PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) DAN NON PERFORMING LOAN (NPL) TERHADAP RETURN ON TOTAL ASSET (ROA) PADA PERBANKAN DI INDONESIA Nazir Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe E-mail:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh capital adequacy ratio (CAR) dan non performing loan (NPL) terhadap return on total asset (ROA) pada perbankan di Indonesia. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi dokumentasi. Return on total asset (ROA) perbankan di Indonesia dipengaruhi oleh capital adequacy ratio (CAR) dan non performing loan (NPL), semakin bertambah nilai CAR maka semakin meningkat nilai ROA, dan juga semakin menurun nilai NPL maka semakin meningkat nilai ROA. Perbankan di Indonesia hendaknya menjaga terus tingkat modal yang dimilikinya bahkan ditingkatkan lagi permodalannya karena kecukupan modal dapat meningkatkan labanya yaitu ROA. Kemudian hendaknya meminimalisir kredit macet atau memperkecil nilai NPLnya, karena dengan menurunya nilai NPL maka akan meningkat laba yang diperolehnya yaitu ROA. Kata kunci: ROA, CAR, NPL, Perbankan
Pendahuluan Perkembangan dunia usaha di indonesia tidak terlepas dari peranan pemerintah yang memberikan kesempatan pada pihak swasta untuk mengembangkan diri seluas-luasnya sejauh tidak menyimpang dari sasaran pembangunan nasional. Sasaran pembangunan nasioanal adalah pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas nasional, serta peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam masa pembangunan nasional seperti sekarang ini, dimana pemerintah menekankan pada unsur pemerataan yang akan menuju pada suatu pertumbuhan yang meningkat, maka kegiatan usaha khususnya dibidang ekonomi haruslah dapat menunjang hal tersebut karena bidang ekonomi inilah salah satu unsur penting yang akan dijadikan sebagai barometer keberhasilan kebijakan pemerintah. Banyak lembaga atau perusahaan yang mendukung kebijakan pemerintah saat ini salah satunya adalah industri perbankan. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang menyediakan jasa penyimpanan dan pinjaman, di samping itu bank juga berfungsi sebagai penghubung antara pihak atau lembaga yang kekurangan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Dalam menjalankan aktivitas usahanya bank tidak hanya mencari keuntungan semata, akan tetapi juga merupakan mitra kerja atau kolega dari pemerintah dan pihak swasta yang sama-sama berpartisipasi atau memberikan andil yang positif terhadap pembangunan perekonomian nasional. Pada prinsipnya semua keinginan perbankan di Indonesia adalah sama yaitu menginginkan kinerja usahanya bagus termasuk kinerja keuangannya. Dimana kinerja keuangan sangat mencerminkan prestasi kerja yang dicapai oleh pihak 374
manajemen beserta semua karyawan dalam satu periode tertentu. Tentunya kinerja keuangan antar bank berbeda, perbedaan tersebut disebabkan antara lain berbedanya tingkat laba yang dicapai oleh masing-masing bank, juga bedanya jumlah asset yang dimilikinya, kemudian berbedanya modal yang tersedia serta berbedanya komposisi lainnya. Dengan demikian maka akan berdampak pada rate of return on total asset (ROA), capital adequacy ratio (CAR) dan non performing loan (NPL) juga pada rasio lainnya. Dalam rangka untuk meningkatkan ROA maka yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan nilai CAR yaitu dengan menyediakan modal yang cukup, dengan demikian akan berdampak pada nilai ROA, kemudian juga berusaha untuk menurunkan nilai NPL dengan berusaha mencegah terjadinya kredit macet, dengan demikian akan berdampak juga pada nilai ROA. Pengertian bank. Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya [8]. Bank adalah badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle funds/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan [1]. Pengertian Bank menurut Undangundang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah ”badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sedangkan pengertian bank menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004) adalah: “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihakpihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”. Kemudian Hasibuan mengemukan bahwa bank mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu bangsa karena bank adalah:1). Pengumpul dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus spending unit/SSU) dan penyalur kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana (defisit spending unit/DSU). 