Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN DI DESA RINGDIKIT Kdk Angga Prabawa1, Ni Kt Suarni2, I Gd Margunayasa3 1
Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, 3Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] ,
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Predict-Observe-Explain dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional SDN di desa Ringdikit tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan rancangan The Posttest-Only Control Group Design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 4 dan 5 Ringdikit semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Sampel diambil dengan cara random sampling dan berjumlah 36 siswa dalam 2 kelas. Hasil belajar IPA dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tes hasil belajar IPA berbentuk objektif yang terdiri dari 30 butir tes. Hasil penelitian menemukan bahwa (1) rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain sebesar 23,83 termasuk dalam kategori tinggi, (2) rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional sebesar 16,67 termasuk dalam kategori sedang, (3) terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran Predict-Observe-Explain dengan siswa yang belajar mengikuti pembelajaran konvensional. Siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran Predict-Observe-Explain menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran Predict-Observe-Explain berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN di desa Ringdikit. Kata kunci: model pembelajaran Predict-Observe-Explain dan hasil belajar Abstract The aimed of this study is to determine the differences in learning outcomes between students who learned science with Predict - Observe - Explain model and students who learned with conventional model of fourth grade students in academic year 2012/2013 in Elementary school of Ringdikit village. This kind of study was a quasi experiment with The Posttest - Only Control Group Design . The sampel was the fourth grade students of SDN 4 and 5 Ringdikit in academic year 2012/2013. Samples were taken using random sampling which totaled of 36 students in two classes. Science learning outcomes in this study were collected with science achievement test form consisting of 30 objective test items. The study found that (1) learning outcomes average of students who take learning with the Predict-Observe-Explain learning model is 23.83 belong to high category, (2) learning outcomes average of students who take conventional learning is 16.67 belong to medium category, (3) there are significant differences in learning outcomes between students who learn with the Predict - Observe - Explain model and student who learn with the conventional learning. Students with the Predict - Observe Explain model showed better learning outcomes than students who learn with the conventional learning. Thus, Predict - Observe - Explain learning model affects the outcome of the fourth grade students learn science of SDN in the Ringdikit village. Key words: learning models predict-observe-explain and learning outcomes
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan ini. Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan, perlu diketahui dua istilah yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Menurut Djumaransyah (2006) dijelaskan bahwa, paedagogie berarti pendidikan, sedangkan paeda/paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Paedagogiek atau ilmu pendidikan ialah yang menyelidiki, merenung tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Hal ini sekaligus menunjukkan cara bagaimana warga Negara bangsanya berpikir dan berperilaku secara turun temurun, hingga ke generasi berikutnya. Dalam perkembangannya, akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna. Dengan demikian, jelas bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan dalam upaya memajukan bangsa, terjadi proses pendidikan yang akan memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang, masyarakat, maupun Negara, sebagai penyebab perkembangannya. Artinya, dalam proses perkembangan individu dan apa yang diharapkan darinya sebagai warga masyarakat dan bangsa. Hari Pendidikan Nasional di Indonesia selalu diperingati setiap satu tahun sekali yakni pada tanggal 2 Mei. Meski diperingati setiap tahunnya, tidak semua pihak menyadari kondisi pendidikan di Indonesia saat ini. Terkait dengan kondisi pendidikan di Indonesia, Abdul Malik Fadjar (dalam Asmaul Husna, 2012) mengakui “kebenaran penilaian bahwa sistem pendidikan di Indonesia adalah yang terburuk di kawasan Asia.’ Asmaul Husna, 2012 menyatakan bahwa hasil survei Political and Economic Risk
Consultancy (PERC) menunjukkan bahwa “sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei oleh lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea Selatan dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina, serta Malaysia. Sedangkan Indonesia menduduki urutan ke-12, setingkat di bawah Vietnam. “ Husna (2012) juga mengungkapkan bahwa, penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Selain itu ada beberapa permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu: rendahnya sarana fisik, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, mahalnya biaya pendidikan, serta yang paling penting adalah rendahnya kualitas guru dan rendahnya kesejahteraan guru. Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia pernah menyelenggarakan peringatan Hari Guru Internasional yang digabung dengan peringatan hari Guru Nasional di Istana Negara. Peringatan itu dapat dijadikan indikator betapa pentingnya peran guru dalam abad global dan era reformasi saat ini. Guru memang tumpuan harapan bagi banyak orang, baik rakyat jelata maupun petinggi negara. Namun saat ini, tidak banyak orang yang bercita-cita menjadi seorang guru. Guru hanya menjadi idola bagi siswa tapi tidak untuk profesinya. Hal itu terjadi karena di zaman yang penuh dengan glamournya harta benda seperti saat ini, memang terbukti bahwa profesi guru tidak memiliki daya tarik bagi anak yang memiliki kemampuan akademik lebih. Karena itu, perlu adanya upaya untuk melakukan professional empowering terhadap eksistensi guru, baik pada konteks kehidupan sosialekonomi maupun akademik mereka.
