PENGARUH NON PERFORMING LOAN TERHADAP RETURN ON ASSETS SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA Nazrantika Sunarto Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sungai Alam - Bengkalis – Riau Kode Pos 28715 Telp. (0766) 7008877, Fax (0766) 8001000 Email :
[email protected], atau
[email protected]
Abstract: Effect of Non-Performing Loans to Return On Assets of Banking Sector in Indonesia. The purpose of this research study is to demonstrate empirically the effect of non-performing loans affect the Return on Assets. The sampling technique used is the census, with a sample of 24 banks in the amount listed on the Indonesia Stock Exchange 2006-2010. The analysis technique used is simple linear regression with small quadratic equations and test hypotheses using tstatistics for testing the partial regression coefficients with a significance level of 5%. Analysis of the test results indicate the magnitude of the effect on ROA NPL is 29.7%, while 70.3% is influenced by other factors not included in our model. From the t-test results can be concluded, that the Non-Performing Loan (NPL) has a significant negative impact on Return on Assets (ROA). Keywords: Non-performing loans (NPL), Return on Assets (ROA). Abstraks: Pengaruh Non Performing Loan terhadap Return On Assets Sektor Perbankan di Indonesia. Tujuan Penelitian penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh Non Performing Loan berpengaruh terhadap Return On Assets. Teknik sampling yang digunakan adalah sensus, dengan sample sejumlah 24 bank yang di listed di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana dengan persamaan kuadrat kecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial dengan tingkat signifikansi 5%. Dari hasil pengujian analisis menunjukkan besarnya pengaruh NPL terhadap ROA adalah 29,7 %, sedangkan 70,3 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini. Dari hasil uji t dapat disimpulkan, bahwa Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Return On Assets (ROA). Kata Kunci: Non-performing loans (NPL), Return On Assets (ROA).
tidak sehat. Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia. Bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat
LATAR BELAKANG MASALAH Penilaian kesehatan suatu bank bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan 86
87 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 87-97
rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Dari laporan keuangan ini dipelajari dan dianalisa, sehingga diketahui kondisi suatu bank. Laporan keuangan sangat berguna terutama bagi pemilik, manajemen, pemerintah, masyarakat sebagai nasabah bank. Agar laporan ini dapat dibaca dan berarti, maka dilakukan analisis terlebih dahulu. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai standar yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perbankan. (Kasmir, 2008). Adapun rasio keuangan yang disajikan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA), Non Performing Loan (NPL), yang dalam perhitungannya menggunakan rumus kesehatan bank yang berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004. Return On Assets (ROA) merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak atau net income after tax (NIAT) terhadap total asset. ROA memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkan ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik dalam bisnis tersebut. (Siamat, 2002). Penelitian Return on Assets (ROA) yang diteliti oleh Suhardito, et al (1999) menunjukkan hasil yang signifikan terhadap perubahan laba, sementara
Zainudin dan Jogiyanto (1999), variabel ROA hanya mampu memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang sementara pada perubahan laba dua tahun mendatang tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil dari kedua penelitian tersebut menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan. Pada dasarnya semua bisnis tidak dapat terlepas dari resiko kegagalan, demikian juga dengan dunia perbankan. Pemberian kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, yaitu tidak lancarnya pembayaran kembali kredit atau dalam istilah perbankan kredit bermasalah (Non Performing Loan/ NPL) sehingga akan mempengaruhi kinerja sebuah bank. Kredit bermasalah yang terjadi pada bank tersebut dapat diturunkan dengan cara ekspansi atau restrukturisasi. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 27 November 2005 tentang Kualitas Aktiva Produktif, maka kualitas kredit dapat digolongkan menjadi lacar (pass), dalam perhaitan khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtfull), dan macet (loss). Bank Indonesia telah menetapkan angka maksimum untuk rasio NPL sebesar 5%, apabila bank mampu menekan rasio NPL dibawah 5% maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar, karena bank akan menghemat uang yang akan diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah atau Penyisihan Penghapusan Akiva Produktif (PPAP). Menurut Widja-narto (2003), menjelaskan bahwa Penyisihan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian
Nazrantika, Pengaruh Non Performing Loan... 88
yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Peneliti terdahulu yang menguji pengaruh NPL terhadap kinerja Bank dilakukan oleh Usman (2003), yaitu menguji pengaruh NPL terhadap perubahan laba satu tahun mendatang, dimana Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan yang meneliti tentang pengaruh NPL terhadap ROA, karena ROA lebih mencerminkan kinerja laba yang sudah memperhitungkan asset yang dimilikinya. Sementara Brock dan Rojaz, (2000), variabel NPL menunjukkan pengaruh yang postif terhadap laba pada bank di Columbia. Pada penelitian lain, Mawardi (2005), menyimpulkan bahwa NPL secara signifikan berpengaruh negatif terhadap ROA. Sehingga jika semakin besar Non Performing Loan (NPL), akan mengakibatkan menurunnya Return on Asset, yang juga berarti mengakibatkan menurunnya return suatu bank. Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka rumusan masalah penelitian ini ditetapkan sebagai berikut : “ seberapa besar pengaruh Non Performing Loan terhadap Return On Assets Sektor Perbankan di Indonesia. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan terhadap Return On Assets Sektor Perbankan di Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Perbankan Bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya mempunyai tujuan memperoleh keuntungan optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan kepada masyarakat. Dengan memperoleh keuntungan optimal, dapat memberikan keuntungan bagi pemilik saham karena dapat membagikan deviden dan memberikan keuntungan dari peningkatan harga saham yang dimiliki, selain itu dapat menarik investor lain untuk menanamkan saham. meningkatkan nilai saham di pasar sekunder dan dapat meningkatkan jumlah dana dari pihak ketiga. Kinerja bank yang baik ditandai dengan tingkat tingkat profitabilitas yang tinggi, mampu membagikan deviden dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik (Mudrajad dan Suhardjono, 2002). Rasio Keuangan Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya. Dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2000). Analisis rasio keuangan banyak digunakan oleh calon investor. Sebenarnya analisis ini didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional
89 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 89-97
perusahaan. Analisa rasio keuangan dapat digunakan untuk membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan akan datang dalam perusahaan yang sama. Jika rasio keuangan diurutkan dalam beberapa periode tahun analisis dapat mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat perbaikan atau penurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL Menurut Kasmir (2008), menjelaskan penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada kenaikan atau penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tidak menjadi masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya dipertahankan terus menerus. akan tetapi, bagi bank terus menerus tidak sehat, mungkin harus mendapat pengarahan atau sanksi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan penilai bankbank. Pada kondisi tidak sehat, Bank Indonesia dapat saja menyarankan untuk melakukan perubahan manajemen, merger, konsolidasi, akuisisi atau malah dilikuidasi keberadaannya jika sudah parah kondisi suatu bank. Faktor-faktor utama penilaian tingkat kesehatan bank disingkat dengan istilah “CAMEL” (Hasibuan, 2008), sebagai berikut : a. Faktor permodalan (Capital) b. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Asset) c. Faktor Manajemen (Management) d. Faktor Rentabilitas (Earning) e. Faktor Likuiditas (Liquidity)
Pengertian Non Performing Loan (NPL) NPL (Non Performing Loan). Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. (SE BI No 3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001). Menurut Kasmir (2008), Non Performing Loan (NPL) atau kualitas kredit perbankan adalah kredit yang tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Menurut Kasmir (2008), kredit dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari. b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru c. Segi hukun dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar. Menurut Latif Adam (2008), bahwm NPL mengindikasi peningkatan kredit macet. Latif Adam lebih lanjut menjelaskan kualitas kredit macet cenderung mengalami peningkatan yang tidak sehat. Peningkatan NPL merupakan akumulasi dari kredit bermasalah, yaitu: a. Kebijakan perbankan mempertahankan suku bunga kredit tinggi di tengah-tengah kondisi perekonomi-
Nazrantika, Pengaruh Non Performing Loan... 90
