NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR
Oleh : FATMAWATI MUCH. BACHTIAR
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________________
Dosen Pembimbing
( H. M. Bachtiar, Drs., MM)
HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR
Fatmawati Moch Bachtiar
INTISARI
Penellitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara self efficacy dengan minat berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara self efficacy dengan minat berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir. Semakin tinggi self efficacy, semakin tinggi minat berwirausaha. Sebaliknya semakin rendah self efficacy, semakin rendah minat berwirausaha. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir, S-1, berasal dari jurusan Tekhnik Sipil dan Perencanaan. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan metode random sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala self efficacy yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Bandura (1977) dan skala minat berwirausaha yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Alma (1999). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 11.0 untuk menguji apakah ada hubungan antara self efficacy dengan minat berwirausaha. Korelasi product moment dari Spearman menunjukan korelasi sebesar rxy2 = 0,731 p= 0,000 (p <0,01) yang artinya ada hubungan positif yang signifikan antara self efficacy dengan minat berwirausaha. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata kunci : Self efficacy, Minat berwirausaha
A. Pendahuluan
Istilah pengangguran mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah berhenti di Indonesia. Demikian juga dengan persoalan yang dihadapi dari tahun ke tahun, bukan semakin sederhana tetapi bertambah kompleks. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi Indonesia, yaitu krisis ekonomi, krisis sosial, dan krisis politik semakin menjadikan Indonesia terpuruk dalam permasalahan karena dengan adanya permasalahan tersebut membuat angka pengangguran semakin bertambah, bahkan penambahannya menjadi dua kali lipat (Suara Pembaharuan, 2002). Tahun 1980, angka pengangguran terdidik mencapai 1,5%. Selanjutnya pada tahun 1990 dan 1994 melesat cepat menjadi 7,8% dan 14,8% (171.000 orang). Terakhir pada tahun 2002 saat diukur angka pengangguran mencapai 2 juta orang (Pikiran Rakyat, 2002). Sidang pleno konggres XV Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Direktur Ketenagakerjaan dan Analisis Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Widianto mengemukakan, tahun ini jumlah warga yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan mencapai 10,13 juta jiwa. Jumlah ini akan meningkat menjadi 11,19 juta jiwa pada tahun 2005, sementara jumlah pengangguran secara keseluruhan diperkirakan lebih dari 40 juta jiwa (Kompas,2003) Tahun 2003 bukanlah tahun yang baik dalam hal ketenagakerjaan khususnya jumlah lapangan kerja yang tersedia. Prediksi pada tahun tahun 2003 yang
mengisyaratkan jumlah pengangguran mencapai 9,7 juta jiwa menandakan lapangan kerja sudah sangat terbatas. Dengan demikian, 9,7 juta pendudukan tersebut akan menambah beban masyarakat.( Kusumo, Pikiran Rakyat). Lebih memprihatinkan lagi, terjadinya pembengkakan pengangguran terdidik lulusan perguruan tinggi, yakni dari 1,8 juta jiwa di tahun 2001 menjadi 1,9 juta jiwa pada tahun 2002; 2,41 juta jiwa pada tahun 2003 dan mencapai 2,56 juta pada tahun 2004 ( Pasaribu,2002). Penumpukan pengangguran terdidik atau sarjana yang berasal dari perguruan tinggi terjadi akibat tidak adanya visi dan arah yang jelas pada
konsep
Pembangunan
Pendidikan
Nasional
yang
tertuang
dalam
perencanaan pembangunan jangka panjang pemerintah. Selain itu kerja sama atau kemitraan antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan departemen terkait seperti Departemen Tenaga Kerja masih kurang (Suara Pembaharuan, 2002). Untuk mengatasi pengangguran terdidik bukanlah sesuatu pekerjaan yang mudah, akan tetapi yang lebih penting adalah menghindari atau mencegah bertumbuhnya pengangguran yang terdidik, jadi ketika lapangan kerja tidak lagi mampu menampung jumlah pengangguran, mengapa tidak memulai membuat usaha sendiri? Usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah pengangguran salah satunya adalah dengan menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan. Kewirausahaan merupakan alternatif pilihan yang paling tepat bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensinya, dimana mahasiswa merupakan bagian dari golongan intelektual karena lahir dari tempat-tempat yang menjadi sumber pengatahuan (perguruan tinggi). Dengan bakal pengetahuan dan ilmu yang
dimiliki
setidaknya
dapat
menajadi
embrio
untuk
“melahirkan”
wirausahawan sejati (Ifham,2002). Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ma’soem (Setiono, 2002) dalam pidatonya di ITB yakni “Anda jangan hanya ingin mencari pekerjaan, namun harus bisa membuka lapangan pekerjaan karena dengan menjadi wirausahawan membuat mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi lainnya menjadi lebih terhormat martabatnya”. Penelitian tentang minat berwirausaha oleh Wijatmiko (Rusuli,2004), menunjukan persentase minat berwirausaha pada mahasiswa berada pada tingkat sedang 82,98%, sisanya memiliki minat berwirausaha pada tingkat tinggi 17,05% dan minat berwirausaha pada tingkat rendah tidak ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha pada mahasiswa adalah sedang, hal ini dikaitkan dengan kemandirian yang persentasenya pada tingkat sedang. Wirausaha merupakan istilah yang diterjemahkan dari kata entrepreneur. Dalam Bahasa Indonesia, pada awalnya dikenal istilah wiraswasta yang mempunyai arti berdiri di atas kekuatan sendiri.
