PENERAPAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER DI SDIT NURUL AMAL PONDOK CABE ILIR PAMULANG
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: RAFIAH NIM: 1810011000089
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PENERAPAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER DI SDIT NURUL AMAL PONDOK CABE ILIR PAMULANG
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: RAFIAH NIM: 1810011000089
Di bawah Bimbingan
Drs. Abdul Haris, M.Ag NIP: 196609011995031001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang disusun oleh Rafiah. NIM: 1810011000089, jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.
Jakarta, 14 Juli 2014
Yang Mengesahkan, Pembimbing
Drs. Abdul Haris, M.Ag NIP: 196609011995031001
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Rafiah
Tempat/Tgl Lahir
: Tangerang 05 Oktober 1980
NIM
: 1810011000089
Jurusan/Prodi
: Pendidikan Agama Islam
Alamat
: Jl. Selada II RT 004/RW 011 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang disusun oleh Rafiah, adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama NIP Dosen Jurusan
: Drs. Abdul Haris, M.Ag : 196609011995031001 : Pendidikan Agama Islam
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensinya apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
ABSTRAKSI
Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang Dilatarbelakangi permasalahan dekadensi moral anak-anak sekolah maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang penerapan pendidikan berbasis karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2014 di Sekolah SDIT Nurul Amal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT Nurul Amal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, melibatkan 36 siswa kelas v. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi. Dalam penelitian ini penulis mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru PAI dalam pembentukan karakter siswa yaitu dengan, pembiasaan, keteladanan, nasehat dan hukuman, sedangkan melalui penyebaran angket penyebaran angket berupa 20 item pertanyaan yang diberikan kepada siswa dan diambil secara random atau acak meliputi aspek-aspek nilai karakter religius, jujur, disiplin dan tanggung jawab sudah di terapkan dengan baik, dan melalui wawancara kepada guru PAI dan wakil bidang kurikulum, pendidikan di SDIT Nurul Amal tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas dan terampil saja, melainkan juga bagaimana membangun karakter, sikap dan perilaku sehingga menjadi manusia yang berbudi dan beradab serta berakhlakul karimah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter siswa SDIT Nurul Amal dikatakan baik, meskipun ada sebagian kecil siswa yang melanggar. Dengan demikian pendidikan karakter yang diterapkasn oleh guru pendidikan agama, seperti pembiasaan, keteladanan, nasehat, pujian dan hukuman sangat berpengaruh terhadap pembentukkan karakter siswa. Ini membuktikan bahwa pentingnya pendidikan karakter diterapkan di sekolah. Pendidikan karakter merupakan bagian penting dalam pembinaan kepribadian dan moral bangsa, pelaksanaan pendidikannya harus diarahkan untuk membina budi pekerti yang luhur dan membina moral bangsa.
RAFIAH (PAI)
i
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut-NYA hingga akhir zaman. Amin. Dengan hidayah, taufik dan inayah-NYA, Alhamdulillah penulis telah menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul” Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang”. Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 (Srata 1). Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan. Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi, namun berkat rahmat, taufik, dan hidayah Allah SAW dan berbagai dorongan, saran dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu penulis mengucapkan kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak DR. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah dan ibu Marhamah Saleh M.A sebagai sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
ii
3. Bapak Drs. Abdul Haris, M. Ag selaku Dosen pembimbing yang dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Para Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis semasa kuliah. 5. Para Staf Akademik yang telah membantu penulis dalam berbagai hal khususnya dalam penyelesaian Transkrip Nilai. 6. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas semua bantuan untuk penulis dalam melengkapi literaturnya yang telah berkenan meminjamkan buku-buku perpustakaan kepada penulis dalam penyusunan. 7. Kepala sekolah SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. 8. Kedua orang tuaku tercinta H. Syatiri (Alm), dan Hj. Senah yang selalu mendoakan dan memberikan semangat, memberikan banyak pengorbanan baik waktu, tenaga, do’a, kritik dan saran, materi, serta kasih sayang tiada batas kepada penulis. Apapun yang penulis lakukan, tidak dapat membalas jasa-jasanya, hanya Allah SWT yang membalasnya. 9. Kakakku Munawarah S.Ag, yang telah banyak membantu memberikan saran dan masukkan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Bapak Alfiyanto sebagai konsultan SDIT Nurul Amal yang telah membantu memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Seluruh keluarga penulis terutama adik-adik yang tidak disebutkan satu persatu, semoga kalian bisa lebih baik lagi dari kakak, dan buatlah orangtua kita bangga dengan kehadiran kita dan jangan sia-siakan pengorbanan mereka. 12. Sahabat-sahabatku Rica, Kardian dan yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, terima kasih untuk semangat persaudaraan, kekeluargaannya ini tetap eksis dan silaturahim kita tetap terjalin. Amiin. Tidak ada yang dapat membalas kebaikan kalian semua, tidak juga penulis. Kepada mereka semuanya hanya seuntai do’a dari lubuk hati yang dapat
iii
penulis sampaikan semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan mereka semua dengan kebaikan yang lebih baik di dunia ini dan kelak di akhirat nanti Amiin. Selain itu, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi para pembaca pada umumnya. Untuk itu penulis berharap saran dan kritik dari para pembaca sekalian agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Alhamdulillahi robbil ‘alamiin. Wassalamu’alaikm warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, Juli 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK .........................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................
v
DAFTAR TABEL .............................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
A. Latar Belakang Masalah ...............................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................
5
C. Pembatasan Masalah.....................................................
5
D. Perumusan Masalah .....................................................
6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................
6
KAJIAN TEORITIS A. Pendidikan Karakter .....................................................
7
1. Pengertian Pendidikan Karakter .............................
7
2. Tujuan Pendidikan Karakter ...................................
11
3. Tahapan Pengembangan Karakter ..........................
12
4. Nilai-nilai yang di Kembangkan dalam Pendidikan Karakter .................................................................
14
5. Metode Pendidikan Karakter ..................................
18
6. Media Pendidikan Karakter ....................................
23
7. Pelaksanaan Pendidikan Karakter ...........................
24
8. Evaluasi Pendidikan Karakter .................................
31
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .....................................
33
v
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... . 35
BAB IV
BAB V
B. Metode Penelitian ........................................................
35
C. Sumber Data35 ............................................................
35
D. Teknik Pengumpulan Data ...........................................
35
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ......................................
37
F. Instrumen Penelitian ....................................................
37
G. Teknik Analisa Data ....................................................
38
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SDIT Nurul Amal ...........................
39
B. Deskripsi Data .............................................................
46
C. Analisis Hasil Penelitian ..............................................
59
D. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian ...................
60
PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................
63
B. Saran ...........................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-Kisi Quesioner .................................................................
37
Tabel 2 Struktur Organisasi SDIT Nurul Amal.....................................
41
Tabel 3 Data Guru dan Karyawan SDIT Nurul Amal ...........................
42
Tabel 4 Data Siswa SDIT Nurul Amal .................................................
43
Tabel 5 Sarana dan Prasarana ...............................................................
44
Tabel 6 Kegiatan Ekstrakurikuler .........................................................
46
Tabel 7 Mengucapkan Salam Bila Bertemu Dengan Guru ....................
47
Tabel 8 Sebelum dan Sesudah Proses Belajar Mengajar Siswa Selalu Membaca Do’a Bersama-sama ..............................................
48
Tabel 9 Melaksanakan Shalat Lima Waktu ..........................................
48
Tabel 10 Bersyukur Atas Prestasi yang di Capai .................................
49
Tabel 11 Ingat pada Allah Dalam Kehidupan Sehari-hari .....................
50
Tabel 12 Jujur Dalam Perkataan dan PerbuatanKepada Orangtua, Guru dan Teman ....................................................................
50
Tabel 13 Mencontek atau Memberi Contekan ......................................
51
Tabel 14 Menyalahgunakan Uang SPP yang Diberikan Orangtua.........
52
Tabel 15 Menemukan Sesuatu Benda Milik Teman Lainnya, Maka Akan Dikembalikan Kepada Pemiliknya..........................................
52
Tabel 16 Biasa Mengambil Sesuatu Milik Orang Lain Tanpa Sepengetahuan Orang Tersebut ......................................................................
53
Tabel 17 Membuat Masalah di Sekolah, Sehingga Orangtua Dipanggil Kesekolah ................................................................
53
Tabel 18 Mematuhi Peraturan yang Diberikan dari Sekolah .................
54
Tabel 19 Datang Seenaknya Tanpa Menghiraukan Waktu Masuk Sekolah .......................................................................
54
Tabel 20 Telat atau Terlambat Masuk Sekolah .....................................
55
Tabel 21 Bolos Tanpa Alasan yang Jelas dan Dapat Diterima ..............
55
Tabel 22 Mengikuti Kkegiatan Tadarus Qur’an di Sekolah ..................
56
Tabel 23 Datang Lebih Awal Bila ada Tugas Piket Kelas .....................
57
vii
Tabel 24 Kegiatan Kerja Bakti di Sekolah ............................................
57
Tabel 25 Berpartisifasi dalam Acara Hari-hari Besar Islam ..................
58
Tabel 26 Mengerjakan Tugas yang Diberikan Oleh Guru .....................
58
Tabel 27 Rekapitulasi Hasil Penyebaran Angket .................................. . 59
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia, melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
sudah mencanangkan penerapan Pendidikan Berbasis Karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari SD sampai Perguruan Tinggi.1 Dasar pemikirannya adalah bahwasanya, tujuan pendidikan menurut UU Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Pendidikan bukan hanya untuk menghasilkan manusia cerdas, tapi manusia yang berkarakter. Justru, karakterlah yang dipandang lebih penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, kita ingin menghasilkan manusiamanusia yang jujur, bersemangat kerja keras, tidak malas, berani, kreatif, cinta kebersihan, toleran, dan sebagainya. Selama ini, pendidikan kita dianggap belum menghasilkan manusia-manusia sebagaimana yang diinginkan. Mengapa bangsa Jepang yang mayoritasnya bukan muslim bisa menghasilkan orang-orang yang berkarakter. Kejujuran sangat dihargai, kerja keras menjadi tradisi, budaya malu untuk gagal tertanam kuat. Mengapa kebersihan sangat dihargai di negara-negara barat?Sedangkan di negara-negara Muslim kurang di perhatikan? Padahal, Islam adalah agama yang sangat menganjurkan kebersihan.3
1
Adian Husaini, Pendidikan Islam, Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab, (Jakarta: Cakrawala Publishin, 2012), hal. 33 2 Abd. Rozak, Fuzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FTIK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 6 3 Adian Husaini, op. Cit., h. x
1
2
Islam adalah satu-satunya agama yang begitu menganggap penting arti kebersihan karna dalam islam, kebersihan dianggap sebagian dari iman. Menurut Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Muhammad Nuh, “pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang.” Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia bisa dimaklumi. Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah. Banyak pakar bidang moral dan agama yang sehari-hari mengajar tentang kebaikan, tetapi prilakunya tidak sejalan dengan ilmu yang diajarkannya. Sejak kecil, anak-anak diajarkan menghafal tentang bagusnya sikap jujur, berani, kerja keras, kebersihan, dan jahatnya kecurangan. Tapi, nilai-nilai kebaikan itu diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan diatas kertas dan dihafal sebagai bahan yang wajib dipelajari, karena diduga akan keluar dalam kertas soal ujian. Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungannya kotor dan seterusnya. Karakter tidak terbentuk secara instan, tetapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.4 Dunia pendidikan dan sekolah adalah bidang ilmu yang terus berkembang (dinamis). Seorang guru profesional tidak boleh tertinggal dalam dinamika perkembangan ilmu pendidikan tersebut.5 Tidak hanya sistem pendidikan saja yang perlu dibenahi dalam membentuk karakter siswa tetapi para pendidik/ guru perlu pembelajaran untuk menjadi guru 4
Ibid, h. 33-35. Munif Chatib, Sekolahnya manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelegensi di Indonesia, (Bandung: Kaifa, 2010), Hal. 149. 5
3
profesional dalam mendidik peserta didiknya agar menjadi manusia-manusia yang unggul, bermatabat, berbudi luhur (berakhlakul karimah) dan berkarakter mulia, berprestasi dan memberi kontribusi bagi dunianya. Guru di Indonesia diharapkan punya empat kompetensi dalam menjalankan profesinya, yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian kompetensi profesionalisme, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi
hasil
belajar,
dan
pengembangan
siswa
untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Lebih terperinci, kompetensi pedagogi diuraikan sebagai: 1. Memahami karakteristik siswa. 2. Memahami karakteristik siswa dengan kelainan fisik, sosial, emosional, dan intelektual yang membutuhkan penanganan khusus. 3. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat untuk menetapkan kebutuhan belajar siswa dalam konteks budaya yang beragam. 4. Memahami cara dan kesulitan belajar siswa. 5. Mampu mengembangkan potensi siswa. 6. Menguasai prinsip-prinsip dasar belajar mengajar yang mendidik. 7. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. 8. Merancang aktivitas belajar mengajar yang mendidik. 9. Melaksanakan aktivitas belajar mengajar yang mendidik. 10. Menilai proses dan hasil pembelajaran yang mengacu pada tujuan utuh pendidikan. Kompetensi kepribadian
adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa yang akan menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam sehingga guru dapat membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi ini meliputi:
4
1. Menguasai secara luas dan mendalam substansi dan metodologi dasar keilmuan. 2. Menguasai materi ajar dalam kurikulum. 3. Mampu mengembangkan kurikulum dan aktivitas belajar mengajar secara kreatif dan inovatif. 4. Menguasai dasar-dasar materi kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung tercapainya tujuan utuh pendidikan siswa. 5. Mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Sementara itu, yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif di antara peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan demikian, apapun kondisi yang dihadapi pemerintah dan terutama setiap guru tidak boleh berhenti membangun program-program peningkatan kualitas guru. Hal yang terpenting dalam program peningkatan kualitas tersebut adalah niat dan kemauan guru untuk kreatif dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan pekerjaannya.6 Guru adalah pemimpin di kelas. Guru mesti memberikan contoh yang baik kepada siswa di kelas. Akhlak guru memancar menjadi inspirasi pembentukan karakter peserta didik di kelasnya. Tak hanya itu, guru harus bisa memberikan motivasi bagi siswa di kelas. Sebagai tenaga pendidik seorang guru harus benarbenar mampu memberikan teladan yang baik, karena guru adalah seorang yang di gugu dan ditiru. Disinilah peran kita sebagai orang tua maupun guru untuk mengembalikan ruh pendidikan kepada rel yang sebenarnya agar anak-anak kita tumbuh menjadi dirinya yang unik sesuai talenta bawaannya, sehingga anak-anak kita mampu memainkan peranannya sesuai keunikannya dalam memberikan kontribusi bagi dunia dan kehidupannya. 6
Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, (Bandung: Kaifa, 2012), Hal. 28-29
5
Peran pendidikan terutama orang tua dan guru adalah menggali, mengenali, melatih, mendidik dan mengembangkan potensi-potensi yang bersifat potensial tersebut menjadi kekuatan personal bagi peserta didik itu sendiri, sehingga ia menjadi dirinya sendiri yang mandiri untuk orang lain dan kehidupannya serta menjadi manusia-manusia unggul berkarakter mulia, berprestasi dan memberi kontribusi bagi dunianya.7 Dari uraian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam pembentukan karakter pada siswa, semua orang harus berperan, seperti; keluarga, sekolah, dan lingkungan. Oleh karena itu maka pelaksanaan pendidikan disekolah harus dilakukan secara intensif terutama dalam pendidikan karakter. Bertitik tolak pada persoalan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul: “Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang”
B. Identifikasi Masalah Bertitik tolak pada latar belakang masalah di atas, maka masalah pendidikan karakter yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1.
