IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Darul Muttaqien Parung-Bogor) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh: Nuning Yulistika 1112018200002
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
i
ii
iii
ABSTRAK Nuning Yulistika (NIM: 1112018200002). Implementasi Program Pendidikan Karakter (Studi Kasus di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Darul Muttaqien-Parung Bogor. Skripsi di bawah bimbingan Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA dan Dr. Jejen Musfah, MA. Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa anak merupakan penerus generasi yang ada sekarang. Akan tetapi, saat ini pendidikan karakter kepada siswa kurang begitu diperhatikan. Banyak anak zaman sekarang yang kurang mendapatkan pendidikan agama, padahal agama merupakan pegangan hidup. Di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor pendidikan karakter ditekankan dengan tujuan agar anak memiliki akhlak yang mulia. Dengan begitu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penanaman pendidikan karakter sebagai penunjang keberhasilan pendidikan karakter siswa di SDIT Darul MuttaqienParung Bogor, yang dilihat berdasarkan beberapa program dan strategi pendidikan karakter. Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor 2016/2017 dengan menggunakan metode deskriptif kualitaif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan observasi atau pengamatan, wawancara, dan pengumpulan data. Analisis data dilakukan dengan memberikan penjelasan terhadap data yang telah dikumpulkan. Pemeriksaan data dilakukan dengan melakukan triangulasi data dari berbagai sumber dan ditarik kesimpulan. Di samping itu, penulis merujuk kepada bukubuku pendidikan karakter, yang dijadikan sebagai landasan teori untuk mengkaji strategi pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pembiasaan karakter berjalan cukup efektif dengan segala upaya dan strategi yang telah dilakukan semua guru di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor. Hal ini dapat dilihat dari visi sekolah yaitu “Membentuk Generasi Unggul Berbasis Qur‟an” yang kemudian dikembangkan dengan strategi yang dilakukan yaitu pengintegrasian program pendidikan karakter ke dalam kegiatan sehari-hari selain itu juga dengan melakukan kegiatan yang diprogramkan, meskipun terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor sudah cukup efektif. Hal ini menunjukan bahwa dengan kegiatan sehari-hari dan kegiatan terprogram cukup menunjang keberhasilan pendidikan karakter pada siswa di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor.
iv
Kata kunci: Implementasi, Program, Pendidikan Karakter.
ABSTRACT Nuning Yulistika (1112018200002). The Implementation of Character Education Program (Case of Darul Muttaqien Integrated Islamic SchoolParung Bogor). Essay Under the Lectures Guidance: Prof. Dr. H. Abuddin Natta, MA and Dr. Jejen Musfah, MA. Education Management major from Tarbiyah Science and Education Faculty of Syarif Hidayatullah Islamic State University. The background of this research is a children successor generation at now. However, the character education is less attention to students in this current. Nowdays, many students who lack religious education whereas religion is a lifeline. In Darul Muttaqien Integrated Islamic School (SDIT), character education is emphasized in order for the student to have a noble character. Therefore, the goal of this research to determine the impact of character education inculcation as supporting the success of character education students in SDIT Darul MuttaqienParung Bogor, which is viewed by some character education programs and strategies. This research held in SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor 2016/2017 using qualitative descriptive method. The researches use data collection techniques to make its observation, interview and data collection. Data analysis did to make explanation of the data has been collected. Examination of the data was done by triangulation of data from various sources and the conclusions drawn. In addition, the author refers to the character education books, which serve as the basis for reviewing strategy theory of character education at SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor. The results showed that the character of habituation program runs quite effective with all efforts and strategies that have done all the teachers at SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor. It can be seen from the school‟s vision is “Shaping Generation Based Superior Qur‟an” which is then developed with the strategy pursued, namely the integration of character education into daily activities besides also with activities programmed, although there are some obstacles in the implementation character building. It can be concluded the character education at SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor is quite effective. This shows that with daily activities and programmatic activities sufficient to support the success of character education to students in SDIT Darul MuttaqienParung Bogor.
Key word: Implementation, Program, Character Education
v
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan izin dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan kepada seluruh umatnya yang mengikuti ajarannya sampai akhir zaman. Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak-pihak yang sangat berjasa membantu penulis baik berupa kebijakan, bimbingan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan. 3. Prof. Dr. H. Abuddin Natta, MA, Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing penulis guna terselesaikannya skripsi ini. 4. Dr. Jejen Musfah, MA, Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Rusydy, M.Pd, M.Phill, Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan dan telah membantu penulis dalam membuat skripsi. 6. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan hingga akhirnya skripsi ini selesai. vi
7. Kepala Sekolah (Abdullah, S.Pd.I), dewan Guru serta staff karyawan SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor yang telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk penulis dalam mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi. 8. Kedua orang tua yang hebat (Nurdin Yahya dan Fatimah), kakak (Yudie Firmasyah, S.Pd dan Neneng Putri S.Pd), dan adik (Nida Nurdiana Azzahra), serta keponakan tercinta (Jihan Maulida Firmasyah dan Firas Ahmad Firmasyah) yang telah memberikan do‟a dan terus memotivasi penulis baik secara moril maupun materil sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 9. Sahabat-sahabat penulis the devil’s; Nur Utamy Rusdy, S.T, Anilia Sapoetri, Lia Oktaviani, yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat penulis yaitu 5 kepompong (Nurita Sari, Humaam Setiawan, Nur‟ain, S.Pd, dan Miftahul Jannah) yang selalu memberikan semangat, canda tawa dan kerjasama kepada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik. 11. Teman-teman seperjuangan penulis, yaitu Program Studi Manajemen Pendidikan 2012 kelas A dan B, khususnya group Hayater’s, Semoga Berkah, Bunglon’s, dan Power Ranger’s, yang selalu memberikan semangat serta bertukar pikiran dalam menulis skripsi ini. 12. Teman-teman „the lobby‟ (Ela, Dina, Kusum, Hajar, Ikrom, Oji, Wildan, Amar, dan Fajar) yang selalu memberikan semangat, motivasi dan warna kehidupan bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 13. Semua pihak yang ikut membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga semua dorongan, bantuan, dan bimbingannya yang telah diberikan, dicatat sebagai amal baik dan diterima oleh Allah SWT, Aamiin.
Jakarta, 08 Desember 2016 vii
Nuning Yulistika
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI UJI REFERENSI SURAT PERNYATAAN KARYA TERTULIS ABSTRAK .................................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................ iii DAFTAR ISI ............................................................................................... v DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................... 11 C. Pembatasan Masalah ..................................................... 11 D. Perumusan Masalah ...................................................... 11 E. Tujuan Penelitian ........................................................... 12 F. Manfaat Penelitian ........................................................ 12 G. Sistematika Penulisan ..................................................... 12
BAB II
KAJIAN TEORI PENDIDIKAN KARAKTER A. Pendidikan Karakter ..................................................... 14 1. Pengertian Pendidikan Karakter ............................. 14 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ................. 20 3. Macam-macam Nilai Pendidikan Karakter ............... 24 4. Komponen-komponen Pendidikan Karakter ........... 31 viii
B. Implementasi Program Pendidikan Karakter ................. 36 1. Pengertian Implementasi ......................................... 36 2. Pengertian Program .................................................. 37 3. Program-Program Pendidikan Karakter .................... 39 4. Strategi Program Pendidikan Karakter .................... 41 C. Penelitian yang Relevan .................................................. 46 D. Kerangka Berpikir ........................................................... 49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 52 B. Metode Penelitian ........................................................... 52 C. Sumber Data .................................................................... 53 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 54 E. Pemeriksaan atau Keabsahan Data ................................ 56 F. Teknik Analisis Data ..................................................... 57 G. Kisi-kisi Intrument Penelitian ......................................... 58
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SDIT Darul Muttaqien Bogor ........... 65 1. Profil SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor ............ 65 2. Sejarah Singkat SDIT Darul Muttaqien .................... 66 3. Visi dan Misi SDIT Darul Muttaqien Bogor ............ 66 4. Program Utama SDIT Darul Muttaqien Bogor ......... 68 5. Struktur Organisasi SDIT Darul Muttaqien .............. 68 6. Sarana Prasarana SDIT Darul Muttaqien Bogor ....... 70 7. Profil Guru dan Siswa SDIT Darul MuttaqienParung Bogor ........................................................... 71 B. Deskripsi dan Analisis Data ............................................ 74 1. Pelaksanaan Program Pendidikan Karakter .............. 74 ix
2. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Karakter ................. 91 3. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter.............. 92 4. Program Pembiasaan Pendidikan Karakter ............... 96 5. Dampak/Pengaruh dari Pembiasaan Pendidikan Karakter .................................................................... 99 6. Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter............ 101 C. Temuan Hasil Penelitian ................................................. 103
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................... 105 B. Kritik dan Saran .............................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 108 LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Sekolah ........ 33 Tabel 2.2 Penelitian yang relevan .................................................................... 47 Tabel 3.1 Kegiatan penelitian di SDIT Darul Muttaqien Bogor ...................... 53 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrument Wawancara ..................................................... 60 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrument Observasi ........................................................ 62 Tabel 3.4 Data Ceklis Dokumen ....................................................................... 64 Tabel 4.1 Saranan Prasarana SDIT Darul Muttaqien Bogor ............................. 70 Tabel 4.2 Jumlah Siswa/I SDIT Darul Muttaqien Bogor Tahun 2016/2017 .... 73 Tabel 4.3 Daftar Ekstrakurikuler SDIT Darul Muttaqien Bogor Tahun 2016/ 2017 .................................................................................................. 80 Tabel 4.4 Kalender Pendidikan Tahun 2016 SDIT Darul Muttaqien ............... 98
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1
Suasana kegiatan belajar mengajar di dalam kelas ..................... 75
Gambar 4.2
Suasana kegiatan ekstrakurikuler pramuka ................................ 77
Gambar 4.3
Pelaksanaan ekstrakurikuler tapak suci yang diikuti oleh seluruh siswa kelas IV dan V ..................................................... 79
Gambar 4.4
Kegiatan kelas qiro‟ati yang dilaksanakan di dalam masjid ....... 81
Gambar 4.5
Kegiatan pra-KBM, pembacaan ikrar setiap harinya di depan kelas mereka masing-masing ...................................................... 84
Gambar 4.6
Pelaksanaan tadarus setiap hari sebelum memulai kegiatan belajar mengajar di dalam kelas .................................................. 85
Gambar 4.7
Pelaksanaan sholat dhuha berjamaah di dalam masjid setiap hari kamis dan jum‟at .................................................................. 86
Gambar 4.8
Slogan sikap karakter di tempel pada masing-masing kelas ....... 96
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah 2. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara dengan Wakil Bidang Kurikulum 3. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara dengan Wakil Bidang Kesiswaan 4. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara dengan Wakil Bidang Qiro‟ati 5. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara dengan Guru 6. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara dengan Orang Tua 7. Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara dengan Siswa 8. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDIT Darul Muttaqien Tahun 2016/2017 9. Struktur Kurikulum dan Beban Belajar di SDIT Darul Muttaqien Bogor 10. Tata Tertib SDIT Darul Muttaqien Bogor 11. Laporan Penilaian Kepribadian Siswa Tahun 2015/2016 Semester Genap 12. Contoh RPP berbasis pendidikan karakter yang memasukkan nilai-nilai karakter
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Tidak dapat disangkal bahwa persoalan karakter dalam kehidupan manusia
di muka bumi ini sejak dulu sampai sekarang dan juga zaman yang akan datang merupakan suatu persoalan yang sangat penting. Sepanjang sejarah, telah cukup banyak fakta yang memperlihatkan kepada kita bahwa kekuatan dan pembangunan bangsa berpangkal pada karakternya, yang merupakan tulang punggung setiap kemajuan bangsa. Sebaliknya, kehancuran suatu bangsa diawali dengan kemerosotan karakternya. Merosotnya karakter bangsa yang disebabkan oleh arus globalisasi, menuntut semua pihak agar membentengi dirinya sendiri, salah satunya dengan pendidikan karakter yang diyakini penting sebagai wadah untuk membentuk karakter pada anak. Dalam ajaran Islam, untuk membentuk suatu karakter diawali dengan nilai agama dan norma bangsa sangat penting, karena antara akhlak dan karakter merupakan satu kesatuan yang kukuh seperti pohon dan menjadi inspirasi keteladanan akhlak dan karakter adalah Nabi Muhammad SAW. Pilar-pilar pembentukan karakter Islam bersumber pada Al-Quran, Sunnah atau hadis, dan keteladanan Nabi Muhammad SAW. 1 Sebagaimana yang dijelaskan dalam AlQur’an Surat Al-Ahzab: 21.
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik pada (diri) Rasulullah bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab, 33: 21).
1
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 45-46.
1
2
Ayat tersebut telah mengingatkan kepada kita semua bahwa pada diri Rasulullah sudah terdapat contoh akhlak mulia yang harus diiikuti dan menjadi patokan manusia dalam berperilaku. Tidak hanya di dalam Al-qur’an saja yang mengharuskan umat muslim membentuk akhlak mulia, tujuan dari pendidikan Islam pun sama yaitu dengan pembentukan akhlak. Hal ini sesuai dengan kutipan yang ditulis oleh Abbudin Natta dalam bukunya “Akhlak Tasawuf”: Bila berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athyah al-Abrasyi misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikian pula Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap Muslim, yaitu menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk agama Islam.2 Pendapat lain dari M.A. Al-Abrasyi dalam bukunya “Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam” yang dikutip oleh Anas Salahudin dan Irwanto, menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan islam adalah membentuk moral yang tinggi serta akhlak yang mulia.3 Selanjutnya dijumpai pula rumusan tujuan pendidikan Islam yang diarahkan pada upaya pembentukan akhlak manusia atau membentuk akhlak yang mulia, sebagaimana akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Hal ini dipahami dari firman Allah yang berbunyi:4 Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Qs. alQalam [68]: 4) Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup masing-masing. Oleh karenanya perlu dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan sasaran pendidikan Islam. Potongan ayat Al-Qur’an di
2
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), Ed. 1-7, h.
3
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie,. Op, Cit., h. 107 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 146
155 4
3
bawah ini memberi landasan dan pandangan bahwa: sungguhlah Islam adalah agama yang benar di sisi Allah (Al-Imron: 19).5
َّ ين ِعن َد اْلس َإَلم َ إِ َّن ال ِّد ِ َّللاِ إ Dengan kata lain, tujuan dari pendidikan Islam harus kembali ke nilai-nilai dasar (back to basitc), yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadis sebagai sumber murni.6 Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat muslim, benar-benar akan menjadi penganut agama yang baik, menaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarannya sesuai iman dan akidah islamiah. Untuk tujuan itulah, manusia harus dididik melalui proses pendidikan Islam. Berdasarkan pandangan di atas, pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai di dalam sikap kepribadiannya. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa pembentukan karakter perlu dilakukan, sesuai dengan akhlak Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi umatnya, serta pentingnya karakter dalam membangun manusia yang kuat, maka perlu menerapkan pendidikan karakter dengan tepat. Agar dapat merealisasikan hal tersebut, diperlukan kepedulian dari berbagai pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga, maupun institusi pendidikan. Sementara itu, dalam kebijakan nasional ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan insani sebagai proses berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut harus diingat bahwa pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau bekarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur agama dan bangsa. 5
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Edisi Revisi, Cet.
I, h. 7 6
Muhammad Takdir Illahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 47
4
Pada dasarnya, tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan landasan fiolosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup dan berhasil menghadapi tantangan-tantangan zamannya. Singkat kata, bahwasanya tujuan pendidikan nasional mengarah pada pengembangan berbagai karakter manusia. Namun, realitanya pendidikan karakter ternyata masih belum berhasil. Dikatakan belum berhasil karena Indonesia saat ini mengalami peristiwa yang memilukan, memalukan dan memperihatinkan. Sejumlah kasus kekerasan yang terjadi justru dilakukan oleh kalangan pelajar dan mahasiswa yang seharusnya menjadi penerus bangsa ini. Pertama, tawuran pelajar dan mahasiswa yang kian mengkhawatirkan. Kasus meninggalnya Renggo Kadapi (11) siswa SDN Makasar 09 Pagi Kelas VI Kecamatan Makasar Jakarta Timur, terbunuhnya siswa SMA di Jakarta Selatan, kasus penikaman antarmahasiswa di Makassar, penikaman dan pembunuhan keji mahasiswa IKIP Mataram (Mataram, 16 Juni 2013).7 Kasus tersebut bukti hilangnya hati nurani anak bangsa. Kasus kekerasan generasi muda (remaja) misalnya geng motor yang berkelompok cenderung brutal bukan hanya di Kota Jakarta tetapi di tempat lain. Tidak sedikit, remaja yang melawan pada orang tua, guru dan lainnya. Kedua, munculnya mucikari (pelajar SMP) di kota Pahlawan Surabaya. Sang mucikari menjadikan teman-temannya sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial) sebagai bentuk kejahatan (Berita TV Swasta, 12 Juni 2013). Menurut Survei terhadap 4500 siswa SMP di 12 Kota besar bahwa sekitar 67,1 persen (Pikiran Rakyat, 25 Mei 2011). Penelitian mendalam Juli 1999-Juli 2002 melibatkan sekitar 1.660 responden dari 16 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta Yogyakarta. Sekitar 97,05 persen mengakui sudah hilang keperawanannya saat kuliah. Hanya tiga responden atau 0,18 persen yang mengaku sama sekali belum pernah melakukan hubungan seksual, termasuk mastubasi.8 Fenomena ini layaknya fenomena gunung es, semakin perkembangan zaman semakin meleleh terkena dampak dari pemanasan global.
7
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A. Salam As, Membumikan Pendidikan Karakter: Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, (Jakarta: CV. Suri Tatu’uw, 2015), Cet. I, h. 5-6 8 Ibid., h. 6
5
Ketiga, Kasus aborsi siswa dan mahasiswa. Berbagai kasus kekerasan pada anak dan remaja terus meningkat. Menurut Data Komisi Nasional Anak (20122013) mencatat bahwa pengaduan kekerasan anak meningkat 60 persen. Sekitar 58 persen diantaranya adalah kekerasan sex. Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2012 bahwa kasus aborsi 2,4 juta dilakukan remaja usia pra nikah atau tahap SMP dan SMA (Baca, Sepertiga Kasus Aborsi dilakukan Siswi SMA, Health Liputan 6.com Fitri Syarifah 13 Juni 2014).9 Keempat, kasus sodomi dan pedofilia yang menimpa anak-anak TK seperti Jakarta International School (JIS), kasus pelecahan seks di Sukabumi, dan daerah lainnya.10 Kelima, remaja korban narkoba di Indonesia ada 1,1 juta orang atau 3,9% dari total jumlah korban. Selain itu, berdasarkan data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta, pelajar SD, SMP, dan SMA yang terlibat tawuran mencapai 0,8% atau sekitar 1.318 siswa dari total 1.645.835 siswa di DKI Jakarta.11 Penyebab dari kasus-kasus yang terjadi di kalangan remaja dan mahasiswa disebabkan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal terjadi pada individu itu sendiri, timbul karena rasa ingin tahu yang tinggi agar terlihat gaul oleh teman-temannya dan ada juga dengan rasa coba-coba. Kemudian faktor eksternal bisa dari lingkungan luar, salah satunya dari teman-teman sepergaulan yang mempengaruhi pembentukan karakter, adakalanya pengaruh teman yang baik dan ada pula yang bertentangan. Dalam pengaruh lingkungan luar inilah peran lingkungan pendidikan menjadi sangat penting dalam membekali karakter setiap anak, akan tetapi peran dan fungsi hanyalah sebuah tulisan yang tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Dalam konteks pendidikan formal di Indonesia, bisa jadi salah satu penyebabnya karena pendidikan di Indonesia lebih menitikberatkan pada pengembangan intelektual atau kognitif semata, sedangkan aspek soft skils atau
9
Ibid., Ibid., h. 7 11 Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014), h. 2 10
6
nonakademik sebagai unsur utama pendidikan karkater belum diperhatikan secara optimal bahkan cenderung diabaikan. Saat ini, ada kecenderungan bahwa targettarget akademik masih menjadi tujuan utama dari hasil pendidikan karakter masih sulit dilakukan.12 Cara pandang seperti inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa di sekolah-sekolah berkembang suasana belajar yang sangat birokratik dan hanya berorientasi pada hasil. Seperti halnya survei yang dilakukan oleh UPI, dengan responden berasal dari sekolah negeri (77%) dan sekolah swasta (20%). Para responden mengikuti UN antara tahun 2004-2013. Dari hasil survei, 75% responden mengaku pernah menyaksikan kecurangan dalam UN. Jenis kecurangan terbanyak yang diakui adalah mencontek misal lewat pesan singkat/sms, grup chat, kertas contekan, atau kode bahasa tubuh. Ada pula modus jual beli bocoran soal dan peran dari tim sukses (guru, sekolah, pengawas) atau pihak lain.13 Dengan kata lain, mereka lebih terbiasa mengambil sesuatu daripada menggali sesuatu. Dari kecenderungan dan gejala demikian, Benni Setiawan menyimpulkan: Pendidikan Indonesia masih sangat mementingkan hasil daripada proses. Artinya, pendidikan yang selama ini dijadikan basis penyadaran dan pendewasaan tidak lebih diukur dari nilai-nilai yang dapat dibuat. Materi kecerdasan yang lain, seperti kecerdesan emosional dan spritiual tidak tersentuh dan dihargai sama sekali.14 Dari sinilah, terlihat bahwa ternyata dunia pendidikan hanya mampu melahirkan manusia yang cerdas secara otak atau intelektual, namun gagal secara moral. Kondisi itu akhirnya mengundang banyak pertanyaan dan kritik dari banyak pengamat mengenai relevensi dunia pendidikan seseorang dalam hidup keseharian.15 Dengan kata lain, aspek-aspek lain yang ada dalam diri siswa, yaitu aspek afektif dan moral kurang mendapatkan perhatian lebih terutama dari lingkungan keluarga. 12
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h. 3 13 Survei UPI: Kecurangan UN Libatkan Guru dan Kepala Sekolah, dalam situs “http://sp.beritasatu.com/home/survei-upi-kecurangan-un-libatkan-guru-dan-kepala-sekolah/” di akses pada tanggal 18 Januari 2016, pukul 21.00 wib 14 Mujamil Qomar, Kesadaran Pendidikan: Sebuah Penentu Keberhasilan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 33 15 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Laksana, 2011), Cet. I, h.13
7
Keluarga yang seharusnya menjadi tempat komunitas pertama bagi seseorang sejak usia dini, belajar konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Dengan kata lain, di keluargalah seseorang sejak dia sadar lingkungan, belajar tata nilai atau moral, karena tata nilai yang diyakini seseorang akan tercermin dalam karakternya. 16 Akan tetapi, fungsi dan tempat anak mendapatkan pendidikan karakter dalam keluarga sudah tidak sesuai dengan seharusnya, dikarenakan sekarang ini sudah banyak keluarga yang kacau dan menyebabkan kritisnya karakter pada anak, misalkan kedua orang tua yang sibuk bekerja sehingga anak tidak lagi dapat perhatian, bimbingan, dan kasih sayang. Kemudian faktor lainnya, sang ayah tidak betah di rumah sering ke luar mencari kesenangan lain, akibatnya sang ibu kecewa dan akan membalas dendam. Tinggalah anak-anak tanpa asuhan orang tua, mereka lari ke luar mencari kesenangan diri yang kadang-kadang mengganggu ketertiban. Salah satu persoalan yang mendasar dalam keluarga tersebut telah menimbulkan berbagai pandangan, banyak orang yang mengatakan bahwa karakter remaja Indonesia saat ini sangat memperihatinkan. Indikasi tehadap hal ini dapat kita lihat dari fenomena yang ada di masyarakat, seperti sering terjadi tawuran antar pelajar serta besarnya pengaruh media massa dalam pembentukan karakter, banyak anak-anak yang menyaksikan adegan kekerasan, video porno, punya kecenderungan lebih besar untuk melakukannya. Tetapi yang lainnya ada yang mengatakan semua ini bisa di tanggulangi dengan penguatan karakter di lingkungan pendidikan, serta menjadikan pembangunan karakter bangsa dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara terprogram. Untuk
mendukung
perwujudan
cita-cita
pembangunan
karakter
sebagaimana dimanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, dimana pendidikan karakter 16
Gede Raka, dkk, Pendidikan Karakter di Sekolah Dari Gagasan ke Tindakan, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2011), h.45
8
ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila”.17 Sesuai RPJPN yang sudah ada, maka untuk menghasilkan perilaku yang baik serta menumbuhkan karakter positif pada siswa, bisa diupayakan dengan program-program yang dilaksanakan oleh sekolah dalam menunjang keberhasilan pendidikan karakter, karena program adalah upaya untuk mencapai sasaran. Untuk mencapai satu sasaran, bisa dengan melalui satu atau beberapa program yang direalisasikan dengan kegiatan-kegiatan di sekolah. Hal ini sesuai dengan UU No 25 Tahun 2004 bahwa “Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembaga
untuk mencapai
sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instransi pemerintah”. Program pendidikan karakter dapat dilakukan melalui; pengajaran, pemotivasian,
peneladanan, pembiasaan,
dan
penegak aturan.18
Dengan
pembuatan program pengembangan budaya di sekolah, serta menerapkannya melalui kegiatan-kegiatan yang positif pada siswa, seperti masuk ke lokasi sekolah tepat waktu dan bertingkah sopan, belajar dalam kelas secara tertib tanpa adanya bising ketika tidak ada guru sekalipun, belajar di perpustakaan ketika waktu dan belajar untuk mengisi waktu kosong, mengikuti upacara sesuai program sekolah, dan lain sebagainya. Program pengembangan budaya di sekolah memberikan arti yang sangat penting sebagai sarana pembentukan tingkah laku dikalangan para siswa, karena siswa merupakan generasi penerus bangsa dan agama. Banyak bekal pengetahuan dan kesiapan mental yang baik dan matang yang harus dimiliki siswa dalam rangka melakukan tugasnya agar dapat memiliki dedikasi yang tinggi dan bertanggung jawab, sehingga apa yang dicita-citakan bangsa dan agama dapat terwujud, yaitu terwujudnya manusia yang sehat jasmani, rohani dan bertanggung 17
Daryanto dan Suryatri Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 41 18 Amirulloh Syarbini, Op, Cit., h. 79
9
jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena esensi dari pendidikan karakter adalah untuk membentuk kepribadian manusia seutuhnya. Berdasarkan hal di atas, maka setiap sekolah harus melaksanakan program pendidikan karakter bisa dengan program pengembangan budaya sekolah, agar siswa-siswanya di didik dan dilatih dengan pembiasaan hal yang positif, serta menampilkan pribadi yang utuh sebagai seorang pelajar yang baik dan terhindar dari tindakan-tindakan amoral yang dapat merugikan diri sendiri serta masyarakat dan berperilaku sesuai dengan nilai karakter bangsa dan agama. Diantara instansi pendidikan yang menyelenggarakan pelayanan sosial kemasyarakatan dengan bentuk pengelolaan pendidikan salah satunya ialah Yayasan Darul Muttaqien yang berperan terhadap pendidikan karakter. Sistem pesantren sebagaimana lazim diketahui adalah sistem pendidikan 24 jam, artinya para siswa (santri) diasramakan sehingga seluruh kegiatan santri selama 24 jam adalah aktivitas terprogram dan terpadu dalam pengawasan dan bimbingan para guru pengasuh, baik aktifitas formal akademik di sekolah maupun aktifitas non akademis di asrama. Seluruh kegiatan yang telah di programkan untuk menunjang visi pendidikan Darul Muttaqien baik melalui kegiatan harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Hingga saat ini kegiatan pendidikan yang diselenggarakan Pesantren Darul Muttaqien meliputi berbagai jenjang, salah satunya adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Darul Muttaqien yang terletak di Parung-Bogor adalah salah satu sekolah yang mengajak seluruh komunitasnya, dalam hal ini manajemen sekolah, guru, staf administrasi yang berkontribusi disiplin agar siswa selalu terjaga sehingga seluruh siswa dapat berkembang seimbang dengan karakter dan mempunyai perilaku yang diinginkan oleh masyarakat. Kegiatan sehari-hari sekolah tersebut, selalu dibiasakan dengan nilainilai positif bagi para siswanya agar tak hanya akademik saja yang dimunculkan dalam perilaku siswa, tetapi nilai karakter agama dan bangsa pun sejalan dilaksanakan. Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Hendra sebagai wakil kepala bidang kurikulum, bahwa program pendidikan karakter yang dilaksanakan
10
di SDIT Darul Muttaqien sudah dijadikan pembiasaan pada siswa misalnya mulai dari nilai spiritual seperti sholat dhuha, tadarus, dan khotmil qur’an yang menjadi salah satu program rutin, semua itu sudah ditanamkan dalam kegiatan sehari-hari sehingga para siswa pun sudah mulai terbiasa dengan aktivitas tersebut. Kemudian nilai nasionalisme, seperti membacakan ikrar: ikrar syahadat yang diucapkan pertama kali, lalu janji siswa dan pancasila agar siswa dapat mengingatnya serta dilaksanakan nilainya dalam kehidupan sehari-hari sesuai ikrar tersebut.19 Tidak hanya itu, pembiasaan sikap disiplin pun dibiasakan pada siswa, misalkan setiap pagi siswa selalu datang tepat waktu dan disambut oleh para guru ketika ingin memasuki sekolah, proses belajar mengajar di dalam kelas ditanamkan nilai-nilai karakter, serta mengikuti ekstrakurikuler pramuka dan tapak suci yang menjadi ektrakurikuler wajib di sekolah tersebut, di dalam ektrakurikuler tersebut siswa diajarkan sikap disiplin dan bekerja sama antar sesama tim. Pada akhirnya, dari semua program pengembangan budaya di sekolah tersebut akan membentuk perilaku positif pada siswa yang tanpa disadari siswa sudah terbiasa melakukan kegiatan tersebut, meskipun tidak pungkiri bahwasanya sifat dan perilaku siswa berbeda-beda, akan tetapi semua itu harus terus dan terus dibiasakan pada siswa mulai sejak dini, karena dikatakan sejak dini ialah masamasa perkembangan emas pada diri si anak untuk membentuk karakternya. Keberhasilan SDIT dalam menjalankan program karakter tersebut menarik untuk dikaji lebih mendalam, untuk diketahui bagaimana hal tersebut bisa dicapai dengan program-program yang ada di dalamnya. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian lebih lanjut dan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Implementasi Program Pendidikan Karakter (Studi Kasus di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Darul Muttaqien-Parung Bogor)”, meski lokasinya sangat jauh dari rumah penulis namun itu tidak menjadi halangan untuk meneliti dan mencari data sehingga memperoleh data yang valid.
19
Wawancara observasi awal dengan Bapak Hendra Gumilar, wakil bidang kurikulum, pada hari Sabtu, 26 Maret 2016.
11
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
dapat mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Globalisasi merupakan salah satu dampak negatif dalam dunia pandidikan terutama mengenai pengembangan pendidikan karakter; 2. Banyaknya kekerasan dan perilaku menyimpang lainnya terjadi dikalangan remaja merupakan salah satu permasalahan tersendiri bagi pendidikan karakter; 3. Masih rendahnya kesadaran dan keterampilan guru dalam menanamkan pendidikan karakter di sekolah; 4. Masih banyaknya warga sekolah yang membudidayakan sikap ketidakjujuran; 5. Masih banyaknya sekolah yang mementingkan prestasi akademik daripada prestasi non akademik (sikap siswa); 6. Masih belum optimalnya ketercapaian program pendidikan karakter pada siswa.
C.
Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, tidak semua masalah
diteliti karena keterbatasan waktu dan tenaga penulis. Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah, terarah, tidak meluas, dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan, maka penulis hanya membatasi penelitian mengenai belum optimalnya ketercapaian program pendidikan karakter siswa di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor dan fokus pembahasan akan dipusatkan pada 7 nilai karakter (religius, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, komunikatif, dan tanggung jawab).
D.
Perumusan Masalah Setelah membatasi masalah, penulis merumuskan permasalahan penelitian
yaitu “Bagaimana implementasi program pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor”. Masalah ini dapat diperinci sebagai berikut:
12
1. Bagaimanakah implementasi program pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor yang dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan diri siswa? 2. Kendala dan upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor untuk melaksanakan pendidikan karakter?
E.
Tujuan Penelitian Pelaksanaan penelitian memiliki tujuan yaitu: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan melalui kegiatan pengembagan diri siswa di SDIT Darul MuttaqienParung Bogor. 2. Untuk mengetahui kendala dan upaya pendidikan karakter yang dilakukan pihak sekolah pada siswa SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor.
F.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti Memberikan motivasi untuk lebih banyak belajar, serta bertambahnya pengetahuan, pengalaman dan ilmu yang berharga dalam penelitian terutama seluruh aspek yang ikut berproses pada program pendidikan karakter. 2. Bagi Lembaga Dapat digunakan sebagai referensi untuk evaluasi pendidikan yang selanjutnya dapat digunakan untuk membangun dan meningkatkan pembinaan yang lebih efektif dan sesuai dengan kondisi siswa yang masih dalam pertumbuhan sejak dini. 3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Menciptakan pola pembinaan yang lebih variatif dimana nantinya dapat dipelajari dan dijadikan acuan oleh pendidik, lembaga pendidikan, orang-orang yang peduli dengan moral anak.
13
G.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dapat dirinci sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan, berisi pemaparan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat
penelitian,
tujuan
penelitian,
dan
sistematika
penulisan. BAB II
: Landasan Teori, berisikan tentang pemaparan pendidikan karakter; pengertian pendidikan karakter, tujuan dan fungsi pendidikan karakter, pengembangan pendidikan karakter, komponen-komponen
dalam
pendidikan
karakter,
serta
implementasi program pendidikan karakter, penelitian relevan dan kerangka berpikir. BAB III
: Metodologi Penelitian, berisi pemaparan tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data, dan teknis analisis data.
BAB IV
: Hasil penelitian, berisi pemaparan tentang gambaran umum objek penelitian, deskripsi dan analisa data, serta temuan hasil penelitian.
