PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: Muhammad Yusuf Aulia (206082004000)
JURUSAN AKUNTANSI AUDIT FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Muhammad Yusuf Aulia NIM. 206082004000
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Reskino, SE, Ak., M.Si
NIP. 19690203 200112 1 003
NIP. 19740928 200801 2 004
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Senin, tanggal 3 Juni 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa: 1. Nama
: Muhammad Yusuf Aulia
2. NIM
: 206082004000
3. Jurusan
: Akuntansi Audit
4. Judul Skripsi
: Pengaruh Pengalaman, Independensi Dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 3 juli 2013
1. Zuhairan Yunmi Yunan,SE,. M.Sc NIP. 19800416 200912 1 002
(
2. Rini, Dr, SE, Ak., M.Si NIP.19760315 200501 2 002
(
3. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM NIP. 19720516 200901 1 006
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Kamis, tanggal 25 Juli 2013 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa: 1. Nama
: Muhammad Yusuf Aulia
2. NIM
: 206082004000
3. Jurusan
: Akuntansi Audit
4. Judul Skripsi
: Pengaruh Pengalaman, Independensi Dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 25 Juli 2013
1. Leis Suzanawaty, SE, M.Si NIP. 19720809 200501 2 004
(
2. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM NIP. 19720516 200901 1 006
(
3. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak NIP. 19760924 200604 2 002
(
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 19690203 200112 1 003
(
5. Reskino, SE, Ak., M.Si NIP. 19740928 200801 2 004
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
) Pembimbing I
) Pembimbing II
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama Mahasiswa
: Muhammad Yusuf Aulia
NIM
: 206082004000
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Akuntansi Audit
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, Juli 2013
(Muhammad Yusuf Aulia)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi 1. Nama
: Muhammad Yusuf Aulia
2. Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 19 September 1988
3. Alamat
: Jl. Aren II No. 26 Rt. 012/003, Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan
4. Agama
: Islam
5. Nama Ayah
: H. Azroi Suhaimi
6. Nama Ibu
: Hj. Siti Djubaidah
7. Nomor Telepon
: 081219534007
8. E-mail
:
[email protected]
B. Data Pendidikan Formal 1. 1992 - 1994
: TK. Nurul Huda Tangerang Selatan
2. 1994 - 2000
: SDN 08 Pondok Betung Tangerang Selatan
3. 2000 - 2003
: SMP Muhammadiyah 35 Cipulir Jakarta Selatan
4. 2003 - 2006
: SMA Yadika 6 Jurang Mangu Timur Tangerang Selatan
5. 2006 - 2011
: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (Audit).
v
ABSTRACT
This study has two main objectives. First, to analyze the effect of experience, independence and auditor professional skepticism to fraud detection, second analyzed (experience, independence and auditor professional skepticism) of the most dominant influence on the dependent variable (fraud detection). This study was done at the public accountant office in Jakarta. The sampling method using sampling techniques convinience. To test the hypothesis test used multiple regression. The results showed that experience, independence and auditor professional skepticism have positive significant effect on fraud detection. The results of multiple linear regression was the most dominant variable was auditor professional skepticism.
Keywords: experience, independence, auditor professional skepticism, fraud detection
vi
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki dua tujuan utama; yaitu pertama, menganalisis pengaruh pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor terhadap pendekteksian kecurangan, kedua menganalisis variabel independen (pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor) yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen (pendekteksian kecurangan), Penelitian ini dilakukan pada auditor pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan tekhnik convenience sampling. Uji yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda ditemukan bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel skeptisme.
Kata kunci: pengalaman, independensi, pendeteksian kecurangan
vii
skeptisme
profesional
auditor,
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pengalaman, Independensi Dan Sketisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Peneliti sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta tetap menuntun peneliti dijalan yang benar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dan do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis, serta adik-ku dan seluruh keluarga yang telah menyemangati, memberikan keceriaan, do’a dan semangat untuk terus berusaha memberikan yang terbaik. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini. viii
5. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini. 6. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberi masukan dan inspirasi bagi peneliti, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua, terima kasih banyak.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2013
(Muhammad Yusuf Aulia)
ix
DAFTAR ISI
Halaman Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... i Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .................................................. ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iii Lembar Keaslian Karya Ilmiah ................................................................... iv Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. v Abtract ............................................................................................................ vi Abtrak ............................................................................................................. vii Kata Pengantar ............................................................................................. viii Daftar Isi ........................................................................................................ x Daftar Tabel.................................................................................................... xiii Daftar Gambar ............................................................................................... xiv Daftar Lampiran ........................................................................................... xv BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1 B. Perumusan Masalah ................................................................. 13 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 13 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 16 A. Tinjauan Umum Atas Audit .................................................... 16 1. Standar Auditing ................................................................. 16 2. Tujuan Audit ....................................................................... 19 3. Klasifikasi Auditor .............................................................. 20 4. Risiko audit ......................................................................... 21 B. Pengalaman Auditor ................................................................ 23 C. Independensi ............................................................................ 28 D. Skeptisme Profesional Auditor ................................................ 31 x
E. Pendeteksian Kecurangan ........................................................ 35 F. Penelitian Terdahulu ............................................................... 40 G. Keterkaitan Antar Variabel ..................................................... 44 H. Kerangka Pemikiran ................................................................ 49 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 51 A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 51 B. Metode Penentuan Sampel ................................................. 51 C. Metode Pengumpulan Data ............................................... 52 D. Metode Analisis Data ......................................................... 52 E. Operasional Variabel Penelitian ........................................ 60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 70 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................ 70 1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 70 2. Karakteristik Responden ..................................................... 72 B. Hasil Dan Pembahasan ............................................................ 77 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .............................................. 77 2. Hasil Uji Kualitas data ........................................................ 78 a. Hasil Uji Validitas .......................................................... 78 b. Uji Reliabilitas ............................................................... 80 3. Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................... 82 a. Hasil Uji Normalitas Data .............................................. 82 b. Hasil Uji Multikolinieritas ............................................. 84 c. Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................... 85 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................. 86 a. Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2) .............................. 86 b. Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda .............. 87 5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ............................................. 89 a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ................................... 89 b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ....................................... 89 C. Interpretasi ............................................................................... 93
xi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 96 A. Kesimpulan .............................................................................. 96 B. Implikasi .................................................................................. 96 C. Saran ....................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 100 LAMPIRAN .................................................................................................. 104
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
1.1
Keterangan
Halaman
Fenomena Kegagalan Auditor Independen pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Yang Berskala Besar ............. 2
2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................... 42
3.1
Operasional Variabel ................................................................ 67
4.1
Data Distribusi Sampel Penelitian ........................................... 71
4.2
Sampel dan Tingkat Pengembalian ......................................... 72
4.3
Data Statistik Responden .......................................................... 72
4.4
Statistik Deskriptif ................................................................... 77
4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman ................................ 78
4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Independensi .............................. 79
4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Profesional Auditor .. 79
4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian Kecurangan .......... 80
4.9
Hasil Uji Reliabilitas ................................................................ 81
4.10
Uji Normalitas Secara Statistik ............................................... 84
4.11
Hasil Uji Multikolonieritas ....................................................... 85
4.12
Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 87
4.13
Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................... 87
4.14
Hasil Uji Statistik F (Simultan) ............................................... 89
4.15
Hasil Uji t (Parsial) .................................................................. 90
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................... 50
4.1
Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ................................................................................ 73
4.2
Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden ................................................................................ 74
4.3
Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden ................................................................. 75
4.4
Data Statistik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ..... 76
4.5
Uji Normalitas Data Secara Grafik .......................................... 83
4.6
Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 86
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Kuesioner Penelitian ................................................................ 104
2
Data Mentah Jawaban Responden ........................................... 111
3
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................... 123
4
Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................... 127
5
Surat Keterangan Riset Penelitian ............................................ 130
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. Di samping itu dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya (Wibowo, 2009:19). Akuntan
publik
dalam
melaksanakan
pemeriksaan
akuntan,
memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri (Wibowo, 2009:19). Kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan terbukti dengan adanya beberapa skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik seperti
1
Enron, Worid Com, Tyco dan kasus-kasus lainnya (tabel 1.1) yang mengakibatkan kegemparan besar dalam pasar modal. Tabel 1.1 Fenomena Kegagalan Auditor Independen pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Yang Berskala Besar KAP/ Sanksi bagi Tuduhan Kasus Auditor No. Klien (Thn) KAP/ Kecurangan yang Auditor Terlibat 1. Adhelhia Telah melakukan Deloitte Harus Communications kesalahan dalam membayar Corp. (2005) mengaudit $50 juta Adelphia untuk kepada SEC laporan keuangan tahun 2000. 2. Parmalat (2007) Salah satu Deloitte Membayar $ penyebab 149 juta bangkrutnya kepada parmalat Parmalat 3. Tyco (2007) Terlibat accounting PWC Membayar farud ketika Tyco denda menyajikan secara mencapai overstated $225 juta. pendapatannya sebesar $5,8 Miliar. 4. Navistar Dianggap tidak Christopher Ijin selama 1 Financial Corp. melakukan Andersen tahun (2008) kewajiban (Partner profesionalnya dan Deloitte) tidak memiliki bukti yang cukup untuk menerbitkan opini yang bersih. 5. Metropolitan Membantu PWC PWC harus mortgae & perusahaan untuk membayar securities Co. menyembunyikan sejumlah uang (2008) masalah dengan dengan total $ membuat skema 30 juta untuk invstasi lepas menyelesaikan pantai (offshore kasus tersebut investment scheme) kepada yang merupakan investor dari cara untuk metropolitan menyembunyikan mortgage & diri dari naungan securities Co. pajak. Berlanjut pada halaman berikutnya
2
Tabel 1.1 (Lanjutan)
No. 7.
Klien (Thn)
Tuduhan Kasus Kecurangan
MFS’s Premium Income Fund (2009)
KPMG dianggap gagal mendeteksi pinjaman yang tidak layak kedapa perusahaan luar negeri yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar total pinjaman tersebut Sumber: Diolah dari berbagai referensi
KAP/ Auditor yang Terlibat KPMG
Sanksi bagi KAP/ Auditor Dituntut sebesar $746 juta
Berdasarkan kasus kimia farma dan sejumlah bank beku operasi yang melibatkan akuntan publik di indonesia, serta sejumlah kasus kegagalan keuangan lainnya. Penelitian Beasley, dkk. (2001) yang didasarkan pada AAERs (Accounting and Auditing Releases) dari SEC selama 11 periode (Januari 1987 – Desember 1997) menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah rendahnya tingkat skeptisme profesional audit. Ramaraya (2008:23) memberikan contoh kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk (PT KF). PT KF adalah badan usaha milik negara yang sahamnya telah diperdagangkan di bursa. Berdasakan indikasi oleh kementerian BUMN dan pemeriksaan Bapepam (Bapepam, 2002) ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan salah saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara melebih sajikan penjualan dan 3
persediaan pada 3 unit usaha dan dilakukan dengan menggelembungkan harga persediaan yang diotorisasi oleh Direktur Produksi untuk menentukan nilai persediaan pada unit distribusi PT. KF per 31 Desember 2001. Selain itu manajemen PT. KF melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada 2 unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor eksternal. Auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan PT. KF per 31 Desember 2001, Bapepam menyimpulkan auditor eksternal telah melakukan prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik dan tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan membantu manajemen PT. KF menggelembungkan keuntungan. Bapepam mengemukakan proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan PT KF. Atas temuan ini, kepada PT. KF Bapepam memberikan sanksi administrasi sebesar Rp 500 juta, Rp 1 milyar terhadap direksi lama PT. KF dan Rp 100 juta kepada auditor eksternal (Bapepam, 2002). Permasalahan yang menimbulkan pertanyaan disini, mengapa auditor eksternal gagal dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan seperti yang dicontohkan di atas? Mestinya bila auditor eksternal yang bertugas pada audit atas perusahaan-perusahaan ini menjalankan audit secara tepat termasuk dalam hal pendekteksian kecurangan maka tidak akan terjadi kasus-kasus yang merugikan ini (Ramaraya, 2008:23).
4
Auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari kliennya dan dari para pemakai laporan keuangan auditan lainnya. Kepercayaan ini senantiasa harus selalu ditingkatkan dengan didukung oleh suatu keahlian audit. Amanat yang diemban sebagai auditor harus dapat dilaksanakan dengan sikap profesionalisme serta menjunjung tinggi kode etik profesi yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan setiap tugasnya. Mengingat peran dari auditor yang sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia usaha, peningkatan profesional auditor sangat penting untuk terus dilakukan dan auditor harus terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya dengan mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan. Berdasarkan Standar auditing Profesional akuntan Publik (SPAP), akuntan dituntut untuk dapat menjalankan setiap standar yang ditetapkan oleh SPAP tersebut. Standar-standar tersebut meliputi standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, dan standar pengendalian mutu. Dalam salah satu SPAP diatas terdapat standar umum yang mengatur tentang keahlian auditor yang independen (Asih, 2006:3). Pengalaman auditor diyakini juga dapat mempengaruhi tingkat skeptisme seseorang auditor dalam mendeteksi kecurangan. Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangandan penugasan audit dilapangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan audit yang pernah dilakukan. Semakin banyak auditor melakukan pemeriksaan laporan keuangan, maka semakin tinggi tingkat skeptisme yang dimiliki. Untuk itu, seorang auditor harus 5
terlebih dahulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan auditor senior yang lebih berpengalaman (Isalinda, 2011:7). Kushasyandita
(2012:3)
menyatakan
bahwa
Pengalaman
audit
ditunjukkan dengan jam terbang auditor dalam melakukan prosedur audit terkait dengan pemberian opini atas laporan auditnya. Pengalaman seorang auditor juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor yang lebih berpengalaman dapat mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan seperti siklus persediaan dan pergudangan, hal ini disebabkan karena auditor berpengalaman lebih skeptis dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman. Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Penelitian Noviyanti & Bandi (2002) memberikan kesimpulan bahwa pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya. Dengan demikian, pengalaman merupakan unsur professional yang penting untuk membangun pengetahuan dan keahlian auditor dan dengan asumsi bahwa pengetahuan sebagai unsur keahlian serta penelitian yang masih terbatas pada pengalaman dari lamanya bekerja, maka penulis tertarik untuk menentukan topik penelitian yang berkaitan dengan pengalaman yang dihubungkan dengan keahlian yang dimiliki auditor. Pengalaman auditor yang akan diteliti meliputi; pengalaman yang diperoleh dari lamanya bekerja, banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan, dan banyaknya jenis perusahaan yang diaudit.
6
Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun ketidakberesan diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan. Dalam merencanakan audit auditor harus menilai resiko terjadinya kecurangan (Setyaningrum, 2010:18). Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor. SA seksi 220 dalam SPAP 2001, menyebutkan bahwa ”Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian auditor tidak dibenarkan untuk memihak. Tanpa adanya independensi, auditor tidak berarti apa-apa. Masyarakat tidak percaya akan hasil auditan dari auditor sehingga masyarakat tidak akan meminta jasa pengauditan dari auditor. Atau dengan kata lain, keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Setyaningrum, 2010:35). Berdasarkan ketentuan PSA (Pernyataan Standar Audit) No. 04 (SA Seksi 220), di dalam standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik
7
sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Setyaningrum
(2010:43)
menyatakan
bahwa
Hubungan
antara
independensi auditor terhadap tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan dan kekeliruan laporan keuangan adalah ditinjau dari aspek – aspek independensi
yang
berupa
kejujuran
dalam
diri
auditor
dalam
mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemuinya dalam auditnya. Aspek ini disebut dengan independensi dalam kenyataan atau independence in fact, artinya seorang auditor harus mengungkapkan tentang temuan apa yang didapat dari Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen apakah laporan keuangan terjadi suatu kesalahan atau ketidakberesan sesuai dengan temuan atau fakta yang ada. Independensi merupakan sikap mental yang harus dipertahankan oleh auditor jadi dalam menilai kewajaran suatu laporan keuangan seorang auditor tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun. Setyaningrum
(2010:5)
menyatakan
bahwa
dengan
adanya
independensi, mereka mampu menarik kesimpulan dan memberikan opini yang tidak memihak. Dan hal ini akan membawa pengaruh pada hasil laporan keuangan auditan suatu perusahaan apakah laporan keuangan yang disajikan suatu perusahaan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Memberikan opini terhadap kewajaran sebuah laporan keuangan, seorang auditor harus memiliki sikap skeptis untuk bisa memutuskan atau
8
menentukan sejauh mana tingkat keakuratan dan kebenaran atas bukti-bukti maupun
informasi
dari
klien.