Kurangnya sarana dan prasarana pembentukkan karakter
2.
Para siswa masih membuang sampah sembarangan
3.
Siswa masih kurang disiplin atau tidak tepat waktu
4.
Masih ada guru yang tidak memberikan teladan yang baik.
C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari perluasan terhadap masalah penelitian, maka penelitian di batasi pada Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang.
7
Alpiyanto, Hypno-Heart Teaching: Rahasia Mudah Mendidik Dengan Hati, (Jakarta: PT Tujuh Samudera Alfath, 2011), h. 16.
6
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang?
E. Tujuan dan manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk memperoleh gambaran tentang akhlak siswa di SDIT Nurul Amal.
2.
Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh para guru dalam upaya pembentukan karakter siswa di SDIT Nurul Amal. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
untuk mengembangkan disiplin keilmuan yang penulis miliki dan menambah wawasan penulis khususnya, serta pihak lain yang berminat dalam masalah ini.
2.
Penelitian di lakukan dalam rangka memperbaiki fungsi guru yang tidak hanya sebagai pengalih ilmu pengetahuan, akan tetapi juga menanamkan nilai serta membentuk akhlak anak didik.
3. Untuk melengkapi syarat-syarat penyelesaian studi SI di FITK UIN Jakarta
7
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Pendidikan Berbasis Karakter
1.
Pengertian Pendidikan Karakter Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan
memberikan awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya).1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat dan Negara. 2 Atau pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.3 Beberapa ahli yang lain mengartikan pendidikan sebagai berikut: a. Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Mohamad Surya, Abdul Hasim, dan Ros Bambang Suwarno, dalam bukunya Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.4 b. Menurut Edgar Dalle yang dikutip oleh Dedy Mulyasana dalam bukunya Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, menyatakan bahwa: Pendidikan adalah merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang 1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 30 Ibid, hal. 30 3 M. Ngalim Purwanto Mp, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 11 4 Mohamad Surya, Abdul Hasim, dan Rus Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 24. 2
7
8
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan paranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.5 c. Menurut Hasan Langgulung yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.6 d. Menurut Lengeveld yang di kutip oleh Alif Sabri dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan, mendidik ialah mempengaruhi anak dalam upaya membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Oleh karena itu pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang disegaja antara orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan pendidikan.7 Berdasarkan dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan adalah suatu proses bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa atau orang yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa latin “character”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang..8 Kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berprilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang 5
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 4. 6 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 28. 7 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 6. 8 Jejen Musfah, Proceedings Pendidikan Holistik Pendekatan Lintas Perspektif, (Ciputat: Prenada, 2011), h. 39
9
yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.9 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.10 a.
Beberapa ahli yang lain mengartikan karakter sebagai berikut: Menurut Doni Koesoema Albertus, dalam bukunya Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Karakter diasosiasikan yang tempramen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Disini karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik, gaya, atau sifat khas dari diri seseorang, yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawaan seseorang sejak lahir.11
b.
Menurut Ibn Maskawaih, yang dikutip oleh Ramayulis, dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mendefinisikan Karakter (khuluq) dengan “suatu kondisi jiwa yang menyebabkan suatu aktivitas dengan tanpa dipikirkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.”12 Berdasarkan pernyataan yang terkandung dalam pengertian karakter yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain.13 Dari konsep karakter ini muncul istilah pendidikan karakter (caharacter education). Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasan (feeling), dan tindakan (action). Jadi, yang diperlukan dalam pendidikan karakter tidak cukup dengan pengetahuan lantas melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya saja. 9
Ibid, h. 194. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 389. 11 Doni Koesoema Albertus, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 79-80. 12 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 511 13 Novan Ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter Di SD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 25 10
10
Hal ini karena pendidikan karakter terkait erat dengan nilai dan norma. Oleh karena itu, harus juga melibatkan aspek perasaan.14 Menurut Ratna Megawangi yang dikutip oleh Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana dalam bukunya Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, pendidikan karakter adalah “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.”15 Menurut Fakry Gaffar yang dikutip oleh Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana dalam bukunya Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek di Sekolah, pendidikan karakter adalah “sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.”16 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insal kamil.17
14
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2011), h. 27. 15 Dharma Kesuma, Cepi Triatna, Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 5. 16 Ibid, h. 5. 17 Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 45-46.
11
2.
Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang
mempunyai nilai-nilai yang utama. Insan yang mempunyai nilai-nilai yang utama ini, terutama dinilai dari prilakunya dalam kehidupan sehari-hari, bukan pada pemahamnnya. Dengan demikian, hal yang paling penting dalam pendidikan karakter ini adalah menekankan anak didik untuk mempunyai karakter yang baik dan diwujudkan dalam perilaku keseharian.18 Pendidikan
karakter
juga
bertujuan
untuk
meningkatkan
mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilainilai karakter dasn akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.19 Tujuan pertama Pendidikan karakter dalam seting sekolah adalah bertujuan memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam prilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Tujuannya adalah untuk sebuah proses yang membawa peserta peserta didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. Penguatanpun memiliki makna adanya hubungan antara penguatan perilaku melalui pembiasaan di sekolah dengan pembisaan di rumah. Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif menjadi fositif.
18
Akhmad Muhaimin Azzeti, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 16-17 19 Jejen Musfah, Proceedings Pendidikan Holostik Pendekatan Lintas Persfektif, (Ciputat, Prenada, 2011), h. 40-41.
12
Tujuan ketiga dalam pendidikan karakter setting sekolah adalah membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Tujuan ini memiliki makna bahwa proses pendidikan karakter disekolah harus dihubungkan dengan proses pendidikan di keluarga. Jika saja pendidikan karakter di sekolah hanya bertumpu pada interaksi antara peserta didik dengan guru di kelas dan sekolah, maka pencapaian berbagai karakter yang diharapkan akan sangat sulit diwujudkan.20 Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tujuan besar pendidikan karakter adalah untuk menghasilkan individu-individu yang berkarakter, pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab, serta memiliki budi pekerti dan berakhlak.21
3.
Tahapan Pengembangan Karakter Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk
dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup.Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. 20
Darma kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9-11. 21 Ramli Rizal, “Pendidikan Karakter Lahirkan Insan Berakhlak,” Ummi, Jakarta, Oktober-Desember 2012), h. 28.
13
Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebajikan (moral). Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit). Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk mengharagi nilai kejujuran itu sendiri.
14
Oleh karena itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domain affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” (moral feeling), dan “acting the good” (moral action). Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham. Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah, yakni mengembangkan moral knowing, kemudian moral feeling, dan moral action. Dengan kata lain, makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin membentuk karakter yang baik atau unggul/tangguh. Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang program utamanya cenderung pada pengenalan nilai-nilai secara kognitif, dan mendalam sampai ke penghayatan nilai secara afektif.22 4.
Nilai-Nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter Dalam pendidikan karakter, anak didik memang sengaja dibangun
karakternya agar mempunyai nilai-nilai kebaikan sekaligus mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu kepada Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sendiri, sesama manusia, lingkungan sekitar, bangsa, negara, maupun hubungan internasional sebagai sesama penduduk dunia.23 Sebagaimana nilai Agama Islam
yang dimiliki Nabi Muhammad Saw
memiliki 4 karakter yang terkenal, secara garis besar makna-makna karakter tersebut adalah sebagai berikut: 1. Shidiq, bermakna kejujuran, yakni jujur di dalam ungkapan, sifat dan tindakan yang terkait dengan tanggung jawabnya sebagai pemimpin.
22 23
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/26/pengembangan-karakter Akhmad Muhaimin Azzet, op. Cit., h. 29.
15
2. Amanah, dapat dipercaya. Seorang pemimpin harus dapat dipercaya, sehingga dengan kepercayaan yang dimilikinya tersebut maka ia akan dapat membawa organisasi yang dipimpinnya menjadi lebih baik. 3. Fathonah artinya cerdas, juga cerdik. Pemimpin harus memiliki kecerdasan yang komprehensif, tidak sekedar cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas emosional. 4. Tabligh bermakna menyampaikan perintah atau sesuatu amanah yang dipercayakan kepadanya, atau aturan-aturan yang berlaku di organisasinya kepada seluruh jajaran di bawahnya.24 Menurut Suyanto yang dikutip oleh Akhmad Muhaimin Azzet, dalam bukunya Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesi setidaknya terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nila-nilai luhur universal sebagai berikut: 1. Cinta tuhan dan segenap ciptaan-Nya 2. Kemandirian dan tanggung jawab 3. Kejujuran/amanah 4. Hormat dan santun 5. Dermawan, suka menolong dan kerja sama 6. Percaya diri dan pekerja keras 7. Kepemimpinan dan keadilan 8. Baik dan rendah hati 9. Toleransi, kedamaian dan kesatuan Kesembilan pilar karakter sebagaimana di atas hendaknya diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan yang holistik. 25 Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter untuk membangun manusia Indonesia
yang
berjati diri dan berkarakter, berikut 18 nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter: 1.
Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
24 25
Muchlas Samani, Hariyanto, op. Cit., h. 97-98 Akhmad Muhaimin Azzet, loc. Cit., h. 29
16
2.
Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.26 Kejujuran adalah sebuah skill. Ia seperti otot, jadi kalau seandainya terus dipakai berkata jujur, berprilaku jujur, ototnya akan senantiasa terlatih.27
3.
Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Kerja Keras Prilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya.
6.
Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.
Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.
Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.
Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
26
Alpiyanto, Hypno-Heart Teaching Rahasia Mudah Mendidik Dengan Hati, (Jakarta: PT Tujuh Samudra, 2011), h. 238. 27 Ratna Megawangi, Character Parenting Space: Menjadi Orangtua Cerdas Untuk Membangun Karakter Anak, (Bandung: Read! Publising House, 2008), h. 150.
17
10. Semangat Kebangsaan Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi, terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain. 18. Tanggung Jawab Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.28
28
Alpiyanto, op. Cit., h. 243.
18
5.
Metode Pendidikan Karakter Keberhasilan proses pendidikan dalam mengantarkan peserta didik mencapai
tujuan yang diharapkan, tidak terlepas dari peranan metode yang digunakan. Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan bodos. Meta berarti “melalui” dan bodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.29 Menurut Jean Soto yang dikutip oleh Ibrahim Amini dalam bukunya Agar Tak Salah Mendidik, Mengatakan Setiap anak memerlukan metode penanganan tersendiri karena setiap individu manusia itu sangat unik. Seluruh karakter manusia itu harus didekati dan dipahami secara spesifik dan maksimal. Sel-sel otak manusia misalnya sangat luar biasa dan memerlukan pengetahuan yang luar biasa pula. Perbedaan manusia itu bukan hanya karena faktor-faktor IQ saja tapi juga faktor lain yaitu karakter yang termasuk juga akhlak, kepribadian dan pembawaannya dan sebagainya.30 Al-Qur’an menawarkan berbagai pendekatan dan metode dalam pendidikan, yakni dalam menyampaikan materi pendidikan. Metode tersebut antara lain: a.
Mendidik Melalui Metode Keteladanan Teladan atau uswatun hasanah merupakan metode yang digunakan oleh
Rasulullah dalam menyampaikan ajaran islam kepada manusia. Untuk kebutuhan itu Allah Mengutus Nabi Muhammad saw sebagai hamba dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam, melalui firman-Nya ini:
ل Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengigat Allah.”(Al-Ahzab: 21)31 29
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi baru) (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 143. 30 Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: Al-Huda, 2006), h. 237. 31 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h. 595
19
Aisyah sendiri telah menyebutkan bahwa akhlak Rasulullah saw, adalah AlQur’an. Bagaimana tidak, kepribadian, karakter, perilaku, dan interaksi beliau dengan manusia merupakan pengejawantahan, hakikat Al-Quran. Lebih dari itu, akhlak beliau merupakan perwujudan landasan dan metode pendidikan yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Pada dasarnya, manusia sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan anutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadikan perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syariat Allah. Pendidikan Islami merupakan konsep yang senantiasa menyeru pada jalan Allah. Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk menjadi teladan di hadapan anak didiknya, setiap anak didik akan meneladani pendidiknya dan benar-benar puas terhadap ajaran yang diberikan kepadanya sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari setiap anak merupakan tuntutan realistis dan dapat diaplikasikan.32 Dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan bukan sebaliknya. Dengan keteladanan itu dimaksudkan peserta didik senantiasa akan mencontoh segala sesuatu yang baik-baik dalam perkatan dan perbuatan.33
b. Mendidik Dengan Metode Pembiasaan Menurut John Locke yang dikutip oleh Ibrahim Amini dalam bukunya Agar Tak Salah Mendidik, mengatakan, “Perbuatan-perbuatan baik saja tidak cukup. Seorang pelajar harus terus menerus melakukan perbuatan baik itu secara berulang-ulang sehingga menjadi wataknya. Kebiasaan membuat segala sesuatu menjadi lebih memudahkan daripada kesadaran yang hanya digunakan dalam kondisi-kondisi tertentu.” Jadi praktik pembinaan diri itu lebih mudah diciptakan oleh kebiasaan. Dengan pembiasaan kita akan sukses membina seseorang. Dan kalau anak-anak sejak kecil dibiasakan melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka ia akan 32
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 260-262. 33 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal.287
20
menyukai perbuatan tersebut dan tidak mungkin lagi meninggalkannya. Anakanak sejak kecil belum terbiasa melakukan perbuatan apapun, tapi kalau dibiasakan melakukan perbuatan baik maka ia akan terbiasa dengan perbuatan baik itu dan begitu pula sebaliknya karena terus menerus melakukan perbuatan buruk maka akan terbiasa dengan perbuatan buruk tersebut.34 Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui penbiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah tangan itu menjadi tabi’atnya yang mendarah daging.35 Anak-anak itu bak kertas putih kosong melayang-layang, siapapun bisa menggenggamnya dan menciptakannya menjadi anak-anak baik atau buruk melalui pembiasaan. Potensi yang ada di dalam dirinya akan aktif dengan pembiasaan. Alam anak-anak adalah alam yang masih bisa dibentuk, kebiasaan baik atau buruk itulah yang akan mencetak kepribadiannya.36 Cara lain yang digunakan oleh al-Qur’an dalam memberikan materi pendidikan adalah melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang negarif. Kebiasaan ditempatkan oleh manusia sebagai suatu yang istimewa. Ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia, kerena sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang pekerjaan, berproduksi, dan kreativitas lainnya. Al-Qur’an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan.37
34
Ibrahim Amini, op. Cit., h. 300. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 164. 36 Ibrahim Amini, op. Cit, h. 303. 37 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 153. 35
21
c.
