1
TESIS
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II SDIT NURUL ISLAM TENGARAN (Penelitian Tindakan Kelas di SDIT Nurul Islam Tengaran)
Disusun Sebagai Tesis Guna Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh : Indrawati NIM S 810908407
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2
LEMBAR PERSETUJUAN
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 2 SDIT NURUL ISLAM TENGARAN (Penelitian Tindakan Kelas di SDIT Nurul Islam Tengaran)
Disusun oleh: Indrawati NIM S 810908407
Tesis ini telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing 1
Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd
.............................
Pembimbing 2
Prof. Dr. H. Soetarno J, M.Pd
.............................
Mengetahui, Ketua Program Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. Mulyoto, M.P
3
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan.
Pada hari
: ………………………………
Tanggal
: ………………………………
Tim Penguji Tesis: Ketua
: Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd
Sekretaris
: Dr. Nunuk Suryani, M. Pd
Anggota 1
: Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd
Anggota 2
: Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd
……………… ……………… ………………
Mengetahui, Ketua Program Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd
………………
4
ABSTRAK
Indrawati, 2009. Nim: S.810908407. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku di SDIT Nurul Islam Tengaran tahun pelajaran 2009/2010 bahwa siswa dinyatakan kompeten dalam Standar Kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika, apabila hasil tes belajar siswa memperoleh nilai sekurang-kurangnya mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 (tuju puluh). Tetapi dalam kenyataan dari hasil tes kemampuan awal menunjukkan nilai hasil tes belajar siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran hanya 15 siswa dari jumlah siswa keseluruhan 24 siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sebesar 70 (tujuh puluh). Sedangkan sisanya sebanyak 9 siswa masih memperoleh hasil kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 (tujuh puluh). Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SDIT Nurul Islam; 2) untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SDIT Nurul Islam. Lokasi penelitian adalah SDIT Nurul Islam Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan subyek penelitian yaitu siswa kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran. Sebagai kolaborator adalah teman sejawat yang bernama Siri Rofi’ah, S.Pd. Siklus aktivitas penelitian meliputi penetapan fokus masalah penelitian, perencanaan tindakan perbaikan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interprestasi, analisis dan refleksi, dan perencanaan tindak lanjut. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan tes, sedangkan analisis data menggunakan analisis kritis dan analisis komparatif. Kesimpulannya: 1) penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran; 2) ada peningkatan pencapaian standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah, sekurang-kurangnya mencapai nilai KKM sebesar 70 melalui penerapan pembelajaran tematik. Kata kunci: tematik, peningkatan kualitas belajar dan pestasi belajar
5
ABSTRACT
Indrawati, Nim: S.810908407. The Implementation of the Thematic Learning Approach in Improving Learning Quality and Learning Achievement of the Students in Grade II of Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam, Tengaran. Thesis: The Graduate Program in Educational Technology, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010 According to the Educational Unit Level Curriculum (KTSP) occur in Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran Semarang Regency in the school year of 2009/2010 that the student is considered as competent in the Competence Standard of using the measurement of time, long, and weight in mathematic lesson, when the result of students learning test reaches at least the Minimum Passing Criteria (KKM) of 70 (seventy). But in fact, the result, the result of precede competence test shows that the result value of student learning test of Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran in the even semester school f 2009/2010 year, it is only 15 students of 24 student who reach the predefined Minimum Passing Criteria 70 (seventy), while the rest 0f 9 students still reach the value below the predefined Minimum Passing Criteria (KKM) of 70 (seventy). This research aims at find out: 1) the implementation of the thematic learning approach in improving the learning quality at Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran; 2) the implementation of the thematic learning approach in improving the learning achievement of the students in Grade II of Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran. This Research was conducted at Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam, Tengaran, Semarang regency. The moderator was peer teacher named Siti Rofi’ah, S.Pd. The research activitiy cycle included: determining the research focus, planning the improvement action, implementing the action, observing and interpreting, analyzing ang reflecting, and planning the follow up action. Technique of collecting data employed was observation, interview and test, while the data analysis was done using critical and comparative analyses. The results of the research are as follows: 1) the implementation of the thematic learning approach is able to improve the learning quality of the students in Grade II of Integrated Islamic Primary of Nurul Islam, Tengaran, 2) there is an improvement of Basic Competence Achievement in using measurement of time, long, and weight in problem solving, reaching at least the Minimum Passing Criteria (KKM) of 70 (seventy) using a themetic learning approach. Keywords: thematic, to improve the learning quality and learning achievement.
6
MOTTO
Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan. ( QS. 53 Surat An Najm: 39) Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 153) Bekerjalah untuk duniamu seakan akan kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan akan kamu akan mati besok. (Al Hadis) Silahkan kamu hidup dengan polah tingkah sesukamu, tetapi ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu akan mati. (H.R Bukhori) Orang yang sukses akan memetik manfaat dari kesalahannya, dan mencoba lagi dengan cara yang lain. (Dale Carnege) Semua impian bisa menjadi kenyataan apabila kita berani mengejarnya. ( Walt Disney)
7
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT tesis ini ku persembahkan untuk: ü Suamiku tersayang yang selalu mendoakan dan setia menemani perjalanan hidupku ü Ayah dan ibu tercinta yang selalu menghiasi hidupku dengan doa-doanya ü Sahabatku Ita, Mia, Baroroh, dan Mei yang selalu memberi ku semangat untuk selalu belajar ü Semua temanku di SDIT Nurul Islam yang selalu mendukung dan membantu ku.
8
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Indrawati
NIM
: S. 810908407
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik dalam rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran) adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Januari 2010
Yang membuat pernyataan,
Indrawati
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas bantuan serta dukungannya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis ucapakan antara lain kepada: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program Pascasarjana UNS Surakarta. 2. Direktur Program Pasca Sarjana (PPs) UNS Surakarta beserta staf yang telah memberikan ijin dan dukungan demi terlaksananya penelitian dalam rangka penulisan tesis ini. 3. Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dan semangat untuk menulis tesis sebaik mungkin, sehingga tesis dapat terselesaikan menjadi lebih sempurna. 4. Prof. Dr. Soetarno, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan tekun, sabar dan selalu menyempatkan waktu untuk membimbing dalam penyelesaian tesis, sehingga tesis ini bisa menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. 5. Suamiku Mas Dani yang selalu mendoakan dan memberiku semangat serta menemani untuk menyelasaikan tesis ini. 6. Orang tuaku tersayang, Bapak Solikin dan Ibu Endang Nuryati, adikku terhebat Dwi Rusiana dan Alisma yang selalu memberikan do’a restu, motivasi, dan memberikan pengorbanan yang besar selama pengerjaan tesis ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kasih sayang-Nya. Amin.
10
7. Ustadzah Suminah, S.Ag selaku Kepala Sekolah SDIT Nurul Islam Tengaran, yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian di SDIT Nurul Islam Tengaran. 8. Ustadzah Siti Rofi’ah, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SDIT Nurul Islam Tengaran, yang telah bersedia menjadi observer/pengamat selama penelitian ini berlangsung. 9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Penulis telah berusaha yang terbaik untuk mengerjakan dan menulis tesis ini agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada penulis pribadi dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan Sekolah Dasar. Namun karena keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis, maka tesis ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini tidak hanya bermanfaat untuk penulis sendiri, tetapi juga semua pembaca khususnya guru Sekolah Dasar dan perkembangan ilmu pengetahuan umum, Amien.
Surakarta,
Januari 2010
Penulis
11
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.....................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ………………………
iii
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………...
iv
HALAMAN ABSTRACT ……………………………………..……...
v
HALAMAN MOTTO …………………………………………………
vi
PERSEMBAHAN …………………………………………………….
vii
PERNYATAAN ………………………………………………………. viii KATA PENGANTAR …………………………………………………
ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………….
xv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………....
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… xvii BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………
7
C. Perumusan Masalah ...........................................................
8
D. Tujuan Penelitian ...............................................................
8
E. Manfaat Penelitian ............................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………….
10
A. Landasan Teori ...................................................................
10
12
1. Pembelajaran Tematik ………………………………..
10
2. Kualitas Pembelajaran ……………………………….
27
3. Prestasi Belajar Siswa ………………………………..
33
4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran …………………
36
B. Penelitian yang Relevan .....................................................
42
C. Kerangka Berfikir ..............................................................
44
D. Hipotesis Tindakan ............................................................
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………..
48
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….
48
1. Tempat Penelitian ……………………………………
48
2. Waktu Penelitian ……………………………………..
48
B. Pendekatan Penelitian ……………………………………
48
C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas .................................
53
D. Subyek Penelitian ..............................................................
57
E. Data dan Sumber Data ……………………………………
58
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….
59
G. Validitas Data …… ………………………………………
61
H. Teknik Analisis Data .........................................................
62
I. Indikator Kinerja …………………………………………..
63
BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………….
64
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………………
64
1. Kondisi SDIT Nurul Islam Tengaran ………………..
64
2. Visi dan Misi SDIT Nurul Islam Tengaran ………….
65
13
3. Sarana Pendukung Program ………………………….
66
4. Kondisi Siswa SDIT Nurul Islam ……………………
67
5. Kurikulum di SDIT Nurul Islam Tengaran…………..
68
B. Refleksi Awal .. …………………………………………..
74
C. Analisis Pencarian Fakta ………………………………….
77
D. Gambaran Tentang Kondisi Awal Siswa ………………...
78
E. Deskripsi Penelitian Siklus I………………………………
80
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik 2. Pelaksanaan Tindakan ………………………………...
83
3. Observasi ……………………………………………..
87
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus I ………
93
F. Deskripsi Penelitian Siklus II……………………..………
97
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik ………
97
2. Pelaksanaan Tindakan ………………………………...
101
3. Observasi ……………………………………………..
105
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus II ……
108
G. Deskripsi Penelitian Siklus III………………………….…
110
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik ………
110
2. Pelaksanaan Tindakan ………………………………...
113
3. Observasi ……………………………………………..
117
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus III .……
120
H. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………
120
I. Keterbatasan Penelitian ……………………………………
130
14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………..........................
132
A. Kesimpulan ………………………………………………….
132
B. Implikasi …………………………………………………….
132
C. Saran ………………………………………………………… 134 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
136
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………... 139
15
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Dimensi dan Indikator Kualitas Pembelajaran ………………..........
32
Tabel 2. Jadwal Pelajaran SDIT Nurul Islam Tahun Ajaran 2009/2010 …….
69
Tabel 3. Penentuan KKM Mata Pelajaran Matematika Semester Ganjil ……
72
Tabel 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Semester Ganjil …….. 74 Tabel 5. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan...
75
Tabel 6. Indikator Penilaian Kualitas Pembelajaran ………………………… 76 Tabel 7. Asumsi Penyebab Masalah …………………………………………
78
Tabel 8. Gambaran Kemampuan Awal Siswa Kelas IID SDIT Nurul Islam.... 79 Tabel 9. Proses Pembelajaran Tematik pada Siklus I …………………….…
82
Tabel 10. Hasil Tes Tertulis Pada Siklus I …………………………………..
91
Tabel 11. Komparasi Kemampuan Awal dan Nilai Siklus I ………………… 92 Tabel 12. Proses Pembelajaran pada Siklus II ……………………………… 99 Tabel 13. Prestasi Belajar pada Siklus II ………………………………….... 106 Tabel 14. Komparasi Nilai pada SiklusI dan Nilai pada Siklus II ………….. 107 Tabel 15. Proses Pembelajaran pada Siklus III ……………………………..
112
Tabel 16. Hasil Tes Tertulis pada Siklus III ………………………………..
118
Tabel 17. Komparasi Nilai pada Siklus II dan Nilai pada Siklus III ……….
119
Tabel 18. Rangkuman Hasil Tes Kemampuan Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III …………………………………………………………. 128
16
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Pendekatan Prosedural …………………………………………
38
Gambar 2. Pendekatan Hierarkies …………………………………………
39
Gambar 3. Langkah-langkah Penetapan KKM ……………………………
42
Gambar 4. Kerangka Berfikir …..…………………………………………
46
Gambar 5. Riset Aksi Model John Elliot …………………………………
51
Gambar 6. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas ……………..………
54
Gambar 7. Grafik Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam ……………..………
68
Gambar 8. Jaringan Indikator Siklus I ……………………………………
81
Gambar 9. Jaringan Indikator Siklus II……………………………………
98
Gambar 10. Jaringan Indikator Siklus III …………………………………
111
17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadwal Penelitian ………………………………………………….
139
2. Kisi-kisi, butir soal dan kunci jawaban dan pensekoran tes kemampuan awal …………………………………………………
140
3. Analisis hasil tes kemamapuan awal ……………………………...
146
4. RRP pada pembelajaran siklus I …………………………………..
148
5. Soal tes siklus I dan kunci jawaban ……………………………….
154
6. Analisis hasil tes kemampuan siklus I……………………………..
158
7. RRP pada pembelajaran siklus II ………………………………….. 160 8. Soal tes siklus II dan kunci jawaban ………………………………. 168 9. Analisis hasil tes kemampuan siklus II…………………………….. 171 10. RRP pada pembelajaran siklus III ………………………………….. 173 11. Soal tes siklus III dan kunci jawaban ………………………………. 181 12. Analisis hasil tes kemampuan siklus III…………………………….. 185 13. Lembar Observasi Kualitas Pembelajaran …………………………. 187 14. Kisi-kisi dan pedoman wawancara ………………………………… 195 15. Daftar nama siswa kelas IID SDIT Nurul Islam …………………… 197 16. Surat-surat keterangan dan ijin penelitian dari instansi terkait ……
198
18
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Saat ini kita akan memasuki milenium ketiga yang sudah di depan pintu. Era ini ditandai oleh berbagai perubahan yang cepat terjadi dan sering tidak diantisipasi sebelumnya. Era globalisasi menjadikan kita terekspos oleh berbagai kejadian dan tuntutan kondisi yang dipersyaratkan di masa yang akan datang. Secara arif perlu dilakukan refleksi terhadap cara kita melengkapi diri dalam memenuhi tuntutan tersebut. Berbagai perubahan tersebut dikomunikasikan melalui informasi dengan berbagai media seperti komputer, data base dan jaringan informasi canggih yang beraneka ragam. Semakin lama semakin canggih informasi yang harus disampaikan ke pamakainya. Apabila kita tidak ingin terpelanting dalam era global tersebut, maka perlengkapan manusia harus disertai upaya belajar. Sementara itu belajar merupakan kebutuhan hidup yang self generating yang mengupayakan dirinya sendiri, karena sejak lahir manusia memiliki dorongan melangsungkan hidup dan menuju tujuan tertentu. Hal tersebut tentu saja karena ikhtiar untuk melangsungkan hidup bersumber dari dirinya, selain juga karena sebagai makhluk sosial ia harus mempertahankan hidup. Demikian juga dorongan esensial dalam diri manusia, yaitu dorongan untuk tumbuh berkembang dan dorongan untuk mempertahankan diri menjelaskan alasan manusia itu belajar. Dengan belajar kualitas sumber daya manusia menjadi meningkat.
19
Dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) anak merupakan sasaran prioritas pembangunan. Oleh karena itu anak-anak harus dipersiapkan dengan baik untuk melanjutkan hidup mereka. Adapun persiapan itu dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan guru agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya. Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada. Padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Untuk menjadi guru yang profesional menurut Sardiman A.M. (2007: 132) tidak hanya dengan modal ijazah, tetapi harus ditambah dengan kemampuankemampuan teknis operasional serta persepsi-persepsi filosofis, terutama yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan berinteraksi dengan pihak yang lain.
20
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa. Disamping itu kurikulum tingkat satuan pendidikan memberi kemudahan kepada guru dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be). Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Rendahnya perolehan hasil belajar menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetarno Joyoatmojo (2003: 22) bahwa
21
kemampuan guru dalam memotivasi peserta didik untuk memperoleh sesuatu yang terbaik dari proses belajar yang dijalaninya merupakan hal yang sangat mendasar. Penelitian ini merupakan suatu proses belajar yang sistematik, artinya kegiatan ini memerlukan kemampuan dan ketrampilan. Orientasi penelitian ini adalah perbaikan pendidikan dengan melakukan perubahan-perubahan dalam mengajar, karena itu kesiapan guru untuk berubah merupakan syarat penting yang sedang dihadapi guru sehingga diperlukan sebuah metode pembelajaran yang efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maria Montessori (2008: 4) bahwa pendidikan harus dipahami sebagai upaya pertolongan untuk menyingkap kekuatan psikis alami siswa. Hal ini berarti bahwa kita tidak dapat menerapkan metode pembelajaran ortodoks yang bergantung pada ucapan. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang efektif sangat dibutuhkan. Dalam penelitian ini metode efektif yang dipilih adalah pendekatan pembelajaran tematik. Pendekatan pembelajaran tematik diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran tematik secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian pembelajaran tematik memberi kesempatan pada siswa untuk memahami masalah yang komplek dengan cara pandang yang utuh. Dengan pembelajaran tematik ini diharapkan siswa memiliki kemampuan mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai, dan menggunakan informasi yang ada disekitarnya secara bermakna.
22
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang atau guru menjelaskan. Siswa yang berada di sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.
23
Pendekatan pembelajaran tematik sudah dilakukan oleh beberapa sekolah, termasuk di SDIT Nurul Islam tetapi hasil yang dicapai belum optimal terutama pada mata pelajaran Matemetika. Hal ini yang menarik perhatian peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas tentang pendekatan pembelajaran tematik di sekolah terutama di SDIT Nurul Islam. Dengan menguasai konsep-konsep pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, guru kelas bawah (kelas I, II, dan III) diharapkan akan mempunyai ketrampilan untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan lebih efektif. Dimulai dari kondisi tersebut diperlukan penelitian mengenai pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Tinggi rendahnya kualitas pembelajaran merupakan hasil dari sebuah proses yaitu proses kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh kondisi orang-orang yang terlibat dalam proses tersebut serta cara mereka bekerjasama. Kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi kriteria yang berfungsi sebagai tolak ukur dalam kegiatan pengembangan profesi baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini diperlukan karena suatu bangsa akan mampu bersaing dalam percaturan internasional jika bangsa tersebut memiliki keunggulan (excellence) yang diakui oleh bangsa lain. Selanjutnya prestasi belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh melalui proses interaktif dalam pembelajaran antara siswa dengan lingkungannya dan dapat diukur langsung dengan tes dan hasilnya dianalisis secara statistik.
24
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan penelitian ini dengan judul “Peneranan Pendekatan Pembelajaran Tematik Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran”.
B. Identifikasi Masalah Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Meskipun pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah berlangsung mulai tahun 2006 namun ternyata masih banyak pendidik dan masyarakat
yang
kurang
memahami
tentang
KTSP
maupun
implementasinya di sekolah, khususnya dalam pengembangan model pembelajaran yang efektif dalam suatu satuan pendidikan. 2. Penerapan pendekatan tematik tidak hanya menyatukan beberapa indikator dalam satu tema, tetapi juga merancang semua aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas. 3. Dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran dituntut menguasai salah satu standar kompetensi yaitu menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah melalui pendekatan pembelajaran tematik yang memperhatikan semua aspek dari siswa dan dilakukan secara berkesinambungan dan berkala.
25
4. Hasil tes kemampuan awal diperoleh data 8 siswa dari 24 siswa kelas IID SDIT Nurul Islam belum mencapai KKM.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini difokuskan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah
penerapan
pendekatan
pembelajaran
tematik
dapat
tematik
dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar? 2.
Bagaimanakah
penerapan
pendekatan
pembelajaran
meningkatkan prestasi belajar di Sekolah Dasar?
D. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik di Kelas II SDIT Nurul Islam. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.
2.
Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan prestasi belajar di Sekolah Dasar.
26
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis maupun segi praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Manfaat Toeritis a. Membantu guru menghasilkan pengetahuan yang baru dan sahih serta relevan sebagai upaya untuk memperbaiki cara mengajar di Sekolah Dasar. b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
2.
Manfaat praktis a. Sebagai acuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Sekolah Dasar. b. Sebagai masukan guna memperbaiki proses pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya serap akhir pembelajaran. c. Mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar. d. Mengetahui kekurangan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar sehingga dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajarannya.
27
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1.
Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik Dalam penelitian ini peneliti menerapkan pendekatan pembelajaran tematik. Pendekatan tematik merupakan pendekatan yang digunakan dalam salah satu model pembelajaran terpadu. Gillian Collins dan Hazel Dixon (1991: 6) mengemukakan bahwa “integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic is the driving force in the curriculum” (pembelajaran terpadu terjadi ketika ada peristiwa atau eksplorasi sebuah topik yang bergerak di dalam kurikulum). Pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling
serta
dalam
rentang
kemampuan
dan
perkembangan
siswa.
Pembelajaran terpadu merupakan cara yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara secara serempak. Dalam pembelajaran terpadu dilakukan penggabungan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna (Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani, 2008: 1.5).
