IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT AL-MUHAJIRIN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh: ANIS NOVI SETIA DEWI 1111018200004
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H
ABSTRAK Anis Novi Setia Dewi. NIM 1111018200004. Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin. Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bagaimana pendidikan karakter diimplementasikan di SDIT Al-Muhajirin. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan situasi-situasi atau kejadian yang secara alami dan nyata terjadi di lingkungan objek penelitian. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin sudah terlaksana dengan cukup baik karena aspek nilai-nilai yang dituju tercapai dan diimplemantasikan oleh siswa baik dalam kegiatan belajar maupun diluar kegiatan belajar. Pendidikan karakter di SDIT AlMuhajirin diimplementasikan melalui kegiatan (1) Integrasi ke dalam mata pelajaran, (2) kegiatan olah hati yakni kegiatan mengelola aspek spiritual siswa sesuai dengan Al-Qu’ran dan Sunnah, (3) kegiatan olah pikir diantaranya market day, wisata ilmiah, pendalaman materi, keputraan dan keputrian, (4) kegiatan olah raga diantaranya kepramukaan, outbond dan ektrakurikuler, (5) olah karsa yakni kepedulian terhadap lingkungan serta berakhlakul karimah dalam pergaulan terhadap teman guru dan orang tua. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan dasar dan menjadi sumber informasi bagi penyedia layanan maupun pengguna layanan pendidikan.
Kata Kunci: Pendidikan, Karakter
i
ABSTRACT Anis Novi Setia Dewi. NIM 1111018200004. Implementation of Character Education (Case Study: SDIT Al-Muhajirin). Education Management Studies Program, Faculty of Science and teaching Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
This study aims to explain how character education is implemented in SDIT Al-immigrants. The method used is descriptive analysis with a qualitative approach to describe situations or events that naturally occur in the environment and the real object of study. The results of this study describe that implementation of character education in SDIT Al-immigrants already performing quite well as aspects of the target values achieved communicated and implemented by students both inside and outside learning activities and learning activities. SDIT character education in Al-Muhajirin implemented through activities (1) Integration into subjects, (2) activities of the liver if the activities of managing the spiritual aspects of students according to Al-Qu'ran and Sunnah, (3) if the activities of thought among market day , scientific tourism, deepening of the material, sonship and keputrian, (4) sports activities including scouting, outbound and ektrakurikuler, (5) if the intention that concern for the environment as well as berakhlakul karimah in the association of the friends of teachers and parents. This research is expected to provide knowledge, especially with regard to the implementation of character education at the basic education level and be a source of information for service providers and users of educational services. Keyword: Education; Character.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu persyaratan kelulusan studi Strata 1 (S1), Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman. Dalam Penulisan dan penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan motivasi baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA selaku dosen pembimbing, terima kasih yang tak terhingga atas saran, kritik serta masukan serta telah memberikan pengarahan dan membimbing penulisan dengan penuh kesabaran, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. 4. Dr. Fauzan, MA., Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis. 5. Seluruh dosen Dosen dan Staff Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Sutrisno, M.Pd selaku kepala SDIT Al-Muhajirn beserta guru-guru yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi dalam penyusunan skripsi ini.. 7. Kedua orang tua tercinta Bapak Wagino dan Ibu Sulastri yang tiada henti memberikan motivasi, semangat serta doa dan limpahan kasih
iii
saying yang tak terhingga serta bantuan moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 8. Ketiga Adik-adik tersayang (Khoirul Fatah, Aziz Fatul Haq dan Insan Safitiri) yang selalu memberikan support sehingga terselesaikannya skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat Puspa Tresna Hana Yuga, Madyana Nur Azizah, S.Pd., Ari Handiningsih, S.Pd., Dede Syukrillah, S.Pd., Bahrul Alam, S.Pd., Sastria Dewantara, S.Pd., Gilang Putra Prasetyo, S.Pd., Widya Ningsih, S.Pd., Mar’atus Sholiha, S.Pd. yang telah banyak membantu memberikan motivasi dan dukungan tiada henti berkenaan dengan skripsi ini. Kehadiran kalian membuat hidup ini jadi berwarna dengan semangat serta keceriaan. 10. Serta rekan-rekan Manajemen Pendidikan 2011 yang telah membantu dan memotivasi dalam pembuatan skripsi ini. 11. Siti Mardiyah, Ima Nirwana, Putri Marantika, Suherningsih dan Rian Arifandi kalian sebagai kakak sekaligus adik yang menambah kecerian dalam hidup ini. Kehadiran kalian sangat berarti. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi penyajian, pengkajian materi, bahasa maupun tata cara penulisan, karenanya penulis dengan lapang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga dapat menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada Allah SWT. penulis berserah diri, tiada daya dan upaya melainkan dengan izin dan kekuasaan-Nya dan memohon taufik serta hidayahnya, serta berdoa semoga skripsi ini bermanfaat.
Jakarta, 24 Oktober 2016
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................................ i ABSTRACT ...................................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ........................................................................................ 7 D. Perumusan Masalah ......................................................................................... 7 E. Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR .................................................. 9 A. Kajian Teori ...................................................................................................... 9 1. Pendidikan Karakter ................................................................................... 9 a. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter ....................................... 9 b. Dimensi dan Substansi Pendidikan Karakter ...................................... 13 c. Ciri-ciri Karakter yang Baik ................................................................. 21 d. Cara Membentuk Akhlak .................................................................... 30 2. Implementasi Pendidikan Karakter pada Pendidikan Dasar ....................... 35 a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar ............................. 35 b. Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter ....................................... 37 B. Penelitian yang relevan .................................................................................... 40 C. Kerangka Berfikir ............................................................................................. 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 43 A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 43 B. Metode Penelitian ............................................................................................. 43 C. Sumber Data ..................................................................................................... 43 D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 44
v
E. Teknik Analisa Data ......................................................................................... 48 BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 50 A. Gambaran Umum SDIT Al-Muhajirin ........................................................................ 50 1. Profil SDIT Al-Muhajirin .................................................................................... 50 2. Visi, Misi, Strategi, dan Tujuan SDIT Al-Muhajirin ........................................... 49 3. Deskripsi Guru ..................................................................................................... 52 4. Deskripsi Siswa-siswi .......................................................................................... 54 5. Standar Kompetensi Lulusan ............................................................................... 55 6. Kegiatan Ekstrakulikuler ..................................................................................... 55 7. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin ............................................................................ 55 B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 57 1. Bentuk Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin ............................................. 57 2. Usaha Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT AlMuhajirin............................................................................................................... 61 3. Faktor Pendukung dan penghambat Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin ............................................................................................... 71 BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 74 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 74 B. Saran ................................................................................................................. 75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Observasi ........................................................................ 43
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Observasi Kegiatan Implementasi Pendidikan Karakter ........................................................................................................... 43
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Wawancara .................................................................... 44
Tabel 3.4
Kisi-kisi Pedoman Studi Dokumen ............................................................... 46
Tabel 4.1
Daftar Siswa SDIT Al-Muhajirin ................................................................... 51
Tabel 4.2
Struktur Kurikulum SDIT Al-Muhajirin ......................................................... 53
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dengan memiliki banyak sekali kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Salah satu kesempurnaan itu terletak pada akal dan hati yang Allah berikan. Dengan akal dan hati yang Allah berikan manusia dapat mengontrol kemauan, perasaan, fantasi dan lainnya sehingga dapat membentuk karakter yang kuat dalam diri sebagai kontrol perbuatannya. Karakter baik merupakan suatu modal untuk mewujudkan kehidupan yang aman dan sejahtera. Karakter adalah dasar yang paling utama untuk manusia berkualitas. Dalam masyarakat berbangsa, karakter menjadi salah satu instrument penting yang mempengaruhi maju mundurnya suatu bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju bukan karena umur dan lamanya merdeka, bukan juga karena jumlah penduduk serta kekayaan alam, tetapi lebih disebabkan oleh karakter yang dimiliki bangsa tersebut1. Hal ini menunjukkan bahwa karakter menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi kehidupan individu. Dalam hadis Nabi yang artinya “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.(HR.Bukhori)”2 Dalam hadis tersebut dikatakan bahwa pada dasarnya manusia terlahir dengan fitrahnya yaitu sifat yang cenderung terhadap kebenaran namun aktualisasi dari sifat itu sendiri dapat dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Sifat atau karakter yang benar tersebut dapat dibentuk melalui media pendidikan, karena pendidikan merupakan alat yang paling efektif untuk menyadarkan individu dalam jati diri kemanusiaannya. Dengan pendidikan akan dihasilkan kualitas manusia yang memiliki kehalusan 1
Zubaedi., Desain Pendidikan Karakter konsepsi dan Aplikasinya dalam Lemabaga Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group) 2011. h. 6 2 Abuddin Nata., Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia edisi Revisi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada) 2014. h. 145
1
2
budi dan jiwa, memiliki kecemerlangan pikir, kecekatan raga dan memiliki kesadaran penciptaan dirinya.3 Pendidikan dapat membantu manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai kholifah fil ard yang ditunjuk Allah untuk mengelola bumi berserta isinya. Pendidikan juga merupakan media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian manusia yang bertakwa dan beriman kepada Tuhan yang Maha Esa serta memiliki akhlak mulia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi “ Tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”4 Untuk mencapai tujuan yang mulia tersebut pendidikan senantiasa selalu dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai pendidikan karakter yang dicanangkan oleh pemerintah pada tanggal 02 Mei 2010 dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional. Dengan bertumpu pada tujuan pendidikan nasional maka dapat dikatakan pendidikan karakter bertujuan agar generasi bangsa memiliki keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa serta berkepribadian yang mulia sehingga diharapkan generasi bangsa memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi zaman yang terbuka dan semakin dinamis ini. Keadaan zaman yang demikian sedikit banyak telah merubah cara hidup manusia, dengan memudahnya seseorang dapat mengakses berbagai informasi dari berbagai media sehingga peluang untuk mengikuti trend sangatlah besar. Hal ini juga yang menyebabkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang konsumtif. Film, buku-buku, tempattempat hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat juga banyak. Demikian pula
3
0pcit., h. 13 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal III
4
3
produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup hedonistik dan materialistik semakin menggejala.5 Kemajuan zaman dengan arus globanya tentunya tidak dapat mempengaruhi kehidupan generasi bangsa jika saja dalam hati mereka telah tertanam iman yang kuat. Dengan iman inilah manusia dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk menurut norma dan nilai yang berlaku, dengan iman pula manusia mengontrol segala sesuatu yang bertentangan dengan keinginan hatinya. Kontrol seperti ini yang nantinya akan menjadi karakter mulia yang menjadi benteng bagi pikiran dan hati sehingga tidak mudah dikendalikan oleh nafsu yang hanya mementingkan kesenangan dunia tanpa peduli
lingkungan sekitar dan
pertanggungjawaban di akhirat. Pendidikan karakter merupakan pendidikan akhlak yang tujuannya untuk membentuk kepribadian yang utuh dalam diri seseorang agar ia dapat menjalankan amanahnya sebagai khalifah fil ardh. Kepribadian yang utuh mencakup tiga ranah yaitu cerdas dalam akal, cerdas dalam bersikap, serta cerdas dalam berperilaku. Oleh karena itu pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah harus memenuhi ke tiga ranah tersebut. Tapi pada kenyataannya implementasi pendidikan karakter di sekolah hanya sampai pada tercapainya ranah kognitif (akal). Nilai-nilai kebaikan yang diajarkan kepada siswa hanya sebatas ilmu pengetahuan yang diajarkan di dalam ruang kelas itu pun dengan cara menghafal, apa itu jujur, bagaimana ciri orang jujur, dsb. Karena nilai-nilai tersebut hanya diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan di atas kertas hasilnya saat ujian sekolah masih banyak siswa yang mencontek, masih banyak kasuskasus ketidakjujuran dalam kehidupan sehari-hari yang pelakunya adalah manusia-manusia terpelajar. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diterapkan pada saat ini dirasa telah gagal dalam membentuk manusia berkarakter. Kasus lain yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari adalah makin maraknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar serta kasus-kasus amoral lainnya, seperti penggunaan narkoba dan minuman keras, pelecehan seksual,
demo
anarkis mahasiswa, menurunnya minat belajar siswa dikarenakan gadget (sosmed 5
opcit., Abuddin Nata . h. 135
4
/games), dan lain sebagainya. Kasus-kasus yang terjadi diakibatkan adanya degadrasi moral yang terjadi pada generasi penerus bangsa. Lalu siapakah yang bertanggung jawab atas degradasi moral yang terjadi serta terlaksananya pendidikan karakter? Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab semua pihak yang berdekatan dengan generasi penerus bangsa. Baik itu pihak pemerintah, sekolah, keluarga ataupun masyarakat. Pendidikan karakter di sekolah adalah tanggung jawab semua warga sekolah, yaitu kepala sekolah selaku manajer sekolah, seluruh guru, staff administrasi, petugas kebersihan petugas kantin serta masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan sekolah. Warga sekolah yang harus memberikan teladan, pembiasaan, penerapan peraturan, menciptakan iklim dan budaya sekolah serta motivasi yang tinggi bagi terbentuknya karakter siswa-siswi yang notabene nya adalah generasi penerus bangsa. Tujuan implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan dasar yaitu membentuk pondasi yang kokoh bagi terbentuknya karakter mulia dalam setiap diri generasi muda bangsa Indonesia. pembentukan karakter tersebut harus ditanamkan sejak usia anak memasuki masa keemasan. Pada anak usia sekolah antara 6 s/d 9 tahun adalah mulai berkembangya kepribadian yang nyata pada anak, serta mulai bertambahnya pengetahuan tentang aturan-aturan akhlak6. Apabila kepribadian serta akhlak seorang anak sudah terbentuk sejak dini, ketika dewasa tidak akan berubah meski banyak problematika yang akan dihadapinya nanti. Ia juga akan menjadi manusia yang bertanggung jawab dan bermartabat. Dalam Islam pendidikan karakter menjadi hal yang sangat diutamakan. Allah mengutus Rasulullah SAW
sebagai figur yang sempurna akhlaknya dan
menjadikannya panutan adalah hal yang sangat dianjurkan. Seperti dalam firman Allah yang berbunyi:
6
Abu Amr Ahmad Sulaiman diterjemahkan oleh Luqman hakim., “Metode Pendidikan Anak Muslim Usia 6 s/d 9 tahun”. Jilid Dua. (Jakarta: Darul Haq) 2005. h. 145
5
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” QS. Al-Ahzab : 33 ayat 21. Oleh karenanya jika anak sejak kecil sudah dikenalkan dan dibiasakan untuk mengenal karakter mulia dengan figur Rasullah dan sunnahnya maka ketika dewasa ia akan tumbuh menjadi generasi yang tangguh, cerdas, jujur, amanah, bertanggung jawab dan berkarakter kuat. Lembaga pendidikan di Indonesia khususnya di Jakarta mulai memberikan respon positif terhadap tantangan dan tanggung jawab tersebut. Banyak bermunculan sistem pendidikan yang mengacu pada pendidikan karakter, seperti yang diterapkan oleh SDIT Al- Muhajirin yang terletak di Koja Jakarta Utara. Dengan mengambil model sekolah sehari penuh atau full day school sekolah ini sangat memperhatikan pembinaan karakter bagi siswa dalam seluruh kegiatan di sekolah. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin berpedoman pada kurikulum Depag yang dipadukan dengan kurikulum pendidikan dasar dan diolah sesuai dengan visi, misi SDIT Al-Muhajirin. Berdo’a bersama dan muroja’ah yaumiyah (sebelum) kegiatan pembelajaran dimulai menjadi salah satu kebiasaan yang ditanamkan kepada peserta didik. Shalat dhuha setiap pagi, shalat dzuhur berjama’ah, kegiatan keputraan dan keputriaan setiap minggunya, penerapan pembelajaran fiqh, alqur’an dan hadis merupakan rutinitas yang diterapkan oleh SDIT Al-Muhajirin sebagai upaya pembentukan karakter yang kuat bagi siswanya.7 Setiap anak mendapatkan bimbingan tahfidz di mana semua siswa dibimbing untuk menghafalkan Al-Qur’an yang ditargetkan setelah lulus mereka dapat menghafal 7
Hasil wawancara dengan Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin pada tanggal 15 Desember 2015 pukul 08.30 WIB
6
minimal 2 juz Al-Qur’an, terutama juz ke-30 dan juz 29. Kegiatan di luar jam pembelajaran guna pembentukan karakter siswa selalu ditingkatkan oleh SDIT AlMuhajirin kegiatan-kegiatana itu meliputi: Pramuka, Pesantren Ramadhan, Peringatan Hari Besar Islam, Perjusami, Outbond, Outing Class (Wisata Ilmiah) yang dilakukan setiap semesternya untuk menanamkan nilai-nilai yang tidak di dapat dalam proses KBM serta lebih mengenalkan tata cara ibadah yaumiyah kepada peserta didik. Menurut pengamatan penulis implementasi pendidikan karakter di SDIT AlMuhajirin sudah berjalan dengan baik namun ada beberapa kegiatan yang tidak berjalan secara maksimal yaitu pada kegiatan ektrakurikuler yang bertujuan untuk mengolah aktivitas kognisi dan afeksi siswa. Beberapa hal yang menjadi kendala diantaranya menurunnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan ektrakurikuler, hal ini di buktikan dengan rendahnya absensi kehadiran pada kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu kurangnya dukungan dari orang tua juga menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. Dari uraian di atas, untuk mengetahui lebih detail mengenai bagaimana implementasi pendidikan karakter bagi siswa di SDIT Al-Muhajirin dan apa saja faktor yang mempengaruhinya, maka perlu adanya penelitian yang lebih lanjut. Oleh sebab itu penulis
bermaksud
melaksanakan
penelitian mengenai
“Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin” menjadi judul penelitian penulis. B. Identifikasi Masalah Merujuk pada pemaparan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu: 1. Banyaknya permasalahan karakter yang terjadi dikalangan anak bangsa 2. Lemahnya pengelolaan dalam pelaksanaan implementasi pendidikan karakter di sekolah 3. Kurangnya efektivitas pada proses pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah 4. Implementasi pendidikan karakter hanya tercapai pada ranah kognitif
7
5. Kurangnya metode atau model dalam implementasi pendidikan karakter 6. Kurangnya evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter
C. Pembatasan Masalah Agar pembahasan yang dipaparkan penulis dapat terfokus dan tidak meluas pada hal-hal yang seharusnya tidak dibahas, maka penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti hanya pada pelaksanaan pendidikan karakter bagi siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin dalam upaya internalisasisi nilai-nilai karakter mulia dalam diri peserta didik. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah ditulis di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu: 1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter bagi siswa-siswi SDIT AlMuhajirin dalam upaya internalisasi nilai-nilai karakter mulia? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin? 3. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin? E. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini nantinya, penulis sangat berharap hasil penelitian ini: 1. Dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang penerapan dan pelaksaan pendidikan karakter di SDIT AlMuhajirin dalam membentuk nilai-nilai karakter mulia pada diri peserta didik. 2. Dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan oleh lembaga yang bersangkutan yaitu SDIT Al-Muhajirin untuk lebih memaksimalkan sumber daya yang ada dalam upaya tercapainya tujuan pelaksanaan pendidikan karakter bagi siswa-siswinya.
