel dependen (terikat) dan juga digunakan untuk membangun persamaan
60
dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (Kurniawan. 2011:36) Dalam penelitian ini persamaan regresi yang digunakan ialah: Y = α + β 1 X1 + β 2 X2 + β 3 X3 + e Dimana: Y
= Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan
α
=Konstanta
β
= Koefisien Regresi
X1
= Red Flags
X2
= Whistleblowing
X3
= Profesionalisme Auditor Internal
e
= Error
Pengujian Hipotesis dilakukan melalui: 1) Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model
dalam
menerangkan
variasi
variabel
dependen.Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dependen amat terbatas. Acuan yang menjadi ukuran seberapa besar penjelasan R2 ialah sebagai berikut: 0,00− 0,199: Sangat Rendah 0,20− 0,399: Rendah
61
0,40− 0,599: Sedang 0,60− 0,799: Kuat 0,80− 1,00: Sangat Kuat Menurut Insukindro (1998) dalam Ghozali (2013), ia menekankan bahwa koefisien determinasi hanyalah salah satu dan bukan satusatunya kriteria memilih model yang baik. Alasannya bila suatu estimasi regresi linear menghasilkan koefisien determinasi yang tinggi, tetapi tidak konsisten dengan teori ekonomika yang dipilih oleh peneliti, atau tidak lolos dari uji asumsi klasik, maka model tersebut bukanlah model penaksir yang baik dan seharusnya tidak dipilih menjadi model empirik. Kelemahan dari koefisien determinasi ialah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat dan tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahan dalam model (Ghozali, 2013:97) 2) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji statistik t) Uji t pada dasarnya menunjukkanseberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
62
menerangkan
variasi
2013:98).Menurut
Santoso
variabel
dependen
(2004:168)
dasar
(Ghozali, pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut: a) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H 0 diterima atau H a ditolak, yang artinya bahwa variabel independen (bebas)
tidak
mempunyai
pengaruh
signifikan
secara
individual terhadap variabel dependen (terikat). b) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H 0 ditolak atau H a diterima, yang artinya bahwa variabel independen (bebas) mempunyai pengaruh signifikan secara individual terhadap variabel dependen (terikat). 3) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat diuji dengan tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2013:98). Menurut Santoso (2004:120) dasar pengambilan keputusan ialah sebagai berikut: a) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H o diterima atau H a ditolak, yang artinya bahwa variabel independen (bebas) tidak mempunyai pengaruh signifikan secara bersamasama terhadap variabel dependen (terikat).
63
b) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H 0 ditolak atau H a diterima, yang artinya bahwa variabel independen (bebas) mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat).
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian 1. Red flags (X 1 ) Red flags ialah sebuah tanda atau kondisi yang janggal atau tidak biasa yang merupakan tanda awal terjadinya sebuah tindak kecurangan pada sebuah entitas perusahaan. Red flags merupakan signal yang harus dideteksi oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan (Novian, 2012). Berdasarkan penelitian Vicky et al., dalam Novian (2012) ditemukan penyebab tanda-tanda red flags kecurangan yang ditemukan seperti manajer yang berbohong kepada auditor mengenai pelaporan keuangan perusahaan, pengalaman tingkat ketidakjujuran manajer kepada auditor, perselisihan yang sering terjadi antara auditor dengan manajer, dan juga dari keinginan klien untuk mendapatkan persetujuan opinion shopping dan keinginan
manajer
untuk
mencapai
target
ataupun
memperoleh
keuntungan dari proyek yang ada. Pernyataan-pernyataan untuk mengukur red flags dalam penelitian ini menggunakan enam buah pernyataan dengan menggunakan kuesioner dari Moyes (2006). Variabel ini menggunakan skala interval 1-5. Dimana angka 1 menunjukkan Sangat Tidak Setuju (STS), angka 2 menunjukkan
64
Tidak Setuju (TS), angka 3 menunjukkan Cukup Setuju (CS), angka 4 menunjukkan Setuju (S) dan angka 5 menunjukkan Sangat Setuju (SS). Bobot poin dalam penelitian ini ialah poin tertinggi lima (5) untuk Sangat Setuju (SS) dan poin terendah satu (1) untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Dalam variabel ini juga terdapat satu buah pernyataan negatif yaitu pada pernyataan nomor enam (6), dimana poin untuk pernyataan negatif dengan poin tertinggi yaitu lima (5) untuk Sangat Tidak Setuju (STS) dan poin terendah satu (1) untuk Sangat Setuju (SS). 2. Whistleblowing (X 2 ) Whistleblowing ialah upaya atau tindakan yang dilakukan oleh seorang indvidu untuk melaporkan sebuah tindakan yang janggal yang mengindikasikan sebuah tindak kecurangan.Menurut Near and Miceli (1985), whistleblowingdiartikan sebagai pengungkapan oleh anggota organisasi (mantan atau yang masih menjadi anggota) atas suatu praktik ilegal, tidak bermoral, atau tanpa legitimasi dibawah kendali pimpinan kepada individu atau organisasi yang dapat menimbulkan efek tindak perbaikan.Whistleblowing dapat dikatakan sebagai salah satu cara yang cukup mudah untuk mendeteksi adanya fraud (Dimar, 2014). Pernyataan-pernyataan penelitian
ini
untuk
menggunakan
mengukur
delapan
buah
whistleblowing
dalam
pernyataan
dengan
memodifikasi kuesioner dari Nugroho (2015).Variabel ini menggunakan skala interval 1-5. Dimana angka 1 menunjukkan Sangat Tidak Setuju (STS), angka 2 menunjukkan Tidak Setuju (TS), angka 3 menunjukkan
65
Cukup Setuju (CS), angka 4 menunjukkan Setuju (S) dan angka 5 menunjukkan Sangat Setuju (SS). Bobot poin dalam penelitian ini ialah poin tertinggi lima (5) untuk Sangat Setuju (SS) dan poin terendah satu (1) untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Dalam variabel ini juga terdapat satu buah pernyataan negatif yaitu pada pernyataan nomor tujuh (7), dimana poin untuk pernyataan negatif dengan poin tertinggi yaitu lima (5) untuk Sangat Tidak Setuju (STS) dan poin terendah satu (1) untuk Sangat Setuju (SS). 3. Profesionalisme Auditor Internal (X 3 ) Sikap profesionalisme auditor terkait dengan kepatuhan terhadap etika profesi auditor yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).Auditor yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien, termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku dengan
semestinya
sesuai
dengan
standar
profesi
yang
telah
ditetapkan.Dengan adanya sikap profesionalisme diri seseorang, tentunya dapat membuat mereka melakukan pekerjaan dengan lebih maksimal. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi serta melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga (Sawyer, 2006:35) dalam Ayu et al. (2015). Professionalisme auditor internal sangatlah penting, karena apabila tidak adanya perilaku profesional dalam diri
66
