PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, NET INTEREST MARGIN, BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh Budi Wahono*) dan Septian Dirgantara**) ABSTRAK The purpose of this study was to test the effect of CAR, NPL, NIM, ROA and LDR for profit growth. The population in this study are banking company listed on the Stock Exchange in the year 2008-2011. The samples used in this research totaled nine banking companies are determined using purposive sampling. The dependent variable of this research is earnings growth. The dependent variable of this study are Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operating Expenses Operating Income Against (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR). The data analysis technique used in this study using multiple regression models. T test results addressing NPL and that the only variable affecting NIM profit growth. While simultaneously with the F test showed that the CAR, NPL, NIM, ROA and LDR positive effect on profit growth of 29.8%, while the remaining affected other variables that are not included in the research model. Keywords: CAR, NPL, NIM, ROA, LDR, profit growth. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis rasio keuangan dapat membantu para pemakai laporan keuangan dalam menilai kinerja suatu perusahaan terutama kondisi keuangan tidak terkecuali perusahaan perbankan. Umumnya untuk menilai kinerja suatu perusahaan digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity). Aspek capital dapat dinilai oleh Capital Adequacy Ratio (CAR), aspek assets quality dapat dinilai oleh Non Performing Loans (NPL), aspek earnings dapat dinilai oleh Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), aspek liquidity dapat dinilai oleh Loan to Deposit Ratio (LDR). Empat dari lima aspek tersebut masingmasing Capital, Asset, Earning, dan Liquidity dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukan bahwa rasio keuangan memiliki kemampuan dalam menilai kondisi keuangan dan memprediksi laba perusahaan. Apabila kondisi keuangan bank sehat, maka perlu dipertahankan kesehatan keuangannya. Namun apabila kondisi keuangan bank sedang tidak sehat, maka perlu diambil suatu tindakan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Selama ini kekuatan rasio keuangan dianggap sangat berguna untuk memprediksi laba dalam menilai kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Sebagai dasar pengambilan keputusan investasi, investor sangat memperhatikan laba suatu perusahaan karena dianggap bahwa laba di suatu periode dapat meramalkan laba di periode selanjutnya. Laba yang diperoleh suatu perusahaan di masa yang akan datang tidak dapat dipastikan, karena itu perlu untuk memprediksi perubahan laba dengan menggunakan rasio keuangan. Penelitian mengenai rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba perusahaan perbankan telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya, namun tidak konsisten 68
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
hasilnya. Capital Adequacy Ratio (CAR) yang diteliti oleh Pahlevie (2009) menunjukan bahwa CAR berpengaruh terhadap laba akan tetapi tidak signifikan. Menurut Nurhafita dan Tintri (2010) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap perubahan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Aini (2006), Andriyani (2008), Rahman (2009), dan Sapariyah (2010) bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba. Menurut penemuan Triono (2007) menemukan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap perubahan laba satu tahun mendatang maupun dua tahun mendatang, CAR berpengaruh signifikan hanya di atas periode satu tahun. Menurut Khasanah (2010) menemukan hasil bahwa tidak adanya pengaruh signifikan antara CAR terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam memprediksi pertumbuhan laba. Non Performing Loan (NPL) yang diteliti oleh Pahlevie (2009) dan Rahman (2009) menemukan bahwa NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap perubahan laba. Menurut Nurhafita dan Tintri (2010) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa NPL tidak berpengaruh terhadap perubahan laba. Berdasarkan hasil penelitian dari Triono (2007) bahwa NPL berpengaruh positif terhadap perubahan laba satu tahun maupun dua tahun mendatang secara tidak signifikan. Menurut hasil penelitian Khasanah (2010) mengemukakan hasil bahwa NPL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sapariyah (2010) menemukan bahwa NPL berpengaruh positif dan sinifikan terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap Non Performing Loan (NPL) dalam memprediksi pertumbuhan laba. Net Interest Margin (NIM) yang diteliti oleh Pahlevie (2009), Rahman (2009) dan Khasanah (2010) menemukan bahwa NIM berpengaruh akan tetapi tidak signifikan terhadap perubahan laba. Berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh Bahtiar Usman (2003) yang menunjukan adanya pengaruh yang positif antara NIM terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap Net Interest Margin (NIM) dalam memprediksi pertumbuhan laba. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang diteliti oleh Triono (2007), Pahlevie (2009) dan Khasanah (2010) menemukan bahwa rasio BOPO memiliki pengaruh terhadap perubahan laba akan tetapi tidak signifikan. Menurut Rahman (2009) dan Sapariyah (2010) mengemukakan akan hasil penelitiannya bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan laba bank Non Devisa. Menurut Nurhafita dan Tintri (2010) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap perubahan laba. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional dalam memprediksi pertumbuhan laba. Loan to Deposit Ratio (LDR) yang diteliti oleh Aini (2006), Andriyani (2008), Pahlevie (2009), dan Rahman (2009) menemukan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba. Menurut Nurhafita dan Tintri (2010) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa LDR tidak berpengaruh terhadap perubahan laba. Namun penelitian yang dilakukan oleh Triono (2007) dan Khasanah (2010) mengemukakan hasil yang didapati dalam penelitiannya bahwa LDR berpengaruh positif terhadap laba walaupun tidak signifikan. Sapariyah (2010) yang menemukan hasil bahwa LDR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
69
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam pertumbuhan laba. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut: 1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI? 2. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. 2. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Rasio CAMEL a. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequancy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8%
b. Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam menjaga risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Kriteria rasio Non Performing Loans (NPL) net dibawah 5% (Arthesa, 2006:133).
