PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS Irwan J. Talib, Abas Kaluku, Karim Nakil Jurusan Pendidikan Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
Abstrak IRWAN J. TALIB . 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Pada Materi Prisma Dan Limas ”. ( Suatu Penelitian Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo T.P 2012-2013 )” SKRIPSI. JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA, FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM, UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. PEMBIMBING I Drs. Abbas Kaluku, M.Si DAN PEMBIMBING II Drs. Karim Nakil, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk menyatakan gambaran tentang pengaruh hasil belajar siswa yang dilihat melalui kemampuan koneksi matematika siswa pada materi Prisma dan Limas. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen dengan rancangan Posttes-Only Control Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Gorontalo, dengan populasi terjangkau adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo T.P 2012-2013. Pengambilan sampel dilakukan secara Multi Stace Simple Random Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa diukur melalui kemampuan koneksi matematika siswa pada materi Prisma dan Limas. Data ini dikumpul dengan menggunakan Instrumen tes Kemampuan Koneksi matematika Siswa. Analisis data untuk menguji hipotesis dilakukan menggunakan Uji t. Hasil pengujian Menunjukan bahwa hasil kemampuan koneksi matematika siswa yang diberikan model pembelajaran berdasarkan masalah lebih tinggi dari hasil kemampuan koneksi matematika siswa yang diberikan pembelajaran konvensional. Perbedaan tingginya hasil kemampuan koneksi matematika siswa ini ditunjukan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diberikan model pembelajaran berdasarkan masalah dengan skor 84,18 dan yang diberikan pembelajaran konvensional dengan skor 65.08. Kata Kunci : Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Pembelajaran Konvensional, dan Kemampuan Koneksi Matematika. I.
PENDAHULUAN
yang saling berkaitan, dalam hal ini siswa
Matematika merupakan ilmu yang
diharapkan
memiliki
kemampuan
untuk
terstruktur dan saling berkaitan antar satu topik
memecahkan persoalan-persoalan matematika
dengan topik lainnya. Materi yang satu
yang memiliki hubungan atau kaitan terhadap
mungkin merupakan prasyarat bagi yang
materi
lainnya, atau konsep tertentu diperlukan untuk
Kemampuan ini disebut dengan kemampuan
menjelaskan konsep lainnya. Sebagai ilmu
koneksi
[email protected]
yang
dipelajari
matematika.
sebelumnya.
Menurut
National Page 1
Council Of Teacher Of Mathematics (NCTM)
klasikal, dengan metode cerama sebagai
tahun 1989, koneksi matematika merupakan
metode utama.
bagian penting yang harus mendapatkan penekanan di setiap jenjang pendidikan. Koneksi matematika adalah keterkaitan antara topik
matematika,
keterkaitan
antara
matematika dengan disiplin ilmu yang lain dan keterkaitan matematika dengan dunia nyata atau dalam kehidupan sehari-hari. Keterkaitan disini bukan saja keterkaitan antar konsep dalam matematika, tetapi juga kaitan antara matematika dan kehidupan sehari-hari.
bahwa peserta didik harus dibekali dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, dan
kreatif,
serta
kemampuan
bekerjasama. Salah satu kemampuan yang menurut penulis yang ada pada siswa yang perlu
dieksplorasi
adalah
keterampilan
melakukan koneksi matematika berdasarkan permasalahan. Salah satu penyebab rendahnya mutu hasil belajar matematika di Indonesia disebabkan
ketidaktepatan
guru
dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran, sebagaiman diungkapkan oleh Sulistyowati (dalam Rochmad, 2008 : 2), menyatakan bahwa
kesulitan
peserta
didik
dalam
mempelajari matematika di Sekolah rupanya tidak terlepas dari strategi pembelajaran yang selama
ini
pembelajaran
digunakan, yang
[email protected]
yaitu
menggunakan
metode
model,
pembelajaran
strategi seperti
dan yang
dikemukakan diatas dapat mengakibatkan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran menurun atau keaktifan siswa rendah. Dalam hal ini para siswa bukan sebagai subjek belajar tetapi sebagai objek pembelajaan, sehingga tanggung
jawab
siswa
terhadap
tugas
belajarnya , yaitu dalam hal mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkap
Sebagaimana telah diungkap diatas
kritis
Penggunaan
strategi system
penetahuannya menjadi berkurang. Kenyataan dilapangan khususya di SMP Negeri 3 Gorontalo dalam pelaksanaan proses pembelajaran lebih mengutamakan pencapaian target materi atau sesuai buku yang digunakan sebagai buku yang wajib yang beroreantasi pada soal-soal ujian nasional dan dalam proses pembelajarannya secara umum pembelajaran masih didominami oleh pendidik dalam hal ini guru. Sehingga, patut diduga hal itulah yang menyebabkan siswa SMP Negeri 3 Gorontalo
kurang
menyadari
bahwa
matematika itu penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan rendahnya hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, hal ini disebabkan rendahnya
kemampuan
siswa
dalam
mengaitkan pelajaran matematika baik antar konsep, antar mata pelajaran dan matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Page 2
Hal ini didukung oleh pendapat Sulistiyaowati
secara
(dalam Permana 2004 : 4) yang menyatakan
pengetahuan baru dengan struktur kognitif
bahawa kemampuan peserta didik dalam
yang
melakukan koneksi matematika masih rendah.