BAB V
: Penutup, berisi pemaparan tentang kesimpulan, kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II KAJIAN TEORI PENDIDIKAN KARAKTER Pada bab ini akan dikemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan implementasi program pendidikan karakter, diantaranya ialah pengertian pendidikan karakter, tujuan dan fungsi pendidikan karakter, pengembangan pendidikan karakter, dan komponen-komponen dalam pendidikan karakter, serta implementasi program pendidikan karakter.
A.
Pendidikan Karakter 1.
Pengertian Pendidikan Karakter Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar beberapa
istilah yang memiliki kemiripan makna atau saling digunakan secara bergantian. Contohnya adalah kata akhlak, etika, moral, dan karakter. Makna pertama yaitu kata akhlak. Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti “budi pekerti”.1 Kata akhlak dikonotasikan sebagai kata yang memiliki nuansa religius. Akhlak adalah jamak dari khuluq yang berarti adat kebiasaan (al-adat), perangai, tabi’at (al-sajiyyat), watak (al-thab), adab/sopan santun (almuruat), dan agama (al-din).2 Hal serupa dikatakan oleh Abuddin Natta, bahwa kata akhlak adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya dalam alQur’an, sebagai berikut:3
1
Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 39 2 Barnawai & M. Arifin, Stratgi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 19 3 Abuddin Natta, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), Ed. 17, h. 2
14
15
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS. Al-Qalam, 68: 4). Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. 4 Hal senada dikatakan Mahjuddin, bahwa akhlaq adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya.5 Menurut Imam Ghazali: “Akhlak ialah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi”. Atau boleh juga dikatakan, perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan.6 Dari pengertian di atas jelaslah bahwa kajian akhlak adalah tingkah laku manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah lakunya, yang bisa bernilai baik (mulia) atau sebaliknya bernilai buruk (tercela).7 Makna kedua yaitu kata etika. Etika berasal dari bahasa Latin, etos yang berarti “kebiasaan”.8 Sedangkan, etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan buruk, kumpulan asas yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai benar/salah yang dianut golongan masyarakat.9 Pendapat lain, mengatakan etika diartikan sebagai sistem nilai
yang
dianut
oleh
sekelompok
masyarakat
dan
sangat
mempengaruhi tingkah lakunya.10 Maka dari itu, istilah etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada, karena itu, etika merupakan suatu ilmu.11
4
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet.
3, h. 1 5
Mahjuddin, Akhlaq Tasawuf I: Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 5 6 Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga., Op, Cit., h. 37 7 Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-konsep Dasar Etika dalam Islam, (Yogyakarta: Debut Wahana Press & FISE UNY, 2009), h. 9 8 Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga,. Op, Cit., h. 39 9 Barnawai & M. Arifin,. Op, Cit., h. 19 10 Muchson & Samsuri, Dasar-Dasar Pendidikan Moral, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 3 11 Mahjuddin,. Op, Cit., h. 8
16
Kemudian dalam bahasan yang sama ada Asmaran AS menulis, etika adalah ilmu yang mempelajari tingkah-laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut baik atau buruknya, sedangkan untuk menentukan nilainya adalah akal pikiran manusia.12 Makna ketiga yang serupa ialah moral. Perkataan moral berasal dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan.13 Moral dalam kamus Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai: (1) (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; (2) kondisi mental yang membuat orang tetap berani, semangat, bergairah, berdisplin, dan sebagainya; (3) ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.14 Selanjutnya, moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.15 Hal serupa, bahwa istilah moral digunakan untuk memberikan kriteria perbuatan yang sedang dinilai. Karena itu, moral bukan suatu ilmu, tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.16 Dalam kehidupan sehari-hari, dikatakan bahwa orang yang bertingkah laku baik adalah orang yang bermoral. Menyinergi berbagai makna pendapat di atas, maka dapat dilihat persamaan antara akhlak, etika dan moral, yaitu menentukan nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk. Perbedaan terletak pada tolak ukurnya masing-masing, yang di mana akhlak menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adat kebiasaan umum yang berlaku di masyarakat.
12
Asmaran,. Op, Cit., h. 7 Asmaran,. Op, Cit., h. 8 14 Barnawai & M. Arifin,. Op, Cit., h. 19-20 15 Abuddin Natta,. Op, Cit., h. 92 16 Mahjuddin,. Op, Cit., h. 8 13
17
Kemudian makna selanjutnya, yang menjadi tolak ukur seseorang dalam bertindak nyata ialah kata karakter. Dalam kamus psikologi, arti karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang. Adapun dalam bahasa Arab, karakter diartikan ‘khuluq, sajiyyah, thab’u’ (budi pekerti, tabiat atau watak. Kadang juga diartikan syakhsiyyah yang artinya lebih dekat dengan personality (kepribadian).17 Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen, watak.18 Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku.19 Berdasarkan
pemahaman
karakter
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya, maka dapat ditarik benang merah, bahwa karakter adalah sifat yang melekat pada diri seseorang sejak lahir yang membuat orang akan bertindak dan bersikap otomatis dan dapat mempengaruhi keadaan sekitarnya. Dengan kata lain bahwa akhlak, moral, dan etika merupakan fondasi
seseorang
yang
berada
dalam
kualitas
baik/buruk,
terpuji/tercela, dan moral/amoral. Sedangkan, karakter telah masuk pada sebuah tindakan. Baik dan buruk karakter bergantung pada pilihan dan kebiasaan nilai yang dipilihnya.
17
Agus Zaenul Fitri,. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 20 18 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: AlFABETA, 2012), cet II, h. 1-2 19 Anas Salahudin M., dan Irwanto Alkhrienche, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 42
18
Suatu perbuatan dikatakan karakter apabila perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri: a.
Perbuatan itu telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya;
b.
Perbuatan itu dilakukan dengan spontan tanpa pemikiran terlebih dahulu;
c.
Perbuatan itu dilakukan tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar; dan
d.
Perbuatan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan purapura atau sandiwara.20 Dalam klasifikasi lain, karakter akan dapat terbagi empat. Karakter lemah, karakter kuat, karakter jelek, dan karakter baik. Masing-masingnya dapat dilihat dari indikator karakter sebagai berikut: a. Karakter lemah, dapat ditemukan seperti penakut, tidak berani mengambil resiko, pemalas, cepat kalah, dan beberapa jenis lainnya. b. Karakter kuat, dapat ditemukan seperti tangguh, ulet, mempunyai daya juang yang kuat serta pantang mengalah/menyerah. c. Karakter jelek misalnya licik, egois, serakan, sombong, tinggi hati, pamer atau suka ambil muka, dan sebagainya. d. Karakter baik, misalnya jujur, terpercaya, rendah hati, amanah dan sebagainya.21 Manusia pada dasarnya memiliki dua potensi, yakni karakter baik
dan karakter buruk. Sedangkan, karakter baik atau takwa sebenarnya sudah dibawa sejak lahir. Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an surah QS. Al-Syams (91:8) berikut:22
“Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. 20
Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), h. 11 21 Elfindri, dkk, Pendidikan Karakter: Kerangka, Metode Dan Aplikasi Untuk Pendidik Dan Profesional, (Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012), cet. I, h. 27-28 22 Agus Zaenul Fitri,. Op, Cit., h. 34-35
19
Berdasarkan ayat di atas, setiap manusia memiliki potensi untuk menjadi hamba yang baik (positif) atau buruk (negatif), menjalankan perintah Tuhan atau melanggar larangan-Nya, menjadi orang yang mukmin atau musyrik. Semua itu tergantung pada karakter yang dimiliki seseorang. Menurut Al-Qur’an, apapun karakter yang kita hasilkan yang sangat mendasar adalah bahwa yang baik perbuatannya, seperti dalam surat berikut:23
“Kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula” (surat Al Isra’:7) Dengan demikian, karakter adalah apa yang melekat pada diri seseorang. Karakter mencirikan seseorang menurut tanggapan dari orang lain. Maka dari itu pentingnya pembiasaan karakter sejak dini, serta penanaman karakter pada setiap lembaga pendidikan akan mempengaruhi kehidupan seseorang nantinya. Dari konsep karakter di atas, kemudian muncul istilah pendidikan karakter. Menurut Elkind dan Sweet, menjelaskan pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etis/susila.24 Segala sesuatu yang dilakukan setiap orang, yang mampu mempengaruhi karakter di lingkungannya. Definisi pendidikan karakter yang lebih lengkap dikemukakan oleh Thomas Lickona sebagai pencetusnya. Menurut Lickona,
23 24
Elfindri, dkk,, Op, Cit., h. 29-30 Heri Gunawan, Op, Cit., h. 23
20
pendidikan karakter adalah upaya membentuk/mengukir kepribadian manusia melalui pengetahuan (knowing), perasaan (feeling), dan tindakan (acting). Tanpa melibatkan ketiga ranah tersebut pendidikan karakter tidak akan berjalan efektif.25 Hal senada pula diungkapkan oleh Deni Damayanti bahwa, pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang direncanakan secara bersama yang bertujuan menciptakan generasi penerus memiliki dasardasar pribadi yang baik, baik dalam pengetahuan, perasaan, dan tindakan.26 Pendapat
lain
mengatakan,
bahwa
pendidikan
karakter
merupakan pendidikan ihwal karakter, atau pendidikan yang mengajarkan hakikat karakter dalam ketiga ranah cipta, rasa, dan karsa.27 Artinya pendidikan karakter sebuah proses tuntunan ke arah yang baik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter. Dapat
ditarik
benang
merah,
bahwasanya
pendidikan
karakter/budi pekerti dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan
kemampuan
peserta
didik
untuk
memberikan keputusan, untuk memelihara apa yang baik dan mewujudkan serta melaksanakan kebaikan ke dalam kehidupan seharihari dengan sepenuh hati.
2.
Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter Pada dasarnya tujuan dan fungsi pendidikan karakter adalah
mendorong lahirnya anak-anak yang baik dengan tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai
25
Amirulloh Syarbini, Op, Cit., h. 13 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Yogyakarta: Araska, 2014), Cet. I, h. 12 27 Barnawi & M. Arifin,. Op, Cit., h. 22 26
21
hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Tujuan
pendidikan
karakter
adalah
sebagai
peningkatan
wawasan, perilaku, dan keterampilan, dengan berlandaskan empat pilar pendidikan. Tujuan akhirnya adalah terwujudnya insan yang berilmu dan berkarakter. Adapun tujuan pendidikan karakter sejalan dengan UndangUndang Dasar 1945 Pasal 3 (3): “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
suatu
sistem
pendidikan
nasional,
yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undangundang”. Pendidikan Nasional bertujuan: “Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 3). Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau bahkan nilai-nilai karakter yang bertujuan mengembangkan kemampuan para siswa untuk memberikan
keputusan
baik-buruk,
memelihara
kebaikan,
mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain: a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa
22
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan e. Mengembangkan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).28 Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab. Secara substantif, tujuan pendidikan karakter adalah memimbing dan memfasilitasi anak agar memiliki karakter positif (baik).29 Adapun tujuan pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila.30 Namun, pendidikan karakter belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Menurut Maswardi Muhammad Amin, Berdasarkan komitmen tersebut dirumuskan tujuan pendidikan karakter/budi pekerti secara umum adalah untuk membangun dan mengembangkan karakter/budi pekerti peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai butir sila dari Pancasila. Secara khusus bertujuan mengembangkan potensi anak didik agar berhati baik, berpikiran baik, berkelakuan baik, memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan Negara, dan mencintai sesama umat manusia.31 Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berorientasi, bergotong royong, berjiwa patriotik berkembang dinamis, berorientasi
28
Agus Zaenul Fitri, Op, Cit., h. 24 Ibid., h. 22 30 Anas Salahudin, dan Irwanto Alkrienciehie, Op, Cit., h. 43 31 Mawardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Badouse Media Jakarta, 2011), h. 37 29
23
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.32 Telah dijelaskan di atas, bahwa tujuan dari pendidikan karakter adalah membentuk, menanamkan, memfasilitasi dan mengembangkan nilai-nilai positif pada anak sehingga menjadi pribadi yang unggul dan bermartabat. Kemudian, selain adanya tujuan maka diperlukan juga fungsi sebagai keseimbangan jalannya pendidikan. Fungsi pendidikan karakter menumbuh kembangkan kemampuan dasar peserta didik agar berpikir cerdas berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik, yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat (domain kognitif, afektif, dan psikomotorik), membangun kehidupan bangsa yang multikulutur, membangun peradaban bangsa yang cerdas berbudaya yang luhur, berkontribusi
terhadap
pengembangan
hidup
umat
manusia,
membangun sikap warga negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, maupun hidup berdampingan dengan bangsa lain.33 Sebagaimana dikutip dari Ahmad Fikri bahwa fungsi pendidikan karakter adalah: a.
Pengembangan: pengembangan potensi dasar peserta didik agar berhati, berpikir, dan berperilaku baik;
b.
Perbaikan: memperkuat dan membangun perilaku bangsa multikultur untuk menjadi bangsa yang bermartabat;
c.
Penyaring: untuk menyaring budaya yang negatif dan menyerap budaya yang sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa untuk meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.34
32
Daryanto dan Suryatri Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 44 33 34
Mawardi Muhammad Amin,. Op, Cit., h. 37 Anas Salahudin M., dan Irwanto Alkhrienche., Op. Cit., h.104-105
24
Pendapat lain dari Daryanto, bahwa pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.35 Dapat dipahami bahwa tujuan dari pendidikan karakter membentuk kepribadian yang baik
bagi peserta didik, baik dalam
berpikir, baik dalam berperilaku, baik dalam berakhlak mulia, ataupun dari segi kehidupan yang lainnya. Dengan tujuan pendidikan karakter maka fungsi pendidikan karakter sebagai penopang dari tingkah laku peserta didik untuk mengetahui benar salah, baik buruk, dan sesuai nilai-nilai luhur Pancasila.
3.
Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter Setiap satuan pendidikan mengambil nilai inti yang akan
dikembangkan di sekolah masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat visi dan misi sekolah, tradisi budaya di sekeliling, keinginan warga sekolah, kehendak para pemegang kepentingan di sekolah, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Pengembangan atau pembentukan pendidikan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi pijakan utama dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Pengembangan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Amanah UU No. 20 Tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau bekarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur agama dan bangsa.
35
Daryanto dan Suryatri Darmiatun,. Op, Cit., h. 44
25
Pengembangan karakter merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus. Karakter bukanlah hasil atau produk melainkan usaha hidup. Usaha ini akan semakin efektif, ketika manusia melakukan apa yang menjadi kemampuan yang dimiliki oleh individu. Proses pendidikan karakter tidak mudah untuk dibangun pada setiap individu maupun kelompok karena dalam prosesnya banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam membentuk manusia karakter. Kekuatan dalam proses pembentukan karakter sangat ditentukan oleh realitas sosial yang bersifat subjektif yang dimiliki oleh individu dan realitas objektif di luar individu yang mempunyai pengaruh sangat kuat dalam membentuk pribadi yang berkarakter.36 Pengembangan karakter sebagai proses yang tiada henti terbagi menjadi empat tahapan: pertama, pada usia dini, disebut sebagai tahapan pembentukan karakter; kedua, pada usia remaja, disebut sebagai tahap pengembangan; ketiga, pada usia dewasa, disebut sebagai tahap pemantapan; dan keempat, pada usia tua, disebut sebagai tahap
pembijaksanaan.
Karakter
dikembangkan
melalui
tahap
pengetahuan (knowing), perilaku (acting), menuju kebiasaan (habit).37 Karakter tersebut dikembangkan melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan, dan kebiasaan. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing, moral feeling atau perasaan, dan moral action atau moral perbuatan. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan
tersebut
sekaligus
dapat
memahami,
merasakan,
menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral). Pada dasarnya setiap individu memiliki ciri, sifat bawaan (heredity), dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan sekitarnya. Ahli psikologi berpendapat bahwa kepribadian dibentuk oleh perpaduan faktor pembawaan dan lingkungan. Karakteristik bawaan, baik yang bersifat biologis maupun psikologis, dimiliki sejak lahir. Apa yang dipikirkan, dikerjakan, atau dirasakan seseorang, atau merupakan hasil 36
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011), ed. I, cet. I, h. 198 37 Ibid., h. 110
26
perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diwariskan dan pengaruh lingkungan sekitarnya. 38 Nilai karakter pada diri seseorang tidak bisa hanya dilihat hanya dari satu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam ajaran agama islam, semua hal yang berhubungan dengan nilai karakter selalu dikaitkan oleh sikap yang dimiliki oleh Rasulullah SWA. Beliau dikenal memiliki sifat SFAT (sidiq, fathonah, amanah ,tabligh). Secara garis besar makna-makna karakter tersebut adalah sebagai berikut: a. Shidiq, bermakna kejujuran, yakni jujur di dalam ungkapan, sifat dan tindakan yang terkait dengan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. b. Amanah, apat dipercaya. c. Fathonah artinya cerdas, juga cerdik. d. Tabligh bermakna menyampaikan perintah atau sesuatu amanah yang dipercayakan kepadanya, atau aturan-aturan yang berlaku di organisasinya kepada seluruh jajaran di bawahnya. 39 Secara sederhana, Shiddiq artinya benar atau jujur. Seorang Nabi atau Rasul pasti adalah orang yang benar dalam semua aspek hidupnya, tutur kata dan tingkah lakunya. 40 Amanah, artinya dapat dipercaya atau bertanggungjawab. Orang yang amanah menyadari apa pun
yang
dia
dapatkan
dipertanggungjawabkan di
sebagai
sesuatu
yang
pasti
akan
hadapan Tuhan. Baik itu jabatan,
kepandaian, kesehatan, harta, kekayaan, bahkan diri mereka sendiri, merupakan yang mesti dipertanggungjawabkan. 41 Fathanah artinya kepandaian, kecerdasan, kapabilitas atau pun profesionalitas. Orang bisa disebut fathanah karena dia memiliki kecerdasan dan kecakapan 38
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. III, h. 12 39 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model: Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet. I, h. 97-99 40 Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, (Jakarta: AlMawardi Prima, 2011), cet. II, h. 129 41 Ibid., h. 132
27
di posisi mana pun dia ditempatkan atau ditugaskan. Tapi satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa sifat fathanah ini bukan sematamata kecerdasan, kemahiran maupun profesionalitas, tapi sifat ini didasari oleh moralitas yang tinggi dan akhlak yang mulia. 42 Tabligh artinya keterbukaan atau transparasi. Orang-orang yang mempunyai sifat tabligh pastilah pribadi-pribadi yang menyenangkan, karena mereka adalah pribadi yang hangat, akrab dan terbuka. Kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat menjadi panutan dan selalu dapat dibanggakan.43 Dengan kata lain, segala sesuatu sifat yang ada dalam diri Rasulullah SAW hendaknya menjadi acuan untuk berperilaku agar dapat menjadi manusia yang bernilai karakter atau bersifat Uswatun Hasanah. Pendidikan karakter yang dikembangkan tidak terlepas dari budaya bangsa. Dalam rangka memperkuat pelaksanaan serta pengembangan pendidikan karakter, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat, Pemerintah telah mengidentifikasi 18 (delapan belas) nilai yang bersumber dari agama, budaya dan falsafah bangsa. Nilai karakter yang harus dikembangkan dalam setiap instansi pendidikan, sebagai berikut: a. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. c. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
42 43
Ibid., h. 135 Ibid., h. 140
28
e. Kerja keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. f. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dadri sesuatu yang telah dimiliki. g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. h. Demokratis: cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. i. Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. j. Semangat kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k. Cinta tanah air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. l. Menghargai prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. n. Cinta damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o. Gemar membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. q. Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. r. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.44
44
Daryanto dan Suryatri Darmiatun, Op. Cit., h. 70-71
29
Selain itu, Ratna Megawangi, pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun 9 (sembilan) pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pengembangan pendidikan karakter, baik di sekolah maupun di luar sekolah, yaitu sebagai berikut: a. Cinta Allah dan kebenaran b. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri c. Jujur d. Hormat dan santun e. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama f. Percaya diri, kreatif, kerja sama, dan pantang menyerah g. Adil dan berjiwa kepemimpinan h. Baik dan rendah hati i. Toleran dan cinta damai.45 Dalam perspektif Islam, nilai-nilai karakter yang dikembangkan di atas sesungguhnya merupakan bagian dari akhlak terpuji (akhlaq mahmudah), yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Perilaku Rasulullah dalam hidup kesehariannya adalah model karakter seorang Muslim yang sebenarnya. Berikut ini beberapa contoh karakter mulia yang harus diinternalisasikan dan di impelementasikan dalam setiap kehidupan Muslim, terutama pada anak-anak dalam lingkungannya sehari-hari, diantaranya: a. Keimanan dan ketakwaan b. Kejujuran c. Displin d. Percaya diri e. Tanggung jawab f. Keadilan g. Sopan santun h. Pemaaf i. Sabar, dan Peduli.46 45
Amirulloh Syarbini,. Op, Cit., h. 39
30
Indikator keberhasilan pendidikan karakter menurut Agus Zaenul Fitri, antara lain: a. Religius yaitu dengan mengucapkan salam, berdoa sebelum dan sesudah belajar, melaksanakan ibadah keagamaan, merayakan hari besar keagamaan. b. Jujur yaitu dengan membuat dan mengerjakan tugas secara benar, tidak menyontek atau memberi sontekan, membangun koperasi dan kantin kejujuran, melaporkan kegiatan sekolah secara transparan, melakukan sistem perekrutan siswa secara benar dan adil, melakukan sistem penilaian yang akuntabel dan tidak melakukan manipulasi. c. Toleransi yaitu dengan memperlakukan orang lain dengan cara yang sama dan tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, dan golongan serta menghargai perbedaan yang ada tanpa melecehkan kelompok yang lain. d. Disiplin yaitu guru dan siswa hadir tepat waktu, menegakkan prinsip dengan memberikan punishment bagi yang melanggar dan reward bagi yang berprestasi, dan menjalankan tata tertib sekolah. e. Mandiri yaitu dengan melatih siswa agar mampu bekerja secara mandiri dan membangun kemandirian siswa melalui tugas-tugas yang bersifat individu. f. Komunikatif yaitu dengan saling menghargai dan menghormati, guru menyayangi siswa dan siswa menghormati guru, tidak menjaga jarak, dan tidak membedabedakan dalam berkomunikasi. g. Tanggung jawab yaitu dengan mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik, bertanggung jawab yang telah ditetapkan, mengerjakan tugas kelompok secara bersamasama.47 Hal yang paling mendasar dalam proses pendidikan adalah membentuk dan mengembangkan karakter seorang anak yang terlibat langsung secara aktif dalam proses tersebut. Namun perlu disadari bahwa setiap anak didik memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mereka dikarunia oleh beragam macam potensi yang diberikan oleh Sang Pencipta-Nya. Oleh karena itu, pengembangan karakter diperlukan untuk menanamkan cita-cita setiap anak, guna membentuk karakter yang kuat dalam menghadapi kehidupannya.
46 47
Ibid., h. 40 Agus Zaenul Fitri, Op. Cit., h. 40-43
31
Jadi dengan adanya pendidikan karakter, dapat tumbuhnya nilai moral yang selama ini sedikit-sedikit mulai hilang tergerus oleh perkembangan zaman sehingga nantinya akan berpengaruh pada dunia pendidikan
yang
selama
ini
telah
berperan
banyak
dalam
pengembangan dan pembangunan karakter pada siswa-siswanya. Karena pendidikan karakter merupakan pondasi utama yang harus dikembangkan dalam setiap diri masing-masing siswa, kemudian proses pengembangan nilai karakter ini harus ditanamkan dan dibiasakan sehingga kelak tidak habis dimakan waktu dan akan terus melekat pada diri individu. Sejalan dengan nilai-nilai karakter di atas, setiap individu dapat membentuk karakter yang khas pada dirinya sesuai dengan lingkungannya yang dapat diharapkan. Dari uraian di atas dapat ditegaskan kembali, bahwa untuk menyukseskan pendidikan dalam perkembangan si anak perlu dilakukan identifikasi nilai-nilai karakter, karena pendidikan karakter tanpa identifikasi nilai-nilai karakter hanya menjadi perjalanan panjang tanpa ujungnya. Oleh karena itu, dalam pendidikan sudah sepatutnya mengembangkan pedidikan yang berlandaskan nilai karakter. Nilainilai karakter tersebut bisa bersumber dari ajaran agama maupun budaya bangsa, atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam penelitian ini, karakter yang digunakan berpacu pada 18 nilai-nilai karakter yang telah di keluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai grand desain yang ada dalam pendidikan karakter. Acuan 18 nilai karakter ini ialah hal mendasar yang harus diutamakan dalam institusi-institusi pendidikan di Indonesia. Dengan tujuan nilai-nilai yang diterapkan oleh setiap anak agar menghasilkan generasi bangsa yang tidak cerdas dalam akademis saja tetapi juga cerdas akan akhlaq, moral, dan berperilaku sesuai nilai agama dan bangsa yang berlaku.
32
4.
Komponen-komponen dalam Pendidikan Karakter Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(stakeholders)
harus
dilibatkan,
termasuk
komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
pengelolaan
mata
pelajaran,
pengelolaan
sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, peneladanan tenaga pendidik
dan
kependidikan,
pemberdayaan
sarana
perasarana,
pembiayaan, dan seluruh warga dan lingkungan sekolah. Komponen-komponen dalam pendidikan karakter meliputi: a. Kurikulum Menurut Zakiah Daradjat kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.48 Mengingat kurikulum adalah “ruh” dari pendidikan itu sendiri. Kurikulum dirancang untuk memberikan peluang seluasluasnya bagi sekolah dan tenaga pendidik untuk melakukan praktik-praktik pendidikan dalam rangka mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik, baik melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui program pengembangan diri.
Karena
sekolah
yang
telah
berkomitmen
untuk
mengembangkan karakter tentunya sudah ada di dalam kurikulum, baik dalam kurikulum tertulis maupun kurikulum tersembunyi. Menurut Mansur Muchlis, hal ini mencakup apa yang sering disebut dengan istilah (1) kurikulum tersembunyi, hidden curriculum: upacara dan prosedur sekolah, keteladanan guru, hubungan siswa dengan guru, straf sekolah, kebijakan disiplin, penilaian pembelajaran, pengelolaan lingkungan sekolah, kebijakan disiplin; (2) kurikulum akademik, academic curriculum: mata pelajaran inti, termasuk kurikulum kesehatan jasmani; dan (3) programprogram ekstrakurikuler, extracurricular programs: tim
48
122
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), Cet. 11, h.
33
olahrga, klub, proyek pelayanan, dan kegiatan-kegiatan setelah jam sekolah.49 Pada prinsipnya, pengembangan kurikulum pendidikan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan, tetapi terintegrasi ke dalam mata-mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Tabel. 2.1 Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum Sekolah 50 Implementasi Pendidikan No
Karakter
Bentuk Pelaksanaan Kegiatan
Mengembangkan silabus dan RPP 1
Integrasi dalam mata
pada kompetensi yang telah ada
pelajaran yang ada
sesuai dengan nilai yang akan diterapkan.
2
Mata pelajaran dalam muatan lokal (mulok)
Ditetapkan oleh sekolah /daerah. Kompetensi dikembangkan oleh sekolah /daerah. Pembudayaan dan pembiasaan, berupa: pengondisian, kegiatan rutin,
3
Kegiatan pengembangan diri
kegiatan
keteladanan,
dan
spontanitas, kegiatan
terprogram. Ekstrakurikuler, seperti Pramuka, PMR, kantin kejujuran, UKS, KIR, olahraga dan seni, OSIS dan sebagainya.
49
Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), Cet. II, h. 130 50 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi & Implementasinya secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 109
34
Bimbingan
konseling,
yaitu
pemberian layanan bagi anak yang mengalami masalah.
b. Guru Dalam kamus besar bahasa Indonesia guru adalah seseorang yang profesinya mengajar. Dalam bahasa Arab disebut mu’alim dan dalam bahasa Inggris disebut Teacher. Itu semua memiliki arti yang sederhana yakni “A Person Occupation is Teaching Other” artinya Guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar.51 Dalam UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, disebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.52 Guru merupakan SDM yang memberikan pengalaman kepada peserta didik sebagai wujud komitmennya terhadap implementasi pendidikan karakter.53 Artinya, guru memegang peranan penting untuk mengarahkan, mendidik, melatih, dan mengevaluasi peserta didik dalam mengembangkan serta membentuk karakter siswa. Dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Beberapa strategi yang dapat memainkan peranannya secara optimal dalam hal penerapan pendidikan karakter, sebagai berikut: 1) Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran.54 Artinya guru berperan sebagai seseorang yang membimbing, dan 51
Aris Shoimin, Guru Berkarakter Untuk Implementasi Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Gava Media, 2014), Cet. I, h. 8 52 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan Karakter: Konsep Dan Implementasinya Di Sekolah, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2012), h. 81 53 Ibid.,. 50 54 Aris Shoimin. Ibid., h. 79
35
memfasilitasi dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat menemukan hasil belajarnya. 2) Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran. 55 Artinya guru dituntut untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter. 3) Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia.56 Dalam hal ini para
guru
menjadikan
pembiasaan
pada
kegiatan
pengembangan akhlak mulia. 4) Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya karakter peserta didik.57 Artinya guru harus memfasilitasi serta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter 5) Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pengembangan pendidikan karakter.58 6) Menjadi figur teladan bagi peserta didik.59 Dalam uraian di atas telah menggambarkan bahwa guru dalam
pelaksanaan
pendidikan
karakter
di
sekolah
yang
berkedudukan sebagai seseorang yang menghasilkan perubahan pada
peserta
didik.
Bagi
peranan
sebagai
orang
yang
mempengaruhi lingkungan sekolah, maka keteladanan seorang guru merupakan faktor yang mutlak dalam pengembangan pendidikan
karakter
peserta
didik
yang
efektif,
karena
kedudukannya sebagai figur yang dapat ditiru oleh peserta didik. c. Siswa Siswa atau peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-
55
Ibid., Ibid., 57 Ibid., 58 Ibid., h. 80 59 Ibid., 56
36
mengajar. Tanpa adanya pelaku siswa, maka sekolah tidak akan bisa melangsungkan proses pendidikan. Komponen siswa, yaitu subjek belajar yang akan melalui proses
transformasi
nilai-nilai
luhur
dalam
implementasi
pendidikan karakter di sekolah.60 Dalam hal ini, peranan adanya pelaksanaan pendidikan karakter maka akan memberi pengaruh kepada siswa, terutama pada perubahan tingkah laku. d. Sarana dan Prasarana Komponen lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan adalah faktor sarana prasarana dan dana. Sering terjadi kegiatan pendidikan karakter dilaksanakan karena kurangnya dana dan
fasilitas
pendukung.
Karenanya
pendidikan
karakter
merupakan kegiatan secara tidak tertulis atau yang biasa disebut dengan hidden curriculum, namun peran yang memiliki oleh kegiatan ini dalam konteks pembentukan manusia seutuhnya sama pentingnya dengan kegiatan-kegiatan kurikuler. Yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasiltas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan sarana adalah fasilitas fisik yang digunakan dalam kegiatan program pendidikan karakter,
seperti
halnya
pengajaran
di
kelas,
kegiatan
ekstrakurikuler akan dapat berjalan lancar jika ditunjang dengan tersedianya sarana prasarana yang memadai. Dalam rangka menerapkan pendidikan karakter pihak sekolah menambah tempat sampah dan memisahkan sampah basah dan kering dengan warna yang berbeda. Disediakan kotak temuan
60
Novan Ardy Wiyani,. Op, Cit., h. 50
37
barang hilang di depan kantor kepala sekolah dan juga disediakan buku kejujuran.61
B.
Implementasi Program Pendidikan Karakter 1.
Pengertian Implementasi Implementasi
menurut
bahasa
adalah
pelaksanaan
atau
penerapan.62 Hal serupa pula dikatakan oleh Syafruddin bahwa secara sederhana, implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. 63 Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan.64 Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam oxford advance learner’s dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect”, (penerapan Sesuatu yang memberikan dampak atau efek).65 Esensi dari implementasi adalah suatu proses yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan dan program kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan agar dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini implementasi kaitannya dengan pendidikan karakter adalah penerapan suatu kegiatan atau metode secara terus menerus yang dilakukan oleh para pendidik terhadap peserta didik di sekolah sebagai upaya terhadap pembentukan karakter siswa sejak usia dini. 61
Daryanto dan Suryatri Darmiatun,. Op, Cit., h. 94 Eko Darmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 246 63 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), h. 70 64 Ibid., 65 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Krakteristik dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Kompetensi, 2008), Cet. 11, h. 93 62
38
2.
Pengertian Program Para pendidik tentunya memiliki keinginan bahwa apa yang
mereka telah ajarkan kepada siswanya dapat menghasilkan hal yang positif, bahkan bisa dijadikan contoh sikap teladan yang sudah ada di dalam lingkungan sekolah. Oleh karena itu, sekolah bukan hanya berupaya agar memiliki siswa yang cerdas intelektual saja, namun harus seimbang pula dengan cerdas moral. Salah satu untuk mengupayakan sikap moral kepada para siswa yaitu dengan melakukan sebuah
program.
Jika
pendidikan
dianggap
sebagai
proses
perencanaan, pelaksanaan sampai penilaian serta pembiasaan, maka dalam aspek-aspek ini perlu adanya program pendidikan karakter didalam prosesnya. Program-program tersebut diarahkan agar siswasiswa memiliki karakter dan sikap yang baik agar dapat berkembang serta mampu menjadikan pembiasaan di dalam kehidupan sehari-hari. Program secara bahasa dapat diartikan dengan; (1) rancangan asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan, seperti program pemerintah, dan (2) berbagai acara/agenda yang akan dipertunjukkan seperti program televisi.66 Program salah satu unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Program ialah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.67 Menurut Suharsimi, Program adalah rangkaian kegiatan sebagai realisasi dari sutu kebijakan.68 Program juga dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang direncanakan dengan saksama, tujuan penting pengambilan keputusan.69 Pendapat lain dikemukakan oleh Eko, Program adalah serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan saksama dan dalam 66 67
Amirulloh Syarbini, Op, Cit., h. 79 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h.