Mendidik dengan Nasihat Al-Qur’an al-Karim juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati
untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian yang dikenal sebagai nasehat. Tetapi nasehat yang disampaikannya ini selalu disertai dengan panutan atau teladan dari si pemberi atau penyampai nasehat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni nasehat dengan metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat saling melengkapi.38 Salah satu metode yang masih efektif dalam pembinaan karakter adalah memberi nasihat, nasihat memiliki pengaruh yang besar. Nasihat itu cukup ampuh dalam membangunkan kesadaran seseorang, bahkan lebih dari itu karena setiap orang secara alamiah memerlukan nasihat. 39 Sebagaimana al-Qur’an mengatakan,
Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat dari Tuhanmu dan penyembah apa yang ada di dalam hati serta petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang beriman (QS. Yunus: 57).40 Menurut ayat di atas, nasihat itu terbagi kepada dua kategori: nasehat yang baik dan nasihat yang tidak baik. Seluruh nasihat-nasihat Rasulullah itu baik karena berkesan di hati dan tidak menimbulkan dampak yang buruk.41 d. Mendidik dengan Metode Hukuman dan Ganjaran Menurut Muhammad Qutbh yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, mengatakan: “Bila teladan dan nasihat tidak mampu, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar. Tindalan itu tegas adalah hukuman.”
38
Ibid., h. 150. Ibrahim Amini, op. Cit., h. 327. 40 K ementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,....h. 289 41 Ibrahim Amini, op. Cit., h. 328. 39
22
Islam menggunakan seluruh teknik pendidikan, tidak membiarkan satu jendela pun yang tidak dimasuki untuk sampai ke dalam jiwa. Islam menggunakan contoh teladan dan nasihat, tetapi disamping itu juga menempuh cara menakutnakuti dan mengancam dengan berbagai tingkatannya, dari ancaman sampai pada pelaksanaan ancaman tersebut. Dengan demikian, keberadaan hukuman diakui dalam Islam dan digunakan dalam rangka membina ummat manusia melalui kegiatan pendidikan. Hukuman dan ganjaran ini diberlakukan kepada sasaran pembinaan yang lebih bersifat khusus. Hukuman untuk orang yang melanggar dan berbuat jahat, sedangkan pahala untuk orang yang patuh dan menunjukkan perbuatan baik.42 e.
Metode Pendidikan dengan Bercerita Metode ini yaitu dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa
lampau yang menyangkut ketaatannya atau kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah Tuhan yang dibawakan oleh Nabi atau Rasul yang hadir di tengah mereka.43 Misalnya sebuah ayat yang mengandung nilai pedagogis dalam sejarah digambarkan sebagai berikut:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang- orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111).44 Juga kisah tentang dua anak Adam yang saling bermusuhan dan mendengki di antara mereka yang dikisahkan dalam surat Al-Maidah, sedang salah seorang dari mereka ada yang berwatak luas dada dan kasih sayang, jelas dimaksudkan sebagai 42
Abuddin Nata, op. Cit., h. 155-158 Nur Uhbiyanti, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 111 44 K ementrian Agama RI, op.Cit., h. 334-335 43
23
contoh teladan tentang perlunya pembinaan akhlak dan rasa kasih sayang serta rasa tenggang rasa dalam diri anak didik sehingga dia mampu hidup saling bergotong royong dalam masyarakat di masa dewasanya. 45 Sebagaimana firman Allah tentang hal ini adalah sebagai berikut:
“Dan ceritakanlah(Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil) Ia berkata (Qabil): Aku pasti akan membunuhmu”.”Habil berkata: Sesungguhnya Allah menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27).46 . Cerita bagi anak-anak, benar-benar dihayati sebagai suatu kenyataan yang hidup serta dapat membentuk dalam jiwanya suatu pola peniruan (imitasi) tentang sifat dan watak serta nilai yang terkandung di dalam cerita tersebut. Di masa dewasanya cerita demikian berpengaruh dalam jiwanya.47
6.
Media Pendidikan Karakter Di dalam pendidikan, alat/media itu sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran, sebab alat/media pembelajaran itu mempunyai peran yang besar dan menentukan terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Menurut Abu Bakar Muhammad yang dikutip oleh Ramayulis, berpendapat bahwa kegunaan alat/media itu antara lain adalah: (1) mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit, (2) mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik, (3) merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu, (4) membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, serta (5) menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera, melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.
45
Nur Uhbiyati, op. Cit., h. 112-113 Kementrian Agama RI, op.Cit., h. 148-149 47 Nur Uhbiyati, op. Cit., h. 114 46
24
Dari uraian pendapat-pendapat di atas, jelas peran media itu penting sekali. Begitu pentingnya arti alat/media itu maka sudah barang tentu di dalam pendidikan Islam perlu dilengkapi dengan berbagai media dan tidak hanya sekedar ceramah saja. Misalnya, tatkala guru mengajarkan materi tentang pelaksanaan haji. Pembelajaran akan lebih mengena jika disajikan dalam bentuk demonstrasi atau film/video. Selain itu juga materi ajar membaca al-Qur’an akan lebih tertunjang dengan dibantu dengan video seseorang yang fasih dalam membaca al-Qur’an. Begitu juga dengan pelajaran-pelajaran yang lain. Selain alat/media yang berupa benda perlu dikembangkan dalam pendidikan Islam, alat/media yang bukan berupa benda pun perlu juga mendapatkan perhatian yang serius, sebab pada umumnya alat/media yang bukan berupa benda lebih banyak tujuannya untuk pembentukan pribadi yang baik atau sempurna, sehingga murid-murid akan memiliki akhlak yang luhur dan karakter yang baik. Dengan
demikian,
apabila
pendidikan
Islam
memanfaatkan
dan
mengembangkan alat/media pembelajaran tersebut di dalam pelaksanaan pendidikannya, maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang didapatkan, dan juga akan memiliki moral atau akhlak yang tinggi. Sehingga besar kemungkinan dengan memperhatikan alat/media pembelajaran itu tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara efektif dan efisien.48
7.
Pelaksanaan Pendidikan Karakter Setiap orang yang berada dalam lembaga pendidikan (keluarga, sekolah dan
masyarakat), pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut warna dan institusi tersebut. Berdasarkan kenyataan dan peranan ketiga lembaga ini, Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagai Tri Pusat Pendidikan. Maksudnya, tiga pusat pendidikan secara bertahap dan terpadu mengemban suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya. Ketiga penanggung jawab pendidikan ini dituntut melakukan kerja sama di antara mereka baik secara langsung, dengan saling menopang kegiatan yang sama secara sendirisendiri maupun bersama-sama. Dengan kata lain, perbuatan mendidik yang 48
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 304-305.
25
dilakukan oleh orang tua terhadap anak juga dilakukan oleh sekolah dengan memperkuatnya serta dikontrol oleh masyarakat sebagai sosial lingkungan anak.49
a.
Pendidikan Informal (Informal Education) Lingkungan keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama,
mengandung arti bahwa anak pertama kali mengenal dan menerima pendidikan dari keluarga, yaitu orang tua mereka dan seluruh personal yang ada dikeluarga tersebut. Sedangkan yang utama adalah anak didik berada di keluarga yang paling lama waktunya dibandingkan pada lembaga pendidikan yang lain. Dengan demikian, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang Paling dasar. Oleh karena itulah, lembaga pendidikan keluarga dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang paling pertama dan utama. Pengaruh dan fungsi pendidikan pada keluarga sangat penting, yaitu mengawali pembentukan kepribadian yang kuat, membentuk keyakinan agama, moral dan nilai budaya yang berlaku pada keluarga dan warga masyarakat. Pada gilirannya, nilai-nilai yang tertanam pada keluarga itulah yang akan membentuk nilai-nilai masyarakat. Dengan demikian, diharapkan akan terbangun manusia indonesia yang utuh, yaitu manusia insal kamil.50 Rasulullah Saw, memberikan sebuah konsep perubahan perilaku yang sangat bergantung pada perkembangan yang terjadi dilingkungan anak, terutama orangtua yang memiliki peran besar dalam perubahan perilaku tersebut. Dengan kata lain, baik dan buruknya anak sangat bergantung pada perilaku orangtuanya. Tepat tidaknya pola pendidikan yang diterapkan oleh orangtua sangat menentukan perkembangan anak. Karena itu, sebagai orangtua perlu belajar dari kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Orangtua tidak bisa hanya mengandalkan logika terbatas yang kita miliki, tetapi harus berpegang pada Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran yang hakiki.51 49
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
h. 37-38. 50
Mohammad Surya, Abdul Hasim, dan Rus Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 40. 51 Najib Sulhan , Anakku Penyejuk Jiwaku Pola Pengasuhan Islami Untuk Membangun Karakter Positif Anak, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), h. 21.
26
Dalam lingkungan keluarga, orangtua menentukan pola pembinaan pertama bagi anak. Ajaran Islam menekankan agar setiap manusia dapat memelihara keluarganya dari bahaya siksa api neraka, juga termasuk menjaga anak dan harta agar tidak menjadi fitnah, yaitu dengan mendidik anak sebaik-baiknya. Pendidikan anak mutlak dilakukan oleh orangtuanya untuk menciptakan keseluruhan pribadi anak yang maksimal. Anak harus mengetahui yang jenis-jenis kebajikan
dan
keburukan,
dapat
memilih
dan
memilahnya
sekaligus
mengamalkannya. Lingkungan keluarga diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada anakanaknya karena anak adalah titipan Allah sebagai amanah yang wajib dijaga perkembangannya.52 Orang tua mempunyai peranan pertama dan utama bagi anak-anaknya selama anak belum dewasa dan mampu berdiri sendiri. Untuk membawa anak kepada kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka mengintimidasi kepada orang yang lebih tua atau orang tuanya.53 Sesungguhnya anak sebagai kertas putih yang siap ditulis dengan warna, gambar, dan coretan apapun. Diantara orang yang berpengaruh memberi warna pada kertas putih tersebut adalah orang tuanya, gurunya atau orangtua asuh bagi anak yatim. Orang tua mempunyai peranan sebagai teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak.54 Dalam mendidik anak-anak itu, sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik disekolah maupun dalam masyarakat.
52
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II), (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 113-114. 53 Hasbullah, op. Cit., h. 115. 54 Buchori Nasution, Anak Shaleh, Pandai, Kaya, Sehat, (Jakarta: Reseach Institute For Islamic Curriculum, 2013), h. 3.
27
Demikianlah, tidak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia yang berpribadi dan berguna bagi masyarakat.55 Lingkungan keluarga menjadi tolak ukur keberhasilan anak dalam pendidikan. Oleh karena itu, terutama orangtua yang memikul tanggung jawab terbesar dalam pendidikan anak, sepatutnya mengembangkan potensi dirinya melalui keikutsertaannya dalam acara-acara yang bermanfaat, misalnya pengajian, berorganisasi, dan sebagainya. Dengan demikian, ilmu pengetahuannya semakin berkembang dan memberi manfaat untuk pengembangan pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga.56
b. Pendidikan Formal (Formal Education) Setelah keluarga, sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk manusia yang berkarakter. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah terdiri dari pendidik dan anak didik. Antara mereka sudah barang tentu terjadi adanya saling hubungan, baik antara guru dengan murid-muridnya maupun antara murid dengan murid.57 Sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan intelektual dan psikologi anak didik, karena di sekolah tempat berkumpulnya anak dari berbagai keluarga dan berasal dari masyarakat yang berbeda pula. Sekolah juga mempunyai peran membentuk kepribadian anak didik, sekolah akan menyalurkan dan mengembangkan bakat dan minat anak didik sehingga menjadi seorang ahli yang berguna untuk dirinya dan untuk bangsanya.58 Adapun pendidik atau guru mempunyai peran yang sangat penting dalam mendidik anak di sekolah, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian, tanggung jawab guru adalah membentuk anak didik agar 55
M. Ngalim Purwanto Mp, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 79 56 Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit.h. 115. 57 Hasbullah, op. Cit., h. 116. 58 Mohammad Surya, Abdul Hasim, dan Rus Bambang Suwarno, op. Cit., h. 41-42.
28
menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa yang akan datang. Adapun sebagai pendidik guru mempunyai peranan sebagai berikut: 1.
Korektor bagi perbuatan yang baik dan yang buruk agar anak didik memiliki kemampuan memilih yang terbaik bagi kehidupannya.
2.
Inspirator, yaitu yang memberikan ide-ide positif bagi pengembangan kreativitas anak didiknya.
3.
Informator yang memberikan ragam informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya agar ilmu pengetahuan anak didik semakin luas dan mendalam.
4.
Organisator yang memiliki kemampuan mengelola kegiatan pembelajaran dengan baik dan benar.
5.
Motivator yang mendorong anak didiknya semakin aktif dan kreatif dalam belajar.
6.
Inisiator, yaitu memiliki pencetus gagasan bagi pengembangan dan kemajuan pendidikan.
7.
Fasilitator, yaitu menyediakan fasilitas pendidikan dan pembelajaran bagi kegiatan belajar anak didiknya.
8.
