PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP SISTEM ENDOKRIN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh : ZAHIDAH FARHATI NIM. 1110016100062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA 2016
•. + :
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul "Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Keterampilan
-
Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Endokrin", disusun oleh Zahidah Farhati, NIM. 1110016100062, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 128 Desemberl 2016 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.
, Jakarta,
Januari 2017
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Program Studi Pendidikan Biologi) Dr. Yanti Herlanti, M.Pd
.
NIP. 19710119 200801 2 010 · Penguji I Dr. Yanti Herlanti, M.Pd NIP. 19710119 200801 2 010 Penguji II Sillak Hasiany Siregar, M.Si NIP.
Dekan Fakultas
Tanda Tangan
f ..;~
.%.~.'?!.:.~.\f.~~~ ..
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama
: Zahidah Farhati
Tempat/Tgl.Lahir
: Jakarta, 10 Mei 1992
NIM
: 1110016100062
Jurusan / Prodi
: Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Judul Skripsi
: Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada konsep Sistem Endokrin
Dosen Pembimbing
: 1. Ir. Mahmud Siregar, M.Si. 2. Nengsih Juanengsih, M.Pd.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta,26 Agustus 2016
Zahidah Farhati NIM.1110016100062
ii
ABSTRAK
Zahidah Farhati (1110016100062), “Pengaruh Model Learning Cycle 7E terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Sistem Endokrin (Quasi Eksperimen di SMAN 5 Depok)”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Learning Cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem endokrin. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Kota Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 42 siswa untuk kelompok eksperimen dan 42 siswa untuk kelompok kontrol. Pengambilan data menggunakan istrumen tes berupa tes essay yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, serta lembar observasi guru. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif model learning cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem endokrin. Hasil yang diperoleh yaitu nilai t-hitung sebesar 3,097 dan nilai t-tabel dengan taraf signifikasi 5% sebesar 1,99, maka t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel. Maka dapat dikatakan bahwa hipotesis alternatif (H1) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model learning cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem endokrin.
Kata Kunci: Pembelajaran, Learning Cycle 7E, Keterampilan Berpikir Kritis
iii
ABSTRACT
Zahidah Farhati (1110016100062), “The Influence of Using Learning Cyle 7E Model to Critical Thinking Skills Students in Endocrine System Concept (Quasi Experiment in 5 Senior High School Depok City)”. Undergraduate Thesis, Biology Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of Syarif Hidayatullah State Islamic University. This research aimed to know the influence of using learning cycle 7E model to critical thimking skills students in endocrine system concept. This research had been carried out in 5 Senior High School Depok City. This research was used quasi experiment method with nonequivalent control group design. The sample was taken by using purposive sampling technique. The amount research sample was 42 persons for the experiment group and 42 persons for the control group. The data was taken by using test instrument in essay form which had tested its validity and reliability, also observation sheets. The hypothesis research is existing positive influence of using learning cycle 7E model to students’ critical thimking skills in endocrine system concept. The result of this research analized use t-test show t-hit 3,097 and t-table 1,99 (α=0,05), t-hit>ttable. So, it can be said that the alternative hypothesis (H1) was accepted and zero hypothesis (Ho) was refused. It showed that there is influence of using learning cycle 7E model to critical thimking skills students in endocrine system concept.
Keyword : learning, learning cycle 7E, critical thinking skill.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Learning Cycle 7E terhadap Keterampilan Berpikir Kritis pada konsep Sistem Endokrin”. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta semoga tercurah pula kepada kita semua selaku penerus risalahnya, Amiin. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Namun atas bantuan, motivasi serta bimbingan dari semua pihak, pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya: 1. Prof Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 3. Yanti Herlanti, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Biologi 4. Ir. Mahmud Siregar, M.Si. selaku Pembimbing I yang memberikan banyak pembelajaran dan nasihat kepada penulis 5. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Pembimbing II atas pengertian,pembelajaran, nasihat dan motivasi untuk penulis 6. Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Pendidikan Biologi kelas B FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Seluruh dosen dan civitas akademik jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta v
8. Teruntuk kedua orang tua tercinta, ayahanda Ade Ruhyana dan Ibunda Nurlaila juga kepada adik-adik tersayang Hasna, Zaky, Hanifa, Mu’adz, Umeir, dan Shabrina yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 9. Kepala SMAN 5 Depok, Bapak Achmad Zarkasih, S.Pd yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian. Ibu Sugiarti, M.Pd. selaku Wakil Bidang Kurikulum, Pak Abdul Fatah, M.Pd. selaku guru Biologi kelas XI dan seluruh siswa kelas XI MIA 2 dan XI MIA 3 angkatan 2015 yang turut membantu dalam penelitian ini 10. Kawan-kawan angkatan 2010 P.Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama pembimbing ketiga: Faridatul Amaniyah atas motivasi dan bantuannya yang luar biasa. Kepada teman-teman Biobers:Annis, Meriza, Anni, Endah dan kawan-kawan lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, namun motivasinya begitu menginspirasi 11. Kawan-kawan seperjuangan di HMJ P. IPA periode 2011-2012, LDK Syahid Komda FITK, LDK Syahid 17, Lingkaran Cinta, maupun adik-adik tingkat yang senantiasa memotivasi dan saling menginspirasi dalam kebaikan dan kesabaran 12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu Ungkapan rasa syukur tepat untuk penulis ucapkan atas terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas dengan lipahan kebaikan dan keberkahan. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang membaca skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan kedepannya.
Jakarta, 26 Agustus 2016 Penulis Zahidah Farhati
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................. ii ABSTRAK ......................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................................... v DAFTAR ISI...................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Siklus Belajar (Learning Cycle) 1. Pengertian Learning Cycle ...................................................................... 8 2. Klasifikasi Model Learning Cycle ......................................................... 10 3. Learning Cycle 7E .................................................................................. 12 4. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Model Learning Cycle 7E ....... 15 vii
B. Keterampilan Berpikir Kritis 1. Pengertian Keterampilan Berpikir .......................................................... 16 2. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis ................................................ 19 3. Indikator Berpikir Kritis ......................................................................... 22 C. Pengertian Extend Essay (Uraian Bebas) ..................................................... 29 D. Konsep Sistem Endokrin .............................................................................. 32 E. Hasil Penelitian Yang Relevan ..................................................................... 35 F. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 36 G. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 39 B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian ................................................................................... 40 2. Desain Penelitian .................................................................................... 41 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ................................................................................................... 41 2. Sampel..................................................................................................... 42 D. Prosedur Penelitian 1. Tahap Pendahuluan ................................................................................. 42 2. Tahap Pelaksanaan .................................................................................. 43 3. Tahap Akhir ............................................................................................ 44 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 45 F. Instrumen Penelitian 1. Tes ........................................................................................................... 46 2. Non-Tes ................................................................................................... 46 G. Kalibrasi Instrumen 1. Pengujian Validitas Instrumen ................................................................ 47 2. Pengujian Realibilitas Instrumen ............................................................ 49 viii
3. Pengujian Tingkat Kesukaran ................................................................ 50 4. Pengujian Daya Pembeda........................................................................ 51 H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Hipotesis ........................................................................... 52 a. Uji Normalitas ................................................................................. 52 b. Uji Homogenitas .............................................................................. 53 c. Uji Hipotesis .................................................................................... 54 2. Teknik Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ............................. 54 I. Hipotesis Statistik ......................................................................................... 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................................................................................. 56 2. Data Ketercapaian Aspek Keterampilan Berpikir Kritis pada Pretest Dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.................. 57 3. Data Lembar Kerja Siswa dan Keterampilan Berpikir Kritis ................. 59 4. Data Observasi Kegiatan Guru ............................................................... 60 B. Analisis Data 1. Uji Normalitas ......................................................................................... 62 2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 63 3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 64 a. Uji Hipotesis Pretest (Mann Whitney) .............................................. 64 b. Uji Hipotesis Postest (Uji-T)............................................................. 65 C. Pembahasan ................................................................................................... 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................... 77 B. Saran ............................................................................................................ 77 ix
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 79 LAMPIRAN ....................................................................................................... 84
x
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Halaman
Klasifikasi Model Learning Cycle ............................................................. 11
2.2 Indikator Berpikir Kritis ............................................................................ 24 2.3 Kelenjar Endokrin, letak, sekresi, peran dan gangguan ............................ 33 2.4 Perbedaan antara sistem saraf dan sistem endokrin .................................. 34 3.1 Tahapan Persiapan, Uji Coba, dan Penelitian ............................................ 39 3.2 Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................... 39 3.3 Desain Penelitian ....................................................................................... 41 3.4 Indikator Keterlaksanaan Pembelajaran..................................................... 46 3.5 Besarnya Koefisien Validitas ..................................................................... 48 3.6 Kisi-kisi Intrumen Tes ............................................................................... 48 3.7 Kriteria Tingkat kesukaran Soal ................................................................ 50 3.8 Hasil Analisis Tingkat kesukaran Butir Soal ............................................. 50 3.9
Klasifikasi Daya Pembeda Soal ................................................................. 51
3.10 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ............................................................ 51 3.11 Kategori Keterampilan Berpikir Kritis ...................................................... 55 4.1 Data Hasil Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........ 57 4.2 Persentase Ketercapaian Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .................................................................. 57 4.3 Persentase Ketercapaian Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................................. 58 4.4 Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis pada Lembar Kerja Siswa ..... 59 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ............................................................................................. 62 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ............................................................................................. 63 4.7 Hasil Uji Mann-Whitney Pada Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..... 64
xi
4.8
Hasil Berpikir Kritis Tiap Aspek Pada Pretest........................................... 64
4.9 Hasil Uji-T Pada Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 65 4.10 Hasil Uji-T Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis ......................................... 66
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Halaman
Skema Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E .................................... 13
3.1 Tahapan Dalam Prosedur Penelitian .......................................................... 45 3.2 Uji Statistika Parametrik dan Non-Parametrik .......................................... 53 4.1 Grafik Hasil Ketercapaian Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................ 66 4.2 Grafik Rata-rata Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Pada LKS................ 71
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................. 84 Lembar Kegiatan Siswa ................................................................................ 130 Lembar Observasi (Pra-penelitian) ............................................................... 148 Instrumen Uji Coba ....................................................................................... 150 Kisi-kisi Instrumen ........................................................................................ 157 Hasil Uji Validitas dengan Software Anates ................................................ 183 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 191 Kunci Jawaban Soal Instrumen ..................................................................... 197 Hasil Pretes Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ............................................................................................ 201 Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ............................................................................................ 205 Hasil Observasi Penelitian Oleh Guru .......................................................... 209 Pengujian Normalitas .................................................................................... 215 Pengujian Homogenitas ................................................................................ 223 Hasil Hipotesis Pretest menggunakan Uji Mann-Whitney ........................... 226 Hasil Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis ...................................................... 228 Hasil Hipotesis Postest menggunakan Uji T ................................................. 233 Hasil Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis ...................................................... 235 Lembar Uji Referensi .................................................................................... 255 Surat Bimbingan Skripsi .............................................................................. 256 Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi .................................................... 258 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................................. 259 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ....................................... 260
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekarang ini tidak bisa dipungkiri berdampak penting pada sektor pendidikan, khususnya terhadap kualitas pendidikan. Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) mempunyai potensi besar untuk dijadikan sebagai strategi untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi dengan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia dalam menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas. Dengan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas, akan menjamin keberhasilan dalam upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan di Indonesia sehingga mampu bersaing dan menghadapi tantangan global. Kualitas tersebut meliputi kemampuan berfikir logis, bersifat kritis, inovatif, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemampuan-kemampuan tersebut tidak bisa hadir begitu saja, melainkan harus ditumbuhkan secara bertahap dan terencana melalui pendidikan yang berkualitas. Peningkatan mutu pendidikan tidak akan bisa dilepaskan dari perbaikan dan pembaharuan kurikulum. Hal ini dilakukan agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik. Tujuan pendidikan nasional itu adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Berdasarkan peraturan pemerintah RI nomer 19 tahun 2005 bab IV pasal ayat (1) tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan tentang standard proses proses yaitu, pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreativitas, sesuai dengan bakat dan
1
2
minat serta perkembangan fisik dan psikologis siswa.1 Maka proses pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional tersebut. Dalam proses pembelajaran, banyak faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan dan keefektifan proses belajar.baik itu dari internal siswa, hingga ke faktor luar siswa. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam pribadi siswa, seperti motivasi, kemampuan berpikir, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar siswa, meliputi tujuan pembelajaran, kegiatan pengajaran (termasuk dalam penggunaan model dan metode pembelajaran) hingga evaluasi. Ketiganya harus berperan baik untuk menjadikan pembelajaran yang berkualitas. Lebih jauh lagi, strategi penggunaan metode dan model pembelajaran mempunyai porsi penting tersendiri dalam menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Setiap metode dan model pembelajaran mempunyai tujuan dan menghasilkan kualitas capaian proses pembelajaran sendiri. Untuk mencapai satu tujuan pembelajaran, tidak harus selalu menggunakan satu metode dan model yang sama. Penggunaan metode dan model yang bervariatif justru akan lebih diminati siswa, karena dapat menggairahkan proses belajar dan dapat menjembatani gaya belajar siswa dalam menyerap bahan pelajaran. Sebagai fasilitator seharusnya guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diajak untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam diri siswa, baik dalam pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Umpan balik dari siswa akan bangkit sejalan dengan kondisi psikologisnya. Maka menjadi suatu hal yang penting memahami kondisi psikologis siswa sebelum memilih model pembelajaran yang akan digunakan.2
1
Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Bab IV No (1), 2005, h.17. 2 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), h. 159.
3
Dalam pendidikan di Indonesia, kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis dan sistematis kurang diasah. Siswa mampu menghafal konsep-konsep dalam sains, tetapi ketika berhadapan dengan masalah di kehidupan sehari-hari yang memerlukan penerapan sains, siswa tidak mampu mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah. Anak didik lulus dari sekolah, hanya pintar teori tetapi miskin aplikasi. Salah satu penyebab hal ini adalah pemilihan model pembelajaran ataupun strategi yang kurang tepat. Selain itu, masalah lainnya adalah proses pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru (teacher oriented) sebagai subjek pembelajaran sehingga siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran IPA pada umumnya yang dilaksanakan di SMA saat ini masih lebih cenderung mengarah pada model pembelajaran yang dasar filosofinya behaviorisme, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, berbasis materi pelajaran (content based), dan dengan penilaian paper and pencil test yang dilakukan pada akhir setiap pokok bahasan.3 Pemanfaatan metode pembelajaran pun masih didominasi dengan metode konvensional yang sama dan berulang. Hal tersebut biasanya dilakukan guru dengan berbagai alasan, diantaranya agar materi pembelajaran lebih dapat dikontrol dan waktu pembelajaran dapat disesuaikan. Lebih spesifik dalam pembelajaran IPA tampaknya hanya mengutamakan penguasaan pemahaman konsep dan fakta belaka, sementara kemampuan yang berupa keterampilan siswa dalam berfikir dan bekerja ilmiah, kemampuan memecahkan masalah yang dapat dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari hampir tidak tersentuh dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran seperti ini siswa sebenarnya hanya belajar sejarah dan tidak belajar bagaimana memperoleh prinsip dan konsep yang ada pada biologi itu sendiri dan mengembangkannya.4 Di sisi lain, sekarang ini ilmu pengetahuan alam terutama bidang biologi berkembang dengan 3
A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011. h. 3. 4 Ibid, h. 3-4.
4
sangat pesat, sehingga guru tidak mungkin mampu mengajarkan seluruh fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori kepada para siswanya. Pembelajaran IPA, khususnya biologi diorientasikan untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupannya dan di dunia yang selalu berkembang, melalui tindakan dan sikap atas dasar pemaikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efisien. Pembelajaran biologi bukan hanya berorientasi pada hasil akhir, tetapi lebih menekankan pada proses selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sehingga siswa tidak hanya sebatas mampu menjawab soal-soal, namun mampu menjelaskan konsep dasarnya dan menerapkan dalam kehidupannya. Dalam hal ini maka kemampuan siswa untuk berfikir kritis sangat diperlukan. Hal ini, secara eksplisit telah dirumuskan dalam Permen 22, tahun 2006 tentang Standar Isi KTSP untuk mata pelajaran biologi SMA-MA (Depdiknas, 2006):5 Matapelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis,induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan denganperistiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dankuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidangmatematika, fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya. Banyak pandangan yang berpendapat tentang keterampilan berpikir kritis. Namun menurut Robert H. Ennis berpikir kritis (critical thinking) adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuat suatu keputusan yang wajar terhadap apa yang dipercayai dan apa yang akan dilakukan.6 Berpikir kritis dalam pembelajaran biologi sangat besar peranannya dalam meningkatkan proses, hasil belajar, dan bekal dimasa depan. Pola berpikir ini mengembangkan penalaran yang komprehensif, logis, dapat dipercaya, ringkas, dan meyakinkan. Dalam pembelajaran biologi, terutama pada materi sistem endokrin pada dasarnya setiap siswa sedikit banyak telah mengenal tentang materi tersebut, Lebih5
Permen 22, tahun 2006 tentang Standar Isi KTSP untuk matapelajaran biologi SMA-MA (Depdiknas, 2006), hal. 165. 6 Robert H Ennis,Critical Thinking, Prentice Hall, (USA: University of Illinois, 1995), p. xvii
5
lebih ketika di tingkat SMP materi sistem endokrin masuk kedalam kurikulum pembelajaran. Oleh karena itu, dalam hal ini pendekatan konstruktivisme sangat penting. Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil yang benar sesuai dengan perkembangan yang dilalui siswa. Dan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan pemahaman siswa, pendekatan kontruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.7 Melalui proses asimiliasi dan akomodasi lah siswa dapat menemukan hubungan konsep baru dengan memperluas konsep yang ia miliki. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah model pembelajaran learning cycle 7E.8 Model pembelajaran learning cycle 7E merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa. 9 Karena, pada model pembelajaran learning cycle 7E memiliki rangkaian tahapan-tahapan kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Hal ini dilakukan dengan harapan agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan, sehingga proses memahami konsep dan melatih kemampuan berfikir kritis siswa menjadi lebih terasah. Berdasarkan latar belakang itulah, peneliti mencoba untuk mengadakan penelitian tentang model pembelajaran learning cycle, dengan judul: Pengaruh
7
Nizarwati dkk, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa Kelas X SMA”, Jurnal pendidikan Matematika volume 3 no.2, 2009, h. 58. 8 Nuryani Y Rustaman, Konstruktivisme dan Pembelajaran Biologi, Makalah, Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI. 2000, h. 8. 9 Wawan Sutrisno dkk,Pengaruh Model Learning Cycle 7e Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Biologi. Seminar Nasional IX, Pendidikan Biologi FKIP UNS. h. 186.
6
Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Learning Cycle 7E Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Endokrin.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Banyak siswa yang tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran biologi, karena pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher oriented). 2. Pembelajaran biologi masih didominasi oleh model konvensional yang sama dan berulang. 3. Pembelajaran biologi yang dilakukan lebih dominan kepada aspek pengetahuan dan pemahaman konsep secara cepat saja yaitu dengan cara menghafal, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa kurang terasah.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran learning cycle yang diadaptasi dari Mayer, dan mengacu pada learning cycle hipotesis-deduktif. 2. Indikator kemampuan berpikir kritis yang menjadi landasan berdasarkan pendapat Robert
H.Ennis,
yaitu
memberikan
penjelasan
sederhana
(elementary
clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), kesimpulan, membuat penjelasan lebih lanjut, serta strategi dan taktik.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh model pembelajaran Learning Cyle 7E terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI pada konsep sistem pencernaan?”
7
E. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Learning Cyle 7E terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI pada konsep sistem pencernaan.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya untuk dunia pendidikan secara umum. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Mengetahui pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. b. Memberikan gambaran tentang penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan penanganan masalah dalam proses pembelajaran. c. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan alternatif pembelajaran biologi yang melibatkan peran aktif dari siswa. b. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran untuk para guru agar meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran biologi. c. Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran biologi kedepan.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.
Siklus Belajar (Learning Cycle)
1.
Pengertian Learning Cycle Menurut kamus Bahasa Inggris-Indonesia learning cycle terdiri dari dua
kata. Learning berasal dari kata learn yang berarti belajar. Learning juga merupakan kata benda yang berarti pengetahuan.1 Sedangkan cycle berarti siklus atau putaran.2 Jadi learning cycle adalah model pembelajaran yang memiliki siklus atau putaran tertentu. Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang berpaham konstruktivistik adalah strategi pembelajaran dengan siklus belajar (learning cycle). Secara umum, strategi ini merupakan bagian dari inquiry approach (pendekatan inkuiri), yang didasarkan pada hasil pemikiran Jean Piaget tentang model perkembangan berpikir anak. Siklus belajar merupakan suatu model pembelajaran dengan berpusat pada siswa (student centered). Strategi mengajar model siklus belajar memungkinkan seorang peserta didik untuk tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga menyimpulkan dan menguji penjelasan tentang konsep-konsep yang dipelajari.3 Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Ausubel yaitu tentang bagaimana siswa seharusnya belajar sehingga menjadi pembelajaran yang bermakna untuk siswa. Selain itu, dalam perkembangannya, mengikuti pula teori fase pembelajarannya Piaget. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi 1
John M. Echols and Hasan Shadily.Kamus Inggris Indonesia an English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2003). p. 352. 2 Ibid., p. 162. 3 Aditya Rahman, “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 SMK 2 Pengasih”, Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, h. 4, tidak dipublikasikan.
8
9
merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi. Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi, individu berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada kondisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental. Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus dihubungkan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Hubungan konsep yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam menghadapi masalah.4 Menurut ketiga landasan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa siklus belajar melalui kegiatan dalam tiap fasenya mewadahi pembelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Jika diimplementasikan dalam pembelajaran, model siklus belajar yaitu memiliki ciri: 1) Siswa belajar secara aktif dan mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuannya dikonstruksi dari pengalaman dan pemahaman dasar siswa itu sendiri. 2) Informasi baru dikaitkan dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan berasal dari pandangan dan penafsiran siswa terhadap informasi tersebut.
4
Ngatiatul Mabsuthoh, “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Massa Jenis”, Skripsi pada FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2001, h. 19, tidak dipublikasikan.
10
2.
Klasifikasi Model Learning Cycle Model siklus belajar menurut Lawson diklasifikasikan menjadi tiga
bagian berdasarkan jenjang pendidikan yang menetapkannya. Ketiga macam siklus belajar tersebut yaitu: 5 1) Siklus belajar “deskriptif”. Dimana para siswa menemukan dan memberikan suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus (ekspolari); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan istilah atau konsep); kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep). Bentuk siklus belajar ini disebut deskriptif, sebab siswa dan guru hanya memberikan apa yang mereka amati tanpa usaha untuk melahirkan hipotesis-hipotesis untuk menjelaskan hasil pengamatan mereka. Ditinjau dari segi penalarannya, siklus belajar deskriptif menghendaki hanya pola-pola deskriptif, misalnya berupa seriasi, klasifikasi dan konservasi. 2) Siklus belajar “empiris-induktif”. Dimana para siswa juga menemukan dan memberikan suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin menjadi sebab terjadinya pola tersebut. Hal ini membutuhkan penggunaan analogi untuk memindahkan atau mentransfer konsep-konsep yang telah dipelajari dalam konteks-konteks lain pada konteks baru ini (yaitu pada pengenalan konsep baru). Konsep tersebut dapat diperkenalkan oleh para siswa, guru, atau kedua-duanya. Siklus belajar empiris-induktif bersifat intermediet, menghendaki pola-pola penalaran deskriptif, tetapi pada umumnya melibatkan pula pola-pola tingkat tinggi. 3) Siklus belajar “hipotesis-deduktif”. Dimana para siswa diminta untuk merumuskan jawaban sebagai hipotesis-hipotesis yang kira-kira bisa terjadi pada fase pertanyaan. Selanjutnya, para siswa diminta untuk menurunkan konsekuensi-konsekuensi logis dari hipotesis tersebut, dan merencanakan serta melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis (eksplorasi). Analisis hasil-hasil eksperimen menyebabkan beberapa hipotesis ditolak, sedangkan 5
Anton E.Lawson, “Using the Learning Cycle to teach biology concepts and reasoning patterns”, Journal of Biology Education, 2001, p.168.
11
hipotesis lainnya diterima dan menjadi konsep-konsep baru yang ditanamkan pada siswa. Pada akhir konsep-konsep yang relevan dan didiskusikan, sehingga dapat diterapkan pada situasi-situasi lain di kemudian hari (sebagai aplikasi konsep). Jika ditafsirkan berdasarkan pendapat Lawson tersebut, maka perbedaan antara siklus belajar deduktif, empiris-induktif dan hipotesis-deduktif ialah seperti dijelaskan pada tabel 2.1 dibawah ini. Tabel 2.1 Klasifikasi Model Learning Cycle Aspek Perbedaan Karakter pembelajaran
Kegiatan guru/siswa
Siklus Belajar Deduktif
Siklus Belajar Empiris-Induktif
Siklus Belajar Hipotesis-Deduktif
Pembelajaran dengan pembentukan pengetahuan sederhana (pengenalan istilah atau konsep) Guru memberikan materi berdasarkan apa yang diamati (konteks) tanpa usaha untuk melahirkan hipotesis-hipotesis untuk menjelaskan hasil pengamatan mereka
Pembelajaran dengan penggunaan analogi untuk mentransfer konsepkonsep yang telah dipelajari sebelumnya Siswa lebih bereksplorasi dan mengemukakan sebab-sebab yang logis untuk menjelaskan informasi baru -
Pembelajaran berbasis pendekatan berpikir ilmiah
-
Penalaran
Pola deskriptif (seperti metode seriasi, klasifikasi dan konservasi
Keterampilan berpikir siswa
Rendah
Pola-pola deskriptif, tetapi pada umumnya melibatkan pula pola-pola tingkat tinggi Intermediet
Siswa banyak melakukan kegiatan seperti dalam prosedur metode ilmiah: Menganalisis masalah Membuat hipotesis Menguji hipotesis (dengan observasi dan eksperimen) Menyusun dan mengolah data hasil pengujian Membuat kesimpulan Mempublikasikan hasil Pola-pola tingkat tinggi
Tinggi
12
3.
Learning Cycle 7E Learning cycle merupakan strategi pengajaran yang secara formal
digunakan di program sains sekolah dasar yaitu Science Curriculum Improvement Study (SCIS). Meskipun strategi ini diterapkan pertama kali di sekolah dasar, beberapa studi menunjukkan bahwa penerapan teknik pengajaran ini telah menyebar luas di berbagai tingkat kelas, termasuk Universitas. Biological Science Curriculum Study (BSCS) dan Bybe menyatakan bahwa learning cycle sebenarnya telah dikembangkan oleh Atkins dan Karlplus sejak tahun 1962 di USA yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap; eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (consept application.Tiga fase dalam model siklus belajar kemudian dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 fase pada tahun 1989 berdasarkan pengajaran yang dibangun oleh Biological Sciences Curriculum Study (BSCS). Pada siklus belajar 5 fase, ditambahkan tahap pengembangan minat (engagement) sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluasi (evaluation) pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explanation dan elaboration. Karena itu siklus belajar 5 fase sering dijuluki siklus belajar 5E yaitu pengembangan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explaination), memperluas (extend/elaboration), dan evaluasi (evaluation).6 Hingga kemudian Arthur Eisenkraft pada tahun 2003 mengembangkan siklus belajar menjadi tujuh tahapan. Perubahan yang terjadi pada tahapan siklus belajar (5E) menjadi (7E) terjadi pada fase Engage menjadi dua tahapan yaitu Elicit dan Engage, sedangkan pada tahap Elaborate dan Evaluate menjadi tiga tahapan yaitu menjadi Elaborate, Evaluate dan Extend. Perubahan tahapan siklus belajar dari 5E menjadi 7E ditunjukan pada Gambar2.1.7
6
Susan Everett and Richard Moyer. Literacy in the Learning Cycle, Incorporating trade books helps plan inquiry-learning experiences. Methods and Strategies: Ideas and techniques to enhance your science teaching, 2014, p. 48, (www.teachersource.com). 7 Arthur Eisenkraft, Expanding the 5E Model: A proposed 7E model emphasizes “transfer of learning”and the importance of eliciting prior understanding, National Science Teachers Association (NSTA). The Science Teacher, Vol. 70, No. 6, 2003, p. 57.
13
Gambar 2.1 Skema Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E
Tahapan model Learning Cycle 7E tersebut dijelaskan oleh Arthur Eisenkraft sebagai berikut:8 1) Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), yaitu fase untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa terhadap pelajaran yang akan
dipelajari
dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
yang
merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh mudah yang diketahui siswa seperti kejadian sehari-hari secara umum memang terjadi. 2) Engage (mempertemukan), yaitu fase dimana siswa dan guru akan saling memberikan informasi dan pengalaman tentang pertanyaan-pertanyaan awal tadi, memberikan siswa tentang ide dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lain yang digunakan untuk 8
Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan Biologi FKP UNS, 2012, h.186.
14
membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa. 3)
Explore (menyelidiki), yaitu fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya.
4)
Explain (menjelaskan), yaitu fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase eksplorasi. Kemudian dari definisi dan konsep yang telah ada didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih formal.
5)
Elaborate (menerapkan), yaitu fase yang bertujuan untuk membawa siswa menerapkan
simbol-simbol,
keterampilan-keterampilan
definisi-definisi, pada
konsep-konsep,
permasalahan-permasalahan
dan yang
berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari. 6)
Evaluate (menilai), yaitu fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilan untuk menilai tingkat pengetahuan dan kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.
7) Extend (memperluas), yaitu fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari. Berdasarkan tahapan pembelajaran learning cycle 7E tersebut diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan dari guru akan tetapi siswa berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Pembelajaran IPA, khususnya biologi pada dasarnya ialah
15
mempelajari fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Oleh karena itu makasetiap fenomena yang muncul harusdikaji secara ilmiah untuk mendapatkan konsepsi yang terkandung dalam fenomena tersebut. Dalam proses penemuan konsepsi ilmiah terlebih dahulu dilakukan kegiatan-kegiatan yaitu berusaha membangkitkan minat siswa belajar (elicit, engagement),
kemudian
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
memanfaatkan panca indera mereka semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan telaah literatur (exploration), memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki melalui kegiatan diskusi (explanation), mengajak siswa mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka dapatkan dengan mengerjakansoalsoal pemecahan masalah (elaboration) dan terdapat suatu tesakhir untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajarinya (evaluation, extend).9 Karakteristik utama learning cycle 7E yaitu mengusulkan masalah atau pertanyaan, fokus interdisipliner bidang studi, eksplorasi otentik, kerjasama, merancang pekerjaan dan menyajikan pekerjaan. Dalam proses pembelajarannya, learning cycle 7E tidak dirancang untuk guru banyak menjelaskan informasi kepada anak murid, namun membantu siswa untuk mengembangkan pemikiran mereka, pemecahan masalah dan kemampuan intelektual. Model pembelajaran ini juga dikembangkan untuk membantu belajar siswa agar menjadi dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi belajar lebih mandiri.10
4.
Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Model Learning Cycle 7E Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa keuntungan penggunaan model pembelajaran learning cycle 7E yaitu:
9
A.A. Sri Dwi Indriyanthi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, h. 6. 10 Hartono, “Learning Cycle 7E Model To Increase Student’s Critical Thinking on Science”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2013, p.60.
16
1) Peserta didik belajar secara aktif. Peserta didik mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman peserta didik. 2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta didik. Informasi baru yang
dimiliki pesera didik berasal dari
interprestasi
individu. 3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah. 4) Siswa dapat meningkatkan perbincangan ilmiah mereka, dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam kelas sains.11 Namun, dalam pengelolaannya dalam model Learning Cycle 7E terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pihak guru agar tidak menjadi suatu melemahkan atau menghambat pembelajaran, yaitu: 1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran. 2) Membutuhkan kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran 3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi. 4) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanaan pembelajaran.12
B.
Keterampilan Berpikir Kritis
1.
Pengertian Keterampilan Berpikir Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Keterampilan berasal dari
kata “terampil” yang berarti kecakapan dalam melaksanakan tugas. Disamping itu, menurut Reber, keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan
11
Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h. 24, tidak dipublikasikan. 12 Ibid., h. 25.
17
keadaan yang mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga aplikasi dari fungsi mental yang bersifat kognitif. Artinya, keterampilan merupakan suatu kemampuan yang teraplikasi dalam perbuatan yang merupakan cerminan dari pemahaman dan pikirannya. Konotasinyapun
luas,
sehingga
sampai
pada
mempengaruhi
atau
mendayagunakan orang lain. Artinya, orang yang mampu mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap sebagai orang yang terampil.13 Sedangkan, menurut berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah akal budi, ingatan angan-angan. Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. 14 Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Ciri-ciri utama dari berfikir adalah adanya abstraksi. Abstraksi dalam hal ini yaitu anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda-benda, kejadian-kejadian dan situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan. Dalam arti luas, berfikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi. Sedangkan dalam arti sempit, berfikir adalah meletakkan atau mencari hubungan/pertalian antara abstraksi-abstraksi.15 Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu dan media yang digunakan,
serta
mempengaruhinya.
menghasilkan Proses
suatu
berpikir
perubahan merupakan
mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan
terhadap
objek
yang
peristiwa
mencampur,
mengurutkan konsep-konsep,
persepsi-persepsi, dan pengalaman sebelumnya.16 Dalam prosesnya terdapat tiga langkah berpikir, yaitu: 17
13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011), h. 117. 14 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 1. 15 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), h. 44. 16 Wowo Sunaryo Kuswana, op.cit., h.3. 17 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 31.
18
1) Pembentukan pengertian. Ini dilakukan melalui proses mendeskripsikan ciriciri
objek
yang
sejenis,
mengklasifikasikan
ciri-ciri
yang
sama,
mengabstraksi dengan menyisihkan, membuang, menganggap ciri-ciri yang dirasa paling benar. 2) Pembentukan pendapat. Ini merupakan peletakan hubungan antar dua buah pengertian atau lebih. Hubungan itu dapat dirumuskan secara verbal berupa pendapat menolak, menerima dan asumtif (kemungkinan-kemungkinan). 3) Pembentukan keputusan. Ini merupakan penarikan kesimpulan yang berupa keputusan. Keputusan adalah hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah ada. Keterampilan berpikir harus berorientasi untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tujuan atau hasil belajar. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan, strategi dan metode yang selaras dengan kebutuhan pencapaian tujuan dan potensi peserta belajar.Salah satu ciri utama yang menjadi keberhasilan pembelajaran tampak dan tergambarkan pada seperangkat kemampuan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan ketubuhan (psikomotorik). Ketiga komponen tersebut sesungguhnya terbentuk karena kebiasaan dan penguatan yang menjadi watak dan bertumpu pada pola pikir seseorang. Pembelajaran keterampilan berpikir merujuk pada pendekatan melalui strategi khusus dan prosedur yang bisa dilaksanakan, serta dapat digunakan oleh peserta didik dengan cara yang terkontrol dan sadar untuk membuat mereka belajar dengan lebih efektif. Ashman Conway pada tahun 1997 mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir melibatkan enam jenis berpikir, yang semuanya merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi (Hight Order Thinking), yaitu: a. Metakognisi b. Berpikir Kritis c. Berpikir Kreatif d. Proses kognitif (pemecahan masalah dan pengambilan keputusan) e. Kemampuan berpikir inti (seperti repesentasi dan meringkas) f. Memahami peran konten pengetahuan
19
Namun, belakangan bertambah lagi satu keterampilan berpikir, yaitu keterampilan memecahkan masalah (problem solving skill). Sehingga ketujuh keterampilan berpikir inilah yang diharapkan dapat membentuk karakter yang akan mempengaruhi cara pandang, sikap dan kemampuan tiap individu dalam memahami dan menyikapi suatu masalah.
2. Pengerian Keterampilan Berpikir Kritis “Kritis” sebagaimana digunakan dalam ungkapan “berpikir kritis”, memiliki konotasi pada sentralitas dari pemikiran yang mengarah pada pertanyaan isu atau suatu masalah yang memprihatinkan. “Kritis” dalam konteks ini tidak berarti hanya suatu bentuk “penolakan” atau “negatif”, namun juga ada yang positif dan berguna. Misalnya merumuskan solusi yang terbaik untuk masalah pribadi yang kompleks, berunding dengan kelompok tentang tindakan yang harus diambil, atau menganalisis asumsi dan kualitas metode yang digunakan secara ilmiah dalam menguji suatu hipotesis.18 Menurut Van Gelder dan Willingham, berpikir kritis Adalah kemampuan dan kecenderungan seseorang untuk membuat dan melakukan asesemen terhadap kesimpulan berdasarkan bukti. Berpikir kritis menjadi hal yang penting sekarang ini, karena jumlah besar iklan, distorsi sadar, dan bahkan propaganda yang harus terus menerus kita sortir/seleksi kebenarannya. 19 Kecenderungan merupakan aspek yang terpenting dari berpikir kritis. Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak, sejumlah sikap dan kecenderungan yang terkait dengan berpikir kritis ialah:20 1) Hasrat untuk mendapatkan informasi dan mencari bukti 2) Sikap berpikiran terbuka dan skeptisisme sehat 3) Kecenderungan untuk menunda penghakiman 4) Rasa hormat terhadap pendapat orang lain 5) Toleransi bagi ambiguitas
18
Wowo Sunaryo Kuswana, op.cit., h. 20. Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir), (Jakarta: PT. Indeks, 2012), h.111. 20 Ibid., h. 119. 19
20
Robert H. Ennis pada tahun 1987 mendefinisikan berpikir kritis yaitu merupakan proses berpikir reflektif yang masuk akal dan difokuskan pada memutuskan apa yang harus percaya atau lakukan.21 Selain itu, menurut Scriven dan Paul (2007) berpikir kritis ialah suatu disiplin proses intelektual yang dilakukan secara aktif dan terampil untuk membangun konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan / atau informasi mengevaluasi dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, yang didasari oleh keyakinan dan tindakan. 22 Sedangkan menurut M. Adi Gunawan berpikir kritis ialah kemampuan untuk berpikir pada level
yang
kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi.23 Menurut Fecione, orang yang berpikir kritis ideal adalah yang terbiasa ingin tahu, berpikiran terbuka, fleksibel, berpikiran adil dalam evaluasi, jujur dalam mengakui kekurangan pribadi, bijaksana dalam membuat penilaian, bersedia untuk mempertimbangkan kembali, tertib dalam hal yang kompleks, rmencari informasi yang relevan, fokus dalam penyelidikan, dan gigih dalam mencari hasil yang tepat dalam menyelidiki.24 Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsipprinsip dan dasar-dasar dalam menjawab pertanyaan”bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik simpulansimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.25
21
Robert H Ennis,Critical Thinking, Prentice Hall, (USA: University of Illinois, 1995), p.
xvii 22
Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder, Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills, North Caroline: The Delta Pi Epsilon Journal, 2008, p. 90. 23 M. Adi Gunawan, Genius Learning Strategy (Petunjuk Pratiks Untuk Menerapkan Accelerated Learning), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 177. 24 MM Chabeli, ”High Order Thinking Skills Competencies Reaquired By OutcomesBase Education From Learners”, Research Article University of Johannesburg, 2006, p. 80. 25 Muhibbin Syah, op.cit.,h. 118.