9 68
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan: pedoman teoritis praktis bagi mahasiswa dan praktisi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. I, h. 22 69 Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), Cet. I, h. 3
39
pelaksanannya berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang. 70 Hal senada diungkapkan oleh Suryosubroto menurutnya program merupakan kegiatan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan.71 Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik benang merah, bahwa program merupakan satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen yang saling berkait untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh sistem tersebut. Dari pengertian tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu: b. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan saksama. Bukan asal rancangan, tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat. c. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar-kegiatan sebelum dengan kegiatan sesudahnya. d. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi non-formal bukan kegiatan individual. e. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaannya melibatkan banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan orang lain.72 Berkaitan dengan pendidikan karakter, program diartikan sebagai bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan pendidik dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik. Sekolah dapat mengelola dan menjalankan fungsinya sebagai tempat memperoleh didikan moral lewat pelaksanaan program-program pendidikan karakter yang kemudian direalisasikan dalam kegiatan sehari-hari dan kegiatan terprogram di sekolah, sehingga siswa akan terbiasa dengan melakukan perilaku yang baik dalam kehidupan dimanapun ia berada.
70
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. I, h. 8 71 B. suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2009), Cet. II, h. 287. 72 Eko Putro Widoyoko,. Op, Cit., h. 8-9
40
3.
Program-Program Pendidikan Karakter Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan
dan melaksanakan pendidikan karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Program pendidikan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi pijakan dalam menyelenggarakan pendidikan karakter. Tujuan dari program pendidikan karakter ini adalah agar sekolah dalam pelaksanaannya tidak hanya memunculkan akademis semata, akan tetapi karakter pun harus sama rata dengan ilmu akademisnya. Berkaitan dengan pendidikan karakter, maka program dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk kegiatan atau usaha yang dilakukan pendidik dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik. Menurut Aan Hasanah dalam bukunya menuliskan, program pendidikan
karakter
dapat
dilakukan
melalui:
pengajaran,
pemotivasian, peneladanan, pembiasaan, dan penegak aturan.73 a. Pengajaran Pengajaran merupakan bagian penting. Pengajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk memberikan pengetahuan kepada anak tentang nilai-nilai karakter tertentu,
dan
membimbing
serta
mendorongnya
untuk
mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.74 b. Pemotivasian Bagian kedua dari program pendidikan karakter adalah pemotivasian. Pemotivasian adalah proses mendorong dan menggerakkan seseorang agar mau melakukan perbuatan-perbuatan tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan karakter, pemotivasian dapat dimaknai sebagai upaya-
73 74
Amirulloh Syarbini, Op, Cit., h. 79 Ibid., h. 81
41
upaya menggerakkan atau mendorong anak untuk mengaplikasikan nilai-nilai karakter.75 c. Peneladanan Pentingnya keteladanan dalam mendidik anak menjadi pesan kuat dari Al-Qur’an. Sebab keteladanan adalah sarana penting dalam pembentukan karakter seseorang. Oleh karena itu, keteladanan merupakan syarat
utama dalam
suatu proses
pendidikan karakter. Tidak ada makna pendidikan karakter jika tidak ada keteladanan.76 d. Pembiasaan Dalam pendidikan dan pembinaan karakter melalui pola pembiasaan bagi anak, maka orang tua atau guru harus dapat berperan sebagai pembimbing spritiual yang mampu mengarahkan dan memberikan contoh, menuntun, mengarahkan sehingga anak berada pada jalan yang baik. 77 e. Penegak Aturan Bentuk usaha lain yang dapat diterapkan untuk membentuk karakter anak adalah penegakan aturan. Esensi penegakan aturan adalah memberikan batasan yang tegas dan jelas mana yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan, serta mana yang boleh dan tidak boleh dikerjakan. Contoh kecil, siswa tau mengapa ia harus membuang sampah pada tempatnya. 78
4.
Strategi Program Pendidikan Karakter Dengan program pendidikan karakter yang sudah dibahas
sebelumnya, maka dapat dilakukan strategi dalam pengintegrasian karakter
yang
diterapkan/dilaksanakan
pada
lembaga
formal
pendidikan, dengan menyisipkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang ada 75
Ibid., h. 83 Ibid., h. 85 77 Ibid., h. 89 78 Ibid., h. 90 76
42
di sekolah misalkan dengan program pengembangan budaya sekolah yang kemudian dilaksanakan melalui pengembangan diri siswa dan diterapkan dengan berbagai cara demi ketercapaiannya pendidikan karakter pada siswa. Penerapan pendidikan budi pekerti dapat dilakukan dengan berbagai strategi pengintegrasian. Strategi yang dapat dilakukan adalah (1) pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari, dan (2) pengintegrasian dalam kegiatan yang diprogramkan. a. Pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari Pelaksanaan strategi ini dapat dilakukan melalui cara berikut: i. Keteladanan/contoh Kegiatan pemberi contoh/teladan ini bisa dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi peserta didik. ii. Kegiatan spontan Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yang kurang baik, seperti meminta sesuatu dengan berteriak, mencoret dinding. iii. Teguran Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka. iv. Pengkondisian lingkungan Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa dengan penyediaan sarana fisik. Contoh: penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai budi pekerti yang mudah dibaca oleh peserta didik, aturan/tata tertib sekolah yang ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga setiap peserta didik mudah membacanya. v. Kegiatan rutin Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap anak. Contoh kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang kelas, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan,
43
mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, membersihkan kelas/belajar. 79 b. Pengintegrasian dalam kegiatan yang di programkan Strategi ini dilaksanakan setelah terlebih dahulu guru membuat perencanaan atas nilai-nilai yang akan diintegrasikan dalam kegiatan tertentu. Hal ini dilakukan jika guru menganggap perlu memberikan pemahaman atau prinsip-prinsip moral yang diperlukan. Nilai-nilai yang diintegrasikan, antara lain: 1)
Taat kepada ajaran agama diintegrasikan pada kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan.
2)
Toleransi diintegrasikan pada saat kegiatan yang menggunakan metode tanya jawab, diskusi kelompok.
3)
Disiplin diintegrasikan pada saat kegiatan olah-raga, upacara bendera, dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
4)
Tanggung jawab diintegrasikan pada saat tugas piket kebersihan kelas dan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
5)
Kasih sayang diintegrasikan pada saat melakukan kegiatan sosial dan kegiatan melestarikan lingkungan.
6)
Gotong royong diintegrasikan pada saat kegiatan bercerita/diskusi tentang gotong royong, menyelesaikan tugas-tugas keterampilan.
7)
Kesetiakawanan diintegrasikan pada saat kegiatan bercerita/diskusi misalnya mengenai kegiatan koperasi, pemberian sumbangan.
8)
Hormat-menghormati
diintegrasikan
pada
saat
menyampaikan lagu-lagu tentang hormat menghormati, saat kegiatan bermain drama. 79
Mansur Muslich,. Op, Cit., h. 175-176
44
9)
Sopan santun diintegrasikan pada kegiatan bermain drama, berlatih membuat surat.
10) Jujur diintegrasikan pada saat melakukan percobaan, menghitung, bermain, bertanding.80 Pendapat serupa yang ditulis oleh Daryanto dan Suryatri dalam bukunya, bahwa untuk mengimplementasikan pendidikan karakter bisa dengan program pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu: a. Kegiatan rutin Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, berbaris ketika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman. b. Kegiatan spontan Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana. c. Keteladanan Merupakan perilaku, sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakantindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin (kehadiran guru yang lebih awal dibanding peserta didik), kebersihan, kerapihan, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras dan percaya diri. d. Pengkondisian Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam kelas. e. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ektrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter memerlukan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan revitalisasi kegiatan yang sudah dilakukan sekolah. 80
Ibid., h. 176-177
45
f. Kegiatan seluruh di rumah dan di masyarakat Dalam kegiatan ini di sekolah mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakater yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.81 Sebenarnya penerapan karakter baik dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan sehingga bukan sekedar tahu karakter baik dan karakter buruk. Departemen Pendidikan Nasional (2010) berupaya melakukan penataan kembali supaya pendidikan karakter berkembang terus tanpa ada batas ruang, waktu, dan tempat.82 Jadi, pendidikan karakter sifatnya adalah: a. Berkelanjutan; b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; c. Nilai tidak diajarkan, tetapi dikembangkan.83 Di dalam lingkungan pendidikan, pendidikan karakter harus terintegrasi dalam kegiatan sekolah, seperti; a. Komunikasi label positif; b. Pemberian label positif; c. Guru dengan standar training untuk menerapkan pendidikan karakter; d. Kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan karkater.84 Selain itu, pentingnya pelaksanaan program pendidikan karakter ini dilakukan agar dalam pembiasaan siswa di sekolah dapat berjalan dengan terencana dan nantinya siswa dapat mengerti bahwa di dalam kehidupannya perlu adanya pembiasaan diri untuk berperilaku agar dirinya menjadi manusia berkarakter yang sesungguhnya. Kelak jika dewasa, mereka dapat menemukan jati dirinya sebagai manusia dengan satu kesatuan yang utuh. 81
Daryanto dan Suryatri Darmiatun, Op. Cit., h. 75-76 Anas Salahudin M., dan Irwanto Alkhrienche., Op. Cit., h. 141 83 Ibid., 84 Ibid., 82
46
Munculnya
gagasan program
pendidikan
karakter dalam
pendidikan di Indonesia saat ini dapat dimaklumi, sebab selama ini pendidikan masih berorientasi pada nilai akademis semata dan kurang matang dalam hal melaksanakan program di dalam sekolah. Akibatnya banyak generasi lulusan bangsa yang mempunyai pikiran cerdas tapi mental dan moralnya lemah. Contohnya saja, banyak para koruptor yang berasal dari kalangan kaum terdidik, selain itu banyaknya marak para guru dan kepala sekolah yang dengan sengaja membocorkan soal Ujian Nasional kepada siswa-siswanya membuktikan bahwa pentingnya menerapkan nilai-nilai karakter dalam pendidikan harus diawali dari perencanaan awal di dalam sekolah. Untuk mengetahui bagaimana implementasi program karakter di sekolah tempat penelitian, maka penulis memilih menggunakan strategi pendidikan karakter yang dikutip dan ditulis oleh Daryanto dan Suryatri Darmiatun bukunya, karena dengan program pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui pengembangan diri akan menghasilkan karakter siswa yang baik, sehingga anak dapat mencerminkan karakter yang bermutu untuk membawa diri ke dalam lingkungan dimana ia berada.
C.
Hasil Penelitian yang Relevan Untuk hasil penelitian yang relevan ini, penulis menemukan dua
skripsi yang dicari di perpustakaan pusat Syarif Hidayatullah Jakarta, serta dari perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang penulis temukan melalui searching di internet. Dari beberapa judul serta hasil penelitian yang sudah diteliti terdahulu, tujuannya untuk mengkomprasi hal-hal penting dari beberapa skripsi.
47
Tabel 2.2 Hasil Penelitin Relevan No 1.
Penelitian Relevan Nama
: Ainun Jariah
Tahun : 2013 Judul
: Evektivitas Pendidikan
Karakter
Dalam Membentuk
Karakter Siswa Di SMPN 11 Tambun-Bekasi Lokasi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses dari implementasi pendidikan karakter dalam membentuk karakter siswa di SMPN 11 Tambun-Bekasi dianggap :
Hasil
efektif. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan sikap yang positif siswa dari yang kurang baik menjadi baik. Namun tentu saja harus didukung dengan pemberian bimbingan dan penyuluhan terkait perilaku yang menyimpang dan tidak menyimpang. Persamaan penelitian Ainun Juriah dengan skripsi
Persamaan
:
penulis ialah sama-sama meneliti mengenai pendidikan karakter yang dilaksanakan melalui pengintegrasian dalam pembiasan siswa. Yang membedakan dengan skripsi penulis ialah: 1) Metode penelitian yang dilakukan Ainun Jariah menggunakan metode kuantitatif, sedangkan penulis
Perbedaan
:
menggunakan metode deskriptif kualitatif. 2) Lokasi tempat penelitian penulis pada jenjang SDIT, sedangkan Ainun Jariah pada jenjang SMP yang dimana perkembangan anak umur 11-14 tahun sudah mulai memahami tingkah laku.
2
Nama
: Ayu Nurazizah
Tahun : 2014
48
Judul
: Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi
Lokasi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 nilai karakter :
Hasil
bangsa tersebut telah diterapkan melalui kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh anak, proses tersebut dilakukan secara bertahap dengan waktu yang panjang. Persamaan penelitian penulis terletak pada fokus utama
Persamaan
:
penelitian yakni mengenai implementasi pendidikan karakter
serta
metode
penelitian
menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Yang membedakan skripsi penulis ialah: 1) Lokasi penelitian yang dilakukan oleh
Ayu
Nurazizah adalah sebuah yayasan panti asuhan, sedangkan
penulis
melakukan
penelitian
di
pendidikan formal. 2) Obyek penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Perbedaan
:
anak-anak yang memiliki keluarga dan masih dalam pengawasan orang tua, sedangkan obyek yang dilakukan oleh Ayu Nurazizah ialah anak-anak terlantar yang tidak memiliki orang tua. 3) Fokus penelitian penulis ialah pada program yang diimplementasikan ke dalam kegiatan sehari-hari dan
kegiatan
terprogram
guna
mendukung
keberhasilan pendidikan karakter. 3.
Nama
: Syaiful Huda
Tahun : 2012 Judul
: Implementasi Pendidikan Karakter Bagi Peserta Didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Bina Anak Islam Krapyak Pannggungharjo Sewon Bantul Yogyakarta
49
Lokasi : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Implementasi pendidikan karakter di SDIT Bina Anak Islam Krapyak berdasarkan pada visi sekolah yang kemudian dikembangkan ke dalam program-program Hasil
:
khusus yang mendukung terbentuknya karakter peserta didik baik di dalam (integrasikan ke dalam RPP dan pembelajaran di kelas) maupun di luar kelas dengan metode pendidikan yang bervariasi. Persamaan penelitian Syaiful Huda dengan skripsi penulis ialah: 1) Penelitian yang dilakukan Syaiful Huda dengan penulis sama-sama mengenai program-program yang mendukung dalam keberhasilan pendidikan
Persamaan
:
karakter pada siswa. 2) Jenis sekolah yang diteliti oleh penulis dan Syaiful Huda
ialah
Sekolah
Dasar
yang
memiliki
keseimbangan antara ilmu dunia dengan ilmu agama, dan menggunkan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Yang membedakan skripsi penulis ialah: 1) Lokasi yang ingin diteliti penulis di daerah
Perbedaan
:
Kabupaten
Bogor,
sedangkan
melakukan
penelitian
di
Syaiful
Daerah
Huda
Istimewa
Yogyakarta. 2) Aspek yang ingin penulis teliti mengenai kegiatn sehari-hari dan kegiatan terprogram guna untuk keberhasilan proses pendidikan karakter.
50
D.
Kerangka Berpikir Agar lebih terarahnya fokus penelitian ini, penulis membuat kerangka
berpikir sebagai pedoman acuan dalam melaksanakan penelitian tentang program pengembangan budaya sekolah pada siswa sebagai Implementasi Program Pendidikan Karakter di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor. Kondisi nyata pada SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu; belum secara terprogram kegiatan sehari-hari di sekolah, adanya krisis moral pada siswa sekolah dasar yang masih mudah untuk dipengaruhi oleh faktor luar dan kurang meratanya pendidikan karakter oleh seluruh siswa dalam penanaman pendidikan karakter di sekolah. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada siswa tidak hanya mendialogkan ataupun menceramahkan, tetapi memang sudah seharusnya diterapkan dan sudah tertanam dalam diri anak sejak dini. Penanaman pendidikan karakter kini sangat penting bagi siswa karena dengan pendidikan karakter yang ditanamkan secara intensif dan maksimal maka output yang dihasilkan dapat terbentuknya/tercetaknya peserta didik dengan pribadi kuat, unggulan, berakhlakul karimah dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun lingkungan masyarakat di masa yang akan datang. Dengan penanaman karakter di sekolah diharapkan dapat menunjang terciptanya keberhasilan pendidikan karakter pada siswa yang merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional. Dengan melihat perbedaan kondisi nyata dari harapan di atas, maka diduga masih adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, yaitu belum optimal/meratanya pendidikan karakter yang diharapkan pada semua siswa dalam mencapai keberhasilan pendidikan tersebut, sehingga membutuhkan strategi-strategi untuk mengoptimalkan program pendidikan karakter dalam pengembangan budaya sekolah pada siswa melalui kegiatan pengembangan diri, diantaranya:
51
1.
Pengembangan diri siswa yang mencakup kegiatan rutin, keteladanan, pengondisian lingkungan, kegiatan spontan;
2.
Pengintegrasian pada kegiatan yang telah diprogramkan seperti pada proses pembelajaran dikelas;
3.
Memberikan kesadaran akan pentingnya nilai karakter bagi seluruh warga/civitas lembaga pendidikan;
4.
Budaya sekolah. Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir yang dipaparkan di atas,
diutarakan lagi dalam bentuk diagram sebagai berikut:
52
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
REALITA (1) 1. Globalisasi merupakan salah satu dampak negatif dalam dunia pandidikan terutama mengenai pengembangan pendidikan karakter; 2. Banyaknya kekerasan dan perilaku menyimpang lainnya terjadi dikalangan remaja merupakan salah satu permasalahan tersendiri bagi pendidikan karakter; 3. Masih rendahnya kesadaran dan keterampilan guru dalam menanamkan pendidikan karakter di sekolah; 4. Masih banyaknya warga sekolah yang membudidayakan sikap ketidakjujuran; 5. Masih banyaknya sekolah yang mementingkan prestasi akademik daripada prestasi non akademik (sikap siswa); 6. Masih belum optimalnya ketercapaian program pendidikan karakter pada siswa.
INPUT
PERMASALAHAN (2)
STRATEGI (3)
P R O S E S
1. Pengembangan diri siswa yang mencakup kegiatan rutin, keteladanan, pengondisian lingkungan, kegiatan spontan; 2. Pengintegrasian pada kegiatan yang telah diprogramkan seperti pada proses pembelajaran di kelas; 3. Memberikan kesadaran akan pentingnya nilai karakter bagi seluruh warga/civitas lembaga pendidikan; 4. Budaya sekolah.
Belum optimalnya ketercapaian program pendidikan karakter yang dilaksanakan melalui program pengembangan budaya sekolah
HASIL (4)
OUTPUT
Tercapainya keberhasilan program pendidikan karakter siswa dalam rangka melahirkan siswa/lulusan dengan akhlaqul karimah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yayasan Pondok Pesantren Darul Muttaqien SDIT Darul Muttaqien yang berlokasi di Jalan Raya Jakarta Bogor KM. 41 Jabon Mekar, Parung Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan dilakukan selama satu bulan, yaitu pada bulan Oktober 2016.
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor No
Kegiatan penelitian
1
Wawancara mendalam
2
Observasi
pelaksanaan di
Waktu I
II
III
IV
lapangan tempat
penelitian 3
Pengumpulan data dokumen
Penulis memilih SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor, karena sekolah tersebut di bawah naungan Yayasan Darul Muttaqien yang merupakan salah satu lembaga formal aktif dalam penyelenggaraan pendidikan, dimana yayasan tersebut sudah tersusun secara terprogram dari semua kegiatan yang ada lingkungan tersebut, terutama dalam hal perilaku kemanusiaan untuk diterapkan kepada para siswanya.
B.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif ini dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan,
52
53
mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.1 Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan metode deskriptif yaitu pengumpulan informasi mengenai suatu gejala atau keadaan apa adanya pada saat penelitian dilakukan di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor tanpa terlibat langsung dilapangan, untuk kemudian dianalisis hasil temuan secara kualitatif.
C.
Sumber Data Sumber data adalah dari mana data diperoleh. Sedangkan menurut Lofland dan Lonfland sebagaimana dikutip moleong sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.2 Sumber data penelitian ini terdiri dri 2 macam, yaitu data primer dan sekunder: 1. Sumber data primer, yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari informan di lapangan yaitu melalui wawancara dan observasi mendalam dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan dan qiro’ati, guru agama Islam dan guru pendidikan kewarganegaraan (PKN), guru bahasa Indonesia, serta beberapa siswa kelas 5 dan 6 di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor mengenai implementasi program pendidikan karakter yang disisipkan ke dalam kegiatan pembiasaan siswa di sekolah. 2. Sumber data sekunder, yaitu kajian kepustakaan. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data dan teori yang berhubungan dengan implementasi program pendidikan karakter yang diterapkan ke dalam
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. ke 13, h. 14 2 Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 27, h. 157
54
kegiatan-kegiatan pembiasaan melalui referensi buku dan berita-berita dari sumber terpercaya. Dalam penelitian kualitatif sumber data akan berkembang terus (snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan.3 Oleh karena itu, sumber data akan bertambah terus jika sumber data yang ditentukan belum dapat memberikan data yang relevan bagi penelitian.
D.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber, dan berbagai cara.4 Pengumpulan
data
merupakan
proses
pencatatan
peristiwa,
keterangan, karakteristik atau hal-hal yang berkaitan dengan sebagian obyek yang akan mendukung penelitian, atau sebagai salah satu cara yang dapat digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan teknik yang menjadi bahan dasar dalam penelitian. Teknik-tekniknya adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.5 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara semiterstruktur yang ingin dilakukan. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana
3
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 78 4 Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. V, h. 103 5 Sugiyono,. Op. Cit., h. 231
55
fihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.6 Penulis mewawancarai kepala sekolah sebagai sumber utama dan wakil kepala sekolah sebagai sumber tambahan, serta dari beberapa guru untuk memperkuat jawaban mengenai implementasi program pendidikan karakter yang diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor. 2. Observasi Langsung Dalam penelitian kualitatif, salah satu teknik yang digunakan untuk mengamati secara langsung responden di lapangan ialah dengan teknik observasi. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan (pasif). Artinya, dalam observasi di sini penulis hanya sebagai pengamat yang tidak terlibat secara langsung (pasif) mengikuti kegiatan yang ada di dalam sekolah tersebut mengenai program pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam kegiatan pembiasaan siswa di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor. Menurut Spradley, tahapan observasi ada tiga yaitu observasi deskriptif, observasi terfokus dan observasi terseleksi:7 1) Observasi deskriptif Pada tahap ini penulis belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Dalam tahap ini, penulis mengawali mencari opini-opini lewat internet tentang masyarakat mengenai SDIT Darul Muttaqien. Kemudian penulis melakukan observasi awal dengan menghubungi Kepala Sekolah untuk mengetahui gambaran secara umum yang ada di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor.
6 7
Sugiyono,. Op. Cit., h. 233 Sugiyono,. Op. Cit., h. 230-231
56
2) Observasi terfokus Pada tahap ini penulis sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu.
Pada
tahap
observasi
ini,
penulis
memfokuskan
penelitiannya kepada aspek pendidikan yang sejalan dengan pendidikan karakter, dalam tahap ini difokuskan pada kegiatankegiatan yang di realisasikan di sekolah dalam menunjang keberhasilan pendidikan karakter. 3) Observasi terseleksi Pada tahap ini penulis telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Maka dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pendidikan
penelitiannya karakter
yang
tentang
“Implementasi
dilaksanakan
melalui
program program
pengembangan budaya sekolah pada siswa di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor”. 3. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.8 Dengan adanya dokumen-dokumen dalam penelitian untuk memperkuat data-data yang menjadi kelengkapan dari hasil penelitian. Sehingga memperoleh data yang valid sesuai keadaan sekolah mengenai kegiatankegiatan pembiasaan program pendidikan karakter di sekolah tersebut yang mendukung dalam pelaksanaannya.
E.
Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini memakai uji triangulasi. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.9 Jadi triangulasi digunakan untuk menggabungkan antara wawancara, observasi, serta 8 9
Sugiyono,. Op. Cit., h. 240 Ibid., h.241
57
dokumen-dokumen yang didapat dari SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor. Maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Karena tujuan dari penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya yang tidak sesuai dengan teori serta tidak sesuai dengan hukum.
F.
Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahanbahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.10 Setelah semua data dari lapangan terkumpul, maka penulis akan mengolah data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif-kualitatif, yaitu suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang terkumpul sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. 11 Untuk menganalisa data, penulis mengikuti konsep Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa analisis data kualitatif terdiri dari tiga tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Reduksi Data (Data Reduction) Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk informasi yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.12 Penulis mereduksi data dengan memfokuskan pada hal yang penting, dan membuat kategori berdasarkan macam atau jenisnya dan membuang data yang tidak diperlukan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data. 10
Ibid., h.244 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 322 12 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 165 11
58
2. Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.13 Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya yaitu mendisplay data. Dalam langkah ini dilakukan penyajian dengan memisahkan pola yang berbeda sesuai jenis dan macamnya sehingga strukturnya mudah dipahami. 3. Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion/Verifikasi) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat. Tetapi jika didukung dengan bukti yang valid, maka menjadi kesimpulan yang kredibel. 14
G.
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 1. Definisi Konseptual Yang dimaksud dengan pendidikan karakter adalah proses pendidikan dan pembiasaan pada peserta didik untuk membentuk perilaku akhlakul karimah yang mengarah kepada kehidupan sehingga bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Pendidikan karakter penting karena bertujuan untuk mencetak generasi-generasi yang berkarakter. 2. Definisi Operasional Secara operasional yang dimaksud dengan pendidikan karakter sebagai pembentuk perilaku siswa adalah kegiatan-kegiatan pendidikan yang diintegrasikan melalui budaya siswa di sekolah yang berperan sebagai penunjang keberhasilan pendidikan karakter di SDIT Darul MuttaqienParung Bogor.
13 14
Sugiyono,. Op. Cit., h. 249 Ibid., h. 252
59
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrument Wawancara Implementasi Program Pendidikan Karakter di SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor VARIABLE
DIMENSI
INDIKATOR 1. Konsep pendidikan karakter 2. Dasar pendidikan karakter 3. Tujuan pendidikan karakter: Tujuan normatif dan tujuan nyata yang ingin dicapai dari pendidikan
Konsep Dasar pendidikan karakter
karakter; a. Membantu peserta didik menjadi pribadi yang unggul dan lebih baik. b. Membimbing
perilaku
yang
konsisten terhadap karakter. c. Dapat membentuk pribadi yang Pendidikan
cakap dan dapat bermanfaat di
Karakter
masyarakat. Indikator
keberhasilan
pendidikan
karakter: a. Religius; sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama. Nilai-nilai karakter
b. Jujur; perilaku yang menunjukkan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. c. Toleransi; sikap dan tindakan yang menghargai segala perbedaan. d. Disiplin;
tindakan
yang
60
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. e. Mandiri; sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang alin dalam menyelesaikan tugastugas. f. Komunikatif;
tindakan
memperlihatkan
yang
rasa
senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. g. Tanggung jawab; sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. 1. Materi
dan
karakter
metode
pendidikan
(pedoman/kurikulum
berbasis pendidikan karakter) 2. Bentuk kegiatan sekolah a. Kegiatan spiritual (ibadah; solat Kegiatan
berjamaah,
solat
sunnah,
sekolah
membaca dan menghafal
al
qur’an) b. Kegiatan akademis (pembelajaran di dalam kelas, kegiatan belajar mandiri, kegiatan ekstrakurikuler) 3. Kendala dan upaya dari penerapan pendidikan karakter Strategi pendidikan karakter
1. Strategi Pendidikan karakter dilakukan
melalui
yang
program
pengembangan budaya sekolah:
61
a. Pengintegrasian pendidikan
program karakter
pada
kehidupan sehari-hari (kegiatan rutin,
kegiatan
keteladanan, dan
spontan,
pengkondisian
lingkungan). b. Pengintegrasian pendidikan kegiatan
program
karakter yang
pada
diprogramkan
(KBM dan ekstrakurikuler). 2. Program Pendidikan karakter: a. Pembiasaan
spiritual
(kegiatan
solat berjamaah, membaca qur’an dan khotmil qur’an)
b. Pembiasaan
sosial
(Kegiatan
keseharian 4S; senyum, salam, sapa, dan santun/sikap empati dan simpati pendidik kepada semua peserta didik). c. Pembiasaan akademis (Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler).
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instument Observasi Implementasi Program Pendidikan Karakter di SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor Variabel Pendidikan
Aspek Observasi Kegiatan
Sub Dimensi 1. Bentuk-bentuk kegiatan/pembiasaan
62
Karakter
sekolah
spiritual
yang
lingkungan
dilakukan
sekolah
di
mencakup
kegiatan (solat wajib berjamah, solat dhuha, membaca dan menghafal Al-Qur’an) 2. Bentuk kegiatan akademik (kegiatan pembelajaran di dalam kelas/KBM). 3. Bentuk kegiatan non akademik (ekstrakurikuler: pramuka, pencak silat,
marawis/hadroh,
tari/seni
musik, sains/teknologi, dsb). 1. Proses Integrasi Dalam Kegiatan Sehari-hari a. Keteladanan:
dari
kepala
sekolah, guru, dan staf karyawan (guru datang tepat waktu dan menyambut siswa ketika masuk ke dalam sekolah). b. Kegiatan
spontan: membuang
Strategi
sampah ketika melihat sampah
pendidikan
sembarangan.
karakter
c. Pengkondisian
lingkungan:
banyaknya slogan-slogan yang mengharuskan sikap berkarakter d. Teguran: dilakukan oleh guru bila
melihat
siswa
yang
melakukan perilaku tidak terpuji (ketika siswa berkata kasar/ribut dengan temannya). e. Kegiatan
rutin:
dilaksanakan
sesuai program harian/bulanan/
63
tahunan yang dibuat oleh sekolah (pembacaan ikrar setiap pagi hari, upacara nasionalisme, dan merayakan hari besar agama Islam).
Tabel 3.4 Daftar Ceklist Studi Dokumentasi No
Dokumen
1.
Jadwal kegiatan rutin sekolah
2.
Data jumlah pendidik dan tenaga kependidikan tahun 2016/2017
3.
Data jumlah siswa tahun 2016/2017
4.
Tata tertib atau peraturan sekolah
5.
Dokumen materi kegiatan keagamaan a. Buku panduan/pedoman materi b. Jadwal materi
6.
Dokumen Jadwal kegiatan ekstrakurikuler
7.
Buku penilaian/evaluasi kegiatan sekolah a. Buku penilaian spiritual b. Buku penilaian akademik c. Buku penilaian non akademik
8.
Dokumen hasil pekerjaan/tugas-tugas kegiatan pembelajaran di kelas a. RPP berbasis karakter b. Data absen c. Laporan hasil penilaian siswa (moral dan akhlak pada guru bimbingan dan konseling)
Ada
Tidak ada
64
9.
Data sarana pendidikan a. Ruang kelas b. Proyektor c. Buku pelajaran bernuansa pendidikan karakter
10.
Data prasarana pendidikan a. Masjid b. Ruang pertemuan/aula c. Komputer/laptop d. Laboratorium e. Perpustakaan f. Lapangan olahraga
11.
Dokumen profil sekolah
12.
Dokumen bentuk kegiatan sekolah a. Panduan kegiatan-kegiatan spiritual (tahfiz/khotmil qur’an) b. Panduan kegiatan akademis (KBM)
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor Nama Sekolah
:
SDIT Darul Muttaqien Bogor
NSS Sekolah
:
102020210029
NPSN
:
20230645
Status akreditasi
:
A
Alamat Lengkap
:
Jl. Raya Jakarta – Bogor, KM 41 PO BOX 25 Jabon Mekar Parung Bogor 16330
No. Telepon
:
0251-8600262
Secara geografis SDIT Darul Muttaqien berlokasi di lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran sekolah yang mempunyai tanah ±18 hektar dibawah yayasan pondok pesantren darul muttaqien. SDIT Darul Muttaqien berada di lingkungan yang dekat dengan pemukiman penduduk. Jarak SDIT Darul Muttaqien yang berada tepat dipinggir jalan raya, namun dengan lingkungan tersebut tidak menjadi faktor gangguan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dari kebisingan/keramaian kendaraan atau gangguan lainnya dan membuat proses KBM menjadi lebih nyaman. Akses jalan menuju SDIT Darul Muttaqien cukup strategis karena letaknya yang berada tepat dipinggir jalan raya mudah dijangkau dengan jenis kendaraan apapun, dari arah Jalan Ciputat mengikuti arah jalur menuju Kabupaten Bogor. Selain itu, tidak jauh dari SDIT Darul Muttaqien di sebelah utara terdapat pelayanan kesehatan masyarakat serta P4TK Penjas dan BK Kabupaten Bogor.