2)Tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat. 3) Pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis dan ekonomis, 4) Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan L/C (letter of credit). 5) Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi. Return on asset (ROA). Husnan dan Pudjiastuti (2004:72) menyebutkan bahwa:“ return on assets (ROA) adalah rasio untuk mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan”. Hasibuan (2002:100) menyimpulkan bahwa: “return on assets (ROA) adalah perbandingan (rasio) laba sebelum pajak (earning before tax/EBT) selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama”. Djahidin (1992:116) menyatakan bahwa: “return on assets (ROA) adalah membandingkan antara keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan dalam operasi untuk memperoleh keuntungan tersebut”. Selanjutnya Sartono (1997:131) menyatakan rasio return on assets ini di pakai untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Return on assets (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas 375
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Widyanto,1993:53). Riyanto (2001) mengemukan rasio ROA menggambarkan perputaraan aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik kerena aktiva akan lebih cepat berputar dan memperoleh laba. Capital adequacy ratio (CAR). Kecukupan modal merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu perbankan, CAR atau sering di sebut juga dengan rasio permodalan merupakan modal dasar yang harus dipenuhi oleh bank. Modal ini digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Hal ini wajar karena bisnis perbankan adalah bisnis yang berdasarkan kepercayaan. Selain itu adanya berbagai bentuk risiko yang besar yang mungkin dapat terjadi pada bank. Faktor utama yang cukup mempengaruhi jumlah modal bank adalah jumlah modal minimum yang ditentukan oleh penguasa moneter yang biasanya merupakan wewenang bank sentral. Lembaga ini memiliki tanggung jawab dan menyamakan sistem perbankan secara keseluruhan dengan menerapkan ketentuan-ketentuan antara lain ketentuan permodalan, likuiditas wajib dan ketentuan lain yang bersifat prudensial (Siamat,1993:66). Penilaian permodalan berdasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No: 6/10/PBI/2004 merupakan penilaian yang dilakukan terhadap kecukupan modal bank untuk mengantisipasi risiko masa kini dan risiko yang terjadi dimasa mendatang. Kecukupan permodalan yang dimiliki suatu bank berdasar sistem dan kebijakan perbankan tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya saja tetapi juga dilihat dari rasio kecukupan modal. Non performing poan (NPL). Non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Kredit yang diberikan kemasyarakat mengandung risiko gagal atau macet. Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Selanjutnya Dunil dalam kamus istilah perbankan Indonesia (2004:91), non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah adalah kredit yang masuk dalam golongan 3 (kurang lancar), 4 (diragukan), dan 5 (macet) dari 5 kolektibilitas kredit sesuai dengan penggolongan kredit yang ditetapkan Bank Indonesia (lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet). Berdasarkan Surat Edaran Direksi Bank BTN No. 27/DIR/DKPB/2008 tanggal 7 Juli 2008 pengertian non performing loan yang selanjutnya disebut NPL adalah kredit yang masuk ke dalam kategori kredit kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan Bank Indonesia. Lebih lanjut Dunil mengemukakan kredit yang termasuk dalam NPL yaitu 1). kredit kurang lancar (substandart) dengan kriteria a). Terdapat Tunggakan angsuran pokok dan /atau bunga yang telah melampaui 90 hari. 20. b). Sering terjadi cerukan. c). Frekuensi mutasi rekening relative rendah d). Terjadi pelanggaran terhadap kontrak perjanjian lebih dari 90 hari. e). Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur. 2). Kredit diragukan (doubtful) dengan kriteria a). Terdapat tunggakan angsuran pokok dan /atau bunga yang telah melamoaui 180 hari. b). Sering terjadi cerukan ysng bersifat permanent. c). Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari. 3). Kredit macet (loss) dengan kriteria yaitu a). Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / bunga yang telah melampaui 270 hari. b). Kerugian operasioanl ditutup dengan pinjaman baru.
