PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NURUL AMAL PONDOK CABE ILIR TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh :
SRI RATNAWATI NIM : 1810011000067
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINGAN
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NURUL AMAL PONDOK CABE ILIR TANGERANG SELATAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: SRI RATNAWATI NIM: 801011000497/1810011000067
Dosen Pembimbing:
Drs. Abdul Haris, M.Ag NIP: 196609011995031001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Sri Ratnawati
Nim
: 1810011000067
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Alamat
: Jl. Kayu Manis Raya N0. 45 Rt.01/02 Kelurahan Pondok Cabe Udik Tangerang Selatan 15418
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Islam Terpadi (SDIT) Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Tangerang Selatan adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama
: Drs. Abdul Haris, M.Ag
NIP
: 196609011995031001
DosenJurusan
: Pendidikan Agama Islam
Demikian surat pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya dan penulis siap menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 9 Desember 2014 Yang Menyatakan,
Sri Ratnawati
ABSTRAK
Judul : "Strategi Pendidikan Akhlak Siswa Kelas IV SDIT Nurul Amal" Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Pendidikan Akhlak Siswa kelas IV di SDIT Nurul Amal. Penelitian ini adalah kualitatif yang menggunakan metode deskriptif analisis. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SDIT Nurul Amal tahun pelajaran 201312014 sebanyak 40 siswa yang terdiri dari kelas IV.A dan kelas IV. B. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa strategi pendidikan akhlak siswa sudah optimal. Hal ini terlaksana karena proses pendidikan akhlak yang dilakukan oleh guru selalu melihat situasi dan kondisi pendidikan yang ada, dengan berbagai macam strategilmetode seperti ceramah, diskusi, Tanya jawab, bermain peran dan kuis. Sehingga siswa sudah bersikap jujur, amanah/tanggung jawab, memaafkan, dan demokrasi. Terlihat dari akhlak siswa dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah, rumah, dan masyarakat, dapat dikatakan sudah baik. Hal itu didasarkan pada hasil observasi yang didapat dengan hasil angket dan wawancara. Pelaksanaan Strategi Pendidikan Akhlak di SDIT Nurul Amal sudah cukup berjalan dengan baik, karena guru dengan siswanya ada interaksi (hubungan) timbal balik yang baik sehingga akan sangat memungkinkan bila pelaksanaan strategi pendidikan akhlak tersebut dapat berhasil. Guru berperan sebagai pendidik yang memberikan ilmu baik secara teori maupun praktek pada siswanya, dan siswanya dengan tekun mengikuti kegiatan belajar yang sudah ditetapkan dari sekolah terutama tentang akhlak yang harus siswa miliki.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi yang berjudul “Strategi Pendidikan Akhlak Siswa Kelas IV SDIT Nurul Amal” ini merupakan salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan, meskipun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesainya skripsi ini. Namun, kiranya hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat doa, bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Nurlena Rifai, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bahrissalim, MA. Ketuajurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. 3. Drs. Abdul Haris, M.Ag Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
iv
4. Munawaroh S.Ag. Kepala sekolah SDIT Nurul Amal yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. 5. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha SDIT Nurul Amal yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini. 6. Siswa-siswi SDIT Nurul Amal khususnya kelas IV yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini. 7. Orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis. 8. Suami yang selalu penulis cintai, terima kasih atas doa, waktu dan dukungannya selama ini. 9. Anak
tersayang
yang
selalu
memberi
keceriaan
yang
mampu
menghilangkan kejenuhan. 10. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2010 kelas C. Terima kasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasinya. 11. Teman-teman ngajar yang selalu membantu dan mengerti baik suka maupun duka. 12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta perhatian yang luar biasa. Tiada daya dan kekuatan melainkan milik Allah semata, segala kekurangan dan kesalahan yang telah penulis buat dalam penyelesaian skripsi ini, mohon dimaafkan. Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya.
Jakarta, 21 April 2014 Penulis
Sri Ratnawati
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ..............................................................................................
i
KATA PENGANTAR .............................................................................
ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................
viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan, Perumusan Masalah ....
7
C. Tujuan dan kegunaan Penelitian……………………………….
8
D. Sistematika penilisan ...............................................................
9
BAB II. KAJIAN TEORI A. Strategi ...................................................................................
10
1.
Pengertian Strategi ..........................................................
10
2.
Metode, Tekhnik, Pendekatan...........................................
11
B. Pendidikan Akhlak .................................................................
15
1.
Pengertian Pendidikan ......................................................
15
2.
Tujuan dan Fungi Pendidikan............................................
18
3.
Pengertian Akhlak ...........................................................
20
4.
Ruang Lingkup dan Sumber Akhlak .................................
22
5.
Karakteristik Akhlak……………………………………...
26
C. Peran Pendidikan dalam Mengatasi Krisis Akhlak .................
26
D. Strategi Pendidikan Akhlak dan Pelaksanaan Pendidikan Akhak ...................................................................................
29
1.
Stratgi Pendidikan Akhlak………………………………… 29
2.
Pelaksanaan Pendidikan Akhak…………………………… 33 vi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................
36
B. Latar Penelitian.................................................................
36
C. Metode Penelitian ..............................................................
36
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................
36
E.
39
Analisa Data ......................................................................
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir ......
41
1.
Sejarah Berdirinya SDIT Nurul Amal .........................
41
2.
Visi dan Misi SDIT Nurul Amal ..................................
42
3.
Data Guru dan Karyawan SDIT Nurul Amal ...............
44
4.
Data siswa SDIT Nurul Amal ………………………..
45
5.
Sarana dan Prasarana SDIT Nurul Amal ......................
45
B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................
46
1. Pembahasan Hasil Penelitian........................................
46
2. Deskripsi Hasil Angket Siswa dan Interprestasi data...
47
3. Deskripsi Hasil Angket ……………………………… . 60 4. Pembahasan Hasil Wawancara……………………….
61
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................
63
B. Saran ................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Struktur organisasi SDIT Nurul Amal ............................... 2. Tabel 2 Data guru dan karyawan SDIT Nurul Amal ...................... 3. Tabel 3 Data siswa SDIT Nurul Amal tahun ajaran 2013/2014 ...... 4. Tabel 4 Sarana dan prasarana ........................................................ 5. Tabel 5 kegiatan ekstra kurikurer................................................... 6. Tabel 6 Setiap saya menemukan suatu barang diberikan kepada guru ............................................................................................... 7. Tabel 7 Setiap menemukan barang di lingkungan sekolah guru mengumumkannya ........................................................................ 8. Tabel 8 Setiap ada pemasukan dan pengeluaran uang kas dicatat oleh bendahara kelas ..................................................................... 9. Tabel 9 Setiap melaksanakan ujian saya menyontek ...................... 10. Tabel 10 Setiap pelaksanaan ujian saya membawa Hp .................. . 11. Tabel 11 Setiap bertugas piket saya melaksanakannya secara teratur……………………………………………………………… 12. Tabel 12 Setiap bertugas piket saya menyuruh teman untuk melaksanakannya…………………………………………………. 13. Tabel 13 Setiap ada tugas sekolah saya mengerjakan dengan baik dan rapi……………………………………………………………. 14. Tabel 14 Setiap hari saya datang di sekolah sebelum bel masuk dibunyikan…………… ................................................................. 15. Tabel 15 Setiap ada masalah di kelas saya mengajukan usul untuk pemecahan masalahnya ................................................................. 16. Tabel 16 Dalam setiap pergaulan saya berbahasa dengan baik dan benar……………….. .................................................................... 17. Tabel 17 Setiap hari saya berprilaku yang baik dengan teman........ 18. Tabel 18 Bila ada teman yang melakukan kesalahan saya maafkan 19. Tabel 19 Kepada siswa kelas bawah saya memanggil dengan sebutan adik ..................................................................................
viii
20. Tabel 20 Kepada siswa kelas atas saya memanggil dengan sebutan kakak…………………….. ............................................... 21. Tabel 21 Kepada orang tua saya berbahasa dengan baik dan lembut…………………………………………………………….. 22. Tabel 22Sebelum berangkat kesekolah saya berpamitan dengan orang tua……………………………. ............................................ 23. Tabel 23 Setiap mengambil keputusan kelas melalui musyawarah bersama…………….. .................................................................... 24. Tabel 24 Keputusan yang sudah diambil dilaksanakan bersamasama……………….. ..................................................................... 25. Tabel 25 Guru hanya memberikan perhatian kepada siswa yang pintar……… ................................................................................. 26. Tabel 26 Nilai rapot pendidikan akhlak siswa ................................ 27. Tabel 27 Analisis item untuk skor angket ......................................
ix
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang sangat penting, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sebab runtuh tangguhnya, hancur lestainya, sengsara atau sejahtera suatu bangsa tergantung pada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlak mereka terpuji, maka akan tangguhlah bangsa tersebut, akan tetapi apabila akhlaknya tercela, maka akan runtuhlah mereka.1 Gejala
kemerosotan
akhlak
dewasa
ini
sudah
benar-benar
mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong-menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan saling menjegal dan saling merugikan. Banyak terjadi adu domba dan fitnah, menjilat, menipu, mengambil hak
orang lain sesuka hati, dan perbuatan-perbuatan
maksiat lainnya.2 Kemerosotan akhlak yang lebih menghawatirkan lagi, karena bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa dalam berbagai jabatan,kedudukan dan profesinya, melainkan juga telah menimpa kepada para pelajar tunas-tunas muda yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan membela kebenaran, keadilan, dan perdamaian masa depan. Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan orang tua, ahli didik dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidanng agama dan sosial, “berkenaan dengan ulah perilaku remaja yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, berbuat keonaran, maksiat, tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obat terlarang, bergaya hidup seperti hippies, bahkan sudah melakukan pembajakan, pemerkosaan, pembunuhan dan tingkah laku penyimpanagn lainnya”.3 1
Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN 2005),
cet.1,h. 23 2
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media 2003), h. 189 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 118 3
1
2
Pada hakikatnya, bebagai bencana yang menimpa masyarakat, kezhaliman antar manusia, dan dominasi negara maju merupakan dampak negatif dari sistem pendidikan manusia yang hingga saat ini masih dianggap acuan. Dalam perkembangan zaman dan teknologi yang sangat maju pesat banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merusak keimanan. Ini terjadi oleh akhlak manusia yang rendah. Oleh karena itu, peran dan tugas guru dihadapkan pada tantangan yang besar dan kompleks akibat pengaruh negatif dari perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apa pun yang baik atau yang buruk karena ada alat telekomunikasi yang baik atau yang buruk dapat dilihat melalui pesawat televisi, internet, faximile yang dapat mempengaruhi kepribadiaan dan akhlak anak . Akhak pada tiap-tiap pribadi, merupakan ikatan yang kuat yang senantiasa mengikat antara yang satu dengan yang lain. Bila ikatan itu telah rusak, maka
rusak
pulalah hubungan mereka.
Akibatnya
hubungan
kemasyarakatan akan tidak harmonis. Apabila ikatan sosialnya sudah putus, maka kekuatan itu akan hilang dan musuh islam telah memahami kelemahan ini, karena itu musuh islam berusaha merusak akhak kaum muslimin beserta tata
kehidupan
social
dan
individualnya
dengan
segala
tipu
daya
kecerdikannya. Adapun yang mereka cabut dari akar-akar akhlak antara lain nilai-nilai kejujuran, amanah, dan iffah (harga diri). Proses pembentukan tingkah laku atau kepribadian ini hendaklah dimulai dari masa kanak-kanak, yang dimulai dari masa menyusui hingga anak berumur enam atau tujuh tahun. Masa ini termasuk masa yang sangat sensitif bagi perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosialisasi anak. Didalamnya terjadilah proses pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar keselamatan mental dan moralnya. Pada saat ini, orang tua harus memberikan perhatian ekstra terhadap pendidikanan anak dan mempersiapkannya untuk menjadi insan yang handal, berguna bagi dirinya, masyarakat, agama dan negara.