65
66
2. Sejarah Singkat SDIT Darul Muttaqien Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Darul Muttaqien berada di wilayah Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
(SDIT) Darul Muttaqien merupakan pengembangan pendidikan
dibawah payung Yayasan Darul Muttaqien, berdasarkan permintaan masyarakat yang menginginkan lembaga pendidikan dasar yang bernuansa keagamaan dengan tetap memiliki kualitas pendidikan sesuai dengan garis kebijakan pemerintah. Maka lahirlah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Darul Muttaqien dengan mengacu kepada lembaga pendidikan SDIT Nurul Fikri Depok. Tepat pada bulan Juni 1999, SDIT Darul Muttaqien dibuka dengan jumlah siswa 23 anak (11 putra dan 11 putri) yang dibina oleh 3 orang guru. Sebuah awal yang cukup mengesankan sehingga pada tahun kedua pendaftaran mencapi 46 siswa (naik 100%) yang berasal dari kawasan Bojonggede, Telaga Kahuripan, Parung dan sekitarnya sampai Bojong sari. Perkembangan ini menunjukkan adanya respon positif dari masyarakat akan kehadiran SDIT Darul Muttaqien. SDIT Darul Muttaqien sendiri merupakan rangkaian panjang dari kegiatan pengembangan pendidikan pondok Pesantren Darul Muttaqien dengan platform tidak hanya menggunakan pembelajaran terpadu, namun juga mengedepankan pendidikan islami.1
3. Visi dan Misi SDIT Darul Muttaqien Di bawah ini dapat dilihat visi dan misi SDIT Darul Muttaqien Parung Bogor sebagai berikut: a. Visi “Membentuk Generasi Unggul Berbasis Qur’an”
1
Profil SDIT Darul Muttaqien, tahun 2015, h. 3
67
Generasi unggul adalah generasi penerus perjuangan yang memiliki berbagai kompetensi yang berguna untuk dirinya. Kompetensi tersebut menginternal ke dalam kepribadian siswa secara utuh. Kompetensi tersebut meliputi IQ, EQ, dan ESQ. IQ menjadikan siswa kritis terhadap permasalahan yang dihadapi. EQ menjadikan siswa beretika yang baik dan ESQ menjadikan siswa memiliki kepekaan spiritual yang tinggi. Berbasis Qur’an adalah mengaplikasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam aktifitas keseharian. Adapun misi SDIT Darul Muttaqien Parung Bogor.
b. Misi 1) Menciptakan lingkungan yang islami 2) Mendidik dan mengembangkan intelektual 3) Mengembangkan nilai-nilai akhlakul karimah 4) Mengembangkan inspirasi 5) Menanamkan kecintaan pada Al-Qur’an 6) Mengimplementasikan nilai-nilai Al-Qur’an 7) Mendidik mental disiplin 8) Menerapkan transparasi managemen 9) Membudayakan salam 10) Menerapkan learning process sebagai bekal kemandirian 11) Menerapkan soladaritas yang tinggi 12) Menjalin ukhuwah Islamiyah 13) Membina prestasi dan kompetisi 14) Membentuk jiwa sehat dan kesatria 15) Menggali dan mengembangkan bakat siswa 16) Memberikan fasilitas yang mendukung kreatifitas.2 2
Ibid., h. 4
68
Berdasarkan visi dan misi di atas dapat diketahui bahwa SDIT Darul Muttaqien bertujuan melahirkan atau mencetak manusia yang berwawasan dan berkualitas baik yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur’an. Lulusan SDIT Darul Muttaqien diharapkan dapat mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang diperolehnya di masyarakat luas.
4. Program Utama SDIT Darul Muttaqien SDIT Darul Muttaqien mempunyai program utama yang dijadikan acuan dalam proses pendidikan, sebagai berikut: a. Menerapkan kurikulum terpadu dari Departemen Pendidikan Nasional dengan kurikulum lokal b. Menggunakan metode Qiro’ati dalam pengenalan penguasaan bacaan AlQur’an c. Membiasakan shalat berjamaah d. Melaksanakan tadarus Al-Qur’an pra pembelajaran e. Pembinaan mental melalui ekstrakurikuler.3
5. Struktur Organisasi SDIT Darul Muttaqien Suatu organisasi mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Di dalamnya terdapat kumpulan orang yang saling berpengaruh satu sama lain dengan baik, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur SDIT Darul Muttaqien Bogor memiliki jenjang kerja dan kewenangan yang terorganisir. Adapun struktur SDIT Darul Muttaqien dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
3
Ibid., h. 5
69
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SDIT DARUL MUTTAQIEN 2016/2017
1
KOMITE SEKOLAH
Abdullah, S.Pd.I
Yasin Dahlan, SE
TATA USAHA Alyani Badzlin
WAKASEK KURIKULUM Hendra Gumilar, S.Sos.I
TATA USAHA/OPERATOR
Arif R A. S.Kom
WAKASEK KESISWAAN Asep Kosasi, S.H.I
TATA USAHA Khaerotunnisa
WAKASEK QIROAH Ahmad Zaeni, S.Ag
WALI KELAS
WALI KELAS
1 Lulu C A S.Ag
1 A Hakim. S.Sos.I
2 Muhaimin, S.Pd.I 3 S Juriah, S.Pd.I
KEPALA SEKOLAH
2 2 Diana K. S.Ag 3 S Jubaedah. S.Pd.I
WALI KELAS
WALI KELAS
1 Sualim. S.Sos.I
1 Budi M. S.Pd.I
3 2 Asep. SA, S.Ag
4 2 Oom M.S.Pd.I
3 Raras W, S.S
3 Jelly AQ. S.Pd.I
WALI KELAS
WALI KELAS 1 M Kusnadi.S.Sos.I 2 Muslihat. S.Pd.I
5
3 Laili M. S.Pd.I
1 6 2 3
4 Shofian Y.S.Pd.I
Sumber: Data Dokumentasi Sekolah
SISWA
Office boy
Penjaga
MASYARAKAT
Security
Kebersihan
Leni H.S.Ag M Iskandar, S.Si Eva S. S.Pd.I
70
6. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan syarat penting agar dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor mempunyai sarana dan prasarana yang baik dan memadai serta membantu kelancaran proses kegiatan belajar dan mengajar. Dengan sarana dan prasarana yang sangat mencukupi, siswa dapat belajar dengan nyaman dan guru dapat mengajar dengan tenang. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis bahwasanya SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor berusaha melengkapi sarana dan prasarana pendidikan yang lebih jelasnya sarana dan prasarana tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SDIT Darul Muttaqien Bogor No
Jenis Saranan/Prasarana
Jumlah
Kondisi Baik
1
Ruang Kepala Sekolah
1
√
2
Ruang Guru
1
√
3
Ruang TU
1
√
4
Ruang Kelas
19
√
5
Ruang Lab. Komputer
1
√
6
Ruang Lab. Bahasa
1
√
7
Ruang Tamu/Aula
1
√
8
Ruang UKS
1
√
9
Masjid
1
√
10
Tempat Wudhu
3
√
11
Alat Peraga
30
√
12
Penyangga Untuk Alat
8
√
Peraga Qiraati
Rusak
Keterangan
71
13
Perpustakaan
1
√
14
Ruang Penjaga Sekolah
1
√
15
Kamar Mandi/WC Guru
2
√
16
Kamar Mandi/WC Siswa
9
√
17
Ruang Dapur
1
√
18
Lapangan Olahraga
3
√
19
Gudang
1
√
Sumber: Data Dokumentasi Sarana dan Prasarana SDIT Darul Muttaqien Bogor tahun 2016/2017
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana di SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor sudah cukup lengkap. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap akan memudahkan proses belajar dan mengajar di sekolah, siswa pun akan bersemangat dalam belajar.
7. Guru dan Siswa SDIT Darul Muttaqien a.
Guru SDIT Darul Muttaqien SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor adalah lembaga yayasan
pendidikan di bawah payung pondok pesantren Darul Muttaqien Bogor, dimana setiap guru yang mengajar telah memiliki persyaratan formal serta kepribadian yang tinggi. Karena guru merupakan sosok yang penting dalam dunia pendidikan. Guru sebagai pendidik sekaligus pengajar tidak hanya memberikan ilmu tetapi juga memberikan pengabdiannya kepada siswa maupun sekolah tersebut. SDIT Darul Muttaqien memiliki tenaga pendidikan yang kompeten sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tenaga pendidik, berjumlah 44 orang yang rata-rata lulusan S1 dan S2 dengan latar belakang pendidikan S1 sebanyak 37 orang dan lulusan S2 hanya 1 orang dan selebihnya masih
72
proses menjalankan studi kuliah, dengan jumlah guru wanita sebanyak 18 orang dan jumlah guru lelaki sebanyak 19 orang. 4 Dengan banyaknya jumlah guru yang ada di SDIT Darul MuttaqienParung Bogor, maka dapat dilaksanakan pendidikan karakter melalui pengembangan diri siswa dengan menggunakan strategi pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari seperti: memberikan keteladanan atau contoh, kegiatan
spontan,
teguran,
dan
pengkondisian
lingkungan
guna
terbentuknya karakter pada siswa serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Adapun secara rinci mengenai data pendidik dapat dilihat pada lampiran. b.
Jumlah Siswa SDIT Darul Muttaqien Siswa merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran,
tanpa adanya siswa tidak akan terjadi proses belajar dan mengajar. Keadaan siswa di SDIT Darul Muttaqien merupakan mayoritas yang berasal dari wilayah sekitar Desa Jabon Mekar kabupaten bogor, sehingga tidak begitu jauh dari tempat tinggal menuju ke sekolah. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2016/2017 di SDIT Darul Muttaqien sebanyak 472 siswa, yang tediri dari; siswa kelas I dibagi menjadi 3 kelas dan tiap-tiap kelas berjumlah 24-26 siswa, kelas II terdapat 3 kelas dan tiap kelas berjumlah 24-25 siswa, kelas III terdapat 3 kelas dan tiap kelas berjumlah 27-28 siswa, kelas IV terdapat 3 kelas dan tiap kelas berjumlah 22-24 siswa, kelas V terdapat 4 kelas dan tiap kelas berjumlah 22-23 siswa, dan terakhir kelas VI terdapat 3 kelas dengan tiap-tiap kelas berjumlah 27 siswa. jadi jumlah seluruh siswa di SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor berjumlah 472 siswa.5 Untuk mengetahui keadaan siswa lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.
4 5
Data tenaga pendidik dan kependidikan SDIT Darul Muttaqien tahun 2016/2017 Data dokumen sekolah, jumlah siswa SDIT Darul Muttaqien Bogor tahun 2016/2017
73
Tabel 4.2 Jumlah Siswa/I SDIT Darul Muttaqien Bogor Tahun Pendidikan 2016/2017 No
1
2
3
4
5
6
Kelas
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
Jumlah Kelas
Putra
Putri
Jumlah
1
15
11
26
2
12
12
24
3
13
13
26
1
14
11
25
2
15
9
24
3
14
11
25
1
13
15
28
2
12
16
28
3
16
11
27
1
11
11
22
2
10
14
24
3
11
11
22
1
10
13
23
2
11
12
23
3
9
13
22
4
9
13
22
1
14
12
27
2
13
14
27
3
14
13
27 Jumlah : 472
Sumber: Data Jumlah Siswa SDIT Darul Muttaqien Tahun 2016/2017.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor cukup signifikan sehingga kepala sekolah membatasi jumlah siswa perkelas maksimal 28 orang, agar memudahkan
74
guru dalam mengajar dan bisa menerapkan pembiasaan karakter siswa karena pada dasarnya tiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda.
B. Deskripsi dan Analisa Data Berdasarkan wawancara dengan responden yang dilengkapi dengan hasil observasi dan studi dokumen, maka hasil penelitian penulis sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Program Pendidikan Karakter Pelaksanaan program pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor dapat dilaksanakan melalui setiap kegiatan secara terprogram dan kegiatan sehari-hari, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mansur Muchlis dalam bukunya. Berikut penulis akan memaparkan terkait kegiatan yang ada di sekolah. a. Kegiatan Terprogram SDIT Darul Muttaqien Bogor salah satu sekolah yang menerapkan full day school tentu banyak kegiatan yang dilaksanakan siswa. Siswa siswi SDIT Darul Muttaqien ditanamkan sikap disiplin dan dapat mengatur waktu dengan segala kegiatan terprogram dan kegiatan seharihari yang dilakukan disekolah. Kegiatan terprogram di SDIT Darul Muttaqien meliputi kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan qiro’ati, dan sebagainya yang memasukkan nilai-nilai karakter bangsa. Proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang berlangsung mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.30 untuk kelas IV-VI dan untuk kelas I-III selesai KBM pukul 14.00. 6 Nilai karakter seperti religius, disiplin, komunikatif, tanggungjawab, toleransi, serta mandiri selalu dimasukkan di setiap pelajaran, baik dalam penjelasan materi, melakukan praktek ataupun pemberian tugas, terlihat pada setiap tugas yang diberikan oleh siswa dan mereka langsung mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan baik. Pengintegrasian pendidikan karakter 6
Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, Jum’at 14 Oktober 2016.
75
pada pelajaran berarti memadukan, menerapkan dan memasukkan nilainilai yang diyakini benar dalam rangka mengembangkan serta membentuk karakter siswa. Kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pelaksanaannya pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1 Suasana Kegiatan Belajar Mengajar di dalam Kelas Kamis, 10 November 2016.
Pelaksanaan pendidikan karakter ini tidak terbatas pada sejumlah materi pembelajaran yang terdapat dalam standar isi melainkan pembelajaran lebih luas dari apa yang mereka pahami atau melalui pengalaman siswa. Kegiatan berlangsungnya KBM ini tertera jelas pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang masing-masing dibuat oleh guru mata pelajaran sebelum proses KBM berlangsung. Di sekolah ini guru tidak hanya berusaha memenuhi standar kompetensi yang diamanatkan oleh kurikulum nasional, tetapi juga mengarahkan siswasiswa agar terbiasa memetik nilai-nilai dari pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Wakil Kepala Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar mengatakan: Nilai karakter yang dapat diambil siswa sejauh ini seperti; 1) Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama. 2) Jujur yaitu perilaku yang menunjukkan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3) Toleransi yaitu sikap dan perbuatan yang selalu menghargai perbedaan, baik pendapat maupun suku mereka masingmasing.
76
4) Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentutan dan peraturan. 5) Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 6) Komunikatif yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 7) Tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.7 Adapun penanaman nilai karakter tersebut merupakan usaha yang dilakukan seluruh civitas sekolah agar nilai-nilai atau akhlak yang baik tertanam pada diri siswa melalui kegiatan di dalam kelas. Tidak hanya itu, pelaksanaan pendidikan karakter juga diterapkan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SDIT Darul Muttaqien Bogor. Sekolah ini mempunyai kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti hanya untuk kelas IV dan V dan untuk kelas I-III tidak diwajibkan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Bapak Asep Kosasih “…Untuk eskul wajib maupun pilihan hanya diwajibkan untuk kelas 4 dan 5 saja, adapun kelas 3 bisa dibilang dianjurkan untuk mengenal eskul tersebut dan mereka tidak diwajibkan…”.8 Jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan oleh sekolah, antara lain: 1) Pramuka Kegiatan pramuka ini dilakukan setiap hari Kamis setelah pulang sekolah. Dari hasil observasi yang penulis lakukan di SDIT Darul Muttaqien bahwa dalam kegiatan pramuka ini, siswa tidak hanya diajarkan ilmu kepramukaan untuk mendisiplinkan dirinya, tetapi siswa juga ditanamkan nilai-nilai karakter yang dikembangkan
7
Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, Jum’at 14 Oktober 2016. 8 Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Bapak Asep Kosasih, Rabu 19 Oktober 2016.
77
oleh sekolah ini, seperti nilai religius, disiplin, tanggungjawab, mandiri, komunikatif, dan toleransi.9 Dari kegiatan ini pula siswa belajar tentang kepemimpinan yang
menuntut
siswa
untuk
terus
bersikap
disiplin
juga
menumbuhkan sikap kemandirian siswa. Saat memulai kegiatan, siswa dibiasakan berdisplin untuk datang tepat waktu dan berbaris dipecah menjadi lelaki dan perempuan.10 Kemudian,
pembimbing
yang
melatih
ekstrakurikuler
pramuka, diajarkan langsung dari pesantren Darul Muttaqien yang melatih kegiatan pramuka di sekolah ini, hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, Bapak Asep Kosasih, mengatakan: “Pelatih dari Pesantren Darul Muttaqien membimbing dan memberi pengarahan agar ketua kelompok merapikan barisannya dan anggotanya berusaha mengikuti apa yang diperintahkan oleh ketua kelompok. Selain itu pada pengisian materi oleh kaka pelatih, mereka sangat cekatan dalam bertanya apa yang mereka belum tahu”.11 Gambar di bawah ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis.
Gambar 4.2 Suasana Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka, dibedakan antara perempuan dan laki-laki.
9
Hasil Observasi tidak terstruktur pada Hari Kamis, 03 November 2016. Hasil Observasi, Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka, Kamis, 10 November 2016. 11 Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Bapak Asep Kosasih, Rabu 19 Oktober 2016. 10
78
Kemudian pada kegiatan sandi morse dibutuhkan ketelitian bagi masing-masing anggota dan pembuatan tandu dibutuhkan kesabaran serta kerja sama antar anggota juga dalam kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kepramukaan.12 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa pada
pelaksanaan
penanaman
nilai
karakter
di
kegiatan
esktrakurikuler terdapat sikap komunikatif, tanggung jawab, mandiri, kerjasama bagi ketua kelompok ataupun anggotanya, dan adanya toleransi untuk saling menghormati satu sama lain pada perbedaan pendapat. Masing-masing kelompok saling responsif, sportif dan kreatif dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru pelatih pramuka. 2) Tapak Suci Esktrakurikuler wajib ini dilaksanakan pada hari Jum’at dan diikuti oleh kelas IV dan V. Dalam kegiatan tapak suci ini, siswa tidak hanya diajarkan bagaimana cara untuk melatih kekuatan dan ketangguhan pada tubuh, tetapi juga memasukkan pendidikan nilai karakter seperti disiplin waktu ketika hadir, karakter komunikatif selalu berinteraksi dengan teman ataupun pelatih pramuka, kemudian nilai karakter bekerjasama dalam kegiatannya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Wakil Bidang Kesiswaan, Bapak Asep Kosasih: “bahwa pendidikan karakter yang biasa ditanamkan oleh guru pelatih ekstrakurikuler kegiatan ini adalah dengan membiasakan menerapkan disiplin untuk tepat waktu datang latihan, siswa pun di haruskan berkomunikatif untuk saling berinteraksi dengan anggotanya yang lain saat melakukan gerakan-gerakan ilmu bela diri, dan menumbuhkan rasa kerjasama”.13
12
Hasil Observasi Kegiatan Kepramukaan pada pembuatan sandi morse, Hari Kamis, 03 November 2016. 13 Hasil Wawancara dengan Wakil Bidang Kesiswaan, Bapak Asep Kosasih, Rabu, 19 Oktober 2016.
79
Gambar di bawah ini merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang menunjukkan pembiasaan karakter komunikatif dan karakter lainnya.
Gambar 4.3 Pelaksanaan Ekstrakurikuler Tapak Suci dengan Penuh Semangat Para Siswa Kelas IV dan V, Jum’at 11 November 2016.
Dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter tersebut guru pelatih
terus
melakukan
pengawasan.
Pada
kegiatan
ini
menumbuhkan kebiasaan nilai disiplin, kerjasama, komunikatif dan saling menghargai satu sama lain di dalam anggotanya. Di samping esktrakurikuler wajib, SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor juga memiliki ekstrakurikuler pilihan yang dilaksanakan setiap hari sabtu sebagai bentuk kegiatan serta minat dan bakat siswa guna pengembangan diri dan juga menanamkan nilai-nilai karakter. Dengan begitu, bakat siswa akan tersalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler pilihan ini, sehingga siswa akan lebih mendapatkan penanaman karakter seperti disiplin, mandiri, tanggung jawab, serta komunikatif. Berikut daftar ekstrakurikuler pilihan yang dijalankan di sekolah ini:
80
Tabel 4.3 Daftar Ekstrakurikuler Tahun 2016 SDIT Darul Muttaqien Bogor No.
Ekstrakurikuler Pilihan
1
Marawis/Hadroh
2
Sains dan Teknologi
3
Menggambar
4
Melukis
5
Catur
6
Tari Seni/Musik
Sumber: Data Bidang Kesiswaan SDIT Darul Muttaqien Bogor Tahun Pelajaran 2016/2017
Berdasarkan hasil
temuan dalam
pelaksanaan ekstrakurikuler
penelitian di
lapangan,
yang dilaksanakan boleh dikatakan
berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan adanya pembentukan karakter dalam setiap kegiatan serta adanya jalinan kerjasama secara terpadu antara sekolah, orang tua, siswa dan masyarakat sekitar sehingga pelaksanaannya dapat dilihat secara maksimal. Oleh karena itu pihak orang tua dan masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung dan sesuai dengan apa yang mereka harapkan yaitu agar siswa-siswa SDIT Darul Muttaqien Bogor melaksanakan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu ada juga kegiatan lainnya yang biasa dilakukan di sekolah ini dan menjadi ciri khas dari SDIT Darul Muttaqien yaitu kelas qiro’ati. Kelas qiro’ati adalah salah satu proses pembelajaran cara metode membaca al-qur’an dengan benar yang menjadi keunikan di sekolah ini. Kelas qiro’ati dilaksanakan setiap harinya sebelum memulai kegiatan belajar mengajar di kelas. Pada proses pembelajaran ini siswa tidak dikelompokkan berdasarkan kelas, akan tetapi mereka dibaurkan
81
sesuai dengan tingkat jilidnya dan guru qiro’atinya masing-masing, sehingga akan terlihat betapa padat unsur pendidikan karakternya. 14 Hal ini senada yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Qiro’ati, Bapak Ahmad Zaeni: “Qiro’ati dilaksanakan di SDIT Darul Muttaqien itu selama 5 hari dari hari senin sampai hari jum’at jam 8 sampai dengan jam 9. Dengan proses pembelajaran 15 menit itu anak-anak baca klasikal, kemudian 30 menit anak baca individual atau maju satusatu setiap anak dan terakhir 15 menit kembali ke klasikal lagi, dan mereka tidak digabungkan sesuai kelas, tetapi sesuai tingkat jilidannya”.15 Kelas qiro’ati ini lebih menekankan pada kegiatan praktek, bukan materi saja. Bacaan mereka lebih diperhatikan ketika siswa ingin menyetor bacaan qiro’ati mereka ke guru jilidnya masing-masing, dengan membawa buku penilaian yang telah disediakan di sekolah ini. Pada saat pelaksanaan, siswa sudah langsung mencari guru jilidnya masing-masing untuk mengikuti kelas qiro’ati, berbeda dari kelas kegiatan belajar mengajar biasanya. Di sini, kelas qiro’ati dilaksanakan tidak harus di dalam kelas, tetapi dilaksanakan di luar kelas baik di depan kelas, di aula, di masjid, maupun di perpustakaan. Kegiatan lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang dilaksanakan di lingkungan sekolah dan siswa dibaurkan sesuai dengan tingkat jilid qiro’ati.
Gambar 4.4 Kegiatan Kelas Qiro’ati yang Dilaksanakan di dalam Masjid Kamis, 10 November 2016. 14 15
Hasil Observasi tidak terstruktur pada Hari, Senin, 24 Oktober 2016. Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Qiro’ati, Bapak Ahmad Zaeni, Selasa 01 November 2016.
82
Pada pelaksanaan kelas qiro’ati semua siswa berpartisipasi dalam kegiatan ini, karena kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang hampir sebagian di senangi siswa untuk bisa memperbaiki tanda bacaan ilmu dasar al-qur’an, hal ini sesuai yang diungkapkan oleh siswa kelas VI.2 yang akrab dipanggil Dana “dengan adanya qiro’ati di sekolah, saya bisa tau bacaan saya yang salah”.16 Dari hasil observasi di lapangan, bahwa berlangsungnya kegiatan kelas qiro’ati, nilai
pendidikan yang terbentuk yaitu
melatih
kedisiplinan, dimana siswa sebelum dimulai kelas qiro’ati tetapi mereka sudah menemui gurunya, sehingga siswa sudah dilatih disiplin dan semangat untuk memperbaiki bacaan qiro’ati, dengan begitu dapat mencapai keberhasilan dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Selain itu, tanggung jawab, dimana siswa mulai bertanggung jawab atas tanda bacaan qiro’atinya dan tempat dimana mereka berada, jadi tidak saling mengandalkan satu sama lain, akan tetapi semua ikut ambil andil dalam kegiatan ini.17 Seluruh kegiatan yang dilakukan di SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor dilandaskan dengan pendidikan nilai karakter yang berkembang di sekolah tersebut, yaitu nilai-nilai karakter bangsa dan agama, sehingga pembiasaan karakter pada siswa dapat terlihat pada diri siswa SDIT Darul Muttaqien secara keseluruhan. Dengan adanya pelaksanaan pendidikan karakter ini secara tidak langsung siswa dapat tertib dalam sekolah, lingkungan serta pada dirinya sendiri. b. Kegiatan Sehari-hari Kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh seluruh warga sekolah terutama para pendidik di SDIT ini yaitu mulai kegiatan sekolah dari jam 07.15 pagi dengan adanya penyambutan oleh guru-guru di depan kelas, kemudian siswa masuk ke kelas masing-masing untuk melaksanakan pembacaan ikrar bersama, tadarus al-qur’an, dan sholat 16 17
Hasil Wawancara dengan Siswi Kelas VI.2 Dana, Senin, 24 Oktober 2016. Hasil Observasi tidak terstruktur pada Hari, Senin, 24 Oktober 2016.
83
dhuha berjamaah.18 Kegiatan ini rutin dilaksanakan di sekolah ini bahkan sudah menjadi budaya sekolah serta ciri khas dari SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor. Kegiatan Pra-KBM, yaitu kegiatan yang dilaksanakan sebelum memulai kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatannya antara lain: 1) Pembacaan Ikrar Bersama: kegiatan pembacaan ikrar bersama ini dilakukan di awal saat semua siswa berkumpul di depan kelas mereka masing-masing, kegiatan ini tujuannya mengingatkan siswa untuk selalu ingat dengan bacaan syahadat dan bacaan nasionalisme yang akhir-akhir ini mulai dilupakan oleh anak bangsa.19 Hasil observasi yang penulis lakukan diperkuat dengan pendapat Wakil Kepala Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar mengatakan “…Pembacaan ikrar yang biasa dilakukan di sekolah ini yaitu di awali dengan pembacaan kalimat syahadat yang diucapkan pertama kali, kemudian janji siswa dan pancasila”.20 Pada pembacaan ikrar masing-masing siswa melakukan pembacaan ikrar ini sesuai dengan regu piket masing-masing, jadi semua siswa tampil di depan teman-temannya, hal ini sesuai yang dikatakan oleh Kepala Sekolah, Bapak Abdullah bahwa “anak setiap harinya diadakan ikrar, pembacaan janji siswa sesuai regu piket, sehingga dengan begitu anak merasakan tampil di depan teman-temannya dengan tujuan agar anak memiliki sifat keberanian dalam hal kebaikan”.21 Gambar di bawah ini merupakan pelaksanaan kegiatan pembacaan ikrar setiap harinya di depan mereka masing-masing yang selalu dibimbing oleh para guru.
18
Hasil Wawancara dengan Wakil Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, Jum’at, 14 Oktober 2016. 19 Hasil Observasi tidak terstruktur pada Hari, Jum’at, 11 Oktober 2016. 20 Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, 14 Oktober 2016. 21 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Abdullah, Rabu, 19 Oktober 2016.
84
Gambar 4.5 Kegiatan pra-KBM, Pembacaan Ikrar Setiap Harinya di Depan Kelas Mereka Masing-masing.
Tidak hanya itu, sekolah tersebut mempunyai pembacaan ikrar yang dibuat oleh para guru serta pimpinan pesantren, adapun kalimat ikrar dari hasil study dokumen sekolah, dapat dilihat di bawah ini:
IKRAR SDIT DARUL MUTTAQIEN BOGOR
Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah Aku rela Allah Tuhanku Islam agamaku Mohammad itu Nabi dan Rasul panutanku Al-Qur’an itu kitab suciku Ya Allah tambahkanlah ilmu kepadaku Dan berilah pemahaman kepadaku Kabulkan ya Allah Tuhan semesta alam.
Sumber: Buku Album Kenangan Sekolah Tahun 2015/2016.
85
2) Tadarus Al-Qur’an: kegiatan ini sangat diutamakan di sekolah ini, agar siswa setiap hari harus membaca al-qur’an dan tidak akan lupa untuk membaca sebelum memulai pembelajaran. Dilakukan dalam waktu 15 menit dengan duduk bersama di masjid, selesai membaca al-qur’an siswa bersholawat bersama-sama agar siswa tidak lupa untuk mengagungkan nabi besar Muhammad SAW.22 Dengan begitu proses pembelajaran akan lebih mudah cepat diserap oleh siswa, sehingga apa yang ditanamkan oleh guru melalui kegiatan ini dapat melekat dalam kehidupan siswa walaupun tidak di lingkungan sekolah. Dari situlah siswa dapat membedakan kebiasaan mana yang baik dan mana yang buruk. Pelaksanaan tadarus bersama dapat dilihat gambar di bawah ini, yang dilakukan di dalam masjid untuk seluruh siswa dan guru.
Gambar 4.6 Pembiasaan Tadarus Setiap Hari Sebelum Memulai Kegiatan Belajar Mengajar di Dalam Kelas
3) Sholat Dhuha Berjamaah: pembiasaan sholat dhuha berjamaah ini dilakukan setiap hari. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar bahwa “…untuk pelaksanaan sholat dhuha dilakuan pada hari senin sampai dengan hari rabu seluruh siswa melaksanakan di dalam kelas masing-masing, untuk hari kamisnya siswa kelas I sampai dengan kelas III melakukan sholat dhuha bersamasama di masjid, sedangkan untuk kelas IV sampai dengan 22
Hasil Observasi tidak terstruktur pada Hari Jum’at, 14 Oktober 2016.
86
kelas VI dilakukan pada hari Jum’at dengan pengawasan guru dan diimami oleh setiap guru lelaki”.23 Pembiasaan sholat dhuha berjama’ah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.7 Pelaksanaan Sholat Dhuha Berjamaah di Dalam Masjid Setiap Hari Kamis dan Jum’at.
Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menanamkan kebiasaan karakter positif pada siswa agar senantiasa melaksanakan sholat dhuha dimanapun mereka berada, meski sholat dhuha dikatakan sunnah dalam syariat Islam tetapi dengan pembiasaan setiap hari, maka anak akan menjadikan itu sebuah kewajiban. Setelah berakhirnya kegiatan Pra-KBM tadi, selanjutnya siswa masuk ke kelas masing-masing untuk melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar. Selanjutnya, penanaman nilai karakter yang diterapkan di sekolah ini dilakukan dengan dua metode, yaitu: a. Metode langsung, yaitu dengan cara tadarus bersama di pagi hari, sholat dhuha bersama, dan pembacaan ikrar bersama di depan kelas masing-masing. b. Metode tidak langsung, yaitu dengan mengintegrasikan melalui mata pelajaran.
23
Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, Jum’at, 14 Oktober 2016.
87
Berikut adalah beberapa nilai-nilai karakter menurut Kemenerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sudah penulis batasi agar difokuskan dalam pembahasannya: 1) Religius Kegiatan religius di SDIT Darul Muttaqien Bogor yaitu dengan melakukan sholat dhuha berjamaah, tadarus al-qur’an bersama sebelum kegiatan belajar dan mengajar dimulai. Guru selalu memberikan nasihat kepada siswa untuk selalu bersyukur dengan apa yang mereka punya dan mereka jalani saat ini. Selain itu, pada waktu sholat zuhur, siswa-siswa di SDIT Darul Muttaqien Bogor selalu berjamaah di masjid.24 Observasi yang penulis lakukan ini dibuktikan dari hasil wawancara wakil kepala bidan kurikulum, Bapak Hendra Gumilar mengatakan “…nilai religius yang kami terapkan di sini, mulai dari sholat dhuha berjamaah, tadarus alqur’an, kemudian dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang biasa diadakan seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, dan tahun baru Islam”.25 Kegiatan keagamaan yang dilakukan agar siswa dapat memiliki sikap religius dan mengingatkan Allah SWT dalam setiap kegiatan dan perbuatannya serta siswa tidak hanya mengingat harihari besar keagamaan tetapi juga tahu cara mengisi hari keagamaan tersebut. 2) Jujur Untuk melatih kejujuran diri siswa, SDIT Darul Muttaqien Bogor menyediakan tempat temuan barang hilang yang berada di masjid dan di depan ruang kantor Tata Usaha. Sejauh ini, siswa dapat menerapkan kejujuran dengan baik. Bahkan ketika ujian berlangsung,
mereka
mengerjakan
dengan
sendiri
tanpa
mengganggu ketenangan di dalam kelas.26 Hal ini sesuai dengan 24
Hasil Observasi tidak terstruktur, Jum’at, 14 Oktober 2016. Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, Jum’at, 14 Oktober 2016. 26 Hasil Observasi tidak terstruktur, Rabu, 19 Oktober 2016. 25
88
yang diungkapkan oleh Guru PAI Bapak Budi Mulyadi, “..disini kami menyediakan tempat temuan barang hilang, tujuannya agar melatih anak untuk bersikap jujur”.27 Dalam hal ini nilai kejujuran sangat ditanamkan karena siswa sadar bahwa jujur itu sangat penting dalam hal apapun. Hal ini membuat sadar bahwa nilai kejujuran penting dijalankan dalam kehidupan dimanapun ia berada. 3) Toleransi Sikap toleransi di SDIT Darul Muttaqien Bogor selalu dibiasakan. Menurut Guru Bahasa Indonesia, Ibu Muslihat menjelaskan “iyaa.. disini kita sangat menjunjung nilai toleransi, karena disini kita kan berbeda suku, beda pendapat jika anak-anak sedang mengeluarkan ide-idenya, kemudian dari yang berkulit hitam sekalipun. Karena dari mulai mereka masuk di sekolah ini kita sudah ajarkan setiap orang berbeda tapi basicly semua orang itu baik”.28 Hal ini perkuat dengan adanya pendapat dari siswa kelas VI.2 yang akrab dipanggil Wafic mengatakan “kita diajarin tidak membedabedakan teman dari asal mana aja, dan guru disini selalu ngajarin kalo semua orang itu baik”.29 Jadi sikap bertoleransi sudah ditanamkan pada anak sejak usia dini, tujuannya agar toleransi itu sendiri dapat melekat di diri anak hingga dewasa nanti. 4) Disiplin Disiplin adalah sejumlah peraturan yang harus dipatuhi oleh sekelompok orang untuk menciptakan keteraturan. Dari observasi yang penulis lakukan, terlihat siswa di SDIT Darul Muttaqien sudah cukup baik dalam hal disiplin. Terbukti siswa jarang melanggar disiplin, sekalipun siswa melanggar itupun hanya dalam hal-hal kecil misalnya keluar kelas tanpa alas kaki dan masih dalam batas wajar.30
27
Hasil Wawancara dengan guru PAI, Bapak Budi Mulyadi, Senin, 24 Oktober 2016. Hasil Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, Ibu Muslihat, Rabu, 19 Oktober 2016. 29 Hasil Wawancara dengan Wafic, siswa kelas VI.2, Senin 24 Oktober 2016. 30 Hasil Observasi tidak terstruktur, Senin 24 Oktober 2016. 28
89
Hal ini karena penelitian dilakukan di tingkat SD sehingga sikap siswa-siswa SDIT Daru Muttaqien Bogor masih dapat di tamping dengan baik, dan dari segi lingkungan yang berada di bawah pondok pesantren. Hal-hal yang sering dilanggar oleh siswa seperti tidak memakai alas kaki/sandal ketika keluar kelas dengan hukuman mengambil sampah yang ada dan membuangnya ke tempat sampah, seperti yang diungkapkan oleh siswa kelas V.1 yang biasa dipanggil Vaniah “kalo keluar kelas tanpa alas kaki atau sandal, karena lupa, hukumannya suruh ambil sampah yang ada terus dibuang di tempat sampah”.31 Adapun jenis pelanggaran yang seperti tidak memasukkan baju ke dalam celana bagi laki-laki serta tidak mengerjakan PR, semua itu dilandaskan dengan hukuman sesuai dan bukan dengan hukuman fisik. Bentuk hukumannya seperti menuliskan ayat al-qur’an sebanyak satu lembar kertas folio, memunguti sampah di sekitar sekolah atau menyapu ruangan aula bagi yang telat datang ke sekolah dan mengerjakan PR dua kali lipat bagi yang tidak mengerjakan PR, semua hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa, hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar “kalau disini hukuman itu yang ada korelasinya dengan yang dilanggar, misalnya mereka mengucapkan kata-kata tidak terpuji, berarti disuruh nulis ayat a-qur’an, maka dengan otomatis si anak tersebut bisa sekaligus menghafalnya atau ketika anak datang terlambat ke sekolah, maka disuruh cari sampah”.32 Dengan begitu secara otomatis anak akan bersikap disiplin dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.
