PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK PADA SISWA KELAS V SDIT NURUL AMAL Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
HAMIDAH NIM. 1810011000035
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
Nama
Hamidah
NIM
1810011000035
Judul
PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK PADA SISWA SDIT NURULAMAL
Pendidikan akhlak merupakan aspek yang sangat fundamental dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat. Karena bagaimanapun, pandainya seorang anak didik tanpa dilandasi dengan akhlak yang baik, budi pekerti yang lOOur, maka kelak tidak akan mencerminkan kepribadian yang baik. Sehubungan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penanaman nilai-nilai akhlak pada siswa SDIT Nurul Amal, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penanaman mengenai nilai-nilai akhlak yang dilakukan sekolah kepada siswa. penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Adapun yang dilakukan pihak sekolah dalam rangka penanaman nilai-nilai akhlak cukup beragam, Keberagaman siswanya selain pelaksanaan pendidikan agama Islam di kelas, maupun di luar kelas, yaitu dengan cara pembiasaan dengan akhlak yang baik, dengan kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab, dengan begitu tahapan pembelajaran di SDIT Nurul Amal berjalan dengan baik. Dari hasil pembelajaran yang baik, maka diperoleh hasil belajar siswa yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil ulangan siswa yang baik pula. sebagai tambahan dari pengajaran pendidikan agama islam dalam rangka membentuk siswa yang berkepribadian yang baik dan berakhlakul karimah, Kegiatan lain yang diadakan adalah dengan mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati hari besar islam seperti mulid Nabi, Isra' mi'raj. Dan juga menjadikan lingkungan sekolah yang islami, baik kepala sekolah, guru-guru maupun karyawan agar menjadi teladan dan contoh yang baik bagi siswasiswinya.
KATAPENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alamo Karena anugerah dan rahmatnyalah kita masih diberikan berbagai maeam nikmat, shalawat dan salam semoga senantiasa tereurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan kepada keluarga, sahabat-sahabatnya dan kepada kita sebagai umatnya hingga akhir jaman nanti. Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan meneapai gelar sarjana Strata Satu (SI), diUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Oleh karena itu, penulis membuat skripsi dengan judul "Penanaman Nilai-nilai akhlak pada siswa SDIT
Nurul Amal". Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang
menyangkut pengaturan· waktu,
pengumpulan data, maupun biaya yang tidak sedikit, dan sebaginya. Namun dengan keIja keras dan kesungguhan hati serta dorongan dan motivasi dari berbagi pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengueapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yaitu Ibu Nurlena Rifa'i, MA, Ph.D. 2. Ketua Jurusan PAl Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Yaitu Bpk Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. 3. Sekertaris Jurusan PAl Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguran UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Yaitu Ibu Marhamah Saleh, Le.MA. 4. Drs. Masan, AF, M.Pd. yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya
untuk
memberikan
bimbingan,
pengarahan
petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
II
dan
iii
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Dalam kehidupan manusia, tingkah laku atau kepribadian merupakan hal yang sangat penting, sebab aspek ini akan menentukan identitas diri dan sikap seseorang. Baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat dari tingkah laku atau kepribadian yang dimilikinya. Proses pembentukan nilai-nilai atau kepribadian ini hendaklah dimulai dari masa kanak-kanak, yang dimulai dari selesainya masa menyusui hingga anak berumur enam atau tujuh tahun. masa ini termasuk masa yang sangat sensitif bagi perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosialisasi anak. Pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengatakan “bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam”. 1 Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama, maka pada dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang waktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya ibu bapaknya orang yang tahu agama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama, secara sengaja di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka orang itu akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.2 Setiap orang tua harus senantiasa belajar tentang ilmu mendidik anak karena tidak ada Sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tetapi banyak sekali yang dapat memfasilitasi hal itu jika kita bersungguh-sungguh ingin belajar 1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), Cet.11,
2
. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Ilmu Jiwa Agama, 2005), Cet. Ke-17, h.
h.155 43.
1
2
menjadi orang tua yang baik, terutama dizaman ini dimana perkembangan ilmu dan teknologi begitu cepat dan mampu menembus ruang dan waktu. Orang tua yang memiliki bekal ilmu dalam mendidik anak akan sadar tentang pentingnya pendidikan anak sejak usia dini bahkan dalam rahim ibu, bahkan menurut penelitian, kondisi ibu saat hamil sangat mempengaruhi akhlak anak, bila ibu mampu menjaga diri dari makanan yang tidak halal dan juga perilaku yang tidak terpuji Insya Allah anak yang lahir akan menjadi anak yang sholeh. Karena tidak ada bayi yang terlahir kecuali suci, namun ia mencontoh dari orang tua, sebagaimana tercantum dalam sebuah hadis:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu kedua orangtuanya yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi.”.(HR. Muslim). Selain faktor kondisi ibu, ada hal lain yang tak kalah pentingnya dalam pendidikan anak sejak dini yaitu peran ayah merupakan patner ibu dalam membentuk generasi yang tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Sejak anak masih berada dalam kandungan, peran suami dalam memberi dukungan serta kasih sayang pada istrinya dapat mempengaruhi kondisi kehamilan, bayi yang berada dalam kandungan ibu harus diajak berinteraksi oleh ayah dan ibunya sebagai tahap awal dalam mendidik anak. Selain itu memperdengarkan ayat AlQur’an juga terbukti dapat meningkatkan kecerdasan anak terutama kecerdasan emosi dan spiritual. “Perkembangan agama pada masa anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama, dan semakin banyak unsur agama, maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama”.3 Didalam pendidikan terjadi proses pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar mental dan moral. Orang tua harus memberikan perhatian ekstra terhadap pendidikan anak dan mempersiapkannya untuk menjadi insan yang handal, berguna bagi dirinya, masyarakat, agama dan negara. Dilingkungan keluarga, orang tua berkewajiban untuk menjaga, mendidik, memelihara, membimbing serta mengarahkan dengan sungguh-sungguh dari tingkah laku atau kepribadian anak sesuai dengan syari’at islam yang berdasarkan atas tuntunan atau aturan yang 3
.op.cit. H.66
3
ditentukan didalam Alquran dan hadis. Tugas ini merupakan tangggung jawab masing-masing orang tua yang harus dilaksanakan. “Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak (budi pekerti)”.4 (HR.Bukhari Muslim) Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah atau batiniah, dunia dan akhirat. Namun cita-cita demikian tidak mungkin tercapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Proses pendidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang di harapkan oleh setiap pendidik dalam proses pembinaan dan peningkatan moralitas dan keilmuan di masa-masa yang akan datang. Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia. John Dewey, berpendapat bahwa “pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup, salah satu pungsi sosial, sebagai bimbingan dan sebagai pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup”.5 “Islam merupakan syariat Allah bagi manusia yang dengan bekal syariat itu manusia beribadah. Agar manusia mampu memikul dan merealisasikan amanat besar itu, syariat itu membutuhkan pengamalan, dan pembinaan. Pengembangan dan pembinaan itulah yang dimaksud dengan pendidikan islam”.6 Akhlak atau sistem prilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Akhlak pada tiap-tiap pribadi, merupakan ikatan yang kuat yang senantiasa mengikat antara yang satu dengan yang lain. Bila ikatan ini rusak, maka rusak pulalah hubungan mereka. Akibatnya jalinan kemasyarakatan akan semakin tidak harmonis. Apabila ikatan sosialnya sudah putus, maka kekuatan itu akan hilang dan musuh islam telah 4
. Rahmat Syafe’i, Al-Hadis, (bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 80 . A. Malik fadjar, Reorientasi pendidikan Islam, (Jakarta: fajar Dunia, 1999), Cet.1.,h.35 6 . Abdurrahman An Nahlawi, pendidikan Islam dirumah, sekolah dan masyarakat, (Jakarta: Gema Insani,1995), h.25 5
4
memahami kelemahan ini, karena itu musuh islam berusaha untuk merusak akhlak kaum muslimin beserta tata kehidupan sosial dan individualnya dengan segala tipu daya dan kecerdikannya. Adapun yang mereka cabut dari akar-akar akhlak antara lain nilai-nilai kejujuran, amanah dan harga diri. Sesungguhnya pertumbuhan kesadaran moral pada anak, menyebabkan agama anak-anak mendapatkan lapangan baru (moral) maka bertambah pula perhatiannya terhadap nasihat-nasihat agama, dan kitab suci baginya tidak lagi merupakan kumpulan undang-undang yang adil, yang dengan itu Allah menghukum dan mengatur dunia guna menunjuki kita kepada kebaikan. Surga dan neraka tidak lagi kepercayaan yang merupakan macam-macam hal dari khayalan, akan tetapi telah merupakan keharusan moral, yang dibutuhkan oleh anak, guna mengekang dirinya dari kesalahan-kesalahan dan mengimbangi kekurangan yang terasa olehnya dan ia merasakan pula perlunnya keadilan tuhan. Oleh sebab itu sebagai orang tua marilah kita sama-sama memperbaiki pola asuh kita, anak adalah amanah Allah SWT yang akan kita pertanggung jawabkan di hadapanNya kelak. “Begitu pun peran guru agama yang mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu ikut membina pribadi anak disamping mengajarkan pengetahuan agama kepada anak, guru agama harus memperbaiki pribadi anak yang telah terlanjur rusak”.7 Dan guru menjadi pengganti orang tua di sekolah, dan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk akhlak anak didiknya dan pemerintah harus memberikan perhatian yang besar dalam memperbaiki sistem pendidikan yang lebih ramah kepada anak dan lebih menitik beratkan kepada Nilai Akhlak dan Moral. Apabila agama telah mencapai sifat-sifat moral ini, maka kebaikan tertinggi adalah perintah Allah. Dengan ini terlihatlah bahwa perkembangan perasaaan agama disertai oleh pikiran tentang kebaikan yang tertinggi. Jadi pendidikan yang utama menurut pandangan islam, pada tahapan pertama
bergantung
pada
kekuatan
perhatian
dan
pengawasan,
maka
selayaknyalah bagi orang tua sangat bertanggung jawab terhadap pendidikan. Sebagai orang tuapun hendaknya menjadikan rumah sebagai tempat dimana anak 7
. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) Cet. 15, h.57
5
merasa nyaman sehingga kemanapun anak pergi, ia dapat merasakan kerinduan untuk kembali ke rumah karena di rumah ia mendapatkan apa yang ia butuhkan, dan rumah yang ternyaman adalah rumah yang senantiasa menghadirkan Allah SWT di dalamnya, rumah yang menjadi Baiti Jannati, surga sebelum surga yang sebenarnya. Jika orang tua selalu menghadirkan Allah SWT dalam diri anak, maka anak akan selalu merasakan pengawasan Allah SWT dalam setiap tindak tanduknya. Namun dalam kesibukan orang tua yang mencari nafkah, sampai anaknya pun kurang perhatian dari kedua orang tuanya dalam pendidikannya, mereka menitipkan kepada sekolah dan pembantu dirumah, sehingga kehidupan sehariharinya selalu dengan orang lain. Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji semuanya itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal (disekolah) maupun yang informal (di rumah), setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.8 Pendidikan islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat pada islam dan menerapkanya secara sempurna didalam kehidupan individu dan masyarakat. Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang penting dalam pengendalian
moral seseorang. Tapi harus diingat bahwa pengertian tentang
agama, tidak otomatis sama dengan bermoral. Betapa banyak orang
yang
mengerti agama, akan tetapi moralnya merosot. Dan tidak sedikit pula orang yang tidak mengerti agama sama sekali, moralnya cukup baik. Betapa mirisnya wajah Indonesia yang hampir tiap hari disajikan televisi melalui siaran berita, seperti kasus pemerkosaan, tawuran, dan tindakan-tindakan kriminal yang seringkali menyebabkan jatuhnya korban, baik itu korban luka-luka hingga berujung kematian. Yang membuat lebih miris dari semua itu adalah usia para pelaku yang masih berstatus pelajar. Bahkan banyak di antara mereka masih duduk di bangku 8
. Ibid. h.56
6
Sekolah Dasar. Terbesit banyak pertanyaan dalam benak kita, “Ada apa dengan anak bangsa ini?” Marilah kita sebagai orang tua dan guru yang hakikatnya samasama berperan sebagai pendidik untuk merenungkan sejenak masalah ini hingga akhirnya tumbuh kepedulian tuk merubah wajah anak negeri. Setiap anak yang tumbuh dan berkembang, sebelum ia mengalami proses pendidikan di sekolah, sejatinya berasal dari rumah tempat ia menjalani hariharinya bersama keluarga. Karena itu orangtualah yang memegang peran yang sangat penting dalam hal pendidikan anak, walaupun ada beberapa kondisi yang menyebabkan anak tidak bisa mendapatkan pendidikan dari orang tuanya, seperti anak yatim piatu semenjak lahir, anak yang dibuang oleh orang tuanya dll. Tetapi dalam kondisi normal, orang tua merupakan pendidik anak yang pertama dan utama. Bahkan dalam Al-Qur’an serta Sunnah banyak sekali ditegaskan tentang pentingnya mendidik anak bagi para orang tua. Sebagaimana telah dicontohkan Rasullullah SAW dia manusia yang sangat baik akhlak dan budi pekertinya:
“Bahwasanya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.9 (HR. AlBazaar). Anak yang terdidik dengan baik oleh orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang pandai menjaga dirinya dari pengaruh buruk lingkungan, karena ia telah dibekali oleh ilmu tentang hidup dan kehidupan yang di dalamnya terdapat ilmu yang paling bermanfaat yaitu ilmu agama. “Menghadapi keburukan akhlak yang menggunakan sarana modern, harus juga memakai alat dan cara modern untuk mengatasinya”10. Tentu saja, normanya tetap berdasarkan ajaran agama; sedangkan teknik pendidikan dan penanggulangannya, harus disesuaikan dengan bentuk penyimpangan (keburukan akhlak) yang dihadapinya. Misalnya, penanggulangan kenakalan remaja harus bekerjasama antara pihak penegak hukum, psikiater dan ahli agama dengan
9
. Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004), cet.
I., h. 125 10
. Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 48
7
menggunakan metode yang tepat guna. Maka dapat dikatakan bahwa persoalan akhlak masa kini, harus diatasi pula dengan cara (teknik) masa kini. Kerusakan akhlak dan moral pada siswa pada umumnnya karena kehilangan hakekat pendidikan itu sendiri dalam membawa perubahan, dan arahnya pun semakin tidak jelas. Belakangan ini banyak kejadian kenakalan remaja semakin meningkat bahkan mulai tidak terbendung untuk ditangani dan semakin miris, bahkan mulai pada tingkat SD sudah melakukan perbuatan asusila yang tidak pantas. Dari sini dapat dipahami bahwa untuk menghilangkan, mengatasi kebobrokan akhlak tidak lain kecuali dengan memberikan pendidikan sedini mungkin khususnya pendidikan akhlak. Dalam skripsi ini yang berjudul penanaman nilai-nilai akhlak di SDIT Nurul Amal pondok cabe ilir tangsel, disimpulkan bahwa “penanaman nilai-nilai akhlak sangat berperan dalam membentuk sikap dan prilaku anak didik, karena dengan pendidikan akhlak anak didik diajarkan cara-cara bersikap dan perilaku dengan benar, sopan dan baik. Dalam hal ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang yang tentu membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia. Teknologi disatu sisi bisa membantu mempermudah manusia dalam menjalani kehidupan, namun disisi lain dampak dari perkembangan teknologi bisa membawa bahaya bagi manusia bila dalam penerapannya tidak disertai dengan keimanan yang kuat serta akhlak yang mulia. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut peranan pendidikan akhlak sangat penting untuk ditanamkan kepada para pelajar remaja sedini mungkin, mengingat mereka adalah tiang bagi tegaknya suatu bangsa, sebab maju dan mundurnya suatu bangsa dilihat dari pemudanya, jika pemudanya berbudi luhur maka peradaban suatu bangsa akan maju, sebaliknya jika akhlak sudah hilang dari mereka maka akan nampak kehancuran. Dengan bekal pendidikan akhlak, orang dapat mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh irsyad, taufik, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat. Maka pendidikan Islam
8
sebagai benteng bagi umatnya berkewajiban menjaga dan melindungi umatnya dari pengaruh perubahan zaman yang tidak diinginkan terutama yang berkaitan dengan aqidah dan moralitas baik individu maupun masyarakat, karena jika keduanya aqidah dan moral tidak digarap dan diperhatikan dengan serius maka kerusakan
dan
keamburadulan
masyarakat
segera
menghampiri.