3
Akhlak merupakan satu-satunya aspek yang sangat berpengaruh dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat, karena bagaimanapun pandainya seorang anak didik dan tingginya tingkat intelegensi anak didik tanpa dilandasi dengan akhlak yang baik, budi pekerti yang luhur, maka kelak tidak akan mencerminkan kepribadian yang baik. “Tingkah laku yang menyimpang yang ditujukan sebagian generasi muda yang merupakan harapan masa depan, sekalipun jumlahnya relatif rendah dari jumlah pelajar secara keseluruhan, tetapi sangat disayangkan dan telah mencoreng dunia pendidikan dewasa ini”.4 Para pelajar yang seharusnya menunjukkan akhlak yang baik sebagai hasil didikan itu, justru malah menunjukkan tingkah laku yang buruk. Hal ini patut kita renungkan bersama, Ada apa dengan pendidikan kita sekarang ini?, dan bagaimana mengatasi hal ini?. Untuk itu diperlukan iman yang kuat dan teguh dalam beragama, agar dapat menghindari segala macam problema. Dengan membina akhak maka akan memberikan sumbangan yang besar bagi masa depan bangsa yang lebih baik. Sebaliknya jika kita membiarkan anak didik terjerumus dalam perbuatan yang tersesat, berarti kita membiarkan bangsa dan negara ini terjerumus kejurang kehancuran. Pendidikan akhlak anak didik sangat berguna bagi anak didik yang bersangkutan. Untuk itu pendidikan dan pembinaan akhlak seseorang itu butuh proses atau dilakukan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan, agar dapat menjadi insan yang berakhlak mulia. Di lingkungan keluarga, orang tua berkewajiban untuk menjaga, mendidik, memelihara, membimbing serta mengarahkan dengan sungguhsungguh dari tingkkah laku atau kepribadiaan anak sesuai dengann syariat Islam yang berdasarkan atas tuntuan atau aturan yang telah ditentukan didalam Al-Qur’an dan hadits. Tugas ini merupakan tanggung jawab masing-masing orang tua yang harus dilaksanakan.
4
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakata: Prenada Media, 2003),h. 190
4
Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriyah maupun batiniyah, dunia dan akhiat. Namun cita-cita demikian tidak mungkin tercapai jika manusia itu
sendiri tidak berusaha keras meningkatkan
kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Proses adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang diharapkan oleh setiap pendidik dalam proes pembinaan dan peningkatan moralitas dan keilmuan dimasa yang akan datang. Dengan bekal pendidikan akhlak, orang dapat mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak memperoleh irsyad, taufik, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan akhirat. Walaupun demikian, untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan dan ridho Allah tidak mudah. Manusia harus memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Membedakan keduanya berarti dapat menilai. Apabila orang dapat berpegang pada kebaikan dan membuang keburukan, inilah jalan kelurusan. Kesempurnaan akhlak manusia dapat dicapai melalui dua jalan. Pertama, melalui karunia Allah yang menciptakan manusia dengan fitrahnya yang sempurna, akhlak yang baik, nafsu syahwat yang tunduk kepada akal dan agama. Manusia tersebut dapat memeroleh ilmu tanpa belajar dan terdidik tanpa melalui proses pendidikan. Manusia yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah para nabi dan rosul Allah. Kedua akhlak melalui cara berjuang secara sungguh-sungguh dan latihan yaitu membiasakan diri melalui akhlakakhlak mulia. Ini yang dapat diperoleh oleh manusia biasa dengan belajar dan katagori ini disebut dengan pendidikan akhlak. “Pendidikan akhlak sangat dibutuhkan dan diperlukan di zaman sekarang ini. Karena kebudayaan yang baik dari suatu bangsa tidak menjamin
5
memiliki akhlak dan perilaku yang baik bagi bangsa tersebut”.5 Pendidikan akhlak diharapkan dapat membantu dan memperbaiki akhlak suatu bangsa terutama bagi kaum muda. Selain itu juga dapat menambah pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia. “Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik, sistematika dan sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya”.6 Di sinilah letak peran lembaga pendidikan. Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa tanpa pendidikan, seseorang tidak akan mampu memahami bahkan menjalani hidup agar berkembang dan sejalan dengan aspirasi ( cita-cita) untuk maju, dan sejahtera. Untuk memajukan kehidupan manusia, maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisiten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Pendidikan akhlak merupakan pengendali tingkah laku dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu peran orang tua dan guru agama di sekolah sangatlah penting agar akhlakkul karimah tertanam dalam diri anak. Namun pada sekolah-sekolah yang note bene pelajaran agamanya memiliki presentase yang sangat kecil, kurang berperan dalam menciptakan situasi yang kondusif dalam meningkatkan keyakinan serta amalan-amalan agama. Peran guru amat penting dalam membina akhlak siswa serta mengarahkan dan mengendalikan perilaku mereka agar tidak menyimpang dari ketentuan agama. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan kepribadian yang dapat membina, membimbing serta memberikan contoh bagi anak didiknya, bagaimana berbuat, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. 5
Fadlil Yani Ainusysyam, Pendidikan Akhlak,(Jakarta:Prangasa), h.19 Abuddinata, Akhlak Tasawuf, 1, (Jakarta: Rajawali pers,2012), cet 11, h 158.
6
6
Di sekolah guru bertanggung jawab terutama terhadap perkembangan seluruh potensi siswa, akan tetapi seringkali menganggap bahwa tugas utamanya hanyalah memenuhi pendidikan otak murid-muridnya. Padahal tidak demikian, ajaran islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Ia harus menjadi teladan bagi murid-muridnya dalam segala mata pelajaran serta dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Kehadiran Nabi Muhammad SAW di muka bumi adalah untuk memperbaiki akhlak manusia sebagaimana disabdakan dalam sebuah hadist riwayat Abu Hurairah dan Anas ibn Malik. Dikeluarkan Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibn Sa’ad dalam Thabaqat, Hakim, Ahmad, Ibn Asakir dalam Tarikh Baqdad, Baihaqi dan Dailami. Diriwayatkan Anas ibn Malik yang dikeluarkan oleh Malik.
“Bahwasannya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak (budi pekerti).”7(HR. Anas ibn Malik) Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai “usaha sungguh-sungguh dalam membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguhsungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya”.8 Pendidikan akhlak merupakan bagian penting dalam pembinaan kepribadian dan moral bangsa. Akhlak itu sendiri tidak bisa terpisahkan dari ajaran Islam namun dalam pelaksanaan pendidikannya harus diarahkan untuk membina budi pekerti yang luhur dan membina moral bangsa. Dalam
melaksanakan
pendidikan
akhlak
tugas
guru
adalah
membimbing siswa untuk memiliki kemampuan pemahaman, sikap dan 7
Moh Rifa’I, 300 Hadits Bekal Da’wah dan Pembina Pribadi Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1980) 8 Abuddinata, Akhlak Tasawuf, 1, (Jakarta: Rajawali pers,2012), cet 11, h 158.
7
keterampilan dalam berprilaku sebagai manusia yang berakhlak mulia. Untuk itu guru harus memahami karakter setiap siswa, berusaha meningkatkan kemampuan, dan mengantarkan mereka dalam berprilaku sesuai dengan prinsip-prinsip akhlak mulia. Dapat dipahami bahwa untuk menghilangkan, mengatasi kebobrokan akhlak tidak lain dengan memberikan pendidikan sedini mungkin khususnya pendidikan akhlak. Seperti pelaksanaan pendidikan di SDIT Nurul Amal yang memiliki ciri khusus dalam membentuk sikap dan prilaku anak didik. Dari pendidikan keagamaan yang diterapkan setiap hari, mulai dari bertadarus AlQur’an, membaca doa-doa harian, bacaan sholat, bahkan melaksanakan sholat sunat dhuha, selain itu pendidikan akhlak yang menjadi bimbingan setiap hari dapat dilihat dari buku pengendali akhlak yang dipegang oleh masing-masing siswa/siswi. Dalam buku itu tercatat kegiatan siswa/siswi mulai dari bangun tidur, sampai di sekolah, dan pulang sekolah. Di sekolah anak didik juga diajarkan cara-cara bersikap dan berprilaku secara benar, dan sopan. Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya pendidikan akhlak, maka penulis tertarik untuk menelaah strategi pendidikan yang diajarkan di sekolah dalam perannya membina akhlak siswa melalui penelitian yang berjudul “STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU ( SDIT ) NURUL AMAL PONDOK CABE TANGERANG SELATAN’’
B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi masalah Perilaku siswa tidak terbentuk dengan sendirinya, tapi melalui proses panjang serta korelasi dengan banyak faktor yang berpengaruh pada kepribadiaan itu sendiri di antaranya: interaksi dengan lingkungan, pemahaman tehadap agama, pengaruh pendidikan orang tua, pengaruh pergaulan sebaya, yang semua itu menunjukan faktor-faktor yang membentuk akhlak siswa, maka masalah-masalah yang terkait dengan hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
8
a. Kurangnya perhatian guru terhadap pembentukan akhlak siswa b. Kurangnya perhatian keluarga terhadap pembentukan akhlak anak c. Kurangnya keteladanan akhlak yang baik dari keluarga, guru, dan masyarakat d. Pelaksanaan pendidikan Agama Islam hanya menekankan aspek pengetahuan dan praktek ibadah.
2. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang dibahas, maka dalam penelitian ini penulis memberikan batasan dalam dua permasalahan saja, yaitu: a. Strategi pendidikan yang dimaksud adalah pendekatan, metode, dan tekhnik yang digunakan untuk mendidik di SDIT NURUL AMAL b. Akhlak yang dimaksud adalah akhlak kepada sesama yang meliputi, jujur, amanah/tanggung jawab, memaafkan/cinta damai, adil/demokrasi.
3. Perumusan masalah Berdasarkan masalah di atas, supaya tidak terjadi perbedaan interpretasi dan pemahaman, maka masalah ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana akhlak siswa di SDIT NURUL AMAL b. Bagaimana strategi pendidikan akhlak siswa di SDIT NURUL AMAL
C. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, dalam setiap penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah a. Mengetahui akhlak siswa di SDIT Nurul Amal b. Mengetahui strategi pendidikan akhlak siswa di SDIT Nurul Amal.
2. Kegunaan Penelitian
9
a. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari informasi tentang strategi pendidikan akhlak siswa di SDIT Nurul Amal. b. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui pendidikan akhlak serta peran guru dalam membina akhlak siswa. c. Untuk mengetahui kendala-kendala atau hambatan–hambatan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak di sekolah terebut. d. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna melakukan penelitian pada masalah serupa yang lebih mendalam lagi.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Strategi 1. Pengertian Strategi Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentuan.1
Dalam
dunia
pendidikan,
strategi
diartikan
sebagai
“perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”2. Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian ini. Pertama, strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegatan) termasuk penggunaan metode dan manfaat berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindaan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Kemp sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya menjelaskan bahwa strategi adalah “suatu kegitan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien”.3 Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya juga menyebutkan bahwa strategi itu adalah “suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.4 Strategi pendidikan pada hakekatnya adalah “pengetahuan atau seni mendaya gunakan semua faktor atau kekuatan untuk mengamankan sasaran kependidikan yang hendak dicapai melalui perencanaan dan 1
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Beljar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 4, h. 5 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,( Jakarta: Kencana, 2010), cet. 7, h, 126 3 Ibid 4 Ibid
10
11
pengarahan dalam operasionalisasi sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan yang ada”.5 Termasuk pula perhitungan tentang habatan-hambatannya baik berupa fisik mupun yang bersifat nonfisik ( seperti mental spiritual dan moral baik dari subjek maupun lingkungan sekitar). Strategi pendidikan dapat diartikan “sebagai kebijakan dan metode umum pelaksanaan proses pendidikan”.6 Dalam proses pendidikan, diperlukan perhitungan tentang kondisi dan situasi di mana proses tersebut berlangsung dalam jangka panjang. Dengan perhitungan tersebut tujuan yang hendak dicapai menjadi terarah karena segala sesuatunya direncanakan secara matang7. Hal itu dapat terlaksana dengan efesien dan efektif apabila guru mempunyai wawasan kependidikan yang mantap serta menguasai berbagai strategi belajar mengajar. “Penguasaan berbagai strategi belajar mengajar akan memberi peluang untuk memilih variasi kegiatan belajar mengajar yang bermakna, dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat bermanfaat bukan hanya dalam pencapaian siswa di sekolah, tetapi juga bermanfaat untuk membentuk dan memperkuat kebiasaan belajar terus menerus sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup”.8 Itulah sebabnya pendidikan memerlukan strategi yang mantap dalam melaksanakan proses pendidikan dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. Juga bagaimana agar dalam poses tersebut tidak ditemui hambatan serta gangguan baik internal maupun eksternal
yang
menyangkut kelembagaan atau lingkungan sekitarnya.9 Dalam proses pendidikan dipergunakan istilah metode, teknik dan pendekatan. Semuannya mempunyai pengertian yang berbeda.
5 6
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakrta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 1, h, 39 Ibid.
8
Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. 2, h.