Pembimbing, yaitu membimbing dan membina anak didiknya ke arah kehidupan yang bermoral, rasional, dan berkepribadian luhur sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan semua norma yang berlaku di masyarakat.
9.
Demonstrator, yaitu memberikan contoh dan mempraktikan berbagai alat pembelajaran agar anak didik cepat memahami bahan ajar yang disampaikan.
10. Pengelola kelas yang memanfaat kelas agar dijadikan tempat pembelajaran yang efektif, efisien, dan menggairahkan anak didik. 11. Mediator, yaitu sebagai alat ukur bagi anak didik dalam menilai hasil pembelajaran anak didik, atau perantara antara ilmu pengetahuan dan anak didiknya. 12. Moderator dalam berbagai kegiatan anak didik, misalnya dalam diskusi dan sejenisnya.
29
13. Supervisor, yaitu membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Guru berperan sebagai pengawas dan pengendali serta pembina proses pembelajaran dan administrasinya. 14. Evaluator, yaitu menilai semua aktivitas pembelajaran anak didik, baik dalam proses pembelajaran maupun hasil belajar anak didik, sehingga akan dapat memperbaharui dan mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik. Peranan guru dalam lingkungan sekolah merupakan aset utama bagi pengembangan pendidikan Islam.59 Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu, Kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah disini adalah pendidikan yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari Taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi).60
c.
Pendidikan non formal (Non-Formal Education) Setelah berada di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, anak didik
akan hidup dan bergaul di lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat. Di lingkungan inilah, ilmu pengetahuannya diamalkan. Jika anak didik mampu mengamalkan ilmu pengetahuan Islam dengan baik dan benar dalam pergaulannya di lingkungan sekolah, hal itu merupakan indikator keberhasilan pendidikan Islam di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.61 Dalam konteks pendidikan, lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan selain keluarga dan sekolah yang akan membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat dan sikap, kesusilaan, kemasyarakatan, dan keagamaan anak.62 59
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 118-120. Hasbullah, op. Cit., h. 46. 61 Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 122. 62 Hasbullah, op. Cit., h. 117. 60
30
Dalam lingkungan masyarakat, anak didik akan menemukan berbagai kejadian atau peristiwa yang baru, asing, yang baik dan yang buruk, yang patut ditiru atau tidak pantas ditiru, yang terpuji dan yang tercela. Jelasnya, banyak peristiwa dan karakter kehidupan manusia yang memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap kehidupan anak didik ketika berada di lingkungan masyarakat.63 Lingkungan memiliki dampak besar terhadap perkembangan. Orang tua tidak dapat melepaskan anak begitu saja kepada lingkungan sesuka dia. Pola hidup, budaya, perilaku, serta kondisi sosial anak kita pertaruhkan disini. Oleh sebab itu arahkanlah anak kepada lingkungan yang kondusif terhadap misi pembinaan kita. Perhatikanlah lingkungan anak bermain, lingkungan sekolahnya, dan lingkungan pergaulannya. Bila orang tua ingin pembinaan tetap pada harapannya, maka sebaiknya: 1. Kalau ingin anaknya shaleh, pergaulkan anak kita harus dengan orang yang berakhlak baik. 2. Kalau ingin anaknya pandai, lingkungan pergaulannya harus bersamasama orang yang padai. 3. Kalau ingin anaknya kaya, ia juga harus memiliki lingkungan orang kaya. Di samping tentunya juga berinteraksi dengan lingkungan yang kurang mampu tempat membaktikan karunia yang dilebihkan Allah padanya. 4. Kalau ingin anaknya sehat, perhatikan kesehatan diri, tempat tinggal dan juga lingkungannya. Salah satu faktor penyebab lingkungan sangat menentukan masa depan anak karena lingkungan adalah gambaran sehari-hari yang terlihat dan tempat berinteraksi. Gambaran itulah yang akan masuk ke alam bawah sadar anak. Hingga bila interaksi tersebut berproses terus menerus, gelombangnya akan menguat dan memacu keinginan serta tekad seseorang untuk mengintimidasi mereka yang sering bersamanya.64
63
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 122-123. Buchori Nasution, Anak Shaleh, Pandai, Kaya, Sehat, (Jakarta: Reseach Institute For Islamic Curriculum, 2013), h. 105-106. 64
31
8.
Evaluasi Pendidikan Karakter Pendidikan karakter sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan
lingkungan pendidikan akan sulit diketahui tingkat keberhasilannya apabila tidak dikaitkan dengan evaluasi hasil. Apakah anak sudah memiliki karakter “jujur” atau belum, memerlukan suatu evaluasi. Jadi evaluasi untuk pendidikan karakter memiliki makna suatu proses untuk menilai kepemilikan suatu karakter oleh anak yang dilakukan secara terencana, sistematis, sistemik, dan terarah pada tujuan yang jelas. Evaluasi untuk pendidikan karakter dilakukan untuk mengukur apakah anak sudah memiliki satu atau kelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu. Karena itu, substansi evaluasi dalam konteks pendidikan karakter adalah upaya membandingkan perilaku anak dengan standar (indikator) karakter yang ditetapkan oleh guru atau sekolah. Tujuan evaluasi pendidikan karakter. Evaluasi pendidikan karakter ditujukan untuk: 1. Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu. 2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat oleh guru. 3. Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh anak, baik pada seting kelas, sekolah, maupun rumah. Berdasarkan tujuan pendidikan karakter di atas, dapat dipahami bahwasanya evaluasi pendidikan karakter tidak terbatas pada pengalaman anak di kelas, tetapi juga pengalaman anak di sekolah dan di rumah. Fungsi evaluasi pendidikan karakter. Hasil evaluasi tidak akan memiliki dampak yang baik jika tidak difungsikan semestinya. Ada tiga hal penting yang menjadi fungsi evaluasi pendidikan karakter, yaitu: 1. Berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sistem pengajaran (instructional) yang didesain oleh guru. 2. Berfungsi untuk menjadi alat kendali dalam konteks manajemen sekolah .
32
3. Berfungsi untuk menjadi bahan pembinaan lebih lanjut (remedial, pendalaman, atau perluasan) bagi guru kepada peserta didik. Evaluasi terhadap tumbuh kembang suatu karakter pada anak bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi tidak berarti hal ini suatu yang mustahil untuk dilakukan oleh guru. Evaluasi karakter merupakan upaya untuk mengidentifikasi perkembangan capaian hirarki perilaku (berkarakter) dari waktu ke waktu melalui suatu identifikasi dan /atau pengamatan terhadap perilaku yang muncul dalam keseharian anak. Bahwa suatu karakter tidak dapat dinilai dalam satu waktu (one shot evaluation), tetapi harus diobservasi dan diidentifikasi secara terus menerus dalam keseharian anak, baik di kelas, sekolah, maupun rumah. Karena itu, penilaian terhadap karakter harus melibatkan tiga komponen tersebut. Evaluasi di kelas melibatkan guru, peserta didik sendiri dan peserta didik lainnya. Evaluasi di sekolah melibatkan peserta didik itu sendiri, teman-temannya, guru lainnya (termasuk Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah), pustakawan, laboran, tenaga administrasi sekolah, penjaga sekolah, dan teknisi jika ada. Di rumah melibatkan peserta didik, orang tuanya.65 Evaluasi terhadap berkarakter atau tindakan seorang anak, berkaitan dengan usaha guru mengembangkan keterampilan mengobservasi dan melakukan pertimbangan segi kuantitas dan kualitas perilaku termasuk pekerjaan peserta didik yang melingkupi dan memenuhi tujuan aktivitas belajar peserta didik. 66 Untuk pelaksanaan tugas penilaian tersebut, sejumlah teknik penilaian dapat dipilih oleh guru misalnya memberikan catatan khusus (anekdot) misalnya dalam buku catatan prilaku/akhlak/karakter siswa. Dalam setiap pembelajaran, peserta didik itu unik. Mereka memiliki perbedaaan satu sama lain. Latar belakang sosial dan ekonomi keluarganya, minat, harapan, motivasi, kemampuan, perasaan, kreativitas, dan penampilan dalam kegiatan belajarnya berbeda-beda. Tidaklah mungkin mereka diperlakukan atau dilayani dengan cara disamaratakan. Dalam penilaian pun, peserta didik itu sangat
65
Dharma Kesuma, Cepi Triatna, Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 137-141. 66 Ibid, h. 147.
33
memerlukan perlakuan individual. Mereka penting dinilai kegiatan dan hasil belajarnya berdasarkan kemampuan dirinya.67
B. Hasil Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang banyak mengangkat materi tentang karakter. Adapun penelitian yang penulis jadikan perbandingan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Adilla dengan judul “Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta”. Dan penelitian yang di lakukan oleh Anhar Mutakin dengan judul “Efektivitas Pembelajaran PAI Dalam Membentuk Karakter Bangsa”. Demikian dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis dengan judul “Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang”. Maka dari penelitian tersebut dapat di simpulkan beberapa persamaan dan perbedaannya antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Adilla lebih menekankan kepada Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter, sedangkan penelitian yang di lakukan oleh Anhar Mutakin lebih berorientasi kepada Efektivitas Pembelajaran PAI dalam Membentuk Karakter Bangsa. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih menitik beratkan kepada Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang. 2. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Adilla adalah untuk mengetahui meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Sedangkan tujuan dari penelitian yang di lakukan oleh Anhar Mutakin adalah untuk mengetahui Efektivitas Pembelajaran PAI dalam Membentuk Karakter Bangsa pada Siswa SMP Dwi Putra. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk 67
Ibid, h. 147.
34
mengetahui Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter yang di Terapkan di SDIT Nurul Amal. 3. Persamaan dari penelitian yang di lakukan dengan Ulfa Adilla, Anhar Mutakin dan penulis adalah masing-masing mengangkat tentang karakter . 4. Metodologi yang di gunakan oleh Ulfa Adilla, Anhar Mutakin dan penulis dalam melakukan penelitian adalah metode penelitian kualitatif. 5. Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Adilla adalah bahwa Implementasi Pendidikan agama Islam berbasis karakter yang meliputi religius, jujur, tanggung jawab, toleransi, disiplin, peduli lingkungan, gemar membaca di MTS Pembangunan UIN Jakarta cukup baik karena aspek nilai-nilai karakter yang dituju tercapai dan di Implementasi. Sedangkan kesimpulan yang di dapat dari penelitian yang di lakukan oleh Anhar Mutakin adalah terdapat Efektivitas pembelajaran PAI yang di lakukan di sekolah SMP Dwi Putra, sehingga mampu membentuk karakter bangsa dalam diri siswa. Dan kesimpulan dari hasil penelitian penulis adalah penerapan pendidikan berbasis karakter di SDIT Nurul Amal menunjukkan hasil yang baik karena aspek nilai-nilai karakter yang dituju tercapai.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam usaha untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, peneliti melakukan penelitian secara langsung di SDIT Nurul Amal yang berlokasi di Jalan Selada II Rt 004/011 Pondok Cabe Ilir kecamatan Pamulang Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap bulan Februari sampai bulan April 2014.
B. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan studi lapangan (Field Research), yaitu meneliti langsung ke lapangan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini agar dapat diperoleh fakta, data dan informasi yang lebih objektif dan akurat. Adapun dalam pembahasannya, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, yakni memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan.
C. Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data yang dipilih yaitu guru, Wakil Bidang Kurikulum dan siswa SDIT Nurul Amal.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengamati secara langsung. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa macam teknik pengumpulan data dan tentu saja hal ini disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti. Data dalam menggunakan teknik sebagai berikut:
35
penelitian ini dikumpulkan dengan
36
1. Observasi Menurut Nasution yang dikutip oleh sugiyono: “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.1 Selain itu observasi dilakukan untuk memperoleh data sekolah dan untuk mengetahui tentang keadaan SDIT Nurul Amal, baik fisik (sarana dan prasarana), struktur organisasi, proses pendidikan, keadaan guru dan siswanya. 2. Angket Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi yang diberikan responden. Bentuk angket yang penulis gunakan adalah angket langsung dan bersifat tertutup, artinya jawaban telah disediakan dan responden hanya memilih satu jawaban yang sesuai. Adapun jumlah pertanyaan yang disediakan adalah 20 item pertanyaan. 3. Wawancara Dalam rangka memperoleh data/informasi yang lebih terperinci dan untuk melengkapi data yaitu dengan wawancara. Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.2 Wawancara dalam penelitian ini diajukan kepada guru PAI dan kepada Wakil Bidang Kurikulum mengenai Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Nurul Amal. 4. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan dan pengambilan data yang diperoleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen. Yaitu pengumpulan data-data dan informasi yang di perlukan dalam membantu penyelesaian skripsi ini, seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan karyawan, serta kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di SDIT Nurul Amal.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, (Bandung : Alfabeta, 2008), hal. 226 2 Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 192.
37
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Dalam pemeriksaan atau pengecekan data ini peneliti menggunakan triagulasi data yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik Triagulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Pada penelitian ini penulis membandingkan data yang diperoleh dari observasi dengan hasil wawancara wakil bidang kurikulum dan guru PAI dalam rangka membantu peneliti dalam meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh.
F. Instrumen Penelitian Instrumen pada suatu penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Yaitu menggunakan angket. Angket ini dalam bentuk Questioner yang diperuntukan kepada siswa SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir untuk mendapatkan informasi tentang pendidikan karakter.
Tabel 1 Kisi-kisi Quesioner No
Pertanyaan
Sub Pokok
Aspek yang
No
Jumlah
Pokok
Pertanyaan
diungkapkan
Item
Item
Penelitian 1
Pendidikan
1.1 Religius
Karakter
- Sikap dan perilaku yang
1, 2, 3, 5 4, 5
patuh dalam melaksanakan ajaran agama
1.2 Jujur
- Dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan
6, 7, 8, 5 9, 10
38
1.3
Disiplin
- Tertib dan patuh kepada berbagai
13, 14,
ketentuan
15
1.4 Tanggung - Melaksanakan Jawab
11, 12, 5
16, 17, 5
tugas dan
18, 19,
kewajiban, baik
20
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisa data merupakan salah satu tahapan yang dikerjakan setelah memperoleh informasi melalui beberapa teknik pengumpulan data, analisis data ini bertujuan menyampaikan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, tersusun dan lebih berarti. Dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dengan menggunakan prosentasi. Adapun rumusan yang penulis akan gunakan dalam analisis data adalah rumus prosentase, yaitu: F Rumus; P = ____ X 100 % N Keterangan: P = Angka Prosentase F = Frekuensi yang dicari prosentasenya N= Jumlah frekuensi/banyaknya individu
39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir 1.