28
Menurut Tim Pengembang PGSD sebagaimana yang dikutip oleh Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani (2008: 1.26) terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang tepat diterapkan di Sekolah Dasar, yaitu model jaring laba-laba (webbing), model keterhubungan (connected), dan model keterpaduan (integrated). Berdasarkan ketiga model tersebut model yang sering digunakan di Sekolah Dasar adalah model jaring laba-laba (webbing). Model jaring laba-laba bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Robin Fogarty (1991: 5) yang mengemukakan “webbed curricula represent the thematic approach to integrating subject matter” (kurikulum yang berbasis jaringan yang mewakili pendekatan tematik terhadap satuan mata pelajaran yang terintegrasi). Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan beberapa konsep dari beberapa mata pelajaran tertentu ke dalam suatu tema umum yang mempunyai cakupan yang luas. Pengembangan model ini dimulai dengan tema tertentu. Tema bisa ditentukan dan dipilih oleh guru sendiri, atau juga dapat disepakati antara guru dengan murid, dan dapat merupakan hasil diskusi antara guru dengan guru lainnya. Setelah tema disepakati kemudian dikembangkan dan disusun sub-sub tema (topik) dengan memperhatikan keterkaitannya dengan mata pelajaran yang dipadukan. Dengan adanya tema menurut Diah Harianti (2006: 5) diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya: 1)
Siswa sudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;
2)
Siswa mampu mempelajari tema yang sama;
3)
Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
29
4)
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5)
Siswa mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6)
Siswa lebih bergairah dalam belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata;
7)
Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk remidi, pematangan, pemantapan, atau pengayaan. Berikut ini adalah kelemahan dalam pelaksanaan model jaring laba-laba
menurut Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani (2008: 26) yaitu: 1)
Kesulitan dalam pembelajaran tematik adalah dalam menyeleksi tema. Hal ini sesuai dengan pendapat Robin Fogarty (1991: 56) yang mengemukakan bahwa “the most serious difficulty with the webbed model lies in the selection of a theme”. (Kesulitan yang paling serius dalam model jaring laba-laba adalah dalam menyeleksi tema);
2)
Adanya kecenderungan merumuskan tema yang dangkal sehingga tidak menyentuh konsep dasar yang menjadi tujuan sebenarnya dari kurikulum;
3)
Dalam
pembelajaran
guru
lebih
fokus
pada
kegiatan
daripada
pengembangan konsep. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Robin Fogarty (1991: 56) bahwa “… teacher can become focused on
30
activities rather than on concept development in this mode”. (Guru terfokus pada aktivitas daripada pengembangan konsep).
b. Landasan Pembelajaran Tematik Penerapan pembelajaran tematik merupakan implementasi dari kurikulum yang berlaku. Pada saat mempertimbangkan pembelajaran ini didasari oleh landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis. Landasan filosofis dari implementasi pembelajaran tematik menurut Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, dan Andayani (2008: 10) sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Berikut ini merupakan pembahasan singkat tentang ketiga aliran tersebut. 1) Progresivisme Aliran ini memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural) dan memperhatikan pengalaman siswa. Menurut C. Asri Budiningsih (2005: 49) aliran ini “mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar”. Dalam aliran ini siswa dihadapkan pada persoalanpersoalan yang harus mendapat pemecahan. Dalam memecahkan masalah siswa perlu memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan pengalaman belajar yang telah dimilikinya. Terdapatnya kesalahan atau kekeliruan dalam proses pemecahan masalah atau sesuatu yang dihasilkan adalah sesuatu yang wajar, karena hal itu merupakan bagian dari proses belajar.
31
2) Konstruktivisme Aliran ini melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. C. Asri Budiningsih (2005: 58) berpendapat bahwa proses belajar konstruktivistik merupakan pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pembangunan kognitifnya. Kontruktivistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menginterprestasikan obyek dan peristiwa yang dialami. 3) Humanisme Menurut C. Asri Budiningsih (2005: 68) “proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia”. Aliran ini lebih mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Landasan psikologis terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi atau materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik diharapkan ada
32
perubahan perilaku siswa yang menunjukkan kedewasaan baik fisik, mental, intelektual, moral maupun sosial. Landasan yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap siswa pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya ( Bab V Pasal 1-b).
c. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Saat ini siswa dituntut untuk mengubah pola pikirnya dari “siswa tahu apa” menjadi “siswa mampu apa”. Adapun prinsip dasar Pembelajaran Tematik yakni sebagai berikut: 1) Terintegrasi dengan lingkungan, maksudnya pembelajaran harus dikemas dalam sebuah format keterkaitan ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari; 2) Bentuk belajar harus didesain agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menentukan tema pembelajaran yang nyata sekaligus menerapkannya; 3) Efisiensi, meliputi penggunaan waktu, metode, sumber belajar yang otentik dalam upaya memberikan pengalaman belajar yang riil kepada siswa dalam mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.
33
d. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai salah satu model pembelajaran di Sekolah Dasar menurut Diah Harianti (2006: 7) pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa Dalam proses belajar mengajar siswa harus ditempatkan sebagai aktivitas. Siswa tidak hanya mempelajari tentang sesuatu tapi bagaimana proses belajar tersebut dapat memperkaya khasanah pengalaman belajar dan mempelajari cara belajar. Proses pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitarnya. Pembelajaran Tematik berpusat pada siswa (student centered) hal ini sesuai dengan pendekatan modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa Pembelajaran lebih bermakna jika siswa bekerja secara langsung (doing) dan mengalami sendiri suatu aktivitas. Guru hanya memberikan ruang yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang berarti kepada siswa. Harapannya siswa menjadi “subyek” bukan “obyek” dalam mengemukakan masalah. Artinya siswa berpeluang dan termotivasi menumbuhkembangkan potensi dirinya secara maksimal. Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman secara langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami halhal yang lebih abstrak.
34
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e. Arti Penting Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsurunsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual
35
antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Berikut ini merupakan beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik menurut Diah Harianti (2006: 6) antara lain sebagai berikut: 1) Pengalaman
dan
kegiatan
belajar
sangat
relevan
dengan
tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia Sekolah Dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; 6) Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan;
36
2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi atau materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana, bukan tujuan akhir; 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah; 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
f. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik Menurut Diah Harianti (2006: 7) ada beberapa rambu yang harus diperhatikan dalam pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut: 1) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan; 2) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester; 3) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan, tetapi dapat dibelajarkan melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri; 4) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral; 5) Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya selalu mempergunakan alat peraga yang sesuai dengan tujuan; 6) Judul maupun jumlah tema yang dipilih atau yang ditentukan oleh masingmasing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat; 7) Agar pelaksanaan dapat optimal, jumlah peserta didik disesuaikan dengan jumlah guru di kelas.
37
g. Langkah-Langkah Dalam Pembelajaran Tematik Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. 1) Pemetaan Kompetensi Dasar Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan. a) Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik; (2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran; (3) Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati. b) Menentukan Tema Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni: (1) Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai; (2) Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan siswa sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
38
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu: (1) Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa; (2) Dari yang termudah menuju yang sulit; (3) Dari yang sederhana menuju yang kompleks; (4) Dari yang konkret menuju ke yang abstrak; (5) Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa; (6) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya. Menurut Endah Sulistyowati (2006: 5) ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu: (1) Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu maupun beberapa mata pelajaran; (2) Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh siswa; (3) Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa Sekolah Dasar sehingga perkembangan kemampuan berfikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal; (4) Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang mengandung subtansi yang lebih luas apabila dibandingkan dengan pembelajaran biasa.
39
2) Menetapkan Jaringan Tema Jaringan tema adalah hubungan antara kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. 3) Penyusunan Silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat, sumber, dan penilaian. Adapun tujuan penyusunan silabus tematik adalah sebagai berikut: a) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik; b) Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan siswa Sekolah Dasar; c) Memberikan ketrampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, dan melaksanakan serta melakukan penilaian dalam pembelajaran. d) Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait sehingga dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik. Silabus dikembangkan berdasarkan pada jaring-jaring tema. Sibalus dapat dirumuskan untuk keperluan satu minggu atau dua minggu, tergantung keluasan dan kedalam kompetensi yang diharapkan. Secara umum, silabus ini diartikan sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok materi yang perlu dipelajari siswa.
40
4) Penyusunan Rencana Pembelajaran Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi: a) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan); b) Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan; c) Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator; d) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup); e) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai; f) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).
41
h. Evaluasi Pembelajaran Tematik 1) Pengertian Evaluasi Pembelajaran Tematik Evaluasi dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. 2) Tujuan Penilaian Pembelajaran Tematik Menurut Diah Harianti (2006: 14) penilaian yang dilaksanakan dalam pembelajaran tematik ini bertujuan untuk: a) Mengetahui percapaian indikator yang telah ditetapkan; b) Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk pengetahui hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran; c) Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap siswa; d) Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan); 3) Prinsip Penilaian Pembelajaran Tematik Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran tematik didasarkan pada beberapa prinsip yaitu sebagai berikut: a) Penilaian di kelas I dan II mengikuti aturan penilaian mata-mata pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa kelas I SD belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis;
42
b) Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II; c) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-masing kompetensi dasar dan hasil belajar dari mata-mata pelajaran; d) Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada kegiatan akhir; e) Hasil kerja siswa dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil keputusan misalnya: penggunaan tanda baca, ejaan kata, dan angka. 4) Alat Penilaian Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup: tertulis, lisan, atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan portofolio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuah buku bantu. Guru juga menggunakan tes tertulis untuk menilai kemampuan siswa. 5) Aspek Penilaian Berdasarkan segi pentahapan kegiatan penilaian harus dilakukan baik pada tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan. Berikut ini merupakan aspek penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan merencanakan pembelajaran tematik yang dikemukakan oleh Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani (2008: 6.7 - 6.8), yaitu: a) Menentukan tema, bahan, dan merumuskan tujuan atau indikator;
43
b) Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran dan sumber belajar. c) Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran tematik. d) Merancang pengelolaan kelas e) Merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian; f) Tampilan dokumen rencana pembelajaran tematik g) Tampilan lembar peta jaring-jaring tematik. Aspek penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik juga dikemukakan oleh Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani (2008: 6.24 - 6.27), yaitu sebagai berikut: a) Melakukan pembelajaran. b) Mengelola interaksi kelas. c) Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran tematik secara bersamaan (isi yang sesuai dengan RPP pembelajaran tematik yang sedang berlangsung). d) Melakukan penilaian proses dan penilaian hasil. e) Kesan umum pelaksanaan pembelajaran. Pada
pembelajaran
tematik
penilaian
dilakukan
untuk
mengkaji
ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada tiap-tiap pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian, penilaian tidak lagi tematik melalui tema, melainkan terpisah-pisah sesuai dengan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator mata pelajaran. Diah Harianti (2006: 15) berpendapat bahwa nilai rapot dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran yang terdapat pada kelas I dan II
44
Sekolah Dasar, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.
2.
Kualitas Pembelajaran
Kemajuan jaman mempengaruhi perkembangan dunia pendidikan terutama adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang ditandai dengan penggunaan berbagai hasil teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran. Kualitas merupakan gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Menurut Glaser sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B. Uno (2007: 153) mengemukakan bahwa “kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang lebih baik”. Untuk pembelajaran sendiri menurut Knirk dan Gustafson dalam Barbara B. Seels dan Rita C. Richey (1994: 4) kata pembelajaran berkenaan dengan permasalahan belajar dan mengajar. Pembelajaran juga merupakan proses terpenting dalam pendidikan. William Glasser (1993: 19) ketika menjelaskan tentang kualitas pendidikan memulai dengan menjelaskan lima kebutuhan dasar manusia : “ love, power, freedom, fun, and survival”. Berangkat dari kebutuhan dasar tersebut, maka kualitas diartikan sebagai “ anything we experience that is consistenly to one or more of the basic needs”. Bertolak dari pengertian tersebut, suatu pendidikan berkualitas apabila mampu memenuhi salah satu atau lebih kebutuhan orang-orang yang terlibat dalam pendidikan terutama siswa.
45
Hoy Charles, Bayne-Jardine, & Margaret Wood (2000: 10) mengemukakan bahwa “quality in education is an evaluation of the process of educating which enhances the need to achieve and develop the talents of the customers to the process, and at the some meets the accountability standards set by the clients who pay for the process or the outputs from the process of educating (kualitas pendidikan adalah suatu evaluasi proses mendidik yang meningkatkan kebutuhan untuk mencapai dan mengembangkan proses bakat siswa, dan di beberapa waktu memiliki standar tanggung jawab terhadap proses atau keluaran dari proses mendidik). Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2007: 153) bahwa kualitas pembelajaran merupakan persoalan bagaimana pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan baik serta menghasilkan hasil yang baik pula. Demi terwujudnya pelaksanaan pembelajaran yang baik dan hasilnya dapat diandalkan, maka perbaikan pembelajaran diarahkan pada pengelolaan proses pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan di kelas dengan disertai keinginan yang kuat dalam perbaikan proses pembelajaran melalui monitoring dan evaluasi. Menurut Soetarno Joyoatmojo (2003: 17) kualitas pembelajaran adalah sebuah istilah yang mengandung nilai yang terkait dengan tujuan, proses, dan standar pendidikan. Pembelajaran yang berkualitas menuntut keefektifan dan efisiensi dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Selanjutnya menurut Reigeluth dikutip oleh Hamzah B. Uno (2007: 156) terdapat empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu “(1) kecermatan
46
penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan tingkat kesalahan, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkah alih belajar, (4) tingkat retensi dari apa yang dipelajari”. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan ratio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa serta jumlah biaya yang digunakan. Mulyasa (2004: 131) menjelaskan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses dapat dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, dan juga menunjukkan gairah belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Dilihat dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri siswa seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Hal ini senada dengan Dede Rusyada (2004: 120) mengemukakan bahwa “pembelajaran dikatakan efektif jika siswa mengalami pengalaman baru dan perilakunya berubah menuju kompetensi yang dikehendaki”. Upaya peningkatan kualitas pembelajaran perlu melibatkan semua pihak seperti yang ditegaskan oleh Hoy Charles Colin Bayne-Jardine and Margaret Wood (2000: 50) yang menyatakan bahwa “usaha peningkatan kualitas merupakan sebuah proses atau strategi untuk mendorong perubahan”. Dalam hal ini guru memegang peranan yang cukup penting. Untuk itu guru perlu mengembangkan beberapa hal antara lain: (1) guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang bersih, tidak stres, dan mendukung untuk proses pembelajaran; (2) guru harus memberi peluang kepada siswa untuk dapat mengakses seluruh bahan dan informasi untuk belajar; (3) guru harus mempunyai catatan tentang kemajuan
47
proses pembelajaran dari siswa dalam bentuk portofolio; (4) guru harus menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang sudah diketahui siswa agar mudah dipahami. Dalam peningkatan kualitas pembelajaran, harus memperhatikan beberapa komponen yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Menurut Martinis Yamin dan Maisah (2009: 165-166) komponen kualitas pembelajaran terdiri atas: a. Siswa, meliputi lingkunan sosial ekonomi, budaya, geografis, intelegensi, kepribadian, bakat, dan minat. b. Guru meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, beban mengajar, kondisi ekonomi, motivasi kerja, komitmen terhadap tugas, disiplin dan kreatif. c. Kurikulum, tentang ruang lingkup materi, tujuan kompetensi dasar, hasil belajar, indikator dan materi pokok kelas 2. d. Sarana dan Prasarana Pendidikan, meliputi alat peraga, laboratorium, perpustakaan, ruang ketrampilan, ruang bimbingan konseling, ruang UKS, dan ruang serba guna. e. Pengelolan Sekolah, meliputi pengelolaam kelas, pengelolaan guru, pengelolaan siswa, sarana dan prasarana, peningkatan tata tertib dan kepemimpinan. f. Pengelolaan Proses Pembelajaran, meliputi penampilan guru, penguasaan materi,
penggunaan
pembelajaran.
strategi
mengajar,
dan
pemanfaatan
fasilitas
48
g. Pengelolaan
Dana,
meliputi
perencanaan
anggaran,
sumber
dana,
penggunaan dana, laporan dan pengawasan. h. Monitoring dan Evaluasi, meliputi kepala sekolah sebagai supervisor, komite sekolah dan pengawas sekolah sebagai supervisor i. Kemitraan, meliputi hubungan sekolah dengan instansi pemerintah, hubungan dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat, dan lembaga lainnya. Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang secara moral, epitimologi, maupun edukatif memiliki tujuan, proses, dan capaian dengan kreteria yang telah ditetapkan. Hal ini senada dengan ungkapan Hamzah B. Uno (2007: 157) yang mengemukakan bahwa “kualitas pembelajaran menyangkut tiga dimensi strategi” yakni sebagai berikut: a. Strategi penyampaian pembelajaran, b. Strategi pengorganisasian pembelajaran, c. Strategi pengelolaan pembelajaran. Berikut ini merupakan dimensi dan indikator kualitas pembelajaran menurut Hamzah B. Uno (2007 : 158) yakni :
49
Tabel 1. Dimensi dan Indikator Kualitas Pembelajaran Dimensi Perbaikan
Indikator Perbaikan Kualitas Pembelajaran
Kualitas Pembelajaran Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
- Menata bahan ajar yang akan diberikan selama satu caturwulan atau semester. - Menata bahan ajar yang akan diberikan atau dipelajari setiap kali pertemuan. - Memberikan pokok-pokok materi yang akan diajarkan. - Membuatkan rangkuman atas materi yang akan diajarkan setiap kali pertemuan. - Menetapkan materi-materi yang akan di bahas - Memberikan tugas kepada siswa terhadap materi tertentu yang akan dibahas secara kelompok. - Membuat format penilaian atas penguasaan setiap materi.
Strategi Penyampaian Pembelajaran
- Menggunakan
berbagai
metode
dalam
penyampaian
pembelajaran. - Menggunakan berbagai alat peraga dalam pembelajaran. - Menggunakan berbagai teknik dalam pembelajaran.
Strategi
- Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
Pengelolaan
- Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
Pembelajaran
- Mengingatkan kompetensi prasyarat.
50
- Memberikan stimulus. - Memberikan petunjuk belajar. - Memberikan umpan balik. - Menilai penampilan - Menyimpulkan materi pelajaran.
3.
Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar” yang mempunyai arti berbeda. Untuk mempermudah pemahaman tentang prestasi belajar, maka kita akan memaknai prestasi dan belajar sendiri-sendiri. Pengertian kata “prestasi” menurut Saifudin Aswar (2000: 13) berarti “hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar”. Pengertian belajar menurut Sardiman A.M. (2007: 2) “belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil pengalaman yang diperoleh”. Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang itu harus secara relatif bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Secara implisit Saifuddin Azward (2000: 92) menyebutkan bahwa prestasi belajar adalah maksimal dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Nana Sudjana (1996: 6) mengemukakan ada dua faktor utama yang
51
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal). Faktor dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki siswa seperti motivasi, minat, kreativitas, perhatian, dan kebebasan belajar. Selanjutnya faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah faktor lingkungan belajar. Keberhasilan belajar menurut Conny R. Semiawan (2008: 12) sangat ditentukan oleh kemampuan kognitif, tetapi ternyata faktor non kognitif tidak kalah penting, bahkan dapat mempengaruhi tingkat kinerja maupun perkembangan dirinya sendiri. Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dapat dilakukan evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi mengukur dan menilai penilaian dalam pendidikan. Hal senada juga dikemukakan oleh Don R. Kirkendall, Joseph J. Gruber, & Robert E. Johnson (1987: 4) “Evaluation … it is necessarily reflects the evaluator’s own philosophies, goals, and objectives. These in turn determine the tests ang measurement to be used” (Evaluasi menggambarkan filosofi, tujuan dan sasaran dari penilai, dan semua ini menentukan tes dan ukuran yang akan digunakan dalam evaluasi). Menurut Norman E. Gronlund (1981: 6) merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: “ Evaluation … a systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils”. (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa). Pengertian yang hampir sama juga dikutip oleh Ngalim Purwanto (2006: 3) dari Wrightstone, yang mengemukakan rumusan eveluasi pendidikan sebagai berikut:
“Educational
52
evaluation is the estimation of the growth and progress of pupils toward objectives ar values in the curriculum” (evaluasi pendidikan adalah penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum). Selanjutnya evaluasi pembelajaran adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas pelaksanaan suatu proses pembelajaran dengan tujuan untuk membuat sebuah keputusan atau tindak lanjut. Berikut ini proses evaluasi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 58 ayat 1 dan 2 adalah Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihakpihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan
pada jalur formal dan nonformal untuk
semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan
Dalam pembelajaran tematik juga dilakukan pengukuran dan penilaian. Pengukuran (measurement) adalah suatu upaya pengambilan data untuk menentukan nilai atau besaran suatu objek yang bersifat nominal. Dalam pengukuran yang terkait pembelajaran, pengukuran berkait data-data yang bersifat nominal (angka-angka). Pengukuran hasil belajar dalam pendidikan di sekolah biasanya dilambangkan dengan lambang angka, angka yang diperoleh dari kegiatan belajar inilah yang selanjutnya disebut prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen N. Elliot (1996: 520) yang menyebutkan bahwa
53
“Measurement is quantifying or placing a number on, a student’s performance” (pengukuran adalah mengukur suatu nomor, suatu capaian siswa). Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Proses menilai dalam pembelajaran dapat dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen N. Elliot, dkk (1996: 520) “assessment is the process of gathering information about abilities and using such information to make decisions about the student” (proses mengumpulkan informasi tentang kemampuan siswa dalam menggunakan informasi itu untuk mengambil keputusan bagi siswa itu sendiri).