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Para pengambil kebijakan yang berpengaruh pada kehidupan profesional guru perlu segera mengambil tidakan untuk melakukan professional empowering terhadap eksistensi guru. Dengan demikian, mereka benar-benar dapat berperan secara optimal dalam proses pembelajaran kepada para siswa di sektor pendidikan sekolah atau luar sekolah. Guru masa kini dan masa mendatang selalu menghadapi tantangan yang amat berat yang akan membuat guru betul-betul harus bekerja keras jika tidak ingin ketinggalan zaman dan kehilangan wibawa di kelas tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Hisyam (2007) menyebutkan bahwa, guru mendatang harus dinamis dan kreatif dalam mencari dan memanfaatkan sumbersumber informasi, karena dalam era globalisasi, arus informasi dapat muncul dari berbagai media. Akibatnya, guru di masa depan tidak lagi menjadi satu-satunya yang paling tahu terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, maka ia akan terpuruk secara profesional. Guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Untuk melakukan hal ini, organisasi guru seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) perlu dimanfaatkan dalam proses pembaruan ilmu dan pengetahuan. Jika guru hanya berjuang sendiri secara individual, ia akan semakin tertinggal jauh dari spektrum perkembangan ilmu dan pengetahuan. Cara ini tentu akan jauh lebih efektif untuk menatap tantangan profesi guru masa depan jika dibandingkan guru bertindak secara individual. Di samping itu, kini pemerintah telah gencar melakukan program untuk peningkatan profesional guru melalui kegiatan yang disebut pendidikan profesional guru. Dalam kegiatan ini, guru maupun calon guru dituntut untuk dapat memahami teknologi, karena di masa mendatang pengetahuan akan berkembang secara pesat dan guru harus mengakses pengetahuan itu
dari teknologi jika tidak ingin ketinggalan. Selain teknologi yang harus dikuasai guru, guru juga harus mempelajari berbagai model pembelajaran yang baru yang dapat mengangkat motivasi anak dalam belajar. Siswa mungkin sudah bosan dengan model pembelajaran konvensional yang lebih mengutamakan peran guru di dalamnya. Hal ini juga terjadi pada SDN di desa Ringdikit terutama SDN 4 Ringdikit dan SDN 5 Ringdikit. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang monoton yang lebih mengutamakan peran guru, sedangkan siswanya hanya terlihat diam dan menerima pelajaran begitu saja. Hanya beberapa siswa saja yang mampu menyerap dan aktif di dalam proses pembelajaran tersebut. Guru lebih banyak menggunakan ceramah dalam proses pembelajaran. Hanya sedikit siswa yang sesekali mengungkapkan pendapatnya dan bertanya. Seharusnya siswalah yang dituntut untuk lebih kreatif sedangkan guru hanya bertindak sebagai motivator dan mediator bagi siswanya apabila menemukan kesulitan. Jika hal ini dibiarkan terus berlanjut, maka siswa akan terbiasa untuk menerima informasi saja. Mereka cenderung akan malas mencari informasi sendiri karena informasi tersebut sudah diberikan oleh guru. Untuk mengatasi hal tersebut, guru perlu menggunakan model pembelajaran yang lebih menuntut siswanya untuk aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang menuntut siswa untuk kreatif dan aktif serta mengurangi peran guru dalam proses pembelajaran adalah model Predict-Observe-Explain. Model ini lebih menuntut siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai mediator bagi siswanya yang menemui kesulitan atau masalah dalam proses pembelajaran. Model Pembelajaran PredictObserve-Explain merupakan salah satu model pembelajaran yang mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
samping itu, model pembelajaran PredictObserve-Explain mengacu pada paham konstruktivis, di mana siswa akan membangun pengetahuan di pikirannya sendiri berdasarkan pengalaman langsung yang ditemui saat proses pembelajaran. Menurut White dan Gunstone (dalam Keeratichamroen, 2007) “model pembelajaran Predict-Observe-Explain merupakan salah satu model yang efisien untuk menciptakan diskusi para siswa mengenai konsep ilmu pengetahuan. Model pembelajaran ini melibatkan siswa dalam meramalkan fenomena, melakukan observasi melalui demonstrasi, dan akhirnya menjelaskan hasil demonstrasi dan ramalan mereka sebelumnya.” Menurut Liew (2004) manfaat model pembelajaran POE adalah sebagai berikut. (1) Model pembelajaran POE dapat digunakan untuk menggali gagasan awal yang dimiliki siswa. (2) Membangkitkan diskusi yang baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. (3) Memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelidiki konsep yang belum dipahami. (4) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu permasahan. Model Predict-Observe-Explain juga sejalan dengan teori perkembangan Piaget yaitu anak pada usia SD masih pada tahap perkembangan operasional konkrit, sehingga model ini sangat cocok diterapkan pada siswa SD. Model ini juga sangat baik diterapkan pada mata pelajaran IPA , apalagi terlihat dari observasi awal yang dilakukan siswa kurang antusias dalam mata pelajaran ini dan nilai siswa pada mata pelajaran ini pun relatif beaada di bawah nilai KKM yaitu 65. IPA merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan alam di sekitar manusia. Untuk mempelajari IPA tidak bisa hanya sekedar dengan memberikan materi saja. IPA harus dipelajari melalui observasi ataupun praktikum untuk melihat secara langsung fenomena yang terjadi. Apabila siswa dapat menemukan sendiri fenomena tersebut, mereka akan mudah memahami fenomena yang terjadi tersebut dan tentu
saja mereka akan dapat mengingatnya dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itulah model pembelajaran Predict-Observe-Explain ini sangat tepat digunakan pada mata pelajaran IPA . Dari pemaparan tersebut, dirasa penting untuk melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran PredictObserve-Explain dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional SDN di desa Ringdikit, kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Populasi dalam penelitian ini adalah kelas IV SD Negeri di desa Ringdikit di kecamatan Seririt. Jumlah anggota populasi subjek pada penelitian ini adalah sebesar 104. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Dari lima sekolah dasar yang ada di desa Ringdikit di kecamatan Seririt, dilakukan uji kesetaraan untuk memperoleh sekolah yang setara terlebih dahulu, setelah mendapatkan hasil kesetaraan tersebut baru dirandom untuk menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil random sampling, diperoleh sampel yaitu siswa kelas IV SD Negeri 4 Ringdikit yang berjumlah 18 orang dan siswa kelas IV SD Negeri 5 Ringdikit yang berjumlah 18 orang. Berdasarkan hasil uji kesetaraan, selanjutnya dilakukan pengundian tahap kedua untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, sehingga diperoleh sampel yaitu siswa kelas IV SD Negeri 4 Ringdikit sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV SD Negeri 5 Ringdikit sebagai kelas kontrol. Untuk mendapatkan data dari sumber penelitian maka teknik pengumpulan data yang sesuai yaitu tes hasil belajar siswa. Adapun data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sesudah perlakuan. Pengumpulan data setelah diberi perlakuan (post-test) pada masing-masing kelas.
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Instrumen pada penelitian ini adalah tes hasil dianalisis dengan menggunakan uji belajar siswa. Tes hasil belajar digunakan normalitas distribusi/sebaran data, dan uji sebagai tes hasil belajar awal siswa. Tes homogenitas varians untuk mengetahui hasil belajar disusun dalam bentuk tes bahwa kedua data tersebut normal dan objektif. Tes yang telah disusun kemudian homogen. diujicobakan untuk mendapatkan gambaran Teknik yang digunakan untuk secara empirik tentang kelayakan tes menganalisis data guna menguji hipotesis tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian adalah uji-t (polled varians), Untuk penelitian. Setelah dilaksanakannya uji coba, bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa data yang diperoleh dipilih dianalisis untuk persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu menentukan validitas dan reliabilitasnya. dibuktikan yaitu: (1) data yang dianalisis Pada penelitian ini, digunakan dua harus berdistribusi normal, (2) kedua data teknik analisis yaitu analisis statistik deskriptif yang dianalisis harus bersifat homogen. dan uji prasyarat analisis. Pada analisis statistik deskriptif, data dianalisis dengan HASIL DAN PEMBAHASAN menghitung modus, median, mean, skor minimum, skor maksimum standar deviasi, Adapun hasil analisis data statistik dan varian. Deskripsi data (mean, median, deskriptif disajikan pada tabel 1 berikut ini. modus) tentang hasil belajar siswa selanjutnya disajikan ke dalam grafik poligon. Sedangkan pada uji prasyarat analisis, data Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Deskriptif Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen N 18 18 Skor Maksimal 30 26 Skor Minimal 15 12 Mean 23,83 16,67 Median 24,21 15,64 Modus 24,375 14,79 Standar Deviasi 4,15 3,997 Varians 17,21 15,98 Berdasarkan tabel tersebut, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) =23,83, median (Md) = 24,21, modus (Mo) = 24,375 varians (S2) = 17,21, dan standar deviasi (S) = 4,15. Data hasil post-test kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada Gambar 1. Pada kurva poligon tersebut, dapat diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi.
Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata. Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan M = 23,83 tergolong kriteria tinggi.
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Titik tengah
Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Sedangkan pada kelompok kontrol dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok kontrol, yaitu: mean (M) =16,67, median (Md) =15,64, modus (Mo) =14,79, varians (s2) =15,98, dan standar deviasi (s) = 3,997. Data hasil posttest kelompok kontrol, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada Gambar 2.
Titik tengahTitik tengah
Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol Pada kurva poligon ini, dapat diketahui bahwa mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas
rata-rata lebih kecil dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata. Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar siswa pada kelas kontrol, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol dengan M = 16,67 tergolong kriteria sedang. Setelah itu, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ke dua sampel tersebut berdistribusi normal Dari uji normalitas yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa data tersebut berdistribusi normal. Adapun dari hasil perhitungan yang dilakukan dalam uji normalitas diketahui bahwa skor hasil belajar kelompok eksperimen adalah 2,364, sedangkan skor hasil belajar kelompok kontrol adalah 6,454. Kedua data tersebut lebih kecil dari nilai kritis dengan taraf signifikansi 5% yakni 7,815, sehingga dapat diketahui bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal. Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung< Ftabel. Dari perhitungan yang dilakukan diketahui Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,08. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang =17, dbpenyebut = 17, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,23. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Predict-Observe-Explain terhadap hasil belajar IPA siswa. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PredictObserve-Explain terhadap hasil belajar IPA siswa, dilakukan pengujian terhadap hipotesis nol (H0).
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis
tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independen (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria tolak H0 jika thitung > ttabel dan terima H0 jika thitung < ttabel. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Hasil Belajar Data Kelompok N s2 thitung X Hasil Belajar
Eksperimen Kontrol
Berdasarkan tabel hasil perhitungan ujit di atas, diperoleh thit sebesar 5,26. Sedangkan, ttabel dengan db = 34 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikan, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pelajaran IPA. Hasil analisis data hasil belajar menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pelajaran IPA. Hasil ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar siswa. Rata-rata skor hasil belajar yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain adalah 23,83 dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional adalah 16,67. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok siswa yang dibelajarakan dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain memiliki hasil belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
18 18
23,83 16,67
17,21 15,98
5,26
ttabel (t.s. 5%) 2,021
Selanjutnya berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 5,26 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% = 2,021. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan model pembelajaran Predict-Observe-Explain memiliki hasil belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dikarenakan langkah-langkah pembelajaran yang berbeda. Liew (2004) menyebutkan tahapan pembelajaran POE terdiri atas tiga bagian, pertama predict, kemudian observe, dan yang terakhir adalah explain. Liew (2004) mengungkapkan bahwa model pembelajaran Predict-Observe-Explain memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, di mana dalam proses belajar aktif siswa belajar secara aktif atau ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajar aktif, aktivitas ditunjukkan oleh siswa. Siswa hendaknya menggunakan otak atau pemikiran dalam memecahkan masalah serta menerapkan apa yang sudah dipelajari. Siswa akan mengambil tanggung jawab baik secara
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
individu maupun kelompok. Dalam kelompoknya siswa akan berbagi dan bekerja sama dalam menyelasiakan permasalahan yang dihadapi, seperti melakukan pembuktian terhadap hipotesis yang diberikan siswa. Belajar dengan melakukan demonstrasi atau eksperimen adalah untuk membuat siswa dapat membangun konsep, prinsip, teori, dan hokum di benaknya. Melalui pengamatan atau eksperimen dapat memberikan suatu proses belajar yang berarti bagi siswa. Siswa dapat membandingkan teori yang diperoleh berdasakan literatur yang mereka baca dengan kenyataan atau fakta yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika antara teori dan dan fakta yang ditemukan tidak sesuai, maka akan terjadi konflik kognitif yang dialami oleh siswa. Di sini proses belajar akan dilalui oleh siswa karena melalui proses berpikir siswa akan memperoleh pengetahuan yang lebih berrmakna dan akan tersimpan dalam memori jangka panjang siswa. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional, pembelajaran dimulai dari pemberian informasi, pemberian ilustrasi dan contoh soal, latihan-latihan soal sampai pada akhirnya guru merasakan bahwa apa yang diajarkan telah dimengerti oleh siswa. Dalam model pembelajaran ini, guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan kepada siswa, tanpa memperhatikan prior knowledge siswa. Pembelajaran dengan model ini mengutamakan informasi konsep dan prinsip, latihan-latihan, dan soal-soal tes. Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang cenderung mengutamakan guru sebagai pusat informasi, kegiatan belajar siswa hanya mendengarkan semua informasi yang disampaikan oleh guru. Pada model pembelajaran konvensional, materi yang dipelajari oleh siswa tidak disertai dengan pemuktian-pembuktian, sehingga pemahaman yang didapatkan oleh siswa terpisah dari dunia nyata.
Pada kegiatan model pembelajaran konvensional, guru cenderung menggunakan metode ceramah disertai dengan contoh soal dan evaluasi, sehingga materi yang dipelajari oleh siswa menjadi kurang bermakna. Dalam penelitian ini, model konvensional yang dimaksud adalah model pembelajaran di mana guru cenderung memberikan permasalahan yang bersifat akademik tidak konstektual dan kebanyakan menghitung serta menghafal rumus-rumus. Desain pembelajaran konvensional bersifat deduktif, dan siswa lebih banyak mendengarkan informasi dari guru, sehingga sumber informasi mempunyai peran yang sangat penting dalam mencapai ketutasan belajar. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Dilihat dari analisis deskriptif, hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain sudah mencapai kategori tinggi. Hasil temuan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Gusti Ayu Dewi Wismayani (2009) yang mendapatkan hasil rata-rata siswa yang belajar dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain adalah 89,67, sedangkan rata-rata siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional adala 74,37. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Predict-Observe-Explain berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X semester genap SMA N 1 Mengwi”. Ucapan Terimakasih Terselesainya laporan ini tentunya tidak lepas dari dorongan serta bantuan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini diucapkan terimakasih kepada: (1) Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S selaku pebimbing 1 yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta saran dalam penyusunan skripsi ini, (2) I Gede Margunayasa, S.Pd., M.Pd selaku
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pebimbing 2 yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta saran dalam penyusunan skripsi ini, (3) I Gede Minggu, S.Pd.SD selaku Kepala SDN 4 Ringdikit, (4) Putu Suwestra, S.Pd selaku Kepala SDN 5 Ringdikit yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian, serta (5) seluruh siswa kelas IV yang telah banyak membantu dalam melaksanakan penelitian. (6) Semua temanteman yang telah memberikan dukungan serta memberikan bantuan ketika penulis menemukan masalah. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan di depan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang mengikuti model pembelajaran PredictObserve-Explain dengan rata-rata 23,83 berada pada kategori tinggi. (2) Hasil belajar siswa kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan rata-rata 16,67 berada pada kategori sedang. (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dengan kelompok siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SDN di desa Ringdikit. Perbedaan yang ada menunjukkan bahwa model pembelajaran Predict-Observe-Explain berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN di desa Ringdikit. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. (1) Kepada siswa, agar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran berikutnya sehingga dapat mengembangkan pengetahuan baru melalui pengalaman belajar yang ditemukan sendiri. (2) Kepada guru, disarankan agar selalu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini dapat menggunakan model pembelajaran PredictObserve-Explain sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di kelas, sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru. (3) Bagi kepala sekolah, diharapkan memfasilitasi para guru agar mampu menggunakan model
pembelajaran yang lebih inovatif untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif. (4) Kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) ini pada bidang studi IPA khususnya, agar penelitian ini bisa dijadikan acuan ataupun referensi demi ketuntasan penelitian selanjutnya. DAFTAR RUJUKAN Djumaransjah, H.M. 2006. Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing. Husna, Asmaul. 2012. Kualitas Pendidikan di Indonesia. Tersedia pada http://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.c om/2012/03/27/kualitas-pendidi kan-diindonesia/. Diakses tanggal 17 Februari 2013. Hisyam, Djihad dan Suyanto. 2007. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Keeratichamroen, W. 2007. Using the Predict-Observe-Explain (POE) to Promote Students’ Learning of Tapioca Bomb and Chemical Reactions. Tersedia pada http://www.il.mahidol.ac.th/english_site/ research/proceeding/ ICASE_Wasana%20Keeratichamroen. pdf. Diakses tanggal 10 januari 2013. Liew, Wah and Treagust, D. 2004. The Effectiveness Predict-Observe-Explain (POE) Technique in Diagnosing Student’s Understanding of Science and Identifying Their Level of Achievement. Tersedia pada http://ww.curtin.edu.autheses/available/ adt/WCU20050228.145638/unrestricted /01Front.pdf. Diakses tanggal 10 Januari 2013. Wismayani, Gusti Ayu Dewi. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Predict-Observe-
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Explain (POE) terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas X Semester Genap SMA N 1 Mengwi. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.