Maka
merenungkan kembali ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur'an AlKarim dan Sunnah Nabi yang mulia sebagai landasan dan dasar dari pendidikan akhlak penting dan mendesak untuk dilakukan. Untuk mengatasi masalah kepribadian manusia, dibutuhkan kepribadian rabbani, istilah rabbani berasal dari kata rabb yang berarti tuhan, yaitu tuhan yang memiliki, memperbaiki, mengatur, menambah, menunaikan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, dan mematangkan sikap mental. Kepribadian rabbani atau kepribadian Illahi adalah kepribadian individu yang didapat setelah mentranspormasikan asma(nama-nama) dan sifat-sifat Tuhan kedalam dirinya untuk kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan nyata. Menurut Al-Razi dalam Mujib (2006:188-189) adalah kepribadian individu yang mencerminkan sifat-sifat ketuhanan (rabbaniyah). Dari sini dapat dipahami bahwa untuk menghilangkan, mengatasi kebobrokan akhlak tidak lain kecuali dengan memberikan pendidikan sedini mungkin khususnnya pendidikan akhlak. Pribadi manusia yang dicontohkan dalam islam, adalah manusia yang selalu dekat dengan Tuhannya, dan selalu baik dengan sesamanya. Karena itu, persoalan akhlak harus menjadi sifat utama dalam setiap sifat individu manusia, untuk mendorong segala macam perbuatannya. Tetapi yang menjadi persoalan bagi manusia, bila peradabannya terganggu oleh keburukan moral umat, sehingga harapannya untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya tidak akan tercapai. Sementara itu krisis akhlak yang menimpa pada masyarakat umum terlihat pada sebagian sikap mereka yang dengan mudah merampas hak orang lain(menjarah), main hakim sendiri, melanggar peraturan tanpa merasa bersalah, mudah terpancing emosinya, dan sebagainya. Sedangkan krisis akhlak yang menimpa kalangan pelajar terlihat dari banyaknya keluhan orang tua, ahli didik,
9
dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial berkenaan dengan ulah sebagian pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering membuat keonaran, tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obatan terlarang, krisis akhlak yang menjadi pangkal penyebab timbulnya krisis dalam berbagai bidang kehidupan. bangsa indonesia saat ini belum ada tanda-tandanya untuk berakhir. Keadaan seperti kini dilukiskan oleh Syekh al-Nadvi dalam bukunya “Madza Khasira al-Alam bi inhitthath al-Muslimin (apa yang diderita dunia akibat kemerosotan kaum muslimin, 1983: 131), bagaikan dunia yang baru saja dilanda gempa yang dahsyat. Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan sering kali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Dunia pendidikan benar-benar tercoreng wajahnya dan tampak tidak berdaya untuk mengatasi krisis tersebut. Manusia pada umumnya dan remaja-pelajar khususnya, apabila tidak mendapatkan perhatian secara optimal dari orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ataupun penyimpangan dalam perilaku. Untuk itu penanaman nilai-nilai agama islam usia dini sangatlah penting. Mengingat peranan nilai agama mengarah pada pembentukan kepribadian yang beriman dan bertaqwa serta memiliki akhlak yang mulia. Dari latar belakang masalah ini penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut dalam bentuk karya ilmiah skripsi dengan judul “ Penanaman Nilai-nilai Akhlak pada Siswa Kelas V SDIT Nurul Amal”.
A. Identifikasi Masalah 1. Cara guru menanamkan nilai-nilai akhlak belum maksimal dengan tujuan yang diharapkan 2. Peran orang tua terhadap penanaman nilai-nilai akhlak masih kurang 3. Lingkungan sekolah sangat berpengaruh dalam
penanaman nilai-nilai
akhlak 4. Dengan masuknya budaya asing yang begitu dominan sehingga siswa lebih mudah mengikutinya
10
5. Dengan kesejahteraan guru yang kurang diperhatikan, sehingga berdampak pada pengajarannya
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Mengingat begitu luasnya masalah yang muncul penulis membatasi masalah
Penanaman Nilai-Nilai Akhlak terhadap siswa, guru merasa
sudah melakukan menanamkan nilai-nilai agama islam, tetapi perilaku siswa masih belum mencerminkan akhlak yang baik. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah cara Penanaman nilai-nilai akhlak yang baik dalam membentuk kepribadian siswa SDIT Nurul Amal?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah: a. untuk mengetahui kendala-kendala atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai akhlak disekolah tersebut. 2. Adapun manfaat penelitian sebagai berikut: a. Bagi penulis guna menambah wawasan serta pengalaman mengenai penelitian baik dalam teoritis maupun praktis b. Bagi sekolah yang bersangkutan sebagai informasi serta bahan masukan guna menerapkan pola penanaman nilai-nilai akhlak c. Bagi siswa, mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam pemahaman materi, dan siswa yang paham terlebih dulu menjelaskan kepada siswa lain yang belum paham. d. Bagi guru, mendapatkan pengalaman mengajar yang lebih, dan mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum. e. bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna melakukan penelitian pada masalah serupa yang lebih mendalam lagi.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Penanaman nilai-nilai Akhlak 1. Pengertian Nilai Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat. Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Chabib Thoha mengartikan nilai sebagai berikut: Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Sedang menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah “ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu”1. Menurut Hoffmeister, nilai adalah “implikasi hubungan yang diadakan oleh manusia yang sedang memberi nilai antara satu benda dengan satu ukuran”.2 Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi penting dalam kehidupan, sampai pada suatu tingkat, dimana sementara orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka dari pada mengorbankan nilai. Untuk nilai dan moral adalah suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat yang berorientasi pada nilai dan moralitas islami, dan sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT.
1 2
. Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Cet. 1., h. 114 . Ibid., h.115
11
12
Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya. “Nilai adalah ukuran umum yang dipandang baik oleh masyarakat dan menjadi pedoman dari tingkah laku manusia tentang cara hidup yang sebaik-baiknya”3. Nilainilai ini sesungguhnya bersumber dari subsistem pandangan hidup dan merupakan pertimbangan dan memberikan arah, umumnnya terhadap pendidikan dan khususnya terhadap pendidikan kurikulum. Hakikat nilai, “nilai diturunkan dari kondisi manusia, nilai tidak bersifat ekslusif, tidak berdiri sendiri, melainkan ada dalam suatu proses, yaitu dalam tindakan/perbuatan manusia itu sendiri”4. karena manusia merupakan bagian dari masyarakatnya, baik atau tidak baik tindakan-tindakannya dinilai berdasarkan hasilhasilnya didalam masyarakat. Jika akibat yang terjadi berguna bagi dirinya dan masyarakatnya, maka tindakan tersebut adalah baik. Pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan Islam ialah pandangan hidup muslim yang merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat universal yakni Al Qur‟an dan As Sunnah yang shahih juga pendapat para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Hal ini senada dengan pendapat Ahmad D. Marimba yang menjelaskan “bahwa yang menjadi landasan atau dasar pendidikan diibaratkan sebagai sebuah bangunan sehingga isi Al-Qur‟an dan Al Hadits menjadi pondamen, karena menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya pendidikan”.5 Pendidikan dapat dilakukan dengan menetapkan pelaksanaan pendidikan agama baik dirumah, sekolah maupun masyarakat. Hal yang demikian diyakini, karena inti ajaran agama adalah akhlak yang mulia yang bertumpu pada keimanan kepada Tuhan dan keadilan sosial. Al-Qur‟an adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman berbagai problem hidup. “apabila dihayati dan diamalkan menjadi pikiran rasa dan karsa mengarah pada
3
. Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet 3, h. 75 4 . Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama, 2009), h. 68 5 . Ahmad D. Marimba, Pengantar filsafat Pendidikan. H. 19
13
realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat”.6 Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT. Akal harus di latih dan diasah dengan cara didorong oleh metode pendidikan islam yang mengutamakan pendekatan rasional observatif. ide dasar tersebut diambil dari pesan Allah dalam surat Al-Hasyr ayat 2
... maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan.7 “Orang-orang yang ahli dalam berbagai penelitian (bashirah) dan memahami serta merenungkan wahyu-wahyu Allah diperintahkan agar mengambil ibrah (pelajaran) dengan akalnya. Juga di perintahkan untuk mengerahkan kemampuan berpikir agar pada ayat-ayat Allah tersebut dapat dikeluarkan kandungannya hikmahnya bagi pengembangan agama islam”.8 Jadi nilai itu bertingkat-tingkat. Dalam susunannya, yang satu berhubungan dengan yang lain atau berlawanan. Yang baik berhubungan dengan yang bagus, yang jahat berhubungan dengan yang bejat. Yang baik berlawanan dengan yang jelek dan seterusnya. Dalam kenyataan, tingkat-tingkat itu ada dalam rohani manusia.
1) Tujuan Akhlak/Nilai Budi Pekerti Dalam konteks pendidikan di Indonesia, fenomena tentang kemerosotan nilainilai moral telah menjadi semacam lampu merah yang mendesak semua pihak, untuk segera memandang penting sebuah sinergi bagi pengembangan pendidikan karakter. Banyak bukti menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ternyata membantu menciptakan kultur sekolah menjadi lebih baik, peserta didik
6
. M.qurais shihab, Wawasan al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996) . Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Al-Hasyr: 2, h. 915 8 .Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet.1, h. 148-149. 7
14
merasa lebih aman, dan lebih mampu berkonsentrasi dalam belajar sehingga prestasi mereka meningkat.. Menyiapkan karakter bangsa bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai-nilai pada terdidik, namun merupakan sebuah usaha bersama untuk menciptakan suatu lingkungan pendidikan tempat dimana setiap individu dapat menghayati kebebasannya sebagai sebuah prasyarat bagi kehidupan moral yang dewasa. Menyiapkan karakter bangsa merupakan sebuah pedagogi yang memiliki tujuan” agar setiap pribadi semakin menghayati individualitasnya, mampu menghargai kebebasan yang dimilikinya sehingga dia dapat semakin bertumbuh sebagai pribadi maupun sebagai warganegara yang bebas dan bertanggung jawab, bahkan sampai pada tanggung jawab moral integritas atas kebersamaan hidup dengan orang lain di dalam dunia”.9 Penananaman nilai-nilai kejujuran sebagai salah satu karakter bangsa memunculkan sebuah pertanyaan yang menggelitik. Apakah penanaman nilai-nilai kejujuran dapat menjamin terwujudnya nilai-nilai kejujuran dalam perbuatan seseorang? Sekiranya saja pendidikan hanya diartikan sebagai penanaman nilai-nilai, betapa mudahnya menjadi pendidik. Pendidik dapat saja menyusun urutan nilai-nilai yang seyogiyanya dimiliki terdidik, lalu kita pikirkan teknik penanamannya, kemudian kita terapkan kepada mereka, maka tertanamlah nilai-nilai itu pada diri terdidik. Apakah demikian ? Dalam kenyataannya, pendidikan itu tidak semudah yang kita duga. Mungkin masih banyak orang yang berhipotesis bahwa “ Knowing is behaving”, sementara kalau kita baca-baca dalam sejarah ternyata sejarah kemanusiaan menunjukkan bahwa orang yang telah memiliki banyak nilai, belum tentu mengamalkan nilai-nilai itu. Tampaknya penanaman nilai-nilai belum menjamin lahirnya pribadi-pribadi yang berkarakter seperti yang diharapkan. Pendidikan tidak mampu mewariskan nilai-nilai positif dalam sebuah proses pendidikan.10 Berbagai buku tentang pendidikan memang ada mengupas bahwa peradaban manusia merupakan warisan yang diambil oleh generasi sekarang dari generasi 9
. Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Menuju , Strategi mendidik anak di zaman Global, (Jakarta: PT Grasindo, 2007). 10 . Linda & Richard, Mengajarkan Nilai-nilai kepada Anak. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 1995).
15
terdahulu melalui upaya yang sungguh-sungguh. Peradaban merupakan warisan sosial yang diupayakan manusia dalam memperoleh dan memeliharanya. Warisan itu tidaklah pindah dengan sendirinya dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya, kecuali dengan pendidikan yang berperan mentransfer kekayaan pemikiran, nilainilai mulia, tradisi yang baik dari nenek moyang ke generasi berikutnya. Aktivitas pendidikan sejak awal telah menjadi cara bertindak dari sebuah masyarakat. Dengan demikian manusia mencoba melanggengkan peradabannya.. Kepada generasi yang lebih muda mereka mewariskan nilai-nilai yang menjadi bagian penting dalam kultur masyarakat tempat mereka hidup. Jika proses pewarisan ini tidak terjadi, maka nilai-nilai yang telah menghidupi masyarakat dan kebudayaan tersebut terancam punah dengan kematian para anggotanya. Oleh karena itu pendidikan
memiliki
peranan
penting
sebab
menentukan
tidak
hanya
keberlangsungan masyarakat, namun juga mengukuhkan identitas individu dalam sebuah masyarakat. Menurut saya, inilah rupanya landasan berfikir mengapa perlu penanaman nilai-nilai (dalam hal ini kejujuran) dilakukan secara terus menerus. Saya ingin mengajak sekalian untuk mempertanyakan lebih dalam tentang penanaman nilai-nilai (kejujuran) dari keseluruhan pendidikan yang utuh.
B. Penanaman Nillai-nilai Kejujuran dan Kedisiplinan melalui Pendidikan 1. kejujuran Referensi singkat yang ditemukan dari artikel Albert Hendra Wijaya (2008) menyebutkan bahwa “Jujur” jika diartikan secarabaku adalah “mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Dalam kamus bahasa Indonesia kata jujur berarti: tidak bohong, lurus hati, dapat dipercaya kata-katanya, tidak khianat”.11 Jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai dengan apa adanya, maka orang tersebut dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik dan sebagainya. Jadi jujur adalah suatu karakter yang berarti
11
. Wijaya, Albert Hendra, Kejujuran dalam Pendidikan. Webbset.(2008).
16
berani menyatakan keyakinan pribadi, menunjukkan siapa dirinya. Sesuai kitab suci al Qur‟an pengertian “jujur” terkandung dalam surat Al-Ma‟idah ayat 8:
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebenaranmu terhadap suatu kaun, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.12. Berdasarkan definisi di atas maka pengertian jujur/kejujuran akan tercermin dalam prilaku yang diikuti dengan hati yang lurus (ikhlas), berbicara sesuai dengan kenyataan, berbuat sesuai bukti dan kebenaran. Dengan demikian kejujuran merupakan salah satu unsur kekuatan spiritual, akhlak mulia, serta kepribadian. Disekolah selalu diajarkan untuk selalu berkata/berperilaku jujur, contohnya bila ada teman yang berbuat tidak jujur maka dia akan diberi tugas untuk menulis beberapa halaman, atau diberi tugas yang lain, yaitu merapikan sepatu temannya, dan apabila anak tersebut berkata jujur maka akan diberikan pujian. Dengan demikian anak akan terbiasa dengan berkata jujur. Tujuan utama sebuah pendidikan adalah “membentuk kejujuran, sebab kejujuran adalah modal dasar dalam kehidupan bersama dan kunci menuju keberhasilan Melalui kejujuran kita dapat mempelajari, memahami, dan mengerti tentang keseimbangan-keharmonisan. Jujur terhadap peran pribadi, jujur terhadap hak dan tanggung jawab, jujur terhadap tatanan yang ada, jujur dalam berfikir, bersikap, dan bertindak. Kecurangan adalah sebuah bentuk ketidakjujuran yang acapkali terjadi dalam kehidupan. Bila kejujuran sudah hilang, maka kekacauan dan ketidakharmonisan akan menguasai situasi. Yang ada hanya rekayasa dan manipulasi, penyerobotan hak, penindasan, dan sebagainya”13 12 13
. Al-qur‟an Terjemah, Al-Ma’idah ayat 8, h. 108 . Op Cit,
17
Nilai kejujuran merupakan satu di antara 5 nilai moral Islam. Nilai kejujuran yang dilandasi oleh nilai-nilai religius, paralel dengan nilai-nilai etika moral yang berlaku secara umum. Pengembangan nilai-nilai bijak tersebut diyakini sangat efektif melalui pendidikan dan hasilnya akan tercermin dalam kehidupan masyarakat. Ini merupakan cita-cita ideal dari dunia pendidikan sebagai basis untuk belajar kejujuran. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai kejujuran pada anak didik ? sesungguhnya tidak bisa diajarkan secara teoritis, hafalan seperti definisi, pendapat para ahli. Penanaman nilai-nilai kejujuran menuntut tata kehidupan social yang merealisasikan nilai-nilai tersebut. Keteladanan yang baik dari orang tua atau guru, akan mengantarkan anak didik untuk mendapatkan modelling yang tepat untuk dijadikan cermin kepribadian dalam kehidupan mereka. Tanpa menyertakan keteladanan (dalam hal ini kejujuran) pada pribadi orang tua dan guru, boleh jadi anak didik akan kehilangan public figure yang bisa membawa mereka menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter. Orang bijak mengatakan bahwa kejujuran itu berawal dari rumah dan sekolah. Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya peranan orang tua dan guru dalam penanaman nilai-nilai kejujuran itu.
2.
Disiplin Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti
mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah: a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya). b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib. c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.
