Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal PENGARUH Pb-ASETAT DALAM AIR MINUM TERHADAP KONSENTRASI PLUMBUM (Pb) DAN KALSIUM (Ca) PADA GINJAL PUYUH (Coturnix-coturnix Japonica) FASE GROWER EFFECT OF PLUMBUM (Pb) IN DRINKING WATER ON CONCENTRATION OF Pb AND Ca IN THE KIDNEY OF GROWING QUAIL (Coturnix-coturnix japonica) Ferry Faisal*Kurnia A Kamil*An-an Yulianti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran #Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2014 sampai 1 Januari 2015 di Kandang Kelompok Profesi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Data kandungan Pb dan Ca dianalisis di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Plumbum Asetat pada air minum terhadap konsentrasi Plumbum dan Kalsium pada ginjal puyuh (coturnix-coturnix japonica) fase grower. Sebanyak 120 ekor puyuh betina dijadikan sebagai objek penelitian. Analisis statistika yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan P0 = tanpa pemberian Pb Asetat dalam air minum. P1 = 50 ppm ( 1,1 g Pb dalam 12 liter air minum), P2 = 100 ppm ( 2,2 g Pb dalam 12 liter air minum) serta delapan ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas 5 ekor puyuh. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian plumbum dari 50 sampai dengan 100 ppm berpengaruh nyata meningkatkan konsentrasi Pb pada ginjal (P<0.05) namun tidak berpengaruh nyata pada konsentrasi Ca pada ginjal puyuh Coturnix-cotunix Japonica. Kata Kunci: Plumbum Asetat, Kalsium, Ginjal, Puyuh.
ABSTRACT
The research was conducted from 11th December 2014 to 1st January 2015 at the Poultry House, Faculty of Animal Husbandry Padjadjaran University and the data were analyzed in the Laboratory of Dairy Cattle Nutrition, Faculty of Animal Husbandry Institut Pertanian Bogor. This study was aimed to investigate the impact of lead (Pb) on concentration of Pb and Ca in the kidney of growing quail (coturnix-coturnix japonica) and 120 quails were used in this research. The experimental method used a completely randomized design (CRD) with three treatments; P0 = without Pb-acetate in drinking water, P1 = 50 ppm (1.095 ppm Pb-acetate in 12 liters of water), P2 = 100 ppm (2.2 ppm Pb-acetate in 12 liters of water) with eight replications and each replication consisted of five quails. According to the statistical test, it showed that the administration of 50 to 100 ppm Pb increased Pb concentration (P<0.05) and did not significantly (P>0,005) increase for Ca concentration in the kidney of growing quail (coturnix-coturnix japonica). Keywords : Plumbum Acetat, Calcium, Kidney, Quail.
Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal
PENDAHULUAN
Pertambahan penduduk yang semakin tinggi berbanding lurus dengan meningkatnya kebutuhan pangan yang dikonsumsi, salah satu pangan yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu pangan yang berasal dari sumber protein hewani (telur, daging, susu). Kebutuhan protein hewani dalam tubuh manusia harus tercukupi, maka dari itu pemeliharaan puyuh jenis petelur (coturnix-coturnix japonica) dapat menjadi salah satu sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani. Selain hal tersebut ternak puyuh mempunyai keunggulan lain yaitu laju metabolisme tinggi, dapat memproduksi telur lebih cepat daripada ayam, serta ternak puyuh memiliki tubuh yang relatife kecil sehingga tidak membutuhkan lahan yang luas. Berdasarkan hal tersebut, pemeliharaan puyuh banyak dilakukan di tempat yang dekat dengan pemukiman seperti halaman rumah atau belakang rumah. Plumbum merupakan zat berbahaya, apabila masuk ke dalam tubuh ternak yang berasal dari pencemaran udara maupun air, dapat menyebabkan penurunan produktivitas, menghambat kerja