PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SDIT YASIR CIPONDOH KOTA TANGERANG
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Siti Nurjanah NIM : 1810011000052
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
ABSTRAK Akhlak Siswa di SDIT YASIR KOTA TANGERANG. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Akhlak Siswa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peran guru pendidikan agama Islam sangat penting dan baik buruknya pendidikan tergantung bagaimana seorang guru pendidikan agama Islam memanifestasikan dan mengaplikasikan sumbangsihnya kedalam lembaga formal maupun lembaga non formal. Ujung tombak dari segala aktivitas pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, karena guru lebih memiliki wewenang dan tanggung jawab lebih dalam pendidikan, memegang andil besar dalam membentuk karakter siswa, mengembangkan potensi atau kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Lebih-lebih guru agama Islam lebih banyak tuntutan sebagai figur yang paripurna. Berdasarkan pernyataan di atas, penulis merasa tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SDIT YASIR Kota Tangerang”. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan agama Islam, pelaksanan pembinaan akhlak siswa di SDIT YASIR Kota Tangerang, untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam di SDIT YASIR Kota Tangerang, dalam melaksanakan pendidikan agama Islam dan pembinaan akhlak siswa, serta mengetahui usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembinaan akhlak siswa di SDIT YASIR Kota Tangerang. Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan pelaksanaan pembinaan akhlak siswa sudah cukup baik, terbukti sudah mengikuti prosedur-prosedur yang dipergunakan dalam melangsungkan proses belajar mengajar dan mengenai akhlak yang dimiliki oleh siswa banyak variabel kearah yang baik. Korelasi antara pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa adalah sebesar 0,491 yang berarti korelasi positif antara pendidikan agama Islam (x) dengan akhlak (y), dan pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa adalah sebesar 24,10% yang artinya pendidikan agama Islam telah memberikan pengaruh terhadap akhlak siswa sebesar 24,10% dan 75,9% adalah faktor lain. Dari apa yang telah disampaikan atau ditulis dalam skripsi ini, maka hal itu dapat dijadikan sebagai masukan atau tambahan agar skripsi ini terus berkembang dan tidak berhenti sampai disini.
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Solawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikut yang selalu teguh dijalan-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag dan Ibu Marhamah Saleh, Lc,
MA selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Staft Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh Staft Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Bapak Khalimi, Dr. MA selaku Dosen Pembimbing, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini 4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis sejak berada di bangku kuliah 5. Bapak Syahroni. SE selaku Kepala sekolah SDIT YASIR Cipondoh Kota
Tangerang 6. Kedua orang tua tercinta, A. Dasuki dan Marhati (Alm) yang telah
membesarkan dan mendidik serta memberikan kasih sayang yang tak terhingga dan yang selalu memberikan motivasi serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis 7. Terima kasih kepada suami dan anak saya yang telah membantu dan
mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini 8. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi, terima kasih atas
segala arahan yang telah diberikan kepada penulis
ii
9. Serta semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu juga dalam penulisan skripsi ini, yang tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis berharap semoga dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Jakarta, Maret 2014 Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................. KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
i ii iv vi viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................... B. Identifikasi Masalah ........................................................... C. Pembatasan Masalah .......................................................... D. Perumusan Masalah ……………………………………… E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................
1 5 6 6 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ……...................................................... 1. Pendidikan Agama Islam ............................................. a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................... b. Dasar-dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam.. c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............. 2. Hakikat Akhlak ............................................................. a. Pengertian Akhlak .................................................. b. Sumber dan Macam-macam Akhlak ...................... c. Iman Kepada Malaikat …………………………... 3. Hakikat Anak Didik ..................................................... a. Pengertian Anak Didik ........................................... b. Dasar-dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan .............................................................. 4. Pengaruh Pendidikan Agama Terhadap Akhlak .......... 5. Evaluasi Hasil Belajar ……………………………….. a. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar ………... b. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar …………………… B. Hasil Penelitian Yang Relevan ........................................... C. Kerangka Berfikir ............................................................... D. Hipotesis Penelitian ............................................................ BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ............................................................... B. Variabel Penelitian ............................................................. C. Populasi dan Sampel .......................................................... iv
8 8 8 10 16 18 18 21 26 27 27 28 34 34 34 35 37 38 39
39 39 41
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................. E. Teknik Analisa Data ……………………………………...
42 43
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SD IT Yasir …………………………… 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya ……………… 2. Visi dan Misi SD IT Yasir …………………………… 3. Struktur Kurikulum dan Muatan KTSP ……………… 4. Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi …………… 5. Jumlah Siswa SD IT Yasir ……………………………. 6. Sarana dan Prasarana …………………………………... B. Pendidikan Agama Islam di SD IT Yasir …………………. 1. Proses dan Tujuan Pembelajaran PAI ………………… 2. Materi PAI, Profil Guru, dan Perilaku Siswa …………. 3. Usaha-usaha sekolah dalam membentuk akhlak siswa… 4. Pengaruh PAI terhadap akhlak siswa SD IT Yasir ……. C. Analisa Data ………………………………………………. 1. Deskripsi Data ………………………………………… 2. Uji Hipotesis …………………………………………...
47 47 47 48 49 50 50 51 51 51 52 53 54 54 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………… B. Saran-saran …………………………………………………
71 71
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. LAMPIRAN
v
73
DAFTAR TABEL 1. Variabel penelitian ............................................................................
40
2. Matrik populasi dan sampel ..............................................................
42
3. Struktur kurikulum sekolah ..............................................................
49
4. Data tenaga pengajar SDIT Yasir .....................................................
49
5. Data siswa SDIT Yasir .....................................................................
50
6. Responden mendirikan sholat lima waktu wajib ..............................
54
7. Memohon ampun jika terlanjur berbuat dosa ...................................
55
8. Siswa yang berpuasa pada bulan ramadhan .....................................
55
9. Siswa yang menerima dengan tabah jika orang tua mereka Meninggal dunia ...............................................................................
56
10. Akhlak siswa setelah buang air kecil atau besar disiram Sampai bersih .................................................................................
56
11. Orang yang berbuat baik akan disenangi orang .............................
57
12. Siswa memperhatikan ketika guru menerangkan ...........................
57
13. Prosentase siswa melaksanakan perintah orang tua dengan Ikhlas ...............................................................................................
58
14. Prosentase siswa menghormati antar umat beragama .....................
58
15. Sampah yang berserakan sebaiknya dibersihkan tanpa intruksi Guru .................................................................................................
59
16. Berpuasa di bulan ramadhan ............................................................
59
17. Suka memberi jika ada teman yang kesulitan ..................................
60
18. Membaca Al-Qur’an sehabis sholat .................................................
60
19. Membuang sampah pada tempatnya ................................................
61
20. Menjenguk teman sakit ....................................................................
61
21. Membantu orang tua di rumah .........................................................
62
22. Memberi bila ada pengemis yang datang ........................................
62
23. Pamit kepada orang tua bila berangkat ke sekolah ..........................
63
24. Mengucapkan hamdalah saat mendapat nikmat dari Allah SWT .....
63
25. Membantu orang tua ........................................................................
64
vi
26. Data nilai raport bidang studi PAI ...................................................
64
27. Perhitungan untuk memperoleh angka korelasi antara Variable x dengan variable y ............................................................
vii
66
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Struktur organisasi sekolah
2.
Data Guru SDIT YASIR
3.
Pedoman pengumpulan data
4.
Pedoman angket
5.
Dokumentasi kegiatan sekolah
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanagan kemampuankemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.1 Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan adalah memilih arah atau tujuan yang akan dicapai. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai system maupun institusinya, merupakan warisan budaya 1
Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Penddidikan pada Umumnya dan Pendididkan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), Cet ke-2, h. 11
1
2
bangsa, yang berdaulat berakar pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan Islam akan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.2 Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, Berkenaan dengan ini, di dalam UUD'45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan sesuatu bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, karena pandangan hidup mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap bangsa tentu sama, yaitu semua menginginkan terwujudnya manusia yang baik yaitu manusia yang sehat, kuat serta mempunyai ketrampilan, pikirannya cerdas serta pandai, dan hatinya berkembang dengan sempurna. Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa
2
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005) Cet. ke-4, h. 174
3
dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.3
Dalam firman Allah SWT mengatakan:
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl : 78)4
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya anak kesekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak-anak.5 Dapat dimengerti betapa pentingnya kerjasama antara hubungan lingkungan itu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal. Contohnya guru dengan orang tua murid. Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup 3
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta; Kalam Mulia, Cet ke-4 2004), h. 1 At-Thayyib, Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2011), h. 275 5 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta; Bumi Aksara, 1992), Cet ke-2 h. 76 4
4
manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesama manusia. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya. Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelematkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental. Pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Menurut Drs. Ahmad D Marimba: Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah Kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.6 Pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.7 Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Quran terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian muslim yang 6 7
10
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), Cet. ke-2, h. 9 H. M Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987) Cet ke-1, h.
5
sempurna. Agar anak mempunyai akhlak yang mulia, anak didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupan anak didik. Dalam sejarah perkembangan Islam, pada periode permulaan dakwah Nabi
Muhammad
saw.
tidak
langsung
menuntut
sahabat-sahabatnya
mengamalkan syariat Islam secara sempurna sebagai yang dijabarkan dalam lima rukun Islam, akan tetapai selama 10 tahun di Makkah beliau mengajarkan Islam lebih dahulu menitik beratkan pada pembinaan landasan fundamental yang berupa keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Karena dari landasan inilah manusia akan berakhlak yang baik. Hal ini merupakan impelementasi dari aqidah. Pada skripsi ini, penulis akan mengungkap “Pengaruh pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak anak didik di SDIT YASIR Cipondoh Kota Tangerang”. Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut: 1. Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan jiwa. 2. Akhlak merupakan misi yang dibawa nabi Muhammad saw diutus ke dunia. 3. Penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak anak didik di SDIT YASIR Cipondoh Kota Tangerang.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi berbagai masalah terkait dengan pengaruh Pendidikan Agama Islam yaitu: 1. Pendidikan Agama Islam pada SD IT Yasir melalui kurikulum KTSP di sekolahnya 2. Di era globalisasi ini banyak sekali akhlak siswa yang buruk, namun di SD IT Yasir Akhlak siswa terhadap guru sangat baik.
