PENGARUH UANG SAKU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU (SMPIT) ASSY-ASSYUKRIYAH CIPONDOH KOTA TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan
Oleh: Napsiah 0905010204
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG 2012
ABSTRAK NAPSIAH. Pengaruh Uang Saku Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang. Skripsi. Tangerang: Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan 2012. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terlihat dari hasil belajar yang masih belum maksimal, belum maksimalnya hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah uang saku. Pemberian uang saku secara rutin saat anak memulai aktivitas sekolah dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan hasil belajar. Dari hasil pengamatan yang telah penulis lakukan secara keseluruhan, siswa-siswi SMPIT Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang memberikan opini bahwa uang saku yang diperoleh sangat membantu dalam menjalani aktivitas sekolah, dimana dengan uang saku tersebut siswa-siswi bisa lebih fokus dan berkonsentrasi dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris tentang Pengaruh Uang Saku Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Pertama (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang. Dengan populasi berjumlah 214 orang siswa, sampel yang diambil sebanyak 68 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional. Pengumpulan data variabel bebas (x) yaitu uang saku diperoleh melalui angket, kemudian untuk variabel terikat (y) yaitu hasil belajar diperoleh berdasarkan data sekunder yaitu berupa nilai rapor siswa. Angket tersebut diujicobakan kepada 68 responden untuk mengetahui jumlah uang saku tiap-tiap siswa sedangkan data sekunder didapat dari bidang kurikulum. Dari hasil perhitungan regresi yang dilakukan melalui SPSS versi 17 ternyata didapat nilai a= 73.908 dan nilai b= 0.311, maka persamaan regresinya adalah Ŷ= 73.908 + (0.311*13.40). Dari persamaan regresi di atas didapat hasil Ŷ sebesar 78,08 yang diartikan bahwa, bila uang saku bertambah Rp.1000,- maka nilai hasil belajar akan naik sebesar 0.311. Berdasarkan analisis data dan pembahasan serta uji statistik maka dapat disimpulkan nilai uji hipotesis dimana Thitung = 2,430 dan Ttabel= 2,000, berarti nilai Thitung > Ttabel atau 2,430 > 2,000 maka Ha diterima artinya ada pengaruh positif yang signifikan antara uang saku terhadap hasil belajar siswa di SMPIT Asy-Syukriyyah.
ii
ABSTRACT
The low quality of education in Indonesia is seen from the result of study that is still not maximized. This thing is influenced by several factors, and one of them is the allowance. Giving allowance regularly to the children when they are beginning to go to school could contribute to improve their learning outcomes. From the observation that the writer has been done as a whole, the students of SMPIT Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang give an opinion that the allowance obtained are very helpful in carrying out school activities, these allowances can make student more focus and concentrate in studying. This study aims to know empirically about the Allowance Influence of the Student Results in Junior High School (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang. With a student population is 214 people and the samples were taken are 68 students. The research method was used is descriptive correlation. Data collection for independent variable (x) is the allowance, which is obtained through questionnaires. For the dependent variable (y) is obtained by studying the results of secondary data in the form of student grades. The questionnaire was tested on 68 respondents to determine the amount of allowance for each student, while the secondary data obtained from areas of the curriculum. From the results of regression calculations performed by SPSS version 17 apparently obtained the value a = 73,908 and value b = 0.311, hence the regression equation is Y = 73,908 + (0.311 * 13.40). From the above regression equation Y results obtained for 78.08 which mean: if the allowance increases Rp.1000, - the value of the learning outcomes will increase by 0.311. Based on data analysis and discussion as well as statistical tests, it can be inferred where the hypothesis TCount = 2,430 and TTable = 2,000, it means TCount > TTable or 2.430 > 2.000. Hence Ha is acceptable, it means there is a significant positive effect between allowances for student learning outcomes in SMPIT AsySyukriyyah.
iii i
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha dari setiap bangsa dan negara untuk meneruskan dan menurunkan pengetahuan ke generasi berikutnya. Pendidikan bukan mutlak tanggung jawab sekolah, tetapi pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, keluarga dan masyarakat. Dari ketiga lingkungan ini yang paling pertama dikenal anak adalah pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan keluarga yang diberikan oleh orang tuanya. Dalam memberikan pendidikan, orang tua mempunyai keterbatasan. Ada hal-hal tertentu yang tidak dapat dilakukannya, maka orang tua meminta bantuan kepada sekolah untuk mendidiknya. Di sekolah, anak-anak dapat belajar dengan teratur sehingga anak dapat mencapai cita-cita yang diinginkan. Namun bukan berarti kebutuhan pendidikan terlepas begitu saja, karena ada hal-hal lain dimana orang tua turut menentukan keberhasilan pendidikan anaknya terutama dalam pemenuhan kebutuhan. Belajar merupakan suatu proses penyerapan ilmu yang tidak jarang menimbulkan suatu kejenuhan bagi anak, apalagi orang tua yang tidak begitu memperhatikan cara belajar anaknya sehingga berdampak terhadap hasil belajar. Cara belajar yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya hasil belajar begitu juga sebaliknya.
1
2
Setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya dalam hal pendidikan, maka banyak cara yang ditempuholeh orang tua untuk menunjang cara belajar anaknya. Contohnya, pemberian les privat di rumah hingga mengikutsertakan anak dalam bimbingan belajar (bimbel) merupakan trend yang sedang berkembang di kalangan orang tua. Bimbingan belajar merupakan suatu pilihan alternatif bagi orang tua untuk memberikan tambahan jam belajar bagi anak dalam rangka meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut dipandang sebagai suatu bantuan bagi orang tua yang memiliki aktivitaspadat di luar rumah. Penyediaan sarana belajar yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan anak dalam meraih pendidikan. Anak sangat membutuhkan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Dibandingkan dengan negara lain, kita banyak tertinggal jauh dalam hal penyediaan sarana belajar bagi anak. Jika negara lain telah mengenalkan anak pada dunia teknologi sejak belasan tahun yang lalu, namun kita baru saja memulainya dan itu pun belum menyebar secara menyeluruh hingga ke daerah pelosok. Perhatian orang tua berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar anak di sekolah. Seringkali kita melihat anak yangbroken home mengalami kegagalan dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan orang tua lebih mementingkan rasa egois dibandingkan masa depan anaknya. Pada dasarnya perhatian dalam bentuk keterlibatan perilaku orang tuamengacu pada sikap dan tindakan orang tuacontohnya seperti menghadiri open house atau kegiatan sukarela di
3
sekolah.Sedangkan perhatian dalam bentuk keterlibatan pribadi yaitu mencakup cara interaksi orang tua dan anak melalui komunikasi positif,seperti memberikan pemahaman tentang pentingnya sekolah dan pendidikan untuk anak-anak mereka. Sementara perhatian dalam bentuk keterlibatan kognitif atau intelektual yaitu mengacu pada tindakanorang tua yang mendukung pengembangan keterampilan dan pengetahuan anak-anak, seperti membaca buku dan pergi ke museum bersama. Figur pendidik untuk anak tidak hanya terpaku pada lingkungan keluarga, tapi juga terkait pada lingkungan sekolah khususnya guru. Guru sebagai pengajar atau pendidik merupakan faktor penentu keberhasilan setiap usaha pendidikan dengan pengajaran. Itulah sebabnya setiap ada inovasi pembelajaran, khususnya mengenai masalah kurikulum dan peningkatan sumber daya yang dimiliki oleh siswa sering bermuara pada faktor kemampuan guru.Apabila guru memiliki kompetensi yang cukup baik maka akan memberikan kontribusi yang lebih bagi dunia pendidikan khususnya bagi keberhasilan anak didik. Sementara itu, orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi pasti memiliki sumber daya yang cenderung lebih besar, baik pendapatan, waktu, tenaga, dan jaringan kontak, yang memungkinkan mereka untuk terlibat lebih jauh dalam pendidikan anak. Orang tua dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga akan lebih percaya diri pada kemampuan mereka dalam membantu anak-anak belajar. Dengan tingkat pendidikan tersebut maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar anak.
4
Kegiatan belajar merupakan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, tergantung bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Cara belajar yang efektif memiliki arti penting dalam meningkatkan ataupun menurunnya hasil belajar. Siswa yang memiliki kebiasaan baik tersebut cenderung hidup dengan penuh disiplin dan tanggung jawab dalam setiap tindakan belajarnya. Disamping itu, keluarga bertanggung jawab menyediakan dana untuk kebutuhan pendidikan anakkarena semua kebutuhan terkait pendidikan itu memerlukan dana yang tidak sedikit. Orang tua yang keadaan sosial ekonominya tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak, berbeda dengan orang tua yang keadaan sosial ekonominya rendah. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak. Dana pendidikan tidak hanya mencakup biaya sekolah, tetapi juga mencakup biaya operasional anak ketika bersekolah, seperti uang saku. Uang saku merupakan kebutuhan dasar anak pada usia sekolah, dimana dengan adanya uang saku diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih bagi kelancaran anak dalam proses belajar. Uang saku juga dapat dijadikan sarana pembelajaran bagi anak untuk lebih bertanggung jawab dalam menyimpan, menggunakan, serta membuat sebuah keputusan. Uang saku itu adalah uang yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya untuk keperluan transportasi dan jajan di sekolah.Transportasi dan jajan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari anak selama menjalani aktivitas sekolah.
5
Apabila anak tidak dibekali uang saku, maka ia harus menempuh perjalanan ke sekolah dengan berjalan kaki. Itu tandanya, ia harus bangun lebih awal dan sampai di sekolah dengan sisa tenaga setelah menempuh perjalanan. Belum lagi masalah ketika jam istirahat, anak tersebut tidak bisa membeli makanan karena tidak dibekali uang saku. Serangkaian hal tersebut dapat membuat konsentrasi belajar siswa terganggu yang pada akhirnya akan berimbas ke hasil belajarnya. Jumlah uang saku yang ideal adalah ketika anakbisa memenuhi kebutuhan dasarnya dengan uang saku tersebut. Kesiapan anak adalah pertimbangan utama bagi orang tua sebelum memutuskan pemberian uang saku.Pemberian uang saku yang rutin mengajarkan anak bagaimana mengelola uang saku dengan baik, tentu saja dengan dorongan dan sikap positif orang tua, karena sikap positif orang tua bepengaruh besar bagi kelancaran belajar anak. Adapun uang saku yang biasa diberikan orang tua pada siswa SMPIT Asy-Syukriyyah dapat bervariasi dengan rentang nominal uang saku berkisar Rp. 5000,- sampai Rp. 20.000,-. Kelancaran belajar tidak akan tercapai jika suasana tidak mendukung, karena itu orang tua dituntut bersikap lebih bijaksana dalam hal pemberian uang saku. Hal ini bertujuan untuk menjaga semangat belajar anak. Pemberian uang saku harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan serta usia anak. Hal itu dilakukan untuk menghindari penggunaan uang saku untuk hal-hal yang tidak diinginkan diluar batas pengontrolan orang tua.