auditor internal, maka tentunya akan menjadi sulit untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan. Pernyataan-pernyataan untuk mengukur profesionalisme auditor internal dalam penelitian ini menggunakan sebelas buah pernyataan dengan menggunakan kuesioner dari Kalbers, et al (1995).Variabel ini menggunakan skala interval 1-5. Dimana angka 1 menunjukkan Sangat Tidak Setuju (STS), angka 2 menunjukkan Tidak Setuju (TS), angka 3 menunjukkan Cukup Setuju (CS), angka 4 menunjukkan Setuju (S) dan angka 5 menunjukkan Sangat Setuju (SS). Bobot poin dalam penelitian ini ialah poin tertinggi lima (5) untuk Sangat Setuju (SS) dan poin terendah satu (1) untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Dalam variabel ini juga terdapat dua buah pernyataan negatif yaitu pada pernyataan nomor dua puluh dua (22) dan dua puluh empat (24), dimana poin untuk pernyataan negatif dengan poin tertinggi yaitu lima (5) untuk Sangat Tidak Setuju (STS) dan poin terendah satu (1) untuk Sangat Setuju (SS). 4. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan (Y) Deteksi kecurangan(fraud) ialah suatu tindak mengetahui bahwa fraud terjadi, siapa pelaku, siapa korbannya, dan apa penyebabnya. Kunci pada pendeteksian fraud ialah dapat melihat adanya kesalahan dan ketidakberesan (Karyono, 2013:91). Menurut Amrizal (2004), tindakan pendeteksian kecurangan tidak dapat di generalisir terhadap semua kecurangan. Masing-masing jenis kecurangan memiliki karakteristik sendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya
67
pemahaman yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan.Pada penelitian ini, pendeteksian kecurangan terfokus pada kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan seperti menyajikan laporan keuangan lebih baik dari yang sebenarnya atau menyajikannya lebih buruk dari yang sebenarnya.Tujuannya sendiri ialah dapat untuk menghindari pajak, atau untuk menguntungkan individu atau kelompok tertentu. Pernyataan-pernyataan
untuk
mengukur
variabel
pendeteksian
kecurangan laporan keuangan dalam penelitian ini menggunakan sembilan buah
pernyataan
dengan
menggunakan
kuesioner
dari
Sofia
(2014).Variabel ini menggunakan skala interval 1-5. Dimana angka 1 menunjukkan Sangat Tidak Setuju (STS), angka 2 menunjukkan Tidak Setuju (TS), angka 3 menunjukkan Cukup Setuju (CS), angka 4 menunjukkan Setuju (S) dan angka 5 menunjukkan Sangat Setuju (SS). Bobot poin dalam penelitian ini ialah poin tertinggi lima (5) untuk Sangat Setuju (SS) dan poin terendah satu (1) untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Dalam variabel ini juga terdapat dua buah pernyataan negatif yaitu pada penyataan nomor dua puluh enam (26) dan tiga puluh tiga (33), dimana poin untuk pernyataan negatif dengan poin tertinggi yaitu lima (5) untuk Sangat Tidak Setuju (STS) dan poin terendah satu (1) untuk Sangat Setuju (SS).
68
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel
Indikator
No. Butir Pernyataan
Red Flags
Memahami karakteristik tekanan
1
(X 1 )
Informasi audit
2
(Moyes,
Pengawasan manajemen
3
2006)
Transaksi yang tidak biasa
4, 5
Sistem informasi dan akuntansi
6
Whistleblo-
Partisipasi dalam whistleblowing
7, 8
wing (X 2 )
Perlindungan terhadap whistleblower
9
(Nugroho,
Bukti yang mendukung
10
2015)
Tindak lanjut pelaporan
11, 12, 13
Reward untuk pelapor/whistleblower
14
Dedikasi pada profesi
15, 16, 17
Kewajiban Sosial
18, 19, 20
Internal
Kemandirian
21, 22
(X 3 )
Hubungan dengan sesama profesi
23, 24
Keyakinan terhadap profesi
25
Skala Pengukuran
Skala Interval
Skala Interval
Profesional isme Auditor
(Kalbers, et
Skala Interval
al. 1995) Bersambung pada halaman berikutnya
69
Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel Pendeteksian
Indikator
No. Butir Pernyataan
Pengendalian internal
26, 27
Bagian rawan kecurangan
28
Keuangan
Pelatihan deteksi kecurangan
29
(X 3 ) (Sofia,
Penerapan akuntansi forensik
30
Standar pengauditan
31
Faktor dan bentuk kecurangan
32, 33
Metode dan prosedur audit
34
Kecurangan
Skala Pengukuran
Laporan
2014)
Skala Interval
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang terletak di Graha Sucofindo Lt.3, Jl. Raya Pasar Minggu Kav 34, Pancoran, Jakarta Selatan, 12780.Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung, yakni dengan mendatangi responden baik secara langsung maupun melalui perantara kepada responden yaitu auditor yang sedang pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), dengan latar belakang perusahaan yang berbeda-beda.Alasan peneliti menjadikan auditor internal yang sedang pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dikarenakan auditor internal yang sedang melakukan pelatihan diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih baik secara teori ataupun secara praktik sehingga mampu
memberikan
pendapat
pada
kuesioner
dengan
sebaik-
baiknya.Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai 4 Desember 2015 hingga 17 Desember 2015. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 100buah dengan jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 72buah atau 72%.Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 28 buah atau 28%, hal ini mungkin dikarenakan waktu penyebaran kuesioner yang kurang tepat. Kuesioner yang dapat diolah
71
berjumlah 56 buah atau 77,78%, sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah berjumlah 16 buah atau 22,22%. Gambaran mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5.
Keterangan Jumlah kuesioer yang disebar Jumlah kuesioner yang kembali Jumlah kuesioner yang tidak kembali Jumlah kuesioner yang dapat diolah Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah
Jumlah 100 72 28 56 16
Persentase 100% 72% 28% 77,78% 22,22%
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 2. Karakteristik Profil Responden Responden dalam penelitian ini ialah auditor internal yang sedang mengikuti pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang berlokasi di Graha Sucofindo Lt.3, Jl. Raya Pasar Minggu Kav 34, Pancoran, Jakarta Selatan, 12780.Berikut ini ialah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir serta lama bekerja. a. Deksripsi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Laki-Laki
33
58.9
58.9
58.9
Perempuan
23
41.1
41.1
100.0
Total
56
100.0
100.0
72
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sekitar 33 orang atau 58,9% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya yakni 23 orang atau 41,1% responden berjenis kelamin perempuan. b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir. Tabel 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Cumulative Frequency D-III
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
3
5.4
5.4
5.4
S1
45
80.4
80.4
85.7
S2
7
12.5
12.5
98.2
S3
1
1.8
1.8
100.0
56
100.0
100.0
Total
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ada 3 orang atau sebesar 5,4% responden berpendidikan terakhir D-III, 45 orang atau sebesar 80,4% responden berpendidikan terakhir S-1, 7 orang atau 12,5% responden berpendidikan terakhir S-2 dan 1 orang atau 1,8% responden berpendidikan terakhir S-3. c. Deskripsi responden berdasarkan lama nya bekerja Pada tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan lama bekerja.
73
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
<1 tahun
5
8.9
8.9
8.9
1-3 tahun
17
30.4
30.4
39.3
3-5 tahun
11
19.6
19.6
58.9
>5 tahun
23
41.1
41.1
100.0
Total
56
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ada sekitar 5 orang atau 8,9% responden memiliki pengalaman kerja kurang dari 1 tahun, sebanyak 17 orang atau 30,4% responden memiliki pengalaman sekitar 1-3 tahun, sebanyak 11 orang memiliki pengalaman kerja sekitar 3-5 tahun, dan sebanyak 23 orang atau 41,1% responden memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun.