8
3. Dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan mengenai
metode
atau
model
yang
dapat
digunakan
implementasi pendidikan karakter bagi pihak lain yang membaca.
dalam
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR Pada bab ini akan dikemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter, diantaranya ialah pengertian dan tujuan pendidikan karakter, dimensi dan substansi pendidikan karakter, ciri-ciri karakter yang baik dan cara membentuk akhlak, nilai karakter utama pada jenjang pendidikan dasar, tahapan impelemntasi pendidikan karakter A. Kajian Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh sebuah ilmu yang akan dijadikan sebagai dasar dalam bersikap dan berperilaku. Dalam keseluruhan proses pendidikan yang dialami oleh manusia, terjadi proses pendidikan yang akan membentuk sikap, watak kepribadian atau karakternya. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan menurut
Undang-undang No 20 tahun 2003, dikatakan Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekukatan spiritual keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1. Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan di atas dengan tegas menggariskan “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan kepribadian dan kecerdasan, akhlak mulia…” berkembangnya potensi yang dimaksud dalam undang-undang tersebut adalah kapasitas bawaan (fitrah) manusia yang perlu diaktualisasikan melalui ranah 1
Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1. h. 2. (http://www.setneg.go.id)
9
10
pendidikan. Artinya hanya dengan pendidikanlah seluruh potensi yang dimiliki manusia berkembang sehingga menjadi manusia yang seutuhnya. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan karakter telah lama dianut bersama secara tersirat dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Hal ini menujukkan betapa pentingnya pendidikan karakter harus diterapkan dalam setiap jenjang pendidikan nasional demi tercapainya tujuan pendidikan yang mulia tersebut. Pendidikan karakter itu sendiri dimaknai dengan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dri sendiri sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga manusia menjadi insan kamil2. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menjadikan manusia menjadi insan kamil atau manusia yang sempurna yaitu manusia yang memiliki pengembangan potensial intelektual, rohaniah, intuisi, kata hati, akal sehat, fitrah dan lainnya sehingga dengan begitu manusia dapat berhubungan dengan Allah SWT sebagai penciptanya dan dengan makhluk lainnya secara benar menurut akhlak islami3. Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter mulia (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dengan Tuhannya4. Oleh karena itu pada dasarnya pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan kemampuan perserta didik agar mereka mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan dan dapat mengamalkan kebaikan dalam kehidupannya sehari hari secara reflek dan dengan sepenuh hati
2
Muchlas Samani dan hariyanto., Konsep dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011) h 46. 3 Opcit., Abuddin Nata. h. 227. 4 opcit., Muchlas Samani h. 44
11
sehingga nantinya setiap manusia dapat hidup berdampingan dengan kedamaian. Dalam lingkup sekolah, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai pendidikan budi pekerti plus yang merupakan program pengajaran di sekolah dengan yang bertujuan mengembangkan watak dan tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin dan kerjasama yang menekankan ranah afektif (feeling) tanpa meninggalkan ranah pengetahuan (cognitive) dan tindakan (action).5 Tanpa ketiga aspek ini (feeling, cognitive, action) pendidikan karakter tidak akan berhasil, karena dalam pendidikan karakter tidak cukup dengan pengetahuan lalu melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya saja. Hai ini karena pendidikan karakter terkait dengan nilai dan norma yang berlaku, oleh karena itu juga harus melibatkan perasaan. Menurut Thomas Lickona Pendidikan Karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya.6 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang bukan hanya mengajarkan mana yang benar dan yang salah kepada siswa, lebih dari itu pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan kebaikan sebagai suatu kebiasaan sehingga siswa menjadi paham (kognitif) tentang mana yang baik dan tidak, dapat merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukan (psikomotorik) kebaikan sebagai suatu kebiasaan yang dipraktekkan secara terus menerus. Sehingga akan terbentuk manusia yang berkepribadian insan kamil yang memiliki potensi intelektual, ruhaniah, serta akhlak mulia yang siap hidup berdampingan dengan aman damai dan tentram. 5
Zubaedi, Desain Pendidikan Krakter KOnsepsi dan Aplikasinya dalamLembaga Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group) 2011. h. 25 6 Mahmud, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.(Bandung:Alfabeta)2012. H. 23
12
Tujuan pendidikan karakter tidak akan lepas dari tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UUD Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dirumuskan dalam pasal III bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab7. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan yang tertuang dalam panduan pelaksanaan pendidikan karakter bahwa pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa, yaitu pancasila, yang meliputi; 1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik; 2) membangun bangsa yang berkarakter pancasila; 3)mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap pecaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia8. Menurut Mahmud pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
berjiwa
patriotik,
berkembang
dinamis,
berorientasi
ilmu
pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.9 Dari sini disimpulkan bahwa pendidikan karakter pada dasarnya bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai baik dalam diri siswa agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, mengetahui dan dapat mengamalkan hal-hal yang baik dalam diri dan kehidupannya serta dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga menjadi manusia yang seutuhnya yang berbudi luhur dan berjiwa pancasila sehingga dapat bertahan dalam kehidupannya dimasa sekarang dan yang akan datang. 7
Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3. h. 4. (http://www.setneg.go.id) 8 Panduan pelaksanaan pendidikan karakter, pusat kurikulum dan perbukuan,2011. H. 7 9 Opcit., Mahmud, h. 30
13
b. Dimensi dan Substansi Pendidikan Karakter Proses pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi yang dimilikinya (kognitif, afektif, psikomotorik) yang berinteraksi dengan lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat10. Mencermati konsep pendidikan karakter yang dikembangkan Kemendiknas sejak tahun 2010, tampaklah empat dimensi pendidikan karakter yang meliputi: olah pikir, olah hati, olah raga dan olah karsa. Keempat dimensi ini memiliki keterikatan satu sama lain yang digambarkan dalam empat lingkaran yang saling mengikat. Lihat gambar 2.1. dalam gambar tersebut keempat dimensi tidaklah saling memisah, namun saling bersinggungan dan berpotongan pada satu bidang, bidang yang berpotongan itulah yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Hal ini bermakna karakter individu dinyatakan lengkap jika keempat dimensi ini tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang.
Olah Pikir
Olah Hati Nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter
Olah Raga
Olah Karsa Gambar 2.1
Keterpaduan empat dimensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai beriukut. Olah hati berkenaan dengan perasaan, sikap, dan keyakinan. Olah pikir berkenaan dengan proses penalaran guna mencari dan 10
H. 23
Heri Gunawan. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. (Alfabeta: Bandung) 2012.
14
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan proses , kesiapan, peniruan, manipulasi dan penciptaan aktivitas baru disertai dengan soprtivitas. Olah karsa/rasa berkenaan dengan kemauan, motivasi dan kreatifitas yang tercermin dalam kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan.11 Muhammad Yaumin dalam bukunya memaparkan karakter yang dapat dikembangkan dari keempat dimensi pendidikan karakter di atas, yaitu:12 Olah Pikir
Cerdas (cerdas kata,cerdas gambar, music, mengatur diri, berhubungan dengan orang lain, flora dan fauna dan eksistensial), kritis (ingin tahu, reflektif, terbuka), kreatif (produktif, inovatif, dan ber-iptek)
Olah Rasa
Ramah, apresiatif, suka menolong, sederhana, rendah hati, tidak sombong, bijak, pemaaf, mudah kerja sama, gotong royong,
peduli,
mengutamakan
kepentingan
umum,
beradab, sopan santun, nasionalis. Olah Hati
Beragama, alim, jujur, amanah, adil, bertanggungjawab, integritas, loyal, tulus, ikhlas, empati, murah hati, berjiwa besar, teguh pendirian.
Olah Raga
Disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, ceria, gigih, bekerja keras dan berdaya saing.
Tabel 2.1. Ringkasan Karakter pada Setiap Dimensi
Dalam implementasinya disekolah, karakter-karakter di atas dapat ditambahkan atau dikurangkan seseuai kebutuhan masyarakat, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan bahan suatu mata pelajaran. Pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak manusia atau waraga Negara Indonesia agar berpikiran
11
Opcit. Muchlas Samani dan hariyanto. 2011. h. 24 Muhammad Yaumin.Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi., (Prenadamedia Group: Jakarta) 2014. h. 59 12
15
baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan pancasila.13 Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan karakter dasar. Kesembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter ialah: 1. Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya 2. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri 3. Jujur 4. Hormat dan santun 5. Kasih sayang, peduli dan kerja sama 6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah 7. Keadilan dan kepemimpinan 8. Baik dan rendah hati 9. Toleransi, cinta damai dan persatuan.14 Kesembilan nilai karakter dasar di atas dikembangkan berdasarkan pada ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya serta nilai-nilai yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Dalam Pandangan Islam karakter sama halnya dengan al- Akhlak. Ibn Miskawaih berpendapat bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.15 Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah keadaan dalam jiwa yang menetap dan dari padanya muncul semua perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa perlu pemikiran dan penelitian.16 Dari dua pendapat para ulama besar islam mengenai akhlak tersebut maka dapat disimpulkan bahwasanya akhlak adalah kepribadian yang telah mendarah daging di dalam diri seseorang sehingga setiap perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan yang secara spontan dilakukan dan tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu. Jika seseorang berakhlak baik maka sikap dan perilaku yang timbul dalam dirinya adalah perbuatanperbuatan baik yang dilakukannya secara sadar dan tanpa paksaan, begitu 13
Desain induk pendidikan karakter Kementerian Pendidikan Nasional 2010. h. 5 opcit. Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. h.72 15 Opcit., Abuddin Nata., h. 3 16 Anon e-book Terjemah kitab Ihya Ulumuddin jilid ke- 2. h. 1034 14
16
juga berlaku sebaliknya. Sehingga akhlak ini dapat menjadi identitas seseorang saat ia menjalankan kehidupannya. Akhlak merupakan bentuk plural dari al-khuluq. Ar-Ragib menyatakan bahwa kata al-kholqu, al-khuluq dan al-khuluqu memiliki makna yang sama. Namun al-kholqu dikhususkan untuk bentuk yang dapat dilihat dengan panca indera, sedangkan al-khuluqu untuk kekuatan dan tabiat yang dapat ditangkap oleh mata hati (bersumber dari ajaran islam).17 Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa orang yang memiliki akhlak yang baik adalah orang yang senantiasa tunduk dan patuh pada ajaran islam yang diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Islam adalah agama yang paling sempurna, Islam mengatur semua kegiatan manusia dari hal-hal terkecil sampai yang terkompleks. Semua itu sudah terkandung dalam al-Qur‟an sebagai petunjuk umat Muslim yang dapat mengantarkan kepada kebahagian dan kesejahteraan hidup baik di dunia maupun diakhirat. Hukum-hukum islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok dan perbuatan dapat dijumpai di dalam al-Qur‟an18. Akhlak dalam ajaran islam mencakup beberapa aspek, yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap terhadap Rasullah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesame makhluk hidup, berikut penjelasannya: a. Akhlak terhadap Allah Sebagai manusia yang beriman sudah sepatutnya kita ber-akhlak terhadap Allah SWT tiada Tuhan selain Dia yang memiliki kerajaan di langit dan di bumi, yang menciptakan manusia dengan keadaan yang paling sempurna dan segala keistimewaannya. Lalu bagaimana cara manusia agar berakhlak terhadap Allah SWT.
17
Mahmud al- Mishri. Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW. (Jakarta: Pena Pundi Aksara) 2011. h.4 18 opcit., Abuddin Nata. h.58
17
1. Beriman hanya kepadaNya. Meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Allah itu ada dengan segala keesaanNya.19 Qs. Al-Ikhlas [112] ayat 1. 2. Rajin beribadat.20 Allah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaNya (Qs.Adz-Dzariat [51] ayat 56 maka sudah sepatutnya manusia hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya agar mendapat keridlaan Allah SWT. 3. Ikhlas dan khusyu21. Kewajiban manusia adalah untuk beribadah hanya kepada Allah dengan ikhlas dan khusyu serta tidak menyekutukanNya dengan apapun. 4. Raja‟ (berharap) dan Khauf (takut). Manusia dalam hatinya harus menanamkan sifat Raja‟ atau selalu berharap kepada Allah. Hanya Allah lah yang dapat mengabulkan segala do‟a dan permohonannya. Namun selain berharap juga dalam hati manusia harus ada rasa Khauf atau takut akan laknat Allah dengan begitu sebagai manusia akan selalu berusaha untuk instrospeksi diri untuk menjadi hamba yang lebih baik lagi dihadapanNya. 5. Ash-Shobru (bersabar)22 dan Husnudzon (berbaik sangka)23. Allah berfirman dalam Qs. Al-Baqarah ayat 155 yang artinya “Dan sungguh akan
Kami
berikan
cobaan
kepadamu,
dengan
sedikit
ketakutan,kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan”. Dalam ayat tersebut menyiratkan bahwa kehidupan manusia tidak akan lepas dari cobaan. Oleh sebab itu hendaknya seseorang itu harus sabar dengan segala cobaan yang diberikan serta selalu berbaik sangka kepada Allah SWT. Manusia harus percaya bahwa hanya Allah lah yang dapat menjadi penolong, hanya Allah yang memberikan rahmat dan petunjuk bagi hambanya yang bertakwa serta tidak akan
19
Opcit. Heri Gunawan h. 8 Moh. Ardani. Akhlak-Tasawuf “Nilai-nilaiAkhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf” (Jakarta: Karya Mulia) 2005. h. 67 21 Opcit., Heri Gunawan. h. 8 22 Ibid., h. 70 23 Opcit., Heri Gunawan. h. 8 20
18
membiarkan kesengsaraan dan penderitaan yang kekal menimpa hambanya. (Qs. Al-Baqarah [2] ayat 155-157) 6. Bertawakal. Menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT setelah berusaha semaksimal mungkin.24 Allah akan selalu memberikan pertolongan kepada hambanya yang mengalami kesulitan, namun pertolongan Allah tidak serta merta turun dari langit. Allah menginginkan hambanya untuk berusaha terlebih dahulu dengan usaha yang sungguh. Misalnya seseorang kekurangan dalam ekonomi, tanpa usaha ia tidak akan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu ia harus berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan bekerja keras, melalui jalan tersebut Allah penuhi kebutuhannya. 7. Bersyukur dan Qana‟ah (merasa cukup dengan nikmat yang diberikan).25 Bersyukur atas segala pemberianNya serta merasa cukup dengan pemberianNya. (Qs. Ibrahim [14] ayat: 7) b. Akhlak terhadap Rasullah Rasullah SAW diutus oleh Allah untuk menyampaikan wahyu dan risalah yang berisi pokok-pokok akidah, ibadah dan akhlak.26 Hal ini dipertegas oleh Rasul dalam sabdanya yang berbunyi “Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. “ (HR Ahmad)27. Sebagai umatnya wajib bagi setiap muslim untuk ikhlas beriman kepada Rasullah SAW dengan sebenarnya, yaitu mengikrarkan dengan lidah tentang adanya Rasullah (membaca dua kalimat syahadat), dan hatinya membenarkan apa yang diikrarkan dengan lidah, kemudian anggota tubuhnya melaksanakan dengan perbuatan. Melaksanakan dengan perbuatan dilakukan dengan cara, menghidupkan sunnahnya, membaca shalawat kepadanya, serta taat dan cinta kepada Rasullah Saw serta para sahabat dan pewarisnya.28
24
Opcit., Moh. Ardini. h. 70 Opcit., Heri Gunawan. h. 9 26 Opcit., Moh. Ardini. h. 71 27 Opcit., Abuddin Nata.h.65 28 Opcit., Moh. Ardani. h. 74 25
19
c. Akhlak terhadap diri sendiri Setiap apa yang ada di dunia adalah kepunyaan Allah SWT, termasuk juga manusia. Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya yaitu kelengkapan jasmaniah dan rohaniah yang kesemuanya itu harus dijaga sebaik-baiknya karena akan dimintai pertanggung jawabannya. Berakhlak pada diri sendiri dapat diartikan dengan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaikbaiknya, karena sadar bahwa dirinya adalah kepunyaan Allah yang harus dipertanggung jawabkan.29 Lalu bagiamana cara manusia untuk berakhlak kepada diri sendiri? Diantaranya yaitu dengan menjaga kesucian dan kesehatan diri baik rohani dan jasmani dengan tidak meminum-minuman keras, tidak menyakiti diri sendiri, mengobati penyakit yang diderita, tidak melupakan kebaikan untuk diri sendiri, menjaga kehormatan dengan menutup aurat serta terus belajar (menuntut ilmu). d. Akhlak terhadap sesama manusia Manusia adalah makhluk sosial yang keberadaan di dunia membutuhkan manusia lain untuk dapat bertahan hidup. Oleh sebab itu setiap manusia harus menjaga hubungannya dengan yang lain, yaitu dengan cara berakhlak yang baik terhadap sesama manusia. Nabi SAW berpesan dalam sabdanya yang berbunyi: عن أبي حمزة أنس بن مالك رضي هللا عنه –خادم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال " ال يؤمن أحدكم حتى يحب ألخيه ما يحب لنفسه Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik, pelayanan Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam, dari Nabi Shallallahu „alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya seperti apa yang ia cintai bagi dirinya. (HR. Bukhori
29
ibid., Moh. Ardani. h. 55
20
Muslim).30 Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan kecintaan seseorang terhadap saudaranya diantaranya dengan memenuhi hak muslim lainnya, yaitu: 1) Jika bertemu ucapkan lah salam, 2) Jika di undang maka penuhi, 3) Jika dimintai nasihat maka berilah, 4) Jika bersin seraya memuji Allah maka do‟akanlah, 5) Jika sakit maka jenguklah dan, 6) Jika meninggal maka hantarkanlah. (HR. Bukhori)31 Pendidikan karakter sebenarnya sudah lama di implementasikan dalam dunia pendidikan oleh para founding father bangsa Indonesia. Dulu pendidikan karakter lebih dikenal dengan nama pendidikan moral pancasila, pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan agama. Mengapa dinamakan demikian? Karena semuanya itu bersumber pada empat sumber nilai, yaitu agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, teridentifikasi 18 nilai karakter hasil kajian empiric Pusat kurikulum yang harus diintegrasikan dalam setiap jenjang dan jalur pendidikan. Ke-18 nilai karakter tersebut, yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial,dan Bertanggung Jawab.32 Implementasi ke-18 nilai karakter tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Sekolah dapat menambahkan atau mengurangi nilainilai karakter tersebut sesuai dengan kebutuhan sekolah, masyarakat sekitar, standar kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) atau bahasan dalam materi. Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan dapat dimulai dari nilai-nilai yang esensial, sederhana dan mudah
30
Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An Nawawi. 40 Terjemah Hadits Arbain Nawawy dalam Judul Asli “Arba‟in an-Nawawy Syaikh Yahya Bin Syarafuddin an-Nawawy Fil Ahaadiitsis Shahiihah an-Nabawiyyah” diterjemahkan oleh H.M. Mundar ( Jakarta: Wangsamerta). h. 31 31 Anon e-book Shahih Al-Adab Al Mufrad 32 Retno Listyarti. Pendidikan Karater dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. (Erlangga: Jakarta) 2012. h. 5-8
21
dilaksanakan, seperti: bersih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.33 Sekolah dapat menciptakan iklim dan budaya sekolah seperti di atas dengan cara menyediakan tempat sampah disetiap sudut dan ruang kelas, menyediakan taman serta sarana dan prasarana bagi siswa, menerapkan budaya disiplin, sopan dan santun dengan memberikan teladan kepada siswa-siswinya
misalnya
datang
tepat
waktu,
berpakaian
rapi,
menggunakan tutur kata yang baik terhadap sesama guru, atas, staff sekolah atau bahkan terhadap murid. c. Ciri-ciri Karakter yang Baik Perbuatan manusia yang disengaja dalam situasi yang memungkinkan adanya pilihan dapat diberi nilai baik atau buruk. Untuk menetapkan perbuatan itu termasuk perbuatan baik atau buruk ada beberapa tolak ukurnya, diantaranya dari segi tujuan, agama, serta adat istiadat yang berlaku. Menurut Abuddin Nata baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia.34 Dengan begitu manusia yang baik adalah manusia yang menjalani hidup dengan budi pekerti baik untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Dengan budi pekerti baik terhadap diri sendiri maka kita memiliki kontrol atas diri sehingga dapat melakukan hal yang baik pula terhadap orang lain. Filosof Yunani Arsitoteles mendefinisikan karakter yang baik sebagai hidup dengan tingkah laku yang benar yang berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain.35 Karakter yang dimiliki seseorang sering dijadikan patokan untuk menilai seberapa baik orang tersebut. Dengan kata lain seseorang yang menampilkan kualitas personal yang baik dan cocok dengan yang diinginkan masyarakat dalam kesehariannya maka dapat dikatakan seseorang itu berkarakter baik.
33
Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Pusat Kurikulum dan perbukuan, 2011. h. 8 Opcit. Abuddin Nata., Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia h. 88 35 Jody Palmour on Moral Character dalam Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. (Bandung: Nusa Media) 2011. h. 71 34
22
Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the good) mencintai yang baik (loving the good) dan melakukan yang baik (acting the good).36 Knowing the Good terwujud dalam pengetahuan moral (kognitif) Loving the Good terwujud dalam perasaan moral (afektif) sedangkan Acting the Good terwujud dalam tindakan moral (psikomotorik). Ketiga komponen di atas akan selalu saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. a. Moral Knowing (Pengetahuan Moral) Berikut ini merupakan enam tahapan yang harus dilalui dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pengetahuan moral pendidikan. 1. Moral Awarness (kesadaran moral) Untuk membentuk kesadaran moral sangat diperlukan informasi yang cukup kuat dalam menentukan bahwa suatu tindakan itu baik atau buruk. Pendidikan karakter dapat menjadi sebuah alternatif dalam memberikan informasi tersebut dengan mengajarkan siswa cara memastikan fakta terlebih dahulu sebelum membuat pertimbangan moral. Menurut Ahmad Charris Zubair yang dikutip oleh Abuddin Nata kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila dan perbuatannya selalu sesuai norma yang berlaku.37 2. Knowing Moral Values (pengetahuan nilai-nilai moral) Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam berbagai situasi.38 Hal ini berarti anak mempunyai kemampuan untuk menerjemahkan nilai-nilai moral ke dalam perilaku moral yang nyata. Dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang pantang menyerah, peduli sesama, suka bergotong royong, sopan santun dan
36
Ajat Sudrajat , “Mengapa Pendidikan Karaker?”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, Nomor 1,2011, h. 48 37 Opcit. Abuddin Nata. h. 79 38 opcit. Thomas Lickona. h. 77
23
ramah. Nilai-nilai tersebut ditujukkan oleh para pahlawan bangsa saat memperebutkan kemerdekaan bangsa. Dengan gigihnya mereka bersatu padu tanpa memandang suku, agama, ras dan perbedaan lainya demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Nilai-nilai inilah merupakan warisan dari generasi masa lampau untuk masa depan, maka nilai-nilai ini pula yang harus diwariskan kepada generasi masa depan. 3. Perspective-taking (Pengambilan Perspektif) Pengambilan
perspektif
adalah
kemampuan
untuk
mengambil
pelajaran dari peristiwa yang menimpa atau terjadi pada orang lain, melihat situasi dan kondisi dari sudut pandang orang lain seperti seakanakan mereka melihatnya sendiri. Seseorang tidak dapat berlaku adil jika terhadap orang lain jika tidak memahami kebutuhan orang lain. Tujuan dari pendidikan moral adalah untuk membuat siswa merasakan dunia dari sudut pandang orang lain, khususnya mereka yang berbeda.39 4. Moral Reasoning (alasan moral) Alasan moral merupakan pemahaman mengenai apa itu perbuatan moral dan alasan mengapa harus melakukan perbuatan yang bermoral. 5. Decision making (pengambilan Keputusan) Kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan ketika dihadapkan dengan suatu masalah moral adalah suatu keahlian yang reflektif. Hal ini di dapat jika seseorang telah mengetahui betul alasan-alasan dari nilai-nilai moral yang telah diajarkan, dan seharusnya pengambilan keputusan moral itu harus sudah diajarkan sejak taman kanak-kanak40. 6. Self-Knowing (memahami diri sendiri) Mengenal diri sendiri atau mengukur diri sendiri merupakan tindakan moral yang sangat sulit. Karena di antara sejumlah kelemahan yang dimiliki manusia adalah cenderung untuk melakukan apa yang diinginkan dan mencari pembenaran atas tindakannya tersebut. untuk menjadi orang 39
opcit. Ajat Sudrajat. h. 50 opcit. Thomas Lickona. h. 79.