21
Berpikir
kritis
adalah
keterampilan
yang
dipelajari
yang
harus
dikembangkan, dipraktekkan, dan terus diintegrasikan ke dalam kurikulum untuk melibatkan para siswa dalam pembelajaran aktif. Dalam hal penerapan isi, teknik mengajar yang mempromosikan untuk banyak menghafal bukanlah suatu pembelajaran yang mendukung berpikir kritis. Instruksi yang mendukung berpikir kritis menggunakan teknik interogasi yang mengharuskan siswa untuk menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan (berpikir) bukan hanya untuk mengulang informasi (menghafal).26 Menurut Richard Paul, berpikir kritis adalah mode berpikir, mengenai hal, substansi atau masalah apa saja yang dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat alam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.27 Menurut Edward Glaser mengungkapkan bahwa berpikir kritis sebagai; 1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang, 2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, dan 3) semacam suatu keterampilan untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.28 Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah suatu kompleksitas disiplin dalam proses intelektual dan kemampuan seseorang dalam memandang suatu hal atau menyelesaikan suatu masalah. Berpikir kritis bukan merupakan kemampuan bawaan, namun perlu dipelajari, dikembangkan, dipraktekkan, dan diintegrasikan ke dalam kurikulum pembelajaran siswa secara aktif. Tujuannya tidak lain yaitu untuk membentuk anak didik yang mampu berpikir netral, objektif dan beralasan ataupun logis dalam mempercayai dan melakukan suatu hal. 26
Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder, op.cit., p. 91. Alec Fisher,Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata dan Gugi Sagara, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 4. 28 Ibid. h. 3. 27
22
3. Indikator Berpikir Kritis Indikator-indikator dalam berpikir kritis dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya dikemukakan oleh Edward Glasser, Dressel dan Mayhew, Bonnie dan Potts, Vincent Rugeirro serta Ernis. Edward Glasser mendaftarkan kemampuan berpikir krits yaitu sebagai berikut: a. Mengenal masalah b. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalahmasalah tersebut c. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan d. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai nilai yang tidak dinyatakan e. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas f. Menganalisis data g. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan h. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah i. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan j. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil k. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas. l. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari Selain itu Dressel dan Mayhew memberikan beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis, yaitu: a. Kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah b. Menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah c. Memahami asumsi-asumsi d. Merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan e. Menarik kesimpulan yang valid Penilaian kemampuan berpikir kritis atau indikator untuk menilai kemampuan berpikir kritis menurut Watson dan Glasser mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi, melakukan inferensi, deduksi, interpretasi dan
23
mengevaluasi argument. Sedangkan menurut Vincent Rugeirro juga memberikan tiga buah indikator untuk penilaian kemampuan berpikir kritis, yaitu: a) Investigasi, yaitu menemukan bukti yang dapat menjawab pertanyaan tentang masalah yang sedang dibahas; b) Interpretasi, yaitu memutuskan bukti atau faktafakta yang diperlukan; c) Mengambil kesimpulan. Adi W Gunawan dalam bukunya Genius Learning Strategy menyebutkan bahwa berpikir kritis meliputi: 29 a. Keahlian berpikir induktif (sebab akibat, problem yang banyak kemungkinan pemecahan, analogi, membuat kesimpulan, relasi, dan pemecahan masalah), b. Keahlian berpikir deduktif (menggunakan logika, mengerti kontradiksi, silogisme, dan permasalahan yang bersifat spasial), c. Keahlian berpikir evaluatif (fakta opini, sumber yang kredibel, mengidentifikasi persoalan dan permasalahan pokok, mengenali asumsi-asumsi, mendeteksi bias, mengevaluasi hipotesis, menggolongkan data, memprediksi konsekuensi, pengurutan, keahlian membuat keputusan, mengenali propaganda, kesamaan dan perbedaan, dan mengevaluasi argumentasi). Sedangkan Robert H Ennis, memberikan enam unsur dasar dalam berpikir kritis yaitu focus, alasan, inferensi, situasi, kejelasan dan tinjauan ulang. Selain itu, Ennis mengelompokkan indikator berpikir kritis kedalam lima pokok dan dua belas sub pokok yang dapat dilihat pada tabel 2.2.30
29
Adi W. Gunawan. Genius Learning Strategy.(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 177-178. 30 Robert H Ennis, The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Disposition and Abilities, University of Illinois, 201, p.2.
24
Tabel 2.2 Indikator Berpikir Kritis Aspek Berpikir Kritis 1. Memberikan penjelasan sederhana (Elementary clarification)
Sub Aspek Berpikir Kritis 1) Memfokuskan pertanyaan
Indikator a. Mengidentifikasi atau merumuskan b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin c. Menjaga kondisi pikiran
2) Menganalisis argumen
a. Identifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan c. Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan d. Mencari persamaan dan perbedaan e. Mengidentifikasi relevan atau tidak f. Mencari struktur argumen g. Merangkum
3) Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
2. Membangun keterampilan dasar (basic support)
4) Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
a. b. c. d. e.
Mengapa? Apa intinya? Apa artinya? Apa contohnya? Apa yang bukan contohnya? Bagaimana menerapkan pada konsep tersebut? Perbedaan apa yang menyebabkannya? Apa faktanya? Benarkah apa yang anda katakan? Mengatakan lebih pada apa yang dibicarakan Keahlian Tidak ada konflik yang besar Kesepakatan antara sumber Reputasi Kemampuan memberi alasan
25
5) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
3. Kesimpulan
6) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 7) Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi
8) Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan
4. Membuat penjelasan lebih lanjut
9) Mendefinisikan istilah
10) Mengidentifikasi asumsi
f. Mempertimbangkan prosedur yang tersedia g. Mempertimbangkan resiko h. Kehati-hatian a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan b. Jeda waktu antara mengamati dan melaporkan c. Dilaporkan oleh pengamat d. Mencatat hal-hal yang diinginkan e. Penguatan f. Kemungkinan penguatan g. Kondisi akses yang baik h. Penggunaan tes yang kompeten i. Kepuasan observer yang kredibilitas a. Kelompok yang logis b. Kondisi yang logis c. Interpretasi pertanyaan a. Membuat generalisasi b. Membuat kesimpulan dan hipotesis c. Investigasi d. Kriteria berdasarkan asumsi a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi c. Penerapan prinsip-prinsip d. Mempertimbangkan alternatif e. Penimbangan, pertimbangan dan memutuskan a. Mengklasifikasikan dan memberikan contoh b. Strategi teknisi c. Isi a. Alasan yang tidak dinyatakan b. Asumsi yang dibutuhkan
26
5. Strategi dan taktik
11) Memutuskan suatu tindakan
a. Mengidentifikasi masalah b. Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi c. Penerapan prinsip-prinsip d. Merumuskan alternatif e. Memutuskan hal yang akan dilakukan f. Menelaah g. Memonitor
12) Berinteraksi dengan orang lain
a. b. c. d.
Menyenangkan Strategi logis Strategi retorika Presentasi
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dinilai dari jawaban-jawaban yang diberikan kepada siswa. Pada indikator memberikan penjelasan sederhana petunjuk linguistik yang dapat membantu peneliti dalam memahami alasan yang siswa kemukakan adalah dengan adanya kata bantu: karena (because), karena (since)I, karena (for), berasarkan fakta/ data bahwa, alasan-alasannya adalah, dan sebagainya. Sedangkan pada indikator membuat kesimpulan dan hipotesis, petunjuk linguistik yang dapat membantu adalah adanya kata bantu: sehingga, karenanya, jadi, sebagai konsekuensinya, yang membuktikan/memperlihatkan bahwa, membenarkan keyakinan/pandangan bahwa, saya menyimpulkan bahwa, darinya kita dapat menyimpulkan bahwa, berdasarkan hal itulah, berdasarkan hal itu maka, menunjukkan bahwa, harusnya, dan sebagainya.31 Berdasarkan indikator-indikator dari beberapa ahli yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini akan digunakan indikator yang dikemukakan oleh Ennis karena indikator yang dikemukakan olehnya sudah sangat jelas dan spesifik. Dengan menggunakan model pembelajaran learning cyle 7E. Indikator yang dirancang oleh Ennis pun memiliki banyak kesamaan. Dari metode learning cycle 7E kemampuan berpikir kritis yang dapat dimunculkan seperti kemampuan mengidentifikasi dan menganalisis pertanyaan/masalah, membuat alasan dan hipotesis, berpikir terbuka dan mencari alternatif, membuat kesimpulan dan
31
Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thinking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga, 2008, h.22.
27
menerapkannya. Berikut akan dijelaskan sub indikator melalui penjelasan lima aspek berpikir kritis menurut Robert H. Ennis. Aspek pertama berpikir kritis adalah memberikan penjelasan sederhana.yang meliputi tiga subaspek; memfokuskan pertanyaan, menganalisis argument, dan bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan. Secara umumnya, aspek ini digunakan untuk mengidentifikasi kesimpulan sementara. Dalam sebuah argument, memulai dengan memberikan kesimpulan adalah ide bagus untuk memulai suatu presentasi.32 Dalam buku Alec Fisher kata karena (since dan because) merupakan indikator alasan, dan kata oleh karena itu dan sehingga merupakan indikator kesimpulan.33 Indikator yang digunakan pada indikator-indikator alasan dan kesimpulan merupakan indikator yang digunakan dalam menganalisis argument.34 Aspek kedua yaitu membangun keterampilan dasar, yang meliputi dua subaspek, yaitu: mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber digunakan ketika mengetahui kebenaran sebuah klaim. Namun, kredibilitas juga tidak menjamin kebenaran sumbernya, maka kita harus menjaga kondisi pikiran tentang klaim tersebut.35 Menurut Alec Fisher, dalam suatu kasus terdapat lima jenis klaim yang berbeda, yaitu klaim faktual, pertimbangan nilai, definisi, penjelasan sebab-akibat, dan rekomendasi yang kelimanya harus dievaluasi dengan cara-cara yang berbeda agar dapat memutuskan apakah klaim tersebut dapat diterima. 36 Ada beberapa bahasa yang digunakan untuk melihat seberapa kuat klaim tersebut, antara lain: “intuisi/keyakinan/opini/pandangan/tesis saya adalah…”, “saya yakin/saya tidak bisa membuktikannya tetapi saya percaya…”, “faktanya ialah/menunjukan….”,”saya mengamati/melihat…”, dan lain-lain.37
32
Robert Ennis, Critical Thingking, (New York, Printice Hall, 1996), h. 5. Alec Fisher,Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dariCritical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.24. 34 Ibid., h. 22. 35 Robert Ennis, op.cit., h. 57. 36 Alec Fisher,op.cit., h. 80-81. 37 Ibid., h.82. 33
28
Pernyataan pada observasi biasanya mendukung suatu alasan pada argument.Pada umumnya observasi lebih dapat dipercaya daripada kesimpulan yang berdasar. 38 Jika pada observasi yang telah dilakukan ada dua bukti, keduanya harus saling menguatkan. Supaya bukti itu saling menguatkan, bukti tersebut harus independen, dapat dipercaya dan mendukung klaim yang dibicarakan.39 Aspek ketiga yaitu kesimpulan (inferentia). Inferensia adalah bagian dari proses berpikir kritis dimana kita akan memulai mengumpulkan pengetahuan yang sudah ada dengan apa yang akan kita dapatkan, dengan kata lain membuat pengetahuan yang baru. Suatu kesimpulan dikatakan baik, dilihat dari alasanalasan yang menjadi landasannya, apakah dapat diterima oleh akal atau tidak. 40 Argumen selalu terdiri atas alasan dan inferensi, dimana inferensi merupakan perpindahan yang dibuat dari alasan hingga kesimpulan. Bahasa yang sering digunakan yaitu “berdasarkan alasan-alasan ini saya menyimpulkan bahwa…,oleh karena itu…” dengan tingkat kepercayaan yang bervariasi.41 Aspek keempat yaitu membuat penjelasan lebih lanjut, yang meliputi subaspek mendefinisikan istilah dan mengidentifikasi asumsi. Kata kunci dari seluruh proses agar menjadi pemikir kritis yang baik adalah dapat menjelaskan alasan dengan benar dan jelas, harus berpikir dengan jernih dan dapat dipahami oleh para pendengar. Alec Fisher menjelaskan bahwa supaya penalaran yang bersifat menjelaskan
sampai
pada
sasarannya,
maka
penalaran
itu
harus:
a)
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang masuk akal, b) menemukan buktibukti yang menyingkirkan penjelasan-penjelasan lain yang mungkin dan mendukung penjelasan yang diinginkan, c) cocok benar dengan hal lain yang kita tahu.42 Aspek yang terakhir yaitu strategi dan taktik, yang meliputi memutuskan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Pemikiran yang dilakukan 38
Robert Ennis, op.cit.,h.74. Alec Fisher,op.cit.,h. 102. 40 Robert Ennis, op.cit.,h. 6. 41 Alec Fisher,op.cit.,h. 106. 42 Ibid., h. 142. 39
29
dalam memutuskan apa yang harus dilakukan, atau merekomendasikan rangkaian tindakan, atau mempertimbangkan rekomendasi orang lain, memerlukan perhatian khusus karena sangat umum, dan harus dievaluasi menurut cara tertentu. Oleh karena itu harus memahami dengan jelas apa permasalahannya, sehingga dapat mempertimbangkan kumpulan opsi yang masuk akal dan akibat-akibat yang mungkin sebelum kita mengambil suatu kesimpulan.43
C. Pengertian Extend Essay (Uraian Bebas) Menurut Zulfiani dkk, istilah Extended Essay disebutkan sebagai tes uraian bebas.44 Suharsimi Arikunto menjelaskan tes bentuk essay adalah sejenis tes yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.45 Menurut Nana Sudjana, secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk: a) mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya, b) mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada satu pun jawaban yang pasti, c) mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya. Tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan kemampuan penalaran dikalangan peserta didik (mahasiswa dan siswa). Melalui tes uraian ini para peserta didik dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis-evaluasi-mencipta, baik secara lisan maupun secara tulisan. Siswa juga dibiasakan dengan kemampuan memecahkan masalah (Problem solving), mencoba merumuskan
43
Ibid. ,h.166. Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 78 45 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), Cet. 1, h.177. 44
30
hipotesis, menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari pemecahan masalah. Pokok uji uraian bebas tidak menyangkut satu masalah yang spesifik, melainkan masalah yang menuntut jawaban yang sangat terbuka, sehingga memberi kesempatan bagi siswa untuk secara bebas memperlihatkan keluasan pengetahuan dan kedalaman pemahaman pada pengetahuan itu, serta kemampuan mengorganisasikan pikiran dan mengungkapkannya didalam bentuk karangan. 46 Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tepat dipergunakan apabila pembuat soal (guru, dosen, panitia ujian dan lain-lain) disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya. Tes uraian memiliki kriteria sebagai berikut; 1) soal harus mengacu pada indikator, 2) menggunakkan bahasa yang sederhana, benar, singkat dan jelas sehingga mudah dipahami, 3) apabila terdapat gambar, grafik, tabel harus disajikan secara benar, jelas, dan komunikatif, 4) hanya mengandung variabelvariabel, informasi-informasi, dan besaran-besaran fisis yang relevan saja, 5) pertanyaan soal harus dirumuskan secara jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahan/perbedaan penafsiran diantara siswa, 6) sebaiknya untuk setiap soal hanya mengandung satu pertanyaan saja, 7) siapkan jawaban secara lengkap, 8) tetapkan pedoman penskorannya. Menurut Nana Sudjana, ada dua cara pemeriksaan jawaban soal uraian. Pertama diperiksa seorang demi seorang untuk semua soal, kemudian diberi skor. Kedua diperiksa nomor demi nomor untuk semua siswa, cara ini memakan waktu lama tetapi akan lebih objektif sebab jawaban setiap nomor untuk setiap siswa dapat diketahui dan dibandingkan. Dalam menilai jawaban, hendaknya dipertimbangkan beberapa aspek, antara lain; a) kebenaran isi sesuai dengan kaidah materi, b) sistematika atau urutan logis dari kerangka berpikirnya dilihat 46
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h.64.
31
dari penyajian gagasan, dan c) bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan pikirannya. Tes essay mengembangkan kemampuan berfikir siswa tingkat tinggi, khusus pada aspek analisis, sintesis dan evaluasi. Pada awal perkembangan taksonomi bloom tahun 1956 memiliki enam level tingkat berpikir menggunakan kata benda, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Namun, Bloom Anderson dan Krathwohl direvisi menjadi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.Menurut Anderson dan Krathwohl, menganalisis dan mengevaluasi digolongkan ke dalam berpikir kritis, sementara menciptakan digolongkan ke dalam berpikir kreatif. Dalam hal ini peneliti menggunakan taksonomi bloom yang belum direvisi, yaitu pada tingkat analisis, sintesis dan evaluasi dalam pembuatan soal keterampilan berpikir kritis. Dibandingkan dengan soal pilihan ganda, soal tes bentuk uraian memiliki kelebihan antara lain dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, mengemukakkan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakkan katakata atau kalimat siswa sendiri. Butir soal ini dibuat dengan tujuan agar siswa mengungkapkan fikirannya ke dalam suatu kerangka yang terstruktur, menguraikan hubungan, dan mempertahankan pendapat secara tertulis. Oleh karena itu, tes uraian ini sejalan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dalam hal proses penalaran berpikir. Disamping kelebihannya, tes essay juga memiliki kelemahan yang perlu diperhatikan oleh guru, diantaranya yaitu; 1) Dalam pemeriksaan pertanyaan tes essay , membuka peluang berkecenderungan subjektif, 2) pertanyaan essay yang disusuncenderung kurang bisa mencakup seluruh materi yang dipelajari, c) bentuk pertanyaan beresiko memiliki arti ganda, yang pada akhirnya membuat siswa ragu-ragu dalam menjawab.47
47
H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009), h. 101.
32
D.
Konsep Sistem Endokrin Sistem
endokrin
adalah
sekumpulan
kelenjar
dan
organ
yang
memproduksi hormon. Hormon (Yunani, horman = yang menggerakkan) adalah senyawa organik pembawa pesan kimiawi di dalam aliran darah menuju ke sel-sel atau jaringan tubuh. Hormon hanya dapat memengaruhi sel-sel target yang memiliki reseptor khusus. Pengaruh hormon terhadap jaringan tubuh tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat (beberapa detik) hingga beberapa tahun. Jumlah hormon dalam aliran darah hanya sedikit jika dibandingkan dengan jumlah glukosa atau kolesterol. Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi mengatur aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis (misalnya pengendalian tekanan darah dan kadar gula darah), pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi. Karakteristik kelenjar endokrin, yaitu:48 1. Merupakan kelenjar buntu, karena tidak memiliki saluran (duktus) dan mensekresikan hormon langsung ke dalam cairan di sekitar sel-sel. 2. Pada umumnya menyekresi lebih dari satu jenis hormon, kecuali kelenjar paratiroid yang hanya mensekresi homon paratiroid. 3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak pembuluh darah dan ditopang oleh jaringan ikat. 4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon berbeda-beda, ada yang seumur hidup (contoh hormon metabolism), dimulai pada masa tertentu (contoh hormon kelamin), atau bekerja sampai masa tertentu (contoh hormon pertumbuhan). 5. Sekresi hormon dapat distimulasi atau dihambat oleh kadar hormon lainnya dan senyawa non-hormon (misal glukosa dan kalsium) dalam darah, serta impuls saraf. Kelenjar Endokrin, letak, sekresi, peran dan gangguannya, ialah:
48
Irnaningtyas.Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.(Jakarta:Erlangga, 2014), h. 371-377.
33
1
6
7 8
2
5
4 3
Tabel 2.3 kelenjar Endokrin, letak, sekresi, peran dan gangguan N o 1.
Kelenjar Hipofisis (pituitary)
Letak Di bagian dasar hipofisis otak
Sekresi
Peran
GH, TSH, ACTH, gonadotropin , Endorphin, MSH , ADH, oksitosin
Pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh, merangsang produksi kelenjar lainnya, dll Meningkatkan laju metabolism sel, stimulasi konsumsi oksigen, dll
2.
Tiroid
Dibawah laring
Tiroksin
3.
Paratiroid
Di permukaan belakang tiroid
Parathormon (PTH)
Mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat
4.
Timus
Timosin
Pengendalian sistem imun
5.
Adrenal
Di bagian posterior toraks diatas jantung Di atas ginjal
Adrenalin, noradrenalin
Meningkatkan frekuensi
Gangguan Hiposekresi: drwarfisme Hipersekresi: gigantisme dll
Hiposekresi: penurunan metabolism, konstipasi, mental lambat, dll Hipersekresi: peningkatan metabolism, diare, penyakit grave, dll Hiposekresi: penurunan kadar kalsium dalam darah, tetanus, peningkatan iritabilitas sistem neuromuscular Penurunan imun
Hiposekresi: penyakit Addison
34
jantung, metabolisme, mengatur keseimbangan air, dll 6.
Pancreas
Dibagian belakang bawah lambung
7.
Gonad
Ovarium dan testis
8.
Timus
Posterior toraks bagian atas jantung
Glukagon, insulin, somatostatin, polipeptida pankreas Estrogen, progesteron, Testosteron Timosin
Mengatur keseimbangan kadar glukosa dalam darah Mengatur pematangan gonad (ovum dan sperma) Sistem imun (hanya ada pada fase bayi dan remaja, seteh itu berangsur hilang)
Hipersekresi: peningkatan tekanan darah, sindrom adrogenital (pubertas dini), dll Hiposekresi: diabetes mellitus
Gangguan pada pematangan gonad
Gangguan pada sistem imun
Tabel 2.4 Perbedaan antara sistem saraf dan sistem endokrin:49 Aspek
Aksi
Respon
Pengaturan
Sekresi
Sistem Saraf
cepat
Langsung
Jangka pendek
Neurotransmitter
Sistem Endokrin
lambat
Tidak langsung
Jangka panjang
hormon
E.
Komunikasi
Contoh
antarneuron Respon ketika tangan tertusuk duri Sistem sirkulasi
Respon ketika bayi yang baru lahir kekurangan yodium akan menyebabkan penyakit gondok
Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian dengan metode Learning Cycle 7E dan keterampilan berpikir
kritis sebelumnya sudah ada yang melakukan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh A.A. Sri Dwi Indrayanthi pada tahun 2012 pada hasil 49
Diah Aryulina, Choirrul Muslim, dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. (Jakarta: Esis, 2007), h. 266-271.
35
penelitiannya disebutkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis antara pembelajaran dengan
model
Learning Cycle 7E dengan metode pembelajaran konvensional.50 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aryani Novianti pada tahun 2012 dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dikatakan model pembelajaran learning cycle cukup efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.51 Selain itu, berdasarkan penelitian tesis dari Irma Rosa Indriyani pada tahun 2013 yang dilakukan di SMA 2 Bantul menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan learning cycle 7E secara keseluruhan dikategorikan baik dengan distribusi frekuensi 24 siswa atau 80%. Selain itu adanya peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran lks berbasis learning cycle 7E sebesar 0,008.52 Berdasarkan ketiga penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa model Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian tersebut akan digunakan sebagai pendukung, penguat argumentasi dan sebagai salah satu bahan rujukan dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
F.
Kerangka Berpikir Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat
sekarang ini berdampak penting pada sektor pendidikan, khususnya terhadap kualitas pendidikan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia kedepannya. 50
Dengan sumber daya manusia yang bermutu dan
A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011. 51 Aryani Novianti, “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis Siswa”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. 52 Irma Rosa Indriyani,“Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Yogyakarta, 2013
36
berkualitas, akan menjamin keberhasilan dalam upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan di Indonesia sehingga mampu bersaing dan menghadapi tantangan global. Hanya manusia yang mempunyai kemampuan mengembangkan dirinyalah yang mampu bersaing dan menghadapi tantangan global. Kemampuan yang dibutuhkan sekarang ini bukan hanya pada aspek kognitifnya (pemahaman) saja, tapi justru
bagaimana bisa menyeimbangkan antara aspek kognitif,
psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap). Dan itu semua tidak bisa hadir begitu saja, melainkan harus ditumbuhkan secara bertahap dan terencana melalui pendidikan yang berkualitas. Dalam proses pembelajaran,
banyak faktor
yang mempengaruhi
keberhasilan dan keefektifan proses belajar. baik itu dari internal siswa, hingga ke faktor luar siswa, seperti tujuan pembelajaran, kegiatan pengajaran (metode pembelajaran) hingga evaluasi. Ketiganya harus berperan baik untuk menjadikan pembelajaran yang berkualitas.Seorang guru sebagai faktor eksternal bisa sangat mempengaruhi aspek internal seorang siswa. Oleh karena itu, pemilihan metode, media, dan kegiatan selama proses pembelajaran harus diperhatikan dengan mempertimbangkan keadaan dan psikis siswa sebagai subjek pembelajaran. Pembelajaran biologi, sebagai salah satu
pelajaran eksakta (ilmu
pengetahuan alam) yang turut berkembang seiring perkembangan zaman, tentu dituntut banyak kompetensi yang harus dipenuhi oleh siswa agar siap menghadapi tantangan global. Proses pembelajaran biologi sekarang ini bukanlah
untuk
menyiapkan manusia-manusia yang hafal konsep dan materi atau
hanya
berorientasi pada hasil akhir, tetapi membentuk manusia yang mempunyai banyak keterampilan yang nantinya akan mempengaruhi tingkat berfikir dan mampu bekerja secara ilmiah. Salah satu aspek berfikir yang dibutuhkan ialah keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Dengan kata lain kemampuan berfikir kritis ialah sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian
37
ilmiah. Pola berpikir ini mengembangkan penalaran yang kohensif, logis, dapat dipercaya, ringkas, dan meyakinkan. Indikator-indikator
yang
menjadi
tujuan
atau
ciri-ciri
dalam
pengembangan berpikir kritis, banyak dibahas oleh para ahli. Namun, pada penelitian ini, indikator berpikir kritis yang digunakan ialah indikator berpikir kritis berdasarkan pendapatnya Robert H. Ennis karena indikator yang dikemukakan olehnya sudah sangat jelas dan spesifik. Selain itu, terdapat irisan antara tahapan proses learning cycle 7E dengan indikator berpikir kritis tersebut. Pada dasarnya, dalam proses pembelajaran siswa itu berjenjang dan berkembang. Hal ini sejalan untuk memahami tingkatan berfikir siswa dalam memahami suatu konsep pengetahuan. Materi sistem endokrin yang peneliti pilihpun memang sudah pernah dipelajari sebelumnya pada tingkat SMP/MTs yang merupakan materi kelas IX SMP. Sehingga pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran pada materi ini. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah model pembelajaran learning cycle 7E. Secara umum, strategi ini merupakan bagian dari inquiry approach (pendekatan inkuiri), yang didasarkan pada hasil pemikiran Jean Piaget tentang model perkembangan berpikir anak. Siklus belajar merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki fase-fase pembelajarannya yang berpusat pada siswa (student centered). Strategi mengajar model siklus belajar memungkinkan seorang peserta didik untuk tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga menyimpulkan dan menguji penjelasan tentang konsep-konsep yang dipelajari. Learning cycle 7E merupakan metode siklus belajar yang sudah mengalami pembaharuan dan penyempurnaan dari sebelumnya yaitu learning cycle 5E. Ketujuh fase pada Learning cycle 7E ialah 1. Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa) 2. Engage (mempertemukan) 3. Explore (Menyelidiki / menjajaki) 4. Explain (Menjelaskan) 5. Elaborate (Mengaitkan / menerapkan)
38
6. Evaluate (Menilai) 7. Extend (Memperluas)
G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan pengalaman dari penelitian yang relevan sebelum ini, maka hipotesis penelitian ini adalah: “Kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 7E lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.”
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMA Negeri 5 Depok , tepatnya dimulai pada tanggal 4 Mei– 29 Mei 2015. Adapun rangkaian kegiatan persiapan, uji coba, dan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Tahapan Persiapan, Uji Coba, dan Penelitian
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Waktu
Tempat
Juli –
Kampus UIN Syarif
September 2014
Hidayatullah Jakarta
Oktober –
Kampus UIN Syarif
Maret 2015
Hidayatullah Jakarta
16 – 24 April
SMAN 5 Depok,
2015
SMAN 6 Depok
25 April – 1
Kampus UIN Syarif
Persiapan akhir penelitian oleh
Mei 2015
Hidayatullah Jakarta
dosen pembimbing
SMAN 5 Depok
Penelitian
4 Mei – 29 Mei 2015
Deskripsi Kegiatan
Juni – Agustus
Kampus UIN Syarif
2015
Hidayatullah Jakarta
Pendalaman Karakter Learning Cycle 7E dan Keterampilan Berpikir Kritis Pembuatan instrumen penelitian (RPP, LKS, soal dan lembar observasi) Validasi Instrumen oleh siswa
Analisis Data
Adapun Jadwal penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
39
40
No
Hari/Tanggal
Deskripsi Kegiatan Observasi ke kelas MIA 2, MIA 3. Konsultasi dengan
1.
4 Mei 2015
guru biologi tentang karakter siswa dan proses pembelajaran untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Observasi ke kelas MIA 1 dan MIA 4. Konsultasi dengan
2.
5 Mei 2015
guru biologi tentang karakter siswa dan proses pembelajaran untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Melakukan Pretest kepada Kelas MIA 2 (kelas
3.
7 Mei 2015
4.
11 Mei 2015
5.
14 Mei 2015
Proses pertemuan kedua kepada kelas MIA 3 dan MIA 2
6.
18 Mei 2015
Melakukan Postest kepada Kelas MIA 2 dan MIA 3
eksperimen) dan MIA 3(kelas kontrol) Proses pembelajaran pertemuan pertama kepada kelas MIA 3 dan MIA 2
B.
Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif strategi
eksperimen semu (Quasi Eksperimental). Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan
penelitian
yang
secara
potspositivisme dalam mengembangkan
primer
menggunakan
paradigma
ilmu pengetahuan. 1 Metode kuasi
eksperimen merupakan eksperimen murni tetapi seperti seolah-olah murni atau biasa disebut juga eksperimen semu. Kuasi Eksperimen bisa digunakan apabila dapat mengontrol satu variabel saja meskipun dalam bentuk matching atau memasangkan/menjodohkan karakteristik, namun secara acak (random) lebih baik.2 Penelitian inidibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah kelompok kontrol yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dan 1
Emzir,Metodologi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif-Kualitatif), (Jakarta: Rajawali Press, 2007), h. 28 2 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.207
41
kelompok kedua adalah kelompok eksperimen yang belajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E.
2.
Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah nonequivalent control groups design. Pada
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak terpilih secara random.3 Baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberikan pretest. Sebelum diberikan posttest kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran Learning Cycle dalam proses belajar mengajarnya. Sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikanperlakuan tersebut, tetapi diberikan model pembelajaran konvensional, yang biasa digunakan di sekolah tersebut. Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu model pembelajaran Learning Cycle sebagai variabel bebas (variabel X) dan keterampilan berpikir kritis sebagai variabel terikat (variabel Y).Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini dapat diperhatikan pada tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Desain Penelitian
Kelompok
Pre-Test
Perlakuan
Post Test
Eksperimen
O1
Xeksperimen
O2
Kontrol
O3
Xkontrol
O4
Keterangan O1 dan O3 XEksperimen XKontrol O2 dan O4
: Pengamatan awal dengan pretest : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan modelpembelajaran Learning Cycle 7E : Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional : Pengamatan akhir dengan post test
C.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalahwilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk 3
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung; Alfabeta,2012), h.116.
42
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. 4 Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 5 Depok jurusan IPA tahun ajaran 2015/2016.
2.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
5
Pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan teknik
purposive sampling.Pengambilan sampel secara acak bertujuan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi yang berlaku bagi populasi dalam batas-batas tertentu.6Purposive sampling ialah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. 7 Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan peneliti seperti kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran serta kemampuan berpikir kritis dan pemahaman terhadap konsep siswa yang didapatkan dari hasil observasi dengan guru bidang studi biologi di sekolah tersebut. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas dari jumlah populasi kelas XI MIA yang berjumlah 5 kelas, yaitu kelas XI MIA 3 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI MIA 2 sebagaikelompok eksperimen yang masing-masing berjumlah 42 siswa.
D.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap pendahuluan,
tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut penjelasannya: 1.
Tahap Pendahuluan Langkah awal pada tahap pendahuluan adalah studi pendahuluan berupa
identifikasi masalah ke sekolah terkait dan telaah pustaka untuk menyusun rencana pembelajaran pada konsep sistem endokrin dilakukan dengan cara observasi dan juga wawancara. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data faktual terkait kemampuan siswa, maupun gambaran pengajaran biologi disana.Setelah itu, mengurus surat izin penelitian dari Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan UIN
4
Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto, Statistik Untuk Penelitian, (Jakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 13. 5 Ibid.h. 13. 6 Nana Syaodih.Loc.cit., h. 254. 7 Sugiono, Loc.cit., h. 124.
43
Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian merancang perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Langkah selanjutnya melakukan koordinasi dengan guru Biologi terkait dalam hal waktu penelitian dan proses penelitiannya. Hal ini dilakukan bersamaan dengan menyusun
instrumen penelitian
berupa tes Essay, LKS dan lembar
observasi. Selanjutnya dilakukan proses wawancara dengan guru biologi terkait kondisi dan kemampuan siswa dominan di tiap kelas. Hingga dari 5 kelas, terpilihlah 2 kelas yang selanjutnya dilakukan proses observasi untuk menentukan kelas penelitian dan kelas kontrol sesuai dengan kriteria tertentu.8 Setelah koordinasi ke pihak sekolah untuk waktu penelitian dan teknisnya, dilakukanlah uji coba instrumen kepada siswa yang sudah pernah mendapatkan materi sistem endokrin sebelumnya minimal kepada 30 siswa selain siswa SMAN 5 Depok namun yang satu tingkat kualitas dengan SMAN 5 Depok.9Setelah uji coba instrumen selesai, selanjutnya menilai hasil uji coba instrument sesuai dengan kisi-kisi instrument penelitian. 10 Soal yang digunakan untuk penelitian diambil berdasarkan hasil uji coba instrumen dengan pertimbangan berdasarkan berdasarkan kevalidan, realibitas, kesukaran maupun daya bedanya.
2.
Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dimulai dengan menentukan dua kelompok sampel yang
akan menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selanjutnya diadakan tes awal (pretest) pada kedua kelompok penelitian dengan menggunakan soal-soal hasil analisis data uji coba instrumen penelitian. Kemudian melaksanakan pembelajaran model Learning Cycle 7Epada kelas eksperimen dan metode pembelajaran dengan konvensional pada kelas kontrol sesuai dengan RPP.11 Pada kelas eksperimen, tahap pertama dalam model pembelajaran Learning Cycle 7Eadalah Elicit. Kegiatan elicit dilakukan secara langsung dalam 8
Lampiran 3. Lembar Observasi Pra-penelitian Lampiran 4. Instrumen Uji coba 10 Lampiran 5. Kisi-kisi Intrumen Penelitian 11 Lampiran 1. Rancangan Proses Pembelajaran 9
44
pengajaran dikelas dengan dikemukakannya pertanyaan-pertanyaan pendahuluan untuk mendatangkan pengetahuan siswa. Tahap kedua ialahEngange, dimana terjadi proses keterlibatan antara siswa dengan guru dalam proses diskusi, menonton video, maupun kegiatan lainnya untuk membantu memusatkan perhatian. Tahap ketiga ialah
Exploration, dimana siswa dibawa untuk
mempelajari konsep tentang sistem endokrin. Pada tahap ini dilakukan proses studi kasus dan diskusi kelompok.Tahap keempat ialah Explanation, dimana siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusinya dan membuka sesi diskusi antar kelompok. Pada tahap kelima, yaitu Elaboration diisi dengan pengisian LKS.12Tahap selanjutnya yaitu Evaluation dimana LKS tersebut dibahas bersama antar kelompok. Tahap terakhir yaitu Expantion, diisi dengan verifikasi penjelasan tambahan dari guru. Pada kelas kontrol, guru memulai pembelajaran denganelaborasi, yaitu dengan menampilkan video tentang sistem endokrin dan kelenjar-kelenjar sistem endokrin. Selanjutnya dilakukan tanya jawab tentang isi dari video tersebut. Tahap selanjutnya
adalah eksplorasi, yaitu siswa mengerjakan LKS secara
berkelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusinya. Terakhir ialah tahap konfirmasi, dimana setiap siswa diajak bermain snowball tentang materi yang dibahas untuk melihat daya tangkap dan pemahaman siswa. Setelah keduanya diberikan perlakuan, dilanjutkan tes akhir (postest) untuk kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal yang sama ketika dilakukan pada tes awal (pretest). Tes akhir (posttest) merupakan langkah akhir dalam tahap pelaksanaan.
3.
Tahap Akhir Setelah kedua kelompok penelitian melaksanakan tes akhir (posttest),
selanjutnya adalah mengoreksi dan menuangkan data hasil tes essay dalam bentuk nilai/angka. Selanjutnya mengolah data hasil tesessay tersebut dari hasil pretest dan hasil posttestdengan analisis statistik. Kemudian menganalisis hasil penelitian 12
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
45
yang tertuang dalam pembahasan. Tahap akhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dari hasil penelitian. Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat lebih jelas pada gambar dibawah ini:
Tahap Pendahuluan
Identifikasi masalah & Survey tempat
Membuat perangkat pembelajaran
Penyusunan istrumen
Tahap Pelaksanaan Uji coba Instrumen Pretest Analisis Data hasil Uji coba Instrumen Eksperimen
Pembelajaran dengan LC 7E
Kontrol
Pembelajaran dengan konvensional
Hasil penelitian
Analisis dan pembahasan Postest
Tahap Akhir
Penarikan kesimpulan
Gambar 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui teknik tes berupa tes essay. Adapun urutan pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes keterampilan awal (pretest) tentang konsep sistem endokrin di kedua kelas tersebut, dan juga
46
pemberian tes keterampilan akhir (postest) tentang konsep sistem endokrin di kedua kelas tersebut.
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah untuk diolah.13 1. Tes Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes keterampilan berpikir kritis.Instrumen tes tersebut dalam bentuk extend essay (uraian bebas) dengan menggunakan skor 0-3 yang terdiri dari 12soal. Untuk mengetahui keterampilan awal siswa diberikan pretest sedangkan untuk mengetahui keterampilan siswa setelah diberi perlakuan akan diberiposttest.
2. Non-Tes Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan lembar observasi dan wawancara.Lembar observasi yang digunakan merupakan jenis chek-list yang akan diisi oleh observer yang dalam hal ini adalah guru biologi. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan penerapan model pembelajaran learning cycle 7E. Tabel 3.4 Indikator Keterlaksanaan Pembelajaran Rata-rata nilai keterlaksanaan 1,00 – 1,99 2,00 – 2,99
Keterangan Kurang Cukup
3,00 – 3,99
Baik
Selain itu digunakan wawancara sebagai instrumen non tes lainnya. Wawancara yang dilakukan kepada guru biologi dan 2 orang siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dimaksudkan untuk menggali informasi
13
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: PT.Rineka Cipta. 2010), h. 203.
47
secaraaktual terkait model pembelajaran learning cycle 7E dan keterampilan berpikir kritis siswa.
G. Kalibrasi Instrumen Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan, karena instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan penting yaitu uji validitas , uji reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. 1. Pengujian Validitas Instrumen Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.Dengan demikian, data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. 14 Alat ukur yang baik harus memiliki validitas yang tinggi.Dengan demikian validitas menunjukan sejauh mana alat ukur tersebut memenuhi fungsinya. Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini digunakan korelasi poin biseral, yaitu dengan rumus:15
rpbis =
√
Keterangan: Rpbis : Koefsien korelasi biseral Mp : Rerata skor pada subjek menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya. Mt : Mean skor total, yang berhasil oeh peserta tes SDt : Standar deviasi dari skor total p : Proporsi peserta tes yang menjawab betul q : Proporsi peserta tes yang menjawab salah
Kemudian dinamakan dengan r tabel dengan kriteria pengujian, jika r ≥ r tabel maka butir soal tersebut valid dan jika r ≤ r tabel maka butir soal tersebut tidak valid.Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka data dapat diuji dengan menggunakan program khusus ANATES Versi 4.0.4 adapun besarnya koofisien pada Tabel 3.5adalah sebagai berikut. 14
Sugiyono, Loc cit., h.363. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012)
15
h.93.
48
Tabel 3.5 Besarnya Koefisien Validitas Koefesien 0,800-1,00 0,600-0,800 0,400-0,600 0,200-0,400 0,000-0,200
Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Pada penelitian ini pengujian validitas instrumen (validitas butir) menggunakan program ANATES. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa sebanyak 12 butir dari 13 soal yang valid. 16 Soal yang diberikan disusun berdasarkan indikator berpikir kritis menurut Ennis antara lain: memberi penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut, dan strategi dan taktik.
Kisi-kisi instrumentes dapat
dilihat pada tabel 3.6 berikut ini: Tabel 3.6Kisi-kisi Intrumen Tes Ketrampilan Berpikir Kritis Memberikan penjelasan sederhana (Elementary clarification) Membangun keterampilan dasar (Basic Support)
Kesimpulan
Membuat penjelasan lebih lanjut Strategi dan taktik
Sub Keterampilan Berpikir Kritis 1. Memfokuskan pertanyaan 2. Menganalisis argument 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan 1. Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber 2. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi 1. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 2. Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi 3. Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan 1. Mendefinisikan istilah 2. Mengidentifikasi asumsi 1. Memutuskan suatu tindakan
No. Soal
Jumlah Soal yang digunakan
1,2*,3,4*,5*, 6,7*,8,9*,10
5
11,12*,13*, 14,15
3
16*,17,18*, 19*,20,21
3
22,23*
1
24,25*
1
Total Keterangan : *soaltidakvalid 16
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dengan Software ANATES
13
49
Berdasarkan
Tabel
3.4,
hasil
uji
instrumen
penelitian
dengan
menggunakan program ANATES ver 4.0.4. dari 25 soal yang diberikan terdapat 13 soal yang valid yaitu nomor 1,3,6,8,10,11,14,15,17,20,21,22 dan 24 sedangkan soal yang tidak valid ada11 soal yaitu 2,4,5,7,9,12,13,16,18,19,23 dan 25.17
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen Reabilitas diartikan sebagai konsistensi/keajegan.Reabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula.18 Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui soal yang sudah disusun dapat memberikan hasil yang tetap atau tidak tetap. Hal ini berarti apabila soal dikenakan untuk sejumlah subjek yang sama dalam waktu tertentu, maka hasil akan tetap atau relatif sama. Instrumen yang reliabel mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Uji reliabilitas dapat dicari dengan rumus yang ditemukan Kuder dan Richardshon, yaitu: 19
Rxx =
–
Keterangan: RXX : Reliabilitas tes secara keseluruhan K : Jumlah item S2 : Standar deviasi atau simpangan baku p : Proorsi responden yang menjawab benar q : Proporsi responden yang menjawab salah
Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen menggunakan program ANATES yang diperoleh Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,76 sehingga dapat disimpulkan instrumen keterampilan berpikir kritis reliabel dan termasuk kategori tinggi.