mengambarkan pemahamannya sendiri. Dalam
Hingga saat ini, keterampilan siswa dalam memnecahkan masalah di SMP Negeri 3
Gorontalo
belum
begitu
membudaya.
Kebanyakan dari siswa hanya menghafal tanpa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. menyikapi
masalah
koneksi matematika siswa serta pemilihan pembelajaran
yang
dapat
menumbuhkan kembali motivasi belajar siswa. guru
dituntut
untuk
mampu
mengembangkan suatu model pembelajaran yang
telah
proses
dapat
dimilikinya,
pembelajaran
yaitu
dan
dapat
berdasarkan
masalah
konvensional.
model
pembelajaran
dan
pembelajaran
Diharapkan
dengan
menggunakan kedua model pembelajaran ini akan
memberikan
perbedaan
meningkatkan
kemampuan
Dalam
pembelajaran
terhadap
harus
diperhatikan.
Sulisyowati
kemampuan dasar matematika dalam 5 (lima) standar kemampuan dengan indicator sebagai berikut :
dan mengungkap idenya sendiri. Dengan kata
2) Pemecahan
lain guru mampu meningkatkan kemampuan
Problem Solving)
pemecahan masalah.
3) Penalaran
memungkinkan keterampilan
dapat
mengembangkan
pemecahan koneksi
masalah
seperti
matematika
yaitu
penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah. Kenapa demikian? Karena peserta didik dalam memahami konsep suatu materi melalui bekerja dan memahami pada situasi masalah yang diberikan. Peserta didik terlibat
[email protected]
(dalam
Suhendra, 2007 : 20) mengklasifikasikan
1) Pemahaman Matematika
Salah satu alternatif pembelajaran yang
matematika
terdapat beberapa kemampuan dasar yang
mengembangkan, menemukan, menyelidiki,
membuat
mengaitkan
penelitian ini akan menggunakan dua model
diatas
adalah dengan melihat perbedaan kemampuan
Sehingga
dalam
kemampuan koneksi matematika siswa.
Upaya
model
aktif
Masalah
(Mathematical
Matematika
(Mathematical
Matematika
(Mathematical
Reasoning) 4) Koneksi Connection) 5) Komunikasi
Matematika
(Mathematical
Communication) NCTM (National Cauncil Of Teachers Of Mathematical) (dalam Walle, 2006: 5) merekomendasika lima standar yang merujuk pada suatu proses matematika yang mana Page 3
melalui
proses
tersebut
peserta
didik
Menurut
Utari
Sumarmo
(2003),
memperoleh dan menggunakan pengetahuan
kemampuan koneksi matematika siswa dapat
matematika. Kelima standar tersebut adalah :
dilihat dari indikator-indikator berikut: (1)
1). Pemecahan soal, 2). Pemahaman dan bukti,
mengenali representasi ekuivalen dari konsep
3). Komunikasi, 4). Hubungan, 5). Penyajian.
yang sama; (2) mengenali hubungan prosedur
Menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) (2000: 64), indikator untuk kemampuan koneksi matematika yaitu: (a) Mengenali dan memanfaatkan hubunganhubungan antara gagasan dalam matematika; (b) Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren; (c) Mengenali dan menerapkan
matematika
dalam
kontek-
konteks di luar matematika. Penjelasan untuk indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:
matematika suatu representasi keprosedur representasi yang ekuivalen; (3) menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan keterkaitan diluar matematika; dan (4) menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep
matematika
tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Ibarat membangun sebuah gedung bertingkat, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan
Menurut Asep Jihad (2008: 169),
terwujud
apabila
fondasi
dan
lantai
koneksi matematika merupakan suatu kegiatan
sebelumnya yang menjadi prasyarat benar-
yang meliputi hal-hal berikut ini: (a). Mencari
benar dikuasai, agar dapat memahami konsep-
hubungan berbagai representasi konsep dan
konsep selanjutnya (Erman Suherman, 2003:
prosedur. (b). Memahami hubungan antar
22).
topik
mengkoneksikan
matematika.
