Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
Pengaruh Pembiayaan Dan Rasio Non Performing financing (NPF) Terhadap Asset Turn Over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional Di Indonesia The Effect Of Financing, and Non Performing Financing (NPF) to Assets turn over (ATO) National Islamic Banks in Indonesia.
Fery Dista Ardianto
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Sewa, Pembiayaan Akad Pelengkap/Jasa, dan Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Asset Turn Over (ATO) pada Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia periode 2010-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Bank Umum Syariah periode 2010-2013. Populasi dalam penelitian ini adalah 11 Bank Umum Syariah dengan 4 sampel yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dan Bank mega Syariah. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan uji asumsi klasik yang meliputi uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji homoskedastisitas, dan uji normalitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pembiayaan Jual Beli dan pembiayaan bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap ATO Bank Umum Syariah. Pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap/jasa dan rasio NPF berpengaruh negative dan signifikan terhadap ATO Bank Umum Syariah. Kemampuan prediksi dari kelima variable tersebut terhadap ATO sebesar 48,4%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model penelitian. Kata Kunci : Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap/jasa, dan Ratio Non Performing Financing (NPF), Asset turn over (ATO).
ABSTRACT This study aimed to examine the effect of Trade Financing, Profit-Loss Sharing Financing, rent financing, service Financing, and Non Performing Financing (NPF) to Assets turn over (ATO) National Islamic Banks in Indonesia 2010-2013. The data used in this study were obtained from the Quarterly Financial Report for the 2010-2013 term Islamic Banks. The population in this study were 11 Islamic Banks with 4 sample which given with porposive sampling technique. The sample that would be used are Bank
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah and Bank Mega Syariah. The analysis technique used multiple linear regression with the classical assumption include multicolinearity, autocorrelation test, homoskedastisitas test, and test for normality. The results showed that the Trade Financing and Profit-Loss Sharing Financing positive and significant impact on ATO Islamic Banks. Rent financing, service Financing, and Non Performing Financing (NPF) have a negative and significant effect on ATO Islamic Banks. Predictive ability of the four variables on ATO of 48.4%, while the rest influence by other factors beyond our model. Keywords : Trade Financing, Profit-Loss Sharing Financing, Rent financing, service Financing, Non Performing Financing (NPF), Assets turn over (ATO)
1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya, 2009:14). Bank mempunyai fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga perantara, bank mendasarkan kegiatan usahanya pada kepercayaan masyarakat. Maka bank juga disebut sebagai lembaga kepercayaan masyarakat (agent of trust) dan juga berfungsi dalam peningkatan pembangunan perekonomian nasional (agent of development) dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional (Hasibuan, 2005:4). Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang No.10 Tahun 1998, tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Kedua jenis bank tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bank konvensional dan bank dengan prinsip syariah. Bank dengan prinsip syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip syariah dalam Islam. Secara filosofis bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam. Oleh karena itu, didirikan mekanisme perbankan yang bebas bunga (bank Syariah). Perbankan Syariah didirikan berdasarkan alasan filosofis maupun praktik. Secara filosofis, karena dilarangnya pengambilan riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan. Secara praktis, karena sistem perbankan berbasis bunga atau konvensional mengandung kelemahan. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia sangatlah ketat, hal ini di tunjukkan dengan jumlah jaringan perbankan syariah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sampai saat ini sudah ada 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Bank Syariah dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS), dan 160 BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah). Meningkatnya jumlah bank dan kantor perbankan syariah yang beroperasi di Indonesia ini memberikan dampak yang positif bagi perkembangan industri perbankan syariah. Peningkatan ini memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat menikmati layanan dari perbankan syariah. Jumlah nasabah pengguna perbankan syariah dari tahun ke tahun meningkat signifikan, dari tahun 2011-2012 tumbuh sebesar 36,4 %. Apabila pada tahun 2011 jumlah pemilik rekening sebanyak 9,8 juta, maka di tahun 2012 menjadi 13,4 juta rekening, berarti dalam setahun bertambah sebesar 3,6 juta nasabah, begitu juga
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
dengan Pembiayaan yang disalurkan (PYD) perbankan syariah tumbuh relative tinggi yaitu 32.2 % (year on year/yoy) pada 2013. Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat menimbulkan potensi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah yang ditimbulkan oleh kualitas pembayaran kurang lancar, diragukan, dan macet dapat dilihat dari tingkat non performing financing (NPF). Menurut Siamat (2005), pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan/kendali nasabah peminjam. Dari data Bank Indonesia (BI) pada Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa Rasio pembiayaan bermasalah atau non performing finance (NPF) bank syariah per November 2013 mencapai 2,96 persen. Angka tersebut naik di bandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) sebesar 2,50 persen. Posisi tersebut juga termasuk tinggi di bandingkan rata-rata NPF setahun terakhir yang sebesar 2,80 persen. Dari total pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp 179,28 triliun, NPF perbankan syariah secara nominal mencapai Rp5,30 triliun. Jika dirinci, pembiayaan macet mencapai Rp 2,92 triliun. Sementara pembiayaan dalam perhatian khusus dan kurang lancar masing-masing sebesar Rp 8,61 triliun dan Rp 1,45 triliun. Jadi, besar kecilnya NPF ini menunjukkan kinerja suatu bank dalam pengelolaan dana yang disalurkan. Apabila porsi pembiayaan bermasalah membesar, maka hal tersebut pada akhirnya akan dapat mempengaruhi asset turn over (ATO) bank syariah. 2. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :
Jual Beli (X1)
H1
Bagi Hasil (X2)
H2
H3
Sewa (X3)
Asset Turn Over (ATO) (Y)
H4 Akad Pelengkap (X4) H5 Rasio non performing finansing(NPF) (X5) H6
(X3)
Gambar 1 Kerangka Konseptual
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
Berdasarkan kerangka konseptual di atas dapat diilustrasikan bahwa kelima variabel bebas yaitu pembiayaan jual beli, bagi hasil, sewa, akad pelengkap, dan rasio NPF berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap asset turn over (ATO) bank umum syariah nasional di indonesia. 3. Definisi Operasional Variabel Penelitian ini akan menganalisis tentang variabel pembiayaan jual beli pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkan (jasa) dan rasio non performing finansing (NPF) berpengaruh terhadap asset turn over (ATO) bank umum syariah Nasional di Indonesia. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 3.6.1.Variabel Bebas (X) 1) Pembiayaan Jual Beli(X1) Pembiayaan jual beli merupakan salah satu indikator pendapatan bank syariah. Variabel pembiayaan jual beli diukur dengan menjumlahkan total dari pembiayaan prinsip murabahah, salam, dan istishna. Pembiayaan jual beli pada akhir tiap triwulan. Pembiayaan jual beli dalam penelitian ini diukur menggunakan skala pengukuran rasio dengan data triwulan yang ada pada laporan keuangan bank syariah. Pembiayaan jual beli yang meliputi Pembiayaan Prinsip Murabahahi, Pembiayaan Prinsip Salami dan Pembiayaan Prinsip Istishnai pada Bank Umum Syariah. 2) Pembiayaan Bagi Hasil (X2) Pembiayaan bagi hasil yang dimaksud di sini adalah total pembiayaan bagi hasil yang disalurkan bank syariah, baik dengan prinsip mudharabah dan musyarakah.Pembiayaan bagi hasil dalam penelitian ini diukur menggunakan skala pengukuran rasio dengan data triwulan yang ada pada laporan keuangan bank syariah. Pembiayaan bagi hasil yang meliputi Pembiayaan Prinsip Mudharabahi dan Pembiayaan Prinsip Musyarakahi pada Bank Umum Syariah. 