70
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
c. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) merupakan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan bunga bersih. NIM suatu bank sehat bila memiliki NIM diatas 2% (Muljono,1999).
d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan alat ukur penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas sehingga dapat mengukur keberhasilan suatu bank. Bank Indonesia menetapkan bahwa nilai rasio BOPO dibawah 90%, karena jika melebihi nilai itu atau mencapai 100% maka aktifitas operasional bank tersebut dianggap tidak efisien.
e. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada debiturnya (Sapariyah, 2010). Batas toleransi NPL sebesar 85%.
2.2 Pertumbuhan Laba Salah satu tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang hasil usaha dari pendapatan yang diperoleh dalam periode tertentu. Pendapatan yang diperoleh adalah laba yang merupakan hasil operasi dalam satu periode akuntansi perusahaan. Informasi laba yang disajikan dalam laporan keuangan sangat berguna bagi pemilik dan investor. Tiap investor mengharapkan meningkatnya sektor laba di tiap periodenya. Perbandingan atas pendapatan dan biaya dilakukan dalam laporan laba rugi. Informasi laba dalam laporan tersebut merupakan tujuan yang penting dalam kinerja perusahaan. Penggunaan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan akan menghasilkan kinerja perusahaan dalam bentuk laba. Kinerja perusahaan dianggap positif jika adanya pertumbuhan laba perusahaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Laba juga dianggap dapat memprediksi laba di masa mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Untuk laba yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan laba sebelum pajak. Pertumbuhan laba dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
ΔYt Y t
= pertumbuhan laba pada periode t = laba sebelum pajak = tahun ke-t
2.3 Hubungan CAR dengan Pertumbuhan Laba Menurut Kasmir (2002:185), CAR merupakan perbandingan antara equity capital dengan total loans dan securities. Pada dasarnya semakin tinggi CAR maka akan semakin tinggi pula laba yang akan diterima perusahaan sehingga berpengaruh terhadap perubahan laba. Bank yang mempunyai CAR yang tinggi berarti bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melaksanakan kegiatan usahanya, dan cukup pula JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
71
menanggung risiko apabila bank tersebut dilikuidasi. Dengan demikian berarti CAR yang tinggi akan berpengaruh signifikan dalam memprediksi laba masa karena modal perusahaan untuk menutupi kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga. Hasil penelitian Rahman (2009) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan positif CAR terhadap perubahan laba dengan nilai 0,815. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka laba yang diperoleh bank akan semakin besar . Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya sehingga kinerja bank juga akan meningkat. Selain itu, semakin tinggi permodalan bank maka bank dapat melakukan ekspansi usahanya dengan lebih aman. Adanya ekspansi usaha yang pada akhirnya akan mempengarui kinerja keuangan bank tersebut. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai capital yang optimal. Capital yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini (2006), Andriyani (2008) dan Sapariyah (2010) bahwa perubahan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba 2.4 Hubungan NPL dengan Pertumbuhan Laba NPL menunjukkan rasio pinjaman yang bermasalah terhadap total pinjamannya. Semakin tinggi NPL mengakibatkan semakin tinggi tunggakan bunga kredit yang berpotensi menurunkan pendapatan bunga serta menurunkan perubahan laba. Demikian sebaliknya semakin rendah NPL akan semakin tinggi laba. Dari hasil perhitungan secara parsial variabel yang dilakukan oleh Pahlevie (2009) menunjukan bahwa secara partial variabel NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel perubahan Laba ditunjukkan dengan besarnya tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,009. Pengaruh negatif yang ditunjukkan oleh NPL mengindikasikan bahwa semakin tinggi kredit macet dalam pengelolaan kredit bank yang ditunjukkan dalam NPL maka akan menurunkan tingkat pendapatan bank yang tercermin melalui perubahan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhafita dan Tintri (2010), Khasanah (2010), Sapariyah (2010) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap perubahan laba. 2.5 Hubungan NIM dengan Pertumbuhan Laba NIM menunjukan rasio terhadap pendapatan bunga bank (pendapatan bunga kredit minus biaya bunga simpanan) terhadap outstanding kredit, rasio ini menunjukan kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya. Semakin tinggi NIM menujukan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva perusahaan dalam bentuk kredit. Pengaruh NIM terhadap perubahan laba yang diteliti oleh Khasanah (2010) tidak adanya pengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Koefisien yang negatif menunjukkan sebagian besar data pada periode penelitian ketika nilai NIM (Net Interest Margin) mengalami kenaikan, diikuti dengan nilai pertumbuhan laba yang mengalami penurunan. NIM diperoleh dengan membandingkan pendapatan bunga bersih dengan aktiva produktif bank. Peningkatan NIM disebabkan oleh peningkatan pendapatan bunga bersih tetapi tidak diikuti peningkatan aktiva produktif. Penurunan NIM disebabkan karena peningkatan rata-rata aktiva produktif yang tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan bunga. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang 72
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
dilakukan oleh Rahman (2009) dan Pahlevie (2009) yang mengemukakan bahwa NIM berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan laba. 2.6 Hubungan BOPO dengan Pertumbuhan Laba BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya terutama kredit berdasarkan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan. Dalam pengumpulan dana terutama dana masyarakat (dana pihak ketiga), diperlukan biaya selain biaya bunga (termasuk biaya iklan). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2009) diperoleh koefisien regresinya sebesar -3,745 dengan signifikansi sebesar 0,037, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi karena lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh yang negatif terhadap perubahan laba. Tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau earning yang dihasilkan oleh bank. Jika kegiatan operasional dilakukan dengan efisien (dalam hal ini nilai BOPO rendah) maka laba yang dihasilkan bank tersebut akan naik. Selain itu, besarnya BOPO juga disebabkan karena tingginya biaya dana yang dihimpun dan rendahnya pendapatan bunga dari penanaman dana. Semakin besar BOPO, maka akan semakin kecil kinerja keuangan perbankan, begitu juga sebaliknya, bila BOPO semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perbankan semakin meningkat atau membaik. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sapariyah (2010) yang mengemukakan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. 2.7 Hubungan LDR dengan Pertumbuhan Laba LDR merupakan rasio yang menunjukkan tingkat likuiditas suatu bank. Juga menunjukkan kemampuan dalam menjalankan fungsi intermediasinya dalam menyalurkan dana pihak ketiga ke kredit. Jika rasio ini menunjukkan angka rendah maka bank dalam kondisi idle money atau kelebihan likuiditas yang akan menyebabkan bank kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba lebih besar. Disamping itu jika rasio ini menunjukkan angka yang berlebihan bank akan mengalami kesulitan likuiditas untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga bank harus dapat mengelola rasio ini agar tidak mengalami kesulitan likuiditas tetapi juga dapat memaksimalkan komposisi LDR untuk bisa memaksimalkan laba yang akan diperolehnya. Besarnya LDR mengikuti perkembangan kondisi ekonomi Indonesia, dan sejak akhir tahun 2001 bank dianggap sehat apabila besarnya nilai LDR antara 80% sampai dengan 110% (Arthesa, 2006:133). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2009) diperoleh nilai koefisien regresinya sebesar 1,423 dengan signifikansi sebesar 0,027, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Loan Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap perubahan laba. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa Loan Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan dapat diterima. Hasil temuan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2006), Andriyani (2008) dan Pahlevie (2009) menemukan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba. 2.8 Hipotesis Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah: H1: CAR, NPL, NIM, BOPO, dan LDR secara simultan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba. JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
73
H2: CAR, NPL, NIM, BOPO, dan LDR secara parsial berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008 hingga 2011. Sedangkan pemilihan sampel ditentukan secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Kriteria pemilihan sampel penelitian tersebut adalah: a) Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 hingga 2011; b) Mengeluarkan laporan keuangan yang telah di audit secara berturut-turut selama empat tahun; c) Bank yang memiliki nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) di atas 8%; d) Bank yang memiliki nilai Non Performing Loan (NPL) di bawah 5%; e) Bank yang memiliki nilai Net Interest Margin (NIM) di atas 2%; f) Bank yang memiliki nilai Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) di bawah 90%; g) Bank yang memiliki nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) di bawah 85%. 3.2 Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1) Rasio ini merupakan perbandingkan antara modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko yang dihitung dari bank yang bersangkutan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, CAR dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