18
Kedisiplinan adalah “suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya”.14 Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan. Menurut Arikunto (1990), di dalam pembicaraan kedisiplinan dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedisiplinan dapat diartikan sebagai sikap patuh untuk menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan seseorang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan aturan yang telah berlaku. Dengan kata lain, disiplin merupakan sikap menaati peraturan yang telah ditetapkan dengan tanpa pamrih. Al-Qur‟an dan hadits Nabi banyak yang menyinggung tentang disiplin dan menaati peraturan yang telah ditetapkan. Antara lain surat An-Nisa: 59,
Artinya:“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”15
14 15
. Prijodarminto, (1994). . Al-qur‟an dan Terjemah, Surat An-Nisa: 59, h. 87
19
Pesan yang terkandung dalam ayat tersebut adalah patuh dan taat kepada para pemimpin dan jika terjadi perselisihan, maka harus dikembalikan kepada aturan Allah dan Rasul-Nya. Namun tingkat kepatuhan umat terhadap pimpinannya tidaklah bersifat mutlak. Jika perintah itu bertentangan dengan aturan-aturan Allah dan RasulNya, maka perintah tersebut boleh ditolak dan dimusyawarahkan. Jika aturan itu tidak bertentangan dengan aturan Allah dan RasulNya, maka Allah menyatakan ketidak sukaanya kepada orang-orang yang melampaui batas. Disamping makna taat dan patuh pada peraturan, disiplin juga berarti sikap memperhatikan dan mengontrol dengan baik waktu yang digunakan. Sikap tanggung jawab atas amanat yang telah dibebankan kepadanya juga termasuk makna dari disiplin. Islam mengajarkan kepada kita agar menerapkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik. Disiplin merupakan suatu hal yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Secara tradisional, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap pengendalian dari luar. Dalam pembelajaran, disiplin bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi serta mencegah timbulnya problem-problem belajar, dan selalu berusaha untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian disiplin dapat membantu peserta didik agar mampu berdiri sendiri (help for self help). Oleh karena itu, penting rasanya jika dalam pembelajaran guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai kedisiplinan yang pada akhirnya bertujuan untuk memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Contohnya b Al-Qur‟an menyebutkan berulang kali akan pentingnya mengatur waktu dan memperhatikan waktu dengan sebaik-baiknya. Misalnya: Wal Fajri (demi waktu fajar), Wadh-Dhuha (demi waktu Dhuha/pagi), Wan Nahar (Demi waktu siang), Wal Ashr (Demi waktu sore), dan Wal Lail (Demi waktu malam). Dengan demikian Allah telah mengingatkan kepada kita akan pentingnya mengatur waktu dengan baik. Sudahkah kita beramal dengan baik? Sudahkah kita mengerahkan segala potensi untuk kebaikan? Karena kalau kita lalai, maka waktu itulah yang akan membunuh
20
dan menebas kita. Yang kemudian timbul adalah kerugian apabila kita tidak mempergunakan waktu dengan baik. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi: “ Waktu itu seperti pedang. Bila engkau lalai menggunakannya, maka pedang itu sendiri yang akan menebasmu”. Jadi kita harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar tiada kerugian dan penyesalan diakhir nanti. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur‟an : 1.Demi masa. 2.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Yang terpenting adalah jangan sampai penggunaan waktu untuk akherat mengorbankan waktu untuk duniawi dan begitu pula sebaliknya. Jadi harus seimbang dan proporsional. Sedangkan menurut KH.Abdullah Gymnastiar “nilai akhlak yaitu perbuatan seseorang dapat dipandang sebagai perwujudan dari akhlaknya manakala ia keluar dari keadaan batinnya”16. Dalam perspektip ini maka suatu perbuatan dapat diklassifikasi dengan ukuran-ukuran atau nilai-nilai. Diantara nilai-nilai tersebut adalah: a.
Perbuatan baik dan buruk
b.
kriteria atau konsep tentang baik dan buruk
c.
Pengenalan terhadap kebaikan dan keburukan
d.
Kecenderungan jiwa terhadap kebaikan dan keburukan Kejujuran memiliki arti teramat penting. Sebab, tanpa kejujuran hubungan
sesama manusia tak akan terjaga. Saat seseorang bersikap tidak jujur, senyatanya ia tengah membangun kebencian orang lain pada dirinya. Tak akan ada lagi cinta baginya. Pupus sudah kepercayaan orang pada dirinya. Karenanya, kejujuran itu teramat bernilai. Seseorang yang jujur akan diliputi ketenangan. Sedang orang yang tak jujur akan diliputi sikap bingung, gugup, tak tenang.
“Maka, sungguh kejujuran itu menenangkan. Adapun berbuat dusta menjadikan bingung, gugup”. (HR. Tirmidzi, Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu „anhuma)
16
Bahreisj, husein. 1981, Ajaran-ajaran ilmu akhlak ghazali, Surabaya, Al-Ikhlas.
21
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan selesai dan memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Pengertian tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu hidup. Nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak kecil agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem didalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa anak sehingga bisa memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas. Dengan banyaknya nilai-nilai Islam yang terdapat dalam pendidikan Islam, maka penulis mencoba membatasi bahasan dari penulisan skripsi ini dan membatasi nilai-nilai pendidikan Islam dengan nilai keimanan, nilai kesehatan, nilai ibadah. Bagi para pendidik, dalam hal ini adalah orang tua sangat perlu membekali anak didiknya dengan materi-materi atau pokokpokok dasar pendidikan sebagai pondasi hidup yang sesuai dengan arah perkembangan jiwanya. Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan pada anak didik yaitu, keimanan, kesehatan, ibadah. Yang menjadi persoalan penting di sini adalah bagaimana akhlak mulia ini bisa menjadi kultur atau budaya, khususnya bagi anak-anak,
Artinya, kajian tentang akhlak mulia ini penting, tetapi yang lebih
penting lagi adalah bagaimana nilai-nilai akhlak mulia bisa teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Abdurahman an-Nahlawi, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat pada islam dan menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan individu dan masyarakat. Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebani, menyatakan bahwa pendidikan islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dilandasi oleh nilai-nilai islami dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakatnya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan. Mohammad fadil al-Djamaly, menyatakan bahwa pendidikan islam adalah proses yang mengarahakan manusia kepada kehidupan yang baik dan
22
mengangkat derajat kemanusiaanya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar). Imam Bawani, menyatakan bahwa pendidikan islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam.17 3.
Pengertian Akhlak Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya “khuluqun yang berarti: budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabi‟at”. 18. Maksud ni terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak Rasulullah saw yang bermaksud :"Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran." Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan ajaran al-Quran. Akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik, “jadi akhlak yang berkualitas ihsan adalah Akhlakul Karimah. Dan orang yang melakukan Akhlakul Karimah disebut muhsin”.19 Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang
dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Prof.Dr. Ahmad Amin mengatakan “bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak”.20 Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan menjadi kebiasaan dan disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.
17
. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 9-10 18 Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 10, h. 253 19
. Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 10, h.
253 20
Dr. Asmaran As.,M.A. Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet.3, h.1
23
Akhlaq (sifat Allah pada ciptaannya), akhlak adalah proyeksi hidup manusia dalam mencerminkan peranan sifat-sifat Allah sebagai „abdillah untuk mengemban amanah Sang Khaliq. Atau memerankan sifat-sifat Khaliq yang ada dalam diri setiap makhluk, yang dapat menciptakan segala sesuatu dari diri manusia.
“Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (QS. Shaad: 46) Menurut Hamka, akhlak mulia adalah perwujudan dari sikap mental seorang abdillah yang tunduk patuh pada Kehendak Khaliq, pasrah dan taat menerapkan aturan (syariat) yang telah ditetapkan Khaliq (Tuhan Sang Maha Pencipta). Seorang yang berakhlak mulia berarti dia memahami peranannya sebagai makhluk ciptaan Sang Khaliq yang harus selalu memberikan pencerahan,
kebaikan
dan
kedamaian
kepada
sesama
makhluk.
Dari pernyataan di atas bahwa akhlak adalah ketaatan seorang makhluk terhadap Sang Pencipta yaitu dengan berlaku baik dan memberikan ketentraman serta kedamaian terhadap sesama makhluk yang telah diciptakan oleh Tuhan. Akhlak dari segi istilah : Menurut Imam al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu." Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa “akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia”.21. jadi pada hakekatnya Khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
21
.Ibid. h.2
24
Akhlak adalah segala sesuatu yang menyiratkan bahwa perlakuan apapun dalam hidup kita, yang dilakukan secara berulang, serta dilakukan secara spontan dengan tanpa memikirkannya, terlepas itu baik atau buruk. Dan akhlak hanya bisa dinisbatkan kepada manusia, karena manusia memiliki dua aspek sekaligus yang hanya salah satu dari keduanya dimiliki oleh malaikat dan hewan, maka salah satu dari keduanya akan mengukung manusia. manusia yang terkungkung oleh syahwatnya, derajatnya akan menjadi lebih hina dibandingkan dengan hewan, dan sebaliknya, jika manusia dikuasai oleh akalnya, maka manusia akan menjadi lebih mulia dari malaikat.
Sedangkan
menurut
pendekatan secara
terminologi,
berikut
ini
beberapa
pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut: Menurut Imam Al-Ghazali adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk. Menurut KH. Abdullah Salim, “akhlak adalah seperangkat tata nilai bersifat samawi dan azali yang mempunyai cara berfikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya dan lingkungannya”.22 Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabi‟at, atau sistem perilaku yang dibuat. Akhlak karenanya secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik, “jadi akhlak yang berkualitas ihsan adalah Akhlakul Karimah. Dan orang yang melakukan Akhlakul Karimah disebut muhsin”.23 Kesempurnaan akhlak manusia dapat dicapai melaui dua jalan. Pertama, melalui kurnia Tuhan yang mencipta manusia dengan fitrahnya yang sempurna, akhlak yang baik, nafsu syahwat yang tunduk kepada akal dan agama. Manusia 22
. Abdullah Salim, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Jakarta: PT. Media Da‟wah, 1994), Cet.1V, h. 11 23 . Ibid.h. 253
25
tersebut dapat memperoleh ilmu tanpa belajar dan terdidik tanpa melalui proses pendidikan. Manusia yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah para Nabi dan Rasul Allah. Kedua, akhlak melalui cara berjuang secara bersungguh-sungguh (mujahadah) dan latihan (riyadlah) yaitu membiasakan diri melakukan akhlakakhlak mulia. Ini yang dapat dilakukan oleh manusia biasa dengan belajar dan kategori ini disebut dengan pendidikan akhlak. Akhlak adalah segala sesuatu yang menyiratkan bahwa perlakuan apapun dalam hidup kita, yang dilakukan secara berulang, serta dilakukan secara spontan dengan tanpa memikirkannya, terlepas itu baik atau buruk. Dan akhlak hanya bisa dinisbatkan kepada manusia, karena manusia memiliki dua aspek sekaligus yang hanya salah satu dari keduanya dimiliki oleh malaikat dan hewan, maka salah satu dari keduanya akan mengukung manusia. manusia yang terkungkung oleh syahwatnya, derajatnya akan menjadi lebih hina dibandingkan dengan hewan, dan sebaliknya, jika manusia dikuasai oleh akalnya, maka manusia akan menjadi lebih mulia dari malaikat. Akhlak memiliki posisi yang sangat penting, karena sebagai mahluk sosial pasti membutuhkan banyak komunikasi, dan komunikasi yang baik hanya akan terjalin dengan menggunakan akhlak yang baik. Ajaran Islam menjadikan Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagai dasar akhlak, dan menjadikan kedua sumber tersebut sebagai ukuran baik dan buruknya sebuah akhlak. Serta Islam tidak menapikan akal dan nurani sebagai alat untuk menentukan nilai baik dan buruk. Akhlak mulia juga dapat dipupuk melalui proses melawan hawa nafsu. Seseorang memiliki akhlak mulia selagi dia berjaya melawan dan dapat menundukkan hawa nafsunya. Menundukan hawa nafsunya bukan bermakna membunuhnya tetapi hanya mengawal dan mendidiknya agar mengikuti panduan akal dan agama. Menundukkan hawa nafsu merupakan satu pekerjaan yang sangat sukar. Sebab hawa nafsu ini sendiri merupakan sebahagian dari diri kita dan keberadaannya tetap diperlukan. Di sinilah letak kesukaran menundukkannya . Rasulullah SAW menyifatkan hawa nafsu sebagai musuh yang paling besar. “Pendidikan akhlak yang islami sangat dibutuhkan dan diperlukan di zaman sekarang ini. Karena kebudayaan yang baik dari suatu bangsa tidak menjamin
26
memiliki akhlak dan perilaku yang baik bagi bangsa tersebut”.24 Setiap sesuatu pasti ada tujuanya. Secara umum akhlak dalam Islam memiliki tujuan akhir yaitu menggapai suatu kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang diridhoi Allah SWT serta disenangi sesama makhluk. dalam hal ini ada beberapa tujuan yang dasar dari pendidikan akhlak, dari beberapa tujuan pendidikan akhlak ini tentunya berdasarkan tujuan yang lebih subtansial dan esensial, sebagaimana tujuan hidup dan tujuan pendidikan menurut Islam. Asma Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu: seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan mendekatkan diri kepada Tuhan, seorang anak didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan bersedia merantau, seorang anak murid wajib menghormati guru.25 Hal itu dapat terlaksana dengan efesien dan efektif apabila guru mempunyai wawasan kependidikan yang mantap serta menguasai berbagai strategi belajar mengajar. “Penguasaan berbagai strategi belajar mengajar akan memberi peluang untuk memilih variasi kegiatan belajar mengajar yang bermakna, dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat bermanfaat bukan hanya dalam pencapaian siswa di sekolah, tetapi juga bermanfaat untuk membentuk dan memperkuat kebiasaan belajar terus menerus sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup”.26 Pembentukan pendidikan akhlak bagi siswa yaitu dengan berakhlak serta membiasakan anak-anak kepada tingkah laku yang baik sejak kecil hal itu prlode yang sangat penting bagi perkembangan moralitas anak. Para filosof Islam sepakat bahwa sangatlah penting pembentukan pendidikan moralitas bagi anak, sehingga haruslah menjadi perhatian serius. Sebagaimana pepatah lama mengatakan bahwa pendidikan di waktu kecil ibarat melukis di atas batu pendidikan di waktu besar ibarat melukis di atas air.
24 25
. Fadlil Yani Ainusysyam, pendidikan akhlak, h. 19 . Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 134-
135 26
174
. Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. 2, h.
27
Pembentukan akhlak yang paling utama adalah ditanamkan diwaktu kecil, maka apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaannya maka ia akan sukar meluruskannya. Artinya bahwa pendidikan akhlak atau budi pekerti yang luhur wajib dimulai di rumah, dalam keluarga, atau disekolah dan jangan dibiarkan anak-anak hidup tanpa pendidikan, bimbingan, petunjuk, bahkan sejak kecil hendaklah dididik dengan penuh arif, sehingga ia tidak terbiasa dengan adat kebiasaan yang tidak baik. Setiap orang bisa mendapatkan akhlaq yang mulia, hal ini dapat dilakukan dengan cara membiasakan, bersungguh-sungguh, dan melatih dirinya. Maka, ia dapat menjadi orang yang berakhlaq mulia dengan beberapa perkara, di antaranya Menurut Ibnu Maskawaih istilah akhlak atau khuluk, adalah “akhlak sebagai suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari)”.27 Adapun AlGhazali dalam kitabnya, menyebutkan: suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran. Sedangkan menurut Farid Ma‟ruf mendefinisikan “akhlak sebagai kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.28 Dengan mempelajari ilmu akhlak, kita mengetahui mana akhlak yang baik dan mana yang tidak baik. Tetapi tujuan mempelajari ilmu akhlak itu, bukanlah semata-mata mengetahuinya saja, melainkan untuk mempengaruhi kehendak dan kemauan kita, supaya bersungguh-sungguh mengerjakan dan mengusahakan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang tidak baik. Ilmu akhlak tiada perfaedah, kalau tidak disertai dengan kemauan yang keras untuk menurut segala peraturannya. “Pendeknya pendidikan akhlak, tidak cukup dirumah dan disekolah saja, melainkan harus disertai dengan pendidikan rumah tangga, permainan dan pergaulan yang baik serta masyarakat umumnya, bahkan pendidikan rumah tangga lebih berpengaruh dari pendidikan sekolah”.29
27
. Pendidikan akhlak., h. 21 . Ibid,. h. 21 29 . Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992), h. 37 28
28
Dalam upaya pembinaan individu dan pendidikan masyarakat, islam sangat memperioritaskan segi-segi akhlak dalam pengertiannya yang luas, seperti benar dalam ucapan dan tindakan, penuh rasa tanggung jawab (amanah), menepati janji, toleransi, pemaaf, penyantun dan lain-lain. “Akhlak dalam islam dibina atas dasar prinsip mengambil yang utama dan mencapakkan yang buruk” 30 sesuai dengan konsepsi Robbani. Ia juga harus konsekwen dengan prinsip-prinsip akhlak yang telah dicanangkan oleh Alqur‟an dan di anjurkan oleh Rasulullah SAW. Pendidikan melalui perangai yang baik merupakan sarana yang paling efektif dalam upaya memperbaiki keadaan individu maupun umat. Pendidikan melalui perangai yang baik merupakan hal yang dominan dalam penyebaran
agama islam, baik di
timur
maupun di barat. Itulah sebabnya Alqur‟an mengecam keras orang yang perkataanya tidak sesuai dengan perbuatannya, lewat firmannya dalam surat Ash-Shaff: 2 yang berbunyi:
hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak kerjakan?. 31 Seorang muslim yang menampilkan hakekat islam lewat tingkah laku dan tutur kata yang manis, mereka memberikan nasehat yang baik serta dakwah dengan lemah lembut, sehingga dengan serta-merta manusia memeluk agama islam dan menerima ajaran-ajarannya dengan penuh rasa puas dan atas dasar keyakinan mendalam. Dan apabila tidak memiliki keistimewaan dalam berakhlak, tidak mengenal kejujuran, amanah serta kelemahlembutan dalam bergaul, maka mereka enggan memeluk islam apalagi mengakui ajarannya. Dan akhlak merupakan sarana yang paling efektif dalam menyebarkan ajaranajaran islam keseluruh pelosok bumi dan untuk menuntun umat manusia kejalan keimanan dan kebaikan. Oleh karena itu, hiasilah diri kalian dengan akhlak yang terpuji, penampilan yang indah, etika bergaul yang baik dan sifat-sifat mulia lainnya. 30
. Abdullah Nashih Ulwan, Pesan Untuk Pemuda Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), cet. 5, h. 110 31 . Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Ash-shaff: 2, h. 928
29
mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al kitab (taurat) ? maka tidakkah kamu berpikir?32(QS.Albaqarah:44). Dan diriwayatkan oleh bukhari dan muslim dari Usamah bin Zaid Ra. Berkata, ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:
Pada hari kiamat kelak didatangkanlah seseorang lalu di campakkan kedalam neraka, maka keluarlah ususnya dan dia berputar-putar, seperti seekor keledai mengitari batu kisaran. Para penghuni neraka lainnya mendatanginya seraya bertanya, “hai tuan, ada apakah gerangan? kamu tuan yang pernah menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar? “ maka di jawab, “benar, akulah yang pernah menyuruh kalian berbuat ma‟ruf dan melarang kalian berbuat munkar, tetapi aku sendiri melanggarnya...” Kata Usamah Ra melanjutkan, “aku juga pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “pada malam perjalananku (yakni isra‟ dan mi‟raj), aku lewat pada sekelompok kaum yang tengah di gunting lidahnya dengan gunting dari api. Aku pun bertanya, “siapakah gerangan mereka itu, wahai jibril?” jibril menjawab,”mereka itu adalah juru khutbah dari umatmu, yang pandai mengatakan sesuatu yang ia sendiri tidak melakukannya.” 33 Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur‟an surat Al-Qalam: 4
“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Dalam akhlakul karimah, selayaknya kita meneladani akhlak Nabi Muhammad saw, beliau selalu merendah dan berdoa sepenuh hati, didalam doanya ia mengatakan “ Ya Allah, baguskanlah bentukku dan akhlakku”. Sifat beliau merupakan suatu tenaga yang mempertalikan antara anggota-anggota masyarakat itu dengan suatu ikatan yang teguh, dan pimpinan beliau menjadi sumber ilham kebaikan bagi umat islam sejak dahulu hingga sekarang.