3) Pembiayaan Sewa (X3) Pembiayaan sewa yang dimaksud di sini adalah total pembiayaan sewa yang disalurkan bank syariah, baik dengan prinsip ijarah (sewa-menyewa) dan ijarah al-muntahia bittamlik. Pembiayaan sewa dalam penelitian ini diukur menggunakan skala pengukuran rasio dengan data triwulan yang ada pada laporan keuangan bank syariah. Pembiayaan sewa yang meliputi Pembiayaan Prinsip Ijarah (Sewa Menyewa), danPembiayaan Prinsip Ijarah Al-Muntahia Bittamliki pada Bank Umum Syariah. 4) Pembiayaan Akad Pelengkap (Jasa) (X4) Pembiayaan akad pelengkap (jasa) yang dimaksud di sini adalah total pembiayaan akad pelengkap (jasa) yang disalurkan bank syariah, baik dengan prinsip hiwalah, rahn, qardh, wakalah, dan kafalah.Pembiayaan akad pelengkap (jasa) dalam penelitian ini diukur menggunakan skala pengukuran rasio dengan data triwulan yang ada pada laporan keuangan bank syariah. Pembiayaan Akad Pelengkap (Jasa) yang meliputi Pembiayaan Prinsip Hiwalahi, Pembiayaan Prinsip Rahni, Pembiayaan Prinsip Qardhi, Pembiayaan Prinsip Wakalahi, Pembiayaan Prinsip Kafalahi pada Bank Umum Syariah. 5) Non Performing Financing (NPF) (X5) Non Performing Financing (NPF) merupakan perbandingan antara pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan. NPF dalam penelitian ini diukur
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
menggunakan skala pengukuran rasio dengan data triwulan yang ada pada laporan keuangan Bank Umum Syariah. 3.6.2. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah asset turn over (ATO) bank umum syariah. ATO digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. ATO dalam penelitian ini diukur menggunakan skala pengukuran rasio dengan data triwulan yang ada pada laporan keuangan Bank Umum Syariah. 4. Teknik Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah dilakukan secara nonrandom (nonprobability sampling) dengan metode purposive sampling yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2004). Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus (Santoso dan Tjiptono,2001). Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini meliputi seluruh bank umum syariah Nasional di Indonesia periode 2010 sampai 2013. 5. Teknik Analisis Data Regresi linear berganda yaitu suatu model linear regresi yang variabel dependennya merupakan fungsi linear dari beberapa variabel bebas. Regresi linear berganda sangat bermanfaat untuk meneliti pengaruh beberapa variabel yang berkorelasi dengan variabel yang diuji. Teknik analisis ini sangat di butuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen maupun dalam telaah ilmiah. Hubungan fungsi antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen dapat dilakukan dengan model regresi berganda, dimana asset turn over (ATO) sebagai variabel dependen,sedangkan pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap, dan NPF sebagai variabel independen. Dalam penelitian ini persamaan regresi linier berganda di tranformasikan ke dalam logaritma berganda dengan menggunakan logaritma natural, Pemilihan model persamaan ini didasarkan pada penggunaan model logaritma natural (Ln) yang memiliki keuntungan, salah satu keuntungan dari penggunaan logaritma natural adalah memperkecil bagi variabel-variabel yang diukur karena penggunaan logaritma dapat memperkecil salah satu penyimpangan dalam asumsi OLS (Ordinary Least Square) yaitu heterokedastisitas (Gujarati, 2003). Persamaan regresi berganda dalam penelitian ini sebagai berikut: Keterangan: a β1, β2, β3, β4, β5 ATO PJB PBH
: Konstanta : Koefisien regresi : Logaritma natural Asset Tur nover : Logaritma natural Pembiayaan jual beli : Logaritma natural Pembiayaan bagi hasil
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
PSW PAP NPF ε1
: Logaritma natural Pembiayaan sewa : Logaritma natural Pembiayaan akad pelengkap (jasa) :Non Performing Financing : Error (kesalahan pengganggu)
6. Hasil Penelitian 6.1 Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi berganda berkaitan dengan studi ketergantungan suatu variabel dependen pada satu atau lebih variabel independen dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis regresi linear berganda antara variabel independen yaitu pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap/ jasa dan non performing financing (NPF) serta variabel dependen yaitu asset turn over (ATO). Berikut pada Tabel 1 disajikan hasil analisis regresi linear berganda;. Tabel 1. Hasil Regresi Linear Berganda Standardized
Variabel Independent (Constant) Pembiayaan jual beli (X1) Pembiayaan bagi hasil (X2) Pembiayaan sewa (X3) Pembiayaan akad pelengkap/ jasa (X4) Non performing financing (X5)
Sig.