74
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi red flags, whistleblowing, profesionalisme auditor internal dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan yang diuji menggunakan statistik deskriptif seperti yang terlihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
TRF
56
15.00
30.00
24.5536
3.25811
TW
56
24.00
40.00
30.7500
3.69889
TP
56
32.00
55.00
45.6964
4.83141
TDF
56
27.00
45.00
36.9107
3.60443
Valid N (listwise)
56
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Tabel 4.5 menjelaskan bahwa pada variabel red flags jawaban minimum responden sebesar 15 dan maksimum terbesar 30, dengan ratarata total jawaban 24,5536 dan standar deviasi sebesar 3,25811. Pada variabel whistleblowing jawaban minimum responden sebesar 24 dan maksimum sebesar 40, dengan rata-rata total jawaban 30,7500 dan standar deviasi sebesar 3,69889. Pada variabel profesionalisme auditor internal jawaban minimum responden sebesar 32 dan maksimum sebesar 55, dengan rata-rata total jawaban 45,6964 dan standar deviasi 4,83141. Dan pada variabel pendeteksian kecurangan jawaban minimum 27 dan maksimum sebesar 45, dengan rata-rata total jawaban 36,9107 dan standar deviasi sebesar 3,60443.
75
2. Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan model Pearson Correlation, suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05. Pada tabel berikut ini disajikan hasil uji validitas dari empat variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu red flags (RF), whistleblowing (W), profesionalisme auditor internal (P), dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan (DF), dengan 56 sampel responden. Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Red Flags Nomor Butir Pertanyaan 1 (RF1) 2 (RF2) 3 (RF3) 4 (RF4) 5 (RF5) 6 (RF6)
Pearson Correlation
Sig (2-Tailed)
.578**
.000
.687
**
.000
.562**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
.711 .695 .590
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa variabel red flags mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
76
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Whistleblowing Nomor Butir Pertanyaan 1 (W1) 2 (W2) 3 (W3) 4 (W4) 5 (W5) 6 (W6) 7 (W7) 8 (W8)
Pearson Correlation
Sig (2-Tailed)
.512**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
**
.662
.000
.514**
.000
.544 .663 .634 .633 .634
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel whistleblowing mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Profesionalisme Auditor Internal Nomor Butir Pertanyaan 1 (P1) 2 (P2) 3 (P3) 4 (P4) 5 (P5) 6 (P6) 7 (P7) 8 (P8) 9 (P9) 10 (P10) 11 (P11)
Pearson Correlation
Sig (2-Tailed)
.540**
.000
**
.000
**
.619
.000
.566**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
.728
.655 .691 .625 .649 .533 .544 .516
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel profesionalisme auditor internal mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
77
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kecurangan Nomor Butir Pertanyaan 1 (DF1) 2 (DF2) 3 (DF3) 4 (DF4) 5 (DF5) 6 (DF6) 7 (DF7) 8 (DF8) 9 (DF9)
Pearson Correlation
Sig (2-Tailed)
.542**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
**
.000
**
.558
.000
.327*
.014
**
.000
.610 .745 .726 .477 .543
.717
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa variabel pendeteksian kecurangan laporan keuangan mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. 3. Hasil Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi jawaban responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal apabila nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,7. Tabel 4.10 berikut ini menunjukkan hasil uji realibitas untuk empat variabel penelitian ini. Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Red Flags Whistleblowing Profesionalisme Auditor Internal Pendeteksian Kecurangan
Cronbach's Alpha .700 .724 .822 .754
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Tabel 4.10 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha atas variabel red flags sebesar 0,7, whistleblowing sebesar 0,724, profesionalisme auditor
78
internal sebesar 0,822, dan pendeteksian kecurangan sebesar 0,754. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner ini adalah reliable karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pertanyaan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pertanyaan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya. 4. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Berikut disajikan gambar hasil uji normalitas Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data Primer yang diolah tahun 2015 79
Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan pada gambar berikut ini. Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Pengujian normalitas dengan menggunakan grafik terkadang dapat menyesatkan jika tidak hati-hati karena secara visual dapat terlihat normal namun secara statistik bisa sebaliknya.Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan analisis statistik menggunakan metode uji kolmogorov smirnov digambarkan dalam tabel 4.12 berikut ini.
80
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Nilai Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
56 a,b
Normal Parameters
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
.0000000 2.23714888 .082
Positive
.045
Negative
-.082
Test Statistic
.082
Asymp. Sig. (2-tailed)
.200
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015. Hasil uji normaitas dengan menggunakan uji statistik kolmogorovsmornov (K-S) diatas menunjukkan nilai kolmogorov-smirnov (K-S) sebesar 0,082 dengan nilai signifikansi sebesar 0,200. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi diatas 0,05 (α>0,05) maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, yang artinya data yang diuji dalam penelitian ini bersifat normal karena tidak berbeda dengan normal baku yang artinya H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena tingkat signifikansi yang melebihi 0,05 (α>0,05).
81
b. Hasil Uji Mutikolonieritas Untuk mendeteksi adanya problem multikolonieritas, maka dapat dilakukan dengan melihat adanya nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antara variabel independen. Berikut merupakan tabel hasil uji multikolonieritas Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Model 1
(Constant)
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
9.139
3.321
2.752 .008
TRF
.016
.129
.014
.124 .902
.541 1.847
TW
.076
.127
.078
.597 .553
.433 2.310
TP
.548
.076
.734 7.222 .000
.716 1.396
a. Dependent Variable: TDF
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Berdasarkan tabel 4.12 diatas terlihat bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama bahwa tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
82
c. Hasil Uji Heterokedastisitas Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaann varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka hal tersebut disebut homokedastisitas. Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Berdasarkan gambar 4.3 di atas, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut.Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak untuk digunakan untuk memprediksi pendeteksian kecurangan laporan keuangan
83
berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal. Selain
menggunakan
analisis
grafik
untuk
menguji
heterokedastisitas, peneliti juga menggunakan analisis statistik yaitu dengan uji Glejser yang disajikan pada tabel 4.13 berikut ini Tabel 4.13 Hasil Uji Glejser Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
5.576
1.916
TRF
-.103
.075
TW
-.027
TP
-.010
Beta
t
Sig.
2.911
.005
-.246
-1.378
.174
.074
-.074
-.369
.714
.044
-.035
-.228
.821
a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber: Data Primer yang diolah tahun 2015 Berdasarkan tabel 4.13, terlihat bahwa variabel red flags mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,174, variabel whistleblowing mempunyai nilai signifikansi 0,714, dan variabel profesionalisme auditor internal memiliki tingkat signifikansi 0,821. Nilai-nilai tersebut memiliki tingkat signifikansi di atas 5% atau 0,05. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model persamaan regresi, dan sejalan dengan uji heterokedastisitas menggunakan grafik scatter-plot, sehingga model regresi layak untuk digunakan untuk memprediksi pendeteksian kecurangan laporan keuangan berdasarkan variabel yang
84
mempengaruhinya,
yaitu
red
flags,
whistleblowing,
dan
profesionalisme auditor internal.
5. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis berganda (multiple regression analysis), yaitu: a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model
R
R Square
a
1
.784
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.615
.593
2.30078
a. Predictors: (Constant), TP, TRF, TW b. Dependent Variable: TDF
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Tabel 4.14 menunjukkan nilai Adjusted RSquare sebesar 0,593. Hal
ini
menandakan
bahwa
variasi
variabel
Red
Flags,
Whistleblowing, dan Profesionalisme Auditor Internal hanya bisa menjelaskan sebesar 59,3% variasi variabel Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan. Sedangkan sisanya yaitu 40,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian lain dapat dilakukan untuk mencari faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi pendeteksian kecurangan
85
tersebut seperti skeptisme profesionalisme auditor, peran komite audit, independensi auditor, dan pengendalian internal perusahaan. b. Hasil Uji Statistik t Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda. Regresi berganda dalam penelitian ini dapat dilihat pada Hasil Uji Statistik Parameter Individual (Uji t) dalam tabel 4.15 berikut ini: Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B (Constant)
Std. Error
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Tolerance
VIF
9.139
3.321
2.752 .008
TRF
.016
.129
.014
.124 .902
.541 1.847
TW
.076
.127
.078
.597 .553
.433 2.310
.076
.734 7.222 .000
.716 1.396
1 TP .548 a. Dependent Variable: TDF
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015 Berdasarkan tabel 4.15, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut: Y= (9.139) + (0,016)X 1 + (0,076)X 2 + (0,548)X 3 Persamaan regresi linear berganda di atas memiliki nilai positif pada konstanta yaitu 9,139, yang menyatakan bahwa apabila red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal bernilai nol, maka pendeteksian kecurangan laporan keuangan akan bernilai positif. Model tersebut mengandung arti bahwa setiap terjadi kenaikan satu unit skor penerapan variabel red flags atau sebesar 0,016, maka 86
akandiikuti dengan meningkatnya pendeteksian kecurangan laporan keuangan sebesar 9,139 dengan asumsi bahwa variabel whistleblowing dan profesionalisme auditor internal dalam kondisi tetap. Selanjutnya, setiap
terjadi
kenaikan
satu
unit
skor
penerapan
variabel
whistleblowing atau sebesar 0,076, maka akan diikuti dengan meningkatnya pendeteksian kecurangan laporan keuangan sebesar 9,139 dengan asumsi bahwa variabel red flags dan profesionalisme auditor internal dalam kondisi tetap.
Dan terakhir, setiap terjadi
kenaikan satu unit skor penerapan variabel profesionalisme auditor internal atau sebesar 0,548, maka akan diikuti dengan meningkatnya pendeteksian kecurangan laporan keuangan sebesar 9,139 dengan asumsi bahwa variabel red flags dan whistleblowingdalam kondisi tetap. Berdasarkan hasil persamaan regresi diatas, hasil penelitian ini menunjukkan profesionalisme
bahwa
variabel red
auditor
internal
flags,
memiliki
whistleblowing, pengaruh
dan
terhadap
pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Artinya, semakin besar nilai dari variabel-variabel independen tersebut, maka akan semakin meningkatkan pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Selanjutnya, penelitian ini juga menggunakan uji statistik t yang digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probabilitas t-statistik lebih besar dari
87
0,05maka tidak ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan). Sedangkan jika nilai probabilitas t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009:85). Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis 1, 2 dan 3. Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh Red Flags terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.15 untuk variabel red flags mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,902. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel red flags tidak berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel ini lebih besar dari 0,05, maka dengan demikian H 1 ditolak. Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh Whistleblowing terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.15 untuk variabel whistleblowing memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,553. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel whistleblowing tidak berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel ini lebih besar dari 0,05, maka dengan demikian H 2 ditolak.
88
Hasil Uji
Hipotesis 3: Pengaruh
Profesionalisme Auditor
Internalterhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.15 untuk variabel profesionalisme auditor internal memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel profesionalisme auditor internal berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel ini lebih kecil dari 0,05, maka dengan demikian H 3 diterima. c. Hasil Uji Statistik F Hasil uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen dalam model regresi secara bersma-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi
α=0,05. Berikut ini disajikan hasil uji statistik F terhadap variabel Y, X 1 , X 2 , dan X 3 . Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik F ANOVAa Model
Sum of
Df
Mean
Squares
1
F
Sig.
Square
Regression
439.288
3
146.429
Residual
275.266
52
5.294
Total
714.554
55
27.662
.000b
a. Dependent Variable: TDF b. Predictors: (Constant), TP, TRF, TW
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2015
89
Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh Red Flags, Whistleblowing, dan Profesionalisme
Auditor
Internal
terhadap
Pendeteksian
Kecurangan Laporan Keuangan Tabel 4.16 memperlihatkan nilai signifikansi hasil uji F sebesar 0,000 yang memiliki nilai lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti dalam penelitian ini menerima H 4 , sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Red Flags, Whistleblowing, dan Profesionalisme Auditor Internal
berpengaruh
secara
simultan
terhadap
Pendeteksian
Kecurangan Laporan Keuangan. Karena itu, dapat dikatakan pula bahwa pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan dapat diukur melalui red flags yang terlihat sebagai tanda awal kecurangan, whistleblowing yang dilaporkan kemudian ditindaklanjuti oleh perusahaan, dan profesionalisme auditor internal guna mendukung red flags dan whistleblowing agar mampu mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. C. Pembahasan 1. Pengaruh Red Flags terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan. Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel red flags mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,902.Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan, dapat dilihat bahwa variabel red flags tidak memiliki pengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Hal ini berarti menolak H 1 karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel red flags
90
lebih besar dari 0,05. Hal ini dapat disebabkan karena red flags yang muncul belum cukup dapat mewakilkan kebenaran tentang adanya kecurangan dalam perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Moyes (2006) yang menyimpulkan bahwa dari 42 red flags, 13 red flags tidak efektif untuk mendeteksi fraud laporan keuangan (5 dari incentive or pressure red flags, 4 dari opportunity red flags, dan 4 dari attitude or rationalization red flags). 2. Pengaruh Whistleblowing terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel whistleblowing mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,553.Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan, dapat dilihat bahwa variabel whistleblowing tidak memiliki pengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Hal ini berarti menolak H 2 karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel whistleblowing lebih besar dari 0,05. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya keengganan seseorang untuk melakukan whistleblowing, adanya keraguan terhadap perlindungan whistleblower
pada
sebuah
perusahaan,
dan
belum
efektifnya
whistleblowing system pada sebuah perusahaan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dimar (2014) yang menyebutkan bahwa whistleblowing merupakan salah satu cara untuk melakukan tindakan pencegahan dan pendeteksian fraud. Namun, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan
91
Winny (2009) yang menyebutkan bahwa fraud early warning system (FEWS) yang dalam penelitian ini mengarah pada whistleblowing, menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas bisnis yang mengarah terhadap tindakan fraud. 3. Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel profesionalisme auditor internal mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000.Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan, dapat dilihat bahwa profesionalisme auditor internal memiliki pengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Hal ini berarti H 3 diterima, yang artinya bahwa semakin tinggi tingkat profesionalisme seorang auditor internal, maka akan semakin dapat mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiyastuti (2009) yang menyatakan bahwa semakin meningkatnya profesionalisme seorang auditor dalam menjalankan tugasnya, maka kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan juga meningkat. Begitupun dalam penelitian yang dilakukan oleh Ayu et.al (2015) yang menyebutkan bahwa semakin tinggi sikap profesionalisme seorang auditor internal dalam menjalankan tanggung jawabnya, maka akan meningkatkan pendeteksian kecurangan.
92
4. Pengaruh red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Hasil uji hipotesis 4 menunjukkan bahwa Red Flags, Whistleblowing dan Profesionalisme Auditor Internal berpengaruh secara simultan terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti menerima H 4 , sehingga dapat dikatakan bahwa pendeteksian kecurangan laporan keuangan dapat diukur melalui red flags yang muncul sebagai tanda awal adanya kecurangan, whistleblowing yang dilaporkan kemudian ditindaklanjuti oleh perusahaan, dan profesionalisme auditor internal guna mendukung red flags dan whistleblowing agar mampu mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan.
93
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi pengaruh red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Responden yang digunakan dalam penelitian ini ialah 56 orang auditor internal yang sedang melakukan pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA). Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Tidak terdapat pengaruh antara red flags terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Hasil ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moyes (2006).