Istilah tersebut kemudian
berkembang menjadi wirausaha, dan entrepreneurship diterjemahkan menjadi kewirausahaan. Wirausaha mempunyai arti seorang yang mampu memulai dan atau menjalankan usaha.(Desembriarto,Kompas 2005). Memang, menciptakan lapangan pekerjaan meskipun untuk diri kita sendiri adalah hal yang tidak mudah. Menjadi wirausaha memberikan peluang untuk berkembang yang cukup besar. Di sisi lain, risikonya juga tidak kecil. Jika menjadi wirausaha lebih mudah dari pada menjadi pekerja, akan lebih banyak orang yang memilih menjadi enterpreneur dari pada menjadi pekerja. Oleh karena itu, orang yang menjadi pekerja juga tidak dapat disalahkan karena tidak semua orang mampu menjadi enterpreneur. Banyak
masalah yang harus dipecahkan. Bahkan, sebelum menentukan jenis usaha yang akan dibuat masalah yang lebih awal adalah apakah kita berani untuk memilih jalan menjadi wirausaha (enterpreneur). Ada tiga ketakutan dalam diri individu untuk memulai menjadi wirausaha. Yang pertama adalah takut rugi. Memang usaha apa pun akan selalu berisiko untuk rugi tetapi juga berpeluang untuk untung. Dalam dunia kerja pun kita juga menemui berpeluang untuk diberhentikan. Kedua takut terhadap ketidakpastian, terutama ketidakpastian dalam penghasilan. Seperti dijelaskan di atas, dalam berusaha pasti kita akan selalu berpeluang untuk untung maupun rugi. Dunia kerja pun juga memiliki ketidakpastian. Kita tidak dapat memastikan kondisi kesehatan perusahaan. Ketiga takut mencoba. Sebenarnya takut mencoba tersebut dapat disamakan dengan takut tenggelam. Jika kita tidak pernah mencoba untuk berenang, kita tidak akan pernah dapat berenang. Kita hanya akan tahu teori berenang tanpa tahu bagaimana rasanya berenang. Demikian halnya dengan menjadi wirausaha. Kita dapat belajar teknik menjadi wirausaha. Jumlah buku tentang menjadi wirausaha juga sudah sangat melimpah. Kita tahu banyak pengusaha yang berhasil memiliki penghasilan yang sangat memadai. Tetapi, jika kita tidak pernah mencoba memulai usaha, kita akan terus bermimpi menjadi pengusaha (Kusumo,2002 Pikiran Rakyat). Minat merupakan aspek psikologis yang berpengaruh pada kesuksesan seseorang dalam melakukan suatu tugas, seseorang akan berkemauan keras untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya jika memiliki minat. Minat merupakan hal penting dalam melakukan suatu tugas dan dalam pekerjaan kewirausahan
subuthkan adanya minat terhadap wirausaha itu sendiri. Woodworht (Walgito, 1994) menyatakan bahwa apabila seseorang menemukan suatu objek dan dapat berhubungan dengan objek tersebut maka ia akan menaruh minat terhadap objek tersebut. Hal itu berlaku juga pada minat untuk berwirausaha, dibutuhkan kesanggupan untuk berhubungan dengan kewirausahaan sehingga individu memiliki minat terhadap kewirausahaan. Tidak semua mahasiswa mempunyai minat berwirausaha yang tinggi. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan faktor kepribadiannya, dalam hal ini dikhususkan pada kepribadian Self Eficacy. Bandura (Fatmawati, 2003) mengemukakan bahwa self efficacy
merupakan kemampuan seseorang untuk mengontrol segala sesuatu
dalam hidupnya. Kepribadian antara satu orang dengan lainnya berbeda. Sebagai contohnya, peneliti pernah melakukan wawancara sebagai salah satu sumber dalam penelitian ini. Wawancara tersebut memperoleh kasus nyata yang cukup baik dimana terdapat dua orang mahasiswa yang sama-sama memiliki uang sebagai modal usaha. Mahasiswa yang pertama bernama Rudi (nama samaran), ia mahasiswa salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta jurusan non eksata. Rudi (nama samaran) sebenarnya memiliki uang yang cukup banyak, sehingga ia bisa membuka suatu usaha, namun ia tidak berani mencoba untuk berwirausaha dengan alasan ia tidak memiliki keyakinan dan keberanian untuk memulai suatu usaha sendiri. Berbeda dengan mahasiswa yang kedua, mahasiswa tersebut bernama Edy. Edy salah satu mahasiswa dari perguruan tinggi Swasta di Yogyakarta jurusan eksata . Edy menggunakan uang yang dimilikinya sebagai modal dalam usahanya. Mula-mula ia membuka toko kecil di pinggir jalan