40
24
yang yang bermoral diperlukan kemampuan untuk mengulas perilaku diri sendiri (muhasabah)dan mengevaluasinya secara kritis. Konsep pegetahuan moral bermula dari menanamkan kesadaran anak dalam melihat nilai-nilai moral yang tersembunyi secara eksplisit dalam suatu peristiwa, lalu meningkatkan kemampuan anak untuk mengetahui nilai moral dengan pengetahuan nilai moral yang diajarkan, selanjutnya mengajak anak untuk memahami perasaan sebagaimana orang lain mengalaminya, hal ini bertujuan agar anak dapat menghargai dan bertanggung jawab terhadap orang lain sehingga akan terbangun penalaran moral anak yang akan memudahkannya dalam pengambilan keputusan. Dengan melalui tahapan-tahapan tersebut akan timbul dalam diri anak sikap reflek dalam pengambilan putusan nilai lengkap dengan konsekuensi yang sudah terkaji secara baik. b. Moral Feeling (Perasaan Moral) Moral feeling merupakan sisi afektif dari pendidikan karakter yang dalam implementasinya kurang menjadi perhatian. Padahal sisi ini merupakan hal yang sangat penting. Karena memiliki pengetahuan tentang suatu kebenaran saja sangatlah tidak menjamin seseorang itu akan melakukan tindakan benar. Banyak orang yang dengan mudah menyebutkan mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang benar dan mana yang salah namun sangat sedikit orang yang mengetahui kebenaran dan melaksanakan kebenaran. Kebanyakan orang mengetahui kebenaran namun justru mereka melakukan perbuatan yang salah. Berikut ini beberapa aspek moral emosional yang menjadi fokus dalam memberi pengajaran tentang karakter yang baik. 1. Hati nurani Hati nurani ialah tempat biasa seseorang memperoleh saluran ilham dari Tuhannya yang selalu diyakini cenderung kepada kebaikan.41
41
Abuddin Nata., Akhlak dan Tasawuf. h. 114
25
Seseorang yang memiliki hati nurani sudah pasti mempunyai kesadaran yang tinggi mengenai perilaku bermoral. Hati nurani memiliki dua aspek yaitu sisi kognitif (pengetahuan tentang apa yang baik) dan sisi emosional (merasa wajib melakukan yang baik).42 Banyak orang yang mengetahui tentang hal yang benar namun merasa tidak
memiliki
kewajiban
untuk
melakukan
sesuatu
dengan
pengetahuan kebenarannya tersebut. Misalnya saja orang mengetahui untuk selalu berbuat jujur dalam setiap keadaan namun masih saja ada orang yang melakukan penipuan. Bagi seseorang yang berpegang pada hati nurani, mereka akan berkomitmen terhadap nilai-nilai moral dalam kehidupannya, karena nilai-nilai tersebut mengakar kuat dalam diri mereka, bahkan mereka tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai moral tersebut, mereka merasa keluar dari karakter apabila mereka melakukan hal yang bertentangan dengan nilai moral. Oleh sebab itu sangat diharapkan sekali pendidikan karakter yang diterapkan dalam sekolah dapat menyentuh hati nurani anak. Wahfiudin seorang pakar pendidikan islam berpendapat bahwa mendidik anak harus menyentuh dimensi moral yang bermuara dalam hati nurani karena pada dasarnya manusia itu digerakkan oleh hati nuraninya.43 2. Penghargaan diri Jika seseorang mampu memandang positif dirinya ia akan cenderung memperlakukan orang lain secara positif pula. Begitu juga jika seseorang kurang menghargai dirinya maka akan sulit baginya untuk memberikan rasa hormat kepada orang lain. Penghargaan diri yang tinggi tidak serta merta selalu memunculkan karakter yang baik. Hal ini terjadi jika penghargaan diri tidak sama
42
Dhama Kesuma dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teroi dan Praktik di Sekolah. (Bandung: Remaja Rosdakarya) 2012. h. 75 43 Rahmat Rosyadi. PendidikanIslam dalam PembentukanKarakter Anak Usia Dini (Jakarta: Raja GRafindo Persada) 2013. h.13
26
sekali berhubungan dengan karakter baik, misalnya kekayaan, kondisi fisik, popularitas atau kekuasaan44. Hal ini yang menjadi tantangan bagi pihak sekolah dalam membantu siswa untuk mengembangkan penghargaan diri yang berdasarkan karakter baik, misalnya tanggung jawab, kedisiplinan, kejujuran serta keyakinan terhadap diri mereka untuk menjadi orang baik. 3. Empati Empati adalah memahami dan mengerti perasaan orang lain.45 Empati memungkinkan seseorang keluar dari dirinya dan masuk dalam diri orang lain seperti seakan-akan dialah yang mengalaminya. Masyarakat Indonesia saat ini sedang terjadinya penurunan rasa empati. Semakin banyak remaja yang melakukan kriminalitas yang mengarah pada tindakan-tindakan brutal. Mereka pada dasarnya memiliki rasa empati terhadap sesuatu yang mereka ketahui dan peduli, namun mereka tidak dapat menunjukkan rasa empati mereka terhadap orang yang menjadi korban dari kekerasannya. Misalnya kasus tawuran pelajar yang terjadi karena membela sekolah atau teman satu kelompok. Inilah yang menjadi tugas para pendidik untuk membangun empati yang mampu melihat sampai kebalik perbedaan dan merespon pada sesama manusia. Untuk menanamkan rasa empati pada anak bisa dilakukan dengan mengajak anak untuk saling membantu satu sama lain, misalnya meminjamkan pensil kepada teman sebangku yang tidak membawanya atau saling bekerja sama untuk membersihkan kelas. 4. Mencintai kebaikan Bentuk karakter yang paling tinggi diperlihatkan dengan sikap tulus pada kebaikan.46 Ketika seseorang mencintai yang baik maka dengan senang hati ia akan melakukan kebaikan dengan suka rela tanpa dibuatbuat.
44
opcit. Ajat Sudrajat. h. 51 Opcit., Rahmat Rosyadi. h. 66 46 Opcit., Dharma Kesuma dkk. h. 76 45
27
Setiap manusia sudah memiliki potensi mencintai kebaikan dalam dirinya sejak lahir
yang harus dilakukan hanya mengembangkan
potensi yang sudah ada tersebut melalui pengalaman-pengalaman yang bermakna serta lingkungan yang mendukung
baik di lingkungan
keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat. 5. Kontrol diri Emosi dapat mengalahkan akal. Itulah mengapa control diri merupakan pekerti moral yang penting. Seseorang memerlukan control diri untuk kebaikan moral. Kontrol diri juga diperlukan untuk mengekang keterlenaan diri terhadap sesuatu. Di dalam Islam sendiri kontrol diri atau emosi menjadi salah satu wasiat dari nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhori “Sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam: “Berilah aku sebuah wasiat!” Maka Rasullah bersabda: “Janganlah engkau emosi/marah-marah!” Nabi saw mengulang-ulang perkataan itu beberapa kali (yaitu) ucapan “jangan engkau selalu marah-marah” [HR. Bukhori]47 dalam hadis lain dikatakan “Jangan marah maka bagimu surga”. Hal ini menunjukkan bahwasanya menahan emosi memiliki banyak sekali keuntungan dan bermuara pada kebaikan baik dunia maupun akhirat (surga). 6. Kerendahan hati Rendah hati berarti sikap menyadari keterbatasan kemampuan dan ketidaksempurnaan diri sehingga terhindar dari sifat keangkuhan (sombong).48 Rendah hati merupakan sikap pertangahan dari sombong dan rendah diri. Jika seseorang memiliki kerendahan hati ia akan bersedia menggunakan potensi yang Allah berikan (mata, telinga, hati) untuk melihat kebenaran walaupun kebenaran itu datang dari orang yang lebih muda darinya. 47
Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An Nawawi. 40 Terjemah Hadits Arbain Nawawy dalam Judul Asli “Arba‟in an-Nawawy Syaikh Yahya Bin Syarafuddin an-Nawawy Fil Ahaadiitsis Shahiihah an-Nabawiyyah” diterjemahkan oleh H.M. Mundar ( Jakarta: Wangsamerta). h. 34 48 Lanny Oktavia dkk. Pendidikan KarakterBerbasis Tradisi Pesantren. (Jakarta: ReneBook) 2014. h. 252
28
Kerendahan hati merupakan sisi yang efektif dari pengetahuan diri. Kerendahan hati dan pengetahuan diri merupakan sikap berterus terang bagi kebenaran dan keinginan untuk memperbaiki kelemahan diri.49 Untuk membangkitkan moral feeling anak diperlukan lebih dari sekedar tataran teoritis yang diajarkan dikelas namun lebih kepada pemberian teladan kepada anak-anak karena moral feeling merupakan penguatan aspek emosi anak untuk menjadi manusia yang berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan sendiri oleh anak agar tujuan dari penguatan sikap ini bisa tercapai secara maksimal. c. Moral Acting (tindakan moral) Morl Acting atau tindakan moral merupakan hasil dari dua bagian karakter lainnya, yaitu moral knowing dan moral feeling. Apabila seseorang memiliki kualitas moral knowing dan moral feeling (intelektual dan emosi) maka sangat dimungkinkan orang tersebut melakukan tindakan yang menurut pengetahuan dan perasaan mereka benar. Dalam suatu keadaan, terkadang seseorang mengetahui apa yang harus dilakukan, dan merasa harus melakukannya, namun belum bisa menerjemahkan perasaan dan pikiran tersebut dalam tindakan. Oleh sebab itu untuk memahami apa itu sebenarnya moral acting dan apa yang sebenarnya menggerakkan atau bahkan menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan bermoral, mari kita lihat lebih jauh dalam tiga aspek karakter lainnya, yaitu kompetensi, kehendak dan kebiasaan. 1. Kompetensi Kompetensi
moral
adalah
kemampuan
untuk
mengubah
pertimbangan dan perasaan moral kedalam tindakan yang efektif.50 Misalnya untuk memecahkan suatu konflik maka diperlukan keahliankeahlian
49
praktis,
Opcit. Ajat Sudrajat. h. 52 opcit. Thomas Lickona, h. 86
50
seperti
mendengarkan,
mengkomunikasikan
29
pendapat dengan tanpa menyinggung perasaan pihak lain, dan dapat mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak. 2. Kehendak Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal. Kehendak yang kuat untuk melakukan perilaku bermoral dibutuhkan
untuk
mendahulukan
kewajiban
dibandingkan
kesenangan semata. Kehendak yang kuat merupakan inti dari dorongan moral. 3. Kebiasaan Dalam banyak hal sesuatu yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi suatu kebiasaan yang mendarah daging, dan kebiasaan itu akan menjadi karakter dalam diri seseorang. Begitu juga untuk dalam menanamkan karakter yang baik akan dimulai dengan kebiasaan yang baik pula. William Bennett mengatakan bahwa orangoarang yang memiliki karakter yang baik bertindak dengan sungguhsungguh, loyal, berani, berbudi dan adil tanpa banyak tergoda oleh hal-hal sebaiknya.51 Untuk alasan inilah sebagai pendidik moral, anak-anak harus diberi kesempatan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan baik, dan banyak berlatih untuk menjadi orang baik dalam kondisi apapun. Dengan begitu mereka akan terbiasa melakukannya sehingga nantiya akan menjadi suatu kebiasaan kuat yang mendarah daging dan tak akan tergoda dengan hal-hal yang buruk yang bersifat kesenangan sesaat. Setelah moral knowing dan moral feeling terwujud maka moral acting sebagai outcome akan muncul dengan mudah dalam diri anak sebagai perwujudan dari akhlak atau karakter yang baik. Seperti yang dikatakan oleh Imam al-Gazali bahwa akhlak iadalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan berbgai macam perbuatan dengan mudah
51
William Bennet, The Teacher, the Curriculum, and Values Education Development dalam Mary Louise MCBee, Dalam Thomas Lickona Pendidikan Karakter.. h. 87
30
tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.52 Maka ketiga tahapan moral harus disuguhkan kepada anak melalui cara-cara yang logis, rasional dan demokratis sehingga perilaku yang berkarakter benar-benar timbul dan mendarah daging dalam diri anak bukan hanya topeng (anak berperilaku baik jika diawasi). d. Cara Membentuk Akhlak Secara bahasa Akhlak adalah bentuk jama‟ dari khulk yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.53 Menurut Asmaran akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga menimbulkan berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat serta tanpa memerlukan pemikiran.54 Dengan begitu akhlak merupakan seseuatu yang melekat pada kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Setiap manusia dilahirkan dengan potensi akhlak yang baik, dan potensi ini akan berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya. Untuk memberikan pengalaman belajar tersebut diperlukan usaha-usaha pembinaan akhlak yang diharapkan akan membawa hasil berupa terbentuknya pribadi muslim yang berkahlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnya, hormat kepada ibu-bapak dan sayang terhadap sesamanya. Abuddin Nata mengatakan bahwa pembentukan akhlak merupakan usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.55 Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa akhlak seseorang dapat dibina dengan usaha yang sungguh-sungguh dari segi kemauan yang kuat dalam diri seseorang atau dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram.
52
Opcit. Abuddin Nata., h. 3 Luis Ma‟luf, Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah Al-Katulikiyah. Dalam Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak.(Raja Grafindo Persada: Jakarta)2002. h. 1 54 ibid,. h.3 55 Abuddin Nata, Akhlak dan Tasawuf, h. 135 53
31
Imam al-Ghazali dalam kitabnya ”Ihya ulum al-din” menyebutkan bahwa pembinaan akhlak dan kepribadian manusia dapat dilakukan dengan cara menyucikan diri atau sering disebut dengan tazkiyah al-nafs yang secara bahasa dapat bermakna penyucian pribadi.56 Tazkiyah al-nafs dapat dilakukan dengan metode mujahadat (kesungguhan) dan riyadhah al-nafs (latihan kepribadian)57. Untuk mencapai keberhasilan dalam mujahadah dan riydhah al-nafs diperlukan kesungguhan untuk meninggalkan semua perbuatan jelak lau menggantinya dengan adat kebiasan yang baik. Seperti dalam firman Allah dalam Qs. Al-baqarah[2] ayat 45 yang artinya “Sesungguhnya shalat itu berat selain bagi orang-orang yang khusyu” dalam ayat tersebut tersirat bahwasanya untuk mencapai kesungguhan atau menanamkan kebiasaan shalat (ibadah) diperlukan kesungguhan dengan hati yang bersih, tunduk dan patuh pada perintah Allah SWT. Begitu juga dengan perilaku-perilaku terpuji lainnya. Pada fase awal riyadhah al-nafs merupakan beban yang berat dalam melakukan perbuatan baik, namun di fase akhir akan menjadi sebuah kebiasaan yang dapat dilaksanakan dengan mudah serta tanpa paksaan karena sudah menjadi kebiasaan. Berikut ini beberapa metode lain yang dapat digunakan dalam pembentukan akhlak, yaitu: 1. Hiwar atau Percakapan Metode percakapan ini dilakukan melalui Tanya jawab mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang dikehendaki. Metode percakapn bertujuan untuk memberikan dampak yang sangat dalam kepada pendengar dengan cara membangkitkan berbagai perasaan dan kesan seseorang yang akan melahirkan dampak paedagogis sehingga meninggalkan pengaruh berupa pendidikan akhlak, sikap dalam berkomunikasi dengan orang lain, menghargai pendapat orang lain, cara mengungkapkan pendapat sendiri dan sebagainya. 2. Qishah atau Cerita
56
Opcit. Heri Gunawan. h. 83 Anon e-book Terjemah Ihya Ulum Al-din. Edisi ke-2 h. 1046
57
32
Qishah berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak.58 Qishah dapat diartikan menceritakan kembali kisahkisah yang telah lalu untuk diambil pelajaran. Dalam metode qishah pendidik dapat memberikan potongan berita atau kisah kejadian masa lalu yang mempunyai makna mendalam serta terdapat berbagai keteladan dan edukasi. Kisah-kisah yang diceritakan bisa berupa kisah tentang para nabi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan setiap ummat yang kesemuanya itu dapat bersumber dari al-Qur‟an. Mengapa kisah Qur‟ani yang harus diperdengarkan? Karena di dalam alQur‟an terdapat kisah-kisah yang nyata dan bukan khayalan59 (fiktif) sehingga dapat mengundang pendengar untuk mengikuti peristiwanya serta merenungkan maknanya dan makna-makna itu dapat menimbulkan kesan yang mendalam. Kisah qur‟ani yang diperdengarkan oleh pendidik dapat membangun keimanan kepada Allah dengan cara membangkitkan berbagai perasaan khauf, ridlo, dan cinta. 3. Amtsal atau Perumpamaan Amtsal
adalah bentuk jamak dari masal
yang artinya ialah
menonjolkan seseutu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan menarik.60 Amtsal banyak ditemukan di dalam alQur‟an, diantaranya firman Allah mengenai orang munafik yang diumpamakan seperti orang yang menyalakan api untuk menerangi sekelilingnya namun Allah hilangkan cahayanya sehingga mereka berada dalam keadaan gelap gulita dan tidak bisa melihat (QS. Al-Baqarah[2] ayat 17-20). Metode amtsal atau perumpaan dapat digunakan seperti metode qishah yaitu bercerita atau membacakan kisah. Membuat perumpamaan diperlukan agar dapat menggambarkan seseuatu yang tidak nyata menjadi nyata supaya mudah dipahami dan dimengerti61. Hal ini
58
bertujuan
untuk
mendekatkan
makna
pada
pemahaman,
Manna‟ Khalil al-Qattan. Mabahis fi „Ulumil Qur‟an. Diterjemahkan oleh DRs. Mudzakir AS dengan judul Studi ilmu haditsn. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa) cet: 8 2004. h.435 59 Ibid., Manna‟ Khalil al-Qattan. h. 437 60 Ibid., Manna‟ Khalil al-Qattan. h. 403 61 Opcit. Mahmud al- Mishri. h.914
33
menumbuhkan perasaan ketuhanan, mendidik akal supaya berpikir logis dan sehat serta menghidupkan nurani yang selanjutnya dapat menggugah kehendak dan mendorong anak agar melakukan amal yang baik dan menjauhi yang mungkar.62 4. Uswah atau Keteladanan Menurut kamus Landak keteladanan adalah making something as an example, providing, a model. Yang artinya menjadikan seseuatu sebagai contoh, meyediakan suatu model.63 Dengan model ini pendidik harus bersedia menjadi model yang akan ditiru perkataannya, perbuatannya, atau sikap dan perilakunya oleh siswa dengan begitu maka setiap pendidik berkewajiban untuk menjaga akhlaknya. Islam mengenal Uswah atau keteladan sebagai salah satu cara membentuk akhlak yang diajarkan dan dianjurkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw. Beliau menggunakan metode ini untuk memperbaiki kondisi akhlak umatnya. seperti yang tercantum dalam firman Allah pada surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya “ Sungguh pada diri Rasullah itu terdapat contoh-teladan yang baik bagi kamu sekalian… “. Pemberian teladan sangat cocok dilakukan pada anak usia sekolah dasar dan menengah karena pada umumnya anak seusia mereka secara psikologis cenderung meneladani atau meniru guru atau pendidiknya, bukan hanya hal-hal yang baik namun terkadang juga hal yang buruk. Oleh karena itu guru atau pendidik perlu memberikan keteladanan yang baik kepada siswanya agar pembentukan akhlak menjadi lebih efektif dan efisien. 5. Pembiasaan Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulangulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.64 Metode ini berintikan pengalaman, semakin sering anak diberikan pengalaman untuk berbuat baik maka dengan sendirinya anak dapat melakukannya tanpa disuruh. Al-Qur‟an juga memberikan pendidikan melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap untuk 62
opcit., Heri Gunawan h. 91 opcit., Muhammad Yaumin. 2014. h. 148 64 Opcit., Heri Gunawan. h. 93 63
mengubah kebiasaan-kebiasaan
34
negatif.65 Misalnya terdapat petunjuk Nabi dalam menasihati orang tua untuk memyuruh anak menunaikan shalat pada usia tujuh tahun selanjutnya diperbolehkan memukul jika sampi usia 10 tahun anak belum juga meaksanakan shalat.66 Dalam dunia pendidikan, pembiasaan dapat dilaksanakan secara terprogram dalam kegiatan pembelajaran atau dengan
tidak
terprogram
dalam
kegiatan
sehari-hari.