6
3. Seringkali terjadi perselisihan Antara teman karena sedikitnya pengetahuan akhlak mereka, akan tetapi Akhlak siswa SD IT Yasir terhadap sesama teman sangat baik
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang terkait dengan pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah materi pelajaran yang berkenaan dengan aspek akidah (keimanan), keislaman (syari’ah), dan ihsan (akhlak). 2. Akhlak yang dimaksud disini ialah tingkah laku keseharian siswa pada tatanan kesopanan dan budi pekerti yang luhur. 3. Proses Pendidikan Agama Islam yang diterapkan pada SD IT Yasir
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SD IT Yasir? 2. Bagaimana akhlak siswa di SD IT Yasir? 3. Bagaimana Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap akhlak siswa SD IT Yasir?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mendapatkan informasi mengenai pengajaran Pendidikan Agama Islam di SD IT Yasir b. Mengetahui kualitas akhlak anak-anak yang belajar di SD IT Yasir c. Mengetahui pengaruh Pendidikan Agama Islam siswa SD IT Yasir terhadap akhlak siswa
7
2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pendidik yang berkewajiban
meningkatkan
dan
mengaktifkan
dalam
memberikan
pendidikan agama islam ataupun pendidikan moral kepada siswa. Dan penelitian ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan program strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Jakarta.
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik 1. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.1 Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.2 Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.3 Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang 1
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet ke-4, h. 1 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif, 1981), cet ke-5, h. 19 3 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet ke-4 h. 4 2
8
9
dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil. Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam. Untuk memperoleh gambaran yang mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini beberapa defenisi mengenai pendidikan Agama Islam. Menurut hasil seminar pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan: Pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.4 Sedangkan menurut Ahmad Marimba, pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuranukuran Islam.5 Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Agama Islam adalah: pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai
dari
pendidikan
ia
dapat
memahami,
menghayati
dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.6 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran 4
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. ke-2, h.
5
Ahmad D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h. 23 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), cet ke-2, h. 86
11 6
10
untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.
b. Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon dasar itu adalah akarnya. Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan berdirinya pohon itu. Demikian fungsi dari bangunan itu. Fungsinya ialah menjamin sehingga "bangunan" pendidikan itu teguh berdirinya. Agar usaha-usah yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber keteguhan, suatu sumber keyakinan: Agar jalan menuju tujuan dapat tegas dan terlihat, tidak mudah disampingkan oleh pengaruh-pengaruh luar. Singkat dan tegas dasar pendidikan Islam ialah Firman Tuhan dan sunah Rasulullah SAW.7 Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi al-Qur'an dan haditslah yang menjadi fundamen. Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu: 1. Dasar Religius Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam al-Qur'an maupun alhadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.8
7
Ahmad D. Marimba, Metodik Khusus Islam, (Bandung: PT. Al-Maarif, 1981), Cet ke-5, h.
41 8
Zuhairini, Drs. Abdul Ghofir, Drs. Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: biro Ilmiah fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang), Cet ke-8, h. 23
11
2. Dasar Yuridis Formal Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundangundangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, di sekolahsekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. 3. Dasar Ideal Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah Negara: Pancasila, dimana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama. 4. Dasar Konsitusional/Struktural Yang dimaksud dengan dasar konsitusioanl adalah dasar UUD tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut: a) Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa Negara
menjamin
tiap-tiap
penduduk
untuk
memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka diperlukan adanya pendidikan agama Islam. 5. Dasar Operasional Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia. Menurut Tap MPR nomor IV/MPR/1973. Tap MPR nomor IV/MPR/1978 dan Tap MPR nomor II/MPR/1983 tentang GBHN,"
12
yang pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas negeri. Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada. 6. Dasar Psikologis Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.9 Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk berlindung, memohon dan tempat mereka memohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa. Dari uraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.
9
Abdul majid, S.Ag, Dian Andayani, Spd. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) Cet. Ke-1, h.133
13
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan
dibawa.
Tujuan
pendidikan
juga
dapat
membentuk
perkembanagan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis. Pendidikan
agama
Islam
di
sekolah
bertujuan
untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melaui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (kurikulum PAI: 2002)10 Menurut Zakiah Daradjat Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT.11 Sedangkan Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi
10
Abdul majid, S.Ag, Dian Andayani, Spd. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) Cet. Ke-1, h. 135 11 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) Cet ke-2, h. 29
14
kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.12 Sedangkan
Imam
Al-Ghazali
mengatakan
bahwa
tujuan
pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.13 Adapun Muhammad Athiyah Al-Abrasy merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.14 Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam. Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam ada 4 macam, yaitu: 1. Tujuan Umum Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola
12
H. Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), h. 13 13 H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , h. 71-72 14 Muhammad Athiyyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan islam , terjemahan Bustami Abdul Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987 ), cet ke-5, h. 1
15
takwa kepada Allah harus tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah-tingkah tersebut. 2. Tujuan Akhir Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,
memelihara
dan
mempertahankan
tujuan
pendidikan yang telah dicapai. 3. Tujuan Sementara Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksioanl Khusus (TIU dan TIK). 4. Tujuan Operasional Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran.
16
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan
agama
Islam
adalah
membimbing dan
membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji. Jadi, tujuan pendidikan agama Islam adalah berkisar kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan social. Atau lebih jelas lagi, ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilainilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak. Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengamalan nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian
Islami
yang
beriman,
bertakwa
dan
berilmu
pengetahuan.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut: 1. Perbuatan mendidik itu sendiri
17
Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada anak didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam. 2. Anak didik Yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita-citakan. 3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah dan kepribadian muslim. 4. Pendidik Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam. 5. Materi Pendidikan Islam Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. 6. Metode Pendidikan Islam Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode di sini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.
18
7. Evaluasi Pendidikan Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses atau pentahapan tertentu. Apabila tahap ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian muslim. 8. Alat-alat Pendidikan Islam Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil. 9. Lingkungan Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala asapek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.
2. Hakikat Akhlak a. Pengertian Akhlak Pengertian
Akhlak
Secara
Etimologi,
Menurut
pendekatan
etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" ( )خلقyang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segisegi persesuain dengan perkataan "khalkun" ( )خلقyang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" yang berarti Pencipta dan "Makhluk" yang berarti yang diciptakan.15 Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al- Qur'an, sebagai berikut:
15
Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-1, h. 1
19
Artinya : Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.. (Q.S. Al-Qalam, 68:4).16 Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut: 1. Ibn Miskawaih Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.17 2. Imam Al-Ghazali Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.18 3. Prof. Dr. Ahmad Amin Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari 16
Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 960 17 Zahruddin AR, h. 4 18 H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 29
20
kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.19 Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan. Jika dikaitkan dengan kata Islami, maka akan berbentuk akhlak Islami, secara sederhana akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam menempati posisi sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menjabarkan akhlak universal diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. Menghormati kedua orang tua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati oarng tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia. Jadi,
akhlak
islam
bersifat
mengarahkan,
membimbing,
mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental, serta tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula 19
Zahruddin AR, h. 4-5
21
tentang cara berhubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan cara demikian, masing-masing makhluk merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia ini.
b. Sumber dan Macam-macam Akhlak 1) Sumber Akhlak Persoalan "akhlak" didalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat dalam Al-Hadits sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang mestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah. Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertititk tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau RasulNya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya. Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlak adalah Al-Qur'an dan al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.20 Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabat Beliau yang selalu berpedoman kepada al-Qur'an dan as-Sunah dalam kesehariannya.
20
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), Cet ke-2, h. 149
22
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [AnNisa' : 59]
Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau tindakan manusia apapun bentuknya pada hakekatnya adalah bermaksud mencapai kebahagiaan, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan menurut sistem moral atau akhlak yang agamis (Islam) dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan-Nya dan mengerjakan segala perintahNya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni al-Qur'an dan al-Hadits. 2) Macam-macam Akhlak a) Akhlak Al-Karimah Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Akhlak Terhadap Allah Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji
23
demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkau hakekatnya. 2. Akhlak terhadap Diri Sendiri Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan yang tercela. 3. Akhlak terhadap sesama manusia Manusia adalah makhluk social yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada
saudara,
Karena
ia
berjasa
dalam
ikut
serta
mendewasaan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya.21 Jadi, manusia menyaksikan dan menyadari bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya, semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berzikir dengan hatinya. Sebaiknya dalam kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapat terhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya. Karena manusia adalah makhluk sosial maka ia perlu
21
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h.49-57
24
menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik. b) Akhlak Al-Mazmumah Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya: 1. Berbohong Ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. 2. Takabur (sombong) Ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat. 3. Dengki Ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain. 4. Bakhil atau kikir Ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain. Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya dibedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.