32 33
h. 110-113
. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Al-Baqarah: 44, h. 16 . Abdullah Nashih Ulwan, Pesan Untuk Pemuda Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993)
30
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa, “Rasulullah SAW adalah orang paling penyantun diantara semua orang, paling pemberani, paling adil, paling pemaaf, yang tangannya tidak pernah disentuh oleh kaum wanita kecuali orang-orang yang Beliau nikahi atau oleh mahram-mahram beliau”.34 Menurut sebagian ahli bahwa “akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (gazirah) yang dibawa manusia sejak lahir”.35 Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran. Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. 4.
Ruang Lingkup Akhlak
a. Akhlak pribadi Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan. b. Akhlak Berkeluarga Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewjiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaranajaran yang bijak, islam telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah 34 35
. Moh.Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV.Karya Mulia, 2005), h. 38-39 . Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 156
31
lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqomah, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan. Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara, mengasuh, dan mendidik,menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan. c. Akhlak Bermasyarakat Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersama-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat kepada tetangga. Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan,
kesusilaan/moral
timbul
didalam
masyarakat.
Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mempengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan normanorma kesusilaan yang berlaku.
32
d. Akhlak bernegara Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka. e. Akhlak beragama Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
Namun akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Pembinaan akhlak adalah suatu usaha untuk membina. Membina adalah memelihara dan mendidik, dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Anak didik adalah anak yang masih dalam proses perkembangan menuju kearah kedewasaan. Hal ini berarti bahwa anak harus berkembang menjadi manusia yang dapat hidup dan menyesuaikan dari dalam masyarakat, yang penuh dengan aturan-aturan dan norma-norma kesusilaan. Oleh karena itu perlulah anak di didik, dipimpin kearah yang dapat dan sanggup hidup menuruti aturan-aturan dan norma-norma kesusilaan. Jadi maksud dari tujuan pendidikan akhlak atau kesusilaan adalah memimpin anak setia serta mengerjakan segala sesuatu yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu.
33
Pada masa sekarang ini demoralisasi telah merajalela dalam kehidupan masyarakat, maka dari itu diperlukan usaha-usaha pendidikan dalam mengupayakan pembinaan akhlak terutama pada masa remaja, karena pada masa pubertas dan usia baligh anak mengalami kekosongan jiwa yang merupakan gejala kegoncangan pikiran, keragu-raguan, keyakinan agama, atau kehilangan agama. Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaimana dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), “agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan biasa memberikan penjelaan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya”.36
5.
Macam-macam Akhlak 1. Akhlak Al-Karimah Akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, manun dilihat dari segi hubungannya manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dapat dibagi kepada empat bagian: a. Akhlak terhadap Allah b. Akhlak terhadap diri sendiri c. Akhlak terhadap sesama manusia d. Akhlak terhadap lingkungan Dikemukakan oleh Muh. Ardani dalam buku akhlak tasawuf nilai-nilai
akhlak/budi pekerti dalam ibadat dan tasawuf, bahwa akhlak mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan juga sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Dan sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT. dan keempat akhlak mulia ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
36
. Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 208
34
a.
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikatNya. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah.
Diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya 2) Karena Allah telah memberikan perlengkapan pancaindera hati nurani dan naluri kepada manusia. 3) Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat dibumi. 4) Karena Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan mengguasai daratan lautan dan alam semesta. Akhlak terhadap Allah merupakan cerminan hubungan baik antara manusia dengan Tuhannnya, Sudah sepantasnya dan sewajarnya manusia berakhlak baik kepada Allah, karena akhlak kepada Allah termasuk melaksanakan perintahNya, berzikir dan selalu ingat Allah dalam berbagai situasai dan kondisi, baik dengan ucapan maupun dengan hati, doa merupakan inti sekaligus pengakuan akan kemaha kuasaan Allah terhadap sesuatu, dan alangkah tidak wajarnya jika manusia durhaka kepadaNya. b.
Akhlak terhadap diri sendiri Manusia diciptakan oleh Allah SWT. Dengan segala kelengkapan jasmani dan rohani. Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya. Untuk menjalankan perintah Allah dan Nabi Muhammad SAW. Maka setiap umat islam harus berakhlak dan bersikap sebagai berikut:
35
1) Hindari minuman beracun/keras, setiap muslim wajib menjaga dirinya dari hal-hal yang merusak jiwanya. 2) Hindarkan perbuatan yang tidak baik, pribadi seorang muslim harus tercermin sikap baikny dalam kehidupan sehari-hari. 3) Memelihara kesucian jiwa, penyucian dan pembersihan diri dilakukan secara terus menerus dalam amal shaleh. 4) Pemaaf dan pemohon maaf, menjadi umat yang pemaaf biasanya mudah, tetapi untuk meminta maaf sangat sukar dilakukan. 5) Sikap sederhana dan jujur, umat islam harus bersikap berakhlak dan terpuji. 6) Hindari perbuatan tercela, umat islam harus menghindari perbuatan tercela karena akan merusak akhlak yang baik. c.
Akhlak sesama manusia, manusia adalah sebagai makhluk sosial secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, oleh karena itu perlu menciptakan suasana yang baik, dan islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, tetangga, caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan, menghargainya dan saling berakhlak yang baik.
d.
Akhlak terhadap lingkungan, yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan,agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang,atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia
36
bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri. “binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta
semua
memiliki
ketergantungan
kepada-Nya.
Keyakinan
ini
mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik. Tidak boleh diperlakukan secara aniaya."Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat petunjuk Al-Quran yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap manusia dan binatang, bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemaslahatanterbesar.Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah.
2. Akhlak Al-Mazmumah Akhlak Mazmumah, ialah tingkah laku yang jahat atau tercela, menurut Imam Al-Ghazali dengan perkataan “muhliksat” yang berarti segala sesuatu yang membinakan atau mencelakakan.secara umum adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik, namun ajaran islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, diantaranya: 1) Berbohong, ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya. 2) Takabur/sombong, ialah merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.
37
3) Dengki/hasad, ialah sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain. 4) Bakhil/kikir, ialah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya demikian sangat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain. Sedangkan menurut al farabi, ia menjelaskan akhlak itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang. Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut di atas tidak bertentangan melainkan saling melengkapi, yaitu suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang tampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan. Al-jurjawiy mengemukakan bahwa akhlak itu hanya mencakup kondisi batiniah (inner), bukan kondisi lahiriah. Misalnya, orang yang memiliki karakter pelit bisa juga ia banyak mengeluarkan uangnya untuk kepentingan riya, boros dan sombong. Sebaliknya, orang yang memiliki karakter dermawan bisa jadi ia menahan mengeluarkan uangnya demi kebaikan dan kemaslahatan. Sedangkan metode yang dipergunakan dalam pendakian akhlak terdapat 3 cara, yaitu: 1. Takhalli, yakni mengosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan maksiat lahir dan batin. 2. Tahalli, yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat mahmudah (terpuji) secara lahir dan batin. 3. Tajalli, yaitu merasa akan keagungan Allah SWT. Untuk mencapai metode tajalli, “maka seseorang dituntut melakukan musyarathah (memperingati diri agar tidak berbuat maksiat), muqarabah (mengawasi diri agar tidak berbuat maksiat), muhasabah (menghitung dan introspeksi diri atas amal yang dibuat), mu‟aqabah (menghukukm diri jika melakukan kesalahan), mujahadah (bersungguh-sungguh lahir batin dalam ibadah), mu‟atabah (menyesali diri atas berbuat hina dan tidak beramal saleh), syariahNya atau ketentuan yang tidak serius”.37 37
269
. Muhaimin, dkk. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. (Jakarta: Kencana, 2007), h. 263-
38
Persoalan akhlak masa kini atau kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya; baik ia sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk individual dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai materiil, sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia. Imam Al-Ghazali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam; yaitu: 1. Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut الجاهل 2. Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi tidak bisa meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut الجاهل الضال 3. Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggap baik. Maka pelakunya disebut الجاهل الضال الفاسق 4. Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut الجاهل الضال الفاسق الشرير
39
Menurut Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama, kedua dan ketiga masih bisa dididik menjadi baik, sedangkan tingkatan keempat, sama sekali tidak bisa dipulihkan kembali. Karena itu, agama islam membolehkan untuk memberikan hukuman mati bagi pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat umum. Sebab kalau dibiarkan hidup, besar kemungkinan akan melakukan lagi halhal yang mengorbankan orang banyak. Agama islam tidak melarang manusia meiliki kemajuan disegala bidang kehidupan, bahkan mewajibkannya, sebagai sarana untuk meningkatkan tarap hidupnya. “Hanya yang dilarang dalam agama, bila kemajuan itu, digunakan untuk menghancurkan aqidah Islamiyah, dan mendatangkan bencana kehidupan makhluk di bumi ini”.38 Akhlak atau sistem prilaku dapat dididikkan/diteruskan melalui sekurangkurangnya dua pendekatan: 1. Rangsangan-Jawaban
(stimulus-response)
atau
yang
disebut
proses
mengkondisikan sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Melalui latihan, Melalui tanya jawab, Melalui mencontoh. 2. Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: melalui da‟wah, melalui ceramah, melalui diskusi dan lain-lain. “Jadi akhlak yang baik itu Akhlakul Karimah ialah pola prilaku yang dilandaskan pada nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan”.39 Akhlak dalam wujud pengamalannya dibedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak tercela. Jika ia sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela. Akhlak yang terpuji ada empat sendi yang cukup mendasar dan menjadi induk seluruh akhlak. Al-Ghazali dalam hubungan ini mengatakan:”...seperti demikian pula pada batiniah itu ada empat sendi. Tak boleh tidak, harus bagus semuanya, sehingga sempurnalah kebagusan akhlak. Apabila sendi yang empat itu 38 39
. Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 43-46 . Zakiah daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakara: Bulan Bintang, 1996), h.255
40
lurus, betul dan sesuai, niscaya berhasillah kebagusan akhlak. Yaitu: kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan nafsu syahwat dan kekuatan keseimbangan di antara kekuatan yang tiga tersebut”.40 Dari empat sendi akhlak yang terpuji itu, akan lahirlah perbuatan-perbuatan baik seperti: jujur, suka memberi kepada sesama, tawadhu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, berani dalam kebenaran, menghormati orang lain, sabar, pemalu, pemurah, memelihara rahasia, qanaah, menjaga diri dari hal-hal yang haram, dan sebagainya. Di dalam agama islam, hal-hal yang terpuji ini betul-betul mendapat perhatian yang istimewa, sehingga dapat disimpulkan bahwa islam itu berisi akhlak tepuji saja, sebagaimana sabda Nabi SAW:
Bahwasanya Allah telah menyelubungi Islam dengan budi-budi mulia dan dengan amal-amal yang baik.41 Kebahagiaan yang abadi pun hanya akan dapat dicapai atau diraih dengan akhlak yang baik, keadaan akhlak ini adalah pangkal yang menentukan corak hidup manusia, dengannya manusia akan mengetahui yang baik dan yang buruk, dapat membedakan yang patut dan tak patut, yang hak dan yang bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun ia kuasa atau mampu untuk melakukannya. Namun akhlak
yang tercela ada sendi-sendi yang patut diketahui, yang
menjadi sumber timbulnya perbuatan-perbuatan yang tidak baik, sendi-sendi akhlak yang tercela tersebut merupakan kebalikan dari sendi-sendi akhlak yang terpuji, yaitu: keji dan bodoh, yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak bisa menentukan yang benar diantara yang salah karena bodohnya. Berani tapi semberono, penakut, lemah, tidak bertenaga, yaitu: kekuatan amarah yang tidak bisa dikekang atau tidak pernah dilahirkan, sekalipun sesuai dengan yang dikehendaki
40 41
. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV.Karya Mulia, 2005), h. 61 . Ibid., h. 63
41
akal. Rakus, yaitu: keadaan syahwat yang tidak terdidik oleh akal dan syari‟at agama, berarti ia bisa berkelebihan atau sama sekali tidak berfungsi. Zalim, yaitu: kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh hikmah, sekaligus kebalikan dari adil. Manusia yang berakhlak baiklah yang akan diakui sebagai manusia yang adil dan beradab. Pada waktu manusia dihadapkan pada pilihan baik buruk, kemanusiaannya dipertaruhkan. Jika ia memilih yang buruk, maka buruklah kemanusiaannya, dan sebaliknya ia dinilai baik kemanusiaannya jika pilihannya jatuh pada yang baik. Disinilah letak pentingnya akhlak bagi kehidupan manusia pada umumnya, termasuk di dalamnya manusia muslim. Sekarang bagaimana nilai akhlak tersebut khusus bagi kehidupan manusia muslim. Seperti diketahui akhlak adalah suatu ukuran tentang segala perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam segala lingkungan pergaulan. Sekalipun rasa moral yang mendasari akhlak itu merupakan naluri yang dibawa manusia sejak lahir, namun tidak jarang setelah ia melihat yang baik, hal mana memerlukan petunjuk wahyu. Namun penerapan akhlak sebagai hal ihwal keadaan yang meresap kedalam jiwa, perlu disampaikan dalam perilaku sehari-hari. Penampilan perilaku akhlak itu mencerminkan pribadi manusia yang bersangkutan, apakah ia orang baik atau orang jahat. Bagi seorang muslim seharusnya menerapkan akhlak sesuai dengan norma islam. Akhlak kepada
Allah berlandaskan kesadaran, bahwa Allah yang
menciptakan dirinya dan apa saja yang merupakan kelengkapan hidupnnya. Allah berkuasa pula untuk mencabut apa saja yang diberikan itu, juga ia sadar bahwa Allah mengetahui, bukan saja yang nyata dari segala aspek terjangnya, tapi juga yang jauh tersembunyi dari segala aspek terjangnya, tapi juga yang jauh tersembunyi dari lubuk hati seseorang. Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan juga sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.
42
Karakteristik Akhlak 1
Al-Quran dan sunah sebagai sumber moral, artinya yang menjadi ukuran atau standar baik dan buruk suatuperbuatan adalah Al-Quran an sunah.
2
Akal dan naluri di bawah bimbingan dan pengarahan yang ditetapkan dalam Al-Quran dan sunah Nabi.
3
Motivasi Iman. Akhlak al-karim atau tingkah laku yang mulia adalah cerminn yang benr dan sempurna.
4
Niat dan ikhas dalam hati
5
Bertujuan untuk mendapatkan ridho Allah SWT. 42
6. Nilai-nilai Akhlak Nilai-nilai akhlak yang dimaksud dalam islam adalah “ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran. yang kesemuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah serta anggota masyarakat”.43 Pendidikan hendaknya berkisar antara dua dimensi nilai, yakni nilai ilahiyah dan nilai insaniyah. Penanaman nilai-nilai ilahiyah sebagai dimensi pertama hidup ini dimulai dengan pelaksanaan kewajiban-kewajiban formal agama berupa ibadat-ibadat. Dan pelaksanaan itu harus disertai dengan penghayatan yang sedalam-dalamnya akan makna-makna ibadat tersebut. Untuk mentransfer nilai-nilai baik yang bersumber dari Al-Qur'an maupun hadits Nabi yang mulia diperlukanlah yang namanya pendidikan. Pendidikan dalam Islam diharapkan tidak sekedar mentransfer pengetahuan semata, namun harus merupakan upaya dan proses di samping untuk memahami dan mengetahui, juga sekaligus menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Islam itu sendiri. Sehingga pada nantinya misi dan tujuan dari pendidikan itu dapat tercapai. Nilai-nilai akhlak adalah sesuatu yang dapat dijadikan sasaran untuk mencapai tujuan yang menjadi sifat keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau
42
Asep Umar Ismail, Wiwit St. Sajarah, dan sururin, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita 2005), Cet. 1, h. 38 43 . Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), Cet. 1, h. 43
43
lebih dari komponen yang satu sama lainnya saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat dan berorientasi kepada nilai dan moralitas Islami. Dalam bahasa al-qur‟an, dimensi hidup ketuhanan ini disebut jiwa rabbaniyah atau ribbiyah. dan jika dicoba merinci apa saja wujud nyata atau substansi jiwa ketuhanan itu, maka kita dapatkan nilai-nilai keagamaan pribadi yang amat penting yang harus ditanamkan kepada setiap anak didik. Kegiatan menanamkan nilai-nilai itulah yang sesungguhnya akan menjadi inti kegiatan pendidikan. Di antara nilai-nilai itu yang sangat mendasar yaitu.
1. Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah 2. Islam, sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah kepadaNya, dengan meyakini bahwa apapun yang datang dari Tuhan tentu mengandung hikmah kebaikan 3. Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah hadir atau berada bersama kita dimana pun kita berada 4. Taqwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita 5. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh ridho Allah 6. Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah, dengan penuh harapan dan yakin 7. Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih, atas segala nikmat yang tak terbi lang banyaknya 8. Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup. Pendidikan tidak dapat dipahami secara terbatas hanya kepada pengajaran. Karena itu keberhasilan pendidikan bagi anak-anak tidak cukup diukur hanya dari segi seberapa jauh anak itu menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan suatu masalah semata. Sesungguhnya kita dapat mengetahuai secara akal sehat mengikuti hati nurani kita. Dalam agama islam hati kita disebut nurani artinya cahaya atau terang, untuk menerangi jalan hidup kita sehingga kita terbimbing kearah yang benar dan baik.
44
Berikut ini nilai-nilai akhlak yang patut ditanamkan kepada anak didik 1. Rasa cinta kasih antara sesama manusia 2. Semangat persaudaraan, lebih-lebih kepada sesama orang yang beriman 3. Semua manusia sama dalam harkat dan martabat 4. Wawasannya seimbang dalam memandang, menilai atau menyikapi sesuatu atau seseorang 5. Berbaik sangka kepada sesama manusia 6. Sikap rendah hati 7. Tepat janji 8. Lapang dada 9. Dapat dipercaya 10. Tidak boros Pengalaman nyata orang tua dan pendidikan akan membawanya kepada kesadaran akan nilai-nilai budi luhur lainnya yang lebih relevan untuk perkembangan anak. Menurut Adi W. Gunawan, “nilai-nilai yang kita anut dan apa yang kita percayai mengenai diri kita dan setiap hal di luar diri kita. Keterbukaan, pelayanan, kebaikan hati, kasih, adalah nilai hidup. Sedangkan keyakinan adalah kepercayaan atau kumpulan kepercayaan, atau cara berpikir yang mempengaruhi prilaku dan sikap seseorang, yang akhirnya menentukan tingkat keberhasilan hidup”.44 Untuk membantu anak remaja dalam mengendalikan diri dan membentuk kepribadian mereka, maka pada saat mereka menginjak usia remaja, dengan krisis kejiwaan yang mereka hadapi, maka diperlukan adanya didikan agama. Yang dimaksud dengan didikan agama disini bukanlah pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan tetapi yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si anak kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik. 44
h. 158
. Alpiyanto, Menjadi Juara dan Berkarakter Mulia, (Bekasi: Grafika Media, 2013), Cet.1,
45
Diantara nilai-nilai yang harus diinternalisasikan kepada mereka adalah nilainilai kejujuran, kasih sayang dengan segala cakupan nilai positifnya, tidak berlebih-lebihan, menghormati orang tua, taat pada syari‟at agama, memelihara kesucian diri, bertaqwa dengan segala perwujudannya, dan sikap senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain dan kemaslahatan yang lebih besar dari pada mementingkan diri sendiri dan kepentingan sesaaat. Sedangkan menurut KH.Abdullah Gymnastiar “nilai akhlak yaitu perbuatan seseorang dapat dipandang sebagai perwujudan dari akhlaknya manakala ia keluar dari keadaan batinnya”45. Dalam perspektip ini maka suatu perbuatan dapat diklassifikasi dengan ukuran-ukuran atau nilai-nilai. Diantara nilai-nilai tersebut adalah: a.
Perbuatan baik dan buruk
b.
kriteria atau konsep tentang baik dan buruk
c.
Pengenalan terhadap kebaikan dan keburukan
d.
Kecenderungan jiwa terhadap kebaikan dan keburukan Tujuan internalisasi nilai-nilai akhlak merupakan sentral dalam pendidikan
Islam, karena dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih akan membentuk kepribadian insan kamil yang merupakan misi dan visi serta tujuan diutusnya rasulullah saw, menyempurnakan budi pekerti dan sebagai suri tauladan bagi umat manusia sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzaab ayat 21.
Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
45
Bahreisj, husein. 1981, Ajaran-ajaran ilmu akhlak ghazali, Surabaya, Al-Ikhlas.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di sekolah SDIT Nurul Amal, yang beralamat di Jl. Slada II, Rt. 04/011, Pondok Cabe Ilir, Pamulang Tangerang Selatan, Kode Pos 15418. Sedangkan waktu penelitiannya adalah dari tanggal 06 januari s.d. 29 maret 2014.
No. 1.
Bulan Januari
Kegiatan 1. Mengurus perizinan tempat penelitian 2. Melakukan penelitian pendahuluan 3. Menyusun rancangan penelitian 4. Melakukan pengumpulan data 5. Analisis data
2.
Februari
1. Pengumpulan data lanjutan 2. observasi 3. wawancara 4. Analisis data
3.
Maret
1. Analisis data 2. Menyempurnakan laporan penelitian
B. Latar penelitian (setting) 1. Sejarah Singkat Berdirinya SDIT Nurul Amal Sekolah SDIT Nurul Amal didirikan tahun 1991, sekolah ini didirikan karena tuntutan masyarakat yang ingin anaknya tidak mau ketinggalan antara pelajaran umum dan pelajaran agama, oleh karena itu sekolah ini yang menjadikan anak didiknya menjadi mandiri dan terampil. Bukan itu saja sekarang banyak orang tua yang berkeluh kesah karena pergaulan anak-
46
47
anaknya yang kurang baik, apalagi dengan adanya warnet-warnet yang sudah menjamur dan orang tua yang sibuk dengan kesibukannya masing-masing karena tuntutan pekerjaan dan karier. Oleh karena itu yayasan merasa terketuk hatinya untuk memperbaiki anak bangsa, dengan kondisi tersebut dan akhirnya didirikanlah sebuah yayasan Nurul Amal, yang didirikan oleh H. Syatiri Almarhum. Sebelum didirikan SDIT Nurul Amal ini, telah berdiri TPA-TKA, namun itu belum cukup untuk sampai disitu saja, karena perjuangan kita belum selesai sampai disitu saja, ternyata dengan berkembangnya teknologi makin berkembang juga anak didik kita.
2.
Letak Geografis SDIT Nurul Amal Secara geografis keberadaan sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal
berada di Jl Selada II Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan. SDIT Nurul Amal berada ditengah perumahan penduduk yang boleh dikatakan cukup padat, dan sekolah tersebut terletak di tanah seluas 2500 meter, jumlah ruang belajar 14 kelas 2 lantai, dengan luas halaman yang dilengkapi saung-saung, kantin dan terdapat lapangan Bulu tangkis serta lapangan Basket, dilingkungan sekolahpun terdapat Mushalla sebagai sarana ibadah siswa, sehingga sejak dini siswa terbiasa melakukan ibadah terutama shalat lima waktu. Di dalam kelas juga didesain bagaikan keadaan ruangan rumah agar anak terkesan lebih nyaman karena di SDIT Nurul Amal ini anak belajar satu hari mulai dari jam 7.30 sampai dengan jam 4 sore. Suasana kehidupan kepribadian sekolah tercermin dari prilaku siswa dan gurunya dalam berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan keagamaan, sampai kegiatan pengamatan dan teknologi yang menunjang kegiatan belajar mengajar, dari pembelajaran di kelas sampai diskusi-diskusi dikalangan siswa/siswinya serta portofolio dan plublikasinya didukung oleh budaya mutu yang dilandasi oleh sifat teliti, tekun, rajin, sabar, tabah dan ulet serta tuntas dan didukung suasana yang kondusip dalam mendorong pendidikan siswanya yang dikenal dengan tujuh prinsip Sekolah Dasar Islam Terpadu, yaitu belajar dan mendidik sebagai suatu
48
panggilan yang mulia, berlaku jujur dan adil, kasih sayang dan cinta pada sesama, kerjasama dengan keselarasan untuk melayani, peka terhadap perubahan dan cepat menyesuaikan diri kemajuan zaman, komitmen terhadap mutu, dan bersyukur dan berterima kasih. Di sekolah ini mendidik siswa menjadi manusia yang berakhlak dengan manusia yang lainnya. Siswa harus didik menjadi manusia yang kompeten, cakap dan sadar akan tanggung jawab. Karena bila siswa kompeten, cakap dan sadar akan hak-hak orang lain, maka siswa akan mampu dan sanggup menjadi manusia yang berakhlak dengan manusia yang lain. Tujuan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal adalah memberikan pendidikan terpadu yang bermutu kepada masyarakat dalam menghadapi situasi persaingan dan kerjasama global, dan membentuk pribadi yang mampu belajar sepanjang hayat dan berkarakter, yang dikelola oleh sumber daya manusia profesional dan berkomitmen.
3.
Visi dan Misi SDIT Nurul Amal
a.
Visi SDIT Nurul Amal Menjadi sekolah model unggulan terpadu, yang berkarakter dan berwawasan
global.
b. Misi SDIT Nurul Amal 1). Menyelenggarakan Pendidikan Islam Terpadu dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan 2). Mempersiapkan generasi yang berakhlak mulia, berkarakter dan mempunyai kreativitas berfikir tinggi, berjiwa sosial dan mandiri; 3). Serta mengembangkan keterampilan kepemimpinan (Leadership) dan kewirausahaan (Entrepreneurship) 4). Membidani lahirnya peserta didik yang unggul dan mampu menghadapi persaingan dan kerja sama Global. Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal Memberikan pendidikan terpadu yang bermutu kepada masyarakat dalam menghadapi situasi
49
persaingan dan kerjasama global, dan membentuk pribadi yang mampu belajar sepanjang hayat dan berkarakter, yang dikelola oleh sumber daya manusia profesional dan berkomitmen.
Tabel 1 STRUKTUR ORGANISASI SD ISLAM TERPADU NURUL AMAL PD. CABE ILIR Ketua Yayasan Asrof Kepala Sekolah Munawarah S. Ag
Komite Sekolah
Tata Usaha
Suriyati
Misbah
Wakabid Kurikulum
Wakabid Kesiswaan
Syaidah S.Ag
Abdullah S.Pdi
Wakabid Sarana/Prasarana Muhidin Bid. Keamanan
Staf Pendidik
Taufik & Iwan
Peserta Didik
Tabel 2 Data guru dan karyawan SDIT Nurul Amal
50
No
Nama
L/P
Pendidikan
Jabatan
1
Munawarah S.Ag
P
SI UMJ
Kepala Sekolah
2
Syaidah S.Ag
P
SI UIN
Guru
3
Siti Soleha S.PsI
P
SI UIN
Guru
4
Suriyah S.Pdi
P
SI UIN
Guru
5
M.Junaidi
L
PHYQ
Guru
Kudus 6
Hepi Nurbaiti S.PdI
P
SI UIN
Guru
7
Abdullah S.PdI
L
SI UIN
Guru
8
Ayi Rokayah A.ma
P
D2 Citra
Guru
Didaktika 9
Moh.Abdul Munir S.Ag
L
SI UIN
Guru
10
Muhidin
L
SMA
Guru
11
Masruroh S.PdI
P
SI UMJ
Guru
12
Mursalim S.PdI
L
SI UIN
Guru
13
M.Zaky Ilyas S.PdI
L
SI UMJ
Guru
14
Dian Suryani S.PdI
P
SI UMJ
Guru
15
Siti Fauziah S.PdI
P
SI
Guru
16
Putri Diana Sri Utami S.PdI
P
SI UIN
Guru
17
Fajar
L
SI UMJ
Guru
18
Mika Dwi Rahmawati
P
SI UMJ
Guru
51
19
Dwi Fauziah
P
SI UMJ
Guru
20
Misbah
L
D3 UMJ
Tata Usah
21
Taufik
L
SMA
Penjaga Keamanan
22
Irwan
L
STM
Penjaga Keamanan
23
Rohama
P
-
Petugas Kebersihan
25
Suroh
P
SMP
Petugas Kebersihan
26
Muni
P
-
Petugas Kebersihan
Sumber: Data Sekolah
Tabel 3 Data Siswa SDIT Nurul Amal Tahun Ajaran 2013/2014
No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
I, II, III, IV, V, VI
180
144
324
Sumber: Data Sekolah Tabel 4 Sarana dan Prasarana No
Sarana/Prasarana
Jumlah
1
Ruang Kelas
14
2
Ruang Kepala Sekolah
1
3
Ruang Guru
1
4
Ruang Tata Usaha
1
5
Mushola
1
52
6
Lab Komputer
1
7
Ruang UKS
1
8
Gudang
1
9
Ruang BP/BK
1
10
Kantin
1
11
Lapangan Olah Raga
1
13
Ruang Toilet/WC
12 Sumber: Data Sekola
Tabel 5 Kegiatan Ekstrakurikurer
No
Kegiatan
1
Pramuka
2
Karate
3
Drum Band
4
Iqra
5
Marawis
6
Futsal
7
Menari Sumber: Data Sekolah
53
C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Dengan demikian penelitian survai adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”.1 Dalam survai, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Umumnya, pengertian survai dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Pendekatan yang dipakai penulis pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, Istilah kualitatif menurut Kirk dan Miller yang dikutip oleh DR. Lexy J. Moleong, M.A “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”.2 Penelitian kualitaif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika alamiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara berfikir formal dan argumentatif. Penelitian kualitaif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka 1
. Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 2011),
Cet.4, h. 3 2
. Dr. Lexy j. Moleong, M.A, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet 16, h.4
54
untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik pengumpulan data Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengamati secara langsung. Agar dapat diperoleh data yang aktual dari lapangan, maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dan tentu saja hal ini disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut: adapun tekniknya: a. Observasi Observasi adalah “teknik evaluasi program pendidikan luar sekolah yang digunakan dengan mengkaji suatu gejala dan/atau peristiwa melalui upaya mengamati dan mencatat data secara sistematis”.3 Menurut Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah “dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”.4 Observasi yang dilakukan penulis dalam penelitian ini meliputi keadaan sekolah, lingkungan sekolah seperti fasilitas, keadaan guru dan siswa, pelaksanaan evaluasi berbasis kelas serta sarana dan prasarana. Peneliti melakukan observasi pada variabel penilaian penanaman akhlak pada siswa kelas IV, dengan cara melakukan pengamatan baik didalam maupun di luar kelas, mengamati teknik penilaian yang di lakukan oleh guru dalam penanaman akhlak. Selain itu juga peneliti juga mengamati variabel perilaku siswa yaitu dengan cara mengamati sikap siswa baik terhadap teman, guru 3
. Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.1, h. 199 4 . Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 226
55
agama atau guru pada mata pelajaran lainnya. Peneliti juga mengamati perilaku
keberagaman
mereka
khususnya
pada
saat
istirahat,
melaksanakan shalat wajib maupun sunnah, peneliti juga mengamati cara berpakaian siswa pada saat disekolah. b. Interview/Wawancara Wawancara adalah “bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu”5. Wawancara adalah “salah satu bagian yang terpenting dari setiap survei. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden. Data semacam itu merupakan tulang punggung suatu penelitian survei”6. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan guru kelas dan siswa, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penanaman nilai agama islam dalam pembentukan akhlak yang baik terhadap lingkungan rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan dan pengambilan data yang diperoleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen. Yaitu pengumpulan data-data dan informasi yang diperlukan dalam membantu penyelesaian skripsi ini, seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan karyawan, serta kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di SDIT Nurul Amal.
2. Prosedur Pengumpulan Data Di dalam penelitian kualitatif, peran peneliti sangat penting sebagai pengumpul data utama maka peneliti sekaligus menjadi instrumen. Dalam 5
. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet 3, h. 181 6 . Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, Indonesia, 1989), h. 192
56
hal ini seorang peneliti perlu mempertimbangkan bagaimana membangun hasil yang baik serta mendapat kepercayaan dari subyek yang akan diteliti sehingga peneliti dapat dilaksanakan sesuai waktu yang ditentukan. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah, peneliti melihat teknik yang dilakukan informan atau guru saat mengajar, meliputi metode dan teknik yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, teknik penilaian yang dilakukan baik penilaian yang dilakukan baik penilaian formatif maupun penilaian sumatif. Teknik-teknik penilaian kelas apa saja yang digunakan. Selain itu dilakukan pula pengamatan terhadap perilaku siswa, ketika mengikuti pelajaran dikelas, ketika mengikuti praktik/sains, ketika melakukan shalat berjamaah, ketika bergaul kepada guru, karyawan, dan kepada teman. Upaya mempermudah penyelesaian yang akan dilakukan, peneliti perlu menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Dibawah ini penulis memberikan beberapa tahapan dalam prosedur pengumpulan data penelitian diantaranya: a. Memindahkan hasil rekapan wawancara dari informan penelitian tentang penanaman akhlak terhadap siswa. b. Menyortir hasil wawancara untuk mendapatkan hasil yang relevan dengan penelitian c. Membuat kesimpulan tentang hasil wawancara d. Melakukan diskusi bersama guru terhadap kesimpulan dan hasil penelitian e. Dengan memperhatikan hasil penilaian, kesimpulan, dan diskusi yang telah diberikan, mengajukan saran-saran dan rekomendasi.