enzim, menghambat penyerapan mineral oleh tubuh, dan menurunkan kadar antioksidan serta meningkatkan produksi radikal bebas. Ketidakseimbangan antara serangan oksidan dan pertahanan antioksidan pada jaringan dan sel mengarah pada terjadinya kerusakan organ (Wang Lin, 2010). Pada saat ini udara dan air telah banyak terkontaminasi oleh racun, terutama daerah/kota yang banyak terdapat industri serta dilalui oleh kendaraan bermotor. Penyumbang terbesar pencemaran udara adalah kendaraan bermotor yakni gas buang berupa karbonmonoksida dan plumbum, zat buang kendaraan tersebut sangat berbahaya bagi tubuh serta organ-organ tubuh seperti hati dan ginjal. Ginjal adalah organ yang menyaring plasma dan unsur-unsur plasma dari darah, kemudian secara selektif menyerap kembali air dan unsur-unsur berguna dari filtrat, yang akhirnya mengeluarkan kelebihan dan produk buangan plasma. Fungsi ginjal diantaranya sebagai alat filtrasi, ekskresi dan reabsorbsi, sehingga perannya sangat vital dalam tubuh. Pada kasus keracunan akut, plumbum menyebabkan nekrosis tubular, oligosuria dan kegagalan fungsi ginjal. Dalam tubuh, Plumbum dapat merusak dengan berbagai cara seperti pengurangan sel darah merah, penurunan sintesis globulin dan penghambatan sintesis hemoglobin sehingga menimbulkan anemia.
Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan dan Objek Penelitian Puyuh betina yang digunakan untuk penelitian berumur 2 minggu, dengan rata-rata bobot badan 26,68 gram (Koefisisen variasi<10%). Kemudian puyuh diberi perlakuan mulai dari minggu ke 3 sampai minggu 6. Puyuh diperoleh dari peternakan Jua’Jua Quail Farm Kampung Kubangsari Desa Tenjolaut RT 03 RW 05 Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ginjal puyuh Pb-asetat, asam Nitrat, asam sulfat, asam klorida. Kandang dan Perlengkapan Jenis kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah koloni cages Kerangka kandang terbuat dari ram kawat (bagian alas, sisi dan penyekat). Ukuran kandang adalah 30 x 30 x 30 cm, dengan menggunakan papan kayu di bagian bawahnya untuk tempat penampungan kotoran puyuh, dalam satu kandang terdapat 5 ekor puyuh.
Untuk
memudahkan pencatatan dan penelitian setiap kandang diberikan nomor sesuai dengan perlakuan. Ransum penelitian Ransum yang diberikan pada puyuh yaitu jenis BR1 berbentuk crumble yang dibeli dari PT. Shinta, dengan kompisisi terdiri atas jagung, dedak, gluten,pollard, tepung ikan, bungkil kedelai, minyak, kalsium fosfat, kalsium karbonat, natrium klorida, asam amino, vitamin, trace mineral, antioksidan, tepung daging dan tepung tulang. Komposisi kandungan energi metabolis dan zat-zat makanan dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Kandungan Energi Metabolis dan Zat Makanan Ransum Penelitian Nutrient Kebutuhan Puyuh * Ransum ** Fase Grower Penelitian EM (Kkal/kg) Min .2600 2800 PK (%) Min. 17 21 - 23 Ca (%) 0.9 - 1.2 0,9 - 1.2 Phospor ( %) 0.6 - 1 0,7 - 1.0 Serat Kasar Maks, 7,00 4 Lemak Kasar Maks, 7,00 4-8 Sumber : * BSN (2006)SNI 01 – 3906 – 2006 ** PT. Shinta Prima Feedmil
Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah konsentrasi Plumbum dan Kalsium pada ginjal. Adapun pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut 1. Konsentrasi Pb pada ginjal Sampel ginjal dikeringkan menggunakan oven untuk mengetahui kadar airnya. Sampel yang sudah diketahui bahan keringnya diambil sebanyak 1 g, kemudian didestruksi dengan menggunakan sistem pengabuan basah (wet ashing) dengan prosedur seperti pada lampiran 5. Filtrat yang dihasilkan disaring dengan kertas saring dan kemudian disimpan pada vial Sampel dibaca dengan menggunakan Atomic Absorption Spetophometry (AAS) untuk mengetahui kadar Pb pada ginjal puyuh. 2.