4.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran
a. Pengertian Standar Kompetensi Mata Pelajaran Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan standar kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran. (Center for Civics Education, 1997: 2)
54
Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Standar kompetensi juga merupakan fokus dari penilaian sehingga pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian, meskipun kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dari pada bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa siswa yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan awal. Dengan demikian standar kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam: 1) Melakukan suatu tugas atau pekerjaan; 2) Mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan; 3) Melakukan respon dan reaksi yang tepat bila ada penyimpangan dari rancangan semula; 4) Melaksanakan tugas dan pekerjaan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Penyusunan standar kompetensi suatu jenjang atau tingkat pendidikan merupakan usaha untuk membuat suatu sistem sekolah menjadi otonom, mandiri dan responsif terhadap keputusan kebijakan daerah dan nasional. Standar kompetensi yang telah ditetapkan berlaku secara nasional namun cara mencapai standar tersebut diserahkan pada kreasi masing-masing wilayah.
b. Penentuan Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kompetansi merupakan kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau ditampilkan oleh siswa sebagai hasil belajar (Depdiknas, 2008: 12). Sesuai dengan pengertian tersebut maka
55
standar kompetensi adalah standar kemapuan yang harus dikuasai siswa untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa penguasaan atas pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu telah dicapai. Langkah-langkah menganalisis dan mengurutkan standar kompetensi adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis standar kompetensi menjadi beberapa komponen kompetensi dasar 2) Mengurutkan kompetensi dasar sesuai dengan keterkaitan baik secara prosedur maupun hierakis. Dick & Carey (1978: 25) membedakan dua pendekatan pokok dalam menganalisis dan urutan standar kompetensi disamping pendekatan ketiga yaitu gabungan kedua pendekatan pokok tersebut. Kedua pendekatan dimaksud adalah pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis (berjenjang). Pendekatan prosedural (Procedural Approach) dipakai bila standar kompetensi yang harus dikuasai berupa serangkaian langkah-langkah secara urut dalam mengerjakan tugas pembelajaran seperti terlihat pada gambar dibawah ini:
1
2
3
Gambar 1. : Pendekatan Prosedural Pendekatan hierarkis menunjukkan hubungan yang bersifat antara beberapa standar kompetensi yang ingin dicapai. Dengan demikian ada yang mendahului dan ada yang kemudian. Standar kompetensi yang mendahului merupakan
56
prasyarat bagi standar kompetensi berikutnya. Lebih jelasnya seperti terlihat pada gambar berikut ini:
3
2
1
Gambar 2. Pendekatan Hierarkies Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki lulusan, kemampuan minimum yang harus dilakukan siswa untuk standar kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran. Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau produk, penggunaan portofolio dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
57
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran (Depdiknas, 2008: 2). Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik meteri yang dinilai.
c. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Salah satu prinsip penilaian dalam KTSP adalah menggunakan acuan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan siswa. Kriteria paling rendah untuk menyatakan siswa mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran. Siswa yang belum mencapai nilai KKM dikatakan belum tuntas. Adapun tujuan penetapan KKM adalah: 1) Menentukan target kompetensi yang harus dicapai siswa; 2) Patokan atau acuan atau dasar menentukan kompeten atau tidak kompetensinya siswa; Berikut ini merupakan manfaat menetapkan KKM yaitu sebagai berikut: 1) Sekolah, guru, dan siswa memiliki patokan yang jelas dalam menentukan ketuntasan 2) Adanya keseragaman batas ketuntasan setiap mata pelajaran pada kelas paralel.
58
Penentuan KKM perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan, yaitu sebagai berikut: 1) Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan kuantitatif. 2) Penetapan KKM dilakukan melalui ketuntasan minimal pada setiap indikator dengan mempertimbangkan kompleksitas, daya dukung dan in take siswa untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar (KD) dan standar kompetensi (SK). 3) KKM setiap kompetensi dasar merupakan rata-rata dari indikator terdapat dalam kompetensi dasar tersebut. 4) KKM setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM setiap kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam standar kompetensi (SK) tersebut. 5) KKM setiap mata pelajaran merupakan rata-rata KKM standar kompetensi yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, yang dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar siswa atau rapot siswa. 6) Indikator merupakan acuan bagi guru dalam membuat soal ulangan, baik ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan akhir semester. 7) Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal.
59
Adapun langkah-langkah penetapan KKM adalah seperti terlihat pada gambar berikut ini: KKM Indikator
KKM KD
KKM SK
KKM MP
Gambar 3. Langkah-langkah Penetapan KKM
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh Tim KKG Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran untuk semua mata pelajaran adalah sebesar 70. Artinya siswa dinyatakan mencapai kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang, dan berat apabila mencapai nilai nominal sama dengan atau lebih besar dari KKM yang telah ditentukan tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh J. J. Kembuan (1998) menunjukkan bahwa: (1)
intervensi
pendekatan
pembelajaran
terpadu
melalui
PTK
mampu
meningkatkan pemahaman dan kemampuan merencanakan pembelajaran terpadu yang memiliki aspek-aspek: penetapan tujuan, pemilihan tema, pengorganisasian siswa, rancangan kegiatan belajar, ragam sumber belajar, penilaian dan pengalokasian waktu; (2) dengan mengikuti dan melaksanakan pembelajaran terpadu model webbing, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam: mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyelesaikan tugas dengan baik, keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar, mengajukan masalah yang
60
ingin dipelajari, dan capaian hasil belajar; (3) meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru sekolah dasar dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran terpadu (model webbing) yang berorientasi pada: kesesuaian antara rencana dan kegiatan, pengelolaan kelas, penguasaan bahan ajar, penilaian proses, dan produktivitas belajar siswa. Penelitian ini menyarankan upaya meningkatkan kemampuan guru SD dapat merencanakan serta melaksanakan pembelajaran tematik perlu dikembangkan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Pendekatan tematik juga perlu diprogramkan dalam kegiatan pembelajaran di SD sebagai upaya meningkatkan kemampuan belajar siswa sekolah dasar. Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nina Kurniah (1998). Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan baik sebagai dampak instruksional maupun dampak pengiring dalam mata pelajaran IPS. Dampak instruksional yang dicapai antara lain: (1) melalui pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan siswa tidak hanya intelektual, tetapi juga sosial, emosional, moral dan pribadi; (2) iklim belajar cenderung transaksional yakni kegiatan berlangsung multi arah dan kegiatan berpusat pada siswa; (3) hasil belajar yang dialami siswa ternyata lebih baik, hal ini terlihat dari hasil pre tes dan pos tes yang dicapai oleh siswa; (4) hasil tugas yang diberikan selama proses belajar mengajar berlangsung menunjukkan adanya peningkatan.
61
C. Kerangka Berfikir
1.
Pembelajaran Tematik Dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran Pendekatan pembelajaran tematik sebagaimana yang diungkapkan dalam
landasan teori merupakan suatu konsep pembelajaran yang efektif untuk sekolah dasar, karena dapat membantu meningkatkan kecakapan berfikir siswa, meningkatkan semangat belajar dan sesuai dengan perkembangan anak. Kurang efektifnya pembelajaran dapat disebabkan oleh strategi pembelajaran yang dipilih kurang tepat, motivasi belajar rendah, kurangnya profesionalisme guru, serta kurangnya sarana dan prasarana. Pada model jaring laba-laba diperhatikan keterkaitan tema dengan mata pelajaran yang terkait. Kemudian dari tema itu akan dikembangkan sub tema yang akan menghubungkan ide-ide dalam sebuah mata pelajaran, siswa mempunyai gambaran yang besar dan juga fokus belajar pada satu aspek. Lebih lanjut lagi, konsep kunci dikembangkan dalam waktu lama untuk penginternalisasian oleh siswa. Menghubungkan ide-ide dalam mata pelajaran membolehkan siswa untuk mereview, mengkonseptualisasi, mengedit, dan menggabungkan ide-ide secara perlahan-lahan dan dapat mentransfer manfaat. Dengan
penerapan
pendekatan
pembelajaran
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
tematik
diharapkan
dapat
62
2.
Pembelajaran Tematik Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran. Hasil tes kemampuan awal dan pengamatan guru sebagai peneliti
menunjukkan bahwa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran merupakan kelas yang banyak dijumpai siswa yang belum kompeten dan kualitas pembelajaran yang kurang. Di samping itu model pembelajaran guru masih konvensional meskipun sudah melakukan pendekatan pembelajaran tematik tetapi belum maksimal karena guru tidak melakukan perencanaan dengan baik. Siswa dikatakan kompeten apabila siswa telah menguasai kompetensi dasar yang ada dalam standar kompetensi suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melakukan pengukuran waktu, panjang dan berat dengan nilai KKM sebesar 70. Masalah tersebut merupakan masalah yang mendesak untuk segera diatasi. Oleh karena itu, dengan menyadari adanya berbagai kelemahan pelaksanaan pembelajaran tematik, peneliti selaku guru kelas IID
perlu
mengembangkan
pelaksanaan
pembelajaran
tematik
yang
mempertimbangkan segala aspek dari siswa yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Melalui penerapan pendekatan pembelajaran tematik diharapkan siswa siswa kelas IID SDIT Nurul Islam dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai KKM sebesar 70 secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 24 siswa. Secara ringkas kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
63
Kualitas pembelajaran di kelas masih kurang dan Hasil tes kemampuan awal siswa kelas II D SDIT Nurul Islam tidak mencapai KKM
Dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian kompetensi dasar sekurangkurangnya memperoleh nilai KKM sebesar 70 (tujuh puluh)
Melalui pendekatan pembelajaran tematik diduga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencapai kompetensi penuh nilai KKM sebesar 70 secara klasikal 100 % dari jumlah siswa
Kualitas pembelajaran dapat meningkat dan siswa kelas II D SDIT Nurul Islam dapat mencapai prestasi belajar maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai KKM sebesar 70 secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan
Gambar 4. Kerangka Berfikir
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan Dalam penelitian ini dikemukakan beberapa hipotesis tindakan, yaitu sebagai berikut: 1. Penerapan pendekatan pembelajaran tematik di kelas II D dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran (Matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, dan PKn) dalam satu tema dapat memberikan pemahaman yang berkesan dan mendalam bagi siswa sehingga siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar itu sendiri. Dengan demikian pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas II D.
64
2.
Penerapan pendekatan pembelajaran tematik di kelas II SDIT Nurul Islam dapat mencapai prestasi belajar maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan.
65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas IID semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 SDIT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang. Jumlah siswa sebanyak 24 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Matematika dengan kompetensi dasar melakukan pengukuran waktu, panjang, dan berat.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian berlangsung dalam semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 atau bulan Juli-Desember 2009. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi: observasi pada sekolahan yang akan diteliti, penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan kegiatan.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan model penelitian. Seringkali kita mendengar kata penelitian, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris: research, yang berarti kegiatan pencaharian atau eksplorasi untuk menemukan
66
jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajian. Adapun yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Dari segi semantik (arti kata) action research diterjemahkan menjadi penelitian tindakan. Penelitian tindakan kelas ini merupakan implementasi dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 58 Ayat 1 yang berbunyi
“Evaluasi
hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”. Penelitian tindakan kelas menurut Isaac S dan Michael (1984: 55) adalah “… to develop your skill or new approaches and to solve problem with direct application to the classroom or world setting” (untuk mengembangkan ketrampilan baru dan memecahkan masalah dengan penerapan langsung di kelas). Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 2) penelitian tindakan kelas adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas di tempat dimana dia mengajar dengan penyempurnaan pada peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Supardi (2008: 104) juga mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif, dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi kompetensi dan situasi. Terdapat beberapa ide pokok dalam penelitian tindakan kelas antara lain: 1. Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu bentuk inquiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri;
67
2. Penelitian Tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah; 3. Penelitian Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan; 4. Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk memperbaiki: dasar pemikiran dan kepantasan dari praktek-praktek, pemahaman terhadap praktek tersebut, serta situasi atau lembaga tempat tersebut dilaksanakan. Dari ke empat ide pokok di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Berdasarkan pengertian tersebut maka Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif yang dilakukan pendidik sendiri yang hasilnya dimanfaatkan untuk alat pengembangan prestasi, pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan ketrampilan mengajar dan sebagainya. Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan
perencanaan
tindakan
(planning),
penerapan
tindakan
(action),
mengobservasi (observation), dan merefleksi (reflection) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (KKM), sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
68
Siklus 1
Siklus II
Siklus III
Peninjauan (analisis dan penemuan fakta) Perencanaan secara umum
Tindakan I
Monitor, pelaksanaan dan pengaruhnya
Pelaksanaan Tindakan I Meninjau kembali gagasan Tengah-tengah perencanaan Penerapan tahaptahap tindakan berikutnya
Tindakan II
Monitor, pelaksanaan dan pengaruhnya
Peninjauan kembali gagasan
Tengah-tengah perencanaan
Tindakan III
Penerapan tindakan berikutnya
Monitor, pelaksanaan dan pengaruhnya
Peninjauan (menjelaskan beberapa kegagalan pada pelaksanaan dan pengaruhnya) Gambar 5. Riset Aksi Model John Elliot dalam (Basuki Wibowo, 2003: 21)
69
Pada gambar di atas tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya jumlah siklus sangat bergantung pada permasalahan yang perlu dipecahkan. Apabila pemasalahan terkait dengan materi dan tujuan pembelajaran dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran tidak hanya terdiri dari dua siklus, tetapi jauh lebih banyak dari itu. Dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, siklus ketiga hanya dilakukan apabila diperlukan. Dengan dua siklus dimungkinkan siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. Adapun manfaat yang diperoleh guru dalam pendekatan PTK adalah guru dapat melakukan inovasi penilaian; guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan persoalan penilaian yang muncul di kelasnya; dan dapat mengembangkan penilaian secara berkala, komprehensif (menyeluruh) dan berkesinambungan. Berikut ini yang perlu dipahami dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah: 1. PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatka pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perubahan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran. 2. PTK adalah partisipatori melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri. 3. PTK dikembangkan melalui self-reflective spiral; a spiral of cycles of planning, actuating, reflecting, the re-planning.
70
4. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan penilaian serta pengembangan pemahaman tentang makna tindakan. 5. PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan. 6. PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang prakteknya. 7. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktek untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan). 8. PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam analisis. (Kemmis & Mc. Taggart, 1994) Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: tes kemampuan awal, hasil ulangan harian, catatan perilaku harian siswa (anecdotal record). Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, melakukan tindakan, observasi dan eveluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.
C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Supardi (2008: 117) langkah-langkah praktis pelaksanaan PTK difokuskan pada kegiatan pokok yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, refleksi.
71
Kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan, akan dilakukan siklus kedua, dan seterusnya sampai peneliti merasa puas, seperti pada gambar prosedur penelitian yang dikemukakan oleh Kurt Lewis dalam Hartono dan Edi Legowo (2003: 4) yang digambarkan sebagai berikut:
Rencana I
Rencana I
Siklus I Refleksi
Siklus ke-n
Siklus II Tindakan
Tindakan
Refleksi
Observasi
Observasi
Rekomendasi
Gambar 6. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Berikut akan dijelaskan mengenai tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu sebagai berikut: 1. Refleksi Awal Refleksi awal digunakan untuk menemukan akar permasalahan yang mendesak untuk diatasi dan sekaligus mencari solusi untuk mengatasinya. Berdasarkan hasil tes kemampuan awal 25% siswa kelas 2D SDIT Nurul Islam Tengaran tidak mencapai KKM mata pelajaran Matematika.
72
2. Perencanaan (Planning) Kegiatan planning dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai berikut: a. Membuat RPP dengan pendekatan pembelajaran tematik b. Membuat kisi-kisi tes mata pelajaran Matematika c. Membuat butir soal dan kunci jawaban dan pedoman skor d. Membuat pedoman pengamatan
3. Pelaksanaan (Acting) Action dilaksanakan oleh peneliti dan kolaborator untuk memperbaiki masalah. Selama melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana intervensi tindakan mengacu pada program yang telah dipersiapkan dan disepakati bersama dengan teman sejawat (kolaborator). a. Guru sebagai peneliti melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan tematik; b. Kolaborator mengamati pelaksanaan pembelajaran, respon siswa, perilaku guru, dokumentasi, dan arsip nilai dari ulangan harian;
4. Observing Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Supardi, 2008: 127). Efek dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: a. Menyebarkan tes pada akhir pembelajaran;
73
b. Menganalisi data untuk mengetahui ketercapaian setiap indikator; c. Mengkomparasikan hasil tes belajar mata pelajaran Matematika setiap indikator pada kondisi awal dan siklus I.
5. Refleksi (Reflecting) Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi. a. Guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how) dan seberapa jauh (to what extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan; b. Kolaborator (teman sejawat) berperan penting dalam memutuskan “judging the value” (seberapa action telah membawa perubahan: apa atau dimana perubahan terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan atau kekurangan, bagaimana langkah-langkah penyempurnaannya, dan sebagainya); Dalam refleksi ini peneliti dan kolaborator mengulas tentang apakah siswa sudah mencapai atau belum KKM yang ditentukan. Apabila sudah mencapai KKM apa sebabnya? Apabila belum mencapai KKM apa sebabnya? Berdasarkan hasil refleksi tersebut, peneliti mencoba mengatasi kekurangan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan. Hal ini jika ditemukan cara atau strateginya maka diperlukan rencana untuk melaksanakan tindakan atau siklus berikutnya. Siklus ini merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya, tahapan dari setiap siklus perlu disusun rencana yang matang dengan memperhatikan hasil reflektif dari siklus sebelumnya.
74
D. Subyek penelitian
1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan. Dalam konteks pendidikan di sekolah, subyek penelitian adalah siswa, guru, pegawai, atau kepala sekolah. Dalam konteks pembelajaran di sekolah, subyek penelitian umumnya adalah siswa. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IID SDIT Nurul Islam yang terdiri dari 10 perempuan dan 14 laki-laki.
2. Kedudukan Peneliti a. Sebagai pengajar atau guru, nama Indrawati wali kelas IID SDIT Nurul Islam. Tugasnya meliputi: 1) mengukur kemampuan awal siswa melalui pre tes; 2) menyusun perencanaan; 3) melaksanakan tindakan; 4) melakukan refleksi. b. Sebagai Kolaborator, nama Siti Rofi’ah, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Tugasnya meliputi: 1) melakukan pengamatan terhadap penerapan pelaksanaan pembelajaran; 2) menganalisis data siswa untuk mengetahui ketercapaian setiap indikator; 3) mengkomparasikan hasil prestasi belajar mata pelajaran Matematika pada awal kondisi dan siklus I; menyimpulkan perlu tidaknya meneruskan ke siklus II, dan seterusnya.
75
E. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, berupa peristiwa dan informasi tentang pencapaian kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang, dan berat pada mata pelajaran Matematika. Sutopo (1996: 49-51) menyebutkan data yang dapat digali dari informan, peristiwa atau aktivitas, dokumen dan arsip. Data yang sebagian besar berupa nilai tersebut digali dari tiga sumber sebagai berikut: 1. Informan a. Guru mata pelajaran matematika untuk memperjelas informasi penerapan pendekatan pembelajaran tematik; b. Kolaborator yaitu teman sejawat yang terlibat dalam sebagai pengamat dalam pencapaian kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang dan berat; c. Siswa kelas IID sebagai subyek penelitian tindakan kelas; d. Kepala sekolah, untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SDIT Nurul Islam Tengaran. 2. Peristiwa Peristiwa adalah proses atau upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan prestasi belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran yang dilakukan oleh guru kelas IID sebagai peneliti yang bernama Indrawati, S.Pd.
76
3. Dokumen dan Arsip Dokumen dan arsip merupakan informasi tertulis berupa nilai hasil tes kemampuan awal sebelum ada tindakan, nilai ulangan harian, dan catatan tentang kualitas pembelajaran siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data diatas, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, pengamatan, wawancara, kajian dokumen dan arsip. Berikut ini instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengamatan Pengamatan digunakan untuk merekam data tentang kualitas pembelajaran, aktivitas siswa dalam belajar dan aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran tematik. Dalam penelitian ini peneliti berperan serta secara lengkap, artinya peneliti menjadi anggota penuh dari kelompok yang amati. Dengan demikian peniliti dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk yang dirahasiakan sekalipun (Lexy J. Moleong, 2004: 176). Pengamatan ini ditujukan untuk mengetahui kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa sebelum dilakukan tindakan serta untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa maupun guru.