2.
Tidak terdapat pengaruh antara whistleblowing terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Hasil ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo dan Winny (2009).
3.
Terdapat pengaruh antara profesionalisme auditor internal terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Hasil ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widiyastuti (2009) dan Ayu et.al (2015).
4.
Terdapat pengaruh antara red flags, whistleblowing, dan profesionalisme auditor internal terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Hasil ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
94
Moyes (2006), Wibowo dan Winny (2009), Widiyastuti (2009), dan Ayu et.al (2015) B. Saran Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih baik dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal, diantaranya: 1.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabelvariabel yang lebih berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Dimana pendeteksian kecurangan sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti skeptisme profesionalisme auditor, peran komite audit, independensi auditor, dan pengendalian internal perusahaan.
2.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas daerah survei untuk mendapatkan responden lebih banyak, sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat menggambarkan banyak latar belakang perusahaan yang berbeda-beda.
3.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data wawancara dari beberapa auditor yang menjadi responden penelitian agar dapat memperoleh data yang lebih nyata dan mampu memberikan pertanyaanpertanyaan yang lebih menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.
95
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, “Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik)”,Edisi Ketiga, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Amrizal, “Pencegahan Auditor”,2004.
Dan
Pendeteksian
Kecurangan
Oleh
Internal
Antara News, “Komisaris Bongkar Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan PT Kereta Api”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2015, dari http://www.antaranews.com/berita/38743/komisaris-bongkar-dugaanmanipulasi-laporan-keuangan-pt-kereta-api. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, “Auditing and Assurance Services and The Integrated Approach”, 13th edition, Pearson Edication Inc, Upper Saddle River, New Jersey, 2010. Ayu,
Rizky, Pupung Purnamasari, dan Hendra Gunawan, “Pengaruh Profesionalisme Dan Independensi Auditor Internal Terhadap Pendeteksian Fraud Assets Missapropriation”, Prosiding Penelitian SPeSIA Universitas Islam Bandung, 2015.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam),“Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2015, dari http://www.bapepam.go.id/old/old/news/Des2002/PR_27_12_2002.PD F Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam),“Siaran Pers Hasil Pemeriksaan Kasus Laporan Keuangan Dan Perdagangan Saham PT. Bank Lippo tbk 17 Maret 2003”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2015, dari http://www.bapepam.go.id/old/old/news/Maret2003/PR_LIPPO.pdf Boynton, William C. And Raymond N. Johnson, “Modern Auditing: Assurance Services and The Integrity of Financial Reporting”, 8th Edition, John Wiley&Sons Inc., United States of Amerika, 2009. Dimar, Muhammad,“Persepsi Aparatur Pemerintah Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang Terhadap Fraud Dan Peran Whistleblowing Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pendeteksian Fraud”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Universitas Brawijaya Malang, 2014. Faizal, Ahmad, “Jaringan pembobol Kredt Bank Danamon Rp 12 Miliar Dibekuk”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2015,
96
dari http://regional.kompas.com/read/2014/04/22/1854125/Jaringan.Pembob ol.K Financial Bisnis, “Toshiba Diguncang Skandal Akuntansi Senilai US$ 1,2 Miliar”, artikel diakses pada tanggal 25 September 2016, dari http://finansial.bisnis.com/read/20150721/9/455185/toshiba-diguncangskandal-akuntansi-senilai-us12-miliar. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”, Salemba Empat, Jakarta, 2011. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 21”, Salemba Empat, Jakarta, 2013. Hamid, Abdul, “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. Hegazy, Mohamed Abd El Aziz, Rasha Kassem, ”Fraudulent Financial Reporting: Do Red Flags Really Help”, Journal of Economics and Engineering, ISSN: 2078-0346, December 2010. Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Profesional Akuntan Publik”, Salemba Empat, Jakarta, 2001. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2009. Jalil, Fitri Yani, “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor TerhadapIntensi Melakukan Whistleblowing: Locus of Control Sebagai Variabel Pemoderasi”, Simposium Nasional Akuntansi XVI, Manado, 2013. Kalbers, Lawrence P, Fogarty, Timothy J, “Professionalism And It’s Consequences: A Study of Internal Auditors”, Proquest, 1995. Karyono, “Forensic Fraud”,Andi, Yogyakarta, 2013. Koornhof and D du Plessis, “Red Flaggging As Indicator Of Financial Statement Fraud: The Perspective of Investor and Lenders”, Meditari Accountancy Research, Vol.8: 69-93, 2000. Koroy, Tri Ramaraya,“Pendekatan Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan Oleh Auditor Eksternal”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, Mei 2008.
97
Kurniawan, Albert, “SPSS, Serba-Serbi Analisis Statistika Dengan Cepat Dan Mudah”, Jasakom, 2011 Moyes, Glen D. and Ping Lin, “Internal Auditors and Perceptions of The Effectiveness of Red Flags to Detect Fraudulent Financial Reporting”, 2006. Mutmainah, Siti, “Minat Perilaku Pengungkapan Tindak Pelanggaran (Whistleblowing)”, Jurnal Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang, 2010. Nasution, Hafifah dan Fitriany, “Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan Audtitor Dalam Mendeteksi Kecuranganí”,Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin, 2012. Natalia, Devina, “Peran Sikap Profesionalisme Auditor Internal Dalam Mengungkap Temuan Audit”, Jurnal Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol. 1, No. 2, 2012. Near, J. P., dan M. P., Miceli, “Organizational Dissidence: The Case of Whistleblowing”, Journal of Bussiness Ethics, 1985. Novian, Fanny,“Pentingnya Red Flag Bagi Auditor Independen Untuk Mendeteksi Kecurangan dalam Laporan Keuangan”,Jurnal Akuntansi, Vol 1 No.3, Mei 2012. Nugroho, Oktaviari Vredy, “Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Fraud Dengan Perilaku Etis Sebagai Variabel Intervening Pada PT Pagilaran”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Yogyakarta, 2015. Okezone Finance, “Direksi Timah Dituding Manipulasi Laporan Keuangan”, artikel dikases pada tanggal 25 September 2016 dari http://economy.okezone.com/read/2016/01/27/278/1298264/direksitimah-dituding-manipulasi-laporan-keuangan. Priantara, Diaz, “Fraud Auditing and Investigation”, Mitra Wacana Media, 2013. Qodir, Abdul, “Nazaruddin Beberkan Rincian Aliran Dana Korupsi Hambalang ke KPK”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2015 dari http://www.tribunnews.com/nasional/2013/11/15/nazaruddin-beberkanrincian-aliran-dana-korupsi-hambalang-ke-kpk Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Koputindo, Jakarta, 2004.
