Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
PENGARUH PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR
ARTIKEL
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh LINDA SUKMANING AYU 1203398
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SERANG 2016
Linda Sukmaning Ayu, Supriadi. Andika Arisetyawan. Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Dasar.
PENGARUH PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR Linda Sukmaning Ayu Supriadi1 Andika Arisetyawan2 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Daerah Serang, Universitas Pendidikan Indonesia email:
[email protected] Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh siswa dalam belajar matematika adalah kurang cepatnya siswa dalam memahami konsep-konsep matematika. Ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kurang menariknya bahan ajar matematika yang disajikan oleh guru sehingga mengurangi keinginan siswa dalam belajar matematika, kurang inovatifnya penerapan metode pengajaran yang membuat siswa tidak puas sehingga mereka tidak dapat menyerap materi secara maksimal, bahan ajar tidak relevan dan metode dengan situasi nyata dan latar belakang sehari-hari siswa sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menghubungkan dan menerapkan konsep dalam situasi kehidupan nyata mereka. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menggunakan pembelajaran etnomatematika Sunda untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika siswa. Peneliti melakukan penelitian dengan dengan desain kuasi eksperimen dengan bentuk nonequivalent control group design. Terdapat dua kelas menjadi objek penelitian; kelas eksperimen dengan pembelajaran etnomatematika Sunda dan kelas kontrol tanpa perlakuan Pembelajaran etnomatematika Sunda. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil antara kelas yang menggunakan pembelajaran etnomatematika Sunda dengan kelas yang tidak menggunakan pembelajaran etnomatematika Sunda. Hal ini ditunjukkan dengan hasil Uji t yang menghasilkan nilai signifikansi 0,00 dimana nilai tersebut kurang dari 0,05 sehingga H0 ditolak artinya terdapat perbedaan. Dari uji gain yang didapatkan kelas eksperimen bernilai gain sedang dan sikap siswa terhadap pembelajaran etnomatematika menunjukkan kecenderungan positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran etnomatematika Sunda berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa.
Kata kunci: Etnomatematika Sunda, kemampuan pemahaman matematis
1
Penulis Penanggungjawab Penulis Penanggungjawab
2
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
THE INFLUENCE OF SUNDANESE ETHNOMATHEMATIC TO THE CAPABILITY OF STUDENTS’ MATHEMATIC UNDERSTANDING Linda Sukmaning Ayu Supriadi1 Andika Arisetyawan2 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Daerah Serang, Universitas Pendidikan Indonesia email:
[email protected] Abstract One problem that faced by students during studying mathematics was speedless of understanding about mathematic concepts. It was influenced by many factors such as atractiveless of mathematic lesson materials that served by teacher so that it decreased students’ desire in studying mathematics, uninovatif teaching method application that disetisfies the studentsso that they cannot absorb the material maximally, irrelevant teaching material and method with the students’ environmental and daily life backgrraound so that studentsget difficulty to relate and to apply the conceptin their real life situation. Based on that problem, researcher used Sundaneseetnomathematic to increase capability of students’ mathematic understanding.Researcher did the research by utilize quasi experiment design that consists of nonequivalent control group design to analyze the impact of that constructional application. There were two classeswhich become the research object; experiment class with Sundaneseetnomathematic learning treatment and control class without Sundaneseetnomathematic learning treatment. The result of this research indicated the difference of the both treatments. This result showed by t test result which is 0,00is significance since the score is less than 0,5. So, Ho was rejected that means there was difference. Test gain shows that experiment class gain was medium and the attitude of student about learning etnomatematika shows positive trands. It proves that , Sundanese etnomathematiclearning gives effects to the capability of students’ mathematic understanding.
Keywords:Sundanese learning etnomatematika, the capability of students’ mathematic understanding.