25
3) Tujuan Akhlak Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah). Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segala-galanya.22 Barmawie Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.23 Sedangkan Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, tujuan akhlak adalah menciptakan kebahagian dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagian, kemajuan, kekuataan dan keteguhan bagi masyarakat.24 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya. Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh 22
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 115 Barnawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: CV Ramadhani, 1988). h 2 24 Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979), Cet ke-2, h.346 23
26
agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama.
c. Iman Kepada Malaikat Allah SWT menciptakan dua macam makhluk, yaitu makhluk yang nyata atau kelihatan dan makhluk gaib atau tidak kelihatan. Makhluk yang nyata terdiri manusia, tumbuh-tumbuhan, dan binatang. Makhluk gaib terdiri atas malaikat, jin, dan setan. Malaikat merupakan makhluk gaib yang paling taat kepada Allah SWT. Malaikat diciptakan dari nur (cahaya). Malaikat disebut makhluk gaib karena malaikat tidak dapat dilihat oleh mata. Malaikat bukan lakilaki dan bukan perempuan. Malaikat juga tidak makan dan minum. Malaikat mempunyai akal, tetapi tidak mempunyai nafsu. Oleh karena itu, malaikat selalu taat kepada Allah SWT. Malaikat merupakan makhluk yang sangat taat dan patuh kepada Allah SWT. Malaikat selalu menjalankan perintah Allah dan tidak pernah melanggar larangan-Nya. Itulah sebabnya malaikat disebut makhluk yang paling suci.25 Sebagai umat muslim, kita harus beriman kepada malaikat. Kita juga harus meneladani ketaatan dan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT. Kita harus menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah An-Nahl :50 sebagai berikut 26:
25
Suparno, Hikmah Pendidikan Agama Islam, , (Bogor: Yudistira, 2009) Cet ke-1, h. 65 Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 371 26
27
Artinya : “Mereka takut kepada Tuhan yang (berkuasa) diatas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka) Malaikat-malaikat Allah SWT mempunyai nama. Nama-nama malaikat tercantum di dalam Al-Qur’an dan Hadist. Nama-nama malaikat yang tercantum dalam Al-Qur’an dan hadist ada sepuluh. Jumlah malaikat sebenarnya banyak sekali, tetapi yang tahu pasti jumlahnya hanya Allah SWT. Nama sepuluh malaikat yang wajib diketahui yaitu sebagai berikut:27 1. Malaikat Jibril
6. Malaikat Nakir
2. Malaikat Mikail
7. Malaikat Raqib
3. Malaikat Izrail
8. Malaikat Atid
4. Malaikat Israfil
9. Malaikat Malik
5. Malaikat Munkar
10. Malaikat Ridwan
3. Hakikat Anak Didik a. Pengertian Anak Didik Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang di serahkan kepada tanggung jawab pendidik.28 Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yang sedang belajar, baik
27
Suparno, Hikmah Pendidikan Agama Islam, , (Bogor: Yudistira, 2009) Cet ke-1, h. 666 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan, Sistematis, (Yogyakarta: FIP IKIP, 1986, h. 120 28
28
pada lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan non formal.29 Anak didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif.
b. Dasar-Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan Secara kodrati, anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhankebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Tiadalah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikannya atau me-Nasranikannya atau me-Majusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna, apakah kamu lihat binatang itu tidak berhidung dan bertelinga? Kemudian Abi Hurairah berkata,"Apabila kau mau bacalah lazimilah fitrah Allah yang telah Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrah-Nya. Tiada penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus (Islam)." (HR.Muslim)
29
h. 248
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Fauzan MA, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits,
29
Prof. DR. H. Ramayulis mengartikan fitrah dalam arti etimologi berarti alkhilqah, al-ibda', al-ja'l (penciptaan). Arti ini disamping dipergunakan untuk maksud penciptaan alam semesta juga pada penciptaan manusia. Dengan makna etimologi ini, maka hakekat manusia adalah sesuatu yang diciptakan, bukan menciptakan.30 Sedangkan, Allah SWT. berfirman:
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(QS.An-Nahl/16:78)31
Dari hadits dan ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini keharusan mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung
aspek-aspek
kepentingan
yang
antara
lain
dapat
dikemukakan sebagai berikut : a. Aspek Paedagogis. Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya, mereka dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang dimilikinya. 30
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet ke-4, h. 278 Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 413 31
30
Islam mengajarkan bahwa anak itu membawa berbagai potensi yang selanjutnya apabila potensi tersebut dididik dan dikembangkan ia akan menjadi manusia secara fisik dan mental akan memadai. b. Aspek Sosiologi dan Kultural Menurut ahli sosiologi pada prisipnya, manusia adalah homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau memiliki garizah (instink) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial manusia memiliki rasa tanggung jawab sosial yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik dan saling pengaruh mempengaruhi antara anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka. Dengan demikian manusia dikatakan sebagai makhluk sosial berarti pula manusia itu adalah makhluk yang berkebudayaan, baik moral maupun material. Di antara instink manusia adalah adanya kecenderungan mempertahankan segala apa
yang dimilikinya
termasuk kebudayaannya. Oleh karena itu maka manusia perlu melakukan
pemindahan
dan
penyaluran
serta
pengoperan
kebudayaannya kepada generasi yang akan menggantikannya di kemudian hari. c. Aspek Tauhid Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang berketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut juga homo religios (makhluk yang beragama). Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang berketuhanan dan beragama adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat instink religios atau garizah Diniyah (instink percaya pada agama). Itulah sebabnya, tanpa melalui proses pendidikan instink religios atau garizah Diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat
31
berkembang secara wajar. Dengan demikian pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan kedua instink tersebut.32 Karena itulah, anak didik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: 1) Belum memiliki pribadi dewasa susila, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. 2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. 3) Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan bicara, perbedaan individual dan sebagainya. Dengan demikian anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya, anak didik merasa ia memiliki kekurangan kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuannya sangat
terbatas
dibanding
dengan
kemampuan
pendidiknya.
Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi dengan pendidiknya dalam situasi pendidikan. Dalam situasi pendidikan itu jadi interaksi kedewasaan dan kebelumdewasaan. Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam membimbing anak didik adalah kebutuhan mereka. Ramayulis sebagaimana mengutip pendapat Al-Qussy membagi kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok, yaitu: a. Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, miinum dan sebagainya b. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohaniah. Selanjutnya ia membagi kebutuhan rohaniah kepada enam macam yaitu: 1) Kebutuhan kasih sayang 2) Kebutuhan akan rasa aman 32
86-89
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet ke-2, h.
32
3) Kebutuhan akan rasa harga diri 4) Kebutuhan akan rasa bebas 5) Kebutuhan akan sukses 6) Kebutuhan akan sesuatu kekuatan Selanjutnya Law head membagi kebutuhan manusia sebagai berikut: 1) Kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, bernafas, perlindungan, seksual, kesehatan dan lain-lain. 2) Kebutuhan rohani, seperti kasih sayang, rasa aman, penghargaan, belajar, menghubungkan diri dengan dunia yang lebih luas, mengaktualisasikan dirinya sendiri dan lain-lain. 3) Kebutuhan yang menyangkut jasmani dan rohani, seperti istirahat, rekreasi, butuh supaya setiap potensi fisik dapat dikembangkan semaksimal mungkin, butuh agar setiap usaha dapat sukses. 4) Kebutuhan sosial, seperti supaya dapat diterima oleh temantemannya secara wajar, supaya dapat diterima oleh orang lebih tinggi
dari
dia
seperti
orang
tuanya,
guru-gurunya
dan
pemimpinnya, seperti kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi. 5) Kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya merupakan tuntutan rohani yang mendalam yaitu kebutuhan untuk meningkatkan diri yaitu kebutuhan terhadap agama.33 Dari kedua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang paling esensi adalah kebutuhan agama. Agama dibutuhkan manusia karena memerlukan orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu, tidak seorangpun yang tidak membutuhkan agama. Faktor anak didik menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003, BAB V Pasal 12 bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan
33
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 105.
33
oleh pendidik yang seagama.34 Mencakup pengertian peserta didik. yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Anak adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani dan rohani, ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan bagian-bagiannya. Dalam segi rohaniah anak mempunyai bakat-bakat yang harus dikembangkan seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan keagamaan, kebutuhan akan
pengertian nilai-nilai
kemasyarakatan, kesusilaan, kasih sayang dan lain-lain, maka pendidikan Islamlah
yang harus
membimbing,
menuntun,
serta
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anak didik dalam berbagai bidang tersebut.
4. Pengaruh Pendidikan Agama Terhadap Akhlak Dalam Pendidikan Agama Islam. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan intelektualitas dalam arti bukan hanya meningkatkan kecerdasan saja, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia, yang mencakup aspek keimanan, moral atau mental, prilaku dan sebagainya. Pembinaan kepribadian atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia dan tingkat kemulian akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Dalam pembentukan akhlak siswa, hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam pembentukan akhlak sangat diperlukan pembinaan dan latihan-latihan akhlak pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan ke arah kehidupan praktis. Agama sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat memberi peranan positif dalam 34
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, h. 313
34
perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih dapat diyakini secara mutlak. Dalam
hal
pembentukan
akhlak
remaja,
pendidikan
agama
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupannya. Pendidikan agama berperan sebagai pengendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdasarkan emosi. Jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupannya seharihari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapi segala keinginan keinginannya yang timbul.
5. Evaluasi Hasil Belajar a. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar Dari pengertian evaluasi kita dapat mengetahui bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar.35 Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita dapat menengahi tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagi keperluan. Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut : a) Untuk diagnostic dan pengembangan b) Untuk seleksi c) Untuk kenaikan kelas d) Untuk penemuan
35
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet ke-3, h. 200
35
b. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.36 Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual.37 Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam) kelas tingkat yakni : 1. Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. 2. Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. 3. Penggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret dan situasi baru. 4. Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagianbagian yang menjadi unsur pokok. 5. Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk satu maksud atau tujuan tertentu. Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi38 Kratwohl, Bloom, dan Masia mengemukakan taksonomi tujuan ranah afektif sebagai berikut:
36
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet ke-3, h. 201 Jarolimek, dan Foster, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet ke-3, h. 202 38 Davies, Jarolimek, dan Foster ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet ke-3, h. 205 37
36
1. Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi secara pasif yang meningkat secara lebih aktif. 2. Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulant dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan. 3. Menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi. 4. Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu system nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya. 5. Karakteristik, merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan masing-masing
nilai
pada
waktu
merespon,
dengan
jalan
mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbanganpertimbangan. Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan.39 Kibler, Barket, dan Miles (1970) mengemukakan taksonomi ranah tujuan psikomotorik sebagai berikut: 1. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh yang mencolok. 2. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan keterampilan yang berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan yang dikoordinasikan, biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan. 3. Perangkat komunikasi nonverbal, merupakan kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata. 4. Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan.