Sejarah Berdirinya SDIT Nurul Amal Sekolah SDIT Nurul Amal didirikan tahun 1991 secara geografis keberadaan
sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal berada di Jl Selada II Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan. SDIT Nurul Amal berada ditengah perumahan penduduk yang boleh dikatakan cukup padat dan sekolah tersebut terletak di tanah seluas 2500 meter dengan luas halaman yang dilengkapi saung-saung dan terdapat lapangan Bulu tangkis serta lapangan Basket, dilingkungan sekolahpun terdapat Mushalla sebagai sarana ibadah siswa, sehingga sejak dini siswa terbiasa melakukan ibadah terutama shalat lima waktu. Didalam kelas juga didesain bagaikan keadaan ruangan rumah agar anak terkesan lebih nyaman karena di SDIT Nurul Amal ini anak belajar satu hari mulai dari jam 7.30 sampai dengan jm 4 sore. Suasana kehidupan kepribadian sekolah tercermin dari prilaku siswa dan gurunya dalam berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan keagamaan, sampai kegiatan pengamatan dan teknologi yang menunjang kegiatan belajar mengajar, dari penbelajaran dikelas sampai diskusi-diskusi dikalangan siswa/siswinya serta portofolio dan plublikasinya didukung oleh budaya mutu yang dilandasi oleh sifat teliti, tekun, rajin, sabar, tabah dan ulet serta tuntas dan didukung suasana yang kondusip dalam mendorong pendidikan siswanya yang dikenal dengan tujuh prinsip Sekolah Dasar Islam Terpadu yaitu belajar dan mendidik sebagai suatu panggilan yang mulia, berlaku jujur dan adil, kasih sayang dan cinta pada sesama, kerjasama dengan keselarasan untuk melayani, peka terhadap perubahan dan cepat menyesuaikan diri kemajuan zaman, komitmen terhadap mutu, dan bersyukur dan berterima kasih.
39
40
Tujuan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal adalah memberikan pendidikan terpadu yang bermutu kepada masyarakat dalam menghadapi situasi persaingan dan kerjasama global, dan membentuk pribadi yang mampu belajar sepanjang hayat dan berkarakter, yang dikelola oleh sumber daya manusia profesional dan berkomitmen.
2.
Visi dan Misi SDIT Nurul Amal
a.
Visi SDIT Nurul Amal Menjadi sekolah model unggulan terpadu, yang berkarakter dan berwawasan
global. b. Misi SDIT Nurul Amal 1.
Menyelenggarakan Pendidikan Islam Terpadu dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan
2.
Mempersiapkan generasi yang berakhlak mulia, berkarakter dan mempunyai kreativitas berfikir tinggi, berjiwa sosial dan mandiri;
3.
Serta mengembangkan keterampilan kepemimpinan (Leadership) dan kewirausahaan (Entrepreneurship)
4.
Membidani lahirnya peserta didik yang unggul dan mampu menghadapi persaingan dan kerja sama Global.1
3.
Struktur organisasi SDIT Nurul Amal Organisasi merupakan hal yang penting dalam menjalankan roda administrasi
sebab melalui organisasi akan tercipta suatu kerjasama yang baik, dan dari kerjasama yang baik itu akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Di dalam organisasi terdapat berbagai macam ketentuan dan aturan yang berupa kewajiban, hak dan tanggung jawab untuk mencapai maksud dan tujuan serta cita-cita bersama. Oleh karena itu, proses pendidikan di SDIT Nurul Amal pun perlu adanya struktur organisasi agar tercapai maksud yang dicita-citakan. Adapun struktur organisasi SDIT Nurul Amal sebagai berikut:
1
Company Profile SDIT Nurul Amal
41
Tabel 2 STRUKTUR ORGANISASI SD ISLAM TERPADU NURUL AMAL PD. CABE ILIR
Ketua Yayasan H. Asrof Kepala Sekolah Munawarah S. Ag Komite Sekolah
Tata Usaha
Suriyati
Misbah
Wakabid Kurikulum
Wakabid Kesiswaan
Syaidah S.Ag
Abdullah S.Pd.I Wakabid Sarana/Prasarana Muhidin
Bid. Keamanan
Staf Pendidik
Taufik & Iwan Peserta Didik
42
4.
Keadaan Guru dan Karyawan SDIT Nurul Amal Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan beajar
mengajar. Tugas guru sebagai profesi adalah mendidik, mengajar dan melatih. Mengingat beratnya peran guru, maka seorang guru harus menjalankan tugasnya dengan baik. Begitu pula para pegawai atau juga yang disebut dengan karyawan yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar yang harus dilakukan demi lancarnya kegiatan belajar mengajar.
Tabel 3 Data Guru dan Karyawan SDIT Nurul Amal
No
Nama
L/P
Pendidikan
Jabatan
1
Munawarah S.Ag
P
SI UMJ
Kepala Sekolah
2
Syaidah S.Ag
P
SI UIN
Guru
3
Siti Soleha S.PsI
P
SI UIN
Guru
4
Suriyah S.Pd.I
P
SI UIN
Guru
5
M.Junaidi
L
PHYQ
Guru
Kudus 6
Hepi Nurbaiti S.Pd.I
P
SI UIN
Guru
7
Abdullah S.Pd.I
L
SI UIN
Guru
8
Ayi Rokayah A.ma
P
D2 Citra
Guru
Didaktika 9
Moh.Abdul Munir S.Ag
L
SI UIN
Guru
10
Muhidin
L
SMA
Guru
11
Masruroh S.Pd.I
P
SI UMJ
Guru
12
Mursalim S.Pd.I
L
SI UIN
Guru
13
M.Zaky Ilyas S.Pd.I
L
SI UMJ
Guru
14
Dian Suryani S.Pd.I
P
SI UMJ
Guru
43
15
Siti Fauziah S.PdI
P
SI UIN
Guru
16
Putri Diana Sri Utami S.PdI
P
SI UIN
Guru
17
Fajar S. PdI
L
SI UMJ
Guru
18
Mika Dwi R. S. PdI
P
SI UMJ
Guru
19
Misbah A.md
L
D3. UMJ
Tata Usaha
20
Taufik
L
SMA
Penjaga Keamanan
21
Irwan
L
STM
Penjaga Keamanan
22
Rohama
P
-
Petugas Kebersihan
23
Suroh
P
SMP
Petugas Kebersihan
25
Muni
P
-
Petugas Kebersihan
Sumber: Data Sekolah
5.
Keadaan Siswa SDIT Nurul Amal Murid atau siswa merupakan salah satu faktor pendidikan yang juga
mempunyai peranan yang sangat penting. Dengan adanya murid akan turut memperlancar jalannya proses pendidikan, karena tanpa adanya murid proses pembelajaran tidak akan terjadi atau berlangsung.
Tabel 4 Data Siswa SDIT Nurul Amal Tahun Ajaran 2013/2014
No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
I, II, III, IV, V, VI
180
144
324
Sumber: Data Sekolah
6.
Sarana Prasarana SDIT Nurul Amal Sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai alat untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam pembahasan ini yang dimaksud adalah fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh SDIT Nurul Amal dalam rangka menunjang terlaksananya proses pendidikan.
44
Tabel 5 Sarana dan Prasarana No
Sarana/Prasarana
Jumlah
1
Ruang Kelas
14
2
Ruang Kepala Sekolah
1
3
Ruang Guru
1
4
Ruang Tata Usaha
1
5
Mushola
1
6
Lab Komputer
1
7
Ruang UKS
1
8
Gudang
1
9
Ruang BP/BK
1
10
Kantin
1
11
Lapangan Olah Raga
1
13
Ruang Toilet/WC
12 Sumber: Data Sekolah
7.
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal Program di sekolah ini menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan karena
sekolah ini memang mempunyai tujuan mencetak anak-anak didik yang beriman, berilmu dan berakhlak sholeh sehingga menjadi anak-anak sesuai dengan harapan para orangtua yaitu mempunyai anak-anak yang sholeh, pintar, kaya dan sehat. Selain itu di sekolah ini dari pelajaran umum juga pelajaran keagamaan tidak saja dalam bentuk belajar di kelas. Akan tetapi langsung diaplikasikan /diterapkan setiap hari mulai dari tadarus Al-qur’an, do’a-do’a harian , bacaan sholawat, membaca Iqra, dan shalat sunnat. Pengembangan ibadah peserta didik/siswa-siswi selalu dilaksanakan dalam keseharian dilingkungan sekolah mulai dari tadarus Al-quran setiap hari ketika baru masuk kelas sebelum memulai kegiatan belajar, shalat sunnat Dhuha ketika jam istirahat setelah melaksanakan kegiatan belajar sesi pertama, melaksanakan
45
shalat dzuhur berjamaah pada jam istirahat sesi kedua, membaca Iqra dan Alquran serta do’a-do’a harian pada masing-masing siswa setelah melaksanakan kegiatan makan siang, dan pada setiap hari jum’at juga anak-anak di didik untuk mengeluarkan shodaqoh dan shalat jum’at bagi siswa laki-laki setelah kelas III. Guru-guru SDIT Nurul Amal bukan saja dalam menerangkan pelajaran memasukkan nilai-nilai karakter, akan tetapi dalam keseharian itu di terapkan pada peserta didik, sebagai contoh dalam berbicara saja ada peraturannya, peserta didik tidak boleh berkata atau bicara kasar, harus bersikap baik, tidak boleh bertengkar dan saling mengejek dengan teman, dan selalu meminta maaf jika berbuat kesalahan, ini ada peraturannya dan sangsinya. Pergaulan peserta didik di sekolah ini cukup baik dengan konsekwensi peraturan yang dibuat bersama antara murid dengan guru terhadap kesalahan yang dilakukan, sehingga baik perkataan, sikap dan prilaku siswa dapat terjaga. Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal selain membentuk peserta didik supaya menjadi anak-anak yang berakhlak dan mempunyai karakter yang baik, sekolah ini juga selalu melibatkan siswa-siswinya dalam kegiatan hari-hari besar Islam, seperti santunan di bulan Muharram dengan tujuan agar didalam diri peserta didik ada rasa empati dan perduli terhadap sesama. Pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas dan terampil saja, melainkan juga yang sangat penting adalah bagaimana membangun karakter, sikap dan prilaku sehingga menjadi manusia yang berbudi dan beradap serta berakhlakul karimah yang sangat dibutuhkan dalam pergaulan kehidupan kini dan akan datang. Seperti, kejujuran, kesopanan, tanggung jawab, kerjasama, toleransi, kedamaian, displin, keadilan, cinta kebahagiaan, kerendahan hati, kesederhanaan dan penghargaan. 2 Metode pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT Nurul Amal seperti pembiasaan, keteladanan, nasehat, hukuman dan bercerita metode tersebut sangat penting dan berpengaruh terhadap pembentukkan karakter siswa. Tidak hanya metode yang di gunakan untuk pembentukkan karakter siswa SDIT Nurul Amal di 2
Hasil wawancara dengan wakil bidang kurikulum dan guru PAI SDIT Nurul Amal, pada tanggal 17-18 April 2014.
46
sekolah inipun dalam pembelajaran guru menggunakan media visual dan audio visual dalam pembelajaran. Dalam penerapan pendidikan karakter di SDIT Nurul Amal tidak hanya metode dan media yang digunakan untuk membentuk karakter siswa, tetapi juga di lakukan evaluasi pendidikan karakter untuk mengukur apakah anak sudah memiliki satu atau kelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu dalam bentuk penilaian diri anak, melakukan evaluasi yang di lakukan melalui pengamatan terhadap sejauhmana nilai-nilai yang akan dikuatkan atau dikembangkan muncul dalam prilaku anak. Misalnya dalam bentuk perkataan, perbuatan dan sebagainya. Sekolah memberikan catatan khusus (anekdot) misalnya dalam bentuk catatan prilaku/akhlak/karakter siswa. Tabel 6 Kegiatan Ekstrakurikurer
No
Kegiatan
1
Pramuka
2
Karate
3
Drum Band
4
Iqra
5
Marawis
6
Futsal
7
Menari Sumber: Data Sekolah
B. Deskripsi Data Dalam penelitian ini penulis mengambil data dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada responden yaitu siswa SDIT Nurul Amal kelas v, yang berjumlah 36 siswa. Angket ini berisi 20 pertanyaan. Setelah dilakukan penyebaran dan pengumpulan angket sebanyak 20, maka data tersebut dideskripsikan secara lengkap, sehingga akan diperoleh kesimpulan sebagai jawaban dari persoalan dalam membahas penelitian ini. Untuk memudahkan menganalisis data hasil angket tersebut, maka setiap item dibuat tabulasi yang
47
merupakan proses merubah data dari instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel-tabel angka (persentase). Untuk lebih memperjelas informasi mengenai angket penulis juga mengadakan wawancara kepada guru agama dan wakil bidang kurikulum SDIT Nurul Amal untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel-tabel berikut:
Tabel 7 Mengucapkan salam bila bertemu dengan guru
No 1
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
36
100%
b.
Sering
0
0%
c.
Kadang-kadang
0
0%
d.
Tidak pernah
0
0%
36
100%
Jumlah
Salam tidak hanya sekedar ucapan, salam merupakan do’a dan ini dibuktikan oleh siswa SDIT Nurul Amal yang selalu memberikan salam ketika bertemu dengan guru. Data di atas terlihat bahwa perilaku siswa dalam mengucapkan salam bila bertemu dengan guru masih dilakukan dengan sangat baik karena sekitar 100% menjawab selalu, yang menjawab sering 0%, sedangkan yang menjawab kadangkadang 0%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter di sekolah ini sangat baik hal ini dibuktikan hanya 0% siswa yang menjawab tidak pernah mengucapkan salam bila bertemu dengan guru.
48
Tabel 8 Sebelum dan sesudah proses belajar mengajar siswa selalu membaca do’a bersama-sama. No 2
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
36
100%
b.
Sering
0
0%
c.
Kadang-kadang
0
0%
d.
Tidak pernah
0
0%
36
100%
Jumlah
Do’a adalah hal yang sangat penting dalam segala keadaan, baik sebelum melakukan pekerjaan maupun setelah melakukan pekerjaan. Do’a adalah senjatanya orang-orang muslim, do’a juga merupakan salah satu tanda syukur manusia akan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Ini dibuktikan dengan data angket yang hampir seluruh siswa menyatakan selalu berdo’a bersama-sama sebelum dan sesudah proses belajar mengajar sekitar 100%, yang menjawab sering 0%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 0%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah ini sangat baik, dan guru selalu membiasakan siswanya berdo’a ketika sebelum dan sesudah belajar.