an yang tidak stabil juga berkontribusi terhadap naiknya NPL. Tingginya suku bunga kredit pada saat pendapatan dan neraca keungan perusahaan mengalami penurunan membuat beban angsuran pinjaman perusahaan mengalami penurunan dan membuat beban angsuran pinjaman perusahaan ke perbankan secara relative mengalami peningkatan. b. Ketidakhati-hatian perbankan dalam menyalurkan kreditnya kemungkinan juga mendorong naiknya NPL. Ketika perbankan tetap mempertahankan suku bunga kredit tinggi secara tidak langsung perbankan sebenarnya bermain dengan kemungkinan meningkatnya resiko kredit bermasalah. Pada saat suku bunga kredit tetap tinggi, maka hanya perusahaan pengambil resiko (risk taker) saja yang mengajukan permintaan kredit ke perbankan. Rasio Kredit diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL), yang merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. Credit Risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Karena berbagai sebab, debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dan lain-lain. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: NPL =
Total Kredit Bermasalah Total Kredit
Pengaruhnya Non Performing Loan (NPL) terhadap Return on Asset (ROA) Menurut Pandu (2008), terdapat empat kategori yang dijadikan dasar dalam pengukuran risiko usaha bank, yaitu : liquidity risk; nterest rate risk; kredit risk; dan capital risk.Seperti halnya perusahaan pada umumnya, bisnis perbankan juga dihadapkan pada berbagai risiko, salah satu risiko tersebut adalah risiko kredit. Pada penelitian ini rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu resiko kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah kurang dari 5%, dengan rasio di bawah 5%, maka Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang harus disediakan bank guna menutup kerugian yang ditimbulkan oleh aktiva produktif non lancar (dalam hal ini kredit bermasalah) menjadi kecil. Non Performing Loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemam-
91 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 91-97
puan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajiban. Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil resiko kredit (Pandu, 2008). Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai Non Performing Loan (NPL) yang tinggi, maka akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank. Peneliti terdahulu yang menguji pengaruh NPL terhadap kinerja Bank dilakukan oleh Usman (2003) yaitu menguji pengaruh NPL terhadap perubahan laba satu tahun mendatang dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan yang meneliti tentang pengaruh NPL terhadap ROA, karena ROA lebih mencerminkan kinerja laba yang sudah memperhitungkan asset yang dimilikinya. Return On Asset (ROA) Menurut Mardiyanto (2009), ROA adalah rasio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Den-
dawijaya (2003), rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Sedangkan Menurut Lestari dan Sugiharto (2007), ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007), angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA =
Laba Bersih Total Aktiva
Kerangka Pemikiran Non Performing Loan (NPL)
Return on Asset (ROA)
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
X 100%
Nazrantika, Pengaruh Non Performing Loan... 92
Hipotesis Penelitian “Terdapat pengaruh Non Performing Loan terhadap Return On Asset.”
Laba. Adapun rumusnya sebagai berikutnya : ROA = Laba Bersih
x 100%
Total Aktiva
METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian adalah semua perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang tercatat efektif selama tahun pengamatan (tahun 2006-2010). Penelitian ini dilakukan di Pekanbaru dengan perolehan data dari website resmi Perbankan Indonesia dengan alamat www.bi.go.id, www.BEI.com, dan literatur-literatur terkait yang diterbitkan oleh Bank Indonesia serta melalui referensi dari Bank Indonesia Cabang Pekanbaru-Riau yang bertempat di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan bank di Indonesia terutama tentang NPL, CAR, LDR, KAP dan ROA selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun 20062010. Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : 1. Pengukuran rasio Non Performing Loan (NPL) dengan mengukur besarnya kredit bermasalah. Adapun rumusnya sebagai berikut: NPL = Total Kredit Bermasalah x 100% Kredit Bermasalah
2.
Pengukuran rasio Return on Asset dengan mengukur kemampuan suatu bank dalam menghasilkan
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan time series terhitung sejak tahun 2006 sampai 2010 dengan 27 bank (jumlah data yang tersedia di listed di Bursa Efek Indonesia). Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini secara sensus, dimana data yang kumpulkan adalah data sekunder yang berasal dari data bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang dikumpulkan adalah laporan keuangan bank yang terdaftar di BEI sejak 5 tahun terakhir (20062010). Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan sektor perbankan yang beroperasi di Indonesia dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara itu sampel dipilih dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Kriteria-kriteria pemilihan sampel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Populasi Bank merupakan bank umum kovensional (bukan syariah) yang go public dan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2006-2010 ada 27 Bank. 2. Sampel Bank dengan data rasio keuangan NPL dn ROA dalam periode 2006-2010 tersedia ada 26 Bank.
