1
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BENCANA INDONESIA SEBAGAI SARANA WISATA EDUKASI DAN PENGARUH
TERHADAP LINGKUNGAN
BIDANG KEGIATAN : PKM-GT Diusulkan oleh : Andreas Evanda Radhata / 1435010023 Firzal Patrya / 1435010060 Wahyu Wicaksono / 1435010045
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR 2016
2
JENIS / KATEGORI PKM-GT ANGGOTA KELOMPOK a. Anggota 1 Nama Lengkap : NPM/ Angkatan : Jurusan : Perguruan Tinggi : Alamat Rumah : No Telp/Hp : Email :
Andreas Evanda R 1435010023/2014 Sistem Informasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Bratang Perintis 1 no 10 Surabaya 087703313737
[email protected]
b. Anggota 2 Nama Lengkap NPM/ Angkatan Jurusan Perguruan Tinggi Alamat Rumah No Telp/Hp Email
: : : : : : :
Firzal Patrya A 1435010060/2014 Sistem Informasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Perum Surya Asri 2 Blok E8/18 Sukodono, Sidoarjo 089677242011
[email protected]
c. Anggota 3 Nama Lengkap NPM/ Angkatan Jurusan Perguruan Tinggi Alamat Rumah No Telp/Hp Email
: : : : : : :
Wahyu wicaksono 1435010045/2014 Sistem Informasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Ngagel mulyo gang 16 no.35 Surabaya 082141600421
[email protected]
JUDUL PROGRAM Bencana Indonesia Sebagai Sarana Wisata Edukasi Dan Pengaruh Terhadap Lingkungan PENDAHULUAN Latar Belakang Bencana alam seringkali hanya dianggap sebagai suatu kejadian yang menakutkan, meninggalkan banyak kerugian, bahkan membawa trauma bagi korbannya. Peristiwa bencana alam selama ini hanya meninggalkan kehebohan atau kegemparan saat peristiwa terjadi atau mungkin beberapa waktu sesudahnya, hingga peristiwa tersebut dianggap teratasi. Padahal sebenarnya, peristiwa
3
bencana alam yang telah terjadi di masa lampau kelak dikemudian hari akan menjadi sebuah peristiwa sejarah yang sangat berharaga. Peristiwa bencana alam yang terjadi di masa lampau tidak hanya akan meninggalkan kesan (trauma,dsb.) tetapi juga dapat memberikan pelajaran bagi generasi penerus mengenai suatu gejala alam, sejarah, dampak sosial, serta nilai-nilai edukasi yang penting bagi kehidupan. Selama ini sejarah mengenai bencana alam kurang mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Kejadian-kejadian bencana alam hanya menjadi sebuah berita hangat disatu masa dengan penulisan dan pemberitaan di mediamedia (baik cetak maupun elektronik), namun kemudian berita itu hilang seolah tidak pernah ada. Sumber-sumber mengenai bencana alam yang terjadi di masa lampau. selama ini hanya bisa kita dapatkan di media cetak maupun rekaman berita dalam media elektronik yang keberadaannya sulit untuk didapatkan. Beberapa bencana yang masih menampakkan bekas/jejaknya di masa sekarang (seperti bencana lumpur lapindo, bencana tsunami, dsb.) mungkin di masa yang akan datang, kita tidak dapat melihat lagi karena bisa saja wilayah tersebut menjadi kawasan yang lebih berkembang atau berubah dari kondisi saat ini. Untuk itu, perlu adanya dokumentasi atau penyimpanan arsip dan bukti-bukti sejarah terkait bencana alam melalui visualisasi yang menarik dan tidak membosankan khalayak umum. Sejarah bencana dapat menjadi sebuah potensi bagi sektor pariwisata Indonesia. Jika selama ini sektor pariwisata yang berkembang di Indonesia mengarah pada penjualan panorama alam, wahana edukasi, dan heriatege mengenai sejarah dan budaya, maka wisata bencana dapat menjadi inovasi baru dalam pengembangan industri pariwisata Indonesia. Dalam hal ini, pemilihan pariwisata sebagai media pelestari sejarah bencana karena wahana wisata dianggap bisa menjadi sesuatu yang menarik dan diminati oleh masyarakat, khususnya dalam pelestarian peristiwa sejarah yang biasanya mengandung perspektif kuno. Objek wisata bisa menjadi media visualisasi peristiwa sejarah yang menarik dengan perwujudan tata objek yang teratur. Potensi sejarah bencana inilah yang memberikan ide pada kami mengenai Wisata Bencana Indonesia sebagai Media Edukasi dan Pelestari Sejarah Bencana Indonesia. Permasalahan Tingginya angka bencana alam yang mengakibatkan banyaknya kerugian yang dirasakan oleh masyarakat dan perlu adanya usaha untuk melakukan pelestarian terhadap lingkungan yang dirasa akan disabotase oleh salah satu pihak yang tidak bertanggung jawab.
Tujuan Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan PKM Gagasan Tertulis ini adalah untuk memberikan inovasi pengembangan media edukasi dan pelestari sejarah bencana di Indonesia melalui pembuatan wahana wisata bencana Indonesia.
4
Manfaat Manfaat yang ingin diperoleh dari penyusunan gagasan ini adalah sebagai berikut: 1. Melestarikan sejarah bencana yang pernah terjadi di Indonesia khususnya wilayah Jawa timur 2. Sebagai media edukasi bagi generasi penerus mengenai bencana alam serta sejarah bencana-bencana yang pernah terjadi di Indonesia 3. Memudahkan generasi mendatang untuk mengakses informasi dan data-data mengenai bencana-bencana yang pernah terjadi di Indonesia.
Luaran Kondisi Kekinian Kondisi kekinian pariwisata Indonesia. Data statistik. Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara (Pitana dan Gayatri, 2005: 3). Sampai akhir tahun 2012, Indonesia menempati peringkat 74 pariwisata dunia dari 139 negara, menurut World Economic Forum (WEF). Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan pariwisatanya, karena Indonesia memiliki kekayaan alam, keanekaragaan budaya dan bahasa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Lipsus Kontan dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, yang dipublikasikan di www...... dapat diketahui bahwa ditengah ketidakpastian perekonomian global, kondisi pariwisata Indonesia masih tumbuh sebesar 5%. Pertumbuhan ini masih di atas pertumbuhan pariwisata dunia sebesar 3,8%. Sementara itu, berdasarkan data BPS dan Pusdatin Kemenparekraf, posisi Januari hingga September 2012, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sebanyak 5.895.288 atau tumbuh 5,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 5.614.238 wisman. Bidang kepariwisataan yang ada di Indonesia terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah Wisata Minat Khusus. Kemenparekraf mengategorikan Wisata Minat Khusus menjadi 7 jenis yang meliputi: wisata budaya dan sejarah, wisata alam dan ekowisata, wisata olahraga dan rekreasi, wisata kapal pesiar dan yacht, wisata kuliner dan belanja, wisata kesehatan dan kebugaran, serta wisata konvensi, insentif, pameran dan event. Dalam RIPPARNAS (Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional) sebagai cetak biru pariwisata hingga 2015, Indonesia memiliki 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Target kemenparekraf dalam dua tahun ke depan atau hingga 2014 adalah mempersiapkan sebanyak 16 KSPN menjadi daya tarik baru untuk meningkatkan kunjungan wisman. Kemenparekraf berharap, wisata minat khusus ini banyak diminati investor, sementara peran pemerintah hanya memfasilitasi. Misalnya melalui kegiatan ITID (Indonesia Tourism Investment Day) untuk mempertemukan investor dengan pemilik kawasan wisata.
5
Hakikat dari wisata adalah mengisi waktu luang, mengenai kemana dan tujuan seseorang berwisata tidak dapat sekedar menunjuk pada lokasi tertentu, namun setiap orang memiliki alasan terkait dengan motivasi, kemenarikan terhadap daerah tujuan, jarak daerah tujuan, serta biaya dan waktu. Semua itu terkait kepuasaan yang akan diperoleh. Menurut Gee (1994:40) motivasi sulit diukur, tapi dapat diwujudkan dalam bentuk prilaku yaitu pemilihan objek wisata. Faktor-faktor yang umum melatarbelakangi orang mengadakan perjalanan rekreasi adalah adanya keinginan untuk menikmati kebudayaan yang berbeda, keluar dari kejenuhan, keinginan untuk berkomunikasi dengan orang baru, dan untuk meningkatkan status atau prestise. Menurut Mc.Intosh dan Murphy motivasi wisata dapat dilkelompokkan menjadi: (1) Physical or phsycological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai, dan sebagainya, (2) Cultural motivation (motivasi kebudayaan), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (monumen bersejarah); (3) Social motivation atau interpersonal motivation (motifasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga (VFR. Visiting friends and relatives), menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gensi Inilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan, dan seterusnya; (4) Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation (Pitana dan Gayatri, 2005:58). Hudman dan Hawkin (1989:39) menjelaskan paling tidak ada sembilan motivasi seseorang dalam melakukan perjalanan wisata yaitu kesehatan, rasa ingin tahu, olah raga, bersenang-senang, keagamaan, profesi dan bisnis, menjumpai rekan dan keluarga, menelusuri leluhur dan meningkatkan harga diri. Dalam hal ini, pengembangan wisata bencana Indonesia diharapkan dapat memberikan satu inovasi baru dalam bidang pariwisata yang dapat mendukung penumbuhan motivasi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.
Solusi Terdahulu Sejauh ini bencana alam hanya dianggap sebagai gejala alam yang membawa dampak negatif bagi masyarakat. Padahal sebenarnya jika dilihat dari sisi yang berbeda, terjadinya bencana alam dapat dimanfaatkan sebagai sesuatu yang dapat memberikan keuntungan baik secara ekonomi maupun keilmuan yaitu dengan menyumbangkan beberapa ide kreatif terhadap suatu peristiwa bencana. Salah satunya dengan membuat sebuah film, buku, monumen, bahkan museum. Misalnya sebuah buku yang berjudul Hidup Bersama Gempa (arsip visual 2 keluarga di Bantul menghadapi gempa bumi 27 Mei 2006). Buku ini merupakan bagian dari pembuatan arsip visual untuk mendokumentasikan pengalaman dua
6
keluarga dalam menghadapi dampak gempa bumi di Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Demikian pula Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempersembahkan film televisi (FTV) yang berjudul Pesan Dari Samudra. Film tersebut menceritakan tentang satu keluarga di Flores Timur yang menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, bahwa pembuatan FTV tersebut ditujukan agar masyarakat dapat siap siaga dalam menghadapi bencana khususnya tsunami (www.republlika.co.id). Bencana alam juga diabadikan dalam bentuk museum, seperti Museum Gunung Merapi Yogyakarta dan Museum Tsunami Aceh. Kedua museum tersebut didirikan untuk tujuan dirancang untuk menjadi pusat informasi, penelitian, pendidikan dan wisata. Dengan mengunjungi museum tersebut, pengunjung dapat merasakan apa yang dirasakan oleh para korban bencana. Namun jika dibandingkan dengan tempat wisata sejenis Taman Mini Indonesia Indah, Wisata Bahari Lamongan, Jawa Timur Park dan sebagainya, museum kurang begitu menarik banyak pengunjung untuk datang. Terbukti pada liburan awal tahun 2013 kemarin jumlah pengunjung Museum Gunung Merapi rata-rata mencapai 1500 orang per hari (www.suaramerdeka.com). Sedangkan, jumlah pengunjung Museum Tsunami Aceh pada akhir tahun 2012 kurang lebih 1000 pengunjung per harinya (www.visittoaceh.blogspot.com). Jumlah tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan pengunjung Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Wisata Bahari Lamongan dan Jatim Park I/II. Menurut Humas TMII, Sunarti, jumlah pengunjung yang merayakan tahun baru di Taman Mini Indonesia Indah sekitar 30 ribu orang (www.tempo.co.id). Sedangkan untuk obyek wisata daerah seperti Wisata Bahari Lamongan, pengunjungnya bisa mencapai 2000 orang per hari, jika musim libur datang, begitu pula pengunjung wisata di Jatim Park, baik Jatim Park 1 maupun Jatim Park 2 (www.antarajatim.com). Kondisi ini dapat menggambarkan bagaimana minat masyarakat terhadap objek wisata, baik objek wisata yang berupa museum maupun objek wisata yang berupa tempat hiburan dan rekreasi. Berdasarkan perbandingan pada data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat lebih tertarik untuk mengunjungi wahana wisata yang bersifat rekreatif dan edukatif. Rekreatif diperoleh dari adanya wahana-wahana permainan di areal wisata, dan edukatif diperoleh dari adanya museum dan laboratorium yang ada di area wisata. Solusi yang Ditawarkan Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul sebuah gagasan yaitu inovasi pembuatan Wisata Bencana Indonesia sebagai Media Edukasi dan Pelestari Sejarah Bencana Indonesia. Tujuan dari pembuatan wahana wisata ini adalah untuk menyediakan wahana rekreatif dan sarana edukatif yang memberikan wawasan kepada pengunjung mengenai bencana alam. Pembangunan Wisata Bencana Indonesia ini memiliki konsep berwisata, sambil melihat dan belajar. Yang dimaksud dengan konsep tersebut adalah bahwa dalam pengembagan Wisata Bencana Indonesia direncanakan desain wahana yang dapat dinikmati oleh pengunjung tidak hanya sekedar untuk berkeliling dalam rangka bertamasya tetapi juga untuk menikmati bencana dan kenampakan alam Indonesia
7
dari dekat sebagaimana penceritaanya di masa lalu (saat terjadinya bencana). Konsep bencana menjadi dasar dalam perencanaan dengan tidak hanya menyajikan konteks wahana kekinian tetapi juga pembuatan miniatur atau tiruan bencana dengan objek peninggalan sejarah bencana yang sebenarnya. Objek peninggalan sejarah yang dimaksud adalah misalnya reruntuhan akibat bencana, artefak-artefak yang tertinggal dari peristiwa bencana alam, material hasil bencana alam, dan sebagainya. Kesemua materi tersebut selanjutnya disajikan dalam objek wisata dengan wahana-wahana yang penataannya sebagaimana dalam konsep TMII, WBL, atau pun Jatim Park. Alangkah baiknya lagi jika penyajian wahana tidak hanya disajikan dengan konsep benda mati yang dipamerkan, tetapi disertai dengan ilustrasi deskriptif mengenai peristiwa bencana melalui slide film singkat atau suara, sehingga pengunjung dapat memperoleh informasi yang bermanfaat sebagai “oleh-oleh”. Wisata Bencana Indonesia juga dilengkapi dengan wahanawahana informatif dalam pelestarian sejarah bencana Indonesia. Wahana-wahana tersebut adalah museum bencana dan laboraturium geografi. Miseum bencana berfungsi. sebagai wahana arsiparis yang menyimpan data-data tertulis/dokumentasi visual mengenai bencana alam, sedangkan laboraturium geografi berfungsi sebagai wahana percobaan ilmiah terjadinya bencana dan penyaji informasi pengetahuan mengenai alam. Dengan demikian, pengembangan Wisata Bencana Indonesia ini tidak hanya menyajikan data visual yang bersifat rekreatif-edukatif tetapi juga menyajikan data tertulis/non visual yang informatif. Pihak-Pihak yang Terlibat Untuk dapat merealisasikan gagasan ini, maka diperlukan dikungan dari beberapa pihak yang terkait dengan tema dalam gagasan ini. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dinas pariwista selaku pihak yang memiliki otoritas dalam pemberlakuan usulan pengembangan bidang kepariwisataan 2. Pemerintah kota (Pemkot) selaku pihak yang memiliki wewenang dalam pemberlakuan regulasi dalam struktur kota 3. Dinas pendidikan selaku pihak yang dalam hal ini dipertimbangkan sebagai penasihat dibidang keilmuan 4. Para voluntir selaku pihak yang diharapkan dapat melakukan kerjasama dalam pengembangan dalam rangka perealisasian gagasan, baik dari segi pendanaan, rancang bangun, maupun dalam operasional 5. Masyarakat selaku subyek yang diharapkan dapat ikut berpartisipasi dan mendukung pengembangan wahana Wisata Bencana Indonesia ini.
8
Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan dalam pengembangan Wisata Bencana Indonesia sebagai Media Edukasi dan Pelestari Sejarah Bencana Indonesia adalah sebagai berikut: pertama Dinas Pariwisata mengajukan pengusulan kepada pemerintah kota untuk pengembangan Wisata Bencana Indonesia. Kedua jika usulan yang diajukan diterima oleh Pemkot maka selanjutnya Dinas Pariwisata dan Pemerintah Kota melakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan para voluntir untuk perealisasian pengembangan Wisata Bencana Indonesia. Ketiga setelah dilakukan kesepakatan kerjasama, keempat pihak kemudian melakukan perencanaan baik dari segi konsep rancang bangun, pendanaan, maupun strategi pengumpulan materi-materi yang berkaitan dengan sejarah bencana (peninggalan sejarah bencana berupa artefak-artefak, dokumentasi tertulis, gambar/foto, maupun material alam yang menjadi peninggalan bencana, ex: lumpur lapindo, batu hasil letusan gunung api, dsb.). Keempat Dinas Pariwisata dibawah Pemerintah Kota melakukan sosialisasi mengenai rencana pembangunan objek Wisata Bencana Indonesia kepada masyarakat. Kelima, Dinas Pariwisata, Pemerintah Kota, Dinas Pendidikan, dan para voluntir mulai melakukan perealisasian Wisata Bencana Indonesia sebagai Wahana Edukasi dan Pelestari Sejarah Bencana Indonesia dengan proporsi sebagaimana peran masing-masing.
KESIMPULAN Gagasan yang Diajukan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Wisata Bencana Indonesia merupakan gagasan yang dimunculkan sebagai media untuk memperkaya khazanah wisata Indonesia utamanya dengan pemanfaatan bencana alam yang secara umum cenderung dimaknai sebagai sesuatu yang banyak menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia. Wisata bencana Indonesia ini selain sebagai objek wisata juga memiliki tujuan untuk melestarikan sejarah bencana dan sebagai media edukasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan bencana alam, baik dalam konteks keilmuan geografis maupun dampak sosialnya. Diharapkan dengan pengembangan Wisata Bencana Indonesia ini masyarakat dapat menimati sisi lain dari bencana dan dapat lebih mencintai dan menghargai segala kekayaan alam dan sejarah yang mengiringinya.
9
Teknik Implementasi Untuk mengimplementasikan gagasan ini dipelukan kerjasama dari berbagai pihak, diataranya adalah Dinas Pariwisata, Pemerintah Kota, Dinas Pendidikan, voluntir, dan masyarakat. Kelima pihak tersebut diharapkan dapat bekerjasama dan saling mendukung dalam perealisasian pemngembangan Wisata Bencana Indonesia. Adapun langkah-langkah stategis yang harus dilakukan dalam teknik implementasi gagasan ini adalah sebagai berikut: 1. Dinas Pariwisata mengajukan pengusulan kepada pemerintah kota untuk pengembangan Wisata Bencana Indonesia. 2. Jika usulan yang diajukan diterima oleh Pemkot maka selanjutnya Dinas Pariwisata dan Pemerintah Kota melakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan para voluntir untuk perealisasian pengembangan Wisata Bencana Indonesia. 3. Setelah dilakukan kesepakatan kerjasama, keempat pihak kemudian melakukan perencanaan baik dari segi konsep rancang bangun, pendanaan, maupun strategi pengumpulan materi-materi yang berkaitan dengan sejarah bencana (peninggalan sejarah bencana berupa artefak-artefak, dokumentasi tertulis, gambar/foto, maupun material alam yang menjadi peninggalan bencana, ex: lumpur lapindo, batu hasil letusan gunung api, dsb.) 4. Dinas Pariwisata dibawah Pemerintah Kota melakukan sosialisasi mengenai rencana pembangunan objek Wisata Bencana Indonesia kepada masyarakat. 5. Dinas Pariwisata, Pemerintah Kota, Dinas Pendidikan, dan para voluntir mulai melakukan perealisasian Wisata Bencana Indonesia sebagai Wahana Edukasi dan Pelestari Sejarah Bencana Indonesia dengan proporsi sebagaimana peran masing-masing. Prediksi Hasil Prediksi hasil dari implementasi gagasan Wisata Bencana Indonesia sebagai Media Edukasi dan Pelestari Sejarah Bencana Indonesia adalah: pertama terciptanya objek wisata baru yang representatif sebagai media rekreasi yang edukatif dan bernilai historis. Kedua bertambahnya media arsiparis peristiwa sejarah, khususnya sejarah bencana Indonesia. Ketiga meningkatkan pendapatan daerah yang menjadi daerah pengembangan objek.
10
DAFTAR PUSTAKA Arsip Visual 2 Keluarga di Bantul Menghadapi Dampak Gempa Bumi 27 Mei 2006. Hidup Bersama Gempa. Yogyakarta: Rumah Sinema. Hein, George. 2001. Learning in The Museum. London: Routledge Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Mojokerto. 2013. Pengelolaan Koleksi dan Informasi Museum. Mojokerto: Kemendikbud. Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangan di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, untuk Lembaga Studi Pariwisata Indonesia. Lovelock, Christoper dan Lauren K. Wright. 1999. Management Pemasaran Jasa. Jakarta: Indeks. Maryani, Enok. Warisan Budaya (Culture heritage) Masihkah Menjadi Daya Tarik Kota Bandung?. Bandung Munir. 1998. Management Pelayanan Umum Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Pitana, I Gede, dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata Indonesia. Jurnal Liquidity Volume 1. No. 2. Hlm. 153-158. Soekadijo, R.G. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sutaarga, Muhamad Amir. 1991. Pokok-pokok Pengertian tentang Permuseuman dalam Studi Museologia. Jakarta: Direktorat Permuseuman. http://digilib.its.ac.id/museum-bencana-indonesia/10247 dibuka pada 28 September, 2016 pukul 14.00 WIB http://museum-jatim.blogspot.com dibuka pada 28 September 2016 pukul 13.00 WIB