Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 21 DAUH PURI A.A.Ayu Nevi Yuli Yunita1, Ni Nyoman Ganing2, I Wayan Rinda Suardika3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SDN 21 Dauh Puri. Jenis penelitian ini termasuk kategori penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) menggunakan desain penelitian “Nonequevalent Control Group Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas V yang ada di SDN 21 Dah Puri, sehingga menggunakan populasi studi. Untuk pengambilan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan pengacakan (random), yang dirandom adalah kelas bukan individu. Kelas VA sebagai kelompok kontrol dan kelas VB sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah masing-masing terdiri dari kelas VA sebanyak 31 orang siswa dan kelas VB sebanyak 34 orang siswa. Untuk mengumpulkan data tersebut diperlukan tes, yaitu tes hasil belajar IPA. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t. Analisis data menunjukkan bahwa terdapat terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa thitung = 7,897 > ttabel = 2,000 dengan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen sebesar 83,32 sedangkan kelompok kontrol sebesar 77,42. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media gambar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri. Kata-kata kunci: model pembelajaran Group Investigation berbantuan media gambar, hasil belajar Abstract This study aims to determine significant differences in science learning outcomes of students who take the learning model of the Group Investigation aided cooperative media images with students who take conventional learning method in the fifth grade at SDN 21 Dauh Puri. This research was the category of quasi-experimental study (quasiexperimental) research design "Nonequevalent Control Group Design". The population in this research was that the entire the fifth grade students at SDN 21 Dauh Puri, so using the study population. To capture the experimental group and control group randomization (random), which is a class rather than individuals randomized. Class VA as a control group and an experimental group class VB as the number of each class consisting of as many as 31 students VA and VB class of 34 students. To collect the data necessary tests, namely the science achievement test. Analysis of the data used to test the hypothesis of this study was the t-test. Analysis of the data showed that there
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
are significant differences in IPA learning outcomes of students who take learning cooperative model Group Investigation assisted with media images of students who take conventional learning method. It can be shown that t count = 7,897 > t table = 2.000 with an average value of science learning outcomes for the experimental group 83.32 while the control group was 77.42. So, it can be concluded that cooperative learning model Group Investigation aided drawing media influence on science learning outcomes fifth grade students of SDN 21 Dauh Puri. Keywords: learning model Group Investigation aided drawing media, learning outcome
PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia menyangkut kemampuan manusia baik secara individual maupun secara kolektif untuk bertahan hidup di tengah tuntutan kebutuhan dan ancaman persaingan dari individu dan komunitas manusia lainnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Fungsi pendidikan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertawa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: 8). Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, siswanya untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik (Darmayasa, 2010:2).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan tentang alam sekitar yang dilakukan dengan cara melakukan observasi dan eksperimen yang sistematik dengan bantuan faktafakta, prinsip, konsep, hukum, hipotesa, dan teori yang didukung oleh sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, objektif, dan jujur (Depdiknas, 2006:3). Ditinjau dari fisik IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan segala isinya termasuk bumi, tumbuhan, hewan, dan manusia. IPA tidak hanya merupakan sebuah kumpulan dari pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup tetapi lebih merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah. “IPA ialah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas, yakni dengan melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya, berkaitan antara cara yang satu dengan cara yang lain” (Santi dan Yuniati, 2006: 29). Sedangkan menurut Trianto (2007:67), “IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala – gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya”. Menunjuk pada definisi IPA diatas, Trianto (2007:100) merumuskan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: 1) Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, 2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Metode Ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan, Produk: berupa Fakta-fakta, prinsip, teori, dan hukum, 4) Aplikasi: Penerapan metode ilmiah dan Konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Arikunto (1990: 102) mengatakan hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur. Selanjutnya Mulyasa (2009:212) mengungkapkan bahwa “hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan“. “Hasil belajar adalah kemampuan-kelampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2010: 22). Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertin, (3) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne (dalam Sudjana, 2010: 24) membagi lima kategori hasil belajar yakni 1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis. 2) Kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisas, kemampuan analisissintesis fakta konsep, dan mengembangkan prinsip – prinsip keilmuan. 3) Strategi kognitif yaitu, kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4) Keterampilan motorik yaitu, kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standard prilaku. Timbulnya permasalahan tersebut disebabkan karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Hakim, 2000:6). Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu, yang meliputi: a) Faktor biologis, meliputi kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. b) Faktor psikologis meliputi: intelegensi, minat dan motivasi siswa serta perhatian, ingatan berfikir. c) Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. 2) Faktor yang ada pada luar individu yang disebut faktor Ekstern, yang meliputi: a) Faktor keluaraga. Keluarga adalah lembaga pendidik yang pertaman dan utama. b) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin disekolah. c) Faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (Slameto, 2003: 54). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti menarik untuk mengembangkan dan melakukan penelitian melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation. Untuk dapat melatih siswa menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri dan dapat mencapai hasil belajar siswa yang optimal, karena model ini memiliki keunggulan. “Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri koopratif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas” (Suyatno, 2009:56). Model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah model pembelajaran yang menganut pandangan kontruktivisme dimana belajar adalah proses pembentukan /kontruksi pengetahuan yang dilakukan oleh pesrta didik berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimiliki sebelumnya. Model ini memerlukan guru dan kelas yang fleksibel. Guru lebih berperan sebagai fasilitator
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dalam kegiatan belajar kelompok. Intervensi guru sangat dikurangi dalam kegiatan ini, kecuali ditemukan permasalahan yang cukup serius dalam kelompok belajar siswa (Suastra, 2009: 88). Model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam implementasinya, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok ini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dengan topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik yang diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya kelompok mempresentasikan laporannya kedepan kelas (Trianto, 2007:122). “Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan” (Sardiman, 2005: 6). Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Arsyad (2007: 3) memberikan batasan tentang “media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi”. Adapun fungsi dari media adalah media sebagai suatu komponen sistem pembelajaran memiliki fungsi dan peran yang sangat vital bagi kelangsungan pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media memiliki posisi yang strategis sebagai bagian integral dari pembelajaran. Menurut Uno (2007:65) media pembelajaran mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut: 1) dapat memperbesar benda yang sangat kencil dan tidak tampak oleh mata (kuman), 2) dapat menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh diluar jangkauan kehadapan peserta, 3) menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung cepat dan menjadi sederhana dan sistematis, 4) menyajikan peristiwa atau benda yang bebahaya melalui film atau foto sehingga dapat dipelajari oleh peserta belajar (satwa liar, gunung berapi), 5) meningkatkan daya tarik materi pelajaran dan perhatian peserta belajar (penggunaan gambar atau tulisan berwarna), 6) meningkatkan sistematika pengajaran (menggunakan transparan, grafik, kaset video).
Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu pembelajaran kooperatif. Model ini memiliki enam langkah yaitu 1) Memilih Topik pada langkah ini siswa memilih sub topik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis. 2) Perencanaan kooperatif, pada langkah ini siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan sub topik yang telah dipilih pada tahap pertama. 3) Implementasi, pada langkah ini siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan. 4) Analisis dan sintesis, pada langkah ini siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang di peroleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas. 5) Presentasi hasil final, pada langkah ini beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinir oleh guru. 6) Evaluasi, pada langkah ini kelompok – kelompok mengenai aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu maupun kelompok (Trianto, 2007: 125). Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah pertama, pembelajaran berpusat pada siswa, guru
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
hanya bertindak sebgai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Kedua, pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat saling berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok. Ketiga, siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi. Semua kelompok menyajikan suatu prersentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari. Semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu persepektif yang luas mengenai topik tersebut. Keempat, adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran (Sarmawan, 2010: 124). Berdasarkan keunggulan tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran dan mencapai hasil belajar IPA siswa yang menjadi optimal. Menurut Sudaryo (2008: 135), bahwa secara konvensional (tradisional) mengajar diartikan sebagai upaya penyampaian atau pengetahuan pada anak. Dalam pengertian ini peserta didik dipandang sebagai objek yang sifatnya pasif, pengajaran berpusat pada guru (teacher oriented) dan guru memegang peranan utama dalam pembelajaran. Dalam pengajaran ini guru ceramah, menurut St. Vembrianto (2008) pengajaran konvensional adalah pengajaran yang diberikan pada peserta didik secara bersama-sama. Sedangkan menurut Nining (2004) pengajaran konvensional adalah pengajaran yang pada umumnya biasa kita lakukan seharihari. Pada penerapan pembelajaran konvensional, guru mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatih kepada peserta didik secara
langkah demi langkah, dan guru menjelaskan materi ajar serta memberikan petunjuk hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta didik. Langkah – langkah pembelajaran konvensional antara lain: 1) Tahap Apersepsi, pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan atau materi yang akan diberikan. 2) Kegiatan Inti, pada tahap ini guru mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan materi tahap demi tahap dan memberikan contoh soal yang relevan dengan materi yang diberikan serta menyuruh siswa menyelesaikan soal-soal yang ada pada LKS. 3) Penutup, pada tahap ini guru memberikan tes evaluasi dan pekerjaan rumah (PR) (Rusman, 2011: 132). Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah a) Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan asumsinya sebagai bahan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai standar. b) Belajar secara individual. c) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. d) Prilaku dibangun atas kebiasaan. e) Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final. f) Guru adalah penentu proses jalannya pembelajaran. g) Prilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. h) Intraksi diantara siswa kurang. i) Dan guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada Kelas V SDN 21 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014. METODE Penelitian ini termasuk kategori penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen), hal ini dilakukan karena: 1) proses pengacakan (randomisasi) terhadap peserta didik yang telah dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu tidak mungkin dilakukan tanpa merusak tatanan kelas yang sudah ada, 2)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
tidak mungkin mengontrol secara ketat variabel – variabel lain selain variabel yang diteliti. Dalam situasi sekolah, jadwal pelajaran tidak dapat diganggu gugat, atau kelas direorganisasi demi kepentingan studi peneliti (Ary, 2010: 65) Desain dalam penelitian ini yaitu rancangan atau desain penelitian “Nonequevalent Control Group Design”. Kedua kelompok diberikan pretest sebelum perlakuan yang diambil dari nilai ulangan umum IPA semester II siswa kelas IV SDN 21 Dauh Puri. Pre test dilakukan untuk menyetarakan kedua kelompok melalui uji-t. Kelompok eksprimen dalam penelitian ini diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe GI berbantuan media gambar, sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional dalam jangka waktu tertentu. Selanjutkan setelah perlakuan kedua kelompok diberikan post – test. Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian (semua elemen yang ada di wilayah penelitian). Oleh karena itu “apabila seorang peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka studi atau penelitiannya disebut dengan populasi studi atau studi sensus” (Arikunto, 2002: 108). Berdasarkan penjelasan tersebut, karena dalam penelitian ini yang ingin diteliti adalah keseluruhan siswa kelas V yang ada di SDN 21 Dauh Puri, sehingga menggunakan populasi studi. Anggota populasi dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas sebanyak 65 orang siswa. Untuk pengambilan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan pengacakan (random), yang dirandom adalah kelas bukan individu. Kelas VA sebagai kelompok kontrol dan kelas VB sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah masing – masing terdiri dari kelas VA sebanyak 31 orang siswa dan kelas VB sebanyak 34 orang siswa. Untuk mengetahui kedua kelompok yang dijadikan populasi studi adalah kelompok yang setara, maka dilakukan analisis pada nilai ulangan umum IPA semester II siswa kelas IV SDN 21 Dauh Puri menggunakan uji-t. Setelah analisis diketahui thitung = 0,4468 dengan db =n1+n2-2 pada taraf signifikan (α) 5% db = 31 + 34-2= 62,
maka ttabel adalah 2,000. Karena thitung ≤ ttabel, maka maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ini berarrti kedua kelompok setara. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Variabel bebas dan Variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif Tipe GI berbantuan media gambar yang dikenankan pada kelompok eksperimen sedangkan pembelajaran konvensional dikenakan pada kelompok kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar IPA siswa. Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar pada ranah kognitif. Untuk mengumpulkan data tersebut diperlukan tes, yaitu tes hasil belajar IPA. Tes menurut Arikunto (2002) adalah serentetan pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar pada mata pelajaran IPA peserta didik. Soal tes yang diberikan kepada kedua kelompok tersebut adalah sama. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes akan diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran dan uji reliabilitas. Dari uji coba diperoleh 46 butir soal valid yang layak digunakan dalam penelitian ini. Jadi, 46 butir soal yang dilanjutkan ke uji selanjutnya. Dari hasil uji daya beda diperoleh 28 butir soal dengan kriteria baik, 17 butir soal dengan kriteria cukup dan terdapat 1 butir soal yang termasuk kedalam kriteria jelek yang tidak dipakai. Jadi jumlah soal yang dilanjutkan ke uji tingkat kesukaran adalah 45 soal. Tingkat kesukaran butir soal, maka soal yang digunakan sebanyak 45 butir tes adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran sukar, yaitu nomor 10,13,23, dan 25 sebanyak 4 soal, soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang yaitu
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data dari post test pada akhir perlakuan yaitu nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen yang mengikuti model pembelajaran tipe kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media gambar untuk adalah 83,32 dengan varian terbesar 7,14 dan standar deviasi adalah 2,67 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 77,42 dengan varian 11,18 dan standar deviasi adalah 3,34. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI perolehan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen = 83,32 > = 77,42 kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional. Skor hasil belajar siswa kelas V B SDN Dauh Puri dengan pembelajaran kooperatif tipe GI menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 96 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai siswa adalah 78 dari skor yang mungkin dicapai 0, rentangan sebesar 11, rata-rata sebesar 83,32, modus sebesar 84, dan median sebesar 84. Untuk gambaran yang lebih jelas mengenai distribusi frekuensi skor hasil belajar IPA siswa kelas V B SDN Dauh Puri dengan pembelajaran kooperatif tipe GI dapat dilihat pada histogram sebagai berikut. 12
14 12
9
10
Frekuensi
nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 26, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 39, 40, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 55, 56, 57, 59 sebanyak 40 soal serta dengan soal yang memiliki tingkat kesukaran mudah yaitu soal nomor 27 sebanyak 1 soal. Dari hasil uji reliabilitas didapat r11 = 0,854,, ini berarti r11 > rtabel (0,854 > 0,195), dengan demikian tes hasil belajar IPA pada penelitian ini memiliki reliabel. Data tentang tes hasil belajar IPA dikerjakan dengan perhitungan manual juga menggunakan bantuan Microsoft Excel. Sebelum peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis terhadap data yang diperoleh yaitu uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dimaksud untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametik bisa dilakukan atau tidak. Untuk mengetahui apakah data skor hasil belajar IPA siswa masingmasing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis chi-square. Kriteria pengujian adalah jika X2 hit < X2tabel, maka h0 diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf sigifikasinya adalah 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (k-1). Pada penelitian digunakan kelas interval 6 dikurangi 1, jadi derajat kebebasan yang digunakan adalah 5. Uji homogenitas varians dilakukan untuk menunjukkan bahwa prbedaan yang terjadi pada uji hipotesi benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antara kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji F. Kriteria penguji adalah jika Fhit < Ftabel dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 - 1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1, maka data memiliki varians yang homogen. Jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diketahui bahwa populasi studi berdistribusi normal dan homogennya maka untuk menguji hipotesisnya digunakan uji-t dengan taraf signifikasi 5% dengan dan dk =n1+n2 -2.