Kaliurang untuk berjualan pulsa, ia terus tekun dan yakin akan berhasil, ia juga termasuk orang yang ulet dalam bekerja,ia memiliki keyakinan bahwa ia mampu dalam menjalankan usahanya, ia tidak mengambil untung banyak dalam setiap penjualan pulsa yang dilakukannya, saat ini ia sudah mampu membuka beberapa tempat penjualan pulsa dan ia juga sudah punya toko sendiri. Edy memiliki prinsip bahwa untuk menjadi wirausahawan yang sukses maka harus mengesampingkan hawa nafsu untuk cepat menjadi kaya. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Setiono (2002) bahwa untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses maka orang tersebut harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu : kreatif, inovatif, percaya diri, tegar, ulet, pekerja keras, pola pikir multi tasking, dan mampu menahan hawa nafsu untuk cepat menjadi kaya. Dari penjabaran dua contoh tadi, penulis menemukan ketakutan dalam diri Rudi (nama samaran) untuk berwirausaha, dimana rasa takut itu begitu besar sehingga Rudi (nama samaran) tidak memiliki keyakinan bahwa Rudi (nama samaran) mungkin saja akan berhasil di bidang wirausaha. Lain halnya dengan Edy, Edy terus saja memulai untuk berwirausaha dengan mengesampingkan rasa takut yang ia miliki sehingga Edy memiliki keyakinan bahwa Edy suatu saat nanti akan berhasil dalam usahanya.. Permasalahan yang timbul dari hasil wawancara tersebut yaitu keyakinan dalam diri individu. Keyakinan (self efficacy) dapat menentukan seseorang untuk mencapai suatu keberhasilan, kemudian penulis memiliki asumsi bahwa aspek kepribadian khususnya self efficacy memiliki sumbangan terhadap minat berwirausaha. Berangkat dari asumsi tersebut maka penelitian ini akan menyelidiki hubungan antara self efficacy denga minat berwirausaha.
B. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini “ Ada hubungan positif antara self efficacy dengan minat berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir”. Semakin tinggi self efficacy maka semakin tinggi minat berwirausaha yang dimiliki, sebaliknya semakin rendah self efficacy maka semakin rendah minat berwirausaha yang dimiliki. C. Metode Penelitian Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode skala minat berwirausaha dan skala self efficacy. Metode ini dilakukan untuk mengungkap self efficacy dan minat berwirausaha. Peneliti menggunkan empat alternatif jawaban pada angket yang digunakan, yaitu: Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Pernyataan-pernyataan disajikan dalam bentuk aitem favorabel dan unfavorabel dengan pemberian skor satu sampai empat. Secara rinci alat ukur yang digunakan adalah : 1) Skala self efficacy Skala minat berwirausaha digunakan untuk mengungkap seberapa besar minat berwirausaha yang dimiliki seorang mahasiswa. Skala ini disusun berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Alma (1999), yag terdiri dari tiga aspek yaitu : kemandirian, inovatif, dan pengambilan resiko. Dalam penelitian ini penulis memodifikasi angket minat berwiraswasta yang digunakan oleh Sahri (2002), semula terdapat 45 aitem kemudian ditambah oleh penulis sebanyak 25 aitem sehingga dalam penelitian ini terdapat 60 aitem
2) Skala minat berwirausaha Skala self efficacy digunakan untuk mengungkap seberapa besar self efficacy yang ada dalam diri seorang mahasiswa. Skala ini disusun berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Bandura (1977), yag terdiri dari tiga aspek yaitu : dimensi tingkat, dimensi kekuatan, dan dimensi generalisasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan acuan angket self efficacy yang digunakan oleh Widyanto (1997).