17
Lampiran 7. Instrumen Penelitian Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Bumi Aksara, 2013), h. 87. 19 Ibid., h. 90-91. 18
50
3. Pengujian Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu silit/sukar.Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus:20
P= Keterangan: P : Tingkat kesukaran satu butir soal tertentu B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul J : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran soal yang digunakan pada penelitian ini dapat diperhatikan pada tabel 3.7 berikut: Tabel 3.7 Kriteria Tingkat kesukaran Soal Tingkat Kesukaran 0-0.25 0.26-0.75 0.76-1
Kriteria Sukar Sedang Mudah
Pada penelitian ini, pengujian tingkat kesukaran butir soal menggunakan program ANATES. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh soal dengan kriteria sedang terdiri dari 10 soal, yaitu soal nomer 1,3,4,8,10,13,15,16,18 dan 20 sedangkan
soal dengan kriteria sulit terdiri dari 15 soal, yaitu soal nomer
2,5,6,7,9,11,12,14,17,19,21,22,23,24 dan 25. Jika disesuaikan dengan hasil validasi, maka akan tergambarkan seperti tabel 3.8 berikut Tabel 3.8 Hasil Analisis Tingkat kesukaran Butir Soal Kriteria Sukar Sedang Mudah Jumlah
20
No Soal Valid Tidak Valid 6,11,14,17,21,22,24 2,5,7,9,12,19,23,25 1,3,8,10,15,20 4,13,16,18 13 12
Jumlah 15 10 25
Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta,2007) h. 176.
51
4. Pengujian Daya Pembeda Yang dimaksud dengan daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai. Cara menghitung daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:21
D=
-
Keterangan : J : Jumlah peserta tes JA : Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BA : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan salah
Adapun daya pembeda yang digunakan pada penelitian ini dapat diperhatikan pada tabel 3.9 berikut:22 Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Interval Koefisien 0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00
Kriteria Jelek Cukup Baik Sangat baik
Berikut hasil penelitian dengan menggunakan ANATES pada hasil daya pembeda, diperoleh sebagai berikut: Tabel 3.10 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal
Kriteria Jelek Cukup Baik Baik sekali Semuanya tidak baik Jumlah
21 22
h. 232.
No soal Valid 1,14 8,24 3,6,10,11,15,17,20 21,22 13
Tidak Valid 23,25 7 2,4,9,12,13,16,18,19 5 12
Jumlah 2 3 2 15 3 25
Ibid., h. 177. Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
52
Berdasarkan Tabel 3.9 diketahui tidak terdapat soal yang memiliki daya pembeda jelek, 2 soal memiliki daya pembeda cukup, 8 soal memiliki daya pembeda baik dan 2 soal memiliki daya pembeda tidak baik.
H. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan uji statistik dengan uji t (uji hipotesis) dengan prasyarat sebelumnya dilakukannya uji normalitas,uji homogenitas baru kemudian dilakukan uji hipotesis, uji N-Gain, dan analisis keterampilan berpikir kritis siswa. 1. Uji Prasyarat Hipotesis a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors.Kelebihan Liliefors test adalah penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat (power full) sekalipun dengan ukuran sampel kecil, misalnya n= 4. Uji liliefors mempunyai rumus: Lo = F(Zi) – S(Zi) Keterangan: Lo : Harga mutlak terbesar F(Zi) : Peluang angka baku S(Zi) : Proporsi angka baku
Untuk LO (Lhitung) < Ltabel maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Lhitung adalah nilai terbesar dari dan Ltabel didapat dari perhitungan rumus:
Ltabel =
√
Keterangan: 0,886 = Nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan N > 30 N = Number of cases
53
Jika LO ≤ Lhitung, maka data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika LO ≥ Lhitung, maka data tidak berdistribusi normal.Jika keseluruhan data LO (Lhitung) yang diperoleh adalah normal, maka uji statistik lanjutan yang digunakan adalah uji parametrik, yaitu uji homogenitas dan uji t. Namun, jika ada beberapa LO (Lhitung) yang tidak normal dari data keseluruhan, maka uji statistic lanjutan yang digunakan adalah uji non parametrik. Uji non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Mann Whitney U. penjelasan mengenai penggunaan uji statistik parametrik dan non parametrik ada pada bagan berikut:23
Paired sample T test
U MannWhitney
Ya
Berhubungan Ya
Distribusi populasi ke dua kelompok normal
Tidak
Berhubungan Tidak
Tidak
Ya
Wilcoxon
Independent sampel T test
Gambar 3.2 Uji Statistika Parametrik dan Non-Parametrik
b. Uji Homogenitas Setelah melakukan uji normalitas, maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui apakah kedua kelompok populasi itu homogen atau heterogen. Varians dari populasi homogen apabila Fhitung≤ Ftabel. Varians dari populasi heterogen apabila Fhitung≥ Ftabel.Uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji distribusi Fisher pada taraf signifikansi 0,05. dengan rumus sebagai berikut: Fhitung =
23
Yanti Herlanti, Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006, h.70.
54
Keterangan: S12 : Varians terbesar S22 : Varians terkecil
c. Uji Hipotesis Uji analisis hipotesis data pretest , karena data kelas eksperimen tidak normal maka uji analisis hipotesis pretest menggunakan uji non parametrik, Mann Whitney menggunakan SPSS 2.1. Dalam uji ini, jika hasil hitungan uji Mann Whitney U (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima. Uji analisis hipotesis data posttest, karena data kedua kelompok (eksperimen dan Kontrol) terdistribusi normal, maka dilakukan dengan menggunakan uji t pada taraf signifikan α=0,05. Rumus uji t:24 √
Keterangan: t = Uji hipotesis X1 = Rerata kelas eksperimen X2 = Rerata kelas kontrol S = Simpangan baku N = Number of cases
Kriteria pengujian: Jika thitungttabel, maka Ho ditolak, Ha diterima Jika thitung
2. Teknik Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Untuk mengetahui persentase ketercapaian keterampilan berpikir kritis dapat digunakan rumus sebagai berikut: NP =
x 100
Keterangan: NP R SM 100
= nilai persen yang dicari atau diharapkan = skor mentah yang diperoleh siswa = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan = bilangan tetap
24
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito Bandung, 2005), h. 239.
55
Selanjutnya, persentase keterampilan berpikir kritis siswa dikelompokan dalam lima kategori. Kategori ketrampilan berpikir kritis dapat dilihat dalam tabel 3.11 berikut: Tabel 3.11 Kategori Keterampilan Berpikir Kritis
Persentase 86%-100% 76%-85% 60%-75% 55%-59% < 54%
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Kurang Sekali
I. Hipotesis Statistik Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut: Ho : H1 : Keterangan: Ho :Tidak terdapat pengaruh dari penerapan model Learning Cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa H1 :Terdapat pengaruh dari penerapan model Learning Cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa :Rata-ratahasil keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model Leaning Cycle 7E :Rata-rata hasil keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model konvensional
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pada subbab ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan adalah data hasil pretest dan posttest dari kedua kelas yang dilakukan
dari tanggal 7-25 Mei 2015 di SMAN 5 Depok.
Pengambilan data dilakukan kepada siswa kelas XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 3 sebagai kelas kontrol yang masing-masing kelas berjumlah 42 siswa.Pretest yang dilakukan bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal siswa mengenai pelajaran biologi pada konsep Sistem Endokrin. Setelah itu setiap kelas mulai diberlakukan model pembelajaran, kemudian dilakukan posttest yang dilakukan bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengaruh keterampilan berpikir kritis siswa setelah menggunakan model Learning Cycle 7E. Penilaian instrument
disesuaikan dengan kunci jawaban
instrument penelitian yang diambil dari kisi-kisi intrumen penelitian.1Gambaran umum tentang data-data ini yang telah diperoleh meliputi nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata, median, modus, dan standar deviasi.
1. Data Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan Kontrol Data yang terkumpul dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa data pretest dan posttest berupa skor soal essay keterampilan berpikir kritis, sedangkan data kualitatif berupa data lembar observasi pada saat kegiatan berlangsung. Data hasil observasi pengaruh model Learning Cycle7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa sebagai data kualitatif terlampir. Berikut data kuantitatif pretest dan posttest kedua kelompok.
1
Lampiran 8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
56
57
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Data Statistik Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata Median Modus Simpangan Baku Jumlah siswa
Pretest Eksperimen Kontrol 22,22 16,66 61,11 52,77 37,69 36,04 34,72 36,11 27,77 22,22 30,55 11,786 10,145 42 42
Posttest Eksperimen Kontrol 33,33 22,22 88,88 77,77 64,41 56,87 65,27 55,5 55,55 63,88 63,88 13,132 11,88 42 42
Berdasarkan tabel diatas, terdapat perbedaan rata-rata pretest dan posttest kelas ekperimen dan kontrol. Pada kelas eksperimen, rata-rata pretest sebesar 37,69 dan rata-rata posttest sebesar 64,41. Sedangkan rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 36,04 dan rata-rata posttest sebesar 56,87.
2. Data Ketercapaian Aspek Keterampilan Berpikir Kritis pada Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen danKontrol Hasil perhitungan persentase rata-rata ketercapaian aspek keterampilan berpikir kritis pada kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2.Data yang lebih lengkapnya terlampir. Tabel 4.2 Persentase Ketercapaian Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol danKelas Eksperimen Aspek Keterampilan Berpikir Kritis
Kelas Kontrol (%)
Kategori
Memberikan penjelasan sederhana
46,74
Kurang sekali
Membangun keterampilan dasar
28,99
Kesimpulan
30,62
Membuat penjelasan lebih lanjut
36,6
Strategi dan taktik
40,7
Rata-rata
36,73
Kurang sekali Kurang sekali Kurang sekali Kurang sekali Kurang sekali
Kelas Eksperimen (%) 52,43 32,52 28,45 37,4 33,3 36,82
Kategori Kurang Kurang sekali Kurang sekali Kurang sekali Kurang Kurang sekali
58
Data diatas menunjukan perbedaan skor rata-rata pretest kelas kontroldan kelas eksperimen dari lima aspek keterampilan berpikir kritis.Pada kelompok kelas kontrol skor pada aspek membangun keterampilan dasar yang termasuk dalamkategori kurang sekali merupakan indikator yang palingrendah nilainya yaitu hanya 28,99%. Sedangkan yang paling tinggi pada aspek memberikan penjelasan sederhana dengan persentase ketercapaian 46,74% dan walau masih termasuk kategori kurang sekali.Sedangkan pada kelompok kelas eksperimen, skor terendah ada pada indikator kesimpulan, dengan skor 28,45% dan termasuk kategori kurang sekali. Skor tertinggi ada pada indikator memberikan penjelasan sederhana, dengan skor 52,43% termasuk kategori kurang. Dengan jumlah ratarata kelompok kelas kontrol ialah 36,73% dan kelas eksperimen 36,82 kedua kelas masuk dalam kategori kurang sekali.2 Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Aspek Keterampilan Berpikir Kritis
Kelas Kontrol (%)
Kategori
Kelas Eksperimen (%)
Kategori
Memberikan penjelasan sederhana
73,78
Baik
72,56
Baik
Membangun keterampilan dasar
61,24
Cukup
82,11
Baik sekali
Kesimpulan
42
Kurang sekali
46,61
Kurang sekali
Membuat penjelasan lebih lanjut
38,2
Kurang sekali
41,5
Kurang sekali
Strategi dan taktik
56,1
Kurang
74
Baik
Rata-rata
54,26
Kurang
63,35
Cukup
Data diatas menunjukan perbedaan skor rata-rata postest kelas kontroldan kelas eksperimen dari lima aspek keterampilan berpikir kritis. Pada kelompok kelas kontrol skor pada aspek membuat penjelasan lebih lanjut yang termasuk dalam kategori kurang sekali merupakan indikator yang paling rendah nilainya 2
Lampiran 9. Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol dan Eksperimen
59
yaitu hanya 38,2%. Sedangkan yang paling tinggi pada aspek memberikan penjelasan sederhana dengan persentase ketercapaian 73,78% dan termasuk kategori baik. Pada kelompok kelas eksperimen, skor terendah ada pada indikator membuat penjelasan lebih lanjut, dengan skor 41,5% dan termasuk kategori kurang sekali. Skor tertinggi ada pada indikator aspek membangun keterampilan dasar, dengan skor 82,11% termasuk kategori baik sekali. Dengan jumlah rata-rata kelompok kelas kontrol ialah 54,26% yang termasuk kategori kurang dan kelas eksperimen 63,35% yang termasuk dalam kategori kurang sekali.3
3.
Data Lembar Kerja Siswa dan Keterampilan Berpikir Kritis Lembar Kerja Siswa terdiri dari 4 artikel dengan 20 pertanyaan.Pada
pertemuan pertama terdapat 2 artikel dengan 11 pertanyaan. Sedangkan pada pertemuan kedua, terdapat 2 artikel dengan 9 pertanyaan Pertanyaan-pertanyaan tersebut disesuikan dengan sub aspek berpikir kritis Robbert H. Ennis, walau dengan jumlah butir soal yang berbeda-beda tiap aspek. Aspek memberikan penjelasan sederhana terdiri dari 7 butir soal, aspek membangun keterampilan dasar terdiri dari 5 soal, aspek kesimpulan terdiri dari 4 soal, aspek membuat penjelasan lebih lanjut terdiri dari 2 soal dan aspek strategi dan taktik terdiri dari 2 soal. Berikut Tabel 4.4 merupakan penilaian yang diperoleh siswa dalam LKS. Tabel 4.4 Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis pada Lembar Kerja Siswa Aspek Keterampilan Berpikir Kritis 2 3 4 80 75 100 60 75 50
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4
71.43 85.71
60 80
75 50
50 50
100 100
71.29 73.14
Kel 5
71.43
100
75
100
50
79.29
Kel 6
71.43
100
50
50
50
64.29
Rata-rata
73.81
80.00
66.67
66.67
75
Kategori
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Baik
3
5 50 100
Ratarata
1 71.43 71.43
Lampiran 10. Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol dan Eksperimen
75.29 71.29
60
Keterangan: 1. Aspek memberikan penjelasan sederhana 2. Aspek membangun keterampilan dasar 3. Aspek kesimpulan 4. Aspek membuat penjelasan lebih lanjut 5. Aspek strategi dan taktik
Data pada Tabel 4.4 menunjukan ketercapaian skor masing-masing kelompok terhadap keterampilan berpikir kritis. Rata-rata skor terendah hasil ketercapaian keterampilan berpikir kritis terdapat pada aspek kesimpulan dan membuat penjelasan lebih lanjut dengan skor 66.67 kategori cukup dan skor tertinggi pada aspek membangun keterampilan dasar dengan perolehan skor 80,00 kategori baik.
4. Data Observasi Kegiatan Guru Observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E yang dilakukan kepada kelas eksperimen. Guru bidang studi Biologi berperan sebagai observer/pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran dilakukan sebanyak 2 pertemuan.
Lembar observasi
kegiatan guru meliputi 7 tahap Learning Cycle meliputi tahap elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation dan ekspantion pada kedua pertemuan tersebut. Pada pertemuan pertama, tahap elicit dilakukannya proses tanya jawab antara guru dengan siswa seputar karakteristik sistem saraf yang sudah diketahui. Kemudian menampilkan gambar-gambar seputar sistem saraf dan hormon. Pada tahap engange dilakukan proses keterlibatan antara guru dan siswa dengan saling memberikan informasi dan pengembangan materi pada proses sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan menampilkan video tentang cara kerja hormon dan otak untuk selanjutnya dilakukan proses tanya jawab dari guru kepada siswa yang dipilih secara acak. Kemudian pada tahap exploration dan explanation, siswa berdiskusi secara kelompok untuk menganalisa perbedaan antara sistem saraf dan hormon berdasarkan gambar dan video yang ditampilkan sebelumnya. Kemudian
61
masing-masing perwakilan kelompok menuliskan di papan tulis dan menjelaskan alasannya secara singkat. Selanjutnya pada tahap elaboration untuk membantu siswa dalam penerapan definisi, konsep, dan keterampilan pada suatu permasalahan yang berkaitan dengan sistem saraf dan hormon, siswa mendiskusikan LKS yang sudah disusun sebelumnya oleh guru. Untuk mensiasati waktu yang singkat, masing-masing kelompok hanya mengerjakan 1-2 soal yang berbeda-beda tiap kelompoknya (pembagian soal tergantung pada tingkat kesulitannya). Untuk selanjutnya pada tahap evaluation, masing-masing perwakilan kelompok menjelaskan hasil jawaban dari LKS yang sudah didiskusikan kepada teman-teman sekelasnya, untuk kemudian didiskusikan bersama. Terakhir, pada tahap expantion, guru meluruskan jawaban dan menghubungkan dengan konsep lain yang akan dipelajari di pertemuan selanjutnya. Pada pertemuan kedua, tahap elicit dilakukan dengan proses tanya jawab antara guru dengan siswa seputar kasus orang kerdil dan orang yang terkena penyakit gondongan. Kemudian pada tahap engangement, diberikan artikel seputar orang kerdil dan orang yang terkena penyakit gondongan tersebut (ada di dalam LKS) untuk selanjutnya dilakukan tanya jawab antara guru kepada siswa seputar artikel tersebut dan seputar sistem endokrin dalam tubuh. Pada tahap exploration dan explanation, ditampilkan gambar kelenjar-kelenjar endokrin, Selanjutnya, masing-masing kelompok diberikan karton putih yang sudah dibuat tabel dan potongan kertas berisi macam-macam hormon, kelenjar dan akibat yang akan terjadi jika kekurangan/kelebihan hormon tersebut untuk kemudian dicocokkan.
Selanjutnya,
masing-masing
perwakilan
tiap
kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Pada tahap elaboration, untuk membantu siswa dalam penerapan definisi, konsep, dan keterampilan pada suatu permasalahan yang berkaitan dengan letak, sekresi dan abnormalitas sistem endokrin, siswa mendiskusikan LKS yang sudah disusun sebelumnya oleh guru. Untuk mensiasati waku yang singkat, masing-masing kelompok hanya mengerjakan 2-3 soal yang berbeda-beda tiap kelompoknya (pembagian soal
62
tergantung pada tingkat kesulitannya). Kegiatan pada tahap evaluation dan expantion, sama seperti pertemuan pertama. Berdasarkan
data
observasi
mengenai
keterlaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
skenario
Learning Cycle 7E
dapat diketahui bahwa pada setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan baik oleh peneliti. Pada pertemuan pertama keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 7E
rata-rata bernilai 2,4 yang berarti cukup.
Dengan catatan utama dari guru biologi
untuk disiplin alokasi waktu tiap
tahapannya yang masih tidak sesuai dari yang direncanakan pada RPP juga dalam proses diskusi berupa pertanyaan umpan balik yang dilakukan secara lisan yang melibatkan antara guru dengan siswa kurang mendapat respon aktif dari siswa, sehingga diskusi memakan waktu yang lebih lama. Pada pertemuan kedua keterlaksanaan model pembelajaran learning cycle 7E rata-rata bernilai 3,13 yang berarti baik. Dengan catatan utama dari guru biologi masih seputar kurangnya kedisiplinan dalam mengalokasikan waktu, terutama pada tahap exploration dan elaboration.4
B. Analisis Data 1.
Uji Normalitas Hasil perhitungan uji normalitas untuk kelas eksperimen dan kontrol dapat
dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.Untuk lebih jelasnya perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.5 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik Sampel (n) L0 Ltabel Kesimpulan
4 5
Pretest Eksperimen Kontrol 42 42 0,144 0,134 0,136 0,136 Tidak normal Normal
Lampiran 11. Hasil Observasi Penelitian Oleh Guru Lampiran 12. Perhitungan Uji Normalitas
Postest Eksperimen Kontrol 42 42 0,074 0,115 0,136 0,136 Normal Normal
63
Tabel 4.4 menunjukan kedua kelompok data berdistribusi normal pada taraf 0.05 kecuali pada kelompok pretest eksperimen. Data berdistribusi normal apabila L0 < Ltabel.Hasil Uji Normalitas Pretest kelompok eksperimen diperoleh 0,144 > 0,136 yang berarti data tidak normal. Pada kelompok pretest kontrol diperoleh 0,134 < 0,136 dimana L0 < Ltabel, yang berarti data berdistribusi normal. Selanjutnya, hasil Uji normalitas postest kelompok eksperimen diperoleh 0,074 < 0,136 dan kelompok kontrol diperoleh 0,115 < 0,136 dimana L0 < Ltabel, yang berarti data berdistribusi normal. Karena data pretest kelompok eksperimen tidak normal, maka untuk Uji hipotesisnya akan digunakan Uji Mann-Whitney. Sedangkan untuk posttest, karena kedua data (kelas eksperimen dan kelas kontrol) normal, maka digunakan uji T.
2. Uji Homogenitas Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelompok penelitian, maka langkah selanjutnya mencari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi α = 0,05, sampel dinyatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel. Hasil uji homogenitas kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.6 Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik N S2 Fhitung Ftabel Kesimpulan
Pretest Eksperimen Kontrol 42 42 138,93 102,94 1,34 1,68 Homogen
Postes Eksperimen Kontrol 42 42 172,47 141,22 1,22 1,68 Homogen
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas, kedua kelas baik kelas eksperimen ataupun kontrol menunjukkan homogen.
6
Lampiran 13. Perhitungan Uji Homogenitas
64
3. Uji Hipotesis a. Uji Hipotesis Pretest (Mann Whitney) Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelompok penelitian, terdapat hasil sebaran data kelompok penelitian yang normal dan tidak normal. Data pretest kelompok eksperimen tidak normal, maka untuk uji hipotesis lanjutan menggunakan uji non-parametrik, yaitu uji Mann Whitney U dengan menggunakan SPSS 2.1. Dalam uji ini, jika hasil hitungan uji Mann Whitney U (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima. Hasil Uji Mann-Whitney dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini. Untuk lebih jelasnya perhitungan uji Mann Whitney dapat dilihat pada lampiran.7 Tabel 4.7 Hasil Uji Mann-Whitney Pada Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Statistik
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
N
42
42
X rata-rata
37,69
36,04
U Mann-Whitney
0,593
Probabilitas
0,05
Kesimpulan
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Selain itu, untuk mengetahui keterampilan awal berpikir kritis siswa, dilakukan perhitungan di tiap aspek keterampilan berpikir kritis menurut Robert H. Ennis. Data diambil berdasarkan data pretest dari tiap butir soal dan menggunakan SPSS 2.2. Hasil perhitungan keterampilan berpikir kritis siswa tiap aspek, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.8 Tabel 4.8 Hasil Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis Aspek Berpikir Kritis Memberikan penjelasan sederhana Membangun keterampilan Dasar
No
1.
2.
7 8
U-Mann Whitney
t-tabel
Keterangan
Kesimpulan
0,063
0,05
0,063 > 0,05
H0 diterima
0,989
0,05
0,989 > 0,05
H0 diterima
Lampiran 14. HasilPretest Menggunakan Uji Mann-Whitney Lampiran 15. Hasil Hipotesis Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis
65
Kesimpulan Membuat penjelasan lebih lanjut Strategi dan taktik
3. 4. 5.
0,547
0,05
0,547 > 0,05
H0 diterima
0,825
0,05
0,825 > 0,05
H0 diterima
0,407
0,05
0,407 > 0,05
H0 diterima
b. Uji Hipotesis Postest (Uji-T) Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Karena kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji t-2 sampel saling bebas pada taraf signifikan α = 0.05. Sampel dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan apabila thitung> ttabel. Hasil uji t pada kedua kelompok dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.9 Dimana, H0 : Tidak ada perbedaan antara hasil postest kelas kontrol dan kelas eksperimen H1 : Ada perbedaan antara hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen Tabel 4.9 Hasil Uji-T Pada Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Statistik
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
N
42
42
X rata-rata
64,41
55,89
thitung
3,047
ttabel
1,99
Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang signifikan
Selain itu, untuk mengetahui keterampilan awal berpikir kritis siswa, dilakukan perhitungan di tiap aspek keterampilan berpikir kritis menurut Robert H. Ennis. Data diambil berdasarkan data postest dari tiap butir soal dan menggunakan SPSS 2.2. Hasil perhitungan keterampilan berpikir kritis siswa tiap aspek, dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.10
9
Lampiran 16. Hasil Hipotesis Postest menggunakan Uji T Lampiran 17. Hasil Hipotesis Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis
10
66
Tabel 4.10 Hasil Uji-T Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis No 1. 2. 3. 4. 5.
C.
Aspek Berpikir Kritis Memberikan penjelasan sederhana Membangun keterampilan Dasar Kesimpulan Membuat penjelasan lebih lanjut Strategi dan taktik
t-hitung
t-tabel
Keterangan
Kesimpulan
0,363
1,99
0,363< 1,99
H0 diterima
3.631
1,99
3,631> 1,99
H0 ditolak
1.141
1,99
1,141 < 1,99
H0 diterima
0.531
1,99
0,531<1,99
H0 diterima
2.819
1,99
2,819> 1,99
H0 ditolak
Pembahasan Berdasarkan data hasil pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol,
nilai rata-rata pretest pada kelompok eksperimen tidak jauh berbeda dari kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, rata-rata pretest sebesar 37,7. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata pretest sebesar 36,04. Sedangkan pada
data
hasil
postest
pada
kelompok
eksperimen
nilai
rata-rata
sebesar64,41sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 56,87. Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3, dijabarkan data ketercapaian aspek berpikir kritis pada pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dilihat dari rata-ratanya, hasil pretest dan posttest mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini: 100 82.11 74 80 72.5673.78 61.25 56.1 60 46.61 41.5 42 38.2 40 20
postest eksperimen (%) postest kontrol (%)
0 1
2
3
4
5
Gambar 4.1 Grafik hasil ketercapaian posttest keterampilan berpikir kritis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
67
Keterangan: 1. Aspek memberikan penjelasan sederhana 2. Aspek membangun keterampilan dasar 3. Aspek kesimpulan 4. Aspek membuat penjelasan lebih lanjut 5. Aspek strategi dan taktik
Untuk melihat apakah ada perbedaan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dilakukan penelitian (pretest) antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan Uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil perhitungan, hasil sig (2-tailed) menunjukkan nilai 0.593 yang berarti lebih besar dari 0.05.Maka H0 diterima, yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dengan skor pretest kelompok eksperimen. Berdasarkan pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa pada rata-rata nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai nilai yang hampir sama, yatu 36,73 pada kelompok kontrol dan 36,82 pada kelompok eksperimen. Adapun hasil posttest menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, yaitu 54,26 pada kelompok kontrol dan 63,35 pada kelompok eksperimen. Maka pembelajaran model Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis. Berdasarkan hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol, rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.Penghitungan hasil posttest menggunakan uji t-saling bebas.pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t-hitung= 3,097dan nilai t-tabel =1.99, maka 3,097 >1.99. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima. Hasil tersebut menyatakan bahwa skor posttest kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil keterampilan berpikir kritis kelompok eksperimen dengan hasil keterampilan berpikir kritis kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan keterampilan berpikir kritis pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan berpikir kritis pada kelompok kontrol. Hasil ini dapat dicapai karena dalam penerapan model pembelajaran learning cycle 7E siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam
68
model pembelajaran ini siswa diajak untuk melakukan kegiatan demonstrasi, diskusi, atau kegiatan lain yang digunakan untukmembuka pengetahuan siswa dan
mengembangkan
rasa
keigintahuan
siswa.
Hal ini selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wawan Sutrisno, dkk yang menjadi bahan seminar nasional IX di UNS 2011 silam yang menyatakan bahwa model pembelajaran ini mampu merangsang rasa ingin tahu siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari. Sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk menemukan jawaban dari rasa ingin tahu mereka.11 Selain itu, menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh A.A Sri Dwi Indrayanthi, model Learning Cycle 7E memberikan kesempatan yang seluasluasnya terhadap siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan berbuat.12 Pembelajaran
biologi dengan model
Learning Cycle
7E
mempertimbangkan pengetahuan awal siswa. Melalui proses asimilasi dan akomodasi
yang
terjadi
selama
siswa berinteraksi
belajarnya,
siswa
secara
individual membangun
dengan
lingkungan
pengetahuannya
berupa
konsep-konsep biologi yang menjadi tujuan pembelajaran untuk ditemukan. Beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bahwa model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dalam pencapaian keterampilan berpikir kritis dibandingkan dengan kelompok konvensional yaitu, proses pembelajaran pada kelompok Learning Cycle 7E, terdapat 7 fase pembelajaran. Pada tahap pertama yaitu elicit (mendatangkan pengetahuan siswa), guru memberikan pertanyaanpertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan rasa ingin tahu tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada
fase kedua yaitu engage (mempertemukan), digunakan
memfokuskan
11
perhatian
siswa,
merangsang
untuk
kemampuan berpikir serta
Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan Biologi FKP UNS, 2012, h.188 12 A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011, h. 14.
69
membangkitkan minat dan motivasi siswa terhadap konsep yang akan diajarkan. Kegiatan pada tahap ini dilakukan proses keterlibatan antara guru dan siswa dengan saling memberikan informasi dan pengembangan materi pada proses sebelumnya, mengaitkan topik, dan melakukan tanya jawab sehingga aspek berpikir kritis yang diharapkan dimunculkan pada fase ini ialah siswa mampu memberikan penjelasan sederhana.Namun, hasil posttest kelas eksperimen yang menggunakan model Learning cycle 7E, ternyata aspek ini tidak membawa perubahan yang baik, bahkan justru lebih kecil rata-ratanya daripada kelas kontrol. Hal ini seperti memberi jawaban bahwa ada yang kurang dari proses pembelajaran pada tahapan ini. Hal ini sesuai dengan hasil observasi guru biologi yang menyatakan kedisiplinan waktu menjadi faktor utama permasalahnnya. Fase selanjutnya yang ketiga adalah explore (menyelidiki) yang digunakan agar siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara langsung.Siswa melakukan kegiatan observasi maupun saling bertanya dan berdiskusi dalam kelompoknya. Secara langsung tahapan ini akan membuat siswa berpikir logis dan terbuka, berpikir fokus, gigih dalam mencari kebenaran namun juga dapat menerima masukan dari orang lain. Pada fase keempat yaitu explain, siswa dilatih untuk mampu menjelaskan apa yang menjadi pendapatnya, dan mempunyai alasan-alasan yang logis untuk menguatkan pendapat, namun tetap berpikir terbuka terhadap pendapat orang lain. Aspek berpikir kritis yang dilatih pada fase explore dan explain ialah membangun keterampilan dasar. Fase kelima yaitu elaborate (menerapkan), disajikan kepada siswa untuk dapat menambahkan pengetahuan barunya terhadap hal-hal yang sebelumnya sudah mereka ketahui, termasuk didalamnya siswa mampu menjawab sendiri hipotesis yang sudah dimiliki sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan mengerjakan LKS ditempatkan pada fase ini dengan pertimbangan siswa sudah mempunyai pengetahuan dasar, asumsi dan hipotesis terhadap materi sistem endokrin yang cukup setelah melalui fase-fase sebelumnya. Untuk mensiasati waku yang singkat, masing-masing kelompok hanya mengerjakan beberapa butir soal yang berbedabeda tiap kelompoknya. Pembagian soal tergantung pada tingkat kesulitannya. Dengan sistem pengerjaan LKS yang seperti ini memang memangkas waktu,
70
sehingga lebih singkat dan siswa lebih fokus mempelajari tipe soal dan cara menjawabnya. Namun, dilain sisi dengan sistem yang seperti ini tidak dapat menjadikan LKS sebagai alat ukur perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa secara utuh karena hanya beberapa soal yang dijawab kemudian dibahas perkelompok. Untuk itu, setelah dilakukan diskusi perkelompok untuk menentukan jawaban, diperlukan suatu pemaparan jawaban
yang melibatkan
antar kelompok dalam kelas dengan harapan akan saling mengisi dan melengkapi pemahamannya satu sama lain. Pada fase ini siswa dilatih untuk membuat kesimpulan sebagai aspek berpikir kritisnya, dengan sub aspek yang paling banyak yaitu membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat induksi dan mempertimbangkan induksi juga membuat dan mempertimbangkan nilai. Selanjutnya ialah fase keenam yaitu evaluated (menilai) dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Guru mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilan untuk menilai tingkat pengetahuan dan kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya. Bentuk penilaiannya dilakukan secara tidak langsung (informal) berupa observasi dari hasil pemaparan jawaban yang dilakukan antarkelompok.Pada fase ini aspek berpikir kritis yang dilatih ialah keterampilan siswa untuk membuat penjelasan lebih lanjut. Terakhir adalah fase extend (memperluas), fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari. Selain itu pada fase ini diharapkan siswa jugamampu mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari, misalnya mengaitkan perbedaan sistem endokrin dengan eksokrin dan juga mencari hubungan antara sistem saraf, sistem indera dengan sistem endokrin. Pada fase ini keterampilan berpikir kritis yang dilatih ialah keterampilan siswa dalam berstrategi dan taktik. Berdasarkan hasil keterampilan berpikir kritis pada lembar kerja siswa dalam tabel 4.4 diperoleh bahwa rata-rata skor terendah hasil ketercapaian keterampilan berpikir kritis terdapat pada aspek kesimpulan dan membuat
71
penjelasan lebih lanjut dengan skor 66.67 kategori cukup dan skor tertinggi pada aspek membangun keterampilan dasar dengan perolehan skor 80,00 kategori baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini: 85 80 80 75
75
73.81
70
66.67
66.67
3
4
Ratarata
65 60 1
2
5
Aspek Berpikir Kritis Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Hasil Keterampilan Berpikir Kritis pada LKS Keterangan: 1. Aspek memberikan penjelasan sederhana 2. Aspek membangun keterampilan dasar 3. Aspek kesimpulan 4. Aspek membuat penjelasan lebih lanjut 5. Aspek strategi dan taktik
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut, jika dilihat dari rata-rata tiap kelompok ada satu kelompok yaitu kelompok 6 dan yang rata-ratanya dibawah 70 sedangkan kelompok lainnya rata-ratanya diatas 70. Hal ini mengindikasikan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa belum merata dengan baik.Hal ini pun menunjukan bahwa penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa belum seluruhnya dapat dipahami karena pembelajaran yang dilakukan hanya 2 kali. Paul Eggen dan Don Kauchak mengemukakan bahwa keterampilan berpikir harus dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan kondisi anak.13 Demikian pula halnya dengan keterampilan berpikir kritis, semakin kompleks latihan yang diberikan maka akan makin meningkat pula keterampilan berpikirnya. 13
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran.(Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 119
72
Berdasarkan tabel 4.2 dan 4.3 hampir semua aspek terjadi perningkatan persentase. Kecuali pada aspek membuat penjelasan sederhana yang justru posttest kelas eksperimen menjadi lebih rendah. Namun pada indikator selanjutnya yaitu indikator membangun keterampilan dasar justru menjadi indikator yang paling meningkat. Hasil posttest kelompok eksperimen dari lima aspek berturut-turut dari perolehan tertinggi sampai terendah, yaitu membangun keterampilan dasar, strategi dan taktik, memberikan penjelasan sederhana, kesimpulaan dan membuat penjelasan lebih lanjut. Aspek memberikan penjelasan sederhana mendapat nilai sebesar 72,56% dengan kategori baik, namun berada diposisi ketiga. Hal ini dikarenakan siswa sudah dapat menjawab pertanyaan berdasarkan informasi yang diberikan sehingga siswa dapat mengemukakan alasannya, namun cenderung tidak memperhatikan fokus pertanyaan yang ada. Menurut Susan M Brookhart, yang menjadi perhatian dalam berpikir tingkat tinggi dapat terjadi jika siswa dapat menganalisis dengan dirinya sendiri. Siswa masih cenderung menganalisis berdasarkan contohnya, bukan berdasarkan fakta-fakta yang dijelaskan.14 Aspek membangun keterampilan dasar sebesar 82,11% dengan kategori baik sekali dan berada diposisi pertama. Pada aspek ini, siswa diminta untuk mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber untuk memberikan alasan yang tepat dan juga mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi dengan mencatat hal-hal yang diinginkan serta terlibat dalam menyimpulkan. Hal ini dikarenakan siswa mulai mampu berstrategi antara durasi waktu pengerjaan dengan model soal secara keseluruhan. Siswa tidak terfokus pada soal-soal aspek memberikan penjelasan sederhana saja, karena pada soal-soal di aspek inilah yang paling banyak jumlah soalnya sehingga banyak waktu yang dibutuhkan untuk menjawab. Sedangkan soal-soal pada aspek membangun keterampilan dasar cenderung membutuhkan jawaban yang relatif lebih singkat. Namun akibatnya siswa tidak optimal dalam menjawab soal-soal pada aspek memberikan penjelasan
14
Susan M Brookhat dan Anthony J. Nitko. Assess Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom. (USA: Pearson, 2011), h. 236.
73
sederhana dan justru terjadi peningkatan yang signifikan antara aspek membangun keterampilan dasar. Aspek membuat kesimpulan sebesar 46,61% dengan kategori kurang sekali. Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu membuat deduksi maupun induksi dan mempertimbangkan hasil deduksimaupun induksi tersebut. Contohnya dalam membuat deduksi siswa belum mampu menginterpretasi pertanyaan dengan melihat informasi yang diberikan, baik berupa grafik ataupun pernyataan. Menurut Alec Fisher, kesahihan deduktif merupakan gagasan yang mudah dipahami (meskipun inferensi yang memenuhi standar ini, tidak begitu lazim dalam argumentasi yang biasa), sehingga dengan memulai gagasan ini karena dapat membantu orang memahami standar-standar lain untuk menilai inferensi.15 Selain itu, masih menurut Alec Fisher, ada kata-kata dan frase-frase tertentu yang dipakai secara khusus untuk mengargumentasikan suatu kasus, dan menggunakan alasan-alasan untuk sebuah kesimpulan, yang disebut dengan indikator linguistic.16 Dalam jawaban siswa, jarang sekali menggunakan indikator linguistik seperti yang digagas oleh Alec Fisher tersebut, walau bukan hanya hal ini yang menjadi penilaian, tapi juga rasionalitas jawaban, hubungan antara argument dengan kesimpulan, dan evaluasi secara keseluruhan yang perlu diperhatikan. Aspek membuat penjelasan lebih lanjut mendapat nilai 41,5% dengan kategori kurang sekali merupakan aspek yang mempunyai nilai paling rendah dibanding aspek yang lain. Siswa diminta untuk membuat penjelasan lebih lanjut pada
sub
aspek
mengidentifikasikan
istilah,
yang
mana
indikator
mengklasifikasikan dan memberikan contoh, contoh soalnya: “Dalam perkembangannya, hormon FSH dan LH dapat dibuat secara sintetik untuk mengatur reproduksi seseorang. Dengan adanya suntik hormon, seseorang dapat menunda atau memajukan waktu fertilenya (waktu subur) untuk berbagai keperluan. Termasuk hormon yang mempengaruhi apakah FSH dan LH? Sebutkan contoh hormon lain yang fungsinya secara umum sama dengan kedua hormon tersebut!”
15
Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 120 16 Ibid, h. 22
74
Hal ini diduga karena siswa belum terbiasa membuat alasan-alasan dari sebuah permasalahan yang dihubungkan dengan teori yang ada. Alec Fisher menjelaskan bahwa terdapat kesalahan umum ketika berpikir penyebab yang akhirnya kita bisa salah membuat penjelasan lebih lanjut, yaitu: a) kita hanya mempertimbangkan satu penyebab yang mungkin dan menerimanya tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lain, b) kita memperhatikan hanya sebagian bukti yang relevan dalam menentukan apa yang menyebabkan atau telah menyebabkan sesuatu.17 Pada aspek strategi dan taktik mendapat nilai sebesar 74% dengan kategori baik, hal ini dikarenakan siswa telah menjawab pertanyaan pada LKS dengan benar dan alasan yang tepat serta sesuai dengan konsep yang dipelajari dan melakukan diskusi kelompok dengan baik. Strategi dan taktik terlihat dengan presentasi yang telah dilakukan oleh siswa, sehingga siswa mampu memutuskan suatu tindakan yang akan dilakukan dalam suatu masalah. Dari hasil yang diperoleh pada lima aspek keterampilan berpikir kritis yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata keseluruhan siswa cukup memiliki keterampilan berpikir kritis. Hasil posttest uji-t setiap aspek berpikir kritis menunjukan hasil yang berbeda-beda.Namun hanya 2 aspek berpikir kritis saja yang berpengaruh signifikan, yaitu aspek membangun keterampilan dasar serta strategi dan taktik. Hal ini disimpulkan bahwa model Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap aspek membangun keterampilan dasar serta aspek strategi dan taktik dibanding dengan pembelajaran konvensional dengan pendekatan kontekstual. Berikut alasan model Learning Cycle 7E memperoleh pengaruh yang signifikan pada aspek membangun keterampilan dasar serta strategi dan taktik antara lain: a) aspek membangun keterampilan dasar lebih banyak di eksplorasi secara baik dalam tahapan learning Cycle 7E pada tahap explore dan explain, b) kelebihan dari model Learning Cycle 7E ini menekankan konsep, proses, dan aplikasi dibanding dengan pendekatan kontekstual yang menekankan pada konsep dan proses.
17
Loc.cit., h. 139.