9
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakrta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 1, h, 39
174
12
a. Metode Metode
adalah
”jalan
yang
harus
dimulai
untuk
mencapai
tujuan”.10Strategi yang baik adalah bila dapat melahirkan metode yang baik pula.Berikut beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan strategi pendidikan. 1). Metode Ceramah Metode ceramah dapat diartikan “sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa”11. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru maupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. “Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pembelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak belajar”.12 2). Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah “metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan”.13 3). Metode Diskusi Metode diskusi adalah “metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permsalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah
10
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakrta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 1, h,.39 Ibid, 40 12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses pendidikan, (Jakarta: Kencana 2006), Cet. 7, h. 148 13 Ibid, h. 152. 11
13
dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan”.14 4). Metode simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti berpura- pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan “cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu”.15 b. Teknik Teknik adalah” cara mengerjakan sesuatu”.16 c. Pendekatan Pendekatan adalah “suatu proses untuk mengidentifikasi kebutuhan, menyeleksi masalah, menemukan persyaratan untuk memilih alternatif pemecahan masalah, mendapatkan metode-metode dan alat-alat serta mengimplementasikannya, untuk kemudian dievaluasi”.17 Ada beberapa pendekatan yang terkait dengan proses pelaksanaan pendidikan, berikut akan dijelaskan berbagai pendekatan yang dimaksud. 1). Pendekatan filosofis Berdasarkan pendekatan filosofis, “ilmu pendidikan dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikaan yang didasari oleh nilainilai ajaran islam yang bersumber pada kitab suci Alquran dan sunah Nabi Muhammad”.18 2). Pendekatan Sistem ( System Approach) Pendidikan sebagai disiplin ilmu dapat dianalisis dari segi sistematis atau pendekatan sistem. Dalam konteks ini, ”pendidikan dipandang sebagai proses yang terdiri dari sub-sub sistem atau komponen-
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses pendidikan, (Jakarta: Kencana 2006), Cet. 7, h. 148 15
Ibid, h.. 159. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara 2003), Cet. 1, h. 39. 17 Ibid, h. 83 18 Ibid, h. 86 16
14
komponen yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan”.19 3). Pendekatan Pedagogis Dan Psikologis Pendekatan ini menuntun kita untuk berpandangan bahwa manusia adalah “makhluk Tuhan yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan rohaniah dan jasmaniah yang memerlukan bimbingan dan pengarahan melalui proses kependidikan”.20 Membimbing dan mengarahkan perkembangan jiwa dan pertumbuhan jasmani dalam pengertian bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pengertian psikoogis.Karena pekerjaan mendidik atau mengajar manusia didasarkan atas tahap-tahap perkembangan atau pertumbuhan psikologis.Di mana psikologi telah banyak melakukan studi secara khusus dari aspek-aspek kemampuan belajar manusia. 4). Pendekatan Keagamaan (Spiritual) Pendekatan ini memandang “bahwa ajaran islam yang bersumberkan kitab suci Alquran dan sunah Nabi menjad sumber inspirasi dan motivasi pendidikan”.21 Secara prinsipil, alah SWT telah memberi petunjuk bagaimana agar manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang memiliki struktur psikis dan fisik yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk– makhluk lainnya. 5). Pendekatan Historis Analisis ilmu pendidikan dilihat dari latar belakang historis, “berarti menempatkan sasaran analisis pada fakta-fakta sejarah”.22
19
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara 2003), Cet. 1, h. 90 Ibid, h. 103 21 Ibid, h. 113 22 Ibid, h. 119 20
15
B. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan bagi umat manusia di muka bumi termasuk bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat, tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriyah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuaannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan, karena proses pendidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan dan cita-cita tersebut. Untuk membahas pengertian pendidikan akhlak, maka harus mengerti terlebih dahulu apa sebenarnya yang disebut dengan pendidikan itu sendiri. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan ( anjuran, tuntunan dan pimpinan ) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, kata bendanya “pendidikan” yang berarti “proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, pembuatan dan cara mendidik”.23 Menurut UU RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “pedidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk 23
Armai Arief, dan Sholehuddin, Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kardofa), Cet. 1, h. 2
16
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.24 Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup. Artinya, pendidikan adalah “segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu”.25 Contoh: seorang anak tertarik dengan menyala api yang membara, ia memegangnya, merasakan panas, dan berdasarkan pengalaman itu akhirnya ia selalu hati-hati apabilamenghadapi atau menggunakan api. Para siswa dan paraguru sedang terlibat dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Ketika terjadi bencana alam tsunami, seseorang menyadari dosadosa yang telah diperbuatnya, segera bertaubat pada Allah
swt dan
berupaya untuk tidak berbuat dosa lagi. Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan manusia yang bersifat multi dimensi, baik dalam hubungan manusia dengan manusia dan budayanya, dengan alam, bahkan dengan Tuhannya. Dalam hubungan yang bersifat multi dimensi itu pendidikan berlangsung melalui berbagai bentuk kegiatan, berbagai bentuk tindakan, dan berbagai peristiwa, baik yang pada awalnya disengaja untuk pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan. Marimba menyatakan bahwa” pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.26 Pendidikan menurut pandangan para ahli, pendidikan diartikan sesuai dengan corak pandangan aliran masing-masing ahli. Di bawah ini 24
Armai Arief, dan Sholehuddin, Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kardofa), Cet. 1, h. 3 25 Tatang syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Isam 2009), Cet 1, h. 27 26 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 9, h. 24
17
akan dikemukakan beberapa pendapat
pendidikan di antaranya sebagai
berikut: Rupert S. Lorge, pendidikan dalam prakteknya identik dengan penyekolahan (Schooling), yaitupengajar formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol, dalam arti pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu madrasah atau mahasiswa suatu perguruan tinggi (lembaga pendidikan formal), pendidikan dilakukan dalam bentuk pengajaran yang terprogram dan bersifat formal, pendidikan berlangsung di sekolah atau di dalam lingkungan tertentu yang diciptakan secara sengaja dalam konteks kurikulum sekolah yang bersangkutan.27 Menurut M.J.Langeveld, “pendidikan baru terjadi ketika anak telah mengenal kewibawaan”.28 Adapun anak mengenal kewibawaan adalah kemampuan anak dalam memahami bahasa. Dengan demikian batas bawah pendidikan atau saat pendidikan dapat mulai berlangsung yakni ketika anak mengenal kewibawaan. Sedang batas atas pendidikan atau saat akhir pendidikan adalah ketika tujuan pendidikan telah tercapai,
yaitu
kedewasaan. Dengan kata lain bahwa pendidikan merupakan usaha membimbing, mengarahkan potensi peserta didik yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan kepribadiaannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Walaupun pendidikan telah diartikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dunianya masing-masing, namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam satu pandangan bahwa pendidikan merupakan suatu proses persiapan generasi muda untuk menjalankankehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efesien. Berpijak dari panduan pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar, seksama dan dengan pembiasaan melalui bimbingan, latihan dan sebagainya
27
Tatang syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Isam 2009), Cet 1, h. 28 28 Ibid, h. 30
18
yang semuanya bertujuan untuk membentuk kepribadiaan peserta didik menuju kedewasaan. Jadi pendidikan adalah usaha atau iktiar manusia dewasa secara sengaja untuk membantu dan mengarahkanfitrah peserta didik serta berusaha menumbuhkannya sampai pada batas maksimal sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Dari beberapa definisi tokoh pendidikan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan dapat dipahami sebagai sebuah proses bimbingan, latihan, pembinaan yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab dalam masalah pendidikan yaitu orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik secara maksimal dengan cara mengalihkan pengetahuan, pengamalan dan kacakapan serta keterampilan ke peserta didik sehingga mereka bisa bertanggung jawab dan menjadi pribadi yang mandiri dan dalam jangka panjang diharapkan peranannya dalam membangun peradaban kearah yang lebih baik dan maju.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Pendidikan
menekankan
tujuannya
“kepada
segi-segi
ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dengannya seseorang diperkirakan akan hidup lebih puas dan lebih berhasil serta dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif, segi-segi lainnya dari kehidupan manusia, seperti nilai, norma, akhlak dan rohaniah tidak mendapat porsi yang wajar”. 29Selanjutnya jika seseorang sudah puas dan berhasil dalam hidupnya serta dapat menjadi anggota masyarakat yang baik, maka tujuan pendidikan sudah tercapai. Pendidikan mempunyai fungsi sosial dan fungsi individual, dalam fungsi sosialnya, pendidikan bertugas menolong setiap individu agar dapat menjadi anggota masyarakat yang lebih berhasil dengan cara mengajarkan kepadanya sejumlah pengalaman masa lalu dan pengalaman masa kini, 29
Armai Arief, dan Sholehuddin, Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kardofa), Cet. 1, h. 5
19
dalam fungsi individualnya, pendidikan bertugas membina individu agar dapat menikmati kehidupan yang lebih memuaskan dan lebih berhasil dengan cara mempersiapan individu tersebut untuk menangani pengalamanpengalaman baru dengan baik.30 Pendidikan diupayakan dengan berawal dari manusia apa adanya (aktualitas) dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang ada padanya (potensialitas), dan diarakan menuju terwujudnya manusia yang seharusnya/dicita-citakan (idealitas). “Tujuan pendidikan itu tiada lain adalah manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT., berakhlak mulia, sehat, cerdas, berperasaan, berkemauan, dan mampu berkarya, mampu
memenuhi
berbagai
kebutuhannya
secara
wajar,
mampu
mengendalikan hawa nafsunya, berkepribadian, bermasyarakat, dan berbudaya”.31 Implikasinya, pendidikan harus berfungsi untuk mewujudkan (mengembangkan) berbagai potensi yang ada pada manusia dalam konteks dimensi keberagamaan, moralitas, individualitas/personalitas, sosialitas, dan kebudayaan secara menyeluruh dan terintegrasi. Dengan kata lain, “pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia”.32 “Pendidikan diarahkan menuju terwujudnya manusia ideal, sebab itu pendidikan bersifat normatif”.33 Implikasinya, sesuatu tindakan dapat digolongkan ke dalam upaya pendidikan apabila tindakan itu diarahkan menuju terwujudnya manusia ideal. Selain itu, materi dan cara-cara pendidikannya pun perlu dipilh atas dasar asumsi tentang hakikat manusia dan tujuan pendidikan yang diturunkan dari padanya. Dalam upaya pembinaan individu dan pendidikan masyarakat, islam sangat memperioritaskan segi-segi akhlak dalam pengertiannya yang luas, seperti benar dalam ucapan dan tindakan, penuh rasa tanggung jawab
30
Armai Arief, dan Sholehuddin, Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kardofa), Cet. 1, h. 5 31
Tatang syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Isam 2009), Cet 1, h. 33 32 Ibid 33 Ibid
20
(amanah), menepati janji, toleransi, pemaaf, penyantun dan lain-lain. “Akhlak dalam islam dibina atas dasar prinsip mengambil yang utama dan mencapakkan yang buruk”34 3. Pengertian Akhlak Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata khalaqa yang berarti tabi‟at atau budi pekerti.35Secara kebahasaan perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa kata bahasa Arab akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari perkataan khilqun atau khuluqun yang “berarti perangai, kelakuan, watak, kebiasaan, perkataan akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia secara universal, laki-laki maupun perempuan, yang baik maupun yang buruk”.36 Ada perempuan yang berakhak baik dan ada perempuan yang berakhlak buruk. Hal yang sama berlaku pada laki-laki, ada laki-laki yang berakhlak baik dan ada juga laki-laki yang berakhlak buruk. “Pengertian Akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yang berarti perangai, tabi’at, sopan dan santun agama”.37 Menurut etimologi seperti yang dikutip oleh Rachmat Djatnika, kata akhlak berasal dari bahasa arab ( ) اخالق, bentuk jamak dari mufradatnya khuluq ( ) خلق, yang berarti “budi pekerti”. Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin, etos yang berarti “kebiasaan”. Moral berasal dari bahasa latin, “mores” juga berarti “kebiasaannya”.38 Kata akhlak adalah “bentuk jama‟ (plural) dari khulq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Kata tersebut memiliki akar kata yang sama dengan kata khalqun (kejadian), khaliq (pencipta), dan
34
Abdullah Nashih Ulwan, Pesan Untuk Pemuda Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), cet. 5, h. 110 35 A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab – Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), cet. XXVh. 364. 36 Asep Umar Ismail, Wiwit St. Sajarah, dan sururin, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita 2005), Cet. 1, h.1 37 Moh. Ardani, Akhlak Taswuf, (Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama, 2005), cet. 2, h. 25 38 Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islami, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), h. 26
21
makhluq (yang diciptakan). Pengertian akhlak terkait erat dengan hubungan baik antara Khalik dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk”.39 Menurut Ibn Qayyim al-jauziah seperti yang dikutip oleh Asep Umar Ismal dkk, “akhlak adalah irisan dari pemahaman seseorang akan sesuatu (al-fahmu) kemudian ia dengan sukarela akan menjalankannya (al-ikhlas), selanjutnya dengan rutin menjalankannya (al-„amal), rutinitas yang diwarnai oleh perasaan sukarela dan dukungan pemahaman/pengetahuan yang akhirnya yang akan melahirkan akhlak, oleh karena akhlak terinternalisasi dalam diri seseorang melalui pembiasaan, akhlak merupakan nilai dan pemikiran yang mengakar dalam jiwa dan tampak dalam bentuk tindakan yang tetap, natural, dan refleks.40 Menurut Dr. M. Abdullah Daraz seperti yang dikutip oleh Abd Rachman Assegaf, “perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai akhlak apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut: pertama, perbuatanperbuatan itu dilakukan berulang kali sehingga perbuatan-perbuatan itu menjadi kebiasaan; kedua, perbuatan-perbuatan itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti ancaman dan paksaan atau sebaliknya melalui bujukan dan rayuan”41. Sedangkan menurut
Ahmad Amin seperti yang dikutip M. Yatim
mengatakan “bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk. Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlaqul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul madzmumah”.42 Dapat diambil suatu pengertian bahwa akhlak adalah ”suatu kondisi atau sifat yang meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran”.43 Apabila dari kondisi tersebut memunculkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan 39
Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita 2005), Cet. 1, h. 23 Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita 2005), Cet. 1, h.25 41 Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 42 42 M. Yatim Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran (Jakarta: Amzah 2007) h.3. 43 Ibid 40
22
syari‟at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia (akhlaq mahmudah), dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebut berbudi pekerti tercela (akhlaq madzmumah). orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik, “jadi akhlak yang berkualitas ihsan adalah Akhlakul Karimah. Dan orang yang melakukan Akhlakul Karimah disebut muhsin”.44
4. Ruang Lingkup Akhlak Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan isyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan. Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran-ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.45 “Pendeknya pendidikan akhlak, tidak cukup di rumah dan di sekolah saja, melainkan harus disertai dengan pendidikan rumah tangga, permainan dan pergaulan yang baik serta
44
. Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet. 10,
h. 253 45
Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita 2005), Cet. 1, h. 27
23
masyarakat umumnya, bahkan pendidikan rumah tangga lebih berpengaruh dari pendidikan sekolah”.46 Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati.Karena
keduanya
memelihara,mengasuh,
dan
mendidik,
menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Apabila dilihat dari kepribadian manusia, ruang lingkup akhlak meliputi beberapa aspek: a. Akhlak bermasyarakat Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.47 “Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat”.48 Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mempengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan normanorma kesusilaan yang berlaku.