98
Saputra, Rio Rizqy Dwi, “Persepsi Pegawai PT. ASABRI (Persero) Jakarta Terhadap Fraud Dan Whistleblowing Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pendeteksian Fraud Sejak Dini”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Universitas Brawijaya Malang, 2014. Sawyer, “Internal Auditing”, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Sofia, Irma Paramita, “Persepsi Auditor Internal Dan Eksternal Mengenai Efektivitas Metode Pendeteksian Dan Pencegahan Tindakan Kecurangan Keuangan”, 3rdEconomics And Bussiness Research Festival, ISBN: 978979-3775-55-5, 2014 Suartana, I Wayan, “Pengalaman Audit, Red Flags Dan Urutan Bukti”, Jurnal Maksi, Vol 09 No 02 Halaman 190-202, Agustus 2009. Suharli, Michell, “Audit Finansial, Audit Manajemen Dan Sistem Pengendalian Internal”, Jurnal, Jakarta, 2008. Sumardi dan Pancawati Hardiningsih, "Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Dan Kepuasan Kerja: Studi Kasus Auditor BPKP”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi,Vol. 9, No.1, Hal. 1-25, 2002 Valli, “10 Majors Accounting Scandals”, artikel diakses pada tanggal 23 Februari 2015, dari http://bizcovering.com/history/10-major-accounting-scandals/ Widjaja, Amin,“Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing)”,Rineka Cipta, 1992. Widjaja, Amin, “Dasar-Dasar Fraud Auditing”,Harvarindo, 2013. Wahono, Tri, “Hadi Poernomo sebut Bank Mutiara Bermasalah”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2015, dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/21/2105019/Hadi.Poer no Wibawa, Anisa, “Bank Panin Bantah Fraud”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2015 dari http://keuangan.kontan.co.id/news/bank-panin-bantahfraud-senilai-rp-30-miliar Wibowo dan Winny Wijaya, “Pengaruh Penerapan Fraud Early Warning System (FEWS) Terhadap Aktivitas Bisnis Perusahaan”, Jurnal Informasi Perpajakan, Akuntansi Dan Keuangan Publik, Vol. 4. No.2, Hal 77-111, 2009.
99
Widiyastuti, Marcellina dan Sugeng, “Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesionalisme terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan”, Value Added, Vol.5, No.2, Maret 2009-Agustus 2009. Wikanto, Adi, “Deposito Hilang, Taspen Siap Menuntut Bank Mandiri”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2015 dari http://keuangan.kontan.co.id/news/deposito-hilang-taspen-siap-menuntutbank-mandiri-1
100
101
LAMPIRAN-LAMPIRAN
101
102
103
KUESIONER PENELITIAN
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M
104
Hal: PermohonanPengisianKuesioner
Jakarta, 3 Desember2015
KepadaYth, Bapak/Ibu/Sdr/i Responden Di Tempat
Denganhormat, Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya: Nama
: MustikaDewi
NIM
: 1111082000128
Fakultas/Jurusan
: Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi
Bermaksud melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi sebagai indikator kelulusan
studi
saya.Untuk
itu,
saya
sangat
mengharapkan
kesediaan
Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian
dan
tidak
digunakan
sebagai
penilaian
kinerja
di
tempat
Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian. Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i merupakan faktor kunci untuk mengukur variabel-variabel yang berkaitan dalam penelitian skripsi saya.
105
Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini, Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya melalui telepon atau email yang tertera dibawah.Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam eksperimen ini, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya, Peneliti
(MustikaDewi)
Apabilaadakritikdan saran dapatmenghubungiMustikaDewi (089667439141) Email:
[email protected]
106
Berilahtandatick
mark
()
padapernyataan
di
bawahinisesuaidenganpenilaiananda, dimana: 1= Sangat Tidak Setuju (STS)
4= Setuju (S)
2= Tidak Setuju (TS)
5= Sangat Setuju (SS)
3= Cukup Setuju (CS) No.
Pernyataan
1.
Saya akan bersikap kritis ketika mengetahui perusahaan memberikan tekanan yang berlebih kepada manajemen untuk mencapai target keuangan Saya membutuhkan banyak informasi dari perusahaan tanpa adanya pembatasan data yang berhubungan dengan audit Manajemen yang berselisih dengan auditor mengenai akuntansi, auditing, atau masalah pelaporan keuangan perlu ditelusuri penyebabnya Saya perlu waspada saat mengetahui adanya transaksi yang signifikan, kompleks dan tidak biasa Saya perlu mengidentifikasi akun di bank yang besarnya signifikan untuk alasan bisnis yang tidak jelas Sistem informasi dan akuntansi yang tidak efektif dalam perusahaan merupakan hal yang wajar Saya tidak akan berpartisipasi aktif untuk ikut melaporkan apabila menemukan adanya pelanggaran dan kecurangan Ditempat saya bekerja, direksi dan para manajer ikut aktif memantau whistleblowing
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
STS
TS
CS
S
SS
107
No.
Pernyataan
9.
Saya tidak takut untuk melaporkan pelanggaran atau kecurangan yang terjadi karena ada kebijakan mengenai perlindungan pelapor whistleblowing (whistleblower) Saya berani melaporkan tindak kecurangan karena saya memiliki bukti yang mendukung Tindak kecurangan yang saya laporkan harus dilakukan investigasi lebih lanjut Ditempat saya bekerja, whistleblowing ditangani oleh petugas khusus yang independen Saya harus menerima informasi perkembangan penanganan hasil tindak kecurangan yang saya laporkan Saya termotivasi untuk melaporkan tindak kecurangan karena adanya insentif Saya menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses pengendalian internal Saya selalu berpegang teguh pada peraturan yang berkaitan dengan profesi sayasebagai auditor Saya merasa riskan apabila meninggalkan pekerjaan
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17. 18.
19.
20.
STS
TS
CS
S
SS
Kesadaran auditor tentang peran profesinya di masyarakat akan menumbuhkan sikap mental untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin Dalam melaksanakan audit, saya harus menunjukkan sikap transparansi Saya harus menunjukkan sikap loyalitas kepada perusahaan tempat saya bekerja
108
No.
Pernyataan
21.
Dalam melaksanakan audit, saya harus yakin pada kemampuan diri sendiri Hasil audit yang saya lakukan tidak sesuai dengan fakta Saya harus melakukan komunikasi dengan rekan kerja lainnya Saya tidak mendukung adanya organisasi ikatan internal audit Saya mendapat kepuasan batin dengan profesi sayasebagai auditor internal Saya tidak memahami struktur pengendalian internal perusahaan Perlu adanya review secara berkala terhadap pengendalian internal dan perbaikannya Saya perlu melakukan review terhadap bagian yang rawan tindakan kecurangan keuangan Auditor perlu diberikan pelatihan pencegahan dan pendeteksian tindak kecurangan Perlu adanya penerapan akuntansi forensik dalam perusahaan Perlu adanya standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan Saya mampu menelusuri faktorfaktor penyebab kecurangan Saya tidak mampu memperkirakan bentuk-bentuk kecurangan yang dapat terjadi Saya harus menggunakan metode dan prosedur audit secara efektif
22. 23. 24. 25.
26. 27.
28.
29.
30. 31.
32. 33.
34.
STS
TS
CS
S
SS
109
IDENTITAS RESPONDEN Nama
: ………………………….
JenisKelamin
:
Nama Instansi
: ………………………….
