PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 4. November 2014, 129-136
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAVI BERBANTUAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII MTSN KEPALA HILALANG PADANG PARIAMAN Ismiyati1, Ermaniati Ramli2, Hufri2 1
Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang
[email protected]
2
ABSTRACT The article based on research that title “Influence of using SAVI approach assisted student worksheet to the ability of the students in grade VIII of MTsN Kepala Hialang Padang Pariaman”. This research based of fact in the school that teaching and learning process was teacher centered. The students just relied teacher lesson explanation so that the student be passive in learning process. The purpose of this research to detection influence of using SAVI approach assisted student worksheet to the ability of the students in grade VIII MTsN Kepala Hilalang Padang Pariaman. The research of type is quasi-exsperiment research and design is randomized control group only design. The population of the research was grade VIII in MTsN Kepala Hialang and sample was selected by applying cluster random sampling technique. The research of data was learning outcome is three aspect. They were cognitive, affective and psikomotor. The data was analyzed by hypothesis test about equality test of two averages which use t test. The conclude of this research that there influence of used SAVI approach assisted student worksheet give significance to learning outcome of grade VIII MTsN Kepala Hilalang for cognitive, affective, and psikomotor aspect at significance level 5%. Keywords: SAVI approach, Student worksheet, Learning Outcome, Science. melakukan pengembangan kurikulum pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan hasil observasi pada kelas VIII di Sekolah MTsN Kepala Hilalang bahwa proses pembelajarannya lebih cenderung mengarah pada teacher centered. Pada proses penyampaian materi guru menggunakan metode ceramah, sehingga peran guru sebagai fasilitator belum begitu kelihatan. Hal ini menyebabkan siswa bersifat pasif selama pembelajaran. Selain itu, saat guru memberikan pertanyaan sehubungan materi pelajaran pada umumnya siswa belum mampu menjawab pertanyaan guru dengan baik sehingga interaksi antara guru dengan siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami konsep-konsep fisika secara maksimal. Masalah ini berdampak pada hasil belajar siswa yang masih dibawah KKM IPA di sekolah tersebut yaitu 76. Hasil belajar fisika siswa dapat dilihat pada Tabel 1.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kunci untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fisika berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, yaitu sebagai alat yang dapat membantu untuk membentuk pola pikir siswa. Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala-gejala alam, sehingga fisika bukan hanya penguasaan ilmu pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Tujuan mata pelajaran fisika menurut KTSP diantaranya yaitu hendaknya mampu membentuk sikap ilmiah bagi siswa yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Selain itu, diharapkan siswa mampu memahami prinsip dan konsep-konsep fisika serta mengembangkan kemampuan bernalar dalam berfikir kritis[2]. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pembelajaran fisika agar tercipta manusia yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam bidang fisika, yaitu seperti meningkatkan kualitas guru dengan mengadakan sertifikasi guru dan meningkatkan kedisiplinan seluruh tenaga pendidik. Selain itu, untuk mengoptimalkan pembelajaran di kelas disediakan fasilitas seperti pengadaan bahan ajar, pembenahan sarana dan prasarana, perangkat pembelajaran, dan
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian I Fisika MTsN Kepala Hilalang No 1 2 3 4 5 6
129
Kelas VIII 1 VIII 2 VIII 3 VIII 4 VIII 5 VIII 6
KKM 76 76 76 76 76 76
Nilai 68,8 50,32 49,62 49,10 51,89 53,57
Jumlah Siswa 29 29 29 31 29 28