1
Penulis Penanggungjawab Penulis Penanggungjawab
2
Linda Sukmaning Ayu, Supriadi. Andika Arisetyawan. Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Dasar. Faktor penting dalam mencapai keberhasilan pembelajaran matematika adalah memperhatikan hakikat matematika dengan kemampuan belajar siswa. Pembelajaran matematika hendaknya bertahap dan berurutan serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu (Hudojo dalam Rostina, 2014, hlm.29). Hal ini menunjukkan bahwa konsep matematika dalam pembelajaran matematika saling berkaitan. Dalam hal ini pemahaman matematika adalah pokok perhatian penting dalam pembelajaran matematika. Tandilling (2012, hlm. 25) menyebutkan bahwa kesulitan yang dihadapi anak yakni keterlambatan dalam memahami suatu konsep matematika karena pembelajaran yang kurang menarik dan tidak mengaitkan dengan kehidupan nyata. Membangun pemahaman siswa menjadi proyek utama guru dalam mengajar matematika karena pemahaman menjadi pangkal kemampuan memperluas pengetahuan anak Arsetyawan. dkk (2014, hlm. 683) mengemukakanbahwa dalam proses pendidikan pendidik tidak hanya mentransfer nilai pengetahuan melainkan nilai-nilai kearifan lokal sebagai karakteristik pendidikan nasional perlu dihadirkan dalam proses pembelajaran karena pendidikan tidak hanya didasarkan pada satu aspek budaya intelektual melainkan aspek secara keseluruhan. Pembelajaran berbasis budaya merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang lebih mengutamakan aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar belakang budaya yang dimiliki (Sardjiyo Paulina Pannen dalam Supriadi, 2011, hlm. 3). Menurut Arisetyawan dkk (2014, hlm. 684) model pembelajaran berbasis budaya penting untuk diterapkan karena pada khususnya pembelajaran dalam tingkat sekolah dasar tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kognitif
siswa melainkan juga dapat menekankan pada pembentukkan karakter melalui nilainilai budaya bangsa. Etnomatematika adalah salah satu dari wujud pendidikan berbasis budaya. Etnomatematika merupakan pendekatan yang dikembangkan para ahli untuk meningkatkan kognitif dan afektif siswa agar siswa lebih mudah memahami suatu konsep matematika dan senang mempelajari matematika karena mengaitkan hal yang abstrak dengan situasi nyata sehingga siswa dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Arisetyawan dkk , 2014, hlm. 683). Pembelajaran etnomatematika adalah suatu model pembelajaran matematika yang menghubungkan budaya dengan matematika dengan memperhatikan latar belakang pengetahuan siswa sebelumnya dalam membangun pemahaman siswa terhadap suatu konsep matematika. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan penulis tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul “Pengaruh Etnomatematika Sunda terhadap Kemampuan matematis Siswa Sekolah Dasar” Orey dan Rosa (2012, hlm. 32) etnomatematika merupakan kurikulum pembelajaran di sekolah yang menghadirkan konsep matematika dengan menghubungkan budaya siswa dan pengalaman sehari-hari siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan pamahaman yang lebih mendalam mengenai suatu konsep matematika. Pendidikan etnomatematika dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan meningkatkan pembelajaran yang bermakna dan lebih relevan. Matematika merupakan usaha budaya. Menurut Ambrioso perlu untuk mengembalikan martabat budaya melalui
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 pendidikan matematika. Menurut D’ambrioso (dalam Bill Barton dkk, 2006) pengetahuan matematika tidak terisolasi , tetapi merupakan bagian dari struktur masyarakat. Dalam hal ini berarti matematika adalah merupakan hasil dari budaya. Gagasan Etnomatematika muncul sebagai usaha perbaikan kualitas pendidikan karakter bangsa melalui nilainilai budaya sebagai alat belajar matematika siswa. Secara pedagogis tujuan Etnomatematika menurut Bill Barton dkk (2006) adalah untuk mempromosikan kreativitas dalam membantu siswa mencapai potensi matematika dan kewarganegaraan dengan mengirimkan nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab dalam masyarakat.