Umur
: ……….. tahun
Pendidikan Terakhir
:
D3
Saya adalah auditor internal
:
Ya
Pengalaman Kerja
:
< 1 tahun
Laki-laki
Perempuan
S1
S2
S3
Tidak 1-3 tahun
3-5 tahun
> 5 tahun
-Terima Kasih-
110
LembarJawabanRespondenUntukRed Flags No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
RF
RF2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 5 5 3 2 1 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 5 4
RF3 5 4 4 2 2 5 4 4 4 5 4 4 4 2 4 5 5 4 4 2 5 5 4 2 2 2 3 2 2 5 2 5 4 4 4 4 4 5 5
RF4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 3 4 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5
RF5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 3 4 2 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5
RF6 4 5 4 4 5 4 3 3 5 5 4 3 4 4 5 5 5 4 2 5 5 5 4 2 2 4 3 5 2 5 5 4 5 4 5 4 3 4 5
5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 2 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 4 3 4 2 5 5 4 4 4 5 4 2 5 5
111
No 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
RF
RF2 4 2 3 4 2 3 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 5
RF3 5 5 4 3 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5
RF4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5
RF5 5 5 5 4 2 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5
RF6 5 1 3 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5
4 5 5 2 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4
112
Lembar Jawaban Responden Untuk Whistleblowing No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
W1
W2 5 4 2 4 4 4 4 5 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 2 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 2 4 5
W3 4 2 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 1 4 3 3 4 4 4 5 5 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4
W4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
W5 5 4 4 2 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5
W6 5 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5
W7 5 5 4 3 3 4 3 3 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 3 5 4 3 3 4 5 4 4 5 2 5 4 3 4 4
W8 5 4 4 3 3 4 3 4 5 4 4 4 4 2 4 5 5 4 5 4 5 5 4 2 4 4 3 3 2 4 4 4 5 2 5 4 4 4 3
2 1 2 3 2 1 2 2 3 1 2 3 3 4 2 4 4 4 3 4 5 5 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 1 3 4 2 2 1 2
113
No 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
W1
W2 4 5 5 5 2 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4
W3 1 3 3 3 4 4 4 4 4 5 3 3 4 3 5 3 4
W4 5 5 5 2 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4
W5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 3 4
W6 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5
W7 5 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4
W8 3 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4
2 1 3 1 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 5 3 3
114
Lembar Jawaban Responden Untuk Profesionalisme Auditor Internal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
P1
P2 4 5 4 4 5 4 4 3 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 2 4 4 3 3 5 4 5 4 5 4 4 4 3 5 3 4 5 4 5 4
P3 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 3 4 5 5 5 4 5 3 4 5 4 5 4 4 5 1 3 4
P4 5 5 3 4 5 4 3 2 3 5 2 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5 3 3 4 2 1 4 2 4 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 5 1 5 4
P5 5 4 4 3 5 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 5 5 5 2 4
P6 5 4 4 4 5 4 2 3 2 5 4 5 4 3 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 3 4 5 5 5 4 5 3 4 4 4 3 4 3 3 2 4 4
P7 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 3 5 4 4 3 3 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 1 5
P8 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 3 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 2 4 3 5 4 5
P9 5 5 4 2 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4
5 5 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4
P10 5 5 4 3 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 2 2 4 4 5 5 5 3 5 5 4 3 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 3 4
115
P11 5 4 4 2 4 4 3 4 4 5 4 3 3 4 4 5 5 4 3 5 5 5 4 3 2 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 5 4 5 5
No 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
P1
P2 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5
P3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
P4 4 3 3 3 3 4 4 5 4 4 4 3
P5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4
P6 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
P7 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
P8 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
P9 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
P10 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4
116
P11 3 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 3
Lembar Jawaban Responden Untuk Pendeteksian Kecurangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
DF1
DF2 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 5 5 4 2 5 5 4 3 4 4 5 5 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3
DF3 4 5 5 2 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 3 3 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 2 5
DF4 5 4 4 2 5 4 3 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 3 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 3 3 4
DF5 5 5 5 3 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 3 4 5 4 5 4 2 5 4 4 5 4 1 4
DF6 4 3 3 3 5 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 5 5 4 3 5 4 4 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4
DF7 5 4 4 3 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 3 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4
DF8 4 4 2 4 4 4 3 3 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 3 5 5 4 5 3 4 4 3 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 4
DF9 4 4 3 4 3 4 3 3 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 5 5 4 5 2 4 4 3 3 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3
5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 2 4
117
No 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
DF1
DF2 2 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4
DF3 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4
DF4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
DF5 4 4 4 4 3 3 5 4 4 3 3 4
DF6 4 3 3 3 3 3 5 4 4 4 3 3
DF7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
DF8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
DF9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4
118
Hasil Uji Validitas Red Flags Correlations RF1 RF1
Pearson Correlation
RF2 1
Sig. (2-tailed) N RF2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
RF3
TRF
.343**
.203
.302*
.313*
.001
.578**
.010
.133
.024
.019
.995
.000
56
56
56
56
56
56
1
*
.336
*
.336
.256
.229
.011
.011
.057
.089
.000 56
.010
**
.687
56
56
56
Pearson Correlation
.203
.336
*
1
.326
*
.254
.216
Sig. (2-tailed)
.133
.011
.014
.059
.110
.000
56
56
56
56
56
56
56
*
*
*
1
**
**
.711**
.004
.000
.000
56
56
56
1
**
.695**
.005
.000
Pearson Correlation
.302
.336
.326
Sig. (2-tailed)
.024
.011
.014
56
56
56
56 **
.383
.493
**
.562
Pearson Correlation
*
.313
.256
.254
Sig. (2-tailed)
.019
.057
.059
.004
56
56
56
56
56
56
56
**
**
1
.590**
.383
.001
.229
.216
Sig. (2-tailed)
.995
.089
.110
.000
.005
56
56
56
56
56
56
56
.578**
.687**
.562**
.711**
.695**
.590**
1
.000
.000
.000
.000
.000
.000
56
56
56
56
56
56
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.493
.369
.369
Pearson Correlation
N TRF
RF6
56
N RF6
.343
RF5
56
N RF5
**
RF4
56
N RF4
56
RF3
.000
56
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
119
Hasil Uji Validitas Whistleblowing Correlations W1 W1
Pearson Correlation
W2 1
Sig. (2-tailed) N W2
Pearson Correlation
.098
Sig. (2-tailed)
.471
N W3
.295
.198
.137
.097 .512**
.027
.144
.313
.477
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
*
**
56
.214
.181
.266
.253
.113
.183
.048
.001
.185
.000
56
56
56
56
56
56
56
1
**
**
**
*
.253
56
56
**
.214
.001
.113
.000
56
56
56
Pearson Correlation
.295*
.181
Sig. (2-tailed)
.027
.617
.364
.504
.422
**
.155
.038
.180 .544
**
.271
.198 .663
.000
.006
.000
.043
.143
.000
56
56
56
56
56
56
56
**
1
.321
**
.205
.112 .634
.016
.004
.129
.411
.000
56
56
56
56
56
56
.364**
.321*
1
.314*
.527**
.183