Konsentrasi Ca pada Ginjal Sampel hati dikeringkan menggunakan oven untuk mengetahui kadar airnya. Sampel
yang sudah diketahui bahan keringnya diambil sebanyak 1 g, kemudian didestruksi dengan menggunakan sistem pengabuan basah (wet ashing) dengan prosedur seperti pada lampiran 5. Filtrat yang dihasilkan disaring dengan kertas saring dan kemudian disimpan pada vial. Pengukuran lebih lanjut dilakukan dengan konsentrasi Ca
pada ginjal oleh Atomic
Absorption Spetophometry (AAS).
Rancangan Percobaan Dan Analisis Statistik Perlakuan konsentrasi Pb Asetat yang diberikan pada puyuh adalah sebagai berikut: P0 = Tanpa pemberian Pb-asetat dalam air minum P1 = Pemberian Pb-asetat dengan konsentrasi 50 ppm dalam air minum P2 = Pemberian Pb-asetat dengan konsentrasi 100 ppm dalam air minum Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), puyuh ditempatkan secara acak ke dalam kandang, diberikan 3 perlakuan masing-masing perlakuan terdiri dari 8 ulangan. Setiap unit ulangan terdiri dari 5 ekor puyuh sehingga total puyuh 120 ekor. Pengujian pengaruh perlakuan digunakan analisis ragam. Apabila terdapat pengaruh percobaan dilanjutkan dengan uji Polinomial Orthogonal.
Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam dengan model matematika sebagai berikut : Yijk = µ + αi + €ij Keterangan : Yij µ αi €ij
= Respon terhadap perlakuan ke-i ulangan ke-j = Nilai tengah populasi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j
i j
= Perlakuan (1,2,3) = Ulangan (1,2,3,4,5,6,7,8)
Hasil dan Pembahasan Pengaruh Pemberian Pb-Asetat terhadap Konsentrasi Plumbum dalam Ginjal Puyuh Fase Grower Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian Pb-asetat pada air minum terhadap konsentrasi Plumbum pada ginjal puyuh fase grower. dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Pemberian Plumbum (Pb) terhadap Konsetrasi Pb pada Ginjal Puyuh.
Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Rataan Ket :
Konsentrasi Pb pada Ginjal Puyuh P0 P1 P2 ---------------- ppm---------------0.002 0.007 0.011 0 0 0 0 0.046 0.147 0.018
0.015 0.024 0.024 0.021 0.089 0.021 0.013 0.076 0.784 0.101
P0 : Tanpa Pb Asetat dalam air minum P1 : 50 ppm Pb Asetat dalam air minum P2 : 100 ppm Pb Asetat dalam air minum
0.541 0.099 0.113 0.112 0.174 0.081 0.051 0.139 1.31 0.164
Total
2.241
Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa terjadi peningkatan konsentrasi Pb pada ginjal puyuh seiring dengan jumlah Pb yang diberikan yaitu pada PO sebesar 0.018 ppm, P1 0.101 ppm dan P2 0.164 ppm. Rataan konsentrasi Pb tertinggi terdapat pada P2 yaitu sebesar 0.164 ppm. Data PO (tidak diberikan perlakuan) konsentrasi Pb pada ginjal puyuh sebesar 0.018 ppm, hal ini di duga karena berbagai faktor diantaranya adalah air yang diberikan mengandung plumbum yang diduga berasal dari pengkristalan polusi udara dan plumbum yang berasal dari pipa dan kran air. Hal ini sejalan dengan pendapat Widowati (2008) bahwa plumbum dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan plumbum di udara dengan bantuan air hujan dan proses korosifikasi dari batuan mineral. Secara alami Timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan, kadar Timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 – 10 μg/ liter (Sudarmaji, 2006). Selanjutnya untuk mengetahui lebih jelas pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi Pb pada ginjal puyuh, dilakukan uji statistik dengan menggunakan analisis ragam, yang disajikan pada lampiran 1. Berdasarkan uji tersebut diketahui bahwa pengaruh pemberian Pb Asetat pada air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsentrasi Pb pada ginjal puyuh. Hal ini disebabkan oleh absorbsi Pb oleh ginjal, fungsi ginjal adalah sebagai alat filtrasi, reabsorbsi dan ekskresi. Seluruh zat yang masuk ke dalam tubuh akan di filtrasi di dalam ginjal. Menurut Kartolo (1993) ginjal merupakan tempat peyaringan semua molekul seperti air, glukosa dan urea disaring dari plasma darah di glomelurus. Perbedaan antar perlakuan dapat diketahui dengan melakukan uji lanjutan yaitu menggunakan uji Polinomial Orthogonal (Lampiran 2). Berdasarkan uji tersebut terdapat pengaruh pemberian Pb Asetat dalam air minum terhadap konsentrasi Pb pada ginjal puyuh dengan persamaan linier Y= 0,0014x+0,021 sedangkan pada kuadratik tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata.
Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal
Konsentrasi Pb ginjal
Konsentrasi Pb ginjal 0,18 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0
0.164
0.101 Y=0.0014X+0.021 0.018 0
50
100
150
Perlakuan
Ilustrasi 1. Grafik Konsentrasi Pb pada Ginjal Puyuh fase grower Berdasarkan uji polinomial orthogonal pada ilustrasi 1 menunjukan grafik yang terus meningkat seiring dengan jumlah Pb Asetat yang diberikan. Pemberian Pb Asetat sebanyak 100 ppm memberikan pengaruh yang paling besar terhadap konsentrasi Pb pada ginjal puyuh fase grower. Hal tersebut terjadi karena konsentrasi pemberian Pb yang terus meningkat. Menurut Darmono (1995) konsentrasi plumbum akan semakin meningkat seiring dengan konsentrasi yang diberikan. Plumbum yang diabsorbsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh. Menurut Suharto (2005) sekitar 1-10 % Pb di absorpsi melalui saluran pencernaan dalam bentuk larutan. Setelah diabsorpsi, sistem darah porta hepatik (dalam hati) membawa Pb untuk dideposisi sebagian dan selanjutnya dibawa oleh darah ke dalam jaringan. Selanjutnya menurut Siagian (2008) akumulasi logam tertinggi biasanya dalam organ detoksifikasi (hati), dan ekskresi (ginjal). Menurut Wulangi (1993) salah satu fungsi ginjal adalah mengeksresikan zat buangan seperti urea, asam urat, kreatinin dan zat lain yang bersifat racun. Plumbum dapat masuk dan terakumulasi pada ginjal karena tidak tersaring oleh membran filtrasi pada ginjal, fungsi membran terhambat karena plumbum yang masuk secara terus menerus. Menurut Edens dan Galrich (1983) membran filtrasi yang normal tidak dapat ditembus oleh protein yang terdapat dalam plasma darah. Lulusnya suatu zat menembus membran filtrasi diakibatkan oleh
Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal
keadaan yang tidak normal, seperti misalnya anoreksia dan terdapatnya macam-macam zat yang bersifat racun.