31 32
Hasil Wawancara dengan Vaniah, siswa kelas V.1, Senin 24 Oktober 2016. Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, Jum’at, 14 Oktober 2016.
90
5) Mandiri Kemandirian siswa salah satu contohnya terlihat saat siswa diberi tugas untuk membuat kelompok oleh Bapak Mohammad Iskandar guru pelajaran PKN. Beberapa siswa langsung mengajukan sendiri untuk menjadi ketua kelompok serta mencari anggota sendiri agar bisa bekerja bersama tanpa harus menunggu perintah guru. 33 Hasil observasi penulis diperkuat dengan ungkapan dari guru PKN, Bapak Mohammad Iskandar “pada saat dalam kelas, tanpa saya perintahkan, anak-anak sudah paham dengan sendirinya ketika ada kelompok, mereka langsung inisiatif membuat kelompok sendiri, jadi saya tidak repot-repot untuk mengaturnya”.34 Tidak hanya itu, kemandirian juga dapat dilihat saat siswa masuk ke sekolah hanya diantar sampai depan gerbang atau di tunggu oleh orang tua sampai waktu kegiatan mengajar selesai. 6) Komunikatif Kegiatan komunikatif antara siswa dan guru terlihat pada pagi hari. Dimana
guru pagi-pagi
sudah menyapa
siswa
serta
menanyakan kabar siswa setiap harinya.35 Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Kepala Sekolah, Bapak Abdullah bahwa “setiap pagi hari, siswa selalu disambut oleh guru-guru ketika ingin memasuki kelas mereka dan selalu menyapa kabar mereka, itu salah satu nilai komunikatif yang selalu kita biasakan di sini”.36 Tidak hanya itu di dalam kelas pun sering terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Siswa juga sering menanyakan hal-hal yang belum mereka ketahui kepada gurunya baik dalam hal pelajaran atau sekedar menanyakan keadaan yang sedang terjadi dan belum diketahui oleh siswa. Guru membiasakan agar siswa terangsang untuk berpikir aktif sehingga kegiatan yang bersifat komunikatif ini selalu terlihat lancar di SDIT 33
Hasil Observasi tidak terstruktur, pada pelajaran PKN, Selasa, 01 November 2016. Hasil Wawancara dengan guru PKN, Bapak Mohammad Iskandar, Selasa 01 November 2016. 35 Hasil Observasi tidak terstruktur, Kamis, 10 November 2016. 36 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Abdullah, Rabu, 19 Oktober 2016. 34
91
Darul Muttaqien Bogor. Dengan begitu, karakter komunikatif yang selalu dibiasakan pada siswa-siswa di sekolah tersebut akan menjadikan sifat perduli terhadap apa yang ada di sekitar mereka. 7) Tanggungjawab Dalam hal tanggung jawab, siswa menjalani tanggung jawabnya dengan baik dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Penulis melihat saat jam belajar mengajar, kegiatan yang dilalui siswa sangat efisien. Guru pun masing-masing memiliki strategi mengajar sehingga siswa dapat mengikuti metode yang guru berikan agar dapat mencapai tujuan belajarnya. Siswa terlihat dilatih untuk bertanggung jawab atas segala hal yang dilakukannya. 37 Jadi jika siswa ingin berbuat hal yang buruk akan membuat siswa berpikir sendiri
apa
yang
harus
dipertanggungjawabkan
nanti
atas
perbuatannya.
2. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor sudah berjalan sejak sekolah ini didirikan di samping faktor lainnya sekolah ini berada di lingkungan pondok pesantren, jadi hal yang tidak dipaksakan untuk melaksanakan pendidikan karakter sudah bukan hal baru lagi. Menurut Kepala Sekolah, Bapak Abdullah, mengatakan “tujuan akhir dari pendidikan karakter adalah membentuk siswa yang aktif, kreatif, mandiri dari segi apapun. Tidak hanya dari sisi akademis saja untuk mampu bersaing di masyarakat, tetapi perlu dibekali pula dengan penguatan-penguatan moral, spiritual, dan pembiasaan agama yang dilakukan di sekolah ini agar dari sisi akhlaknya mereka kuat”.38 Bapak Hendra Gumilar sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum mengatakan tujuan pendidikan karakter memprioritaskan kepada pembentukan akhlak, kemudian pembentukan dari segi akidahnya, empati dan simpati. Serta tidak jauh dari visi yang 37 38
Hasil Observasi tidak terstruktur, Kamis, 10 November 2016. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Abdullah, Rabu, 19 Oktober 2016.
92
membentuk generasi unggul berbasis al-qur’an, artinya misi pun membudidyakan lingkungan yang bernuansa islami kepada anak-anak. Ketika visi misi itu tercapai maka tujuan dari pendidikan karakter pun akan tercapai pula.39 Hal serupa yang dikatakan oleh guru PAI di SDIT Darul Muttaqien, Bapak Budi Mulyadi bahwa, “tujuan pendidikan karakter disini tidak jauh dari visi misi, karena kita menunjang hasil dari visi misi. Agar anak mempunyai sikap disiplin dan menerapkan sikap akhlak ke siswa, sehingga dengan sendirinya anak menjadi terbiasa dengan keseharian di sini”.40 Sementara itu, salah satu guru bahasa Indonesia, Ibu Muslihat mengatakan “tujuan dari pendidikan karakter disini tentunya kita ingin menjadikan anak yang sholeh dan sholehah, dengan adanya pembiasaan-pembiasaan di sekolah bisa terbawa oleh anak dimanapun ia berada, jadi karakternya itu yang kita harapkan dari yang tidak baik menjadi lebih baik”.41 Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik menjadi anak yang berlandaskan nilai-nilai al-qur’an sesuai dengan visi sekolah, taat pada peraturan sekolah dan agama, serta mampu menjadi manusia yang berakhlak mulia sehingga dapat menjadi pemimpin atau generasi di masa depan.
3. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter Strategi adalah rencana jangka panjang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun strategi untuk mengimplementasikan pendidikan karakter bisa dengan program pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar yang dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, hal ini sesuai dengan teori yang ditulis oleh Daryanto dan Suryatri Darmiatun di dalam bukunya yaitu “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah”. Kemudian akan penulis bahas di bawah ini, antara lain:
39
Hasil Wawancara dengan Wakil Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, Jum’at, 14 Oktober 2016. 40 Hasil Wawancara dengan guru PAI, Bapak Budi Mulyadi, Senin, 24 Oktober 2016. 41 Hasil Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, Ibu Muslihat, Rabu, 19 Oktober 2016.
93
a. Keteladanan/Contoh Keteladanan merupakan sesuatu yang baik di dalam diri manusia sehingga manusia itu bisa ditiru oleh manusia lainnya. Guru salah satunya sangat besar pengaruhnya di mata anak didiknya di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, apa yang dilihat dari guru maka akan ditiru oleh siswanya. Keteladanan menjadi titik sentral dan mempunyai arti penting dalam mendidik, kalau guru berkeperibadian baik ada kemungkinan siswanya juga berkeperibadian baik, begitu juga sebaliknya. Guru-guru di SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor biasa memberikan keteladanan dengan memperlihatkan bagaimana mereka bersikap, bertutur kata, berpakaian rapih serta mentaati tata tertib sekolah. Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh Kepala Sekolah, Bapak Abdullah mengatakan “keteladanan sama dengan figur atau contoh, jadi kami memberikan contoh kepada anak-anak hal yang baik-baik tentunya, mulai dari cara berpakaian, dari tutur kata, maupun sikap. Kemudian untuk melakukan sholat dhuha maupun sholat fardhu dzuhur kami bukan hanya mengingatkan saja, tetapi mengajak dengan bahasa ‘nak mari kita sholat’ dengan begitu anak akan lebih nyaman dan merasa disayangi…”.42 Hal ini dibenarkan dengan Siswa Kelas V.1 bernama Miskah “guru disini mencontohkan ke saya dan teman-teman cara pakaian rapih, bicaranya sopan, masih banyak lagi”.43 Serta penambahan lain dari Siswa Kelas VI.2 yang akrab dipanggil Adi “guru-guru disini ngajarin yang baik-baik contohnya ramah, terus pakaiannya juga rapih”.44 Jadi keteladanan yang diberikan guru-guru di sekolah ini dilakukan setiap hari sehingga anak dapat mencontohkan apa yang diperbuat oleh guru. Tidak hanya itu, baik guru-guru ataupun kepala sekolah SDIT Darul Muttaqien terbiasa untuk memberikan afirmasi positif kepada siswa. 42
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Abdullah, Rabu, 19 Oktober 2016. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas V.1, Miskah, Senin 24 Oktober 2016. 44 Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas VI.2, Adi, Senin 24 Oktober 2016. 43
94
b. Kegiatan Spontan Kegiatan ini dilakukan dengan cara para siswa diberi kebebasan penuh untuk mengemukakan atau mengekspresikan tanggapan perasaan, penilaian, dan pandangannya terhadap suatu hal yang dijelaskan guru, khususnya nilai karakter. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pikirannya tanpa rasa takut, pembiasaan yang berupa kegiatan spontan untuk mengembangkan karakter di sekolah ini dilakukan dengan cara: 1) Mengucapkan salam saat mengawali proses belajar mengajar 2) Berdoa sebelum memulai pekerjaan untuk menanamkan rasa tenang di dalam hati 3) Mengucapkan salam saat bertemu dengan guru 4) Pembiasaan untuk bersalaman sesuai muhrimnya saat bertemu dengan guru 5) Melaksanakan sholat berjamaah di sekolah dan doa bersama, dsb.45 Adapun pendapat penulis di atas dapat diperkuat, berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKN Bapak Mohammad Iskandar mengatakan: “kebiasaan yang kita terapkan mulai tempat duduk siswasiswi yang dipisah, tidak hanya itu siswa laki-laki ketika bersalaman dengan guru perempuan tidak bersentuhan, begitupula dengan siswa perempuan tidak bersentuhan tangan ketika bersalaman dengan guru laki-laki, sehingga mereka sudah terbiasa cara bersalaman tersebut hingga nanti mereka dewasa”.46 Jadi, kegiatan spontan merupakan kegiatan yang berlangsung terjadi tanpa di programkan tapi sudah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. c. Teguran Teguran yang diberikan guru di SDIT Darul Muttaaqien Bogor dalam menerapkan disiplin dan karakter siswa biasanya dengan menasehati siswa jika siswa melakukan kesalahan, mempertemukan kedua siswa yang saling berselisih paham, mencari akar permasalahan lalu berusaha untuk membuat siswa berpikir, kesalahan apa yang telah siswa perbuat terakhir mencari solusi untuk menyelesaikan masalah. Hal 45 46
Hasil Observasi, Kegiatan Pembelajaran di Sekolah, Kamis, 10 November 2016. Hasil Wawancara dengan guru PKN, Bapak Mohammad Iskandar, Selasa 01 November 2016.
95
ini sengaja dilakukan agar siswa sadar dan bisa berpikir sehingga tidak mengulangi kesalahannya lagi di kemudian hari. Teguran lainnya yaitu dengan memberikan hukuman sesuai dengan kesalahan yang siswa perbuat. Salah satu contohnya sesuai yang dikatakan oleh guru PAI, Bapak Budi Mulyadi “anak-anak selalu kita tegur dan kita nasehati, apabila ada siswa yang tidak mengerjakan tugasnya, biasanya hukumannya saya berikan mereka untuk menulis surat-surat pendek dalam al-qur’an”.47 Kemudian pendapat lain dari guru Bahasa Indonesia, Ibu Muslihat mengatakan “setiap hari siswa selalu ditegur jika mereka berbuat hal yang tidak baik, dengan teguran mereka akan merasa malu, dengan begitu akan membuat mereka bersikap baik setiap harinya”.48 Sementara itu, guru PKN Bapak Mohammad Iskandar mengatakan “teguran atau nasehat disini diberikan setiap hari pada saat berbaris di lapangan setelah tadarus al-qur’an. Sekaligus memberikan punishment dengan menulis surat al-bayyinah, dimana hal ini secara tidak langsung membuat mereka akan menghafal surah tersebut”.49 Hal ini juga dibenarkan oleh Siswa Kelas VI.2 yang akrab dipanggil Adi “hukumannya disuruh infak sama nulis surat-surat pendek kalau membuang sampah sembarangan dan berkata gak baik”.50 Walaupun terkesan hukuman yang ringan, tapi hal itu sudah memberikan efek jera kepada siswa-siswa karena siswa tergolongan tingkatan masih muda sehingga untuk hukuman seperti itu sudah membuat mereka takut untuk membuat kesalahan lagi. Adapun jika siswa berbuat kesalahan yang lebih besar dan mengulanginya lagi untuk kedua kalinya, maka guru dan kepala sekolah akan mem-follow up kesalahannya selanjutnya dengan pemanggilan orang tua.
47
Hasil Wawancara dengan guru PAI, Bapak Budi Mulyadi, Senin 24 Oktober 2016. Hasil Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, Ibu Muslihat, Rabu, 19 Oktober 2016. 49 Hasil Wawancara dengan guru PKN, Bapak Mohammad Iskandar, Selasa 01 November 2016. 50 Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas VI.2, Adi, Senin 24 Oktober 2016. 48
96
d. Pengkondisian Lingkungan Pengkondisian lingkungan merupakan penyediaan sarana fisik. Di SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor terdapat slogan-slogan yang berkaitan
dengan
pendidikan
karakter,
tujuannya
agar
siswa
membacanya setiap hari dan selalu ingat pentingnya nilai karakter yang diterapkan. Begitu juga dengan papan tata tertib, papan visi misi sekolah, serta tempat sampah yang diletakkan diseluruh sudut dan lorong sekolah. Banyak sekali kata-kata bijak untuk ditempelkan dan dijadikan slogan-slogan di setiap ruangan kelas, ataupun dilorong sekolah. Salah satunya slogan yang terdapat pada gambar di bawah ini yang secara tidak langsung dapat diterapkan dalam perilaku siswa untuk diingat dalam bertutur kata. Gambar 4.8 Slogan yang mengharuskan sikap Karakter di Tempel Pada Masing-Masing Kelas.
Sumber: Slogan yang ada di setiap Kelas, pada sudut atas papan tulis.
4. Program Pembiasaan Pendidikan Karakter Pembiasaan pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien Bogor sangatlah kental, hal tersebut sesuai dengan visi dan misi yang ada di sekolah tersebut, dan kemudian pembiasaan karakter ditanamkan oleh guru-guru dan para stakeholder. Dalam hal ini, siswa melakukan berbagai kegiatan di lingkungan sekolah, dari mulai masuk sampai dengan pulang sekolah. Peran para guru
97
sangat berpengaruh pada siswa, karena pembiasaan dan pengawasan dilakukan langsung oleh guru-guru sekolah. Menurut kepala SDIT Darul Muttaqien mengatakan, bahwa “Program pendidikan karakter dimulai dari rancangan kurikulumnya kemudian program ekstrakurikuler yang nantinya itu akan tertumpu dalam mencapai target karakter tersendiri. Dengan demikian, anak-anak akan terbimbing dengan adanya program-program pendidikan karakter di sekolah”.51 Sementara itu, Ibu Muslihat guru Bahasa Indonesia mengatakan: program pendidikan karakter di sini, kita lebih kepada bentuk-bentuk kegiatan yang kita mulai dari mereka datang ke sekolah bersalaman ke guru-guru, membaca do’a sebelum melakukan pekerjaan, sholat dhuha. Kemudian kalau pada saat kegiatan belajar mengajar, mereka dibiasakan untuk disiplin, sopan santun kepada siapa saja, baik itu lebih muda apalagi yang lebih tua.52 Lebih dalam lagi, Bapak Hendra Gumilar, wakil kepala bidang kurikulum mengatakan: program-program pendidikan karakter yang kita buat tentunya mengarahkan ke pembentukan karakter anak. Seperti kurikulum di sini kita masih menggunakan KTSP, tetapi secara tidak langsung kita sudah menerapkan kurikulum k13 pada aspek perilaku, contohnya dalam hal pelaksanaan anak sholat dhuha berjamaah dan lain sebagainya. Dan juga ketika ada peringatan-peringatan hari besar Islam maupun nasional selalu kita lakukan, agar tujuannya anak-anak senantiasa sudah memahami dengan sendirinya.53 Dari hasil kegiatan study dokumen yang penulis lakukan bahwa dalam menerapkan pembiasaan pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien sudah tersusun dengan baik sehingga dalam pelaksanaanya berjalan dengan baik dan selalu dilakukan monitoring serta evaluasi dalam setiap kegiatan pendidikan sehingga proses proses pendidikan di sekolah dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berikut ini, kalender pendidikan SDIT Darul Muttaqien selama satu semester. 51
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Abdullah, Rabu, 19 Oktober 2016. Hasil Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, Ibu Muslihat, Rabu, 19 Oktober 2016. 53 Hasil Wawancara dengan Wakil Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, Jum’at, 14 Oktober 2016. 52
98
Tabel 4.4 Kalender Pendidikan Tahun 2016 SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1
Sanlat SDIT DM
1-2 Juni 2016
2
UKK Semester 2
6-13 Juni 2016
3
Salam Ramadhan 1437 H
14 Juni 2016
4
Hari Raya Idul Fitri 1437 H
6-7 Juni 2016
5
Halal Bihalal PPDM
16 Juni 2016
6
KBM 2016-2017 dan Orientasi Siswa Baru 25 Juni 2016 Kelas 1
7
HUT RI ke-71
17 Agustus 2016
8
Hari Raya Idul Adha 1437 H
12 September 2016
9
Tahun Baru Islam 1438 H
2 Oktober 2016
10
Upacara Hari Pahlawan
10 November 2016
11
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
12 Desember 2016
12
Bisnis Day Kelas 1-3
15 Desember 2016
13
Bisnis Day Kelas 4-6
16 Desember 2016
14
Awal Libur Semester 1
25 Desember 2016
Sumber: Kurikulum SDIT Darul Muttaqien Bogor Tahun Pelajaran 2016/2017
Dengan demikian dapat dilihat bahwa program pembiasaan pendidikan karakter yang ada di SDIT Darul Muttaqien Bogor diupayakan secara maksimal. Setiap hari siswa dilakukan dengan kegiatan sehari-hari serta kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan dan terlaksana. Sehingga siswa akan terbiasa melakukan pembiasaan karakter tersebut dan terjadi perubahan dalam diri siswa. Selain pemaparan di atas, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada orang tua siswa diketahui bahwa dari pelaksanaan program pendidikan karakter yang dilaksanakan di SDIT Darul Muttaqien ParungBogor, putra putrinya mengalami peningkatan lebih baik dalam hal beribadah
99
terutama dan berperilaku maupun akademisnya. Serta banyak perubahan hal positif yang biasa dilakukan di rumah. Menurut Bapak Sualim, orang tua dari siswa kelas IV, mengatakan bahwa, “anak saya terdapat perubahan baik dari akademiknya maupun pengetahuan agamanya, kemudian dalam memahami al-qur’an sudah mulai tau hukum bacaannya. Selain itu dari tutur bahasanya lebih sopan, dan menunjukkan bakti kepada orang tuanya”.54 Sementara itu, Bapak Abdul Hakim, orang tua dari siswa kelas II menambahkan bahwa: Alhamdulillah, anak saya setelah mengikuti kegiatan disekolah ini banyak perubahan, disamping ilmu akademisnya yang sudah terlihat bagus, tetapi dari segi agama sangat memiliki peningkatan yang sangat baik, contohnya anak saya bisa fasih dalam membaca al-qur’an, serta sholatnya tidak ingin ketinggalan harus di awal waktu. Dengan sikap yang seperti itu, salah satu kebanggaan saya bahwa di dalam diri anak saya sudah tertanam baik, dan itu juga hasil dari didikan dari guru-guru disini.55 Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui, bahwa pembiasaan pendidikan karakter khususnya yang ada di SDIT Darul Muttaqien dapat menunjukkan bahwa penanaman pendidikan karakter terlaksana cukup baik dan maksimal. Kebiasaan-kebiasaan yang positif seperti pembiasaan spritiual, ibadah-ibadah yang dilakukan di sekolah dapat juga dilakukan di rumah seperti halnya pengakuan dari orang tua siswa saat diwawancarai. Dengan pembiasaan spiritual yang ada di sekolah, dapat meningkatkan jiwa semangat yang tinggi untuk berkompetitif dalam belajar pada siswa.
5. Dampak/Pengaruh dari Pembiasaan Pendidikan Karakter Setiap program yang diterapkan pasti berdampak bagi objek yang pada sasaran tersebut, baik berdampak positif maupun negatif. Kepala Sekolah, Bapak Abdullah mengatakan, “Alhamdulillah untuk saat ini di bawah bimbingan dewan guru tidak ada dan jangan sampai ada, dengan kenakalan54 55
Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa, Bapak Sualim, Senin 24 Oktober 2016. Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa, Bapak Abdul Hakim, Senin 24 Oktober 2016.
100
kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak kita. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kepercayaan masyarakat yang menyekolahkan anaknya disini, maka anak-anak mereka banyak melihat perubahan-perubahan baik pada diri anak mereka masing-masing”.56 Selanjutnya menurut Ibu Muslihat, sebagai Guru Bahasa Indonesia mengatakan: Dari semua program pembiasaan karakter dampaknya Alhamdulillah terasa selama ini, karena dengan pembiasaan setiap harinya di sekolah, maka mereka sudah terbiasa melakukan itu di rumah. Hal ini sudah ada pengakuan dari orang tua mereka, bahwa anaknya memiliki sikap yang baik seperti sholat tepat waktu tanpa disuruh, hormat dengan orang tua dan kakaknya, bahkan ada yang mengajakan kakanya mengaji. 57 Dampak lain dikatakan oleh Guru PAI, Bapak Budi Mulyadi mengatakan “dampaknya dari pembiasaan karakter dapat dilihat dari siswa yang sudah mulai bertanggug jawab, misalnya ketika mereka diberikan tugas berkelompok maka ketua kelompoknya ketika disuruh maju ke depan, ia akan maju karena mereka sadar bahwa mereka adalah pemimpin yang harus berani maju ke depan”.58 Kemudian, dampak yang dikatakan oleh Bapak Mohammad Iskandar, sebagai Guru PKN “dampak dari semua pembiasaan itu, siswa senantiasa shalat tepat waktu, hadir di sekolah tidak terlambat lagi, ketika mereka ulangan pun tidak mencontek meskipun tidak diawasi. Hasil-hasil tersebut bagi saya pribadi dan mungkin bagi guru-guru disini sangat senang sekali dan bangga karena membuahkan hasil dari pembiasaan karakter yang telah kami terapkan ke semua siswa di sini”.59 Sementara itu, dampak yang dirasakan langsung oleh siswa yang akrab dipanggil dengan nama Vaniah V.1 mengatakan bahwa “saya mentaati semua tata tertib di sekolah, udah lebih rajin sholat dan berpakaian rapih”.60 Dampak yang dirasakan, baik bagi guru-guru di sekolah tersebut maupun siswanya langsung sangat menghasilkan efeknya. Terlihat bahwa pembiasaan56
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Abdullah, Rabu, 19 Oktober 2016. Hasil Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, Ibu Muslihat, Rabu, 19 Oktober 2016. 58 Hasil Wawancara dengan guru PAI, Bapak Budi Mulyadi, Senin 24 Oktober 2016. 59 Hasil Wawancara dengan guru PKN, Bapak Mohammad Iskandar, Selasa 01 November 2016. 60 Hasil Wawancara dengan siswa, Vaniah kelas V.1, Senin 24 Oktober 2016. 57
101
pembiasaan positif yang selalu ditanamkan di sekolah memberikan dampak baik terhadap peserta didik untuk berperilaku akhlakul karimah. Selanjutnya, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar mengatakan bahwa: Kami merasa bahagia sekali ketika anak menjadi sholeh dan sholehah, anak tanpa disuruh ketika bertemu guru langsung mengucapkan salam dan bersalaman dengan guru tersebut, kemudian mengerjakan sholat lima waktunya tanpa diperintah. Secara kualitas kita senang, anak-anak bertutur bahasa yang sopan dan bagus, jujur dalam segala perbuatan dan memiliki sikap berkarakter, dan lebih cenderung hasilnya ke pendidikan agama atau religiusnya. 61 Berdasarkan pemaparan hasil wawancara di atas yang penulis lakukan, bahwa dampak dari pembiasaan pendidikan karakter di sekolah menjadikan siswa-siswa lebih rajin dalam beribadah, bersikap sopan dan hormat ketika bertemu dengan guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Tidak hanya itu, dampak dari sikap atau karakter siswa yang baik tersebut dibuktikan dari pengakuan orang tua dan masyarakat yang telah menyekolahkan anak mereka di sekolah tersebut, bahwa anak-anak mereka menjadi lebih hormat dan patuh kepada kedua orang tua dan kakaknya, sikapnya yang menjadi lebih baik dari sebelum anak tersebut di masukkan ke SDIT Darul Muttaqien, kemudian menjadi lebih rajin sholatnya tanpa disuruh bahkan sholat di awal waktu. 6. Hambatan dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter Dalam melaksanakan pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien selalu ada hambatan, hal tersebut dirasakan oleh kepala sekolah dan guru-guru di sekolah. Wakil Kepala Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar mengatakan bahwa: Kalau berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter tentu ada kendala yang saya pribadi rasakan. Berkaitan dengan siswa, pertama tidak semua siswa sama, mereka unik karena memiliki karakter yang berbeda dan menjadi salah satu kendala. Ada yang sekali dua kali dinasehati mereka sudah paham, ada dinasehati berkali-kali sulit untuk dirubah, bahkan ada yang tidak sama sekali dinasehati mereka sudah 61
Hasil Wawancara dengan Wakil Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, Jum’at, 14 Oktober 2016.
102
paham dengan sendirinya. Berikutnya, kalau dari segi guru, ada beberapa guru yang terkadang kurang istiqomah dalam keteladanan, artinya mereka santai-santai, karena mengandalkan dengan guru yang sangat bersemangat untuk membimbing siswa terutama ketika sholat dhuha atau dzuhur berjama’ah.62 Kemudian hal serupa juga dikatakan oleh guru PAI, Bapak Budi Mulyadi “ketika melakukan penerapan pendidikan karakter di sekolah ini, tentu ada hambatannya, yaitu dari pemahaman siswa itu sendiri, karena tidak semua anak itu cepat tanggap dan ada juga pemahaman siswanya lambat. Sehingga kita harus lebih ekstra lagi untuk membimbing dan menasehati mereka”.63 Sementara itu, salah seorang guru PKN, Bapak Mohammad Iskandar mengatakan pendapat yang berbeda, bahwasanya hambatan lain, yaitu: “…bicara hambatan tentunya ada dari setiap kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha yang telah kami lakukan. Hambatannya ketika anak tidak ada dukungan dari orang tua, contoh ketika siswa sholat tepat waktu di sekolah, namun ketika mereka berliburan sekolah terkadang sholatnya terlambat, jadi kurang ada partisipasi peran orang tua di rumah. Kemudian hambatan lainnya, ketika anak itu melakukan kesalahan atau pelanggaran yang mereka lakukan di sekolah”.64 Hal senada yang dikatakan oleh guru Bahasa Indonesia, Ibu Muslihat, bahwa “hambatan itu kalau di rumah dari orang tuanya sendiri, yang mungkin faktor kesibukan sehingga anak tidak diperhatikan dalam hal beribadah dan berperilaku, jadi tidak ada yang menguatkan kegiatan anaknya di rumah”.65 Berdasarkan pemaparan dan hasil wawancara di atas, bahwa hambatan hambatan yang dialami berbeda-beda. Hambatan yang dialami antara lain dari lingkungan sekolah, tidak semua siswa memiliki karakter yang sama, maka dari itu perlu perhatian dan bimbingan ekstra bagi siswa siswi SDIT Darul Muttaqien yang memiliki pemahaman lambat, agar pembiasaan pendidikan karakter dapat tercapai dan dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun di masyarakat.
62
Hasil Wawancara dengan Wakil Bidang Kurikulum, Bapak Hendra Gumilar, Jum’at, 14 Oktober 2016. 63 Hasil Wawancara dengan guru PAI, Bapak Budi Mulyadi Senin, 24 Oktober 2016. 64 Hasil Wawancara dengan guru PKN, Bapak Mohammad Iskandar, Selasa 01 November 2016. 65 Hasil Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, Ibu Muslihat, Rabu, 19 Oktober 2016.
103
Kemudian hambatan lain yang datang dari lingkungan rumah, bahwa ada beberapa orang tua yang kurang mendukung akan kegiatan-kegiatan anaknya di sekolah, artinya mereka tidak memberikan perhatian dan penguatan lebih terhadap anaknya karena faktor kesibukan orang tuanya, sehingga anak tidak merealisasikan kegiatan yang ada di sekolah ke dalam lingkungan rumahnya.
C. Temuan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang diperoleh penulis maka dapat diketahui ada keberhasilan dan hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien Bogor full day school. Menurut penulis, keberhasilan yang dicapai dari pendidikan karakter dalam membentuk karakter siswa yaitu: 1. Penerapan pendidikan karakter sudah diintegrasikan dalam berbagai kegiatan. Hal ini terlihat pada proses kegiatan belajar mengajar (KBM) maupun di luar KBM seperti ekstrakurikuler dan kelas qiro’ati yang menjadi kelas khusus untuk memperbaiki bacaan dalam hukum al-qur’an dengan padat menanamkan unsur nilai-nilai karakter agama maupun bangsa. Pendidikan karakter yang ditanamkan di SDIT Darul MuttaqienParung Bogor juga dilaksanakan pada kegiatan sehari-hari yang menjadi rutinitas di sekolah ini, bahkan sudah menjadi budaya serta ciri khas dari SDIT Darul Muttaqien Bogor. Selain itu hal ini ditunjukkan dengan keteladanan guru, yang selalu mengajarkan nilai nilai positif, nilai-nilai baik di seluruh kegiatan siswa. Mulai dari nilai religius, nilai akademis, nilai kesopanan, kebersihan dan lain lain. 2. Pelaksanaan program pembiasaan pendidikan karakter SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor merupakan sekolah umum bukan pula berbasis keseluruhan agama seperti Madrasah Ibtidaiah, namun sekolah ini salah satu yang menerapkan sistem full day school, di samping lingkungan sekolah ini berada di bawah yayasan pondok pesantren darul muttaqien, jadi secara proses pendidikan banyak sekali memasukkan unsurunsur nilai keislaman. Ini dapat dilihat pada proses KBM sehari-hari dan
104
banyaknya program pembiasaan karakter yang diprogramkan seperti sholat sunnah dhuha, tadarus sebelum memulai pembelajaran di kelas, pembacaan ikrar syahadat agar anak mengingatnya. Kemudian merayakan hari besar Islam (Sholat Idul Adha, perayaan tahun baru Islam, pemotongan hewan Qurban, peringatan hari Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj dan lainnya). Tidak hanya pembiasaan religius saja yang diterapkan, akan tetapi pembiasaan untuk mencintai tanah air pun dilakukan di sekolah ini, seperti pembacaan ikrar janji siswa setiap pagi hari sebelum memulai KBM dan melakukan upacara peringatan nasional (hari kemerdekaan 17 Agustus 1945, hari pahlawan, hari guru dan lainnya). 3. Pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor sangatlah padat, sehingga ada beberapa siswa yang memiliki kemampuan lambat memahami pelajaran dan perlu bimbingan lebih ekstra lagi, karena tidak semua siswa memiliki karakter sama. Kemudian dari peran orang tua yang beberapa tidak mendukung secara penuh pembiasaan anaknya di rumah, karena faktor kesibukan mereka masing-masing sehingga anak tidak diperhatikan secara penuh pembiasaan yang terbawa dari sekolah ke dalam lingkungan rumahnya, sehingga tidak ada dorongan dari orang tua untuk memperkuat pembiasaan yang dilakukan oleh anak di rumah.