6
8 4
6 4
2 1
2 0 78.5
80.5
82.5
84.5
86.5
Nilai Tengah
88.5
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPA siswa kelas V B SDN Dauh Puri dengan pembelajaran kooperatif tipe GI terletak di sekitar di atas rata-rata sebanyak 100%. Sedangkan skor hasil belajar IPA siswa kelas V A SDN Dauh Puri dengan pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai siswa adalah 71 dari skor yang mungkin dicapai 0, rentangan sebesar 13, rata-rata sebesar 77.42, modus sebesar 76, dan median sebesar 76. Untuk gambaran yang lebih jelas mengenai distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa kelas V A SDN Dauh Puri dengan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada histogram sebagai berikut. 14 12
8 6
9 Frekuensi
10
7
7
6
4
2
2 0 72
75
78
81
84
Nilai Tengah
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPA siswa kelas V A SDN Dauh Puri dengan pembelajaran konvensional terletak di sekitar ratarata sebanyak 19.36%, dan di atas rata-rata sebanyak 80.64%. Ini menunjukkan bahwa lebih banyak siswa dengan kategori hasil belajar IPA sangat baik yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe GI daripada yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Hal ini disebabkan karena penggunaan media gambar dalam model pembelajaran kooperatif tipe GI erat hubungannya dengan materi pembelajaran IPA karena siswa dapat melihat objek yang menjadi materi pembelajaran yang dapat ditampilkan melalui gambar, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Dari hasil perhitungan dengan menggunakaan rumus chi kuadrat, hasil belajar IPA kelompok eksperimen (X2) adalah X2hit = 2,06 sedangkan X2tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk = 5 adalah X2tabel = 11,07 ini berarti bahwa X2hit < X2tabel, maka data hasil belajar IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil belajar IPA kelompok kontrol (X02) adalah X2hit = 2,06 sedangkan X2tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk = 5 adalah X2tabel = 11,07 ini berarti bahwa X2hit < X2tabel, maka data hasil belajar IPA kelompok kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan data hasil belajar konsep pengukuran pada pelajaran IPA terbukti baik kelompok ekserimen maupun kelompok kontrol berada pada distribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antara kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji F. Dari perhitungan diperoleh Fhit =1,56 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang (n1-1) = 30 dan dk penyebut (n2-1) = 33 adalah Ftabel = 1,82. Ini berarti bahwa Fhit < Ftabel, maka kedua kelompok homogen. Dari hasil uji prasyarat yaitu normalitas dan homogenitas diperoleh data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji-t menggunakan polled varians. Ringkasan hasil analisis uji-t dua kelompok data hasil belajar IPA siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Kelas Eksperimen Kontrol
Tabel 1. Uji Hipotesis N Dk thit 34 31
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thit = 7,897, maka perlu dibandingkan dengan ttabel taraf signifikan adalah 5% dengan dk = 63 dan diperoleh ttabel = 2,000. Karena thit = 7,897 > ttabel = 2,000). Maka hipotesis (H0) ditolak dan (Ha) diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thit = 7,897, maka perlu dibandingkan dengan ttabel taraf signifikan adalah 5% dengan dk = 63 dan diperoleh ttabel = 2,000. Karena thit = 7,897 > ttabel 2,000). Maka Haditerima, ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014. Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional disebabkan karena perbedaan perlakuan yang terdapat pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Pembelajaran IPA yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media gambar yaitu Tahap memilih topik, Tahap Perencanaan kooperatif, Tahap Implementasi, Tahap Analisis dan Sintesis, Tahap Presentasi hasil final,
63
7,897
ttab
Simpulan
2,00
H0 ditolak
Tahap Evaluasi. Penggunaan media gambar dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation erat hubungannya dengan materi pembelajaran IPA karena siswa dapat melihat objek yang menjadi materi pembelajaran yang dapat ditampilkan melalui gambar, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman belajar secara langsung. Pembelajaran konvensional, pembelajaran hanya berpusat pada guru. Dalam pembelajaran konvensional guru tidak melibatkan siswa secara langsung untuk aktif dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab dan pemberian penugasan sehingga siswa tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran. Perbedaan proses pembelajaran pada model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media