6
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, salah satunya adalah uang saku. Uang saku yang diberikan secara rutin sesuai dengan kebutuhan anak tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan pengamatan penulis masih terdapat beberapa siswa-siswi SMPIT AsySyukriyyah yang hasil belajarnya masih di bawah standar KKM (kriteria ketuntasan minimum) hal ini dapat dilihat dari nilai prosentase sebesar 3%, untuk itu penulis menetapkan masalahnya pada jumlah uang saku dan hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang. Adapun judul yang peneliti kemukakan yaitu: “PENGARUH UANG SAKU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU (SMPIT) ASYSYUKRIYYAH CIPONDOH KOTA TANGERANG.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diperoleh gambaran bahwa pemberian uang saku secara rutin berpengaruh pada hasil belajar anak. Sehubungan dengan latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah sarana belajar di rumah mempengaruhi hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang?
7
2. Apakah perhatian orang tua mempengaruhi hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu(SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang? 3. Apakah kompetensi guru mempengaruhi hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang? 4. Apakah kondisi sosial ekonomi orang tua mempengaruhi hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) AsySyukriyyah Cipondoh Kota Tangerang? 5. Apakah tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang? 6. Apakah kebiasaan belajar yang efektif mempengaruhi hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang? 7. Apakah bimbingan belajar mempengaruhi hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang? 8. Apakah uang saku mempengaruhi hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang?
8
C. Pembatasan Masalah Dengan mempertimbangkan adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori yang dimiliki oleh penulis dan agar penelitian ini dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka penulis mencoba memfokuskan kajian penelitian ini hanya pada: Apakah uang saku mempengaruhi hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang?
D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar jumlahrata-rata uang saku siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota tangerang? 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang? 3. Apakah uang saku berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang?
9
E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna: 1. Secara teoritis a. Dapat digunakan sebagai salah satu bahan perbandingan apabila ada penelitian yang sama dilakukan dalam waktu-waktu mendatang. b. Dapat melengkapi sumber pengetahuan dan teori-teori yang telah ada. c. Dapat memberikan sumbangan bagi penelitian lebih lanjut khususnya mengenai tema yang sama. 2. Secara praktis a. Sekolah Memberikan sumbang saran kepada lembaga (sekolah) dalam hal hasil belajar siswa yang dihubungkan dengan jumlah uang saku anak b. Siswa Siswa dapat termotivasi untuk lebih giat belajar guna mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. c. Peneliti Sebagai media untuk mendapatkan pengalaman dalam penelitian sehingga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah, untuk memenuhi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang sudah tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. a) Whittaker merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. b) Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in bahavior as a resultof experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
10
11
c) Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is original or change through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. d) Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan 2 (dua) unsur yaitu, jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Dengan demikian maka perubahan fisik sebab sengatan serangga, patah tangan, patah kaki, buta mata, tuli telinga, penyakit bisul, dan sebagainya bukanlah termasuk perubahan akibat belajar. Oleh karenanya, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut koqnitif,
12
afektif, dan psikomotor. Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk sebuah perubahan yang besar dalam rangka pembentukan individu yang berkualitas tinggi.
b. Hakikat Belajar Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk dibahas pada bagian ini, yakni
kata
perubahan atau change. Change adalah sebuah kata dalam bahasa inggris, yang bila di indonesiakan berarti perubahan. Ketika kata perubahan dibicarakan dan dipermasalahkan maka pembicaraan sudah menyangkut masalah belajar. Oleh karena seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Tetapi perlu diingatkan, bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan perubahan tingkah laku akibat mabuk karena meminum minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan, dan sebagainya, bukanlah kategori belajar yang dimaksud. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.
13
c. Ciri-Ciri Belajar Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan
ke dalam ciri-ciri
belajar: 1) Perubahan yang terjadi secara sadar. Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. 2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap atau permanent jadi bukan untuk beberapa saat saja.
14
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6) Perubahan mencakup segala aspek tingkah laku. perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.1
d. Jenis-Jenis Belajar Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai ciri masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar ini disebabkan perbedaan sudut pandang. 1) Belajar arti kata-kata. Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan, karena itu penguasaan arti kata-kata adalah penting dalam belajar. 2) Belajar koqnitif. Tak dapat disangkal bahwa belajar koqnitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan,
1
gagasan, atau lambang yang
Syaiful Bahri Djamarah, “Psikologi Belajar”(Jakarta,Rineka Cipta:2011), hh. 12-16.
15
merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang yang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalaman kepada temannya tanpa mengahadirkan objek-objek yang pernah dilihat namun hanya menggambarkan objek-objek tersebut dalam bentuk kata-kata atau kalimat kepada orang yang mendengarkan cerita tersebut. 3) Belajar menghafal. Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi asli. 4) Belajar teoritis. Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan)
agar dapat dipahami dan digunakan untuk
memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. 5) Belajar konsep. Konsep adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama. Contoh konsep bunga itu dalam pengertian mekar, bertangkai, berwarna, sedap dipandang mata, berputik, dan berbenang sari. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman. Ciri khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini adalah adanya skema konseptual. Skema konseptual adalah suatu keseluruhan koqnitif,
16
yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian. 6) Belajar kaidah. Kaidah
adalah
penggabungan
dari
beberapa
konsep
yang
dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. Contoh konsep dasar mengenai besi, dipanaskan dan memuai, dimana ketiga konsep tersebut sudah dipahami dengan jelas maka dapat dihubungkan yang menimbulkan suatu relasi bahwa besi dipanaskan memuai. 7) Belajar berpikir. Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, masalah dalam belajar terkadang harus dipecahkan seorang diri tanpa bantuan orang lain. Pemecahan atas masalah itulah yang memerlukan pemikiran.berpikir itu sendiri adalah suatu kemampuan jiwa untuk meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Ketika berpikir dilakukan maka disitulah terjadi suatu proses. 8) Belajar keterampilan motorik. Keterampilan
motorik
adalah
rangkaian
gerak-gerik
yang
berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu. Misalnya seorang sopir sudah menguasai keterampilan mengendarai kendaraannya
17
sehingga konsentrasinya tidak seluruhnya termakan oleh penanganan peralatan lalu lintas di jalan. 9) Belajar Estetis. Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian.2
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar Telah diuraikan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut koqnitif, afektif, psikomotorik. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan dari luar individu. Selanjutnya uraian berikut akan menguraikan berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang digambarkan dalam bentuk bagan secara lebih mendalam sebagai berikut:
2
Syaiful Bahri Djamarah, “Psikologi Belajar”(Jakarta,Rineka Cipta:2011), hh. 27-37.
18
Lingkungan meliputi: 1. alami 2. sosial budaya Luar 1. Lingkungan 2. Instrumental
Instrumental meliputi: 1. kurikulum 2. program 3. sarana & fasilitas 4. guru
Unsur
fisiologis meliputi: 1. kondisi fisiologis 2. kondisi pancaindra Dalam 1. Fisiologis 2. Psikologis
Psikologis meliputi: 1. minat 2. kecerdasan 3. bakat 4. motivasi 5. kemampuan koqnitif
Sumber: Djamarah (2011:177)
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
1) Faktor lingkungan a) Lingkungan alami. Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan hidup dapat
mempengaruhi konsentrasi anak didik dalam proses
belajar yang berdampak terhadap hasil belajar. Lingkungan
19
sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang di dalamnya dihiasi dengan tanaman atau pepohonan yang dipelihara dengan baik. Kesejukan lingkungan sekolah membuat anak didik betah dan menimbulkan konsentrasi terhadap belajar itu sendiri. b) Lingkungan sosial budaya. Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan gedung sekolah yang tidak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas. Bagaimana anak didik dapat berkonsentrasi dengan baik bila berbagai gangguan itu selalu terjadi disekitar anak didik dan hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa. 2) Faktor Instrumental a) Kurikulum. Faktor sejarah pendidikan masa lalu yang menjadi akar permasalahannya. Sebelum melanjutkan sekolah, anak didik telah
dididik
dalam lingkungan
sekolah
dengan
sistem
pendidikan yang kurang baik, maka anak didik akan mengalami kesukaran untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru. Ada mata pelajaran tertentu yang sangat sukar untuk diserap dan dicerna oleh anak didik. Boleh jadi mata pelajaran tersebut sangat dibenci oleh anak didik karena sesuatu hal. Jadi
20
kurikulum dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar anak didik. b) Program. Program pengajaran yang guru buat akan mempengaruhi kemana proses belajar itu berlangsung. Gaya belajar anak didik digiring ke suatu aktivitas belajar yang yang menunjang keberhasilan program pengajaran yang dibuat oleh guru. Penyimpangan prilaku anak didik dari aktivitas belajar dapat menghambat keberhasilan program pengajaran yang dibuat oleh guru. Itu berarti guru tidak berhasil membelajarkan anak didik. Akibatnya anak didik tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Program pengajaran yang dibuat tidak hanya berguna bagi guru, tetapi juga bagi anak didik. Bagi guru dapat menyeleksi perbuatan sendiri dan kata-kata atau kalimat yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Bagi anak didik dapat memilih bahan pelajaran atau kegiatan yang menunjang ke arah penguasaan materi seefektif dan seefisien mungkin. c) Sarana dan Fasilitas. Sarana dan fasilitas mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Anak didik tentu dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik. Masalah yang anak didik hadapi
21
dalam belajar relatif kecil sehingga hasil belajar anak didik tentu akan lebih baik. d) Guru. Menurut Soelaeman (1985:45) untuk menjadi guru yang baik itu tidak diandalkan kepada bakat ataupun hasrat (emansipasi) ataupun lingkungan belaka, namun harus disertai kegiatan studi dan latihan serta praktek/pengalaman yang memadai agar muncul sikap guru yang diinginkan sehingga melahirkan kegairahan kerja yang menyenangkan. Pendapat tersebut di atas cukup beralasan dalam hal ini. Karena memang yang mempengaruhi hasil
belajar
anak
didik
tidak
hanya
latar
belakang
pendidikan/pengalaman mengajar, tetapi juga dipengaruhi oleh sikap mental guru dalam memandang tugas yang diembannya. 3) Fisiologis a) Kondisi fisiologis. Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. b) Kondisi psikologis. Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu,
semua
keadaan
dan
fungsi
psikologis
tentu
saja
mempengaruhi belajar seseorang. Oleh karena itu minat,
22
kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan koqnitif
adalah
faktor-faktor
psikologis
yang
utama
mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. 4) Psikologis. a) Minat Minat menurut Slamento (1991:182), adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah (Dalyono, 1997:56). b) Kecerdasan. Inteligensi diakui ikut menentukkan keberhasilan belajar seseorang, maka orang tersebut seperti Dalyono (1997:56). Misalnya secara tegas mengatakan bahwa seseorang yang memiliki inteligensi yang baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya juga cenderung baik. Sebaliknya orang yang memiliki intelingensi yang rendah, cenderung mengalami
23
kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Oleh karena itu, kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam ikut menentukan berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas (Nasution, 1993:3). c) Bakat. Di samping inteligensi (kecerdasan), bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.ada anak yang inteligensinya mungkin tiak terlalu tinggi, tetapi unggul dalam kemampuan berpikir kreatif-produktif. Adapula anak yang bakatnya dalam bidang olahraga, atau dalam salah satu bidang seni seperti melukis atau musik. Ada anak yang di sekolah tidak termasuk anak pandai, tetapi menonjol dalam keterampilan teknik. Kita juga mengenal anak-anak yang oleh teman-temannya atau guru selalu dipilih menjadi pemimpin karena mereka berbakat dalam bidang psikososial. (Sunarto dan Sartono, 1999:123).