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan Dari penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan pembiasaan pendidikan karakter di SDIT Darul MuttaqienParung Bogor sudah berjalan dengan cukup baik. Hal ini terbukti dari pelaksanaannya dilakukan secara menyeluruh, mulai dari kegiatan siswa sehari-hari maupun kegiatan yang sudah terprogram seperti kegiatan pembelajaran formal di sekolah (kelas) dan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter baik Kepala Sekolah, Guru serta seluruh stakeholder yang ada di SDIT Darul MuttaqienParung Bogor telah memberikan keteladanan, teguran, nasehat, serta memberikan pengarahan kepada siswa agar siswa lebih bisa menyerap dan menyadari kesalahannya, terutama untuk perubahan karakter yang lebih baik dalam dirinya. 2. Kendala yang dialami oleh sekolah dalam melakukan pembiasaan pendidikan karakter ada dua faktor, pertama dari siswa dan yang ke dua dari orang tua siswa itu sendiri. SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor memiliki banyak kegiatan yang sangat padat, karenanya ada beberapa siswa yang memiliki kemampuan lambat memahami pelajaran sehingga harus lebih ekstra lagi untuk membimbingnya, ditambah ketika ada siswa yang bermasalah. Faktor kedua yaitu datang dari beberapa orang tua siswa yang kurang mendukung kegiatan anaknya ketika pembiasaan di sekolah terbawa ke dalam lingkungan rumahnya, disebabkan karena kesibukan orang tua yang kurang memperhatikan dan mendorong akan pembiasaan-pembiasaan positif.
105
106
B.
Kritik dan Saran a. Kritik 1. Dalam meningkatkan program pembiasaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah masih kurang. Hal ini terlihat pada proses pembelajaran di sekolah masih bersifat standar. 2. Strategi pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru masih menggunakan cara umum (ceramah, mengerjakan buku latihan kegiatan siswa, tanpa melibatkan siswa dalam proses tanya jawab) yang digunakan oleh sekolah-sekolah lainnya, hal ini terlihat pada siswa ketika di dalam kelas masih tidak seluruh aktif pada proses kegiatan belajar mengajar di kelas, seperti dalam hal bertanya. 3. Kepala sekolah, guru-guru dan stakeholder di sekolah masih belum semua memberikan contoh teladan yang bernuansa Islami, karena tidak semua pendidik terlibat dalam pelaksanaan pendidikan karakter, serta banyak guru mengandalkan guru yang lain. b. Saran-Saran Berdasarkan paparan kesimpulan dan kritik di atas, maka penulis menyampaikan beberapa saran semoga bermanfaat untuk perbaikan di masa yang akan datang, khususnya pada pelaksanaan pembiasaan pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor sebagai berikut: 1. Hendaknya
Kepala
Sekolah
dapat
meningkatkan
program
pembiasaan pendidikan karakter di sekolah, melalui kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. 2. Terkhusus kepada guru-guru, hendaknya harus terus mencari dan mengembangkan strategi pendidikan karakter yang terbaru bagi siswa, agar tertanamnya pembiasaan pendidikan karakter siswa lebih kuat dan lebih efektif, sehingga lebih banyak lagi generasigenerasi yang bukan saja memiliki pengetahuan yang luas tetapi juga generasi yang memiliki karakter baik.
107
3. Kepala Sekolah dan guru-guru harus tetap terus berupaya melaksanakan berbagai program/kegiatan pendidikan karakter dengan baik, yakni menyeimbangkan dengan kegiatan pendidikan formal di sekolah dengan kegiatan pembiasaan bernuansa Islami. Hal ini sangat penting agar keberhasilan pendidikan karakter tetap terlaksana. 4. Seluruh stakeholder SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor harus lebih berusaha lagi dalam menciptakan atmosfir sekolah yang berkarakter agar kegiatan sekolah baik yang berbentuk kegiatan sehari-hari maupun yang bersifat terprogram dapat berjalan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Mawardi Muhammad. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta: Badouse Media Jakarta, 2011. Anwar, Muhammad Jafar dan Muhammad A. Salam As. Membumikan Pendidikan Karakter: Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral. Jakarta: CV. Suri Tatu’uw. Cet. I, 2015. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Edisi Revisi, Cet. I, 2003. Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi Program Pendidikan: pedoman teoritis praktis bagi mahasiswa dan praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. I, 2008. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet.3, 2002. Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana. Cet. I, 2011. Aziz, Hamka Abdul. Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati. Jakarta: AlMawardi Prima. Cet II, 2011. Barnawai & M. Arifin. Stratgi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Damayanti, Deni. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta: Araska. Cet. I, 2014. Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet 11, 2014. Darmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010. Daryanto dan Suryatri Darmiatun. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media, 2013. Elfindri, dkk. Pendidikan Karakter: Kerangka, Metode Dan Aplikasi Untuk Pendidik Dan Profesional. Jakarta: Baduose Media Jakarta. Cet I, 2012. Fatimah, Enung. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia. Cet III, 2010.
Fitri, Agus Zaenul. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: AlFABETA. Cet II, 2012. Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012. Illahi, Muhammad Takdir. Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Kurniawan, Syamsul. Pendidikan Karakter: Konsepsi & Implementasinya secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. Mahjuddin. Akhlaq Tasawuf I: Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi. Jakarta: Kalam Mulia, 2009. Marzuki. Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-konsep Dasar Etika dalam Islam. Yogyakarta: Debut Wahana Press & FISE UNY, 2009. Moleong, Lexi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 27, 2010. Muchson & Samsuri. Dasar-Dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta: Ombak, 2013. Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Krakteristik dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Kompetensi. Cet 11, 2008. Muslich,
Mansur. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Multidimensional. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet II, 2011.
Krisis
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ed. 1-7, 2008. ____________. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Kencana, 2016. Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum. Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005. Qomar, Mujamil. Kesadaran Pendidikan: Sebuah Penentu Keberhasilan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Raka, Gede, dkk. Pendidikan Karakter di Sekolah Dari Gagasan ke Tindakan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2011. Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Samani, Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model: Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet I, 2011. Satori, Djam’an. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Cet. V, 2013. Shoimin, Aris. Guru Berkarakter Untuk Implementasi Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Gava Media. Cet I, 2014. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Cet. ke 13, 2011. Sukardi. Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. I, 2014. Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineke Cipta. Cet. II, 2009. Syarbini, Amirulloh. Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014. Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. Widoyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. I, 2009. Wiyani, Novan Ardy. Manajemen Pendidikan Karakter: Konsep Dan Implementasinya Di Sekolah. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2012. Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana. Cet. I, 2011.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Observasi
Variabel
Aspek Observasi
Sub Dimensi 1. Bentuk-bentuk spiritual
kegiatan/pembiasaan
yang
lingkungan
dilakukan
sekolah
di
mencakup
kegiatan (solat wajib berjamah, solat dhuha, membaca dan menghafal AlQur’an, serta membaca ikrar setiap Kegiatan sekolah
pagi hari) 2. Bentuk kegiatan akademik (kegiatan pembelajaran di dalam kelas). 3. Bentuk kegiatan non akademik (ekstrakurikuler:
pramuka,
pencak
silat, marawis/hadroh, tari/seni musik,
Pendidikan
sains/teknologi, dsb)
Karakter
1. Proses
Integrasi
Dalam
Kegiatan
Sehari-hari a. Keteladanan: dari kepala sekolah, guru, dan staf karyawan (guru Strategi
datang
pendidikan
menyambut siswa ketika masuk ke
karakter
dalam sekolah) b. Kegiatan
tepat
spontan:
waktu
dan
membuang
sampah ketika melihat sampah sembarangan c. Pengkondisian
lingkungan:
banyaknya
slogan-slogan
yang
mengharuskan sikap berkarakter d. Teguran: dilakukan oleh guru bila melihat siswa yang melakukan perilaku tidak terpuji (ketika siswa berkata
kasar/ribut
dengan
temannya) e. Kegiatan
rutin:
dilaksanakan
sesuai program harian/ bulanan /tahunan yang dibuat oleh sekolah (pembacaan ikrar setiap pagi hari, upacara merayakan
nasionalisme, hari
besar
dan agama
Islam). 2. Tempat
pelaksanaan
pembiasaan/
kegiatan akademis siswa (ruang kelas, masjid, aula pertemuan) 3. Metode, materi, sumber belajar, sarana prasarana yang digunakan (laboratorium, ruang kelas, masjid, Al qur’an, sound system, proyektor)
Lampiran 2
Daftar Ceklis Studi Dokumentasi
No
Dokumen
1.
Jadwal kegiatan rutin sekolah
2.
Data jumlah pendidik dan tenaga kependidikan
3.
Data jumlah siswa tahun 2016/2017
4.
Tata tertib atau peraturan sekolah
5.
Dokumen materi kegiatan keagamaan a. Buku panduan/pedoman materi b. Jadwal materi
6.
Dokumen Jadwal kegiatan ekstrakurikuler
7.
Buku penilaian/evaluasi kegiatan sekolah a. Buku penilaian spiritual b. Buku penilaian akademik c. Buku penilaian non akademik
8.
Dokumen hasil pekerjaan/tugas-tugas kegiatan pembelajaran di kelas a. RPP berbasis karakter b. Data absen c. Laporan hasil penilaian siswa (moral dan akhlak pada guru bimbingan dan konseling) d. Laporan tugas non tulis (menghafal/ khotmil qur’an)
9.
Data sarana pendidikan a. Ruang kelas b. Proyektor c. Buku pelajaran bernuansa pendidikan karakter
10.
Data prasarana pendidikan a. Masjid b. Ruang pertemuan/aula c. Komputer/laptop d. Laboratorium e. Perpustakaan f. Lapangan olahraga
11.
Dokumen profil sekolah
12.
Dokumen bentuk kegiatan sekolah a. Panduan kegiatan-kegiatan spiritual (tahfiz/khotmil qur’an) b. Panduan kegiatan akademis (KBM)
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
A. Untuk Kepala Sekolah 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami tentang pendidikan karakter? 2. Sejauh mana keterlibatan kepala sekolah dalam menentukan programprogram di sekolah, terutama pada program pendidikan karakter? 3. Apakah kepala sekolah ikut menentukan program-program pendidikan karakter bagi peserta didik? program seperti apa? 4. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter (18 nilai pendidikan karakter), nilai mana yang menjadi tekanan dalam menanamkan pendidikan karakter di sekolah? Pada kegiatan apa? 5. Apa saja tujuan yang ingin dicapai dari pembiasaan akademik dan non akademik di sekolah? 6. Strategi apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mencapai keberhasilan pendidikan karakter? 7. Bagaimana metode yang digunakan pada pembiasaan pendidikan karakter (akademik dan non akademik) di sekolah? 8. Menurut Bapak/Ibu, apakah yang dimaksud dengan keteladanan? Bagaimana guru-guru di sekolah ini memberikan teladan kepada siswasiswa? 9. Apakah Bapak/Ibu memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan pembiasaan karakter di sekolah ini? 10. Apa saja kendala dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah? Serta upaya apa yang dilakukan oleh pihak sekolah? 11. Selama ini, sejauh mana atau hasil apa yang telah dicapai sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah?
Bagi siswa?
Bagi tenaga pendidik (guru) ?
B. Untuk Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum 1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu megenai pendidikan karakter (pada program pengembangan budaya sekolah) di SDIT Darul Muttaqien? 2. Kurikulum apa yang diterapkan pada sekolah ini, terutama mengenai pendidikan karakter? 3. Dari 18 nilai pendidikan karakter, nilai mana yang menjadi tekanan dalam menanamkan pendidikan karakter melalui proses KBM? 4. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah? 5. Apa tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah? 6. Bagaimana strategi yang diterapkan dalam rangka pelaksanaan pendidikan karakter pada kegiatan belajar mengajar di sekolah? 7. Bagaimana
metode
yang dilakukan dalam
menerapkan program
pembiasaan (akademik dan non akademik) pada proses belajar mengajar di sekolah? 8. Bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam penerapan program pembiasaan (akademik dan non akademik)? seperti apa bentuk pengawasan tersebut? 9. Kendala apa saja yang dirasakan dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah? 10. Selama ini, sejauh mana atau hasil apa yang telah dicapai sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah terhadap siswa?
C. Untuk Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan 1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien? 2. Apa saja bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter? 3. Apakah kegiatan ekstrakurikuler dijadikan media pendidikan karakter? 4. Apakah siswa wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler? 5. Nilai pendidikan karakter apa saja yang diharapkan dari kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa? 6. Bagaimana strategi yang diterapkan dalam rangka penanaman pendidikan karakter pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler siswa? 7. Apa saja tantangan yang dirasakan dalam pembiasaan pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler? 8. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan Wakamad bidang kesiswaan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler?
D. Untuk Wakil Kepala Sekolah Bidang Qiro’ati 1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien? 2. Apa saja bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter? 3. Apakah kegiatan qiro’ati dijadikan media pendidikan karakter? 4. Berapa kali pelaksanaan qiro’ati dilaksanakan? Tujuan apa yang ingin dicapai dari pendidikan karakter dalam kegiatan qiro’ati di sekolah? 5. Nilai pendidikan karakter apa saja yang diharapkan dari kegiatan qiro’ati yang diikuti siswa? 6. Bagaimana strategi yang diterapkan dalam rangka penanaman pendidikan karakter pada kegiatan qiro’ati siswa? 7. Apa saja kendala dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah? Serta upaya apa yang dilakukan oleh pihak sekolah? 8. Selama ini, sejauh mana atau hasil apa yang telah dicapai sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah terhadap siswa? 9. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan Wakamad bidang qiro’ati dalam pelaksanaan kegiatan qiro’ati? 10. Kelemahan dan kekuatan apa saja yang ada dalam kegiatan qiro’ati di sekolah?
E. Untuk Guru 1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien? 2. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah? 3. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan pembiasaan karakter pada kegiatan belajar mengajar di kelas? 4. Nilai karakter (18 nilai pendidikan karakter) apa saja yang diharapkan dari kegiatan belajar mengajar di sekolah? Sebutkan nilai yang utama? 5. Apa tujuan yang ingin dicapai dari setiap program pembiasaan karakter di kelas? 6. Apa strategi yang dilakukan guru dalam mengintegrasikan program pendidikan karakter pada kegiatan belajar mengajar di kelas? 7. Dalam penerapan nilai pendidikan karakter, kebiasaan apa yang ditanamkan kepada siswa, sehingga secara tidak langsung dapat membentuk karakter siswa? 8. Dalam proses kegiatan belajar, apakah siswa mampu bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan? 9. Bagaimana bentuk kemandirian siswa dalam melaksanakan tugasnya? 10. Apakah ada teguran/nasehat antara guru dan siswa apabila siswa tidak dapat melaksanakan tugasnya secara baik? 11. Apakah teguran yang diberikan guru setiap hari untuk mengingatkan siswa bersikap baik? 12. Bagaimana metode yang digunakan dalam pembiasaan karakter (akademik dan non akademik) di sekolah? 13. Apa dampak/hasil yang terlihat dari program pembiasaan karakter? 14. Apa saja hambatan yang dirasakan dalam menerapkan pendidikan karakter bagi siswa siswi?
F. Untuk Orang Tua 1. Apa harapan bapak/ibu kepada puta/putrinya yang mengikuti pendidikan di SDIT Darul Muttaqien? 2. Menurut bapak/ibu, keunggulan (akhlak/prestasi/akademik)
apa yang
dimiliki di sekolah ini? Sehingga bapak/ibu menyekolahkan anak bapak/ibu ke sekolah ini? 3. Apakah ada perubahan sikap dari anak bapak/ibu setelah mengikuti berbagai program pembiasaan karakter di sekolah ini? Perubahan sikap yang seperti apa? 4. Apakah bapak/ibu mendukung sepenuhnya kegiatan yang dilaksanakan sekolah untuk siswa-siswanya? 5. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya penerapan nilai pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah ini melalui KBM dan ekstrakurikuler?
G. Untuk Siswa 1. Kegiatan apa yang Anda sukai di sekolah ini? Mengapa? 2. Menurut Anda, apakah guru-guru dan kepala sekolah disini dapat dijadikan teladan yang baik untuk Anda? 3. Apakah Anda suka memberi salam kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? 4. Apakah Anda suka menghormati kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? 5. Apakah Anda suka mengerjakan tugas tepat waktu yang diberikan oleh bapak/ibu guru? 6. Apakah Anda mentaati tata tertib yang diterapkan di sekolah ini? Kenapa anda mentaatinya? 7. Apakah Anda pernah melanggar tata tertib di sekolah ini? Hukuman apa yang dibiasanya diberikan guru? 8. Nilai karakter apa saja yang telah diajarkan guru-guru kepada anda? Dalam kegiatan apa?
Lampiran 4
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Darul Muttaqien Bogor
Nama
: Abdullah, S.Pd.I
Jabatan
: Kepala Sekolah SDIT Darul Muttaqien
Hari/Tanggal : Rabu, 19 Oktober 2016 Tempat
: Kantor Kepala Sekolah
Waktu
: 10.00 WIB
1. Apa yang Bapak/Ibu pahami tentang pendidikan karakter? Jawaban : Pendidikan karakter pemahaman saya adalah upaya pemerintah dan seluruh pendidik yang ingin menghasilkan lulusan-lulusan yang memiliki akhlak yang baik, itulah karakter yang sesungguhnya, karakter yang diharapkan. Karena karakter sebetulnya tidak jauh beda dengan akhlak dalam istilah Islam, itulah pendidikan karakter yang saya pahami. 2. Sejauh mana keterlibatan kepala sekolah dalam menentukan programprogram di sekolah, terutama pada program pendidikan karakter? Jawaban : Saya sebagai kepala sekolah memang selalu terlibat dalam penentuan seluruh kebijakan terutama yang berkait dengan program pendidikan karakter, mulai dari rancangan kurikulumnya kemudian program ekstrakurikuler yang nantinya itu akan tertumpu atau untuk mencapai target karakter itu sendiri. Contohnya untuk kurikulum dari muatan pelajaran, kita menentukan pelajaran secara bersama-sama, artinya kita musyawarah pelajaran apa saja yang layak yang kita sampaikan dan yang kurang layak artinya kurang cocok dengan anak-anaknya. Ketika saya akan berperan disitu, maka saya akan menentukan pertimbangan-pertimbangan, ini loh pelajaran yang cocok dengan anak-anak sesuai dengan kemampuan mereka, kemudian eskul-eskul yang saya sudah sampaikan di awal.
3. Apakah kepala sekolah ikut menentukan program-program pendidikan karakter bagi peserta didik? program seperti apa? Jawaban : Iya saya ikut dalam menentukan program pendidikan karakter yang saya sudah sebutkan sebelumnya pada penentuan mata pelajaran, pemilihan buku juga termasuk, karena buku yang kita gunakan saat ini masih berbasis kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dan dari buku penawaran penerbit itu ada yang cocok, ada juga yang muatan isinya itu kurang cocok, makannya kita tidak pilih. 4. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter (18 nilai pendidikan karakter), nilai mana yang menjadi tekanan dalam menanamkan pendidikan karakter di sekolah? Pada kegiatan apa? Jawaban : Pastinya di agama yah yang memiliki nilai akhlak, adapun bentuk kegiatannya, kegiatan pembiasaan diantaranya pembiasaan itu mulai dari salam sapa, kemudian tadarus, sholat dhuha, sholat wajib berjama’ah, nah itu yang kita selalu biasakan. 5. Apa saja tujuan yang ingin dicapai dari pembiasaan akademik dan non akademik di sekolah? Jawaban : Tujuan akhirnya adalah membentuk siswa yang aktif, kreatif, mandiri. Kalau dari sisi dari akademis, karena mereka akan menghadapi tantangan zaman yang tidak ringan maka dia dibekali dengan akademis, selain itu juga tantangan moral di masyarakat melalui media dan lain-lainnya itu kita perlu bendung dengan muatan yang sifatnya non akademis, termasuk muatan spiritual, keagamaan pembiasaan itu tadi. Contoh kasus, ketika anak sudah terbiasa sholat dhuha, terbiasa sholat lima waktu, ketika nanti dia sudah remaja bahkan dewasa, sampai tua karena sudah terbiasa melakukan kegiatankegiatan itu, maka mereka tidak akan terpengaruh, misalnya ada acara di televisi yang cukup menarik ketika adzan maghrib ya mereka harus tinggalkan itu, ketika waktu ibadah untuk anak putra misalnya jam 11 di hari jum’at ada pertandingan sepak bola dan itu umumnya disukai anak-anak, tapi karena mereka sadar untuk beribadah harus sholat jum’at maka mereka akan tinggalkan, jadi kalau sejak dini kita tanamkan InsyaAllah itu kedepannya
akan menjadi karakter yang kuat, dari sisi akademis mereka mampu bersaing dan sisi spritualnya mereka juga kuat. 6. Strategi apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mencapai keberhasilan pendidikan karakter? Jawaban : Strategi yang kita lakukan dengan cara menyampaikan materi secara kontinu dan dengan pembiasan-pembiasaan. Kemudian langkah strategi untuk mencapai keberhasilan pendidikan karakter adalah dengan memberikan kesempatan, satu melakukan kegiatan-kegiatan yang bernafaskan spiritual dan memberi kesempatan setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama. Contoh kasus, anak setiap harinya diadakan ikrar, pembacaan janji siswa, tadarus, maka untuk membimbing anak mendapatkan kesempatan sesuai dengan regu piket. Sehingga dengan begitu tidak ada anak yang tidak tampil, semuanya tampil entah satu minggu sekali atau minggu sekali. Kalau kelas bawah sifatnya masih bimbingan, tapi mereka yang sudah kelas atas melakukan sendiri, paling kalau ada kesalahan ucapan ditegur atau diingatkan. 7. Bagaimana metode yang digunakan pada pembiasaan pendidikan karakter (akademik dan non akademik) di sekolah? Jawaban : Metodenya itu bisa dengan penugasan, seperti tadi yang sesuai jadwal piket untuk pembacaan di depan semua anak dan dengan demostrasi, artiya mereka langsung demonstrasikan apa yang dilakukan sesuai dengan tanggung jawab mereka di hari itu. Mungkin disanah dikaitkan dengan RPP ada metode ceramah, artinya mereka diberikan penugasan melalui ceramah tetapi bukan ceramah pada umumnya. 8. Menurut Bapak/Ibu, apakah yang dimaksud dengan keteladanan? Bagaimana guru-guru di sekolah ini memberikan teladan kepada siswasiswa? Jawaban : Keteladanan sama dengan figur atau contoh, jadi yang dimaksud dengan keteladanan itu memberikan contoh kepada anak hal-hal yang baik tentunya, atau kita sebagai seorang guru harus bisa menjadi figur yang baik buat mereka, dimulai dari pakaian, dari tutur kata, dari sikap. Pakaian kalau misal kita akan memberikan peneguran kepada anak, ya.. gurunya harus rapih
dulu. Kalau anak diminta untuk bersalaman dan mengucapkan salam, maka kita tidak meminta anak mengucap salam, tapi kita juga diusahakan terlebih dahulu memberikan salam kepada mereka. Kemudian pembiasaan sholat dhuha atau sholat fardhu, maka sebelum anak-anak digiring untuk menuju masjid, ya.. gurunya sudah berwudhu dulu dan sudah siap untuk melakukan sholat, sehingga ketika kita mengingatkan anak untuk sholat, bukan ‘nak sholat nak’, tapi kita mengajak ‘nak mari kita sholat’, jadi istilah kita mengajak bukan merintah dan itu salah satunya suatu figur atau keteladanan bagi guru. 9. Apakah Bapak/Ibu memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan pembiasaan karakter di sekolah ini? Jawaban : Pengawasan saya dimulai dari evaluasi penjadwalan, jadi ketika pelaksanaan misalnya sholat dhuha atau sholat fardhu berjama’ah itu kadang ada beberapa guru saat itu mungkin tidak bisa karena ada keperluan lain yang mengharuskan mereka tidak berjama’ah, terutama kepada ibu-ibu yang kadang ada menstruasi maka kita buatkan jadwal. Dari jadwal itu yang dibuat oleh wakil qiro’ati, kita bisa evaluasi siapa-siapa saja yang tidak hadir dalam sholat. Kemudian untuk siswanya, saya langsung yang memberikan arahan dan mengingatkan secara langsung, bisa dari segi tata cara wudhu yang belum benar dan langsung diperbaiki oleh si anak itu sendiri. 10. Apa saja kendala dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah? Serta upaya apa yang dilakukan oleh pihak sekolah? Jawaban : mungkin bukan kendala tapi tantangan buat saya, tantangan itu artinya membuat kita semangat untuk selalu meningkatkan apa yang menjadi kekurangan kita, karena memang tidak ada pekerjaan yang kita lakukan itu hasilnya sempurna pasti ada kekurangan atau kelemahan, maka dari tantangan atau kelemahan itulah kita belajar, kita perbaiki dan kita carikan solusi. 11. Selama ini, sejauh mana atau hasil apa yang telah dicapai sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah?
Bagi siswa?
Bagi tenaga pendidik (guru) ?
Jawaban : Untuk siswa, Alhamdulillah untuk saat ini di bawah bimbingan dewan guru tidak ada dan jangan sampai ada, dengan adanya kenakalankenakalan yang dilakukan oleh anak-anak kita, baik saat mereka berada di lingkungan kita atau di luar. Walaupun, yaa… kita bukan malaikat yang selalu memantau mereka ketika mereka di luar lingkungan sekolah, tetap mereka murid kita walaupun secara formal mereka bukan tanggung jawab kita. Pendidikan itu juga dipengaruhi oleh lingkungan juga, tapi kita juga berusaha sebaik mungkin untuk membentuk karakter mereka yang baik dan karakter yang berbudi selama masih dibawah tanggung jawab kita. Serta selama mereka masih belajar di sekolah ini, kita selalu memberikan nasehat-nasehat kepada mereka bahwa dimanapun mereka berada harus tetap bersikap karakter yang berakhlakul karimah. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kepercayaan masyarakat yang menyekolahkan anaknya disini, karena dipandang ketika orang tua memasukkan anaknya di sini, maka mereka dapat melihat perubahan-perubahan baik pada diri anak mereka masing-masing. Adapun bagi tenaga pendidik, sampai sejauh ini tidak ada sih dari apa yang sudah kita coba buatkan programnya itu, tidak ada pendidik yang menolak atau keberatan dengan program pengembangan karakter itu, tadi kalaupun itu ada kendala itu sifatnya bukan kendala tapi tantangan untuk memperbaiki hal-hal yang belum kita capai secara maksimal.
Mengetahui,
Interviewee
Kepala Sekolah Abdullah, S.Pd.I
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Lampiran 5
Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Bidang Kurikulum
Nama
: Hendra Gumilar, S.Sos.I
Jabatan
: Wakil Kepala Bidang Kurikulum
Hari/Tanggal : Jum’at, 14 Oktober 2016 Tempat
: Kantor Wakil Kepala Sekolah
Waktu
: 10.15 WIB
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pendidikan karakter (pada program pengembangan budaya sekolah) di SDIT Darul Muttaqien? Jawaban : Yang jelas dilihat dari fenomena anak sekarang yaa.. pendidikan karakter itu memang menjadi prioritas kepada pembentukan akhlak, kemudian pembentukan dari segi akidahnya, kemudian dari empati, simpati, dan sebagainya. Artinya mereka bukan hanya sekedar itu mengetahui anak itu sebagai seorang muslim, tapi realisasinya seperti apa. Nah itu pembentukan karakter yang kita mau bangun seperti itu, artinya ketika memahami dia seorang muslim, akidahnya juga utuh maka kita arahkan lebih ke arah prakteknya. Selama ini kita membuat sedikit program-program yang tentu saja kita arahkan ke pembentukan karakter tersebut. Mungkin kalo saya sebutkan satu contoh pada pelaksanaan ketika anak dibiasakan untuk sholat dhuha bersama dan lain sebagainya. Jadi sejauh ini sholat dhuha itu salah satu wajib, artinya dalam syariat memang tidak diwajibkan, tapi karena ini dalam proses pendidikan maka itu diwajibkan bagi siswa untuk senantiasa. Jadi pada intinya untuk membiasakan, karakter yang bagus itu seperti tadi dengan hal yang positif itu dilakukan dengan kebiasaan dia dan tidak mesti disuruh. 2. Kurikulum apa yang diterapkan pada sekolah ini, terutama mengenai pendidikan karakter? Jawaban : Sejauh ini yang kita gunakan adalah kurikulumnya masih menggunakan dari diknas itu yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) belum diarahkan ke kurikulum 13, tapi pada kenyataannya memang sebetulnya kita secara tidak langsung sudah mempraktekkannya, yaa.. salah satunya tadi pembiasaan tadi sudah masuk ke kurikulum 13. Nah itu yang kita coba bulirkan di tempatkan di pos-pos tertentu, artinya sholat dhuha dalam lilma hari pada proses KBM aktif, empat harinya mereka sholat di kelas masing-masing dan satu harinya itu kita tempatkan di masjid sesuai kelas perlevelnya. Jadi mudah-mudahan pembentukan karakter yang sudah kita terapkan InsyaAllah sudah melekat pada diri mereka, intinya mereka sudah tidak lagi disuruh untuk melakukannya, kecenderungannya mereka sudah memahami sendiri. 3. Dari 18 nilai pendidikan karakter, nilai mana yang menjadi tekanan dalam menanamkan pendidikan karakter melalui proses KBM? Jawaban : Saya rasa secara tidak langsung semuanya berkaitan, cuma kalo dari segi karakter sejauh ini kami lakukan ke siswa pertama religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh terhadap ajaran agama, kedua jujur yaitu sikap yang menunjukkan bahwa dirinya dapat dipercaya, ketiga toleransi disini bisa dalam hal menghargai pendapat kepada teman-temannya, keempat disiplin yaitu sikap yang lebih kepada tertib dan patuh dalam aturan yang ada, kemudian sikap mandiri yaitu perilaku yang tidak tergantung dengan pekerjaan dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka, selanjutnya komunikatif yaitu sikap yang selalu ngobrol atau bergaul kepada temannya, lalu sikap tanggung jawab yaitu sikap yang menunjukkan ketika dapat melaksanakan tugasnya mereka dengan rasa kewajiban.Sejauh ini itu nilai-nilai yang kita tanamkan pada siswa, walaupun sih sebetulnya hampir seluruh sekolah pasti seperti
dan
memiliki
persentase
berbeda-beda
untuk
nilai
yang
ditanamkannya. 4. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah? Jawaban : Konsep dari karakter itu bisa dicontohkan dari segi bahasa guru yah.. misalnya guru mencontohkan bahwa membuang sampah pada tempatnya, maka secara konkrit anak harus melihat cara membuang sampah
seperti itu, atau mungkin cara bahasanya yang dirubah, ‘simpanlah sampah pada tempatnya’. Jadi bahasanya diubah, anggaplah tempat sampah itu sebagai rumahnya, dengan begitu anak akan mencontohkan apa yang dilakukan oleh guru. 5. Apa tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah? Jawaban : Kita mengambil dari visi dan misi nya yah, mungkin disini sudah ada visi misi yang kita selalu musyawarahkan setiap tahun agar visi misi itu tercapai sesuai harapan atau lebih apa yang kita harapkan. Contohnya visi kita kan membentuk generasi unggul berbasis al-qur’an, artinya rasulullah kan seperti al-qur’an seperti berjalan, agar anak-anak memiliki sifat akhlakul karimah. Kemudian kita lihat misi nya menciptakan lingkungan yang islami, itu turunan dari visi kita, agar di sini kita membudidayakan lingkungan yang bernuansa islam yang kita lakukan ke anak-anak. Ketika visi misi itu tercapai maka tujuan dari pendidikan karakter pun akan tercapai pula. 6. Bagaimana strategi yang diterapkan dalam rangka pelaksanaan pendidikan karakter pada kegiatan belajar mengajar di sekolah? Jawaban : Strategi yang kami lakukan dari kegiatan sehari-hari yang ada di sekolah ini, mulai dari kegiatan sekolah dari jam 07.15 anak-anak disambut oleh guru-guru di depan kelas, kemudian siswa masuk ke kelas untuk melaksanakan pembacaan ikrar bersama, tadarus al-qur’an bersama, dan seholat dhuha berjam’ah. Untuk pembacaan ikrar sendiri, kami disini diawali dengan pembacaan kalimat syahadat, kemudian janji siswa dan pancasila dengan tujuan anak-anak dapat mengingatnya dan direalisasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian untuk pelaksanaan sholat dhuha di sini, dilakukan pada hari senin sampai dengan hari rabu seluruh siswa melaksanan di dalam kelas masing-masing, untuk hari kamisnya siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3 melakukan sholat dhuha bersama-sama di masjid, sedangkan untuk kelas 4 sampai dengan kelas 6 dilakukan pada hari jum’at dengan pengawasan guru, tetapi tetap guru mengikuti pembiasaan tersebut.
7. Bagaimana metode yang dilakukan dalam menerapkan program pembiasaan (akademik dan non akademik) pada proses belajar mengajar di sekolah? Jawaban : Sejauh ini ada enam hari yang kita laksanakan sebagai fungsi proses belajar mengajar di sdit darul muttaqien. Dari enam hari tersebut ada lima hari yang efektif lebih cenderung pada kegiatan pembelajaran di kelas dengan metode diskusi/berkelompok dengan teman-temannya, ditambah hari kamis dan jum’at ada kegiatan yang berkaitan dengan fisik yaitu pramuka dan silat. Sedangkan di hari sabtunya hanya kita gunakan untuk eskul pilihan saja, untuk metodenya sejauh ini hanya itu yang kita gunakan di sekolah ini. 8. Bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam penerapan program pembiasaan (akademik dan non akademik)? seperti apa bentuk pengawasan tersebut? Jawaban : Kalau secara akademiknya kita setiap bulan ada evaluasi, kita gunakan di akhir bulan, tiga minggu pertama untuk kita gunakan pada proses pembelajaran di sekolah, kemudian minggu terakhir kita gunakan untuk mengevaluasi. Sebelum mengevaluasi dari kegiatan-kegiatan yang ada, kita mencari informasi atau menanyakan kepada guru-guru di kelas tempat ia mengajar bagaimana kegiatan mengajar di kelas, jika ada problem yang dirasa baru kita cari bersama-sama solusi seperti apa agar pengawasan itu tetap berjalan. Jadi selain bentuk solusi itu, kepala sekolah memonitoring dan berkomunikasi disetiap kegiatan sekolah baik dari segi akademik dan non akademik. 9. Kendala apa saja yang dirasakan dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah? Jawaban : Kalau yang berkaitan dengan siswa, pertama setiap siswa berbeda karakter yang dimiliki anak itu menjadi salah satu kendala. Ada yang satu kali dinasehati, ada yang ke dua kali, ada juga yang ke tiga, atau ada juga tanpa di nasehati sudah paham dengan sendiri. Kedua kalo lebih ke KBM kita merasa ke sarana dan prasarana kita tergolong kurang, artinya setiap pelajaran memang masing-masing punya gaya, punya ritme cara mengajarnya.