Pengaruh Pemberian Pb-Asetat erhadap Konsentrasi Ca pada Ginjal Puyuh Fase Grower Dari hasil penelitian diperoleh data konsentrasi Ca pada ginjal puyuh fase grower yang tercemar Pb dalam air minum dengan berbagai perlakuan yang diberikan selama tiga minggu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa rataan konsentrasi Ca naik lalu turun, yaitu P0 sebesar 296,835 ppm, P1 780,661 ppm dan P2 149,258 ppm. Rataan konsentrasi Ca tertinggi yaitu pada P1 sebesar 780,661 sedangkan yang terendah pada P0 sebesar 149.258 ppm. Tabel 7. Pengaruh Pemberian Plumbum (Pb) terhadap konsentrasi Ca pada Ginjal Puyuh
Ulangan
P0
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Rataan Ket :
453.063 314.366 241.150 92.220 137.660 178.844 93.844 864.326 2374.68 296.835
Konsentrasi Ca Pada Ginjal Puyuh P1 P2 ---------------- ppm---------------349.063 683.923 811.403 650.215 106.272 744.105 1374.887 1525.139 6245.292 708.662
104.279 179.121 85.121 166.365 384.752 85.723 90.710 97.408 1194.067 149.258
P0 : Tanpa Pb Asetat dalam air minum P1 : 50 ppm Pb Asetat dalam air minum P2 : 100 ppm Pb Asetat dalam air minum
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel, terlihat peningkatan konsentrasi kalsium pada P1 lalu terjadi penurunan pada P2, hal ini diduga karena beberapa faktor diantaranya adalah kondisi fisiologis puyuh terganggu akibat terkena paparan plumbum, serta terdapat enzim (Renin dan Eritropoetin) dan hormone (Kalsitonin dan Paratiroid) yang terhambat oleh adanya plumbum.
Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal
Selanjutnya untuk mengetahui lebih jelas pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi Ca pada ginjal puyuh fase grower, dilakukan uji statistik dengan menggunakan analisis ragam, yang
disajikan pada lampiran 3. Dari hasil analisis ragam menunjukan bahwa
pemberian Pb Asetat dalam air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsentrasi Ca pada ginjal puyuh fase grower. Pengaruh yang tidak berbeda nyata ini, kemungkinan disebabkan oleh penggunaan Ca untuk kebutuhan hidup puyuh, diantaranya pertumbuhan organ
dan tulang sehingga
pengaruh yang ditimbulkan dari pemberian Pb akan kecil dan tidak berbeda nyata. Menurut Georgievskii (1982) Deposisi kalsium pada unggas berkorelasi linier dengan bobot badan, umur 1 sampai 30 hari rata-rata 1,26 gram kalsium per 100 gram bobot badan dideposit, umur 31 sampai 90 hari rata-rata dideposit 1,51 gram kalsium per 100 gram bobot badan dan pada umur 150 hari maka dideposit 1,20 gram kalsium per 100 gram bobot badan. Parakkasi (1990) menyatakan bahwa Aktivitas transfor kalsium dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bagian dari usus halus, zat-zat nutrisi dan status hormon. Selama hewan dalam proses pertumbuhan, deposisi kalsium lebih banyak dibandingkan dengan mobilisasi kalsium (Tillman, dkk. 1991). Dari hasil analisis sidik ragam terlihat kandungan Ca meningkat pada P1 lalu menurun pada P2. Absorpsi kalsium dari dalam intestinum yang dikontrol oleh 1,25dihidroksikolekalsiferol didahului dengan terbentuknya calbindin. Calbindin inilah yang akan berikatan dengan kalsium dan memfasilitasi kalsium untuk melintasi membran sel epitelium intestinal. Rendahnya kadar kalsium dalam serum merupakan sinyal bagi hormon paratiroid untuk mengabsorpsi kalsium dalam tulang, memacu ginjal untuk menyerap kembali kalsium dalam urin, dan mengaktifkan 1,25-(OH)2D3 untuk menginduksi terbentuknya calbindin sehingga kalsium dalam intestinum dapat diserap. Menurut Parakkasi (1990) Kalsitonin atau tirokalsitonin merupakan hormon yang menurunkan kalsium yang berasal dari sel-sel C (sel-sel folikuler) kelenjar tiroid. Pengeluaran kalsitonin dirangsang oleh kadar ion kalsium yang tinggi dalam serum. Kalsitonin
meningkatkan
ekskresi
kalsium
dan
menghambat
sintesis
1,25-
Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal
dehidroxycholecalcifero yang terjadi di ginjal, mekanisme kerja kalsitonin berbanding terbalik dengan Hormon Paratiroid. Simon (1986) mengatakan bahwa salah satu sifat timah hitam di dalam tubuh adalah berkompetisi dengan ion bervalensi dua seperti kalsium untuk menempati binding site ion tersebut sehingga fungsi ion tersebut terganggu. Plumbum mempunyai ikatan yang kuat dengan protein transport yang digunakan oleh kalsium, tetapi afinitas pengikatan plumbum paling sedikit dua kali lipat tehadap kalsium (Gulson, 2001). Kesimpulan 1.