a
Keterangan
-
-
-
0,002 <
0,05
Signifikan
45%
0,042 <
0,05
Signifikan
0,097
9,7%
0,441 >
0,05
0,028
2,8%
0,850 >
0,05
-0,409
-40,9%
0,047 <
0,05
Coefficients B
%
12,079
-
0,526
52%
0,450
Adjusted R Square = 0,484
Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
F. Hitung = 3,810 Sig. F = 0,034
Sumber : Lampiran 2 Berdasarkan koefisien regresi, maka persamaan regresi yang dapat dibentuk adalah ; Y = 12,079 + 0,526LnX1 + 0,450LnX2 + 0,097LnX3 + 0,028LnX4 + (-0,409LnX5)
6.2 Uji Hipotesis a. Uji t Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan secara parsial. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai sig. dengan α = 5%. Hasil analisis regresi berganda adalah untuk mengetahui pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap/ jasa dan non performing financing (NPF) terhadap variabel dependen yaitu asset turn over (ATO). Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda (dalam hal ini untuk menguji pengaruh secara parsial) diperoleh hasil yang dapat dinyatakan berikut ; 1) H1 : Variabel pembiayaan jual beli (X1) memiliki nilai signifikasi 0,002 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti secara parsial variabel pembiayaan jual beli berpengaruh terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia; 2) H2 : Variabel pembiayaan bagi hasil (X2) memiliki nilai signifikan 0,042 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti secara parsial variabel pembiayaan bagi hasil berpengaruh terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia; 3) H3 : Variabel pembiayaan sewa (X3) memiliki nilai signifikan 0,441 > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti secara parsial variabel pembiayaan sewa tidak berpengaruh terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia; 4) H4 : Variabel pembiayaan akad pelengkap/ jasa (X4) memiliki nilai signifikan 0,850 > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti secara parsial variabel pembiayaan akad pelengkap/ jasa tidak berpengaruh terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia; 5) H5 : Variabel non performing financing (NPF) (X5) memiliki nilai signifikan 0,047 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti secara parsial variabel non performing financing (NPF) berpengaruh terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia. b. Uji F Uji F dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap/ jasa dan non performing financing (NPF) terhadap variabel dependen yaitu asset turn over (ATO) secara simultan. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai sig. dengan α = 5%. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda (dalam hal ini untuk menguji pengaruh secara simultan) diperoleh hasil, yaitu bahwa nilai signifikasi 0,034 ˂ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap/ jasa dan non performing financing (NPF) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia. c. Koefisien Determinasi Berganda Berfungsi untuk mengetahui besarnya proporsi atau sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara keseluruhan, maka dapat ditentukan dengan uji koefisien determinasi berganda (R2). Dilihat dari nilai koefisien determinasi berganda, hasil analisis menujukkan bahwa besarnya persentase sumbangan pengaruh variabel pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap/ jasa dan non performing financing (NPF) terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia, dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square (R2) menunjukkan
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
sebesar 0,484 atau 48,4% dan sisanya 51,6% dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. 6.3 Uji Asumsi Klasik 1) Multikolinieritas Asumsi multikolinieritas adalah keadaan dimana terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel independen dalam model. Uji multikolineritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear dalam variabel independen dalam model. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF). Santoso (dalam Prayitno, 2010:81), menyatakan bahwa indikasi multikolinearitas pada umumnya jika VIF lebih dari 5, maka variabel tersebut mempunyai pesoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. Berikut ini disajikan hasil uji multikolinearitas ; Tabel 2 Uji Multikolinearitas Test of Multikolinierity Pembiayaan jual beli (X1) Pembiayaan bagi hasil (X2) Pembiayaan sewa (X3) Pembiayaan akad pelengkap/ jasa (X4) Non performing financing (X5)
Cutt off
VIF
Keterangan
1,317
<
5
Tidak terjadi mulitikolinieritas
1,212
<
5
Tidak terjadi mulitikolinieritas