Walaupun secara 80% sarana prasarana kita mencukupi, hanya saja pendayagunaan saja yang kurang. Ketiga karena waktu yang singkat dalam proses pembelajaran, jadi kita harus lebih pintar-pintar menggunakakn waktu yang tersedia. Kemudian kalau dari guru itu sendiri ada, dikatakan demikian karena di sekolah ini tidak semua guru memahami islam secara utuh, artinya ketika anak melaksanakan sholat dhuha atau sholat berjama’ah, maka guru ada juga yang tidak mengingatkan kepada anak atau santai-santai saja seperti itu. 10. Selama ini, sejauh mana atau hasil apa yang telah dicapai sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah terhadap siswa? Jawaban : Kami bahagia sekali ketika anak menjadi sholeh atau sholehah, anak yang ketika bertemu guru itu mengucapkan salam dan salaman atau mengerjakan sholat lima waktunya. Sejauh ini proses yang dapatkan, ketika ada buku catatan sholat di rumah dan guru menanyakan siapa yang tidak sholat subuh, ada siswa yang mengacungkan tangan, artinya mereka jujur dengan apa yang mereka perbuat. Secara kualitasnya kita senang ketika ada siswa yang menjaga sholat lima waktunya, belajarnya sudah tidak diingatkan lagi, tutur bahasanya bagus, dan sikapnya memiliki karakter, lebih cenderung sih hasilnya ke pendidikan agama atau religiusnya. Intinya menjadi anak yang sholeh dan sholehah, bukan segi akademik saja yang menjadi pokok utamanya tetapi akhlaknya pun juga diterapkan pula.
Mengetahui,
Interviewee
Wakabid Kurikulum Hendra Gumilar, S.Sos.I
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Lampiran 6
Hasil Wawancara Wakil Kepala Bidang Kesiswaan
Nama
: Asep Kosasih, S.Hi
Jabatan
: Wakil Kepala Bidang Kesiswaan
Hari/Tanggal : Rabu, 19 Oktober 2016 Tempat
: Kantor Wakil Kepala Sekolah
Waktu
: 09.30 WIB
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien? Jawaban : Pendidikan karakter di sekolah ini, lebih ke pada spiritual bisa dilihat pada kegiatan-kegiatan baik di sekolah maupun di pondok. Saya memiliki program dari kesiswaan, anak-anak dituntut untuk bisa mengikuti kegiatan-kegiatan halnya seperti anak-anak yang sudah tingkat SLTP ataupun SLTA. Di sana mereka bisa mengikuti latihan upacara, mengikuti lomba di luar, kegiatan-kegiatan esktrakurikuler yang wajib maupun pilihan, ditambah lagi mereka dibina untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di pondok jadi kita harus mengikuti kegiatan-kegiatan di pondok. Tujuan disitu agar anak-anak dapat menumbuhkan sikap karakter, yaitu memiliki sifat kebersamaan, kemampuan, keberanian. 2. Apa saja bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter? Jawaban : Dimulai dari kegiatan ekstrakurikuler, disini ekstrakurikuler dibagi menjadi dua, ada sifatnya wajib ada sifatnya pilihan. Sifat yang wajib masuknya ke dalam proses pembelajaran pada hari kamis yaitu eskul pramuka, dengan pelatih yang selalu memberi bimbingan kepada ketua kelompok untuk merapihkan anggotanya dan ketika ada materi mereka sangat cekatan dalam bertanya, kemudian untuk untuk hari jum’at yaitu silat/tapak suci. Adapun eskul yang sifatnya pilihan kita buat waktunya hari sabtu macamnya tari/seni
musik, sepak bola, sains, tahfiz, marawis, dan lain sebagainya.
Adapun
pendidikan karakter, mereka mengikuti sesuai dengan kemampuan, minat dan bakat mereka masing-masing dan sesuai. Semua bentuk eskul tadi ada kaitannya dengan pelaksanaan pendidikan karakter, seperti tanggung jawab, semangat, rasa percaya diri, dan disiplin. 3. Apakah kegiatan ekstrakurikuler dijadikan media pendidikan karakter? Jawaban : Iya, karena memang kita mengikuti pendidikan yang memang sudah dicanangkan oleh pemerintah, pendidikan berkarakter. Jadi mereka itu mengikuti proses pembelajaran yang sudah disampaikan oleh guru-guru mereka di kelas dan juga memberikan kebebasan mereka untuk berkreasi, berkarya di eskul pilihan mereka. Karena tidak menutup kemungkinan mereka yang ikut aktif di eskul pilihan, bisa ikut dilombakan di tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi. 4. Apakah siswa wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler? Jawaban : Untuk eskul wajib maupun pilihan hanya diwajibkan oleh kelas 4 dan 5, adapun kelas 3 bisa dibilang dianjurkan untuk mengenal eskul tersebut dan mereka tidak diwajibkan. Cuma kita penekanannya di kelas 4 dan kelas 5 saja, dan kelas 6 tidak mengikuti eskul, karena kelas 6 harus mengikuti bimbel di hari sabtu. 5. Nilai pendidikan karakter apa saja yang diharapkan dari kegiatankegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa? Jawaban : Kalau dalam eskul tapak suci sendiri mereka tidak hanya ditanamkan ilmu bela diri saja, tetapi mereka dibiasakan sikap disiplin tepat waktu datang latihan, kemudian sikap komunikatif yang mengharuskan mereka untuk berinteraksi ketika melakukan gerakan-gerakan ilmu bela diri. Salah satu dari nilai karakter yang diharapkan dari mereka, membangun sikap keberanian, semangat, maju untuk berprestasi, disiplin kemungkinan juga sifat untuk bersaing dalam kemampuan dan keilmuan dan juga memiliki tanggung jawab, kebanggaan atas nama sekolah, dan juga mereka dididik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang sifatnya itu menurut anak-anak itu bisa memotivasi diri mereka masing-masing.
6. Bagaimana
strategi
yang diterapkan
dalam rangka
penanaman
pendidikan karakter pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler siswa? Jawaban : Untuk strategi penanaman sifat karakter anak-anak yaitu dibangun dari kegiatan-kegiatan yang dimulai dari pendidikan oleh guru dengan pengalaman-pengalaman dan keikutsertaan disetiap lomba, baik diadakan dari sekolah, maupun tingkat antar sekolah, jadi strategi yang diterapkan pada kami pada kegiatan eskul yaitu dengan pemotivasian-pemotivasian ke siswa, yang nantinya anak secara tidak langsung akan memiliki sikap karakter baik dengan adanya kegiatan eskul ini. 7. Apa saja tantangan yang dirasakan dalam pembiasaan pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler? Jawaban : Kalau tantangan bisa dilihat dari keaktifan anak-anak itu sendiri dalam mengikuti eksul, karena kan setiap anak berbeda-beda, setiap anak beda sikap, beda mood-nya juga, ketika mood-nya enak mereka mengikuti eskul dengan enjoy, dengan tenang, dengan semangat, tapi kalau mood-nya kurang maka dia tidak semangat. 8. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan Wakamad bidang kesiswaan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler? Jawaban : Kalau bentuk pengawasan saya, saya selalu keliling. Meninjau kegiatan anak-anak, di samping keliling juga saya memberikan binaan kepada anak-anak yang tidak aktif eksul, karena memang disini memakai absen seperti seperti pembelajaran.
Mengetahui,
Interviewee
Wakabid Kesiswaan Asep Kosasih, S.H.I
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Lampiran 7 Hasil Wawancara Wakil Kepala Bidang Qiro’ati
Nama
: Ahmad Zaeni, S.Ag
Jabatan
: Wakil Kepala Bidang Qiro’ati
Hari/Tanggal : Selasa, 01 November 2016 Tempat
: Kantor Wakil Kepala Sekolah
Waktu
: 10.40 WIB
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien? Jawaban : Pendapat saya mengenai pendidikan karakter di SDIT ini sudah sangat baik, karena pendidikan karakter adalah salah satu upaya untuk membangun
akhlakul
qarimah
pada
masing-masing
anak.
Proses
pengembangan akhlakul karimah itu bukan hanya mendidik pada hal-hal yang sifatnya eksax, tapi bisa juga mendetail dan mendalam pada perubahan perilaku anak baik di sekolah maupun di rumah. 2. Apa saja bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter? Jawaban : Kegiatannya yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter disini banyak, pertama untuk pembelajaran qiro’ati disini melatih kedisiplinan anak ketika mereka belajar dalam hal materi qiro’ati, bukan hanya pada materi qiro’ati saja, tetapi proses pembelajarannya pun di tanamkan disiplin dan tanggung jawab dari tanda bacaan qiro’ati. 3. Apakah kegiatan qiro’ati dijadikan media pendidikan karakter? Jawaban : Iya, sangat menjadi media dalam proses pendidikan karakter di sekolah dan hasilnya bisa dilihat dari laporan orang tua di rumah. Ketika anak mendengar bacaan sholat atau bacaan ngaji yang salah, maka si anak itu mengingatkan bahwa panjang pendek bacaannya ada yang tidak tepat.
4. Berapa kali pelaksanaan qiro’ati dilaksanakan? Tujuan apa yang ingin dicapai dari pendidikan karakter dalam kegiatan qiro’ati di sekolah? Jawaban : Qiro’ati dilaksanakan di SDIT Darul Muttaqien itu selama 5 hari dari hari senin sampai hari jum’at jam 8 sampai dengan jam 9. Dengan proses pembelajaran 15 menit itu anak-anak baca klasikal, kemudian 30 menit anak baca individual atau maju satu-satu setiap anak dan terakhir 15 menit kembali ke klasikal lagi. Dengan tujuan agar mereka lulus IMTAS koordinator jabodetabok, dan bisa ikut khotmil qur’an di sekolah sini yang meningkatkan sikap perubahan pada siswa khususnya pada bacaan al-qur’an nya. 5. Nilai pendidikan karakter apa saja yang diharapkan dari kegiatan qiro’ati yang diikuti siswa? Jawaban : Banyak sekali, yang pertama yaitu kedisiplinan anak dalam bacaan di rumah maupun di sekolah. Kemudian kita tanamkan nilai ketawadhu’an, nilai keberanian, terus kita tanamkan nilai religius juga sehingga anak dapat melaksanakan nilai-nilai tersebut di kehidupan sehari-hari. 6. Bagaimana
strategi
yang diterapkan
dalam rangka
penanaman
pendidikan karakter pada kegiatan qiro’ati siswa? Jawaban : Strategi yang di terapkan dalam rangka penanaman pendidikan karakter pada kegiatan qiro’ati di sini ialah yang pertama kita melakukan pendekatan pada anak, karena tidak semua anak yang menerima guru jilid qior’atinya. Dengan perbedaan anak itu, maka kita melakukan pendekatan dan motivasi kepada anak-anak, agar anak-anak dapat menerima kepada guru siapa saja mereka diajarkan. 7. Apa saja kendala dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah? Serta upaya apa yang dilakukan oleh pihak sekolah? Jawaban : Kendalanya banyak, kendalanya pertama kadang anak tidak mau menerima guru jilidnya sehingga memperlambat jalannya qiro’ati di sekolah. Serta ketika anak itu bermasalah melakukan kesalahan itu kendala berikutnya, kemudian kita mengupayakan dari pihak sekolah yaitu koordinasi dengan orang tua siswa agar mendukung semua kegiatan anaknya di sini.
8. Selama ini, sejauh mana atau hasil apa yang telah dicapai sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah terhadap siswa? Jawaban : Hasilnya Alhamdulillah banyak menunjukkan hasil, contohnya ketika anak bertemu guru langsung mengucapkan salam dan siswa ke guru menjadi lebih dekat. Kemudian ketika adzan dzuhur anak-anak tanpa diperintahkan langsung menuju masjid untuk melakukan sholat berjama’ah, maka dengan sendirinya anak sudah mengingat kebiasaan-kebiasaan karakter yang sudah ada di sekolah ini. Kalau hasil di rumah dari laporan orang tua bahwa anak-anak mereka lebih nurut dengan apa yang orang tua suruh. 9. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan Wakamad bidang qiro’ati dalam pelaksanaan kegiatan qiro’ati? Jawaban : Bentuk pengawasan sendiri yang saya lakukan yaitu dengan berkeliling pada saat pelaksanaan qiro’ati berlangsung untuk memastikan bahwa anak-anak telah mendapatkan pembelajaran qiro’ati dan bisa saya lihat juga dari buku penilaian qiro’ati anak-anak mana yang masih stuck di situ-situ aja bacaannya. Dengan melihat seperti itu saya dapat melakukan pendekatan atau motivasi secara langsung ke anak-anak yang sedang bermasalah tersebut. 10. Kelemahan dan kekuatan apa saja yang ada dalam kegiatan qiro’ati di sekolah? Jawaban : Kelemahannya kadang ada orang tua murid yang kurang antusias dengan pelajaran qiro’ati, karena mereka lebih menginginkan anaknya pintar dibidang pelajaran umum ketimbang dengan pelajaran qiro’ati. Kalau kekuatannya anak sudah mulai memahami kegiatan qiro’ati disini tanpa diminta sekalipun, serta dari segi sarpras juga sudah sangat mendukung.
Mengetahui, Interviewee
Wakabid Qiro’ati Ahmad Zaeni, S.Ag
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Lampiran 8
Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia SDIT Darul Muttaqien
Nama
: Muslihat, S.Pd.I
Jabatan
: Guru Kelas V/Guru Bahasa Indonesia
Hari/Tanggal : Rabu, 19 Oktober 2016 Tempat
: Kantor Tata Usaha
Waktu
: 12.10 WIB
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien? Jawaban : Kalau pendidikan karakter di sdit ini sudah bagus, karena karakter itu sikap anak semuanya sudah disitu ada dalam kegiatan sekolah ini, mulai dari datang ke sekolah sampai ia pulang dari sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga terjadi perubahan sikap baik pada diri anak. 2. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah? Jawaban : Konsepnya disini sudah terpadu antara kemendikbud itu ilmu umum dan kemenag pada pelajaran agama, kalau karakternya sudah diterapkan dalam pembiasaan siswa, seperti berdo’a sebelum belajar dimulai. Jadi konsep pendidikan karakternya sudah terpadu di dalam kurikulum dari kemendikbud dan kemenag. 3. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan pembiasaan karakter pada kegiatan belajar mengajar di kelas? Jawaban : Bentuknya mulai dari baca do’a sebelum belajar dan makan, cuci tangan, sholat dhuha, berwudhu, belajar. Datangpun mereka harus salam dulu sama guru, jadi pembiasaan karakter disini sudah dibentuk dari mulai mereka datang ke sekolah dan langsung dipraktekkan. Kalau di kelas dalam KBM itu, bentuk pembiasaan karakter untuk siswa kami biasakan dengan sikap disiplin, sopan santun terhadap teman dan lain sebagainya.
4. Nilai karakter (18 nilai pendidikan karakter) apa saja yang diharapkan dari kegiatan belajar mengajar di sekolah? Sebutkan nilai yang utama? Jawaban : Umumnya sih nilainya semua yang diharapkan di sekolah ini, kalau yang utama itu akhlak dan kemandirian pada anak karena sekolah ini sekolah terpadu, jadi lebih utama yaitu sikap atau akhlak. 5. Apa tujuan yang ingin dicapai dari setiap program pembiasaan karakter di kelas? Jawaban : Tentunya menjadi anak yang sholeh dan sholehah, rata-rata kan yang memasukkan anaknya ke sini mereka menganggap bahwa pendidikan agama disini lebih. Jadi dengan adanya pembiasan-pembiasaan di sekolah bisa terbawa oleh si anak ke dalam rumah, jadi karakternya itu yang diharapkan dari yang belum baik menjadi baik. 6. Apa strategi yang dilakukan guru dalam mengintegrasikan program pendidikan karakter pada kegiatan belajar mengajar di kelas? Jawaban : Dengan praktek langsung kalau integrasi di dalam kelas, misalnya praktek wudhu kalau dengan guru agama islam. Kalau dengan saya sendiri anak berani bercerita ke depan kelas sebagai sikap berani dan percaya diri meski masih dalam proses belajar. 7. Dalam penerapan nilai pendidikan karakter, kebiasaan apa yang ditanamkan kepada siswa, sehingga secara tidak langsung dapat membentuk karakter siswa? Jawaban : Pembiasaannya tidak jauh-jauh dari awal masuk ke sekolah, karena anak-anak memang sudah terbiasa dengan pembiasaan yang ada di sekolah ini. Jadi ada penanaman hormat dengan guru, kemudian kelas bawah ke kelas atas hormat begitu juga sebaliknya. Secara tidak langsung karakter itu terbentuk, karena tidak hanya teori saja mengajarkan anak-anak, tetapi langsung di praktekkan di lapangannya juga. 8. Dalam proses kegiatan belajar, apakah siswa mampu bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan? Jawaban : Iya, Alhamdulillah kalau tugas mereka selalu mengerjakan dengan rasa bertanggung jawab, kadang ada beberapa anak yang memang lupa
mengerjakan tugasnya, entah dari faktor orang tua nya yang sibuk akhirnya anak tidak diperhatikan. 9. Bagaimana bentuk kemandirian siswa dalam melaksanakan tugasnya? Jawaban : Bentuk
kemandiriannya
banyak,
salah
satunya
mereka
mengerjakannya secara sendiri dan mandiri, kecuali kalau kelas bawah yaa.. mereka belum sepenuhnya mengerti, jadi palingan masih ada bimbingan dari orang tua. 10. Apakah ada teguran/nasehat antara guru dan siswa apabila siswa tidak dapat melaksanakan tugasnya secara baik? Jawaban : Iya kalau disini bentuk teguran untuk sikap dalam artian berkata kasar atau kotor, mereka di suruh istigfar. Kalau teguran tidak mengerjakan tugasnya dengan baik, maka mereka disuruh nulis surat-surat pendek sebanyak lima lembar, dengan begitu mereka tidak akan mengulangi perbuatan yang mereka lakukan. 11. Apakah teguran yang diberikan guru setiap hari untuk mengingatkan siswa bersikap baik? Jawaban : Iya, karena setiap hari siswa selalu ditegur jika berbuat hal yang tidak baik, dengan teguran setiap harinya mereka akan merasa malu jika selalu ditegur oleh guru di depan teman-temannya. Dengan begitu membuat siswa akan bersikap baik setiap harinya. 12. Bagaimana metode yang digunakan dalam pembiasaan karakter (akademik dan non akademik) di sekolah? Jawaban : Metode pembiasaannya seperti dari mulai datang ke sekolah, salaman oleh guru, sholat dhuha, tadarus itu dari segi non akademiknya jadi langsung dipraktekkan. Kalau dari segi akademik mereka diberikan tugas dan mengerjakan tugas dengan semangat, karena siapa yang mengerjakan dan mengumpulkan di waktu yang tepat maka mereka akan diberikan funishment, sehingga anak-anak bersemangat dan mandiri untuk mengerjakannya, itu salah satu metode pembiasaan karakter di dalam kelas.
13. Apa dampak/hasil yang terlihat dari program pembiasaan karakter? Jawaban : Program pembiasaan karakter dampaknya Alhamdulillah terasa selama ini, karena dengan pembiasaan setiap harinya di sekolah, maka mereka sudah terbiasa melakukan itu juga di rumah. Hal ini sudah ada pengakuan dari orang tua mereka, bahwa anaknya memiliki sikap yang baik seperti sholat tepat waktu tanpa disuruh, nurut sama orang tua dan kakaknya, bahkan ada yang mengajarkan kakaknya mengaji. Pembiasaan karakter memang harus dipraktekkan secara langsung, bukan hanya teori saja, kalau teori kan kaga nempel di diri mereka, tapi dengan praktek mereka akan sudah terbiasa melakukan itu semua. Meski setiap anak tidak sama, masih ada yang di ingatkan lagi untuk melakukan hal-hal baik, sehingga didiri mereka akan terbentuk karakter. 14. Apa saja hambatan yang dirasakan dalam menerapkan pendidikan karakter bagi siswa siswi? Jawaban : Hambatannya kalau di rumah dari faktor orang tuanya, karena ada beberapa orang tua yang sibuk di rumah jadi terkadang tidak mendukung kegiatan anaknya di rumah. Kalau di sekolah itu bisa dilihat dari sarananya yang kurang sepenuhnya sehingga timbul hambatan dalam pelaksanaan pembiasaan karakter ke siswa di sekolah ini.
Mengetahui,
Interviewee
Guru Bahasa Indonesia Muslihat, S.Pd.I
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Hasil Wawancara dengan Guru Pend. Agama Islam SDIT Darul Muttaqien
Nama
: Budi Mulyadi, S.Ag
Jabatan
: Guru Pend. Agama Islam
Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016 Tempat
: Kantor Tata Usaha
Waktu
: 10.00 WIB
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien? Jawaban : Kita SDIT darul muttaqien yang mana ada keterpaduan antara kurikulum dinas dan kurikulum kemenag, dari 50% pelajaran umum dan 50% lagi dari ilmu agama islam. Sehingga muatan-muatan pelajaran yang nantinya akan seimbang dalam pelaksanaan pendidikan karakter, dan bisa dilihat dari perubahan sikap anak itu sendiri. 2. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah? Jawaban : Khususnya PAI, kita disini ada penguasaan materi dan penguasaan praktek untuk pelajaran agamanya. Kemudian ada pendalaman baca al-qur’an disini sebutannya qiro’ati, jadi bukan hanya bukan sekedar pelajaran PAI tapi kita ada penunjang-penunjang seperti pelajaran-pelajaran bahasa Indonesia, PJOK yang dilakukan secara langsung tidak hanya teori aja. 3. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan pembiasaan karakter pada kegiatan belajar mengajar di kelas? Jawaban : Kita berlakukan bentuk pembiasaan sholat dhuha setiap hari, kemudian sholat zuhur dan sholat ashar. Kalau dikelas membiasakan ucapan salam, cium tangan kalau siswa cowok ke guru cowok tapi kalau siswa cewek ke guru cowok kita tidak bersentuhan, kemudian disiplin tepat waktu dan kebersihan diri, sehingga anak-anak sudah terbiasa melakukan itu. 4. Nilai karakter (18 nilai pendidikan karakter) apa saja yang diharapkan dari kegiatan belajar mengajar di sekolah? Sebutkan nilai yang utama?
Jawaban : Kalau nilai karakter yang saya harapkan itu tidak menutup kemungkinan yaitu semuanya, dari mulai religius, disiplin, bertanggung jawab, semangat, sopan santun dan lain-lain. Untuk nilai paling utama sesuai dengan visi misi kita yaitu membentuk karakter sesuai dengan al-qur’an, yaitu religius karena kita sekolah yang masih di lingkungan ponpes yah, jadi nilai religius lah yang paling diutamakan. Jadi setelah belajar di sekolah ini, siswa bisa mengamalkan semua nilai-nilai yang sudah mereka biasakan selama di sekolah. 5. Apa tujuan yang ingin dicapai dari setiap program pembiasaan karakter di kelas? Jawaban : Nggak jauh yah dari visi misi lagi, karena di kelas kita menunjang hasil dari visi misi. Agar anak disiplin, menerapkan sikap akhlak ke siswa, sehingga dengan sendirinya anak sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Kalau dari hitungan persen bisa dilihat sudah 80%, karena kan di sekolah ini kita tidak sepenuhnya 24 jam, tetapi hanya beberapa jam di sekolah selebihnya di rumah. Untuk termonitoring ibadah itu ada buku monitoring ibadah warna putih, dengan buku itu kita bisa lihat bagaimana pelaksanaan ibadah mereka di rumah meski kita tidak awasi. 6. Apa strategi yang dilakukan guru dalam mengintegrasikan program pendidikan karakter pada kegiatan belajar mengajar di kelas? Jawaban : Sekali lagi mau di luar kelas atau di dalam kelas, kita membiasakan disiplin kepada siswa, berperilaku sopan kepada guru atau teman mereka sendiri. Serta kita menjadikan guru sebagai sosok figur bagi si anak agar dijadikan contoh teladan bagi mereka, itu bisa disebut dengan strategi yang kami lakukan terutama di dalam kelas. 7. Dalam penerapan nilai pendidikan karakter, kebiasaan apa yang ditanamkan kepada siswa, sehingga secara tidak langsung dapat membentuk karakter siswa? Jawaban : Kita sebelum masuk itu ada baris di kelas yaitu pembacaan ikrar dan lain-lain, itu bergiliran sesuai regu piket dan sholat dhuha berjama’ah selesai sholat secara bergantian membaca do’a, dari pembacaan di depan kelas
dan membaca do’a secara bergantian tersebut akan menumbuhkan karakter berani, bertanggung jawab dan percaya diri. Kalau di dalam pembelajaran kita membuat kelompok untuk mengerjakan sesuatu dan tanya jawab, dari kelompok tersebut mereka akan tumbuh rasa kerja sama kepada temantemannya dan berani untuk mengeluarkan pendapat mereka. 8. Dalam proses kegiatan belajar, apakah siswa mampu bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan? Jawaban : Fivete-Fivete yah, apalagi kalau kita meminta anak mengerjakan tugas di rumah, ada beberapa siswa yang terkadang tidak mengerjakan tugasnya. Karena mungkin kendala mereka setelah pulang dari sini setelah sholat ashar sudah kecapean terus ketika ditanya mereka jawab lupa dan ketiduran. 9. Bagaimana bentuk kemandirian siswa dalam melaksanakan tugasnya? Jawaban : Kalau untuk bentuk kemandirian siswanya, mereka selalu mengerjakan tugasnya secara sendiri, paling kalau mereka tidak mengerti barulah mereka nanya ke guru atau nanya ke teman yang sudah paham. 10. Apakah ada teguran/nasehat antara guru dan siswa apabila siswa tidak dapat melaksanakan tugasnya secara baik? Jawaban : Selalu kita tegur dan selalu kita nasehati, karena itu pasti sebagai seorang guru untuk menegur apabila ada siswanya yang tidak mengerjakan tugasnya, dan biasanya hukuman yang saya berikan itu mereka diminta untuk menulis surat-surat pendek dalam al-qur’an dan ditambahkan tugas lagi. 11. Apakah teguran yang diberikan guru setiap hari untuk mengingatkan siswa bersikap baik? Jawaban : Iya, secara tidak langsung teguran yang kami berikan itu membuat siswa bersikap lebih baik lagi dari sebelumnya. Pada umumnya mereka akan merasa malu jika diberi teguran di depan teman-temannya. 12. Bagaimana metode yang digunakan dalam pembiasaan karakter (akademik dan non akademik) di sekolah? Jawaban : Metode pembelajaran di kelas itu kami gunakan dengan berkelompok atau jika ada simulasi kita gunakan simulasi agar si anak itu
paham apa yang dimaksud dari pembelajaran tersebut. Kalau di luar kelas atau non akademik itu kami hanya mencotohkan perilaku-perilaku yang kami jadikan sebagai contoh untuk mereka. 13. Apa dampak/hasil yang terlihat dari program pembiasaan karakter? Jawaban : Dampaknya dapat dilihat dari siswa yang sudah mulai bertanggung jawab, misalnya kita membuat kelompok dan ketika ketua kelompok tersebut disuruh maju ke depan, mereka akan maju karena mereka sadar bahwa mereka pemimpin yang harus berani maju ke depan. 14. Apa saja hambatan yang dirasakan dalam menerapkan pendidikan karakter bagi siswa siswi? Jawaban : Hambatannya dari pemahaman siswa itu sendiri, karena gak semua anak itu cepat tangkap, ada yang pemahaman siswanya lambat. Sehingga kita harus lebih ekstra lagi untuk penekannya ke siswa tersebut, dan hambatan lain bisa dilihat dari siswa yang terkadang ada masalah.
Mengetahui,
Interviewee
Guru Pend. Agama Islam Budi Mulyadi, S.Ag
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Hasil Wawancara dengan Guru PKN SDIT Darul Muttaqien
Nama
: Mohammad Iskandar, S.Si, S.Pd
Jabatan
: Guru PKN
Hari/Tanggal : 01 November 2016 Tempat
: Kantor Tata Usaha
Waktu
: 11.20 WIB
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien? Jawaban : Pendidikan karakter di SDIT Darul Muttaqien sudah cukup baik dan hal itu selaras dengan visi dan misi SDIT DM yaitu mencetak generasi unggul berbasis al-qur’an. 2. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah? Jawaban : Konsepnya itu seperti siswa dibiasakan berperilaku yang tidak keluar dari koridor al-qur’an. 3. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan pembiasaan karakter pada kegiatan belajar mengajar di kelas? Jawaban : Contoh bentuknya, kebiasaan yang diterapkan tempat duduk siswasiswi di pisah, siswa laki-laki ketika bersalaman dengan guru perempuan tidak bersentuhan, begitu pula siswa perempuan tidak bersentuhan tangan ketika bersalaman dengan guru laki-laki. Contoh lain di dalam kelas, siswa dibiasakan berdoa sebelum belajar kemudian berbicara dengan temannya dengan ucapan yang sopan. 4. Nilai karakter (18 nilai pendidikan karakter) apa saja yang diharapkan dari kegiatan belajar mengajar di sekolah? Sebutkan nilai yang utama? Jawaban : Dari 18 karakter, yang diharapkan dari kegiatan belajar mengajar seperti jujur, disiplin, tekun, tanggung jawab, dan percaya diri. Kemudian kalau diharapkan nilai yang paling utama yaitu jujur, disiplin, percaya diri dan tanggung jawab dari setiap anak.
5. Apa tujuan yang ingin dicapai dari setiap program pembiasaan karakter di kelas? Jawaban : Tujuannya adalah bahwa apa yang mereka dapatkan di sekolah, dapat mereka terapkan di lingkungan mereka tinggal. Dan itu salah satu keberhasilan kita dalam membiasakan sikap karakter di kelas maupun di sekolah. 6. Apa strategi yang dilakukan guru dalam mengintegrasikan program pendidikan karakter pada kegiatan belajar mengajar di kelas? Jawaban : Setiap materi pembelajaran, dikaitkan dengan isi-isi al-qur’an. Sehingga berkesinambungan akan menanamkan dalam otak mereka semua yang ada di dunia ini semuanya dari Allah SWT. Strateginya kita buat dengan praktek langsung atau berkelompok agar mereka dapat memahami dan menghargai pendapat orang lain. 7. Dalam penerapan nilai pendidikan karakter, kebiasaan apa yang ditanamkan kepada siswa, sehingga secara tidak langsung dapat membentuk karakter siswa? Jawaban : Setiap akan melakukan pekerjaan, siswa dibiasakan membaca AlBasmallah dan diakhiri dengan hamdallah. Itu kan salah satu kebiasaan yang mereka tidak akan lupakan dan secara spontan mereka akan melakukannya tanpa diminta sekalipun. 8. Dalam proses kegiatan belajar, apakah siswa mampu bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan? Jawaban : Iya, siswa dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang guru berikan. Contohnya ketika mengerjakan tugas dikelas mereka dengan cepat langsung mengerjakannya. Kemudian lagi, ketika siswa diminta untuk melaksanakan apa yang guru minta tolong, mereka dengan baik akan melaksanakannya. 9. Bagaimana bentuk kemandirian siswa dalam melaksanakan tugasnya? Jawaban : Kalau bentuk kemandirian siswa adalah mereka mencari jawaban sendiri dari tugas yang diberikan dengan cara membaca buku di perpustakaan,
ada mereka ada yang tidak dimengerti baru mereka menanyakan ke guru langsung. 10. Apakah ada teguran/nasehat antara guru dan siswa apabila siswa tidak dapat melaksanakan tugasnya secara baik? Jawaban : Ada, ketika si anak itu tidak melakukan tugasnya, maka kita menasehatinya dengan cara perlahan tanpa adanya hukuman secara fisik, paling hanya hukuman yang membuat mereka secara tidak langsung belajar dari hukuman tersebut. 11. Apakah teguran yang diberikan guru setiap hari untuk mengingatkan siswa bersikap baik? Jawaban : Teguran atau nasehat diberikan setiap hari pada saat berbaris di lapangan setelah tadarus al-qur’an. Sekaligus memberikan punishment dengan menulis surat al-bayyinah, dimana hal ini secara tidak langsung membuat mereka menghafal surah tersebut. 12. Bagaimana metode yang digunakan dalam pembiasaan karakter (akademik dan non akademik) di sekolah? Jawaban : Metode yang digunakan dalam non akademik adaah dengan membiasakan siswa sholat berjamaah dhuha, dzuhur, ashar tepat waktu. Hal ini melatih kedisiplinan akademik, diterapkan pada saat pembelajaran berlangsung sehingga di SDIT Darul Muttaqien ada dua jenis raport yang pertama raport yang mencantumkan nilai akademik, dan satu lagi raport yang menilai tingkah laku siswa. 13. Apa dampak/hasil yang terlihat dari program pembiasaan karakter? Jawaban : Dampak dari itu semua, siswa senantiasa shalat tepat waktu, hadir di sekolah tidak terlambat lagi, ketika ulangan tidak mencontek meskipun tidak diawasi. Hasil-hasil tersebut bagi saya pribadi sangat senang sekali karena membuahkan hasil dari pembiasaan-pembiasaan karakter yang telah kami terapkan ke semua siswa di sini.