75
Selain itu, jika dilihat dari filosofisnya model Learning Cycle 7E meletakkan dasar pada filosofis pendidikan di mana siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Di samping itu, model Learning Cycle 7E didasari pada motivasi intrinsik yang sesuai dengan faham konstruktivisme tentang pembelajaran, di mana siswalah yang seharusnya mengalami pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai mediator dan fasilitator. Model siklus belajar Learning Cycle 7E merupakan model pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan hakikat sains sebagai proses dan sains sebagai produk. Model pembelajaran ini memberikan pedoman bagi guru untuk membimbing siswa memperoleh pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah layaknya seorang ilmuwan. Selain didasari oleh hakikat sains, model learning Cycle 7E ini juga dikembangkan dengan pendekatan inquiri. Dengan pendekatan ini, siswa belajar memecahkan masalah atau mengungkap suatu fenomena alam secara ilmiah. Sesuai dengan hakikat biologi sebagai bagian dari sains, yang akhirnya menuntut dalam proses pembelajarannya haruslah bertumpu pada proses ilmiah. Proses ilmiah tersebut melibatkan berbagai keterampilan proses sains.18 Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang
biasa
dilakukan
oleh
ilmuan
untuk
memperoleh
pengetahuan.19
Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini yaitu melakukan
observasi,
menafsirkan
hasil
pengamatan,
mengelompokkan,
meramalkan,keterampilan berkomunikasi, hipotesis, menerapkan konsep atau prinsip, mengejukan pertanyaan, keterampilan menyimpulkan. Karakteristik
utama
dalam pembelajaran konvensional adalah guru
menyampaikan materi pelajaran secara jelas dan lebih terperinci. Dalam pembelajaran konvensional, peran guru sangat dominan sedangkan siswa pasif
18
Ni Putu Sri Ratna Dewi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 1 Sawan”, Artikel Tesis Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2012, h. 13. 19 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 51.
76
dalam
kegiatan
pembelajaran. Sehingga, peran
serta
siswa
dalam
pembelajaran masih dipengaruhi oleh guru. Pada dasarnya, kedua kelas dengan dua model pembelajaran tersebut (Learning Cycle 7E dan Konvensional) menyajikan materi pelajaran yang sama yaitu sistem endokrin. Perbedaannya terletak pada LKS yang disajikan dan proses pada kegiatan pembelajarannya. Pada pembelajaran model Learning Cycle 7Eproses pembelajaran diawali dengan penyajian fenomena nyata yang dikemas dalam permasalahan realistik. Masalah yang diberikan merupakan masalah
yang belum
terdefinisikan,
sehingga
siswa dituntut
untuk
menganalisis masalah tersebut secara cermat, mengidentifikasi apa yang mereka ketahui dari masalah, yang ingin mereka ketahui dan yang harus mereka cari. Dengan memberikan masalah
nyata
di
awal
pembelajaran, maka
siswa
mengetahui tujuan mereka mempelajari materi tersebut. Penyajian masalah ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Dengan motivasi yang tinggi, siswa lebih tertarik
untuk memecahkan
masalah-masalah
yang terdapat
pada
LKS
sehingga informasi yang didapatkan akan lebih tertata rapi dalam struktur kognitif siswa. Di samping itu, tahapan-tahapan belajar dengan menggunakan Learning Cycle
7Emenuntut
mengembangkan pengetahuannya
siswa dan
untuk
secara
terus menerus
menerapkan pemahaman
yang telah
mereka miliki dalam fenomena yang berbeda. Siswa diajak selalu berpikir untuk menghadapi masalah-masalah
dunia
nyata
yang berhubungan
erat
dengan materi pelajaran yang dibahas. Melalui proses berpikir ini diharapkan dapat menyelesaikan
masalah-masalah
yang dihadapinya
sehingga
dapat
menghasilkan keputusan yang tepat. Sebagai upaya menyelesaikan masalah untuk menghasilkan keputusan yang tepat, diperlukan suatu pemahaman konsep dan kemampuan berpikir.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa, sebagai berikut: 1.
Berdasarkan hasil uji t pada taraf signifikasi α = 0,05 diperoleh thitung sebesar 3,097 yang mana > ttabel 1,99. Rata-rata kelompok eksperimen sebesar 64,41 dan kelompok control sebesar 56,87. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis pada konsep Sistem Endokrin.
2.
Aspek keterampilan berpikir kritis yang diteliti melalui model pembelajaran Learning Cycle 7E terdiri dari lima aspek yaitu memberikan penjelasan sederhana sebesar 72,56, membangun keterampilan dasar sebesar 82,11, kesimpulan sebesar 46,61, membuat penjelasan lebih lanjut sebesar 41,5, dan strategi taktik sebesar 74.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Pembelajaran model Learning Cycle 7E ini dapat dijadikan alternatif model pembelajaran biologi.
2.
Pembelajaran model Learning Cycle 7E dapat diterapkan pada konsep lain dan mata pelajaran lain tetapi dengan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran dengan catatan guru member motivasi agar siswa lebih berperan
77
78
aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas, sehingga diharapkan hasil belajar siswa lebih optimal. 3.
Faktor kedisiplinan waktu dan optimalisasi dalam tiap fase Learning Cycle 7E akan sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yang akhirnya akan berdampak besar pada pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa.
4.
Hasil penelitian ini masih sangat sederhana dan bukan merupakan hasil akhir, untuk
itu
kepada
peneliti
berikutnya
disarankan
agar
mencoba
mengimplementasikan model Learning Cycle 7E pada sekolah yang berbeda dengan kelompok siswa yang berbeda-beda; mencoba untuk mengembangkan model pembelajaran sejenis dengan topik yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1998. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2005. Arikunto.Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. Aryulina, Diah, Choirrul Muslim, dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Jakarta: Esis. 2007. Brookhat, Susan M. Assess Hingher-Order Thingking Skills in Your Classroom. USA: ASDC. 2010. Chabeli, MM. ”High Order Thinking Skills Competencies Reaquired By OutcomesBase Education From Learners”. Research Article University of Johannesburg. 2006. Depdiknas, Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Bab IV No (1) 2005. Jakarta: Depdiknas Dewi, Ni Putu Sri Ratna. “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 1 Sawan”. Artikel Tesis Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 2012. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Echols, John M. and Hasan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia an EnglishIndonesian Dictionary, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Eisenkraft, Arthur, Expanding The 5E Model: A Proposed 7E Model Emphasizes “Transfer Of Learning”And The Importance Of Eliciting Prior Understanding, National Science Teachers Association (NSTA). The Science Teacher, Vol. 70, No. 6, 2003.
79
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif-Kualitatif), Jakarta: Rajawali Press, 2007. Ennis, Robert H. ”Critical Thinking”.Prentice Hall. USA: University of Illinois. 1995. Ennis, Robert H. “Goal for a Critical Thinking Curriculum” dalam AL Costa(ed.), Develeoping Minds: A Resource book for Teaching Thinking. Alexandra: ASCD. 1985. Eggen, Paul dan Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT Indeks. 2012. Everett, Susan and Richard Moyer.Literacy in the Learning Cycle, Incorporating trade books helps plan inquiry-learning experiences. Methods and Strategies: Ideas and techniques to enhance your science teaching, 2014. (www.teachersource.com). Fisher, Alec. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Terj. Dari Critical Thinking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata. Jakarta: Erlangga. 2008. Gunawan, M. Adi.Genius Learning Strategy (Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan Accelerated Learning). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2006. Hartono, “Learning Cycle 7E Model To Increase Student’s Critical Thinking on Science”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 2013. Herlanti, Yanti. “Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains”. Universitas Islam Negeri Jakarta. 2006. Indriyanthi, A.A. Sri Dwi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”. Indriyani, Irma Rosa. “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik”. Thesis pada Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.Yogyakarta. 2013. Tidak dipublikasikan.
80
Irnaningtyas. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Erlangga. 2014. King, FJ, Ludwika Goodson and Faranak Rohani.“High Order Thinking Skills: Definition, Teaching Strategies and Assesment”. A publication of the Educational Services Program. Kuswana, Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Lawson, Anton E., “Using The Learning Cycle To Teach Biology Concepts And Reasoning Patterns”, Journal of Biology Education, 2001. Mabsuthoh, Ngatiatul. “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Massa Jenis”,.Skripsi pada FITK UIN Jakarta. Jakarta. 2001. Tidak dipublikasikan. MuhibbinSyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011.. Nizarwati, dkk, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa Kelas X SMA”.Jurnal pendidikan Matematika volume 3 no.2. 2009. Novianti, Aryani. “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis Siswa”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2012. Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Bab IV No (1), 2005. Peraturan Pemerintah Nomer 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.
81
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010. Rahman, Aditya. “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 SMK 2 Pengasih”. Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta, 2012. Tidak dipublikasikan. Rustaman, Nuryani Y. Konstruktivisme dan Pembelajaran Biologi, Makalah, Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI. 2000.
Siregar, Sofiyan. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.2013.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung. 2005.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006. Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press. 2006. Sujarweni, W. Wiratna dan Poly Endaryanto, Statistika Untuk Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung; Alfabeta. 2012. Sukardi, H.M. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2009.
82
Suparno, “Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Learning Cycle 7E Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa MA Wahid Hasyim Kelas X Yogyakarta”. Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga.Yogyakarta. 2013. Sutrisno, Wawan dkk. “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”. Jurnal Edukasi. Pendidikan Biologi FKP UNS. 2012. Snyder, Lisa Gueldenzophand Mark J.Synder. Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills. North Caroline: The Delta Pi Epsilon Journal. 2008. Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Zulfiani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
83
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan Alokasi Waktu
: : : :
Biologi XI (Sebelas)/ 2 1 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas B. Kompetensi Dasar 3.6
Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan penginderaan)
C. Indikator 1. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin 2. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menganalisis karakteristik kelenjar endokrin 2. Siswa mampu menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin E. Materi Ajar
Karakteristik kelenjar endokrin 1. Merupakan kelenjar buntu 2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon 3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi pembuluh darah dan ditopang oleh jaringan ikat 4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon berbeda-beda 5. Sekresi hormon dapat distimulasi/dihambat oleh kadar hormon lainnya Perbedaan sistem saraf dengan sistem endokrin No 1.
Aspek Pembeda Aksi
Sistem Hormon Lambat
Sistem Saraf Cepat atau segera
87
2.
Respons
3. 4. 5.
Pengaturan Sekresi Komunikasi
Tidak langsung, distribusi lebih luas Jangka panjang Hormon Melalui sistem sirkulasi
Langsung, distribusi lebih sempit Jangka pendek Neurotransmitter Antar neuron melalui sinapsis
F. Strategi Pembelajaran Model Pembelajaran Metode Pembelajaran Pendekatan
: STAD (Student Teams Achievment Division) : Pengerjaan LKS, presentasi, diskusi kelompok : Pembelajaran kooperatif
G. Media danSumberPembelajaran 1. Buku Sains Biologi Kelas XI - Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Esis: Jakarta - Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga: Jakarta 2. Laptop 3. LCD/proyektor 4. LKS 5. Gambar tubuh manusiadan organ-organ penyusun sistem endokrin H. KegiatanPembelajaran a. Kegiatan Awal Kegiatan Motivasi
Aktivitas pembelajaran Guru Siswa Menyampaikan Mendengarkan tujuan penjelasan pembelajaran yang disampaikan Memberikan oleh guru kata mutiaradengan tema: positif thinking
88
Alokasi Nilai Waktu Karakter a. Religius 8 menit b. Disiplin c. Responsif d. Mandiri e. Inisiatif f. Rasa ingintahu
Orientasi
Membagikan Menyimak penjelasan LKS kepada guru mengenai masing-masing pengisian LKS siswa dan Menjawab memberikan pertanyaan petunjuk yang pengerjaan ditanyakan LKS guru Mengatur Memberikan posisi tempat pertanyaan duduk untuk berdasarkan mengulas kelompok materi pada yang pertemuan ditentukan sebelumnya guru Membagikan kelompok
b. KegiatanInti
Elaborasi
Eksplorasi
Aktivitas Pembelajaran Nilai Karakter Guru Siswa Menayangkan Mencatat halvideo tentang hal penting cara kerja dari video a. Rasa system hormon yang ingin dan sistem saraf ditampilkan tahu Melakukan Menjawab b. Disiplin Tanya jawab pertanyaan seputar video guru yang ditampilkan Menjelaskan Menyimak apa a. Rasa materi sesuai yang ingin tahu dengan indikator disampaikan b. Disiplin pembelajaran guru dan mencatatnya Mengerjakan Mendiskusikan a. Responsi LKS yang sudah jawaban pada f dipersiapkan LKS yang sudah b. Berpikir disediakan terbuka c. Kritis Meminta siswa Mempresentas a. Responsi mempresentasi i-kan hasil f hasil diskusi diskusi b. Inisiatif kelompoknya c. Berpikir Mengatur
89
Alokasi Waktu 10 menit
15 menit
30 menit
15 menit
jalannya diskusi antar kelompok
masingmasing Mendiskusika n antar kelompok untuk mencari jawaban yang ideal Mengajak siswa Merespon untuk bermain arahan dan “snowball” penjelasan dari tentang cara kerja guru Konfirmasi system endokrin serta menjelaskan cara dan peraturan permainannya c. Kegiatan Akhir Kegiatan Aktivitas pembelajaran Guru Siswa Refleksi Menanyakan dan Bertanya jika menjelaskan ada yang belum kepada siswa dimengerti tentang materi yang belum dimengerti Evaluasi Menunjuk Siswa yang perwakilan siswa ditunjuk untuk menjawab menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan guru dengan indicator ketercapaian
terbuka d. Kritis
10 menit a. Aktif b. Terbuka
NilaiKarak Alokasi ter Waktu a. Disiplin 7 menit b. Kritis c. Proaktif
a. Mandiri b. Tanggung jawab c. Responsif
I. Penilaian Hasil Belajar a. Bentuk Instrumen : LKS b. Rubrik Penilaian (Terlampir)
Guru Mata Pelajaran
Depok, 11 Mei 2015 Peneliti
Abdul Fatah, M.Pd..
Zahidah Farhati
90
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR Indikator Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
Soal
Bagaimanakah karakteristik sistem endokrin?
Apa saja perbedaan antara system saraf dengan system endokrin?
Jawaban Karakteristik kelenjar endokrin
1. Merupakan kelenjar buntu 2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon 3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi pembuluh darah dan ditopang oleh jaringan ikat 4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon berbeda-beda 5. Sekresi hormon dapat distimulasi / dihambat oleh kadar hormon lainnya No 1. 2.
Aspek Pembeda Aksi Respons
3.
Pengaturan
4. 5.
Sekresi Komunikasi
91
Sistem Hormon Lambat Tidak langsung, distribusi lebih luas Jangka panjang Hormon Melalui sistem sirkulasi
Sistem Saraf Cepat atau segera Langsung, distribusi lebih sempit Jangka pendek Neurotransmitter Antar neuron melalui sinapsis
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan Alokasi Waktu
: : : :
Biologi XI (Sebelas)/ 2 2 2 x 45 menit
A. StandarKompetensi Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu, menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas B. KompetensiDasar 3.6
Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan penginderaan)
C. Indikator 1. Menganalisis letak kelenjar endokrin, sekresi dan peranannya 2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada system endokrin D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya 2. Siswa mampu menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin E. Materi Ajar
Kelenjar endokrin dan sekresi hormon 1. Hipofisis (pituitary) - Hipofisis lobus anterior : GH, TSH, ACTH, gonadotropin - Hipofisis lobus intermedia : Endorphin, MSH - Hipofisis lobus posterior : ADH, oksitosin 2. Tiroid : Tiroksin 3. Paratiroid : Parathormon (PTH) 4. Adrenal : Adrenalin, noradrenalin 5. Pancreas : Glukagon, insulin, somatostatin, polipeptidapankreas 6. Timus : Timosin 7. Gonad - Ovarium : Estrogen, progesteron - Testis : Testosteron
92
F. Strategi Pembelajaran Model Pembelajaran Metode Pembelajaran Pendekatan
: STAD (Student Teams Achievment Division) : Pengerjaan LKS, presentasi, diskusi kelompok : Pembelajaran kooperatif
G. Media dan Sumber Pembelajaran 1. Buku Sains Biologi Kelas XI - Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Esis: Jakarta - Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga: Jakarta 2. Laptop 3. LCD/proyektor 4. LKS 5. Gambar tubuh manusia dan organ-organ penyusun sistem endokrin H. Kegiatan Pembelajaran a. Kegiatan Awal Kegiatan Motivasi
Apersepsi
Aktivitas Pembelajaran Guru Siswa Menyampai Mendengarkan kan tujuan penjelasan pembelajaran yang disampaikan Memberikan oleh guru kata mutiara dengan tema: ilmu Mengarahkan Merapikan untuk duduk posisi tempat sesuai dengan duduk sesuai kelompoknya intruksi guru Membagikan Menyimak LKS kepada penjelasan masingguru mengenai masing siswa pengisian LKS Memberikan Berinisiatif petunjuk untuk pengerjaan memaparkan LKS inti pelajaran pada Meminta pada pertemuan satu orang sebelumnya siswa untuk
93
Nilai Karakter a. Religius b. Disiplin c. Responsif d. Mandiri e. Inisiatif f. Rasa ingin tahu
Alokasi Waktu 8 menit
memaparkan inti pelajaran tentang materi sistem saraf b. Kegiatan Inti
Elaborasi
Eksplorasi
Konfirmasi
Aktivitas Pembelajaran Guru Siswa Menayangkan Mencatat halvideo tentang hal penting dari kelenjarvideo yang kelenjar ditampilkan penyusun Menjawab sistem endokrin pertanyaan guru Melakukan tanya jawab seputar video yang ditampilkan Menjelaskan Menyimak apa materi sesuai yang dengan indikator disampaikan pembelajaran guru dan mencatatnya Mengerjakan Mendiskusikan LKS yang sudah jawaban pada dipersiapkan LKS yang sudah disediakan Meminta siswa Mempresentamempresentasisikan hasil kan hasil diskusi diskusi kelompoknya masing-masing Mengatur jalannya Mendiskusikan diskusi antar antar kelompok kelompok untuk mencari jawaban yang ideal Mengajak siswa Merespon arahan untuk bermain dan penjelasan ”snowball” dari guru. tentang kelenjarkelenjar system endokrin
94
Nilai Karakter
Alokasi Waktu 10 menit
a. Rasa ingin tahu b. Disiplin
a. Rasa ingin tahu b. Disiplin a. Responsif b. Berpikir terbuka c. Kritis
15 menit
30 menit
15 menit a. Responsif b. Inisiatif c. Berpikir terbuka d. Kritis
10 menit a. Aktif b. Terbuka
c. Kegiatan Akhir Kegiatan Refleksi
Evaluasi
Aktivitas Pembelajaran Guru Siswa Menanyakan dan Bertanya jik menjelaskan aada yang belum kepada siswa dimengerti tentang materi yang belum dimengerti Menunjuk Siswa yang perwakilan siswa ditunjuk untuk menjawab menjawab pertanyaan pertanyaan guru sesuai dengan indicator ketercapaian
Nilai Karakter a. Disiplin b. Kritis c. Proaktif
Alokasi Waktu 7 menit
a. Mandiri b. Tanggung jawab c. Responsif
I. Penilaian Hasil Belajar a. Bentuk Instrumen : LKS b. Rubrik Penilaian (Terlampir) Depok, 14 Mei 2015 Peneliti
Guru Mata Pelajaran
Abdul Fatah, M.Pd.
ZahidahFarhati
95
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR Indikator
Pertanyaan
Menganalisis letak kelenjar endokrin, sekresi dan peranannya
Dimana sajakah letak kelenjarkelenjar endokrin? Sebutkan pula sekresi hormone dan peranannya!
Jawaban Kelenjar Hipofisis (pituitary)
Letak di bagian dasar hipofisis otak
Tiroid Paratiroid
Dibawah laring di permukaan belakang tiroid Di bagian posterior toraks diatas jantung Di atas ginjal
Timus
Adrenal Pancreas
Gonad
Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada system endokrin
Jelaskan peranan hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar tersebut! Dan apa yang terjadi bila terjadi gangguan padas ekresi hormonnya
Kelenjar Hipofisis (pituitary)
Tiroid
Paratiroid
96
Sekresi GH, TSH, ACTH, gonadotropin, Endorphin, MSH , ADH, oksitosin Tiroksin Parathormon (PTH) Timosin
Adrenalin, noradrenalin Dibagian Glukagon, insulin, belakang somatostatin, bawah lambung polipeptida pankreas Ovarium dan Estrogen, testis progesterone, Testosteron Peran Pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh, merangsang produksi kelenjar lainnya, dll Meningkatkan laju metabolism sel, stimulasi konsumsi oksigen, dll
Gangguan Hiposekresi: drwarfisme Hipersekresi: gigantisme dll
Hiposekresi: penurunan metabolism, konstipasi, mental lambat, dll Hipersekresi: peningkatan metabolism, diare, penyakit grave, dll Mengendalikan Hiposekresi: keseimbangan penurunan kadar kalsium dan kalsium dalam fosfat darah, tetanus,
Timus Adrenal
Pancreas
Gonad
97
Pengendalian sistemimun Meningkatkan frekuensi jantung, metabolism, mengatur keseimbangan air, dll
peningkatan iritabilitas sistem neuromuscular Penurunan imun Hiposekresi: penyakit Addison Hipersekresi: peningkatan tekanan darah, sindrom adrogenital (pubertas dini), dll Hiposekresi: diabetes mellitus
Mengatur keseimbangan kadar glukosa dalam darah Mengatur Gangguan pada pematangan pematangan gonad gonad (ovum dan sperma)
98
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan Alokasi Waktu
: : : :
Biologi XI (Sebelas )/ 2 1 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu dan menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas B. Kompetensi Dasar 3.6
Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan penginderaan)
C. Indikator 1. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin 2. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menganalisis karakteristik kelenjar endokrin 2. Siswa mampu menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin E. Materi Ajar
Karakteristik kelenjar endokrin 1. Merupakan kelenjar buntu 2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon 3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi pembuluh darah dan ditopang oleh jaringan ikat 4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon 5. Sekresi hormon dapat distimulasi/dihambat oleh kadar hormon lainnya Perbedaan sistem saraf dengan sistem endokrin No Aspek Sistem Hormon Sistem Saraf Pembeda 1. Aksi Lambat Cepat atau segera 2. Respons Tidak langsung, Langsung, distribusi distribusi lebih luas lebih sempit 3. Pengaturan Jangka panjang Jangka pendek 4. Sekresi Hormon Neurotransmitter 5. Komunikasi Melalui sistem sirkulasi Antarneuron melalui sinapsis 98
F. Strategi Pembelajaran Model Pembelajaran Metode Pembelajaran Pendekatan
: Learning Cycle 7E : Pengerjaan LKS, diskusi dan tanya jawab : Konstruktivisme
G. Media dan Sumber Pembelajaran 1. Buku Sains Biologi Kelas XI - Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Esis: Jakarta - Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga: Jakarta 2. Laptop 3. LCD/proyektor 4. LKS 5. Gambar tubuh manusia dan organ-organ penyusun sistem endokrin H. Kegiatan Pembelajaran a. Kegiatan Awal Kegiatan Motivasi
Apersepsi
Aktivitas pembelajaran Guru Siswa Menyampaikan Mendengartujuan kan penjelasan pembelajaran yang disampaikan Memberikan oleh guru kata mutiara dengan tema: positif thinking Mengarahkan Merapikan untuk duduk posisi tempat sesuai dengan duduk sesuai kelompoknya intruksi guru Membagikan Menyimak LKSkepada tiap penjelasan siswa guru mengenai Memberikan pengisian petunjuk LKS pengerjaan LKS Menjawab pertanyaan Memberikan yang pertanyaan ditanyakan untuk mengulas guru materi pada pertemuan sebelumnya 99
Alokasi Nilai Karakter Waktu a. Religius 8 menit b. Disiplin c. Responsif d. Mandiri e. Inisiatif f. Rasa ingin tahu
b. Kegiatan Inti Tahap Learning Cycle 7E
Aktivitas Pembelajaran Guru
Siswa
Menampilkan gambar-gambar seputar sistem saraf (neuron/glia, sinaps,neurotrans mitter, gerak reflek dan gerak sadar) Tahap Elicite (Menimbulkan/ Melakukan tanya mendatangkan) jawab tentang karakteristik sistem saraf yang sudah diketahui siswa Menampilkan gambar kelenjarkelenjar sistem hormon Menampilkan video tentang cara kerja Tahap hormon dan otak Engange Melakukan tanya (Keterlibatan) jawab seputar video yang ditampilkan Meminta masingmasing perwakilan kelompok menuliskan Tahap Explore aspek-aspek yang (Penyelidikan/ menjadi pusat penjajakan) perhatian baik dari video maupun gambar yang sdah ditampilkan sebelumnya di papan tulis
100
Memperhatikan apa yang ditampilkan guru Menjawab secara lisan pertanyaan guru
Memperhatikan apa yang ditampilkan guru Menjawab secara lisan pertanyaan guru Menuliskan aspek-aspek yang menjadi pusat perhatian tersebut di papan tulis
Nilai Karakter
Alokasi Waktu 5 menit
a. Ingin tahu b. Disiplin
a.Tanggung 10 menit jawab b. Komunikatif c. Responsif d. Inisiatif 5 menit
a. Responsif b. Disiplin c. Mandiri d. Proaktif f. Kritis g. Komunikatif
Tahap Explain (Menjelaskan
Tahap Elaborate (mengaitkan)
Tahap Evaluate (Menilai)
Tahap Extend (Memperluas)
Meminta siswa menjelaskan kenapa menjadikan itu sebagai pusat pandangan kelompoknya Mengajak siswa untuk menyelidiki pandangan/poin antar tiap kelompok tersebut dan mencari perbedaannya Melakukan tanya jawab kepada siswa tentang karakteristik kelenjar-kelenjar penyusun sistem hormon Mengisi LKS yang sudah disiapkan Meminta siswa mempresentasikan hasil diskusinya berdasarkan LKS yang sudah didiskusikan Menjelaskan dan meluruskan pemahaman lebih lanjut terkait sistem endokrin
menjelaskan
hasil diskusi kelompoknya terhadap gambar yang ditampilkan Menyelidiki pandangan/poi n antar tiap kelompok tersebut dan mencari persamaannya
7 menit
a. Responsif b. Komunikatif c. Kritis
Menjawab secara lisan pertanyaan guru Mendiskusikan jawaban pada LKS yang sudah disediakan
a.Tanggung 30 jawab menit b. Terbuka c. Bekerja sama d. Kritis
Mempresenta -sikan hasil diskusi kelompoknya
a. Kritis b. Terbuka c. Disiplin e. Tanggung jawab a. Disiplin b. Mandiri
Menyimak penjelasan guru
8 menit
10 menit
c. Kegiatan Akhir Kegiatan Refleksi
Aktivitas Pembelajaran Guru Siswa Menanyakan dan Bertanya jika menjelaskan ada yang belum kepada siswa dimengerti tentang materi
101
Nilai Karakter a. Disiplin b. Kritis c. Proaktif
Alokasi Waktu 7 menit
Konfirmasi dan evaluasi
yang belum dimengerti Menunjuk perwakilan siswa untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan indikator ketercapaian
Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan guru
a. Mandiri b. Tanggung jawab c. Responsif
I. Penilaian Hasil Belajar a. Bentuk Instrumen : LKS b. Rubrik Penilaian (Terlampir)
Guru Mata Pelajaran
Depok, 11 Mei 2015 Peneliti
Abdul Fatah, M.Pd.
Zahidah Farhati
102
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR Indikator Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
Bagaimanakah karakteristik sistem endokrin?
Soal
Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
Apa saja perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin?
Jawaban Karakteristik kelenjar endokrin
1. Merupakan kelenjar buntu 2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon 3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi pembuluh darah dan ditopang oleh jaringan ikat 4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon berbeda-beda 5. Sekresi hormone dapat distimulasi/dihambat oleh kadar hormon lainnya No 1. 2.
3. 4. 5.
103
Aspek Pembeda Aksi
Sistem Hormon Lambat
Sistem Saraf
Cepat atau segera Respons Tidak Langsung, langsung, distribusi lebih distribusi sempit lebih luas Pengaturan Jangka Jangka pendek panjang Sekresi Hormon Neurotransmitter Komunikasi Melalui Antar neuron sistem melalui sirkulasi sinapsis
RUBRIK INSTRUMEN BERPIKIR KRITIS (LKS) Pertemuan : 1 N o
Aspek Berpikir Kritis
1.
Memberikan penjelasa n sederhana
2.
Memberikan penjelasa n sederhana
Sub Indikator Aspek Berpikir Berpikir Kritis Kritis Bertanya Mengapa dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
Bertanya Apa intinya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
Soal
Jawaban
Berdasarkan artikel 1, mengapa hormon dikatakan sebagai pengatur fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem organ?
Berdasarkan artikel nomer 2, apa saja poin pembahasannya? Jelaskan secara singkat!
104
Hormon dikatakan sebagai pengatur fisiologis suatu organ / sistem organ karena kerja hormon memperngaruhi fungsi organ tersebut secara keseluruhan. Antar satu sama lain sistem organ saling berhubungan dan mempengaruhi, terutama sistem saraf dan sistem hormon
Kriteria Penilaian
a. Benar dan lengkap menjawab skor 3 b. Benar tapi kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0 Poin pembahasan pada artikel 2 adalah: a. Benar dan b. Cara kerja sitem saraf (melalui jaringan lengkap neuron dan glia yang terbagi menjadi 3 menjawab fungsi: neuron sensorik, neuron motoric skor 3 dan intermediet) b. Benar tapi c. Neuron mengeluarkan sinyal kurang elektrokimia yaitu neurotransmitter untuk lengkap membantu jalannya impuls dari satu skor 2 neuron ke neuron lain c.Mengerjad. Sifat-sifat neurotransmitter (molekul kan tapi organic kecil yang mengandung nitrogen, kurang dapat memicu respon yang berpeda pada tepat skor
3.
Memberikan penjelasa n sederhana
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
Perbedaan apa yang menyebabkan
4.
Membangun keterampilan dasar
Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
Kemampuan memberikan alasan
sel pasca simpatik, berikatan dengan 1 reseptor yang berpengaruh langsung pada d. Tidak protein dan ion, mengubah permeabilitas menjawab memban sel pascasinaptik) skor 0 e. Komunikasi antar neuron pada sistem saraf berlangsung sangat cepat (beberapa milidetik) f. Macam-macam jenis neurotransmitter Berdasarkan artikel 1 dan 2, apa Artikel 1 a. Benar dan sajakah yang menjadi perbedaannya? Membahas tentang sistem endokrin lengkap Mengapa? (hormon), yaitu membahas tentang sifatmenjawab sifat hormon (mengatur fisiologis skor 3 organ/sistem organ), dibutuhkan dalam b. Benar tapi jumlah yang cukup, karakteristik hormon kurang (merupakan zat kimia organic), hormon lengkap dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang skor 2 distribusinya melalui peredaran darah ke c.Mengerjak organ target dan melakukan kegiatan an tapi spesifik yang pada umumnya sebagai kurang pengatur proses metabolisme tepat skor Artikel 2 1 Membahas tentang sistem saraf, yaitu d. Tidak membahas tentang cara kerja, menjawab neurotransmitter sebagai sekresi yang skor 0 membantu kerja sistem saraf, sifat-sifat neuro transmitter, komunikasi antarneuron yang dilakukan sistem saraf sangat cepat, macam-macam neurotransmitter. Perhatikan pernyataan dibawah ini! Jawaban a dan c tepat. Jawaban b kurang a. Benar dan tepat. Sistem saraf juga bekera dengan lengkap a. Sistem saraf dan hormon spesifik, langsung pada organ tertentu. menjawab merupakan dua pengatur utama skor 3 dalam tubuh untuk menjaga b. Benar tapi homeostasis. Sistem saraf kurang bertindak sebagai penghantar lengkap rangsang yang diterima oleh skor 2 sistem indera dan bertindak
105
5.
Membangun keterampilan dasar
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
sebagai pengatur kerja hormon yang dikeluarkan oleh tubuh. b. Berbeda dengan sistem saraf, hormon bekerja dengan spesifik. Sel target atau organ target yang akan dituju harus dilengkapi dengan sebuah reseptor yang dikenal oleh hormon, jika tidak dikenali, hormon tidak akan bereaksi. Beberapa bagian dalam tubuh tempat diproduksinya hormon disebut kelenjar endokrin. c. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem saraf yang mengontrol hormon bertindak pada dua jalur utama, yaitu hipotalamus dan sistem saraf otonom (simpatik dan parasimpatik) Menurut ketiga pernyataan tersebut tentang sistem saraf dan sistem hormon, manakah penyataan yang tepat dan manakah yang tidak tepat? Mengapa? Mencatat hal- Dari artikel 1 diatas dan pernyataan hal yang soal diatas, tentukanlah isi kolom diinginkan tabel karakteristik sistem endokrin dibawah ini!
c. Mengerja kan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak
menjawa b skor 0
Karateristik sistem endokrin
Karateristik sistem endokrin
Karakteristik kelenjarnya?
Karakteristik kelenjarnya? Diedarkan melalui?
Diedarkan melalui?
106
Kelenjar buntu, karena tidak memiliki saluran dan mensekresikan hormon langsung ke dalam plasma sel-sel Diedaran oleh sel plasma darah ke sel target/penerima
a. Benar dan lengkap menjawab skor 5 b.Karakteristik benar namun penjelasan salah skor antara 2 atau 1
Cara kerja secara?
Cara kerja secara? Menghasilkan?
Menghasilkan
6.
Kesimpulan
Membuat induksi dan memperti mbangkan induksi
Membuat generalisasi
Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah tenunan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluhpembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zatzat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri.Buatlah kesimpulan dari paragraf
107
Spesifik.Cara kerjanya khusus untuk organ tertentu, namun berdampak untuk jangka panjang Hormon
Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah Oleh karena itu disebut sebagai kelenjar buntu.
c. Tidak menjawab skor 0
a. Benar dan lengkap menjawab skor 3 b. Benar tapi kurang lengkap skor 2 c. Mengerja kan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak
menjawa b skor 0
diatas! 7.
8.
Kesimpulan
Kesimpulan
Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
Membuat dan mempertimbangkan nilai
Interpretasi pertanyaan
Perhatikan gambar dibawah ini!
x
Penerapan prinsipprinsip
a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat! b. Jelaskanlah mekanisme kera sistem endokrin diatas dengan langsung pada contoh salah satu kelenjar endokrinnya! Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus otak, terdapat kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang dan memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland, karena banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya. Menurut anda,bagaimana contoh hubungan antara sistem saraf dengan
108
a. Yang ditunjuk oleh X adalah aliran darah a. Benar dan atau dalam hal ini ialah sistem peredaran lengkap darah. Karena hormon yang dihasilkan menjawab oleh kelenjar endokrin didistribusikan skor melalui plasma darah untuk maksimal mencari sel target/penerima 4 (tiap @ b. Contohnya (jawaban bersifat relative) . 2) Kelenjar adrenal yang ada di ginjal b. Tidak mensekresikan hormon adrenalin jika menjawab mendapat rangsangan yang skor 0 membahayakan. Maka, hormon adrenalin itu akan terdistribusi ke sel kulit (sehingga menjadi pucat), ke sel otot ( sehingga mampu berlali lebih cepat daripada biasanya), dll Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi untuk mengatur aktivitas tubuh seperti metabolism, homeostasis (keseimbangan tubuh), pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, dan siklus nutrisi. Misalkan ketika menghadapi situasi yang menegangkan. Sistem saraf menerjemahkan rangsangan yang menegangkan tersebut dan memerintahkan kelenjar hipofifsis untuk mengeluarkan hormon endorphin untuk meresponnya. Selain itu merangsang kelenjar-kelenjar lain, seperti adrenalin dan pancreas untuk mengeluarkan hormonhormonnya. Makanya, kenapa ketika sedang menghadapi situasi yang menegangkan biasanya responnya hampir sama. Misalnya berkeringat dingin, pucat, perut bergejolak/sakit perut, gemeteran, dan
a. Benar dan lengkap menjawab skor 3 b. Benar tapi kurang lengkap skor 2 c.Mengerjakan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Komunikasi
Sekresi
Pengaturan
Respon
Sistem Saraf Sistem Endokrin
10. Membuat Mengiden penjelasan -tifikasi lebih lanjut asumsi
Alasan yang tidak dinyatakan
Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon yang tidak disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh species yang menghasilkan zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat yang bersifat penarik perhatian dari jenis seks yang berlawanan (sex attractants). Hormon ini dihasilkan oleh hewan insect betina yang melalui mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik terhadap dirinya oleh insect jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang termasuk hormona
109
Contoh
Komunikasi
sekresi
Pengaturan
Respon
Aksi
lainnya.
Aspek
Mengklasifikasi dan memberikan contoh
Aksi
Membuat Mendefin penjelaan isikan lebih lanjut istilah
Aspek
9.
sistem endokrin (dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di kehidupan sehari-hari? Antara sistem saraf dengan sistem hormon terdapat perbedaan. Klasifikasikanlah perbedaan diantara keduanya!
Sistem cepat Lang- Jangka neurotra antarn Respon Saraf sung pendek nsmitter euron ketika tangan tertusuk duri Sistem lambat Tidak Jangka hormon Sistem Respon Endokri lang- panjang sirkula ketika n sung si bayi yang baru lahir kekurang an yodium akan menyebab kan penyakit gondok
Feromon adalah salah satu hormon yang dihasilkan oleh neuron di hypothalamus. Karena secara histologis-morfologis neuron dari hipothalamus tidak sama dengan kelenjar endokrin pada umumnya, maka hormon yang dihasilkan oleh neuron hipothalamus ini diberi nama hormon neuron (neurohormone atau neurosecretion).Olehkarena itu, mekanisme kerjanya tidak sepenuhnya melalui pembuluh darah. dan karena itu pula feromon bukanlah termasuk sistem endokrin, kerena memiliki mekanisme kerja dan disekresikannya bukan dari kelenjar endokrin
a.Benar dan lengkap menjawab skor 3 b. Benar tapi kurang lengkap skor 2 c. Mengerja kan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0 a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c.Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab
11
Strategi dan taktik
Memutus kan suatu tindakan
padahal tidak diedarkan ke peredaran darah! Menyeleksi Kafein (1,3,7-trimetilxantin) kriteria untuk merupakan senyawa alkaloid pahit membuat yang biasanya ditemukan dalam teh, solusi kopi, dan biji cokelat. Kafein terutama berfungsi sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan pernapasan. Pada metabolisme tubuh, kafein akan diabsorbsi dengan sempurna dalam sistem pencernaan dalam waktu 3060 menit. Dengan demikian, kafein tidak berefek segera. Pada otak kafein akan menghalangi reseptor adenosin. Reseptor adenosin ini jika terikat pada reseptor sel saraf akan menurunkan aktivitas sel saraf. Akibat kemiripan struktur molekul kafein dengan struktur adenosin, kafein dapat terikat pada reseptor tetapi tidak memberi efek penurunan aktivitas sel saraf. Saraf yang bekerja secara terus menerus akan menyebabkan pelepasan hormon epinefrin. Jika hal tersebut terjadi maka akan mengakibatkan beberapa efek, seperti denyut jantung lebih tinggi, tekanan darah meningkat, aliran darah ke otot meningkat, aliran darah ke kulit dan organ dalam menurun, dan pelepasan glukosa oleh hati yang meningkat. Bagaimanakah jika kafein yang dikonsumsi dalam jumlah sedikit,
110
skor 0 Seperti yang dijelaskan pada teks nya, bahwa kafein mempunyai masa absorpsi dalam sistem pencernaan sekitar 30-60 menit. Sehingga kafein tidak berefek segera. Namun, jika dilakukan secara terus menerus, maka dampaknya akan terlihat nantinya. Berdasarkan penelitian, orang yang sering mengkonsumsi kafein, lebih berpotensi terkena penyakit jantung. Solusinya, mengatur jumlah konsumsi kafein yang masuk kedalam tubuh. Misalnya jika sudah minum kopi hari ini, tidak mengkonsumsi coklat atau teh nantinya. Atau konsumsi kafein tidak dilakukan setiap hari. Selain itu makanan yang bergizi dan pola hidup yang sehat perlu dijaga.
a. Benar dan lengkap menjawab skor 3 b. Benar tapi kurang lengkap skor 2 c.Mengerjakan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
misalnya tiap hari satu cangkir kecil,apakah masih berdampak seperti yang dijelaskan diatas? Bagaimanakah solusinya untuk para penikmat kopi, teh dan coklat?
111
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
No.
Tahapan Learning Cycle 7E
1. Tahap Elicite (Menimbulkan/ mendatangkan)
Pertanyaan
Jawaban
Apa yang kalian ketahui tentang sistem saraf? Organ apa saja yang terlibat dalam penghantaran impuls?
Sistem organ yang paling rumit. Tersusun atas neuron, glia dan sinapsis. Bagian-bagian neuron: badan sel, dendrit dan akson Secara fungsinya, terbagi menjadi dua, sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat Gerak sadar (disengaja/disadari) Impuls reseptor/inderasaraf sensorik otak saraf motoric efektor/otot - jalur panjang, melalui otak - jadi relative lebih lama - Co: mengambil pensil saat akan menulis, berjalan menuju kantin ketika bel istirahat berbunyi Gerak releks (tanpa sadar/disengaja) Impuls reseptor/inderasaraf sensoris STB saraf motoric efektor/otot - Jalur cepat, tanpa melalui otak - Relative cepat - Co: menutup kelopak mata ketika benda asing masuk ke mata, gerakan tangan ketika memegang benda yang panas o Penghantaran impuls melaluimembrane plasma disepanjang akson melalui pintu gerbang/ pompa Na2+ dan K+ . Konsentrasi K+ di dalam sel tetap tinggi dan Na2+ tetap rendah. Ada 3 fase, - Fase istirahat: neuron tidak menghantarkan impuls, pompa Na2+ dan K + tertutup. Keadaan di luar membran (+) di dalam (-) - Fase depolarisasi : adanya rangsangan, pompa Na2+ terbuka ion Na2+ masuk perubahan muatan listrik (luar (-) dalam (+) - Fase repolarisasi: saluran Na2+ tertutup dan tidak aktif. Pompa K+ terbuka sehingga ion K+ keluar dan menyebabkan bagian dalam membran menjadi (-). Semakin lama pompa K+ menutup, membrane menjadi lebih (-) hingga kembali ke tahap istirahat
Apa saja perbedaan gerak reflex dengan gerak sadar?