2,256
<
5
Tidak terjadi mulitikolinieritas
2,492
<
5
Tidak terjadi mulitikolinieritas
1,783
<
5
Tidak terjadi mulitikolinieritas
Sumber : Lampiran 2 Tabel 2, menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen karena menunjukkan nilai VIF kurang dari 5. 2) Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut (Latan, 2013:39). Dasar pengambilan keputusan antara lain : 1) Jika ada pola tertentu. seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas; 2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Adapun hasil pengujian disajikan pada Gambar 1, sebagai berikut ;
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
Gambar 1, menunjukkan bahwa tidak adanya heteroskedastisitas, karena tebaran data tidak membentuk garis tertentu atau tidak terdapat pola yang jelas, serta titiktitik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y. 7. Pembahasan Hasil pengujian koefisien dari analisis regresi linear berganda, menunjuk- kan pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan non performing financing (NPF) berpengaruh secara parsial terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia, sedangkan pembiayaan sewa, dan pembiayaan akad pelengkap/ jasa tidak berpengaruh secara parsial terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia. Kemudian hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap/ jasa dan non performing financing (NPF) berpengaruh secara simultan terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia. Hasil pengujian koefisien dari analisis regresi linear berganda, menunjukkan bahwa pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan non performing financing (NPF) berpengaruh signifikan terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan, “ada pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan non performing financing (NPF) terhadap asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia” adalah diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa jika pembiayaan jual beli, dan pembiayaan bagi hasil memiliki nilai positif, maka akan memberikan pengaruh dalam meningkatkan asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia. Sedangkan non performing financing (NPF), memiliki nilai negatif, maka penurunan kegiatan non performing financing (NPF) akan meningkatkan asset turn over (ATO) Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pembiayaan jual beli berpengaruh Signifikan positif terhadap asset turn over (ATO). Hal ini berarti bahwa peningkata jumlah pembiayaan jual beli yang disalurkan bank syariah akan berpengaruh dalam meningkatkan asset turn over (ATO). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
Purwanto (2011), tetapi tidak sesuai dengan hasil penelitian Oktariani (2012). Bank syariah pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai metode pembiayaan utama, meliputi kira-kira tujuh puluh lima persen dari total kekayaan mereka (Muhammad, 2005). Penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa pembiayaan jual beli merupakan pembiayaan terpopuler yang diukur dengan total dari pembiayaan prinsip murabahah, salam, dan istishna adalah baik, dengan total pembiayaan jual beli tahun 2010 mencapai Rp. 37,81 Miliar, tahun 2011 mencapai Rp. 56,89 Miliar, tahun 2012 mencapai Rp. 64,6 Miliar, dan tahun 2013 mencapai Rp. 86,48 Miliar. Total pembiayaan dengan prinsip murabahah, salam, dan istishna, dalam hal ini kemampuan perusahaan menunjukkan bahwa salah satu bentuk produk perbankan syariah yang terdiri dari kerja sama antar dua pihak atau lebih dimana pemilik modal (shahibul mâl) telah mempercayakan sejumlah uang kepada penegelola (Mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan, telah dapat memberikan kontribusi yang tergolong besar terhadap return dan rasio aktivitas asset turn over (ATO). Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil berpengaruh signifikan positif terhadap asset turn over (ATO). Hal ini berarti bahwa peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan bank syariah akan berpengaruh dalam meningkatkan asset turn over (ATO). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Purwanto (2011), tetapi tidak sesuai dengan hasil penelitian Rahman dan Rochmanika (2012). Penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa total pembiayaan bagi hasil yang disalurkan bank syariah, baik dengan prinsip mudharabah dan musyarakah adalah baik, dengan total pembiayaan bagi hasil tahun 2010 mencapai Rp. 23,21 Miliar, tahun 2011 mencapai Rp. 12,28 Miliar, tahun 2012 mencapai Rp. 31,83 Miliar, dan tahun 2013 mencapai Rp. 42,24 Miliar. Total pembiayaan bagi hasil dengan prinsip mudharabah dan musyarakah, dalam hal ini kemampuan perusahaan menunjukkan bahwa keuntungan usaha yang dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak dan besarnya hak nasabah terhadap banknya dalam perhitungan keuntungan tersebut, ditetapkan dengan sebuah angka rasio atau besaran bagian yang disebut nisbah bagi hasil, telah memberikan return berupa bagi hasil yang diperoleh dari pendapatan bank atas penyaluran dana nasabah bersangkutan dan dalam penetapan return bagi hasil yang diterima nasabah deposan tersebut mengacu pada tingkat suku bunga konvensional, sedangkan bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah tidak terlepas dari besarnya tingkat pembiayaannya dan kualitas aset bank. Pengujian selanjutnya yang dilakukan, menunjukkan bahwa total pembiayaan sewa yang disalurkan bank syariah, baik dengan prinsip ijarah (sewa-menyewa) dan ijarah al-muntahia bittamlik adalah kurang baik, dengan total pembiayaan sewa tahun 2010 mencapai Rp. 1,87 Miliar, tahun 2011 mencapai Rp. 2,914 Miliar, tahun 2012 mencapai Rp. 5,55 Miliar, dan tahun 2013 mencapai Rp. 7,31Miliar. Total pembiayaan sewa dengan prinsip ijarah (sewa-menyewa) dan ijarah al-muntahia bittamlik, dalam hal ini kemampuan perusahaan menunjukkan bahwa keuntungan usaha sewa dari pembiayaan pengadaan barang dan fee dari biaya administrasi dan penggunaan fasilitas, kurang memberikan pengaruh atau sangat kecil dalam memberikan return karena perjanjian antara bank (mu’ajjir) dengan nasabah (musta’jir) sebagai penyewa suatu barang milik bank dan bank mendapat imbalan jasa atas barang yang disewakannya sangatlah kecil. Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembiayaan sewa yang merupakan salah satu
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
komponen aset bank syariah lebih sulit daripada jenis pembiayaan lainnya. Pendapatan prinsip sewa bank umum syariah yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan sewa kemungkinan masih belum secara optimal diperoleh, sehingga belum mampu mengimbangi biaya-biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, sumbangan pendapatan sewa yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan sewa masih belum mampu mengoptimalkan kemampuan bank umum syariah dalam menyumbang perputaran asset. Sehingga pada akhirnya justru berdampak pada penurunan ATO bank umum syariah. Jadi, walaupun rata-rata pembiyaan sewa yang disalurkan oleh bank syariah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, bank syariah masih belum mampu mengelola pembiayaan sewanya dengan baik agar dapat menyumbang perputaran asset optimal. Hal ini terbukti oleh hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa pembiayaan sewa berpengaruh negatif terhadap asset turn over (ATO) bank umum syariah. Pengujian selanjutnya yang dilakukan, menunjukkan bahwa total pembiayaan akad pelengkap (jasa) yang disalurkan bank syariah, baik dengan prinsip hiwalah, rahn, qardh, wakalah, dan kafalah adalah kurang baik, dengan total pembiayaan akad pelengkap (jasa) tahun 2010 mencapai Rp. 2,22 Miliar, tahun 2011 mencapai Rp. 7,95 Miliar, tahun 2012 mencapai Rp. 11,53 Miliar, dan tahun 2013 mencapai Rp. 14,99 Miliar. Total pembiayaan pelengkap (jasa) dengan prinsip hiwalah, rahn, qardh, wakalah, dan kafalah, dalam hal ini kemampuan perusahaan menunjukkan bahwa berarti pengalihan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin, pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang menanggungnya yang merupakan pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muha ‘alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang, penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya dengan barang yang ditahan memiliki nilai ekonomis, kurang memberikan return terhadap bank. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pembiayaan akad pelengkap/jasa berpengaruh signifikan negatif terhadap ATO, juga semakin menguatkan kondisi pembiayaan akad pelengkap/jasa yang masih kurang menarik dan kurang diminati oleh nasabah perbankan syariah di Indonesia bila dibandingkan dengan pembiayaan lainya. Hasil pengujian hipotesis selanjutnya menunjukkan bahwa rasio Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan negatif terhadap asset turn over (ATO). Hal ini berarti bahwa peningkatan NPF akan menurunkan nilai asset turn over (ATO). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian purwanto (2011), tetapi tidak sesuai dengan hasil penelitian rahman dan rochmanika (2012). Non performing financing (NPF) sebagai jumlah pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet, sebagai porsi terbesar yang menyumbang kredit dan pembiayaan bermasalah ini berasal dari pinjaman jenis penggunaan modal kerja dan konsumer adalah baik, dengan total non performing financing (NPF) tahun 2010 mencapai 2,76%, tahun 2011 mencapai 2,7%, tahun 2012 mencapai 2,72%, dan tahun 2013 mencapai 3,08%. Kemampuan perusahaan menunjukkan bahwa kualitas debitor yang dibiayai dapat dianggap sangat handal dan debitor yang dibiayai bank syariah umumnya merupakan debitor yang tidak mendapat pembiayaan dari bank konvensional. Total assets turn over tahun 2010 sebesar 0,52% menunjukkan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 0,52 kali atau setiap
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
rupiah aktiva menghasilkan pendapatan sebesar Rp 0,52; Total assets turn over tahun 2011 sebesar 0,56% menunjukkan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 0,56 kali atau setiap rupiah aktiva menghasilkan pendapatan sebesar Rp 0,56; Total assets turn over tahun 2012 sebesar 0,65% menunjukkan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 0,65 kali atau setiap rupiah aktiva menghasilkan pendapatan sebesar Rp 0,65, dan Total assets turn over tahun 2013 sebesar 0,70% menunjukkan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 0,70 kali atau setiap rupiah aktiva menghasilkan pendapatan sebesar Rp 0,70. Pembiayaan dalam investasi yang dilakukan oleh dua atau lebih jasa keuangan untuk membiayai proyek yang membutuhkan dana. Keterbatasan dana dan aturan batas minimum pemberian kredit menjadikan pembiayaan menjadi salah satu pilihan, salah satunya adalah sebuah koopetisi antara bank syariah. Koopetisi adalah suatu kondisi di mana wujudnya kerjasama antara sesama, tanpa menghilangkan kompetisi. Bank syariah bersaing memberikan layanan terbaik, produk yang beragam bagi masyarakat muslim dan bekerjasama untuk memperbesar pangsa pasar bank syariah dengan mengambil pasar yang lain, pasar konvensional. Pembiayaan bisa menjadi salah satu alternatif untuk memperbesar pangsa pasar bank syariah di Indonesia. Jika perbankan atau lembaga keuangan syariah akan mengambil peluang pembiayaan tersebut, setidaknya ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, Bank syariah perlu merubah mindset, bahwa pembiayaan adalah investasi di sektor ril yang berbeda dengan logika investasi di instrumen keuangan. Karakteristik bisnis, profil risiko, proyeksi cash flow yang tidak bisa langsung diterima sejak bulan pertama harus disadari sejak awal. Jika logikanya masih sama dengan instrumen keuangan, dimana return sudah bisa diperoleh sejak bulan pertama, maka ini tidak jauh berbeda dengan logika konvensional yaitu utang atau kredit. Padahal, sejatinya pembiayaan adalah investasi jangka panjang. Return hanya akan bisa diperoleh jika proyek sudah selesai dan beroperasi. Kedua, banyak bank konvensional yang satu atap dengan cabang syariahnya. Hal ini membuat ketidakjelasan akan pemisahan dana yang dikelola untuk sistem perbankan syariah dengan yang dikelola oleh sistem perbankan konvensional. Dengan memperhatikan hal-hal diatas, semoga perbankan syariah di Indonesia dapat berbenah diri sehingga perbankan syariah dapat terus berkembang dengan tidak melupakan tujuan aslinya yaitu memberikan fasilitas lembaga keuangan masyarakat yang terbebas dari unsur riba dan unsur haram lainnya. 8. Kesimpulan dan Saran 8.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap/ jasa dan rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap asset turn over (ATO) pada bank umum syariah Nasional di Indonesia periode 2010 sampai 2013, baik secara parsial maupun simultan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ; 1. Secara parsial, pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio NPF berpengaruh signifikan terhadap asset turn over (ATO) bank umum syariah Nasional di Indonesia.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