gambar dan pembelajaran konvensional dapat memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil belajar IPA siswa. Menurut Deporter (2010) dengan lebih banyak melibatkan gaya belajar yang dimiliki oleh siswa dapat memicu lebih banyak lagi jalur saraf yang memperkuat belajar siswa sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih optimal. Berdasarkan kajian pustaka dan hasil analisis uji-t, maka dapat diambil keputusan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media gambar memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Dari keputusan tersebut terdapat suatu perbedaan yang terlihat selama penelitian berlangsung. Perbedaan tersebut adalah kelompok eksperimen yang mengikuti model pembelajaran GI berbantuan media gambar yang memiliki skor rata-rata hasil belajar yang lebih dari kelompok kontrol
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang mengikuti pembelajaran konvensional. Secara operasionalnya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media gambar dan pembelajaran konvensional digunakan untuk materi pembelajaran yang sama tetapi dengan cara penyampaian yang berbeda. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erchynta (2012) menyimpulkan bahwa model pembelajaran GI lebih bermakna sehingga terdapat peningkatan hasil belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Dangin Puri tahun pelajaran 2012/2013. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dari pembahasan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe GI berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (thitung 7,897 > ttabel 2,000, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan (Ha) diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe GI berbantuan media gambar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penlitian, pembahasan dan simpulan di atas penulis mengajukan saran kepada Bagi siswa, agar mampu memberikan peluang untuk mengoptimalkan hasil belajarnya serta mampu memahami dan mengkaitkan meteri pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari. Bagi guru, pada saat guru mengajar di kelas sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan agar guru mampu menggunakan berbagai macam
metode pembelajaran siswa yang berkualitas. Bagi sekolah, pada saat guru mengajar dikelas sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan hendaknya menyediakan fasilitas penunjang pelajaran yang dapat membantu terlaksananya pembelajaran yang inovatif, sehingga mampu memberikan dampak yang positif bagi hasil belajar siswa. Bagi peneliti, sebagai tambahan wawasan dan pengalaman bagi dalam tahap pembinaan sebagai calon guru. UCAPAN TERIMA KASIH Terima Kasih diucapkan kepada Dra. Ni Nyoman Ganing, M.Hum. selaku pembimbing I dan Dr. I Wayan Rinda Suardika, S.Pd, M.Si. selaku pembimbing II yang telah berusaha keras, penuh kesabaran, kecermatan, dan ketelitian di tengah – tengah kesibukan beliau untuk memberikan bimbingan, dan motivasi terhadap pembuatan artikel. DAFTAR RUJUKAN Ary. 2010. Teknik sampling (Untuk Servei & Eksperimen). Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, 2002. Motivasi Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Jakarta: Balai Pustaka. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Darmayasa. 2010. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta : Balai Pustaka. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Erchynta. 2009. Penerapan model pembelajaran GI terhadap hasil belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Dangin Puri Tahun Pelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha. Gary,
2006. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo.
Suyatno. 2009. Mejelajah Pembelajaran Innovatif. Jawa Timur: Mas Media Pustaka.
Hakim, Thursan. 1992. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada
Ibrahim, 2002. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Trianto, 2007. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontriktivisme. Jakarata: Prestasi Pustaka.
Santi dan Sri Yuniati PKH. 2006. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. Sarmawan, 2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosifis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi). Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana, 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suastra I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
-------, 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. UU
Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Uno,
Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Menyenangkan. Jakarta: Bumi Aksara.