Kegiatan
pembiasaan dalam pembelajaran secara terprogram dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu, sedangkan kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari dapat dilaksanakan dengan kegiatan rutin (shalat, berjama‟ah, upacara bendera, senam), kegiatan yang dilakukan secara spontan (pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, dll), kegiatan keteladanan ( berpakaian rapih, berbahasa baik dan sopan, datang kesekolah tepat waktu, dll) 6. Memberi Nasihat Nasihat adalah kalimat-kalimat yang menyentuh hati hati untuk mengarahkan manusia kepada yang dikehendaki. Pemberian nasihat dapat dibarengi dengan teladan dari pemberi nasihat.67 Hal ini dilakukan agar pemberian nasihat dapat berpengaruh besar terhadap orang yang dinasehati apalagi jika yang menasehati merupakan orang yang disuka maka pemberian nasihat itu tidak akan sia-sia. Mengapa demikian? Pada dasarnya secara psikologis seseorang kurang senang jika dinasehati karena biasanya orang yang menasehati berada di posisi yang lebih tinggi daripada yang dinasehati. Oleh sebab itu sangat dianjurkan oleh Nabi agar kita saling memberi nasihat terhadap orang-orang terdekat kita (berwasiat dalam kebenaran) seperti hadis Nabi yang berbunyi “ Seseorang akan mengikuti agama (adat dan perilaku) teman dekatnya karena itu hendaklah salah seorang di antara kalian memerhatikan orang yang teman dekatnya.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad). 68
65
Abuddin Nata., Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Gaya Media Pratama) 2005. H. 153 Ibid., h. 154 67 Opcit., Abuddin Nata. h. 150 68 Opcit., Mahmud al- Mishri h. 916 66
35
7. Targhib dan Tarhib ( Janji dan Ancaman) Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan bujukan. Sedangkan tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Keduanya bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah. Targib dan tarhib memiliki penekanan yang berbeda, jika targib dilakukan agar seseorang melakukan kebaikan yang diperintahkan Allah, sedangkan Tarhib dilakukan agar seseorang menjauhi perbuatan yang dilarang Allah. 69 Targib dan tarhib dapat dikatakan sebagai teori yang menyatakan bahwa orang yang melakukan pelanggaran akan mendapat ancaman atau dampak dari perbuatan dosa yang dilakukannya sedangkan yang berbuat baik akan mendapat kenikmatannya. Dalam pelaksanaannya targib dan tarhib diwujudkan dalam hukuman dan ganjaran (pelaksanaan ancaman), namu pelaksanaan metode hukuman ini di tempuh sebagai jalan terakhir jika seseorang sudah tidak bias dinasehati dan diberi teladan lagi seperti yang dikatakan oleh Muhammad Quthb dalam Abuddin Nata “Bila teladan dan nasihat tidak mampu, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan ditempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah hukuman”. 70 Pemberian hukuman dalam dunia pendidikan dapat dilaksanakan jika hukuman itu tidak mengandung emosi atau unsur “balas dendam” dari yang memberi hukuman. Hukuman diberikan harus memiliki tujuan dan memberikan efek insyaf dan taubat (tidak akan mengulangi lagi) bagi yang melanggar. Sedangkan ganjaran yang diberikan dapat berupa hadiah, cibderamata atau bonus yang diberikan bagi seseorang yang berprestasi dalam kebaikan. 2. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Dasar a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar
69
Opcit. Heri Gunawan. h. 88-96 Opcit. Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. h. 155
70
36
Pembinaan nilai moral dan karakter anak harus dilakukan sejak dini. Orang tua dan keluarga memiliki peran utama dalam menanamkan nilainilai karakter yang mulia terhadap anak. Selain orang tua dan keluarga sekolah juga berperan sangat penting dalam menanamkam pendidikan karakter. Sekolah dasar merupakan periode pendidikan yang sangat penting untuk pembinaan moralitas individu. Dalam pendidikan nasional, sekolah dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama yang menentukan arah pengembangan potensi peserta didik. Jika terjadi kesalahan dalam penanaman nilai di sekolah dasar akan berdampak pada kehidupan individu. Penanaman nilai-nilai moral bertujuan menanamkan nilai-nilai moral yang mulai luntur di lingkungan anak-anak akibat pengaruh buruk yang mereka dapatkan dari lingkungan sekitar. Paul Suparno dkk mengatakan adapun nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang perlu ditanamkan pada jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:71 1) Nilai religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Serta toleran terhadap pelaksaan ibadah agama lain 2) Nilai sosial yakni sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membuthkan 3) Nilai gender yakni sikap dan perilaku yang tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki kesempatan yang sama. 4) Nilai keadilan yakni sikap dan perilaku yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain 5) Nilai kejujuran yakni perilaku yang pada upaya menjadikan dirinya sebagai oaring yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. 71
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. (Malang: Bumi Aksara). 2007. H.46-50
37
6) Nilai kemandirian yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang laindalam menyelesaikan tugas 7) Nilai daya juang yakni perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dalam belajar 8) Nilai tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dilakukannya terhadap diri sendiri, lingkungan, masyarakat, Negara dan Tuhan yang maha Esa. 9) Nilai penghargaan terhadap lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhajir Effendy menyatakan bahwa nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam pendidikan karakter pada jenjang sekolah dasar adalah (1) karakter personal diantaranya hidup jujur dan memiliki budaya antre, (2) karakter social yakni memiliki tanggung jawab sosial dan menghargai perbedaan serta pendapat orang lain, dan menumbuhkan sikap nasionalisme.72 Dari kedua uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang ditanamkan dalam implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan dasar adalah nilai religius, kejujuran, tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan, menghargai pendapat orang lain, keadilan dan nasionalisme. b. Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter Karakter seperti juga kualitas diri lainnya tidak berkembang dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), menuju kebiasaan (habit).73 Perkembangan karakter seseorang tidak sebatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang 72
Muhajir Effendy, SD-SMP Segera Terapkan Pendidikan Karakter, 2017, (www.radarbangka.co.id) 73 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan.(Jakarta:Kencana). 2011. H.110
38
memiliki pengetahuan tentang belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya jika ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan. Hal tersebut dikarenakan karakter lebih kepada kebiasaan diri seseorang. Proses implementasi pendidikan karakter memiliki prinsip dalam internlisasi nilai-nilai yang digunakan, yaitu mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai sebagai meilil mereka sendiri dan harus bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Hal tersebut melalui tahap mengenal pilihan, menentukan pendirian dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan dirinya. Dengan melaksanakan ketiga tahapan tersebut peserta didikbelajar melalui proses berpikir, bersikap dan berbuat.74 Proses internalisasi nilai-nilai dilakukan dengan tahapan-tahapan berjenjang mulai dari penanaman, penumbuhan, pengembangan dan pemantapan.
1. Tahap penanaman nilai Tahap penanaman nilai merupakan tahap ditanamkannya nilai-nilai kebaikan agar menjadi kebiasaan. Pada tahap ini anak dibiasakan berbuat baik. Tahap ini sangat memerlukan keteladanan dari orangorang yang dekat dengan peserta didik. Faktor keteladanan ini menjadi landasan fundamental bagi anak dalam internalisasi nilainilai yang sedang atau telah diterima dari lingkungan.
2. Tahap penumbuhan nilai Pada tahap penumbuhan nilai-nilai telah ditanamkan kepada anak ditumbuhkan secaa maksimal. Tahap penumbuhan nilai dilakukan dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai dengan tahapan usianya. Dengan begitu nilai-nilai yang ditanamkan dapat tumbuh dan melekat dalam dirinya sebagai jati diri yang kuat. 3. Tahap pengembangan nilai
74
Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. (Yogyakarta: Araksa). 2014.h. 54
39
Nilai-nilai yang telah ditanamkan dan ditumbuhkan pada anak perlu dikembangkan menjadi nilai-nilai diri. Nilai-nilai yang sudah ada menjadi satu dalam diri anak dan harus tercermin dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Tahap pemantapan nilai Nilai-nilai yang sudah ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangka kemudian
dimantapkan.
Pada
tahapan
ini
anak
diberikan
kepercayaan dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan yang berhibungan langsung dengan kehidupan dalam masyarakat. Dengan pemntapan ini diharapkan anak-anak sudah siap untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 75 Dengan
prinsip-prinsip
tersebut
dapat
dilakukan
strategi
implementasi pendidikan karakter berkelanjutan sebagai berikut.76
Pengajaran Makna Nilai
Penguatan
Keteladanan
Pembiasaan
Sesuai Nilai
Menyimpang Pengontrolan Hukuman Pembinaan
Penghargaan
Gambar 2.2 Strategi implementasi pendidikan karakter berkelanjutan Strategi
implementasi
pendidikan
karakter
dimulai
dengan
pengajaran makna nilai. Nilai-nilai yang telah diajarkan ditanamkan melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan nilai-nilai 75
Ibid., 59-61 Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang Tua dan Guru. (Bekasi: Duta Media Tama).2013. h.137 76
40
dapat melalui keteladanan dari orang tua ataupun guru. Selain dengan keteladanan, nilai-nilai yang telah diajarkan ditumbuhkan dengan penguatan dalam kegiatan yang memuat nilai-nilai yang diajarkan. Setelah
diberikan
keteladanan
dan
penguatan
nilai,
kemudian
dimantapkan dengan melakukan pengontrolan. Jika yang dilakukan anak sesuai dengan nilai yang sudah diajarkan maka anak perlu diberikan penghargaan. Tahap ini dilakukan sebagai penguatan nilai. Jika perilaku yang dilakukan anak tidak sesuai dengan nilai atau menyimpang maka perlu diberi hukuman atau pembinaan. Setelah dilakukan hukuman anak perlu dikembalikan pada tahapan pengajaran makna nilai. Strategi
tersebut
perlu
dikembangkan
dalam
implementasi
pendidikan di sekolah, dengan diterapkannya strategi di atas diharapkan implementasi pendidikan karakter di sekolah akan efektif dan mampu menjadikan siswa-siswi menjadi anak-anak yang memiliki karakter mulia bukan sebatas pengetahuan saja melainkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi sesuatu yang tertanam kokoh dalam diri sebagai bekal bagi kehidupannya. B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan adalah kajian atau review dari laporan hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang sesuai dengan masalah atau tema pokok yang diajukan penelitin. Adapun kajian penelitian yang akan dibahas adalah : Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Ayu
Nurazizah
dengan
judul
“Implementasi Pendidikan Karakter Bagsa bagi Anak Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur‟an Bekasi”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan dekriptif. Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa, proses implementasi pendidikan karakter bagi anak terlantar diintegrasikan melalui beberapa tahapan yaitu proses penanaman nilai melalui pengajaran dan pengenalan tata tertib, proses penumbuhan dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai dalam kegiatan sehari-hari, tahap pengembangan
41
dilaksanakan dengan memberikan tanggung jawab kepada anak asuh untuk melaksanakan tugas mereka.77 Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Risman Munawar dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Godean”. Metode yang digunakan adalah metode penelitian lapangan bersifat kualitatif deskriptif. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran akidah akhlak tercantum dalam RPP guru yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan metode tanya jawab/percakapan, metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode targhib dan tahrib.78 Penelitian yang dilakukan oleh Ana Subekti dengan judul penelitian “Efektifitas Pendidikan nilai Anak Usia Dini dalam Pembentukan Karakter Islami Anak di Kelompok Bermain Budi Mulia Dua Terban Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan evaluative deskriptif. Hasil yang diperoleh yaitu: Proses pelaksanaan pendidikan nilai dan penanaman nilai-nilai karakter islami melalui keteladanan, berbagai permainan, lagu dan cerita. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran 5 sentra utama yaitu sentra bermain peran, sentra balok, sentra bahan alam, sentra imtaq serta sentra seni dan kreatifitas.79
77
Nurazizah, Ayu, Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur‟an. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN Syarifhidayatullah Jakarta: 2014. 78 Munwar, Risman, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Godean. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta: 2013 79 Subekti, Ana, Efektifitas Pendidikan nilai Anak Usia Dini dalam Pembentukan Karakter Islami Anak di Kelompok Bermain Budi Mulia Dua Terban Yogyakar. Yogyakarta: 2012
42
C. Kerangka Berfikir Input
Proses
Kondisi Awal 1. Banyaknya
permasalahan
Masalah
karakter
yang
terjadi
dikalangan anak bangsa 2. Lemahnya
optimalnya
pengelolaan
dalam
pelaksanaan
implementasi pendidikan karakter di sekolah 3. Kurangnya
efektivitas
pada
proses
pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah 4. Implementasi pendidikan karakter hanya tercapai pada ranah kognitif 5. Kurangnya metode atau model dalam implementasi pendidikan karakter 6. Kurangnya evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter
Belum
internalisasi nilai-nilai karakter mulia dalam peserta
diri didik
pada pelaksanaan implementasi pendidikan karakter Feed Back
Output
Strategi 1. Mensosialisasikan nilai visi, misi dan tujuan sekolah 2. Meningkatkan program-program pembinaan karakter siswa 3. Memberikan keteladanan kepada siswa 4. Internalisasi pendidikan karakter kedalam KBM dan ekstrakulikuler 5. Meningkatkan pelatihan dan pembiasaan karakter yang telah terbentuk dalam diri siswa
Hasil Yang Diharapkan Terciptanya nilai-nilai luhur
dan
perilaku berkarakter dalam
diri
siswa
yang
teraktualisasi dalam kehidupannya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDIT Al- Muhajirin yang berlokasi di Jl. Tunda No. 20-21 Komplek Perum PT. (Persero) Pelindo II Walang JayaJakarta Utara. Waktu penelitian terhitung sejak Desember tahun 2015 s/d Juli tahun 2016. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu “metode interpretive
karena
data
hasil
penelitian
lebih
berkenaan
dengan
interpretasiterhadap data yang ditemukan di lapangan”1 dalam bentuk metode deskriptif.
Menurut
Bugin
,
metode
deskriptif
bertujuan
untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas social dengan yang ada di masyarakat yang menjadi objek penilaian, dan berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai ciri karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu.2 Maka metode deskriptif dalam penulisan skripsi ini diarahkan untuk menganalisis kondisi dan sitasi yang terdapat pada implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin. C. Sumber Data Ada tiga jenis sumber data, yaitu : place (tempat), person (orang), paper (kertas). Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, berikut penjelasannya:
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009) h.7-
8 2
Pedoman Penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hdayatullah Jakartaa, 2013, h. 62-63
43
44
1. Data primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung yang ditemui di lapangan atau lokasi penelitian.3 Dalam penelitian ini sumber data berasal dari key information berupa dokumen-dokumen dan wawancara di SDIT Al-Muhajirin, yakni sebagai berikut: a. Dokumen-dokumen sekolah (data tenaga pendidik, dan kependidikan, buku rencana tahunan, laporan prestasi akademik dan non akademik sekolah) b. Hasil wawancara dari kepala SDIT Al-Muhajirin, Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, guru bidang studi. c. Hasil observasi (lingkungan sekolah, lingkungan kelas, pelaksanaan program sekolah dan fasilitas) 2. Data
sekunder
adalah
sumber
yang
tidak
langsung
memberikan
data/informasi kepada peneliti yang diperoleh dari pihak lain selain dari sumber primer, dan berfungsi sebagai data pendukung penelitian.4 Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah berasal dari buku dan jurnal yang terkait dengan pendidikan karakter. D. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Hal ini dilakukan untuk menanyakan atau mengamati informan sehingga diperoleh suatu informasi. Untuk memperoleh data yang signifikan, maka penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.5 Pengumpulan data dengan teknik observasi dimaksudkan untuk mengamati objek yang diteliti untuk mendapatkan data di lapangan. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung ke SDIT Al-Muhajirin dalam rangka memperoleh data mengenai lingkungan sekolah, pelaksanaan program sekolah, kegiatan 3
Opcit., Sugiyono. h. 225. Ibid. 5 Sudaryono, Educational Research Methodology. (Lentera Ilmu Cendikia: Jakarta) 2014. H. 4
97
45
ekstrskulikuler dan fasilitas sekolah. Di bawah ini merupakan kisi-kisi instrument observasi yang penulis gunakan. Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Observasi No. Aspek yang diamati 1.
Ada
Kegiatan
merencanakan
program
implementasi
Tidak
Keterangan
programpendidikan
karakter 2.
Pelaksanaan
program
pendidikan
karakter untuk mengoptimalkan potensi kognitif siswa 3.
Pelaksanaan
program
pendidikan
karakter untuk mengoptimalkan potensi afektif siswa 4.
Pelaksanaan
program
pendidikan
karakter untuk mengoptimalkan potensi psikomotorik siswa 5.
Intervensi
semua
pihak
terkait
implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin 6.
Evaluasi
program
implementasi
pendidikan karakter
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Oberservasi Sarana dan Prasarana Sekolah No .
Sarana dan prasarana sekolah
1.
Ruang kelas
Status Keadaan Tidak Tidak Ada Baik Sedang ada baik Penulis melakukan pengamatan langsung
2.
Tempat ibadah
terhadap sarana dan prasarana yang ada
3.
Sarana olah raga
disekolah dan melaksanakan penelitian
Ket
46
4.
Perpustakaan
berdasarkan status dan kondisi sarana dan
5.
Lab.Komputer
prasarana
6.
UKS
7.
Alat esenian
8.
Alat olah raga
9.
Alat kebersihan
10.
Kantin
11.
Tong sampah
12.
Rak sepatu
13.
Loker siswa
14.
Gudang
2. Wawancara Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara pewawancara dengan informan secara langsung.6 Penulis melakukan wawancara dengan menggunakan teknik depth interview (wawancara mendalam). Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai implementasi pendidikan karakter di sekolah secara mendalam. Berikut kisikisi instrument wawancara yang penulis gunakan. Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Interviewee
Dimensi
Indikator 1. Visi, misi dan tujuan sekolah
Kepala Sekolah
Perencanaan dan
SDIT Al-
pengontrolan program
Muhajirin
penanaman karakter
2. Penanaman karakter siswa 3. Peran serta orang tua siswa 4. Pembinaan karakter
6
Ibid., h. 91
47
yang telah dibentuk 5. Nilai karakter yang diutamakan
1. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler 2. Prestasi siswa dibidang akademik maupun nonakademik 3. Standar Kompetensi Lulusan SDIT AlMuhajirin
Wakasek Bid.Kurikulum
Pengorganisasian program penanaman karakter
4. Proses rekrutmen guru dan siswa 5. Kurikulum yang digunakan 6. Kondisi guru dan staff sekolah 7. Kebiasaan serta program penanaman karakter siswa 8. Faktor pendukung dan pengambat implementasi pendidikan karakter 9. Cara mengatasi hambatan
Koordinator
Pelaksanaan program
tahfidz
penanaman karakter
1. hakikat pendidikan karakter 2. Standar kelulusan
48
tahfidz di SDIT 3. Pelaksanaan pembelajaran tahfidz 4. Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter
3. Studi Dokumen Data dari studi dokumen ini berkaitan dengan data pendidik/tenaga Kependidikan, buku rencana kerja tahunan, dan
laporan hasil prestasi
akademik dan non akademik. Adapun penjelasan kisi-kisi pedoman studi dokumen dapat dilihat pada table dibawah ini: Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Studi Dokumen No. 1.
Dimensi Organisasi
Sumber Dokumen
Keterangan
Profil SDIT, Visi,misi dan tujuan SDIT.
2.
Kegiatan implementasi
Petunjuk teknik pelaksanaan program
implementasi
pendidikan karakter
E. Teknik Analisa Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.7 Setelah semua data terkumpul, penulis akan mengolah data tersebut dengan 7
metode
analisis
deskriptif
kualitatif,
yaitu
teknik
yang
Sugiyono, Metodologi Penelitian: Pedekatan , Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 224
49
menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang terkumpul dalam sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan atau kualitas. Dalam teknik analisa data kualitatif, penulis mengemukakan tiga proses analisis data yakni sebagai berikut: 1. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.8 Penulis melakukan reduksi terhadap segala informasi yang diperoleh dengan cara merangkum, memilih data yang penting, kemudian mengkategorikan data sesuai dengan fokus penelitian. Data yang direduksi tersebut akan memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin. 2. Penyajian Data Setelah melakukan reduksi data maka dilakukan penyajian data. Dalam penyajian data kualitatif data disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.9 Hal ini akam memudahkan penulis untuk memahami apa yang terjadi berdasarkan fakta dan data yang ditemukan. 3. Penarikan Kesimpulan Langkah yang terakhir dilakukan adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada instrument wawancara, pernyataan-pernyataan dari observasi dan dari rumusan masalah.