Bagaimanakah mekanisme penghantaran impuls itu?
Lalu, bagaimana cara kerja sistem saraf? Apakah berlangsung lambat, cepat atau sangat cepat?
112
Cara kerja sistem saraf sangat cepat. Bahkan berdasarkan penelitian, kecepatan kerja otak memperkirakan bahwa neuron dapat api sekitar sekali setiap 5 milidetik , atau sekitar 200 kali per detik .
Ada yang tau apa itu sinaps? Dan apa yang membantu proses terhantarnya impuls dari satu sinapsis ke sinapsis lainnya?
2.
Sinapsis : hubungan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain ; titik temu antara ujung akson dari neuron satu dengan dendrit dari neuron lainnya ; atau hubungan ke otot dan kelenjar. Struktur sinapsis: prasinapsis, celah sinapsis, pascasinapsis Pada celah sinapsis tersebut terdapat neurotransmitter yang berperan memngirimkan impuls, atau proses ini disebut transmisi sinapsis. Neurotransmitter mempunyai sifatsifat: - Eksitasi : meningkatkan impuls. ex: asetilkolin dan norefinefrin - Inhibisi : menghambat impuls. Ex: GABA (gamma aminobutyric acid) pada jaringan otak dan glisin pada medulla spinalis Kelenjar apa saja yang menyusun - Kelenjar hipofisis (pituitary) : di bagian dasar sistem endokrin? hipofisis otak, sebesar kacang, berat 0,5 gram, bentuk oval - Kelenjar tiroid (kelenjar gondok) : terdiri atas folikel-folikel dalam 2 lobus lateral terletak dibawah laring - Kelenjar paratiroid (kelenjar anak gondok) : terdiri atas 4 organ kecil berukuran sebesar biji apel, terletak di permukaan belakang tiroid - Kelenjar timus : terdiri dari 2 lobus berwarna kemerah-merahan, terletak di bagian posterior toraks diatas jantung - Kelenjar adrenal (kelenjar anak ginjal) : terletak di atas ginjal, berwarna kuning dan tertanam pada jaringan adiposa - Kelenjar pancreas : berbentuk pipih, terletak dibagian belakang bawah lambung - Kelenjar kelamin (ovarium dan testis) Dari dua video berikut (tentang Yang menjadi pusat perhatian artikel 1 sistem saraf dan endokrin), aspek- membahas secara umum tentang karakteristik aspek apa saja yang menjadi pusat hormon: perhatian? - Hasil sekresi dari kelenjar-kelenjar pada Tahap Engange sistem endokrin (Keterlibatan) - Cara kerjanya secara tidak langsung melalui pembuluh darah dan mencari sel targetnya di seluruh tubuh - Akibatnya,pengaruh (respon)nya muncul
113
3.
4.
Tahap Explore (Penyelidikan/ penjajakan) Tahap Explain (Menjelaskan)
5.
Bisakah perwakilan kelompok menuliskan dipapan tulis hasil diskusinya? Mengapa kelompok anda menjadikan hal tersebut sebagai aspek perhatiannya? Coba kita amati jawaban masingmasing kelompok! Adakah persamaannya? Apa saja karakteristik yang membedakan antara sistem saraf dengan sistem endokrin?
Tahap Elaborate (mengaitkan)
6.
7.
Apa ada jawaban yang berbeda Tahap Evaluate dari yang sudah kelompok ini (Menilai) sampaikan tentang hasil diskusi mereka? Mengapa ? Tahap Extend (Memperluas)
114
relatif lebih lama namun lebih permanen (jangka panjang) efeknya Yang menjadi pusat perhatian artikel 2 Membahas secara umum tentang - Mekanisme kerja sistem saraf (pembagian tugas: neuron sensorik, motoric dan interneuron) - Sifat-sifat neurotransmitter (merupakan molekul orgnanik kecil yang mengandung nitrogen, perbedaan neurotransmitter memicu respon yang berbeda, waktu komunikasi antarsinapsis yang sangat cepat, macammacam contoh neurotransmitter) ---
---
Sama-sama membahas sekresi yang membantu kerja sistem saraf (yaitu neurotransmitter) dan sistem endokrin (yaitu hormon) Aspek pembeda - Aksi : lambat/cepat - Respon : tidak langsung krn distribusi lebih luas/langsung krn distribusi lebih sempit - Pengaturan : jangka panjang/jangka pendek - Sekresi : hormon/neurotransmitter - Komunikasi : sistem sirkulasi/antarneuron melalui sinapsis ---
---
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI (Sebelas )/ 2
Pertemuan
: 2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu dan menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas B. Kompetensi Dasar 3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan penginderaan) C. Indikator 1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya 2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya 2. Siswa mampu menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin E. Materi Ajar Kelenjar endokrin dan sekresi hormon 1. Hipofisis (pituitary) - Hipofisis lobus anterior : GH, TSH, ACTH, gonadotropin - Hipofisis lobus intermedia : Endorphin, MSH - Hipofisis lobus posterior : ADH, oksitosin 2. Tiroid : Tiroksin 3. Paratiroid : Parathormon (PTH) 4. Adrenal : Adrenalin, noradrenalin 5. Pancreas : Glukagon, insulin, somatostatin, polipeptida pankreas 6. Timus : Timosin 7. Gonad - Ovarium : Estrogen, progesteron - Testis : Testosteron
115
F. Strategi Pembelajaran Model Pembelajaran : Learning Cycle 7E Metode Pembelajaran : Pengerjaan LKS, diskusi dan tanya jawab Pendekatan : Kontruktivisme G. Media dan Sumber Pembelajaran 1. Buku Sains Biologi Kelas XI - Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Esis: Jakarta - Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga: Jakarta 1. Laptop 2. LCD/proyektor 3. LKS 4. Gambar tubuh manusia dan organ-organ penyusun sistem endokrin H. Kegiatan Pembelajaran a. Kegiatan Awal Kegiatan Motivasi
Apersepsi
Aktivitas Pembelajaran Nilai Karakter Guru Siswa a. Religius Menyampai Mendengarkan tujuan kan penjelasan b. Disiplin c. Responpembelajaran yang sif disampaikan Memberikan d. Mandiri oleh guru kata mutiara e. Inisiatif dengan tema: f. Rasa ilmu ingin Mengarahkan Merapikan tahu untuk duduk posisi tempat sesuai dengan duduk sesuai kelompoknya intruksi guru Membagikan Menyimak LKS kepada penjelasan masingguru masing siswa mengenai pengisian Memberikan LKS petunjuk pengerjaan Berinisiatif LKS untuk memaparkan Meminta pada inti pelajaran satu orang pada siswa untuk pertemuan memaparkan sebelumnya inti pelajaran tentang materi sistem saraf 116
Alokasi Waktu 8 menit
b. Kegiatan Inti Tahap Learning Cycle 7E
Aktivitas Pembelajaran Guru
Siswa
Menampilkan dua gambar kasus yang dipengaruhi oleh sistem hormon, yaitu Tahap Elicite orang kerdil (Menimbulkan/ dan penyakit mendatangkan) gondongan. Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kasus tersebut Menampilkan 2 artikel terkait kasus orang kerdil dan penyakit Tahap gondongan Engange tersebut (Keterlibatan) Melakukan tanya jawab seputar artikel yang ditampilkan Menampilkan gambar kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid Meminta siswa Tahap Explore menghubung(Penyelidikan/ kan antara penjajakan) kelenjarkelenjar tersebut dengan 2 kasus yang diangkat sebelumnya Menampilkan
117
Memperhatikan apa yang ditampilkan guru Menjawab secara lisan pertanyaan guru
Memperhatikan apa yang ditampilkan guru Menjawab secara lisan pertanyaan guru
Memperhatikan apa yang ditampilkan guru Menjawab secara lisan pertanyaan guru Menempelkan organ-organ penyusun pada sistem endokrin, hormon sekresi dan
Nilai Karakter
Alokasi Waktu 7 menit
a. Rasa ingin tahu b. Disiplin
8 menit a. Tanggung jawab b. Komunikatif c. Responsif d. Inisiatif
10 menit
a. b. c. d. e.
Responsif Disiplin Mandiri Proaktif Kritis
Tahap Explain (Menjelaskan)
tahap Elaborate (mengaitkan)
Tahap Evaluate (Menilai)
gambar sistem endokrin secara keseluruhan Meminta siswa menghubungkan antara organ-organ penyusun pada sistem endokrin dengan hormon sekresinya Meminta perwakilan siswa untuk menjelaskan kegiatan menghubungan antara organorgan penyusun pada sistem endokrin dengan hormon sekresinya Melakukan tanya jawab kepada siswa untuk menghubungkan antara organ-organ penyusun pada sistem endokrin, hormon sekresi dan peranannya Memerintahkan siswa untuk menjawab LKS yang disiapkan Meminta siswa mempresentasikan hasil 118
fungsinya pada media yang disiapkan guru
Menjelaskan tentang hubungan antara organorgan penyusun pada sistem endokrin dengan hormon sekresinya
a. Tanggung jawab b. Disiplin c. Terbuka d. Proaktif e. Komunikatif
10 menit
Menjawab secara lisan pertanyaan guru Mendiskusikan jawaban pada LKS yang sudah disediakan
a. Tanggung jawab b. Terbuka c. Bekerja sama d. Kritis
20 menit
Mempresentasi kan hasil diskusi
a. Kritis b. Terbuka c. Disiplin
10 menit
Tahap Extend (Memperluas)
diskusinya mulai dari kasus yang diangkat, hingga hubungan antara sekresi, kelenjar dan peranannya, pada sistem endokrin Menjelaskan dan meluruskan pemahaman lebih lanjut terkait sistem endokrin
kelompoknya
d. Tanggung jawab
Menyimak penjelasan guru
a. Disiplin b. Mandiri
c. Kegiatan Akhir Kegiatan Refleksi
Konfirmasi dan evaluasi
Aktivitas pembelajaran Nilai Karakter Guru Siswa Menanyakan dan Bertanya jika a. Disiplin menjelaskan ada yang belum b. Kritis kepada siswa dimengerti c. Proaktif tentang materi yang belum dimengerti Menunjuk Siswa yang a. Mandiri perwakilan siswa ditunjuk b. Tanggung untuk menjawab menjawab jawab pertanyaan guru pertanyaan guru c. Responsif untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran
Alokasi Waktu 7 menit
I. Penilaian Hasil Belajar a. Bentuk Instrumen : LKS b. Rubrik Penilaian (Terlampir)
Guru Mata Pelajaran
Depok, 14 Mei 2015 Peneliti
Abdul Fatah, M.Pd.
Zahidah Farhati
119
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR
Indikator
Pertanyaan
Menganalisis letak kelenjar endokrin, sekresi dan peranannya
Dimana sajakah letak kelenjarkelenjar endokrin? Sebutkan pula sekresi hormon dan peranannya!
Jawaban Kelenjar Hipofisis (pituitary)
Letak di bagian dasar hipofisis otak
Tiroid Paratiroid
dibawah laring di permukaan belakang tiroid di bagian posterior toraks diatas jantung di atas ginjal
Timus
Adrenal Pancreas
Gonad
Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin
Jelaskan peranan hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar tersebut! Dan apa yang terjadi bila terjadi gangguan pada sekresi hormonnya
Kelenjar Hipofisis (pituitary)
Tiroid
Paratiroid
120
Sekresi GH, TSH, ACTH, gonadotropin, Endorphin, MSH , ADH, oksitosin Tiroksin Parathormon (PTH) Timosin
Adrenalin, noradrenalin dibagian Glukagon, insulin, belakang somatostatin, bawah lambung polipeptida pankreas Ovarium dan Estrogen, testis progesterone, Testosteron Peran Pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh, merangsang produksi kelenjar lainnya, dll Meningkatkan laju metabolism sel, stimulasi konsumsi oksigen, dll
Mengendalikan keseimbangan
Gangguan Hiposekresi: drwarfisme Hipersekresi: gigantisme dll
Hiposekresi: penurunan metabolism, konstipasi, mental lambat, dll Hipersekresi: peningkatan metabolism, diare, penyakit grave, dll Hiposekresi: penurunan kadar
kalsium fosfat
Timus Adrenal
Pancreas
Gonad
121
dan kalsium dalam darah, tetanus, peningkatan iritabilitas sistem neuromuscular Pengendalian Penurunan imun sistem imun Meningkatkan Hiposekresi: frekuensi penyakit Addison jantung, Hipersekresi: metabolism, peningkatan mengatur tekanan darah, keseimbangan sindrom air, dll adrogenital (pubertas dini), dll Mengatur Hiposekresi: keseimbangan diabetes mellitus kadar glukosa dalam darah Mengatur Gangguan pada pematangan pematangan gonad gonad (ovum dan sperma)
RUBRIK INSTRUMEN BERPIKIR KRITIS (LKS) Pertemuan : 2
N O 1.
2.
Aspek Berpikir Kritis Memberikan penjelasan sederhana
Sub Aspek Berpikir Kritis Memfokuskan pertanyaan
Indikator Berpikir Kritis Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untk mempertimbangkan jawaban yang mungkin
Soal
Jawaban
Kriteria Penilaian
Kemukakan penjelasan anda mengenai dwarfisme (orang kerdil) dapat mengalami gangguan pada pergerakan namun tidak mempengaruhi kemampuan intelektual!
Orang yang mengalami dwarfisme disebabkan oleh kurangnya hormon pertumbuhan (GH). Dan hormon pertumbuhan ini akan mempengaruhi bentuk fisik tubuh saja (baik proporsional atau tidak proporsional) sedangkan intelektual nya masih sama seperti umumnya. Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh defisiensi hormon tidak menyerang sistem saraf secara langsung, tapi melalui sel-sel disekitarnya. Kelenjar gondok menghasilkan hormon tiroksin yang terbuat dari asam amino tirosin yang mengandung iodin. Maka, jika kekurangan iodin pada waktu yang lama, tiroksin akan membengkak. Yodium/iodium merupakan mineral yang harus dimiliki oleh tubuh terutama saat bayi
a. Benar dan lengkap menjawab skor 3 b. Benar tapi kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0 a. Benar dan lengkap menjawab skor 3 b. Benar tapi kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Memberikan penjelasan sederhana
Menganalisis argumen
Mengiden- Buatlah analisis mengenai kekurangan tifikasi yodium pada bayi dapat menyebabkan alasan yang kematian! dinyatakan
122
3.
Memberikan penjelasan sederhana
Bertanya dan Mengapa menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
4.
Memberikan penjelasan sederhana
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
5.
Membangun Mempertimketerampilan bangkan dasar kredibilitas suatu sumber
Berdasarkan soal nomer 1, apa saja yang menyebabkan terjadinya dwarfisme? Mengapa demikian?
Perbedaan Berdasarkan kasus pada artikel 1 dan apa yang 2, apakah yang menjadi persamaan menyebab- dan perbedaannya? Jelaskan! kannya
Kemampuan memberi alasan
Perhatikan pernyataan dibawah ini! a. Defisiensi yodium terjadi pada janin merupakan dampak dari kekurangan yodium pada ibu. Keadaan ini berkaitan dengan meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat lahir dan semua ini dapat dicegah melalui penanganan yang tepat b. Keberfungsian tiroid pada bayi baru lahir terhubung dengan kenyataan bahwa otak bayi baru lahir hanya sepertiga ukuran normal orang dewasa. Otak bayi akan terus berkembang dengan cepat hingga
123
Penyebab dwarfisme ialah karena gangguan pada hormon pertumbuhan (GH) baik terjadi secara bawaan/genetic atau secara lingkungan. Kalau secara genetic terjadinya sejak anak dilahirkan tidak mengalami pertumbuhan. Sedangkan jika terjadinya disebabkan karena lingkungan baru muncul ketika sudah kanak-kanak/menjelang pubertas.
a. Benar dan lengkap menjawab skor 3 b. Benar tapi kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0 Persamaannya ialah keduanya a. Benar dan disebabkan oleh gangguan pada sistem lengkap endokrin/hormon. menjawab skor 3 Perbedaannya, kelenjar dan b. Benar tapi hormonnya. Kalau dwarfisme (orang kurang lengkap kerdil) disebabkan karena defisiensi skor 2 hormon pertumbuhan (GH) yang c. Mengerjakan dikeluarkan oleh hormon hipofisis, tapi kurang tepat sedangkan gondok disebabkan oleh skor 1 defisiensi hormon tiroksin yang d. Tidak menjawab dikeluarkan oleh hormon tiroid skor 0 Pernyataan a dan b tepat. Pernyataan c a. Benar dan kurang tepat. Daerah sekitar pantai lengkap merupakan daerah yang kaya akan menjawab skor 3 iodium, karena dihasilkan langsung b. Benar tapi dari air laut kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
6.
akhir tahun kedua kehidupannya. Dan hormon tiroid sangat bergantung pada kecukupan asupan yodium yang akan menjadi sangat penting dalam perkembangan normal otak c. Selain faktor defisiensi hormon tiroid, penyakit gondok disebabkan juga karena kurangnya konsumsi yodium dalam tubuh. Kekurangan yodium juga dapat disebabkan oleh karena komponen tanah yang langka sehingga dalam makanan hanya terdapat jumlah yang sedikit. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab jumlah penderita penyakit gondokan ini lebih banyak di daerah pantai Menurut ketiga sumber terkait tentang akibat defisiensi yodium, manakah pernyataan yang tepat dan tidak tepat mengenai akibat defisinsi yodium? Mengapa? Membangun Mengobser- Ikut terlibat Perhatikan gambar dibawah ini! keterampilan vasi dan dalam dasar mempertim- menyimpul bangkan hasil kan observasi
Kelenjar apakah disamping? Apakah fungsinya?
124
a. Kelenjar hipofisis yang berfungsi untuk mensekresikan hormon pertumbuhan (GH). Ketika terjadi hiposekresi GH akan mengalami dwarfisme, dan jika terjadi hipersekresi akan mengalami gigantisme b. Kelenjar tiroid yang berfungsi menghasilkan hormon tiroksin. Jika orang dewasa mengalami hiposekresi hormon tiroksin akan terjadi gondok, sedangkan jika pada bayi bisa sampai meninggal
a. Benar dan lengkap menjawab skor 3 b. Benar tapi kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
7.
Membangun Mengobserketerampilan vasi dan dasar mempertimba -ngkan hasil observasi
Mencatat hal-hal yang diinginkan
Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat ! 7 1 2
6 8
N Kelenjar o 1 Hipofisis .
5 2 Pancreas .
4
3
3 Testis .
N Kelenjar o 1.
Fungsi
Peranan
4 Ovarium .
2. 5 Adrenal .
3. 4. 5. 6.
6 Tiroid .
7. 8.
125
Fungsi
Peranan
Sekresi GH, TSH, ACTH, FSH, LH, Endomorfin, MSH, ADH, Oksitosin Sekresi hormon insulin, glucagon, somatostatin Sekresi hormon Testosterone Sekresi hormon Estrogen dan progesteron
Master of glands, mempengaruhi kelenjar lainnya
Sekresi hormon adrenalin, noradrenalin, aldosterone, glukokortikoid, gonadokortikoid Sekresi hormon tiroksin
Mempengaruhi frekuensi tekanan jantung, konsumsi oksigen, dll
Mengatur kadar glukosa dalam darah Membantu pemasakan spermatozoa Mempengaruhi pemasakan ovum
Meningkatkan laju metabolism sel, menstimulasi konsumsi oksigen, pertumbuhan dan perkembangan tulang, gigi, jaringan ikat dan saraf
a. Benar dan lengkap maksimal @ skor 2 b. Benar tidak lengkap @ skor 1 c. Tidak menjawab skor 0
8.
Kesimpulan
Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi
9.
Startegi dan taktik
Memutuskan suatu tindakan
Membuat Perhatikan pernyataan dibawah ini: generalisasi a. Gejala mulai tampak sejak bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari kecil postur tubuhnya selalu lebih kecil dari anak yang lain. b. Gejala baru muncul pada penghujung masa kanak-kanak atau pada masa pubertas, jadi saat kecil sama dengan yang lain, namun kemudian tampak terhentinya pertumbuhan sehingga menjadi lebih pendek dari yang lain. Kadang juga disertai gejala-gejala lain akibat kurangnya hormonhormon lain yang juga diproduksi hipofisis. Buatlah generalisasi dari pernyataan diatas! Menyeleksi Hormon pertumbuhan (GH) yang kriteria dihasilkan dengan teknologi DNS untuk telah membantu ratusan anak yang membuat menderita kekerdilan pituitary untuk solusi tumbuh secara normal dan mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormon itu begitu mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup
126
7 Paratiroid .
Sekresi hormon parathormon (PTH)
8 Timus .
Sekresi hormon timosin
Mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh Sistem imun
a. Benar dan lengkap Penyakit dwarfisme itu disebabkan menjawab skor 3 kekurangan hormon pertumbuhan yang b. Benar tapi congenital (bawaan) sejak lahir dan kurang lengkap kekurangan hormon pertumbuhan yang skor 2 didapat dalam pertumbuhan c. Mengerjakan selanjutnya. tapi kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Kriteria dalam pemanfaatan teknologi GH secara buatan jika defisiensi/ kekurangan hormon GH nya bukan disebabkan oleh genetic, atau secara keturunan tidak mempunyai kelainan GH. Dalam hal ini berarti dengan merangsang hormon GH yang berasal dari luar tubuh.
a. Benar dan lengkap menjawab skor 3 b. Benar tapi kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan tapi kurang tepat
cepat ingin menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti pengurangan lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum diketahui apakah suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang secara serius membahayaan pada individu yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari. Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana yang dapat diatasi dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain?
127
skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN No
1.
Tahap Learning Pertanyaan Cycle 7E Tahap Elicite Pernahkah kamu melihat (Menimbulkan/ orang kerdil dan gondokan? mendatangkan) Kira-kira apakah penyebabnya? Tahap Hormon apakah yang Engange mempengaruhi 2 kasus (Keterlibatan) tersebut?
2. Samakah penyebabnya? Tahap Explore (Penyelidikan/ penjajakan)
(menampilkan gambar kelenjar hipofisis dan tiroid) Gambar apakah ini? Apakah hubungannya dengan kedua kasus diatas? Apakah banyak/sedikitnya hormon yang disekresikan mempengaruhi banyak hal dalam tubuh? Lalu, kadar hormon yang bagaimana yang optimal? (Menampilkan gambar sistem endokrin secara keseluruhan) Apakah ada yang bisa menyebutkan kelenjar-kelenjarnya?
3.
Jawaban Kekerdilan (dwarfisme) dan gondokan itu disebabkan karena sekresi hormon-hormon dalam tubuhnya Kekerdilan (dwarfisme) disebabkan karena kurangnya hormon pertumbuhan (growth hormone) yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Sedangkan penyakit gondokan disebabkan karena kurangnya iodin dalam waktu lama, sehingga tiroid akan membengkak Berbeda. Seperti yang dijelaskan diatas Gambar hipofisis dan gambar tiroid. Keduanya yang mempengaruhi penyebab dari kasus diatas
Mempengaruhi. Kurangnya sekresi (hiposekresi) ataupun kelebihan sekresi (hipersekresi) hormonhormon akan mempengaruhi pengaturan metabolism, pertumbuhan dan perkembangan jangka panjang. Dalam kadar yang sedikit. Tidak kekurangan, namun juga tidak berlebihan. No
Kelenjar
1.
Hipofisis Sekresi GH, TSH, ACTH, FSH, LH, Endomorfin, MSH, ADH, Oksitosin Pancreas Sekresi hormon insulin, glucagon, somatostatin Testis Sekresi hormon Testosterone
2.
3.
4.
Tahap Explain (Menjelaskan)
Tahap Elaborate (mengaitkan)
Apakah ada yang bisa menjelaskan sekresi hormon dari kelenjarkelenjar tersebut? Apakah ada yang bisa menjelaskan contoh peranannya?
4.
Ovarium
Sekresi hormon Estrogen dan progesteron
5.
Adrenal
6.
Tiroid
Sekresi hormon adrenalin, noradrenalin, aldosterone, glukokortikoid, gonadokortikoid Sekresi hormon tiroksin
5.
128
Fungsi
Peranan Master of glands, mempengaruhi kelenjar lainnya Mengaturkadar glukosa dalam darah Membantu pemasakan spermatozoa Mempengaruhi pemasakan ovum
Mempengaruhi frekuensi tekanan jantung, konsumsi oksigen, dll
Meningkatkan laju metabolism sel, menstimulasi
7.
8.
6. 7.
Tahap Evaluate (Menilai) Tahap Extend (Memperluas)
---
---
---
---
129
konsumsi oksigen, pertumbuhan dan perkembangan tulang, gigi, jaringan ikat dan saraf Paratiroid Sekresi hormon Mengendalikan parathormon (PTH) keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh Timus Sekresi hormon Sistem imun timosin
Lampiran 2
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS XI Sman 5 dEPOK
NAMA: KELAS
2015
130
Materi
: Sistem Endokrin
Pertemuan
:1
Hari / tanggal :
KOMPETENSI DASAR 1.1
Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam tubuh manusia, dengan cara menjaga serta memeliharanya menurut ajaran agama yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) secara gotong royong, kerjasama, resposif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi 3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara fisik, kimia dan biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot 3.12
Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada
sistem indera 4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada indera 4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada sistem regulasi (saraf, endokrin, indera) INDIKATOR 1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya 2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin 3. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin 4. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
131
^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^ 1.
Budayakan berdo’a sebelum melakukan aktivitas, termasuk saat akan mengisi LKS ini
2.
Bacalah dengan seksama dan teliti artikel-artikel maupun pertanyaan pada LKS
3.
Diskusikan dengan teman satu kelompokmu untuk menjawab pertanyaan
4.
Tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan ataupun materi yang tidak dipahami
5.
Isilah LKS pada waktu yang disediaka
Artikel 1 Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Hormon yang berasal dari kata harmao, yang berarti pembangkit aktivitas, adalah sebuah zat kimia organik. Upaya untuk memberikan definisi tentang hormon yang tepat tidaklah mudah. Oleh karena itu adalah lebih baik dan lebih berarti kalau mengenal sifat-sifat dari zat tersebut. Sifat-sifat dari hormon adalah zat ini merupakan pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup sesuatu organ atau suatu sistem. Hal ini disebabkan pada sistem organ tubuh manusia, fungsi kerjanya saling mempengaruhi satu sama lain. Sistem pengadaan gula di dalam darah misalnya diatur oleh beragam hormon. Diantaranya hormon insulin dan glukagon. Insulin akan meningkatkan aktivitas dari permeabilitas membran sel terhadap gula darah. Akibatnya produksi insulin yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya kadar gula di dalam darah. Sebaliknya apabila glukagon yang meningkatkan produksi glikogen di dalam hati akan dimobilisir menjadi gula darah dengan konsekuensi bahwa kadar gula di dalam darah akan meningkat. Otot jantung akan melakukan kontraksi meskipun tanpa adanya hormon. Tetapi bila kepada otot jantung ini diberikan adrenalin maka intensitas kontraksi otot jantung ini akan meningkat. Kekhususan yang lainya dikaitkan dengan hormon adalah bahwa hormon merupakan zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Selanjutnya hormon dihasilkan oleh sel hidup yang sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Setelah masuk ke dalam pembuluh darah maka hormon akan dihantar melalui sistem 132
peredaran darah ke suatu organ tujuan (target organ) tertentu yang relatif jauh dari kelenjar penghasil hormonnya. Setibanya di tempat organ tujuan maka hormon tersebut akan melakukan kegiatan yang spesifik yang pada umumnya sebagai pengatur atau integrator proses metabolisme dari organ tujuannya. Sumber : Jurnal File UPI Bandung
Artikel 2
Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks.Ia bekerja melalui jaringan kompleks neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel dari sistem saraf. Neuron melakukan sinyal atau impuls antara dua komponen dari sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf perifer.Ada terutama tiga jenis neuron, neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron. Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang diterima dari alat indera, seperti mata, hidung atau kulit, ke sistem saraf pusat, yaitu, ke otak dan sumsum tulang belakang.Otak pada gilirannya, memproses rangsangan tersebut dan mengirimkannya kembali ke bagian lain dari tubuh, memberitahu mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis tertentu dari stimulus.Motor neuron bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf otak dan tulang belakang, dan mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh. Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca impuls, yang diterima dari neuron sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan. Mereka terutama ditemukan di otakdan sumsum tulang belakang.Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul organik kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah neurotransmiter tunggal dapat memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal ini tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmiter berikatan dengan reseptor yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas membran sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik ini berlangsung dalam waktu beberapa milidetik.Ada beberapa macam neurotransmitter, misalnya asetil kolin, asam amino, neuropeptide, dan masih banyak lainnya. Sumber : Jurnal File UPI Bandung
133
1. Berdasarkan artikel 1, mengapa hormon dikatakan sebagai pengatur fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem organ?
2. Berdasarkan artikel nomer 2, apa saja poin pembahasannya? Jelaskan secara singkat!
3. Berdasarkan artikel 1 dan 2, apa sajakah yang menjadi perbedaannya? Mengapa?
134
4. Perhatikan pernyataan dibawah ini! a. Sistem saraf dan hormon merupakan dua pengatur utama dalam tubuh untuk menjaga homeostasis. Sistem saraf bertindak sebagai penghantar rangsang yang diterima oleh sistem indera dan bertindak sebagai pengatur kerja hormon yang dikeluarkan oleh tubuh. b. Berbeda dengan sistem saraf, hormon bekerja dengan sangat spesifik. Sel target atau organ target yang akan dituju harus dilengkapi dengan sebuah reseptor yang dikenal oleh hormon, jika tidak dikenali, hormon tidak akan bereaksi. Beberapa bagian dalam tubuh tempat diproduksinya hormon disebut kelenjar endokrin. c. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem saraf yang mengontrol hormon bertindak pada dua jalur utama, yaitu hipotalamus dan sistem saraf otonom (simpatik dan parasimpatik) Menurut ketiga pernyataan tersebut tentang sistem saraf dan sistem hormon, manakah penyataan yang tepat dan manakah yang tidak tepat?Mengapa?
5. Dari artikel 1 diatas diatas, tentukanlah isi kolom tabel karakteristik sistem endokrin dibawah ini! Karateristik sistem endokrin
Penjelasan
Karakteristik kelenjarnya…. Diedarkan melalui… Cara kerja… Menghasilkan… Dibutuhkan dalam jumlah yang….
135
6. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah jaringan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zatzat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri. Buatlah generalisasi dari paragraf diatas!
7. Perhatikan gambar dibawah ini!
x
a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat! b. Jelaskanlah mekanisme kerja sistem endokrin berdasarkan pada gambar diatas dengan langsung pada contoh salah satu kelenjar endokrinnya!
136
8. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus otak, terdapat kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang dan memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland, karena banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya. Menurut anda,bagaimana contoh hubungan antara sistem saraf dengan sistem endokrin (dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di kehidupan sehari-hari?
9. Antara sistem saraf dengan sistem hormon terdapat perbedaan. Klasifikasikanlah perbedaan diantara keduanya! Aspek Contoh Sistem Saraf Sistem Endokrin 10. Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon yang tidak disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh species yang menghasilkan zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat yang bersifat penarik perhatian dari jenis seks yang berlawanan (sex attractants). Hormon ini dihasilkan oleh hewan insect betina yang melalui mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik terhadap dirinya oleh insect jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang termasuk hormona padahal tidak diedarkan ke peredaran darah!
137
11. Kafein (1,3,7-trimetilxantin) merupakan senyawa alkaloid pahit yang biasanya ditemukan dalam teh, kopi, dan biji cokelat. Kafein terutama berfungsi sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan pernapasan. Pada metabolisme tubuh, kafein akan diabsorbsi dengan sempurna dalam sistem pencernaan dalam waktu 30-60 menit. Dengan demikian, kafein tidak berefek segera. Pada otak kafein akan menghalangi reseptor adenosin. Reseptor adenosin ini jika terikat pada reseptor sel saraf akan menurunkan aktivitas sel saraf. Akibat kemiripan struktur molekul kafein dengan struktur adenosin, kafein dapat terikat pada reseptor tetapi tidak memberi efek penurunan aktivitas sel saraf. Saraf yang bekerja secara terus menerus akan menyebabkan pelepasan hormon epinefrin. Jika hal tersebut terjadi maka akan mengakibatkan beberapa efek, seperti denyut jantung lebih tinggi, tekanan darah meningkat, aliran darah ke otot meningkat, aliran darah ke kulit dan organ dalam menurun, dan pelepasan glukosa oleh hati yang meningkat. Bagaimanakah jika kafein yang dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, misalnya tiap hari satu cangkir kecil,apakah masih berdampak seperti yang dijelaskan diatas?Bagaimanakah solusinya untuk para penikmat kopi, teh dan coklat?
Jika kamu tidak kuat menanggung lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan {Imam Syafi’i}
138
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
SISTEM ENDOKRIN Materi Biologi Kelas XI SMAN 5 Depok
Nama : Kelas : Kelompok :
2015
139
Materi
: Sistem Endokrin
Pertemuan
:2
Hari / tanggal :
KOMPETENSI DASAR 1.1
Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam tubuh manusia, dengan cara menjaga serta memeliharanya menurut ajaran agama yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) secara gotong royong, kerjasama, resposif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi 3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara fisik, kimia dan biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot 3.12
Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada sistem indera
4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada indera 4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada sistem regulasi (saraf, endokrin, indera) INDIKATOR 1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya 2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin 3. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin 4. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
140
^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^ 1.
Budayakanberdo’asebelummelakukanaktivitas, termasuksaatakanmengisi LKS ini
2.
Bacalahdenganseksamadantelitiartikel-artikelmaupunpertanyaanpada LKS
3.
Diskusikandengantemansatukelompokmuuntukmenjawabpertanyaan
4.
Tanyakanpada guru apabilaadapertanyaanataupunmateri yang tidakdipahami
5.
Isilah LKS padawaktu yang disediaka
Artikel 3
Jakarta, CNN Indonesia – Sejak 2012, Chandra Bahadur Dangi resmi menyandang gelar manusia terpendek di dunia dengan tinggi badan 54,6 cm. seumur hidup, Dangi tak tahu apa yang menjadi penyebab tidak bertambahnya tinggi badannya. Ia tak pernah sekalipunditangani dokter maupun menjalani pengobatan. Namun dalam kebanyakan kasus, orang-orang bertumbuh pendek disebabkan karena kondisi medis yang dikenal dengan istilah dwarfisme. Dwarfisme merupakan kondisi yang disebabkan faktor genetic atau kondisi medis. Tinggi orang dewasa yang menderita dwarfisme rata-rata 122 sentimeter, seperti dilansir dari Mayo Clinic, Jumat (14/11). Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional dan tidak proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana hanya beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional adalah kondisi dimana semua bagian kecil.Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan kasus, kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun, mereka punya kemampuan intelektual yang normal. Selain tubuh yang pendek dibandingkan yang lainnya, mereka juga punya lengan dan kaki yang pendek serta mobilitas di siku tidak sebebas orang kebanyakan. Pada beberapa kasus, mereka mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran. Dalam banyak kasus, penyakit ini terjadi karena gangguan pada fungsi hormon pertumbuhan/ growth hormone yaitu terjadinya penurunan, 141
baik terjadi dari saat lahir (genetic) atau berdasarkan lingkungan. Ada beberapa masalah yang dialami orang dwarfisme: melambatnya kemampuan motoric, seperti duduk dan berjalan. Infeksi telingan terus menerus yang mengakibatkan hilangnya kemampuan pendengaran, kesulitan pernapasan saat tidur, gigi yang berantakan, artritis, serta kelebihan berat badan. Sumber: http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141114151309-255-11554/dwarfismepenyakitnya-orang-orang-kerdil/
Artikel 4
Penyakit gondok adalah penyakit yang timbul sebagai akibat pembengkakan /pertumbuhan kelenjar gondok yang tidak normal. Benjolan yang timbul sebagai akibat dari pembengkakan kelenjar gondok ini biasanya terletak pada leher sebelah depan (pada tenggorokan). Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam makanan. Pada wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi bisa menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan mental atau bahkan bisa terjadi tuli. Ini bisa terjadi walaupun si ibu tidak menderita gondok. Gondok biasa disebabkan oleh gangguan pada kelenjar tiroid sehingga tidak dapat mensekresikan hormon tiroid sesuai dengan kebutuhan tubuh. Juga dapat terjadi karena kekurangan kadar yodium yang menyebabkan penyakit gondok bersifat endemik. Gejala Penyakit Gondok biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar ludah, mulut terasa tegang dan nyeri, terutama saat mengunyah dan menelan makanan, selera makan menjadi berkurang, sering merasa mual bahkan sampai terjadi muntah yang berulang kali, suhu badan menjadi tinggi dan serigkali merasakan dengungan di telinga Sumber: http://www.penyakitkesehatan.com/penyakit-gondok.html#
142
1. Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional dan tidak proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana hanya beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional adalah kondisi dimana semua bagian kecil. Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan kasus, kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun, mereka punya kemampuan intelektual yang normal. Kemukakan penjelasan anda mengenai dwarfisme (orang kerdil) dapat mengalami gangguan pada pergerakan namun tidak mempengaruhi kemampuan intelektual!
2. Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam makanan. Pada wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi bisa menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan mental atau bahkan bisa terjadi tuli. Buatlah analisis mengenai kekurangan yodium pada bayi dapat menyebabkan kematian!
143
3. Berdasarkan soal nomer 1, apa saja yang menyebabkan terjadinya dwarfisme? Mengapa demikian?
4. Berdasarkan kasus pada artikel 1 dan 2, apakah yang menjadi persamaan dan perbedaannya? Jelaskan!
5. Perhatikan pernyataan dibawah ini! a. Defisiensi yodium terjadi pada janin merupakan dampak dari kekurangan yodium pada ibu. Keadaan ini berkaitan dengan meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat lahir dan semua ini dapat dicegah melalui penanganan yang tepat b. Keberfungsian tiroid pada bayi baru lahir terhubung dengan kenyataan bahwa otak bayi baru lahir hanya sepertiga ukuran normal orang dewasa. Otak bayi akan terus berkembang dengan cepat hingga akhir tahun kedua kehidupannya. Dan hormon tiroid sangat bergantung pada kecukupan asupan yodium yang akan menjadi sangat penting dalam perkembangan normal otak c. Selain faktor defisiensi hormon tiroid, penyakit gondok disebabkan juga karena kurangnya konsumsi yodium dalam tubuh. Kekurangan yodium juga dapat disebabkan oleh karena komponen tanah yang langka 144
sehingga dalam makanan hanya terdapat jumlah yang sedikit. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab jumlah penderita penyakit gondokan ini lebih banyak di daerah pantai Menurut ketiga sumber terkait tentang akibat defisiensi yodium, manakah pernyataan yang tepat dan tidak tepat mengenai akibat defisinsi yodium? Mengapa?
6. Perhatikan gambar dibawah ini! Kelenjar apakah disamping?Apakah fungsinya?
a
b
145
7. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat ! 6 1
7 8
2
5
4
3
No
Kelenjar
Fungsi
Peranan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
8. Perhatikan pernyataan dibawah ini: a. Gejala mulai tampak sejak bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari kecil postur tubuhnya selalu lebih kecil dari anak yang lain. b. Gejala baru muncul pada penghujung masa kanak-kanak atau pada masa pubertas, jadi saat kecil sama dengan yang lain, namun kemudian tampak terhentinya pertumbuhan sehingga menjadi lebih pendek dari yang lain. Kadang juga disertai gejala-gejala lain akibat kurangnya hormon-hormon lain yang juga diproduksi hipofisis. Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas tentang penyebab dwarfisme!
146
`9. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan dengan teknologi DNS telah membantu ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal dan mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormon itu begitu mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti pengurangan lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum diketahui apakah suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang secara serius membahayaan pada individu yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari. Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana yang dapat diatasi dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain?
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani
147
Materi
: Sistem Endokrin
Pertemuan
:2
Hari / tanggal :
KOMPETENSI DASAR 1.1
Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam tubuh manusia, dengan cara menjaga serta memeliharanya menurut ajaran agama yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) secara gotong royong, kerjasama, resposif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi 3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara fisik, kimia dan biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot 3.12 Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada sistem indera 4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada indera 4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada sistem regulasi (saraf, endokrin, indera) INDIKATOR 1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya 2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin 3. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin 4. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^ 1.
Budayakan berdo’a sebelum melakukan aktivitas, termasuk saat akan mengisi LKS ini
2.
Bacalah dengan seksama dan teliti artikel-artikel maupun pertanyaan pada LKS
3.
Diskusikan dengan teman satu kelompokmu untuk menjawab pertanyaan
4.
Tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan ataupun materi yang tidak dipahami
5.