376
Metode Penelitian Teknik pengumpulan data dan model analisis data. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi dokumentasi yaitu berupa laporan keuangan 20 perbankan per September 2012 dalam bentuk bulanan. Adapun model analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh capital adequacy ratio (CAR) dan non performing loan (NPL) terhadap return on total asset (ROA) adalah dengan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program software SPSS (Statistical Package For Social Science) dengan persamaan sebagai berikut: Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + e. Dimana: Y = Rate of Return on Total Asset (ROA). X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR). X2 = Non PerformingLoan (NPL). ß0 = Konstanta/Intercept. ß1..ß 2 = Parameter Regresi. e = Error term Hasil Penelitian dan Pembahasan Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Return On Total Asset (ROA) pada Perbankan di Indonesia Uji normalitas data. Adapun uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk melihat normalitas residual dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik non parametrik yaitu uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam uji ini dikatakan residual terdistribusi normal apabila nilai signifikansi K-S lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2005). Adapun hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov N Normal Parameters (a,b) Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual 20 .0000000 1.56188842 .171 .117 -.171 .877 .425
Sumber: Hasil Penelitian, 2012 (Data diolah) Berdasarkan Tabel 1 hasil analisis normalitas secara statistik non parametrik nilai Kolmogorov Smirnov Z diperoleh sebesar 0,877 dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.425. Nilai signifikansi ini jauh lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai residual atau variabel peganggu model regresi terdistribusi secara normal. Koefisien Korelasi dan Determinasi. Koefisien korelasi berguna untuk melihat sejauhmana hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis nilai koefisien korelasi (R) ditemukan sebesar 0,901. Hasil ini berarti terdapat hubungan variabel independen yaitu capital adequacy ratio (CAR) dan non performing loan (NPL) terhadap return on total asset (ROA) sebesar 90,1%. Kemudian koefisien determinasi (R Square) digunakan untuk mengukur sejauhmana variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen. Hasil analisis 377
diperoleh nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,811. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri dari capital adequacy ratio (CAR) dan non performing loan (NPL) dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu terhadap return on total asset (ROA) perbankan di Indonesia sebesar 81,1%, sedangkan sisanya sebesar 18,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar dari model penelitian ini (Tabel 2). Tabel 2: Koefisien Korelasi dan Determinasi Model
R
R Square
Std. Error of the Estimate 1.37442
Adjusted R Square
.901(a) .811 a. Predictors: (Constant), NPL, CAR b. Dependent Variable: ROA
.789
Sumber : Hasil Penelitian, 2012 (Data diolah) Pengujian simultan (Uji F). Uji secara simultan (Uji-F) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Dari hasil pengujian secara simultan sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2 dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 36,531 dengan signifikansi alpha sebesar 0,005 pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan Ftabel diperoleh nilai sebesar 4,41. Dengan demikian Fhitung > Ftabel (36,531>4,41) dan nilai signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05. Maka kesimpulannya adalah capital adequacy ratio (CAR) dan non performing loan (NPL) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return on total asset (ROA) pada perbankan di Indonesia (Tabel 3). Tabel 3: Hasil Pengujian Secara Simultan Model
Sum of Squares
Regression 138.016 Residual 32.114 Total 170.129 a.Predictors: (Constant), NPL, CAR b.Dependent Variable: ROA
df
Mean Square
F
Sig.
2 17 19
69.008 1.889
36.531
.000
a
Sumber: Hasil Penelitian, 2012 (Data diolah) Pengujian secara parsial (Uji-t). Uji secara parsial (Uji t) dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen secara statistik. Adapun hasil pengujian secara parsial dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Pengujian Secara Parsial Model (Constant) CAR NPL a Dependent Variable: ROA
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
2.866 .796 -.001
1.381 .109 .217
Standardized Coefficients Beta .901 .000
t
Sig.