3.2.2 Non performing Loan (NPL) (X2) Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah kredit bermasalah dengan total kredit. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, NPL dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
3.2.3 Net Interest Margin (NIM) (X3) Rasio ini merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
3.2.4 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) (X4) Selain menggunakan metode NIM, earnings juga dapat dinilai degan menggunakan metode BOPO. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio efisiensi yang digunakan dalam mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini merupakan perbandingan antara beban operasional terhadap pendapatan operasional. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
74
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
3.2.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) (X5) Dalam menilai likuiditas bank dapat menggunakan metode LDR. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Karena itu rasio ini disebut juga sebagai rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah kredit dengan jumlah dana. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ini, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
3.2.6 Pertumbuhan Laba (Y) Penggunaan pertumbuhan laba sebelum pajak sebagai indikator pertumbuhan laba dengan alasan untuk menghindari pengaruh penggunaan tarif pajak yang berbeda antar periode yang dianalisis. Secara matematis pertumbuhan laba dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
ΔYt Y t
= pertumbuhan laba pada periode t = laba sebelum pajak = tahun ke-t
3.3 Metode Analisis Data Pada penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan Analisis Regresi Berganda. Model regresi linier berganda yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e dimana: Y = Pertumbuhan Laba α = Konstanta β1, β2, β3, β4,β5 = Koefisien Regresi X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR) X2 = Non Performing Loan (NPL) X3 = Net Interest Margin (NIM) X4 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) X5 = Loan to Deposit Ratio (LDR) e = Error Namun sebelum dilakukan analisis linier regresi berganda, perlu terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yaitu uji normalitas dan uji asumsi klasik agar didaptkan model yang fit. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pemilihan Sampel Pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
75
Tabel 2 Proses Pemilihan Sampel Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2008-2011 Jumlah perusahaan non-perbankan Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI Perbankan yang tidak mengeluarkan laporan keuangan yang diaudit Perbankan yang mengeluarkan laporan keuangan yang diaudit Perbankan yang memiliki klasifikasi standar nilai CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR Jumlah perusahaan perbankan yang menjadi sampel terpilih
442 (411) 31 (0) 31 (22) 9
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh sampel sebanyak 9 perusahaan perbankan dari populasi sebanyak 31 perusahaan. Berikut merupakan daftar perusahaan sampel terpilih: Tabel 3 Perusahaan Sampel No Kode Nama Perusahaan 1 BNBA Bank Bumi Artha 2 BBCA Bank Central Asia 3 BAEK Bank Ekonomi Raharja 4 BMRI Bank Mandiri 5 MEGA Bank Mega 6 BBNI Bank Negara Indonesia 7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan 8 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten 9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Sumber: www.idx.co.id
4.1.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Tabel 4 Statistik Deskriptif Variabel penelitian N CAR NPL NIM BOPO LDR Pert.Laba
36 36 36 36 36 36
Mean 16.6619 1.1103 6.1339 74.7922 66.6542 1.1038
Std. Deviation 4.54256 .78524 1.73539 12.99785 10.25442 .69390
Minimum 11.20 .11 3.60 42.00 45.54 -17.62
Maximum 31.15 3.52 10.77 89.98 84.92 167.82
Dari tabel 4 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Nilai minimum untuk masing-masing variabel yaitu CAR sebesar 11,20; NPL sebesar 0,11; NIM sebesar 3,60; BOPO sebesar 42,00; LDR sebesar 45,54 dan pertumbuhan laba sebesar -17,62. 2) Nilai maksimum untuk masing-masing variabel yaitu CAR sebesar 31,15; NPL sebesar 3,52; NIM sebesar 10,77; BOPO sebesar 89,98; LDR sebesar 84,92 dan pertumbuhan laba sebesar 167,82. 3) Nilai mean untuk masing-masing variabel yaitu CAR sebesar 16,6619; NPL sebesar 1,1103; NIM sebesar 6,1339; BOPO sebesar 74,7922; LDR sebesar 66,6542 dan pertumbuhan laba sebesar 1,1038.