14. Apa saja hambatan yang dirasakan dalam menerapkan pendidikan karakter bagi siswa siswi? Jawaban : Bicara dampak tadi, tentu ada hambatannya dari kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha yang telah kami lakukan. Hambatannya adalah ketika tidak ada dukungan dari orang tua, contoh siswa sholat tepat waktu di sekolah, namun pada mereka berliburan sekolah kadang-kadang shalatnya terlambat. Kemudian hambatan lain, ketika siswa itu sendiri melakukan kesalahan atau pelanggaran yang mereka buat di sekolah.
Mengetahui,
Interviewee
Guru PKN Mohammad Iskandar, S.Si, S.Pd
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Lampiran 9
Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa
Nama
: Bapak Sualim
Jabatan
: Orang Tua Siswa (kelas IV)
Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016
1. Apa
harapan
bapak/ibu
kepada
puta/putrinya
yang
mengikuti
pendidikan di SDIT Darul Muttaqien? Jawaban : Harapan saya, anak saya memperoleh pendidikan yang layak baik itu pendidikan jasmani, rohani, mental, maupun spiritual, pengetahuan umum maupun pengetahuan agama dapat diperoleh dengan baik sesuai dengan tuntunan al-qur’an. 2. Menurut bapak/ibu, keunggulan (akhlak/prestasi/akademik) apa yang dimiliki di sekolah ini? Sehingga bapak/ibu menyekolahkan anak bapak/ibu ke sekolah ini? Jawaban : Untuk akademiknya karena disini terpadu antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama berjalan dengan baik dan seimbang. Kemudian untuk prestasiya juga baik bisa berkompetisi dengan sekolah swasta maupun negeri yang maju. Kemudian untuk akhlaknya, senantiasa difokuskan kepada pembentukan akhlak anak sesuai dengan tuntutan agama dan Negara yang baik, jadi karena semua faktor tersebut yang membuat saya menyekolahkan anak saya di sdit ini. 3. Apakah ada perubahan sikap dari anak bapak/ibu setelah mengikuti berbagai program pembiasaan karakter di sekolah ini? Perubahan sikap yang seperti apa? Jawaban : Alhamdulillah ada yah.. perubahannya, baik itu dari akademiknya maupun pengetahuan agamanya bertambah, serta bergaul dan berteman dengan sesama teman sebayanya baik dari perkataannya dan ibadahnya. Kemampuan dalam memahami al-qur’an, dari mulai membacaya yang mulai
bagus dan juga praktek ibadahnya ada peningkatan dari sebelum sekolah di tempat ini. 4. Apakah bapak/ibu mendukung sepenuhnya kegiatan yang dilaksanakan sekolah untuk siswa-siswanya? Jawaban : Iya sangat mendukung sekali sepenuhnya. Seperti kegiatan belajar disini dan juga kegiatan ekstrakurikuler, serta kegiatan di luar sekolah kayak wisata pendidikan yang masih ruang lingkupnya pembelajaran. 5. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya penerapan nilai pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah ini melalui KBM dan ekstrakurikuler? Jawaban : Dengan pendidikan karakter atau akhlak yang diterapkan di sekolah ini, seperti adanya peraturan atau tata tertib dan pembiasaan positif yang dilaksanakan itu sangat membantu sekali membentuk karakter siswa terutama kepada anak saya, dan juga pembinaan cara belajar, praktek ibadah, dan teguran kepada anak-anak yang sikap baik maupun kurang baik betulbetul diperhatikan di sekolah ini. Ditambah lagi ada kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membentuk karakter juga membantu kepada anak saya yang dapat memiliki sikap disiplin dan semangat.
Mengetahui,
Interviewee
Orang Tua Siswa Bapak Sualim
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa
Nama
: Bapak Abdul Hakim
Jabatan
: Orang Tua Siswa (kelas II)
Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016
1. Apa harapan
bapak/ibu
kepada
putra/putrinya yang mengikuti
pendidikan di SDIT Darul Muttaqien? Jawaban : Harapan saya menjadi anak yang akhlul qur’an dalam arti minimal fasih membaca qur’an dan kedua berakhlaqul karimah, kalau dari akademisnya saya nggak menuntut banyak, karena agama itu lebih penting bagi saya dari pada anak saya hebat diakademis tapi agama dinomor sekiankan. 2. Menurut bapak/ibu, keunggulan (akhlak/prestasi/akademik) apa yang dimiliki di sekolah ini? Sehingga bapak/ibu menyekolahkan anak bapak/ibu ke sekolah ini? Jawaban : Kalau anak saya pribadi Alhamdulillah bisa baca al-qur’an itu minimnya dan sholatnya benar, terutama bisa mendo’akan kita manakala kita sudah tiada lagi. Kemudian kalau dari SDIT ini sendiri saya katakan pribadi yaitu sekolah yang sudah punya nama, keunggulannya terutama dari qiro’ati, terus dari akademis dan prestasinya kalau matematika disini aja udah tingkat provinsi untuk olimpiade, maka dari itu saya menyekolahkan anak saya di sekolah ini. 3. Apakah ada perubahan sikap dari anak bapak/ibu setelah mengikuti berbagai program pembiasaan karakter di sekolah ini? Perubahan sikap yang seperti apa? Jawaban : Alhamdulillah ada, salah satu contohnya kalau anak saya itu nangis kalau ketinggalan sholat, misal saya bangun lebih awal untuk sholat subuh berjama’ah, jadi dia kagak mau ketinggalan sholat. Dengan sikap anak saya seperti itu, salah satu kebanggaan saya bahwa di dalam diri anak saya sudah tertanam baik, dan itu juga berkat didikan dari bapak/ibu guru disini
penanaman-penanaman nilai gemar beribadah. Jadi, Alhamdulillah terjadi perubahan di anak saya, entah dari ibadahnya, tutur bahasanya, cara dia menyapa kita dan lain sebagainya. 4. Apakah bapak/ibu mendukung sepenuhnya kegiatan yang dilaksanakan sekolah untuk siswa-siswanya? Jawaban : Saya pribadi, akan mendukung semua kegiatan anak saya dan keegiatan di sekolah ini. Berkenaan dengan pendidikan yang ada di darul muttaqien, karena saya fikir tanpa peran guru di sekolah sini, pendidikan tidak akan berjalan dengan seluruhnya. Meski ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan keinginan saya di sekolah ini, tetapi saya tidak terlalu membebankan sekolah karena saya sendiri harus koreksi diri. 5. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya penerapan nilai pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah ini melalui KBM dan ekstrakurikuler? Jawaban : Justru di darul muttaqien ini kalau boleh dibilang pelopor pendidikan karakter yah.. karena disini mengadopsi pendidikan pesantren, jadi otomatis pendidikan karakter itu sudah ikut di dalam KBM di sekolah ini, dan kegiatan-kegiatan esktrakurikuler sangat membantu meski anak saya masih tingkat bawah, tetapi yang saya lihat eskul disini sudah disediakan oleh sekolah sesuai minat dan bakat serta kebutuhan si anak dan bisa dijadikan anak-anak memiliki sikap disiplin, semangat, berani dalam hal kebaikan.
Mengetahui,
Interviewee
Orang Tua Siswa Bapak Abdul Hakim
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Lampiran 10
Hasil Wawancara dengan Siswa
Nama
: Miskah
Kelas
: V.1
Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016 Lokasi
: Depan Kantor Tata Usaha
1. Kegiatan apa yang Anda sukai di sekolah ini? Mengapa? Jawaban : Kegiatan IPA kalo di dalam kelas soalnya belajar hewan sama tumbuhan seruh… tapi kalo di luar kelas silat, karena untuk bela diri. 2. Menurut Anda, apakah guru-guru dan kepala sekolah disini dapat dijadikan teladan yang baik untuk Anda? Jawaban : Iya, contohnya kayak pakaiannya rapih, bicaranya sopan. 3. Apakah Anda suka memberi salam kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Sering setiap hari. 4. Apakah Anda suka menghormati kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Iya, kan guru memang harus dihormati. 5. Apakah Anda suka mengerjakan tugas tepat waktu yang diberikan oleh bapak/ibu guru? Jawaban : Kadang-kadang suka tepat waktu, kadang-kadang nggak, karena kebanyakan tugas sama capek. 6. Apakah Anda mentaati tata tertib yang diterapkan di sekolah ini? Kenapa anda mentaatinya? Jawaban : Iya, karena supaya nggak dapat hukuman sama nggak dipanggil sama guru.
7. Apakah Anda pernah melanggar tata tertib di sekolah ini? Hukuman apa yang dibiasanya diberikan guru? Jawaban : Kagak pernah, kalo pernah ngelanggar tata tertib kecil cuman disuruh infak, tapi kalo tata tertib besar dipanggil orang tua. 8. Nilai karakter apa saja yang telah diajarkan guru-guru kepada anda? Dalam kegiatan apa? Jawaban : Diajarin disiplin, mencontohkan sholat, do’a habis sholat, bersikap sopan, dan bicara yang baik-baik.
Mengetahui,
Interviewee
Siswa Miskah
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Hasil Wawancara dengan Siswa
Nama
: Vaniah
Kelas
: V.1
Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016 Lokasi
: Depan Kantor
1. Kegiatan apa yang Anda sukai di sekolah ini? Mengapa? Jawaban : Pramuka, karena seruh banyak temen-temennya. 2. Menurut Anda, apakah guru-guru dan kepala sekolah disini dapat dijadikan teladan yang baik untuk Anda? Jawaban : Iya, ibu sama bapak gurunya ngajarin yang baik-baik buat aku contoh. 3. Apakah Anda suka memberi salam kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Suka, itu udah diajarin juga sama guru. 4. Apakah Anda suka menghormati kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Sering, kalo yang lebih tua kan harus dihormati, terus yang muda harus disayangi. 5. Apakah Anda suka mengerjakan tugas tepat waktu yang diberikan oleh bapak/ibu guru? Jawaban : Suka telat, karena suka lupa sama kecapean. 6. Apakah Anda mentaati tata tertib yang diterapkan di sekolah ini? Kenapa anda mentaatinya? Jawaban : Iya, karena tata tertib kan harus ditaati gak boleh dilanggar. 7. Apakah Anda pernah melanggar tata tertib di sekolah ini? Hukuman apa yang dibiasanya diberikan guru? Jawaban : Kagak pernah, semua aku ikutin. Kalo dilanggar nanti dapat hukuman kayak infak, nulis surat-surat pendek.
8. Nilai karakter apa saja yang telah diajarkan guru-guru kepada anda? Dalam kegiatan apa? Jawaban : Gurunya suka ngajarin sikap disiplin, gak boleh bohong, harus berteman sama siapa pun.
Mengetahui,
Interviewee
Siswa Vaniah
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Hasil Wawancara dengan Siswa
Nama
: Niswah
Kelas
: V.1
Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016 Lokasi
: Depan Kantor
1. Kegiatan apa yang Anda sukai di sekolah ini? Mengapa? Jawaban : Aku suka pramuka, karena seruh banyak temen-temennya, banyak kegiatan sama pengalaman dapat baru. 2. Menurut Anda, apakah guru-guru dan kepala sekolah disini dapat dijadikan teladan yang baik untuk Anda? Jawaban : Iya, kalo guru kan selalu ngasih contoh ke murid-muridnya. 3. Apakah Anda suka memberi salam kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Suka, itu selalu diajarin sama guru-guru disini. 4. Apakah Anda suka menghormati kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Suka, karena kan kita harus menghormati guru. 5. Apakah Anda suka mengerjakan tugas tepat waktu yang diberikan oleh bapak/ibu guru? Jawaban : Iya sering, biar dapat nilai sama gak dihukum. 6. Apakah Anda mentaati tata tertib yang diterapkan di sekolah ini? Kenapa anda mentaatinya? Jawaban : Iya, kan peraturan sekolah itu harus ditaati, supaya gak dapat hukuman. 7. Apakah Anda pernah melanggar tata tertib di sekolah ini? Hukuman apa yang dibiasanya diberikan guru? Jawaban : Pernah, lagi pelajaran olahraga aku gak ikut. Terus hukumannya dijemur sama bapak guru.
8. Nilai karakter apa saja yang telah diajarkan guru-guru kepada anda? Dalam kegiatan apa? Jawaban : Iya selalu diajarin sama guru, kayak gak boleh kikir sama orang terus kalo main sama teman gak boleh geng-gengan harus sama-sama.
Mengetahui,
Interviewee
Siswa Niswah
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Hasil Wawancara dengan Siswa
Nama
: Adi
Kelas
: VI.2
Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016 Lokasi
: Di depan Kelas
1. Kegiatan apa yang Anda sukai di sekolah ini? Mengapa? Jawaban : Aku suka kegiatan studi tour, karena itu jalan-jalan sambil belajar jadi seruh. 2. Menurut Anda, apakah guru-guru dan kepala sekolah disini dapat dijadikan teladan yang baik untuk Anda? Jawaban : Iya bisa, soalnya guru-guru di sini baik-baik ngajarin ke kita semua yang baik-baik. 3. Apakah Anda suka memberi salam kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Suka, itu yang diajarin sama ibu/bapak guru di sini kalo ketemu guru harus salam. 4. Apakah Anda suka menghormati kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Iya sering, guru kan yang udah ngajarin kita jadi harus dihormati. 5. Apakah Anda suka mengerjakan tugas tepat waktu yang diberikan oleh bapak/ibu guru? Jawaban : Pernah tepat, pernah juga nggak, karena lupa ketiduran. 6. Apakah Anda mentaati tata tertib yang diterapkan di sekolah ini? Kenapa anda mentaatinya? Jawaban : Suka sih mentaatinya, biar nggak dihukum sama bapak/ibu guru. 7. Apakah Anda pernah melanggar tata tertib di sekolah ini? Hukuman apa yang dibiasanya diberikan guru? Jawaban : Pernah, aku buang sampah sembarangan. Terus hukumannya di denda suruh infak ke masjid.
8. Nilai karakter apa saja yang telah diajarkan guru-guru kepada anda? Dalam kegiatan apa? Jawaban : Sering, kayak harus menghormati kepada guru, kita harus disiplin, sama gak boleh bohong harus jujur, pokoknya banyak dah.
Mengetahui,
Interviewee
Siswa Adi
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Hasil Wawancara dengan Siswa
Nama
: Dana
Kelas
: VI.2
Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016 Lokasi
: Di depan Kelas
1. Kegiatan apa yang Anda sukai di sekolah ini? Mengapa? Jawaban : Aku suka silat, karena biar bisa bela diri sama ngelindungi orangorang kalo lagi ada yang berbuat jahat. 2. Menurut Anda, apakah guru-guru dan kepala sekolah disini dapat dijadikan teladan yang baik untuk Anda? Jawaban : Bisa, soalnya guru mengajarkan yang baik-baik. 3. Apakah Anda suka memberi salam kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Suka, itu udah dibiasakan di sekolah ini sama guru-guru. 4. Apakah Anda suka menghormati kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Suka, karena itu melakukan hal yang baik kalo guru orang yang harus kita hormati. 5. Apakah Anda suka mengerjakan tugas tepat waktu yang diberikan oleh bapak/ibu guru? Jawaban : Kadang tepat, kadang lupa karena keasikan maen jadi lupa. 6. Apakah Anda mentaati tata tertib yang diterapkan di sekolah ini? Kenapa anda mentaatinya? Jawaban : Iya, karena peraturan kan harus ditaati, kalo gak ditaati nanti dapat hukuman sama guru. 7. Apakah Anda pernah melanggar tata tertib di sekolah ini? Hukuman apa yang dibiasanya diberikan guru? Jawaban : Pernah, aku dulu pernah bawa Hp, terus hukumannya disuruh infak juga ke masjid sama Hp nya disimpen sama guru sampe pulang sekolah.
8. Nilai karakter apa saja yang telah diajarkan guru-guru kepada anda? Dalam kegiatan apa? Jawaban : Banyak yang diajarin sama guru, kayak disiplin, harus menghormati orang tua, sama menjaga kebersihan.
Mengetahui,
Interviewee
Siswa Dana
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Hasil Wawancara dengan Siswa
Nama
: Wafic
Kelas
: VI.2
Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016 Lokasi
: Di Kantin
1. Kegiatan apa yang Anda sukai di sekolah ini? Mengapa? Jawaban : Aku suka kegiatan pramuka, karena membuat tandu, membuat tenda jadi banyak kegiatan. Kalo di dalam kelas aku suka mata pelajaran IPA, soalnya bisa mengenal alam. 2. Menurut Anda, apakah guru-guru dan kepala sekolah disini dapat dijadikan teladan yang baik untuk Anda? Jawaban : Bisa, karena guru di sini baik-baik, jadi bisa dijadiin contoh buat aku sama teman-teman. 3. Apakah Anda suka memberi salam kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Sering, soalnya itu udah jadi kebiasaan di sekolah ini. 4. Apakah Anda suka menghormati kepada guru-guru serta teman-teman baik di dalam atau di luar sekolah? Jawaban : Iya suka, karena kan guru yang udah ngajarin kita jadi harus dihormati. 5. Apakah Anda suka mengerjakan tugas tepat waktu yang diberikan oleh bapak/ibu guru? Jawaban : Kadang-kadang iya, kadang-kadang nggak. Kalo di sekolah kadang kecepatan waktunya, kalo di rumah lupa karena nonton Tv gak kenal waktu. 6. Apakah Anda mentaati tata tertib yang diterapkan di sekolah ini? Kenapa anda mentaatinya? Jawaban : Suka, karena itu untuk meningkatkan kedisiplinan.
7. Apakah Anda pernah melanggar tata tertib di sekolah ini? Hukuman apa yang dibiasanya diberikan guru? Jawaban : Pernah, kalo pas sholat pernah ngobrol, terus disuruh berdiri sama sholat ba’da dzuhurnya di zahar. 8. Nilai karakter apa saja yang telah diajarkan guru-guru kepada anda? Dalam kegiatan apa? Jawaban : Iya selalu diajarin, kayak mencontohkan pakaian rapih, terus tidak boleh bermain ke luar kelas kalo gak pake sandal, karena disini kalo sepatu dilepas di depan kelas, terus diajarin gak boleh berbohong harus jujur, sama disiplin dan harus membantu sesama teman.
Mengetahui,
Interviewee
Siswa Wafic
Interviewer
Penulis Nuning Yulistika
Lampiran 11
Hasil Observasi Nama Sekolah
: SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor
Alamat Sekolah
: Jl. Raya Jakarta-Bogor, KM 41 PO BOX 25 Jabon Mekar Parung Bogor 16330
Pelaksanaan Observasi
No
Tanggal Pengamatan
: Berlangsung Oktober-November 2016
Uraian Pengamatan
Deskripsi Hasil Pengamatan Kelas qiro’ati dilaksanakan setiap harinya
sebelum
kegiatan
belajar
memulai
mengajar
di
kelas. Pada proses pembelajaran ini siswa tidak dikelompokkan berdasarkan kelas, akan tetapi mereka dibaurkan sesuai dengan tingkat Senin, 24 1
Oktober 2016
Pembiasaan kelas qiro’ati
jilidnya
qiro’atinya
dan
guru
masing-masing,
sehingga akan terlihat betapa padat
unsur
pendidikan
karakternya. Berlangsungnya kegiatan kelas qiro’ati
ini
terdapat
nilai
pendidikan yang terbentuk yaitu melatih
kedisiplinan,
dimana
siswa dimulai kelas qiro’ati tetapi mereka sudah menemui gurunya, sehingga
siswa
sudah
dilatih
disiplin
dan
semangat
memperbaiki
bacaan
untuk qiro’ati,
dengan begitu dapat mencapai keberhasilan
dalam
menyelenggarakan kegiatan ini. Selain
itu,
tanggung
jawab,
dimana siswa mulali bertanggung jawab
atas
tanda
bacaan
qiro’atinya dan tempat dimana mereka berada, jadi tidak saling mengandalkan satu sama lain, akan tetapi semua ikut ambil andil dalam kegiatan ini. Kamis,
03 Kegiatan
Kegiatan pramuka ini dilakukan
November
ekstrakurikuler
setiap hari Kamis setelah pulang
2016
pramuka
sekolah. dari kegiatan ini siswa tidak
hanya
diajarkan
kepramukaan
ilmu untuk
mendisiplinkan
dirinya,
tetapi
siswa juga ditanamkan nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh sekolah ini. Kamis,
03 Kegiatan
Pada
kegiatan
November
kepramukaan
pada dibutuhkan
2016
pembuatan
sandi masing-masing
morse
pembuatan
sandi
morse
ketelitian
bagi
anggota
tandu
dan
dibutuhkan
kesabaran serta kerja sama antar anggota
juga
dalam
kegiatan
lainnya yang berkaitan dengan kepramukaan.
Kamis,
10 Kegiatan
November
sebagai
2016
strategi
spontan 1. Mengucapkan salah
satu
pendidikan
mengawali
proses
saat belajar
mengajar 2. Berdo’a
karakter
salam
sebelum
memulai
pekerjaan untuk menanamkan rasa tenang di dalam hati 3. Mengucapkan
salam
saat
bertemu dengan guru 4. Pembiasaan untuk bersalaman sesuai
muhrimnya
saat
bertemu dengan guru 5. Melaksanakan
sholat
berjamaah di sekolah dan doa bersama, dsb. Kamis,
10 Kegiatan
Kegiatan pramuka ini pula siswa
November
esktrakurikuler
belajar
tentang
kepemimpinan
2016
pramuka
yang menuntut siswa untuk terus
kepemimpinan
bersikap
disiplin
juga
menumbuhkan sikap kemandirian siswa. Saat memulai kegiatan, siswa dibiasakan berdisplin untuk datang tepat waktu dan berbaris dipecah
menjadi
lelaki
dan
perempuan. Jum’at, November 2016
11 Kegiatan
pembacaan Kegiatan
ikrar bersama
pembacaan
ikrar
bersama ini dilakukan di awal saat semua siswa berkumpul di depan
kelas
mereka
masing-
masing, kegiatan ini tujuannya mengingatkan siswa untuk selalu
ingat dengan bacaan syahadat dan bacaan nasionalisme yang akhirakhir ini mulai dilupakan oleh anak bangsa. Jum’at, November 2016
11 Pembiasaan tadarus al- Pembiasaan ini dilakukan dalam qur’an
waktu 15 menit dengan duduk bersama
di
membacaa
masjid,
selesai
al-qur’an
siswa
bersholawat bersama-sama agar siswa
tidak
lupa
untuk
mengagungkan
nabi
besar
Muhammad SAW.
Lampiran 12
Struktur Kurikulum dan Beban Belajar
1. Struktur Kurikulum No.
1.
Komponen
Mata Pelajaran Wajib
DIKNAS/KTSP
SDIT Darul Muttaqien
1. PAI
1) PAI
2. PKN
2) PKN
3. Matematika
3) Matematika
4. IPA (terpadu)
4) IPA (terpadu)
5. IPS (terpadu)
5) IPS (terpadu)
6. Bahasa Indonesia
6) Bahasa Indonesia
7. Seni
Budaya
dan
7) Kertakes
Keterampilan 8. Penjas dan Olahraga
8) Penjaskes
Dikembangkan berdasarkan : 1. Potensi daerah
1. Bahasa sunda 1. Bahsa Inggris 2. Bahasa Arab
2.
Muatan Lokal
3. Qiroati 2. Potensi satuan
4. Praktek Ibadah
pendidikan
5. Tahfidz/Tadarus 6. Seni Musik 7. Seni Lukis 8. TIK
3.
Pengembangan Diri
Pengembangan
bakat
dan
► Ekstrakurikuler
minat siswa sesuai dengan
1. Pramuka
kondisi sekolah
2. Pencak Silat
3. Marawis/Hadroh 4. Wartawan Cilik 5. Sepak Bola 6. Marchingband 7. Kaligrafi dan Tilawah 8. Seni Tari
2. Beban Belajar SDIT Darul Muttaqien No
Mata Pelajaran
Kelas I
II
III
IV
V
VI
1
PAI dan Praktek Ibadah
6
6
6
6
6
4
2
Bahasa Indonesia
6
6
6
6
6
6
3
Matematika
6
6
6
6
6
6
4
IPA
2
2
2
4
4
6
5
IPS
2
2
2
2
2
2
6
PKN
2
2
2
2
2
2
7
Penjaskes
2
2
2
2
2
2
MUATAN LOKAL 8
Seni Lukis
4
2
0
0
0
0
9
Seni Musik (ritmis/melodis)
0
2
2
2
2
0
10
Keterampilan
2
2
2
2
2
2
11
TIK
2
2
2
2
2
2
12
Bahasa Arab
0
0
0
2
2
2
13
Bahasa Sunda
0
0
2
2
2
4
14
Bahasa Inggris
2
2
2
4
2
2
15
Tahfidzul Qur’an
4
4
4
4
4
2
16
Pramuka
0
0
0
2
2
0
17
Silat Tapak Suci
0
0
0
3
3
0
18
Eskul Pilihan
0
0
3
3
3
0
19
Bimbel
0
0
0
0
0
9
20
Qiroati
10
10
10
10
10
10
50
50
53
62
60
58
Jumlah Jam Perminggu :
Lampiran 13
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDIT Darul Muttaqien Bogor 2016/2017
No
Nama Pendidik
Jenis
Ijazah/
Kelamin
Lulusan
Jabatan
1
Abdullah, S.Pd.I
L
S1
Kepala Sekolah
2
Drs. Moch Asy’ari
L
S2
Pendamping
3
Lulu Chanifatul Adibah, S.Ag
L
S1
Wali Kelas
4
Diana Christina, S.Ag
P
S1
Wali Kelas
5
Hisnayeti Hakman, S.Ag
P
S1
Pendamping
6
Ahmad Zaeni, S.Ag
L
S1
Pendamping
7
Budi Mulyadi, S.Ag
L
S1
Wali Kelas
8
Shofian Yudhianto, S.Pd.I
L
S1
Wali Kelas
9
Leni Herlina, S.Ag
P
S1
Wali Kelas
10
Asep Syifaul Alam, S.Ag
L
S1
Wali Kelas
11
Mohammad Iskandar, S.Si
L
S1
Wali Kelas
12
Muchamad Kusnadi, S.Sos.I
L
S1
Wali Kelas
13
Laili Mulida, S.Pd.I
P
S1
Wali Kelas
14
Hendra Gumilar, S.Sos.I
L
S1
Pendamping
15
Asep Kosasih, S.Hi
L
S1
Pendamping
16
Agus Hidayat, S.Pdi.I
L
S1
Wali Kelas
17
Eva Sriwahyuni, S.Pd.I
P
S1
Wali Kelas
18
Abdul Hakim, S.Sos.I
L
S1
Wali Kelas
19
Muslihat, S.Pd.I
P
S1
Wali Kelas
20
Rohani Karana, S.Pd.I
P
S1
Wali Kelas
21
Siti Zubaedah, S.Pd.I
P
S1
Wali Kelas
22
Siti Anisah, S.Pd
P
S1
Pendamping
23
Sualim, S.Sos.I
L
S1
Wali Kelas
24
Muhaiminah, S.Pd.I
P
S1
Pendamping
25
Raras Widayanti, S.Pd.I
P
S1
Wali Kelas
26
Oom Marikah, S.Ag
P
S1
Pendamping
27
Siti Juriah, S.Pd.I
P
S1
Wali Kelas
28
Majazi
L
SMA
STAF
29
Fu’adi
L
SMA
Pendamping
30
Alyani Badzlin, SE
P
S1
Kepala STAF TU
31
Arif Ramadhani Amirullah, S.Kom
L
S1
Pendamping
32
Khaerotun Nisa
P
MAN
STAF TU Kesiswaan
33
Riadatul Arifah, S.Pd.I
P
S1
Pendamping
34
Yulianti, S.Pd.I
P
S1
Pendamping
35
Nenah, A.Md
P
S1
Pendamping
36
Jeli Afsoh Qobiah, S.Pd.I
L
S1
Wali Kelas
37
Siti Mentari Fitria, S.Pd
P
S1
Pendamping
38
Zaenal Muttaqien, S.Pd.I
L
S1
Pendamping
39
Tangkas Aulia, S.Pd
L
S1
Pendamping
40
Lutpiah, S.Pd
P
S1
Pendamping
41
Abdul Qohar, S.Pd.I
L
S1
Pendamping
42
Bang Entis
L
SMP
OB
43
Danu
L
SMP
OB
44
Ikbal
L
SMP
OB
Lampiran 14
TATA TERTIB SDIT DARUL MUTTAQIEN PARUNG-BOGOR
Tata Tertib Untuk Siswa: 1. Siswa hadir di sekolah pukul 07.00 WIB 2. Siswa memakai seragam lengkap dengan atribut sekolah 3. Siswa berbaris di halaman pukul 07.20 WIB dan wajib membaca IKRAR di halaman sekolah 4. Siswa yang datang lebih dari pukul 07.20 tidak diizinkan mengikuti pelajaran jam pertama 5. Bersikap, berpakaian, dan bertutur kata yang sopan 6. Membudayakan salam ketika bertemu guru dan teman 7. Melaksanakan kebersihan, keamanan, ketertiban, kerapihan, dan keindahan sekolah 8. Siswa berada di kelas atau di lingkungan sekolah ketika pelajaran berlangsung 9. Siswa wajib menggunakan alas kaki (sandal atau sepatu) jika keluar dari kelas 10. Siswa bermain di dalam lingkungan sekolah 11. Siswa wajib mengikuti sholat berjama’ah 12. Siswa kelas 1 dan 2 tidak diperbolehkan membawa uang jajan 13. Siswa kelas 3 s/d 6 diperbolehkan membawa uang jajan Rp 5000, kecuali bagi yang tidak membawa makan siang diperbolehkan membawa maksimal Rp 10.000 14. Siswa tidak diperbolehkan memakai perhiasan, membawa alat elektronik seperti cicin, gelang, HP, dan sejenisnya 15. Siswa WAJIB melaksanakan tata tertib sekolah.
Tata Tertib Untuk Guru: 1. Guru datang sebelum pukul 07:15 2. Guru wajib mengisi absen
3. Guru berpakaian dan berpenampilan rapi dan sopan 4. Rambut tidak melebihi daun telinga bagi guru laki-laki 5. Make up minimalis bagi guru perempuan 6. Guru berbaris menyambut siswa 7. Guru ikut serta merapihkan siswa ketika berbaris 8. Guru mengkondisikan kelas 9. Guru dan siswa bertadarus bersama 10. Guru dan siswa sholat dhuha, dzuhur, ashar bersama 11. Guru meninggalkan kelas setelah siswa pulang sekolah 12. Guru menyiapkan perangkat pembelajaran 13. Guru melaporkan perangkat pembelajaran seminggu sekali ke Kepala Sekolah 14. Guru berkata sopan dan mendidik 15. Guru melakukan pengawasan pada siswa di dalalm dan di luar kelas.
Jenis Penghargaan dan Pelanggaran: A. Jenis Penghargaan 1. Mengumpulkan tugas tepat waktu 2. Mendapat nilai lebih besar sama dengan 80 3. Selalu rapih dalam berpakaian 4. Bersikap santun kepada teman dan guru 5. Tidak terlambat masuk kelas selama satu bulan 6. Tidak pernah absen selama satu bulan 7. Berprestasi pada bidang akademik maupun non akademik baik dalam maupun di luar sekolah 8. Melerai temannya yang berkelahi 9. Aktif dalam pembudidayaan bahasa 10. Sholat di mesjid tepat waktu sebulan penuh 11. Rutin sholat dhuha 12. Menjadi tutor sebaya (membantu mengajarkan teman)
B. Jenis Pelanggaran 2.1 Ringan Punishmentnya: Hafalan Surat a. Tidak mengerjakan tugas/PR b. Terlambat datang ke sekolah c. Terlambat masuk ke kelas d. Tidak rapih dalam berpakaian (ikhwan) e. Berjilbab tidak rapih (akhwat) f. Keluar kelas ketika jam pelajaran tanpa ijin dari guru g. Membuat gaduh di dalam kelas h. Makan dan minum sambil berdiri i. Bermain bola dalam ruangan/kelas j. Bermain bola pada selain jam istirahat pagi k. Memakai alas kaki dalam ruangan l. Membuang sampah sembarangan/tidak pada tempatnya m. Mengotori meja/kursi di kelas n. Makan dan minum di kelas ketika KBM berlangsung tanpa seijin guru. 2.2 Sedang Punishment : Menulis surat panjang dari An-Naba sampai Al Fajr a. Memanggil teman dengan perkataan yang buruk b. Menghina/mengejek teman/mengolok-olok teman c. Menyebut nama orang tua teman dengan tujuan jelek d. Bertutur kata tidak baik/tidak sopan e. Membawa barang-barang yang dilarang di bawa ke sekolah (barang elektronik, hp, komik, novel dll) f. Tidak masuk sekolah tanpa keterangan. 2.3 Berat 1) Punishment : a. Panggil orang tuanya b. Skorsing selama 3 hari c. Dikeluarkan dari sekolah
2) Jenis Pelanggaran a. Berkelahi dengan teman atau siswa sekolah lain b. Berkata tidak sopan terhadap guru c. Berhubungan dengan lawan jenis (pacaran) d. Mengambil hak milik orang lain tanpa ijin (mencuri) e. Terlibat narkoba (membawa, menjual, memakai) f. Terlibat pornografi (membawa komik/bacaan porno) g. Bolos sekolah.
Lampiran 15
Lembar Penilaian Kepribadian Siswa Tahun 2015/2016
Lampiran 16
Foto-foto Kegiatan Sekolah
Gambar 1. Bagian Depan SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor
Gambar 2. Papan Visi, Misi, dan Motto SDIT Darul MttaqienParung Bogor
Gambar 3. Papan Kegiatan Harian SDIT Darul Muttaqien-Parung Bogor
Gambar 4. Penyambutan Guru-guru ketika Siswa Datang ke Sekolah
Gambar 5. Salah satu Ekstrakurikuler Melukis yang Mumbuhkan Minat dan Bakat Siswa
Gambar 6. Kegiatan Bulan Muharram/Tahun Baru Islam 1438 H di SDIT Darul Muttaqien Parung-Bogor