D. Metode Analisis Data Peneliti dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan tekhnik analisis korelasi product moment dari pearson. Perhitungan dibantu dengan menggunakan komputer program SPSS 11.0 for windows.
E. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil try-out, uji validitas dan reliabilitas alat ukurnya adalah a. Skala minat berwirausaha Hasil uji reliabilitas skala minat berwirausaha ini menggunakan cronbach alpha dengan hasil sebesar 0,9478 batasan yang digunakan pada uji validitas adalah 0,3. Hasil analisis aitem skala minat berwirausaha menunjukan bahwa dari 60 aitem yang diujicobakan, terdapat 15 aitem yang gugur, yaitu: 2, 5, 6, 10, 11, 19, 22, 24, 25, 30, 33, 34, 35, 38, 41, 42, dan 46. Hal ini menunjukan terdapat 45 aitem yang valid.
b. Skala self efficacy Hasil uji reliabilitas skala self efficacy ini menggunakan cronbach alpha dengan hasil sebesar 0,9319 batasan yang digunakan pada uji validitas adalah 0,3. Hasil analisis aitem skala self efficacy menunjukan bahwa dari 60 aitem yang diujicobakan, terdapat 20 aitem yang gugur, yaitu: 2, 5, 6, 10, 11, 19, 22, 24, 25, 30, 33, 34, 35, 38, 41, 42, 46, 48, 51, dan 55. Hal ini menunjukan terdapat 40 aitem yang valid. 1. Deskripsi Data Penelitian Untuk memperoleh gambaran umum mengenai data penelitian dapat dilihat pada tabel deskripsi data berisikan fungsi-fungsi statistik dasar yang disajikan secara lengkap pada tabel 1 berikut; Tebel 1 Deskripsi Data Penelitian Variabel
Hipotetik X Min µ
X Max
Minat Berwirausaha Self Efficacy
s
X Max
Empirik X Min µ
s
180
45
112,5
22,5
167
100
139,03
13,917
160
40
100
20
155
87
125,06
13,869
Catatan: µ= rerata/ mean ; s = setiap satuan standar deviasi Deskripsi data yang dilakukan dalam penelitian memiliki tujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil subjek penelitian mengenai pengaruh self efficacy dengan minat berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir. Setelah kategorisasi dibuat, subjek digolongkan kedalam salah satu kategori sehingga dapat dilihat persentase jumlah subjek pada masing-masing kategori. Azwar (1999) membagi kategori menjadi lima, yaitu: a. Sangat Tinggi b. Tinggi c. Sedang d. Rendah
= = = =
(µ + 1,5s (µ + 0,5s (µ – 0,5s (µ – 1,5s
< X) < X = µ + 1,5s ) < X = µ + 0,5s ) < X = µ– 0,5s )
e. Sangat Rendah keterangan :
= (X = µ – 1,5s )
X = batas bawah µ = mean s = standar deviasi Sebaran hipotetik dari skala minat berwirausaha dapat diuraikan untuk mengetahui keadaan subjek penelitian yang berdasarkan pada kategorisasi standar deviasi, dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2: Kriteria Ketegorisasi Data Variabel Minat Berwirausaha Kategori Skor Jumlah Persentase Sangat tinggi 146 = X 39 32,5 % Tinggi 124 < X =146 62 51,67 % Sedang 101 < X = 124 18 15 % Rendah 79 < X = 101 1 0,83 % Sangat rendah X = 79 0 0% Hasil tabel 2 diatas menunjukan sebagian besar responden penelitian memiliki skor minat berwirausaha
dalam kategorisasi tinggi yakni sebesar
51,67%. Sebaran hipotetik dari skala self efficacy dapat diuraikan untuk mengetahui keadaan subjek penelitian yang berdasarkan pada kategorisasi standar deviasi, dapat dilihat pada tabel 3: Tabel 3 : Kriteria Kategorisasi Data Variabel self efficacy Kategori Skor Jumlah Persentase Sangat tinggi 130 = X 42 35 % Tinggi 110< X =130 62 51,67 % Sedang 90 < X = 110 15 12,5 % Rendah 70 < X = 90 1 0,83 % Sangat rendah X = 70 0 0% Hasil tabel 3 diatas menunjukan sebagian besar responden penelitian memiliki skor self efficacy dalam kategorisasi tinggi yakni sebesar 51,67%.