39
Davies, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet ke-3, h. 207
37
B. Hasil Penelitian yang Relevan Karya ilmiah yang relevan dengan tema pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa telah banyak dilakukan. Namun demikian, tiap karya ilmiah dengan tempat dan waktu yang berbeda, meniscayakan perbedaan-perbedaan kesimpulan yang didapat oleh peneliti masing-masing. Oleh karenanya, meskipun sama temanya, penelitian ini bukan merupakan pengulangan terhadap hasil-hasil penelitian karya ilmiah lainnya. Di antara karya ilmiah yang relevan adalah: Skripsi Nur Fitrianah dari Jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah dengan tema Pengaruh Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan Akhlak Siswa (Studi Kasus di SMP Negeri 16 Kota Tangerang). Karya Ilmiah tersebut berkesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan akhlak siswa. Semakin baik proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam disampaikan guru, maka akhlak siswa pun akan semakin baik. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian skripsi ini bukan merupakan pembahasan yang serupa dengan karya ilmiah lain. Karena peneliti meneliti pada pengaruh akhlak terhadap pembentukan akhlak siswa.
C. Kerangka Berfikir Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat memahami dengan jelas betapa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan begitu semua bisa tercerahkan serta bisa memberi pencerahan kepada generasi penerus sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena pendidikan tidak hanya menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual saja, tapi juga generasi yang mempunyai akhlakul karimah serta santun dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Quran terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian muslim yang sempurna. Sedangkan lembaga adalah tempat berlangsungnya proses
38
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan al-Qur'an yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia berkepribadian muslim. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warganegara dan umat manusia serta mempersiapkan anak didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. SDIT YASIR Cipondoh Kota Tangerang sebagai salah insitusi yang menyelenggarakan pendidikan dasar diharapkan dapat memberikan motivasi bagi anak-anak didiknya untuk menjadi bagian dari Sumber Daya Manusia yang unggul di segala bidang, khususnya dalam pembentukan kepribadian muslim yang sempurna.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan pertanyaa sebagai berikut : Apakah siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama, mempunyai akhlak yang lebih baik dari siswa yang memperoleh nilai rendah. Berdasarkan pertanyaan diatas maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut: Ho :
terdapat pengaruh yang signifikan Pendidikan Agama Islam dengan akhlak siswa.
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi kuantitatif yaitu dengan cara uji korelasi karena langkah penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data, menganalisa dan menginterprestasikan hasil data yang didapat pada waktu dilapangan.
B. Variabel Penelitian Penelitian ini memiliki dua variable. Pertama pengaruh Pendidikan Agama Islam sebagai variable bebas (variable x) yang diambil dari hasil belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam yang terdapat pada buku raport siswa. Kedua akhlak siswa sebagai variable terikat atau variabel y.
Tabel 1 Variabel Penelitian Variabel Proses Pendidikan Agama Islam
Dimensi
Indikator
Materi Pendidikan Agama Islam Berdasarkan (nilai raport Pendidikan Agama Islam siswa)
39
Butir Soal
40
Akhlak
1. Akhlak siswa terhadap Allah SWT dan RasulNya
1.1. Pembiasaan melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu agar disiplin dalam belajar 1.2. Membiasakan membaca AlQur’an 1.3. Membiasakan melaksanakan puasa bulan Ramadhan agar membina kejujuran 1.4. Meninggalkan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT 2. Akhlak siswa 1.1. Berprilaku santun terhadap orang pada sesama dan tua dan guru hormat pada orang yang lebih tua 1.2. Menunjukan cara berterima kasih dan hormat kepada orang tua, guru, dan teman 1.3. Membiasakan berbicara dengan baik, kasih sayang, terhadap orang tua, guru, dan teman 3. Akhlak terhadap 3.1. Selalu menjaga diri sendiri dan hidup toleransi manusia agar bisa bekerja sama dengan pihak lain dalam melaksanakan kebaikan sosial 3.2. Menjadi siswa yang ulet sabar dan pekerja keras
1 - 20
41
4. Akhlak siswa terhadap lingkungan
4.1 Agar selalu hidup bersih
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan wilayah secara umum yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
diambil
kesimpulannya.1 Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas I, VI di SDIT YASIR.
2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dimiliki untuk dijadikan contoh, teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah teknik random sampling (sampel acak sederhana) yaitu bertujuan mengambil sampel anggota polpulasi yang dilakukan secara acak karena beberapa pertimbangan sehingga tidak mengambil sampel yang besar atau jauh.2 Sampel ini diambil bertujuan untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari siswa dalam menerapkan ajaran agama Islam didalam kehidupan. Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa SD IT Yasir yang berjumlah 30 anak dari 180 siswa apabila dipersentasekan sekitar 16%. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah random sample (pengambilan sampel secara acak), karena merupakan rumpun-rumpun yang merupakan kelompok individu-individu yang tersedia sebagai unit-unit dalam populasi.
1
Sugiono, Metodologi Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, (Bandung, Pt. Alfabet, 2008) Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rieke Cipta, 2002), cet-12, h.117 2
42
Tabel. 2 Matrik Populasi dan Sampel No
Kelas
Populasi
Sampel
1
IV Jumlah
30 30
30 30
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dengan cara : 1. Wawancara Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah untuk mendapatkan data tentang gambaran sekolah yang diteliti. 2. Angket Yaitu dengan cara menyebarkan angket berisi daftar pertanyaan dan pertanyaan tersebut harus di isi siswa untuk mendapatkan skor akhlak siswa. Angket ini disampaikan pada siswa-siswi SD IT Yasir. Adapun kontruksi angketnya adalah sebagai berikut : a. Pertanyaan terstruktur Pada bagian angket ini, subyek diminta untuk mengisi variabel control yang berupa pertanyaan mengenai identitas subyek, kelas, jenis kelamin, asal sekolah b. Pertanyaan Utama Pada bagian yang dimaksud adalah angket yang terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang menghendaki pendapat atau penelitian siswa guna menjaring data kemampuan dan kebiasaan responden dalam berakhlak. Pertanyaan tersebut terdiri dari 20 item pertanyaan dengan alternative jawaban yang tersedia, yaitu sangat setuju, setuju, ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pada bagian item pertanyaan dibagi dalam dua bentuk, yaitu :
43
1) Item sikap, yaitu item-item yang mengidentifikasikan bahwa “sikap yang seperti itu adalah saya”. Item sikap ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan nomor 1-10. 2) Item perilaku, yaitu item-item yang mengidentifikasikan bahwa hal yang demikian adalah “perilaku yang saya lakukan”. Item perilaku terdiri dari 10 pertanyaan dengan nomor item 11-20. Perskoran terhadap item-item posisi dilakukan dengan cara memberi skor sebagai berikut: 1. Jawaban option SS skor nilai 5 2. Jawaban option S skor nilai 4 3. Jawaban option R skor nilai 3 4. Jawaban option TS skor nilai 2 5. Jawaban option STS skor nilai 1
E. Teknik Analisa Data Teknik yang penulis pergunakan dalam menganalisa data penelitian ini adalah teknik korelasi product moment atau lengkapnya “Product of the moment correlation” Yaitu dengan menggunakan rumus :
N∑xy – (∑x) (∑y) rxy =
{N∑x2 – (∑x)2} {N∑y2 – (∑y)2}
rxy
= hasil korelasi
x
= jumlah skor dalam distribusi x
y
= jumlah skor dalam distribusi y
xy
= jumlah produk-produk pasangan skor x dan y
x2
= jumlah kwadat dalam distribusi x
2
y
= jumlah kwadat dalam distribusi y
N
= jumlah data
44
Dalam teknis penulisan ini penulis menghadapi dua macam variabel, yaitu variabel x dan y, variabel x adalah data nilai bidang studi Agama Islam yang terdapat pada raport siswa dan variabel y adalah data nilai akhlak siswa. Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam perhitungan product moment adalah : 1. Menyiapkan table kerja atau table perhitungannya, yang terdiri dari 6 kolom Kolom 1
= subjek
Kolom 2
= skor variabel x (data hasil belajar siswa bidang studi agama islam)
Kolom 5
= hasil pengkuadratan skor variabel x yaitu y
Kolom 6
= hasil pengkuadratan y yaitu y
Mencari angka korelasinya, dengan menggunakan rumus : N∑xy – (∑x) (∑y) rxy =
{N∑x2 – (∑x)2} {N∑y2 – (∑y)2}
2. Memberikan interprestasi terhadap rxy dan menarik kesimpulan Setelah diketahui “r” (r hasil perhitungan) kemudian penulis menginterprestasikan hasil perhitungan tersebut, yaitu Ho diterima jika harga “r” (r hasil perhitungan) kurang dari harga table, sebaliknya jika harga “r” lebih dari satu atau sama dengan harga table, maka Ho ditolak dan Ha diterima, untuk mengetahui tingkat korelasi dari “r” (r hasil perhitungan) Antara kedua variabel tersebut, maka kita konsultasikan dengan kriteria “r” product moment. Adapun maksudnya adalah 0,90 sampai 1,00 korelasi sangat tinggi 0,70 sampai 0,90 korelasi tinggi 0,40 sampai 0,70 korelasi sedang / cukup 0,20 sampai 0,40 korelasi rendah 0,00 sampai 0,20 korelasi sangat rendah
45
Korelasi Antara variabel dapat terjadi dua macam yaitu korelasi yang sifatnya satu arah dan korelasi yang sifatnya berlawanan arah. Korelasi satu arah (searah) disebut korelasi positif, sedangkan korelasi yang berlawanan arah disebut korelasi negative. Kedua korelasi tersebut jika diilusikan dalam bagan akan berbentuk sebagai berikut : Korelasi Positif
Korelasi Negatif
var var var var X y x y
var var var var X y x y
Keterangan : a. Pada korelasi positif jika variabel x mengalami kenaikan atau kemajuan maka akan diikuti oleh variabel y, begitu juga sebaliknya, jika variabel x mengalami penurunan maka akan diikuti oleh variabel y b. Pada korelasi negative arahnya berlawanan maka variabel y akan mengalami penurunan, dan begitu juga sebaliknya. Interprestasi menggunakan table nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degres of freedom (df) yang rumusnya adalah :
df = N-nr Keterangan : df
= derajat bebas
N
= banyak responden yang diteliti
Nr
= banayaknya variabel yang dikorelasikan3
Setelah hasil dicocokan dengan table koefisien korelasi “r” product moment untuk berbagai df, baik pada taraf siginifikan 1% ataupun pada taraf siginifikan 5%. 3
180-193
Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2005), h.