Menurut Supriadi (2016, hlm.59) Pembelajaran etnomatematika Sunda ialah suatu pembelajaran dengan mengembangkan proses berpikir matematika yang berangkat dari nilai-nilai budaya Sunda. Pembelajaran etnomatematika sunda memiliki beberapa komponen yakni konstruktivisme, bertanya, pencarian, belajar bersama, permodelan dan refleksi. Nilai Polya mengatakan bahwa kemampuan pemahaman matematik memiliki 4 tahap (sumarmo, 2014, hlm. 20), yaitu : 1) Pemahaman mekanikal Siswa dapat mengingat dan menerapkan rumus dengan sederhana 2) Pemahaman induktif Siswa dapat menggunakan rumus dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa. 3) Pemahaman rasional Siswa dapat membuktika kebenaran suatu rumus dan teorema 4) Kemampuan intuitif Siswa dapat memperkirakan kebenaran tanpa ragu-ragu
Pemahaman matematis merupakan kemampuan seseorang dalam menguasai suatu teorema, dapat menerapkan teorema tersebut serta dapat menghubungkan dengan teorema lain (Soemarmo dan hendriana, 2014, hlm. 19)
METODE PENELITIAN Penelitin ini menggunakan metode Kuantitatif. Penelitian Kuantitatif dapat melihat hubungan hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat) (Sugiono, 2014, hlm.11). Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan bentuk Nonequivalent control group design. Peneliti menggunakan metode tersebut untuk melihat pengaruh pembelajaran etnomatematika Sunda terhadap kemampuan pemahaman matematika. Ada dua kelas yang bernama kelas kontrol dan kelas ekseprimen yang keduanya diberi soal yang sama pada pretes dan postes. Penelitian ini peneliti melakukan penelitian di Sekolah Dasar Islam Khalifah Serang. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas 3 di SD Islam Khalifah. Kelas 3 pada SD Islam Khalifah terbagi menjadi 2 yaitu kelas Abu Ubaidah dan kelas Muhammad Al-Fatih. Kelas Abu Ubaidah berjumlah 27 terdiri dari 14 perempuan dan 13 laki-laki dan Kelas Muhammad Al Fatih berjumlah 25 yang terdiri dari 13 perempuan dan 12 laki-laki. Dalam pengolahan data peneliti hanya menentukan 20 siswa pada tiap-tiap kelas sebagai sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah tes kemampuan pemahaman matematis, wawancara, observasi , skala sikap dan jurnal harian. Tes diberikan dua kali, pada saat awal sebelum perlakuan dan pada akhir setelah
Linda Sukmaning Ayu, Supriadi. Andika Arisetyawan. Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Dasar. adanya perlakuan. Skala sikap dan jurnal harian diberikan diakhir setelah adanya perlakuan Dalam penelitian ini peneliti mengembangkan bahan ajar lembar kerja siswa yang mengandung nilai-nilai budaya Sunda.Untuk mengetahui kehandalam lembar kerja siswa tersebut apakah sudah sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi ideal dalam pembelajaran maka peneliti melakukan uji lembar kerja di SD Negeri Penggung. Uji lembar kerja diberikan kepada kelas 3. Perubahan bahasa soal atau perintah dalam lembar kerja a) Perubahan jumlah media yang digunakan. b) Perubahan ukuran media. Membubuhkan kata stimulus dalam meyimpulkan rumus yang efektif baik luas dan keliling. c) Penghilangan perintah mempersiapkan bahan, karena kalimat tersebut menambah banyak bahan bacaan dalam lembar kerja siswa sehingga siswa menganggap susah dan berat d) Gambar pita sesuai dengan pita yang digunakan siswa e) Penambahan gambar agar siswa tertarik Setelah mengalami perubahan maka peneliti melakukan uji coba di kelas 3 SD Islam Peradaban dengan tujuan menemukan situasi yang ideal sesuai dengan jenis sekolah yakni sekolah islam untuk diterapkan di kelas 3 SD Islam Khalifah. Setelah melakukan uji LKS yang kedua peneliti menemukan situasi yang ideal untuk diterapkan dalam perlakuan kelas eksperimen sampel penelitian. Setelah mengalami beberapa perubahan maka disimpulkan bahan ajar yang digunakan adalah lembar kerja siswa yang telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, kemampuan siswa dan kefektifan lembar kerja siswa.