8
Ibid., h.247 Ibid., h. 249
9
BAB IV HASIL PENELITIAN TENTANG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT AL-MUHAJIRIN A. Gambaran Umum SDIT Al-Muhajirin 1. Profil SDIT Al-Muhajirin Pendidikan merupakan sebuah indikator dalam menentukan keberhasilan suatu negara untuk mencapai kemajuannya, dalam proses pendidikan juga diharapkan dapat membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, karena maju mundurnya suatu bangsa dapat dilihat berdasarkan pendidikan masyarakatnya. Menyadari hal tersebut serta berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pembentukan akhlaqul karimah dan pendidikan bernuansa islami bagi anak-anak di kecamatan koja dan sekitarnya, ditambah dengan kemerosotan akhlaq dan moral yang semakin memprihatinkan, sehingga mengetuk hati para tokoh masyarakat untuk mendirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu yang memiliki visi “Mencetak generasi muslim berakhlak Imtaq dan berwawasan Iptek”. SDIT Al-Muhajirin berdiri dibawah naungan Yayasan Al-Muhajirin Bahari. Selain SDIT AlMuhajirin , yayasan tersebut juga menaungi lembaga-lembaga pendidikan islam lainnya diantaranya RA Al-Muhajirin, MTs Al-Muhajirin Serta SMA Al-Muhajirin.1 Sejak tahun 2006 Yayasan Al-Muhajirin mendirikan SDIT Al-Muhajirin bertujuan untuk menyelenggaran pendidikan berlandaskan islam sebagai usaha untuk mengenalkan dan menumbuhkan nilai-nilai positif pada perilaku anak sejak dini sebagai generasi penerus bangsa, sehingga dalam perkembangannya nanti dapat menjadi dasar bagi anak untuk hidup dengan berpegang
teguh
pada
nilai-nilai
1
agama
islam.2
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Al-Muhajirin pada tanggal 15 Desember 2015 Ibid.,
2
50
51
Bangunan sekolah berdiri diatas tanah Pelindo seluas ±2.400 m2 dengan luas bangunan ±1.680 m2. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin berlokasi di Jalan Tunda No. 20-21 Komplek Perum Pelindo II kelurahan Rawa Badak Selatan Kec. Koja Jakarta Utara.3 Siswa SDIT Al-Muhajirin angkatan pertama berjumlah 64 orang (2 kelas). Sedangkan jumlah setiap tahunnya mengalami penambahan yang signifikan, sehingga menjadikan SDIT Al-Muhajirin sebagai sekolah favorit. Gedungnya terdiri dari dua lantai yakni terdiri dari 26 ruangan yakni 18 ruang kelas berukuran 4x4 meter yang dilengkapi kamar mandi didalamnya, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang TU, 1 ruang gudang, 1 ruang serba guna, 1 ruang laboratorium komputer. Serta masjid yang berada di samping bangunan sekolah. 4 Jumlah siswa yang ada di SDIT Al-Muhajirin 522 yang terdiri dari kelas 1 berjumlah 115, kelas 2
berjumlah 114, kelas 3 berjumlah 98, kelas 4
berjumlah 88, kelas 5 berjumlah 51, kelas 6 berjumlah 56.5 Hampir semua siswa yang berada di SDIT adalah hasil seleksi yang ketat sehingga siswa siswinya memiliki daya saing yang sangat tinggi. Rata-rata siswa yang masuk di SDIT Al-Muhajirin 30% berasal dari RA Al-MUhajirin dan 70% dari luar. Para siswa SDIT Al-Muhajirin rata-rata mempunyai prestasi akademik yang bagus sehingga daya saing mereka lebih tinggai. Selain berprestasi dalam bidang akademik, siswa siswi juga mampu membaca dan menghafal AlQur‟an standar minimal yang ditetapkan sekolah adalah juz 29 dan juz 30. Sehingga menjadikan sekolah ini diminati oleh para orang tua dan ingin menyekolahkan anak mereka di SDIT Al-Muhajirin.
3
Dokumen SDIT Al-Muhajirin Dokumen SDIT Al-Muhajirin 5 Ibid., 4
52
2. VISI, MISI, STRATEGI PROGRAM , DAN TUJUAN SDIT AL MUHAJIRIN
Visi
“MENCETAK GENERASI MUSLIM YANG BERAKHLAK IMTAQ DAN BERWAWASAN IPTEK”
Misi
1.
Memberikan pendidikan yang terbaik dengan metode modern
2.
Menciptakan siswa yang berakhlakul karimah, cerdas, kreatif dan inovatif
3.
Mengedepankan kapabiliti dan ebiliti tenaga edukatif
4.
Mengedepankan mutu proses pembelajaran dalam menciptakan siswa yang berwawasan iptek
5.
Memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pendidikan.6 Strategi
1. Meningkatkan profesionalisme guru 2. Mengadakan sarana dan prasarana sekolah 3. Memotifasi siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler 4. Melaksanakan tata tertib baik waktu, disiplin, administrasi, proses KBM, ibadah, dan lingkungan sekolah 5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung kegiatan sekolah.7
Tujuan SDIT Al Muhajirin 1. Mengembangkan budaya sekolah yang religius melalui kegiatan keagamaan 2. Semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif berbasis pendidikan karakter. 3. Menyelenggarakan berbagai kegiatan di bidang IPTEK, bahasa, olahraga dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi
6
Dokumen SDIT Al-Muhajirin 17 Desember 2015 (Buku Penghubung) Ibid.,
7
53
4. Menyelenggarakan kegiatan kemandirian melalui pembiasaan dan pengembangan diri. 5. Menyelenggarakan kegiatan yang menumbuhkan kesadaran warga sekolah sebagai bagian masyarakat global.8 2. Deskripsi Guru Tugas utama guru adalah mendidik dan mengarahkan siswa untuk menjadi seseorang yang berakhlak mulia yang berpedoman pada Al-Qur‟an dan hadits nabi. Disamping itu guru juga bertanggung jawab atas pengemalan-pengamalan nilai-nilai karakter siswa yang ada di sekolah. Guru pengajar di SDIT Al-Muhajirin lulusan S1 dari jurusan ilmu kependidikan yang berasal dari berbagai universitas. Dengan modal ilmu pendidikan dan keguruan yang dimiliki tidak mengherankan mereka memiliki sifat pendidik yang mampu menjadi teladan dan dapat menggali potensi yang dimiliki siswa secara optimal. Untuk menjadi guru di SDIT Al-Muhajirin memiliki daya saing yang tinggi, hal ini dilihat dari proses seleksi penerimaan yang ketat dengan melalui beberapa tahapan tes, yaitu test hafalan Al-Qur‟an dengan kriteria minimal 1 juz untuk guru bidang studi dan minimal 2 juz untuk guru tahfidz, tes membaca Al-Qur‟an dengan tartil (fashohah dan tajwid), tes micro teaching serta wawancara dengan kepala sekolah dan yayasan Al-Muhajirin, tentu saja guru-guru yang diterima adalah lulusan S1.9 Jumlah guru yang ada di SDIT Al-Muhajirin adalah 40 orang. Guru-guru di bagi menjadi dua yaitu ada 8 guru bidang studi dan 32 wali kelas serta assisten yang kesemuanya itu terpilih dari hasil rapat guru dan yayasan yang diadakan setiap tahun di awal semester.10
8
Wawancara dengan Wakasek Bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin pada tanggal 15 Desember 2015. 9 ibid., 10 Ibid.,
54
3. Deskripsi Siswa-siswi SDIT Al_Muhajirin Peneliti dalam hal ini meneliti perilaku dan sikap siswa siswi di SDIT AlMuhajirin yang berasal dari latar belakang pendidikan keluarga yang berbeda serta suku dan budaya yang berbeda, secara keseluruhan siswa-siswi tersebut terbagi menjadi enam level kelas, dan setiap levelnya terbagi menjadi 4, 3 dan 2 kelas, berikut data siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin: Tabel 4.1 Daftar Siswa SDIT Al-Muhajirin11 No
Nama Kelas
Laki-laki
Perempuan
1.
I Abu Bakar Ash-Shidiq
15
14
29
2.
I Umar bin Khathab
15
14
29
3.
I Amr bin „Ash
15
14
29
4.
I Thalhah bin Ubaidillah
15
14
29
5.
II Usman bin Affan
15
14
29
6.
II Ali bin Abi Thalib
16
13
29
7.
II Mus‟ab
15
14
29
8.
II Ubay bin Ka‟ab
16
13
29
9.
III Bilal bin Rabah
15
15
30
10. III Zubair bin Awwam
16
14
30
11. III Zaid bin Tsabit
16
14
30
12. IV Abdullah bin Abbas
15
15
30
13. IV Abdurrahman bin “Auf
15
15
30
14. IV Salman Al-Farisyi
15
14
29
15. V Khalid bin Walid
15
13
28
16. VI Hamzah bin Abdul Mutholib
18
13
28
17. VI Sa‟ad bin Abi Waqash
16
12
28
18. VI Abdullh bin Rawahah
16
12
28
11
Ibid., Dokumen SDIT Al-Muhajirin
Jumlah
55
4. Standar Kompetensi Lulusan SDIT Al-Muhajirin a. Hafal 2 Juz Al-Qur‟an (Juz 30 dan Juz 29) b. Berakhlaqul karimah c. Salimul Aqidah d. Shohihul Ibadah e. Berbakti kepada orang tua dan guru f. Gemar membaca g. Disiplin dan bertanggung jawab.12 5. Kegiatan Ekstrakulikuler a. Pramuka b. Marching Band c. Tari tradisional d. Marawis e. Pencak Silat f. Futsal g. Taekwondo h. Paskibra.13 6. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin Kurikulum yang diimplementasikan di SDIT Al-Muhajirin adalah kurikulum Depag (Departemen Agama) yang di padukan dengan kurikulum pendidikan dasar serta diolah sesuai dengan visi dan misi SDIT AlMuhajirin.14 Dengan demikian siswa-siswinya akan mendapat porsi pendidikan agama seperti siswa madrasah dan mendapatkan pelajaran umum seperti siswa pada sekolah dasar (sekolah umum) Dengan implemenasi kurikulum yang dipadukan itulah diharapkan lulusan SDIT Al-Muhajirin akan mendapatkan ilmu pengetahuan serta ilmu agama yang berimbang (menguasai ilmu pengetahuan yang luas serta dekat kepada Allah SWT). Program-program penanaman dan penguatan nilai-nilai karakter islami sejak dini sudah diterapkan dan senantiasa terus ditingkatkan. Kegiatan ini dengan dilakukan dengan cara-cara antara lain : mengucapkan 12
Wanwancara Wakasek bid.Kurikulum pada tanggal 15 Desember 2015 Dokumen SDIT Al-Muhajirin 14 Wawancara Wakasek.bid.Kurikulum pada tanggal 15Desember 2015 13
56
salam setiap bertemu dengan guru, membaca do‟a setiap sebelum melaksanakan aktivitas, melakukan muroja‟ah hafalan setiap sebelum melaksanakan pembelajaran, berwudhu dengan tertib dan sempurna, melaksanakan sholat wajib dan sunnah, membiasakan shalat di awal waktu, shalat dhuha, pelaksanaan shalat berjama‟ah,membiasakan makan dan minum yang halal serta tidak dengan berdiri, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, adab terhadap guru, adab terhadap orang tua serta adab terhadap teman sebaya, serta praktek ibadah lainnya yang terdapat dalam al-qur‟an dan sunnah.15 Dengan pembiasaan yang terus dilakukan secara kontinyu diharapkan anak akan terbiasa dan terlatih untuk melaksanakan ibadah dengan kesadaran serta tidak menjadikan ibadah sebagai kebutuhan bukan beban.
Tabel 4.3 Struktur Kurikulum SDIT Al-Muhajirin16 Kelas dan Alokasi No
Waktu
Komponen
1 s.d 3
4 s.d 5
A.
Mata Pelajaran
1.
Pendidikan Agama Islam
6
6
2.
Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
3.
Bahasa Indonesia
7
7
4.
Matematika
8
8
5.
Ilmu Pengetahuan Alam
5
5
6.
Ilmu Pengetahuan Sosial
3
3
7.
Seni Budaya dan Keterampilan
2
2
8.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan
2
2
B.
Muatan Lokal
1.
Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta
2
2
15
Ibid., Dokumen SDIT Al-Muhajirin
16
57
2.
Bahasa Inggris
2
2
3.
Bahasa Arab
2
2
4.
Tahfidz
8
8
5.
Tahsin
8
8
6.
Teknologi Informasi Komunikasi
2
2
C.
Pengembangan Diri
*2
*2
Jumlah
59
59
Pengembangan diri 1. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling a. Pengembangan Kehidupan Pribadi b. Pengembangan Kehidupan Sosial c. Pengembangan Kemampuan Belajar 2. Kegiatan Ekstrakurikuler a. Krida : Pramuka b. Latihan/Lomba/Prestasi : Seni Budaya, Mata Pelajaran, Keterampilan Olahraga, Keagamaan c. Kegiatan Lapangan : Kunjungan ke objek tertentu
B. Analisis dan Pembahasan hasil Penelitian 1. Bentuk Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin Pada hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan
dari
keseluruhan
potensi
manusia
(kognitif,afektif
dan
psikomotorik) dalam konteks interaksinya dalam keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat yang berlangsung sepanjang hayat. Perwujudan tersebut dapat dikelompokan ke dalam empat elemen, yaitu: Olah hati (Spiritual and Emotional development), Olah pikir (Intellectual development), Olah raga (Physical and Kinesthetic development), dan Olah karsa (Affective and Creativity development). Keempat elemen tersebut secara keseluruhan saling memiliki keterkaitan dan saling melengkapi dan menuju pada pembentukan karakter yang menjadi perwujudan nilai-nilai luhur. Untuk
mengoptimalkan
potensi
siswa
SDIT
Al-Muhajirin
mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam setiap kegiatan yang
58
diprogramkan, baik kegiatan kurikuler siswa maupun non kurikuler. Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan yang di masukkan ke dalam kurikulum dan ada dalam jadwal pelajaran sekolah, di antara kegiatan kurikuler yang dilaksanakan siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin adalah: 1. Pelajaran Umum (Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PJOK, Keterampilan) 2. Hafalan 2 Juz Al-Qur‟an (Tahfidz) 3. Pendidikan Agama Islam (Aqidah Akhlaq, Fiqh Ibadah, Al-Qur‟an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam). 4. Baca tulis Al-Qur‟an (Tahsin) dengan metode Qiro‟ati. Sedangkan
program
non
kurikuler
adalah
program
yang
diimplementasikan oleh sekolah, namun tidak dimasukkan secara khusus ke dalam KBM hanya saja menjadi kebiasaan (Hidden Curriculum) yang selalu dilakukan sehingga menjadi budaya yang akan membentuk karakter seluruh warga sekolah terutama siswa siswi SDIT. Program non kurikuler terhadap pendidikan karakter, meliputi: 1. Olah Hati (Spiritual and Emotional development) Menurut pandangan agama hati merupakan segumpal daging yang ada dalam diri manusia serta merupakan tempat bermuaranya segala kebaikan dan keburukan. Olah hati merupakan upaya mengelola aspekaspek spiritual yang dapat membentuk karakter seseorang. Diantara olah hati yang di implementasikan di SDIT Al-Muhajirin, yaitu: a. Membiasakan wudhu dengan tertib dan sempurna b. Membiasakan sholat wajib dan Sunnah c. Membiasakan shalat diawal waktu d. Membiasakan berdo‟a setiap akan melaksanakan kegiatan e. Membiasakan
menjaga
kebersihan
dan
lingkungan f. Membiasakan makan makanan yang halal g. Adab makan dan minum
kerapihan
diri
dan
59
h. Adab terhadap guru, teman dan orang tua17 Olah hati yang di implementasikan di SDIT mengajarkan kepada siswa untuk menyadari pentingnya hati yang bersih dalam kehidupan, dan untuk mendapatkan hati yang bersih seseorang harus dekat dengan Tuhannya yaitu dengan cara-cara yang diajarkan oleh rasulullah SAW. Dari pengamatan yang penulis lakukan sejak bulan Januari sampai September penulis melihat siswa sudah terbiasa dengan rutinitas keagamaan di sekolah, seperti halnya ketika jam 09.00 sudah memasuki waktu istirahat siswa lebih memilih untuk mengerjakan shalat sunnah dhuha baru kemudian istirahat. Ini merupakan satu hal yang sangat baik bahwa siswa terbiasa dengan hal-hal yang sunnah, begitu juga dengan shalat dzuhur, sebelum adzan berkumandang siswa level atas berbondong-bondong
pergi
ke
masjid
sedangkan
level
bawah
melaksanakan shalat di kelas. Dapat dikatakan SDIT Al-Muhajirin telah berhasil menanamkan sikap religius pada siswa-siswinya melalui pembiasaan-pembiasan yang terus menerus dilakukan secara kontinyu. 2. Olah Pikir (Intellectual development) Berpikir merupakan aktivitas intelektual seseorang yang melibatkan kesadaran subjektif individu yang menghasilkan suatu konsep, ide-ide, atau gagasan. Diantara olah pikir yang di implementasikan di SDIT AlMuhajirin adalah: a. Kegiatan Market Day b. Wisata Ilmiah c. Pendalaman Materi d. Keputraan dan Keputrian e. Lomba-lomba (menulis cerpen, tahfidz, ceramah dll)18 Kegiatan olah pikir yang dilaksanakan di SDIT Al-Muhajirin bertujuan untuk menanamkan karakter rasa ingin tahu, kemandirian, cerdas serta kreatif. Hal tersebut terlihat saat penulis melakukan
17 18
Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, pada tanggal 15 Desember 2015 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, pada tanggal 15 Desember 2015
60
observasi pada kegiatan Market Day siswa level 1. Para siswa tidak hanya berjualan makanan tetapi juga minuman, pin, gelang, gantungan kunci dan lain-lain. Barang yang ingin dijual di temtukan sendiri oleh siswa serta penjualnya juga mereka, walaupun masih kelas satu tapi tidak terlihat rasa takut dalam wajah mereka melayani pembeli yaitu kakak-kakak kelas mereka. 3. Olah Raga (Physical and Kinesthetic development) Olah raga merupakan pembelajaran untuk jasadiyah (tubuh) manusia yang terencana dan terstruktur bertujuan untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Olah raga bukan hanya melibatkan aktivitas fisik (psikomotorik) saja, olah raga juga melibatkan aktivitas kognisi dan afeksi seseorang. Diantara olah raga yang di implementasikan di SDIT Al-Muhajirin adalah: a. Kepramukaan b. Outbond c. Ekstrakurikuler (Tari, Silat,Taekwondo, Futsal, Marching Band, Marawis)19. Bentuk pendidikan karakter yang di implementasikan di SDIT Al-Muhajirin bertujuan untuk menanamkan sifat disiplin yang didapat dari kegiatan kepramukaan, berdaya tahan tubuh yang kuat di dapat dari kegiatan outbond, sedangkan sifat lain seperti sportif, tangguh, ceria, gigih dan bekerja keras terlihat dalam kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini dapat penulis simpulkan dari hasil observasi saat para siswa melaksanakan latihan ketika sepulang sekolah. Mereka dengan tekun dan semangat melaksanakan latihan walaupun waktu pelaksanaannya setelah pulang sekolah. Selain berlatih para siswa yang mengikuti ekskul juga sering diikutsertakan dalam lomba-lomba kejuaran. Sedangkan untuk melatih keberanian mereka tim ekskul terkadang diminta untuk tampil saat muroja‟ah usbu‟iyah di depan seluruh warga sekolah.
19
Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Muhajirin, pada tanggal 15 Desember 2015
61
4. Olah Karsa (Affective and Creativity development) Olah karsa atau olah rasa merupakan kekuatan seseorang untuk mengelola kekuatan perasaan. Dalam pendidikan karakter olah karsa melibatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dengan kata lain siswa bukan saja mengetahui tentang karakter-karakter yang baik namun juga memiliki kesadaran untuk melaksanakannya. Diantara olah karsa yang di implementasikan di SDIT Al-Muhajirin, ialah: a. Kepedulian terhadap lingkungan b. Ber-Akhlaqul karimah dalam pergaulan20 Itulah bentuk pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT Al-Muhajirin dalam mengoptimalkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri siswa serta menjaga kualitas dan output sekolah. Secara keseluruhan siswa-siswi SDIT sudah menerapkan bentuk-bentuk pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT, seperti yang penulis lihat saat observasi pada waktu istirahat jika ada teman nya yang makan sambil berdiri yang lain tidak segan untuk mengingatkan dengan hadits yang telah diajarkan. Ketika setelah istirahat siswa merapihkan sendiri tempat makan dan sampah sisa-sisa makanan. Secara keseluruhan bentuk-bentuk implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin sudah terlaksana dengan baik namun evaluasi serta pengawasan tetap harus dilakukan guna menigkatkan kualitas siswa dan sekolah. 2. Usaha Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin SDIT Al-Muhajirin adalah lembaga pendidikan yang hakikatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan islam berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan memadukan pendidikan Aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah.21 Dengan ketiga konsep pendidikan tersebut berarti SDIT AlMuhajirin berupaya mendidik siswa menjadi anak yang berkembang kemampuan akalnya intelektualnya, meningkat kualitas iman dan taqwa
20
Ibid., Wawancara Kepala Sekolah SDIT Al-Muhajirin Bpk. Sutrisno, M.Pd Tanggal 15 Desember
21
2015
62
kepada Allah SWT, terbinanya akhlaqul karimah serta memiliki kesehatan dan kebugaran jasmani serta terampil dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk mencapai tujuan dan menghasilkan sekolah,
SDIT
Al-Muhajirin
menyusun
output yang diharapkan
beberapa
kegiatan
dalam
pembentukan karakter siswa untuk diimplementasikan dan dilaksanakan oleh semua warga sekolah (siswa, kepala sekolah, guru, serta seluruh staff dan karyawan sekolah) diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Berwudhu dengan tertib sebelum shalat Berwudhu merupakan syarat sah shalat karena pentingnya berwudhu maka siswa yang akan melaksanakan shalat harus berwudhu terlebih dahulu dengan tertib dan sempurna. Dalam pelaksanaan berwudhu dilaksanakan secara bergantian, perempuan berwudhu di kamar mandi di dalam kelas, sedangkan laki-laki berwudhu di luar kelas.Pengawasannya dilakukan oleh wali kelas dan asisten. Jika ditemukan ada siswa atau siswi yang tidak tertib dalam mengambil wudhu maka guru yang mengawas akan mengarahkan untuk mengulangi lagi wudhu dengan tujuan agar anak terbiasa wudhu dengan tertib dan sempurna. Adapun tata cara wudhu yang benar dan sempurna yaitu, niat, mencuci tangan, berkumur-kumur sebanyak 3 kali, menghirup dan mengeluarkan air dari dalam hidung, membasuh muka, membasuh tangan kanan kemudian tangan kiri sampai siku-siku, membasuh rambut, membasuh telinga dan yang terakhir kaki sampai mata kaki, dilanjutkan membaca do‟a sesudah wudhu. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan, sebagian besar siswa-siswi SDIT sudah dapat menerapkannya. Karena pelajaran serta tata cara wudhu sudah diajarkan sejak kelas 1 dan dipraktekkan setiap hari. Selain itu akan dibahas lagi pada materi Ubudiyah sejak kelas 4. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Siswa SDIT Al-Muhaijirn melaksanakan wudhu di keran khusus yang disediakan untuk para siswa-siswi berwudhu sebelum melaksanakan shalat.22
22
Hasil observasi pada tanggal 10 Mei 2016
63
Gambar 4.1 Wudhu sebelum melaksanakan sholat
2. Shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjama‟ah Setiap hari siswa dilatih dan dibiasakan untuk shalat berjama‟ah baik sholat dhuha maupun shalat dzuhur. Pelaksanaan shalat dhuha dilakukan dikelas masing-masing secara berjama‟ah didampingi wali kelas dan asisten kelas. Waktu shalat dhuha pukul 08:45-09:00 sebelum istirahat pertama. Kegiatan shalat dhuha bertujuan untuk membiasakan siswa melaksanakan sunnah-sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. Sama halnya dengan shalat dhuha, shalat dzuhur juga dilaksanakan berjama‟ah didampingi oleh wali kelas dan asisten yang akan membimbing, mengarahkan dan membina siswa agar melaksanakan shalat dengan benar, tertib dan khusyu‟. Jika ada siswa yang tidak khusyu‟ dalam shalat dan dzikirnya maka pendamping mengarahkan siswa tersebut untuk mengulang lagi shalat atau dzikirnya. Pelaksanaan shalat dzuhur untuk kelas 1-3 dilaksanakan dikelas masing-masing secara berjama‟ah, sedangkan kelas 4-6 dilaksanakan di masjid Al-Muhajirin bersamaan dengan jama‟ah yang lain dan diawasi oleh wali kelas dan guru laki-laki bidang studi.
64
Gambar 4.2 Menyempurnakan gerakan shalat
Gambar diatas menunjukkan kegiatan
yang dilakukan sebelum
pelaksanaan shalat berjama‟ah dikelas 1 Thalhah bin Ubaidillah. Wali kelas sedang memberikan pengajaran tentang kesempurnaan dalam gerakan shalat. Terlihat dari gambar di atas siswa dengan seksama memperhatikan dan mempraktekkan gerakan yang diajarkan oleh wali kelasnya.23 Sedangkan terlihat pada gambar di bawah kelas 3 bilal bin rabah sedang melaksanakan shalat dzuhur berjama‟ah dikelas nya yang di pimpin oleh teman mereka sendiri.
24
Kebiasaan shalat berjama‟ah diajarkan untuk memperkenalkan
kepada siswa bahwa shalat berjama‟ah akan mendapatkan pahala yang lebih banyak dibandingkan dengan shalat sendiri, selain itu dalam shalat berjama‟ah siswa diajarkan agar patuh pada imam atau pemimpin.
Gambar 4.3 Pelaksanaan Shalat dzuhur berjama’ah di kelas
23 24
Hasil observasi pada tanggal 01 Agustus 2016 Ibid.,
65
3. Hafalan Qur‟an, hadits serta do‟a sehari-hari Standar Kelulusan SDIT Al-Muhajirin menetapkan bahwa setiap siswa-siswinya minimal menghafalkan 2 juz dari 30 juz Al-qur‟an, yaitu juz 29 dan juz 30.25 Hafalan Al-qur‟an, hadits dan do‟a sehari-hari dimasukkan kedalam mata pelajaran sehari-hari, yaitu Tahfidz dan Pendidikan Agama Islam. Untuk memperkuat hafalan-hafalan siswa setiap pagi sebelum KBM dimulai diadakan Muroja’ah (pengulangan). Kegiatan Muroja’ah terbagi menjadi dua, yaitu muroja’ah yaumiyah atau muroja’ah harian (senin-kamis) yang dilakukan dikelas masing-masing dipimpin oleh wali kelas dan Muroja’ah Usbu’iyah atau muroja’ah mingguan (Jum‟at) dipimpin oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Muroja’ah usbu’iyah di ikuti oleh seluruh siswa dan guru-guru bertempat dilapangan sekolah. Setelah kegiatan Muroja’ah usbu’iyah siswa-siswi diberikan nasehat-nasehat mengenai adab-adab dalam islam yang berlandaskan hadits nabi, misalnya adab saat makan dan minum, adab bergaul kepada teman sebaya dan guru, adab dalam marah, adab dalam berpakaian, adab dalam menjaga kebersihan,kepribadian seorang muslim, dll.26
Gambar 4.4 Siswa menyetorkan hafalan kepada guru Tahfidz
Gambar diatas menunjukkan seorang siswa menyetorkan hafalannya kepada guru tahfidz nya. Setoran hafalan ini dilaksanakan setiap 25 26
Hasil wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Muhajirin 15 desember 2015 Hasil obbservasi pada tanggal 15 April 2016
66
seminggu sekali. Alokasi waktu untuk pembelajaran tahfidz dalam seminggu yaitu 8x35 menit dan setiap minggunya siswa wajib menyetorkan hafalannya yang telah dihafal pada pertemuan sebelumnya. Berkaitan dengan cara menanamkan karakter mulia kepada anak melalui hafalan al-Qur‟an, Do‟a dan hadits, Bapak Maulid Rokhim, S.Pd.I mengatakan bahwa: Menghafal Al-qur‟an berpengaruh dalam pembentukan karakter mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan kandungan-kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan memahami isinya akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya. Begitu juga dengan hadits-hadits dan do‟a-do‟a pilihan yang di ajarkan di SDIT Al-Muhajirin. Sengaja di pilih hadits yang pendek dan mudah dipahami anak agar anak mudah mempraktekkan nya dalam kehidupan.27
Gambar 4.5 Kegiatan Muroja’ah ‘Usbuiyah pada hari Jum’at
Gambar diatas menunjukan kegiatan muroja‟ah „Usbuiyah atau muroja‟ah mingguan yang diikuti oleh seluruh siswa dan dewan guru SDIT Al-Muhajirin. Selain muroja‟ah atau mengulang kembali hafalan juga diadakan penyampaian hadis-hadis yang berkenaan dengan akhlaqul karimah, misalnya adab dalam berbicara, adab dalam makan dan minum, adab pergaulan antara sesama. 4. Pembiasaan Akhlaqul karimah
27
Hasil wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Muhajirin 15 desember 2015
67
SDIT Al-Muhajirin menjadikan Akhlaqul karimah sebagai budaya yang wajib diterapkan dan dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah dari mulai kepala sekolah, guru, siswa-siswi, para staff kepegawaian, komite serta wali murid dalam pergaulan sehari-hari terutama saat berada dalam lingkungan sekolah. Diantara peraturan-peraturan untuk menumbuhkan budaya dan kebiasaan tersebut menyebutkan dalam berperilaku social di SDIT harus menerapkan: a. Membiasakan mengetuk pintu dan mengucapkan salam sebelum masuk dan keluar kantor, ruang guru atau ruang kelas b. Membiasakan mengucap salam dan berjabat tangan (salaman) jika bertemu dengan guru c. Membiasakan izin kepada guru jika ingin keluar kelas d. Membiasakan sopan dan santun dalam berperilaku kepada guru maupun teman sebaya e. Membiasakan tidak berkata jorok dan mengolok-olok teman. f. Bersikap baik terhadap teman (tidak main dengan kasar dan memaksa) g. Tidak boleh makan dan minum sambil berdiri dan jalan-jalan h. Makan dan minum secukupnya dan menggunakan tangan kanan i. Makan dan minum dengan rapi dan tertib j. Membiasakan menyisihkan uang jajannya untuk amal jariyah k. Membiasakan bersikap mandiri dan bertanggung jawab l. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya28
28
Observasi pada tanggal 15 April 2016
68
Gambar 4.6 Peraturan kelas yang dibuat untuk menanamkan akhlak karimah
Gambar 4.7 Suasana makan saat jam istirahat
Suasana yang terlihat pada gambar di atas berlangsung ketika jam istirahat, siswa makan dengan tertib menggunakan tangan kanan dan duduk di bangkunya masing-masing. Setelah semua siswa menghabiskan makanannya barulah diperbolehkan untuk bermain di luar kelas atau melaksanakan aktivitas lain seperti membaca buku cerita.29 5. Outbond dan Wisata Ilmiah Kegiatan Outbond dan Wisata Ilmiah dilaksanakan oleh SDIT AlMuhajirin selama satu tahun sekali. Outbond dilaksanakan setiap awal semester ganjil, sedangkan wisata ilmiah dilaksanakan setiap awal
29
Observasi pada tanggal 01 Agustus 2016
69
semester genap. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih psikomotorik serta sensorik anak agar mereka memiliki pengalaman langsung dalam belajar. Selain itu kegiatan outbond dan wisata ilmiah juga dapat membentuk karakter disiplin, tangguh, kerjasama bekerja keras dan menumbuhkan daya saing yang positif.30
Gambar 4.8 Keceriaan saat kegiatan outbond dan wisata ilmiah
6. Market Day Kegiatan market day bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa tentang nilai mata uang, selain itu kegiatan ini bertujuan membangun jiwa wirausaha yang ada dalam diri siswa. Market Day diagendakan terlaksana setiap hari Jum‟at pada minggu ke-1 dan ke-3 dalam setiap bulan nya, yang perserta nya adalah seluruh siswa-siswi SDIT AlMuhajirin digilir berdasarkan level kelas.
Gambar 4.9 Keceriaan saat market day
Suasana ceria saat pelaksanaan market day di hari jum‟at terlihat jelas pada gambar diatas. Selain mengajarkan nilai mata uang kepada siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin kegiatan ini berhasil membangun jiwa 30
Dokumen SDIT Al-Muhajirin tahun 2015
70
wirausaha yang ada dalam diri siswa. Hal ini terbukti dengan kepiawaian siswa dalam melayani pembeli. Selain itu diharapkan siswa juga dapat menghargai setiap jerih payah orang tuan nya dalam mencari uang sehingga mereka akan lebih menghargai dan menjaga yang mereka miliki.31 7. Keputraan dan Keputrian Kegiatan keputraan dan keputrian diterapkan untuk siswa kelas 4 sampai 6 dengan cara mengelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam bergaul antara laki-laki dan perempuan ketika mereka sudah baligh nanti, diharapkan mereka dapat menjaga kesucian diri dalam pergaulannya. Setiap kelas mendapatkan jadwal keputraan dan kepturian sekali dalam satu minggu,keputraan kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari rabu dan kelas 6 hari kamis, sedangkan keputrian dilaksanakan setiap hari jum‟at saat para siswa sedang melaksanakan shalat jum‟at. Materi yang diberikan adalah pendalaman materi agama islam dengan materi Aqidah, Fiqh, dan Akhlaq, diantara materinya adalah Rukun Iman, Kaifiyah wudhu, kaifiyah shalat fardhu dan shalat berjama‟ah, adab di masjid, adab kepada orang tua, guru dan sesama.32 Program keputraan dan keputrian mendapatkan support penuh dari pihak atasan namun sangat disayangkan ada beberapa kendala yang muncul selama pelaksanaannya. Seperti yang di paparkan oleh koordinator ubudiyah bahwa: kendala adalah kurangnya dukungan dari guru-guru yang dimintai untuk menjadi narasumber dengan alasan waktu kegiatan tersebut bentrok dengan jam mengajar, selain itu waktu yang terbatas juga menjadi kendala khususnya pada program keputrian yang hanya memiliki durasi sekitar 30 menit saat shalat jum‟at belum lagi dipotong dengan shalat dzuhur berjama‟ah.33
31
Observasi pada tanggal 15 April 2016 Hsil wawancara Koordinator Ubudiyah pada tangga 24 Juni 2016 33 Ibid., wawancara kordinator ubudiyah 32
71
3. Faktor Pendukung dan Penghmbat Implementasi Pendidikan Karakter Di SDIT Al-Muhajirin
Berikut ini merupakan pemaparan mengenai factor prndukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin serta upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi hambatan implementasi pendidikan karakter. 1. Faktor-faktor pendukung pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin Diantara factor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin menurut koordinator tahfidz Maulid Rohim, S.Pdi, beliau mengatakan bahwa:34 Pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang mengedepankan perbaikan karakter dengan menanamkan karakter islami, karena dalam islam semua sudah jelas aturannya, bagaimana seorang muslim harus bersikap baik pada diri sendiri, dengan orang lain bahkan pada lingkungannya. Seperti misalnya bersikap pada diri sendiri dengan menjaga kehormatan dirinya dengan tidak memperlihatkan auratnya, tidak membanggakan bentuk tubuhnya, hal-hal seperti itu yang harus diperbaiki oleh pendidikan. Pendidikan tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas dalam pengetahuan melainkan secara cerdas secara sikap dan perilaku. Untuk melaksanakan pendidikan seperti itu tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja (sekolah) tapi membutuhkan kerjasama semua pihak terutama keluarga dan lingkungan masyarakat. Ketika disekolah anak akan berpanutan pada guru nya di sekolah sedangkan ketika anak berada dirumah orang tua nya lah yang menjadi panutan, oleh sebab itu karakter orang tua juga harus dibina, sebab orang tua yang baik akan memberikan pengaruh dalam pendidikan anak. Sedangkan saat wawancara dengan Wakasek bid.kurikulum Ridwan Malik,S.Pd berkaitan dengan factor pendukung implementasi pendidikan karakter anak di SDIT Al-Muhajirin, beliau mengatakan:35 Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan Taqwa) dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan visi SDIT Al-Muhajirin. Sehingga diharapkan setelah lulus siswa dapat mengemban amanahnya sebagai kholifah fil ardh. 34
Wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Muhajirin 15 desember 2015 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum pada tanggal 15 Desember 2016
35
72
Untuk semua itu SDIT Al-Muhajirin menerapkan konsep full day school sehingga diharapkan dapat dengan leluasa mengembangkan kurikulumnya. Dalam konsep pembelajaran SDIT tidak mengenal istirahat. Waktu yang biasa kita gunakan untuk istirahat sebenarnya adalah pembiasaan-pembiasaan yang kita tanamkan untuk anak, yaitu pembiasaan makan dengan baik, makan tidak menggunakan tangan kiri, makan dan minum tidak sambil berdiri serta pembiasaan bergaul yang baik terhadap teman. Karakter islami serta berkepribadian yang kokoh dapat menjadi bekal utama dalam hidup bermasyarakat yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi. Oleh karena itu disekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun orang tua yang mengantar dan menjemput anak harus membiasakan dan mempraktekkan karakter-karakter islami. Oleh karena itu SDIT selalu berupaya untuk menanamkan pembiasaan karakter islami dalam setiap kegiatan. Guru-guru SDIT juga selalu dibina agar dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi siswa maupun orang tua siswa. Pemberian contoh ini dibarengi dengan pelaksanaan program-program yang tersusun rapi untuk menanamkan nilai-nilai karakter islami dilingkungan sekolah. 2. Faktor penghambat implementasi pendidikan karakter. Pada saat wawancara dengan wakasek bid. Kesiswaan mengenai faktor penghambat dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT AlMuhajirin, beliau menyampaikan: Factor yang menghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin diantaranya ada dua factor yaitu: factor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu ada dalam diri guru, misalnya terkadang berbicara kasar, berlebihan dalam bercanda dengan teman seprofesinya. Hal ini yang terus kita lakukan pembinaan dan perbaikan dengan menegur guru yang bersangkutan. Factor internal juga dapat muncul dari diri orang tua dirumah, misalnya orng tua nya suka berbicara kasar, berbicara bohong dengan maksud mengiming imingi anak namun tidak dilaksanakan, hal ini dapat berdampak buruk bagi pembentukan karakter anak. Kedua faktor ekternal yaitu lingkungan masyarakat tempat anak itu bergaul, gaya bicara masyarakat sekitarnya, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap hari ia lihat.
3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin.
73
Wakasek bid. Kurikulum saat diwawancarai mengenai upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi masalah dalam implementasi pendidikan karakter mengatakan: Dalam mengatasi hambatan internal sekolah selalu berupaya untuk menyusun program-program penanaman karakter baik bagi guru maupun siswa dengan rapi serta dilakukan perbaikan secara kontinyu, seperti yang diungkapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwasanya “kebenaran yang tidak terorganisir akan kalah dengan kebathilan yang terorganisir”. oleh sebab itu kerapihan dalam menyusun program-program penanaman karakter menjadi hal yang sangat urgent dibicarakan dalam setiap rapat, upaya-upaya perbaikan pun selalu terus dilakukan serta yang tidak kalah pentingnya yaitu saling menegur jika ada guru yang berbuat salah juga merupakan sarana dalam memperbaiki implementasi pendidikan karakter. SDIT Al-Muhajirin juga telah mempunyai mekanisme yang telah disepakati bersama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, diantaranya yaitu: 1) Aturan-aturan yang harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2) Menjalin komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3) Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit (kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Muhajirin juga dengan tangan terbuka menerima masukan dari orang tua siswa yang disampaikan langsung ke wali kelas atau pihak sekolah sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas individu baik guru maupun pihak sekolah.36
36
Wawancara Wakasek bid. Kurikulum pada tanggal 15 Desember 2015
BAB V PENUTUP Berdasarkan uraian dan analisa sebagaimana terdapat pada beberapa bab tersebut di atas dapat dikemukakan kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. SDIT Al-Muhajirin mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik kegiatan kurikuler maupun non kurikuler. Program kurikuler dimasukkan kedalam pelajaran umum (Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PJOK, Keterampilan) serta pendidikan agama islam (Aqidah Akhlaq, Fiqh Ibadah, Al-Qur’an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang mampu menanamkan karakter dalam diri siswa-siswinya. Untuk program kegiatan non kurikuler meliputi: a) Olah hati berupa kebiasaan wudhu dengan tertib, sholat wajib dan sholat sunnah, sholat diawal waktu, berdo’a setiap akan melaksanakan kegiatan, menjaga kebersihan dan kerapihan diri serta lingkungan, beradab terhadap guru, orang tua dan sesama. b) Olah pikir berupa kegiatan market day, wisata ilmiah, pendalaman materi, kegiatan keputraan dan keputrian serta lombalomba ilmiah yang diadakan setiap peringatan hari besar Negara maupun hari besar islam.c) Olah raga berupa kegiatan outbond, kepramukaan serta kegiatan ekstrakurikuler (tari, silat, taekwondo, futsal, marching band dan marawis). d) Olah karsa berupa kepedulian terhadap lingkungan serta berakhlaqul karimah dalam pergaulan terhadap guru, orang tua dan teman. 2. Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter di SDIT AlMuhajirin meliputi keterpaduan antara kurikulum pendidikan umum dan pendidikan agama dengan menggunakan konsep full day school sehingga SDIT dapat dengan leluasa mengatur dan mengembangkan kurikulumnya, program-program yang dilaksanakan secara kontinyu dengan terus melakukan evaluasi serta perbaikan, dan dukungan
74
75
penuh serta partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah baik itu yayasan, komite sekolah, guru dan staff sekolah serta orang tua siswasiswi
SDIT
Al-Muhajirin.
Faktor
penghambat
implementasi
pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin meliputi faktor internal dan eksternal. aktor internal bersal dari guru dan orang tua siswa yang terkadang memberikan contoh tidak baik baik dari ucapan maupun perbuatan. Faktor eksternal yaitu lingkungan masyarakat tempat siswa-siswi tinggal, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap hari ditonton. 3. Untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi pendidikan karakter, SDIT Al-Muhajirin melakukan usaha-usaha sebagai berikut : 1). Melakukan evaluasi secara kontinyu, 2). Saling mengingatkan dalam kebaikan dan tidak segan untuk menegur yang berbuat salah, 3). Membuat kesepakatan antara pihak sekolah dan wali murid berkenaan aturan yang ditetapkan di SDIT Al-Muhajirin, 4). Menjalin komunikasi dengan wali murid melalui buku penghubung atau pun via telepon, 5). Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 6). Home visit (kunjungan guru atau wali kelas ke rumah), 7). Menerima saran dan masukan dari berbagai pihak sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas individu baik guru maupun sekolah. B. Saran Berdasarkan
analisis
danpembahasan
implementasi
pendidikan
karakter di SDIT Al-Muhajirin, maka saran yang direkomendasikan penulis antara lain sebagai berikut: 1. Kepada kepala sekolah, hendaknya dalam melakukan perekrutan serta pembinaan guru, akhlaqul karimah dapat dijadikan sebagai orientasi utama dengan tidak mengabaikan kompetensinya. 2. Kepada para guru hendaknya selalu meningkatkan suri teladan yang baik di hadapan siswa-siswinya serta meningkatkan kompetensinya untuk meningkatkan kualitas SDIT Al-Muhajirin
76
3. Para orang tua diharapkan untuk mempertahankan komunikasi serta kerja sama yang baik kepada SDIT Al-Muhajirin dalam mendidik anakanak nya, serta membimbing dan memberi contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah. 4. Kepada para siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin kalian adalah genarasi penerus bangsa yang nantinya akan memimpin bangsa. Masa depan bangsa ada di tangan kalian. Ketika kalian memiliki karakter yang mulia dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari kalian akan mampu mengeksplorasi potensi yang kalian miliki dengan menjaga nilai-nilai yang tidak melanggar agama.