2. Secara simultan pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, pembiayaan akad pelengkap/ jasa dan rasio NPF berpengaruh signifikan terhadap asset turn over (ATO) bank umum syariah Nasional di Indonesia. 5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat disarankan yaitu: a. Pihak Bank Umum Syariah diharapkan dapat membedakan bentuk pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Konvensional dan Bank Syariah, sehingga dengan adanya perbedaan tersebut, maka diharapkan masyarakat sebagai pengguna jasa keuangan lebih tertarik untuk menanamkan modalnya atau meningkatkan tabungannya serta meningkatkan daya tarik atau minat untuk berkerjasama dalam pembiaayaan usahanya; b. Pihak Bank Umum Syariah diharapkan dapat mengevaluasi kebijakan kredit, meningkatkan analisis, dan melakukan pembiayaan dengan lebih berhati-hati, sehingga diharapkan dengan adanya hal tersebut, maka rasio NPF yang sebelumnya relatif tinggi dapat ditekan sehingga akan memberikan kontribusi atau peningkatan terhadap jumlah pembiayaan yang akan disalurkan oleh Bank Umum Syariah yang akan menunjang adanya perputaran dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva; c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan orientasi dalam penelitian dengan memberikan atau menguji pengaruh dari setiap Bank Umum Syariah dan setiap akad pembiayaan yang ada pada Bank Umum Syariah serta mengembangkan orientasi atau menguji pengaruh dari faktor-faktor lainnya yang juga mungkin berpengaruh, seperti profitabilitas dan FDR, sehingga penelitian yang didapatkan dapat dihasilkan secara lebih baik dan bersifat kusus pada setiap Bank Umum Syariah d. Penelitian selanjutnya juga diharapkan untuk dapat menambah jumlah sampel penelitian dan menggunakan laporan keuangan yang sudah di audit. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada ; a. Dra. Retno Endah Supeni, MM., sebagai Dosen Pembimbing I dan Maheni Ika Sari, SE, MM, sebagai Dosen Pembimbing II; b. Pihak Bank Indonesia (BI) yang telah memberikan data penelitian yang dibutuhkan.
Daftar Pustaka Algaoud, Latifa M. dan Mervyn K. Lewis. 2005. Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prosepek. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Antonio, Muhammad Syafi’i, 2005. Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek. Gema Insani Press: Jakarta. Aulia fuad rahman, dan Ridha rochmanika.2012.Pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan non performing finansing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia (ROA).Skripsi.Malang: jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014
Fery, et al., pengaruh pembiayaan dan rasio non performing financing .....
Bank Indonesia. 1998.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia.(http://www.bi.go.id). Baroroh, Ali. 2013. Analisis Multivariat dan Time Series. Gramedia Pustaka : Jakarta Dandawijaya, Lukman. 2009. Undang-Undang Tentang Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia Dikha Rahma Dewi. 2010. faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank Umum Syariah di indonesia Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Firdaus, H Rachmat & Maya Ariyanti. 2009. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Bandung: Alfabetta. Firer,Steven dan S. Mitchell Williams. 2003. “Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance.” Journal of Intelectual Capital. Vol 4, no 3, pp 348-360 Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Edisi V. Jakarta : Erlangga. Hasibuan, Malayu S.P. 1987. Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia. Bandung : Armico. Jogiyanto. 2004. Metpen Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE. Karim, Adiwarman A. 2008. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi 3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kasmir. 2004. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Latan, Hengky. 2013. Analisis Multivariat Teknik dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Mulianti. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Prayitno, Duwi. 2010. Paham Analisa Data Statistik. Yogyakarta : MediaKom Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:CV Alfabeta. Sugiyono. 2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung:CV Alfabeta. Teguh Pudjo Mulyo. 2000. Analisis Laporan Keuangan Perbankan. Jakarta: Djambatan Tri Joko Purwanto. 2011. Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Finansing to deposit rasio, dan Rasio non performing finansing terhadap Laba Bank Syariah. Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Wicaksana, Dwi Fany. 2011. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah dan Murabahah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. Skripsi. Malang: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Yesi Oktariani (2012). Pengaruh Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah, dan Murabahah Terhadap Profitabilitas (studi kasus pada PT Bank MuamalatIndonesia,Tbk). Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Yuliadi, I. 2001. Ekonomi Islam Sebuah Pengantar. LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2014