76
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
4) Standar deviasi untuk masing-masing variabel yaitu CAR sbesar 4,54256; NPL sebesar 0,78524; NIM sebesar 1,73539; BOPO sebesar 12,99785; LDR sebesar 10,25442 dan pertumbuhan laba sebesar 0,69390. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Uji Normalitas Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Data N Normal Parameters(a,b)
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
CAR 36
NPL 36
NIM 36
BOPO 36
16.6619
1.1103
6.1339
4.54256
.78524
.192 .192
LDR 36
Pert.Laba 36
74.7922
66.6542
1.1038
1.73539
12.99785
10.25442
.69390
.190
.137
.213
.069
.211
.190
.137
.121
.053
.190
-.128
-.120
-.079
-.213
-.069
-.211
1.154
1.137
.825
1.280
.414
1.263
.140
.151
.504
.075
.996
.082
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi uji K-S tes, variabel penelitian menunjukkan nilai Asymp.sig (2-tailed) > 0,05 dimana untuk variabel CAR memiliki nilai Asymp.sig (2-tailed) sebesar 0,140; NPL sebesar 0,151; NIM sebesar 0,504; BOPO sebesar 0,075; LDR sebesar 0,966 dan variabel pertumbuhan laba sebesar 0,082. Hal ini berarti data yang tersebar berdistribusi secara normal. 4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.1. Uji Multikolinearitas Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas Tolerance .695 .612 .497 .796 .628
VIF 1.440 1.635 2.011 1.256 1.594
Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas atau tidak, dengan melihat nilai tolerance dan nilai VIF dari pengujian yang telah dilakukan. Dari tabel 6 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Variabel CAR memiliki nilai tolerance sebesar 0,695; NPL sebesar 0,612; NIM sebesar 0,497; BOPO sebesar 0,796 dan LDR sebesar 0,628. 2) Variabel CAR memiliki nilai VIF sebesar 1,440; NPL sebesar 1,635; NIM sebesar 2,011; BOPO sebesar 1,256 dan LDR sebesar 1,594. Dari hal tersebut dapat disimpulkan jika masing-masing variabel memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 sehingga berarti tidak terjadi masalah multikolinearitas. 4.2. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan output SPSS versi 15.0 maka hasil uji heteroskedastisitas dapat ditunjukkan dalam tabel berikut:
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
77
Tabel 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Glejser) 1
Model (Constant)
t
Sig 1.407
.170
CAR
.315
.755
NPL
-1.993
.055
NIM
-1.049
.303
BOPO
-1.632
.113
1.630
.114
LDR
Berdasarkan tabel 7, dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas tidak terjadi heteroskedastisitas dalam varian kesalahan karena berada di atas tingkat signifikansi α = 5% atau 0,05. 4.3. Uji Autokorelasi Tabel 8 Hasil Uji Autokorelasi Model 1
R
R Square
.546(a)
Adjusted R Square
.298
.182
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
.62775
2.015
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa nilai Durbin-Watson dari hasil uji yang dilakukan adalah sebesar 2,015. Nilai Durbin-Watson yang bebas dari gangguan autokorelasi adalah terletak pada DU < DW < 4-DU. DU merupakan batas atas (upper bound) di mana dalam penelitian ini adalah sebesar 1,799. Sehingga ketika dimasukkan hasil uji autokorelasi tersebut dalam persamaan menjadi 1,799 < 2,015 < 2,201. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat masalah autokorelasi. 4.2.3 Uji Hipotesis Berikut disajikan hasil analisis regresi berganda yang terdiri dari Uji F, R Square dan Uji t. 1. Uji F-Statistik Tabel 9 Uji F-Statistik Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
5.030
5
1.006
Residual
11.822
30
.394
Total
16.852
35
F
Sig.