Daftar Pustaka Al- Mishri, Mahmud. Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2011. Anon e-book Shahih Al-Adab Al Mufrad. Anon e-book Terjemah kitab Ihya Ulumuddin jilid ke- 2, 2012. Anwar, Muhammad Jafar dan Muhammad A,Salam, Membumikan Pendidikan Karakter. Jakarta :Suri Tatu’uw, 2015. Ardani, Moh. Akhlak-Tasawuf “Nilai-nilaiAkhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf. Jakarta: Karya Mulia, 2005. Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002. Damayanti, Deni. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Araksa, 2014. e-book KBBI Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hdayatullah. Pedoman Penulisan skripsi. Jakarta, 2013. Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta, 2012. Julian, James dan John Alfred. Belajar KepribadianThe Accelerated Learning for Personality. Yogyakarta: Pustaka Baca, 2008. Kementerian Pendidikan Nasional. Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010. Kesuma, Dharma dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teroi dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang Tua dan Guru. Bekasi: Duta Media Tama, 2013.
Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter Panduan Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media, 2011. Listyarti, Retno. Pendidikan Karater dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. Jakarta: Erlangga, 2012. Mahmud. Pendidikan karakter, Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta, 2011. Manna’ Khalil al-Qattan. Mabahis fi „Ulumil Qur‟an. Diterjemahkan oleh Drs. Mudzakir AS dengan judul Studi ilmu hadits. cet: 8. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2004. Mulyasa, Ahmad. Kurikulum berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Munwar, Risman. “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Godean”. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013. Nata , Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005. -------. Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014. Nurazizah, Ayu. “Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur‟an”. Skripsi pada Strata-1 (S1) UIN Syarifhidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014. Oktavia, Lanny dkk. Pendidikan KarakterBerbasis Tradisi Pesantren. Jakarta: Rene Book, 2014. Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. 2011. Raka, Gede, dkk. Pendidikan Karakter Di sekolah dari Gagasan Ke Tindakan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011.
Rivai, Viethzal dan Sylviana Murni, Education management Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2010. Rosyadi, Rahmat.
PendidikanIslam dalam PembentukanKarakter Anak Usia
Dini. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013. Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011. Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1. (http://www.setneg.go.id) Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara, 20016. Subekti, Ana.“Efektifitas Pendidikan nilai Anak Usia Dini dalam Pembentukan Karakter Islami Anak di Kelompok Bermain Budi Mulia Dua Terban Yogyakarta”. Yogyakarta, 2012. Sudaryono. Educational Research Methodology. Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia, 2014. Sudrajat, Ajat. Mengapa Pendidikan Karaker?. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun I, Nomor 1,2011. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009. Sulaiman, Abu Amr Ahmad. diterjemahkan oleh Luqman hakim., “Metode Pendidikan Anak Muslim Usia 6 s/d 9 tahun”. Jilid Dua. Jakarta: Darul Haq, 2005. Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An Nawawi. 40 Terjemah Hadits Arbain Nawawy dalam Judul Asli “Arba’in an-Nawawy Syaikh Yahya Bin Syarafuddin anNawawy Fil Ahaadiitsis Shahiihah an-Nabawiyyah” diterjemahkan oleh H.M. Mundar. Jakarta: Wangsamerta, 2011.
Tim Direktorat Jenderal manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah kementerian Pendidikan Nasional.
Pendidikan karakter kumpulan
pengalaman inspiratif. 2010. Yaumi, Muhammad. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi. Jakarta:Prenadamedia Group, 2014. Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter konsepsi dan Aplikasinya dalam Lemabaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Lampiran 1 Transkip Wawancara Narasumber
: Sutrisno, M.Pd
Jabatan
: Kepala SDIT Al-Muhajirin
Waktu
: 15 Desember 2015, 08:30 WIB
Pewawancara : Bagaimana latar belakang berdirinya SDIT Al-Muhajirin? Narasumber
: SDIT berdiri tahun 2006. Dilatarbelakangi oleh antusias wali
murid RA yang ingin melanjutkan sekolah anaknya di sekolah islam.Selain itu melihat kondisi moral dan akhlaq anak-anak dilingkungan sekitar juga memprihatinkan, sehingga muncul kesadaran YAMB untuk membangun SDIT. Pada awal beririnya SDIT Al-Muhajirin dilingkungan koja belum ada, maka dari pembangunan SDIT mendapat dukungan yang lumayan bagus dari masyarakat sekitar. Pewanwancara: Apa visi, misi, serta tujuan SDIT Al-Muhajirin? Narasumber
: Visi SDIT Al-Muhajirin “Mencetak generasi muslim berakhlaq
Imtaqbdan berwawasan Iptek”, sedangkan beberapa misi nya “Memberikan pendidikan yang terbaik dengan metode modern, Menciptakan siswa yang berakhlaqul karimah, cerdas, kreatif dan inovatif”. SDIT Al-Muhajirin bertujuan mengembangkan budaya sekolah yang religius melalui kegiatan keagamaan, semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif berbasis pendidikan karakter, menyelenggarakan berbagai kegiatan di bidang IPTEK, Bahasa, olahraga dan seni budaya sesuai bakat, minat dan potensi siswa. Pewanwancara : Konsep apa yang diterapkan di SDIT pada keseluruhan proses pembelajaran? Narasumber
: SDIT merupakan sekolah dasar islam yang mengimplementasikan
konsep pendidikan islam berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan
memadukan antara pendidikan Aqliyah, ruhiyah dan Jasadiyah. Diharapkan agar keseluruhan potensi yang ada dalam diri siswa berkembang, baik akal intelektualnya, perilaku serta kualitas iaman dan takwa nya ke pada Allah SWT. Seseuai dengan visi SDIT Al-Muhajirin. Pewawancara : Bagaimana sekolah memperkenalkan dan menanamkan karakter pada siswa? Narasumber
: Mengenalkan karakter-karakter yang baik itu pertama dengan
menyampaikan hadits-hadits yang berkaitan dengan adab seorang muslim baik dalam bergaul maupun dalam kesehariannya. Kedua dengan mengenalkan karakter-karakter rosul serta para sahabat. Kedua cara ini disampaikan kepada seluruh siswa saat muroja’ah usbuiyyah atau muroja’ah mingguan setiap hari jum’at dilapangan. Untuk lebih mendalam lagi biasanya guru menyampaikan kembali ke anak-anak saat mengajar di kelas. Untuk nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan ke pada anak adalah nilai-nilai karakter islami, kenapa karakter islami yang diutamakan. Karna dalam islam semua sudah aturannya, dari seseorang membuka mata nya (bangun tidur) sampai tidur lagi semua ada aturannya. Nah penanaman karakter-karakter nya sendiri dengan menanamkan kebiasaankebiasaan yang baik sesuai aturan al-qur’an dan sunnah. Misalnya mengucapkan salam, makan dan minum dengan tangan kanan dan tidak sambil beridiri, menjalankan ibadah sunnah seperti shalat dhuha, sholat di awal waktu, wudhu dengan tertib dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan seperti itu yang kami harapkan dapat ternaman dalam diri siswa sehingga nantinya akan menjadi karakter yang melekat. Pewawancara : Bagaimana peran serta orang tua dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin? Narasumber
: Selama ini orang tua siswa selalu mendukung apa yang
diprogramkan sekolah walaupun kadang ada kendala, tapi lebih banyak yang mendukung karena mereka sadar bahwa yang dilakukan sekolah untuk kebaikan anak-anaknya. Misalnya, setiap anak dari kelas 1-6 diberikan form pembiasaan sholat 5 waktu dan pembiasaan mengaji yang harus diawasi dan di tanda tangani
orang tua, selama ini tidak ada yang mengeluhkan masalah itu malah banyak orang tua yang berterimakasih karena dengan kedua form tersebut anak mereka jadi rajin shalat dan mengaji dirumah. Jika ada anak yang sulit diatur oleh orang tuanya mereka malah mengadu ke pihak sekolah (wali kelas) minta agar anaknya dinasehati, setelah itu anak ada perubahan, yang tadinya suka melawan jadi berkurang, yang malas shalat jadi rajin. Intinya orang tua siswa selalu menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah terkait dengan perkembangan anaknya dirumah. Pewawancara : Nilai karakter apa yang diutamakan dalam implementasi pendidikan karakter? Narasumber: Nilai yang diutamakan diterapkan tentunya nilai-nilai karakter islami. Karena saat kita bicara karakter islami semua itu sudah ada aturannya. Mulai dari adab pergaulan, kebersihan, adab makan dan minum dll. Diharapkan dengan mengenalkan karakter islami pada anak sejak dini akan dapat menjadi pedoman dan bekal hidup untuk anak saat ia dewasa nanti agar berpegang teguh pada nilai-nilai agama yang dianutnya, yaitu agama islam. Berdasarkan analisis yang ada, beberapa kesimpulan yang dapat di ambil dari wawancara di atas adalah, SDIT Al-Muhajirin merupakan sekolah dasar islam yang menjadikan Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai landasan dalam setiap proses pembelajarannya dengan memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah. Ketiga aspek tersebut diharapkan dapat berkembang dalam diri peserta didik sehingga bukan hanya intelektualnya saja yang matang, namun akhlaq serta iman dan ketakwaan nya kepada Allah SWT juga meningkat. Pendidikan karakter merupakan tujuan utama SDIT Al-Muhajirin, nilai-nilai krakter yang diterapkan adalah nilai-nilai karakter islami yang berpedoman pada al-qur’an dan sunnah. Cara yang ditempuh untuk mengenalkan karakter islami dengan mendengarkan hadits-hadits singkat pada setiap hari jum’at (muroja’ah yaumiyah) sertamenceritakan kepada anak kisah-kisah teladan pada zaman rosul dan sahabat, kedua cara ini diperkuat dengan pengulangan oleh wali kelas dan guru yang mengajar. Karakter islami dipilih sebagai dasar dalam implementasi
pendidikan karakter karena nilai-nilai yang terkandung sudah mencakup keseluruhan aspek kehidupan manusia. jika dibandingkan dengan 18 nilai karakter dari pemerintah karakter islami sudah sangat lengkap. Mengetahui, Narasumber
Sutrisno, M.Pd
Jakarta, 15 Desember 2015 Pewawancara
nnnn
Anis Novi Setia Dewi
Lampiran 2 Transkip Wawancara Narasumber
: Ridwan Malik, S.Pd
Jabatan
: Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Waktu
: 15 Desember 2015
Pewawancara : Kurikulum yang digunakan SDIT Al-Muhajirin? Narasumber : Kurikulum yang digunakan di SDIT adalah kurikulum Departemen Agama yang dipadukan dengan kurikulum pendidikan dasar serta diolah sesuai dengan visi dan misi SDIT Al-Muhajirin. Dengan menggunakan model fullday school atau sekolah sehari penuh agar siswa mendapat porsi yang seimbang antara pendidikan agama serta pendidikan umum seperti sekolah dasar. Pewawancara : Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SDIT AlMuhajirin? Apakah ada buku pedoman dalam implementasi pendidikan karakter? Narasumber
: Pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT sudah terintegrasi
kedalam seluruh mata pelajaran serta kegiatan sekolah, Ada juga pelajaran yang dikhususkan untuk pendidikan karakter (kurikuler) diantaranya Tahfidz, Tahsin, dan Pendidikan Agama Islam. Ekstrakurikuler juga termasuk program untuk membentuk karakter anak. Diantaranya ekskul yang terdapat di SDIT ialah: marawis, marching band, tari daerah, pramuka, bela diri taekwondo,paskibra, dan futsal. Untuk siswa-siswi kelas 4-5 setiap minggunya ada program keputraan dan keputrian, program ini mengkaji tentang materi-materi fiqh serta tata cara bergaul sesama muslim. Hal ini dianggap penting karena untuk mempersiapkan siswasiswi terjun ke dalam masyarakat. Selain ekskul dan kegiatan keputrian serta keputraan
untuk menanamkan karakter islami dalam diri siswa juga SDIT
mengadakan MABIT (malam bina iman dan taqwa), pesantren romadhon yang dibarengi dengan santunan anak yatim serta peringatan hari besar islam. Sedangkan untuk membentuk karakter kerja sama, cinta lingkungan serta cinta tanah air SDIT mangadakan outbond serta wisata ilmiah. Untuk menanamnkan karakter mandiri serta entrepreneurship dalam diri siswa diadakan Market day setiap hari jum’at di minggu pertama dan ketiga.
Pewawancara : Kegiatan ko-kurikuler dan non-kurikuler apa saja di SDIT AlMuhajirin yang menunjuang implementasi pendidikan karakter? Narasumber : Kegiatan kurikuler yaitu kegiatan yang masuk dalam proses belajar mengajar, diantaranya pelajaran umum, tahfidz, pendidikan agama islam dan tahsin. Sedangkan non-kurikuler diantaranya seluruh kegiatan yang dilaksanakan sekolah dan sudah menjadi kebiasaan sehingga menjadi budaya sekolah yang islami, seperti berdo’a sebelum melaksanakan aktifitas, adab terhadap sesama dan lingkungan, adab makan dan minum serta kegiatan-kegiatan ibadah yang dilaksanakan di SDIT Al-Muhajirin, temasuk juga peringatan hari besar islam atau peringatan 17 agustus. Pewawancara : Standar kompetensi lulusan yang diharapkan sekolah? Narasumber : Standar kompetensi lulsan yang diharapkan diantaranya hafal 2 Juz (Juz 30 dan 29) jika hafal akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti, lalu berakhlakul karimah, salimil aqidah serta shohibul ibadah, berbakti kepada orang tua, gemar membaca, memiliki disiplin serta tanggung jawab yang tinggi menguasai ilmu pengetahuan. Pewawancara : Nilai-nilai apa saja yang di terapkan dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT? Narasumber : nilai-nilai yang diterapkan dalam implementasi pendidikan karakter tentunya nilia-nilai karakter islami, seperti mengajarkan kepada anak untuk berwudhu sebelum shalat dengan wudhu yan sempurna, melaksanakan shalat berjama’ah baik sunnah maupun shalat wajib, adab makan dan minum, adab terhadap guru, orang tua dan teman, kewajiban untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Pewawancara : Bagaimana proses rekrtumen guru dan penerimaan siswa? Narasumber : Guru serta seluruh staf dan stake holder sekolah dijadikan role model bagi terbinanya karakter dalam diri anak, oleh sebab itu dalam proses rekruitmen guru dilakukan seleksi yang sangat ketat, diantaranya tahapan-tahapan seleksi nya adalah, seleksi berkas, tes tahfidz dan tahsin (min. guru harus hafal juz 30 sedangkan guru tahfidz harus hafal minimal 5 juz)tes microteaching, tes wawancara dengan pihak sekolah dan yayasan. Setelah dinyatakan lulus akan diadakan proses penilaian kinerja guru dalam setiap bulannya termasuk akhlak serta komitmen yang ditampilkan guru dalam kesehariannya. Sedangkan penerimaan siswa melali seleksi Tes Potensi Akademik (TPA) yang beerja sama dengan Fakultas Psikologi UI jadi instrument yang buat mereka. Hal ini mejadikan daya saing yang tinggi dalam penerimaan siswa baru. Siswa banyak berasal dari RA Al-Muhajiri dan dari TK sekitar yang memiliki daya saing yang tinggi juga.
Pewawancara : Kondisi guru dan siswa SDIT? Narasumber : Jumlah guru di SDIT 36 orang secara keseluruhan adalah lulusan S1 bidang pendidikan dari universitas dalam dan luar negeri. Sedangkan siswa berjumlah kurang lebih 523 siswa dengan latar belakang keluarga dan kondisi ekonomi yang berbeda-beda. Pewawancara : Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter? Narasumber : Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan Taqwa) dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan visi SDIT Al-Muhajirin. Sehingga diharapkan setelah lulus siswa dapat mengemban amanahnya sebagai kholifah fil ardh. Untuk semua itu SDIT Al-Muhajirin menerapkan konsep full day school sehingga diharapkan dapat dengan leluasa mengembangkan kurikulumnya. Dalam konsep pembelajaran SDIT tidak mengenal istirahat. Waktu yang biasa kita gunakan untuk istirahat sebenarnya adalah pembiasaan-pembiasaan yang kita tanamkan untuk anak, yaitu pembiasaan makan dengan baik, makan tidak menggunakan tangan kiri, makan dan minum tidak sambil berdiri serta pembiasaan bergaul yang baik terhadap teman. Karakter islami serta berkepribadian yang kokoh dapat menjadi bekal utama dalam hidup bermasyarakat yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi. Oleh karena itu disekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun orang tua yang mengantar dan menjemput anak harus membiasakan dan mempraktekkan karakter-karakter islami. Oleh karena itu SDIT selalu berupaya untuk menanamkan pembiasaan karakter islami dalam setiap kegiatan. Guru-guru SDIT juga selalu dibina agar dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi siswa maupun orang tua siswa. Pemberian contoh ini dibarengi dengan pelaksanaan program-program yang tersusun rapi untuk menanamkan nilai-nilai karakter islami dilingkungan sekolah. Factor yang menghabat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Muhajirin diantaranya ada dua factor yaitu: factor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu ada dalam diri guru, misalnya terkadang berbicara kasar, berlebihan dalam bercanda dengan teman seprofesinya. Hal ini yang terus kita lakukan pembinaan dan perbaikan dengan menegur guru yang bersangkutan. Factor internal juga dapat muncul dari diri orang tua dirumah, misalnya orng tua nya suka berbicara kasar, berbicara bohong dengan maksud meng-iming imingi anak namun tidak dilaksanakan, hal ini dapat berdampak buruk bagi pembentukan karakter anak. Kedua faktor ekternal yaitu lingkungan masyarakat tempat anak itu bergaul, gaya bicara masyarakat sekitarnya, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap hari ia lihat.
Pewawancara : Cara mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi pendidikan karakter?