Isilah LKS pada waktu yang disediaka
Artikel 3 Jakarta, CNN Indonesia – Sejak 2012, Chandra Bahadur Dangi resmi menyandang gelar manusia terpendek di dunia dengan tinggi badan 54,6 cm. seumur hidup, Dangi tak tahu apa yang menjadi penyebab tidak bertambahnya tinggi badannya. Ia tak pernah sekalipunditangani dokter maupun menjalani pengobatan. Namun dalam kebanyakan kasus, orang-orang bertumbuh pendek disebabkan karena kondisi medis yang dikenal dengan istilah dwarfisme. Dwarfisme merupakan kondisi yang disebabkan faktor genetic atau kondisi medis. Tinggi orang dewasa yang menderita dwarfisme rata-rata 122 sentimeter, seperti dilansir dari Mayo Clinic, Jumat (14/11). Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional dan tidak proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana hanya beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional adalah kondisi dimana semua bagian kecil. Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan kasus, kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun, mereka punya kemampuan intelektual yang normal. Selain tubuh yang pendek dibandingkan yang lainnya, mereka juga punya lengan dan kaki yang pendek serta mobilitas di siku tidak sebebas orang kebanyakan. Pada beberapa kasus, mereka mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran. Dalam banyak kasus, penyakit ini terjadi karena gangguan pada fungsi hormon pertumbuhan/ growth hormone yaitu terjadinya penurunan, baik terjadi dari saat lahir (genetic) atau berdasarkan lingkungan. Ada beberapa masalah yang dialami orang dwarfisme: melambatnya kemampuan motoric, seperti duduk dan berjalan. Infeksi telingan terus menerus yang mengakibatkan hilangnya kemampuan pendengaran, kesulitan pernapasan saat tidur, gigi yang berantakan, artritis, serta kelebihan berat badan. Sumber: http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141114151309-255-11554/dwarfisme-penyakitnya-orangorang-kerdil/
Artikel 4
Penyakit gondok adalah penyakit yang timbul sebagai akibat pembengkakan /pertumbuhan kelenjar gondok yang tidak normal. Benjolan yang timbul sebagai akibat dari pembengkakan kelenjar gondok ini biasanya terletak pada leher sebelah depan (pada tenggorokan). Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam makanan. Pada wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi bisa menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan mental atau bahkan bisa terjadi tuli. Ini bisa terjadi walaupun si ibu tidak menderita gondok. Gondok biasa disebabkan oleh gangguan pada kelenjar tiroid sehingga tidak dapat mensekresikan hormon tiroid sesuai dengan kebutuhan tubuh. Juga dapat terjadi karena kekurangan kadar yodium yang menyebabkan penyakit gondok bersifat endemik. Gejala Penyakit Gondok biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar ludah, mulut terasa tegang dan nyeri, terutama saat mengunyah dan menelan makanan, selera makan menjadi berkurang, sering merasa mual bahkan sampai terjadi muntah yang berulang kali, suhu badan menjadi tinggi dan serigkali merasakan dengungan di telinga Sumber: http://www.penyakitkesehatan.com/penyakit-gondok.html#
1. Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional dan tidak proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana hanya beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional adalah kondisi dimana semua bagian kecil. Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan kasus, kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun, mereka punya kemampuan intelektual yang normal. Kemukakan penjelasan anda mengenai dwarfisme (orang kerdil) dapat mengalami gangguan pada pergerakan namun tidak mempengaruhi kemampuan intelektual!
2. Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam makanan. Pada wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi bisa menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan mental atau bahkan bisa terjadi tuli. Buatlah analisis mengenai kekurangan yodium pada bayi dapat menyebabkan kematian!
3. Berdasarkan soal nomer 1, apa saja yang menyebabkan terjadinya dwarfisme? Mengapa demikian?
4. Berdasarkan kasus pada artikel 1 dan 2, apakah yang menjadi persamaan dan perbedaannya? Jelaskan!
5. Perhatikan pernyataan dibawah ini! a. Defisiensi yodium terjadi pada janin merupakan dampak dari kekurangan yodium pada ibu. Keadaan ini berkaitan dengan meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat lahir dan semua ini dapat dicegah melalui penanganan yang tepat b. Keberfungsian tiroid pada bayi baru lahir terhubung dengan kenyataan bahwa otak bayi baru lahir hanya sepertiga ukuran normal orang dewasa. Otak bayi akan terus berkembang dengan cepat hingga akhir tahun kedua kehidupannya. Dan hormon tiroid sangat bergantung pada kecukupan asupan yodium yang akan menjadi sangat penting dalam perkembangan normal otak c. Selain faktor defisiensi hormon tiroid, penyakit gondok disebabkan juga karena kurangnya konsumsi yodium dalam tubuh. Kekurangan yodium juga dapat disebabkan oleh karena komponen tanah yang langka sehingga dalam makanan hanya terdapat jumlah yang sedikit. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab jumlah penderita penyakit gondokan ini lebih banyak di daerah pantai Menurut ketiga sumber terkait tentang akibat defisiensi yodium, manakah pernyataan yang tepat dan tidak tepat mengenai akibat defisinsi yodium? Mengapa?
6. Perhatikan gambar dibawah ini! Kelenjar apakah disamping? Apakah fungsinya?
a
b
7. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat ! 6 1
7 8
2
5
4
3
No
Kelenjar
Fungsi
Peranan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
8. Perhatikan pernyataan dibawah ini: a. Gejala mulai tampak sejak bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari kecil postur tubuhnya selalu lebih kecil dari anak yang lain. b. Gejala baru muncul pada penghujung masa kanak-kanak atau pada masa pubertas, jadi saat kecil sama dengan yang lain, namun kemudian tampak terhentinya pertumbuhan sehingga menjadi lebih pendek dari yang lain. Kadang juga disertai gejala-gejala lain akibat kurangnya hormon-hormon lain yang juga diproduksi hipofisis. Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas tentang penyebab dwarfisme!
`9. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan dengan teknologi DNS telah membantu ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal dan mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormon itu begitu mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti pengurangan lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum diketahui apakah suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang secara serius membahayaan pada individu yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari. Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana yang dapat diatasi dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain?
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
Materi
: Sistem Endokrin
Pertemuan
:1
Hari / tanggal :
KOMPETENSI DASAR 1.2
Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam tubuh manusia, dengan cara menjaga serta memeliharanya menurut ajaran agama yang dianutnya
2.2 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) secara gotong royong, kerjasama, resposif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi 3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara fisik, kimia dan biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot 3.12 Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada sistem indera 4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada indera 4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada sistem regulasi (saraf, endokrin, indera) INDIKATOR 5. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya 6. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin 7. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin 8. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^ 6.
Budayakan berdo’a sebelum melakukan aktivitas, termasuk saat akan mengisi LKS ini
7.
Bacalah dengan seksama dan teliti artikel-artikel maupun pertanyaan pada LKS
8.
Diskusikan dengan teman satu kelompokmu untuk menjawab pertanyaan
9.
Tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan ataupun materi yang tidak dipahami
10. Isilah LKS pada waktu yang disediaka
Artikel 1 Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Hormon yang berasal dari kata harmao, yang berarti pembangkit aktivitas, adalah sebuah zat kimia organik. Upaya untuk memberikan definisi tentang hormon yang tepat tidaklah mudah. Oleh karena itu adalah lebih baik dan lebih berarti kalau mengenal sifat-sifat dari zat tersebut. Sifat-sifat dari hormon adalah zat ini merupakan pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup sesuatu organ atau suatu sistem. Hal ini disebabkan pada sistem organ tubuh manusia, fungsi kerjanya saling mempengaruhi satu sama lain. Sistem pengadaan gula di dalam darah misalnya diatur oleh beragam hormon. Diantaranya hormon insulin dan glukagon. Insulin akan meningkatkan aktivitas dari permeabilitas membran sel terhadap gula darah. Akibatnya produksi insulin yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya kadar gula di dalam darah. Sebaliknya apabila glukagon yang meningkatkan produksi glikogen di dalam hati akan dimobilisir menjadi gula darah dengan konsekuensi bahwa kadar gula di dalam darah akan meningkat. Otot jantung akan melakukan kontraksi meskipun tanpa adanya hormon. Tetapi bila kepada otot jantung ini diberikan adrenalin maka intensitas kontraksi otot jantung ini akan meningkat. Kekhususan yang lainya dikaitkan dengan hormon adalah bahwa hormon merupakan zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Selanjutnya hormon dihasilkan oleh sel hidup yang sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Setelah masuk ke dalam pembuluh darah maka hormon akan dihantar melalui sistem peredaran darah ke suatu organ tujuan (target organ) tertentu yang relatif jauh dari kelenjar penghasil hormonnya. Setibanya di tempat organ tujuan maka hormon tersebut akan melakukan kegiatan yang spesifik yang pada umumnya sebagai pengatur atau integrator proses metabolisme dari organ tujuannya. Sumber : Jurnal File UPI Bandung
Artikel 2
Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks. Ia bekerja melalui jaringan kompleks neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel dari sistem saraf. Neuron melakukan sinyal atau impuls antara dua komponen dari sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf perifer. Ada terutama tiga jenis neuron, neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron. Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang diterima dari alat indera, seperti mata, hidung atau kulit, ke sistem saraf pusat, yaitu, ke otak dan sumsum tulang belakang. Otak pada gilirannya, memproses rangsangan tersebut dan mengirimkannya kembali ke bagian lain dari tubuh, memberitahu mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis tertentu dari stimulus. Motor neuron bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf otak dan tulang belakang, dan mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh. Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca impuls, yang diterima dari neuron sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan. Mereka terutama ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul organik kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah neurotransmiter tunggal dapat memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal ini tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmiter berikatan dengan reseptor yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas membran sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik ini berlangsung dalam waktu beberapa milidetik. Ada beberapa macam neurotransmitter, misalnya asetil kolin, asam amino, neuropeptide, dan masih banyak lainnya. Sumber : Jurnal File UPI Bandung
1. Berdasarkan artikel 1, mengapa hormon dikatakan sebagai pengatur fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem organ?
2. Berdasarkan artikel nomer 2, apa saja poin pembahasannya? Jelaskan secara singkat!
3. Berdasarkan artikel 1 dan 2, apa sajakah yang menjadi perbedaannya? Mengapa?
4. Perhatikan pernyataan dibawah ini! a. Sistem saraf dan hormon merupakan dua pengatur utama dalam tubuh untuk menjaga homeostasis. Sistem saraf bertindak sebagai penghantar rangsang yang diterima oleh sistem indera dan bertindak sebagai pengatur kerja hormon yang dikeluarkan oleh tubuh. b. Berbeda dengan sistem saraf, hormon bekerja dengan sangat spesifik. Sel target atau organ target yang akan dituju harus dilengkapi dengan sebuah reseptor yang dikenal oleh hormon, jika tidak dikenali, hormon tidak akan bereaksi. Beberapa bagian dalam tubuh tempat diproduksinya hormon disebut kelenjar endokrin.
c. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem saraf yang mengontrol hormon bertindak pada dua jalur utama, yaitu hipotalamus dan sistem saraf otonom (simpatik dan parasimpatik) Menurut ketiga pernyataan tersebut tentang sistem saraf dan sistem hormon, manakah penyataan yang tepat dan manakah yang tidak tepat? Mengapa?
5. Dari artikel 1 diatas diatas, tentukanlah isi kolom tabel karakteristik sistem endokrin dibawah ini! Karateristik sistem endokrin
Penjelasan
Karakteristik kelenjarnya…. Diedarkan melalui… Cara kerja… Menghasilkan… Dibutuhkan dalam jumlah yang…. 6. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah jaringan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri. Buatlah generalisasi dari paragraf diatas!
7. Perhatikan gambar dibawah ini!
x
a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat! b. Jelaskanlah mekanisme kerja sistem endokrin berdasarkan pada gambar diatas dengan langsung pada contoh salah satu kelenjar endokrinnya!
8. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus otak, terdapat kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang dan memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland, karena banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya. Menurut anda,bagaimana contoh hubungan antara sistem saraf dengan sistem endokrin (dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di kehidupan sehari-hari?
9. Antara sistem saraf dengan sistem hormon terdapat perbedaan. Klasifikasikanlah perbedaan diantara keduanya! Aspek Contoh Sistem Saraf
Sistem Endokrin
10. Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon yang tidak disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh species yang menghasilkan zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat yang bersifat penarik perhatian dari jenis seks yang berlawanan (sex attractants). Hormon ini dihasilkan oleh hewan insect betina yang melalui mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik terhadap dirinya oleh insect jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang termasuk hormona padahal tidak diedarkan ke peredaran darah!
11. Kafein (1,3,7-trimetilxantin) merupakan senyawa alkaloid pahit yang biasanya ditemukan dalam teh, kopi, dan biji cokelat. Kafein terutama berfungsi sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan pernapasan. Pada metabolisme tubuh, kafein akan diabsorbsi dengan sempurna dalam sistem pencernaan dalam waktu 30-60 menit. Dengan demikian, kafein tidak berefek segera. Pada otak kafein akan menghalangi reseptor adenosin. Reseptor adenosin ini jika terikat pada reseptor sel saraf akan menurunkan aktivitas sel saraf. Akibat kemiripan struktur molekul kafein dengan struktur adenosin, kafein dapat terikat pada reseptor tetapi tidak memberi efek penurunan aktivitas sel saraf. Saraf yang bekerja secara terus menerus akan menyebabkan pelepasan hormon epinefrin. Jika hal tersebut terjadi maka akan mengakibatkan beberapa efek, seperti denyut jantung lebih tinggi, tekanan darah meningkat, aliran darah ke otot meningkat, aliran darah ke kulit dan organ dalam menurun, dan pelepasan glukosa oleh hati yang meningkat. Bagaimanakah jika kafein yang dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, misalnya tiap hari satu cangkir kecil, apakah masih berdampak seperti yang dijelaskan diatas? Bagaimanakah solusinya untuk para penikmat kopi, teh dan coklat?
Jika kamu tidak kuat menanggung lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan {Imam Syafi’i}
Lampiran 4 Instrumen Uji Coba
INSTRUMEN PENELITIAN Materi Sistem Endokrin
1. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah tenunan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zatzat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan., Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Oleh karena itu kelenjar endokrin biasa juga disebut kelenjar tanpa saluran (ductless gland). Berdasarkan kutipan diatas, kemukakan penjelasanmu tentang cara yang dilakukan kelenjar endokrin untuk dapat menyalurkan zat-zat yang dihasilkan kepermukaan! 2. Saraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara substansi neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Serat yang mensekresikan asetilkoline disebut kolinergik dan serat yang mensekresikan norepinefrine dikenal sebagai adrenergik. Semua preganglion adalah kolinergik baik pada sistem syaraf simpatis maupun parasimpatis. Sedangkan pada postganglion saraf simpatik adalah adrenergik dan postganglion pada parasimpatis adalah kolinergik. Asetilkoline memiliki dua tipe reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan nikotinik. Reseptor muskarinik ditemukan pada semua sel efektor yang distimulasi oleh postganglion kolinergik dari sistem parasimpatis sedangkan reseptor nikotinik ditemukan pada ganglia autonom pada sinaps di antara preganglion dan postganglion dari sistem parasimpatik.Sedangkan norepinefrine atau adrenaline memiliki dua reseptor yaitu reseptor alpha dan reseptor beta. Jelaskan karakteristik dari dua jenis neurotransmitter yang dijelaskan pada kutipan diatas! 3. Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Sifat-sifat dari hormon adalah zat ini merupakan pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup sesuatu organ atau suatu sistem. Kekhususan yang lain-lainya yang dikaitkan dengan hormon adalah bahwa hormon merupakan zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Sekresi hormon yang terlalu sedikit ataupun banyak akan mempengaruhi banyak hal dalam metabolism, pertumbuhan dan perkembangan.Selanjutnya hormon dihasilkan oleh sel
150
hidup yang sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran, maka hormon yang dihasilkannya langsung disekresikan ke dalam pembuluh darah. Jelaskanlah pendapatmu tentang karakteristikhormon yang mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit? 4. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul organik kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah neurotransmiter tunggal dapat memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal ini tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmiter berikatan dengan reseptor yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas membran sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik ini berlangsung dalam waktu beberapa milidetik. Ada beberapa macam neurotransmitter, misalnya asetil kolin, asam amino, neuropeptide, dan masih banyak lainnya. Buatlah analisismu mengenai komunikasi neurotransmitter dari kutipan diatas! 5. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, mengapa kelenjar endokrin disebut sebagai kelenjar tanpa saluran (ductless gland)? Dan bagaimanakah aksi yang ditimbulkan akibat itu? 6. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 4, mengapa komunikasi neurotransmitter berlangsung sangat cepat? 7. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 2 , hal apakah yang menjadi inti pembahasan? Mengapa anda mengatakan itu? 8. Beradasarkan kutipan pada soal nomer 3, apa sajakah karakteristik hormon itu? 9. Berdasarkan kutipan nomer 1 dan 2, apakah perbedaan yang mendasarinya? Mengapa? 10. Berdasarkan kutipan nomer 3 dan 4, apakah perbedaan yang mencolok tentang komunikasi pada sistem endokrin dengan komunikasi pada sistem saraf saraf? Mengapa? 11. Perhatikan pernyataan dibawah ini!
151
a. Karbondioksida (CO2) adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sel-sel yang sehat. Dengan jumlah yang sedikit setelah memasuki peredaran darah, CO2 akan bekerja pula pada pusat pernapasan di medula oblongata dan akan merangsang pernapasan. b. Leucotaxin merupakan zat organic yang dihasilkan oleh sel-sel yang mengalami kerusakan namun diedarkan ke seluruh tubuh. Zat ini berkemampuan untuk menghimpun butir-butir darah putih disekitar sel-sel yang luka dengan tujuan untuk membasmi mikroorganisme yang mungkin masuk di daerah sel-sel yang mengalami perlukaan. c. Renin yang dihasilkan oleh ginjal merupakan salah satu prohormon , yang kemudian menjadi aktif setelah mengalami konversi di dalam plasma darah menjadi Angiotensin Berdasarkan karakteristik hormon yang dipaparkan pada kutipan nomer 2 dan dari ketiga pernyataan diatas, yang manakah hormon dan yang bukan hormon? jelaskan pendapatmu! 12. Perhatikan pernyataan berikut! a. Kelenjar-kelenjar endokrin dimasukkan ke dalam suatu sistem karena getah (sekret) dari satu kelenjar endokrin dapat mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya b. Seperti halnya kelenjar eksokrin, kelenjar endokrin juga berasal dari jaringan epitel, hanya pada proses pembentukkannya pada kelenjar endokrin sel sel yang berdiferensiasi menjadi kelenjar terlepas dari jaringan epitel induknya, sehingga tidak mempunyai saluran pelepasan, karena itu disebut kelenjar buntu c. Meskipun kerja sistem saraf agak berbeda dengan cara kerja hormonnamun hanya sedikit kelenjar endokrin yang akan bersekresi bila ada rangsang yang datang dari saraf Berdaasrkan pernyataan berikut tentang kelenjar endokrin, yang manakah yang tepat dan yang manakah yang tidak tepat? Jelaskan pendapatmu!
13. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, 2, 3 dan 4 diatas, tentukanlah isi kolom tabel karakteristik sistem endokrin dibawah ini! Karateristik sistem endokrin Karakteristik kelenjarnya? Diedarkan melalui?
152
Cara kerja secara? Menghasilkan?
14. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
7 1
6 8
2 5 3 No
Kelenjar
4 Hormon yang dihasilkan
Peranan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
15. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, 2, 3 dan 4 isilah perbedaan antara sistem saraf dengan sistem hormon dibawah ini!
153
Aspek Pembeda
Sistem Saraf
Sistem Hormon
Sekresi Pengaturan terhadap efek yang akan terjadi Respons terhadap hasil sekretnya Aksi/proses berlangsung secara Komunikasi
16. Perhatikan gambar dibawah ini!
x
a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat! b. Jelaskanlah mekanisme diatas dengan langsung pada contoh salah satu kelenjar endokrinnya! 17. Perhatikan gambar dibawah ini!
154
a. Ketika hormon FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar pituari meningkat, apa yang terjadi pada hormon estrogen-progesterone dan dinding endometrium? b. Pada kondisi uterus dan hormon entrogen –progesteron yang bagaimanakah tahap ovulasi terjadi? 18. Perhatikan kedua gambar dibawah ini! B
A
a. Apakah yang membedakan antara gambar A dan B? b. Menurutmu, apakah keduanya merupakan cara komunikasi yang dilakukan oleh kelenjar endokrin? Jelaskan pendapatmu! 19. Bacalah kutipan dibawah ini! Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah tenunan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zatzat yang dihasilkan ke permukaan. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri. Buatlah generalisasi dari paragraf diatas! 20. Perhatikan pernyataan berikut ini: a. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitary yang berada di bagian dalam hipotalamus b.Hormon ini bersifat berlawanan satu sama lainnya dan berperan penting terhadap proses fungsi gonad Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas!
155
21. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus otak, terdapat kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang dan memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland, karena banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya. Menurut anda,bagaimana contoh hubungan antara sistem saraf dengan sistem endokrin (dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di kehidupan sehari-hari? 22. Dalam perkembangannya, hormon FSH dan LH dapat dibuat secara sintetik untuk mengatur reproduksi seseorang. Dengan adanya suntik hormon, seseorang dapat menunda atau memajukan waktu fertilenya (waktu subur) untuk berbagai keperluan. Termasuk hormon yang mempengaruhi apakah FSH dan LH? Sebutkan contoh hormon lain yang fungsinya secara umum sama dengan kedua hormon tersebut! 23. Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon yang tidak disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh species yang menghasilkan zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat yang bersifat penarik perhatian dari jenis seks yang berlawanan (sex attractants). Hormon ini dihasilkan oleh hewan insect betina yang melalui mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik terhadap dirinya oleh insect jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang termasuk hormona padahal tidak diedarkan ke peredaran darah! 24. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan dengan teknologi DNS telah membantu ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal dan mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormon itu begitu mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti pengurangan lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum diketahui apakah suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang secara serius membahayaan pada individu yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari. Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana yang dapat diatasi dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain? 25. Buatlah kesimpulan mengenai karakteristik hormon yang anda ketahui berdasarkan pada: - Kelenjar-kelenjar yang mensekresikan hormon - Peranan - Respon terhadap tubuh - Cara kerja hormon
156
Lampiran 5 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Satuan Pendidikan KeLAS Mata pelajaran Alokasi Waktu Jumlah Soal Bentuk Soal Materi Kompetensi Dasar
: Sekolah Menengah Atas (SMA) : IX IPA : Biologi : 2 Jam pelajaran (2 x 45 menit) : 25 butir soal : Essay : Sistem Endokrin : 3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan penginderaan) Indikator Pembelajaran : 3.6.1 Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin 3.6.2 Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin 3.6.3 Menganalisis letak kelenjar endokrin, sekresi hormon dan peranannya 3.6.4 Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin
157
A. ESSAY Keterampilan Berpikir Kritis
Sub Aspek Berpikir Kritis Memfokuskan Pertanyaan
Memberikan Penjelasan Sederhana
Membangun keterampilan dasar
Kesimpulan
Menganalisis argumen Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
Indikator
C3
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan Mengapa Apa intinya Perbedaan yang menyebabkannya
No Soal C4 C5
1 (2), 2
Mencatat hal-hal yang diinginkan Ikut terlibat dalam menyimpulkan
Membuat deduksi dan mempertimbangkan
Interpretasi pertanyaan
158
Jumlah Soal 2
3, 4
2
5, 6(1)
2
7, 8
2
9, 10(4)
2
Kemampuan memberi alasan
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
C6
11(5),12
2
13, 14(6)
2
15(7)
1 16, 17(8)
18
3
Membuat penjelasan lebih lanjut Strategi dan taktik
hasil deduksi Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi Membuat dan mempertimbangkan nilai Mendefinisikan istilah Mengidentifikasi asumsi Memutskan suatu tindakan
Membuat generalisasi
19, 20(9)
2
Penerapan prinsip-prinsip
21(10)
1
22(11)
1
Mengklasifikasikan dan memberikan contoh Alasan yang tidak dinyatakan Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi Total butir soal
159
23
1 24(12)
25
2 25
Aspek Berpikir Kritis
Memberikan penjelasan sederhana
Sub Aspek Berpikir Kritis
Memfokuskan pertanyaan
Indikator
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangk an jawaban yang mungkin
Jenjang Kognitif
C3
No. Soal
Bentuk Soal
Kunci Jawaban
1.
Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah tenunan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara selsel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluhpembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan., Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Oleh karena itu kelenjar
Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran yang bisa menjadi tempat menyalurkan zat-zat yang dihasilkan (hormon) ke permukaan tubuh. Oleh karena itu, kelenjar-kelenjar endokrin hormon dialirkan keseluruh tubuh menuju ke sel-sel target yang ada di dalam tubuh. Hormonhormon tersebut dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri, maka kelenjar endokrin biasa juga disebut kelenjar yang menghasilkan zat-zatnya ke dalam tubuh (glands of internal secretion).. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa, sel- target dar kelenjar endokrin bukan hanya satu sel target, namun ada juga suatu hormon yang
160
Standar Penilaian (poin) a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Memberikan penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin
C3
2.
endokrin biasa juga disebut kelenjar tanpa saluran (ductless gland). Berdasarkan kutipan diatas, kemukakan penjelasanmu tentang cara yang dilakukan kelenjar endokrin untuk dapat menyalurkan sekretnya ke permukaan! Saraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara substansi neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Serat yang mensekresikan asetilkoline disebut kolinergik dan serat yang mensekresikan norepinefrine dikenal sebagai adrenergik. Semua preganglion adalah kolinergik baik pada sistem syaraf simpatis maupun parasimpatis. Sedangkan pada postganglion saraf simpatik adalah adrenergik dan postganglion pada parasimpatis adalah kolinergik. Asetilkoline memiliki dua tipe reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan nikotinik. Reseptor muskarinik ditemukan pada semua sel efektor yang
161
mempengaruhi beberapa sel-sel target.
Asetilkoline: - Dihasilkan oleh saraf simpatik dan parasimpatik - Serat yang mensekresikannya disebut kolinergik - Terdapat di preganglion (baik di saraf simpatik atau parasimpatik) - Memiliki 2 tipe reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan reseptor nikotinik Norepinefrine: - Dihasilkan oleh saraf simpatik dan parasimpatik - Serat yang mensekresikannya disebut adrenergic - Terdapat di postganglion (baik di saraf simpatik atau parasimpatik)
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Memberikan penjelasan sederhana
Menganalisis argument
Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan
C4
3.
distimulasi oleh postganglion kolinergik dari sistem parasimpatis sedangkan reseptor nikotinik ditemukan pada ganglia autonom pada sinaps di antara preganglion dan postganglion dari sistem parasimpatik. Sedangkan norepinefrine atau adrenaline memiliki dua reseptor yaitu reseptor alpha dan reseptor beta. Jelaskan karakteristik dari dua jenis neurotransmitter yang dijelaskan pada kutipan diatas! Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Sifat-sifat dari hormon adalah zat ini merupakan pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup sesuatu organ atau suatu sistem. Kekhususan yang lain-lainya yang dikaitkan dengan hormon adalah bahwa hormon merupakan zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Sekresi hormon yang terlalu sedikit ataupun
162
- Memiliki 2 tipe reseptor yaitu reseptor alpha dan beta
Di dalam tubuh manusia, hormon dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Berbeda dengan makromolekul organic, seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral atau neurotransmitter seperti asetilkolin, efinefrin dan lainnya dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi kebutuhan mereka dalam menjalnkan perannya masing-masing. Walau begitu, kekurangan (hiposekresi) ataupun kelebihan (hipersekresi)
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Memberikan penjelasan sederhana
Menganalisis argument
Mengidentifika-si alasan yang dinyatakan
C4
4.
banyak akan mempengaruhi banyak hal dalam metabolism, pertumbuhan dan perkembangan. Selanjutnya hormon dihasilkan oleh sel hidup yang sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran, maka hormon yang dihasilkannya langsung disekresikan ke dalam pembuluh darah. Jelaskanlah pendapatmu tentang karakteristik hormon yang mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit? Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh
163
hormon dalam tubuh akan mengganggu homeostasis, metabolism juga berkembangan dn pertumbuhannya dan berdampak jangka panjang. Misalnya kelebihan hormon GH akan membuat pertumbuhan (baik secara tinggi dan berat) seseorang menjadi berlebih, atau yang disebut sebagai akromegali
Setelah neurotransmitter disekresikan oleh sel-sel saraf, kemudian berikatan dengan respetor-reseptor hingga memicu respon pasa sel pascasinapsis. Keberagaman respon tergantung pada keberadaan reseptor dan model kerjanya. Misalnya Asetilkolin dilepas oleh serabut preganglionik simpatis dan serabut preganglionik
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
yang berbeda pada jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul organik kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah neurotransmiter tunggal dapat memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal ini tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmiter berikatan dengan reseptor yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas membran sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik ini berlangsung dalam waktu beberapa milidetik. Ada beberapa macam neurotransmitter, misalnya asetil kolin, asam amino, neuropeptide, dan masih banyak lainnya. Buatlah analisismu mengenai komunikasi neurotransmitter dari kutipan diatas!
164
parasimpatis yang disebut serabut kolinergik. Yang kemudian dibawa hingga ke daerah sinapsis.
Memberikan penjelasan sederhana
Memberikan penjelasan sederhana
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
Mengapa
Mengapa
C4
C4
5.
6.
Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, mengapa kelenjar endokrin disebut sebagai kelenjar tanpa saluran (ductless gland)? Dan bagaimanakah aksi yang ditimbulkan akibat itu?
Berdasarkan kutipan pada soal nomer 4, mengapa komunikasi neurotransmitter berlangsung sangat cepat?
165
Kelenjar endokrin disebut sebagai kelenjar tanpa saluran karena dalam proses pembentukan sel-sel nya . sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah tenunan pengikat berdiferensiasi membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal Komunikasi neurotransmitter sangatlah cepat, karena mengikuti efek kerja sistem saraf juga sangat cepat. Neurotransmitter berperan sebagi penghubung sinaps antar neuron atau antarglia. Neurotransmiter berikatan dengan reseptor yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas membran sel pascasinaptik. Kerja neurotransmitter sangat dipengaruhi oleh keberadaan
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
reseptor di sel pascasinaptik serta model kerja reseptor tersebut.
Memberikan penjelasan sederhana
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
Apa intinya
C4
7.
Memberikan penjelasan sederhana
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
Apa intinya
C4
8.
Berdasarkan kutipan pada soal nomer 2 , hal apakah yang menjadi inti pembahasan? Mengapa anda mengatakan itu?
Beradasarkan kutipan pada soal nomer 3, apa sajakah karakteristik hormon itu?
166
a. Benar dan lengkap skor 3 Inti dari kutipan soal nomer b. Benar 2 yaitu membahas tentang 2 namun kurang jenis neurotransmitter, yaitu lengkap skor 2 asetilkolin dan norefinefrin. c. Pembahasan dimulai dari sel Mengerjakan saraf yang namun kurang mensekresikannya, letak dan tepat skor 1 jenis-jenisnya. d. Tidak menjawab skor 0 Karakteristik hormon: a. Benar dan - Berfungsi untuk mengaturan lengkap skor 3 fisiologis kelangsungan b. Benar hidup sesuatu organ atau namun kurang suatu sistem. lengkap skor 2 - Merupakan zat kimia c. organik. Mengerjakan - Mempunyai efektifitas namun kurang yang tinggi meskipun tepat skor 1 hanya diberikan dalam d. Tidak jumlah yang sangat sedikit. menjawab - Dihasilkan oleh sel hidup skor 0 yang sehat dari sebuah - Hormon yang dihasilkannya langsung disekresikan ke dalam
pembuluh darah
Memberikan penjelasan sederhana
Bertanya dan menjawab pertanyaan Perbedaan apa yang tentang suatu menyebabkannya penjelasan dan tantangan
Memberikan penjelasan sederhana
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan
Perbedaan apa yang menyebabkannya
C4
C4
9.
Berdasarkan kutipan nomer 1 dan 2, apakah perbedaan yang mendasarinya? Mengapa?
10.
Berdasarkan kutipan nomer 3 dan 4, apakah perbedaan yang mencolok tentang komunikasi pada sistem endokrin dengan komunikasi pada sistem saraf saraf? Mengapa?
167
Perbedaan yang mencolok dari dua kutipan tersebut ialah pada cara komunikasi. Karena pada saat proses pembentukan se-sel epitel menjadi jaringan endokrin tidak mengalami diferensiasi, sehingga membuat sel-sel endokrin tersebut tidak mempunyai saluran untuk mengedarkan hasil sekresinya hingga bisa dimunculkan responnya terhadap tubuh. Sedangkan pada kutipan pada nomer 2, dijelaskan tentang karakteristik 2 neurotransmitter (asetilkolin dan norefinefrin) yang bekerja melalui jaringan sistem saraf yang ada di seluruh tubuh Hormon dan neurotransmitter merupakan zat kimia organic yang dihasilkan oleh sel-sel hidup. Keduanya sama-sama dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Perbedaannya adalah pada cara komunikasi yang
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang
Membangun keterampilan dasar
Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
Kemampuan memberikan alasan
C5
11.
dilakukannya. Neurotransmitter membantu terhubungnya sinaps pada antarneuron atau antarglia, sehingga berlangsung sangat cepat. Sedangkan hormon menggunakan perantara peredaran darah untuk membantu mencari sel target yang tersebar di seluruh tubuh. Oleh karena itu sistem endokrin berlangsung lebih lambat namun berfek lebih lama / jangka panjang Perhatikan pernyataan dibawah Pernyataan b (leucotaxin) ini! bukan merupakan hormon, a. Karbondioksida (CO2) karena berasal dari sel-sel adalah suatu zat yang yang rusak. Sedangkan dalam dihasilkan oleh sel-sel yang kutipan pada nomer 3, sehat. Dengan jumlah yang dikatakan bahwa suatu hal sedikit setelah memasuki dikatakan sebagai hormon peredaran darah, CO2 akan apabila dihasilkan oleh sel bekerja pula pada pusat hidup yang sehat dari pernapasan di medula sebuah kelenjar endokrin. oblongata dan akan Leucotaxin oleh karenanya merangsang pernapasan. tidak dikatagorikan sebagai b. Leucotaxin merupakan zat hormon, meskipun zat ini organic yang dihasilkan oleh termasuk zat organik dan sel-sel yang mengalami langsung dihantar masuk ke kerusakan namun diedarkan dalam pembuluh darah. ke seluruh tubuh. Zat ini Leucotaxin termasukkatagori
168
tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Membangun keterampilan dasar
Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
Kemampuan memberikan alasan
C5
12.
berkemampuan untuk menghimpun butir-butir darah putih disekitar sel-sel yang luka dengan tujuan untuk membasmi mikroorganisme yang mungkin masuk di daerah sel-sel yang mengalami perlukaan. c. Renin yang dihasilkan oleh ginjal merupakan salah satu prohormon, yang kemudian menjadi aktif setelah mengalami konversi di dalam plasma darah menjadi Angiotensin Berdasarkan karakteristik hormon yang dipaparkan pada kutipan nomer 2 dan dari ketiga pernyataan diatas, yang manakah hormon dan yang bukan hormon? jelaskan pendapatmu! Perhatikan pernyataan berikut! a. Kelenjar-kelenjar endokrin dimasukkan ke dalam suatu sistem karena getah (sekret) dari satu kelenjar endokrin dapat mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya b. Seperti halnya kelenjar eksokrin, kelenjar endokrin
169
parahormon atau biasa juga disebut pseudo-hormon. Pernyataan c (renin) merupakan hormon, atau lebih tepatnya termasuk hormon jenis prohormon, yaitu hormon yang diaktifkan diluar kelenjar sekresinya (ginjal) Sedangkan jawaban yang a (karbondioksida) bukanlah hormon, Meskipun CO2 memenuhi sebagian besar kriteria dari hormon, CO2 bukan zat organik dan tidak pula dihasilkan oleh sebuah kelenjar endokrin. Oleh karenanya CO2 tidak dapat dikatagorikan ke dalam hormon.
Pernyataan a dan b tepat sedangkan pernyatan c kurang tepat. Semua kelenjar endokrin dipengaruhi oleh sistem saraf. Bahkan ada beberapa kelenjar yang mekanisme kerjanya memang sangat tergantung dengan stimulus yang
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1
juga berasal dari jaringan epitel, hanya pada proses pembentukkannya pada kelenjar endokrin sel sel yang berdiferensiasi menjadi kelenjar terlepas dari jaringan epitel induknya, sehingga tidak mempunyai saluran pelepasan, karena itu disebut kelenjar buntu c. Meskipun kerja sistem saraf agak berbeda dengan cara kerja sistem endokrin namun hanya sedikit kelenjar endokrin yang akan bersekresi bila ada rangsang yang datang dari saraf Berdaasrkan pernyataan berikut tentang kelenjar endokrin, yang manakah yang tepat dan yang manakah yang tidak tepat? Jelaskan pendapatmu!
170
dibawa oleh sistem saraf, seperti kelenjar pituitary dan kelenjar hipofisis.
d. Tidak menjawab skor 0
Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, 2, 3 dan 4 diatas, tentukanlah isi kolom tabel karakteristik sistem endokrin dibawah ini! Karateristik sistem endokrin Karakteristik kelenjarnya….
Membangun keterampilan dasar
Mengobservasi dan mempertimba ng-kan hasil observasi
Diedarkan melalui…
Mencatat hal-hal yang diinginkan
C4
13.
Cara kerja…
Karateristik sistem endokrin Karakteristik kelenjarnya ialah kelenjar buntu
Penjelasan Diedarkan melalalui peredaran darah Cara kerja spesifik
Menghasilkan … Dibutuhkan dalam jumlah yang…
Menghasilk an hormon
Dibutuhkan dalam jumlah yang cukup
171
Penjelasan Tidak memiliki saluran dan mensekresikan hormon langsung ke dalam plasma sel-sel Diedaran oleh sel plasma darah ke sel target /penerima Cara kerjanya khusus untuk organ tertentu, namun berdampak untuk jangka panjang Bisa menyebutkan pengertian , contoh, dll Berbagai gangguan yang terjadi jika hormon yang dihasilkan terlalu sedikit (hiposekresi) atau terlalu
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
banyak (hipersekresi)
Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat ! 6
1 7 8
2 5
Membangun keterampilan dasar
Mengobservasi dan mempertimba ng-kan hasil observasi
3
Mencatat hal-hal yang diinginkan
C4
14.
N Kelenjar o 1 . 2 . 3 . 4 . 5 . 6 . 7 .
172
4
Fungsi Peranan
N Kele Fungsi Peranan o njar 1 Hip Sekresi Master of . ofisi GH, TSH, glands, s ACTH, mempengar FSH, LH, uhi kelenjar Endomorfi lainnya n, MSH, ADH, dll 2 Pan Sekresi Mengaturka . crea hormon dar glukosa s insulin, dalam darah glucagon. somatostati n 3 Test Sekresi Membantu . is hormon pemasakan Testostero spermatozo ne a 4 Ova Sekresi Mempengar . riu hormon uhi m Estrogen pemasakan dan ovum progesteron 5 Adrena Sekresi Mempengar . l hormon uhi adrenalin, frekuensi noradrenali tekanan n, aldosjantung, terone, konsumsi glukokortik oksigen, dll oid, gonadokorti
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
koid
8 .
6 Tiroi Sekresi . d hormon tiroksin
Meningkatk an laju metabolim sel, menstimulasi konsumsi oksigen, dll 7 Para Sekresi Mengenda. tiroi hormon likan d parathorm keseimbaon (PTH) ngan kalsium dan fosfat dalam tubuh 8 Timu Sekresi Sistem . s hormon imun timosin
Membangun keterampilan dasar
Mengobservasi dan mempertimba ng-kan hasil observasi
Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, 2, 3 dan 4 isilah perbedaan antara sistem saraf dengan sistem hormon dibawah ini! Ikut terlibat dalam menyimpulkan
C4
15.
Aspek Pembeda Sekresi Pengaturan terhadap efek yang akan terjadi
173
Sistem Saraf
Sistem Endokrin
Aspek Pembe-da
Sis-tem Saraf
Sistem Endokrin
Sekresi
Neurotra nsmitter
Hormon
Pengaturan terhadap Jangka efek pendek yang akan terjadi Respons terhadap Langsung hasil sekretnya
Jangka panjang
Tidak langsung
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Respons terhadap hasil sekretnya Aksi/proses berlangsung secara
Aksi/ proses berlangsung secara
Cepat
Lambat
Komunikasi
Sinaps
Sistem sirkulasi
Komunikasi
Perhatikan gambar dibawah ini!
Kesimpulan
Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
Interpretasi pertanyaan
C5
16.
x
a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat! b. Jelaskanlah mekanisme diatas dengan langsung pada contoh salah satu kelenjar endokrinnya!
174
a. Yang ditunjuk oleh X adalah aliran darah atau dalam hal ini ialah sistem peredaran darah. Karena hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin didistribusikan melalui plasma darah untuk mencari sel target/penerima b. Contohnya (jawaban bersifat relative) . Kelenjar adrenal yang ada di ginjal mensekresikan hormon adrenalin jika mendapat rangsangan yang membahayakan. Maka, hormon adrenalin itu akan terdistribusi ke sel kulit (sehingga menjadi pucat), ke sel otot ( sehingga mampu berlali lebih cepat
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
daripada biasanya), dll Perhatikan gambar dibawah ini!
