PROSIDING SEMINAR NASIONAL ALFA 2011
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP KREATIVITAS MAHASISWA Naniek Sulistya Wardani Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana E-mail :
[email protected]
PENDAHULUAN Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (Undang-Undang Sisdiknas Bab III Pasal 4 Ayat 4). Pencapaian tujuan pendidikan dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas (rombongan belajar) dengan menekankan pada pengembangan kreativitas belajar peserta didik. Kreativitas belajar sangat diperlukan bagi peserta didik sebagai modal untuk menghadapi tantangan berat dalam kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, perkuliahan Kajian IPS, mengantarkan mahasiswa untuk mampu menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan dari materi Kajian IPS yang mendukung pembelajaran IPS SD/MI. Pencapaian tujuan perkuliahan tersebut, menuntut dosen mendesain perkuliahan dengan meningkatkan kreativitas mahasiswa. Sebagai bekal bagi mahasiswa untuk meningkatkan kreativitas, dalam UndangUndang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat 5 dinyatakan bahwa Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Untuk itu, mahasiswa dalam perkuliahan perlu didorong untuk belajar menyukai membaca literatur, menulis laporan atau hasil pengamatan dan berhitung untuk melakukan analisis. Desain pembelajaran yang dilakukan dalam perkuliahan yang dapat meningkatkan kreatifitas mahasiswa adalah model pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Model pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran exposition atau ekspositori yang menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik dalam bentuk jadi dan peserta didik dituntut untuk menguasai bahan tersebut tidak dapat mendorong kreativitas belajar mahasiswa. Strategi
1
ini sering disebut sebagai strategi ekspositori (Sanjaya, 2007). Kondisi ini diperkuat oleh kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Dimyati (2001) yang menyatakan bahwa, pembelajaran mahasiswa di Indonesia kurang menonjolkan kemampuan 3m (membaca, menulis, memikir), o (observasi), dan 3e2t (ekspresi estetis, etis, epistemis, teknologis, teologis). Di sisi lain pengamatan Semiawan (1999) dalam Ali Muhtadi (TT) menyatakan bahwa telah terjadi formalisasi proses pembelajaran di perguruan tinggi. Dosen menjadi aktor utama di kelasnya yang memiliki fungsi terutama menyajikan, menjelaskan, menganalisis dan mempertanggungjawabkan ―body of material‖ kuliah. Mahasiswa mengikuti secara pasif dan menghafalkan bahan kuliah untuk direproduksi saat ujian. Pada saat ini terjadi perubahan paradigma pendidikan yakni dari paradigma behavioristik ke paradigma konstruktivistik. Dalam paradigma konstruktivistik menekankan terjadinya belajar (learning) pada diri mahasiswa, yakni mahasiswa membangun pengalamannya ke dalam konsep (teori). Dosen memberi konsepsi yang menantang, agar mahasiswa dapat meningkatkan terjadinya belajar pada dirinya. Gustone dalam Lim Wasliman dkk, 2005 menyatakan bahwa dalam pandangan konstruktivisme, tiap individu secara idiosinkratik membangun maknanya sendiri apabila menerima stimulus. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, ketika dosen memberikan pertanyaan-pertanyaan yang riil seperti apakah sumberdaya alam mempengaruhi jenis mata pencaharian penduduk disekitarnya, maka mahasiswa akan menemukan konsep sumberdaya alam dan mata pencaharian. Dengan ditemukan dua konsep ini, maka mahasiswa akan mengkonstruksi dua konsep itu menjadi generalisasi seperti ada hubungan antara sumberdaya alam dan jenis mata pencaharian penduduk, atau mahasiswa dapat mengkonstruksi dengan adanya sumberdaya alam akan mempengaruhi jenis mata pencaharian penduduk. Jadi pengetahuan itu dibangun dalam pikiran mahasiswa. Untuk itu kreativitas masiswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar tersebut. Perkuliahan perlu didesain dengan menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Berdasarkan pengamatan perkuliahan Kajian IPS SD mahasiswa PGSD FKIP UKSW Kelas 2009 E Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010 ditemukan beberapa fenomena antara lain bahwa mahasiswa peserta kuliah adalah mahasiswa angkatan pertama dan semester 2. Dalam pembelajaran Kajian IPS, dosen telah menekankan kepada pembelajaran berbasis mahasiswa. Aktivitas yang sering dilakukan adalah diskusi kelompok dan dipresentasikan di dalam kelas. Dalam diskusi kelompok yang terdiri dari 5 mahasiswa, rata-rata 40 % mahasiswa saja yang aktif dalam kelompoknya. Keaktifan ini ditunjukkan oleh banyaknya pendapat yang dikemukakan untuk menjawab tema yang diberikan. Dalam diskusi kelas, hanya 20 % dari 40 mahasiswa saja yang berani mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan serta mempertahankan pendapatnya. Hasil pengukuran setiap aktivitas dan kreativitas mahasiswa tidak pernah dilakukan. Ada hasil pengukuran diskusi kelompok secara menyeluruh dan per kelompok yang besarnya skor diperoleh rata-rata 71. Pengukuran setiap aktivitas mahasiswa baik melalui pengetahuan, sikap dan ketrampilan sangat perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya kreativitas mahasiswa, yang selanjutnya untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pendidikan. Untuk itu model pembelajaran yang didesain berpusat pada mahasiswa seperti model pembelajaran kooperatif tipe TPS perlu dilakukan untuk meningkatkan kreativitas belajar mahasiswa. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk berkontribusi memecahkan persoalanpersoalan di atas, dengan melakukan penelitian yang permasalahan nya dirumuskan sebagai berikut: apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kreativitas mahasiswa dalam mata kuliah Kajian IPS SD. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS Pembelajaran koopratif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut teori motivasi, bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat mahasiswa melakukan kegiatan merupakan motivasi dalam pembelajaran kooperatif. Struktur tujuan kooperatif menciptakan suatu situasi bahwa tujuan pribadi dapat tercapai hanya apabila kelompok itu berhasil. Sebelum pembelajaran kooperatif diterapkan, mahasiswa perlu mengetahui keterampilan-keterampilan kooperatif yang akan
2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ALFA 2011 digunakan bekerja dalam tim. Model pembelajaran ini sejalan dengan salah satu prinsip CTL, yaitu learning community. Salah satu tipenya adalah tipe TPS. Tipe TPS singkatan dari think (berpikir), pair (berpasangan) dan share (berbagi). Tipe pembelajaran ini termasuk model pembelajaran kooperatif yakni pembelajaran yang menekankan bentuk kerjasama atau interaksi antar mahasiswa, mahasiswa dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, mahasiswa dosen. Dalam TPS ada interaksi antar mahasiswa baik secara berpasangan maupun dalam diskusi kelas. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan Tipe Think-Pair-Share menurut Paket TOT Nasional ALFHE DBE 2 tahun 2010 mengikuti langkah-langkah berikut ini: Dosen mengajukan suatu pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian meminta mahasiswa untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Mahasiswa tidak diperkenankan berbicara dengan mahasiswa lain pada tahap ini. Dosen meminta mahasiswa berpasangan dengan mahasiswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap berpikir. Dosen meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia selalu memberi jawaban terhadap gejala kehidupan yang muncul. Jawaban manusia ini merupakan kreativitas. Dengan demikian, setiap manusia tidak pernah berhenti berkreativitas. Kreativitas belajar mahasiswa perlu dikembangkan melalui proses perkuliahan. Menurut Hawadi, 2001 dalam Antonius Atosokhi dkk, 2005 menyatakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Wujud kreativitas dapat dicirikan secara aptitude maupun non aptitude. Ciri kreativitas dalam bentuk aptitude menurut Utami Munandar (1999) adalah: 1. Ketrampilan berfikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan; memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Perilaku mahasiswa mengajukan pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, dapat dengan cepat melihat kekurangan pada suatu obyek atau situasi. 2. Ketrampilan berfikir luwes yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi; dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; mencari banyak alternatif; mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran. Perilaku mahasiswa memberikan bermacam-macam interpretasi terhadap suatu gambar, ceritera atau masalah; menerapkan konsep dengan cara yang berbeda-beda. 3. Ketrampilan berfikir rasional yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik; memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasikombinasi yang tidak lazim dari unsur-unsur. Perilaku mahasiswa setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru. 4. Ketrampilan mengelaborasi yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk; memerinci detil-detil suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik. Perilaku mahasiswa mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci, mengembangkan gagasan orang lain, menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh 5. Ketrampilan menilai yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan ide tetapi juga melaksanakannya. Perilaku mahasiswa memberikan pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri, menentukan pendapatnya sendiri mengenai suatu hal, menganalisis masalah dengan kritis dengan menanyakan mengapa, mempunyai alasan yang dapat dipertanggung jawabkan. Adapun ciri kreativitas dalam bentuk non aptitude menurut Utami Munandar (1999) adalah:
3
1. Rasa ingin tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, obyek dan situasi. Perilaku mahasiswa mempertanyakan segala sesuatu, senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar; menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal. 2. Bersifat imajinatif yaitu mampu memperagakan hal-hal yang belum pernah terjadi, menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan. Perilaku mahasiswa memikirkan hal-hal yang belum pernah terjadi, memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain, meramalkan apa yang akan dikatakan dan dilakukan orang lain. 3. Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi yang rumit, lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. Perilaku mahasiswa menggunakan gagasan atau masalah yang sulit, tertatang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan keadaannya, melibatkan diri pada tugas-tgas majemuk. 4. Sifat berani mengambil resiko yaitu berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, tidak menjadi ragu-ragu karena ketidak jelasan. Perilaku mahasiswa berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya; bersedia mengakui kesalahannya; berani menerima tugas yang sulit; berani mengemukakan pertanyaan. 5. Sifat menghargai yaitu dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Perilaku mahasiswa menghargai hak-hak sendiri dan orang lai; menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri, menghargai makna orang lain. Kerangka berfikir dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kreativitas mahasiswa, akan diukur melalui kreativitas yang bercirikan aptitude yakni: 1. Ketrampilan berfikir lancar diukur dengan pertanyaan yang diajukan dan menjawab pertanyaan, dalam hal ini merumuskan masalah tentang tema interaksi manusia dan alam (IMA) 2. Ketrampilan berfikir luwes diukur dengan konsep yang ditemukan dalam tema IMA 3. Ketrampilan berfikir rasional diukur dengan penyelesaian masalah tema IMA 4. Ketrampilan mengelaborasi diukur dengan mengembangkan gagasan orang lain dalam mengumpulkan data melalui diskusi kelompok terkait tema IMA 5. Ketrampilan menilai diukur dengan alasan penyelesaian masalah IMA Jadi kreativitas diukur melalui pertanyaan yang diajukan (merumuskan masalah), jawaban atas pertanyaan (penentuan konsep), penyelesaian masalah dan penjelasannya. Pelaksanaan pengukuran kreativitas dilakukan secara rutin dengan diskusi kelompok dan dilakukan dalam model pembelajaran TPS. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada seluruh mahasiswa PGSD FKIP UKSW kelas 2009 E yang berjumlah 41 mahasiswa semester II Tahun 2009/2010 sebagai subyek penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Desain penelitian menggunakan one group pre test – post test design artinya penelitian ini menggunakan satu kelompok yang diukur sebelum perlakuan (pre test) dan sesudah perlakuan (post test). dengan gambar berikut ini. Table 1 Desain Penelitian Eksperimen Semu Sebelum O1
Perlakuan X
Sesudah O2
Keterangan : O1 : Kondisi sebelum pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS O2 : Kondisi setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS X : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS
4
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ALFA 2011 Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian eksperimen semu terdiri dari 3 langkah yakni 1) memberikan penilaian kreativitas awal sebelum perlakuan diberikan, 2) memberikan perlakuan model pembelajara TPS kepada subyek penelitian, dan 3) memberikan penilaian kreativitas melalui perlakuan yang diberikan. Variabel penelitian adalah model pembelajaran TPS dan kreativitas belajar. Model pembelajaran TPS adalah pembelajaran yang dilakukan dengan sintaksnya mahasiswa berpikir sendiri untuk menjawab pertanyaan dari dosen, kemudian jawaban yang telah ditemukan didiskusikan dengan pasangannya, dan selanjutnya hasil diskusi dengan pasangannya disampaikan kepada teman sekelas. Sedangkan kreativitas mahasiswa adalah besarnya skor yang diperoleh dari skor pertanyaan yang diajukan (merumuskan masalah), skor jawaban atas pertanyaan (konsep yang ditemukan), skor penyelesaian masalah dan skor deskripsi penyelesaian masalah. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi. Observasi dipergunakan untuk melakukan pengukuran kreativitas baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan. Instrumen data berupa lembar observasi. Jenis lembar observasi berupa rubrik penilaian kreativitas yang terdiri dari pengukuran rumusan masalah, penentuan konsep, pemecahan masalah, dan deskripsi dengan tema interaksi manusia dan alam. Adapun kisi-kisi rubrik penilaian disajikan melalui tabel 2. Tabel 2 Kisi-kisi Pengukuran Kreativitas No Materi Indikator Item Pertanyaan 1 Interaksi Manusia dan Alam Merumuskan masalah 1,2,3 Menentukan konsep 4,5,6 Pemecahan masalah 7,8,9 Deskripsi pemecahan masalah 10,11,12 Uji coba instrumen penelitian. Sebelum instrumen penelitian dipergunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba dengan menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Hasil validitas instrumen disajikan melalui tabel 3
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012
Scale Mean if Item Deleted 34,7561 35,3902 34,7561 35,1463 35,1220 34,9512 35,0244 34,4146 35,9756 34,5854 35,0244 34,7317
Tabel 3 Hasil Uji validitas Instrumen Kreativitas Item-Total Statistics Corrected ItemCronbach's Scale Variance Total Alpha if Item if Item Deleted Correlation Deleted 16,339 -,197 ,637 11,594 ,460 ,521 12,789 ,496 ,530 13,028 ,226 ,589 13,560 ,310 ,566 14,148 ,249 ,579 14,624 ,068 ,619 16,149 -,155 ,627 14,024 ,168 ,597 12,349 ,594 ,509 13,124 ,356 ,555 13,351 ,348 ,558
Kriteria penentuan validitas instrumen mendasarkan pada Singgih Santoso (2003) yang menyatakan bahwa item instrumen penelitian dianggap valid jika memiliki koefisien corrected item total correlation ≥ 0,1. Dengan demikian hasil uji validitas dari 12 instrumen, ada satu instrumen yang tidak valid yakni instrumen no. 7 tentang dapat memecahkan masalah, nomor ini didrop. Hasil uji reliabilitas ditunjukkan oleh Cronbach’s Alpha sebesar 0,599. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012), Alpha sebesar 0,599 artinya reliabilitas instrumen cukup
5
reliabel, sehingga semua instrumen dapat dipergunakan. Hal ini didukung dengan kriteria indeks reliabilitas yang ditunjukkan melalui tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Rentang Indeks Reliabilitas No 1 2 3 4 5
Indeks 0,80 — 1,00 0,60 — 0,80 0,40 — 0,60 0,20 — 0,40 < 0,20
Interpretasi Sangat reliabel Reliabel Cukup reliabel Agak reliabel Kurang reliabel
Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis beda rerata kreativitas belajar mahasiswa (uji t) dengan bantuan SPSS Window’s version 19,0 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Uji t ini dipergunakan untuk mengetahui perbedaan kreativitas mahasiswa sebelum dan sesudah perlakuan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengukuran Kreativitas Belajar Mahasiswa Sebelum Perlakuan Kreativitas belajar mahasiswa S1 PGSD FKIP UKSW kelas 2009 C pada semester 2 tahun 2009/2010 sebelum ada perlakuan pembelajaran TPS, ditunjukkan melalui tabulasi silang seperti dalam tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kreativitas Belajar Mahasiswa Sebelum Perlakuan Skor ≤ 30 31 - 40 ≥ 41
Kriteria Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Frekuensi
Persentase 19,51 58,54 21,95 100
8 24 9 41
Dari hasil pengukuran kreativitas belajar mahasiswa sebelum diberi perlakuan dengan mendasarkan pada tabel 5, menunjukkan bahwa kreativitas mahasiswa terbagi dalam 3 kriteria kreativitas yakni rendah sebesar 19,51%, kreativitas sedang sebesar 58,54 % dan tinggi sebesar 21,95 %. Adanya kreativitas yang sedang dan tinggi mencapai lebih dari 80 % adalah sesuatu yang wajar. Hal ini konsisten dengan hasil observasi awal, bahwa pembelajaran di kelas telah sering dilakukan dengan diskusi kelompok. Dengan demikian diskusi kelompok dapat mendorong kreativitas belajar mahasiswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wardani Naniek Sulistya (2011) yang menyimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas belajar. Secara statistik skor pengukuran kreativitas belajar mahasiswa secara detil disajikan melalui tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Deskripsi Statistik Kreativitas Belajar Mahasiswa Sebelum Perlakuan Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Mean
Std. Deviation
Statisti c Sebelum Perlakuan
41
(Eksperimen) Valid N (listwise)
6
41
24,00
48,00
Statistic 35,8712
Std. Error 1,04506
Statistic 6,69168
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ALFA 2011 Skor kreativitas minimal mencapai 24 dengan kriteria rendah dan skor maksimal 48 dengan kriteria tinggi. Adapun nilai rata-rata mencapai 35,87. Mendasarkan data ini, menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa yang kreativitasnya rendah. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kreativitas Belajar Mahasiswa Sesudah Perlakuan Skor 31 - 40 ≥ 41
Kriteria Sedang Tinggi Jumlah
Frekuensi Persentase 33 80,49 8 19,51 41 100
Dari tabel 7 menunjukkan bahwa kreativitas mahasiswa sesudah diberi perlakuan terbagi dalam 2 kriteria kreativitas yakni kreativitas sedang sebesar 80,49 % dan tinggi sebesar 19,51 %. Ini berarti mahasiswa tidak ada yang berkreativitas rendah. Artinya adanya perlakuan dapat menggeser tingkat kreativitas menjadi meningkat. Hal ini disebabkan model TPS mendorong aktivitas mahasiswa untuk kreatif sesuai dengan sintaksnya. Secara statistik skor pengukuran kreativitas belajar mahasiswa sesudah perlakuan secara detil disajikan melalui tabel 8 di bawah ini. Tabel 8 Deskripsi Statistik Kreativitas Belajar Mahasiswa Sesudah Perlakuan Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Sesudah perlakuan
41
Valid N (listwise)
41
38,40
48,00
Mean Statistic 39,8517
Std. Deviation
Std. Error ,50524
Statistic 3,23509
Dari tabel 8 nampak bahwa perlakuan dapat menaikkan skor minimal dari 24 menjadi 38,4 dan menaikkan rata-rata dari 35,87 menjadi 39,85. Secara detil dijelaskan melalui gambar 1 di bawah ini.
40 30 Sebelum Perlakuan
20
Sesudah Perlakuan
10 0 ≤ 30
Sesudah Perlakuan Sebelum Perlakuan 31 - 40
≥ 41
Gambar 1 Perbandingan Skor Kreativitas Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah perlakuan yang ditunjukkan melalui tabel 6 dan 8 yakni dari 35,87 menjadi 39,85. Perbedaan rata-rata sebesar 3,98 7
menunjukkan adanya peningkatan kreativitas mahasiswa, karena adanya perlakuan yang berupa aktivitas dalam proses pembelajaran yakni melalui aktivitas berfikir sendiri, berdiskusi dengan pasangan dan berbagi ke kelas, mendorong mahasiswa untuk berfikir secara kreatif. Perbedaan rata-rata ini juga dibuktikan melalui uji t seperti dalam tabel 9 di halaman berikutnya. Dari tabel 9, t hitung sebesar -3,233 dengan probabilitas signifikansi 0,002 < 0,05 berarti Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skor kreativitas belajar mahasiswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan penggunaan model pembelajaran TPS.
Pair 1
Sebelum – Sesudah Perlakuan
Tabel 9 Hasil Uji t Sebelum dan Sesudah Perlakuan Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Error Mean Deviation Mean Lower Upper -3,98049 7,88300 1,23112 -6,46867 -1,49231
t -3,233
df 40
Sig. (2tailed) ,002
KESIMPULAN Mendasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: Ada pengaruh model pembelajaran TPS terhadap kreativitas belajar mahasiswa tentang tema interaksi manusia dan alam. Hal ini ditunjukkan oleh adanya: 1. Perbedaan skor rata-rata kreativitas belajar mahasiswa sebelum dan sesudah perlakuan yakni sebesar 3,98 yakni dari rata-rata 35,87 menjadi 39,85. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata skor kreativitas yang signifikan. 2. Hasil uji t menunjukkan t hitung sebesar -3,233 dengan probabilitas signifikansi 0,002 < 0,05 berarti Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kreativitas belajar mahasiswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan penggunaan model pembelajaran TPS. Mendasarkan pada hasil penelitian, maka disarankan kepada para dosen untuk mengembangkan model pembelajaran dalam kelasnya masing-masing dengan berfokus pada mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA [1] Ali Muhtadi. TT. Model Pembelajaran ―Active Learning‖ dengan Metode Kelompok untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Dalam Prosiding Seminar International PPS UPI Bandung. [2] Anonim. 2010. Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (ALIHE) – Paket TOT Nasional ALFHE Decentralized Basic Education 2 – USAID. [3] Antonius Atosokhi dkk. 2005. Character Building I. Jakarta: Gramedia [4] Gagne, R.M. 1977. The Condition of Learning. New York: Holt, R and W. [5] Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. [6] Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. [7] Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: [8] Wardani Naniek Sulistya. 2011. Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS SD Melalui Diskusi Kelompok. Dalam Jurnal Widya Sari Vol 13 No. 1 Januari 2011. Salatiga: Widya Sari Press. [9] Wardani Naniek Sulistya. 2012. Asesmen Pembelajaran SD. BBM. Salatiga: Widya Sari. [10] Wasliman Lim dan Somantri Numan. 2005. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
8