Berdasarkan hasil nilai ulangan fisika siswa kelas VIII MTsN Kepala Hilalang, didapatkan bahwa nilai masing-masing kelas masih berada di bawah nilai ketuntasan minimal (KKM). Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya keterlibatan, komunikasi dan kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, siswa cenderung berperan sebagai penerima informasi yang pasif dan guru berperan sebagai pemberi informasi dan selama proses pembelajaran siswa hanya mendengar, mencatat dan mengerjakan tugas yang diberikan guru, hanya sedikit siswa yang bertanya serta memberikan tanggapan terhadap materi yang diberikan guru. Pembelajaran menurut Dimyanti dan Mudjiono dalam[8] adalah kegiatan yang disusun secara terprogram agar siswa aktif dalam pembelajaran dan menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan proses belajar yang dikembangkan guru untuk meningkatkan kreativitas siswa dan meningkatkan kemampuan siswa untuk membangun pengetahuan baru terhadap konsep-konsep materi pelajaran. Pembelajaran akan meningkat apabila memanfaatkan indra, sehingga tubuh dan fikiran terlibat dalam proses pembelajaran. Manusia memiliki kecerdasan yang bermacam-macam. Menurut Gardner dalam[12] kecerdasan ganda (multiple Inteligences) yang dimiliki manusia terdiri atas beberapa jenis kecerdasan yaitu : a. Linguistic intelligence (word smart), merupakan kemampuan dalam menggunakan kata-kata baik dalam lisan maupun tulisan. b. Logical-mathematical intelligence (number /reasoning smart), memperlihatkan minat siswa yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. c. Visual-spatial intelligence (picture smart), memperlihatkan siswa yang kaya dengan khayalan internal sehingga siswa cendrung kreatif dan imaginatif. d. Bodily-kenestetic intelligence (body smart), memperlihatkan siswa yang senang bergerak dan menyentuh. e. Musical intelligence (musical smart), memperlihatkan siswa yang mudah mengingat dan mengenali nada-nada. f. Interpersonal intelligence (people smart), menunjukkan siswa yang memiliki interaksi baik dengan orang lain. g. Intrapersonal intelligence (self smart), menunjukkan siswa yang memiliki kepekaan terhadap situasi yang sedang berlangsung. h. Naturalist intelligence (nature smart), menunjukkan siswa yang memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar.
aktivitas belajar siswa tersebut adalah dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual). Pendekatan SAVI dikemukakan oleh Dave Meier dalam[5], menyebutkan bahwa konsep guru dalam mengajarkan pelajaran kepada siswa sangat menentukan terhadap kegiatan belajar yang direnacanakan dan dikelola oleh guru dengan memanfaatkan semua kemampuan yang dimiliki siswa, diantaranya dengan menjadikan siswa lebih aktif secara fisik dalam pembelajaran dengan memanfaatkan indrawi siswa, dan intelektual siswa dalam proses pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menaraik. Unsur-unsur pendekatan SAVI mudah diingat, yaitu somatis (cara belajar dengan bergerak dan berbuat sesuai dengan materi pelajaran), auditori (cara belajar dengan berbicara dan mendengarkan), visual (cara belajar dengan mengamati dan menggambarkan apa yang dilihat), dan intelektual (belajar dengan memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran dan merenung). a. Somatis Menurut Meier dalam[5] bahwa somatis berasal dari bahasa yunani yang berarti tubuh, dimana cara belajar dengan somatis adalah belajar dari bergerak dan berbuat mengenai materi pelajaran. Jadi, belajar somatis berarti belajar dengan menggunakan indera peraba yang melibatkan fisik serta menggerakkan tubuh selama belajar. Untuk menunjang aktivitas dan somatis siswa guru dapat mengajak siswa untuk melakukan percobaan mengenai materi yang dibahas, kemudian siswa memdemonstrasikan konsep pelajaran di depan kelas. b. Auditori Menurut Meier dalam[5] mengungkapkan bahwa agar pembelajaran lebih menarik pada siswa yang belajar secara auditori adalah dengan mengajak siswa membicarakan apa yang sedang dipelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara, meminta siswa membaca keraskeras dan mengajak siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah seputar materi pelajaran. c. Visual Siswa yang belajar secara visual dapat dicirikan sebagai berikut yaitu teratur dan selalu memperhatikan sesuatu, lebih mudah mengingat dengan menggunakan gambar, memerlukan gambaran yang jelas dan mananggapi secara detail, serta mengingat apa-apa yang telat dilihatnya[4]. Dalam pembelajaran untuk lebih menekankan aktivitas visual siswa, guru dapat membuat sebuah alat peraga yang dapat diperagakan di depan kelas agar semua siswa dapat memperhatikan dan mengamatinya. Selain itu, guru dapat menggunakan gambar-gambar dan kemudian memaknainya. d. Intelektual