24
d) Motivasi. Menurut Nasution (1993:8) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi
untuk
belajar
adalah
kondisi
psikologis
yang
mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. e) Kemampuan koqnitif. Ranah koqnitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada
anak
didik
untuk
dikuasai.
Karena
penguasaan
kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. Ada tiga kemapuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan koqnitif yaitu persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Mengingat adalah suatu aktivitas koqnitif, di mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa yang lampau. Berpikir adalah tingkah laku yang sering implisit dan tersembunyi dan biasanya dengan menggunakan simbol-simbol. Jadi seorang guru kemampuan
berpikir
anak
harus perlu memahami
sehingga
anak
tidak
terlalu
25
mengalami kesukaran dalam menerima/mencerna pelajaran yang disampaikan sehingga hasil belajar anak akan jauh lebih baik.3
f.
Pengertian Hasil Belajar Pengertian hasil belajar dalam kamus umum bahasa indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Seorang guru akan kecewa bila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didiknya tidak sesuai dengan target kurikulum. Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan prilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hamalik dalam Karlina (1998) memberikan pengertian bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Menurut Romiszowski (1981:217) hasil belajar merupakan keluaran dari sistem pemprosesan masukan-masukan dari sistem tersebut berupa macam-macam informasi sedangkan keluarnya adalah perbuatan atau kinerja. Menurut Romiszowski, perbuatan merupakan
3
Syaiful Bahri Djamarah, “Psikologi Belajar”(Jakarta,Rineka Cipta:2011), hh. 175-205.
26
petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dikelompokkan kedalam dua macam saja yaitu keterampilan dan pengetahuan.
Pengetahuan
terdiri
dari
empat
kategori,
yaitu
pengetahuan tentang fakta, pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan tentang konsep, pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu keterampilan untuk barfikir dan keterampilan kognitif, keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik, keterampilan bereaksi atau bersikap, dan keterampilan berinteraksi. Dan dari beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Jadi aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah.4 Untuk pengorbanan
mendapatkan yang
tidak
hasil
belajar
mudah.
yang
Banyak
baik
faktor
dibutuhkan yang
dapat
mempengaruhi jalan seseorang untuk meraih sebuah keberhasilan. Terlepas dari itu hanya orang-orang yang serius dan penuh konsentrasi dan tidak putus asa yang akan mencapai titik akhir kemenangan sebagaimana bunyi ayat al qur’an sebagai berikut:
4
file:///E:/download data skripsi/Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ahli.htm. diakses tgl 3 April 2012.
27
ِل ِل ِل فَب َب ْي َبَّت ْيهدى َبم ْي َب َب, َب ِل اَّتَب َب اَب ِّذ ْي َب َبَب ُم ْيآ َب ْيه آ َب ُمه ْي ِل َب ْيِل ْي ٍم ض هللُم َبوَبما َبَلُم ْي م ْي ِل اناص ِلرْي َب “Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah
disesatkan
Allah?
Dan
tiadalah
bagi
mereka
seorang
penolongpun”. (Q.S Ar-Ruum 29) Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Proses belajar merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan yang relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup: 1) Hasil belajar ranah koqnitif, berorientasi pada kemampuan berpikir mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan untuk mememcahkan masalah. 2) Hasil belajar ranah afektif, berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. 3) Hasil belajar ranah psikomotorik, berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Sedangkan Gagne mengklarifikasikan hasil belajar menjadi 5 (lima) kategori yaitu informasi verbal, kemahiran intelektual, strategi koqnitif
28
yang termasuk ranah koqnitif, sikap dari ranah afektif, dan keterampilan motorik dari ranah psikomotorik. Hasil belajar itu diperoleh dari interaksi siswa dengan lingkungan yang sengaja direncanakan guru dalam perbuatan mengajarnya. Mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran dari guru kepada siswa. Mengajar merupakan seluruh kegiatan dan tindakan yang diupayakan oleh guru untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Dalam hal ini sasarannya adalah siswa belajar. Metode ta’lim merupakan metode dasar dalam pendidikan, bahkan dalam aktivitas komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Dengan metode ini diharapkan akan terjadi proses belajar mengajar yang dapat mencapai hasil belajar. Di dalam proses belajar yang dapat mencapai hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut: tujuan, guru, anak didik, kegiatan pembelajaran, bahan dan alat evaluasi, serta suasana evaluasi. 5 Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama yaitu: a) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisikk dan psikis. 5
Lembaga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (LP-FKIP) Universitas Syekh-Yusuf,”Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial” (Volume ke-9:2009).h.22.
29
b) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. (2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. (3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajaar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. (4) Hasil
belajar
yang
diperoleh
siswa
secara
menyeluruh
(komprehensif), yakni mencakup ranah koqnitif, pengetahuan atau wawasan,
ranah
afektif
keterampilan atau perilaku.
(sikap)
dan
ranah
psikomotorik,
30
(5) Kemampuan
siswa
untuk
mengontrol
atau
menilai
dan
mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.6 Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan output yang diterima oleh seseorang setelah mengalami proses pembelajaran. Output tersebut dapat terlihat pada perubahan karakter atau tingkah laku yang mencakup aspek koqnitif, afektif dan psikomotorik dan dapat dibuktikan secara tertulis berupa nilai akademis.
2. Uang Saku a. Pengertian Uang Dari sudut pandang ekonomi, uang adalah sesuatu yang diterima atau dipercaya masyarakat sebagai alat pembayaran atau transaksi. Oleh karena itu uang dapat berbentuk apa saja, tetapi tidak berarti segala sesuatu merupakan uang. Misalnya, ada uang kertas yang digunakan sebagai alat pembayaran transaksi, tetapi tidak semua kertas merupakan uang. Bukan karena harga kertasnya yang murah, tetapi karena tidak diterima atau dipercaya oleh masyarakat umum sebagai alat pembayaran. Uang dapat digunakan sebagai alat pembayaran atau transaksi, jika memenuhi syarat-syarat, berikut: 1) Diterima oleh umum (acceptibility). 6
Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Bproses Belajar Mengajar” (Bandung, PT Remaja Rosdakarya:2009). hh. 56-57.
31
2) Mudah disimpan dan dipindahtangankan (portibility). 3) Tahan lama dan tidak cepat rusak (durability). 4) Dapat dibagi-bagi dan tidak mengurangi nilai (divisibility). 5) Nilainya stabil atau tetap (stability of value); 6) Jumlahnya memenuhi kebutuhan. (scarcity) Beberapa ahli ekonomi yang mendefinisikan tentang uang, di antaranya sebagai berikut. a) Robertson, uang adalah sesuatu yang umum (luas) diterima untuk pembayaran barang-barang. b) Hart, uang adalah kekayaan yang oleh pemiliknya dapat digunakan untuk membayar sejumlah utang dengan segera dan tanpa menunda. c) Thomas, uang adalah sesuatu yang siap dan umum diterima oleh publik dalam pembayaran bagi pembelian barang-barang, jasa-jasa, dan kekayaan bernilai lainnya serta untuk pembayaran utang. d) Halm, uang adalah alat untuk mempermudah pertukaran dan segera dapat mengatasi kesukaran-kesukaran dari barter. Seiring berjalannya waktu peran uang tidak akan pernah berubah. Uang tetap menjadi prioritas utama bagi manusia untuk selalu bekerja keras. Dengan bekerja keras akan mendapatkan imbalan yang sesuai berupa gaji. Gaji dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi, tanpa uang hidup akan terasa makin sulit. Agama juga menganjurkan pada manusia untuk bekerja keras demi mendapatkan rejeki yang halal. sebagaimana bunyi ayat al qur’an sebagai berikut:
32
ِل ض و َّتتَبَّت ُم ِلم فَب ْي ِل ِل ِل ِل ِل فَبإ َبذ قُمضيَبت اصَب َب ةُم فَبانْيَّتتَبش ُمرْيو ِلِف أل ْيَبر ِل َب ْي ْي ْي ض ِل هلل َبو ذْي ُمك ُمرْيو هللَب َبكثْييَّتًر اَب َبع ُمك ْي اُمَّت ْيفِل ُمح ْي َبن "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak, supaya kamu beruntung." (QS. A1-Jumu'ah 62:10) Dari definisi di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian uang, yaitu alat untuk mempermudah pertukaran (money wasmade to facility business transaction), yang secara umum dapat diterima di dalam bentuk pembelian barang-barang atau jasa-jasa serta untuk pembayaran utang. Sedangkan menurut peneliti uang merupakan suatu alat yang dapat membantu manusia dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.7
b. Pengertian Uang Saku Uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran yang sah bagi pembelian barangbarang, jasa-jasa dan kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang. Sedangkan saku adalah kantong yang terdapat dalam pakaian yang kegunaannya dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan suatu barang. Jadi bisa disimpulkan bahwa uang saku adalah uang yang terdapat dalam kantong pada pakaian. Namun kenyataannnya bukanlah definisi seperti ini yang dimaksudkan lebih tepatnya uang saku adalah 7
Ismawanto, “Ekonomi 1 untuk SMA dan MA kelas X”, (CV.Gema Ilmu:2009).hh. 159-160.
33
uang yang diberikan oleh orang tua atau dewasa (dalam hal ini siapa saja) kepada kita, yang pengalokasiannya untuk kebutuhan jajan. Dari pengertian itu ada beberapa catatan penting untuk membedakan uang saku dengan yang lainnya yaitu: 1) Uang saku diberikan untuk dialokasikan guna memenuhi kebutuhan jajan. 2) Uang saku diberikan oleh orang tua atau dewasa. 3) Uang saku biasanya diberikan ketika mau berangkat ke sekolah. Ada beberapa macam uang saku dilihat dari cara pemberiannya yaitu: a) Uang saku yang diberikan setiap hari ketika hendak berangkat sekolah. b) Uang saku yang diberikan sebulan sekali ketika tanggal muda (orang tua gajian). c) Uang saku yang diberikan sewaktu-waktu ketika kita memintanya. Pada umumnya orang tua menggunakan tiga macam bentuk ini, bahkan dalam hal ini tidak menutup kemungkinan orang tua ada yang menggunakan gabungan antara yang pertama dan kedua, yang kedua dan ketiga, atau bahkan bisa juga ketiga-tiganya dilakukan. Manajemen uang saku adalah pengelolaan uang saku dengan merencanakan penggunaan, mengatur penggunaan sesuai kebutuhan dan menjalankan perencanaan penggunaan tersebut untuk mencapai tujuan efektifitas dalam penggunaan uang. ada beberapa alasan mengapa uang saku perlu dimanajemen, anatara lain:
34
(1) Semua di dunia ini perlu dikelola, termasuk tidak ada pengecualian uang saku yang konon pengalokasiannya untuk jajan. (2) Dalam penggunaan uang saku (untuk jajan), di dalamnya ada macammacam unsur penggunaannya sesuai dengan prinsip kebutuhan yaitu antara perlu atau tidak perlu. (3) Untuk menghindari penyakit keuangan, yaitu bokek (tidak punya uang atau kanker (kantong kering). (4) Untuk menghindari kekacauan keuangan orang tua, sebagai tindak antisipasi. (5) Untuk membiasakan diri mengatur keuangan dengan baik sejak dini, yaitu sebagai pembelajaran untuk memanaj keuangan dewasa kelak.8
c. Memahami Uang Saku dan Penghasilan Mengajari anak konsep dasar uang tidaklah sulit, ada uang masuk dan uang keluar, biasanya anak memiliki dua jenis pendapatan yaitu uang saku dan penghasilan. Penting sekali bagi mereka untuk dapat membedakan keduanya. Uang saku dan besarnya tergantung kepada kemurahan hati orang tua, sementara penghasilan diperoleh dari bekerja. Perbedaan antara keduanya mungkin tidak jelas dalam beberapa keluarga, karena sejumlah orang tua mengharuskan anak melakukan pekerjaan untuk mendapatkan uang saku, sementara yang lain tidak mengijinkan anak melakukan pekerjaan sama sekali.