2.075 7.273 3.274
.053 .000 .995
Sumber : Hasil Penelitian, 2012 (Data diolah) Berdasarkan Tabel 4, maka persamaan regresi linear berganda dapat dimasukkan dalam persamaan sebagai berikut: Y = 2,866+ 0,796X1-0,001X2
378
Berdasarkan hasil uji parsial sebagaimana di sajikan pada Tabel 4di atas dapat dilihat bahwa kedua variabel independen memiliki nilai thitung>ttabel dan signifikan pada taraf uji 95% dengan nilai signifikan < α = 0,05, di mana ttabel diperoleh nilai 2,1009. Adapun nilai thitung capital adequacy ratio (CAR) sebesar 7,075, sementara nilai ttabel sebesar 2,1009, dengan demikian thitung>ttabel (7,075>2,1009), kesimpulannya adalah capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap return on total asset (ROA) pada perbankan di Indonesia. Kemudian nilai thitung non performing loan (NPL) sebesar 3,376 maka thitung > ttabel (3,274>2,1009), kesimpulannya adalah non performing loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap return on total asset (ROA) ) pada perbankan di Indonesia. Variabel CAR (X1) mempunyai nilai koefisien sebesar 0,796, yang berarti apabila menambahnya CAR 100% maka akan meningkatnya ROA sebesar 79,6% dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap penambahan CAR maka dapat meningkatkan ROA. Variabel NPL (X2) mempunyai nilai koefisien sebesar 0,010, nilai ini menunjukkan bahwa apabila menambahnya NPL 100% maka akan menurunkan ROA sebesar 10% dengan asumsi ceteris paribus. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa menambahnya NPL maka menurunkan ROA. Kesimpulan Capital adequacy ratio (CAR) merupakan kecukupan modal yang tersedia bagi perbankan dan CAR ini merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi return on total asset (ROA) ) pada perbankan di Indonesia. Semakin meningkat nilai CAR maka semakin meningkat pula ROA pada perbankan di Indonesia. Kemudian variabel non performing loan (NPL) juga mempengaruhi ROA pada perbankan di Indonesia. Apabila NPL meningkat maka ROA akan menurun karena meningkatnya NPL maka kredit macet semakin bertambah dengan demikian tingkat perputaran modal pada perbakkan semakin menurun yang kemudian berdampak pada perolehan laba dalam hal ini ROA. Referensi [1]
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan, Cetakan Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta (2003).
[2] Djahidin, Farid Ec. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit PT Ghalia Indonesia, Jakarta (1992). [3] Dunil, Z. Kamus Istilah Perbankan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta (2004). [4] Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semaran (2005). [5]
Hasibuan, Malayu, S.P. Dasar-Dasar Perbankan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta (2002).
[6]
Hasibuan, Malayu, S.P. Dasar-Dasar Perbankan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta (2004).
[7] Husnan, Suad, dan Enny Pudjiastuti. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Penerbit UUP AMP YKN, Yogyakarta (2004). [8] Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan, Cetakan Keempat, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta (2004). [9] Peraturan Bank Indonesia No: 6/10/PBI/2004 tentang Penilaian Permodalan Bank. 379
[10] Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat, Penerbit Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta (2001) [11] Sartono, Agus. Manajemen Keuangan “Teori dan Aplikasi, Edisi Empat, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,Yogyakarta (2001) [12] Siamat Dahlan. Manajemen Bank Umum, Penerbit Intermedia, Jakarta (1993). [13] Surat Edaran Direksi Bank BTN No. 23/DIR/DPPK/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran Angsuran kolektif KPR & Non KPR, Jakarta. [14] Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/61/KEP/DIR tanggal 9 Juli 1988. Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit. [15] Widyanto, Gatot. Suatu Terobosan Baru Dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan, Manajemen Usahawan, Indonesia, Desember, No;12 Edisi XIII: 1993. 50-54.
380