Belajar akan selalu terhambat jika memisahkan tubuh dan fikiran dalam proses pembelajaran. Salah satu cara guru mendukung 130
intelektual merupakan bagian dari diri siswa dapat digunakan dalam menciptakan suatu ide, memcahkan masalah, dan membangun makna dari apa yang diamati[5]. Aspek intelektual siswa akan terlatih apabila guru dapat membawa siswa terlibat dalam memecahkan masalah, menganalisis kejadian dalam kehidupan seharihari, mencari informasi, merumuskan pertanyaan, dan menciptakan makna pribadi berdasarkan pemecahan masalah yang telah dilakukan. Aktivitas yang dapat dilakukan siswa dalam pembelajaran antara lain : mengerjakan soal-soal dalam LKS, mengerjakan soal kuis, dan membuat beberapa kesimpulan. Langkah-langkah dalam menerapkan pendekatan pembelajaran SAVI dalam[5] yaitu sebagai berikut : a. Tahap persiapan, pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa dalam belajar, kemudian meriview materi pelajaran sebelumnya. b. Tahap penyampaian, pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi pelajaran dengan berbagai sumber belajar dan melibatkan panca indera siswa. c. Tahap pelatihan, pada tahap ini guru siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan yang diperoleh dengan aktivitas pemecahan masalah berupa latihan soal-soal. d. Tahap penampilan hasil, pada tahap ini siswa menerapkan pengetahuan yang diperoleh pada pekerjaan dengan menampilkan hasil diskusi mengenai materi pelajaran.
konkret, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat menggali dan mengeksplorasikan pengalaman awal berkaitan dengan topik fisika yang akan dipelajari. Hasil belajar adalah patokan untuk menetukan keberhasilan siswa menguasai materi pelajaran. Menurut Bloom dalam[9], bahwa hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah atara lain: a. Ranah kognitif, meliputi kemampuan intelektual siswa. Terdapat 6 tingkatan dalam ranah kognitif : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi. b. Ranah afektif, meliputi sikap dan perilaku siswa. Terdapat 5 aspek dalam ranah afektif : penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, karakterisasi. c. Ranah psikomotor, meliputi hasil belajar dari keterampilan fisik siswa. Terdapat 5 aspek dalam ranah psikomotor : kesiapan, meniru, membiasakan, menyesuaikan, menciptakan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental research). Penelitian ini menggunakan dua kelompok sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan rancangan penelitian Randomized Control Group Only Design. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu dengan menerapkan pendekatan SAVI berbantuan LKS. Pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran berdasarkan KTSP dan menggunakan LKS. rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar digunakan LKS. LKS adalah bahan ajar berupa media cetak yang berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa[3]. Penulisan LKS dilakukan dengan langkah : (a) perumusan KD yang harus dikuasai (b) menentukan alat penilaian (c) penyusunan materi (d) struktur LKS. Struktur LKS secara umum adalah : 1). Judul, 2). Petunjuk belajar, 3). Kompetensi yang akan dicapai, 4). Informasi pendukung, 5). Tugas dan langkah kerja, 6). Penilaian. LKS disusun dengan materi dan tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu[6]. Oleh sebab itu, LKS memiliki berbagai macam bentuk berdasarkan tujuan. Diantaranya adalah LKS yang membantu peserta didik menemukan konsep, menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. LKS yang befungsi sebagai penuntun belajar, penguatan dan petunjuk praktikum. LKS Fisika yang akan dibuat mengacu pada kutipan diatas, dirancang berdasarkan komponen-komponen pada pendekatan SAVI dan mengacu pada jenis LKS yang membantu peserta didik menemukan konsep. bentuk LKS memiliki ciri-ciri mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat
Tabel 2. Rancangan Penelitian Kelas Eksperimen Kontrol
Perlakuan X -
Postest T T