8
R.W.Dodo, “Manajemen Uang Saku” (Jakarta, Nobel Edumedia:2008). hh. 1-10.
35
Jadi definisi uang saku sebagai uang yang diberikan kepada anak oleh orang tua secara gratis tanpa perlu melakukan tugas apapun, sedangkan penghasilan adalah uang yang diapatkan anak kalau bekerja atau mengerjakan tugas. Sebagian besar dari kita setuju bahwa memberi anak uang saku adalah hal penting. Uang saku memberi mereka kesempatan mempraktikkan cara mengelola uang sejak kecil. Perbedaan pemberian uang saku biasanya berkaitan dengan frekuensi, seperti harian, mingguan, atau bulanan dan jumlah yang diberikan. Besarnya uang saku berkaitan erat dengan kondisi keuangan keluarga serta kemurahan hatu dan tujuan orang tua dalam mendidik anak dengan pemberian uang saku. Uang pemberian kakek-nenek serta anggota keluarga lain juga dianggap sebagai uang saku.9
d. Melatih Anak Agar Tidak Boros 1) Ajarkan membuat prioritas. Dengan mengajarkan anak apa yang menjadi prioritas, maka bisa diharapkan sampai dewasa nanti si anak akan terus mendahulukan apa yang menjadi prioritas untuk dibelanjakan. 2) Ajarkan anak bedanya butuh dan ingin. Coba juga mengajarkan anak agar ia bisa membedakan mana barangbarang yang benar-benar dia butuhkan untuk dia beli terlebih dahulu, dan mana barang-barang yang sebetulnya hanya diinginkan, untuk
9
Rosina Simon, “Raising a Smart Kid” (Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama:2011). hh.53-63.
36
bisa dia beli atau ditunda kalau memang belum terlalu butuh. Memang, mengajarkan anak tentang perbedaan antara butuh dan ingin sama sekali tak gampang. Tapi kalau Anda bisa berhasil, wah, sampai dewasa pasti anak Anda bisa dengan mudah membedakan mana yang butuh dan mana yang ingin. 3) Beritahu bahwa uang saku tidak selalu harus dihabiskan. Ada saatnya uang saku harus ditabung. Pertama-tama, Anda bisa mengajarkan si anak untuk memakai celengan. Setelah jumlahnya agak banyak, uang itu bisa dipindahkan ke tabungan di bank. Yang penting, ajarkan anak untuk selalu berpikir bahwa uang saku tidak harus selalu dihabiskan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa uang saku adalah uang yang diperoleh dari orang dewasa berdasarkan periode waktu
yang ditentukan dengan jumlah nominal
yang disesuaikan pada tingkat usia dan penggunaannya untuk kebutuhan anak.10
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang pernah dilakukan dan memiliki persamaan konseptual sebagai berikut: 1. Muawanah mahasiswi Universitas Islam Syekh- Yusuf Tangerang (UNIS) dengan judul skripsi “Hubungan Uang Saku Terhadap Prestasi Belajar” 10
Safir Senduk, “Uang Saku,Perlu Gak Sih?” (Tabloid Nova No.938/XVIII). Diakses tgl 15 April 2012.
37
dimana dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa proses keberhasilan belajar siswa menunjukkan nilai positif, indikasi ini antara lain adanya uang saku tambahan serta sikap positif orang tua dalam memberikan uang saku kepada siswa, sedangkan dari pihak siswa sendiri tercermin dalam mengelola uang sakunya dan keinginan untuk menyisihkan uang saku yang diberikan. Dari hasil perhitungan ternyata angka korelasi variabel uang saku dengan prestasi belajar bertanda positif. Dengan memperhatikan besarnya r yang diperoleh (yaitu 0,30) ternyata letak antara variabel uang saku dengan variabel prestasi belajar itu adalah korelasi yang rendah (Muawanah, 2004). 2. Maflukhah mahasiswa Universitas Negeri Semarang dengan judul skripsi “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII”. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 54% responden memiliki kondisi sosial ekonomi orang tua yang tergolong tinggi (baik). Pengaruh antara kondisi sosial ekonomi orang tua siswa SMP N 1 Randudongkal terhadap prestasi belajar geografi sebesar sebesar 55,066 signifikansi 0.000>4,05. Dengan demikian hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa SMP N 1 Randudongkal “diterima” (Maflukah, 2007).
C. Kerangka Berpikir Orang tua memiliki peran yang sangat penting atas keberhasilan anak dalam meraih cita-citanya. Bahkan orang tua mampu membangkitkan
38
semangat dan minat anak dalam meraih keberhasilan yang lebih baik. Tidak terpaku pada itu saja, orang tua juga mampu membantu anak dalam menggali potensi atau bakat yang tersimpan dalam diri anak. Begitulah hebatnya peran orang tua bagi anak. Dengan sikap yang sabar dan penuh bijaksana, para orang tua mengajarkan hal-hal yang sangat berharga bagi seorang anak yang akan dibawa hingga kedewasa. Kepercayaan orang tua dalam hal pemberian uang saku terhadap anak akan membuat anak lebih merasa percaya diri, sehingga menumbuhkan sikap yang bijaksana. Mencukupi segala kebutuhan anak akan berdampak baik pada hasil belajar. Anak lebih bersemangat dan minat belajar akan semakin meningkat. Peningkatan hasil belajar anak dapat dilihat dari nilai rapor. Untuk itu dalam penelitian ini dibangun kerangka berfikir sebagai berikut: 1. Hasil belajar merupakan output yang diterima oleh seseorang setelah mengalami proses pembelajaran. Output tersebut dapat terlihat pada perubahan karakter atau tingkah laku yang mencakup aspek koqnitif, afektif dan psikomotorik dan dapat dibuktikan secara tertulis berupa nilai akademis. 2. Uang saku adalah uang yang diperoleh dari orang dewasa berdasarkan periode waktu yang ditentukan, dengan jumlah nominal yang disesuaikan pada tingkat usia dan penggunaannya untuk kebutuhan anak. Pada saat anak memiliki keyakinan bahwa ia mampu melakukan suatu perubahan untuk menjadi yang lebih baik, maka dengan sendirinya keberhasilan akan mengikuti dibelakangnya. Perhatian orang tua dapat
39
memberikan kesan tersendiri bagi keberhasilan anak, yang bertujuan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana, cerdas dan kreatif dalam memutuskan setiap permasalahan yang dihadapi.
UANG SAKU SISWA (X)
Proses Belajar
Jumlah rata-rata uang saku perhari
Korelasi
HASIL BELAJAR SISWA (Y)
Nilai rapor semester ganjil
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Pengujian Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap 2 hal: 1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).
40
2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).11 Berdasarkan ringkasan teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh positif antara Uang Saku Terhadap Hasil Belajar Siswa Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) AsySyukriyyah Cipondoh Kota Tangerang.
11
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian” (Jakarta,Rineka Cipta:2010). hh.111
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui jumlah uang saku siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang. 3. Untuk mengetahui pengaruh uang saku terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu
(SMPIT) Asy-Syukriyyah
Cipondoh Kota Tangerang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang. Adapun pertimbangan dan alasan memilih tempat di wilayah sekolah ini adalah: a. Penelitian berdomisili di wilayah Kota Tangerang. b. Efisiensi biaya transportasi, sebab peneliti bertempat tinggal yang berdekatan dengan Sekolah yang akan diteliti.
41
42
2. Waktu Penelitian Adapun waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah April – Juni 2012. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Bulan No
Nama Kegiatan
Maret 1
2
x
x
April
Mei
3
4
1
2
3
4
1
X
x
x
x
x
x
x
Juni
2
3
4
x
x
x
x
x
x
Juli
1
2
3
4
1
1
Pengajuan judul
2
Pembuatan proposal
3
Seminar proposal
4
Perijinan
x
5
Angket
x
6
Pengolahan data angket
x
x
x
x
x
7
Penyusunan laporan
x
x
x
x
x
8
Uji skripsi
9
Sidang revisi
10
Pengumpulan dan penggandaan
3
4
x x
C. Metode dan Desain Penelitian. 1.
2
Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional, penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasi seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang
x
43
lain. Besar atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Di dalam penelitian deskriptif koefisien korelasi menerangkan sejauh mana dua atau lebih variabel berkorelasi, sedangkan dalam penelitian generalisasi hipotesis koefisien korelasi menunjukkan tingkat signifikan terbukti tidaknya hipotesis. Ciri-ciri penelitian korelasional adalah bahwa penelitian tersebut tidak menuntut subjek penelitian yang terlalu banyak. Menurut Donald Ary, 50 sampai 100 subjek penelitian sudah dapat dianggap cukup (Ary, 1985;328).
Jika
peneliti
akan
mengeneralisasikan
(mengangkat
kesimpulan) hasil penelitiannya mereka harus berhasil mengambil sampel yang betul-betul representatif (mewakili).1 2.
Desain Penelitian Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh uang saku terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang, maka desain penelitian adalah sebagai berikut2: X
Y rxy
Dengan:
X
= Variabel bebas
Y
= Variabel terikat
rxy = Hubungan variabel
1 2
Suharsimi Arikunto, “Manajemen Penelitian” (Jakarta,Rineka Cipta:2010). hh.247-250. Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan” (Bandung,CV.Alfabeta:2011). h.66.
44
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa VII dan VIII yang berjumlah 214 siswa. Sedangkan kelas IX tidak diizinkan karena akan mengikuti Ujian Nasional (UN). Pihak sekolah khawatir akan mengganggu konsentrasi siswa dalam menghadapi ujian tingkat nasional tersebut.3 2. Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
3
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan” (Bandung,CV.Alfabeta:2011). h.117.
45
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Dimana teknik sampling yang digunakan adalah proportionate startified random sampling yaitu teknik yang digunakan apabila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.4 Untuk mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan dan mencandrakan populasi, maka dalam penentuan sampel penelitian ini digunakan rumus Slovin (Umar;108).
𝑛=
𝑁 1+𝑁𝑒 2
Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Persen kelonggaran sampel yang masih dapat di toleransi Diketahui : 1 = Konstanta N = Ukuran sampel N = 214 e2
=
10%
𝑛= =
4
214 1+214 (0.1)2
214 1 + 214 0.01
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan” (Bandung,CV.Alfabeta:2011). h.120.