Narasumber : Dalam mengatasi hambatan internal sekolah selalu berupaya untuk menyusun program-program penanaman karakter baik bagi guru maupun siswa dengan rapi serta dilakukan perbaikan secara kontinyu, seperti yang diungkapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwasanya “kebenaran yang tidak terorganisir akan kalah dengan kebathilan yang terorganisir”. oleh sebab itu kerapihan dalam menyusun program-program penanaman karakter menjadi hal yang sangat urgent dibicarakan dalam setiap rapat, upaya-upaya perbaikan pun selalu terus dilakukan serta yang tidak kalah pentingnya yaitu saling menegur jika ada guru yang berbuat salah juga merupakan saranan dalam memperbaiki implementasi pendidikan karakter. SDIT Al-Muhajirin juga telah mempunyai mekanisme yang telah disepakati bersama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, diantaranya yaitu: 1) Aturan-aturan yang harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2) Menjalin komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3) Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit (kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Muhajirin juga dengan tangan terbuka menerima masukan dari orang tua siswa yang disampaikan langsung ke wali kelas atau pihak sekolah sebagai uapaya perbaikan dan peningkatan kualitas individu baik guru maupun pihak sekolah. Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara diatas adalah, kurikulum yang digunakan SDIT Al-Muhajirin adalah kurikulum dari DepartemenAgama yang dipadukan dengan kurikulum pendidikan dasar serta diolah sesuai dengan visi, misi SDIT Al-Muhajirin. Dalam implementasi pendidikan karakter ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh SDIT Al-Muhajirin, yaitu kegiatan kurikuler dan non kurikuler. Kegiatan kurikuler diantaranya, kegiatan belajar mengajar dikelas yang terbagi menjadi beberapa mata pelajaran yaitu pelajaran umum seperti matematika, bahasa Indonesia, bahasa inggris, IPA, IPS, PKN PLBJ dan SBK. Pendidikan agama islam seperti aqidah akhlak, fiqih ibadah, al-qur’an hadit dan sejarah kebudayaan islam. Pelajaran tahfidz dan tahsin dengan metode qiro’ati. Sedangkan kegiatan non-kurikuler yaitu kebiasaan-kebiasan yang telah dilaksanakan secara terus menerus sehingga menjadi budaya sekolah yang religius, seperti berdo’a sebelum melaksanakan aktifitas, muroja’ah yaumiyah dan muroja’ah usbu’iyah, membiasakan shalat sunnah dan shalat wajib, membiasakan makan dan minum yang halal dan makan tidak dengan berdiri serta menggunakan tangan kanan, sikap menghormati guru, bergaul yang baik dengan teman, kewajiban menjaga kebersihan diri serta kebersihan lingkungan. Selain kegiatan kurikuler dan non-kurikuler ada juga kegiatan yang dijadwalkan oleh SDIT Al-Muhajirin seperti kegiatan Market day, outing class (outbond dan wisata ilmiah), peringatan hari besar nasional dan hari besar islam, kegiatan keputraan dan keputrian. Iselain itu juga ada kegiatan ektrakurikuler yang dapat
menanamkan nilai-nilai karakter positif dalam diri siswa, seperti kepramukaan, marawis, marching band, pencak silat, taekwondo, dan futsal. Proses implementasi pendidikan karakter di SDIT sangat bergantung dengan komitmen yang kuat dari seluruh guru. Guru menjadi contoh sekaligus pengawas dalam implementasi pendidikan karakter. Oleh sebab itu yang dilakukan guru harus sesuai dengan peraturan serta program sekolah. Maka dari itu proses rekruitmen guru dilakukan seleksi yang sangat ketat, diantaranya tahapan-tahapan seleksi nya adalah, seleksi berkas, tes tahfidz dan tahsin (min. guru harus hafal juz 30 sedangkan guru tahfidz harus hafal minimal 5 juz)tes microteaching, tes wawancara dengan pihak sekolah dan yayasan. Setelah dinyatakan lulus akan diadakan proses penilaian kinerja guru dalam setiap bulannya termasuk akhlak serta komitmen yang ditampilkan guru dalam kesehariannya. Begitu juga dengan siswa siswi SDIT. Sebelum di terima menjadi siswa-siswa SDIT terlebih dulu melaksanakan Tes Potensi Akademik (TPA) yang di buat oleh fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Adapun factor pendukung implementasi pendidikan karakter di SDIT AlMuhajirin adalah komitmen yang kuat dari guru dan orang tua siswa. Kedua pihak harus saling kerjasama dan menjalin komunikasi untuk keberhasilan implementasi pendidikan karakter. Apa yanga= sudah diajarkan di sekolah harus di terapkan juga dirumah tentunya dengan pengawasan orang tua. Sedangkan yang menjadi penghambat iaah lingkungan tempat anak tinggal dan dibesarkan. Karena sekolah menyadari pengaruh lingkungan sangat besar dalam proses implementasi pendidikan karakter yang telah di ajarkan maka sekolah melakukan beberapa upaya untuk mengatasinya, diantaranya yaitu: 1) Menerapkan aturan-aturan yang harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2) Menjalin komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3) Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit (kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Muhajirin juga dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari orang tua siswa maupun pihak lain yang dapat disampaikan kepada wali kelas atau pihak sekolah sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas sekolah. Mengetahui, Narasumber
Ridwan Malik, S.Pd
Jakarta, 15 Desember 2015 Pewawancara
nnnn
Anis Novi Setia Dewi
Lampiran 3 Transkip Wawancara Narasumber
: Maulid Rokhim, S.PdI
Jabatan
: Koordinator Tahfidz
Waktu
: 15 Desmber 2016
Pewawancara : Hakikat pendidikan karakter? Narasumber : Pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang mengedepankan perbaikan karakter dengan menanamkan karakter islami. Karena dalam islam semua sudah jelas aturannya,. Islam mengatur bagaimana seseorang harus bersikap baik pada diri, dengan orang lain bahkan lingkungan. Seperti misalnya bersikap baik pada diri sendiri dengan menjaga kehormatan diri dengan tidak memperlihatkan auratnya, tidak membanggakan bentuk tubuhnya, hal hal seperti itu yang harus diperbaiki oleh pendidikan. Karena pendidikan tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas dalam pengetahuan melainkan cerdas secara sikap dan perilaku. Pewanwancara: Standar kelulusan tahfidz di SDIT Al-Muhajirin ? Narasumber : SDIT menentapkan standar kelulusan untuk tahfidz yaitu 2 Juz ( juz 29 dan juz 30) yang akan di tes saat kelas 6 yaitu menjelang kelulusan. Jika siswa sudah mampu menghafal 2 juz maka ia berhak mendapat surat keterangan (semacam sertifikat) hafal 2 Juz. Alhamdulilah banyak dari siswa-siswi SDIT sebelum kelas 6 sdh hamper menyelesaikan hafalan 2 Juz, dengan begitu saat lulus bias lebih dari 2 Juz. Pewawancara : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tahfidz? Narasumber : Pembelajaran tahfidz setiap minggunya dialokasikan waktu 3-4 kali tatap muka (8x35 menit). Selain pembelajaran dikelas ayat-ayat yang sudah dhafal siswa akan di muroja’ah (diulang) setiap harinya pada awal sebelum KBM di mulai yaitu 06.30 sampai 07.30. sedangkan saat hari jum’at diadakan Muroja’ah Usbu’iyah atau muroja’ah mingguan, tempatnya dilapangan. Jadi pada hari jum’at setiap siswa berkumpul dilapangan untuk muroja’ah hafalan yang telah dihafalkannya selama satu minggu, selain hafalan ayat al-qur’an saat muroja’ah Usbu’iyah siswa diberikan hafalan hadits-hadits pendenk berkaitan dengan akhlak, misalnya larangan makan dan minum sambil berdiri, menutup aurat, adab terhadap orang tua dan teman dll. Selain itu terkadang juga ada kisah inspiratif para tabi’in.
Pewawancara : Mengapa pelajaran tahfidz menjadi pelajaran pokok da nada di dalam KBM? Narasumber : Menghafal Al-qur’an berpengaruh dalam pembentukan karakter mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan kandungankandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan memahami isinya akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya. Begitu juga dengan hadits-hadits dan do’a-do’a pilihan yang di ajarkan di SDIT AlMuhajirin. Sengaja di pilih hadits yang pendek dan mudah dipahami anak agar anak mudah mempraktekkan nya dalam kehidupan Pewawancara : Faktor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter? Narasumber : Pendidikan yang sempurna bukan hanya mengajarkan anak untuk cerdas dalam pengetahuan, namun haurs cerdas dalam sikap dan perilaku. Keberhasilan pendidikan yang seperti itu tidak akan dapat dicapai jika hanya dilaksanakan oleh pihak sekolah saja, tapi membutuhkankerja sama semua pihak terutama keluarga dan lingkungan masyarakat. Saat disekolah anak akanmencontoh pada gurunya, sedangkan saat anak dirumah orang tua nya yang akan menjadi contoh, oleh sebab itu karakter orang tua juga harus dibina, sebab orang tua yang baik akan memberikan pengaruh baik dalam pendidikan anak Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara diatas adalah, pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang mengedepankan perbaikan karakter dengan menjadikan karakter islami sebagai landasannya. Karena islam sudah mengatur semua aspek kehidupan manusia, hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan lingkungan semua sudah ada aturannya. Ketentuan standar kelulusan tahfidz yaitu 2 juz, diantaranya juz 30 dan juz 29 yang diajarkan dari kelas 1 sampai kelas 6 dan di tes pada saat kelulusan kelas 6. Jika sudah tercapai target hafalannya maka akan diberikan sertifikat dari sekolah sebagai bukti telah menyelesaikan dan memenuhi persyaratan untuk lulus tahfidz. Pembelajaran tahfidz dilaksanakan seminggu 8 jam (8x35 menit) dan waktunya 34 hari. Selain menghafal saat pelajaran tahfidz, ayat-ayat yang diajarkan di ulang setiap pagi hari pada kegiatan muroja’ah yaumiyah (harian) dan usbu’iyah (mingguan). Menghafal Al-qur’an berpengaruh dalam pembentukan karakter mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan kandungankandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan memahami isinya akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya.
Mengetahui, Narasumber
Maulid Rokhim, S.PdI
Jakarta, 15 Desember 2015 Pewawancara
nnnn
Anis Novi Setia Dewi
Lampiran 4 Transkip Wawancara Narasumber
: Harmino Nurbi, S.PdI
Jabatan
: Kordinator Ubudiyah
Waktu
: 24 Juni 2016
Pewawancara : Apa tujuan pelaksanaan kegiatan keputraan dan keputrian? Narasumber : Tujuannya adalah pendalaman materi agama islam bagi siswa dengan materi aqidah, fiqh ibadah,akhlak.1l Pewawancara : Bagaimana prosedur pelaksanaan kegiatan tersebut? Narasumber : Prosedur keputraan adalah siswa kelas 4, 5 dan 6. Setiap kelas mendapat giliran satu kali pertemuan dalam satu minggu. Kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari rabu dan kelas 6 hari kamis. Sedangkan keputrian dilaksanakan setiap hari jum’at saat siswa ikhwan melaksanakan shalat jum’at Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan tersebut? Narasumber : Diantara materinya adalah kaifiyah wudhu, rukun iman, rukun islam, kaifiyah shalat fardhu dan shalat berjama’ah, adab di masjid, adab terhadap guru, orang tua, sesama dan lingkungan Pewawancara : Apa saja factor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tersebut? Narasumber : Faktor pendukungnya ialah support penuh dari pimpinan sekolah serta antusias tinggi dari anak-anak. Sedangkan factor penghambatnya ialah kurang nya dukungan dari guru yang guru dimintai menjadi narasumber serta waktu yang terbatas. Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara diatas adalah kegiatan keputraan dan keputrian dilaksanakan setiap seminggu sekali. Siswa yang menjadi target pelaksanaan adalah siswa kelas 4-6 dengan jadwal sebagai berikut, kegiatan keputraan kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari rabu, dan kelas 6 hari kamis. Sedangkan kegiatan keutrian dilaksanakan setiap hari jum’at saat siswa ikhwan sedang melaksanakan shalat jum’at. Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah pendalaman materi pendidikan agama islam untuk siswa-siswi kelas 4-6 dengan materi sebagai berikut (aqidah, fiqh dan akhlak) kaifiyah wudhu, rukun iman, rukun islam, kaifiyah shalat fardhu
dan shalat berjama’ah, adab di masjid, adab terhadap guru, orang tua, sesama dan lingkungan. Selama kegiatan tersebut berlangsung terdapat beberapa hambatan yaitu kurang nya dukungan dari guru yang dimintai menjadi narasumber serta waktu yang terbatas. Selain hambatan kegiatan keputraan dan keputrian ini emndapat dukungan yang peuh dari pimpinan sekolah dan antusias yang tinggi dari para siswa-siswi SDIT Al-Muhajirin. Mengetahui,
Jakarta, 24 Juni 2016
Narasumber
Pewawancara
Harmino Nurbi, S.PdI
nnnn
Anis Novi Setia Dewi
Lampiran 5
Hasil Observasi Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Muhajirin
No. 1.
Aspek yang diamati Kegiatan
Ada
merencanakan
Tidak
Keterangan Kegiatan
merencanakan
program-
program-program
progam penanaman karakter dilakukan
implementasi
setiap awal semester II tahun ajaran
pendidikan
karakter
sebelumnya
pada
RAKER
(rapat
kerja) . Gunanya agar sekolah sudah benar-benar siap dalam pelaksanaan
√
program-program
serta
kegiatan
penenaman karakter siswa. Diantara yang
menjadi
pembahasan
pokok
adalah; Kurikulum, keagamaan, sarana dan prasarana, ekstrakurikuler, serta keuangan. Rapat kerja dihadiri oleh pihak yayasan, komite serta seluruh guru SDIT Al-Muhajirin. 2.
Pelaksanaan
program
Pelaksanaan
program
untuk
pendidikan karakter untuk
mengoptimalkan potensi olah pikir
mengoptimalkan
terdiri dari kegiatan belajar mengajar
potensi
olah pikir
√
di kelas (KBM), kegiatan Pendalaman mater (PM) untuk kelas 6 serta pendalaman materi dan remedial bagi siswa-siswi yang dalam pembelajaran dirasa belum memenuhi syarat KKM
3.
Pelaksanaan
program
Pelaksanaan
pendidikan karakter untuk mengoptimalkan olah hati
potensi
progam
untuk
mengoptimalkan olah hati siswa terdiri
√
pembiasaan akhlakul karimah siswa dalam setiap kegiatan, diantaranya pembiasaan adab yang terhadap guru dan orang tua, adab terhadap teman
sebaya, adab terhadap adik kelas dan kaka kelas, adab makan dan minum. Keberhasilan program dapat dilihat salah satu nya pada waktu istirahat, penulis melihat siswa-siswi menegur teman nya yang makan dan minum sambil berdiri dengan mengucapkan salah satu hadits “Laa yasrobanna ahadukum qooiman”, lalu saat ada teman
yang
rambut
nya
terlihat
mereka berkata “Al haya u minal iman” dan teman yang diingatkan tidak
marah
mereka
langsung
menuruti teman yang mengingatkan. 4.
Pelaksanaan
program
Pelaksanaan
program
untuk
pendidikan karakter untuk
mengoptimalkan potensi olah raga
mengoptimalkan
anak terdiri dari mata pelajaran seni
potensi
olah raga
budaya dan keterampilan, penjasorkes, serta kegiatan outing class (outbond
√
dan wisata ilmiah) serta market day setiap hari jum’at. Penulis melihat saat kegiatan Market Day mereka sangat terampil dan penuh antusia dalam melayani pembeli yang terdiri dari siswa-siswi dan guru SDIT.
5.
Pelaksanaan
program
Pelaksanaan
program
untuk
pendidikan karakter untuk
mengoptimalkan potensi olah karsa
mengoptimalkan
siswa
olah karsa
potensi
√
terdiri
dari
pembiasaan
berakhlakul karimah terhadap guru, orang tua, dan teman. Hal ini terlihat dari adanya peraturan-peraturan kelas yang dibuat oleh wali kelas dan
disepakati bersama dan harus ditaati oleh
seluruh
siswa,
diantara
peraturannya adalah, izin jika ingin keluar kelas, mengucapkan salam ketika masuk, tidak bertengkar dengan teman,
berbicara
dengan
teman
menggunakan bahasa yang baik dan lembut, tidak bermain kasar, dll. Selain
itu
kewajiban
menjaga
kebersihan lingkungan juga diterapkan dengan baik, hal ini terlihat adanya kelompok piket setiap harinya serta masing-masing
siswa
sudah
bertanggung jawab merapihkan serta membuang
sampah
atau
sisa-sisa
makanannya sendiri. 6.
Intervensi
semua
pihak
Intervensi semua pihak terkait tentu
terkait
implementasi
ada. Hal ini dibuktikan dengan turut
pendidikan
karakter
di
√
SDIT Al-Muhajirin
andil
nya
semua
guru
merencanakan,pelakasanaan
dalam serta
evaluasi program pendidikan karakter. 6.
Evaluasi implementasi
program
Bentuk
pendidikan
evaluasi
implementasi
karakter
pendidikan
program karakter
berupa buku catatan siswa, serta evaluasi
√
setiap
program
yang
dilaksanakan. Semua itu akan dibahas saat rapat KBM yang diadakan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari kamis pukul 14.30.rapat ini dihadiri oleh seluruh guru SDIT
Lampiran 6
Hasil Observasi Studi Dokumen No. 1.
Dimensi Organisasi
Sumber Dokumen
Keterangan
Profil SDIT, Visi,misi dan Ada tujuan SDIT.
2.
Petunjuk teknik pelaksanaan Tidak Ada. SDIT tidak memiliki program
implementasi petunjuk teknis pelaksaan setiap
pendidikan karakter
program pendidikan karakter,
Kegiatan
pelaksaan kegiatan dilaksanakan
implementasi
berdasarkan hasil raker dan teknis nya telah menjadi budaya yang dilakukan secara terus menerus.
3.
Ada. Catatan jadian penting setiap siswa di buat oelh wali Siswa
Catatan kejadian penting
kelas masing-masih siswa serta guru Pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan Konseling
Lampiran 7 Hasil Observasi Sarana Prasarana SDIT Al-Muhajirin No .
Sarana dan prasarana Sekolah
Status Tidak Baik Ada Ada
1.
Ruang Kelas
√
√
2.
Tempat ibadah
√
√
3.
Sarana olah raga
√
√
4.
Perpustakaan
√
√
Keadaan Sedang Tidak Baik
Ket Terdapat 21 ruang kelas cukup untuk keseluruhan jumlah siswa. Setiap kelas dilengkapi AC Masjid AlMuhajirin terdiri dari dua lantai dengan kondisi yang sangat baik dan fasilitas yang lengkap cukup untuk menampung jama’ah dari siswa SDIT, Mts, Aliyah, serta warga sekitar. Kondisi lapangan sangat baik dan dilengkapi dengan gawang bola, ring basket serta net. Luas lapangan cukup untuk menampung seluruh siswa. Letak perpustakaan di lantai 2 gedung sekolah. Kondisinya baik dan koleksi bukunya lengkap. Tapi
5.
Lab. Komputer
√
√
6.
UKS
√
7.
Alat kesenian
√
√
8.
Alat olahraga
√
√
√
masih sedikit untuk koleksi buku pengetahuan umum. Letaknya dilantai satu. Digunakan secara bergiliran. Computer yang tersedia cukup untuk siswa. Tapi ada beberapa computer yang mati dan masih dalam perbaikan. UKS belum memiliki ruagan khusus. Letak UKS didalam ruang guru dan disekat menggunakan lemari. Namun kasur serta obat-obatan lainnya sudah tersedia. Alat kesenian berupa alat-alat marawis, marching band dan property tari. Alat olahraga tersedia dalam jumlah yang cukup. Seperti bola basket, bola sepak, net badminton, pembatas lapangan, matras dan
√
√
10. Kantin
√
√
11. Tong sampah
√
√
12. Rak sepatu
√
√
13. Loker siswa
√
14. Gudang
√
9.
Alat kebersihan
√
√
sarung tangan dan jaket untuk taekwondo. Setiap kelas dilengkapi dengan alat-alat kebersihan seperti, sapu, kain pel, lap tangan dan sabun cuci tangan serta tissue Terdapat dua kantin di SDIT Al-Muhajirin, satu letaknya dibelakang dan satu lagi di depan. Tong sampah tersedia di setiap kelas dan dilapangan dengan kondisi baik dan ukuran yang besar. Setiap kelas di berikan rak sepatu yang diletakkan di depan kelas masing-masing. Setiap siswa mendapatkan satu loker untuk menyimpan buku-bukunya. Kondisinya ada beberapa loker yang pintunya rusak. Letak gudang di bawah tangga sekolah dengan kondisi yang baik
Lampiran 8 Daftar Guru dan Karyawan SDIT Al-Muhajirin Tahun ajaran 2015-2016
No.
Nama
Jabatan
1.
Sutrisno, M.Pd
Kepala Sekolah
2.
Safrudin, S.Ag
-
3.
Dikdik Iwan Setiawan, S.Pdi
Wakasek. Bid kesiswaan dan humas
4.
Ridwan Malik, S.Pd
Wakasek. Bid. Kurikulum
5.
Thia Utami, S.Pd
Wali Kelas VI B
6.
Haning Nurbaiti, S.pd
Asst. Wali Kelas I C
7.
Irawati MADSL, S.Pd
Wali Kelas IV A
8.
Maulid Rakhim, S.Pdi
Koord. Tahfidz
9.
Lulu Faridah, S.Pd
Wali Kelas VI A
10.
Mashudi, S.Pdi
Wali Kelas IV C
11.
Poetri Nyndhita, S.Sos.I
Wali Kelas IV B
12.
Siti Robiyah, S.Pd
ASS.Walas III A
13.
Nurhayati, M.Pd
Wali Kelas III B
14.
Nunik Murtini, S.Pd
Wali Kelas VA
15.
Siti Wanti, S.Pd
Wali Kelas I D
16.
Siti Sholeha, S.Hi
Wali Kelas II D
17.
Misbah, S.Pd
Wali Kelas III A
18.
Fitriana, S.Pdi
Ass.Walas III B
19.
Siti Nihayatunnajah, Lc
Ass.Walas III C
20.
Khoeron Asnafi, S.Pdi
Wali Kelas V B
21.
Nurdin Hidayatullah, S.Kom.i
Guru Bidang Studi
22.
Mufrodi, S.Pdi
Wali Kelas II A
23.
Ervina, S.Pd
Wali KElas I A
24.
Erna Susianti, S.Pd
Wali Kelas I B
25.
Evi Nur’aini, S.Pdi
Wali Kelas III C
26.
Fitriasih, S.Pd
Wali Kelas II B
27.
Rizka Hairunnisa, S.Pd
Wali Kelas II C
28.
Jamaludin, S.Pdi
Ass.Walas II C
29.
Abdul Syukur, S.Pdi
Ass.Walas I A
30.
Muhammad Yamin, S.Pd
Guru bidang Studi
31.
Agi Yuwilayani, S.Pdi
Ass.Walas B
32.
Fitiriana Aulia, S.Pdi
Walas I C
33.
Harmino Nurby, S.Ag
Guru Bidang Study
34.
Elwin Nurmansyah, S.Or
Guru Bidang Studi
35.
Nurul Qo’idah, S.Pdi
Ass.Walas II A
36.
Siti Marhamah, S.Pdi
Guru Bidang Studi
37.
Subaha, S.Pdi
Ass.Walas I B
38.
Sri Rudiyati, S.Pd
Ass.Walas Kelas II D
39.
Burhanudin
TU
40.
Ahmad Mulyana Fahmi
TU
Lampiran 9 Struktur Kurikulum SDIT Al-Muhajirin Tahun Pelajaran 2015-2016 Kelas dan Alokasi No
Waktu
Komponen
1 s.d 3
4 s.d 5
A.
Mata Pelajaran
1.
Pendidikan Agama Islam
6
6
2.
Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
3.
Bahasa Indonesia
7
7
4.
Matematika
8
8
5.
Ilmu Pengetahuan Alam
5
5
6.
Ilmu Pengetahuan Sosial
3
3
7.
Seni Budaya dan Keterampilan
2
2
8.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan
2
2
B.
Muatan Lokal
1.
Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta
2
2
2.
Bahasa Inggris
2
2
3.
Bahasa Arab
2
2
4.
Tahfidz
8
8
5.
Tahsin
8
8
6.
Teknologi Informasi Komunikasi
2
2
C.
Pengembangan Diri
*2
*2
Jumlah
59
59
Pengembangan diri 1. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling a. Pengembangan Kehidupan Pribadi b. Pengembangan Kehidupan Sosial c. Pengembangan Kemampuan Belajar 2. Kegiatan Ekstrakurikuler a. Krida : Pramuka
b. Latihan/Lomba/Prestasi : Seni Budaya, Mata Pelajaran, Keterampilan Olahraga, Keagamaan c. Kegiatan Lapangan : Kunjungan ke objek tertentu