(c).
Menggunakan
Kemampuan
siswa
keterkaitan
dalam
antar
topik
matematika dalam bidang studi lain atau
matematika dan dalam mengkoneksikan antara
kehidupan
dunia nyata dan matematika dinilai sangat
sehari-hari.
(d).
Memahami
representasi ekuivalen konsep yang sama. (e).
penting,
Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur
membantu siswa memahami topik-topik yang
lain dalam representasi yang ekuivalen. (f).
ada
Menggunakan koneksi antar topik matematika,
menuangkan masalah dalam kehidupan sehari-
dan antara topic matematika dengan topik lain.
hari ke model matematika, hal ini dapat
[email protected]
karena
dalam
keterkaitan
matematika.
itu
Siswa
dapat
dapat
Page 4
membantu siswa mengetahui kegunaan dari
Untuk meningkatkan kualitias proses
matematika. Maka dari itu, efek yang dapat
dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah
ditimbulkan dari peningkatan kemampuan
menyarankan
koneksi
dapat
pembelajaran konstruktivistik untuk kegiatan
mengetahui koneksi antar ide-ide matematika
belajar mengajar di kelas. Dengan perubahan
dan
kegunaan
paradigma belajar tersebut terjadi perubahan
sehari-hari,
pusat pembelajaran dari belajar berpusat pada
sehingga dua hal tersebut dapat memotivasi
guru kepada belajar berpusat pada peserta
siswa untuk terus belajar matematika.
didik. Dengan kata lain, ketika mengajar di
matematika
adalah
siswa
siswa
dapat
mengetahui
matematika
dalam
kehidupan
Berdasarkan kajian teori di atas, secara umum terdapat tiga aspek kemampuan koneksi matematika, yaitu:
penggunaan
paradigma
kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi
lingkungan
membelajarkan
belajar
peserta
yang didik,
dapat dapat
mendorong peserta didik belajar, atau memberi
1) Menuliskan masalah kehidupan sehari-
kesempatan
kepada
peserta
didik
untuk
hari dalam bentuk model matematika.
berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep
Pada aspek ini, diharapkan siswa mampu
yang dipelajarinya. Kondisi belajar dimana
mengkoneksikan antara masalah pada
peserta didik hanya menerima materi dari
kehidupan sehari-hari dan matematika.
pengajar, mencatat, dan menghafalkannya
2) Menuliskan konsep matematika yang
harus diubah menjadi sharing pengetahuan,
mendasari jawaban. Pada aspek ini,
mencari, menemukan pengetahuan secara aktif
diharapkan siswa mampu menuliskan
sehingga
konsep
mendasari
(bukan ingatan). Untuk mencapai tujuan
jawaban guna memahami keterkaitan
tersebut pengajar dapat menggunakan model
antar konsep matematika yang akan
pembelajaran yang inovatif.
matematika
yang
digunakan. 3) Menuliskan hubungan antar obyek dan konsep matematika. Pada aspek ini, diharapkan siswa mampu menuliskan hubungan antar konsep matematika yang digunakan dalam menjawab soal yang diberikan.
terjadi
Salah matematika
peningkatan
satu yang
model
pemahaman
pembelajaran
menekankan
kepada
kemampuan bernalar, berpikir kritis, analitis, kreatif dan membawa peserta didik kepada proses membangun sendiri pengetahuannya adalah
model
pembelajaran
berdasarkan
masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu model pembelajaran
[email protected]
Page 5
inovatif yang dapat memberikan kondisi
Based Learning adalah suatu pendekatan
belajar aktif pada peserta didik. Pembelajaran
pembelajaran
berdasarkan masalah adalah suatu model
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk
pembelajaran yang melibatkan peserta didik
menyelesaikan masalah itu peserta didik
untuk memecahkan masalah melalui tahap-
memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
tahap metode ilmiah sehingga peserta didik
menyelasaikan (dalam Hulukati, 2009:1).