46
Selanjutnya untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y penulis menggunakan rumus sebagai berikut : KD = r2 x 100% Keterangan : KD
= kontribusi variabel X terhadap Y
R
= koefisien korelasi Antara variabel X dan Y
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku “pedoman penulisan skripsi, tesis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.”
47
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SD IT Yasir 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya SD IT Yasir didirikan pada tahun 1990 oleh Yayasan Ibnu Rusy dengan status swasta, atas pertimbangan-pertimbangan dibawah berikut ini: 1) Penduduk di sekitar lingkungan sudah sangat padat penduduk sedangkan sekolah masih sedikit 2) Kebutuhan masyarakat sangat mendesak akan dunia pendidikan 3) Untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 4) Undang-undang
Dasar
yang
menyatakan
bahwa,
patut
menyelenggarakan pendidikan tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Sumber data: Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan arsip SD IT Yasir
2. Visi dan Misi SD IT Yasir a. Visi Mewujudkan manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu, berteknologi dan
berakhlakul karimah dalam menghadapi persaingan di era
globalisasi b. Misi 1) Meningkatkan kualitas keislaman umat Islam 2) Menggali dan mengembangkan sumber daya instansi bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi untuk mencapai pembangunan nasional 3) Menggali dan mengembangkan kreatifitas insani bangsa yang mengarah pada kemajuan teknologi
47
48
c. Tujuan Tujuan
pendidikan
dasar
adalah
meletakkan
dasar
kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan pada tujuan tersebut, maka tujuan pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Yasir sebagai berikut: 1) Dapat mengamalkan ajaran agama Islam hasil pembelajaran dan kegiatan pembiasaan 2) Meraih prestasi akademik maupun non akademik pada semua bidang ilmu pengetahuan di tingkat kecamatan dan tingkat nasional 3) Menguasai life skill (kecakapan hidup) sebagai bekal di masa mendatang 4) Menjadi sekolah pelopor dan penggerak serta diminati masyarakat 5) Mengenal, mencintai, dan menghargai bangsa Indonesia dan kebudayaannya.
3. Struktur Kurikulum dan Muatan KTSP Struktur kurikulum SD IT Yasir berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Kurikulum SD IT Yasir memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri 2) Substansi mata pelajaran Sains dan IPS merupakan “Sains Terpadu” dan “IPS Terpadu” 3) Pembelajaran pada kelas 1 s/d III dilakukan dengan pendekatan tematik. Sedangkan pada kelas IV s/d VI melalui pendekatan mata pelajaran 4) Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit 5) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 36 minggu
49
Tabel. 3 Struktur Kurikulum Sekolah Komponen A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Sains 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Seni Budaya dan Keterampilan 8. Penjasorkes B. Muatan Lokal a. Bahasa Inggris b. BTQ (Baca Tulis Qur’an c. TIK/Komputer d. Budi pekerti C. Pengembangan Diri a. Karate b. Olahraga c. Marawis d. Pramuka e. Ilmiah Jumlah
Kelas I II III IV, V, VI TEMATIK 4 2 8 8 6 4 2 4 TEMATIK
4 4 2 2
TEMATIK
42
42
42
50
4. Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi SD IT Yasir Agar lebih jelasnya jumlah untuk tenaga pengajar dan tenaga administrasi dapat dilihat pada table berikut: Tabel. 4 Data tenaga pengajar SD IT Yasir NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
NAMA Abd. Somad, S.Hum Ahmad Fikri, S.Kom Dina Fitriah, S.Pd.I Dulatif, S.Pd Endang, S, S.Pd.SD Fiska Febriyani, S.Pd Hasan Basri, S.Hum Hj. Else Lestari, S.Pd Kamilatul Atiyah, S.Pd.I
PENDIDIKAN TERAKHIR S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
TUGAS MENGAJAR
50
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Mayunih, S.Pd S1 Masini,S.Pd S1 M. Ibnu Rusdi, S.Pd S1 Nurhayati, S.Pd S1 Rismayati, S.Pd S1 Saepudin, S.Pd.SD S1 Supendi, S.Pd.I S1 Sunardi, S.Pd S1 Sri Wahyuni M, S.Pd S1 Sri Wahyuni A, S.Pd.SD S1 Umiyati, S.Pd.SD S1 Umayah, S.Pd.I S1 Ulil Yusro, S.Ip S1 Ziliatun M, S.Sos.I S1 Sumber data : Arsip SD IT Yasir
5. Jumlah siswa SD IT Yasir Tabel. 5 Data Siswa SD IT Yasir No 1 2 3 4 5 6
Kelas I II III IV V VI
Jumlah Kelas 3 2 2 2 1 1
Jumlah Siswa 30 30 30 30 30 30
6. Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh SD IT Yasir adalah sebagai berikut: a) Ruang Kelas 13 ruang b) Ruang Kepala Sekolah 1 ruang c) Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 ruang d) Ruang Guru 1 ruang e) Ruang Tata Usaha 1 ruang f) Ruang Perpustakaan 1 ruang g) Ruang Komputer 1 ruang
51
h) Ruang Gudang 1 ruang i) Musholah 1 j)Kamar mandi/WC Guru 1 k) Kamar mandi/WC Murid 2
B. Pendidikan Agama Islam di SD IT Yasir 1. Proses dan Tujuan Pembelajaran PAI di SD IT Yasir terutama tentang akhlak Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD IT Yasir dalam membentuk akhlak siswa di sesuaikan dengan kurikulum yang ada di sekolah dan sesuai situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang ada disekolah. Pendidikan Agama Islam di SD IT Yasir ditujukan agar siswa dapat mengamalkan ajaran agama islam dari hasil pembelajaran dan kegiatan pembiasaan di sekolah, seperti memberi salam saat bertemu dengan orang lain, mencium tangan saat bertemu dengan guru dan orang yang lebih tua, melaksanakan sholat dhuha, membayar infak, melaksanakan bakti social dan sebagainya. SD IT Yasir melaksanakan pelajaran Pendidikan Agama Islam 4 (empat) jam per minggu. Akhlak yang diajarkan di SD IT Yasir berupa sejumlah bahan materi tentang akhlak, misalnya mengenai akhlak terhadap Allah dan membiasakan perilaku terpuji dan menjauhi perilaku tercela. Pembelajaran ini ditunjukan menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dengan akhlak yang baik dan terpuji dari siswa tersebut, melalui pemberian dan pemupukan pengetahauan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang akhlak islam, sehingga siswa dapat menjadi manusia muslim yang terus berkembang dengan akhlak yang baik dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
52
2. Materi PAI, Profil Guru, dan Perilaku Siswa Agar
tujuan
pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
dalam
membentuk akhlak dapat tercapai dengan baik maka seorang guru terutama guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki kemampuan untuk memilih cara yang tepat dalam penyampaian materi pelajaran. Guru juga harus menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan. Sesuai wawancara yang telah peneliti lakukan dengan guru Pendidikan Agama Islam, metode pengajaran yang digunakan guru di SD IT Yasir adalah metode ceramah, metode Tanya jawab, metode diskusi, penugasan dan observasi atau kunjungan ke suatu tempat yang berkaitan atau relevan dengan materi agama islam. Materi Pendidikan Agama Islam yang diajarkan pada siswa SD IT Yasir meliputi : 1) Al-Qur’an 2) Aqidah 3) Akhlak 4) Fiqih 5) Tarikh Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam guru Pendidikan Agama Islam melakukan system penilaian dengan menilai ketiga ranah belajar yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Untuk mengukur ranah kognitif siswa, guru menggunakan pertanyaan lisan di kelas, tugas rumah, tugas individu dan ulangan harian serta ulangan semester. Sedangkan ranah afektif dan psikomotorik siswa, guru menilai perkembangan perilaku siswa setelah mendapatkan pembelajaran.
3. Usaha-usaha sekolah dalam membentuk akhlak siswa Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan beberapa bulan di SD IT Yasir, dalam hal pembentukan akhlak di SD IT Yasir telah diketahui bahwa salah satu cara sekolah membentuk akhlak siswanya dengan memberikan suri teladan yang baik dan melakukan pembiasaan akhlak
53
yang baik kepada siswa. Secara lebih terperinci usaha-usaha sekolah dalam pembentukan akhlak siswa adalah dengan : 1) Keteladanan dan Akhlak seorang guru Guru dan semua warga sekolah harus menjadi contoh yang baik dalam berpegang pada ajaran agama, nilai-nilai moral, pergaulan, melaksanakan syiar agama (puasa, sholat, shodaqoh, dst), pengendalian emosi dengan lapang dada dan bersabar dan lain sebagainya. Oleh karena itu seorang guru di samping harus mempunyai kompetensi dibidang profesinya, juga dituntut memiliki kepribadian yang baik, sehingga anak didik akan meneladani sifat atau kepribadian guru tersebut. 2) Pembiasaan dengan tingkah laku Dalam mendidik siswa diperlukan pembiasaan, seperti yang dilaksanakan pada SD IT Yasir dalam membentuk akhlak siswa dengan proses metode pembiasaan yaitu dengan menanamkan pembiasaan yang baik-baik di sekolah, Antara lain, berinfaq, mengucap salam saat bertemu orang lain, menyapa dengan Bahasa kakak atau abang terhadap teman mereka yang lebih dewasa, mencium tangan saat bertemu guru atau orang yang lebih tua dan juga sholat berjama’ah. Hal ini dimaksudkan agar para siswa berprilaku yang terpuji sesuai dengan ajaran islam.
4. Pengaruh PAI terhadap akhlak siswa SD IT Yasir Lebih lanjut dalam penelitian yang telah peneliti lakukan dalam pergaulan sesame teman sejawat atau antar teman yang lebih dewasa para siswa saling bersikap menjauhi, jarang terlihat perbedaan perselisihan yang menonjol diantara para sisswa. Para siswa satu dengan yang lain saling menyayangi, berkata dengan perkataan yang baik, dan melakukan perintah ajaran agama sesuai yang diajarkan oleh syariat Islam. Selain itu para siswa jauh lebih menghargai para guru-guru mereka. Mengucapkan salam saat bertemu, membuang sampah pada tempatnya, dan bersalaman mencium tangan saat bertemu dengan guru atau orang yang lebih dewasa. Sesuai dengan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang Akhlak yang
54
lebih banyak menerapkan perilaku terpuji terhadap sesame dan menjauhi perilaku tercela yang dilarang oleh agama Islam. Kemudian dapat dilihat skor yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang positif Antara Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa.
C. Analisa Data 1. Deskripsi Data Setelah dilakukan penyebaran dan lewat angket kepada 30 responden, akhirnya seluruh siswa dapat terkumpul kembali dan data telah terisi secara
lengkap.
Untuk
memudahkan
dalam
menganalisa
dan
menginterprestasikan, tiap-tiap item dikemukakan dalam bentuk table. Tiap table berisi satu item pertanyaan. Dengan rumus prosentase, yaitu :
P =
F F
x 100% Keterangan :
P
: Procentase yang dicari
F
: Frekuensi jawaban responden
N
: Jumlah responden (Number of Cases)
100%
: Bilangan tetap
Deskripsi selanjutnya dapat dilihat dari table-tabel berikut: Tabel. 6 Responden mendirikan shalat lima waktu wajib Alternatif Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekwensi 29 1 30
Prosentase 97% 3% 100%
55
Dari data di atas menunjukan yang diketahui bahwa tanggapan siswa terhadap kewajiban melaksanakan sholat tepat waktu, dengan prosentase jawaban sangat setuju 97% dan setuju 3%. Jadi hal ini menunjukan bahwa siswa berpendapat bahwa mendirikan sholat adalah kewajiban seluruh umat Islam. Tabel. 7 Memohon ampun jika terlanjur berbuat dosa Alternatif Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekwensi 26 2 2 30
Prosentase 87% 6,5% 6,5% 100%
Dari data di atas dapata diketahui bahwa siswa yang menjawab sangat setuju bahwa bertaubat setelah terlanjur berbuat dosa adalah sebesar 87%. Yang menjawab setuju 6,5% dan menjawab ragu ada 6,5%. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa siswa mengetahui setelah terlanjur berbuat dosa siswa wajib bertaubat pada Allah SWT.
Tabel 8 Siswa yang berpuasa pada bulan Ramadhan Alternatif Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekwensi 29 1 30
Prosentase 97% 3% 100%
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa hamper seluruh siswa yang menjawab sangat setuju berpuasa 97%, dan menjawab setuju 3%. Hal
56
ini menunjukan bahwa siswa mampu menerapkan bahwa berpuasa pada bulan Ramadhan adalah wajib.
Tabel 9 Siswa yang menerima dengan tabah jika orang tua mereka meninggal dunia Alternatif Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekwensi 28 2 30
Prosentase 93% 7% 100%
Dari table di atas diketahui bahwa seluruh siswa menjawab sangat setuju sebesar 93%, dan setuju 7%. Hal ini menunjukan bahwa jika harus menerima takdir baik atau buruk dari Allah SWT.
Tabel 10 Akhlak siswa setelah buang air kecil atau besar disiram sampai bersih Alternatif Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekwensi 5 22 3 30
Prosentase 17% 73% 10% 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa 17% siswa menjawab sangat setuju 73% siswa menjawab setuju dan 10% menjawab ragu. Hal ini menunjukan bahwa akhlak siswa terhadap kebersihan telah diamalkan.
57
Tabel 11 Orang yang berbuat baik akan disenangi orang Alternatif Frekwensi Prosentase Sangat Setuju 28 93% Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 2 7% Jumlah 30 100% Dari table diatas diketahui bahwa seluruh siswa menjawab sangat setuju 93%, namun ada juga yang menjawab sangat tidak setuju sebesar 7%. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika siswa-siswi berakhlak jujur akan disenangi orang lain.
Tabel 12 Siswa-siswi memperhatikan ketika guru menerangkan Alternatif Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekwensi 28 1 1 30
Prosentase 93% 3% 3% 100%
Pada table di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa menjawab sangat setuju yaitu sebesar 93%, tidak setuju 3% dan sangat tidak setuju sebesar 3%. Ini berate bahwa siswa-siswi memiliki akhlak menghormati guru.
58
Tabel 13 Prosentase siswa-siswi melaksanakan perintah orang tua dengan ikhlas Alternatif Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekwensi 29 1 30
Prosentase 97% 3% 100%
Tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa menjawab setuju melaksanakan perintah orang tua dengan ikhlas yaitu dengan prosentase sebesar 97%, dan setuju sebesar 3%, jadi dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi memiliki akhlak hormat kepada orang tua dengan sangat baik.
Tabel 14 Prosentase siswa-siswi menghormati antar umat beragama Alternatif Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekwensi 24 6 30
Prosentase 80% 20% 100%
Tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa menjawab sangat setuju saling menghormati antar umat beragama yaitu dengan prosentase sebesar 80%, setuju sebesar 20%, hal ini menunjukan bahwa siswa-siswi mempunyai akhlak saling menghormati terhadap teman yang berlainan agama.
59
Tabel 15 Sampah yang berserakan sebaiknya dibersihkan tanpa intruksi guru Alternatif Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekwensi 27 3% 30
Prosentase 90% 10% 100%
Dari hasil jawaban siswa di atas diketahui bahwa siswa yang menjawab sangat setuju 90% yaitu sebagian dari responden, setuju sebesar 10% nya saja, hal ini dapat diartikan bahwa siswa memiliki akhlak yang baik terhadap lingkungan.
Tabel 16 Berpuasa di bulan Ramadhan Alternatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Sangat tidak pernah Jumlah
Frekwensi 22 8 30
Prosentase 73% 27% 100%
Dari table di atas dapat diketahui hamper seluruh siswa menjawab selalu sebesar 73% dan sering 27% pada pernyataan berpuasa di bulan ramadhan, hal ini dapat diartikan bahwa hamper seluruh siswa memiliki akhlak yang baik terhadap perintah Allah SWT.
60
Tabel 17 Suka memberi jika ada teman yang kesulitan Alternatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Sangat tidak pernah Jumlah
Frekwensi 22 6 2 30
Prosentase 73% 20% 7% 100%
Dari prosentase yang terlihat di table atas bahwa siswa suka memberi jika ada teman yang kesulitan menjawab Ya sebesar 73% yang sering 20% dan bahkan ada yang menjawab sangat tidak pernah 7%, Jadi siswa sudah memiliki akhlak terpuji kepada teman.
Tabel 18 Membaca Al-Qur’an sehabis sholat Alternatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Sangat tidak pernah Jumlah
Frekwensi 22 8 30
Prosentase 73% 27% 100%
Dari table di atas siswa yang menjawab Ya membaca Al-Qur’an setelah sholat sebesar 73%, kemudian yang menjawab sering sebesar 27% sudah ditanamkan nilai-nilai belajar tulis Qur’an pada siswa. Dari data ini diketahui bahwa siswa masih jarang membaca Al-Qur’an sehabis sholat.
61
Tabel 19 Membuang sampah pada tempatnya Alternatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Sangat tidak pernah Jumlah
Frekwensi 24 6 30
Prosentase 80% 20% 100%
Data di atas menunjukan bahwa siswa yang selalu membuang sampah pada tempatnya sebanyak 80%, dan yang sering membuang sampah pada tempatnya sebanyak 20%. Dapat disimpulkan bahwa siswa sudah mulai menyadari bahwa betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Tabel 20 Menjenguk teman sakit Alternatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Sangat tidak pernah Jumlah
Frekwensi 21 3 1 5 30
Prosentase 70% 10% 3% 17% 100%
Hasil data diperoleh menunjukan bahwa siswa menjawab ya menjenguk teman yang sedang sakit sebanyak 70%, sering menjenguk jika ada teman sakit prosentasenya 10% dan kadang-kadang 3%, dan bahkan ada yang sangat tidak pernah melakukannya dengan prosentase 17%. Dapat diketahui bahwa siswa memiliki akhlak terhadap teman.
62
Tabel 21 Membantu orang tua di rumah Alternatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Sangat tidak pernah Jumlah
Frekwensi 29 1 30
Prosentase 97% 3% 100%
Dari table di atas dapat diketahui bahwa siswa yang selalu membantu orangtuanya di rumah 97% dan menjawab sering 3%, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu berakhlak baik kepada orangtuanya.