46
=
214 1 + 2,14
=
214 3,14
= 68 Tabel 3.2 Populasi dan Sampel No
Unit Kelas
Populasi
Jumlah Sampel
Pembulatan
1
Kelas 7 a
23
23/214x68=
7
2
Kelas 7 b
23
23/214x68=
7
3
Kelas 7 c
25
25/214x68=
8
4
Kelas 7 d
23
23/214x68=
7
5
Kelas 8 a
24
24/214x68=
8
6
Kelas 8 b
23
23/214x68=
7
7
Kelas 8 c
25
25/214x68=
8
8
Kelas 8 d
24
24/214x68=
8
9
Kelas 8 e
24
24/214x68=
8
Jumlah
214
68
E. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Cara menunjuk pada sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya.
47
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. 5 Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau prilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan
variabel yang
diteliti. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, sms, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda lain yang dapat memperkaya data primer.6 Dalam pengumpulan data primer, penulis menggunakan angket, dimana angket yang digunakan adalah angket campuran yaitu gabungan dari angket tertutup dan angket terbuka. angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Sedangkan untuk data sekunder pengumpulan data dengan dokumen rapor siswa. 1. Variabel Hasil Belajar (Y) a. Defenisi konseptual 5 6
Suharsimi Arikunto, “Manajemen Penelitian” (Jakarta,Rineka Cipta:2010). hh.100-101. Suharsimi Arikunto,”Prosedur Penelitian” (Jakarta,Rineka Cipta:2010). h.22.
48
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Jadi aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. b. Definisi operasional Hasil belajar diperoleh setelah anak melakukan suatu proses belajar, tanpa ada proses ini maka hasil belajar tidak akan ada. Hasil belajar dapat digambarkan dengan nilai dari suatu mata pelajaran di sekolah atau dapat dilihat di laporan hasil belajar siswa yaitu rapor yang diberikan setiap akhir semester ganji tahun 2012. 2. Variabel Uang Saku (X) a. Defenisi konseptual Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua atau dewasa (dalam hal ini siapa saja) kepada kita, yang pengalokasiannya untuk kebutuhan jajan. b. Definisi operasional Uang saku yang diterima anak akan dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhannya. Uang saku dapat diukur melihat jumlah uang saku siswa perhari.
49
Tabel 3.3 Angket Variabel X No
Aspek
1
Dimensi Sumber
Indikator 1. Yang memberi uang saku 2. Tingkat Pendidikan 3. Jenis Pekerjaan 4. Tingkat Penghasilan 5. Jumlah Tanggungan
2
Uang saku
Jenis
1. Periode uang saku (harian,mingguan,bulanan)
3
Jumlah
1. Total uang saku 2. Total Penambahan uang saku 1. Kontribusi terhadap hasil yang
4
Manfaat
diinginkan 2. Penggunaan uang saku
F. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Data Yang dimaksud dengan uji normalitas sampel atau menguji normal tidaknya sampel, sebenarnya adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis7. Pengujian normalitas menggunakan rumus chi kuadrat sebagai berikut: 𝜒2 = Σ
7
𝑓𝑜 − 𝑓 𝑓
2
Suharsimi Arikunto, “Manajemen Penelitian” (Jakarta,Rineka Cipta:2010). h.301.
50
Keterangan : X2 = Harga chi kuadrat yang dicari fo
=
Frekuensi/jumlah data hasil observasi (frekuensi observasi atau frekuensi sesuai dengan keadaan)
fh
=
Frekuensi yang diharapkan, sesuai dengan teori
kriteria pengujian: Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel. Jika X2 hitung ≤ X2 tabel maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila X2 hitung > X2 tabel maka dinyatakan tidak normal. Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan chi kuadrat adalah sebagai berikut: 1) Menentukan skor terbesar dan skor terkecil 2) Menentukan rentangan (R). 3) Menentukan jumlah kelas interval. Jumlah kelas dapat dihitung dengan rumus sturges K=1+3,3Logn 4) Menentukan panjang kelas interval yaitu 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 =
data terbesar − data terkecil jumlah kelas interval
5) Menentukan rata-rata (X) 𝑥=
Σf XI N
6) Menentukan simpangan baku (S)
𝑆=
N. Σf Xi – ΣfXi N N−1
51
7) Mencari chi kuadrat 𝑥 2 𝜒2 = Σ
𝑓𝑜 − 𝑓 𝑓
2
b. Uji Homogenitas Disamping pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data pada sampel, perlu kiranya peniliti melakukan pengujian terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variasi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.8 Langkah-langkah menghitung uji homogenitas: 1) Mencari varians/standar deviasi (simpangan baku) variabel X dan Y dengan rumus sebagai berikut:
𝑆𝑥 2 =
n. Σx 2 − Σx 𝑛 𝑛−1
2
𝑆𝑦 2 =
n. Σy 2 − Σy 𝑛 𝑛−1
2
2) Mencari Fhitung dengan varians X dan Y, dengan rumus sebagai berikut: 𝐹=
𝑆 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑆 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
3) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada tabel distribusi F, dengan dk pembilang n-1 (untuk varians terbesar) dan dk penyebut n-1 (untuk varians terkecil). Jika Fhitung < Ftabel, berarti data homogen sedangkan jika Fhitung > Ftabel berarti data tidak homogen.
8
Suharsimi Arikunto,”Prosedur Penelitian” (Jakarta,Rineka Cipta:2010). h.363.
52
2. Analisis Data a. Regresi Linier Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.9 Persamaan umum regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:
Y = 𝑎 + 𝑏𝑋 Keterangan: Y
=
Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a
=
Harga Y ketika harga X=0 (harga konstan)
b
=
Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik dan bila (-), maka arah garis turun.
X
=
Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Untuk membuat prediksi dengan persamaan regresi maka nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 𝑎=
9
ΣY
Σx 2 − ΣX ΣXY n Σx 2 − ΣX 2
𝑏=
n ΣXY − ΣX ΣY n Σx 2 − ΣX 2
X=
ΣX n
Y=
ΣY n
Sugiyono,"Statistika Untuk Peneltian” (Bandung, CV.Alfabeta:2010). hh.261-262.
53
b. Koefisisen Determinasi Regresi Selanjutnya diadakan perhitungan koefisien determinasi (penentu) yaitu untuk mengetahui besar variasi Y ditentukan oleh variasi X.10 Rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut: Σ Y − Y′ 𝑟 =1− Σ Y−Y
2
2
2
c. Prosedur Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui apakah hipotesis yang dirumuskan dapat diterima atau ditolak, maka langkah-langkahnya sebagai berikut: y = a + bx 1) Menentukan Hipotesisi Statistik Selanjutnya untuk mengetahui apakah hipotesis yang dirumuskan ada atau tidaknya pengaruh, maka dapat dilihat hipotesis statistiknya sebagai berikut: Ho : b = 0 berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara uang saku terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah. Ha : b > 0 berarti ada pengaruh positif yang signifikan antara uang saku terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah.
10
Purbayu Budi Santosa, Muliawan Hamdani,”Statistika Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi dan Niaga” (Jakarta,Erlangga:2007). h.256.
54
2) Menentukan Tingkat Signifikan Pengujian menggunakan uji dua sisi
dengan tingkat
signnifikan α = 5% (uji dua sisi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan, jika satu sisi digunakan untuk mengetahui hubungan lebih kecil atau lebih besar). Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil resiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian). 3) Menentukan t hitung Setelah
diketahui
hipotesis
statistiknya,
kemudian
dilakukan pengujian signifikan koefisien korelasi (uji t)11, pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabelvariabel independen (uang saku) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (hasil belajar).
𝑡
𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
Dimana t hitung 𝑏
𝑏 𝑆𝑡𝑑 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑏
= Nilai t = Koefisien regresi yang telah di estiminasi
4) Menentukan t tabel Tabel distribusi t dicari α = 5% (uji dua sisi) dengan derajat kebebasan (dk) n-2 5) Kriteria pengujian 11
Fredy Rangkuti, “Business Plan” (Jakarta,Gramedia Pustaka:2006). h.89.
55
Ho diterima jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak Ho ditolak jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima 6) Menentukan Daerah Penerimaan dan Penolakan Menentukan daerah penerimaan dan daerah penolakan setelah melakukan analisis data yaitu 2,000. Daerah Ho – 1,000 adalah daerah penolakan negatif. Sementara Ho 1,000 adalah daerah penolakan positif. Gambar 3.1 Daerah Penentuan Ho Pada Uji Signifikansi Korelasi Sederhana
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
-1,000
1,000
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Latar Belakang SMPIT Asy-Syukriyyah Dalam membangun peradaban dan budaya bangsa, pendidikan punya peran yang sangat dominan dan strategis. Karena dari hasil dan buah pendidikan akan lahir sosok generasi idaman yang akan mewujudkan citacita luhur bangsa. Hanya generasi immamul muttaqien yang akan melanjutkan ide-ide kreatif dan kerja-kerja inovatif dalam upaya menyelamatkan bangsa dari keterpurukan serta mengantarkannya menjadi bangsa yang modern, maju, berjaya dan menjadi pelopor peradaban dunia. Sosok generasi yang diharapkan disamping cerdas secara intelektual, dia juga harus unggul secara kepribadian dan matang secara mental. Oleh karena itu pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan bangsa ini adalah pendidikan
mampu
menanamkan
karakter,
menggali
potensi
dan
menciptkan peluang prestasi bagi peserta didiknya. SMPIT Asy-Syukriyyah sebagai sekolah islam dengan system pembinaan terpadu, yang didukung oleh guru dan staf berpengalaman dan dapat menjadi model serta lingkungan islami, berupaya agar peserta didik yang diamanahkan, dapat berkembang secara maksimal sehingga mereka akan menjadi insan-innsan sukses yang dapat membangun peradaban bangsa dan masyarakat.