dapat
mempelajari
pengetahuan
yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki
memecahkan
keterampilan
masalah.
untuk
Pembelajaran
berdasarkan masalah, pembelajarannya diawali dengan
memberikan
masalah
untuk
diselesaikan, dimana masalah yang diberikan berkaitan
dengan
konteks
materi
yang
diajarkan. Melalui masalah-masalah tersebut pesesrta didik akan sampai pada pengetahuan yang diinginkan. Pembelajaran tidak
dirancang
berdasarkan
untuk
masalah
membantu
guru
menyampaikan informasi dengan jumlah besar kepada peserta didik (Arrends, 2008 : 43). Pembelajaran berdasarkan masalah dirancang untuk
membantu
mengembangkan
peserta
keterampilan
didik berpikir,
keterampilan menyelasaikan masalah, dan keterampilan
intelektualnya;
mempelajari
peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui
situasi
yang
disimulasikan;
dan
menjadi pelajar yang mandiri dan otonom. Pembelajaran
berdasarkan
masalah
yang
dimulai
dengan
Menurut Hawton (dalam Hulukati, 2009:1) masalah dapat diartikan sebagai pertanyaan yang harus dijawab pada saat itu, sedangkan kita tidak mempunyai rencana solusi yang jelas, sedangkan menurut Gaugh masalah dapat juga berarti suatu tugas yang apabila kita membacanya, melihatnya atau mendengarnya pada waktu tertentu, dan kita tidak mampu untuk segera menyelesaikannya pada saat itu juga. Model masalah
pembelajaran
menurut
Trianto
berdasarkan (2011:67)
merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidik autentik, yakni penyelidik yang membutuhkan penyelesaian nyata. Hal senada juga dikemukakan oleh Fogarty (dalam Satyasa, 2005: 16) bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pelajar dengan masalah-masalah
praktis,
berbentuk
ill-
structured, atau open ended melalui stimukus dalam belajar.
yang berasal dari bahasa inggris Problem
[email protected]
Page 6
Menurut Sears dan Hears (dalam Suryadi,
2007:181),
bahwa
pembelajaran
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks untuk belajar
berdasarkan masalah dapat melibatkan pesrta
tentang
didik dalam berpikir tingkat
pemecahan
tinggi dan
berpikir
kritis
masalah
dan
keterampilan
melalui
tahap-tahap
pemecahan masalah. Pada saat peserta didik
ilmiah sehingga masalah yang dihadapi dapat
menghadapi masalah tersebut, mereka mulai
diselidiki,
menyadari
dapat
pemecahannya dengan baik sehingga peserta
dipandang dari berbagai persfektif serta untuk
didik memperoleh pengetahuan dan konsep
menyelesaikannya diperlukan pengintegrasian
yang esensial dari materi pelajaran.
bahwa
hal
demikian
informasi dari berbagai disiplin ilmu. Pembelajaran
berdasarkan
dinilai,
Model
dianalisis
serta
pembelajaran
dicari
berdasarkan
masalah
masalah memiliki karakteristik-karakteristik
membantu peserta didik untuk memecahkan
sebagai berikut. 1) belajar dimulai dengan
masalah
suatu
dengan
proses
penemuan
permasalahan,
2)
memastikan
berkelanjutan dari tipe masalah yang tidak
permasalahan yang diberikan berhubungan
terstruktur yang dihadapkan oleh orang-orang
dengan dunia nyata, 3) mengorganisasikan
dewasa atau praktisi profesional. Intinya
pelajaran
seputar
permasalahan,
pembelajaran
diseputar
disiplin
ilmu,
berdasarkan
masalah
4)
bukan memberi
mengembangkaqn peserta didik agar dapat, 1)
tanggungjawab sepenuhnya kepada peserta
mendefinisikan masalah dengan jelas, 2)
didik dalam mengalami secara langsung proses
menbangun hipotesis alternatif, 3) menerima,
belajar mereka sendiri, 5) menggunakan
mengevaluasi dan menggunakan data dari
kelompok kecil, dan menuntut peserta didik
sumber
untuk mendemonstrasikan apa yang telah
yang
informasi
berfariasi,
baru
setelah
4)
memberikan
hipotesis,
5)
mengembangkan solusi yang jelas yang sesuai dengan masalah dan kondisi yang seharusnya berdasarkan informasi dan penjelasan yang
mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja (performance). II.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
jelas. Dari pengertian dan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran berdasarkan masalah adalah
METODE PENULISAN
sebagai
[email protected]
rangkaian
aktivitas
Negeri 3 Gorontalo kota Gorontalo Propinsi Gorontalo tahun pelajaran 2012/2013. Di SMP Negeri
3
Gorontalo
ini
memiliki
16
rombongan belajar yang terdiri dari kelas VII sebanyak 6 kelas, kelas VIII sebanyak 5 kelas Page 7
dan kelas IX sebanyak 5 kelas. Penelitian ini
O1
:Pembelajaran dengan menggunakan
dilaksanakan pada semester genap tahun
model
ajaran 2012/2013.