77
2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Lexy J. Moleong, 2004: 186). Wawancara digunakan untuk mengungkap data seperti sikap, pendapat, wawasan baik dari siswa maupun guru dalam melakukan pembelajaran tematik. Wawancara yang dilakukan peneliti bersifat lentur, tidak terstruktur ketat, dan tidak dalam suasana formal. Responden dalam wawancara tidak terstuktur menurut Lexy J. Moleong (2004: 191) adalah “mereka yang memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang dibutuhkan”. Wawancara dilakukan peneliti kepada teman sejawat selaku informan. Tujuannya untuk mendapatkan informasi berupa pendapat dan masukan tentang penerapan pembelajaran tematik. Wawancara juga dilakukan kepada siswa untuk mengetahui alasan yang melatarbelakangi rendahnya hasil tes kemampuan awal. 3. Arsip dan Dokumen a. Arsip meliputi: 1) KTSP tentang ruang lingkup materi, tujuan kompetensi dasar, hasil belajar, indikator dan materi pokok kelas 2; 2) Silabus yaitu tentang alokasi waktu dan tema yang akan diajarkan. b. Dokumen berupa nilai untuk memperoleh data tentang hasil belajar atas prestasi belajar siswa sebelum dilakukan tindakan. 4. Tes Akademik Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan) (Nana Sudjana, 2008: 35). Tujuannya: 1) untuk mengukur kemampuan awal siswa
78
sebelum dilakukan tindakan yaitu pre tes; 2) mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan.
G. Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (1997: 160) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang kurang sahih memiliki validitas rendah”. Dalam penelitian ini untuk menjamin kesahihan data dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan trianggulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Sebelum suatu informasi dijadikan data penelitian, informasi tersebut perlu diuji validitasnya sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat untuk mengambil kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk diuji validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi dan review informasi kunci. Triangulasi adalah teknik uji validitas data dengan memanfaatkan sarana diluar itu untuk keperluan pengecekan terhadap data itu. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam kaitannya dengan triangulasi sumber data, peneliti mengutamakan pengecekan informasi dari informan. Informasi yang diperoleh dari informan dicek silang dengan informan yang lain. Dalam hal ini informasi dari kolaborator dicek dengan pengamatan langsung oleh peneliti, begitu sebaliknya hasil pengamatan
79
dan penilaian yang dilakukan oleh peneliti dicek ulang oleh kolaborator dan seterusnya. Review informan kunci yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengkonfirmasikan data temuan kepada informan pokok sehingga diperoleh kesepakatan pokok antara informan dan peneliti tentang data atau interprestasi temuan itu. Dalam hal ini temuan yang diperoleh peneliti dikonfirmasikan dengan temuan yang diperoleh kolaborator, begitu pula sebaliknya temuan yang diperoleh kolaborator dikonfirmasikan dengan temuan yang diperoleh dengan peneliti dan seterusnya. Dengan cara itu, penafsiran sepihak dari peneliti terhadap suatu informasi dapat dihindari. Hal ini dilakukan melalui diskusi antara peneliti dan teman sejawat (pengamat) setelah kegiatan atau kajian dokumen. Transkrip hasil pengamatan dan wawancara perlu dicek kembali keabsahannya.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kritis dan analisis komparatif. Teknik analisis kritis yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup kegiatan mengungkap kelemahan atau kelebihan siswa dan guru dalam proses penilaian berdasarkan KKM. Hasil analisis kritis tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Berkaitan dengan kemampuan awal saat pre tes dilakukan untuk mengetahui kondisi awal mengenai tingkat penguasaan kompetensi dasar.
80
Setelah kondisi awal mengenai tingkat penguasaan kompetensi dasar siswa diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Setiap siklus berakhir, hasilnya dianalisis apa saja kekurangannya dan kelebihannya sehingga diketahui peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Teknik komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memadukan hasil penelitian siklus pertama dan kedua, siklus kedua dan siklus ketiga. Hasil komparasi tersebut digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan dan kekurangberhasilan dalam setiap siklusnya. Indikator yang belum berhasil atau tercapai diperbaiki pada siklus berikutnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa
I.
Indikator Kinerja
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti ini nanti, dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya mencapai indikator sebagai berikut: 1. Ada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran setelah dilakukan penerapan pendekatan pembelajaran tematik pada tema peristiwa dan rekreasi. 2. Ada peningkatan prestasi belajar siswa mencapai nilai KKM sebesar 70 secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan melalui penerapan pendekatan pembelajaran tematik.
81
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan pada bab I tesis ini. Selanjutnya, dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian. Berturut-turut akan dipaparkan tentang: (A) Deskripsi Latar Penelitian; (B) Refleksi Awal; (C) Analisis Pencari Fakta; (D) Deskripsi Penelitian Siklus I; (E) Deskripsi Penelitian Siklus II; (F) Deskripsi Penelitian Siklus III; (G) Pembahasan ; (H) Keterbatasan Penelitian.
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Kondisi SDIT Nurul Islam Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Islam, terletak di Desa Butuh RT 20 RW XI Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. SDIT Nurul Islam didirikan oleh Yayasan Sabilul Khairot pada tahun 2001. Luas area SDIT Nurul Islam adalah 2488 m2. SDIT Nurul Islam memiliki 2 gedung yang masing-masing terdiri atas dua lantai. Jumlah kelasnya ada 18 kelas dengan rincian sebagai berikut: kelas I terdiri dari 3 kelas, kelas II terdiri dari 4 kelas, kelas III terdiri dari 3 kelas, kelas IV terdiri dari 3 kelas, kelas V terdiri dari 2 kelas, dan kelas VI terdiri dari 3 kelas. Setiap ruang kelas mampu menampung 20 sampai 25 siswa. Sebagai sarana penunjang pembelajaran terdapat ruang perpustakaan dengan jumlah buku sekitar 1800 judul buku yang dikelola oleh seorang
82
pustakawan. Terdapat pula laboratorium komputer yang digunakan untuk pembelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komputer) dan kegiatan ekstra kurikuler komputer. Untuk kepentingan rapat tersedia sebuah ruangan serba guna yang biasa juga digunakan untuk pertemuan POMG (Persatuan Orang Tua Murid dan Guru). Ruangan yang lain meliputi kantor Kepala Sekolah, kantor guru, kantor Tata Usaha, dan ruang serba guna. Sarana penunjang yang lain yaitu lapangan olah raga dan lapangan upacara.
2. Visi dan Misi SDIT Nurul Islam Visi SDIT Nurul Islam adalah menjadi sekolah dasar unggulan dan berkualitas yang berkomitmen mengimplementasikan sistem pendidikan Islam. Adapun misi SDIT Nurul Islam adalah: a. Menyelenggarakan pendidikan dasar yang mengintegrasikan ilmu qauliyah dan kauniyah, iman, ilmu serta amal ruhiyah dan jasadiyah dalam lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan islami. b. Menyelenggarakan pendidikan dasar untuk menghasilkan lulusan yang beraqidah lurus, beribadah secara benar, berakhlak mulia, berkepribadian mandiri, kreatif, disiplin serta berbadan sehat, kuat dan terampil. c. Menyelenggarakan pendidikan dasar yang mengembangkan bakat, minat dan potensi siswa di bidang akademik, bakat, minat, serta penguasaan teknologi informasi. Berikut ini merupakan target bagi siswa-siswa SDIT Nurul Islam Tengaran selama 6 tahun, yaitu:
83
a. Cerdas dan Unggul : 1) Nilai 5 bidang studi tuntas; 2) Tartil Baca Al Quran; 3) Hafal Juz 29 & 30; 4) Memiliki kemampuan membaca efektif; 5) Kemampuan komunikasi baik. b. Sholeh : 1) Sholat dengan kesadaran; 2) Berbakti pada orang tua; 3) Disiplin; 4) Percaya diri; 5) Senang membaca; 6) Perilaku sosial baik; 7) Memiliki budaya bersih.
3. Sarana Pendukung Program Dalam mencapai tujuan pembelajaran SDIT Nurul Islam berusaha memaksimalkan sarana pendukung program antara lain: a.
Interaksi Guru dengan Murid 1) Guru memiliki komitmen secara personal maupun bersama untuk membangun karakter anak; 2) Adanya komunikasi edukatif yang akrab hangat dan menyenangkan; 3) Adanya penanggungjawab evaluasi perkembangan kepribadian siswa (guru mentoring).
b. Proses KBM 1) Proses KBM dilaksanakan dengan efektif dan menyenangkan; 2) Adanya eksplorasi (review materi) yang menyenangkan; 3) Tersedianya peraga yang memadai. c. Layanan Parenting 1) Kajian 2 bulanan untuk setiap angkatan;
84
2) Wali kelas membantu siswa untuk menemukan bakat spesifik siswa agar dapat dikembangkan bersama orang tua. d. Lingkungan 1) Lingkungan hijau, nyaman, dan efektif untuk pembelajaran; 2) Adanya sarana eksplorasi di luar yang menyenangkan; 3) Lingkungan menjadi sumber belajar; 4) Penanganan anak bermasalah 5) Guru mendeteksi sedini mungkin siswa-siswa yang perlu mendapatkan penanganan baik akademik maupun non akademik
4. Kondisi Siswa SDIT Nurul Islam Secara akademik kondisi siswa SDIT Nurul Islam masih heterogen, meskipun selalu diadakan penyaringan bagi calon siswa SDIT Nurul Islam. Penyaringan dilakukan dalam bentuk tes tertulis bagi calon siswa dan wawancara bagi calon wali murid. Penyaringan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi wali kelas dalam kegiatan pembelajaran. SDIT Nurul Islam sering mengirimkan siswa untuk mengikuti perlombaan baik di tingkat kecamatan maupun regional. Tidak jarang juga mendapatkan kejuaran yang cukup membanggakan dari setiap perlombaan yang diikuti. Hal ini pula yang menarik minat para calon siswa dan calon wali murid untuk mendaftarkan anak-anaknya ke SDIT Nurul Islam Tengaran.
85
Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan bahwa jumlah siswa SDIT DIT Nurul Islam terus meningkat dari tahun ke tahun.
Grafik Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
402
423
451
359 294 242 175 125 55
2001/2002
2003/2004
2005/2006
2007/2008
2009/2010
Jumlah Siswa Gambar 7. Grafik k Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam
5. Kurikulum di SDIT Nurul Islam Kurikulum yang digunakan SDIT Nurul Islam adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). SDIT Nurul Islam menerap menerapkan KTSP sejak tahun 2007.. Kegiatan pembelajaran di kelas bawah menggunakan pendekatan tematik dan di kelas atas pembelajaran dilakukan secara terpisah terpisah-pisah pisah antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu di kelas bawah diampu oleh guru kelas atau wali kelas dan di kelas atas diampu oleh guru mata pelajaran. Waktu belajar di SDIT Nurul Islam selama 5 hari mulai hari Senin sampai hari Jum’at. Hari Sabtu para siswa mengikuti program ekstrakurikuler kurikuler yang
86
diselenggarakan sekolah bekerjasama dengan lembaga lain. Di samping ekstrakurikuler pada hari Sabtu juga dilakukan pengayaan bagi siswa yang prestasinya sudah mencapai KKM dan perbaikan bagi siswa yang belum mencapai KKM. Adapun pembagian jadwal pelajaran adalah sebagai berikut: Tabel 2. Jadwal Pelajaran SDIT Nurul Islam Tahun Ajaran 2009/2010 Kegiatan Waktu Senin-Kamis
Jum’at
Sabtu
07.30 – 08.00
Tahfidzul Qur’an
Tahfidzul Qur’an
Senam
08.00 – 09.10
KBM
KBM
Ekstra
09.10 – 09.20
Istirahat
Istirahat
Pengayaan & Perbaikan
09.20 – 10.30
KBM
KBM
10.30 – 11.40
KBM
KBM
11.40 – 12.50
Makan & sholat
Makan & sholat
12.50 – 14.00
KBM
Mentoring
Pulang 10.00
Adapun mata pelajaran yang diajarkan di SDIT Nurul Islam adalah: Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), PKn (Pendidikan Kewarganegaraan), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Jawa, BTAQ (Baca Tulis Al Qur’an), TIK (Teknologi Informasi dan Komputer). Untuk program ekstrakurikuler yang diselenggarakan meliputi: pramuka, karate, komputer, Bahasa Inggris, renang, sepakbola, badminton. SDIT Nurul Islam mempunyai suatu program yang bertujuan untuk mendekatkan hubungan guru dengan siswa yaitu mentoring. Dalam kegiatan mentoring biasanya
87
guru mengambil materi di luar mata pelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa dan dapat menjadi bekal hidup siswa. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa sekolah dasar yaitu pendekatan pembelajaran tematik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai siswa. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada siswa dan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara baik dan profesional. b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. d. Menyusun rencana pembelajaran yang matang yang sesuai dengan kondisi siswa dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. e. Pemilihan metode mengajar dan alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran.
88
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan pada indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan. Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator antara 60% - 75% (sesuai dengan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal masing-masing mata pelajaran). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh Tim guru kelas II mata pelajaran Matematika semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 di SDIT Nurul Islam Tengaran adalah sebesar 70, artinya siswa dinyatakan mencapai kompetensi dasar apabila telah mencapai nilai minimal sama dengan atau lebih besar dari nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70. Adapun penentuan nilai KKM mata pelajaran Matematika kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran secara rinci terangkum dalam tabel berikut ini:
89
Tabel 3. Penentuan KKM Mata Pelajaran Matematika Semester Ganjil MATA PELAJARAN MATEMATIKA SDIT NURUL ISLAM TENGARAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Kelas Semester
: II : Satu (ganjil)
Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar/Indikator 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 1.1. Membandingkan bilangan sampai 999 1.1.1 Menentukan bahwa kumpulan benda lebih banyak, lebih sedikit, atau sama dengan kumpulan lain. 1.1.2 Menentukan suatu bilangan lebih besar, lebih kecil, atau sama besar dengan bilangan lain 1.2. Mengurutkan bilangan sampai 999 1.2.1. Menyebutkan nama dan lambang sampai 999 1.2.2. Menyusun bilangan-bilangan dari terkecil ke terbesar atau sebaliknya 1.2.3. Membedakan bilangan genap dan ganjil 1.2.4. Membilang loncat 2,5, dan 10 1.3. Menentukan nilai, tempat ratusan, puluhan, dan satuan 1.3.1 Menyebutkan nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan 1.3.2. Menyebutkan nilai angka ratusan, puluhan, dan satuan 1.3.3. Menulis bentuk panjang dua angka 1.3.4. Menulis bentuk panjang tiga angka 1.4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 1.4.1. Melakukan penjumlahan tiga bilangan tanpa menyimpan 1.4.2. Melakukan penjumlahan tiga bilangan dengan menyimpan 1.4.3. Melakukan pengurangan tiga bilangan tanpa meminjam 1.4.4. Melakukan pengurangan tiga bilangan dengan meminjam 1.4.5. Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga suku bilangan 1.4.6. Melakukan operasi hitung campuran 1.4.7. Memecahkan soal cerita yang mengandung penjumlahan dan pengurangan. 1.4.8. Mengubah kalimat pengurangan ke bentuk penjumlahan atau sebaliknya. 2. Menggunakan pengukuran waktu,
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL Penentuan KKM
Kompleksitas
Sarana Pendukung
Inteks Siswa
75
65
80
75
75
65
80
75
73
70
75
70
70
65
75
70
73 63
70 60
75 65
75 60
73
70
75
75
70
70
70
70
73 73
70 70
70 70
75 75
68
65
70
70
65
60
70
65
70
60
70
75
63
60
60
65
65
60
65
70
65
60
70
70
63
60
65
65
63
60
60
65
90
panjang, dan berat dalam pemecahan masalah 2.1. Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam 2.1.1. Membaca dan menentukan tanda waktu yang ditunjukkan jarum jam (1 dan ½) 2.1.2. Menuliskan tanda waktu yang ditunjuk jarum jam 2.1.3. Menyatakan lama waktu kegiatan dalam satuan jam 2.2. Menggunakan alat ukur panjang tidak baku dan baku (cm,m) yang sering digunakan. 2.2.1. Menentukan benda yang lebih panjang, lebih pendek, atau sama panjang dengan benda yang lain 2.2.2. Mengukur panjang benda dengan satuan tidak baku 2.2.3. Mengukur benda dengan satuan baku yang sering digunakan 2.2.4. Menaksir panjang benda dengan satuan yang sesuai 2.2.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan panjang benda 2.3. Menggunakan alat ukur berat 2.3.1. Menentukan benda yang lebih berat, lebih ringan, atau sama berat dengan benda lain 2.3.2. Mengukur berat benda 2.3.3. Mengukur benda dengan satuan buku yang sering digunakan (ons, kg, dan gram) 2.3.4. Menaksir berat benda dengan satuan yang sesuai 2.3.5. Memilih alat ukur yang sesuai untuk mengukur berat benda yang diukur 2.3.6. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda
Rata-rata KKM
75
70
80
75
73
70
75
70
68
65
75
70
73
70
75
75
70
65
75
75
73
70
75
75
70
65
75
70
68
65
70
65
73
70
75
75
73
70
75
70
73
70
75
70
70
65
70
75
73
70
75
75
68
65
70
70
70
Setiap mata pelajaran harus menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan memperhatikan tingkat kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas, serta kemampuan sumber daya dukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai oleh siswa untuk mata pelajaran Matematika kelas IID adalah 70.
91
Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi mata pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat atau semester untuk mata pelajaran tertentu. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator. Pada semester ganjil tahun 2009/2010 standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Matematika, secara rinci tertuang dalam tabel 4 berikut: Tabel 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Semester Ganjil. Standar Kompetensi Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar 2.1. Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam 2.2. Menggunakan alat ukur panjang dengan satuan m (meter) dan cm (centimeter) 2.3. Menggunakan alat ukur berat dengan satuan kg, gram, dan ons.
B. Refleksi Awal Seperti telah disinggung di bab awal bahwa hasil tes kemampuan awal menunjukkan 9 siswa dari 24 siswa memperoleh hasil kurang dari KKM yang ditentukan sebesar 70 seperti terlihat pada tabel 5 berikut:
92
Tabel 5. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan No
Nama Siswa
Nilai
No
Nama Siswa
Nilai
1
Andika Wahyu K
60
13
Rifqa Mijwad Aula
60
2
Candra Darmawan
70
14
Zaky Iqbal Firmansyah
70
3
A. Abdurrahman Zaki
80
15
Anisatul Auliya
80
4
Al Muflihun Fiyansyah
75
16
Alifa Zakiyyah Azzuhra
70
5
Al Raihan Rafi
75
17
Annisa Firda Amalia
75
6
Imam Muhammad M.
55
18
Fadia Anzar Salamah
60
7
M. Arif Wicaksono
75
19
Hanifah Wulan Afianti
65
8
M. Akbar Angga Agasta
70
20
Muna Afidatin
70
9
M. Fadhil Abdillah
80
21
Riski Widyaningsih
70
10
M. Wahyu Andika
60
22
Rizqi Animah
65
11
M. Abdul Rahim
50
23
Shafira Selena Orlin
55
12
Nur M. Saiful Ummam
75
24
Syifa Annisa
75
Jumlah Siswa : L = 14 P = 10 Jumlah = 24
Hasil Tes : Jumlah nilai kurang dari KKM = 9 Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 15
Dari identifikasi awal bahwa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam mata pelajaran Matematika belum sepenuhnya mencapai KKM yang ditentukan. Diduga pendekatan pembelajaran tematik belum dilaksanakan dengan baik dan benar terhadap segala aspek siswa sehingga siswa malas untuk belajar dan kualitas pembelajaran masih rendah. Di samping guru melakukan pengamatan terhadap prestasi belajar siswa guru juga mengamati kualitas pembelajaran yang berlangsung di kelas IID. Hasil pengamatan terhadap kualitas pembelajaran siswa sebelum dilakukan tindakan adalah masih buruk, yaitu hanya mencapai 63%. Hal ini dikarenakan proses
76
pembelajaran yang masih konvensional sehingga belum ada perhatian yang maksimal untuk meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran. Berikut ini merupakan aspek-aspek kualitas pembelajaran yang dinilai oleh teman sejawat sebagai kolaborator. Tabel 6. Indikator Penilaian Kualitas Pembelajaran No.
Indikator yang dinilai
1.
Strategi pengelolaan pembelajaran
2.
Strategi pengorganisasian pembelajaran
3.