93 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 93-97
3. Sampel Bank dengan menggunakan SPSS versi 17 yang diuji ada 24 Bank. Metode Analisis Data Analisa data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis statistik, digunakan untuk mengetahui lebih jauh pengaruh antara Non Performing Loan (NPL) terhadap kinerja keuangan diukur dengan Return On Assets (ROA) dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Persentase Non Performing Loan (NPL) Dari sumber hasil nilai NPL selama 5 (lima) tahun yang diperoleh dari BEI tahun 2011 Diketahui bahwa nilai minimum dari data NPL tahun 2006-2010 adalah 0,00% ini terjadi di bank Capital Indonesia pada tahun 2006 dan 2007, sedangkan nilai maksimal 17,08 % terjadi di Bank Mandiri pada tahun 2006 Hasil analisis deskripsi dari nilai NPL selama 5 tahun, dengan menggunakan 24 sampel, yaitu menjelaskan bahwa rata-rata (mean) NPL sebesar 3.3787 % dengan rasio minimum = 0,59 % diperoleh Bank Capital Indo maksimum NPL. Berdasarkan BI maksimum 5 %. Sedangkan rasio NPL berdasarkan interval standar kelayakan suatu bank, adalah NPL < 5% terdapat 20 Bank dengan persentase rasio 83.33% dan NPL > 5% terdapat 4 Bank dengan persentase rasio 16,67 %. Artinya, dalam penelitian ini sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, adalah kurang dari 5%, dengan rasio di bawah 16,67 %, ini berarti kualitas kredit 24 bank dalam penelitian ini dalam kondisi sehat.
Return on asset (ROA) Dari sumber hasil nilai ROA selama 5 (lima) tahun yang diperoleh dari BEI tahun 2011. Diketahui bahwa nilai minimum dari data ROA tahun 2006-2010 adalah -0,49 %, nilai ini terjadi di Bank Agro pada tahun 2006. Sedangkan nilai maksimal 4,64 % terjadi di Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2010. Sedangkan hasil analisis deskripsi dari nilai ROA selama 5 tahun, dengan menggunakan 14 sampel rata-rata rasio ROA tahun 2006-2010, yaitu menjelaskan bahwa rata-rata (mean) ROA sebesar 1.1788% dengan rasio minimum = 0,02 % diperoleh Agro dan rasio maksimum 4,30 % diperoleh Bank Rakyat Indonesia. Dengan demikian Bank Rakyat Indonesia dan 4 bank lain (CIMB – Niaga, Danamon Indonesia, Panin, dan Saudara) memiliki probabilitas yang kurang baik, karena melebihi standar BI > 2%. Sedangkan rasio ROA berdasarkan interval standar kelayakan suatu bank. Sedangkan rasio ROA berdasarkan interval standar kelayakan suatu bank, adalah ROA > 2% terdapat 16 Bank dengan persentase rasio 66,67 % dan ROA < 2% terdapat 8 Bank dengan persentase rasio 33,33% Artinya, dalam penelitian ini sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, adalah 66,67 % bank dalam penelitian ini sudah memenuhi standar yang ditetapkan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.
Nazrantika, Pengaruh Non Performing Loan... 94
Hasil Uji Hipotesis Uji Signifikan Secara Parsial Dilakukan Dengan Uji t (t-test) Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari variabel bebas secara parsial (individu) terhadap variabel terikat. Cara mengujinya adalah dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel (thitung > ttabel), maka terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun sebaliknya bila (thitung < ttabel), maka tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis uji pengaruh di atas menggunakan uji-t statistik dua sisi. Dalam hal ini tingkat kepercayaan yang dipakai adalah sebesar 5%. Hasil uji t pada 120 data dari 24 Bank selama 5 tahun diperoleh dari nilai probabilitas p-value (sig) diperoleh dari nilai probabilitas p-value (sig)
NPL, adalah hasil uji t 2,131 dengan tingkat signifikan 0,035 (Hasil pengolahan data statistik SPSS). Sedangkan Nilai probabilitas p-value (sig) yang diperoleh adalah sebesar 0,035 lebih kecil dari pada probabilitas 0,05 atau 0,035 < 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Assets (ROA) atau pengaruh NPL terhadap ROA secara tidak signifikan. Koefisien Regresi Besarnya pengaruh dalam variabel-variabel tersebut menghasilkan perhitungan koefisien jalur, yang merupakan koefisien regresi yang distandarkan (Standardized Coefficients).
Tabel 1 Koefisien Regresi Model
1
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
(Constant)
.016
.006
NPL
.145
.068
Standardized Coefficients
T
Sig.
2.814
.006
2.131
.035
Beta
.323
a. Dependent Variable:ROA
Sumber : Output pengolahan data statistik SPSS, tahun 2012
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel bebas X, memiliki hubungan kausal terhadap variabel terikat Y, dimana keeratan hubungan antara variabel tercermin dari besarnya angka koefisien jalur yang dihasilkan (nilai B), sehingga berdasarkan hasil perhitungan koefisien regresi maka persamaan
regresi adalah :
berganda
selengkapnya
Y= 0,016 + 0,145 X Dari tabel diatas menunjukkan bahwa
Nilai probabilitas p-value (sig) yang diperoleh adalah sebesar 0,035 lebih kecil dari pada probabilitas 0,05 atau 0,035 < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh negatif
95 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 95-97
Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Assets (ROA) atau pengaruh
negatif NPL terhadap ROA secara signifikan.