3.
Prosedur Pengolahan Data Penelitian ini adalah dengan merekam kembali dari hasil penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan observasi disekolah mengamati perilaku siswa/akhlak. Selain itu dapat diamati pula sikap/tingkah laku
57
mereka saat berbicara terhadap guru agama, maupun guru yang lain dan termasuk terhadap teman siswa itu sendiri. Kemudian peneliti melakukan observasi mengenai penanaman akhlak yang dilakukan guru agama ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Metode observasi adalah “pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”7. Metode observasi yang akan digunakan adalah observasi langsung dengan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk kepentingan tersebut. Dalam hal ini, teknik yang akan digunakan adalah non participant observation dimana peneliti berada diluar
subjek,
yang
pada
dasarnya
meliputi
pengamatan
tanpa
menyembunyikan identitas seseorang dan kelompok. Dalam observasi ini peneliti tidak ikut terlibat langsung di dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat. Pedoman observasi No
Aspek yang diobservasi
1.
A. Tempat
2.
7
-
Ruang kelas
-
Halaman
-
Kantin
-
Tempat ibadah
B. Perilaku siswa -
Baik
-
Sopan
-
Hormat
-
Peduli
.Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN, Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat, 2011), h. 56
58
3.
C.Guru -
Baik
-
Ramah
-
Peduli
-
Rajin
-
Kasih dan Sayang
Pedoman wawancara
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA
ASPEK
PERTANYAAN
Akhlak terhadap
1.
Allah
Apakah kamu selalu ingat pada Allah dalam kehidupan sehari-hari?
2. Apa yang harus kita syukuri atas nikmat pemberian Allah? 3.
Apakah kamu tahu tentang sifat-sifat Allah?
4.
Apakah kamu selalu mengerjakan perintah Allah?
5.
Bagaimana caranya agar kamu selalu taat pada perintah Allah?
Akhlak terhadap
1.
diri sendiri
Apakah kamu termasuk orang yang sayang kepada diri sendiri?
2.
Bagaimana caranya agar kamu terhindar dari perbuatan tercela?
3.
Apakah kamu termasuk orang yang pemaaf?
4.
Bila ada teman yang tidak jujur apakah yang akan kamu perbuat?
5.
Apakah kamu termasuk orang yang selalu memelihara kesucian diri?
59
Akhlak terhadap 1.
Apakah kamu termasuk orang yang sayang kepada
sesama manusia
kedua orang tua? 2.
Siapakah orang yang paling kamu sayangi?
3.
Apakah kamu termasuk orang yang selalu memberi bantuan kepada orang yang sedang kesusahan?
4.
Bagaimana sikap kita bila ada tamu datang kerumah?
5.
Siapakah yang mengajarkan agar kita selalu mempunyai akhlak yang baik?
Akhlak terhadap
1.
lingkungan
Bagaimana caranya agar kamu termasuk orang yang mempunyai akhlak terhadap lingkungan?
2.
Kenapa kita harus mempunyai akhlak yang baik terhadap lingkungan?
3.
Apakah kamu termasuk orang selalu memelihara lingkungan?
4.
Di zaman sekarang apakah masih ada yang peduli dengan lingkungan?
5.
Apa yang kamu lakukan bila ada orang yang tidak peduli dengan alam sekitar?
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA GURU
1. Bagaimana upaya anda memberikan pengawasan terhadap pergaulan siswa disekolah ini sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan? 2. Menurut pengamatan anda, bagaimana akhlak siswa kepada guru disekolah ini? 3. Dalam Al-Qur’an Allah mengajak manusia untuk saling membantu dalam kebaikan, bagaimana tanggapan anda, melihat siswa saling mencontek dalam memberikan jawaban ujian? 4.
Bagaimana bentuk akhlak kepedulian siswa terhadap lingkungannya?
5. Apa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui disekolah dalam
60
mencapai pembentukan akhlak siswa, dan bagaimana mengatasinya? 6. Menurut anda, apakah siswa disini sudah memiliki kesadaran diri yang baik? 7. Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan akhlak terhadap sesama manusia? 8. Ketika anda menerangkan pelajaran, apakah anda selalu memasukkan nilainilai karakter kedalam materi tersebut?
Wawancara kepada kepala sekolah PEDOMAN WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKOLAH
1. Upaya apa yang dilakukan dalam mendorong pengajar untuk berprestasi? 2. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh pihak sekolah dan guru yang
berhubungan
dengan
pendidikan
agama
islam
untuk
menumbuhkan dan membentuk sikap keberagaman siswa? 3. Metode pengajaran apa saja yang biasa anda terapkan dalam pelajaran pendidikan agama islam? 4. Menurut anda bagaimana peranan pendidikan agama islam baik pendidikan agama islam dikelas maupun kegiatan keagamaan yang ada di SDIT Nurul Amal dalam membentuk sikap dan akhlaknya? 5.
Dalam meningkatkan ibadah siswa, kegiatan keagamaan apa yang diadakan disekolah ini?
6. Menurut anda, apakah ajaran agama disekolah ini telah ditanamkan dengan baik? 7. Apa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui disekolah dalam mencapai pembentukan akhlak siswa, dan bagaimana mengatasinya? 8. Pembiasaan apa yang dilakukan disekolah, bila belum mulai masuk untuk belajar?
61
4. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Dalam poin ini pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data dapat dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi yang ada yaitu dengan memeriksa dan mengecek dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan penanaman nilai akhlak pada siswa SDIT Nurul Amal, dan pemeriksaan tersebut dapat dilakukan dengan cara melihat kedisiplinan siswa dalam melaksanakan ibadah seperti shalat yang dilakukan pada jam istirahat, pada waktu masuk dzuhur, kemudian dapat dilihatnya sikap siswa dalam bertutur kata dan bertingkah laku sopan kepada guru dan sesama teman. Selain itu peneliti juga mengkroscek secara ulang apakah hal-hal yang telah didapat dari observasi dan wawancara valid atau tidak, maka peneliti juga mewawancarai siswa yang lain. Hal ini dilakukan dalam rangka mencari pendapat yang dapat mendukung terlaksananya penelitian ini sehingga tujuannya dapat tercapai. Triangulasi
merupakan
teknik
pemeriksaan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: triangulasi dengan sumber, metode, penyelidik, dan teori. Triangulasi merupakan cara untuk melihat fenomena dari berbagai sumber informasi dan teknik-teknik, misalnya hasil observasi dapat dicek dengan hasil wawancara atau membaca laporan, serta melihat yang lebih tajam hubungan antara beberapa data.
5. Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mencatat data menjadi bentuk teks 2. Mengelompokan data dalam kategori tertentu sesuai dengan pokok permasalahan yang ingin dijawab 3. Melakukan interpretasi data kedalam berbagai kategori data
62
4. mengidentifikasi tema utama atau kategori utama dari data yang terkumpul untuk melihat gambaran apa yang paling utama tampil dan dirasakan subyek. 5. Menulis akhir, dari semua data yang ada disimpulkan hal-hal yang umum dan memberi perhatian pada hal-hal khusus ditemukan subyek dan mengacu kembali pada teori dan permasalahan penelitian.
63
BAB lV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data 1. Data hasil observasi Tempat
Perilaku Siswa
-
Ruang kelas sangat nyaman
-
Halaman luas
-
Kantin bersih
-
Tempat ibadah bersih
-
Baik
-
Sopan santun
-
Hormat kepada yang lebih tua, dan sayang kepada yang muda
Perilaku Guru
-
peduli
-
Sangat Baik
-
Ramah dan murah senyum
-
Sangat Peduli
-
Rajin dan kreatif
-
Sayang kepada semua
2. Data hasil wawancara Jawaban siswa 1. Ya, dengan selalu berzikir kepadaNYA. 2. Apa yang telah diberikannya semuanya harus kita syukuri 3. Ya, sifat wujud artinya ada 4. Ya, selalu mengerjakannya 5. Dengan menjalani perintahnya dan menjauhinya 6. Ya, kalau bukan kita yang menjaganya, lalu siapa lagi yang mau menjaganya 63
64
7. Menghindarinya dari perbuatan tersebut 8. Ya, dengan menjadi pemaaf maka hidup kita akan sehat. 9. Akan mengingatkannya 10. Ya, dengan menjaga kesucian maka kita akan selalu berhati-hati dalam bertidak. 11. Ya, kami semua sayang kepada kedua orang tua 12. Kedua orang tua 13. Ya, benar 14. Menghormatinya dan mennjamunya dengan baik. 15. Allah telah mengajarkan kepada umatnya lewat firmannya didalam Alqur’an. 16. Dengan merawat dan memeliharanya dengan baik. 17. Karena dengan kita menjaga lingkungan maka kita termasuk orang yang bersyukur kepada Allah. 18. Ya, kami salah satunya orang yang peduli dengan lingkungan dengan memelihara tanaman. 19. Sifat manusia sangat beragam, tentunya masih ada yang peduli dengan lingkungannya. 20. Kami akan memberitahukannya dan mengingtkannya.
Jawaban guru 1. Dengan melakukan pendekatan-pendekatan seperti menanyakan kepada mereka tentang pergaulan dirumah banyak negatifnya atau tidak, misalnya sering bermain diwarnet tidak? Bergaul dengan yang lebih dewasa atau tidak dan lain-lain. Juga dengan mengadakan bimbingan konseling. 2. sangat baik 3. Alhamdulillah disekolah kami kejujuran sudah ditanamkan sejak dini, jadi sejauh ini kami belum pernah mendapatkan siswa yang saling mencontek ketika ujian. 4. bentuk akhlak terhadap lingkungan sudah diajarkan oleh Al-qur’an, dan bagaimana caranya kita bisa menjaga lingkungan dengan cara tidak
65
menebang pohon dan membuang sampah sembarangan, dan sayang kepada alam disekitar kita. 5. faktor pendukung adanya team work yang kuat antar sesama guru disekolah maupun antar guru dan orang tua siswa. Dan faktor penghambat kurangnya komunikasi orang tua dan guru, pengaruh pergaulan yang tidak baik diluar lingkungan sekolah (rumah), orang tua yang belum bisa diajak kerjasama dengan guru dalam menangani permasalahan anaknya. 6. kesadaran akan keteladanan adalah sikap atau perilaku yang meliputi perkataan dan perbuatan terpuji yang bisa diikuti atau dicontoh oleh orang lain (siswa). Dan guru yang bisa dijadikan tauladan oleh siswa adalah guru yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan pendidikan seperti Tut Wuri Handayani, guru juga bisa sebagai orang tua bahkan bisa menjadi teman dalam batas-batas kewajaran. 7. akhlak terhadap manusia adalah manusia sebagai mahluk sosial secara pungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, dan islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, tetangga, caranya dengan memuliakannya memberi bantuan dan pertolongan. 8. secara khusus belum, tapi secara umum sudah hampir seluruhnya, siswa sudah mampu menyadari tentang belajar itu apa, waktu masuk sekolah jam berapa dan sudah bisa mengikuti peraturan sekolah.
Jawaban kepala sekolah 1. Pihak sekolah dan para guru selalu memberikan motivasi dan dorongan supaya mereka rajin dan bersungguh-sungguh dalam belajar, bukan hanya belajar untuk duniawinya saja tetapi untuk akhirat juga, karena apabila mereka bersungguh-sungguh dalam belajar maka hasilnya pun akan baik dan kedepannya mereka akan menikmati hasilnya sendiri. 2. Usaha yang dilakukan dari pihak sekolah guna membentuk sikap keberagaman siswa diantaranya adalah dengan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua siswa. Kegiatan ini adalah kegiatan yang dilakukan untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
66
agama. Kegiatan lain yang diadakan adalah memperingati hari-hari besar islam seperti maulid, isra mi’raj, dan penyantunan kepada pakir miskin. 3. Dalam menggunakan metode pengajaran, banyak sekali metode yang saya gunakan yaitu sesuai keadaan serta materi yang sedang diajarkan diantaranya metode ceramah, tanya jawab, diskusi, peraktek, pemberian tugas dan lain-lain. Tetapi pada umumnya metode yang sering saya gunakan adalah ceramah, praktek, tanya jawab serta pemberian tugas. 4. Pendidikan agama islam sangat berperan dalam membentuk sikap keberagaman siswa siswinya akan tetapi itu semua tidak terlepas dari peran orang tua siswa dirumah. Oleh karena itu pihak sekolah dan orang tua harus bekerjasama dalam membentuk sikap keberagaman siswa. 5. Kegiatan keagamaan seperti perayaan maulid, santunan kepada pakir miskin, anak-anak yatim, kaum dhuafa, dan peringatan 10 muharram dan kegiatan sanlat. 6. Ya, benar, hal ini dapat terlihat dengan adanya pelaksanaan shalat sunnah dhuha, shalat zuhur dan asar berjamaah, serta wirid dan doa setelah salat, sikap hormat dan santun kepada guru dengan mengucapkan salam atau bersalaman ketika bertemu, dan nilai-nilai kejujuran seperti apabila menemukan uang seberapapun besarnya langsung diberitahukan kepada guru. 7. faktor pendukung adanya team work yang kuat antar sesama guru disekolah maupun antar guru dan orang tua siswa. Dan faktor penghambat kurangnya komunikasi orang tua dan guru, pengaruh pergaulan yang tidak baik diluar lingkungan sekolah (rumah), orang tua yang belum bisa diajak kerjasama dengan guru dalam menangani permasalahan anaknya. 8. Seperti biasa yang dilakukan oleh guru dan siswanya sebelum masuk kelas mereka akan melakukan berdoa bersama atau fisualisasi untuk kegiatan dihari ini, agar lebih mudah dalam mendidik dan penyampaian pelajaran kepada siswa-siswinya.
67
B. Pembahasan Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka, ditempat inilah anak-anak mendapat bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. Penanaman akhlak menjadi faktor yang harus diutamakan oleh orang tua sehingga anak-anak mampu memahami dan tertolong untuk melaksanakan perintah agamanya. Semakin besar pemahaman seorang anak terhadap keberagamannya. Setelah kami mengobservasi tempat terutama ruang kelas, ternyata ruang kelas tersebut cukup nyaman dan sejuk, karena dirung tersebut ada pendingin ruangan (AC), dan tempat duduknya pun cukup santai, mereka bisa belajar di mana saja dimeja dengan kursi atau dilantai yang beralaskan karpet yang cukup tebal, dan sebelum memulai pelajaran, setiap hari dan diawal pembukaan mereka selalu membiasakan bertadarus juz amma, setelah itu barulah mereka memulai pelajaran yang telah dijadwalkan, setelah itu mereka istirahat untuk jam pertama, dan saat istirahat mereka akan melaksanakan shalat dhuha. Setelah itu mereka masuk kembali, dan melakukan kegiatan selanjutnya, yaitu pelajaran yang akan dipelajarinya sampai menjelang waktu shalat juhur. Begitu pula dengan halamannya cukup luas, mereka bisa bermain apa saja, seperti bermain bola dan berlari-lari, dan dihalaman tersebut ada tanaman dan pohon untuk berlindung dari sinar matahari, dan ada saung-saung, tempat tersebut untuk bersantai saat datang nya waktu istirahat. Dan bisa juga untuk kegiatan lain seperti praktek diluar kelas dan belajar. Dan kantinnya pun sangat bersih, karena selalu dibersihkan setiap hari, dan membuang sampahnya pun tidak sembarangan diberbagai tempat, begitu pula dengan makanannya cukup baik, disana tidak ada jajanan yang tidak baik, seperti chiki-chiki yang mengandung pengawet, memang dijaman sekarang susah mencari makanan yang tidak mengandung pengawet, kalau bukan kita sendiri yang menjaganya lalu siapa lagi yang akan menjaga kesehatan kita, seperti pepatah mengatakan jagalah sehatmu sebelum datang sakitmu. Biasanya sekolah selalu mempunyai tempat untuk beribadah, karena dengan adanya tempat ibadah mereka akan nyaman dan santai saat beribadah,
68
tempat ibadahnya pun sangat nyaman dan bersih, begitu pula dengan kamar mandinya sangat terjaga kebersihannya, karena setiap harinya selalu dibersihkan dan didalamya terdapat pendingin ruangan. Dan setiap hari mereka dididik/diberikan tugas untuk memimpin shalat berjamaah. Karena dengan begitu mereka akan belajar menjadi pemimpin, dan terbiasa untuk shalat berjamaah. Untuk
mendapat
hasil
penelitian
yang maksimal,
peneliti
juga
mewawancarai beberapa siswa. Mengenai penerapan yang dilakukan oleh guru agama saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, dari bulan januari sampai bulan maret 2014 peneliti juga siap untuk mencatat setiap tingkah laku siswa saat berada di sekolah. Termasuk sikap keberagaman siswa khususnya kelas V yang menjadi objek penelitian. Disini peneliti melihat sikap teraturnya siswa saat istirahat ke 2, melaksanakan ibadah dan saat antri menunggu giliran untuk makan siang. Perilaku siswa-siswinya sangat baik kepada siapa saja dan sangat sopan dan hormat kepada yang lebih tua, sayang kepada yang lebih muda, begitu pula bila ada teman yang sakit mereka akan menjenguk dan memberikan semangat untuk cepat baik, dengan begitu mereka akan terbiasa dan mengerti akan rasa sosial yang tinggi diantara sesama, dan mereka telah dididik dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, peneliti tak lupa untuk mengobservasi guru yang ada disekolah tersebut. Ternyata gurunya sangat baik dan ramah kepada siapa saja, terutama kepada anak didik dan orang tua murid, dan tak lupa pula kepada tamu yang kebetulan sedang berkunjung untuk melihat-lihat suasana sekolah, yang orang tuanya ingin memasukkan anaknya kesekolah tersebut. Dan guru-guru disana sangat peduli, apabila ada teman yang sakit atau orang tua murid, maka mereka akan menjenguknya dan mendoakan agar cepat sembuh, dan mereka sangat rajin dan kreatif, itu terbukti dengan banyaknya hiasan dinding yang dibuat dari hasil karya tangannya sendiri, dan mereka sangat sayang kepada semua siswa dan siswi, mereka tidak membedabedakan mana yang kaya dan papa. Selain itu, peneliti memperhatikan guru dapat menganalisa kelemahan yang terjadi sehingga pengajaran yang lebih efektif dapat segera dilakukan.