2.553
.049(a)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen (CAR, NPL, NIM, BOPO, LDR) secara simultan terhadap variabel dependen (pertumbuhan laba). Dari tabel 4.14 terlihat nilai F hitung sebesar 2,553 dengan tingkat signifikansi 0,049 (signifikansi < α = 0,05). Hal ini berarti secara simultan variabel CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pahlevie (2009), Rahman (2009) yang menyatakan bahwa variabel CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
78
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
2. R square Tabel 10 Hasil Uji R Square Model 1
R
R Square
.546(a)
Adjusted R Square
.298
.182
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
.62775
2.015
Pada tabel 4.15 terlihat nilai R Square sebesar 0,298 yang artinya 29,8% pertumbuhan laba perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR sedangkan sisanya 70,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. 3. Uji t Tabel 11 Hasil Uji t Model 1 Constant CAR NPL NIM BOPO LDR
Unstandardized Coefficient B Std. Error .469 -.041 -.504 .253 .008 -.005
1.058 .028 .173 .087 .009 .013
Standardized Coefficients Beta -.267 -.570 .633 .158 -.069
T .444 -1.453 -2.917 2.919 .924 -.359
Sig .660 .157 .007 .007 .363 .722
Uji t dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil pengujian t statistik seperti yang terlihat pada tabel 4.8 maka dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Variabel CAR memiliki nilai t hitung sebesar -1,453 dengan tingkat sigifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,157. Hasil ini mengindikasikan bahwa secara parsial variabel CAR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Alasan tidak signifikannya CAR terhadap pertumbuhan laba karena rendahnya modal bank sampel itu sendiri daripada kucuran dana oleh pihak ketiga pada periode penelitian. Semakin besar modal sendiri maka akan menurunkan biaya dana sehingga perubahan laba perusahaan akan meningkat, namun jika modal sendiri rendah maka akan memerlukan dana dari pihak ketiga yang besar dan mahal sehingga mengurangi bunga berih yang diterima oleh bank sehingga profitabilitas bank akan rendah. Contohnya saja, mayoritas bank sampel memiliki nilai CAR antara 10%-20% yang masih terlalu dekat dengan standar minimum CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. b) Variabel NPL memiliki nilai t hitung sebesar -2,917 dengan tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,007. Artinya bahwa secara parsial variabel NPL berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa NPL signifikan terhadap pertumbuhan laba karena mayoritas bank sampel penelitian ini menjaga dana yang dikreditkan kepada debitur antara 0%-2% yang cukup kecil dari standar ketetapan nilai NPL maksimal 5%. NPL mencerminkan akan risiko kredit, karena kecilnya resiko kredit yang ditanggung pihak bank dapat dinilai dengan semakin kecilnya NPL. Jika kondisi NPL suatu bank tinggi maka akan memperbesar biaya sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Oleh karena itu, bank diharapkan menjaga dana yang dikeluarkan untuk memberikan kredit kepada debitur. JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
79
c) Variabel NIM memiliki nilai t hitung sebesar 2,919 dengan tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,007. Artinya secara parsial variabel NIM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini yang menemukan bahwa NIM berpengaruh terhadap pertumbuhan laba dikarenakan besarnya nilai NIM yang dihasilkan oleh mayoritas bank sampel dikisaran 4%-9%. Ini mengindikasikan bahwa bank dapat menekan biaya dana. Biaya dana itu sendiri merupakan bunga yang dibayarkan oleh bank kepada pihak-pihak pemilik sumber dana bank yang bersangkutan. Penetapan persentase tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya ditentukan oleh biaya yang harus dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh pendapatan netto. d) Variabel BOPO memiliki nilai t hitung sebesar 0,924 dengan tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,363. Hal ini berarti secara parsial variabel BOPO tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini yang menemukan bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba dikarenakan nilai BOPO dari mayoritas bank sampel sangat besar dikisaran 80%-90%. Ini mengindikasikan masih banyaknya bank mengeluarkan biaya operasional yang sangat besar sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan operasionalnya. Karena Semakin kecil BOPO menunjukan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. e) Variabel LDR memiliki nilai t hitung sebesar -0,359 dengan tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,772. Artinya secara parsial variabel LDR tidak berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan laba. Hasil penelitian yang menemukan bahwa LDR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba dikarenakan masih banyaknya bank yang memiliki nilai LDR cukup rendah. Ini mengindikasikan bahwa masih terlalu kecilnya dana yang disalurkan kepada masyarakat melalui kredit. LDR yang tinggi dapat diartikan bahwa adanya penanaman modal besar oleh pihak ketiga dalam bentuk kredit. Karena besarnya kredit yang disalurkan maka akan menghasilkan laba pada bank dan dapat membuat pertumbuhan laba bank. Kredit yang diberikan oleh bank merupakan salah satu pendapatan utama karena akan mendapatkan bunga kredit yang berpengaruh terhadap pendapatan. 4.2.4 Implikasi Hasil Penelitian Dari hasil analisa penelitian, dapat ditemukan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil temuan ini mendukung penelitian Pahlevie (2009), Nurhafita dan tintri (2010), Khasanah (2010) dan Sapariyah (2010). Hasil Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Aini (2006) dan Andriyani (2008) yang mengemukakan bahwa CAR berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Untuk variabel Non Performing Loan (NPL), hasil penelitian ini menemukan bahwa NPL berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hasil temuan ini mendukung dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pahlevie (2009), Rahman (2009), Sapariyah (2010) yang juga mengemukakan bahwa NPL berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Untuk variabel Net Interest Margin (NIM), hasil penelitian ini menemukan bahwa NIM berpengaruh terhadap pertumbuhan laba . Hasil temuan ini bertentangan dengan hail penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahman (2009), Pahlevie (2009) dan Khasanah (2010) yang menyatakan jika NIM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
80
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
Untuk variabel Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), hasil penelitian ini menemukan bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Pahlevie (2009), Nurhafita dan Tintri (2010) dan Khasanah (2010) yang juga mengemukakan bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Untuk variabel Loan to Deposit Ratio (LDR), hasil penelitian ini menemukan bahwa LDR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nurhafita dan Tintri (2010), Sapariyah (2010) dan Khasanah (2010) yang juga mengemukakan bahwa LDR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Dalam segi permodalan, diharapkan kepada pihak manajemen bank agar selalu menjaga tingkat permodalan yang dimiliki sehingga meningkatkan kinerja keuangan bank. Tingginya nilai CAR pada bank mencerminkan akan besarnya permodalan yang dimiliki untuk menyediakan dana dalam pengembangan usahanya serta menanggung resiko kerugian yang akan ditimbulkan akibat operasional bank. Untuk itu, bagi pihak manajemen bank agar tetap meningkatkan kinerja perusahaannya sehingga permodalan tidak pernah mengalami permasalahan ataupun krisis. Seperti yang dikatakan Deputi Gubernur BI bahwa rasio kecukupan modal (CAR) perbankan di Indonesia saat ini berada pada 17,88%. Ini didukung oleh investor pasar modal yang selalu bersedia mendanai ekspansi modal industri dikarenakan memiliki rasio laba yang tinggi, Return on Equity (ROE) diatas 15% dan Return on Assets (ROA) 3,1%. Manajemen bank harus selalu memperhatikan besarnya NPL, karena bank harus terus mengelola asetnya dengan baik dan meminimalkan resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debiturnya. Hal ini menjaga agar bank tidak berpotensi mengalami kerugian dan menghasilkan pendapatan bunga bank yang selalu meningkat dan optimal. Terkait dalam memberikan kredit, bank diharuskan mampu menganalisis kemampuan debitur dalam membayar kembali kewajibannya. Hal inilah yang membuat pihak manajemen bank harus pintar mengelola asetnya dengan baik dan efisien karena selalu meningkatnya jumlah kredit yang dikucurkan bank tiap tahunnya. Seperti yang dimuat di Bank Indonesia, per april 2011 jumlah kredit yang dikucurkan bank meningkat sebesar 24,03% dari Rp.1.486,329 triliun menjadi Rp.1.843,53 triliun. Bagi pihak manajemen bank diharapkan agar selalu mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan bunga bersih sehingga nilai NIM meningkat. Pihak manajemen diharapkan agar tetap menekan biaya dana yang dikeluarkan oleh bank. Hal ini menjaga agar bunga yang dibayarkan oleh bank kepada pihak-pihak pemilik sumber dana bank yang bersangkutan tidak membesar ditiap periodenya yang akan berakibat minimnya profitabilitas yang diterima oleh bank. Untuk segi Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), manajemen bank diharapkan memperkecil besarnya BOPO sehingga biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank dapat ditekan dan efisien. Jika nilai BOPO diatas 90% atau bahkan melebihi 100%, maka bank tersebut dianggap tidak efisien atau terlalu agresif. Di Indonesia, bank-bank yang ada dianggap tidak efisien. Karena rata-rata BOPO perbankan berada pada nilai 85,42%, ini sangat jauh dibanding rata-rata BOPO perbankan di ASEAN seperti Filipina yang hanya 74%, Thailand 54,3%, Singapura 42%, dan Malaysia 40%. Tingginya BOPO ini yang membuat bank sangat tidak efisien dan boros. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) suatu bank maka akan semakin beresiko bagi bank itu sendiri. LDR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Jika LDR suatu bank JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
81
melebihi batas tolerasi yang telah ditetapkan, itu berarti manajemen bank tersebut sangat ekspansif atau agresif. Bank Indonesia mengungkapkan bahwa LDR perbankan di Indonesia 2011 sudah mencapai 78%. Ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia memang baik. 5. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara simultan variabel CAR, NPL, NIM, BOPO, dan LDR berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan laba dengan hasil analisa nilai F hitung sebesar 2,553 dengan tingkat signifikansi 0,049 (signifikansi < α = 0,05).. 2. Secara parsial variabel CAR tidak berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan laba dengan hasil analisa nilai t hitung sebesar -1,453 dengan tingkat sigifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,157. 3. Secara parsial variabel NPL berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan laba dengan hasil analisa nilai t hitung sebesar -2,917 dengan tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,007. 4. Secara parsial variabel NIM berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan laba dengan hasil analisa nilai t hitung sebesar 2,919 dengan tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,007. 5. Secara parsial variabel BOPO tidak berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan laba dengan hasil analisa nilai t hitung sebesar 0,924 dengan tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,363. 6. Secara parsial variabel LDR tidak berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan laba dengan hasil analisa nilai t hitung sebesar -0,359 dengan tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,772. Beberapa saran untuk peneliti selanjutnya meliputi : 1) Penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode penelitian sehingga memberikan hasil yang lebih akurat. 2) Sampel yang digunakan lebih diperluas dan tidak hanya menggunakan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI saja, melainkan dapat menggunakan seluruh perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI. 3) Variabel independen yang digunakan dalam penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya terbatas pada CAR, NPL, NIM, BOPO, dan LDR, akan tetapi dapat menggunakan rasio-rasio keuangan lainnya seperti Retention Rate, Return On Assets, dan Giro Wajib Minimum. DAFTAR PUSTAKA Aini, Yuyun Nurul, 2006, Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Assets, dan Besaran Perusahaan Terhadap Perubahan Laba Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, Skripsi, Universitas Negeri Semarang. Gujarati, Damonar. N, 2007, Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga. Khasanah, Iswatun, 2010, Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI, Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang.
82
|
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
Laurence, A Manullang, 2002, Analisis Pengaruh Rentabilitas terhadap rasio kecukupan Modal Pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol. 2, No.1, 2002, Hal 26-47 Mardani, Ronny Malavia, 2003, Petunjuk Praktis Operasional SPSS Edisi Revisi, Malang: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang. Muljono, Teguh Pudjo, 1999, Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Edisi Revisi 1999, Cetakan 6, Jakarta Djambatan, 1999. Nurhafita, Darma Tintri, 2010, Effect on The Quality of Earning Ratio Camel (Case Study of Registered Commercial Banks in Indonesia Stock Exchange), Jurnal Universitas Gunadarma. Pahlevie, Nu’man Hamzah, 2009, Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan EAQ Terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris Pada Bank Umum di Indonesia Periode Laporan Keuangan Tahun 2004-2007), Tesis Universitas Diponegoro. Rahman, Teddy, 2009, Analisis Pengaruh CAR, NIM, BOPO, LDR, NPL Terhadap Perubahan Laba (Studi Kasus Pada Bank Non Devisa Di Indonesia Periode 2003-2007), Tesis, Universitas Diponegoro Semarang. Santoso, S, 2004, SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo. Sapariyah, Rina Ani, 2010, Pengaruh Rasio Capital, Assets, Earning dan Liquidity Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perbankan di Indonesia (Studi Empiris Pada Perbankan di Indonesia), Jurnal Ekonomi. Bank. No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. www.bi.go.id Usman, Bahtiar, 2003, Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Bank-Bank Di Indonesia, Media Riset Bisnis & Manajemen, Vol.3 No.1, April, Hal 59-74. www.idx.co.id *) Budi Wahono adalah dosen tetap Prodi Akuntansi FE Unisma **) Septian Dirgantara adalah alumni prodi Manajemen FE Unisma
JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012
|
83