.006
.016
.018
.000
.226
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
56
Pearson Correlation
.198
.266
*
1
Sig. (2-tailed)
.144
.048
.000
.004
.018
56
56
56
56
56
Pearson Correlation
.137
**
*
**
Sig. (2-tailed)
.313
Pearson Correlation
.428
*
**
.504
**
.374
*
.314
.374
**
.346
**
.164 .633**
**
.138 .634
.009
.310
.000
56
56
56
56
**
1
.001
.043
.129
.000
.009
56
56
56
56
56
56
56
Pearson Correlation
.097
.180
.198
.112
.164
.138
.223
1 .514**
Sig. (2-tailed)
.477
.185
.143
.411
.226
.310
.098
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
56
**
**
**
**
**
**
**
**
1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.512
.544
.663
.634
.633
.346
.223 .662**
.205 .527
N
.422
.617
.271
N
TW
TW
.001
Sig. (2-tailed)
N
W8
W8
.038
.155
N
W7
W7
.471
1
.428
W6 *
.278
.278
N
W6
W5 **
.098
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
W5
56
W4 *
*
N W4
56
W3
.634
.662
.098
.000
56
56
.514
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
120
56
Hasil Uji Validitas Profesionalisme Auditor Internal Correlations P1 P1
Pearson Correlation
P2
P4
P5
P6
P7
**
.131
.247
.249
.335
.271
*
.041
.063
.336
.009
.000
.338
.067
.064
.011
.043
.763
.643
.011
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
**
1
1
Sig. (2tailed) N P2
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
P3
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
P4
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
P5
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
P6
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
.346
P3 **
.346
.009
.489
**
*
.519
.300
**
.569
**
.544
P8 *
*
.310
P9
**
.342
P10
*
P11
*
TP *
**
.540
**
.269
.321
.256 .728
.000
.025
.000
.000
.020
.010
.045
.016
.056
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
56
.113 .407**
.164
.229
.291*
.200
.275*
.153 .619**
.406
.002
.226
.089
.030
.140
.040
.259
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
.182 .477**
.277*
.579**
.179
.000
.039
56
56
56
.489**
.519**
1
.000
.000
56
56
56
56
.131
.300*
.113
1
.338
.025
.406
56
56
56
56
56
56
56
.247 .569**
.407**
.182
1
.394**
.467**
.003
.191 .448**
.222 .566**
.000
.159
.001
.100
.000
56
56
56
56
56
.116 .392**
.240
.268*
.655**
.000
.395
.003
.075
.046
.000
.067
.000
.002
.179
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
.249 .544**
.164
.477**
.394**
1
.579**
.369**
.367**
.319*
.287*
.691**
.064
.000
.226
.000
.003
.000
.005
.005
.016
.032
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
Bersambung ke halaman selanjutnya
121
P7
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
P8
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
P9
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
P1
Pearson
0
Correlation Sig. (2tailed) N
P1
Pearson
1
Correlation Sig. (2tailed) N
TP
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
.335*
.310*
.229
.277*
.467**
.579**
.011
.020
.089
.039
.000
.000
56
56
56
56
56
56
*
.271
**
.342
*
.291
**
.579
.261 .380**
.193
.271* .625**
.052
.004
.155
.043
.000
56
56
56
56
56
56
.116 .369
**
.261
1
1
.043
.010
.030
.000
.395
.005
.052
56
56
56
56
56
56
56
.041
.269*
.200
.191 .392**
.367**
.763
.045
.140
.159
.003
56
56
56
56
.063
.321*
.275*
.643
.016
56
**
.402
**
*
.548
.283
**
.649
.002
.000
.035
.000
56
56
56
56
56
.380**
.402**
1
.193
.271* .533**
.005
.004
.002
.155
.043
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
.448**
.240
.319*
.193 .548**
.193
1
.040
.001
.075
.016
.155
.000
.155
56
56
56
56
56
56
56
56
56
.336*
.256
.153
.222
.268*
.287*
.271*
.283*
.271*
.060
1 .516**
.011
.056
.259
.100
.046
.032
.043
.035
.043
.662
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
.540**
.728**
.619**
.566**
.655**
.691**
.625**
.649**
.533**
.544**
.516**
1
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
.060 .544**
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
122
.662
.000
56
56
56
Hasil Uji Validitas Pendeteksian kecurangan Correlations DF1 DF1 Pearson Correlation
DF2
1
Sig. (2-tailed) N
56 *
DF2 Pearson Correlation
.338
Sig. (2-tailed)
.011
N
DF3 *
DF4
DF5
TDF
.078
.134
.234
.181
.267
.011
.015
.086
.570
.326
.083
.181
.046
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
56
1
**
**
.054
.222
.118
**
.610**
.000
.000
.693
.100
.387
.579
.004
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
1
**
**
**
.105
56
56
*
**
.648
.648
.451
.015
.000
56
56
56
DF4 Pearson Correlation
.232
**
**
Sig. (2-tailed)
.086
.000
.000
56
56
56 **
.222
.451
.635
.344
.635
.344
-.076 .380
**
-.079 .527
**
.542
**
.745
.010
.002
.442
.563
.000
.000
56
56
56
56
56
56
56
.222
**
.183
**
.726**
.100
.008
.177
.957
.000
.000
56
56
56
56
56
56
1
**
.237
.009
.161 .477**
.001
.079
.948
.234
.000
56
56
56
56
56
**
.543**
1
56
.078
.054
Sig. (2-tailed)
.570
.693
.010
.100
56
56
56
56
56
**
**
**
.400
.400
*
.000
DF5 Pearson Correlation
DF6 Pearson Correlation
.134
.222
Sig. (2-tailed)
.326
.100
.002
.008
.001
56
56
56
56
56
N
DF9
.232
Sig. (2-tailed)
N
DF8
.324
.324
N
DF7
.338
DF3 Pearson Correlation
N
DF6
*
.354
.450
.354
.450
1
56
.124
-.007 .661
-.073 .384
.361
.591
.003
.000
56
56
56
56
1
**
*
.298
.558**
.000
.026
.000
DF7 Pearson Correlation
.234
.118
.105
.183
.237
.124
Sig. (2-tailed)
.083
.387
.442
.177
.079
.361
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
**
1
.127
.327*
.350
.014
56
56
N DF8 Pearson Correlation
.181
-.076
-.079
-.007
.009
-.073
Sig. (2-tailed)
.181
.579
.563
.957
.948
.591
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
*
**
**
**
.161
**
*
.298
.127
1 .717** .000
N DF9 Pearson Correlation
.267
Sig. (2-tailed)
.046
.004
.000
.000
.234
.003
.026
.350
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
**
**
**
**
**
**
**
*
**
1
N TDF Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.542
.380
.610
.527
.745
.661
.726
.477
.384
.638
.638
.543
.558
.327
.717
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.014
.000
56
56
56
56
56
56
56
56
56
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
123
56
Hasil Uji Reliabilitas Red Flags Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .700
6
Hasil Uji Reliabilitas Whistleblowing Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .724
8
Hasil Uji Reliabilitas Profesionalisme Auditor Internal Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .822
11
Hasil Uji Reliabilitas Pendeteksian Kecurangan Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .754
9
124
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
125
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
56 a,b
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation
2.23714888
Most Extreme Differences Absolute
.082
Positive
.045
Negative
-.082
Test Statistic
.082
Asymp. Sig. (2-tailed)
.200
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Hasil Uji Multikolonieritas a
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B (Constant)
Std. Error
9.139
3.321
TRF
.016
.129
TW
.076
TP .548 a. Dependent Variable: TDF
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
2.752
.008
.014
.124
.902
.541 1.847
.127
.078
.597
.553
.433 2.310
.076
.734 7.222
.000
.716 1.396
126
Hasil Uji Heterokedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot
Hasil Uji Heterokedastisitas Menggunakan Uji Glejser Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
5.576
1.916
TRF
-.103
.075
TW
-.027
TP
-.010
Beta
t
Sig.
2.911
.005
-.246
-1.378
.174
.074
-.074
-.369
.714
.044
-.035
-.228
.821
a. Dependent Variable: AbsUt
127
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) b
Model Summary Model
R
R Square
a
1
.784
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.615
.593
2.30078
a. Predictors: (Constant), TP, TRF, TW b. Dependent Variable: TDF
Hasil Uji Statistik t a
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
9.139
3.321
TRF
.016
.129
TW
.076
TP .548 a. Dependent Variable: TDF
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Tolerance
VIF
2.752
.008
.014
.124
.902
.541 1.847
.127
.078
.597
.553
.433 2.310
.076
.734
7.222
.000
.716 1.396
1
Hasil Uji Statistik F ANOVAa Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
439.288
3
146.429
Residual
275.266
52
5.294
Total
714.554
55
F 27.662
Sig. b
.000
a. Dependent Variable: TDF b. Predictors: (Constant), TP, TRF, TW
128