69
Biasanya dalam mempelajari pendidikan agama disekolah siswa merasa mengantuk dan membosankan. Tetapi guru agama cepat tanggap untuk mengetahui kelemahan metode yang digunakan dalam mengajar. Sehabis sholat berjamaah dan makan siang mereka melakukan kegiatan mewarnai, kaligrafi, dan tahfiz, yang bertujuan untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar, karena tujuannya untuk menilai hasil belajar peserta didik disekolah, mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat. Dan untuk mengetahui ketercapaian mutu pendidikan secara umum. Selain itu juga mempunyai tujuan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar, memberikan umpan balik atau perbaikan proses pembelajaran, penentuan kenaikan kelas dan memotivasi belajar peserta didik dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan. Dalam melaksanakan evaluasi, guru pendidikan agama Islam memberikan materi yang berhubungan dengan praktek seperti halnya: mengajarkan kepada siswa bagaimana caranya untuk patuh dan hormat kepada guru, orang tua, serta kepada lingkungan sekitar. Dan guru akan menegur bila ada siswanya yang kurang baik dalam pengucapan bahasa yang tidak pantas untuk diucapkan, Dan mengajarkan kepada siswa untuk dapat menghafal secara lisan surat-surat yang berkaitan dengan materi sehingga ketika menghadapi ujian siswa dapat dengan mudah mengerjakan soal tersebut. Ketika masuk kelas dan kegiatan belajar mengajar berlangsung muridmurid bergegas untuk belajar setelah itu ketua kelas menyiapkan, muridmurid dengan penuh perhatian mengikuti kegiatan belajar mengajar mata pelajaran pendidikan agama islam Dalam upaya pencapaian kompetensi siswa mengenai hafalan, setiap diawal waktu masuk kelas dibiasakan untuk bertadarus bersama-sama, dari mulai surat Alfatihah sampai surat Annaba’, kemudian melanjutkan pelajaran yang sudah terjadwal, setelah selesai tiba saatnya istirahat pertama yaitu berlangsung pada pukul 09.15-09.40. mereka melaksanakan kegiatan rutin yaitu shalat dhuha, agar mereka terbiasa dengan ibadah sunah. Setelah
70
istirahat selesi mereka mulai melakukan kegiatan inti yaitu pembelajaran yang sudah dijadwalkan. Peneliti diperbolehkan untuk mengikuti dan membantu guru agama dalam kegiatan pembelajaran. Selama menjadi asisten guru pendidikan agama islam disekolah tersebut hubungan yang harmonis antar guru dan murid sangat dirasakan peneliti, siswa senantiasa mendengarkan himbauan dan penjelasan dari guru agama ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sikap mereka sangat sopan ketika peneliti sedang melakukan wawancara kepada guru dan siswa, mereka mengucapkan salam kepada guru agama dan guru yang lain mereka sangat akrab dan tidak malu, tidak takut. Suasana belajar terasa santai dan siswa mengikuti pelajaran sampai selesai. Mereka juga aktif untuk selalu bertanya ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Selain itu mereka selalu meminta games yang bertujuan untuk melatih daya ingat mereka terhadap materi yang telah disampaikan. Pada jam istirahat ke 2 siswa diperbolehkan bermain dan jajan dikantin, setelah itu siswa mempersiapkan diri untuk melaksanakan shalat juhur berjamaah, setiap hari mereka bergiliran untuk melakukan tugas yang sudah dibentuk oleh siswa dan guru, dan mereka sudah tau hari ini dan esok siapa yang menjadi muadzin, iqomah serta siapa yang menjadi imam, dan itu sudah menjadi rutinitas setiap hari. Setelah melaksanakan itu semua mereka akan bersiap-siap untuk makan siang yang sudah disiapkan pihak sekolah, setelah makan siang selesai mereka akan melanjutkan tugasnya yaitu ada yang tahfiz, kalighrafi, karate, mewarnai dan sesuai dengan apa yang mereka sukai, dan itu dilakukan hanya hari rabu dan jum’at, selain hari itu mereka akan belajar seperti biasa dengan guru agama. Mereka sangat menjalankan kedisiplinan, yaitu patuh dan hormat kepada guru dan teman, mereka sangat menjunjung tinggi akhlak budi pekerti dan sopan santun, mereka sayang kepada yang lebih muda dan hormat kepada yang lebih tua.
71
Kisi-kisi Quesioner No Pertanyaan pokok
Sub pokok Aspek pertanyaan
yang No item
diungkapkan
Jumlah item
penelitian 1.
Pendidikan
1.1 Religius - Sikap
akhlak
dan 1,2,3,4,5
prilaku
5
yang
patuh dan taat dalam melaksanakan ajaran agama 2.
1.2 Jujur
- Dapat
6,7,8,9,10
5
dan 11,12,13,14,15
5
dipercaya dalam perkataan dan perbuatan 3.
1.3 disiplin
- Patuh tertib
kepada
ketentuan
4.
1.4
- Melaksanakan
tanggung
tugas
dan
jawab
kewajiban, baik
terhadap
diri
sendiri,
masyarakat, lingkungan, negara
dan
kepada Tuhan YME.
16,17,18,19,20
5
72
Nabi Muhammad memiliki akhlak dan sifat-sifat yang sangat mulia. Oleh karena itu hendaklah kita mempelajari sifat-sifat Nabi khususnya Shiddiq, bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Beda sekali dengan pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya. Meneladani sikap Nabi dalam kehidupan sehari-hari, Al-qur’an dan sunnah sebagai sumber utama ajaran islam, berakhlak merupakan salah satu pilar keyakinan dalam islam. Mengajarkan kejujuran adalah modal dasar untuk memperoleh kepercayaan orang lain. Orang yang jujur hidupnya tentram dan bahagia, perilaku anak sehari-hari merupakan hasil dari fotokofi tingkah laku orang tuanya. Sebab anak akan merekam dan menyerap semua pembicaraan, perbuatan dan keadaan yang terjadi dilingkungan sekitarnya tanpa bisa menyaringnya. Apabila anak dilatih dan diberi contoh akhlak yang baik dengan sendirinya akan tertanam kuat dalam hatinya, dan merupaka kewajiban agama yang harus dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Dengan demikian keinginan orang tua menciptakan generasi yang berakhlak mulia akan tercapai. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macammacam perbuatan dengan gambang dan mudah, tanpa memerlukan dan pertimbangan. Menurut KH. Abdullah Salim, “ akhlak adalah seperangkat tata nilai bersifat samawi dan azali yang mempunyai cara berfikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya dan lingkungannya. Sedangkan menurut Al-Ghazali menuturkan bahwa akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Dalam bahasa populer saat ini akhlak disebut juga dengan kecerdasan emosi (EQ). Lalu dimensi spiritual yang melatarinya bahwa akhlak adalah bagian dari iman yang melahirkan apa yang disebut kecerdasan spiritual (SQ). Sampailah para ahli pun meyakinkan bahwa faktor pencapaian sukses seseorang bukanlah disebabkan oleh kecerdasan intelektual (IQ), melainkan oleh kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan (SQ).
73
Seorang ulama mendefinisikan akhlak sebagai berikut: sesungguhnya akhalak itu ialah kemauan (Azimah) yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya, yang mengarah pada kebaikan atau keb urukan. Terkadang adat itu terjadi secara kebetulan tanpa disengaja atau dikehendaki. Mengenai yang baik atau yang buruk, hal itu tidak dinamakan akhlak.
74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari observasi dan pengamatan dan wawancara pada SDIT Nurul Amal dapat disimpulkan sebagai berikut. Upaya yang dilakukan sekolah dalam rangka penanaman nilai-nilai ahklak, Sekolah menjadi wadah dalam penanaman dan pembinaan nilai-nilai akhlak tersebut. Sebagai suatu lembaga tempat berjalannya kegiatan pendidikan, sekolah pun berkewajiban dalam melakukan pengembangan kurikulum yang akan diterapkan. Maka selanjutnya adalah menanamkan akhlak sebagai salah satu bentuk realisasi dari akidah. Setiap manusia akan berprilaku sesuai dengan apa yang diyakininya sehingga dapat disimpulkan bentuk pendidikan ahklak mencakup dasar-dasar moral serta keutamaan perangai dan ini pun sangat dianjurkan penanamannya pada anak sejak dini. Penanaman nilai-nilai keagamaan bagi anak adalah meletakkan dasardasar keimanan, kepribadian/budi pekerti yang terpuji dan kebiasaan ibadah sesuai dengan kemampuan anak. Pengembangan nilai-nilai agama untuk anak berkisar pada kegiatan kehidupan sehari-hari. Secara khusus penanaman nilai-nilai keagamaan bagi anak adalah terutama akhlak yang terpuji. Dan hasil pengamatan yang saya lakukan pada sekolah tersebut sangat baik situasi, tempat, perilaku siswa dan guru cukup kondusif. Dan hasil wawancara pun sangat lancar. Bahwa yang diupayakan sekolah berjalan dengan baik.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas upaya yang dilakukan sekolah harus ditingkatkan sehingga perilaku atau ahklak siswa baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada di sekolah tersebut, terutama akhlak perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
74
75
Upaya menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik kepada anak didik, seharusnya dari pihak orang tua dirumah ataupun guru disekolah, hendaknya semua pihak dapat memberikan contoh terlebih dahulu untuk menunjukkan sikap dan perbuatan yang menyimpang dari norma agama ataupun norma sosial. Kita harus banyak memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada anak mengenai pergaulan yang baik, agar ia tidak terlalu terbawa oleh arus zaman yang semakin hari semakin berkembang, baik dalam perkembangan ilmu dan teknologi ataupun perkembangan informasi.
C. Saran 1. Bagi keluarga, Tanamkan akhlak sejak dini pada anak, karena dengan akhlak mereka akan mempunyai sikap yang baik dan jujur. 2. Bagi pendidik, Untuk mendapatkan kebaikan didunia dan akhirat, tidaklah sekedar keinginan saja tetapi memerlukan perjuangan yang sungguh-sungguh dalam aktivitas sehari-hari 3. Karena anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan irama dan ritme perkembangan kejiwaan anak, masing-masing memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi anak secara baik tanpa ada hambatan. Sebenarnya orang tua mempunnyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap pendikan anaknya. Dan keluarga yang merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama, wajib memberikan pendidikan agama islam dan menjaga anaknya dari api neraka.
76
DAFTAR PUSTAKA
Alpiyanto, Menjadi Juara dan Berkarakter Mulia, (Bekasi: Grafika Media, 2013), Cet.1. Asmaran As., M.A., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet.3. Bahreisj, Husein. Ajaran-ajaran Ilmu Akhlak Ghazali, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981). Basri, Hasan, Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Cet. 1. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Al-Hasyr: 2. Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005). Fadjar A Malik, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta, Fajar Dunia, 1999), Cet. 1. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN, Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: 2011). Ismail Asep Umar Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita, 2005), Cet.1. Koesoema A Doni, Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Jaman Global, (Jakarta: PT Grasindo, 2007). Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2002), Cet. 16. Linda&Richard, Mengajarkan Nilai-nilai Kepada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 1995). Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1, (Jakarta, Kalam Mulia, 2009). Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama,(Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992). Marimba Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan. Masri Singarimbun, Effendi Sofian, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 2011), Cet. 4.
77
Moh Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005). Muhaimin, Dkk. Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007). M Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996) Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2003), Cet. 3. Nahlawi Abdurrahman An, Pendidikan Isalm dirumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta, Gema Insani, 1995) Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2012), Cet.11. Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 3. Prijodarminto, (1994) Rahmat, Syafe’i, Al-Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2000). Rosyadi,Khoiron, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2004), Cet.1. Salim, Abdullah, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, Jakarta: PT Media Da’wah, 1994. Sudjana, Djudju, Evaluasi program pendidikan luar sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet.1. Tatang, Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama, 2009). Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005). Ulwan, Abdullah Nashih, Pesan untuk Pemuda Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), Cet.5. Wijaya, Albert Hendra, Kejujuran dalam Pendidikan. Webbset. (2008). Yani, Ainusysyam, Fadlil, Pendidikan Akhlak. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta, Ilmu Jiiwa Agama,2005), cet.Ke-17.
REFERENSI
Nama
Hamidah
NIM
181001 1000035
Jurusan
Pendidikan Agama Islam Penanaman Nilai-niali Akhlak Pada Siswa SDIT Nurul Amal
Judul Skripsi
No
Referensi dan Halaman Buku
Paraf Pembimbins
BAB
I
Nata Abuddin, Akhlak Tasatvuf, (Jakarta, pT Raja Grafirulo Persa4a, 2012), Cet.11, h.155 Daradjat Zakiah,Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta,Ilmu Jiiwa Agam42005), cet.Ke -17, h. 43 Nata Abuddin, Akhlok Tasowuf, (JakartA pT Raja Grafrndo Persada, 2012), Cet.l l, h.66 Syafe'i Rahmat, Al-Hadis, (Bandung: Pustaka Seti4 20Aq,
I 2. J.
4.
h.80 5. 6.
7. 8.
9.
Fadjar A Malik, Reorientasi Pendidikan Islam,(Jakart4I Fajar Dunia, 1999), Cet. l, h. 35 An Nahlawi Abdurrahman, Perxiidikan isalm dirumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta Gema Insani, 1995), h. 25 Daradjat Zakiah,Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta Bulan Bintang, 1996), Cet. 15,h.57 Daradjat Zakiah,Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta, Bulan Bintang, 1996)Set 15, h. 56 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf l, (Jakarta, Kalam Mulia, I
2009),h.48
BAB 1
2. a
J. 4. 5.
7. 8. 9.
/-tr^['-
/?{
rrr
-'il ,r{ -1r{ ,?{
--4*(
11
W.JS. Purwadarminta, Kamus (Jmum Bahasa Indonesia. (Jaka4a, Balai Pustak4 i999), h. 677 Hamalik Oemar, D as ar - Das ar P engemb angon Kur ikulum, (Ban
rye6) 6.
-_7d-
DepartemenAgam4 Al-Qur'an dan Terjemaft, e.S. AlHasyr: 2,h.915 Basri Hasan, Ahmad Saebani Beti,Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2010), CeL 1, h.148-149 Nata Abuddia llmu Pendidikan Islam, fiakarta, Kencana, 2010), Cet.l,h. 62 Daradj at Zakiah, Dhk. M e t o di k Khu s u s P e n s ai ar a n
/1"( ,"( -*('
.tK
zr/ /^(
/h( /rh)
10. 11.
72. 13.
t4. 15.
16.
t7. 18.
t9. 20.
Asama,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 1995). h.192-196. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT RaiaGrafindo Persad4 2005), h. 9-10 Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf, (Jakarta, PT Mitra Cahaya Utama200 5')" Cet.2, h.25 Daradjat Zak
shaff:2-h.928 Departemen Agamq Al-Qur'an dan Terjemoh, Q.S. AlBaqarah: 44,h.16 22. Ulwan Abduilah Nasih, Pesan Untuk Pemuda Islam, (Jakarta: Gema Insan Press, 1993), h. I 10-113 23. Ardani Moh, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), h. 38-39 24. Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 21
20t2\.h.
156
25. Desmita, Psikologi Perkembangarz, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2AA5), h. 208 .A Muhaimin, Dkk. Kuwasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), h.263 -269
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf l, (Jakarta: Kalam Mulia 2009). h.43-46 28. Daradjat Zakiah, Dasar-Dosar Agama Islam, (Jakarta: Rulan Bintane.199O.h.255 29. Ardani Moh, AkhlakTasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005)" h. 6l 30. fudani Moh,AkhlakTasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 200s). h. 63 '27.
BAB I 2. a J.
/r(
,/il ,t/t/
,N
,4
/r{
,/h'{ /{
/r{' -?/ ,"{
.?{ .'"/
,4r{ /h{
,rrrr
ld /h/ ,?"/
III
Singarimbun Masri, Effendi Sofian, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 20ll), Cet. 4, h.3 Dr. Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandune: PT Remaia Rosdakarya.2002\. Cet. 16. h.4 Sudiana Diudiu, Evaluasi program pendidiknn luar sekolah,
2^a d__.44
TL}
(Bandwrg: PT Remajq-frtostilakarya 20A6\,Cet.t, n. tq9 4. 5.
6. 7.