Pemberian Pb-Asetat melalui air minum meningkatkan konsentrasi Plumbum namun tidak berpengaruh terhadap kandungan Ca pada ginjal puyuh.
2.
Pada tingkat 100 ppm Pb asetat pada air minum memberikan pengaruh paling tinggi terhadap konsentrasi Pb (0.164 ppm), namun tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan kalsium pada ginjal puyuh.
Daftar Pustaka Chapman, 1992. Molecular and Cell Biochemistry. London, New York, Tokyo, Melborn, Madras Darmono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Universitas Indonesia, UI-PRESS.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (diterjemahkan oleh B. Srigandono & Koensen). Herlia E., Suryanto D., Astuti Y., Marlina E. dan R.B. Hamdani. 2002. Deteksi Plumbum dan Kadmium Pada Hati Kelinci. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Herlinna dan Mulyantono. 2002. Biania Puyuh Juga Bertumpu pada DKI. Majalah Poultry Indonesia. Edisi Juli. Hodges, R.D. 1974. The Histology of The Fowl. Academic Press, London: 490-495,498-501
Horst, 1986. Regulation of Calcium and Phosporus Homeostasis In The dairy Cow. J.Dairy Sciene Johnson K. E. 1994. Histologi dan Fisiologi Sel. Binarupa Aksara, Jakarta. Kartolo, S.W. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Kaneko, J.J. 1980. Clinical Biochemistry Of Dmestic Animals. 3. Ed. Acadamic Press. New York. London. Toronto. Sydney. San Fransisco
Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum…………………………………….………Ferry Faisal
Kurniawan, 2008. Hubungan Kadar Pb Dalam Darah Dengan Profil Darah Pada Mekanik Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak, Tesis. Universitas Diponegoro Librawati, T.P. 2005, Analisis Cemaran Plumbum Pada Bawang Daun (Allium fistulosumL) di Daerah Dieng Wonosobo, Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto. Piliang, G. W. 2000. Nutrisi Mineral Edisi ke-3. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Reece, W. O. 2005. Functional Anatomy and Physiology of Domestic Animals. 3'd ed. Philadelphia; Lippincott Williams and Wilkins:302-306. Petter S, Sakas. 2002. Basic Avian Anatomy, American Animal Hospital Association Press. Milwaukee Ave. Niles. Underwood, E.J. dan F.F. Suttle. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock. 3rd Edition. CABI Publishing. UK. Underwood, E.J. 1977. Trace Elements in Human and Animal Nutrition. 4th edition. Academic Press. New York Wang Lin, Wang Zengyong, Liu Jianzhu, 2010. Protective Effect of N-acetilcysteine On Experimental Chronic Lead Nephrpotoxicity in Immature Famale Rats. Human and Experimental Toxicology. 29(7) : 581-591. Widowati, W., Sastiono, A. dan Jusuf, R. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan Penanggulangan Pencemaran. Penerbit ANDI Yogyakarta.
dan