Tabel 9 Melaksanakan shalat lima waktu No 3
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
6
16,7%
b.
Sering
12
33,3%
c.
Kadang-kadang
17
47,2%
d.
Tidak pernah
1
2,8%
36
100%
Jumlah
49
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa yang menjawab selalu melaksanakan shalat lima waktu sebanyak 16,7%, sedangkan yang menjawab sering 33,3%, yang menjawab kadang-kadang 47,2%, dan yang menjawab tidak pernah 2,8%. Data di atas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang tidak pernah melaksanakan shalat lima waktu, dan penerapan pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah ini cukup baik, dan ini menjadi tanggung jawab guru dan orangtua agar selalu memberikan contoh teladan dan nasehat yang baik kepada siswa supaya didalam diri siswa tertanam rasa tanggung jawab terhadap perintah Allah SWT yaitu melaksanakan shalat lima waktu sebagai salah satu ibadah yang wajib dikerjakan. Tabel 10 Bersyukur atas prestasi yang di capai No 4
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
23
63,9%
b.
Sering
7
19,4%
c.
Kadang-kadang
6
16,7%
d.
Tidak pernah
0
0%
36
100%
Jumlah
Pada tabel di atas apabila dilihat dari hasil prosentase pada tabel diatas dapat diketahui bahwa yang menjawab selalu bersyukur atas prestasi yang di capai sebanyak 63,9%, yang menjawab sering 19,4%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 16.7%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Data diatas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter siswa siswi SDIT Nurul Amal terhitung baik. Oleh karena itu guru harus memberikan contoh teladan yang baik dan pembiasaan bagi para siswa agar siswa selalu bersyukur dengan pencapaian yang ia dapat selama ini, dan agar siswa memahami pentingnya arti bersyukur dalam hidup. Data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan prestasi dan keberhasilan yang dicapai selama pembelajaran.
50
Tabel 11 ingat pada Allah dalam kehidupan sehari-hari No 5
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
18
50%
b.
Sering
13
36,1%
c.
Kadang-kadang
5
13,9%
d.
Tidak pernah
0
0%
36
100%
Jumlah
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian siswa selalu ingat pada Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 50%, yang menjawab sering 36,1%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 13,9%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Data di atas menunjukkan bahwa hampir sebagian siswa melibatkan Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari dan berzikir kepda Allah SWT.
Tabel 12 Jujur dalam perkataan dan perbuatan kepada orang tua, guru dan teman No 6
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
15
41,7%
b.
Sering
11
30,6%
c.
Kadang-kadang
10
27,8%
d.
Tidak pernah
0
0%
36
100%
Jumlah
Pada tabel di atas dapat dilihat mengenai kejujuran dsan amanah. Apabila dilihat dari hasil prosentase pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa penerapan pendidikan karakter siswa-siswi SDIT Nurul Amal terhitung baik, karena sebanyak 41,7% menjawab selalu berkata jujur dalam perkataan dan perbuatan kepada orang tua, guru dan teman, sedangkan yang menjawab sering 30,6%, yang menjawab kadang-kadang 27,6%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Tabel di atas didukung hasil pengamatan penulis selama melakukan
51
penelitian, siswa yang datang terlambat harus menjelaskan alasan mereka terlambat datang ke sekolah kepada guru piket ataupun guru kelas dengan alasan yang jujur. Data di atas menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang diterapkan disekolah ini cukup baik, seperti nasehat guru ketika guru menjelaskan mata pelajaran guru selalu memberikan nasehat bahwa dimanapun kita berada kita harus berkata jujur. Tabel 13 Mencontek atau memberi contekan No 7
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
0
0%
b.
Sering
2
5,6%
c.
Kadang-kadang
13
36,1%
d.
Tidak pernah
21
58,3%
36
100%
Jumlah
Mencontek adalah sebuah kecurangan, mencontek merupakan perbuatan yang tidak terpuji. Adapun presentase menurut data dalam angket separuh dari siswa tidak pernah mencontek atau memberi contekan sebanyak 58,3%, yang menjawab kadang-kadang 36,1%, sedangkan yang menjawab sering 5,6%, dan yang menjawab selalu 0%. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil bidang kurikulum nilai-nilai kejujuran disekolah ini sudah tertanam sejak dini, dan disaat ujian belum pernah mendapatkan siswa yang saling mencontek atau memberi contekan ketika ujian.3 Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter yang diterapkan guru disekolah ini cukup baik. Guru selalu memberikan nasehat kepada siswanya, ini terbukti dengan data angket siswa yang menjawab selalu mencontek atau memberi contekan sebanyak 0%.
3
Hasil wawancara dengan wakil bidang kurikulum SDIT Nurul Amal, oleh Syaidah, pada tanggal 17 April 2014.
52
Tabel 14 Menyalahgunakan uang SPP yang diberikan orangtua No 8
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
0
0%
b.
Sering
0
0%
c.
Kadang-kadang
1
2,8%
d.
Tidak pernah
35
97,2%
36
100%
Jumlah
Pada tabel di atas dapat dilihat mengenai kejujuran dan amanah. Apabila dilihat dari hasil prosentase pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa penerapan pendidikan karakter yang diterapkan disekolah ini kepada siswa-siswi SDIT Nurul Amal terhitung sangat baik, karen sebagian besar siswamenjawab tidak pernah menyalahgunakan uang SPP sebanyak 97,2%, yang menjawab kadang-kadang 2,8%, sedangkan yang menjawab sering 0%, dan yang menjawab selalu 0%. Tabel diatas menunjukkan penerapan pendidikan karakter yang diterapkan oleh guru sangat baik , hanya sebagian kecil yang menyalahgunakan uang SPP dengan prosentase 2,8% nilai-nilai kejujuran yang diterapkan oleh guruguru SDIT Nurul Amal sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter siswa. Tabel 15 Menemukan sesuatu benda milik teman lainnya, maka akan dikembalikan kepada pemiliknya. No 9
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
36
100%
b.
Sering
0
0%
c.
Kadang-kadang
0
0%
d.
Tidak pernah
0
0%
36
100%
Jumlah
53
Data di atas menjelaskan sebesar 100% siswa menyatakan selalu mengembalikan benda milik temannya apabila menemukannya, 0% yang menjawab sering, 0% yang menjawab kadang-kadang, dan 0% yang menjawab tidak pernah. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter yang diterapkan disekolah ini sangat baik. Hal ini terlihat nilai-nilai kejujuran sudah tertanam dalam diri siswa, nasehat dan pembiasaan yang di berikan oleh guru sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter siswa. Tabel 16 Biasa mengambil sesuatu milik orang lain tanpa sepengetahuan orang tersebut No 10
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
1
2,8%
b.
Sering
1
2,8%
c.
Kadang-kadang
6
16,7%
d.
Tidak pernah
28
77,8%
36
100%
Jumlah
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah mengambil sesuatu milik orang lain tanpa sepengetahuan orang tersebut sekitar 77,8%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 16,7%, yang menjawab sering 2,8%, dan yang menjawab selalu 2,8%. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter di SDIT Nurul Amal sangat baik nilai-nilai kejujuran sudah tertanam dalam diri siswa hal ini terlihat sebagian besar siswa tidak pernah mengambil milik orang lain. Tabel 17 Membuat masalah disekolah, sehingga orangtua dipanggil kesekolah No 11
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
0
0%
b.
Sering
2
5,6%
c.
Kadang-kadang
5
13,9%
d.
Tidak pernah
29
80,6%
36
100%
Jumlah
54
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah membuat masalah membuat masalah disekolah
sehingga orangtua dipanggil kesekolah
sekitar 80,6%, yang menjawab kadang-kadang13,9%, sedangkan yang menjawab sering 5,6%, dan yang menjawab selalu 0%. Data diatas menunjukkan pendidikan karakter yang diterapkan oleh guru sangat baik ini dibuktikan hanya sebagian kecil siswa yang membuat masalah disekolah sehingga orang tua mereka di panggil kesekolah. Tabel 18 Mematuhi peraturan yang diberikan dari sekolah No 12
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
12
33,3%
b.
Sering
13
36,1%
c.
Kadang-kadang
11
30,6%
d.
Tidak pernah
0
0%
36
100%
Jumlah
Data di atas menjelaskan sebesar 36,1% siswa menyatakan sering mematuhi peraturan yang diberikan dari sekolah, 33,3% yang menjawab selalu, 30,6%menjawab kadsng-kadang, dan 0% yang menjawab tidak pernah. Data diatas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter di SDIT Nurul Amal cukup baik. Hal ini terlihat siswa-siswi SDIT Nurul Amal sudah mempunyai rasa tanggung jawab terhadap peraturan yang diberikan sekolah, ini dibuktikan siswa yang tidak pernah mematuhi peraturan yang diberikan dari sekolah 0% dan nilainilai karakter tanggung jawab sudah diterapkan oleh siswa-siswi SDIT Nurul Amal. Tabel 19 Datang seenaknya tanpa menghiraukan waktu masuk sekolah No 13
a.
Alternatif jawaban Selalu
b.
Sering
1
2,8%
c.
Kadang-kadang
4
11,1%
d.
Tidak pernah
31
86,1%
36
100%
Jumlah
Frekuensi 0
Persentase 0%
55
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah datang seenaknya tanpa menghiraukan waktu masuk sekolah sekitar 86.1%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 11,1%, yang menjawab sering 2,8%, dan yang menjawab selalu 0%. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter yang diterapkan disekolah ini sangat baik, ini terlihat hampir sebagian besar siswa datang tepat waktu dan nilai-nilai karakter kedisiplinan dan tanggung jawab sudah tertanam dalam diri siswa. Tabel 20 telat/terlambat masuk sekolah No 14
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
0
0%
b.
Sering
1
2,8%
c.
Kadang-kadang
14
38,9%
d.
Tidak pernah
21
58,3%
36
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir separuh siswa sekitar 58,3% siswa tidak pernah telat/terlambat masuk sekolah, 38,9% menjawab kadangkadang, 2,8% menjawab sering telat atau terlambat masuk sekolah dan yang menjawab selalu 0%. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah ini cukup baik, hal ini terbuktidari data angket hampir sebagian siswa berusaha untuk selalu patuh pada peraturan sekolah, siswa sudah mempunyai rasa kedisiplinan dan tanggung jawab di dalam dirinya, dsn guru harus dapat merubah sikap dan tingkah laku siswa yang masih datang terlambat agar siswa dapat disiplin. Tabel 21 bolos tanpa alasan yang jelas dan dapat diterima No 15
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
0
0%
b.
Sering
1
2,8%
c.
Kadang-kadang
6
16,7%
d.
Tidak pernah
29
80,6%
36
100%
Jumlah
56
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah bolos tanpa alasan yang jelas sekitar 80,6%,sedangkan yang menjawab kadang-kadang 16,7%, yang menjawab sering 2,8%, dan yang menjawab selalu bolos tanpa alasan yang jelas 0%. Data di atas menunjukkan penerapan pendidikan karakter yang diterapkan oleh SDIT Nurul amal dan gurunya sangat baik, sikap disiplin sudah siswa terapkan , ini dibuktikan hanya sebagian kecil siswa yang suka membolos tanpa alasan yang jelas. Tabel 22 Mengikuti kegiatan tadarus Qur’an di sekolah No 16
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
24
66,7%
b.
Sering
10
27,8%
c.
Kadang-kadang
2
5,6%
d.
Tidak pernah
0
%
36
100%
Jumlah
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
semua siswa selalu
mengikuti kegiatan tadarus Qur’an disekolah sekitar 66,7%, sedangkan yang menjawab sering 27,8%, yang menjawab kadang-kadang 5,6%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI kegiatan keagamaan disekolah ini sudah terlaksana dengan baik untuk pelajaran agama tidak saja dalam bentuk belajar dikelas akan tetapi langsung diaplikasikan atau diterapkan dalam keseharian, seperti sebelum belajar peserta didik masingmasing kelas melaksanakan kegiatan tadarus Al-quran surat-surat pendek. 4Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah dapat mengetahui dan memahami serta memandang sangat penting membaca al-Qur’an , karena hal itu adalah suatu ibadah.
4
Hasil wawancara dengan guru PAI SDIT Nurul Amal, oleh Suriyah, pada tanggal 18 April 2014.
57
Tabel 23 Datang lebih awal bila ada tugas piket kelas No 17
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
15
41,7%
b.
Sering
10
27,8%
c.
Kadang-kadang
9
25%
d.
Tidak pernah
2
5,6%
36
100%
Jumlah
Data di atas menjelaskan siswa yang selalu datang lebiah awal bila ada tugas piket kelas sebesar 41,7%, yang menjawab sering 27,8%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 25%, dan yang menjawab tidak pernah 5,6%. Data di atas menunjukkan penerapan pendidikan karakter yang diterpkan disekolah ini cukup baik, hal ini terlihat dari data diatas bahwa hampir sebagian siswa sudah mempunyai rasa tanggung jawab apabila ada tugas piket kelas dan hanya sebagian kecil siswa yang tidak pernah datang lebih awal bila ada tugas piket. Peran dan sikap guru sangat berpengaruh dalam pembentukkan karakter siswa seperti memberikan contoh dan teladan yang baik kepada para siswa-siswinya. Tabel 24 Kegiatan kerja bakti di sekolah No 18
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
17
44,4%
b.
Sering
14
41,7%
c.
Kadang-kadang
3
8,3%
d.
Tidak pernah
2
5,6%
36
100%
Jumlah
Data di atas menunjukkan sebanyak 44,4% siswa menjawab selalu mengikuti kegiatan kerja bakti disekolah, 41,7% menjawab sering, 8,3% yang menjawab kadang-kadang, dan 5,6% yang menjawab tidak pernah mengikuti kegiatan kerja bakti di sekolah. Data di atas menunjukkan bahwa separuh dari sisw- siswi yang
58
telah bersikap untuk ikut serta dalam kegiatan kerja bakti di sekolah, ini menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter di SDIT Nurul Amal sudah baik dan terarah. Tabel 25 Berpartisifasi dalam acara hari-hari besar islam di sekolah No 19
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
19
52,8%
b.
Sering
6
16,7%
c.
Kadang-kadang
11
30,6%
d.