Swiono, itetode P en&*qA Mulyana Deddy, Metodohsi
,'thr/ ,"{
Kuan@
P enelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya20O3), Cet. 3, h. lgl Singarimbun Masri, Metode penelitian Survii, llakarta: LP3ES, Indonesia, I 989), h.192 Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan UDi.: pedon"" Penulisan Sbipsi, (Ciputat: 201 1), h.56
,4'( //
/v/
Dosen Pembimbing
Dr. Masan, Af M.Pd NIP. 19510716 198103
I
005
gIRITA. wAwAIYCARA DENGAIY GT]RU PEITDIDIKAI\I AGAMA TSLAM
Nama Jabatan Had Tempat
: Moh. Abdut
Munir S.Ag
: Guru Bidang Studi Agama Islam : Rabu
:
l2pebn:ai2AD
SDITNurul Amal
Pertanyaan-jawaban 1. Bagaimana upaya bapak memberikan pengawasan terhadap
pergaulan siswa disekolah ini sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan?
Dengan melal
lebih dewasa ataa tidak dan lainlain. Juga dengan mengadakan bimbingan konseling.
2. Menurut pengamatan bapalq bagaimana akhlak siswa kepada guru disekolah
i
ini?
sangat baik
3. Dalam Al-Qur'an
Allah mengajak manusia untuk
saling
membantu dqlam kebaikan, bagaimana tanggapan bapak' melihat siswa saling 4eneontek dalam memberikan jawaban ujian?
Alhamdulillah disekolah kami kejujuran sudah ditanamkan sejak dini,
jadi sejauh ini kami belum pernah mendapatkan siswa yang saling mencontek ketika ujian.
4. Bagaimana
bentuk akhlak kepedulian siswa
terhadap
Iingkungannya? benhrk akhlak terhadap lingkungan sudah diajarkan oleh Al-qur'an,
dan bagaimaqa caranya kita bisa menjaga lingkungan dengan cara
tidak menebang pohon dan membuang sampah sembarangan,
dan
sayang kepada alam disekitar kita.
Apa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui disekolah dalam mencapai pembenfukan akhlak siswa, dan bagaimana mengatasinya?
faktor pendukung adanya team work yang kuat antar sesama guru disekolah maupun antar guru dan orang tua siswa. Dan faktor penghambat kurangnya komunikasi orang tua dan guru, pengaruh pergaulan yang tidak baik diluar lingkungan sekolah (rumah), orang
tua yang belum bisa diajak kerjasama dengan guru dalam menangani permasalahan anaknya. 6.
Menurut bapalq apakah siswa disini sudah memiliki kesadaran
diri yang baik? kesadaran akan keteladanan adalah sikap atau perilaku yang meliputi perkataan dan perbuatan terpuji yang bisa diikuti atau dicontoh oleh
orang lain (siswa). Dan guru yang bisa dijadikan tauladan oleh siswa adalah guru yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi
juga memberikan pendidikan seperti Tut Wuri Handayani, guru juga bisa sebagai orang tua bahkan bisa menjadi teman dalam batas-batas kewajaran. 7.
Menurut bapab apakah yang dimaksud dengan akhlak terhadap sesama manusia?
akhlak terhadap manusia adalah manusia sebagai mahluk sosial secara pungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, dan islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, tetangg4 caranya dengan memuliakannya memberi bantuan dan pertolongan.
Ketika bapak menerangkan pelajaran, apakah bapak
selalu
memasukkan nilai- nilai karakter kedalam materi tersebut? secara khusus belum, tapi secara umum sudah hampir seluruhnya, siswa sudah mampu menyadari tentang belajar itu ap4 waktu masuk sekolah jam berapa dan sudah bisa mengikuti peraturan sekolah.
w t :
-
Tamepra*g, 12 pekrlui 2014 Gruu Bidmg
SMi
Agama Islam
BERITA WAWAT\CARA DENGAN GURU PEIIDIDIKAI\ AGAMA
ISLAM Moh. Abdul Munir S.Ag
Nama
:
Jabatan
: Guru Bidang Studi Agama Islam
Hari
: Rabu
Tempat
: SDITNurul Amal
12pebruai29l2
Pertanyaan-jawaban 1. Bagaimana upaya bapak memkrerikan pengawasan terhadap
pergaulan siswa disekolah ini sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan?
Dengan melakukair pendekatan-pendekatan seperti menanyakan kepada mercka tentang pergaulan dirumah banyak negatifnya atau tidak, misalnya sering bermain diwarnet tidak? Bergaul dengan yang
lebih dewasa atau tidak dan lain-lain. Juga dengan mengadakan bimbingan konseling.
2. Menurut pengamatan bapak, bagaimana akhlak siswa kepada guru disekolah ini? sangat
baik
3. Dalam Al-Qur'an
Allah mengajak manusia untuk saling
membantu dalam kebaikan, bagaimana tanggapan bapak, melihat siswa saling rnencontek dalam memberikan jawaban ujian?
Alhamdulillah disekolah kami kejujuran sudah ditanamkan sejak dini,
jadi sejauh ini kami belum pernah mendapatkan siswa yang saling mencontek ketika ujian.
4. Bagaimana
bentuk akhlak kepedulian siswa
terhadap
lingkungannya? bentuk akhlak terhadap lingkungan sudah diajarkan oleh Al-qur'an,
dan bagaimana caranya kita bisa meqjaga lingkungan dengan cara
),1'
tidak menebang pohon dan membuang sampah sembarangan, dan sayang kepada alam disekitar kita. 5.
Apa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui disekolah dalam mencapai pembentukan akhlak siswa, dan bagaimana mengatasinya?
faktor pendukung adanya team work yang kuat antar sesama guru disekoiah maupun antar guru dan orang fua siswa. Dan faktor penghambat kurangnya komunikasi orang tua dan guru, pengaruh pergaulan yang tidak baik diluar lingkungan sekolah (rumah), orang
tua yang belum bisa diajak kerjasama dengan guru dalam menangani permasalahan anaknya. 6.
Menurut bapak, apakah siswa disini sudah memiliki kesadaran diri vang baik? kesadaran alian keteladanan adalah sikap atau perilaliu yang meliputi
perkataan dan perbuatan terpuji yang bisa
diikrti
atau dicontoh oleh
orang lain (siswa). Dan guru yang bisa dijadikan tauladan oleh siswa
adalah guru yang tidak hanya memberik-an ilm'r pengetahuan tetapi juga memberikan pendidikan seperti Tut Wuri Handayani, guru juga bisa sebagai orang tua bahkan bisa menjadi teman dalam batas-batas kewajaran.
7. Menurut
bapak, apakah yang dimaksud dengan akhlak terhadap
s€sama manusia?
akhlak terhadap manusia adalah manusia sebagai mahluk sosial secara pungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, dan islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, tetangga" caranya dengan memuliakannya memberi bantuan dan pertolongan.
8. Ketika bapak
menerangkan pelajaran, apakah bapak selalu
memasukkan nilai- nilai karakter kedalam materi tersebut? secara khusus belum, tapi secara umum sudah hampir selgruhnya, siswa sudah mampu menyadari tentang belajar itu apa" waktu masuk sekolah jam berapa dan sudah bisa mengikuti peraturan sekolah.
?
Tangqurg,
12 pe-bruari 2014
Guru Bidang Studi Agama Islam
s.Ae)
BERITA WAWAI\CARA DENGAI\ KEPALA SEKOLAH Nama
Munawaroh S.Ag
Jabatan
Kepala Sekolah
Hari
Rabu, 12pebrvan2Al4
Tempat
SDIT Nurul Amal
Pertanyaan-jawaban
1. upaya apa yang dilakukan daram mendorong pengajar unfuk berprestasi? Pihak sekolah dan para guru selalu memberikan motivasi dan dorongan supaya mereka rajin dan bersungguh-sungguh dalam belajar, bukan hanya belajar untuk duniawinya saja tetapi untuk akhirat juga, karena apabila mereka bersungguh-sungguh datam belajar maka hasilnya pun akan baik dan kedepannya mereka akan menikmati hasilnya sendiri.
2.
usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh pihak sekolah dan guru
yang berhubungan dengan pendidikan agama islam untuk menumbuhkan dan membenfuk sikap keberagaman siswa? usaha yang dilakukan dari pihak sekolah guna membentuk sikap keberagaman siswa diantaranya adatah dengan diadakannya kegiatan
ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua siswa. Kegiatan ini adalah kegiatan yang dilalnrkan untuk menambah wawasan tentang pengetahuan aguma. Kegiatan lain yang diadakan adalah memperingati
hari-hari besar islam seperti maulid, isra'mi'raj, dan penyantunan kepada pakir miskin.
3- Metode pengajaran apa saja yang biasa ibu terapkan
dalam
pelajaran pendidikan agama islam? Dalam menggunakan metode pengajara4 banyak sekali metode yang saya gunakan yaifu sesuai keadaan sertia materi yang sedang diajarkan
diantaranya metode cerarnah, tarrya jawab, diskusi, peraktek, pemberian tugas dan lain-lain. Tetapi pada umumnya metode yang
sering saya gunakan adaalh ceramah, praktek, tanya jawab serta pemberian tugas.
Menurut ibu bagaimana peranan pendidikan agama islam baik pendidikan agama islam dikelas maupun kegiatan keagamaan
yang ada di SDIT Nurul AmaI dalam membenfuk sikap dan akhlaknya? Pendidikan agama islam sangat berperan dalam membentuk sikap keberagaman siswa siswinya akan tetapi itu semua tidak terlepas dari
peran orang tua siswa dirumah. Oleh karena itu pihak sekolah dan orang tua harus bekerjasama dalam membentuk sikap keberagaman siswa. 5.
I)alam meningkatkan ibadah siswa, kegiatan keagamaan apa yang diadakan disekolah ini? Kegiatan keagamaan seperti Wtayaan maulid, santunan kepada pakir
miskin, anak-anak yatim, kaum dhuafa dan peringatan 10 muharram dan kegiatan sanlat.
Menurut ibu, apakah ajaran agama disekolah ini
telah
ditanamkan dengan baik?
Ya, benar, hal
ini
dapat terlihat dengan adanya pelaksanaan shalat
sunnah tlhuhq shalat zuhur dan asar berjamaah, serta
wiiid dan doa
setelah salat, sikap hormat dan santun kepada guru dengan mengucapkan salam atau bersalaman ketika bertemu, dan nilai-nilai
kejujuran seperti apabila menemukan uang seberapapun besarnya langsung diberitahukan kepada guru.
7. Apa faktor dalam
pendukung dan penghambat yang ditemui disekolah
ffifncanai menBffiinya?
pembentukan akhlak siswa, dan bagaimana
faktor ggndukung adanya team work yang kuat antar sesama guru g** dan orang tua siswa. Dan faktor disekolq[r maupun
T1*
penghampat kurangnyq komunikasi orang tua dan guru, pengaruh
'F-#
penghambat kurangnya komunikasi orang tua dan
gurq
pengaruh
pergaulan yang tidak baik diluar lingkungan sekolah (rumah), orang tua yang belum bisa diajak kerjasama dengan guru dalam menangani perrrasalahan anaknya
Pembiasaan apa yang dilaliukan disekolah,
bila belum mulai
masuk untuk belajar? Seperti biasa yang dilalokan oleh guru dan siswanla sebelum masuk
kelas mereka akan melakukan berdoa bersama atau fisualisasi untuk
kegiatan dihari
ini,
agar lebih mudah dalam mendidik
penyampaian pelaj aran kepada siswa-siswinya.
Tangerang, 12 pebnnri 201 4
Nurul AmaI
dan
\_*
1.
Berilah tanda silang (x) pada a, b, c, dan d, pada jawaban yang henar
l.
3.
!
Nama-nama yang baik bagi Allah disebut........
a KalimatToyyiban
c. Asmaul Husna
b. Asmaul Haq
d.
a. Semangat
c. Kebal
b. Malas
d. Keengganan
J{SlaLll
artinya...........
a. Segala puji bagi
Allah
b. Tiadatuhan selain Allah
4.
5.
Alarrul Husna
c. Maha suci Allah d. Allah maha besar
Mengingat kebesaran Allah akan menghindarkan kita dari sifat....
a Rendahhati
c. Rendah
b. Tinggi hati
d. Tawadhuk
diri
Ucapan Jsl.hll disebut baca'an......
a. Tahlil
c.
b. Takbir
d. Tasbih
a
Senang
c. Mahmudah
b.
Sombong
d. Terpuji
Talmid
a. Kedudukan
c. Kesehatan
b. Kemuliaan
d. Kekayaan
8.
9.
Nabi Isa As, lahir tanpa bapak maupakan
buld.........
a- I&ajaihnalam
c. Ko,majuantehnologi
b. Kecerdasarr
d. Kebesaran Allah
otaft nranusia
Apabila ada teman memuji kalim hendaklah kalian mengembalikan pujian
tersebutke@a...
a.
Presiden
b. Allah 10.
&ang
c. Ularna
d. Penguasa
yang tidak pernah bersyukur kepada Allah maka hidupnrya akao.
a Menyerungkan
c. Mendapdeahala
b.
d. Mmyuramkan
Mernbahagiakan
Tangerang,12rrrarct2014
Atrifia
KUNCI JA\TIABA}.I:
1.C
2.A 3.D 4.8 5.8 6.B 7.C 8.D
9.8 r0. D
. . ..
fr sselprn uplpikurn
Erys den tern an-temsn sekolph di gerb*ng noenqju sekolsh ssye
Wr.Wb
sDIf .lrfuru[ flrns[,,ioi proto
Erya dpn tempn-teman senget gembira Siss bersekolsh
Oh rya sebelurn mpsuk ssye dsn temen-temen hsrus rnen$isi *bsen/dsftar hedtr, kenoi bertuges seesre bve$ant"im
f.,'',, t il II It Irllrtri
Ksl"au
ini mulsi nossu] hel,awen sekoleh
WehJ Tte[,sman sekolphnye eukup [,aos yol
Krl[,su
ini ksntot, tewpet pend*ftat o r*rol,
Nsh
ks["euroi rur.rg
k*[r, ,ry*
Jr*-rrr*-rr,
kpnei sedeng pernbiesppn se6e[um
pelajwsl inti
"rt-n
dinoulai.
U-fr.i*;*
"\rsh kela u
ini gwa-gzxuyang bertuges di EDIf Afurul flmsl.
S?ITI9Ifi
GURU DAI{ ilURID SD rliLB.
* Uil eF: m=
t--l+ll
UFIF
,,!
TERPADU I{TJRL[-
AIIL
:AEfrl -l:;rrt
-:.-:jj!:--:r*?"!-;,li
ril,;,r
r;B$ t-lle;
.
Dsn kentinnye puh senfitrapih dsn 6ersih.
Eelmoet berpisah, de:n sanopai jumps [egi.
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
: Terbit : No. Revisi: :
01
Hal
111
No.
Dokumen
Tgl.
FORM (FR)
Jl. h. H. JuaNa No 95 Ciputat 15412 lndonesia
FITK-FR-AKD-066
1 Maret
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI Nomor : Un.O 1/Ft./I(M Lamp. :......
Hal
.Ol 3
l.l.b.ltl2\l23
Jakarta, 16 Desember 2013
: Observasi
Kepada Yth.
Kepala SDITNurulAmal
Di Tempat
As
s
alamu' al aikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama
: Hamidah
NIM
:1810011000035
Jurusan
/Prodi
Semester
: Pendidikan Agama Islam :
VII (Tujuh/Putaran X (Sepuluh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa tersebut memerlukan obserrasi untuk penelitian skripsi. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan banfuannya.
Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Was
s
alamu' alaikum wr.w b.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
2010
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No.
Dokumen
FORM (FR)
: :
FITK-FR
1 Maret 2010
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 0412 lndonesia
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELTTIAN Nomor : Un.01/F. 1/KM.O1 ,3t.lb.F.?.t2013 Lamp. : Outline/Proposal : Permohonan lzin Penelitian
Jakarta,
16 Desember 2013
Hal
Kepada Yth. Kepala Sekolah SDIT Nurul Amal podok Cabe
Di Tempat
Assal am u' al aiku m wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama NIM JuTusan
: PAI DUAL MODE
Semester
:
skripsi
:
Judul
: Hamidah
: 1810011000035
X (SEpULUH) "Penanaman Nilai-nilai Agama lslam pada siswa sDIT Nurul
Amal"
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset)
di
instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk
itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan
melaksanakan penelitian dimaksud.
mahasiswa tersebut
Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' al ai ku m wr.wb.
a.n. Dekan
Tembusan: Dekan FITK Pembantu Dekan Bidang Akademik Mahasiswa yang bersangkutan
1. 2. 3.
AGAil]IA
JAKART'A FITK Jl. lr. H. JuaNa No 95 Ciputat 15412 ldonesia
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.0 llF. 1A(M .01.3 I ...19.6.1. tzotg Lamp. : : Bimbingan Skripsi
J
akart423 Desember
20 1 3
Hal
Kepada Yth.
Drs. Masan AF, M.Pd Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. As s alamu' al aikum
Dengan
wr.wb.
ini
diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing
llll
(materilteknis) penulisan skripsi mahasiswa: Nama
HAMIDAH
NIM
181001 1000035
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Semester
VII (Tujuh/Putaran : X (Sepuluh) ,PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA
Judul Skripsi SDIT NURUL
AMAL"
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 14 Desember 2013 , abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlq_ mohou- pgmbimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
I t
I
Bimbingan skripsi
ini
diharapkan selesai dalam waktu
6 (enam) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnyatanpa surat perpanjangan. I
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Was
s
al amu' alaihtm wr.wb.
lr Agama Islam
I
M.Ag.
I Tembusan: Dekan FITK Mahasiswa ybs.
1. 2.
002