56
57
a. Visi dan Misi Adapun visi dari SMPIT Asy-Syukriyyah adalah Terwujudnya model sekolah islam berstandar nasional berwawasan global. Sedangkan Misi SMPIT Asy-Syukriyyah adalah: 1) Membangun sistem manajemen dan kepemimpinan yang kuat untuk mencapai sekolah standar nasional berwawasan global yang dipadukan dengan nilai-nilai keislaman, serta memperhatikan aspek kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. 2) Mengoptimalkan seluruh potensi fisik, intelektual, spritual dan emosional siswa sehingga berkembang menjadi manusia yang sanggup menyelesaikan persoalan diri sendiri, umat dan bangsa. 3) Menciptakan standar isi dan proses pembelajaran yang terpadu dengan nilai-nilai keislaman. 4) Menciptakan, melaksanakan dan mengembangkan sistem evaluasi manajemen sekolah dalam proses pembelajaran, kinerja guru dan staff, kegiatan kesiswaan, dan seluruh perencanaan program sekolah. 5) Mewuudkan guru dan staff yang islami dan profesional yang menjadi teladan dalam menjalankan tugasnya. 6) Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung efektifitas pembelajaran. b. Target dan Struktur Organisasi Sekolah Adapun yang menjadi target SMPIT Asy-Syukriyyah terhadap siswa adalah:
58
1) Siswa adalah generasi penerus yang beraqidah lurus, beribadah benar dan berakhlaq mulia. 2) Siswa
terbiasa
untuk
membaca,
menghafal,
mengkaji
dan
mengamalkan Qur’an dan Hadist dalam kehidupan sehari-hari. 3) Siswa terbiasa sholat dhuha, qiyamul lail dan berinfak. 4) Siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing secara lancar. 5) Siswa mampu mengembangkan minat dan bakatnya dengan sempurna, melalui kegiatan ekstra kurikuler yang diprogramkan sekolah. 6) Siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil sesuai kaidahnya. 7) Rata-rata alumni memiliki hafalan 2 juzz. 8) KKM untuk seluruh mata pelajaran rata-rata 7,5. 9) Rata-rata bidang studi untuk hasil Ujian Nasional adalah 8,0. 10) 100% siswa lulus Ujian Nasional dalam perangkatan. 11) 90% alumni melanjutkan ke sekolah negeri/swasta unggulan. 12) Dapat setiap mengkader atlit baik untuk tingkat kota ataupun propinsi. 13) Dalam setiap tahun minimal mendapatkan Juara satu untuk tingkat Kota maupun Propinsi dari berbagai lomba yang ada. 14) Siswa bergabung dalam jaringan komunikasi pelajar islam. 15) Siswa dapat mengaktualisasikan potensi dirinya melalui Program Pengabdian Masyarakat (PPM) yang direncanakan oleh sekolah. 16) Siswa peduli terhadap lingkungan sekitar.
59
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Struktur Organisasi & Pembagian Tugas Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah No
Nama
Jabatan
1
Kuserin, SH.i
Kepala Sekolah
2
Mairatun Sisriyeni, S.Pd
Wakasek, Koord. Bimbel/Pembina Akademik IXD
3
Musadih, SH.i
PKS Kurikulum/Koord.Native Speaker Pembina Akademik VIII D/Koord.Kelas Bahasa Asing
4
Rama Alka
PKS Kesiswaan/ Pembina Akademik VII B
5
Iwan Wahyudi
PKS Kepegawaian/Ka.TU
6
Siti Kurnia, S.Pd
PKS Sarana dan Prasarana/ Pembina Akademik VIII E Koordinator Kelas Seni Budaya
7
Ridwan Suhardi
PKS Humas/Koord.Qur’an
8
Akhrofi, S.Si
Koord.Siswa Berprestasi/ Pembina Akademik IX C Koordinator Kelas IPA 2
9
Nurhidayat
Teknisi Media, Koord.Website/ Pembina Akademik VIII B Koordinator Kelas Komputer
10
Mudiar
Koord.Life Skill/ Pembina Akademik VII A
11
Desi Asputri, S.Pd
Koord.Mentoring/ Pembina Akademik IX B/Koord. Kelas IPS 1
12
Zainil
Staf TU Bidang Keuangan
13
Mulyadi
Pustakawan/Petugas Piket
14
Qoni’ah
Staff TU Bidang Kurikulum/Kepegawaian
15
Dina
Staff TU Bidang Kesiswaan/HUMAS
16
Pana Supena
Petugas Kebersihan
17
Amih
Petugas Kebersihan
18
Sumaryono
Petugas Kebersihan
19
Wiwin Fitriani, S.Pd
Pembina Akademik IX A/Koord. Kelas Bahasa Indonesia
20
Bach Yunof Chandra
Pembina Akademik VIII A
21
Arief Budi Kurniadi,S.Ag
Pembina Akademik VIII B/Koord. Kelas Religi
22
Nurchazanah, S.T
Pembina Akademik VII C/Koord. Kelas Matematika
23
Puji Astuti,S.Pd
Pembina Akademik VII D/Koord. Kelas IPA 1
24
Mudrikah
Koordinator Kelas Qur’an 1
25
Ricky Adiputra
Koordinator Kelas Qur’an 2
26
Iyan Rustiyani, S.Pdi
Koordinator Kelas Bahasa Inggris
Sumber: SMPIT Asy-Syukriyyah
60
c. Jumlah Guru SMPIT Asy-Syukriyyah Tabel 4.2 Jumlah Guru No
Nama
Mata Pelajaran
1
Kuserin, SH.i
Al-Qur’an
2
Mairatun Sisriyeni, S.Pd
Matematika
3
Musadih, SH.i
B.Arab/B.Inggris
4
Rama Alka
SKI/Al-Qur’an
5
Iwan Wahyudi, S.Ei
IPS Ekonomi
6
Siti Kurnia, S.Pd
Seni Budaya/Sosiologi
7
Akhrofi, S.Si
IPA Fisika
8
Nurhidayat
TIK
9
Mudiar
Al-Qur’an/Olahraga
10
Desi Asputri, S.Pd
IPS Sejarah/Geografi/Sosiologi
11
Qoni’ah
Al-Qur’an
12
Wiwin Fitriani, S.Pd
B.Indonesia
13
Bach Yunof Chandra
Al-Qur’an
14
Arief Budi Kurniadi,S.Ag
PAI/PKN
15
Nurchazanah, S.T
Matematika
16
Puji Astuti,S.Pd
IPA
17
Mudrikah
Al-Qur’an
18
Ricky Adiputra
Al-Qur’an
19
Iyan Rustiyani, S.Pdi
B.Inggris
20
Retno Dwi Astuti,S.E
IPS Ekonomi/Geografi
21
Athina Afiatni
PKN
22
Euis Komaariah,S.Si
IPA Biologi
23
Harun Zein,S.Si
IPA Biologi
24
Ridwan Suhardi, S.Si
Al-Qur’an
25
Deby Susanti, S.Pd
B.Indonesia
26
Nurkhan,S.Pd
IPS Geografi/Sosiologi
27
Abdul Aziz,S.Si
Matematika
28
Siti Romlah,S.Pd
B.Inggris
29
Dulatif
B.Indonesia
Sumber: SMPIT Asy-Syukriyyah
61
d. Jumlah Siswa SMPIT Asy-Syukriyyah Tabel 4.3 Jumlah Siswa No
Kafilah
Jumlah Siswa
1
Kelas 7 a
23 orang
2
Kelas 7 b
23 orang
3
Kelas 7 c
25 orang
4
Kelas 7 d
23 orang
5
Kelas 8 a
24 orang
6
Kelas 8 b
23 orang
7
Kelas 8 c
25 orang
8
Kelas 8 d
24 orang
9
Kelas 8 e
24 orang
10
Kelas IX A
20 orang
11
Kelas IX B
20 orang
12
Kelas IX C
25 orang
13
Kelas IX D
20 orang
Jumlah
294 orang
Sumber: SMPIT Asy-Syukriyyah
e. Fasilitas Sekolah Adapun keadaan falitas sekolah SMPIT Asy-Syukriyyah adalah: 1) Gedung milik sendiri 2) Ruang kelas ber AC 3) Laboratorium komputer dilengkapi dengan internet
62
4) Ruang kepala sekolah/TU 5) Ruang guru 6) Ruang kelas B.inggris, IPA, IPS dan Lab Komputer dilengkapi dengan LCD 7) Perpustakaan 8) Mushola 9) Lapangan olahraga 10) Tempat parkiran 11) Kantin
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Distribusi Frekuensi Untuk mengetahui besarnya frekuensi dari setiap aspek-aspek penilaian maka perlu dilakukanperhitungan frekuensi dari setiap aspek yang akan dinilai, adapun rumus perhitungannya sebagai berikut:
Nilai Frekuensi =
Nilai Data Data Sampel
X 100 %
Keterangan: Nilai Data
= Jumlah frekuensi dari setiap data yang ada
Data Sampel
= Jumlah Sampel
63
a. Variabel Uang Saku Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Uang Saku Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
2
2.9
2.9
2.9
8
1
1.5
1.5
4.4
9
1
1.5
1.5
5.9
10
34
50.0
50.0
55.9
12
4
5.9
5.9
61.8
13
1
1.5
1.5
63.2
15
9
13.2
13.2
76.5
17
1
1.5
1.5
77.9
20
12
17.6
17.6
95.6
25
1
1.5
1.5
97.1
30
1
1.5
1.5
98.5
32
1
1.5
1.5
100.0
68
100.0
100.0
Total Sumber: SPSS 17 (2012)
Berdasarkan data frekuensi di atas menunjukkan bahwa prosentase siswa yang memiliki uang saku sebesar Rp.10.000,- sebanyak 50%, sedangkan Rp.20.000,- sebanyak 17,6%, dan Rp.15.000,- sebanyak 13,2%, selebihnya prosentase berkisar antara 1,5% s/d 5,9% untuk jumlah uang saku Rp.7.000, Rp.8.000, Rp.9.000, Rp.12.000, Rp.13.000, Rp.17.000, Rp.25.000, Rp.30.000, dan Rp.32.000,-. Ini menandakan bahwa siswa-siswi SMPIT Asy-Syukriyyah memiliki uang saku yang bervariasi dan lebih dominan untuk jumlah uang saku yang Rp.10.000, Rp.15.000, dan Rp.20.000,-.
64
b. Variabel Hasil Belajar Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Frequency
Valid Percent
Percent
Cumulative Percent
Valid 59
1
1.5
1.5
1.5
64
1
1.5
1.5
2.9
70
2
2.9
2.9
5.9
71
2
2.9
2.9
8.8
72
2
2.9
2.9
11.8
73
3
4.4
4.4
16.2
74
5
7.4
7.4
23.5
75
4
5.9
5.9
29.4
76
6
8.8
8.8
38.2
77
10
14.7
14.7
52.9
78
3
4.4
4.4
57.4
79
6
8.8
8.8
66.2
80
3
4.4
4.4
70.6
81
4
5.9
5.9
76.5
82
1
1.5
1.5
77.9
84
4
5.9
5.9
83.8
85
2
2.9
2.9
86.8
86
4
5.9
5.9
92.6
87
1
1.5
1.5
94.1
88
3
4.4
4.4
98.5
90
1
1.5
1.5
100.0
68
100.0
100.0
Total Sumber: SPSS 17 (2012)
Berdasarkan data frekuensi di atas menunjukkan bahwa prosentase siswa yang nilai rata-rata rapor 59, 64, 82 ,87, 90 sebanyak 1,5%, untuk nilai rata-rata rapor 70, 71, 72, 85 sebanyak 2,9%, untuk rata-rata rapor 73, 78, 80, 88 sebanyak 4,4%, untuk rata-rata rapor 75, 81, 84, 86
65
sebanyak 5,9%, untuk rata-rata rapor 74 sebesar 7,4%, untuk rata-rata rapor 76, 79 sebesar 8,8%, kemudian untuk rata-rata rapor sebanyak 77 sebesar 14,7%. Ini menandakan bahwa siswa-siswi SMPIT AsySyukriyyah lebih banyak yang memiliki nilai rata-rata rapor 77.
c. Mean, Median, Modus, Range, Min, Max, Standar Deviasi Modus, median, mean merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menjelaskan kelompok yan didasarkan atas gejala pusat (tedency central) dari kelompok tersebut, namun dari tiga macam teknik tersebut yang menjadi ukuran gejala pusatnya berbeda-beda. Untuk mengetahui tingkat variasi kelompok data dapat dilakukan dengan melihat rentang data dan standar deviasi atau simpangan baku dari kelompok data yang telah diketahui. Varians adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok, varians merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individual terhadap rata-rata kelompok. Akar dari varians disebut standar deviasi atau simpangan baku.
66
1) Variabel Uang Saku Tabel 4.6 Central Tendency Uang Saku N
Valid Missing
68
Mean
0 13.40
Median
10.00
Mode
10
Std. Deviation Variance
5.249 27.556
Range
25
Minimum
7
Maximum
32
Sumber: SPSS 17 (2012)
Dari tabel di atas dapat diketahui data dari jumlah responden sebanyak 68 siswa yang telah diolah sebagai berikut: untuk nilai mean 13.40, median 10, mode frekuensi yang sering muncul adalah 10, standar deviasi 5.249, untuk variance 27.556, rentangan data (range) 25, nilai minimum 7 dan nilai maximum 32.
2) Variabel Hasil Belajar Tabel 4.7 Central Tendency Hasil Belajar N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sumber:SPSS 17 (2012)
68 0 78.07 77.00 77 5.695 32.427 31 59 90
67
Dari tabel di atas dapat diketahui data dari jumlah responden sebanyak 68 siswa yang telah diolah sebagai berikut: untuk nilai mean 78.07, median 77, mode frekuensi yang sering muncul adalah 77, standar deviasi 5.695, untuk variance 32,427, rentangan data (range) 31, nilai minimum 59 dan nilai maximum 90.
3) Hasil Plotting Plotting merupakan penyajian secara grafis untuk mengetahui indikasi awal tentang pengaruh uang saku terhadap hasil belajar. Hasil plotting menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara uang saku terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 4.1 Plotting antara Variabel Uang Saku dan Variabel Hasil Belajar 35
Uang Saku
30 25 20 15 10 5 0 0
10
20
30
40
50 Hasil Belajar
Sumber: Pengolahan Data
60
70
80
90
100
68
2. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, maka perlu dilakukan uji normalitas. Untuk menghitung normalitas dilakukan perhitungan secara manual dan SPSS versi 17, maka hasil perhitungan adalah sebagai berikut: a. Variabel Uang Saku Tabel 4.8 Normalitas Chi Kuadrat (Variabel Uang Saku) Uang Saku
F
fo
fh
fo-fh
(fo-fh)2
(fo-fh)2/fh
3,85 3,90 3,95 4,00 4,08 4,11 4,18 4,23 4,30 4,40 4,48 4,51 jumlah
2 1 1 34 4 1 9 1 12 1 1 1 68
8 4 4 136 16 4 38 4 52 4 4 5 279
23,25 23,25 23,25 23,25 23,25 23,25 23,25 23,25 23,25 23,25 23,25 23,25
-16 -19 -19 113 -7 -19 14 -19 28 -19 -19 -19
242 374 372 12713 48 366 205 362 804 355 352 351
10,41 16,10 16,01 546,78 2,07 15,75 8,84 15,56 34,60 15,29 15,16 15,11 711,67
catatan : frekuensi yang diharapkan (fh) untuk 9 kategori adalah 279/12=23,25
berdasarkan dk 12-1=11 dengan tingkat signifikan 5% maka diperoleh harga chi kuadrat tabel 19,675, ternyata Xhitung > Xtabel yaitu 711,67 > 15,507, maka distribusi dinyatakan tidak normal.
69
b. Variabel Hasil Belajar 1) Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar = 90 Skor terkecil = 59 2) Menentukan rentangan data (range) R= 90-59 = 31 3) Menentukan banyaknya kelas BK= 1+ 3,3 Log 68 (rumus Sturgess) = 1+ 3,3 (1,83) = 1+ 6,039 dibulatkan 6,04 = 7,04 jadi jumlah kelas interval 7 atau 8, pada kesempatan ini digunakan 8 kelas 4) Menentukan panjang kelas i = rentangan/banyaknya kelas i = 31/8 i = 3,875 dibulatkan 4
70
Tabel 4.9 Tabel Nilai Hasil Belajar No
Interval Nilai
fi
xi
fi.xi
(xi-ẋ)
(xi-ẋ)2
fi(xi - x)2
1
59-62
1
60.5
61
-17.53
307.30
307.30
2
63-66
1
64,5
65
-13.53
183.06
183.06
3
67-70
2
68.5
137
-9.53
90.82
181.64
4
71-74
12
72.5
870
-5.53
30.58
366.96
5
75-78
23
76.5
1760
-1.53
2.34
53.82
6
79-82
14
80.5
1127
2.47
6.10
85.40
7
83-86
10
84.5
845
6.47
41.86
418.60
8
87-90
5
88.5
443
10.47
109.62
548.10
Jumlah
68
5) Standar deviasi atau simpangan baku S= √ 2144,88/(68-1) = √ 2144,88/67 = √ 32,01 = 5,658 = 5,66 (pembulatan)
2144.88
71
Tabel 5.0 Normalitas Chi Kuadrat (Variabel Hasil Belajar) No 1 2 3 4 5 6 7 8
Interval Nilai
Batas Nyata
ZScore
58,5
-3,45
Batas Luas Daerah (Z) 49,97
62,5
-2,74
49,69
66,5
-2,04
47,93
70,5
-1,33
40,82
74,5
-0,62
23,24
78,5
0,08
3,19
82,5
0,79
28,52
86,5
1,50
43,32
90,5
2,20
48,61
Luas Daerah
fo
fh
fo-fh
(fo-fh)2
(fo-fh)2/fh
0,28
1
0,19
1
1
5,25
1,76
1
1,20
0
0
0,00
7,11
2
4,83
-3
9
1,86
17,58
12
11,95
0
0
0,00
20,05
23
13,63
9
81
5,94
25,33
14
17,22
-3
9
0,52
14,80
10
10,06
0
0
0,00
5,29
5
3,60
1
1
0,28
59 - 62 63 - 66 67 - 70 71 - 74 75 - 78 79 - 82 83 - 86 87 - 90
68
Jumlah
13,855
Berdasarkan dk 8-1=7 dengan tingkat signifikan 5% maka diperoleh harga chi kuadrat tabel 14,067, ternyata Xhitung < Xtabel yaitu 13,855 < 14,067, maka distribusi dinyatakan normal. Untuk frekuensi yang diharapkan (fh) menggunakan z score. Tabel 5.1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (SPSS 17) Uang saku N Normal Parametersa,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
68 13.39706 5.249420 .300 .300 -.200 2.474 .000
Hasil belajar 68 78.07 5.695 .104 .104 -.075 .859 .452
72
Kriteria pengujian jika nilai probabilitas (asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka data berdistribusi normal, dimana nilai hasil belajar 0,452 > 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan nilai uang saku 0,000 < 0,05 maka data tidak berdistribusi secara normal. 3. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Dalam menghitung homogenitas peniliti melakukan perhitungan secara manual dan SPSS versi 17, adapun perhitungannya sebagai berikut: 𝑆𝑥 2 = 𝑆𝑦 2 =
1846 1846 = = 27.556 68 − 1 67
2144.88 12144.88 = = 32,427 68 − 1 67
Maka F hitung sebagai berikut: varians terbesar varians terkecil 𝑓𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
32,427 = 1.17 27.556
berdasarkan dk pembilang dan penyebut (68-1=67) dengan tingkat signifikan 5% maka diperoleh harga Ftabel 1,54 dengan kriteria pengujian sebagian berikut jika Fhitung < Ftabel maka data homogen jika Fhitung > Ftabel maka data tidak homogen, ternyata F
hitung
< Ftabel atau 1,17 < 1,54, maka
varian ke dua kelompok sampel tersebut homogen.
73
Tabel 5.2 Homogenitas Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:hasil belajar F
df1 .971
df2 11
Sig. 56
.483
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Uang Saku
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:hasilbelajar Type III Sum of Squares
Source
df
Mean Square
413.861a
11
113646.951
1
413.861
11
37.624
Error
1758.771
56
31.407
Total
416665.000
68
2172.632
67
Corrected Model Intercept Uang saku
Corrected Total
37.624
F
Sig.
1.198
.310
113646.951 3618.566
.000
1.198
.310
a. R Squared = ,190 (Adjusted R Squared = ,031) Kriteria pengujian jika nilai levene statistic > 0,05 maka data dapat dikatakan homogen, karena nilai levene statistc 0,971 > 0,05 maka data homogen.
74
4. Analisis Regresi Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kausal antara variabel uang saku (X) dan hasil belajar (Y), maka perlu dilakukan analisis regresi. Untuk menganalisa regresi peneliti menggunakan rumus persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥.
Untuk menghitung persamaan regresi, maka terlebih dahulu harus dicari nilai a dan b. Dalam hal ini peneliti menggunakan perhitungan statistik excel untuk mencari nilai persamaan regresi, adapun hasilnya dapat terlihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.3 Regresi Linear Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
73.908
1.839
Uangsaku
.311
.128
Beta
t
.287
Sig.
40.191
.000
2.430
.018
a. Dependent Variable: hasilbelajar Berdasarkan perhitungan di atas maka nilai a= 73.908 dan nilai b= 0.311, maka persamaan regresinya adalah Ŷ= 73.908 + (0.311*13.40). Dari persamaan regresi di atas didapat hasil Ŷ sebesar 78,08 yang diartikan bahwa, bila uang saku bertambah Rp.1000,- maka nilai hasil belajar akan naik sebesar 0.311. Dan hal ini akan terlihat pada nilai rata-rata rapor siswasiswi.
75
C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mencari ada tidaknya hubungan pengaruh antara uang saku terhadap hasil belajar, hipotesisnya sebagai berikut: Ho
: b=0 berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara uang saku terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah.
Ha
: b>0 berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara uang saku terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah.
Dengan ketentuan sebagai berikut: Ho ditolak jika Thitung > Ttabel maka Ha diterima Ho diterima jika Thitung < Ttabel maka Ha ditolak Dimana Thitung = 2,430 dan Ttabel= 2,000, berarti nilai Thitung > Ttabel atau 2,430 > 2,000 maka Ha diterima artinya ada pengaruh positif yang signifikan antara uang saku terhadap hasil belajar. Hasil tersebut juga dapat terlihat pada gambar daerah penerimaan dan penolakan Ho sebagai berikut: Gambar 4.2 Daerah Penentuan Ho Pada Uji Signifikansi Regresi Sederhana Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho
-1,000
1,215
1,000
76
D. Pembahasan hasil Penelitian Pada bagian ini peneliti akan melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian untuk dikaitkan dengan teori, pengalaman atau hasil studi yang berkaitan. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti membuat sebuah penelitian yang membahas tentang Pengaruh Uang Saku Terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) AsySyukriyyah Cipondoh Kota Tangerang. Keadaan uang saku siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah sangat bervariasi, mulai dari jumlah yang kecil hingga jumlah yang besar. Rata-rata uang saku tersebut digunakan untuk keperluan transportasi dan jajan. Secara logika ketika badan terasa lelah dan perut lapar maka otak tidak dapat menyerap dengan baik apa saja yang disampaikan oleh guru baik terkait materi pelajaran atau sejenis materi lainnya. Menurut Rosina Simon dan R.W. Dodo bahwa uang saku adalah uang yang pengalokasiannya untuk kebutuhan transportasi dan jajan. Berdasarkan teori tersebut terlihat jelas peran uang saku sangat besar, karena penggunaannya untuk kebutuhan anak selama bersekolah. Banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa bermula dari hal yang kecil ini akan memberikan sebuah pengaruh untuk mendapatkan sebuah perubahan yang baik. Uang saku tidak pernah dianggap suatu hal yang harus dipikirkan bagi sebagian orang tua, karena mereka menganggap uang saku tidak ada pengaruh terhadap anak, justru dari uang saku inilah semua kegiatan yang ada disekolah dapat dijalani oleh siswa dengan baik dan lancar.