Tidak pernah
0
0%
36
100%
Jumlah
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa selalu berpartisifasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah sekitar 52,8%, yang menjawab sering 16,7%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 30,6%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI hampir semua siswa selalu ikut serta dalam acara hari-hari besar Islam seperti mengadakan santunan dibulan Ramadhan, dan santunan Muharram pada tanggal 1 Muharram tahun baru Hijriah.5. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter yang diterapkan disekolah ini cukup baik baik, hal ini terlihat 0% siswa yang tidak berpartisifasi dalam acara hari-hari besar islam disekolah. Tabel 26 Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru No 20
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a.
Selalu
15
41,7%
b.
Sering
11
30,6%
c.
Kadang-kadang
10
27,8%
d.
Tidak pernah Jumlah
0 36
0% 100%
5
Hasil wawancara derngan guru PAI SDIT Nurul Amal, oleh Suriyah, pada tanggal 18 April 2014.
59
Berdasarkan tabel di atas yang menjawab selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sekitar 41,7%, yang menjawab sering 30,6%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 27,8%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Data diatas menunjukkan pendidikan karakter yang diterapkan oleh guru cukup baik, ini terbukti bahwa dari persentase di atas yang menjawab tidak pernah 0%.
C. Analisis Hasil Penelitian Untuk mengetahui data tentang penerapan pendidikan berbasis karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang dilakukan penyebaran angket yang berisi 20 pertanyaan dengan pilihan ganda 4 option, dengan pilihan kriteria: Untuk pernyataan positif a) Untuk jawaban a diberi nilai 4 b) Untuk jawaban b diberi nilai 3 c) Untuk jawaban c diberi nilai 2 d) Untuk jawaban d diberi nilai1 Untuk pernyataan negatif a) Untuk jawaban a diberi nilai 1 b) Untuk jawaban b diberi nilai 2 c) Untuk jawaban c diberi nilai 3 d) Untuk jawaban d diberi nilai 4 Tabel 27 Rekapitulasi Hasil Penyebaran Angket Jumlah
Kategori Jawaban
No.
Responden
A
B
C
D
36
1
36
0
0
0
36
2
36
0
0
0
36
3
6
12
17
1
36
4
23
7
6
0
36
5
18
13
5
0
36
60
6
15
11
10
0
36
7
0
2
13
21
36
8
0
0
1
35
36
9
36
0
0
0
36
10
1
1
6
28
36
11
0
2
5
29
36
12
12
13
11
0
36
13
0
1
4
31
36
14
0
1
14
21
36
15
0
1
6
29
36
16
24
10
2
0
36
17
15
10
9
2
36
18
17
14
3
2
36
19
19
6
11
0
36
20
15 273
11 115
10 133
0 199
36 720
D. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian Berdasarkan data keseluruhan yang telah diuraikan pada temuan penelitian di atas, secara matematis, dapat diketahui bahwa penerapan pendidikan berbasis karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang bisa dikatakan baik, jika jumlah skor angket sebesar 2880 . Angka ini di peroleh dari 20 pertanyaan x 36 siswa x 4 skor. Akan tetapi jumlah skor angket dalam penelitian ini, hanya mencapai 2525 (lihat tabel 28). Perbandingan jumlah skor angket dengan jumlah skor angket ideal, diperoleh dengan persentase 87 %. Dengan demikian angka ini menunjukkan bahwa Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter yang meliputi Religius, jujur, disiplin, dan tanggung jawab di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang dikatakan Baik karena aspek nilai-nilai karakter yang dituju tercapai, ini terwujud bukan saja dalam menerangkan pelajaran guru SDIT Nurul Amal memasukkan nilai-nilai karakter, akan tetapi dalam keseharian itu di aplikasikan atau diterapkan pada peserta didik seperti pembiasaan berkata baik,
61
tidak berbicara kasar, bersikap baik dengan teman, ramah kepada yang lebih tua, dan bertanggung jawab dalam setiap kegiatan, siswa selalu mengucapkan salam bila bertemu dengan guru, guru selalu membiasakan berdo’a sebelum dan sesudah proses belajar mengajar, jujur dalam perkataan dan perbuatan, mematuhi peraturan sekolah dan hanya sebagian kecil siswa yang melanggar peraturan sekolah, dan dalam pergaulan peserta didik di SDIT Nurul Amal berbicara saja ada peraturannya, peserta didik tidak boleh berkata atau bicara kasar, harus bersikap baik, tidak boleh bertengkar dan saling mengejek dengan teman, dan selalu meminta maaf jika berbuat kesalahan, ini ada peraturannya dan sangsinya. Pergaulan peserta didik di sekolah ini cukup baik dengan konsekwensi peraturan yang dibuat bersama antara murid dengan guru terhadap kesalahan yang dilakukan, sehingga baik perkataan, sikap dan prilaku siswa dapat terjaga. Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal selain membentuk peserta didik supaya menjadi anak-anak yang berakhlak dan mempunyai karakter yang baik, sekolah ini juga selalu melibatkan siswa-siswinya dalam kegiatan hari-hari besar Islam, seperti santunan di bulan Muharram dengan tujuan agar didalam diri peserta didik ada rasa empati dan perduli terhadap sesama. Pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas dan terampil saja, melainkan juga yang sangat penting adalah bagaimana membangun karakter, sikap dan prilaku sehingga menjadi manusia yang berbudi dan beradab serta berakhlakul karimah yang sangat dibutuhkan dalam pergaulan kehidupan kini dan akan datang. Seperti, kejujuran, kesopanan, tanggung jawab, kerjasama, toleransi, kedamaian, displin, keadilan, cinta kebahagiaan, kerendahan hati, kesederhanaan dan penghargaan. Metode pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT Nurul Amal seperti pembiasaan, keteladanan, nasehat, hukuman dan bercerita metode tersebut sangat penting dan berpengaruh terhadap pembentukkan karakter siswa. Tidak hanya metode yang di gunakan untuk pembentukkan karakter siswa SDIT Nurul Amal di sekolah inipun dalam pembelajaran guru menggunakan media visual dan audio visual dalam pembelajaran. Dalam penerapan pendidikan karakter di SDIT Nurul Amal tidak hanya metode dan media yang digunakan untuk membentuk karakter
62
siswa, tetapi juga di lakukan evaluasi pendidikan karakter untuk mengukur apakah anak sudah memiliki satu atau kelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu dalam bentuk penilaian diri anak, melakukan evaluasi yang di lakukan melalui pengamatan terhadap sejauhmana nilai-nilai yang akan dikuatkan atau dikembangkan muncul dalam prilaku anak. Misalnya dalam bentuk perkataan, perbuatan dan sebagainya. Sekolah memberikan catatan khusus (anekdot) misalnya dalam bentuk catatan prilaku/akhlak/karakter siswa. Sekolah merupakan kelanjutan dari pembentukan karakter anak di rumah dengan menyampaikan materi agama dengan baik dan perhatian terhadap tingkah laku mereka serta memberikan contoh yang baik kepada mereka dapat mempengaruhi akhlak mereka yang telah mereka dapatkan dirumah. Adapun faktor yang mendukung dalam pembentukan karakter siswa adalah lingkungan sekolah yang islami, semangat guru-guru dalam menanamkan akhlak pada siswa, tata tertib yang berlaku untuk seluruh anggota sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler yang di jalankan di sekolah ini, seperti tadarus
Al-qur’an,
marawis, karate, pramuka, drum band dan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan pada hari-hari besar Islam.
63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas tentang penerapan pendidikan berbasis karakter yang meliputi religius, jujur, disiplin, dan tanggung jawab di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang, melalui observasi, wawancara dan penyebaran angket menyatakan bahwa, Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal sudah baik karena aspek nilai-nilai karakter yang dituju tercapai dengan persentase 87 %. Ini terwujud setiap siswa selalu mengucapkan salam bila bertemu dengan guru, guru membiasakan siswa selalu berdoa sebelum dan sesudah proses belajar mengajar, jujur dalam perkataan dan perbuatan, siswa bertanggung jawab setiap kegiatan, selalu berpartisipasi dalam acara hari-hari besar
islam, mematuhi peraturan sekolah, dan hanya
sebagian kecil siswa-siswi SDIT Nurul Amal yang melanggar peraturan sekolah. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter yang diterapkan disekolah ini baik. Metode pendidikan karakter yang diterapkan disekolah seperti pembiasaan, keteladanan, nasehat, hukuman dan ganjaran, dan bercerita,
metode
tersebut
sangat
penting
dan
berpengaruh
terhadap
pembentukkan karakter siswa. Tidak hanya metode, media juga sangat penting digunakan untuk pembentukkan karakter siswa yaitu Media yang digunakan dalam pembelajaran dapat berupa media visual, maupun audio visual. Media, sarana dan prasarana yang digunakan hendaknya relevan dengan yang dibutuhkan dan tidak mengganggu kenyamanan siswa dalam belajar. Media atau alat peraga menggunakan media visual yaitu berupa gambar dan media audio visual berupa video pembelajaran. Di dalam pendidikan karakter di SDIT Nurul Amal tidak hanya media dan metode saja yang di gunakan secara maksimal untuk pembentukan karakter siswa, tetapi juga dilakukan evaluasi pendidikan karakter untuk mengukur apakah anak sudah memiliki satu atau kelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah dalam
63
64
kurun waktu tertentu dalam bentuk penilaian diri anak, melakukan evaluasi yang dilakukan melalui pengamatan terhadap sejauhmana nilai-nilai yang akan dikuatkan atau dikembangkan muncul dalam perilaku anak. Misalnya dalam bentuk perkataan, perbuatan dan sebagainya, memberikan catatan khusus (anekdot) misalnya dalam bentuk catatan prilaku/akhlak/karakter siswa.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang penulis lampirkan dalam skripsi ini yaitu: 1. Seluruh warga sekolah mulai dari guru, kepala sekolah, staf TU, dan juga iklim sekolah/budaya sekolah harus menampilkan, membiasakan, dan mencontohkan nilai-nilai positif sehingga menjadi contoh yang baik untuk ditiru oleh peserta didik. 2. Pendidikan karakter di sekolah hendaknya bukan hanya menjadi komponen satuan pelajaran tertentu yang disampaikan oleh guru, melainkan kesatuan konsep penanaman nilai-nilai kebaikan dalam seluruh komponen pelajaran. Maka penyusunan kurikulum pembelajarannya harus terpadu, tidak hanya mencangkup aspek kognitif atau pengetahuan siswa melainkan menyentuh pada aspek afektif dan spiskomotorik siswa. 3. Bagi guru dan orang tua seharusnya banyak memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada anak mengenai pergaulan yang baik, agar ia tidak terbawa arus zaman yang semakin hari semakin berkembang. 4. Penerapan pendidikan karakter sejak dini sangat penting , oleh karena itu pendidikan karakter harus diterapkan disekolah, karena peserta didik cenderung akan belajar dan meniru perilaku orang-orang yang ada disekitarnya, faktor terpenting dari keberhasilan pendidikan karakter disekolah adalah guru dan warga sekolah yang pantas ditiru setiap saat. Pendidikan karakter disekolah hendaknya dimulai dari pemimpin, guru, karyawan dan komite sekolah agar pendidikan karakter yang diterapkan disekolah dapat tercapai secara optimal.
65
5. Di harapkan dengan di terapkannya pendidikan karakter di Sekolah Dasar dapat membentuk pribadi siwa yang unggul dalam berprilaku dam memiliki kepribadian yang sesuai dengan moral-moral pancasila dan agama untuk itu diharapkan demi tercapainya pelaksanaan pendidikan karakter diharapkan sekolah memfasilitasi seperti media-media yang diperlukan, evaluasi pendidikan karakter dan kegiatan yang dapat menunjang agar terlaksananya pendidikan karakter yang diharapkan.
66
DAFTAR PUSTAKA Agama RI Kementerian, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012. Albertus Koesoema Doni, Pendidikan Karakter Zaman Global, Jakarta: Grasindo, 2010.
Strategi Mendidik Anak di
Alpiyanto, Hypno-Heart Teaching: Rahasia Mudah Mendidik Dengan Hati, Jakarta: PT Tujuh Samudera Alfath, 2011. Amini Ibrahim, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Al-Huda, 2006. An Nahlawi Abdurrahman, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Azzet Muhaimin Akhmad, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Azzeti Muhaimin Akhmad, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Basri Hasan dan Saebani Ahmad Beni, Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II), Bandung: Pustaka Setia, 2010. Chatib Munif, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2012. Chatib Munif, Sekolahnya manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelegensi di Indonesia, Bandung: Kaifa, 2010. Company Profile SDIT Nurul Amal Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Husaini Adian, Pendidikan Islam, Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab, Jakarta: Cakrawala Publishin, 2012 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Kesuma Dharma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Megawangi Ratna, Character Parenting Space: Menjadi Orangtua Cerdas Untuk Membangun Karakter Anak, Bandung: Read! Publising House, 2008.
67
Mulyasana Dedy, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Musfah Jejen, Proceedings Pendidikan Holistik Pendekatan Lintas Perspektif, Ciputat: Prenada, 2011. Singarimbun Masri, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 192. Nasution Buchori, Anak Shaleh, Pandai, Kaya, Sehat, Jakarta: Reseach Institute For Islamic Curriculum, 2013. Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Nata Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi baru), Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005. Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Purwanto Mp Ngalim .M, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Rizal Ramli, “Pendidikan Karakter Lahirkan Insan Berakhlak, Ummi, Jakarta, Oktober-Desember 2012. Rozak Abd, dkk., Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FTIK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2010. Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Samani Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Sulhan Najib, Anakku Penyejuk Jiwaku Pola Pengasuhan Islami Untuk Membangun Karakter Positif Anak, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011. Surya Mohamad, dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Alfabeta, 2008), hal. 226
Kualitatif dan R&B, (Bandung :
Uhbiyanti Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.
68
Wiyani Ardy Novan, Membumikan Pendidikan Karakter Di SD, Jogjakarta: ArRuzz Media, 2013. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/26/pengembangan-karakter, 10 Maret 2014.