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang mencakup uji normalitas dan uji linieritas. Hal ini perlu dilakukan karena tekhnik product moment yang harus menggunakan data yang berdistribusi normal dan linier. 2. Uji asumsi Uji asumsi dilakukan sebelum pengolahan data atau uji hipotesis. Uji asumsi mencakup uji normalitas dan uji linieritas. Uji asumsi merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya (Hadi, 2000). a. Uji normalitas Uji normalitas dengan menggunakan teknik one sample kolmogorovsmirnov test dari program SPSS 11.0 for windows. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4 berikut Tabel 4 : Hasil Uji Asumsi Normalitas Variabel Skor KS-Z Minat berwirausaha 0,958 Self efficacy 0,611
P 0,318 0,850
Keterangan Normal Normal
Syarat agar data memiliki sebaran normal adalah p > 0,05. Hasil uji normalitas yang tertera pada tabel 10 diketahui bahwa variabel minat berwirausaha memiliki p = 0,318 (P>0,05) sehingga variabel minat berwirausaha memiliki sebaran normal atau setiap data terdistribusi normal, begitu pula dengan variabel self efficacy memiliki p = 0,850 (P>0,05) sehingga variabel self efficacy memiliki sebaran normal atau setiap data terdistribusi normal, sehingga dapat
disimpulkan bahwa masing-masing variabel memiliki sebaran data terdistribusi normal. b. Uji Linieritas Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 11.0 yaitu untuk statistic compare means. Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel self efficacy dengan minat berwirausaha diperoleh nilai F linearitas sebesar 134,306 dan p = 0,000 (p = 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa self efficacy berpengaruh secara linier terhadap minat berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir. 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk menguji pengaruh self efficacy terhadap minat berwirausaha, peneliti menggunakan alat analisis product moment. Analisis statistik menggunakan bantuan program SPSS 11.0 for windows. Hasil analisis menunjukan rxy2 = 0,731 dengan p= 0,000 (p< 0,01) dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ Ada hubungan
positif antara self efficacy
dengan minat
berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir” diterima.
F. Pembahasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan positif antara self efficacy dengan minat berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir Hasil analisis product moment dari penelitian ini menunjukan bahwa angka rxy2 = 0,731 dengan p= 0.000 (p<0,01). Hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara self efficacy dengan minat berwirausaha pada mahasiswa tingkat
akhir fakultas Tekhnik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Semakin tinggi self efficacy yang dimiliki responden maka semakin besar pula minat berwirausaha yang dimilikinya, begitu pula sebaliknya semakin rendah self efficacy yang dimiliki responden maka semakin kecil minat berwirausaha yang dimilikinya.. Adanya hubungan antara self efficacy dengan minat berwirausaha semakin memperkuat penelitian yang dilakukan oleh (Widyarto,1997) dengan hasil penelitiannya “individu yang memiliki self efficacy yang besar memiliki keyakinan mengenai kemampuannya dalam mengoprasikan komputer” penelitian yang dilakukan oleh Musrifah (2003) dengan hasil penelitian “Ada pengaruh negatif pada self efficacy terhadap kecemasan” penelitian yang dilakukan oleh Nur’aini (2003) dengan hasil penelitian “Ada hubungan antara self efficacy terhadap tugas rumah tangga dengan kecemasan wanita menjelang pernikahan”. Kondisi ini menunjukan bahwa peran self efficacy terhadap minat berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir sangat membantu untuk memotivasi mahasiswa dalam memulai berwirausaha. Self efficacy memiliki peran penting dalam minat berwirausaha pada mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data sumbangan efektif self efficacy terhadap minat berwirausaha sebesar 53,4%, artinya bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah self efficacy, semantara sisanya 46,6% adalah faktor-faktor lain yang turut berpengaruh terhadap minat berwirausaha yang tidak diperhatikan dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain
tersebut antara lain usia, jenis kelamin, pendidikan, keluarga, kondisi sosial ekonomi (Kusumo, 2002). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self efficacy terhadap minat berwirausaha termasuk dalam kategori tingkat tinggi. Hal ini disebabkan dengan adanya kemampuan, keyakinan, tingkah laku dan penambahan pencarian informasi sehingga menunjang mahasiswa untuk berwirausaha. Skor yang diperoleh self efficacy adalah 110< X =130 berada dalam kategori tinggi. Mean empirik self efficacy sebesar 125,06 dan mean hipotetik 100. selain itu, prosentase mahasiswa pada self efficacy sangat tinggi sebanyak 42 orang (35%), 62 orang (51,67%) mempunyai self efficacy yang tinggi, 15 orang (12,5%) mempunyai self efficacy sedang, dan sisanya 1 orang (0,83%) mempunyai self efficacy yang rendah. Skor yang diperoleh minat berwirausaha adalah 124 < X = 146 berada dalam kategori tinggi dengan mean empirik 139,03 dan mean hipotetik 112,5. Prosentase mahasiswa pada minat berwirausaha yang berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 39 orang (32,5%), 62 orang (51,67%) berada dalam kategori tinggi, 18 orang (15%) berada dalam kategori sedang dan sisanya 1 orang (0,83%) berada dalam kategori rendah. Dalam penelitian ini peneliti menemukan ada satu orang responden yang memiliki tingkat kategorisasi sangat rendah baik tingkat kategori minat berwirausaha maupun kategori self efficacy. Responden tersebut memiliki no urut 75, dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada hubungan positif antara self efficacy dengan minat berwirausaha diterima, yang berarti bahwa semakin tinggi self efficacy maka semakin tinggi minat berwirausaha, dan sebaliknya.
G. Kelemahan Dalam Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa kelamahan yaitu : 1. Skala self efficacy Skala self efficacy yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengungkap tentang self efficacy berwirausaha, melainkan mengungkap tentang self efficacy akademik. 2. Pengulangan pengukuran Pengulangan pengukuran yang dimaksud yaitu, pada penelitian ini ada beberapa aitem yang mengungkap hal yang sama pada kedua skala yaitu terdapat dalam skala self efficacy dan juga terdapat dalam skala minat berwirausaha, sehingga mengakibatkan sumbangan efektif yang tinggi. Pengulangan pengukuran dapat dilihat pada tabel 10 berikut: Tabel 10: Aitem-aitem Pengulangan Pengukuran No Aitem Minat Berwirausaha Aitem Self Efficacy Indikator 1 a. Saya tidak yakin pada Saya merasa tidak mampu Tidak yakin pada pekerjaan yang saya untuk melakukan tugas kemampuan diri selesaikan sendiri (10) tanpa bantuan orang lain. sendiri (36) b. Saya merasa tidak mampu untuk melakukan pekerjaan sendiri (11) c. Saya tidak yakin suatu pekerjaan yang sulit dapat diselesaikan secara pribadi (45) 2 Saya suka menyelesaikan Saya menyukai pekerjaan Menerima tantangan pekerjaan yang dianggap yang membutuhkan kerja orang lain sebagai keras (27) pekerjaan berat (38) Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor aitem pada masing-masing skala
H. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan menyebutkan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi “Ada hubungan positif antara self efficacy dengan minat berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir” diterima, hal ini ditunjukan rxy2= 0,731 dengan p= 0.000 (p<0,01). Pernyataan ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara self efficacy dengan minat berwirausaha pada mahasiswa tingkat akhir fakultas Tekhnik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Berarti semakin tinggi self efficacy yang dimiliki responden maka minat berwirausaha yang dimilikiya akan tinggi pula.