Standar
profesional
akuntan
publik
mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI, 2001). Standar auditing tersebut mensyaratkan agar auditor memiliki sikap skeptisisme profesional dalam mengevaluasi dan mengumpulkan bukti audit terutama yang terkait dengan penugasan mendeteksi kecurangan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya seringkali auditor tidak memiliki skeptisisme profesional dalam melakukan proses audit (Khushasyandita, 2012:2). Berdasarkan literatur psikologi dan auditing menunjukkan bahwa efek dilusi dalam auditing bisa berkurang oleh auditor yang berpengalaman karena struktur pengetahuan yang baik dari auditor yang berpengalaman menyebabkan mereka mengabaikan informasi yang tidak relevan (Herman, 2009). Dengan kata lain kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya oleh seorang auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh Herman (2009) yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman
mempunyai
tingkat
kesalahan
yang
lebih
signifikan
dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih. Herman (2009) mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting
9
dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh izin menjadi akuntan publik. Hal ini sesuai dengan SK Menkeu No. 359/KMK.06/2003 tentang perubahan atas Kep Menkeu No. 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik (Depkeu, 2003:56). Noviyanti (2007:2) menyatakan bahwa seorang auditor dalam menjalankan penugasan audit di lapangan seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit, tetapi juga harus disertai dengan sikap skeptisme profesionalnya. Standar profesional akuntan publik mendefinisikan skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI, 2001, SA seksi 230.06). Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai obyek yang dipermasalahkan. Tanpa menerapkan skeptisme profesional, auditor hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja dan sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya. Penelitian yang dilakukan oleh SEC (Securities and Exchange Commission) menemukan bahwa urutan ketiga dari penyebab kegagalan audit adalah tingkat skeptisme profesional yang kurang memadai. Dari 40 kasus audit yang diteliti SEC, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena auditor tidak
10
menerapkan tingkat skeptisme profesional yang memadai (Beasley, Carcello & Hermanson, 2001 dalam Waluyo, 2011:2). Jadi rendahnya tingkat skeptisme profesional dapat menyebabkan kegagalan dalam mendeteksi kecurangan. Kegagalan ini selain merugikan kantor akuntan publik secara ekonomis, juga menyebabkan hilangnya reputasi akuntan publik di mata masyarakat dan hilangnya kepercayaan kreditor dan investor di pasar modal. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Noviyanti (2007) menyimpulkan bahwa jika auditor diberi penaksiran risiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Taufik (2008) menyimpulkan bahwa pengalaman kerja dan pendidikan profesional secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan (fraud). Penelitian yang dilakukan oleh Herman (2009) yaitu meneliti tentang pengaruh pengalaman dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap pendeteksian kecurangan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa variabel skeptisme profesional auditor merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Herman (2009). Peneliti tersebut menguji pengalaman dan skeptisme
profesional
auditor
dalam
meningkatkan
pendeteksian
kecurangan, serta menguji apakah terdapat pengaruh pengalaman dan
11
skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan. Terdapat Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Penulis akan menambahkan satu variabel independen berupa independensi. Penulis ingin mengetahui apakah pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor dapat mempengaruhi pendeteksian kecurangan. Dalam suatu pelaksanaan audit banyak terjadi kecurangan yang dilakukan auditor yang menyebabkan banyaknya kerugian yang terhadap perusahaan yang diaudit, Kecurangan adalah salah saji atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja (Ferdian dan Na’im, 2006:6). Menurut Fahmi (2008:46) kecurangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara disengaja dan itu dilakukan untuk tujuan pribadi atau orang lain, dan tindakan yang disengaja tersebut telah menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau instansi tertentu. Dengan adanya kecurangan maka perlu adanya peningkatan pendeteksian kecurangan dengan cara meningkatkan pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor. Dengan meningkatnya pendeteksian kecurangan dapat mengurangi kecurangan - kecurangan yang terjadi dalam penyajian pelaporan keuangan. Berdasarkan pada uraian di atas, maka peneliti merasa tetarik untuk meneliti pengaruh pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan. Untuk itu penelitian ini diberi judul: “Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)”.
12
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pengalaman, indepedensi dan tindakan skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan ? 2. Variabel Independen (pengalaman, indepedensi dan skeptisme profesional auditor) manakah yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap pendekteksian kecurangan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti atas hal-hal sebagai berikut: a. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor terhadap pendekteksian kecurangan. b. Untuk menganalisis variabel independen (pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor) yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap pendekteksian kecurangan. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) 1) Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara variabel pengalaman, indepedensi dan skeptisme profesional auditor terhadap perilaku penghentian prematur prosedur audit.
13
2) Memberikan
masukan
bagi
Kantor
Akuntan
Publik
untuk
mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya praktik kecurangan dalam proses audit. 3) Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk mengevalusi keahlian dan sikap personal auditor serta peningkatan kualitas laporan audit yang telah ditetapkan. 4) Bagi Ikatan Akuntan Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya sikap pengalaman, indepedensi dan skeptisme profesional yang dapat digunakan auditor dalam mencegah kecurangankecurangan yang terjadi dalam proses audit laporan keuangan.
b. Bagi Auditor Dalam hal ini memberikan masukan kepada auditor dalam hal meningkatkan kemampuan auditor dalam menggunakan pertimbangan profesionalismenya dengan mempertimbangkan berbagai hal yang berpengaruh terhadap perilaku atau sikap auditor yaitu sikap pengalaman, independensi dan skeptisme profesional yang dimiliki oleh auditor terhadap tanggung jawab auditor yaitu kemampuan auditor dalam mendeteksi sejauh mana Laporan Keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. c. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Menambah pengetahuan auditor mengenai pengaruh faktor situasional pada saat melakukan audit dan faktor karakteristik personal auditor terhadap pendekteksian kecurangan yang terjadi, sehingga dapat
14
dijadikan sebagai acuan akan pentingnya prosedur audit yang ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) untuk meningkatkan kualitas audit dan sebagai pedoman bagi auditor untuk tetap memelihara profesionalisme dan indepedensi.
d. Pemakai Laporan Keuangan yang telah diaudit (klien) Melalui peningkatan kualitas audit secara berkesinambungan, klien dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan klien yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya yang telah dihasilkan oleh auditor.
e. Bagi Akademik Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang melatarbelakangi sikap pendeteksian kecurangan audit serta Dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Atas Audit 1. Standar Auditing Standar Auditing merupakan pedoman untuk membantu auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan. Standar audit mencerminkan ukuran mutu pekerjaan audit laporan keuangan. Menurut standar audit referensi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), terdiri atas sepuluh standar, dan terbagi dalam tiga kelompok yaitu (Arens, 2010:42): a. Standar Umum 1) Keahlian dan kompetensi teknis yang memadai 2) Sikap mental yang independen 3) Kemahiran profesional dengan cermat dan seksama b. Standar Pekerjaan Lapangan Merupakan pedoman auditor dalam melaksanankan prosedur audit. Standar pekerjaan lapangan antara lain: 1) Perencanaan dan Supervisi Audit a) Perencanaan Merupakan pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan, yang meliputi penentuan: (i) Sifat, luas, dan pelaksanaan audit. (ii) Program audit
16
b) Supervisi Mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit atau penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah: (1) Memberikan instruksi kepada asisten. (2) Menjaga informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit. (3) Mereview pekerjaan yang dilaksanakan. (4) Menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan. (5) Pemahaman memadai atas pengendalian intern, auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit, menentukan sifat, saat dan ruang lingkup pengujian dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan. (6) Bukti kompeten yang cukup, bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
17
c. Standar Pelaporan 1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia. 2) Laporan auditor harus menunjukkan dan menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip tersebut dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Berdasaran uraian di atas dapat dikatakan bahwa standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan audit serta tujuan yang akan dicapai. Dan secara spesifik standar auditing dikelompokkan menjadi 3, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum mencakup keahlian, sikap mental independen seorang auditor, dan kemahiran profesional kinerja seorang auditor, dengan
18
standar lapangan yang mencakup Perencanaan dan supervisi audit dan bukti kompeten yang cukup, serta standar pelaporan yang berkaitan dengan pengaturan penyajian laporan hasil audit.
2. Tujuan Audit Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Tujuan audit spesifik ditentukan berdasar asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Laporan keuangan meliputi asersi manajemen yang bersifat eksplisit maupun implisit. Asersi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Halim, 2008:147): a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurance) b. Kelengkapan (completeness) c. Hak dan kewajiban (right and obligation) d. Penilaian atau pengalokasian (valuation or allocation) e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
19
3. Klasifikasi Auditor Auditor
adalah
seorang
yang
memiliki
keahlian
dalam
mengumpulkan dan dan menafsirkan bukti pemeriksaan. Untuk menilai kewajaran hasil operasi, arus kas, dan asersi laporan keuangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pelaksanaan
pemeriksaan
tersebut
dilakukan
berdasarkan
Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP). (Pia, 2009:43). Orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu audit independen, auditor pemerintah, dan auditor internal (Mulyadi, 2002:58). a. Auditor Independen Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur, investor, calon kreditur, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak). Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja tertentu. Auditor independen harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan.
20
b. Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan, atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta instansi pajak. c. Auditor internal Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
4. Risiko Audit Risiko audit adalah risiko bahwa auditor tanpa sadar tidak melakukan modifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji. Laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bukan
21
absolut bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. Para auditor menguraikan risiko audit sebagai suatu fungsi dari tiga komponen yaitu (1) risiko bawaan (2) risiko pengendalian (3) risiko deteksi (Boynton, 2003:204): a. Risiko Bawaan Risiko bawaan (inherent risk) kerentanan suatu asersi terhadap kemungkinan salah saji yang material, dengan asumsi tidak terdapat pengendalian internal yang terkait (Boynton, 2003:204).
b. Risiko Pengendalian Risiko Pengendalian (control risk) adalah risiko terjadinya salah saji yang material dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas (Boynton, 2003:205).
c. Risiko Deteksi Risiko Deteksi (detection risk) adalah risiko yang timbul karena auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi (Boynton, 2003:205).
22
B. Pengalaman Auditor Kusumastuti
(2008:56) menyatakan bahwa
pengalaman
adalah
keseluruhan perjalanan yang di petik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang di alami dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan suatu waktu atau tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan berpengalaman. Karena semakin lama bekerja menjadi auditor, maka akan dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan dibidang auditing. Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek. (Asih, 2006:12). Sukriah, dkk (2009:4) menyimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam menjalankan tugasnya. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman yang dimiliki pekerja tersebut.Sebaliknya, semakin singkat masa kerja berarti semakin sedikit
23
pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang cukup namun sebaliknya, keterbatasan kerja mengakibatkan tingkat keterampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Kebiasaan untuk melakukan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja. Indri (2005:24) memberikan kesimpulan bahwa seorang yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya; 1). Mendeteksi kesalahan, 2). Memahami kesalahan, dan 3). Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sophisticated dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman. Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan profesionalitas sebagai hal yang sangat penting di dalam menjalankan profesi akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengkaitkan profesional dan pengalaman dalam kinerja auditor: “The professional qualifications required of the independend auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not include those of person trained for qualified to engage in another profession or accupation”.
24
Menurut The Institute of Chartered Account in Australia (1997:28): “Membership of profession means commitment to asset of value that serve to define that professional as specific “moral community”. Tobe a good accountant one not only needs to have insight into one’s profession, but to have accepted and internalized those values. Professional value clarification is an activity both of individual accountants, in identifying and gaining critical insight into the meaning and application of those values, and activity of professional it self ”. Menurut Taufik (2008:72), memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Maka dengan adanya pengalaman kerja yang semakin lama diharapkan auditor dapat semakin baik dalam pendeteksian kecurangan yang terjadi dalam perusahaan klien. Dengan bertambahnya pengalaman auditing, jumlah kecurangan yang diketahui oleh auditor diharapkan akan bertambah. Pada saat yang sama, hal ini menjadi lebih mudah untuk membedakan hal-hal yang termasuk dalam kategori yang berbeda. Bertambahnya pengalaman menghasilkan struktur kategori yang lebih tepat (akurat) dan lebih komplek. Oleh karena itu, konsep kecurangan yang dimiliki auditor kemungkinan menjadi lebih dapat ditegaskan dan kemampuan untuk menentukan apakah kecurangan tertentu yang terjadi pada suatu siklus transaksi tertentu kemungkinan akan meningkat dengan bertambahnya pengalaman. Perubahan-perubahan dalam pengetahuan auditor berkenaan dengan kecurangan kemungkinan terjadi bersama perubahan pengalaman. Menurut Herliansyah (2006:5), mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-
25
tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Hal ini dipertegas oleh Herliansyah (2006:5) yang menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Puspaningsih, 2004). Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja (Simanjutak, 2005:26). Seperti dikatakan Asih (2006:13) bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan disini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperi seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor pemula (junior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena
26
kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman auditor. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih (Asih, 2006:56). Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup akan tugasnya. Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat masa kerja seseorang biasanya semakin sedikit pula pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan dalam kerja sedangkan, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Ini biasanya terbukti dari kesalahan yang dilakukan dalam bekerja dan hasil kerja yang belum maksimal. Asih (2006:22) memberikan bukti empiris bahwa dampak auditor akan signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan. Pengalaman akan berpengaruh signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks. Seorang yang memiliki pengetahuan tentang kompleksitas tugas akan lebih ahli dalam melaksanakan tugas-tugas pemeriksaan, sehingga memperkecil
27
tingkat kesalahan, kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran dalam melaksanakan tugas. Tentang dampak pengalaman dalam kompleksitas tugas, tugas spesifik dan
gaya
pengambilan
keputusan,
memberikan
kesimpulan
bahwa
kompleksitas tugas merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan dalam pertambahan pengalaman. Auditor junior biasanya memperoleh pengetahuan dan pengalamannya terbatas dari buku teks sedangkan auditor senior mengembangkan pengetahuan dan pengalaman lewat pelatihan dan pengembangan lebih lanjut dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan (Asih, 2006:22).
C. Independensi Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan Publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan Publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Setyaningrum (2010:34). Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002:2627).
28
Sawyer
(2006:35)
membagi
3
mengenai
independensi,
yaitu:
independensi dalam verifikasi, independensi dalam program audit, dan independensi dalam pelaporan yang dapat diperuntukkan bagi akuntan publik atau auditor eksternal, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor internal dalam bersikap objektif. Independensi dalam hal ini adalah independensi
dalam
pelaporan
dimana
menurut
Sawyer
(2006:36)
independensi dalam pelaporan menjadikan auditor internal: harus bebas dari perasaan untuk memodifikasi dampak dari fakta-fakta, harus bebas dari hambatan oleh pihak-pihak yang ingin meniadakan auditor dalam memberikan pertimbangan. Independensi akuntan publik dapat dibagi ke dalam 3 aspek; 1) Program Independen, yaitu Laporan audit akan mempunyai sedikit nilai jika didukung oleh suatu penyelidikan secara seksama. Suatu penyelidikan sesama mungkin tidak akan diminati oleh direktur. Sekalipun mereka tidak mempunyai apapun untuk disembunyikan, para direktur dapat mengurangi fee audit atau menerbitkan laporan keuangan dengan cepat setelah tahun berakhir dan hal seperti itu mungkin saja terjadi, 2) Independen investigasi (verifikasi), yaitu program independen melindungi kemampuan auditor untuk memilih strategi yang paling sesduai untuk hasil audit mereka dalam bekerja. Sedangkan investigasi independen melindungi cara dimana mereka menerapkan strategi ini. Auditor mempunyai pertanyaan bisnis perusahaan atau perlakuan akuntansi, transaksinya harus dijawab, 3) Laporan Independen, yaitu Jika para direktur
berusaha
untuk
menyesatkan
pemegang
saham
dengan
memberitahukan informasi akuntansi yang salah atau tidak sempurna, mereka
29
pasti mencegah auditor dari perbuatannya terhadap publik. Ketika independen auditor menjadi rumit, tentu banyak kesalah pahaman terjadi dalam hubungan seperti penafsiran siatu standar akuntansi atau suatu perkiraan atau seperti suatu ketetapan untuk hutang yang tidak terbayar (suryaningtiyas, 2007:37). Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa independensi mempunyai tiga buah pengertian bila dihubungkan dengan akuntan publik (Setyaningrum, 2010:34). 1. Dalam berbagai hal, independensi berarti kejujuran, integritas, obyektifitas dan tanggung jawab. 2. Dalam hal yang lebih sempit, bila dihubungkan dengan pemeriksaan akuntansi sehubungan dengan mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan, maka independensi berarti menghindari berbagai hubungan yang memungkinkan (sekaligus tanpa sadar) merusak obyektif akuntan publik. 3. Independensi berarti menghindari hubungan yang dapat menimbulkan kesan seseorang pemeriksa mempunyai suatu konflik kepentingan. Independensi merupakan salah satu ciri paling penting yang dimiliki oleh profesi akuntan publik. Karena banyak pihak yang menggantungkan kepercayaannya kepada kebenaran laporan keuangan berdasarkan laporan auditor yang dibuat oleh akuntan publik. Sekalipun akuntan publik ahli, apabila tidak mempunyai sikap independensi dalam mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bisa. Akuntan publik harus bersikap indpenden jika melaksanakan praktik publik (public pratice). Pratik publik adalah aktivitas profesi akuntan publik yang mempengaruhi publik (Suryaningtias, 2007:35).
30
Indepedensi akuntan publik merupakan salah satu karakter yang sangat penting untuk profesi akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap kliennya. Dalam melaksanakan pemeriksaaan, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai yang lainnya. Oleh karena itu dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri (Manggala, dkk. 2007:124).
D. Skeptisme Profesional Auditor Skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses tersebut (IAI. 2001, SA seksi 230; AICPA, 2002, AU 230). Skeptisme merupakan manifestasi dan obyektivitas. Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik atau melakukan penghinaan. Auditor yang memiliki skeptisme profesional yang
31
memadai akan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut : (1) Apa yang perlu saya ketahui?, (2) Bagaimana caranya saya bisa mendapat informasi tersebut dengan baik?, (3) Apakah informasi yang saya peroleh masuk akal?. Skeptisme profesional auditor akan mengarahkannya untuk menanyakan setiap isyarat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya (Waluyo, 2008:24). Waluyo (2008:7) menyatakan bahwa Auditor menerapkan sikap skeptisme profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan prosedur audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang persuaive yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen dan pihak terkait selalu memiliki pikiran kritis, professional, bersikap jujur dan mempunyai sikap percaya diri (IFAC, 2004, ISA 240.23-25). Dalam ISA No. 200, dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti auditor membuat penaksiran yang kritis (critical assessment), dengan pikiran yang selallu mempertanyakan (questioning mind) terhadap validitas dan bukti audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontrakdiksi atau menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan realiabilitas dan dokumen, dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang diperoleh dan manajemen dan pihak yang terkait (IFAC, 2004). Skeptisme profesional dalam penelitian ini menggunakan definisi yang digunakan oleh standar profesional akuntan publik di Indonesia yaitu sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI, 2000, SA seksi 230.06: AICPA, 2002, AU 230.07).
32
Skeptisme profesional auditor adalah suatu sikap (attitude) dalam melakukan penugasan audit. Maka hal pertama yang akan dibahas adalah mengenai sikap manusia. Noviyanti (2007:7) mendefinisikan sikap sebagai” a psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with some degree of favor or disfavor”. Hal tersebut tidak berbeda jauh dari pakar psikologi lain yang juga mendefinisikan sikap sebagai tanggapan atau respon seseorang yang merupakan hasil evaluasi terhadap obyek yang ditangkapnya seperti orang, obyek, ide, atau situasi tertentu. Tanggapan ini dapat berupa perasaan menyukai (favorable) atau perasaan tidak menyukai (unfavorable), dapat juga berupa derajat afek positif atau derajat afek negatif (Noviyanti, 2007:5). Noviyanti (2007:10) mengatakan bahwa skeptisme profesional auditor dipengaruhi oleh faktor sosial (Kepercayaan), faktor psikologikal (penaksiran risiko kecurangan) dan faktor personal (kepribadian). 1. Kepercayaan (Trust) Auditor independen yang melakukan audit di lapangan akan melakukan interaksi sosial dengan klien, manajemen dan staf klien. Interaksi sosial ini akan menimbulkan trust (kepercayaan) dari auditor terhadap klien. Model teoritis yang dikembangkan oleh Kopp dkk., (2003) dalam Noviyanti (2007:10) menyatakan bahwa kepercayaan (trust) dalam hubungan auditor-klien akan mempengaruhi skeptisme profesional. Tingkat kepercayaan auditor yang rendah terhadap klien akan meningkatkan sikap skeptisme auditor, sedangkan tingkat kepercayaan auditor yang terlalu tinggi akan menurunkan sikap skeptisme profesionalnya.
33
2. Penaksiran Risiko Kecurangan (fraud risk assessment) Noviyanti (2007:11) membuktikan bahwa skeptisme profesional auditor dipengaruhi oleh fraud risk assessment (penaksiran risiko kecurangan) yang diberikan oleh atasan auditor (auditor in charge) sebagai pedoman dalam melakukan audit di lapangan. Auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang rendah menjadi kurang skeptis dibandingkan dengan auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang tinggi.
3. Kepribadian (Personality) Tipe kepribadian seseorang diduga
juga mempengaruhi sikap
skeptisme profesionalnya. Noviyanti (2007:12) mengakui bahwa sikap mempunyai dasar genetik. Sikap yang mempunyai dasar genetik cenderung lebih kuat dibandingkan dengan sikap yang tidak mempunyai dasar genetik. Jadi dapat dikatakan bahwa perbedaan kepribadian individual menjadi dasar dari sikap seseorang termasuk sikap skeptisme profesionalnya. Kepribadian (Personality) didefinisikan sebagai karakteristik dan kecenderungan seseorang yang bersifat konsisten yang menentukan perilaku psikologi seseorang seperti cara berpikir, berperasaan, dan bertindak. Dalam melaksanakan tugas audit sangat diperlukan pemberian opini akuntan yang sesuai dengan kriteria - kriteria yang ditetapkan dalam SPAP agar hasil audit tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan. Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti kompeten yang cukup. Dalam mengumpulkan bukti audit, auditor harus senantiasa menggunakan
34
skeptisme profesionalnya (SPAP. SA seksi 230), yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan (Suraida, 2005:6)
E. Pendeteksian Kecurangan Dalam Standar Auditing (SA) seksi 316 – Pertimbangan atas Kecurangan Dalam Audit Laporan Keuangan – (PSA No. 70) menyebutkan ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit atas Laporan Keuangan: a. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti: (a) manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan (b) representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan (c) salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan. b. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
35
Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Deteksi
kecurangan
mencakup
identifikasi
indikator-indikator
kecurangan (fraud indicators) yang memerlukan tindaklanjut auditor untuk melakukan investigasi. Ramaraya (2008:4) menyatakan bahwa pendeteksian kecurangan bukan merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor. Atas literatur yang tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang teridentifikasi yang menjadikan pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga auditor gagal dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor penyebab tersebut adalah: 1. Karakteristik terjadinya kecurangan 2. Memahami Standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan 3. Lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit 4. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian kecurangan. Identifikasi atas faktor-faktor penyebab, menjadi dasar untuk kita memahami kesulitan dan hambatan auditor menjalankan tugasnya dalam mendeteksi kecurangan. Meski demikian faktor-faktor itu tidaklah menjadi alasan untuk menghindarkan upaya pendeteksian kecurangan yang lebih baik.
36
Ferdian, dkk (2006:2) manyatakan bahwa beberapa ahli pengauditan telah mendokumentasikan jenis-jenis kekeliruan dan kecurangan dalam laporan keuangan yang terjadi di lingkungan audit. Mereka mencoba untuk menghubungkannya dengan peristiwa dan deteksi yang dilakukan. Dalam banyak penelitian, kekeliruan dan kecurangan umum pada laporan keuangan dikodifikasi melalui tujuan audit yang terlanggar atau siklus transaksi yang terkait. Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kekeliruan (error). Kekeliruan dapat dideskripsikan sebagai ”unintentional mistakes” (kesalahan yang tidak disengaja). Kekeliruan dapat terjadi pada setiap tahap dalam pengelolaan transaksi, dari terjadinya transaksi, pendokumentasian, pencatatan, pengikhtisaran hingga proses menghasilkan laporan keuangan (Herman, 2009:26). Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Kecurangan eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap usaha; wajib pajak terhadap pemerintah. Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan eksekutif terhadap perusahaan tempat ia bekerja (Amrizal, 2004:2). Kecurangan adalah salah saji atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja (Ferdian, dkk, 2006:6). Menurut Fahmi (2008:28) kecurangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara disengaja dan itu dilakukan untuk tujuan pribadi atau orang lain, dan tindakan
37
yang disengaja tersebut telah menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau instansi tertentu. Kekeliruan dan kecurangan dibedakan melalui apakah tindakan yang mendasarinya dan berakibat pada terjadinya salah saji dalam laporan keuangan berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja. Kecurangan (irregularities) meliputi: 1. Manipulasi, pemalsuan atau mengubah catatan akuntansi atau dokumen pendukung dari laporan keuangan yang disajikan. 2. Salah interpretasi atau penghilangan keterangan atas suatu kejadian, transaksi atau informasi lain yang signifikan. 3. Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang berhubungan dengan jumlah tertentu, klasifikasi dan penyajian serta pengungkapan. Auditor terutama tertarik pada pencegahan, deteksi, dan pengungkapan kesalahan-kesalahan karena alasan-lasan berikut: 1. Eksistensi kesalahan dapat menunjukan pada auditor bahwa catatan akuntansi kliennya tidak dipercaya dan dengan demikian tidak memadai sebagai suatu dasar untuk penyusunan laporan keuangan. Adanya sejumlah besar kesalahan mengakibatkan auditor dapat menyimpulkan bahwa telah dilakukan pencatatan akuntansi yang tidak benar. 2. Apabila auditor ingin mempercayai pengendalian interen, auditor harus memastikan dan menilai pengendalian tersebut dan melakukan pengujian ketaatan (complience test) atas operasi. Apabila pengujian ketaatan
38
menunjukkan sejumlah besar kesalahan, maka auditor tidak dapat mempercayai pengendalian interen kliennya. 3. Apabila kesalahan cukup material, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi kebenaran (truth) dan kewajaran (fairness) laporan keuangan. Secara umum penyebab terjadinya kecurangan diakibatkan oleh faktor utama (faktor internal atau dari diri orang yang bersangkutan) dan faktor sekunder atau faktor eksternal. Penyebab utama (internal) terjadinya kecurangan, antara lain adalah: 1. Penyembunyian (concealment). Kesempatan yang ada tidak terdeteksi oleh pengendalian internal perusahaan, sehingga kesempatan tersembunyi ini diketahui oleh seorang yang kemudian melakukan kecurangan. 2. Kesempatan (opportunity). Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat, waktu yang tepat agar dapat mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam sistem dan juga menghindari deteksi dini. 3. Motivasi (motivation). Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas demikian, suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kerakusan dan motivasi lain. 4. Daya tarik (attraction). Sasaran kecurangan akan direncanakan biasanya jika merupakan sesuatu yang menarik atau menguntungkan pelaku. 5. Keberhasilam (success). Pelaku perlu menilai peluang berhasil tidaknya suatu tindak kecurangan, yang dapat menghindari penuntutan atau deteksi. Adapun penyebab sekunder terjadinya kecurangan, antara lain adalah sebagai berikut:
39
1. Kurangnya pengendalian internal perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan fasilitas perusahaan yang dianggap sebagai suatu tunjangan karyawan. 2. Hubungan antara pemberi kerja dan pekerja yang jelek, yaitu kurang adanya saling percaya dan penghargaan yang tidak semestinya. Pelaku dapat menemukan alasan bahwa kecurangan hanya merupakan kewajibannya. 3. Balas dendam (revenge), yaitu ketidaksukaan yang berlebihan terhadap organisasi dapat mengakikatkan pelaku berusaha merugikan organisasi tersebut. 4. Tantangan (challenge), yaitu karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat mencari stimulasi dengan berusaha untuk “merusak sistem”, sehingga mendapatkan kepuasan sesaat atau pembebasan frustasi.
F. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Herman (2009) tentang pengaruh pengalaman dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap pendeteksian kecurangan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa variabel skeptisme profesional auditor merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan. Penelitian Taufik (2008) tentang Pengaruh Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesional Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud, yang berkesimpulan bahwa pengalaman kerja dan pendidikan profesional secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Penelitian Noviyanti (2007) tentang skeptisme profesional auditor dalam
mendeteksi
kecurangan,
yaitu
meneliti
faktor-faktor
yang
40
mempengaruhi skeptisme profesional auditor. Dengan kesimpulan bahwa jika auditor diberi penaksiran risiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan, dan kepribadian mempengaruhi sikap skeptisme profesional auditor. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriany (2012), dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadia Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh
negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejalagejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor mendeteksi gejala-gejala kecurangan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Matondang (2010), dalam penelitian menyatakan bahwa pengalaman, independensi dan keahlian professional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Penelitian yang dilakukan oleh Herty (2010), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel independensi dan profesionalisme auditor internal berpengaruh signifikan dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.
41
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. 1
2.
3
Nama Peneliti Fitriany (2012)
Judul Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadia Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan
Variabel Persamaan Perbedaan Pengalaman, Tipe kepribadian pendeteksian kecuranga, skeptisme
Noviyanti (2007)
Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan
Sketisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan
Independensi
Waluyo (2005)
Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksdi Kecurangan
Skeptisme, mendeteksi kecurangan
Independensi, pengalaman
Hasil Penelitian Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor mendeteksi gejalagejala kecurangan. Apabila seseorang diberi penaksiran resiko kecurangan yang tinggi akan menunjukan skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan dan kepribadian mempengaruhi sikap skeptisme profesional auditor menyatakan bahwa tipe skeptisme yang terdiri dari dukungan data dan tipe kepripadian berpengaruh pendeteksian kecurangan.
Bersambung pada halaman berikutnya
42
Tabel 2.1 (Lanjutan) No. 4.
5.
6.
Nama Peneliti Edy Herman (2009)
Judul Pengaruh Pengalaman Dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan
Matondang Pengaruh (2010) Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan Herty Pengaruh (2010) Independensi Dan Profesional Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah Dan Mendeteksi Terjadinya Fraud
Variabel Persamaan Perbedaan Pengalaman, independensi skeptisme, pendeteksian kecurangan
Hasil Penelitian hasil penelitianya menyatakan bahwa skeptisme dan pengalaman berpengaruh positif terhadap pendeteksian kecurangan
Pengalaman dan independensi
keahlian profesionalisme
Hasil penelitian menyatakan bahwa pengalaman, independensi dan keahlian professional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan
Independensi dan pendeteksian kecuarangan
Profesional Auditor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independensi dan profesionalisme auditor internal berpengaruh signifikan dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
43
G. Keterkaitan Antar Variabel 1. Pengalaman Auditor dengan Pendeteksian Kecurangan. Pengetahuan
dan
pengalaman
merupakan
keahlian
yang
berhubungan dengan profesionalisme dalam akuntansi yang diperlukan dalam auditing karena itu, pengetahuan dan pengalaman merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam tugas-tugas yang dilaksanakan oleh seorang auditor (Lee, 1995 dalam Arum, 2008:5). Penelitian Noviyani dan Bandi (2002) yang didukung oleh penelitian Tirta dan Sholihin (2004) dan Mui (2010) juga menyebutkan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan tentang kekeliruan dan kecurangan yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam mendeteksi kasus-kasus kecurangan dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman. Penelitian lain yang dilakukan fitriyani (2012) menyatkan bahwa pengalaman dan skeptisme berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan. Menurut Asih (2006:12) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal sebagai berikut: a) Mendeteksi kesalahan, b) Memahami kesalahan dan, c) Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Penelitian dalam psikologi (Hayes-Roth and Hayes-Roth 1975; Hutchinso 1983; Murpy and Wright 1984) telah menunjukan bahwa
44
seseorang dengan pengalaman lebih pada suatu bidang kajian tertentu, mempunyai lebih banyak hal yang disimpan dalam ingatannya. Oleh karena itu, dengan bertambahnya pengalaman auditing, jumlah kecurangan yang diketahui oleh auditor diharapkan akan bertambah. Berdasarkan konsep di atas maka peneliti menduga bahwa semakin banyak pengalaman audit yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin meningkatkan skeptisme profesionalnya. Selain itu, auditor yang telah berpengalaman diduga akan semakin meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1 : Pengalaman berpengaruh positif terhadap pendeteksian kecurangan.
2. Pengaruh Independensi terhadap Pendeteksian Kecurangan. Menurut Arens (2010:56) independensi adalah cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian evaliasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit. Menurut Mulyadi (2008:26) mendefinisikan independensi sebagai “keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan dari pihak lain, tidak terpengaruh terhadap orang lain” dan akuntan publik yang independen haruslah akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar dari akuntan dalam
mempertimbangkan
fakta
yang
dijumpainya
dalam
mempertimbangkan fakta yang dijumpai dalam pemeriksaan.
45
Hubungan antara Independensi auditor terhadap tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan dan kekeliruan Laporan Keuangan adalah ditinjau dari aspek – aspek independensi yang berupa kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemuinya dalam auditnya. Aspek ini disebut dengan independensi dalam kenyataan atau independence in facts, artinya seorang auditor harus mengungkapkan tentang temuan apa yang didapat dari Laporan Keuangan yang disusun oleh manajemen apakah Laporan Keuangan terjadi suatu kesalahan atau ketidakberesan sesuai dengan temuan atau fakta yang ada, oleh karena itu aspek tersebut disebut independence in fact, independensi merupakan sikap mental yang harus dipertahankan oleh auditor, jadi dalam menilai kewajaran suatu laporan keuangan seorang auditor tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun. Setyaningrum (2010:42). Selain itu auditor independen atau independensi auditor membantu memelihara integritas dan efisiensi dalam laporan keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk mendukung pemberi pinjaman dan kepada pemegang saham untuk memperoleh modal. (Mulyadi dan Kanaka 1998:56). Penelitian mengenai independensi cukup banyak diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Matondang (2010), dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
46
keuangan.
Hasil
penelitian
menyatakan
bahwa
pengalaman
dan
independensi berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Begitu juga dengan Penelitian Herty (2010) menyatakan Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
variabel
independensi
berpengaruh
signifikan dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam peneilitian ini akan dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha2 : Indepedensi berpengaruh positif terhadap Pendeteksian kecurangan.
3. Pengaruh
Skeptisme
Propesional
Auditing
terhadap
Pendeteksian
Kecurangan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2007) dalam penelitianya
yang
berjudul
“Skeptisme
auditor
dalam
mendeteksi
kecurangan” mengenai skeptisme profesional auditor dalam mendeteksi kecurangan,
hasilnya
menunjukan
bahwa
Auditor
dengan
tingkat
kepercayaan berbasis identifikasi jika diberi penaksiran resiko kecurangan yang tinggi berpengaruh secara signifikan, tipe kepribadian mempengaruhi sikap skeptisme professional audit berpengaruh secara signifikan. Hasil penelitian lain oleh Fullerton dan Durtschi (2004) yang menemukan adanya hubungan positif antara skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan. Fullerton dan Durtschi (2004), menyatakan bahwa auditor dengan
skeptisme
yang
tinggi
akan
meningkatkan
kemampuan
47
mendeteksinya dengan cara mengembangkan pencarian informasi-informasi tambahan bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan. Semakin banyak informasi tambahan yang diperoleh auditor maka akan semakin mampu auditor tersebut membuktikan benar atau tidaknya gejala-gejala kecurangan tersebut. Penelitian lain yang dilakukan Herman (2009) hasil penelitianya menyatakan bahwa skeptisme dan pengalaman berpengaruh positif terhadap pendeteksian kecurangan. Penelitian diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh waluyo (2005) menyatakan bahwa tipe skeptisme yang terdiri dari dukungan data dan tipe kepripadian berpengaruh pendeteksian kecurangan. Standar
profesional
akuntan
publik
menyatakan
skeptisme
profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit, auditor yang skeptik tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan bukti dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan, tanpa menerapkan skeptisme profesional auditor, hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan-kekeliruan saja dan sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya (Novianti, 2007). Berdasarkan
48
penjelasan tersebut, dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha3 : Skeptisme
profesional
auditor
berpengaruh
positif
terhadap
pendeteksian kecurangan.
H. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan suatu alat dalam menganalisa suatu konsep penelitian, penelitian ini akan menganalisis pengaruh Pengalaman, Indepedensi, dan Skeptisme Profesional Audit terhadap Pendeteksian Kecurangan, untuk menganalisanya menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu suatu uji penelitian untuk menganalisa pengaruh antara variable X (independen) terhadap variabel Y (dependen). Sebelum melakukan uji regresi linier berganda terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebagian acuan dalam menilai suatu pertanyaan yang layak atau tidak. Setelah itu dilakukan uji asumsi klasik yang kemudian dilakukan uji regresi linier berganda yang akan mewnghasilkan hasil penelitian, maka akan dibuat suatu kesimpulan sebagai hasil analisa. Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang Pengaruh Pengalaman, Indepedensi, dan Skeptisme Profesional Audit terhadap Pendeteksian Kecurangan adalah sebagai berikut:
49
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Pengalaman, Indepedensi dan Skeptisme Profesional Auditor terhadap Pendekteksian Kecurangan (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta) Pengaruh Pendekteksian Kecurangan Variabel Idependen
Variabel Dependen
Pengalaman(X1) (Asih, 2006), Simanjuntak, 2005)
Indepedensi (X2) (Sawyer, 2006) (Suryaningtiyas, 2007)
Pendekteksian (Ramaraya, 2008) (Herman, 2009) (Fedian, 2006)
Skeptisme Profesional (X3) (Waluyo, 2008) (Waluyo, 2011)
Metode Analisis : Uji Model Regresi Uji Asumsi Klasik Uji Regresi Berganda
Uji Statisitk F
Uji Statistik t
Koefisien Determinasi (Uji R2)
Analisis dan Pembahasan Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasana dan Saran
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Pendekteksian Kecurangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mngetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional Auditor terhadap variabel dependen, yaitu Pendeteksian Kecurangan. Populasi dari penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta.
B. Metode Pengumpulan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampling yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007:30). Metode convenience sampling digunakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah partner, manajer, auditor senior, supervisor dan auditor junior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta.
51
C. Metode Pengumpulan Data Menurut Hamid (2007:33) metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dilakukan melalui studi pustaka terutama yang berhubungan dengan data-data sekunder. Sementara itu data primer dapat dilakukan melalui studi lapangan berupa eksperimen, observasi dan wawancara dengan metode kuesioner. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, menggunakan data primer, sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Dimana pengumpulan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada auditor yang terdaftar di KAP-KAP yang tersebar di wilayah DKI Jakarta.
D. Metode Analisis Data Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan regresi berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS for windows 20.0, setelah semua data-data dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data yang terdiri dari: 1. Uji Statistik deskriptif Statistik
deskriptif
digunakan
untuk
memberikan
informasi
mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) 52
(Ghozali, 2009:19). Priyatno (2008:12) menjelaskan bahwa analisis deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, variasi, modus, dll. Juga dilakukan pengukuran skewness dan kurtosis untuk menggambarkan distribusi data apakah normal atau tidak.
2. Uji Kualitas Data Pengujian Pendekteksian Kecurangan data yang dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, maka kesediaan dan ketelitian dari para responden untuk menjawab setiap pertanyaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian ini. Keabsahan suatu jawaban sangat ditentukan oleh alat ukur yang ditentukan. Untuk itu, dalam melakukan uji Pendekteksian Kecurangan data atas data primer ini peneliti melakukan uji validitas dan uji reabilitas.
a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk membuktikan sejauh mana data yang terdapat di kuesioner dapat mengukur tingkat ke validitasan suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2009:49). Pengujian validitas ini menggunakan Total Correlation (Corrected Item), analisis ini dengan cara mengkolerasikan masing-masing skor item dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap
nilai
koefisien
korelasi
yang
overestimasi.
Pengujian
53
menggunakan dua sisi dengan taraf signifikasi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1) Jika rhitung ≥ rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid) 2) Jika rhitung < rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). (Priyatno, 2010:94).
b. Uji Reliabilitas Uji reabilitas adalah alat untuk menguji konsistensi jawaban reponden. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian ini menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan nilai sebesar 0,06. Apabila Cronbach Alpha dari suatu variabel ≥ 0,6 maka butir pertanyaan dalam instrumen penelitian tersebut adalah reliabel atau dapat diandalkan, dan sebaliknya jika nilai Cronbach Alpha < 0 < 6 maka butir pertanyaan tersebut tidak reliabel (Nunnaly,1967) dalam Ghozali (2009:46).
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen 54
dalam satu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel terhadap variabel dependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji multikolinieritas dilakukan menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen masih bisa ditolerir (Ghozali, 2009:96). b. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Penelitian yang menggunakan metode yang lebih handal untuk menguji data mempunyai distribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat Normal Probability Plot. Model Regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati normal, untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov – smirnov), adapun penjelasan mengenai uji normalitas data adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009:147). 55
c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroksiditas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroksiditas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau
jika
terjadi
heteroskedastisitas
(Ghozali,
2009:125). Pada saat mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat
(ZPRED)
dengan
residual
(SRESID).
Jika
grafik
plot
menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
telah
terjadi
heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serat titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125). 4. Uji Hipotesis a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan variabel
dependen
(Ghozali,
2009:88).
Dalam
penelitian
ini
menggunakan uji signifikan dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda
56
sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua arah (Suharyadi dan Purwanto S.K., 2009:88-89). Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat dilihat berdasarkan uji hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabel yaitu, 1) Apabila - thitung < - ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, 2) Apabila thitung ≤ ttabel atau - thitung ≥ - ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen (X) secara simultan (bersama-sama)mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). (Ghozali, 2009:88). Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
57
sebesar 5%, jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap
variabel
dependen.
Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
5. Analisis Regresi Linier Berganda a. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independen. Model persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e Keterangan: Y
: Pendeteksian Kecurangan
X1
: Pengalaman
X2
: Independensi
X3
: Skeptisme Profesional Audit
a
: Konstanta 58
bx
: Koefisien regresi
e
: Error Linearitas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda karena
memiliki variabel independen lebih dari satu, suatu model regresi berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas, seperti normalitas data (baik secara individu maupun model), bebas dari asumsi klasik statistik multikolineritas, autokorelasi, heteroskedastisitas. Model regresi linear berganda dikatakan model yang baik jika memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik. Dalam membuktikan kebenaran uji hipotesis yang diajukan digunakan uji statistik terhadap output yang dihasilkan dari persamaan regresi. b. Uji R2 (Koefisien Determinasi) Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Dalam pengujian hipotesis pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai R Square (R2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional Audit terhadap Pendeteksian Kecurangan. Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤1). Jika nilai R2 bernilai besar (mendekati 1) berarti variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika R2 bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas (Ghozali, 2009:87).
59
Dalam pengujian hipotesis kedua koefisien determinasi dilihat dari
besarnya
nilai
Adjusted
R-Square.
Kelemahaan
mendasar
penggunaan R2 adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R-square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2009:87). Oleh karena itu, digunakanlah Adjusted R-Square pada saat mengevaluasi model regresi linier berganda. E. Operasional Variabel Penelitian Menurut Hamid (2007:3), menyatakan bahwa “Batasan operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan, variable penelitian ini merupakan suatu atribut/sifat atau nilai dan orang objek kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. 1. Variabel Bebas (Variabel Independen) Variabel
bebas
adalah
variabel
yang
menjelaskan
atau
mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari: a. Pengalaman Tentang dampak pengalaman dalam kompleksitas tugas, tugas spesifik dan gaya pengambilan keputusan, memberikan kesimpulan
60
bahwa kompleksitas tugas merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan dalam pertambahan pengalaman. Auditor junior biasanya memperoleh pengetahuan dan pengalamannya terbatas dari buku teks sedangkan auditor senior mengembangkan pengetahuan dan pengalaman lewat pelatihan dan pengembangan lebih lanjut dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan (Asih, 2006:22). Pengalaman
kerja
dapat
memperdalam
dan
memperluas
kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja (Simanjutak, 2005:26).
b. Indepedensi. Independensi merupakan salah satu ciri paling penting yang dimiliki oleh profesi akuntan publik. Karena banyak pihak yang menggantungkan kepercayaannya kepada kebenaran laporan keuangan berdasarkan laporan auditor yang dibuat oleh akuntan publik. Sekalipun akuntan publik ahli, apabila tidak mempunyai sikap independensi dalam mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bias. Akuntan publik harus bersikap indpenden jika melaksanakan praktik publik (public pratice). Pratik publik adalah aktivitas profesi akuntan publik yang mempengaruhi publik (Suryaningtias, 2007:35). 61
Sawyer (2006:35) membagi 3 mengenai independensi, yaitu: independensi dalam verifikasi, independensi dalam program audit, dan independensi dalam pelaporan yang dapat diperuntukkan bagi akuntan publik atau auditor eksternal, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor internal dalam bersikap objektif. Independensi dalam hal ini adalah independensi dalam pelaporan dimana menurut Sawyer (2006:36) independensi dalam pelaporan menjadikan auditor internal: harus bebas dari perasaan untuk memodifikasi dampak dari fakta-fakta, harus bebas dari hambatan oleh pihak-pihak yang ingin meniadakan auditor dalam memberikan pertimbangan. Independensi akuntan publik dapat dibagi ke dalam 3 aspek; 1) Program Independen, yaitu Laporan audit akan mempunyai sedikit nilai jika didukung oleh
suatu penyelidikan secara
seksama.
Suatu
penyelidikan sesama mungkin tidak akan diminati oleh direktur. Sekalipun mereka tidak mempunyai apapun untuk disembunyikan, para direktur dapat mengurangi fee audit atau menerbitkan laporan keuangan dengan cepat setelah tahun berakhir dan hal seperti itu mungkin saja terjadi, 2) Independen investigasi (verifikasi), yaitu program independen melindungi kemampuan auditor untuk memilih strategi yang paling sesduai untuk hasil audit mereka dalam bekerja. Sedangkan investigasi independen melindungi cara dimana mereka menerapkan strategi ini. Auditor mempunyai pertanyaan bisnis perusahaan atau perlakuan akuntansi, transaksinya harus dijawab, 3) Laporan Independen, yaitu Jika
62
para direktur berusaha untuk menyesatkan pemegang saham dengan memberitahukan informasi akuntansi yang salah atau tidak sempurna, mereka pasti mencegah auditor dari perbuatannya terhadap publik. Ketika independen auditor menjadi rumit, tentu banyak kesalah pahaman terjadi dalam hubungan seperti penafsiran siatu standar akuntansi atau suatu perkiraan atau seperti suatu ketetapan untuk hutang yang tidak terbayar (Suryaningtiyas, 2007:37). Indepedensi akuntan publik merupakan salah satu karakter yang sangat penting untuk profesi akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap kliennya. Dalam melaksanakan pemeriksaaan, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai yang lainnya. Oleh karena itu dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri (Manggala, dkk. 2007:124).
63
c. Skeptisme Profesional Auditor Waluyo (2008:7) menyatakan bahwa Auditor menerapkan sikap skeptisme profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan prosedur audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang persuaive yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen dan pihak terkait selalu memiliki pikiran kritis, professional, bersikap jujur dan mempunyai sikap percaya diri (IFAC, 2004, ISA 240.23-25). Dalam ISA No. 200, dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti auditor membuat penaksiran yang kritis (critical assessment), dengan pikiran yang selallu mempertanyakan (questioning mind) terhadap validitas dan bukti audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontrakdiksi atau menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan realiabilitas dan dokumen, dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang diperoleh dan manajemen dan pihak yang terkait (IFAC, 2004). Skeptisme profesional dalam penelitian ini menggunakan definisi yang digunakan oleh standar profesional akuntan publik di Indonesia yaitu sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI, 2000, SA seksi 230.06: AICPA, 2002, AU 230.07). Skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
64
terhadap bukti audit. Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses tersebut (IAI. 2000, SA seksi 230; AICPA, 2002, AU 230). Skeptisme merupakan manifestasi dan obyektivitas. Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik atau melakukan penghinaan. Auditor yang memiliki skeptisme profesional yang memadai akan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Apa yang perlu saya ketahui?, (2) Bagaimana caranya saya bisa mendapat informasi tersebut dengan baik?, (3) Apakah informasi yang saya peroleh masuk akal?. Skeptisme profesional auditor akan mengarahkannya untuk menanyakan
setiap
isyarat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya fraud (Waluyo, 2008:24).
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung pada faktor-faktor lain dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pendeteksian Kecurangan. Deteksi kecurangan mencakup identifikasi
indikator-indikator
kecurangan (fraud indicators)
yang
memerlukan tindak lanjut auditor untuk melakukan investigasi. Ramaraya (2008:24) menyatakan bahwa pendeteksian kecurangan bukan merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor. Atas literatur yang tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang teridentifikasi yang menjadikan
65
pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga auditor gagal dalam usaha mendeteksi. Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator kecurangan (fraud indicators) yang memerlukan tindaklanjut auditor untuk melakukan investigasi. Ramaraya (2008:4) menyatakan bahwa pendeteksian kecurangan bukan merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor. Atas literatur yang tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang teridentifikasi yang menjadikan pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga auditor gagal dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor penyebab tersebut adalah: a. Karakteristik terjadinya kecurangan b. Standar pengauditan (SPI) mengenai pendeteksian kecurangan dan c. Lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit d. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian kecurangan. Ferdian, dkk (2006:2) manyatakan bahwa beberapa ahli pengauditan telah mendokumentasikan jenis-jenis kekeliruan dan kecurangan dalam laporan keuangan yang terjadi di lingkungan audit. Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kekeliruan (error). Kekeliruan dapat dideskripsikan sebagai ”unintentional mistakes” (kesalahan yang tidak disengaja). Kekeliruan dapat terjadi pada setiap tahap dalam pengelolaan transaksi, dari terjadinya transaksi, pendokumentasian, pencatatan, pengikhtisaran hingga proses menghasilkan laporan keuangan (Herman, 2009).
66
Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel
Sub Variabel
Variabel Independen Pengalaman 1. Membuat Auditor keputusan (X1),(Asih, 2006), (Simanjuntak, 2. Intensitas 2005) tugas dan pengem bangan karir
Indikator
a. Mampu membuat keputusan
Skala
Butir Pertanyaan
Interval
1
a. Dapat mengembangkan karir b. Seringnya melakukan tugas audit
2
a. Mampu mengetahui kekeliruan b. Mampu menganalisis masalah c. Mampu mengatasi permasalahan d. Dapat mendeteksi kecurangan
4
4. Lama kerja
a. Lama kerja sebagai auditor
8
5. Kompetensi
a. Peningkatan kompetensi sebagai auditor
9
3. Kemampuan kerja
3
5 6 7
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
67
Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel
Sub Variabel
Variabel Independen Independensi 1. Independensi Auditor (X2), dalam (Sawyer, program audit 2006), Suryaningtiyas , 2007)
2. Independensi dalam verivikasi
Indikator
Skala
Butir Pertanyaan
a. Percayaan diri akuntan publik b. Kemampuan akuntan publik c. Sikap akuntan publik dalam mengaudit. d. Bertanggung jawab dalam mengaudit. e. Kebebasan akuntan dalam mengaudit
Interval
1 2 3 4 5
a. Tidak ada tekanan dalam mengaudit b. Tidak boleh mengaudit perusahaan kerabat
7
3. Independensi dalam pelaporan
Skeptisme Profesional Auditor (X3), (Waluyo, 2008)
a. Akuntan publik harus teguh pada kode etik independensi b. Sikap independensi tolak ukur sikap akuntan publik c. Sikap independensi cermin ketaatan akuntan publik d. Independensi diatur berdasarkan standar profesi e. KAP mengikuti standar ketentuan IAI 1. Pikiran kritis a. Pikiran yang berisi pertanyaan-pertanyaan b. Kritis dalam mengevaluasi bukti audit 2. Profesional a. Memiliki kemahiran professional b. Memiliki independensi dan kompetensi 3. Asumsi tepat a. Asumsi yang tepat terhadap kejujuran klien. 4. Cermat dalam a. Adanya perencanaan dan pemeriksaan pelaksanaan audit yang laporan tepat. keuangan b. Adanya penaksiran kritis klien terhadap validitas bukti audit. c. Adanya penerapan sikap skeptisme profesional. 5. Pemahaman a. Waspada terhadap bukti terhadap bukti audit yang kontradiksi audit 6. Kepercayaan a. Memiliki kepercayaan diri diri yang tinggi
6
8 9 10 11 12 Interval
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
68
Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel
Sub Variabel
Variabel Dependen Pendeteksian 1. Memahami Kecurangan SPI (Ramaraya, 2008), 2. Karakteristik (Ferdian, kecurangan 2006), Herman, 2009)
Indikator
a. Memahami struktur pengendalian internal perusahaan
Skala
Butir Pertanyaan
Interval
1
a. Identifikasi indikatorindikator kecurangan b. Memahami karakteristik terjadinya kecurangan c. Adanya standar pengauditan untuk pendeteksian kecurangan
2
3. Lingkungan audit
a. Lingkungan yang mendukung pelaksanaan audit
5
4. Metode audit
a. Penggunaan metode dan prosedur audit efektif b. Adanya susunan langkahlangkah pendeteksian kecurangan
6
a. Menemukan faktor-faktor penyebab kecurangan b. Adanya perkiraan bentukbentuk kecurangan yang bisa terjadi. c. Dapat mengidentifikasi pihak yang melakukan kecurangan.
8
5. Bentuk kecuranga
3 4
7
9
10
6. Kemudahan akses 7. Uji dokumen dan personal
a. Adanya keterbukaan dari pihak manajemen a. Pengujian dokumendokumen atau informasiinformasi b. Kondisi mental dan pengawasan kerja Sumber: Asih (2006) dan Simanjuntak (2005), Sawyer (2006) dan Suryaningtyas
11 12
13
(2007), Waluyo (2008), Ramaraya (2008), Ferdian (2006) dan Herman (2009)
69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah disebar, dengan objek penelitian adalah auditor pada wilayah jakarta yang terdiri dari 9 Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu, KAP Ishak, Saleh, Soewondo & Rekan Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan – Jakarta Selatan, KAP Syarief Basir & Rekan Jl. TB. Simatupang 57 Jakarta, KAP Kosasih Nurdiyaman Tjahjo Jl. Jendral Sudirman Jakarta Pusat, KAP Teramihardja, Pradhono & Chandra Jl. Prof Satrio Kuningan Jakarta Selatan, KAP Hendrawinata Eddy & Siddharta Jl. H. R Rasuna Said Blok X2, Kav. 5 Jakarta, KAP DRS. Usman & Rekan Jl. Cipulir V No. 5 Kebayoran Lama Jakarta Selatan, KAP Pieter Uways & Rekan Jl. Warung Buncit Raya No. 16 Warung Jati Barat Jakarta, KAP Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto & Rekan Jl. Raya Pasar Minggu No. 39 A Jakarta Selatan, KAP Kanaka Puradiredja , Suhartono Jl. Prof Dr Supomo SH 178-A. Sampel diambil dengan metode convenience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007:15). Teknik pemilihan sampel ini dipilih karena pertimbangan lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga dapat
70
memudahkan peneliti dalam penggumpulan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner ke 9 KAP di wilayah Jakarta sejak bulan Mei 2013 sampai Juni 2013. Penyebaran kuesioner diberikan kepada responden, responden yang diberikan adalah auditor pada KAP yang berada di wilayah jakarta dengan harapan memberikan jawaban yang baik dan akurat, sehingga menghasilkan suatu penelitian yang lebih baik lagi. Sampel yang diambil sebanyak 9 KAP dari keseluruhan KAP yang berada di wilayah Jakarta, dengan distribusi yang terlihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian No. 1 2 3
Nama KAP
KAP Ishak, Saleh KAP Syarief Basir & Rekan KAP Kosasih Nurdiyaman Tjahjo 4 KAP Teramihardja, Pradhono & Chandra 5 KAP Hendrawinata Eddy & Siddharta 6 KAP DRS. Usman & Rekan 7 KAP Pieter Uways & Rekan 8 KAP Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto & Rekan 9 KAP Kanaka Puradiredja, Suhartono Total Sumber data: Data primer yang diolah
Wilayah Jakarta Selatan Jakarta Selatan Jakarta Pusat
Kuesioner Dikirim 10 20 30
Kuesioner Dikembalikan 10 10 30
Jakarta Selatan
20
20
Jakarta Selatan
10
10
Jakarta Selatan Jakarta Selatan Jakarta Selatan
10 10 10
7 5 6
Jakarta Selatan
10
5
130
103
71
Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 27 buah atau 21%. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 103 buah atau 79%. Gambaran mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian Keterangan Penyebaran kuesioner Kuesioner yang terkumpul Kuesioner yang tidak terkumpul Kuesioner yang dapat diolah Sumber: Data primer yang diolah
Jumlah 130 103 27 103
Persentase 100% 79% 21% 79%
2. Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase jenis kelamin, umur responden dan pendidikan terakhir responden dan pengalaman kerja. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang berada pada wilayah jakarta. Kuisioner disebar dengan harapan dapat diisi berdasarkan responden, sehingga akan menghasilkan suatu penelitian yang balance. Pada karakteristik reponden, terdapat 103 responden yang terdiri dari para auditor yang dapat mewakili dan menjadi responden. Data mengenai karakteristik responden ditampilkan pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Data Statistik Responden Deskripsi Jumlah Responden Jenis Pria Kelamin Wanita Bersambung Ke Halaman Berikutnya
Jumlah 103 76 27
Persentase (%) 100% 74% 26%
72
Tabel 4.3 (Lanjutan) Deskripsi Jumlah Responden Jenis Pria Kelamin Wanita Umur Jumlah Responden 20 - 25 tahun 26 - 31 tahun > 31 tahun Pendidikan Jumlah Responden Terakhir D3 D4 S1 S2 S3 Pengalaman Jumlah Responden Kerja < 1 Tahun 1 - 3 Tahun 3 - 10 Tahun > 10 Tahun Sumber: data primer yang diolah
Jumlah 103 76 27 103 59 34 10 103 4 0 90 9 0 103 13 59 31 0
Persentase (%) 100% 74% 26% 100% 57% 33% 10% 100% 4% 0% 87% 9% 0% 100% 13% 57% 30% 0%
Berdasarkan data statistik responden berdasarkan jenis kelamin, umur responden, pendidikan terakhir dan pengalaman kerja dapat dilihat pada grafik berikut ini: Gambar 4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Sumber: data primer yang diolah
73
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 76 responden atau sebesar 74%, sedangkan responden yang berjenis kelamin wanita sebanyak 27 responden atau sebesar 26%. Gambar 4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan grafik di atas data responden berdasarkan umur responden terlihat bahwa jumlah responden yang memiliki umur 20 – 25 tahun sebanyak 59 responden atau sebesar 57%, sedangkan responden yang memiliki umur 26 – 31 tahun sebanyak 34 responden atau sebesar 33% dan responden yang memiliki umur di atas 31 tahun sebanyak 10 responden atau sebesar 10%.
74
Gambar 4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan grafik di atas data responden berdasarkan pendidikan terakhir responden terlihat bahwa jumlah responden yang berpendidikan terakhir D3 sebanyak 4 responden atau sebesar 4%, sedangkan responden yang berpendidikan terakhir D4 sebanyak 0 responden atau sebesar 0% sedangkan responden yang berpendidikan terakhir S1 sebanyak 90 responden atau sebesar 87%, responden yang berpendidikan terakhir S2 sebanyak 9 responden atau sebesar 9%. sedangkan responden yang berpendidikan terakhir S3 sebanyak 0 responden atau sebesar 0%.
75
Gambar 4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan grafik di atas data responden berdasarkan pengalaman kerja responden terlihat bahwa jumlah responden yang berpengalaman kerja kurang dari 1 tahun sebanyak 13 responden atau sebesar 13%, sedangkan responden yang berpengalaman kerja 1 – 3 tahun sebanyak 59 responden atau sebesar 57% sedangkan responden yang berpengalaman kerja 3 - 10 tahun sebanyak 31 responden atau sebesar 30%, responden yang berpengalaman kerja lebih dari 10 tahun sebanyak 0 responden atau sebesar 0%.
76
B. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Pengukuran statistik deskriptif variabel dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai kisaran teoritis, kisaran aktual, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing - masing variabel yaitu disajikan sebagai berikut: Tabel 4.4 Statistik Deskriptif N PG ID SK PK Valid N (listwise)
Descriptive Statistics Minimum Maximum 103 2.89 5.00 103 3.00 5.00 103 3.00 5.00 103 3.00 5.00 103
Mean 4.0354 4.0441 4.0379 4.0491
Std. Deviation .49886 .43661 .44438 .43927
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat didekripsikan bahwa jumlah responden (N) ada 103. Dari 103 responden ini variabel pengalaman memiliki nilai minimum 2,89, nilai maksimum 5, nilai mean 4,0354, dengan standar deviasi 0,49886, Independensi memiliki nilai minimum 3, nilai maksimum 5, nilai mean 4,0441, dengan standar deviasi 0,43661, skeptisme profesional auditor memiliki nilai minimum 3, nilai maksimum 5, nilai mean 4,0379, dengan standar deviasi 0,44438. Sedangkan pada variabel dependen (pendeteksian kecurangan) nilai minimum 3, nilai maksimum 5, nilai mean 4,0491 dengan standar deviasi 0,43927.
77
2. Hasil Uji Kualitas Data a. Hasil Uji Validitas Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung angka korelasional atau rhitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan rtabel. Nilai rtabel 0,195, didapat dari jumlah kasus - 2, atau 103 – 2 = 101, tingkat signifikansi 5%, maka didapat rtabel 0,195. Setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan rtabel (Imam Ghozali, 2009:53). Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid, karena koefisien korelasi (rhitung) > rtabel. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel pengalaman dengan 103 sampel responden. Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Pertanyaan
Nilai rtabel
PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9
Nilai rhitung 0,770 0,663 0,539 0,673 0,731 0,474 0,581 0,560 0,461 Sumber: data primer yang diolah
0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
78
Variabel pengalaman terdiri atas 9 butir pernyataan, dari ke-9 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel Independensi dengan 103 sampel responden. Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Pertanyaan Nilai rhitung 0,566 IN1 0,644 IN2 0,574 IN3 0,632 IN4 0,513 IN5 0,566 IN6 0,471 IN7 0,690 IN8 0,603 IN9 0,415 IN10 0,408 IN11 0,430 IN12 Sumber: data primer yang diolah
Nilai rtabel 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Variabel independensi terdiri atas 12 butir pernyataan, dari ke 12 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel skeptisme profesonal auditor dengan 103 sampel responden. Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Profesional Auditor Pertanyaan Nilai rhitung 0,597 SK1 0,477 SK2 0,402 SK3 0,529 SK4 0,621 SK5 0,590 SK6 0,613 SK7 0,481 SK8 0,487 SK9 0,479 SK10 Sumber: data primer yang diolah
Nilai rtabel 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
79
Variabel skeptisme professional auditor terdiri atas 10 butir pernyataan, dari ke-10 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel pendeteksian kecurangan dengan 103 sampel responden. Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian Kecurangan Pertanyaan Nilai rhitung 0,602 PK1 0,496 PK2 0,548 PK3 0,492 PK4 0,400 PK5 0,635 PK6 0,677 PK7 0,407 PK8 0,412 PK9 0,625 PK10 0,499 PK11 0,634 PK12 0,642 PK13 Sumber: data primer yang diolah Variabel
pendeteksian
Nilai rtabel 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195
kecurangan
terdiri
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
atas
13
butir
pernyataan, dari ke-13 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). b. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi internal teknik yang digunakan adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha dengan bantuan program SPSS 20. Nilai alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari 0,60 dalam (Ghozali, 2009:48).
80
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengalaman Independensi Skeptisme Profesionalisme Auditor Pendeteksian Kecurangan Sumber: Data primer yang diolah
Cronbach's Alpha 0,872 0,863 0,833 0,871
N of Items 9 12 10 13
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Tabel 4.9 di atas menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel pengalaman sebesar 0,872, variabel independensi sebesar 0,863, variabel skeptisme profesionalisme auditor sebesar 0,833, dan variabel pendeteksian kecurangan sebesar 0,871. sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner semua variabel ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2009: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
81
3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Data Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh
harus
dilakukan
uji
normalitas
terhadap
data
yang
bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov – smirnov), adapun penjelasan mengenai uji normalitas data adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009:147): 1) Hasil Uji Normalitas Secara Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
82
normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Imam Ghozali, 2009:147). Adapun hasil perhitungan uji normalitas dengan melihat dari segi grafik yang ditunjukan pada gambar grafik p-p plot berikut ini:
Gambar 4.5: Uji Normalitas Data Secara Grafik Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas (Imam Ghozali 2009:112).
83
2) Hasil Uji Normalitas Secara Statistik Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik (Imam Ghozali, 2009:149). Adapun hasil perhitungan uji normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji Kolmogorof-Smirnov adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Uji Normalitas Secara Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PG ID N 103 103 Mean 4.0354 4.0441 a,b Normal Parameters Std. Deviation .49886 .43661 Absolute .084 .086 Most Extreme Differences Positive .064 .086 Negative -.084 -.054 Kolmogorov-Smirnov Z .849 .874 Asymp. Sig. (2-tailed) .466 .430 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
SK 103 4.0379 .44438 .074 .068 -.074 .751 .626
PK 103 4.0491 .43927 .068 .068 -.066 .685 .736
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.10 di atas uji Kolmogorov - Smirnov dapat diketahui bahwa seluruh variabel memiliki nilai sig. > 0,05, ini mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal (Ghozali, 2009:147).
b. Hasil Uji Multikolienaritas Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
84
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolonieritas a Coefficients
Model
Collinearity Statistics Tolerance
(Constant) PG 1 ID SK a. Dependent Variable: PK
.453 .218 .155
VIF 2.207 4.593 6.463
Sumber: data primer yang diolah Tabel 4.11 di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing - masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas. c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukan bahwa variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat pada gambar berikut:
85
Gambar 4.6: Uji Heteroskedastisitas Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. (Imam Ghozali 2009:107).
4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda a. Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2) Menurut Ghozali (2009:87) untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square). Adapun hasil uji determinasi Adjusted R2.
86
Tabel 4.12 Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2) b
Model
Model Summary R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate
R a
1 .865 .748 a. Predictors: (Constant), SK, PG, ID b. Dependent Variable: PK
.741
.22362
Durbin-Watson 2.165
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.12 di atas menyatakan bahwa nilai koefisien nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) adalah 0,741. Hal ini berarti 74,1% variasi dari pendeteksian kecurangan bisa
dijelaskan
oleh
variasi
variabel
independen
(pengalaman,
independensi dan skeptisme profesionalisme auditor). Sedangkan sisanya (100% - 74,1% = 25,9%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini kompetensi (Setyaningrum, 2010), tipe kepribadian, beban kerja (Fitriany, 2012). b. Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, adapun hasil uji regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda a
Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model (Constant) PG ID SK a. Dependent Variable: PK 1
.360
.219
.228 .313 .372
.066 .109 .127
Standardized Coefficients Beta .259 .311 .377
Sumber: data primer yang diolah
87
Berdasarkan tabel 4.13 di atas hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi di atas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut: Y= 0,360 + 0,228 X1 + 0,313 X2 + 0,372 X3 Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar 0,360. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel pengalaman, independensi dan skeptisme profesionalisme auditor dianggap konstan atau bernilai 0 (nol), maka pendeteksian kecurangan akan meningkat sebesar 0,360 satuan atau 36 %. Koefisien regresi pada variabel pengalaman sebesar 0,228, hal ini berarti jika variabel independensi bertambah satu satuan maka variabel pendeteksian kecurangan akan meningkat sebesar 0,228 satuan atau 22,8%, dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Koefisien regresi pada variabel independensi sebesar 0,313, hal ini berarti jika variabel independensi bertambah satu satuan maka variabel pendeteksian kecurangan akan meningkat sebesar 0,313 satuan atau 33,3 %, dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Koefisien regresi pada variabel skeptisme profesionalisme auditor sebesar 0,372, hal ini berarti jika variabel skeptisme profesionalisme auditor bertambah satu satuan maka variabel pendeteksian kecurangan akan meningkat sebesar 0,372 satuan atau 37,2 %, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
88
5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen secara simultan (bersama - sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Tabel 4.14 Hasil Uji Statistik F (Simultan) a Model 1
Regression Residual
ANOVA Sum of Squares df Mean Square 14.731 3 4.910 4.950 99 .050
Total 19.682 a. Dependent Variable: PK b. Predictors: (Constant), SK, PG, ID
F 98.200
Sig. b .000
102
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.14 di atas menyatakan bahwa hasil uji F dapat dilihat pada tabel di atas nilai Fhitung diperoleh sebesar 98,200 > Ftabel sebesar 2,70 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sehingga dapat
dikatakan
bahwa
pengalaman,
independensi,
skeptisme
profesionalisme auditor terhadap pendeteksian kecurangan berpengaruh secara simultan (bersama-sama). b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
89
masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88). Tabel 4.15 Hasil Uji t (Parsial) a
Coefficients Unstandardized Coefficients
Model
B (Constant) PG 1 ID SK a. Dependent Variable: PK
Std. Error .360
.219
.228 .313 .372
.066 .109 .127
Standardized Coefficients Beta .259 .311 .377
t
Sig.
1.645
.103
3.461 2.877 2.940
.001 .005 .004
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa pengaruh pengalaman, independensi, skeptisme profesionalisme auditor terhadap pendeteksian kecurangan menunjukkan pengaruh yang signifikan. Berikut ini adalah hasil penjelasan mengenai pengaruh antar variabel independen terhadap pendeteksian kecurangan: 1) Pengaruh Pengalaman Terhadap Pendeteksian Kecurangan Variabel pengalaman dengan nilai thitung sebesar 3,461 > 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti pengalaman
berpengaruh
signifikan
secara
parsial
terhadap
pendeteksian kecurangan. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriany (2012), dalam penelitianya yang berjudul “Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadia Terhadap Skeptisme Profesiona Dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan”.
Metode
yang
digunakan
adalah
90
menggunakan regresi linier berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor mendeteksi gejala - gejala kecurangan. Dengan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor, maka akan semakin tinggi atau semakin baik dalam mendeteksi kecurangan. Dengan hasil tersebut kantor akuntan publik harus memberikan pelatihan bagi auditor dalam meningkatkan kemampuan bagi mereka dan memberikan kompensasi yang layak dan sesuai kebutuhan auditor, karena semakin lamanya auditor bekerja maka akan semakin baik pekerjaan yang dilaksanakan. Sehingga
akan
meningkatkan
pendeteksian
kecurangan
yang
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Sukriah, dkk (2009) menyimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan. 2) Pengaruh Independensi Terhadap Pendeteksian Kecurangan Variabel independensi dengan nilai thitung sebesar 2,877 > 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti independensi berpengaruh positif secara parsial terhadap pendeteksian
91
kecurangan. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Matondang (2010), dalam penelitianya yang berjudul “Pengaruh Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme terhadap pencegahan
dan
pendeteksian
kecurangan
penyajian
laporan
keuangan”, metode yang digunakan menggunakan regresi linier berganda. Disimpulkan pengalaman, independensi dan keahlian professional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin tingginya independensi seorang auditor maka akan semakin tinggi mendeteksi kecurangan. Berdasarkan hasil tersebut maka kantor akuntan publik perlu melakukan motivasi dan melakukan pengawasan terhadap auditor, sehingga akan meningkatkan pendeteksian kecurangan. Dengan meningkatnya pendeteksian kecurangan maka akan semakin baiknya kualitas audit dan akan menyajikan laporan keuangan yang lebih baik lagi sehingga dapat dipercaya perusahaan dalam mengaudit laporan keuangan.
3) Pengaruh Skeptisme Profesionalisme Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan Variabel skeptisme profesionalisme auditor dengan nilai thitung sebesar 6,642 > 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti skeptisme profesionalisme auditor berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pendeteksian kecurangan. Hasil sesuai dengan
92
penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2005), dalam penelitianya yang berjudul “Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksdi Kecurangan”,
metode
yang
digunakan
dalam
penelitianya
menggunakan refresi linier bverganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa tipe skeptisme yang terdiri dari dukungan data dan tipe kepripadian berpengaruh pendeteksian kecurangan. Hasil penelitian membuktikan bahwa semakin meningkat skeptisme
auditor
maka
akan
semakin
tinggi
pendeteksian
kecurangan, dengan hasil tersebut maka kantor akuntan publik harus melakukan peningkatan pelatihan terhadap auditor agar lebih professional lagi, sehingga akan meningkatkan kualitas audit yang lebih baik lagi dan menyajikan laporan keuangan yang semakin baik. C. Interpretasi 1. Pengaruh Pengalaman Terhadap Pendeteksian Kecurangan Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara pengalaman terhadap pendeteksian kecurangan dilihat berdasarkan nilai signifikan kurang dari 0,05. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriany (2012), dalam penelitianya yang berjudul “Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadia Terhadap Skeptisme Profesiona Dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan”. Metode yang digunakan adalah menggunakan regresi linier berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-
93
gejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor mendeteksi gejala - gejala kecurangan. Hal ini membuktikan bahwa pengalaman menjadi faktor yang mempengaruhi pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda ditemukan hasil signifikan dan positif hal ini membuktikan bahwa semakin berpengalaman auditor maka akan semakin tinggi tingkat pendeteksian kecurangan.
2. Pengaruh Independensi Terhadap Pendeteksian Kecurangan Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara independensi terhadap pendeteksian kecurangan dilihat berdasarkan nilai signifikan kurang dari 0,05. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Matondang (2010), dalam penelitianya yang berjudul “Pengaruh Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan”, metode yang digunakan menggunakan regresi linier berganda. Disimpulkan
pengalaman,
independensi
dan
keahlian
professional
berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Hal ini membuktikan bahwa independensi menjadi faktor yang mempengaruhi pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda ditemukan hasil signifikan dan positif hal ini membuktikan bahwa semakin independensi maka akan semakin tinggi tingkat pendeteksian kecurangan.
94
3. Pengaruh Skeptisme Profesionalisme Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara skeptisme profesionalisme auditor terhadap pendeteksian kecurangan dilihat berdasarkan nilai signifikan kurang dari 0,05. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2005), dalam penelitianya yang berjudul “Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksdi Kecurangan”, metode yang digunakan dalam penelitianya menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa tipe skeptisme yang terdiri dari dukungan data dan tipe kepripadian berpengaruh pendeteksian kecurangan. Hasil regresi menyatakan bahwa skeptisme profesionalisme auditor berpengaruh dan signifikan serta positif terhadap pendeteksian kecurangan, hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya skeptisme profesionalisme auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian kecurangan.
95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pengalaman, independensi, skeptisme profesionalisme auditor berpengaruh positif terhadap pendeteksian kecurangan. Responden penelitian ini berjumlah 103 orang auditor di wilayah Jakarta. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda ditemukan bahwa pengalaman, independensi, skeptisme profesionalisme auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Herman (2009). 2. Dalam penelitian ditemukan bahwa variabel skeptisme memiliki pengaruh paling dominan terhadap pendeteksian kecurangan, hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai standard coefficient beta sebesar 0,377. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pengalaman memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pendeteksian kecurangan, dengan demikian semakin tingginya pengalaman dari seorang auditor maka akan
96
semakin tinggi pula pendeteksian kecurangan. Hal ini membuktikan bahwa dengan pengalaman yang lama akan meningkatkan keahlian auditor dalam pendeteksian kecurangan. Maka bagi KAP perlu melakukan pelatihan yang lebih baik lagi dan mempertahankan auditor yang bekerja dengan baik dengan memberikan kenyamanan yang baik dengan pemberian kompensasi bagi auditor sesuai kebutuhanya. Karena semakin banyak pengalaman maka semakin semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan auditor, hal ini sesuai dengan pendapat Sukriah, dkk (2009) menyimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikanhasil yang baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan
yang
cukup
dalam
menjalankan
tugasnya.kenyataan
menunjukkan bahwa semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman yang dimiliki pekerja tersebut.Sebaliknya, semakin singkat masa kerja berarti semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang cukup namun sebaliknya,keterbatasab kerja mengakibatkan tingkat keterampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Kebiasaan unuk melakukan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja.
97
2. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa independensi memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pendeteksian kecurangan, dengan hasil ini maka dapat dilihat bahwa semakin tingginya independensi seorang auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian kecurangan, sehingga perlu adanya pengawasan mengenai peningkatan independensi dengan memberikan pelatihan mengenai independensi.
3. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa skeptisme profesionalisme auditor memiliki pengaruh yang signifikan dan positif dan merupakan variabel yang paling besar berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan, dengan hasil ini maka dapat dilihat bahwa semakin tingginya skeptisme profesionalime auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian kecurangan, hal ini membuktikan bahwa bagi pihak KAP perlu melakukan penerapan skeptisme auditor lebih baik lagi. Auditor menerapkan sikap skeptisme profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan prosedur audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang persuaive yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen dan pihak terkait bersikap jujur dan mempunya integritas Waluyo (2008:7). Maka perlu adanya skeptisme agar kualitas laporan keuangan semakin baik.
C. Saran Hasil menyatakan bahwa pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor sangat penting dalam meningkatkan pendeteksian kecurangan maka perlu adanya peningkatan pengalaman, independensi dan
98
skeptisme profesional auditor yang lebih baik, dengan demikian peneliti akan memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya: 1. Melakukan penelitian dengan waktu yang cukup dan tidak terburu-buru, agar mendapat hasil yang lebih baik dan lebih teliti lagi. 2. Memberikan waktu yang cukup kepada responden, pertama agar responden dapat mencerna seluruh pertanyaan yang ada dikuesioner, kedua agar mereka dapat menjawab pertanyaan dengan tepat. 3. Menambahkan jumlah variabel yang dapat mempengaruhi pendeteksian kecurangan, sehingga akan menghasilkan data yang lebih baik lagi. 4. Menggunakan alat uji yang lebih baik lagi agar menghasilkan data yang akurat 5. Lebih teliti lagi dalam pemilihan variabel dan dan jumlah penyebaran yang ditambah lagi agar menciptakan data yang baik dan normal. 6. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan menggambarkan secara deskriptif variabel yang akan diteliti dan memperluas objek penelitian. 7. Dalam penelitian selanjutnya, perlu diperbaiki alternatif jawaban responden, sehingga tidak ada responden memiliki lebih dari 1 jawaban.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abriyani, Puspaningsih, 2004. “Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Manajer Perusahaan Manufaktur”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Jakarta. Amrizal, (2004). ”Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor”. Jakarta: Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Deputi Bidang Investigasi. Arens A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley, 2006. Auditing dan Jasa Assurance : Pendekatan Integrasi (Alih Bahasa: Herman Wibowo), Jilid 1, Edisi Keduabelas, Penerbit Erlangga, Jakarta. Arens, A. & Loebbecke, J.K. (2003). Auditing Pendekatan Terpadu buku 1 (edisi 8). (Alih bahasa, Jusuf, A. A.) Jakarta: Penerbit Salemba Empat. _______, Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. (2010). Auditing Dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Erlangga. Arum, Puspa. (2008) “Pengaruh Persuasi Atas Preferensi Klien Dan Pengalaman Audit Terhadap Pertimbangan Auditor Dalam Mengevaluasi Bukti Audit, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Volume 5 – Nomor 2, Desember 2008, Universitas Jambi, Jambi Asih, Dwi Annaning Tyas, 2006. “Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing”. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta,. BAPEPAM. (2002). Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-20/PM/2002 bertanggal 12 november 2002, perturan No. VIII.A.2 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Jakarta:BAPEPAM Beasley, M.S., Carcello, J.V., and Hermanson, D.R. (2001). “Top 10 Audit Deficiencies”. Journal of Accountancy. Boynton, William C., Johnson Raymond dan Kell, Walter G. (2003). “Modern Auditing”. Seven Edition. New York: Juhn Willey and Sons Inc. Dian, Indri Purnamasari, 2005. ”Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Hubungan Partisipasi dengan Efektifitas Sistem Informasi”, Jurnal Riset Akuntansi Keuangan, Jakarta.
100
Fahmi, Irham, 2008. “Analisis Kredit dan Fraud: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif”. Alumni, Bandung,. Ferdian, Riki dan Na’im, Ainun, 2006. “Pengaruh Problem-Based Learning (PBL) pada Pengetahuan tentang Kekeliruan dan Kecurangan (errors and irregularities)”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang,. Fitriany, Hafifah Nasution, 2012. “Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan”, Universitas Indonesia, Jakarta. Fullerton, Rosemary R., and Durtschi, Cindy. (2004). The Effect of Professional Skepticism on The Fraud Detection Skills of Internal Auditors. Working Paper Series. March 5, 2012. http://www.ssrn.com Ghozali, Imam, 2009.”Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang Halim, Abdul, 2008. “Auditing: Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”, Edisi Keempat. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Hamid, Abdul, 2007. “Panduan Penulisan Skripsi”. FEIS UIN Press, Jakarta. Herliansyah, Yudhi dan Ilyas, Meifida, 2006. “Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Penggunaan Bukti tidak Relevan dalam Auditor Judgment”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Herman, Edy, 2009. “Pengaruh Pengalaman dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan”, Universitas Islam Negeri, Jakarta. Herty, Safitri YunintaSari, 2010. “Pengaruh Independensin Dan Profesionalisme Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah Dan Mendeteksi Terjadinya Fraud”. UIN. Jakarta. Ida, Suraida. 2005. “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”. Sosiohumaniora, Vol. 7 No. 3, November 2005: 186-202. Ikatan Akuntan Indonesia 2001. Standar Auditing Seksi 316 : “Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan”. Standar Profesional Akuntan Publik. IAI-KAP. Jakarta : Salemba – Empat.
101
Isalinda, Michiko, 2011. “Analisis pengaruh trust, fraud risk assessment, dan pengalaman auditor terhadap skeptisme profesional auditor dalam pendeksian kecurangan”. Universitas Islam Negeri, Jakarta. Kushasyandita, Sabhrina, 2012. “Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, Dan Gender Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Melalui Skeptisisme Profesional Auditor”, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang. Kusumastuti, Rika Dewi, 2008. ” Pengaruh Pengalaman, Komitmen Profesional, Etika Organisasi, Dan Gender Terhadap Pengambilan Keputusan Etis Auditor ”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Matondang, Jordan, 2010. “Pengaruh Pengalaman Audit, Independsi, Dan Keahlian Profesional Terhadap Pencegahan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan”, Univestias Islam Negeri, Jakarta. Mui, Grace Yanchi, 2010. “Factors That Impact On Internal Auditors’ Fraud Detection Capabilities – A Report For The Institute of Internal Auditors Australia”. Center for Business Forensics HELP University Malaysia. Mulyadi, Puradiredja, Kanaka. (1998). Auditing, buku dua 5th Edition. Salemba Empat _______, Puradiredja, Kanaka. (2002). Auditing. Jilid 1. Edisi 6. Salemba Empat, Jakarta. _______. “Auditing”. Edisi Enam; cetakan kesatu. Salemba Empat, Jakarta, 2002. _______. 2008. Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat. Noviani, Bandi. “Pengaruh Pengalaman Dan Pelatihan Terhadap Struktur Pengetahuan Auditortentang Kekeliruan”, universitas negeri semarang, 2002. Noviyanti, Suzy. “Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi Kecurangant”. Konferensi Akuntansi Pertama Universitas Indonesia. Depok, 2007. Payama J Simanjuntak. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE Universitas Indonesia. Pia, Yanti. “Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi, Dan Independensi Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor”. FEIS UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2009.
102
Ramaraya, Tri. ”Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1 (hal. 23-33). Mei 2008. Sawyer, B, Lawrence, 2006. Dittenhofer A, Mortimer., dan Scheiner H, James. “Internal Auditing”. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Setyaningrum, 2010. “Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan Dan Kekeliruan Laporan Keuangan”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Surabaya, Singgih Santoso, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia Sukriah, dkk. (2009). “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”. Simposium Nasional Akuntansi 12. Palembang. Surat Keputusan Menkeu No. 359/KMK.06/2003 tentang perubahan atas Kep Menkeu No. 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. www. depkeu.go.id, 2003 Suryaningtiyas, “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik”, Fakultas Ekonomi Widyatama, Jakarta, 2007 Taufik, Muchammad. “Pengaruh Pengalaman Kerja dan pendidikan Profesional Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud”. FEIS UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2008. Waluyo, Agung “Skeptisme professional kecurangan”, Junal 2005.
auditor
dalam
pendeteksian
103
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
KUESIONER
PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN Sebagai Syarat Tugas Akhir Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh: MUHAMMAD YUSUF AULIA (206082004000)
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
104
Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner Penelitian Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i Responden Di tempat Dengan hormat, Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata satu (S1) pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya: Nama
: MUHAMMAD YUSUF AULIA
Nim
: 206082004000
Jurusan
: Akuntansi Audit
Telpon
: 081219534007
Mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja ditempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian. 1. Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku. 2. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
(Muhammad Yusuf Aulia)
105
A. Identitas Responden Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya mengharapkan kepada Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi data-data berikut: Nama
: ………………………………
Nama KAP
: ……………………………….
Jenis Kelamin
:
Umur
: …………… tahun
Posisi Terakhir
:
Pendidikan Terakhir
Pengalaman Kerja
:
:
Laki-Laki
Auditor Senior
Perempuan
Partner
Manajer
Supervasior
Auditor Junior
D3
D4
S2
S3
< 1 tahun
1-3 tahun
3-10 tahun
> 10 tahun
S1
B. Mohon Bapak/Ibu/saudara/ menjawab pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak/Ibu/Saudara. Keterangan: STS : Sangat Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
R
: Ragu-ragu
N
: Netral
S
: Setuju
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju
SS
: Sangat Setuju
106
Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Pengalaman Auditor (X1)
Pernyataan 1.
STS
TS
N
S
SS
Pengalaman auditor berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat.
2.
Pengalaman dalam pekerjaan pada umumnya dapat mengembangkan karir.
3.
Pengalaman auditor sudah pasti meningkat karena seringnya melakukan tugas.
4.
Pengalaman dapat membantu auditor mengetahui kekeliruan disuatu perusahaan berikut penyelesaiannya.
5.
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki auditor, semakin besar kemampuan auditor dalam mengatasi setiap permasalahan yang ada.
6.
Pengalaman membantu auditor dalam menganalisis masalah.
7.
Pengalaman membantu auditor dalam memprediksi dan mendeteksi masalah secara profesional.
8.
Auditor dikatakan berpengalaman bila menjalankan tugas lebih dari tiga tahun.
9.
Auditor junior untuk mencapai kompetensinya dapat belajar dari pengalaman pada auditor seniornya.
107
Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Independensi (X2)
Pernyataan 1. Dalam pelaksanaan audit, akuntan publik memiliki rasa percaya diri 2. Dalam melakukan audit, akuntan publik memiliki kemampuan dan keahlian. 3. Dalam melakukan audit,akuntan publik bersikap jujur dan adil 4. Rasa tanggung jawab yang tinggi harus dimiliki akuntan publik dalam melakukan audit 5. Akuntan publik diberi kebebasan dalam mengaudit 6. Dalam melaksanakan audit seorang akuntan publik bebas dari tekanan klien 7. Akuntan publik tidak diperbolehkan mengaudit laporan keuangan perusahaan milik kerabat 8. Dalam setiap perikatan audit, akuntan publik memegang teguh kode etik independensi 9. Sikap independensi merupakan ukuran profesionalisme seorang auditor 10. Sikap independensi merupakan cermin ketaatan akuntan publik terhadap standar profesi 11. Independensi diatur sesuai dengan standar profesi akuntan publik 12 KAP mengikuti standar ketentuan IAI tentang independensi professional auditor
STS
TS
N
S
SS
108
Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Skeptisme Profesional Auditor (X3)
Pernyataan 1. Skeptisme profesional auditor mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. 2. Skeptisme profesional perlu dimiliki oleh auditor terutama saat memperoleh dan mengevaluasi bukti audit. 3. Auditor harus memiliki kemahiran profesional yang cermat dalam mengaudit laporan keuangan. 4. Auditor harus memiliki independensi dan kompetensi dalam melaksanakan audit. 5. Auditor tidak boleh mengasumsikan begitu saja bahwa manajemen adalah tidak jujur, tetapi auditor juga tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen sepenuhnya jujur. 6. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan mengakui bahwa ada kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. 7. Auditor membuat penaksiran yang kritis terhadap validitas dari bukti audit yang diperoleh. 8. Auditor menerapkan sikap skeptisme profesional dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang ada. 9. Auditor harus waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontradiksi. 10. Kepercayaan diri yang tinggi harus dimiliki oleh auditor ketika melaksanakan audit.
STS
TS
N
S
SS
109
Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Pendeteksian Kecurangan (Y) STS 1.
2.
3. 4. 5. 6.
7. 8.
9.
10.
11.
12.
13.
TS
N
S
SS
Sebelum melaksanakan audit, auditor harus memahami struktur pengendalian internal perusahaan klien. Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator kecurangan yang memerlukan tindak lanjut auditor untuk melakukan investigasi. Auditor harus memahami karakteristik terjadinya kecurangan. Diperlukan standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan. Lingkungan pekerjaan audit sangat mempengaruhi kualitas audit. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dapat mengakibatkan kegagalan dalam usaha pendeteksian kecurangan. Auditor menyusun langkah-langkah yang dilakukan guna pendeteksian kecurangan. Identifikasi atas faktor-faktor penyebab kecurangan, menjadi dasar untuk memahami kesulitan dan hambatan dalam pendeteksian kecurangan. Auditor harus dapat memperkirakan bentuk-bentuk kecurangan apa saja yang bisa terjadi. Auditor harus dapat mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat melakukan kecurangan. Keterbukaan pihak manajemen dapat berakibat sulitnya melakukan pendeteksian kecurangan. Auditor harus melakukan pengujian atas dokumen-dokumen atau informasiinformasi yang diperoleh. Kondisi mental dan pengawasan kerja yang buruk merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan.
110
Lampiran 2: Data Mentah Jawaban Responden Pengalaman (X1) Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
NOMOR KUESIONER
PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 3 5 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4 4 2 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 5 5 5 3 5 5 3 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 3 3 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 5 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 3 4 4 4 4 4 5
Total
Average
38 39 34 32 40 37 28 32 44 37 34 30 44 37 29 44 30 37 44 27 29 36 45 42 29 34 37 29 43 33 39 40 32 33 37 42 35 31 39 44 35
4,22 4,33 3,78 3,56 4,44 4,11 3,11 3,56 4,89 4,11 3,78 3,33 4,89 4,11 3,22 4,89 3,33 4,11 4,89 3,00 3,22 4,00 5,00 4,67 3,22 3,78 4,11 3,22 4,78 3,67 4,33 4,44 3,56 3,67 4,11 4,67 3,89 3,44 4,33 4,89 3,89
111
Pengalaman (Lanjutan) Resp. 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84
NOMOR KUESIONER
PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 2 5 4 4 2 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 3 3 3 3 3 3 5 4 4 3 3 4 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 2 3 4 3 2 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 5 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 4 4 4 5 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 3 2 4 4 4 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5
Total
Average
39 40 37 33 41 36 35 39 31 33 38 43 41 34 34 38 34 39 27 35 34 37 44 33 38 38 36 36 36 35 35 39 36 37 33 36 40 43 38 27 27 38 38
4,33 4,44 4,11 3,67 4,56 4,00 3,89 4,33 3,44 3,67 4,22 4,78 4,56 3,78 3,78 4,22 3,78 4,33 3,00 3,89 3,78 4,11 4,89 3,67 4,22 4,22 4,00 4,00 4,00 3,89 3,89 4,33 4,00 4,11 3,67 4,00 4,44 4,78 4,22 3,00 3,00 4,22 4,22
112
Pengalaman (Lanjutan) Resp. 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
NOMOR KUESIONER
PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 5 5 4 4 3 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 5 4 3 2 2 3 3 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 4 5 4 4 3 5 5 5 4 4 4 5 4 3 4 5 4 5 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4
Total
Average
34 39 43 34 40 41 38 38 34 33 42 38 26 34 39 38 39 38 31
3,78 4,33 4,78 3,78 4,44 4,56 4,22 4,22 3,78 3,67 4,67 4,22 2,89 3,78 4,33 4,22 4,33 4,22 3,44
113
Independensi (X2) Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
NOMOR KUESIONER
ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 5 3 3 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 5 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4
Total
Average
50 58 38 46 55 52 40 44 52 54 44 49 57 57 43 50 47 56 52 36 42 48 60 58 43 41 58 45 51 39 51 55 41 47 51 57 43 45 51 56 38 48
4,17 4,83 3,17 3,83 4,58 4,33 3,33 3,67 4,33 4,50 3,67 4,08 4,75 4,75 3,58 4,17 3,92 4,67 4,33 3,00 3,50 4,00 5,00 4,83 3,58 3,42 4,83 3,75 4,25 3,25 4,25 4,58 3,42 3,92 4,25 4,75 3,58 3,75 4,25 4,67 3,17 4,00
114
Independensi (Lanjutan) Resp. 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84
NOMOR KUESIONER
ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 3 5 3 4 4 4 5 3 4 5 5 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 3 3 3 5 4 3 3 3 4 5 3 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 5 4 4 3 5 5 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 5 3 3 3 3 5 3 4 4 4 4 4 3 5 5 5 4 3 5 4 4 4 3 4 4 3 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 4 3 4 3 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 4 5 3 5 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 5 3 4 5 5 4 4 5 5 5 3 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 3 5 5 5 4 5 5 5 4 3 4 4 4 5 5 4 5 5 5 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 5 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 3 3 4 4 4 3 3 5
Total
Average
56 48 44 53 41 47 55 43 48 46 58 53 42 46 50 45 49 46 45 52 49 52 52 47 49 48 48 52 46 53 57 49 49 50 46 53 52 43 45 46 52 43
4,67 4,00 3,67 4,42 3,42 3,92 4,58 3,58 4,00 3,83 4,83 4,42 3,50 3,83 4,17 3,75 4,08 3,83 3,75 4,33 4,08 4,33 4,33 3,92 4,08 4,00 4,00 4,33 3,83 4,42 4,75 4,08 4,08 4,17 3,83 4,42 4,33 3,58 3,75 3,83 4,33 3,58
115
Independensi (Lanjutan) Resp. 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
NOMOR KUESIONER
ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 5 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 2 4 5 4 4 4 1 3 4 3 3 1 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4 5 5 5 3 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4
Total
Average
50 46 46 45 46 50 45 48 45 43 39 45 50 51 53 55 53 50 43
4,17 3,83 3,83 3,75 3,83 4,17 3,75 4,00 3,75 3,58 3,25 3,75 4,17 4,25 4,42 4,58 4,42 4,17 3,58
116
Skeptisme Profesional Auditor (X3) Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
SK1 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 3 5 4 4 4 5 3 4 5 3 4 4 5 5 3 3 4 3 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 5
NOMOR KUESIONER Total Average SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10 5 4 4 4 5 4 4 5 4 44 4,40 4 5 5 5 4 5 4 4 5 45 4,50 4 3 3 3 4 3 4 4 3 35 3,50 3 4 4 4 3 4 3 3 4 35 3,50 5 4 5 5 5 4 4 5 5 47 4,70 4 5 4 4 4 5 4 4 4 42 4,20 3 4 3 3 3 4 3 3 3 32 3,20 4 3 4 4 4 3 3 4 4 37 3,70 5 4 4 4 5 4 5 5 5 46 4,60 4 5 4 5 4 5 4 4 4 43 4,30 3 3 3 4 3 3 4 4 4 34 3,40 5 4 5 3 5 4 2 4 4 41 4,10 5 4 5 4 4 4 5 5 4 44 4,40 5 4 5 5 4 4 4 4 4 43 4,30 4 4 4 3 4 4 2 4 4 37 3,70 4 5 4 5 5 5 5 5 4 47 4,70 4 4 4 4 3 4 3 3 4 36 3,60 5 5 5 5 4 5 3 5 5 46 4,60 4 5 4 4 5 5 5 5 4 46 4,60 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 3,00 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32 3,20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5,00 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49 4,90 3 4 3 4 3 3 3 3 4 33 3,30 3 3 3 4 3 3 4 4 4 34 3,40 5 5 5 4 4 4 4 4 5 44 4,40 4 4 3 3 3 3 3 3 4 33 3,30 4 4 5 5 5 5 5 5 4 47 4,70 3 3 3 4 4 3 4 4 4 36 3,60 5 4 4 4 4 4 5 4 5 44 4,40 4 4 5 5 5 4 4 5 4 44 4,40 4 4 3 3 5 4 4 3 4 38 3,80 3 5 4 4 4 4 3 4 3 37 3,70 4 4 5 4 4 4 4 5 4 42 4,20 5 5 4 5 5 4 5 4 5 47 4,70 4 3 3 4 4 4 4 3 4 37 3,70 5 4 4 3 5 5 3 4 3 40 4,00 4 4 4 4 4 5 4 5 5 43 4,30 5 5 5 5 4 5 5 4 4 47 4,70 3 3 4 3 3 3 4 4 3 34 3,40 5 4 4 4 3 4 5 4 3 41 4,10
117
Skeptisme Profesional Auditor (Lanjutan) Resp. 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
SK1 5 4 3 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5
NOMOR KUESIONER Total Average SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10 4 5 5 5 4 5 5 4 4 46 4,60 5 3 4 4 4 5 4 4 4 41 4,10 4 4 3 3 3 4 3 4 3 34 3,40 4 4 5 5 5 4 5 4 5 46 4,60 4 3 4 3 3 4 4 4 3 36 3,60 4 3 4 4 4 4 2 5 4 39 3,90 5 4 4 5 5 5 4 4 5 45 4,50 5 4 3 3 3 3 3 3 3 34 3,40 4 5 4 3 4 4 3 3 4 38 3,80 4 3 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49 4,90 5 4 5 5 4 5 5 5 4 47 4,70 4 4 3 3 3 3 4 4 3 35 3,50 5 5 4 4 3 3 5 4 3 40 4,00 4 4 4 4 4 5 4 5 4 42 4,20 3 5 3 3 3 4 3 4 3 35 3,50 4 3 5 5 5 4 4 4 5 43 4,30 5 4 3 4 3 4 2 4 3 37 3,70 4 3 4 4 4 4 4 3 4 38 3,80 5 4 5 4 4 5 3 4 4 42 4,20 5 4 3 4 4 5 4 4 4 41 4,10 5 4 4 4 4 5 5 4 4 44 4,40 4 5 5 4 3 4 3 4 3 39 3,90 4 4 4 4 5 4 5 3 5 42 4,20 4 5 3 5 4 4 4 4 4 42 4,20 4 5 4 4 4 4 4 4 4 41 4,10 4 4 4 3 3 4 4 4 3 37 3,70 5 4 5 4 4 5 4 3 4 42 4,20 4 4 4 3 3 4 4 4 3 37 3,70 4 5 4 4 4 4 4 3 4 40 4,00 5 5 5 5 4 5 4 4 4 46 4,60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00 5 3 3 4 4 5 4 4 4 40 4,00 4 5 5 3 3 4 3 5 3 39 3,90 4 4 4 4 3 4 4 4 3 38 3,80 5 5 4 3 4 5 5 4 4 43 4,30 5 4 4 4 5 5 5 4 5 46 4,60 4 3 3 4 4 4 5 4 4 39 3,90 4 3 4 4 3 4 2 3 3 34 3,40 5 4 4 4 3 3 3 2 3 36 3,60 4 5 5 5 3 4 4 4 3 42 4,20
118
Skeptisme Profesional Auditor (Lanjutan) Resp. 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
SK1 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4
NOMOR KUESIONER Total Average SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10 3 3 3 5 4 4 4 4 4 39 3,90 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41 4,10 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38 3,80 3 3 3 4 5 4 5 5 4 40 4,00 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00 3 4 3 4 5 4 5 4 5 41 4,10 4 3 4 4 5 4 4 5 4 41 4,10 3 4 4 4 4 4 4 3 4 38 3,80 4 4 4 4 4 4 3 4 3 38 3,80 3 4 4 4 3 4 4 5 4 39 3,90 4 3 2 4 2 4 5 4 5 37 3,70 3 1 3 4 3 4 4 3 4 33 3,30 4 3 4 4 4 4 3 4 3 37 3,70 4 5 4 4 4 5 4 5 5 44 4,40 4 4 3 5 5 5 5 4 4 44 4,40 5 5 4 5 4 5 4 4 3 44 4,40 5 5 4 5 5 5 5 4 3 46 4,60 5 5 4 5 4 4 5 4 4 44 4,40 5 4 4 5 4 4 4 4 4 42 4,20 4 3 4 4 4 3 3 4 3 36 3,60
119
Pendeteksian Kecurangan (Y)
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
PK 1 4 5 3 4 4 5 4 3 4 5 3 4 5 4 3 5 3 4 5 3 3 4 5 5 3 4 4 3 5 4 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 3
PK 2 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 4 4 5 5 4 3 5 4 4 3 4 5 3 4 4 5 4 3 4 5 3
PK 3 4 5 3 4 4 5 4 3 4 5 3 4 5 4 3 5 3 4 5 3 3 4 5 5 3 3 4 3 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4
PK 4 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 3 5 4 4 4 5 3 4 5 3 4 4 5 5 3 3 4 3 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4
NOMOR KUESIONER PK PK PK PK PK 5 6 7 8 9 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 5 5 5 5 5 4 3 3 3 3 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 3 5 5 5 4 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 5 5 3 5 4 3 3 3
PK 10 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 3 5 5 4 3 5 4 5 4 3 3 4 5 4 3 3 4 3 5 4 5 4 4 3 5 4 3 4 4 5 3
PK 11 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 4 3 5 5 3 4 3 4 5 3 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 4
PK 12 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 3 5 4 4 4 5 3 4 5 3 4 4 5 5 3 3 4 3 5 4 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 4
PK 13 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 3 5 5 5 4 4 4 5 4 3 3 4 5 5 3 3 5 4 4 3 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 4
Total
Average
56 61 45 46 61 56 43 48 58 59 41 57 62 56 44 62 43 55 62 39 44 52 65 62 43 46 56 43 61 49 55 57 47 47 59 57 45 50 54 60 47
4,31 4,69 3,46 3,54 4,69 4,31 3,31 3,69 4,46 4,54 3,15 4,38 4,77 4,31 3,38 4,77 3,31 4,23 4,77 3,00 3,38 4,00 5,00 4,77 3,31 3,54 4,31 3,31 4,69 3,77 4,23 4,38 3,62 3,62 4,54 4,38 3,46 3,85 4,15 4,62 3,62
120
Pendeteksian Kecurangan (Lanjutan)
Resp. 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
PK 1 4 5 4 4 5 3 5 5 3 4 4 5 4 4 3 4 3 5 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 5 4 3 4 3 4 4 3
PK 2 4 5 4 3 5 3 4 5 3 3 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 3 5 4 4
PK 3 5 5 4 3 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4
PK 4 5 5 4 3 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 3 5 4 4
NOMOR KUESIONER PK PK PK PK PK 5 6 7 8 9 5 4 4 4 3 5 5 5 5 3 5 4 4 3 3 5 3 3 4 4 5 5 5 4 4 5 4 3 3 4 5 4 4 3 5 5 4 5 4 3 5 3 3 4 3 5 4 3 5 4 3 4 4 3 3 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 5 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 3 3 5 4 4 5 5 3 5 3 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 5 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 5 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 5 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4
PK 10 4 4 5 4 4 3 4 5 3 4 4 5 5 3 4 5 4 4 3 5 4 4 3 5 4 3 4 4 5 3 4 4 5 4 4 3 4 5 3 4 4
PK 11 4 5 4 4 5 3 5 5 3 3 4 5 5 3 4 4 3 5 4 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 5 3 5 5 3 3 4
PK 12 4 5 5 3 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 4 4 5 5 3 4 4 5 4 3 4 4
PK 13 4 5 4 3 5 4 4 4 3 4 4 5 5 3 4 4 3 5 3 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 4 3 5 4 4 4 3 4 4
Total
Average
54 62 53 46 61 47 58 57 44 51 50 64 59 45 53 52 48 57 47 55 54 48 52 57 50 49 49 52 55 48 55 57 55 48 54 49 57 53 49 52 50
4,15 4,77 4,08 3,54 4,69 3,62 4,46 4,38 3,38 3,92 3,85 4,92 4,54 3,46 4,08 4,00 3,69 4,38 3,62 4,23 4,15 3,69 4,00 4,38 3,85 3,77 3,77 4,00 4,23 3,69 4,23 4,38 4,23 3,69 4,15 3,77 4,38 4,08 3,77 4,00 3,85
121
Pendeteksian Kecurangan (Lanjutan)
Resp. 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
PK 1 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 3 3 4 4 5 4 3
PK 2 4 4 3 4 5 3 4 4 5 5 3 3 5 4 3 4 5 4 5 5 4
PK 3 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 2 4 4 3 4 4 4
PK 4 4 4 3 4 5 3 4 4 5 5 3 3 5 4 3 4 5 4 5 5 4
NOMOR KUESIONER PK PK PK PK PK 5 6 7 8 9 5 5 5 4 5 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 5 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 5 4 4 3 5 5 3 4 4 5 4 3 4 4 5 5 3 5 4 5 5 3 5 4 5 4 3 5 4 4 3 4
PK 10 5 3 4 3 5 4 5 4 4 3 5 4 3 4 4 5 3 4 4 5 4
PK 11 5 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4
PK 12 5 3 4 3 5 4 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 4 4 5 5 3
PK 13 5 3 5 4 4 3 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 4 3
Total
Average
60 51 52 49 59 49 55 57 51 52 54 50 51 50 49 53 53 52 60 57 49
4,62 3,92 4,00 3,77 4,54 3,77 4,23 4,38 3,92 4,00 4,15 3,85 3,92 3,85 3,77 4,08 4,08 4,00 4,62 4,38 3,77
122
Lampiran 3: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengalaman Case Processing Summary N % Valid 103 100.0 a Cases Excluded 0 .0 Total 103 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha .872 9 Item Statistics Mean Std. Deviation 3.94 .814 4.10 .707 4.15 .677 4.01 .721 3.90 .834 4.02 .656 4.06 .698 4.09 .673 4.06 .574
PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9
Scale Mean if Item Deleted PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9
32.38 32.22 32.17 32.31 32.42 32.30 32.26 32.23 32.26
Mean 36.32
N 103 103 103 103 103 103 103 103 103
Item-Total Statistics Scale Variance Corrected Itemif Item Deleted Total Correlation 14.689 .770 15.920 .663 16.714 .539 15.785 .673 14.775 .731 17.154 .474 16.391 .581 16.631 .560 17.607 .461 Scale Statistics Variance Std. Deviation 20.161 4.490
Cronbach's Alpha if Item Deleted .841 .853 .864 .852 .846 .869 .860 .862 .870
N of Items 9
123
Independensi
Case Processing Summary N % Valid 103 100.0 a Cases Excluded 0 .0 Total 103 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha .863 12
ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12
Scale Mean if Item Deleted ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12
44.50 44.56 44.47 44.54 44.37 44.50 44.59 44.38 44.39 44.53 44.58 44.47
Mean 48.53
Item Statistics Mean Std. Deviation 4.04 .766 3.97 .720 4.07 .675 3.99 .734 4.17 .687 4.04 .766 3.94 .698 4.16 .622 4.15 .663 4.00 .610 3.95 .677 4.07 .661
N 103 103 103 103 103 103 103 103 103 103 103 103
Item-Total Statistics Scale Variance Corrected Itemif Item Deleted Total Correlation 22.743 .566 22.543 .644 23.271 .574 22.525 .632 23.568 .513 22.743 .566 23.773 .471 22.963 .690 23.181 .603 24.585 .415 24.285 .408 24.232 .430 Scale Statistics Variance Std. Deviation 27.467 5.241
Cronbach's Alpha if Item Deleted .851 .845 .850 .846 .854 .851 .857 .844 .848 .860 .861 .859
N of Items 12
124
Skeptisme Profesional Auditor Case Processing Summary N % Valid 103 100.0 a Cases Excluded 0 .0 Total 103 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha .833 10
SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10
Scale Mean if Item Deleted SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10
36.18 36.21 36.36 36.41 36.31 36.43 36.24 36.44 36.37 36.46
Mean 40.38
Item Statistics Mean Std. Deviation 4.19 .595 4.17 .687 4.02 .779 3.97 .720 4.07 .675 3.95 .733 4.14 .642 3.94 .826 4.01 .664 3.92 .682
N 103 103 103 103 103 103 103 103 103 103
Item-Total Statistics Scale Variance Corrected Itemif Item Deleted Total Correlation 16.505 .597 16.601 .477 16.585 .402 16.165 .529 15.942 .621 15.777 .590 16.166 .613 15.895 .481 16.666 .487 16.623 .479 Scale Statistics Variance Std. Deviation 19.747 4.444
Cronbach's Alpha if Item Deleted .812 .822 .831 .817 .808 .811 .809 .823 .821 .822
N of Items 10
125
Pendeteksian Kecurangan Case Processing Summary N % Valid 103 100.0 a Cases Excluded 0 .0 Total 103 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha .871 13
PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 PK7 PK8 PK9 PK10 PK11 PK12 PK13
Scale Mean if Item Deleted PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 PK7 PK8 PK9 PK10 PK11 PK12 PK13
48.61 48.58 48.52 48.56 48.49 48.71 48.58 48.59 48.75 48.62 48.51 48.56 48.59
Mean 52.64
Item Statistics Mean Std. Deviation 4.03 .707 4.06 .698 4.12 .690 4.08 .667 4.16 .711 3.93 .704 4.06 .698 4.05 .677 3.89 .699 4.02 .727 4.13 .710 4.08 .710 4.05 .719
N 103 103 103 103 103 103 103 103 103 103 103 103 103
Item-Total Statistics Scale Variance Corrected Itemif Item Deleted Total Correlation 27.691 .602 28.481 .496 28.173 .548 28.699 .492 29.095 .400 27.483 .635 27.246 .677 29.224 .407 29.073 .412 27.375 .625 28.389 .499 27.445 .634 27.322 .642 Scale Statistics Variance Std. Deviation 32.664 5.715
Cronbach's Alpha if Item Deleted .859 .865 .862 .865 .870 .857 .854 .869 .869 .857 .865 .857 .856
N of Items 13
126
Lampiran 4: Hasil Uji Regresi Linier Berganda
N PG ID SK PK Valid N (listwise)
103 103 103 103 103
Descriptive Statistics Minimum Maximum 2.89 5.00 3.00 5.00 3.00 5.00 3.00 5.00
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Correlations PK PG PK 1.000 .716 PG .716 1.000 ID .794 .584 SK .839 .729 PK . .000 PG .000 . ID .000 .000 SK .000 .000 PK 103 103 PG 103 103 ID 103 103 SK 103 103
Mean 4.0354 4.0441 4.0379 4.0491
ID .794 .584 1.000 .880 .000 .000 . .000 103 103 103 103
Std. Deviation .49886 .43661 .44438 .43927
SK .839 .729 .880 1.000 .000 .000 .000 . 103 103 103 103
b
Model
Model Summary R Square Adjusted Std. Error of R Square the Estimate
R a
1 .865 .748 .741 a. Predictors: (Constant), SK, PG, ID b. Dependent Variable: PK
Durbin-Watson
.22362
2.165
a
Model Regression 1
ANOVA Sum of Squares df 14.731 3
Residual Total
4.950
99
19.682
102
Mean Square 4.910
F 98.200
Sig. b .000
.050
a. Dependent Variable: PK b. Predictors: (Constant), SK, PG, ID a
Model
Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant)
.360
.219
PG .228 1 ID .313 SK .372 a. Dependent Variable: PK
.066 .109 .127
Coefficients Standardized Coefficients Beta
.259 .311 .377
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
1.645
.103
3.461 2.877 2.940
.001 .005 .004
.453 .218 .155
VIF 2.207 4.593 6.463
127
128
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PG ID N 103 103 Mean 4.0354 4.0441 a,b Normal Parameters Std. Deviation .49886 .43661 Absolute .084 .086 Most Extreme Differences Positive .064 .086 Negative -.084 -.054 Kolmogorov-Smirnov Z .849 .874 Asymp. Sig. (2-tailed) .466 .430 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
SK 103 4.0379 .44438 .074 .068 -.074 .751 .626
PK 103 4.0491 .43927 .068 .068 -.066 .685 .736
129
Lampiran 5: Surat Keterangan Riset Penelitian
130
131