46
. Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992), h. 37 47 Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita 2005), Cet. 1,, h. 27 48
Ibid
24
b. Akhlak bernegara Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. “Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka”.49
c. Akhlak beragama “Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan”.50 5. Sumber Akhlak Akhlak bersumber pada agama.Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.Pembentukan peragai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor
dari
dalam
diri
sendiri
maupun
dari
luar,
yaitu
kondisi
lingkungannya.Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al Gazali menyatakan bahwa “akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu, peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang”.51 Ada beberapa macammacam akhlak yaitu:
49
Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita 2005), Cet. 1, h. 29 Ibid 51 Ibid, h. 25 50
25
a. Akhlak Madzmumah (Akhlak tercela) Akhlak tercela dapat dibagi menjadi dua, maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir adalah segala sifat yang tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti tangan, mulut, mata, telinga dan sebagainya. Sedangkan maksiat batin ialah segala sifat yang tercela yang diperbuat oleh anggota batin yaitu hati.Akhlak Buruk(1) Mencuri/mengambil bukan haknya , (2)iri hati, (3)membicarakan kejelekan orang lain (bergosip), (4) Membunuh ,( 5) Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain ( mahluk lain).52 b. Akhlak Mahmudah Akhlak Mahmudah adalah “segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang biasa juga dinamakan fadhilah (kelebihan)”.53 Adapun macammacam akhlak mahmudah: 1). Jujur (Ash-Shidqu) Yang dimaksud dengan shidiq adalah “berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan sikap ini menentukan status dan kemajuan seseorangdan masyarakat”.54 2). Amanah (Tanggung Jawab) Amanah berarti” kesetiaan, kepercayaan atau kejujuransuatu sifat dan pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajiban”.55 3). Memaafkan (Cinta Damai) Terdapat dua macam kesalahan yang dilakukan oleh manusia, “pertama kesalahan yang berkaitan dengan orang tersebut, seperti ghibah (bergunjing), menuduh, yang kedua dating dari orang yang bergunjing dan yang menuduh, tidak ada kaitannya dengan hak masyarakat”.56 52
Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita 2005), Cet. 1, h. 30
53
Ibid, h. 34 Ibid, h. 37 55 Ibid, h. 35 56 Ibid, h. 36 54
26
4). Adil ( Demokrasi) Sifat dan sikap adil terbagi dalam dua macam: “adil yang berhubungan dengan perorangan dan adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan atau pemerintahan”.57 “Jadi akhlak yang baik itu Akhlakul Karimah ialah pola prilaku yang dilandaskan pada nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan”.58 6. Karakteristik Akhlak a. Al-Quran dan sunah sebagai sumber moral, artinya yang menjadi ukuran atau standar baik dan buruk suatuperbuatan adalah Al-Quran an sunah. b. Akal dan naluri di bawah bimbingan dan pengarahan yang ditetapkan dalam Al-Quran dan sunah Nabi. c. Motivasi Iman. Akhlak al-karim atau tingkah laku yang mulia adalah cerminn yang benr dan sempurna. d. Niat dan ikhas dalam hati e. Bertujuan untuk mendapatkan ridho Allah SWT.59
C. Peran Pendidikan dalam Mengatasi KrisisAkhlak Krisis akhlak yang semula hanya menerpa sebagian kecil elite politik (penguasa), kini telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar.Krisis akhlak pada kaum elite politik terlihat dengan adanya penyelewengan, penindasan saling menjegal, adu domba, fitnah, menjilat, dan sebagainya yang mereka lakukan.Pertanyaan ini memberi petunjuk bahwa “akhlak sebagian besar para elite politik yang pernah dan sedang berkuasa saat ini benar-benar telah merosot dan berdampak pada hilangnya wibawa mereka”.60 Sementara itu, krisis akhlak yang menimpa pada masyarakat umum terlihat pada sebagian sikap mereka yang dengan mudah merampas hak orang 57
Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita 2005), Cet. 1, h. 37 Zakiah daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakara: Bulan Bintang, 1996), h. 255 59 Ibid, h. 38 60 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:Prenada Media Group, 2003), Cet, 4 ,h. 221 58
27
lain(menjarah), main hakim sendiri, melanggar peraturan tanpa merasa bersalah, muda terpancing emosinya, dan sebagainya. Sedangkan krisis akhlak yang menimpa kalangan pelajar terlihat dari banyaknya keluhan orang tua, ahli didik, dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial berkenaan dengan ulah sebagian pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, dan keras kepala.61 Krisis akhlak yang menjadi pangkal penyebab timbulnya krisis dalam berbagai bidang kehidupan bangsa Indonesia saat ini belum ada tanda-tandanya untuk berakhir. Keadaan seperti ini dilukiskan oleh syekh al Navdi dalam bukunya Mazda Khasira bi inhitthath al mislimin (apa yang diderita dunia akibat kemerosotan kaum muslimin, 1983: 131), “bagaikan dunia ini baru saja dilanda gempa yang dahsyat, disana sini terdapat bangunan yang rata dengan tanah, dinding yang roboh dan retak, tiang yang bergeser, genteng yang pecah, korban-korban jiwa yang bergelimpangan, dan harta benda yang musnah berserakan”.62 Mendapati fenomena tersebut, tuduhan sering kali diarahkan kepada dunia
pendidikan
sebagai
penyebabnya.Dunia
pendidikan
benar-benar
tercoreng wajahnya dan tampak tidak berdaya untuk mengatasi krisis tersebut.Hal ini bisa dimengerti, “karena pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral memang harus berbuat demikian”.63 Itulah sebabnya belakangan ini banyak sekali seminar yang digelar dikalangan pendidik yang bertekad mencari solusi untuk mengatasi krisis akhlak. Para pemikir pendidikan menyerukan “agar kecerdasan akal diikuti dengan kecerdasan moral, pendidikan agama dan pendidikan moral harus siap menghadapi tantangan global,pendidikan harus memberikan kontribusi yang
61
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:Prenada Media Group, 2003), Cet, 4, h. 221 62
Ibid Ibid, h. 222
63
28
nyata dalam mewujudkan masyarakat yang semakin berbudaya (masyarakat madani), dan sebagainya”.64 Namun seminar yang berakhir dengan menyampaikan seruan saja tidaklah cukup. Yang diperlukan sekarang adalah “segera melakukan langkahlangkah konkret untuk mengatasinya, yang dimulai dengan mencari akar penyebabnya dan dilanjutkan dengan langkah-langkah penangannya”.65 Sejarah mencatat, bahwa diakhir abad klasik krisis akhlak pernah melanda dunia islam. Pada masa itu ukhuwah islamiyah sudah terkoyak-koyak oleh kepentingan politik,golongan paham, dan kesukuan. Satu kerajaan islam dan kerajaan islam lainnya saling bermusuhan dan berperang. Para penguasa saat itu sudah banyak yang terlibat dalam perbuatan yang memperturutkan hawa nafsu, korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sedangkan putra-putra mahkota sudah banyak yang bergelimang dengan perbuatan maksiat,berkelahi antar satu dan lainnya karena memperebutkan kedudukan, harta, dan pengaruh. Akibatnya,sulit dijumpai calon putra mahkota yang benar-benar memiliki kualitas kepribadian, intelektual dan kemampuan lainnya yang andal. Dan, ketika hulagu khan menghancukan baghdad pada tahun 1258, orang-orang islam sedang berada dalam keadaan sakit.orang barat menyebutnya sebagai the sickman of arab (orang arab yang sedang sakit).66 Menghadapi keadaan yang demikian, para ulama mengarahkan kegiatan pendidikan untuk membina akhlak. Al-ghazali (W. 1111 M) misalnya mengatakan bashwa “tujuan pendidikan adalah mengembangkan budi pekerti yang mencakup penanaman kualitas moral dan etika seperti kepatuhan, kemanusiaan, kesederhanaan, dan membenci terhadap perbuatan buruk seperti pola hidup berfoya-foya dan kemungkaran lainnya”.67 Sebelum itu ibn miskawaih (W. 1030 M) telah pula mengembangkan teori tentang akhlak. “Menurutnya akhlak tidak bersifat natural atau
64
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:Prenada Media Group, 2003), Cet, 4,h.222 65 Ibid 66 Ibid 67 Ibid, h. 223
29
pembawaan, tetapi hal itu perlu diusahakan secara bertahap, antara lain melalui pendidikan”.68 Gerakan pembinaan akhlak melalui pendidikan ini dilakukan oleh ulama-ulama berikutnya.Hasilnya memang cukup mengagumkan.Akhlak masyarakat
mulai
meningkat. Keadaan sekarang menunjukan bahwa
pendidikan telah berhasil membina kecerdasan intelektual, tetapi belum berhasil membina kecerdasan akhlak, dengan tanda-tandanya sebagaimana tersebut di atas. Kini perhatian untuk mengatasi krisis akhlak muncul kembali dengan terlebih dahulu mencari akar penyebabnya.69 D. Strategi Pendidikan Akhlak dan Pelaksanaan Pendidikan Akhlak 1. Strategi Pendidikan Akhlak Krisis yang paling menonjol dari dunia pendidikan kita adalah krisis pendidikan akhlak.Dapat disaksikan saat ini betapa dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat menahan kemerosoton akhlak yang terjadi.Bahkan jika dilihat dari sudut global, munculnya banyak masalah yang mendera bangsa Indonesia adalah akibat rendahnya moral dan akhlak para pelaku kebijakan yang juga diikuti oleh rendahnya etos kerja masyarakat.Belum lagi jika diikuti statistik perkembangan terkait kasus-kasus akhlak buruk pelajar maupun mahasiswa, seperti tawuran sesama mereka, plagiat dalam karya ilmiah dan masalah pergaulan bebas yang sudah sangat meresahkan dan membosankan sebagian orang yang mendengar beritanya. Banyak
faktor
yang
dapar
menyebabkan
timbulnya
perilaku
menyimpang dikalangan para pelajar. Diantaranya sebagai berikut: Pertama, “longgarnya pegangan terhadap agama.Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat tercapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan suruhan tuhan
68
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:Prenada Media Group, 2003), Cet, 4,h. 223 69 Ibid
30
tidak di indahkan lagi”.70 Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya.Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturannya.Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang dianggap akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum sosial itu. Kedua,”kurang efektifnya pembinaan akhlak yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat, pembinaan akhlak yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semestinya”.71Pembinaan akhlak dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah,dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk menumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghafalkan rumusan tentang baik dan buruk,melainkan harus dibiasakan.72 Ketiga, “derasnya arus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis, sekarang ini sudah sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kontrasepsi seperti kondon dan beda-benda tajam semua alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak akhlak”.73Namun gejala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama.. 70 71
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 191 Ibid, h. 192
73
Ibid, h. 193
31
Keempat, “belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah, pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan(power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sungguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa”.74 Hal yang demikian semakin diparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara yang tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga kini belum ada tanda-tanda untuk hilang.Mereka asyik memperebutkan kekuasaan,materi dan sebagainya dengan cara-cara yang tidak terpuji itu,dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Sebenarnya
konsep-konsep
pendidikan
nasional
yang
disusun
pemerintah sudah menekankan pentingnya pendidikan akhlak dalam hal pembinaan moral dan budi pekerti sesuai UU Sisdiknas tahun 1989 tentang kurikulum dikatakan “bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan, materi bahasannya berkaitan dengan keimanan, ketakwaan, akhlak, dan ibadah kepada Tuhan” .75 Namun kenyataannya dapat dikatakan bahwa mayoritas akhlak para peserta didik yang dihasilkan dari proses pendidikan di Indonesia tidak sesuai dengan yang dirumuskan. Meskipun konsep-konsep pendidikan nasional yang disusun pemerintah dalam UU Sisdiknas 1989 sudah menekankan pentingnya pendidikan akhlak dalam hal pembinaan moral dan budi pekerti, namun ternyata hal tersebut tidak diimplementasikan ke dalam kurikulum sekolah dalam bentuk Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Akibatnya, pelaksanaan pendidikan di tiap lembaga tidak menjadikan pendidikan keimanan sebagai inti semua kegiatan pendidikan yang berakibat lulusan yang dihasilkan tidak memiliki keimanan yang kuat. Jadi bisa dikatakan bahwa penyebab terbesar dalam krisis pendidikan ini adalah akibat gagalnya pembangunan karakter anak didik yang 74 75
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003) h, 194 Ibid, h. 195
32
mengabaikan pembinaan akhlak dalam proses pendidikan yang sedang berlangsung. “Persoalannya bagaimana langkah strategi pendidikan akhlak dalam situasi yang demkian. Di bawah ini akan diuraikan Pertama, “pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan memantapkan pelaksanaan pendidikan agama, karena ajaran agama pada akhirnya ditujukan untuk membentuk akhlak yang baik”.76 Kedua, “pendidikan agama yang dapat menghasilkan perbaikan akhlak harus dirubah dari pengajaran agama kepada pendidikan agama”.77 Pengajaran agama dapat berarti mengalihkan pengetahuan agama atau mengisi anak dengan pengetahuan agama, sedangkan pendidikan agama dapat berarti membina dan mewujudkan prilaku manusia yang sesuai dengan tuntunan agama, sedang pendidikan agama dapat dilakukan dengan membiasakan anak berbuat yang baik dan sopan santun tentang berbagai hal mulai dari sejak kecil sampai dewasa. Ketiga, “Pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan pendekatan yang bersifat
integrated,
yaitu
dengan
melibatkan
seluruh
disiplin
ilmu
pengetahuan”.78Pendidikan akhlak bukan hanya terdapat dalam pendidikan agama saja, melainkan terdapat pada pelajaran bahasa, logika, matematika, fisika, biologi, sejarah, dan sebagainya.Pelajaran bahasa misalnya melatih dan mendidik manusia agar berbicara yang lurus.Pelajaran matematika mendidik manusia berpikir yang sistematik dan logis, obyektif, jujur, ulet, dan tekun.Pelajaran fisika mendidikan manusia agar mensyukuri nikmat-nikmat Tuhan yang terdapat pada ciptaan –Nya.Pelajaran biologi mendidik manusia agar bekerja teratur.Dan palajaran sejarah mendidik manusia agar selalu berpihak pada kebenaran. Keempat, sejalan dengan cara yang ketiga tersebut di atas, “pendidikan moral harus melibatkan seluruh guru”.79Pendidikan moral bukan hanya 76
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h..201 Ibid, h. 202 78 Ibid, h. 203 79 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h..201 77
33
menjadi tanggung jawab guru agama seperti selama ini ditekankan, melainkan menjadi tanggung jawab seluruh guru. Kelima,“Pendidikan akhlak harus didukung oleh kemauan, kerjasama yang kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari keluarga, sekolah dan masyarakat”.80Orang tua dirumah harus meingkatkan perhatianya terhadap anak-anaknya, dengan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, teladan dan pembiasaan yang baik.Orang tua juga harus berupaya menciptakan rumah tangga yang harmonis, tenang, dan tentram sehingga si anak merasa tenang jiwanya dan dengan mudah dapat diarahkan kepada hal-hal yang positif.Sekolah juga harus berupaya menciptakan lingkungan yang bernuansa religious, seperti membiasakan sholat berjama‟ah, menegakkan disiplin dalam kebersihan, ketertiban, kejujuran, tolong-menolong, sehingga nilai-nilai agama menjadi kebiasaan, tradisi atau budaya seluruh siswa.Sikap dan perilaku guru yang kurang dapat diteladani atau menyimpang hendaknya tidak segan-segan diambil
tindakkan.Sementara
masyarakat
harus
berusaha
menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi pembentukan akhlak, seperti membiasakan sholat berjamaah, gotong royong, kerja bakti, memelihara ketertiban dan kebersihan, menjauhi hal-hal yang dapat merusak akhlak. Keenam, “Pendidikan akhlak harus menggunakan seluruh kesempatan, berbagai
sarana
termasuk
teknologi
modern”.81Kesempatan
berkreasi,
pameran, kunjungan, berkemah, harus digunakan sebagai peluang untuk membina akhlak”. 2. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Pendidikan Akhlak merupakan bagian yang penting dalam pembinaan kepribadiaan dan moral bangsa. Akhlak itu sendiri tidak bisa terpisahkan dari ajaran Islam namun dalam pelaksanaan pendidikannya harus diarahkan untuk membina budi pekerti yang luhur dan membina moral bangsa. Dalam melaksanakan pendidikan akhlak tugas guru adalah membimbing siswa untuk
80 81
Ibid Ibid, h. 204.
34
memiliki kemampuan pemahaman, sikap dan keterampilan dalam berprilaku sebagai manusia yang berakhlak mulia,. Untuk itu guru harus memahami karakter
setiap
siswa,
berusaha
meningkatkan
kemampuannya,
dan
mengantarkan mereka dalam berprilaku sesuai dengan prinsip-prinsip akhlak mulia.82 Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah “menyiapkan manusia (peserta didik) agar memiliki sikap atau prilaku yang terpuji baik yang ditinjau dari segi norma-norma agama maupun norma-norma sopan santun, adat istiadat, dan tata krama yang berlaku di masyarakatnya”.83 Selain itu, proses pendidikan akhlak yang ada dalam lingkungan pendidikan selama ini hanya bersifat naratif dan verbalis, bagian kognitif mengalahkan proses pengamalannya. Metodologi yang ada pun ternyata tidak memiliki efek mendorong dan pencegahan peserta didik untuk merespon pendidikan akhlak. Dengan bukti-bukti kasus penyimpangan akhlak yang terjadi pada para peserta didik, nampak terlihat tidak tertanamnya dengan baik mana akhlak yang mesti dijadikan karakter dan mana akhlak yang dilarang untuk mengerjakannya. Jika pendidikan akhlak tersebut disampaikan dengan perencanaan yang baik, termasuk metodologi pengajarannya, maka bangunan karakter anak didik akan mulai terbentuk dari usia yang amat tepat, khususnya di lingkungan sekolah. “Dalam proses pembelajaran guru merupakan ujung tombak yang menentukan keberhasilan anak didik, tugas guru memiliki peran yang strategis dalam rangka meningkatkan kemampuan (kognitif, afektif,motorik) anak didik”.84Selain itu juga, guru berupaya mengarahkan anak didik untuk menuju manusia paripurna. Tugas guru antara lain:
82
Fadlil Yani Ainusysyam, Pendidikan Akhlak, (Jakarta ), Cet, h. 17. Ibid, h. 29. 84 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta, kencana: 2006) C. 7, h.143 83
35
a. Guru harus mengetahui karakter seorang murid b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya c. Guru harus mampu mengantarkan anak didik kearah pembentukan moral/akhlak mulia Sarana untuk menyampaikan pendidikan akhak bisa ditempuh melalui beberapa cara yaitu memanfaatkan substansi dan praksis mata pelajaran yang relen, memanfaatkan tatanan dan iklim sosial budaya dunia pendidikan yang sengaja dikembangkan sebagai lingkungan pendidikan yang memancarkan akhlak/moral luhur, dan memanfaatkan media massa dan lingkungan masyarakat secara selektif dan adaptif.
41
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir 1. Sejarah Berdirinya SDIT Nurul Amal Sekolah SDIT Nurul Amal didirikan tahun 1991 secara geografis keberadaan sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal berada di Jl Selada II Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan. SDIT Nurul Amal berada ditengah perumahan penduduk yang boleh dikatakan cukup padat dan sekolah tersebut terletak di tanah seluas 2500 meter dengan luas halaman yang dilengkapi saung-saung dan terdapat lapangan Bulu tangkis serta lapangan Basket, dilingkungan sekolahpun terdapat Mushalla sebagai sarana ibadah siswa, sehingga sejak dini siswa terbiasa melakukan ibadah terutama shalat lima waktu. Didalam kelas juga didesain bagaikan keadaan ruangan rumah agar anak terkesan lebih nyaman karena di SDIT Nurul Amal ini anak belajar satu hari mulai dari jam 7.30 sampai dengan jm 4 sore. Suasana kehidupan kepribadian sekolah tercermin dari prilaku siswa dan gurunya dalam berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan keagamaan, sampai kegiatan pengamatan dan teknologi yang menunjang kegiatan belajar mengajar, dari penbelajaran dikelas sampai diskusi-diskusi dikalangan siswa/siswinya serta portofolio dan plublikasinya didukung oleh budaya mutu yang dilandasi oleh sifat teliti, tekun, rajin, sabar, tabah dan ulet serta tuntas dan didukung suasana yang kondusip dalam mendorong pendidikan siswanya yang dikenal dengan tujuh prinsip Sekolah Dasar Islam Terpadu yaitu belajar dan mendidik sebagai suatu panggilan yang mulia, berlaku jujur dan adil, kasih sayang dan cinta pada sesama, kerjasama dengan keselarasan untuk melayani, peka terhadap perubahan dan cepat menyesuaikan diri terhadap kemajuan zaman, komitmen terhadap mutu, bersyukur dan berterima kasih.
41
42
Di sekolah ini mendidik siswa menjadi manusia yang berakhlak dengan manusia yang lainnya. Siswa harus didik menjadi manusia yang kompeten, cakap dan sadar akan tanggung jawab. Karena bila siswa kompeten, cakap dan sadar akan hak-hak orang lain, maka siswa akan mampu dan sanggup menjadi manusia yang berakhlak dengan manusia yang lain. Tujuan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal adalah memberikan pendidikan terpadu yang bermutu kepada masyarakat dalam menghadapi situasi persaingan dan kerjasama global, dan membentuk pribadi yang mampu belajar sepanjang hayat dan berkarakter, yang dikelola oleh sumber daya manusia profesional dan berkomitmen. Untuk membentuk anak didik yang bertanggung jawab dan memiliki kecerdasan sosial (kepedulian sosial) disamping keterampilan sosial, suasana
lingkungan
tempat
proses
mengajar
berlangsung
amat
menentukan. Di sekolah ini ada keterbukaan, saling menghargai, saling menerima apa adanya berdasarkan sikap saling mempercayai, setiap anak dihargai haknya, selain itu proses pembelajaran sangat mendapat perhatian seperti proses mendidik dan cara belajar siswa berlangsung sebagai berikut: pengalaman>Refleksi>kegiatan. 2. Visi dan Misi SDIT Nurul Amal a. Visi SDIT Nurul Amal Menjadi sekolah model unggulan terpadu, yang berkarakter dan berwawasan global. b. Misi SDIT Nurul Amal 1. Menyelenggarakan Pendidikan Islam Terpadu dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan 2. Mempersiapkan generasi yang berakhlak mulia, berkarakter dan mempunyai kreativitas berfikir tinggi, berjiwa sosial dan mandiri; 3. Serta mengembangkan keterampilan kepemimpinan (Leadership) dan kewirausahaan (Entrepreneurship)
43
4. Membidani lahirnya peserta didik yang unggul dan mampu menghadapi persaingan dan kerja sama Global. Tabel 1 STRUKTUR ORGANISASI SD ISLAM TERPADU NURUL AMAL PD. CABE ILIR Ketua Yayasan Asrof
Kepala Sekolah Munawarah S. Ag
Komite Sekolah Suriyati
Tata Usaha Misbah
Wakabid Kesiswaan Abdullah S.Pdi
Wakabid Kurikulum Syaidah S.Ag
Wakabid Sarana/Prasarana Muhidin
Bid. Keamanan Taufik & Iwan
Staf Pendidik
Peserta Didik
44
Tabel 2 Data guru dan karyawan SDIT Nurul Amal
No
Nama
L/P
Pendidikan
Jabatan
1
Munawarah S.Ag
P
SI UMJ
Kepala Sekolah
2
Syaidah S.Ag
P
SI UIN
Guru
3
Siti Soleha S.PsI
P
SI UIN
Guru
4
Suriyah S.Pdi
P
SI UIN
Guru
5
M.Junaidi
L
PHYQ Kudus
Guru
6
Hepi Nurbaiti S.PdI
P
SI UIN
Guru
7
Abdullah S.PdI
L
SI UIN
Guru
8
Ayi Rokayah A.ma
P
9
Moh.Abdul Munir S.Ag
L
SI UIN
Guru
10
Muhidin
L
SMA
Guru
11
Masruroh S.PdI
P
SI UMJ
Guru
12
Mursalim S.PdI
L
SI UIN
Guru
13
M.Zaky Ilyas S.PdI
L
SI UMJ
Guru
14
Dian Suryani S.PdI
P
SI UMJ
Guru
15
Siti Fauziah S.PdI
P
SI
Guru
16
Putri Diana Sri Utami S.PdI
P
SI UIN
Guru
17
Fajar
L
SI UMJ
Guru
18
Mika Dwi Rahmawati
P
SI UMJ
Guru
19
Dwi Fauziah
P
SI UMJ
Guru
20
Misbah
L
D3 UMJ
Tata Usah
21
Taufik
L
SMA
Penjaga Keamanan
22
Irwan
L
STM
Penjaga Keamanan
23
Rohama
P
-
Petugas Kebersihan
25
Suroh
P
SMP
Petugas Kebersihan
26
Muni
P
-
Petugas Kebersihan
D2 Citra Didaktika Guru
Sumber: Data Sekolah
45
Tabel 3 Data Siswa SDIT Nurul Amal Tahun Ajaran 2013/2014
No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
I, II, III, IV, V, VI
180
144
324
Sumber: Data Sekolah
Tabel 4 Sarana dan Prasarana No
Sarana/Prasarana
Jumlah
1
Ruang Kelas
14
2
Ruang Kepala Sekolah
1
3
Ruang Guru
1
4
Ruang Tata Usaha
1
5
Mushola
1
6
Lab Komputer
1
7
Ruang UKS
1
8
Gudang
1
9
Ruang BP/BK
1
10
Kantin
1
11
Lapangan Olah Raga
1
13
Ruang Toilet/WC
12 Sumber: Data Sekolah
46
Tabel 5 Kegiatan Ekstrakurikurer
No
Kegiatan
1
Pramuka
2
Karate
3
Drum Band
4
Iqra
5
Marawis
6
Futsal
7
Menari Sumber: Data Sekolah
B. Deskripsi Hasil Penelitian Tentang Strategi Pendidikan Akhlak Siswa kelas IV 1. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi langsung yang saya lakukan di SDIT Nurul Amal, memperoleh data seperti di atas. Dilihat dari tahun berdirinya yaitu tahun 2006, maka SDIT ini bisa dikatakan belum cukup lama, tetapi memiliki banyak pengalaman dalam menjalankan pendidikan, hal ini terbukti dengan banyaknya alumni sekolah tersebut yang bisa masuk di sekolah-sekolah negeri dan sekolah favorit. Ditambah lagi dengan visi, misi dan tujuan sekolah yang begitu jelas sehingga menjadi acuan dan tolak ukur bagi insan pendidikan. Jika dilihat dari segi kuantitas siswa banyak mengalami kemajuan, kuantitas itu mempengaruhi pendidikan di sekolah ini, walaupun sekolah ini belum dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk menunjang proses pembelajaran. Tetapi sekolah ini memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang professional dan berpengalaman di bidangnya.
47
Selain didukung oleh hal-hal tersebut diatas, sebagai sekolah yang bernuansakan agama, SDIT Nurul Amal terus meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan terhadap ajaran pendidikan akhlak. 2. Pembahasan Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan dapat dikatakan penanaman akhlak siswa di SDIT Nurul Amal kelas IV sudah diterapkan dengan baik, hal ini terlihat dari sikap siswa yang sudah bersikap jujur, amanah/tanggung jawab, memaafkan, demokrasi, dan berakhlak dalam berbahasa terhadap sesama teman dan guru, serta memiliki rasa kepedulian terhadap sesama teman. Untuk menanamkan akhlak siswa digunakan berbagai macam strategi/metode seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, bermain peran, dan kuis. Selain itu guru membiasakan siswa untuk mengucapkan salam bila bertemu dan berpisah dengan orang lain, berdoa dan bertadarus sebelum belajar, sholat dhuha, sholat berjama’ah, serta dzikir setelah sholat, selain strategi/metode dan pembiasaan sanksi juga digunakan bagi siswa yang melanggar. Selain itu peran orang tua sangat penting dalam pendidikan akhak siswa di rumah karena orang tua adalah lingkungan pertama
yang
membentuk akhlak siswa, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara guru dan orang tua sehingga pembentukkan akhlak siswa bisa berjalan dengan baik sesuai harapan orang tua dan guru. 3. Deskripsi Hasil Angket Siswa dan interpretasi data Pada pembahasan sebelumnya sudah penulis kemukakan bahwa salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui amgket. Angket yang penulis sebarkan berjumlah 40 angket yang dibagikan kepada sampel sebanyak 40 reponden. Angket yang penulis sebarkan terdiri dari 20 item pertanyaan yang disusun berdasarkan pokok penelitian dan indikator dari variabel yang diteliti, yaitu mengenai strategi pendidikan akhlak siswa. Dibawah ini adalah interpretasi data hasil penyebaran angket:
48
Tabel 6 Setiap saya menemukan suatu barang diberikan kepada guru No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
Prosentase %
3
Selalu
6
15%
Kadang-kadang
17
42,5%
Pernah
17
42,5%
-
-
40
100%
Tidak Pernah Jumlah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa di sekolah SDIT Nurul Amal 42,5% siswa menjawab kadang-kadang dan pernah menemukan suatu barang lalu diberikan kepada guru, dan sebagian kecil 15%
siswa
menjawab selalu menemukan suatu barang lalu diberikan kepada guru. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa-siswi kelas IV.A dan IV. B SDIT Nurul Amal di sekolah kadang-kadang dan pernah menemukan suatu barang lalu diberikan kepada guru.
Tabel 7 Setiap menemukan barang di lingkungan sekolah guru mengumumkannya No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
item
4
Prosentase %
Selalu
34
85%
Kadang-kadang
3
7,5%
Pernah
3
7,5%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar 85% siswa menjawab guru selalu mengumumkan barang yang ditemukan di lingkungan
49
sekolah. , selanjutnya
7,5%
siswa menjawab guru kadang-kadang
mengumumkan barang yang ditemukan di lingkungan sekolah. , 7,5% siswa juga menjawab guru pernah mengumumkan barang yang ditemukan di lingkungan sekolah.. Maka penulis dapat menyimpulkan guru selalu mengumumkan barang yang ditemukan di lingkungan sekolah.
Tabel 8 Setiap ada pemasukan dan pengeluaran uang kas dicatat oleh bendahara kelas No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
item
5
Prosentase %
Selalu
7
17,5%
Kadang-kadang
24
60%
Pernah
6
15%
Tidak Pernah
3
7,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan bahwa di sekolah SDIT Nurul Amal sebagian besar 60 % siswa menjawab bendahara kadangkadang mencatat pemasukkan dan pengeluaran uang kas kelas , selanjutnya 17,5%
siswa menjawab bendahara selalu mencatat pemasukkan dan
pengeluaran uang kas kelas, sebagian kecil 15% siswa menjawab bendahara pernah mencatat pemasukkan dan pengeluaran uang kas kelas, dan sebagian kecil lagi 7,5% siswa menjawab bendahara tidak pernah mencatat pemasukkan dan pengeluaran uang kas kelas. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bendahara kelas IV.A dan IV.B kadang-kadang mencatat pemasukkan dan pengeluaran uang kas kelas. Tabel 9 Setiap melaksanakan ujian saya mencontek No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
Prosentase %
Selalu
1
2,5%
Kadang-kadang
1
2,5%
50
6
Pernah
12
30%
Tidak Pernah
26
65%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas, terkait pernyataan setiap pelaksanaan ujian saya menyontek, dapat diinterpretasikan bahwa 65% menjawab tidak pernah menyontek setiap pelaksanaan ujian, selanjutnya 30% siswa menjawab pernah menyontek setiap pelaksanaan ujian, dan 2,5% menjawab selalu dan kadang-kadang menyontek setiap pelaksanaan ujian. Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi SDIT Nurul Amal kelas IV.A danIV.B tidak pernah menyontek setiap pelaksanaan ujian. Tabel 10 Saat pelaksanaan ujian saya membawa HP No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Item
7
% Selalu
-
-
Kadang-kadang
-
-
Pernah
3
7,5%
Tidak Pernah
37
92,5%%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas, terkait pernyataan saat pelaksanaan ujian saya membawa HP dapat diketahui sebanyak 92,5% menjawab tidak pernah membawa HP saat pelaksanaan ujian, selanjutnya 7,5 % menjawab pernah membawa HP saat pelaksanaan ujian. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV.A dan IV.B tidak pernah membawa HP saat pelaksanaan ujian. Tabel 11 Setiap bertugas piket saya melaksanakannya secara teratur No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
Prosentase %
Selalu
17
42,5%
51
8
Kadang-kadang
20
50%
Pernah
3
7,5%
Tidak Pernah
-
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sebanyak 50% siswa menjawab kadang-kadang melaksanakan tugas piket secara teratur, selanjutnya 42,5% siswa menjawab selalu melaksanakan tugas piket secara teratur., dan sebagian kecil 7,5% siswa menjawab pernah melaksanakan tugas piket secara teratur. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kadangkadanng melaksanakan tugas piket secara teratur. Tabel 12 Setiap bertugas piket saya menyuruh teman untuk melaksanakannya No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
9
Prosentase %
Selalu
9
22,5%
Kadang-kadang
11
27,5%
Pernah
5
12,5%
Tidak Pernah Jumlah
15 40
37,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan bahwa 37,5% siswa manjawab tidak pernah menyuruh teman untuk melaksanakan tugas piket, selanjutnya 27,5% siswa menjawab kadang-kadang menyuruh teman untuk melaksanakan tugas piket, dan 22,5% siswa menjawab selalu menyuruh teman untuk melaksanakan tugas piket dan sebagian kecil 12,5% menjawab pernah menyuruh teman untuk melaksanakan tugas piket. Dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi kelas IV.A dan IV.B tidak pernah menyuruh teman untuk melaksanakan tugas piket.
52
Tabel 13 Setiap ada tugas sekolah saya mengerjakan dengan baik dan rapi No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
10
Prosentase %
Selalu
30
75%
Kadang-kadang
7
17,5%
Pernah
3
7,5%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan bahwa di sekolah SDIT Nurul Amal sebagian besar 75 %
siswa menjawab selalu
mengerjakan tugas sekolah dengan baik dan rapi, selanjutnya 17,5% siswa menjawab kadang-kadang mengerjakan tugas sekolah dengan baik dan rapi, sebagian kecil 7,5% siswa menjawab pernah mengerjakan tugas sekolah dengan baik dan rapi. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa-siswi SDIT Nurul Amal kelas IV.A dan IV.B selalu mengerjakan tugas sekolah dengan baik dan rapi. Tabel 14 Setiap hari saya datang di sekolah sebelum bel masuk dibunyikan No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
11
Prosentase %
Selalu
20
50%
Kadang-kadang
17
42,5%
Pernah
3
7,5%
Tidak Pernah
-
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan bahwa 50% siswa manjawab selalu datang ke sekolah sebelum bel masuk dibunyikan, selanjutnya 42,5% siswa menjawab kadang-kadang datang ke sekolah
53
sebelum bel masuk dibunyikan, dan 7,5% siswa menjawab pernah datang ke sekolah sebelum bel masuk dibunyikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa selalu datang ke sekolah sebelum bel masuk dibunyikan. Tabel 15 Setiap ada masalah di kelas saya mengajukan usul untuk pemecahan masalahnya No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
12
Prosentase %
Selalu
15
37,5%
Kadang-kadang
9
22,5%
Pernah
5
12,5%
Tidak Pernah
11
27,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan bahwa di sekolah SDIT Nurul Amal sebagian besar 37,5% menjawab selalu mengajukan usul untuk pemecahan masalah, selanjutnya 27,5%
siswa menjawab tidak
pernah mengajukan usul untuk pemecahan masalah, 22,5%
siswa
menjawab kadang-kadang mengajukan usul untuk pemecahan masalah., dan sebagian kecil 12,5% siswa menjawab pernah mengajukan usul untuk pemecahan masalah. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa-siswi SDIT Nurul Amal kelas IV.A dan IV.B selalu mengajukan usul untuk pemecahan masalah.
Tabel 16 Dalam setiap pergaulan saya berbahasa dengan baik dan benar No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
Prosentase %
Selalu
7
17,5%
Kadang-kadang
30
75%
54
13
Pernah
2
5%
Tidak Pernah
1
2,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan bahwa di sekolah SDIT Nurul Amal sebagian besar 75 % siswa menjawab kadang-kadang berbahasa dengan baik dan benar dalam setiap pergaulan, selanjutnya 17,5% siswa menjawab selalu berbahasa dengan baik dan benar dalam setiap pergaulan, dan 5% siswa menjawab pernah berbahasa dengan baik dan benar dalam setiap pergaulan, dan sebagian kecil 2,5%
siswa
menjawab tidak pernah berbahasa dengan baik dan benar dalam setiap pergaulan. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa-siswi SDIT Nurul Amal kelas IV.A dan IV.B kadang-kadang berbahasa dengan baik dan benar dalam setiap pergaulan. Tabel 17 Setiap hari saya berprilaku yang baik dengan teman No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
14
Prosentase %
Selalu
18
45%
Kadang-kadang
18
45%
Pernah
4
10%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui sebanyak 45% siswa menjawab selalu dan kadang-kadang berprilaku yang baik dengan teman setiap hari, selanjutnya 10% siswa menjawab pernah berprilaku yang baik dengan teman setiap hari. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV.A dan IV.B selalu dan kadang-kadang berprilaku yang baik dengan teman setiap hari.
55
Tabel 18 Bila ada teman yang melakukan kesalahan saya maafkan No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Item
15
% Selalu
3
7,5%
Kadang-kadang
20
50%
Pernah
17
42,5%
-
-
40
100%
Tidak Pernah Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sebanyak 50% siswa menjawab kadang-kadang memaafkan bila ada teman yang melakukan kesalahan, selanjutnya 42,5% siswa menjawab pernah memaafkan bila ada teman yang melakukan kesalahan, dan sebagian kecil 7,5% siswa menjawab selalu memaafkan bila ada teman yang melakukan kesalahan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV.A dan IV.B kadangkadang memaafkan bila ada teman yang melakukan kesalahan. Tabel 19 Kepada siswa kelas bawah saya memanggil dengan sebutan adik No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
16
Prosentase %
Selalu
13
32,5%
Kadang-kadang
15
37,5%
Pernah
12
30%
-
-
40
100%
Tidak Pernah Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan bahwa di sekolah SDIT Nurul Amal sebagian besar 37,5% menjawab kadang-kadang memanggil dengan sebutan adik kepada siswa kelas bawah, selanjutnya 32,5% siswa menjawab selalu memanggil dengan sebutan adik kepada siswa kelas bawah, dan 30% siswa menjawab pernah memanggil dengan
56
sebutan
adik
kepada
siswa
kelas
bawah.
Maka
penulis
dapat
menyimpulkan bahwa siswa-siswi SDIT Nurul Amal kelas IV.A dan IV.B kadang-kadang memanggil dengan sebutan adik kepada siswa kelas bawah. Tabel 20 Kepada siswa kelas atas saya memanggil dengan sebutan kakak No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
17
Prosentase %
Selalu
5
12,5%
Kadang-kadang
29
72,5%
Pernah
6
15%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 72,5% siswa menjawab kadang-kadang memanggil dengan sebutan kakak kepada siswa kelas atas, selanjutnya 15% siswa menjawab pernah memanggil dengan sebutan kakak kepada siswa kelas atas, dan 12,5% siswa menjawab selalu memanggil dengan sebutan kakak kepada siswa kelas atas. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV.A dan IV.B kadangkadang memanggil dengan sebutan kakak kepada siswa kelas atas. Tabel 21 Kepada orang tua saya berbahasa dengan baik dan lembut No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
18
Prosentase %
Selalu
5
12,5%
Kadang-kadang
22
55%
Pernah
13
32,5%
Tidak Pernah Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sebanyak 55% siswa menjawab kadang-kadang berbahasa yang baik dan lembut kepada orang
57
tua, selanjutnya 32,5% siswa menjawab pernah berbahasa yang baik dan lembut kepada orang tua, dan 12,5% siswa menjawab selalu berbahasa yang baik dan lembut kepada orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV.A dan IV.B kadang-kadang berbahasa yang baik dan lembut kepada orang tua Tabel 22 Sebelum berangkat ke sekolah saya berpamitan dengan orang tua. No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Item
19
Prosentase %
Selalu
18
45%
Kadang-kadang
12
30%
Pernah
7
17,5%
Tidak Pernah
3
7,5%
Jumlah 40 100% Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan bahwa 45% siswa menjawab selalu berpamitan dengan orang tua sebelum berangkat
ke
sekolah, selanjutnya 30% siswa menjawab kadang-kadang berpamitan dengan orang tua sebelum berangkat
ke sekolah, dan 17,5% siswa
menjawab pernah berpamitan dengan orang tua sebelum berangkat ke sekolah, dan sebagian kecil 7,5% menjawab tidak pernah berpamitan dengan orang tua sebelum berangkat
ke sekolah. Dapat disimpulkan
bahwa siswa-siswi kelas IV.A dan IV.B selalu berpamitan dengan orang tua sebelum berangkat ke sekolah. Tabel 23 Setiap mengambil keputusan kelas melalui musyawarah bersama No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
item
20
Prosentase %
Selalu
7
17,5%
Kadang-kadang
24
60%
Pernah
9
22,5%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
58
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan bahwa di sekolah SDIT Nurul Amal sebagian besar 60 % siswa menjawab kadang-kadang mengambil keputusan kelas melalui musyawarah bersama, selanjutnya 22,5%
siswa menjawab pernah mengambil keputusan kelas melalui
musyawarah bersama, dan sebagian 17,5% siswa menjawab selalu mengambil keputusan kelas melalui musyawarah bersama. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa SDIT Nurul Amal kelas IV.A dan IV.B kadang-kadang mengambil keputusan kelas melalui musyawarah bersama.
Tabel 24 Keputusan yang sudah diambil dilaksanakan bersama-sama No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
item
21
Prosentase %
Selalu
7
17,5%
Kadang-kadang
29
72,5%
Pernah
3
7,5%
Tidak Pernah
1
2,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan bahwa di sekolah SDIT Nurul Amal sebagian besar 72,5 % siswa menjawab kadang-kadang melaksanakan bersama-sama keputusan yang sudah diambil, selanjutnya 17,5% siswa menjawab selalu melaksanakan bersama-sama keputusan yang sudah diambil, dan 7,5% siswa menjawab pernah melaksanakan bersama-sama keputusan yang sudah diambil, dan 2,5% siswa menjawab tidak pernah melaksanakan bersama-sama keputusan yang sudah diambil. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa SDIT Nurul Amal kelas IV.A dan IV.B kadang-kadang melaksanakan bersama-sama keputusan yang sudah diambil.
59
Tabel 25 Guru hanya memberikan perhatian kepada siswa yang pintar No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Item
22
% Selalu
-
-
Kadang-kadang
1
2,5%
Pernah
5
12,5%
Tidak Pernah
34
85%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sebanyak 85% siswa menjawab tidak pernahmemberikan perhatian kepada siswa yang pintar, selanjutnya 12,5% siswa menjawab pernahmemberikan perhatian kepada siswa yang pintar, dan 2,5% siswa menjawab kadang-kadangmemberikan perhatian kepada siswa yang pintar. Hal ini menunjukkan bahwa guru tidak pernah memberikan perhatian kepada siswa yang pintar Tabel 26 Hasil Rapot Aqidah Akhlak No
Nama Siswa
Nilai Tulis
Nilai Praktek
Jumlah
1.
Bulan Inayah
86
80
166
2.
Giva OKtavia. S
86
80
166
3.
Annisa Amelia
84
80
164
4.
Arsya Aisyaturahmah
84
80
164
5.
Alifia Nur Azis
84
80
164
6.
Arista Alviona. P
82
80
162
7.
Septiani Hapsari
82
80
162
8.
Tarisa Eka
80
75
155
9.
Kavita Ilma
80
75
155
10. Anggreka W
80
75
155
11. Rhandy Kallandika
80
75
155
60
12. Vashel Nurul. H
80
75
155
13. Nadhira
80
75
155
14. Regina Falansia. A
76
75
151
15. Mufida Az Zahra
76
75
151
16. R. Qurrata Ayuni
76
75
151
17. Nabil Syafiq. M
76
75
151
18. Novia Auliatusyifa
74
74
148
19. Aida Mardhotillah
74
74
148
20. Amalina Putri
74
74
148
21. Andien Pradini
74
74
148
22. Khanza Adelia. F
74
74
148
23. Normania Maulida. P
74
74
148
24. M. Zaid Abdurouf
78
70
148
25. Kohandika
78
70
148
26. Alhamdi Saputra. H
76
70
146
27. Matin Al Azka
76
70
146
28.
Ahmad Andika
74
70
144
29. Zidan Aditya. P
74
70
144
30. Kent Alaida
74
70
144
31. Ayu Lestari
72
70
142
32. Yasmin Annisa
72
70
142
33. Reginal Pangestik
72
70
142
34. Rafly Eka. P
70
70
140
35. Gerry Pangestu
70
70
140
36. Ahmad Andika
70
70
140
37. Salma Raiya Azzahra
70
70
140
38. Najwa Sofina
65
65
130
39. Ammar Harun Rizky
65
65
130
40. Alan Maulana
65
65
130
61
Dari keterangan di atas, dapat diketahui dari nilai rapot pendidikan akhak siswa kelas IV.A dan IV.B
yang mendapat nilai 160 s.d 166
berjumlah 7 siswa, yang mendapat nilai 150 s.d 160 berjumlah 10 siswa, dan yang mendapat nilai 130 s.d 150 berjumlah 23 siswa. 4. Deskripsi hasil angket Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan tentang strategi pendidikan akhlak siswa kelas IV SDIT Nurul Amal dikatakan baik jika jumlah skor angket 3200 ini diperoleh dari skor angket ideal 20 pertanyaan x 40 siswa x 4 skor. Ternyata hasil angket yang peneliti lakukan hanya mencapai 2555 ( lihat tabel ke 27 ), dikatakan baik dengan persentasi 80% , karena nilai aspek ( jujur, amanah/tanggung jawab, memaafkan/cinta damai, adil/demokrasi) sudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini terwujud: a.
Dari
aspek
jujur,
mayoritas
siswa
kelas
IV
sudah
dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terlihat dari sikap siswa di sekolah yang tidak pernah menyontek atau membawa HP saat ujian, selain itu juga dapat terlihat dari sikap jujur siswa apabila menemukan suatu barang yang bukan miliknya diberikan kepada guru. b. Dari aspek amanah / tanggung jawab, yang sudah tertanam dalam diri siswa kelas IV dan sudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terlihat dari sikap siswa di sekolah yang selalu melaksanakan tugas piket dan tidak menyuruh temannya, selain itu selalu mengerjakan tugas sekolah dengan baik dan datang ke sekolah sebelum bel masuk. c. Terlihat dari aspek memaafkan / cinta damai, mayoritas siswa kelas IV sudah mengaplikasikannya, Hal itu terlihat dari prilaku siswa di sekolah yang sudah menggunakan bahasa yang baik kepada teman serta memaafkan bila ada teman yang melakukan kesalahan. d.Diketahui dari aspek Adil/Demokrasi yang sudah terihat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas IV di sekolah
62
seperti musyawarah yang dilaksanakan dalam mengambil setiap keputusan dan melaksanakannya bersama-sama. Hal ini terlaksana karena strategi yang baik dalam melaksanakan proses pendidikan akhlak dengan melihat situasi dan kondisi pendidikan yang ada dan telah dilakukan guru.
63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya mengenai strategi pendidikan akhlak siswa kelas IV di SDIT Nurul Amal dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas niai akhlak siswa kelas IV SDIT Nurul Amal sudah baik. Hal ini dilihat berdasarkan nilai akhlak siswa di rapot yang terlihat baik dan terlihat dari aspek jujur, amanah/ tanggung jawab, memaafkan/cinta damai, adil /demokrasi, yang sudah diaplikasikan dikehidupan sehari-hari di sekolah dengan melihat angket yang ada, selain itu diperkuat dari hasil wawancara guru agama yang mengatakan Alhamdulillah akhlak siswa kelas IV sudah baik hal ini dapat terlihat dari sikap siswa ketika bertemu dengan guru selalu bersalaman, ketika menemukan uang / benda yang bukan
miliknya
diserahkan
kepada
guru,
dan
akhlak
dalam
perkataan/berbahasa. Dalam proses pembentukan akhlak siswa dilaksanakan secara baik oleh guru-guru di Nurul Amal, kegiatan yang dilakukan secara bertahap berdasarkan strategi dan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh setiap guru di Nurul Amal, dengan bekal pendidikan akhak siswa dapat mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang buruk. Kalau pun masih ada siswa yang akhlaknya belum baik semuanya masih dalam proses dan pembelajaran, guru menggunakan berbagai strategi / metode untuk mencapai hasil yang baik, selain itu guru menerapkan pembiasaan yang tercantum dalam sebuah peraturan yang telah disepakati bersama termasuk sanksi bagi yang melanggar. OLeh karena itu seorang guru dituntut untuk dapat membina, membimbing, serta memberi contoh kepada siswa
64
B. Saran 1. Bagi guru diharapkan dapat sebagaiai mediator, fasilitator, dan pembimbing siswa dalam setiap proses pembelajaran agar dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama pendiidikan akhlak. 2. Bagi siswa diharapkan untuk terus meningkatkan motivasi belajarnya, karena dengan adanya motivasi akan membantu tercapainya tujuan belajar dan tujuan pendidikan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Amal. Yang berlokasi di Jl. Selada II, Pondok Cabe Ilir, kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Kode Pos 15418.
B. LatarPenelitian Latar Penelitian adalah SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir. Sekolah tersebut berada di bawah pimpinan Departemen Pendidikan Propinsi banten.
C. Metode Penelitian Metode yang dipakai penulis pada penelitian ini adalah deskriptif analisis,
yaitu
penelitian
yang
berusaha
mendeskripsikan
dan
menginterpretasikan fenomena-fenomena yang ada.
D. Populasi dan Sampel Adapun dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah keseluruhan dari siswa-siswi kelas IV SDIT Nurul Amal yang berjumlah 425 siswa. Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah guru Agama dan siswa kelas IV SDIT Nurul Amal yang terdiri dari 2 kelas dari kelas IV SDIT Nurul Amal. Adapun sampel yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 siswa dari siswa kelas IV.A dan kelas IV.B SDIT Nurul Amal.
E. Teknik Pengumpulan Data Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam Penelitian ini, yaitu data yang sifatnya kualitatif dan data yang sifatnya kuantitatif. Data kualitatif
36
37
pengumpulan datanya melalui studi kepustakaan, sedangkan data kuantitatif pengumpulan datanya melalui cara-cara berikut ini: 1. Observasi Yaitu “teknik evaluasi program pendidikan luar sekolah yang
digunakan
dengan mengkaji suatu gejala atau peristiwa melalui upaya mengamati dan mencatat data secara sistematis”.1 Menurut Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah “dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”.2 2. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar Informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu 3. Angket Yaitu salah satu cara untuk mengumpulkan data atau informasi siswa menggunakan serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada siswa secara tertulis.
Kisi-kisi Angket No 1.
Aspek Jujur
Indikator -
Nomor
Jumlah
Item
Item
Menyediakan fasilitas tempat 1,2,3,4,5
5
temuan barang -
Tempat pengumuman barang temuan atau hilang
-
Tranparansi
laporan
keuangan dan penilaian kelas secara berkala
1
. DjudjuSudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2006), cet.1, h. 199 2 . Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 226
38
2.
Amanah/
-
Larangan menyontek
-
Pelaksanaan
Tanggung Jawab
tugas
piket 6,7,8,9,10
5
secara teratur -
Pelaksanaan tugas sekolah secara teratur
-
Peran
secara
aktif
dalam
kegiatan sekolah -
Mengajukan usul pemecahan masalah
3.
Memaafka
-
n/Cinta Damai
Menciptakan suasana kelas 11,12,13,14, 5 yang damai
-
15
Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan
-
Kekerabatan di rumah yang penuh kasih sayang
4.
Adil/Dem
-
okrasi
Mengambil keputusan kelas 15,16,17,18 secara
bersama
4
melalui
musyawarah dan mufakat -
Pemilihan
kepengurusan
kelas sangat terbuka -
Seluruh
produk
kebijakan
melalui
musyawarah
dan
mufakat -
Mengimplementasikan model-model
pembelajaran
yang dialogis dan interaktif 5.
Religius
-
Merayakan
hari-hari besar 19,20
2
keagamaan -
Memberikan
kesempatan
kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah 20
39
Teknik pengumpulan angket ini menggunakan skala likert dengan bobot nilai sesuai dengan jenis pertanyaan. a. Pertanyaan positif 1). Untuk jawaban selalu diberi nilai 4 2). Untuk jawaban pernah diberi nilai 3 3). Untuk jawaban kadang-kadang diberi nilai 2 4). Untuk jawaban tidak pernah diberi nilai 1
b. Pertanyaan negatif 1). Untuk jawaban selalu diberi nilai 1 2). Untuk jawaban pernah diberi nilai 2 3). Untuk jawaban kadang-kadang diberi nilai 3 4). Untuk jawaban tidak pernah diberi nilai 4
Untuk menganalisa setiap variable digunakan teknik analisis secara deskriptif dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
F P = ___________ X 100% N
F. Analisa Data Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: 1. Editing Yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden. Penulis memeriksa satu persatu angket tersebut, hal ini dilakukan agar angket terhindar dari kesalahan dan hasil yang diperoleh benar-benar objektif. 2. Tabulating Yaitu pengolahan data dengan memindahkan data tersebut ke dalam table frekuensi, agar mempermudah penulis untuk melakukan interpretasi data.
40
Selanjutnya menganalisa data menggunakan metode deskriptif analisis, menggambarkan apa adanya kemudian dianalisis dan disimpulkan dengan tujuan untuk membuat gambaran yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang diteliti dengan menggunakan rumus Statistik Distribusi Frekuensi Relatif:
F P = ___________ X 100% N
HASIL WAWANCARA
Responden
: M. Zaky Ilyas, S.Pd.I
Jabatan
: Guru Agaa
Hari/Tanggal : Tempat
: SDIT NA
1. Menurut anda apakah penanaman akhlak sudah diterapkan dengan baik ? Alhamdulillah penanaman akhlak sudah diterapkan dengan baik, hal ini dapat terlihat dari sikap mereka ketika bertemu dengan guru, terlihat juga dari sikap mereka ketika menemukan uang/benda yang bukan miliknya diserahkan kepada guru, serta akhlak dalam perkataan/berbahasa terhadap teman dan guru. 2. Apakah rasa kepedulian siswa terhadap sesama sudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari ? Rasa kepedulian siswa terhadap sesama sudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat dilihat dari sikap mereka yang sudah terbiasa untuk mendo’akan bila ada teman yang sakit atau meminta izin kepada guru untuk menjenguknya bersama-sama apabila rumah teman mereka dekat, selain itu sikap kepedulian terhadap sesama khususnya orang yang kurang mampu/ pengemis mereka sudah terbiasa untuk berbagi. 3. Bagaimana strategi guru dalam menanamkan akhlak siswa ? Strategi guru dalam menanamkan akhlak siswa, yaitu dengan menerapkan pembiasaan yang tercantum dalam sebuah peraturan yang disepakati bersama antara siswa dan guru termasuk sanksi bagi yang melanggar. 4. Upaya-upaya apasaja yang dilakukan guru agama dalam membentuk akhlak siswa ? Upaya- upaya guru agama dalam membentuk akhlak siswa, yaitu dengan menerapkan disiplin dalam setiap kegiatan di dalam maupun di luar kelas, menyediakan sarana untuk beramal dengan adanya kas kelas, atau menyediakan sarana beramal pada momen-momen penting di bulan Islam seperti infaq Muharram, infaq Ramadhan dan idul Qurban.
5. Menurut pengamatan anda bagaimana akhlak siswa kepada guru di sekolah ini? Akhlak siswa kepada guru di sekolah ini sudah baik, hal ini dapat terlihat dari sikap siswa yang terbiasa mengucapkan salam dan bersalaman bila bertemu guru, terlihat juga dari cara berbahasa siswa bila berbicara dengan guru. 6. Ketika menerangkan pelajaran apakah guru agama hanya menggunakan metode ceramah saja ? Ketika menerangkan pelajaran guru agama tidak hanya menggunakan metode ceramah saja, tetapi banyak metode yang biasa digunakan seperti metode diskusi, metode tanya jawab, metode bermain peran dan metode kuis. 7. Dalam pendidikan akhlak pembiasaan apasaja yang diberikan kepada siswa ? Pembiasaan yang diberikan kepada siswa, yaitu mengucapkan salam bila bertemu dengan guru, berdo’a dan bertadarus sebelum belajar, sholat dhuha, sholat berjamaah, dzikir setelah sholat, sikap peduli terhadap sesama,jujur dan bertanggung jawab. 8. Menurut anda apakah akhlak siswa di sekolah ini cukup baik, bila beum jelaskan ? Akhlak siswa di sekolah Alhamdulillah sudah cukup baik, kalaupun masih ada siswa yang akhlaknya belum baik semuanya masih dalam proses dan pembelajaran. 9. Apakah orang tua turut serta dalam pendidikan akhlak siswa di rumah ? Orang tua pasti turut serta dalam pendidikan akhlak siswa di rumah, karena rumah dan orang tua adalah lingkungan pertama yang membentuk prilaku/ akhlak anak. Oleh Karena itu dibutuhkan adanya kerjasama antara guru dan orang tua sehingga pembentukan akhlak siswa bisa berjalan dengan baik sesuai harapan orang tua dan guru. 10. Peran apasaja yang dilakukan guru agama dalam pembentukan akhlak siswa ? Peran guru agama bisa sebagai motivator sekaligus sebagai supervisor dalam pembentukan akhlak siswa.
11. Akhlak apasaja yang ditanamkan kepada siswa ? Akhlak yang ditanamkan kepada siswa diantaranya akhlak terhadap sesama seperti sikap jujur, amanah/tanggung jawab, memaafkan/cinta damai, adil/demokrasi. 12. Sanksi apasaja yang digunakan untuk siswa yang melanggar ? Sanksi yang digunakan bagi siswa yang melanggar yaitu merapihkan sepatu bagi siswa yang berakhlak kurag baik, mengulangi sholat dan dzikir ketika bercanda dalam sholat. 13. Evaluasi/control apa yang dilakukan guru untuk mengetahui akhlak siswa ? Evaluasi/kontrol yang digunakan yaitu dengan cara melihat akhlak siswa di sekolah, dan dari nilai akhlak siswa dikelas.
Jakarta, 12 Juni 2014 Guru Agama
M. Zaky Ilyas, S.Pd.I
PEDOMAN WAWANCARA
Responden
: M. Zaky Ilyas, S.Pd.I
Jabatan
: Guru Agaa
Hari/Tanggal : Tempat
: SDIT NA
1. Menurut anda apakah penanaman akhlak sudah diterapkan dengan baik ? 2. Apakah rasa kepedulian siswa terhadap sesama sudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari ? 3. Bagaimana strategi guru dalam menanamkan akhlak siswa ? 4. Upaya-upaya apasaja yang dilakukan guru agama dalam membentuk akhlak siswa ? 5. Menurut pengamatan anda bagaimana akhlak siswa kepada guru di sekolah ini? 6. Ketika menerangkan pelajaran apakah guru agama hanya menggunakan metode ceramah saja ? 7. Dalam pendidikan akhlak pembiasaan apasaja yang diberikan kepada siswa ? 8. Menurut anda apakah akhlak siswa di sekolah ini cukup baik, bila beum jelaskan ? 9. Apakah orang tua turut serta dalam pendidikan akhlak siswa di rumah ? 10. Peran apasaja yang dilakukan guru agama dalam pembentukan akhlak siswa ? 11. Akhlak apasaja yang ditanamkan kepada siswa ? 12. Sanksi apasaja yang digunakan untuk siswa yang melanggar ? 13. Evaluasi/control apa yang dilakukan guru untuk mengetahui akhlak siswa ?