x adalah perlakuan yang diterapkan dalam penelitian berupa penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS dan T adalah tes akhir yang diberikan untuk kedua kelas dalam bentuk tes tertulis untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif. Populasi adalah seluruh kelas VIII MTsN Kepala Hilalang Padang Pariaman tahun ajaran 2013/ 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII5 dan VIII6 MTsN Kepala Hilalang Padang Pariaman. Pemilihan sampel penelitian adalah diambil dua kelompok sampel dari populasi yang ada menggukanan teknik cluster random sampling. Cluster sample merupakan kelompok individu-individu yang tersedia sebagai unit dalam suatu populasi[11]. Penelitian ini mempunyai tiga variabel yaitu (1) variabel bebas yang merupakan penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS, (2) variabel terikat yang merupakan hasil belajar fisika siswa kelas VIII pada ranah kognitif, afektif, dan 131
psikomotor, (3) variabel kontrol yaitu materi yang digunakan, kemampuan awal siswa yang sama antara kedua kelas, guru, buku sumber dan waktu yang digunakan adalah sama, jumlah dan jenis soal yang diujikan pada kedua kelas sampel adalah sama. Data dalam penelitian ini didapat melalui data hasil belajar fisika siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Data pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor diperoleh langsung oleh peneliti terhadap responden. Untuk ranah kognitif melalui tes tertulis, untuk ranah afektif melalui pengamatan dengan lembar observasi selama proses pembelajaran dan untuk ranah psikomotor diperoleh melalui rubrik penskoran. Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Tahap persiapan meliputi persiapan dalam melaksanakan penelitian seperti: persiapan peragkat pembeljaran seperti RPP untuk masingmasing kelas eksperimen dan kelas kontrol, penyelesaian LKS, dan membuat kisi-kisi soal uji coba. Tahap pelaksanaan dilakukan selama 6 kali pertemuan tatap muka dikelas dengan waktu 5JP untuk masing-masing kelas eksperimen maupun kontrol. Sedangkan tahap penyelesaian meliputi kegiatan melakukan uji tes akhir pada kedua kelas sampel, menganalisa data, dan menyimpulkan hasil yang didapat sesuai dengan teknik analisa data yang akan digunakan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes hasil belajar, yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada ranah kognitif yaitu tes tertulis berupa soal-soal objektif. Agar instrument untuk ranah kognitif yang digunakan baik, maka dibuat kisi-kisi soal uji coba. Analisis statistik hasil uji coba soal untuk ranah kognitif terdiri dari : validitas, reliabilitas, daya beda dan indeks kesukaran soal. Suatu soal dapat dikatakan valid apabila dapat mengukur tujuan khusus dari materi pelajaran yang diberikan. Validitas yang digunakan adalah validitas isi, yang merupakan alat pengukur hasil belajar siswa dimana soal dalam tes telah mewakili secara representatif terhadap materi pelajaran yang diujikan. Tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunkan tes tersebut secara berulang kali, menunjukkan hasil yang tetap sama atau stabil. Untuk menentukan reliabilitas hasil tes objektif dapat menggunakan rumus Kuder Richardson dengan kode KR21 dalam[1] :
Tingkat kesukaran soal dapat dinyatakan sebagai butir soal yang baik, apabila sosal tersebut tidak terlalu susah dan tidak juga terlalu mudah. Bermutu atau tidaknya item tes hasil belajar dapat diketahhui dari tingkat kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing soal tersebut. Angka indeks kesukaran soal itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus dalam[1] : ..........................................................(2) Soal yang digunakan oleh peneliti adalah soal yang memiliki indeks kesukaran pada klasifikasi 0,3-0,7 dengan indeks kesukaran sedang. Berdasarkan hasil analisis soal uji coba didapatkan 15 soal dengan kriteria sukar, 31 soal dengan kriteria sedang, 4 soal dengan kriteria mudah. Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)[1]. Untuk menentukan daya beda soal perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100 orang) dan kelompok besar (lebih dari 100 orang). Pada penelitian ini digunakan kelompok kecil, karena jumlah siswa kurang dari 100 orang. Seluruh kelompok dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50 % kelompok bawah. Daya pembeda soal ditentukan dengan mencari indeks pembeda soal. Untuk menentukan indeks daya pembeda soal digunakan rumus : D=
B A BB ............................................(3) JA JB
Soal yang digunakan oleh peneliti adalah soal yang memiliki indeks daya beda besar dari 0,3. Hasil analisis dari 50 buah soal yang diuji cobakan didapatkan 35 butir soal yang memenuhi kriteria validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Oleh karena itu, tes akhir yang dilakukan menggunakan 35 butir soal. Dari tes akhir yang dilakukan diperoleh data untuk dianalisis. Analisis data bertujuan untuk menguji apakah hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Teknik analisa data pada penelitian ini adalah uji hipotesis tentang kesamaan dua rata-rata yang pada tahap awalnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas agar dapat ditentukan jenis statistik penguji dalam melakukan uji hipotesis. Uji normalitas digunakan untuk melihat penyebaran data, apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors dengan langkah-langkah yang telah ditentukan, dengan kriteria jika Lo < Ltabel, maka dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang terdistribusi normal [10]. Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah data kedua kelompok sampel berasal dari
].............................(1) Soal yang akan diambil peneliti adalah soal yang memiliki kriteria r1 ≥ 0,40. Setelah dilakukan analisis soal uji coba diperoleh indeks reliabilitas soal adalah 0,88638 dengan kriteria reabilitasnya sangat tinggi. 132
populasi yang mempunyai varians yang homogen. Untuk uji homogenitas dilakukan dengan uji F. Berdasarkan langkah-langkah yang telah ditetapkan, jika Ftabel > Fhitung, berarti kedua kelompok sampel dinyatakan berasal dari populasi yang mempunyai varians yang homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas tentang hasil belajar untuk kedua kelas sampel, menyatakan bahwa data berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan memiliki varians homogen. Oleh karena itu, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t.
Kelas
N
X
S
S2
Eksperimen Kontrol
28 29
75,38 65,53
10,96 9,27
120,179 86,1
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol. Varians kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki kemampuan lebih bervariasi bila dibandingkan kelas kontrol. keberartian perbedaan hasil tes akhir antara kedua kelas sampel ini, diperoleh dengan melakukan uji hipotesis tentang uji kesamaan dua rata-rata menggunakan statistik uji t. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data kedua kelas sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dengan menggunakan uji Lilliefors. Hasil dari uji normalitas kedua kelas sampel dinyatakan dalam Tabel 4.
………………………….....(4)
eria pengujian yang ……………….......(5)
Tabel 4. Uji Normalitas Kedua Kelas Sampel digunakan adalah terima Ho jika nilai th < t(1-α) ada taraf signifikan 0,05, sedangkan untuk harga yang lain dari ketentuan Ho ditolak. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan statistik, apabila Ho ditolak hipotesis kerja (H1) diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang berarti dari penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Kepala Hilalang. Penilaian ranah afektif menyangkut sikap siswa selama pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan yang dinilai oleh 2 orang observer. Instrument ini dibuat dan dikembangkan dengan mengacu pada aspek penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, karakterisasi. Pada tahap akhir skor penilaian afektif akan dikonversikan menjadi nilai dengan menggunakan rumus dalam[7] : ........................................(6)
Kelas
N
L0
Lt
Eksperimen Kontrol
28 29
0,05 0,05
0,1238 0.1083
0,165 0,163
Distribusi Normal Normal
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah data hasil belajar kedua kelas sampel mempunyai varians homogen menggunakan uji F. hasil uji homogenitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Kelas Sampel Kelas Eksperimen Kontrol
N 28 29
0,05 0,05
S2 120,1 86,1
Fh 1,5
Ft Kesimpulan 1,8 Homogen
Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas yang dilakukan, dinyatakan bahwa kedua kelas sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t. Hasil uji t kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel 6:
Instrument untuk ranah psikomotor adalah rubrik penskoran yang dilakukan selama kegiatan praktikum dengan aspek-aspek : menyipakan alat bahan, mengoperasikan alat, mendemonstrasikan, dan meyimpulkan hasil percobaan.
Tabel 6. Hasil Uji t Kedua Kelas Sampel
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil belajar Fisika siswa kelas VIII MTsN Kepala Hilalang pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor untuk kedua kelas sampel. a. Hasil Penelitian Ranah Kognitif Data hasil belajar fisika siswa ranah kognitif dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Kelas
N
X
Eksperimen Kontrol
28 29
75,38 65,53
S2
S
th
tt
120,1 65,53
10,14
3,6 6
1,67
Tabel 6 memperlihatkan bahwa thitung > ttabel dengan kriteria pengujian terima Ho jika th < t(1-α) dan tolak Ho jika mempunyai harga lain pada taraf signifikan 0,05. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII MTsN Kepala Hilalang Padang Pariaman ranah kognitif.
Tabel 3. Data Hasil Belajar Fisika Ranah Kognitif
133
b. Hasil Penelitian Ranah Afektif Data hasil belajar fisika siswa ranah afektif dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
kelas VIII MTsN Kepala Hilalang Padang Pariaman pada ranah afektif. c. Hasil Penelitian Ranah Psikomotor Data hasil belajar fisika siswa ranah psikomotor dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
Tabel 7. Data Hasil Belajar Fisika Ranah Afektif Kelas
N
X
S
S2
Eksperimen Kontrol
28 29
79,61 86,15
6,54 8,8
42,84 77,5
Tabel 11. Data Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol. Varians kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan kelas kontrol, ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki kemampuan lebih merata bila dibandingkan kelas kontrol. keberartian perbedaan hasil tes akhir antara kedua kelas sampel ini, diperoleh dengan melakukan uji hipotesis tentang uji kesamaan dua rata-rata menggunakan statistik uji t. Hasil uji normalitas pada kedua kelas sampel dinyatakan dalam Tabel 8.
N
L0
Lt
Eksperimen Kontrol
28 29
0,05 0,05
0,107 0.094
0,1658 0,1634
Distribusi Normal Normal
0,05 0,05
S2 42,84 77,5
Fh 1,8 0
N
X
Eksperimen Kontrol
28 29
79,61 76,15
S2
S
th
tt
42,84 77,5
7,76
1,68 29
1,67 2
S2
Eksperimen Kontrol
28 29
80,92 75,43
7,61 8,58
57,94 73,73
Kelas
N
L0
Lt
Eksperimen Kontrol
28 29
0,05 0,05
0,148 0.106
0,1658 0,1634
Distribusi Normal Normal
Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Kelas Sampel
Ft Kesimpulan 1,8 Homogen 9
Kelas Eksperimen Kontrol
Tabel 9 menunjukkan bahwa Fh < Ft, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen. Berdasarkan hasil uji normalias dan homogenitas, didapatkan bahwa kedua kelas sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, dilakukan uji kesamaan dua ratarata menggunakan uji t. hasil uji t kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Uji t Kedua Kelas Sampel Kelas
S
Tabel 12 menunjukkan bahwa kedua kelas sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Selanjunya dilakukan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Kelas Sampel N 28 29
X
Tabel 12. Uji Normalitas Kedua Kelas Sampel
Tabel 8 menunjukkan bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo < Lt pada taraf nyata 0,05, hal ini berarti data hasil belajar kedua kelas sampel terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 9.
Kelas Eksperimen Kontrol
N
Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol. Varians kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan kelas kontrol, ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki kemampuan lebih merata bila dibandingkan kelas kontrol. keberartian perbedaan hasil tes akhir antara kedua kelas sampel ini, diperoleh dengan melakukan uji hipotesis tentang uji kesamaan dua rata-rata menggunakan statistik uji t. Hasil uji normalitas pada kedua kelas sampel dinyatakan dalam Tabel 12.
Tabel 8. Uji Normalitas Kedua Kelas Sampel Kelas
Kelas
N 28 29
S2 57,93 73,73
Fh Ft 1,27 1,89
Kesimpulan Homogen
Tabel 13 menunjukkan bahwa Fh < Ft, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen. Berdasarkan hasil uji normalias dan homogenitas, didapatkan bahwa kedua kelas sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, dilakukan uji kesamaan dua ratarata menggunakan uji t. hasil uji t kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Uji t Kedua Kelas Sampel
Tabel 10 memperlihatkan bahwa thitung > ttabel dengan kriteria pengujian terima Ho jika th < t(1-α) dan tolak Ho jika mempunyai harga lain pada taraf signifikan 0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan yang berarti penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS terhadap hasil belajar IPA siswa
Kelas Eksperimen Kontrol
N
X
28 29
80,92 75,43
S2
S
57,93 8,04 73,73
th
tt
2,57
1,67 2
Tabel 14 memperlihatkan bahwa thitung > ttabel 134
dengan kriteria pengujian terima Ho jika th < t(1-α) dan tolak Ho jika mempunyai harga lain pada taraf signifikan 0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan yang berarti penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII MTsN Kepala Hilalang Padang Pariaman pada ranah psikomotor.
bahwa masing-masing indikator dapat dicapai siswa dengan baik, namun hasilnya untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pada aspek penerimaan dan penanggapan terlihat bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata nilai kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena siswa lebih tertarik mendengarkan dan memperhatikan guru, kemudian langsung menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada aspek penilaian dan pengorganisasian juga mengalami peningkatan, tampak bahwa siswa sudah terlibat aktif bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Namun pada aspek karakterisasi terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih rendah jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Penyebab terjadinya hal ini adalah karena siswa masih ada yang tidak serius belajar dalam kelompok. Aspek-aspek lainnya sudah menunjukkan perkembangan yang baik karena siswa belajar lebih terstruktur dan aktif selama proses pembelajaran dikelas. Berdasarkan pengamatan pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran yaitu bertanya, menanggapi, berpendapat dalam diskusi, mau bekerjasama dalam kelompok hingga menyimpulkan materi pelajaran diperoleh hasil bahwa aktivitas siswa dalam belajar pada kelas eksperimen menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan aktivitas siswa pada kelas kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa di dalam proses pembelajaran siswa kelas eksperimen lebih berinisiatif dalam mengikuti pelajaran, siswa lebih terlibat aktif dan antusias bertanya atau merespon pertanyaan guru. Hal ini dibuktikan bahwa pada kelas eksperimen 25% siswanya termasuk kategori sangat baik, sedangkan pada kelas kontrol hanya 17%. Berdasarakan hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang berarti dari penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS terhadap hasil belajar fisika ranah afektif. Hal ini diyakini adalah akibat pengaruh penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor diperoleh dari nilai rata-rata kegiatan prakktikum selama proses pembelajaran. Aspek yang di nilai selama kegiatan prakktikum terdiri dari 4 indikator. Indikator-indikator ini secara umum melingkupi menyiapkan alat bahan, mengoperasikan, mendemonstrasikan, dan menyimpulkan. Hasil analisis data yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol. Pada aspek persiapan, kelas eksperimen menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan kelas kontrol, hal ini karena siswa lebih berinisiatif dalam melakukan percobaan dengan melihat LKS yang telah dibagikan. Pada aspek mengoperasikan, nilai rata-rata kedua kelas
2. Pembahasan Pencapaian hasil belajar siswa pada ranah kognitif menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol, yaitu nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 75,38 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 65,53. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan analisis statistik uji t, menunjukkan adanya perbedaan yang berarti rata-rata hasil belajar kelas yang pembelajarannya menggunakan pendekatan SAVI berbantuan LKS dengan kelas yang menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini diyakini adalah akibat pengaruh penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS terhadap hasil belajar fisika ranah kognitif. Selama kegiatan pembelajaran, siswa mengamati demonstrasi mengenai materi (V) kemudian siswa berdiskusi dan mengungkapkan ideide yang diperolehnya dengan teman sekelmpoknya dalam rangka mengkomunikasikan pemikiran mereka (A). Latihan yang dikerjakan siswa melatih aktivitas intelektual dalam memecahkan masalah (I), kemudian dalam mengerjakan latihan siswa melakukan percobaan sesuai soal dalam LKS (S). selama siswa mengerjakan LKS, anggota kelompok diperbolehkan mencari informasi kekelompok lain, namun tidak diperbolehkan membawa alat tulis. Dalam hal ini, mereka dituntut untuk menyimpulkan sendiri informasi yang diperoleh dari kelompok lain, kemudian mereka bertanggung jawab menjelaskan kembali kepada anggota kelompok lainnya (I). Setelah siswa mengerjakan LKS secara berkelompok, kemudian siswa mempresentasikannya ke depan kelas. Pada kegiatan ini, siswa saling menyampaikan pendapatnya sehingga diperleh sebuah kesimpulan (A). Selama penelitian peneliti menemukan adanya hambatan. Hambatan yang ditemukan peneliti adalah adanya siswa yang mengerjakan hal lain selain mendiskusikan penyelesaian soal yang ada pada LKS. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap materi dan malas bertanya kepada guru atau temannya. Untuk mengatasi hai ini, peneliti mendatangi meja siswa walaupun siswa tidak bertanya. Artinya peneliti yang bertanya kepada siswa di meja diskusinya masing-masing. Hasil belajar siswa pada ranah afektif diperoleh dari rata-rata penilaian sikap selama proses pembelajaran. Aspek yang dinilai terdiri dari 5 indikator yaitu penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi. Berdasarkan hasil pengolahan data, disimpulkan 135
sampel lebih rendah dibandingkan aspek lainnya, hal ini karena siswa belum bisa melakukan percobaan dengan baik. Namun setiap aktivitas kelompok sudah menunjukkan kerjasama dengan kelompoknya, baik ketika melakukan percobaan sampai menyimpulkan hasil percobaan. Berdasarkan pengamatan pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran ketika melaksanakan praktikum, siswa di kelas eksperimen mampu melaksanakan praktikum dengan baik, karena siswa dapat melihat dan mengikuti langsung pelaksanaan praktikum sesuai dengan LKS yang diberikan saat pembelajaran. Siswa tidak lagi cenderung bertanya kepada guru, namun secara tidak langsung mereka terpacu untuk bekerja sama dalam kelompoknya. Akibatnya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarakan hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang berarti dari penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS terhadap hasil belajar fisika ranah psikomotor. Hal ini diyakini adalah akibat pengaruh penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS terhadap hasil belajar ranah psikomotor. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian terhadap penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS di kelas VIII MTsN Kepala Hilalang Padang Pariaman, kemudian melakukan pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut :
pembelajaran dikelas dan pengajaran Fisika khususnya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua Orang Tua yang telah mendo’akan penulis dan menjadi semangat serta motivasi dalam penyelesaian artikel ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mulkan, MA selaku Kepala MTsN Kepala Hilalang Padang Pariaman yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di MTsN Kepala Hilalang, Ibu Afnizar Wati,S.Si selaku selaku Guru MTsN Kepala Hilalang yang telah memberi izin dan bimbingan selama penelitian. DAFTAR PUSTAKA [1] Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara. [2] BSNP. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 41 Tahun 2006. Jakarta : Depdiknas. [3] Depdiknas. 2008. Peduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. [4] De Porter.Bobbi.et al. 2000. Quantum Learning. Bandung : Khaifa. [5] Meier, Dave. 2004. The Accelerated Learning Handbook (terjemahan). Bandung: Kaifa, PT Mizan Pustaka Prawironegoro. [6] Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. [7] Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. [8] Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. [9] Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya. [10] Sudajana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. [11] Suryabrata, Sumadi. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. [12] Susanto, Handy. 2005. Penerapan Multiple Intelligences Dalam Sistem Pembelajaran. Jurnal Pendidikan.
a. Hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan SAVI berbantuan LKS lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan konvensional dan menggunakan LKS sekolah di MTsN Kepala Hilalang pada taraf nyata 0,05. b. Penerapan pendekatan SAVI berbantuan LKS di kelas VIII MTsN Kepala Hilalang memberikan pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar Fisika siswa. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan pada penelitian, maka disarankan hal-hal sebagai berikut : a. Penelitian yang telah dilakukan masih terbatas pada materi Bunyi, Cahaya, dan Alat-alat Optik saja, diharapkan ada penelitian lanjutan mengenai permasalahan dan materi lainnya serta ruang lingkup belajar yang lebih luas agar dapat lebih dikembangkan. b. Sebaiknya ada penelitian lanjutan dari penelitian ini, mengenai penggunaan LKS berbasis SAVI agar pembelajaran semakin menarik, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan model atau strategi yang tepat dalam
136