Tabel 22 Memberi bila ada pengemis yang datang Alternatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Sangat tidak pernah Jumlah
Frekwensi 23 5 1 1 30
Prosentase 77% 17% 3% 3% 100%
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa siswa bila ada pengemis datang siswa selalu memberi dengan prosentase 77% dan sering memberi dengan prosentase 17% dan bahkan ada yang tidak pernah memberi dengan prosentase 3%, sangat tidak pernah juga sebesar 3%.
63
Tabel 23 Pamit kepada orang tua bila berangkat ke sekolah Alternatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Sangat tidak pernah Jumlah
Frekwensi 23 7 30
Prosentase 77% 3% 100%
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa hampir seluruh siswa menyatakan bahwa sebelum berangkat ke sekolah mereka pamit terlebih dahulu dengan orangtuanya dengan prosentase 77%, dan yang menjawab sering ada sebanyak 23%. Hal ini menunjukan bahwa siswa memiliki akhlak yang baik kepada orangtuanya.
Tabel 24 Mengucapkan hamdalah saat mendapat nikmat dari Allah SWT Alternatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Sangat tidak pernah Jumlah
Frekwensi 25 3 1 1 30
Prosentase 83% 10% 3% 3% 100%
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa siswa pandai bersyukur dengan mengucap hamdalah saat mendapat kenikmatan dari Allah SWT dengan prosentase 83% dan yang menjawab sering 10% dan yang menjawab kadang-kadang 3% yang menjawab sangat tidak pernah 3%.
64
Tabel 25 Membantu ibu di rumah Alternatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Sangat tidak pernah Jumlah
Frekwensi 26 3 1 30
Prosentase 87% 10% 3% 100%
Berdasarkan data diatas dapat diketahui akhlak siswa-siswi terhadap orangtuanya sebesar 87% untuk selalu membantu ibu dan sering membantu ibu dengan prosentase jawaban 10%, da nada yang sangat tidak pernah membantu ibu dengan prosentase nilai 3%. Tabel. 26 Data Nilai Raport Bidang Studi Pendidikan Agama Islam dan Perhitungan Nilai Angket Akhlak Siswa NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
X 7 8 7 8 7 8 7 7 7 7 8 8 8 6 6 8 7 7 8 7
Y 96 100 99 97 92 91 99 89 92 98 95 100 96 91 95 100 93 95 100 86
65
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
9 8 9 8 8 7 9 8 9 7 228
100 90 100 96 89 98 100 94 100 82 2844
Jumlah responden yang mengisi angket akhlak adalah 30 orang, dan keseluruhan item pada angket akhlak siswa adalah 20 item. Penilaian terhadap setiap item adalah tentang angka 1 sampai 5, jadi nilai terendah yang diperoleh setiap subyek adalah 20 item dan nilai tertinggi adalah 100 dan jumlah keseluruhan hasil penilaian angket akhlak siswa dari 30 responden
adalah
2844.
Berikut
adalah
garis
kontimum
yang
menggambarkan hasil penelitian 20
40
60
80
94,8
100
Titik yang menunjukan angka 94,8 adalah mean dari keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil akhlak siswa (2844 : 30 = 94,8). Dan prestasi belajar pada Pendidikan Agama Islam dengan rentang/skala nilai yang berlaku, adalah sebagai berikut: Angka 10
= Istimewa
Angka 5
= Tidak Cukup
Angka 9
= Baik Sekali
Angka 4
= Kurang
Angka 8
= Baik
Angka 3
= Sangat Kurang
Angka 7
= Lebih dari cukup
Angka 2
= Buruk
Angka 6
= Cukup
Angka 1
= Sangat Buruk
Berdasarkan rentang nilai yang ada, jumlah hasil prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam dari 30 orang adalah 228. Berikut ini adalah garis kontinum yang menunjukan nilai dari hasil belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam.
66
1
2
4
5
6
7
7,6
8
9
10
Angka 7,6 adalah angka yang menunjukan mean dari hasil belajar Agama Islam yang diperoleh 30 siswa (228 : 30 = 7,6). Dengan nilai rata-rata/mean diatas maka nilai rata-rata untuk skor angket akhlak siswa (94,8) dapat dikategorikan sangat tinggi yang berkisar Antara 90 sampai 100. Adapun besarnya nilai mean dari hasil belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (7,6), sebagaimana rentang nilai yang ada, maka prestasi siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam termasuk kategori sedang. Untuk membuktikan apakah ada atau terdapat korelasi antara akhlak siswa dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut: N∑xy – (∑x) (∑y) rxy =
{N∑x2 – (∑x)2} {N∑y2 – (∑y)2}
2. Uji Hipotesis a. Analisa Data Tabel. 27 Perhitungan untuk memperoleh Angka Korelasi Antara Variabel X (Hasil Belajar Agama Islam) dengan variabel Y (Hasil Angket Akhlak Siswa) NO
X
Y
XY
X2
Y2
1 2 3 4 5 6
7 8 7 8 7 8
96 100 99 97 92 91
672 800 693 776 644 728
49 64 49 64 49 64
9216 10000 98 9409 8464 8281
67
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
7 7 7 7 8 8 8 6 6 8 7 7 8 7 9 8 9 8 8 7 9 8 9 7 228
90 89 92 98 95 100 96 91 95 100 93 95 100 86 900 90 100 96 89 98 100 94 100 82 2844
630 623 644 686 760 800 768 546 570 800 651 665 800 602 900 720 900 768 712 686 900 752 900 574 21670
49 49 49 49 64 64 64 36 36 64 49 49 64 49 81 64 81 64 64 49 81 64 81 49 1752
8100 7921 8464 9604 9025 10000 9216 8281 9025 10000 8649 9825 10000 7396 10000 8100 10000 9216 7921 9604 10000 8836 10000 6724 270278
Dari table diatas dapat diketahui : 1. Jumlah ( ∑ ) x
= 228
2. Jumlah ( ∑ ) y
= 2844
3. Jumlah ( ∑ ) xy = 21670 4. Jumlah ( ∑ ) x2 = 1752 5. Jumlah (∑) y2
= 270278
Langkah selanjutnya dalam analisis ini adalah memasukan angkaangka tersebut ke dalam rumus statistic yaitu Korelasi Product Moment sebagai berikut : N∑xy – (∑x) (∑y) rxy =
{N∑x2 – (∑x)2} {N∑y2 – (∑y)2}
68
30 . 21670 – (228) (2844) rxy =
{30 . 1752 – (228)2)} {30 . 270278 – (2844)2} 650100 – 648432
rxy = {52560 - 51984} {8108340 - 8088336} 1668
rxy =
{576} {20004} 1668
rxy =
11522304 1668
rxy =
3394,4 rxy = 0,491 Dari perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa nilai koefesien korelasi atau rxy adalah sebesar 0,491, untuk mengetahui berapa besar tingkat pengaruh Antara Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa.
b. Interprestasi data 1) Interprestasi sederhana Nilai di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi Antara Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak siswa, yaitu sebesar 0,491 dan ini berkisar Antara 0,040 sampai 0,70 berarti korelasi positif Antara Pendidikan Agama Islam (x) dengan akhlak (y) adalah termasuk korelasi sedang. 2) Interprestasi dengan menggunakan table harga kritik dan product moment adalah : Df = N – nr = 30 – 2 = 28
69
Dengan konsultasi table harga kritik dari “r” product moment bahwa “r” sebesar 28, pada table siginifikasi 5% diperoleh data 0,374, karena rxy dan ro pada taraf siginifikan 5% lebih besar dari pada rtabel atau rt, maka pada taraf signifuikan 5% hipotesa nol ditolak, sedangkan hipotesa alternative diterima, ini berate pada taraf siginifikan 5% memang terdapat korelasi positif yang siginifikan Antara Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa. Demikian juga pada taraf siginifikan 1% diperoleh rtabel = 0,478, karena rxy atau ro pada taraf siginifikan 1% lebih besar dari pada rtabel atau rt, maka pada taraf siginifikan 1% hipotesa ditolak dan hipotesa alternative diterima, ini berate bahwa pada taraf siginifikan 1% juga terdapat korelasi positif yang siginifikan Antara Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hipotesa nol (Ho) yang menyatakan “tidak ada pengaruh pendidikan agama islam dengan akhlak siswa” ditolak karena teruji kebenarannya, yaitu rtabel baik taraf signifikasi 5% maupun 1% lebih kecil dari nilai rxy. Sedangkan hipotesis kerja alternative (Ha) yang menyatakan “Ada pengaruh pendidikan agama islam terhadap akhlak siswa” diterima, karena teruji kebenarannya yaitu nilai hasil perhitungannya lebih besar dari nilai rtabel, baik pada taraf signifikasi 5% maupun 1%. Dari hasil penelitian ini terungkap bahwa : “Semakin baik Pendidikan Agama Islam semakin baik pula akhlaknya, semakin tidak baik Pendidikan Agama Islamnya semakin tidak baik pula akhlaknya”. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendidikan Agama Islam (variabel x) terhadap akhlak (variabel y) siswa digunakan rumus sebagai berikut: KD = r2 x 100% = 0,4912 x 100% = 0,241081 x 100%
70
= 24,1081 (dibulatkan 24,10)
Dari perhitungan di atas, diperoleh hasil koefisien determinan sebesar 24,10%, hal ini menunjukan bahwasannya variabel x (Pendidikan Agama Islam) telah memberikan pengaruh terhadap variabel y (akhlak siswa) sebesar 24,10% dan menunjukan bahwa 75,9% akhlak siswa yang lain dipengaruhi oleh factor lain. Faktor lain tersebut bias kemungkinan factor eksternal dan internal siswa. Pada pelaksanaan pemdidikan agama islam di SD IT Yasir telah dipelajari nilai-nilai akhlak sesuai tuntunan agama islam yang di sesuaikan dengan kurikulum sekolah. Selain itu untuk menjadikan akhlak siswa lebih baik dengan dibantu usaha-usaha dari lingkungan sekolah itu sendiri.