I. Saran-saran 1. Bagi responden penelitian Self efficacy yang ada dalam diri individu sebaiknya perlu terus ditingkatkan, hal ini akan sangat membantu dalam kehidupan individu itu sendiri, terbukti dari hasil penelitian bahwa individu yang memiliki self efficacy yang tinggi maka minat berwirausaha yang dimilikinya akan semakin tinggi pula. Setiap individu harus yakin bahwa dalam berwirausaha yang sangat dibutuhkan adalah apa yang ada dalam diri sendiri dalam hal ini adalah self efficacy, bukan status sosial seseorang. 2. Bagi fakultas Tekhnik Sipil dan Perncanaan Berdasarkan penelitian ini diharapkan fakultas Tekhnik Sipil dan Perencanaan dapat melakukan upaya peningkatan kualitas lulusan Fakultas
Tekhnik Sipil dan Perncanaan. Salah satu langkah yang disarankan oleh penulis adalah untuk sesering mungkin untuk mengadakan pelatihan tentang peningkatan self efficacy yang dimiliki masing-masing individu dan pelatihan tentang berwirausaha. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengadakan penelitian dengan mengungkap perbedaan jenis kelamin, status sosial dan ekonomi, dan pengaruh media masa terhadap minat berwirausaha terutama yang berkaitan dengan self efficacy.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. 1999. Kewirausahaan. Bandung: Alfa Beta As’ad, M. 1999. Psikologi Industri. Edisi Keempat. Jogjakarta: Liberty Azwar,S.1999. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi _______. 1999. Skala Penyusunan Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar _______. 1999. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bandura, A. 1986. Social Fondation of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. Engelewood Cliffs. New Jersey: Prentice _________. 1997. Self Efficacy: The Exerice of Countrol. New York Freeman & Company Baumassape, A. N. Berwirausaha Sejak Mahasiswa. http://www.deik.commotivator STIE YKPN. Jogjakarta. 23/01/2002 Desembriarto. 2005. Mewirausahakan Rakyat Aceh. http://www.kompas.comkompas-cetak Jogjakarta Fatmawati. 2003. Kumpulan Makalah Kepribadian II. Diktat Kuliah (Tidak diterbitkan) Faturochman. 2004. Modul Pelatihan Analisa Kuantitatif dengan SPSS. Diktat Kuliah Aplikasi Komputer (Tidak diterbitkan). Furi, E. R. 2003. Hubungan Antara Sensation Seeking dengan Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Gempur, S. 2002. Motif Berwirausaha: Http://www.titianbisnis.com/2002
Apa
dan
Bagaimana?
Hadi,S. 2002. Metodologi Penelitian Jilid 1. Yogyakarta: Penerbit Andi _____. 2000. Metodologi Penelitian Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi Ifham, A. 2002. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kewirausahaan Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi No. 2, halamann 89-111 Kusumo, 2002. Ciri-ciri Seorang Wirausaha. Http://www.pikiran rakyat.com/2002
Muhandri, T. 2002. Strategi Penciptaan Wirausaha (Pengusaha) Kecil, Menengah yang Tangguh. http://www.geogle.com/2/12/2002 Rahmawati, A. 2000. Hubungan antara Kematangan Vokasional dengan Minat Berwirausaha pada Siswa SMK. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Rusuli, E. 2003. Hubungan Mahasiswa Yang Telah Menikah Dengan Minat Berwirausaha. Tugas Metodologi Penelitian 2. ( Tidak Diterbitkan) Sahri, E. 2002. Hubungan antara Iklim Wiraswasta dengan Minat Berwirausaha pada Siswa SMU. Skripsi( Tidak diterbitkan). Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Setiono. 2002. Mentalitas Wirausahawan. Http://www.e-psikologi.com/2002 Tim Penyusun. 2004. Pedoman Usulan Penyusunan Skripsi dan Penyusunan skripsi. Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Walgito, B. 1994. Psikologi Sosial Suatu pengantar. Yogyakarta: Andi Offset Walgito, B. 2002. Psikologi Umum. Yogyakarta: yayasan Penerbit Universitas Gajah Mada Widyarto, T. A. 1997. Kemampuan Mengoprasikan Komputer Ditinjau Dari Perceived Self efficacy. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Widanarti, N. 2002. Hubungan antara dukungan sosial Keluarga Dengan Self Efficacy Pada Remaja Di SMU Negri 9 Yogyakarta. Jurnal Psikologi No. 112 - 123 _________.2003. Ketika Lowongan Http://www.kompas.com/2003 _________.2002. Kondisi Tenaga Kerja Http://www.nakertrans.go.id ( pasaribu, Bomer)
Kerja
di
Sulit
Indonesia.
_________.2002. Http://www.pikiran rakyat.com/2002 _________.2002. Http://www.suara pembaharuan.com/2002
Diraih
Artikel.