Kesimpulan
Kesimpulan
Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
Membuat deduksi dan mempertimba ngkan hasil deduksi
Interpretasi pertanyaan
Interpretasi pertanyaan
C5
C6
17.
18.
a. Hormon estrogen sedang dalam masa optimal, sehingga merangsang produksi hormon progesterone agar meningkat. Dinding endometrium semakin menebal a. Ketika hormon FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar b. Pada tahap ovulasi, hormon estrogen berada pituari meningkat, apa yang dalam kondisi optimalnya terjadi pada hormon sehingga merangsang estrogen-progesterone dan hormon progesterone dinding endometrium? untuk meningkat juga b. Pada kondisi uterus dan kadarnya. Sehingga hormon entrogen – berefek pada uterus yang progesteron yang mengalami penebalan pada bagaimanakah tahap ovulasi dinding endometrium terjadi? Perhatikan kedua gambar a. Gambar A dalam dibawah ini! komunikasi nya tidak memerlukan pembuluh darah. Ini berarti dilakukan melalui A B komunikasi antar sel (A) (B) dengan jarak yang lebih a. Apakah yang membedakan dekat jika dibandingkan antara gambar A dan B? dengan gambar B yang b. Menurutmu, apakah melalui pembuluh darah
175
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak
keduanya merupakan cara komunikasi yang dilakukan oleh kelenjar endokrin? Jelaskan pendapatmu!
Kesimpulan
Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi
Membuat generalisasi
C5
19.
Bacalah kutipan dibawah ini! Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah tenunan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara selsel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Akibat hilangnya hubungan ini, maka
176
b. Yang dikatakan sebagai komunikasi sistem endokrin adalah gambar B. sedangkan gambar A merupakan contoh simulasi parakrin. Endokrin: hormon didistribusikan dalam darah dan berikatan dengan sel target yang jauh Parakrin: hormon berfungsi sebcara local dengan berdifusi dari sumbernya ke sel target yang merupakan sel tetangganya
Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah . Oleh karena itu disebut sebagai kelenjar buntu.
menjawab skor 0
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Kesimpulan
Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi
Membuat generalisasi
C5
20.
kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri. Buatlah generalisasi dari paragraf diatas! Perhatikan pernyataan berikut ini: a. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitary yang berada di bagian dalam hipotalamus b. Hormon ini bersifat berlawanan satu sama lainnya dan berperan penting terhadap proses fungsi gonad Buatlah generalisasi dari
177
Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitary yang berada di bagian dalam hipotalamus dan bersifat berlawanan satu sama lainnya juga berperan penting terhadap proses fungsi gonad
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
pernyataan diatas!
Kesimpulan
Membuat dan mempertimban gkan nilai
Penerapan prinsip-prinsip
C5
21.
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi untuk mengatur aktivitas Hormon bekerja atas perintah tubuh seperti metabolism, dari sistem saraf. Sistem yang homeostasis (keseimbangan mengatur kerjasama antara tubuh), pertumbuhan, saraf dan hormon terdapat pada perkembangan seksual dan daerah hipotalamus. Daerah siklus reproduksi, siklus tidur, hipotalamus sering disebut dan siklus nutrisi. Misalkan daerah kendali saraf endokrin ketika menghadapi situasi (neuroendocrine control). Di yang menegangkan. Sistem bagian dasar hipotalamus otak, saraf menerjemahkan terdapat kelenjar hipofisis yang rangsangan yang menegangberbentuk oval yang ukurannya kan tersebut dan hanya sebesar kacang dan memerintahkan kelenjar memiliki berat 0,5 gram. Inilah hipofifsis untuk mengeluarkelenjar yang disebut sebagai kan hormon endorphin untuk master of gland, karena banyak meresponnya. Selain itu menghasilkan hormon-hormon merangsang kelenjar-kelenjar dan merangsang kerja kelenjar lain, seperti adrenalin dan lainnya. pancreas untuk mengeluarkan Menurut anda,bagaimana contoh hormon-hormonnya. Maka, hubungan antara sistem saraf kenapa ketika sedang dengan sistem endokrin (dalam menghadapi situasi yang hal ini kelenjar hipofisis) dalam menegangkan pada umum penerapan di kehidupan sehariresponnya hampir sama. hari? Misalnya berkeringat dingin, pucat, perut bergejolak/sakit perut, gemeteran, dan lainnya.
178
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Membuat penjelasan lebih lanjut
Membuat penjelasan lebih lanjut
Mengidentifikasi istilah
Mengidentifikasi asumsi
Mengklasifikasi dan memberikan contoh
Alasan yang tidak dinyatakan
C5
C4
22.
23.
Dalam perkembangannya, hormon FSH dan LH dapat dibuat secara sintetik untuk mengatur reproduksi seseorang. Dengan adanya suntik hormon, seseorang dapat menunda atau memajukan waktu fertilenya (waktu subur) untuk berbagai keperluan. Termasuk hormon yang mempengaruhi apakah FSH dan LH? Sebutkan contoh hormon lain yang fungsinya secara umum sama dengan kedua hormon tersebut! Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon yang tidak disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh species yang menghasilkan zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat yang bersifat penarik perhatian dari jenis seks yang berlawanan (sex attractants). Hormon ini dihasilkan oleh hewan insect betina yang melalui mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik terhadap dirinya oleh insect
179
FSH dan LH termasuk hormon-hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi, atau dalam hal ini mempengaruhi gonad (ovarium ataupun sperma). Contoh lainnya yang masih mempunyai fungsi yang hampir mirip ialah hormon estrogen dan progesteron
Feromon adalah salah satu hormon yang dihasilkan oleh neuron di hypothalamus. Karena secara histologismorfologis neuron dari hipothalamus tidak sama dengan kelenjar endokrin pada umumnya, maka hormon yang dihasilkan oleh neuron hipothalamus ini diberi nama hormon neuron (neurohormone atau neurosecretion).Olehkarena itu, mekanisme kerjanya tidak sepenuhnya melalui pembuluh darah. dan karena
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
Strategi dan taktik
Memutuskan suatu tindakan
Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi
C5
24.
jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang termasuk hormona padahal tidak diedarkan ke peredaran darah! Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan belakangan ini, telah membantu ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal dan mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormon itu begitu mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti pengurangan lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum diketahui apakah suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang secara serius membahayaan pada individu yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari. Kriteria
180
itu pula feromon bukanlah termasuk sistem endokrin, kerena memiliki mekanisme kerja dan disekresikannya bukan dari kelenjar endokrin
Kriteria dalam pemanfaatan teknologi GH secara buatan ialah jika defisiensi/ kekurangan hormon GH nya bukan disebabkan oleh genetic, (bukan secara keturunan tidak mempunyai kelainan GH). Dalam hal ini berarti dengan merangsang hormon GH yang berasal dari luar tubuh.
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
apa menurut anda yang menentukan kasus mana yang dapat diatasi dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain?
Strategi dan taktik
Memutuskan suatu tindakan
Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi
C6
25.
Buatlah kesimpulan mengenai karakteristik hormon yang anda ketahui berdasarkan pada: - Kelenjar-kelenjar yang mensekresikan hormon - Respon terhadap tubuh - Peranan - Cara kerja hormon
181
Hormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar Hipofisis (pituitary) - Hipofisis lobus anterior : GH, TSH, ACTH, gonadotropin - Hipofisis lobus intermedia : Endorphin, MSH - Hipofisis lobus posterior : ADH, oksitosin - Tiroid : Tiroksin - Paratiroid : Parathormon (PTH) - Adrenal : Adrenalin, noradrenalin - Pancreas : Glukagon, insulin, somatostatin, polipeptida pancreas - Timus : Timosin - Ovarium : Estrogen, progesterone - Testis : Testosteron Hormon direspon oleh tubuh lebih lambat jika dibandingkan dengan sistem hormon, namun lebih berefek
a. Benar dan lengkap skor 3 b. Benar namun kurang lengkap skor 2 c. Mengerjakan namun kurang tepat skor 1 d. Tidak menjawab skor 0
untuk jangka panjang. Peran hormon sangat banyak, utamanya untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan tubuh, metabolism, tingkah laku, reproduksi dan mengatur homeostasis tubuh. Cara kerja hormon pada umumnya diatur oleh kerja sistem saraf, setelah disekresikan hormon mencari sel targetnya melalui pembuluh darah
182
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas, Reabilitas, Daya Beda dan Tingkat Kesukaran dengan Software Anates
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 23.27 Simpang Baku= 6.86 Korelasi XY= 0.62 Reliabilitas Tes= 0.76
No.Urut No. Subyek Kode/NamaSubyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1
1
A
17
12
29
2
2
B
7
3
10
3
3
C
16
19
35
4
4
D
10
2
12
5
5
E
2
5
7
6
6
F
6
2
8
7
7
G
15
14
29
8
8
H
10
9
19
9
9
I
8
18
10
10
J
13
12
25
11
11
K
12
11
23
12
12
L
12
14
26
13
13
M
8
13
21
14
14
N
12
12
24
15
15
O
13
16
29
16
16
P
13
13
26
17
17
Q
14
31
18
18
R
13
9
22
19
19
S
9
11
20
20
20
T
10
10
20
10
17
183
21
21
U
12
11
23
22
22
V
13
9
22
23
23
W
14
18
32
24
24
X
15
12
27
25
25
Y
17
9
26
26
26
Z
11
13
24
27
27
AA
13
15
28
28
28
BB
15
14
29
29
29
CC
16
10
26
30
30
DD
14
13
27
KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul 1 No Urt
2
3
4
5
No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 35
1
2
3
4
5
3
1
2
1
3
2
1
3
2
0
1
3
C
2
23
W
3
17
Q
31
1
2
0
0
0
4
1
A
29
2
3
3
0
0
5
7
G
29
1
0
2
3
0
6
15
O
29
1
0
1
3
1
7
28
BB
29
2
1
2
1
0
8
27
AA
28
1
2
2
2
0
Rata2 Skor
1.63
1.25 1.88 1.50 0.50
Simpang Baku
0.74
1.04 0.99 1.20 1.07
6 No Urt
32
7
8
9
No Subyek Kode/NamaSubyekSkor
10 6
7
8
9
10
1
3
C
35
3
1
2
1
3
2
23
W
32
2
0
2
1
2
184
3
17
Q
4
1
A
5
7
6
1
2
1
2
3
29
0
0
0
0
0
G
29
1
0
0
2
1
15
O
29
1
2
1
1
2
7
28
BB
29
1
0
1
0
1
8
27
AA
28
1
0
2
3
1
Rata2 Skor
1.25 0.63 1.13 1.25 1.63
Simpang Baku
0.89 0.92 0.83 1.04 1.06
11 No Urt
31
12
13
14
15
No Subyek Kode/Nama Subyek Skor
11
12
13
14
15
1
3
C
35
2
1
2
2
0
2
23
W
32
1
2
1
0
2
3
17
Q
31
0
1
2
1
2
4
1
A
29
1
1
2
2
3
5
7
G
29
2
2
1
1
3
6
15
O
29
2
0
1
1
0
7
28
BB
29
2
2
1
1
3
8
27
AA
28
0
2
3
1
0
Rata2 Skor
1.25 1.38 1.63 1.13 1.63
Simpang Baku
0.89 0.74 0.74 0.64 1.41
16 No Urt
17
18
19
20
No Subyek Kode/NamaSubyek Skor
16
17
18
19
20
1
3
C
35
0
0
2
2
3
2
23
W
32
2
1
2
1
0
3
17
Q
31
1
3
0
0
1
4
1
A
29
1
3
2
3
3
5
7
G
29
2
0
2
1
1
6
15
O
29
2
1
1
1
2
7
28
BB
29
2
1
1
2
1
185
8
27
AA
1
1
2
0
0
Rata2 Skor
1.38 1.25 1.50 1.25 1.38
Simpang Baku
0.74 1.16 0.76 1.04 1.19
21 No Urt
28
22
23
24
25
No Subyek Kode/NamaSubyek Skor
21
22
23
24
25
1
3
C
35
0
0
0
1
0
2
23
W
32
0
1
1
2
1
3
17
Q
31
2
1
1
2
2
4
1
A
29
0
0
0
0
0
5
7
G
29
0
0
3
1
0
6
15
O
29
0
0
0
3
2
7
28
BB
29
1
2
1
0
0
8
27
AA
28
2
1
1
0
0
Rata2 Skor
0.63 0.63 0.88 1.13 0.63
Simpang Baku
0.92 0.74 0.99 1.13 0.92
KelompokAsor 1 No Urt
2
3
4
No Subyek Kode/NamaSubyek Skor
5 1
2
3
4
5
1
19
S
20
2
1
1
0
0
2
20
T
20
1
0
1
2
1
3
8
H
19
2
0
0
1
2
4
9
I
18
1
2
0
0
0
5
4
D
12
3
0
2
0
3
6
2
B
10
0
0
0
0
0
7
6
F
8
2
1
1
0
0
8
5
E
7
0
0
1
2
1
Rata2 Skor
1.38 0.50 0.75 0.63 0.88
Simpang Baku
1.06 0.76 0.71 0.92 1.13
186
6 No Urt
7
8
9
10
No Subyek Kode/Nama Subyek Skor
6
7
8
9
10
1
19
S
20
0
1
2
1
1
2
20
T
20
0
1
1
1
0
3
8
H
19
1
0
1
0
1
4
9
I
18
0
0
0
1
1
5
4
D
12
0
0
2
0
0
6
2
B
10
0
0
0
0
0
7
6
F
8
0
1
0
0
0
8
5
E
7
0
0
0
0
0
Rata2 Skor
0.13 0.38 0.75 0.38 0.38
Simpang Baku
0.35 0.52 0.89 0.52 0.52
11 No Urt
12
13
14
15
No Subyek Kode/Nama Subyek Skor
11
12
13
14
15
1
19
S
20
0
0
0
0
0
2
20
T
20
0
0
1
1
1
3
8
H
19
0
1
2
1
1
4
9
I
18
0
2
1
1
0
5
4
D
12
1
0
0
0
0
6
2
B
10
0
0
0
2
1
7
6
F
8
0
0
0
0
0
8
5
E
7
0
0
0
0
0
Rata2 Skor
0.13 0.38 0.50 0.63 0.38
Simpang Baku
0.35 0.74 0.76 0.74 0.52
16 No Urt
17
18
19
20
No Subyek Kode/Nama Subyek Skor
16
17
18
19
20
1
19
S
20
1
1
2
1
1
2
20
T
20
2
0
0
0
1
3
8
H
19
0
0
1
0
1
187
4
9
I
18
1
2
0
1
1
5
4
D
12
0
0
0
0
0
6
2
B
10
0
1
1
0
0
7
6
F
8
0
0
0
0
0
8
5
E
7
0
0
0
0
0
Rata2 Skor
0.50 0.50 0.50 0.25 0.50
Simpang Baku
0.76 0.76 0.76 0.46 0.53
21 No Urt
22
23
24
25
No Subyek Kode/Nama Subyek Skor
21
22
23
24
25
1
19
S
20
0
1
1
2
1
2
20
T
20
1
2
1
1
1
3
8
H
19
2
1
1
0
0
4
9
I
18
1
0
1
0
2
5
4
D
12
0
0
1
0
0
6
2
B
10
3
0
2
0
0
7
6
F
8
1
0
0
1
1
8
5
E
7
0
3
0
0
0
Rata2 Skor
1.00 0.88 0.88 0.50 0.63
Simpang Baku
1.07 1.13 0.64 0.76 0.74
DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 30 Klpatas/bawah (n)= 8 Butir Soal= 25 Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku
No NoBtrAsli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab 1
1
1.63
1.38 0.25 0.74 1.06
0.46 0.55
2
2
1.25
0.50 0.75 1.04 0.76
0.45 1.66 25.00
188
8.33
t DP(%)
3
3
1.88
0.75 1.13 0.99 0.71
0.43 2.61 37.50
4
4
1.50
0.63 0.88 1.20 0.92
0.53 1.64 29.17
5
5
0.50
0.88 -... 1.07 1.13
6
6
1.25
0.13 1.13 0.89 0.35
0.34 3.33 37.50
7
7
0.63
0.38 0.25 0.92 0.52
0.37 0.67
8
8
1.13
0.75 0.38 0.83 0.89
0.43 0.87 12.50
9
9
1.25
0.38 0.88 1.04 0.52
0.41 2.14 29.17
10
10
1.63
0.38 1.25 1.06 0.52
0.42 3.00 41.67
11
11
1.25
0.13 1.13 0.89 0.35
0.34 3.33 37.50
12
12
1.38
0.38 1.00 0.74 0.74
0.37 2.69 33.33
13
13
1.63
0.50 1.13 0.74 0.76
0.38 3.00 37.50
14
14
1.13
0.63 0.50 0.64 0.74
0.35 1.44 16.67
15
15
1.63
0.38 1.25 1.41 0.52
0.53 2.36 41.67
16
16
1.38
0.50 0.88 0.74 0.76
0.38 2.33 29.17
17
17
1.25
0.50 0.75 1.16 0.76
0.49 1.53 25.00
18
18
1.50
0.50 1.00 0.76 0.76
0.38 2.65 33.33
19
19
1.25
0.25 1.00 1.04 0.46
0.40 2.49 33.33
20
20
1.38
0.50 0.88 1.19 0.53
0.46 1.90 29.17
21
21
0.63
1.00 -... 0.92 1.07
0.50 -... -12.50
22
22
0.63
0.88 -... 0.74 1.13
0.48 -... -8.33
23
23
0.88
0.88 0.00 0.99 0.64
0.42 0.00
24
24
1.13
0.50 0.63 1.13 0.76
0.48 1.30 20.83
25
25
0.63
0.63 0.00 0.92 0.74
0.42 0.00
0.55 -... -12.50
8.33
0.00
0.00
TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 30 Butir Soal= 25
No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran (%) 1
1
50.00
Sedang
189
Tafsiran
2
2
29.17
Sukar
3
3
43.75
Sedang
4
4
35.42
Sedang
5
5
22.92
Sukar
6
6
22.92
Sukar
7
7
16.67
Sukar
8
8
31.25
Sedang
9
9
27.08
Sukar
10
10
33.33
Sedang
11
11
22.92
Sukar
12
12
29.17
Sukar
13
13
35.42
Sedang
14
14
29.17
Sukar
15
15
33.33
Sedang
16
16
31.25
Sedang
17
17
29.17
Sukar
18
18
33.33
Sedang
19
19
25.00
Sukar
20
20
31.25
Sedang
21
21
27.08
Sukar
22
22
25.00
Sukar
23
23
29.17
Sukar
24
24
27.08
Sukar
25
25
20.83
Sukar
190
Lampiran 7. Instrumen Penelitian PRE –TEST MATERI SISTEM ENDOKRIN Nama : Kelas : Bacalah dengan seksama. Lalu kerjakanlah soal-soal dibawah ini. 1. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul organic kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah neurotransmitter tunggal dapat memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal ini tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmitter berikatan dengan reseptor yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas membrane sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik tersebut berlangsung dalam waktu beberapa milidetik. Ada beberapa macam neurotransmitter ,misalnya asetilkolin, asam amino, neuropeptida, dan masih banyak lainnya. Berdasarkan kutipan tersebut tentang sistem saraf, mengapa komunikasi neurotransmitter berlangsung sangat cepat? Jawaban
2. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi kearah tenunan pengikat. Sel-selepitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi kedalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Kedalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar 191
endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan kepermukaan. Oleh karena itu kelenjar endokrin biasa juga disebut kelenjar tanpa saluran (ductless gland). Berdasarkan kutipan diatas, kemukakan penjelasanmu tentang cara yang dilakukan kelenjar endokrin untuk dapat menyalurkan zat-zat yang dihasilkan kepermukaan! Jawaban
3. Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Hormon memiliki fungsi yang membantu pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup sesuatu organ atau suatu sistem. Kekhususan yang lain-lainya yang dikaitkan dengan hormone adalah bahwa hormone merupakan zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Sekresi hormon yang terlalu sedikit ataupun banyak akan mempengaruhi banyak hal dalam metabolism, pertumbuhan dan perkembangan. Selanjutnya hormone dihasilkan oleh sel hidup yang sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran, maka hormon yang dihasilkannya langsung disekresikan kedalam pembuluh darah. Jelaskanlah pendapatmu tentang karakteristik hormon yang mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit? Jawaban
4. Berdasarkan kutipan pada nomer 1 dan 3, apakah perbedaan yang mencolok tentang komunikasi pada sistem endokrin dengan komunikasi pada system saraf? Mengapa?
192
Jawaban
5. Perhatikan pernyataan dibawah ini! a. Karbondioksida (CO2) adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sel-sel yang sehat. Dengan jumlah yang sedikit setelah memasuki peredaran darah, CO2 akan bekerja pula pada pusat pernapasan di medula oblongata dan akan merangsang pernapasan. b. Leucotaxin merupakan zat organic yang dihasilkan oleh sel-sel yang mengalami kerusakan namun diedarkan keseluruh tubuh. Zat ini berkemampuan untuk menghimpun butir-butir darah putih disekitar sel-sel yang luka dengan tujuan untuk membasmi mikroorganisme yang mungkin masuk di daerah sel-sel yang mengalami perlukaan. c. Renin yang dihasilkan oleh ginjal merupakan salah satu prohormon , yang kemudian menjadi aktif setelah mengalami konversi di dalam plasma darah menjadi Angiotensin Berdasarkan karakteristik hormon yang dipaparkan pada kutipan nomer 2 dan dari ketiga pernyataan diatas, yang manakah hormon dan yang bukan hormon? Jelaskan pendapatmu! Jawaban
6. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat ! 6 1
7 5 2
4 3
193
No
Kelenjar
Hormon yang dihasilkan
Peranan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
7. Berdasarkan wacana pada nomer 1, 2 dan 3 isilah perbedaan antara system saraf dengan sistem hormon dibawah ini! Aspek Pembeda
Sistem Saraf
Sekresi Pengaturan terhadap efek yang akan terjadi Respons terhadap hasil sekretnya Aksi/proses berlangsung secara Komunikasi
8. Perhatikan gambar dibawah ini!
194
Sistem Hormon
a. Ketika hormon FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar pituari meningkat, apa yang terjadi pada hormon estrogen-progesterone dan dinding endometrium? b. Pada kondisi uterus dan hormon estrogen –progesteron yang bagaimanakah tahap ovulasi terjadi? Jawaban
9. Perhatikan pernyataan berikut ini: a. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitary yang berada di bagian dalam hipotalamus b.Hormon ini bersifat berlawanan satu sama lainnya dan berperan penting terhadap proses fungsi gonad Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas! Jawaban
10. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormone terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus otak, terdapat kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang dan memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland, karena banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya. Menurut anda, bagaimana contoh hubungan antara system saraf dengan system endokrin (dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di kehidupan sehari-hari? Jawaban
195
11. Dalam perkembangannya, hormon FSH dan LH dapat dibuat secara sintetik untuk mengatur reproduksi seseorang. Dengan adanya suntik hormon, seseorang dapat menunda atau memajukan waktu fertilenya (waktu subur) untuk berbagai keperluan. Termasuk hormon yang mempengaruhi apakah FSH dan LH? Sebutkan contoh hormon lain yang fungsinya secara umum sama dengan kedua hormon tersebut! Jawaban
12. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan belakangan ini, telah membantu ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal dan mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormone itu begitu mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti pengurangan lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum diketahui apakah suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang secara serius membahayakan pada individu yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari. Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana yang dapat diatasi dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain? Jawaban
196
Lampiran 8 KUNCI JAWABAN SOAL INSTRUMEN
1. Komunikasi neurotransmitter sangatlah cepat, karena mengikuti efek kerja sistem saraf juga sangat cepat. Neurotransmitter berperan sebagai penghubung sinaps antar neuron atau antar glia. Neurotransmiter berikatan dengan reseptor yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas membrane sel pasca sinaptik. Kerja neurotransmitter sangat dipengaruhi oleh keberadaan reseptor di sel pasca sinaptik serta model kerja reseptor tersebut. 2. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran yang bias menjadi tempat menyalurkan zat-zat yang dihasilkan (hormon) kepermukaan tubuh. Oleh karena itu, kelenjar-kelenjar endokrin hormone dialirkan keseluruh tubuh menuju ke sel-sel target yang ada di dalam tubuh. Hormon-hormon tersebut disekresikan langsung kedalam pembuluh darah
yang
melewati sel-sel
kelenjar endokrin itu sendiri, maka kelenjar endokrin biasa juga disebut kelenjar yang menghasilkan zat-zatnya kedalam tubuh (glands of internal secretion). Hasil penelitian juga membuktikan bahwa, sel- target dan kelenjar endokrin bukan hanya memiliki satu sel target, namun ada juga suatu hormon yang mempengaruhi beberapa sel-sel target. 3. Di dalam tubuh manusia, hormon dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Berbeda dengan makromolekul organik, seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral atau neurotransmitter seperti asetil kolin, efinefrin dan lainnya dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi kebutuhan mereka dalam menjalankan
perannya
masing-masing.
Walau
begitu,
kekurangan
(hiposekresi) ataupun kelebihan (hipersekresi) hormone dalam tubuh akan mengganggu homeostasis, metabolism juga perkembangan dan pertumbuhan serta berdampak jangka panjang. Misalnya kelebihan hormon GH akan membuat pertumbuhan (baik secara tinggi dan berat) seseorang menjadi berlebih, atau yang disebut sebagai akromegali.
197
4. Hormon dan neurotransmitter merupakan zat kimia organik yang dihasilkan oleh sel-sel hidup. Keduanya sama-sama dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Perbedaannya adalah
pada cara komunikasi
yang
dilakukannya. Neurotransmitter membantu terhubungnya sinaps pada antar neuron atau antar glia, sehingga berlangsung sangat cepat. Sedangkan hormone menggunakan perantara peredaran darah untuk membantu mencari sel target yang tersebar di seluruh tubuh. Oleh karena itu system endokrin berlangsung lebih lambat namun berefek lebih lama / jangkapanjang. 5. - Pernyataan b (leucotaxin) bukan merupakan hormon, karena berasal dari selsel yang rusak. Sedangkan dalam kutipan pada nomer 3, dikatakan bahwa suatu hal dikatakan sebagai hormon apabila dihasilkan oleh sel hidup yang sehat dari sebuah kelenjar endokrin.
Leucotaxin oleh karenanya tidak
dikatagorikan sebagai hormon, meskipun zat ini termasuk zat organic dan langsung dihantar masuk kedalam pembuluh darah. Leucotaxin termasuk katagori parahormon atau biasajugadisebut pseudo-hormon. - Pernyataan c (renin) merupakan hormon, atau lebih tepatnya termasuk hormon jenis prohormon, yaitu hormon yang diaktifkan diluar kelenjar sekresinya (ginjal) - Sedangkan jawaban yang a (karbondioksida) bukanlah hormon. Meskipun CO2 memenuhi sebagian besar criteria dari hormon, CO2 bukan zat organic dan tidak pula dihasilkan oleh sebuah kelenjar endokrin. Oleh karenanya CO2 tidak dapat dikatagorikan ke dalam hormon. 6. Kelenjar, fungsi dan peranan sistem endokrin N o 1.
Kelenjar Hipofisis
2.
Pancreas
3.
Testis
4.
Ovarium
Fungsi Sekresi GH, TSH, ACTH, FSH, LH, Endomorfin, MSH, ADH, dll Sekresi hormon insulin, glucagon. somatostatin Sekresi hormon Testosterone Sekresi hormone
198
Peranan Master of glands, mempengaruhi kelenjar lainnya Mengatur kadar glukosa dalam darah Membantu pemasakan spermatozoa Mempengaruhi
Estrogen dan progesteron Sekresi hormon adrenalin, noradrenalin, aldosterone, glukokortikoid, gonadokortikoid Sekresi hormone tiroksin
5. Adrenal
6.
Tiroid
7.
Paratiroid
Sekresi hormone parathormon (PTH)
8.
Timus
Sekresi hormon timosin
pemasakan ovum Mempengaruhi frekuensi tekanan jantung, konsumsi oksigen, dll
Meningkatkan laju metabolime sel, menstimulasi konsumsi oksigen, dll Mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh Sistem imun
7. Perbedaan antara sistem saraf dan sistem hormon Aspek Pembeda
Sistem Saraf
Sistem Endokrin
Sekresi
Neurotransmitter
Hormon
Jangka pendek
Jangka panjang
Langsung
Tidak langsung
Cepat
Lambat
Sinaps
Sistem sirkulasi
Pengaturan terhadap efek yang akan terjadi Respons terhadap hasil sekretnya… Aksi/ Proses berlangsung secara… Komunikasi
8. a) Hormon estrogen sedang dalam masa optimal, sehingga merangsang produksi hormon progesterone agar meningkat. Dinding endometrium semakin menebal b) Pada
tahap
ovulasi,
hormon
estrogen
berada
dalam
kondisi
optimalnyasehingga merangsang hormon progesterone untuk meningkat juga kadarnya. Sehingga berefek pada uterus yang mengalami penebalan pada dinding endometrium
199
9. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitary yang berada di bagian dalam hipotalamus dan bersifat berlawanan satu sama lainnya juga berperan penting terhadap proses fungsi gonad 10. Sistem endokrin berinteraksi dengan system saraf berfungsi untuk mengatur aktivitas tubuh seperti metabolism, homeostasis (keseimbangan tubuh), pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, dan siklus nutrisi. Misalkan ketika menghadapi situasi yang menegangkan. Sistem saraf
menerjemahkan
rangsangan
yang
menegangkan
tersebut
dan
memerintahkan kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan hormon endorphin untuk meresponnya. Selain itu merangsang kelenjar-kelenjar lain, seperti adrenalin dan pankreas untuk mengeluarkan hormon-hormonnya. Maka, kenapa ketika sedang menghadapi situasi yang menegangkan pada umum responnya
hampir
sama.
Misalnya
berkeringat
dingin,
pucat,
perut
bergejolak/sakit perut, gemetaran, dan lainnya. 11. FSH dan LH termasuk hormon-hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi, atau dalam hal ini mempengaruhi gonad (ovarium ataupun sperma). Contoh lainnya yang masih mempunyai fungsi yang hampir
mirip ialah hormon
estrogen dan progesteron. 12. Kriteria dalam pemanfaatan teknologi GH secara buatan ialah jikadefisiensi/ kekurangan hormon GHnya bukan disebabkan oleh genetik, (bukan secara keturunan tidak mempunyai kelainan GH). Dalam hal ini berarti dengan merangsang hormon GH yang berasal dari luar tubuh.
200
Lampiran 9.
Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Kontrol Nomer butir soal Responden
1
A
1 3
2 2
3 1
4 0
5 0
2 6 2
B C D E F G H I J K L M
2 1 1 0 2 1 2 0 2 2 3 2
2 2 0 1 2 0 0 2 0 2 2 2
2 2 2 2 1 3 2 0 2 1 2 2
1 3 0 1 0 0 3 1 0 2 0 0
0 2 2 1 2 1 2 0 1 0 2 0
0 1 0 1 3 1 1 2 0 2 0 1
1 0 1 1 0 0 0 0 1 2 1 0
0 0 1 2 0 0 1 3 1 0 2 1
0 1 0 1 0 1 2 2 0 2 1 2
0 1 0 3 2 2 0 2 3 1 0 1
0 2 2 1 2 0 1 0 2 3 3 1
N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD
2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 3 1 3
0 1 1 0 1 2 1 1 2 0 2 1 1 3 2 2 2
2 2 2 1 0 0 2 0 0 1 1 0 1 2 1 0 0
2 0 1 2 2 2 2 1 2 0 1 1 0 1 2 2 1
3 0 2 0 0 2 1 1 0 2 0 0 0 2 0 2 0
1 1 2 1 2 1 0 1 1 2 2 0 1 0 1 0 0
2 0 2 0 0 0 2 0 0 1 0 1 2 1 1 0 2
2 2 1 2 0 3 0 2 0 0 2 2 2 0 0 1 0
2 0 0 0 1 2 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1
2 1 2 3 1 0 2 1 2 2 0 1 0 0 0 1 1
1 2 0 0 1 1 2 2 1 2 0 0 2 1 2 1 1
7 0
201
8 1
3 9 0
10 2
4 11 0
5 12 0
Total Pembulatan
11
30,55
0 3 1 2 0 2 2 1 3 2 1 2
8 18 10 16 14 11 16 13 15 19 17 14
22,22 50 27,77 44,44 38,88 30,55 44,44 36,11 41,66 52,77 47,22 38,88
0 0 3 2 0 2 3 1 0 0 0 2 2 2 3 0 0
19 11 19 13 10 16 17 12 10 12 9 10 14 14 16 10 11
52,77 30,55 52,77 36,11 27,77 44,44 47,22 33,33 27,77 33,33 25 27,77 38,88 38,88 44,44 27,77 30,55
EE FF GG HH II JJ KK LL MM NN OO
2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3
2 1 1 1 1 2 2 1 0 3 1
1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2
2 1 0 0 2 1 1 0 1 1 2
0 0 1 0 1 1 2 1 0 2 1
0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2
2 3 2 0 2 0 2 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2
0 2 0 0 2 0 0 0 0 1 1
2 0 0 0 1 0 1 0 3 0 1
2 1 0 0 0 0 3 0 0 2 2
14 13 8 6 11 7 18 7 10 16 19
38,88 36,11 22,22 16,66 30,55 19,44 50 19,44 27,77 44,44 52,77
PP Jumlah Indikator % Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
2 78
1 55
1 0 2 54 43 41
0 39
0 27
2 44
0 26
1 43
1 45
1 50
11 545
30,55 1513,88
46,74
1 0 1 1 0 0 1 1 2 1 2
28,99
30,62
36,6 40,7 52,77 16,66 36,04
202
Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Eksperimen
Nomer Butir Soal Responden
1
2
3
4
5
Total
Pembulatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
A
2
1
1
0
2
0
2
1
0
1
2
0
12
33,33
B
3
2
3
1
1
2
2
1
1
0
2
2
20
55,55
C
2
1
1
2
0
0
1
0
2
0
2
1
12
33,33
D
3
2
1
2
1
0
1
1
0
0
1
1
13
36,11
E
2
1
1
2
0
1
0
0
2
0
0
0
9
25
F
2
1
2
3
2
0
0
1
0
1
1
2
15
41,66
G
3
2
2
1
0
1
2
0
1
2
2
2
18
50
H
2
2
1
2
0
1
2
1
1
2
1
1
16
44,44
I
3
2
1
1
0
2
1
0
1
0
2
2
15
41,66
J
2
2
2
1
2
3
2
0
0
1
2
3
20
55,55
K
1
2
1
2
2
1
1
2
1
2
2
2
19
52,77
L
3
2
1
2
0
2
2
2
0
2
3
2
21
58,33
M
2
1
1
0
1
0
0
2
0
3
2
2
14
38,88
N
1
2
1
1
1
2
1
2
0
0
0
0
11
30,55
O
2
1
2
1
0
1
0
1
0
1
1
2
12
33,33
P
1
0
1
2
0
1
2
0
1
1
2
0
11
30,55
Q
2
2
1
3
0
0
1
2
1
0
1
2
15
41,66
R
3
2
2
1
2
0
3
0
0
0
1
2
16
44,44
S
2
2
2
1
0
1
2
2
0
3
2
1
18
50
T
1
1
2
0
0
2
1
0
1
0
0
0
8
22,22
U
0
0
2
1
2
1
0
2
0
1
0
0
9
25
V
0
1
2
1
0
2
0
1
1
0
0
0
8
22,22
W
3
2
1
0
2
1
0
3
0
2
1
1
16
44,44
X
2
1
2
1
0
1
0
1
0
0
0
0
8
22,22
Y
1
1
2
1
1
2
2
0
0
0
0
0
10
27,77
Z
3
2
2
1
1
1
2
3
1
1
2
1
20
55,55
AA
2
1
2
0
0
0
2
1
0
0
0
0
8
22,22
BB
1
1
2
0
1
0
1
2
0
0
2
0
10
27,77
CC
3
2
1
2
0
1
0
1
2
0
0
0
12
33,33
DD
1
2
2
0
0
0
0
0
0
1
1
1
8
22,22
EE
2
2
2
1
0
1
0
2
1
1
0
0
12
33,33
203
FF
1
1
1
2
0
2
1
0
0
0
0
0
8
22,22
GG
2
1
1
2
1
2
0
1
1
2
2
2
17
47,22
HH
1
2
0
2
1
1
1
0
0
0
0
0
8
22,22
II
2
3
1
2
0
1
1
0
2
0
1
2
15
41,66
JJ
1
1
1
2
1
2
1
1
0
0
0
0
10
27,77
KK
2
3
2
0
1
0
1
1
1
1
2
2
16
44,44
LL
2
1
2
0
1
2
2
2
1
2
0
0
15
41,66
MM
2
1
1
1
0
1
0
1
1
0
2
1
11
30,55
NN
3
2
2
1
2
1
2
1
2
1
2
3
22
61,11
OO
2
1
1
1
0
1
2
2
1
0
1
0
12
33,33
PP
3
2
2
1
2
1
2
2
2
1
1
1
20
55,55
Ʃ
81
64
63
50
30
44
46
45
28
32
46
41
570
1583,33
37,4
33,3
Indikator % Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata
52,44
32,52
28,45
61,11 22,22 37,69
204
Lampiran 10
Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Kontrol
Nomer butir soal Responden A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD EE
1 1 2 3 3 1 2 2 1 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 3 0 2 3 3 1 2 3 3 3
2 2 0 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 3
3 0 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 1 2 0 2 1 2 2 2 2 2 1
4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3
5 1 1 3 0 3 1 3 3 3 1 3 3 2 3 2 2 1 0 3 3 0 3 0 2 3 3 2 3 1 1 3
2 6 2 2 2 0 1 3 2 2 3 2 0 3 3 2 0 3 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 0 2
7 1 2 3 0 1 3 0 2 2 2 2 3 3 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 2 3 0 1 3 3 0 0
205
8 0 0 3 1 2 1 0 2 3 2 0 3 0 1 1 2 2 2 1 1 1 0 0 2 2 3 0 1 0 1 0
3 9 3 3 1 0 1 2 0 3 2 0 2 3 1 3 1 1 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2
10 0 1 1 1 2 1 0 0 2 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 2 1 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0
4 11 1 0 2 2 0 2 1 1 1 1 1 0 1 2 0 1 1 1 0 1 2 2 1 0 1 2 1 2 0 1 1
5 12 2 0 2 2 0 2 3 3 2 0 2 0 3 2 2 2 1 2 2 0 2 2 2 2 2 1 0 1 3 2 2
Total
Pembulatan
17 17 27 13 19 22 19 25 28 16 19 26 26 24 15 23 20 17 20 20 18 23 8 23 25 23 16 25 20 17 20
47,22 47,22 75 36,11 52,77 61,11 52 69,44 77,77 44,44 52,77 72,22 72,22 66,66 41,66 63,88 55,55 47,22 55,55 55,55 50 63,88 22,22 63,88 69,44 63,88 44,44 69,44 55,55 47,22 55,55
FF GG HH II JJ KK LL MM NN OO PP Ʃ Indikator % Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata
1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 82
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 84
2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 79
73,78
3 1 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 2 3 118 87
1 2 0 2 0 3 0 0 3 3 2 76
1 2 0 2 0 2 3 0 2 2 2 63
61,25
2 1 0 3 1 2 1 0 2 2 3 54
3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 78 42
0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 23
2 0 2 1 2 1 1 2 1 1 2 47
0 2 2 2 0 2 2 2 3 1 2 69
18 21 18 22 16 26 19 18 24 24 23 860
50 58,33 50 61,11 38,88 72,22 50 44,44 66,66 66,66 63,88 2388,88
38,2 56,1 77,77 22,22 56,87
206
Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Eksperimen
Nomer Butir Soal Responden
1
2
3
4
5
Total
Pembulatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
A
2
2
1
1
1
2
3
3
2
0
0
2
19
52,77
B
3
2
2
3
3
3
2
2
2
2
3
3
30
83,33
C
2
3
2
3
3
2
2
3
2
0
0
2
24
66,66
D
2
2
3
3
2
3
2
0
0
1
2
1
21
58,33
E
3
3
2
2
0
2
0
2
2
0
0
2
18
50
F
2
2
2
3
3
3
3
2
2
0
1
1
24
66,66
G
2
2
1
3
3
2
2
3
2
1
2
2
25
69,44
H
1
2
2
3
3
3
3
2
3
1
2
3
28
77,77
I
1
2
1
3
1
3
3
2
2
1
1
2
22
61,11
J
3
2
1
3
3
3
3
2
2
2
2
2
28
77,77
K
1
2
2
3
3
3
3
1
2
0
2
3
25
69,44
L
1
1
0
0
0
3
3
3
3
0
0
3
17
47,22
M
2
1
1
2
2
1
2
1
0
0
2
2
16
44,44
N
2
3
2
1
1
3
3
1
2
0
2
2
22
61,11
O
2
2
2
3
3
3
3
2
2
1
2
3
28
77,77
P
2
2
2
2
3
3
2
1
2
1
1
2
23
63,88
Q
3
2
3
3
3
3
3
3
3
1
2
3
32
88,88
R
2
1
1
3
3
3
3
1
2
0
2
2
23
63,88
S
3
2
2
3
3
3
2
2
3
0
0
3
26
72,22
T
1
1
2
3
1
0
1
1
2
0
0
3
15
41,66
U
2
2
3
3
2
3
3
2
2
0
1
3
26
72,22
V
2
2
2
3
3
3
2
0
3
0
2
2
24
66,66
W
2
2
2
3
3
3
3
2
3
0
0
3
26
72,22
X
2
2
2
3
3
3
2
0
2
0
2
2
23
63,88
Y
1
2
2
3
2
3
3
0
2
0
1
2
21
58,33
Z
2
2
2
3
3
3
3
3
1
0
1
2
25
69,44
AA
3
2
3
3
0
0
2
0
2
0
0
0
15
41,66
BB
2
2
2
3
2
3
2
0
2
1
1
2
22
61,11
CC
2
3
3
3
1
3
3
2
2
0
0
2
24
66,66
DD
1
1
2
2
2
0
2
2
0
0
0
0
12
33,33
EE
1
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
29
80,55
FF
2
2
1
3
3
3
3
1
2
0
1
2
23
63,88
GG
2
2
0
0
1
0
0
0
2
2
3
3
15
41,66
207
HH
2
2
2
3
1
2
2
1
2
1
2
2
22
61,11
II
3
2
3
3
3
3
3
2
2
1
1
2
28
77,77
JJ
1
1
2
3
2
2
2
1
1
1
0
2
18
50
KK
2
2
2
3
3
3
3
2
2
0
2
3
27
75
LL
3
2
2
3
3
3
3
3
3
1
1
3
30
83,33
MM
2
2
2
3
2
3
2
0
0
0
2
1
19
52,77
NN
2
2
2
3
3
3
3
3
2
0
1
3
27
75
OO
2
2
2
3
3
3
3
2
1
0
0
2
23
63,88
PP
3
2
2
3
3
3
2
3
3
1
2
2
29
80,55
Ʃ Indikator % Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata
84
82
79
112
95
106
102
69
82
21
51
91
974
2705,55
41,5
74
72,56
82,11
46,61
88,88 33,33 64,41
208
Lampiran 11
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E OLEH GURU Materi Sub Materi
: Sistem Endokrin : Karakteristik Sistem Endokrin dan Perbedaan dengan Sistem Saraf Pertemuanke- : 1 (Pertama) Alokasiwaktu : 90 Menit Petunjuk pengisian: Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap keterlaksanaan model pembelajaran learning cycle 7E. Dengan Kriteria : 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik N o
Tahap Learning Cycle 7E
1.
Tahap Elicit
2.
Tahap Engegement
Indikator Pencapaian Tahap Learning Cycle 7E Mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari
Kegiatan Guru
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari - Siswa dan guru Memberikan informasi saling awal untuk menarik memberikan minat dan motivasi informasi dan siswa tentang materi pengalaman yang akan dibahas tentang Mengaitkan topik yang pertanyaandibahas dengan pertanyaan pada pengetahuan yang tahap elicit sudah diketahui siswa - Memberikan atau berdasarkan motivasi agar pengalamannya memunculkan Melaskukan Tanya minat dan jawab seputar perhatian siswa pengetahuan yang
209
Penilaian Keterlaksanaan 1 2 3 4 h √
√
√
√
untuk belajar
3.
4.
5.
6.
Tahap Exploration
Tahap Explanation
Siswa memperoleh pengetahuan secara langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari Siswa mampu menjelaskan konsep-konsep dan definisidefinisi yang diperoleh pada fase-fase exploration, engegment dan elicit
TahapElabora Membawa siswa tion menerapkan definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilanketerampilan pada permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari Tahap Mengobservasi, Evaluation memperhatikan dan menilai siswa terhadap perubahan pengetahuan dan kemampuannya
sudah diketahui siswa atau pengalamannya tersebut Membentuk kelompok serta member kesempatan untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok kecil secara mandiri Guru berperan sebagai fasilitator Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan pemahaman dan bahasa mereka sendiri Meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan siswa Mendengarkan dan memancing sikap kritis terhadap penjelasan antar siswa dan guru Mengingatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/bukti saat siswa mengeksplorasi situasi baru Mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep/keterampilan yang baru Mengobservasi pengetahuan dan keterampilan berpikir siswa dalam hal penerapan konsep baru Mendorong siswa melakukan evaluasi kekurangan dan
210
√
√ √
√ √
√
√
√
√
7.
Tahap Expantion
Siswa dapat menghubungkan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari
kelebihan diri dalam kegiatan pembelajaran Meluruskan √ pengetahuan siswa tentang materi yang sedang dipelajari Menghubungkan √ konsep yang dipelajari siswa saat itu dengan konsep lain yang sudah atau belum siswa pelajari Total 36 Rata-rata 2,4
Catatan Observer: Disiplin waktu tiap tahapan masih tidak sesuai dari yang direncanakan pada RPP. Mungkin disebabkan pada proses diskusi secara lisan diawal (kontrol siswa), kurang mendapat respon aktif sehingga diskusi memakan waktu yang lebih lama.
Depok, 11 Mei 2015 Observer
Abdul Fatah, M.Pd NIK. 196906141997021005
211
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE7E OLEH GURU Materi Sub Materi PertemuankeAlokasiwaktu
: Sistem Endokrin : Letak, sekresi dan abnormalitas sistem endokrin : 2 (Kedua) : 90 Menit
Petunjuk pengisian: Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap keterlaksanaan model pembelajaran learning cycle 7E. Dengan Kriteria : 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik N o 1.
2.
3.
Tahap Learning Cycle 7E Tahap Elicit
Tahap Engegement
Tahap Exploration
Indikator Pencapaian Tahap Learning Cycle 7E Mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari
Kegiatan Guru
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari - Siswa dan guru Memberikan informasi saling memberikan awal untuk menarik informasi dan minat dan motivasi pengalaman tentang siswa tentang materi pertanyaanyang akan dibahas pertanyaan pada Mengaitkan topik tahap elicit yang dibahas dengan - Memberikan pengetahuan yang motivasi agar sudah diketahui siswa memunculkan atau berdasarkan minat dan perhatian pengalamannya siswa untuk belajar Melaskukan tanya jawab seputar pengetahuan yang sudah diketahui siswa atau pengalamannya tersebut Siswa memperoleh Membentuk kelompok pengetahuan secara serta member langsung yang kesempatan untuk
212
Penilaian Keterlaksanaan 1 2 3 4 √
√
√
√
√
berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari
4.
5.
6.
7.
Tahap Explanation
Tahap Elaboration
Tahap Evaluation
Tahap Expantion
berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok kecil secara mandiri Guru berperan sebagai fasilitator Siswa mampu Mendorong siswa menjelaskan konsep- untuk menjelaskan konsep dan definisikonsep dengan definisi yang pemahaman dan diperoleh pada fasebahasa mereka sendiri fase exploration, Meminta bukti dan engegment dan elicit klarifikasi dari penjelasan siswa Mendengarkan dan memancing sikap kritis terhadap penjelasan antar siswa dan guru Membawa siswa Mengingatkan siswa menerapkan definisi- pada penjelasan definisi, konsepalternatif dan konsep, dan mempertimbangkan keterampilandata/bukti saat siswa keterampilan pada mengeksplorasi situasi permasalahanbaru permasalahan yang Mendorong dan berkaitan dengan memfasilitasi siswa contoh dari pelajaran mengaplikasi yang dipelajari konsep/keterampilan yang baru Mengobservasi, Mengobservasi memperhatikan dan pengetahuan dan menilai siswa terhadap keterampilan berpikir perubahan siswa dalam hal pengetahuan dan penerapan konsep baru kemampuannya Mendorong siswa melakukan evaluasi kekurangan dan kelebihan diri dalam kegiatan pembelajaran Siswa dapat Meluruskan menghubungkan pengetahuan siswa konsep yang mereka tentang materi yang pelajari dengan sedang dipelajari konsep lain yang Menghubungkan 213
√ √
√ √
√
√
√
√
√
√
sudah atau belum mereka pelajari
konsep yang dipelajari siswa saat itu dengan konsep lain yang sudah atau belum siswa pelajari Total 47 Rata-rata 3,13
Catatan Observer: Masalah kedisiplinan waktu,perlu jadi catatan lebih. Tapi secara keseluruhan sudah baik. Tetep semangat belajar!
Depok, 14 Mei 2015 Observer
Abdul Fatah, M.Pd NIK. 196906141997021005
214
Lampiran 12
UJI NORMALITAS 1. Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
NAMA AA DD FF HH T V X E U BB JJ Y MM N P A C CC EE O OO D M F I II LL
DAFTAR NILAI PRETES KELOMPOK EKSPERIMEN SMA NEGERI 5 DEPOK Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)] 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336 25 -1,076977571 0,140745143 0,214285714 0,073540571 25 -1,076977571 0,140745143 0,214285714 0,073540571 27,77 -0,841971999 0,199901813 0,285714286 0,085812472 27,77 -0,841971999 0,199901813 0,285714286 0,085812472 27,77 -0,841971999 0,199901813 0,285714286 0,085812472 30,55 -0,606118032 0,272218189 0,357142857 0,084924668 30,55 -0,606118032 0,272218189 0,357142857 0,084924668 30,55 -0,606118032 0,272218189 0,357142857 0,084924668 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127 36,11 -0,134410098 0,446539149 0,523809524 0,077270375 38,88 0,100595474 0,540064205 0,547619048 0,007554842 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652
215
Q H KK R W GG G S K B J PP Z L NN rata-rata stdev
41,66 44,44 44,44 44,44 44,44 47,22 50 50 52,77 55,55 55,55 55,55 55,55 58,33 61,11 37,6942857 11.7869546
0,336449442 0,572303409 0,572303409 0,572303409 0,572303409 0,808157376 1,044011343 1,044011343 1,279016915 1,514870882 1,514870882 1,514870882 1,514870882 1,75072485 1,986578817
L hitung = 0,144 L tabel = 0,136 L hitung> L tabel, Data Tidak Normal
216
0,631734014 0,71644178 0,71644178 0,71644178 0,71644178 0,790500004 0,851759929 0,851759929 0,89955445 0,935097447 0,935097447 0,935097447 0,935097447 0,960003342 0,976515455
0,666666667 0,761904762 0,761904762 0,761904762 0,761904762 0,785714286 0,833333333 0,833333333 0,857142857 0,952380952 0,952380952 0,952380952 0,952380952 0,976190476 1
0,034932652 0,045462982 0,045462982 0,045462982 0,045462982 0,004785719 0,018426596 0,018426596 0,042411593 0,017283505 0,017283505 0,017283505 0,017283505 0,016187135 0,023484545
2. Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
NAMA HH JJ LL B GG X D R V Y CC MM A G O DD II PP U W I Q FF F M Z AA EE J E H S BB
DAFTAR NILAI PRETES KELOMPOK KONTROL SMA NEGERI 5 DEPOK Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)] 16,66 -1,910109317 0,02805957 0,02380952 0,004250046 19,44 -1,636106781 0,050908621 0,07142857 0,020519951 19,44 -1,636106781 0,050908621 0,07142857 0,020519951 22,22 -1,362104246 0,086582494 0,11904762 0,032465125 22,22 -1,362104246 0,086582494 0,11904762 0,032465125 25 -1,08810171 0,138275104 0,14285714 0,004582038 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986 30,55 -0.54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986 33,33 -0,267079724 0,394703889 0,47619048 0,081486587 33,33 -0,267079724 0,394703889 0,47619048 0,081486587 36,11 0,006922812 0,50276178 0,54761905 0,044857267 36,11 0,006922812 0,50276178 0,54761905 0,044857267 36,11 0,006922812 0,50276178 0,54761905 0,044857267 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541 41,66 0,553942262 0,71019082 0,69047619 0,019714629 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691
217
NN L T C KK K N P OO rata-rata stdev
44,44 47,22 47,22 50 50 52,77 52,77 52,77 52,77 36,03976 10.14589
0,827944798 1,101947333 1,101947333 1,375949869 1,375949869 1,648966784 1,648966784 1,648966784 1,648966784
0,796149118 0,80952381 0,864757716 0,85714286 0,864757716 0,85714286 0,915581423 0,9047619 0,915581423 0,9047619 0,95042278 1 0,95042278 1 0,95042278 1 0,95042278 1
L hitung = 0,134 L tabel = 0,136 L hitung< L tabel, Data Normal
218
0,013374691 0,007614858 0,007614858 0,010819518 0,010819518 0,04957722 0,04957722 0,04957722 0,04957722
3. Uji Normalitas Postest Kelompok Eksperimen
NAMA DD T AA GG M L E JJ A MM D Y I N BB HH P R X FF OO C F V CC G K Z S U W KK NN
DAFTAR NILAI POSTEST KELOMPOK EKSPERIMEN SMA NEGERI 5 DEPOK Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)] 33,33 -2,3668387 0,008970376 0,023809524 0,014839148 41,66 -1,7325464 0,04158816 0,095238095 0,053649935 41,66 -1,7325464 0,04158816 0,095238095 0,053649935 41,66 -1,7325464 0,04158816 0,095238095 0,053649935 44,44 -1,5208619 0,064147254 0,119047619 0,054900365 47,22 -1,3091773 0,095237151 0,142857143 0,047619991 50 -1,0974927 0,136213029 0,19047619 0,054263161 50 -1,0974927 0,136213029 0,19047619 0,054263161 52,77 -0,8865696 0,187655329 0,238095238 0,05043991 52,77 -0,8865696 0,187655329 0,238095238 0,05043991 58,33 -0,4632005 0,321610332 0,285714286 0,035896047 58,33 -0,4632005 0,321610332 0,285714286 0,035896047 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908 69,44 0,38277631 0,649057186 0,666666667 0,017609481 69,44 0,38277631 0,649057186 0,666666667 0,017609481 69,44 0,38277631 0,649057186 0,666666667 0,017609481 72,22 0,59446087 0,723898048 0,738095238 0,01419719 72,22 0,59446087 0,723898048 0,738095238 0,01419719 72,22 0,59446087 0,723898048 0,738095238 0,01419719 75 0,80614544 0,789920503 0,785714286 0,004206217 75 0,80614544 0,789920503 0,785714286 0,004206217
219
H J O II EE PP B LL Q rata-rata stdev
77,77 77,77 77,77 77,77 80,55 80,55 83,33 83,33 88,88 64,4131 13.13275
1,01706855 1,01706855 1,01706855 1,01706855 1,22875311 1,22875311 1,44043767 1,44043767 1,86304535
0,845439589 0,845439589 0,845439589 0,845439589 0,890417807 0,890417807 0,925128194 0,925128194 0,968772057
L hitung = 0,074 L tabel = 0,136 L hitung < L tabel, Data Normal
220
0,880952381 0,880952381 0,880952381 0,880952381 0,928571429 0,928571429 1 1 1
0,035512792 0,035512792 0,035512792 0,035512792 0,038153622 0,038153622 0,074871806 0,074871806 0,031227943
4. Uji Normalitas Postest Kelompok Kontrol
NAMA W D JJ O AA
DAFTAR NILAI POSTES KELOMPOK KONTROL SMA NEGERI 5 DEPOK Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)] 22,22 -2,843713824 0,002229554 0,02380952 0,02157997 33,33 -1,905520488 0,028356223 0,04761905 0,019262824 38,88 -1,436846049 0,075380871 0,07142857 0,0039523 41,66 -1,202086601 0,114664989 0,11904762 0,00438263 41,66 -1,202086601 0,114664989 0,11904762 0,00438263
DD FF
44,44 44,44
-0,967327152 -0,967327152
0,166690257 0,166690257
0,19047619 0,19047619
0,023785933 0,023785933
MM A B R HH G K U
44,44 47,22 47,22 47,22 47.22 50 50 50
-0,967327152 -0,732567704 -0,732567704 -0,732567704 -0,732567704 -0,497808255 -0,497808255 -0,497808255
0,166690257 0,231911068 0,231911068 0,231911068 0,231911068 0,309309598 0,309309598 0,309309598
0,19047619 0,28571429 0,28571429 0,28571429 0,28571429 0,38095238 0,38095238 0,38095238
0,023785933 0,053803218 0,053803218 0,053803218 0,053803218 0,071642782 0,071642782 0,071642782
LL E EE Q S T CC Z GG F
50 52,77 52,77 55,55 55,55 55,55 55,55 58,33 58,33 61,11
-0,497808255 -0,263893265 -0,263893265 -0,029133816 -0,029133816 -0,029133816 -0,029133816 0,205625632 0,205625632 0,440385081
0,309309598 0,395931083 0,395931083 0,488378933 0,488378933 0,488378933 0,488378933 0,581458323 0,581458323 0,670170886
0,38095238 0,42857143 0,42857143 0,52380952 0,52380952 0,52380952 0,52380952 0,57142857 0,57142857 0,64285714
0,071642782 0,032640346 0,032640346 0,035430591 0,035430591 0,035430591 0,035430591 0,010029752 0,010029752 0,027313743
P II J V X NN
61,11 61,11 61,66 63,88 63,88 63,88
0,440385081 0,440385081 0,486830295 0,674300071 0,674300071 0,674300071
0,670170886 0,670170886 0,6868107 0,74993972 0,74993972 0,74993972
0,64285714 0,64285714 0,66666667 0,76190476 0,76190476 0,76190476
0,027313743 0,027313743 0,020144034 0,011965041 0,011965041 0,011965041
221
PP H N OO C Y BB L M
63,88 66,66 66,66 66,66 69,44 69,44 69,44 72,22 72,22
0,674300071 0,909059519 0,909059519 0,909059519 1,143818968 1,143818968 1,143818968 1,378578416 1,378578416
0,74993972 0,818340645 0,818340645 0,818340645 0,873650639 0,873650639 0,873650639 0,915987612 0,915987612
0,76190476 0,83333333 0,83333333 0,83333333 0,9047619 0,9047619 0,9047619 0,97619048 0,97619048
0,011965041 0,014992688 0,014992688 0,014992688 0,031111266 0,031111266 0,031111266 0,060202864 0,060202864
KK I rata-rata
72,22 77,77 55,895
1,378578416 1,847252855
0,915987612 0,967644749
0,97619048 1
0,060202864 0,032355251
stdev
11.84191
L hitung = 0,071 L tabel = 0,136 L hitung< L tabel, Data Normal
222
Lampiran 13 UJI HOMOGENITAS 1. Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol EKSPERIMEN 22,22 22,22 22,22 22,22 22,22 22,22 22,22 25 25 27,77 27,77 27,77 30,55 30,55 30,55 33,33 33,33 33,33 33,33 33,33 33,33 36,11 38,88 41,66 41,66 41,66 41,66 41,66 44,44 44,44 44,44 44,44 47,22 50 50 52,77 55,55 55,55 55,55 55,55
KONTROL 16,66 19,44 19,44 22,22 22,22 25 27,77 27,77 27,77 27,77 27,77 27,77 30,55 30,55 30,55 30,55 30,55 30,55 33,33 33,33 36,11 36,11 36,11 38,88 38,88 38,88 38,88 38,88 41,66 44,44 44,44 44,44 44,44 44,44 47,22 47,22 50 50 52,77 52,77
223
58,33 61,11
52,77 52,77
Rata-Rata kelompok eksperimen (X) = 37,69 Rata-rata kelompok kontrol (Y) = 36,03 Selisih rata-rata (X-Y) = 1,65 Varian kelompok eksperimen = (=(VAR(A4:A45) = 138,932 Varian kelompok kontrol=(=VAR(B4:B45) = 102,939 F hitung =
=
= 1,34
F tabel =(=0.05, (41,41)) = 1,68 F hitung < F tabel, Homogen 2. Uji Homogenitas Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol EKSPERIMEN KONTROL 33,33 22,22 41,66 33,33 41,66 38,88 41,66 41,66 44,44 41,66 47,22 44,44 50 44,44 50 44,44 52,77 47,22 52,77 47,22 58,33 47,22 58,33 47,22 61,11 50 61,11 50 61,11 50 61,11 50 63,88 52,77 63,88 52,77 63,88 55,55 63,88 55,55 63,88 55,55 66,66 55,55 66,66 58,33 66,66 58,33 66,66 61,11 69,44 61,11 69,44 61,11
224
69,44 72,22 72,22 72,22 75 75 77,77 77,77 77,77 77,77 80,55 80,55 83,33 83,33 88,88
61,66 63,88 63,88 63,88 63,88 66,66 66,66 66,66 69,44 69,44 69,44 72,22 72,22 72,22 77,77
Rata-Rata kelompok eksperimen (X) = 64,413 Rata-rata kelompok kontrol (Y) = 55,895 Selisih rata-rata (X-Y) = 8,518 Varian kelompok eksperimen = (=(VAR(A4:A45) = 172,469 Varian kelompok kontrol=(=VAR(B4:B45) = 140,23 F hitung =
=
= 1,22
F tabel =(=0.05, (41,41)) = 1,68 F hitung < F tabel, Homogen
225
Lampiran 14. Hasil Hipotesis Pretest Menggunakan Uji Mann-Whitney
NPar Tests Notes Output Created
01-MAR-2016 14:33:26
Comments Input
Active Dataset
Missing Value Handling
Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Definition of Missing
DataSet0 <none> <none> <none> 84 User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS /M-W= pretest BY kelas(1 2) /STATISTICS=DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00,02
Elapsed Time Number of Cases a Allowed
00:00:00,02 112347
a. Based on availability of workspace memory. Descriptive Statistics N pretest kelas
84 84
Mean 36,8670 1,5000
Std. Deviation 10,96227 ,50300
Minimum 16,66 1,00
Mann-Whitney Test Ranks pretest
kelas 1,00 2,00 Total
N 42 42
Mean Rank 43,92 41,08
Sum of Ranks 1844,50 1725,50
84
226
Maximum 61,11 2,00
a
Test Statistics
pretest Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
822,500 1725,500 -,534 ,593
a. Grouping Variable: kelas
227
Lampiran 15. Hasil Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis
NPar Tests Notes Output Created Comments
20-APR-2016 02:46:36
Input
Data
Missing Value Handling
Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Definition of Missing Cases Used
Syntax
Resources
Processor Time Elapsed Time a Number of Cases Allowed a. Based on availability of workspace memory.
D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 1 pretest.sav DataSet4 <none> <none> <none> 86 User-defined missing values are treated as missing. Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test. NPAR TESTS /M-W= nilai BY kelas(1 2) /MISSING ANALYSIS. 00:00:00.00 00:00:00.01 112347
[DataSet4] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 1 pretest.sav
Mann-Whitney Test Ranks nilai
jeniskelas kontrol eksperimen Total Test Statistics
N 42 42
Mean Rank 37.64 47.36
Sum of Ranks 1581.00 1989.00
84 a
nilai Mann-Whitney U 678.000 Wilcoxon W 1581.000 Z -1.859 Asymp. Sig. (2-tailed) .063 a. Grouping Variable: jeniskelas
NPar Tests Notes Output Created Comments Input
20-APR-2016 02:47:57 Data
D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 2 pretest.sav
228
Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Definition of Missing
Missing Value Handling
Cases Used
Syntax
Resources
Processor Time Elapsed Time a Number of Cases Allowed a. Based on availability of workspace memory.
DataSet5 <none> <none> <none> 86 User-defined missing values are treated as missing. Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test. NPAR TESTS /M-W= nilai BY kelas(1 2) /MISSING ANALYSIS. 00:00:00.02 00:00:00.01 112347
[DataSet5] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 2 pretest.sav
Mann-Whitney Test Ranks nilai
jeniskelas kontrol eksperimen Total Test Statistics
N 42 42
Mean Rank 42.54 42.46
Sum of Ranks 1786.50 1783.50
84 a
nilai Mann-Whitney U 880.500 Wilcoxon W 1783.500 Z -.014 Asymp. Sig. (2-tailed) .989 a. Grouping Variable: jeniskelas
NPar Tests Notes Output Created Comments
20-APR-2016 02:49:55
Input
Data
Missing Value Handling
Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Definition of Missing Cases Used
229
D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3 pretest.sav DataSet6 <none> <none> <none> 86 User-defined missing values are treated as missing. Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax
NPAR TESTS /M-W= nilai BY kelas(1 2) /MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time Elapsed Time a Number of Cases Allowed a. Based on availability of workspace memory.
00:00:00.00 00:00:00.04 112347
[DataSet6] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3 pretest.sav
Mann-Whitney Test Ranks nilai
jeniskelas kontrol eksperimen Total Test Statistics
N 42 42
Mean Rank 44.07 40.93
Sum of Ranks 1851.00 1719.00
84 a
nilai Mann-Whitney U 816.000 Wilcoxon W 1719.000 Z -.602 Asymp. Sig. (2-tailed) .547 a. Grouping Variable: jeniskelas
NPar Tests Notes Output Created Comments
20-APR-2016 02:52:22
Input
Data
Missing Value Handling
Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Definition of Missing Cases Used
Syntax
Resources
Processor Time Elapsed Time a Number of Cases Allowed a. Based on availability of workspace memory.
230
D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 4 pretest.sav DataSet7 <none> <none> <none> 85 User-defined missing values are treated as missing. Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test. NPAR TESTS /M-W= nilai BY kelas(1 2) /MISSING ANALYSIS. 00:00:00.00 00:00:00.04 112347
[DataSet7] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 4 pretest.sav
Mann-Whitney Test Ranks Nilai
jeniskelas kontrol eksperimen Total Test Statistics
N 42 42
Mean Rank 41.94 43.06
Sum of Ranks 1761.50 1808.50
84 a
nilai Mann-Whitney U 858.500 Wilcoxon W 1761.500 Z -.221 Asymp. Sig. (2-tailed) .825 a. Grouping Variable: jeniskelas
NPar Tests Notes Output Created Comments Input
Missing Value Handling
20-APR-2016 02:54:58 Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Definition of Missing Cases Used
Syntax
Resources
Processor Time Elapsed Time a Number of Cases Allowed a. Based on availability of workspace memory.
DataSet8 <none> <none> <none> 87 User-defined missing values are treated as missing. Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test. NPAR TESTS /M-W= nilai BY kelas(1 2) /MISSING ANALYSIS. 00:00:00.00 00:00:00.00 112347
Mann-Whitney Test Ranks Nilai
jeniskelas kontrol eksperimen Total
N 42 42
Mean Rank 44.58 40.42
84
231
Sum of Ranks 1872.50 1697.50
Test Statistics
a
nilai Mann-Whitney U 794.500 Wilcoxon W 1697.500 Z -.829 Asymp. Sig. (2-tailed) .407 a. Grouping Variable: jeniskelas
SAVE OUTFILE='D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 5 pretest.sav' /COMPRESSED. NEW FILE. DATASET NAME DataSet9 WINDOW=FRONT
232
Lampiran 16. Hasil Hipotesis Postest Menggunakan Uji T UJI HIPOTESIS (UJI T) POSTEST No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
Y1 33,33 41,66 41,66 41,66 44,44 47,22 50 50 52,77 52,77 58,33 58,33 61,11 61,11 61,11 61,11 63,88 63,88 63,88 63,88 63,88 66,66 66,66 66,66 66,66 69,44 69,44 69,44 72,22 72,22 72,22 75 75 77,77 77,77 77,77 77,77
Y12 1110,8889 1735,5556 1735,5556 1735,5556 1974,9136 2229,7284 2500 2500 2784,6729 2784,6729 3402,3889 3402,3889 3734,4321 3734,4321 3734,4321 3734,4321 4080,6544 4080,6544 4080,6544 4080,6544 4080,6544 4443,5556 4443,5556 4443,5556 4443,5556 4821,9136 4821,9136 4821,9136 5215,7284 5215,7284 5215,7284 5625 5625 6048,1729 6048,1729 6048,1729 6048,1729
Y2 22,22 33,33 38,88 41,66 41,66 44,44 44,44 44,44 47,22 47,22 47,22 47,22 50 50 50 50 52,77 52,77 55,55 55,55 55,55 55,55 58,33 58,33 61,11 61,11 61,11 61,66 63,88 63,88 63,88 63,88 66,66 66,66 66,66 69,44 69,44 233
Y22 493,7284 1110,8889 1511,6544 1735,5556 1735,5556 1974,9136 1974,9136 1974,9136 2229,7284 2229,7284 2229,7284 2229,7284 2500 2500 2500 2500 2784,6729 2784,6729 3085,8025 3085,8025 3085,8025 3085,8025 3402,3889 3402,3889 3734,4321 3734,4321 3734,4321 3801,9556 4080,6544 4080,6544 4080,6544 4080,6544 4443,5556 4443,5556 4443,5556 4821,9136 4821,9136
38. 80,55 39. 80,55 40. 83,33 41. 83,33 42. 88,88 jumlah 2705,35 ratarata 64,41309524
69,44 72,22 72,22 72,22 77,77 2347,59
6488,3025 6488,3025 6943,8889 6943,8889 7899,6544 181331,1989
55,895
4317,409498
4821,9136 5215,7284 5215,7284 5215,7284 6048,1729 136968,0061 3261,143002
n1 = 42, n2 = 42 Ʃ Y1 = 2705,35
Ʃ Y2 = 2347,59
2
Ʃ Y1 = 181331,199
Ʃ Y22 = 136968,006
ȳ1 =
ȳ2 =
= 64,413
Ʃ ȳ12 = 181331,199-
= 7071,231
Ʃ ȳ22 = 136968,006 -
= 5749,463
Sgab = √ Thit =
=√
= 12,5
= √
= √
Thit > Ttab, H0 diterima 3,047 > 1.991, maka H0 diterima
234
= 3,047
= 55,895
207
Lampiran 17.Hasil Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis
T-Test Notes Output Created
20-APR-2016 03:00:31
Comments Input
Active Dataset
DataSet9
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
Definition of Missing
87 User defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each analysis are based on the cases with no missing or out-of-range data for any variable in the analysis.
Syntax
T-TEST GROUPS=kelas(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=nilai /CRITERIA=CI(.95).
Resources
Processor Time
00:00:00.00
Elapsed Time
00:00:00.17
[DataSet9]
235
Group Statistics jeniskelas nilai
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
kontrol
42
7.2017
1.46990
.22681
eksperimen
42
7.0833
1.53154
.23632
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the
F nilai
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.681
Sig. .412
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Error
Difference
Difference
Difference Lower
Upper
.361
82
.719
.11833
.32755
-.53327
.76994
.361
81.862
.719
.11833
.32755
-.53329
.76996
SAVE OUTFILE='D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 1 postest.sav' /COMPRESSED. NEW FILE. DATASET NAME DataSet10 WINDOW=FRONT. T-TEST GROUPS=kelas(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=nilai
236
/CRITERIA=CI(.95).
T-Test Notes Output Created
20-APR-2016 03:07:57
Comments Input
Active Dataset
DataSet10
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
Definition of Missing
85 User defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each analysis are based on the cases with no missing or out-of-range data for any variable in the analysis.
Syntax
T-TEST GROUPS=kelas(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=nilai /CRITERIA=CI(.95).
Resources
Processor Time
00:00:00.00
Elapsed Time
00:00:00.03
[DataSet10]
237
Group Statistics jeniskelas nilai
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
kontrol
42
5.9795
2.63243
.40619
eksperimen
42
8.0167
2.46090
.37973
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of
F nilai
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. 1.255
t .266
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Error
Difference
Difference
the Difference Lower
Upper
-3.664
82
.000
-2.03714
.55604
-3.14329
-.93100
-3.664
81.630
.000
-2.03714
.55604
-3.14336
-.93092
DATASET ACTIVATE DataSet11. T-TEST GROUPS=kelas(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=nilai /CRITERIA=CI(.95).
238
T-Test Notes Output Created
20-APR-2016 03:23:39
Comments Input
Data
D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3 postest.sav
Active Dataset
DataSet11
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
Definition of Missing
85 User defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each analysis are based on the cases with no missing or out-of-range data for any variable in the analysis.
Syntax
T-TEST GROUPS=kelas(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=nilai /CRITERIA=CI(.95).
Resources
Processor Time
00:00:00.05
Elapsed Time
00:00:00.07
239
[DataSet11] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3 postest.sav Group Statistics jeniskelas nilai
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
kontrol
42
4.0998
1.62045
.25004
eksperimen
42
4.5498
1.97766
.30516
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of
F nilai
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. .968
t .328
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Error
Difference
Difference
the Difference Lower
Upper
-1.141
82
.257
-.45000
.39452
-1.23482
.33482
-1.141
78.948
.257
-.45000
.39452
-1.23527
.33527
DATASET ACTIVATE DataSet12. T-TEST GROUPS=kelas(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=nilai /CRITERIA=CI(.95).
240
T-Test Notes Output Created
20-APR-2016 03:27:37
Comments Input
Active Dataset
DataSet12
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
Definition of Missing
84 User defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each analysis are based on the cases with no missing or out-of-range data for any variable in the analysis.
Syntax
T-TEST GROUPS=kelas(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=nilai /CRITERIA=CI(.95).
Resources
Processor Time
00:00:00.02
Elapsed Time
00:00:00.07
241
[DataSet12] Group Statistics jeniskelas nilai
kontrol
N
Mean 42
Std. Deviation
3.7295
Std. Error Mean
2.35315
.36310
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F
eksperimen
42
t-test for Equality of Means
Sig.
4.0481
t
df
3.08431
Sig. (2-tailed)
.47592
242
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval of
Difference
Difference
the Difference
Lower nilai
Equal variances
7.469
assumed
.008
Equal variances not assumed
-.532
82
.596
-.31857
.59862
-1.50941
.87227
-.532
76.651
.596
-.31857
.59862
-1.51065
.87351
SAVE OUTFILE='D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 4 postest.sav'/COMPRESSED. NEW FILE. DATASET NAME DataSet13 WINDOW=FRONT. T-TEST GROUPS=kelas(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=nilai /CRITERIA=CI(.95).
T-Test Notes Output Created
20-APR-2016 03:38:12
Comments Input
Active Dataset
DataSet13
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
Definition of Missing
Upper
85 User defined missing values are treated as missing.
243
Cases Used
Statistics for each analysis are based on the cases with no missing or out-of-range data for any variable in the analysis.
Syntax
T-TEST GROUPS=kelas(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=nilai /CRITERIA=CI(.95).
Resources
Processor Time
00:00:00.00
Elapsed Time
00:00:00.04
[DataSet13]
Group Statistics jeniskelas nilai
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
kontrol
42
5.4779
3.10895
.47972
eksperimen
42
7.2238
2.54140
.39215
244
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of
F nilai
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. 2.804
t .098
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Error
Difference
Difference
the Difference Lower
Upper
-2.818
82
.006
-1.74595
.61961
-2.97855
-.51336
-2.818
78.880
.006
-1.74595
.61961
-2.97928
-.51263
245
Lampiran 18
Lembar Uji Referensi
Nama NIM Jurusan/Prodi Judul Skripsi
: Zahidah Farhati : 1110016100062 : P.IPA/P.Biologi : Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada konsep Sistem Endokrin Pembimbing I : Ir. Mahmud Siregar, M.Si. Pembimbing II : Nengsih Juanengsih, M.Pd.
No
1.
2.
3.
4.
5. 6. 7.
8.
Dosen Pembimbing I II
Referensi BAB I Peraturan Pemerintah Nomer 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah, h. 4. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 159. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011, h. 3. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011, h. 3-4. Permen 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Bab IV No (1), 2005, h.167. Robert H Ennis, Critical Thinking, Prentice Hall, (USA: University of Illinois, 1995), p. xvii Nizarwati dkk, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa Kelas X SMA”, Jurnal pendidikan Matematika volume 3 no.2, 2009, hal. 58. Nuryani Y Rustaman, Konstruktivisme dan Pembelajaran Biologi, Makalah, Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI. 2000, h. 8.
243
9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Wawan Sutrisno dkk, Pengaruh Model Learning Cycle 7e Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Biologi. Seminar Nasional IX, Pendidikan Biologi FKIP UNS, h. 186. BAB II John M. Echols and Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia an English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2003). p. 352. John M. Echols and Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia an English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2003). p.162. Aditya Rahman, Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 SMK 2 Pengasih, Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, h. 4, tidak dipublikasikan. Ngatiatul Mabsuthoh, “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Massa Jenis”, Skripsi pada FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2001, h. 19, tidak dipublikasikan. Anton E.Lawson, “Using The Learning Cycle To Teach Biology Concepts And Reasoning Patterns”, Journal of Biology Education, 2001, p.168. Susan Everett and Richard Moyer. Literacy in the Learning Cycle, Incorporating trade books helps plan inquiry-learning experiences. Methods and Strategies: Ideas and techniques to enhance your science teaching, 2014, p. 48, (www.teachersource.com). Arthur Eisenkraft, Expanding the 5E Model: A proposed 7E model emphasizes “transfer of learning”and the importance of eliciting prior understanding, National Science Teachers Association (NSTA). The Science Teacher, Vol. 70, No. 6, 2003, p. 56-57 Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan Biologi FKP UNS, 2012, h.186. A.A. Sri Dwi Indriyanthi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, h. 5-6.
244
10. Hartono, “Learning Cycle 7E Model To Increase Student’s Critical Thinking on Science”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2013, p.60. 11. Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h. 24, tidak dipublikasikan. 12. Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h. 25, tidak dipublikasikan. 13. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 117. 14. Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, h.3. 15. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), h. 44. 16. Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2011), h. 3. 17. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 31. 18. Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011), h. 20 19. Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir), (Jakarta: PT. Indeks, 2012), h.111. 20. Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir), (Jakarta: PT. Indeks, 2012), h.119. 21. Robert H Ennis, Critical Thinking, Prentice Hall, (USA: University of Illinois, 1995), p. xvii 22. Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder, Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills, North Caroline: The Delta Pi Epsilon 245
Journal, 2008, p. 90. 23. M. Adi Gunawan, Genius Learning Strategy (Petunjuk Pratiks Untuk Menerapkan Accelerated Learning), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 177. 24. MM Chabeli, ”High Order Thinking Skills Competencies Reaquired By Outcomes-Base Education From Learners”, Research Article University of Johannesburg, 2006, p. 80. 25. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011), h. 118. 26. Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder, Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills, North Caroline: The Delta Pi Epsilon Journal, 2008, p. 91. 27. Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata dan Gugi Sagara, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.4. 28. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata dan Gugi Sagara, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.3 29. Adi W. Gunawan. Genius Learning Strategy. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 177-178. 30. Robert H Ennis, The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Disposition And Abilities, University of Illinois. 2011, p.2 31. Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thinking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga, 2008, h.22. 32. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York, Printice Hall, 1996), h. 5 33. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 24. 34. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 22. 35. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York, Printice Hall, 1996), h. 57.
246
36. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 80-81. 37. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 82. 38. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York, Printice Hall, 1996), h. 74. 39. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 102. 40. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York, Printice Hall, 1996), h. 6 41. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 106 42. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 142 43. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 166. 44. Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 78 45. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), Cet. 1, h.177. 46. Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 64 47. H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009), h. 101. 48. Irnaningtyas. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. (Jakarta: Erlangga, 2014), h. 371-377. 247
49. Diah Aryulina, Choirrul Muslim, dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. (Jakarta: Esis, 2007), h. 266-271. 50. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011. 51. Aryani Novianti, “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis Siswa”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. 52. Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Yogyakarta, 2013 BAB III 1. Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif-Kualitatif), (Jakarta: Rajawali Press, 2007), h. 28. 2. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.207. 3.
4.
5.
6. 7.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung; Alfabeta,2012), h.116. Wiratna Sujarwenidan Poly Endrayanto, Statistik Untuk Penelitian, (Jakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 13. Wiratna Sujarwenidan Poly Endrayanto, Statistik Untuk Penelitian, (Jakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 13. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 254.
8.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung; Alfabeta,2012), h. 124. Lampiran 3. Lembar Observasi Pra-penelitian
9.
Lampiran 4. Instrumen Ujicoba
248
10. Lampiran 5. Kisi-kisi Intrumen Penelitian 11. Lampiran 1. Rancangan Proses Pembelajaran 12. Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) 13. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010), h. 203. 14. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung; Alfabeta,2012), h. 363. 15. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: BumiAksara, 2012) h.93. 16. Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dengan Software ANATES 17. Lampiran 7. Instrumen Penelitian 18. Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 87. 19. Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 90-91. 20. Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta,2007) h. 176. 21. Suharsimi Arikunto. Manajemen (Jakarta: Rineka Cipta,2007) h. 177.
Penelitian.
22. Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 232. 23. Yanti Herlanti, Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006, h.70. 24. Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito Bandung, 2005), h. 239. BAB IV 1.
Lampiran 8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
249
2.
Lampiran 9. Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol dan Eksperimen
3.
Lampiran 10. Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol dan Eksperimen
4.
Lampiran 11. Hasil Observasi Penelitian Oleh Guru
5.
Lampiran 12. Perhitungan Uji Normalitas
6.
Lampiran 13. Perhitungan Uji Homogenitas
7.
Lampiran 14. Hasil Pretest Menggunakan Uji Mann-Whitney
8.
Lampiran 15. Hasil Hipotesis Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis
9.
Lampiran 16. Hasil Hipotesis Postest menggunakan Uji T
10. Lampiran 17. Hasil Hipotesis Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis 11. Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan Biologi FKP UNS, 2012, h.188 12. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011, h. 14. 13. Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 119 14. Susan M Brookhat dan Anthony J.Nitko. Assess Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom. (USA: Pearson, 2011), h. 236. 15. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 120. 16. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 22.
250
17. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 139. 18. Ni Putu Sri Ratna Dewi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 1 Sawan”, Artikel Tesis Program Studi Pendidikan IPA Program Pasca sarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2012, h. 13. 19. Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 51. Jakarta,
September 2016
Mengesahkan, Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Mahmud Siregar, M.Si.
Nengsih Juanengsih, M.Pd.
NIP.19540310 198803 1 001
NIP. 19790510 200604 2 001
251