72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Pada penelitian yang telah peneliti lakukan bisa disimpulkan bahwa : a. Pendidikan yang diterapkan di SD IT Yasir merupakan pendidikan akhlak yang dipelajari sesuai dengan kurikulum yang ada di sekolah. Dan Pendidikan Agama Islam disini ialah hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang dilihat dari hasil raport siswa. Dengan rata-rata nilai hasil belajar yaitu 7,6. b. Kemudian dari hasil angket yang peneliti sebarkan pada siswa SD IT Yasir bahwa akhlak siswa sangat tinggi, dan terlihat hasil perhitungan angket dengan mean 94,8. Selain memberikan materi akhlak dengan metode yang bervariasi agar mudah dipahami peserta didiknya, guru juga memberikan usaha-usaha agar para peserta didiknya mampu mengamalkan akhlak yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari mereka. Seperti memberikan keteladanan kepada para peserta didiknya. c. Korelasi Antara Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa adalah sebesar 0,491 yang berate korelasi positif Antara Pendidikan Agama Islam (x) dengan akhlak (y), dan pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa adalah sebesar 24,10% yang artinya Pendidikan Agama Islam telah memberikan pengaruh terhadap akhlak siswa sebesar 24,10% dan 75,9% adalah factor lain.
B. Saran Beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh penulis berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Kepala sekolah dan guru-guru sebaiknya meningkatkan kerjasama yang baik dengan guru pendidikan agama islam dalam pembentukan akhlak siswa. Disamping itu guru agama islam harus dapat meningkatkan
71
72
kemampuan dalam proses belajar mengajar yang baik materi maupun metode yang tepat, dan yang terpenting lagi guru tersebut harus lebih mencontohkan akhlak yang baik terhadap siswa sehingga menjadi panutan. 2. Untuk mendidik siswa supaya selalu berakhlak yang baik, harus adanya hukuman yang edukatif sesuai dengan perjanjian bagi siswa yang melanggar tata tertib dan yang mencemarkan nama baik sekolah. 3. Pihak sekolah harus meningkatkan kerjasama yang baik dengan orang tua siswa dalam membina akhlaknya, agar mereka merasa diperhatikan dalam bertingkah laku apalagi pengaruh lingkungan sangat besar sekali dalam membentuk jiwa. Dan yang lebih penting peranan orang tua yang banyak berhadapan dengan anak, harus berperan aktif dalam membina akhlak mereka dan harus memberikan contoh yang baik kepada anaknya.
73
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an danTerjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta: CV. TohaPutra Semarang, 1989 Abrasy, Athiyyah, Muhammad, al., Dasar-dasarPokokPendidikanIslam , terjemahanBustami Abdul GhanidanDjoharBahry, Jakarta: PT. BulanBintang, 1987 Ardani, Moh., Prof. Dr. H. AkhlakTasawuf, PT. MitraCahayaUtama, 2005, Cetke2, Arifin, Prof. H. M. M. Ed, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta: BinaAksara, 1987, Cetke-1 Barnadib, Imam, Sutari, PengantarIlmuPendidikan, Sistematis, Yogyakarta: FIP IKIP, 1986,
h. 120; Ahmad D Marimba, op.cit, h. PengantarIlmuPendidikan, Jakarta: AksaraBaru, 1985
58-59,
Suwarno,
Daradjat, Zakiah, DR., dkk, IlmuPendidikan Islam, Jakarta; BumiAksara, 1992, Cetke-2 Hasbullah, Dasar-dasarIlmuPendidikan, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2005,Cet ke-4 Majid, Abdul S.Ag, Dian Andayani, Spd. Pendidikan Agama Islam BerbasisKompetensi, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2004, Cet. Ke-1 Marimba, D., Ahmad, PengantarFilsafatPendidikan Islam, Bandung: PT. AlMaarif, 1981, cet ke-5 ______________, MetodikKhusus Islam, Bandung: PT. Al-Maarif, 1981, Cet ke-5 Mudiyaharjo, RedjaPengantarPendidikan: SebuahStudiAwalTentangDasar-asar PenddidikanpadaUmumnyadanPendididkan RajaGrafindoPersada, 2002, Cet ke-2
di
Indonesia,
Jakarta:
PT
Mustofa, A., Drs. H. AkhlakTasawuf, Bandung: CV PustakaSetia, 1997, Cet ke-2
74
Nata, Abuddin, Prof. Dr. H., MA.,AkhlakTasawuf, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2003, Cet ke-5 Nata,
Abuddin, Prof. Dr. PendidikanDalamPerspektifHadits,
H.,
MA.,Fauzan
MA,
Omar M., M. Al-Toumy Al-syaibany, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta: BulanBintang, 1979, Cet ke-2 Ramayulis, Prof. DR. H. IlmuPendidikan Islam, Jakarta: KalamMulia, 2004, Cetke-4 Uhbiyati, Nur, Dra. Hj.,IlmuPendidikan Islam, Bandung: CV PustakaSetia, 1998,Cet. ke-2 Umary, Barnawie, Drs. MateriAkhlak, Solo: CV Ramadhani, 1988 Yunus, Mahmud, Prof. DR. H., MetodeKhususPendidikan Agama, Jakarta: PT.HidakaryaAgung, 1983 Zahruddin AR. PengantarIlmuAkhlak, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2004,Cet ke-1 Zuhairini, Dra., Drs., Abdul Ghofir, Drs. Slamet As. Yusuf, MetodikKhusus Pendidikan Agama, Surabaya: Biro IlmiahFakultasTarbiyah IAIN SunanAmpel Malang, Cet ke-8
Lampiran I STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SD IT YASIR
KOMITE SEKOLAH H. Abd. Gani, M.LC
KEPALA SEKOLAH Syahroni, S.Pd.SD
WK. KEPALA SEKOLAH
KA. TATA USAHA
Abd. Latif, S.Pd
Ahmad Fikri, S.Pd
WK. BID. PRASARANA
WK. BID. KURIKULUM
WK. BID. KESISWAAN
Lutfiah, S.Pd
Saepudin, S.Pd
Supendi, S.Pd
GURU/PENGAJAR
Lampiran III
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA A. Pedoman Observasi 1. Letak geografis SDIT Yasir Cipondoh Kota Tangerang 2. Keadaan gedung sekolah 3. Sarana dan Prasarana 4. Kondisi lingkungan sekolah 5. Pembelajaran PAI 6. Keadaan guru, karyawan, dan peserta didik B. Dokumentasi 1. Latar BelakangSDIT Yasir 2. Struktur Organisasi 3. Kurikulum 4. Sarana dan prasarana 5. Program pembelajaran 6. Visi dan Misi C. Pedoman Wawancara Responden yang diwawancarai: 1. Kepala Sekolah a. Latar belakang berdiri dan perkembangan SDIT Yasir b. Tinggi rendahnya peminat yang masuk SDIT Yasir c. Kurikulum yang digunakan d. Keadaan staft, guru, karyawan, dan siswa e. Tugas-tugas kepala sekolah f. Upaya sekolah untuk meningkatkan kualitas professional guru 2. Guru PAI a. Proses belajar mengajar di kelas b. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan c. Materi yang diajarkan d. Strategi pengajaran yang diterapkan termasuk metode, media, evaluasi, dan lain-lain 3. Siswa a. Metode yang paling menarik dan disukai b. Bagaimana figur guru sebagai orang yang memberikan tauladan c. Penggunaan metode, media oleh guru didalam kelas
Lampiran IV Nama : ………… Kelas : …………
PEDOMAN ANGKET I. PetunjukPengisian 1. Bacalah terlebih dahulu dengan teliti sebelum memberikan jawaban dari setiap pertanyaan! 2. Tulislah jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan anda sebenarnya (obyektif) dan berilah tanda ( X ) pada huruf yang telah tersedia! 3. Isilah pada kolom jawaban yang kosong jika anda memilih jawaban yang lain!
II. Pertanyaan 1. Kewajiban melaksanakan sholat lima waktu tepat pada waktu a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 2. Memohon ampun jika terlanjur berbuat dosa a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 3. Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 4. Menerima dengan tabah jika orang tua mereka meninggal dunia a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
5. Menyiram sampai bersih setelah membuang air kecil atau besar a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 6. Orang yang berbuat baik akan disenangi orang a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 7. Siswa memperhatikan ketika guru menerangkan a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 8. Melaksanakan perintah orang tua dengan ikhlas a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 9. Siswa saling menghormati antar umat beragama a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 10. Sampah yang berserakan sebaiknya dibersihkan tanpa intruksi guru a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 11. Suka berpuasa dibulan Ramadhan a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 12. Sangat tidak pernah suka memberi jika ada teman yang kesulitan a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah 13. Membaca Al-Qur’an sehabis sholat a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 14. Membuang sampah pada tempatnya a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 15. Menjenguk teman sakit a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 16. Membantu orang tua di rumah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 17. Memberi bila ada pengemis yang datang a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 18. Pamit kepada orang tua bila berangkat ke sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 19. Mengucapkan hamdalah saat mendapat nikmat dari Allah SWT a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 20. Membantu ibu di rumah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
Lampiran V
DOKUMENTASI KEGIATAN SEKOLAH
Gambar pada pembinaan keagamaan dalam bentuk sholat berjama’ah
Gambar pembinaan keagamaan pada saat lomba hafalan surat pendek dan doa
Gambar pada saat peneliti memperkenalkan diri didalam kelas
Gambar pada saat peneliti mewawancarai guru PAI