hipotesis dan gain ternormalisasi pada tes kemampan pemahaman matematis siswa, analisis skala sikap, wawancara, observasi dan jurnal harian
Analisis data yang digunakan peneliti yakni uji normalitas, homogenitas, uji
Nilai homogenitas data pretes yang diperoleh menunjukkan angka 0,072,
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data pretes
Kelas
N
Eksperimen Kontrol Valid N (listwise)
20 20
Descriptive Statistics Std. Min Max Mean Variance Deviation 10 55 29,00 14,198 201,579 10 50 25,25 10,321 106,513
20
Tabel 4.1 deskriptif statistik hasil pretes Dari tabel yang disajikan diatas terlihat bahwa rata-rata kelas kelas eksperimen adalah 29 sedangkan rata-rata kelas kontrol ialah 25,25. Nilai menandakan bahwa kemampuan awal siswa masih belum memuaskan Standar deviasi kelas kontrol dan eksperimen masing-masing adalah 10, 321 dan 14, 198. Tingkat variasi kelas eksperimen lebih kecil dibanding dengan kelas eksperimen, hal tersebut ditunjukkan dari angka variasi kelas eksperimen lebih besar yakni 201,579 daripada kelas kontrol yakni 106, 513. Rata-rata antara kedua kelas tersebut terlihat bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata yang lebih tinggi dari kelas kontrol. Sebelum mengetahui perbedaan rata-rata kedua kelas tersebut terlebih dahulu diuji apakah kedua data normal dan homogen. Berdasarkan uji normalitas signifikasi kelas eksperimen yaitu 0, 924 dan kelas kontrol 0, 678. Kedua angka tersebut menunjukkan diatas 0, 05, hipotesis nol menurut kriteria pengambilan keputusan pada uji normalitas menunjukkan diterima dalam artian data berdistribusi normal. Sedangkan uji normalitas yang dilakukan dengan plot data sampel dihasilkan bahwa kedua data normal
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 angka tersebut lebih dari 0,05 sehingga memiliki makna kedua data tersebut homogen. Dari hasil uji t terhadap data diperoleh nilai signifikansi menunjukkan angka 0,34. Sehingga memiliki makna rata-rata hasil pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki kesamaan. Dari hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa kedua kelas antara kelas kontrol dan eksperimen tidak ada perbedaan yang signifikan dalam rata-rata hasil pretes sehingga perlakuan terhadap sampel dapat dilaksanakan. Analisis data postes
Dari uji normalitas. nilai kelas kontrol menunjukkan yakni 0,670 dan nilai kelas eksperimen yakni 0,685, sehingga memiliki makna data berdistribusi normal. Uji homogenitas postes bernilai 0,078. Hal tersebut memiliki makna data berasal dari sampel yang sama atau homogen. Hasil uji t yang dilakukan bernilai 0,00 berarti ada perbedaan hasil antara pembelajaran Etnomatematika Sunda dan bukan pembelajaran Etnomatematika Sunda. Uji perbedaan rata-rata postes kelas eksperimendapat disajikan dengan tabel
Descriptive Statistics
N Range Min Max Mean 20
45
45
90
Eksperimen 20 Kontrol
35
20
55
Std. Variance Deviation
72,2 5
14,000
36,5 0
9,611
195,98 7 92,368
Kelas rendah
Kelas sedang
Kelas tinggi
Pretes
Postes
Pretes
Postes
Pretes
Postes
10
55
25
65
55
90
10
45
15
85
50
90
10
55
25
70
50
20
45
20
85
25
85
40
80
35
65
35
65
15
70
25
75
45
75
40
80
30
Tabel 4.4 analisis diskriptif data postes Rata-rata kelas eksperimen sebesar 72,25 sedangkan kelas kontrol sebesar 36,50 data tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang diberikan perlakuan pembelajaran Etnomatematika Sunda lebih unggul dari pada kelas kontrol. Tabel 4.5 hasil uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Eksperimen Kontrol N 20 20 Normal Mean 72,25 36,50 Parametersa,b Std. Deviation 14,000 9,611 Absolute ,160 ,162 Most Extreme Positive ,102 ,162 Differences Negative -,160 -,112 Kolmogorov-Smirnov Z ,716 ,725 Asymp. Sig. (2-tailed) ,685 ,670 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
80 85 16
50
28,75
76,07
51,66
90
Tabel 4.7 hasil Uji perbedaan rata-rata Nilai signifikansi antara kelompok rendah dan sedang serta rendah dan tinggi adalah 0,000 yang berarti ada perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman matematis. Signifikansi antara kelompok sedang dan rendah ada perbedaan rata-rata. Kelompok sedang dan tinggi tidak ada perbedaan rata-rata dengan ditunjukkannya nilai signifikansi
Linda Sukmaning Ayu, Supriadi. Andika Arisetyawan. Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Dasar. 0,67. Kelompkk tinggi dan sedang juga tidak ada perbedaan rata-rata dengan nilai signifikansi 0,67. Kelompok tinggi dan sedang terdapat perbedaan rata-rata dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05. Meskipun demikian, secara keseluruhuan terdapat perbedaan rata-rata yang dengan hal tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran Etnomatematika Sunda di kelas eksperimen berhasil. Hasil uji gain dapat disajikam sebagai berikut Nama Siswa
Nilai Pretes
Nilai Postes
N Gain
S1
25
65
0,53
Sedang
S2
15
55
0,47
Sedang
S3
25
85
0,80
Tinggi
S4
20
70
0,63
Sedang
S5
25
45
0,27
Rendah
S6
10
85
0,83
Tinggi
S7
10
85
0,83
Tinggi
S8
40
80
0,67
Sedang
S9
35
65
0,46
Sedang
S10
35
65
0,46
Sedang
S11
15
70
0,65
Sedang
S12
25
55
0,40
Sedang
S13
55
75
0,44
Sedang
S14
10
75
0,72
Tinggi
S15
45
80
0,64
Sedang
S16
40
90
0,83
Tinggi
S17
50
90
0,80
Tinggi
S18
50
80
0,60
Sedang
S19
20
45
0,31
Sedang
S20
30
85
0,79
Tinggi
Interpretasi
Tabel 4.8 hasil uji gain Dari tabel hasil uji gain yang dilakukan rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa meningkat dengan kategori gain sedang. Dalam analisis skala sikap didapatkan hasil bahwa minat siswa
terhadap pelajaran matematika menunjukkan kecenderungan positif dengan rata-rata 83,5 %. Rata-rata dalam minat terhadap pembelajaran Etnomatematika Sunda yakni 3,18, minat terhadap belajar bersama yaitu 3,12 dan penyelesaian masalah dalam pembelajaran matematika yakni 3,10. Ketiganya menunjukkan kecenderungan positif. Dan minat terhadap soal kemampuan matematis dalam pembelajaran etnomatematika sunda juga terlihat siswa memiliki kecenderungan positif dengan ditunjukkan rata-rata sebesar 3, 52. Dapat disimpulkan dari analisis tingkat persetujuan ini bahwa siswa memiliki ketertarikan terhadap Pembelajaran Etnomatematika Sunda. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa sebagian besar aktif dalam mengikuti pembelajaran Etnomatematika Sunda dan berjalan lancar serta dapat belajar bersama dengan baik. Dari wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa didapatkan bahwa pembelajaran Etnomatematika Sunda memudahkan siswa mempelajari matematika dengan kelebihan proses belajar yang menghubungkan budaya dengan konsep matematika. Dari hasil jurnal harian yang didapat siswa dapat dianalis bahwa sebagaian besar siswa memberi mengungkapkan kesan yang baik. Meski demikian ada pula kesan negatif yang diungkapkan siswa. Kesan positif yang dapat dirangkum dari tabel diatas adalah siswa paham setelah belajar menggunakan pembelajarn Etnomatematika Sunda. Salah satu temuan dari penelitian ini adalah bahwa siswa memiliki ketertarikan pada pembelajaran etnomatematika Sunda yakni proses belajar dengan lembar kerja yang menyenangkan sesuai dengan tahap perkembangan siswa dan melibatkan produk-produk budaya Sunda yang dijadikan sebagai media seperti pita anyaman yang sangat berkesan bagi siswa. Meski demikian ada beberapa siswa yang
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 memberi kesan negatif yakni bahwa pembelajaran Etnomatematika sunda itu membuat siswa lelah dan hal tersebut mengakibatkan siswa tidak suka pembelajaran Etnomatematika Sunda. Meski demikian secara keseluruhan jurnal harian yang didapatkan memuat kesan positif terhadap pembelajaran Etnomatematika Sunda. Dalam proses pembelajaran Etnomatematika sunda menurut Supriadi (2016, hlm. 59) terdiri dari beberapa komponen pembelajaran, yakni : Kontruktivisme, bertanya, pencarian, belajarbersama,permodelan, dan refleksi. Berikut adalah gambaran situasi pembelajaran Etnomatematika Sunda. Pembelajaran Etnomatematika sunda diawali dengan pemberian apersepsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Guru memperkenalkan budaya Sunda kepada siswa. Seperti hihid(kipas), kain samping, anyaman khas sunda, dan tokohtokoh Sunda seperti Cepot dan kabayan. Dengan mengenal budaya Sunda siswa diajak untuk menghargai budaya sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia. Guru menampilkan benda-benda yang sering ditemui siswa yang merupakan produk budaya Sunda. Dalam hal ini guru mengaitkan budaya tersebut dengan konsep yang akan dipelajari yakni luas dan keliling persegi panjang. Guru menanyakan kepada siswa mengenai bentuk bangun datar dari gambar-gambar budaya Sunda yang ditunjukkan guru kepada siswa. Dari media tersebut siswa mengetahui bentuk bangun datar pada tiap media dan hal tersebut menjadi jembatan awal siswa memulai belajar luas dan keliling bangun datar persegi dan persegi panjang. Setelah memberikan apersepsi tersebut barulah guru menyampaikan materi pembelajaran yang menjadi tujuan pembelajaran. Pada tahap selanjutnya siswa melakukan belajar bersama, dalam hal ini guru membagi siswa menjadi kelompokkelompok. Guru memberi sebuah lembar kerja pada siap kelompok dengan suatu
masalah untuk dipecahkan. Dalam menyelesaikan masalah tersebut ada siswa yang cepat merespon pertanyaan dan perintah dalam lembar kerja tersebut ada pula siswa yang kurang dapat memahaminya. Dalam hal ini terjadi interaksi antara siswa, interkelompok dan antarkelompok dalam menyelesaikan masalah tersebut. Interaksi ini adalah berfungsi saling mendorong dan membimbing antara siswa. Guru tentu membimbimg siswa selama proses pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah permodelan. Dalam pembelajaran Etnomatematika Sunda ini siswa menggunakan budaya sunda sebagai model dalam menentukan keliling dan luas. Produk budaya sunda yang digunakan sebagi model adalah anyaman sunda yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa yakni menggunakan pita. Dari anyaman tersebut siswa dapat menemukan konsep menentukan luas persegi dan persegi panjang. Awalnya siswa diminta untuk membuat anyaman, beberapa siswa langsung bisa membuat beberapa siswa perlu dibimbing guru dalam membuat anyaman. Setelah itu siswa diminta untuk menghitung luas pita yang memiliki dua warna yakni kuning dan hijau. Siswa awalnya menggunakan cara sederhana dengan kebiasaan siswa dengan menghitung jumlah pita berwarna dalam anyaman tersebut. Guru menanyakan apakah ada cara lain dari menghitung luas tersebut. Kemudian disediakan lembar kerja siswa sebuah langkah kerja dimana anak dapat menemukan rumus dengan media yang digunakan yakni luas persegi. Untuk konsep keliling model yang digunakan adalah dengan menggunakan lidi siswa menghitung keliling hihid (kipas) dan kain samping. Pada awalnya siswa menghitung keliling manual dengan lidi, kemudian siswa menggunakan rumus sehingga ditemukan cara efektif untuk menentukan keliling persegi dan persegi panjang. Dalam hal ini guru juga berperan
Linda Sukmaning Ayu, Supriadi. Andika Arisetyawan. Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Dasar. membimbing siswa dalam pengkonstruksian pengetahuan baru siswa. Setelah siswa mengerjakan lembar kerja yang disediakan siswa mempresentasikan dan merefleksikan konsep yang telah ditemukan hasil pengelaman belajar tersebut. Dengan demikian pembelajaran semakin bermakna. Polya (sumarmo, 2014, hlm. 20) mengatakan bahwa kemampuan pemahaman matematik memiliki 4 tahap yakni Pemahaman mekanikal, pemahaman induktif, pemahaman, pemahaman rasional dan pemahaman intuitif. Dalam penelitian ini tahap pemahaman yang dijadikan indikator hanya dari 3 jenis pemahaman yakni pemahaman mekanikal, induktif dan intuitif. Indikator dari pemahaman mekanikal adalah mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dan menghitung secara sederhana. Dalam hal ini siswa