77
Sebagai contoh ketika anak akan berangkat menuju sekolah maka diperlukan uang saku untuk membayar angkutan umum, setibanya disekolah pada waktu jam istrahat maka anak memerlukan uang saku untuk jajan agar perut tidak lapar pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sehingga konsentrasi anak tetap fokus dalam menerima, menyimak dan menganalisa materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan hasil survei sebagian siswa juga memberikan opini bahwa uang saku tersebut digunakan untuk transportasi dan jajan agar badan tidak lelah dan perut tidak lapar sehingga mereka bisa fokus belajar. Siswa juga memberikan opini bahwa jika uang saku mereka dilebihkan sesuai dengan batas yang wajar, maka mereka akan belajar lebih giat serta berusaha untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Tentu ini merupakan sebuah konsekuensi yang harus mereka buktikan lewat nilai rapor pada saat akhir semester.
34
35
Uang Saku 30
30
25
25 20 15 10 5
32
7 2
10
9
8 1
1
12 4
13
15
17
12
9 1
20
1
1
1
1
0
Pekerjaan Orang Tua
Uang Saku Banyak Siswa-siswi
Sumber: pengolahan data
78
Berdasarkan data grafik di atas, dapat dilihat uang saku siswa-siswi di SMPIT Asy-Syukriyyah bervariasi, jumlah uang saku mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar. Dari data grafik di atas juga dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi di SMPIT Asy-Syukriyyah lebih banyak yang memiliki uang saku Rp. 10.000,-. Begitu juga dengan pekerjaan orang tua siswa-siswi SMPIT AsySyukriyyah lebih mendominasi jenis pekerjaan swasta dibandingkan dengan PNS, BUMN atau dosen.
Hasil Belajar
59
64
87 88 90 82 84 85 86 81 80 79 78 75 76 77 70 71 72 73 74
6 10 3 6 3 4 1 1 2 2 2 3 5 4 1 4 2 4 1 3 1 S1 S1 D3,SMA SMA S1 S1,>S1 D3 SMA, D3 S1 >S1 S1 S1 S1 SMA S1,>S1 D3,S1 >S1 S1 S1,>S1 D3 S1
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Pendidikan Orang Tua
Nilai Rapor Jumlah Siswa
Sumber:Pengolahan data
Data grafik di atas menunjukkan bahwa siswa-siswi SMPIT AsySyukriyyah terbilang cukup cerdas, hal ini dapat dilihat dari grafik bar yang menandakan perolehan nilai rapor sudah memenuhi KKM yang diharapkan, sedangkan yang dibawah KKM tidak banyak. Berdasarkan perhitungan Mean dari Central Tendency diperoleh rata-rata sebesar 78,07 maka hasil belajar tergolong Baik. Begitu juga dengan tingkat pendidikan orang tua, dapat memberikan kontribusi atau pengaruh yang cukup besar bagi keberhasilan anak
79
dalam meraih kesuksesan. jika dilihat dari grafik di atas, tingkat pendidikan orang tua siswa-siswi SMPIT Asy-Syukriyyah sudah terbilang cukup baik.
Nilai Hasil Belajar
Keterangan
81-100
Sangat baik
61-80
Baik
41-60
Cukup baik
21-40
Kurang baik
0-20
Kurang
Dengan pemberian uang saku yang rutin akan memberikan pengaruh terhadap kelancaran belajar anak, sehingga hasil belajar anak cukup baik. Siswa SMPIT Asy-Syukriyyah tergolong cukup cerdas, hal ini dibuktikan dari nilai rata-rata rapor dimana siswa yang mendapatkan nilai 77 sebanyak 14,7% Perhitungan koefisien determinasi diperoleh hasil 7,49%, secara statistik nilai ini memberikan pengertian bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh uang saku sebesar 7,49%. Hasil koefisien tersebut menunjukkan bahwa uang saku merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari ada atau tidak adanya pengaruh antara uang saku terhadap hasil belajar siswa, dikarenakan Ha=b>0 berarti ada pengaruh positif yang signifikan antara uang saku terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam
80
Terpadu (SMPIT) Asy-Syukriyyah. Jika pemberian uang saku rutin terhadap anak, maka anak akan lebih berkonsentrasi dalam belajar sehingga hasilnya juga baik, namun sebaliknya jika anak tidak dibekali uang saku dapat dipastikan konsentrasi belajar terganggu dan berdampak pada proses belajar anak yang tidak fokus serta berpengaruh pada hasil belajar anak.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan bahwa uang saku merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa SMPIT Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di SMPIT Asy-Syukriyyah Cipondoh Kota Tangerang dan berdasarkan dari perumusan masalah penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran orang tua dalam memperhatikan sekolah anak sangatlah penting, ini terbukti dari hal yang paling kecil yaitu pemberian uang saku anak. Pemberian uang saku anak secara rutin akan dapat membantu kelancaran dan kemudahan bagi anak dalam menjalani aktivitas sekolah. Anak tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak penting yang akan berdampak pada konsentrasi belajar, sehingga anak bisa lebih fokus terhadap pelajaran disekolah. Uang saku yang diberikan oleh orang tua terhadap anak juga bervariasi mulai dari jumlah yang kecil, sedang, hingga besar. Berapapun jumlah uang saku yang diberikan oleh orang tua pada anak sangatlah besar manfaatnya, yang penggunaannya untuk kebutuhan selama menjalani aktivitas sekolah. Untuk itu diperlukan perhatian yang khusus bagi orang tua agar dapat mengontrol secara penuh pemberian uang saku terhadap anak, hal ini bertujuan agar anak dapat memanfaatkan uang saku tersebut dengan baik.
81
82
2. Hasil belajar merupakan suatu pencapaian dalam periode yang telah ditetapkan sebagai bukti keberhasilan anak dalam menuntaskan mata pelajaran yang telah diberikan oleh pihak sekolah. Pencapaian hasil belajar yang baik terlihat dari nilai rapor yang dapat memenuhi KKM (kriteria Ketuntasan Minimum). Diperlukan konsentrasi penuh bagi seorang anak dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru tanpa harus memikirkan hal-hal yang dapat menganggu pemikiran anak, sehingga hasil belajar anak dapat tercapai dengan baik dan memuaskan. 3. Dari data yang diolah melalui perhitungan SPSS didapat perhitungan nilai uji hipotesis dimana Thitung = 2,430 dan Ttabel= 2,000, berarti nilai Thitung > Ttabel atau 2,430 > 2,000 maka Ha diterima artinya ada pengaruh positif yang signifikan antara uang saku terhadap hasil belajar. Ini menandakan bahwa uang saku merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah.
B. Implikasi Terujinya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa uang saku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dari orang tua dalam hal pemberian uang saku, agar anak dapat menjalani aktivitas sekolah dengan lancar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa variabel uang saku memberikan pengaruh terhadap hasil belajar sebesar 7,49% dalam artian ketika uang saku naik Rp.1000,- maka hasil
83
belajar akan naik sebesar 0,311. Temuan penelitian ini juga memberikan rekomendasi bahwa pemberian uang saku haruslah dilakukan secara rutin dan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak. Ketika kebutuhan anak naik, maka sudah sepantasnya bagi orang tua untuk melebihkan uang sakunya. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak mengalami berbagai macam hambatan kedepannya, baik itu dalam hal berkonsentrasi maupun beraktivitas.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, dapat disampaikan saran sebagai berikut: 1. Orang tua Diharapkan orang tua untuk selalu memperhatikan kebutuhan sekolah anak, khususnya dalam hal pemberian uang saku, karena uang saku ini merupakan hal yang seringkali dianggap tidak penting dan dianggap hal yang biasabiasa saja. Justru uang saku inilah yang dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan belajar anak. Orang tua juga harus bersikap lebih bijaksana dalam pemberian uang saku jangan berlebihan juga jangan kurang, karena kebutuhan anak selama menjalani aktivitas sekolah sangat banyak, untuk itu diperlukan uang saku dalam pemenuhan kebutuhan sekolah agar lebih praktis dan efisien. Orang tua juga harus mengontrol setiap tugas yang dikerjakan anak, apakah telah mendapatkan hasil yang cukup baik, jadi tidak sebatas hanya memberikan uang saku namun juga memperhatikan
84
hasil belajar anak. Ini yang dinamakan orang tua bijak dan cukup cerdas dalam mempersiapkan kesuksesan anak dalam meraih masa depan 2. Anak Sebagai anak harus senantiasa mendengarkan nasihat-nasihat dari orang tua, agar tidak terjerumus ke hal-hal yang dapat merugikan. Dan harus dapat mempergunakan kepercayaan yang telah diberikan oleh orang tua jangan sampai
menyalahgunakan
kepercayaan
tersebut.
Khususnya
dalam
penggunaan uang saku, harus bisa menggunakan dengan sebaik mungkin dan sesuai dengan kebutuhan. Tidak boleh boros, dan harus bisa menyisihkan sebagian uang saku untuk ditabung agar ketika ada keperluan mendadak uang tersebut dapat digunakan. 3. Sekolah Sekolah diharapkan mampu memberikan bimbingan belajar yang jauh lebih baik, sehingga anak bisa meraih keberhasilan dalam dunia pendidikan. Tidak sebatas hanya memberikan tugas dan latihan saja namun juga mengontrol setiap hasil atau nilai belajar anak, apakah sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimun sebagai syarat kelulusan sekolah atau naik kelas. Sekolah juga harus dapat memberikan arahan yang jauh lebih baik bagi anak dalam penggunaan uang saku agar siswa-siswa dapat bersikap bijaksana dalam membelanjakan uang saku. Sehingga diperoleh kualitas lulusan yang cerdas dan mandiri.
85
4. Penelitian yang akan datang Diharapkan bahwa penelitian ini dapat menjadi acuan awal bagi peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti tentang Uang Saku. Peneliti menyarankan kepada peneliti lain, agar segera meneliti tentang jumlah nominal uang saku siswa karena di lapangan peneliti mengalami kesulitan waktu yang terbatas untuk mendapatkan jumlah nominal uang saku tersebut dikarenakan jam belajar siswa yang cukup padat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti melakukan sebaran angket untuk pengambilan data. Maka dari itu saran peneliti kepada sekolah tempat penelitian agar dapat bekerjasama dengan peneliti-peneliti yang akan datang mengenai informasi dan data-data yang diperlukan.