Koefisien Determinasi Tabel 2 Model Summaryb
Model
R
.297a 1 a. Predictors: (Constant) NPL b. Dependent Variable: ROA
R Square
Adjusted R Square
.088
.080
Sumber : Output pengolahan data statistik SPSS Tahun 2012
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas X menunjukkan pengaruh terhadap variabel terikat Y dimana keeratan hubungan kausal antara variabel tersebut tercermin dari besarnya angka koefisien regresi ( r ) yang dihasilkan, yaitu sebesar 0,297 atau 29,7% sedangkan nilai regresi determinasi ( r 2 ) 0,088 atau 8,8 %. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Assets (ROA) NPL (Non Performing Loan). Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini, adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah
adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. (SE BI No 3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001). Temuan ini sejalan dengan pendapat Mawardi, (2005), menyimpulkan bahwa NPL secara signifikan berpengaruh negatif terhadap ROA. Sehingga jika semakin besar non performing loan (NPL), akan mengakibatkan menurunnya return on asset, yang juga berarti kinerja. keuangan bank yang menurun. Begitu pula sebaliknya, jika non performing loan (NPL) turun, maka return on asset (ROA) akan semakin meningkat, sehingga kinerja keuangan bank dapat dikatakan semakin baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan, bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return on Assets, karena NPL sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh BI, berarti bank NPL berpengaruh pada Return on Assets (ROA).
Nazrantika, Pengaruh Non Performing Loan... 96
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bagi investor dan calon investor yang akan menanamkan dananya ke dalam investasi perusahaan perbankan, perlu memperhatikan tingkat risiko industri perbankan tersebut terlebih dahulu, yang tergambar dari besaran NPL yang merupakan variabel paling dominan dalam mempengaruhi kecukupan modal suatu bank. Semakin tinggi tingkat risiko yang diproksi melalui NPL akan menurunkan kecukupan modal dalam perbankan. Sehingga sebelum investor atau calon investor menanamkan dananya ke dalam suatu bank, hal yang harus menjadi perhatian adalah besaran NPL bank tersebut. 2. Untuk peneliti selanjutnya, perlunya adanya penelitian lanjut terhadap variabel-variabel keuangan bank yang yang lain yang belum dimasukkan sebagai variabel independen yang mempengaruhi ROA seperti rasio BOPO, rasio LDR, rasio CAR, rasio KAP, rasio NIM, dan Dividend to Net Income (DIV/NI), juga perlu memperluas obyek penelitian pada seluruh perusahaan yang delisted di Bursa Efek Indonesia karena dengan obyek penelitian yang lebih banyak diharapkan mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Bank Indonesia, Laporan Keuangan Publikasi 2007-2010. www.bi.go.id. Bank Indonesia. 2006-2011 Laporan Tahunan. www.bi.go.id. Brock, P,L and L Rojas-Suarez, (2000), “Understanding The Behavior of Bank Spreads in Latin America”,
Journal of Development Economics, hal.63, 113. Gubernur Bank Indonesia. 2005. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/2/pbi/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank umum. www.bi.go.id. Ika Lestari Maharani dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Imam Ghozali. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPPS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Kuangan Lainnya. Jakarta: Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. ______, 2008. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 8. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Malayu Hasibuan. 2008. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Mardiyanto, Handoyo. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: PT Grasindo. Mudrajat Kuncoro, Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Pandu Mahardian. 2008. Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan yang Tercatat Di Bej Periode Juni 2002). Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Situs Bursa Efek Indonesia: www.jsx.co.id dan www.bei.co.id. Siamat Dahlan. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi II, Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.
97 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 97-97
Sudjana. 2005. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Tarsito, Bandung. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta,. Usman Bahtiar. 2003. “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan laba Pada Bank-Bank di Indonesia,”. Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol.3, No.1, April, 2003, pp.59-74.
Wisnu Mawardi 2005 .”Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di
Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Asset Kurang dari 1 Triliun)”. Jurnal Bisnis Strategi, Vol.14, No.1, Juli, pp.8394 Zainuddin dan Jogiyanto Hartono, 1999. “Manfaat rasio keuangan dalammemprediksi pertumbuhan perubahan laba: suatu studi empiris pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.2, No.1, Januari, 1999, hal.66-90.