Strategi penyampaian pembelajaran
Perincian penilaian masing-masing indikator dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “amat baik” jika nilainya mencapai nilai antara 90% sampai 100% 2. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “baik” jika nilainya mencapai nilai antara 75% sampai 89% 3. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “sedang” jika nilainya mencapai nilai antara 65% sampai 74% 4. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “kurang” jika nilainya kurang dari 65% Secara keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih jauh dari standar kualitas pembelajaran yang baik. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang masih konvensional sehingga belum ada perhatian yang maksimal untuk meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran.
77
Permasalahan ini harus segera diatasi, agar tidak berlarut-larut dan tidak menjadi masalah dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika setidaknya semua dapat mencapai KKM sebesar 70.
C. Analisis Pencarian Fakta Analisis pencarian fakta dilakukan dengan melakukan dialog terbuka dengan subyek penelitian, yaitu siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran dengan segala permasalahan dalam pembelajaran tematik. Teman sejawat juga melakukan observasi dan refleksi aktivitas pembelajaran pada pertemuanpertemuan sebelumnya untuk mengidentifikasi asumsi penyebab masalah. Beberapa data hasil dialog dengan siswa kelas IID dan diskusi dengan teman sejawat ternyata memperkuat dugaan bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran tematik yaitu siswa merasa tidak semangat belajar dan merasa bosan di dalam kelas. Seperti yang dikemukakan Rifqa Mijwad Aula yang menyatakan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran di kelas karena bosan yang akhirnya menurunkan semangatnya dalam belajar. Lebih jauh dikemukakan oleh teman sejawat bahwa upaya peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan sarana prasarana yang memadai dan perencanaan pembelajaran yang matang karena dalam pembelajaran tematik guru harus menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian hasil refleksi awal dapat diidentifikasi faktor dan penyebab masalah yang dirangkum dalam tabel 7 berikut:
78
Tabel 7. Asumsi Penyebab Masalah No
Faktor
1.
Penyebab Masalah a. Kurang
Siswa
semangat
dalam
belajar
dan
nilai
kemampuan awalnya dibawah KKM. b. Kualitas pembelajaran yang masih rendah. c. Siswa tidak memiliki rasa percaya diri yang baik
2.
a. Kurang memotivasi siswa untuk belajar lebih Guru
semangat dan aktif. b. Belum mengembangkan tujuan belajar
3.
Menggunakan Materi ajar
alat
ukur
dalam
pembelajaran
merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga memerlukan ketelitian dalam membaca alat ukur.
4.
Proses pembelajaran
5. 6.
Sarana Pendekatan pembelajaran
Tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai karena perencanaannya tidak matang, selain itu kualitas proses pembelajaran masih rendah. Alat peraga yang dibutuhkan tidak memadai. Belum dilakukan secara komprehensif terhadap segala aspek siswa yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.
D. Gambaran Tentang Kondisi Awal Siswa Berdasarkan hasil tes kemampuan awal siswa dapat ditentukan keberhasilan pencapaian kompetensi dasar yang ditetapkan. Kemampuan awal ini juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana pembelajaran pada siklus I. Berikut ini akan digambarkan pencapaian kompetensi yang siswa, yaitu sebagai berikut:
79
Tabel 8. Gambaran Kemampuan Awal Siswa Kelas IID SDIT Nurul Islam
No
Nama Siswa
Nilai
Keterangan
1
Andika Wahyu K
60
Belum Kompeten
2
Candra Darmawan
70
Kompeten
3
A. Abdurrahman Zaki
80
Kompeten
4
Al Muflihun Fiyansyah
75
Kompeten
5
Al Raihan Rafi
75
Kompeten
6
Imam Muhammad M.
55
Belum Kompeten
7
M. Arif Wicaksono
75
Kompeten
8
M. Akbar Angga Agasta
70
Kompeten
9
M. Fadhil Abdillah
80
Kompeten
10
M. Wahyu Andika
60
Belum Kompeten
11
M. Abdul Rahim
50
Belum Kompeten
12
Nur M. Saiful Ummam
75
Kompeten
13
Rifqa Mijwad Aula
60
Belum Kompeten
14
Zaky Iqbal Firmansyah
70
Kompeten
15
Anisatul Auliya
80
Kompeten
16
Alifa Zakiyyah Azzuhra
70
Kompeten
17
Annisa Firda Amalia
75
Kompeten
18
Fadia Anzar Salamah
60
Belum Kompeten
19
Hanifah Wulan Afianti
65
Belum Kompeten
20
Muna Afidatin
70
Kompeten
21
Riski Widyaningsih
70
Kompeten
22
Rizqi Animah
65
Belum Kompeten
23
Shafira Selena Orlin
55
Belum Kompeten
24
Syifa Annisa
75
Kompeten
Jumlah Siswa : L = 14 P = 10 Jumlah = 24
Hasil Tes : Jumlah nilai kurang dari KKM = 9 Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 15
80
E. Deskripsi Penelitian Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar pada ulangan tengah semester I pencapaian hasil belajar matematika belum maksimal. Mengingat Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dalam UN, peneliti mengajukan ijin kepada Kepala Sekolah untuk mengadakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama mata pelajaran Matematika. Penelitian yang dilakukan menerapkan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas IID. Dengan berpedoman pada sumber kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Seluruhnya bersumber pada pencapaian kompetensi di setiap mata pelajaran, untuk itu peneliti selaku guru kelas bekerja sama dengan teman sejawat untuk melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut: a. Membuat atau memilih tema Untuk siklus I peneliti memilih tema “Peristiwa”, alasan pemilihan tema tersebut adalah: (1) Tema peristiwa tidak terlalu asing bagi siswa dan mudah dipergunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran; (2) Tema peristiwa sesuai dengan perkembangan siswa yang sudah bisa menghubungkan aturan-aturan dan menghubungkan sebab akibat; (3) Pemilihan tema peristiwa didasarkan pada pertimbangan mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan siswa; (4) Pemilihan tema peristiwa didasarkan pada pertimbangan mengenai
81
ketersediaan sumber belajar; (5) Tema peristiwa memungkinkan siswa untuk bisa memahami konsep pengukuran waktu, panjang, dan berat. b. Melakukan analisis terhadap kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang sesuai dengan tema. c. Membuat jaringan indikator dengan tema yang dipilih dan analisis terhadap kompetensi dasar dan indikator, yaitu: PKn · Membedakan lingkungan alam dan lingkungan buatan IPS · Menceritakan peristiwa penting dalam keluarga u secara kronologis · Membuat kronologi peristiwa penting dalam keluarga dengan garis waktu
· · · ·
Peristiwa
B. Indonesia Menjawab pertanyaan sesuai dengan isi teks yang didengar Menggunakan tanda baca titik, tanda tanya, dan tanda seru Menceritakan kembali pengalaman dalam keluarga. Membaca teks agak panjang tentang peristiwa keluarga. Gambar 8. Jaringan Indikator Siklus I
IPA · Mengamati perubahan yang dialami hewan saat tumbuh · Menanam biji dan menceritakan peristiwa perubahan yang terjadi pada biji
Matematika · Membaca dan menentukan waktu yang ditunjukkan dengan jarum jam · Menuliskan tanda waktu yang ditunjukkan jarum jam · Menyatakan lama waktu kegiatan sehari-hari dalam satuan jam
82
d. Membuat skenario pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tematik yang terangkum dalam tabel 9 berikut ini: Tabel 9. Proses Pembelajaran Tematik pada Siklus I No.
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
Kegiatan Awal 1.
Pendahuluan
Ø Menyampaikan
Memperhatikan
tujuan pembelajaran Pre tes
5 menit
penjelasan guru Mengerjakan tes
15 menit
Kegiatan Inti Ø Menjelaskan
2.
cara Ø Memperhatikan 100 menit
membaca jarum jam
penjelasan guru
dan cara menulisnya Ø Berperilaku dengan benar Ø Memberikan
belajar contoh
baik
yang dengan
peristiwa sehari-hari
melaksanakan
dan menentukan lama
semua petunjuk
waktu peristiwa itu
guru
terjadi. Ø Menyatakan waktu
lama kegiatan
sehari-hari
dalam
satuan jam Ø Meminta siswa untuk Berlatih membuat 60 menit berlatih
membaca membaca
jarum jam
jarum
jam
Kegiatan Akhir 3.
Penutup
Memberikan postes
Mengerjakan tes
30 menit
83
e. Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran seperti mengatur tempat duduk siswa sesuai urutan nomor absensi, menyiapkan buku yang dibutuhkan, dan menyiapkan jam dinding atau jam beker sebagai alat peraga, serta white board, spidol, dan lain-lain. f. Menyiapkan instrumen observasi untuk mengobservasi kualitas pembelajaran saat berlangsungnya proses pembelajaran oleh teman sejawat. g. Menyiapkan soal evaluasi baik untuk pre tes maupun pos tes. h. Mendeskripsikan secara jelas peran guru sebagai fasilitator pembelajaran, teman sejawat sebagai kolaborator berperan selaku observer dan siswa kelas IID SDIT Nurul Islam sebagai subyek penelitian. Peran guru sebagai fasilitator pada intinya adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat menciptakan siswa belajar. Di samping itu guru juga berperan sebagai evaluator yaitu melaksanakan tes untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran. Sebagai observer teman sejawat bertugas mengamati kualitas pembelajaran. i. Guru melakukan simulasi pelaksanaan tindakan pada siklus I dan menguji keterlaksanaannya di lapangan.
2. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran tematik sesuai dengan rencana dalam pembelajaran tematik yang telah disusun. Rencana pembelajaran siklus I dengan tema peristiwa dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.
84
Pertemuan ke-1 Pada pertemuan ke-1 materi pelajaran matematika yang diajarkan sebagai inti pelajaran adalah pengukuran waktu dengan indikator membaca dan menentukan waktu yang ditunjukkan dengan jarum jam. Pada kegiatan awal guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun”. Hal ini dilakukan untuk memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa pada tema yang akan dibicarakan. Kegiatan berikutnya guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan Selanjutnya guru melakukan kegiatan inti yang dimulai dengan mengadakan tanya jawab tentang peristiwa penting yang sering terjadi dalam keluarga. Seperti pernikahan, kelahiran, kematian, ulang tahun. Siswa mendengarkan cerita guru tentang kisah sebuah keluarga yang mulai dengan pernikahan sampai kelahiran anak ketiga. Berdasarkan cerita tersebut siswa mengurutkan setiap peristiwa dalam tabel. Dengan berbekal pemahaman tersebut guru mengenalkan jam kepada siswa. Guru menggunakan jam analog sebagai alat peraga sehingga memberikan gambaran yang jelas kepada siswa. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, dimana setiap kelompok terdapat satu jam analog. Berdasarkan perintah guru setiap kelompok memutar jarum jam sesuai dengan permintaan guru. Misalnya guru mengucapkan pukul 07.00 maka siswa akan memutar jarum jam panjang di angka 12 dan jarum pendek di angka 7. Pada akhir kegiatan inti guru mengulang kembali cara membaca jarum jam. Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi dan memberikan tindakan lanjut berupa PR yang akan dinilai pertemuan berikutnya. Penilaian dalam proses, penilaian PR, dan penilaian hasil belajar merupakan rangkaian penilaian yang
85
dilakukan pada pembelajaran yang menerapkan pendekatan tematik yang pada akhirnya dapat diketahui sampai dimana kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pertemuan ke-2 Pada pertemuan kedua ini indikator yang ingin dicapai adalah menuliskan tanda waktu yang ditunjukkan jarum jam. Sebelum pembelajaran dimulai guru membahas PR yang diberikan pada pertemuan yang lalu dan menanyakan beberapa konsep penting yang sudah dipelajari . Kegiatan pada pertemuan ke-2 ini diawali dengan tanya jawab tentang contoh lingkungan alam dan lingkungan buatan. Kemudian guru menuliskan peristiwa yang bisa terjadi di beberapa lingkungan. Misalnya kebakaran hutan karena kemarau panjang, pencemaran sungai karena limbah pabrik, jembatan yang putus karena terjangan banjir. Berdasarkan contoh peristiwa tersebut guru membuat kalimat sederhana yang menggunakan keterangan waktu sebagai contoh “Pada pukul 09.00 terdengar suara gunung meletus dari puncak gunung Merapi”. Perwakilan siswa memberikan contoh kalimat sederhana seperti yang dicontohkan guru. Kegiatan selanjutnya siswa menuliskan jam pada teks bacaan yang disiapkan guru. Kegiatan berikutnya adalah membahas latihan yang dikerjakan siswa. Guru menyuruh siswa untuk menyebutkan mana yang termasuk lingkungan alam dan mana yang termasuk lingkungan buatan. Guru juga meminta siswa untuk menemukan cara agar tidak terjadi banjir. Pada akhir kegiatan inti guru menyuruh perwakilan siswa untuk maju ke depan kelas menceritakan kembali peristiwa banjir tersebut. Sebagai akhir dari pertemuan ini guru mengajak siswa untuk
86
menyanyikan lagu “Tik Tik Bunyi Hujan”. Tindakan berikutnya mengadakan tes hasil belajar dan memberikan PR yang akan dinilai pada pertemuan berikutnya. Pertemuan ke-3 Pada pertemuan ketiga ini indikator yang ingin dicapai adalah lama waktu kegiatan sehari-hari dalam satuan jam. Sebelum kegiatan inti dimulai guru membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya sambil mengulang beberapa konsep yang penting. Kegiatan ini diawali dengan penjelasan guru tentang tujuan yang akan dicapai yaitu siswa dapat menyebutkan lama suatu peristiwa berlangsung. Kegiatan intinya diawali dengan tanya jawab tentang cara perkembangbiakan pada hewan (melahirkan atau bertelur) dan perkembangbiakan tumbuhan (dengan bertunas atau dengan biji). Berdasarkan pengetahuan ini siswa dapat memperkirakan ukuran hewan dan tumbuhan yang masih muda. Siswa disuruh mengurutkan gambar pertumbuhan hewan dan tumbuhan dengan urut. Seminggu sebelum pembelajaran ini berlangsung siswa sudah menanam biji jagung dan biji bayam. Secara berkelompok siswa mengamati perubahan yang terjadi pada biji yang mereka tanam. Setiap kelompok diminta untuk melaporkan hasil pengamatannya kepada guru. Hasil pengamatan ini membuat siswa tahu bahwa pertumbuhan membutuhkan waktu yang cukup lama. Langkah berikutnya guru mengulangi konsep pengukuran waktu baik cara membacanya maupun cara menuliskannya. Setelah menjelaskan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Seperti halnya dengan pertemuan ke-1 dan ke-2 sebelum pembelajaran ditutup perilaku belajar siswa selalu diamati dan dinilai selama proses belajar.
87
Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran guru memberikan PR yang akan dibahas pertemuan berikutnya.
3. Observasi Observasi dilakukan teman sejawat sebagai kolaborator pada saat proses pembelajaran ketika pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3 untuk mengetahui kualitas pembelajaran yang menerapkan pendekatan pembelajaran tematik selama pembelajaran berlangsung. a. Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus I Observasi kualitas pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat selaku kolaborator dengan format observasi terfokus pada skor (nilai). Teman sejawat sebagai kolaborator pada observasi ini menilai kualitas pembelajaran dengan memberi tanda check list pada indikator yang dinilai. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran pada siklus I termasuk kategori ”sedang” karena nilai kualitas pembelajaran mencapai 71%. Kualitas pembelajaran yang belum mencapai target yang maksimal dikarenakan oleh beberapa hal antara lain adalah sebagai berikut: 1) Minat dan motivasi belajar siswa yang rendah. 2) Materi yang akan diajarkan belum disajikan dengan baik. Teman sejawat berharap agar guru lebih banyak memberikan dorongan dan semangat belajar kepada siswa dan memberikan pemahaman tentang manfaat belajar Matematika demi masa depan siswa. Berdasarkan hasil observasi tersebut
88
ada satu hal yang dapat dijadikan catatan bagi guru untuk memperbaiki perilaku belajar siswa yaitu meningkatkan minat belajar siswa. Menurut The Liang Gie (1994: 28) minat berarti sibuk, tertarik, terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Minat yang besar akan mendorong seseorang untuk selalu berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Crow dan Crow (1989: 303) yang mengatakan bahwa minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda atau kegiatan bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Perasaan efektif merupakan aspek yang penting dalam minat, karena dengan perasaan senang orang akan selalu terikat dan merasa bahagia dalam berhubungan dengan sesuatu. Sedangkan minat yang menekankan pada aspek kognitif dikemukakan oleh Winkel (1996: 189) yang mengartikan minat sebagai kesadaran seseorang bahwa suatu situasi mengandung keterhubungan dengan dirinya. Orang yang berminat terhadap sesuatu akan memiliki pengertian atau pemahaman terhadap sesuatu. Minat yang besar berpengaruh terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajarinya tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik karena tidak ada daya tariknya. Bahan pelajaran yang menarik perhatian siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan. Apabila terdapat siswa yang kurang berminat terhadap pelajaran sebaiknya diusahakan agar siswa tersebut
89
memiliki minat yang lebih besar dengan cara memberikan hadiah bagi siswa karena siswa sekolah dasar lebih mudah disentuh dengan sebuah hadiah. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila siswa tahu bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinkan besar ia akan berminat dan termotivasi untuk mempelajarinya. Sedangkan motivasi belajar merupakan dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka memenuhi harapan berupa penguasaan kompetensi akademis (Dimyati dan Mijiyono, 2004: 75). Sudah tentu menjadi suatu keharusan bagi anda untuk bisa membangkitkan dan memupuk rasa percaya diri anak sedini mungkin. Rasa percaya diri adalah sumber motivasi yang besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada pelajarannya. Dengan adanya percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat “dia mampu berbuat atau melakukan”. Sesuatu yang sulit dalam pelajaran mejadi tantangan untuk ditaklukkan dan untuk dikuasai. Anak punya keyakinan mampu melakukan tidak akan gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan atau hambatan dalam belajar. Guru sebaiknya berperan aktif untuk mendorong siswa agar memiliki citacita hidup sesuai dengan taraf perkembangan daya nalarnya dan usianya. Cita-cita anak selalu berubah sesuai dengan perkembangan usia dan daya nalar mereka. Guru dapat memberi contoh agar siswa mau mengembangkan imajinasi dirinya atau mengidentifikasikan dirinya jika sudah dewasa ingin menjadi apa drinya.
90
Dengan terpatrinya sebuah cita-cita hidup dalam hati nurani anak, akan menumbuhkan motivasi instrinsik pada diri anak untuk lebih giat belajar dan lebih terbuka untuk mengembangkan perencanaan belajarnya. Mengenai materi guru harus cermat dan teliti dalam menyampaikan materi jangan sampai materi yang disampaikan tidak diterima dengan baik oleh siswa. Pada siklus I guru belum menyajikan materi dengan baik terlihat dari siswa yang belum siap menerima materi pelajaran karena belum diinformasikan sebelumnya. Seharusnya sebelum mengajarakan suatu materi sebaiknya siswa diberitahukan terlebih dahulu materi yang akan diajarkan sehingga siswa dapat menyiapkan terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. b. Hasil observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus I Hasil observasi kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh teman sejawat menunjukkan kualitas pembelajaran mencapai nilai 71% sehingga dapat dikatakan ada peningkatan. Berdasarkan data ini dapat diterjemahkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik pada siklus I dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Kendala yang dialami antara lain: 1) Kemampuan siswa untuk menulis dengan cepat masih kurang; 2) Guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung; 3) Guru lebih cermat dalam menyusun rencana pembelajaran. Kolaborator berharap agar guru lebih matang dalam menyiapkan rencana pembelajaran. Dengan harapan kegiatan pembelajaran mendukung pencapaian kompetensi dasar yang akan dicapai, paling tidak semua siswa mencapai KKM sebesar 70.
91
c. Pencapaiaan Kompetensi Dasar menggunakan Pengukuran Waktu Hasil tes kemampuan awal yang dilakukan guru sebagai peneliti bersama dengan teman sejawat sebagai kolaborator sebelum dilakukan pembelajaran dan tindakan pada pertemuan 1, 2, dan 3 pada siklus I terangkum dalam tabel 5. Sedangkan hasil belajar siswa tentang pencapaian kompetensi dasar menggunakan pengukuran waktu, setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan tematik pada siklus I seperti terangkum dalam tabel 10 berikut: Tabel 10. Hasil Tes Tertulis Pada Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Andika Wahyu K Candra Darmawan A. Abdurrahman Zaki Al Muflihun Fiyansyah Al Raihan Rafi Imam Muhammad M. M. Arif Wicaksono M. Akbar Angga Agasta M. Fadhil Abdillah M. Wahyu Andika M. Abdul Rahim Nur M. Saiful Ummam Rifqa Mijwad Aula Zaky Iqbal Firmansyah Anisatul Auliya Alifa Zakiyyah Azzuhra Annisa Firda Amalia Fadia Anzar Salamah Hanifah Wulan Afianti Muna Afidatin Riski Widyaningsih Rizqi Animah Shafira Selena Orlin Syifa Annisa
Tes 70 75 80 85 80 65 85 85 85 65 60 80 75 75 85 75 85 60 65 75 75 70 65 75
Keterangan Kompeten Kompeten Kompeten Kompeten Kompeten Belum kompeten Kompeten Kompeten Kompeten Belum kompeten Belum kompeten Kompeten Kompeten Kompeten Kompeten Kompeten Kompeten Belum kompeten Belum kompeten Kompeten Kompeten Kompeten Belum kompeten Kompeten
92
Jumlah Siswa : L = 14 P = 10 Jumlah = 24
Hasil Tes : Jumlah nilai kurang dari KKM = 6 Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 18
Perbandingan prestasi belajar sebelum dengan sesudah pembelajaran pada siklus I dirangkum dalam tabel 11 berikut: Tabel 11. Komparasi Kemampuan Awal dan Nilai Siklus I
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Nama Andika Wahyu K Candra Darmawan A. Abdurrahman Zaki Al Muflihun Fiyansyah Al Raihan Rafi Imam Muhammad M. M. Arif Wicaksono M. Akbar Angga Agasta M. Fadhil Abdillah M. Wahyu Andika M. Abdul Rahim Nur M. Saiful Ummam Rifqa Mijwad Aula Zaky Iqbal Firmansyah Anisatul Auliya Alifa Zakiyyah Azzuhra Annisa Firda Amalia Fadia Anzar Salamah Hanifah Wulan Afianti Muna Afidatin Riski Widyaningsih Rizqi Animah Shafira Selena Orlin Syifa Annisa
Hasil penilaian Kondisi Siklus Selisih Awal I 60 70 10 70 75 5 80 80 0 75 85 10 75 80 5 55 65 10 75 85 10 70 85 15 80 85 5 60 65 5 50 60 10 75 80 5 60 75 15 70 75 5 80 85 5 70 75 5 75 85 10 60 60 0 65 65 0 70 75 5 70 75 5 65 70 5 55 65 10 75 75 0
Status Perubahan Naik Naik Tetap Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Tetap Naik Naik Naik Naik Naik Naik Tetap Tetap Naik Naik Naik Naik Tetap
Dari data tabel 10 dan 11 dapat dijelaskan bahwa dari jumlah siswa kelas IID sebanyak 24 siswa yang telah mencapai KKM 70 adalah sebanyak 18 siswa,
93
sedangkan sisanya sebanyak 6 siswa masih belum mencapai KKM atau masih mendapat nilai kurang dari 70 (tujuh puluh). Berdasarkan data ini dapat diterjemahkan bahwa pembelajaran pada siklus I dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu sebanyak 18 siswa mencapai KKM dan sebanyak 6 siswa belum mencapai KKM. Padahal kemampuan siswa sebelum adanya tindakan hanya sebanyak 15 siswa mencapai KKM dan sisanya sebanyak 9 siswa belum mencapai KKM.
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus I Refleksi implementasi upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran tematik akan menjawab pernyataan tentang: a. Apa yang berhasil? 1) Implementasi pembelajaran tematik pada siklus I berhasil meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran. Hal ini terbukti terdapat 18 siswa mencapai nilai KKM dan ada 6 siswa di bawah KKM. Padahal sebelum pembelajaran dan tindakan pada siklus I, hasilnya adalah sebanyak 15 siswa dari 24 siswa telah mencapai KKM, sedangkan sisanya 9 belum mencapai KKM karena mendapat nilai kurang dari KKM. 2) Guru telah menyediakan persiapan mengajar yaitu dengan desain pembelajaran dan menyiapkan alat bantu pembelajaran berupa lembar pedoman observasi, lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran tematik, dan lembar indikator peningkatan kualitas pembelajaran.
94
3) Sebelum memulai pembelajaran, selain melakukan pre tes guru juga memaparkan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan tampak bahwa siswa kurang memperhatikan pemaparan tujuan pembelajaran oleh guru. Masalah ini diperkirakan penyampaian tujuan pembelajaran pada kegiatan pembelajaran sehari-hari tidak dilakukan. 4) Saat proses pembelajaran guru melakukan pengaturan tempat duduk untuk menghindari adanya siswa yang asyik bercerita dengan teman sebangku. 5) Saat proses pembelajaran dilakukan pengelolaan kelas, baik secara individu maupun kelompok. Pengelolaan secara individu dilakukan saat siswa melakukan pre tes dan siswa ditunjukkan untuk maju ke depan membantu guru untuk mendemonstrasi suatu perbuatan. Pengelolaan kelas secara berkelompok belum berjalan dengan baik karena tidak semua siswa kelas II SD dapat bekerjasama dengan teman yang lain. 6) Hubungan dan komunikasi guru dengan siswa belum berjalan dengan baik, karena belum semua siswa berani bertanya. Pertanyaan dari siswa didominasi oleh beberapa siswa saja. b. Apa yang belum berhasil? 1) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran di kelas belum maksimal terbukti masih ada siswa yang ramai saat pelajaran. Ada beberapa sebab yang membuat siswa ramai antara lain karena tidak membawa buku atau alat peraga yang dibutuhkan sehingga ketika teman yang lain mengikuti pelajaran dengan baik siswa yang tidak bawa buku akan mengganggu teman yang lain.
95
2) Masih terdapat beberapa yang kesulitan dalam pembelajaran karena ada beberapa siswa yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari gurunya. Hal ini dilakukan karena kemampuan siswa tersebut di bawah kemampuan teman-teman yang lain. 3) Penerapan pendekatan pembelajaran tematik belum dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai KKM secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 24 siswa. Terbukti dari jumlah keseluruhan 24 siswa, yang mencapai nilai KKM sebesar 70 sebanyak 18 siswa, sedangkan sisanya 6 siswa masih memperoleh nilai kurang dari KKM sebesar 70. c. Mengapa itu terjadi? Dari hasil refleksi dan analisis lapangan menunjukkan bahwa sumber utama kurang berhasil dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pendekatan pembelajaran tematik di kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran dalam pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Kemampuan siswa yang tidak sama mempengaruhi kondisi kelas. Hal ini dikarenakan anak kelas II sekolah dasar belum dapat belajar mandiri sehingga perlu dibimbing terus oleh gurunya padahal gurunya hanya satu kalau harus membimbing semua siswa tidak mampu yang akhirnya membuat siswa yang sudah selesai mengerjakan latihan bermain di kelas. 2) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik di kelas maupun dirumah yang masih kurang.
96
3) Kualitas pembelajaran yang masih rendah tentunya mempengaruhi suasana pembelajaran di kelas. d. Selanjutnya Bagaimana? Untuk mencapai kualitas pembelajaran yang lebih baik dan prestasi belajar yang maksimal, maka perlu dilaksanakan pembelajaran dan tindakan siklus II. Pada tindakan siklus II perencanaan harus lebih disempurnakan dengan meningkatkan terhadap sesuatu yang dinilai berhasil tetapi belum optimal pada siklus I dan menambahkan beberapa aktivitas yang belum dilaksanakan pada siklus I. Beberapa hal yang harus ditingkatkan dan ditumbuhkan pada tindakantindakan pada siklus II sebagai perbaikan dari siklus I antara lain: 1) Berusaha meningkatkan perilaku belajar siswa ke arah yang lebih baik, dengan cara memberikan pembinaan terhadap siswa yang kurang minat belajarnya, memberikan apresiasi terhadap siswa yang menyelesaikan soal latihan dengan baik dan lebih awal daripada teman-temannya, serta memberikan pujian terhadap siswa yang mau bertanya kepada guru pada saat menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas dan latihan. 2) Berusaha melaksanakan dimensi-dimensi kualitas pembelajaran dengan baik dengan cara menyusun skenario pembelajaran yang matang dan sesuai dengan kondisi siswa. 3) Menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar dengan memberikan hadiah pada siswa yang aktif di kelas. Dengan begitu diharapkan siswa yang kurang aktif termotivasi untuk lebih aktif di kelas.
97
4) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dengan cara memberikan arahan kepada siswa untuk mengerjakan semua PR yang diberikan guru. 5) Meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa dengan menjelaskan cara pengukuran yang benar dan menggunakan alat peraga yang mudah ditemukan sehingga siswa dengan mudah dapat mengikuti proses pembelajaran sampai berhasil mencapai hasil belajar maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai KKM secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa sebanyak 24 memperoleh nilai KKM lebih dari 70.
F. Deskripsi Penelitian Siklus II
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, terutama menyangkut beberapa hal yang direkomendasikan untuk siklus II sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa kelas IID di SDIT Nurul Islam. Prestasi belajar siswa sekurang-kurangnya mencapai nilai KKM sebesar 70 melalui penerapan pendekatan pembelajaran tematik. Rencana pembelajaran ini merupakan hasil revisi dalam rangka perbaikan pembelajaran siklus I yang dinilai belum dapat mencapai KKM secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 24 siswa. Adapun rencana pembelajaran tematik untuk siklus II disusun sebagai berikut:
98
a. Meninjau kembali indikator peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar melalui penerapan pendekatan tematik dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) memperbanyak latihan soal baik di rumah maupun di kelas; 2) menyiapkan format evaluasi yang sesuai. b. Menentukan materi pembelajaran pada tindakan siklus II, secara keseluruhan yang terangkum dalam gambar 9 berikut: PKn · Menyebutkan manfaat atau kegunaan lingkungan hewan dan tumbuhan IPS c. · Menyebutkan namad. dokumen nama dan jenis · Menjelaskan pentingnya e. menjaga dokumen dan koleksi benda f. berharga · Menyebutkan cara memelihara dokumen
·
· · ·
Peristiwa
Matematika Menentukan benda yang lebih panjang · atau lebih pendek atau sama panjang dengan benda lain Mengukur panjang benda dengan · satuan baku dan satuan tidak baku Menaksir panjang benda dengan satuan · yang sesuai dan alat ukur yang sesuai Menyelesaikan masalah dalam soal · cerita yang berkaitan dengan panjang benda Gambar 9. Jaringan Indikator Siklus II
B. Indonesia · Menceritakan kembali isi dongeng yang didengar dengan kata-kata sendiri · Mengajukan pertanyaan dengan bahasa yang santun
IPA Mengidentifikasi perubahan pada pertumbuhan hewan dan tumbuhan Membedakan benda cair dan benda padat Mengenal ciri benda padat dan benda cair Mencari contoh benda padat yang dapat berubah bentuk
99
d. Membuat skenario pembelajaran dengan penerapan pendekatan pembelajaran tematik yang terangkum dalam tebel 14 berikut: Tabel 12. Proses Pembelajaran pada Siklus II No
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
Kegiatan Awal 1
Pendahuluan
Menyampaikan tujuan Menjelaskan pembelajaran
penjelasan guru
Pre tes
Mengerjakan tes
5 menit
20 menit
Kegiatan Inti 2.
Membangun
- Guru
menjelaskan Memperhatikan
120 menit
pengetahuan
cara
menentukan penjelasan guru
sikap
benda
yang
ketrampilan
dan
lebih
panjang atau lebih pendek atau sama panjang
dengan
benda lain - Guru
menjelaskan
cara
mengukur
panjang
benda
dengan satuan baku dan
satuan
tidak
baku - Guru
menjelaskan
cara panjang
menaksir benda
dengan satuan yang sesuai dan alat ukur yang sesuai
100
- Guru
menjelaskan
cara menyelesaikan masalah dalam soal cerita yang berkaitan dengan panjang Menyuruh
siswa Mengerjakan soal 90 menit
berlatih mengerjakan latihan soal-soal latihan Kegiatan Akhir 3.
Penutup
Memberikan Pos tes
Mengerjakan tes
30 menit
e. Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yan mendukung terlaksananya tindakan pembelajaran seperti menyiapkan alat peraga yang digunakan, menyiapkan buku pegangan, dan soal-soal latihan. f. Menyiapkan instrumen observasi untuk mengobservasi kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai kolaborator. g. Mendeskripsikan secara jelas peran guru sebagai fasilitator pembelajaran dan teman sejawat sebagai kolaborator berperan sebagai observer dan siswa kelas IID SDIT Nurul Islam sebagai subyek penelitian. Peran guru sebagai fasilitator adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat menciptakan siswa belajar, termasuk didalamnya sebagai salah satu sumber belajar dan sebagai motivator. Guru mampu meningkatkan semangat siswa untuk belajar dan berlatih. Sebagai observer teman sejawat bertugas untuk mengamati aktivitas siswa dan perilaku belajar siswa. h. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji keterlaksanaannya di lapangan.
101
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Siklus II Siklus II dilaksanakan dalam waktu 2 minggu mulai 9 November 2009 sampai 21 November 2009. Rencana pembelajaran tematik disusun oleh peneliti untuk 4 kali pertemuan masing-masing pertemuan waktunya 2 jam pelajaran. Berikut ini merupakan kegiatan dari setiap pertemuan pada siklus II yaitu sebagai berikut Pertemuan ke 1 Pada pertemuan ini indikator yang diajarkan yaitu menentukan benda yang lebih panjang atau lebih pendek atau sama panjang daripada benda lain. Setelah dilakukan presensi siswa, guru memaparkan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan dan membacakan hasil belajar siswa untuk. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca teks tentang pertumbuhan pada hewan dan tumbuhan. Siswa membacanya secara klasikal. Bacaan tersebut berisi peristiwa perubahan ukuran pada anak hewan menjadi hewan dewasa dan pertumbuhan biji menjadi tanaman yang berbuah. Dalam bacaan itu guru menggunakan kata “lebih panjang, lebih pendek, dan sama panjang”. Langkah selanjutnya guru memberikan konsep bagaimana menentukan benda yang lebih panjang, lebih pendek, atau sama panjang. Guru juga menyuruh siswa secara lisan menyebutkan contoh benda yang lebih panjang, lebih pendek, atau sama panjang. Materi selanjutnya adalah menyuruh siswa untuk menyebutkan manfaat hewan dan tumbuhan bagi kehidupan manusia. Guru menampung semua pendapat siswa kemudian memilih pendapat yang paling tepat. Guru juga memberikan contoh peristiwa yang menunjukkan kegunaan atau manfaat hewan dan tumbuhan.
102
Kegiatan siswa berikutnya adalah belajar secara berpasangan (4 - 5 siswa). Guru menjelaskan tugas siswa yaitu mencari benda kemudian membandingkannya dengan menggunakan kata lebih panjang, lebih pendek, dan sama panjang. Hasil pekerjaan mereka dibahas bersama-sama di kelas sehingga siswa mengetahui kesalahannya. Demikian juga dengan guru dapat mengetahui perubahan siswanya. Selanjutnya siswa mengerjakan soal evaluasi yang sudah disediakan oleh guru. Sebelum pertemuan ini ditutup guru menguatkan lagi pemahaman siswa dalam menentukan benda yang lebih panjang, lebih pendek, atau sama panjang. Guru juga memberikan tugas berupa PR kepada siswa. Pertemuan ke 2 Indikator yang akan dicapai dalam pertemuan ini adalah mengukur panjang benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku. Untuk mengingat kembali materi sebelumnya guru membahas PR yang sudah dikerjakan siswa. Guru juga menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah siswa melakukan pembelajaran. Untuk menarik perhatian siswa guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Kasih Ibu”. Lagu ini sebagai penghantar materi dokumen-dokumen penting dan bendabenda berharga. Dokumen penting biasa berisi tentang suatu peristiwa, seperti akta kelahiran sebagai bukti atas kelahiran seorang bayi, Buku Nikah sebagai bukti atas peristiwa pernikahan, Piagam sebagai bukti atas pencapaian prestasi. Guru menyediakan beberapa contoh dokumen penting kemudian guru bertanya jawab tentang panjang dan pendek dokumen untuk mengingat materi yang lalu. Langkah selanjutnya adalah mengukur panjang dokumen dengan satuan
103
tidak baku (jengkal, depa, langkah). Guru menggunakan satuan tidak baku untuk mengukur beberapa benda yang ada di kelas. Hasil pengukuran di atas merupakan pengukuran yang dilakukan oleh siswa. Dengan melibatkan siswa dalam pengukuran, siswa dapat menemukan secara langsung sehingga memudahkan pemahamannya. Guru membagikan soal latihan, dimana dalam soal tersebut siswa harus melakukan pengukuran sendirisendiri. Saat siswa melakukan pengukuran guru melakukan penilaian dalam proses pembelajaran sambil memberikan bimbingan bagi siswa yang kurang paham. Kegiatan siswa selanjutnya adalah belajar mengukur benda dengan satuan baku. Dalam pembelajaran ini guru menyediakan alat pengukuran baku yaitu penggaris, materan pita, meteran gulung. Guru juga menjelaskan bahwa satuan yang digunakan di kelas II hanya dua, yaitu “cm” (sentimeter) dan “m” (meter). Guru melakukan hal yang sama untuk menjelaskan cara mengukur benda dengan satuan baku Untuk mengecek pemahaman siswa, guru memberikan pertanyaan secara lisan. Setelah menguatkan pemahaman siswa guru membagikan soal evaluasi untuk mengetahui perubahan kemampuan siswa. Di akhir pertemuan guru membagikan PR yang akan dibahas pada pertemuan mendatang Pertemuan ke 3 Pada pertemuan ini indikator yang ingin dicapai adalah menaksir panjang benda dengan satuan yang sesuai dan alat ukur yang sesuai. Kegiatan awal yang dilakukan sama dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya yaitu membahas PR dan menyebutkan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti diawali dengan mengulang konsep satuan baku dan satuan tidak baku dalam pengukuran. Kegiatan guru
104
selanjutnya adalah menjelaskan cara mengubah satuan baku, misalnya 1 m = 100 cm dan 100 cm = 1 m. Untuk menamamkan konsep tersebut guru menyuruh siswa berpasangan untuk memasukkan sedotan yang panjangnya 1 cm ke dalam pita yang panjangnya 1 m. Dengan kegiatan ini siswa dapat membuktikan sendiri bahwa panjang 1 pita sama dengan 100 sedotan yang berarti panjang 1 m sama dengan 100 cm. Pemahaman ini dapat membantu siswa untuk menentukan satuan dan alat pengukuran yang sesuai. Langkah selanjutnya adalah menyuruh siswa mengerjakan soal evaluasi dan membagikan PR kepada siswa. Pertemuan ini diakhiri dengan tanya jawab berantai. Pertemuan ke 4 Pada pertemuan ini indikator yang ingin dicapai adalah menyelesaikan masalah dalam soal cerita yang berkaitan dengan panjang. Pertemuan ini diawali dengan pembahasan PR dan pemaparan tujuan pembelajaran oleh guru. Kegiatan yang dilakukan guru adalah meminta siswa menyebutkan benda sebanyak-banyak dan menuliskannya di papan tulis. Selanjutnya guru memberikan teka-teki kepada siswa dan bagi siswa yang dapat menjawab akan mendapat hadiah. Teka-teki tersebut adalah “Semua orang membutuhkan ku. Banyak ikan yang mati kalau aku tidak ada. Aku dibutuhkan saat orang merasa haus. Siapakah aku”? Dengan jawaban air akan digunakan guru untuk menyebutkan ciri-ciri benda cair dan benda padat. Selanjutnya guru menyuruh perwakilan siswa untuk melingkari nama benda yang tertulis di papan tulis untuk benda padat menggunakan spidol warna merah dan benda cair menggunakan spidol warna biru.
105
3. Observasi a. Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus II Observasi kualitas pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat selaku kolaborator dengan format observasi yang dinilai dengan memberikan tanda check list. Hasil observasi teman sejawat menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran. Pada siklus II ini kualitas pembelajaran dikategorikan baik karena mencapai nilai 85%. Peningkatkan kualitas pembelajaran dinilai belum maksimal oleh kolaborator, hal ini dikerenakan antara lain: 1) ada beberapa siswa yang belum mampu bekerja dalam kelompok sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik; 2) guru belum mempunyai hubungan yang aktif dengan orang tua. Sedangkan peningkatan kualitas pembelajaran yang cukup signifikan dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan pendekatan pembelajaran tematik. Selama proses pembelajaran pada siklus II berlangsung siswa tampak mengikuti kegiatan dan aktivitas pembelajaran dengan antusias. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan tentang kesulitan yang sedang dialami. Selain itu juga terlihat dari hampir semua siswa mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. b. Prestasi Belajar Siswa Kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran Tahun Ajaran 2009/2010 pada Siklus II Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes tertulis yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti. Berikut ini merupakan rangkuman hasil tes tertulis siswa yaitu sebagai berikut:
106
Tabel 13. Prestasi Belajar pada Siklus II No
Nama
Tes
Keterangan
1 Andika Wahyu K 70 Kompeten 2 Candra Darmawan 85 Kompeten 3 A. Abdurrahman Zaki 90 Kompeten 4 Al Muflihun Fiyansyah 90 Kompeten 5 Al Raihan Rafi 85 Kompeten 6 Imam Muhammad M. 70 Kompeten 7 M. Arif Wicaksono 90 Kompeten 8 M. Akbar Angga Agasta 85 Kompeten 9 M. Fadhil Abdillah 95 Kompeten 10 M. Wahyu Andika 65 Belum kompeten 11 M. Abdul Rahim 60 Belum kompeten 12 Nur M. Saiful Ummam 90 Kompeten 13 Rifqa Mijwad Aula 85 Kompeten 14 Zaky Iqbal Firmansyah 85 Kompeten 15 Anisatul Auliya 95 Kompeten 16 Alifa Zakiyyah Azzuhra 85 Kompeten 17 Annisa Firda Amalia 90 Kompeten 18 Fadia Anzar Salamah 60 Belum kompeten 19 Hanifah Wulan Afianti 70 Kompeten 20 Muna Afidatin 90 Kompeten 21 Riski Widyaningsih 85 Kompeten 22 Rizqi Animah 85 Kompeten 23 Shafira Selena Orlin 70 Kompeten 24 Syifa Annisa 85 Kompeten Jumlah Siswa : Hasil Tes : L = 14 Jumlah nilai kurang dari KKM = 3 P = 10 Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 21 Jumlah = 24 Pada
siklus
II
prestasi
belajar
mengalami
peningkatan
apabila
dibandingkan dengan prestasi belajar pada siklus I. Perbandingan prestasi belajar sebelum dan sesudah tindakan pada siklus II dapat dilihat dari rangkuman dalam tabel 16 berikut:
107
Tabel 14. Komparasi Nilai pada SiklusI dan Nilai pada Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Nama Andika Wahyu K Candra Darmawan A. Abdurrahman Zaki Al Muflihun Fiyansyah Al Raihan Rafi Imam Muhammad M. M. Arif Wicaksono M. Akbar Angga Agasta M. Fadhil Abdillah M. Wahyu Andika M. Abdul Rahim Nur M. Saiful Ummam Rifqa Mijwad Aula Zaky Iqbal Firmansyah Anisatul Auliya Alifa Zakiyyah Azzuhra Annisa Firda Amalia Fadia Anzar Salamah Hanifah Wulan Afianti Muna Afidatin Riski Widyaningsih Rizqi Animah Shafira Selena Orlin Syifa Annisa
Hasil penilaian Status Siklus I Siklus II Selisih Perubahan 70 70 0 Tetap 75 85 10 Naik 80 90 10 Naik 85 90 5 Naik 80 85 5 Naik 65 70 5 Naik 85 90 5 Naik 85 85 0 Tetap 85 95 10 Naik 65 65 10 Naik 60 60 0 Tetap 80 90 10 Naik 75 85 10 Naik 75 85 10 Naik 85 95 10 Naik 75 85 10 Naik 85 90 5 Naik 60 60 0 Tetap 65 70 5 Naik 75 90 15 Naik 75 85 10 Naik 70 85 15 Naik 65 70 5 Naik 75 85 10 Naik
Dari data tabel 15 dan 16 dapat dijelaskan bahwa dari jumlah siswa kelas IID sebanyak 24 siswa yang telah mencapai KKM 70 adalah sebanyak 21 siswa, sedangkan sisanya sebanyak 3 siswa masih belum mencapai KKM atau masih mendapat nilai kurang dari 70 (tujuh puluh). Berdasarkan data ini dapat diterjemahkan bahwa pembelajaran pada siklus II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu sebanyak 21 siswa mencapai
108
KKM dan sebanyak 3 siswa belum mencapai KKM. Padahal sebelum pembelajaran pada siklus I, hasil kemampuan awal sebanyak 18 siswa mencapai KKM dan sisanya sebanyak 6 siswa belum mencapai KKM.
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus II Refleksi implementasi upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran tematik akan menjawab pernyataan tentang: 1) Apa yang berhasil? a) Implementasi pembelajaran tematik pada siklus II berhasil meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran. Hal ini terbukti terdapat 21 siswa mencapai nilai KKM dan ada 3 siswa di bawah KKM. Peningkatan juga terjadi pada kualitas pembelajaran yang mencapai nilai 85%. b) Secara umum pembelajaran tematik memberikan suasana yang berbeda kepada siswa. Pada siklus I masih ada siswa tidak mau mengerjakan latihan yang diberikan guru, tetapi pada siklus II siswa tersebut sudah mau mengerjakan soal latihan dan evaluasi meskipun hasilnya di bawah KKM. c) Siswa yang sebelumnya tidak mempunyai tanggung jawab atas kelompok pada siklus kedua ini sudah menunjukkan rasa tanggung jawabnya, meskipun belum bisa memberikan pendapat dalam memecahkan persoalan. d) Ada beberapa alat peraga yang dapat digunakan untuk menyampaikan dua sampai tiga mata pelajaran sekaligus sehingga guru tidak perlu menyiapkan alat peraga untuk tiap-tiap mata pelajaran.
109
e) Pada siklus II ini guru sudah menikmati kegiatan pembelajaran sehingga guru tidak merasa terbebani, malahan guru semakin terampil dalam menerapkan pembelajaran tematik. 2) Apa yang belum berhasil? Guru belum dapat mengatasi siswa yang kurang kemampuannya yang menyebabkan kelas manjadi ramai. Hal ini menjadi dilema bagi guru karena ketika guru memilih untuk melanjutkan materi, siswa yang kurang kemampuannya akan semakin tertinggal, tetapi jika guru tidak melanjutkan materi siswa yang kemampuannya tinggi akan ramai di kelas. 3) Mengapa itu terjadi? Hal ini terjadi karena pengelolaan kelas yang belum baik karena pada saat pembelajaran Matematika kegiatan anak adalah melakukan percobaan menggunakan alat peraga. Jumlah antara alat peraga dengan jumlah siswa tidak sama sehingga menimbulkan antrian saat menggunakan alat peraga secara bergantian. 4) Selanjutnya Bagaimana? Beberapa hal yang harus ditingkatkan dan ditumbuhkan pada tindakantindakan pada siklus II sebagai perbaikan dari siklus I antara lain: a) Meminta pada pihak sekolah untuk menyediakan alat peraga yang dibutuhkan atau menggunakan alat peraga yang tersedia di lingkungan sehingga mudah untuk didapatkan. b) Mengajak siswa untuk belajar sambil berekreasi dengan harapan siswa lebih semangat lagi dalam pembelajaran.
110
c) Mengingat masih ada siswa yang belum mencapai KKM dan kualitas pembelajaran belum mencapai 100% maka peneliti mengadakan siklus III.
G. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Siklus III
1. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, utamanya menyangkut beberapa hal yang direkomendasikan untuk siklus III sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa kelas IID di SDIT Nurul Islam Tengaran. Prestasi belajar siswa diharapkan mencapai nilai KKM sebesar 70 melalui penerapan pendekatan pembelajaran tematik. Rencana pembelajaran ini merupakan hasil revisi dalam rangka perbaikan pembelajaran siklus II yang dinilai belum dapat mencapai KKM secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 24 siswa. Terbukti dari jumlah keseluruhan 24 siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 siswa, sedangkan sisanya 3 siswa masih mendapat nilai di bawah KKM. Adapun rencana pembelajaran tematik untuk siklus III disusun sebagai berikut: a. Melakukan analisis ulang terhadap hasil pengamatan untuk mengetahui penyebab-penyebab yang membuat siswa tidak dapat mencapai nilai KKM. b. Menentukan materi pembelajaran pada tindakan siklus III. Pada siklus III peneliti bersama teman sejawat kembali menentukan tema yaitu “Rekreasi”, alasan pemilihan tema ini adalah sebagai berikut: (1) Tema
111
Rekreasi mudah dipergunakan untuk memadukan beberapa mata pelajaran; (2) Tema rekreasi sesuai dengan perkembangan siswa yang suka bermain; (3) Pemilihan tema rekreasi didasarkan pada pertimbangan mengenai suasana pembelajaran yang menyenangkan. Berdasarkan tema yang dipilih yaitu “Rekreasi” maka secara keseluruhan yang terangkum dalam gambar 10 berikut: B. Indonesia · Melengkapi teks sesuai dengan yang didengarkan · Menjelaskan urutan kegiatan sehari-hari dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami
IPS · Menceritakan peristiwa yang terkesan tentang diri dan keluarga · Membaca data dari dokumen
Rekreasi
IPA · Mencari benda padat yang berubah menjadi benda cair dan sebaliknya · Menggunakan kegunaan benda di sekitar · Memperagakan kegunaan benda dengan tepat
·
· · ·
PKn · Menunjukkan sikap mencintai dengan menjaga lingkungan
Matematika Menentukan benda yang lebih berat, lebih ringan, atau sama berat dengan benda lain Mengukur berat benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku Menaksir berat benda dengan satuan yag sesuai dan alat ukur yang sesuai Menyelesaikan masalah dalam soal cerita yang berkaitan dengan berat benda
Gambar 10. Jaringan Indikator Siklus III
112
c. Membuat skenario pembelajaran pada siklus III yang menerapkan pembelajaran tematik. Tabel 15. Proses Pembelajaran pada Siklus III No
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
Kegiatan Awal 1
Pendahuluan
Menyampaikan tujuan Menjelaskan pembelajaran
penjelasan guru
Pre tes
Mengerjakan tes
5 menit
20 menit
Kegiatan Inti 2.
100 · Menentukan benda Memperhatikan yang lebih berat, penjelasan guru pengetahuan menit lebih ringan, atau sikap dan sama berat dengan ketrampilan benda lain · Mengukur berat benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku · Menaksir berat benda dengan satuan yag sesuai dan alat ukur yang sesuai · Menyelesaikan masalah dalam soal cerita yang berkaitan dengan berat benda Menyuruh siswa Mengerjakan soal 60 menit Membangun
berlatih mengerjakan latihan soal-soal latihan Kegiatan Akhir 3.
Penutup
Memberikan Pos tes
Mengerjakan tes
25 menit
113
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus III dilaksanakan dalam waktu 2 minggu mulai 23 November 2009 sampai 3 Desember 2009. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan adalah: Pertemuan ke 1 Terdapat dua indikator yang ingin dicapai dalam pertemuan ini yaitu menentukan benda yang lebih berat, lebih ringan, atau sama berat dengan benda lain dan mengukur berat benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku. Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu “Bertamasya”. Pada pertemuan ini guru memberikan contoh benda yang lebih berat dan yang lebih ringan, serta yang sama berat. Siswa juga disuruh menyebutkan contoh benda yang lebih berat dan yang lebih ringan, serta yang sama berat. Pembahasan materi ini tidak membutuhkan waktu yang lama karena konsepnya hampir sama dengan pengukuran panjang yang sudah dipelajari sebelumnya. Untuk mengukur berat benda dengan satuan tidak baku guru menggunakan timbangan neraca, misalnya berat 1 melon sama dengan 8 jeruk. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan menimbang dengan satuan tidak baku. Kegiatan berikutnya adalah mengukur berat benda dengan satuan baku. Guru menggunakan timbangan duduk, timbangan makanan, dan timbangan badan sebagai alat peraga. Guru juga menyebutkan 3 satuan baku yaitu kilogram (kg), ons, dan gram (g). Siswa diajari cara membaca timbangan tentunya melibatkan beberapa siswa karena dengan learning by doing akan membuat pelajaran lebih bermakna.
114
Dengan timbangan yang tersedia siswa menimbang beberapa benda dan menentukan beratnya. Termasuk juga menimbang benda padat dan benda cair untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang sudah diajarkan. Untuk menguatkan pemahaman siswa guru menyuruh 3 siswa menimbang berat badannya dan siswa yang lain mencatat berat ketiga siswa tersebut. Sebelum diakhiri guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Ternyata ada siswa yang bertanya “mana yang lebih berat gula apa garam”? untuk menjawabnya guru menjelaskan bahwa berat benda ditentukan satuannya bukan bentuk dan jumlahnya. Seperti biasa guru membagikan soal evaluasi dan PR kepada siswa. Sebelum pulang guru mengingatkan siswa untuk menyiapkan pelajaran pada pertemuan yang akan datang. Pertemuan ke 2 Pertemuan kedua ini membahas satuan dan alat ukur yang sesuai untuk benda. Guru berharap dengan tema rekreasi siswa akan lebih semangat untuk belajar. Oleh karena itu, guru mengajak siswa berekreasi ke Taman Bermain Rawa Permai. Dengan belajar di tempat wisata dapat menghilangkan kejenuhan siswa yang selama ini hanya belajar di sekolah. Awalnya guru agak kesulitan untuk mengendalikan siswa yang langsung berhamburan saat tiba di tempat wisata. Guru menyadari bahwa siswa kelas II SD masih suka bermain sehingga guru memberi waktu sejenak kepada siswa untuk bermain. Saat siswa bermain guru dan teman sejawat menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran. Beberapa saat setelah selesai melakukan persiapan guru mengumpulkan siswa untuk mulai pembelajaran. Siswa duduk melingkar di atas tikar dan guru mulai
115
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan diawali dengan penjelasan guru tentang cara mengubah satuan berat. Guru menyuruh siswa menyebutkan tiga satuan baku yaitu kg, ons, dan gram. Di depan guru tersedia tiga timbangan yang pada pertemuan sebelumnya sudah digunakan. Pada timbangan makanan tertulis tiga satuan tersebut berikut angka, yaitu 1 kg = 1000 gram, 1 kg = 10 ons, dan1 ons = 100 gram. Guru lebih menekankan konsep bahwa 1 kg = 10 ons karena satuan ini yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memudahkan siswa menerima konsep ini guru menyediakan 50 bungkus kacang hijau dimana berat setiap bungkus adalah 1 ons. Guru memberi kesempatan kepada siapa yang mau memperagakan di depan. Tugas siswa yang berada di depan adalah mengambil bungkusan sesuai dengan perintah guru, misalnya guru menyuruh mengambil 3 kg berarti siswa mengambil 30 bungkus kacang hijau. Kegiatan selanjutnya adalah membagi siswa menjadi 8 kelompok dan tugas mereka menentukan satuan yang sesuai untuk benda-benda di sekitar tempat wisata dan menentukan wujud benda serta menuliskan kegunaannya. Hasil kerja kelompok dibahas bersama-sama dan diselingi hiburan dari siswa yang menyanyikan beberapa lagu. Kegiatan dilanjutkan dengan menunjukkan sikap mencintai lingkungan sekitar. Guru menyuruh siswa menyebutkan beberapa contoh perilaku menjaga lingkungan. Perilaku tersebut kemudian dipraktekkan bersama-sama di lingkungan tempat wisata, seperti mengambil sampah yang berhamburan, mencabuti rumputrumput liar, memotong daun-daun yang sudah kering, dan membersihkan tempat
116
yang tadi gunakan untuk belajar. Dalam kegiatan ini siswa memperagakan cara penggunaan benda seperti sapu dan pisau. Untuk mengabadikan kegiatan belajar di tempat wisata guru mengajak siswa untuk berfoto bersama-sama sehingga meskipun lelah anak-anak tetap semangat. Kegiatan di Rawa Permai diakhiri dengan mengerjakan soal evaluasi yang jumlahnya lebih sedikit dari evaluasi-evaluasi sebelumnya. Siswa juga diminta untuk menuliskan kesan selama belajar di Taman Bermain Rawa Permai. Pertemuan ke 3 Pada pertemuan ini guru tidak membahas PR karena kemarin tidak ada PR. Pada kesempatan ini guru ingin mengetahui seberapa kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari apakah siswa sudah mengetahui materi yang akan dipelajari. Apabila dapat menyebutkan materi yang akan dipelajari tentunya siswa dapat memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Indikator yang ingin dicapai adalah menyelesaikan masalah dalam soal cerita yang berkaitan dengan berat benda. Untuk membantu kesiapan siswa dalam belajar guru memberikan pertanyaan yang dapat mengingatkan siswa kepada materi-materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Kegiatan ini diawali dengan menuliskan cerita belajar di Taman Bermain Rawa Permai dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami. Siswa juga diminta untuk memperhatikan penggunaan huruf kapital dan penggunaan tanda baca. Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan kepada guru, kemudian guru membacakan teks bacaan tentang berekreasi di Kebun Binatang. Dalam bacaan tersebut guru mencantumkan berat binatang.
117
Saat siswa mengerjakan soal latihan guru mengadakan penilaian dalam proses. Hasil penilaian sementara menunjukkan bahwa masih ada siswa yang kesulitan sehingga mengulangi lagi konsep penjumlahan dan pengurangan pada bilangan tiga angka. Penjelasan guru tentang penjumlahan dan pengurangan ternyata sangat membantu siswa dalam menyelesaikan soal latihan. Kegiatan siswa selanjutnya adalah mengerjakan soal evaluasi yang dibagikan. Pertemuan ini diakhiri dengan pembagian foto bersama sewaktu belajar di Rawa Permai. Sebagai tugas siswa diminta menyimpan foto tersebut di album mereka di rumah.
3. Observasi a. Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus III Observasi kualitas pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat selaku kolaborator yang dinilai dengan memberikan tanda check list pada format observasi. Hasil observasi teman sejawat menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran. Pada siklus III ini kualitas pembelajaran dikategorikan amat baik karena mencapai nilai 96%. Peningkatan kualitas pembelajaran ini sudah menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik telah berhasil dalam meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan prestasi belajar siswa kelas IID SDIT Nurul Islam. b. Hasil Belajar Siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes tertulis yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti sesudah pembelajaran pada siklus III yaitu sebagai berikut:
118
Tabel 16. Hasil Tes Tertulis pada Siklus III No
Nama
Tes
Keterangan
1 Andika Wahyu K 75 Kompeten 2 Candra Darmawan 90 Kompeten 3 A. Abdurrahman Zaki 100 Kompeten 4 Al Muflihun Fiyansyah 90 Kompeten 5 Al Raihan Rafi 80 Kompeten 6 Imam Muhammad M. 75 Kompeten 7 M. Arif Wicaksono 95 Kompeten 8 M. Akbar Angga Agasta 95 Kompeten 9 M. Fadhil Abdillah 100 Kompeten 10 M. Wahyu Andika 75 Kompeten 11 M. Abdul Rahim 70 Kompeten 12 Nur M. Saiful Ummam 90 Kompeten 13 Rifqa Mijwad Aula 95 Kompeten 14 Zaky Iqbal Firmansyah 90 Kompeten 15 Anisatul Auliya 100 Kompeten 16 Alifa Zakiyyah Azzuhra 85 Kompeten 17 Annisa Firda Amalia 95 Kompeten 18 Fadia Anzar Salamah 75 Kompeten 19 Hanifah Wulan Afianti 70 Kompeten 20 Muna Afidatin 90 Kompeten 21 Riski Widyaningsih 85 Kompeten 22 Rizqi Animah 85 Kompeten 23 Shafira Selena Orlin 75 Kompeten 24 Syifa Annisa 85 Kompeten Jumlah Siswa : Hasil Tes : L = 14 Jumlah nilai kurang dari KKM = 0 P = 10 Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 24 Jumlah = 24 Perbandingan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah tindakan pada siklus III dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dirangkum dalam tabel 19 berikut:
119
Tabel 17. Komparasi Nilai pada Siklus II dan Nilai pada Siklus III No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Nama Andika Wahyu K Candra Darmawan A. Abdurrahman Zaki Al Muflihun Fiyansyah Al Raihan Rafi Imam Muhammad M. M. Arif Wicaksono M. Akbar Angga Agasta M. Fadhil Abdillah M. Wahyu Andika M. Abdul Rahim Nur M. Saiful Ummam Rifqa Mijwad Aula Zaky Iqbal Firmansyah Anisatul Auliya Alifa Zakiyyah Azzuhra Annisa Firda Amalia Fadia Anzar Salamah Hanifah Wulan Afianti Muna Afidatin Riski Widyaningsih Rizqi Animah Shafira Selena Orlin Syifa Annisa
Hasil penilaian Status Siklus II Siklus III Selisih Perubahan 70 75 5 Naik 85 90 5 Naik 90 100 10 Naik 90 90 0 Tetap 85 80 5 Naik 70 75 5 Naik 90 95 5 Naik 85 95 10 Naik 95 100 5 Naik 65 75 10 Naik 60 70 10 Naik 90 90 0 Tetap 85 95 10 Naik 85 90 5 Naik 95 100 5 Naik 85 85 0 Tetap 90 95 5 Naik 60 75 15 Naik 70 70 0 Tetap 90 90 0 Tetap 85 85 0 Tetap 85 85 0 Tetap 70 75 5 Naik 85 85 0 Naik
Dari data tabel 18 dan 19 dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar seluruh siswa kelas IID sebanyak 24 siswa mencapai KKM sebesar 70, berarti tidak ada siswa yang prestasi belajarnya dibawah KKM. Berdasarkan data ini dapat diterjemahkan bahwa pembelajaran pada siklus III dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu semua siswa kelas IID mencapai KKM. Padahal sebelum
120
pembelajaran pada siklus III, hasil kemampuan awal sebanyak 21 siswa mencapai KKM dan sisanya sebanyak 3 siswa belum mencapai KKM.
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian pada Siklus III Berdasarkan hasil observasi di atas pelaksanaan pembelajaran tematik yang dilakukan peneliti selalu mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Terbukti dengan suasana pembelajaran yang semakin kondusif. Teman sejawat berharap akan ada tindak lanjut atas proses pembelajaran dengan pembelajaran tematik yang sudah dilakukan, baik oleh guru maupun siswa. Proses pembelajaran sudah berkualitas sehingga siswa-siswa dapat belajar dengan baik. Siswa kelas IID selalu tampak bersemangat dalam pembelajaran karena siswa merasa senang kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran tematik telah berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa kelas IID SDIT Nurul Islam. Peningkatan kualitas ini tampak pada 1) kondisi belajar siswa yang sudah kondusif; 2) semangat belajar siswa yang tinggi; 3) kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sedangkan prestasi belajar tampak dari pencapaian tingkat kompetensi yang mencapai KKM secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa kelas IID.
H. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian di atas, selanjutnya akan dikemukakan pembahasan mengenai hasil penelitian, yaitu:
121
1. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Berikut ini akan dibahas beberapa dimensi kualitas pembelajaran sesuai dengan hasil penelitian di atas. a. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran (Organizational strategy) Strategi Pengorganisasian Pembelajaran adalah metode yang digunakan untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Pengorganisasian mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang termasuk indikator strategi pengorganisasian pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Penataan bahan ajar yang akan diajarkan, baik selama satu semester maupun setiap pertemuan. Hal ini dilakukan dalam merencanakan pembelajaran tematik yaitu: melakukan pemetaan tema, melakukan analisis terhadap kompetensi dasar, membuat jaring indikator. Tujuan dari penataan ini adalah menghindari pengulangan materi dan memadukan materi yang berkaitan dalam satu tema. Penataan juga dilakukan setiap kali pertemuan hal ini terlihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berisi tentang materi yang akan diajarkan. Dalam pembelajaran di sekolah terdapat banyak unsur yang saling berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Adapun unsur-unsur tersebut adalah guru, siswa, kurikulum, pengajaran, tes, dan lingkungan. Berdasarkan hasil temuan di atas dapat diketahui bahwa semua unsur-
122
unsur tersebut sudah terpenuhi meskipun belum begitu maksimal. Akan tetapi sudah menunjukkan bahwa SDIT Nurul Islam berusaha untuk menerapkan pembelajaran tematik. Siswa SDIT Nurul Islam terus mendapatkan perlakuan yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2008: 2) yang mengatakan bahwa siswa sebagai subyek dalam proses pembelajaran sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian guru juga memberikan weekly program yang berisi indikator yang akan dipelajari selama satu minggu. Program mingguan ini sebagai acuan siswa mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Di sisi lain weekly program dapat membantu orang tua untuk mengetahui apa yang sedang dipelajari anaknya sehingga apa yang diajarkan di rumah sesuai dengan yang diajarkan di sekolah. Dengan demikian, apa yang sudah dilakukan menunjukkan adanya upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang hasilnya dapat dilihat dari hasil prestasi siswa. 2) Menetapkan materi yang akan dibahas bersama-sama Pendekatan tematik yang diterapkan di kelas bawah ternyata mendapat perhatian yang cukup besar dari pihak sekolah yang ditunjukkan dengan adanya upaya peningkatan kualitas guru dalam mengajar dengan mengikutsertakan guruguru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, tersedianya buku-buku tentang belajar mengajar, adanya program studi banding ke beberapa sekolah ternama. 3) Membuat format penilaian atas penguasaan setiap materi. Penilaian merupakan salah kegiatan dalam pembelajaran yang sangat penting. Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penilaian selama
123
proses belajar mengajar berlangsung dan penilaian terhadap kemampuan siswa baik kemampuan siswa sebelum tindakan dan kemampuan siswa setelah dilakukan tindakan. Hasil penilaian ini akan digunakan sebagai patokan ketuntasan belajar.. b. Strategi Penyampaian Pembelajaran (Delivery Strategy) Strategi penyampaian pembelajaran adalah adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dan atau menerima serta merespon masukan yang berasal dari siswa. Sumber belajar merupakan bidang kajian utama dari strategi ini. 1) Menggunakan berbagai alat peraga dalam penyampaian pembelajaran Alat peraga yang digunakan tentunya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Alat peraga yang dipakai biasanya dicantumkan dalam weekly program. Dalam weekly program juga terdapat alat peraga yang disediakan oleh guru maupun yang harus dibawa oleh siswa sehingga sangat membantu dalam proses pembelajaran. Alat peraga yang digunakan tidak selamanya harus berbentuk benda, guru juga sering menggunakan gambar sebagai alat peraga. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2008: 30) yang mengemukakan bahwa “sejumlah gambar, lukisan, baik dari buku, majalah, koran, yang ada hubunganya dengan pelajaran dapat dipergunakan sebagai peraga pembelajaran”. 2) Menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui
124
langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. 3) Menggunakan berbagai teknik dalam pembelajaran Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat untuk menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi, individual, dan situasional. Proses pembelajaran dengan teknik berpasangan tidak sepenuhnya mendukung proses pembelajaran tematik. Dengan teknik berpasangan diharapkan siswa merasa lebih nyaman dalam belajar karena siswa kelas II sekolah dasar belum mandiri dalam melakukan suatu aktivitas. c. Strategi Pengelolaan Pembelajaran (Management Strategy) Strategi Pengelolaan Pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dan variabel metode pembelajaran yang lain. Variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian pebelajaran dibedakan menjadi strategi pengorganisasian pada tingkat makro dan mikro. Pengelolaan kelas yang baik sangat membantu terwujudnya kualitas pembelajaran yang sesuai dengan pendapat Wilford A. Weber yang dikutip oleh James M. Cooper (1995: 230) mengemukakan bahwa “classroom managemen is a complex set of behaviors the teacher use to establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve their instructional objectives
125
efficiently-that wiil enable them to learn”. Definisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat perilaku yang komplek dimana guru menggunakan penataan dan memelihara kondisi kelas yang akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Berikut ini merupakan indikator strategi pengelolaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar.Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar (Sardiman, 2007: 75). Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi,
bisa
gagal
karena
kurang
adanya
motivasi
dalam
belajarnya.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. 2) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswadan orang tua siswa Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran, pihak sekolah perlu berperan serta secara aktif untuk mewujudkannya. Antara lain dengan mewujudkan visi, dan misi sekolah dibutuhkan kerja keras dari semua komponen sekolah baik dari guru, siswa, kepala sekolah, dan orang tua. SDIT Nurul Islam menyadari bahwa dukungan dan partisipasi orang tua siswa sangat dibutuhkan demi tercapai visi dan misi sekolah. Untuk itu sekolah mengadakan POMG (Persatuan Orang Tua Murid
126
dan Guru) yang dibentuk setiap tahun ajaran baru. Pengurus POMG sebagian besar diambil dari wali murid dengan harapan agar lebih obyektif dalam memutuskan atas program-program yang dilakukan oleh SDIT Nurul Islam. Tugas dari POMG adalah melakukan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran di SDIT Nurul Islam dan memberikan berbagai bentuk dukungan atas program-program SDIT Nurul Islam. Inti dari semua program sekolah adalah mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas yang nantinya dapat meningkatkan prestasi siswa. 3) Memberikan stimulus Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpendapat mereka dan tugas guru menyimpulkan semua pendapat siswa agar mudah dipahami oleh semua siswa. Guru juga memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan tujuan siswa dapat belajar sendiri atas segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati (2002: 7) yang mengemukakan lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhtumbuhan, manusia dapat yang dijadikan sebagai bahan belajar siswa. 4) Memberikan umpan balik Pemberian
umpan
balik
bertujuan
untuk
menghidupkan
suasana
pembelajaran sehingga siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari temanteman mereka sendiri. Pemberian umpan balik juga bertujuan melatih siswa agar lebih aktif dan lebih kritis terhadap apa yang dilihat maupun yang didengar. Dalam penelitian ini kegiatan pemberian umpan balik sering dilakukan hampir di setiap
127
pertemuan. Dengan berlangsungnya umpan balik antara guru dan siswa hal ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. 5) Menilai penampilan Dalam setiap kegiatan pembelajaran tematik guru selalu menilai aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dengan mengetahui aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung guru dapat mengambil tindakan langsung apabila ada hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran. 6) Menyimpulkan materi yang sudah dipelajari Di setiap akhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk menggaris bawahi hal-hal yang penting yang harus diingat. Hal ini dikarenakan siswa tidak dapat menyimpan materi dalam jumlah yang banyak untuk itu guru harus mencarikan intinya.
2. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa kelas IID dalam mata pelajaran Matemetika pada standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah berhasil mencapai prestasi belajar secara maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi peneuh mencapai nilai KKM sebesar 70 (tujuh puluh) secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa. Sesuai dengan karateristik penelitian tindakan kelas dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku di SDIT Nurul Islam, maka proses perubahan yang akan dibahas meliputi perubahan hasil pembelajaran pada siklus I, siklus II, dan siklus III.
128
Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai kolaborator untuk mengukur seberapa besar dampak pembelajaran pada siklus I, siklus II, dan siklus III yang menerapkan pendekatan pembelajaran tematik. Berikut ini merupakan rangkuman prestasi belajar siswa mulai dari kondisi awal, siklus I, siklus II, dan siklus III. Tabel 18. Rangkuman Hasil Tes Kemampuan Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Nama Andika Wahyu K Candra Darmawan A. Abdurrahman Zaki Al Muflihun Fiyansyah Al Raihan Rafi Imam Muhammad M. M. Arif Wicaksono M. Akbar Angga Agasta M. Fadhil Abdillah M. Wahyu Andika M. Abdul Rahim Nur M. Saiful Ummam Rifqa Mijwad Aula Zaky Iqbal Firmansyah Anisatul Auliya Alifa Zakiyyah Azzuhra Annisa Firda Amalia Fadia Anzar Salamah Hanifah Wulan Afianti Muna Afidatin Riski Widyaningsih Rizqi Animah Shafira Selena Orlin Syifa Annisa Jumlah Rata-rata KKM
Kondisi Awal 60 70 80 75 75 55 75 70 80 60 50 75 60 70 80 70 75 60 65 70 70 65 55 75 1.640 68
Hasil penilaian Siklus Siklus I II 70 70 75 85 80 90 85 90 80 85 65 70 85 90 85 85 85 95 65 65 60 60 80 90 75 85 75 85 85 95 75 85 85 90 60 60 65 70 75 90 75 85 70 85 65 70 75 85 1.795 1.960 75 82
Siklus III 75 90 100 90 80 75 95 95 100 75 70 90 95 90 100 85 95 75 70 90 85 85 75 85 2.085 87
129
Dari tabel 20 di atas terlihat bahwa kemampuan awal masih dinilai kurang, karena terdapat 9 siswa yang nilainya di bawah KKM. Akan tetapi setelah dilakukan tindakan pada siklus I, II, dan III prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yaitu mencapai kompetensi penuh nilai KKM sebesar 70 secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa sebanyak 24. Artinya seluruh siswa kelas IID telah berhasil mencapai kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang, dan berat dengan sekurang-kurangnya memperoleh nilai KKM sebesar 70. Secara kuantitatif nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada kondisi awal, siklus I, siklus II, dan siklus II mengalami peningkatan. Pada kondisi awal nilai rata-rata belajar hanya 68, naik menjadi 75 pada siklus I dan pada siklus II nilai rata-rata siswa naik lagi menjadi 82 dan pada siklus III naik menjadi 87 Terdapat perbedaan antara tes kemampuan awal dan tes akhir baik pada proses pembelajaran pada siklus I, II, dan III. Pada masalah ini dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan pendekatan tematik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan pada mata pelajaran matematika. Nilai tes awal (pre tes) akan memberikan manfaat yang sangat besar untuk mengukur berapa peningkatan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran Matematika. Hal ini sama dengan nilai yang termuat dalam nilai awal yaitu menurut Muhibin Syah (1997: 144) bahwa tes awal bertujuan untuk mengidentifikasikan taraf pengetahuan siswa mengenai materi yang akan disampaikan pada siswa. Tes awal yang diberikan kepada siswa sebelum proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan tematik, diharapkan dapat mengetahui
130
sejauh mana pemahaman dan penguasaan siswa terhadap pembelajaran yang dipelajari. Tes awal akan memudahkan guru dalam melakukan penekanan terhadap bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan pendekatan tematik dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti yang dikemukakan oleh Muhibin Syah (1997: 132) bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan dalam menguasai materi pelajaran Matematika.
I. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian terdapat beberapa katerbatasan dan kelemahan yang tidak dapat dihindarkan, antara lain: 1) Waktu pembelajaran yang terasa kurang. Alokasi waktu mengajar untuk setiap tatap muka hanya 70 menit sehingga peneliti cendurung memburu waktu dan menghiraukan tingkat pemahaman siswa. Di sisi lain peneliti yang juga sebagai guru kelas merasa terbebani dengan perencanaan pembelajaran tematik yang perangkat pembelajarannya cukup banyak. Akan tetapi pada akhirnya juga ada jalan keluarnya yaitu dengan memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya untuk menyusun perangkat pembelajaran tematik.
131
2) Kesulitan guru dalam
merencanakan pembelajaran terutama saat
menentukan tema yang akan diajarkan karena sulit untuk mencari tema yang sifatnya universal. 3) Pengelolaan kelas yang tidak dapat maksimal mengingat subyek peneliti adalah siswa kelas II SDIT Nurul Islam yang masih kecil sehingga belum bisa diajak bekerjasama demi lancarnya tindakan di kelas. 4) Penggunaan intuisi kolaborator untuk menilai kualitas pembelajaran sedapat mungkin menggunakan penilaian yang seobyektif mungkin, walaupun disadari bahwa kemungkinan ada penilaian bersifat subyektif, namun dalam penelitian ini telah diupayakan untuk diminimalisir sehingga tidak mengganggu nilai validitas hasil.
132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan hasil analisa, maka selanjutnya dapat disimpulkan bahwa hasil analisis membuktikan bahwa ada peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan pencapaian standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, penjang, dan berat dalam pemecahan masalah.
Prestasi belajar siswa mencapai tingkat pencapaian
kompetensi penuh mencapai nilai KKM sebesar 70 secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan melalui penerapan pembelajaran tematik.
B. Implikasi Hasi Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik berdampak positif pada proses dan hasil prestasi belajar siswa. Dampak proses dari penerapan pembelajaran tematik adalah perubahan kualitas pembelajaran yang terbukti mampu mendorong upaya pencapain kompetensi dasar menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah. Terbukti siswa kelas IID berhasil mencapai nilai KKM sebesar 70. Dampak produk atau hasil belajar siswa dari penerapan pembelajaran tematik menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I, siklus II, dan siklus III siswa kelas IID dapat mencapai prestasi belajar maksimal atau mencapai tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai KKM sebesar
133
70 secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa. Artinya seluruh siswa telah berhasil mencapai standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah dengan sekurang-kurangnya mendapat nilai KKM sebesar 70 (tujuh puluh). Tidak hanya kompetensi siswa yang meningkat, tetapi yang tidak kalah penting adalah dampak proses yang ditimbulkan dari penerapan pembelajaran tematik . dampak itu berhubungan dengan kualitas pembelajaran yang menjadi lebih baik sehingga dapat mendorong upaya peningkatan prestasi belajar siswa. Penerapan pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam implementasinya dilakukan prosesdur sebagai berikut: 1. Siswa diberikan bimbingan bahwa minat dan semangat akan mendorong siswa-siswa giat belajar yan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Siswa diberikan PR (perkejaan rumah) sebagai penambahan waktu belajar siswa di rumah. 3. Mengajak siswa untuk belajar di luar agar siswa tidak bosan belajar di dalam kelas. 4. Siswa juga dimotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik baik di kelas maupun di rumah 5. Siswa diberikan tes yang akan dilakukan secara menyeluruh, berkala, dan berkesinambungan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. 6. Dengan penerapan pendekatan tematik berdampak positif terhadap perubahan kualitas pembelajaran, dari kualitas yang kurang menjadi “amat
134
baik” sehingga dapat
menunjang pencapaian standar kompetensi
menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah sekurang-kurangnya mencapai nilai KKM sebesar 70
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian penutupan tesis ini antara lain: 1. Bagi Sekolah Hendaknya mengupakan berbagai alat peraga dalam pelajaran matematika khususnya untuk kelas rendah yaitu kelas I, II, dan III baik droping maupun swadaya sekolah sehingga lebih menunjang dalam penanaman konsep-konsep Matematika secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memperdayakan teknik pendekatan tematik. 2. Bagi Guru Hendaknya
mempersiapkan
secara
cermat
perangkat
pendukung
pembelajaran pendekatan tematik dan fasilitas belajar yang diperlukan karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses dan hasil belajar Matematika. 3. Bagi Siswa Hendaknya siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengerjakan tugas dan PR yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal sesuai dengan harapan.
135
4.
Bagi Orang Tua Siswa Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan
pendidikan anak, sebab intensitas bersama orang tua lebih lama daripada di sekolahan, tanpa bantuan orang tua apapun usaha guru tidak akan berhasil secara sempurna. Oleh karena itu, bimbingan orang tua di rumah, masukan informasi tentang kemajuan dan kekurangan anak yang bersangkutan sangat diperlukan guna menunjang keberhasilan pendidikan anak. Untuk itu kerjasama dan jalinan kekeluargaan antara orang tua dan sekolah harus selalu dibina dengan baik.
136
DAFTAR PUSTAKA Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani. 2008. Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Basuki Wibowo. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Tenaga Pendidikan. Center for Civics Education. 1997. National Standard for Civics and Government. Calabasas CA: CEC Publ Charles, Hoy, Colin Bayne-Jardine and Margaret Wood. 2000. Improving Quality in Education. London: Falmer Press. Collins, Gillian, & Hazel Dixon. 1991. Integrated Learning: Planned Curriculum Units Stage 3. Gostora : Bookshelf Publishing Australia Conny R. Semiawan. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta : PT Indeks Cooper, James M. 1995. Classroom Teaching Skills. Lexington: D.C. Heath and Company Crow, Lester D. and Alice Crow L. 1989. An Outline of General Psychology. New Jersey: Little Adams and Co. Dede Rusyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana Depdiknas. 2008. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Dick, W. & Carey L. 1978. The Systemic Design of Instruction. Illinois: Scott & Co. Publication Diah Harianti. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal SD. Jakarta: Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Elliot, Stephen N, Thomas R. Kratochwill, Joan Littlefield, & John Travers. 1996. Educational Psycology: Effective Teaching Effective Learning. 2nd Ed. Boston: McGraw Hill Book Co.
137
Endah Sulistyowati. 2006. Pembelajaran Tematik. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/Skylight Publishing, Inc
Gronlund, Norman E. 1981. Measurement and Evaluation in Teaching. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Hartono dan Edi Legowo, 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Depdiknas Isaac, Stephen, William B. Michael. 1984. Hand Book in Research and Evaluation. San Diego : Edits Publishers. Kembuan, J.J. 1998. “Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dalam Rangka Meningkatkan kemampuan Belajar Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. Tahun ke-2, No. 6: 77-87 Kemmis & Mc. Taggart. 1994. The Action Research Planner. Dekain University Kirkendall, Don R., Joseph J. Gruber, & Robert E. Johnson. 1987. Measurement and Evaluation for Physical Educators. 2nd Ed. Champaign: Human Kinetics Publishers, Inc. Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Maria Montessori. 2008. The Absorbent Mind (Pikiran Yang Mudah Menyerap). Terjemahan Dariyatno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Martinis Yamin dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas (Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Jakarta: Gaung Persada Press Muhibin Syah. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. 1996. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
138
Ngalim Purwanto. 1984. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nina Kurniah. 1998. “Penerapan Pembelajaran Terpadu Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Kelas 3 dan 4 SD NO. 70 Kodia Bengkulu”. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. Tahun ke-2, No. 6: 77-87 Noeng Muhadjir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Seels, Barbara B, & Rita C. Richey. 1994. Instructional Technology : The Definition and Domains of the Field (Teknologi Pendidikan Definisi dan Kawasannya). Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Raharjo, Yusufhadi Miarso. Washington: Association for Educational Communication and Technology. Soetarno Joyoatmojo. 2003. Pembelajaran Efektif: Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan Menuju Penyediaan Sumber Daya Insani Yang Unggul. Surakarta: UNS Press. Suhardjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Bina Aksara. Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Bina Aksara. Suharsimi Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: PT Bina Aksara. Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: PT Bumi Aksara Sutopo, H.B. 1996. Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press The Liang Gie. 1994. Cara Belajar yang Efektif. Yogyakarta: Liberty . 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
139
140