masalah
Metode yang akan dilakukan dalam penelitian
ini
eksperimen
adalah
semu
metode
dengan
penelitian
tujuan
untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kemampuan koneksi matematika siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi Prisma dan limas.
O1
pembelajaran
: Pembelajaran
berdasarkan
Konvensional
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Gorontalo yang tersebar pada 16 kelas. Populasi Terjangkau adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo yang berjumlah 163 orang yang tersebar di 5 kelas. Sampel
yang
dibutuhkan
dalam
penelitian ini adalah terdiri dari dua kelas, Rancangan
Experimental
desain
Design
penelitian
yaitu
True
pengambilan sampel dalam penelitian ini
Posttes-Only
dilakukan secara Multi Stace Simple Random
Control Design.
Sampling, dengan langkah sebagai berikut. Pertama memilih dua kelas dari lima kelas
Desain Penelitian
untuk dijadikan sampel penelitian dengan cara Kelas Eksperimen (X1) Kontrol (X2) Keterangan : O1.2
Perlakuan O1 O2
Post Test O1.2 O2.2
undian. Undian tersebut dilakukan untuk menentukan kelas yang dikenai perlakuan, yaitu sebagai kelas eksperimen diberikan
: Adalah tes akhir (post test)
perlakuan
berupa
pemberian
kemampuan koneksi untuk kelas
pembelajaran
yang diberikan perlakuan model
sebagai kontrol diberikan model pembelajaran
pembelajaran berdasarkan masalah
konvensional. Dari hasil pengundian diperoleh
dengan menggunakan kemampuan
kelas VIIIA dan VIIIB yang dikenai perlakuan.
berdasarkan
masalah
model dan
Kedua memilih dengan cara mengundi
koneksi matematika
yaitu kelas mana yang akan diberikan model O2.2
: Adalah tes akhir (post test)
pembelajaran berdasarkan masalah dengan
kemampuan koneksi untuk kelas
kemampuan koneksi matematika dan model
yang
perlakuan
pembelajaran konvensional tanpa kemampuan
pembelajaran konvensional dengan
koneksi matematika. Dari hasil pengundian
menggunakan kemampuan koneksi
diperoleh
diberikan
kelas
VIIIA
sebagai
kelas
matematika.
[email protected]
Page 8
eksperimen yang diberikan perlakuan berupa
1. Data kemampuan koneksi matematika
model pembelajaran berdasarkan masalah
siswa
dengan kemampuan koneksi matematika dan
berdasarkan masalah
VIIIB sebagai kelas kontrol atau diberikan Model
pembelajaran
konvensional
tanpa
kemampuan koneksi matematika.
dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu analisis data deskriptif dan analisis data inferensial. Analisis data deskriptif digunakan untuk menyajikan data melalui tabel, grafik, Lingkaran,pictogram,perhitungan
desil,
perhitungan
penyebaran
perhitungan
rata-rata
deviasi,Perhitungan
persentil,
data
melalui
dan
standar
persentase.