Tabel 28 Analisis item untuk skor angket No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Responden Arjuna Atrasina. H Akbar Aprilia Nur Khasina Ara Atqol Atqia. M Aisyah Daffa Daren Deya M.Raynan Hadi Jawara Nisrina Febiyanti Nazwa Lintang.N Syahra Humaira Nur Afifah Moza Alifya Nafia Zahra Tasya Anugrah Farah Fakhri Vanza Gibran Gilang Indira Fadhila Jelita Frisca Elina Satria Hafizh Fadhli Rifki Rafif Hamzah Salwa Riyan Satrio Ibnu. F Syakir Zalmi Jumlah
Kls V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 2 3 4 4 4 3 2 2 2 2 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 4 4 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2
4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 2 4 4 3 2 4 3 4 2 3 3 4 3
5 3 4 2 4 4 4 4 4 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 4 3 3
6 3 4 4 3 4 4 3 4 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 3 3 4 4 2 2 3 2 2 3 4 2
7 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 1 4 4 4
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Item Soal 10 11 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4
12 2 3 2 3 4 1 4 4 2 2 2 4 2 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 2 4 2 2 3 2 3 4
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
14 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 3 3 4 3 4 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4
15 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
16 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3
17 3 2 2 4 4 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 3 4 3 3 1 4 3 4 2 4 4 2 4 2
18 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 1 2
19 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 4 2 3 4 2 4 2 3 4 4 2
20 2 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2
Jumlah Skor 67 71 66 74 78 76 78 78 68 68 68 73 60 80 77 75 79 76 68 70 76 67 64 71 71 73 56 63 69 69 67 65 65 66 68 65 2525
SOAL-SOAL WAWANCARA Hari / Tanggal : Jum’at 18 April 2014 Responden
: Suriyah
Jabatan
: Guru PAI
Alamat
: Jl. Kubis Pondok Cabe Ilir
1.
Menurut anda, apakah ajaran agama di sekolah ini telah ditanamkan dengan baik?
2.
Dalam meningkatkan ibadah siswa, kegiatan keagamaan apa yang diadakan di sekolah ini?
3.
Ketika menerangkan pelajaran, apakah anda selalu memasukan nilai-nilai karakter ke dalam materi tersebut?
4.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, pembiasaan apa yang anda berikan kepada siswa, sehingga secara tidak langsung dapat membentuk akhlak mereka?
5.
Apakah anda hanya memberikan nasehat kepada siswa yang melakukan kesalahan saja?
6.
Hukuman seperti apa yang anda berikan bila siswa anda melakukan kesalahan?
7.
Menurut anda apakah pergaulan siswa di sekolah ini cukup baik? bila belum, mengapa dan jelaskan!
8.
Apakah pelaksanaan kegiatan agama disekolah ini dapat menjauhkan siswa dari hal-hal negatif?
9.
Menurut pengamatan anda, bagaimana akhlak siswa kepada guru disekolah ini?
10. Apakah sekolah ini suka mengadakan bakti sosial, dan kapan waktu pelaksanaannya? 11. Dalam Al-Quran Allah mengajak manusia untuk saling membantu dalam kebaikan, bagaimana tanggapan anda, melihat siswa saling mencontek dalam memberikan jawaban ujian dan mengatasinya?
12. Bagaimana bentuk kepedulian siswa terhadap lingkungannya? 13. Apa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui disekolah dalam mencapai pembentukan karakter/akhlak siswa, dan bagaimana mengatasinya?
Hasil Wawancara dengan Guru PAI 1. Sudah, karena di sekolah ini untuk pelajaran agama tidak saja dalam bentuk belajar dikelas akan tetapi langsung di aplikasikan atau di terapkan dalam keseharian, sebagai contoh: -
Sebelum belajar peserta didik masing-masing kelas melaksanakan tadarus Al-Qur’an surat-surat pendek.
-
Setelah pelajaran pertama (jam 9.10) sebelum istirahat peserta didik dibiasakan melaksanakan shalat sunnah Dhuha
-
Padad istirahat kedua (jam 11.00) peserta didik masing-masing individu menyetorkan bacaan Iqro atau Al-Qur’an masing-masing batasan bacaannya
2.
Shalat Dzuhur dan Ashar berjamaah
Baca Iqra, Qur’an, hafalan do’a-do;a harian, surat-surat pendek, sholat sunnah Dhuha, Dzuhur dan Ashar berjamaah dan berbusana muslim.
3. Bukan saja dalam menerangkan pelajaran memasukan nila-nilai karakter, akan tetapi dalam kseharian itu diterapkan pada peserta didik, sebagai contoh, dalam berkata saja ada peraturannya. Peserta didik tidak boleh berkata atau bicara kasar, bersikap baik tidak boleh bertengkar dan main katahan dengan teman/mengejek dan selalu minta maaf jika berbuat kesalahan ini ada peraturan dan sangsinya. 4. Pembiasaan berkata baik tidak bicara kasar, bersikap baik dengan teman dan ramah kepada yang lebih tua, dan bertanggung jawab setiap kegiatan. 5. Ya, tidak Cuma nasehat bahkan peraturan dan sangsi diterapkan, contoh jika anak bicara kasar sangsi dia harus Istigfar 100x, jika berantem harus minta maaf dan belajar diluar kelas, dll. 6. Istigfar jika bicara kasar, lari keliling lapangan jika berantem dan terlambat datang kesekolah, belajar diluar kelas jika telat, dan main-main dalam shalat dan skor jika tidak bisa diperbaiki. 7. Alhamdulillah pergaulan peserta didik di sekolah ini cukup baik dengan kosekwensi peraturan yang dibuat bersama antara murid dengan guru
terhadap masalah yang dilakukan, sehingga baik perkataan, sikap dan perilaku siswa dapat terjaga. 8.
Ya, karena dengan pelaksanaan pembelajaran fuul day (satu hari jam 7 s/d jam 4 sore) dapat melindungi waktu anak dari ha-hal yang sudah tidak kondusif dilingkungan, contoh dari warnet.
9. Sangat baik, mereka mendengar perkataan nasehat guru dan tanggung jawab terhadap tugas dan hormat kepada guru. 10. Bakti sosial ada dalam program tahunan, seperti santunan Muharram pada tanggal 1 Muharram tahun baru Hijriah, baksos pada hari sukarelawan sedunia bulan Desember dan kerja bakti dilingkungan yayasan, santunan Ramadhan pada acara sanlat dibulan Ramadhan. 11. Untuk memberikan contekan dalam ujian bukan membantu dalam kebaikan karena membuat siswa malas dan kurang tanggung jawab. 12. Membuang sampah pada tempatnya, menjaga tanaman pada lingkungan sekolah, dan berlaku sopan pada orang yang ditemui. 13. Pendukungnya ada peraturan, tanggung jawab dan kerja sama kepada orangtua murid, hambatannya orangtua murid belum bisa di ajak kerja sama dalam kegiatan ini, dan mengatasi musyawarah dengan orangtua, guru, lingkungan agar bisa kerja sama dalam program visi dan misi.
Guru PAI
( Suriyah )
SOAL-SOAL WAWANCARA
Hari / Tanggal : Kamis, 17 April 2014 Responden
: Syaidah S.Ag
Jabatan
: Wakil Bidang Kurikulum
Alamat
: JL. H. Saiman Rt 01/03 No. 29 A Pd Cabe Ilir
1.
Menurut anda, apakah ajaran agama di sekolah ini telah ditanamkan dengan baik?
2.
Dalam meningkatkan ibadah siswa, kegiatan keagamaan apa yang diadakan di sekolah ini?
3.
Menurut anda, apa yang dimaksud dengan keteladanan? Dan kriteria guru seperti apa yang dapat dijadikan tauladan bagi siswanya?
4.
Menurut anda apakah pergaulan siswa di sekolah ini cukup baik? bila belum, mengapa dan jelaskan!
5.
Bagaimana upaya anda memberikan pengawasan terhadap pergaulan siswa di sekolah ini sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan?
6.
Apakah pelaksanaan kegiatan agama disekolah ini dapat menjauhkan siswa dari hal-hal negatif?
7.
Menurut pengamatan anda, bagaimana akhlak siswa kepada guru disekolah ini?
8.
Apakah sekolah ini suka mengadakan bakti sosial, dan kapan waktu pelaksanaannya?
9.
Dalam Al-Quran Allah mengajak manusia untuk saling membantu dalam kebaikan, bagaimana tanggapan anda, melihat siswa saling mencontek dalam memberikan jawaban ujian dan mengatasinya?
10. Bagaimana bentuk kepedulian siswa terhadap lingkungannya? 11. Apa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui disekolah dalam mencapai pembentukan karakter/akhlak siswa, dan bagaimana mengatasinya? 12. Apakah ada pelatihan untuk guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter? 13. Apakah pernah mengirim guru-guru untuk pelatihan pendidikan karakter?
Hasi Wawancara Dengan Wakil Bidang Kurikulum 1. Ya benar, hal ini dapat terlihat dengan adanya pelaksanaan sholat sunah Dhuha, shalat Zuhur dan Ashar berjamaah, beserta wirid dan do’a setelah shalat, sikap hormat dan santun kepada guru dengan mengucapkan salam/bersalaman ketika bertemu (berpapasan ). Nilai-nilai kejujuran seperti
jika
menemukan
uang
seberapapun
besarnya
langsung
diberitahukan kepada guru. 2. Selain yang seperti No 1, ada juga kegiatan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw, santunan terhadap fakir miskin, anak-anak yatim, serta kaum dhuafa, pada peringatan 10 Muharram dan kegiatan pesantren kilat(sanlat) 3. Keteladanan adalah sikap atau perilaku yang meliputi perkataan dan perbuatan terpuji yang bisa diikuti atau dicontoh oleh orang lain (siswa). Guru yang bisa dijadikan tauladan oleh siswa adalah guru yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan pendidikan seperti Tut Wuri Handayani, guru juga bisa sebagai orangtua bahkan bisa menjadi teman dalam batas-batas kewajaran. 4. Ya, Alhamdulillah sudah cukup baik, bisa terlihat mereka bisa bergaul dengan semua teman tanpa membeda-bedakan dan saling menghargai juga saling perduli (caring) 5. Dengan melakukan pendekatan-pendekatan seperti menanyakan kepada mereka tentang pergaulan dirumah banyak negatifnya/tidak, misalnya sering main warnet tidak? Bergaul dengan yang lebih dewasa/tidak dan lain-lain. Juga dengan mengadakan bimbingan konseling. 6. Alhamdulillah ya, contoh mereka sudah tidak berani atau malu untuk mengucapakan kata-kata kasar dan kotor, selama hal tersebut juga didukung oleh orangtua dan pergaulan dirumah. 7. Sangat baik
8. Ya, peringatan 10 Muharram menyalurkan infak, zakat dan sedekah pada bulan Ramadhan , serta membersihkan lingkungan sekitar sekolah pada kegiatan hari raya GYSD (Global Youth Service Day) 9. Alhamdulillah disekolah kami kejujuran sudah ditanamkan sejak dini, jadi sejauh ini kami belum pernah mendapatkan siswa yang saling mencontek ketika ujian. 10. Sangat baik, mereka tidak berani untuk mencoret-coret tembok sekolah, atau memetik bunga atau buah yang ada dilingkungan sekolah 11. Faktor pendukung adanya team work yang kuat antar sesama guru disekolah maupun antar guru dengan orangtua siswa, dan faktor penghambat kurangnya komunikasi orangtua dengan guru, pengaruh pergaulan yang tidak baik diluar lingkungan sekolah (rumah), orangtua yang belum bisa diajak kerjasama dengan guru dalam menangani permasalahan anaknya 12. Ada, pelatihan Samudra Hati oleh Konsultan sekolah, pelatihan Kurikulum berbasis karakter yang diselenggarakan oleh penerbit buku 13. Ya pernah, diantaranya di menara 165 oleh Ari Ginanjar, dan juga pernah seminar dengan pa Munif Khatib.
Wakil Bidang Kurikulum
(
Syaidah
)
ANGKET UNTUK SISWA
Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang
Nama Siswa : Kelas
:
Petunjuk Pengisian Angket: 1. Bacalah basmalah terlebih dahulu sebelum mengisi jawaban 2. Bacalah dahulu angket berikut ini sebelum menjawab 3. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling tepat sesuai dengan keadaan anda. 4. Pengisian angket ini tidak mempengaruhi nilai, untuk itu jawablah dengan benar dan jujur. 5. Jawaban anda pada daftar questioner ini merupakan indikator yang sangat penting bagi penelitian kami. Atas kesediaan anda mengisi daftar isian ini kami ucapkan terima kasih.
1. Apakah anda mengucapkan salam bila bertemu dengan guru? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2. Sebelum dan sesudah proses belajar mengajar apakah siswa selalu membaca do’a bersama-sama? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Apakah anda selalu melaksanakan sholat 5 waktu? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Siswa selalu bersyukur atas prestasi yang di capai.... a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
5. Apakah kamu selalu ingat pada Allah dalam kehidupan sehari-hari? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Apakah anda jujur dalam perkataan dan perbuatan kepada orang tua, guru, dan teman? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
7. Apakah anda mencontek atau memberi contekan? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8. Apakah anda menyalahgunakan unang SPP yang diberikan orang tua? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Bila anda menemukan sesuatu benda milik teman lainnya, maka akan dikembalikan kepada pemiliknya? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Siswa biasa mengambil sesuatu milik orang lain tanpa sepengetahuan orang tersebut. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
11. Apakah anda membuat masalah disekolah, sehingga orang tua dipanggil kesekolah? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12. Apakah anda mematuhi peraturan yang diberikan dari sekolah? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
13. Apakah anda sering datang seenaknya tanpa menghiraukan waktu masuk sekolah? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Apakah anda sering telat/terlambat masuk sekolah? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15. Apakah anda suka bolos tanpa alasan yang jelas dan dapat diterima? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan tadarus Qur’an di sekolah? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17. Apakah anda selalu datang lebih awal bila ada tugas piket kelas? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
18. Apakah dalam kegiatan kerja bakti di sekolah kamu turut serta? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19. Apakah kamu berpartisifasi
dalam acara hari-hari besar islam di
sekolahmu? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Apakah anda selalu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
: : : :
FITK-FR-AKD-081 1 Maret 2010 01 1/1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/........../2013 Hal : Bimbingan Skripsi
Jakarta, 22 Desember 2013
Kepada Yth. Drs. Abdul Haris, M.Ag Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Assalamu’alaikum wr.wb. Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa: Nama
: Rafiah
NIM
: 1810011000089
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam Kelas C
Semester
: X (Sepuluh)
Judul Skripsi
: Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter DI SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 21 Desember, 2013 abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Mahasiswa ybs.
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
: : : :
FITK-FR-AKD-082 1 Maret 2010 01 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/......../2013 Lamp. : Outline/Proposal Hal : Permohonan Izin Penelitian
Jakarta, 28 Desember 2013
Kepada Yth. Kepala SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan di Tempat Assalamu’alaikum Wr.Wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama
: Rafiah
NIM
: 1810011000089
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Semester
: X (Sepuluh)
Judul Skripsi : Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter DI SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan