PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN QALBU TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN
Masyitah Irwan Nuryana K. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan manajemen qalbu terhadap penurunan kecemasan subjek kelompok eksperimen sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Subjek penelitian ini adalah Ibu-ibu rumah tangga warga Padukuhan Lodadi Umbulmartani Ngemplak Sleman yang berjumlah 20 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik Independent Sample t-test dengan bantuan program SPSS 12.00 for windows. Uji perbedaan dilakukan pada tiga pasangan variabel. Variabel pertama yaitu skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan nilai t = 0,040 dengan p = 0,968 (p > 0,05). Untuk variabel kedua yaitu skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan nilai t = 0,604 dengan p = 0,553 (p > 0,05). Untuk variabel ketiga yaitu selisih skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan skor posttest kelompok eksperimen dan kontrol menunjukkan nilai t = 1,029 dengan p = 0,317 (p > 0,05), sehingga hipotesis yang berbunyi ada perbedaan tingkat kecemasan antara subyek yang diberi pelatihan Manajemen Qalbu (kelompok eksperimen) dan yang tidak diberi pelatihan (kelompok kontrol), sebelum dan sesudah pelatihan: DITOLAK
Kata kunci : Pelatihan, manajemen qalbu, kecemasan
2
Latar Belakang
Di zaman yang perkembangannya semakin maju seperti sekarang, banyak sekali ditawarkan hal-hal yang dapat menimbulkan kesenangan ataupun hal-hal yang mampu memanjakan diri dengan berbagai pernakpernik kehidupan sebagai hasil dari kemajuan teknologi itu sendiri. Namun di tengah-tengah kesenangan dan kenyamanan yang dirasakan tentunya tidak dapat dipungkiri akan muncul ketidaktentraman batin seperti cemas, was-was, takut,rendah diri, merasa gagal, dan hati yang kacau balau karena sebagian besar manusia hampir tidak pernah bisa memahami apa arti hidup ini. Tidak tahu apa tujuan dan harus bagaimana bersikap dalam hidup yang serba singkat ini. Sehingga timbullah perasaanperasaan yang tidak menyenangkan seperti tersebut di atas. Salah satu perilaku yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia adalah perilaku cemas. Hampir tiap individu pernah merasa cemas, hanya tingkat kecemasan antara individu yang satu dengan yang lain saja yang berbeda-beda. Begitu juga dengan wanita yang memiliki peran sebagai istri, ibu rumah tangga, pendidik, menjalankan tugas reproduksi, anggota masyarakat , dan bahkan juga sebagai pencari nafkah. Dalam menjalankan peran tersebut, adakalanya dihinggapi berbagai masalah yang menyangkut
3
kejiwaann, yang apabila tidak diatasi akan menimbulkan gangguan kesehatan jiwa. Gangguan yang sering dihadapi adalah berupa stres, seperti merasa tertekan hidup bersama mertua, hidup diikuti saudara, finansial yang kuran, tidak memiliki keturunan, tindak kekerasan dari suami, dan sebagainya. Akibat-akibat stres dapat berupa psikologik dan somatik. Stres yang akut dapat menimbulkan depresi dan kecemasan (Astrini, 2001). Menurut Gymnastiar (2001), bahwa sesuatu yang banyak menyita pikiran, waktu dan tenaga yang berakibat mengurangi kemampuan akal dan merusak ibadah adalah perasaan cemas. Cemas terhadap sesuatu yang belum terjadi, yang berkaitan dengan urusan duniawi. Padahal sudah jelas bahwa perasaan cemas apalagi bila berlarut-larut, tidak akan menimbulkan penyelesaian selain membuat hati semakin sengsara dan bertambah menderita. Sebenarnya menurut Gymnastiar (2001), tidak ada masalah dengan masalah karena yang menjadi masalah itu adalah cara kita dalam menyikapi masalah. Padahal kesulitan dan persoalan hidup itu pada hakikatnya berpangkal dari kotornya hati. Hati yang kotor tidak bisa tidak, akan melahirkan perasaan cemas, resah, gelisah dan serba salah. Sikap resah, gelisah atau panik merupakan tanda ketidak-tenangan seseorang dalam bersikap dan berprilaku. Sikap tersebut dapat membuat situasi di lingkungan sekitar jadi tidak menyenangkan.
4
Setiap orang pasti mendambakan ketenangan batin dan mencapai ketenangan batin bukanlah hal yang mustahil. Allah swt, mengajarkan pada kita langkah nyata mendapat ketenangan hati, yaitu dengan mengingat Allah atau zikir. “ingatlah dengan zikir mengingat Allah, hati akan tentram” (ar-ra’d : 28). Seorang muslim yang menghayati sholatnya dengan ikhlas dan khusyu’akan tenang dan terhindar dari kegelisahan, kecemasan, depresi dan semacamnya (Waspada Online, 22 mei 2004. Sri Rahmawati Minha). Banyak penelitian yang mengungkap keterkaitan antara religiusitas dan kecemasan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti berikut ini yaitu ;J. Irene Harris , Sean W. Schoneman , Stephanie R. Carrera (2002) yang berjudul Approaches to religiosity related to anxiety among college students, yang hasilnya bahwa pendekatan secara religius dapat mengurangi kecemasan. Variabel-variabel religiusitas yang melingkupi komitmen religius, doa-doa, dan hubungan dengan orang lain dalm kelompok rujukan yang sifatnya religius, memiliki hubungan negative yang signifikan dengan kecemasan. Rifa Hidayah dalam penelitiannya tentang Pengaruh Ayat-ayat Al-Qur’an Terhadap Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Tes (2004), yangh hasilnya menunjukkan bahwa Ayat-ayat Al-Qur’an dapat menurunkan kecemasan subjek dalam menghadapi tes, siswa yang mendapatkan perlakuan tayangan dan pembacaan Al-qur’an kecemasannya lebih rendah dibandingkan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan.Serta
5
Penelitian yangdilakukan oleh Susan H. Jones, Leslie J. Francis, Chris Jackson, yang hasilnya menyatakan bahwa subjek yang religius dan yang meyakini Tuhan, menunjukkan tingkat kecemasan yang rendah. Gymnastiar (2002) juga mengatakan bahwa dengan selalu mengingat Allah, hati akan tentram. Sebaliknya, ketika kita jarang ingat kepada Allah, hati akan kering dan gersang. Untuk itu Aa Gym mengenalkan konsep indahnya hidup dengan kebeningan hati atau yang kemudian dikenal dengan konsep manajemen Qalbu. Menurut Gymnastiar (2001), manajemen qalbu adalah proses menata hati yaitu bagaimana memahami dan mengenal diri sehingga kemudian mampu mengontrol atau mengendalikan diri. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk dapat mengendalikan diri adalah dengan terus-menerus melakukan latihan-latihan. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam mengendalikan tingkah laku. Baik tingkah laku normal, maupun tingkah laku yang menyimpang,
yang
terganggu,
keduanya
merupakan
pengaturan,
penjelmaan, dan pertahanan terhadap kecemasan (Gunarsa&Gunarsa, 1986). Kecemasan dalam proporsi tertentu merupakan hal yang positif di dalam kehidupan individu (Prawitasari, 1988). Kecemasan yang ringan berguna untuk menimbulkan rangsangan terhadap individu yang mampu bergerak cepat dan giat, pada tingkat yang tinggi, kecemasan dapat berakibat negatif dan merugikan, yaitu individu
6
dapat menjadi putus asa, depresi dan tidak berdaya, bahkan melarikan diri dari kenyataan. Menurut
Lazarus
(1976)
kecemasan
merupakan
pengalaman
emosional subyektif yang tidak menyenangkan. Suatu kondisi psikologis yang mengancam keberadaan individu, dimana hal yang menyebabkan ancaman itu bersifat tidak jelas sehingga individu merasa tidak tahu, bingung dan takut untuk dapat menghadapi masa yang akan datang. Johnston (dalam Dariyo,1997) menganggap kecemasan sebagai akibat suatu konflik dalam diri individu sehingga merupakan ancaman yang menghambat keinginan pribadi. Kecemasan dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor, misalnya pengalaman
subyektif
yang
tidak
menyenangkan,
sering
mengalami
kegagalan, hasil hubungan interpersonal yang kurang memuaskan, masalah yang berhubungan dengan masa depan dan hal-hal lain yang menyebabkan stress (Karsono, 1989). Maher (Callhoun dan Acocella, !990) menyebutkan bahwa reaksi kecemasan mempunyai tiga komponen atau aspek, yaitu emosional, kognitif, dan fisiologis. Istilah
”manajemen” secara
formal
dapat
diartikan
sebagai
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian terhadap penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan (Schermernon, 1997). Pengertian
”manajemen
Qalbu” itu
sendiri
adalah
proses
menata,
7
mengarahkan dan mengendalikan qalbu (hati) dalam arti menjaga agar niat (motif terhadap sikap maupun perilaku) selalu terjaga (lurus dan ikhlas) sehingga setiap perilaku yang muncul dapat terkendali dan dapat dipertanggung jawabkan dunia akhirat (Pusdiklat DT ;dalam Safitri, 2003) Menurut Gymnastiar (2002), inti konsep manajemen qalbu adalah memahami diri dan kemudian mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa diri sebenarnya, dan tempat untuk memahami dan mengendalikan diri itu ada di hati. Individu yang mampu memahami dan kemudian mengembangkan dirinya melalui hati yang bersih, akan selalu menunjukkan seluruh perilakunya untuk mendapat ridha Allah swt.
Hipotesis Ada perbedaan tingkat kecemasan antara subyek yang diberi pelatihan Manajemen Qalbu (kelompok Eksperimen) dan yang tidak diberi pelatihan (kelompok Kontrol), sebelum dan sesudah pelatihan.
Metode Penelitian Variabel yang digunakan : Variabel bebas
:
Pelatihan Manajemen Qalbu
Variabel tergantung
:
Kecemasan
8
Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini yaitu para ibu rumah tangga warga Padukuhan Lodadi Umbulmartani Ngemplak Sleman Yogyakarta. Subyek ibu-ibu ini akan diambil sebanyak 20 orang dan kemudian dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol yang masing-masing sebanyak 10 orang pada tiap kelompok. Subyek pada kelompok eksperimen akan diberi perlakuan berupa pelatihan Manajemen Qalbu. Namun tidak demikian dengan kelompok kontrol, karena kelompok kontrol disini hanya berfungsi sebagai pembanding saja.
Alat Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode skala dan observasi. 1. Skala kecemasan Skala kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh
penulis berdasarkan sintesis dari beberapa teori. Aspek-aspek yang
diungkap dalam skala kecemasan ini adalah aspek psikologis, kognitif, dan fisiologis. Penilaian skala kecemasan ini bergerak dari satu sampai empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Ada perbedaan pemberian skor antara aitem Favorabel dan aitem
9
Unfavorabel. Untuk aitem Favorabel, nilai paling tinggi adalah 4 untuk jawaban Sangat Setuju, 3 untuk jawaban Setuju, 2 untuk jawaban Tidak Setuju,1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju. Sedangkan aitem Unfavorabel untuk nilai yang paling tinggi adalah 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju, 3 untuk jawaban Tidak Setuju, 2 untuk jawaban Setuju, 1 untuk jawaban Sangat Setuju.
2. Observasi Observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai metode pendukung yang bertujuan untuk melengkapi data-data yang dimiliki oleh peneliti dan yang sudah ada sebelumnya.
Analisis Data Berdasarkan hipotesis dan tujuan penelitian, data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan teknik Independent Sample t-test dengan program SPSS 11.00 for windows. Analisis dilakukan berdasrkan skor pretest-posttest kelompok eksperimen, skor pretest-posttest kelompok kontrol, serta selisih skor pretest-posttest kelompok eksperimen dan kontrol.
Hasil Penelitian
10
Analisis uji perbedaan dilakukan pada tiga pasangan variabel. Variabel pertama yaitu skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunujukkan nilai t = 0,040 dengan p = 0,968 ( p > 0,05). Untuk variabel kedua yaitu skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan nilai t = 0,604 dengan p = 0,553 ( p > 0,05). Sedangkan untuk variabel ketiga yaitu selisih skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan skor posttest kelompok eksperimen dan kontrol menunjukkan nilai t = 1,029 dengan p = 0,317 ( p > 0,05), sehingga hipotesis yang berbunyi Ada perbedaan tingkat kecemasan antara subyek yang diberi pelatihan Manajemen Qalbu (kelompok Eksperimen) dan yang tidak diberi pelatihan (kelompok Kontrol), sebelum dan sesudah pelatihan
Pembahasan
hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan manajemen qalbu tidak memberikan
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
penurunan
tingkat
kecemasan. Jadi hipotesis yang berbunyi “ Ada perbedaan tingkat kecemasan antara subjek yang diberi pelatihan manajemen qalbu (kelompok eksperimen) dan yang tidak (kelompok kontrol), ditolak. Hasil penelitian ini ditolak kemungkinan karena peserta kurang mampu memahami secara benar materi-materi pelatihan yang diberikan sehingga peserta belum dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
11
sebab faktor keyakinan bahwa Allah akan menolong hambanya dalam setiap menghadapi masalah dapat membuat rasa cemas berkurang (Rifa Hidayah, 2004). Tidak efektifnya pelatihan ini juga karena peserta yang belum dapat menjadikan hal-hal yang diperoleh dari materi pelatihan menjadi suatu kebiasaan dalam hidup mereka. Pada dasarnya kebiasaan yang terus menerus dapat menjadi suatu karakter. Kebiasaan adalah cerminan dari pengetahuan, keterampilan, dan motivasi. Pengetahuan adalah berhubungan dengan apa dan mengapa (paradigma teoritis). Keterampilan adalah berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Motivasi adalah keinginan dan kemauan untuk melakukan hal tersebut. Kebiasaan merupakn faktor yang kuat, karena kebiasaan merupakan pola yang tidak disadari. Kebiasaan yang terus-menerus dan setiap hari akan menghasilkan ekspresi karakter dan efektivitas dari perilaku. Kebiasaan terbentuk melalui pengalamn dan proses belajar. Jadi kebiasaan dapat dirubah dan berubah karena pada hakekatnya pelatihan adalah membangun kebiasaan sehingga ada perubahan karakter ke arah yang lebih baik (Pusdiklat DT, 2003). Kelemahan yang ada dalam penelitian ini yaitu waktu pelatihan yang dinilai kurang efektif karena dalam satu hari peserta diberi tiga sesi pelatihan sekaligus dengan waktu yang terbatas itu disebabkan karena harus menyesuaikan dengan kegiatan peserta diluar kegiatan pelatihan yaitu sebagai ibu rumah tangga. Selain itu juga karena jangka waktu pengambilan
12
data untuk posttest dinilai belum cukup lama untuk melihat perubahan tingkat kecemasan pada subjek setelah diberikan pelatihan. Kelemahan penelitian lainnya yaitu hasil penelitian ini bertolak belakang dengan pernah dilakukan oleh Safitri (2003), bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat penurunan stres kerja antara kelompok yang diberi pelatihan manajemen qalbu
(eksperimen) dan yang tidak diberi
pelatihan manjemen qalbu (kontrol). Kelompok eksperimen mengalami penurunan tingkat stres kerja sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami stres kerja. Selain itu juga, peserta pelatihan dalam penelitian Safitri (2003), peserta menginap selama tiga hari di Pesantren Daarut Tauhid Bandung, dari tanggal
16-18
Oktober
teratur/terorganisir
dan
2003
dengan
lingkungan
yang
bersih,
menyatu
dengan
masyarakat
umum
karena
lingkungan yang kondusif memiliki peranan yang berarti untuk pencapaian kondisi belajar yang optimal . Sedangkan dalam penelitian kali ini peserta hanya diberikan dua hari pelatihan dalam waktu yang hanya beberapa jam saja dengan lingkungan tempat pelatihan yang kurang kondusif karena letaknya yang dekat dengan jalan sehingga banyak kendaraan yang lewat dan membuat bising. Kelemahan lain dalam penelitian ini yaitu saat pelatihan kurang diberikan materi yang lengkap mengenai cara yang dapat dilakukan untuk dapat
mengurangi
masalah-masalah
yang
menimbulkan
kecemasan.
Menurut Valle (Anward, 2002), individu yang membuka hati ke alam dalam,
13
mencari wasilah untuk mendapatkan bimbingan lahir batin (Al-Ghazali dalm Simuh,1996) akan memperoleh peningkatan spiritual yang membuat individu menjadi lebih sehat, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun keagamaan (Naranjo dalam Anthony, Echer&Weber, 1987; dan Valle, 1989).
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak karena
pelatihan pelatihan
manajemen qalbu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan. Hal ini ditandai dengan t = 0,040 dan p = 0,968 (p > 0,05) untuk skor pretest kelompok eksperimen dan kontrol, t = 0,604 dengan p = 0,553 (p > 0,05) untuk skor posttest kelompok eksperimen dan kontrol, serta t = 1,029 dengan p = 0,317 (p > 0,05) untuk selisih skor pretest kelompok eksperimen dan kontrol dengan skor posttest kelompok eksperimen dan kontrol. Jadi, “ tidak ada perbedaan tingkat kecemasan antara subjek yang diberi pelatihan manajemen qalbu (kelompok eksperimen) dan subjek yang tidak diberi pelatihan manajemen qalbu (kelompok kontrol).
Saran
14
Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk dapat membuat materi pelatihan yang lebih efektif dan juga jangka waktu pelatihan yang lebih lama. Dalam melakukan pengambilan data untuk posttest – pun sebaiknya lebih lama untuk dapat melihat perubahan tingkat kecemasan yang signifikan setelah diadakannya pelatihan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jauziyyah, A.I.Q, 2004. Manajemen Qalbu. Rembang : Pustaka Anisah Andriasari, M. 2003. Hubungan Antara Motivasi Intrinsik Untuk Belajar dengan Kecemasan Menghadapi Tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada siswa SMU Kelas III. Ringkasan Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarya: Fakultas Psikologi UGM. Anwar, H.H.,2002. Dzikrullah: Suatu Transendental Being dan Terapi. Indigenous. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi Vol.6, No.2, 110-121. Azwar, S., 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Edisi ke-1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mulayadi, R.2003. Kenalilah Rasa Cemas yang Berlebihan. Sinar Harapan. www.google.com Gymnastiar, A. 2001. Meredam Gelisah Hati. Yogyakarta : Pustaka Grafika. Gymnastiar, A. 2003. Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhid. Memperbaiki diri lewat Manajemen Qalbu. Bandung: Mizan
Gymnastiar, A. 2003. Refleksi Untuk Membangun Nurani Bangsa. Bandung: MQS Publishing. Gymnastiar, A. 2002. Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qalbu. Jakarta: Gema Insani Press.
16
Hidayah, R. 2004. Pengaruh Ayat-ayat Al-Quran Terhadap Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Tes. Jurnal Psikodinamik Vol. 6.no.2.
Harris, J.I., Schoneman S.W., Carrera S.R., 2002. Approaches to Religiousity Related to Anxiety Among College Student. Journal of Psychology and Theology. Vol. 123-140. Jones, Susaan H., Francis, Leslie J., Jackson,Chris, 2004. The Relationship Between Religion and Anxiety: A Study Among Anglican Clergymen and Clergywomen. Journal of Psychology and Theology. Vol.32. Mahsun, 2004. Bersahabat dengan Stress. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Prisma Media. Safitri, D., 2003. Pengaruh Pelatihan Manajemen Qalbu Terhadap Stres Kerja Karyawan di Daarut Tauhid Bandung. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Suryabrata, S., 1983. Metodologi Penelitian. Rajawali Press.
------------, 2003. Pengantar Pelatihan Manajemen Qalbu.Bandung : Tim Pusdiklat Daarut Tauhid.
www.google.com/informasi psikologi online/ www.Geocities.com/wanita sehat/