Statistik
deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman konsep siswa dalam besaran statistik yaitu rata-rata, median, modus, standar deviasi, tabel distribusi frekuensi dan divisualisasikan dalam
orang siswa diperoleh skor minimum 64,
Median (Me) sebesar 87,43; modus (Mo) sebesar 85,77 Dan standar deviasi (St.Dev) sebesar 27,841. Dari skor maksimum dan minimum tersebut, diperoleh rentangan skor 28, panjang kelas interval 5, dan banyaknya data kelas interval 6. Berdasarlan data yang didapat dilihat bahwa ada 11 orang siswa atau
memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor
PENELITIAN
rata - rata dan ada 5 orang siswa atau 15,15% memperoleh skor diatas rata-rata. Lebih jelasnya sebaran data berdasarkan frekuensi diatas disajikan dalam bentuk histogram seperti tampak pada gambar dibawah ini.
data
post-test
Berdasarkan hasil tes dijaring dari 33
serta
terlihat bahwa terjadinya peningkatan hasil kemampuan koneksi matematika siswa setelah diberikan model pembelajaran berdasarkan
[email protected]
pembelajaran
Konvensional
perhitungan rata-rata, modus dan median
masalah.
dengan
DAN
PEMBAHASAN Berdasarkan
rata-rata 84,14, ada 17
orang siswa atau 51,52% yg memperoleh skor
siswa HASIL
33,33%
2. Data kemampuan koneksi matematika
bentuk histrogram (Sugiyono, 2012: 208). III.
pembelajaran
Berdasarkan hasil tes dijaring dari 33
modus, median mean (pengukuran tendensi Sentral),perhitungan
model
maksimum 92, rerata ( ) sebesar 84,18;
Teknik analisis data yang digunakan
diagram
dengan
orang siswa diperoleh skor minimum 54, maksimum 74, rerata ( ) sebesar 65,73; median
(Me)
(Mo)sebesar
sebesar
64,21
Dan
71,75;
modus
standar
deviasi
(St.Dev) sebesar 20,26 dari skor maksimum Page 9
dan minimum tersebut, diperoleh rentangan
normal, yang berarti persyaratan normalitas
skor
untuk kelas yang diberikan pembelajaran
20,
panjang
kelas
interval
5,dan
banyaknya data kelas interval 6.
berdasarkan
Berdasarlan data yang diperoleh dilihat
masalah
dipenuhi
dalam
penelitian ini.
8 orang siswa atau 24,24% memperoleh skor
b) Uji normalitas data hasil kemampuan
dibawah dari kelas interval yang memuat skor
koneksi matematika siswa kelas yang
rata-rata 65,73 , dan 9 orang siswa atau
diberikan pembelajaran konvensional
27,27% pada kelas interval yang memuat skor
Dari
hasil
perhitungan
dengan
rata-rata, dan ada 16 orang siswa atau 48,48%
menggunakan program Microsofe Excel for
memperoleh skor diatas rata-rata.
windows 2007 diperoleh nilai L0 = 0,09
Dalam
penelitian
ini
pengujian
Karena nilai L0 = 0,09 < Ltabel = 0,15
normalitas data menggunakan uji Lilefors (L0)
Maka disimpulkan bahwa data berdistribusi
pada taraf nyata α = 0.05 hipotesis statistik
normal, yang berarti persyaratan normalitas
yang diuji dinyatakan sebagai berikut .
umtuk kelas yang diberikan pembelajaran konvensional dipenuhi dalam penelitian ini.
H0
: Data berdistribusi normal
H1
: Data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika L0 ≤ Ltabel dan tolak H0 jika L0 > Ltabel pada
taraf
nyata
α
yang
dipilih.dalam
Dengan
demikian
kelas
yang
diberikan
pembelajaran berdasarkan masalah dengan pembelajaran
konvensional
memenuhi
persyaratan normalitas dalam penelitian ini.
penelitian ini dipilih α = 0.05, sehingga untuk
Berdasarkan
hasil
pengujian
n = 33 maka nilai Ltabel= 0,15 pengujian ini
menunjukan bahwa persyaratan analisis uji t
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
yang
a) Uji normalitas data hasil kemampuan
homogenitas
meliputi
uji
varians
normalitas penelitian
dan
uji
dipenuhi.
koneksi matematika siswa kelas yang
Dengan demikian, maka data yang telah
diberikan model pembelajaran berdasarkan
dikumpulkan dalam penelitian ini
masalah
menggunakan analisis uji t.
Dari
hasil
perhitungan
dengan
dapat
Hipotesis dalam penelitian ini :hasil
menggunakan program Microsofe Excel for
kemampuan koneksi
windows 2007 diperoleh nilai L0 = 0.12
berikan pembelajaran berdasarkan masalah
Karena nilai L0 = 0,12 < Ltabel = 0,15
matematika yang di
lebih tinggi dari hasil kemampuan koneksi
Maka disimpulkan bahwa data berdistribusi
[email protected]
Page 10
matematika
siswa
yang
diberikan
IV.
pembelajaran konvensional. Hasil perbedaan
perhitungan hasil
uji
t
tentang
kemampuan
matematika
siswa
yang
pembelajaran
berdasarkan
pembelajaran
konvensional
koneksi diberikan
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
pembahasan
hasil
penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
dan
1) Terdapat perbedaan hasil kemampuan
menghasilkan
koneksi matematika siswa yang diajarkan
masalah
thitung = 6.39 ternyata lebih besar dari nilai ttabel
dengan
menggunakan
model
= 1.67 pada taraf kepercayaan 0,05 dengan dk
pembelajaran berdasarkan masalah dan
= 64.(Hasil perhitungan dapat disajikan pada
yang diajarkan dengan menggunakan
lampiran 7). Hal ini menunjukan bahwa
pembelajaran konvensional.
hipotesis nol ditolak yang menyatakan bahwa
2) Rata-rata kemampuan koneksi matematika
tidak terdapat pengaruh dari hasil kemampuan
siswa pada pembelajaran materi prisma
koneksi
yang
dan limas dengan menggunakan model
diberikan pembelajaran berdasarkan masalah
pembelajaran berdasarkan masalah lebih
dan
baik
matematika
yang
konvensional,
siswa
diberikan dan
antara
pembelajaran
diterimanya
dari
pada
yang
menggunakan
pembelajaran konvensional.
hipotesis
penelitian yang menyatakan bahwa rata-rata hasil kemampuan koneksi matematika siswa
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi
yang diberikan pembelajaran berdasarkan
yang dikemukakan, maka dapat dijadikan
masalah lebih tinggi dari rata-rata hasil
beberapa saran sebagai berikut.
kemampuan koneksi matematika siswa yang
1)
diberikan pembelajaran konvensional.
meningkatkan
Tingginya hasil kemampuan koneksi matematika siswa diantara keduanya, dapat
2)
rata-rata hasil kemampuan koneksi matematika siswa
yang
diberikan
pembelajaran
kemampuan
Diharapkan
setiap
guru
memiliki
ketrampilan dalam meningkatkan model
hasil kemampuan koneksi matematika siswa
masalah sebesar 84,18 lebih tinggi dari skor
potensi
koneksi matematika
ditunjukkan dengan perolehan skor rata-rata
yang diberikan pembelajaran berdasarkan
Diharapkan para siswa untuk senantiasa
pembelajaran dikelas. 3)
Diharapkan
pihak
lembaga
untuk
mendukung
setiap
perubahan
dalam
upaya meningkatkan kualitas pendidikan tersebut.
konvensional sebesar 65,73.
[email protected]
Page 11
4)
Diharapkan menjadi bahan kajian dalam
bagi peneliti.
menambah pengetahuan dan pengalaman
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono,
2012.
Metode
Penelitian
Pendiikan.Bandung: Alfabeta. Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2007, Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga Arend, Richard I,. 2007, Belajar Untuk Mengajar, Terjemahan Oleh Soetjipto, H.P & Sri Mulyantini, S., 2008 Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimin, 2010, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.edisi revisi 2010, Jakarta : Rineka Cipta Hamzah Yunus, 2002. Pedoman Statistik. Gorontalo : UNG Pres Nasution, S.2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hulukati, Evi, 2009, Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), Makalah Disajikan Dalam Seminar Nasional Di Gorontalo, 5 Februari 2009. Rooijakkers Ad. 1991. Mengajar Dengan Sukses, Jakarta : CV Mediatama Sudjana,2005. Metode Statistika. Cetakan ketiga edisi keenam, Bandung: Tarsito
[email protected]
Suhendra, 2007, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematika Peserta Didik SMP Yang berkemampuan Rendah Melalui Pendekatan Kontekstual Dengan Pemberian Tugas Tambahan, Tesis tidak diterbitkan, Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Sulistiyowati, 2009, Pengaruh Model pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis. Gorontalo : Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo. Tazudin, Delima K. S. M. Arsyad. 2005, Matematika Kontekstual SMP kelas VIII. Jakarta: Literatur Media Sukses Tirtarahardja dan La Sulo S. L. 2008, Pengantar Pendidikan. Cetakan kedua edisi Revisi, Jakarta : Rineke Cipta Trianto, 20011, Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme, Jakarta : Prestasi Pustaka. Van De Walle, J. A. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, diterjemahkan Oleh Suyono, 2008, Jakarta : Erlangga.
Page 12