menggunakan rumus yang efektif dalam menghitung luas dan keliling. Pada mulanya siswa menghiting jumlah warna hijau dan warna kuning di dalam area anyaman yang dibuat, selanjutnya siswa menggunakan rumus luas dalam menentukan luas anyaman. Begitu pula dengan keliling awalnya siswa menghitung keliling hihid (kipas) dan kain samping manual dengan lidi selanjutnya siswa menggunakan rumus untuk menentukan keliling. Indikator dari pemahaman induktif adalah menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa. Dalam hal siswa menentukan keliling dan luas persegi dan persegi panjang pada benda-benda produk budaya sunda. Selain itu menentukan keliling dengan memindahkan satuan lidi ke satuan baku adalah salah satu memecahkan kasus yang serupa. Indikator dari pemahaman intuitif adalah memperkirakan kebenaran dengan
pasti. Dalam hal ini siswa menebak-nebak bagaimanakah rumus keliling dan luas yang tepat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pembelajaran Etnomatematika Sunda dapat meningkatkan kemampuan peahaman matematis siswa. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas Eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih baik dari kelas kontrol. Temuan dari penelitian ini adalah uji t yang dilakukan pada saat pretes dan postes. Pada saat pretes uji t yang dilakukan menghasilkan nilai signifikansi 0,34, nilai tersebut lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima artinya rata-rata hasil pretes memiliki kesamaan. Setelah diberi perlakuan uji yang dilakukan menghasilkan nilai signifikan 0,00, berarti ada perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Selain itu kelas menggunakan pembelajaran Etnomatematika Sunda mengalami peningkatan kemampuan pemahaman matematis dilihat dari rata-rata pretes dan postes. Pembelajaran Etnomatematika Sunda memberikan ketertarikan kepada siswa terhadap pelajaran matematika. Siswa menjadi senang dan lebih memahami konsep matematika dengan dibuktikan dari analisis skala sikap, wawancara dan jurnal harian dari siswa.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Islam Khalifah maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran Etnomatematika Sunda dan kelas kontrol yang tidak menggunakan pembelajaran Etnomatematika Sunda. 2. Ada peningkatan kemampuan pemahaman matematis kelas yang
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 menggunakan pembelajaran Etnomatematika Sunda 3. Sebagain besar siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran Etnomatematika Sunda. Daya tarik siswa dari pembelajaran etnomatematika Sunda adalah terletak pada lembar kerja siswa dengan menggunakan media yang menarik menggunakan unsur budaya Sunda
dalam Operasi Perkalian Matematika untukMeningkatkan Karakter Kreatif dan Cinta Budaya Lokal Mahasiswa PGSD, Prosiding Seminar Nasional (hlm.1-8). Bandung : STKIP Siliwangi Arisetyawan, A.dkk. (2014). Study of Ethnomathematics : A Lesson from Baduy Culture. International journal of education and research, 2 (10), hlm.681-688. Borton, dkk. (2006). Cultural Connection
DAFTAR PUSTAKA Sugiono.(2014).Metode kuantitaif, kualitatif, Banudng: Alfabeta
and Mathematical Maniputaion. For Penelitian dan R&D.
Tandilling, Edy. (2012). Pengembangan Instrumen Untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematik, Pemahaman Matematik, Dan Self Regulation Learning Siswa Dalam Pembelajaran Di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13 (1), hlm. 24-31 Sundayana, Rostina. (2014). Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran matematika. Bandung: Alfabeta Hendriana dan Penilaian Matematika. Aditama
Soemarmo. (2014). Pembelajaran Bandung: Refika
Supriadi. (2016). Cara Mengajar Matematika untuk PGSD. Serang : Upi Kampus Serang Rosa,
M. & Orey, D. C. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2). 32-54
Supriadi, (2011). Pembelajaran Etnomatematika dengan Media Lidi
the Learning Mathematic. 26 (2), hlm. 21-24